KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum...

87
KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN KECENDERUNGAN DEHIDRASI SISWI SEKOLAH DASAR PARAMITA RACHMA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Transcript of KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum...

Page 1: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN KECENDERUNGAN DEHIDRASI

SISWI SEKOLAH DASAR

PARAMITA RACHMA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 2: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

ABSTRACT

Paramita Rachma. Drinking Habbit, Fluid Requirement and Sign of Dehydration of Female Elementary School Student. Supervised by Dodik Briawan The objective of this research was to assess drinking habbit, fluid requirement and sign of dehydration among female elementary school student. Cross sectional study was done from May to June 2009 in Polisi 4 Elementary School Bogor. The samples were student at grade 4 and 5 and healthy as an inclusive criteria. The number of sample was calculated by mean estimation.

The average fluid intake from food and beverage are 2024,4 ± 287,4 ml/day. The average fluid intake from food is 426,6 ± 126 ml/day and from beverage is 1597,8 ± 243 ml/day. The average fluid requirement of sample based on Grant & DeHoog (1999) in Mahan K. & Escott-Stump (2004) is 1789,7 ± 158,1 ml. Based on sign of dehydration, there is 62,8% of samples haved mild dehydration. The level of fluid consumption doesn’t have significant correlation with the trend of dehydration. Energy intake has significant correlation with the level of fluid consumption (r=0,322 ; p<0,01).

Keyword: Drinking habbit, Fluid requirement and Dehydration

Page 3: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

RINGKASAN

PARAMITA RACHMA. Kebiasaan Minum, Kebutuhan Cairan dan Kecenderungan Dehidrasi Siswi Sekolah Dasar. (Dibimbing oleh Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN).

Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui intake dan kebutuhan cairan serta kecenderungan dehidrasi siswi sekolah dasar. Adapun tujuan khususnya antara lain : (1) Mengetahui kebiasaan minum siswi sekolah dasar, (2) Mengetahui intake cairan siswi sekolah dasar, (3) Mengetahui kebutuhan cairan siswi sekolah dasar, (4) Mengetahui kecenderungan dehidrasi siswi sekolah dasar, (5) Menganalisis hubungan persentase tingkat konsumsi cairan dengan kecenderungan dehidrasi siswi sekolah dasar, (6) Menganalisis hubungan intake energi dengan persentase tingkat konsumsi cairan siswi sekolah dasar.

Penelitian dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study. Lokasi penelitian di Sekolah Dasar Polisi 4 Bogor. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan pertimbangan sekolah memiliki jumlah siswi yang banyak, lokasi sekolah yang strategis, berada di tengah kota serta mudah dijangkaku oleh peneliti. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei-Juni 2009. Contoh penelitian ini adalah siswi kelas 4 dan 5 SD Polisi 4 Bogor yang memiliki kriteria sehat (tidak sedang menderita penyakit diare, ginjal, demam (flu), demam berdarah serta radang tenggorokan). Populasi contoh berjumlah 193 siswi. Jumlah minimal contoh yang diambil dihitung menggunakan formula estimasi of mean (Lemeshow et al. 1997).

Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data karakteristik contoh (umur, BB, TB dan jumlah uang saku untu pengeluaran pangan). Data karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh meliputi besar keluarga, pekerjaan ayah dan pendidikan ayah. Data sekunder meliputi pendidikan ayah dan pekerjaan ayah diperoleh dari database yang terdapat di sekolah.

Data kebiasaan minum contoh diperoleh dari FFQ (Food Frequency Questionaire). Kebiasaan minum di sekolah diperoleh melalui wawancara langsung dengan contoh. Data intake cairan merupakan total intake cairan dari makanan dan minuman. Kecenderungan dehidrasi dilihat dari tanda-tanda dehidrasi antara lain haus, lelah, kulit kering, mulut dan tenggorokan kering (Asian Food Information Centre 2000). Kebutuhan cairan contoh dihitung dengan rumus Grant & DeHoog (1999) yang diacu dalam Mahan K. & Escott-Stump (2004) serta berdasarkan rekomendasi dari The National Research Council (NRC) diacu dalam Sawka M et al. (2005). Hubungan antara persentase tingkat konsumsi cairan dengan kecenderungan dehidrasi dianalisis menggunakan Uji Chi Square, hubungan antara intake energi dengan persentase tingkat konsumsi cairan dianalisis menggunakan Uji Korelasi Pearson.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap kebiasaan minum contoh sehari-hari, diketahui sebesar 52,3% contoh memiliki kebiasaan minum air putih 5-6 kali per hari. Sebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per minggu. Sebesar 53,5% contoh minum teh non kemasan dan 55,8% contoh minum teh kemasan sebanyak 1-3 kali per minggu.

Pada saat di sekolah, sebesar 36,0% contoh menyukai minum teh kemasan. Lebih dari setengah (52,3% contoh) memperoleh informasi tentang minuman kesukaan dari iklan di televisi. Sebesar 37,2% contoh minum minuman

Page 4: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

kesukaan karena alasan rasanya yang enak. Sebesar 55,8% contoh memiliki minuman larangan dan 44,2% contoh sisanya tidak memiliki minuman larangan. Sebesar 37,5% contoh memiliki minuman larangan berupa es. Sebesar 55,4% contoh minum sebanyak 3-4 kali saat berada di sekolah. Sebagian besar contoh (76,7% contoh) memperoleh minuman dari kantin dan pedagang kaki lima yang terdapat di sekitar lokasi sekolah. Sebesar 47,7% contoh minum air pada saat haus. Sebesar 70,9% contoh minum setelah melakukan aktivitas olahraga.

Intake cairan berasal dari makanan dan minuman. Rata-rata intake cairan dari makanan dan minuman sebesar 2024,4 ± 287,4 ml/hari. Rata-rata intake cairan dari makanan adalah 426,6 ± 126 ml/hari. Rata-rata intake cairan dari minuman adalah 1597,8 ± 243 ml/hari.

Intake cairan dari makanan yang terbesar berasal dari kelompok pangan makanan pokok, sayur dan buah serta lauk hewani. Intake cairan dari makanan pokok sebesar 218 ± 48 ml/hari, sayur dan buah sebesar 111,6 ± 94 ml/hari serta lauk nabati sebesar 76,7 ± 42 ml/hari.

Intake cairan dari minuman yang paling besar berasal dari air putih, susu dan teh. Intake cairan dari air putih sebesar 1128,8 ± 203 ml/hari. Intake cairan dari susu sebesar 251,9 ml/hari dan intake cairan dari teh sebesar 113,0 ± 169,5 ml/hari.

Rata-rata kebutuhan cairan contoh (umur 10-12 tahun) berdasarkan Grant & DeHoog (1999) yang diacu dalam Mahan K. & Escott-Stump (2004) adalah 1789,7 ± 158,1 ml. Rata-rata tingkat konsumsi cairannya adalah 113,8 ± 17,6%. Rata-rata kebutuhan cairan contoh (umur 10-12 tahun) berdasarkan The National Research Council (NRC) diacu dalam Sawka M et al. (2005) adalah 1516,7 ± 125,3 ml. Rata-rata tingkat konsumsi cairannya adalah 132,8 ± 20,6%.

Berdasarkan tanda-tanda dehidrasi, sebesar 62,8% contoh mengalami dehidrasi ringan dan 37,2% contoh tidak mengalami dehidrasi. Hasil Uji Chi square menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0,05) antara persentase tingkat konsumsi cairan dengan kecenderungan dehidrasi. Hasil analisis bivariat dengan Uji Korelasi Pearson menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara intake energi dengan persentase tingkat konsumsi cairan berdasarkan Grant & DeHoog (1999) yang diacu dalam Mahan K. & Escott-Stump (2004) (r=0,302 ; p<0,01). Hasil analisis bivariat dengan Uji Korelasi Pearson menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara intake energi dengan persentase tingkat konsumsi cairan berdasarkan The National Research Council (NRC) diacu dalam Sawka M et al. (2005) (r=0,322 ; p<0,01). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi intake energi maka persentase tingkat konsumsi cairan juga akan semakin besar.

Page 5: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

KEBIASAAN MINUM DAN KEBUTUHAN CAIRAN SERTA KECENDERUNGAN DEHIDRASI SISWI SEKOLAH DASAR

PARAMITA RACHMA

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 6: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

Judul Skripsi : Kebiasaan Minum, Kebutuhan Cairan dan Kecenderungan Dehidrasi Siswi Sekolah Dasar

Nama : Paramita Rachma Nrp : I14052242

Disetujui :

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN

NIP. 1966 0701 199002 1 001

Diketahui,

Ketua Departemen Gizi Masyarakat

Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS

NIP. 1962 1204 198903 2 002

Tanggal Lulus :

Page 7: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, puteri

pasangan Bapak Mokh. Fatkur Rohman dan Ibu Wahyu Widayati. Penulis

dilahirkan di Kota Bojonegoro pada tanggal 14 September 1987.

Pendidikan sekolah dasar penulis ditempuh pada tahun 1993 sampai

1999 di SD Negeri Karangsoko III dan pada tahun 1999 sampai 2002 di

SMP Negeri I Trenggalek. Pada tahun 2002 sampai 2005 penulis

melanjutkan pendidikan di SMA Negeri I Trenggalek.

Pada tahun 2005, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB

(USMI) penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor.

Penulis diterima sebagai mahasiswa Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi

Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia pada tahun 2006 melalui jalur

mayor minor. Selama menjadi mahasiswa, penulis tercatat sebagai staf

divisi Klub Peduli Pangan dan Gizi (KPPG) HIMAGITA periode 2006/2007,

staf divisi kewirausahaan HIMAGIZI periode 2007/2008 serta staf divisi

keputrian Forum Syiar Islam FEMA (FORSIA) period 2007/2008. Selain

itu penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan, baik yang

diselenggarakan oleh HIMAGIZI maupun FEMA.

Penulis pernah menjadi asisten praktikum Mata Kuliah Gizi dalam

Daur Kehidupan pada tahun ajaran 2008/2009. Pada tahun 2008 penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Cisarua dan Bantar

Karet, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pada bulan

Februari 2009 penulis juga melaksanakan Internship Dietetik di Rumah

Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

Page 8: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

PRAKATA

Asalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas

rahmat dan hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini

dengan baik. Penulisan skripsi yang berjudul “Kebiasaan Minum dan Kebutuhan

Cairan serta Kecenderungan Dehidrasi Siswi Sekolah Dasar” dilakukan sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi

Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Pada

kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan

penuh kesabaran telah meluangkan waktu dan pikirannya, memberikan

arahan, masukan, kritikan, dan dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. dr. Mira Dewi M.Si selaku dosen pemandu seminar dan dosen penguji skripsi

atas saran yang diberikan.

3. Dr. Ir. Drajat Martianto, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah

membimbing penulis dalam pengisian Kartu Rencana Studi selama kuliah.

4. Luthfi Rakhmawati, Tri Purnamasari, Tyas Rara Sedayu dan Jesa

Nuhgroho selaku pembahas seminar.

5. Seluruh pihak Sekolah Dasar Polisi 4 yang telah memberikan ijin untuk

melakukan penelitian serta seluruh murid-murid sekolah dasar yang telah

bersedia diwawancarai dan telah membantu kelancaran penelitian.

6. Bapak Ibukku tercinta dan adikku tersayang (d’Tyas) terimakasih atas do’a,

nasehat, semangat dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini.

7. Sahabat-sahabatku (Luthfi, Nenden, Sofy, Tri dan Sri) terima kasih atas

kebersamaan dan dukungannya, semoga persahabatan kita selalu abadi.

8. Jesa Nuhgroho, Fahmila Hidayati dan Elya Sugianti terima kasih atas

nasehat, doa dan semangatnya, terima kasih juga atas hari-hari indahnya

kebersamaan yang telah kita lalui selama ini.

9. Kartika Annisa, teman seperjuangan dalam penyusunan skripsi. Thanks for

all, akhirnya penantian dan kesabaran kita membuahkan hasil.

10. Teman-teman kosan Putri 26, Pondok Nova dan Wisma Ayu.

11. Teman-temanku Dietista 42, terima kasih atas kebersamaan dan cerita-cerita

indah selama tiga tahun.

Page 9: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

12. Adik-adik Angkatan 43, 44 dan 45, Pak Ugan serta Pak Karya serta semua

pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu

kelancaran penyelesaian penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Penulis

berharap penelitian ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi semua.

Wasamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bogor, Agustus 2009

Penulis

Page 10: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ................................................................................................... i

DAFAR TABEL ............................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ v

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vi

PENDAHULUAN

Latar Belakang ..................................................................................... 1

Tujuan .................................................................................................. 2

Hipotesis ............................................................................................... 3

Kegunaan ............................................................................................. 3

TINJAUAN PUSTAKA

Anak-anak ............................................................................................ 4

Konsumsi Pangan ................................................................................. 5

Fungsi Air dalam Tubuh ........................................................................ 6

Kebiasaan Minum ................................................................................ 7

Intake Cairan ......................................................................................... 9

Kebutuhan Cairan ................................................................................. 10

Dehidrasi ............................................................................................... 11

KERANGKA PEMIKIRAN .............................................................................. 14

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 16

Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh ............................................... 16

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ..................................................... 17

Pengolahan dan Analisis Data ............................................................. 18

DEFINISI OPERASIONAL ............................................................................. 21

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Sekolah Dasar ............................................................ 23

Karakteristik Contoh .............................................................................. 23

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Contoh ..................................... 27

Kebiasaan Minum Sehari-hari ............................................................... 28

Kebiasaan Minum Saat di Sekolah ....................................................... 38

Intake Cairan ......................................................................................... 45

Kebutuhan Cairan ................................................................................. 51

Tingkat Konsumsi Cairan ...................................................................... 52

Page 11: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

Halaman

Hubungan intake energi dengan persentase tingkat konsumsi cairan .. 53

Kecenderungan Dehidrasi ..................................................................... 53

Hubungan persentase tingkat konsumsi cairan dengan

kecenderungan dehidrasi ...................................................................... 54

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ........................................................................................... 57

Saran ..................................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 59

LAMPIRAN ..................................................................................................... 63

Page 12: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Sebaran contoh berdasarkan umur ......................................................... 24

2. Sebaran contoh berdasarkan rata-rata BB dan TB ................................. 24

3 Sebaran contoh berdasarkan status gizi ................................................. 25

4 Sebaran contoh berdasarkan uang saku................................................. 26

5 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga ......................................... 27

6 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan ayah ........................... 28

7 Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan ayah ................................ 28

8 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum air putih ......................... 30

9 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum susu .............................. 31

10 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum teh ................................. 32

11 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum kopi ............................... 33

12 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum sirup .............................. 34

13 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum jus buah ........................ 34

14 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum minuman isotonik .......... 35

15 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum soft drink ....................... 36

16 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum es blender ..................... 37

17 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum minuman lainnya ........... 37

18 Sebaran contoh berdasarkan minuman kesukaan .................................. 39

19 Sebaran contoh berdasarkan informasi tentang minuman kesukaan ..... 40

20 Sebaran contoh berdasarkan alasan minum minuman kesukaan ........... 40

21 Sebaran contoh berdasarkan ada atau tidaknya minuman larangan ...... 41

22 Sebaran contoh berdasarkan jenis minuman larangan ........................... 42

23 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum saat di sekolah .............. 42

24 Sebaran contoh berdasarkan asal minuman ........................................... 43

25 Sebaran contoh berdasarkan waktu minum saat di sekolah ................... 44

26 Sebaran contoh berdasarkan aktivitas sebelum minum saat

di sekolah ................................................................................................ 44

27 Konsumsi makanan dan intake cairan dari makanan .............................. 45

28 Intake caran dari minuman ...................................................................... 48

29 Rata-rata intake cairan ............................................................................ 50

30 Sebaran contoh berdasarkan kebutuhan cairan...................................... 51

31 Kebutuhan, intake dan tingkat konsumsi cairan pada contoh ................. 52

Page 13: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

Halaman

32 Sebaran contoh berdasarkan tanda-tanda dehidrasi .............................. 54

33 Sebaran contoh berdasarkan kecenderungan dehidrasi ......................... 54

34 Uji Chi Square persentase tingkat konsumsi cairan dengan

kecenderungan dehidrasi ........................................................................ 55

35 Uji Chi Square persentase tingkat konsumsi cairan dengan

kecenderungan dehidrasi ........................................................................ 55

Page 14: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Kerangka pemikiran kebiasaan minum, kebutuhan cairan

dan kecenderungan dehidrasi siswi sekolah dasar .................................... 24

Page 15: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Kuesioner penelitian intake dan kebutuhan cairan serta

status hidrasi siswi SD Polisi 4 Bogor ....................................................... 65

2 Tabulasi silang sebaran contoh berdasarkan status hidrasi

dengan frekuensi minum air putih ......................................................... 71

3 Tabulasi silang sebaran contoh berdasarkan status hidrasi

dengan frekuensi minum susu non kemasan ............................................ 71

4 Tabulasi silang sebaran contoh berdasarkan status hidrasi

dengan frekuensi minum susu kemasan ................................................. 71

5 Tabulasi silang sebaran contoh berdasarkan status hidrasi

dengan frekuensi minum teh non kemasan ............................................... 71

6 Tabulasi silang sebaran contoh berdasarkan status hidrasi

dengan frekuensi minum teh kemasan ...................................................... 71

7 Uji Korelasi Pearson hubungan antara intake energi dengan

persentase tingkat konsumsi cairan ......................................................... 72

8 Uji Korelasi Pearson hubungan antara intake energi dengan

persentase tingkat konsumsi cairan ......................................................... 72

9 Uji Chi Square antara persentase tingkat konsumsi cairan

dengan kecenderungan dehidrasi ............................................................. 73

10 Uji Chi Square antara persentase tingkat konsumsi cairan

dengan kecenderungan dehidrasi ............................................................. 73

Page 16: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tubuh manusia dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa

makanan, tetapi hanya dapat bertahan selama beberapa hari tanpa air. Air

merupakan komponen utama dari semua struktur sel dan merupakan media

kelangsungan proses metabolisme dan reaksi kimia dalam tubuh (Suharjo &

Kusharto 1988). Agar proses metabolisme dalam tubuh berjalan dengan baik

dibutuhkan masukan cairan setiap hari untuk menggantikan cairan yang hilang.

Air mempunyai beberapa fungsi antara lain untuk pelarut dan alat angkut,

sebagai katalisator, pelumas, fasilitator pertumbuhan, pengatur suhu tubuh dan

peredam benturan (Yuniastuti 2008). Muchtadi et al. (1993) menjelaskan bahwa

tubuh manusia rata-rata tersusun atas 63% air, 17% protein, 13% lemak, 6%

mineral, 1% karbohidrat dan vitamin. Seseorang yang kehilangan 40 % lemak

dan protein sampai terjadi penurunan berat badan, masih mampu bertahan

hidup. Akan tetapi, kehilangan 20% air dapat menyebabkan kematian.

Seiring bertambahnya usia, kandungan air yang tersedia dalam tubuh

manusia akan semakin berkurang. Almatsier (2003) menyatakan bahwa pada

proses penuaan manusia kehilangan air. Kandungan air bayi pada waktu lahir

adalah 75% berat badan, sedangkan pada usia tua berkurang menjadi 50% berat

badan. Kandungan air tubuh berbeda antar manusia, tergantung pada proporsi

jaringan otot dan jaringan lemak. Tubuh yang mengandung lebih banyak jaringan

otot mengandung lebih banyak air.

Kebutuhan cairan sehari dinyatakan sebagai proporsi terhadap jumlah

energi yang dikeluarkan tubuh dalam keadaan lingkungan rata-rata. Untuk orang

dewasa dibutuhkan sebanyak 1,0-1,5 ml/kkal, sedangkan untuk bayi 1,5 ml/kkal

(Yuniastuti 2008).

Secara normal, dalam satu hari tubuh akan kehilangan cairan melalui

ginjal, kulit, paru-paru maupun feses. Untuk menjaga agar kondisi dan fungsi

cairan tubuh tidak terganggu, kehilangan cairan tersebut harus diganti. Jika tubuh

tidak cukup mendapatkan air atau terjadi kehilangan air sekitar 5% dari berat

badan (pada anak, remaja dan dewasa) maka keadaan ini dikenal dengan istilah

dehidrasi.

Dehidrasi merupakan kondisi kekurangan cairan tubuh karena jumlah

cairan yang keluar lebih banyak daripada jumlah cairan yang masuk. Menurut

Asian Food Information Centre (2000), dehidrasi terbagi menjadi tiga kelompok,

Page 17: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

yaitu dehidrasi ringan, dehidrasi sedang, serta dehidrasi tingkat berat. Dehidrasi

dapat mengganggu keseimbangan dan pengaturan suhu tubuh, dan pada tingkat

yang sudah sangat berat, bisa berujung pada penurunan kesadaran dan koma.

Pada umumnya anak-anak lebih aktif daripada orangtua, sehingga

memerlukan intake cairan yang cukup untuk mengimbangi pengeluaran keringat.

Hurlock (1980) menyatakan bahwa aktivitas fisik merupakan bagian penting

dalam kehidupan sehari-hari anak sekolah, seperti bermain, bersepeda, dan

sebagainya. Seringkali anak-anak kurang peduli terhadap pentingnya intake

cairan dalam jumlah yang cukup untuk mengimbangi aktivitas mereka. Asian

Food Information Centre (1998) menyatakan bahwa minum air dalam jumlah

yang cukup seringkali diabaikan, khususnya pada anak-anak. Selain itu, pada

saat bermain, anak-anak cenderung lupa untuk minum.

