Kebencian Dan Kasih Sayang_individu
-
Upload
iwan-fitrah -
Category
Documents
-
view
9 -
download
0
description
Transcript of Kebencian Dan Kasih Sayang_individu
Olah rasa
Kebencian dan Kasih Sayang
@Kisah nyata : Iwan Fitrah Class BB Star BPKP Batch 5
Hewan merupakan mahluk Tuhan yang pada hakikatnya memiliki kehidupan atau
komunitas tersendiri yang berbeda dengan kehidupan kita sebagai manusia. Berkaitan
dengan beragamnya sifat atau karakter, bentuk atau wujud, bahkan ukuran dari hewan
menyebabkan banyaknyai persepsi atau pandangan orang terhadap hewan. Pandangan-
pandangan itu tentunya tidak terlepas dari subjektifitas atau sifat daripada orang yang
memberi pandangandan penilaian terhadap mahluk yang bernama hewan itu sendiri.
Hewan terkadang dianggap sebagi sesuatu yang mengerikan, sesuatu yang menakutkan,
sesuatu yang menjijikan (jorok, kotor) bahkan sebagai sesuatu mahluk yang berbahaya.
Namun ada beberapa diantara dari berbagi jenis dan golongan hewan memiliki karakter
yang lucu, menggemaskan, bahkan dengan sifatnya hewan yang sedemikian uniknya itu tak
jarang hidupnya hewan yang semestinya berada pada kelompok/ koloninya yang berada
jauh dari hingar bingar kehidupan manusia justru sebaliknya, dimana hewan dan manusia
dapat berada (hidup) dalam komunitas bersama, tapi tentunya manusialah yang memiliki
power disini, artinya manusia menjadikan hewan tersebut sebagai bagian dari sesuatu yang
menyertai aktifitas dari sebagian waktu hidupnya, dan bisa saja berlangsung dalam waktu
yang cukup lama, namun keberadaan hewan berada dalam penguasaan manusia dan
kendali manusia. Ada beberapa mahluk yang dapat dikategorikan masuk ke dalam bagian
dimaksud. Diantaranya yang paling umum adalah Kucing, spesies burung, dan hewan-
hewan tertentu yang masuk dalam jenis ternak seperti kerbau, ayam, kambing, dan lain
sebaginya.
Kucing......
Siapa yang tak kenal dengan mahluk yang satu ini. Ia adalah hewan yang bebas berkoloni
berada dalam komitas hidup manusia, dan tak jarang orang menganggap keberadaan kucing
dalam rumahnya sebagi hewan yang dipelihara (status sebagai hewan piaraan). Jujur
kukatakan dari dalam hatiku yang paling dalam, bahwasannya aku adalah salah satu dari
sekian orang yang tidak suka terhadap kucing, namun perlu diingat bahwa mungkin lebih
banyak orang yang justru masuk dalam kelompok penyuka hewan yang bernama kucing itu.
Bagiku kucing adalah hewan yang (maaf) kotor, menggelikan, dan pokoknya begitulah. Akan
tetapi ketidaksukaanku terhadap kucing bukan berarti lantas aku akan memukul, melempar,
bahkan sampai membunuh kucing. Yang mungkin terjadi adalah, jika kucing yang sekiranya
(selain karakter negatif kucing menurut versiku di atas) menggangu atau membuat suasana
di sekitar tempat tinggalku menjadi kurang nyaman dengan adanya kucing tersebut, maka
biasanya kucing akan saya masukan ke dalam kantung karung agar mudah dipegang (jijik
rasanya terhadap bulu-bulu kucing jika harus memegangnya dengan tangan telanjang)
untuk kemudian dibawa ke suatu tempat yang jaraknya tentu tidak dekat dari rumah
tempat tinggalku, dengan tujuan untuk memindahkan kucing ke tempat lain dengan
harapan kucing tidak akan kembali lagi ke rumah. Alasanku memegang kucing harus dengan
kantung karung adalah karna rasa jijik terhadap bulu-bulu kucing jika harus memegangnya
dengan tangan telanjang.
