KEARIFAN TRADISIONAL MASYARAKAT SUKU DAYAK DI SUB-DAS SIBAU TAMAN NASIONAL BETUNG KERIHUN DALAM...

12
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KEARIFAN TRADISIONAL MASYARAKAT SUKU DAYAK DI SUB-DAS SIBAU TAMAN NASIONAL BETUNG KERIHUN DALAM MELESTARIKAN BURUNG Jenis Kegiatan : PKM Penulisan Ilmiah Diusulkan oleh: Gilang Fajar Ramadhan E 34103041 Angkatan 2003 Tyas Dwitiya Djuanda E 34103076 Angkatan 2003 Ruri Risnawati E 34103049 Angkatan 2003 Hendrio Fadly E 34102023 Angkatan 2002 Udi Kusdinar E 34102042 Angkatan 2002 INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

description

Ancaman terbesar bagi kearifan Suku Dayak sehubungan dengan pelestarian alam adalah ekonomi, maka dibutuhkan peranan pengelola taman nasional mengikutsertakan masyarakat Suku Dayak dalam segala kegiatan guna meningkatkan kesejahteraan.

Transcript of KEARIFAN TRADISIONAL MASYARAKAT SUKU DAYAK DI SUB-DAS SIBAU TAMAN NASIONAL BETUNG KERIHUN DALAM...

Page 1: KEARIFAN TRADISIONAL MASYARAKAT SUKU DAYAK DI SUB-DAS SIBAU TAMAN NASIONAL BETUNG KERIHUN DALAM MELESTARIKAN BURUNG

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

KEARIFAN TRADISIONAL MASYARAKAT SUKU DAYAK DI SUB-DAS

SIBAU TAMAN NASIONAL BETUNG KERIHUN DALAM

MELESTARIKAN BURUNG

Jenis Kegiatan :

PKM Penulisan Ilmiah

Diusulkan oleh:

Gilang Fajar Ramadhan E 34103041 Angkatan 2003

Tyas Dwitiya Djuanda E 34103076 Angkatan 2003

Ruri Risnawati E 34103049 Angkatan 2003

Hendrio Fadly E 34102023 Angkatan 2002

Udi Kusdinar E 34102042 Angkatan 2002

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006

Page 2: KEARIFAN TRADISIONAL MASYARAKAT SUKU DAYAK DI SUB-DAS SIBAU TAMAN NASIONAL BETUNG KERIHUN DALAM MELESTARIKAN BURUNG

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

1. Judul Kegiatan : KEARIFAN TRADISIONAL

MASYARAKAT SUKU DAYAK DI

SUB-DAS SIBAU TAMAN

NASIONAL BETUNG

KERIHUNDALAM MELESTARIKAN

BURUNG

2. Bidang Kegiatan : PKM Penulisan Ilmiah

3. Bidang ilmu : Pertanian

4. Tempat Pelaksanaan : Kabupaten Kapuas Hulu

5. Tahun Pelaksanaan : 2005

6. Dosen Pendamping

a. Nama Lengkap : Dr. Ir. Yeni A. Mulyani, MSc.

b. NIP : 131 671 599

c. Program Studi : Konservasi Sumberdaya Hutan dan

Ekowisata

d. Fakultas : Kehutanan

7. Mahasiswa Pelaksana :

A. Ketua Pelaksana Kegiatan

a. Nama Lengkap : Gilanng Fajar Ramadhan

b. NRP : E34103041

c. Program Studi : Konservasi Sumberdaya Hutan dan

Ekowisata

d. Fakultas : Kehutanan

e. Tahun angkatan : 2003

B. Anggota I

a. Nama Lengkap : Tyas Dwitya Djuanda

b. NRP : E34103076

c. Program Studi : Konservasi Sumberdaya Hutan dan

Ekowisata

d. Fakultas : Kehutanan

e. Tahun angkatan : 2003

Page 3: KEARIFAN TRADISIONAL MASYARAKAT SUKU DAYAK DI SUB-DAS SIBAU TAMAN NASIONAL BETUNG KERIHUN DALAM MELESTARIKAN BURUNG

