KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA...

64
i KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT KECAMATAN BESULUTU KABUPATEN KONAWE SULAWESI TENGGARA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana (S1) Oleh: ANDI ILHAM F1D1 10 055 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI OKTOBER 2015

Transcript of KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA...

Page 1: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

i

KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT KECAMATAN BESULUTU

KABUPATEN KONAWE SULAWESI TENGGARA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana (S1)

Oleh:

ANDI ILHAM F1D1 10 055

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

OKTOBER 2015

Page 2: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

ii

ii

Page 3: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Andi Ilham

Tempat/Tanggal Lahir : Kendari, 09 juli 1992

Alamat : Jln. Lumba-lumba, Kel lalolara, Kendari

No Telpn/Hp : 0852 3063 1755

Email : [email protected]

Nama Ayah : Andi Irwan

Nama Ibu : Rosdianti

Alamat : Kel. Loea, Kec. Loea, kab. Kolaka Timur

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 1 Loea, masuk tahun 1998 dan lulus tahun

2004.

2. SMP Negeri 1 Tirawuta, masuk tahun 2004 dan lulus

tahun 2007.

3. SMA Nenegri 1 Tirawuta, masuk tahun 2007 dan lulus

tahun 2010.

4. Perguruan Tinggi/Akademi Universitas Halu Oleo,

lulus tahun 2015

iii

Page 4: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

iv

iv

Page 5: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena

berkat rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi yang berjudul “Keanekaragaman Jenis Serangga

Nocturnal Pada Perkebunan Kelapa Sawit Kecamatan Besulutu kabupaten

Konawe Sulawesi Tenggara” dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan

untuk mencapai derajat Sarjana Stata Satu (S-1) pada Jurusan Biologi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo.

Berbagai kesulitan dan hambatan dalam penulisan hasil penelitian ini

penulis dapatkan, namun atas rahmat Allah SWT serta dorongan, tekad dan

kemauan yang keras terutama adanya bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat

terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis

menghaturkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Hj.

Sitti Wirdhana A, S.Si, M. Si selaku pembimbing I dan Ibu Dr. Suriana, M.Si

selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

penyusunan hasil penelitian ini.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih serta penghargaan yang tak

terhingga kepada orang tuaku yang tercinta ayahanda Andi Irwan, S.Pd dan

ibunda Rosdianti, S.Pd yang penuh kasih sayang memelihara, menuntun,

v

Page 6: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

vi

mendidik, dan membesarkan penulis. Semoga seluruh budi baik dan jasa mereka

diberikan pahala dan keselamatan di akhirat kelak. Ucapan terimakasih kepada

saudara-saudaraku Sartina, S.Pdi, Andi Irma Sari, S.Kep serta kakak iparku

Muh. Ikbal dan Lulu Herwanto, S.H yang selalu memberikan masukan dan

motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan studi.

Dalam penyusunan hasil penelitian ini, penulis banyak mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak yang merupakan sumber acuan dalam keberhasilan

penyusunan hasil penelitian ini. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis sangat

berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan pendapat, saran, serta

solusi penyelesaian penyusunan hasil penelitian, yaitu kepada yang terhormat:

1. Rektor Universitas Halu Oleo Kendari

2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu

Oleo Kendari

3. Ketua Jurusan Biologi yang telah mendorong dan memotivasi penulisan selama

ini.

4. Dr. Nur Arfa Yanti, S.Si, M.Si selaku penasehat akademik yang telah

memberikan pengarahan bimbingan dalam memprogramkan mata kuliah.

5. Muhsin, S.Pd, M.Si, Wa Ode Harlis, S.Si, M.Si dan Dr. Amirullah, M.Si

selaku dewan penguji yang telah banyak memberikan ide dan masukan saran-

saran yang membangun.

6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Biologi serta segenap Staf Administrasi

di Lingkungan FMIPA UHO.

vi

Page 7: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

vii

7. Terima kasih kepada Dita Sintia Arisandi yang telah banyak memberikan

support, ide, tenaga, fikirannya serta motivasi yang positif dalam

menyelesaikan studi ini.

8. Sahabat seperti keluarga penulis, Perkumpulan Bioz; Edi Azis, M. Rasyid

Ridho, M Sugiarto, Rasno JS, Agung Baskoro, Bribda Sofyan Hadi. Terimah

kasih banyak telah memberikan suport kepada penulis.

9. Terima kasih kepada bapak Amin Murukiyanto dan ibu Aliati S. Porongoti

beserta Efis Amalia, Niska Amalia, Nur Apni Amalia, Nur Rahmadani

Amalia. Terima kasih banyak atas bantuannya selama ini.

10. Sahabat-sahabat penulis ; Sella Resha, Ayu Safitri, Diajeng Puspita,

Hasryanti, Ranti Melkaresi, Kadriah terima kasih atas bantuannya selama ini.

11. Saudara seperjuangan angkatan 2010, Edi Azis, Pardin, LD. Adi Parman, S.Si,

La Riadi, S.Si, Jendri Mamangkey, S.Si, La Ode M. Daud, Muhlis, S.Si,

Arsita Adam, S.Si, Yustina Rante Kali S.Si, Yurnal, S.Si, Dian Cristiani, S.Si,

Titin Pratiwi R, S.Si, Eka Riskawati, S.Si, Yuli Suryawati, S.Si, Nurtin,

Novita Sari, S.Si, Israh, S.Si, Rina, S.Si, Eti Ritnawati, Fildamayanti,

Marwati, Nelpiani, Nurmini, Wa Ode Desi, S.Si, Leni Ratnasari, Yusmiana

S.Si, Istika Noviani, S.Si, Sinta Sawitri, S.Si, Hisna, Farni, S.Si, Novita sari

S.Si, Hardianty Faisal S.Si.,Serta semua angkatan 2010 Jurusan Biologi yang

tidak sempat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuannya selama ini

baik secara moril maupun materil.

12. Untuk senior-seniorku, Hendra, Catra Anugrawan, Andi Wiradiharja, Abd.

Hafids, S.Si, Sofyan, S.Si, Sudiaman, S.Si, Rahman, S.Si, Mawardi Janitra,

vii

Page 8: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

viii

S.Si, Baharuddin, Lin Marselina, S.Si, Fitriani, S.Si, Taslim, Izal, S.Si, Agung,

S.Si, Jeane Kristy Kantohe, S.Si dan yang tidak sempat saya sebutkan satu

persatu. Terima kasih atas arahan dan motivasinya.

13. Adik-adik di jurusan Biologi mulai dari angkatan 2011 hingga 2014; Mustang

Abd. Fajar Rasidu S.Si, Jefriadi, Malin, Indayani, Ritnawati, Niar satriani, La

Samsul, Komang Murdana, Ridwan, Fatma Cahya Putri, Ika Riskawati,

Wahyuni, Rafiu Drajat, Hasran, Siti surahmi, Irmayanti Arif, Muh.

Gusmiranda, Muh. Sulfickar, Aditia, Ari, Pebrianto Meyer, Hermawan,

Baharudin, Arun, Hardianto, Dafid Pratama, Hironimus, Devan, Hariani, Risna,

Putra Prabowo, Diaz Eka Anjani serta adik-adik yang tidak bisa saya sebutkan

satu persatu terima kasih atas bantuannya.

Akhirnya penulis berharap semoga partisipasi dan bantuan yang telah

diberikan kepada penulis bernilai ibadah serta mendapat imbalan yang setimpal

dari Allah SWT. Walaupun masih banyak kekurangan dalam skripsi ini penulis

berharap ini dapat menjadikan sumber informasi ilmiah bagi peneliti yang relevan

dengan penelitian ini. Amin Yaa Rabbal ‘alamin.

Kendari, 29 Oktober 2015 Penulis

viii

Page 9: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

ix

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAK ABSTRACT BAB I. PENDAHULUAAN

A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Serangga (Insecta) B. Morfologi Serangga C. Serangga Nocturnal D. Keanekaragaman Jenis Serangga dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhinya E. Status Serangga Pada Perkebunan Kelapa Sawit

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian B. Jenis Penelitian C. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat Penelitian 2. Bahan Penelitian

D. Variabel Penelitian E. Definisi Operasional F. Indikator Penelitian G. Prosedur Kerja

1. Penentuan Lokasi Penelitian 2. Pengukuran Faktor Lingkungan 3. Pengambilan Sampel 4. Identifikasi Sampel

H. Analisis Data I. Penyajian Data

Halaman i ii iii iv v ix xi xii xiii xiv xv

1 1 3 3 4

5 5 5 9

11 14

16 16 17 17 17 18 18 18 19 19 19 20 21 24

24 25

ix

Page 10: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

x

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Faktor Lingkungan

1. Suhu 2. Kelembapan 3. pH

B. Jenis – Jenis Serangga Nocturnal yang ditemukan Pada Setiap Stasiun di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Mega Utama Tani Besulutu,Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.

C. Indeks Keanekaragaman (H’) dan Kemerataan (E) Jenis Serangga Nocturnal Pada Perkebunan Kelapa Sawit PT. Mega Utama Tani Besulutu, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.

D. Deskripsi Jenis Serangga Nocturnal Pada Perkebunan Kelapa Sawit PT. Mega Utama Tani Besulutu, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara

BAB V. PENUTUP A. Simpulan B. Saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

26 26 26 27 27

28

31

35

43 43 43

44 46

x

Page 11: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Teks

1. Alat yang digunakan beserta fungsinya

2. Bahan yang digunakan beserta fungsinya

3. Rata-rata hasil pengukuran parameter lingkungan pada setiap

stasiun pada perkebunan kelapa sawit.

