KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ......

105
KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL SPESIES TUMBUHAN ASING INVASIF DI CAGAR ALAM KAMOJANG ANGGA ZAELANI HIDAYAT DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

Transcript of KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ......

Page 1: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL

SPESIES TUMBUHAN ASING INVASIF

DI CAGAR ALAM KAMOJANG

ANGGA ZAELANI HIDAYAT

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 2: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL

SPESIES TUMBUHAN ASING INVASIF

DI CAGAR ALAM KAMOJANG

ANGGA ZAELANI HIDAYAT

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 3: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

RINGKASAN

ANGGA ZAELANI HIDAYAT. Keanekaragaman dan Pola Penyebaran

Spasial Spesies Tumbuhan Asing Invasif di Cagar Alam Kamojang.

Dibimbing oleh AGUS HIKMAT dan LILIK BUDI PRASETYO

Spesies tumbuhan asing invasif di ekosistem hutan yang terganggu

dikhawatirkan dapat mereduksi komposisi vegetasi asli sehingga dapat

mengancam keanekaragaman hayati di ekosistem tersebut. Proses invasi oleh

tumbuhan asing dilaporkan telah terjadi di beberapa kawasan konservasi di

Indonesia seperti Taman Nasional Wasur, Taman Nasional Baluran dan Taman

Nasional Komodo. Salah satu kawasan konservasi yang diduga diinvasi juga oleh

spesies tumbuhan asing yaitu Cagar Alam Kamojang sehingga diperlukan

penelitian mengenai keanekaragaman dan pola penyebaran spasial spesies

tumbuhan asing invasif di kawasan tersebut.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2011 di

Cagar Alam Kamojang. Pengambilan data keanekaragaman spesies tumbuhan

asing invasif dilakukan dengan analisis vegetasi menggunakan metode petak

ganda. Identifikasi spesies tumbuhan asing invasif menggunakan buku panduan

lapang Webber (2003) dan ISSG (2005). Pengumpulan data penyebaran spasial

dilakukan melalui penandaan pada setiap titik plot pengamatan menggunakan

GPS kemudian hasil penandaan diinterpolasikan. Sebaran jumlah individu spesies

tumbuhan asing invasif yang dominan dianalisis menggunakan analisis regresi

linier untuk mendapatkan pengaruhnya terhadap jarak dari jalan.

Jumlah spesies tumbuhan hasil analisis vegetasi teridentifikasi sebanyak 86

spesies yang terdiri dari 50 famili. Spesies tumbuhan asing invasif teridentifikasi

sebanyak tiga belas spesies yang terdiri dari delapan famili yaitu Ageratum

conyzoides (Asteraceae), Rubus moluccanus (Rosaceae), Clidemia hirta

(Melastomaceae), Cynodon dactylon (Poaceae), Panicum repens (Poaceae),

Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium

inulifolium (Asteraceae), Passiflora edulis (Passifloraceae), Lantana camara

(Verbenaceae), Mikania micrantha (Asteraceae), Piper aduncum (Piperaceae) dan

Ageratina riparia (Asteraceae). Pola penyebaran spasial spesies tumbuhan asing

invasif berdasarkan indeks Morisita dan hasil interpolasi pada spesies tumbuhan

asing invasif cenderung mengelompok kecuali spesies A. inulifolium yang

menyebar secara merata di Cagar Alam Kamojang.

Spesies tumbuhan asing invasif yang teridentifikasi sebanyak tiga belas

spesies yang terdiri dari 8 famili dengan spesies yang dominan yaitu A.

inulifolium, A. riparia dan L. camara. Pola sebaran spasial spesies tumbuhan

asing invasif di Cagar Alam Kamojang cenderung mengelompok pada kondisi

hutan yang relatif terbuka. Pengaruh jarak dari jalan terhadap sebaran jumlah

individu spesies tumbuhan asing invasif hanya mempengaruhi A. inulifolium, sedangkan sebaran jumlah individu A. riparia dan L. camara tidak dipengaruhi

oleh jarak dari jalan.

Kata kunci: Keanekaragaman, Pola penyebaran spasial, Spesies tumbuhan asing

invasif, Analisis vegetasi, Interpolasi.

Page 4: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

SUMMARY

ANGGA ZAELANI HIDAYAT. The Diversity and Spatial Distribution

Pattern of Invasive Alien Plant Species in Kamojang Natural Reserve Area.

Under supervision of AGUS HIKMAT and LILIK BUDI PRASETYO

Invasive alien plant species in a disturbed forest ecosystem was feared

could reduce the composition of native vegetation in the area which could threaten

the biodiversity of the ecosystem. The process of invasion by alien plants has been

reported to occur in several protected areas in Indonesia such as the Wasur

National Park, Baluran National Park, and the Komodo National Park. One of the

conservation area also allegedly invaded by alien plant species is Kamojang

Natural Reserve Area. Thus, there is a need of research on the diversity and

spatial distribution pattern of the invasive alien plant species in the area.

The research was conducted in July-August 2011 at the Kamojang Natural

Reserve Area. The data collection of the invasive alien plants species’ diversity

was conducted by analyzing the vegetations using double plots method. The

identification of invasive alien plants species used references from Weber (2003)

and ISSG (2005). The data collection of the spatial distribution pattern of invasive

alien plants species was conducted by marking every observation plots using GPS

and the result was then interpolated. The distribution of individual invasive alien

plant species that are dominant were analyzed using linier regression analysis to

acquire the invasive alien plants species’ influence toward its distance from the

road.

The number of analyzed vegetation species identified comprises of 86

species from 50 families. The invasive alien plants species identified was 13

species which consist of 8 families: Ageratum conyzoides (Asteraceae), Rubus

moluccanus (Rosaceae), Clidemia hirta (Melastomaceae), Cynodon dactylon

(Poaceae), Panicum repens (Poaceae), Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra

(Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae), Passiflora edulis

(Passifloraceae), Lantana camara (Verbenaceae), Mikania micrantha

(Asteraceae), Piper aduncum (Piperaceae) and Ageratina riparia (Asteraceae).

According to the index of Morisita and the result of IDW interpolation on

dominant invasive alien plant species, it was found that the distribution’s pattern

of the invasive alien plant species tend to clump except for A. inulifolium which

have uniform distribution.

Invasive alien plant species are identified as many as thirteen species of 8

families with dominant species, namely A. inulifolium, A. riparia and L. camara.

Spatial distribution patterns of invasive alien plant species in Kamojang Natural

Reserve Area tend to clump in relatively open forest conditions. The effect of

distance from the road towards the the number of the invasive plant species

distribution only occured to A. Inulifolium, while A. riparia and L. camara was not effected by the distance from the road.

Keywords: Diversity, Spatial distribution pattern, Invasive alien plant species,

Vegetation analysis, Interpolation.

Page 5: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman dan

Pola Penyebaran Spasial Spesies Tumbuhan Asing Invasif di Cagar Alam

Kamojang adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen

pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan

tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip baik

dari karya yang telah diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian

akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2012

Angga Zaelani Hidayat

NIM E34070032

Page 6: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

Judul Skripsi : Keanekaragaman dan Pola Penyebaran Spasial Spesies

Tumbuhan Asing Invasif di Cagar Alam Kamojang

Nama : Angga Zaelani Hidayat

NIM : E34070032

Menyetujui:

Pembimbing I

Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F

NIP. 19620918 198903 1 002

Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Lilik Budi Prasetyo, M.Sc

NIP. 19620316 198803 1 002

Tanggal Lulus:

Mengetahui:

Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS

NIP. 19580915 198403 1 003

Page 7: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Keanekaragaman dan

Pola Penyebaran Spasial Spesies Tumbuhan Asing Invasif di Cagar Alam

Kamojang. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata,

Fakultas Kehutanan IPB.

Invasi oleh spesies tumbuhan asing dapat menimbulkan dampak yang

negatif bagi keberadaan keanekaragaman hayati di berbagai tipe ekosistem. Invasi

spesies tumbuhan asing dilaporkan telah terjadi di beberapa kawasan konservasi

di Indonesia, sehingga diperlukan upaya pengendalian yang serius untuk

melindungi keanekaragaman hayati dari ancaman invasi spesies tumbuhan asing.

Skripsi mengenai Keanekaragaman dan Pola Penyebaran Spasial Spesies

Tumbuhan Asing Invasif di Cagar Alam Kamojang diharapkan dapat menjadi

salah satu upaya pengendalian spesies tumbuhan asing invasif melalui penyediaan

data dan informasi mengenai keanekaragaman, bioekologi dan pola penyebaran

spasial spesies tumbuhan asing invasif, sehingga dapat dijadikan pertimbangan

dalam upaya pengelolaan kawasan dan perlindungan keutuhan keanekaragaman

hayati di Cagar Alam Kamojang.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat

kekurangan. Namun, terlepas dari kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini,

penulis mengharapkan data dan informasi yang terdapat di dalam skripsi ini dapat

bermanfaat bagi dunia kehutanan pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

Amin.

Bogor, Maret 2012

Penulis

Page 8: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Garut, Jawa Barat pada tanggal 12 Mei

1989 sebagai anak pertama dari pasangan Bapak Odang

Herdiansyah dan Ibu Ida Arlina. Pada Tahun 2007 penulis

lulus dari SMA Negeri 2 Garut (SMA Negeri 1 Leles) dan

lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi

Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Departemen Konservasi

Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan sebagai pilihan pertama.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi

kemahasiswaan yaitu anggota Organisasi Mahasiswa Daerah – Himpunan

Mahasiswa Garut (OMDA-HIMAGA) tahun 2007-2011, anggota himpunan

profesi mahasiswa yang tergabung ke dalam Himpunan Mahasiswa Konservasi

Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) tahun 2008-2010, panitia

Gebyar 2009 dan Ketua Panitia Eksplorasi Flora, Fauna dan Ekowisata Indonesia

(RAFFLESIA) 2010 yang diselenggarakan oleh HIMAKOVA di Cagar Alam

Gunung Burangrang, Kabupaten Subang dan Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

Penulis melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) pada

tahun 2009 di BKPH Cikiong - KPH Purwakarta dan Cagar Alam Gunung

Burangrang. Pada Tahun 2010, penulis melaksanakan Praktek Pengelolaan Hutan

(P2H) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW). Penulis pernah menjadi

asisten praktikum untuk mata kuliah Inventarisasi dan Pemantauan Tumbuhan

pada tahun 2010 dan mata kuliah Konservasi Tumbuhan Obat pada tahun 2011

serta mendapatkan beasiswa prestasi dari Bank Indonesia pada tahun 2008-2010.

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan

skripsi dengan judul Keanekaragaman dan Pola Penyebaran Spasial Spesies

Tumbuhan Asing Invasif di Cagar Alam Kamojang, dibimbing oleh Dr. Ir. Agus

Hikmat, M.Sc.F dan Prof. Dr. Ir. Lilik Budi Prasetyo, M.Sc.

Page 9: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam proses

penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak,

sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ayahanda Odang Herdiansyah, Ibunda Ida Arlina, Apa Ateng Mulya dan

adik-adik saya: Argi Sugiyarsa, Yusthi Nur Amalia dan Adjie Fajrialdi,

serta keluarga besar tercinta yang selalu memberikan do’a dan motivasi

serta pengorbanan baik moril maupun materi.

2. Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F sebagai dosen pembimbing pertama dan Prof.

Dr. Ir. Lilik Budi Prasetyo, M.Sc sebagai dosen pembimbing kedua, yang

telah memberikan arahan, bimbingan, nasihat dan motivasi selama

penelitian dan penyusunan skripsi.

3. Dr. Ir. Abdul Haris Mustari, M.Sc sebagai ketua sidang dan Dr. Ir. Elisa G.

Togu Manurung, MS sebagai dosen penguji dari Departemen Hasil Hutan

pada ujian komprehensif penulis.

4. Bapak dan Ibu Dosen di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor yang

telah memberikan dan mengajarkan ilmu-ilmu di bidang kehutanan kepada

penulis.

5. Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam Jawa Barat, Kepala Seksi KSDA

Garut, Kepala Resort Kamojang Timur, Bapak Hendi, Bapak Asep Hendrik,

Bapak Walim dan rekan-rekan petugas Cagar Alam Kamojang yang telah

membantu penulis dalam mengumpulkan data di lapangan.

6. Arvita Erizal yang selama ini selalu memberikan motivasi, do’a dan arahan

selama menempuh studi di IPB.

7. Arya Windu Jati, Irham Fauzi, I Made Haribhawana, Sri Gosleana, Reza

Pradipta, Rahmat Hidayat, Oman Nurohman dan Anang Wahyudi atas

bantuannya kepada penulis baik pada saat pengambilan data di lapangan,

pengolahan data dan penyusunan skripsi.

8. Keluarga besar KSHE 44 atas kebersamaannya selama menempuh studi di

IPB.

Page 10: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................. iv

DAFTAR TABEL......................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2 Tujuan Penelitian ............................................................................ 2

1.3 Hipotesis ......................................................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 4

2.1 Spesies Invasif ................................................................................ 4

2.2 Penyebaran Spasial ......................................................................... 10

2.3 Sistem Informasi Geografis ............................................................ 11

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 12

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 12

3.2 Bahan dan Alat ............................................................................... 12

3.3 Jenis Data yang Dikumpulkan ........................................................ 13

3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 13

3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data ........................................... 16

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ............................... 23

4.1 Letak dan Luas ................................................................................ 23

4.2 Kondisi Fisik dan Biologis Kawasan .............................................. 23

4.3 Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk di Sekitar Kawasan ................ 26

4.4 Pemanfaatan Sumberdaya Panas Bumi di CA/TWA Kamojang .... 26

4.5 Permasalahan Kawasan .................................................................. 27

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 28

5.1 Komposisi Tumbuhan ..................................................................... 28

5.1.1 Komposisi famili dan spesies ............................................... 28

Page 11: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

v

5.1.2 Indeks nilai penting dan indeks keragaman ......................... 29

5.1.3 Dominansi spesies tumbuhan .............................................. 30

5.2 Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Asing Invasif....................... 33

5.2.1 Jumlah spesies tumbuhan asing invasif ................................ 33

5.2.2 Dominansi spesies tumbuhan asing invasif .......................... 36

5.2.3 Bioekologi spesies tumbuhan asing invasif .......................... 38

5.3 Pola Penyebaran Spasial Spesies Tumbuhan Asing Invasif ........... 53

5.3.1 Pola penyebaran spasial spesies tumbuhan asing invasif

berdasarkan indeks Morisita ................................................ 53

5.3.2 Perbandingan hasil interpolasi dengan menggunakan

metode IDW dan metode kriging ......................................... 54

5.3.3 Pola penyebaran spasial spesies tumbuhan asing invasif

yang dominan ....................................................................... 55

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 61

6.1 Kesimpulan ..................................................................................... 61

6.2 Saran ............................................................................................... 61

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 62

LAMPIRAN

Page 12: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ........................................... 13

2. Dominansi dan nilai keanekaragaman spesies setiap tingkat

pertumbuhan ............................................................................................... 25

3. Indeks nilai penting dan keanekaragaman spesies setiap tingkat

pertumbuhan ............................................................................................... 29

4. Indeks dominansi (C) di lokasi penelitian ................................................... 30

5. Spesies tumbuhan asing invasif di Cagar Alam Kamojang ........................ 33

6. Nilai indeks Morisita spesies tumbuhan asing invasif di Cagar Alam

Kamojang.................................................................................................... 53

7. Nilai koefisien determinasi metode interpolasi IDW dan kriging pada

masing-masing spesies tumbuhan asing invasif yang dominan ................. 54

Page 13: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

vii

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Lokasi penelitian di kawasan Cagar Alam Kamojang.............................. 12

2. Ilustrasi analisis vegetasi menggunakan metode petak ganda yang

digunakan di Cagar Alam Kamojang ..................................................... 14

3. Proses pembuatan peta sebaran spasial spesies tumbuhan asing invasif

yang dominan ........................................................................................... 22

4. Sebelas famili yang memiliki jumlah ≥ 3 spesies..................................... 28

5. Spesies dengan INP > 10% pada setiap tingkat pertumbuhan di lokasi

pengamatan ............................................................................................... 31

6. Spesies kaso (Saccharum spontaneum) yang cukup mendominasi di

Cagar Alam Kamojang ............................................................................. 32

7. Alang-alang (Imperata cylindrica) ........................................................... 34

8. Peta sebaran spasial Imperata cylindrica di Cagar Alam Kamojang ....... 35

9. Indeks nilai penting spesies tumbuhan asing invasif di Cagar Alam

Kamojang.................................................................................................. 36

10. Pembalakan liar yang terjadi di dalam kawasan Cagar Alam

Kamojang menyebabkan kawasan terbuka............................................... 37

11. Babadotan (Ageratum conyzoides) ........................................................... 38

12. Harees (Rubus moluccanus) ..................................................................... 39

13. Sebaran geografis C. hirta pada habitat alami (lingkaran) dan daerah

introduksinya (kotak) ................................................................................ 40

14. Harendong bulu (Clidemia hirta) ............................................................. 40

15. Jampang kawat (Cynodon dactylon)......................................................... 41

16. Jukut lampuyang (Panicum repens) ......................................................... 42

17. (a) Jukut riut (Mimosa pudica), (b) Lokasi M. pudica sering

ditemukan (tanda merah) .......................................................................... 43

18. Kalimusa (Mimosa pigra) ......................................................................... 44

19. Komunitas A. inulifolium yang mendominasi di Cagar Alam

Kamojang.................................................................................................. 46

20. Nagri (Passiflora edulis) .......................................................................... 47

Page 14: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

viii

21. Distribusi geografi alami (hijau) dan daerah introduksi (merah)

Lantana camara ........................................................................................ 48

22. Saliara (L. camara) yang tumbuh bersama kaso (S. spontaneum) dan

kirinyuh (A. inulifolium) ........................................................................... 49

23. Sembung rambat (Mikania micrantha)..................................................... 50

24. Seuseureuhan (Piper aduncum) ................................................................ 51

25. Teklan (Ageratina riparia) ....................................................................... 52

26. Peta sebaran spasial Austroeupatorium inulifolium di Cagar Alam

Kamojang................................................................................................ 55

27. Hasil analisis regresi linier pada hubungan antara jarak dari jalan

dengan sebaran jumlah individu A. inulifolium di Cagar Alam

Kamojang.................................................................................................. 56

28. Peta sebaran spasial Ageratina riparia di Cagar Alam Kamojang ........... 57

29. Hasil analisis regresi linier pada hubungan antara jarak dari jalan

dengan sebaran jumlah individu A. riparia di Cagar Alam Kamojang .... 58

30. Peta sebaran spasial Lantana camara di Cagar Alam Kamojang ............ 59

31. Hasil analisis regresi linier pada hubungan antara jarak dari jalan

dengan sebaran jumlah individu L. camara di Cagar Alam Kamojang ... 60

Page 15: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

ix

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Daftar spesies tumbuhan hasil analisis vegetasi di Cagar Alam

Kamojang .................................................................................................. 69

2. Hasil perhitungan INP pada setiap tingkat pertumbuhan ......................... 73

3. Perhitungan indeks Morisita spesies tumbuhan asing invasif ................... 80

4. Perbandingan metode interpolasi IDW dan kriging .................................. 84

5. Uji normalitas sisaan ................................................................................. 85

6. Analisis regresi linier pengaruh jarak terhadap sebaran jumlah

individu spesies tumbuhan asing invasif yang dominan ........................... 88

Page 16: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ancaman terhadap keanekaragaman hayati di Indonesia tidak hanya

disebabkan oleh eksploitasi yang berlebihan terhadap sumberdaya alam, alih

fungsi lahan atau perubahan iklim secara global, tetapi juga disebabkan oleh

adanya spesies tumbuhan asing invasif. Spesies tumbuhan asing invasif mampu

menekan pertumbuhan spesies tumbuhan asli yang terdapat di dalam ekosistem

sehingga dapat mengakibatkan kepunahan lokal terhadap spesies tumbuhan asli.

Munculnya spesies tumbuhan asing invasif dapat dipengaruhi oleh

gangguan-gangguan terhadap lingkungan sehingga perkembangan spesies

tumbuhan asing invasif dapat terjadi secara alami. Perkembangan spesies

tumbuhan asing invasif yang terjadi secara alami berkaitan dengan proses suksesi.

Dalam proses suksesi, spesies tumbuhan asing invasif merupakan spesies

tumbuhan pionir seperti Imperata cylindrica atau Lantana camara yang berperan

sebagai penutup lahan. Adaptasi yang baik dari spesies tumbuhan asing invasif

menyebabkan spesies tersebut mendapatkan sumberdaya yang lebih baik daripada

spesies tumbuhan asli sehingga mampu berkembangbiak secara cepat dan menjadi

invasif. Selain dapat terjadi secara alami, invasi oleh spesies tumbuhan asing juga

dapat terjadi akibat upaya introduksi spesies asing baik secara disengaja seperti

introduksi Acacia nilotica di Taman Nasional Baluran maupun secara tidak

disengaja akibat pertumbuhan transportasi, perdagangan dan kegiatan wisata

secara global (KLH 2002).

Invasi oleh spesies tumbuhan asing telah terjadi di beberapa kawasan

konservasi di Indonesia. Selain kasus Acacia nilotica di Taman Nasional Baluran,

invasi oleh tumbuhan asing juga terjadi di Taman Nasional Wasur, Taman

Nasional Gunung Gede Pangrango dan Taman Nasional Komodo. Di Taman

Nasional Wasur terdapat beberapa spesies tumbuhan asing invasif diantaranya

eceng gondok (Eichhornia crassipes) yang menginvasi sungai-sungai besar

sehingga menyebabkan terganggunya transportasi air dan pendangkalan sungai

(KLH 2002). Spesies konyal (Passiflora edulis) diduga berpotensi menjadi invasif

Page 17: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

2

di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango karena berasosiasi kuat dengan

spesies-spesies pohon asli seperti saninten (Castanopsis argentea) dan nangsi

(Altingia rubescens), sehingga dikhawatirkan dapat menekan pertumbuhan spesies

tersebut (Heriyanto & Sawitri 2006). Spesies kaktus sendok nasi (Opuntia

engelmannii) merupakan tumbuhan asing invasif yang cukup mengganggu di

Taman Nasional Komodo dan mengakibatkan berkurangnya luasan savana

sebagai sumber pakan bagi mamalia herbivora (Kayat & Butarbutar 2009).

Invasi spesies tumbuhan asing diduga dapat terjadi di kawasan konservasi

lainnya termasuk Cagar Alam Kamojang. Hal tersebut disebabkan oleh adanya

gangguan terhadap Cagar Alam Kamojang terutama akibat aktivitas manusia yang

merusak kawasan cagar alam. Kerusakan kawasan akibat gangguan aktivitas

manusia seperti pembukaan kawasan untuk infrastruktur pemanfaatan panas bumi,

perambahan dan pembalakan liar pada saat krisis moneter yang telah

menyebabkan keterbukaan lahan. Fei et al. (2009) menyatakan terdapat hubungan

antara intensitas gangguan dengan kelimpahan spesies tumbuhan asing invasif

seperti distribusi spesies tumbuhan asing invasif yang lebih banyak tersebar di

daerah terbuka misalnya daerah di sekitar jalan daripada daerah dengan kondisi

yang lebih tertutup. Untuk mengetahui dugaan adanya proses invasi oleh spesies

tumbuhan asing dan pengaruh bentuk gangguan seperti jaringan jalan terhadap

penyebaran spesies tumbuhan asing invasif maka diperlukan penelitian mengenai

keanekaragaman dan pola sebaran spasial spesies tumbuhan asing invasif di Cagar

Alam Kamojang.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengidentifikasi keanekaragaman spesies tumbuhan asing invasif yang

terdapat di Cagar Alam Kamojang.

2. Mengidentifikasi pola penyebaran spasial spesies tumbuhan asing invasif

yang dominan di Cagar Alam Kamojang.

3. Menganalisis pengaruh jarak dari jalan terhadap sebaran jumlah individu

spesies tumbuhan asing invasif yang dominan di Cagar Alam Kamojang.

Page 18: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

3

1.3 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan

antara jarak dari jalan dengan sebaran jumlah individu spesies tumbuhan asing

invasif yang dominan di Cagar Alam Kamojang.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dan informasi mengenai

keanekaragaman dan penyebaran spasial dari spesies tumbuhan asing invasif di

Cagar Alam Kamojang, sehingga dapat dijadikan pedoman dalam upaya

pengelolaan potensi kawasan konservasi.

Page 19: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Spesies Invasif

Secara ekologi, invasi didefinisikan sebagai pergerakan suatu spesies dari

suatu area dengan kondisi tertentu menuju area lain dengan kondisi yang berbeda

kemudian secara perlahan spesies tersebut mengokupasi habitat barunya

(Clements 1905 diacu dalam Alpert et al. 2000). Spesies tersebut mampu

menginvasi lingkungan apabila berasosiasi dengan baik di lingkungan yang baru

sehingga akan menguntungkan pertumbuhannya tetapi merugikan bagi spesies

lokal (Alpert et al. 2000).