Menurut Rotikan (2003), jika dilihat dari perbandingan total kadar air

dalam tubuh, yang rentan terkena dehidrasi adalah anak-anak. Hal ini

dikarenakan tubuh anak kecil banyak mengandung lemak, dan lemak hanya

mengandung sedikit air. Namun, apabila dilihat dari perbandingan jenis kelamin,

perempuan lebih mudah terserang dehidrasi dibandingkan dengan laki-laki.

Penyebabnya sama seperti pada anak kecil, tubuh perempuan lebih banyak

mengandung lemak daripada tubuh laki-laki. Asian Food Information Centre

(2000) menyatakan bahwa perempuan hanya minum 5-6 gelas cairan perhari,

sementara laki-laki minum 6-8 gelas cairan perhari. Oleh karena itu, peneliti ingin

mengetahui lebih jauh mengenai intake dan kebutuhan cairan serta

kecenderungan dehidrasi pada siswi sekolah dasar.

Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui kebiasaan minum,

kebutuhan cairan dan kecenderungan dehidrasi siswi sekolah dasar.

Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui kebiasaan minum siswi sekolah dasar,

2. Mengetahui intake cairan siswi sekolah dasar,

3. Mengetahui kebutuhan cairan siswi sekolah dasar,

4. Mengetahui kecenderungan dehidrasi siswi sekolah dasar,

5. Menganalisis hubungan persentase tingkat konsumsi cairan dengan

kecenderungan dehidrasi siswi sekolah dasar,

Page 18: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

6. Menganalisis hubungan intake energi dengan persentase tingkat konsumsi

cairan siswi sekolah dasar.

Hipotesis

• Terdapat hubungan antara persentase tingkat konsumsi cairan dengan

kecenderungan dehidrasi siswi sekolah dasar.

• Terdapat hubungan positif antara intake energi dengan persentase tingkat

konsumsi cairan siswi sekolah dasar.

Kegunaan

Memberikan informasi kepada masyarakat pada umumnya dan anak-

anak pada khususnya mengenai intake cairan dan meningkatkan kepedulian

akan bahaya dehidrasi serta pentingnya intake cairan dalam jumlah yang cukup.

Page 19: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

TINJAUAN PUSTAKA

Anak-anak

Anak-anak mempunyai perkembangan fisik maupun fisiologis yang

khusus pada setiap tahapan kehidupannya. Banyak perbedaan perkembangan

saat anak masih pada usia pra sekolah, sekolah, remaja dan waktu anak

menginjak usia dewasa. Anak sekolah dasar disebut juga masa pertengahan

anak-anak (middle childhood) adalah pada waktu anak berusia 6-12 tahun. Pada

masa ini, anak memiliki fisik yang kurus dan tinggi dibandingkan pada pada masa

prasekolahnya (Papalia & Olds 1979 diacu dalam Lusiana 2008).

Periode pertengahan masa anak-anak, yaitu anak usia sekolah (6-12

tahun) merupakan periode yang penting dalam kehidupan anak-anak. Menurut

Papalia & Olds (1979) diacu dalam Lusiana (2008), pada usia sekolah, anak

secara berangsur-angsur mengalami pertumbuhan tetapi berjalan agak lambat

jika dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan mereka pada saat bayi atau usia

pra sekolah. Pada usia sekolah ini, secara umum aktivitas fisik anak akan

semakin tinggi sehingga memperkuat kemampuan motoriknya. Sedangkan

menurut Hurlock (1980), akhir masa anak-anak merupakan periode pertumbuhan

lambat dan relatif stabil.

Lucas B (2004) menyatakan bahwa pada sekitar umur 6 tahun anak-anak

akan mengalami adiposity rebound (fenomena pertumbuhan normal yang terjadi

pada usia ± 6 tahun, dimana lemak tubuh pada anak-anak mengalami

penambahan) atau terjadi peningkatan berat badan sebagai persiapan untuk

pertumbuhan optimal pada masa puber (masa remaja). Perbedaan jenis kelamin

akan berpengaruh terhadap komposisi tubuh. Anak laki-laki mempunyai lean

body mass yang lebih tinggi per cm tinggi badan dibanding anak perempuan.

Anak perempuan mempunyai persentase lemak yang lebih tinggi untuk setiap kg

berat badan dibanding anak laki-laki.

Lee (1993) menyatakan bahwa perkembangan dan pertumbuhan pada

Anak Usia Sekolah (AUS) relatif stabil jika dibandingkan dengan periode pra

sekolah dan remaja. Pertumbuhan anak lambat dan stabil, tetapi asupan gizi

yang cukup tetap dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, diantaranya :

mencukupi kebutuhan energi untuk aktivitas, menjaga tubuh agar tetap tahan

dari penyakit, menyediakan kebutuhan untuk pertumbuhan, menyediakan

penyimpanan zat gizi yang cukup untuk membantu pertumbuhan pada periode

dewasa. Pertumbuhan pada anak-anak berlangsung dengan kecepatan yang

Page 20: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

lebih lambat daripada pertumbuhan bayi. Akan tetapi, kegiatan fisik pada

pertumbuhan tersebut meningkat. Dengan demikian dalam kondisi

keseimbangan terhadap besarnya tubuh, kebutuhan zat gizi pada masa anak-

anak masih tetap tinggi. Oleh karena itu, makanan yang dikonsumsi anak harus

merupakan sumber zat gizi yang baik dan yang diperlukan oleh mereka.

Penilaian status gizi berfungsi untuk mengetahui apakah seseorang atau

sekelompok orang mempunyai gizi yang baik atau tidak. Almatsier (2003)

menyatakan bahwa status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat

konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Ada beberapa indikator

antropometri yang dapat digunakan untuk mengukur status gizi, diantaranya

umur, berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar lengan atas (LLA), lingkar

kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit (Supariasa et

al. 2001).

Secara umum penilaian status gizi dengan cara antropometri memiliki

beberapa kelebihan, yaitu : (1) cara penggunaan sederhana, aman dan dapat

digunakan pada ukuran sampel yang besar, (2) peralatan yang digunakan tidak

mahal, mudah dibawa (portable), tahan lama dan dapat dibuat atau dibeli secara

lokal, (3) cara pengukuran dapat dilakukan oleh petugas yang relatif tidak ahli; (4)

dapat mengidentifikasi keadaan gizi ringan, sedang dan buruk; serta (5) dapat

digunakan untuk melakukan pemantauan status gizi dari waktu ke waktu.

Beberapa kekurangan pengukuran secara antropometri, yaitu (1) relatif kurang

sensitif, (2) tidak dapat mendeteksi defisiensi zat gizi khusus, dan (3) faktor-faktor

non gizi, seperti penyakit dan genetik dapat mengurangi spesifisitas dan

sensitivitas pengukuran (Riyadi 2001).

Pengukuran status gizi anak berdasarkan kriteria antropometri

mempunyai beberapa kelemahan. Namun, sampai saat ini antropometri

dianggap merupakan cara yang paling mudah dan praktis untuk dilakukan,

karena dapat dilakukan oleh siapa saja dengan terlebih dahulu mendapat sedikit

latihan (Riyadi 2001).

Konsumsi Pangan

Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia agar dapat

hidup sehat (Harper et al. 1986 diacu dalam Lusiana 2008). Semakin beragam

bahan pangan yang dikonsumsi, maka akan semakin beragam pula zat gizi yang

diperoleh sehingga dapat meningkatkan mutu gizinya.

Page 21: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

Konsumsi pangan adalah suatu informasi mengenai jenis dan jumlah

pangan yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu.

sehingga penilaian konsumsi pangan dapat berdasarkan jumlah maupun jenis

makanan yang dikonsumsi. Meningkatkan jumlah dan mutu konsumsi makanan

memerlukan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang makanan yang

bergizi, perubahan sikap serta perubahan perilaku sehari-hari dalam

menentukan, memilih dan mengkonsumsi makanannya. Kebutuhan gizi adalah

sejumlah zat gizi minimum yang harus dipenuhi dari konsumsi pangan

(Hardinsyah & Martianto 1992).

Survei konsumsi pangan tingkat individu dapat menggunakan metode-

metode penimbangan, metode recall, riwayat makanan, frekuensi makan, dan

metode kombinasi (Suhardjo & Kusharto 1988). Sediaoetama (1987)

menyatakan bahwa metode recall adalah salah satu metode yang sering dipakai

untuk penelitian konsumsi pangan. Metode ini pada dasarnya menggunakan

teknik wawancara dimana pewawancara menanyakan apa yang dikonsumsi.

Tanggal dan waktu serta porsi setiap makanan dicatat secara teliti.

Fungsi Air dalam Tubuh

Yuniastuti (2008) menyatakan bahwa air merupakan sebagian besar zat

pembentuk tubuh manusia. Tergantung jumlah lemak yang terdapat dalam tubuh,

proporsi air ini berbeda antar orang. Pada orang gemuk, perbandingan antara air

dan lemak sekitar 50% berbanding 50%. Pada pria normal perbandingannya

antara 60% berbanding 16%. Pada orang kurus, perbandingan tersebut adalah

67% dengan 7%. Pada bayi, perbandingan tersebut sangat mencolok, yaitu 78%

dan 0%. Dengan perkataan lain, jumlah air yang terdapat dalam tubuh manusia

adalah : sekitar 80% dari berat badan (untuk bayi dengan low birth weight),

sekitar 70-75% dari berat badan (untuk bayi neonatus), sekitar 65% dari berat

badan (untuk anak). Almatsier (2003) menyatakan bahwa kandungan air laki-laki

lebih banyak daripada perempuan.

Almatsier (2003) menyatakan bahwa air mempunyai berbagai fungsi dalam

proses vital tubuh, antara lain :

• Pelarut dan alat angkut

Air di dalam tubuh berfungsi sebagai pelarut zat-zat gizi berupa

monosakarida, asam amino, lemak, vitamin, serta mineral dan bahan-

bahan lain yang oleh tubuh seperti oksigen dan hormon-hormon. Zat-zat

gizi dan hormon ini dibawa ke sel-sel yang membutuhkan. Disamping itu,

Page 22: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

air sebagai pelarut mengangkut sisa-sisa metabolisme termasuk

karbondioksida dan ureum untuk dikeluarkan dari tubuh melalui paru-

paru, kulit, dan ginjal.

• Katalisator

Air berperan sebagai katalisator dalam berbagai reaksi biologik dalam sel,

termasuk dalam saluran cerna. Air diperlukan pula untuk memecah atau

menghiodrolisis zat gizi kompleks menjadi bentuk-bentuk yang lebih

sederhana.

• Pelumas

Air berperan sebagai pelumas dalam cairan sendi-sendi tubuh.

• Fasilitator pertumbuhan

Air sebagai bagian jaringan tubuh, diperlukan untuk pertumbuhan. Dalam

hal ini air berperan sebagai zat pembangun.

• Pengatur suhu

Karena kemampuan air untuk menyalurkan panas, air memegang

peranan dalam mendistribusikan panas di dalam tubuh. Sebagian panas

yang dihasilkan dari metabolisme energi diperlukan untuk

mempertahankan suhu tubuh pada 37 °C. Suhu ini paling cocok untuk

bekerjanya enzim-enzim di dalam tubuh. Kelebihan panas yang diperoleh

dari metabolisme energi perlu segera disalurkan ke luar. Sebagian besar

pengeluaran kelebihan panas ini dilakukan melalui penguapan air dari

permukaan tubuh (keringat). Tubuh setiap waktu mendinginkan diri

melalui penguapan air. Kehilangan panas melalui kulit merupakan 25%

dari pengeluaran energi basal. Kehilangan air yang terjadi sebanyak 350-

700 ml per hari pada suhu dan kelembaban lingkungan normal

dinamakan kehilangan air insensible atau secara tidak sadar. Semakin

luas permukaan tubuh, semakin besar kehilangan panas melalui kulit.

Lemak di bawah kulit berperan sebagai bahan isolasi yang mengurangi

kecepatan panas hilang dari tubuh. Ini menguntungkan bagi tubuh pada

suhu dingin dan merugikan pada suhu panas.

Kebiasaan Minum

Kebiasaan didefinisikan sebagai pola perilaku yang diperoleh dari pola

praktek yang terjadi berulang-ulang. Berdasarkan survei di Singapura yang

dilakukan oleh Asian Food Information Centre (AFIC) (1999) diketahui bahwa :

Page 23: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

• Sebagian besar individu tidak minum dalam jumlah yang cukup, survei di

Singapura menunjukkan bahwa perempuan minum 1,6 liter per hari. Pada

usia yang lebih muda (15-24 tahun), laki-laki dan perempuan minum air

dalam jumlah yang lebih sedikit yaitu sekitar 1,4 liter per hari.

• Sebagian besar individu tidak minum secara teratur dengan alasan tidak

merasa haus, lupa untuk minum dan sulit menemukan sesuatu untuk

diminum.

• Sebagian besar individu hanya minum ketika merasa haus. Namun

sebenarnya haus merupakan tanda bahwa tubuh sudah mengalami

dehidrasi ringan.

• Sebagian besar responden mengetahui jumlah cairan yang seharusnya

dikonsumsi dalam satu hari, namun hal ini tidak diikuti dengan kebiasaan

minum yang baik. Sebanyak 45% responden mengatakan bahwa 5-8

gelas cairan harus dikonsumsi untuk menjaga agar tubuh tetap sehat,

35% mengatakan bahwa 8-10 gelas cairan adalah jumlah yang tepat

untuk dikonsumsi dalam satu hari. Pada dasarnya, minimal 8 gelas (2 liter

cairan) direkomendasikan untuk diminum dalam satu hari.

• Sebagian besar individu tidak minum air dalam jumlah yang cukup pada

saat olahraga. Ketika berolahraga, cairan yang dibutuhkan meningkat,

karena tubuh banyak kehilangan cairan. Sehingga diperlukan

penggantian cairan secara cepat untuk mencegah dehidrasi.

• Sebesar 74% orang Singapura lebih memilih air putih untuk diminum

pada pilihan pertama, sedangkan sebesar 32% memilih teh dan kopi

pada pilihan pertama.

• Sebagian besar individu membawa minuman dari rumahnya. Sebanyak

56% responden mengatakan bahwa rumah adalah tempat terbaik untuk

mendapatkan minuman.

Batmanghelidj (2007) menyatakan bahwa air harus diminum kapanpun

saat merasa haus, bahkan pada saat di tengah-tengah makan. Air harus

diminum saat bangun di pagi hari untuk memperbaiki dehidrasi yang dihasilkan

selama tidur panjang. Air harus diminum sebelum olahraga untuk

menyediakannya bagi keringat. Air juga harus diminum oleh orang yang sembelit

dan tidak cukup makan buah dan sayur.

Page 24: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

Intake Cairan

Briggs G dan Calloway D (1987) menyatakan bahwa kehilangan air harus

diganti dengan air yang diperoleh dari tiga sumber, yaitu dari minuman, air yang

terkandung dalam makanan serta air yang diperoleh sebagai hasil metabolisme.

Kandungan air pada makanan padat bervariasi, mulai 5% pada makanan yang

sangat kering seperti crackers sampai lebih dari 90% pada buah dan sayuran

segar seperti tomat, semangka, strawberry, bunga kol dan daun selada.

Muchtadi et al. (1993) menyatakan bahwa air dikonsumsi dalam beberapa

cara. Kebanyakan air diperoleh dari minuman, yaitu sekitar 1650 ml per hari

dalam bentuk air, teh, kopi, soft drink, susu, dan sebagainya. Air dalam makanan

padat menyumbangkan 750 ml. Ketidakseimbangan air dapat berakibat buruk

bagi kesehatan, seperti konstipasi dan dehidrasi.

Total intake cairan termasuk cairan dari minuman dan cairan dari

makanan (Manz F dan A. Wentz 2005). Dalam Third National Health and

Nutrition Survey (NHANES III : 1988-1944) diacu dalam Manz F dan A. Wentz

(2005), total intake air berasal dari minuman, serta makanan yang diperoleh dari

dietary recall selama 24 jam. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa intake

cairan dari minuman pada anak perempuan di United States pada umur 9-13

tahun adalah 1709-2240 ml per hari.

Hellert et al. (2001) menghitung intake air pada 541 anak usia 2-13 tahun

di Jerman dengan menggunakan dietary record selama 3 hari. Pada penelitian ini

orangtua anak diminta untuk mencatat dan menimbang semua jenis makanan

dan minuman yang dikonsumsi oleh anaknya. Penimbangan dilakukan dengan

mencatat makanan sebelum dimakan serta makanan sisa yang tidak dimakan.

Alat bantu yang digunakan adalah timbangan. Total intake cairan pada penelitian

Hellert et al. (2001) diperoleh dari air yang terkandung dalam makanan, minuman

serta air oksidasi. Hasil penelitian Hellert et al. (2001) menunjukkan bahwa

secara keseluruhan total intake air meningkat seiring bertambahnya umur, yaitu

dari 1114 gram per hari pada anak umur 2-3 tahun cairan meningkat menjadi

1891 gram per hari untuk anak laki-laki umur 9-13 tahun serta 1676 ± 386 gram

per hari untuk anak perempuan umur 9-13 tahun. Total intake cairan yang

berasal dari makanan berkisar antara 33-38%, dari minuman 49-55% dan dari

hasil oksidasi sebesar 12-13%.

NHANES III (Third National Health and Nutrition Survey) diacu dalam

Manz F dan A. Wentz (2005) menyatakan bahwa pada anak-anak dan orang

Page 25: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

dewasa sekitar 80% total intake air diperoleh dari minuman, sementara 20%

sisanya diperoleh dari makanan. Hasil penelitian Bossingham et al. (2005)

tentang keseimbangan air dan status hidrasi pada orang muda dan dewasa

menyatakan bahwa total intake air tidak berbeda antara orang muda dan

dewasa. Mereka juga melaporkan bahwa umur tidak mempengaruhi total intake

air. Proses penuaan berhubungan dengan beberapa perubahan fisiologi yang

dapat mempengaruhi pengaturan keseimbangan air. Perubahan fisiologi yang

terjadi antara lain penurunan TBW (total body water) yang berhubungan dengan

FFM (Fat Free Mass), penurunan rasa haus, serta perubahan konsentrasi

vasopressin yang dapat mempengaruhi kemampuan ginjal dalam memproduksi

urin.

Kebutuhan Cairan

Kebutuhan air sangat bervariasi antar individu. Besarnya kebutuhan

dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, suhu dan kelembaban

lingkungan serta aktivitas fisik. Penentuan kebutuhan air untuk orang sehat dapat

didasarkan pada umur, berat badan, asupan energi dan luas permukaan tubuh

(Proboprastowo & Dwiriyani 2004).

The National Research Council (1989) di Amerika diacu dalam Manz F

dan A. Wentz (2003) merekomendasikan intake air 1,5 ml/kkal untuk bayi dan

1ml/kkal untuk anak-anak dan dewasa. Selain itu The National Research Council

diacu dalam Sawka M et al. (2005) juga merekomendasikan intake air harian

yaitu sekitar 1 ml/kkal energi yang dikeluarkan.

Kebutuhan cairan akan meningkat seiring bertambahnya umur, mulai 0,6

L pada bayi hingga 1,7 L pada anak-anak. Pada orang dewasa kebutuhan air

meningkat menjadi 2,5 L untuk aktivitas sedentary dan 3,2 L untuk aktivitas fisik

sedang, untuk orang dewasa yang lebih aktif yang tinggal di lingkungan panas

memiliki kebutuhan air sekitar 6 L (Sawka M et al. 2005).

Batmanghelidj (2007) mengemukakan bahwa tubuh manusia terus

menerus membutuhkan air. Tubuh kehilangan air melalui paru-paru ketika

menghembuskan nafas. Tubuh kehilangan air melalui keringat, produksi kemih

dan dalam buang air besar. Tolok ukur yang baik bagi kebutuhan tubuh akan air

adalah warna dari kemih. Seseorang yang terhidrasi dengan baik menghasilkan

kemih yang tidak berwarna. Seseorang yang relatif terdehidrasi menghasilkan

kemih yang kuning, dan seseorang yang benar-benar terdehidrasi menghasilkan

kemih berwarna jingga (orange).

Page 26: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

Dehidrasi

Manz F dan A Wentz (2005) menjelaskan belum ada “gold standard”

untuk mengukur status hidrasi pada semua kondisi lingkungan. Beberapa

indikator yang sering digunakan untuk mengukur status hidrasi antara lain :

parameter keseimbangan air (contoh : intake air), perubahan berat badan atau

total cairan tubuh, indikator plasma, serta indikator urin.

Bossingham et al. (2005) menjelaskan bahwa pengukuran status hidrasi

dapat dilakukan menggunakan urine specific gravity dan osmolalitas plasma.

Urine specific gravity diasumsikan sama dengan densitas urin yang diukur

dengan menimbang volum urin selama 24 jam.

Pengukuran osmolalitas plasma dilakukan dengan menimbang darah

sampel kemudian disentrifugasi untuk mendapatkan plasma dan diukur nilai

osmolalitasnya dengan osmometer. Nilai urine specific gravity yang normal

adalah 1,006-1,020 sedangkan osmolalitas plasma yang normal adalah 280-300

mOsm/kg.

