Kebijakan Belanja Pemerintah Berdasarkan RAPBN 2016

download Kebijakan Belanja Pemerintah Berdasarkan RAPBN 2016

of 52

Transcript of Kebijakan Belanja Pemerintah Berdasarkan RAPBN 2016

  • 8/18/2019 Kebijakan Belanja Pemerintah Berdasarkan RAPBN 2016

    1/52

      Seminar Keuangan

    Publik

    Kebijakan Belanja Pemerintah

    Indonesia Sesuai Nota Keuangan

    RAPBN 2016

    Christian Candrahadi Sandyputra (09)

    Dimas Gita Firmansyah (12)

    Dio Koes Brilianto (13)

    Kadek Pasek Parwata (21)

    Moh. Ilham Santoso (23)

    Pradhika Yudha Dharma (33)Tri Aryani Setyawati (37)

  • 8/18/2019 Kebijakan Belanja Pemerintah Berdasarkan RAPBN 2016

    2/52

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Belanja, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah uang yang dikeluarkan untuk suatu

    keperluan; ongkos; biaya . Pada dasarnya Istilah belanja pada umumnya hanya digunakan di sektor

    publik. Belanja di sektor publik terkait dengan penganggaran, yaitu menunjukkan jumlah uang yang

    telah dikeluarkan selama satu tahun anggaran. Belanja pemerintah dibagi menjadi dua kategori utama

    yaitu Belanja Negara dalam hal ini adalah pemerintah pusat dan Belanja Daerah.  Sesuai Undang-Undang

    Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara Pasal 1 ayat (5), belanja negara adalah kewajiban

    pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang kekayaan bersih. Sama halnya dengan Belanja Negara,

    Belanja Daerah merupakan kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang kekayaan

    bersih.

    Belanja pemerintah digunakan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan. Dalam menggunaan

    belanja, tentunya pemerintah harus tetap mengacu kepada APBN/APBD yang telah dibuat dan disetujui

    sebagai dasar pelaksanaan kegiatan pemerintah. Belanja yang dilaksanakan oleh pemerintah juga harus

    sejalan dengan visi misi yang ingin dicapai oleh pemerintah. Visi misi tersebut dicanangkan dalam

    program pemerintahan presiden yang nantinya diturunkan kedalam rencana strategis yang selanjutnya

    akan dibagi-bagi menurut fungsi masing-masing. Sesuai Pasal 11 ayat (5) Undang-Undang Nomor 17

    Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa belanja pemerintah baik negara maupun daerah terdiri dari

    belanja negara menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja.

    Belanja pemerintah sudah ditentukan proporsi untuk setiap anggaran belanja berdasarkan rencana

    kegiatan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah. Rencana kegiatan tersebut tentunya sudah

    mencerminkan arah kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dari arah kebijakan

    tersebut, bisa dilihat keseriusan pemerintah dalam menjalankan pemerintahannya.

    Secara umum, kebijakan belanja pemerintah pada tahun 2016 ini dipecah menjadi sembilan pokok-

    pokok kebijakan. Pertama, mempertahankan tingkat kesejahteraan aparatur pemerintah dengan

    memerhatikan tingkat inflasi untuk memacu produktivitas dan peningkatan pelayanan publik, melalui

    pemberian tunjangan hari raya sebesar gaji pokok bagi PNS/TNI/Polri dan sebesar 50 persen pensiun

    pokok bagi para pensiunan. Kedua, mendukung pelaksanaan berbagai program dan sasaran

    pembangunan, antara lain di bidang: (1) pendidikan, kesehatan, dan penyediaan perumahan (dimensi

    pembangunan manusia); (2) kedaulatan pangan, kedaulatan energi dan ketenagalistrikan, kemaritiman,

    serta pariwisata dan industri (dimensi pembangunan sektor unggulan); (3) pemerataan danpengurangan kesenjangan baik antarkelas pendapatan dan antarwilayah. Ketiga, memperkuat kepastian

    dan penegakan hukum, stabilitas pertahanan dan keamanan, politik dan demokrasi. Keempat ,

    melanjutkan kebijakan efisiensi subsidi yang tepat sasaran dan penajaman/perluasan program kredit

    usaha rakyat; Kelima, melanjutkan dan memperkuat pembangunan infrastruktur untuk memperbaiki

    kualitas pembangunan. Keenam, meningkatkan efektivitas pelayanan serta keberlanjutan program SJSN

    di bidang kesehatan (baik dari sisi demand maupun supply) dan ketenagakerjaan. Ketujuh,

    menyelaraskan upaya desentralisasi fiskal dengan mengalihkan sebagian belanja K/L (termasuk dana

    dekonsentrasi/ tugas pembantuan) ke dana alokasi khusus (DAK). Kedelapan, mendukung upaya

    pemenuhan anggaran kesehatan sebesar 5 persen dari belanja negara. Kesembilan, menyediakan

    dukungan bagi pelaksanaan Program Sejuta Rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

    Berdasarkan isu-isu strategis dan kebijakan umum tersebut di atas, maka alokasi anggaran belanja

    pemerintah pusat dalam RAPBN tahun 2016 direncanakan sebesar Rp1.339.084,4 miliar (10,5 persen

  • 8/18/2019 Kebijakan Belanja Pemerintah Berdasarkan RAPBN 2016

    3/52

    dari PDB). Alokasi anggaran belanja pemerintah pusat dalam RAPBN tahun 2016 tersebut akan

    digunakan terutama untuk mendukung pendanaan berbagai program pembangunan, baik yang

    dilaksanakan oleh K/L sesuai tugas dan fungsinya, maupun program-program yang bersifat lintas

    sektoral atau yang dialokasikan melalui Kementerian Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (non

    K/L), sesuai dengan program-program pembangunan yang ditetapkan dalam RKP tahun 2016.

    Dengan telah ditetapkannya APBN tahun 2016, maka pemerintah bisa dianggap sudah menetapkan

    komitmen dalam penyelenggaraan pemerintahannya. Pemerintah diharapkan dapat melaksanakannya

    dengan baik agar tujuan luhur negara dapat tercapai. 

  • 8/18/2019 Kebijakan Belanja Pemerintah Berdasarkan RAPBN 2016

    4/52

    BAB II

    BELANJA MENURUT FUNGSI

    A. 

    PengertianBerdasarkan PSAP 02 klasifikasi belanja menurut fungsi adalah klasifikasi yang didasarkan

    pada fungsi-fungsi utama pemerintah pusat/daerah dalam memberikan pelayanan kepada

    masyarakat.

    Contoh klasifikasi belanja menurut fungsi adalah sebagai berikut:

    a)  Pelayanan Umum

    b)  Pertahanan

    c)  Ketertiban dan Keamanan

    d)  Ekonomi

    e)  Perlindungan Lingkungan Hidup

    f) 

    Perumahan dan Permukimang)  Kesehatan

    h)  Pariwisata dan Budaya

    i)  Agama

     j)  Pendidikan

    k)  Perlindungan sosial

    B.  Penerapannya pada RAPBN 2016

    Pada RAPBN 2016 alokasi anggaran belanja Pemerintah Pusat menurut klasifikasi fungsi di

    rinci sebagai berikut :

    Tabel 2.1. Tabel Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi : 2015-2016

    NO. FNGSI

    2015 2016

    APBNP% t h d

    BPPRAPBN

    % t h d

    BPP

    1 Pelayanan Umum 695.286,3 52,7% 764.030,4 57,1%

    2 Pertahanan 102.278,6 7,8% 95.811,2 7,2%

    3 Ketertiban dan Keamanan 54.681,0 4,1% 56.852,0 4,2%

    4 Ekonomi 216.290,6 16,4% 189.490,3 14,2%

    5 Lingkungan Hidup 11.728,1 0,9% 13.205,2 1,0%

    6 Perumahan dan Fasilitas Umum 25.587,2 1,9% 23.098,1 1,7%

    7 Kesehatan 24.208,5 1,8% 18.685,3 1,4%

    8 Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 3.765,5 0,3% 7.878,4 0,6%

    9 Agama 6.920,5 0,5% 7.682,2 0,6%

    10 Pendidikan 156.186,9 11,8% 146.127,5 10,9%

    11 Perlindungan Sosial 22.615,8 1,7% 16.223,8 1,2%

    T O T A L 1.319.549,0 100,0% 1.339.084,4 100,0%

    (Sumber : Nota Keuangan RAPBN 2016)

  • 8/18/2019 Kebijakan Belanja Pemerintah Berdasarkan RAPBN 2016

    5/52

     

    Bagan 2.1. Komposisi Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi 2015

    Bagan 2.2. Komposisi Belanja Pemerintah Pusat Menurut Fungsi 2016

    Dalam RAPBN tahun 2016, alokasi anggaran belanja pemerintah pusat tersebut masihdidominasi oleh fungsi pelayanan umum, yaitu sebesar 57,1 persen dari total anggaran belanja

    pemerintah pusat, sedangkan sebesar 42,9 persen tersebar pada fungsi-fungsi lainnya. Relatif

    52.7%

    7.8%4.1%

    16.4%

    0.9%

    1.9%1.8%

    0.3%

    0.5%

    11.8%

    1.7%

    APBN 2015

    Pelayanan Umum Pertahanan

    Ketertiban dan Keamanan Ekonomi

    Lingkungan Hidup Perumahan dan Fasilitas Umum

    Kesehatan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif  

    Agama Pendidikan

    Perlindungan Sosial

    57.1%

    7.2%

    4.2%

    14.2%

    1.0%

    1.7%

    1.4%

    0.6%0.6%

    10.9%

    1.2%

    RAPBN 2016

    Pelayanan Umum Pertahanan

    Ketertiban dan Keamanan Ekonomi

    Lingkungan Hidup Perumahan dan Fasilitas Umum

    Kesehatan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif  

    Agama Pendidikan

    Perlindungan Sosial

  • 8/18/2019 Kebijakan Belanja Pemerintah Berdasarkan RAPBN 2016

    6/52

  • 8/18/2019 Kebijakan Belanja Pemerintah Berdasarkan RAPBN 2016

    7/52

    konsisten, mendorong inovasi pelayanan publik, peningkatan partisipasi masyarakat

    dalam pelayanan publik, serta penguatan kapasitas dan efektivitas pengelolaan

    pengawasan pelayanan publik;

    (8)  menjaga jumlah PNS untuk tetap mengacu pada prinsip zero growth dan berbasis

    kompetensi, dengan tetap memerhatikan prioritas kebutuhan tenaga pendidik dan tenaga

    kesehatan;

    (9) 

    melanjutkan program JKN melalui pengalokasian anggaran untuk iuran bagi peserta PBI,dan iuran pemerintah sebagai pemberi kerja bagi aparatur sipil negara dan TNI/Polri;

    (10) peningkatan pengelolaan subsidi agar lebih tepat sasaran dengan melakukan peningkatan

    pengawasan dengan penggunaan teknologi informasi atau teknologi lainnya yang sesuai

    dan tepat guna, penegakan hukum atas penyelundupan BBM bersubsidi, perubahan

    mekanisme penentuan target sasaran penerima BBM bersubsidi, dan penyediaan subsidi

    bunga kredit program untuk memberikan kemudahan bagi petani dalam mengakses

    pembiayaan di lembaga- lembaga perbankan.

    Secara umum sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2016 melalui alokasi anggaran

    pada fungsi pelayanan umum, antara lain:

    (1)  meningkatnya sistem informasi pelayanan publik dan inovasi yang terintegrasi;

    (2)  meningkatnya efektivitas pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi reformasi birokrasi,

    akuntabilitas aparatur negara dan pengawasan wilayah di pusat dan daerah;

    (3)  meningkatnya kualitas aparatur negara berlandaskan Iptek dan implementasi hasil

    penelitian pada program pemerintah;

    (4)  penyaluran subsidi dengan lebih transparan dan akuntabel; dan

    (5)  meningkatnya masyarakat miskin dan tidak mampu yang terdaftar sebagai peserta PBI

    Jaminan Kesehatan Nasional sebanyak 92,4 juta jiwa.

    2.  Fungsi Pertahanan

    Alokasi anggaran pada fungsi pertahanan berkaitan dengan upaya pemerintah untuk

    meningkatkan kemampuan pertahanan negara dalam upaya melindungi segenap bangsa dan

    seluruh tumpah darah Indonesia. Dalam RAPBN tahun 2016, anggaran pada fungsi

    pertahanan direncanakan sebesar Rp95.811,2 miliar, menunjukkan penurunan sebesar 6,3

    persen jika dibandingkan dengan alokasinya dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp102.278,6

    miliar.