4. Jenis dan Jumlah Individu Serangga Nocturnal yang

ditemukan Pada Setiap Stasiun di Perkebunan Kelapa Sawit

5. Indeks Keanekaragaman (H’) dan Kemerataan (E’) Jenis

Serangga Nocturnal Pada Setiap Stasiun di Perkebunan

Kelapa Sawit.

Halaman

17

18

26

28

31

xi

Page 12: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks

1. Gambaran Umum Serangga

2. Peta perkebunan kelapa sawit PT. Mega Utama Tani,

Kecamatan Besulutu, SulawesiTenggara.

3. Perangkap modifikasi Light trap dan yellow trap

4. Skema penempatan stasiun dan perangkap

5. Histogram Indeks Keanekaragaman dan Kemerataan Jenis

Serangga Nocturnal Pada Perkebunan Kelapa Sawit.

6. Genus Gryllus

7. Genus Dystipsidera

8. Genus Drypta

9. Genus Apogonia

10. Genus Dinoderus

11. Genus Bitoma

12. Genus Encymon

13. Genus Colophotia

14. Genus Paederus

15. Genus Oryctes

16. Genus Spodoptera

17. Genus Nymphula

18. Genus Nymphula

19. Genus Ostrinia

20. Genus Nyctemera

Halaman

6

16

22

23

32

35

36

36

37

37

38

38

39

39

40

40

41

41

42

42

xii

Page 13: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks

1. Dokumentasi Penelitian

2. Peta Penelitian

Halaman

46

49

xiii

Page 14: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

xiv

KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT KECAMATAN BESULUTU

KABUPATEN KONAWE SULAWESI TENGGARA

Oleh:

Andi Ilham F1D1 10 055

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serangga nocturnal dan keanekaragaman serta kemerataan jenis serangga nocturnal yang ditemukan pada perkebunan kelapa sawit Kecamatan Besulutu Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara. Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif, dilaksanakan pada bulan Juni 2015. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Plot Square dengan perangkap modifikasi light trap dan yellow trap dan di identifikasi di laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo. Keanekaragaman jenis serangga nocturnal ditentukan dari indeks keanekaragaman dan indeks kemerataan. Hasil penelitian diperoleh 444 individu yang terdiri dari 3 ordo, 12 famili dan 14 genus. Indeks keanekaragaman (H’) serangga pada stasiun I (2,40), stasiun II (2,50) dan stasiun III (2,46) yang tergolong dalam kategori sedang. Indeks kemerataan (E’) serangga pada stasiun I (0,97), stasiun II (0,95) dan pada stasiun III (0,93) yang tergolong dalam kemerataan yang stabil.

Kata Kunci: Serangga nocturnal, Perkebunan kelapa sawit, Keanekaragaman, Kemerataan.

xiv

Page 15: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

xv

DIVERSITY OF NOCTURNAL INSECTS TYPE IN OIL PALM PLANTATIONS OF BESULUTU DISTRICT KONAWE REGENCY

SOUTH EAST SULAWESI

Written by :

Andi Ilham F1D1 10 055

ABSTRACT

The aims of this research was to know nocturnal insects and diversity and also evenness nocturnal insects that found in oil palm plantations Besulutu district Konawe regency South East Sulawesi. This research was exploratif research, conducted on June 2015. Sampling was done by plot square methode with modification light trap and yellow trap and was identification in Biology Laboratory, Faculty Of Mathematic and Natural Science, Halu Oleo University. Diversity of nocturnal insects was determined by diversity and evenness index. The result of this research obtained 444 individuals consisting of 3 orders, 12 families and 14 genera. Diversity index (H’) of nocturnal insects at station I (2.40), station II (2.49), and the station III (2.45) which appertain of medium category. Evenness index (E’) of nocturnal insects at station I (0.97), station II (0.95), and the station III (0.93) which appertain of stabil evenness.

Keywords : Nocturnal Insects, Oil Palm Plantations, Diversity, Evenness

xv

Page 16: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Serangga merupakan fauna avertebrata yang sangat penting dalam

berbagai ekosistem. Serangga memiliki keanekaragaman yang sangat tinggi

dengan daya adaptasi yang tinggi pada berbagai habitat. Keanekaragaman yang

tinggi dalam sifat-sifat morfologi, fisiologi dan perilaku adaptasi dalam

lingkungannya, dan demikian banyaknya jenis serangga yang terdapat di muka

bumi, menyebabkan banyak kajian ilmu pengetahuan, baik yang murni maupun

terapan, menggunakan serangga sebagai model/bahan pengamatan

(Tarumingkeng, 2001).

Kurang lebih dari 1 juta spesies serangga telah dideskripsi, hal ini

merupakan petunjuk bahwa serangga merupakan makhluk hidup yang

mendominasi bumi. Diperkirakan masih ada sekitar 10 juta spesies serangga yang

belum dideskripsi. Untuk dapat mengenal makhluk hidup khususnya pada hewan

berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya dapat dilakukan melalui pengamatan ciri-

ciri morfologi, habitat, cara berkembang biak, jenis makanan, tingkah laku, dan

beberapa ciri lain yang dapat diamati. Keanekaragaman jenis hewan pada suatu

tempat dapat ditentukan dari indeks keanekaragaman suatu komunitas (Dakir,

2009).

Penggolongan jenis serangga berdasarkan aktivitasnya, dikenal serangga

yang aktif di siang hari (diurnal) dan serangga yang aktif di malam hari

1

Page 17: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

2

(nocturnal). Serangga malam hari (nocturnal) adalah hewan yang tidur pada siang

hari, dan aktif pada malam hari. Serangga nokturnal umumnya memiliki

kemampuan penglihatan yang tajam. Serangga nocturnal dapat melihat

gelombang cahaya yang lebih panjang daripada manusia dan dapat memilah

panjang gelombang cahaya yang berbeda-beda. Panjang gelombang cahaya dari

300-400 nm (mendekati ultraviolet) sampai 600-650 nm (orange). Diduga bahwa

serangga tertarik pada ultraviolet karena cahaya itu merupakan cahaya yang

diabsorbsi oleh alam terutama oleh daun (Borror et al., 1996).

Perkebunan kelapa sawit milik PT. Mega Utama Tani di Kabupaten

Konawe seluas 346.92 hektar dengan luas tanaman 346.49 hektar. Perkebunan

Kelapa Sawit tidak luput dari gangguan hama dan penyakit. Salah satu hama yang

menjadi perhatian serius dalam budidaya kelapa sawit adalah hama dari golongan

serangga. Sejauh ini telah banyak dilakukan kajian mengenai keanekaragaman

serangga, misalnya, Pelawi (2009) menunjukkan bahwa terdapat 10 ordo serangga

di wilayah PT. Umbulmas Wisesa Kabupaten Labuhan Batu yang terdiri dari 33

famili, dengan jumlah populasi serangga sebanyak 299 individu. Saputri (2006)

menemukan jenis insekta yang terperangkap pada lahan pasca 10 tahun

penambangan batubara di Desa Gunung Batu Kecamatan Binuang kabupaten

tapin berjumlah 8 ordo, 17 famili dan 17 genus.

Sampai saat ini belum ada informasi tentang jenis- jenis serangga

nocturnal yang terdapat pada perkebunan kelapa sawit PT. Mega Utama Tani.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian ini yang berjudul

Page 18: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

3

Keanekaragaman Jenis Serangga Nocturnal pada Perkebunan Kelapa Sawit

Kecamatan Besulutu Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang dikaji pada penelitian ini adalah :

1. Jenis serangga nocturnal apa saja yang ditemukan pada perkebunan kelapa

sawit, Kecamatan Besulutu, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara ?

2. Bagaimana keanekaragaman dan kemerataan jenis serangga nocturnal yang

ditemukan pada perkebunan kelapa sawit, Kecamatan Besulutu, Kabupaten

Konawe, Sulawesi Tenggara ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui jenis serangga nocturnal apa pada perkebunan kelapa

sawit, Kecamatan Besulutu, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.

2. Untuk mengetahui keanekaragaman dan kemerataan jenis serangga nocturnal

pada perkebunan kelapa sawit, Kecamatan Besulutu, Kabupaten Konawe,

Sulawesi Tenggara.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat mengetahui jenis-jenis serangga nocturnal apa saja yang ditemukan

pada perkebunan kelapa sawit, Kecamatan Besulutu, Kabupaten Konawe,

Sulawesi Tenggara.

Page 19: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

4

2. Dapat mengetahui keanekaragaman dan kemerataan jenis serangga nocturnal

apa saja yang ditemukan pada perkebunan kelapa sawit, Kecamatan Besulutu,

Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.

3. Menambah wawasan peneliti mengenai keanekaragaman dan kemerataan jenis

serangga nocturnal apa saja yang ditemukan pada perkebunan kelapa sawit,

Kecamatan Besulutu, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara

4. Sebagai bahan informasi dan acuan bagi peneliti selanjutnya khususnya yang

meneliti masalah-masalah yang relevan dengan penelitian ini.

Page 20: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Serangga (Insecta)

Serangga sebagai salah satu organisme dengan keanekaragaman yang

tinggi merupakan kekayaan hayati Indonesia yang diperhatikan keberadaannya.

Jumlah serangga mencapai sekitar 250.000 jenis atau 15% dari biota yang ada di

Indonesia (Borror et al., 1996).

Serangga adalah anggota dari filum atropoda (binatang dengan kaki

beruas-ruas) yang terbagi menjadi tiga sub filum yaitu filum Trilobita (telah

punah dan tinggal sisa-sisanya/fosil) Chelicerata (terdiri atas beberapa kelas

termasuk Arachnida) dan Mandibulata (terdiri atas beberapa kelas yang salah

satunya adalah kelas insect/Hexapoda).