Spesies invasif adalah spesies yang muncul sebagai akibat dari aktivitas

manusia, melampaui penyebaran normalnya yang dapat mengancam lingkungan,

pertanian dan sumber daya yang lainnya. Spesies invasif dapat berupa seluruh

kelompok taksonomi meliputi virus, cendawan, alga, lumut, paku-pakuan,

tumbuhan tinggi, invertebrata, ikan, amphibi, reptil, burung dan mamalia (Hossain

2009). Proses invasif pada suatu ekosistem dapat terjadi oleh spesies asing

sehingga spesies tersebut dikenal sebagai spesies asing invasif (invasive alien

species/IAS). Pejchar dan Mooney (2009) mendefinisikan spesies asing invasif

yaitu spesies asing (non-native) yang pada umumnya diintroduksi oleh manusia

kemudian mengancam ekosistem, habitat atau spesies lainnya dan menyebabkan

perubahan global pada lingkungan.

Alpert et al. (2000) menduga spesies asing yang bersifat non invasif dapat

menjadi invasif apabila selama beberapa tahun terjadi fluktuasi hujan atau iklim,

adanya spesies mutualisma dari spesies asing tersebut atau melalui evolusi. Proses

invasi suatu lingkungan tidak hanya disebabkan oleh adanya introduksi spesies

asing, tetapi spesies-spesies lokal juga dipertimbangkan dapat menjadi invasif

ketika penyebarannya dilakukan di dalam habitat buatan manusia seperti kebun

atau halaman atau ketika kelimpahannya meningkat akibat campur tangan

manusia di habitat alaminya (Randall 1997 diacu dalam Alpert et al. 2000).

Page 20: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

5

2.1.1 Proses invasi dan karakter biologis tumbuhan asing invasif

Tumbuhan asing invasif dikenal sebagai tumbuhan bukan asli dari suatu

ekosistem dan mampu bersaing dengan baik dalam memperoleh sumberdaya di

ekosistem barunya sehingga menyebabkan dampak yang merusak bagi struktur,

komposisi dan pertumbuhan vegetasi asli pada ekosistem tersebut (Moris et al.

2009). Pada dasarnya proses invasi dari spesies tumbuhan asing dapat dibagi

menjadi tiga proses, yaitu proses introduksi, proses kolonisasi dan proses

naturalisasi (Cousens & Mortimer 1995 diacu dalam Radosevich et al. 2007).

Perkembangan spesies tumbuhan yang bersifat invasif tidak lepas dari upaya

introduksi yang dilakukan secara sengaja atau tidak disengaja. Cornel dan Lawton

(1992) diacu dalam Whitten et al. (1999) menjelaskan potensi mengintroduksi

spesies tumbuhan di luar ekosistem alaminya terjadi akibat kondisi ekosistem

alami yang jenuh oleh spesies-spesies tumbuhan yang sangat sedikit atau hampir

tidak ada. Williamson dan Fitter (1996) diacu dalam Alpert et al. (2000)

memperkirakan hanya 0.1% dari seluruh spesies tumbuhan yang diintroduksi di

luar ekosistem alaminya oleh manusia berkembang menjadi invasif. Spesies

tumbuhan yang diintroduksi akan menjadi invasif apabila mampu bernaturalisasi

dengan habitat yang baru sehingga sukses membangun populasi spesiesnya,

menyebar secara luas dan bergabung dengan sekelompok tumbuhan (Radosevich

et al. 2007).

Rejmanek (2000) diacu dalam Radosevich et al. (2007) mendeskripsikan

beberapa karakteristik biologi yang berhubungan dengan sifat invasif suatu

spesies tumbuhan diantaranya mudah tersebar oleh manusia dan hewan,

kecocokan dengan lingkungan yang konstan, ukuran genom kecil,

perkembangbiakan vegetatif dan penyebaran biji yang efektif serta sangat

bergantung terhadap keberadaan musuh biologisnya. Sukisman (2010)

menyatakan karakteristik yang paling terlihat pada tumbuhan invasif diantaranya

cepat membentuk naungan, merupakan spesies pionir, memiliki fenologi yang

berbeda dan tidak memiliki musuh alami.

Page 21: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

6

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi invasi tumbuhan asing

Distribusi spesies invasif dipengaruhi oleh faktor biotik dan faktor abiotik.

Faktor abiotik yang mempengaruhi keberadaan spesies tumbuhan asing invasif

diantaranya jenis tanah, kemasaman tanah, kelembaban tanah, kualitas dan

kuantitas pencahayaan, pola presipitasi, variasi temperatur pada tanah, air dan

udara (Radosevich et al. 2007). Richardson dan Pyšek (2000) diacu dalam

Radosevich et al. (2007) menyatakan bahwa setidaknya terdapat empat faktor

yang mempengaruhi keberhasilan proses invasi suatu spesies yaitu ketersediaan

sumberdaya, gangguan, kompetisi dan tekanan terhadap propagul.

Kualitas suatu lahan merupakan salah satu faktor penentu kesuksesan

tumbuhan asing menginvasi ekosistem barunya. Lingkungan komunitas tumbuhan

dengan ketersediaan sumberdaya yang tinggi memiliki kemungkinan besar untuk

terganggu dan terinvasi. Huston dan De angelis (1994) diacu dalam Moris et al.

(2009) menyatakan komunitas yang kaya akan spesies (tingkat heterogenitas yang

tinggi) menjadi kondisi yang disukai oleh spesies asing untuk mendapatkan

keuntungan daripada kondisi lingkungan dengan tingkat keanekaragaman yang

rendah.

Kesuksesan tumbuhan asing menginvasi suatu lingkungan juga dipengaruhi

oleh gangguan yang terjadi di lingkungan tersebut. Gangguan pada lingkungan

menyebabkan ketidakseimbangan kompetisi dan okupasi habitat tumbuhan utama

pada ekosistem tersebut dan menyebabkan faktor abiotik lebih berperan sebagai

suksesor invasi tumbuhan asing daripada faktor biotiknya (Moris et al. 2009).

Sastroutomo (1990) menyatakan spesies-spesies gulma pada habitat yang telah

terganggu (seperti tepi jalan, tepi danau/rawa/sungai, tempat pembuangan

sampah) lebih bervariasi dibandingkan dengan spesies pada habitat yang belum

terganggu. Keanekaragaman spesies gulma pada habitat yang telah terganggu

dapat terjadi akibat adanya perubahan lingkungan yang nyata sejalan dengan

waktu dari proses suksesi sekunder pada habitat tersebut (Sastroutomo 1990).

Page 22: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

7

2.1.3 Dampak ekologi dari spesies tumbuhan asing invasif

Keberadaan spesies invasif di luar lingkungan alaminya dapat menjadi

ancaman bagi kelangsungan proses alami yang terdapat dalam lingkungan

tersebut. Kehadiran spesies tumbuhan asing invasif dapat menyederhanakan

ekosistem dengan menekan pertumbuhan spesies asli dan mengubahnya menjadi

sistem yang monokultur. Perkembangbiakan dari spesies tumbuhan asing invasif

selalu menyebabkan keanekaragaman spesies asli dan proses regenerasi alaminya

menurun, produktivitas hutan menurun dan menyebabkan degradasi lingkungan

(Fei et al. 2009). Parker et al. (1999) diacu dalam Radosevich (2007)

menguraikan beberapa dampak ekologi yang disebabkan oleh tumbuhan invasif

yaitu:

Mereduksi keanekaragaman hayati

Gangguan terhadap spesies yang terancam punah dan habitatnya

Habitat bagi serangga, burung dan satwaliar asli terancam hilang

Mengubah proses ekologi alami seperti suksesi tumbuhan

Meningkatnya frekuensi dan intensitas dari kebakaran alami

Gangguan terhadap asosiasi tumbuhan dengan satwa seperti polinasi

dan penyebaran benih.

2.1.4 Peraturan mengenai spesies asing invasif

Spesies asing invasif dapat mengancam kelestarian keanekaragaman hayati

sehingga diperlukan peraturan untuk mengendalikan introduksi dan penyebaran

spesies asing invasif di Indonesia. Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan

Hayati Nabati (2011) menyatakan sampai saat ini peraturan yang khusus mengatur

tentang spesies asing invasif belum terdapat di Indonesia. Namun, beberapa

peraturan nasional yang terkait dengan spesies asing baik yang bersifat invasif

maupun tidak, diuraikan sebagai berikut:

1. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai

Dampak Lingkungan Hidup. Pasal 3 Ayat (1) mengenai usaha dan atau

kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting

terhadap lingkungan hidup, termasuk introduksi tumbuh-tumbuhan, spesies

Page 23: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

8

hewan, dan spesies jasad renik. Kegiatan introduksi ini wajib melakukan

AMDAL.

2. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura Pasal 88 Ayat

(3) mengenai impor produk hortikultura dilakukan melalui pintu yang telah

ditetapkan. Pintu yang dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan terkait

dengan masuknya OPT karantina, keamanan hayati, spesies-spesies asing

yang invasif dan keamanan pangan.

3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang pengesahan United Nation

Convention on Biological Diversity (CBD) Pasal 8 butir h mengenai setiap

pihak yang menandatangani konvensi ini diwajibkan untuk mencegah

masuknya serta mengendalikan atau membasmi spesies-spesies asing yang

mengancam ekosistem, habitat atau spesies lain di habitat yang asli.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis

Tumbuhan dan Satwa Pasal 5 Ayat (1) suatu jenis tumbuhan dan satwa wajib

ditetapkan dalam golongan yang dilindungi apabila: butir 1.b, terjadi

penurunan yang tajam jumlah individunya di alam. Adapun dalam

penjelasannya penurunan populasi ini terkait dengan ancaman dari faktor luar

termasuk spesies asing (jenis introduksi). Pada Ayat (2) butir 2.e dijelaskan

mengenai pemasukan jenis asing harus dihindarkan, butir 2.f dijelaskan selain

dari jenis tumbuhan dan satwa asli, jenis asing juga termasuk didalamnya,

sehingga jenis-jenis asing ini perlu dimusnahkan.

5. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Keanekaragaman

Hayati dan Ekosistemnya, Bab IV, Pasal 19 Ayat (3) mengatur dan melarang

aktivitas yang dapat mengubah kondisi alami kawasan suaka alam seperti

menambah spesies yang tidak asli, Bab VII, Pasal 33, Ayat (2) yang melarang

melakukan aktivitas yang dapat mengubah zona inti taman nasional seperti

menambah spesies satwa dan tumbuhan yang tidak asli.

6. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman

yang menegaskan perlindungan dan pencegahan kehilangan tumbuhan dari

gulma atau tumbuhan penggangu lainnya serta aksi pemberantasan organisme

pengganggu yang mampu berkembang seperti gulma di beberapa lokasi dan

menekan pertumbuhan tumbuhan lainnya (Bab I, Pasal 1, Ayat 7, 8, Bab III,

Page 24: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

9

Pasal 21). Selain itu, dalam pasal 10 menyebutkan mekanisme introduksi

spesies asing dan beberapa pasal mengenai monitoring dan manajemen gulma

dan spesies asing.

7. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 mengenai Karantina Hewan, Ikan

dan Tumbuhan yang mengatur tugas dan fungsi utama karantina hewan dan

tumbuhan di pelabuhan, bandara, daerah perbatasan dan pelabuhan antar

pulau. Karantina dilaksanakan berdasarkan berbagai komoditas, seperti

persediaan makanan, tanaman budidaya, hasil perkebunan dan hasil hutan

yang bertujuan untuk melindungi kehidupan dan kesehatan hewan dan

tumbuhan tersebut.

Invasi spesies asing di ekosistem atau habitat tertentu telah menjadi

perhatian dunia sejak Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio de Janeiro, Brazil

pada tahun 1992. Adapun perangkat hukum mengenai pengendalian spesies asing

invasif pada level internasional diantaranya:

1. Convention on Biological Diversity (CBD) tahun 1992 mengenai konservasi

insitu yang berkaitan dengan pencegahan masuknya spesies asing invasif,

mengendalikan dan membasmi spesies yang mengancam ekosistem, habitat

dan spesies (pasal 8 butir h).

2. Konferensi Ramsar di Iran tahun 1971 dan Kosta Rika tahun 1998. Resolusi

VII.4 mengenai spesies invasif dan lahan basah terkait dengan kesadaran akan

beberapa ancaman spesies asing terhadap ekologi dan karakteristik lahan

basah, spesies lahan basah, daratan dan lautan.

3. Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and

Flora (CITES) dalam Konferensi Resolusi 13.10 tahun 1997 mengenai

perdagangan spesies asing invasif dengan hasil rekomendasi diantaranya: a).

Mempertimbangkan masalah spesies asing invasif dalam peraturan dan

perundang-undangan yang terkait dengan hewan dan tumbuhan yang

diperdagangkan secara hidup-hidup, b). Berkonsultasi dengan otoritas

manajemen terkait tujuan impor suatu negara, kemungkinan dan

penerapannya, serta pertimbangan ekspor yang berpotensi sebagai spesies

asing invasif, untuk memutuskan peraturan yang diberlakukan dalam hal

impor, dan c). Mempertimbangkan peluang sinerginya CITES dan CBD untuk

Page 25: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

10

bekerjasama dan berkolaborasi antara dua konvensi dalam isu introduksi

spesies asing yang berpotensi invasif.

2.2 Penyebaran Spasial

Komunitas tumbuhan memperlihatkan adanya diferensiasi penyebaran baik

secara vertikal maupun horizontal, yakni setiap spesiesnya tersebar dengan tinggi

di atas permukaan tanah yang berbeda dan juga tersebar pada lokasi dan jarak

yang berbeda. Penyebaran secara vertikal dari suatu spesies tumbuhan biasanya

dipengaruhi oleh adanya perbedaan intensitas cahaya matahari. Penyebaran

tumbuhan secara horizontal dipermukaan tanah memiliki kompleksitas yang

tinggi. Whitaker (1970) diacu dalam Sastroutomo (1990) mengidentifikasi empat

macam penyebaran dari setiap spesies tumbuhan secara horizontal dalam

komunitas tumbuhan (juga untuk setiap individu dalam populasi) yaitu

penyebaran secara acak, mengelompok (kontagius), teratur (kontagius negatif)

dan penyebaran secara kombinasi pengelompokan individu ke dalam koloni dan

distribusi regular.

Tipe penyebaran pada komunitas tumbuhan di habitat alami biasanya

dijumpai secara acak dan tidak pernah dijumpai tipe penyebaran yang sangat

teratur dengan jarak yang relatif sama dari individu ke individu lainnya. Tipe

penyebaran mengelompok juga dapat ditemui pada komunitas tumbuhan di habitat

alami yang disebabkan oleh pola penyebaran biji dari tumbuhan induk, gradasi

lingkungan mikro atau kekerabatan antar spesies baik yang bersifat positif

maupun negatif (Sastroutomo 1990).

Setiap spesies tumbuhan pada suatu komunitas akan memiliki pola

penyebaran tersendiri. Pola ini dapat memiliki persamaan dengan spesies lainnya

tetapi tidak mungkin seluruhnya sama. Oleh karena itu, komunitas tumbuhan

merupakan gabungan dari beberapa pola penyebaran berbagai spesies tumbuhan

dan saling berinteraksi (Sastroutomo 1990).

Page 26: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

11

2.3 Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan sistem untuk pengambilan,

penyimpanan, pemeriksaan, penggabungan, manipulasi, analisis atau penyajian

data keruangan yang memiliki referensi bumi (Chorley 1987 diacu dalam

Syamsudin & Suryadi 2006). Sistem informasi geografi digunakan untuk

menyederhanakan proses sehingga mengefisienkan pekerjaan seperti

mengintegrasikan data dari berbagai sumber atau digunakan untuk meningkatkan

kapasitas analisis data seperti memfasilitasi pembentukan model analisis data dan

menyajikan data dengan output dalam bentuk yang interaktif (Syamsudin &

Suryadi 2006).

Sistem informasi geografi merupakan sistem kompleks yang biasanya

terintegrasi dengan lingkungan sistem-sistem komputer yang lain ditingkat

fungsional dan jaringan. Komponen-komponen yang menyusun SIG biasanya

terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data dan informasi geografi dan

manajemen (Prahasta 2001). Jaya (2002) menyebutkan pada bidang kehutanan,

SIG sangat diperlukan guna mendukung pengambilan keputusan untuk

memecahkan masalah keruangan (spasial) mulai dari tahap perencanaan,

pengelolaan sampai dengan pengawasan. Aplikasi SIG di bidang kehutanan

banyak dilakukan untuk memonitoring pergerakan satwa dan membuat model

kesesuaian habitat flora dan fauna. Beberapa penelitian di bidang konservasi yang

menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis diantaranya:

Aplikasi SIG untuk pemetaan kesesuaian habitat kedaung (Parkia

timoriana (D.C Merr) di Taman Nasional Meru Betiri (Sebastian 2007).

Pemetaaan kesesuaian habitat Rafflesia patma Blume di Cagar Alam dan

Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran dengan menggunakan SIG

(Gamasari 2007).

Pemetaaan kesesuaian habitat Rafflesia patma Blume di Cagar Alam

Leuweung Sancang Garut - Jawa Barat dengan menggunakan SIG

(Herdiyanti 2009).

Pemetaan kesesuaian habitat Rafflesia zollingeriana Kds. (studi kasus di

Resort Sukamade wilayah seksi I Sarongan Taman Nasional Meru Betiri-

Jawa Timur) (Dhistira 2011).

Page 27: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

12

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam Kamojang, Kabupaten Garut dan

Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Kegiatan pengambilan data di lapangan

dilaksanakan selama ± satu bulan yaitu dari bulan Juli sampai dengan Agustus

2011. Pengolahan data keanekaragaman dan pola penyebaran spasial dilakukan di

Bagian Konservasi Keanekaragaman Tumbuhan dan Bagian Hutan Kota dan Jasa

Lingkungan, Departemen Konservasi Tumbuhan dan Ekowisata, Fakultas

Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Gambar 1 Lokasi penelitian di kawasan Cagar Alam Kamojang.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari sampel

spesies tumbuhan, alkohol 70%, peta kawasan Cagar Alam Kamojang dan

perangkat lunak Arc Gis 9.3 dan SPSS 16.0. Alat yang digunakan dalam

penelitian ini terdiri dari Global Positioning System (GPS), kamera digital,

Page 28: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

13

meteran, tambang, kompas, phiband, tallysheet, panduan lapang tumbuhan asing

invasif, koran bekas, label (etiket) dan kalkulator.

3.3 Jenis Data yang Dikumpulkan

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer

dan data sekunder. Data primer terdiri dari data keanekaragaman dan pola

penyebaran spasial spesies tumbuhan asing invasif sedangkan data sekunder

berupa data kondisi umum Cagar Alam Kamojang yang terdiri dari kondisi

biofisik dan sosial ekonomi masyarakat di sekitar kawasan. Jenis data yang

dikumpulkan secara rinci disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian

No. Jenis Data/Informasi

yang Dikumpulkan

Aspek yang Dikaji Sumber Data Metode

1. Keanekaragaman

spesies tumbuhan

asing invasif

Spesies, jumlah individu,

frekuensi, dominansi

Pengamatan

langsung di

lapangan

Analisis

vegetasi

2. Penyebaran spasial

spesies tumbuhan

asing invasif

Titik sebaran spesies

tumbuhan asing invasif

Pengamatan

langsung di

lapangan

Penandaan

titik sebaran

dengan GPS

3. Kondisi umum

kawasan

Kondisi fisik, kondisi

biologis, kondisi sosial

ekonomi, peta kawasan

Rencana

Pengelolaan

CAK 2005-2020

Studi literatur

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Keanekaragaman spesies tumbuhan asing invasif

Analisis vegetasi dilakukan untuk mengetahui keanekaragaman spesies

tumbuhan asing invasif dengan menggunakan metode petak ganda yang

ditetapkan secara purposive sampling di lokasi yang terganggu (misalnya jaringan

jalan) (Gambar 2). Panjang lokasi yang digunakan sebesar 500 m dan terbagi

menjadi lima segmen dengan jarak antar segmen sebesar 100 meter. Pada setiap

segmen diletakkan petak ukur masing-masing berukuran 20 x 20 meter dan

terbagi ke dalam beberapa ukuran. Petak ditempatkan di kiri dan kanan jaringan

jalan dengan jumlah petak ukur masing-masing berjumlah 5 petak sehingga

Page 29: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

14

jumlah total petak ukur sebanyak 50 petak. Peletakan petak ukur dilakukan secara

sistematik dengan jarak titik pusat antar petak sebesar 50 meter.

Gambar 2 Ilustrasi analisis vegetasi menggunakan metode petak ganda yang

digunakan di Cagar Alam Kamojang.

Keterangan Gambar 2:

a. Petak ukur semai (2 m x 2 m), yaitu anakan dengan tinggi < 1,5 m. Selain

itu, dicatat juga spesies tumbuhan bawah, semak, terna atau liana.

b. Petak ukur pancang (5 m x 5 m), yaitu anakan dengan tinggi > 1,5 m dan

diameter batangnya < 10 cm. Selain itu, dicatat juga semak, perdu atau terna

dengan tinggi > 1,5 m.

c. Petak ukur tiang (10 m x 10 m), yaitu diameter batang antara 10 cm – 19,9

cm.

d. Petak ukur pohon (20 m x 20 m), yaitu pohon yang diameter batangnya ≥ 20

cm.

Titik awal

50 m 50 m

Base line

100 m

100 m

100 m

a b

c

d

Page 30: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

15

Parameter yang diambil dalam pengamatan vegetasi pada seluruh tingkat

pertumbuhan meliputi:

1. Spesies, jumlah individu dan diameter untuk tingkat pohon dan tiang.

2. Spesies dan jumlah individu untuk tingkat pancang, semai dan tumbuhan

bawah (tumbuhan selain permudaan pohon termasuk liana dan semak

belukar).

Identifikasi spesies tumbuhan dilakukan untuk mengetahui nama lokal dan

nama ilmiah dari spesies tumbuhan yang ditemukan di lokasi penelitian. Spesies

tumbuhan yang diperoleh dari hasil pengamatan kemudian dibuatkan

herbariumnya. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pembuatan herbarium ini

adalah:

1. Mengambil contoh herbarium yang terdiri dari ranting lengkap dengan

daunnya (apabila terdapat bunga atau biji sebaiknya diikutsertakan).

Pengambilan contoh herbarium dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan

analisis vegetasi.

2. Contoh herbarium dipotong dengan panjang kurang lebih 40 cm atau

disesuaikan dengan ukuran tumbuhan.

3. Contoh herbarium dimasukkan ke dalam kertas koran dengan disertakan

etiket yang berukuran 3 cm x 5 cm. Etiket berisikan keterangan mengenai

nomor spesies, nama lokal, lokasi pengumpulan dan nama pengumpul

(kolektor).

4. Selanjutnya beberapa herbarium disusun di atas sasak yang terbuat dari

bambu dan disemprot dengan alkohol 70%.

5. Herbarium kemudian dijemur dengan sinar matahari dan disemprot kembali

dengan alkohol 70%.

6. Herbarium yang telah kering lengkap dengan keterangan-keterangan yang

diperlukan kemudian diidentifikasi nama ilmiahnya.

3.4.2 Identifikasi spesies tumbuhan asing invasif

Identifikasi spesies tumbuhan asing invasif dilakukan dengan melakukan

cek silang dengan beberapa sumber yang memuat daftar spesies tumbuhan asing

invasif seperti Webber (2003) dan Invasive Species Specialist Group (2005).

Page 31: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

16

3.4.3 Pola sebaran spesies tumbuhan asing invasif

Pola penyebaran spasial dari spesies tumbuhan asing invasif yang terdapat

di Cagar Alam Kamojang diidentifikasi dengan menandai posisi koordinat pada

setiap petak ukur dengan menggunakan GPS. Penandaan lokasi dengan GPS

dilakukan pada titik tengah petak ukur sebanyak tiga kali.

Setiap petak kemudian diidentifikasi jumlah individu spesies tumbuhan

asing invasif baik yang berupa tumbuhan bawah, semak belukar, atau pohon. Nilai

pada masing-masing petak berupa jumlah individu spesies tumbuhan asing invasif

kemudian diinterpolasikan untuk mendapatkan sebaran spasial spesies tumbuhan

asing invasif yang terdapat di Cagar Alam Kamojang.

