Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

137
KEARIFAN LOKAL SONGU LARA MOMBANGU MASYARAKAT PARIGI MOUTONG (Studi di Kecamatan Bolano Lambunu) SKRIPSI (Diajukan sebagai Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial) Oleh: RIKIYANTO NIM. 281 411 131 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2015

description

Skripsi

Transcript of Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Page 1: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

KEARIFAN LOKAL SONGU LARA MOMBANGU

MASYARAKAT PARIGI MOUTONG

(Studi di Kecamatan Bolano Lambunu)

SKRIPSI

(Diajukan sebagai Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial)

Oleh:

RIKIYANTO

NIM. 281 411 131

JURUSAN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2015

Page 2: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rikiyanto

NIM : 281 411 131

Jurusan : Sosiologi

Fakultas : Ilmu Sosial

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “KEARIFFAN

LOKAL SONGU LARA MOMBANGU MASYARAKAT PARIGI

MOUTONG (Studi di Kecamatan Bolano Lambunu)” yang disusun untuk

memenuhi salah satu persyaratan dalam menempuh ujian akhir Sarjana Sosial di

Universitas Negeri Gorontalo merupakan hasil karya sendiri.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan yang saya kutip dari

hasil karya orang lain dituliskan sumbernya dengan jelas sesuai nomor, kaidah,

etika penulisan ilmiah dan pedoman penulisan karya ilmiah Universitas Negeri

Gorontalo.

Apabila kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian skripsi ini bukan

hasil karya saya sendiri atau terdapat plagiat dalam bagian-bagian tertentu, maka

saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan

sanksi lainnya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Gorontalo, Juli 2015

Rikiyanto

Page 3: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

ABSTRAK

Rikiyanto 2015 “KEARIFAN LOKAL SONGU LARA MOMBANGU

MASYARAKAT PARIGI MOUTONG (Studi di Kecamatan Bolano Lambunu)”.

Skripsi Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

2015. Dibimbing oleh Bapak Ridwan Ibrahim, S.Pd., M.Si selaku pembimbing I

dan Bapak Rudy Harold, S.Th., M.Si selaku pembimbing II. Penelitian ini

mengkaji tentang kearifan lokal songu lara mombangu yang merupakan

semboyan Parigi Moutong yang objek penelitiannya berada di Kecamatan Bolano

Lambunu. Dalam penelitian ini membahas tentang kearifan lokal songu lara

mombangu di tengah-tengah masyarakat Kecamatan Bolano Lambunu. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan

dskriptif, sesuai dengan permasalahan yang diangkat yaitu bagaimana pemahaman

masyarakat tentang penerapan kearifan lokal songu lara mombangu sebagai

konsep pembangunan masyarakat di Kecamatan Bolano Lambunu. Dari hasil

penelitian ini, menunjukkan bahwa masyarakat Kecamatan Bolano Lambunu

memahami kearifan lokal songu lara mombangu itu sebagai semboyan mereka

yang merasa warga Parigi Moutong untuk bersama-sama membangun daerah ini

melalui sistem kerja sama, gotong royong, tolong menolong, dan sikap toleransi

antar sesama masyarakat.

Kata Kunci : Kearifan Lokal, Songu Lara Mombangu, dan Masyarakat Bolano

Lambunu

Page 4: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

KATA PENGANTAR

Asalamu ‘alaikum wr. wb.

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah S.W.T, atas berkat

limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi ini. Salawat serta salam tak lupa pula penulis sampaikan kepada Baginda

Rasulullah Saw., yang telah membawa kita dari jaman kejahilan menuju kepada

jaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan yang sampai saat ini masih dapat kita

rasakan.

Skripsi yang berjudul “KEARIFAN LOKAL SONGU LARA

MOMBANGU MASYARAKAT PARIGI MOUTONG” dengan wilayah studi

Kecamatan Bolano Lambunu. Skripsi ini membahas tentang semboyan Kabupaten

Parigi Moutong (songu lara mombangu) yang disajikan berdasarkan metode

kualitatif dengan pendekatan deskritif. Di mana dalam skripsi ini, dibahas tentang

aspek-aspek kearifan lokal songu lara mombangu, karakter kearifan lokal songu

lara mombangu, serta pembangunan masyarakat yang berbasis kearifan lokal

songu lara mombangu. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan

dalam menyandang gelar sarjana ilmu sosial di Universitas Negeri Gorontalo.

Dengan segala hormat dan kerendahan hati, maka sepatutnya penulis

menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya serta ucapan terimakasih

kepada yang terhormat:

Page 5: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

1. Bapak Dr. Syamsu Qamar Badu M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri

Gorontalo

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Mahludin H. Baruwadi, M.P, selaku Pembantu Rektor I

Universitas Negeri Gorontalo

3. Bapak Eduart Wolok, ST, MT, selaku Pembantu Rektor II Universitas

Negeri Gorontalo

4. Bapak Dr. Fence M. Wantu, SH, MH, selaku Pembantu Rektor III

UniversitasNegeriGorontalo.

5. Bapak Prof. Hasanudin Fatsah, M.Hum, selaku Pembantu Rektor IV

Universitas Negeri Gorontalo

6. Bapak. Dr. Sastro M. Wantu, SH., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu

Sosial Universitas Negeri Gorontalo

7. Bapak Drs. Revolje O.W. Kaunang, M.Pd, selaku Pembantu Dekan I

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

8. Bapak Sutrisno Muhamad, S.Pd, M.Pd, selaku Pembantu Dekan II

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo.

9. Ibu Yowan Tamu, S.Ag, MA, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu

Sosial Universitas Negeri Gorontalo.

10. Bapak Farid Th. Musa, S.Sos, MA, selaku Ketua Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo.

11. Bapak Rudy Harold S.Th. M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

12. Seluruh dewan dosen Jurusan Sosiologi atas semua ilmu dan

pengalamannya yang di berikan kepada penulis baik sebagai insan

akademisi maupun insan Tuhan.

13. Melalui kesempatan ini pula, penulis dengan segala kerendahan hati

menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya atas jasa Bapak

Ridwan Ibrahim S.Pd, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Rudy Harold,

S.Th, M.Si, selaku Pembimbing II yang telah rela dan ikhlas membimbing

penulis selama melakukan penyusunan skripsi.

Page 6: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

14. Seluruh Staf dan Pegawai Administrasi FakultasI lmu Sosial Universitas

Negeri Gorontalo yang telah membantu penulis dalam pengurusan dan

penyelesaian urusan administrasi.

15. Kepala Perpustakaan Pusat Universitas Negeri Gorontalo Dr. Arifin Tahir,

M.Si beserta seluruh pegawai dan stafnya.

16. Lewat kesempatan ini dan tidak bermaksud mengurangi rasa hormat yang

lain penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak Kadeni

S.Sos, selaku Camat Bolano Lambunu, yang telah memberikan izin

kepada penulis untuk melakukan penelitian demi suksesnya penyusunan

skripsi ini.

17. Teman-teman seperjuangan penulis, Sandri, Uten, Anto Adam, Alan,

Amil, Sukri, Akbar, Fai, Fadli, Ikbal, Wisna, Mba Sri, Mba Eka, Nink,

Ningsi, Ina, Susan, Mimi dan teman-teman lain yang tidak sempat penulis

sebutkan satu persatu terima kasih atas kebersamaan kalian.

18. Senior-senior angkatan I Sosiologi, Ka Tefi, Ka Izal, Ka Azrul, Ka Imin,

Ka Sahrain, Ka Firman, Ka Roi, dan lain-lain mohon bagi senior-senior

yang tidak sempat disebut namanya satu persatu. Terimah kasih telah

memberikan motivasi, dukungan dan bimbingan kalian.

19. Senior-senior angkatan II Sosiologi, Ka David, Ka Taurid dan lain-lain.

20. Teman-teman yang pernah satu tempat kos dengan penulis, Hamdan,

Iskandar Golo, Kasmat, Adam Rajak, Ka Irwan, Ka Zul, Akram, Ikram,

dan lain-lain terima kasih juga atas motivasi dan kebersamaan kalian.

21. Adik-adikku, Rizal, Magfirah, Didin, Retno, dan Uswatun yang ada di

Kampung.

22. Keluargaku yang berada di kampung, terimah kasih atas dukungan kalian.

23. Teristimewah buat kedua orang tuaku yang tercinta, Bapak Yudin Suduri

dan Ibu Olis Pakaya yang telah mencurahkan kasih sayangnya,

memberikan nasehat, dan memberikan do’a di setiap langkahku sehingga

aku bisa menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Page 7: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Demikian yang dapat penulis sampaikan pada kesempatan ini, semoga

skripsi ini memberikan manfaat kepada semua pihak yang ingin memperoleh

informasi seputar kearifan lokal songu lara mombangu yang dijadikan sebagai

semboyan masyarakat Parigi Moutong. Serta harapan penulis, laporan hasil

penelitian ini dapat berguna bagi kehidupan masyarakat umum.

Amin...

Wasalamu ‘alaikum wr. wb.

Gorontalo, Juli 2015

Penulis

Page 8: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

FORMAT REVISI HASIL PENELITIAN

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

SURAT PERNYATAAN ........................................................................................ i

ABSTRAK .............................................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xi

DAFTAR BAGAN ................................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................. 9

1.3 Rumusan Masalah ................................................................................... 10

1.4 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 10

1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................... 10

1.5.1 Manfaat Praktis ............................................................................. 10

1.5.2 Manfaat Teoritis ............................................................................. 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................. 12

2.1 Kearifan Lokal .......................................................................................... 12

2.1.1 Aspek Kearifan Lokal ..................................................................... 14

2.1.2 Karakter Kearifan Lokal ................................................................. 16

2.2 Pembangunan Masyarakat ........................................................................ 19

2.2.1 Pembangunan Masyarakat berbasis Kearifan Lokal ...................... 21

2.3 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 25

2.3.1 Penelitian Oleh faris Budiman Annas ............................................ 25

2.4 Kerangka Berpikir .................................................................................... 27

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 28

3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian ................................................................... 28

3.1.1 Lokasi Penelitian ............................................................................ 28

3.1.2 Waktu Penelitian ............................................................................ 28

3.2 Jenis Penelitian ......................................................................................... 29

3.3 Sumber Data ............................................................................................. 31

3.3.1 Data Primer ..................................................................................... 31

3.3.2 Data Sekunder ................................................................................ 32

3.4 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 32

3.4.1 Teknik Observasi ............................................................................ 33

3.4.2 Teknik Wawancara ......................................................................... 34

3.4.3 Teknik Dokumentasi ...................................................................... 36

3.5 Teknik Pengolahan Data ........................................................................... 36

3.5.1 Reliabilitas Data ............................................................................. 36

3.5.2 Validitas Data ................................................................................. 38

Page 9: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

3.5.3 Generalisabilitas Data ..................................................................... 39

3.6 Analisis Data ............................................................................................. 40

3.6.1 Reduksi Data .................................................................................. 41

3.6.2 Display Data ................................................................................... 42

3.6.3 Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi .......................................... 42

3.7 Diagram Alur Penelitian ........................................................................... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................................. 45

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................................... 45

4.1.1 Kondisi Geografis Kecamatan Bolano Lambunu ........................... 45

4.1.2 Kondisi Demografis Kecamatan Bolano Lambunu ........................ 47

4.2 Hasil Temuan Di Lapangan ...................................................................... 62

4.2.1 Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu ......................................... 63

4.2.1.1 Aspek Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat

Parigi Moutong Di Kecamatan Bolano Lambunu ................ 63

4.2.1.2 Karakter Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu

Masayarakat Parigi Moutong Di Kecamatan Bolano

Lambunu ............................................................................... 71

4.2.1.3 Pembangunan Masyarakat Berbasis Kearifan Lokal Songu

Lara Mombangu Pada Masyarakat Bolano Lambunu .......... 82

BAB V PEMBAHASAN ........................................................................................ 94

5.1 Aspek Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu ........................................ 94

5.1.1 Pemikiran Masyarakat Tentang Kearifan Lokal Songu Lara

Mombangu ................................................................................... 97

5.1.2 Sikap Masyarakat Tentang Kearifan Lokal Songu Lara

Mombangu ................................................................................... 98

5.1.3 Tindakan Masyarakat Tentang Kearifan Lokal Songu Lara

Mombangu .................................................................................. 100

5.2 Karakter Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu ................................... 103

5.2.1 Moral Knowing Masyarakat Tentang Kearifan Lokal Songu Lara

Mombangu .................................................................................. 104

5.2.2 Moral Feeling Masyarakat Tentang Kearifan Lokal Songu Lara

Mombangu .................................................................................. 106

5.2.3 Moral Action Masyarakat Tentang Kearifan Lokal Songu Lara

Mombangu .................................................................................. 107

5.3 Pembangunan Masyarakat Berabasis Kearifan Lokal Songu Lara

Mombangu ............................................................................................ 108

5.3.1 Aturan Berbasis Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu ............. 110

5.3.2 Aktivitas Gotong Royong Masyarakat .......................................... 111

5.3.3 Kebersamaan dan Keteladanan Masyarakat .................................. 112

5.3.4 Kewajiban Warga Masyarakat....................................................... 113

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 115

6.1 Kesimpulan ............................................................................................ 115

6.2 Saran ...................................................................................................... 118

Page 10: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 11: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kalender Pelaksanaan Penelitian ............................................................. 29

Tabel 4.1 Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Bolano

Lambunu Tahun 2013 .............................................................................. 47

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Bolano Lambunu Berdasarkan Jenis

Kelamin dan Seks Rasio Tahun 2013 ...................................................... 48

Tabel 4.3 Jumlah Rumah Tangga, Penduduk dan Rata-Rata Penduduk Per Rumah

Tangga Kecamatan Bolano Lambunu Tahun 2013 ................................. 49

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Kecamatan Bolano Lambunu Berdasarkan Kelompok

Umur Tahun 2013 .................................................................................... 51

Tabel 4.5 Banyaknya Sekolah Di Kecamatan Bolano Lambunu Menurut Tingkat

Pendidikan dan Status Sekolah Tahun 2013 ........................................... 52

Tabel 4.6 Jumlah Fasilitas Kesehatan Kecamatan Bolano Lambunu Tahun 2013 .. 53

Tabel 4.7 Banyaknya Tenaga Kesehatan Di Kecamatan Bolano Lambunu Menurut

Jenis Tahun 2013 ..................................................................................... 55

Tabel 4.8 Jumlah Bangunan Tempat Tinggal Berdasarkan Klasifikasi Di

Kecamatan Bolano Lambunu Tahun 2013 .............................................. 57

Tabel 4.9 Penduduk Berdasarkan Jenis Lapangan Pekerjaan Bolano Lambunu

Tahun 2013 .............................................................................................. 58

Tabel 4.10 Banyaknya Keluarga Berdasarkan Pentahapan Kesejahteraan

Kecamatan Bolano Lambunu Tahun 2013 .............................................. 60

Tabel 4.11 Luas Lahan Kecamatan Bolano Lambunu Berdasarkan Penggunaanya 61

Page 12: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Peta Kecamatan Bolano Lambunu ....................................................... 46

Gambar 4.2 Piramida Penduduk Kecamatan Bolano Lambunu Tahun 2013 .......... 51

Gambar 4.3 Presentase Penggunaan Lahan Bukan Sawah Kecamatan Bolano

Lambunu Tahun 2013 (Ha) ..................................................................... 61

Gambar 4.4 Wawancara Bersama dengan Bapak Supri........................................... 63

Gambar 4.5 Wawancara Bersama dengan Bapak Hasan ......................................... 65

Gambar 4.6 Wawancara Bersama dengan Saudara Nurzain .................................... 69

Gambar 4.7 Kantor Desa yang Dibangun Melalui Kegiatan/Program Swadaya

Masyarakat............................................................................................... 71

Gambar 4.8 Wawancara Bersama dengan Bapak Rasto .......................................... 75

Gambar 4.9 Wawancara Bersama dengan Bapak Nasir........................................... 76

Gambar 4.10 Wawancara Bersama dengan Bapak Pulung ...................................... 81

Gambar 4.11 Wawancara Bersama dengan Aparat Desa (Bapak Sukatno, Bapak

Sargam dan Bapak Tuwiran) ................................................................... 84

Gambar 4.12 Penyuluhan/Sosialisasi Masyarakat Oleh Dinas Pertanian dan

Peternakan Kecamatan Bolano Lambunu................................................ 86

Gambar 4.13 Salah contoh aktivitas gotong royong masyarakat (perbaikan jalan

usaha tani di Desa Kotanagaya)............................................................... 88

Gambar 5.1 Contoh Kegiatan yang Diadakan dI Salah Satu Desa Desa yang Ada

di Kecamatan Bolano Lambunu (Turnamen Bola Kaki Mini) ............... 101

Page 13: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir .............................................................................. 27

Bagan 3.1 Diagram Alur Penelitian .................................................................... 44

Page 14: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kearifan lokal dapat diartikan sebagai kebijaksanaan masyarakat

setempat (lokal). Kearifan lokal bagi masyarakat merupakan suatu pedoman

dalam bersikap dan bertiindak dengan sesamanya dalam upaya pemenuhan

kebutuhan masyarakat tersebut. Oleh karena itu, dalam masyarakat diperlukan

adanya suatu pengetahuan dalam memahami kearifan lokal sebagai suatu

kekayaan budaya yang isinya adalah tentang nilai-nilai budaya lokal.

Pada masyarakat, khususnya masyarakat transmigran, yang notabenenya

memiliki keragaman budaya menjadi suatu masalah tersendiri dalam

mengidentifikasi budaya lokal pada masyarakat tersebut. Maka, kearifan lokal

adalah pilihan utama dalam menjaga atau melestarikan budaya lokal yang telah

mendapat pengaruh dari budaya lain (dalam hal ini adalah budaya yang dibawa

oleh masyarakat transmigran). Akan tetapi, masalah yang tidak dapat untuk

dihindari pada masyarakat transmigran adalah masalah tentang pergeseran budaya

dan gesekan antarbudaya atau konflik lintas budaya.

Untuk menghindari masalah yang ada pada masyarakat transmigran

adalah dengan mengembangkan pengetahuan tentang budaya, atau kecerdasan

budaya. Kearifan lokal sendiri berisi pengetahuan-pengetahuan yang sangat

penting perihal kehidupan berbudaya. Oleh sebab itu, kearifan lokal bagi

Page 15: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

masyarakat dapat mempertebal adanya kohesi sosial. Karena dalam kearifan lokal

terdapat norma-norma yang mengatur semua tindakan dan perilaku masyarakat.

Dari segi etnik atau suku bangsa, kearifan lokal dijadikan sebagai aset

budaya bangsa. Khususnya Indonesia, yang memiliki keragaman etnik. Sehingga

kearifan lokal yang dimiliki oleh Indonesia sebagai masyarakat yang majemuk

pastinya juga memiliki keragaman. Kearifan lokal juga merupakan suatu

karakteristik yang membedakan etnik yang satu dengan etnik yang lain. Oleh

karenanya, kearifan lokal dijadikan sebagai suatu inspirasi untuk memenuhi

segala kebutuhan hidup setiap etnik yang ada. Selain itu juga kearifan lokal

digunakan untuk menigkatkan kesejahteraan masyarakat etnik tersebut.

Contohnya masyarakat Etnik Lampung dikenal terbuka menerima etnik lain

sebagai saudara (dapat dilihat pada adat muari dan angkon), masyarakat Etnik

Jawa terkenal dengan tata krama dan perilaku yang lembut, Etnik Madura dan

Bugis memiliki harga diri yang tinggi, serta Etnik Cina dikenal dengan

keuletannya dalam berusaha. Demikian juga dengan Etnik Minang, Aceh, Sunda,

Toraja, dan sebagainya memiliki budaya dan pedoman hidup masing-masing yang

merupakan ciri khas mereka sesuai dengan keyakinan dan tuntutan hidup dalam

upaya mencapai kesejahteraan bersama.1

Sebagai suatu warisan budaya dimana nilai-nilai yang terdapat pada

kearifan lokal. Nilai-nilai tersebut dapat dilihat pada tradisi dan kebiasaan suatu

masyarakat, seperti gotong royong, rela berkorban, saling menghormati dan sikap

1 Dimasc Ackyl, “Kearifan Lokal Sebagai Aset Budaya Bangsa”,

https://www.academia.edu/8425033/pdf , diakses pada tanggal 6 Februari 2015.

Page 16: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

toleransi.2 Dari hal tersebut, ini akan menjadi suatu karakter bagi masyarakat

yang menanamkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sosial. Misalnya adalah

pada masyarakat Minangkabau, masyarakat Minang menyebut daerahnya dengan

sebutan “alam” atau “ranah”. Falsafah “alam takambang jadi guru” merupakan

landasan berpikir masyarakat Minang. Ungkapan tersebut merupakan suatu

manifestasi masyarakat Minang dalam menjalankan kehidupan dan kebiasaan

mereka. Kebiasaan ini kemudian menjadi adat istiadat dan pedoman masyarakat

Minang. Sesungguhnya adat masyarakat Minang adalah suatu konsep kehidupan

yang dirancang dan dipersiapkan oleh nenek moyang mereka untuk mencapai

kesejahteraan seluruh masyarakat Minang.3

Kearifan lokal seperti yang telah disebutkan tersebut, dapat terwujud

melalui pikiran, sikap dan tindakan masyarakatnya. Artinya, kearifan lokal yang

ada pada masyarakat secara umum memiliki budi pekerti yang luhur, yang setiap

individunya selalu berpikir, bersikap dan bertindak berdasarkan apa yang telah

menjadi nilai dan norma yang dianut oleh masyarakat tersebut. Hal ini yang

kemudian oleh masyarakat dalam melakukan hubungan selalu memperhatikan

nilai-nilai itu.

Contoh lain yang dapat dilihat tentang kearifan lokal sebagai pembentuk

karakter dan jati diri bangsa adalah kearifan lokal masyarakat Gorontalo. Di mana

pada masyarakat Gorontalo, salah satu kearifan lokal yang ada pada masyarakat

2 Magdalia Alfian, “Potensi Kearifan Lokal dalam Pembentukan Jati Diri dan Karakter Bangsa”,

Makalah dalam Seminar Tentang The 5th

Internasional Conference on Indonesian Studies:

“Ethnicity and Globalization”, diselenggarakan oleh ICSSIS (International Conference & Summer

School on Indonesian Studies) Fakultas Ilmu pengetahuan Budaya Universitas Indonesia,

Yogyakarta, 13-14 Jun 2013, hlm. 424. 3 Ibid., hlm. 428.

Page 17: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Gorontalo adalah Huyula. Budaya Huyula sendiri merupakan suatu sistem gotong

royong antar masyarakat Gorontalo dalam memenuhi kebutuhan hidup

masyarakatnya.4 Makna Huyula bagi masyarakat Gorontalo adalah suatu nilai

yang didalamnya terdapat budaya gotong royong dan saling membantu sama lain.

Huyula bagi masyarakat Gorontalo dapat dilihat dalam beberapa jenis

kegiatan, yaitu: 1) ambu merupakan kegiatan tolong menolong untuk kepentingan

bersama atau lebih dikenal dengan istilah kerja bakti, misalnya pembauatan jalan

desa, tanggul desa, jembatan dan sebagainya. Selain itu, ambu merupakan salah

satu cara yang digunakan oleh masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan di

masyarakat seperti perkelahian antara warga. 2) Hileiya merupakan kegiatan

tolong menolong secara spontan yang dianggap kewajiban sebagai anggota

masyarakat, misalnya pertolongan yang diberikan pada keluarga yang mengalami

keduakaan atau musibah lainnya. 3) Ti’ayo adalah kegiatan tolong menolong

antara sekelompok orang untuk mengejarkan pekerjaan seseorang, contohnya

kegiatan pertanian, kegiatan membangun rumah, kegiatan membangun bantayo

(tenda) untuk pesta perkawinan.5

Pada daerah-daerah tertentu, kearifan lokal dijadikan sebagai suatu konsep

pembangunan dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya. Kebijakan-

kebijakan daerah yang berhubungan dengan program pembangunan, kearifan

lokal dijadikan sebagai suatu konsep dalam tujuan pembangunan. Alasannya

adalah karena setiap pembangunan sehrusnya bersifat multidimensi yang

4 Rasid Yunus, Nilai-Nilai Kearifan Lokal (Local Genius) Sebagai Penguat Karakter Bangsa:

Studi Empiris Tentang Huyula, Cet. 1, Ed. 1, Deepublish, Yogyakarta, 2014, hlm. 7. 5 Ibid.

Page 18: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

pendekatannya meliputi semua aspek dalam pembangunan, termasuk itu

pendekatan kultural. Maka pendekatan itu, kearifan lokal dijadikan konsep dalam

pembangunan yang masyarakatnya adalah sasaran pembangunan. Misalnya adalah

kearifan lokal yang ada pada masyarakat Bali, di mana kearifan lokal masyarakat

Bali tersebut dijadikan sebagai suatu konsep pembangunan dalam penataan ruang.

Kearifan lokal yang dimanifestasikan menjadi konsep-konsep pembangunan

tersebut adalah Rwa Bhineda, Tri Hita Karana, Tri Angga dan Tri Mandala,

Catus-Patha, Sanga Mandala, dan konsep Asta Kosala Kosali.6

Kehidupan masyarakat dewasa ini memiliki ragam jenis kebudayaan,

seperti halnya masyarakat transmigran yang mendiami suatu tempat. Masyarakat

transmigran disebut sebagai masyarakat yang berasal dari suatu daerah yang padat

penduduknya dan kemudian pindah ke suatu daerah yang sedikit penduduknya.

Masyarakat transmigran ini notabenenya membawa suatu kebudayaan yang

berasal dari tempat tinggal sebelumnya, yang kemudian berbaur dengan

kebudayaan lokal di daerah tempat tinggal mereka saat ini. Bagi masyarakat lokal

kebudayaan tersebut merupakan suatu kebudayaan yang baru dan asing. Salah

satu masalah yang dialami oleh masyarakat daerah transmigran adalah adanya

benturan antara budaya lokal dan budaya transmigran.

Masyarakat di Kecamatan Bolano Lambunu mengenal sebuah motto yang

dijadikan sebagai falsafah hidup, yaitu “songu lara mombangu”. Falsafah songu

lara mombangu berasal dari bahasa Kaili yang berarti kehendak bersama dalam

6 I Gede Astra Wesnawa, “Dinamika Pemanfaatan Ruang Berbasis Kearifan Lokal Di Kabupaten

Buleleng Provinsi Bali”, Jurnal Forum Geografi, Vol. 24, No. 1, hlm. 2.

Page 19: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

membangun daerah. Songu lara mombangu sendiri dijadikan sebuah alat dalam

mempersatukan masyarakat, khususnya masyarakat Kecamatan Bolano Lambunu.

Kemudian falsafah ini ditransformasikan dalam kearifan lokal yang

dimanifestasikan pada budaya gotong royong, tolong menolong, kerja sama, serta

sikap toleransi antar masyarakat yang ada di Kecamatan Bolano Lambunu.