C. Anggota II

a. Nama Lengkap : Ruri Risnawati

b. NRP : E34103049

c. Program Studi : Konservasi Sumberdaya Hutan dan

Ekowisata

d. Fakultas : Kehutanan

e. Tahun angkatan : 2003

D. Anggota III

a. Nama Lengkap : Hendrio Fadly

b. NRP : E34102023

c. Program Studi : Konservasi Sumberdaya Hutan dan

Ekowisata

d. Fakultas : Kehutanan

e. Tahun angkatan : 2002

E. Anggota IV

a. Nama Lengkap : Udi Kusdinar

b. NRP : E34102042

c. Program Studi : Konservasi Sumberdaya Hutan dan

Ekowisata

d. Fakultas : Kehutanan

e. Tahun angkatan : 2002

Page 4: KEARIFAN TRADISIONAL MASYARAKAT SUKU DAYAK DI SUB-DAS SIBAU TAMAN NASIONAL BETUNG KERIHUN DALAM MELESTARIKAN BURUNG

KEARIFAN TRADISIONAL MASYARAKAT SUKU DAYAK DI SUB-DAS SIBAU TAMAN NASIONAL BETUNG KERIHUN DALAM

MELESTARIKAN BURUNG

Gilang Fajar Ramadhan, Tyas Dwitiya Djuanda, Ruri Risnawati, Hendrio Fadly dan Udi Kusdinar

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Institut Pertanian Bogor, Bogor

ABSTRAK Burung adalah salah satu kekayaan hayati yang dimiliki oleh Indonesia. Tingkat ketergantungan masyarakat adat yang tinggi terhadap sumber daya alam akan memiliki pengaruh yang besar terhadap kondisi alam termasuk keanekaragaman burung. Suku bangsa Dayak sebagai masyarakat hukum adat mempunyai hubungan yang erat dengan lingkungan hidupnya. Tujuan penulisan ini adalah: (1) Menganalisa keanekaragaman jenis burung di Taman Nasional Betung Kerihun, (2) menjelaskan bentuk kearifan tradisional masyarakat Suku Dayak di Sub-DAS Sibau, dan (3) menjelaskan ancaman terhadap kearifan serta menganalisis cara menangkal ancaman tersebut. Pencarian data dilakukan dengan observasi langsung berupa eksplorasi dan wawancara dengan narasumber yang dapat dipercaya. Masyarakat Dayak Taman-Sibau menganggap burung Enggang sebagai Tuhan yang satu. Ancaman terbesar bagi kearifan Suku Dayak sehubungan dengan pelestarian alam adalah ekonomi, maka dibutuhkan peranan pengelola taman nasional mengikutsertakan masyarakat Suku Dayak dalam segala kegiatan guna meningkatkan kesejahteraan.

Kata kunci: Keanekaragaman jenis burung, masyarakat Dayak Taman-Sibau, burung Enggang, ekonomi, pengelola taman nasional. PENDAHULUAN

Pola kehidupan masyarakat lokal atau masyarakat adat di dalam dan di sekitar kawasan TNBK dengan kondisi budaya (adat istiadat) dan perilaku sosial yang spesifik memiliki interaksi yang spesifik pula dengan keberadaan sumberdaya alam atau lingkungan di sekitarnya. Suku Dayak sebagai masyarakat hukum adat mempunyai hubungan yang erat dengan lingkungan hidupnya. Mereka sering dipengaruhi oleh alam pikiran religio magis atau sakral. Religio magis artinya percaya kepada kekuatan gaib (magis) sebagai suatu kekuatan yang menguasai alam semesta dan seisinya dalam keadaan kesinambungan (Muslim dan Frans 1994). Djuweng (1992) dalam Moniaga (1994) menyatakan bahwa sumberdaya alam bagi masyarakat Dayak berfungsi sangat vital terhadap seluruh tata kehidupan mereka. Tingkat ketergantungan masyarakat adat yang tinggi terhadap sumberdaya alam akan memiliki pengaruh yang besar terhadap kondisi alam salah satunya keanekaragaman burung serta kondisi sosial budaya masyarakat itu sendiri. Sehubungan dengan perkembangan eksploitasi hutan secara besar-besaran akan mengubah kearifan dalam pemanfaatan burung.

