KEBAHAGIAAN LANSIA LAKI-LAKI YANG TINGGAL ...eprints.ums.ac.id/77391/1/NASKAH...
Transcript of KEBAHAGIAAN LANSIA LAKI-LAKI YANG TINGGAL ...eprints.ums.ac.id/77391/1/NASKAH...
KEBAHAGIAAN LANSIA LAKI-LAKI
YANG TINGGAL SENDIRI DI SURAKARTA
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
pada Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi
Oleh :
PUPY KARTIKA ARSY
F100140193
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
i
HALAMAN PERSETUJUAN
KEBAHAGIAAN LANSIA LAKI-LAKI
YANG TINGGAL SENDIRI DI SURAKARTA
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh :
PUPY KARTIKA ARSY
F100140193
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:
Dosen
Pembimbing
(Santi Sulandari, S.Psi., M.Ger.)
ii
HALAMAN PENGESAHAN
KEBAHAGIAAN LANSIA LAKI-LAKI
YANG TINGGAL SENDIRI DI SURAKARTA
OLEH
PUPY KARTIKA ARSY
F100140193
Telah Dipertahankan di depan Dewan Penguji
Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada Hari Senin, 5 Agustus 2019
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji:
1. Santi Sulandari, S.Psi., M.Ger ( )
(Ketua Dewan Penguji)
2. Dra. Partini, M.Si., P.Si ( )
(Anggota l Dewan Penguji)
3. Permata Ashfi Rihana, S.Psi., MA ( )
(Anggota lI Dewan Penguji)
Dekan,
Susatyo Yuwono, S.Psi, M.Si
NIK.938/062406730
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak
terdapat kaya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 10 Juli 2019
Penulis
PUPY KARTIKA ARSY
F100140193
1
KEBAHAGIAAN LANSIA LAKI-LAKI
YANG TINGGAL SENDIRI DI SURAKARTA
Abstrak
Lanjut usia merupakan suatu proses perkembangan manusia yang ditandai
dengan perubahan fisik, emosional, dan kehidupan seksual. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui kebahagiaan yang mempengaruhi lansia laki-laki
yang tinggal sendiri di Surakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Data yang diperoleh
dari penelitian ini merupakan hasil wawancara semi terstruktur dengan pemilihan
informan menggunakan teknik purposive sampling. Kriteria subjek yang
digunakan dalam penelitian ini adalah duda lansia laki-laki kategori young old ,
tinggal sendiri, dan bertempat tinggal di Surakarta. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan hasil bahwa terdapat beberapa permasalahan yang muncul pada
lansia laki-laki yang tinggal sendiri yaitu perasaan sedih dan kesepian karena
ditinggalkan istri; urusan rumah tangga menjadi terbengkalai; belum bisa melupakan istri
yang telah meninggal dunia; adanya keinginan menikah kembali bagi duda yang berpisah
dengan istri dikarenakan bercerai. Sedangkan makna kebahagiaan bagi lansia laki-laki
yang tinggal sendiri diantaranya, aktif melakukan kegiatan positif baik di rumah maupun
di luar rumah; bersyukur dan mendekatkan diri kepada Allah SWT; dan adanya keinginan
menikah kembali.
Kata kunci : kebahagiaan, lansia laki-laki, tinggal sendiri
Abstracts
Advanced age is a process of human development characterized by changes in
physical, emotional, and sexual life. The purpose of this study is to find out
happiness that affects elderly men who live alone in Surakarta. The method used
in this study is descriptive qualitative with a case study approach. The data
obtained from this study are the results of semi-structured interviews with the
selection of informants using purposive sampling technique. The criteria for the
subject used in this study were the elderly widower male young old category,
living alone, and residing in Surakarta. The results of this study show that there
are several problems that arise in elderly men who live alone, namely feelings of
sadness and loneliness due to abandoned wife; household affairs become
neglected; can't forget the wife who has passed away; the desire to remarry the
widower who separated from his wife due to divorce. While the meaning of
happiness for elderly men who live alone include active activities both at home
and outside the home; thank and get closer to Allah SWT; and the desire to
remarry.