B. Morfologi Serangga

Serangga merupakan kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda)

yang bertungkai enam (tiga pasang), karena itulah mereka disebut pula Hexapoda

(dari bahasa Yunani, berarti “berkaki enam”). Serangga ditemukan hampir di

semua lingkungan. Kajian mengenai peri kehidupan serangga disebut entomologi.

Lebih dari 800.000 spesies insekta sudah ditemukan. Terdapat 5.000

spesies bangsa capung (Odonata), 20.000 spesies bangsa belalang (Orthoptera),

170.000 spesies bangsa kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera), 120.000 bangsa

lalat dan kerabatnya (Diptera), 82.000 spesies bangsa kepik (Hemiptera), 360.000

5

Page 21: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

6

spesies bangsa kumbang (Coleoptera), dan 110.000 spesies bangsa semut

dan lebah (Hymenoptera) (Suheriyanto , 2008).

Secara morfologi, tubuh serangga dewasa dapat dibedakan menjadi tiga

bagian utama, sementara bentuk pradewasa biasanya menyerupai moyangnya,

hewan lunak beruas mirip cacing. Ketiga bagian tubuh serangga dewasa

adalah kepala (caput), dada (thorax), dan perut (abdomen). Caput merupakan

sebuah konstruksi yang padat dan keras dan terdapat beberapa suture yang

menurut teori evolusi caput tersebut terdiri dari empat ruas yang mengalami

penyatuan. Thorax terdiri dari tiga ruas yang jelas terlihat, sedangkan abdomen

terdiri dari + 9 ruas (Pelawi, 2009). Gambar 1 menunjukan morfologi dan anatomi

secara umum.

Gambar 1. Morfologi Serangga (https://www.google.com/search?q=serangga&source=lnms&tbm= 3 Februari 2015).

Page 22: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

7

Caput merupakan kepala serangga yang berfungsi sebagai tempat

melekatnya antena, mata majemuk, mata oseli, dan alat mulut. Berdasarkan

posisinya kepala serangga dibagi menjadi tiga, yaitu hypognathous, prognathous,

dan ephistognathous. Hypognathous apabila alat mulutnya menghadap ke bawah,

contoh serangganya adalah belalang Acrididae; prognathous apabila alat

mulutnya menghadap ke depan, contoh serangganya adalah kumbang Carabidae;

dan ephistognathous apabila alat mulutnya menghadap ke belakang, contoh

serangga adalah semua serangga ordo Hemiptera (Pelawi, 2009).

Antena serangga berjumlah dua atau sepasang, berupa alat tambahan yang

beruas-ruas dan berpori yang berfungsi sebagai alat sensor. Bagian-bagian antena

adalah antenifer, soket, scape, pedicel, meriston, dan flagelum. Bentuk antena

serangga sangat bervariasi berdasarkan jenis dan stadiumnya. Mata serangga

terdiri dari dua macam yaitu mata majemuk dan mata oseli. Mata majemuk

berfungsi sebagai pendeteksi warna dan bentuk, sedangkan mata oseli atau biasa

disebut mata tunggal berfungsi sebagai pendeteksi intensitas cahaya. Mata

majemuk terdiri dari beberapa ommatidia dan mata tunggal terdiri dari satu.

Sebagai contoh, mata majemuk capung terdiri dari 28.000 ommatidia dan satu

ommatidiumnya berukuran + 10 µm. Serangga makan dengan menggunakan

mulutnya. Ada beberapa tipe alat mulut serangga, yaitu: penggigit-pengunyah,

penggigit-pengisap, penusuk-pengisap, pemarut-pengisap, pengait-pengisap,

pencecap-pengisap, dan pengisap (Borror et al., 1996).

Page 23: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

8

Leher serangga merupakan daerah bermembran yang disebut cervix. Pada

bagian cervix terdapat sepasang cervical sklerit. Sepasang cervical sklerit ini

berfungsi sebagai engsel yang menghubungkan antara caput dengan thorax. Pada

beberapa serangga cervix sklerit ini menyatu dengan pleura pada protoraks.

Thorax adalah bagian yang menghubungkan antara caput dan abdomen. Thorax

serangga terdiri dari tiga ruas yaitu protorak, mesotorak, dan metatorak. Thorax

juga merupakan daerah lokomotor pada serangga dewasa karena pada Thorax

terdapat tiga pasang kaki dan dua atau satu pasang sayap (kecuali ordo Thysanura

tidak bersayap). Thorax bagian dorsal disebut notum (Cambell et al., 2004).

Kaki serangga dewasa berjumlah tiga pasang, sedangkan pada fase

pradewasa jumlah kakinya sangat bervariasi tergantung spesiesnya. Secara umum

kaki serangga terdiri dari beberapa ruas yaitu trochantin, coxa, trochanter, femur,

tibia, tarsus, pretarsus, dan claw. Bentuk kaki serangga dewasa juga sangat

bervariasi berdasarkan pada fungsinya. Kaki yang digunakan untuk meloncat

disebut saltatorial, menggali disebut fosorial, berlari disebut kursorial, berjalan

disebut gresorial, menangkap mangsa disebut raptorial, dan berenang disebut

natatorial (Cambell et al., 2004).

Sayap serangga terdiri dari dua atau satu pasang. Serangga bersayap pada

fase dewasa dan pradewasa khusus pada Ephemeroptera yang biasa disebut fase

subimago/preimago. Sayap serangga secara umum berupa lembaran yang bervena

berfungsi untuk terbang. Venasi sayap ini penting untuk diketahui sebagai dasar

untuk menentukan spesies serangga tertentu, khususnya bangsa lalat dan tawon.

Page 24: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

9

Sayap serangga bentuknya sangat bervariasi, oleh karena itu entomologist

memilahkan bentuk-bentuk sayap ini sebagai dasar untuk menentukan ordo.

Sayap depan kumbang sangat tebal dan kuat yang digunakan sebagai pelindung

tubuhnya disebut elytra; sayap depan kepik yang separuh bagian basal tebal

disebut corium dan selebihnya membran, sayap depan kepik ini disebut

hemelytra; sayap depan kecoa disebut tegmina; dan sayap belakang lalat yang

disebut halter berukuran sangat kecil berujung membulat berfungsi sebagai alat

penyeimbang ketika terbang (Jumar, 2000).

Abdomen serangga merupakan bagian tubuh yang memuat alat

pencernaan, ekskresi, dan reproduksi. Abdomen serangga terdiri dari beberapa

ruas, rata-rata 9-10 ruas. Bagian dorsal dan ventral mengalami sklerotisasi

sedangkan bagian yang menghubungkannya berupa membran. Bagian dorsal yang

mengalami sklerotisasi disebut tergit, bagian ventral disebut sternit, dan bagian

ventral berupa membran disebut pleura (Odum, 1971).

C. Serangga Nocturnal

Serangga malam selalu tertarik pada cahaya matahari, sebab cahaya

membantu mereka sebagai penunjuk jalan. Serangga dapat melihat gelombang

cahaya yang lebih panjang daripada manusia dan dapat memilah panjang

gelombang cahaya yang berbeda beda. Serangga dapat melihat panjang

gelombang cahaya dari 300-400 nm (mendekati ultraviolet) sampai 600-650 nm

(orange). Diduga bahwa serangga tertarik pada ultraviolet karena cahaya itu

Page 25: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

10

merupakan cahaya yang diabsorbsi oleh alam terutama oleh daun (Borror et al.,

1996).

Letak lampu badai yang dekat dengan tanaman yang berdaun lebat

memberi kesempatan warna daun terpantulkan sehingga terlihat oleh serangga di

sekitarnya. Seranga-serangga akan lebih tertarik pada warna ultraviolet dan

cahaya hijau atau biru. Pada 3 warna colour trap yaitu merah, biru dan kuning,

nampak bahwa Drosophila tertarik pada ke-3 trap tersebut, terutama pada cahaya

kuning. Kelompok serangga yang menyukai warna biru adalah Drosophila dan

Hymenoptera, kelompok serangga yang menyukai warna merah hanya

Drosophila, sedangkan kelompok serangga yang menyukai warna kuning adalah

Drosophila, Formicidae, Hemiptera, dan Mucidae (Borror et al., 1996).

Dengan Yellow trap serangga yang tertangkap diduga jenis serangga pada

pertanaman wortel tertarik pada warna kuning. Warna kuning menarik perhatian

serangga karena warna tersebut memberikan stimulus makanan yang disukai

serangga. Serangga akan mengira bahwa warna tersebut adalah suatu daun atau

buah yang sehat. Hal inilah yang menyebabkan serangga tertarik untuk

mendekatinya sebagai makanannya. Fauna yang tertarik pada warna kuning

umumnya adalah herbivora.

Serangga merupakan hewan poikiloterm, dimana hewan ini suhu tubuhnya

menyesuaikan dengan suhu lingkungan. Serangga memiliki sistem pertahanan diri

terhadap suhu yang rendah, beberapa serangga tahan untuk hidup pada suhu yang

Page 26: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

11

rendah ini menyimpan glikogel di dalam jaringan mereka untuk melindungi diri

dari pembekuan (Borror et al., 1996).

Beberapa faktor yang mempengaruhi hidup serangga, diantaranya adalah

faktor fisis yang dibedakan menjadi dua yaitu iklim dan topografi. Faktor fisis

lain yang mempengaruhi aktifitas serangga adalah cahaya, ada beberapa serangga

yang peka terhadap cahaya matahari sehingga hidup di tempat-tempat yang gelap,

dan juga terbang di malam hari, mereka tertarik pada cahaya lampu (Abadi,

2009).

D. Karagaman Jenis Serangga dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya

Keragaman jenis adalah sifat komunitas yang memperlihatkan tingkat

keanekaragaman jenis organisme yang ada didalamnya (Krebs, 1978). Untuk

memperoleh keragaman jenis ini cukup diperlukan kemanpuan mengenal dan

membedakan jenis serta dapat mengidentifikasi jenis serangga (Odum, 1971).

