Keamanan Data Pada Jaringan Cloud

28
Keamanan Data pada Jaringan Cloud Berbasis Open Source Kelompok 3: Abdul Salim Sawal (59410207) Bagus Firmansyah Kusuma Bahri (51410298) Mohamad Arif Budiman (54410468) Muhamad Reza Chaedar Fata (54410597) Muhammad Yusuf Hanafiah (54410841)

Transcript of Keamanan Data Pada Jaringan Cloud

Page 1: Keamanan Data Pada Jaringan Cloud

Keamanan Data pada Jaringan Cloud

Berbasis Open Source

Kelompok 3:

Abdul Salim Sawal (59410207)

Bagus Firmansyah Kusuma Bahri (51410298)

Mohamad Arif Budiman (54410468)

Muhamad Reza Chaedar Fata (54410597)

Muhammad Yusuf Hanafiah (54410841)

Universitas Gunadarma

Page 2: Keamanan Data Pada Jaringan Cloud

Istilah Cloud Computing akhir-akhir ini semakin sering terdengar.Namun

sebenarnya implementasi konsepnya sendiri sudah ada sejak puluhan tahun lalu,

sebelum internet berkembang seperti sekarang. Saat ini memang Cloud

Computing identik dengan internet.

Apa iu Cloud Computing? Jika diartikan perkata, cloud berarti awan,

computing sendiri berarti komputer, apakah yang dimaksud dari kata tersebut

adalah komputer awan? Mungkinkah dalam benak anda terlintas ilustrasi

komputer anda berarti harus berada di atas awan agar bisa bekerja, namun

bukan itu yang disebut komputer awan atau dengan bahasa asing disebut Cloud

Computing.

Dengan mengetikkan kata kunci "Cloud Computing Definition" di search

engine atau wikipedia, dalam sekejap ratusan definisi tentang "Cloud

Computing" akan muncul. Dari mulai yang sangat teknis, sampai yang sangat

simplistis.

Namun semuanya sepakat bahwa yang dimaksud dengan "Cloud

Computing" secara sederhana adalah "layanan teknologi informasi yang bisa

dimanfaatkan atau diakses oleh pelanggannya melalui jaringan internet". Kata-

kata "Cloud" sendiri merujuk kepada simbol awan yang di dunia TI digunakan

untuk menggambarkan jaringan internet (internet cloud).

Namun tidak semua layanan yang ada di internet bisa dikategorikan sebagai

Cloud Computing, ada setidaknya beberapa syarat yang harus dipenuhi :

1. Layanan bersifat "On Demand", pengguna dapat berlangganan hanya

yang dia butuhkan saja, dan membayar hanya untuk yang mereka

gunakan saja. Misalkan sebuah layanan menyediakan 10 fitur, user dapat

berlangganan 5 fitur saja dan hanya membayar untuk 5 fitur tersebut.

Page 3: Keamanan Data Pada Jaringan Cloud

2. Layanan bersifat elastis/scalable, di mana pengguna bisa menambah

atau mengurangi jenis dan kapasitas layanan yang dia inginkan kapan

saja dan sistem selalu bisa mengakomodasi perubahan tersebut.

3. Layanan sepenuhnya dikelola oleh penyedia/provider, yang dibutuhkan

oleh pengguna hanyalah komputer personal/notebook ditambah koneksi

internet.

Dari sisi jenis layanan tersendiri, Cloud Computing, terbagi dalam 3 jenis

layanan, yaitu :

1. Software as a Service (SaaS) - memfokuskan pada aplikasi dengan web-

based interface yang diakses melalui web service dan web 2.0.

2. Platform as a Service (PaaS) - memfokuskan pada aplikasi dimana dalam

hal ini seorang developer tidak perlu memikirkan hardware dan tetap

fokus pada pembuatan aplikasi tanpa harus mengkhawatirkan sistem

operasi, skala infrastruktur, load balancing, dan sebagainya.

3. Infrastructure as a Service (IaaS) - meliputi Grid untuk virtualized server,

storage & network.