Keywords: happiness, male elderly, live alone
2
1. PENDAHULUAN
Usia lanjut adalah suatu proses yang alami yang tidak dapat dihindari oleh manusia.
Lansia ditandai dengan perubahan fisik, emosional, dan kehidupan seksual. Gelaja-gelaja
kemunduran fisik seperti merasa cepat capek, stamina menurun, badan menjadi
membongkok, kulit keriput, rambut memutih, gigi mulai rontok, fungsi pancaindra
menurun, dan pengapuran pada tulang rawan (Maramis, 2016). Sedangkan menurut
Bustan (2007) perubahan mental-emosional yaitu daya ingat menurun, sering lupa, emosi
berubah, sering marah-marah, rasa harga diri tinggi, dan mudah tersinggung. Selain
perubahan – perubahan yang bersifat negatif diatas lansia juga mengalami perubahan
yang bersifat positif seperti yang dijelaskan oleh Bastaman (2017) bahwa lansia selalu
berusaha meningkatkan iman dan takwanya kepada tuhan, lansia mampu hidup mandiri
dan tidak terlalu tergantung pada keluarga. Selain itu lansia juga dapat menjalin
hubungan tetap rukun dengan pasangan, anak-anak, kerabat dekatnya dan lansia
memiliki teman dilingkungan untuk berkomunikasi dan bergaul.
Lanjut usia (Lansia) merupakan proses yang akan dialami setiap individu dan
tidak dapat dihindarkan. Tahap penuaan yang akan terjadi yaitu kemunduran yang akan
dialami secara perlahan dan terus menerus. Adanya ciri fisik yang nampak terlihat pada
lansia diantaranya daya tahan tubuh yang berkurang sehingga lansia merasa cepat lelah
walaupun mengerjakan aktivitas yang tidak begitu berat, pada lansia juga mengalami
keriput pada kulit serta berkurangnya fungsi telinga dan mata kemudian rambut mulai
menipis atau memutih (Mustari, Rachmawati, & Nugroho, 2015).
Selain adanya ciri fisik yang nampak terlihat pada lansia, lansia memiliki
kematangan emosi yang cukup baik. Lansia mampu membuat dirinya sendiri menerima
tanggung jawab akan perubahan dalam hidupnya daripada menganggapnya sebagai beban
dan berusaha mencari pemecahan masalahnya dengan cara yang aman untuk diri dan
lingkungannya serta dapat diterima secara sosial (Sari & Nuryoto, 2002). Artinya, dengan
adanya kontrol diri yang baik pada lansia, mampu menjadikan lansia dapat berperan pada
kehidupan sosial dan memiliki rasa tanggung jawab dengan lingkungan sekitarnya.
Pada penelitian sebelumnya mengenai janda lanjut usia yang tinggal sendiri di
pedesaan menunjukan bahwa sebagai satuan sosial, seorang wanita tanpa suami mampu
mengontrol rumah tangga, namun berbeda halnya dengan laki-laki. Seorang laki-laki
membutuhkan peran istri untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya baik kebutuhan fisik
maupun biologis. Disisi lain, kebutuhan psikologis juga termasuk kedalam kebutuhan
laki-laki. Adanya keinginan untuk selalu didukung dan merasa ingin disayangi serta
3
perasaan sulit percaya dengan orang lain membuat sosok istri menjadi sangat berharga
dimata laki-laki. Keadaan ini menunjukkan bahwa seorang laki-laki tidak dapat tinggal
sendiri (Setianingrum, 2017).