3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data

3.5.1 Keanekaragaman spesies tumbuhan asing invasif

Data vegetasi hutan yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan

menghitung frekuensi, kerapatan, dominansi, indeks nilai penting,

keanekaragaman spesies, indeks dominansi dan pola penyebarannya. Data

vegetasi hutan dianalisis menggunakan persamaan sebagai berikut:

1. Indeks nilai penting

Indeks nilai penting (INP) diperoleh dengan menggunakan besaran-besaran

sebagai berikut (Soerianegara & Indrawan 2008):

Kerapatan (ind/ha) = Jumlah individu suatu spesies

Luas petak

Kerapatan Relatif/KR (%) = Kerapatan suatu suatu x 100%

Kerapatan seluruh spesies

Frekuensi = Jumlah petak dijumpai suatu

Jumlah seluruh petak

Frekuensi Relatif/FR (%) = Frekuensi suatu suatu x 100%

Frekuensi seluruh spesies

Dominansi (m2/ha) = Basal area suatu spesies

Luas seluruh petak

Dominansi Relatif/DR (%) = Dominansi suatu spesies x 100%

Dominansi seluruh spesies

Indeks Nilai Penting = KR+FR+DR

Khusus untuk tingkat semai, pancang dan tumbuhan bawah, perhitungan

Indeks Nilai Penting hanya menjumlahkan kerapatan relatif dengan frekuensi

relatifnya.

Page 32: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

17

2. Keanekaragaman spesies

Keanekaragaman spesies diukur dengan menghitung persamaan indeks

keanekaragaman Shannon-Wiener sebagai berikut (Pileou 1969 diacu dalam

Krebs 1972):

Hˈ = -∑ [Pi. Ln Pi], dengan Pi yaitu:

Keterangan:

Hˈ : Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener

ni : Jumlah INP suatu spesies

N : Jumlah INP seluruh spesies

3. Indeks dominansi

Indeks dominansi merupakan nilai kuantitatif untuk mengetahui suatu

spesies yang dominan di dalam komunitasnya dengan persamaan (Indrayanto

2006):

Keterangan:

C : Indeks dominansi

ni : Jumlah individu suatu spesies

N : Jumlah seluruh individu

4. Pola sebaran spesies

Pola penyebaran spesies tumbuhan asing invasif pada suatu komunitas

tumbuhan dilakukan dengan menggunakan indeks Morisita. Pola penyebaran yang

diketahui merupakan kecenderungan bentuk penyebaran suatu spesies di dalam

komunitasnya yang terbagi ke dalam bentuk acak, mengelompok atau merata.

Persamaan yang digunakan yaitu (Morisita 1965 diacu dalam Krebs 1972):

Keterangan:

Id : Derajat penyebaran Morisita

Page 33: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

18

n : Jumlah petak ukur

∑x² : Jumlah kuadrat dari total individu suatu spesies pada suatu komunitas

∑x : Jumlah total individu suatu spesies pada suatu komunitas

Selanjutnya dilakukan uji Chi-square dengan menggunakan persamaan:

Derajat keseragaman

Keterangan:

𝜒² 0,975 : Nilai Chi-square dari tabel dengan db (n-1), selang kepercayaan 97,5%

∑xi : Jumlah individu dari suatu spesies pada petak ukur ke-i

n : Jumlah petak ukur

Derajat pengelompokan

Keterangan:

𝜒² 0,025 : Nilai Chi-square dari tabel dengan db (n-1), selang kepercayaan 2,5%

∑xi : Jumlah individu dari suatu spesies pada petak ukur ke-i

n : Jumlah petak ukur

Standar derajat Morisita (Ip) dihitung dengan menggunakan empat

persamaan pada salah satu kondisi sebagai berikut:

Apabila Id ≥ Mc > 1.0 maka dihitung:

Apabila Id > Mc ≥ 1.0 maka dihitung:

Apabila 1.0 > Id > Mu maka dihitung:

Page 34: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

19

Apabila 1.0 > Mu > id maka dihitung:

Standar derajat penyebaran Morisita (Ip) mempunyai interval -1,0 – 1,0

dengan taraf kepercayaan 95% pada batas 0,5 dan -0,5. Nilai Ip digunakan untuk

menunjukkan kecenderungan pola penyebaran spesies tumbuhan asing invasif

pada suatu komunitas tumbuhan di Cagar Alam Kamojang dengan selang nilai:

Ip = 0, menunjukkan pola sebaran acak (random)

Ip > 0, menunjukkan pola penyebaran mengelompok (clumped)

Ip < 0, menunjukkan pola penyebaran merata (uniform)

3.5.2 Pola penyebaran spasial spesies tumbuhan asing invasif yang dominan

Posisi GPS lokasi terdapatnya spesies tumbuhan asing invasif di-upload ke

dalam file text delimated (*.txt) di dalam program Ms. Excel 2007. Data mengenai

jumlah individu spesies di dalam petak ukur diinterpolasikan dengan

menggunakan metode inverse distance weighted (IDW) dan metode kriging. Hasil

interpolasi sebaran jumlah individu dari kedua metode tersebut dibandingkan

dengan sebaran jumlah individu sebenarnya sehingga diperoleh data spasial secara

keseluruhan yang lebih sesuai dengan kondisi di lapangan.

3.5.2.1 Metode interpolasi Inverse Distance Weighted (IDW)

Metode interpolasi IDW merupakan metode pendugaan nilai yang sederhana

dengan mempertimbangkan nilai di sekitarnya (NCGIA 1997). Asumsi dari

metode ini adalah nilai interpolasi akan lebih mirip pada data sampel yang lebih

dekat daripada data sampel yang lebih jauh. Metode ini menganalisis titik

pengamatan dalam suatu ruang ketetanggaan yang menggambarkan kemiripan

diantara titik-titik tersebut. Teknik pencarian yang digunakan adalah dengan

menetapkan jumlah titik observasi yang berada di sekitarnya atau menggunakan

teknik pencarian dalam radius tertentu. Nilai Z untuk setiap titik kemudian

diboboti dengan kuadrat jarak sehingga nilai yang dekat secara spasial akan

cenderung dipengaruhi nilai pada titik yang diamati.

Pramono (2008) menyatakan bahwa kekurangan dari metode IDW adalah

nilai hasil interpolasi terbatas pada nilai yang ada pada data sampel. Nilai

Page 35: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

20

interpolasi yang dihasilkan tidak bisa lebih kecil dari minimum atau lebih besar

dari data sampel karena metode ini menggunakan rata-rata dari data sampel. Oleh

karena itu, untuk mendapatkan hasil interpolasi yang baik, maka sampel data yang

digunakan harus lebih rapat.

3.5.2.2 Metode interpolasi Kriging

Metode interpolasi kriging merupakan metode pendugaan nilai yang bersifat

stochastic atau pendugaan nilai dilakukan secara statistik untuk menghasilkan data

interpolasi (Pramono 2008). Asumsi dari metode ini yaitu jarak dan orientasi

antara sampel data menunjukkan korelasi spasial dan memiliki sebuah tren.

Metode ini menggunakan semivariogram yang merepresentasikan perbedaan

spasial dan nilai diantara pasangan sampel data. Apabila diketahui korelasi spasial

jarak dan orientasi data maka pendugaan nilai dengan menggunakan metode

interpolasi kriging dapat dilakukan dengan tepat.

Perbandingan antara metode interpolasi IDW dengan kriging dilakukan

untuk mengetahui metode yang paling sesuai dalam menduga sebaran jumlah

individu dengan melihat koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan dari plot

scatter. Drapper dan Smith (1992) menyatakan koefisien determinasi merupakan

koefisien yang mengukur proporsi keragaman atau variasi total disekitar nilai

tengah Y yang dapat dijelaskan oleh regresi yang dihasilkan atau dalam hal ini

koefisien determinasi menjelaskan keragaman pada hasil metode interpolasi yang

diperoleh dari fungsi regresi antara dugaan jumlah individu berdasarkan hasil

interpolasi dengan jumlah individu di lapangan. Semakin besar nilai koefisien

determinasi maka semakin besar pula keragaman yang dapat dijelaskan oleh

fungsi yang dihasilkan.

3.5.3 Pengaruh jarak dari jalan terhadap sebaran jumlah individu spesies

tumbuhan asing invasif yang dominan

Hubungan antara peubah jarak dari jalan dengan sebaran jumlah individu

spesies tumbuhan asing invasif yang dominan dianalisis dengan menggunakan

analisis regresi linier sederhana. Mattjik dan Sumertajaya (2006) menyatakan

regresi linier sederhana merupakan persamaan regresi yang menggambarkan

hubungan antara dua faktor antara satu peubah bebas (X, independence variable)

Page 36: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

21

dan satu peubah tak bebas (Y, dependence variable) dimana hubungan keduanya

dapat digambarkan sebagai garis lurus. Regresi linier sederhana dapat dituliskan

dalam bentuk persamaan (Mattjik & Sumertajaya 2006):

Y = α + β X

Dimana: Y= Peubah tak bebas, X= Peubah bebas, α = Intersep, β = Kemiringan.

Hipotesis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh jarak dari jalan

terhadap sebaran jumlah individu spesies tumbuhan asing invasif yang dominan

yaitu:

H0: Jarak dari jalan tidak berpengaruh secara nyata terhadap sebaran jumlah

individu spesies tumbuhan asing invasif yang dominan.

H1: Jarak dari jalan berpengaruh nyata terhadap sebaran jumlah individu spesies

tumbuhan asing invasif yang dominan.

Hipotesis diuji secara statistik dengan uji f dan uji t pada persamaan regresi

yang dihasilkan. Taraf kepercayaan yang digunakan adalah sebesar 95% atau nilai

α sebesar 0,05. Apabila nilai signifikansi pada uji f dan uji t lebih kecil daripada

nilai α, maka hipotesis yang diterima yaitu H1 atau jarak dari jalan mempengaruhi

secara nyata terhadap sebaran jumlah individu spesies tumbuhan asing invasif

yang dominan, sedangkan apabila nilai signifikansi pada uji f dan uji t lebih besar

daripada nilai α, maka hipotesis yang diterima yaitu H0 atau jarak dari jalan tidak

mempengaruhi secara nyata terhadap sebaran jumlah individu spesies tumbuhan

asing invasif yang dominan.

3.5.4 Alur proses penelitian

Proses pendugaan sebaran jumlah individu spesies tumbuhan asing invasif

dengan menggunakan metode interpolasi dan proses analisis regresi untuk

mengetahui pengaruh jarak dari jalan terhadap sebaran jumlah individu spesies

tumbuhan asing invasif yang dominan diuraikan seperti pada Gambar 3.

Page 37: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

22

Gambar 3 Proses pembuatan peta sebaran spasial spesies tumbuhan asing invasif yang dominan.

Pengaruh jarak

terhadap sebaran

jumlah individu IAS

Analisis Regresi Linier Uji normalitas

sisaan

Data jarak titik

pengamatan

terhadap jalan

Proses Euclidean

Distance untuk

memperoleh jarak titik

pengamatan dari jalan

Koreksi hasil

interpolasi dengan

keadaan di lapangan

Peta Interpolasi Sebaran

Jumlah Individu IAS di

Cagar Alam Kamojang

Peta Jaringan Jalan Jawa Barat

(shp)

Peta Cagar Alam Kamojang (shp)

Proses Clip Peta Peta Jaringan jalan di Cagar

Alam Kamojang Proses Overlay Peta

Peta Hasil Interpolasi

Sebaran Jumlah Individu

IAS

Reclassify

Proses Interpolasi dengan

metode IDW dan kriging

Transformasi koordinat UTM

Arc Gis 9.3 (Shapefile) MS Excel (tipe file

text delimated/*txt)

Data titik koordinat

GPS

Metode interpolasi

yang sesuai

Page 38: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak dan Luas

Secara administrasi pemerintahan, kawasan Cagar Alam Kamojang (CAK)

terletak di dua kabupaten yaitu Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung,

Provinsi Jawa Barat. Menurut administrasi pengelolaan, kawasan ini termasuk ke

dalam wilayah kerja Seksi KSDA Garut, Balai Besar KSDA Jawa Barat. Di

kawasan ini, terdapat dua tipe kawasan konservasi yaitu Cagar Alam Kamojang

dan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang yang terletak hampir di tengah-tengah

kawasan Cagar Alam Kawah Kamojang. Batas-batas kawasan Cagar Alam

Kamojang sebagai berikut (Anonim 2005):

Sebelah Utara : Kecamatan Paseh dan Ibun, Kabupaten Bandung

Sebelah Barat : Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung

Sebelah Timur : Kecamatan Leles dan Tarogong, Kabupaten Garut

Sebelah Selatan : Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 110/Kpts-II/90 tanggal

14 Maret 1990 ditetapkan luas Cagar Alam Kamojang adalah 7.805 Ha. Pada

tahun 1994, luas kawasan bertambah 12,196 Ha sebagai lahan kompensasi dengan

dasar Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 433/Kpts-II/94 sehingga luas total

kawasan cagar alam menjadi 7817,196 Ha dan luas taman wisata alam 481 Ha.

Pada tahun 2004 terjadi penambahan fungsi cagar alam di Blok Guntur sehingga

terjadi pengurangan luas Cagar Alam Kamojang seluas 500 Ha untuk hutan

lindung dan ± 25 Ha untuk Taman Wisata Alam (TWA) Cipaniis sehingga luas

total kawasan menjadi 7067,196 Ha. Penetapan kawasan cagar alam didasarkan

pada gejala alam yang unik berupa peristiwa vulkanologi dengan munculnya

kawah kecil di daerah kaldera Kamojang (Anonim 2005).

4.2 Kondisi Fisik dan Biologis Kawasan

4.2.1 Topografi dan tanah

Kawasan Cagar Alam Kamojang berada pada ketinggian antara 1.650 –

2.610 mdpl. Topografi kawasan pada umumnya berbukit landai dengan

Page 39: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

24

kelerengan lapang yang terjal, miring dan bergelombang. Sudut kemiringan

bervariasi diantara 20% - 40%. Hasil peta tanah eksploitasi Balai Penyelidikan

tahun 1960 menyatakan jenis batuan pembentuk tanah Cagar Alam Kamojang

adalah aluvial dari endapan sungai. Jenis tanah yang terdapat di kawasan ini

terdiri dari andosol umbrik dan andosol vitrik dengan struktur gumpal bersudut,

pH masam sampai agak masam (3-6), kejenuhan basa rendah dan berkembang

dari tufa volkan (Anonim 2005).

4.2.2 Iklim dan hidrologi

Wilayah Kamojang merupakan daerah pegunungan yang dicirikan oleh

kondisi iklim khas pegunungan. Wilayah Kamojang memiliki suhu udara

maksimum sebesar 26,8°C pada bulan September sedangkan kondisi terendah

terjadi pada bulan Desember. Suhu udara minimum terendah terjadi pada bulan

Agustus sebesar 5,4°C dan tertinggi pada bulan Desember sebesar 10,7°C.

Kelembaban relatif (RH) wilayah Kamojang termasuk tinggi yaitu sebesar 82-

94%, sehingga lama penyinaran hanya 33 - 64% dalam sehari. Sepertiga hingga

dua per tiga hari sering terjadi kabut atau hujan teutama pada bulan November dan

Januari (Anonim 2005).

Cagar Alam Kamojang secara hidrologis terletak di daerah hulu dari daerah

aliran sungai (DAS) besar di Jawa Barat yaitu Sungai Citarum di bagian barat-

utara dan Sungai Cimanuk di bagian selatan. Masing-masing hulu DAS tersebut

membentuk sub DAS dan yang terletak di Cagar Alam Kamojang diantaranya

sungai Cikaro, Ciharus dan Ciwelirang.

4.2.3 Flora dan fauna

Ekosistem Cagar Alam Kamojang dapat dibedakan menjadi ekosistem

terestrial dan ekosistem akuatik. Ekosistem terestrial terdiri dari ekosistem hutan

cagar alam dan ekosistem hutan lindung, sedangkan ekosistem akuatik terdiri dari

ekosistem danau Ciharus dan danau Cibeureum. Secara umum kondisi vegetasi

yang terdapat di Cagar Alam Kamojang didominasi oleh famili Juglandaceae,

Theaceae, Lauraceae dan Fagaceae. Komposisi vegetasi yang terdapat di dalam

kawasan berupa kihujan (Engelhardia spicata), puspa (Schima wallichii), saninten

(Castanopsis argentea), pasang (Quercus lutea), Lauratus nobilis dan Litsea

Page 40: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

25

cubeba. Hasil analisis vegetasi yang dilaksanakan di Cagar Alam dan Taman

Wisata Alam Kamojang diperoleh dominansi dan keanekaragaman spesies pada

tiap tingkat pertumbuhan seperti pada Tabel 2.

Tabel 2 Dominansi dan nilai keanekaragaman spesies pada setiap tingkat

pertumbuhan

No. Tingkat Pertumbuhan Spesies tumbuhan INP (%) H’

1 Pohon Engelhardia spicata 30,94 1,144

Schima wallichii 29,44

Sloanea sigun 25,04

2 Tiang Litsea javanica 81,56 1,183

Villebruinea rubescens 37,66

Engelhardia spicata 18,95

3 Pancang Plectronia glabia 43,38 1,274

Pterocarpus indicus 33,33

Litsea javanica 32,67

4 Semai/tumbuhan

bawah

Ageratina riparia 50,54 1,293

Dicksonia sp. 29,04

Achasma coccineum 28,53

Sumber: Anonim (2005)

Spesies satwa liar yang terdapat di Cagar Alam Kamojang antara lain walik

(Treron grisscipilla), kadanca (Ducula sp), walet (Collocalia vulconorum), saeran

gunung (Dicrurus macocarpus), ayam hutan (Gallus g. speciosa), lutung

(Presbytis Pyrrhus), musang (Paradoxurus hermaproditus), babi (Sus scrofa),

kijang (Muntiacus muntjak), landak (Hystrix sp), monyet ekor panjang (Macaca

fascicularis), surili (Presbytis comata), kancil (Tragulus javanicus), kucing hutan

(Felis bengalensis), bajing (Callociurus notatus), macan tutul (Panthera pardus),

ular sanca (Phyton sp), Trenggiling (Manis javanica), londok (Callotes notatus)

dan kodok buduk (Bufo melanoticus).

Diantara spesies satwa liar yang ditemukan di wilayah CA Kamojang

terdapat 27 spesies satwa dilindungi yang terdiri dari 11 spesies mamalia, 14

spesies burung dan 2 spesies reptil. Selain itu, Cagar Alam Kamojang memiliki

satwa endemik yaitu owa jawa (Hylobates moloch), surili (Presbytis comata),

wergan jawa (Alcippe pyrroptera) dan cekakak jawa (Halcyon cyanoventris) yang

penyebarannya hanya terbatas di Pulau Jawa.

Page 41: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

26

4.3 Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk di Sekitar Kawasan

Masyarakat di sekitar kawasan Cagar Alam Kamojang meliputi desa-desa di

wilayah Kecamatan Ibun, Kecamatan Paseh, Kecamatan Pacet yang berada di

Kabupaten Bandung dan Kecamatan Tarogong Kaler, Kecamatan Pasir Wangi

serta Kecamatan Leles yang berada di Kabupaten Garut. Anonim (2005)

menyatakan jumlah penduduk yang berada di sekitar kawasan cagar alam sekitar

± 168.548 jiwa dan tersebar di wilayah Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung.

Sebagian besar mata pencaharian penduduk di wilayah tersebut sebagai petani dan

buruh tani. Mata pencaharian warga di sekitar kawasan cagar alam berupa

pedagang, buruh bangunan dan pegawai negeri sipil.

Penggunaan lahan yang berada di sekitar kawasan cagar alam sebagian

besar masih berupa hutan lindung. Lahan di sekitar kawasan pun digunakan untuk

hutan produksi terbatas, hutan dapat dikonversi, sawah irigasi, sawah tadah hujan,

ladang, perkebunan dan pemukiman. Keberadaan lahan hutan yang telah ada sejak

dahulu mulai terganggu akibat konversi lahan menjadi lahan pertanian.

4.4 Pemanfaatan Sumberdaya Panas Bumi di CA/TWA Kamojang

Ladang panas bumi Kamojang merupakan salah satu daerah kerja Pertamina

Unit EP III yang berlokasi di daerah Jawa Barat. Daerah potensial panas bumi

Kamojang memiliki luas wilayah ± 21 Km2. Kaldera Kamojang merupakan

wilayah vulkanis yang berada di dalam gugusan Gunung Guntur dan Masigit.

Pada tanggal 29 Januari 1983, daerah panas bumi Kamojang diresmikan oleh

Direktur Eksplorasi dan Produksi Pertamina menjadi Lapangan Panas Bumi

Kamojang sebagai lapangan produksi panas bumi pertama dan dimulainya era

pemanfaatan panas bumi di Indonesia. Ladang panas bumi Kamojang dikelola

oleh PT. Pertamina Area Geothermal sebagai unit bisnis dari Pertamina Direktorat

Hulu yang memproduksi dan mendistribusi uap ke konsumen yaitu Perusahaan

Listrik Negara (Indonesian Power) sebagai single buyer.

Area produksi panas bumi kamojang yang memiliki luas daerah potensial

sebesar 21 Km2

meliputi kawasan Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Kawah

Kamojang. Untuk mengoptimalkan produksi panas bumi dari kawah Kamojang,

maka pihak pertamina mengajukan izin pemanfaatan pada kawasan konservasi

Page 42: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

27

tersebut melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.022/Kpts – II/84 tentang

Ijin Penggunaan Sebagian Cagar Alam Kamojang Untuk Kegiatan Eksplorasi dan

Produksi Panas Bumi Oleh Pertamina unit EP III. Ketetapan tersebut memutuskan

untuk memberikan izin kegiatan eksplorasi dan produksi panas bumi di dalam

Cagar Alam Kamojang selama lima belas tahun dengan status pinjam pakai dan

dapat diperpanjang kembali selama PT. Pertamina melaksanakan ketentuan-

ketentuan yang telah ditetapkan. Pada tahun 1996, Pertamina mengajukan kembali

pemanfaatan kawasan Taman Wisata Alam Kawah Kamojang seluas ± 12 Ha

melalui Surat No.1141/Kwl – 6/1995 dan disetujui oleh Menteri Kehutanan

melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 341/Menhut – VII/1996 dengan

status pinjam pakai selama 20 tahun dan diadakan evaluasi paling sedikit setiap

lima tahun sekali (Anonim 2005).

4.5 Permasalahan Kawasan

Beberapa permasalahan yang terdapat di kawasan Cagar Alam Kamojang

baik yang berasal dari faktor eksternal maupun internal yaitu (Anonim 2005):

a. Adanya Perambahan areal hutan untuk pertanian kemudian ditinggalkan

oleh penggarap (sistem pertanian ladang berpindah) sehingga

menyebabkan areal hutan terbuka dan menyebabkan fungsi kawasan

berkurang.

b. Kesadaran masyarakat di sekitar kawasan terhadap lingkungan masih

rendah. Hal ini dilatarbelakangi juga oleh rata-rata tingkat pendidikan

masyarakat yang masih rendah dan ketergantungan terhadap sumberdaya

alam di sekitar kawasan cukup tinggi.

c. Perambahan dan kebakaran hutan akibat krisis moneter dan tidak

teralokasinya masyarakat untuk ikut serta dalam program tumpangsari di

lahan hutan produksi. Tingkat perambahan paling tinggi terjadi di tepi

kawasan terutama di sekitar Blok Cihijo.

d. Pencurian kayu terjadi di daerah berhutan lebat kawasan Cagar Alam

Kamojang. Kayu-kayu yang menjadi sasaran pencurian diantaranya

saninten (Castanopsis argentea), rasamala (Altingia excelsa), kibeureum

(Toona sureni), puspa (Schima wallichii), tebe (Sloanea sigun).

Page 43: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Komposisi Tumbuhan

5.1.1 Komposisi famili dan spesies

Komposisi tumbuhan berdasarkan hasil analisis vegetasi teridentifikasi

sebanyak 86 spesies tumbuhan dari 50 famili (Lampiran 1). Sebagian besar

spesies yang teridentifikasi merupakan famili Poaceae dengan jumlah spesies

sebanyak 6 spesies sedangkan famili yang lainnya memiliki jumlah spesies yang

berkisar diantara 3 sampai dengan 5 spesies (Gambar 4).

Gambar 4 Sebelas famili yang memiliki jumlah spesies ≥ 3.

Spesies yang termasuk kedalam famili Poaceae di lokasi penelitian

diantaranya alang-alang (Imperata cylindrica), jampang (Eleusine indica),

jampang kawat (Cynodon dactylon), jampang piit (Panicum colonum), jukut

lampuyang (Panicum repens) dan kaso (Saccharum spontaneum). Menurut

Sastroutomo (1990) beberapa spesies dari famili Poaceae merupakan gulma bagi

tanaman perkebunan seperti alang-alang (I. cylindrica), jampang (E. indica),

jampang kawat (C. dactylon), jukut lampuyang (P. repens) dan jukut pait

(Axonopus compressus).