    Arah kebijakan dan langkah-langkah yang ditempuh Pemerintah dalam rangka

    melaksanakan fungsi pertahanan pada tahun 2016 antara lain:

    (1)  mendukung pemenuhan dan pengadaan alutsista dengan didukung pembiayaan dari

    dalam dan luar negeri, dengan prioritas pembiayaan dalam negeri;(2)  meningkatkan upaya pemeliharaan dan perawatan alutsista;

    (3)  meningkatkan kontribusi industri pertahanan bagi alutsista TNI;

    (4)  penguatan keamanan laut dan daerah perbatasan;

    (5)  penguatan intelijen dan peningkatan fasilitas yang memadai.

    Sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2016 melalui alokasi anggaran pada fungsi

    pertahanan, antara lain:

    (1)  meningkatnya kontribusi industri pertahanan dalam negeri terhadap pemenuhan

    minimum essential force (MEF) yang dapat mencapai 14 persen;

    (2)  meningkatnya kesejahteraan prajurit melalui pembangunan perumahan dinas dan

    peningkatan kesiapan TNI dengan penyelenggaraan 5 latihan gabungan, 543 latihan danpenataran matra darat, 22 latihan operasi matra laut, 30 latihan operasi matra udara;

  • 8/18/2019 Kebijakan Belanja Pemerintah Berdasarkan RAPBN 2016

    8/52

    (3)  penguatan keamanan laut dan daerah perbatasan dengan pengadaan 1 kapal patroli baru

    serta peralatan pendukung, pengadaan 1 paket peralatan surveillance, dan pembangunan

    pos pengamanan perbatasan darat baru.

    3.  Fungsi Ketertiban dan Keamanan

    Alokasi anggaran pada fungsi ketertiban dan keamanan mencerminkan besaran

    anggaran yang dialokasikan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang

    ketertiban dan keamanan. Alokasi anggaran belanja pemerintah pusat pada fungsi ketertiban

    dan keamanan dalam RAPBN tahun 2016 direncanakan sebesar Rp56.852,0 miliar, yang

    menunjukkan peningkatan sebesar 4,0 persen jika dibandingkan dengan alokasinya dalam

    APBNP tahun 2015 sebesar Rp54.681,0 miliar.

    Arah kebijakan dan langkah-langkah yang ditempuh Pemerintah dalam rangka

    melaksanakan fungsi ketertiban dan keamanan pada tahun 2016 antara lain:

    (1)  peningkatan pelayanan keamanan pada masyarakat;

    (2)  peningkatan profesionalisme Polri;

    (3) 

    penguatan intelijen;(4)  peningkatan peralatan dan fasilitas kepolisian; dan

    (5)  penguatan pencegahan dan penanggulangan narkoba.

    Sasaran pembangunan yang ingin dicapai melalui alokasi anggaran untuk fungsi

    ketertiban dan keamanan pada tahun 2016 tersebut, diantaranya:

    (1)  meningkatnya profesionalisme Polri pada aspek pelayanan publik melalui perbaikan

    kualitas dan peningkatan operasi kepolisian yang menjadi prioritas kebutuhan

    masyarakat sebesar 45 persen, penempatan 1 (satu) bhabinkantibmas di setiap

    desa/kelurahan secara bertahap, pelaksanaan 150 kegiatan penyuluhan hukum kepada

    masyarakat;

    (2) 

    menguatnya koordinasi intelijen dengan membentuk 7 organisasi komunitas intelijen

    yang memanfaatkan data sharing, penambahan 1 infrastruktur jaringan analisis sinyal

    (JAS) baru;

    (3)  meningkatkan kapasitas rehabilitasi penyalahgunaan narkoba, terkendalikannya laju

    prevalensi penyalahgunaan narkoba hingga angka 0,05 persen;

    (4)  meningkatnya efektivitas sistem keamanan nasional melalui perbaikan kualitas dan

     jumlah policy brief yang dihasilkan sistem informasi Wantannas.

    4.  Fungsi Ekonomi

    Alokasi anggaran pada fungsi ekonomi dalam RAPBN tahun 2016 direncanakan sebesarRp189.490,3 miliar, menunjukkan penurunan sebesar 12,4 persen apabila dibandingkan

    dengan alokasinya dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp216.290,6 miliar.

    Selanjutnya, arah kebijakan dan langkah-langkah yang akan ditempuh Pemerintah

    dalam rangka melaksanakan fungsi ekonomi pada tahun 2016 antara lain:

    (1)  pembangunan sarana dan prasarana penghubung menuju dan antarkoridor ekonomi dan

    kawasan-kawasan pertumbuhan ekonomi dalam bentuk pembangunan bandara perintis,

    pelabuhan, dan jaringan jalan tol;

    (2)  melanjutkan pengembangan moda angkutan laut, kereta api, dan angkutan

    penyeberangan sistem logistik nasional melalui pengembangan jaringan kereta api di

    pulau besar, dan pembangunan tol laut;(3)  penguatan kelembagaan usaha dan koperasi, kemitraan usaha berbasis rantai nilai (value

    change), revitalisasi dan modernisasi koperasi;

  • 8/18/2019 Kebijakan Belanja Pemerintah Berdasarkan RAPBN 2016

    9/52

    (4)  mendukung program ketahanan pangan dan energi nasional;

    (5)  peningkatan cadangan pasokan energi primer dan bahan bakar, serta energi baru dan

    terbarukan (EBT);

    (6)  peningkatan produksi padi dan sumberpangan protein;

    (7)  pemberantasan illegal, unreported, and unregulated (IUU) fishing.

    Sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2016 melalui alokasi anggaran fungsi ekonomi

    diantaranya yaitu:

    (1)  meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi dan keterpaduan sistem

    transportasi multimoda dan antarmoda (dilihat dari indikatornya yaitu dikembangkannya

     jalan nasional; terbangunnya jalan baru; terbangunnya jalur KA; terbangunnya dermaga

    sungai dan danau, serta meningkatnya kapasitas pelabuhan utama pendukung tol laut

    sebanyak 24 pelabuhan strategis);

    (2)  meningkatnya kinerja pelayanan dan industri transportasi nasional untuk mendukung

    konektivitas nasional, Sistem Logistik Nasional (Sislognas) dan konektivitas global, salah

    satunya dapat dilihat dari meningkatnya jumlah armada pelayaran nasional berumur

    maksimal 25 tahun sebesar 10 persen;(3)  perkuatan ketahanan pangan dan ketahanan air untuk kedaulatan pangan nasional,

    antara lain dilihat dari indikatornya yaitu meningkatnya produksi bahan pokok antara lain

    padi, jagung, dan kedelai;

    (4)  terlaksananya pembangungan/peningkatan daerah irigasi baru dan percepatan

    rehabilitasi jaringan irigasi untuk mendukung kedaulatan pangan, dilihat dari indikatornya

    antara lain yaitu pembangunan/peningkatan layanan jaringan irigasi dan rehabilitasi

     jaringan irigasi;

    (5)  perkuatan kedaulatan energi melalui peningkatan produksi sumber daya energi (minyak

    bumi, gas bumi, dan batubara);

    (6) 

    meningkatnya pelayanan ketenagalistrikan melalui peningkatan rasio elektrifikasi sebesar

    90,15 persen; penambahan kapasitas pembangkit dan konsumsi listrik perkapita menjadi

    sebesar 985 kWh.

    5.  Fungsi Lingkungan Hidup

    Alokasi anggaran pada fungsi lingkungan hidup dalam RAPBN tahun 2016 sebesar

    Rp13.205,2 miliar, menunjukkan peningkatan sebesar 12,6 persen jika dibandingkan dengan

    alokasinya dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp11.728,1 miliar. Dengan peningkatan alokasi

    anggaran tersebut, bidang SDA dan lingkungan hidup diharapkan mampu menjadi tulang

    punggung untuk meningkatkan daya saing ekonomi berbasis SDA dan lingkungan hidup,penghasil devisa, dan penghidupan masyarakat luas.

    Selanjutnya, sejalan dengan RPJMN, arah kebijakan dan strategi yang akan dilaksanakan

    antara lain sebagai berikut:

    (1)  penyempurnaan metodologi dan parameter perhitungan Indeks Kualitas Lingkungan

    Hidup (IKLH), agar lebih mencerminkan kondisi lingkungan hidup yang terjadi;

    (2)  pemantauan kualitas lingkungan (air, udara, dan lahan) perlu ditingkatkan sebagai dasar

    untuk mendapatkan data dan informasi lingkungan hidup;

    (3)  upaya pengendalian pencemaran (air, udara, dan lahan) yang berupa pencegahan

    timbulnya limbah/sampah dan pemulihan akibat pencemaran, serta pengendalian

    kerusakan lingkungan masih perlu terus diperkuat;(4)  perlunya penguatan kapasitas pengelolaan lingkungan hidup kelembagaan dan SDM

    lingkungan hidup daerah, penguatan penegakan hukum lingkungan, dan penyelesaian

  • 8/18/2019 Kebijakan Belanja Pemerintah Berdasarkan RAPBN 2016

    10/52

    peraturan operasional turunan dari Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang

    Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH);

    (5)  kemudahan akses untuk pengembangan ketersediaan informasi mengenai nilai ekonomi

    KEHATI, pemanfaatan KEHATI dan jasa lingkungan serta dalam rangka pengentasan

    kemiskinan sekitar kawasan hutan perlu diupayakan pemberian akses kepada masyarakat

    untuk memanfaatkan kawasan hutan melalui pola Hutan Kemasyarakatan (HKm) dan

    Hutan Desa (HD).

    Sasaran yang ingin dicapai antara lain sebagai berikut:

    (1)  peningkatan diversifikasi produk sehingga sumber daya hutan dapat dioptimalkan sebagai

    penyedia bioenergi untuk mendukung penyediaan energi terbarukan, pangan untuk

    mendukung ketahanan pangan, tanaman biofarmaka untuk mendukung pengembangan

    industri obat-obatan, serta serat sebagai bahan baku industri biotekstil dan bioplastik;

    (2)  peningkatan hasil produksi hutan, dan mengfungsikan peran hutan sebagai penyangga

    kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah

    intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah, serta pengembangan jasa lingkungan;

    (3) 

    meningkatkan daya dukung DAS dengan cara pengelolaan DAS secara terpadu danmemerhatikan segenap keterkaitan ekologis (ecological linkages) serta keberlanjutan

    (sustainability) dalam pemanfaatannya;

    (4)  peningkatan potensi penerimaan devisa dari pemanfaatan keanekaragaman hayati

    mengingat luasnya kawasan hutan konservasi serta tingginya minat dunia usaha dalam

    melakukan usaha penangkaran dan pemanfaatan bioresources.

    6.  Fungsi Perumahan dan Fasilitas Umum

    Sebagai salah satu faktor pendorong peningkatan kualitas hidup manusia dan

    masyarakat Indonesia pada umumnya, Pemerintah memberikan perhatian khusus kepada

    sektor perumahan. Dalam RAPBN tahun 2016, anggaran yang dialokasikan pada fungsi

    perumahan dan fasilitas umum mencapai Rp23.098,1 miliar, yang berarti lebih rendah

    sebesar 9,7 persen jika dibandingkan dengan alokasi anggaran fungsi perumahan dan fasilitas

    umum dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp25.587,2 miliar. Lebih rendahnya alokasi tersebut

    antara lain disebabkan oleh perubahan skema pemenuhan Program Sejuta Rumah.

    Arah kebijakan penataan perumahan/permukiman dan fasilitas umum pada tahun 2016

    diarahkan untuk:

    (1)  peningkatan peran fasilitasi pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam

    meningkatkan kualitas rumah serta menyediakan hunian baru (sewa/milik) dengan

    dukungan pembiayaan berdasarkan sistem karir perumahan (housing career system);(2)  peningkatan tata kelola dan keterpaduan pemangku kepentingan pembangunan

    perumahan;

    (3)  peningkatan efektivitas dan efisiensi manajemen lahan dan hunian di perkotaan;

    (4)  pengembangan sistem karir perumahan yang disertai dengan industrialisasi perumahan;

    (5)  pemanfaatan teknologi dan bahan bangunan yang aman dan murah;

    (6)  penyediaan layanan air minum dan sanitasi layak yang terintegrasi dengan perumahan;

    (7)  peningkatan keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya

    terhadap lingkungan;

    (8)  menjamin ketahanan sumber daya air domestik melalui optimalisasi neraca air domestik

    dan peningkatan layanan sanitasi, menyediakan infrastruktur produktif melalui penerapanmanajemen aset baik pada tahapan perencanaan, penganggaran, dan investasi, serta

    meningkatkan sinergi pembangunan air minum dan sanitasi. Di samping itu, terdapat arah

  • 8/18/2019 Kebijakan Belanja Pemerintah Berdasarkan RAPBN 2016

    11/52

    kebijakan lain dalam fungsi perumahan dan fasilitas umum yang akan dilaksanakan dalam

    tahun 2016, yaitu antara lain:

    a)  melanjutkan program fasilitas perumahan sesuai dengan kebutuhan bagi anggota TNI

    dan Polri;

    b)  pengembangan perumahan dan kawasan permukiman, terutama di daerah urban.

