Keanekaragaman Hayati Plh
-
Upload
mayang-siwi-dewayanti -
Category
Documents
-
view
104 -
download
1
Transcript of Keanekaragaman Hayati Plh
Keanekaragaman hayati (Biodiversitas)
Disusun oleh
Bayu prastowo 2302409032
Miftahur rohim 2111409004
M. Arif Riyan 8111409249
Mukhamad zaenal 1511409056
Wachid 3301409047
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2010
Bab 1. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Di lingkungan sekitar kita, kita dapat menemui berbagai jenis makhluk hidup.
Berbagai jenis hewan misalnya ayam, kucing, serangga, dan sebagainya, dan
berbagai jenis tumbuhan misalnya mangga, rerumputan, jambu, pisang, dan masih
banyak lagi jenis tumbuhan di sekitar kita. Masing-masing makhluk hidup
memiliki ciri tersendiri sehingga terbentuklah keanekaragaman makhluk hidup
yang disebut dengan keanekaragaman hayati atau biodiversitas.
Di berbagai lingkungan, kita dapat menjumpai keanekaragaman makhluk hidup
yang berbeda-beda. Keanekaragaman itu meliputi berbagai variasi bentuk, warna,
dan sifat-sifat lain dari makhluk hidup. Sedangkan di dalam spesies yang sama
terdapat keseragaman. Setiap lingkungan memiliki keanekaragaman hayati
masing-masing.
Indonesia adalah negara yang termasuk memiliki tingkat keanekaragaman yang
tinggi. Taksiran jumlah utama spesies sebagai berikut. Hewan menyusui sekitar
300 spesies, burung 7.500 spesies, reptil 2.000 spesies, tumbuhan biji 25.000
spesies, tumbuhan paku-pakuan 1.250 spesies, lumut 7.500 spesies, ganggang
7.800, jamur 72.000 spesies, serta bakteri dan ganggang hijau biru 300 spesies.
Dari data yang telah disebutkan, itu membuktikan bahwa tingkat biodiversitas di
Indonesia sangatlah tinggi.
2. Tujuan Penelitian
Tujuan kami menyusun makalah ini antara lain:
2.1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan lingkungan hidup
2.2. Menambah wawasan mahasiswa akan keanekaragaman hayati dan manfaatnya bagi
kelangsungan hidup manusia.
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang kami gunakan untuk mencari sumber-sumber untuk
pembuatan makalah ini adalah dengan cara:
3.1. pengumpulkan data dari buku dan internet berkenaan dengan
keanekaragaman hayati.
3.2. observasi atau pengamatan langsung di kawasan lingkungan unnes tentang
keanekaragaman hayati yang berada di lingkungan tersebut.
Bab 2. Pembahasan
A. Pengertian keanekaragaman hayati
Keanekaragaman hayati atau biodiversitas (biodiversity) adalah semua
kehidupan diatas bumi ini baik tumbuhan, hewan, jamur dan mikrioorganisme,
serta berbagai materi genetik yang dikandungnya dan keanekaragaman sistem
ekologi di mana mereka hidup. Termasuk didalamnya kelimpahan dan
keanekaragaman genetik relatif dari organisme-organisme yang berasal dari
semua habitat baik ada yang ada di darat, laut maupun sistem-sistem perairan
lainnya.
Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan,
mulai dari organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Misalnya
dari makhluk bersel satu hingga makhluk bersel banyak; dan tingkat organisme
kehidupan individu sampai tingkat interaksi kompleks, misalnya dari spesies
sampai ekosistem.
Setiap saat kita dapat menyaksikan berbagai macam makhluk hidup yang
ada di sekitar kita baik di daratan maupun di perairan. Misalnya, dihalaman
rumah, kebun, sawah, atau di hutan. Di tempat itu dapat kita jumpai bermacam-
macam makhluk hidup mulai dari makhluk yang berukuran kecil seperti semut
hingga makhluk berukuran besar seperti burung, ular, atau gajah. Mulai dari yang
berwarna gelap hingga makhluk yang berwarna cerah dan menarik.
Begitu juga dengan tumbuhan, kita dapat mengamati tumbuhan didaratan atau di
lautan dengan jenis, ukuran, warna dan bentuk yang beragam. Di daratan misalnya
dapat kita jumpai rumput, pohon, jambu, durian, salak, apel, dan sebaainya. Di
perairan terdapat rumput laut dan jenis tumbuhan lain yang dapat hidup di laut.
Setiap makhluk hidup memiliki ciri dan tempat hidup yang berbda. Melalui
pengamatan, kita dapat membedakan jenis-jenis makhluk hidup. Pembedaan
makhluk hidup tanpa dibuat berdasarkan bentuk, ukuran, warna, tempat hidup,
tingkah laku, cara berkembang biak, dan jenis makanan.
Perbedaan atau keanekaragaman hayati dapat disebabkan oleh faktor abiotik
maupun oleh faktor biotik. Perbedaan keadaan udara, cuaca, tanah, kandungan air,
dan intensitas cahaya matahari menyebabkan adanya perbedaan hewan dan
tumbuhan yang hidup. Hal tersebut mengakibatkan adanya keanekaragaman
hayati.
Pada umumnya pola distribusi penyebaran tumbuhan dan hewan
dikendalikan oleh faktor abiotik seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
Perubahan pada faktor abiotik dapat menyebabkan organisme berkembang dan
melakukan spesialisasi.
Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Indonesia merupakan salah satu dari tiga negara yang memiliki keanekaragaman
hayati yang tinggi. Dua negara lainnya adalah Brasil dan Zaire. Tetapi
dibandingkan dengan Brazil dan Zaire, Indonesia memiliki keunikan tersendiri.
Keunikannya adalah di samping memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang
tinggi, Indonesia memiliki areal tipe indo-malaya yang luas, juga tipe oriental,
australia, dan peralihannya. Selain itu, di Indonesia terdapat banyak hewan dan
tumbuhan langka, serta spesies endemik.
1. Memiliki Keanekaragaman Hayati Tinggi
Indonesia terletak di daerah tropik sehingga memiliki keanekaragaman hayati
yang tinggi dibandingkan dengan daerah subtropik (iklim sedang) dan kutub
(iklim kutub). Keanekaragaman tinggi di Indonesia dapat dijumpai di dalam
lingkungan hutan tropik. Jika di hutan iklim sedang dijumpai satu atau dua jenis
pohon, maka di areal yang sama di dalam hutan hujan tropik memiliki
keanekaragaman hayati sekitar 300 kali lebih besar dibandingkan dengan hutan
iklim sedang.
Di dalam hutan hujan tropik terdapat berbagai jenis tumbuhan (flora) dan fauna
yang belum dimanfaatkan, atau masih liar. Di dalam tubuh hewan dan tumbuhan
itu tersimpan sifat-sifat unggul, yang mungkin dapat dimanfaatkan di masa
mendatang. Sifat-sifat unggul itu misalnya tumbuhan yang tahan penyakit, tahan
kekeringan, dan tahan terhadap kadar garam yang tinggi. Ada pula yang memiliki
sifat menghasilkan bahan kimia beracun. Jadi, di dalam dunia hewan dan
tumbuhan, baik yang sudah dibudidayakan maupun belum, terdapat sifat-sifat
unggul yang perlu dilestarikan.