0 1 2 3 4 5 6

Poaceae

Asteraceae

Urticaceae

Lauraceae

Arecaceae

Euphorbiaceae

Fagaceae

Melastomaceae

Meliaceae

Moraceae

Rubiaceae

Jumlah spesies

Fam

ili

Page 44: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

29

5.1.2 Indeks nilai penting dan indeks keanekaragaman

Indeks nilai penting (INP) yang diperoleh dari hasil analisis vegetasi

menunjukkan pada setiap tingkat pertumbuhan didominasi oleh spesies yang

berbeda. Pada tingkat semai dan tumbuhan bawah, spesies tumbuhan bawah

teklan (Ageratina riparia) memiliki INP tertinggi sebesar 46,15%. Pada tingkat

pancang, semak dan terna, INP tertinggi terdapat pada spesies kirinyuh

(Austroeupatorium inulifolium) sebesar 67,37%. Tingkat pertumbuhan tiang dan

pohon, spesies kuray (Trema orientalis) mendominasi dengan INP masing-masing

tingkat sebesar 85,06% dan 91,64%. Spesies yang memiliki INP cukup tinggi

dibandingkan dengan spesies lainnya disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Indeks nilai penting dan keanekaragaman spesies setiap tingkat

pertumbuhan

No. Tingkat pertumbuhan dan

habitus

Nama Spesies INP (%) H’

1 Pohon Trema orientalis 91,64 2,17

Sloanea sigun 48,55

Macropanax sp. 40,50

2 Tiang Trema orientalis 85,06 2,51

Toona sureni 34,48

Sloanea sigun 20,86

3 Pancang, semak dan terna Austroeupatorium

inulifolium

67,37 2,52

Saccharum spontaneum 30,46

Musa acuminata 15,69

4 Semai dan tumbuhan bawah Ageratina riparia 46,15 3,27

Imperata cylindrica 13,33

Clidemia hirta 8,78

Spesies tumbuhan teklan (A. riparia) dan kirinyuh (A. inulifolium)

merupakan spesies dengan INP tertinggi pada tingkat pertumbuhan

semai/tumbuhan bawah dan pancang, semak dan terna. Kedua spesies ini

memiliki kerapatan individu dan frekuensi perjumpaan yang tinggi pada plot

pengamatan sehingga kedua spesies tersebut lebih dominan daripada spesies lain

di dalam komunitasnya.

Page 45: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

30

Nilai indeks keanekaragaman pada umumnya memiliki nilai lebih dari nol.

Shannon-Wiener (1963) diacu dalam Fachrul (2008) menyatakan indeks

keanekaragaman (H’) dikategorikan rendah (H’< 1), sedang (1<H’<3) dan tinggi

(H’ > 3). Keanekaragaman spesies pada masing-masing tingkat pertumbuhan di

Cagar Alam Kamojang menunjukkan kategori keanekaragaman berada pada

kategori sedang sampai tinggi. Tingkat pertumbuhan semai dan habitus tumbuhan

bawah memiliki kategori keanekaragaman yang tinggi sedangkan tingkat

pertumbuhan dan habitus yang lainnya berada pada kategori sedang. Hal ini

menunjukkan bahwa kondisi ekosistem hutan Cagar Alam Kamojang yang sudah

terganggu dengan kondisi yang relatif terbuka sehingga semai atau tumbuhan

bawah lebih banyak ditemukan sebagai spesies pionir atau sebagai penutup lantai

hutan pada kondisi tutupan hutan yang terbuka (Indriyanto 2006).

5.1.3 Dominansi spesies tumbuhan

Indriyanto (2006) menyatakan untuk mengetahui tingkat terpusatnya

dominansi (penguasaan) spesies dalam komunitas dapat dilakukan dengan

menghitung indeks dominansinya (C). Dominansi spesies dalam komunitas dapat

terpusat pada satu spesies, beberapa spesies atau pada banyak spesies dengan

memperkirakan tinggi rendahnya nilai indeks dominansi (Indriyanto 2006). Nilai

indeks dominansi yang diperoleh untuk masing-masing tingkat pertumbuhan

dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Indeks dominansi (C) di lokasi penelitian

Tingkat Pertumbuhan/habitus Indeks Dominansi (C)

Semai dan tumbuhan bawah 0,15

Pancang, semak dan terna 0,30

Tiang 0,13

Pohon 0,19

Besarnya nilai indeks dominansi pada berbagai tingkat pertumbuhan

berkisar diantara 0,13 – 0,30. Dominansi oleh satu spesies di dalam komunitasnya

akan terlihat apabila nilai indeks dominansi bernilai 1 atau mendekati 1 sedangkan

apabila beberapa spesies yang mendominasi secara bersama-sama maka nilai C

akan bernilai rendah atau mendekati nol (Indriyanto 2006). Nilai indeks

Page 46: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

31

dominansi pada setiap tingkat pertumbuhan yang berkisar antara 0,13 – 0,30

menunjukkan dominansi atau penguasaan spesies terhadap komunitasnya di Cagar

Alam Kamojang tersebar pada beberapa spesies.

Soerianegara dan Indrawan (2008) menyatakan dominansi spesies dapat

diketahui menggunakan parameter indeks nilai penting (INP). Spesies tumbuhan

dinilai mendominasi apabila INP untuk tingkat semai dan pancang lebih dari 10%

sedangkan untuk tingkat tiang dan pohon lebih dari 15% (Sutisna 1981 diacu

dalam Rosalia 2008). Dominansi oleh beberapa spesies terhadap komunitasnya di

Cagar Alam Kamojang juga ditunjukkan oleh INP yang cukup tinggi. Spesies

yang memiliki indeks nilai penting lebih dari 10% disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5 Spesies dengan INP > 10% pada setiap tingkat pertumbuhan di lokasi

pengamatan.

Spesies yang dominan merupakan spesies yang mampu mengoptimalkan

sumberdaya yang terdapat di lingkungannya. Spesies-spesies tersebut mampu

bersaing dengan spesies lainnya dan dapat beradaptasi dengan lingkungan.

Berdasarkan hal tersebut, spesies teklan (A. riparia), kirinyuh (A. inulifolium),

kaso (S. spontaneum), kuray (T. orientalis), suren (T. sureni), cerem (Macropanax

sp) dan tebe (S. sigun) yang memiliki INP tinggi di dalam komunitasnya mampu

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

A. riparia

I. cylindrica

A. inulifolium

S. spontaneum

M. acuminata

L. camara

T. orientalis

T. sureni

M. tanarius

M. blumei

S. sigun

S. pendula

T. orientalis

S. sigun

Macropanax sp

E. spicata

M. tanarius

INP (%)

Sp

esie

s

Semai/

t.bawah

Pohon

Tiang

Pancang, semak

dan terna

Page 47: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

32

mengoptimalkan sumberdaya dibandingkan spesies yang lainnya sehingga

pertumbuhannya mendominasi komunitas tumbuhan di Cagar Alam Kamojang.

Salah satu spesies yang cukup mendominasi komunitas tumbuhan di Cagar

Alam Kamojang adalah kaso (Saccharum spontaneum). Hal ini ditunjukkan oleh

INP S. spontaneum di lokasi pengamatan yang mencapai 30,46%. Spesies S.

spontaneum merupakan tumbuhan asli India dan sangat banyak ditemukan di Asia

Tengah dan Asia Tenggara. Tumbuhan ini dapat beradaptasi pada lingkungan

yang beragam mulai dari wilayah tropis sampai subtropis. Tempat alami bagi

pertumbuhan S. spontaneum berupa lahan yang terdegradasi akibat kebakaran atau

penggunaan lahan yang berlebihan (Hammond 1999).

Gambar 6 Spesies kaso (Saccharum spontaneum) yang cukup mendominasi di

Cagar Alam Kamojang.

Spesies S. spontaneum merupakan gulma serius pada lahan pertanian di

Thailand, Philipina, India dan Indonesia yang bersaing pada lahan yang terganggu

(Holm et al. 1997 diacu dalam DHAOGTR 2004). Di luar wilayah Asia seperti

Panama, S. spontaneum menjadi spesies tumbuhan asing invasif pada hutan yang

terdegradasi (Hammond 1999). Wishnie et al. (2002) menyatakan bahwa S.

spontaneum merupakan tumbuhan semak belukar yang mampu menghambat

pertumbuhan spesies tumbuhan berkayu dan bersifat resisten terhadap upaya

pengendalian gulma pada spesies yang memiliki sistem perakaran yang dalam dan

menyebar luas. Upaya reboisasi pada lahan yang telah terinvasi oleh S.

spontaneum memerlukan upaya pengendalian gulma secara intensif meliputi

kombinasi pengendalian secara mekanik dan kimia (Wishnie et al. 2002).

Page 48: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

33

Meskipun spesies S. spontaneum tidak termasuk sebagai spesies tumbuhan asing

invasif berdasarkan Webber (2003) dan Invasive Species Specialist Group (ISSG)

(2005), namun menurut Pacific Island Ecosystems at Risk Project (PIER) (2011)

spesies ini merupakan salah satu spesies yang berpotensi menjadi invasif di

Indonesia.

5.2 Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Asing Invasif

5.2.1 Jumlah spesies tumbuhan asing invasif

Spesies yang teridentifikasi sebagai tumbuhan asing invasif di lokasi

penelitian terdapat sebanyak 13 spesies tumbuhan. Apabila dibandingkan dengan

jumlah total spesies yang teridentifikasi, maka jumlah spesies tumbuhan invasif

masih tergolong sedikit. Daftar spesies yang termasuk tumbuhan asing invasif di

Cagar Alam Kamojang disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Spesies tumbuhan asing invasif di Cagar Alam Kamojang

No. Nama Spesies Famili Habitus Sumber

1. Ageratum conyzoides Asteraceae Terna 2

2. Rubus moluccanus Rosaceae Terna merambat 2

3. Clidemia hirta Melastomataceae Perdu 1,2

4. Cynodon dactylon Poaceae Terna 1,2

5. Panicum repens Poaceae Terna 1,2

6. Mimosa pudica Fabaceae Semak 2

7. Mimosa pigra Fabaceae Perdu 1,2

8. Austroeupatorium inulifolium Asteraceae Semak 2

9. Passiflora edulis Passifloraceae Terna merambat 1,2

10. Lantana camara Verbenaceae Perdu 1,2

11. Mikania micrantha Asteraceae Terna 1,2

12. Piper aduncum Piperaceae Perdu 1,2

13. Ageratina riparia Asteraceae Semak 1,2

Sumber: 1)

Webber (2003), 2)

ISSG (2005)

Spesies tumbuhan asing invasif di Cagar Alam Kamojang termasuk ke

dalam delapan famili. Famili Asteraceae merupakan famili terbanyak yang

ditemukan di lokasi penelitian dengan jumlah spesies tumbuhan asing invasif

sebanyak empat spesies yaitu babadotan (A. conyzoides), kirinyuh (A.

inulifolium), sembung rambat (M. micrantha) dan teklan (A. riparia). Pada

umumnya spesies dari famili Asteraceae merupakan tumbuhan liar dan mudah

untuk tersebar di beberapa habitat (Pujowati 2006) dan merupakan salah satu

spesies gulma yang berbahaya (Sastroutomo 1990).

Page 49: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

34

Sebagian besar habitus dari spesies tumbuhan asing invasif yang

teridentifikasi merupakan terna atau herba. Tercatat sebanyak tujuh spesies dari

spesies tumbuhan asing invasif berhabitus terna (herba). Sementara itu, spesies

tumbuhan asing invasif yang berhabitus pohon seperti mahoni (Swietenia

macrophylla) tidak ditemukan di lokasi penelitian. Daftar yang dimuat oleh ISSG

(2005) menyebutkan sebagian besar spesies tumbuhan asing invasif merupakan

tumbuhan bawah dan memiliki habitus terna dan semak.

Selain teridentifikasi spesies tumbuhan asing invasif, teridentifikasi juga

spesies lokal namun bersifat invasif yaitu Imperata cylindrica (Gambar 7). ISSG

(2005) dan Holm et al. (1977) diacu dalam Collins (2005) menyatakan bahwa I.

cylindrica merupakan spesies yang berasal dari wilayah Asia Tenggara dan dapat

ditemukan pada wilayah tropis yang hangat mulai dari Jepang sampai Cina

Tenggara. Keberadaan I. cylindrica di Cagar Alam Kamojang cukup dominan

yang ditunjukkan dengan INP sebesar 13,33%. Dominansi I. cylindrica yang

cukup tinggi di Cagar Alam kamojang disebabkan kondisi kawasan cagar alam

yang sudah terganggu sehingga spesies ini menjadi tumbuhan pionir yang

memiliki daya adaptasi tinggi dan menjadi invasif pada areal hutan yang terbuka.

Gambar 7 Alang-alang (Imperata cylindrica).

Meskipun I. cylindrica berasal dari wilayah Asia, namun spesies ini

menjadi gulma penting di berbagai negara tropis dan sub-tropis terutama di daerah

yang memiliki curah hujan tinggi di Asia Tenggara dan Afrika Barat. I. cylindrica

dapat berkembangbiak secara generatif dengan biji dan secara vegetatif dengan

rimpang. Tumbuhan ini mampu menghasilkan 3000 biji per tanaman sehingga

Page 50: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

35

memungkinkan untuk menyebar serta mendominasi daerah-daerah lain yang

cukup jauh, memiliki kontribusi dalam kebakaran lahan dan mengakibatkan

rusaknya tanaman muda (Suryaningtyas 1996).

Sebaran jumlah individu I. cylindrica pada plot pengamatan di Cagar Alam

Kamojang tidak terlalu tersebar merata. Spesies I. cylindrica memiliki INP

sebesar 13,33% sehingga penyebarannya di plot pengamatan tidak begitu banyak

dibandingkan dengan A. inulifolium dan A. riparia yang memiliki nilai INP yang

tinggi. Jumlah individu I. cylindrica berdasarkan hasil interpolasi berkisar diantara

2 sampai dengan 15 individu atau sekitar 5.000 – 37.500 individu per hektar. Pola

sebaran spasial I. cylindrica berdasarkan jumlah individunya disajikan pada

Gambar 8.

Gambar 8 Peta sebaran spasial Imperata cylindrica di Cagar Alam Kamojang.

Di Cagar Alam Kamojang, I. cylindrica lebih banyak tersebar pada kondisi

lahan yang terbuka dibandingkan kondisi yang lebih tertutup oleh tajuk pohon.

ISGG (2005) menyatakan bahwa I. cylindrica dapat ditemukan pada kondisi

habitat yang beragam seperti pada hutan yang terdegradasi dan lahan yang

terbuka, kondisi kemasaman tanah yang cukup tinggi (pH 4,7) dan kondisi iklim

Page 51: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

36

yang bervariasi. Kondisi tersebut diduga menyebabkan sebaran jumlah individu I.

cylindrica tidak dipengaruhi oleh jarak dari jalan (Lampiran 6D).

5.2.2 Dominansi spesies tumbuhan asing invasif

Invasi oleh spesies tumbuhan asing dapat ditunjukkan dengan dominansi

yang tinggi dari spesies tersebut terhadap komunitasnya. Dominansi oleh spesies

tumbuhan asing invasif terjadi akibat spesies tersebut mampu mengoptimalkan

sumberdaya yang ada di lingkungan meskipun di luar habitat alaminya (Alpert et

al. 2000). Dominansi oleh spesies tumbuhan asing invasif juga ditunjukkan oleh

INP beberapa spesies tersebut yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan

spesies lainnya. Nilai INP masing-masing spesies tumbuhan asing invasif

disajikan pada Gambar 9.

Gambar 9 Indeks nilai penting spesies tumbuhan asing invasif di Cagar Alam

Kamojang.

Spesies tumbuhan asing invasif yang mendominasi komunitas tumbuhan di

Cagar Alam Kamojang diantaranya kirinyuh (A. inulifolium), teklan (A. riparia)

dan saliara (L. camara). Ketiga spesies ini cukup mempengaruhi spesies yang

lainnya dengan nilai INP > 10%. Dominansi yang tinggi dari spesies tumbuhan

asing invasif dipengaruhi oleh kondisi kawasan Cagar Alam Kamojang yang

mengalami kerusakan akibat gangguan berupa pembalakan liar (Gambar 10).

67.37

46.15

15.37

8.78

6.85

6.83

5.91

5.25

4.42

4.03

3.89

3.17

2.14

0 20 40 60 80

Austroeupatorium inulifolium

Ageratina riparia

Lantana camara

Clidemia hirta

Cynodon dactylon

Mikania micrantha

Piper aduncum

Ageratum conyzoides

Mimosa pigra

Panicum repens

Passiflora edulis

Rubus moluccanus

Mimosa pudica

INP (%)

Sp

esie

s

Page 52: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

37

Gambar 10 Pembalakan liar yang terjadi di dalam kawasan Cagar Alam

Kamojang menyebabkan kawasan terbuka.

Kondisi kawasan yang terbuka akibat pembalakan liar merangsang

tumbuhan bawah muncul sebagai vegetasi pionir dari proses suksesi sekunder.

Soerianegara dan Indrawan (2008) menyatakan tumbuhan bawah seperti alang-

alang (I. cylindrica), jukut riut (M. pudica), babadotan (A. conyzoides), saliara (L.

camara), dan Seuseureuhan (P. aduncum) merupakan vegetasi pionir yang

tumbuh pada proses suksesi sekunder di lahan yang terdegradasi oleh pembalakan

liar, kebakaran lahan atau sistem ladang berpindah. Spesies tersebut mendapatkan

akses terhadap sumberdaya yang lebih baik pada kondisi lahan yang terbuka

sehingga berkembang secara pesat dan mampu mendominasi komunitas tumbuhan

yang lainnya (Alpert et al. 2000).

Page 53: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

38

5.2.3 Bioekologi spesies tumbuhan asing invasif

1. Babadotan (Ageratum conyzoides)

Ageratum Conyzoides (Gambar 11) tersebar secara alami di Amerika

Tengah, Amerika Utara dan Amerika Selatan (Webber 2003). Spesies ini

merupakan herba semusim yang tumbuh di atas tanah-tanah pertanian,

perkebunan dan di tepi jalan dan merupakan salah satu spesies tumbuhan asing

invasif (Webber 2003). A.conyzoides tersebar pada tingkat yang cukup

mengkhawatirkan dan termasuk spesies tumbuhan asing paling invasif di India,

China, Thailand, Indonesia dan Australia (Kohli et al. 2009). Biotrop (2011)

menyatakan A. conyzoides pertama kali diintroduksi ke Indonesia sekitar tahun

1900-an dan sampai saat ini telah tersebar ke seluruh wilayah Indonesia. Di Cagar

Alam Kamojang, spesies ini tidak terlalu dominan dengan INP sebesar 5,25%.

Gambar 11 Babadotan (Ageratum conyzoides).

Spesies A. conyzoides yang telah dewasa mampu menghasilkan benih

berukuran kecil dengan jumlah biji mencapai 40.000 benih, dapat tersebar oleh

angin atau air dan mampu tumbuh dengan baik pada kondisi yang beragam (Holm

et al. 1977 diacu dalam Kohli et al. 2009). Benih A. conyzoides diketahui

mengandung zat alelopati dan dapat menekan pertumbuhan spesies lain. Invasi

oleh A. conyzoides di beberapa wilayah mampu menurunkan jumlah spesies

tumbuhan lainnya, kepadatan dan biomassa sehingga mempengaruhi struktur dan

komposisi vegetasi alami serta menurunkan keanekaraman hayati (Singh et al.

2003 diacu dalam Kohli et al. 2009). A. conyzoides merupakan spesies yang

Page 54: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

39

bersifat intoleran sehingga pertumbuhannya dapat tertekan apabila berada di

bawah naungan.

2. Harees (Rubus moluccanus)

Rubus moluccanus (Gambar 12) termasuk semak belukar merambat, tumbuh

mengikat dan mengkompetisi dengan cara menaungi tumbuhan yang dirambatinya

(Ang et al. 2010). R moluccanus tersebar secara luas di Asia Tenggara dan

wilayah pasifik pada hutan alam, hutan tanaman, area yang terganggu atau di

lahan basah (ISSG 2005). Spesies ini tumbuh alami di kawasan Himalaya

(meliputi Malaysia sampai Australia), Pulau Solomon, New Caledonia,

Kepulauan Fiji dan diintroduksi di wilayah Indonesia, Philipina, Thailand,

Vietnam, Andaman dan Kepulauan Nicobar (ISSG 2005). Di Cagar Alam

Kamojang, spesies ini memiliki nilai INP sebesar 3,17% dan tidak mendominasi

komunitas tumbuhan yang lainnya. Rendahnya nilai INP R. moluccanus di Cagar

Alam Kamojang disebabkan oleh dominansi spesies lainnya yang cukup

menguasai komunitas tumbuhan yang lainnya.

Gambar 12 Harees (Rubus moluccanus).

Ang et al. (2010) menyatakan biji dari dari R. moluccanus dapat tersebar

oleh burung dan mamalia terestrial sehingga penyebarannya cukup luas. Spesies

ini menyebar terbatas di daerah pantai, daerah pedalaman hutan dan sebagian

terdapat di tepi hutan dan hutan sekunder yang relatif terbuka (Ang et al. 2010).

Meskipun bersifat invasif di luar distribusi alaminya, R. moluccanus dilaporkan

terancam terinvasi oleh introduksi spesies asing lainnya (Ang et al. 2010).

Page 55: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

40

3. Harendong bulu (Clidemia hirta)

Clidemia hirta merupakan spesies yang memiliki sebaran distribusi alami di

wilayah Amerika Utara terutama di Meksiko dan Amerika Selatan (Gambar 13).

Menurut Biotrop (2011) C. hirta menyebar secara luas ke seluruh wilayah

Indonesia terutama di Pulau Jawa.

Sumber: Walt (2003)

Gambar 13 Sebaran geografis C. hirta pada habitat alami (lingkaran) dan daerah

introduksinya (kotak).

Keberadaan C. hirta di kawasan Cagar Alam Kamojang tidak terlalu

mendominasi komunitas tumbuhan yang lainnya. Hal ini ditunjukkan dengan INP

C. hirta sebesar 8,78%. Spesies ini ditemukan di lokasi-lokasi yang relatif terbuka

dengan akses cahaya matahari yang cukup. Wester dan wood (1977) diacu dalam

Walt (2003) menyatakan C. hirta tumbuh pada area yang terganggu baik secara

alami maupun akibat gangguan manusia dengan kondisi iklim yang hampir sama

dengan habitat alaminya.

Gambar 14 Harendong bulu (Clidemia hirta).

Page 56: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

41

Prinando (2011) menyatakan bahwa spesies ini memiliki dominansi yang

cukup mempengaruhi komunitas tumbuhan bawah lainnya di Kampus IPB

Darmaga. Spesies C. hirta merupakan spesies pionir yang cepat tumbuh dan

bersifat intoleran (Webber 2003). Kemampuan menghasilkan biji yang banyak

dan didukung oleh persebaran biji yang dapat dilakukan oleh satwa

memungkinkan spesies ini dapat menyebar secara luas. Walt (2003) menyatakan

C. hirta dikenal sebagai spesies yang agresif dan mampu merusak pada area hutan

yang terbuka di Kepulauan Hawai, Amerika, Fiji, dan Asia Tenggara.

4. Jampang kawat (Cynodon dactylon)

Cynodon dactylon (Gambar 15) memiliki sebaran distribusi yang luas dan

diketahui berasal dari Afrika (Halvorson 2003). Spesies ini dapat ditemukan pada

daerah perairan atau lahan basah (ISSG 2005). Keberadaan C. dactylon di Cagar

Alam Kamojang memiliki INP sebesar 6,85%. Hal ini menunjukkan bahwa

spesies tumbuhan asing invasif ini tidak mendominasi komunitas tumbuhan di

Cagar Alam Kamojang. Rendahnya INP C. dactylon diduga akibat spesies ini

tidak mampu bersaing dengan teklan (Ageratina riparia).

Gambar 15 Jampang kawat (Cynodon dactylon)

Halvorson (2003) menyatakan C. dactylon sangat membutuhkan intensitas

cahaya yang tinggi untuk perkembangannya dan tidak dapat tumbuh dengan baik

pada area yang ternaungi. Proses invasi C. dactylon disebabkan oleh sistem

regenerasi yang menyebar dengan cepat melalui rhizoma dan stolon kemudian

menyingkirkan spesies asli dan mencegah regenerasi alaminya (Webber 2003).

ISSG (2005) menyatakan spesies ini diduga dapat ditemukan di wilayah tropis

Page 57: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

42

dengan curah hujan 600 - 1800 mm/tahun. C. dactylon dikenal sebagai tumbuhan

yang banyak digunakan untuk berbagai tujuan seperti pengendali erosi, sumber

pakan ternak, dan obat herbal (ISSG 2005). Meskipun C. dactylon dapat

dimanfaatkan untuk beberapa tujuan, namun spesies ini termasuk gulma penting

dalam lahan-lahan yang dibudidayakan (Sastroutomo 1990).

