Kebijakan dan Praktek Partisipasi Masyarakat dalam Penataan Ruang Wilayah Pesisir
-
Upload
pustaka-virtual-tata-ruang-dan-pertanahan-pusvir-trp -
Category
Documents
-
view
125 -
download
1
description
Transcript of Kebijakan dan Praktek Partisipasi Masyarakat dalam Penataan Ruang Wilayah Pesisir
KEBIJAKAN PRAKTEK
PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM
PENATAAN RUANG WILAYAH PESISIR
Oleh:
DR. Ir. M. Basuki Hadimuljono, M.Sc
Direktur Jenderal Penataan Ruang KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM
DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG
Disampaikan pada Acara Seminar Akhir
“Kajian Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang”
Jakarta, 25 November 2013
OUTLINE
PROFIL KOTA-KOTA PESISIR DI INDONESIA
KEBIJAKAN PENATAAN RUANG WILAYAH PESISIR
PRAKTEK PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG WILAYAH PESISIR
1 2
3
2
PENUTUP 4
Inevitable Demanding Destruktif
Degradasi
sosial-ekonomi
dan lingkungan
Pada tahun 2050
8 dari 10 orang akan tinggal di perkotaan
Indonesia memasuki era kota?
> 50% dari total populasi bermukim di kawasan perkotaan
4
Keberagaman Kota-Kota di Indonesia
5
Pulau/Kepulauan Kota Otonom/
Administratif PKN PKW PKSN
KSN
Perkotaan
Kota
Metropolitan
Kota
Besar
Kota
Sedang
Kota
Kecil
Kota
Pedalaman
Kota
Pesisir
Pulau Sumatera 34 9 60 4 1 2 5 19 8 20 14
Pulau Jawa-Bali 35 12 35 - 5 11 8 16 - 24 11
Pulau Kalimantan 9 2 10 3 - - 4 5 - 5 4
Pulau Sulawesi 11 5 25 10 1 1 - 9 1 2 9
Kepulauan Maluku 4 5 27 2 - - - 2 2 - 4
Kepulauan Nusa Tenggara 3 2 11 4 - - - 3 - - 3
Pulau Papua 2 3 11 3 - - - 2 - - 2
JUMLAH 98 38 177 26 7 14 17 56 11 51 47
50% (47 kota) dari total
kota di Indonesia merupakan
kota pesisir dan tersebar di seluruh
pulau-pulau besar,
baik di wilayah barat maupun
timur Indonesia… 5
PROFIL KOTA PESISIR DI INDONESIA... (1)
11% (5 kota)
11% (5 kota)
67% (32 kota)
11% (5 kota)
Kota Pesisir Berdasarkan Ukuran Kota
Kota Metropolitan
Kota Besar
Kota Sedang
Kota Kecil
6
PROFIL KOTA PESISIR DI INDONESIA... (2)
Kota Medan
Kota Makassar
Kota Semarang
Kota Surabaya
Kota Jakarta Utara
(5 Kota)
Kota Serang
Kota Balikpapan
Kota Denpasar
Kota Padang
Kota Batam
(5 Kota)
(32 Kota)
Kota Banda Aceh Kota Pekalongan Kota Palopo
Kota Lhokseumawe Kota Probolinggo Kota Palu
Kota Tanjung Pinang Kota Tegal Kota Gorontalo
Kota Gunungsitoli Kota Bontang Kota Manado
Kota Dumai Kota Tarakan Kota Parepare
Kota Bengkulu Kota Singkawang Kota Kendari
Kota Bitung Kota Ambon Kota Ternate
Kota Pangkal Pinang Kota Baubau Kota Bima
Kota Cilegon Kota Langsa Kota Sorong
Kota Pasuruan Kota Kupang Kota Jayapura
Kota Cirebon Kota Mataram
Kota Serang
Kota Balikpapan
Kota Denpasar
Kota Padang
Kota Batam
(5 Kota)
7
PERMASALAHAN KAWASAN PERKOTAAN PESISIR
Intrusi air laut
Abrasi Pantai
Isu
Perubahan
Iklim Kenaikan permukaan air laut
Pencemaran
Eksploitasi sumber daya secara berlebihan
Konversi Kawasan Lindung ke
Penggunaan Lainnya
Kerusakan Fisik Habitat
Isu
Lingkungan
Memiliki aksesibilitas yang baik,
sehingga berpotensi untuk menjadi pusat perdagangan dan jasa, industri, pariwisata, dll
Jakarta
Semarang
Palembang
Jakarta
Jakarta
Cirebon
Denpasar
Contoh Kota
PROFIL KOTA PESISIR DI INDONESIA... (3)
8
PROFIL KOTA PESISIR DI INDONESIA... (4)
KOTA PESISIR
RENTAN
BENCANA
Banjir Rob
Tsunami
Intrusi air laut
Kota pesisir memiliki
kerentanan bencana
yang besar,
Hal ini dikarenakan
perubahan iklim dan
pembangunan kota yang
tidak ramah lingkungan.