Untuk mengetahui keanekaragaman serangga dalam satu kawasan

digunakan indeks keanekaragaman jenis yang dikemukakan Shannon-Wiener

Wilkinson and Baker (1994) dengan rumus:

H’ = ∑=

=

−0

1)(

i

iPi Ln (Pi)

dimana :

H´ = Indeks keanekaragaman Pi = Jumlah jenis (ni/N) ni = Jumlah individu jenis ke-i N = Jumlah total individu seluruh jenis

Page 27: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

12

Kriteria penilaian berdasarkan keanakaragaman jenis (Michael, 1984);

H´ ≤ 1, : keanekaragaman rendah 1 < H´ ≤ 3, : keanekaragaman sedang H´ > 3, : Keanekaragaman tinggi

Indeks kemerataan menggambarkan perataan penyebaran individu dari

spesies organisme yang menyusun komunitas. Rumus dari indeks kemerataan

Evennens (E) menurut Pielou (1966), (Brower et. al., 1997) yaitu :

E = 𝐻𝐻′

𝐻𝐻 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 ′ = 𝐻𝐻′

𝐿𝐿𝐿𝐿 (𝑆𝑆)

Keterangan : H’ = keanekaragaman jenis S = jumlah jenis

Dengan kisaran sebagai berikut : E < 0,4 = Kemerataan populasi kecil 0,4 ≤ E < 0,6 = Kemerataan populasi sedang E ≥ 0,6 = Kemerataan populasi tinggi.

Dalam ekosistem alami, semua mahluk hidup berada dalam keadaan

seimbang dan saling mengendalikan sehingga tidak terjadi hama. Di ekosistem

alamiah keragaman jenis sangat tinggi yang berarti dalam setiap kesatuan ruang

terdapat flora dan fauna yang beragam. Tingkat keanekaragaman pertanaman

mempegaruhi timbulnya masalah hama serangga. Sistem pertanaman yang

beranekaragam berpengaruh kepada populasi spesies hama (Oka, 1995).

Dalam keadaan ekosistem yang stabil, populasi suatu jenis organisme

selalu dalam komunitasnya. Keseimbangan ini terjadi karena adanya mekanisme

pengendalian yang bekerja secara umpan balik negatif yang berjalan pada tingkat

Page 28: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

13

anatar spesies (persaingan, predasi) dan tingkat inter spesies (persaingan,

territorial) (Krebs, 1978 dalam Untung 1996)

Menurut Krebs (1978), ada enam factor yang saling berkaitan menentukan

derajat naik turunnya keragaman jenis, yaitu :

1. Waktu, keragaman komunitas bertambah sejalan waktu, berarti komunitas tua

yang sudah lama berkembang, lebih banyak terdapat organisme dari pada

komunitas muda yang belum berkembang. Waktu dapat berjalan dalam

ekologi lebih pendek atau hanya sampai puluhan generasi.

2. Heterogenitas ruang, semakin heterogen suatu lingkungan fisik, maka

semakin kompleks komunitas flora dan fauna disuatu tempat tersebut dan

semakin tinggi keragaman jenisnya.

3. Kompetisi, apabila sejumlah organisme menggunakan sumber yang sama

yang ketersediaannya kurang atau walaupun ketersediaannya cukup, namun

persaingan tetap terjadi juga bila organisme-organisme itu memanfaatkan

sumber tersebut, yang satu menyerang yang lainnya atau sebaliknya.

4. Pemangsaan dalam mempertahankan komunitas populasi dari jenis bersaing

yang berbeda dibawah daya dukung masing-masing selalu memperbesar

kemungkinan hidup berdampingan sehingga mempertinggi keragaman,

apabila intensitas dari pemangsaan selalu tinggi atau rendah dapat

menurunkan keragaman jenis.

Page 29: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

14

5. Kestabilan iklim, makin stabil keadaan suhu, kelembaban, salinitas, pH dalam

suatu lingkungan, maka semakin banyak jenis dalam lingkungan tersebut.

Lingkungan yang stabil lebih memungkinkan keberlangsungan evolusi.

6. Produktivitas, dalam skala ini dapat menjadi syarat mutlak untuk

keanekaragaman yang tinggi.

Keenam faktor ini saling berinteraksi untuk menetapkan

keanekaragaman jenis dalam komunitas yang berbeda. Keanekaragaman spesies

sangatlah penting dalam menentukan batas kerusakan yang dilakukan terhadap

sistem alam akibat turut campur tangan manusia (Michael, 1995).

Faktor-faktor yang mengatur kepadatan suatu populasi dapat dibagi dua

golongan yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal antara lain

persaingan antara individu dalam satu populasi atau dengan spesies lain

perubahan lingkungan kimia akibat adanya sekresi dan metabolisme, kekurangan

makanan, serangan predator/parasit/penyakit, emigrasi, faktor iklim misalnya

cuaca, suhu, dan kelembaban sedangkan faktor internal perubahan genetic dari

populasi (Oka, 1995).

E. Status Serangga Pada Perkebunan Kelapa Sawit

Meningkatnya pemanfaatan lahan secara besar-besaran untuk

penanaman kelapa sawit di Indonesia menambah jumlah lahan monokultur yang

menguntungkan bagi perkembangan serangga. Hal tersebut terjadi karena

pakan terus-menerus tersedia sehingga menunjang keberlangsungan hidup

Page 30: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

15

serangga dengan baik. Permasalahan serangga pada perkebunan semakin serius

dengan pemanfaatan tandan kosong pada areal tanaman kelapa sawit sebagai

mulsa dan pengganti pupuk non organik. Pemanfaatan tandan kosong

banyak diaplikasikan pada areal tanaman belum menghasilkan (TBM) dan

pada tanaman menghasilkan (TM). Serangga utama atau hama kunci merupakan

spesies hama pada kurun waktu yang lama dan selalu menyerang pada suatu

daerah dengan intensitas serangan yang berat, sehingga memerlukan usaha

pengendalian yang sering kali dalam daerah yang luas. Tanpa usaha

pengendalian, maka hama ini akan mendatangkan kerugian ekonomi bagi petani.

Biasanya pada suatu agro-ekosistem hanya satu atau dua hama utama. Sisanya

adalah hama kategori hama yang lain (Untung, 2001).

Page 31: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

16

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2015. Pengambilan sampel

dilakukan di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Mega Utama Tani Kecamatan

Besulutu, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Gambar 2) dan selanjutnya

sampel tersebut dianalisis di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo Kendari.

Gambar 2. Peta perekebunan kelapa sawit PT. Mega Utama Tani, Kecamatan Besulutu, Sulawesi Tenggara (https://www.google.com/maps/place/Mega+Utama+Tani.+PT Diakses pada 20 Februari 2015).

16

Page 32: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

17

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif untuk melihat

keanekaragaman jenis serangga nocturnal yang ditemukan pada perkebunan

kelapa sawit.

C. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat yang digunakan dalam penelitian No Alat Fungsi 1

2

3 4

5 6

7

8

9

10 11 12

13

14

15

GPS Thermohigrometer Kamera Alat tulis Roll meter modifikasi Light trap dan Yellow trap. Botol Serangga Loupe Jangka Sorong Spoit Pinset Styroform Plastik Ciplok Amplop Pipet Tetes

Untuk menentukan titik koordinat lokasi pengambilan sampel Mengukur suhu udara dan mengukur kelembaban udara Dokumentasi Mencatat sampel-sampel yang di dapat Untuk mengukur luas transek Sebagai wadah untuk menjebak serangga Untuk tempat menyimpan serangga agar tetap utuh Untuk pengamatan serangga di laboratorium Untuk pengukuran organ tubuh serangga Alat suntik Untuk menjepit serangga Untuk media papan spesimen serangga sementara. Untuk menyimpan sampel yang di dapatkan Untuk menyimpan sampel yang tidak biasa basah Untuk memipet larutan

Page 33: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

18

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada

Tabel 2.

Tabel 2. Bahan yang digunakan pada penelitian No Bahan Fungsi 1 2

3

Alkohol 70 % Buku Identifikasi pelajaran pengenalan Serangga (Borror at al., 1976)

Buku identifikasi Australian Beetles (Lawrence dan Britton, 1994)

Untuk mengawetkan serangga Untuk mengidentifikasi sampel serangga yang di dapatkan Untuk mengidentifikasi sampel serangga yang di dapatkan

D. Variabel Penelitian

Variabel pada penelitian ini adalah keanekaragaman dan kemerataan jenis

serangga nocturnal pada perkebunan kelapa sawit Kecamatan Besulutu,

Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari adanya kekeliruan makan dijelaskan definisi

operasional seperti berikut:

a. Keanekaragaman serangga yang ada pada perkebunan kelapa sawit adalah

jenis serangga yang ditemukan pada perkebunan kelapa sawit dan dihitung

dengan rumus indeks Shannon dan Wiener yaitu H' = – Σ pi ln pi.

Page 34: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

19

b. Kemerataan serangga yang ada pada perkebunan kelapa sawit adalah jenis

serangga yang ditemukan pada perkebunan kelapa sawit dan dihitung dengan

rumus indeks Evennens (E) yaitu E = 𝐻𝐻 ′

𝐻𝐻 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 ′ = 𝐻𝐻 ′

𝐿𝐿𝐿𝐿 (𝑆𝑆)

c. Serangga nocturnal yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu serangga yang

ditemukan di malam hari pada perkebunan kelapa sawit PT. Mega Utama Tani

Besulutu, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.

d. Perkebunan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perkebunan PT. Mega

Utama Tani dengan luas areal 348,92 Ha dan luas tanaman 346,49 Ha,

Kecamatan Besulutu, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.