5. Jukut lempuyang (Panicum repens)

Panicum repens (Gambar 16) merupakan gulma penting di wilayah Asia

Tenggara (Holm et al. 1977 diacu dalam PIER 2010). Spesies ini diperkirakan

berasal dari daerah tropis Afrika (Afrika Utara) atau daerah Mediterania (ISSG

2005). Spesies P. repens tersebar secara luas di daerah tropis dan subtropis dan

diintroduksi ke wilayah Jawa pada tahun 1850 (Anonim 2011). Tingkat dominansi

spesies ini di Cagar Alam Kamojang tidak terlalu menguasai komunitas tumbuhan

di lingkungannya. Hal ini ditunjukkan dengan nilai INP P. repens sebesar 4,03%.

Rendah tingkat dominansi P. repens di Cagar Alam Kamojang disebabkan

dominansi spesies tumbuhan invasif yang lainnya seperti teklan (A. riparia) atau

kirinyuh (A. inulifolium).

Gambar 16 Jukut lampuyang (Panicum repens).

Holm et al. (1977) diacu dalam PIER (2010) menyatakan bahwa spesies

ini tercatat sebagai gulma pertanian di 27 negara. Spesies P. repens memiliki

pertumbuhan yang agresif dalam kondisi yang menguntungkan untuk menjadi

invasif. Smith et al. (1993) menyatakan pertumbuhan agresif pada P. repens

ditunjang oleh sistem rizoma yang luas. Spesies ini mampu menggantikan spesies

tumbuhan asli terutama pada daerah perairan dangkal (Smith et al. 1993).

Page 58: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

43

6. Jukut riut (Mimosa pudica)

Mimosa pudica (Fabaceae) merupakan semak kecil yang bersifat sensitif

dengan ciri daun yang dapat menutup dengan sendirinya saat disentuh dan

membuka kembali setelah beberapa lama. M. pudica diketahui berasal dari

Amerika Selatan dan diintroduksi ke beberapa negara sebagai tanaman hias

(ornamental) (ISSG 2005). Biotrop (2011) menyatakan M. pudica pertama kali

ditemukan di Kebun Tembakau Deli, Sumatera Utara dan saat ini telah menyebar

ke seluruh Indonesia. Keberadaan M. pudica di Cagar Alam Kamojang tersebar di

tepi jalan PLTP Kamojang dengan INP sebesar 2,14%. Hal ini diduga frekuensi

pertemuan dengan M. pudica di Cagar Alam Kamojang hanya ditemukan di tepi

jalan (Gambar 17b). Selain itu, spesies ini bersifat intoleran sehingga tidak

mampu tumbuh dibawah vegetasi yang lebih tinggi atau dibawah kanopi hutan

(ISSG 2005).

Gambar 17 (a) Jukut riut (Mimosa pudica), (b) Lokasi M. pudica sering

ditemukan (tanda merah).

Spesies M. pudica tumbuh pada tanah yang berdrainase baik dan memiliki

konsentrasi nutrisi yang rendah. Holms et al.(1977) diacu dalam ISSG (2005)

menyatakan bahwa spesies ini mampu tumbuh pada ketinggian 1-1300 mdpl

dengan curah hujan sekitar 1000 - 2000 mm/tahun. Di Philipina, spesies ini

berbunga sepanjang tahun dan diduga setiap tanaman memproduksi 675 biji per

tahunnya ( Holms et al. 1977 diacu dalam Anonim 2011). Kemampuan reproduksi

yang sangat tinggi pada spesies ini diduga menjadi faktor yang menunjang M.

a b

Page 59: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

44

pudica menjadi gulma lahan pertanian di 38 negara terutama di wilayah Asia

Tenggara (Holms et al. 1977 diacu dalam Anonim 2011).

Pengendalian M. Pudica di beberapa tempat dilakukan dengan cara

pembakaran. ISSG (2005) menyatakan kebakaran yang berulang merangsang M.

pudica untuk menyebar luas pada tipe ekosistem savana. Beberapa penelitian telah

mencoba untuk mengendalikan penyebaran M. pudica dengan cara

mengintroduksi musuh alaminya seperti serangga Lophocampa catenulata

(Yaseen 1971 diacu dalam Anonim 2011).

7. Kalimusa (Mimosa pigra)

Mimosa pigra (Gambar 18) merupakan gulma invasif yang memiliki

distribusi sebaran yang luas. ISSG (2005) mengklasifikasikan spesies ini sebagai

100 spesies tumbuhan paling invasif. Spesies ini diketahui berasal dari wilayah

tropis Amerika yaitu Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan dan

menginvasi secara luas ekosistem di Afrika, Asia Tenggara dan Australia (ISSG

2005, Beilfuss 2007, Thomas 2007). Keberadaan M. pigra di Cagar Alam

Kamojang ditunjukkan dengan INP sebesar 4,42%. INP M. pigra yang kurang

dari 10% menunjukkan bahwa spesies ini tidak mendominasi komunitas

tumbuhan di lingkungannya. Sama halnya seperti Mimosa pudica, rendahnya nilai

INP M. pigra diduga akibat spesies ini lebih banyak tersebar di tepi jalan sehingga

tidak tercakup ke dalam plot pengamatan.

Gambar 18 Kalimusa (Mimosa pigra).

Page 60: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

45

Spesies M. pigra berpotensi menyebar luas melalui ekosistem padang

rumput alami dan mengubahnya menjadi semak belukar yang tidak produktif

sehingga memiliki tingkat keanekaragaman yang rendah (Thomas 2007). Di

beberapa wilayah Asia Tenggara seperti Vietnam, M. pigra telah menginvasi

ekosistem yang khas di dalam kawasan yang dilindungi yang mengancam

keanekaragaman hayati di kawasan tersebut (Thomas 2007).

Proses invasi oleh M. pigra di luar distribusi alaminya tidak lepas dari

kemampuan berkembangbiaknya. Thomas (2007) menyatakan M. pigra dapat

berkembangbiak sepanjang tahun pada kondisi tanah yang basah tetapi tidak

tergenang. Proses perkecambahan dan pembungaan berkisar antara 4 sampai 12

bulan. Lonsdale (1992) diacu dalam Thomas (2007) menyatakan setiap tumbuhan

M. pigra rata-rata menghasilkan biji lebih dari 9000 biji per tahunnya.

Pengendalian terhadap spesies tumbuhan asing invasif M. pigra telah

banyak dilakukan dengan berbagai upaya diantaranya upaya pembakaran,

penggunaan herbisida dan pemberantasan secara manual (Beilfuss 2007). Selain

upaya tersebut, upaya pengendalian menggunakan musuh alami M. pigra juga

dilakukan dengan mengintroduksi serangga Macaria pallidata dan Leuciris

fimbriaria (Heard et al. 2010).

8. Kirinyuh (Austroeupatorium inulifolium)

Austroeupatorium inulifolium merupakan salah satu spesies dari golongan

Eupatorium yang telah menginvasi dan bernaturalisasi di wilayah Indonesia dan

Sri Lanka (McFayden 2003). Sebaran distribusi alami dari spesies ini terdapat di

daerah tropis Amerika (Biotrop 2011). A. inulifolium ditemukan pertama kali di

Kebun Raya Bogor kemudian menyebar secara liar dan bernaturalisasi di

perkebunan teh (Biotrop 2011). Penyebaran spesies ini ditemukan juga di Gunung

Gede Pangrango, Jawa Barat dan menyebar luas di seluruh Pulau Jawa dan

Sumatera pada ketinggian tempat yang cukup tinggi (Biotrop 2011). ISSG (2005)

menyatakan spesies ini tumbuh dengan baik di daerah yang terbuka (savana,

daerah yang terganggu, tepian hutan) dengan ketinggian 100 sampai dengan 2100

mdpl.

Page 61: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

46

Gambar 19 Komunitas A. inulifolium yang mendominasi di Cagar Alam

Kamojang.

Keberadaan A. inulifolium di Cagar Alam Kamojang tergolong tinggi

dengan INP sebesar 67,37%. INP A. inulifolium menunjukkan spesies tersebut

mendominasi komunitas tumbuhan yang lainnya dan menginvasi kawasan Cagar

Alam Kamojang (Gambar 19). Kemampuan menginvasi A. inulifolium di Cagar

Alam Kamojang dipengaruhi juga oleh kondisi kawasan yang terganggu. Hsu et

al. (2006) menjelaskan bahwa A. inulifolium merupakan spesies semak belukar

yang agresif dan merupakan spesies pionir yang tumbuh cepat pada lahan yang

terdegradasi (terbuka dari naungan). Bunga A. inulifolium yang ringan dapat

tersebar dengan mudah oleh angin sehingga memiliki kemampuan untuk

menginvasi daerah-daerah yang terbuka dalam jangka waktu yang pendek (ISSG

2005).

Kerapatan A. inulifolium yang tinggi pada area hutan yang terbuka dapat

menghambat pertumbuhan dari spesies lokal. Spesies ini dapat berkompetisi

dengan spesies lokal secara agresif dengan menggunakan zat alelopati sehingga

menekan regenerasi dan pertumbuhan spesies lokal (Hsu et al. 2006; Bosu et al.

2009). Upaya pengendalian terhadap A. inulifolium sudah banyak dilakukan di

beberapa negara dengan memanfaatkan musuh alaminya. Upaya kontrol biologi

dilakukan dengan mengintroduksi Pareuchaetes pseudoinsulata dan Cecidochares

connexa (Muniappan 2011).

Page 62: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

47

9. Nagri (Passiflora edulis)

Passiflora edulis (Gambar 20) merupakan salah satu spesies tumbuhan asing

invasif yang ditemukan di Cagar Alam Kamojang. Spesies P. edulis diketahui

berasal dari Amerika Selatan (ISSG 2005, Biotrop 2011). Distribusi P. edulis di

Indonesia tersebar di Pulau Sumatera, Jawa dan Sulawesi (Biotrop 2011).

Heriyanto dan Sawitri (2006) menyatakan spesies ini ditanam pada tahun 1930 di

Kebun Raya Cibodas sebagai tanaman percobaan. Di Cagar Alam Kamojang, P.

edulis hanya memiliki INP sebesar 3,89% berbeda dari famili Passifloraceae

lainnya yaitu konyal (P.ligularis) yang memiliki INP sebesar 8,09%.

Gambar 20 Nagri (Passiflora edulis).

Spesies P. edulis merupakan tumbuhan tahunan yang hidup merambat.

Sastrapradja (1977) diacu dalam Heriyanto dan Sawitri (2006) menyatakan bahwa

di Indonesia, P. edulis banyak terdapat di hutan pegunungan sebagai tumbuhan

liar pada ketinggian minimal 1000 mdpl. Perbanyakan tanaman dapat dilakukan

dengan biji atau stek batang. Buah dari P. edulis bersifat edibel (dapat dimakan)

dan menjadi salah satu sumber pakan satwa di hutan sehingga penyebaran bijinya

dapat dilakukan oleh satwa (Heriyanto & Sawitri 2006). Di Kawasan Taman

Nasional Gunung Gede Pangrango, spesies ini berpotensi menjadi spesies

tumbuhan asing invasif karena berasosiasi kuat dengan spesies-spesies asli seperti

Castanopsis argentea, Altingia excelsa, Villebrunea rubescens dan Schima

Walichii (Heriyanto & Sawitri 2006).

Page 63: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

48

10. Saliara (Lantana camara)

Lantana camara merupakan tumbuhan semak belukar yang memiliki

distribusi alami di daerah tropis Amerika Selatan dan Amerika Utara (Webber

2003). Spesies ini diintroduksi sebagai tanaman hias kemudian menyebar secara

cepat dan menjadi tumbuhan pengganggu yang serius di daerah tropis dan

subtropis (Gambar 21) (Kohli et al. 2009). Berdasarkan data ISSG (2005)

Lantana camara termasuk ke dalam 100 spesies tumbuhan asing paling invasif di

dunia.

Sumber: Day et al.2003

Gambar 21 Distribusi geografi alami (hijau) dan daerah introduksi (merah)

Lantana camara.

Penyebaran L. camara di Indonesia pertama kali ditemukan Sumatera, Jawa,

Kalimantan dan Sulawesi (Biotrop 2011). Keberadaan spesies ini di Cagar Alam

Kamojang memiliki INP sebesar 15,37% dan merupakan spesies yang cukup

berpengaruh terhadap komunitas tumbuhan yang lainnya. Di Cagar Alam

Kamojang, terutama daerah yang terbuka, spesies ini ditemukan tumbuh dengan

spesies lainnya seperti kaso (S. spontaneum) dan kirinyuh (A. inulifolium)

sehingga menyebabkan spesies lokal yang lainnya terkompetisi (Gambar 22).

Page 64: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

49

Gambar 22 Saliara (L. camara) yang tumbuh bersama kaso (S. spontaneum) dan

kirinyuh (A. inulifolium).

Sebaran distribusi L. camara yang luas dan beragam menunjukkan spesies

ini memiliki toleransi terhadap kondisi ekologi yang tinggi. Day et al. (2003)

menyatakan L. camara dapat tumbuh dengan baik pada kondisi yang terbuka

seperti pada tanah yang tidak diolah, daerah hutan yang terbakar atau daerah

bekas penebangan. Di beberapa wilayah, L. camara menginvasi daerah-daerah

yang terganggu seperti kawasan hutan yang terbuka, lahan pertanian dan ladang

penggembalaan (Kohli et al. 2009).

Sharma et al. (2005) diacu dalam Fan et al. (2010) menguraikan faktor

biologi dan ekologi seperti kandungan alelopati, sifat toleran terhadap api dan

interaksi dengan berbagai satwa mendukung L. camara menjadi invasif di daerah

yang terganggu. Kemampuan L. camara memproduksi biji pada kondisi yang

optimal sangat tinggi mencapai 10.000 - 20.000 biji per tanaman dan dapat

tersebar secara luas melalui satwa atau aktivitas manusia (Kohli et al. 2009). Di

luar habitat alaminya, L. camara dapat menekan pertumbuhan spesies lokal

dengan memproduksi senyawa alelopati dan senyawa kimia lainnya (Kohli et al.

2009).

11. Sembung rambat (Mikania micrantha)

Mikania micrantha (Gambar 23) merupakan tumbuhan merambat yang

memiliki pertumbuhan sangat cepat dan termasuk ke dalam 100 spesies tumbuhan

asing paling invasif (ISSG 2005). Menurut Webber (2003) M. micrantha tersebar

alami di Amerika Utara (Meksiko) dan Amerika Selatan. Spesies ini pertama kali

Page 65: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

50

diintroduksi ke Indonesia melalui Kebun Raya Bogor pada tahun 1949, kemudian

menyebar luas di seluruh Indonesia dan diketahui telah menggantikan Mikania

cordata yang merupakan spesies asli Indonesia (Biotrop 2011).

Keberadaan M. micrantha di Cagar Alam Kamojang memiliki INP 6,83%

dan menunjukkan spesies ini tidak mendominasi komunitas tumbuhan yang

lainnya di Cagar Alam Kamojang. M. micrantha ditemukan di daerah yang

terbuka dan merambat pada spesies-spesies pohon di sekitarnya. Menurut Webber

(2003) spesies ini tumbuh alami pada hutan yang terbuka dan daerah-daerah di

sekitar mata air.

Gambar 23 Sembung rambat (Mikania micrantha).

Meskipun M. micrantha tidak mendominasi komunitas tumbuhan yang

lainnya di Cagar Alam Kamojang, namun spesies ini mampu menghambat

petumbuhan pohon yang dirambatinya dengan menutupi seluruh tajuknya. Yau-

Lun (2011) menjelaskan ketika M. micrantha menutupi seluruh tajuk pohon maka

tidak hanya mempengaruhi proses fotosintesis tumbuhan tetapi juga mengganggu

habitat burung.

Regenerasi M. micrantha dilakukan secara generatif dan secara vegetatif.

Regenerasi secara generatif dilakukan dengan memproduksi biji dalam jumlah

banyak dan dapat tersebar oleh angin, air atau satwa sehingga mampu tersebar

secara luas (Webber 2003). M. micrantha merupakan spesies yang bersifat

intoleran terhadap naungan sehingga benih dari M. micrantha tidak dapat bertahan

pada intensitas cahaya kurang dari 2% (Yau-Lun 2011). Pengendalian terhadap

Page 66: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

51

spesies tumbuhan asing invasif M. micrantha dilakukan secara manual

(pemotongan, pencabutan dan penggalian) atau dengan menggunakan herbisida

yang biasa digunakan untuk mengendalikan M. micrantha. Selain upaya tersebut,

pengendalian M. micrantha di daerah yang terinvasi dilakukan dengan

menggunakan serangga musuh alaminya (Abraham et al. 2002).

12. Seuseureuhan (Piper aduncum)

Piper aduncum (Gambar 24) merupakan tumbuhan yang memiliki distribusi

alami di daerah tropis Amerika Tengah dan Selatan (dari Meksiko sampai Bolivia)

(Jan et al. 2002). Backer et al. (1963) diacu dalam Jan et al. (2002) menyatakan P.

aduncum diintroduksi ke Indonesia pada tahun 1860. Keberadaan P. aduncum di

Cagar Alam Kamojang tidak begitu mendominasi dengan INP sebesar 5,91%.

Rendahnya INP P. aduncum dipengaruhi oleh jumlah individu dan frekuensi

perjumpaan pada plot pengamatan yang rendah.

Gambar 24 Seuseureuhan (Piper aduncum).

Di beberapa wilayah seperti Papua New Guinea, P. aduncum adalah spesies

tumbuhan asing yang telah menginvasi wilayah tersebut selama tiga dekade

terakhir (Jan et al. 2002). Berdasarkan Jan et al. (2002) menyatakan P. aduncum

menjadi spesies asing yang mampu menekan spesies pionir yang lainnya dan

memiliki dominansi yang tinggi terhadap habitatnya. Menurut Hiratsuka et al.

(2006) diacu dalam Tan et al. (2008) P. aduncum memiliki relung ekologi yang

sama dengan Macaranga gigantea, M. hypoleuca, Mallotus panniculatus,

melastoma malabathricum dan Trema cannabina di hutan Kalimantan Timur

sehingga berpotensi menjadi invasif. Faktor-faktor yang mempengaruhi P.

Page 67: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

52

aduncum sukses menginvasi suatu wilayah disebabkan spesies ini memiliki

distribusi geografi alami yang luas, mengkolonisasi pada area yang terganggu

secara agresif, memiliki biji yang relatif kecil, periode anakan yang pendek (cepat

dewasa), produksi biji yang tinggi setiap tahun dan mudah tersebar oleh angin

atau satwa (Jan et al. 2002, Haetmink 2001).

13. Teklan (Ageratina riparia)

Ageratina riparia (Gambar 25) merupakan tumbuhan yang berasal dari

Amerika Tengah dan menjadi spesies tumbuhan asing invasif yang mengancam di

beberapa daerah tropis yang beriklim hangat (Fröhlich et al. 2000). A. riparia

diintroduksi ke beberapa daerah tropis sebagai tumbuhan hias sebelum tersebar

sangat luas dan menjadi invasif di daerah tersebut (Barreto & Evans 1988 diacu

dalam Zancola et al. 2000).

Di Cagar Alam Kamojang, A. riparia merupakan spesies dengan INP

tertinggi kedua setelah A. inulifolium yaitu sebesar 46,15% dan merupakan spesies

yang mendominasi komunitas tumbuhan yang lainnya. Keberadaan A. riparia

yang dominan di Cagar Alam Kamojang diduga akibat pertumbuhan spesies ini

yang agresif dan cepat tumbuh pada kondisi daerah yang terbuka. Fröhlich et al.

(2000) menyatakan A. riparia merupakan tumbuhan yang bersifat semi toleran

terhadap naungan sehingga spesies ini masih tetap mendominasi kawasan cagar

alam meskipun ternaungi oleh A. inulifolium dan spesies lainnya.

Gambar 25 Teklan (Ageratina riparia).

Kemampuan spesies ini untuk menginvasi suatu ekosistem didukung oleh

kemampuan memproduksi biji yang tinggi. Barreto dan Evans (1988) diacu dalam

Page 68: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

53

Zancola et al. (2000) menyatakan bahwa satu tanaman A. riparia dapat

menghasilkan 7000 sampai dengan 10.000 biji per musim dan dapat tersebar

dengan luas oleh angin, air atau satwa. Fröhlich et al. (2000) menyatakan A.

riparia menginvasi beragam habitat termasuk hutan alam dan dapat menggantikan

spesies yang langka dan regenerasi yang terbatas. Kontrol biologi A. riparia

dilakukan dengan menggunakan jamur putih (Entyloma ageratinae) dan serangga

Procecidochares alani atau Oidaematophorus beneficus yang hanya menyerang

A. riparia (Fröhlich et al. 2000; Barton et al. 2007).

5.3 Pola Penyebaran Spasial Spesies Tumbuhan Asing Invasif

5.3.1 Pola penyebaran spesies berdasarkan indeks Morisita

Penyebaran spasial spesies tumbuhan asing invasif di Cagar Alam

Kamojang ditentukan dengan menggunakan dua pendekatan yaitu dengan

menggunakan Indeks Morisita dan menggunakan interpolasi terhadap jumlah

individu spesies tumbuhan asing invasif dominan yang ditemukan di lapangan.

Indeks Morisita digunakan untuk mengetahui kecenderungan bentuk penyebaran

dari spesies tumbuhan asing invasif di Cagar Alam Kamojang. Pola penyebaran

spesies tumbuhan asing invasif berdasarkan nilai Indeks Morisita disajikan pada

Tabel 6.

Tabel 6 Nilai indeks Morisita spesies tumbuhan asing invasif di Cagar Alam

Kamojang

No. Nama Spesies Indeks Morisita Pola Penyebaran

1. Ageratum conyzoides 0,55 Ip > 0 Mengelompok

2. Rubus moluccanus 0,55 Ip > 0 Mengelompok

3. Clidemia hirta 0,52 Ip > 0 Mengelompok

4. Cynodon dactylon 0,53 Ip > 0 Mengelompok

5. Panicum repens 0,56 Ip > 0 Mengelompok

6. Mimosa pudica 0,68 Ip > 0 Mengelompok

7. Mimosa pigra 0,58 Ip > 0 Mengelompok

8. Passiflora edulis 0,54 Ip > 0 Mengelompok

9. Lantana camara 0,52 Ip > 0 Mengelompok

10. Mikania micrantha 0,52 Ip > 0 Mengelompok

11. Piper aduncum 0,52 Ip > 0 Mengelompok

12. Ageratina riparia 0,50 Ip > 0 Mengelompok

13. Austroeupatorium inulifolium -0,50 Ip < 0 Merata

Pola penyebaran spesies tumbuhan asing invasif di Cagar Alam Kamojang

berdasarkan Indeks Morisita cenderung mengelompok (clumped) kecuali pada

spesies A. inulifolium yang memiliki kecenderungan penyebaran merata di Cagar

Page 69: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

54

Alam Kamojang. Penyebaran spesies tumbuhan asing invasif yang mengelompok

terkait dengan karakteristik spesies tersebut. Spesies tumbuhan asing invasif

berkembang secara masif pada daerah-daerah yang sudah terganggu seperti daerah

hutan yang terbuka. Sifat sebagian besar spesies tumbuhan asing invasif yang

tidak dapat tumbuh di bawah naungan (intoleran) diduga menjadi salah satu faktor

yang mempengaruhi bentuk sebaran spesies tumbuhan asing invasif

mengelompok pada kondisi daerah tertentu (Rejmanek 2000 diacu dalam

Radosevich et al. 2007). Spesies A. inulifolium yang menyebar merata

berdasarkan indeks Morisita diduga disebabkan oleh kemampuan spesies ini yang

telah berhasil bernaturalisasi dan menginvasi di Indonesia termasuk ekosistem

vegetasi di Cagar Alam Kamojang (McFayden 2003).

5.3.2 Perbandingan hasil interpolasi dengan menggunakan metode IDW dan

metode kriging

Metode interpolasi merupakan metode pendugaan nilai dari suatu daerah

yang tidak diamati berdasarkan nilai pada daerah yang diamati (Pramono 2008).

Pendugaan nilai sebaran jumlah individu spesies tumbuhan asing invasif

dilakukan dengan menggunakan dua metode interpolasi yaitu metode interpolasi

inverse distance weighted (IDW) dan metode kriging. Perbandingan kedua

metode interpolasi ini dalam menduga sebaran jumlah individu spesies tumbuhan

asing invasif di Cagar Alam Kamojang ditunjukkan dengan nilai koefisien

determinasi (R2) (Lampiran 4). Nilai koefisien determinasi kedua metode

interpolasi pada masing-masing spesies tumbuhan asing invasif yang dominan

ditunjukkan pada Tabel 7.

