Keamanan Data Pada Jaringan Cloud
-
Upload
bagus-firmansyah -
Category
Documents
-
view
130 -
download
6
Transcript of Keamanan Data Pada Jaringan Cloud
Keamanan Data pada Jaringan Cloud
Berbasis Open Source
Kelompok 3:
Abdul Salim Sawal (59410207)
Bagus Firmansyah Kusuma Bahri (51410298)
Mohamad Arif Budiman (54410468)
Muhamad Reza Chaedar Fata (54410597)
Muhammad Yusuf Hanafiah (54410841)
Universitas Gunadarma
Istilah Cloud Computing akhir-akhir ini semakin sering terdengar.Namun
sebenarnya implementasi konsepnya sendiri sudah ada sejak puluhan tahun lalu,
sebelum internet berkembang seperti sekarang. Saat ini memang Cloud
Computing identik dengan internet.
Apa iu Cloud Computing? Jika diartikan perkata, cloud berarti awan,
computing sendiri berarti komputer, apakah yang dimaksud dari kata tersebut
adalah komputer awan? Mungkinkah dalam benak anda terlintas ilustrasi
komputer anda berarti harus berada di atas awan agar bisa bekerja, namun
bukan itu yang disebut komputer awan atau dengan bahasa asing disebut Cloud
Computing.
Dengan mengetikkan kata kunci "Cloud Computing Definition" di search
engine atau wikipedia, dalam sekejap ratusan definisi tentang "Cloud
Computing" akan muncul. Dari mulai yang sangat teknis, sampai yang sangat
simplistis.
Namun semuanya sepakat bahwa yang dimaksud dengan "Cloud
Computing" secara sederhana adalah "layanan teknologi informasi yang bisa
dimanfaatkan atau diakses oleh pelanggannya melalui jaringan internet". Kata-
kata "Cloud" sendiri merujuk kepada simbol awan yang di dunia TI digunakan
untuk menggambarkan jaringan internet (internet cloud).
Namun tidak semua layanan yang ada di internet bisa dikategorikan sebagai
Cloud Computing, ada setidaknya beberapa syarat yang harus dipenuhi :
1. Layanan bersifat "On Demand", pengguna dapat berlangganan hanya
yang dia butuhkan saja, dan membayar hanya untuk yang mereka
gunakan saja. Misalkan sebuah layanan menyediakan 10 fitur, user dapat
berlangganan 5 fitur saja dan hanya membayar untuk 5 fitur tersebut.
2. Layanan bersifat elastis/scalable, di mana pengguna bisa menambah
atau mengurangi jenis dan kapasitas layanan yang dia inginkan kapan
saja dan sistem selalu bisa mengakomodasi perubahan tersebut.
3. Layanan sepenuhnya dikelola oleh penyedia/provider, yang dibutuhkan
oleh pengguna hanyalah komputer personal/notebook ditambah koneksi
internet.
Dari sisi jenis layanan tersendiri, Cloud Computing, terbagi dalam 3 jenis
layanan, yaitu :
1. Software as a Service (SaaS) - memfokuskan pada aplikasi dengan web-
based interface yang diakses melalui web service dan web 2.0.
2. Platform as a Service (PaaS) - memfokuskan pada aplikasi dimana dalam
hal ini seorang developer tidak perlu memikirkan hardware dan tetap
fokus pada pembuatan aplikasi tanpa harus mengkhawatirkan sistem
operasi, skala infrastruktur, load balancing, dan sebagainya.
3. Infrastructure as a Service (IaaS) - meliputi Grid untuk virtualized server,
storage & network.
Sementara dari sifat jangkauan layanan, terbagi menjadi Public Cloud,
Private Cloud dan Hybrid Cloud.
Intinya, Cloud Computing adalah sebuah mekanisme yang memungkinkan
kita "menyewa" sumber daya teknologi informasi (software, processing power,
storage, dan lainnya) melalui internet dan memanfaatkan sesuai kebutuhan kita
dan membayar secukupnya pula.
Dengan konsep ini, maka semakin banyak orang yang bisa memiliki akses
dan memanfaatkan sumber daya tersebut, karena tidak harus melakukan
investasi besar-besaran.
Apalagi dalam kondisi ekonomi seperti sekarang, setiap organisasi akan
berpikir panjang untuk mengeluarkan investasi tambahan di sisi TI. Terlebih
hanya untuk mendapatkan layanan-layanan yang mungkin hanya dibutuhkan
sewaktu-waktu saja.