Sementara dari sifat jangkauan layanan, terbagi menjadi Public Cloud,

Private Cloud dan Hybrid Cloud.

Intinya, Cloud Computing adalah sebuah mekanisme yang memungkinkan

kita "menyewa" sumber daya teknologi informasi (software, processing power,

storage, dan lainnya) melalui internet dan memanfaatkan sesuai kebutuhan kita

dan membayar secukupnya pula.

Dengan konsep ini, maka semakin banyak orang yang bisa memiliki akses

dan memanfaatkan sumber daya tersebut, karena tidak harus melakukan

investasi besar-besaran.

Page 4: Keamanan Data Pada Jaringan Cloud

Apalagi dalam kondisi ekonomi seperti sekarang, setiap organisasi akan

berpikir panjang untuk mengeluarkan investasi tambahan di sisi TI. Terlebih

hanya untuk mendapatkan layanan-layanan yang mungkin hanya dibutuhkan

sewaktu-waktu saja.

Seperti kecenderungan beberapa tahun terakhir dimana banyak perusahaan

telah melakukan outsourcing terhadap pekerjaan non-core mereka. Demikian

juga dengan kebutuhan layanan TI, kecenderungan untuk "menyewa" sumber

daya TI melalui mekanisme Cloud Computing ini, menunjukan peningkatan

signifikan dalam 3 tahun terakhir.

Makanya tidak heran, jika nama-nama besar itu sudah memulai memukul

genderang perang menjadi penguasa awan. Everybody wants to be in the Cloud!

Sebenarnya Cloud Computing adalah teknologi yang menggunakan

jaringan internet dan server terpusat untuk mengelola data dan menjalankan

aplikasi. Cloud Computing membantu user untuk menggunakan aplikasi tanpa

melakukan instalasi, mengakses file pribadi mereka di komputer manapun

dengan akses internet. Teknologi ini memungkinkan efisiensi lebih dengan

memusatkan penyimpanan data, memory, pemrosesan aplikasi, dan resource

lainnya di Internet (server). Dengan Cloud Computing, seorang user hanya

membutuhkan komputer dengan web browser dan akses Internet untuk

menjalankan berbagai aplikasi seperti game, office application, Web

Desktop/Web Operating System, dan sebagainya.

Menurut sebuah makalah tahun 2008 yang dipublikasi IEEE Internet

Computing “Cloud Computing adalah suatu paradigma di mana informasi

secara permanen tersimpan di server di internet dan tersimpan secara sementara

di komputer pengguna (client) termasuk di dalamnya adalah desktop, komputer

tablet, notebook, komputer tembok, handheld, sensor-sensor, monitor dan lain-

lain.”

Page 5: Keamanan Data Pada Jaringan Cloud

Manfaat dari Cloud Computing yang dirasakan oleh user yakni user tidak

perlu menginstal program di komputernya semua nya bisa dilakukan secara

online contohnya banyak web yang menyediakan penggunaan adobe photoshop

dengan gratis yang bisa dimanfaatkan oleh user namun dengan catatan user

hanya sebatas menggunakan tanpa harus memiliki. nah begitulah nantinya

teknologi cloud komputing bekerja. untuk saat ini pengusa internet yakni google

telah mengembangkan google apps nya untuk menjadi layanan komputer awan.

Sejarah dan Perkembangan Cloud Computing

Ide awal dari cloud computing bisa ditarik ke tahun 1960-an, saat John

McCarthy, pakar komputasi MIT yang dikenal juga sebagai salah satu pionir

intelejensia buatan, menyampaikan visi bahwa "suatu hari nanti komputasi akan

menjadi infrastruktur publik--seperti listrik dan telpon".

Namun baru di tahun 1995 lah, Larry Ellison, pendiri Oracle , memunculkan

ide "Network Computing" sebagai kampanye untuk menggugat dominasi

Microsoft yang saat itu merajai desktop computing dengan Windows 95-nya.