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka tujuan penulisan ini adalah menganalisa keanekaragaman jenis burung di TNBK, menjelaskan bentuk

Page 5: KEARIFAN TRADISIONAL MASYARAKAT SUKU DAYAK DI SUB-DAS SIBAU TAMAN NASIONAL BETUNG KERIHUN DALAM MELESTARIKAN BURUNG

2

kearifan masyarakat Suku Dayak di Sub-DAS Sibau, menjelaskan ancaman terhadap kearifan serta menganalisa cara menangkal ancaman. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat

112.45 113.00

01.00

113.155 113.30

01.15

Lokasi pengamatan burung bertempat di Sub-DAS Sibau TNBK, Kabupaten Kapuas Hulu, Propinsi Kalimantan Barat yang meliputi jalur sepanjang sungai dan lokasi di dalam hutan/bukit. Daerah yang termasuk lokasi pengamatan meliputi Sungai Sibau, Sungai Apyang, Sungai Menyakan, Anak Sungai Sibau, Bukit Apyang, dan Bukit Menyakan Hulu. Sedangkan lokasi wawancara bertempat di Nangapotan, Sibau TNBK. Kegiatan pengamatan burung berlangsung dari tanggal 6-8 Juli 2005, dan kegiatan wawancara berlangsung dari tanggal 9-10 Juli 2005.

LOKASI

PENGAMATAN BURUNG

DI SUB-DAS SIBAU TAMAN NASIONAL BETUNG KERIHUN

Lokasi Pengamatan Batas taman nasional Sungai Ibu kota kabupaten

Gambar 1. Lokasi Pengamatan Burung di Sub-DAS Sibau, TN Betung Kerihun Alat dan Bahan

Objek pengamatan ini mencakup seluruh jenis burung yang terdapat di Sub-DAS Sibau dan masyarakat Suku Dayak di Nangapotan. Peralatan yang digunakan adalah : Binokuler, Buku Panduan Lapang: Pengenalan Jenis Burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan oleh MacKinnon et al. 1998, kamera foto, tape recorder, handycam, chronometer (pengukur waktu), tally sheet, alat tulis menulis. Metode Pengambilan Data

Seluruh data burung diambil dengan menggunakan metode jalur dan pengamatan titik (Bibby et al. 1998). Sebanyak 2 jalur dibuat di hutan atau bukit, dan 4 jalur menggunakan aliran sungai. Panjang masing-masing jalur 500 m. Seluruh titik pengamatan diletakkan di dalam jalur dengan jumlah 10 titik pada

Page 6: KEARIFAN TRADISIONAL MASYARAKAT SUKU DAYAK DI SUB-DAS SIBAU TAMAN NASIONAL BETUNG KERIHUN DALAM MELESTARIKAN BURUNG

3

setiap jalur. Jarak antar titik sepanjang 50 meter dengan radius pengamatan 25 m. Pengamatan dilakukan 2 kali dalam sehari, yaitu pagi pada pukul 07.00-11.00 WIB dan sore hari pada pukul 14.00-17.00 WIB.

Data mengenai kearifan tradisional masyarakat Suku Dayak diambil dengan cara wawancara, yaitu dengan cara mengunjungi secara langsung orang-orang yang dituakan (Kepala Desa, Ketua Adat dan Ketua RT) dan anggota masyarakat yang dianggap mengetahui kondisi sosial budaya masyarakat (informan). Jumlah responden yang diwawancarai sebanyak 30 orang dengan umur diatas 25 tahun dari dua desa yang berada di Sub-DAS Sibau yaitu Nanga Potan dan Tanjung Lasa (Tabel 1). Wawancara dilaksanakan pada sore hari (pukul 15.00-17.00 WIB) dan malam hari (pukul 20.00-22.00 WIB), dengan cara semi terstruktur. Tabel 1. Rincian Jumlah Responden Menurut Umur, Jenis Kelamin dan