Kelebihan kehilangan cairan yang dikenal dengan istilah dehidrasi dapat

membahayakan kehidupan. Dehidrasi bisa terjadi karena kekurangan air atau

makanan atau kehilangan air yang banyak misalnya pada diare yang parah,

muntah, dan sebagainya. Bayi dan anak-anak lebih mudah terkena dehidrasi

dibanding orang dewasa, karena mereka bisa kehilangan relatif lebih banyak

cairan. Menurut Gavin (2006) dehidrasi dapat terjadi akibat kehilangan cairan

yang terlalu banyak, tidak minum air dalam jumlah cukup, ataupun akibat kedua

hal di atas. Muntah dan diare juga menjadi penyebab utama terjadinya dehidrasi

pada anak-anak karena ketika muntah dan diare tersebut tubuh dapat kehilangan

cairan dalam jumlah banyak baik melalui urin maupun keringat. Selain itu,

dehidrasi juga dapat terjadi karena jumlah minuman yang diminum tidak cukup

akibat adanya rasa mual, kehilangan nafsu makan karena sakit, sakit

tenggorokan atau luka di mulut.

Asian Food Information Centre (2000) menyebutkan bahwa pada saat kita

merasa haus, kita sedang mengalami dehidrasi. Banyak orang mengasumsikan

bahwa haus merupakan indikator yang baik dari kebutuhan cairan. Meskipun

demikian, haus sebenarnya merupakan suatu tanda bahwa tubuh baru saja

mengalami dehidrasi. Cairan harus diganti sebelum rasa haus ini timbul. Pada

saat tubuh mengalami dehidrasi, ginjal akan merespon dengan menghemat air

Page 27: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

dan melakukan reabsorbsi lagi ke dalam darah dan memindahkannya dari tubuh

melalui urin. Hasilnya urin yang terbentuk sedikit.

Tanda-tanda dehidrasi bervariasi mulai dari haus dan lemas sampai

kerusakan fungsi ginjal. Tanda-tanda dehidrasi adalah sebagai berikut (Asian

Food Information Centre 2000):

• Dehidrasi tingkat ringan : haus, lelah, kulit kering, mulut dan tenggorokan

kering.

• Dehidrasi tingkat sedang : detak jantung makin cepat, pusing, tekanan

darah rendah, lemas, konsentrasi urinnya pekat, tetapi volumnya kurang.

• Dehidrasi tingkat berat : muscle spams (kejang), swollen tongue (lidah

bengkak), kegagalan fungsi ginjal, poor blood circulation (sirkulasi darah

yang tidak lancar), dan sebagainya.

Bossingham et al. (2005) menyatakan bahwa haus dan mekanisme

hormonal lainnya bertanggung jawab untuk memelihara total body water (TBW).

Haus dirangsang oleh peningkatan osmolalitas plasma, penurunan volum plasma

atau penurunan tekanan darah. Peningkatan osmolalitas plasma selanjutnya

akan merangsang osmoreseptor di hipotalamus sehingga akan merangsang

pusat haus di hipotalamus dan timbul rasa haus (keinginan untuk minum). Selain

itu, haus juga bisa terjadi akibat penurunan volum darah atau penurunan tekanan

darah. Penurunan tekanan darah akan merangsang ginjal untuk mengeluarkan

renin. Peningkatan renin akan mengakibatkan peningkatan angiotensin dan

menimbulkan rasa haus di hipotalamus.

Batmanghelidj (2007) menyatakan bahwa pengaturan air manusa

bergantung pada sensasi hausnya. Namun sensasi haus seperti yang dipahami

sampai saat ini (yaitu mulut yang kering) bukanlah pertanda yang akurat dari

kebutuhan air yang sebenarnya. Jika tidak merasa haus, manusia cenderung

tidak minum air. Biasanya, seseorang menunggu sampai haus sebelum mulai

berfikir untuk minum air. Primana (2009) menyatakan bahwa minum air jangan

menunggu sampai rasa haus timbul karena rasa haus tidak cukup baik sebagai

indikator keinginan untuk minum. Keinginan minum air lebih banyak dan lebih

sering karena kebiasaan, bukan karena adaptasi fisiologis. Rasa haus baru

timbul apabila tubuh telah mengalami kekurangan air (dehidrasi).

Whitmire (2004) menyatakan bahwa gejala dehidrasi akut bervariasi

sesuai dengan pengurangan berat badan. Pada kehilangan berat badan 1-2%

akan timbul rasa haus, lemah, lelah, sedikit gelisah serta hilang selera makan.

Page 28: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

Mulut kering, penurunan jumlah urin dan kulit kering akan terjadi pada

pengurangan berat badan sebesar 3-4%. Kehilangan 5-6% berat badan akan

menimbulkan sulit berkonsentrasi, sakit kepala, kegagalan pengaturan suhu

tubuh serta peningkatan frekuensi nafas. Kehilangan 7-10% bera badan dapat

mengakibatkan otot kaku serta kolaps. Pada kehilangan 11% berat badan dapat

menimbulkan penurunan volum darah serta dapat berakibat pada kegagalan

fungsi ginjal.

Page 29: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

KERANGKA PEMIKIRAN

Kebiasaan didefinisikan sebagai pola perilaku yang diperoleh dari pola

praktek yang terjadi berulang-ulang. Kebiasaan makan dapat didefinisikan

sebagai seringnya (kerap kalinya) makanan tertentu dipilih dan dikonsumsi

seseorang pada jangka waktu tertentu. Kebiasaan minum merupakan sesuatu

yang berhubungan dengan minum dan minuman seperti frekuensi minum, jenis

minuman yang diminum, minuman kesukaan, minuman larangan, waktu minum,

asal minuman, dan sebagainya.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan dan

kebiasaan minum, antara lain karakteristik sosial ekonomi keluarga yang meliputi

besar keluarga, pendidikan, dan pekerjaan orangtua serta karakteristik contoh

yang meliputi umur, ukuran tubuh (berat badan dan tinggi badan), jumlah uang

saku untuk pengeluaran pangan.

Kebiasaan makan dan kebiasaan minum akan mempengaruhi konsumsi

pangan seseorang. Konsumsi pangan dapat mencerminkan intake energi. Selain

itu, konsumsi pangan juga akan mempengaruhi intake cairan. Intake cairan

merupakan seluruh cairan yang masuk ke dalam tubuh, baik yang berasal dari

minuman maupun dari makanan.

Pada dasarnya, jumlah cairan yang dibutuhkan oleh tubuh berbeda-beda

antar individu. Kebutuhan cairan ini tergantung pada umur, jenis kelamin,

aktivitas, suhu lingkungan, ukuran tubuh, serta kondisi kesehatan. Kebutuhan

cairan juga dipengaruhi intake energi. Berdasarkan intake dan kebutuhan cairan

dapat diketahui persentase tingkat konsumsi cairan. Apabila kebutuhan cairan

tidak terpenuhi, akan menimbulkan dehidrasi. Kecenderungan dehidrasi dilihat

berdasarkan tanda-tanda dehidrasi antara lain haus, lelah, kulit kering, bibir

kering, mulut dan tenggorokan kering. Berikut merupakan gambar kerangka

pemikiran hubungan intake dan kebutuhan cairan serta kecenderungan dehidrasi

pada siswi sekolah dasar.

Page 30: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

Gambar 1 Kerangka pemikiran kebiasaan minum, kebutuhan cairan dan kecenderungan dehidrasi siswi sekola dasar

Keterangan gambar :

: variabel yang diteliti

: variabel yang tidak diteliti

: hubungan yang diteliti

Intake energi Intake cairan Kebutuhan cairan�

Kecenderungan dehidrasi

Karakteristik contoh

Karakteristik sosial ekonomi keluarga �

Persentase tingkat konsumsi cairan

Konsumsi Pangan (makanan dan minuman)

Kebiasaan makan Kebiasaan minum

Page 31: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

METODE PENELITIAN

Desain Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan menggunakan desain cross sectional study.

Penelitian dilakukan dengan wawancara mengenai kebiasaan minum, recall serta

FFQ (Food Frequency Questionaire). Lokasi penelitian di Sekolah Dasar Polisi 4

Bogor. Penentuan sekolah yang dijadikan lokasi penelitian dilakukan secara

purposive dengan pertimbangan : sekolah memiliki jumlah siswi yang banyak,

lokasi sekolah yang strategis, berada di tengah kota serta mudah dijangkau oleh

peneliti. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei-Juni 2009.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh�

Contoh penelitian ini adalah siswi kelas 4 dan 5 SD Polisi 4 Bogor

dengan kriteria sehat (tidak sedang menderita penyakit diare, ginjal, demam

berdarah, serta radang tenggorokan). Jumlah populasi yaitu sejumlah 193 siswi

Jumlah minimal contoh penelitian dihitung menggunakan formula estimasi of

mean (Lemeshow et al. 1997) sebagai berikut :

n � (1.96)2 x s2 d2

� (1.96) 2 x (0.9)2 (0.2)2

� 77,8 (78 siswi)

Keterangan :

n = contoh penelitian

s = standar deviasi konsumsi air pada remaja yaitu 900 ml (diperoleh dari

Hardinsyah et al. 2009).

d = jarak dari rata-rata konsumsi cairan populasi yang sesungguhnya

yaitu 200 ml.

Pengambilan contoh sebanyak 86 siswi dari keseluruhan populasi

dilakukan secara acak dan bertanya kepada contoh apakah contoh sedang

menderita penyakit diare, ginjal, demam berdarah serta radang tenggorokan

pada saat wawancara. Apabila contoh sedang menderita salah satu dari penyakit

tersebut, maka contoh langsung di drop out.

Contoh yang diwawancarai pada penelitian ini berjumlah 90 contoh,

namun terdapat empat contoh yang di drop out karena datanya tidak lengkap.

Total contoh dalam penelitian ini berjumlah 86 contoh.

Page 32: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.

Data primer diperoleh melalui wawancara secara langsung kepada contoh yang

dilaksanakan sebelum jam masuk sekolah, pada saat istirahat, atau pada saat

pulang sekolah.

Data primer meliputi data karakteristik contoh seperti umur, jenis kelamin,

tempat tinggal, ukuran tubuh (berat badan dan tinggi badan) serta uang saku

untuk pengeluaran pangan. Berat badan contoh diperoleh dengan penimbangan

menggunakan timbangan injak. Contoh diminta untuk berdiri di atas timbangan

injak tanpa menggunakan sepatu atau tas. Pada saat penimbangan, badan

contoh harus tegak, pandangan harus lurus ke depan, serta tidak boleh

bersandar ke dinding. Nilai berat badan contoh dilihat dan dicatat oleh

enumerator. Tinggi badan contoh diukur dengan microtoise yang ditempelkan

pada dinding. Pada saat pengukuran tinggi badan, contoh diminta untuk berdiri

tanpa menggunakan sepatu, badan contoh harus tegak, serta pandangan harus

lurus ke depan.

Data berat badan dan tinggi badan selanjutnya digunakan untuk

menghitung kebutuhan cairan dengan menggunakan rumus Grant & DeHoog

(1999) yang diacu dalam Mahan K. & Escott-Stump (2004). Data jumlah uang

saku akan diperoleh dengan menanyakan kepada contoh jumlah uang saku yang

diberikan oleh orangtua contoh dalam satu hari untuk pengeluaran pangan.

Data yang selanjutnya dikumpulkan adalah data karakteristik sosial

ekonomi keluarga contoh yang meliputi besar keluarga, pekerjaan ayah, serta

pendidikan ayah. Data besar keluarga ditanyakan secara langsung kepada

contoh, sedangkan data pendidikan dan pekerjaan orangtua diperoleh dari data

sekunder yang terdapat di sekolah.

Data kebiasaan minum contoh sehari-hari (selama seminggu terakhir)

diperoleh dari FFQ (Food Frequency Questionaire) yang dilakukan pada hari

sekolah (hari aktif). Saat pengisian FFQ ditanyakan jenis minuman yang

dikonsumsi, merk minuman (khusus untuk minuman kemasan) serta banyaknya

minum. Untuk mempermudah ketika menanyakan jumlah minuman yang

diminum contoh digunakan alat bantu berupa gelas minuman dalam kemasan

ukuran 240 ml sebagai standar.

Data kebiasaan minum saat di sekolah diperoleh melalui wawancara

secara langsung kepada contoh. Contoh diberikan pertanyaan mengenai

Page 33: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

minuman kesukaan, minuman larangan, frekuensi minum, waktu minum, asal

minum dan sebagainya. Masing-masing pertanyaan terdiri atas beberapa pilihan

jawaban, contoh diminta untuk memilih satu jawaban untuk pertanyaan yang

tertutup dan mengisi jawaban untuk pertanyaan yang terbuka.

Data intake cairan baik yang berasal dari minuman maupun dari makanan

diperoleh dengan metode recall selama 1x24 jam yang dilaksanakan pada hari

sekolah. Recall 1x24 jam dilakukan dengan menanyakan jenis serta jumlah

makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh contoh selama 24 jam terakhir.

Kecenderungan dehidrasi dilihat dari tanda-tanda dehidrasi. Tanda-tanda

dehidrasi tersebut antara lain haus, lelah, kulit kering, mulut dan tenggorokan

kering (AFIC 2000). Pengumpulan data mengenai kecenderungan dehidrasi

dilakukan dengan menanyakan secara langsung apakah dalam seminggu

terakhir contoh pernah mengalami tanda-tanda dehidrasi seperti seperti haus,

lelah, kulit kering, serta mulut dan tenggorokan kering. Bentuk pertanyaan

mengenai tanda-tanda dehidrasi berupa pertanyaan dengan pilihan jawaban ya

dan tidak.

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan

program komputer Microsoft Office Excel dan SPSS 13 for Windows. Proses

pengolahan meliputi coding, entry dan analisis.

Data primer mengenai karakteristik contoh dianalisis secara statistik

deskriptif. Jumlah uang saku contoh dalam satu bulan dikategorikan berdasarkan

data jumlah uang saku yang terkecil, rata-rata serta uang saku yang terbesar

yang diperoleh dari hasil wawancara. Data berat badan dan tinggi badan contoh

digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan masing-masing contoh dengan

rumus Grant & DeHoog (1999) yang diacu dalam Mahan K. dan Escott-Stump

(2004). sebagai berikut :

• 100 ml/kg untuk 10 kg BB pertama

• 50 ml/kg untuk 10 kg BB selanjutnya

• 20 ml/kg untuk BB selanjutnya (untuk usia < 50 tahun) atau 15 ml/kg

untuk BB selanjutnya (untuk usia > 50 tahun).

Selain itu, kebutuhan air juga dihitung dengan rekomendasi dari dari The

National Research Council (NRC) diacu dalam Sawka M et al. (2005) yaitu 1 ml/

kkal untuk anak-anak dan dewasa.

Page 34: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

Perhitungan kebutuhan cairan berdasarkan The National Research

Council (NRC) diacu dalam Sawka M et al. (2005) didasarkan pada angka

kebutuhan energi contoh. Adapun kebutuhan energi contoh dihitung dengan

rumus sebagai berikut :

Kebutuhan energi = AMB X Fa

Keterangan :

AMB : Angka Metabolisme Basal menurut FAO/WHO/UNU (1985) (untuk anak

perempuan umur 10-18 tahun = ((12,2 x berat badan) + 746)

Fa : Faktor aktivitas (tidak terikat di tempat tidur = 1,3)

Data berat badan, tinggi badan serta umur juga digunakan untuk

menghitung status gizi contoh. Pengukuran status gizi contoh dilakukan

menggunakan Anthro Plus (WHO 2007). Pengukuran status gizi anak umur

diatas lima tahun sampai 19 tahun diukur dengan perbandingan indeks massa

tubuh terhadap umur (IMT/U) (WHO 2007).

Status gizi contoh dibedakan menjadi 6 kategori, yaitu severe obese

(>+3SD), obese (+2<SD<+3), overweight (+1<SD<+2), normal (-2<SD<+1),

underweight (kurus) (-2<SD<-3) dan severe underweight (sangat kurus) (< -3SD)

(WHO 2007).

Data karakteristik sosial ekonomi keluarga contoh dikelompokkan menjadi

beberapa variabel dan dianalisis secara statistik deskriptif. Besar keluarga contoh

dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu keluarga kecil dengan jumlah anggota

� 4 orang, keluarga sedang dengan jumlah anggota 5-6 orang, serta keluarga

besar dengan jumlah anggota � 7 orang (Hurlock 1980). Pendidikan orangtua

contoh dikelompokkan menjadi beberapa kategori berdasarkan hasil wawancara.

Data kebiasaan minum contoh sehari-hari yang diperoleh dari FFQ

dikategorikan menjadi empat yaitu tidak pernah (0 kali per minggu), jarang (1-3

kali per minggu), kadang-kadang (4-6 kali per minggu) dan sering (>6 kali per

minggu). Data kebiasaan minum contoh saat di sekolah dianalisis secara statistik

deskriptif.

Data intake cairan meliputi intake cairan yang berasal dari minuman dan

makanan. Intake cairan yang berasal dari makanan dikonversikan kedalam

kandungan air dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM)

2009. Konversi ini dihitung dengan rumus (Hardinsyah dan Briawan 1994)

sebagai berikut :

KGij = (Bj/100) x Gij x (BDDj/100)

Page 35: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

Keterangan :

KGij : kandungan air dalam bahan makanan j

Bj : berat makanan j yang dikonsumsi (gram)

Gij : kandungan air dalam 100 gram BDD bahan makanan j

BDDj : bagian bahan makanan j yang dapat dimakan

Intake cairan yang berasal dari minuman pada hasil recall disesuaikan

dengan jenis dan jumlah minuman yang diperoleh dari hasil FFQ. Hal ini

dilakukan untuk menghindari terjadinya perbedaan data antara recall dengan

FFQ. Total intake cairan merupakan jumlah cairan dari minuman dan cairan yang

berasal dari makanan. Adapun rumus untuk menghitung total intake cairan

adalah sebagai berikut.

Total intake cairan = cairan dari minuman + cairan dari makanan

Persentase tingkat konsumsi cairan diperoleh dengan membandingkan

intake cairan dari minuman dan makanan dengan kebutuhan cairan pada

masing-masing contoh. Tanda-tanda yang umum terjadi pada dehidrasi adalah

haus, lelah, kulit kering, mulut dan tenggorokan kering (AFIC 2000). Pada proses

entry data masing-masing jawaban pada pertanyaan mengenai status hidrasi

akan diberikan nilai 1 untuk jawaban ya dan nilai 0 untuk jawaban tidak. Apabila

contoh mengalami minimal tiga diantara tanda tersebut, maka contoh

dikategorikan mengalami dehidrasi ringan. Apabila contoh mengalami kurang

dari tiga tanda-tanda fisik tersebut maka dikategorikan tidak mengalami

dehidrasi.

Hubungan antara persentase tingkat konsumsi cairan dengan

kecenderungan dehidrasi dianalisis menggunakan Uji Chi Square, hubungan

antara intake energi dengan persentase tingkat konsumsi cairan dianalisis

menggunakan Uji Korelasi Pearson.

Page 36: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

Definisi Operasional

Uang saku adalah jumlah uang yang diterima contoh per hari yang digunakan

untuk pengeluaran pangan.

Pendidikan orangtua merupakan jenjang pendidikan formal yang ditempuh oleh

ayah dan ibu contoh yang dikategorikan menjadi tidak tamat SD, SD,

SMP, SMA dan Perguruan Tinggi.

Pekerjaan orangtua adalah jenis pekerjaan yang dilakukan oleh orangtua

contoh untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang meliputi petani, buruh,

wiraswasta, PNS dan lain-lain.

Konsumsi pangan adalah keseluruhan makanan dan minuman yang

dikonsumsi oleh seseorang.

Kebiasaan minum adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan minum

dan minuman seperti frekuensi minum, jenis minuman yang diminum,

minuman kesukaan, minuman larangan, waktu minum, asal minuman,

dan sebagainya.

Minuman adalah cairan yang ditelan atau diminum, biasanya dengan

menggunakan gelas, kecuali yang ada isinya seperti es campur, es buah,

es kacang hijau, dan sebagainya.

Minuman larangan dalah minuman yang dilarang diminum oleh orangtua, dokter

atau guru contoh.

Minuman kemasan adalah minuman yang dikemas, dapat diminum secara

langsung tanpa melalui proses pembuatan terlebih dahulu.

Minuman non kemasan adalah minuman yang dibuat secara sederhana, dalam

skala rumah tangga.

Es blender adalah minuman yang pembuatannya dengan diblender terlebih

dahulu dan ditambah meses atau keju dalam penyajiannya (Pop ice).

Jus buah adalah minuman yang berasal dari buah, baik yang pembuatannya

menggunakan blender ataupun alat peras misalnya pada pembuatan es

jeruk.

Sirup adalah minuman berwarna, tanpa mengandung soda seperti Marjan, ABC,

Ale-ale, Frutang, dan sebagainya.

Soft drink adalah minuman yang mengandung soda seperti Coca Cola, Fanta,

Sprite, Pepsi, dan sebagainya.

Page 37: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

Dehidrasi adalah suatu kondisi dimana jumlah cairan yang keluar melalui urin,

keringat, feses, dan sebagainya lebih banyak dibandingkan jumlah air

yang masuk tubuh.

Haus adalah suatu kondisi dimana seseorang merasa ingin minum, mulut dan

tenggorokan terasa kering.

Intake cairan adalah seluruh cairan yang masuk ke dalam tubuh, baik yang

berasal dari minuman maupun dari makanan.