Cerita lalu....
Awal mula cerita di atas yang kini sudah menjadi histori yang sudah terlampau di masa lalu
adalah yang nantinya kukisahkan di bawah ini. Kejadian pertama berawal dari
ketidaknyamanan atas prilaku kucing yang sepengetahuanku bahwa kucing tersebut pada
akhirnya merupakan “kesayangan” dari seorang adik kandungku di rumah tempat tinggal
kami. Aku memang belum pernah melihat kucing tersebut sebelumnya, entah darimana dan
kapan datangnya yang jelas keberadaannnya tampaknya sudah cukup lama. Posisi dan
keberadaan kucing serta kesehariannya pada akhirnya kuketahui, hal itu berdasarkan pada
sumber munculnya suara khas kucing yang tak dapat dibohongi lagi berasal dari kamar
penyimpanan barang dibagian atas rumah (kami menyebutnya : loteng). Sudah beberapa
lama waktunya kucing berada di loteng dengan suaranya yang selalu membuat gaduh, ribut,
berisik, bahkan membisingkan, disaat-saat yang seharusnya butuh suasana yang tenang.
Suara menggangu tersebut biasanya terjadi pada waktu larut malam ketika waktunya kita
akan beristirahat bahkan tak jarang munculnya suara-suara keributan tersebut malah pada
saat saya dan sebagian besar dari penghuni rumah sedang beristrahat (tidur), sehingg
keberisikan ini juga akan sangat mengganggu seisi rumah tentunya, ada ayah, ibu, dan adik-
adikku. Tak jarang kekagetan terjadi malah di saat sedang tertidur pulas, seningga membuat
tidur terjaga (terbangun). Begitu seterusnya dari hari kehari, dan akhirnya memasuki waktu
dari bulan ke bulan. Hingga pada akhirnya kuputuskan untuk memindahkan kucing tersebut
ke suatu tempat yang jauh dari rumah dengan harapan suara-suara gaduh kucing ketika
sedang beristrahat tidak ada lagi. Mungkin akan lebih halus dengan kata memindahkan
ketimbang harus mengatakan untuk membuangnya, meskipun jelas-jelas cara itu tetap saja
membuat aku menyingkirkan kucing dengan cara membuangnya.
Cerita masa kini.....
Singkat cerita..........sekarang aku bersama seorang istri sudah berada di Kota Malang untuk
melanjutkan pendidikan S2 di Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Brawijaya..........
1.....2........3......
Sudah hampir sebulan tinggal dirumah kontrakan yang baru, sepertinya nyaman-nyaman
saja. Tidak ada suara-suara mengganggu di saat-saat sedang beristrahat malam atau sedang
tidur di siang hari, paling-paling sesekali hanya suara-suara aktifitas dan lalu lalang tetangga
sekitar rumah yang memang pada dasarnya rumah dimana tempat aku tinggal merupakan
rumah padat penduduk, akses keluar-masuk melaui gang kecil. Menjelang di tengah bulan
kedua, aku mulai menyadari bahwa ternyata sudah mulai ada mahluk baru yang sedianya
tinggal bersama aku beserta istri di rumah kontrakan tersebut. Suara-suara berisik
menggangu saat istrahat sudah semakin meresahkan, karena sepertinya ada beberapa ekor
kucing yang selalu grudak-gruduk berlarian dan bersenda gurau di atas loteng kontrakanku.
Akupun berencana untuk merapkan hukuman buang terhadap hewan yang menggangu
kenyamanan di rumah ini, namun ternyata sulit untuk menemukan kucing-kucing itu yang
membuatku resah. Kesulitan untuk menangkap kucing tersebut dikarenakan hingga saat itu
tidak pernah ada tanda-tanda kemunculan batang hidung kucing jika di siang hari, mereka
hanya beraksi pada malam hari saja, dan itupun dilakukannya hanya di loteng yang dijadikan
sebagai “sarangnya”, sehingga memang tidak pernah aku melihatnya sama sekali, apalagi
untuk menangkap, memasukkannya ke dalam karung, hingga membuangnya jauh jauh dari
kontrakanku. Hupppshhh.....