Prosentase duda lansia dari tahun ke tahun adanya peningkatan, seperti pada
tahun 2014 sebanyak 16.01% duda lansia dan mengalami peningkatan kembali pada
tahun 2015-2016 dengan presentase duda lansia sebanyak 16.54% dan 16.70% (Badan
Pusat Statistik, 2015). Telah diketahui pada prosentase tersebut mengalami peningkatan
setiap tahunnya, sehingga keadaan tersebut mempengaruhi kerentanan terhadap
ketidakbahagiaan dan memiliki serangkaian permasalahan. Adapun serangkaian
permasalahan yang dialami oleh lansia yang tinggal sendiri antara lain adalah kesepian,
perasaan tidak berguna, keinginan untuk cepat mati atau bunuh diri dan membutuhkan
perhatian lebih. Psychological happinness pada lansia dapat memberikan dampak positif
diantaranya lansia dapat menerima dirinya sendiri dan mampu bersikap positif. Apabila
lansia tidak mengalami psychological happinness, yang akan terjadi adalah munculnya
perasaan kesepian, stress hingga berujung pada depresi (Hakim & Hartati, 2014).
Duda lansia yang tinggal sendiri memiliki permasalahan khusus yaitu depresi.
Depresi disebabkan karena kurangnya dukungan sosial keluarga yang diberikan pada
lansia dalam aktivitas sehari-hari (Latue, Widodo & Widiani, 2017). Pada penelitian
sebelumnya yang dilihat dari BPS mengenai hubungan self efficacy dengan subjective
well being pada lansia yang tinggal di rumahnya sendiri memiliki presentase duda lansia
yang tinggal di rumah sendiri sebanyak 54,7%, kemudian yang tinggal di rumah keluarga
44,4%, dan duda lansia yang tinggal di tempat lain seperti panti werdha dan rumah sakit
hanya 0,9% saja (Lestari & Hartati, 2016).
Setiap makhluk hidup membutuhkan kebahagiaan termasuk pada duda lansia
khususnya yang tinggal sendiri, sehingga mereka dapat memaknai hidupnya yang
berbeda-beda seperti yang dilakukan oleh penelitian sebelumnya yaitu pada penelitian
awal terhadap subjek berinisial P berjenis kelamin laki-laki berusia ±65 tahun yang
memiliki 3 orang anak dan bertempat tinggal di Surakarta seorang diri selama 3 tahun
merasa bahagia tinggal sendiri. Subjek memenuhi kebutuhan dengan bekerja sebagai
jagal sapi. Kegiatan sehari-hari subjek adalah memotong sapi dari pukul 03:00-06:00
WIB. Di luar waktu tersebut, dalam memaknai hidup yang tinggal sendiri, subjek
menghabiskan waktu dengan menonton TV dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Hal tersebut membuat subjek merasa dapat lebih mandiri ketika tinggal sendiri. Dalam
dukungan keluarga yang didapat subjek merasa mendapatkan perhatian terhadap dirinya.
4
Dilihat dari data awal diatas bahwa lansia laki-laki yang tinggal sendiri mampu
mengaktualisasikan diri dengan baik dan dapat bahagia dengan cara berinteraksi dengan
lingkungan sekitar. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti mengajukan
rumusan masalah yang hendak diangkat dalam peelitian ini yaitu apakah yang
mempengaruhi kebahagiaan pada lansia yang tinggal sendiri? Mengacu pada rumusan
masalah tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul:
Kebahagiaan Lansia Laki-laki yang Tinggal Sendiri di Surakarta.
2. METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif
dengan pendekatan studi kasus yang diungkap dengan wawancara semi terstruktur.
Teknik pemilihan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling
dengan kriteria duda lansia usia 60-80 tahun dan tinggal sendiri di daerah Surakarta.
Informan dalam penelitian ini berjumlah 5 orang. Adapun karakteristik informan adalah
sebagai berikut:
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil wawancara terhadap informan penelitian, peneliti membagi temuan
penelitian menjadi dua bagian yaitu a) permasalahan yang muncul pada lansia laki-laki
yang tinggal sendiri b) makna kebahagiaan lansia laki-laki yang tinggal sendiri.