F. Indikator Penelitian

Indikator yang digunakan dalam penelitian ini meliputi jumlah jenis

serangga yang terperangkap pada perkebunan kelapa sawit Kecamatan Besulutu,

Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.

G. Prosedur Kerja

1. Penentuan Lokasi Pengamatan

Sebelum melakukan pengamatan terlebih dahulu dilakukan survei

lapangan untuk mengamati secara langsung kondisi lapangan sesuai

kebutuhan penelitian. Hal ini dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam

menetapkan tempat dari lokasi pengamatan. Survei dilakukan pada beberapa

perkebunan kelapa sawit yang ada di daerah Sulawesi Tenggara. Berdasarkan

Page 35: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

20

hasil survei pada beberapa perkebunan, dengan menimbang waktu, jarak dan

biaya serta perijinan penelitian maka lokasi penelitian yang dijadikan tempat

pengambilan sampel adalah perkebunan kelapa sawit PT. Mega Utama Tani

Besulutu, Konawe, Sulawesi Tenggara.

Perkebunan Kelapa Sawit milik PT. Mega Utama Tani di Kabupaten

Konawe seluas kurang lebih 348,92 ha dan luas areal tanaman 346,49 Ha

yang terdiri dari 23 pete blok yang ukuran tiap pete bloknya berbeda-beda.

Penentuan lokasi pengamatan pada perkebunan kelapa sawit didasarkan pada

letak geografis ketinggian pada pete blok, dari 23 pete blok yang ada pada

perkebunan dipilih 3 pete blok yaitu pete blok F8 dengan kisaran luas 36,15

Ha dan ketinggian 140 m, pete blok F9 dengan kisaran luas 25,90 Ha dan

ketinggian 100 m dan pete blok D11 dengan kisaran luas 20,49 Ha dan

ketinggian 60 m.

Pada setiap pete blok dibuat stasiun 100x100 m, hal ini dimaksudkan

agar dapat menyimpulkan bahwa lokasi terwakili dengan menentukan luas

areal pengamatan yang konsisten dengan ukuran luas yang sama pada setiap

pete blok yang dijadikan tempat pengamatan/pengambilan sampel, karena

pada setiap pete blok mempunyai ukuran luas yang berbeda-beda.

2. Pengukuran Faktor Lingkungan

Pengambilan data faktor lingkungan dilakukan pada tiap lokasi

pengamatan. Data yang diambil meliputi suhu udara, pH tanah dan

kelembaban udara.

Page 36: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

21

a. Suhu

Suhu udara di ukur pada tempat pemasangan perangkap dengan

menggunakan Thermohigrometer yaitu dengan cara menekan tombol

restart kemudian membiarkan selama ± 5 menit dan membaca skalanya.

Pengukuran dilakukan pada jam 22:00.

b. Derajat Keasaman (pH)

Pengukuran derajat keasaman (pH) di tempat pemasangan perangkap

dilakukan dengan menggunakan Soil tester yaitu dengan cara

menancapkan alat tersebut di permukaan tanah selama ± 5 menit

kemudian dibaca skalanya. Pengukuran dilakukan pada jam 22:00.

c. Kelembaban

Pengukuran kelembaban di tempat pemasangan perangkap dilakukan

dengan menggunakan Thermohigrometer yaitu dengan cara menekan

tombol restart kemudian membiarkan selama ± 5 menit dan membaca

skalanya. Pengukuran dilakukan pada jam 22:00.

3. Pengambilan sampel

Pengambilan sampel serangga dilakukan dengan mengambil sampel

serangga pada daerah perkebunan kelapa sawit sebanyak mungkin yang

terperangkap. Penangkapan serangga dilakukan dengan menggunaan metode

perangkap yaitu sebagai berikut :

Page 37: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

22

a. Serangga malam hari (Nocurnal)

Untuk penangkapan serangga yang aktif pada malam hari

dilakukan dengan metode, modifikasi antara Light trap dan Yellow trap.

Perangkap ini digunakan untuk menangkap serangga yang ada pada

permukaan tanah dan yang respon terhadap cahaya pada malam hari

(nocturnal). Perangkap ini menggunakan lampu sebagai sumber cahaya.

Lampu diletakkan di dalam baskom yang telah berisi air sabun dengan

baskom yang rata dengan permukaan tanah (Gambar 3). Pemasangan

perangkap dilakukan pada pukul 18.00 atau menjelang magrib dan

pengambilannya dilakukan saat fajar/pagi hari, tetapi dilakukan

pengecekkan dalam selang waktu 4 jam.

Gambar 3. Perangkap modifikasi Light trap dan yellow trap

Page 38: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

23

Skema penentuan dan penenpatan stasiun dan perangkap dapat dilihat

pada Gambar 4.

Stasiun Penelitian

Keterangan : : Penempatan stasiun pengamatan : Penempatan perangkap : Stasiun pengamatan

Gambar 4. Skema penempatan stasiun dan perangkap

Perangkap 1 Perangkap 2

Perangkap 4 Perangkap 3

Perangkap 5

100 m

100 m

Page 39: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

24

Berdasarkan gambar 4 Lokasi pemasangan perangkap dilakukan pada

ketiga stasiun yang dimana masing-masing stasiun ditempatkan 5 perangkap

di tiap-tiap sisi stasiun dan satu di tengah. Pemasangan perangkap dilakukan

selama proses penelitian berlangsung atau selama 9 hari.

4. Identifikasi Serangga

Serangga yang terdapat di lapangan kemudian dikelompokkan sesuai

dengan lokasi pengambilan sampel dan di awetkan dengan alkohol 70%,

selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk dideterminasi dan diidentifikasi

dengan memerhatikan bentuk luar (morfologi) dengan bantuan loupe serta

buku acuan Pengenalan Pelajaran Serangga edisi keenam (Borror et. al, 1992

Buku identifikasi Australian Beetles (Lawrence dan Britton, 1994)

H. Analisis Data

Data jenis-jenis serangga yang diperoleh, dianalisis secara kualitatif

deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk tabulasi dan foto dilengkapi dengan

skala. Sedangkan data jumlah jenis serangga malam yang terdapat di perkebunan

kelapa sawit dianalisis berdasarkan parameter keanekaragaman jenis yaitu :

Indeks keanekaragaman (Diversity index) menurut shanon dan wienner

H’ = - ∑ Pi Ln Pi

Pi = 𝐿𝐿𝑛𝑛𝑁𝑁

Page 40: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

25

Dimana : H’ : Indeks keanekaragaman spesies menurut Shanon

ni : Jumlah individu suatu jenis

N : Total individu seluruh jenis

Pi : Jumlah individu suatu jenis dibagi total seluruh jenis

Kategori penilaian indeks keanekaragaman (H’) adalah :

1. H’ < 1 Keanekaragaman Rendah

2. H’ 1-3 Keanekaragaman Sedang

3. H’ > 3 Keanekaragaman Tinggi

Indeks kemerataan dihitung menurut rumus Pielou (1966). Indeks ini

menggambarkan perataan penyebaran individu dari spesies organisme yang

menyusun komunitas.

H' E =

ln S

Dimana : E = Indeks Kemerataan (Eveness) H' = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener S = Jumlah genus

Kategori komunitas lingkungan berdasarkan nilai kemerataan E’ adalah :

1. E’ < 0,50 Komunitas Kondisi Tertekan

2. 0,50 < E’ ≤ 0,75 Komunitas Kondisi Labil

3. 0,75 < E' ≤ 1,00 Komunitas Kondisi Stabil

Page 41: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

26

I. Penyajian Data

Data disajikan dalam bentuk tabel dan diagram serta hasil identifikasi

serangga akan disajikan dalam bentuk gambar (dilampirkan).

Page 42: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Faktor Lingkungan

Hasil pengukuran faktor lingkungan pada setiap stasiun di perkebunan

kelapa sawit pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 3 .

Tabel 3. Rata-Rata Hasil Pengukuran Parameter Lingkungan di Setiap Stasiun Pada lokasi penelitian

No Stasiun Parameter

Suhu Udara (°C)

Kelembaban Udara (‰)

pH

1. Stasiun 1 26 74% 6,0 2. Stasiun 2 25,5 80% 6,1 3. Stasiun 3 27 70 % 6,1

Berdasarkan hasil pengukuran faktor-faktor lingkungan pada Tabel 3

diketahui bahwa pada masing-masing stasiun, suhu udara, kelembaban dan pH

relatif hampir sama.

1. Suhu

Suhu merupakan faktor lingkungan yang menentukan aktivitas hidup

serangga. Pada suhu tertentu, aktivitas hidup serangga tinggi (sangat aktif),

sedangkan pada suhu yang lain aktivitas serangga rendah (kurang aktif). Rata-

rata pengukuran suhu di lokasi pengamatan pada setiap stasiun pengamatan

suhu udara relatif sama, yaitu suhu udara stasiun I 26 0C, stasiun II yaitu 25,50C,

stasiun III yaitu 270C. Suhu ini masih berada dalam kisaran suhu untuk

serangga berkembang dengan baik. Kisaran suhu serangga yang efektif untuk

27

Page 43: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

28

hidup dan berkembang dengan baik adalah suhu minimum 15°C, suhu optimum

25°C dan suhu maksimum 45°C (Jumar, 2000).

2. Kelembaban

Temperatur memberikan efek membatasi pertumbuhan organisme

apabila keadaan kelembaban ekstrim tinggi atau rendah, akan tetapi kelembaban

memberikan efek lebih kritis terhadap organisme pada kelembaban yang tinggi

atau rendah. Banyak jenis serangga mempunyai batas toleransi sempit terhadap

kelembaban. Jika kondisi kelembaban lingkungan sangat tinggi serangga dapat

mati atau bermigran ke tempat lain. Kondisi yang kering kadang-kadang juga

mengurangi adanya jenis tertentu karena berkurangnya populasi (Odum, 1998).