Seperti kecenderungan beberapa tahun terakhir dimana banyak perusahaan
telah melakukan outsourcing terhadap pekerjaan non-core mereka. Demikian
juga dengan kebutuhan layanan TI, kecenderungan untuk "menyewa" sumber
daya TI melalui mekanisme Cloud Computing ini, menunjukan peningkatan
signifikan dalam 3 tahun terakhir.
Makanya tidak heran, jika nama-nama besar itu sudah memulai memukul
genderang perang menjadi penguasa awan. Everybody wants to be in the Cloud!
Sebenarnya Cloud Computing adalah teknologi yang menggunakan
jaringan internet dan server terpusat untuk mengelola data dan menjalankan
aplikasi. Cloud Computing membantu user untuk menggunakan aplikasi tanpa
melakukan instalasi, mengakses file pribadi mereka di komputer manapun
dengan akses internet. Teknologi ini memungkinkan efisiensi lebih dengan
memusatkan penyimpanan data, memory, pemrosesan aplikasi, dan resource
lainnya di Internet (server). Dengan Cloud Computing, seorang user hanya
membutuhkan komputer dengan web browser dan akses Internet untuk
menjalankan berbagai aplikasi seperti game, office application, Web
Desktop/Web Operating System, dan sebagainya.
Menurut sebuah makalah tahun 2008 yang dipublikasi IEEE Internet
Computing “Cloud Computing adalah suatu paradigma di mana informasi
secara permanen tersimpan di server di internet dan tersimpan secara sementara
di komputer pengguna (client) termasuk di dalamnya adalah desktop, komputer
tablet, notebook, komputer tembok, handheld, sensor-sensor, monitor dan lain-
lain.”
Manfaat dari Cloud Computing yang dirasakan oleh user yakni user tidak
perlu menginstal program di komputernya semua nya bisa dilakukan secara
online contohnya banyak web yang menyediakan penggunaan adobe photoshop
dengan gratis yang bisa dimanfaatkan oleh user namun dengan catatan user
hanya sebatas menggunakan tanpa harus memiliki. nah begitulah nantinya
teknologi cloud komputing bekerja. untuk saat ini pengusa internet yakni google
telah mengembangkan google apps nya untuk menjadi layanan komputer awan.
Sejarah dan Perkembangan Cloud Computing
Ide awal dari cloud computing bisa ditarik ke tahun 1960-an, saat John
McCarthy, pakar komputasi MIT yang dikenal juga sebagai salah satu pionir
intelejensia buatan, menyampaikan visi bahwa "suatu hari nanti komputasi akan
menjadi infrastruktur publik--seperti listrik dan telpon".
Namun baru di tahun 1995 lah, Larry Ellison, pendiri Oracle , memunculkan
ide "Network Computing" sebagai kampanye untuk menggugat dominasi
Microsoft yang saat itu merajai desktop computing dengan Windows 95-nya.
Larry Ellison menawarkan ide bahwa sebetulnya user tidak memerlukan
berbagai software, mulai dari Sistem Operasi dan berbagai software lain,
dijejalkan ke dalam PC Desktop mereka.
PC Desktop bisa digantikan oleh sebuah terminal yang langsung terhubung
dengan sebuah server yang menyediakan environment yang berisi berbagai
kebutuhan software yang siap diakses oleh pengguna.
Ide "Network Computing" ini sempat menghangat dengan munculnya
beberapa pabrikan seperti Sun Microsystem dan Novell Netware yang
menawarkan Network Computing client sebagai pengganti desktop.
Penulis sendiri pada tahun '98 sempat mencoba Network Computing yang
dikoneksikan ke sebuah Windows NT Server di mana NC client dapat
menggunakan berbagai aplikasi yang tersedia di dalam server tersebut secara
remote.
Namun akhirnya, gaung Network Computing ini lenyap dengan sendirinya,
terutama disebabkan kualitas jaringan komputer yang saat itu masih belum
memadai, sehingga akses NC ini menjadi sangat lambat, sehingga orang-orang
akhirnya kembali memilih kenyamanan PC Desktop, seiring dengan semakin
murahnya harga PC.