Tabel 7 Nilai koefisien determinasi metode interpolasi IDW dan kriging pada

masing-masing spesies tumbuhan asing invasif yang dominan

No. Spesies tumbuhan asing invasif

dominan

Koefisien determinasi (R2)

IDW Kriging

1. Austroeupatorium inulifolium 0,903 0,855

2. Ageratina riparia 0,874 0,764

3. Lantana Camara 0,849 0,808

Koefisien determinasi yang dihasilkan oleh metode interpolasi IDW pada

setiap spesies tumbuhan asing invasif lebih tinggi dibandingkan dengan nilai

koefisien determinasi pada metode interpolasi kriging. Pendugaan sebaran jumlah

individu spesies tumbuhan asing invasif dengan menggunakan metode IDW

Page 70: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

55

mampu menjelaskan keragaman jumlah individu yang sebenarnya dengan cukup

tinggi daripada metode kriging sehingga lebih sesuai untuk digunakan. Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian Prasasti et al. (2005) dan Pramono (2008) yang

menyatakan bahwa metode interpolasi IDW memberikan hasil interpolasi yang

akurat dibandingkan dengan metode interpolasi kriging. Metode interpolasi IDW

yang lebih baik dalam menduga sebaran jumlah individu spesies tumbuhan asing

invasif diduga karena sampel data sebaran jumlah individu yang digunakan cukup

rapat dan teratur.

5.3.3 Pola sebaran spasial spesies tumbuhan asing invasif dominan

1. Kirinyuh (Austroeupatorium inulifolium)

Pola sebaran spasial dari spesies A. inulifolium di Cagar Alam Kamojang

memiliki pola sebaran yang merata di seluruh areal pengamatan. Pola sebaran

spasial A. inulifolium yang merata di areal pengamatan dapat dilihat dari jumlah

individu yang berkisar diantara 20 sampai dengan 39 individu per plot

pengamatan atau sekitar 8.000 – 15.600 individu per hektar. Pendugaan jumlah

individu A. inulifolium pada areal pengamatan berdasarkan hasil interpolasi

seperti yang ditunjukkan pada Gambar 26.

Gambar 26 Peta sebaran spasial Austroeupatorium inulifolium di Cagar Alam

Kamojang.

Page 71: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

56

Hubungan antara jarak dari jalan dengan sebaran jumlah individu A.

inulifolium dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana. Hasil

analisis regresi linier sederhana menunjukkan hubungan antara jarak dari jalan

dengan sebaran jumlah individu difungsikan seperti pada Gambar 27.

Jarak

Jum

lah

In

div

idu

250200150100500

50

40

30

20

10

S 9.02122

R-Sq 8.3%

R-Sq(adj) 6.3%

Jumlah Individu = 20.91 + 0.05461 Jarak

Gambar 27 Hasil analisis regresi linier pada hubungan antara jarak dari jalan

dengan sebaran jumlah individu A. inulifolium di Cagar Alam

Kamojang.

Model persamaan yang diperoleh dari hasil analisis regresi pengaruh jarak

jalan terhadap sebaran jumlah individu A. inulifolium yaitu y = 20,91 + 0,055x

dengan distribusi sisaan tersebar normal (Lampiran 5A). Pengujian f dengan taraf

kepercayaan 95% menunjukkan bahwa model persamaan yang diperoleh

signifikan dengan nilai signifikansi sebesar 0,043 (lebih kecil dari nilai α sebesar

5%) (Lampiran 6A). Model persamaan yang signifikan diinterpretasikan bahwa

jarak dari jalan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sebaran jumlah

individu A. inulifolium. Model persamaan yang menunjukkan adanya pengaruh

jarak jalan terhadap sebaran jumlah individu A. inulifolium diperkuat oleh uji t-

student yang menghasilkan nilai signifikansi lebih kecil daripada nilai taraf

kepercayaan 95% sehingga diperoleh kesimpulan bahwa sebaran jumlah individu

A. inulifolium dipengaruhi oleh jarak dari jalan.

Page 72: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

57

2. Teklan (Ageratina riparia)

Pola sebaran spasial A. riparia di Cagar Alam Kamojang berdasarkan hasil

interpolasi mengelompok pada daerah tertentu dengan jumlah individu yang

cukup bervariasi (Gambar 28). Jumlah individu A. riparia di area pengamatan

berdasarkan hasil interpolasi sebagian besar berjumlah sekitar 8 sampai dengan 32

individu per plot pengamatan atau sekitar 20.000 – 80.000 individu per hektar

(Gambar 28). Jumlah individu A. riparia yang sangat banyak didukung oleh

kemampuan reproduksi dari spesies ini yang sangat baik yaitu mampu

menghasilkan 7000 sampai dengan 10.000 biji per musim dapat tersebar dengan

luas oleh angin, air atau satwa (Zancola et al. 2000).

Gambar 28 Peta sebaran spasial Ageratina riparia di Cagar Alam Kamojang.

Hubungan antara peubah jarak dari jalan dengan sebaran jumlah individu A.

riparia berdasarkan hasil analisis regresi linier sederhana menghasilkan model

persamaan yaitu Ln y = 3.308 + 0,45 Ln x. Fungsi lon (Ln) pada persamaan yang

dihasilkan merupakan transformasi data untuk menghasilkan data sisaan (residual)

yang terdistribusi secara normal (Lampiran 5).

Page 73: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

58

Ln Jarak

Ln

ju

mla

h in

d.

5.55.04.54.03.53.0

4.5

4.0

3.5

3.0

2.5

S 0.465898

R-Sq 0.3%

R-Sq(adj) 0.0%

Ln jumlah ind. = 3.038 + 0.0452 Ln Jarak

Gambar 29 Hasil analisis regresi linier pada hubungan antara jarak dari jalan

dengan sebaran jumlah individu A. riparia di Cagar Alam

Kamojang.

Model persamaan yang dihasilkan tidak memiliki signifikansi yang nyata

berdasarkan nilai signifikansi yang diperoleh dari pengujian f dan pengujian t.

Nilai signifikansi pada uji f dan uji t sebesar 0,709 lebih besar dari nilai α sebesar

0,05 sehingga diperoleh kesimpulan bahwa peubah jarak dari jalan dalam model

persamaan yang dihasilkan tidak mempengaruhi sebaran jumlah individu A.

riparia (Lampiran 6B).

Penyebaran spasial A. riparia yang tidak dipengaruhi oleh faktor jarak dari

jalan diduga dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti faktor kemampuan

penyebaran benih, ketinggian tempat atau penutupan lahan. Fröhlich et al. (2000)

menyatakan bunga A. riparia dapat tersebar dengan mudah oleh air dan angin

sehingga dapat menyebar dengan cepat ke daerah yang lebih luas. Spesies A.

riparia yang terdapat di Cagar Alam Kamojang diduga memiliki kemampuan

penyebaran biji yang optimal sehingga telah menyebar dengan luas ke daerah lain

dan tidak dipengaruhi oleh faktor jarak dari jalan.

3. Saliara (Lantana camara)

Spesies L. camara pada area pengamatan di Cagar Alam Kamojang

memiliki pola sebaran spasial yang berbeda dari spesies A. inulifolium. Spesies L.

camara merupakan salah satu spesies tumbuhan asing invasif yang cukup

Page 74: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

59

dominan di Cagar Alam Kamojang, namun pola sebaran spasial L. camara

berkelompok di beberapa area pengamatan dengan kondisi tertentu. Sebaran

jumlah individu L. camara berdasarkan hasil interpolasi lebih didominasi pada

kisaran 2 sampai dengan 7 individu per plot pengamatan atau sekitar 800 – 2.800

individu per hektar (Gambar 30).

Gambar 30 Peta sebaran spasial Lantana camara di Cagar Alam Kamojang.

Spesies L. camara memiliki pola sebaran yang mengelompok pada kondisi

area yang terbuka dengan ketinggian tempat yang tidak terlalu tinggi. Di Cagar

Alam Kamojang, L. camara banyak ditemukan di lokasi yang berdekatan dengan

sumur gas atau di tepi jalan. Pada Gambar 30, sebaran jumlah individu L. camara

terlihat lebih banyak ditemukan pada tiga segmen plot pengamatan daripada

daerah dua segmen plot pengamatan yang lainnya. Hal ini diduga disebabkan oleh

dominansi dari spesies tumbuhan asing invasif lainnya seperti A. inulifolium

sehingga spesies L. camara tidak mampu bersaing pada kondisi habitat yang telah

diinvasi oleh spesies tersebut.

Hubungan antara jarak dari jalan dengan sebaran jumlah individu L. camara

berdasarkan analisis regresi menghasilkan model persamaan Ln y = Ln 3,545 –

0,302 Ln x (Gambar 31). Nilai signifikansi pada pengujian f dan pengujian t

Page 75: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

60

menghasilkan keputusan bahwa model persamaan yang dihasilkan tidak signifikan

(nilai signifikan lebih besar daripada α sebesar 5%). Model persamaan yang tidak

signifikan menunjukkan bahwa peubah jarak dari jalan tidak mempengaruhi

sebaran jumlah individu L. camara (Lampiran 6C).

Ln Jarak

Ln

Ju

mla

h in

div

idu

5.04.54.03.53.0

3.25

3.00

2.75

2.50

2.25

2.00

1.75

1.50

S 0.503626

R-Sq 11.4%

R-Sq(adj) 6.2%

Ln Jumlah individu = 3.545 - 0.3022 Ln Jarak

Gambar 31 Hasil analisis regresi linier pada hubungan antara jarak dari jalan

dengan sebaran jumlah individu L. camara di Cagar Alam

Kamojang.

Sebaran jumlah individu L. camara yang tidak dipengaruhi oleh jarak dari

jalan dapat terlihat dari pola sebaran spasial spesies ini yang ditunjukkan pada

Gambar 31. Spesies L. camara di Cagar Alam Kamojang lebih banyak

terdistribusi pada daerah yang lebih terbuka dengan kondisi lapangan yang cukup

datar. Penyebaran spasial L. camara diduga dipengaruhi oleh faktor yang lainnya

seperti faktor biologi dan ekologi L. camara, kondisi lingkungan dan kemampuan

penyebaran biji (Day et al. 2003; Kohli et al. 2009).

Page 76: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Spesies tumbuhan asing invasif di Cagar Alam Kamojang teridentifikasi

sebanyak 13 spesies dari 8 famili yaitu Ageratum conyzoides (Asteraceae),

Rubus moluccanus (Rosaceae), Clidemia hirta (Melastomaceae), Cynodon

dactylon (Poaceae), Panicum repens (Poaceae), Mimosa pudica

(Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium

(Asteraceae), Passiflora edulis (Passifloraceae), Lantana camara

(Verbenaceae), Mikania micrantha (Asteraceae), Piper aduncum

(Piperaceae) dan Ageratina riparia (Asteraceae). Berdasarkan indeks nilai

pentingnya, spesies tumbuhan invasif yang mendominasi di Cagar Alam

Kamojang terdiri dari A. inulifolium (67,37%), A. riparia (46,15%) dan L.

camara (15,37%).

2. Pola sebaran spasial spesies tumbuhan asing invasif berdasarkan indeks

Morisita dan hasil interpolasi IDW cenderung mengelompok pada kondisi

kawasan yang relatif terbuka kecuali untuk spesies A. inulifolium yang

menyebar secara merata di Cagar Alam Kamojang.

3. Faktor jarak dari jalan hanya mempengaruhi sebaran jumlah individu A.

inulifolium dengan model persamaan y = 20,911 + 0,055x, sedangkan

faktor jarak dari jalan tidak mempengaruhi sebaran jumlah individu

spesies A. riparia dan L. camara di Cagar Alam Kamojang.

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan upaya pengendalian secara manual terhadap spesies

tumbuhan asing invasif (terutama spesies A. inulifolium, A. riparia dan L.

camara) di lokasi yang memiliki permudaan spesies pohon lokal di Cagar

Alam Kamojang.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai distribusi spesies tumbuhan

asing invasif berdasarkan ketinggian tempat dan kondisi keterbukaan

lahan.

Page 77: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

DAFTAR PUSTAKA

Abraham M, Abraham PT, Joy PJ. 2002. Natural Enemies on Mikania micrantha

H.B.K. in Kerala. Journal of Tropical agriculture 40: 39-41.

http://www.jtropag.in/index.php/ojs/article/.../78 [25 September 2011].

Alpert P, Bone E, Holzapel C. 2000. Invasiveness, Invasibility and The Role of

Environmental Stress in The Spread of Non-native Plants. Perspektive in

Plant Ecology, Evolution and Systematics 3 (1): 52 - 66.

http://www.sciencedirect.com/science/article/pii [24 Juni 2011].

Ang WF, Lok AFSL, Chong KY, Ng BYQ, Suen SM, Tan HTW. 2010. The

Distribution and Status in Singapore of Rubus moluccanus L. var.

Angulosus Kalkman (Rosaceae). Nature in Singapore 3: 91-97.

[Anonim]. 2005. Rencana Pengelolaan Cagar Alam Kawah Kamojang Tahun

2005-2030. Jakarta: Departemen Kehutanan Republik Indonesia.

[Anonim]. 2011. Biological Control of Weeds: Southeast Asean Prospect

(Mimosa pudica L. & Panicum repens L.).

http://www.aciar.gov.au/files/…/MN26%20Part%208.pdf. [20 September

2011].

Barton J, Fawlor SV, Gianotti AF, Winks CJ, Beurs M, Arnold GC, Forrester G.

2007. Successful Biological Control of Mist Flower (Ageratina riparia) in

New Zealand: Agent Establishment, Impact and Benefits to The Native

Flora. Bilogical Control 40: 370-385.

http://www.sciencedirect.com/science/artcle/pii/S1049964406002581 [25

September 2011].

Beilfuss R. 2007. Adaptive Management of The Invasive Shrub Mimosa pigra at

Gorongosa National Park. Department of Scientific Services.

http://www.files.gorongosa.net/.../582.pdf [20 September 2011].

Bosu PP, Apertorgbor MM, Refera A. 2009. Ecology and Management of tropical

africa’s Forest invaders. Di dalam: Kohli RK, Jose S, Singh HP, Batish DR,

editor. Invasive Plants and Forest Ecosystem. New York: CRC Press.

Biotrop. 2011. Invasive Alien Species.

http://www.biotrop.org/database.php?act=dbias. [20 September 2011].

[CBD] Convention on Biological Diversity. 1992. Artcle 8. In-situ Conservation.

http://www.cbd.int [25 September 2011].

[CITES] Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna

and Flora. 1997. Resolution Conf. 13.10 (Rev. CoP14).

http://www.cites.org/eng/res/13/13-10R14.php [25 September 2011].

Page 78: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

Collins AR. 2005. Implication of Plant Diversity and Soil Chemical Properties for

Cogongrass (Imperata cylindrica) Invasion in Northwest Florida [tesis].

University Of Florida.

Day MD, Wiley CJ, Julia P, Myron Z. 2003. Lantana: Current Management Status

and Future Prospect. Canberra: Australian Centre for International

Agricultural Research.

[DHAOGTR] Department of Health and Ageing Office of The Gene Technology

Regulator. 2004. The Biology and Ecology of Sugarcane (Saccharum spp.

Hybrids) in Australian.

www.ogtr.gov.au/internet/ogtr/publishing.nsf/...4/.../biologysugarcane.rtf

[20 September 2011].

Draper N, Smith H. 1992. Analisis Regresi Terapan. Sumantri B, penerjamah:

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari: Applied Regression

Analysis.

Fachrul MF. 2008. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Fan L, Chen Y, Yuan J, Yang Z. 2010. The Effect of Lantana camara Linn.

Invasion on Soil Chemical and Microbiological Properties and Plant

Biomass Accumulation in Southern China. Geoderma 154: 370-378.

http://www.sciencedirect.com/science/artcle/pii/S0016706109003619 [25

September 2011].

Fei S, Kong N, Stringer J, Browker D. 2009. Invasion Pattern of Exotic Plants in

Forest Ecosystems. Di dalam: Kohli RK, Jose S, Singh HP, Batish DR,

editor. Invasive Plants and Forest Ecosystem. New York: CRC Press.

Fröhlich J, Fowler SV, Gianotti A, Hill RL, Killgore E, Morin L, Sugiyama L,

Winks C. 2000. Biological Control of Mist Flower (Ageratina riparia,

Asteraceae): Transferring a Successful Program from Hawai’i to New

Zealand. Di dalam; Spencer NR, editor. Proceedings of the X International

Symposium on Biological Control Weeds; Montana, 4-14 Juli. USA:

Montana State University. hlm 51-57.

Haertmink AE. 2001. Biomass and NutrientAccumulation of Piper aduncum and

Imperata cylindrica Fallows in The Humid Lowlands of Papua New

Guinea. Forest Ecology and Management 144: 19-32.

Hammond BW. 1999. Saccharum spontaneum (Graminae) in Panama [abstrak].

Journal of Sustainable Forestry 8 (3-4). http://

http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1300/J091v08n0303 [20 September

2011].

Halvorson WL. 2003. Factsheet for: Cynodon dactylon (L.) Pers. University of

Aryzona: USGS Weeds in the West Project: Status of Introduced Plants in

Southern Arizona Parks.

http://www.sdrsnet.srnr.arizona.edu/data/…/cynodact.pdf [25 September

2011]

Page 79: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

Heard TA, Elliot LP. Anderson B, White L, Burrows N, Mira A, Zonneveld R,

Fichiera G, Chan R, Segura R. 2010. Biology, Host Specify, Release and

Establishment of Macaria pallidata and Leuciris fimbriaria (Lepidoptera:

Geometridae), Biological Controls Agents of The Weeds Mimosa pigra.

Biological control 55: 248-255.

http://www.sciencedirect.com/science/artcle/pii/S1049964410001763 [20

September 2011].

Heriyanto NM, Sawitri R. 2006. Potensi Jenis Konyal (Passiflora edulis Sims.)

Sebagai Jenis Invasif di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Info Hutan 3 (3): 251-260.

Hossain MK. 2009. Alien Invasive Plant Species and Their Effect on Hill Forest

Ecosystem of Bangladesh. Di dalam: Kohli RK, Jose S, Singh HP, Batish

DR, editor. Invasive Plants and Forest Ecosystem. New York: CRC Press.

Hsu TW, Peng CI, Wang CM. 2006. Austroeupatorium inulifolium (Kunth) King

& Robinson (Asteraceae), a Newly Naturalized Plant in Taiwan. Taiwania

51 (1): 41-45

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

[ISSG] Invasive Species Specialist Group. 2005. Global invasive species

database. http://www.issg.org/database. [10 September 2011].

Jan L, Vojtĕch N, Lukás C, Kenneth M, Brus I, William B, Richard K, John A,

Martin K, Markus M, Samuel H. 2002. Successful Invasion of The

Neotropical Species Piper aduncum in Rain Forest in Papua New Guinea.

Applied Vegetation Science 5: 255-262.

http://www.botanika.bf.jcu.cz/suspa/pdf/avs_5.pdf [25 September 2011].

Jaya INS. 2002. Aplikasi SIG untuk Kehutanan. Bogor: Fakultas Kehutanan.

Institut Pertanian Bogor.

Kayat, Butarbutar T. 2009. Evaluasi Pengendalian Jenis Invasif Kaktus Sendok

Nasi (Opuntia engelmannii Salm-Dyck ex Engelmann.) Di Taman Nasional

Komodo, Pulau Flores. Info Hutan 6 (1): 41-51.

[KLH] Kementerian Lingkungan Hidup. 2002. Keanekaragaman Hayati dan

Pengendalian Jenis Asing Invasif. Wijarnako K, editor. Jakarta: The Nature

Conservancy.

Kohli RK, Singh HP, Batish DR, Dogra KS. 2009. Ecological Status of Some

Invasive Plants of Shiwalik Himalayas in Northwestern India. Di dalam:

Kohli RK, Jose S, Singh HP, Batish DR, editor. Invasive Plants and Forest

Ecosystem. New York: CRC Press.

Krebs CJ. 1972. Ecology: The Experimental Analysis of Distribution and

Abundance. New York: Harper & Row Publishing.

Page 80: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi

SAS dan Minitab. Bogor: IPB Press.

McFayden RC. 2003. Chromolaena in Southeast Asia and The Pasific. Di dalam:

Costa HD, Piggin C, Cruz CJ, Fox JJ, editor.Agriculture: New Direction for

a New Nation. ACIAR Proceedings No. 113. Hlm 130-134. http://

purl.pt/915/1/cd1/ta100/ta118.pdf [25 September 2011].

Moris WK, Hansen MH, Nelson MD, McWiliams W. 2009. Relation of Invasive

Groundcover Plant Presence to Evidence of Disturbance in the Forest of the

Upper Midwest of the United States. Di dalam: Kohli RK, Jose S, Singh HP,

Batish DR, editor. Invasive Plants and Forest Ecosystem. New York: CRC.

Muniappan R. 2011. Biological Control of Tropical Invasive Weeds.

http://www.oired.vt.edu/.../Biocontrol%20of%20Tr [25 September 2011].

NCGIA. 2007. Interpolation: Inverse Distance Weighting.

http://www.ncgia.ucsb.edu/pubs/spherekit/inverse.html [17 Januari 2012]

Pejchar L, Mooney HA. 2009. Invasives Species, Ecosystem Service and Human

Well-being. Trends in Ecology and Evolution 24 (9): 497-504

http://www.sciencedirect.com/science/article/pii [24 Juni 2011].

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang

Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis

Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

[PIER] Pacific Island Ecosystems at Risk project. 2011. Plants Threats to Pasific

Ecosytems. http:// www.hear.org/pier/ [20 September 2011].

Pramono GH. 2008. Akurasi Metode IDW dan Kriging Untuk Interpolasi Sebaran

Sedimen Tersuspensi Di Maros, Sulawesi Selatan. Forum Geografi (22)

1:145-158.

Prasasti I, Wijayanto H, Christanto M. 2005. Analisis Penerapan Metode Kriging

dan Inverse Distance Pada Interpolasi Data Dugaan Suhu, Air Mampu

Curah (AMC) dan Indeks Stabilitas Atmosfer (ISA) Dari Data NOAA-

TOVS. Di dalam: Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk

Peningkatan Kesejahteraan Bangsa. Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN

XIV; Surabaya, 14-15 September 2005. Surabaya: Institut Teknologi

Sepuluh Nopember. Hlm 316-322.

Prinando M. 2011. Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Asing Invasif di Kampus

IPB Darmaga, Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut

Pertanian Bogor.

Prahasta E. 2001. Konsep- Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung:

Informatika Bandung.

Page 81: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

Pujowati P. 2006. Pengenalan Ragam Tanaman Lanskap Asteraceae (Compositae)

[Laporan]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati. 2011. Konsepsi

Kebijakan Pengawasan Invasive Alien Species di Indonesia [slide

presentasi]. Jakarta: Kementerian Pertanian RI.

http://karantina.deptan.go.id/attachment/article/192/materi%202.ppt [25

Spetember 2011].

RAMSAR. 1971. Resolution VII.4: Partnerships and Cooperation with Other

Conventions, Including Harmonized information Management

Infrastructure. Iran: RAMSAR. http://www.ramsar.org/cda/en/ramsar-

documents-resol-resolution-vii-4/main/ramsar/1-31-107%5E20689_4000_0

[25 September 2011].

Radosevich SR, Holt JS, Ghersa CM. 2007. Ecology of Weeds and Invasive

Plants. United State of America: A Jhon Willey & Sons, Inc., Publication.

Rosalia N. 2008. Penyebaran dan Karakteristik Tempat Tumbuh Pohon Tembesu

(Fragraea fragrans Roxb.) (Studi Kasus di Kawasan Taman Nasional

Danau Sentarum Kapuas Hulu Kalimantan Barat) [tesis]. Bogor: Program

Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Sastroutomo SS. 1990. Ekologi Gulma. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Smith BE, Shilling DG, Haller WT, Macdonald GE. 1993. Factors Influencing

The Efficacy of Glyphosate on Torpedograss (Panicum repens L.). J. Aqua.

Plant Manage 31: 199-202.

Soerianegara I, Indrawan A. 2008. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor: Fakultas

Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Sukisman T. 2010. Tumbuhan Invasif di Hutan [slide presentasi]. Bogor: Biotrop.

Suryaningtyas H, Gunawan A, Gozali AD. 1996. Pengelolaan Alang-Alang di

Lahan Petani. Palembang: Pusat Penelitian Kaet, Balai Penelitian Sumbawa.

Syamsudin J, Suryadi I. 2006. Panduan Teknis Dasar SIG dan Penginderaan

Jauh. Kalimantan: Tropenbos International Indonesia.

Tan HTW, Ibrahim A, Tan K. 2008. A New Record of Piper aduncum L.

(Piperaceae) in Singapore. Nature in Singapore 1: 55-59.

http://www.rmbr.nus.edu.sg/nis/.../2008nis55-59.pdf [25 Spetember 2011].