Jabatan/Status dalam Masyarakat

Umur (tahun) Jenis Kelamin Jabatan/Status

Lokasi 25-35 >35 ♂ ♀ Kepala

Desa Kepala Adat

Ketua RT

Lain-lain

Nanga Potan 15 7 16 6 0 1 1 20

Tanjung Lasa 5 3 6 2 1 0 0 7

Total 20 10 22 8 1 1 1 27 Keterangan: ♂ = Laki-laki; ♀ = Perempuan Analisis Data Kelimpahan burung (Pi)

Kelimpahan burung merupakan total jumlah individu burung yang ditemukan selama pengamatan. Perhitungan jumlah dari setiap jenis burung yang ada dengan menggunakan rumus menurut van Balen (1984). Penentuan nilai kelimpahan ini untuk mengetahui atau menetapkan jenis-jenis burung yang melimpah (banyak) atau tidak.

Pi = Jumlah Burung spesies ke-i _ Jumlah total burung

Indeks keanekaragaman jenis (H’) Kekayaan jenis burung ditentukan dengan menggunakan Indeks

Keanekaragaman Shannon-Wiener dengan rumus : H’ = - ∑ pi ln pi Keterangan: H’ = indeks keanekaragaman jenis pi = proporsi nilai penting ln = logaritma natural

HASIL PENELITIAN Kekayaan Jenis Burung

Sejumlah 93 jenis burung dari 31 suku dan 67 marga dijumpai di Sub-DAS Sibau TNBK, dengan jumlah total 660 individu (Tabel 2) dan nilai indeks keanekaragaman jenis (H’) sebesar 3,77 dan kemerataan jenis (E) sebesar 0.83.

Dari seluruh jenis tersebut, terdapat 39 jenis burung yang merupakan catatan baru (new record) untuk kawasan Sub-DAS Sibau, meskipun bukan

Page 7: KEARIFAN TRADISIONAL MASYARAKAT SUKU DAYAK DI SUB-DAS SIBAU TAMAN NASIONAL BETUNG KERIHUN DALAM MELESTARIKAN BURUNG

4

catatan baru untuk TNBK. Seluruh jenis yang dijumpai pada kegiatan ini, sebelumnya sudah pernah tercatat ditemukan pada wilayah DAS lain yang termasuk kawasan TNBK. Tabel 2. Kekayaan Jenis Burung di Sub-DAS Sibau TNBK

No Nama Jenis Burung ∑ Nama Ilmiah Nama Indonesia

Suku Ardeidae 1 Egretta garzetta * Kuntul kecil 1

Suku Accipitridae 2 Haliastur indus Elang bondol 4 3 Spilornis cheela Elang-ular bido 2 4 Ictinaetus malayensis Elang hitam 2 5 Spizaetus cirrhatus * Elang brontok 2

Suku Phasianidae 6 Argusianus argus Kuau raja 6

Suku Rallidae 7 Amaurornis phoenicurus * Kareo padi 1

Suku Psittacidae 8 Psittinus cyanurus * Nuri tanau 2

Suku Cuculidae 9 Cacomantis merulinus * Wiwik kelabu 2 10 Phaenicophaeus curvirostris Kadalan birah 2 11 Centropus bengalensis * Bubut alang-alang 2

Suku Strigidae 12 Ketupa ketupu * Beluk ketupa 1

Suku Apodidae 13 Collocalia fuciphaga Walet sarang putih 100 14 Cypsiurus balasiensis * Walet-palem asia 80

Suku Hemiprocnidae 15 Hemiprocne comata Tepekong rangkang 50

Suku Trogonidae 16 Harpactes kasumba * Luntur kasumba 2 17 Harpactes whiteheadi * Luntur kalimantan 1

Suku Alcedinidae 18 Alcedo meninting Raja-udang meninting 10 19 Alcedo euryzona Raja-udang kalung-biru 3 20 Ceyx erithacus * Udang api 1 21 Pelargopsis capensis Pekaka emas 10 22 Halcyon pileata * Cekakak cina 2