Sejatinya, songu lara mombangu merupakan suatu warisan budaya yang

diwariskan oleh para pejuang yang berasal dari Parigi Moutong dan wilayah

sekitarnya. Pada masa penjajahan kolonilaisme wilayah Parigi Moutong dulunya

merupakan wilayah kerajaan. Pemerintah Hindia Belanda pada masa itu

mengadakan kontrak politik dengan beberapa raja yang ada pada wilayah tersebut

sebagai perwakilan mereka di Parigi Moutong. Hal membawa dampak yang

sangat besar terhadap perkembangan Parigi Moutong pada saat itu, yang

kemudian songu lara mombangu lahir sebagai suatu semangat perjuang untuk

melawan segala bentuk kolonialisme. Perjuangan ini dilakukan oleh masyarakat

Parigi Moutong yang dipimpin oleh Tombolotutu.

Bolano Lambunu merupakan sebuah kecamatan yang masyarakatnya

terdiri atas beragam etnik dan suku bangsa. Sehingga Bolano Lambunu juga

dikenal sebagai daerah transmigran. Karena mayoritas masyarakat Bolano

Lambunu adalah masyarakat yang berasal dari luar daerah tersebut, bahkan

berasal dari luar provinsi. Etnik yang ada di Kecamatan Bolano Lambunu terdiri

atas Etnik Jawa, Bali, Bugis, Kaili, Tialo-Tomini, Bajo, Gorontalo, Bolano, Cina,

Arab, Toraja, dan sebagainya.

Page 20: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Dari sekian banyak masyarakat etnik yang mendiami Kecamatan Bolano

Lambunu, maka di kecamatan ini memiliki keanekaragaman budaya pula, baik itu

budaya lokal yang ada di daerah tersebut maupun budaya yang dibawa oleh etnik-

etnik yang berasal dari luar daerah. Etnik-etnik tersebut juga dapat dibedakan dari

kebiasaan-kebisaan yang mereka lakukan. Oleh karenanya, masyarakat

Kecamatan Bolano Lambunu memiliki kearifan lokal masing-masing berdasarkan

etnik yang mereka miliki, dan untuk menyatukan etnik ini dari sudut pandang

budaya baru yang lahir akibat adanya perpaduan antar berbagai budaya sangat

sulit untuk dilakukan. Karena masyarakat Bolano Lambunu memiliki keyakinan

dan pedoman serta tuntunan hidup sendiri-sendiri.

Sebagai suatu kearifan lokal, songu lara mombangu kemudian dijadikan

sebuah semboyan bagi masyarakat Bolano Lambunu dalam menyatukan etnik-

etnik tersebut. Songu lara mombangu sendiri dimanifestasikan dalam bentuk

perilaku yang sadar bahwa mereka merupakan suatu satu kesatuan yang tidak

dapat untuk dipisahkan. Melalui pola hubungan gotong royong dan kerja sama

masyarakat yang ada di Kecamatan Bolano Lambunu hidup berdampingan demi

memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Selain itu juga dalam mewujudkan misi pembangunan masyarakat Bolano

Lambunu, kearifan lokal songu lara mombangu tidak hanya menjadi falsafah

dalam membentuk karakter serta sebagai pemersatu masyarakat Bolano Lambunu

yang berbeda-beda etnik tersebut. Songu lara mombangu adalah sebuah konsep

pembangunan masyarakat dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Page 21: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Konsep pembangunan ini dtransformasikan kedalam penigkatan partisipasi

masyarakatnya. Karena secara harafiah songu lara mombangu ini dimaknai

dengan semangat atau suatu ketekatan bersama dalam membangun. Oleh

karenanya, songu lara mombangu ini juga tertuang dalam tujuan pembangunan

daerah, khususnya Kecamatan Bolano Lambunu.

Kearifan lokal songu lara mombangu yang dijadikan sebagai model

pembangunan daerah, khususnya pembangunan masyarakat yang

dimanifestasikan ke dalam program-program pembangunan daerah. Program-

program pembangunan tersebut seperti program pembangunan masyarakat dalam

aspek pendidikan, pembangunan masyarakat pada aspek infrastruktur,

pembangunan masyarakat yang pendekatannya pada aspek berwawasan

lingkungan, dan sebagainya.

Pembangunan dalam aspek pendidikan dinilai merupakan suatu hal yang

paling urgen dalam proses pembangunan masyarakat yang berbasis kearifan lokal

songu lara mombangu. Karena dalam peningkatan mutu sumber daya manusia

yang erat kaitannya dengan pembangunan masyarakat, hal tersebut dapat

dilakukan melalui penerapan pembangunan masyarakat yang berbasis kearifan

lokal ke dalam kurikulum pendidikan. Misalnya adalah melalui pembentukan

karakter masyarakat yang terdapat pada pendidikan karakter sebagaimana yang

telah dicanangkan oleh pemerintah (baik daerah maupun pusat).

1.2 Identifikasi Masalah

Page 22: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Kecamatan Bolano Lambunu sebagai suatu daerah transmigran yang

memiliki keragaman etnik memiliki berbagai macam permasalahan. Segala

macam permasalahan ini diakibatkan karena perbedaan-perbedaan kebudayaan

masyarakat yang ada di kecamatan tersebut. Masalah-masalah tersebut kemudian

dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Adanya benturan dan gesekan budaya akibat adanya kesalahan

berkomunikasi pada masyarakat Bolano Lambunu.

2. Kurangnya rasa solidaritas diantara masing-masing masyarakat yang

berbeda etnik tersebut.

3. Sering terjadi konflik lintas budaya (konflik laten) di Kecamatan Bolano

Lambunu.

4. Terjadi pengelompokan-pengelompokan berdasarkan etnik yang

menciptakan sikap primordialisme daerah yang tinggi.

5. Munculnya sikap saling meremehkan di antara masing-masing etnik yang

ada di Kecamatan Bolano Lambunu.

6. Adanya kesalahpahaman masyarakat dalam menerapkan falsafah songu lara

mombangu sebagai suatu pedoman dan aturan hidup.

7. Lambatnya proses pembangunan, baik pembangunan masyarakat maupun

pembangunan infrastruktur dalam menciptakan kecamatan yang maju dan

mandiri.

8. Sikap apatis masyarakat sebagai subjek pembangunan dalam menigkatkan

pembangunan masyarakat.

1.3 Rumusan Masalah

Page 23: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka dapat

dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana pemahaman

masyarakat tentang penerapan kearifan lokal songu lara mombangu sebagai

konsep pembangunan masyarakat di Kecamatan Bolano Lambunu?

1.4 Tujuan Peneltian

Adapun tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

dinamika kearifan lokal songu lara mombangu yang ada di Kecamatan Bolano

Lambunu. Selain itu, penelitian ini memiliki tujuan lain yaitu untuk

mendeskripsikan pemahaman masyarakat tentang penerapan kearifan lokal songu

lara mombangu sebagai konsep pembangunan masyarakat di Kecamatan Bolano

Lambunu.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam

melihat dinamika kearifan lokal yang ada di Kecamatan Bolano Lambunu.

Manfaat lain yang dapat dipetik dari penelitian ini adalah Dengan diketahinya

pemahaman masyarakat tentang penerapan kearifan lokal songu lara mombangu

sebagai konsep pembangunan masyarakat di Kecamatan Bolano Lambunu, hal ini

dapat digunakan sebagai suatu acuan dalam meningkatkan tujuan pembangunan

ada pada suatu daerah yang memiliki keragaman etnik tanpa mengurangi atau

menghilangkan nilai-nilai budaya lokal daerah tersebut.

1.5.2 Manfaat Teoritis

Page 24: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Selain itu juga, manfaat teoritis daripada penelitian ini ialah untuk

mengembangkan teori-teori yang didapatkan oleh peneliti dari beberapa kajian

literatur dan kepustakaan. Kemudian teori-teori tersebut dapat diaplikasikan

dalam kehidupan masyarakat, misalnya seperti bentuk-bentuk kearifan lokal yang

ada pada suatu masyarakat. Serta dapat menambah wawasan mengenai teori-teori

yang berhubungan dengan pembangunan seperti pembangunan masyarakat.

Page 25: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kearifan Lokal

Istilah kearifan lokal terdiri atas dua suku kata, yaitu “kearifan” yang

berarti kebijaksanaan dan “lokal” yang berarti setempat atau kewilayahan. Jadi,

arti kearifan lokal merujuk pada pendefinisian bahwa kebijaksanaan yang dimiliki

oleh masyarakat setempat. Dalam masyarakat yang multikultur, masing-masing

kelompok mempunyai kebenaran masing-masing. Karena itu bahwa kearifan lokal

akan bersifat relatif terhadap kearifan lokal lainnya.7

Istilah kearifan lokal merupakan suatu istilah yang diterjemahkan dari

“local genius” dan pertama kali diperkenalkan oleh Quaritch Wales pada tahun

1948-1949. Menurutnya, kearifan lokal adalah kemampuan kebudayaan setempat

dalam menghadapi pengaruh kebudayaan asing pada waktu kebudayaan itu

berhubungan.8 Jika kearifan lokal dilihat secara baik dan dipromosikan, maka hal

tersebut dapat menjadi sumber-sumber pengetahuan yang baik pula, serta menjadi

informasi dan pedoman bagi kualitas pengembangan kehidupan manusia.9

7 Mikka Wildha Nurrochsyam, “Tradisi Pasola antara Kekerasan dan Kearifan Lokal”, dalam Dr.

Ade Makmur, Kearifan Lokal Di Tengah Modernisasi, Pusat Penelitian dan Pengembangan

Kebudayaan Badan Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata Kementrian

Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, Jakarta, 2011, hlm. 86. 8 Syampadzi Nurroh, “Critical Review Studi Kasus: Kearifan Lokal (Local Wisdom) Masyarakat

Suku Sunda Dalam Pengelolaan Lingkungan yang Berkelanjutan”, Tesis pada Program Magister

Ilmu Manajemen Lingkungan, Universitas Gadja Mada, Yogyakarta, 2014, hlm. 5. 9 Ibid.

Page 26: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Istilah lain daripada kearifan lokal adalah local wisdom yang dipahami

sebagai suatu usaha manusia dengan menggunakan akal budinya untuk bertindak

dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi dalam ruang dan

waktu tertentu.10

Menurut John Haba kearifan lokal merupakan berbagai kekayaan

budaya yang berkembang dalam sebuah masyarakat yang dikenal, dipercayai dan

diakui sebagai elemen-elemen penting yang mampu mempertebal kohesi sosial

antara warga masyarakat.11

Dalam kearifan lokal nilai-nilai yang tidak secara murni berdiri sendiri

sebagai sebuah pengertian yang bebas nilai, tetapi nilai itu telah dimaknai dalam

sebuah konteks sehingga yang tidak bebas nilai lagi. Kearifan lokal dapat

dipergunakan, dimaknai dan bahkan dimanipulasi untuk kepentingan kelompok

atau golongan untuk tujuan-tujuan yang diinginkan.12

Sehubungan dengan kearifan lokal sebagai pembentuk identitas dan jati

diri, dalam menjaga nilai-nilai kebudayaan diperlukan adanya suatu pengetahuan

(knowledge) dalam menciptakan kearifan lokal tersebut. Pengetahuan itu

mencakup pengetahuan budaya lokal, sikap moral, dan sebagainya.13

Kearifan

lokal umumnya berbentuk tradisi lisan, dan lebih banyak berkembang di daerah

pedesaan. Pengetahuan itu dikembangkan karena adanya kebutuhan untuk

10

Nurma Ali Ridwan, “Landasan keilmuan Kearifan Lokal”, Jurnal Studi Islam dan Budaya

(IBDA), Vol. 5, No. 1, Jan-Jun, 2007, hlm. 2. 11

Suprapto, “Revitalisasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal Bagi Upaya Resolusi Konflik”, Jurnal

Walisongo, Volume 21, Nomor 1, hlm. 26. 12

Mikka Wildha Nurrochsyam, log. cit., hlm. 86. 13

Ade M. Kartawinata, “Merentas Kearifan Lokal Di tengah Modernisasi dan Tantangan

pelestarian”, dalam Dr. Ade Makmur, Kearifan Lokal Di Tengah Modernisasi, Pusat Penelitian

dan Pengembangan Kebudayaan Badan Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata

Kmentrian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, Jakarta, 2011, hlm. X.

Page 27: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

menghayati, mempertahankan dan melangsungkan hidup sesuai dengan situasi,

kondisi, kemampuan dan nilai-nilai yang dihayati di dalam masyarakatnya.14

Sistem nilai, norma dan tradisi yang tumbuh dalam masyarakat menjadi

sebuah kearifan lokal merupakan potensi nilai-nilai dan norma yang ada dalam

masyarakat yang dapat digunakan sebagai alat untuk proses penguatan relasi

sosial, baik komunitas maupun antarkomunitas. Kearifan lokal dapat dinilai

sebagai nilai-nilai kemanusian, kebersamaan, persaudaraan dan nilai-nilai

keteladanan yang penting untuk senantiasa dilestarikan, terutama dalam

menghadapi perubahan di semua aspek kehidupan. Oleh karena itu, kearifan lokal

terkait dengan nilai adiluhung yang mengakar dalam budaya masyarakat.15

2.1.1 Aspek Kearifan Lokal

Secara umum kearifan lokal adalah bagian dari budaya masyarakat.

Kearifan lokal didefinisikan sebagai suatu pengalaman panjang, yang diendapkan

sebagai petunjuk perilaku seseorang, yang tidak lepas dari lingkungan

penduduknya, dan bersifat dinamis; lentur; terbuka; serta senantiasa

menyesuaikan dengan zamannya.16

Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan

bahwa kearifan lokal merupakan suatu identitas budaya yang berada dalam suatu

masyarakat. Identitas budaya merupakan ciri khas yang ditunjukkan seseorang

yang merupakan anggota dari suatu kelompok etnik atau suku bangsa tertentu. Hal

14

Ibid., hlm. X. 15

Sulastri, “Membangun Toleransi Dari Kearifan Lokal di Dusun Plumbon, Banguntapan, Bantul,

Yogyakarta”, Skripsi pada Program Sarjana Ilmu Theologi Islam, Universitas Negeri Islam Sunan

Kalijaga, Yogyakarta, 2013, hlm. 11. 16

Wigiran, “Pengembangan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Hamemayu Hayuning Bawana

(Identifikasi Nilai-Nilai Karakter Berbasis Budaya)”, Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun II,

Nomor 3, Oktober, 2012, hlm. 330.

Page 28: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

itu meliputi pembelajaran dan penerimaan terhadap tradisi, sifat bawaan, bahasa,

agama, keturunan dari suatu kebudayaan.17

Tezzi, Marchettini, dan Rosini mengatakan bahwa akhir dari sedimentasi

kearifan lokal ini akan mewujud menjadi tradisi atau agama. Dalam masyarakat

Indonesia, kearifan lokal dapat ditemui dalam nyanyian, pepatah, sasanti, petuah,

semboyan, dan kitab-kitab kuno yang melekat dalam perilaku sehari-hari.

Kearifan lokal biasanya tercermin dalam kebiasaan-kebiasaan hidup masyarakat

yang telah berlangsung lama. Keberlangsungan kearifan lokal akan tercermin

dalam nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat tertentu. Nilai-nilai itu menjadi

pegangan kelompok masyarakat tertentu yang biasanya akan menjadi bagian

hidup tak terpisahkan yang dapat diamati melalui sikap dan perilaku mereka

sehari-hari.18

Lain halnya dengan Wigiran, ia melihat kearifan lokal bukan berdasarkan

wujudnya melainkan aspek-aspek yang penting dalam kearifan lokal. Menurutnya,

aspek-aspek tersebut terdiri atas tiga hal yaitu, sikap; pemikiran; dan tindakan atau

perilaku. Ketiga aspek tersebut menurut Wigiran adalah hal yang tidak dapat

dipisahkan dalam kearifan lokal. Karena ia beranggapan bahwa kearifan lokal

tersebut mencakup atas beberapa hal, yaitu: 1) pemikiran, sikap, dan tindakan

berbahasa, berolah seni, dan bersastra, misalnya karya-karya sastra yang

bernuansa filsafat dan niti (wulang); 2) pemikiran, sikap, dan tindakan dalam

berbagai artefak budaya, misalnya keris, candi, dekorasi, lukisan, dan sebagainya;

17

Alo Liliweri, Prasangka & Konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur, LKiS,

Yogyakarta, 2005, hlm. 43. 18

Nurma Ali Ridwan, op. cit., hlm. 2.

Page 29: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

serta 3) pemikiran, sikap, dan tindakan sosial bermasyarakat, seperti unggah-

ungguh, sopan santun, dan udanegara.19

Pada poin yang ketiga, aspek kearifan lokal secara eksplisit menyangkut

tentang kehidupan masyarakat yang didalamnya berisi tentang pikiran, sikap dan

tindakan masyarakat tersebut. Aspek-aspek tersebut selanjutnya dimanifestasikan

pada bentuk budaya yang ada pada suatu masyarakat. Pada tingkat

perkembangannya, Wahyuni menjabarkan kearifan lokal merujuk pada bentuk

pandangan hidup, ilmu pengetahuan, dan berbagai strategi kehidupan yang

berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat setempat dalam menjawab

berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka.20

Contoh kecil yang dapat dilihat tentang aspek kearifan lokal ini adalah

tentang pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat tentang kearifan lokal

tersebut. Dimana pengetahuan masyarakat terletak pada proses keinginan-

tahuannya terhadap suatu objek melalui pengindraan, sedangkan sikap dan

perilaku terletak pada perasaan, pikiran, serta kecenderungannya terhadap sesuatu

yang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam

lingkungannya.21

2.1.2 Karakter Kearifan Lokal

19

Wigiran, op. cit., hlm. 331-332. 20

Siti Wahyuni, “Keberagaman dan Makna Nilai Kearifan Lokal sebagai Sumber Inspirasi

Pembelajaran seni Budaya yang Berkarakter”, IKIP PGRI Madiun,

http://ikippgrimadiun.ac.id/ejournal/, diakses pada tanggal 16 Februari 2015. 21

Faris Budiman Annas, “Analisis Kearifan Lokal Huyula Desa Bongoime Provinsi Gorontalo”,

Skripsi pada Program Sarjana Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian

Bogor, Bogor, 2013, hlm. 6.

Page 30: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Karakter dalam pengertian secara umum diartikan sebagai cara berpikir

dan bertindak sebagai suatu ciri khas yang dimiliki oleh setiap individu atau

masyarakat. Sementera itu, kearifan lokal yang merupakan warisan daripada

kekayaan budaya suatu masyarakat. Jadi, karakter kearifan lokal berarti adalah

cara berpikir dan bertindak yang merupakan ciri khas masyarakat berdasarkan

nilai-nilai kebudayaan yang mereka miliki. Kearifan lokal juga, dapat menjadi

sumber-sumber pengetahuan bagi masyarakat dalam meningkatkan kualitas hidup

mereka.22

Karakter tidak dapat untuk diwariskan, tidak dapat dibeli ataupun ditukar,

sehingga karakter harus dibangun dan dikembangkan. Namun proses

pengembangan karakter sendiri tidak dapat dilakukan secara cepat dan instan,

tetapi harus melewati proses yang panjang, cermat, dan sistematis. Berdasarkan

perspektif yang berkembang dalam sejarah pemikiran manusia, karakter harus

dilakukan berdasarkan tahap-tahap perkembangan manusia tersebut dari sejak

awal.23

Nilai-nilai kearifan lokal meliputi aspek budi pekerti, tata krama, sopan

santun, gotong royong, dan sebagainya.24

Oleh karena itu, karakter daripada

kearifan lokal mencakup atas moral knowing (pengetahuan moral), moral feeling

(perasaan moral), dan moral action (tindakan moral). Ketiga hal tersebut

22

Syampadzi Nurroh, op. cit., hlm. 5. 23

Riani Muslimah, “Pendidikan Karakter Dengan Pendekatan Kearifan Lokal Di Play Group

Aisyiyah rejodani Sariharjo Ngalik Sleman Yogyakarta”, Skripsi pada Program Sarjana Ilmu

Pendidikan Islam, Universitas Islam Negeri Suan Kalijaga, Yogyakarta, 2012, hlm. 19-20. 24

Wigiran, “Pengembangan Model Pendidikan Lokal dalam mendukung Visi Pembangunan

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2020 ((Tahun kedua)”, Jurnal Penelitian dan

Pengembangan, Volume III, Nomor 3, Tahun 2011, hlm. 95-96.

Page 31: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

merupakan bagian dari suatu model pendidikan karakter.25

Maka dari itu, kearifan

lokal hendaknya dimasukkan dalam suatu model pengetahuan seperti pada

pendidikan karakter.

Karakter daripada kearifan lokal yang mencakup tiga hal tersebut,

dimana moral knowing meliputi kesadaran nilai-moral, pandangan ke depan,

penalaran moral, pengambilan keputusan dan pengetahuan tentang diri, adalah

suatu yang esensial yang perlu ditanamkan pada suatu masyarakat tertentu.

Selanjutnya, moral feeling dalam karakter kearifan lokal meliputi kata hati, rasa

percaya diri, empati, cinta kebaikan, pengendalian diri dan kerendahan hati.

Terakhir adalah moral action dalam karakter kearifan lokal juga merupakan suatu

hal yang penting, karena di dalamnya terdapat motif dorongan seseorang untuk

berbuat baik, terlihat dalam keinginan dan kebiasaan yang ditunjukannya.26

Singkatnya, kearifan lokal pada suatu masyarakat tertentu yang

perwujudannya pada tradisi-tradisi atau kebiasaan-kebiasaan masyarakat tersebut

merupakan produk suatu kebudayaan. Kebudayaan ini kemudian perlu untuk

dipelihara eksistensinya. Kebudayaan, dalam menjaga kelestariannya adalah

dengan menciptakan tradisi-tradisi tadi, seperti yang terdapat pada berbagai

pranata sosial yang ada pada masyarakat bersangkutan. Dengan kata lain,

kebudayaan mengoprasionalkan model-model pengetahuan yang dimilikinya ke

25

Deny Setiawan, “Peran Pendidikan Karakter dalam Mengembangkan Kecerdasan Moral”,

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 1, Februari 2013, hlm. 55. 26

Deny Setiawan, ibid., hlm. 55-56.

Page 32: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

dalam pranta-pranata sosial. Pranata-pranata tersebut dapat berupa pranata

perkawinan, pranata agama, pranata pendidikan, pranata politik, dan sebagainya.27

Pada masyarakat yang memiliki keragaman budaya, seperti Indonesia,

kearifan lokal menjadi suatu konsep dalam mempersatukan suku bangsa yang ada

di Indonesia. Semboyan Bhineka Tunggal Ika menunjukkan bahwa bangsa

Indonesia adalah masyarakat plural. Semboyan tersebut merupakan suatu kearifan

lokal yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang merupakan pemersatu seluruh

bangsa Indonesia. Dari hal ini kemudian dapat membentuk karakter masyarakat

Indonesia yang diwujudkannya pada rasa nasionalisme dan sebagainya.28

2.2 Pembangunan Masyarakat

Diskursus tentang pembangunan masyarakat, Soetomo dalam bukunya

yang berjudul Pembangunan Masyarakat Merangkai Sebuah Kerangka

memberikan konsep pembangunan masyarakat yaitu: a) perkembangan atau

pembangunan masyarakat pada dasarnya merupakan proses perubahan; b)

perkembangan atau pembangunan masyarakat sebagai proses pemanfaatan sumber

daya; c) perkembangan atau pembangunan masyarakat sebagai proses

peningkatan kapasitas masyarakat untuk merespon berbagai prsoalan yang

27

Sulasman dan Setia Gumilar, Teori-Teori Kebudayaan Dari teori Hingga Aplikasi, Pustaka

Setia, Bandung, 2013, hlm. 163. 28

Taufik Abdullah, “Refleksi Selintas Tentang Primordialisme, Pluralisme, dan Demokrasi”,

Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume 12, Nomor 2, Tahun 2010, hlm. 198-199.

Page 33: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

berkembang; d) perkembangan atau pembangunan masyarakat sebagai proses

yang bersifat multidimensi.29

Dari semua konsep pembangunan masyarakat yang telah disebutkan di

atas menyangkut tentang pengembangan atau proses pembangunan yang

melibatkan masyarakat sebagai objek daripada pembangunan. Pada proses ini,

masyarakat seharusnya dipersiapkan terlebih dahulu agar nantinya siap baik

secara mental maupun fisik. Sehingga persiapan ini kemudian dijawab oleh

bagaimana pembangunan masyarakat yang disejajarkan oleh pembangunan

pendidikan masyarakatnya.

Pendidikan dianggap sangat penting untuk mempersiapkan masyarakat

dalam proses pembangunan, terlebih adalah pembangunan masyarakat tersebut.

Antara pendidikan dan perkembangan masyarakat tidak dapat dipisahkan satu

sama lain. Kemajuan suatu masyarakat dan suatu bangsa sangat ditentukan

pembangunan sektor pendidikan dalam menyiapkan sumber daya manusia yang

sesuai dengan perkembangan zaman.30

Berbicara tentang pembangunan masyarakat melalui aspek pendidikan,

berarti juga berbicara tentang perubahan sosial dan pendidikan. Karena antara

pembangunan masyarakat sebagai suatu proses perubahan dan pembangunan

masyarakat sebagai suatu proses peningkatan kapasitas masyarakat tentunya tidak

29

Soetomo, Pembangunan Masyarakat: Merangkai Sebuah Kerangka, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta, 2012, hlm. x-xii. 30

Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan: Individu, Masyarakat, dan Pendidikan, Rajawali Pers,

Jakarta, 2011, hlm. 60.

Page 34: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

bisa dipisahkan daripada dunia pendidikan. Setidaknya ada dua pandangan yang

berbicara tentang pendidikan dan perubahan sosial atau sebaliknya.31

Pertama, perubahan sosial ditinjau dari pendidikan tradisional, dapat

dipahami melalui pedagogik tradisional memandang lembaga pendidikan sebagai

salah satu dari struktur sosial dan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Lembaga

pendidikan, seperti sekolah perlu dipersiapkan agar lembaga tersebut berfungsi

sesuai dengan perubahan sosial yang terjadi. Apabila lembaga sosial tidak dapat

mengikuti perubahan sosial maka dia kehilangan fungsinya dan kemungkinan

besar dia ditinggalkan masyarakat.32

Kedua, perubahan sosial ditinjau dari pedagogik modern (pedagogik

transformatif). Titik tolak dari pedagogik transformatif ialah “individu-yang-

menjadi”. Hal ini berarti seorang individu hanya berkembang di dalam

interaksinya dengan tatanan kehidupan sosial budaya di mana dia hidup. Individu

tidak dapat berkembang apabila diisolasikan dari dunia sosial budaya di mana dia

hidup. Adanya suatu pengakuan peran aktif partisipatif di dalam aktivitas sosial

budaya dalam lingkungannya.33

2.2.1 Pembangunan Masyarakat Berbasis Kearifan Lokal

Menurut Grondona proses pembangunan, misalnya pembangunan ekonomi

mencapai krisis ketika suatu masyarakat dalam suatu negara berjalan dari satu

tahap menuju tahap berikutnya. Itulah masa ketika godaan-godaan muncul. Jika

31

Ibid, hlm. 220. 32

H.A.R. Tilaar dalam Idi, ibid. 33

Ibid.