2. Memiliki Tumbuhan Tipe Indo-Malaya yang Arealnya Luas
Tumbuhan di Indonesia merupakan bagian dari daerah geografi tumbuhan indo-
malaya, seperti yang dinyatakan oleh Ronald D. Good dalam bukunya The
Geography of Flowering Plants. Flora indo-malaya meliputi tumbuhan yang
hidup di India, Vietnam, Thailand, Malaysia, Indonesia, dan Philipina. Flora yang
tumbuh di Malaysia, Indonesia, dan Philipina sering disebut sebagai kelompok
flora malenesia.
Mengapa Malaysia, Indonesia, dan Philipina memiliki rumpun tumbuhan bunga
yang sama? Hal ini dipengaruhi oleh sejarah pembentukan daratan (geologi),
kondisi iklim yang serupa (sama-sama beriklim tropis), ketinggian topografi yang
serupa, dan kondisi fisika dan kimia tanah yang serupa pula.
Hutan di Indonesia dan hutan-hutan di daerah flora malenesia memiliki kurang
lebih 248.000 spesies tumbuhan tinggi. Jumlah ini kira-kira setengah dari seluruh
spesies tumbuhan di bumi. Hutan hujan tropik di malenesia didominasi oleh
pohon dari famili Dipterocarpaceae, yaitu pohon-pohon yang menghasilkan biji
bersayap. Biasanya Dipterocarceae merupakan tumbuhan tertinggi. Tumbuhan
yang termasuk famili Dipterocarpaceae misalnya keruing (dipterocarus spp.),
meranti (Shorea spp.), kayu garu (Gonystylus bancanus), dan kayu kapur
(Dyrobalanops aromatica).
Hutan di Indonesia merupakan bioma hutan hujan tropik, dicirikan dengan kanopi
yang rapat dan banyak tumbuhan liana (tumbuhan yang memanjat). Tumbuhan
khas seperti durian (Durio zibethinus), mangga (Mangifera indica), dan sukun
(Artocarpus) di Indonesia tersebar di Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Sulawesi.
Tumbuhan-tumbuhan ini juga terdapat di Malaysia dan Philipina. Di Sumatra,
Kalimantan, dan Jawa terdapat tumbuhan endemik Rafflesia
arnoldii. Tumbuhan Rafflesia tumbuh di akar atau batang tumbuhan pemanjat
sejenis anggur liar, yaitu Telrastigma.
Di Indonesia bagian timur, tipe hutannya agak berbeda. Mulai dari Sulawesi
sampai Irian Jaya (Papua) terdapat hutan hujan non-Dipterocarpaceae. Hutan ini
kebanyakan menduduki lahan datar. Pohon-pohonnya rendah, hanya beberapa
yang mencapai 30-40 m, Di antaranya adalah Ficus (kerabat beringin) dan matoa
(Pometiapumata). Pohon matoa merupakan tumbuhan endemik di Irian. Namun
kini bibit buahnya telah diintroduksi ke beberapa tempat di Pulau Jawa dan telah
berbuah.
Selain hutan-hutan di atas, di Indonesia masih terdapat beberapa tipe hutan lain
misalnya, hutan kerangas yang terdapat di sela-sela hutan hujan. Disini terdapat
pohon yang mencapai 30 m. Hutan monsun tersebar pada ketinggian 0 sampai 800
m di daerah kering seperti Jawa Timur, NTT, Sulawesi Selatan dan Tenggara serta
Irian Jaya (Papua). Di sini pohon dapat mencapai ketinggian 25 m. Di tempat-
tempat tersebut terdapat pula hutan savana, yang berupa padang rumput dengan
pepohonan yang terpencar.
3. Memiliki Hewan Tipe Oriental (Asia), Australia, Serta Perlalihannya
Ketika Alfred Russel Wallace mengunjungi Indonesia pada tahun 1856, ia
menemukan perbedaan besar fauna di beberapa daerah di Indonesia (waktu itu
Hindia Belanda). Ketika ia mengunjungi Bali dan Lombok, ia menemukan
perbedaan hewan di kedua daerah tersebut. Di Bali, terdapat banyak hewan yang
mirip dengan hewan-hewan yang mirip hewan-hewan Asia (Oriental), sedangkan
di Lombok hewan-hewannya mirip dengan Australia. Oleh sebab itu, kemudian ia
membuat garis pemisah yang memanjang mulai dari Selat Lombok ke Utara
melewati Selat Makasar dan Philipina Selatan. Garis ini disebut Garis Wallace.
Indonesia terbagi menjadi dua zoogeografi yang dibatasi oleh Garis Wallace.
Garis Wallace membelah Selat Makasar menuju ke Selatan hingga ke Selat
Lombok. Jadi, Garis Wallace memisahkan wilayah oriental (termasuk Sumatera,
Jawa, Bali, dan Kalimantan) dengan wilayah Australia (Sulawesi, Irian, Maluku,
Nusa Tenggara Barat dan Timur).
Setelah Wallace, Weber seorang ahli zoologi Jerman juga mengadakan penelitian
tentang penyebaran hewan-hewan di Indonesia. Weber melihat bahwa hewan-
hewan di Sulawesi tidak dapat sepenuhnya dikelompokkan sebagai hewan-hewan
kelompok Australia. Hewan-hewan tersebut ada yang memiliki sifat-sifat seperti
halnya hewan-hewan di daerah Oriental. Oleh sebab itu, Weber mengatakan
bahwa fauna di Sulawesi merupakan fauna peralihan. Weber kemudian membuat
garis pembatas yang berada di sebelah timur Sulawesi memanjang ke Utara ke
Kepulauan Aru. Pulau Sulawesi merupakan pulau pembatas antara wilayah
Oriental dan Australia atau merupakan wilayah peralihan yang paling mencolok.
Sulawesi dihuni oleh sebagian hewan Oriental dan sebagian hewan Australia.
Contohnya di Sulawesi terdapat oposum dari Australia namun juga terdapat
kera macaca dari Oriental.
3.1 Fauna Daerah Oriental
Hewan-hewan di bagian barat Indonesia (Oriental) yang meliputi Sumatera, Jawa
dan Kalimantan, serta pulau-pulaunya memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1). Banyak spesies mamalia yang berukuran besar, misalnya gajah, banteng,
harimau, badak. Mamalia berkantung jumlahnya sedikit, bahkan hampir tidak ada.
2). Terdapat berbagai macam kera. Kalimantan merupakan pulau yang paling
kaya kan jenis-jenis primata. Ada tiga jenis primata, misalnya bekantan, tarsius,
loris hantu, orang utan.