Pagi itu sebelum berangkat kuliah, seperti biasanya terlebih dahulu aku harus
mengeluaarkan sepeda motor dari dalam rumah. Dengan agak sedikit sulit dalam
menggesernya keluar berhubung pintu yang sempit dan dihadapan pintu keluar langsung
menghadap pagar rumah, sehingga cukup menyulitkan. Wooeeewww....tanpa kusadari
dsaat-saat sulitnya mengeluarkan sepeda motor itu ternyata ada sesosok mahluk kecil
berwarna putih kekuning–kuningan yang menghadap tegas dan menatap penuh ke
hadapanku. Dia adalah sesosok kucing, wah....dalam hatiku terbesit sebuah pertanyaan
“inikah kucing yang selama ini mengganggu istrahatku dengan suara bersiknya,,,,ternyata
kucingnya satu....padahal jika sedang berisik di loteng serasa jumlahnya begitu
banyak....mungkin kejar-kejaran dengan tikus kali ya.......begitu dalam pikiranku singkat.
Kemudian....kusegerakan untuk menetapkan sepeda motor di suatu posissi. Entah karena
suatu hal atau mungkin ada syaitan apa yang lewat pada saat bersamaan, lantas muncul
niat mendadakku yang “semestinya itu tidak kulakukan”....bisa dikatakan niat tidak terpuji
atau bahkan niat jahat...dimana seketika saat aku bergegas mencari batu dan ingin
melemparnya sekuat-kuatnya, dengan harapan kucing itu jera atau kapok bahkan pergi
untuk tidak kembali lagi ke kontrakanku, begitu pikirku saat itu.....
Namun tiba-tiba entah mengapa niat seperti yang ada dalam fikiranku terdelay....disaat
kumelihat kucing itu masih tetap berdiri di tempat dan posisi tegas seperti
semula.....meskipun aku sudah hampir mendapatkan batu bahkan ada sebongkah kayu di
depan rumah yang jika dipakai untuk memukul kucing itu bisa saja kucing itu lantas
mati......namun tetap saja kucing itu berada di tempatnya semula...yang menjadi
perhatianku dan juga alasan mengapa aku mengurungkan niatku untuk memukul atau
melemparnya adalah.........keberanian dia untuk tetap berada ditempatnya semula
meskipun mungkin dia telah tahu bahwa bakal ada bahaya di depan mata yang akan
datang padanya (jika benar-benar akhirnya aku melemparnya)...namun itulah yang
terjadi.....si kucing tetap menatapku...tegas tapi santai...... akupun semakin tertantang
untuk melawan tatapannya namun niatku yang akan melemparnya dengan batu atau
dengan kayu sudah kuurungkan, lalu kemudian.....dibalik tatapanku itulah akhirnya aku bisa
memandangi spenuhnya/seluruhnya atas bentuk/kejelasan, warna, kondisi, dan sikap
kucing itu sendiri....meskipun sesaat akan tetapi entah mengapa disaat itu muncul rasa
ibaku terhadap kucing itu tatkala kulihat bulu-bulunya yang seperti rontok di beberapa
baginnya tubuhnya yang kemungkinan menghidap penyakit kulit, tubuhnya yang begitu
kurus, bentuk wajahnya yang (maaf) jelek........./ kukatakan jelek karna sepengetahuanku
kucing itu punya pipi yang cubby, namun berbeda dengan yang kutemui ini,..... ia sungguh
kurus, seprti wajah memelas, hingga wajah ciri khas seekor kucing sudah tidak tampak lagi
padanya. Tak lama dari itu, disaat-saat hatiku berbicara sendiri, ternyata kemudian ia pergi
dengan jalan yang santai dan tanpa ada rasa dikejar atau dipantau orang lain.....