Gambar 1. Permasalahan yang Terjadi Setelah Menjadi Duda
Permasalahan yang muncul pada
lansia laki-laki yang tinggal sendiri
Perasaan sedih dan kesepian karena tidak memiliki pendamping hidup
(S, SC, SL, AY, dan TM)
Urusan rumah tangga menjadi terbengkalai (S, SL)
Belum bisa melupakan istri yang telah meninggal dunia (S, SL)
Adanya keinginan menikah kembali bagi duda yang berpisah dengan
istri dikarenakan bercerai (SC, AY, dan TM)
5
Permasalahan yang muncul pada lansia laki-laki yang tinggal sendiri salah
satunya adalah adanya perasaan sedih dan kesepian. Permasalahan tersebut secara umum
dialami oleh kelima subjek. Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil survey yang
dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013 dimana hasil survey
menyebutkan bahwa salah satu pemasalahan yang muncul pada lansia yang tinggal
sendiri adalah perasaan kesepian. Kesepian merupakan permasalahan yang terbesar yang
dirasakan oleh para janda. Kesepian bukan karena mereka sendirian, namun karena tidak
adanya sebuah hubungan yang terjadi antara individu atau sekelompok individu untuk
menjalin suatu interaksi. Para duda juga mengalami isolasi sosial karena kurangnya
keterlibatan dengan orang lain sehingga menimbulkan perasaan bosan, merasa tidak ada
tujuan, dan keterbatasan dalam melakukan suatu kegiatan.
Permasalahan kedua yang muncul adalah urusan rumah tangga menjadi
terbengkalai. Menurut Partini (2011) lansia yang menjanda atau menduda cenderung
memiliki kualitas hidup yang rendah. Pekerjaan rumah tangga yang biasanya menjadi
tanggung jawab sang istri saat ini menjadi tanggungan bagi duda yang tinggal sendiri
sehingga perlu adanya penyesuaian diri yang dilakukan oleh lansia laki-laki yang tinggal
sendiri agar tetap bisa menjaga kualitas hidupnya agar tetap baik bahkan harapannya
menjadi lebih baik.
Permasalahan ketiga yang dialami oleh lansia laki-laki yang tinggal sendiri
adalah belum bisa melupakan istri yang telah meninggal dunia. Adapun serangkaian
permasalahan yang dialami oleh lansia yang tinggal sendiri antara lain adalah kesepian
dan kebutuhan akan perhatian. Psychological happinness pada lansia dapat memberikan
dampak positif diantaranya lansia dapat menerima dirinya sendiri dan mampu bersikap
positif. Apabila lansia tidak mengalami psychological happinness, yang akan terjadi
adalah munculnya perasaan kesepian, stress hingga berujung pada depresi (Hakim &
Hartati, 2014).
Menurut Fitriyadewi dan Suarya (2016) dampak yang ditimbulkan saat
seseorang telah lanjut usia salah satunya adalah menganai kepuasan hidup. Lansia yang
telah menjanda atau menduda kepuasan hidupnya akan rendah dibandingkan dengan
lansia yang menduda namun memutuskan untuk menikah kembali. Hal tersebut
disebabkan karena adanya dukungan keluarga yang akan meningkatkan kualitas hidup
para lansia. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian di lapangan yang menyebutkan
bahwa salah satu permasalahan yang dialami oleh lansia laki-laki yang tinggal sendiri
6
adalah adanya keinginan menikah kembali khususnya bagi duda yang berpisah dengan
istri dikarenakan bercerai.
Gambar 2. Makna Kebahagiaan pada Duda yang Tinggal Sendiri
Terdapat beberapa makna kebahagiaan pada lansia laki-laki yang tinggal sendiri.