Kebutuhan cairan adalah jumlah cairan yang dibutuhkan oleh masing-masing

individu (ditentukan dengan rumus Grant and DeHoog (1999) yang diacu

dalam Mahan K. dan Escott-Stump (2004) dan rekomendasi The National

Research Council (NRC) diacu dalam Sawka M et al. (2005).

Persentase tingkat konsumsi cairan adalah perbandingan antara intake cairan

yang berasal dari makanan dan minuman dengan kebutuhan cairan

masing-masing contoh.

Tanda-tanda dehidrasi adalah tanda-tanda yang dapat dilihat atau dirasakan

oleh contoh tanpa melalui pemeriksaan laboratoris akibat kurangnya

intake caiaran.

Kecenderungan dehidrasi adalah kondisi dimana contoh mengalami dehidrasi

ringan atau tidak dehidrasi berdasarkan tanda-tanda dehidrasi antara lain

haus, lelah, bibir kering, mulut kering dan tenggorokan kering.

Page 38: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Sekolah

Sekolah Dasar Polisi 4 terletak di Jalan Polisi 1 no. 7 Kelurahan

Paledang, Kecamatan Bogor Tengah Kota Bogor. Sekolah Dasar Polisi 4 terletak

dipusat keramaian, namun letaknya sedikit masuk ke dalam gang sehingga tidak

ada kendaraan umum yang melaluinya. Sekolah ini didirikan pada tahun 1930

dengan nama awal Sekolah Rakyat VIII. Pada tahun 1970 berubah namanya

menjadi SDN Polisi 4 setelah dibangunnya Kantor Polwil Bogor di wilayah

Kelurahan Paledang. Oleh karena itu sekolah ini dinamai SD Polisi 4.

Sekolah Dasar Polisi 4 memiliki tanah seluas 1508 m2 dengan luas

bangunan 1145 m2 yang terdiri dari satu ruang kepala sekolah, satu ruang guru,

25 ruang kelas, satu ruang komite, satu mushola, satu ruang tata usaha,

Sekolah ini dipimpin oleh kepala sekolah yang bergelar Magister. Kegiatan

ekstrakurikulernya adalah karate, sepak bola, paduan suara, drama, band cilik,

sekolah seni tari, drum band, pramuka, seni lukis dan jurnalis.

Sekolah Dasar Polisi 4 merupakan salah satu sekolah yang favorit di

Kota Bogor. Mayoritas murid yang bersekolah di SD Polisi 4 berasal dari

keluarga dengan kondisi ekonomi menengah keatas.

Sebagian besar murid SD Polisi 4 memperoleh makanan atau minuman

dari beberapa pedagang kaki lima yang menjual makanan dan minuman di

depan gerbang sekolah. Tidak jauh dari lokasi sekolah juga terdapat warung

makan yang menyediakan nasi, lauk pauk, sayur, serta berbagai makanan dan

minuman. Selain itu, di dalam sekolah juga terdapat kantin yang menyediakan

berbagai jenis makanan dan minuman.

Karakteristik Contoh

Umur

Anak Sekolah Dasar (SD) disebut juga usia pertengahan anak-anak

(middle childhood). Lee (1993) menyatakan bahwa perkembangan dan

pertumbuhan pada Anak Usia Sekolah (AUS) relatif stabil jika dibandingkan

dengan periode pra sekolah dan remaja. Semua contoh dalam penelitian ini

adalah siswi kelas 4 dan 5 Sekolah Dasar Polisi 4 Bogor. Tabel 1 menunjukkan

sebaran contoh berdasarkan umur.

Page 39: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

Tabel 1 Sebaran contoh berdasarkan umur

Umur (tahun) Jumlah

n %

10 23 26,7

11 46 53,5

12 17 19,8

Total 86 100,0

Berdasarkan Tabel 1, umur contoh berkisar antara 10-12 tahun dengan

persentase terbesar pada umur 11 tahun yaitu sebesar 53,5%. Contoh yang

berusia 10 tahun sebesar 26,7% dan yang berusia 12 tahun sebesar 19,8%.

Riyadi (2001) menyatakan bahwa umur 6-9 tahun masuk dalam kategori anak-

anak dan umur 10-19 tahun masuk ke dalam kategori remaja. Oleh karena itu,

semua contoh pada penelitian ini termasuk dalam kategori remaja awal.

Status Gizi

Almatsier (2003) menyatakan bahwa status gizi merupakan keadaan

tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Ada

beberapa indikator antropometri yang dapat digunakan untuk mengukur status

gizi, diantaranya umur, berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar lengan atas

(LLA), lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit

(Supariasa et al 2001). Pada penelitian ini indikator yang digunakan untuk

mengukur status gizi contoh adalah berat badan dan umur. Rata-rata berat

badan dan tinggi badan contoh ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan rata-rata berat badan dan tinggi badan Umur (tahun) Berat badan (kg) Tinggi badan (cm)

10 31,8 ± 6,5 134,7 ± 6,3

11 35,0 ± 8,7 142,0 ±7 ,9

12 36,7 ± 6,7 142,3 ± 9,0

Rata-rata 34,4 ± 7,9 140,1 ± 8,3

Berat badan dan tinggi badan contoh bervariasi pada masing-masing

kelompok umur (Tabel 2). Contoh yang berumur 10 tahun mempunyai berat

badan antara 20,5-44,0 kg dan tinggi badan antara 121,4-146,5 cm. Contoh yang

berumur 11 tahun mempunyai berat badan antara 20,0-60,0 kg dan tinggi badan

antara 119,8-158,0 cm. Contoh yang berusia 12 tahun mempunyai berat badan

antara 27,0-49,5 kg dan tinggi badan antara 128,9-159,0 cm. Rata-rata berat

badan dan tinggi badan contoh pada umur 10-12 tahun adalah 34,4 ± 7,9 kg dan

140,1 ± 8,3 cm.

Pengukuran status gizi anak umur diatas lima tahun sampai 19 tahun

diukur berdasarkan Z score dengan perbandingan indeks massa tubuh terhadap

Page 40: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

umur (IMT/U) (WHO 2007). Status gizi contoh dikategorikan menjadi enam yaitu

severe obese, obese, overweight, normal, underweight dan severe underweight

(WHO 2007). Tabel 3 memperlihatkan sebaran contoh berdasarkan status gizi.

Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan status gizi

Status gizi Jumlah

n %

Obese 7 8,1

Overweight 11 12,8

Normal 59 68,8

Underweight 6 7,0

Severe Underweight 3 3,5

Total 86 100,0

Sebagian besar contoh yaitu 68,8% memiliki status gizi normal, 12,8%

contoh overweight, 8,1% contoh obese, 7,0% contoh underweight dan 3,4%

contoh sisanya memiliki status gizi severe underweight (Tabel 3). Tidak terdapat

contoh yang memiliki status gizi severe obese. Hal ini menunjukkan bahwa

sebagian besar contoh dalam penelitian ini telah memiliki status gizi baik

berdasarkan indeks IMT/U.

Contoh yang memiliki status gizi kurus lebih sedikit dibanding contoh

yang memiliki status gizi overweight. Hasil yang diperoleh ini berbeda dengan

status gizi anak usia sekolah berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas

2007) di Provinsi Jawa Barat. Riskesdas (2007) memperlihatkan bahwa

prevalensi anak perempuan usia sekolah di Propinsi Jawa Barat (umur 6-14

tahun) yang mempunyai status gizi kurus lebih banyak dibanding yang memiliki

status gizi lebih. Prevalensi anak perempuan usia sekolah di Propinsi Jawa Barat

(umur 6-14 tahun) yang mempunyai status gizi kurus sebesar 8,3% dan status

gizi lebih 4,6% (Riskesdas 2007). Perbedaan hasil status gizi ini dikarenakan

adanya perbedaan karakteristik contoh dalam penelitian dengan Riskesdas 2007.

Uang Saku

Uang saku merupakan jumlah uang yang diterima contoh per hari yang

digunakan untuk pengeluaran makanan dan minuman. Pada penelitian ini,

jumlah uang saku selanjutnya diakumulasikan dalam jumlah uang saku per

bulan. Nilai uang saku contoh berkisar antara Rp 15.000 sampai Rp 330.000 per

bulan.

Sebagian besar contoh (51%) memiliki uang saku Rp.100.000-

Rp.200.000 (Tabel 4). Rata-rata uang saku contoh adalah Rp. 150.000 ± 60.000

per bulan. Uang saku mempengaruhi daya beli terhadap makanan maupun

Page 41: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

minuman. Uang saku yang semakin besar akan meningkatkan kuantitas pangan

yang dibeli.

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan uang saku

Jumlah uang saku (Rp/bulan) Jumlah

n %

<100.000 17 19,8

100.000-200.000 51 59,3

>200.000 18 20,9

Total 86 100,0

Pada penelitian ini, jenis makanan yang dapat dibeli oleh contoh

dibedakan menjadi makanan lengkap, snack serta minuman. Data harga

makanan diperoleh dengan simulasi secara langsung di kantin dan pedagang

kaki lima yang terdapat di sekitar lokasi sekolah.

Makanan lengkap terdiri atas nasi atau bubur ayam atau mie goreng, lauk

seperti telur dadar atau cumi-cumi atau ikan teri atau ikan tongkol atau hati dan

ampela, sayur seperti sayur sop atau sayur singkong serta bakwan atau tahu

goreng atau tempe goreng. Snack merupakan makanan selingan yang dimakan

diluar makanan lengkap. Snack terdiri dari cireng, martabak mini, produk

ekstrusi, dan sebagainya.

Jenis minuman yang dapat dibeli contoh dibedakan menjadi minuman

yang murah dan minuman yang mahal. Minuman yang murah harganya berkisar

antara Rp.1.000-Rp.1.500 sedangkan minuman yang mahal harganya lebih dari

Rp.2.000. Minuman yang termasuk minuman murah antara lain air minum dalam

kemasan (ukuran 240 ml), Teh Gelas, Ale-ale, Mountea, es Milo, Nutrisari, Teh

Sisri, soft drink, es blender (Pop ice), Good day yang dikemas dalam plastik.

serta Ale-ale. Minuman mahal yang sering dibeli contoh terdiri dari Teh Kotak,

Fresh tea serta Fruit tea.

Contoh yang memiliki uang saku <Rp.100.000 (Rp.3.000 per hari) dapat

membeli makanan dengan tiga kombinasi yaitu makanan lengkap dan minuman

murah atau snack dan minuman murah atau minuman mahal. Contoh yang

memiliki uang saku Rp.100.000-Rp.200.000 per bulan (Rp.3.000-Rp.6.000 per

hari) dapat membeli makanan dengan kombinasi makanan lengkap dan

minuman murah atau makanan lengkap dan minuman mahal atau snack dan

minuman murah, snack dan minuman mahal atau minuman mahal. Contoh yang

memiliki uang saku >Rp.200.000 per bulan (>Rp.6.000 per hari) dapat membeli

makanan dengan kombinasi makanan lengkap dan minuman murah atau

makanan lengkap dan minuman mahal atau snack dan minuman murah atau

Page 42: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

snack dan minuman mahal atau makanan lengkap dan snack dan minuman

murah atau makanan lengkap dan snack dan minuman mahal.

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Contoh

Besar Keluarga

Menurut Suhardjo (1986) keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat

yang terdiri dari ayah, ibu dan anak (keluarga inti). Besar keluarga pada

penelitian ini merupakan keseluruhan jumlah angggota keluarga yang tinggal di

dalam satu rumah. Jumlah anggota keluarga juga akan mempengaruhi jumlah

dan jenis makanan yang tersedia dalam keluarga. Menurut Sediaoetama (1989)

diacu dalam Hasanah (2005) pengaturan pengeluaran untuk pangan sehari-hari

akan lebih sulit jika jumlah anggota keluarga banyak. Hal ini menyebabkan

kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsi anggota keluarga tidak

mencukupi kebutuhan.

Hurlock (1980) membagi besar keluarga menjadi tiga kategori yaitu

keluarga kecil (�4 orang), keluarga sedang (5-6 orang) dan keluarga besar (�7

orang). Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga

Besar keluarga Jumlah

n %

Kecil (� 4 orang) 43 50,0

Sedang (5-6 orang) 32 37,2

Besar (� 7 orang) 11 12,8

Total 86 100,0

Tabel 5 memperlihatkan sebesar 50,0% contoh termasuk dalam kategori

keluarga kecil, 37,2% contoh keluarga sedang dan 12,8% contoh keluarga besar.

Semakin kecil jumlah anggota keluarga maka akses pangan untuk setiap anak

akan meningkat.

Pendidikan Ayah

Tabel 6 menunjukkan tingkat pendidikan ayah contoh. Pada penelitian ini,

tingkat pendidikan ayah contoh dibagi menjadi lima yaitu : SLTA/SMK, D3, S1,

S2 dan S3. Suhardjo (1996) menyatakan bahwa tingkat pendidikan orangtua

merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola asuh anak

termasuk pemberian makan, pola konsumsi pangan dan status gizi. Orang yang

berpendidikan tinggi cenderung memilih makanan yang murah tetapi kandungan

gizinya tinggi, sesuai dengan jenis pangan yang tersedia dan kebiasaan makan

sejak kecil sehingga kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi dengan baik.

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pendidikan ayah

Page 43: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

Tingkat pendidikan ayah contoh yang paling banyak adalah S1 yaitu

sebesar 52,3%, sedangkan yang paling sedikit adalah S3 yaitu sebesar 3,5%

(Tabel 6). Semakin tinggi tingkat pendidikan yang diperoleh maka kesempatan

untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik juga semakin besar. Menurut

Suhardjo (1996) tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan mempengaruhi

tingkat pendapatan yang diperoleh seseorang.

Pekerjaan Ayah

Jenis pekerjaan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang paling

menentukan kuantitas dan kualitas makanan karena jenis pekerjaan memiliki

hubungan dengan pendapatan yang diterima (Suhardjo 1986). Tabel 7

memperlihatkan sebaran contoh berdasarkan pekerjaan ayah.

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan ayah

Jenis pekerjaan Jumlah

n %

PNS 25 29,1

Pegawai Swasta 36 41,9

Wiraswasta 15 17,4

Polri 5 5,8

Lainnya 5 5,8

Total 86 100,0

Berdasarkan Tabel 7, sebesar 41,9% ayah contoh bekerja sebagai

pegawai swasta, 29,1% bekerja sebagai PNS, 17,4% sebagai wiraswasta, 5,8%

bekerja sebagai Polri dan 5,8% lainnya bekerja sebagai pengacara, dokter dan

nahkoda.

Kebiasaan Minum Sehari-hari

Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia agar dapat

hidup sehat. Pangan yang dikonsumsi seseorang terdiri atas makanan dan

minuman. Riyadi (1996) menyatakan bahwa pangan dikonsumsi oleh seseorang

atau sekelompok orang karena disukai, tersedia dan terjangkau serta alasan

kesehatan. Faktor-faktor dasar yang mempengaruhi jumlah dan jenis pangan

yang dikonsumsi antara lain : rasa lapar atau kenyang, selera atau reaksi cita

Tingkat pendidikan Jumlah

n %

SLTA/SMK 11 12,8

D3 13 15,1

S1 45 52,3

S2 14 16,3

S3 3 3,5

Total 86 100,0

Page 44: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

rasa, motivasi, ketersediaan pangan, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi

dan pendidikan.

Tubuh manusia dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu tanpa

makanan, tetapi hanya dapat bertahan beberapa hari tanpa air (minuman). Air

merupakan komponen penyusun tubuh yang terbesar. Pada anak-anak, 65% dari

berat badannya tersusun atas air (Yuniastuti 2008).

Kebiasaan makan pada seseorang tidak dapat dilepaskan dengan

kebiasaan minum. Setiap hari dan setiap waktu makan seseorang pasti disertai

dengan minum. Sampai saat ini referensi mengenai kebiasaan makan sudah

cukup banyak, namun referensi mengenai kebiasaan minum masih sangat

terbatas. Oleh karena itu, pembahasan tentang kebiasaan minum pada penelitian

ini dianalogikan sama dengan kebiasaan makan. Kebiasaan minum pada

penelitian ini meliputi kebiasaan minum contoh sehari-hari serta kebiasaan

minum contoh saat berada di sekolah.

Penggunaan metode frekuensi makanan bertujuan untuk memperoleh

data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan makanan atau makanan jadi

selama periode tertentu seperti hari, minggu, bulan, tahun, dan sebagainya..

(Supariasa et al. 2001). Penentuan kebiasaan minum pada penelitian ini

dilakukan menggunakan FFQ (Food Frequency Questionaire). FFQ mempunyai

dua komponen utama yaitu daftar minuman dan frekuensi minum. Frekuensi

minum termasuk salah satu bentuk kebiasaan minum. Frekuensi minum dapat

diukur dalam satuan kali per hari, kali per minggu maupun kali per bulan. Data

frekuensi minuman yang digunakan pada penelitian ini adalah FFQ dalam bentuk

per minggu. FFQ dikategorikan menjadi empat yaitu tidak pernah (0 kali per

minggu), jarang (1-3 kali per minggu), kadang-kadang (4-6 kali per minggu) dan

sering (>6 kali per minggu).

Secara keseluruhan, jenis minuman yang dikonsumsi oleh contoh

bervariasi. Air putih merupakan jenis minuman utama yang setiap hari selalu

diminum oleh contoh. Sebagian besar (52,3% contoh) minum air putih 5-6 kali

per hari. Sebesar 64,0% contoh minum susu non kemasan >6 kali per minggu.

Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan orangtua akan pentingnya

konsumsi susu untuk anak-anak yang sedang berada dalam masa pertumbuhan

sudah baik.

Teh kemasan termasuk salah satu jenis minuman yang saat ini cukup

digemari oleh anak-anak. Semakin banyaknya variasi merk dan rasa teh

Page 45: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

kemasan membuat anak-anak tertarik untuk mencobanya. Hal ini terlihat dari

adanya 55,8 % contoh yang minum teh kemasan 1-3 kali per minggu.

Sirup, jus buah dan soft drink termasuk jenis minuman yang jarang

dikonsumsi oleh contoh. Sebanyak 62,8% contoh minum sirup non kemasan 1-3

kali per minggu. Jus buah merupakan salah satu jenis minuman yang

menyehatkan karena mengandung vitamin dan mineral yang cukup tinggi.

Berdasarkan hasil FFQ, sebesar 62,8% contoh mengonsumsi jus buah non

kemasan 1-3 kali per minggu. Contoh yang minum soft drink 1-3 kali per minggu

sebesar 60,5%.

Bagi orang dewasa, kopi termasuk jenis minuman yang digemari, namun

tidak demikian pada anak-anak. Hal ini terlihat dengan adanya 86,0% contoh

tidak pernah minum kopi per minggu. Minuman isotonik juga termasuk jenis

minuman yang jarang diminum oleh contoh. Berdasarkan hasil penelitian ini,

sebesar 70,9% contoh tidak pernah minum minuman isotonik dalam satu minggu.

Konsumsi Air Putih

Air putih (plain water) merupakan jenis minuman utama yang selalu

dikonsumsi contoh setiap hari. Batmanghelidj (2007) menjelaskan bahwa anak-

anak dan orang dewasa muda harus belajar minum air murni (air putih) dan tidak

menggantinya dengan minuman lain. Pada penelitian ini, frekuensi minum air

putih dibagi menjadi tiga yaitu frekuensi minum 3-4 kali per hari, 5-6 kali per hari

serta >6 kali per hari. Berikut merupakan sebaran contoh berdasarkan frekuensi

minum air putih.

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum air putih

Sebesar 52,3% contoh minum air putih 5-6 kali per hari, sebesar 46,5%

contoh minum air putih 3-4 kali per hari. Terdapat 1,2% contoh yang minum air 7

kali per hari (Tabel 8). Rekomendasi harian Institute of Medicine menyarankan

pria untuk mengonsumsi 3 liter dan perempuan mengonsumsi 2,2 liter dari total

minuman dalam sehari (Anonim 2008).

Berdasarkan Food Frequency Questionaire (FFQ), konsumsi air putih

pada contoh berkisar antara 720,0-1800,0 ml per hari dengan rata-rata 1114,9 ±

233,5 ml per hari. Sebagian besar contoh minum air putih 4-5 gelas dalam satu

Frekuensi Jumlah

n %

3-4 kali per hari 40 46,5

5-6 kali per hari 45 52,3

>6 kali per hari 1 1,2

Total 86 100,0

Page 46: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

hari. Sebanyak 36,0% contoh minum air putih 4 gelas (960,0 ml) serta 34,0%

contoh yang minum air putih 5 gelas (1200,0 ml per hari). Sebesar 1,2% contoh

minum air putih 7 gelas per hari.

Konsumsi Susu

Susu merupakan bahan makanan sumber protein berkualitas tinggi dan

mengandung semua asam amino esensial yang sulit diperoleh dari bahan

makanan lain. Selain itu, susu juga mengandung asam lemak esensial, vitamin

dan mineral (Buckle, Edward, Fleet, & Woosen 1985 dalam Andri 2007). Tabel 9

menunjukkan sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum susu.

