KEBIJA K AN PENATAAN ORGANISASI DAN SDM APARATUR PADA ERA REFORMASI BIROKRASI
description
Transcript of KEBIJA K AN PENATAAN ORGANISASI DAN SDM APARATUR PADA ERA REFORMASI BIROKRASI
KEBIJAKAN PENATAAN ORGANISASI DAN SDM APARATUR PADA ERA REFORMASI
BIROKRASI
MaMalanglang, , 11 September 20111 September 20122
Disampaikan pada forumDisampaikan pada forumRapat Koordinasi Regional Bidang Organisasi dan Kepegawaian Se Rapat Koordinasi Regional Bidang Organisasi dan Kepegawaian Se
KalimantanKalimantan
Oleh:
SEKRETARIS JENDERAL
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
1
KEMENTERIAN DALAM NEGERIREPUBLIK INDONESIA
KEBIJAKAN NASIONAL
REFORMASI BIROKRASI
2
KEBIJAKAN NASIONAL REFORMASI BIROKRASI
PERPRES NO. 81 TAHUN 2010 TENTANGGRAND DESIGN REFORMASI BIROKRASI
TAHUN 2010-2025
SETIAP KEMENTERIAN/ LEMBAGA DAN PEMDA WAJIB
MELAKSANAKAN REFORMASI BIROKRASI
TUJUAN:MEWUJUDKAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK (GOOD GOVERNANCE) DANAPARATUR PEMERINTAH YG
BERSIH(CLEAN GOVERNMENT)
PERMENPAN-RB NO. 20 TAHUN 2010 TENTANG ROAD MAP REFORMASI
BIROKRASI TAHUN 2010-2014
3
DELAPANPROGRAM
POKOKREFORMASIBIROKRASI
1. MANAJEMEN PERUBAHAN;
2. PENATAAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN;
3. PENATAAN DAN PENGUATAN ORGANISASI;
4. PENATAAN TATALAKSANA;
5. PENATAAN MANAJEMEN SDM APARATUR;
6. PENGUATAN PENGAWASAN INTERN;
7. PENINGKATAN AKUNTABILITAS KINERJA;
8. PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK.
LANJUTAN......
MASING-MASING PROGAMREFORMASI BIROKRASI DIURAIKAN
DALAM SEJUMLAH KEGIATAN YANG WAJIB DILAKSANAKAN OLEH
SETIAP KEMENTERIAN/LEMBAGA DAN PEMERINTAH DAERAH
POKOK – POKOK PERMASALAHAN PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH (PP NO. 41 TAHUN
2007)
POKOK – POKOK PERMASALAHAN PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH (PP NO. 41 TAHUN
2007)1. Dasar Pembentukan dengan Peraturan Daerah (terjadi politisasi dalam
pembentukan SKPD). 2. Terjadi Pola Organisasi yang sama antar daerah (Provinsi dan Kab/Kota),
tidak sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, potensi, dan karakteristik daerah.
3. Perumpunan menyebabkan kesulitan dalam melakukan koordinasi dengan K/L dan kesulitan dalam menetapkan kompetensi pimpinan SKPD).
4. Susunan Organisasi SKPD dibuat tidak berdasarkan hasil analisis beban kerja (ABK) dalam arti Pemda cenderung mengambil pola maksimal.
5. Nomenklatur SKPD antar Prov/Kab/Kota sangat variatif.6. Eselon terpola secara nasional tanpa memperhatikan beban kerja (eselon
Sekda Provinsi Babel dengan Provinsi Jawa Timur sama yaitu eselon Ib).7. Kriteria Variabel hanya menentukan jumlah SKPD yang terdiri dari jumlah
penduduk, luas wilayah, dan jumlah APBD.
POKOK – POKOK PERMASALAHAN PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH (PP NO. 41 TAHUN
2007)
POKOK – POKOK PERMASALAHAN PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH (PP NO. 41 TAHUN
2007)8. Lembaga yang dibentuk berdasarkan amanah peraturan perundang-
undangan (Lembaga Lain) menyebabkan pembebanan APBD.9. Tidak mengatur pembentukan lembaga sesuai dengan karakteristik
daerah (misalnya Bakorwil di Provinsi Jatim, Jateng dan Jabar ) serta Provinsi yang berkarakteristik kepulauan.