Page 35: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

suatu negara berhasil menolak godaan-godaan ini, ia akan mencapai tujuan

pembangunan tersebut. Jika gagal, negara tersebut hanya akan menikmati

bertambahnya kekayaan dalam jangka panjang.34

Selanjutnya negara tersebut harus melewati godaan dalam cara-cara yang

memihak proses pembangunan itu. Negara dalam hal ini akan melakakunnya

berdasarkan nilai-nilai tertentu yang berlaku. Parsons memberikan pandangan

tentang “niali” yang dianggapnya sebagai suatu elemen dalam sistem simbol

konvensional yang berfungsi sebagai kriteria untuk menyeleksi alternatif-

alternatif yang tersedia dalam berbagai situasi.35

Selanjutnya, Grondona membedakan nilai dalam dua kategori, yaitu nilai

intrinsik dan nilai instrumental. Nilai-nilai yang intrinsik adalah suatu nilai yang

dijunjung tanpa menghiraukan manfaat atau biayanya. Sedangkan nilai-nilai yang

instrumental adalah suatu nilai yang secara langsung memberikan manfaat bagi

kehidupan masyarakat, seperti adanya pertumbuhan ekonomi akiat adanya

pembangunan ekonomi tadi.36

Keterkaitan antara pembangunan masyarakat yang berbasis kearifan lokal

dengan nilai-nilai yang inrinsik dan instrumental tadi ketika pembangunan

masyarakat dan kearifan lokal dipisahkan secara terpisah. Di mana pembangunan

masyarakat jika mengacu pada nilai yang dijelaskan oleh Grondona berarti adalah

34

Mariono Grondona, “Tipologi Budaya Pembangunan Ekonomi”, dalam Lawrence E. Harrison

dan Samuel P. Huntingon (ed), Kebangkitan Peran Budaya: Bagaimana Nilai-Nilai Membentuk

Kemajuan Manusia, Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta, 2011, hlm. 83. 35

Parsons dalam Mariono Grondona, ibid., hlm. 84. 36

Ibid.

Page 36: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

bersifat nilai instrumental. Karena pembangunan masyarakat tersebut secara nyata

manfaatnya mencakup tentang perkembangan kapasitas masyarakatnya serta

meningkatnya kepemilikan kehidupan ekonomi masyarakat.37

Sedangkan kearifan

lokal sendiri memiliki nilai yang intrinsik, karena kearifan lokal merupakan suatu

pedoman bagi masyarakat yang danut dan dijunjung tanpa memperdulikan

manfaat serta harga yang mereka keluarkan. Adapun nilai-nilai intrinsik dalam

kearifan lokal misalnya adalah sistem gotong royong, kerja sama, tolong

menolong, dan sebagainya.38

Sehingga pembangunan masyarakat yang berbasis kearifan lokal ini

merupakan suatu manifestasi atas konsep-konsep pembangunan yang

pendekatannya berdasarkan kearifan lokal masyarakat. Konsep-konsep

pembangunan masyarakat yang berbasis kearifan lokal ini menurut Wigiran dapat

dilihat pada:39

1) peraturan berbasis kearifan lokal, contohnya adalah peraturan

tentang pengetahuan tradisional masyarakat yang dimasukan dalam kurikulum

pendidikan, yang tujuannya adalah masyarakat secara luas mengatahui

pengetahuan yang telah diwariskan kepada mereka secara turun temurun melalui

proses pendidikan. 2) Adanya aktivitas gotong royong, artinya bahwa dalam

mewujudkan pembangunan masyarakat nilai-nilai yang terkandung dalam

kearifan lokal seperti gotong royong hendaknya diterapkan dalam proses

pembangunan tersebut. 3) Kebersamaan dan keteladanan, maksudnya masyarakat

secara umum memiliki seseorang yang secara bersama merupakan suri tauladan

37

Ibid. 38

Rasid Yunus, Nilai-Nilai Kearifan Lokal (Local Genius) sebagai Penguat Karakter Bangsa

Studi Empiris Tentang Huyula, Deepublish, Yogyakarta, 2014, hlm. 7. 39

Wigiran, op. cit., hlm. 333-334.

Page 37: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

bagi mereka dalam melakukan proses pembangunan, seperti pemimpin yang

memiliki moral tinggi. 4) Kewajiban bagi warga masyarakat, proses

pembangunan masyarakat sendiri yang sasaran pembangunan tersebut adalah

masyarakat. Hal ini tentunya tidak akan lepas dari kewajiban masyarakat tersebut

untuk berpartisipasi baik dari segi tenaga, biaya, pemikiran dan lain sebagainya

untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut.

Salah satu contoh pembangunan masyarakat berbasis kearifan lokal pada

indikator yang pertama adalah peraturan yang berbasisi kearifan lokal, dapat

dilihat bagaimana nilai-nilai yang ada di dalam kearifan lokal itu sendiri

tercantum pada kebijakan pemerintah suatu daerah tertentu. Dimana nilai

merupakan suatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, serta berguna

bagi masyarakat. Nilai-nilai ini kemudian menjadi rujukan bagi pemerintah daerah

dalam merumuskan kebijakan guna untuk pembangunan daerah yang tujuannya

adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kualitas hidup

masyarakatnya.40

40

Patricia Adhisti Ekarani, “Nilai-Nilai Kearifan Lokal Dalam Kebijakan Pemerintah Daerah

Untuk Pengembangan Lahan Perumahan Di Kabupaten Sleman”, Tesis pada Program Magister

Ilmu Hukum, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2012, hlm. 14.

Page 38: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

2.3 Penelitian Terdahulu

2.3.1 Penelitian Oleh Faris Budiman Annas41

Penelitian yang dilakukan oleh Annas yang berjudul “Analisis Kearifan

Lokal Huyula Desa Bongoime Provinsi Gorontalo”, dimana informan yang ia

gunakan adalah petani yang ada di desa Bongoime. Penelitian ini salah satunya

bertujuan untuk mengetahui eksistensi kearifan lokal huyula dalam pengelolaan

sumber daya pertanian sawah yang diukur dari aspek pengetahuan, sikap, dan

perilaku petani.

Dalam hasil penelitiannya tersebut menunjukkan bahwa nilai-nilai yang

terkandung dalam kearifan lokal Huyula di Desa Bongoime merupakan salah satu

solusi yang membantu petani dalam kaitannya dengan pengelolaan sumberdaya

pertanian padi sawah. Dalam pengelolaan sumber daya pertanian khususnya

pertanian padi sawah di Desa Bongoime nilai-nilai Huyula terbagi menjadi dua

wujud yaitu kegiatan Huyula dan Ti’ayo. Kegiatan Huyula merupakan suatu

sistem kerja sama dalam suatu kelompok dalam pengolahan lahan (pajeko) dan

kegiatan penanaman.

Sementara itu, berdasarkan data yang ia temukan dilapangan tentang

pengetahuan masyarakat petani tentang huyula. Pengetahuan ini ia kelompokan

menjadi dua kategori yaitu pengetahuan rendah dan pengetahuan tinggi, dan

hasilnya adalah sebagaian besar petani tersebut memiliki pengetahuan yang tinggi

41

Faris Budiman Annas adalah alumni mahsiswa pada Departemen Sains Komunikasi dan

Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Mahsiswa di Institut Pertanian Bogor, dengan

skripsinya yang berjudul “Analisis Eksistensi Kearifan Lokal Huyula Desa Bongoime Provinsi

Gorontalo” yang diseminarkan pada tahun 2013.

Page 39: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

terhadap kearifan lokal huyula. Selanjutnya, Annas juga menggambarkan tentang

sikap petani perihal kearifan lokal huyula, di mana sikap tersebut menurutnya

adalah suatu evaluasi baik positif maupun negatif yang dimiliki oleh petani

tentang kearifan lokal huyula dalam pengelolaan lahan pertanian (dalam hal ini

adalah sawah). Hasilnya adalah petani tersebut sebagian besarnya juga memiliki

sifat positif dalam menananggapi persoalaan kearifan lokal huyula sebagai sistem

gotong royong dalam mengelolah lahan pertanian mereka.

Selain melihat pengetahuan dan sikap masyarakat petani tentang kearifan

lokal huyula masyarakat petani di Desa Bongoime, Annas juga melihat perilaku

petani terhadap kearifan lokal huyula. Menurut Annas bahwa perilaku petani itu

adalah manifestasi dari pengetahuan dan sikap petani dalam bentuk kegiatan yang

dilakukan sehubungan dengan kearifan lokal huyula. Dari hasil penelitiannya,

Annas menemukan perilaku petani sangat besar dalam menerapkan kearifan lokal

huyula dalam proses pengolahan lahan mereka.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Annas dalam melihat eksistensi

kearifan lokal huyula dalam pengelolaan sumber daya pertanian sawah yang

diukur dari aspek pengetahuan, sikap, dan perilaku petani memiliki persamaan

yang sangat mendasar dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.

Dimana penelitian ini sama-sama ingin melihat bentuk-bentuk pengetahuan, sikap

dan perilaku masyarakat tentang kearifan lokal. Dalam penelitian ini, peneliti

ingin melihat keterkaitan antara pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat

Kecamatan Bolano Lambunu tentang kearifan lokal songu lara mombangu yang

Page 40: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

dimanifestasikan kedalam sistem gotong royong dan kerja sama untuk

menciptakan sumber daya yang berkualitas.

2.4 Kerangka Berpikir

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir

Pemikiran

Sikap Aspek

Tindakan

Moral Knowing

Kearifan Lokal

Moral Feeling Karakter

Songu Lara

Mombangu

Moral Action

Peraturan berbasis

kearifan lokal

Aktivitas gotong

royong Pembangunan

Masyarakat Kebersamaan dan

keteladanan

Kewajiban warga

masyarakat

Page 41: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Berdasarkan judul penelitian ini, yaitu “KEARIFAN LOKAL SONGU

LARA MOMBANGU MASYARAKAT PARIGI MOUTONG (Studi di

Kecamatan Bolano Lambunu)”, maka lokasi penelitian ini adalah Kecamatan

Bolano Lambunu. Di mana peneliti menjadikan beberapa desa di kecamatan

tersebut sebagai objek penelitian.

Alasan peneliti mengambil lokasi ini sebagai lokasi penelitian ini karena

peneliti ingin mengangkat daerah ini sebagai suatu daerah transmigrasi yang

memiliki ragam suku, etnik dan budaya. Selain suku, etnik dan budaya asli, di

daerah ini juga terdapat suku, etnik, dan budaya pendatang yang telah menetap

lama di daerah ini. Sehingga peneliti inigin melihat sudut pandang masyarakat

tersebut yang berkenginan untuk hidup bersama secara harmonis meskipun

memiliki cara pandang yang berbeda.

3.1.2 Waktu Penelitian

Adapun waktu yang dibutuhkan oleh peneliti dalam melakukan

penelitian ini sebagaimana telah disajikan dalam tabel 3.1 berikut ini.

Page 42: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Tabel 3.1 Kalender Pelaksanaan Penelitian

No. Jenis Kegiatan Bulan

Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust

1.

Observasi

2.

Penyusunan

Proposal

Penelitian

3. Seminar Proposal

Penelitian

4. Revisi Proposal

Penelitian

5. Pengumpulan

Data

6. Penyusunan Hasil

Penelitian

7. Seminar Hasil

Penelitian

8.

Seminar Skripsi

3.2 Jenis Penelitian

Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan pendekatan

deskritif dan jenis penelitiannya adalah interpretif dasar. Metode penelitian

kualitatif adalah suatu penelitian yang berupaya untuk memahami dan membuat

mengerti mengenai suatu fenomena dari sisi perspektif partisipan.42

Sedangkan

menurut Patton, penelitian kualitatif adalah sebuah usaha untuk memahami situasi

dalam keunikan mereka sebagai bagian sebuah konteks khusus dan interaksi yang

terjadi di sana.43

Dalam metode penelitian ini, teknik pengumpulan datanya

42

Sharan B. Merriam, dkk., Qualitative Research in Practice, CA: Josey-Bass, San Fransisco,

2002, hlm. 6. 43

Ibid., hlm. 5.

Page 43: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis datanya bersifat induktif, serta

hasil penelitiannya lebih menekankan pada suatu makna daripada generalisasi.44

Sementara itu, penelitian kualitatif interpretif dasar merupakan suatu

penelitian kualitatif yang menunujukkan karakteristik penelitian di mana peneliti

tertarik dalam memahami bagaimana partisipan membentuk makna terhadap

situasi atau fenomena, makna ini diperantarai melalui peneliti sebagai instrumen,

strateginya adalah induktif, dan hasilnya adalah deskritif. Dalam melakukan jenis

penelitian ini, peneliti mencoba menemukan dengan menjelajahi dan memahami

sebuah fenomena, sebuah proses, perspektif dan cara berpikir, bertindak dan

keyakinan (worldview) orang-orang yang terlibat dalam penilitian, atau sebuah

kombinasi dari semua hal tersebut. Data dalam penelitian ini dianalisa secara

induktif untuk mengidentifikasi pola berulang atau topik-topik yang sering

muncul di setiap data yang dikumpulkan.45

Selanjtnya, hasil dari penelitian ini ditulis dengan deskripsi yang banyak

dan dipresentasikan serta didiskusikan menggunakan berbagai referensi yang

berasal dari literatur yang mnjadi kerangka penelitian rancangan penelitian dibuat.

Contohnya, penelitian Levinson dan Levinson mengenai perkembangan

perempuan berada dalam literatur mengenai pertumbuhan dan perkembangan

orang dewasa. Mereka mewawancarai 15 ibu rumah tangga, 15 perempuan

pekerja kantoran, 15 perempuan pebisnis skala korporasi, dan 15 perempuan

akademisi. Penemuan akan pola perkembangan perempuan paralel dengan studi

44

Sugiyono, Penelitian Kualitatif, CV Alvabeta, Bandung, 2013, hlm. 1. 45

Ibid., hlm. 6.

Page 44: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

awal mereka mengenai perkembangan pria dimana 40 orang pria di usia

pertengahan diwawancarai. Mereka berdua menemukan bahwa struktur mendasar

atau pola-pola mendasar kehidupan perempuan tersusun melalui periode

kebingungan/kegamangan, dan struktur terbentuk melalui proses bolak-balik

antara periode kestabilan dalam perkembangan perempuan.46

3.3 Sumber Data

Dalam metode penelitian kualitatif, instrumen yang digunakan oleh

peneliti adalah peneliti itu sendiri. Di mana peneliti secara langsung melakukan

interaksi dengan para informan. Peneliti sebagai instrumen penelitian melakukan

kontak langsung dengan para informan guna mendapatkan data yang lebih

mendalam melalui teknik observasi dan wawancara di lapangan. Berkaitan dengan

sumber data yang digunakan oleh peneliti dalam hal melihat kearifan lokal songu

lara mombangu pada masyarakat Kecamatan Bolano Lambunu ini, peneliti

menggunakan data primer dan data sekunder.

3.3.1 Data Primer

Data primer dalam penelitian kualitatif adalah data yang diperoleh

peneliti melalui hasil wawancara dan observasi di lapangan. Dengan melakukan

pendekatan secra emosional dengan para informan, peneliti berusaha

mengumpulkan data sebanyak-banyaknya untuk melengkapi data yang dianggap

oleh peneliti masih kurang dalam melihat falsafah songu lara mombangu sebagai

suatu bentuk kearifan lokal dalam kehidupan masyarakat.

46

Ibid., hlm. 7.

Page 45: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Dengan menggunakan data primer, ada beberapa informan kunci yang

dipilih oleh peneliti dalam menggali informasi yang lengkap dan mendalam

terkait dengan fokus penelitian ini. Informan kunci tersebut terdiri dari tokoh

masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, tokoh pemerintah, serta tokoh pemuda yang

berada di Kecamatan Bolano Lambunu yang menurut peneliti lebih tahu dan

memahami kearifan lokal songu lara mombangu di kecamatan tersebut.

3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan mengadakan

penelusuran terhadap beberapa bahan pustaka dan kajian literatur, yang relevan

dengan masalah yang akan diteliti. Data-data sekunder tersebut seperti buku,

majalah, jurnal, koran, artikel, majalah, dan lain sebagainya. Tujuannya agar

memperkuat teori-teori yang digunakan oleh peneliti dalam melihat masalah yang

sedang diteliti. Sehingga penelitian ini dapat diakui keabsahaanya dan tidak

dianggap plagiat jika ditemukan adanya suatu penelitian dengan fokus masalah

yang sama.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa proses yang harus dilakukan oleh peneliti ketika akan

melakukan pengumpulan data, proses-proses pengumpulan data tersebut pada

dasarnya adalah untuk mengatasi apabila terdapat kemandekkan atau kebingungan

untuk mengupulkan data ketika dilokasi penelitian. Hal ini akan terjadi kepada

peneliti apabila sebelum terjun ke lapangan tanpa pembekalan studi sebelumnya

Page 46: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

terlebih dahulu. Menurut Rudito dan Budimanta, proses-proses tersebut di

antaranya terdiri atas:47

1. Menetapkan batas-batas penelitian yang terdiri dari: lokasi (tempat

penelitian akan dilaksanakan), pelaku (orang atau pihak-pihak yang akan

diamati atau diwawancarai, peristiwa (apa yang akan diamati atau

wawancarai), dan proses (sifat kejadian yang dilakukan pelaku di dalam

lokasi).

2. Starategi yang akan dilakukan, diantaranya: mengumpulkan informasi

dengan pengamatan, wawancara, dokumen-dokumen dan bahan visual lain

yang dibutuhkan sebagai data.

3. Menetapkan aturan untuk mencatat informasi. Menurut Creswell, pada

tahap ini disarankan untuk membuat catatan yang terbagi-bagi dalam bentuk

obyek yang akan dicatat yang terjadi dari potret informan, rekonstruksi

dialog, penjelasan latar fisik, laporan kejadian khusus dan kejadian yang

ada.

3.4.1 Teknik Observasi

Observasi adalah tahap awal dalam melakukan teknik pengumpulan data

dengan melakukan peninjauan langsung terhadap lokasi penelitian. Dalam hal

teknik observasi ini, posisi peneliti adalah sebagai partisipan. Artinya, peneliti

berusaha untuk melakukan pendekatan secara emosional dengan para informan

meskipun sedikit menjaga jarak dengan para informan tersebut.

47

B. Rudito, dan M. Famiola, Social Maping – Metode Pemetaan Sosial: Teknik Memahami Suatu

Masyarakat atau Komuniti, Rekayasa Sains, Bandung, 2013, hlm. 125-126.

Page 47: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Tujuan daripada teknik observasi ini untuk memperoleh gambaran yang

luas terhadap lokasi penelitian, menggali informasi mengenai segala aktifitas di

lokasi penelitian, agar memperoleh pengalaman tentang keterkaitan pelaku

(informan) yang diteliti dengan tempat-tempat di mana ia sering berada, dan untuk

mengetahui keterbatasan peneliti dengan sudut pandang yang informan gunakan

dalam menafsirkan hasil pengamatan. Selain itu juga, manfaat daripada observasi

ini seperti yang dikemukakan oleh Patton adalah sebagai berikut:48

1. Membuat peneliti mampu memahami konteks data dalam seluruh situasi

sosial.

2. Dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat memungkinkan

peneliti menggunakan pendekatan induktif yang tidak dipengaruhi oleh

pendangan sebelumnya.

3. Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang diamati oleh orang lain.

4. Dapat menemukan hal-hal yang mungkin tidak ingin diungkapkan oleh

informan dalam melakukan wawancara karena dianggap sangat sensitif atau

sengaja ingin ditutupi agar tidak merugikan suatu instansi atau lembaga

tertentu.

5. Dapat menemukan hal-hal yang diluar persepsi informan sehingga peneliti

memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.

3.4.2 Teknik Wawancara

Teknik wawancara yang peneliti gunakan adalah wawancara yang tidak

terstruktur, di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah

48

Sugiyono, op. cit., hlm. 67-68.

Page 48: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

tersusun secara sistematis. Jawaban yang diberikan oleh informan dapat

memberikan suatu pertanyaan yang baru bagi peneliti, hal ini dilakukan guna

memperoleh informasi yang belum peneliti pahami ketika berada di lapangan.

Dalam teknik wawancara yang seperti ini, peneliti belum mengetahui secara pasti

data seperti apa yang akan diperoleh. Sehingga peneliti lebih banyak

mendengarkan apa yang diceritakan oleh informan.

Dalam melakukan teknik wawancara ini, ada beberapa hal yang

diperhatikan oleh peneliti berkaitan dengan data yang ingin diperoleh, yaitu:

1. Posisi duduk, di mana peneliti tidak berhadapan langsung dengan informan.

Hal ini dilakukan agar informan merasa tidak sedang diinterogasi pada saat

proses wawancara berlangsung.

2. Peneliti memperhatikan waktu wawancara yang telah ditentukan oleh

peneliti dan informan., dalam artian bahwa peneliti dan informan telah

membuat janji sebelumnya bahwa akan ada pertemuan berkaitan dengan

proses wawancara yang akan dilaksanakan.

3. Informasi yang digali adalah informasi yang bersifat emik (yaitu berasal

dari perspektif informan menurut pikiran dan perasaan).

4. Menjelaskan tujuan wawancara kepada informan pada saat dimulainya

wawancara. Dan apabila ketika informann mulai menjauh dari fokus

wawancara peneliti kembali menjelaskan tujuan wawancara tersebut.

5. Suasana wawancara adalah suasan yang santai.

Page 49: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

6. Pertanyaan-pertanyaan tidak dipersiapkan secara detail, di mana peneliti

mebawa buku catatan yang berisi pokok, topik, atau masalah yang dijadikan

sebagai pegangan dalam pembicaraan.

3.4.3 Teknik Dokumentasi

Sementara itu, teknik terakhir dalam pengumpulan data adalah

dokumentasi. Teknik ini dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen-

dokumen penting yang berkaitan dengan fokus penelitian seperti surat-surat,

catatan-catatan, foto, dan sebagainya. Dokumen-dokumen ini pada umumnya

merupakan fakta-fakta yang tersimpan pada ruang dan waktu yang tidak terbatas.

Artinya, bahwa dokumen-dokumen ini memberikan peluang yang sangat besar

bagi peneliti untuk mengetahui hal-hal atau peristiwa yang telah terjadi sebelum

peneliti berada di lokasi penelitian.

3.5 Teknik Pengolahan Data

Bagian selanjutnya dalam penelitian kualitatif adalah teknik pengolahan

data. Setelah data yang diperoleh dari lapangan penelitian, kemudian data tersebut

diolah untuk mengetahui apakah data tersebut sesuai dengan masalah yang

sebelumnya menjadi fokus penelitian ini. Adapun teknik pengolahan data ini

mencakup atas reliabilitas, validitas, dan generalisabilitas.

3.5.1 Reliabilitas Data

Reliabilitas kualitatif mengindikasikan bahwa pendekatan yang

digunakan peneliti konsisten jika diterapkan oleh peneliti-peneliti lain (dan) untuk

Page 50: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

proyek-proyek yang berbeda.49

Gibbs selanjutnya merinci sejumlah prosedur

reliabilitas dalam penelitian kualitatif, yaitu sebagai berikut:50

1. Melakukan pengecekan hasil transkripsi untuk memastikan tidak adanya

kesalahan yang dibuat selama proses transkripsi tersebut.

2. Memastikan tidak ada definisi dan makna yang mengambang mengenai

kode-kode selama proses coding. Hal ini dapat dilakukan dengan terus

membandingkan data dengan kode-kode atau dengan menulis catatan

tentang kode-kode dan definisi-definisinya.

3. Melakukan cross-check dan membandingkan kode-kode yang dibuat oleh

peneliti lain dengan kode-kode yang telah dibuat oleh peneliti.

Peneliti nantinya akan menjelaskan sejumlah prosedur ini dalam proposal

penelitian untuk menunjukkan bahwa hasi penelitian yang diperoleh nantinya

akan benar-benar konsisten dan reliabel. Creswell kemudian merekomendasikan

agara beberapa prosedur penelitian dijelaskan dalam proposal, dan peneliti perlu

mencari orang yang dapat mengkroscek kode-kode tersebut untuk memperoleh

apa yang disebut dengan intercoder agreement. Persetujuan semacam ini dapat

didasarkan pada apakah dua atau lebih coder (pemeriksa kode) telah “sepakat”

tentang kode-kode yang digunakan untuk “pertanyaan yang sama” (Catatan: ini

bukan soal bagaimana peneliti dan coder meng-coding pernyataan yang sama,

melainkan bagaimana meng-coding pernyataan tersebut dengan kode yang sama).

Setelah itu, peneliti dapat, menerapkan prosedur-prosedur statistik atau

49

Gibbs dalam Creswell, Researc Design: Pendekatan Kualitiatif, Kuantitatif, dan Mixed, Pustaka

Pelajar, Yogyakarta, 2013, hlm. 285. 50

Ibid.

Page 51: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

subprogram-subprogram reliabilitas yang tersedia dalam program-program

software kualitatif untuk mengetahui tingkat konsistensi coding. Miles dan

Huberman merekomendasikan agar konsistensi coding ini setidaknya berada

dalam 80% agreement untuk memastikan reliabilitas kualitatif yang baik.51

3.5.2 Validitas Data

Validitas kualitatif merupakan upaya pemeriksaan terhadap akurasi hasil

penelitian dengan menerapkan prosedur-prosedur tertentu. Validitas merupakan

kekuatan lain dalam penelitian kualitatif selain reliabilitas. Validitas ini

didasarkan pada kepastian apakah hasil penelitian suadah akurat dari susut

pandang peneliti, partisipan, atau pembaca secara umum. Ada banyak istilah

dalam literatur-literatur kualitatif yang membahas tentang teknik validitas ini,

seperti trustworthiness, authenticity, dan credibility, bahkan ini menjadi salah satu

topik penelitian yang paling banyak dibahas.52

Prosedur lain yang Creswell rekomendasikan untuk disertakan dalam

proposal penelitian adalah mengidentifikasi dan membahas satu atau lebih strategi

yang ada untuk memeriksa akurasi hasil penelitian. Berikut ini ada beberapa

strategi validitas yang disusun mulai dari yang paling sering digunakan sampai

yang jarang dan sulit untuk diterpakan.53

51

Ibid, hlm. 285-286. 52

Ibid. 53

Ibid, hlm. 286-288.

Page 52: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

1. Mentriangulasi sumber-sumber data yang berbeda dengan memeriksa bukti-

bukti yang berasal dari sumber-sumber tersebut dengan menggunakannya

untuk membangun justifikasi tema-tema secara koheren.

2. Menerapkan member cheking untuk mengetahui akurasi hasil penelitian.

3. Membuat deskripsi yang kaya dan padat (rich and thick description) tentang

hasil penelitian.

4. Mengklarifikasi bias yang mungkin dibawa oleh peneliti ke dalam

penelitian.

5. Menyajikan informasi “yang berbeda” atau “negatif” (negative or

discrepant informstion) yang dapat memberikan perlawanan pada tema-

tema tertentu.

6. Memanfaatkan waktu yang relatif lama (prolonged time) di lapangan atau

lokasi penelitian.

7. Melakukan tanya-jawab dengan sesama rekan peneliti (peer de briefing)

untuk meningkatkan keakuratan hasil penelitian (jika penelitian tersebut

melibatkan beberapa peneliti lainnya).

8. Mengajak seorang auditor (external auditor) untuk mereview keseluruhan

proyek penelitian.