    Adapun sasaran pembangunan yang ingin dicapai dari fungsi perumahan dan fasilitas

    umum pada tahun 2016 adalah:

    (1)  peningkatan akses masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) termasuk pekerja/buruh

    terhadap hunian yang layak dengan membangun rumah susun yang dilengkapi dengan

    prasarana, sarana, dan utilitas (PSU) pendukungnya;

    (2)  peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan sebagai bagian dari pengurangan

    kondisi kumuh di perkotaan;

    (3)  meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya

    terhadap lingkungan;

    (4)  terbangunnya rumah khusus di daerah pasca bencana/konflik, maritim dan perbatasan

    negara;(5)  terwujudnya keswadayaan masyarakat untuk peningkatan kualitas dan pembangunan

    rumah/hunian yang layak dan terjangkau dalam lingkungan yang aman, sehat, teratur dan

    serasi;

    (6)  meningkatkan akses terhadap layanan air minum dan sanitasi yang layak dan

    berkelanjutan;

    (7)  mengurangi angka backlog perumahan menjadi 6,5 juta rumah tangga.

    Dalam rangka mencapai sasaran tersebut, strategi yang akan ditempuh antara lain

    meliputi:

    (1)  penyusunan dokumen perencanaan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman

    baik di tingkat pusat maupun daerah;

    (2)  peningkatan keterlibatan setiap pemangku kepentingan dalam fasilitasi penyediaan

    hunian layak bagi MBR dan penanganan kumuh;

    (3)  pengembangan inovasi pembiayaan perumahan dalam meningkatkan kualitas hidup MBR;

    (4)  peningkatan keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk keserasiannya

    terhadap lingkungan;

    (5)  menjamin ketahanan air melalui peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku

    dalam pemanfaatan air minum dan sanitasi.

    7. 

    Fungsi KesehatanAlokasi anggaran pada fungsi kesehatan dalam RAPBN tahun 2016 direncanakan sebesar

    Rp18.685,3 miliar, menunjukkan penurunan sebesar 22,8 persen apabila dibandingkan dengan

    alokasinya dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp24.208,5 miliar. Alokasi anggaran fungsi

    kesehatan tersebut telah memenuhi amanat Undang-undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang

    Kesehatan yang mengatur bahwa alokasi anggaran kesehatan adalah sebesar 5 persen dari

    belanja negara.

    Selanjutnya, arah kebijakan dan langkah-langkah yang akan ditempuh Pemerintah dalam

    rangka melaksanakan fungsi kesehatan pada tahun 2016 difokuskan untuk mendukung upaya

    peningkatan layanan kesehatan antara lain melalui:

    (1) 

    meningkatkan akses dan kualitas continuum of care pelayanan kesehatan ibu, anak,remaja, dan lanjut usia;

    (2)  mempercepat dan meningkatkan akses dan mutu paket pelayanan gizi masyarakat;

  • 8/18/2019 Kebijakan Belanja Pemerintah Berdasarkan RAPBN 2016

    12/52

    (3)  meningkatkan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan melalui peningkatan

    surveilans epidemiologi faktor risiko dan penyakit;

    (4)  mengembangkan dan meningkatkan efektivitas pembiayaan kesehatan;

    (5)  peningkatan ketersediaan obat publik dan perbekalan kesehatan;

    (6)  mengendalikan kuantitas penduduk dengan meningkatkan akses dan kualitas pelayanan

    KB yang merata;

    (7)  memantapkan efektivitas pelaksanaan SJSN kesehatan, baik dari sisi demand side maupun

    supply side, termasuk pemenuhan kebutuhan dan kualitas pelayanan kesehatan tingkat

    pertama.

    Sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2016 melalui alokasi anggaran fungsi kesehatan

    diantaranya yaitu:

    (1)  meningkatnya cakupan jumlah peserta KB baru sebanyak 6,96 juta jiwa dan peserta KB

    aktif sebanyak 30,02 juta jiwa;

    (2)  meningkatnya tingkat persalinan ibu melahirkan di fasilitas pelayanan kesehatan sebesar

    77 persen;

    (3) 

    meningkatnya persentase anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkapsebesar 91,5 persen;

    (4)  meningkatnya tingkat pengendalian penyakit menular dan tidak menular;

    (5)  meningkatnya jumlah Puskesmas yang telah bekerjasama melalui Dinas Kesehatan dengan

    UTD dan RS sebanyak 1.600 Puskesmas;

    (6)  meningkatnya jumlah kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi

    akreditasi nasional sebanyak 190 kabupaten/kota;

    (7)  meningkatnya mutu sarana produksi dan distribusi obat tradisional dan suplemen

    kesehatan sesuai dengan good manufacturing practices (GMP) dan good distribution

    practices (GDP).

    8.  Fungsi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

    Dalam RAPBN tahun 2016, alokasi anggaran untuk fungsi pariwisata dan ekonomi kreatif

    direncanakan sebesar Rp7.878,4 miliar. Jumlah tersebut menunjukkan peningkatan sebesar

    109,2 persen jika dibandingkan dengan alokasinya pada APBNP tahun 2015 sebesar Rp3.765,5

    miliar.

    Arah kebijakan dan langkah-langkah yang ditempuh Pemerintah dalam rangka

    melaksanakan fungsi pariwisata dan ekonomi kreatif pada tahun 2016 antara lain:

    (1)  penguatan sinergitas dan keterpaduan pemasaran dan promosi lokasi destinasi pariwisata;

    (2) 

    peningkatan kualitas destinasi pariwisata (termasuk destinasi pariwisata baru);(3)  peningkatan dan pengembangan industri pariwisata;

    (4)  penguatan sumber daya dan teknologi ekonomi kreatif;

    (5)  penguatan industri kreatif;

    (6)  peningkatan akses pembiayaan bagi industri kreatif;

    (7)  peningkatan apresiasi dan akses pasar di dalam dan luar negeri bagi industri kreatif. Arah

    kebijakan tersebut diharapkan dapat mengoptimalkan pembangunan sektor pariwisata

    guna memberikan multiplier effect yang signifikan terhadap perkembangan

    perekonomian.

    Sasaran pembangunan yang ingin dicapai dari fungsi pariwisata dan ekonomi kreatif

    pada tahun 2016, diantaranya yaitu:(1)  tercapainya devisa di sektor pariwisata sebesar Rp172,8 triliun;

    (2)  tercapainya kontribusi bidang pariwisata terhadap PDB sebesar 5 persen;

  • 8/18/2019 Kebijakan Belanja Pemerintah Berdasarkan RAPBN 2016

    13/52

    (3)  tercapainya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sebesar 12 juta orang dan

    wisatawan Nusantara sebanyak 260 juta kunjungan;

    (4)  penambahan tenaga kerja dari sektor ekonomi kreatif dan menciptakan pertumbuhan

    orang kreatif menjadi start-up usaha baru.

    9. 

    Fungsi Agama

    Alokasi anggaran pada fungsi agama dalam RAPBN tahun 2016 direncanakan sebesar

    Rp7.682,2 miliar, menunjukkan peningkatan sebesar 11,0 persen apabila dibandingkan dengan

    alokasinya dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp6.920,5 miliar.

    Selanjutnya, arah kebijakan dan langkah-langkah yang akan ditempuh Pemerintah dalam

    rangka melaksanakan fungsi agama pada tahun 2016 antara lain:

    (1)  meningkatkan pemahaman, penghayatan, pengamalan, dan pengembangan nilai-nilai

    keagamaan;

    (2)  meningkatkan kerukunan umat beragama;

    (3)  meningkatkan pelayanan kehidupan beragama;

    (4) 

    meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah haji;(5)  meningkatkan tata kelola pembangunan bidang agama.

    Sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2016 melalui alokasi anggaran fungsi agama

    diantaranya yaitu:

    (1)  meningkatnya kualitas pemahaman dan pengamalan ajaran agama, kualitas pelayanan

    kehidupan beragama, serta harmoni sosial dan kerukunan hidup umat beragama;

    (2)  kualitas penyelenggaraan ibadah haji dan umrah yang transparan, efisien, dan akuntabel

    yang ditunjukkan dengan meningkatnya indeks kepuasan jemaah haji sebesar 84,0 persen

    pada tahun 2016.

    10. 

    Fungsi Pendidikan

    Dimensi pembangunan manusia yang salah satu prioritasnya adalah sektor pendidikan

    dengan melaksanakan Program Indonesia Pintar merupakan penjabaran dari cita kelima dan

    cita kedelapan dari Nawa Cita (Agenda Pembangunan Nasional-RPJMN 2015-2019).

    Pemerintah dalam RAPBN tahun 2016 mengalokasikan anggaran fungsi pendidikan sebesar

    Rp146.127,5 miliar atau 10,9 persen dari total belanja pemerintah pusat yang digunakan untuk

    mendukung pelaksanaan Program Indonesia Pintar tersebut.

    Alokasi anggaran fungsi pendidikan tersebut digunakan Pemerintah untuk menempuh

    kebijakan yang diarahkan pada:

    (1) 

    melaksanakan dan meningkatkan kualitas wajib belajar dua belas tahun yang merata;(2)  meningkatkan akses, kualitas, relevansi, dan daya saing pendidikan tinggi;

    (3)  meningkatkan profesionalisme dan pembenahan distribusi guru dan tenaga kependidikan

    serta jaminan hidup dan fasilitas pengembangan keilmuan dan karir bagi guru di daerah

    khusus;

    (4)  meningkatkan akses dan kualitas pendidikan anak usia dini (PAUD) dan pendidikan

    masyarakat;

    (5)  memantapkan pelaksanaan sistem pendidikan nasional

    (6)  meningkatkan efisiensi dan efektivitas manajemen pelayanan pendidikan;

    (7)  meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan (baik pendidikan umum maupun

    pendidikan agama) untuk mengurangi kesenjangan taraf pendidikan antarwilayah,antarjenis kelamin, dan antarkelompok sosial- ekonomi; dan

    (8)  memperluas dan meningkatkan pemerataan pendidikan menengah yang berkualitas.

  • 8/18/2019 Kebijakan Belanja Pemerintah Berdasarkan RAPBN 2016

    14/52

    Sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2016 melalui alokasi anggaran pada fungsi

    pendidikan yaitu meningkatnya taraf pendidikan penduduk, yang ditunjukkan dengan:

    (1)  meningkatnya angka partisipasi pendidikan yang ditunjukkan oleh meningkatnya:

    (a)  angka partisipasi PAUD;

    (b)  angka partisipasi kasar (APK) SD/MI dari 110,77 pada tahun2015 menjadi 111,14

    persen pada tahun 2016;

    (c)  APK SMP/MTs dari 102,80 pada tahun 2015 menjadi 104,47 persen pada tahun 2016;

    (d)  APK SMA/MA/SMK/Sederajat dari 82,42 pada tahun 2015 menjadi 85,51 persen pada

    tahun 2016;

    (e)  APK Pendidikan Tinggi dari 29,84 pada tahun 2015 menjadi 31,31 persen pada tahun

    2016;

    (2)  meningkatnya rata-rata lama sekolah penduduk usia diatas 15 tahun menjadi 8,5 tahun;

    (3)  meningkatnya rata-rata angka melek aksara penduduk usia di atas 15 tahun;

    (4)  meningkatnya Prodi Pendidikan Tinggi minimal terakreditasi B menjadi 58,8 persen;

    (5)  meningkatnya persentase sekolah yang berakreditasi minimal B masing-masing menjadi:

    (a) 

    SD/MI menjadi 76,5 persen;(b)  SMP/MTs menjadi 71,8 persen;

    (c)  SMA/MA menjadi 79,1 persen;

    (6)  meningkatnya persentase kompetensi keahlian SMK berakreditasi minimal B menjadi 56,6

    persen;

    (7)  menurunnya kesenjangan partisipasi pendidikan antarkelompok masyarakat antara lain

    ditunjukkan dengan tercapainya rasio APK antara 20 persen penduduk termiskin dan 20

    persen penduduk terkaya pada jenjang SMP/ MTs dan SMA/SMK/MA masing-masing

    menjadi 0,87 dan 0,58;

    (8)  meningkatnya jaminan hidup dan fasilitas pengembangan ilmu pengetahuan dan karir bagi

    guru yang ditugaskan di daerah khusus.