Tonggak selanjutnya adalah kehadiran konsep ASP (Application Service
Provider) di akhir era 90-an. Seiring dengan semakin meningkatnya kualitas
jaringan komputer, memungkinkan akses aplikasi menjadi lebih cepat.
Hal ini ditangkap sebagai peluang oleh sejumlah pemilik data center untuk
menawarkan fasilitasnya sebagai tempat ‘hosting’ aplikasi yang dapat diakses
oleh pelanggan melalui jaringan komputer.
Dengan demikian pelanggan tidak perlu investasi di perangkat data center.
Hanya saja ASP ini masih bersifat "privat", di mana layanan hanya
dikastemisasi khusus untuk satu pelanggan tertentu, sementara aplikasi yang di
sediakan waktu itu umumnya masih bersifat client-server.
Kehadiran berbagai teknik baru dalam pengembangan perangkat lunak di
awal abad 21, terutama di area pemrograman berbasis web disertai peningkatan
kapasitas jaringan internet, telah menjadikan situs-situs internet bukan lagi
berisi sekedar informasi statik. Tapi sudah mulai mengarah ke aplikasi bisnis
yang lebih kompleks.
Dan seperti sudah sedikit disinggung sebelumnya, popularitas Cloud
Computing semakin menjulang saat di awal 2000-an, Marc Benioff ex VP di
Oracle, meluncurkan layanan aplikasi CRM dalam bentuk Software as a
Service, Salesforce.com, yang mendapatkan sambutan gegap gempita.
Dengan misinya yang terkenal yaitu "The End of Software", Benioff bisa
dikatakan berhasil mewujudkan visi bos-nya di Oracle, Larry Elisson, tentang
Network Computing menjadi kenyataan satu dekade kemudian.
Selanjutnya jargon Cloud Computing bergulir seperti bola salju menyapu
dunia teknologi informasi. Dimulai di tahun 2005, mulai muncul inisiatif yang
didorong oleh nama-nama besar seperti Amazon.com yang meluncurkan
Amazon EC2 (Elastic Compute Cloud), Google dengan Google App Engine-
nya, tak ketinggalan raksasa biru IBM meluncurkan Blue Cloud Initiative dan
lain sebagainya.
Semua inisiatif ini masih terus bergerak, dan bentuk Cloud Computing pun
masih terus mencari bentuk terbaiknya, baik dari sisi praktis maupun dari sisi
akademis. Bahkan dari sisi akademis, jurnal-jurnal yang membahas tentang ini
hal ini baru bermunculan di tiga tahun belakangan.
Akhirnya seperti yang kita saksikan sekarang, seluruh nama-nama besar
terlibat dalam pertarungan menguasai awan ini. Bahkan pabrikan Dell, pernah
mencoba mempatenkan istilah "Cloud Computing", namun ditolak oleh otoritas
paten Amerika.
Walaupun di luaran perebutan kapling awan ini begitu ingar-bingar, tidak
demikian dengan di tanah air Indonesia tercinta ini. Pemain yang benar-benar
mencoba masuk di area ini masih sangat sedikit, bahkan jumlahnya bisa
dibilang belum sebanyak jari sebelah tangan.
Salah satu yang cukup serius bermain di area ini adalah PT Telkom, yang
setidaknya saat ini sudah menawarkan dua layanan aplikasi berbasis Software as
a Service. Salah satunya melalui anak usahanya, Sigma Cipta Caraka, yang
menawarkan layanan aplikasi core banking bagi bank kecil-menengah.
Kemudian bekerjasama dengan IBM Indonesia dan mitra bisnisnya, PT
Codephile, Telkom menawarkan layanan e-Office on Demand untuk kebutuhan
kolaborasi/korespondensi di dalam suatu perusahaan atau organisasi.
Sepinya sambutan dunia teknologi informasi dalam negeri terhadap Cloud
Computing ini, mungkin disebabkan beberapa faktor, di antaranya:
1.Penetrasi infrastruktur internet yang bisa dibilang masih terbatas.
2.Tingkat kematangan pengguna internet, yang masih menjadikan media
internet utamanya sebagai media hiburan atau sosialisasi.
3.Tingginya investasi yang dibutuhkan menyediakan layanan cloud ini, karena
harus merupakan kombinasi antara infrastruktur jaringan, hardware dan
software sekaligus.