10. Kelembagaan Daerah yang memiliki istimewa dan khusus (Khususnya Provinsi DKI Jakarta, mengingat Walikota/ Bupati Administrasi merupakan Jabatan karir struktural).
11. Staf Ahli Kepala Daerah, tugas dan fungsi serta kewenangan yang tidak jelas.
12. Belum ada Kriteria Pembentukan UPTD sehingga jumlahnya tidak terkendali.
13. Sebagian kab/kota tidak melaporkan kepada Menteri Dalam Negeri dalam rangka pembinaan dan evaluasi.
14. Pemberdayaan Kapasitas SKPD oleh K/L tidak diatur.15. Pemanfaatan Jabatan Fungsional belum optimal.16. Ketiadaan sanksi terhadap pelanggaran PP Nomor 41 Tahun 2007.
URUSAN PEMERINTAHAN YANG DISERAHKAN (REVISI UU 32/2004)
URUSAN PEMERINTAHAN YANG DISERAHKAN (REVISI UU 32/2004)
PILIHANPILIHAN
1. kelautan dan perikanan;
2. pariwisata;3. pertanian;4. kehutanan;5. energi dan
sumberdaya mineral;
6. perdagangan; 7. perindustrian;
dan8. transmigrasi.
1. kelautan dan perikanan;
2. pariwisata;3. pertanian;4. kehutanan;5. energi dan
sumberdaya mineral;
6. perdagangan; 7. perindustrian;
dan8. transmigrasi.
1. Pendidikan; 2. kesehatan; 3. lingkungan hidup; 4. Pekerjaan umum; 5. ketahanan pangan;6. kependudukan dan
pencatatan sipil; 7. keluarga berencana; 8. sosial; 9. tenaga kerja;10. ketentraman dan
ketertiban umum serta perlindungan masyarakat; dan
11.perlindungan anak;12.perumahan13.Perhubungan
1. Pendidikan; 2. kesehatan; 3. lingkungan hidup; 4. Pekerjaan umum; 5. ketahanan pangan;6. kependudukan dan
pencatatan sipil; 7. keluarga berencana; 8. sosial; 9. tenaga kerja;10. ketentraman dan
ketertiban umum serta perlindungan masyarakat; dan
11.perlindungan anak;12.perumahan13.Perhubungan
WAJIBWAJIB
Pasal 22Pasal 22
1. penataan ruang;2. pertanahan; 3. pembangunan daerah; 4. koperasi, usaha kecil, dan
menengah; 5. penanaman modal;6. kepemudaan dan olah
raga; 7. pemberdayaan
masyarakat; 8. pemberdayaan
perempuan; 9. statistik; 10.persandian; 11.kebudayaan; 12.Perpustakaan;13.kearsipan; dan 14.Kawasan Perbatasan
Antar Negara15.komunikasi dan
informatika
1. penataan ruang;2. pertanahan; 3. pembangunan daerah; 4. koperasi, usaha kecil, dan
menengah; 5. penanaman modal;6. kepemudaan dan olah
raga; 7. pemberdayaan
masyarakat; 8. pemberdayaan
perempuan; 9. statistik; 10.persandian; 11.kebudayaan; 12.Perpustakaan;13.kearsipan; dan 14.Kawasan Perbatasan
Antar Negara15.komunikasi dan
informatika
tidak berkaitan dengan pelayanan dasar
tidak berkaitan dengan pelayanan dasar
berkaitan dengan pelayanan dasar
berkaitan dengan pelayanan dasar
ORGANISASI PERANGKAT DAERAHORGANISASI PERANGKAT DAERAH
PRINSIP DASAR: STRUKTUR ORGANISASI MENGIKUTI URUSAN ( STRUCTURE
FOLLOWS FUNCTIONS)PERAN PUSAT:
MEMETAKAN (MAPPING) DAERAH2 YG MEMPUNYAI PRIORITAS URUSAN WAJIB DAN SEKTOR UNGGULAN (URUSAN PILIHAN). MAPPING TERSEBUT MENJADI DASAR BAGI PUSAT SUPERVISI KELEMBAGAAN DAERAH
PERAN DAERAH: MENETAPKAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH (DINAS, BADAN) SESUAI PRIORITAS URUSAN WAJIB DAN PENGEMBANGAN SEKTOR UNGGULAN (URUSAN PILIHAN)
OUTPUT:ADA KEJELASAN DAERAH2 YG MENJADI STAKEHOLDERS UTAMA DARI SETIAP KEMENTERIAN DAN LPNK YG KEWENANGANNYA DI DESENTRALISASIKAN
PERANGKAT DAERAHPERANGKAT DAERAH
Pembentukan dan susunan Perangkat daerah ditetapkan dengan Perda setelah mendapat
persetujuan dari Menteri bagi organisasi Perangkat daerah Provinsi dan dari gubernur bagi organisasi
Perangkat daerah Kabupaten/Kota
Pembentukan dan susunan Perangkat daerah ditetapkan dengan Perda setelah mendapat
persetujuan dari Menteri bagi organisasi Perangkat daerah Provinsi dan dari gubernur bagi organisasi
Perangkat daerah Kabupaten/KotaPembentukan dinas
(melaksanakan urusan Pemda)
Pembentukan dinas (melaksanakan urusan
Pemda)
Dibentuk berdasarkan tipologi beban kerja (tipe A, B dan C)
Dibentuk berdasarkan tipologi beban kerja (tipe A, B dan C)
Pembentukan badan (melaksanakan fungsi
penunjang urusan Pemda)
Pembentukan badan (melaksanakan fungsi
penunjang urusan Pemda)
Beban kerja didasarkan pada jumlah penduduk, luas wilayah, dan kemampuan keuangan daerah
untuk urusan wajib dan berdasarkan potensi, proyeksi penyerapan tenaga kerja dan
pemanfaatan lahan untuk urusan pilihan
LATAR BELAKANG PENYUSUNAN RUU LATAR BELAKANG PENYUSUNAN RUU ASNASN
RUU ASN merupakan inisiatif DPRRUU ASN merupakan inisiatif DPR Saat ini telah ada UU tersendiri yang mengatur Saat ini telah ada UU tersendiri yang mengatur
TNI dan POLRI sehingga terhadap PNS perlu juga TNI dan POLRI sehingga terhadap PNS perlu juga diatur dalam UU tersendiri.diatur dalam UU tersendiri.
Dengan RUU ASN diharapkan dapat mengatasi Dengan RUU ASN diharapkan dapat mengatasi berbagai permasalahan dan kelemahan dalam berbagai permasalahan dan kelemahan dalam manajemen PNS yang diatur berdasarkan UU No. manajemen PNS yang diatur berdasarkan UU No. 8/1974 jo UU No. 43/1999 beserta peraturan 8/1974 jo UU No. 43/1999 beserta peraturan pelaksanaannya.pelaksanaannya.
RUU ASN ini sangat penting dan strategis RUU ASN ini sangat penting dan strategis sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan program reformasi birokrasi pelaksanaan program reformasi birokrasi terutama dalam rangka penataan sistem terutama dalam rangka penataan sistem manajemen SDM Aparatur dan perubahan pola manajemen SDM Aparatur dan perubahan pola pikir, sikap dan perilaku kerja aparatur.pikir, sikap dan perilaku kerja aparatur.