    11.  Fungsi Perlindungan Sosial

    Alokasi anggaran pada fungsi perlindungan sosial dalam RAPBN tahun 2016

    direncanakan sebesar Rp16.223,8 miliar, menunjukkan penurunan sebesar 28,3 persen apabila

    dibandingkan dengan alokasinya dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp22.615,8 miliar.

    Selanjutnya, arah kebijakan dan langkah-langkah yang akan ditempuh Pemerintah dalam

    rangka melaksanakan fungsi perlindungan sosial pada tahun 2016 antara lain:

    (1)  peningkatan akses semua anak terhadap pelayanan yang berkualitas dalam rangka

    mendukung tumbuh kembang dan kelangsungan hidup;(2)  peningkatan perlindungan anak dari kekerasan, eksploitasi, penelantaran, dan perlakuan

    salah lainnya;

    (3)  meningkatkan kualitas hidup dan peran perempuan di berbagai bidang pembangunan;

    (4)  meningkatkan perlindungan perempuan dari berbagai tindak kekerasan;

    (5)  peningkan efektivitas pengawasan terhadap pelaksanaan perlindungan anak;

    (6)  peningkatan pelayanan dasar bagi masyarakat miskin dan rentan;

    (7)  penyempurnaan dan pengembangan sistem perlindungan sosial yang komprehensif.

    Sasaran yang ingin dicapai dari pengalokasian anggaran pada fungsi perlindungan sosial

    pada tahun 2016 antara lain, yaitu:

    (1) 

    menurunnya tingkat kesenjangan antarkelompok masyarakat yang ditunjukkan denganrasio gini sebesar 0,39;

  • 8/18/2019 Kebijakan Belanja Pemerintah Berdasarkan RAPBN 2016

    15/52

    (2)  meningkatnya sasaran/ coverage program-program perlindungan sosial termasuk

    perluasan bantuan tunai bersyarat/ conditional cash transfer (CCT) dengan sasaran

    sebanyak 6 juta KSM;

    (3)  meningkatnya jumlah RTSM yang digraduasi dari program perlindungan dan jaminan sosial

    sebanyak 189.963 RTSM;

    (4)  meningkatnya cakupan pelayanan dasar dan akses masyarakat kurang mampu terhadap

    ekonomi produktif;

    (5)  meningkatnya akses penduduk rentan dan kurang mampu terhadap air minum dan sanitasi

    layak sebesar 70 persen;

    (6)  meningkatnya kualitas hidup dan peran perempuan di berbagai bidang pembangunan;

    (7)  meningkatnya akses dan kualitas hidup penyandang disabilitas dan lanjut usia;

    (8)  meningkatnya jumlah pengawasan pelaksanaan perlindungan anak dari tindak kekerasan,

    eksploitasi, penelantaran, dan perlakuan salah lainnya.

    Mengenai bantuan tunai bersyarat yang diperluas cakupan sasarannya pada tahun 2016

    merupakan pengembangan dari program perlindungan yang sudah ada, berupa bantuan tunai

    yang diberikan kepada keluarga sangat miskin (KSM). Namun demikian, untuk mendapatkanbantuan tersebut, KSM harus memenuhi beberapa syarat, terutama dikaitkan dengan perilaku

    hidup sehat dan pendidikan. Dengan demikian, program ini dapat meningkatkan kualitas hidup

    KSM melalui peningkatan pendapatan, dan peningkatan produktivitas, serta merupakan salah

    satu upaya memutus rantai kemiskinan melalui pendidikan.

    Perluasan cakupan program ini menyasar kepada daerah-daerah yang belum

    sepenuhnya tersentuh oleh program-program perlindungan sosial. Bantuan tunai bersyarat

    tersebut terdiri dari bantuan tetap, bantuan untuk kesehatan terutama bagi ibu hamil dan

    balita, serta bantuan untuk pendidikan bagi keluarga yang memiliki anak sekolah tingkat SD

    sampai dengan SMA. Dengan demikian, program bantuan tunai bersyarat diharapkan dapat

    membantu KSM menghindari kemiskinan dan memastikan generasi berikutnya tumbuh sehat

    serta dapat menyelesaikan jenjang pendidikan (SD sampai dengan SMA).

  • 8/18/2019 Kebijakan Belanja Pemerintah Berdasarkan RAPBN 2016

    16/52

     

    BAB III

    BELANJA BERDASARKAN ORGANISASI

    Dalam pengelolaan keuangan negara di Indonesia setidaknya terdapat tiga pihak yang memiliki

    peran penting, yaitu Menteri Keuangan selaku Chief Financial Officer (CFO) atau Bendahara Umum

    Negara (BUN) yang bertugas mengelola fiskal dan penganggaran, Menteri Perencanaan Pembangunan

    Nasional /Kepala Bappenas selaku Chief Planning Officer (CPO) yang bertugas merencanakan arah

    pembangunan dan mendesain kebijakan, serta Menteri/Pimpinan lembaga selaku Chief Operational

    Officer (COO) yang bertugas membantu Presiden dalam menjalankan program dan kegiatan untuk

    mencapai tujuan bernegara. COO pada dasarnya melaksanakan tugas sesuai dengan rencana

    pembangunan yang telah disusun bersama dengan CPO dengan alokasi anggaran sebagaimana telah

    dibahas dengan CFO.

    Sejalan dengan fungsi tersebut, anggaran belanja pemerintah pusat sebagai bagian dari belanja

    negara secara umum dikelompokkan dalam dua bagian: (1) anggaran yang dialokasikan melalui bagian

    anggaran (BA) K/L dengan menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran; (2) anggaran yang

    dialokasikan melalui BA BUN yang dialokasikan melalui Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum

    Negara.

    Berdasarkan struktur K/L yang berlaku pada tahun 2016, jumlah BA K/L adalah 87 bagian anggaran

    yang terdiri dari 34 kementerian dan 53 lembaga. Sementara itu, BA BUN terkait belanja pemerintah

    pusat terdiri atas: (1) BA BUN Pengelolaan Utang Pemerintah ; (2) BA BUN Pengelolaan Hibah; (3) BA

    BUN Pengelolaan Belanja Subsidi; (4) BA BUN Pengelolaan Belanja Lainnya; (5) BA BUN Pengelolaan

    Transaksi Khusus.

    Dari anggaran belanja pemerintah pusat dalam RAPBN tahun 2016 sebesar Rp1.339.084,4

    miliar, anggaran yang dialokasikan melalui K/L mencapai 58,3 persen atau Rp780.377,9 miliar.

    Sementara 41,7 persen anggaran atau Rp558.706,5 miliar dialokasikan melalui BA BUN (belanja non-K/L)

    sebagaimana disajikan dalam Tabel III.1 

    Tabel III.1

    Belanja Pemerintah Pusat, 2015-2016

    (miliar rupiah)

    Uraian2015 2016 Selisih thd

    APBNP 2015 (%)APBPNP RAPBN

    I. Belanja K/L 795.480,4 780.377,9 (1,9)

    II. Belanja Non K/L 524.068,6 558.706,5 6,6

    Jumlah 1.319.549,0 1.339.084,4 1,5

    Sumber: Kementerian Keuangan

  • 8/18/2019 Kebijakan Belanja Pemerintah Berdasarkan RAPBN 2016

    17/52

    Penjelasan lebih lanjut atas rencana anggaran belanja K/L dan rencana anggaran belanja BUN

    akan diuraikan sebagai berikut.

    I. Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga

    Berdasarkan arah kebijakan dan sasaran-sasaran strategis yang akan dicapai pada tahun 2016 dan

    keberlanjutan upaya yang telah dimulai pada tahun 2015 dan mempertimbangkan masalah serta

    tantangan yang akan dihadapi, Pemerintah telah menyusun Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun

    2016, dengan tema: “Mempercepat Pembangunan Infrastruktur untuk Memperkuat Fondasi

    Pembangunan yang Berkualitas”. 

    Sebagai penjabaran dari tema RKP di atas, diidentifikasi sektor-sektor prioritas yang tertuang

    dalam tiga dimensi pembangunan dan kondisi perlu sebagai berikut.

    Bagan III.1

    Strategi Pembangunan Nasional

    Sumber: Kementerian PPN/Bappenas

    RKP tahun 2016 merupakan penjabaran tahun kedua dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah

    Nasional (RPJMN) 2015-2019 yang merupakan lanjutan dari upaya yang telah dimulai tahun 2015. Untuk

    mendukung pencapaian target-target dalam RKP tahun 2016 dan penyelenggaraan pemerintahan,

    kebijakan penyusunan rencana anggaran belanja K/L ditetapkan sebagai berikut:

    1.  Mempertahankan tingkat kesejahteraan aparatur pemerintah dengan memerhatikan tingkat inflasi

    untuk memacu produktivitas dan peningkatan pelayanan publik;

    2. 

    Melanjutkan kebijakan efisiensi pada belanja barang operasional (termasuk moratoriumpembangunan gedung pemerintah, pengendalian perjalanan dinas, dan konsinyering, serta

    kebijakan sewa/leasing kendaraan dinas operasional);

    3.  Mendukung pelaksanaan program pembangunan seperti infrastruktur konektivitas, kedaulatan

    pangan, energi, kemaritiman, dan pariwisata;

    4.  Peningkatan kualitas pelayanan pada Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), baik dari sisidemand

    maupun supply ;

    5.  Peningkatan kualitas pendidikan yang difokuskan pada perbaikan sarana dan prasarana pendidikan

    serta kemudahan akses pendidikan;

    6.  Peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui program bantuan sosial yang lebih tepat sasaran,

    termasuk perluasan cakupan penerima bantuan tunai bersyarat (conditional cash transfer /CCT)menjadi 6 juta KSM.

  • 8/18/2019 Kebijakan Belanja Pemerintah Berdasarkan RAPBN 2016

    18/52

  • 8/18/2019 Kebijakan Belanja Pemerintah Berdasarkan RAPBN 2016

    19/52

    komposisi belanja untuk empat kelompok bidang tersebut terhadap total belanja K/L tahun 2016 dapat

    dilihat pada Grafik III.1

    Sumber: Kementerian Keuangan

    Disamping itu belanja K/L per kelompok bidang pada tahun 2015 dan 2016 dapat dilihat pada Grafik III.2

    Sumber: Kementerian Keuangan

    Penjelasan secara garis besar mengenai program-program pada masing-masing kelompok bidang di atas

    yang mencakup tujuan, indikator kinerja, dan outcome-nya sebagai berikut.