3.5.3 Generalisabilitas Data

Generalisasi kualitatif merupakan suatu istilah yang jarang digunakan

dalam penelitian kualitatif karena istilah generalisasi lebih banyak diterapkan

untuk penelitian kuantitatif. Tujuan dari generalisasi dalam penelitian kualitatif ini

sendiri bukan untuk menggeneralisasi hasil penemuan pada individu-individu,

Page 53: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

lokasi-lokasi, atau tempat-tempat di luar objek penelitian, sebagaimana yang

banyak dijumpai dalam penelitian kuantitatif. Pada dasarnya, nilai dari penelitian

kualitatif terletak pada deskripsi dan tema-tema tertentu berkembang atau

dikembangkan dalam konteks lokasi tertentu pula.54

3.6 Analisis Data

Analisis data pada penelitian kualitatif adalah proses menyusun data agar

dapat ditafsirkan. Menyusun data berarti mengelompokannya dalam pola, tema

atau kategori. Tanpa kategorisasi atau klasifikasi data akan terjadi chaos. Tafsiran

atau klasifikasi data akan terjadi pada analisis, menjelaskan pola atau kategori,

mencari hubungan antara berbagai konsep. Interpretasi menggambarkan

perspektif atau pandangan peneliti, bukan kebenaran. Kebenaran hasil penelitian

masih harus dinilai orang lain dan diuji dalam berbagai situasi lain. Hasil

interpretasi juga bukan genaralisasi dalam arti kuantitatif, karena gejala sosial

terlampau banyak variabelnya sehingga sukar digeneralisasi. Generalisasi di sini

lebih bersifat hipotesis kerja yang senantiasa harus lagi diuji kebenarannya dalam

situasi lain.55

Tugas peneliti ialah mengadakan analisis tentang data yang diperolehnya

agar fiketahui maknanya. Interpretasi harus melebihi atau mentransenden

deskripsi belaka. Jika peneliti tidak dapat mengada.kan interpretasi dan hanya

54

Ibid, hlm. 289. 55

B. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Tarsito, Bandung, 1988, hlm. 126.

Page 54: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

menyajikan data deskriptif saja, maka sebenarnya penelitian itu sia-sia saja dan

tidak memenuhi harapan.56

Data yang terkumpul dalam penelitian kualitatif biasanya meliputi

ratusan bahkan ribuan halaman. Tiap jam kerja-lapangan dapat menghasilkan

lebih dari dua puluh halaman. Maka timbul masalah yang pelik, bagaimana

mengolah, menganalisis data yang banyak itu. Mengumpulkan dan memupuk data

sampai akhir kerja-lapangan akan menghadapkan peneliti pada tugas yang sangat

ruwet yang mungkin tak teratasi. Selain itu cara demikian tidak efektif dan tidak

akan menghsilkan data yang serasi karena kerja-lapangan tidak didasarkan atas

hasil analisis laporan kerja-lapangan sebelumnya. Jadi dalam penelitian kualitatif

analisis data harus dimulai sejak awal. Data yang diperoleh dalam lapangan segera

harus dituangkan dalam bentuk tulisan dan dianalisis.57

3.6.1 Reduksi Data

Data yang diperoleh dalam lapangan ditulis/diketik dalam bentuk uraian

atau laporan yang terinci. Laporan ini akan terus menerus bertambah dan akan

menambah kesulitan bila tidak segera dianalisis sejak awal. Laporan-laporan itu

perlu direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal

yang penting, dicari tema atau polanya. Jadi laporan lapangan sebagai bahan

“mentah” disingkatkan, direduksi, disusun lebih sistematis, ditonjolkan pokok-

pokok yang penting, diberi susunan yang lebih sistematis, sehingga lebih mudah

dikendalikan. Data yang direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang

56

Ibid. 57

Ibid., hlm. 128-129.

Page 55: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

hasil pengamatan, juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang

diperoleh bila diperlukan. Reduksi data dapat pula membantu dalam memberikan

kode kepada aspek-aspek tertentu.58

3.6.2 Display Data

Data yang bertumpuk-tumpuk, laporan lapangan yang tebal, sulit

ditangani, sulit melihat hutannya karena pohonnya. Sulit pula melihat hubungan

antara detail yang banyak. Dengan sendirinya sukar melihat gambaran

keseluruhannya untuk mengambil kesimpulan yang tepat. Maka karena itu, agar

dapat melihat gambaran keseluruhannya atau bagian-bagian tertentu dari

penelitian itu harus diusahakan membuat berbagai macam matriks, grafik,

networks, dan charts. Dengan demikian peneliti dapat menguasai data dan tidak

tenggelam dalam tumpukan detail. Membuat “display” ini juga merupakan

analisis.59

3.6.3 Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi

Sejak mulanya peneliti berusaha untuk mencari makna data yang

disimpulkannya. Untuk itu peneliti mencari pola, tema, hubungan, persamaan,

hal-hal yang sering timbul, hipotesis, dan sebagainya. Jadi data yang diperoleh

peneliti, sejak awal mencoba mengambil kesimpulan. Kesimpulan itu mula-mula

masih sangat tentatif, kabur, diragukan, akan tetapi dengan bertambahnya data,

maka kesimpulan itu lebih “gorunded”. Jadi kesimpulan senantiasa harus

58

Ibid., hlm. 129. 59

Ibid., hlm. 129.

Page 56: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi dapat singkat dengan

mencari data baru, dapat pula lebih mendalam bila penelitian dilakukan oleh suatu

team untuk mencapai “inter-subjective consensus” yakni persetujuan bersama

agar lebih menjamin validitas atau “confirmability”.60

60

Ibid., hlm. 130.

Page 57: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

3.7 Diagram Alur Penelitian

Bagan 3.1 Diagram Alur Penelitian

Rumusan Masalah

Bagaimana pemahaman masyarakat

tentang penerapan kearifan lokal songu

lara mombangu sebagai konsep

pembangunan masyarakat di Kecamatan

Bolano Lambunu?

Input Kearifan

Lokal

Pembangunan

Masyarakat

Aspek kearifan

lokal

Karakter

kearifan lokal

Pembangunan

masyarakat

berbasis kearifan

lokal

Pemikiran

Sikap

Tindakan

(Wagiran, 2012)

Moral knowing

Moral feeling

Moral action (Setiawan, 2013)

Peraturan berbasis

kearifan lokal

Aktivitas gotong royong

Kebersamaan dan

keteladanan Kewajiban warga

masyarakat (Wagiran, 2012)

Menganalisis secara

kualitatif aspek

kearifan lokal

masyarakat

Kecamatan Bolano

Lambunu

Menganalisis secara

kualitatif karakter

kearifan lokal

masyarakat

Kecamatan Bolano

Lambunu

Menganalisis secara kualitatif

pembangunan masyarakat

berbasis kearifan lokal pada

masyarakat Kecamatan

Bolano Lambunu

Proses

Untuk mengetahui pemahaman masyarakat

tentang penerapan kearifan lokal songu lara

mombangu sebagai konsep pembangunan

masyarakat di Kecamatan Bolano Lambunu

Output

Page 58: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Dalam mendeskripsikan lokasi penelitian ini, peneliti merujuk kepada

data-data yang disjikan oleh pihak Badan Pusat Statistik Kabupaten Parigi

Moutong yang bekerja sama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Parigi Moutong. Data-data ini tersaji dalam “Pemabangunan

Kecamatan Bolono Lambunu 2014”, data-data ini berdasarkan naskah yang

disusun oleh Koordinator Statistik Kecamatan Bolano Lambunu.

4.1.1 Kondisi Geografis Kecamatan Bolano Lambunu

Kecamatan Bolano Lambunu merupakan wilayah pemekaran Kecamatan

Moutong, yang definitif pada tahun 2004. Pada tahun 2011 wilayah ini

dimekarkan menjadi 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Bolano Lambunu (induknya),

Kecamatan Bolano dan Kecamatan Ongka Malino. Setelah pemekaran, wilayah

Kecamatan Bolano Lambunu memiliki batas-batas:

a. Utara : Kabupaten Buol

b. Timur : Kecamatan Taopa

c. Selatan : Teluk Tomini dan Kecamatan Bolano

d. Barat : Kecamatan Ongka Malino dan Bolano

Luas wilayah Kecamatan Bolano Lambunu mencapai 382,47 km2,

sebesar 6,14% luas wilayah Kabupaten Parigi Moutong. Secara administratif,

Page 59: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

wilayah di bawah kecamatan terdiri dari 14 desa definitif, berkurang dari tahun

2010 (sebanyak 30 desa) karena adanya pemekaran Kecamatan Bolano dan

Kecamatan Ongka Malino. Setelah adanya pemekaran, luas wilayah terbesar

adalah Desa Tirtanagaya, mencapai 116,24 km2, sedangkan wilayah paling kecil

adalah Desa Margapura (seluas 4,26 km2).

Berikut ini disajikan peta Kecamatan Bolano Lambunu pada gambar 4.1

di bawah ini.

Gambar 4.1 Peta Kecamatan Bolano Lambunu

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Parigi Moutong

Page 60: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

4.1.2 Kondisi Demografis Kecamatan Bolano Lambunu

a. Keadaan Penduduk Kecamatan Bolano Lambunu

Jumlah penduduk Kecamatan Bolano Lambunu pada tahun 2013

sebanyak 20.702 jiwa, sehingga kepadatan penduduk mencapai 54 jiwa/km2, lebih

rendah dibandingkan dengan angka rata-rata Kabupaten Parigi Moutong sebesar

71 jiwa/km2. Jumlah penduduk di Kecamatan Bolano Lambunu mencapai 4,69%

dari total penduduk di Kabupaten parigi Moutong pada tahun 2013.

Tabel 4.1 Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kecamatan

Bolano Lambunu Tahun 2013

Desa Luas (Km2) Jumlah Penduduk

Kepadatan

Penduduk/Km2

Wanagading 55,28 1.426 26

Lambunu 17,87 3.015 169

Kotanagaya 7,98 1.738 218

Margapura 4,26 1.910 448

Petuna Sugi 79,56 1.979 25

Gunungsari 33,8 1.441 43

Siendeng 9,31 1.606 173

Lambunu Utara 9,41 1.556 165

Tirtanagaya 116,24 1.986 17

Anutapura 7,02 1.659 236

Lambunu Timur 13,66 409 30

Bukit Makmur 16,43 1.063 65

Ganogol Sari 6,06 225 42

Ogorandu 5,59 659 118

JUMLAH 382,47 20.702 54

Sumber: BPS Kabupaten Parigi Moutong

Dari tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa kepadatan penduduk terbesar

berada di Desa Margapura, karena luas wilayah yang paling sempit. Sehingga

kepadatan penduduk mencapai 448 jiwa/km2. Kepadatan penduduk paling kecil

terjadi di Desa Tirtanagaya (17 jiwa/km2) karena luas desa ini paling besar

Page 61: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

dibandingkan luas wilayah lainnya. Kepadatan penduduk ini didapatkan dari hasil

perhitungan antara persebaran jumlah penduduk yang dibagi dengan luas wilayah

yang ada di Kecamatan Bolano Lambunu.

Kemudian, dilihat dari persebaran jumlah penduduk yang dibedakan

berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki di Kecmatan Bolano

Lambunu ini sebesar 10.706 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk perempuan

sebesar 9.996. Sehingga sex ratio di kecamatan ini mencapai 107. Artinya,

diantara 100 orang penduduk perempuan, terdapat 107 orang penduduk laki-laki.

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kecamatan Bolano Lambunu Berdasarkan

Jenis Kelamin dan Seks Rasio Tahun 2013

Desa Laki-Laki Perempuan Seks Rasio

Wanagading 732 694 105

Lambunu 1.553 1.462 106

Kotanagaya 907 831 109

Margapura 977 933 105

Petuna Sugi 1.054 925 114

Gunungsari 737 704 105

Siendeng 813 793 103

Lambunu Utara 792 764 104

Tirtanagaya 1.036 950 109

Anutapura 887 772 115

Lambunu Timur 213 196 109

Bukit Makmur 533 530 101

Ganogol Sari 132 123 107

Ogorandu 340 319 107

JUMLAH 10.706 9.996 107

Sumber: BPS Kabupaten Parigi Moutong

Pada tabel 4.2 di atas dapat dijelaskan bahwa jumlah penduduk terbanyak

berada di Desa Lambunu yang merupakan ibukota kecamatan, dengan jumlah

penduduk laki-laki sebanyak 3.015 jiwa (jumlah laki-laki sebanyak 1.553 dan

perempuan sebanyak 1.462), sementara untuk seks ratio di desa ini mencapai 106.

Page 62: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Sedangkan jumlah penduduk jumlah penduduk paling sedikit terdapat di Desa

Ganogol Sari yaitu sebanyak 255 jiwa (laki-laki sebanyak 132 jiwa dan

perempuan 123 jiwa), dan untuk seks raitonya adalah 107.

Berikut ini juga disajikan tabel jumlah rumah tangga, penduduk dan rata-

rata kepadatan penduduk Kecamatan Bolano Lambunu pada tahun 2013. Jumlah

rata-rata penduduk di Kecamatan Bolano Lambunu didapatkan berdasarkan

pembagian antara jumlah penduduk dengan jumlah rumah tangga di Kecamatan

Bolano Lambunu. Sehingga didapatkan jumlah rata-rata penduduk Kecamatan

Bolano Lambunu dari tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.3 Jumlah Rumah Tangga, Penduduk dan Rata-Rata Penduduk

Per Rumah Tangga Kecamatan Bolano Lambunu Tahun 2013

Desa Rumah

Tangga Penduduk (Jiwa)

Rata-Rata

Penduduk/Rumah

Tangga

Wanagading 400 1.426 4

Lambunu 695 3.015 4 Kotanagaya 448 1.738 4 Margapura 529 1.910 4 Petuna Sugi 509 1.979 4 Gunungsari 359 1.441 4 Siendeng 355 1.606 4

Lambunu Utara 351 1.556 4 Tirtanagaya 525 1.986 4 Anutapura 386 1.659 4

Lambunu Timur 117 409 4 Bukit Makmur 304 1.063 4 Ganogol Sari 64 255 4

Ogorandu 168 659 4 JUMLAH 5.210 20.702 4

Sumber: BPS Kabupaten Parigi Moutong

Total rumah tangga yang ada di Kecamatan Bolano Lambunu sebanyak

5.210, dengan jumlah rumah tangga terbanyak berada di Desa Lambunu yaitu

Page 63: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

sebanyak 695 (dengan besarnya mencapai 13,34%). Sedangkan, jumlah rumah

tangga yang paling sedikit terdapat pada Desa Ganogol Sari yaitu sebanyak 64.

Oleh karena itu, didapatkan total rata-rata penduduk/rumah tangga di Kecamatan

Bolano Lambunu sebesar 4.

Komposisi penduduk merupakan data yang strategis karena sebagai

subjek dan objek pembangunan, kondisi kependudukan seringkali meninmbulkan

masalah yang besar dalam rangka pembangunan yang berkesinambungan.

Berdasarkan data penduduk menurut kelompok umur yang ditunjukkan dalam

piramida penduduk (Gambar 4.2), penduduk Kecamatan Bolano Lambunu

tergolong penduduk muda. Penduduk usia pendidikan dasar, balita dan usia kerja

merupakan yang terbesar dalam komposisi penduduk. Oleh karena itu

pembangunan hendaknya berupaya memenuhi kebutuhan penduduk pada usia

umur tersebut, berupa pelayanan kesehatan balita, sekolah (terutama pendidikan

dasar) dan lapangan kerja yang memadai. Komposisi penduduk wilayah-wilayah

di seluruh Kabupaten Parigi Moutong relatif sama, dengan klasifikasi penduduk

usia muda. Dependency ratio Kecamatan Bolano Lambunu mencapai 59, lebih

rendah dibandingkan angka rata-rata Kabupaten Parigi Moutong yaitu sebesar 62.

Dependency ratio sering disebut sebagai angka ketergantungan, yang merupakan

perbandingan jumlah penduduk belum produktif dan tidak produktif dengan

jumlah penduduk produktif (15 – 64 tahun). Semakin rendah angka

ketergantungan, beban hidup penduduk usia produktif makin rendah sehingga

tingkat kesejahteraan penduduk relatif lebih tinggi.

Page 64: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Gambar 4.2 Piramida Penduduk Kecamatan Bolano Lambunu Tahun 2013

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Parigi Moutong

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Kecamatan Bolano Lambunu Berdasarkan

Kelompok Umur Tahun 2013

Kelompok

Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah

0 – 4 1.217 1.054 2.271

5 – 9 1.192 1.200 2.392

10 – 14 1.158 1.047 2.205

15 – 19 837 804 1.641

20 – 24 729 730 1.459

25 – 29 966 892 1.858

30 – 34 905 850 1.755

35 – 39 804 728 1.532

40 – 44 698 676 1.374

45 – 49 552 566 1.118

50 – 54 516 509 1.025

55 – 59 399 309 708

60 – 64 275 251 526

65 – 69 190 170 360

70 – 74 121 102 223

75+ 147 108 255

JUMLAH 10.706 9.996 20.702

Sumber: BPS Kabupaten Parigi Moutong

b. Keadaan Pendidikan Kecamatan Bolano Lambunu

Berikut ini disajikan tabel banyaknya sekolah yang ada di Kecamatan

Bolano Lambunu menurut tingkat pendidikan dan status sekolahnya. Tabel ini

Page 65: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

menunjukkan adanya tingkat pengembangan kapasitas masyarakat Kecamatan

Bolano Lambunu berdasarkan banyaknya jumlah bangunan sekolah yang ada

pada kecamatan ini.

Tabel 4.5 Banyaknya Sekolah Di Kecamatan Bolano Lambunu Menurut

Tingkat Pendidikan dan Status Sekolah Tahun 2013

Tingkat Pendidikan

Status Sekolah Jumlah

Negeri Swasta

TK/PAUD - 14 14

SD 18 - 18

MI - 1 1

SLTP 4 1 5

MTs - 2 2

SMU 1 2 3

MA - 2 2

SMK - - -

PT/UNIVERSITAS - - -

JUMLAH 23 22 45

Sumber: BPS Kabupaten Parigi Moutong

Dari tabel 4.5 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah sekolah yang ada di

Kecamatan Boalano Lambunu sebanyak 45 sekolah (yang terbagi atas sekolah

negeri sebanyak 23 dan swasta sebanyak 22). Adapun jumlah sekolah terbanyak

berdasarkan jenjang pendidikannya adalah sekolah dasar yaitu sebanyak 18

sekolah, sedangkan yang paling sedikit itu sekolah mengeh kejuruan yang tidak

memiliki gedung sekolah. Dari tabel tersebut di atas, menunjukkan bahwa

banyaknya sekolah yang ada di Kecamatan Bolano Lambunu, menggambarkan

bagaimana tingkat pendidikan yang ada di kecamatan ini. Artinya bahwa jumlah

sekolah yang tersedia menggbarkan kualitas pendidikan yang ada di Kecamatan

Bolano Lambunu.

Page 66: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

c. Keadaan Kesehatan Kecamatan Bolano Lambunu

Dari data-data yang diperoleh berkaitan dengan keadaan kesehatan yang

ada pada Kecamatan Bolano Lambunu, di mana berdasarkan fasilitas-fasilitas

penunjang kesehatan yang tersedia seperti puskesmas, puskesmas pembantu

(pustu), poliklinik pemerintah, dan poliklinik swasta, dan sebagainya. Dengan

ketersediaan fasilitas-fasilitas kesehatan tersebut dapat memudahkan masyarakat

dalam memperoleh akses kesehatan seperti, pengobatan dan konsultasi masalah-

masalah kesehatan.

Tabel 4.6 Jumlah Fasilitas Kesehatan Kecamatan Bolano Lambunu

Tahun 2013

Desa Puskesmas Puskesmas

Pembantu

Poliklinik

Pemerintah

Poliklinik

Swasta

Wanagading - - - -

Lambunu 1 - - -

Kotanagaya - 1 - -

Margapura - 1 - -

Petuna Sugi - 1 - -

Gunungsari - - - -

Siendeng - - - -

Lambunu Utara - - - -

Tirtanagaya - - - -

Anutapura - - - -

Lambunu Timur - - - -

Bukit Makmur - - - -

Ganogol Sari - - - -

Ogorandu - - - -

JUMLAH 1 3 - -

Page 67: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Lanjutan Tabel 4.6

Poskesdes Pos KB Posyandu Apotik Toko Obat

Berijin

1 - 3 - -

- - 7 - -

1 - 1 - 1

1 - 2 - -

1 - 2 - -

1 - 2 - -

1 - 4 - -

1 - 4 - -

1 - 2 - -

- - 2 - 1

- - 1 - -

- - 1 - -

- - 1 - -

- - 1 - -

8 - 33 - 2

Sumber: BPS Kabupaten Parigi Moutong

Pada tabel 4.6 di atas, bahwa fasilitas kesehatan yang paling banyak ada

di Kecamatan Bolano Lambunu ini adalah posyandu (sebanyak 33). Sementara

puskesmas yang ada hanya ada 1. Dari tabel tersebut bahwa pelayanan kesehatan

yang ada di Kecamatan Bolano Lambunu masih terhitung kurang, dan pelayanan

kesehatan bagi masyarakat juga masih sangat minim.

Page 68: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Tabel 4.7 Banyaknya Tenaga Kesehatan Di Kecamatan Bolano Lambunu

Menurut Jenis Tahun 2013

Desa Dokter

Spesialis

Dokter

Umum

Dokter

Gigi

Sarjana

Kesehatan

Sarjana

Non-

Kesehatan

S-2 S-1 S-2 S-1

Wanagading - - - - - - -

Lambunu - - - - - - 2

Kotanagaya - 1 - - - - -

Margapura - - - - - - -

Petuna Sugi - - - - - - -

Gunungsari - - - - - - -

Siendeng - - - - - - -

Lambunu Utara - - - - - - -

Tirtanagaya - - - - - - -

Anutapura - - - - - - -

Lambunu Timur - - - - - - -

Bukit Makmur - - - - - - -

Ganogol Sari - - - - - - -

Ogorandu - - - - - - -

JUMLAH - 1 - - - - 2

Lanjutan Tabel 4.7

Farmasi/

Apoteker

Asisten

Apoteker

Akademi

Gizi

Akadami

Fisio-terapi Bidan

SPK/

SPR

Perawat

Gigi

- - - - 1 - -

- - 1 - 1 2 -

- - - - 1 1 -

- - - - 1 1 -

- - - - 1 - -

- - - - 1 - -

- - - - 1 - -

- - - - 1 - -

- - - - 1 - -

- - - - 1 - -

- - - - - - -

- - - - 1 - -

- - - - - - -

- - - - - - -

- - 1 - 11 4 -

Page 69: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Lanjutan Tabel 4.7

Akademi

Penilik

Kes.

Akademi

Perawat

Akademi

Non-

Kesehatan

SPPH/

Sanitaria SPAG SMAK

Dukun

Bayi

- - - - - - 1

- - 1 - 1 - 1

- 2 - - - - -

- 2 - - - - 1

- 1 - - - - 1

- 1 - - - - 1

- 1 - - - - 1

- - - - - - 1 - - - - - - 1 - - - - - - 1 - - - - - - 1 - - - - - - 1 - - - - - - - - - - - - - -

- 7 1 - 1 - 11 Sumber: Puskesmas Bolano Lambunu

Pada tabel 4.7 di atas, menunjukkan bahwa tenaga medis yang paling

banyak terdapat di Kecamatan Bolano Lambunu ini adalah bidan (11 orang) dan

dukun bayi (11 orang). Dari tabel itu menunjukkan bahwa sangat diperlukan

adanya tambahan tenaga medis lainnya, seperti dokter umum. Karena dokter

umum yang ada di kecamatan ini hanya 1 orang. Sehingga pelayanan kesehatan

yang ada di Kecamatan Bolano Lambunu masih berjalan tidak efektif atau belum

maksimal.

d. Keadaan Sosial Ekonomi Kecamatan Bolano Lambunu

Selanjutnya adalah keadaan sosial ekonomi masyarakat Kecamatan

Bolano Lambunu. Dari data sekunder yang diperoleh di lapangan dapat dijelaskan

keadaan sosial ekonomi masyarakat itu dari jenis kepemilikan rumah tinggal

Page 70: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

masyarakat dan klasifikasinya. Kondisi sosial ekonomi masyarakat ini dapat

dilihat pada tabel 4.8 berikut ini.

Tabel 4.8 Jumlah Bangunan Tempat Tinggal Berdasarkan Klasifikasi Di

Kecamatan Bolano Lambunu Tahun 2013

Desa Permanen Semi

Permanen Kayu Gubuk Panggung

Wanagading 175 103 121 - -

Lambunu 285 - 340 - 40

Kotanagaya 274 112 58 - -

Margapura 190 98 230 - -

Petuna Sugi 134 320 43 - -

Gunungsari 40 102 92 - -

Siendeng 79 64 205 - 4

Lambunu Utara 39 110 180 - 7

Tirtanagaya 290 135 93 - 2

Anutapura 116 94 171 - 2

Lambunu Timur 2 31 66 - -

Bukit Makmur 150 94 45 - -

Ganogol Sari 22 104 50 - 1

Ogorandu 24 96 57 - -

JUMLAH 1.820 1.463 1.751 - 56

Sumber: BPS Kabupaten Parigi Moutong

Pada tabel di atas, secara garis besar rumah tinggal yang dimiliki oleh

masyarakat Kecamatan Bolano Lambunu paling banyak adalah rumah tinggal

yang permanen. Sehingga pada kondisi sosial ekonomi masyarakat pada

kecamatan ini sudah pada taraf yang lebih baik, karena sebagian besar jenis

tempat tinggal mereka telah menjadi permanen.

Sementara itu, kondisi sosial ekonomi ini lagi diperjelas oleh tabel 4.9

dan tabel 4.10 di bawah ini. Tabel ini menjelaskan tentang tahapan kesejahteraan

masyarakat dan jenis pekerjaan serta ketersediaan lapangan pekerjaan bagi

masyarakat Kecamatan Bolano Lambunu. Pada tabel 4.9 pekerjaan masyarakat

Page 71: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

didominsai oleh sektor pertanian, di mana petani pemilik sebanyak 8.524 jiwa dan

petani penggarap sebanyak 942 jiwa (total keseluruhannya adalah 9.466 jiwa).

Sedangkan pada tabel 4.10, untuk tahap kesejahteraan keluarga yang ada di

Kecamatan Bolano Lambunu, dengan jumlah keluarga prasejahtera sebesar 1.356;

keluarga sejahtera I sebesar 1.748; keluarga sejahtera II sebesar 1.861, keluarga

sejahtera III sebesar 499; dan keluarga sejahtera III+ sebesar 70. Dari data

tersebut, diketahui bahwa sebagaian besar keluarga masyarakat Kecamatan

Bolano Lambunu berada pada tahap sejahtera II.