Rata-rata pengukuran kelembaban udara pada setiap stasiun pada

perkebunan kelapa sawit cenderung sama, berkisar 70% - 80%. Ukuran

kelembaban masih dalam ukuran normal yaitu berkisar 50% - 90% yang masih

dapat ditolerir oleh serangga untuk hidup dan berkembang biak pada tempat

tersebut.

3. pH

Keberadaan serangga juga dipengaruhi oleh pH tanah, khususnya

serangga yang ada pada permukaan tanah. Nilai pH tanah berpengaruh terhadap

indeks keanekaragaman, karena pH yang terlalu asam atau terlalu basa dapat

mengakibatkan kematian pada serangga tanah. Rata-rata pengukuran pH pada

lokasi penelitian di setiap stasiun hampir sama, yaitu berkisar 6,0 - 6,1, ukuran

pH ini masih dalam batas toleransi yang dapat memungkinkan serangga hidup

Page 44: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

29

dan berkembang biak. karena pH optimum yang ditolerir oleh serangga berkisar

5 – 7 (Desi, 2015).

Heddy dan Kurniati (1994) menyatakan bahwa nilai pH tanah

berpengaruh terhadap jumlah spesies serangga, karena pH yang terlalu asam

atau terlalu basa dapat mengakibatkan kematian pada serangga tanah karena ada

beberapa serangga tanah tidak dapat bertahan hidup pada pH tertentu.

Keasaman (pH) tanah merupakan faktor pembatas bagi kehidupan organisme

baik flora maupun fauna tanah. Kondisi pH yang terlalu asam atau basa akan

menjadikan organisme mengalami kehidupan yang tidak sempurna atau bahkan

mengalami kematian.

B. Jenis-Jenis Serangga Nocturnal yang ditemukan Pada Setiap Stasiun di

Perkebunan Kelapa Sawit PT. Mega Utama Tani Besulutu, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara

Hasil identifikasi jenis serangga Nocturnal pada perkebunan kelapa sawit

yang ditemukan pada setiap stasiun dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jenis dan Jumlah Individu Serangga Nocturnal yang Ditemukan Pada Setiap Stasiun di Perkebunan Kelapa Sawit

No Jenis Serangga Stasiun Jumlah Individu Ordo Family Genus I II III

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Orthoptera Grylacrididae Gryllus 23 25 28 76 2 Coleoptera Carabidae Dystipsidera 9 13 14 36 3 Coleoptera Carabidae Drypta 12 9 9 30 4 Coleoptera Scarabaeidae Apogonia 15 14 4 33 5 Coleoptera Bostrichidae Dinoderus 9 17 17 43 6 Coleoptera Zopheridae Bitoma 8 11 9 28 7 Coleoptera Endomychidae Encymon 11 13 13 37 8 Coleoptera Lampyrinae Cholophotia - 5 9 14 9 Coleoptera Staphylinidae Paederus 6 12 12 30

10 Coleoptera Scarabaeidae Oryctes - 2 8 10

Page 45: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

30

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 11 Lepidoptera Noctuidae Spodoptera 6 - - 6 12 Lepidoptera Crambidae Nymphula 12 8 1 21 13 Lepidoptera Crambidae Nymphula - 3 4 7 14 Lepidoptera Crambidae Ostrinia 7 10 16 33 15 Lepidoptera Erebidae Nyctemera 16 17 7 40

Jumlah Total 134 159 151 444 Ket :

: Tidak ada individu Stasiun I : Pete Blok F8 dengan ketinggian 60 m Stasiun II : Pete Blok E9 dengan ketinggian 100 m Stasiun III : Pete Blok D11 dengan ketinggian 140 m

Tabel 4 menunjukkan jumlah total individu serangga nocturnal

berdasarkan taksonomi yang ditemukan pada ketiga stasiun pengamatan di

perkebunan kelapa sawit PT. Mega Utama Tani Kecamatan Besulutu, Kabupaten

Konawe, Sulawesi Tenggara adalah 444 individu, 3 ordo dari 12 famili dan 14

genus serangga nocturnal.

Stasiun I terletak pada pete blok F8 dengan luas areal 36,15 Ha pada titik

S:03°59’25,0” E:122°20’00,9” dengan ketinggian 60 m. Selain kelapa sawit,

stasiun ini juga terdapat tanaman Colopogonium mucunoides, Pueraria javanica,

ubi kayu (Manihot utilisima), pohon pisang (Musa sp.), rumput teki (Chyperus

rotundus) dan komba-komba.

Pada stasiun 1 perkebunan kelapa sawit ditemukan jenis serangga nocturnal

sebanyak 134 individu, 3 ordo yaitu ordo, Orthoptera, Lepidoptera, Coleoptera, 10

famili yaitu family Grylacrididae, Carabidae, Scarabaeidae, Bostrichidae,

Zopheridae, Endomychidae, Staphylinidae, Noctuidae, Crambidae, Erebidae. 12

Page 46: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

31

genus yaitu genus Gryllus, Dystipsidera, Drypta, Apogonia, Dinoderus, Bitoma,

Encymon, Paederus, Spodoptera, Nymphula, Ostrinia, Nyctemera.

Stasiun II terletak pada pete blok E9 dengan luas areal 25,90 Ha pada titik

S:03°59’45,2” T:122°19’29,9” dengan ketinggian 100 m. Tanaman yang terdapat

pada stasiun ini berupa tanaman Centrocema pubescens, Mucuna sp,

Colopogonium mucunoides, rumput teki (Chyperus rotundus), ubi kayu (Manihot

utilisima), papaya (Carica papaya L.) dan pohon pisang (Musa sp.).

Pada stasiun II perkebunan kelapa sawit ditemukan jenis serangga

nocturnal sebanyak 159 individu. 3 ordo yaitu ordo, Orthoptera, Lepidoptera,

Coleoptera, 11 famili yaitu family Grylacrididae, Carabidae, Scarabaeidae,

Bostrichidae, Zopheridae, Endomychidae, Lampyrinae, Staphylinidae, Crambidae,

Erebidae. 13 genus yaitu genus Gryllus, Dystipsidera, Drypta, Apogonia,

Dinoderus, Bitoma, Encymon, Cholophotia, Paederus, Spodoptera, Nymphula,

Ostrinia, Nyctemera.

Stasiun III terletak pada pete blok D11 dengan luas areal 20,49 Ha pada

titik S:03°59’15,5” T:122°20’05,6” dengan ketinggian 140 m. Tanaman yang

terdapat pada stasiun ini berupa tanaman Micania micrantha, Colopogonium

mucunoides , Mucuna sp, rumput teki (Chyperus rotundus), ubi kayu (Manihot

utilisima) dan alang-alang (Imperatar cylindrica L.).

Pada stasiun III perkebunan kelapa sawit ditemukan jenis serangga

nocturnal sebanyak 151 individu. Ditemukan 3 ordo yaitu ordo, Orthoptera,

Lepidoptera, Coleoptera, 11 famili yaitu family Grylacrididae, Carabidae,

Page 47: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

32

Scarabaeidae, Bostrichidae, Zopheridae, Endomychidae, Lampyrinae,

Staphylinidae, Crambidae, Erebidae. 13 genus yaitu genus Gryllus, Dystipsidera,

Drypta, Apogonia, Dinoderus, Bitoma, Encymon, Cholophotia, Paederus,

Spodoptera, Nymphula, Ostrinia, Nyctemera.

C. Indeks Keanekaragaman (H’) dan Kemerataan (E) Jenis Serangga Nocturnal

Pada Perkebunan Kelapa Sawit PT. Mega Utama Tani Besulutu, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara

Hasil perhitungan indeks keanekaragaman dan kemerataan jenis serangga

nocturnal yang ditemukan pada setiap stasiun di perkebunan kelapa sawit dapat

dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Indeks Keanekaragaman (H’) Dan Kemerataan (E’) Jenis Serangga Nocturnal Pada Setiap Stasiun di Perkebunan Kelapa Sawit

Stasiun Jenis Serangga Jumlah

Individu Pi lnPi PiLn Pi H’ E’

Ordo Family Genus

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Stasiun 1 Orthoptera Grylacrididae Gryllus 23 0,17 -1,76 -0,30 2,40 0,97

Coleoptera Carabidae Dystipsidera 9 0,07 -2,70 -0,18

Coleoptera Carabidae Drypta 12 0,09 -2,41 -0,22

Coleoptera Scarabaeidae Apogonia 15 0,11 -2,19 -0,25

Coleoptera Bostrichidae Dinoderus 9 0,07 -2,70 -0,18

Coleoptera Zopheridae Bitoma 8 0,06 -2,82 -0,17

Coleoptera Endomychidae Encymon 11 0,08 -2,50 -0,21

Coleoptera Staphylinidae Paederus 6 0,04 -3,11 -0,14

Lepidoptera Noctuidae Spodoptera 6 0,04 -3,11 -0,14

Lepidoptera Crambidae Nymphula 12 0,09 -2,41 -0,22

Lepidoptera Crambidae Ostrinia 7 0,05 -2,95 -0,15

Lepidoptera Erebidae Nyctemera 16 0,12 -2,13 -0,25

134 1 -2,40

Stasiun 2 Orthoptera Grylacrididae Gryllus 25 0,16 -1,85 -0,29 2,50 0,95

Page 48: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

33

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Coleoptera Carabidae Dystipsidera 13 0,08 -2,50 -0,20