3). Terdapat hewan endemik, seperti:
Badak bercula satu di Ujung Kulon
Binturong (Arctictis binturong), hewan sebangsa beruang tapi kecil
Monyet Presbytis thomasi
Tarsius (Tarsius bancanus)
Kukang (Mycticebus coucang)
4). Burung-burung Oriental memiliki warna yang kurang menarik dibanding
burung-burung di daerah Australia, tetapi dapat berkicau. Burung-burung yang
endemik misalnya jalak bali (Leucopsar rothschildi), elang jawa, murai mengkilat
(Myophoneus melurunus), elang putih (Mycrohyerax latifrons), ayam hutan
berdada merah (Arborphila hyperithra), ayam pegar.
3.2 Fauna Daerah Australia
Jenis-jenis hewan di Indonesia bagian Timur, yaitu Irian, Maluku, Sulawesi, Nusa
Tenggara, relatif sama dengan Australia. Ciri-ciri hewan di Indonesia bagian
Timur adalah:
1). Mamalia berukuran kecil
2). Banyak hewan berkantung
3). Tidak terdapat spesies kera
4). Jenis-jenis burung memiliki warna yang beragam
Irian Jaya memiliki 110 spesies mamalia, termasuk di dalamnya 13 spesies
mamalia berkantung, misalnya kanguru (Dendrolagus ursinus dan Dendrolagus
inustus), kuskus (Spilocus maculatus), bandicot, dan oposum. Di Irian juga
terdapat 27 spesies hewan pengerat (rodentia), dan 17 di antaranya merupakan
spesies endemik. Irian Jaya memiliki koleksi burung terbanyak dibandingkan
dengan pulau-pulau lain di Indonesia, kira-kira ada 320 jenis, dan setengah di
antaranya merupakan spesies endemik. Burung cendrawasih yang terkenal
terdapat di Irian dan beberapa pulau di Maluku.
Di Nusa Tenggara, terutama di pulau Komodo, Padar, dan Rinca terdapat reptilia
terbesar, yaitu komodo. Komodo merupakan reptilia purba yang bertahan hidup
hingga kini.
Sulawesi merupakan daerah peralihan yang mencolok menurut garis Weber.
Hewan-hewan yang terdapat di pulau itu berasal dari oriental dan Australia. Di
Sulawesi terdapat banyak hewan endemik, misalnya primata primitif Tarsius
sectrum, musang sulawesi (Macrogalida musschenbroecki), babirusa, anoa,
maleo, dan beberapa jenis kupu-kupu.
4. Memiliki Banyak Hewan dan Tumbuhan Langka
Di Indonesia banyak terdapat hewan dan tumbuhan yang telah langka. Hewan
langka misalnya:
Babirusa (Babyrousa babyrussa)
Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae)
Harimau jawa (Panthera tigris sondanicus)
Macan kumbang (Panthera pardus)
Orangutan (Pongo pygmaeus abelii)
Badak sumatera (Decerorhinus sumatrensis)
Tapir (Tapirus indicus)
Gajah asia (Elephas maximus)
Bekantan (Nasalis larvatus)
Komodo (Varanus komodoensis)
Banteng (Bos sondaicus)
Cendrawasih (Paradisaea minor)
Kanguru pohon (Dendrolagus ursinus)
Maleo (Marcochephalon maleo)
Kakatua raja (Probosciger atterimus)
Rangkong (Buceros rhinoceros)
Kasuari (Casuarius casuarius)
Buaya muara (Crocodylus porosus)
Buaya irian (Crocodylus novaeguinae)
Penyu tempayan (Caretta caretta)
Penyu hijau (Chelonia mydas)
Sanca bodo (Phyton molurus)
Sanca hijau (Chondrophyton viridis)
Bunglon sisir (Gonyochepalus dilophus)
Tumbuh-tumbuhan langka misalnya:
Bedali (Radermachera gigantea)
Putat (Planhonia valida)
Kepuh (Stereula foetida)
Bungur (Lagerstromia speciosa)
Nangka celeng (Artocarpus heterophyllus)
Kluwak (Pangium edule)
Bendo (Artocarpus elasticus)
Mundu (Garcinia dulcis)
Sawo kecik (Manilkara kauki)
Winong (Tertrameles nudiflora)
Sanca hijau (Pterospermum javanicum)
Gandaria (Bouea marcophylla)
Matoa (Pometis pinnata)
Sukun berbiji (Artocarpus communis)
5. Memiliki Banyak Hewan dan Tumbuhan Endemik
Di Indonesia terdapat hewan dan tumbuhan endemik. Hewan dan tumbuhan
endemik Indonesia artinya hewan dan tumbuhan itu haya ada di Indonesia, tidak
terdapat di negara lain.
Hewan endemik misalnya harimau jawa, harimau bali (sudah punah), jalak bali
putih di Bali, badak bercula satu di Ujung Kulon, biturong, monyet Presbytis
thomasi, tarsius, kukang, maleo hanya di Sulawesi, komodo di Pulau Komodo dan
sekitarnya.
Tumbuhan yang endemik terutama dari genus Rafflesia arnoldii (endemik di
Sumatera Barat, Bengkulu, dan Aceh), R. borneensis (Kalimantan), R.
ciliata (Kalimantan Timur), R. horsfilldii (Jawa), R. patma (Nusa Kambangan dan
Pangandaran), R. rochussenii (Jawa Barat), dan R. contleyi (Sumatera bagian
timur).
Secara garis besar, keanekaragaman hayati terbagi menjadi tiga tingkat, yaitu :
1. Keanekaragaman gen
“Bahan baku” keanekaragaman sebenarnya terletak pada gen. Gen adalah faktor pembawa sifat
yang menentukan sifat makhluk hidup. Gen terletak di dalam benang kromosom, yakni
benang-benang pembawa sifat yang terdapat di dalam inti sel makhluk hidup. Pada manusia,
sifat rambut lurus, hidung mancung, mata lebar, warna kulit, dtentukan oleh gen.
Gen adalah materi yang mengendalikan sifat atau karakter. Jika gen berubah, maka sifat-sifat
pun akan berubah. Sifat-sifat yang ditentukan oleh gen disebut genotipe. Ini dikenal sebagai
pembawaan. Meskipun termasuk spesies yang sama, tidak ada satu individu yang persis sama
dengan yang lain, karena adanya keanekaragaman gen. sekilas, memang ada kemiripan bentuk
luar. Namun jika diamati, akan terdapat variasi sifat sehingga tampaklah adanya
keanekaragaman.
Perbedaan gen tidak hanya terjadi antar jenis. Di dalam satu jenis (spesies) pun terjadi
keanekaragaman gen. dengan adanya keanekaragaman gen, maka sifat-sifat di dalam satu
spesies bervariasi.
1.1 Variasi dan Varietas
Varisasi antarindividu yang sejenis tidak hanya terdapat pada tumbuhan tetapi juga pada
manusia. Misalnya, di dalam suatu keluarga terdapat anak-anak yang memiliki sifat berbeda.