Tabel 4.9 Penduduk Berdasarkan Jenis Lapangan Pekerjaan Kecamatan

Bolano Lambunu Tahun 2013

Desa Petani

Pemilik

Petani

Penggarap

Petani

Penyadap Nelayan

Wanagading 405 65 - -

Lambunu 457 123 - 92

Kotanagaya 736 120 - -

Margapura 636 75 - -

Petuna Sugi 904 81 - -

Gunungsari 201 50 - -

Siendeng 724 80 - 24

Lambunu Utara 340 21 - -

Tirtanagaya 1.230 73 - -

Anutapura 1.020 81 - -

Lambunu Timur 184 82 - 71

Bukit Makmur 604 37 - -

Ganogol Sari 702 34 - -

Ogorandu 381 20 - -

JUMLAH 8.524 942 - 187

Page 72: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Lanjutan Tabel 4.9

Pedagang Pegawai TNI/POLRI Peternakan Pengolahan/Industri

116 18 2 15 30

148 31 8 51 5

114 37 2 37 47

41 12 2 43 38

39 25 2 367 28

21 3 - 57 16

56 6 - 18 9

21 7 - 72 7

74 15 - 26 61

54 27 - 18 10

16 4 - 30 2

18 5 - 16 17

16 1 - 361 14

11 3 - 61 16

745 194 14 1.172 300

Lanjutan Tabel 4.9

Buruh Angkutan Pengusaha Pensiunan

201 9 4 2

230 16 11 2

119 27 15 3

174 12 5 3

214 4 4 -

90 6 7 -

126 6 4 -

52 8 3 -

151 16 7 1

215 9 5 1

24 2 1 -

134 7 6 -

75 1 4 -

60 2 2 -

1.865 125 78 12

Sumber: BPS Kabupaten Parigi Moutong

Page 73: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Tabel 4.10 Banyaknya Keluarga Berdasarkan Pentahapan Kesejahteraan

Kecamatan Bolano Lambunu Tahun 2013

Desa Prasejahtera

Kel.

Sejahtera

I

Kel.

Sejahtera

II

Kel.

Sejahtera

III

Kel.

Sejahtera

III+

Wanagading 126 291 239 37 4

Lambunu 273 317 192 34 3

Kotanagaya 125 141 132 147 0

Margapura 78 131 268 16 8

Petuna Sugi 164 101 246 69 17

Gunungsari 156 53 196 26 0

Siendeng 131 139 124 25 7

Lambunu Utara 124 91 279 84 20

Tirtanagaya 49 309 84 36 11

Anutapura 98 101 80 6 0

Lambunu Timur 32 74 21 19 0

Bukit Makmur *) *) *) *) *)

Ganogol Sari *) *) *) *) *)

Ogorandu *) *) *) *) *)

JUMLAH 1.356 1.748 1.861 499 70

Sumber: PPKLB

Kegiatan ekonomi penduduk di Kecamatan Bolano Lambunu didominasi

oleh sektor primer, terutama sub sektor pertanian tanaman perkebunan dan

tanaman bahan makanan. Sebelum pemekaran Kecamatan Bolano dan Kecamatan

Ongka Malino, wilayah ini merupakan penghasil produk pertanian terbesar di

Kabupaten Parigi Moutong. Hal ini didukung luas wilayah yang sangat besar dan

memungkinkan ekstensifikasi pertanian.

Penggunaan lahan pertanian bukan sawah pada tahun 2013 disajikan

pada gambar 4.3 (dengan jumlah lahan pertanian bukan sawah Kecamatan Bolano

Lambunu seluas 33.574 Ha). Lahan pertanian bukan sawah pada tahun 2013

paling luas digunakan untuk tegal/kebun sebesar 8,11%. Sementara itu lahan

bukan pertanian seluas 2.326 Ha pada tahun 2013.

Page 74: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Tabel 4.11 Luas Lahan Kecamatan Bolano Lambunu Berdasarkan

Penggunaanya

Uraian Lahan Luas Lahan (Ha)

Sawah 2.357

Pertanian Bukan Sawah 33.574

Bukan Pertanian 2.326

JUMLAH 38.257

Sumber: Koordinator Statistik Kecamatan Bolano Lambunu

Gambar 4.3 Persentase Penggunaan Lahan Bukan Sawah Kecamatan

Bolano Lambunu Tahun 2013 (Ha)

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Parigi Moutong

Lahan sawah di Kecamatan Bolano Lambunu masih cukup luas sekaliun

mengalami pemekaran. Luas lahan sawah mencapai 2.357 Ha, berada pada urutan

keenam jika dibandingkan dengan luas lahan sawah kecamatan-kecamatan di

Kabupaten Parigi Moutong pada tahun 2013.

Page 75: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

4.2 Hasil Temuan Di Lapangan

Dalam melakukan penelitian tentang kearifan lokal songu lara

mombangu masyarakat Parigi Moutong di Kecamatan Bolano Lambunu. Ada

beberapa hal yang menjadi fokus permasalahan dalam penelitian ini, diantaranya

adalah aspek kearifan lokal songu lara mombangu, karakter kearifan lokal songu

lara mombangu, serta pembangunan masyarakat berbasis kearifan lokal songu

lara mombangu. Dalam aspek kearifan lokal songu lara mombangu, ada beberapa

hal juga yang dilihat yaitu tentang pemikiran, sikap, dan tindakan informan

tentang kearifan lokal songu lara mombangu ini. Sementara untuk karakter

kearifan lokal songu lara mombangu, peneliti melihat tentang moral knowing,

moral feeling, serta moral action masyarakat yang berkaitan dengan kearifan lokal

songu lara mombangu. Sedangkan pada bagian pembangunan masyarakat yang

berbasis kearifan lokal songu lara mombangu ini hal yang paling dititik beratkan

adalah peraturan-peratuaran yang berbasis kearifan lokal songu lara mombangu,

aktivitas gotong royong masyarakat Kecamatan Bolano Lambunu, kebersamaan

dan keteladanan masyarakat Kecamatan Bolano Lambunu, serta kewajiban warga

masyarakat masyarakat Kecamatan Bolano Lambunu.

Berikut ini akan dijelaskan seperti apa tanggapan informan dalam

penelitian ini yang berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas. Hal ini disajikan oleh

peneliti dalam bagain laporan hasil temuan di lapangan.

Page 76: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

4.2.1 Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu

4.2.1.1 Aspek Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat

Parigi Moutong Di Kecamatan Bolano Lambunu

Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan beberapa informan

terkait dengan aspek kearifan lokal songu lara mombangu, yang berkaitan dengan

pemikiran, sikap dan tindakan masyarakat Kecamatan Bolano Lambunu tentang

kearifan lokal tersebut. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa masyarakat yang

ada di Kecamatan Bolano Lambunu memahami kearifan lokal songu lara

mombangu sebagai suatu semboyan atau filsafat Kabupaten Parigi Moutong yang

mengajak seluruh masyarakatnya untuk membangun daerah tersebut. Seperti yang

dikatakan oleh Bapak Supri dalam proses wawancara seperti yang dikutip berikut

ini.

“Songu lara mombangu itu berasal dari Bahasa Kaili yang memiliki arti

satu tekad, satu hati untuk membangun daerah yang perlu untuk

ditumbuh kembangkan. Cukup bagus untuk dijadikan kearifan lokal

masyarakat, perlu adanya ditumbuh kembangkan melalui pengambilan

keputusan bersama tanpa memandang status sosial.”

Gambar 4.4 Wawancara bersama dengan Bapak Supri

Page 77: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Penjelasan Bapak Supri di atas cukup jelas menyatakan bahwa kearifan

lokal songu lara mombangu merupakan semboyan bagi masyarakat Parigi

Moutong, dan masyarakat Kecamatan Bolano Lambunu pada umumnya untuk

menciptakan atau membangun Kabupaten Parigi Moutong menjadi lebih baik,

dengan cara duduk bersama, saling bahu membahu tanpa memandang status sosial

yang mereka miliki. Lanjut daripada itu, penjelasan Bapak Supri ini

menggambarkan bahwa kearifan lokal songu lara mombangu ini perlu untuk

dijaga dan dilestarikan sebagai suatu warisan budaya dari para pendiri Parigi

Moutong. Hal yang sama juga dikatakan oleh Bapak Hasan bahwa kearifan lokal

songu lara mombangu ini merupakan suatu semboyan masyarakat Parigi Moutong

yang mengajak seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali untuk membangun

daerah tersebut. Pernyataan Bapak Hasan tersebut seperti dikutip dalam hasil

wawancara berikut ini.

“Songu lara mombangu itu dari Bahasa Kaili yang merupakan semboyan

kita masyarakat Kabupaten Parigi Moutong yang biar dia itu (songu

lara mombangu) cuma kalimat yang sederhana tapi ada arti yang dalam

di dalamnya, yang artinya itu mari kita membangun Parigi Moutong

mulai dari desa, kecamatan, hingga pada tingkat kabupaten. Songu lara

mombangu ini sangat bagus dijadikan kearifan lokal masyarakat untuk

melakukan membangun Kabupaten Parigi Moutong.”

Page 78: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Gambar 4.5 Wawancara bersama dengan Bapak Hasan

Selanjutnya, berkaitan dengan sikap informan atau masyarakat

Kecamatan Bolano Lambunu dalam menanggapi kearifan lokal songu lara

mombangu. Sebagian besar sikap yang informan berikan terkait dengan hal

tersebut adalah memberikan dukungan yang penuh, meraka mematuhi semua yang

menjadi kebijakan daripada pemerintah kabupaten. Sikap mereka ini diwujudkan

pada kepatuhan mereka terhadap program-program pemerintah dan dijalankan

dengan sangat baik.

Sikap para informan ini diperoleh melalui wawancara langsung di

lapangan. Dari hasil tersebut menunjukkan sebagian besar masyarakat Kecamatan

Bolano Lambunu setuju dengan adanya kearifan lokal songu lara mombangu ini

sebagai pedoman atau pandangan hidup bagi mereka. Sebagian besar dari

masyarakat Kecamatan Bolano Lambunu sepakat jika kearifan lokal menjadi

dasar bagi mereka dalam membangun Parigi Moutong menjadi kabupaten yang

mandiri.

Page 79: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Hal ini seperti yang dikatakan oleh Bapak Sabran melalui wawancara

langsung. Beliau mengatakan bahwa setuju jika songu lara mombangu adalah

filsafat bagi mereka (masyarakat Parigi Moutong) dalam membangun Kabupaten

Parigi Moutong ini. Hasil wawancara tersebut seperti yang dikutip berikut ini.

“Sebagai warga Parigi Moutong kita (saya) sangat terikat dengan

adanya songu lara mombangu ini. Respon yang dapat saya berikan saya

sangat mendukung adanya penerapan songu lara mombangu ini. Seperti

yang telah saya katakan saya sangat setuju falsafah songu lara

mombangu ini dapat membuat kita (masyarakat) dalam melakukan

pembangunan. Karena merasa sebagai keluarga, dengan adanya songu

lara mombangu ini akan memperat tali persaudaraan di antara kita

semakin erat.”

Dari penjelasan Bapak Sabran di atas, dapat dijelaskan bahwa kearifan

lokal songu lara mombangu merupakan falsafah atau pandangan hidup

masyarakat Parigi Moutong dalam melakukan suatu pembangunan. Bagi beliau

songu lara mombangu dapat menjadi dasar mereka dalam melakukan hubungan

dengan sesamanya, karena merasa sebagai warga Parigi Moutong yang memiliki

tanggung jawab dalam memajukan daerah. Sehingga menurut Bapak Sabran

dengan adanya kesadaran tersebut pada setiap masyarakat Parigi Moutong

umumnya dan masyarakat Kecamatan Bolano Lambunu khususnya, songu lara

mombangu merupakan semboyan yang memperat tali persaudaraan diantara

mereka.

Jawaban yang sama juga dikatakan oleh Bapak Ibrahim. Menurutnya

bahwa sikap yang dapat mereka berikan dengan adanya kearifan lokal songu lara

mombangu ini adalah dengan memberikann dukungan secara penuh untuk

mendukung terlaksananya pembangunan di Kabupaten Parigi Moutong dan

Page 80: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Kecamatan Bolano Lambunu secara khusus. Berikut ini hasil wawancara dengan

Bapak Ibrahim terkait dengan sikap yang beliau berikan terkait dengan kearifan

songu lara mombangu.

“Mungkin sikap pertama yang dapat saya berikan adalah sangat

mendukung, karena songu lara mombangu dapat saja mempererat

hubungan masyarakat, guna mencapai pembangunan yang maju atau

modern.”

Dari sikap yang diberikan oleh Bapak Ibrahim ini, kemudian dapat

ditarik benang merahnya bahwa kearifan lokal songu lara mombangu masyarakat

Parigi Moutong memberikan antusias bagi masyarakat yang berada di Kecamatan

Bolano Lambunu dalam menciptakan atau menacapai tujuan daripada

pembangunan di Parigi Moutong. Masyarakat di Kecamatan Parigi Moutong sadar

bahwa pembangunan tidak akan mencapai tujuannya jika tidak ada dukungan dari

masyarakatnya juga hubungan yang baik antar sesama masyarakat tersebut.

Karena untuk mencapai tujuan pembangunan tersebut berjalan dengan lancar

sebelumnya diadakan musyawarah untuk menyatukan pendapat dan menciptakan

hubungan yang erat antar masyarakat.

Terakhir, berkaitan dengan aspek kearifan lokal songu lara mombangu

adalah tindakan yang diberikan oleh masyarakat Kecamatan Bolano Lambunu

sehubungan dengan kearifan lokal songu lara mombangu. Tindakan masyarakat

yang dimaksud adalah keterlibatan informan dalam kegiatan-kegiatan yang

diadakan oleh Pemerintah Kecamatan Bolano Lambunu berkaitan dengan

program-program pembangunan yang berhubungan dengan kearifan lokal songu

lara mombangu. Dari hasil wawancara yang dilakukan, dapat dijelaskan bahwa

Page 81: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

masyarakat yang ada di Kecamatan Bolano Lambunu secara tidak langsung

melibatkan dirinya dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Hanya beberapa pemegang

kepentingan tertentu yang secara langsung melibatkan diri dalam program-

program pembangunan di Kecamatan Bolano Lambunu.

Misalnya, dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Saudara Nurzain

salah seorang tokoh pemuda yang ada di Kecamatan Bolano Lambunu. Dari

wawancara tersebut, Nurzain menjelaskan bahwa beliau secara tidak langsung

terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Kecamatan

Bolano Lambunu. Menurutnya bahwa tindakan yang diberikan oleh masyarakat

secara umum terkait dengan kegaiatan yang diadakan oleh kecamatan belum

sepenuhnya melibatkan mereka secara langsung. Hanya ketika dimintai

partisipasi, Saudara Nurzain mengatakan bahwa masyarakat baru memberikan

tindakan mereka dengan memberikan partisipasi berupa pikiran, tenaga, dan jika

memungkinkan berupa partisipasi materi atau biaya dalam bentuk sumbangan.

“ Kalau tindakan saya sendiri ketika ada kegiatan di kecamatan itu tentu

dengan memberikan dukungan yang pertama ya. Kemudian saya secara

tidak langsung terlibat dalam kegiatan itu, misalnya saya gotong royong

dengan masayrakat untuk melakukan kerja bakti. Kalau menurut saya,

tindakan yang biasa diberikan oleh masyarakat di sini khususnya ya,

ketika ada kegiatan di kecamatan masyarakat itu awalnya cuek. Namun

kalau diminta untuk ikut terlibat masyarakat itu dengan tidak segan-

segan memberikan tindakannya misalnya dengan tenaga bahkan ada

yang memberikan bantuan dana yaitu uang. Sepanjang yang saya tahu

seperti itu kalau ada kegiatan di kecamatan, misalnya ya kegiatan MTQ

tingkat kecamatan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kecamatan,

masyarakat itu dimintai untuk ikut mengsukseskan kegiatan MTQ itu

dengan memberikan sumbangan dana. Bahkan ada masyarakat yang

melakukan penggalangan dana untuk kegiatan MTQ ini dengan

mengumpulkan sumbangan di jalan-jalan.”

Page 82: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Gambar 4.6 Wawancara bersama dengan Saudara Nurzain

Berbeda dengan wawancara yang dilakukan dengan Bapak Minto, selaku

pemangku jabatan penting di desa beliau mau tidak mau harus melibatkan diri

secara aktif pada setiap kegiatan yang diadakan di kecamatan maupun di desa

yang ia pimpin. Saat ini beliau memegang peranan penting setelah pensiunnya

Kepala Desa tempatnya menjalankan roda pemerintahan. Beliau mengatakan

bahwa ia harus pro aktif pada setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh

pemerintahan yang hubungannya dengan kegiatan pembangunan.

“Ya, sebagai pemerintah tentunya saya melibatkan diri secara pro aktif

pada kegiatan yang kami (pemerintah desa) sendiri maupun yang

pemerintah kecamatan laksanakan. Tentunya juga dengan melibatkan

seluruh anggota masyarakat untuk saling gotong royong untuk

melaksanakan atau mewujudkan progarm-program pembangunan.

Misalnya kami melakukan kerja bakti bersama masyarakat, kegiatan

yang rutin kami lakukan itu adalah jum’at bersih. Setiap masyarakat di

setiap dusun dijadwalkan untuk ikut dalam kegiatan kerja bakti jum’at

bersih ini.”

Berdasarkan jawaban yang diberikan oleh Saudara Nurzain dan Bapak

Minto di atas dapat dijelaskan bahwa setiap kegiatan yang diadakan baik oleh

pemerintah desa maupun kecamatan secara umum melibatkan seluruh lapisan

Page 83: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

masyarakat yang ada di Kecamatan Bolano Lambunu. Kegiatan tersebut biasanya

adalah kerja bakti, jum’at bersih, dan kegiatan gotong royong lainnya seperti

pembangunan kantor desa. Dari hasil wawancara di lapangan, ditemukan adanya

salah satu desa yang kantor atau balai desanya dibangun dari hasil swadaya

masyarakat tanpa ada sedikitpun bantuan dana dari pemerintah daerah atau

kecamatan. Untuk proses pembangunan kantor desa juga secara penuh dibangun

oleh seluruh anggota masyarakat yang ada di desa tersebut.

Berikut ini hasil wawancara yang dilakukan bersama dengan aparat desa,

wawancara yang dilakukan bersama dengan Bapak Sukatno, Sargam, dan Bapak

Tuwiran terkait dengan pembangunan kantor desa yang dilakukan melalui

swadaya masyarakat.

“Kami di sini ketika ada kegiatan pembangunan selalu melakukan

gotong royong dengan masyarakat di sini. Kebersamaan masyarakat di

sini sangat bagus dan kompak, mereka semua turun langsung untuk

gotong royong melakukan kerja bakti misalnya masyarakat dibagikan

jadwal setiap dusun itu mendapatkan giliran dua kali dalam satu bulan

untuk melakukan kerja bakti dan aparat desa (Kepala-Kepala Dusun)

yang menjadi penanggung jawabnya. Misalnya setiap jum’at masyarakat

di sini melakukan kerja bakti untuk memperbaiki jalan yang rusak, atau

pembangunan jalan makam dan kantor desa yang sepenuhnya dari

swadaya masyarakat. Untuk melakukan pembangunan jalan makam

misalnya masyarakat pada setiap panen dikumpulkan beras setiap 3kg.

Sedangkan pembangunan kantor desa, dana yang diperoleh melalui

swadaya masyarakat dan tidak ada bantuan anggaran dari pemerintah

daerah atau kecamatan, semuanya dari uang masyarakat. Dan

masyarakat juga semuanya secara bergantian melakukan pembangunan

kantor desa ini. Ya, semuanya dari swadaya masyarakat, anggarannya,

dan masyarakat sendiri juga yang kerja. Bahkan masyarakat (beberapa

dari keluarga) juga secara bergantian memasak makanan orang yang

kerja bangun kantor desa ini.”

Page 84: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Gambar 4.7 Kantor desa yang dibangun melalui kegiatan/program swadaya

masyarakat

4.2.1.2 Karakter Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat

Parigi Moutong Di Kecamatan Bolano Lambunu

Karakter kearifan songu lara mombangu, ada hal penting yang menjadi

suatu ciri khas masyarakat Parigi Moutong pada umumnya. Hal tersebut inilah

adalah sesuatu yang dihasilkan oleh masyarakat Parigi Moutong melalui

kebiasaan-kebiasaan mereka, dan menjadi aset dari warisan budaya

masyarakatnya (local wisdom). Sementara songu lara mombangu sendiri adalah

merupakan local genius masyarakat yang berasal dari buah pemikiran masyarakat

dari kebiasaan-kebiasaan tadi. Kebiasaan-kebiasaan masyarakat Parigi Moutong

ini didapatkan dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Saudari Indra seperti

berikut ini.

“...adat orang Kaili di sini itu pamonte. Pamonte itu kebiasaan-

kebiasaan masyarakat kalau ada acara-acara adat macam waktu pesta

Page 85: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

perkawinan atau acara-acara lain. Orang-orang Kaili membikin acara

itu mereka lakukan bersama-sama, mereka itu sering mosijulu kalau

Bahasa Kailinya. Mosijulu ini mereka lakukan pada saat membantu

tetangga mereka melakukan hajatan atau do’a-do’a selamat.”

Dari penjelasan saudari Indra tersebut, diambil suatu kesimpulannya

bahwa masyarakat yang ada di Parigi Moutong umumnya memiliki suatu

kebiasaan atau tradisi yang terkait dengan songu lara mombangu. Tradisi tersebut

menurutnya adalah pamonte (suatu tradisi pada saat pelaksanaan upacara adat,

seperti upacara perkawinan, hajatan serta do’a-do’a selamat). Dalam

melaksanakan pamonte masyarakat sering melakukan mosijulu (suatu pekerjaan

yang dilakukan secara bersama-sama dan saling membantu). Dari kebiasaan-

kebiasaan masyarakat ini kemudian dijadikan suatu pedoman masyarakat Parigi

Moutong untuk saling tolong menolong satu sama lain, serta melahirkan

semboyan songu lara mombangu.

Tidak hanya sampai di situ, songu lara mombangu tidak hanya sebatas

kebiasaan untuk tolong menolong, melainkan songu lara mombangu juga

merupakan suatu filosofi masyarakat dalam menghargai, menghormati, dan

menerima adanya perbedaan-perbedaan. Hal ini dikatakan juga oleh saudari Indra

dalam proses wawancara yang dikutip berikut.

“Orang Kaili itu selalu menghormati orang lain, biasanya ketika ada

pendatang baru mereka menerimanya baik-baik. Ada kalau orang Kaili

bilang itu kamaimo masalama, itu maksudnya mereka menerima

pendatang itu untuk tinggal di sini. Kalau misalnya ini ada orang datang

dari jauh-jauh, baru niat untuk menetap di kampung ini dorang selalu

welcome atau bilang “masalama nakava ri kampu hi” artinya itu

selamat datang di kampung ini. Atau orang yang datang bertamu yang

baru pertama mereka kenal mereka mempersilahkannya masuk dengan

berkata “kamaimo masua ribanua” artinya itu mari silahkan masuk.”

Page 86: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Penjelasan saudari Indra tersebut menyebutkan tentang penerimaan

“kamaimo masalama” terhadap suatu kelompok masyarakat pendatang

(masyarakat migrasi) dari masyarakat Kaili (masyarakat asli). Sikap menerima ini

tidak hanya sebagai ucapan selamat datang melainkan juga penerimaan terhadap

perebedaan-perbedaan yang di bawa oleh masyarakat pendatang tersebut.

Perbedaan-perbedaan tersebut dapat berupa perbedaan sudut pandang dan cara-

cara hidup. Ketika perbedaan tersebut diterima dengan baik, maka bagi

masyarakat asli ini menanggap hal tersebut tidaklah masalah selagi tidak

bertentangan dengan kebiasaan atau adat mereka.

Terkait juga dengan karakter kearifan songu lara mombangu yang

menjadi semboyan pemersatu masyarakat di Parigi Moutong, ada hal-hal penting

yang patut untuk dijadikan sebagai bahan perhatian bersama. Hal-hal tersebut

sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, yaitu tentang moral

knowing, moral feeling, dan moral action yang terdapat dalam karakter kearifan

lokal. Sama halnya dengan kearifan lokal songu lara mombangu ini, juga terdapat

ke-tiga hal tersebut. Untuk melihat ketiga hal tersebut dalam kehidupan

masyarakat Parigi Moutong secara umum, yang menjadi objek research pada

kesempatan ini diambil pada masyarakat yang ada di Kecamatan Bolano

Lambunu.

Pertama, untuk melihat seperti apa moral knowing (pengetahuan moral)

masyarakat yang ada di Kecamatan Bolano Lambunu ini terkait dengan kearifan

lokal songu lara mombangu sebagai suatu semboyan yang ada di Parigi Moutong.

Page 87: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Sebagai seorang peneliti, tentunya terlebih dahulu melakukan wawancara dengan

beberapa informan untuk menggali permasalahan tersebut. Sehingga didapatkan

bahwa secara umum, masyarakat yang ada di Kecamatan Bolano Lambunu ini

hanya sekedar mengetahui ataupun hanya sekedar memahami bahwa songu lara

mombangu itu adalah falsafah yang diambil dari Bahasa Kaili yang memiliki arti

satu hati dalam membangun Kabupaten Parigi Moutong.

Sementara untuk lebih memahami lebih jauh seperti apa penjabaran

daripada songu lara mombangu ini, masyarakat yang ada di Kecamatan Bolano

Lambunu juga belum secara bersama-sama mengetahui bagaimana prinsip

pembangunan yang menjadi amanat semboyan tersebut. Alasannya bahwa

pemerintah terkait belum mengadakan sosialisasi dengan masyarakat yang ada di

Kecamatan Bolano Lambunu tentang hal tersebut, bersamaan dengan mekanisme

yang terkandung dalam falsafah atau semboyan songu lara mombangu.

Hanya saja, secara moral, masyarakat yang ada di Kecamatan Bolano

Lambunu menyadari atau mengetahui bahwa di dalam songu lara mombangu ini

memiliki nilai-nilai moral yang menjadi pemersatu seluruh lapisan masyarakat

yang ada di Kabupaten Parigi Moutong umumnya dan masyarakat Kecamatana

Bolano Lambunu khususnya. Nilai-nilai moral ini menurut masyarakat yang ada

di Kecamatan Bolano Lambunu seperti itu semangat gotong royong, bekerja

sama, sikap saling menghargai perbedaan cara pandang (suku, ras, dan agama),

tolong menolong, serta semangat untuk membangun Kabupaten Parigi Moutong

menjadi kabupaten yang terdepan dan mandiri.

Page 88: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Hal ini seperti yang dikatakan oleh Bapak Rasto melalui proses

wawancara, menurut beliau bahwa songu lara mombangu ini membawa semangat

pembangunan bagi masyarakat Parigi Moutong. Menurutnya bahwa songu lara

mombangu merupakan pengganti daripada Bhineka Tunggal Ika yang ada di

Parigi Moutong tentunya. Ia menambahkan bahwa kebersamaan dalam segala hal

merupakan salah satu tindakan moral yang terkandung dalam nilai-nilai songu

lara mombangu itu sendiri. Pernyataan Bapak Rasto tersebut seperti yang dapat

dikutip dalam proses wawancara berikut ini.

“Iya, semuanya (bagian yang terkandung dalam songu lara mombangu)

sudah dijiwai maknanya sebagai dasar pemersatu masyarakat yang ada

di Parigi Moutong ini. Iya jelas di dalam songu lara mombangu itu ada

nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya, salah satunya itu

kebersamaan merupakan tindakan moral. Selain dia sebagai dasar

pemersatu masyarakat Parigi Moutong, juga ada nilai-nilai budaya, kita

kan di sini terdiri atas beragam etnis budaya, dengan adanya songu lara

mombangu kita selalu mengahargai orang-orang yang berbeda etnik

dengan kita.”

Gambar 4.8 Wawancara bersama dengan Bapak Rasto

Page 89: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Pernyataan serupa juga dikatakan oleh Bapak Nasir yang merupakan

salah seorang tokoh pemuda yang ada di Kecamatan Bolano Lambunu.