Coleoptera Carabidae Drypta 9 0,06 -2,87 -0,16

Coleoptera Scarabaeidae Apogonia 14 0,09 -2,43 -0,21

Coleoptera Bostrichidae Dinoderus 17 0,11 -2,24 -0,24

Coleoptera Zopheridae Bitoma 11 0,07 -2,67 -0,18

Coleoptera Endomychidae Encymon 13 0,08 -2,50 -0,20

Coleoptera Lampyrinae Cholophotia 5 0,03 -3,46 -0,11

Coleoptera Staphylinidae Paederus 12 0,08 -2,58 -0,20

Coleoptera Scarabaeidae Oryctes 2 0,01 -4,38 -0,06

Lepidoptera Crambidae Nymphula 8 0,05 -2,99 -0,15

Lepidoptera Crambidae nymphula 3 0,02 -3,97 -0,07

Lepidoptera Crambidae Ostrinia 10 0,06 -2,77 -0,17

Lepidoptera Erebidae nyctemera 17 0,11 -2,24 -0,24

159 1 -2,50

Stasiun 3 Orthoptera Grylacrididae Gryllus 28 0,19 -1,69 -0,31 2,46 0,93

Coleoptera Carabidae Dystipsidera 14 0,09 -2,38 -0,22

Coleoptera Carabidae Drypta 9 0,06 -2,82 -0,17

Coleoptera Scarabaeidae Apogonia 4 0,03 -3,63 -0,10

Coleoptera Bostrichidae Dinoderus 17 0,11 -2,18 -0,25

Coleoptera Zopheridae Bitoma 9 0,06 -2,82 -0,17

Coleoptera Endomychidae Encymon 13 0,09 -2,45 -0,21

Coleoptera Lampyrinae Cholophotia 9 0,06 -2,82 -0,17

Coleoptera Staphylinidae paederus 12 0,08 -2,53 -0,20

Coleoptera Scarabaeidae Oryctes 8 0,05 -2,94 -0,16

Lepidoptera Crambidae nymphula 1 0,01 -5,02 -0,03

Lepidoptera Crambidae nymphula 4 0,03 -3,63 -0,10

Lepidoptera Crambidae Ostrinia 16 0,11 -2,24 -0,24

Lepidoptera Erebidae nyctemera 7 0,05 -3,07 -0,14

151 1 -2,46

Berdasarkan hasil perhitungan indeks keanekaragaman dan kemerataan

diperoleh histogram indeks keanekaragaman dan kemerataan jenis serangga

nocturnal pada perkebunan kelapa sawit disajikan pada (gambar 5).

Page 49: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

34

Gambar 5. Histogram Indeks Keanekaragaman dan Kemerataan Jenis Serangga Nocturnal Pada Perkebunan Kelapa Sawit.

Hasil perhitungan indeks Keanekaragaman (H’) jenis serangga nocturnal

yang ditemukan pada setiap stasiun pengamatan pada lokasi penelitian

perkebunan kelapa sawit bervariasi, yaitu keanekaragaman jenis serangga

tertinggi berada pada stasiun II sebesar 2,49, diikuti stasiun III sebesar 2,45 dan

paling rendah berada pada stasiun I yaitu sebesar 2,40.

Tiga kriteria nilai indeks keanekaragaman jenis yaitu, bila H' < 1 berarti

keanekaragaman tergolong rendah, bila H' = 1-3 berarti keanekaragaman

tergolong sedang, bila H` > 3 berarti keanekaragaman tergolong tinggi.

Berdasarkan kriteria tersebut maka indeks keanekaragaman jenis serangga pada

perkebunan kelapa sawit yang ditemukan pada setiap stasiun tergolong kategori

sedang (1-3). Indeks keanekaragaman ini ditentukan oleh jumlah jenis dan

distribusi kelimpahan tiap jenis serangga sehingga meskipun jumlah jenis

individu serangga pada setiap stasiun berbeda namun indeks keanekaragaman

0

1

2

3

Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

2.40 2.50 2.46

0.97 0.95 0.93H'E'

Page 50: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

35

pada setiap stasiun tidak di bawah 1 dan di atas 3 sehingga dikategorikan sedang

(Michael, 1995).

Indeks keanekaragaman merupakan suatu penggambaran secara

matematik untuk mempermudah dalam menganalisis informasi mengenai

jumlah jenis indvidu serta berapa banyak jumlah jenis individu yang ada dalam

suatu area. Dalam menilai potensi keanekaragaman hayati, seringkali

keanekaragaman jenis menjadi pusat perhatian untuk diamati dibandingkan

dengan keanekaragaman genetik (Odum, 1971).

Keanekaragaman yang tinggi menunjukkan bahwa suatu komunitas

memiliki kompleksitas yang tinggi. Komunitas yang tua dan stabil akan

mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi. Sedangkan suatu komunitas yang

sedang berkembang pada tingkat suksesi mempunyai jumlah jenis rendah

daripada komunitas yang sudah mencapai klimaks. Komunitas yang memiliki

keanekaragaman yang tinggi lebih tidak mudah terganggu oleh pengaruh

lingkungan. Jadi dalam suatu komunitas dimana keanekaragamannya tinggi akan

terjadi interaksi spesies yang melibatkan transfer energi, predasi, kompetisi dan

niche yang lebih kompleks (Umar, 2013).

Tiga kriteria komunitas lingkungan berdasarkan nilai kemerataan, yaitu

bila E' < 0,50 maka komunitas berada pada kondisi tertekan. Bila 0,50 < E' ≤ 0,75

maka komunitas berada dalam kondisi labil sedangkan 0,75 < E' ≤ 1,00 maka

komunitas berada dalam kondisi yang stabil. Nilai indeks kemerataan (E') dapat

menggambarkan kestabilan suatu komunitas. Semakin kecil nilai E' atau

Page 51: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

36

Klasifikasi : Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Orthoptera Famili : Grylacrididae Genus : Gryllus

mendekati nol, maka semakin tidak merata penyebaran organisme dalam

komunitas tersebut yang didominansi oleh jenis tertentu dan sebaliknya

semakin besar nilai E' atau mendekati satu, maka organisme dalam

komunitas akan menyebar secara merata (Krebs , 1978).

Hasil perhitungan indeks kemerataan (E') jenis serangga nocturnal pada

perkebunan kelapa sawit yang ditemukan bervariasi. Untuk indeks kemerataan

serangga tertinggi berada pada stasiun I sebesar 0,97, dan diikuti stasiun II

sebesar 0,95 dan yang terendah berada pada stasiun III sebesar 0,93, hal ini

menunjukan bahwa pada stasiun kemerataan pada setiap stasiun berbeda tetapi

secara keseluruhan kemerataan serangga pada perkebunan kelapa sawit tergolong

kemerataan dalam kondisi stabil.

D. Deskripsi Jenis Serangga Nocturnal Pada Perkebunan Kelapa Sawit PT.

Mega Utama Tani Besulutu, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.

Deskripsi dan identifikasi jenis serangga nocturnal pada perkebunan kelapa

sawit dengan menggunakan buku identifikasi Borror et al. (1996), Bugguide

(2009), Sarnat dan Economo (2012), adalah sebagai berikut:

1. Spesies 1

Gambar 5. Genus Gryllus

Page 52: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

37

Klasifikasi : Kindom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Coleoptera Famili : Carabidae Genus : Dystipsidera

Deskripsi :

Spesies ini mempunyai tubuh berwarna hitam kecokelatan, kepala

pendek dan tegak lurus, terdapat mata tunggal. Mata tersusun dalam 1 segitiga

tumpul. Mempunyai sungut yang panjang. Tibia belakang hampir selalu

dengan duri-duri yang panjang, duri-duri tibia belakang gemuk dan tidak

dapat bergerak. Ruas tarsus yang kedua kecil, gepeng sebelah lateral, femur

belakang cukup membesar. Tubuh tidak tertutup dengan sisik. Panjang tubuh

18 mm.

2. Spesies 2

Gambar 6. Genus Dystipsidera

Deskripsi :

Spesies ini memiliki antena dan kaki yang panjang. Panjang tubuhnya

dapat mencapai 1 cm. Mereka mempunyai kepala lebih kecil dari pada

dadanya. Dan pada umumnya berwarna coklat keabu-abuan atau hitam

dengan bintik-bintik putih. Namun pada beberapa spesies, warna tubuhnya

ada yang berwarna biru, hijau, dan warna perunggu logam atau warna-warni.

Yang menjadi ciri khas dari kumbang ini adalah adanya bulu- bulu halus pada

daerah kepala dan pola atau tekstur dari sayap spesies tersebut.

Page 53: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

38

Klasifikasi : Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Coleoptera Famili : Carabidae Genus : Drypta

Klasifikasi : Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Coleoptera Famili : Scarabaeidae Genus : Apogonia

3. Spesies 3

Gambar 7. Genus Drypta

Deskripsi :

Spesies ini memiliki antena, panjang tubuhnya mencapai 1 cm. spesies

ini memiliki ciri sama dengan ciri serangga pada umumnya. di bagi menjadi

tiga bagian : kepala, torak, abdomen. Bercangkang keras dan memiliki kaki

yang panjang berwarna coklat.

4. Spesies 4

Gambar 8. Genus Apogonia

Deskripsi :

Spesies tergolong ordo coleopteran. Spesies ini berwarna hitam

dengan cangkang keras dan halus, tidak memiliki antenna, kepala relative

Page 54: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

39

Klasifikasi : Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Coleoptera Famili : Bostrichidae Genus : Dinoderus

Klasifikasi : Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Coleoptera Famili : Zopheridae Genus : Bitoma

kecil dengan panjang sekitar 1 cm. spesies betina meletakkan telur 60 butir di

dalam tanah sedalam 6-8 cm.

5. Spesies 5

Gambar 9. Genus Dinoderus

Deskripsi :

Spesies ini memiliki panjang sekitar 8 mm, dengan tubuh berwarna

coklat ketuaan dengan cangkang berwarna hitam. Memiliki antena seperti

tanduk rusa dan permukaan tubuh berbuku-buku dan memiliki bulu halus.