    32%

    29%

    29%

    10%

    Grafik III.1Komposisi Belanja K/L per Kelompok Bidang Pemerintahan

    Tahun 2016

    Pembangunan Manusia dan

    Kebudayaan

    Politik, Hukum, dan

    Keamanan

    Perekonomian

    Kemaritiman

    Bidang

    Perekonomian

    BidangPembangunan

    Manusia danKebudayaan

    BidangPolitik, Hukum, dan

    Keamanan

    Bidang

    Kemaritiman

    APBN 2015 225336.2 254895.3 222085.7 93163.2

    RAPBN 2016 227676.4 248469.3 223483.2 80748.9

    0

    50000

    100000

    150000

    200000

    250000

    300000

      m   i   l   l   i  a  r  r  u  p   i  a   h

    Grafik III.2

    Grafik Belanja K/L per Kelompok Bidang Pemerintahan, tahun 2015-2016

  • 8/18/2019 Kebijakan Belanja Pemerintah Berdasarkan RAPBN 2016

    20/52

     

    A. Kelompok Bidang Perekonomian

    Bidang perekonomian memiliki peranan penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Adapun 31

    K/L yang bertugas menjalankan program dan kegiatan di bidang perekonomian adalah sebagai berikut :

    Tabel III.3

    Kementerian Negara/Lembaga Kelompok Bidang Perekonomian

    No Kementerian Negara/Lembaga No Kementerian Negara/Lembaga

    1 Kementerian Koodinator Bidang

    Perekonomian

    17 Badan Tenaga Nuklir Nasional

    2 Badan Pemeriksa Keuangan 18 Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

    3 Kementerian Keuangan 19 Lembaga Penerbangan dan Antariksa

    Nasional

    4 Kementerian Pertanian 20 Badan Informasi Geospasial

    5 Kementerian Perindustrian 21 Badan Standardisasi Nasional

    6 Kementerian Ketenagakerjaan 22 Badan Pengawas Tenaga Nuklir7 Kementerian Lingkungan Hidup dan

    Kehutanan

    23 Badan Pengawasan Keuangan dan

    Pembangunan

    8 Kementerian Pekerjaan Umum dan

    Perumahan Rakyat

    24 Kementerian Perdagangan

    9 Kementerian Badan Usaha Milik Negara 25 Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa

    Pemerintah

    10 Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan

    Menengah

    26 Badan Pengembangan Wilayah Suramadu

    11 Badan Pusat Statistik 27 Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan

    Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam

    12 Kementerian Perencanaan danPembangunan Nasional/Bappenas

    28 Lembaga Penyiaran Publik Radio RepublikIndonesia

    13 Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan

    Pertanahan Nasional

    29 Lembaga Penyiaran Publik Televisi Repubik

    Indonesia

    14 Badan Koordinasi Penanaman Modal 30 Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan

    Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang

    15 Badan Meteorologi, Klimatologi dan

    Geofisika

    31 Badan Ekonomi Kreatif

    16 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

    Sumber: Kementerian Keuangan

    Beberapa kebijakan yang akan dilaksanakan mencapai Pemerintah di bidang perekonomian

    diarahkan pada program-program sebagai berikut, antara lain:

    1.  Penyelenggaraan Jalan;

    2.  Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Permukiman;

    3.  Pengembangan Perumahan;

    4.  Pengelolaan Sumber Daya Air;

    5.  Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian;

    6.  Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Hasil Tanaman Pangan;

    7.  Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan Rakyat;

    8.  Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem;

    9.  Pengendalian DAS dan Hutan Lindung;

    10. Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Usaha Kehutanan;

  • 8/18/2019 Kebijakan Belanja Pemerintah Berdasarkan RAPBN 2016

    21/52

    11. Peningkatan dan Pengamanan Penerimaan Pajak;

    12. Pengawasan, Pelayanan, dan Penerimaan di Bidang Kepabeanan dan Cukai.

    Untuk menjalankan hal-hal tersebut di atas, alokasi anggaran untuk kelompok bidang perekonomian

    pada RAPBN tahun 2016 direncanakan sebesar Rp227.676,4 miliar. Jumlah tersebut lebih tinggi

    Rp2.340,2 miliar atau 1,0 persen bila dibandingkan dengan APBNP tahun 2015 sebesar Rp225.336,2

    miliar yang dapat dilihat dalam Grafik III.3.

    Sumber: Kementerian Keuangan

    Beberapa program yang akan dijalankan oleh pemerintah akan diturunkan kepada Kementerian

    Negara/Lembaga selaku pemangku tanggung jawab sebagai unit teknis. Adapun Kementerian

    Negara/Lembaga yang bertugas melaksanakan program-program tersebut antara lain:

    1.  Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melaksanakan program-program

    a. 

    Program Penyelenggaraan Jalan  mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) jalan dan

     jembatan yang dibangun masing-masing sepanjang 375,9 km dan 6.283,9 m; (2) jalan dan

     jembatan yang terpelihara masing-masing sepanjang 43.506 Km dan 338.690,9 m; (3) jalan

    bebas hambatan yang dibangun sepanjang 26 km.

    b.  Program Pengelolaan Sumber Daya Air mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) jumlah

    konstruksi embung dan bangunan penampung air lainnya yang selesai dilaksanakan sebanyak

    228 buah; (2) panjang normalisasi sungai dan pembuatan tanggul yang dibangun/ditingkatkan

    sepanjang 119 km; (3) jumlah konstruksi bendung irigasi sebanyak 19 buah dan konstruksi

    sumur air tanah untuk air baku yang selesai dilaksanakan sebanyak 26 sumur.

    c. 

    Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur Pemukiman  mempunyai indicatorkinerja antara lain: (1) jumlah kota, kawasan perkotaan metropolitan, dan kawasan perkotaan

    terfasilitasi pemenuhan standar pelayanan perkotaan dan pengembangan Kota Layak Huni,

    Kota Hijau, dan Kota Cerdas masing-masing sebanyak 5 kota, 4 kawasan metropolitan, dan 168

    kawasan perkotaan; (2) jumlah kota/kabupaten yang terlayani Instalasi Pengolahan Lumpur

    Tinja (IPLT) dan tempat pengolah sampah terpadu masing-masing sebanyak 32 kabupaten/

    kota dan 70 kabupaten/kota; (3) jumlah Sambungan Rumah (SR) infrastruktur SPAM di

    kawasan kumuh perkotaan, kawasan nelayan, dan kawasan rawan air/perbatasan/pulau

    terluar masing-masing sebanyak 53.500 SR, 20.000 SR, dan 105.280 SR.

    d.  Program Pengembangan Perumahan  mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) jumlah

    rumah tangga berpenghasilan rendah yang menghuni rumah susun sebanyak 15.000 unit; (2) jumlah rumah tangga yang menghuni rumah khusus sebanyak 6.350 unit; (3) jumlah rumah

    tangga berpenghasilan rendah yang difasilitasi bantuan peningkatan kualitas rumah swadaya

    225,336.2 227,676.4

    -

    50,000.0

    100,000.0

    150,000.0

    200,000.0

    250,000.0

    300,000.0

    APBN 2015 RAPBN 2016

       m

       i    l   i   a   r   r   u   p   i   a    h

    Grafik III.3Alokasi Belanja Kelompok Bidang Perekonomian, 2015-

    2016

  • 8/18/2019 Kebijakan Belanja Pemerintah Berdasarkan RAPBN 2016

    22/52

    sebanyak 18.000 unit; (4) jumlah rumah tangga berpenghasilan rendah yang menghuni rumah

    umum melalui stimulasi penyediaan Prasarana, Sarana, dan Utillitas (PSU) sebanyak 42.000

    unit.

    2.  Kementerian Pertanian

    a. 

    Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian  mempunyai

    indikator kinerja antara lain: (1) jumlah penambahan luas baku lahan padi seluas 200.000 ha;

    (2) jumlah penambahan luas tanam padi seluas 60.000 ha; (3) jumlah pengembangan jaringan

    dan optimasi air, termasuk di dalamnya perbaikan irigasi rusak seluas 500.000 ha.

    b.  Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Hasil Tanaman Pangan mempunyai

    indikator kinerja antara lain: (1) produktivitas padi, jagung, dan kedelai masing-masing sebesar

    76,23 juta ton (52,3 ku/ha), 21,35 juta ton (51,4 ku/ha), dan 2,03 juta ton (15,7 ku/ha); (2) luas

    areal tanaman pangan aman dari gangguan OPT dan DPI padi, jagung, dan kedelai masing-

    masing sebanyak 93 persen, 98 persen, dan 97 persen; (3) penggunaan benih unggul

    bersertifikat untuk padi, jagung, dan kedelai masing-masing sebanyak 50 persen, 50 persen,

    dan 35 persen.c.

     

    Program Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan Rakyat  mempunyai

    indikator kinerja antara lain: (1) produksi daging sapi/kerbau sebesar 588,56 ribu ton; (2)

    produksi telur sebesar 3.393,36 ribu ton; (3) produksi susu sebesar 850,77 ribu ton.

    3.  Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

    a.  Program Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem  mempunyai indikator kinerja antara

    lain: (1) sumbangan hutan konservasi pada devisa dan penerimaan negara (termasuk industri)

    meningkat setiap tahun sebesar ekspor Tumbuhan dan Satwa Liar (TSL) sebesar Rp5 triliun; (2)

    nilai indeks efektivitas kawasan konservasi meningkat setiap tahun sebanyak 100 unit.

    b. 

    Program Pengendalian DAS dan Hutan Lindung  mempunyai indikator kinerja antara lain: (1)

    luas tutupan hutan lindung dan lahan meningkat setiap tahun sebesar lahan kritis (50.000 ha)

    dan hutan kota (200 ha); (2) kualitas air di DAS prioritas meningkat setiap tahun sebanyak 7 DAS

    prioritas dan 1 danau prioritas; (3) kesehatan DAS prioritas serta internalisasi RPDAST ke dalam

    RTRW meningkat setiap tahun sebanyak 40 RPDAS.

    c.  Program Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Usaha Kehutanan  mempunyai indikator

    kinerja antara lain: (1) luas restorasi ekosistem di hutan produksi meningkat setiap tahun seluas

    100.000 ha; (2) sumbangan hutan produksi (termasuk industri) pada devisa dan penerimaan

    negara meningkat setiap tahun sebesar Rp2,7 triliun dari PNBP; (3) jumlah unit pengelolaan

    hutan meningkat setiap tahun sebanyak 149 unit KPHP.

    4.  Kementerian Keuangan

    a.  Program Peningkatan dan Pengamanan Penerimaan Pajak mempunyai indikator kinerja antara

    lain: (1) persentase realisasi penerimaan pajak terhadap target sebesar 100 persen; (2)

    persentase tingkat kepatuhan formal wajib pajak sebesar 72,5 persen; (3) tingkat kepuasan

    pengguna layanan DJP sebesar 72,99 (Skala 100).

    b.  Program Pengawasan, Pelayanan, dan Penerimaan di Bidang Kepabeanan dan Cukai 

    mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) persentase realisasi penerimaan bea dan cukai

    terhadap target sebesar 100 persen; (2) waktu penyelesaian proses kepabeanan (customs

    clearance) sebesar 1,4 hari; (3) persentase kepatuhan importir jalur prioritas kepabeanansebesar 80 persen.

  • 8/18/2019 Kebijakan Belanja Pemerintah Berdasarkan RAPBN 2016

    23/52

    B. Kelompok Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

    Adapun 18 K/L yang bertugas menjalankan program dan kegiatan di bidang pembangunan manusia

    dan kebudayaan adalah sebagai berikut :

    Tabel III.4

    Kementerian Negara/Lembaga Kelompok Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

    No Kementerian Negara/Lembaga No Kementerian Negara/Lembaga

    1 Kementerian Koodinator Bidang

    Pembangunan Manusia dan Kebudayaan

    10 Kementerian Desa, Pembangunan Daerah

    Tertinggal, dan Transmigrasi

    2 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 11 Badan Kependudukan dan Keluarga

    Berencana Nasional

    3 Kementerian Kesehatan 12 Arsip Nasional Republik Indonesia

    4 Kementerian Agama 13 Badan Kepegawaian Negara

    5 Kementerian Sosial 14 Kementerian Pemuda dan Olahraga

    6 Kementerian Riset, Teknologi, dan

    Pendidikan Tinggi

    15 Badan Nasional Penanggulangan Bencana

    7 Kementerian Pemberdayan Perempuan dan

    Perlindungan Anak

    16 Badan Nasional Penempatan dan

    Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia

    8 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia 17 Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo

    (BPLS)

    9 Badan Pengawas Obat dan Makanan 18 Badan SAR Nasional

    Sumber: Kementerian Keuangan

    Beberapa kebijakan yang akan dilaksanakan mencapai Pemerintah di bidang pembangunan manusia

    dan kebudayaan diarahkan pada program-program sebagai berikut, antara lain:

    1.  Pendidikan Dasar dan Menengah;

    2. 

    Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat;

    3.  Pembelajaran dan Kemahasiswaan;

    4.  Peningkatan Kualitas Kelembagaan Iptek dan Pendidikan Tinggi;

    5.  Peningkatan Kualitas Sumber Daya Iptek dan Pendidikan Tinggi;

    6.  Penguatan Riset dan Pengembangan;

    7.  Penguatan Inovasi;

    8.  Pendidikan Islam;

    9.  Bimbingan Masyarakat Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha;

    10. Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional;

    11. 

    Pembinaan Upaya Kesehatan;12. Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak;

    13. Perlindungan dan Jaminan Sosial;

    14. Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan.

    Untuk menjalankan hal-hal tersebut di atas, kelompok program bidang pembangunan manusia dan

    kebudayaan direncanakan mendapat alokasi anggaran sebesar Rp248.469,3 miliar pada RAPBN tahun

    2016. Jumlah tersebut lebih rendah Rp6.426,0 miliar atau 2,5 persen bila dibandingkan dengan APBNP

    tahun 2015 sebesar Rp254.895,3 miliar yang dapat dilihat dalam Grafik III.4.