Makna kebahagiaan yang pertama pada lansia laki-laki yang tinggal sendiri adalah dapat
aktif melakukan kegiatan positif baik di rumah maupun di luar rumah. Beberapa kegiatan
positif yang dilakukan oleh subjek, diantaranya dengan bersilaturahmi ke tempat teman
maupun saudara; menghabiskan waktu bersama teman-teman sebaya di warung;
melakukan aktifitas fisik dengan berolahraga; menekuni hobi misalkan dengan bercocok
tanam; dan melakukan aktifitas sosial dengan menggalang dana untuk disumbngkan
kepada yang membutuhkan.
Lansia yang cenderung tidak melakukan interaksi sosial akan mengalami
kesepian yang berimbas pada tingkat depresi lansia yang tinggi. Hal ini disebabkan
karena tidak terdapat teman untuk dapat bertukar informasi berkaitan dengan kesehatan
sehingga akan berakibat pada kurangnya informasi kesehatan pada lansia. Namun saat
lansia dapat berinteraksi baik dengan lingkungan sosial maupun keluarga akan
meminimalkan tingkat depresi yang dialami oleh lansia (Fitriyadewi & Suarya, 2016).
Hal tersebut juga disampaikan oleh Mulyono (2015) melalui hasil penelitiannya bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan lansia yaitu aktifitas fisik dan hubungan
sosial.
Menurut para informan penelitian makna kebahagiaan bagi lansia laki-laki yang
tinggal sendiri adalah dengan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hal tersebut
diwujudkan dengan memperbanyak ibadah sunah; mendoakan istri yang telah meninggal
Makna Kebahagiaan Pada Lansia Laki-laki
Yang Tinggal Sendiri
Aktif melakukan kegiatan positif baik di rumah maupun di luar rumah
(S, SC, SL, dan AY)
Lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT (SC, SL, AY, dan TM)
Dapat memulai rumah tangga kembali (SC, AY, TM)
7
dunia agar diterima segala amal ibadahnya; mendoakan anak dan cucu agar selalu sehat.
Meskipun dalam keadaan hidup sendirian dan tentunya dengan perasaan kesepian, namun
para informan mengaku bahwa mereka tetap mensyukuri keadaan tersebut. Meskipun
tinggal sendiri namun kebahagiaan yang mereka rasakan adalah dengan mendoakan
istrinya yang telah meninggal dunia serta dengan melihat kesuksesan anak-anaknya saat
ini. Seiring bertambahnya usia lansia cenderung selalu berusaha untuk meningkatkan
iman dan takwanya kepada tuhan (Bastaman, 2007). Hal tersebut diwujudkan oleh
informan dengan rajin melaksanakan ibadah sunnah dan wajib diantaranya dengn sholat
dan bersedekah.
Makna kebahagiaan lain yang dirasakan oleh lansia laki-laki yang tinggal
sendiri adalah apabila dapat menikah kembali. Lansia yang telah menjanda atau menduda
kepuasan hidupnya akan rendah dibandingkan dengan lansia yang menduda namun
memutuskan untuk menikah kembali. Hal tersebut disebabkan karena adanya dukungan
keluarga yang akan meningkatkan kualitas hidup para lansia (Fitriadewi & Suarya, 2016).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Mastuti (2016) menyatakan bahwa terdapat
hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan keluarga dengan kebahagiaan.
Lansia yang kurang mendapatkan dukungan dari keluarga cenderung menutup diri dan
merasa tidak bahagia. Nyoman, dkk. (2014) menjelaskan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan bahwa dukungan keluarga yang telah diberikan pada lansia dapat mencegah,
mengurangi, dan menyembuhkan depresi pada lansia. Lansia merasa tidak tinggal sendiri
serta dukungan dari keluarga yang diberikan kepada lansia bertujuan untuk membantu
mengurangi stres pada diri lansia.
4. PENUTUP
Lansia pada waktu tertentu pasti akan berpisah dengan pasangannya, baik berpisah karena
meninggal dunia maupun dikarenakan bercerai. Perpisahan ini menyebabkan lansia laki-
laki menjadi seorang duda. Ketika menjadi seorang duda lansia beberapa permasalahan
mulai dialami oleh informan. Beberapa permasalahan tersebut diantaranya, perasaan
sedih dan kesepian; urusan rumah tangga menjadi terbengkalai; belum bisa melupakan
istri yang telah meninggal dunia; dan danya keinginan menikah kembali bagi duda yang
berpisah dengan istri dikarenakan bercerai.