Larry Ellison menawarkan ide bahwa sebetulnya user tidak memerlukan

berbagai software, mulai dari Sistem Operasi dan berbagai software lain,

dijejalkan ke dalam PC Desktop mereka.

PC Desktop bisa digantikan oleh sebuah terminal yang langsung terhubung

dengan sebuah server yang menyediakan environment yang berisi berbagai

kebutuhan software yang siap diakses oleh pengguna.

Ide "Network Computing" ini sempat menghangat dengan munculnya

beberapa pabrikan seperti Sun Microsystem dan Novell Netware yang

menawarkan Network Computing client sebagai pengganti desktop.

Penulis sendiri pada tahun '98 sempat mencoba Network Computing yang

dikoneksikan ke sebuah Windows NT Server di mana NC client dapat

Page 6: Keamanan Data Pada Jaringan Cloud

menggunakan berbagai aplikasi yang tersedia di dalam server tersebut secara

remote.

Namun akhirnya, gaung Network Computing ini lenyap dengan sendirinya,

terutama disebabkan kualitas jaringan komputer yang saat itu masih belum

memadai, sehingga akses NC ini menjadi sangat lambat, sehingga orang-orang

akhirnya kembali memilih kenyamanan PC Desktop, seiring dengan semakin

murahnya harga PC.

Tonggak selanjutnya adalah kehadiran konsep ASP (Application Service

Provider) di akhir era 90-an. Seiring dengan semakin meningkatnya kualitas

jaringan komputer, memungkinkan akses aplikasi menjadi lebih cepat.

Hal ini ditangkap sebagai peluang oleh sejumlah pemilik data center untuk

menawarkan fasilitasnya sebagai tempat ‘hosting’ aplikasi yang dapat diakses

oleh pelanggan melalui jaringan komputer.

Dengan demikian pelanggan tidak perlu investasi di perangkat data center.

Hanya saja ASP ini masih bersifat "privat", di mana layanan hanya

dikastemisasi khusus untuk satu pelanggan tertentu, sementara aplikasi yang di

sediakan waktu itu umumnya masih bersifat client-server.

Kehadiran berbagai teknik baru dalam pengembangan perangkat lunak di

awal abad 21, terutama di area pemrograman berbasis web disertai peningkatan

kapasitas jaringan internet, telah menjadikan situs-situs internet bukan lagi

berisi sekedar informasi statik. Tapi sudah mulai mengarah ke aplikasi bisnis

yang lebih kompleks.

Dan seperti sudah sedikit disinggung sebelumnya, popularitas Cloud

Computing semakin menjulang saat di awal 2000-an, Marc Benioff ex VP di

Oracle, meluncurkan layanan aplikasi CRM dalam bentuk Software as a

Service, Salesforce.com, yang mendapatkan sambutan gegap gempita.

Page 7: Keamanan Data Pada Jaringan Cloud

Dengan misinya yang terkenal yaitu "The End of Software", Benioff bisa

dikatakan berhasil mewujudkan visi bos-nya di Oracle, Larry Elisson, tentang

Network Computing menjadi kenyataan satu dekade kemudian.

Selanjutnya jargon Cloud Computing bergulir seperti bola salju menyapu

dunia teknologi informasi. Dimulai di tahun 2005, mulai muncul inisiatif yang

didorong oleh nama-nama besar seperti Amazon.com yang meluncurkan

Amazon EC2 (Elastic Compute Cloud), Google dengan Google App Engine-

nya, tak ketinggalan raksasa biru IBM meluncurkan Blue Cloud Initiative dan

lain sebagainya.

Semua inisiatif ini masih terus bergerak, dan bentuk Cloud Computing pun

masih terus mencari bentuk terbaiknya, baik dari sisi praktis maupun dari sisi

akademis. Bahkan dari sisi akademis, jurnal-jurnal yang membahas tentang ini

hal ini baru bermunculan di tiga tahun belakangan.