  • 8/18/2019 Kebijakan Belanja Pemerintah Berdasarkan RAPBN 2016

    24/52

     Sumber: Kementerian Keuangan

    Adapun Kementerian Negara/Lembaga yang bertugas melaksanakan program-program tersebut

    antara lain:1.  Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 

    a.  Program Pendidikan Dasar dan Menengah mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) APK

    SD/SDLB/Paket A dan APK SMP/SMPLB/Paket B masing-masing sebesar 97,85 persen dan

    81,89 persen; (2) jumlah siswa pendidikan dasar dan menengah yang menerima Kartu

    Indonesia Pintar (KIP) sebanyak 19,2 juta siswa; (3) jumlah perolehan medali tertimbang dari

    kompetisi internasional tingkat pendidikan dasar sebanyak 148 medali.

    b.  Program Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat mempunyai indikator kinerja

    antara lain: (1) APK PAUD sebesar 72,1 persen; (2) jumlah lembaga PAUD terakreditasi

    sebanyak 36.051 lembaga; (3) Persentase angka melek aksara penduduk usia dewasa usia 15-

    59 tahun sebesar 96,8 persen.

    2.  Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

    a.  Program Pembelajaraan dan Kemahasiswaan  mempunyai indikator kinerja antara lain: (1)

    APK Perguruan Tinggi sebesar 28,16 persen; (2) jumlah mahasiswa peraih medali emas tingkat

    nasional dan internasional sebanyak 390 mahasiswa; (3) persentase lulusan yang langsung

    bekerja sebesar 60 persen.

    b.  Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan IPTEK dan Pendidikan Tinggi  mempunyai

    indikator kinerja antara lain: (1) jumlah perguruan tinggi masuk top 500 dunia sejumlah 3

    perguruan tinggi; (2) jumlah perguruan tinggi berakreditasi A (unggul) sebanyak 39 perguruantinggi; (3) jumlah Taman Sains dan Teknologi yang mature sebanyak 14 taman.

    c.  Program peningkatan Kualitas Sumber Daya IPTEK dan Pendidikan Tinggi   mempunyai

    indikator kinerja antara lain: (1) jumlah dosen berkualifikasi S3 sebanyak 28.000 dosen; (2)

     jumlah pendidik yang mengikuti sertifikasi dosen sebanyak 10.000 dosen; (3) jumlah SDM

    litbang berkualifikasi Master dan Doktor sebanyak 3.700 orang. Program Penguatan Riset dan

    Pengembangan mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) jumlah publikasi internasional

    sebanyak 6.229 publikasi; (2) jumlah HKI yang didaftarkan sebanyak 1.735 HKI; (3) jumlah

    prototipe R&D dan industri masing-masing sebanyak 75 dan 20prototipe.

    d.  Program Penguatan Inovasi  mempunyai indikator kinerja yaitu jumlah produk inovasi

    sebanyak 15 inovasi.

    3.  Kementerian Agama

    254,895.3 248,469.3

    -

    50,000.0

    100,000.0

    150,000.0200,000.0

    250,000.0

    300,000.0

    APBN 2015 RAPBN 2016

       m   i    l   i   a   r   r   u   p   i   a    h

    Grafik III.4Alokasi Belanja Kelompok Bidang Pembangunan

    Manusia dan Kebudayaan, 2015-2016

  • 8/18/2019 Kebijakan Belanja Pemerintah Berdasarkan RAPBN 2016

    25/52

    a.  Program Pendidikan Islam  mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) APK MI/Ula, APK

    Mts/Wustha, dan APK MA/Ulya masing-masing sebesar 13,29 persen, 22,59 persen, dan 8,83

    persen; (2) jumlah siswa MI/Ula, Mts/Wustha, dan MA/Ulya penerima KIP masing-masing

    sebanyak 860.339 siswa, 961.529 siswa, dan 507.489 siswa; (3) persentase ruang kelas

    madrasah dalam kondisi baik sebesar 74,0 persen.

    b. 

    Program Bimbingan Masyarakat Islam mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) persentase

    lembaga zakat, wakaf yang difasilitasi dalam memenuhi standar minimal lembaga keagamaan

    sebesar 33 persen; (2) persentase KUA yang memenuhi standar pelayanan sebesar 52 persen;

    (3) jumlah penyuluh agama yang difasilitasi dalam pembinaan dan pengembangan sebanyak

    75.313 penyuluh.

    c.  Program Bimbingan Masyarakat Kristen mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) jumlah

    siswa miskin SDTK, SMPTK, dan SMTK yang menerima KIP sebanyak 6.511 siswa; (2)

     jumlahguru pendidikan agama Kristen bersertifikasi pendidik sebanyak 20.110 guru.

    d.  Program Bimbingan Masyarakat Katolik mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) jumlah

    peserta didik Sekolah Keagamaan Katolik-SMAK penerima KIP sebanyak 600 orang; (2) jumlah

    SMAK yang memiliki sarana dan prasarana sesuai standar nasional pendidikan sebanyak 23unit; (3) jumlah penyuluh keagamaan Katolik yang difasilitasi dalam pembinaan dan

    pengembangan sebanyak 4.800 orang.

    e.  Program Bimbingan Masyarakat Hindu  mempunyai indikator kinerja antara lain: (1)

    persentase lembaga sosial keagamaan Hindu yang difasilitasi dalam memenuhi standar

    minimal lembaga keagamaan sebesar 32,2 persen; (2) jumlah penyuluh dan tenaga teknis

    keagamaan Hindu yang difasilitasi dalam pembinaan dan pengembangan sebanyak 2.962

    orang; (3) jumlah siswa dan mahasiswa yang memperoleh layanan Pendidikan Agama dan

    Keagamaan Hindu sebanyak 1,5 juta siswa/mahasiswa.

    f. 

    Program Bimbingan Masyarakat Budha  mempunyai indikator kinerja antara lain: (1)

    persentase lembaga sosial keagamaan Budha yang difasilitasi dalam memenuhi standar

    minimal lembaga keagamaan sebesar 38 persen; (2) jumlah penyuluh dan tenaga teknis

    keagamaan Budha yang difasilitasi dalam pembinaan dan pengembangan sebanyak 2.600

    orang; (3) meningkatnya jumlah peserta didik yang difasilitasi dalam pembinaan dan

    pengembangan sebanyak 3.555 orang.

    4.  Kementerian Kesehatan

    a.  Program Penguatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional mempunyai indikator kinerja

    antara lain jumlah penduduk yang menjadi peserta penerima bantuan iuran (PBI) melalui

    Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)/Kartu Indonesia Sehat (KIS) sebanyak 92,4 juta jiwa.b.

     

    Program Pembinaan Upaya Kesehatan  mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) jumlah

    kecamatan yang memiliki minimal 1 puskesmas terakreditasi sebanyak 700 kecamatan; (2)

     jumlah kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD tersertifikasi akreditasi nasional

    sebanyak 190 kabupaten/kota; (3) jumlah RS Pratama yang dibangun sebanyak 36 rumah sakit.

    c.  Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak mempunyai indikator kinerja antara lain: (1)

    persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan sebesar 77 persen; (2) persentase bayi

    usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif sebesar 42 persen; (3) kunjungan

    neonatal pertama (KN1) sebesar 78 persen.

    5. 

    Kementerian Sosiala.  Program Perlindungan dan Jaminan Sosial  mempunyai indikator kinerja antara lain: (1)

    persentase keluarga miskin dan rentan yang menerima bantuan pemenuhan kebutuhan dasar

  • 8/18/2019 Kebijakan Belanja Pemerintah Berdasarkan RAPBN 2016

    26/52

    sebesar 58,30 persen; (2) persentase korban bencana alam dan bencana sosial yang menerima

    bantuan pemenuhan kebutuhan dasar sebesar 11,82 persen; (3) jumlah keluarga sangat miskin

    yang mendapat bantuan tunai bersyarat sebanyak 58,30 persen.

    b.  Program Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan mempunyai indikator kinerja

    antara lain: (1) persentase keluarga miskin dan rentan perdesaan dan perkotaan yang

    menerima bantuan pemenuhan kebutuhan dasar melalui Usaha Ekonomi Produktif (UEP)

    sebesar 3,17 persen; (2) persentase warga Komunitas Adat Terpencil (KAT) yang menerima

    bantuan pemenuhan kebutuhan dasar sebesar 2,88 persen; (3) persentase kabupaten/kota

    yang memiliki pelayanan sosial yang efektif dalam sistem layanan dan rujukan terpadu sebesar

    6,62 persen.

    C. Kelompok Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan

    Adapun 33 K/L yang bertugas menjalankan program dan kegiatan di bidang politik, hukum, dan

    keamanan manusia dan kebudayaan adalah sebagai berikut :

    Tabel III.5Kementerian Negara/Lembaga Kelompok Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan

    No Kementerian Negara/Lembaga No Kementerian Negara/Lembaga

    1 Kementerian Koodinator Bidang Politik,

    Hukum dan Keamanan

    18 Lembaga Ketahanan Nasional

    2 Majelis Permusyawaratan Rakyat 19 Badan Narkotika Nasional

    3 Dewan Perwakilan Rakyat 20 Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

    4 Mahkamah Agung 21 Komisi Pemilihan Umum

    5 Kejaksaan Republik Indonesia 22 Mahkamah Konstitusi RI

    6 Kementerian Sekretariat Negara 23 Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi

    Keuangan7 Kementerian Dalam Negeri 24 Lembaga Administrasi Negara

    8 Kementerian Luar Negeri 25 Komisi Pemberantasan Korupsi

    9 Kementerian Pertahanan 26 Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

    10 Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

    RI

    27 Komisi Yudisial Republik Indonesia

    11 Kementerian Pendayagunaan Aparatur

    Negara and Reformasi Birokrasi

    28 Komite Pengawas Persaingan Usaha

    12 Badan Intelijen Negara 29 Ombudsman Republik Indonesia

    13 Lembaga Sandi Negara 30 Badan Nasional Pengelola Perbatasan

    14 Dewan Ketahanan Nasional 31 Badan Nasional Penanggulangan Bencana

    15 Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan

    Pertanahan Nasional

    32 Sekretariat Kabinet

    16 Kementerian Komunikasi dan Informatika 33 Badan Pengawas Pemilihan Umum

    17 Kepolisian Negara Republik Indonesia

    Sumber: Kementerian Keuangan

    Beberapa kebijakan yang akan dilaksanakan mencapai Pemerintah di bidang politik, hukum, dan

    keamanan diarahkan pada program-program sebagai berikut, antara lain:

    1.  Modernisasi Alutsista dan Non-Alutsista/Sarana dan Prasarana Matra Darat, Udara dan Laut;

    2.  Modernisasi Alutsista/Non-Alutsista/ Sarpras Integratif;

    3. 

    Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat;

    4.  Penanggulangan Gangguan Keamanan Dalam Negeri Berkadar Tinggi;

    5.  Penyelidikan dan Penyidikan Tindak Pidana;

  • 8/18/2019 Kebijakan Belanja Pemerintah Berdasarkan RAPBN 2016

    27/52

    6.  Pembinaan Pemerintahan Desa;

    7.  Penataan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil;

    8.  Pendidikan Kepamongprajaan.

    Untuk menjalankan hal-hal tersebut di atas, alokasi anggaran untuk kelompok bidang politik, hukum

    dan keamanan direncanakan sebesar Rp223.483,2 miliar pada RAPBN tahun 2016. Jumlah tersebut lebih

    tinggi Rp1.397,5 miliar atau 0,6 persen bila dibandingkan dengan APBNP tahun 2015 sebesar

    Rp222.085,7 miliar yang dapat dilihat dalam Grafik III.5.

    Sumber: Kementerian Keuangan

    Adapun Kementerian Negara/Lembaga yang bertugas melaksanakan program-program tersebut

    antara lain:

    1.  Kementerian Pertahanan

    a. 

    Program Modernisasi Alutsista dan Non-Alutsista Matra Darat mempunyai indikator kinerja

    antara lain: (1) persentase penambahan alutsista dan non alutsista fasilitas serta Sarpras

    sebesar 20 persen; (2) jumlah pengadaan kendaraan taktis sebanyak 116 unit; (3) jumlah pos

    perbatasan yang dibangun sebanyak 19 pos.

    b.  Program Modernisasi Alutsista dan Non-Alutsista serta Pengembangan Fasilitas dan Sarpras

    Pertahanan Negara Matra Laut  mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) jumlah

    pembangunan dan peningkatan fasilitas dan Sarpras pangkalan TNI AL sebanyak 253 pos dan

    Sarpras pangkalan; (2) jumlah pengadaan KRI, KAL, Alpung, Ranpur, dan Rantis sebanyak 184

    unit; (3) jumlah pos terluar dan wilayah perbatasan yang diperbaiki sebanyak 14 pos.

    c. 