Suku Meropidae 23 Nyctyornis amictus Cirik-cirik kumbang 1

Suku Bucerotidae 24 Anorrhinus galeritus * Enggang klihingan 5 25 Aceros comatus Enggang jambul 4 26 Anthracoceros malayanus Kangkareng hitam 10 27 Anthracoceros albirostris Kangkareng perut-putih 5 28 Buceros rhinoceros Rangkong badak 2 29 Buceros vigil Rangkong gading 8

Page 8: KEARIFAN TRADISIONAL MASYARAKAT SUKU DAYAK DI SUB-DAS SIBAU TAMAN NASIONAL BETUNG KERIHUN DALAM MELESTARIKAN BURUNG

5

Tabel 2 Lanjutan No Nama Jenis Burung ∑

Nama Ilmiah Nama Indonesia Suku Capitonidae

30 Megalaima chrysopogon Takur gedang 2 31 Megalaima henricii * Takur topi-emas 5 32 Megalaima australis Takur tenggeret 4

Suku Indicatoridae 33 Indicator archipelagicus * Pemandu-lebah asia 10

Suku Picidae 34 Sasia abnormis Tukik tikus 1 35 Picus miniaceus Pelatuk merah 2 36 Meiglyptes tristis Caladi batu 1 37 Mulleripicus pulverulentus * Pelatuk kelabu-besar 1 38 Hemicircus concretus * Caladi tikotok 1 39 Reinwardtipicus validus * Pelatuk kundang 1

Suku Eurylaimidae 40 Cymbirhynchus macrorhynchos Sempur-hujan sungai 8 41 Eurylaimus javanicus Sempur-hujan rimba 2 42 Eurylaymus ochromalus Sempur-hujan darat 2

Suku Campephagidae 43 Hemipus hirundinaceus * Jingjing batu 6 44 Pericrocotus flammeus * Sepah hutan 20

Suku Chloropseidae 45 Aegithina viridissima * Cipoh jantung 12 46 Chloropsis cyanopogon * Cica daun kecil 8 47 Chloropsis sonnerati * Cica-daun besar 8 48 Chloropsis cochinchinensis Cica-daun sayap-biru 8

Suku Pycnonotidae 49 Pycnonotus simplex Merbah corok-corok 5 50 Pycnonotus brunneus * Merbah mata-merah 3 51 Tricholestes criniger * Brinji rambut-tunggir 3

Suku Dicruridae 52 Dicrurus leucophaeus Srigunting kelabu 2 53 Dicrucus paradiseus Srigunting batu 2

Suku Corvidae 54 Corvus enca Gagak hutan 3 55 Pityriasis gymnocephala * Tiong-batu kalimantan 11

Suku Sittidae 56 Sitta frontalis Munguk beledu 1

Suku Timaliidae 57 Pellorneum pyrrogenis * Pelanduk bukit 6 58 Malacocincla sepiarium Pelanduk semak 10 59 Malacopteron magnum Asi besar 5 60 Stachyris poliocephala * Tepus kepala-kelabu 3 61 Stachyris maculata Tepus tunggir-merah 3 62 Stachyris leucotis * Tepus telinga-putih 4

Page 9: KEARIFAN TRADISIONAL MASYARAKAT SUKU DAYAK DI SUB-DAS SIBAU TAMAN NASIONAL BETUNG KERIHUN DALAM MELESTARIKAN BURUNG

6

Tabel 2 Lanjutan No Nama Jenis Burung ∑

Nama Ilmiah Nama Indonesia 63 Alcippe brunneicauda * Wergan cokelat 3

Suku Turdidae 64 Copsychus saularis Kucica kampung 6 65 Copsychus malabaricus Kucica hutan 4 66 Enicurus ruficapillus Meninting cegar 7 67 Enicurus leschenaulti * Meninting besar 13 68 Monticola solitarius * Murai-batu tarung 4

Suku Silviidae 69 Orthotomus atrogularis Cinenen belukar 7 70 Orthotomus sericeus Cinenen merah 5