Beberapa bencana yang
mengancam : Banjir,
Rob, intrusi air laut, dan
Tsunami.
Contoh kota rentan
bencana:
• Banda Aceh
• Padang
• Denpasar
9
• Kota pesisir pada dasarnya berakar
dari faktor geografis dan sejarah.
• Kota pesisir cenderung lebih cepat
tumbuh, baik secara demografis
maupun ekonomis.
• Kota pesisir memainkan peran sosio-
ekonomi yang dominan.
KARAKTERISTIK KOTA PESISIR DI INDONESIA... (1)
10
Kota pesisir pada dasarnya berakar dari faktor geografis dan sejarah
Sejak berabad-abad lalu Kota Pesisir di
Indonesia telah menjadi bagian dari rute
perdagangan , dan menjadi pintu
gerbang alami untuk perdagangan antar
pulau.
Beberapa contoh kota yang sarat dengan
sejarah:
Banda Aceh, Padang, Palembang,
Jakarta, Semarang, Surabaya, Makassar
Padang Banda Aceh
KARAKTERISTIK KOTA PESISIR DI INDONESIA... (2)
11
1940 1972 2013
Kota pesisir cenderung lebih cepat tumbuh, baik secara demografis maupun ekonomis
Jakarta
1897 2010 1925
Surabaya
Kota-kota pesisir
tumbuh secara
signifikan dalam kurun
waktu 100 tahun
terakhir
Perkembangan kota
selalu berawal dari
Pelabuhan dan
kawasan pesisir yang
menjadi pusat aktifikas
perdagangan dan
pemerintahan kota
Contoh kota:
Medan, Jakarta,
Semarang, Surbaya,
dan Makassar
KARAKTERISTIK KOTA PESISIR DI INDONESIA... (3)
12
Kota pesisir memainkan peran sosio-ekonomi yang dominan.
BUDAYA MASYARAKAT INDONESIA DI KAWASAN PESISIR
1. Kegiatan primer : pengumpulan hasil laut,
2. Kegiatan tersier :
a. perdagangan dan jasa seperti pelayanan kepelabuhanan,
b. pusat transaksi ekonomi lintas wilayah bahkan lintas Negara, serta sebagai
c. pusat pemerintahan negara.
kawasan pesisir merupakan beranda dari kegiatan masyarakat di Indonesia yang umumnya
menjadi pusat aglomerasi ekonomi kawasan sekitarnya (hinterland) dalam bentuk pelabuhan
sebagai ‘pasar’ atau lokasi transaksi ekonomi
13
KARAKTERISTIK KOTA PESISIR DI INDONESIA... (4)
13
FAKTA YANG ADA SAAT INI..
Dari total 472 kota dan kabupaten, hampir
300 dibangun dekat sumber air
Sumber: Nirwono Joga (Kompas.com)
Badan sungai menyempit dan mendangkal akibat
pembangunan di tepi sungai, penggundulan dan
sedimentasi
Air sungai kini tidak layak diminum Pada musim hujan air sungai meluap
membanjiri kota (rob)
KARAKTERISTIK KOTA PESISIR DI INDONESIA... (5)
14
Kota/Kabupaten
Kawasan Pesisir
Lingkungan Pesisir
Laut
UU 27/2007
tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir
dan Pulau-pulau Kecil
UU 26/2007
tentang Penataan Ruang
(Kota yang Berkelanjutan)
(Konservasi Keanekaragaman Hayati Laut)
16
LINGKUP PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG
PERENCANAAN TATA RUANG
PEMANFAATAN RUANG
PENGENDALIAN PEMANFAATAN
RUANG
LINGKUP PP No. 68 Tahun 2010
(Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007, Pasal 65 ayat (3))
Peraturan Pemerintah Nomor 68 tentang
Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang
Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota
Mengatur Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang
Pasal 3
Pasal 2
17
BENTUK PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG
PERENCANAAN
TATA RUANG
PEMANFAATAN
RUANG
PENGENDALIAN
PEMANFAATAN
RUANG
a. Masukan mengenai: 1.persiapan penyusunan RTR; 2.penentuan arah pengem-
bangan wilayah/ kawasan; 3.pengidentifikasian potensi
dan masalah pembangunan wilayah/kawasan;
4.perumusan konsepsi RTR; 5.penetapan RTR.
b. Kerjasama dengan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan/atau sesama unsur masyarakat dalam perencanaan tata ruang.