Meskipun muncul berbagai macam permsalahan pada lansia laki-laki yang
tinggal sendiri, namun kebahagiaan serta kepuasan hidup juga dapat diraih oleh para
lansia tersebut. Kebahagiaan secara psikologis pada lansia dapat memberikan dampak
8
positif diantaranya lansia dapat menerima dirinya sendiri dan mampu bersikap positif.
Adapun beberapa makna kebahagiaan pada lansia laki-laki yang tinggal sendiri,
diantaranya aktif melakukan kegiatan positif baik di rumah maupun di luar rumah;
bersyukur dan mendekatkan diri kepada Allah SWT; dan adanya keinginan menikah
kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Bustan, M.N. (2007). Epidemologi Penyakit Tidak Menular Ed . Jakarta: Salemba
Medika.
Bastaman, H.D. (2007). Logoterapi: Psikologi Untuk Menemukan Makna Hidup
Dan Meraih Hidup Bermakna. Jakarta: Rajawali Press.
Fitriyadewi, L. P., & Suarya, L. M. (2016). Peran Interaksi Sosial Terhadap
Kepuasan Hidup Lanjut Usia. Jurnal Psikologi Udayana, Vol 3, No 2,
332-341.
Hakim, L & Hartati, N. (2014). Sumber-Sumber Kebahagiaan Lansia Ditinjau
Dari Dalam dan Luar Tempat Tinggal Panti Jompo. Jurnal RAP UNP Vol
5, No 5. 32-42.
Latue, I.R., Widodo, D., Widiani, E. (2017). Hubungan Dukungan Sosial
Keluarga Dengan Tingkat Depresi Pada Lanjut Usia Di Panti Wreda
Malang Raya. Nursing Ners, 2(1).
Lestari, A. & Hartati, N. (2016). Hubungan Self Efficacy Dengan Subjective Well
Being Pada Lansia Yang Tinggal Di Rumahnya Sendiri. Jurnal RAP
UNP, Vol 7, No 1, 12-23.
Maramis, R. (2016). Kebermaknaan hidup dan kecemasan dalam menghadapi
kematian pada lansia di panti wredha Samarinda. Ejournal Psikologi
319-332.
Mastuti, D.A. (2016). Kebahagiaan Pada Lanjut Usia Ditinjau Dari Dukungan
Keluarga. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Mulyono. (2015). Faktor-Faktor Psikologis Yang Mempengaruhi Kebahagiaan
Pada Lanjut Usia Suku Jawa Di Klaten. Jurnal Psikopedagogia
Universitas Ahmad Dahlan. Vol 4. No 1 tahun 2015.
9
Mustari, A.S., Rachmawati, Y., & Nugroho, S.W. (2015). Statistik Penduduk
Lanjut Usia 2014: Hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.
Nyoman, P., Wayan, A., & Made, A. (2014). Hubungan Dukungan Keluarga
Terhadap Kejadian Depresi Pada Lansia Di Desa Pererenan, Mengwi,
Badung. Jurnal Dunia Kesehatan, Vol 3, No 1, 1-5.
Partini. (2011). Psikologi Lanjut Usia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Sari, E.P., & Nuryoto, S. (2002). Penerimaan Diri Pada Lansia Ditinjau Dari
Kematangan Emosi. Jurnal Psikologi UGM Vol. 3. No.2, 73-88.
Setianingrum, K. (2017). Quality Of Life Janda Lanjut Usia Yang Tinggal Sendiri
Di Pedesaan. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.
Widiasari, Y. & Nuryoto, S. (2010). Dinamika psikologis pencapaian successfull
again pada lansia yang mengikuti program yandu lansia. Psycho Idea,
8, (1).