Suku Muscicapidae

71 Rhinomyas ruficauda Sikatan-rimba dada- kelabu 3

72 Muscicapa griseisticta Sikatan burik 3 73 Eumyias indigo * Sikatan ninon 3 74 Cyornis unicolor * Sikatan biru-muda 7 75 Cyornis caerulatus * Sikatan biru-langit 6 76 Cyornis superbus Sikatan kalimantan 5 77 Cyornis turcosus Sikatan melayu 3 78 Rhipidura javanica * Kipasan belang 2 79 Hypothymis azurea Kehicap ranting 3 80 Terpsiphone paradisi Seriwang asia 7

Suku Sturnidae 81 Gracula religiosa Tiong emas 5

Suku Nectariniidae 82 Anthreptes simplex * Burung-madu polos 7 83 Anthreptes malacensis * Burung-madu kelapa 7 84 Nectarinia sperata Burung-madu pengantin 3 85 Nectarinia jugularis Burung-madu sriganti 15 86 Arachnothera longirostra Pijantung kecil 10 87 Arachnothera flavigaster Pijantung tasmak 3 88 Arachnothera chrysogenys Pijantung telinga-kuning 4

Suku Dicacidae 89 Prionochilus thoracicus Pentis kumbang 2 90 Prionochilus percussus Pentis pelangi 5 91 Dicaeum trigonostigma Cabai bunga-api 2 92 Dicaeum cruentatum * Cabai merah 3

Suku Ploceida 93 Lonchura fuscans Bondol kalimantan 20

Keterangan : (*): New Record untuk Sub-DAS Sibau

Page 10: KEARIFAN TRADISIONAL MASYARAKAT SUKU DAYAK DI SUB-DAS SIBAU TAMAN NASIONAL BETUNG KERIHUN DALAM MELESTARIKAN BURUNG

7

Terdapat juga variasi indek keanekaragaman jenis pada setiap lokasi (Tabel 3). Tabel 3. Nilai indeks keanekaragaman jenis burung pada setiap lokasi

pengamatan di Sub-DAS Sibau, Taman Nasional Betung Kerihun No Lokasi H 1. Sungai Sibau 2.2392 2. Sungai Apyang 2.8311 3. Sungai Menyakan 2.8897 4. Anak Sungai Sibau 1.8581 5. Bukit Apyang 3.5129 6. Bukit Menyakan Hulu 2.3983

Kearifan Tradisional Masyarakat Suku Dayak di Sub-DAS Sibau

Masyarakat Dayak Taman-Sibau mewujudkan kepercayaannya dengan mengangkat suatu jenis fauna tertentu sebagai lambang masyarakat mereka dan dijadikan sebagai ciri khas kesukuan mereka. Fauna yang menjadi lambang bagi masyarakat Dayak Taman-Sibau adalah burung Enggang (Indonesia: Rangkong Badak, nama ilmiah: Buceros rhinoceros) yang melambangkan kegagahan, kemakmuran, kejayaan dan alat komunikasi dengan para leluhur.

Selain burung Enggang, terdapat pula burung-burung penanda: (1) Sasia abnormis (ketupung: nama daerah) yang apabila terdengar suaranya satu kali menandakan musibah sedangkan lebih dari dua kali menandakan kesenangan; berguna saat bepergian, (2) Harpactes whiteheadi dan Harpactes kasumba (beragai) yang melambangkan fenomena alam, ketika bersuara menandakan akan turun hujan, (3) Terpsiphone paradisi (Seriwang asia: nama Indonesia), yang dipercaya apabila bertemu dengan burung ini akan mendapatkan musibah.

PEMBAHASAN Kekayaan Jenis Burung

Penemuan jenis burung sebanyak 93 jenis burung dengan 39 jenis sebagai catatan baru (new record) untuk kawasan Sub-DAS Sibau merupakan sebuah penemuan yang menunjukkan bahwa kawasan ini sangat kaya akan keanekaragaman jenis burung. Sebelumnya di Sub-DAS Sibau tercatat 149 jenis burung (Taman Nasional Betung Kerihun, 2000). Hanya 54 jenis saja yang tercatat kembali dalam kegiatan pengamatan kali ini, atau 36,24% dari catatan sebelumnya.