Namun demikian, sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-5 di
dunia--yang berarti juga pasar terbesar ke-5 di dunia--para pelaku teknologi
informasi dalam negeri harus sesegera mungkin mempersiapkan diri dalam arti
mulai mengembangkan layanan-layanan yang siap di-cloud-kan.
Sehingga saat gelombang besar Cloud Computing ini sampai di sini, tidak
hanya pemain asing besar saja yang akan menangguk keuntungan. Tentu saja
peran pemerintah sebagai fasilitator dan regulator sangat diperlukan di sini,
karena sekali lagi: Everybody wants to be in the Cloud!
Cloud Berbasis Linux dan FOSS (Free And Open Source)
Salah satu sistem cloud yang paling di gandrungi adalah yang berbasis
open source. Dikarenakan harga yang cukup terjangkau kita bisa membuat
server private. Banyak sekali contoh FOSS di sistem cloud, yaitu:
1. Ubuntu Enterprise Cloud (UEC)
2. eyeOS
3. Proxmox
4. OpenStack
5. OpenNebula
6. Eucalyptus
Dari banyak jenis FOSS di atas mempemudah kita memilih mana FOSS
yang menurut kita lebih bagus untuk di pakai dari segala aspek. Yang paling di
utamakan adalah faktor kenyamanan interface dan kemudahan untuk
menyetting atau membuat sistem cloud itu sendiri.
Keamanan Data
Keamanan data merupakan faktor terpenting dalam pembuatan sistem
cloud. Ketika kita menggenggam data itu sendiri terkadang data bisa bocor ke
tangan orang lain. Apa lagi data yang istilahnya “di simpan di tempat lain”.
Kemanan data tidak hanya mencakup kerahasiaan itu sendiri. Tetapi juga
mencakup dari ketersediaan dan bencana.
1. Kerahasiaan
Kerahasiaan data dari sistem cloud merupakan faktor pertama yang harus
di perhatikan. Mengapa demikian, secara logika tidak mungkin kita ingin repot-
repot membuat sistem cloud yang cukup rumit untuk intranet atau internet yang
artinya kita menyewa dari perusahaan cloud hanya untuk data yang sepele.
Terlalu banyak buang materi dan waktu.
Menurut Doddy Dewanto, IT Manager Primaasset Karunia Sinergi
"Mobile cloud menjadi salah satu mesin pendapatan bagi pelaku usaha, namun
ada ancaman besar yaitu masalah keamanan jaringan,".
Menurut Doddy, trafik data di Indonesia kian tinggi seiring makin
banyaknya pengguna internet. "Namun, ada bahaya yang mengancam,
Indonesia berada di posisi nomor dua yang diserang Distributed Denial of
Service (DDoS)," katanya.
Yang dimaksud DdoS adalah penyerangan suatu sistem dimana sistem
yang di serang tidak mengetahui bahwa sedang di serang dan menganggap
bahwa itu adalah trafik normal.
Faktor-faktor Kemanan jaringan informasi pada cloud computing
(komunikasinya) :
1. Struktur
2. Metode transmisi
3. Transport formats
4. Perhitungan keamanan yang mendukung : integrity, availability, dan
authentication (untuk private dan public jaringan komunikasi).
Diketahui juga komunikasi pada cloud computing dikatakan aman jika
telah memastikan beberapa hal yaitu :
1. Confidentiality
Kepastian bahwa hanya orang/bagian yang berhak atau yang seharusnya,
yang boleh mengakses data dan menerima data. Beberapa hal yang menjadi
bagian dari kebutuhan telekomunikasi dalam menjamin confidentiality :
Network security protocols
Network authentication services
Data encription services
1. Integrity
Kepastian bahwa data tidak berubah karena suatu yang tidak
direncanakan atau tidak diinginkan. Integrity berarti menjamin pesan telah
terkirim dan diterima. Dan pesan tersebut tidak berubah. Beberapa bagian
dari integrity yaitu :
Firewall servicess
Communications Security Management
Intrusion detection services
1. Availability
Kepastian bahwa data atau informasi pada jaringan dapat diakses di
waktu dan dimana data/informasi itu dibutuhkan. User yang terotorisasi
dapat diijinkan mengakses jaringan atau sistem saat mereka membutuhkan.
Beberapa bagian yang harus diperhatikan untuk menjamin availability yaitu :
Fault tolerance untuk availability data, seperti backups, redundant
disk system
Acceptable logins and operating process performances
Reliable and interoperable security processes and network security
mechanisms
2. Ketersediaan
Ketersediaan sistem cloud juga mempengaruhi dalam hal keamanan data.