Menurutnya, ia hanya sekedar memahami songu lara mombangu hanya

berdasarkan kalimatnya saja. Sementara untuk mempelajarinya lebih dalam,

Bapak Nasir mengatakan sebaiknya dari pemerintah itu melakukan semacam

sosialisasi terkait dengan program pembangunan yang berdasarkan semboyan atau

yang terkandung di dalam songu lara mombangu ini. Pernyataan tersebut dapat

dibaca pada kutipan wawancara yang dilakukan bersama beliau berikut ini.

“Kalau saya mengetahui songu lara mombangu ini hanya artinya saja,

dia itu memiliki arti satu hati dalam membangun. Satu hati itu artinya

mari bersama-sama untuk membangun Parigi Moutong. Kalau seberapa

besar pengetahuan saya tenatng songu lara mombangu itu, tentu saya

memerlukan waktu lama untuk dapat memahaminya secara mendalam

ya, karena kita (saya) sebagai seorang masyarakat biasa tentu butuh

waktu untuk bisa mempelajari apa-apa yang menjadi tujuan songu lara

mombangu ini. Ya, tentu. Di dalam songu lara mombangu itu intinya ada

nilai-nilai moral yang terkandung di situ. Nilai-nilai moral itu seperti

persatuan masyarakat dalam melakukan suatu pembangunan misalnya,

dan juga semangat masyarakat untuk ikut kerja bakti bersama-sama.

Saya memahami songu lara mombangu hanya seperti itu.”

Gambar 4.9 Wawancara bersama dengan Bapak Nasir

Page 90: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Bapak Rasto dan Bapak

Nasir di atas menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat yang ada di

Kecamatan Bolano Lambunu memahami kearifan lokal songu lara mombangu itu

hanya berdasarkan kalimat yang ada di dalamnya, yaitu satu hati dalam

membangun. Sementara untuk memahaminya secara lebih mendalam masyarakat

yang ada di kecamatan ini belum sepenuhnya mengetahui seperti apa tujuan yang

tersirat di dalam kearifan lokal songu lara mombangu tersebut. Akan tetapi,

secara moral, tentunya masyarakat di kecamatan tersebut mengetahui bahwa ada

nila-nilai moral yang terdapat pada kearifan songu lara mombangu tersebut.

Seperti apa yang dikatakan oleh Bapak Rasto dan Bapak Nasir di atas, bahwa

nilai-nilai moral tersebut berupa kebersamaan masyarakat yang tersa begitu

kental, kesadaran masyarakat sebagai suatu kesatuan yang utuh yang selalu

mengutamakan sifat gotong royong dan bekerja sama dalam mambangun daerah

itu yang terpenting menurut mereka.

Selanjutnya, adalah tentang moral feeling (pearasaan moral) masyarakat

Kecamatan Bolano Lambunu yang berkaitan dengan kearifan lokal songu lara

mombangu. Artinya bahwa dalam melihat karakter daripada kearifan lokal songu

lara mombangu ini, perlu untuk diketahui juga bagaimana masyarakat yang

berada di Kecamatan Bolano Lambunu merasakan eksistensi daripada keberadaan

semboyan ini di tengah-tengah kehidupan mereka yang notabenenya memiliki

perbedaan baik dari segi sudut pandang etnik maupun agama.

Page 91: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Secara moral, masyarakat yang berada di Kecamatan Bolano Lambunu

ini dengan adanya semboyan songu lara mombangu, sebagai pemersatu dari

perbedaan-perbeaan yang mereka miliki merasa terpanggil untuk tetap hidup

berdampingan, saling membantu atau tolong menolong satu sama lain. Merasa

sebagai warga Parigi Moutong, masyarakat yang ada di Kecamatan Bolano

Lambunu ini selalu bahu membahu dalam melakukan gotong royong untuk

kepentingan bersama tanpa memandang dari mana asal mereka sebelumnya.

Pernyataan ini selaras dengan penjelasan yang diberikan oleh Bapak Asni

melalui proses wawancara secara langsung. Menurut Bapak Asni bahwa ia merasa

seperti memiliki beban moral ketika melihat warga masyarakat saling tolong

menolong atau gotong royong dalam melakukan sesuatu misalnya itu kerja bakti,

sementara ia hanya berdiam diri merasa tidak peduli. Lebih lanjut, Bapak Asni

menambahkan bahwa dengan adanya semboyan ini membawa semangat kepada

seluruh lapisan masyarakat untuk bersatu dalam melakukan proses pembangunan.

Penjelasan Bapak Asni seperti yang telah tertuang dalam proses wawancara yaitu

sebagai berikut.

“Saya merasa seperti ada beban ketika ada kegiatan tidak melibatkan

diri, merasa seperti ada hutang. Iya, dengan adanya songu lara

mombangu ini memberikan semangat kepada masyarakat untuk bersatu

dalam kegiatan pembangunan.”

Masih tentang moral feeling (perasaan moral) masyarakat tentang

keraifan lokal songu lara mombangu ini. Di sela-sela kegiatan yang dilakukan

secara bersama-sama, ditemukan juga adanya masyarakat yang juga merasa tidak

Page 92: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

peduli dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini juga disampaikan oleh Bapak Asni

melalui proses wawancara secara langsung. Bapak Asni mengatakan bahwa:

“Iya ada juga masyarakat yang cuek dengan keadaan di sekitarnya.

Sudah jelas orang yang seperti itu hanya mementingkan dirinya sendiri.

Dia sering dibicarakan oleh orang lain, bahkan mungkin dia dikucilkan.

Masyarakat juga sering menjauh dari dia.”

Dari penjelasan Bapak Asni di atas, dapat dikatakan bahwa di samping

memberikan semangat terhadap masyarakat yang berada di Kecamatan Bolano

Lambunu ini untuk bersatu dan melakukan gotong royong dalam segala kegiatan

yang berhubungan dengan proses pembangunan, masih ada juga sekelompok

masyarakat yang merasa tidak perduli dengan hal tersebut. Kelompok masyarakat

ini biasanya lebih mementingkan kepentingan mereka sendiri dibanding bersama-

sama untuk ikut dalam aktifitas gotong royong tersebut. Tanggapan yang

diberikan oleh masyarakat lain terhadap sekelompok orang ini tentunya adalah

dengan tidak memperdulikan mereka juga. Bahkan ada juga masyarakat yang

tidak mau bergaul dengan mereka.

Bagian terakhir dari karakter kearifan lokal songu lara mombangu adalah

tentang moral action (tindakan moral) masyarakat Kecamatan Bolano Lambunu.

Tindakan moral artinya adalah tentang perilaku yang diberikan oleh masyarakat

Bolano Lambunu terkait dengan masalah nilai-nilai moral yang terkandung di

dalam semboyan tersebut. Secara idealnya, tindakan moral ini mencakup atas

kepedulian masyarakat tentang aktifitas gotong royong, kerja sama, saling tolong

menolong, serta sikap toleransi masyarakat terhadap sesamanya.

Page 93: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Dalam proses pembangunan, tentunya tindakan moral ini perlu untuk di

kembangkan demi mewujudkan tujuan daripada pembangunan itu sendiri. Dari

proses wawancara yang dilakukan dengan beberapa informan terkait dengan

tindakan moral masyarakat tentang nilai-nilai moral yang ada pada semboyan

songu lara mombangu tersebut. Dari hasil wawancara tersebut, menunjukkan

bahwa sebagian besar masyarakat sangat memperhatikan hal tersebut. Di mana

dari hasil wawancara tersebut beberapa informan mengatakan bahwa ketika

mereka sering melakukan tolong menolong dengan orang yang sering

membutuhkan pertolongan tersebut. Misalnya ada tetangga mereka yang sedang

melakukan pembangunan rumah tinggalnya, mereka dengan tidak mengaharapkan

imbalan ikut membantu orang tersebut dalam mendirikan rumahnya. Sama juga

ketika ada masyarakat yang mengalami musibah kebakaran, dengan senang hati

masyarakat berbondong-bondong membangun kembali rumahnya yang kebakaran

tersebut tanpa menunggu lagi bantuan dari pemerintah.

Penjelasan tersebut di atas sebagaimana proses wawancara langsung

yang dilakukan dengan Bapak Supri. Berdasarkan pengalamannya, pernah ada

tetangga beliau yang mengalami musibah kebakaran. Dengan sigap beliau

mengulurkan tangan dan tenaga untuk membangun kembali rumah tetangganya

dengan masyarakat lain.

“Pernah ada tetangga saya yang mengalami kebakaran, saya bersama

dengan tetangga yang lain dengan cepat-cepat menolongnya. Kami

bergotong royong mendirikan kembali rumahnya, ada juga masyarakat

lain yang memberikan sumbangan materi seperti itu uang, semen, dan

sebagainya.”

Page 94: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Pada tingkat pemerintahan, tindakan moral ini diwujudkan dalam bentuk

perilaku aparat desa dengan memberikan semangat, nasehat, dan pemahaman

kepada masyarakatnya. Di mana ketika tindakan moral ini dilanggar, selaku

pemerintah desa memberikan proses penyadaran secara persuasif. Misalnya

seperti yang dikatakan oleh Bapak Pulung selaku sekretaris desa yang ada di

Kecamatan Bolano Lambunu.

“Kalau tindakan moral yang ada dalam songu lara mombangu ini belum

dapat dijabarkan, belum dituangkan dalam aturan khusus. Hanya saja

prakteknya melalui kesepakatan bersama. Tindakan kami biasanya

memberikan pemahaman, nasehat, dan proses penyadaran ketika

ditemukannya pelanggaran-pelanggaran yang melanggar hukum.

Misalnya pencurian, atas kesepakatan bersama yang bersangkutan

hanya diberikan sanksi untuk mengganti sejumlah barang yang

dicurinya. Sementara untuk tindakan asusila diberikan sanksi berupa

memberikan 10 ret/truk sirtu (pasir dan batu).”

Gambar 4.10 Wawancara bersama dengan Bapak Pulung

Penjelasan Bapak Pulung di atas memberikan pengertian bahwa sebagai

pemerintah desa beliau berkewajiban memberikan pengayoman kepada

masyarakat yang bertindak melanggar apa yang sudah disepakati bersama.

Page 95: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Tindakan yang demikian tentunya secara moral sangat diperlukan guna untuk

menciptakan kondisi yang kondusif bagi kehidupan bermasyarakat. Selain

memberikan pengayoman tentunya ada tindakan-tindakan khusus yang berupa

sanksi misalnya memberikan denda kepada orang yang telah melanggar tindakan-

tindakan moral tadi. Bagi beliau ini sangat efektif dalam memberikan contoh

kepada masyarakat yang lain, serta denda tersebut juga bermanfaat untuk

melangsungkan kegiatan pembangunan sebagaimana yang telah direncanakan.

4.2.1.3 Pembangunan Masyarakat Berbasis Kearifan Lokal Songu Lara

Mombangu Pada Masyarakat Bolano Lambunu

Bagian terakhir dari hasil penelitian ini adalah melihat seperti apa proses

pembangunan masyarakat yang berbasis kearifan lokal songu lara mombangu

pada masayarakat yang ada di Kecamatan Bolano Lambunu. Untuk melihat hal ini

tentunya perlu adanya proses peninjauan terhadap lokasi di mana yang menjadi

objek penelitiannya, serta yang paling penting adalah proses wawancara yang

dilakukan bersama dengan beberapa anggota masyarakat yang ada di Kecamatan

Bolano Lambunu. Dalam melihat hal tersebut, peneliti hanya memfokuskan

proses wawancara ini dengan aparat pemerintahan terkait seperti aparat kecamatan

dan aparat desa serta aparat pada kantor dinas seperti dinas pertanian. Alasannya,

karena merekalah yang lebih tahu seperti apa proses pembangunan tersebut dalam

kehidupan masyarakat.

Adapun yang menjadi fokus perhatian dalam melihat proses

pembangunan masyarakat yang berbasis kearifan lokal ini mencakup beberpa hal.

Page 96: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Hal-hal tersebut diantaranya mencakup atas peraturan-peratuaran yang berbasis

kearifan lokal songu lara mombangu; aktivitas gotong royong masyarakat yang

berada di Kecamatan Bolano Lambunu; kebersamaan dan keteladanan masyarakat

Kecamatan Bolano Lambunu; serta kewajiaban warga masyarakat Kecamatan

Bolano Lambunu. Keempat hal ini dianggap sangat penting, karena dari sini akan

dapat ditemukan seperti apa itu pembangunan masyarakat yang ada di Kecamatan

Bolano Lambunu yang dikaitkan dengan kearifan lokal songu lara mombangu.

Pertama, dalam melihat pembangunan masyarakat yang berbasis kearifan

lokal songu lara mombangu, hal yang akan menjadi pokok perhatian adalah

peraturan yang berbasis kearifan lokal songu lara mombangu. Dalam proses

wawancara yang dilakukan dengan beberapa anggota masyarakat dan aparat

pemerintahan terkait perihal dengan masalah tersebut, sebelumnya tidak

ditemukan adanya peraturan-peraturan yang secara khusus membahas hal ini.

Karena, sebagaian besar pernyataan dari informan-informan tersebut

menyampaikan bahwa mereka belum mendapatkan semacam sosialisasi dari pihak

kecamatan maupun dari pihak kabupaten.

Hal ini sesuai dengan penjelasan dari beberapa aparat desa di lingkungan

Kecamatan Bolano Lambunu, seperti Bapak Sukatno, Sargam dan Bapak

Tuwiran. Berikut ini adalah hasil wawancara yang dilakukan dengan aparat desa

tersebut seperti yang berhasil dikutip seperti ini.

“Kalau kita di sini sebelumnya belum pernah mendapatkan penyampaian

dari pihak kecamatan tentang peraturan-peraturan itu. Tapi kalau ada

pasti kita di sini langsung melaksanakannya, cuman kita juga belum tahu

ya apa di desa lain sudah mengetahui aturan-aturannya. Tapi kalau kita

Page 97: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

di desa ini memiliki aturan yang mana itu tentang lingkungan yaitu

program K3 (Kebersihan, Keindahan dan Ketertiban) Lingkungan.”

Gambar 4.11 Wawancara bersama dengan Aparat Desa (Bapak Sukatno, Bapak Sargam

dan Bapak Tuwiran)

Pernyataan yang sama juga dikatakan oleh salah satu sekretaris desa yang

ada di Kecamatan Bolano Lambunu, yaitu Bapak Pulung. Menurut beliau bahwa

dia belum dapat menuangkan dalam aturan khusus tentang program pembangunan

yang berbasis songu lara mombangu ini. Alasan yang beliau sampaikan juga

serupa dengan apa yang disampaikan oleh penjelasan aparat desa di atas, karena

belum mendapatkan sosialisasi dari pemerintah kabupaten ataupun kecamatan

tentang pembangunan dengan pendekatan songu lara mombangu.

“Sebelumnya kami belum menungkan dalam aturan khusus tentang

songu lara mombangu ini. Berbicara pada tingkat desa Anutapura,

pearturan ini kami bahas melalui musyawarah mufakat bersama dengan

BPD, lalu mengasilkan perdes. Dari perdes kemudian menciptakan

program-program pembangunan jangka panjang, pendek dan menengah.

Sementara untuk program tentang kearifan lokal kami mengadakan

kerangka lomba desa, Program K3, Program Peningkatan SDM melalui

pendidikan, pada tingkat aparat desa Progam Pengembangan Kapasitas

Aparat Desa.”

Dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat pula dijelaskan bahwa secara

garis besar peraturan-peraturan yang membahas tentang kearifan lokal songu lara

mombangu ini belum secara jelas telah ada atau terealisasi di Kecamatan Bolano

Page 98: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Lambunu ini. Namun, bebicara tentang program-program pembangunan yang ada

di tingkat kecamatan yang berbasis kearifan lokal tersebut diantaranya adalah

Program K3 (Kebersihan, Keindahan dan Ketertiban) Lingkungan, Progaram

Peningkatan Sumber Daya Manusia, serta Program Pengembangan Kapasitas

Aprat Desa.

Selanjutnya proses wawancara yang dilakukan dengan aparat kecamatan

secara langsung tentang peraturan atau program pembangunan yang bebasis

kearifan lokal songu lara mombangu. Dari hasil wawancara ini, program

pembangunan yang ada di Kecamatan Bolano Lambunu secara garis besar adalah

program yang telah dilaksanakan oleh desa-desa di wilayah Kecamatan Bolano

Lambunu. Hanya saja program-program ini juga dijelaskan dengan aturan-aturan

yang dikhususkan pada ketertiban lingkungan masyarakat.

“Di Kecamatan Bolano Lambunu ini kami menerapkan aturan tentang

penertiban hewan ternak. Karena sebelumnya banyak hewan ternak milik

masyarakat yang berkeliaran di jalan raya yang mengganggu

kenyamanan masyarakat lain yang melintasi jalan itu. Untuk itu kami

menghimbau kepada masyarakat agar hewan ternak mereka dimasukkan

ke dalam kandang. Juga larangan kepada masyarakat untuk menjemur

pakaian di atas pagar. Pada tingkatan birokrasi, program pembangunan

yang kami laksanakan adalah memperbaiki adminstrasi pemerintahan

pada tingkat desa, dan perbaikan birokrasi pada tataran aparat desa.

Selanjutnya kami melakukan evaluasi terhadap program yang sudah

berjalan tadi serta pencapainnya jika dipresentasikan sebesar 75%. Dan

untuk pembangunan fisik, programnya itu adalah PPIP (Program

Peningkatan Infrastruktur Pertanian) seperti Jalan Usaha Tani,

Program Peningkatan Jalan Desa.”

Sebagai tamabahan, untuk program pembangunan masyarakat yang

berbasis kearifan lokal songu lara mombangu pada bidang pertanian. Dari pihak

Dinas Pertanian dan Peternakan Kecamatan Bolano Lambunu, dalam hal

Page 99: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

meningkatkan pembangunan masyarakat sering kali memberikan penyuluhan atau

sosialisasi mengenai masalah-masalah yang dihadapi oleh petani. Berikut adalah

hasil wawancara bersama salah satu pegawai dinas Pertanian dan Peternakan

Kecamatan Bolano Lambunu, yaitu Bapak Supri.

“Biasanya kami dari pertanian memberikan penyuluhan kepada petani

tentang masala-masalah pertanian, yaitu melalui praktek pengolahan

lahan dengan baik, dari penanaman sampai panen. Baru kami juga

sering memberikan bantuan berupa pupuk, benih padi, dan sebagainya.”

Penjelasan Bapak Supri di atas, sangat jelas dalam hal peningkatan

pembangunan masyarakat melalui program-program di bidang pertanian. Di mana

mayoritas masyarakat yang ada di Kecamatan Bolano Lambunu adalah petani.

Sehingga hal yang paling penting dalam hal memberdayakan masyarakatnya itu ,

menurutnya diintensifkan melalui bidang pertaninan.

Gambar 4.12 Penyuluhan/sosialisasi masyarakat oleh Dinas Pertanian dan Peternakan

Kecamatan Bolano Lambunu

Selanjutnya bagian penting dalam pembangunan masyarakat berbasis

kearifan lokal songu lara mombangu di Kecamatan Bolano Lambunu adalah

aktivitas gotong royong masyarakatnya. Hal yang ingin dilihat dalam proses ini

Page 100: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

adalah apakah aktivitas gotong royong ini masih terpelihara dengan baik atau

telah mengalami pergesaran dalam praktiknya di kehidupan masyarakat yang ada

di Kecamatan Bolano Lambunu.

Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan Bapak Lesman tentang

seperti apa aktivitas gotong royong masyarakat yang ada di sekitar Kecamatan

Bolano Lambunu. Beliau menjelaskan bahwa kegiatan gotong royong masyarakat

masih terjaga dengan baik, ketika ada kerja bakti sebagian masyarakat itu ikut

melaksanakannya. Menurutnya, masyarakat lebih memilih untuk bekerja secara

bersama-sama dibandingkan dengan bekerja dalam memnuhi kebutuhan

keluarganya. Alasan beliau bahwa masyarakat itu paham kerja bakti itu

pelaksanaannya hanya seminggu sekali. Bahkan beliau juga mengatakan dalam

melakukan kerja bakti ini masyarakat telah dibagi menjadi beberapa kelompok.

Jadi, dalam sebulan masyarakat itu hanya kebagian dua kali mengikuti kerja bakti

sesuai dengan jadwal yang dibagikan berdasar kelompok-kelompok tadi.

“Gotong royong masyarakat di sini seperti itu kerja bakti dan kegiatan

ibu-ibu di PKK. Untuk melakukan kerja bakti kita dibagi kelompok,

dalam satu kelompok itu ada 10 orang dan dibagikan jadwal menurut

dusun masing-masing. Kerja bakti yang biasa dilakukan itu

membersihakan lapangan, masjid-masjid. Kalau ada masyarakat yang

tidak ikut, kita diberikan denda sebagai pengganti diri kita yang tidak

ikut. Biasanya masayarakat yang tidak ikut itu karena ada urusan yang

lebih penting. Tapi kalau untuk kepentingan pribadinya sendiri

masyarakat itu lebih mementingkan kegiatan dari pemerintah desa.”

Page 101: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Gambar 4.13 Salah contoh aktivitas gotong royong masyarakat (perbaikan jalan usaha

tani di Desa Kotanagaya)

Berbeda pula dengan wawancara yang dilakukan dengan Bapak Rubangi,

menurutnya bahwa kegiatan gotong royong masyarakat telah mengalami

pergeseran nilai pada saat sekarang. Meskipun menurutnya telah ada desa-desa

yang memberikan denda kepada masyarakat yang tidak ikut dalam kegiatan

gotong royong itu. Karena denda yang dibebankan kepada mereka hanya berupa

memberikan makanan dan minuman kepada orang-orang yang ikut bekerja

tersebut. Bahkan ada yang hanya menintipkan sejumlah uang kepada tetangganya.

“Aktivitas gotong royong masyarakat di sini itu biasanya dan paling

sering dilakukan adalah membersihkan saluran irigasi, lapangan, dan

tempat-tempat ibadah. Ini dilakukan untuk memperingati hari-hari besar

keagamaan, MTQ, pada saat melakukan penaman padi, dan tujuh

belasan. Pastinya juga ada masyarakat yang tidak ikut bersama dalam

bergotong royong dengan masyarakat yang lain. Kegiatan gotong

royong ini telah mengalami pergesaran nilai, meskipun ada desa-desa

lain yang memberikan denda kepadanya jika tidak ikut. Menurut

tetangga-tetangganya ia lagi ada urusan mendadak yang sangat penting

dan tidak bisa untuk ditinggalkan. Ada juga yang bilang masih ada di

gunung sementara panen coklat dan belum pulang.”

Dari pernyataan Bapak Rubangi di atas menjelaskan tentang aktivitas

gotong royong masyarakat yang telah mengalami pergeseran. Karena menurutnya,

meskipun telah diberikan denda kepada masyarakat yang jika tidak ikut secara

Page 102: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

bersama-sama dengan masyarakat dalam membersihkan saluran irigasi misalnya,

tetap saja masih ada masyarakat yang tidak mengindahkan hal tersebut. Alasan

yang diberikan oleh masyarakat tersebut juga beragam, ada yang mengatakan

karena ada urusan yang lebih penting dan ada juga yang mengatakan masih

sementara di kebun dan belum pulang sudah beberapa hari.

Ketiga, adalah tentang kebersamaan dan keteladanan masyarakat

Kecamatan Bolano Lambunu. Di bagian ini akan dijelaskan seperti apa

kebersamaan masyarakat yang ada di Kecamatan Bolano Lambunu dalam hal

kehidupan mereka sehari-hari serta tokoh masyarakat yang menjadi suri tauladan

yang ada di sekitar tempat tinggal mereka. Dalam melihat hal tersebut tentu

berkaitan erat dengan peningkatan sumber daya masyarakat melalui program-

program pembangunan yang berbasis kearifan lokal songu lara mombangu, yang

telah dijelaskan sebelumnya di atas.

Dari hasil wawancara bersama dengan beberapa informan, ada yang

mengatakan bahwa kebersamaan masyarakat di Kecamatan Bolano Lambunu

sudah menjadi tradisi dan kebiasaan sehari-hari. Kebersamaan masyarakat ini

terjadi saat mereka kumpul-kumpul dan berbincang-bincang. Biasanya

kebersamaan masyarakat juga terjadi saat ada pelaksanaan pengajian (yasinan)

yang diadakan oleh sebagian masyarakat yang ada di Kecamatan Bolano

Lambunu pada setiap minggu. Pada saat itu juga mereka menyempatkan untuk

tukar pendapat mengenai masalah sehari-hari (lebih tepatnya pembicaraan tentang

Page 103: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

keseharian/pengalaman sehari-hari mereka), diskusi ringan tentang masalah yang

dihadapi oleh desa mereka, serta penyampaian penting dari aparat desa.

Selanjutnya adalah tentang keteladanan masyarakat yang ada di

Kecamatan Bolano Lambunu. Keteladanan maksudnya adalah tentang tokoh

masyarakat serta tindak tanduknya yang menjadi tauladan bagi masyarakat yang

ada di Kecamatan Bolano Lambunu. Ada beberapa hal yang menjadi fokus

perhatian dalam penelitian ini, yaitu tentang perilaku dan hubungan tokoh

masyarakat tersebut dengan anggota masyarakat lainnya.

Adapun tokoh yang menjadi panutan masyarakat Kecamatan Bolano

Lambunu adalah seperti tokoh-tokoh adat, tokoh agama, serta tokoh pemerintah.

Sedangkan hal-hal yang dapat diambil sebagai suatu pelajaran dari mereka

menurut masyarakat setempat adalah cara hidup mereka, cara bergaul dengan

masyarakat lain, serta nasehat-nasehat yang mereka berikan. Sehingga menurut

masyarakat yang ada di Kecamatan Bolano Lambunu, mereka bisa mengambil

contoh dari tokoh-tokoh tersebut, dan bisa meningkatkan kondisi kehidupan

mereka menjadi lebih baik.

Berikut adalah hasil wawancara yang dilakukan bersama dengan

beberapa informan berkaitan dengan masalah tersebut, seperti yang dikatakan oleh

Bapak Nasir berikut ini.

“Selain pemerintah kecamatan tentunya, orang-orang yang patut kita

contohi itu orang-orang tua, tokoh agama, tokoh adat. Contoh yang bisa

kita ambil dari mereka itu macam nasehat-nasehat yang mereka bilang,

cara hidup dan bergaul dengan kita, perilaku mereka, mereka itu ramah

sekali dengan kita, menghargai kita biar mereka itu lebih tinggi

Page 104: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

statusnya dengan kita. Mereka juga sering menolong orang jika ada

yang minta pertolongan sama mereka. Setelah mereka berikan

pertolongan, kehidupan mereka itu ada perubahan karena ada pelajaran

yang bisa kita ambil dari mereka. Cara hidup kita juga di sini bisa

berubah..”

Dari pernyataan Bapak Nasir di atas, dapat juga dijelaskan bahwa secara

umum keteladanan yang bisa dipetik oleh masyarakat yang berada di Kecamatan

Bolano Lambunu secara umum adalah tentang pandangan hidup, tentang cara

bergaul atau berinteraksi mereka dengan masyarakat lain, serta nilai-nilai moral

lain seperti selalu menghargai dan keinginan suka membantu antar sesamanya

yang membutuhkan. Dari pelajaran-pelajaran tersebut, kehidupan masyarakat

yang ada di kecamatan ini mengalami suatu perubahan secara sosial, yaitu

misalnya masyarakat lebih peka terhadap masalah-masalah yang dihadapi oleh

mereka. Sehingga keinginan untuk saling membantu itu akan terpatri dalam diri

masyarakat yang ada di Kecamatan Bolano Lambunu. Meskipun secara ekonomi

kehidupan masyarakat itu sedikit mengalami peningkatan, masyarakat yang ada di

kecamatan ini selalu peduli dengan kondisi sosial yang ada di sekitar mereka.