Bila dibandingkan dengan jumlah jenis burung yang tercatat di TN Betung Kerihun sebanyak 301 jenis burung (Taman Nasional Betung Kerihun, 2000) maka pengamatan ini menemukan 30,90%. Namun apabila dibandingkan dengan jumlah jenis burung di Indonesia, pengamatan ini hanya menemukan 6,07% saja. Nilai indeks keanekaragaman jenis burung yang didapatkan menunjukkan bahwa kawasan tersebut memiliki nilai yang cukup tinggi yaitu sebesar 3,77 jika dibandingkan dengan penelitian di tempat lain. HIMAKOVA (2004) mendapatkan nilai indeks keanekaragaman sebesar 2,4-3,4 untuk beberapa lokasi pengamatan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Propinsi Lampung. Wisnubudi (2004) mendapatkan indeks keanekaragaman 3,4-3,9 untuk beberapa jalur pengamatan di Taman Nasional Gunung Halimun Propinsi Jawa Barat.

Page 11: KEARIFAN TRADISIONAL MASYARAKAT SUKU DAYAK DI SUB-DAS SIBAU TAMAN NASIONAL BETUNG KERIHUN DALAM MELESTARIKAN BURUNG

8

Kearifan Tradisional Masyarakat Suku Dayak di Sub-DAS Sibau Masyarakat Dayak merupakan masyarakat yang percaya terhadap kekuatan

magis dan supranatural. Hampir seluruh aspek kehidupan mereka terkait dengan kekuatan-kekuatan magis tersebut. Mulai dari ketika mereka akan pergi berladang hingga pada berbagai upacara adat yang mereka lakukan. Pada dasarnya mereka memiliki kepercayaan animisme, dinamisme dan totemisme. Tuhan tertinggi yang satu, yang mendiami dunia “atas” dilambangkan oleh burung Enggang sebagai manifestasi dari keberadaan hutan. Hal ini menunjukkan bahwa eksistensi hutan dan kehidupan alam lainnya di sekitar masyarakat pedalaman adalah suatu jaminan bagi keberadaan dan keberlanjutan hidup mereka.

Salah satu hal yang menyebabkan Suku Dayak menjadi cukup dikenal oleh banyak orang, tidak hanya dalam negeri tetapi juga luar negeri, yakni karena kebudayaannya yang cukup unik yang salah satunya tercermin dalam aspek agama dan kepercayaan yang mereka yakini. Agama dan kepercayaan yang mereka yakini penuh dengan berbagai hal yang berbau mistik dan magis. Hal-hal yang berkaitan dengan kemistikan dan kemagisan tersebut banyak yang berhubungan dengan aktivitas, kebiasaan serta pola perilaku harian. Selain itu juga tercermin dalam berbagai upacara serta ritual adat yang mereka lakukan. Ancaman Terhadap Kearifan dan Cara Menangkalnya

Ancaman terbesar yang paling mengancam kearifan tradisional Suku Dayak Taman-Sibau terhadap kekayaan burung di alam adalah keadaan ekonomi masyarakat Dayak Taman-Sibau. Hal ini dipacu oleh kebiasaan atau mata pencaharian Dayak Taman-Sibau yang menggantungkan hidupnya pada alam, yaitu melalui berladang dan berburu mamalia untuk dikonsumsi seperti babi dan kijang muncak. Keadaan masyarakat Dayak Taman-Sibau saat ini mengalami kemunduran akibat tekanan masyarakat luar yang melakukan pembalakan hutan secara liar sehingga menghilangkan mata pencaharian Suku Dayak Taman-Sibau yang selama ini dijadikan pegangan hidup mereka. Selain itu masuk pula kebiasaan-kebiasaan baru yang dibawa oleh para transmigran, terutama transmigran asal Pulau Jawa. Mereka memiliki minat yang sangat tinggi terhadap burung baik untuk dipelihara dalam kandang maupun untuk dikonsumsi. Hal ini akan mengancam kearifan tradisional Suku Dayak Taman-Sibau. Sering terlihatnya para pemburu burung dari luar kawasan diduga akan menimbulkan minat berburu yang serupa pada masyarakat Dayak Taman-Sibau.