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum susu

Frekuensi Susu non kemasan Susu kemasan

n % n %

Tidak pernah (0 kali per minggu) 13 15,1 18 20,9

Jarang (1-3 kali per minggu) 16 18,6 54 62,8

Kadang-kadang (4-6 kali per minggu) 2 2,3 6 7,0

Sering (>6 kali per minggu) 55 64,0 8 9,3

Total 86 100,0 86 100,0

Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap frekuensi minum susu

contoh, diketahui sebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non

kemasan (seperti Susu Dancow, Indomilk atau Bendera) dengan frekuensi sering

(>6 kali per minggu). Sebanyak 2,3% contoh yang minum susu non kemasan

sebanyak 4-6 kali per minggu. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan

(seperti Susu Ultra) 1-3 kali per minggu, sedangkan 7,0% contoh minum susu

kemasan 4-6 kali per minggu. Khomsan (2003) menyatakan bahwa susu

merupakan sumber kalsium, riboflavin dan vitamin A, sementara susu yang

sudah banyak difortifikasi juga mengandung vitamin D.

Jenis susu yang dikonsumsi oleh contoh bervariasi baik untuk susu

kemasan maupun susu non kemasan. Berdasarkan hasil FFQ, terdapat 15,1%

contoh yang tidak pernah minum susu non kemasan dan 20,9% contoh yang

tidak pernah minum susu kemasan per minggu. Konsumsi susu non kemasan

contoh berkisar antara 240,0-5040,0 ml per minggu dengan rata-rata 1717,9 ±

402,7 ml per minggu. Konsumsi susu kemasan contoh berkisar antara 140,0-

3500,0 ml per minggu dengan rata-rata 590,2 ± 764,9 ml per minggu.

Umumnya contoh mengatakan minum susu dipagi hari sebelum

beraktivitas dan malam hari sebelum tidur. Khomsan (2003) menyatakan bahwa

minum susu dipagi hari sangat baik karena susu selain sebagai sumber vitamin

dan mineral juga kaya akan lemak sehingga akan relatif lebih tahan lapar.

Page 47: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

Tingginya frekuensi konsumsi susu non kemasan (64,0% per hari) menunjukkan

bahwa saat ini kebiasaan minum susu pada contoh masih tergolong bagus.

Selain itu, tingginya frekuensi konsumsi susu pada contoh juga menunjukkan

bahwa orangtua contoh sudah mengetahui pentingnya minum susu untuk

pertumbuhan anak-anak.

Konsumsi Teh

Teh merupakan minuman yang dikenal luas baik di Indonesia maupun di

dunia. Aroma teh yang harum serta rasanya yang khas membuat minuman ini

banyak dikonsumsi. Besraliet et al, (2007) menyatakan bahwa selain air putih,

teh merupakan minuman yang paling banyak dikonsumsi oleh manusia. Rata-

rata konsumsi teh penduduk dunia adalah 120 ml per hari per kapita. Sebaran

contoh berdasarkan konsumsi minum teh ditunjukkan pada Tabel 10.

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum teh

Frekuensi Teh non kemasan Teh kemasan

n % n %

Tidak pernah (0 kali per minggu) 12 14,0 21 24,4

Jarang (1-3 kali per minggu) 46 53,5 48 55,8

Kadang-kadang (4-6 kali per minggu) 10 11,6 13 15,1

Sering (>6 kali per minggu) 18 20,9 4 4,7

Total 86 100,0 86 100,0

Minum teh tidak hanya menyegarkan, tetapi juga menyehatkan. Teh

mengandung antioksidan alami (polifenol) yang dapat menjadi penghalang

timbulnya kanker (Anonim 2008).

Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap kebiasaan minum teh

contoh, diketahui sebesar 53,5% contoh minum teh non kemasan (seperti Teh

Sariwangi dan Teh Sosro) dengan frekuensi jarang (1-3 kali per minggu) dan

11,6% contoh minum teh non kemasan dengan frekuensi sering (4-6 kali per

minggu). Sebesar 55,8% contoh jarang minum teh kemasan (seperti Teh Kotak,

Fruit tea dan Fresh Tea) dan 4,7% contoh minum teh kemasan >6 kali per

minggu.

Pada frekuensi yang sama (1-3 kali per minggu), lebih banyak contoh

yang minumi teh kemasan (sebesar 55,8%) dibanding teh non kemasan (sebesar

53,5%). Hal ini terjadi karena pada umumnya teh kemasan memiliki rasa yang

lebih enak dan lebih bervariasi dibanding teh non kemasan. Teh kemasan juga

lebih praktis dan mudah diperoleh. Selain itu, teh kemasan biasanya dijual dalam

bentuk dingin (disimpan dalam lemari pendingin) sehingga rasanya menjadi lebih

segar.

Page 48: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

Berdasarkan hasil FFQ, konsumsi teh non kemasan contoh berkisar

antara 120,0-2520,0 ml per minggu dengan rata-rata 795,4 ± 654,6 ml per

minggu. Konsumsi teh kemasan pada contoh berdasarkan hasil FFQ berkisar

antara 190,0-2100,0 ml per minggu dengan rata-rata 504,2 ± 469,9 ml per

minggu.

Konsumsi Kopi

Tabel 11 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan kebiasaan minum

kopi. Berdasarkan hasil wawancara, hanya terdapat dua frekuensi minum kopi

dalam satu minggu, yaitu : tidak pernah dan jarang minum kopi.

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum kopi

Frekuensi Jumlah

n %

Tidak pernah (0 kali per minggu) 74 86,0

Jarang (1-3 kali per minggu) 12 14,0

Total 86 100,0

Sebanyak 14,0% minum kopi sekitar 1-3 kali per minggu. Jenis kopi yang

diminum oleh contoh antara lain Torabika, Nescafe serta Good Day. Menurut

Sitorus (2007) umumnya kalangan pelajar dan mahasiswa hanya sedikit yang

menyukai kopi murni karena tidak tahan dengan rasa pahit kopi. Contoh yang

tidak pernah minum kopi sebesar 86,0%. Konsumsi kopi contoh berkisar antara

240,0-720,0 ml per minggu dengan rata-rata 55,8 ± 164,1 per minggu. Nilai

standar deviasi pada Tabel 11 lebih besar jika dibandingkan rata-ratanya. Hal ini

dikarenakan jumlah contoh yang mengonsumsi kopi lebih sedikit dibandingkan

contoh yang tidak mengonsumsi kopi.

Batmanghelidj (2007) menyatakan bahwa secangkir kopi mengandung

sekitar 80 mg kafein. Orang yang lanjut usia dan anak-anak tidak boleh minum

kafein. Kafein dapat bersifat diuretik dan beracun bagi sel-sel otak.

Konsumsi Sirup

Menurut Potter (1978) diacu dalam Ariyani (2004) sirup termasuk dalam

minuman ringan, yaitu minuman yang tidak mengandung alkohol, baik yang

berkarbonat maupun yang tidak berkarbonat. Tabel 12 menunjukkan sebaran

contoh berdasarkan frekuensi minum sirup.

Page 49: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum sirup

Frekuensi Sirup non kemasan Sirup kemasan

n % n %

Tidak pernah (0 kali per minggu) 24 27,9 61 70,9

Jarang (1-3 kali per minggu) 54 62,8 24 27,9

Kadang-kadang (4-6 kali per minggu) 6 7,0 1 1,2

Sering (>6 kali per minggu) 2 2,3 0 0

Total 86 100,0 86 100,0

Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap frekuensi minum sirup

contoh diketahui sebesar 62,8% contoh memiliki kebiasaan minum sirup non

kemasan (seperti sirup ABC dan Marjan) 1-3 kali per minggu. Hanya 2,3%

contoh yang minum sirup non kemasan >6 kali per minggu. Untuk sirup

kemasan, sebesar 70,9% contoh tidak pernah minum sirup kemasan. Terdapat

1,2% contoh yang minum sirup kemasan (seperti Nutri Sari, Frutang dan Ale-ale)

4-6 kali per minggu.

Konsumsi sirup non kemasan contoh berkisar antara 120,0-3360,0 ml per

minggu dengan rata-rata 373,5 ± 507,2 ml per minggu. Konsumsi sirup kemasan

contoh berkisar antara 200,0-1000,0 ml per minggu dengan rata-rata 98,8 ±

194,2 ml per minggu. Adanya perbedaan variasi data konsumsi sirup non

kemasan dan sirup kemasan ini membuat nilai standar deviasi konsumsi sirup

kemasan dan non kemasan lebih tinggi jika dibandingkan rata-rata konsumsinya

selama satu minggu.

Konsumsi Jus Buah

Tabel 13 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum jus

buah. Mazfiar (2009) menyatakan bahwa jus buah mengandung banyak gizi.

Namun, kandungan gizi yang terdapat dalam jus buah tidak mencukupi seluruh

kebutuhan gizi anak.

Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum jus buah

Frekuensi

Jus buah non

kemasan Jus buah kemasan

n % n %

Tidak pernah (0 kali per minggu) 22 25,6 46 53,5

Jarang (1-3 kali per minggu) 54 62,8 37 43,0

Kadang-kadang (4-6 kali per minggu) 7 8,1 3 3,5

Sering (>6 kali per minggu) 3 3,5 0 0,0

Total 86 100,0 86 100,0

Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap frekuensi minum jus buah

diketahui sebesar 62,8% contoh memiliki kebiasaan minum jus buah non

kemasan (seperti jus buah apel, jeruk dan strawberry) 1-3 kali per minggu,

namun hanya 3,5% contoh yang minum jus buah non kemasan >6 kali per

Page 50: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

minggu. Sebesar 53,5% contoh tidak pernah minum jus buah kemasan, hanya

3,5% contoh yang minum jus buah kemasan (seperti Buavita dan Love juice) 4-6

kali per minggu.

Konsumsi jus buah non kemasan contoh berkisar antara 120,0-2520,0 ml

per minggu dengan rata-rata 533,0 ± 581,7 ml per minggu, sedangkan konsumsi

jus buah kemasan contoh berkisar antara 250,0-1000,0 ml per minggu dengan

rata-rata 188,9 ± 265,5 ml per minggu. Seperti halnya pada konsumsi sirup,

Tingginya variasi konsumsi jus buah non kemasan dan jus buah kemasan ini

membuat nilai standar deviasi konsumsi jus buah kemasan dan non kemasan

lebih tinggi jika dibandingkan rata-rata konsumsinya selama satu minggu.

Konsumsi Minuman Isotonik

Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan minum minuman isotonik

ditunjukkan pada Tabel 14. Zaharia (2008) mengemukakan bahwa pada kondisi

normal, tubuh tidak memerlukan penggantian cairan tubuh dengan isotonik.

Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum minuman isotonik

Frekuensi Jumlah

n %

Tidak pernah (0 kali per minggu) 61 70,9

Jarang (1-3 kali per minggu) 24 27,9

Kadang-kadang (4-6 kali per minggu) 1 1,2

Sering (>6 kali per minggu) 0 0,0

Total 86 100,0

Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap frekuensi minum minuman

isotonik contoh, diketahui sebesar 70,9% contoh tidak pernah minum minuman

isotonik, 27,9% contoh minum minuman isotonik (seperti Pocari sweat, Mi Zone,

Vita Zone, dan sebagainya) 1-3 kali per minggu, sementara sisanya sebesar

1,2% contoh kadang-kadang minum minuman isotonik (4-6 kali per minggu).

Indriasari (2008) menyatakan bahwa minuman isotonik lebih cocok dikonsumsi

oleh atlet olah raga berat, karena kebutuhan akan natrium untuk atlet olah raga

berat lebih tinggi dari pada orang biasa, yaitu 5 -7 gram per hari, sementara

dalam kondisi normal, tubuh orang dewasa hanya memerlukan 2,3 gram natrium

per hari, sedangkan klorida hanya 50,0-100,0 mg. Pada anak-anak, kebutuhan

dua zat itu lebih sedikit dibandingkan dengan orang dewasa. Umumnya makanan

yang kita konsumsi sehari-hari sudah cukup untuk menggantikan natrium dan

klorida yang keluar bersama keringat.

Konsumsi minuman isotonik contoh selama satu minggu berkisar antara

165,0-1500,0 ml dengan rata-rata 186,0 ± 344,5 ml per minggu . Nilai standar

Page 51: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

deviasi konsumsi minuman isotonik lebih tinggi dibanding nilai rata-ratanya. Hal

ini dikarenakan contoh yang minum minuman isotonik lebih sedikit dibandingkan

contoh yang tidak minum minuman isotonik.

Konsumsi Soft Drink

Tabel 15 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan kebiasaan minum

soft drink. Frekuensi minum soft drink per minggu dibedakan menjadi dua

kategori, yaitu tidak pernah dan jarang minum soft drink.

Widodo (2008) menyatakan bahwa minuman ringan (soft drink) adalah

minuman yang tidak mengandung alkohol, merupakan minuman olahan dalam

bentuk bubuk atau cair yang mengandung bahan makanan dan atau bahan

tambahan lainnya baik alami maupun sintetik yang dikemas dalam kemasan siap

untuk dikonsumsi. Soft drink merupakan salah satu penyebab obesitas,

penyebab kerusakan gigi bahkan diabetes. Jumlah kalori gula pada soft drink

dengan volum 300 ml setara dengan 7 sendok makan.

Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum soft drink

Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap kebiasaan minum soft drink

contoh, diketahui sebesar 60,5% contoh minum soft drink 1-3 kali per minggu,

sedangkan 39,5% contoh tidak pernah minum soft drink. Konsumsi soft drink

contoh selama satu minggu berkisar antara 110,0-1440,0 ml dengan rata-rata

312,6 ± 360,0 ml per minggu. Adanya variasi data konsumsi soft drink pada

contoh membuat nilai standar deviasi konsumsi soft drink lebih tinggi dibanding

nilai rata-rata konsumsinya.

Konsumsi Es Blender

Es blender merupakan jenis minuman yang dalam penyajiannya bisa

dimodifikasi sesuai selera. Berdasarkan keterangan contoh es blender yang

biasa dikonsumsi contoh berasal dari membeli (bukan membuat sendiri di

rumah). Es blender yang dimaksud pada penelitian ini adalah Pop ice yang

biasanya disajikan dengan tambahan meses, keju, agar-agar ataupun choco

chips. Rasa es blender yang bervariasi membuat minuman ini cukup digemari

oleh anak-anak.

Tabel 16 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum es

blender. Berdasarkan hasil wawancara, frekuensi minum es blender�per minggu

Frekuensi Jumlah

n %

Tidak pernah (0 kali per minggu) 24 39,5

Jarang (1-3 kali per minggu) 52 60,5

Total 86 100,0

Page 52: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

pada contoh terdiri dari tiga kategori yaitu tidak pernah, jarang serta kadang-

kadang. Berikut merupakan tabel sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum

es blender.

Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum es blender

Frekuensi Jumlah

n %

Tidak pernah (0 kali per minggu) 66 76,7

Jarang (1-3 kali per minggu) 19 22,1

Kadang-kadang (4-6 kali per minggu) 1 1,2

Total 86 100,0

Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap frekuensi minum es blender�

contoh, diketahui sebesar 76,7% contoh tidak pernah minum es blender, 22,1%

contoh minum es blender� 1-3 kali per minggu. Contoh yang sering minum es

blender�(4-6 kali per minggu) sebesar 1,2%.

Konsumsi es blender� pada contoh berkisar antara 360-1800 ml per

minggu dengan rata-rata 154,8 ± 342,8 ml per minggu. Rata-rata konsumsi es

blender� lebih rendah dibanding nilai standar deviasinya. Hal ini dikarenakan

jumlah contoh yang minum es blender� lebih sedikit dibandingkan contoh yang

tidak minum es blender.

Konsumsi Minuman Lain

Tabel 17 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan kebiasaan minum

jenis minuman lain selain yang telah disebutkan di atas, yaitu : es kelapa muda,

Yakult serta Okky jelly drink. Frekuensi minum jenis minuman lain dibedakan

menjadi tiga yaitu tidak pernah, jarang dan kadang-kadang.

Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minuman lainnya

Frekuensi Jumlah

n %

Tidak pernah (0 kali per minggu) 67 77,9

Jarang (1-3 kali per minggu) 17 19,8

Kadang-kadang (4-6 kali per minggu) 2 2,3

Total 86 100,0

Berdasarkan tabel 17 dapat diketahui bahwa sebesar 19,8% contoh

minum jenis minuman lainnya 1-3 kali per minggu. Contoh yang sering minum

minuman lainnya (4-6 kali per minggu) adalah sebesar 2,3%.

Berdasarkan hasil observasi lapang, terdapat beberapa pedagang

makanan dan minuman yang diduga menggunakan pemanis buatan serta

pewarna makanan pada produk yang mereka jual, misalnya pemanis pada es

kelapa muda, serta snack yang berwarna mencolok. Judarwanto (2008)

Page 53: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

menyatakan bahwa pengunaan bahan-bahan seperti pemanis buatan ataupun

pewarna makanan dalam jangka waktu pndek tidak akan menimbulkan masalah

yang berarti, namun bahan-bahan tersebut dapat terakumulasi dalam tubuh dan

dalam jangka panjang dapat bersifat karsinogenik.

Konsumsi minuman lain pada contoh berkisar antara 60,0-1620,0 ml per

minggu dengan rata-rata 82,0 ± 255,7 per minggu. Rata-rata konsumsi minuman

lainnya (82,0 ml) lebih rendah dibadingkan standar deviasinya (255,7 ml). Hal ini

dikarenakan contoh yang tidak minum minuman lain (77,9%) lebih banyak

dibanding contoh yang minum minuman lainnya.

Kebiasaan Minum Saat di Sekolah

Kebiasaan minum saat di sekolah adalah segala sesuatu yang

berhubungan dengan minum dan minuman contoh. Pada peneitian ini, kebiasaan

minum saat di sekolah hanya mencakup kebiasaaan minum contoh pada saat

berada di sekolah saja. Kebiasaan minum tersebut meliputi : minuman kesukaan,

minuman larangan, frekuensi minum, asal minuman, waktu minum saat di

sekolah serta jenis aktivitas di sekolah yang mendorong contoh untuk minum.

Minuman Kesukaan

Menurut Susanto (1993) diacu dalam Andri (2007) faktor yang menjadi

landasan dalam memilih makanan yang disukai bersumber pada beberapa faktor

diantaranya adalah rasa, mengenyangkan, tidak membosankan, berharga

murah, serta mudah didapat dan diolah. Suhardjo (1989) menyatakan bahwa

kombinasi rasa, warna, aroma dan bentuk makanan akan mempengaruhi nafsu

makan dan minum seseorang. Pemilihan makanan pada umumnnya sangat

dipengaruhi oleh karakteristik makanan yang dapat dirasakan oleh panca indra

seperti rasa, aroma, tekstur dan karakteristik visual lainnya. Masing-masing

orang mempunyai tingkat kesukaan dan penerimaan yang berbeda-beda (Galler

1984 diacu dalam Hasanah 2005).

Minuman kesukaan pada penelitian ini adalah minuman yang dinyatakan

paling disukai oleh contoh saat berada di sekolah. Pertanyaan yang digunakan

dalam penelitian ini berbentuk pertanyaan terbuka sehingga contoh dapat

menulis minuman kesukaannya beserta informasi mengenai minuman kesukaan

dan alasan contoh menyukai minuman tersebut. Berikut merupakan tabel

sebaran contoh berdasarkan minuman kesukaan :

Page 54: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

Tabel 18 Sebaran contoh berdasarkan minuman kesukaan

Jenis minuman kesukaan Jumlah

n %

Teh kemasan 31 36,0

Air putih 18 20,9

Es blender 7 8,1

Susu non kemasan 6 7,0

Susu kemasan 6 7,0

Soft drink 6 7,0

Lainnya 6 7,0

Minuman isotonik 4 4,7

Teh non kemasan 2 2,3

Total 86 100,0

Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap minuman kesukaan contoh,

diketahui sebesar 36,0% contoh menyukai teh kemasan seperti Fruit Tea, Fresh

Tea, Teh Kotak Dan Teh Botol sebagai minuman kesukaannya. Umumnya teh

memiliki aroma yang harum dan rasa yang lebih segar jika dibandingkan jenis

minuman lain. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa contoh lebih suka

minum teh kemasan yang disajikan (dijual) dalam bentuk dingin atau disimpan

dalam lemari es.

Pada penelitian ini, sebesar 36% contoh menyukai teh kemasan seperti

Teh Kotak, Fruit tea dan Fresh tea saat berada di sekolah, contoh yang

menyukai minum air putih sebesar 20,9%. Hasil ini berbeda dengan hasil

penelitian AFIC (1999) yang menyebutkan bahwa sebanyak 74,0% orang

Singapura lebih memilih air putih untuk diminum pada pilihan pertama,

sedangkan sebanyak 32,0% memilih teh dan kopi pada pilihan pertama.

Berdasarkan Tabel 18, sebanyak 7,0% contoh menyatakan es blender sebagai

minuman kesukaan, 6,0% contoh menyatakan susu non kemasan dan susu

kemasan sebagai minuman kesukaan. Susu non kemasan yang paling banyak

disukai contoh adalah Susu Milo, sedangkan susu kemasan yang paling banyak

disukai contoh adalah Susu Ultra (Ultramilk). Sebanyak 7,0% contoh menjawab

minuman lain seperti jus mangga, Buavita jambu serta sirup sebagai minuman

kesukaan.

Sebaran contoh berdasarkan informasi tentang minuman kesukaan

ditunjukkan pada Tabel 19. Informasi tentang minuman kesukaan pada

penelitian ini dikategorikan menjadi empat, yaitu informasi yang diperoleh dari

televisi, majalah, teman serta keluarga.