Menurut mereka, hidup berdampingan dan saling membantu itu lebih penting

demi menjaga keharmonisan dalam hidup bermasyarakat.

Terakhir, berkaitan dengan pembangunan masyarakat Kecamatan Bolano

Lambunu yang berbasisi kearifan lokal songu lara mombangu ini adalah tentang

kewajiban warga masyarakat yang ada di Kecamatan Bolano Lambunu tersebut.

Dari hasil wawancara yang dilakukan bersama beberapa informan, dapat

ditemukan kewjiban warga masyarakat tersebut adalah seperti ikut berpartisipasi

dalam proses pembanunan. Masyarakat yang ada di kecamatan ini memiliki

Page 105: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

kewajiban sebagai objek sekaligus subjek pembangunan ikut berpartisipasi di

dalamnya. Partisipasi tersebut dapat berupa partisipasi tenaga, pikiran, dan materi.

Selain itu, kewajiban bagi warga masyarakat yang ada di kecamatan ini adalah

mematuhi aturan-aturan yang ada di kecamatan tersebut, serta ikut mendukung

program-program pembangunan yang ada di tingkat kecamatan.

Penjelasan tersebut di atas sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Ibu Sni

Warni melalui proses wawancara secara langsung. Menurutnya, bahwa ia sebagai

warga masyarakat memiliki kewajiban pertama itu membayar pajak, ia juga

berkewajiban dalam memberikan partisipasi dalam rangka meningkatkan

kapasitas masyarakat Kecamatan Bolano Lambunu melalui program-program

pembanguna, mematuhi segala aturan-aturan dari kecamatan.

“Kalau kewajiban saya sebagai warga masyarakat itu pertama

membayar pajak, mematuhi aturan-aturan yang berlaku di kecamatan

tentunya. Kalau diminta untuk berpartisipasi dalam pembangunan tentu

saya juga ikut, partisipasi yang biasa saya lakukan itu ketika saya

diminta untuk memberikan sumbangan saya berikan sumbangan itu

seikhlasnya. Biasanya juga ketika ada kerja bakti di masjid, kita ibu-ibu

di sini diminta untuk memasak, memberikan minum untuk orang-orang

yang sedang bekerja.”

Jawaban yang sama juga diberikan oleh Bapak Muhajir. Menurut beliau

bahwa ia memiliki kewajiban yang penuh sebagai warga masyarakat dalam

rangka meningkatkan proses pembangunan yang ada di kecamatan. Selain berupa

dukungan secara moral, beliau juga memberikan partisipasi berupa gagasan-

gagasan, sumbangsi pemikiran, tenaga, bahkan biasanya juga berupa materi demi

menncapai tujuan daripada proses pembangunan tersebut. Sedangkan sebagai

aparat pemerintah kecamatan, beliau berkewajiban menjalankan atau

Page 106: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

melaksanakan program-program pembangunan pada tingkat kecamatan, serta

memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyuluhan-penyuluhan atau

sosialisasi tentang program-program tersebut.

“Kewajiban saya sebagai pribadi tentunya harus taat dan patuh pada

aturan. Pada saat ada proses pembangunan saya juga ikut berpartisipasi

di dalamnya, sebagai pemerintah saya bertanggung jawab penuh

terhadap pelaksnanaan program-program pembangunan. Partisipasi

yang saya berikan itu berupa penyluhan-penyuluhan kepada masyarakat,

pemahaman kepada masyarakat tentang pelaksanaan program-program

pemerintah kecamatan.”

Dari penjelasan-penjelasan tentang kewajiban warga masyarakat yang

ada di Kecamatan Bolano Lambunu di atas, disimpulkan bahwa secara umum

kewajiban warga masyarakat tersebut adalah taat terhadap peraturan yang ada di

kecamatan tersebut. Kemudian dalam proses pembangunan, warga masyarakat

berkewajiban untuk mendukung pelaksanaan proses pembangunan tersebut.

Sementara itu, warga masyarakat di Kecamatan Bolano Lambunu juga

berkewajiban memberikan partisipasinya dalam proses meningkatkan sumber

daya manusia melalui program-program pembangunan yang ada di kecamatan.

Sebagai objek sekaligus subjek daripada pembangunan, warga masyarakat itu

bertanggung jawab atas pencapaian tujuan daripada peningkatan kesejahteraan

setiap warga masyarakat.

Page 107: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Aspek Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu

Istilah songu lara mombangu merupakan semboyan Kabupaten Parigi

Moutong yang dipetik dari Bahasa Kaili, yang terdiri atas tiga suku kata yaitu

songu yang artinya satu, lara artinya hati, dan mombangu yang berarti

membangun. Berdasarkan istilah, songu lara mombangu berarti satu hati dalam

membangun. Sedangkan menurut bahasa, songu lara mombangu didefinisikan

sebagai keinginan bersama dari dalam hati yang dimiliki oleh masyarakat Parigi

Moutong untuk membangun daerah Kabupaten Parigi Moutong.

Quaritch Wales menyebutkan istilah kearifan lokal sebagai local genius

yang berarti adalah kemampuan kebudayaan setempat dalam menghadapi

pengaruh kebudayaan asing pada waktu kebudayaan itu berhubungan.61

Oleh

sebabnya, sebagai suatu local genius ada nilai-nilai yang adiluhung yang

terkandung dalam songu lara mombangu. Nilai-nilai ini merupakan suatu

pedoman bagi masyarakat Parigi Moutong untuk dapat menjaga kebudayaan

setempat dari pengaruh kebuadayaan asing, saat kedua kebudayaan ini saling

bertemu.

Nilai-nilai yang terdapat dalam semboyan songu lara mombangu ini telah

ada sejak masa ekspansi Kerajaan Hindia Belanda pada wilayah Parigi Moutong.

Nilai-nilai ini terwujud dalam semangat perastuan masyarakat Parigi Moutong

61

Mikka Wildha Nurrochsyam, op. cit., hlm. 86.

Page 108: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

untuk melawan penjajah, yang diperkenalkan oleh seorang pejuang yang bernama

Tombolotutu. Kemudian semangat ini telah mendarah daging pada diri

masyarakat Parigi Moutong untuk terus bersatu dan bekerja sama untuk

membangun Parigi Moutong.

Sebenarnya, songu lara mombangu merupakan hasil dari buah pemikiran

masyarakat Parigi Moutong yang dipromosikan dalam pengetahuan budaya lokal

masyarakat setempat. Maka dari itu, songu lara mombangu dijadikan sebagai

semboyan Parigi Moutong dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan Parigi

Moutong. Hal penting yang menjadi ciri khas masyarakat Parigi Moutong yang

terkandung dalam songu lara mombangu ini adalah seperti keinginan masyarakat

yang timbul dari dalam hati yang ingin saling membantu satu sama lain, tanpa

mengharapkan adanya imbalan jasa.

Selanjutnya, Tezzi, Marchettini, dan Rosini menjelaskan bahwa kearifan

lokal (local wisdom) dimanifestasikan pada tradisi ataupun kebiasaan masyarakat.

Bagi masyarakat umum (Indonesia) kearifan lokal sering dijadikan sebagai

semboyan yang menjadi ciri khas dari masyarakat tersebut.62

Hal ini juga berlaku

bagi masyarakat Parigi Moutong, dalam kehidupan masyarakatnya mengenal

suatu tradisi yang disebut dengan pamonte, didalamnya berisikan kebiasaan-

kebiasaan masyarakat pada saat-saat melakukan upacara-upacara adat ataupun

pada saat upacara pelaksanaan penyambutan tamu. Pamonte ini kemudian

menjadi kebiasaan yang umum dilaksanakan oleh masyarakat Parigi Moutong,

yang menciptakan adanya kebiasaan masyarakat yang ingin hidup bersama dan

62

Nurma Ali Ridwan, op. cit., hlm. 2

Page 109: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

saling membantu satu sama lain. Keinginan masyarakat Parigi Moutong yang

suka membantu sesamanya tersebut kemudian dikenal dengan istilah mosijulu.

Kebiasaan-kebiasaan masyarakat ini kemudian dituangkan dalam semboyan

songu lara mombangu.

Nilai-nilai luhur yang terkandung ini kemudian telah menjadi kearifan

lokal masyarakat Parigi Moutong yang dituangkan dalam semboyan atau motto

pembangunan Parigi Moutong yaitu songu lara mombangu. Selanjutnya kearifan

lokal songu lara mombangu sebagai semboyan pembangunan Kabupaten Parigi

Moutong terwujud dalam sikap gotong royong masyarakat, tolong menolong,

suka bekerja sama, menghargai dan menghormati perbedaan antar suku; agama;

dan ras, serta sikap toleransi antar agama; suku; dan ras.

Dalam rangka memahami kearifan lokal songu lara mombangu ini, ada

beberapa aspek penting yang perlu untuk diperhatikan. Aspek-aspek tersebut

diantaranya adalah pemikiran masyarakat tentang kearifan lokal songu lara

mombangu, sikap yang diberikan masyarakat tentang kearifan lokal songu lara

mombangu, tindakan masyarakat dalam mempraktikkan kearifan lokal songu lara

mombangu.

Sebelum membahas hal ini lebih lanjut, Wigiran memberikan asumsi

dalam aspek kearifan lokal yang didalamnya berisi tentang pemikiran, sikap, dan

tindakan masyarakat, yang output melahirkan produk dari suatu kebudayaan

tertentu seperti itu karya seni dalam bentuk nyanyian, lukisan, ataupun pada

Page 110: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

kebiasaan sehari (sopan santun dan sikap toleransi).63

Pada songu lara mombangu,

semboyan ini menciptakan suatu kebiasaan masyarakat misalnya pada penerimaan

orang lain untuk menjalin suatu hubungan sosial yang dikenal dengan kamaimo

masalama (suatu sikap dan tindakan masyarakat suku kaili terhadap masyarakat

pendatang atau sikap dan tindakan dalam penyambutan tamu).

5.1.1 Pemikiran Masyarakat Tentang Kearifan Lokal Songu Lara

Mombangu

Berbicara mengenai pemikiran masyarakat tentang kearifan lokal songu

lara mombangu, secara umum yang menjadi subjek atau informan dalam

penelitian ini adalah masyarakat yang berada di Kecamatan Bolano Lambunu.

Sebagai suatu kecamatan yang memiliki perbedaan dari segi etnik, suku, budaya,

dan agama ini yang notabenenya juga memiliki perbedaan dalam memberikan

pemahaman tentang kearifan lokal songu lara mombangu Parigi Moutong.

Sehingga, penjelasan yang diberikan oleh masyarakat Bolano Lambunu tentang

kearifan lokal songu lara mombangu ini pada intinya memiliki sedikit perbedaan.

Misalnya dari bahasa yang diambil dari istilah songu lara mombangu ini,

ada masyarakat yang mengatakan bahwa semboyan atau kearifan lokal tersebut

berasal dari bahasa Kaili dan ada juga yang mengatakan bahwa diambil dari

campuran antara bahasa Tialo-Tomini dan Kaili. Akan tetapi inti dari makna atau

arti isitilah kearifan songu lara mombangu itu memiliki persamaan, yaitu

63

Wigiran, op. cit., hlm. 331-332.

Page 111: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

keinginan masyarakat untuk bersama-sama menciptakan Kabupaten parigi

Moutong menjadi kabupaten yang terdepan dari segi pembangunanya.

Selanjutnya adalah pemikiran atau pemahaman masyarakat Bolano

Lambunu tentang kearifan lokal songu lara mombangu berdasarkan isi yang

terkandung di dalamnya. Di mana sebagian besar masyarakat hanya memahami

kearifan lokal songu lara mombangu ini berdasarkan kalimat yang tersirat

didalamnya. Sebagian besar masyarakat belum memahami secara penuh tentang

makna songu lara mombangu tersebut. Dari hasil temuan di lapangan, masyarakat

hanya memahami kearifan lokal ini hanya sebagai keinginan yang secara

bersama-sama timbul dari dalam hati untuk membangun Parigi Moutong atau

hanya sebatas satu tekad untuk membangun Parigi Moutong.

5.1.2 Sikap Masyarakat Tentang Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu

Kearifan lokal songu lara mombangu seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya di atas, adalah merupakan suatu ketekatan, suatu keinginan bersama

yang dimiliki oleh masyarakat dalam menciptakan atau mewujudkan Kabupaten

Parigi Moutong melalui program-program pembangunan. Dari hasil temuan di

lapangan yang dimuat pada Bab IV sebelumnya, berkaitan dengan aspek kearifan

lokal ini selanjutnya akan dibahas juga tentang sikap masyarakat tentang hal

tersebut.

Berdasarkan laporan hasil penelitian yang disajikan pada Bab IV,

ditemukan bahwa sikap yang diberikan oleh masyarakat yang berada di

Kecamatan Bolano Lambunu tentang songu lara mombangu, masyarakat

Page 112: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

kecamatan tersebut memberikan dukungan yang penuh terhadap pelaksanaaan

program pembangunan di Kabupaten Parigi Moutong dengan berlandaskan

semboyan songu lara mombangu. Di mana masyarakat Kecamatan Bolano

Lambunu memberikan tanggapannya dengan patuh dan taat terhadap kenijakan-

kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, selama itu kepentingannya untuk

membangun Kabupaten Parigi Motong. Masyarakat Kecamatan Bolano Lambunu

yang notabenenya berebeda-beda suku dan memiliki bahasa daerah yang berbeda

juga, tentunya memerlukan sesuatu yang menjadi perekat tali persaudaraan

mereka sebagai warga masyarakat Parigi Moutong. Oleh karenanya, songu lara

mmbangi lahir di tengah-tengah mereka dan menawarkan sesuatu yang menjadi

keinginan bersama masyarakat tersebut. Sehingga mau tidak mau respon yang

diberikan oleh masyarakat ini adalah dengan sangat mendukung dan patuh

terhadap program-program yang dijalankan oleh pemerintah.

Songu lara mombangu bagi masyarakat Bolano Lambunu adalah suatu

semboyan yang dapat menjaga hubungan kekeluragaan diantara mereka. Karena

makna yang terkandung di dalam semboyan ini menyerukan kepada masyarakat

untuk bersama-sama, bersatu, saling bahu-membahu, tolong menolong, menjaga

semangat solidaritas, serta bergotong royong, demi menciptakan suatu

pembangunan yang lebih baik. Bagi masyarakat Bolano Lambunu, songu lara

mombangu merupakan dasar berpikir masyarakatnya untuk melakukan sesuatu itu

secara bersama-sama dan bergotong royong.

Selanjutnya, masyarakat ini menyikapi semboyan songu lara mombangu

dengan terus menjaga keharmonisan hubungan kekeluargaan antar sesamanya

Page 113: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

dengan menghormati perbedaan agama, suku, dan ras. Masyarakat Kecamatan

Bolano Lambunu juga setuju bahwa songu lara mombangu dijadikan sebagai

dasar bagi pemerintah dalam menciptakan Kabupaten Parigi Moutong menjadi

kabupaten yang mandiri melalui program-program pembangunan dengan

pendekatan kearifan lokal. Artinya, bahwa pembangunan yang ada di Kabupaten

parigi Moutong khususnya yaitu dilakukan dengan pendekatan kultural yang

dimiliki oleh masyarakat Kabupaten Parigi Moutong. Sehingga, proses

pelaksanaan pembangunan ini akan berjalan dengan maksimal serta tujuan

pembangunannya akan dapat dicapai dengan baik.

5.1.3 Tindakan Masyarakat Tentang Kearifan Lokal Songu Lara

Mombangu

Jika ditinjau dari kehidupan bernegara, negara ini memiliki bhineka

tunggal ika sebagai semboyannya. Sama halnya juga dengan Parigi Moutong,

daerah ini memiliki songu lara mombangu dalam mengikat masyarakat untuk

melakukan hubungan dengan sesamanya, begitu anggapan dari masyarakat

Bolano Lambunu. Bagi masyarakat ini, songu lara mombangu itu pengganti

semboyan bhineka tunggal ika di Kabupaten Parigi Moutong ini. Maka dari itu,

masyarakat menganggap sangat perlu untuk dapat menjaga kelestarian semboyan

ini sebagai warisan budaya yang dimiliki oleh seluruh masyarakat yang berada di

Parigi Moutong.

Tindakan yang dilakukan oleh masyarakat dalam rangka menjaga

kelestarian semboyan ini ikut terlibat dalam kegiatan pembangunan. Tindakan itu

Page 114: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

berupa mengikuti kerja bakti, melakukan jum’at bersih, memberishkan masjid dan

lapangan. Akan tetapi, keterlibatan yang dilakukan oleh masyarakat yang berada

di Kecamatan Bolano Lambunu dilakukan secara tidak langsung. Artinya bahwa

ketika pemerintah kecamatan atau desa mengadakan suatu kegiatan misalnya itu

MTQ, lomba desa, turnamen bola kaki (untuk anak-anak dan dewasa), dan lain

sebagainya, yang mana kegiatan ini meminta partisipasi dari masyarakat untuk

ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Maka secara tidak langsung masyarakat juga

memberikan partisipasinya seperti memberikan sumbangan dana untuk

menyukseskan kegiatan tersebut, memberikan sumbangsi pemikiran dan tenaga,

dan sebagainya.

Gambar 5.1 Contoh kegiatan yang didakan di salah satu desa yang ada di Kecamatan

Bolano Lambunu (Turnamen Bola Kaki Mini)

Demi mengsukseskan yang dilaksanakan oleh pemerintah Kecamatan

Bolano Lambunu, masyarakat yang ada di kecamatan ini berinisiatif untuk

mengadakan penggalangan dana dengan langsung turun ke jalan meminta

sumbangan kepada masyarakat yang melintasi jalan tersebut. Meskipun tidak

sedikit yang berpendapat miris tentang masyarakat yang mengadakan

penggalangan dana ini, menurut mereka bahwa masyarakat memang seperti itu

Page 115: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

ada yang sepakat dan ada yang tidak tapi sudah menjadi kewajiban mereka untuk

ikut melaksanakan kegiatan ini dengan sukses.

Sementara itu, dalam melakukan kegiatan kerja bakti seperti juma’at

bersih, membersihkan lapangan, masjid, dan saluran irigasi masyarakat yang ada

di Kecamatan Bolano Lambunu melakukan gotong royong untuk melaksanakan

kerja bakti. Masyarakat tersebut kemudian dibagi kedalam kelompok-kelompok

dan aparat desa dan kepala-kepala dusun yang menjadi penanggung jawabnya. Ini

dimaksudkan agar kegiatan kerja bakti ini dapat dikoordinir dengan baik dan

terlaksana sebagaimana mestinya.

Kemudian dalam kegiatan pembangunan, berdasarkan hasil temuan di

lapangan, ada salah satu desa yang pembangunan kantor desanya dilakukan

berdasarkan swadaya masyarakat. Menurut mereka bahwa sepenuhnya

pembangunan kantor desa tersebut dari hasil swadaya masyarakat tanpa ada

sedikitpun bantuan dari pemerintah (baik kecamatan maupun kabupaten).

Masyarakat yang ada di desa tersebut secara bersama-sama mengumpulkan dana

untuk pelaksanaan pembangunan kantor desa tersebut dengan memberikan

sumbangan dalam bentuk biaya atau uang, semen, pasir, seng, batu pondasi, dan

lain sebagainya. Sementara itu, ada juga kelompok ibu-ibu yang menyediakan

bahan makanan kepada para pekerja yang membangun kantor desa ini. Menurut

masyarakat juga, bahwa mereka bekerja ini tidak mengharapkan upah (dalam

bentuk gaji), mereka bekerja atas dasar kepentingan bersama demi menciptakan

desa yang mandiri dan maju sebagaimana yang menjadi visi misi desa tersebut.

Page 116: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Akan tetapi, dari hasil yang didapatkan di lapangan, ada juga sebagian

masyarakat yang merasa tidak perduli dengan kegiatan yang diadakan oleh

pemerintah (baik di tingkat kecamatan maupun desa). Ada masyarakat yang tidak

ikut secara bersama-sama dengan masyarakat lain untuk ikut kerja bakti misalnya.

Masyarakat ini berperilaku apatis dengan keadaan lingkungan sekitarnya.

Sehingga merasa dirugikan baik secara waktu, tenaga, dan materi untuk ikut

dalam kegiatan tersebut. Masyarakat yang seperti ini juga mendapat perlakuan

yang berbeda dari masyarakat yang lain. Masyarakat ini juga tidak diperdulikan

oleh yang lain, mereka menjauhinya bahkan ada juga masyarakat yang tidak ingin

bergaul dengannya.

Tindakan yang diberikan oleh pemerintah (misalnya pemerintah desa)

terhadap kelompok orang yang seperti ini adalah dengan mengenakan denda

kepadanya. Denda yang dikenakan kepadanya ini dimaksudkan untuk

menggantikan dirinya yang tidak ikut dalam kegiatan kerja bakti misalnya. Denda

ini dapat berupa seperti memberikan sejumlah biaya yang telah ditentukan secara

bersama dan memberikan konsumsi kepada masyarakat yang ikut dalam kerja

bakti tersebut.

5.2 Karakter Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu

Seperti dengan kearifan lokal secara umum yang melahirkan cara

berpikir dan bertindak sebagai suatu ciri khas yang dimiliki oleh setiap individu

atau masyarakat di mana kearifan lokal tersebut berasal. Begitu juga dengan

songu lara mombangu. Sebagai suatu kearifan lokal, semboyan ini juga memiliki

Page 117: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

ciri khas yang membedakannya dengan kearifan lokal dari daerah lain yang

berasal dari cara berpikir dan bertindak masyarakatnya.

Sama halnya apa yang telah dijelaskan oleh Syampadzi Nurroh bahwa

karakter kearifan lokal berarti adalah cara berpikir dan bertindak yang merupakan

ciri khas masyarakat berdasarkan nilai-nilai kebudayaan yang mereka miliki.64

Songu lara mombangu berisikan hal-hal yang menjadi ciri khas masyarakat Parigi

Moutong pada umumnya, ciri khas ini dilihat dari tradisi pamonte masyarakat

dalam pelaksanaan upacara-upacara adat tertentu atau acara-acara pernikahan,

do’a-do’a selamat, dan lain sebagainya. Dalam melakukan hal tersebut, tradisi-

tradisi masyarakat itu dilakukan secara bersama-sama (mosijulu).

Karakter daripada kearifan songu lara mombangu ini adalah mencakup

atas tentang pengetahuan moral masyarakatnya, perasaan moral, serta tindakan

moral. Untuk mengetahui karakter-karakter kearifan lokal songu lara mombangu

ini diperlukan suatu cara untuk menelusurinya secara langsung di lapangan

melalui suatu penelitian. Oleh karena itu, peneliti menjadikan Kecamatan Bolano

Lambunu sebagai objek penelitian dalam rangka menjelaskan karakter kearifan

lokal ini. Karakter-karakter ini dijelaskan pada bagian-bagian berikut.

5.2.1 Moral Knowing Masyarakat Kecamatan Tentang Kearifan Lokal

Songu Lara Mombangu

Dari hasil penelitan yang dilakukan di Kecamatan Bolano Lambunu,

ditemukan bahwa secara moral masyarakat di kecamatan ini mengetahui songu

64

Syampadzi Nurroh, op. cit., hlm. 5

Page 118: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

lara mombangu itu merupakan suatu semboyan Parigi Moutong yang mengajak

seluruh masyarakatnya untuk bahu mebahu, bergotong royong, dan bekerja sama

dalam melaksanakan suatu pembangunan. Akan tetapi, penjabaran kearifan lokal

ini belum sepenuhnya dipahami oleh masyarakat yang ada di kecamatan tersebut.

Seperti apa prinsip kerjanya, serta menurut mereka perlu ada semacam suatu

pengkajian khusus dalam memahami semboyan ini secara mendalam. Hanya saja

menurut sebagian besar masyarakat di dalam semboyan ini terdapat suatu nilai

moral yang terwujud dalam semangat persatuan masyarakatnya secara umum.

Mereka secara sadar mengetahui bahwa masyarakat yang ada di Kabupaten Parigi

Moutong umumnya dan Kecamatan Bolano Lambunu khususnya memiliki cara

pandang yang berbeda-beda, sehingga untuk menyatukan cara pandang ini

diperlukan adanya suatu persatuan yang dapat mengikat mereka sebagai satu

kesatuan, sebagai satu kelurga. Lebih lanjut, menurut masyarakat Kecamatan

Bolano Lambunu, di dalam semboyan songu lara mombangu terdapat semangat

persatuan tersebut.

Tanpa adanya persatuan yang terjalin di antara masyarakat, mustahil

bahwa pembangunan itu akan dapat terlaksana dengan baik. Songu lara

mombangu sebagai suatu semboyan masyarakat Parigi Moutong mengajak kepada

seluruh masyarakat yang ada di Kecamatan Bolano Lambunu khususnya untuk

bersama-sama bersatu padu menciptakan Parigi Moutong sebagai kabupaten yang

lebih maju melalui proses pembangunannya. Sehingga pemerintah terkait

mengajak kepada masyarakat untuk secara bersama-sama memiliki kesadaran

untuk turut serta dalam proses pembangunan tersebut.

Page 119: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Jadi penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa moral knowing

(pengetahuan moral) masyarakat tentang kearifan lokal songu lara mombangu

sebagai suatu semboyan Parigi Moutong, tidak lebih adalah suatu ajakan atau

seruan bagi seluruh masyarakat untuk bersatu sebagai suatu keluarga yang merasa

sebagai warga Parigi Moutong yang baik tentunya memiliki kesadaran untuk ikut

serta dalam proses peningkatan pembangunan yang ada di Kecamatan Bolano

Lambunu. Sedangkan untuk lebih memahaminya secara mendalam, masyarakat

yang ada di Kecamatan Bolano Lambunu memerlukan kepada pihak pemerintah

untuk lebih memberikan penjelasan tentang prinsip-prinsip pembangunan yang

mengacu pada semboyan tersebut misalnya melalui proses sosialisasi kepada

masyarakat, karena masyarakat merasa sangat perlu untuk memahami hal tersebut

agar mereka bisa lebih meningkatkan pengetahuan mereka tentang semboyan ini.

5.2.2 Moral Feeling Masyarakat Tentang Kearifan Lokal Songu Lara

Mombangu

Bagian selanjutnya pada karakter kearifan lokal songu lara mombangu

adalah moral feeling (perasaan moral) yang dilihat dari masyarakat yang ada di

Kecamatan Bolano Lambunu. Secara umum, berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan pada kecamatan ini bahwa masyarakat Bolano Lambunu merasa

sebagai satu keluarga yang diikat oleh tali perasatuan yang sangat erat. Tali itu

terwujud dalam semangat ingin saling membantu satu sama lain.

Selain itu, masyarakat merasa seperti memiliki beban moral (hutang)

kepada masyarakat lain jika tidak melibatkan diri dalam kegiatan kerja bakti yang

Page 120: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

diadakan oleh masing-masing desa yang ada di Kecamatan Bolano Lambunu.