Ada yang bulu matanya lentik dan ada yang tidak, ada yang berkumis ada yang tidak, ada yang
berbadan kekar ada yang tidak. Ukuran biji kacang dari satu pohon bervariasi, ada yang kecil,
ada yang sedang, ada pula yang besar. Warna bulu ayam sering beraneka ragam.
Keanekaragaman gen dapat memunculkan varietas. Misalnya ada varietas padi PB, rojo lele,
dan varietas padi tahan wereng. Varietas kelapa juga bermacam-macam. Demikian juga
adanya berbagai varietas mangga, ayam, dan kambing. Secara sekilas penampakan
antarvarietas itu berbeda, karena masih tergolong jenis yang sama. Akan tetapi, setiap varietas
memiliki gen yang berbeda sehingga memunculkan sifat-sifat khas yang dimiliki oleh masing-
masing varietas itu.
1.2 Keanekaragaman Fenotipe dan Genotipe
Keanekaragaman genotipe jangan dikacaukan dengan keanekaragaman fenotipe. Karena
lingkungan yang berbeda, sifat yang mucul pada individu dapat berbeda meskipun genotipenya
sama. Perpaduan antara genotipe dengan lingkungan menghasilkan sifat yang tampak dari luar
yang dikenal sebagaifenotipe.
Misalnya, apel batu yang biasa hidup di dataran tinggi, dicangkok kemudian ditanam di
Malang, yaitu kota yang letaknya lebih rendah daripada Batu. Tanaman cangkok itu secara
genotipe sama dengan induknya. Namun karena lingkungan kota Batu berbeda dengan kota
Malang, akan mucnul tanaman apel yang ukuran buahnya kecil dan rasanya lebih asam. Jadi,
terdapat perbedaan fenotipe antara apel yang ditanam di Batu dan di Malang, meskipun gennya
sama. Jadi, gen yang sama (genotipe sama) dapat menampakkan sifat (fenotipe) yang berbeda
karena lingkungannya berbeda.
Genotipe juga dapat berubah karena perkawinan atau persilangan. Menanam biji jeruk manis
belum tentu menghasilkan jeruk yang manis pula, meskipun lingkungannya sama. Hal ini
terjadi karena perubahan genotipe akibat persilangan. Tanaman hasil mencangkok,
genotipenya pasti sama dan akan menampakkan fenotipe yang asal lingkungannya sama.
Demikianlah, terdapat keanekaragaman gen di dalam spesies yang sama hingga memunculkan
variasi tingkat spesies yang dikenal sebagai varietas.
Setiap sifat organisme hidup dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan (gen), satu dari
induk jantan dan lainnya dari induk betina. Keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukkan
dengan adanya variasi dalam satu jenis.
misalnya :
- variasi jenis kelapa : kelapa gading, kelapa hijau
- variasi jenis anjing : anjing bulldog, anjing herder, anjing kampung
Yang membuat variasi tadi adalah :
Rumus : F = G + L
F = fenotip
G = genotif
L = lingkungan
Jika G berubah karena suatu hal (mutasi dll) atau L berubah maka akan terjadi perubahan di F.
Perubahan inilah yang menyebabkan terjadinya variasi tadi.
2. Keanekaragaman jenis (spesies)
Keanekaragaman ini lebih mudah diamati daripada Keanekaragaman gen. Keanekaragaman
hayati tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya beraneka macam jenis mahluk hidup baik
yang termasuk kelompok hewan, tumbuhan dan mikroba.
misalnya :
- variasi dalam satu famili antara kucing dan harimau. Mereka termasuk dalam satu
famili(famili/keluarga Felidae) walaupun ada perbedaan fisik, tingkah laku dan habitat.
Di dalam satu jenis dijumpai keseragaman individu, namun antarjenis dijumpai
keanekaragaman individu.
Di lingkungan sekitar kita dapat dijumpai berbagai jenis hewan dan tumbuhan. Di dalam satu
famili rumput (Gramineae) dapat dijumpai rumput grinting, padi, jagung, rumput gajah. Di
dalam golongan burung dapat dijumpai itik, ayam, bebek, angsa, merpati, dan burung parkit.
Sangat mudah menentukan keanekaragaman jenis karena dapat kita amati perbedaan sifat
dengan jelas. Di seluruh dunia diperkirakan terdapat 500 juta spesies makhluk hidup.
3. Keanekaragaman ekosistem
Antara makhluk hidup yang satu dengan yang lain (baik di dalam jenis maupun antarjenis)
terjadi interaksi. Ini dikenal sebagai interaksi biotik, yang membentuk suatu komunitas. Antara
makhluk hidup dengan lingkungan fisik yaitu suhu, cahaya, dan lingkungan kimiawi yaitu air,
mineral, keasaman, juga terjadi interksi. Ini terkenalsebagai interaksi biotik-abiotik yang
membentuk sistem lingkungan atau ekosistem.
Kondisi lingkungan beraneka ragam. Ada lingkungan yang banyak air, ada yang tidak. Ada
lingkungan yang banyak emndapatkan cahaya matahari, ada yang sedikit. Demikian pula
halnya dengan suhu, kelembapan, mineral, pH, kadar garam, ketinggian. Di dalam lingkungan
yang berbeda dapat dijumpai keanekaragaman hayati yang berbeda. Sebagai contoh, di
lingkungan pantai dapat ditemukan pohon kelapadan hutan bakau, sedangkan di lingkungan
pegunungan dijumpai pohon pinus, apel, dan sayuran. Dengan beranekaragamnya kondisi
lingkungan dan keanekaragaman hayati, maka terbentuklah keanekaragaman ekosistem.
Di Indonesia, mulai dari daerah pantai hingga puncak Jayawijaya yaitu Puncak Sukarno yang
tertutup es di Irian Jaya, diperkirakan terdapat 47 macam ekosistem. Beberapa ekosistem itu
misalnya ekosistem hutan bakau, ekosistem hutan hujan tropik, ekosistem padang rumput
(savana), ekosistem sawah, ekosistem kota, dll.
Keanekaragaman tingkat ini dapat ditunjukkan dengan adanya variasi dari ekosistem di biosfir.
misalnya :
ekosistem lumut, ekosistem hutan tropis, ekosistem gurun, masing-masing ekosistem memiliki
organisme yang khas untuk ekosistem tersebut. misalnya lagi, ekosistem gurun di dalamnya
ada unta, kaktus, dan ekosistem hutan tropis di dalamnya ada harimau.
Ketiga macam keanekaragaman tersebut tidak dapat dipisahkan satu dengan yang
lain. Ketiganya dipandang sebagai suatu keseluruhan atau totalitas yaitu sebagai
keanekaragaman hayati.
B. Manfaat keanekaragaman hayati
Pemanfaatan keanekaragaman hayati bagimasyarakat harus secara berkelanjutan.
Yang dimaksud dengan manfaat yang berkelajutan adalah manfaat yang tidak
hanya untuk generasi sekarang tetapi juga untuk generasi yang akan datang.
Keanekaragaman hayati dapat memberikan manfaat, baik secara ekonomi, ilmu
pengetahuan, sosial dan budaya.