Thomas I. 2007. Mapping and Modelling of Mimosa pigra Expansion in

Lochinvar National Park, Zambia. http://www.gem-

msc.org/.../Thomas%20Indira.pdf [20 September 2011].

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Keanekaragaman

Hayati dan Ekosistemnya.

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman.

Page 82: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 mengenai Karantina Hewan, Ikan dan

Tumbuhan.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nation

Convention on Biological Diversity (CBD).

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura

Walt SJD. 2003. The Invasive Tropical Shrub Clidemia hirta (Melastomaceae) in

Its Natives and Introduces Ranges: Test of Hypotheses of Invasion

[dissertation]. http://www.etd.lsu.edu/docs/available/.../DeWalt_dis.pdf [23

September 2011].

Weber E. 2003. Invasive Plants Species of The World: A Reference Guide to

Environmental Weeds. USA: CABI Publishing.

Wishnie MH, Deago J, Mariscal E, Sautu A. 2002. The Efficient Control of

Saccharum spontaneum (L.) (Graminae) in Mixed Plantations of Six

Natives Species of Tree and Teak (Tectona grandis) in The Panama Canal

Watershed, Republic of Panama: 2nd

Annual Report.

Prorena.research.yale.edu/publicaciones_files/ECO-03-03-En.pdf [20

September 2011].

Whitten T, Soeriaatmadja RE, Ariff SA. 1999. Ekologi Jawa dan Bali. SN.

Kartikasari, penerjemah; SN Kartikasari, editor. Jakarta: Prehalindo.

Terjemahan dari: Ecology of Java and Bali.

Yau-Lun K. 2011. Ecological Characteristics of Three Invasive Plants (Leucaena

leucochepala, Mikania micrantha, and Stachytarpheta urticaefolia) in

Southern Taiwan. Taiwan: National Pingtung Univ. of Science and

Technology. http:// www.agnet.org/library/eb/541/eb541.pdf [25 September

2011].

Zancola BJ, Wild C, Marc JH. 2000. Inhibition of Ageratina riparia (Asteraceae)

by Native Australian Flora and Fauna. Austral Ecology 25: 563-569.

http://www.griffith.edu.au/.../2000-Zancola-Wild. [25 September 2011].

Page 83: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

LAMPIRAN

Page 84: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

Lampiran 1 Daftar spesies tumbuhan hasil analisis vegetasi di Cagar Alam Kamojang

No Spesies Nama Lokal Famili Habitus

1 Imperata cylindrica (L.) Beauv. Alang-alang Poaceae Terna

2 Persea gratissima Gaerth Alpukat Lauraceae Pohon

3 Dendrobium crumenatum Swartz. Anggrek japati Orchidaceae Terna

4 Ageratum conyzoides L. Babadotan Asteraceae Terna

5 Ficus fistulosa Reinw. ex Bl. Benying Meliaceae Pohon

6 Pinanga coronata (Bl) Ex. Bingbin Arecaceae Perdu

7 Tetraglochidium bibracteatum Bl. Bubukuan Acanthaceae Terna

8 Polygonum chinensis L. Bumbrun Polygonaceae Terna Berkayu

9 Smilax leucophylla Bl. Canar Smilacaceae Liana

10 Pandanus furcatus Roxb. Cangkuang Arecaceae Perdu

11 Begonia robusta Bl. Cariang Begoniaceae Terna

12 Physalis peruviana L. Cecenet Solanaceae Semak

13 Macropanax sp Cerem Araliaceae Pohon

14 Curculigo capitulata (Lour.) Kuntze. Congkok Amaryllidaceae Terna

15 Pogostemon cablin Benth Dilem Lamiaceae Terna

16 Phytolacca octandra L. Gandola Phytolacaceae Terna

17 Rubus moluccanus L. Harees Rosaceae Semak

18 Melastoma malabathricum L. Harendong biasa Melastomataceae Perdu

19 Clidemia hirta (L.) D. Don Harendong bulu Melastomataceae Perdu

20 Melastoma polyanthum Bl. Harendong pohon Melastomataceae Perdu

21 Castanopsis sp Hiur Fagaceae Pohon

22 Calamus sp Hoe Arecaceae Perdu

23 Actinodaphne sphaeocarpa Ness. Huru Lauraceae Pohon

Page 85: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

No Spesies Nama Lokal Famili Habitus

24 Persea rimosa Kostern Huru leer Lauraceae Pohon

25 Eleusine indica (L.) Gaerth Jampang Poaceae Terna

26 Cynodon dactylon (L.) Pers Jampang kawat Poaceae Terna

27 Panicum colonum L. Jampang piit Poaceae Terna

28 Trevesia sundaica Miq. Jangkurang Araliaceae Pohon

29 Panicum repens L. Jukut lempuyang Poaceae Terna

30 Mimosa pudica L. Jukut riut Fabaceae Semak

31 Ipomoea digitata L. Kalayar Convolvulaceae Liana

32 Calliandra haematocephala Hassk. Kaliandra Fabaceae Pohon

33 Mimosa pigra L. Kalimusa Fabaceae Perdu

34 Homalanthus populneus (Giesel.) Pax. Karembi Euphorbiaceae Pohon

35 Saccharum spontaneum L. Kaso Poaceae Terna

36 Chloranthus afficiannalius BI. Keras tulang Piperaceae Perdu

37 Saurauia pendula BI. Ki leho Actinidiaceae Pohon

38 Cinnamomum sp Ki teja Lauraceae Pohon

39 Acer laurinum Hassk. Kibadak Aceraceae Pohon

40 Viburnum sambucin BI. Kiberem Caprifoliaceae Pohon

41 Alangium begonifolium King Kicareh Alangiaceae Pohon

42 Engelhardia spicata Bl. Kihujan Juglandaceae Pohon

43 Evonimus javanicus BI. Kikeyep Rubiaceae Pohon

44 Hypobathrum prutescens Baill Kikopi Rubiaceae Pohon

45 Austroeupatorium inulifolium (Kunth) R. M. King & H. Rob Kirinyuh Asteraceae Semak

46 Syzygium zeylanicum (L.) DC. Kisireum Myrtaceae Pohon

47 Passiflora ligularis Juss Konyal Passifloraceae Terna merambat

48 Brugmansia candida Pers. Kucubung Solanaceae Perdu

Lanjutan lampiran 1

Page 86: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

No Spesies Nama Lokal Famili Habitus

49 Trema orientalis (L.) BI. Kuray Ulmaceae Pohon

50 Sambucus javanica Reinw.ex Bl. Kurniah Caprifoliaceae Semak

51 Schismatoglottis calptrtata Zoll.& Moore Lumpuy Araceae Terna

52 Magnolia blumei Prantl. Manglid Magloniaceae Pohon

53 Macaranga tanarius (L.) M.A. Mara Euphorbiaceae Pohon

54 Passiflora edulis Sims. Nagri Passifloraceae Terna merambat

55 Artocarpus heterophyllus Lam. Nangka Moraceae Pohon

56 Villebrunea rubescens Bl. Nangsi Urticaceae Pohon

57 Dicranopteris linearis (Burm.) Undrew Pakis andam Gleicheniaceae Semak

58 Alsophila glauca (Bl.) J.Sm Paku bagedor Cyatheaceae Terna

59 Angiopteris evecta (Forst) Hoffm. Paku munding Marattiaceae Terna

60 Diplazium esculentum Swartz. Paku sayur Athyriaceae Terna

61 Drynaria rigidula (Swartz.) Bedd. Paku uncal Polypodiaceae Terna

62 Quercus sundaica Bl. Pasang Fagaceae Pohon

63 Ficus sp Peer Moraceae Liana

64 Musa acuminata Colla Pisang kole Musaceae Terna

65 Dysoxylum alliaceum BI Pisitan monyet Meliaceae Pohon

66 Pilea melastomoides (Poir.) Bl Poh-pohan Urticaceae Terna

67 Laportea stimulans (L.f.) Gaud.ex Miq Pulus Urticaceae Pohon

68 Schima wallichii (DC.) Korth Puspa Theaceae Pohon

69 Altingia excelsa Noronha Rasamala Altingiaceae Pohon

70 Lantana camara L. Saliara Verbenaceae Perdu

71 Castanopsis argentea A.DC. Saninten Fagaceae Pohon

72 Mikania micrantha H.B.K Sembung rambat Asteraceae Terna

73 Piper aduncum L. Seserehan Piperaceae Perdu

Lanjutan lampiran 1

Page 87: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

No Spesies Nama Lokal Famili Habitus

74 Sida rhombifolia L. Sidagori Malvaceae Semak

75 Crassocephalum crepidioides (Benth.) S.Moore Sintrong Asteraceae Terna

76 Cinchona succiruba PAV. Sulibra Rubiaceae Pohon

77 Toona sureni Merr. Suren Meliaceae Pohon

78 Commelina nudiflora Brn. F Tali said Commelinaceae Terna

79 Claoxylum indicum Reinw. Talingkup Euphorbiaceae Pohon

80 Sloanea sigun (Bl.) Szysr. Tebe Tiliaceae Pohon

81 Carex baccans Nees. Teki Cyperaceae Terna

82 Ageratina riparia (Regel) R. King and H. Robinson Teklan Asteraceae Semak

83 Amomum coccineum (Bl.) K. Schum. Tepus Zingiberaceae Tepus

84 Fleurya interrupta (L.) Gaudich Tereptep Urticaceae Terna

85 Debregeasia longifolia (Burm. f.) Wedd Totongoan Urticaceae Perdu

86 Ficus ribes Reinw. Walen Moraceae Pohon

Lanjutan lampiran 1

Page 88: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

Lampiran 2 Hasil perhitungan INP pada setiap tingkat pertumbuhan

1. Tingkat semai dan habitus

No Spesies ∑

Individu

Petak

K

(Ind/ha)

KR

(%) F

FR

(%)

INP

(%) Pi Ln Pi

Pi.Ln

Pi H' (ni/N)²

1 Imperata cylindrica (L.) Beauv. 311 22 15550 8.37 0.44 4.97 13.33 0.0667 -2.708 -0.181 3.268 0.007001

2 Dendrobium crumenatum Swartz 1 1 50 0.03 0.02 0.23 0.25 0.0013 -6.674 -0.008

0.000000

3 Ageratum conyzoides L. 103 11 5150 2.77 0.22 2.48 5.25 0.0263 -3.639 -0.096

0.000768

4 Ficus fistulosa Reinw. ex Bl. 2 2 100 0.05 0.04 0.45 0.51 0.0025 -5.981 -0.015

0.000000

5 Tetraglochidium bibracteatum Bl. 86 5 4300 2.31 0.10 1.13 3.44 0.0172 -4.062 -0.070

0.000535

6 Smilax leucophylla Bl. 84 20 4200 2.26 0.40 4.51 6.77 0.0339 -3.385 -0.115

0.000511

7 Pandanus furcatus Roxb. 2 2 100 0.05 0.04 0.45 0.51 0.0025 -5.981 -0.015

0.000000

8 Begonia robusta Bl. 7 1 350 0.19 0.02 0.23 0.41 0.0021 -6.180 -0.013

0.000004

9 Physalis peruviana L. 9 2 450 0.24 0.04 0.45 0.69 0.0035 -5.664 -0.020

0.000006

10 Macropanax sp 4 2 200 0.11 0.04 0.45 0.56 0.0028 -5.880 -0.016

0.000001

11 Curculigo capitulata (Lour.) Kuntze 38 13 1900 1.02 0.26 2.93 3.96 0.0198 -3.923 -0.078

0.000105

12 Pogostemon cablin Benth 175 11 8750 4.71 0.22 2.48 7.19 0.0360 -3.325 -0.120

0.002217

13 Phytolacca octandra L. 5 1 250 0.13 0.02 0.23 0.36 0.0018 -6.319 -0.011

0.000002

14 Rubus moluccanus L. 34 10 1700 0.91 0.20 2.26 3.17 0.0159 -4.144 -0.066

0.000084

15 Melastoma malabathricum L. 34 11 1700 0.91 0.22 2.48 3.40 0.0170 -4.075 -0.069

0.000084

16 Clidemia hirta (L.) D. Don 150 21 7500 4.04 0.42 4.74 8.78 0.0439 -3.126 -0.137

0.001629

17 Castanopsis sp 1 1 50 0.03 0.02 0.23 0.25 0.0013 -6.674 -0.008

0.000000

18 Calamus sp 5 2 250 0.13 0.04 0.45 0.59 0.0029 -5.833 -0.017

0.000002

19 Eleusine indica (L.) Gaerth 6 2 300 0.16 0.04 0.45 0.61 0.0031 -5.788 -0.018

0.000003

20 Cynodon dactylon (L.) Pers 112 17 5600 3.01 0.34 3.84 6.85 0.0343 -3.374 -0.116

0.000908

21 Panicum colonum L. 43 7 2150 1.16 0.14 1.58 2.74 0.0137 -4.291 -0.059

0.000134

Page 89: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

No Spesies ∑

Individu

Petak

K

(Ind/ha)

KR

(%) F

FR

(%)

INP

(%) Pi Ln Pi

Pi.Ln

Pi H' (ni/N)²

22 Trevesia sundaica Miq. 46 12 2300 1.24 0.24 2.71 3.95 0.0197 -3.926 -0.077

0.000153

23 Panicum repens L. 66 10 3300 1.78 0.20 2.26 4.03 0.0202 -3.904 -0.079

0.000315

24 Mimosa pudica L. 46 4 2300 1.24 0.08 0.90 2.14 0.0107 -4.537 -0.049

0.000153

25 Ipomoea digitata L. 8 1 400 0.22 0.02 0.23 0.44 0.0022 -6.117 -0.013

0.000005

26 Calliandra haematocephala Hassk. 16 3 800 0.43 0.06 0.68 1.11 0.0055 -5.196 -0.029

0.000019

27 Mimosa pigra L. 44 4 2200 1.18 0.08 0.90 2.09 0.0104 -4.563 -0.048

0.000140

28 Chloranthus afficiannalius BI. 143 19 7150 3.85 0.38 4.29 8.14 0.0407 -3.202 -0.130

0.001480

29 Viburnum sambucin BI. 1 1 50 0.03 0.02 0.23 0.25 0.0013 -6.674 -0.008

0.000000

30 Alangium begonifolium King 2 1 100 0.05 0.02 0.23 0.28 0.0014 -6.573 -0.009

0.000000

31 Hypobathrum prutescens Baill. 1 1 50 0.03 0.02 0.23 0.25 0.0013 -6.674 -0.008

0.000000

32 Passiflora ligularis Juss. 133 20 6650 3.58 0.40 4.51 8.09 0.0405 -3.207 -0.130

0.001280

33 Brugmansia candida Pers. 50 7 2500 1.35 0.14 1.58 2.93 0.0146 -4.225 -0.062

0.000181

34 Schismatoglottis calptrtata Zoll.&

Moore 69 7 3450 1.86 0.14 1.58 3.44 0.0172 -4.064 -0.070

0.000345

35 Magnolia blumei Prantl 2 2 100 0.05 0.04 0.45 0.51 0.0025 -5.981 -0.015

0.000000

36 Macaranga tanarius (L.) M.A. 1 1 50 0.03 0.02 0.23 0.25 0.0013 -6.674 -0.008

0.000000

37 Passiflora edulis Sims. 44 12 2200 1.18 0.24 2.71 3.89 0.0195 -3.939 -0.077

0.000140

38 Villebrunea rubescens Bl. 11 5 550 0.30 0.10 1.13 1.42 0.0071 -4.944 -0.035

0.000009

39 Dicranopteris linearis (Burm.)

Undrew 55 14 2750 1.48 0.28 3.16 4.64 0.0232 -3.764 -0.087

0.000219

40 Diplazium esculentum Swartz. 9 3 450 0.24 0.06 0.68 0.92 0.0046 -5.382 -0.025

0.000006

41 Drynaria rigidula (Swartz.) Bedd 5 2 250 0.13 0.04 0.45 0.59 0.0029 -5.833 -0.017

0.000002

42 Musa acuminata Colla 5 2 250 0.13 0.04 0.45 0.59 0.0029 -5.833 -0.017

0.000002

43 Dysoxylum alliaceum BI. 9 3 450 0.24 0.06 0.68 0.92 0.0046 -5.382 -0.025

0.000006

44 Pilea melastomoides (Poir.) Bl. 38 3 1900 1.02 0.06 0.68 1.70 0.0085 -4.768 -0.041

0.000105

Lanjutan lampiran 2 (semai dan tumbuhan bawah)

Page 90: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

No Spesies ∑

Individu

Petak

K

(Ind/ha)

KR

(%) F

FR

(%)

INP

(%) Pi Ln Pi

Pi.Ln

Pi H' (ni/N)²

45 Laportea stimulans (L.f.) Gaud.ex

Miq. 14 6 700 0.38 0.12 1.35 1.73 0.0087 -4.750 -0.041

0.000014

46 Mikania micrantha H.B.K 86 20 4300 2.31 0.40 4.51 6.83 0.0341 -3.377 -0.115

0.000535

47 Piper aduncum L. 77 17 3850 2.07 0.34 3.84 5.91 0.0295 -3.522 -0.104

0.000429

48 Sida rhombifolia L. 17 3 850 0.46 0.06 0.68 1.13 0.0057 -5.172 -0.029

0.000021

49 Crassocephalum crepidioides (Benth.)

S. Moore 10 3 500 0.27 0.06 0.68 0.95 0.0047 -5.354 -0.025

0.000007

50 Commelina nudiflora Brn. F. 49 12 2450 1.32 0.24 2.71 4.03 0.0201 -3.905 -0.079

0.000174

51 Claoxylum indicum Reinw. 1 1 50 0.03 0.02 0.23 0.25 0.0013 -6.674 -0.008

0.000000

52 Carex baccans Nees. 66 21 3300 1.78 0.42 4.74 6.52 0.0326 -3.424 -0.112

0.000315

53 Ageratina riparia (Regel) R. King and

H. Robinson 1321 47 66050 35.54 0.94 10.61 46.15 0.2307 -1.466 -0.338

0.126305

54 Amomum coccineum (Bl.) K. Schum. 21 4 1050 0.56 0.08 0.90 1.47 0.0073 -4.914 -0.036

0.000032

55 Fleurya interrupta (L.) Gaudich 28 4 1400 0.75 0.08 0.90 1.66 0.0083 -4.794 -0.040

0.000057

56 Debregeasia longifolia (Burm. f.)

Wedd. 8 3 400 0.22 0.06 0.68 0.89 0.0045 -5.412 -0.024

0.000005

57 Ficus ribes Reinw. 3 1 150 0.08 0.02 0.23 0.31 0.0015 -6.481 -0.010

0.000001

Total 3717

185850 100 8.86 100 200

-3.268

0.15

Lanjutan lampiran 2 (semai dan tumbuhan bawah)

Page 91: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

2. Tingkat pancang, semak dan terna

No Spesies ∑

Individu

Petak

K

(ind/ha)

KR

(%) F

FR

(%) INP Pi Ln Pi

Pi.Ln

Pi H' (ni/N)²

1 Persea gratissima Gaerth 1 1 8 0.04 0.02 0.37 0.41 0.0020 -6.2004 -0.0126 2.5223 0.000000125

2 Ficus fistulosa Reinw. ex Bl. 1 1 8 0.04 0.02 0.37 0.41 0.0020 -6.2004 -0.0126 0.000000125

3 Pinanga coronata (Bl) Ex. 1 1 8 0.04 0.02 0.37 0.41 0.0020 -6.2004 -0.0126 0.000000125

4 Polygonum chinensis L. 1 1 8 0.04 0.02 0.37 0.41 0.0020 -6.2004 -0.0126 0.000000125

5 Pandanus furcatus Roxb. 14 8 112 0.50 0.16 2.96 3.46 0.0173 -4.0576 -0.0702 0.000024525

6 Macropanax sp 2 2 16 0.07 0.04 0.74 0.81 0.0041 -5.5072 -0.0223 0.000000501

7 Castanopsis sp 2 2 16 0.07 0.04 0.74 0.81 0.0041 -5.5072 -0.0223 0.000000501

8 Actinodaphne sphaeocarpa Ness 4 3 32 0.14 0.06 1.11 1.25 0.0063 -5.0731 -0.0318 0.000002002

9 Persea rimosa Kostern 2 2 16 0.07 0.04 0.74 0.81 0.0041 -5.5072 -0.0223 0.000000501

10 Calliandra haematocephala Hassk. 3 1 24 0.11 0.02 0.37 0.48 0.0024 -6.0396 -0.0144 0.000001126

11 Mimosa pigra L. 23 4 184 0.81 0.08 1.48 2.30 0.0115 -4.4676 -0.0513 0.000066192

12 Homalanthus populneus (Giesel.) Pax. 1 1 8 0.04 0.02 0.37 0.41 0.0020 -6.2004 -0.0126 0.000000125

13 Saccharum spontaneum L. 588 24 4704 20.80 0.48 8.89 29.69 0.1484 -1.9076 -0.2832 0.043261646

14 Viburnum sambucin BI. 10 6 80 0.35 0.12 2.22 2.58 0.0129 -4.3521 -0.0561 0.000012513

15 Alangium begonifolium King 6 3 48 0.21 0.06 1.11 1.32 0.0066 -5.0182 -0.0332 0.000004505

16 Evonimus javanicus BI. 1 1 8 0.04 0.02 0.37 0.41 0.0020 -6.2004 -0.0126 0.000000125

17 Saurauia pendula BI. 12 1 96 0.42 0.02 0.37 0.79 0.0040 -5.5279 -0.0220 0.000018018

18 Austroeupatorium inulifolium (Kunth) R.

M. King & H. Rob 1381 50 11048 48.85 1 18.52 67.37 0.3368 -1.0881 -0.3665 0.238635879

19 Syzygium zeylanicum (L.) DC. 1 1 8 0.04 0.02 0.37 0.41 0.0020 -6.2004 -0.0126 0.000000125

20 Cinnamomum sp 2 2 16 0.07 0.04 0.74 0.81 0.0041 -5.5072 -0.0223 0.000000501

21 Brugmansia candida Pers. 121 13 968 4.28 0.26 4.81 9.09 0.0455 -3.0906 -0.1405 0.001831973

22 Trema orientalis (L.) BI. 6 4 48 0.21 0.08 1.48 1.69 0.0085 -4.7714 -0.0404 0.000004505

Page 92: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

No Spesies ∑

Individu

Petak

K

(ind/ha)

KR

(%) F

FR

(%) INP Pi Ln Pi

Pi.Ln

Pi H' (ni/N)²

23 Sambucus javanica Reinw.ex Bl. 17 7 136 0.60 0.14 2.59 3.19 0.0160 -4.1371 -0.0661 0.000036161

24 Magnolia blumei Prantl 9 7 72 0.32 0.14 2.59 2.91 0.0146 -4.2298 -0.0616 0.000010135

25 Macaranga tanarius (L.) M.A. 3 3 24 0.11 0.06 1.11 1.22 0.0061 -5.1017 -0.0310 0.000001126

26 Artocarpus heterophyllus Lam. 6 4 48 0.21 0.08 1.48 1.69 0.0085 -4.7714 -0.0404 0.000004505

27 Villebrunea rubescens Bl. 3 3 24 0.11 0.06 1.11 1.22 0.0061 -5.1017 -0.0310 0.000001126

28 Alsophila glauca (Bl.) J.Sm 5 3 40 0.18 0.06 1.11 1.29 0.0064 -5.0452 -0.0325 0.000003128

29 Angiopteris evecta (Forst) Hoffm 1 1 8 0.04 0.02 0.37 0.41 0.0020 -6.2004 -0.0126 0.000000125

30 Quercus sundaica Bl. 4 3 32 0.14 0.06 1.11 1.25 0.0063 -5.0731 -0.0318 0.000002002

31 Ficus sp 2 2 16 0.07 0.04 0.74 0.81 0.0041 -5.5072 -0.0223 0.000000501

32 Musa acuminata Colla 155 27 1240 5.48 0.54 10.00 15.48 0.0774 -2.5586 -0.1981 0.003006158

33 Schima wallichii (DC.) Korth 6 5 48 0.21 0.1 1.85 2.06 0.0103 -4.5736 -0.0472 0.000004505

34 Altingia excelsa Noronha 4 4 32 0.14 0.08 1.48 1.62 0.0081 -4.8141 -0.0391 0.000002002

35 Calamus sp 5 1 40 0.18 0.02 0.37 0.55 0.0027 -5.9012 -0.0161 0.000003128

36 Lantana camara L. 217 20 1736 7.68 0.4 7.41 15.08 0.0754 -2.5847 -0.1949 0.005892069

38 Toona sureni Merr. 12 7 96 0.42 0.14 2.59 3.02 0.0151 -4.1940 -0.0633 0.000018018

39 Sloanea sigun (Bl.) Szysr. 3 3 24 0.11 0.06 1.11 1.22 0.0061 -5.1017 -0.0310 0.000001126

40 Amomum coccineum (Bl.) K. Schum. 106 15 848 3.75 0.3 5.56 9.31 0.0465 -3.0678 -0.1427 0.001405918

41 Debregeasia longifolia (Burm. f.) Wedd 85 22 680 3.01 0.44 8.15 11.15 0.0558 -2.8864 -0.1610 0.000904037

42 Ficus ribes Reinw. 1 1 8 0.04 0.02 0.37 0.41 0.0020 -6.2004 -0.0126 0.000000125

Total 2827 22616 100.00 5.4 100.00 200.00 -2.5223 0.30

Lanjutan lampiran 2 (Pancang, semak, terna)