6. Spesies 6

Gambar 10. Genus Bitoma

Deskripsi :

Spesies ini berwarna coklat muda dengan cangkang berwarna coklat

ketuaan, tidak memiliki antena, kaki panjang, permukaan tubuh kasar, tipe

Page 55: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

40

Klasifikasi : Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Coleoptera Famili : Endomychidae Genus : Encymon

Klasifikasi : Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Coleoptera Famili : Lampyrinae Genus : Colophotia

mulut menggigit dan mengunyah. Panjang ukuran berkisar 1 cm. spesies ini

termaksud ordo coleoptera.

7. Spesies 7

Gambar 11. Genus Encymon

Deskripsi :

Spesies ini memiliki warna coklat mengkilap, cangkang berwarna hitam

kecoklatan dan bagian thorak berwarna orange bagian kepala berwarna hitam.

Spesies ini tidak memiliki antena. Spesies ini berukuran kecil panjang

berkisar 5 mm.

8. Spesies 8

Gambar 12. Genus Colophotia

Deskripsi :

Serangga ini dapat mengeluarkan cahaya yang tidak mengandung

ultraviolet atau inframerah dan memiliki panjang gelombang 510 sampai 670

Page 56: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

41

Klasifikasi : Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Coleoptera Famili : Staphylinidae Genus : Paederus

nanometer. Seperti ciri serangga pada umumnya. Badan Colophotia di bagi

menjadi tiga bagian : kepala, torak, abdomen. Bercangkang keras

(exoskeleton ) untuk menutupi tubuhnya. Dengan bagian tubuh hampir

seluruhnya berwarna gelap dan berwarna bintik merah pada bagian kepala.

Kuning pada bagian penutup sayap, berkaki enam, dan bermata majemuk.

Ukuran badan 7 mm.

9. Spesies 9

Gambar 13. Genus Paederus

Deskripsi :

Spesies ini berbentuk memanjang, badan berwarna kuning gelap di

bagian atas, bawah abdomen dan kepala berwarna gelap, abdomen memiliki

enam ruas. Tipe mulut menggigit dan mengunyah. Panjang spesies ini

berkisar 1 cm.

Page 57: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

42

Klasifikasi : Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Coleoptera Famili : Scarabaeidae Genus : Oryctes

Klasifikasi : Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Noctuidae Genus : Spodoptera

10. Spesies 10

Gambar 14. Genus Oryctes

Deskripsi :

Spesies ini berwarna hitam atau coklat tua dengan panjang berkisar 4

cm. Memiliki cirri morfologi yaitu kepala, antenna, mata, mulut, sayap,

tungkai depan, tungkai tengah, tungkai belakang. Dengan kepala bertanduk,

tanduk jantan lebih panjang dan melengkung kebelakang sedangkan tanduk

betina berupa tonjolan. Spesies ini mengalami metamorphosis sempurna

11. Spesies 11

Gambar 15. Genus Spodoptera

Deskripsi :

Spesies ini berukuran panjang 3 cm. memiliki antena panjang, tubuh

berwarna abu-abu. Memiliki bulu-bulu halus. Sayap berlapis dua sayap

pertama berwarna coklat tua seperti daun kering dan sayap kedua berwarna

putih. Spesies ini tergolong ordo lepodoptera.

Page 58: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

43

Klasifikasi : Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Crambidae Genus : Nymphula

Klasifikasi : Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Crambidae Genus : Nymphula

12. Spesies 12

Gambar 16. Genus Nymphula

Deskripsi :

Spesies ini berwarna putih dan bagian torak berwarna hitam, kepala

relative kecil, memiliki antenna dan bulu halus, kepala berwarna hitam. Sayap

berwarna putih. Dengan panjang berukuran sekitar 1cm.

13. Spesies 13

Gambar 17. Genus Nymphula

Deskripsi :

Spesies ini tegolong dalam ordo Lepidoptera. Spesies ini berwarna

putih dan sayap berwarna putih kekuningan, memiliki bulu halus, kepala dan

torak seperti bersambung. Memiliki kaki yang panjang. Spesies ini berukuran

panjang berkisar 1 cm.

Page 59: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

44

Klasifikasi : Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Crambidae Genus : Ostrinia

Klasifikasi : Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Erebidae Genus : Nyctemera

14. Spesies 14

Gambar 18. Genus Ostrinia

Deskripsi :

Spesies ini berwarna putih kecoklatan dengan sayap berwarna coklat

dan memiliki 2 bintik hitam dibagian sayap 1 dibagian kiri dan lainnya

dibagian kanan.kepala berwarna hitam. Ukuran panjang tubuh berkisar 1 cm.

15. Spesies 15

Gambar 19. Genus Nyctemera

Deskripsi :

Spesies ini berwarna putih dan sayap berwarna coklat memiliki bintik

bola berwarna putih dibagian sayap, berwarna kuning dibagian torak.

Memiliki antenna yang panjang, dibagian abdomen memiliki warna kuning.

Ukuran spesies ini sekitar 2,5 cm.

Page 60: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

45

V. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Ditemukan 444 individu serangga nocturnal yang tergolong dalam 14 genus,

12 Famili dan 3 Ordo yang terdapat pada perkebunan kelapa sawit .

2. Indeks keanekaragaman (H’) serangga nocturnal pada perkebunan kelapa

sawit yang tertinggi ditemukan pada stasiun II sebesar 2.50, kemudian diikuti

stasiun III sebesar 2.46 dan yang terendah berada pada stasiun I yaitu sebesar

2.40, tergolong dalam keanekaragaman sedang. Indeks kemerataan (E’)

serangga tertinggi berada pada stasiun I sebesar 0,97, dan diikuti stasiun II

sebesar 0,95 dan yang terendah berada pada stasiun III sebesar 0,93, dan

tergolong dalam kemerataan yang stabil.

B. Saran

Saran yang dapat diajukan penulis melalui penelitian ini yaitu:

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai serangga keseluruhan baik

nocturnal maupun diurnal pada perkebunan kelapa sawit.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan apakah ada perubahan komposisi spesies

serangga nocturnal pada perkebunan kelapa sawit bila dilakukan pada lokasi

yang berbeda.

45

Page 61: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

46

DAFTAR PUSTAKA

Borror, D.J., Triplehorn, C.A. dan N.F. Johson, 1996, Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi ke-enam, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Campbell, N. A., Jane. B. R., and Lawrance. G. M., 2004, Biologi, Edisi Kelima Jilid Tiga, Erlangga, Jakarta.

Dakir, 2009. Keanekaragaman dan Komposisi Spesies Semut (Hymenoptera

:Formicidae) di Kabupaten Kolaka Sulawesi tenggara dan Muara Angke Jakarta, ITB, Bogor.

Desi, 2015, Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah pada Komunitas Mangrove di Pulau Hoga Kawasan Taman Nasional Wakatobi, Skripsi Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Halu Oleo, Kendari.

Google, 2014, Gambaran Umum Serangga, (https://www.google.\com/search?q

=serangga&source=lnms&tbm=) di akses pada 3 Februari 2015. Google,Earth., 2014, Peta perkebunan kelapa sawit PT. Mega Utama Tani,

Kecamatan Besulutu, Sulawesi Tenggara, (https://www.google earth.com/maps/place/Mega+Utama+Tani.+PT Diakses pada 20 Februari 2015).

Heddy, S., dan Kurniati, M., 1994, Prinsip-Prinsip Dasar Ekologi : Suatu Bahasan Tentang Kaidah Ekologi dan Penerapannya. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Jumar, 2000, Entomologi Pertanian, PT Rineka Cipta, Jakarta.

Krebs, 1978, Ecology, The Experimental Analysis of Distribution and Abudance, Third Edition, Harper and Row Publisher, New York.

Michael, 1995, Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium, Terjemahan Yanti, R.K, UI-Press, Jakarta.

Odum E.P., 1971, Fundamental of Ecology, W.B. Saunders, Philadelphia.

…….., 1988, Dasar-Dasar Ekologi, Edisi Ketiga Gadjah Mada University, Press, Yogyakarta.

46

Page 62: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

47

Oka, I.N., 1995, Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia, UGM-Press, Yogyakarta.

Pelawi, A,P,. 2009, Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Beberapa Ekosistem di Areal Perkebunan PT. Umbulmas Wisesa Kabupaten Labuhan Batu, USU Repository.

Pielou, C.E., 1966, The Measurement Of Diversity In Different Type Of Biological Collections. J. Theoret. Biol. 13: 131-144.

Rosalyn, I., 2007, Indeks Keanekaragaman Jenis Serangga Pada Pertanaman

Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq,) Di Kebun Tanah Raja Perbaungan PT Perkebunan Nusantara III, USU Repository.

Suheriyanto D, 2008, Ekologi Serangga, UIN Malang Press.

Umar, R., 2013, Penuntun Praktikum Ekologi Umum, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Untung K, 1996, Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu, Universitas Gadjah Mada

Press, Yogyakarta.

........... 2001, Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu, UGM –Press, Yogyakarta. Tarumingkeng ,2001,Serangga Pada Hutan Mangrove.Gramedia pustaka, Jakarta.

Page 63: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

48

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Pembuatan Stasiun Pengamatan

Gambar 2. Perangkap modifikasi Light trap dan yellow trap

Gambar 3. Pengukuran Faktor Lingkungan

Page 64: KEANEKARAGAMAN JENIS SERANGGA NOCTURNAL PADA …sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1D110055_sitedi_SKRIPSI ANDI ILHAM... · 1. Alat yang digunakan beserta fungsinya 2. Bahan yang digunakan

49

Lampiran 2. Peta Penelitian

Skala 1 : 20.000