1. Manfaat dari Segi Ekonomi
Jenis hewan (fauna) dan tumbuhan (flora) dapat diperbarui dan dimanfaatkan
secara berkelanjutan. Beberapa jenis kayu memiliki manfaat bagi kepentingan
masyarakat Indonesia maupun untuk kepentingan ekspor. Jenis kayu-kayu
tersebut antara lain adalah kayu ramin, gaharu, meranti, dan jati jika di ekspor
akan menghasilkan devisa bagi negara. Beberapa tumbuhan juga dapat dijadikan
sebagai sumber makanan yang mengandung karbohidrat, protein, vitamin serta
ada tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai obat-oabatan dan kosmetika.
Sumber daya yang berasal dari hewan dapat dimanfaatkan sebagai sumber
makanan dan untuk kegiatan industri.
Dua pertiga wilayah Indonesia adalah perairan yang dapat dijadikan sumber daya
alam yang bernilai ekonomi. Laut, sungai, dan tambak merupakan sumber-sumber
perikanan yang berpotensi ekonomi. Beberapa jenis diantaranya dikenal sebagai
sumber bahan makanan yang mengandung protein.
2. Manfaat dari Segi Wisata dan Ilmu Pengetahuan
Kekayaan aneka flora dan fauna sudah sejak lama dimanfaatkan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan. Hingga saat ini masih banyak jenis hewan dan
tumbuhan yang belum dipelajari dan belum diketahui manfaatnya. Dengan
demikian keadaan ini masih dapat dimanfaatkan sebagai sarana pengembangan
pengetahuan dan penelitian bagi berbagai bidang pengetahuan. Misalnya
penelitian mengenai sumber makanan dan obat-obatan yang berasal dari
tumbuhan. Umumnya secara langsung manusia menjadikan hewan sebagai objek
wisata atau hiburan.
3. Manfaat dari Segi Sosial dan Budaya
Masyarakat Indonesia ada yang menetap di wilayah pegunungan, dataran rendah,
maupun dekat dengan wilayah perairan. Masyrakat tersebut telah terbiasa dan
menyatu dengan keadaan lingkungan sekitarnya. Kegiatan memanen hasil hutan
maupun pertanian merupakan kebiasaan yang khas bagi masyarakat yang tinggal
di pegunungan atau dataran tinggi.
Masyarakat tersebut yang hidup berdekatan dengan laut, sungai, dan hutan
memiliki aturan tertentu dalam upaya memanfaatkan tumbuhandan hewan.
Masyarakat memiliki kepercayaan tersendiri mengenai alam. Dengan adanya
aturan-aturan tersebut, keanekaragaman hayati akan terus terjaga kelestariannya.
4. Sebagai Sumber Pangan, Perumahan, dan Kesehatan
Kehidupan manusia yang bergantung pada keanekaragaman hayati. Hewan dan
tumbuhan yang kita manfaatkan saat ini (misalnya ayam, kambing, padi, jagung)
pada zaman dahulu juga merupakan hewan dan tumbuhan liar, yang kemudian
dibudidayakan. Hewan dan tumbuhan liar itu dibudidayakan karena memiliki
sifat-sifat unggul yang diharapkan manusia. Sebagai contoh, ayam dibudidayakan
karena menghasilkan telur dan daging. Padi dibudidayakan karena menghasilkan
beras. Beberapa contoh tumbuhan dan hewan yang memiliki peranan penting
untuk memenuhi kebutuhan pangan, perumahan, dan kesehatan, misalnya:
a). Pangan: berbagai biji-bijian (padi, jagung, kedelai, kacang), berbagai umbi-
umbian (ketela, singkong, suwek, garut, kentang), berbagai buah-buahan (pisang,
nangka, mangga, jeruk, rambutan), berbagai hewan ternak (ayam, kambing, sapi).
b). Perumahan: kayu jati, sonokeling, meranti, kamfer.
c). Kesehatan: kunyit, kencur, temulawak, jahe, lengkuas.
5. Sebagai Sumber Plasma Nutfah
Hewan, tumbuhan, dan mikroba yang saat ini belum diketahui tidak perlu
dimusnahkan, karena mungkin saja di masa yang akan datang akan memiliki
peranan yang sangat penting. Sebgai contoh, tanaman mimba (Azadirachta
indica),. Dahulu tanaman ini hanya merupakan tanaman pagar, tetapi saat ini
diketahui mengandung zat azadiktrakhtin yang memiliki peranan sebagai anti
hama dan anti bakteri. Adapula jenis ganggang yang memiliki kendungan protein
tinggi, yang dapat digunakan sebagai sumber makanan masa depan,
misalnya Chlorella. Buah pace (mengkudu) yagn semula tidak dimanfaatkan,
sekarang diketahui memiliki khasiat untuk meningkatkan kebugaran tubuh,
mencegah dan mengobati penyakit tekanan darah.
Di hutan atau lingkungan kita, masih terdapat tumbuhan dan hewan yang belum
dibudidayakan, yang mungkin memiliki sifat-sifat unggul. Itulah sebabnya
dikatakan bahwa hutan merupakan sumber plasma nutfah (sifat-sifat unggul).
Siapa tahu kelak sifat-sifat unggul itu dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan
manusia.
6. Manfaat Ekologi
Selain berfungsi untuk menunjuang kehidupan manusia, keanekaragaman hayati
memiliki peranan dalam mempertahankan keberlanjutan ekosistem. Masing-
masing jenis organisme memiliki peranan dalam ekosistemnya. Peranan ini tidak
dapat digantikan oleh jenis yang lain. Sebagai contoh, burung hantu dan ular di
ekosistem sawah merupakan pemakan tikus. Jika kedua pemangsa ini dilenyapkan
oleh manusia, maka tidak ada yang mengontrol populasi tikus. Akibatnya
perkembangbiakan tikus meningkat cepat dan di mana-mana terjadi hama tikus.
Tumbuhan merupakan penghasil zat organik dan oksigen, yang dibutuhkan oleh
organisme lain. Selain itu, tumbuh-tumbuhan dapat membentuk humus,
menyimpan air tanah, dan mencegah erosi. Keanekaragaman yang tinggi
memperkokoh ekosistem. Ekosistem dengan keanekaragaman yang rendah
merupakan ekosistem yang tidak stabil. Bagi manusia, keanekaragaman yang
tinggi merupakan gudang sifat-sifat unggul (plasma nutfah) untuk dimanfaatkan
di kemudian hari.
7. Manfaat Keindahan
Keindahan alam tidak terletak pada keseragaman tetapi pada keanekaragaman.
Bayangkan bila halaman rumah kita hanya ditanami satu jenis tanaman saja,
apakah indah? Tentu saja akan lebih indah apabila ditanami berbagai tanaman
seperti mawar, melati, anggrek, rumput, palem.