KONDISI SDM APARATUR SAAT INI
1. Total PNS sebanyak 4.572.113 ( Desember 2011).
2. Jml, kualitas, distribusi dan komposisi pegawai belum sesuai dg kebutuhan riil.
3. Animo masyarakat yang kualitasnya tidak sesuai dengan kebutuhan riil sangat besar
4. Penempatan pegawai dalam jabatan tidak berdasarkan kompetensinya (politisasi birokrasi)
5. Kinerja PNS rendah dan tidak disiplin.
6. Penghasilan belum adil & layak sesuai dgn beban kerja dan tanggung jawabnya
ASPEK MANAJEMEN SDM APARATUR:
1. Perencanaan Pegawai
2. Pengadaan Pegawai (rekruitmen, seleksi)
3. Penempatan dalam jabatan (fungsional, struktural)
4. Penyusunan Pola Karier Pegawai
5. Pengelolaan kinerja pegawai
6. Pengembangan kualitas pegawai
7. Penegakan Disiplin Pegawai
8. Remunerasi
9. Pemberhentian dan/ pemensiunan
KONDISI YANG DIHARAPKAN
PNS: 1.BERSIH
2. PROFESIONAL (KOMPETEN/MUMPUNI)
3.MELAYANI
4.SEJAHTERA
DASAR HUKUMUU No. 43 Tahun 1999 jo UU No.8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian.
PENGEMBANGAN SDM APARATUR
PELAYANAN MASYARAKAT
LINGKUNGAN STRATEGIS:
NASIONAL REGIONAL GLOBAL 10
RUANG LINGKUP/ISI POKOK RUU RUANG LINGKUP/ISI POKOK RUU ASNASN
Mengatur manajemen Aparatur Sipil Negara (PNS dan Mengatur manajemen Aparatur Sipil Negara (PNS dan PTT) yang meliputi : PTT) yang meliputi :
1.1. Jenis pegawai ASN;Jenis pegawai ASN;2.2. Jenis Jabatan ASN;Jenis Jabatan ASN;3.3. Pengadaan Calon Pegawai ASN;Pengadaan Calon Pegawai ASN;4.4. Pengangkatan Pengangkatan ddalam alam JJabatanabatan;;5.5. Netralitas Netralitas Pegawai ASN;Pegawai ASN;6.6. Pejabat berwenang;Pejabat berwenang;7.7. Fungsi ASN sebagai perekat NKRI;Fungsi ASN sebagai perekat NKRI;8.8. Pembentukan Pembentukan ddan Kewenangan Komisi Aparatur Sipil an Kewenangan Komisi Aparatur Sipil
Negara (KASN)Negara (KASN);;9.9. Penyelesaian SengketaPenyelesaian Sengketa;;10.10. Batas Usia Pensiun (BUP)Batas Usia Pensiun (BUP);;11.11. Sanksi pidana.Sanksi pidana.
POLRI walaupun merupakan aparatur sipil, mengingat POLRI walaupun merupakan aparatur sipil, mengingat telah memiliki UU tersendiri (UU No. 22/2002) maka tidak telah memiliki UU tersendiri (UU No. 22/2002) maka tidak dimasukkan dalam pengaturan RUU ASN.dimasukkan dalam pengaturan RUU ASN.
TNI merupakan bagian dari aparatur negara sudah diatur TNI merupakan bagian dari aparatur negara sudah diatur dalam UU dalam UU ttersendiri.ersendiri.
KEMENDAGRI BERSAMA KEMENTERIAN PAN-RB
MEMFASILITASI PELAKSANAANREFORMASI BIROKRASI PEMDA
LANGKAH-LANGKAH FASILITASI
SOSIALISASI KEBIJAKAN REFORMASI BIROKRASI.
MENYUSUN PEDOMAN ACUAN REFORMASI BIROKRASI PEMERINTAH DAERAH.
PENDAMPINGAN APARATUR PEMDA DALAM PENYUSUNAN DOKUMEN USULAN DAN ROAD MAP RB-PEMDA;
BIMBINGAN TEKNIS DAN PELATIHAN APARATUR PEMDA DALAM PENYIAPAN INSTRUMEN PELAKSANAAN KEGIATAN REFORMASI BIROKRASI.
MENDORONG PEMDA UTK MELAKUKAN KEGIATAN INISIASI REFORMASI BIROKRASI SESUAI PRIORITAS KEBUTUHAN;
MEMANTAU DAN MENGEVALUASI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI PEMDA.
FASILITASI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI PEMDA
12
1313
SU M AT ER A KA LIM A N TAN
JAVA
IR IAN JAYA
TERIMA KASIHTERIMA KASIH
13