Nilai yang dapat kuambil dari kucing itu adalah, meskipun ia begitu kurusnya, badan penuh
penyakit kulit namun ia tak pernah mengganguku dengan hal-hal yang berlebihan seperti
yang juga pernah kualami sebelum-sebelumnyanya. Ia tak pernah mengobrak abrik
makanan, lauk, atau hidangan yang terkadang berada di meja makan dan kita ternyata kami
terlupa untuk menutupnya. Atau hal yang kita rasa sebagai sesuatu yang menjijikan pada
hewan, seperti kucing yang membuang “hajat” kotoran di tempat yang sembarangan,
namun tidak kutemui pada kucing ini meskipun ia sangat menggangu dengan kebrisikannya
pada malam hari di saat-saat waktu istrahat.
Beberapa hari kemudian berlalu dari kejadian itu, dan terus berlalu hingga beberapa hari
berikutnya. Aku menyadari ada hal aneh yang berbeda dengan sebelumnya. Sudah tidak
pernah lagi kutemui suara-suara berisik itu.....suara-sura gaduh dari kucing itu. Hari ke hari
berganti lagi, dan ternyata benar memang sepertinya si kucing yang sedianya sudah mulai
beraksi di malam hari, kini tidak kudapati lagi. Aku termenung lagi.....dalam hatiku
berkata ....apa mungkin ya kucing itu punya perasaan...seperti halnya yang dimiliki
manusia...dia tau saat ada orang yang membencinya.....dan diapun tau seperti apa akhirnya
dia harus memposisikan dirinya.......Apa iya ya....begitu selalu aku bertanya sendiri. Jika
seperti itu adanya....aku seharusnya malu...malu dengan sikapku yang memperlakukan atau
menganggap kucing itu sebgai hewan “tidak berguna” ....lalu aku jadi berfikir ternyata
mahluk apapun itu mempunyai insting atau bahasanya tersendiri dalam mengungkap atau
mengantisipasi sesuatu...........mahluk juga ingin disayang.....sama seperti halnya manusia..
jika manusia di sayang tentu akan merasa senang dan bahagia, namun sebaliknya jika ia
dibenci/atau tidak disenangi oleh lain maka ia akan menjauh, menyadari akan kemungkinan
ada suatu kesalahan yang sudah atau pernah ia buat sehingga menjadikan ia dibenci orang
lain. Nah, lagu bagaimana jika orang yang dibenci ternyata tidak memiliki atau tidak pernah
membuat kesalahan kepada yang lainnnya, atau dia melakukan sesuatu namun apa yang
sudah dilakukan itu masih dalam koridor yang benar dan tidak ada unsur “kesalahan”
didalamnya.....ini apa artinya.......Sehingga apakah orang membenci itulah yang kurang tepat
atau bahkan salah dalam menenmpatkan posisinya yang mengandung unsur “subjektifitas”
dimana penuh dengan fikiran-fikiran suud’zon, berburuk sangka, tempramental dan
sejenisnya...
Yang jelas.......makna atas kejadian di atas adalah memberikan suatu pembelajaran yang
berarti.... dimana yang dapat saya simpulkan adalah bahwa mahluk apapun itu jenisnya tak
terkecuali memiliki rasa (mungkin istilah untuk hewan lebih tepat dikatakan insting) kasih
dan sayang,,,,rasa untuk menyayangi....dan tentunya untuk disayangi. Dan hewan juga
punya insting disaat ia ternyata merasa dibenci atau tidak disukai, dan pada akhirnya insting
tersebut mungkin dapat berkata agar ia “tahu diri”.... ini terjadi pada kucing yang kuamati.
Dan ini nyata terjadi....begitu keadaannya. Dan yang terkahir adalah...akupun lebih jauh
harus tau bahwa apapun itu.....mahluk yang berbeda sekalipun .... harus kita sayangi,
tidak perlu kita memperlakukannnya dengan sesuka hati, apalagi sampai
membencinya.......hal itu berlaku juga terhadap selain manusia.....