Ketersediaan yang dimaksud disini adalah dalam hal ketersediaan bandwith
dalam mengakses serta ketersediaannya space yang cukup dalam sistem cloud
yang di kembangkan oleh perusahaan cloud itu sendiri.
Ketersediaan dalam bandwith adalah ketika kita ingin mengakses data
yang akan kita ambil atau simpan apakah berjalan lambat atau kencang.
Pikirkan apabila kita ingin mengakses data yang besar sebuah perusahaan dan
itu sangat rahasia. Akan memakan waktu yang lama dan sangat tidak efisien
dalam menjalankan sistem perusahaan tersebut.
Banyak sistem cloud yang ditawarkan peusahaan-perusahaan ke
Indonesia. Tetapi server cloud mereka tidak ada di Indonesia melainkan di
negara yang mereka percayakan untuk di bangun server cloud atau bahkan
negara yang menjadi asal perusahaan mereka sendiri.
Dengan jarak yang seperti ini maka anda bisa bayangkan apabila
ketersediaan bandwith untuk mengaksesnya kecil maka akan sangat lama sekali.
Dengan kadaan jarak sejauh itu juga nantinya harus dipikirkan tentang
gangguan bandwith ketika terjadi gaangguan dalam hal komunikasi (unduh dan
unggah) data.
Ketersediaan dalam hal space ini juga termasuk penting. Sebuah
perusahaan cloud harus memikirkan faktor berapa besar data yang dapat di
tampung oleh server cloud kembangannya artinya dia juga harus memikirkan
apakah perusahaan itu mampu memantau keamanan data dan mengurusi semua
maintenance dalam server cloud kembangannya.
Pemantauan keamanan data dalam server cloud itu berkaitan dengan
kerahasiaan datanya. Artinya pihak perusahaan cloud harus membuatkan
firewall yang cukup kuat serta pegawai IT yang memang berkompeten dalam
bidang kemanan data.
Kalau sudah menyangkut pembuatan sistem firewall dan pegawai yang
mengurusi pemantauan sistem cloud maka perusahaan akan membutuhkan
biaya. Nah itu juga yang harus jadi pertimbangkan oleh perusahaan.
Perusahaan cloud harus bisa memenuhi pembiayaan internal mereka
dengan membebankan dalam pendapatan perusahaan. Artinya pendapatan
dalam penyewaan sistem cloud mereka oleh perusahaan-perusahaan atau
pribadi.
Tetapi perusahaan juga harus memikirkan segi ekonomis bagi
perusahaan-perusahaan penyewa cloud mereka. Di Indoensia sudah mulai
banyak perusahaan cloud yang menawarkan sistem cloud mereka dengan harga
beragam.
Menurut dari azas ekonomi kita harus memberi modal sekecil-kecilnya
dan mendapatkan untung sebesar-besarnya. Ini juga harus menjadi
pertimbangan perusahaan cloud agar sistem mereka menjadi laku di pasaran
Indonesia ini.
3. Disaster
Disaster (bencana) didefinisikan sebagai kejadian yang waktu terjadinya
tidak dapat diprediksi dan bersifat sangat merusak. Pengertian ini
mengidentifikasikan sebuah kejadian yang tiba-tiba, tidak diharapkan, bersifat
sangat merusak, dan kurang perencanaan. Bencana terjadi dengan frekuensi
yang tidak menentu dan akibat yang ditimbulkannya meningkat bagi mereka
yang tidak mempersiapkan diri terhadap kemungkinan-kemungkinan timbulnya
bencana. Berbagai bencana yang mungkin terjadi antara lain adalah:
1. Bencana alam disebabkan oleh kondisi geografis dan geologis dari lokasi.
2. Kebakaran disebabkan oleh faktor lingkungan dan pengaturan sistem
elektrik yang dapat menyebabkan korsleting.
3. Kerusakan pada jaringan listrik disebabkan oleh sistem elektrik.
4. Serangan teroris disebabkan oleh lemahnya keamanan fisik dan non fisik
data center.
5. Sistem atau perangkat yang rusak terkait dengan kesalahan manajemen
pengawasan perangkat.