Page 55: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan informasi tentang minuman kesukaan

Informasi tentang minuman Jumlah

n %

Televisi 45 52,3

Teman 20 23,3

Keluarga 20 23,3

Majalah 1 1,3

Total 86 100,0

Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap sumber informasi minuman

kesukaan contoh, diketahui sebesar 52,3% contoh memperoleh informasi

tentang minuman kesukaan dari televisi. Contoh yang memperoleh informasi

tentang minuman kesukaan dari televisi menyatakan tertarik untuk mencoba

suatu jenis minuman setelah melihat iklan di televisi. Iklan di televisi merupakan

salah satu media yang paling mudah untuk memberikan informasi mengenai

suatu produk kepada konsumen. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fill (1999)

yang diacu dalam Hasanah (2005) bahwa iklan merupakan suatu bentuk ide,

barang atau jasa dan penghargaan yang dibayarkan oleh suatu perusahaan

untuk menginformasikan, mengajak, atau mengingatkan konsumen.

Sebesar 23,3% contoh memperoleh informasi tentang minumaan

kesukaan dari teman dan keluarga (seperti ayah, ibu dan kakak). Contoh yang

memperoleh informasi tentang minuman kesukaan dari teman menyatakan

tertarik untuk membeli suatu minuman setelah mengetahui atau melihat ada

salah satu temannya yang membeli atau minum minuman tersebut.

Sebaran contoh berdasarkan alasan minum minuman kesukaan

ditunjukkan pada Tabel 20. Alasan minum minuman kesukaan pada penelitian ini

dibedakan menjadi enam, yaitu haus, ajakan teman, kemudahan untuk

mendapatkan, rasa serta alasan lainnya.

Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan alasan minum minuman kesukaan

Jenis minuman kesukaan Jumlah

n %

Rasanya enak 32 37,2

Haus 23 26,7

Mudah didapat 11 12,8

Harganya murah 9 10,5

Lainnya 8 9,3

Ajakan teman 3 3,5

Total 86 100,0

Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap alasan minum minuman

kesukaan contoh, diketahui bahwa dua alasan yang paling banyak adalah karena

rasa minuman yang enak yaitu sebesar 37,2% dan haus yaitu sebesar 26,7%,

Page 56: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

Alasan yang paling sedikit adalah karena ajakan teman yaitu sebesar 3,5%.

Sebesar 26,7% contoh minum minuman kesukaan karena adanya rasa haus,

12,8% contoh menyukai minuman kesukaan karena kemudahan untuk

memperoleh jenis minuman tersebut pada saat di sekolah, sebesar 10,5%

contoh memilih alasan harga, 3,5% contoh minum minuman kesukaan karena

terpengaruh oleh ajakan teman-temannya, sementara 9,3% contoh memiliki

alasan lain dalam memilih minuman kesukaan.

Alasan lain yang dikemukakan oleh contoh adalah adanya anggapan

(sugesti) bahwa minum minuman tertentu bisa menimbulkan efek yang baik

terhadap kesehatan (khusunya air putih). Berdasarkan hasil wawancara,

diketahui bahwa menurut contoh minum air putih secara teratur dapat membuat

tubuh tetap sehat dan tidak sakit batuk, pilek, radang tenggorokan serta terhindar

dari penyakit seperti sakit ginjal.

Minuman Larangan

Minuman larangan adalah minuman yang dilarang diminum baik oleh

dokter, guru ataupun orangtua contoh. Suhardjo (1986) menyatakan bahwa

adanya makanan larangan atau minuman larangan ini disebabkan oleh beberapa

motif atau alasan, antara lain : adat atau budaya, sosial, dan alasan kesehatan.

Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan ada atau tidaknya minuman larangan

Ada atau tidak minuman

larangan

Jumlah

n %

Ya 48 55,8

Tidak 38 44,2

Total 86 100,0

Sebesar 44,2% contoh tidak memiliki minuman larangan, sementara

sisanya (55,8% contoh) memiliki minuman larangan (Tabel 21). Jenis minuman

yang dilarang untuk diminum contoh bervariasi. Sebaran contoh berdasarkan

jenis minuman larangan ditunjukkan pada Tabel 22.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap minuman larangan contoh,

diketahui sebesar 37,5% contoh memiliki minuman larangan berupa es

(minuman yang dalam penyajiannya ditambah es batu, baik es batu dalam

bentuk utuh atau es batu yang sudah dihancurkan). Contoh yang dilarang minum

soft drink sebesar 33,3%. Jenis minuman lain yang dilarang diminum contoh

antara lain minuman dingin (minuman yang disimpan dalam kulkas), minuman

yang berwarna seperti Frutamin, Ale-ale, Okky jelly drink.

Page 57: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

Tabel 22 Sebaran contoh berdasarkan jenis minuman larangan

Jenis minuman larangan Jumlah

n %

Es 17 37,5

Soft drink 16 33,3

Es blender 7 14,6

Minuman berwarna 5 10,4

Minuman berwarna 5 10,4

Minuman dingin 2 4,2

Lainnya 1 2,1

Total 48 100,0

Terdapat dua contoh yang memiliki minuman larangan es, namun

berdasarkan hasil wawancara minuman kesukaan dua contoh ini adalah es

blender serta jus buah yang dalam pembuatannya ditambah es. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak semua contoh patuh terhadap minuman larangan dari

orangtuanya.

Berdasarkan hasil wawancara, terdapat satu contoh yang dilarang

minum Teh Sisri oleh orangtuanya. Umumnya contoh dilarang minum minuman

larangan karena menurut contoh minuman tersebut dapat menimbulkan penyakit

seperti batuk, pilek, demam serta radang tenggorokan.

Frekuensi Minum Saat di Sekolah

Makanan merupakan kebutuhan dasar manusia agar dapat bertahan

hidup. Frekuensi makan dalam satu hari biasanya bervariasi tergantung aktivitas,

waktu, kesukaan, dan sebagainya.. Mayoritas orang Indonesia makan 3-4 kali

dalam satu hari. Setiap waktu makan selalu diikuti dengan minum. Seperti halnya

frekuensi makan, frekuensi minum juga berbeda antar individu. Frekuensi minum

saat di sekolah menunjukkan berapa kali contoh minum saat berada di sekolah.

Tabel 23 menunjukkan sebaran frekuensi minum contoh saat berada di sekolah.

Tabel 23 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi minum saat di sekolah

Frekuensi (per hari) Jumlah

n %

1-2 kali 33 38,4

3-4 kali 48 55,8

5-6 kali 5 5,8

Total 86 100,0

Berdasarkan hasil analisis dekriptif terhadap frekuensi minum contoh saat

berada di sekolah, diketahui sebesar 55,8% contoh minum sebanyak 3-4 kali

saat berada di sekolah dan 38,4% contoh minum sebanyak 1-2 kali saat di

sekolah. Terdapat 5,8% contoh yang minum sebanyak 5-6 kali saat di sekolah.

Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa semua contoh minum saat

Page 58: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

berada di sekolah. Biasanya contoh minum sebelum masuk, atau pada saat

istirahat, atau saat pulang sekolah.

Asal Minuman

Sebaran contoh menurut asal minuman yang diminum pada saat di

sekolah ditunjukkan pada Tabel 24. Pada penelitian ini, asal minuman contoh

dibedakan menjadi dua yaitu minuman yang berasal dari rumah (bekal dari

rumah) serta minuman yang dibeli di kantin atau pedagang kaki lima yang

berjualan di sekitar sekolah.

Tabel 24 Sebaran contoh berdasarkan asal minum

Asal Minuman Jumlah

n %

Rumah 20 23,3

Kantin atau pedagang kaki lima 66 76,7

Total 86 100,0

Berdasarkan hasil penelitian ini, diketahui sebesar 76,7% contoh

memperoleh minuman dari kantin dan pedagang kaki lima yang terdapat di

sekitar lokasi sekolah sementara sisanya yaitu 23,3% contoh minumannya

berasal dari bekal minum yang dibawa dari rumah.

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian AFIC (1999) yang

menyebutkan bahwa sebagian besar individu di Singapura membawa minuman

dari rumahnya, sebanyak 56% sampel mengatakan bahwa rumah adalah tempat

terbaik untuk mendapatkan minuman. Perbedaan hasil ini karena contoh pada

penelitian ini adalah anak-anak sekolah dasar yang masih mempunyai keinginan

besar untuk mencoba produk minuman baru yang dilihat melalui iklan di televisi

ataupun dijual di kantin sekolah. Selain itu, menurut contoh membeli minuman di

kantin atau pedagang kaki lima lebih praktis daripada harus membawa bekal

minuman dari rumah.

Waktu Minum Saat di Sekolah

Waktu minum contoh saat berada di sekolah bervariasi, yaitu sebelum

haus, pada saat haus, sebelum makan dan setelah makan. Waktu minum saat

haus merupakan suatu kondisi pada saat contoh merasa ingin minum, mulut dan

tenggorokan terasa kering. Tabel 25 menunjukkan sebaran contoh berdasarkan

waktu minum saat di sekolah.

Sebanyak 47,7% contoh minum air pada saat haus. AFIC (1999)

menyebutkan bahwa sebagian besar individu di Singapura hanya minum ketika

merasa haus. Namun sebenarnya haus merupakan tanda bahwa tubuh sudah

mengalami dehidrasi ringan. AFIC (2000) menyebutkan bahwa pada saat kita

Page 59: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

merasa haus, kita sedang mengalami dehidrasi. Banyak orang mengasumsikan

bahwa haus merupakan indikator yang baik dari kebutuhan cairan. Meskipun

demikian, haus sebenarnya merupakan suatu tanda bahwa tubuh baru saja

mengalami dehidrasi. Cairan harus diganti sebelum rasa haus ini timbul.

Tabel 25 Sebaran contoh berdasarkan waktu minum saat di sekolah

Waktu minum Jumlah

n %

Saat haus 41 47,7

Setelah makan 39 45,3

Sebelum haus 5 5,8

Sebelum makan 1 1,2

Total 86 100,0

Pada penelitian ini, waktu minum sebelum haus merupakan suatu kondisi

dimana contoh minum sebelum timbul perasaan ingin minum, sebelum mulut dan

tenggorokan terasa kering. Hanya 5,8% contoh yang minum sebelum haus.

Batmanghelidj (2007) menyatakan bahwa air harus diminum kapanpun saat

merasa haus, bahkan pada saat di tengah-tengah makan.

Waktu minum setelah makan merupakan suatu kondisi dimana contoh

minum setelah makan makanan utama (makan nasi), sedangkan waktu minum

sebelum makan adalah suatu kondisi dimana contoh minum sebelum makan

makanan utama (makan nasi). Sebesar 45,3% contoh minum setelah makan dan

1,2% contoh yang minum air sebelum makan.

Jenis Aktivitas di Sekolah yang Mendorong Contoh untuk Minum

Aktivitas yang dimaksud pada penelitian ini adalah aktivitas yang

dilakukan contoh ketika di sekolah dan mendorong contoh untuk minum

(terutama setelah melakukan aktivitas tersebut). Tabel 26 menunjukkan sebaran

contoh berdasarkan aktivitas yang mendorong contoh untuk minum.

Tabel 26 Sebaran contoh berdasarkan aktivitas sebelum minum saat di sekolah.

Aktivitas Jumlah

n %

Olahraga 61 70,9

Bermain 18 20,9

Lainnya 4 4,7

Belajar 3 3,5

Total 86 100,0

Sebanyak 70,9%. contoh paling sering minum setelah olahraga (Tabel

26). Hal ini dikarenakan pada saat olahraga tubuh cenderung beraktivitas lebih

berat dibanding pada kondisi normal sehingga cenderung lebih cepat merasa

haus. AFIC (1999) menyatakan bahwa ketika berolahraga, cairan yang

Page 60: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

dibutuhkan meningkat, karena tubuh banyak kehilangan cairan, sehingga

diperlukan penggantian cairan secara cepat untuk mencegah dehidrasi.

Tabel 26 menunjukkan bahwa sebesar 20,9% contoh minum setelah

bermain, contoh yang minum setelah belajar sebesar 3,5%. Sebanyak 4,7%

contoh menyatakan minum setelah melakukan aktivitas selain olahraga, belajar

dan bermain. Sebanyak 4,7% contoh ini menyatakan minum pada saat santai

yakni pada waktu istirahat sekolah (pada saat itu mereka tidak melakukan

aktivitas apapun).

Intake Cairan

Manz F dan A Wentz et al. (2003) menyatakan bahwa intake cairan

merupakan total cairan dari makanan dan minuman serta air metabolik. Intake

cairan yang dimaksud pada penelitian ini adalah total intake cairan yang berasal

dari makanan serta minuman. Intake cairan yang berasal dari makanan

dikonversikan kedalam kandungan air dengan menggunakan Daftar Komposisi

Bahan Makanan (DKBM) 2009.

Pada penelitian ini hasil recall makanan dikelompokkan menjadi tujuh

kategori yaitu : makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur dan buah,

makanan sepinggan, makanan jajanan serta lain-lain. Jenis bahan makanan

yang tidak termasuk kedalam kelompok pangan yang telah disebutkan di atas

(seperti gula manis, kecap, teh serta santan) dimasukkan dalam kategori lain-

lain. Konsumsi dan intake cairan dari makanan contoh ditunjukkan pada Tabel

27.

Tabel 27 Konsumsi makanan dan intake cairan dari makanan Kelompok pangan Intake cairan (ml/hari) Konsumsi (g/hari)

Makanan pokok 218,3 ± 48,0 416,0 ± 89,3

Sayur dan buah 111,6 ± 94,0 128,3 ± 116,8

Lauk hewani 76,7 ± 42,4 126,8 ± 67,0

Lauk nabati 8,7 ± 23,3 18,9 ± 46,0

Makanan sepinggan 7,3 ± 26,1 16,0 ± 49,4

Lain-lain 5,5 ± 17,6 26,0 ± 59,9

Makanan jajanan 3,9 ± 13,1 12,2 ± 29,9

Total 426,6 ± 126,0 733,9 ± 165,7

Makanan pokok, sayur dan buah serta lauk hewani memberikan

kontribusi intake cairan yang lebih tinggi dibanding kelompok pangan yang lain.

Makanan pokok merupakan kelompok pangan yang memberikan kontribusi

cairan paling tinggi. Makanan jajanan memberikan kontribusi cairan yang paling

rendah (Tabel 27).

Page 61: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

Kelompok pangan yang berasal dari padi-padian seperti beras, jagung

atau gandum merupakan bagian terbesar (60-80%) dari susunan pangan

penduduk yang tinggal di Asia Tenggara (Suhardjo 1986). Intake cairan dari

makanan pokok berkisar antara 81,6-360,5 ml per hari dengan rata-rata 218,3 ±

48,0 ml per hari. Makanan pokok yang dikonsumsi oleh contoh berkisar antara

320,0-735,0 gram per hari dengan rata-rata 416,0 ± 89,3 gram per hari. Jenis

makanan pokok yang sering dikonsumsi contoh dan mengandung cairan dalam

jumlah cukup tinggi yaitu nasi (56,7 ml air per 100 gram nasi) serta roti putih (40

ml air per 100 gram roti putih).

Suhardjo (1986) menyatakan bahwa sayur-sayuran seperti bayam, kol,

labusiam, semangka, buncis dan kacang polong apabila dimakan secara teratur

dalam jumlah yang cukup akan memperbaiki mutu susunan pangan. Buah-

buahan biasanya hanya merupakan sebagian kecil dari pangan yang dimakan.

Akan tetapi di Asia Tenggara, dimana buah-buahan berlimpah hampir sepanjang

tahun seharusnya sering dikonsumsi untuk menambah gizi sebanyak-banyaknya

pada susunan pangan.

Sayur dan buah merupakan kelompok pangan yang mengandung cukup

banyak air dibanding kelompok pangan yang lain. Intake cairan dari sayur dan

buah berkisar antara 27,7-402,6 ml per hari dengan rata-rata 111,6 ± 94,0 ml per

hari. Contoh mengonsumsi sayur dan buah antara 40,0-685,0 gram per hari.

Sebagian besar (79,1% contoh) mengonsumsi sayur dan buah pada saat recall.

Sebanyak 20,9% contoh tidak mengonsumsi sayur dan buah pada saat recall.

Jenis sayuran yang banyak dikonsumsi contoh antara lain wortel yang

mengandung 89,9 ml air per 100 gram wortel, kangkung (91 ml air per 100 gram

kangkung), kembang kol (91,7 ml air per 100 gram kembang kol) serta labu siam

(92,3 ml air per 100 gram labu siam). Buah yang banyak dikonsumsi contoh

antara lain jeruk manis (87,2 ml air per 100 gram jeruk manis, serta apel (84,1 ml

air per 100 gram apel).

Pangan hewani dapat merupakan 5-15% dari pangan yang dimakan oleh

penduduk di Asia Tenggara. Pangan hewani seperti daging unggas, ikan, susu,

keju dan telur kaya akan jenis protein yang diperlukan oleh tubuh manusia

(Suhardjo 1986). Intake cairan dari lauk hewani berkisar antara 9,4-213 ml per

hari dengan rata-rata 76,7 ± 42,4 ml per hari. Lauk hewani yang dikonsumsi oleh

contoh berkisar antara 25-340 gram per hari dengan rata-rata 126,8 ± 67,0 gram

per hari. Sebesar 97,7% contoh mengonsumsi lauk hewani, sementara 2,3%

Page 62: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

contoh sisanya tidak mengonsumsi lauk hewani pada saat dilakukan recall. Jenis

lauk hewani yang sering dikonsumsi contoh antara lain : telur ayam (74,3 ml per

100 gram telur ayam), daging sapi (69,7 ml air per 100 gram daging sapi), daging

ayam (55,9 ml air per 100 gram daging ayam) serta cumi-cumi (54,2 ml air per

100 gram cumi-cumi).

Rata-rata intake cairan dari lauk nabati, makanan sepinggan, makanan

jajanan serta kelompok pangan lain-lain lebih kecil apabila dibandingkan dengan

nilai standar deviasinya. Hal ini terjadi karena jumlah contoh yang mengonsumsi

masing-masing kelompok pangan tersebut lebih sedikit jika dibandingkan contoh

yang tidak mengonsumsi.

Sebanyak 21,9% contoh mengonsumsi lauk nabati dan 79,1% contoh

tidak mengonsumsi lauk nabati pada saat dilakukan recall. Intake cairan dari lauk

nabati berkisar antara 18,4-92,0 ml per hari dengan rata-rata 8,7 ± 23,3 ml per

hari. Lauk nabati yang dikonsumsi contoh berkisar antara 25,0-250,0 gram per

hari dengan rata-rata 18,9 ± 46 ml per hari. Jenis lauk nabati yang sering

dikonsumsi contoh antara lain tempe goreng yang mengandung 36,8 ml air per

100 gam tempe serta tahu goreng (77,3 ml air per 100 gram tahu goreng).

Makanan sepinggan merupakan suatu jenis makanan yang dalam satu

porsi penyajiannya merupakan perpaduan antar berbagai jenis bahan makanan,

misalnya bakso yang terdiri dari mie, sawi, tauge, daging bakso, bubur ayam

yang terdiri dari bubur, daging ayam, kacang goreng, kerupuk, soto serta mie

ayam. Intake cairan dari makanan sepinggan berkisar antara 5,6-78,6 ml per hari

dengan rata-rata 7,3 ± 26,1 ml per hari. Makanan sepinggan yang dikonsumsi

contoh berkisar antara 50-250 gram per hari dengan rata-rata 16,0 ± 49,43 gram

per hari. Contoh yang tidak mengonsumsi makanan sepinggan (sebesar 89,5%)

lebih besar dibandingkan contoh mengonsumsi makanan sepinggan (sebesar

10,5%).

Contoh yang tidak mengonsumsi makanan jajanan sebesar 19,8%,

sedangkan yang mengonsumsi makanan jajanan adalah 80,2%. Makanan

jajanan yang dikonsumsi contoh berkisar antara 160,0-150,0 gram per hari

dengan rata-rata 12,2 ± 29,9 gram per hari, sedangkan kandungan airnya

berkisar antara 2,1-56,6 ml per hari dengan rata-rata 3,9 ± 13,1 ml per hari. Jenis

makanan jajanan yang dikonsumsi contoh dan mengandung cukup banyak air

antara lain kue sus (56,6 ml air per 100 gram kue sus) dan kue bolu (55,6 ml air

per 100 gram kue bolu).

Page 63: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

Jenis bahan makanan yang termasuk kategori lain-lain seperti gula pasir,

gula kelapa, kecap, dan sebagainya juga memberikan kontribusi terhadap intake

cairan, namun jumlahnya tidak terlalu besar. Suhardjo (1986) menyatakan bahwa

gula dan sirup hanya merupakan persentase kecil dari konsumsi penduduk di

Asia Tenggara. Sebesar 17,4% contoh tidak mengonsumsi bahan makanan yang

termasuk kategori lain-lain. Berat kelompok pangan lain-lain yang dikonsumsi

contoh berkisar antara 5-538 g per hari, sedangkan Total makanan yang

dikonsumsi contoh berkisar antara 320,0-1250,0 gram per hari dengan rata-rata

733,9 ± 165,7 gram per hari. Intake cairan dari makanan berkisar antara 224-

820,2 ml per hari, dengan rata-rata 426,6 ± 126 ml per hari.