    Program Modernisasi Alutsista dan Non-Alutsista serta Pengembangan Fasilitas dan SarprasPertahanan Negara Matra Udara mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) jumlah pesawat

    yang siap operasional sebanyak 150 unit; (2) Sarpras dan dan fasilitas pangkalan TNI AU yang

    dibangun seluas 1.190.400 m2; (3) jumlah PSU dan Alkomlek yang siap operasional sebanyak

    153 paket.

    d.  Program Modernisasi Alutsista/Non-Alutsista/Sarpras Integratif  mempunyai indikator kinerja

    antara lain: (1) jumlah pengadaan Rantis sebanyak 1 unit; (2) jumlah pengadaan munisi khusus

    sebayak 4 paket; (3) jumlah pengadaan Alpasus dan Alpakom sebanyak 13 unit.

    2.  Kepolisian Negara Republik Indonesia

    a. 

    Program Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat mempunyai indikator kinerjaantara lain: (1) terselenggaranya SIM online yang transparan dan akuntabel di 125 Satpas dan

    SIM keliling sebanyak 30 persen dari jumlah Satpas; (2) berkurangnya daerah rawan kejahatan

    222,085.7 223,483.2

    -

    50,000.0

    100,000.0

    150,000.0

    200,000.0

    250,000.0

    300,000.0

    APBN 2015 RAPBN 2016

       m   i    l   i   a   r   r   u   p   i   a    h

    Grafik III.5Alokasi Belanja Kelompok Bidang Pembangunan

    Manusia dan Kebudayaan, 2015-2016

  • 8/18/2019 Kebijakan Belanja Pemerintah Berdasarkan RAPBN 2016

    28/52

    dan premanisme sebesar 12 persen; (3) menurunnya persentase gangguan keamanan pada

     jalur aktivitas masyarakat yang menggunakan moda transportasi laut sebesar 35 persen.

    b.  Program Penanggulangan Gangguan Keamanan Dalam Negeri Berkadar Tinggi  mempunyai

    indikator kinerja antara lain: (1) persentase kecukupan operasional penanggulangan keamanan

    dalam negeri sebesar 39 persen; (2) tergelarnya mobilisasi pasukan bersenjata ke daerah yang

    terindikasi paham organisasi radikal dan anti Pancasila sebanyak 2 kegiatan; (3) persentase

    kecukupan dukungan teknis manajemen penanggulangan keamanan dalam negeri sebesar 75

    persen.

    c.  Program Penyelidikan dan Penyidikan Tindak Pidana mempunyai indikator kinerja antara lain:

    (1) jumlah perkara dan clearance rate tindak pidana terorisme tingkat nasional sebesar 25

    persen; (2) persentase penyelesaian tindak pidana narkoba sebesar 66 persen; (3) persentase

    penyelesaian tindak pidana umum sebesar 52 persen.

    3.  Kementerian Dalam Negeri

    a.  Program Bina Pemerintahan Desa mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) peningkatan 

    kualitas tata kelola pemerintahan desa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sebanyak 7.094 desa; (2) peningkatan akuntabilitas pengelolaan keuangan dan aset

    desa sebanyak 7.094 desa.

    b.  Program Penataan Administrasi Kependudukan  dan Pencatatan Sipil mempunyai indicator

    kinerja antara lain: (1) penyediaan data base kependudukan nasional yang akurat untuk

    memenuhi semua kepentingan dalam pelayanan publik, perencanaan pembangunan, alokasi

    anggaran, pembangunan demokrasi, serta penegakan hukum sebanyak 34 provinsi dan 514

    kabupaten/kota; (2) meningkatnya pemanfaatan NIK, data base kependudukan, dan KTP-el

    oleh lembaga pengguna pusat sebanyak 25 K/L (kumulatif); (3) meningkatnya kualitas

    pelayanan kependudukan dan pencatatan sipil di semua kabupaten/kota sebanyak 514

    kabupaten/kota.

    c.  Program Pendidikan Kepamongprajaan mempunyai indikator kinerja antara lain: (1) program

    studi yang terakreditasi B; (2) jumlah hasil penelitian dan pengabdian masyarakat yang

    dipublikasikan dalam jurnal nasional/internasional yang terakreditasi sebanyak 13 hasil

    peneilitian dan 3 hasil pengabdian masyarakat; (3) persentase tingkat kepuasan stakeholder

    terhadap etos kerja alumni sebesar 70 persen baik.

    D. Kelompok Bidang Kemaritiman

    Adapun 5 K/L yang bertugas menjalankan program dan kegiatan di bidang kemaritiman adalah

    sebagai berikut :

    Tabel III.6

    Kementerian Negara/Lembaga Kelompok Bidang Kemaritiman

    No Kementerian Negara/Lembaga No Kementerian Negara/Lembaga

    1 Kementerian Koodinator Bidang

    Kemaritiman

    4 Kementerian Kelautan dan Perikanan

    2 Kementerian Energi dan Sumber Daya

    Mineral

    5 Kementerian Pariwisata

    3 Kementerian Perhubungan

    Sumber: Kementerian Keuangan

  • 8/18/2019 Kebijakan Belanja Pemerintah Berdasarkan RAPBN 2016

    29/52

      Beberapa kebijakan yang akan dilaksanakan mencapai Pemerintah di bidang kemaritiman diarahkan

    pada program-program sebagai berikut, antara lain:

    1.  Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Darat, Laut, Udara dan Perkeretaapian;

    2.  Pengelolaan dan Penyediaan Minyak dan Gas Bumi;

    3.  Pengelolaan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi;

    4.  Pengaturan dan Pengawasan Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan

    Pengangkutan Gas Bumi melalui Pipa;

    5.  Pengembangan dan Pengelolaan Perikanan Tangkap;

    6.  Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Budidaya;

    7.  Peningkatan Daya Saing Usaha dan Produk Kelautan dan Perikanan;

    8.  Pengembangan Kepariwisataan.

    Untuk menjalankan hal-hal tersebut di atas, kelompok bidang Kemaritiman direncanakan mendapat

    alokasi anggaran sebesar Rp80.748,9 miliar pada RAPBN tahun 2016. Jumlah tersebut lebih rendah

    Rp12.414,2 miliar atau 13,3 persen bila dibandingkan dengan APBNP tahun 2015 sebesar Rp93.163,2

    miliar yang dapat diliat dalam Grafik III.6.

    Sumber: Kementerian Keuangan

    Adapun Kementerian Negara/Lembaga yang bertugas melaksanakan program-program tersebut

    antara lain:

    1.  Kementerian Perhubungan

    a.  Program Pengelolaan dan Penyelenggaran Transportasi Laut  mempunyai indikator kinerja

    antara lain: (1) jumlah pembangunan kapal perintis penumpang dan barang sebanyak 94 unit;

    (2) jumlah pembangunan sarana bantu navigasi pelayaran sebanyak 215 unit; (3) trayek

    perintis dan PSO sejumlah 96 trayek dan 22 kapal.

    b.  Program Pengelolaan dan Penyelenggaran Transportasi Darat  mempunyai indikator kinerja

    antara lain: (1) jumlah BRT sebanyak 530 unit; (2) jumlah lokasi pembangunan jembatan

    timbang sebanyak 1 lokasi; dan (3) jumlah paket pembangunan dermaga sungai dan danau

    baru masing-masing sebanyak 3 dermaga dan 1 dermaga.c.  Program Pengelolaan dan Penyelenggaran Transportasi Udara mempunyai indikator kinerja

    antara lain: (1) jumlah rute pelayanan perintis untuk angkutan udara sebanyak 230 rute; (2)

    93,163.280,748.9

    -

    50,000.0

    100,000.0

    150,000.0

    200,000.0

    APBN 2015 RAPBN 2016

       m   i    l   i   a   r   r   u   p   i   a    h

    Grafik III.6Alokasi Belanja Kelompok Bidang Kemaritiman,

    2015-2016

  • 8/18/2019 Kebijakan Belanja Pemerintah Berdasarkan RAPBN 2016

    30/52

     jumlah bandar udara yang dikembangkan di daerah perbatasan dan rawan bencana masing-

    masing sebanyak 26 lokasi dan 57 lokasi; (3) jumlah bandar udara baru yang dibangun

    sebanyak 11 lokasi.

    d.  Program Pengelolaan dan Penyelenggaran Transportasi Perkeretapian mempunyai indicator

    kinerja antara lain: (1) jalur kereta api yang dibangun sepanjang 110,9 km sp; (2) jumlah

     jembatan/underpass/ flyover KA yang dibangun sebanyak 27 unit. Outcome yang ingin dicapai

    dari pelaksanaan program tersebut adalah meningkatnya kinerja pelayanan transportasi

    perkeretaapian.

    2.  Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

    a.  Program Pengelolaan Minyak dan Gas Bumi  mempunyai indikator kinerja antara lain: (1)

    lifting minyak bumi dan gas bumi masing-masing sebesar 800-830 ribu bopd dan 1.100- 1.300

    boepd; (2) jumlah sambungan rumah tangga yang tersambung jaringan gas sebanyak 121 ribu

    sambungan; (3) kapasitas terpasang kilang LPG sebesar 4,62 juta ton.

    b.  Program Pengelolaan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi  mempunyai indicator

    kinerja antara lain: (1) jumlah kapasitas terpasang PLT Bioenergi sebesar 2.069,4 MW; (2)Jumlah kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi, Air, Surya, dan Angin masing-masing

    sebesar 1.712,5 MW, 5.534 MW, 92,1 MW, dan 11,2 MW; (3) jumlah produksi biofuel, biogas,

    dan uap panas bumi masing-masing sebesar 6,48 juta KL , 22.995 ribu m3, dan 83,05 juta ton.

    c.  Program Pengaturan dan Pengawasan Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak

    dan Pengangkutan Gas Bumi melalui Pipa  mempunyai indikator kinerja antara lain: (1)

    persentase peningkatan volume konsumsi BBM nonsubsidi dalam rangka menuju pasar

    terbuka yang diatur sebesar 2 persen; (2) jumlah hari ketahanan cadangan BBM nasional dari

    masing-masing badan usaha sebanyak 21 hari; (3) jumlah peningkatan pengembangan

    infrastruktur ruas transmisi dan/atau wilayah jaringan distribusi gas bumi melalui pipa

    sepanjang 15.330 km.

    3.  Kementerian Kelautan dan Perikanan

    a.  Program Pengembangan dan Pengelolaan Perikanan Tangkap  mempunyai indikator kinerja

    antara lain: (1) volume produksi perikanan tangkap sebanyak 6,45 juta ton; (2) Jumlah WPP

    yang dikelola sesuai Rencana Pengelolaan Perikanan (RPP) sebanyak 5 WPP; (3) nilai tukar

    nelayan sebesar 105,0.

    b.  Program Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Budidaya mempunyai indikator kinerja antara

    lain: (1) produksi perikanan budidaya sebanyak 8,35 juta ton ikan, 11,11 juta ton rumput laut,

    dan 1,9 miliar ekor ikan hias; (2) nilai tukar pembudidaya ikan sebesar 102,25.c.

     

    Program Peningkatan Daya Saing Usaha dan Produk Kelautan dan Perikanan   mempunyai

    indikator kinerja antara lain: (1) rata-rata konsumsi ikan per kapita nasional sebesar 43,88 Kg/

    Kap; (2) volume produk olahan hasil perikanan sebanyak 5,9 juta ton; (3) nilai tukar pengolah

    sebesar 102.

    4.  Kementerian Pariwisata akan melaksanakan program-program yang salah satunya adalah Program

    Pengembangan Kepariwisataan. Program tersebut mempunyai indikator kinerja antara lain: (1)

     jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata, budaya, alam dan buatan di 15 lokasi; (2) Kontribusi

    investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional sebesar 3,7 persen; (3) jumlah

    wisatawan mancanegara ke Indonesia dan jumlah perjalanan wisatawan nusantara masing-masingsebanyak 12 juta orang dan 260 juta perjalanan.

  • 8/18/2019 Kebijakan Belanja Pemerintah Berdasarkan RAPBN 2016

    31/52

    II. Bagian Anggaran Bendahara Umum Negara

    Pengalokasian belanja melalui BA BUN dikelompokkan ke dalam beberapa program, yaitu: Program

    Pengelolaan Utang Negara, Program Pengelolaan Subsidi, Program Pengelolaan Hibah, Program

    Pengelolaan Belanja Lainnya, dan Program Pengelolaan Transaksi Khusus. Penjelasan lebih lanjut untuk

    masing-masing program adalah sebagai berikut.