Adanya desakan ekonomi dan tekanan serta pengaruh masyarakat luar akan mengubah mata pencaharian utama Suku Dayak Taman-Sibau yakni berladang berubah menjadi berburu, terutama berburu burung yang terbilang mudah dan memiliki harga jual yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan harga kayu di pasaran. Kenyataan seperti itu akan menyebabkan keanekaragaman jenis burung di Sub-DAS Sibau terancam dan cenderung menurun.

Keanekaragaman jenis burung di Sub-DAS Sibau akan terjaga apabila kearifan Suku Dayak Taman-Sibau terhadap alam, terutama menjaga kekayaan jenis burung, dapat dilestarikan. Oleh karenanya, pihak pengelola TNBK perlu mengikutsertakan masyarakat Dayak Taman-Sibau dalam seluruh kegiatan yang berhubungan dengan pelestarian alam guna menambah penghasilan masyarakat. Selain itu juga perlu diadakan penyuluhan maupun lokakarya yang mengingatkan bahwa kehidupan manusia tidak akan lepas dari alam.

Page 12: KEARIFAN TRADISIONAL MASYARAKAT SUKU DAYAK DI SUB-DAS SIBAU TAMAN NASIONAL BETUNG KERIHUN DALAM MELESTARIKAN BURUNG

9

KESIMPULAN Keanekaragaman jenis burung di Sub-DAS Sibau cukup tinggi yaitu

ditunjukkan dengan nilai indeks keanekaragaman sebesar 3,77 dan penemuan 93 jenis burung dari 31 suku. Terdapat 39 jenis burung yang merupakan catatan baru (new records) untuk Sub-DAS Sibau TNBK. Burung Enggang dilambangkan sebagai Tuhan yang satu, sehingga burung merupakan unsur utama dalam kehidupan masyarakat Dayak Taman-Sibau. Ancaman terbesar dalam kehidupan arif masyarakat Dayak Taman-Sibau adalah ekonomi. Oleh karenanya dibutuhkan peran pengelola TNBK guna memenuhi kebutuhan hidup masyarakat Dayak Taman–Sibau. DAFTAR PUSTAKA van Balen, B. (1984). Bird Counts And Bird Observation in The Neighbourhood of Bogor. Nature Conservation Dept. Agriculture University Wageningan. Wageningen, The Netherlands.

Bibby, C., Jones, M. dan Marsden, S. (1998) Expedition Field Techniques Birds Surveys. Expedition Advisor Centre. London, UK.

HIMAKOVA. (2004). Laporan Kegiatan Studi Konservasi Lingkungan [SURILI]: Eksplorasi Ilmiah Keanekaragaman Hayati Satwa Indikator Kesehatan Lingkungan Hutan dan Tumbuhan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.

MacKinnon, J., Phillipps, K. dan van Balen, B. (1998). Seri Panduan Lapangan Burung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Birdlife International-Indonesia Program–Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi LIPI, Cibinong.

Muslim, I.A. dan Frans, S.J.E. (1994). Makna dan Kekuatan Simbol Adat Pada Masyarakat Dayak: Di Kalimantan Barat Ditinjau Dari Pengelompokan Budaya. LP3S-Institute of Dayakology Research and Development-Gramedia Widiasarana. Indonesia.

Moniaga, S. (1994). Pengetahuan Masyarakat Dayak Sebagai Alternatif dalam Penanganan Permasalahan Kerusakan Sumber Daya Alam di Kalimantan: Suatu Kebutuhan Mendesak. LP3S-Institute of Dayakology Research and Development-Gramedia Widiasarana. Indonesia.

Taman Nasional Betung Kerihun. (2000). Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) Betung Kerihun Periode 2000-2024 (Buku I). Balai Taman Nasional Betung Kerihun. Putussibau.

Wisnubudi, G. (2004). Keanekaragaman Dan Kelimpahan Jenis Avifauna Untuk Pengembangan Ekowisata Birdwatching di Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Barat. Tesis tidak dipublikasikan. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.