Intake cairan yang berasal dari minuman diperoleh melalui hasil recall

berbagai jenis minuman yang dikonsumsi oleh contoh. Jenis minuman pada

penelitian ini dibedakan menjadi air putih, susu, teh, kopi, sirup, jus buah,

minuman isotonik, soft drink, es blender serta minuman lainnya. Berikut

merupakan tabel intake cairan dari minuman.

Tabel 28 Intake cairan dari minuman Jenis minuman Intake cairan (ml/hari)

Air putih 1128,8 ± 203,6

Susu 251,9 ± 164,0

Teh 113,9 ± 169,5

Jus buah 26,5 ± 88,6

Soft drink 17,4 ± 71,7

Sirup 12,6 ± 58,3

Es blender 8,4 ± 54,6

Kopi 8,4 ± 54,6

Minuman Isotonik 7,6 ± 49,4

Minuman lainnnya 4,0 ± 39,3

Total 1597,8 ± 243,0

Air putih, susu dan teh memberikan kontribusi cairan yang cukup tinggi

dibanding jenis minuman lain. Kontribusi yang paling tinggi berasal dari air putih,

sedangkan kontribusi yang paling rendah berasal dari minuman lainnya (Tabel

28).

Berdasarkan hasil recall minuman, air putih yang dikonsumsi contoh

berkisar antara 720,0-1680,0 ml (3-7 gelas) dengan rata-rata 1128,8 ± 203,6 ml

per hari. Sebesar 36% contoh minum air putih 5 gelas (1200,0 ml per hari),

22,1% contoh minum 4 gelas (960 ml). Sebanyak 12,8% contoh minum air putih

6 gelas per hari (1440,0 ml). Sebanyak 81,4% contoh pada penelitian ini minum

susu saat recall, sementara 16,4% sisanya tidak minum susu. Susu yang

dikonsumsi contoh berkisar antara 190,0-730,0 ml per hari dengan rata-rata

Page 64: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

251,9 ± 164,0 ml per hari. Contoh yang minum susu 240,0 ml (1 gelas) per hari

sebesar 41,9%.

Rata-rata intake cairan dari jenis minuman selain air putih dan susu lebih

kecil apabila dibandingkan dengan standar deviasinya. Hal ini terjadi karena

contoh yang mengonsumsi jenis minuman selain air putih dan susu lebih sedikit

jika dibandingkan contoh yang tidak mengonsumsi jenis minuman tersebut.

Sebesar 60,5% contoh tidak minum teh pada saat recall, 39,5% contoh

sisanya mengonsumsi teh. Teh yang dikonsumsi contoh berkisar antara 120,0-

840,0 ml per hari. Rata-rata konsumsi teh contoh adalah 113,9 ± 169,5 ml per

hari.

Pada saat recall, contoh yang minum sirup (2,3%) lebih sedikit apabila

dibandingkan contoh yang tidak minum sirup (97,7%). Sirup yang diminum oleh

contoh berkisar antara 240-360 ml per hari. Rata-rata konsumsi sirup contoh

adalah 12,6 ± 58,3 ml per hari.

Contoh yang tidak minum jus buah pada saat recall (sebesar 90,7%) lebih

banyak apabila dibandingkan contoh yang minum jus buah (sebesar 9,3%).

Intake cairan yang berasal dari jus buah berkisar antara 180-240 ml per hari

dengan rata-rata konsumsi jus buah adalah 26,5 ± 88,6 ml per hari.

Contoh yang minum minuman isotonik pada saat recall sebesar 2,3%,

sedangkan contoh yang tidak minum minuman isotonik sebesar 97,7%. Intake

cairan yang berasal dari minuman isotonik sebesar 300-350 ml per hari dengan

rata-rata 7,6 ± 49,4 ml per hari.

Sebanyak 94,2% contoh tidak minum soft drink pada saat recall,

sedangkan 5,8% sisanya minum soft drink pada saat recall. Soft drink yang

diminum contoh berkisar antara 240,0-360,0 ml per hari. Rata-rata konsumsi soft

drink contoh adalah 17,4 ± 71,7 ml per hari.

Berdasarkan hasil recall, contoh yang tidak minum es blender sebesar

97,7%. Sebesar 2,3% contoh minum es blender 360,0 ml. Rata-rata konsumsi es

blender adalah 8,4 ± 54,6 ml per hari.

Jenis minuman lain yang diminum oleh contoh namun tidak termasuk

dalam kategori di atas antara lain Yakult serta es kelapa muda. Pada saaat

recall, contoh yang minum jenis minuman lain sebesar 2,3%, sementara contoh

yang tidak minum sebesar 97,7%. Intake cairan dari jenis minuman lain sebesar

60,0 ml (untuk Yakult) serta 360,0 ml (untuk es kelapa muda).

Page 65: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

Berdasarkan hasil recall, diketahui total intake cairan dari minuman

berkisaar antara 1200-2280 ml per hari. Rata-rata intake cairan dari minuman

adalah 1597,8 ± 243 ml per hari. Muchtadi et al. (1993) juga menyatakan bahwa

sebagian besar air diperoleh dari minuman, yaitu sekitar 1650 ml per hari dalam

bentuk air, teh, kopi, soft drink, susu, dan sebagainya. Selain itu, hasil penelitian

Manz F dan A Wentz (2003) pada kelompok masyarakat di United States

menunjukkan bahwa intake cairan dari minuman pada anak perempuan yang

berusia 9-13 tahun berkisar antara 1709-2240 ml per hari.

Tabel 29 Rata-rata intake cairan dari makanan dan minuman Jenis pangan Intake cairan (ml/hari)

Makanan 426,6 ± 126,0

Minuman 1597,8 ± 243,0

Total 2024,4 ± 287,4

Total intake cairan dari makanan dan minuman berkisar antara 1457,4-

2812 ml per hari dengan rata-rata 2024,4 ± 287,4 ml per hari. Rata-rata intake

cairan dari makanan (426,6 ml per hari) memberikan kontribusi sebesar 21,0%

terhadap rata-rata total intake cairan, sementara itu rata-rata intake cairan dari

minuman (1597,8 ml per hari) memberikan kontribusi sebesar 79,0% terhadap

total intake cairan. Hasil yang diperoleh ini relatif sama dengan hasil penelitian

NHANES III (Third National Health and Nutrition Examination Survey) diacu

dalam Sawka M et al. (2005) yang menunjukkan bahwa pada anak-anak dan

orang dewasa sekitar 80,0% total intake air diperoleh dari minuman, sementara

20,0% sisanya diperoleh dari makanan.

Rata-rata total intake cairan (2024,4 ± 287,4 ml per hari) berbeda dengan

hasil penelitian Hellert et al. (2001) terhadap 541 anak-anak usia 2-13 tahun di

Jerman. Hasil penelitian Hellert et al. (2001) menunjukkan bahwa rata-rata

intake cairan (diukur dari makanan, minuman serta air oksidasi) pada anak

perempuan umur 9-13 tahun sebesar 1676 ± 386 gram per hari. Penelitian lain

yang dilakukan terhadap anak-anak dan orang dewasa di Jerman (Hellert et al.

2001) menunjukkan bahwa total intake air (dari makanan, minuman dan air

metabolik) pada parempuan yang rata-rata berumur 43 tahun adalah 2062 ml.

Perbedaan rata-rata hasil intake cairan ini dikarenakan adanya perbedaan dalam

metode yang digunakan untuk menghitung intake cairan.

Hasil analisis bivariat dengan uji korelasi Pearson menunjukkan

hubungan yang tidak signifikan antara total intake cairan dengan umur contoh.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Bossingham JM et al. (2005) yang

Page 66: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

menunjukkan bahwa umur tidak mempengaruhi total intake air. Hal ini terjadi

karena selain umur, ada beberapa faktor yang mempengaruhi intake cairan

misalnya suhu lingkungan, aktivitas fisik serta kondisi kesehatan tubuh.

Kebutuhan Cairan

Sebagian besar tubuh manusia tersusun atas air. Almatsier (2003)

menyatakan bahwa 55-60% berat badan orang dewasa tersusun atas air.

Sementara itu, Yuniastuti (2008) menyatakan bahwa 65% berat badan anak-

anak terdiri atas air. Besarnya kebutuhan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin,

jenis pekerjaan, suhu dan kelembaban lingkungan serta aktivitas fisik

(Proboprastowo & Dwiriyani 2004).

Pada penelitian ini, kebutuhan cairan dihitung dengan rumus Grant &

DeHoog (1999) yang diacu dalam Mahan K. & Escott-Stump (2004) serta dengan

rekomendasi dari The National Research Council (NRC) diacu dalam Sawka M et

al. (2005). Berikut merupakan tabel sebaran contoh berdasarkan kebutuhan

cairan :

Tabel 30 Sebaran contoh berdasarkan kebutuhan cairan

Umur (tahun) Kebutuhan cairan

(ml/hari) 1)

Kebutuhan cairan

(ml/hari) 2)

10 1736,5 ± 130,7 1474,7 ± 103,6

11 1800 ± 173,4 1524,8 ± 137,5

12 1833,5 ± 135,0 1551,5 ± 107

Rata-rata (ml/hari) 1789,7 ± 158,1 1516,7 ± 125,3

Keterangan : 1 : Grant & DeHoog (1999) yang diacu dalam Mahan K. & Escott-Stump (2004)

2 : The National Research Council (NRC) diacu dalam Sawka M et al (2005)

Kebutuhan cairan contoh berdasarkan Grant & DeHoog (1999) pada

umur 10 tahun berkisar antara 1510-1980 ml per hari, umur 11 tahun berkisar

antara 1500-2300 ml per hari dan pada contoh yang berumur 12 tahun berkisar

antara 1640-2090 ml per hari. Kebutuhan cairan contoh menurut The National

Research Council (NRC) dihitung berdasarkan angka kebutuhan energi.

Kebutuhan energi contoh berkisar antara 1287-1921 kkal. Rata-rata kebutuhan

energi contoh sebesar 1516,7 ± 125,3 kkal/hari. Kebutuhan cairan contoh

mengacu pada The National Research Council (NRC) pada umur 10 tahun

berkisar antara 1295-1668 ml per hari, umur 11 tahun berkisar antara 1287-1921

ml per hari dan pada contoh yang berumur 12 tahun berkisar antara 1398-1755

ml per hari.

Rata-rata kebutuhan cairan contoh (umur 10-12 tahun) menurut Grant &

DeHoog (1999) adalah 1789,7±158,1 ml per hari. Rata-rata kebutuhan cairan

Page 67: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

contoh (umur 10-12 tahun) berdasarkan The National Research Council (NRC)

adalah 1516,7 ± 125,3 ml per hari (Tabel 30).

Proboprastowo dan Dwiriyani (2004) menjelaskan bahwa rekomendasi

angka kecukupan air untuk wanita umur 10-12 tahun adalah 1900 ml per hari.

Rekomendasi tersebut ditetapkan dengan mengacu rekomendasi asupan

minimal air untuk masyarakat Philipina dan dihitung berdasarkan data berat

badan sehat masyarakat Indonesia. Nilai rata-rata kebutuhan cairan yang

diperoleh pada penelitian ini (sebesar 1789,7 ± 158,1 ml per hari) sudah

mendekati nilai kecukupan air yang direkomendasikan (1900 ml per hari).

Berdasarkan Tabel 30, diketahui bahwa kebutuhan cairan contoh

meningkat seiring dengan peningkatan umur. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Sawka M et al. (2005) bahwa kebutuhan air meningkat seiring penambahan

umur, pada anak-anak rata-rata kebutuhan air 1,7 liter sedangkan pada orang

dewasa kebutuhan air meningkat menjadi 2,5 liter untuk aktivitas sedentary dan

3,2 L untuk aktivitas fisik sedang. Selain itu, hasil analisis bivariat dengan uji

Korelasi Pearson menunjukkan hubungan yang signifikan antara umur dengan

kebutuhan cairan contoh (r=0,215 ; p<0,05).

Tingkat Konsumsi Cairan

Tingkat konsumsi cairan merupakan perbandingan antara total intake

cairan dengan kebutuhan cairan. Tingkat konsumsi cairan contoh berdasarkan

Grant & DeHoog (1999) berkisar antara 80,7-161,7%. Rata-rata tingkat konsumsi

cairannya adalah 113,8 ± 17,6%.

Tabel 31 Kebutuhan, intake dan tingkat konsumsi cairan contoh Variabel Jumlah

Kebutuhan air 1)

(ml/hari) 1789,7 ± 158,1

Kebutuhan air 2)

(ml/hari) 1516,7 ± 125,3

Total intake cairan (ml/hari) 2024,4 ± 287,4

Tingkat konsumsi cairan 1)

(%) 113,8 ± 17,6

Tingkat konsumsi cairan 2)

(%) 132,8 ± 20,6

Keterangan : 1 : Grant & DeHoog (1999) yang diacu dalam Mahan K. & Escott-Stump (2004)

2 : The National Research Council (NRC) diacu dalam Sawka M et al (2005)

Tingkat konsumsi cairan contoh berdasarkan The National Research

Council (NRC) berkisar antara 95,3-189,9% (Tabel 31). Rata-rata tingkat

konsumsi cairannya adalah 132,8 ± 20,6%.

Rata-rata tingkat konsumsi cairan berdasarkan Grant & DeHoog (1999)

(113,2%) lebih kecil jika dibandingkan rata-rata tingkat konsumsi cairan

berdasarkan The National Research Council (NRC) (132,8%) (Tabel 29). Hal ini

Page 68: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

terjadi karena kebutuhan cairan menurut Grant & DeHoog (1999) lebih besar jika

dibandingkan kebutuhan cairan berdasarkan The National Research Council

(NRC).

Hubungan Intake Energi dengan Persentase

Tingkat Konsumsi Cairan

Energi diperlukan oleh tubuh untuk melakukan berbagai aktivitas. Energi

biasanya diperoleh dari makanan yang dikonsumsi oleh seseorang. Intake energi

contoh pada penelitian ini berkisar antara 1107-2593 kkal. Rata-rata intake

energi contoh sebesar 1628 ± 310 kkal/hari.

Hasil analisis bivariat dengan Uji korelasi Pearson menunjukkan terdapat

hubungan yang signifikan antara intake energi dengan persentase tingkat

konsumsi cairan berdasarkan Grant & DeHoog (1999) (r=0,302 ; p<0,01)

(Lampiran 7). Hasil analisis bivariat dengan Uji korelasi Pearson juga

menunjukkan hubungan yang signifikan antara intake energi dengan persentase

tingkat konsumsi cairan berdasarkan rekomendasi dari The National Research

(r=0,322 ; p<0,01) (Lampiran 8). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi

intake energi maka persentase tingkat konsumsi cairan juga akan semakin besar.

Kecenderungan Dehidrasi

Gavin (2006) menyatakan bahwa dehidrasi bisa terjadi akibat kekurangan

air atau makanan atau kehilangan air yang banyak misalnya pada diare yang

parah, muntah, dan sebagainya. Dehidrasi dikategorikan menjadi tiga, yaitu

dehidrasi ringan, dehidrasi sedang dan dehidrasi berat.

Tanda-tanda dehidrasi bervariasi mulai dari haus dan lemas sampai

kerusakan fungsi ginjal. Tanda-tanda dehidrasi yang dimaksud pada penelitian ini

adalah tanda-tanda yang dapat dilihat atau dirasakan oleh contoh tanpa melalui

pemeriksaan laboratoris. Tanda-tanda dehidrasi antara lain timbulnya rasa haus,

lelah, kulit kering, bibir kering, serta tenggorokan kering. Tabel 32 menunjukkan

sebaran contoh berdasarkan tanda-tanda dehidrasi.

Tabel 32 Sebaran contoh berdasarkan tanda-tanda dehidrasi

Tanda-tanda Dehidrasi Ya Tidak

n % n %

Haus 73 84,9 13 15,1

Lelah 72 83,7 14 16,3

Kulit kering 72 83,7 14 16,3

Bibir kering 49 57 37 43

Tenggorokan kering 33 38,4 53 61,6

Page 69: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

Berdasarkan Tabel 30, tanda-tanda dehidrasi yang banyak dialami contoh

antara lain haus, lelah, serta kulit kering dengan persentase berturut-turut

sebesar sebesar 84,9%, 83,7%, serta 83,7%. Asian Food Information Centre

(2000) menyebutkan bahwa pada saat kita merasa haus, kita sedang mengalami

dehidrasi. Banyak orang mengasumsikan bahwa haus merupakan indikator yang

baik dari kebutuhan cairan (fluid requirement). Meskipun demikian, haus

sebenarnya merupakan suatu tanda bahwa tubuh baru saja mengalami

dehidrasi. Cairan harus diganti sebelum rasa haus ini timbul.

Penentuan dehidrasi pada penelitian ini dilakukan dengan

mengelompokkan tanda-tanda dehidrasi. Sebesar 62,8% contoh mengalami

dehidrasi ringan dan 37,2% contoh tidak mengalami dehidrasi (Tabel 33).

Tabel 33 Sebaran contoh berdasarkan kecenderungan dehidrasi

Kecenderungan Dehidrasi Jumlah

n %

Dehidrasi ringan 54 62,8 Tidak dehidrasi 32 37,2

Total 86 100,0

Hasil tabulasi silang antara sebaran contoh berdasarkan ada atau

tidaknya dehidrasi dengan frekuensi konsumsi air putih, susu non kemasan, susu

kemasan, teh non kemasan dan teh kemasan menunjukkan tidak terdapat

kecendurangan bahwa contoh yang mengalami dehidrasi ringan jarang

mengonsumsi kelompok minuman tersebut (Lampiran 2-6). Berdasarkan hasil

tabulasi silang diketahui bahwa contoh yang sering minum air putih, susu non

kemasan, susu kemasan, teh non kemasan ataupun teh kemasan belum tentu

tidak mengalami dehidrasi.

Hubungan antara Persentase Tingkat Konsumsi Cairan

dengan Kecenderungan Dehidrasi

Kecenderungan dehidrasi contoh dikategorikan menjadi dua, yaitu

mengalami dehidrasi ringan dan tidak mengalami dehidrasi. Persentase tingkat

konsumsi cairan juga dibedakan menjadi dua kategori yaitu persentase tingkat

konsumsi cairan yang lebih (>100%) serta persentase tingkat konsumsi cairan

yang kurang (<100%). Hasil analisis dengan Uji Chi square menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan (p>0,05) antara persentase tingkat konsumsi

cairan dengan kecenderungan dehidrasi (Lampiran 9 & 10).

Contoh yang mengalami dehidrasi ringan pada penelitian ini sebesar

62,8% (54 contoh) sedangkan yang tidak mengalami dehidrasi adalah 37,2% (32

Page 70: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

contoh). Berikut merupakan hasil Uji Chi Square persentase tingkat konsumsi

cairan dengan kecenderungan dehidrasi.

Tabel 34 Uji Chi Square persentase tingkat konsumsi cairan dengan kecenderungan dehidrasi

TKC * Jumlah Kecenderungan Dehidrasi

Total Tidak dehidrasi Dehidrasi ringan

< 100% n 5 15 20 (%) 25,0% 75,0% 100,0% > 100% n 27 39 66 (%) 40,9% 59,1% 100,0% Total n 32 54 86 (%) 37,2% 62,8% 100,0%

Keterangan : * : Grant & DeHoog (1999) yang diacu dalam Mahan K. & Escott-Stump (2004)

Uji Chi Square tidak signifikan dengan nilai p = 0,305

Berdasarkan kebutuhan air menurut Grant & DeHoog (1999), diketahui

bahwa dari keseluruhan 54 contoh yang mengalami dehidrasi ringan terdapat

27,7% (15 contoh) yang intake cairannya kurang dari 100% dan 72,3% (39

contoh) sisanya intake cairannya lebih dari 100%, namun, dari 32 contoh yang

tidak mengalami dehidrasi, terdapat 15,6% (5 contoh) yang intake cairannya

kurang dari 100% dan 84,4% (27 contoh) sisanya intake cairannya lebih dari 100

(Tabel 34).

Tabel 35 Uji Chi Square persentase tingkat konsumsi cairan dengan kecenderungan dehidrasi

TKC * Jumlah Kecenderungan Dehidrasi

Total Tidak dehidrasi Dehidrasi ringan

< 100% n 14 24 38 (%) 36.8% 63,2% 100,0% > 100% n 18 30 48 (%) 37,5% 62,8% 100,0% Total n 32 54 86 (%) 37,2% 62,8% 100%

Keterangan : * :

The National Research Council (NRC) diacu dalam Sawka M et al (2005)

Uji Chi Square tidak signifikan dengan nilai p = 1,000

Berdasarkan kebutuhan cairan menggunakan rekomendasi dari The

National Research Council (NRC), diketahui bahwa dari 54 contoh yang

mengalami dehidrasi ringan terdapat 44,4% (24 contoh) yang intake cairannya

kurang dari 100% dan 55,5% (30 contoh) yang intake cairannya lebih dari 100%.

Dari 32 contoh yang tidak mengalami dehidrasi, terdapat 43,8% (14 contoh)

yang intake cairannya kurang dari 100% dan 56,3% (18 contoh) sisanya intake

cairannya lebih dari 100% (Tabel 35).