Page 93: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

3. Tingkat tiang

No Nama Latin ∑

individu

petak LBDS

K

(ind/ha)

KR

(%) F

FR

(%) D

DR

(%) INP Pi Ln Pi Pi.LnPi H' (ni/N)²

1 Macropanax sp 3 2 0.049 6 3.26 0.04 2.99 0.10 2.83 9.08 0.0303 -3.498 -0.106 2.514 0.0010633

2 Melastoma polyanthum Bl. 1 1 0.026 2 1.09 0.02 1.49 0.05 1.50 4.08 0.0136 -4.297 -0.058 0.0001181

3 Castanopsis sp 1 1 0.015 2 1.09 0.02 1.49 0.03 0.87 3.45 0.0115 -4.467 -0.051 0.0001181

4 Actinodaphne

sphaeocarpa Ness 2 1 0.024 4 2.17 0.02 1.49 0.05 1.39 5.05 0.0168 -4.084 -0.069 0.0004726

5 Persea rimosa Kosterm 1 1 0.024 2 1.09 0.02 1.49 0.05 1.39 3.97 0.0132 -4.326 -0.057 0.0001181

6 Saurauia pendula BI. 6 4 0.135 12 6.52 0.08 5.97 0.27 7.80 20.29 0.0676 -2.694 -0.182 0.0042533

7 Cinnamomum sp 2 2 0.025 4 2.17 0.04 2.99 0.05 1.44 6.60 0.0220 -3.816 -0.084 0.0004726

8 Viburnum sambucin BI. 1 1 0.028 2 1.09 0.02 1.49 0.06 1.62 4.20 0.0140 -4.269 -0.060 0.0001181

9 Alangium begonifolium

King 4 4 0.066 8 4.35 0.08 5.97 0.13 3.81 14.13 0.0471 -3.055 -0.144 0.0018904

10 Engelhardia spicata Bl. 2 2 0.049 4 2.17 0.04 2.99 0.10 2.83 7.99 0.0266 -3.626 -0.097 0.0004726

11 Trema orientalis (L.) BI. 27 16 0.551 54 29.35 0.32 23.88 1.10 31.83 85.06 0.2835 -1.260 -0.357 0.0861295

12 Magnolia blumei Prantl. 8 6 0.073 16 8.70 0.12 8.96 0.15 4.22 21.87 0.0729 -2.619 -0.191 0.0075614

13 Macaranga tanarius (L.)

M.A. 7 6 0.136 14 7.61 0.12 8.96 0.27 7.86 24.42 0.0814 -2.508 -0.204 0.0057892

14 Villebrunea rubescens Bl. 3 1 0.078 6 3.26 0.02 1.49 0.2 4.51 9.26 0.0309 -3.478 -0.107 0.0010633

15 Quercus sundaica Bl. 3 3 0.07 6 3.26 0.06 4.48 0.14 4.04 11.78 0.0393 -3.237 -0.127 0.0010633

16 Dysoxylum alliaceum BI. 1 1 0.008 2 1.09 0.02 1.49 0.02 0.46 3.04 0.0101 -4.591 -0.047 0.0001181

17 Altingia excelsa Noronha 2 2 0.033 4 2.17 0.04 2.99 0.07 1.91 7.07 0.0236 -3.749 -0.088 0.0004726

18 Toona sureni Merr. 11 7 0.209 22 11.96 0.14 10.45 0.42 12.07 34.48 0.1149 -2.163 -0.249 0.0142958

19 Claoxylum indicum

Reinw. 1 1 0.013 2 1.09 0.02 1.49 0.03 0.75 3.33 0.0111 -4.501 -0.050 0.0001181

20 Sloanea sigun (Bl.) Szysr. 6 5 0.119 12 6.52 0.1 7.46 0.24 6.87 20.86 0.0695 -2.666 -0.185 0.0042533

Total 92

184 100.0 1.34 100.0 3.46 100.0 300.0

-2.514

0.13

Page 94: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

4. Tingkat pohon

No Spesies ∑

individu

petak LBDS

K

(ind/ha)

KR

(%) F

FR

(%) D

DR

(%) INP Pi Ln Pi

Pi.Ln

Pi H' (ni/N)²

1 Macropanax sp 15 10 1.821 8 12.71 0.20 11.76 0.91 16.03 40.50 0.135 -2.002 -0.270 2.166 0.016159

2 Castanopsis sp 2 2 0.078 1 1.69 0.04 2.35 0.04 0.69 4.73 0.016 -4.149 -0.065 0.000287

3 Actinodaphne

sphaeocarpa Ness 1 1 0.063 1 0.85 0.02 1.18 0.03 0.55 2.58 0.009 -4.757 -0.041 0.000072

4 Homalanthus populneus

(Giesel.) Pax. 1 1 0.095 1 0.85 0.02 1.18 0.05 0.84 2.86 0.010 -4.653 -0.044 0.000072

5 Acer laurinum Hassk. 1 1 0.179 1 0.85 0.02 1.18 0.09 1.58 3.60 0.012 -4.423 -0.053 0.000072

6 Alangium begonifolium

King 2 2 0.157 1 1.69 0.04 2.35 0.08 1.38 5.43 0.018 -4.012 -0.073 0.000287

7 Engelhardia spicata Bl. 7 7 1.843 4 5.93 0.14 8.24 0.92 16.22 30.39 0.101 -2.290 -0.232 0.003519

8 Cinnamomum sp 3 3 0.126 2 2.54 0.06 3.53 0.06 1.11 7.18 0.024 -3.732 -0.089 0.000646

9 Trema orientalis (L.) BI. 43 24 3.064 22 36.44 0.48 28.24 1.53 26.97 91.64 0.305 -1.186 -0.362 0.132792

10 Macaranga tanarius (L.)

M.A. 12 11 0.805 6 10.17 0.22 12.94 0.40 7.09 30.20 0.101 -2.296 -0.231 0.010342

11 Villebrunea rubescens Bl. 3 2 0.187 2 2.54 0.04 2.35 0.09 1.65 6.54 0.022 -3.826 -0.083 0.000646

12 Quercus sundaica Bl. 5 3 0.623 3 4.24 0.06 3.53 0.31 5.48 13.25 0.044 -3.120 -0.138 0.001795

13 Castanopsis argentea A.

DC. 1 1 0.051 1 0.85 0.02 1.18 0.03 0.45 2.47 0.008 -4.798 -0.040 0.000072

14 Cinchona succiruba PAV. 1 1 0.041 1 0.85 0.02 1.18 0.02 0.36 2.38 0.008 -4.835 -0.038 0.000072

15 Toona sureni Merr. 1 1 0.115 1 0.85 0.02 1.18 0.06 1.01 3.04 0.010 -4.593 -0.046 0.000072

16 Claoxylum indicum

Reinw. 2 2 0.069 1 1.69 0.04 2.35 0.03 0.61 4.66 0.016 -4.166 -0.065 0.000287

17 Sloanea sigun (Bl.) Szysr. 18 13 2.045 9 15.25 0.26 15.29 1.02 18.00 48.55 0.162 -1.821 -0.295 0.023269

Total 118 59 100.0 1.70 100.0 5.681 100.0 300.0 -2.166 0.19

Page 95: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

Lampiran 3 Perhitungan indeks Morishita spesies tumbuhan asing invasif

1. Perhitungan indeks penyebaran Morishita (Iδ)

No. Spesies ∑Xi ∑Xi² (∑Xi)² N A B C Iδ

∑Xi²-∑Xi (∑Xi)²-∑Xi A/B n*C

1 Imperata cylindrica (L.) Beauv.* 311 5199 96721 50 4888 96410 0.05 2.54

2 Ageratum conyzoides L. 103 1215 10609 50 1112 10506 0.11 5.29

3 Rubus moluccanus L. 34 132 1156 50 98 1122 0.09 4.37

4 Clidemia hirta (L.) D. Don. 150 1212 22500 50 1062 22350 0.05 2.38

5 Cynodon dactylon (L.) Pers. 112 890 12544 50 778 12432 0.06 3.13

6 Panicum repens L. 66 552 4356 50 486 4290 0.11 5.66

7 Mimosa pigra L. 67 739 4489 50 672 4422 0.15 7.60

8 Passiflora edulis Sims 44 178 1936 50 134 1892 0.07 3.54

9 Piper aduncum L. 77 415 5929 50 338 5852 0.06 2.89

10 Ageratina riparia (Regel) R. King and H. Robinson 1321 45839 1745041 50 44518 1743720 0.03 1.28

11 Lantana camara L. 217 2959 47089 50 2742 46872 0.06 2.92

12 Mimosa pudica L. 46 604 2116 50 558 2070 0.27 13.48

13 Mikania micrantha H.B.K 86 488 7396 50 402 7310 0.05 2.75

14 Austroeupatorium inulifolium (Kunth) R. M. King

& H. Rob 1381 39211 1907161 50 37830 1905780 0.02 0.99

*) Spesies tumbuhan lokal invasif

Page 96: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

2. Uji Chi2 derajat keseragaman (Mu)

No. Spesies A B C D

E F G Mu

X² (0.975) n ∑Xi A-B C-E D+C G/F

1 Imperata cylindrica (L.) Beauv * 16.791 50 311 -33.21 1 310 277.79 0.90

2 Ageratum conyzoides L. 16.791 50 103 -33.21 1 102 69.79 0.68

3 Rubus moluccanus L. 16.791 50 34 -33.21 1 33 0.79 0.02

4 Clidemia hirta (L.) D. Don. 16.791 50 150 -33.21 1 149 116.79 0.78

5 Cynodon dactylon (L.) Pers 16.791 50 112 -33.21 1 111 78.79 0.71

6 Panicum repens L. 16.791 50 66 -33.21 1 65 32.79 0.50

7 Mimosa pigra L. 16.791 50 67 -33.21 1 66 33.79 0.51

8 Passiflora edulis Sims 16.791 50 44 -33.21 1 43 10.79 0.25

9 Piper aduncum L. 16.791 50 77 -33.21 1 76 43.79 0.58

10 Ageratina riparia (Regel) R. King and H. Robinson 16.791 50 1321 -33.21 1 1320 1287.79 0.98

11 Lantana camara L. 16.791 50 217 -33.21 1 216 183.79 0.85

12 Mimosa pudica L. 16.791 50 46 -33.21 1 45 12.79 0.28

13 Mikania micrantha H.B.K 16.791 50 86 -33.21 1 85 52.79 0.62

14 Austroeupatorium inulifolium (Kunth) R. M. King & H.

Rob 16.791 50 1381 -33.21 1 1380 1347.79 0.98

*) Spesies tumbuhan lokal invasif

Page 97: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

3. Uji Chi2 derajat pengelompokkan (Mc)

No. Spesies A B C D

E F G Mc

X² (0.025) N ∑Xi A-B C-E D+C G/F

1 Imperata cylindrica (L.) Beauv * 46.979 50 311 -3.02 1 310 307.98 1.0

2 Ageratum conyzoides L. 46.979 50 103 -3.02 1 102 99.98 1.0

3 Rubus moluccanus L. 46.979 50 34 -3.02 1 33 30.98 0.9

4 Clidemia hirta (L.) D. Don. 46.979 50 150 -3.02 1 149 146.98 1.0

5 Cynodon dactylon (L.) Pers 46.979 50 112 -3.02 1 111 108.98 1.0

6 Panicum repens L. 46.979 50 66 -3.02 1 65 62.98 1.0

7 Mimosa pigra L. 46.979 50 67 -3.02 1 66 63.98 1.0

8 Passiflora edulis Sims 46.979 50 44 -3.02 1 43 40.98 1.0

9 Piper aduncum L. 46.979 50 77 -3.02 1 76 73.98 1.0

10 Ageratina riparia (Regel) R. King and H. Robinson 46.979 50 1321 -3.02 1 1320 1317.98 1.0

11 Lantana camara L. 46.979 50 217 -3.02 1 216 213.98 1.0

12 Mimosa pudica L. 46.979 50 46 -3.02 1 45 42.98 1.0

13 Mikania micrantha H.B.K 46.979 50 86 -3.02 1 85 82.98 1.0

14 Austroeupatorium inulifolium (Kunth) R. M. King & H.

Rob 46.979 50 1381 -3.02 1 1380 1377.98 1.0

*) Spesies tumbuhan lokal invasif

Page 98: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

4. Perhitungan Ip

A. Kondisi Id ≥ Mc > 1 dipenuhi

No. Spesies A B C D E F G H I Ip

Ip Penyebaran Iδ Mu Mc n Iδ-Mc n-Mc E/F k H*G H+I

1 Imperata cylindrica (L.) Beauv * 2.54 0.90 1.0 50 1.54 49.01 0.031 0.5 0.016 0.52 Ip > 0 Mengelompok

2 Ageratum conyzoides L. 5.29 0.68 1.0 50 4.31 49.02 0.088 0.5 0.044 0.54 Ip > 0 Mengelompok

3 Rubus moluccanus L. 4.37 0.02 0.9 50 3.43 49.06 0.070 0.5 0.035 0.53 Ip > 0 Mengelompok

4 Clidemia hirta (L.) D. Don. 2.38 0.78 1.0 50 1.39 49.01 0.028 0.5 0.014 0.51 Ip > 0 Mengelompok

5 Cynodon dactylon (L.) Pers 3.13 0.71 1.0 50 2.15 49.02 0.044 0.5 0.022 0.52 Ip > 0 Mengelompok

6 Panicum repens L. 5.66 0.50 1.0 50 4.70 49.03 0.096 0.5 0.048 0.55 Ip > 0 Mengelompok

7 Mimosa pigra L. 7.60 0.51 1.0 50 6.63 49.03 0.135 0.5 0.068 0.57 Ip > 0 Mengelompok

8 Passiflora edulis Sims 3.54 0.25 1.0 50 2.59 49.05 0.053 0.5 0.026 0.53 Ip > 0 Mengelompok

9 Piper aduncum L. 2.89 0.58 1.0 50 1.91 49.03 0.039 0.5 0.020 0.52 Ip > 0 Mengelompok

10 Ageratina riparia (Regel) R. King &

H. Robinson 1.28 0.98 1.0 50 0.28 49.00 0.006 0.5 0.003 0.50 Ip > 0 Mengelompok

11 Lantana camara L. 2.92 0.85 1.0 50 1.93 49.01 0.039 0.5 0.020 0.52 Ip > 0 Mengelompok

12 Mimosa pudica L. 13.48 0.28 1.0 50 12.52 49.04 0.255 0.5 0.128 0.63 Ip > 0 Mengelompok

13 Mikania micrantha H.B.K 2.75 0.62 1.0 50 1.77 49.02 0.036 0.5 0.018 0.52 Ip > 0 Mengelompok

*) Spesies tumbuhan lokal invasif

B. Kondisi 1 > Mu > Id dipenuhi

No. Spesies A B C D E F G H I Ip

Ip Penyebaran Iδ Mc Mu n Id - Mu Mu E/F k

1 Austroeupatorium inulifolium

(Kunth) R. M. King & H. Rob 0.99 0.98 1.00 50 -0.01 0.985 -0.009 0.5 -0.004 -0.50 Ip < 0 Merata

Page 99: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

Lampiran 4 Nilai koefisien determinasi metode interpolasi IDW dengan kriging

pada masing-masing spesies tumbuhan asing invasif yang dominan

A. Austroeupatorium inulifolium

B. Ageratina riparia

C. Lantana camara

y = 1.086x - 2.890

R² = 0.903

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

Mo

del

inte

rpo

lasi

ID

W

∑ individu di lapangan

y = 0.851x + 4.660

R² = 0.855

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

Mo

del

Inte

rpo

lasi

Kri

gg

ing

∑ individu di lapangan

y = 0.941x - 0.123

R² = 0.874

0

3

6

9

12

15

18

21

24

27

30

0 3 6 9 12151821242730

Mo

del

Inte

rpo

lasi

ID

W

∑ individu di lapangan

y = 0.857x - 0.385

R² = 0.764

0369

12151821242730

0 3 6 9 12151821242730

Mo

del

Inte

rpo

lasi

Kri

gg

ing

∑ individu di lapangan

y = 0.619x + 1.028

R² = 0.849

0

1

2

3

4

5

6

7

8

0 1 2 3 4 5 6 7 8

Mo

del

Inte

rpo

lasi

ID

W

∑ individu di lapangan

y = 0.729x + 0.310

R² = 0.808

0

1

2

3

4

5

6

7

8

0 1 2 3 4 5 6 7 8

Mo

del

Inte

rpo

lasi

kri

ggin

g

∑ individu di lapangan

Page 100: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

Lampiran 5 Uji normalitas sisaan

A. Kirinyuh (Austroeupatorium inulifolium)

One – Sample Kolmogorov – Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 50

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 8.92868808

Most Extreme Differences Absolute .112

Positive .112

Negative -.067

Kolmogorov – Smirnov Z .791

Asymp. Sig. (2-tailed) .559

a. Test distribution is Normal

Uji Kolmogorov–Smirnov.

Hipotesis yang diuji adalah:

H0: data residual berdistribusi normal

H1: data residual tidak berdistribusi normal

p-value (0.559) > 0.05 (α=5%), Terima H0, artinya data residual berdistribusi

normal

B. Teklan (Ageratina riparia)

One – Sample Kolmogorov – Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 47

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .46080631

Most Extreme Differences Absolute .146

Positive .146

Negative -.081

Kolmogorov – Smirnov Z 1.004

Asymp. Sig. (2-tailed) .265

a. Test distribution is Normal

Uji Kolmogorov–Smirnov.

Hipotesis yang diuji adalah:

H0: data residual berdistribusi normal

H1: data residual tidak berdistribusi normal

p-value (0.265) > 0.05 (α=5%), Terima H0, artinya data residual berdistribusi

normal

Page 101: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

C. Saliara (Lantana camara)

One – Sample Kolmogorov – Smirnov Test

Ln Saliara

N 19

Normal Parametersa Mean 2.2592

Std. Deviation .52006

Most Extreme Differences Absolute .214

Positive .214

Negative -.101

Kolmogorov – Smirnov Z .934

Asymp. Sig. (2-tailed) .348

a. Test distribution is Normal

Uji Kolmogorov–Smirnov.

Hipotesis yang diuji adalah:

H0: data residual berdistribusi normal

H1: data residual tidak berdistribusi normal

p-value (0.348) > 0.05 (α=5%), Terima H0, artinya data residual berdistribusi

normal.

D. Alang-alang (Imperata cylindrica)

One – Sample Kolmogorov – Smirnov Test

Ln Alang-alang

N 21

Normal Parametersa Mean 2.5864 2.2592

Std. Deviation .36842 .52006

Most Extreme Differences Absolute .106 .214

Positive .086 .214

Negative -.106 -.101

Kolmogorov – Smirnov Z .485

Asymp. Sig. (2-tailed) .973

a. Test distribution is Normal

Uji Kolmogorov–Smirnov.

Hipotesis yang diuji adalah:

H0: data residual berdistribusi normal

H1: data residual tidak berdistribusi normal

p-value (0.973) > 0.05 (α=5%), Terima H0, artinya data residual berdistribusi

normal.

Page 102: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

Lampiran 6 Analisis regresi linier pengaruh jarak terhadap sebaran jumlah

individu spesies tumbuhan asing invasif yang dominan

A. Analisis regresi pengaruh jarak terhadap jumlah individu kirinyuh

(Austroeupatorium inulifolium)

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .287a .083 .063 9.02122

a. Predictors: Jarak

b. Dependent variable: Jumlah individu kirinyuh

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 351.648 1 351.648 4.321 .043a

Residual 3906.352 48 81.382

Total 4258.000 49

Uji-F

Hipotesis

H0: model tidak signifikan

H1: model signifikan

Keputusan: Nilai-p (0.043) < α 5% berarti tolak H0 sehingga diperoleh

kesimpulan bahwa model signifikan.

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. error Beta

1 (Constant) 20.911 2.591 8.069 .000

Jarak .055 .026 .287 2.079 .043

Persamaan Regresi

∑ ind. kirinyuh = 20.911 + 0.055Jarak

Uji-t

Hipotesis

H0: β=0 (Jarak tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah individu kirinyuh)

H1: β≠0 (Jarak berpengaruh nyata terhadap jumlah individu kirinyuh)

Keputusan: Nilai-p (0.043) < α 5% artinya tolak H0 sehingga diperoleh

kesimpulan bahwa jarak berpengaruh nyata terhadap jumlah individu

kirinyuh pada taraf 95%.

Page 103: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

B. Analisis regresi pengaruh jarak terhadap jumlah individu teklan (Ageratina

riparia)

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .056a .003 -.019 .46590

a. Predictors: Ln Jarak

b. Dependent variable: Ln Jumlah individu teklan

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression .031 1 .031 .141 .709a

Residual 9.768 45 .217

Total 9.768 46

Uji-F

Hipotesis

H0: model tidak signifikan

H1: model signifikan

Keputusan: Nilai-p (0.709) > α 5% berarti terima H0 sehingga diperoleh

kesimpulan bahwa model tidak signifikan.

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. error Beta

1 (Constant) 3.038 .518 5.861 .000

Ln Jarak .45 .120 .056 .376 .709

Persamaan Regresi

Ln ∑ ind. teklan= 3.038 + 0.45 Ln Jarak

Uji-t

Hipotesis

H0: β=0 (Jarak tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah individu teklan)

H1: β≠0 (Jarak berpengaruh nyata terhadap jumlah individu teklan)

Keputusan: Nilai-p (0.709) > α 5% artinya terima H0 sehingga diperoleh

kesimpulan bahwa jarak tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah

jumlah individu teklan pada taraf 95%.

Page 104: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

C. Analisis regresi pengaruh jarak terhadap jumlah individu saliara (Lantana

camara)

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .338a .114 .062 .50363

a. Predictors: Ln Jarak

b. Dependent variable: Ln Jumlah individu saliara

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression .556 1 .556 2.194 .157a

Residual 4.312 17 .254

Total 4.868 18

Uji-F

Hipotesis

H0: model tidak signifikan

H1: model signifikan

Keputusan: Nilai-p (0.157) > α 5% berarti terima H0 sehingga diperoleh

kesimpulan bahwa model tidak signifikan.

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. error Beta

1 (Constant) 3.545 .876 4.048 .000

Ln Jarak -.302 .204 -.338 -1.481 .157

Persamaan Regresi

Ln ∑ ind. saliara = Ln 3.545 - 0.302 Ln jarak

Uji-t

Hipotesis

H0: β=0 (Jarak tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah individu saliara)

H1: β≠0 (Jarak berpengaruh nyata terhadap jumlah individu saliara)

Keputusan: Nilai-p (0.157) > α 5% artinya terima H0 sehingga kita simpulkan

bahwa jarak tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah individu

saliara pada taraf kepercayaan 95%.

Page 105: KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL … · KEANEKARAGAMAN DAN POLA PENYEBARAN SPASIAL ... Mimosa pudica (Fabaceae), Mimosa pigra (Fabaceae), Austroeupatorium inulifolium (Asteraceae),

D. Analisis regresi pengaruh jarak terhadap jumlah individu alang-alang

(Imperata cylindrica)

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .012a .000 -.052 .37796

a. Predictors: Ln Jarak

b. Dependent variable: Ln Jumlah individu alang-alang

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression .000 1 .000 .003 .957a

Residual 2.714 19 .143

Total 2.715 20

Uji-F

Hipotesis

H0: model tidak signifikan

H1: model signifikan

Keputusan: Nilai-p (0.957) > α 5% berarti terima H0 sehingga diperoleh

kesimpulan bahwa model tidak signifikan.

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. error Beta

1 (Constant) 2.635 .611 4.180 .000

Ln Jarak .008 .146 .012 .054 .957

Persamaan Regresi

Ln ∑ ind. alang-alang = Ln 2.635 + 0.008 Ln Jarak

Uji-t

Hipotesis

H0: β=0 (Jarak tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah individu alang-alang)

H1: β≠0 (Jarak berpengaruh nyata terhadap jumlah individu alang-alang)

Keputusan: Nilai-p (0.957) > α 5% artinya terima H0 sehingga diperoleh

kesimpulan bahwa jarak tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah

individu alang-alang pada taraf kepercayaan 95%.