    A. Program Pengelolaan Utang Negara

    Alokasi anggaran Program Pengelolaan Utang Negara untuk pembayaran bunga utang dalam RAPBN

    tahun 2016 diperkirakan mencapai Rp183.428,7 miliar (1,4 persen dari PDB) atau mengalami kenaikan

    sebesar Rp27.698,1 miliar (17,8 persen) dari pagunya dalam APBNP tahun 2015. Jumlah tersebut terdiri

    atas: (1) pembayaran bunga utang dalam negeri sebesar Rp167.359,4 miliar (1,3 persen dari PDB), atau

    mengalami kenaikan sebesar Rp26.155,7 miliar (18,5 persen) dari pagunya dalam APBNP tahun 2015; (2)

    pembayaran bunga utang luar negeri sebesar Rp16.069,3 miliar atau mengalami kenaikan sebesar

    Rp1.542,4 miliar (10,6 persen) dari pagunya dalam APBNP tahun 2015. Alokasi program pengelolaan

    utang negara untuk pembayaran bunga utang pada tahun 2015 – 2016 dapat dilihat pada Tabel III.7.

    Tabel III.7

    Program Pengelolaan Utang Negara

    untuk Pembayaran Bunga Utang, 2015-2016

    (miliar rupiah)

    Uraian2015 2016 Selisih thd

    APBNP 2015 (%)APBPNP RAPBN

    a. Pembayaran Utang Dalam Negeri 141.203,8 167.359,4 18,5

    b. Pembayaran Utang Luar Negeri 14.526,9 16.069,3 10,6

    Jumlah 155.730,7 183.428,7 17,8

    Sumber: Kementerian Keuangan

    Peningkatan pembayaran bunga utang dalam RAPBN tahun 2016 seiring dengan peningkatan

    outstanding utang yang antara lain merupakan konsekuensi pengadaan utang untuk menutup defisit

    anggaran. Secara rinci, perhitungan besaran pembayaran bunga utang tahun berjalan meliputi

    pembayaran bunga atas: (1) outstanding utang yang berasal dari akumulasi utang tahun-tahun

    sebelumnya (legacy debts); (2) rencana penambahan utang tahun anggaran berjalan; (3) rencana utang

    terkait dengan program pengelolaan portofolio utang (liabilities management).

    Sementara itu, perhitungan besaran pembayaran bunga utang juga didasarkan pada asumsi-asumsi

    antara lain: (1) asumsi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing terutama US$, YEN, dan EURO; (2)

    tingkat bunga SPN 3 bulan yang digunakan juga sebagai referensi bunga untuk instrumen surat berharga

    negara (SBN) seri variable rate; (3) asumsi yield dan imbalan SBN; (4) asumsi referensi tingkat suku

    bunga pinjaman London Interbank Offerred Rate (LIBOR) dan Jakarta Interbank Offerred Rate (JIBOR)

    serta asumsi spread-nya; (5) asumsi diskon penerbitan SBN; (6) perkiraan biaya pengadaan utang baru.

    Sejalan dengan langkah-langkah tersebut, kebijakan pemerintah untuk pembayaran bunga utang

    dalam RAPBN tahun 2016 masih tetap diarahkan untuk: (1) memenuhi kewajiban pemerintah secara

    tepat waktu dan tepat jumlah dalam rangka menjaga kredibilitas dan kesinambungan pembiayaan; (2)

    meminimalkan dan menjaga efisiensi pembayaran bunga utang antara lain melalui pemilihan komposisi

    instrumen utang yang optimal dan melaksanakan transaksi lindung nilai. Berdasarkan langkah-langkah

    dan kebijakan tersebut, pembayaran bunga utang di masa mendatang diupayakan tetap berada dalambatas kemampuan ekonomi, menjaga agar batas alokasi anggaran untuk pembayaran bunga utang tetap

    aman dan terkendali, serta tidak menimbulkan tekanan berlebihan terhadap APBN.

  • 8/18/2019 Kebijakan Belanja Pemerintah Berdasarkan RAPBN 2016

    32/52

     

    B. Program Pengelolaan Subsidi

    Anggaran Program Pengelolaan Subsidi dalam belanja negara dialokasikan dalam rangka

    meringankan beban masyarakat untuk memperoleh kebutuhan dasarnya, dan sekaligus untuk menjaga

    agar produsen mampu menghasilkan produk, khususnya yang merupakan kebutuhan dasar masyarakat,

    dengan harga yang terjangkau. Pemberian subsidi ditujukan untuk menjaga stabilitas harga barang dan

     jasa di dalam negeri, memberikan perlindungan pada masyarakat berpendapatan rendah, meningkatkan

    produksi pertanian, serta memberikan insentif bagi dunia usaha dan masyarakat. Dengan subsidi

    tersebut diharapkan bahan kebutuhan pokok masyarakat tersedia dalam jumlah yang cukup, dengan

    harga yang stabil, dan terjangkau oleh masyarakat. Selain itu, penyaluran subsidi diupayakan lebih tepat

    sasaran kepada masyarakat.

    Dalam rangka meningkatkan efisiensi subsidi menuju pencapaian belanja yang berkualitas, maka

    arah kebijakan subsidi tahun 2016 mencakup antara lain: (1) menjaga stabilisasi harga; (2) membantu

    masyarakat miskin dan menjaga daya beli masyarakat; (3) meningkatkan produktivitas dan menjaga

    ketersediaan pasokan dengan harga terjangkau; (4) meningkatkan daya saing produksi dan akses

    permodalan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).Berdasarkan berbagai kebijakan tersebut, maka anggaran Program Pengelolaan Subsidi dalam RAPBN

    tahun 2016 direncanakan mencapai Rp201.363,6 miliar. Jumlah tersebut menurun Rp10.740,8 miliar bila

    dibandingkan dengan pagu Program Pengelolaan Subsidi dalam APBNP tahun 2015 sebesar Rp212.104,4

    miliar. Sebagian besar anggaran tersebut akan dialokasikan untuk subsidi energi sebesar Rp120.957,2

    miliar, yaitu subsidi BBM, LPG tabung 3 kg, dan LGV sebesar Rp70.957,2 miliar, dan subsidi listrik sebesar

    Rp50.000,0 miliar. Sementara itu, untuk subsidi nonenergi sebesar Rp80.406,4 miliar, terdiri atas: (1)

    subsidi pangan sebesar Rp20.993,4 miliar; (2) subsidi pupuk sebesar Rp30.063,2 miliar; (3) subsidi benih

    sebesar Rp1.023,8 miliar; (4) subsidi PSO sebesar Rp3.752,5 milar; (5) subsidi bunga kredit program

    sebesar Rp16.474,5 miliar; (6) subsidi pajak ditanggung pemerintah (DTP) sebesar Rp8.099,1 miliar.

    1.  Subsidi Energi

    Pokok-pokok kebijakan subsidi BBM, LPG tabung 3 kg dan LGV pada tahun 2016 antara lain: (1)

    melanjutkan pemberian subsidi tetap untuk BBM jenis minyak solar dan subsidi (selisih harga) untuk

    minyak tanah dan LPG tabung 3 kg; (2) melaksanakan efisiensi dan meningkatkan efektivitas subsidi LPG

    tabung 3 kg; (3) meningkatkan penggunaan energi baru dan terbarukan untuk transportasi dan tenaga

    listrik; (4) meningkatkan dan mengembangkan pembangunan jaringan gas kota untuk rumah tangga; (5)

    meningkatkan pengawasan penyaluran BBM bersubsidi dan LPG tabung 3 kg antara lain melalui

    penggunaan data dan teknologi; (6) meningkatkan peranan pemerintah daerah dalam pengendalian dan

    pengawasan BBM bersubsidi dan LPG tabung 3 kg.Besaran subsidi BBM, LPG tabung 3 kg, dan LGV dalam RAPBN tahun 2016 sangat tergantung pada

    parameter, antara lain: ICP, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, dan volume konsumsi

    BBM bersubsidi yang diperkirakan mencapai 17,9 juta kiloliter (kl) serta volume konsumsi LPG tabung 3

    kg sebesar 6,17 metrik ton. Berdasarkan berbagai kebijakan dan parameter tersebut, maka anggaran

    subsidi BBM, LPG tabung 3 kg dan LGV dalam RAPBN tahun 2016 direncanakan sebesar Rp70.957,2

    miliar atau naik sebesar Rp6.282,4 miliar bila dibandingkan dengan alokasinya dalam APBNP tahun 2015

    sebesar Rp64.674,8 miliar. Subsidi tersebut antara lain terdiri atas: subsidi jenis BBM tertentu (JBT)

    tahun berjalan sebesar Rp20.325,9 miliar, subsidi harga atas LPG tabung 3 kg sebesar Rp27.000,4 miliar

    dan subsidi LGV sebesar Rp6,4 miliar. Lebih tingginya alokasi subsidi tersebut dikarenakan besarnya

    alokasi untuk pembayaran kurang bayar subsidi BBM, LPG tabung 3 kg dan LGV tahun sebelumnya.Kebijakan fiskal terkait subsidi listrik tahun 2016 dapat diuraikan sebagai berikut: (1) meningkatkan

    rasio elektrifikasi, khususnya melalui program listrik perdesaan dan instalasi listrik gratis bagi

  • 8/18/2019 Kebijakan Belanja Pemerintah Berdasarkan RAPBN 2016

    33/52

  • 8/18/2019 Kebijakan Belanja Pemerintah Berdasarkan RAPBN 2016

    34/52

     

    Tabel III.8

    Subsidi Nonenergi, APBN 2015 dan RAPBN 2016

    (miliar rupiah)

    No Uraian2015

    APBNP

    2016

    RAPBN

    1 Subsidi Pangan 18.939,9 20.993,4

    2 Subsidi Pupuk 39.475,7 30.063,2

    3 Subsidi Benih 939,4 1.023,8

    4 Subsidi PSO 3.261,3 3.752,5

    a. PT KAI 1.523,8 1.827,4

    b. PT Pelni 1.607,2 1.787,0

    c. LKBN Antara 130,3 138,1

    5 Subsidi Bunga Kredit Program 2.484,0 16.474,5

    6 Subsidi Pajak DTP 9.180,0 8.099,1Jumlah 74.280,3 80.406,4

    Sumber: Kementerian Keuangan

    Dalam RAPBN tahun 2016, anggaran subsidi pangan direncanakan sebesar Rp20.993,4 miliar, atau

    lebih tinggi Rp2.053,5 miliar bila dibandingkan dengan pagunya dalam APBNP tahun 2015 sebesar

    Rp18.939,9 miliar. Kebijakan penyediaan subsidi pangan ini diberikan dalam bentuk penjualan beras

    kepada rumah tangga sasaran (RTS) masyarakat berpenghasilan rendah dengan harga terjangkau. Dalam

    tahun 2016, program subsidi pangan ini disediakan untuk menjangkau 15,5 juta RTS, dalam bentuk

    penyediaan beras murah melalui Perum Bulog. Penyaluran beras kepada RTS akan diberikan untuk 12

    kali penyaluran, dengan kuantum sebanyak 15 kg per RTS per bulan dan harga jual sebesar Rp1.600,0

    per kg. Kenaikan alokasi anggaran subsidi pangan terutama disebabkan oleh adanya kenaikan harga

    pembelian pemerintah (HPP) Gabah/Beras per 17 Maret 2015, dari semula Rp6.600,0 per kg menjadi

    Rp7.300,0 per kg sesuai Inpres Nomor 5 Tahun 2015 dan pembayaran kekurangan bayar subsidi tahun

    2013 (hasil audit BPK).

    Dalam rangka mendukung program ketahanan pangan nasional dan membantu petani mendapatkan

    pupuk dengan harga terjangkau, Pemerintah mengalokasikan anggaran untuk subsidi pupuk. Volume

    pupuk bersubsidi tahun 2016 direncanakan sebanyak 9,55 juta ton. Subsidi pupuk tetap diberikan

    dengan sistem tertutup melalui mekanisme rencana definitive kebutuhan kelompok (RDKK). Namun,

    mekanisme pelaksanaan subsidi langsung kepada petani akan dilakukan secara bertahap. Di samping itu,

    Pemerintah terus berupaya agar HPP ditetapkan

    mendekati harga keekonomian dan mengusulkan rencana kenaikan harga eceran tertinggi (HET) untuk

    mengurangi disparitas harga pupuk. Selain itu, Pemerintah terus mendorong peningkatan penggunaan

    pupuk organik dan pupuk majemuk berimbang, serta penyempurnaan basis data yang berbasis orang

    dan lah