Pada penelitian ini, persentase tingkat konsumsi cairan tidak

berhubungan dengan kecenderungan dehidrasi. Hal ini dikarenakan indikator

yang digunakan untuk menilai dehidrasi (haus, lelah, kulit kering, bibir kering dan

Page 71: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

tenggorokan kering) pada penelitian ini belum tentu merupakan indikator yang

akurat. Contoh yang menjawab pernah mengalami haus selama seminggu

terakhir belum tentu intake cairannya kurang dari kebutuhan, demikian juga untuk

kulit kering, bibir kering dan tenggorokan kering. Menurut Batmanghelidj (2007),

tubuh sudah merasa haus sebelum kita merasakan sensasi haus. Mulut kering

bukanlah tanda yang akurat untuk kekurangan cairan dalam tubuh.

Sampai saat ini belum ada alat ukur standar yang dapat digunakan untuk

menilai status hidrasi. Manz F dan A Wentz (2005) menjelaskan belum ada “gold

standard” untuk mengukur status hidrasi pada semua kondisi lingkungan.

Beberapa indikator yang sering digunakan untuk mengukur status hidrasi antara

lain : parameter keseimbangan air (contoh : intake air), perubahan berat badan

atau total cairan tubuh, indikator plasma, serta indikator urin. Bossingham et al.

(2005) menjelaskan bahwa pengukuran status hidrasi dapat dilakukan

menggunakan urine specific gravity dan osmolalitas plasma.

Page 72: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Sebagian besar (52,3% contoh) minum air putih 5-6 kali per hari dan

sebesar 64% contoh minum susu non kemasan >6 kali per minggu. Sebesar 55,8

% contoh minum teh kemasan 1-3 kali per minggu. Sebesar 62,8% contoh

minum sirup non kemasan dan jus buah non kemasan 1-3 kali per minggu.

Contoh yang minum soft drink 1-3 kali per minggu sebesar 60,5%. Sebesar 86%

contoh tidak pernah minum kopi dan 70,9% contoh tidak pernah minum minuman

isotonik dalam satu minggu.

Saat berada di sekolah, sebesar 36% contoh menyukai minum teh

kemasan, sebesar 52,3% contoh memperoleh informasi tentang minuman

kesukaan dari televisi, sebesar 37,2% contoh minum minuman kesukaan

tersebut karena alasan rasanya yang enak. Sebesar 55,8% contoh memiliki

minuman larangan dari orangtua. Minuman larangan 37,5% contoh adalah es.

Sebesar 55,4% contoh minum air 3-4 kali saat di sekolah. Asal minuman sebesar

76,7% contoh berasal dari kantin dan pedagang kaki lima. Sebesar 47,7% contoh

minum air pada saat haus dan 70,9% contoh minum air di sekolah setelah

melakukan aktivitas olahraga.

Rata-rata intake cairan dari makanan adalah 426,6 ± 126 ml per hari dan

rata-rata intake cairan dari minuman adalah 1597,8 ± 243 ml per hari. Rata-rata

intake cairan yang berasal dari makanan dan minuman adalah 2024,4 ± 287,4

ml. Rata-rata kebutuhan cairan contoh (umur 10-12 tahun) yang dihitung dengan

rumus Grant & DeHoog (1999) yang diacu dalam Mahan K. & Escott-Stump

(2004) adalah 1789,7±158,1 ml per hari dan rata-rata kebutuhan cairan contoh

(umur 10-12 tahun) (dihitung dengan rekomendasi dari The National Research

Council (NRC) diacu dalam Sawka M et al. (2005) adalah 1516,7 ± 125,3 ml per

hari.

Sebesar 62,8% contoh mengalami dehidrasi ringan sementara 37,2%

contoh tidak mengalami dehidrasi. Tanda-tanda fisik dehidrasi yang paling

banyak ditemui adalah haus, lelah serta kulit kering.

Hasil analisis bivariat dengan Uji Chi Square menunjukkan tidak terdapat

hubungan yang signifikan antara persentase tingkat konsumsi cairan dengan

kecenderungan dehidrasi. Hasil analisis bivariat dengan Uji korelasi Pearson

menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara intake energi dengan

persentase tingkat konsumsi cairan.

Page 73: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

Saran

Saran yang dapat diberikan kepada pihak sekolah maupun orangtua

adalah diharapkan dapat memberikan edukasi kepada contoh bahwa minum air

sesuai dengan kebutuhan (6-7 gelas per hari) sangat diperlukan untuk menjaga

agar kondisi tubuh tetap sehat dan menghindari terjadinya dehidrasi. Dehidrasi

pada tahap ringan tidak terlalu menimbulkan masalah, namun pada tahap yang

lebih lanjut dapat menyebabkan pusing, sulit berkonsentrasi, mengantuk serta

penurunan produktivitas kerja. Pada tahap yang lebih parah lagi dapat

menimbulkan kegagalan fungsi ginjal.

Mengingat di sekitar SD terdapat pedagang kaki lima (PKL) yang menjual

berbagai makanan atau minuman dalam kondisi terbuka dan sebagian besar

contoh memperoleh makanan serta minuman dari sana, diperlukan edukasi

berupa penyuluhan kepada pedagang kaki lima (PKL) yang terdapat di sekitar

lokasi SD akan pentingnya keamanan, mutu dan gizi pangan, bahaya yang bisa

ditimbulkan akibat pemakaian pewarna ataupun pemanis buatan pada makanan

maupun minuman.

Untuk penelitian selanjutnya diperlukan alat ukur yang lebih spesifik

terutama untuk jenis minuman yang dijual oleh pedagang kaki lima atau untuk

produk non industri. Penentuan status hidrasi akan lebih akurat apabila dilakukan

secara klinis misalnya dengan urine specific gravity dan osmolalitas plasma.

Page 74: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

DAFTAR PUSTAKA

Andri J. 2007. Pengetahuan Gizi dan Sanitasi serta Kebiasaan Makan Mahasiswa IPB yang pernah Terserang Tifus. [skripsi]. Bogor. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Asian Food Information Centre (AFIC). 1998. Fluid for Kids. http//www. AFIC.org.

[25 November 2008]. . 1999. Singapore drinking habits survey.

http//www. AFIC.org. [25 November 2008]. . 2000. Fluid, the Forgotten Factor.

http//www. AFIC.org. [25 November 2008]. Almatsier S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Anonim. 2008. Teh untuk Kesehatan Tubuh. www.depkes.go.id [9 Juli 2009]. Ariyani D. 2004. Keamanan Mikrobiologis Minuman Jajanan Di Sekolah Dasar

Wilayah Bogor Tengah. [skripsi]. Bogor. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Batmanghelidj F. 2007. Air untuk Menjaga Kesehatan dan Menyembuhkan

Penyakit. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Briggs G, Calloway D. 1987. Water and Electrolit. Di dalam: Nutrition and

Physical Fitness. New York: Sunders College Publishing. Besrali, Lia M, Junaiti S. 2007. Pengaruh minum teh terhadap kesehatan usila di

kota bandung. www. Depkes. go.id. [10 Juli 2009]. Bossingham JM, Nadine SC, and Wayne WC. 2005. Water balance, hydration

statues and fat free mass hydration in younger and older adult. Am J Clin Nutr 81:1342-1350.

Czacka ND. 2004. Water and Electrolytes. Di dalam Mahan K. dan Escott-Stump,

editor. Nutrition, and Diet Therapy. USA. W.B Saunders Company. [Depkes] Departemen Kesehatan. 2008. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Gavin M. 2006. Recognizing Dehydration in Childreen. http//www.nlm.nih.go/

medlineplus/eency/article/000982.htm. [Januari 2006]. Hardinsyah et al. 2009. Studi Kebiasaan Minum & Status Hidrasi pada Remaja

dan Dewasa di Dua Wilayah Ekologi yang Berbeda. Bogor : Perhimpunan Peminat Gizi & Pangan Indonesia (PERGIZI PANGAN INDONESIA), Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB.

Hardinsyah, Martianto D. 1992. Gizi Terapan. Dirjen Pendidikan Tinggi Pusat

Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB.

Page 75: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

Hasanah R. 2005. Studi Pengetahuan dan Penggunaan Pewarna Makanan pada

Makanan Jajanan SD di Wilayah Bogor. [skripsi]. Bogor. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Hellert W, Kerstino M dan Manz F. 2001. Fifteen Year Trends in Water Intake in

Germany childeer and adolescents: Result of the DONALD study. Acta Ped 90 ; 732-737.

Hurlock. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Indriasari. 2008. Di Balik Minuman Isotonik. http: //2008/06/29/01092754/ di.

balim.minuman.isotonik. [9 Juli 2009] Judarwanto W. 2008. Perilaku Makan Anak Sekolah. www.smallcrab.com. [10

Agustus 2009]. Khomsan A. 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada. Lee S. L. 1993. Infant, Childreen, & Adolescents. Dalam Owen, A. L. & Frankle,

R. T, editor. Nutrition In The Community. St. Louis: Mosby Year Book, Inc. Lemeshow S, Hosmer D, Klar J. 1997. Besar Sampel dalam Penelitian

Kesehatan. Dibyo P, penerjemah; Hari K, editor; New York: WHO. Terjemahan dari : Adequacy of Sampel Size in Health Studies.

Lucas B. 2004. Nutrition in Childhood. Di dalam Mahan K. dan Escott-Stump,

editor. Nutrition, and Diet Therapy. USA. W.B Saunders Company. Lusiana S. 2008. Status Gizi, Konsumsi Pangan dan Usia Menarche Anak

Perempuan Sekolah Dasar di Bogor. [skripsi]. Bogor. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Mahan K. dan Escott-Stump. 2004. Food, Nutrition, and Diet Therapy. USA. W.B

Saunders Company. Manz F dan A Wentz. 2003. 24-h-Hydration status: parameters, epidemiology

and recommendation. Eur J Clin Nutr 57:S10-S18. . 2005. Hydration status in the United Status and Germany.

Nutr Rev 63 : S55-S61. Mazfiar. 2009. Jus Buah bagi Anak Harus Dibatasi. www. Suaramerdeka.com.

[9 Juli 2009] Muchtadi D, Nurheni S,Astawan M. 1993. Metabolisme Zat Gizi. Jakarta :

Pustaka Sinar Harapan. Primana. 2009. Kebutuhan Air pada Olahraga.www.samallcrab.com. [10 Agustus

2009].

Page 76: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

Proboprastowo SM dan Dwiriyani CM. 2004. Angka Kecukupan Air dan Elektrolit. Jakarta : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi.

Riyadi H.1996. Gizi dan Kesehatan dalam Pembangunan Pertanian.(Khomsan A.

dan Sulaeman A, Editor). Bogor. IPB Press

. 2001. Metode Penilaian Status Gizi secara Antropometri [diktat]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Rotikan. 2003. Dehidrasi, Mudah Menyerang dan Berbahaya. http://www.kompas.com. [25 November 2008].

Sawka M, Samuel NC, Robert C. 2005. Human water needs. Nutr Rev 63:S30-

S39. Sediaoetama A. D. 1987. Ilmu Gizi Jilid 1. Jakarta: Bharata Karya Aksara. Shirreffs. 2003. Marker of hydration statues. Eur J Clin Nutr 57:S6-S9. Sitorus L, 2007. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan konsumen

terhadap kopi Instan Kemasan Sachet di wilayah Jakarta Timur. [skripsi]. Bogor. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Suhardjo. 1986. Sosio Budaya Gizi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi.

Suhardjo, Hardinsyah & Riyadi. 1988. Survey Konsumsi Pangan. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan , Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, IPB. Bogor.

Suhardjo dan Kusharto 1988. Prinsip-prinsip Ilmu Gizi. Pusat Antar Universitas

Pangan dan Gizi bekerja sama dengan Lembaga Sumber Daya Informasi IPB. Bogor.

Suhardjo. 1996. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara

bekerjasama dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.

Supariasa, Bakri B, Fajar I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku

Kedokteran EGC. Whitmire S. 2004. Water, Electrolit and Acid Base Balance. Di dalam Mahan K.

dan Escott-Stump, editor. Nutrition, and Diet Therapy. USA. W.B Saunders Company.

[WHO] World Health Organization. 2007. Growth reference 5-19 years.

http://www.who.int/growthref/who2007_bmi_for_age/en/index.html. [3 Mei 2009].

Widodo. 2008. Mengenal Minuman Ringan Berkarbonasi (soft drink). http://www.untag-sby.ac.id/index.php?mod=berita&id=92. [9 Juli 2009].

Page 77: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

Yuniastuti A. 2008. Gizi dan Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Zahria F. 2008. Di Balik Minuman Isotonik. www.kompas.com. [9 Juli 2009].

Page 78: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

Page 79: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

Lampiran 1. Kuesioner penelitian

Kode

KUESIONER PENELITIAN KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN

DAN KECENDERUNGAN DEHIDRASI SISWA-SISWI SEKOLAH DASAR

Nama Responden : ……………………………..

Alamat : ……………………………..

……………………………..

Enumerator : ……………………………..

Tanggal Wawancara : ……………………………..

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 80: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

A. KARAKTERISTIK CONTOH Data Pribadi

1. Nama : ……………………………………………… 2. Tempat, tanggal lahir : ……………………………………………… 3. Jenis kelamin : L/P 4. Berat Badan : .............................. kg 5. Tinggi Badan : .............................. cm 6. Jumlah uang saku : Rp........................./……………………. 7. Alokasi pengeluaran uang saku (pengeluaran untuk pangan dan nonpangan) :

a. Transportasi : ............................................. b. Makanan : ............................................. c. Minuman : ............................................. d. Tabungan : ………………………………….. e. Lainnya : ……………………………………

B. KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI KELUARGA CONTOH 1. Jumlah anggota keluarga dalam satu rumah :……….. orang 2. Pendidikan orangtua :

a. Ayah : ……………………. b. Ibu : ……………………..

3. Pekerjaan orangtua a. Ayah : ……………………. b. Ibu : …………………....

C. KEBIASAAN MINUM SAAT DI SEKOLAH

1. 2.

Apakah minuman kesukaan Adik saat di sekolah?..................................... Darimanakah Adik mengetahui informasi tentang minuman kesukaan yang Adik beli?

a. TV b. Radio c. Majalah d. Teman

e. Keluarga

3. Apa alasan Adik minum minuman kesukaan tersebut? a. Haus b. Diajak teman c. Mudah didapat d. Harganya Lainnya .....

4. Apakah ada larangan untuk minum minuman tertentu dari orangtua/dokter/guru? a. ya b. tidak

5. Jika jawaban no. 4 ya, sebutkan................................. 6. Apakah Adik biasa minum saat di sekolah?

a. Sering (5-6 kali) b. Kadang-kadang (3-4 kali) c. Tidak pernah

7. Darimanakah asal minuman yang Adik minum saat di sekolah? (pilih jawaban yang paling sering dilakukan)

a. Bekal dari rumah b. Kantin c. Disediakan sekolah d. Lainnya,...

8.. Kapan Adik minum saat di sekolah ?(pilih jawaban yang paling sering dilakukan) a, Saat haus b Sebelum haus c. Setelah makan d. Sebelum makan

Page 81: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

9.. Kapan Adik membeli minuman saat di sekolah? (pilih jawaban yang paling sering dilakukan) a. Istirahat sekolah b. Pulang sekolah c. Sebelum masuk sekolah

10. Pada saat melakukan aktivitas apa Adik minum? (pilih jawaban yang paling sering dilakukan) a. Olahraga b. Bermain c. Belajar d. Lainnya,………

D. TANDA-TANDA FISIK DEHIDRASI 1 Dalam satu minggu terakhir, apakah Adik pernah mengalami haus?

a. ya b. tidak

2 Dalam satu minggu terakhir, apakah Adik pernah mengalami lelah? a. ya

b. tidak 3 Dalam satu minggu terakhir, apakah Adik pernah mengalami kulit kering?

a. ya b. tidak

4 Dalam satu minggu terakhir, apakah Adik pernah mengalami bibir kering? a. ya

b. tidak 5 Dalam satu minggu terakhir, apakah Adik pernah mengalami tenggorokan kering?

a. ya b. tidak

Page 82: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

FOOD RECALL (1 X 24 jam)

Waktu

Makan Menu Jenis pangan URT Berat (gr)

Pagi Makanan :

Minuman :

Siang Makanan :

Minuman :

Page 83: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

Waktu

Makan Menu Jenis pangan URT Berat (gr)

Malam Makanan :

Minuman :

Selingan Makanan :

Minuman :

Page 84: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

FFQ (Food Frequency Questionaire)

No Jenis minuman Merk Ukuran

(standar : gelas aqua 240 ml)

Frekuensi minum

Tidak pernah

Per hari (kali)

Per minggu (kali)

1. Air putih 2. Susu rumah 3. Susu kemasan 4. Teh rumah 5. Teh kemasan 6. Kopi rumah

7. Kopi kemasan

8. Sirup rumah 9. Sirup kemasan 10. Jus buah rumah 11. Jus buah kemasan 12. Soft drink

………………………. ……………………….

13. Lainnya, sebutkan ……………………….. ………………………..

Page 85: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

���

Lampian 2 Tabulasi silang sebaran contoh berdasarkan kecenderungan dehidrasi dengan frekuensi minum air putih

Frekuensi Kecenderungan dehidrasi

Total Tidak dehidrasi (n)

Dehidrasi ringan (n)

3-4 kali per hari 11 29 40 5-6 kali per hari 20 25 45 >6 kali per hari 1 0 1 Total 32 54 86

Lampuran 3 Tabulasi silang sebaran contoh berdasarkan kecenderungan dehidrasi dengan frekuensi minum susu non kemasan.

Frekuensi Kecenderungan dehidrasi

Total Tidak dehidrasi (n)

Dehidrasi ringan (n)

Tidak pernah (0 kali per minggu) 4 9 13 Jarang (1-3 kali per minggu) 5 11 16 Kadang-kadang (4-6 kali per minggu) 1 1 2 Sering (>6 kali per minggu) 22 33 55 Total 32 54 86

Lampiran 4 Tabulasi silang sebaran contoh berdasarkan kecenderungan dehidrasi dengan frekuensi minum susu kemasan

Frekuensi Kecenderungan dehidrasi

Total Tidak dehidrasi (n)

Dehidrasi ringan (n)

Tidak pernah (0 kali per minggu) 5 13 18 Jarang (1-3 kali per minggu) 22 32 54 Kadang-kadang (4-6 kali per minggu) 3 3 6 Sering (>6 kali per minggu) 2 6 8 Total 32 54 86

Lampiran 5 Tabulasi silang sebaran contoh berdasarkan kecenderungan dehidrasi dengan frekuensi minum teh non kemasan

Frekuensi Kecenderungan dehidrasi

Total Tidak dehidrasi (n)

Dehidrasi ringan (n)

Tidak pernah (0 kali per minggu) 5 7 12 Jarang (1-3 kali per minggu) 17 29 46 Kadang-kadang (4-6 kali per minggu) 5 5 10 Sering (>6 kali per minggu) 5 13 18 Total 32 54 86

Lampiran 6 Tabulasi silang sebaran contoh berdasarkan kecenderungan dehidrasi dengan frekuensi minum teh kemasan

Frekuensi Kecenderungan dehidrasi

Total Tidak dehidrasi (n)

Dehidrasi ringan (n)

Tidak pernah (0 kali per minggu) 9 12 21 Jarang (1-3 kali per minggu) 19 29 48 Kadang-kadang (4-6 kali per minggu) 3 10 13 Sering (>6 kali per minggu) 1 3 4 Total 32 54 86

Page 86: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

���

Lampiran 7 Uji Korelasi Pearson hubungan antara intake energi dengan persentase tingkat konsumsi cairan

Intake energi

Tingkat konsumsi cairan *

Intake energi Korelasi Pearson 1 **0,302 Sig (2-tailed) 0,005 N 86 86 TKC * Korelasi Pearson **0,0281 1 Sig (2-tailed) 0,009 N 86 86

Keterangan : *

: Grant & DeHoog (1999) yang diacu dalam Mahan K. & Escott-Stump (2004)

** : Korelasi signifikan pada level 0,01 (2-tailed)

Lampiran 8 Hasil Uji Korelasi Pearson hubungan antara intake energi dengan persentase tingkat konsumsi cairan

Intake energi

Tingkat konsumsi cairan *

Intake energi Korelasi Pearson 1 **0,322 Sig (2-tailed) 0,002 N 86 86 TKC * Korelasi Pearson **0,0289 1 Sig (2-tailed) 0,007 N 86 86

Keterangan : *

: The National Research Council (NRC) diacu dalam Sawka M et al. (2005)

** : Korelasi signifikan pada level 0,01 (2-tailed)

Page 87: KEBIASAAN MINUM, KEBUTUHAN CAIRAN DAN · PDF fileSebesar 64,0% contoh memiliki kebiasaan minum susu non kemasan setiap hari. Sebesar 62,8% contoh minum susu kemasan 1-3 kali per ...

���

Lampiran 9 Uji Chi Square hubungan antara persentase tingkat konsumsi cairan dengan kecenderungan dehidrasi

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1,663(b) 1 ,197

Continuity Correction(a)

1,052 1 ,305

Likelihood Ratio 1,736 1 ,188

Fisher's Exact Test ,291 ,152

Linear-by-Linear Association 1,643 1 ,200

N of Valid Cases 86

a Computed only for a 2x2 tabel b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count.

Lampiran 10 Uji Chi Square persentase tingkat konsumsi cairan dengan kecenderungan dehidrasi

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square ,004(b) 1 ,950

Continuity Correction(a)

,000 1 1,000

Likelihood Ratio ,004 1 ,950

Fisher's Exact Test 1,000 ,565

Linear-by-Linear Association ,004 1 ,950

N of Valid Cases 86

a Computed only for a 2x2 tabel b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14,14.