Akhirnya seperti yang kita saksikan sekarang, seluruh nama-nama besar

terlibat dalam pertarungan menguasai awan ini. Bahkan pabrikan Dell, pernah

mencoba mempatenkan istilah "Cloud Computing", namun ditolak oleh otoritas

paten Amerika.

Walaupun di luaran perebutan kapling awan ini begitu ingar-bingar, tidak

demikian dengan di tanah air Indonesia tercinta ini. Pemain yang benar-benar

mencoba masuk di area ini masih sangat sedikit, bahkan jumlahnya bisa

dibilang belum sebanyak jari sebelah tangan.

Salah satu yang cukup serius bermain di area ini adalah PT Telkom, yang

setidaknya saat ini sudah menawarkan dua layanan aplikasi berbasis Software as

a Service. Salah satunya melalui anak usahanya, Sigma Cipta Caraka, yang

menawarkan layanan aplikasi core banking bagi bank kecil-menengah.

Page 8: Keamanan Data Pada Jaringan Cloud

Kemudian bekerjasama dengan IBM Indonesia dan mitra bisnisnya, PT

Codephile, Telkom menawarkan layanan e-Office on Demand untuk kebutuhan

kolaborasi/korespondensi di dalam suatu perusahaan atau organisasi.

Sepinya sambutan dunia teknologi informasi dalam negeri terhadap Cloud

Computing ini, mungkin disebabkan beberapa faktor, di antaranya:

1.Penetrasi infrastruktur internet yang bisa dibilang masih terbatas.

2.Tingkat kematangan pengguna internet, yang masih menjadikan media

internet utamanya sebagai media hiburan atau sosialisasi.

3.Tingginya investasi yang dibutuhkan menyediakan layanan cloud ini, karena

harus merupakan kombinasi antara infrastruktur jaringan, hardware dan

software sekaligus.

Namun demikian, sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-5 di

dunia--yang berarti juga pasar terbesar ke-5 di dunia--para pelaku teknologi

informasi dalam negeri harus sesegera mungkin mempersiapkan diri dalam arti

mulai mengembangkan layanan-layanan yang siap di-cloud-kan.

Sehingga saat gelombang besar Cloud Computing ini sampai di sini, tidak

hanya pemain asing besar saja yang akan menangguk keuntungan. Tentu saja

peran pemerintah sebagai fasilitator dan regulator sangat diperlukan di sini,

karena sekali lagi: Everybody wants to be in the Cloud!

Cloud Berbasis Linux dan FOSS (Free And Open Source)

Salah satu sistem cloud yang paling di gandrungi adalah yang berbasis

open source. Dikarenakan harga yang cukup terjangkau kita bisa membuat

server private. Banyak sekali contoh FOSS di sistem cloud, yaitu:

1. Ubuntu Enterprise Cloud (UEC)

2. eyeOS

Page 9: Keamanan Data Pada Jaringan Cloud

3. Proxmox

4. OpenStack

5. OpenNebula

6. Eucalyptus

Dari banyak jenis FOSS di atas mempemudah kita memilih mana FOSS

yang menurut kita lebih bagus untuk di pakai dari segala aspek. Yang paling di

utamakan adalah faktor kenyamanan interface dan kemudahan untuk

menyetting atau membuat sistem cloud itu sendiri.

Keamanan Data

Keamanan data merupakan faktor terpenting dalam pembuatan sistem

cloud. Ketika kita menggenggam data itu sendiri terkadang data bisa bocor ke

tangan orang lain. Apa lagi data yang istilahnya “di simpan di tempat lain”.

Kemanan data tidak hanya mencakup kerahasiaan itu sendiri. Tetapi juga

mencakup dari ketersediaan dan bencana.

1. Kerahasiaan

Kerahasiaan data dari sistem cloud merupakan faktor pertama yang harus

di perhatikan. Mengapa demikian, secara logika tidak mungkin kita ingin repot-

repot membuat sistem cloud yang cukup rumit untuk intranet atau internet yang

artinya kita menyewa dari perusahaan cloud hanya untuk data yang sepele.