6. Kesalahan operasional akibat ulah manusia.
7. Virus misalkan disebabkan oleh kesalahan pemilihan anti virus yang
digunakan.
Namun sebagai server cloud computing kita harus membuat sebuah
perencanaan untuk menghindari bencana tersebut, antara lain:
Catu Daya
Membuat catu daya redundan. Maksudnya kita membuat sumber
daya listrik dimana ketika mati listrik kita masih mempunyai sumber daya
cadangan untuk beberapa saat sampai listrik nyala kembali atau di
teruskan ke mesin genset. Catu daya juga termasuk dalam dalam
kestabilan daya listrik ke server cloud. Ketika listrik tidak stabil masuk ke
dalam sebuah elektronik maka dapat di pastikan elektronik itu tidak akan
mempunyai umur yang cukup lama.
Sistem Pencegahan Kebakaran
Pemadam Kebakaran (Fire Suppression Systems) – berguna untuk
mencegah kebakaran, dengan menggunakan kombinasi bahan kimia
kering atau basah. Sistem anti kebakaran seperti ini juga dilengkapi
dengan sensor panas, perkabelan, atau deteksi manual lainnya.
Kemanan Fisik Server
Keamanan fisik berarti berhubungan dengan tempat server dan
client di tempatkan yaitu, di rack. Rak digunakan untuk menempatkan
server-server dengan rapi. Rack yang bagus memiliki desain yang netral
(tidak tergantung pada vendor tertentu), memiliki rails (rel) supaya server
atau perangkat bisa mudah ditarik keluar masuk seperti laci lemari. Rack
harus mampu mengalirkan udara dari bawah lantai ke atas (ke arah
perangkat). Rack harus cukup kuat untuk menahan beban server dan
perangkat yang berat. Untuk kawasan yang rawan getaran (seperti dekat
rel kereta api atau sering gempa), rack juga harus memiliki suspensi
khusus, sehingga getaran gempa/kereta api tidak merambat ke perangkat
di dalam rack.
Setelah pencegahan di optimalkan maka tetap saja bencana bisa
menghancurkan sistem cloud yang kita buat maka dari itu perusahaan yang
mengembangkan sistem cloud haruslah berfikir untuk memulihkan data setelah
terkena bencana yang disebut Disaster Recovery.
Disaster Recovery menurut terjemahan aslinya mengandung arti
pemulihan bencana. Satu hal yang menjadi sangat krusial dalam Pemulihan
Bencana adalah data dan informasi, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya
sangat penting untuk menjaga kekonsistenan dari data dan informasi bagi
perusahaan. Kebutuhan ini dapat diakodomasi dengan menggunakan teknologi
replikasi data. Replikasi data adalah sebuah proses yang mengkopi isi data ke
suatu lokasi remote baik yang berlangsung secara kontinu ataupun pada interval
tertentu. Replikasi data akan menyediakan hasil kopi data yang lengkap untuk
tujuan Pemulihan Bencana. Lokasi remote biasanya merupakan secondary data
center.
Teknologi replikasi data memiliki fungsi yang rumit karena secara cerdas
mengkopi data ke lokasi yang remote, setelah data yang lengkap sudah
direplikasi ke target yang dimaksud maka hanya data yang berubah yang akan
direplikasi selanjutnya, sehingga akan menghemat kebutuhan bandwith. Data
kopian inisial yang ada di penyimpanan remote biasa disebut
sebagai seeding (penanaman benih). Setelah data di-"seeding", fungsi replikasi
berikutnya dapat berjalan pada dua mode yaitu:
Mode Replikasi Synchronous
Mode replikasi sinkron memungkinkan pertukaran data secara real-
time sehingga kesinkronan suatu data akan terjaga, dimana saat ada transaksi
operasional yang sedang menulis sesuatu ke disk sumber, maka saat yang
bersamaan penulisan juga dilakukan terhadap disk target yang ada di lokasi
remote. Keseluruhan proses penulisan pada disk sumber dan disk target harus
selesai terlebih dahulu sebelum beranjak ke transaksi operasional selanjutnya
dan diberi acknowledge untuk keduanya jika telah selesai. Pada mode replikasi
ini, kebutuhan akan performansi sistem yang tinggi harus dipertimbangkan.