Kini kita sadari bahwa begitu banyak manfaat keanekaragaman hayati dalam
hidup kita. Pemanfaatannya yang begitu banyak dan beragam tentu saja dapat
mengancam kelestariannya. Untuk itu kita harus bijaksana dalam memanfaatkan
keanekaragaman hayati, dengan mempertimbangkan aspek manfaat dan aspek
kelestariannya.
C. hilangnya keanekaragaman hayati
Saat ini tidak sedikit hutan yang rusak, akibatnya kehidupan hewan di dalamnya
akan terganggu.
1. Hilangnya Habitat
Salah satu faktor yang sangat menentukan keberadaan keanekaragaman hayati
adalah habitat. Hutan merupakan habitat asli tempat hidup makhluk hidup.
Penebangan serta perusakan hutan secara terus-menerus terganggunya ekosistem
makhluk hidup dan pada akhirnya keanekaragaman hayati akan berkurang dan
hilang.
2. Degradasi Habitat
Polusi merupakan perubahan lingkungan yang menimbulkan pengaruh negatif
terhadap kesehatan dan kehidupan makhluk hidup.
3. Spesies-Spesies Pendatang
Kehadiran spesies pendatang dapat mengalahkan atau mendominasi spesies asli.
Pada abad ke-19 pembangunan Kanal Erie telah menyebabkan masuknya belut
laut ke Danau Agung.
4. Eksploitaso Secara Berlebihan
Eksploitasi sumber daya alam dikatakan berlebihan jika jumlah sumber daya alam
yang diambil lebih besar dibandingkan dengan kemamuan memperbarui diri
sumber daya alam yang diambil.
D. usaha pelestarian keanekaragaman hayati di indonesia
Konservasi keanekaragaman hayati atau biodiversitas sudah menjadi kesepakatan
internasional. Objek keanekaragaman hayati yang dilindungi terutama kekayaan
jenis tumbuhan (flora) dan kekayaan jenis hewan (fauna) serta mikroorganisme
misalnya bakteri dan jamur. Perlu diingat bahwa yang termasuk flora tidak hanya
tumbuhan yang berbunga yang sehari-hari kita lihat tetapi juga lumut dan paku-
pakuan. Demikian pula dengan fauna, tidak saja mencakup binatang mamalia
tetapi juga ikan, burung, dan serangga.
Tempat perlindungan keanekaragaman hayati di Indonesia telah diresmikan oleh
pemerintah. Lokasi perlindungan tersebut misalnya berupa Taman Nasional,
Cagar Alam, Hutan Wisata, Taman Hutan Raya, Taman Laut, Wana Wisata,
Hutan Lindung, dan Kebun Raya. Tempat-tempat tersebut memiliki makna yang
berbeda-beda meskipun fungsinya sama yaitu untuk tujuan konservasi.
Dalam usaha menjaga kelestarian sumber daya hayati agar tidak punah adalah
dengan cara menjaga keutuhan lingkungan tempat hidup makhluk hidup. Jika
sebagian besar masyarakat Indonesia melakukan aktivitas eksploitasi sumber daya
hayati secara terus-menerus tanpa diimbangi dengan usaha pelestarian maka
dalam waktu yang relatif singkat sumber daya hayati akan punah.
1. Cagar Alam
Cagar alam adalah kawasan perlindungan alam yang memiliki tumbuhan, hewan,
dan ekosistem yang khas sehingga perlu dilindungi.
Perkembangan dan pertumbuhan hewan dan tumbuhan, berlangsung secara alami.
Sesuai dengan fungsinya cagar alam dapat dimanfaatkan untuk penelitian,
pengembangan ilmu pengetahuan, dan wisata.
Terdapat dua jenis cagar alam yaitu cagar alam darat dan cagar alam laut. Di
Indonesia cagar alam darat antara lain : Cagar Alam Morowali di Sulawesi tengah,
Cagar Alam Nusa Kambangandi Jawa Tengah, Cagar Alam Gunung Papandayan
di Jawa Barat, Cagar Alam Dolok Sipirok di Sumatera Utara, Cagar Alam Hutan
Pinus Janthoi di NAD (Aceh). Sedangkan cagar alam laut antara lain : Cagar
Alam Kepulauan Aru Tenggara di Maluku, Cagar Alam Pulau Anak Krakatau di
Lampung, dan Cagar Alam Kepulauan Karimata di Kalimantan Barat.
2. Suaka Margasatwa
Suaka Margasatwa adalah kawasan suaka alam yang memiliki ciri khas berupa
keanekaragaman dan keunikan jenis satwa, dan untuk kelangsungan hidup satwa
dapat dilakuakn pembinaan terhadap habitatnya.
Di Indonesia suaka margasatwadarat antara lain : Suaka Margasatwa Rawa
Singkil di NAD (Aceh), Suaka Margasatwa Padang Sugihan di Sumatera Selatan,
Suaka Margasatwa Muara Angke di DKI Jakarta, Suaka Margasatwa Tambora
Selatan di Nusa Tenggara Barat, Suaka Margasatwa Lamandau di Kalimantan
Tengah, dan Suaka Margasatwa Buton di Sulawesi Tenggara. Sedangkan Suaka
Margasatwa laut antara lain : Suaka Margasatwa Kepulauan Panjang di Papua,
Suaka Margasatwa Pulau Kassa di Maluku, dan Suaka Margasatwa Foja di Papua.
3. Taman Nasional
Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang memiliki ekosistem asli
yang dikelola dengan sistem zonasi. Taman nasional dapat dimanfaatkan untuk
tujuan penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan, dan wisata.
Terdapat dua jenis taman nasional, yaitu taman nasional darat dan taman nasional
laut. Taman nasional darat antara lain ; Taman Nasional Leuser di Sumatera
Utara, Taman Nasional Ujung Kulon di Banten, Taman Nasional Meru Betiri di
Jawa Timur, dan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh di Riau. Sedangkan taman
nasional laut antara lain ; Taman Nasional Kepulauan Seribu di DKI Jakarta,
Taman Nasional Komodo di Nusa Tenggara Timur, dan Taman Nasional Bunaken
di Sulawesi Utara.
4. Hutan Wisata
Hutan wisata adalah kawasan hutan yang karena keadaan dan sifat wilayahnya
perlu dibina dan dipertahankan sebagai hutan, yang dapat dimanfaatkan bagi
kepentingan pendidikan, konservasi alam, dan rekreasi. Misalnya Hutan Wisata
Pangandaran.
5. Taman Hutan Raya (Tahura)
Taman hutan raya adalah kawasan konservasi alam yang terutama dimanfaatkan
untuk koleksi tumbuhan dan hewan, alami atau non-alami, jenis asli atau
pendatang, yang berguna untuk perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan,
kebudayaan, dan rekreasi. Tahura ini dapat disebut sebagai taman propinsi.
Misalnya Pulau Sempu di Jawa Timur.
6. Taman Laut
Taman laut adalah wilayah lautan yang mempunyai ciri khas berupa keindahan
alam atau keunikan alam yang ditunjuk sebagai kawasan konservasi alam, yang
diperuntukkan guna meilindungi plasma nutfah lautan. Misalnya Taman Laut
Bunaken di Sulawesi Utara.