Terlalu banyak buang materi dan waktu.

Menurut Doddy Dewanto, IT Manager Primaasset Karunia Sinergi

"Mobile cloud menjadi salah satu mesin pendapatan bagi pelaku usaha, namun

ada ancaman besar yaitu masalah keamanan jaringan,".

Page 10: Keamanan Data Pada Jaringan Cloud

Menurut Doddy, trafik data di Indonesia kian tinggi seiring makin

banyaknya pengguna internet. "Namun, ada bahaya yang mengancam,

Indonesia berada di posisi nomor dua yang diserang Distributed Denial of

Service (DDoS)," katanya.

Yang dimaksud DdoS adalah penyerangan suatu sistem dimana sistem

yang di serang tidak mengetahui bahwa sedang di serang dan menganggap

bahwa itu adalah trafik normal.

Faktor-faktor Kemanan jaringan informasi pada cloud computing

(komunikasinya) :

1. Struktur

2. Metode transmisi

3. Transport formats

4. Perhitungan keamanan yang mendukung : integrity, availability, dan

authentication (untuk private dan public jaringan komunikasi).

Diketahui juga komunikasi pada cloud computing dikatakan aman jika

telah memastikan beberapa hal yaitu :

1. Confidentiality

Kepastian bahwa hanya orang/bagian yang berhak atau yang seharusnya,

yang boleh mengakses data dan menerima data. Beberapa hal yang menjadi

bagian dari kebutuhan telekomunikasi dalam menjamin confidentiality :

Network security protocols

Network authentication services

Data encription services

1. Integrity

Kepastian bahwa data tidak berubah karena suatu yang tidak

Page 11: Keamanan Data Pada Jaringan Cloud

direncanakan atau tidak diinginkan. Integrity berarti menjamin pesan telah

terkirim dan diterima. Dan pesan tersebut tidak berubah. Beberapa bagian

dari integrity yaitu :

Firewall servicess

Communications Security Management

Intrusion detection services

1. Availability

Kepastian bahwa data atau informasi pada jaringan dapat diakses di

waktu dan dimana data/informasi itu dibutuhkan. User yang terotorisasi

dapat diijinkan mengakses jaringan atau sistem saat mereka membutuhkan.

Beberapa bagian yang harus diperhatikan untuk menjamin availability yaitu :

Fault tolerance untuk availability data, seperti backups, redundant

disk system

Acceptable logins and operating process performances

Reliable and interoperable security processes and network security

mechanisms

2. Ketersediaan

Ketersediaan sistem cloud juga mempengaruhi dalam hal keamanan data.

Ketersediaan yang dimaksud disini adalah dalam hal ketersediaan bandwith

dalam mengakses serta ketersediaannya space yang cukup dalam sistem cloud

yang di kembangkan oleh perusahaan cloud itu sendiri.

Ketersediaan dalam bandwith adalah ketika kita ingin mengakses data

yang akan kita ambil atau simpan apakah berjalan lambat atau kencang.

Pikirkan apabila kita ingin mengakses data yang besar sebuah perusahaan dan

Page 12: Keamanan Data Pada Jaringan Cloud

itu sangat rahasia. Akan memakan waktu yang lama dan sangat tidak efisien

dalam menjalankan sistem perusahaan tersebut.

Banyak sistem cloud yang ditawarkan peusahaan-perusahaan ke

Indonesia. Tetapi server cloud mereka tidak ada di Indonesia melainkan di

negara yang mereka percayakan untuk di bangun server cloud atau bahkan

negara yang menjadi asal perusahaan mereka sendiri.

Dengan jarak yang seperti ini maka anda bisa bayangkan apabila

ketersediaan bandwith untuk mengaksesnya kecil maka akan sangat lama sekali.

Dengan kadaan jarak sejauh itu juga nantinya harus dipikirkan tentang

gangguan bandwith ketika terjadi gaangguan dalam hal komunikasi (unduh dan

unggah) data.

Ketersediaan dalam hal space ini juga termasuk penting. Sebuah

perusahaan cloud harus memikirkan faktor berapa besar data yang dapat di

tampung oleh server cloud kembangannya artinya dia juga harus memikirkan

apakah perusahaan itu mampu memantau keamanan data dan mengurusi semua

maintenance dalam server cloud kembangannya.

Pemantauan keamanan data dalam server cloud itu berkaitan dengan

kerahasiaan datanya. Artinya pihak perusahaan cloud harus membuatkan

firewall yang cukup kuat serta pegawai IT yang memang berkompeten dalam

bidang kemanan data.

Kalau sudah menyangkut pembuatan sistem firewall dan pegawai yang

mengurusi pemantauan sistem cloud maka perusahaan akan membutuhkan

biaya. Nah itu juga yang harus jadi pertimbangkan oleh perusahaan.

Perusahaan cloud harus bisa memenuhi pembiayaan internal mereka

dengan membebankan dalam pendapatan perusahaan. Artinya pendapatan

dalam penyewaan sistem cloud mereka oleh perusahaan-perusahaan atau

pribadi.

Page 13: Keamanan Data Pada Jaringan Cloud

Tetapi perusahaan juga harus memikirkan segi ekonomis bagi

perusahaan-perusahaan penyewa cloud mereka. Di Indoensia sudah mulai

banyak perusahaan cloud yang menawarkan sistem cloud mereka dengan harga

beragam.

Menurut dari azas ekonomi kita harus memberi modal sekecil-kecilnya

dan mendapatkan untung sebesar-besarnya. Ini juga harus menjadi

pertimbangan perusahaan cloud agar sistem mereka menjadi laku di pasaran

Indonesia ini.

3. Disaster

Disaster (bencana) didefinisikan sebagai kejadian yang waktu terjadinya

tidak dapat diprediksi dan bersifat sangat merusak. Pengertian ini

mengidentifikasikan sebuah kejadian yang tiba-tiba, tidak diharapkan, bersifat

sangat merusak, dan kurang perencanaan. Bencana terjadi dengan frekuensi

yang tidak menentu dan akibat yang ditimbulkannya meningkat bagi mereka

yang tidak mempersiapkan diri terhadap kemungkinan-kemungkinan timbulnya

bencana. Berbagai bencana yang mungkin terjadi antara lain adalah:

1. Bencana alam disebabkan oleh kondisi geografis dan geologis dari lokasi.

2. Kebakaran disebabkan oleh faktor lingkungan dan pengaturan sistem

elektrik yang dapat menyebabkan korsleting.

3. Kerusakan pada jaringan listrik disebabkan oleh sistem elektrik.

4. Serangan teroris disebabkan oleh lemahnya keamanan fisik dan non fisik

data center.

5. Sistem atau perangkat yang rusak terkait dengan kesalahan manajemen

pengawasan perangkat.

Page 14: Keamanan Data Pada Jaringan Cloud

6. Kesalahan operasional akibat ulah manusia.

7. Virus misalkan disebabkan oleh kesalahan pemilihan anti virus yang

digunakan.

Namun sebagai server cloud computing kita harus membuat sebuah

perencanaan untuk menghindari bencana tersebut, antara lain:

Catu Daya

Membuat catu daya redundan. Maksudnya kita membuat sumber

daya listrik dimana ketika mati listrik kita masih mempunyai sumber daya

cadangan untuk beberapa saat sampai listrik nyala kembali atau di

teruskan ke mesin genset. Catu daya juga termasuk dalam dalam

kestabilan daya listrik ke server cloud. Ketika listrik tidak stabil masuk ke

dalam sebuah elektronik maka dapat di pastikan elektronik itu tidak akan

mempunyai umur yang cukup lama.

Sistem Pencegahan Kebakaran

Pemadam Kebakaran (Fire Suppression Systems) – berguna untuk

mencegah kebakaran, dengan menggunakan kombinasi bahan kimia

kering atau basah. Sistem anti kebakaran seperti ini juga dilengkapi

dengan sensor panas, perkabelan, atau deteksi manual lainnya.

Kemanan Fisik Server

Keamanan fisik berarti berhubungan dengan tempat server dan

client di tempatkan yaitu, di rack. Rak digunakan untuk menempatkan

server-server dengan rapi. Rack yang bagus memiliki desain yang netral

(tidak tergantung pada vendor tertentu), memiliki rails (rel) supaya server

Page 15: Keamanan Data Pada Jaringan Cloud

atau perangkat bisa mudah ditarik keluar masuk seperti laci lemari. Rack

harus mampu mengalirkan udara dari bawah lantai ke atas (ke arah

perangkat). Rack harus cukup kuat untuk menahan beban server dan

perangkat yang berat. Untuk kawasan yang rawan getaran (seperti dekat

rel kereta api atau sering gempa), rack juga harus memiliki suspensi

khusus, sehingga getaran gempa/kereta api tidak merambat ke perangkat

di dalam rack.

Setelah pencegahan di optimalkan maka tetap saja bencana bisa

menghancurkan sistem cloud yang kita buat maka dari itu perusahaan yang

mengembangkan sistem cloud haruslah berfikir untuk memulihkan data setelah

terkena bencana yang disebut Disaster Recovery.

Disaster Recovery menurut terjemahan aslinya mengandung arti

pemulihan bencana. Satu hal yang menjadi sangat krusial dalam Pemulihan

Bencana adalah data dan informasi, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya

sangat penting untuk menjaga kekonsistenan dari data dan informasi bagi

perusahaan. Kebutuhan ini dapat diakodomasi dengan menggunakan teknologi

replikasi data. Replikasi data adalah sebuah proses yang mengkopi isi data ke

suatu lokasi remote baik yang berlangsung secara kontinu ataupun pada interval

tertentu. Replikasi data akan menyediakan hasil kopi data yang lengkap untuk

tujuan Pemulihan Bencana. Lokasi remote biasanya merupakan secondary data

center.

Teknologi replikasi data memiliki fungsi yang rumit karena secara cerdas

mengkopi data ke lokasi yang remote, setelah data yang lengkap sudah

direplikasi ke target yang dimaksud maka hanya data yang berubah yang akan

direplikasi selanjutnya, sehingga akan menghemat kebutuhan bandwith. Data

kopian inisial yang ada di penyimpanan remote  biasa disebut

sebagai seeding (penanaman benih). Setelah data di-"seeding", fungsi replikasi

berikutnya dapat berjalan pada dua mode yaitu:

Page 16: Keamanan Data Pada Jaringan Cloud

Mode Replikasi Synchronous

Mode replikasi sinkron memungkinkan pertukaran data secara real-

time sehingga kesinkronan suatu data akan terjaga, dimana saat ada transaksi

operasional yang sedang menulis sesuatu ke disk sumber, maka saat yang

bersamaan penulisan juga dilakukan terhadap disk target yang ada di lokasi

remote. Keseluruhan proses penulisan pada disk sumber dan disk target harus

selesai terlebih dahulu sebelum beranjak ke transaksi operasional selanjutnya

dan diberi acknowledge untuk keduanya jika telah selesai. Pada mode replikasi

ini, kebutuhan akan performansi sistem yang tinggi harus dipertimbangkan.

Selain itu jarak antara disk sumber dan disk target juga menjadi prasyarat

utama, bahwa pihak yang terlibat dalam mode replikasi ini harus berjarak <

100km antara keduanya. Keuntungan dari mode replikasi ini adalah

menyediakan recovery yang konsisten dan lengkap untuk semua jangka waktu.

Mode Replikasi Asynchronous

Mode replikasi asinkron memungkinkan pertukaran data

secara buffering dalam artian bahwa data akan diletakkan dalam sebuah

'penampung sementara terlebih dahulu, kemudian pada jangka waktu tertentu

akan direplikasi ke disk target. Data yang direplikasi ke disk target tidak

membutuhkan acknowledgement agar penulisan transaksi operasional pada disk

sumber dapat berlangsung kembali. Sehingga mode replikasi ini tidak

menjamin kesinkronan suatu data pada dua pihak yang terlibat karena jika suatu

saat terjadi crash pada salah satu pihak dan data belum sempat direplikasi maka

data yang terdapat pada kedua pihak tidak bisa dikatakan sebagai sebuah data

yang sinkron. Walaupun hal ini dapat meningkatkan performansi sistem, namun

lebih memiliki banyak risiko. Jika hal ini terjadi maka recovery yang cukup

rumit dilakukan (namun tidak menjamin data hasil recovery adalah data yang

Page 17: Keamanan Data Pada Jaringan Cloud

benar dan konsisten karena ada kemungkinan hilangnya beberapa data).

Keuntungan dari mode replikasi ini adalah efektivitas biaya.

Selain itu, berdasarkan tempat dimana proses replikasi berjalan, dapat

ditentukan tipe replikasi yang cocok untuk kebutuhan bisnis perusahaan, yaitu:

Database to Database

Proses replikasi berlangsung pada server basis data. Satu server

basis data akan bertindak sebagai master dan kemudian ada beberapa

server basis data sebagaislave yang menyimpan kopi dari basis data

tersebut. Ketika terjadi proses penulisan pada basis data maka akan

terjadi penulisan tersebut akan segera dikirim ke basis data master yang

kemudian akan direplikasi oleh server basis data yang bersifat slave.

Ketika dilakukan proses pembacaan pada basis data, maka dapat

dilakukan terhadap semua server basis data yang tersedia, hal ini tentu

saja akan meningkatkan performansi sistem basis data terkait

dengan load sharing. Keunggulan lain dari replikasi basis data adalah

tingkat availabilitas yang tinggi, karena ketika terjadi crash terhadap

server master basis data, server slave basis data dapat mengambil alih

pekerjaan server master.

Host to Host

Disebut juga sebagai replikasi yang processor-based. Proses

replikasi berjalan pada sistem sumber dan target. Oleh karenanya, sangat

mungkin terjadi perselisihan antara sistem sumber dan target saat

berlangsung proses replikasi. Hal ini terjadi karena agen yang berjalan

pada masing-masing sistem dalam menjalankan prosestracking perubahan

data dan replikasi data, jalur yang dilakukan adalah melalui koneksi IP.

Replikasi data mode ini berjalan pada level aplikasi atau level OS. Host-

Page 18: Keamanan Data Pada Jaringan Cloud

to-host merupakan mode replikasi yang paling umum diimplementasikan

karena merupakan solusi software. Replikasi host-to-host memanfaatkan

sumber daya pada server sumber dan target yang akan berdampak pada

performansi, kemudian mensyaratkan bahwa sistem yang berada di lokasi

remote harus selalu dalam keadaan up sepanjang waktu. Keuntungan

yang signifikan dari mode replikasi ini adalah storage agnostic, yang

berarti bahwa dapat dilakukan pen-deployan tanpa memperhatikan

tipe storage yang digunakan (internal, eksternal, SAN atau NAS).

Disk to Disk

Replikasi mode disk-to-disk berjalan pada perangkat eksternal

storage seperti SAN atau NAS. Mode replikasi ini secara normal

diimplementasikan pada vendor-vendordisk array seperti EMC,  Hitachi,

IBM, HP  dan lainnya. Setiap vendor akan menyediakan

aplikasi software yang cocok dengan array storage masing-masing

vendor.Kebanyakan disk array menggunakan koneksi fibre channel,

sehingga router storage diperlukan untuk meningkatkan kemampuan

koneksi melalui link WAN. Replikasi disk-to-disk memanfaatkan sumber

daya dari perangkat eksternal storage dan bersifat transparan ke host.

Karena proses replikasi berjalan pada perangkatstorage, maka host yang

menjadi target tujuan tidak diperlukan lagi.