Selain itu jarak antara disk sumber dan disk target juga menjadi prasyarat
utama, bahwa pihak yang terlibat dalam mode replikasi ini harus berjarak <
100km antara keduanya. Keuntungan dari mode replikasi ini adalah
menyediakan recovery yang konsisten dan lengkap untuk semua jangka waktu.
Mode Replikasi Asynchronous
Mode replikasi asinkron memungkinkan pertukaran data
secara buffering dalam artian bahwa data akan diletakkan dalam sebuah
'penampung sementara terlebih dahulu, kemudian pada jangka waktu tertentu
akan direplikasi ke disk target. Data yang direplikasi ke disk target tidak
membutuhkan acknowledgement agar penulisan transaksi operasional pada disk
sumber dapat berlangsung kembali. Sehingga mode replikasi ini tidak
menjamin kesinkronan suatu data pada dua pihak yang terlibat karena jika suatu
saat terjadi crash pada salah satu pihak dan data belum sempat direplikasi maka
data yang terdapat pada kedua pihak tidak bisa dikatakan sebagai sebuah data
yang sinkron. Walaupun hal ini dapat meningkatkan performansi sistem, namun
lebih memiliki banyak risiko. Jika hal ini terjadi maka recovery yang cukup
rumit dilakukan (namun tidak menjamin data hasil recovery adalah data yang
benar dan konsisten karena ada kemungkinan hilangnya beberapa data).
Keuntungan dari mode replikasi ini adalah efektivitas biaya.
Selain itu, berdasarkan tempat dimana proses replikasi berjalan, dapat
ditentukan tipe replikasi yang cocok untuk kebutuhan bisnis perusahaan, yaitu:
Database to Database
Proses replikasi berlangsung pada server basis data. Satu server
basis data akan bertindak sebagai master dan kemudian ada beberapa
server basis data sebagaislave yang menyimpan kopi dari basis data
tersebut. Ketika terjadi proses penulisan pada basis data maka akan
terjadi penulisan tersebut akan segera dikirim ke basis data master yang
kemudian akan direplikasi oleh server basis data yang bersifat slave.
Ketika dilakukan proses pembacaan pada basis data, maka dapat
dilakukan terhadap semua server basis data yang tersedia, hal ini tentu
saja akan meningkatkan performansi sistem basis data terkait
dengan load sharing. Keunggulan lain dari replikasi basis data adalah
tingkat availabilitas yang tinggi, karena ketika terjadi crash terhadap
server master basis data, server slave basis data dapat mengambil alih
pekerjaan server master.
Host to Host
Disebut juga sebagai replikasi yang processor-based. Proses
replikasi berjalan pada sistem sumber dan target. Oleh karenanya, sangat
mungkin terjadi perselisihan antara sistem sumber dan target saat
berlangsung proses replikasi. Hal ini terjadi karena agen yang berjalan
pada masing-masing sistem dalam menjalankan prosestracking perubahan
data dan replikasi data, jalur yang dilakukan adalah melalui koneksi IP.
Replikasi data mode ini berjalan pada level aplikasi atau level OS. Host-
to-host merupakan mode replikasi yang paling umum diimplementasikan
karena merupakan solusi software. Replikasi host-to-host memanfaatkan
sumber daya pada server sumber dan target yang akan berdampak pada
performansi, kemudian mensyaratkan bahwa sistem yang berada di lokasi
remote harus selalu dalam keadaan up sepanjang waktu. Keuntungan
yang signifikan dari mode replikasi ini adalah storage agnostic, yang
berarti bahwa dapat dilakukan pen-deployan tanpa memperhatikan
tipe storage yang digunakan (internal, eksternal, SAN atau NAS).
Disk to Disk
Replikasi mode disk-to-disk berjalan pada perangkat eksternal
storage seperti SAN atau NAS. Mode replikasi ini secara normal
diimplementasikan pada vendor-vendordisk array seperti EMC, Hitachi,
IBM, HP dan lainnya. Setiap vendor akan menyediakan
aplikasi software yang cocok dengan array storage masing-masing
vendor.Kebanyakan disk array menggunakan koneksi fibre channel,
sehingga router storage diperlukan untuk meningkatkan kemampuan
koneksi melalui link WAN. Replikasi disk-to-disk memanfaatkan sumber
daya dari perangkat eksternal storage dan bersifat transparan ke host.
Karena proses replikasi berjalan pada perangkatstorage, maka host yang
menjadi target tujuan tidak diperlukan lagi.