7. Wana Wisata
Wana wisata adalah kawasan hutan yang disamping fungi utamanya sebagai hutan
produksi, juga dimanfaatkan sebagai objek wisata hutan.
8. Hutan Lindung
Hutan lindung adalah kawasan hutan alam yang biasanya terletak di daerah
pegunungan yang dikonservasikan untuk tujuan melindungi lahan agar tidak
tererosi dan untuk mengatur tata air.
9. Kebun Raya
Kebun raya adalah kumpulan tumbuh-tumbuhan disuatu tempat, dan tumbuh-
tumbuhan terseubut berasal dari berbagai daerah yang ditanam untuk tujuan
konservasi, ilmu pengetahuan, dan rekreasi. Misalnya Kebun Raya Bogor dan
Kebun Raya Purwodadi.
Selain tempat-tempat yang telah disebutkan di atas yang memang ditetapkan oleh
pemerintah sebagai tempat konservasi, sebenarnya masyarakat pun dapat
berpartisipasi dalam pelestarian keanekaragaman hayati. Bentuk pertisipasi
masyarakat dalam pelestarian keanekaragaman hayati misalnya:
a). Memperkaya koleksi tanaman di pekarangan rumah
b). Tidak membunuh burung dan hewan-hewan lainnya
c). Tidak membuang limbah sembarangan, terutama limbah pabrik, limbah rumah
tangga, dan limbah pestisida karena dapat membahayakan kehidupan flora dan
fauna.
E. Aktifitas Manusia Dapat Menurunkan Keanekaragaman Hayati
Aktifitas manusia dapat menurunkan keanekaragaman hayati. Hingga saat ini,
berbagai jenis tumbuhan dan hewan terancam punah dan beberapa di antaranya
telah punah. Sebagai contoh, Australia selama 20 tahun telah kehilangan 41 jenis
mamalia, 18 jenis burung, reptilia, ikan, dan katak, 200 jenis invertebrata, dan 209
jenis tumbuhan.
Sementara itu, Indonesia kehilangan beberapa satwa penting, misalnya harimau
bali. Saat ini hewan tersebut tidak pernah ditemukan lagi keberadaannya, alias
kemungkinan sudah punah. Hewan-hewan seperti badak bercula satu, jalak bali,
dan trenggiling juga terancam punah. Belum lagi beberapa jenis serangga, hewan
melata, ikan, dan hewan air, yang sudah tidak ditemukan lagi di lingkungan kita.
Kepunahan keanekaragaman hayati diduga disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu
sebagai berikut:
1. Perusakan Habitat
Habitat didefinisikan sebagai daerah tempat tinggal organisme. Kekurangan
habitat diyakini manjadi penyebab utama kepunahan organisme. Jika habitat rusak
maka organisme tidak memiliki tempat yang cocok untuk hidupnya. Kerusakan
habitat dapat diakibatkan karena ekosistem diubah fungsinya oleh manusia,
misalnya hutan ditebang dijadikan lahan pertanian, pemukiman dan akhirnya
tumbuh menjadi perkotaan. Kegiatan manusia tersebut mengakibatkan
menurunnya keanekaragaman ekosistem, jenis, dan gen.
Selain akibat aktifitas manusia, kerusakan habitat juga dapat diakibatkan oleh
bencana alam misalnya kebakaran, gunung meletus, dan banjir.
Perusakan terumbu karang di laut juga dapat menurunkan keanekaragaman ayati
laut. Ikan-ikan serta biota laut yang hidup bersembunyi di dalam terumbu
karangtidak dapat lagi hidup dengan terntram, beberapa di antaranya tidak dapat
menetaskan telurnya karena terumbu karang yang rusak. Menurunnya populasi
ikan akan merugikan nelayan dan mengakibatkan harga ikan meningkat.
Kehidupan para nelayan menjadi terganggu.
2. Penggunaan Pestisida
Yang termasuk pestisida misalnya insektisida, herbisida, dan fungisida. Pestisida
yang sebenarnya hanya untuk membunuh organisme penggangu (hama), pada
kenyataannya menyebar ke lingkungan dan meracuni mikroba, jamur, hewan, dan
tumbuhan lainnya.
3. Pencemaran
Bahan pencemar juga dapat membunuh mikroba, jamur, hewan dan tumbuhan
penting. Bahan pencemar dapat berasal dari limbah pabrik dan limbah rumah
tangga.
4. Perubahan Tipe Tumbuhan
Tumbuhan merupakan produser di dalam ekosistem. Perubahan tipe tumbuhan
misalnya perubahan dari hutan hujan tropik menjadi hutan produksi dapat
mengakibatkan hilangnya tumbuh-tumbuhan liar penting. Hilangnya jenis-jenis
tumbuhan tertentu dapat menyebabkan hilangnya hewan-hewan yang hidup
bergantung pada tumbuhan tersebut.
5. Masuknya Jenis Tumbuhan dan Hewan Liar
Tumbuhan atau hewan liar yang masuk ke ekosistem dapat berkompetisi bahkan
membunuh tumbuhan dan hewan asli.
6. Penebangan
Penebangan hutan tidak hanya menghilangkan pohon yang sengaja ditebang,
tetapi juga merusak pohon-pohon lain yang ada di sekelilingnya. Kerusakan
berbagai tumbuh-tumbuhan karena penebangan akan mengakibatkan hilangnya
hewan. Jadi, penebangan akan menurunkan plasma nutfah.
7. Seleksi
Secara tidak sengaja perilaku kita mempercepat kepunahan oraganisme. Sebagai
contoh, kita sering hanya menanam tanaman yang kita anggap unggul misalnya
mangga gadung, mangga manalagi, jambu bangkok. Sebaliknya kita
menghilangkan tanaman yang kita anggap kurang unggul, misalnya mangga
golek, nangka celeng.
Menurunnya keanekaragaman hayati menimbulkan masalah lingkungan yang
akhirnya merugikan manusia. Misalnya, penebangan hutan mengakibatkan banjir.
Hewan-hewan yang hidup di dalam hutan misalnya babi hutan, gajah, kera,
menyerang lahan pertanian penduduk karena habitat mereka semakin sempit, dan
makanan mereka semakin berkurang.
Menurunnya populasi serangga pemangsa (predator) karena disemprot dengan
insektisida mengakibatkan terjadinya ledakan populasi serangga yang dimangsa.
Jika serangga ini memakan tanaman pertanian, maka ledakan serangga tersebut
sangat merugikan petani.
F. Aktifitas Manusia yang Meningkatkan Keanekaragaman Hayati
Tidak semua aktifitas manusia berakibat menurunkan keanekaragaman hayati.
Ada juga aktivitas yang justru meningkatkan keanekaragaman hayati.
2.6.2.1 Penghijauan
Kegiatan penghijauan meningkatkan keanekaragaman hayati. Kegiatan
penghijauan tidak hanya menanam tetapi yang lebih penting adalah merawat
tanaman setelah ditanam.