Berupa :
Difasilitasi: PEMERINTAH & PEMERINTAH DAERAH
Berperan aktif melibatkan - Masyarakat yang terkena dampak - Masyarakat memiliki keahlian di bidang penataan ruang. - Masyarakat yang kegiatan pokoknya di bidang penataan ruang.
BEN
TUK
PER
AN
MA
SYA
RA
KA
T
19
BENTUK PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG
PERENCANAAN
TATA RUANG
PEMANFAATAN
RUANG
PENGENDALIAN
PEMANFAATAN
RUANG
a. Masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;
b. Kerjasama dengan Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau sesama unsur masyarakat;
c. Memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
d. Peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam pemanfaatan ruang darat, laut, udara, dan ruang di dalam bumi;
e. Menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan, serta memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam; dan
f. Investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berupa
BEN
TUK
PER
AN
MA
SYA
RA
KA
T
20
BENTUK PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG
PERENCANAAN
TATA RUANG
PEMANFAATAN
RUANG
PENGENDALIAN
PEMANFAATAN
RUANG
a. Masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif & disinsentif, serta pengenaan sanksi.
b. Keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi pelaksanaan RTR yang telah ditetapkan.
c. pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam hal menemukan dugaan penyim-pangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
d. pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang terhadap pembangunan yang dianggap tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
Berupa B
ENTU
K P
ERA
N M
ASY
AR
AK
AT
21
TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG
PERAN MASYARAKAT
• Menteri / Pimpinan Lembaga Pemerintah non-kementerian terkait penataan ruang;
• Gubernur;
• Bupati/Walikota.
Bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dengan menghormati norma, agama, kesusilaan dan kesopanan.
Dilakukan
LANGSUNG
TERTULIS
Disampaikan Kepada
22
TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG
PERENCANAAN
TATA RUANG
PEMANFAATAN
RUANG
PENGENDALIAN
PEMANFAATAN
RUANG
TATA
CA
RA
PER
AN
MA
SYA
RA
KA
T
dengan cara :
a. Menyampaikan masukan mengenai arah pengembangan, potensi dan masalah, rumusan konsepsi / rancangan RTR melalui media komunikasi dan/atau forum pertemuan.
b. Kerjasama dalam perencanaan tata ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
23
TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG
PERENCANAAN
TATA RUANG
PEMANFAATAN
RUANG
PENGENDALIAN
PEMANFAATAN
RUANG
TATA
CA
RA
PER
AN
MA
SYA
RA
KA
T
dengan cara :
a. Menyampaikan masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang melalui media komunikasi dan/atau forum pertemuan.
b. Kerjasama dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Pemanfaatan ruang sesuai dengan RTR yang telah ditetapkan.
d. Penataan terhadap izin pemanfaatan ruang.
24
TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG
PERENCANAAN
TATA RUANG
PEMANFAATAN
RUANG
PENGENDALIAN
PEMANFAATAN
RUANG
TATA
CA
RA
PER
AN
MA
SYA
RA
KA
T
a. Menyampaikan masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi kepada pejabar yang berwenang.
b. Memantau dan mengawasi pelaksanaan RTR.
c. Melaporkan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam hal menemukan dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan ruang yang melanggar RTR yang telah ditetapkan.
d. Mengajukan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang terhadap pembangunan yang tidak sesuai dengan RTR. dengan cara :
25
PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR (berdasarkan UU No. 27 Tahun 2007)
Asas Peran Serta Masyarakat dimaksudkan:
• agar masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil
mempunyai peran dalam perencanaan, pelaksanaan,
sampai tahap pengawasan dan pengendalian.
• memiliki informasi yang terbuka untuk mengetahui
kebijaksanaan pemerintah dan mempunyai akses yang
cukup untuk memanfaatkan sumber daya pesisir dan
pulau-pulau kecil.
• menjamin adanya representasi suara masyarakat
dalam keputusan tersebut.
• memanfaatkan sumber daya tersebut secara adil.
Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil berasaskan:
• keberlanjutan
• konsistensi
• keterpaduan
• kepastian hukum
• kemitraan
• pemerataan
• peran serta masyarakat
• keterbukaan
• desentralisasi
• akuntabilitas
• keadilan
27
28
HAK, KEWAJIBAN, & PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR (berdasarkan UU No. 27 Tahun 2007)
HAK
• memperoleh akses terhadap perairan
yang telah ditetapkan Hak
Pengusahaan Perairan Pesisir (HP-3)
• memperoleh kompensasi karena
hilangnya akses terhadap sumber daya
pesisir dan pulau-pulau kecil yang
menjadi lapangan kerja untuk
memenuhi kebutuhan akibat
pemberian HP-3.
• melakukan kegiatan pengelolaan
berdasarkan hukum adat yang berlaku.
• memperoleh manfaat atas
pelaksanaan pengelolaan wilayah &
pulau-pulau kecil.
• memperoleh informasi.
• mengajukan laporan dan pengaduan
atas kerugian yang menimpanya.
• menyatakan keberatan terhadap
rencana pengeolaan yang sudah
diumumkan.
• melaporkan kepada penegak hukum
atas pencemaran / perusakan yang
terjadi.
• mengajukan gugatan kepada
pengadilan
• memperoleh ganti kerugian.
KEWAJIBAN
• memberikan informasi.
• menjaga, melindungi, & memelihara
kelestarian wilayah.
• menyampaikan laporan terjadinya
bahaya, pencemaran, dan/atau
perusakan lingkungan.
• memantau pelaksanaan rencana
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil.
• melaksanakan program pengelolaan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
PERAN SERTA
MASYARAKAT
• masyarakat mempunyai kesempatan
yang sama untuk berperan serta dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan terhadap Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
• ketentuan lebih lanjut mengenai peran
serta masyarakat diatur dalam
Peraturan Menteri.
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
Dalam upaya pemberdayaan
masyarakat, Pemerintah dan pemda
mewujudkan, menumbuhkan, &
meningkatkan kesadaran dan tanggung
jawab dalam:
• pengambilan keputusan.
• pelaksanaan pengelolaan.
• kemitraan antara masyarakat, dunia
usaha, dan Pemerintah/pemda.
• pengembangan dan penerapan
kebijakan nasional di bidang
lingkungan hidup.
• pengembangan dan penerapan upaya
preventif dan proaktif untuk penurunan
daya dukung dan daya tampung
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
• pemanfaatan dan pengembangan
teknologi yang ramah lingkungan.
• penyediaan dan penyebarluasan
informasi lingkungan.
• pemberian penghargaan kepada orang
yang berjasa di bidang pengelolaan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
28
PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG WILAYAH PESISIR
Ikut terlibat dalam penyusunan dokumen perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil:
o Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RSWP3K)
o Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) merupakan arahan
pemanfaatan sumber daya di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang diserasikan,
diselaraskan, dan diseimbangkan dengan RTRW provinsi/kabupaten/kota; dilakukan dengan
pertimbangan keserasian, keselarasan, keseimbangan dengan daya dukung ekosistem, fungsi
perlindungan lingkungan, keterpaduan antara aspek ekonomi-hankam-sosbud-teknologi; dan
pengalokasian ruang & akses masyarakat adat dan lokal yang bermukim di wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil.
o Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RPWP3K)
o Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RAPWP3K)
Ikut terlibat dalam penyebarluasan konsep untuk masukan, tanggapan, dan saran perbaikan.
30
CONTOH PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG WILAYAH PESISIR
Contoh peran masyarakat dalam penataan ruang dan pengelolaan wilayah pesisir
dan pulau-pulau kecil yang didorong oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan
pembentukan Daerah Perlindungan Laut (DPL) melalui program rehabilitasi dan
pengelolaan terumbu karang (COREMAP).
Pembentukan DPL melibatkan masyarakat dalam melakukan penetapan peruntukan
ruang pesisir serta alokasi kegiatan pemanfaatannya.
Alasan pelibatan masyarakat: masyarakat setempat lebih mengetahui karakteristik,
keunikan, ancaman bencana, dan pengelolaan ekosistem pesisir yang berbasis
kearifan lokal, serta nantinya akan menerima dampak langsung berbagai kegiatan
pengelolaan wilayah pesisir.
Program tersebut dilaksanakan dengan pola pengelolaan bersama (ko-manajemen)
yang mensinergiskan masyarakat, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya
dengan mengedepankan asas kemitraan.
31
• Penyusunan RDTR dan peraturan zonasi berbasis komunitas di kawasan pesisir utara Jakarta (lokasi: Kec. Penjaringan dan Tanjung Priuk).
• Hasil Kerjasama antara Pemda DKI Jakarta, IAP (Ikatan Ahli Perencana) dan START (Global Change System for Analysis Research and Training) melalui kegiatan Planning Integrated Coastal Adaptation Strategies (PICAS).
Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Tata Ruang Pesisir
Tahapan kegiatan:
• Tahap 1: Community Drawing (Mapping) Memetakan kondisi eksisting wilayah bersama dengan masyarakat:
- Masalah yang terjadi, misal: banjir
- Dampak-dampak yang ditimbulkan
- Upaya adaptasi yang telah dilakukan baik dalam skala rumah tangga maupun skala lingkungan
• Tahap 2: Gagasan/Konsep Merumuskan gagasan/konsep penataan ruang berdasarkan persepsi masyarakat.
• Tahap 3: Rencana Aksi Merumuskan rencana aksi terhadap gagasan/konsep penataan ruang yang telah dirumuskan bersama masyarakat setempat
• Tahap 4: Zonasi dan Perancangan Merumuskan hasil (akhir) rencana detil tata ruang bersama masyarakat:
- Rencana pusat-pusat lingkungan
- Limit of growth & sub-centers
- Rencana jaringan infrastruktur
- dll
1
33
Tahap 1: Community Drawing: Mapping Masyarakat menggunakan peta dasar, menggambarkan kondisi-kondisi eksisting, seperti sebaran lokasi genangan, lokasi dampak-dampak banjir (kerusakan lingkungan, sarana dan prasarana,genangan sampah, penyakit), yang pada intinya memetakan ke dalam gambar apa yang mereka alami...
34
Tahap 2: Community Drawing: Gagasan/Konsep
• Masyarakat dibebaskan memberikan masukan konsep penataan ruang seperti apa yang diperlukan • Hasilnya menjadi input dalam perumusan rencana detail dan perancangan kawasan
35
Tahap 3: Rencana Aksi
Masyarakat diminta memberikan masukan terhadap konsep rencana detail dan
perancangan kawasan... 36
Tahap 4: Rencana Zonasi dan Perancangan
Pendalaman terhadap hasil rumusan rencana aksi bersama masyarakat dituangkan ke dalam rencana detil tata ruang dan perancangan kawasan.
37
PERSPEKTIF PENATAAN RUANG UNTUK PENGEMBANGAN KOTA-KOTA PESISIR
PERENCANAAN RUANG
PEMANFAATAN RUANG
PENGENDALIAN PEMANFAATAN
RUANG
• Tidak ada rencana tata ruang di luar RTRW guna menghindari multiplikasi rencana yang dapat berakibat pada ketidakpastian hukum dan membebani daerah
• Perlu diatur dalam RDTR dan PZ yang merupakan pendalaman dari RTRW
PROGRAM & BUDGETING
Penyusunan RPI2JM, dengan prioritas pembangunan infrastruktur sistem pelayanan primer pada kawasan strategis kota (minapolitan) atau orientasi pembangunan water front city
PERATURAN ZONASI • Collective property right • Common pool resources
RTRW SEBAGAI MATRA SPASIAL UNTUK PENGEMBANGAN PESISIR
PERIJINAN • pemanfaatan diperbolehkan/diizinkan (I) • Pemanfaatan Bersyarat secaraTerbatas (T) • Pemanfaatan Bersyarat Tertentu (B) • Pemanfaatan yang tidak diperbolehkan (X)
INSENTIF & DISINSENTIF • Insentif mendorong promoted area
yang sejalan dgn RTR • Disinsentif membatasi pertumbuhan
kegiatan yang tidak sejalan dengan RTR
PENGENAAN SANKSI • Sanksi Administrasi • Sanksi Pidana
39
• Secara yuridis, filosofis, dan sosiologis, pelibatan masyarakat dalam penataan ruang wilayah pesisir sangat memungkinkan.
• Perencanaan tata ruang kawasan pesisir yang berbasis masyarakat dapat menghasilkan rencana tata ruang yang bersifat bottom-up, sehingga hasilnya dapat lebih diterima dan diimplementasikan oleh masyarakat karena mengakomodasi kearifan lokal yang mereka miliki
• Pelibatan masyarakat dalam penataan ruang wilayah pesisir dapat meningkatkan kapasitas adaptif masyarakat terhadap isu dan tantangan pembangunan wilayah pesisir secara kolektif dan terencana, tidak lagi adaptasi individual, namun tetap didasarkan pada adaptasi yang sudah ada saat ini.
• Perwujudan Kota Hijau untuk Kota Pesisir yang lebih ramah air, layak huni dan berkelanjutan dapat menjadi upaya untuk pelibatan masyarakat dalam pemanafaatan ruang wilayah pesisir secara terpadu dan kreatif
KESIMPULAN
40