Sementara untuk masyarakat yang tidak perduli dengan lingkungan sekitarnya,

masyarakat menganggap mereka adalah kelompok yang hanya mementingkan

dirinya sendiri. Sehingga perasaan moral yang dimiliki oleh masyarakat terhadap

kelompok masyarakat lain yang tidak perduli dengan sesamanya adalah dengan

memberikan pengertian kepada mereka, berupa nasehat-nasehat serta pemahaman

bahwa hidup bersama dan harmonis itu lebih baik daripada hanya sendiri. Karena

jika ada masalah yang dihadapi oleh kelompok masyarakat yang seperti ini akan

secepatnya mendapat pertolongan dari masyarakat yang lain juga.

5.2.3 Moral Action Masyarakat Tentang Kearifan Lokal Songu Lara

Mombangu

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwa moral action (tindakan

moral) masyarakat yang ada di Kecamatan Bolano Lambunu ini berupa semangat

untuk bergotong royong, kerja sama, tolong menolong, dan lain sebagainya.

Tindakan moral ini terwujud dalam semangat masyarakat untuk perduli dengan

sesama dan lingkungannya. Artinya masyarakat ini peka terhadap masalah-

masalah yang dihadapi oleh lingkungan tempat tinggal mereka.

Ketika ada masyarakat yang sedang membangun rumah misalnya,

tetangga-tetangganya ikut membantu orang yang sedang membangun rumah

tersebut. Dengan tidak mengharapkan imbalan mereka secara bersama mendirikan

rumahnya. Sementara ibu-ibu juga melakukan tugas mereka dengan memasak

Page 121: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

makanan untuk mereka konsumsi. Menurut mereka bahwa pekerjaan itu akan

terasa ringan jika dilakukan secara bersama-sama.

Contoh lain dari tindakan moral yang terdapat pada masyarakat

Kecamatan Bolano Lambunu adalah ketika ada masyarakat yang mengalami

musibah kebakaran. Dengan spontan, tetangga dan masyarakat lain yang

mendengar hal tersebut ikut membantu meringankan beban yang dialami oleh

masyarakat tadi. Mereka menganggap bahwa kesedihan yang dialami olehnya

adalah kesedihan mereka bersama. Sebagai keluarga, mereka memiliki tanggung

jawab moral untuk saling tolong menolong antar sesama.

5.3 Pembangunan Masyarakat Berabasis Kearifan Lokal Songu Lara

Mombangu

Pembangunan masyarakat yang berbasis kearifan lokal songu lara

mombangu umumnya memiliki nilai instrumental yang secara nyata manfaatnya

memberikan perkembangan terhadap kapasitas dan kualitas sumber daya

manusianya serta dapat meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat Parigi

Moutong umumnya, dan juga memiliki nilai intrinsik karena songu lara

mombangu merupakan suatu pedoman yang dijunjung tinggi oleh masyarakatnya

dengan tidak memperhatikan nilai materi dari kearifan lokal tersebut. Nilai

intrinsik yang ada dalam songu lara mombangu ini tentunya adalah sistem gotong

royong, tolong menolong, dan bekerja sama, seperti yang telah di jelaskan

sebelumnya dalam pembahasan ini.

Page 122: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Pernyataan di atas, selaras dengan penjelasan Grandona dalam suatu

proses pembangunan. Menurutnya bahwa suatu pembangunan yang acuannya

pada kaarakter suatu kebuadayaan masyarakat memiliki dua nilai yang berbeda,

yaitu nilai intrinsik dan nilai instrumental. Nilai-nilai yang intrinsik adalah suatu

nilai yang dijunjung tanpa menghiraukan manfaat atau biayanya. Sedangkan nilai-

nilai yang instrumental adalah suatu nilai yang secara langsung memberikan

manfaat bagi kehidupan masyarakat, seperti adanya pertumbuhan ekonomi akbiat

adanya pembangunan ekonomi tadi.65

Baik nilai intrinsik maupun nilai instrumental yang terdapat dalam suatu

kearifan lokal masyarakat setempat, yang dijadikan sebagai suatu konsep

pembangunan dalam menciptakan sumber daya manusia yang memiliki daya

saing tinggi seharusnya mengacu pada empat hal yang sangat urgen, yaitu 1)

peraturan berbasis kearifan lokal; 2) adanya aktivitas gotong royong; 3)

kebersamaan dan keteladanan; serta 4) Kewajiban bagi warga masyarakat.66

Sehingga konsep pembangunan masyarakat yang berbasis kearifan lokal

songu lara mombangu, yang konsep-konsep juga terdiri atas beberpa hal tersebut.

Akan tetapi dalam menjelaskan hal ini, hanya difokuskan pada masyarakat yang

berada di Kecamatan Bolano Lambunu. Konsep-konsep tersebut akan dijelaskan

pada pembahasan berikut.

5.3.1 Aturan Berbasis Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu

65

Mariono Grondona, op., cit. hlm. 83. 66

Wigiran, op. cit., hlm. 333-334.

Page 123: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Suatu pembangunan yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas hidup

masyarakatnya yang pendekatannya pada kearifan lokal, yaitu kearifan lokal

songu lara mombangu tentunya juga harus dituangkan pada aturan-aturan yang

berbasis kearifan lokal ini. Pada Kecamatan Bolano Lambunu, aturan-aturan ini

tidak dijabarkan secara khusus dalam peraturan tingkat kabupaten. Alasanya

adalah karena dari pihak pemerintah daerah belum mengeluarkan kebijakan-

kebijakan pembangunan yang membahas hal ini secara khusus pula. Karena

semua aturan-aturan yang ada pada tingkat kecamatan ini disesuaikan dengan

aturan-aturan yang ada di tingkat kabupaten.

Secara umum, aturan-aturan tersebut telah menjadi suatu kebiasaan

masyarakat yang tidak langsung telah menjadi adat istiadat masyarakat ini.

Sehingga aturan-aturan ini meskipun secara tidak langsung dibahas dalam aturan

kecamatan. Namun seyogyanya, aturan tersebut telah disepakati secara bersama

misalnya larangan untuk melepas hewan ternak kepada masyarakat di jalan raya

dan menjemur pakaian di atas pagar rumah mereka. Ini dimaksudkan agar

lingkungan kecamatan tersebut menjadi tertib dan aman dari hewan ternak yang

mengganggu masyarakat lain yang melintasi jalan tersebut.

Pada tingkat desa, peraturan ini tertuang dalam perdes misalnya ada suatu

tindakan yang dianggap melanggar hukum seperti tindakan pencurian dan

prostitusi. Dari pihak desa sendiri telah disepakati bahwa untuk orang yang telah

melakukan tindakan pencurian dikenakan denda dan mengganti sejumlah

barang/harga yang telah dicurinya itu, sementara untuk tindakan prostitusi

dikenakan sanksi berupa denda memberikan 10 truk bahan bangunan (pasir dan

Page 124: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

batu). Dari denda yang telah disepakati untuk digunakan dalam kegiatan

pembangunan.

Kemudian untuk melaksanakan aturan itu, pihak kecamatan maupun desa

mengeluarkan program-program yang berkaitan dengan pembangunan masyarakat

tadi. Program-program tersebut seperti K3 (Kebersihan, Keindahan, dan

Ketertiban Lingkungan), PPIP (Program Peningkatan Infrastruktur Pertanian),

Program Penigkatan SDM melalui pendidikan, serta Program Peningkatan

Kapasitas Aparat Desa. Dari program-program itu dilaksanakan melalui kegiatan

kerja bakti membersihkan saluran irigasi, lapangan, masjid dan pembangunan

jalan usaha tani, penguasaan IPTEK bagi aparat desa, dan sebagainya.

5.3.2 Aktivitas Gotong Royong Masyarakat

Bagian berikutnya adalah aktivitas gotong royong masyarakat Kecamatan

Bolano Lambunu. Untuk meningkatkan proses pembangunan masyarakat yang

berbasis kearifan lokal songu lara mombangu ini, diperlukan adanya partisipasi

masyarakat. Partisipasi masyarakat Kecamatan Bolano Lambunu terwujud dalam

partisipasi tenaga, pikiran, dan materi. Partisipasi tenaga maksudnya adalah

masyarakat dalam proses pembangunan tersebut ikut serta menjalankan suatu

kegiatan pembangunan misalnya pembangunan jalan usaha tani dan kantor desa

melalui kerja bakti tadi. Sementara partisipasi pikiran, masyarakat dimintai

sumbangsi pemikiran atau pendapatnya melalui musrembang (musyawarah

rencana pembangunan) baik ditingkat kecamatan maupun desa. Sedangkan

Page 125: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

partisipasi materi, masayarakat dimintai keikhlasannya untuk menyumbangkan

sebagaian dari rupiahnya untuk melancarakan proses pembangunan tersebut.

Aktivitas gotong royong masyarakat Kecamatan Bolano Lambunu

tersebut, terlihat hanya pada saat ada kegiatan di tingkat kecamatan atau desa.

Aktivitas gotong royong masyarakat ini tentunya berupa kegiatan kerja bakti.

Kegiatan kerja bakti ini juga dilaksanakan misalnya pada setiap hari jum’at

(jum’at bersih), perayaan hari-hari besar keagamaan, hari besar nasional (seperti

peringatan hari kemerdekaan), dan MTQ tingkat kecamatan.

5.3.3 Kebersamaan dan Keteladanan Masyarakat

Bagian ketiga dari pembangunan masyarakat yang berbasis kearifan lokal

songu lara mombangu adalah tentang kebersamaan dan keteladanan masyarakat

Kecamatan Bolano Lambunu. Kebersamaan ini maksudnya adalah aktivtasa

keseharian masyarakat yang dilakukan secara bersama-sama. Sementara

keteladanan adalah sosok yang menjadi tauladan serta perilaku yang terdapat

padanya dalam kehidupannya sehari-hari. Kebersamaan dan keteladanan ini

dimaksudkan untuk mencerminkan manifestasi semboyan songu lara mombangu

dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.

Dari hasil penelitian, kebersamaan masyarakat yang ada di Kecamatan

Bolano Lambunu sudah menjadi kebiasaan masyarakat tersebut dalam kehidupan

sehari-hari yang diturunkan secara turun remurun. Menurut pemaparan

masyarakat tersebut, bahwa kebersamaan mereka sangatlah kental. Kebersamaan

tersebut terlihat dari kebiasaan masyarakatnya untuk meluangkan waktu senggang

Page 126: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

mereka untuk berkumpul dan berceritra/berdiskusi bersama. Kebiasaan ini

kemudian diwujudkan pada kegiatan yasinan yang diadakan pada setiap malam

jum’at di masjid-masjid. Dari kegiatan ini masyarakat menyempatkan diri untuk

berbincang-bincang ataupun berdiskusi membahas masalah yang mereka hadapi

sehari-hari. Selain itu juga, dalam kegiatan ini seringkali juga dibahas tentang

masalah-masalah sosial lain misalnya tentang masalah pembangunan tersebut.

Sedangkan keteladanan masyarakat, pada kecamatan ini memiliki tokoh-

tokoh yang dijadikan sebagai panutan atau contoh oleh masyarakatnya. Tokoh-

tokoh tersebut adalah tokoh agama, tokoh adat, tokoh pemerintahan, serta orang-

orang tua yang dianggap sebagai orang tua mereka bersama di kecamatan

tersebut. Adapun hal-hal atau perilaku yang dijadikan contoh oleh mereka adalah

tentang cara hidupnya, cara bergaul, dan nasehat-nasehat yang ia berikan kepaada

masyarakat Kecamatan Bolano Lambunu. Selain itu juga, tokoh tersebut

merupakan sosok yang sangat dihormati di kecamatan ini, karena perbuatannya

yang selalu menghargai orang yang bahkan derajatnya lebih rendah darinya. Ia

selalu memperlakukan setiap individu yang ada di kecamatan tersebut layaknya

keluarga sendiri.

5.3.4 Kewajiban Warga Masyarakat

Berdasarkan hasil penelitian, berkaitan dengan kewajiban warga

masyarakat Kecamatan Bolano Lambunu yang hubungannya dengan

pembangunan masyarakat berbasisi kearifan lokal songu lara mombangu. Dari

hasil ini dapat dijelaskan bahwa kewajiban warga masyarakat tersebut adalah

Page 127: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

dengan mematuhi segala peraturan dan kebijakan yang ada di kecamatan tersebut.

Selain itu juga masyarakat Kecamatan Bolano Lambunu berkewajiban

mendukung maupun berpartisipasi dalam proses peningkatan sumber daya

manusia di kecamatan ini.

Sebagai suatu kewajiban, masyarakat yang merupakan sasaran utama

proses pembangunan tersebut tentunya bertanggung jawab penuh untuk

meningkatkan kehidupan mereka. Kewajiban setiap warga masyarakat ini

tentunya juga memberikan pemahaman kepada masyarakat lain yang tidak perduli

akan hal ini sebelumnya. Sehingga proses penyadaran sangat diperlukan dalam

hal mendukung terciptanya proses pembangunan. Sedangkan dari pemerintah

sendiri, mereka memiliki kewajiban memberikan penyuluhan-penyuluhan kepada

masyarakat berkaitan dengan program-program yang ada di kecamatan.

Contohnya adalah penyuluhan dari dinas pertanian mengenai tata cara pengolahan

lahan, penanaman, pemeliharaan serta pada saat pelaksanan panen hasil pertanian.

Page 128: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dijelaskan pada Bab V di atas, maka peneliti

dapat mengambil suatu bahwa songu lara mombangu merupakan semboyan

masyarakat Parigi Moutong yang dikutip dari Bahasa Kaili yang terdiri atas kata

songu yang berarti satu, lara berarti hati, dan mombangu yang artinya adalah

membangun. Jadi songu lara mombangu adalah satu hati dalam membangun

Parigi Moutong. Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa songu lara

mombangu merupakan keinginan masyarakat yang berasal dari dalam hati untuk

menciptakan pembangunan Parigi Moutong menjadi suatu kabupaten yang

mandiri.

Adapun aspek-aspek yang terkandung dalam kearifan lokal songu lara

mombangu meliputi atas pemikiran, sikap, dan tindakan masyarakat Parigi

Moutong. Pemikiran masyarakat tentang semboyan songu lara mombangu ini

yaitu ketekatan masyarakat yang secara bersama ikut dalam proses pembangunan

yang ada di Kabupaten Parigi Moutong. Selanjutnya adalah sikap yang diberikan

tentang semboyan tersebut adalah suatu dukungan yang secara penuh terhadap

penerapan kearifan lokal songu lara mombangu sebagai suatu pedoman mereka

bersama. Sedangkan tindakan masyarakatnya adalah dengan melibatkan diri

secara tidak langusung dalam kegiatan pembangunan.

Page 129: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Selanjutnya, karakter daripada kearifan lokal songu lara mombangu

adalah mencakup atas pengetahuan moral, perasaan moral, dan tindakan moral

masyarakat. Karakter songu lara mombangu ini pada umumnya merupakan suatu

ciri khas masyarakat Parigi Moutong yang telah ada sudah sejak lama. Untuk

pengetahuan masyarakat yang secara moral adalah tentang pemahaman

masyarakat tersebut tentang songu lara mombangu. Masyarakat memahami

semboyan ini sebagai falsafah atau pandangan hidup masyarakat serta pedoman

bagi mereka untuk menjalin hubungan dengan semanya. Secara moral juga,

masyarakat merasakan songu lara mombangu ini sebagai wadah yang mengikat

mereka untuk hidup berdampingan dengan memiliki rasa kekeluargaan. Seperti

yang telah dijelsakan di atas juga, bahwa tindakan moral yang terkandung dalam

songu lara mombangu ini adalah tindakan yang suka membantu masyarakat yang

sedang mengalami kesusahan, suka tolong menolong dan bergotong royong dalam

melaksanakan suatu pekerjaan.

Lanjut daripada itu, pembangunan masyarakat berbasis kearifan lokal

songu lara mombangu mencakup atas aturan yang berbasis kearifan lokal songu

lara mombangu, aktivitas gotong royong masyarakat, kebersamaan dan

keteladanan, serta kewajiban warga masyarakat. Pertama, aturan yang berbasis

kearifan lokal songu lara mombangu ini hanya tertuang pada peraturan kecamatan

dan peraturan desa. Untuk peraturan kecamatan, yaitu larangan kepada

masyarakat untuk melepaskan hewan ternak di jalan raya serta larangan menjemur

pakaian di depan rumah. Sementara untuk peraturan desa adalah memberikan

denda kepada masyaraat yang melakukan tindakan melanggar hukum. Untuk

Page 130: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

merealisasikan aturan-aturan tersebut pihak kecamatan maupun desa

mengeluarkan program berupa K3 (Kebersihan, Keindahan, dan Ketertiban)

Lingkungan, PPIP (Program Peningkatan Infrastruktur Pertanian) Program

Peningkatan SDM dan Kapasitas Aparat Desa.

Kedua, adalah aktivitas gotong royong masyarakat. Dalam menigkatkan

pembangunan masyarakat ini tentunya diperlukan adanya aktivitas gotong royong

masyarakatnya dalam mencapai tujuan pembangunan tersebut. Aktivitas gotong

royong masyarakat ini dimanifestasikan dalam kegiatan kerja bakti melaui

kegiatan jum’at bersih, membersihkan lapangan dan masjid, membersihkan

saluran irigasi, serta pembangunan jalan usaha tani. Kegiatan-kegiatan ini

biasanya dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan MTQ tingkat kecamatan,

perayaan hari besar keagamaan dan hari kemerdekaan, lomba tingkat desa, serta

penigkatan hasil pertanian dan kemudahan dalam proses distribusi hasil pertanian.

Ketiga, yaitu kebersamaan dan keteladanan masyarakat. Kebersamaan

masyarakat ini telah terjalin sudah sejak lama dan terpelihara dengan baik.

Kebersamaan ini dapat dilihat melalui kebiasaan masyarakat yang suka

berkumpul dengan sesamanya, mislanya pada pelaksanaan yasinan. Dalam

pelaksanaan kegiataan tersebut masyarakat berkumpul bersama untuk bercerita

dan berdiskusi mebahas persoalan sehari-hari dan masalah-masalah seputar

pemerintahan kecmatan maupun desa. Sedangkan untuk keteladanan, masyarakat

menjadikan tokoh adat, tokoh agama, dan tokoh pemerintah sebagai panutan

mereka. Ada hal-hal penting dalam pribadi-pribadi mereka, yaitu tutur kata yang

Page 131: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

sopan, moral dan akhlak yang baik, perilaku menghargai sesamanya, suka

membantu masyarakat yang sedang mengalami kesusahan, serta suka memberikan

nasehat-nasehat kepada masyarakat.

Terakhir, berkaitan dengan kewajiban warga masyarakat. Dalam proses

meningkatkan sumber daya manusia masyarakat memiliki kewajiban untuk patuh

dan taat terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah. Selain itu masyarakat juga

memiliki kewajiban untuk mendukung proses pembangunan masyarakat tersebut.

Serta masyarakat wajib untuk terlibat atau berpartisipasi (baik secara pikiran,

tenaga dan materi) untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat sebagai subjek

pembangunan.

6.2 Saran

Pada bagian ini, peneliti menyarankan kepada pemerintah terkait agar

lebih mengefektifkan pelaksanaan pembangunan masyarakat sebagaimana yang

terdapat dalam visi dan misi Kabupaten Parigi Moutong. Proses peningkatan

pembangunan ini yang pendekatannya itu hendak mencakup semua aspek

kehidupan masyarakat, khususnya pendekatan kultural masyarakat. Karena

masyarakat yang ada di Kabupaten Parigi Moutong ini memiliki budaya dan etnik

yang berbeda-beda. Sehingga pendekatan tersebut dianggap sangat penting demi

mencapai tujuan daripada pembangunan tersebut.

Pihak pemerintah juga hendaknya memberikan semacam sosialisasi

kepada masyarakat mengenai semboyan songu lara mombangu ini. Bila perlu,

semboyan ini dimasukan ke dalam kurikulum pendidikan melalui pengetahuan

Page 132: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

budaya lokal. Agar masyarakat itu lebih memiliki pemahaman yang luas tentang

songu lara mombangu sebagai pedoman mereka dalam melakukan aktivitas

sehari-hari serta dalam melakukan proses pembangunan mulai dari usia sekolah

dasar.

Untuk masyarakat umum sendiri, hendaknya mereka menjaga kearifan

lokal songu lara mombangu agar tetap terjaga kelestariannya sebagai suatu

warisan budaya lokal. Serta masyarakat tersebut perlu untuk terus menjaga nilai-

nilai yang terkandung dalam semboyan ini dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Sehingga nantinya songu lara mombangu ini dapat dikenal oleh kalangan

masyarakat di luar Kabupaten Parigi Moutong bahkan sampai pada kancah

internasional bahwa Kabupaten Parigi Moutong memiliki semboyan songu lara

mombangu sebagai suatu kearifan lokal masyarakat yang dipraktikkan melalui

pementasan seni budaya seperti itu festival kebudayaan dengan mengangkat tema

seputar songu lara mombangu.

Page 133: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

DAFTAR PUSTAKA

Creswell, 2013, Researc Design: Pendekatan Kualitiatif, Kuantitatif, dan Mixed,

Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Idi, A., 2011, Sosiologi Pendidikan: Individu, Masyarakat, dan Pendidikan,

Rajawali Pers, Jakarta.

Grondona, M., 2011, “Tipologi Budaya Pembangunan Ekonomi”, dalam

Lawrence E. Harrison dan Samuel P. Huntingon (ed), Kebangkitan Peran

Budaya: Bagaimana Nilai-Nilai Membentuk Kemajuan Manusia, Pustaka

LP3ES Indonesia, Jakarta.

Koordinator Statistik Kecamatan Bolano Lambunu, 2014, Pembangunan

Kecamatan Bolano Lambunu Dalam Angka 2014, BPS Kabupaten Parigi

Moutong, Parigi.

Liliweri, A., 2005, Prasangka & Konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat

Multikultur, LKiS, Yogyakarta.

Makmur, A. (ed), 2011, Kearifan Lokal Di Tengah Modernisasi, Pusat Penelitian

dan Pengembangan Kebudayaan Badan Pengembangan Sumber Daya

Kebudayaan dan Pariwisata Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata

Republik Indonesia, Jakarta.

Merriam, S. B. dkk., 2002, Qualitative Research in Practice, CA: Josey-Bass, San

Fransisco.

Nasution, B., 1998, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Tarsito, Bandung.

Rudito, B. dan M. Famiola, 2013, Social Maping – Metode Pemetaan Sosial:

Teknik Memahami Suatu Masyarakat atau Komuniti, Rekayasa Sains,

Bandung.

Soetomo, 2012, Pembangunan Masyarakat: Merangkai Sebuah Kerangka,

Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Sugiyono, 2013, Penelitian Kualitatif, CV Alvabeta, Bandung.

Sulasman dan Setia Gumilar, 2013, Teori-Teori Kebudayaan Dari teori Hingga

Aplikasi, Pustaka Setia, Bandung.

Yunus, R., 2014, Nilai-Nilai Kearifan Lokal (Local Genius) Sebagai Penguat

Karakter Bangsa: Studi Empiris Tentang Huyula, Cet. 1, Ed. 1,

Deepublish, Yogyakarta.

Referensi Lain

Page 134: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Abdullah, T., 2010, “Refleksi Selintas Tentang Primordialisme, Pluralisme, dan

Demokrasi”, Jurnal Masyarakat dan Budaya, Volume 12, Nomor 2.

Ackyl, D., “Kearifan Lokal Sebagai Aset Budaya Bangsa”.

Alfian, M., 13-14 Jun 2013, “Potensi Kearifan Lokal dalam Pembentukan Jati Diri

dan Karakter Bangsa”, Makalah dalam Seminar Tentang The 5th

Internasional Conference on Indonesian Studies: “Ethnicity and

Globalization”, diselenggarakan oleh ICSSIS (International Conference &

Summer School on Indonesian Studies) Fakultas Ilmu pengetahuan

Budaya Universitas Indonesia, Yogyakarta.

Annas, F. B., 2013, “Analisis Kearifan Lokal Huyula Desa Bongoime Provinsi

Gorontalo”, Skripsi pada Program Sarjana Ilmu Komunikasi dan

Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.

Ekarani , P. A., 2012, “Nilai-Nilai Kearifan Lokal Dalam Kebijakan Pemerintah

Daerah Untuk Pengembangan Lahan Perumahan Di Kabupaten Sleman”,

Tesis pada Program Magister Ilmu Hukum, Universitas Atma Jaya

Yogyakarta.

Muslimah, R., 2012, “Pendidikan Karakter Dengan Pendekatan Kearifan Lokal Di

Play Group Aisyiyah rejodani Sariharjo Ngalik Sleman Yogyakarta”,

Skripsi pada Program Sarjana Ilmu Pendidikan Islam, Universitas Islam

Negeri Suan Kalijaga, Yogyakarta.

Nurroh, S., 2014, “Critical Review Studi Kasus: Kearifan Lokal (Local Wisdom)

Masyarakat Suku Sunda Dalam Pengelolaan Lingkungan yang

Berkelanjutan”, Tesis pada Program Magister Ilmu Manajemen

Lingkungan, Universitas Gadja Mada, Yogyakarta.

Ridwan, N. A., 2007, “Landasan keilmuan Kearifan Lokal”, Jurnal Studi Islam

dan Budaya (IBDA), Vol. 5, No. 1, Jan-Jun.

Setiawan, D., Februari 2013, “Peran Pendidikan Karakter dalam Mengembangkan

Kecerdasan Moral”, Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 1.

Sulastri, 2013, “Membangun Toleransi Dari Kearifan Lokal di Dusun Plumbon,

Banguntapan, Bantul, Yogyakarta”, Skripsi pada Program Sarjana Ilmu

Theologi Islam, Universitas Negeri Islam Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Wagiran, Oktober 2012, “Pengembangan Karakter Berbasis Kearifan Lokal

Hamemayu Hayuning Bawana (Identifikasi Nilai-Nilai Karakter Berbasis

Budaya)”, Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun II, Nomor 3.

,2011, “Pengembangan Model Pendidikan Lokal dalam mendukung

Visi Pembangunan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2020 ((Tahun

kedua)”, Jurnal Penelitian dan Pengembangan, Volume III, Nomor 3.

Page 135: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

Wahyuni, S., “Keberagaman dan Makna Nilai Kearifan Lokal sebagai Sumber

Inspirasi Pembelajaran seni Budaya yang Berkarakter”, IKIP PGRI

Madiun. Wesnawa, G. Astra, “Dinamika Pemanfaatan Ruang Berbasis

Kearifan Lokal Di Kabupaten Buleleng Provinsi Bali”, Jurnal Forum

Geografi, Vol. 24, No. 1.

Internet

https://www.academia.edu/8425033/pdf, diakses pada tanggal 6 Februari 2015.

http://ikippgrimadiun.ac.id/ejournal/, diakses pada tanggal 16 Februari 2015.

Page 136: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong

CURICULUM VITAE

Nama : Rikyanto

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Alamat : Desa Anutapura Kecamatan Bolano Lambunu Kabupaten

Parigi

Moutong

Kewarganegaraan : Indonesia

Anak ke- : 1 (satu) dari 5 (lima) bersaudara

Ayah : Yudin Suduri

Ibu : Olis Pakaya

Pendidikan Formal :

1. SDN 2 Margapura

2. SMP N 1 Bolano Lambunu

3. SMA N 1 Paguat

4. Universitas Negeri Gorontalo

Page 137: Kearifan Lokal Songu Lara Mombangu Masyarakat Parigi Moutong