2.6.2.2 Pembuatan Taman Kota
Pembuatan taman-taman kota selain meningkatkan kandungan oksigen,
menurunkan suhu lingkungan, mamberi keindahan, juga meningkatkan
keanekaragaman hayati.
2.6.2.3 Pemuliaan
Pemuliaan adalah usaha membuat varietas unggul dengan cara melakukan
perkawinan silang. Usaha pemuliaan akan menghasilkan varian baru. Oleh sebab
itu pemuliaan hewan dan tumbuhan dapat berfungsi meningkatkan
keanekaragaman gen.
G. Aktifitas Manusia untuk Melestarikan Keanekaragaman Hayati
Hewan atau tumbuhan langka dan rawan punah dapat dilestarikan dengan
pembiakan secara in situ dan ex situ.
a). Pembiakan secara in situ adalah pembiakan di dalam habitat aslinya. Misalnya
mendirikan Cagar Alam Ujung Kulon, Taman Nasional Komodo.
b). Pembiakan secara ex situ adalah pembiakan di luar habitat aslinya, namun
suasana lingkungan dibuat mirip dengan aslinya. Misal penangkaran hewan di
kebun binatang (harimau, gajah, burung jalak bali).
Di Universitas Negeri Semarang (Unnes) sendiri juga banyak memiliki
keanekaragaman hayati. sesungguhnya lebih layak untuk menjadi contoh dan
referensi kawasan konservasi di Kota Semarang. Secara geografis, Unnes terletak
di daerah pegunungan dengan topografi yang beragam dan memiliki tingkat
keanekaragaman hayati(biodiversity) baik flora maupun fauna yang relatif tinggi.
Untuk meneguhkan diri menjadi sebuah universitas konservasi, telah
dikembangkan Taman Keanekaragaman Hayati yang meliputi program
penghijauan, pemilahan sampah organik dan anorganik, dan pengolahan sampah
organik menjadi kompos. Inventarisasi awal fauna khususnya burung dan kupu-
kupu di kampus pusat Unnes pada tahun 2005, 2008, dan awal 2009, berhasil
mengidentifikasi sebanyak 58 jenis burung. Dari jumlah tersebut, 14 diantaranya
dilindungi peraturan dan perundangan Indonesia; 2 jenis termasuk dalam kategori
spesies yang dilindungi CITES (Conservation on International Trade in
Endangered Species of Wild Fauna and Flora) Appendix II, I dan termasuk
kelompok spesies yang dilindungi IUCN (International Union for Conservation of
Nature) dengan kategori Endangered Species: EN, dan lima jenis termasuk
kategori spesies endemik Jawa. Selain itu ditemukan sebanyak 33 jenis kupu-kupu
dan salah satunya merupakan jenis yang dilindungi menurut sistem perundangan
Indonesia.
Berikut beberapa gambar jenis kupu-kupu dan burung yang dilindungi dan juga
tumbuhan seperti bunga dan pohon yang berada di lingkungan unnes.
Kerai payung (Fillicium decipiens) yang berada Kebun Wisata Pendidikan
UNNES, FIS, FT.
Seekor kupu kupu jenis limenitis lorquini hinggap di bunga Lantana tegak yang
baru ditanam petugas kebun Universitas Negeri Semarang di taman dekat pintu
gerbang kampus unnes, selasa (13/4). Unnes banyak menggalakkan kegiatan
peduli lingkungan seperti menanam seribu pohon dengan semboyan One Man
One Tree untuk merealisasikan Unnes sebagai Conservation University.
Nectarina jugularis atau yang biasa dikenal sebagai burung Madu Sriganti. Yang
sedang mencari nektar dan meloncat-loncat diantara dahan-dahan Angsana
(Pterocarpus indicus)
Lapangan di depan gedung rektorat di kelilingi oleh pohon-pohon yang
melingkari lapangan tersebut mejadikan lapangan menjadi terlihat asri.
Embung Unnes yang terletak di selatan masjid Ulul Albab ternyata sering
digunakan mahasiswa dan warga Sekaran sebagai tempat wisata. Selain
memancing mereka menjadikan embung tersebut sebagai sarana interaksi sosial.
Ada pengunjung yang datang dengan pasangannya, keluarga atau teman.
Bab 3. Penutup
1. Kesimpulan
Makhluk hidup di dunia ini sangat beragam. Keanekaragaman makhluk hidup
tersebut disebut dengan sebutan keanekaragaman hayati atau biodiversitas. Setiap
sistem lingkungan memiliki keanekaragaman hayati yang berbeda.
Keanekaragaman hayati ditunjukkan oleh adanya berbagai variasi bentuk, ukuran,
warna, dan sifat-sifat dari makhluk hidup lainnya.
Indonesia terletak di daerah tropik yang memiliki keanekaragaman hayati yang
tinggi dibandingkan dengan daerah subtropik dan kutub.
Keanekaragaman hayati disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor genetik dan
faktor lingkungan. Terdapat interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan
dalam mempengaruhi sifat makhluk hidup.
Kegiatan manusia dapat menurunkan keanekaragaman hayati, baik
keanekaragaman gen, jenis maupun keanekaragaman lingkungan. Namun di
samping itu, kegiatan manusia juga dapat meningkatkan keanekaragaman hayati
misalnya penghijauan, pembuatan taman kota, dan pemuliaan.
Pelestarian keanekaragaman hayati dapat dilakukan secara in situ dan ex situ.
Keanekaragaman hayati dapat memberikan manfaat, baik secara ekonomi, ilmu
pengetahuan, sosial dan budaya, Sumber Pangan, Perumahan, dan Kesehatan,
Sumber Plasma Nutfah, ekologi, dan keindahan.
2. Saran
Agar keanekaragaman hayati tidak punah maka diperlukan upaya-upaya untuk
melestarikan keanekaragaman hayati tersebut dengan membuat tempat
perlindungan misalnya berupa Taman Nasional, Cagar Alam, Hutan Wisata,
Taman Hutan Raya, Taman Laut, Wana Wisata, Hutan Lindung, dan Kebun Raya.
Dengan upaya tersebut diharapkan keanekaragaman hayati akan tetap tejaga dan
lestari dan bemanfaat bagi kehidupan manusia.
Daftar pustaka
http://perpustakaan-online.blogspot.com/2008/04/keanekaragaman-hayati.html
fauzzzblog (2009). Keanekaragaman Hayati (Biodiversitas).
From:http://fauzzzblog.wordpress.com/2009/12/06/keanekaragaman-hayati-
biodiversitas/#comment-418
Arnold Alfreddy Simbolon (2009). Keanekaragaman hayati.
From:http://arnold040993.wordpress.com/2009/02/17/keanekaragaman-hayati/
http://citizenimages.kompas.com/citizen/2010/04/16/limenitis-lorquini-58935
http://ww.its.ac.id/berita.php?nomer=4776
Pratiwi, D.A., Maryati, Sri, Srikini, Suharno, & S. Bambang (1996).buku
Penuntun Biologi SMU Kelas 1 Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga