KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

92
KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM PERSPEKTIF KOMPILASI HUKUM ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas - tugas dan memenuhi syarat syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum Oleh: Rifqi Fadillah 140200321 DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2 0 1 8

Transcript of KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

Page 1: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM

PERSPEKTIF KOMPILASI HUKUM ISLAM

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas - tugas dan

memenuhi syarat – syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Hukum

Oleh:

Rifqi Fadillah

140200321

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2 0 1 8

Page 2: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …
Page 3: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

ABSTRAK

KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM

PERSPEKTIF KOMPILASI HUKUM ISLAM

Rifqi Fadillah*)

Rosnidar Sembiring**)

Syaiful Azam***)

Pernikahan bagi umat manusia adalah sesuatu yang sangat sakral dan mempunyai tujuan yang sangat sakral pula, dan tidak terlepas dari ketentuanketentuan yang ditetapkan syariat agama. Adapun permasalahan dalam penelitian ini bentuk pengaturan ijab kabul melalui whatsapp. Keabsahan Pernikahan Secara Online Menurut Undang-Undang No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Keabsahan pernikahan secara online menurut hukum Islam Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, Sifat penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan studi kepustakaan (library research dan Penelitian lapangan (field research), dengan metode kualitatif.

Bentuk pengaturan ijab kabul melalui whatsapp, yaitu ijab kabul dilakukan dalam satu majelis pada syarat pertama, adalah ijab dan kabul terjadi dalam satu waktu. Suatu akad ijab dan kabul dinamakan satu majelis jika setelah pihak wali selesai mengucapkan ijab, calon suami segera mengucapkan kabul. Ijab kabul tidak boleh ada jeda waktu yang lama, karena jika ada jeda waktu lama antara ijab dan kabul, kabul tidak dianggap sebagai jawaban terhadap ijab. Ukuran jeda waktu yang lama, yaitu jeda yang mengindikasikan calon suami menolak untuk menyatakan kabul, antara ijab dan kabul tidak boleh diselingi dengan perkataan yang tidak terkait dengan nikah sekalipun sedikit, juga sekalipun tidak berpisah dari tempat akad, kemudian semua aspek perkawinan terpenuhi antara lain rukun,syarat sah, syarat-syarat perkawinan, tidak terdapat unsur rekayasa atau tipu daya. Keabsahan pernikahan secara online menurut Undang-Undang No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan, hukum positif Indonesia tidak ada hukum yang mengatur secara formal, mengenai pernikahan melalui telepon atau online. Keabsahan pernikahan secara online menurut hukum Islam. Praktek ijab kabul secara online dapat dianggap sah jika satu majelis dalam prosesi akad hanya menyangkut kesinambungan waktu antara pengucapan ijab kabul, pendapat ini dikemukakan oleh madzhab Hanafi, namun apabila satu majelis menyangkut kesinambungan waktu dan diharuskan untuk bersatu majelis atau dalam satu tempat para pihak yang melakukan akad dalam hal ini kedua calon mempelai dan juga wali dari calon mempelai perempuan, kalau menganut hal ini maka pernikahan melalui telepon atau online tidak bisa diterima keabsahannya, karena sudah jelas bahwasannya proses ijab kabul kedua mempelai tidak dalam satu tempat, pendapat ini dikemukakan oleh imam Syafi‟i. dan apabola semua rukun dan syarat terpenuhi, ijab kabul melalui whatsaap, maka hal tersebut dibolehkan. Kata Kunci : Keabsahan Ijab Kabul, Kompilasi Hukum Islam, Whatsaap

*) Rifqi Fadillah Mahasiswa Fakultas Hukum USU **) Dosen Pembimbing I

***) Dosen Pembimbing II

Page 4: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmad dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara Medan. Adapun judul dari skripsi ini adalah

KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM

PERSPEKTIF KOMPILASI HUKUM ISLAM. Untuk penulisan skripsi ini

penulis berusaha agar hasil penulisan skripsi ini mendekati kesempurnaan yang

diharapkan, tetapi walaupun demikian penulisan ini belumlah dapat dicapai

dengan maksimal, karena ilmu pengetahuan penulis masih terbatas. Oleh karena

itu, segala saran dan kritik akan penulis terima dari semua pihak dalam rangka

penyempurnaan penulisan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari

berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan

terima kasih kapada :

1. Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H, MHum selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. OK. Saidin, S.H, MHum, selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, SH, M.Hum selaku Wakil Dekan II Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

Page 5: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Rosnidar Sembiring, SH., M.Hum, selaku Ketua Departemen

Keperdataan sekaligus Dosen Pembimbing I, yang telah meluangkan

waktunya untuk memberikan petunjuk dan bimbingan pada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Syaiful Azam, S.H., M.Hum selaku Dosen Pembimbing II, yang

telah meluangkan waktunya untuk memberikan petunjuk dan bimbingan

pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh staf dan pengajar Fakultas Hukum USU yang dengan penuh

dedikasi menuntun dan membimbing penulis selama mengikuti

perkuliahan sampai dengan menyelesaikan skripsi ini.

9. Terima kasih kepada teman special Nurul Annisa Siregar, SE yang

senantiasa membantu, mendukung, dan selalu menemani saya dalam

mengerjakan skripsi ini.

10. Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan Muhammad Andra SM,

Alfahresi Abdullah, M. Agung Azmi dan yang lainnya yang tidak bisa

disebutkan namanya satu persatu yang turut serta membantu dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis Drs.

H. Junaidi Muslim, M.si dan Hj. Farida Lubis yang telah banyak

memberikan dukungan moril, materil, dan kasih sayang mereka yang

tidak pernah putus sampai sekarang dan selamanya.

Page 6: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga apa yang telah kita

lakukan mendapatkan Balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis memohon

maaf kepada Bapak atau Ibu dosen pembimbing, dan dosen penguji atas sikap dan

kata yang tidak berkenan selama penulisan skripsi ini.

Medan, April 2018

Penulis,

Rifqi Fadillah

140200321

Page 7: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Permasalahan ............................................................................ 5

C. Tujuan Penulisan ...................................................................... 6

D. Manfaat Penulisan .................................................................... 6

E. Keaslian Penulisan .................................................................... 7

F. Metode Penelitian ...................................................................... 8

G. Sistematika Penulisan ................................................................ 11

BAB II TINJAUAN UMUM PERKAWINAN MENURUT

KOMPILASI HUKUM ISLAM

A. Pengertian dan Tujuan Perkawinan ........................................... 13

B. Rukun dan Syarat Perkawinan ................................................... 18

C. Syarat Sah Perkawinan .............................................................. 36

D. Pencatatan Perkawinan .............................................................. 42

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG IJAB KABUL DAN

PERKEMBANGAN HUKUM PERKAWINAN

A. Pengertian Ijab Kabul ................................................................ 51

Page 8: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

B. Rukun dan Syarat Ijab Kabul ..................................................... 53

C. Perkembangan Hukum Perkawinan ........................................... 55

BAB IV KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP

DALAM PERSPEKTIF KOMPILASI HUKUM ISLAM

1. Bentuk Pengaturan Ijab Kabul Melalui Whatsapp ..................... 61

2. Keabsahan Pernikahan Secara Online Menurut

Undang-Undang No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan ............. 65

3. Keabsahan Pernikahan Secara Online Menurut Hukum Islam... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................ 75

B. Saran ......................................................................................... 76

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 79

LAMPIRAN

Page 9: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pernikahan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua

makhluk-Nya, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan.1 Semua

makhluk tersebut terdiri dari dua jenis yang berpasang-pasangan. Bagi alam nabati

dan hewani, ada jenis jantan dan betina dan pada alam insani, ada jenis pria dan

wanitanya. Adapun hikmah agar diciptakan oleh Tuhan segala jenis alam atau

makhluk itu berpasang-pasangan yang berlainan bentuk dan sifat, agar masing-

masing jenis saling butuh membutuhkan, saling memerlukan, sehingga dapat hidup

berkembang selanjutnya.2

Pernikahan bagi umat manusia adalah sesuatu yang sangat sakral dan

mempunyai tujuan yang sangat sakral pula, dan tidak terlepas dari

ketentuanketentuan yang ditetapkan syariat agama. Orang yang melangsungkan

sebuah pernikahan bukan semata-mata untuk memuaskan nafsu birahi yang

bertengger dalam tubuh dan jiwanya, melainkan untuk meraih ketenangan,

ketentraman dan sikap saling mengayomi di antara suami istri dengan dilandasi

kasih sayang yang mendalam. Di samping itu, untuk menjalin tali persaudaraan di

antara keluarga dari pihak suami dan pihak istri dengan berlandaskan pada etika

dan estetika yang bernuansa ukhuwah, basyariyah dan islamiyah.3

1 Sohari Sahrani, Fikih Munakahat, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2010 , hal 10

2 Amir Taat Nasution, Rahasia Perkawinan Dalam Islam, Jakarta, Pedoman Ilmu Jaya,

1994, hal 1. 3 Mohammad Asmawi, Nikah, Yogyakarta, Darussalam, 2004, hal 17

Page 10: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan (selanjutnya

disebut Undang-Undang Perkawinan) tidak mengatur tentang akad perkawinan

bahkan tidak membicarakan akad sama sekali. Mungkin Undang-Undang

Perkawinan menempatkan akad perkawinan itu sebagaimana perjanjian atau

kontrak biasa dalam tindakan perdata. Penempatan seperti ini sejalan dengan

pandangan ulama Hanafiyah yang menganggap akad nikah itu tidak memerlukan

wali selama yang bertindak telah dewasa dan memenuhi syarat, namun dalam

Kompilasi Hukum Islam (selanjutnya disebut KHI) secara jelas mengatur akad

perkawinan dalam Pasal 27, Pasal 28, dan Pasal 29 yang keseluruhannya

mengikuti apa yang terdapat dalam fiqh.4

Pelaksanaan ijab kabul haruslah menggunakan kata-kata yang dapat

dipahami oleh masing-masing pihak yang melakukan akad nikah untuk

menyatakan kemauan yang timbul dari kedua belah pihak untuk menikah, dan

tidak boleh menggunakan kata-kata yang samar atau kabur. Ibnu Taimiyah

berpendapat bahwa ijab kabul boleh menggunakan bahasa, kata-kata, atau

perbuatan apa saja yang oleh masyarakat umumnya dianggap sudah menyatakan

terjadinya pernikahan.5

Masyarakat Indonesia sebagian besar beragama yang beragama Islam.

Tata cara peribadatan Islam berpedoman pada berbagai sumber yang dikenal

dengan madzhab yang berbeda, namun yang banyak dipahami dan banyak

pengikutnya dari berbagai belahan dunia yaitu ada empat madzhab, yaitu

4Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta, Prenada Media, 2006,

hal. 63 5 Ibid

Page 11: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

1. Madzhab Hanafi, merupakan madzhab pengikut-pengikut imam abu hanifah

(70 H- 150 H)

2. Madzhab Maliki, merupakan madzhab pengikut-pengikut Imam Maliki ibn

Anas (93 H- 179 H)

3. Madzhab Syafi‟i, merupakan mazhab pengikut-pengikut Imam Mohammad

Idris Al Syafi‟e (150 H-204 H)

4. Mazhab Hambali, merupakan madzhab pengikut-pengikut Imam Ahmad ibn

Hambal (164 H-241 H).6

Heboh video pernikahan online, ijab kabul via ponsel Kamis 12 Mei

2016 pasangan X dan Y ini menjadi buah bibir di dunia maya usai

melangsungkan pernikahan yang terbilang tak lazim. Memanfaatkan kecanggihan

teknologi, pasangan ini melaksanakan ijab kabul via online. Lazimnya prosesi

ijab kabul yang sakral dilakukan secara langsung dengan tatap muka antara calon

pasangan pengantin, penghulu, saksi-saksi dan wali nikah.7

Contoh kasus lain karena jarak memisahkan, Rita Sri Mutiara Dewi (50

tahun) dan Wiriadi Sutrisno (52 tahun) melangsungkan pernikahan secara virtual

di internet. Rita di Bandung, sementara Wiriadi bekerja di Amerika Serikat.Bila

cinta sudah bicara, dan keinginan untuk menikah sudah tak kuasa dibendung,

ternyata jarak ribuan mil tak jadi penghalang. Pasangan Rita dan Wiriadi bisa

membuktikannya. Dengan bantuan video conference lewat jaringan Voice over

Internet Protocol (VoIP), keduanya melangsungkan pernikahan yang dinyatakan

6 Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional, Cetakan keempat

Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2014.hal. 23 7

https://news.okezone.com/read/2016/05/12/337/1386637/heboh-video-pernikahan-

online-ijab-kabul-via-ponsel, diakses tanggal 11 April 2018.

Page 12: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

sah oleh penghulu. Rita yang berprofesi sebagai guru di Malaysia, sengaja

kembali ke kampung halamannya di Bandung, untuk melangsungkan

pernikahannya demi disaksikan keluarga dan penghulu, sedangkan Wiriadi yang

asli Sumatera Utara, berprofesi sebagai Fisioterapis yang bekerja di salah satu

rumah sakit di California, Amerika Serikat. Saat menikah, Wiriadi tetap berada di

tempatnya bekerja, dan hanya disaksikan satu rekannya. Pernikahan tersebut

berlangsung Rabu 11 Desember 2006. Keduanya belum pernah bertemu secara

fisik. Pertemuan mereka pun diawali dengan berkenalan di salah satu chatroom. 8

Berlanjut dengan pertukaran foto, hingga ngobrol-ngobrol di telepon.

Cinta pun bersemi dan pada akhirnya, Wiriadi melamar Rita tanggal 3 November

2005, juga melalui internet. Karena tidak bisa meninggalkan pekerjaannya,

Wiriadi pun menikahi Rita lewat internet."Walau harus melakukannya melalui

internet, kita berdua sangat bahagia dengan pernikahan ini. Ini adalah pernikahan

kedua bagi masing-masing mempelai. Meski virtual, pernikahan ini dinyatakan

sah oleh penghulu, karena sudah memenuhi syarat yaitu mempelai pria sudah

melihat wajah mempelai wanita.Pernikahan tersebut tak bisa lepas dari bantuan

seorang teknisi dari PT Telkom Bandung, yang menyiapkan keperluan teknis

untuk pernikahan virtual itu. Demikian seperti dikutip detikinet dari Associated

Press (AP).Dengan layar video dan speakerphones, keduanya bisa mengucapkan

sumpah setia (ijab kabul). Dengan memanfaatkan teknologi VoIP untuk transmisi

data dan sambungan langsung internasional untuk suara, terjadidelay selama

empat detik ketika ijab kabul diucapkan. Pernikahan tersebut berlangsung selama

8 https://inet.detik.com/cyberlife/d-518858/pasangan-indonesia-nikah-di-internet,, diakses

tanggal 11 April 2018.

Page 13: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

25 menit, dimulai 8.30 Wib dan 17.30 waktu California. Dana yang dikeluarkan

sebesar Rp 100 ribu Dalam waktu dekat, tepatnya dua minggu lagi, Rita

berencana akan berangkat ke California, dan akhirnya bertemu dengan lelaki yang

kini sudah menjadi suaminya.

Akad nikah dinyatakan sah apabila memenuhi dua rukun yaitu ijab kabul,

merupakan keridhaan dan persetujuan laki-laki dan perempuan untuk menikah.

Nikah dapat dilangsungkan dengan berbagai macam redaksi yang dapat dipahami

oleh kedua bela pihak yang melakukan. Intinya, ucapan yang disampaikan

menunjukkan keinginan untuk melangsungkan pernikahan, dan ucapan itu

dipahami oleh kedua orang saksi. Misalnya, untuk menerima pernikahan itu calon

suami berkata saya setuju atau saya menerimannya atau saya meridhainya”. Lafaz

ijab, wali nikah boleh mengatakan “saya nikahkan engkau‟, atau “saya kawinkan

engkau”.9 Islam berkata, akad nikah dianggap sah dengan bahasa, ucapan, dan

perbuatan apa saja yang dianggap sah oleh orang banyak.10

Berdasarkan uraian yang telah diuraikan di atas, maka dilakukan penelitian

dengan judul Keabsahan Ijab Kabul Melalui Whatsapp Dalam Perspektif

Kompilasi Hukum Islam.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

4. Bagaimana bentuk pengaturan ijab kabul melalui whatsapp?

9 Mufliha Burhanuddin. Akad Nikah Melalui Video Call Dalam Tinjauan Undangundang

Perkawinan dan Hukum Islam Di Indonesia, Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Uin Alauddin

Makassar 2017, hal 4 10

Ibid.

Page 14: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

5. Bagaimana keabsahan pernikahan secara online menurut Undang-Undang

No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan?

6. Bagaimana keabsahan pernikahan secara online menurut hukum Islam?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai, yaitu

1. Untuk mengetahui bentuk pengaturan ijab kabul melalui whatsapp

2. Untuk mengetahui keabsahan pernikahan secara online menurut Undang-

Undang No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan

3. Untuk mengetahui keabsahan pernikahan secara online menurut hukum islam.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang diharapkan penulis dari penulisan ini adalah

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dan

menambah khazanah pengetahuan hukum perdata, khususnya dalam

Keabsahan Ijab Kabul Melalui Whatsapp Dalam Perspektif Kompilasi Hukum

Islam

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian diharapkan menjadi bahan acuan bagi masyarakat terkait

dengan Keabsahan Ijab Kabul Melalui Whatsapp Dalam Perspektif Kompilasi

Hukum Islam.

Page 15: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

E. Keaslian Penulisan

Berdasarkan penelesuran di Fakultas Hukum Universitas Sumatera dan

Fakultas Hukum yang ada di Indonesia, dengan judul Keabsahan Ijab Kabul

Melalui Whatsapp Dalam Perspektif Kompilasi Hukum Islam baik secara online

dan fisik belum pernah dilakukan oleh penelitian sebelumnya, namun ada

beberapa judul penelitian terkait judul perkawinan secara online

Moh.Hasyim Asy‟ari. Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Tulungagung 2016, dengan judul penelitian Study

Komparasi Pernikahan Secara Online Dalam Prespektif Hukum Islam dan Hukum

Positif. Permasalahan dalam penelitian, antara lain :

1. Keabsahan dan akibat hukum pernikahan secara online dalam prespektif

hukum Islam

2. Keabsahan dan akibat hukum pernikahan secara online dalam perspektif

hukum positif

3. Persamaan dan perbedaan pandangan hukum Islam dan Hukum Positif

mengenai nikah online.

Mufliha Burhanuddin. Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin

Makassar (2017), dengan judul penelitian Akad nikah melalui video call dalam

tinjauan undang-undang Perkawinan Dan Hukum Islam Di Indonesia. Adapun

permasalahan dalam penelitian ini:

1. Proses akad nikah melalui video call

2. Faktor-faktor yang menjadi alasan dilakukan akad nikah melalui video call

Page 16: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

Yosua Perdinan B. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan

(2016), dengan judul penelitian Perlindungan Hukum Terhadap Status Anak Yang

Lahir Dari Perkawinan Siri Online Berdasarkan Undang-Undang No. 23 tahun

2002 Tentang Perlindungan Anak. Adapun permsalahan dalam penelitian ini :

1. Pengaturan mengenai perkawinan siri online menurut hukum positif

2. Status hukum anak yang lahir dari perkawinan siri online berdasarkan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Perlindungan Anak

3. Perlindungan hukum negara terhadap anak yang lahir dari perkawinan siri

online.

Pada penelitian ini mengkaji dan mengambil perumusan masalah bentuk

pengaturan ijab kabul melalui whatsapp. Keabsahan pernikahan secara online

menurut Undang-Undang No.1 tahun 1974 tentang Perkawinan dan Keabsahan

pernikahan secara online menurut hukum Islam. Dengan demikian, jika dilihat

kepada permasalahan yang ada dalam penelitian ini, maka dapat dikatakan bahwa

penelitian ini merupakan karya ilmiah yang asli, dan dapat dipertanggung

jawabkan secara ilmiah maupun akademi.

F. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yuridis normatif yang disebut juga

sebagai penelitian doktrinal (doctrinal research) yaitu suatu penelitian yang

menganalisis hukum baik yang tertulis di dalam buku (law as it is written in the

book), maupun hukum yang diputuskan oleh hakim melalui proses pengadilan

Page 17: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

(law it is decided by the judge through judicial process).11

Penelitian hukum

normatif dalam penelitian ini didasarkan data sekunder dan menekankan pada

langkah-langkah spekulatif-teoritis dan analisis normatif-kualitatif.12

2. Spesifikasi penelitian

Berdasarkan dengan identifikasi masalah dan tujuan penelitian, maka sifat

penelitian yang sesuai adalah deskriptif. Ilmu hukum mempunyai karakteristik

sebagai ilmu yang bersifat deskriptif dan terapan. Sebagai ilmu yang bersifat

deskriptif, ilmu hukum mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas

aturan hukum, konsep-konsep hukum dan norma-norma hukum.13

3. Sumber data

a. Penelitian kepustakaan (library research). Penelitian kepustakaan adalah

penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan cara

mengumpulkan literatur yang kemudian diambil hal-hal yang penting guna

membahas dan memperjelas permasalahan yang diteliti. Adapun data

sekunder terdiri dari:

1) Bahan hukum primer, berupa Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

tentang Perkawinan. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1

Tahun 1991, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta,

Departemen Agama Republik Indonesia, 1998. Peraturan Pemerintah

11

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Bandung, Citra

Aditya Bakti, 2006, hal. 118. 12

J. Supranto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, Jakarta, RajaGrafindo Persada,

2003, hal. 3. 13

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta, Kencana Prenada Media, 2008,

hal. 22.

Page 18: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.

2) Bahan hukum sekunder, mengacu pada buku-buku, jurnal, makalah

dan artikel yang berisi tentang teori-teori dan pandangan hukum terkait

keabsahan ijab kabul melalui whatsapp dalam persepktif kompilasi

hukum islam.

3) Bahan tersier, yang berasal dari makalah-makalah, internet, surat kabar

dan yang sejenisnya seperti surat keputusan dari dinas atau departemen

terkait, serta segala informasi yang dapat mendukung bahan hukum

primer dan tersier sehingga masalah tersebut dapat dipahami secara

komprehensif

b. Penelitian lapangan (field research)

Penelitian lapangan merupakan studi dengan mengadakan penelitian

langsung yang dilakukan untuk memperoleh data primer berupa fakta yang

berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Penelitian lapangan

ini akan dilakukan di berbagai tempat dan instansi yang sekiranya

berhubungan dengan objek penelitian sehingga berbagai data yang sudah

ada dapat dianalisis fakta yang terjadi, apakah sudah sesuai antara apa

yang seharusnya dengan apa yang terjadi (antara das sollen dengan das

sein).

4. Alat Pengumpul data

Sarana yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah menggunakan

metode kuesioner kepada M. Amar Adly Komisaris MUI Kota Medan. MS.

Page 19: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

Albani Sekretaris MUI Kota Medan dan Hasan Matsum Wakil Ketua MUI Kota

Medan. Tujuannya untuk mengumpulkan informasi mengenai permasalahan. Data

yang telah terkumpul melalui kegiatan pengumpulan data ini, kemudian dianalisis

untuk dapat ditarik kesimpulan bagi tujuan penelitian.

5. Analisis data

Sesuai dengan metode pendekatan yang digunakan, maka data yang

diperoleh untuk penulisan hukum selanjutnya akan dianalisis dengan

menggunakan analisis yuridis kualitatif, dalam arti bahwa dalam melakukan

analisis terhadap data yang diperoleh tidak diperlukan perhitungan statistik namun

menekankan pada penyusunan abstraksi-abstraksi berdasarkan data yang telah

terkumpul dan dikelompokkan secara bersama-sama melalui pengumpulan data

selama penelitian lapangan di lokasi penelitian.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dibuat untuk mempermudah dalam penyusunan

skripsi ini maka perlu ditentukan sistematika penulisan yang baik.Sistematika

penulisannya adalah sebagai berikut

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan awal penulisan skripsi yang berisikan latar

belakang, permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan,

keaslian penulisan dan metode penelitian serta sistematika

penulisan

Page 20: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

BAB II TINJAUAN UMUM PERKAWINAN MENURUT KOMPILASI

HUKUM ISLAM

Bab ini berisikan pengertian dan tujuan perkawinan, rukun dan

syarat perkawinan, syarat sah perkawinan dan pencatatan

perkawinan

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG IJAB KABUL DAN

PERKEMBANGAN HUKUM PERKAWINAN

Bab ini berisikan pengertian ijab kabul, rukun dan syarat ijab kabul

dan perkembangan hukum perkawinan

BAB IV KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM

PERSPEKTIF KOMPILASI HUKUM ISLAM

Bab ini merupakan hasil penelitian yang berisikan bentuk

pengaturan ijab kabul melalui whatsapp, Keabsahan Pernikahan

Secara Online Menurut Undang-Undang No.1 tahun 1974 tentang

Perkawinan dan Keabsahan Pernikahan Secara Online Menurut

Hukum Islam.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup dalam penulisan skripsi ini, dalam hal

ini penulis menyimpulkan pembahasan-pembahasan sebelumnya

dan dilengkapi dengan saran-saran.

Page 21: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

BAB II

TINJAUAN UMUM PERKAWINAN MENURUT

KOMPILASI HUKUM ISLAM

A. Pengertian dan Tujuan Perkawinan

Perkawinan berasal dari kata nikah yang menurut bahasa artinya

mengumpulkan, saling memasukan, dan digunakan untuk arti bersetubuh

(wathi).14

Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan memberikan pengertian bahwa

perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita

sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga yang

bahagia) dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.15

Pasal 2 KHI dinyatakan bahwa “Perkawinan menurut Hukum Islam

merupakan pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau miitsaaqan gholidhan

untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah”.

Selanjutnya Pasal 3 KHI menyatakan perkawinan bertujuan untuk mewujudkan

kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.

Perkawinan merupakan suatu hal yang mempunyai akibat yang luas di

dalam hubungan hukum antara suami dan isteri. Dengan perkawinan itu timbullah

suatu ikatan yang berisi hak dan kewajiban, umpamanya: kewajiban untuk

bertempat tinggal yang sama, setia pada satu sama lain, kewajiban untuk memberi

belanja rumah tangga, hak waris dan sebagainya. Suatu hal yang penting yaitu

14

Muhammad Bin Ismail Al-Kahlaniy, Subul Al-Salam, Bandung, Dahlan, 2009,, hal.

109. 15

Rosnidar Sembiring, Hukum Keluarga (Harta-harta Benda dalam Perkawinan),

Jakarta, Raja Grafindo Perada, 2016, hal 42

Page 22: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

bahwa si isteri seketika tidak bisa bertindak sendiri sebagaimana ketika ia belum

terikat perkawinan tetapi harus dengan persetujuan suami.16

Perkawinan adalah merupakan tujuan syariat yang dibawa Rasulullah

Saw., yaitu penataan hal ihwal manusia dalam kehidupan duniawi dan ukhrowi.

Dengan pengawasan sepintas lalu, pada batang tubuh ajaran fikih, dapat dilihat

adanya empat garis dari penataan itu yakni:

a) Rub‟al-ibadat, yang menata hubungan manusia selaku makhluk dengan

khaliknya

b) Rub‟al-muamalat, yang menata hubungan manusia dalam lalu lintas

pergaulannya dengan sesamanya untuk memenuhi hajat hidupnya sehari-hari

c) Rub‟al-munakahat, yaitu yang menata hubungan manusia lingkungan keluarga

dan

d) Rub‟al-jinayat, yang menata pengamanannya dalam suatu tertib pergaulan

yang menjamin ketentramannya.17

Tujuan perkawinan dalam Pasal 3 KHI yaitu untuk mewujudkan

kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah (keluarga yang

tentram penuh kasih sayang). Tujuan-tujuan tersebut tidak selamanya dapat

terwujud sesuai harapan, adakalanya dalam kehidupan rumah tagga terjadi salah

paham, perselisihan, pertengkaran, yang berkepanjangan sehingga memicu

putusnya hubungan antara suami istri. Penipuan yang dilakukan salah satu pihak

sebelum perkawinan dilangsungkan dan di kemudian hari setelah perkawinan

16

Afandi Ali, Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian menurut Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata (BW), Jakarta, Bina Aksara, 2000, hal.93. 17

Abdul Rahman Ghazaly, Fikih Munakahat, Bogor, Prenada Media, 2010, hal 45.

Page 23: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

dilangsungkan diketahui oleh pihak lain dapat dijadikan alasan untuk mengajukan

pembatalan perkawinan.18

Tujuan perkawinan menurut agama Islam ialah untuk memenuhi petunjuk

agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan bahagia.

Harmonis dalam menggunakan hak dan kewajiban anggota keluarga. Sejahtera

artinya terciptanya ketenangan lahir dan batin disebabkan terpenuhinya keperluan

hidup lahir dan batinnya, sehingga timbullah kebahagiaan yakni kasih sayang

antar anggota keluarga.19

Setiap perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga/rumah tangga

bahagia/sejahtera. Bahagia artinya ada kerukunan yang menciptakan rasa tentram,

damai dan saling menyayangi tanpa saling mencurigai. Sejahtera artinya cukup

kebutuhan ekonomi, pendidikan dan hiburan yang diperoleh dari hasil pekerjaan

yang layak bagi kehidupan keluarga. Suami/istri boleh melaksanakan pekerjaan

apa saja sebagai sumber kesejahteraan keluarga, asalkan tidak dilarang undang-

undang tidak bertentang dengan ketertiban umum dan tidak bertentangan dengan

kesusilaan masyarakat.20

Akibat hukum yang ditimbulkan dari sebuah perkawinan menurut Undang-

Undang Perkawinan:

a. Hak dan kewajiban suami isteri di dalam Undang-Undang Perkawinan

Nasional ini dikatakan bahwa suami isteri memikul kewajiban yang luhur

untuk menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan

18

Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, Yogyakarta, UI Pres., 2014, hal. 86 19

Abdul Rahman Ghazali, Op.Cit hal. 22 20

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Bandung, Citra Aditya Bakti,

2011, hal 85

Page 24: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

masyarakat (Pasal 30). Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak

dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup

bersama dalam masyarakat. Masing masing pihak berhak untuk melakukan

perbuatan hukum, suami adalah kepala keluarga dan isteri ibu rumah tangga

(Pasal 31 ayat 1,2 dan 3).

Dikatakan suami isteri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap. Rumah

tempat kediaman itu ditentukan oleh suami isteri bersama (Pasal 32). Suami

isteri wajib saling cinta mencintai hormat menghormati, setia dan memberi

bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain (Pasal 33). Suami wajib

melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup

berumah tangga sesuai dengan kemampuannya. Isteri wajib mengatur rumah

tangga sebaik baiknya. Jika suami isteri melalaikan kewajibannya masing-

masing dapat mengajukan gugatan pada pengadilan (Pasal 34 ayat 1, 2 dan 3)

b. Hak dan kewajiban antara orang tua dan anak

Undang-Undang Perkawinan dikatakan bahwa “kedua orang tua wajib

memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya. Kewajiban

tersebut berlaku sampai anak itu kawin atau dapat berdiri sendiri, kewajiban

mana berlaku terus meskipun perkawinan antara kedua orang tua putus (Pasal

45 ayat (1) dan (2)). Anak wajib menghormati orang tua dan mentaati

kehendak mereka yang baik. Jika anak sudah dewasa, ia wajib memelihara

orang tua dan keluarga dalam garis lurus ke atas menurut kemampuannya, bila

mereka itu memerlukan bantuannya (Pasal 46 ayat (1) dan (2)). Sesungguhnya

kewajiban anak menghormati orang tua dan mentaati kehendaknya bersifat

Page 25: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

universal, barangkali tidak ada suatu bangsa yang tidak menghendaki

demikian, akan tetapi sebaliknya orang tua harus memberikan contoh teladan

yang baik dengan cara yang bijaksana dan tidak bersifat paksaan.21

Kompilasi Hukum Islam mengenai hak dan kewajiban suami isteri di atur di

dalam Pasal 77 sampai dengan Pasal 84 KHI. Suami, isteri wajib saling

mencintai, hormat menghormati, setia dan memberi bantuan lahir batin kepada

satu yang lain. Di dalam KHI diatur di dalam Pasal 77 ayat (2), (3), (4).

Kewajiban suami yang mempunyai seorang isteri berbeda dari kewajiban

seorang isteri yang memiliki lebih dari satu orang. Kewajiban suami yang

mempunyai seorang isteri diatur Pasal 80 dan 81 KHI.22

Kewajiban suami

tersebut merupakan hak isteri yang harus diperoleh berdasarkan

kemampuannya. Hal tersebut bersumber dari firman Allah Swt Surah At-

Thalaq (65) ayat (6), sedangkan Pasal 82 KHI menentukan bahwa kewajiban

suami yang beristeri lebih dari seorang. Kewajiban suami kepada ister-

isterinya adalah berperilaku seimbang, sepadan, dan selaras atau dalam bahasa

Alquran disebut adil.23

Selain kewjiban suami yang merupakan hak isteri, maka hak suami pun ada

yang merupakan kewajiban isteri hal ini diatur di dalam Pasal 83 dan 84 KHI.

Disamping kewajiban suami terhadap isteri maupun sebaliknya, tanggung

jawab suami isteri kepada anak-anaknya juga jelas pentingnya. Pemeliharaan

anak adalah pemenuhan berbagai aspek kebutuhan primer dan sekunder anak.

21

Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia, Bandung, Mandar Maju, 2007,

hal 142. 22

Ali Zainudidin, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika, 2012, hal.

20 23

Ibid., hal 54

Page 26: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

Pemeliharaan meliputi aspek, yaitu pendidikan, biaya hidup, kesehatan,

ketentraman dan segala aspek yang berkaitan dengan kebutuhannya. Dalam

ajaran islam diungkapkan bahwa tanggung jawab ekonomi berada di pundak

suami sebagai kepala rumah tangga, dan tidak tertutup kemungkinan tanggung

jawab itu beralih ke isteri untuk membantu suaminya bila suami tidak mampu

melaksanakan kewajibannya. Oleh karena itu, sangat penting mewujudkan

kerjasama dan saling membantu antara suami dan isteri dalam memelihara

anak sampai ia dewasa. Hal dimaksud pada prinsipnya adalah tanggung jawab

suami isteri kepada anak-anaknya. Hal ini diatur di dalam Kompilasi Hukum

Islam Pasal 98 ayat (1), (2) dan (3). Pasal 98 tersebut memberikan isyarat

bahwa kewajiban kedua orang tua adalah mengantarkan anak-anaknya, dengan

cara mendidik, membekali dengan ilmu pengetahuan untuk menjadi bekal

mereka di hari dewasanya. Apabila orang tua tidak mampu memikul tanggung

jawab terhadap anaknya, maka tanggung jawab dapat dialihkan kepada

keluarganya.24

B. Rukun dan Syarat Perkawinan

Rukun, yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah atau tidaknya

suatu pekerjaan (ibadah), dan sesuatu itu termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu,

seperti membasuh muka untuk wudu dan takbiratul ihram untuk shalat. Atau

adanya calon pengantin laki-laki/perempuan dalam perkawinan.25

24

Ibid., hal 65 25

Abdul Rahman Ghazaly, Op.Cit, hal 45.

Page 27: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

Syarat, yaitu suatu yang mesti ada yang menentukan sah atau tidaknya

suatu pekerjaan (ibadah), tetapi sesuatu itu tidak termasuk dalam rangkaian

pekerjaan itu, seperti menutup aurat untuk shalat” atau menurut Islam calon

pengantin laki-laki/perempuan itu harus beragama Islam.26

Rukun nikah merupakan bagian dari segala hal yang terdapat dalam

perkawinan yang wajib dipenuhi,27

sedangkan syarat yang dimaksud dalam

pernikahan adalah sesuatu yang harus ada dalam suatu perbuatan, namun berada

di luar perbuatan itu.Sebagian dari rukun nikah juga merupakan bagian dari

persyaratan nikah. Oleh karena itu, persyaratan nikah mengacu pada rukun-rukun

nikah tersebut.28

Dengan demikian, pernikahan dianggap sah bila terpenuhi syarat

dan rukunnya, sebab kalau tidak terpenuhi syarat dan rukunnya pada saat akad

berlangsung, maka pernikahan tersebut dianggap batal.29

Rukun dan syarat menentukan suatu perbuatan hukum, terutama yang

menyangkut dengan sah atau tidaknya perbuatan tersebut dari segi hukum. Kedua

kata tersebut mengandung arti yang sama dalam hal bahwa keduanya merupakan

sesuatu yang harus diadakan. Dalam suatu acara perkawinan rukun dan syaratnya

tidak boleh tertinggal. Dalam arti perkawinan tidak sah bila keduanya tidak ada

atau tidak lengkap. Keduanya mengandung arti yang berbeda dari segi bahwa

rukun itu adalah sesuatu yang berada di dalam hakikat dan merupakan bagian atau

unsur yang mewujudkannya, sedangkan syarat merupakan sesuatu yang berada di

luarnya dan tidak merupakan unsurnya. Syarat itu ada yang berkaitan dengan

26

Ibid 27

Beni Ahmad Saebani, Hukum Perdata Islam Di indonesia, Bandung, Pustaka Setia,

2011, hal 85 28

Rahmat Hakim, Hukum Perkawinan Islam, Bandung, Pustaka satria, 2000, hal 82 29

Ibid

Page 28: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

rukun dalam arti syarat yang berlaku untuk setiap unsur yang menjadi rukun. Ada

pula syarat itu berdiri sendiri dalam arti tidak merupakan kriteria dari unsur-unsur

rukun.30

Jadi, syarat-syarat nikah masuk pada setiap rukun nikah dan setiap rukun

nikah mempunyai syarat masing-masing yang harus ada pada rukun tersebut,

sehingga antara syarat dan rukun itu menjadi satu rangkaian. Artinya saling terkait

dan melengkapi. Dalam hal hukum perkawinan, dalam menempatkan mana yang

rukun dan mana yang syarat terdapat perbedaan di kalangan ulama yang

perbedaan ini tidak bersifat substansial. Perbedaan pendapat tersebut disebabkan

oleh karena berbeda dalam melihat fokus perkawinan itu. Semua ulama

sependapat dalam hal-hal yang terlibat dan yang harus ada dalam suatu

perkawinan adalah akad perkawinan, laki-laki yang akan kawin, perempuan yang

akan kawin, wali dari mempelai perempuan, saksi yang menyaksikan akad

perkawinan dan mahar atau mas kawin.31

Akibat hukum dari tidak terpenuhinya rukun dan syarat dan perkawinan

juga berbeda. Jika rukun perkawinan tidak terpenuhi, maka akibat hukumnya

adalah perkawinan tersebut “batal demi hukum”, tetapi jika syarat perkawinan

tidak terpenuhi, maka perkawinan itu “dapat dibatalkan”.32

Mempelajari tentang rukun dan syarat yang ada pada hukum perkawinan

Islam di Indonesia, maka kesemuanya itu ada hubungan benang merahnya dengan

30

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan di Indonesia: Antara Fiqih Munakahat dan

Undang-Undang Perkawinan, Jakarta, Kencana, 2009, hal. 59 31

Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, cetakan ketiga Jakarta,

Kencana, 2007, hal 59 32

Neng Djubaidah, Pencatatan Perkawinan & Perkawinan Tidak Dicatat Menurut

Hukum Tertulis Di Indonesia dan Hukum Islam, Jakarta, Sinar Grafika, 2010, hal. 93

Page 29: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

prinsip perkawinan yang ada pada Undang-Undang Perkawinan. Mengingat umat

Islam di Indonesia dalam konteks perkawinan tetap harus tunduk pada hukum

Undang-undang yang berlaku, walaupun secara khusus fiqih munakahat juga

membahas persoalan itu. Artinya walaupun tulisan ini mengkaji hukum

perkawinan islam di Indonesia tetapi yang berlaku tetaplah Undang-Undang

Perkawinan. Oleh karena itu rujukan penulisan ini tetap mengacu pada Undang-

Undang Perkawinan dalam menjabarkan rukun dan syarat. Sekiranya ada

beberapa hal tertentu yang terkait dengan rukun dan syarat pada fiqih munakahat

itu dapat dikatakan sebagai tambahan atau perbandingan dalam hal mengkaji

rukun dan syarat perkawinan.

Kalau dikaji dari perspektif fiqih munakahat, maka perumusan terhadap

rukun dan syarat itu sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan yang ada pada

Undang-Undang Perkawinan. Pada prinsipnya rukun dan syarat yang diulas oleh

para ulama dalam fiqih munakahat menunjukkan sesuatu yang tidak berbeda

secara signifikan dengan yang ada pada undang-undang. Bila dikaji lebih dalam,

penentuan adanya rukun dan syarat ini sesungguhnya penjabaran dari asas-asas

yang ada perkawinan. Asas-asas tersebut yang dijadikan pedoman untuk mengatur

hal-hal teknis yang kemudian diuraikan pada rukun dan syarat.

Asas yang terkandung didalam Undang-Undang Perkawinan secara

singkat terdiri atas 6 (enam) macam hal seperti tujuan perkawinan adalah

1. membentuk keluarga yang bahagia dan kekal,

2. Sahnya perkawinan baik secara keyakinan dan peraturan,

3. Berasaskan monogami terbuka,

Page 30: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

4. Asas matang jiwa raga,

5. Asas mempersulit perceraian,

6. Kedudukan seimbang antara suami dan istri.

Berdasarkan asas-asas tersebut di atas, maka akan dirincikan menjadi rukun dan

syaratsyarat dalam perkawinan. Adapun rukun nikah adalah :

1. Pengantin lelaki (Suami)

2. Pengantin perempuan (Isteri)

3. Wali

4. Dua orang saksi lelaki

5. Ijab dan kabul (akad nikah)33

Rukun di atas, maka akan akan dapat dijabarkan bahwa syaratsyarat sah

sebuah perkawinan itu antara lain :

a) Syarat adanya kedua mempelai

Syarat kedua mempelai dijabarkan secara rinci lagi didalam ketetnuan

peraturan perundang-undangan tentang seorang mempelai yang dapat melakukan

perkawinan adalah :34

1) Calon mempelai laki-laki

a. bahwa ia betul laki-laki (terang/jelas)

b. Calon suami beragama islam

c. Akil baligh dan mukallaf

d. Calon mempelai laki-laki diketahui dan tertentu

e. Calon mempelai itu jelas halal dikawin dengan calon istri

33

Umar Haris Sanjaya dan Aunur Rahim Faqih. Hukum Perkawinan Islam, Yogyakarta

Gama Media, 2017, hal 58 34

Abdul Rahman Ghozali, Op.Cit, hal. 50

Page 31: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

f. Calon laki-laki tahu dan mengenal calon istri serta tahu betul bahwa calon

istrinya itu halal untuk dikawini

g. Calon suami itu rela untuk melakukan perkawinan35

h. Tidak dalam kondisi sedang ihram baik haji ataupun umroh

i. Tidak mempunyai istri yang haram dimadu dengan calon istri

j. Calon suami tidak sedang dalam keadaan beristri 4.36

Secara khusus dalam Undang-Undang Perkawinan mengenal asas

kematangan usia. Maksud dari ini memperjelas pada pemahaman dalam

perkawinan Islam adalah akil baligh, yaitu sudah dewasa dan berakal.

Disamping itu memiliki kesehatan jasmani dan rohani yang baik. Hal ini

dipersyaratkan karena mempelai kedepan akan memikul akibat hukum

perkawinan yang salah satuya adalah bertanggung jawab dalam rumah tangga

sebagai kepala rumah tangga dan ibu rumah tangga. Dalam konteks ini

undang-undang menyatakan calon mempelai itu pada usia 21 (dua puluh satu)

tahun. Sebagaimana Pasal 6 Undang-Undang Perkawinan merumuskan. Bila

batas usia itu belum tercapai, undang-undang memberikan izin bagi laki-laki

untuk kawin jika pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun. Bila

usia 19 (sembilan belas) tidak dipenuhi oleh calon mempelai pria, maka

mempelai pria yang ingin kawin dibawah usia 19 (sembilan belas)tahun itu

hendaknya meminta dispensasi kawin, yaitu sebuah permohonan kepada

pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua calon

mempelai.

35

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 6 ayat (1) 36

Ibid., Pasal 3 ayat (1)

Page 32: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

2) Calon mempelai wanita

a. Beragama islam

b. Akil baligh

c. Bahwa ia betul wanita (terang/jelas) dengan artian bukan seorang

khunsa.37

d. Halal bagi calon mempelai laki-laki atau wanita itu haram untuk

dikawini.38

e. Calon mempelai wanita tidak dalam ikatan perkawinan

f. Calon mempelai wanita tidak dalam masa iddah

g. Tidak ada paksaan

h. Tidak dalam ihram baik haji ataupun umroh. Sama halnya dengan

mempelai pria, mempelai wanita juga mempunyai ketentuan yang sama

yakni usia 21 tahun.

Sebagaimana Pasal 6 Undang-Undang Perkawinan merumuskan. Bila batas

usia itu belum tercapai, undang-undang memberikan izin bagi wanita untuk

kawin jika ia sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun. Bila usia 16

(enam belas) tidak dipenuhi oleh calon mempelai wanita, maka mempelai

wanita yang ingin kawin dibawah usia 16 (enam belas) tahun itu hendaknya

meminta dispensasi kawin. Yaitu sebuah permohonan kepada pengadilan atau

pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua calon mempelai.

37

Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap, Jakarta, Rajawali Pers,

2010,hal 61 38

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 8

Page 33: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

b) Syarat saksi dalam perkawinan

Saksi merupakan laki-laki yang diminta untuk menjadi saksi terhadap

terjadinya peristiwa perkawinan seseorang. Pentingnya persaksian dalam sebuah

perkawinan ini untuk menunjukkan bahwa jangan sampai ada keraguan dalam

perkawinan tersebut. Dengan adanya saksi, maka menunjukkan bahwa

perkawinan merupakan hal yang sangat penting, karena keberadaan saksi ini

semata-mata untuk kebaikan kedua mempelai apabila ada pihak ketiga yang

meragukan sebuah perkawinan. Saksi menjadi salah satu alat bukti yang dapat

menghilangkan keragu-raguan baik itu dari pihak ketiga, masyarakat, atau

lembaga/instatnsi tertentu.

Ketentuan mengenai persaksian diatur pada Pasal 26 Undang-Undang

Perkawinan Pasal 26 yang rumusannya adalah “Perkawinan yang dilangsungkan

di muka pegawai pencatat perkawinan yang tidak berwenang, wali nikah yang

tidak sah, atau yang dilangsungkan tanpa dihadiri oleh 2 (dua) orang saksi dapat

dimintakan pembatalannya oleh para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas

dan suami atau isteri, jaksa dan suami atau isteri”. Kompilasi Hukum Islam

mengatur hal ini pada bab saksi nikah mulai dari Pasal 24 hingga Pasal 26. Pada

Pasal 26 ditekankan mengenai keberadaan saksi nikah disertai dengan tugasnya.

Rumusannya menyatakan bahwa saksi harus hadir dan menyaksikan secara

langsung akad nikah serta menandatangani akta nikah pada waktu dan ditempat

akad nikah dilangsungkan, oleh karena itu adanya saksi dalam suatu perkawinan

merupakan suatu keharusan, karena perkawinan yang tidak dihadiri oleh 2 (dua)

orang saksi dapat dimintakan pembatalannya. Hal ini sejalan dengan pandangan

Page 34: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

ulama pada konteks saksi di sebuah perkawinan. Saksi terdiri dari 2 orang laki-

laki yang dia harus memenuhi beberapa kriteria tertentu untuk dapat dijadikan

saksi. Kriteria tersebut antara lain :

a) Sekurang-kurangya dua orang

b) Islam

c) Berakal

d) Baligh39

e) Laki-laki

f) Tidak terganggu ingatan dan tidak tuli

g) Memahami kandungan lafadz ijab dan kabul untuk memahami terhadap

maksud dari akad nikah.

h) Dapat mendengar, melihat dan bercakap

i) Adil (Tidak melakukan dosa-dosa besar, fasik artinya ia beragama dengan

baik)

j) Merdeka

Saksi merupakan bagian dari rukun perkawinan, oleh karena itu sebuah

perkawinan yang dilakukan tanpa saksi tidaklah sah. Pada pendapat ini para ulama

sepakat, baik itu ulama syafi‟i, hanafi, hambali. Ulama juga menambahkan bahwa

kedua orang saksi yang diminta harus datang bersamaan ketika akad nikah

dilaksanakan. Persaksian sendiri mempunyai tujuan yang sangat penting seperti

menampakkan, mensyiarkan, atau menunjukkan kepada khalayak ramai bahwa

perkawinan adalah sebuah kehormatan dan dapat mengangkat derajat para

39

Umar Haris Sanjaya dan Aunur Rahim Faqih, Op.Cit, hal 60

Page 35: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

mempelainya. Persaksian juga mempunyai tujuan untuk memperjelas sebuah

perbedaan antara yang halam dan haram dalam perkawinan, sehingga tidak ada

tempat untuk menyangkal sebuah perkawinan. Dengan persaksian pula akan

diketahui siapa yang berhak menjadi keluarga, mertua, wanita yang haram

dinikahi, harta benda dan kepemilikan.40

c) Syarat wali dalam perkawinan

Wali perkawinan merupakan rukun yang ada pada sebuah perkawinan.

Wali ini jelas di sabdakan oleh Nabi Muhammad SAW yang mengatakan bahwa

tidak sah dalam perkawinan, kecuali dinikahkan oleh wali. Hal ini disampaikan

oleh Nabi Muhammad SAW hingga sebanyak tiga kali. Ditambahkan dalam yang

diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Siti Aisyah Nabi bersabda bahwa

tidak ada nikah tanpa wali.

Wali diambil dari kata alwilayah-wala‟ yang berarti menguasainya atau

ada yang mengatakan itu dengan membantu. Seorang wali dalam perkawinan

disebutkan bagi seorang wanita yang ia mempunyai hak atau kekuasaan untuk

melakukan akad perkawinan.41

Keberadaan wali secara islam dilihat dari hadist

Nabi diriwayatkan oleh Tirmidzi no. 1021 yang artinya “wanita mana saja yang

menikah tanpa izin dari walinya, maka nikahnya batal, maka nikahnya batal, maka

nikahnya batal” (H.R Tirmidzi). Dari hadis ini dapat dipastikan bahwa Rasulullah

SAW mengutarakan hingga 3 (tiga) kali bahwa sebuah perkawinan yang tanpa

adanya wali itu perkawinannya batal. Wali dalam sebuah perkawinan

40

Zainuddin Ali, Op.Cit, hal. 67. 41

Huzaenah Tahido Yanggo, Fiqih Anak Metode Islam Dalam Mengasuh Dan Mendidik

Anak Serta Hukumhukum Yang Berkaitan Dengan Aktifitas Anak, Jakarta, Almawardi Prima,

2004, hal. 306.

Page 36: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

dipersiapkan oleh salah satu mempelai, yaitu oleh mempelai wanita. Wali

diartikan sebagai orang yang menikahkan seorang wanita dengan seorang pria.

Secara umum yang dimaksud dengan wali adalah seseorang yang akan

kedudukannya berwenang untuk bertindak terhadap dan atas nama orang lain.

Karena ini merupakan rukun dalam perkawinan, maka persyaratan adanya wali

harus dipenuhi oleh calon mempelai wanita untuk menikahkannya. Sebuah

pedrkawinan tanpa adanya wali, dapat dipastikan perkawinan itu tidak sah. Sama

halnya dengan persaksian, persoalan wali juga diatur pada Pasal 26 Undang-

Undang Perkawinan yang menjelaskan bahwa perkawinan tidak sah bila

dilakukan oleh wali nikah yang tidak sah. Syarat untuk menjadi wali antara lain

1) Seorang wali beragama Islam42

2) Akil baligh, 43

terhadap baligh ini merujuk pada hadis yang diriwayatkan oleh

Abu Daud yang artinya “dari Ali r.a dari Nabi SAW bersabda, dibebaskannya

tanggungan atau kewajiban itu atas tiga golongan, yaitu orang yang sedang

tidur sampai ia terbangun dari tidurnya, anak kecil sampai ia bermimpi

(baligh) dan orang gila sehingga ia sembuh dari gilanya” (H.R Abu Daud).

3) Berakal sehat

4) Laki-laki

5) Adil.

6) Merdeka

7) Tidak dalam ihram baik haji ataupun umroh.

42

Tihami, Hari Sahrani, fiqh munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap, Rajawali Press,

Jakarta, 2010, hal. 112 43

Abd. Rahman Umar, Kedudukan Saksi dalam peradilan menurut Hukum Islam, Cet. I,

Jakarta, Pustaka Al-Husna, 1986, hal. 48

Page 37: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

Kompilasi Hukum Islam sendiri mengatur persoalan wali nikah dari Pasal 19

hingga Pasal 23. Dijelaskan bahwa wali nikah dibagi atas dua yaitu wali nasab

dan wali hakim. Wali nasab sendiri dijelaskan sebagi wali yang mempunyai

hubungan erat atau kekerabatan dengan mempelai wanita. Pengelompokan

terhadap wali nasab sendiri diatur pada Pasal 21 dan 22 KHI, didalam pasal

tersebut telah dikelompokan menjadi empat kelompok mereka yang berhak

menjadi wali. Kalau disimpulkan atau diurutkan maka rumusan pada Pasal 22

KHI itu akan diketahui sebagai berikut

a. Ayah kandung

b. Kakek (dari garis ayah dan seterusnya ke atas dalam garis laki-laki)

c. Saudara laki-laki sekandung

d. Saudara laki-laki seayah

e. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung

f. Anak laki-laki saudara laki-laki seayah

g. Anak laki-laki dari anak laki-laki saudara laki-laki sekandung

h. Anak laki-laki dari anak laki-laki saudara laki-laki seayah

i. Saudara laki-laki ayah sekandung

j. Saudara laki-laki ayah seayah (paman seayah)

k. Anak laki-laki dari paman sekandung

l. Anak laki-laki dari paman seayah

m. Saudara laki-laki kakek seayah

n. Anak laki-laki dari saudara laki-laki kakek sekandung

Page 38: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

o. Anak laki-laki dari saudara laki-laki kakek seayah44

Urutan disini artinya adalah apabila wali pertama tidak dapat menjadi wali,

maka wali yang kedua dapat menggantikan posisinya, dan jika wali kedua tidak

dapat, hendaklah wali ketiga yang menggantikan posisinya dan begitu seterusnya

secara tertib dilakukan. Yang kedua adalah wali hakim, wali hakim dikenal pula

didalam perkawinan islam dengan sebutan yang sama yakni wali hakim. Wali

hakim diatur pada KHI Pasal 23 yang isinya adalah kedudukan wali hakim baru

dapat bertindak apabila wali nasab tidak ada. Dengan tidak adanya wali nasab,

maka wali hakim dapat bertindak untuk menggantikan wali nasab berdasarkan

atas putusan pengadilan Agama mengenai wali nikah. Ahmad Azhar Basyir

menjelaskan bahwa wali nikah itu dibagi atas tiga macam yaitu wali mujbir, wali

hakim, dan wali muhakkam. Wali mujbir adik untuk alih wali yang ada pada wali

nasab dan ia berhak memaksa gadis dibawah perwaliannya untuk dikawinkan

dengan laki-laki tanpa izin gadis yang bersangkutan, sehingga disebut wali

mujbir. Wali mujbir ini hanya terdiri dari ayah dan kakek yang dipandang paling

besar rasa kasih sayangnya kepada perempuan di bawah perwaliannya. Hal ini

dilakukan karena gadis tersebut tidak pandai memilih jodoh dan apabila dia di

bebaskan memilih jodoh ditakutkan akan membawa kerugian baginya.45

Dalam

memaksa gadis yang dalam perwaliannya, wali mujbir tidak boleh asal memilih

pasangan, wali mujbir dituntut untuk mencarikan pasangan bagi mempelai wanita

dengan syarat :

44

Zainuddin Ali, Op., Cit., hal. 80-83 45

Ahmad Azhar Basyir, Op.,Cit,. hal. 42-44

Page 39: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

1. Laki-laki pilihan wali haruslah kufu (seimbang) dengan gadis yang

dikawinkan.

2. Antara wali dan mujbir tidak ada permusuhan.

3. Antara gadis dan laki-laki calon suami tidak ada permusuhan.

4. Calon suami harus membayar mas kawin secara tunai.

5. Calon suami mampu memenuhi kewajiban-kewajibannya kepada sang

istri dengan baik. 46

Yang kedua adalah wali hakim, wali hakim yang dimaksud oleh Ahmad Azhar

Basyir samadengan wali hakim yang ada pada perumusan di Kompilasi Hukum

Islam. Wali hakim yaitu wali yang diberi kuasa untuk menjadi wali sepasang

mempelai dikarenakan wali yang paling dekat sedang tidak ada ditempat atau

sudah meninggal. Kemudian wali tesebut bepindah kepada kepala Negara. Di

Indonesia menteri agama diberi kewenangan oleh presiden untuk menjadi wali,

kemudian menteri agama memberikan kewenangan tersebut kepada pegawai

pencatat nikah sebagai wali hakim. Tentunya hal ini harus berdasarkan putusan

Pengadilan Agama sebagaimana hukum acara yang berlaku dalam menentukan

wali hakim. Wali hakim disini dalam kedudukannya sebagai pengganti dari wali

nasab. Artinya apabila wali nasab berhalangan, maka wali hakim dapat mengganti

kedudukannya. Syarat wali hakim dapat mengganti kedudukan wali nasab bila :

1. Wali nasab tidak ada

2. Wali nasab sedang berpergian jauh dan tidak sempat menjadi wali

3. Tidak diketahui tempat tinggalnya/ghaib

46

Ibid.

Page 40: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

4. Wali nasab kehilangan haknya

5. Wali nasab sedang berihram atau haji

6. Wali nasab menolak menjadi wali47

Ahmad Azhar Basyir merupakan wali muhakkam, yaitu di mana dalam

keadaan tertentu apabila wali nasab tidak dapat bertindak sebagai wali karena

tidak memenuhi syarat atau menolak dan wali hakim pun tidak dapat bertindak

sebagai wali nasab dikarenakan berbagai sebab,sehingga mempelai yang

bersangkutan dapat menunjuk seseorang menjadi walinya. Inilah yang disebut

wali muhakkam. Wali muhakkam adalah bagian dari persoalan hukum, artinya

persoalan seperti wali muhakkam tetap memerlukan putusan Pengadilan Agama

atau pengadilan yang berwenang. Ada sebuah cerita yang dilakukan oleh Nabi

Muhammad SAW dimana beliau bertindak sebagai wali. Cerita ini diriwayatkan

dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bahwa Sahl bin

Said berkata: “Seorang perempuan datang kepada Nabi shallallahu alaihiwa

sallam untuk menyerahkan dirinya, dia berkata: “Saya serahkan diriku

kepadamu.” Lalu ia berdiri lama sekali (untuk menanti). Kemudian seorang laki-

laki berdiri dan berkata: “Wahai Rasulullah kawinkanlah saya dengannya jika

engkau tidak berhajat padanya.” Lalu Rasulullah SAW bersabda: “Aku kawinkan

engkau kepadanya dengan mahar yang ada padamu”.

d) Mahar

Mahar diatur cukup detail pada KHI mulai dari Pasal 30 hingga Pasal 38.

Mahar dijelaskan sebagai pembayaran yang wajib dibayarkan oleh calon

47

Ibid

Page 41: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

mempelai pria kepada wanita pada saat melakukan perkawinan. Mahar harus

diberikan langsung kepada mempelai wanita sebagai bentuk pemberian yang

menjadi hak pribadi mempelai wanita. walaupun mahar ini diharuskan untuk

dibayar oleh calon mempelai pria, tetapi mahar ini bukan lah sebuah rukun yang

ada pada hukum perkawinan, karena pembayaran mahar yang tidak dilakukan

secara detail baik itu bentuk, jumlah, atau bahkan belum terbayarkan pada saat

perkawinan tidak menyebabkan batalnya sebuah perkawinan. 48

Terkait dengan bentuk dan jumlah, sesungguhnya pembayaran mahar ini

tidak terikat terhadap batasan apapun. Mengingat mahar adalah sebuah “simbol”

pemberian pertama seorang suami kepada istri yang diberikan pada saat akad.

Sebijaknya penentuan terhadap jumlah ataupun bentuk mahar itu harus

dikomunikasikan antara kedua belah pihak mempelai. Agar nanti mahar yang

harus dipersiapkan oleh mempelai pria dapat direalisasikan. Secara perspektif

Islam, bentuk mahar yang contohkan adalah mahar yang diutamakan bernilai

kesederhanaan dan kemudahan bagi masing-masing mempelai.

Mahar yang tidak dibayarkan oleh mempelai pria tidak harus dibayarkan

secara tunai, sepanjang mempelai wanita menyetujui terhadap penangguhan

pembayaran mahar. Tetapi ini harus menjadi perhatian terhadap mempelai pria,

karena penangguhan pembayaran mahar adalah sebuah hutang bagi si mempelai

pria. Tidak pantas rasanya seorang suami yang mengawini seorang wanita tetapi

pada langkah awal keharusan mahar tidak dapat dipenuhi. Terhadap perselisihan

yang timbul akibat bentuk, jenis, dan nilai mahar dari masing-masing mempelai,

48

Umar Haris Sanjaya Aunur Rahim Faqih, Op.CIt., hal 66

Page 42: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

kompilasi hukum Islam memberikan ruang penyelesaiannya kepada Pengadilan

Agama. Perselisihan terhadap persoalan mahar ini bisa saja terjadi bila mahar itu

cacat bentuk, kekurangan, atau belum dibayar yang itu semua dipersoalkan oleh

istri.49

d) Syarat Akad (Ijab Kabul)

Syarat ijab kabul atau lebih dikenal dengan istilah akad nikah didalam

Kompilasi Hukum Islam maupun pemahaman dimasyarakat. Ijab kabul ini diatur

didalam KHI mulai dari Pasal 27 hingga Pasal 29. Ijab sendiri mempunyai arti

sebuah pernyataan dari calon mempelai wanita yang pernyataan itu diucapkan

oleh wali nikah pihak wanita. Ijab sendiri menggambarkan sebagai pernyataan

kehendak dari mempelai wanita untuk mengikatkan diri dengan calon mempelai

pria. Kabul adalah pernyataan penerimaan dari calon mempelai pria terhadap

pernyataan ijab dari mempelai wanita. Dengan adanya pernyataan kabul ini, maka

mempelai pria menerima atas ijab mempelai wanita. Pelaksanaan ijab kabul yang

dilakukan dengan secara lisan inilah yang disebut dengan akad nikah.50

Akad nikah merupakan sebuah syarat perkawinan, bila syarat ini tidak

dilakukan, maka perkawinan itu batal. Secara rinci, akad menjadi batal bila ada

unsur-unsur akad yang cacat seperti dicontohkan tidak ada :

a. „aqid (orang yang berakad),

b. ma‟qud „alaihi (sesuatu yang diakadkan),

c. sighat/lafadz (kalimat akad),

d. ijab (permintaan), dan

49

Ibid 50

Ibid

Page 43: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

e. kabul (penerimaan).51

Pelaksanaan ijab kabul ini haruslah dilakukan beruntun tanpa ada selang

waktu. Pada prakteknya ijab kabul ini dapat membuat calon mempelai pria merasa

gugup, sehingga tidak jarang kita lihat proses akad nikah ada yang diulang hingga

dua atau tiga kali. Pengulangan proses ijab kabul ini untuk memastikan bahwa

calon mempelai pria telah menerima pernyataan ijab dengan sebuah penerimaan

(kabul) yang jelas dan didengar dan disaksikan oleh saksi kawin. Maksud dari itu

semua untuk men clear kan bahwa tidak ada lafadz dari berlangsungnya akad

yang keliru, salah, atau bahkan tidak jelas maksudnya. Adapun poin-poin proses

yang ada pada saat akad nikah adalah sebagai berikut :

1. adanya pernyataan dari wali untuk mengkawinkan (ijab)

2. adanya pernyataan penerimaan dari mempelai pria (kabul)

3. ada kata-kata nikah atau kawin

4. tidak ada jeda waktu, ijab dan kabul menyambung

5. isi dari sighat ijab kabul jelas

6. forum ijab kabul itu dihadiri wali wanita (keberadaan mempelai wanita boleh

ada boleh tidak) , mempelai pria, dua orang saksi.52

Sebuah pernyataan penerimaan dari mempelai pria pada hakekatnya harus

dilakukannya sendiri, Ulama hanafi memberikan pendapat itu boleh diwakilkan.

KHI sendiri membuka kesempatan untuk mempelai pria dapat diwakilkan pada

saat akad. Kondisi itu dapat dimaklumi bila mempelai pria tidak dapat hadir

karena hal-hal tertentu atau atas suatu sebab. Terhadap peristiwa seperti ini, tidak

51

Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, Jakarta, Bumi Aksara, 1999, hal. 50 52

Ibid

Page 44: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

serta merta akad nikah dapat berlangsung begitu saja walaupun ada wakil dari

mempelai pria. Sikap dari mempelai wanita terhadap mempelai pria yang

diwakilkan yang dapat menentukan berlangsungnya akad nikah. Jika timbul

keberatan atau penolakan dari mempelai wanita, maka akad nikah dapat tidak

dilangsungkan

C. Syarat Sah Perkawinan

Syarat-syarat untuk sahnya perkawinan diatur dalam Bab II dari Pasal 6

sampai dengan Pasal 12 Undang-Undang Perkawinan. Syarat berarti memenuhi

ketentuan yang telah ditentukan, sah berarti menurut hukum yang berlaku.

Apabila perkawinan tidak sesuai dengan tata tertib hukum yang ditentukan maka

perkawinan itu menjadi tidak sah. Jadi yang dimaksud dengan syarat perkawinan

adalah sesuatu yang harus ada dalam perkawinan, apabila ada salah satu dari

syarat yang telah ditentukan tidak dipenuhi maka perkawinan itu menjadi tidak

sah.

Syarat perkawinan dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:

1. Syarat Materiil

Syarat-syarat materiil menurut Trusto Subekti, diatur pada Pasal 6 sampai

dengan Pasal 11 Undang-Undang Perkawinan sebagai berikut:

a. Adanya persetujuan kedua calon mempelai (Pasal 6 ayat 1);

b. Adanya izin kedua orangtua atau wali bagi calon mempelai yang belum

berusia 21 tahun (Pasal 6 ayat 2);

c. Usia calon mempelai pria sudah 19 tahun dan calon mempelai wanita

sudah mencapai 16 tahun, kecuali ada dispensasi dari Pengadilan (Pasal7);

Page 45: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

d. Antara calon mempelai pria dan calon mempelai wanita tidak dalam

hubungan keluarga atau darah yang tidak boleh kawin (Pasal 8);

e. Calon mempelai wanita tidak dalam ikatan perkawinan dengan pihak lain

dan calon mempelai pria juga tidak dalam ikatan perkawinan dengan

pihak lain kecuali telah mendapat izin dari pengadilan untuk poligami

(Pasal 9);

f. Bagi suami istri yang telah bercerai, lalu kawin lagi, agama dan

kepercayaan mereka tidak melarang kawin kembali (untuk ketiga kalinya)

(Pasal 10);

g. Tidak dalam waktu tunggu bagi calon mempelai wanita yang berstatus

janda (Pasal 11);53

Syarat-syarat tersebut dapat dirumuskan sebagai keadaan yang harus ada,

atau keadaan yang menghalangi untuk dilangsungkannya perkawinan. Apabila

syarat-syarat perkawinan tersebut dilanggar berarti proses perkawinan tidak bisa

dilangsungkan. Syarat yang telah diatur dalam Pasal 6 sampai dengan Pasal 12

Undang-undang Perkawinan merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk dapat

dilangsungkannya perkawinan. Syarat-syarat perkawinan ini ditentukan secara

limitatif dan dirumuskan dengan menggunakan kalimat “harus “hanya”,

“larangan”, “tidak boleh” dijelaskan meliputi aspek sebagai berikut:

a) Perkawinan harus didasarkan Persetujuan kedua mempelai

Perkawinan harus didasarkan pada kehendak bebas calon mempelai pria

ataupun wanita untuk melaksanakan perkawinan. Persetujuan atau kerelaan kedua

53

Trusto Subekti, Bahan Pembelajaran Hukum Keluarga dan Perkawinan, Purwokerto,

FH Universitas Jenderal Soedirman, 2010, hal 35

Page 46: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

belah pihak untuk melaksanakan perkawinan merupakan syarat penting (bersifat

fundamental) sebagai pembentuk “ikatan lahir bathin” atau persetujuan yang

didasarkan atas kehendak bebas dan didasari oleh saling cinta diantara calon

mempelai, untuk membentuk keluarga yang bahagia, kekal dan sejahtera, sesuai

dengan tujuan perkawinan itu sendiri. Persetujuan disini adalah perkawinan harus

dilaksanakan berdasarkan kehendak bebas dari calon mempelai pria dan wanita

tanpa paksaan, jadi calon pengantin itu memilih pasangannya dengan

kehendaknya sendiri sehingga tujuan dari perkawinan yang bahagia dan kekal bisa

terwujud.54

b) Seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat izin kedua

orang tuanya (Pasal 6 ayat (2) Undang-undang Perkawinan).

Orang tua oleh pembentuk Undang-undang Perkawinan diberikan

tanggung jawab dan sebagai faktor penting dalam proses perkawinan, calon

mempelai dinilai oleh orang tua, karena nantinya mereka harus bertanggung jawab

atas kehidupan keluarganya (rumah tangganya). Apabila salah seorang dari

mereka sudah meninggal dunia atau tidak mampu menyatakan kehendaknya maka

izin cukup diperoleh dari orang tua yang masih hidup atau yang mampu

menyatakan kehendaknya.

Ketentuan Pasal 6 ayat (3), (4), dan (5) Undang-undang Perkawinan

mengatur tentang siapa-siapa yang memberikan izin perkawinan jika orangtua dari

mempelai telah meninggal dunia.

54

Trusto Subekti, Loc.Cit. hal. 43

Page 47: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

c) Perkawinan diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan

wanita sudah mencapai umur 16 tahun (Pasal 7 ayat (1) Undang-undang

Perkawinan

Pihak yang hendak melangsungkan perkawinan diharapkan sudah dalam

keadaan “matang” jiwa raganya (lahir batin) dan bagi mereka yang masih sangat

muda apabila akan melangsungkan perkawinan akan banyak mendapat persoalan

dalam rumah tangganya dan juga anak-anak yang dilahirkannya merupakan anak

yang dilahirkan dari orang tua yang belum “matang”. Penyimpangan terhadap

pasal ini dapat dimintakan dispensasi kepada Pengadilan oleh orang tua pihak pria

maupun wanita (Pasal 7 ayat (2) Undang-undang Perkawinan).55

d) Larangan Kawin (Pasal 8 Undang-undang Perkawinan) disebutkan:

Perkawinan dilarang antara dua orang yang :

1) Berhubungan darah dalam garis keturunan ke bawah maupun ke atas;

2) Berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antara

seorang dengan saudara orangtua dan antara seorang dengan saudara

neneknya;

3) Berhubungan semenda, yaitu mertua, anak tiri, menantu dan ibu atau

bapak tiri;

4) Berhubungan sesusuan, yaitu antara orangtua susuan, anak sususan,

saudara susuan dan bibi atau paman susuan;

5) Berhubungan saudara dengan istri atau sebagai bibi atau kemenakan dari

istri, dalam hal suami beristri lebih dari seorang;

55

Ibid

Page 48: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

6) Mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang

berlaku dilarang kawin.

e) Seseorang yang masih terikat tali perkawinan dengan orang lain tidak dapat

kawin lagi, kecuali dalam hal tersebut pada Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 4

Undang-undang ini (Pasal 9 Undang-undang Perkawinan).

f) Apabila suami-isteri telah cerai, kawin lagi satu dengan yang lain dan bercerai

untuk kedua kalinya, maka diantara mereka tidak boleh melangsungkan

perkawinan lagi, sepanjang masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu

dari yang bersangkutan tidak menentukan lain (Pasal 10 Undang-undang

Perkawinan). Pasal ini menjelaskan perkawinan itu mempunyai maksud agar

suami-isteri dapat membentuk keluarga yang kekal, apabila adanya suatu

tindakan yang mengakibatkan putusnya suatu perkawinan, harus

dipertimbangkan dan dipikirkan segala akibatnya. Ketentuan ini guna untuk

mencegah tindakan kawin cerai berulangkali, sehingga kedua pihak (suami-

isteri) saling menghargai satu sama lain.56

g) Wanita yang putus perkawinannya, berlaku waktu tunggu (Pasal 11 Undang-

undang Perkawinan) dan Pasal 39 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975,

yaitu:

1) Apabila perkawinan putus karena kematian, waktu tunggu ditetapkan 130

hari;

56

Ibid

Page 49: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

2) Apabila perkawinan putus karena perceraian, waktu tunggu bagi yang

masih datang bulan, ditetapkan tiga kali suci sekurang-kurangnya 90 hari,

bagi yang tidak datang bulan ditetapkan 90 hari;

3) Apabila perkawinan putus, sedangkan janda dalam keadaan hamil, maka

waktu tunggu ditetapkan sampai ia melahirkan;

4) Apabila perkawinan putus karena perceraian, sedangkan antara janda

dengan bekas suaminya belum pernah terjadi hubungan kelamin, maka

tidak ada waktu tunggu.

2. Syarat Formal

Syarat formal merupakan syarat yang berhubungan dengan tata cara

perkawinan, dalam Pasal 12 Undang-undang Perkawinan menyebutkan bahwa

tata cara pelaksanaan perkawinan diatur dalam peraturan Perundang-undangan

sendiri. Syarat formal yang berhubungan dengan tata cara perkawinan adalah

sebagai berikut:

a. Pemberitahuan untuk melangsungkan perkawinan;

b. Pengumuman untuk melangsungkan perkawinan;

c. Calon suami isteri harus memerlihatkan akta kelahiran;

d. Akta yang memuat izin atau akta dimana telah ada penetapan dari Pengadilan;

e. Jika perkawinan itu untuk kedua kalinya, harus memperlihatkan akta

perceraian, akta kematian atau dalam hal ini memperlihatkan surat kuasa yang

disahkan pegawai pencatat nikah;

f. Bukti bahwa pengumuman kawin telah berlangsung tanpa pencegahan;

g. Dispensasi untuk kawin, dalam hal dispensasi diperlakukan.

Page 50: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

Perkawinan yang sah adalah perkawinan yang memenuhi syarat-syarat

yang ditentukan oleh Undang-undang Perkawinan dan Peraturan Pemerintah No.

9 Tahun 1975. Untuk syarat sahnya perkawinan menurut Undang-undang diatur

dalam Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang Perkawinan, yaitu:

1. Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing

agama dan kepercayaannya itu.

2. Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan Perundangundangan yang

berlaku57

Dijelaskan lebih lanjut dalam penjelasan Pasal 2 ayat (1) sebagai berikut:

Perumusan pada Pasal 2 ayat (1) ini, tidak ada perkawinan diluar hukum masing-

masing agamanya dan kepercayaannya itu termasuk ketentuan perundang-

undangan yang berlaku bagi golongan agamanya dan kepercayaannya itu

sepanjang tidak bertentangan atau tidak ditentukan lain dalam undang-undang ini.

Dari bunyi Pasal 2 ayat (1) beserta dengan penjelasannya itu, maka suatu

perkawinan mutlak harus dilakukan menurut hukum masing- masing agamanya

dan kepercayaannya itu, kalau tidak maka perkawinan itu tidak sah.58

D. Pencatatan Perkawinan

Pencatatan perkawinan merupakan media bagi pasangan yang hendak

melakukan perkawinan untuk mendapatkan kepastian hukum apakah perkawinan

yang dilaksanakan sah atau tidak. Akta nikah atau buku nikah merupakan bukti

bahwa perkawinan telah sah secara agama dan diakui oleh negara, pasangan calon

57

K Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta, Ghalia Indonesia, 2009,

hal.25 58

Ibid

Page 51: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

pengantin yang telah mendaftarkan dan mencatakan perkawinannya, maka akan

mendapatkan buku nikah tersebut sebagai perwujudan kepastian hukum

perkawinan mereka. Bagi para pemeluk agama Islam apabila hendak

mendaftarkan dan mencatat perkawinan dapat dilakukan di Kantor Urusan Agama

(KUA) dan bagi yang non muslim dapat dilakukan di Kantor Catatan Sipil (KCS).

Maka berdasarkan peraturan perundang-undangan Pihak KUA ataupun KCS

terlebih dahulu harus memeriksa terkait persyaratan-persyaratan perkawinan yang

wajib dipenuhi. Berdasarkan fungsinya sebagai lembaga pencatat perkawinan

maka KUA maupun KCS berhak melakukan penolakan pencatatan atau

pembatalan perkawinan apabila tidak sesuai dengan peraturan perundang-

undangan, karena mereka pula yang memastikan bahwa perkawinan tidak boleh

bertentangan dengan agama dan kepercayaan serta hukum positif.59

Pencatatan perkawinan bertujuan untuk mewujudkan ketertiban

perkawinan dalam masyarakat. Ini merupakan suatu upaya yang diatur melalui

perundang-undangan, untuk melindungi martabat dan kesucian perkawinan, dan

lebih khusus untuk melindungi hakhak perempuan dalam kehidupan berumah

tangga. Melalui pencatatan perkawinan yang dibuktikan dengan akta nikah,

apabila terjadi perselisihan di dalam perkawinan, maka salah satu dari pihak

suami ataupun istri dapat melakukan upaya hukum guna mempertahankan atau

memperoleh hak masing-masing. Karena dengan akta tersebut, suami istri

memiliki bukti otentik atas perbuatan hukum yang telah mereka lakukan.60

59

Arya Wira Hadikusuma dan, Hisyam Syafioedien, Keabsahan Ijab Kabul Melalui

Telepon Dan Skype(Studi Dalam Perspektif Pasal 27 Sampai Dengan Pasal 29 Kompilasi Hukum

Islam), artikel Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, 2008, hal 8-9 60

Ibid. , hal 9

Page 52: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

Pencatatan perkawinan dalam pelaksanaannya diatur dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4

Tahun 1975 Bab II Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975

tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan.

Pencatatan itu perlu untuk kepastian hukum, maka perkawinan yang terjadi

sebelum Undang-Undang Perkawinan, perkawinan yang dilakukan menurut

peraturan perundang-undangan yang lama adalah sah. Sebab dengan dilakukannya

pencatatan perkawinan tersebut akan diperoleh suatu alat bukti yang kuat sebagai

alat bukti autentik berupa akta nikah (akta perkawinan), yang didalamnya memuat

sebagai berikut:

1. Nama, tanggal, dan tempat lahir, agama dan kepercayaan, pekerjaan dan

tempat kediaman suami-istri. Jika pernah kawin disebutkan juga nama suami

atau istri terdahulu.

2. Nama, agama atau kepercayaan, pekerjaan, dan tempat kediaman orang tua

mertua.

3. Izin kedua orang tua bagi yang belum mencapai umur 21 tahun/dari wali atau

pengadilan.

4. Dispensasi dari pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang

tua bagi yang melakukan perkawinan dibawah umur 19 tahun bagi pria dan

dibawah umur 16 tahun bagi wanita.

5. Izin pengadilan bagi seorang suami yang akan melangsungkan perkawinan

lebih dari seorang istri.

6. Persetujuan kedua mempelai

Page 53: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

7. Izin dari pejabat yang ditunjuk Menteri Hankam/Pangab bagi anggota TNI

8. Perjanjian perkawinan jika ada

9. Nama, umur, agama atau kepercayaan, pekerjaan dan kediaman para saksi,

dan wali nikah bagi yang beragama Islam.

10. Nama, umur, agama atau kepercayaan, pekerjaan dan kediaman kuasa apabila

perkawinan dilakukan melalui seorang kuasa.61

Pada perkawinan yang tidak dicatatkan tidak diakui oleh hukum formal

karena tidak tercatat pada Kantor Urusan Agama (KUA) bagi yang beragama

Islam. Tidak dicatatkan perkawinan akan berdampak negatif pada status anak

yang dilahirkan di mata hukum, yakni anak yang dilahirkan dianggap sebagai

anak yang tidak sah. Pasal 42 dan 43 Undang-Undang Perkawinan, yang

menyebutkan bahwa anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau

sebagai akibat yang sah, anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya

mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya. Hal ini juga

telah diperkuat dengan Pasal 100 KHI yang menyatakan bahwa anak yang lahir di

luar perkawinan hanya mempunyai nasab dengan ibunya dan keluarga ibunya. Hal

ini tentu saja merugikan anak, oleh karena berdasarkan ketentuan Pasal 100 KHI

(Kompilasi Hukum Islam) tersebut tidak mempunyai hubungan hukum

keperdataan dengan ayah biologisnya.62

Pencatatan perkawinan pada dasarnya syariat Islam tidak mewajibkan

terhadap setiap akad pernikahan, namun apabila dilihat dari segi manfaatnya

61

Amin Summa, Hukum Kekeluargaan Islam di Dunia Islam, Jakarta, Raja Grafindo

Persada, 2005, hal. 47 62

J. Satrio, Hukum Keluarga tentang Kedudukan Anak Dalam Perkawinan, Jakarta, Sinar

Grafika, 2008, hal. 25.

Page 54: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

pencatatan sangat diperlukan. Jika dibuka kembali kitab-kitab fiqh klasik, maka

tidak akan ditemuka adaya kewajiban pasangan suami istri untuk mencatatkan

perkawinannya pada pejabat negara. Dalam tradisi umat islam terdahulu,

perkawinan dianggap sah apabila sudah memenuhi syarat dan rukunnya. Hal ini

berbeda dengan perkara muamalah yang dengan tegas Al qur‟an memerintahkan

untuk mencatatkan.63

Pentingnya sebuah pencatatan dalam suatu masalah yang

berkaitan dengan individu yang lain atau dalam hal mu‟amalah, Islam pada ayat

AlBaqarah di atas tersebut memerintahkan kepada para pemeluknya untuk

mencatatkan setiap peristiwa yang berkenaan dengan individu yang lain. Hal ini

dilakukan untuk menghindari kelupaan tentang sesuatu dengan jalan mencatatkan.

Pencatatan perkawinan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh pejabat

negara terhadap setiap peristiwa perkawinan. Dalam hal ini pegawai pencatat

nikah yang melangsungkan pencatatan, ketika akan melangsungkan suatu akad

perkawinan atara calon mempelai suami dan istri.64

Perkawinan yang secara

normatif harus dicatatkan itu adalah sudah merupakan ”Kesepakatan nasional”

yang bertujuan untuk mewujudkan tujuan hukum untuk masyarakat guna

terwujudnya ketertiban, kepastian dan perlindungan hukum.

Pencatatan perkawinan dilakukan oleh pejabat negara yang diangkat

sebagai Petugas Pencatat Nikah yang diberikan mandat oleh negara untuk

mencatatkan perkawinan sebagai salah satu syarat sahnya, yang diatur

pelaksanaannya dengan Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 jo. Peraturan

63

Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia, Cetakan kesatu, Jakarta, Sinar

Grafika, 2013, hal. 182. 64

Muhammad Zein dan Mukhtar Alshadiq, Membangun Keluarga Harmonis, Cetakan

Pertama, Jakarta, Graha Cipta, 2005, hal. 36.

Page 55: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

Menteri Agama No. 11 dan Peraturan Menteri Agama No. 3 dan 4 tahun 1975.

Kewajiban mencatatkan perkawinan itu juga dimaksudkan dalam Undang-Undang

No. 32 tahun 1954 tentang Pencatatan Nikah, Talak Dan Rujuk.

Perbuatan pencatatan, bahwa “tidak menentukan sahnya suatu perkawinan,

tapi menyatakan bahwa peristiwa perkawinan itu memang ada dan terjadi, jadi

semata-mata hanya bersifat administratif. Sehingga sahnya perkawinan bukan

ditentukan dengan pencatatan tetapi pencatatan sebagai syarat administratif.

Sedangkan sahnya perkawinan, Undang-Undang Perkawinan dengan tegas

menyatakan pada Pasal 2 ayat (1) bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan

menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya”.65

Pasal 6 ayat (1) KHI juga disebutkan bahwa untuk memenuhi ketentuan

dalam Pasal 5, setiap perkawinan harus dilangsungkan dihadapan dan dibawah

pengawasan pegawai pencatat nikah. Pasal 6 ayat (2) juga menjelaskan bahwa

perkawinan yang dilakukan di luar pengawasan pegawai pencatat nikah tidak

mempunyai kekuatan hukum.66

Pencatatan perkawinan sangat penting dilaksanakan oleh mempelai sebab

buku nikah yang mereka peroleh merupakan bukti autentik tentang keabsahan

pernikahan itu baik secara hukum agama maupun negara. Dengan bukti autentik

tersebut, maka akibat hukum yang ditimbulkan dari perkawinan itu mendapat

jaminan hukum oleh negara karena mereka dapat membuktikan pula keturunan

65

O.s. Eoh, Perkawinan Antar Agama dalam Teori dan Praktek, Jakarta, Raja Grafindo

Persada, 1996, hal. 98-99. 66

I nstruksi Presiden RI No. 1 Tahun 1991, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta,

Departemen Agama RI, 1998, hal. 15.

Page 56: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

sah yang dihasilkan dari perkawinan tersebut dan memperoleh hak-haknya

sebagai ahli waris dan lain sebagainya.67

Dengan memperhatikan tata cara dan ketentuan perkawinan menurut

hukum agamanya masing-masing, maka perkawinan haruslah dilaksanakan

dihadapan pegawai pencatat nikah yang dihadiri oleh dua orang saksi. Sesaat

setelah perkawinan dilaksanakan, kedua mempelai menanda tangani akta

perkawinan yang telah dipersiapkan oleh pegawai pencatat nikah. Dengan

selesainya penanda tanganan tersebut, perkawinan telah dicatat dengan resmi

sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kemudian kedua mempelai diberikan

kutipan akta nikah sebagai bukti autentik bahwa benar mereka melakukan

perkawinan dengan resmi dan sah.68

Fungsi dan kedudukan pencatatan perkawinan adalah untuk menjamin

ketertiban hukum (legal order) yang berfungsi sebagai instrumen kepastian

hukum, kemudahan hukum, disamping sebagai salah satu alat bukti perkawinan.

Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa pencatatan perkawinan bukanlah

peristiwa hukum, tetapi merupakan peristiwa penting, sama halnya dengan

kelahiran, kematian, dan peristiwa penting lainnya. Oleh sebab itu, pencatatan

perkawinan menjadi sangat penting karena kelak dapat menjadi alat bukti yang

sah bahwa telah terjadi perkawinan diantara kedua belah pihak. Adapun masalah

pencatatan perkawinan yang tidak dilaksanakan tidaklah mengganggu keabsahan

suatu perkawinan yang telah dilaksanakan sesuai hukum Islam karena sekedar

menyangkut aspek administratif. Hanya saja jika suatu perkawinan tidak

67

Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta, Kencana

Prenada, 2006, hal. 20 68

Ibid., hal. 55-56.

Page 57: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

dicatatkan, maka suami istri tersebut tidak memiliki bukti otentik bahwa mereka

telah melaksanakan suatu perkawinan yang sah. Akibatnya, dilihat dari aspek

yuridis, perkawinan tersebut tidak diakui pemerintah, sehingga tidak mempunyai

kekuatan hukum (no legal force). Oleh karena itu, perkawinan tersebut tidak

dilindungi oleh hukum, dan bahkan dianggap tidak pernah ada.69

Jika ditinjau dari aspek politis dan sosiologis, tidak mencatatkan suatu

perkawinan akan menimbulkan dampak yaitu :

1. Masyarakat muslim Indonesia dipandang tidak mempedulikan kehidupan

berbangsa dan bernegara dalam bidang hukum, yang pada akhirnya sampai

pada anggapan bahwa pelaksanaan ajaran Islam tidak membutuhkan

keterlibatan negara, yang pada akhirnya lagi mengusung pandangan bahwa

agama harus dipisahkan dari kehidupan kenegaraan, yang dikenal dengan

istilah Sekularisme.

2. Akan mudah dijumpai perkawinan sirri / perkawinan dibawah tangan, yang

hanya peduli pada unsur agama saja dibanding unsur tata cara pencatatan

perkawinan.

3. Apabila terjadi wanprestasi terhadap janji perkawinan, maka peluang untuk

putusnya perkawinan akan terbuka secara bebas sesuka hati suami atau istri,

tanpa adanya akibat hukum apapun, sehingga hampir semua kasus berdampak

pada wanita yang kemudian akan berakibat buruk kepada anak-anaknya.70

69

Jamaluddin dan Nanda Amalia, Buku Ajar Hukum Perkawinan, Lhokseumawe, Unimal

Press, 2016, hal 38 70

M. Anshary MK., Hukum Perkawinan di Indonesia, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2010,

hal 30

Page 58: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

Indonesia telah memiliki beberapa peraturan perundang- undangan tentang

pencatatan perkawinan bagi orang Islam, yaitu:

1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan

bagi Orang Islam;

2) Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan;

3) Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2007 tentang

Pencatatan Nikah;

4) Keputusan bersama Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan haji dan

Dirjen Protokoler dan Konsuler Nomor 280/07 Tahun 1999, Nomor:

D/447/Tahun 1999 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Perkawinan Warga

Negara Indonesia di Luar Negeri.

Pencatatan perkawinan bertujuan untuk mewujudkan ketertiban

perkawinan dalam masyarakat. Ini merupakan suatu upaya yang diatur melalui

perundang-undangan, untuk melindungi martabat dan kesucian perkawinan, dan

lebih khusus untuk melindungi hak-hak perempuan dalam kehidupan berumah

tangga. Melalui pencatatan perkawinan yang dibuktikan dengan akta nikah,

apabila terjadi perselisihan di dalam perkawinan, maka salah satu dari pihak

suami ataupun istri dapat melakukan upaya hukum guna mempertahankan atau

memperoleh hak masing-masing. Karena dengan akta tersebut, suami istri

memiliki bukti otentik atas perbuatan hukum yang telah mereka lakukan.71

71

Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 1995. hal.

107.

Page 59: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG IJAB KABUL DAN

PERKEMBANGAN HUKUM PERKAWINAN

A. Pengertian Ijab Kabul

Berkaitan dengan rukun dan syarat-syarat perkawinan, salah satunya

adalah bahwa dalam perkawinan harus ada akad yang jelas dalam bentuk ijab

kabul. Ijab diucapkan oleh wali dari pihak mempelai perempuan, sedangkan kabul

adalah pernyataan menerima dari pihak laki-laki. Berdasarkan hal tersebut, telah

jelaslah bahwa akad nikah sangat penting dalam perkawinan, sebab akad nikah

merupakan hal yang paling pokok dalam perkawinan.72

Ijab kabul sebagai penentu sahnya perkawinan dalam hukum Islam

dijamin kelangsungannya, karena telah termuat didalam Undang-Undang

Perkawinan dan KHI. Menurut hukum syara‟, akad nikah sendiri mempunyai

pengertian yaitu suatu yang membolehkan seseorang untuk melakukan

persetubuhan dengan menggunakan lafaz “menikahkan atau mengawinkan” yang

diikuti dengan pengucapan ijab kabul antara wali dan calon mempelai pria dengan

jelas serta tidak terselang oleh pekerjaan lainnya.73

Ijab adalah hal yang muncul

pertama kali dari salah satu pelaku akad kabul adalah hal yang muncul dari pelaku

72

Jamaluddin dan Nanda Amalia, Op.Cit., hal 57 73

Beni Ahmad Saebani, Fiqh Munakahat Bandung, Pustaka Setia, 2009, hal 103

Page 60: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

akad lain.74

Adapun kabul adalah pernyataan pihak lain yang mengetahui dirinya

menerima pernyataan ijab tersebut.75

Syarat ijab kabul antara lain

1) Dengan kata tazwij atau terjemahannya

2) Bahwa antar ijab wali dan kabul calon mempelai laki-laki harus beruntun dan

tidak berselang waktu

3) Hendaknya ucapan kabul tidak menyalahi ucapan ijab, kecuali kalau lebih

baik dari ucapan ijab

4) Pihak-pihak yang melakukan akad harus dapat mendengarkan kalimat ijab

kabul.76

Persyaratan ijab kabul di jelaskan di dalam Pasal 27, 28 dan 29 KHI.

Ketiga pasal KHI tersebut, dapat dipahami bahwa penyerahan calon mempelai

wanita dari wali nikah kepada calon mempelai pria (ijab kabul) harus bersambung

antara kalimat penyerahan dengan kalimat penerimaan. Demikian juga kebiasaan

wali nikah mewakilkan hak perwaliannya kepada orang yang mempunyai

pengetahuan agama (ulama) atau kepada Pegawai Pencatat Nikah sudah merata.

Sesudah pelaksanaan akad nikah, kedua mempelai menandatangani akta

perkawinan yang telah disiapkan oleh pegawai pencata nikah berdasarkan

ketentuan yang berlaku, diteruskan kepada kedua saksi dan wali. Dengan

penandatanganan akta nikah dimaksud, perkawinan telah tercatat secara resmi

74

Kuzairi, Achmad, Nikah Sabagai Perikatan, cetakan pertama, Jakarta, Raja Grafindo

Persada, 2005, hal 10 75

Dahlan Abdul Aziz (et.al), Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta, Ikhtiar Baru Van Hoeke,

1996 hal. 1331 76

Ibid

Page 61: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

(Pasal 11), dan mempunyai kekuatan hukum (Pasal 6 ayat (2) KHI). Akad nikah

yang demikian disebut sah atau tidak dapat dibatalkan oleh pihak lain.77

B. Rukun dan Syarat Ijab Kabul

Rukun merupakan bagian dari hakikat sesuatu. Rukun masuk didalam

substansinya. Adanya sesuatu itu karena adanya rukun dan tidak adanya karena

tidak ada rukun. Berbeda dengan syarat, ia tidak masuk ke dalam substansi dan

hakikat sesuatu, sekalipun itu tetap ada tanpa syarat, namun eksistensinya tidak

diperhitungkan. Akad nikah mempunyai beberapa rukun yang berdiri dan

menyatu dengan substansinya.78

Rukun dan syarat menentukan suatu perbuatan hukum, terutama yang

menyangkut dengan sah atau tidaknya perbuatan tersebut dari segi hukum. Kedua

kata tersebut mengandung arti yang sama, dalam hal bahwa keduanya merupakan

sesuatu yang harus diadakan. Sama halnya dengan perkawinan, sebagai perbuatan

hukum, rukun dan syarat perkawinan tidak boleh ditinggalkan. Perkawinan

menjadi tidak sah bila keduanya tidak ada atau tidak lengkap.

Rukun merupakan segala hal yang harus dipenuhi menurut ketentuan

peraturan perundang-undangan. Syarat perkawinan adalah segala hal mengenai

perkawinan yang harus dipenuhi menurut ketentuan peraturan perundang-

undangan sebelum perkawinan dilangsungkan. 79

77

Ali Zainudidin, Op.Cit., hal. 23 78

Abdul Majid, Fiqh Munakahat, Jakarta: AMZAH, 2009, hal. 59 79

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Bandung, Citra Adiya Bakti, 2011,

hal. 66.

Page 62: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

Berdasarkan Undang-Undang Perkawinan, ada dua macam syarat-syarat

perkawinan yaitu syarat materiil adalah syarat yang melekat pada diri masing-

masing pihak disebut juga syarat subjektif, dan syarat formal yaitu mengenai tata

cara atau prosedur melangsungkan perkawinan menurut hukum agama dan

undang-undang disebut juga syarat objektif.80

Di dalam KHI Pasal 14 dinyatakan bahwa untuk melaksanakan

perkawinan harus ada : (1) calon suami, (2) calon istri, (3) wali nikah, (4) dua

orang saksi, (5) ijab dan kabul.81

Pengertian tentang akad nikah disebutkan dalam

Pasal 1 huruf c adalah “akad nikah rangkaian Ijab yang diucapkan oleh wali

dan Kabul yang diucapkan oleh mempelai pria atau wakilnya disaksikan oleh dua

orang saksi”.82

Pelaksanaan akad nikah diatur secara khusus dalam Pasal 27, 28

dan Pasal 29.

Pasal 27 KHI dinyatakan bahwa

“Ijab dan Kabul antara wali dan calon mempelai pria harus jelas beruntung dan

tidak berselang waktu”.

Pasal 28:

“Akad nikah dilaksanakan sendiri secara pribadi oleh wali nikah yang

bersangkutan. Wali nikah dapat mewakilkan kepada orang lain.”

Pasal 29

1) Yang berhak mengucapkan Kabul ialah calon mempelai pria secara pribadi

80

Ibid. 81

Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawianan dan Kompilasi Hukum

Islam, Op.Cit., hal, 232 82

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta, Akademik Presindo,

1992, hal. 21.

Page 63: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

2) Dalam hal-hal tertentu ucapan Kabul nikah dapat diwakilkan kepada pria lain

dengan ketentuan calon mempelai pria memberi kuasa yang tegas secara

tertulis bahwa penerimaan wakil atas akad nikah itu adalah untuk mempelai

pria.

3) Dalam hal calon mempelai wanita atau wali keberatan calon mempelai pria

diwakili, maka akad nikah tidak boleh dilangsungkan.83

Berdasarkan pasal-pasal tersebut, dalam hal pelaksanaan akad nikah tidak

diberikan pengaturan tentang kemungkinan dilakukannya Ijab Kabul pada tempat

yang berbeda. Namun di sini yang lebih ditekankan bahwa calon mempelai dapat

menyatakannya melalui orang yang dikuasakan secara khusus

Akad nikah dengan sebuah ijab kabul itu harus dilakukan di dalam sebuah

majelis yang sama. Dimana keduanya sama-sama hadir secara utuh dengan ruh

dan jasadnya. Termasuk juga didalamnya adalah kesinambungan antara ijab dan

kabul tanpa ada jeda dengan perkataan lain yang bisa membuat keduanya tidak

terkait. Sedangkan syarat bahwa antara ijab kabul itu harus bersambung tanpa jeda

waktu sedikitpun adalah pendapat syafi'i dalam mazhabnya. Namun yang lainnya

tidak mengharuskan keduanya harus langsung bersambut. Bila antara ijab kabul

ada jeda waktu namun tidak ada perkataan lain, seperti untuk mengambil nafas

atau hal lain yang tidak membuat berbeda maksud dan maknanya, maka tetap

syah. Sebagaimana yang dituliskan di kitab Al-Muhgni.

83

Departemen Agama Republik .Indonesia. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor

1 Tahun 1991 Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta, 2001, hal23-24.

Page 64: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

C. Perkembangan Hukum Perkawinan

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa pembangunan nasional adalah

suatu proses yang dialami oleh masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik dan

untuk dapat mencapai suatu sasaran yang diharapkan dari proses pembangunan

itu, maka pada umumnya kegiatan pembangunan harus terencana, terpadu dan

terarah, demikian pula halnya dengan pembangunan hukum. Sejalan hal ini

banyak pendapat mengatakan bahwa masa kini adalah hasil kumulatif serta

kesinambungan dari masa yang telah lalu dan masa depan akan lebih banyak

ditentukan oleh corak dan langkah maupun upaya bersama suatu bangsa pada

masa kini melalui suatu perubahan sosial dan budaya yang direncanakan demi

pelaksanaan pembangunan. Perubahan ini sendiri juga harus ditunjang melalui

pembaharuan hukum nasional.84

Sepanjang sejarah Indonesia, wacana Undang-undang Perkawinan

setidaknya selalu melibatkan tiga pihak/kepentingan, yakni kepentingan agama,

negara dan perempuan. Wacana dikotomi publik-privat, perbincangan seputar

perkawinan cendrung dianggap sebagai wilayah privat. Pengaturan perkawinan

tidak dapat dilepaskan dari wacana keluarga. Dalam konteks inilah baik agama

sebagai sebuah institusi maupun negara memiliki kepentingan untuk mengadakan

pengaturan. Agama sebagai sebuah institusi memiliki kepentingan yang signifikan

atas keluarga, sebab keluarga sebagai satuan kelompok sosial terkecil memiliki

peran penting dalam melakukan sosialisasi nilai-nilai yang ada dalam agama.

Sementara itu negara, sebagai institusi modern pun tak dapat mengabaikan

84

Tengku Erwinsyahbana. Sistem Hukum Perkawinan Pada Negara Hukum Berdasarkan

Pancasila. Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 No. 1, tahun, 11, hal 5

Page 65: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

keluarga dalam mengatur dan menciptakan tertib warganya. Meskipun

kepentingan negara ini tidak selalu sama dari pemerintahan satu ke pemerintahan

yang lain.85

Sebelum Belanda masyarakat Nusantara umumnya telah memeluk agama

Islam, hal ini dapat maklumi, karena di mana masyarakat Islam itu bermukim, di

situ berlaku pula hukun lslam meskipun dalam lingkungan masyarakat yang

jumlahnya terbatas. Disamping itu, ada pula kelompok masyarakat yang menganut

agama lslarn ltu menganut pula sistem hukum adat setempat. Akhirnya, bukan

saja sistem hukum Islam tentang dikenal masyarakat, melainkan juga sistem

hukum adat yang berasal dari masyarakat' asli setempat Setelah Belanda berlayar

ke timur nn mulai bercokol di nusantara, sldem hukum Barat yang berasal dari

Eropa diberlakukan oleh Belanda sehingga dlkenal pula oleh kelompok msyarakat

lsiam nusantara.86

Sebelum terbentuknya Kompilasi Hukum Indonesia terjadi perubahan

penting dan mendasar yang telah terjadi dalam lingkungan Pengadilan Agama

dengan disyahkannya RUU-PA menjadi Undnag-Undang No 7 Tahun 1989, yang

diajukan oleh menteri Agama Munawir Sjadzali ke sidang DPR. Di antara isinya

sebagai berikut:

1. Peradilan Agama telah menjadi peradilan mandiri, kedudukanya benar-

benar telah sejajar dan sederajat dengan peradilan umum, peradilam

militer,dan peradilan tata usaha negara.

85

Nafi‟ Mubarok, Sejarah Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia. Al-Hukama The

Indonesian Journal of Islamic Family Law Volume 02, Nomor 02, Desember 2012, hal 140 86

Idris Romulyo. Asas-Asas Hukum Islam. Sejarah dan Pertambangan Kedudukan

Hukum Islam di Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika, 1997, hal. 41;

Page 66: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

2. Nama, susunan, wewenang (kekuasaan) dan hukum acaranya telah sama

dan seragam di seluruh Indonesia. Terciptanya unifikasi hukum acara

peradilan agama akan memudahkan terwujudnya ketertiban dan kepastian

hukum yang berintikan keadilan dalam lingkungan peradilan agama.

3. Perlindungan kepada wanita telah ditingkatkan dengan jalan antara lain,

memberikan hak yang sama kepada istri dalam proses dan membela

kepentingannya di muka peradilan agama.

4. Lebih memantapkan upaya penggalian berrbagai asas dan kaidah hukum

Islam sebagai salah satu bahan baku dalam penyusunan dan pembinaan

hukum nasional melalui yurispondensi.

5. Terlaksananya ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 48

Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman.

6. Terselengaranya pembangunan hukum nasional berwawasan nusantara

yang sekaligus berwawasan Bhineka Tunggal Ika dalam bentuk Undang-

undang Peradilam Agama.87

Namun keberhasilan umat Islam Indonesia dalam mensukseskan RUU-PA

menjadi Undang-undang Peradilan Agama No. 7 Tahun 1989, tidaklah berarti

persoalan yang berkaitan dengan implementasi hukum Islam di Indonesia menjadi

selesai. Ternyata muncul persoalam krusial yang berkenaan dengan tidak adanya

keseragaman para hakim dalam menetapkan keputusan hukum terhadap

persoalanpersoalan yang mereka hadapi. Hal ini disebabkan tidak tersedianya

kitab materi hukum Islam yang sama. Secara material memang telah ditetapkan 13

87

Ibid., hal 157-158

Page 67: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

kitab yang dijadikan rujukan dalam memutuskan perkara yang kesemuanya

bermazhab Syafi‟i, akan tetapi tetap saja menimbulkan persoalan yaitu tidak

adanya keseragaman keputusan hakim.88

Berangkat dari realitas ini keinginan untuk meyusun “kitab hukum Islam”

dalam membentuk kompilasi dirasakan semakin mendesak. Penyusunan

Kompilasi ini bukan saja didasarkan pada kebutuhan adanya keseragaman

referensi keputusan hukum Pengadilan Agama di Indonesia, tetapi juga

disadarkan pada keharusan terpenuhinya perangkat-perangkat sebuah Peradilan

yaitu kitab materi hukum Islam yang digunakan di lembaga Peradilan tersebut.

Bustanul Arifin adalah seorang tokoh yang tampil dengan gagasan perlunya

membuat Kompilasi Hukum Indonesia. Gagasan tersebut disebapati, sehingga

dibentuklah Tim pelaksana Proyek dengan Surat Keputusan Bersama (SKB) ketua

Mahkamah Agung RI dan Menteri Agama RI No.07/KMA/1985, dengan

mengangkat Bushtanul sebagai Pemimpin Umum yang anggotanya meliputi para

pejabat Mahkamah Agung dan Departemen Agama. Dengan kerja keras anggota

Tim dan ulama-ulama, cendikiawan yang terlibat di dalamnya maka terumuslah

KHI yang ditindaklanjuti dengan keluarnya intruksi presiden No. 1 Tahun 1991

kepada menteri Agama untuk menyebarluaskan Kompilasi Hukum Islam yang

terdiri dari buku I tentang Perkawinan, Buku II tentang Kewarisan, Buku III

tentang Perwakafan. Inpres tersebut ditindaklanjuti dengan SK Menteri Agama

No. 154 Tahun 1991 tanggal 22 Juli 1991.46 Setidaknya dengan adanya KHI itu,

maka saat ini di Indonesia tidak akan ditemukan lagi pluralisme Keputusan

88

Ibid

Page 68: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

Peradilan agama,karena kitab yang dijadikan rujukan hakim Peradilan Agama

adalah sama. Selain itu fikih yang selama ini tidak positif, telah ditransformasikan

menjadi hukum positif yang berlaku dan mengikat seluruh umat Islam Indinesia.

Lebih penting dari itu, KHI diharapkan akan lebih mudah diterima oleh

masyarakat Islam Indonesia karena ia digali dari tradisi-tradisi bangsa indonesia.

Jadi tidak akan muncul hambatan Psikologis di kalangan umat Islam yang ingin

melaksanakan Hukum Islam.89

Melakukan perkawinan memakai sarana telekomunikasi pun sampai

sekarang masih dianggap aneh oleh sebagian besar masyarakat Indonesia karena

dianggap tidak wajar. Bahkan dapat menimbulkan perdebatan di antara para pakar

atau aparat hukum dalam hubungannya untuk menetapkan keabsahan perkawinan

memakai media telepon ataupun teleconference, tetapi meskipun begitu,

perkawinan yang dilakukan melalui media telepon ataupun teleconference ini

sudah mulai sering dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Selama ini, perkawinan

biasanya dilangsungkan dalam satu majelis atau satu tempat. Namun seiring

dengan perkembangan teknologi komunikasi, terdapat kemungkinan

dilangsungkannya perkawinan tidak dalam satu majelis. 90

89

Ibid., hal 158-159 90

Dede Yusipa, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perkawinan Teleconference, Skripsi

Fakultas Syari‟ah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010, hal 58

Page 69: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

BAB IV

KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM

PERSPEKTIF KOMPILASI HUKUM ISLAM

A. Bentuk Pengaturan Ijab Kabul Melalui Whatsapp

Seiring dengan kemajuan teknologi informasi, antara dua pihak dapat

berkomunikasi secara mudah melalui suara dan gambar menggunakan hand phone

yang mempunyai fasilitas video whatsapp dengan jaringan 4,5 G. Berkaitan

dengan hal tersebut, apakah hukumnya melakukan ijab kabul antara wali dengan

pihak calon mempelai pria yang jaraknya berjauhan melalui video whatssap dalam

melaksanakan ijab kabul. Ijab kabul sah secara syar’i, jika memenuhi rukun-rukun

dan syarat-syaratnya. Menurut MS. Albani sekretaris MUI Kota Medan

berpendapat bahwa rukun-rukun nikah harus terpenuhi antara lain adanya calon

mempelai pria, adanya calon mempelai wanita, adanya wali nikah, hadirnya dua

orang saksi, dan akad ijab kabul. Masing-masing rukun tersebut ada syaratnya.

Khusus masalah ijab kabul, ada empat syarat yang harus dipenuhi, antara lain

1. Ijab kabul dilakukan dalam satu majelis

2. Kesesuaian antara ijab kabul. Misalnya wali mengatakan: “Saya nikahkan

anda dengan putri saya Maimunah..”, selanjutnya calon suami menjawab:

“Saya terima nikahnya Nurlela ...”, maka nikahnya tidak sah, karena antara

ijab kabul tidak sesuai.

3. Yang melaksanakan ijab (wali) tidak menarik kembali ijabnya sebelum kabul

dari calon suami, jika sebelum calon suami menjawab wali telah menarik

ijabnya, maka ijab kabul seperti ini tidak sah.

Page 70: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

4. Berlaku seketika, maksudnya nikah tidak boleh dikaitkan dengan masa yang

akan datang, jika wali mengatakan: “Saya nikahkan anda dengan putri saya

Maimunah besok lusa”, maka ijab kabulnya tidak sah.

Menurut pendapat M. Anwar Adly dosen/PNS Ijab kabul dilakukan dalam

satu majelis harus memenuhi syarat, syarat pertama yaitu, adalah ijab kabul terjadi

dalam satu waktu. Suatu akad ijab kabul dinamakan satu majelis jika setelah pihak

wali selesai mengucapkan ijab, calon suami segera mengucapkan kabul. Ijab

kabul tidak boleh ada jeda waktu yang terlalu lama, apabila ada jeda waktu yang

terlalu lama antara ijab kabul, kabul tidak dianggap sebagai jawaban terhadap ijab.

Ukuran jeda waktu yang terlalu lama, yaitu jeda yang mengindikasikan calon

suami menolak untuk menyatakan kabul, antara ijab kabul tidak boleh diselingi

dengan perkataan yang tidak terkait dengan nikah sekalipun sedikit, juga

sekalipun tidak berpisah dari tempat akad.

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, ijab kabul tidak harus dilakukan

antara dua pihak dalam satu tempat. Para ulama imam madzhab sepakat tentang

sahnya akad ijab kabul yang dilakukan oleh dua pihak yang berjauhan melalui

sarana surat atau utusan. Misalnya ijab kabul dilakukan melalui surat atau utusan

dari wali yang dikirimkan kepada calon suami, jika ijab kabul melalui surat, yang

dimaksud dengan majelis akad yaitu tempat suami membaca surat yang berisi ijab

dari wali dihadapan para saksi, dan jika calon suami setelah membaca surat yang

berisi ijab dari wali segera mengucapkan kabul, maka akad dipandang dilakukan

dalam satu majelis. Apabila akad ijab kabul melalui utusan, yang dimaksud

dengan majelis akad yaitu tempat utusan menyampaikan ijab dari wali pada calon

Page 71: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

mempelai pria di hadapan para saksi, dan jika setelah utusan menyampaikan ijab

dari wali, calon mempelai pria segera mengucapkan kabul, maka akad dipandang

telah dilakukan dalam satu majelis sehingga ijab kabulnya dianggap sah.

Dewasa ini, alat komunikasi berkembang pesat dan jauh lebih canggih

ketimbang zaman dahulu, akad antara dua pihak yang berjauhan hanya terbatas

melalui alat komunikasi surat atau utusan. Seseorang dapat berkomunikasi melalui

internet, telepon, atau melalui whatsaap secara langsung dari dua tempat yang

berbeda. Alat komunikasi telepon atau hand phone (HP), dahulu hanya dapat

dipergunakan untuk berkomunikasi lewat suara dan short massage service (SMS:

pesan singkat tertulis), saat ini teknologi HP semakin canggih, di antaranya

merupakan fasilitas jaringan 4,5G. 4,5G atau four generation merupakan istilah

yang digunakan untuk sistem komunikasi mobile generasi saat ini. Sistem ini akan

memberikan pelayanan yang lebih baik dari apa yang ada saat ini, yaitu pelayanan

suara, teks dan data. Jasa layanan yang diberikan oleh 4,5G ini merupakan jasa

pelayanan video dan akses ke multimedia, dengan menggunakan 4,5G, yakni

dengan whatsapp, seseorang dapat berkomunikasi langsung lewat suara dan

melihat gambar lawan bicara dimanapun berada.

Sesuai dengan pendapat Hasan Matsum jika akad ijab kabul melalui surat

atau utusan disepakati kebolehannya oleh ulama madzhab, maka akad ijab kabul

menggunakan fasilitas jaringan 4,5G, yakni melalui whatsaap diperbolehkan.

Dengan surat atau utusan sebenarnya ada jarak waktu antara ijab dari wali dengan

kabul dari calon suami. Sungguhpun demikian, akad melalui surat dan utusan

masih dianggap satu waktu (satu majelis), sedangkan melalui whatsaap, akad ijab

Page 72: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

kabul benar-benar dilakukan dalam satu waktu. Ijab kabul melalui surat atau

utusan, pihak pertama yaitu wali tidak mengetahui langsung terhadap pernyataan

kabul dari pihak calon suami, sedangkan melalui whatsaap, lebih baik dari itu,

yakni pihak wali dapat mengetahui secara langsung (baik mendengar suara

maupun melihat gambar) pernyataan kabul dari pihak calon suami, demikian pula

sebaliknya. Kelebihan whatsapp yang lain, para pihak yakni wali dan calon suami

mengetahui secara pasti kalau yang melakukan akad ijab dan kabul betul-betul

pihak-pihak terkait kemudian semua aspek perkawinan terpenuhi antara lain

rukun,syarat sah, syarat-syarat perkawinan, tidak terdapat unsur rekayasa atau tipu

daya.

Menurut Hasan Matsum, Wakil Ketua MUI Kota Medan berpendapat

bahwa akad ijab kabul melalui whatsaap sah secara syar’i, dengan catatan harus

terpenuhi syarat-syarat ijab kabul yang lain, serta memenuhi rukun-rukun dan

syarat-syarat sah nikah yang lain, apabila ijab kabul melalui video call sah antara

wali dengan calon suami, maka sah juga untuk akad mewakilkan (tawkil) dari

pihak wali kepada wakil jika wali mewakilkan ijab kabul pada orang lain. Bahkan

sah juga akad ijab kabul melalui whatsaap antara wakil dengan mempelai pria

satu majelis.

Sekalipun demikian, baiknya ijab kabul dilakukan secara normal dengan

bertemunya masing-masing pihak secara langsung. Ijab kabul dilakukan whatsaap

apabila memang diperlukan karena jarak yang berjauhan dan tidak memungkinkan

untuk masing-masing pihak bertemu secara langsung. Pelaksanaan akad nikah

didasarkan atas unsur saling ridla atau rela, oleh karena perasaan semacam ini

Page 73: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

merupakan hal yang sangat tersembunyi, maka sebagai perwujudan keabstrakan

dari akad nikah ini adalah dengan adanya ijab kabul, karena itulah, ijab kabul

merupakan unsur mendasar bagi keabsahan ijab kabul. Ijab harus diucapkan oleh

wali sebagai pernyataan rela menyerahkan anak perempuannya kepada calon

suami, sedangkan kabul diucapkan oleh calon suami sebagai pernyataan rela

mempersunting calon istrinya. Ijab berarti menyerahkan amanah Allah kepada

calon suami, dan kabul berarti sebagai lambang kerelaan menerima amanah Allah

tersebut. Adanya ijab kabul ini, maka akan menjadi halal sesuatu yang tadinya

haram. Dalam sebuah hadis Rasulullah saw bersabda bahwa dihalalkannya wanita

sebagai istri, adalah dengan kalimat Allah.91

Perkawinan dapat dinyatakan sah apabila tidak terdapat unsur rekayasa atau

tipu daya oleh perkawinan tersebut menurut pendapat Hasan Matsum Wakil Ketua

MUI Kota Medan.

B. Keabsahan Pernikahan Secara Online Menurut Undang-Undang No.1

tahun 1974 tentang Perkawinan

Dalam Kamus Bahasa Indonesia keabsahan adalah absah yang berarti

„‟sah‟‟ sah berarti sesuai menurut hukum (undang-undang, peraturan) yang

berlaku namun dengan penambahan awalan ke menjadi keabsahan maka

didefenisikan adalah sesuatu yang sesuai dengan hukum yang berlaku. 92

Perkembangan teknologi informasi akhir-akhir ini tidak dapat dipungkiri

lagi keberadaannya, pasalnya sampai ada pihak yang melakukan ijab kabul

91

A. Fauzi Aziz. Analisis Hukum Akad Perkawinan Melalui Media Elektronik dalam

perspektif Hukum Islam Istinbat Tafaqquh-Volume 5, Nomor 1, Juni 2017, hal 104 92

Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:

Balai Pustaka, 2008, hal 3

Page 74: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

melalui media elektronik seperti telepon, vedio call, teleconference, whatsapp

atau media lainnya, dengan berbagai alasan, secara faktual alat komunikasi

modern yang dipergunakan untuk melakukan ijab kabul terbagi menjadi dua

macam pertama, alat-alat yang memindah suara dan kata-kata, kedua, alat alat

yang memindah tulisan. Bagian pertama meliputi telepon, radio, televisi, dan alat

komunikasi tanpa kabel, sedang bagian kedua meliputi telegrap, teleks dan

faksimili.

Normalnya proses ini dilakukan dalam satu majelis, artinya, ijab kabul

dilakukan pada saat yang bersamaan dan disaksikan oleh dua orang saksi. Abdul

Moqsith Ghazali, peneliti The Wahid Institute mengistilahkan ijab kabul dalam

satu majelis tersebut artinya, dalam satu ruang dan waktu.93

Berkenaan dengan konsep dasar tentang keabsahan suatu perkawinan yang

dilaksanakan menurut hukum perkawinan nasional, hal itu tertuang pada rumusan

Pasal 2 ayat (1) dari Undang-Undang Perkawinan dengan redaksi “perkawinan

adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan

kepercayaannya itu.” Pasal 4 KHI dinyatakan “Perkawinan adalah sah, apabila

dilakukan menurut hukum Islam sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) Undang-undang

Perkawinan.”94

Agar ditemukan dan didapatkan pemahaman yang pas tentang bagaimana

konsep keabsahan perkawinan itu menurut hukum nasional, maka lebih dahulu

harus dipahami dari kata "perkawinan" dalam konsep Undang-Undang

Perkawinan dan juga KHI.

93

Satria Effendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, Cet. 111,

Jakarta, Kencana, 2010, hal. 3. 94

Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam

Page 75: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

1. Perkawinan dalam konsep Undang-Undang Perkawinan dan KHI:

a. Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang

wanita sebagai suami-isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah

tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.95

b. Perkawinan menurut hukum Islam merupakan pernikahan, yaitu akad yang

sangat kuat atau mitsaqon gholidhan untuk mentaati perintah Allah dan

melaksanakannya merupakan ibadah.96

Hukum positif Indonesia memang tidak ada hukum yang mengatur secara

formal, sebagai bahan pertimbangan peraturan hukum dari Perdata Mesir yang

berpendapat: “bahwa ijab Kabul menggunakan telepon atau melalui alat apa saja

yang menyamainya disamakan dengan ijab kabul yang bertemu langsung ditinjau

dari segi waktunya, dan disamakan dengan akad orang yang tidak bertemu

ditinjau dari segi tempatnya”.97

Berdasarkan penjelasan di atas di atas dapat disimpulkan bahwasannya

menurut pandangan hukum positif, pernikahan melalui online hukumnya

disamakan dengan ijab kabul orang yang bertemu langsung mengenai aspek

waktunya, namun ada masalah dengan tempat pelaksanaan ijab kabul bila di

bandingkan dengan orang bertemu langsung mengalami perbedaan.

Keabsahan suatu redaksi dapat dipastikan dengan cara mendengarkannya,

akan tetapi, bahwa redaksi itu benar-benar asli diucapkan oleh kedua orang yang

sedang melakukan akad, kepastiannya hanya dapat dijamin dengan jalan melihat

95

Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Pasal 1 96

Kompilasi Hukum Islam Pasal 2 97

Muhyiddin al-qurahdaghi, Fiqih Digital, Yogyakarta, Qonun-Prisma Media, 2003,

hal.48

Page 76: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

para pihak yang mengucapkan itu dengan mata kepala. Pendapat ini yang

dipegangi (mu’tamad) dikalangan ulama ulama mujtahid, terutama kalangan

syafi‟iyah.98

C. Keabsahan Pernikahan Secara Online Menurut Hukum Islam.

Ijab kabul itu didasarkan atas suka sama suka, atau rela sama rela itu

merupakan hal yang sulit untuk diungkapkan, maka sebagai sarana untuk

mengungkapkan hal itu adalah ijab kabul, oleh karena itu, ijab kabul merupakan

unsur yang mendasar bagi keabsahan ijab kabul. Ijab diucapkan oleh wali atau

yang mewakilinya, sebagai pernyataan rela menyerahkan anak perempuannya

kepada calon suami, sebagai pernyataan rela mempersunting calon istri. Ijab

berarti menyerahkan amanah Allah kepada calon suami, dan kabul merupakan

sebagai lambang, bagi kerelaan menerima amanah Allah tersebut. Dengan ijab

kabul menjadi halal sesuatu yang tadinya haram.

Sebagai fuqoha‟ dalam mengemukakan hakekat perkawinan hanya

menonjolkan aspek lahiriyah yang bersifat normatif. Seolah-olah akibat sahnya

sebuah perkawinan hanya sebatas timbulnya kebolehan terhadap sesuatu yang

sebelumnya sangat dilarang, yakni berhubungan badan antara laki-laki dengan

perempuan. Dengan demikian yang menjadi inti pokok pernikahan itu merupakan

ijab kabul yaitu serah terima antara orang tua calon mempelai wanita dengan

calon mempelai laki-laki, para fuqoha sepakat inti dari keabsahan ijab kabul yaitu

dari adanya ijab kabul yang dilakukan kedua mempelai. Sejalan dengan

98

Satria Effendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, Jakarta,

Kencana, 2004, hal. 6.

Page 77: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

berjalannya waktu dan kemajuan alat komunikasi, ada sebagian masyarakat yang

memanfaatkan media telepon atau media online untuk melakukan ijab kabul

dengan berbagai alasan mengapa masyarakat melakukan ijab kabul dengan media

online adakalanya dia sedang studi, sehingga tidak ada biaya untuk pulang pergi

dalam melakukan pernikahan tersebut.

Pelaksanaan perkawinan dalam hukum Islam haruslah dilakukan sesuai

dengan rukun dan syarat sah perkawinan. Rukun didefinisikan sebagai sesuatu

yang mesti ada yang menentukan sah dan tidaknya suatu pekerjaan (ibadah), dan

sesuatu itu termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu, seperti membasuh muka

untuk wudhu dan takbiratul ihram untuk shalat.99

Menurut Abdul Hamid Hakim, Mabadi Awwalliyyah, sebagaimana

dikutip dalam Abdul Rahman Ghozali mengatakan bahwa pernikahan telah sah

apabila rukun dan syaratnya terpenuhi. Adapun yang termasuk dalam rukun

pernikahan, antara lain adalah:

1. nikah dilakukan oleh mempelai laki-laki dan wanita.

2. Adanya (shighat), yaitu perkataan dari pihak wali wanita atau wakilnya (Ijab)

dan diterima oleh pihak laki atau wakilnya (kabul),

3. Adanya wali dari calon istri, dan

4. Adanya dua orang saksi.100

Syarat yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah dan tidaknya

suatu pekerjaan (ibadah), tetapi sesuatu itu tidak termasuk dalam rangkaian

pekerjaan itu, seperti menutup aurat untuk shalat. Dalam hal perkawinan, calon

99

Abdul Rahman Ghozali, Op.Cit., hal. 45-46. 100

Mufliha Burhanuddin, Op.Cit., hal 3

Page 78: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

mempelai baik laki-laki maupun perempuan haruslah beragama Islam. Kemudian

terkait dengan sah, yaitu sesuatu pekerjaan (ibadah) yang memenuhi rukun dan

syarat.101

Kompilasi Hukum Islam (KHI) Buku I tentang Hukum Perkawinan

menjelaskan bahwa untuk melaksanakan perkawinan harus ada calon suami, calon

isteri, wali nikah, dua orang saksi, serta ijab kabul. Selanjutnya syarat-syarat

perkawinan dalam KHI Buku I tentang perkawinan merupakan unsur-unsur yang

harus dipenuhi dalam setiap rukun perkawinan sebagaimana telah disebutkan

sebelumnya.

Abdurrahman al-jaziri dalam kitabnya al-fiqh ‘ala mazahib al- arba’ah

menukilkan kesepakatan ulama mujtahid mensyaratkan bersatu majelis bagi ijab

kabul. Apabila tidak bersatu antara majelis mengucapkan ijab dengan majelis

mengucapkan kabulnya, ijab kabul dianggap tidak sah.102

Ittihad al-majelis merupakan ijab kabul harus dilakukan dalam jarak waktu

yang terdapat dalam satu upacara ijab kabul, bukan dilakukan dalam dua jarak

waktu secara terpisah, dalam arti bahwa ijab diucapkan dalam satu upacara,

setelah upacara ijab bubar, kabulkan diucapkan pula pada acara berikutnya.

Dalam hal yang disebut terakhir ini, mskipun dua acara berturut-turut secara

terpisah dapat jadi dilakukan dalam satu tempat yang sama, namun karena

kesinambungan antara ijab kabul itu terputus, maka akad nikah tersebut tidak sah.

Dengan demikian, adanya persyaratan bersatu majelis, adalah menyangkut

kaharusan kesinambungan waktu antara ijab kabul, bukan menyangkut kesatuan

101

Abdul Rahman Ghozali, Op.Cit., hal 46 102

Satria Effendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, Jakarta,

Kencana, 2004, hal:3.

Page 79: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

tempat. Karena, seperti dikemukakan diatas,meskipun tempatnya bersatu, tetapi

apabila dilakukan dalam dua waktu, dalam dua acara yang terpisah, maka

kesinambungan antara pelaksanaan ijab dan pelaksanaan kabul sudah tidak

terwujud, dan oleh karena itu akad nikahnya tidak sah. Said sabiq dalam kitabnya

Fiqh as- Sunnah dalam menjelaskan arti bersatu majelis bagi ijab kabul,

menkankan pada pengertian tidak boleh terputusnya antara ijab kabul.103

Kabul yang langsung diucapkan setelah ijab diucapkan wali, adalah

diantara hal-hal yang menunjukkan kerelaan calon suami, sebaliknya, adanya

jarak waktu yang memutuskan ijab kabul, dapat jadi menunjukkan bahwa calon

suami tidak lagi sepenuhnya rela untuk mengucapkan kabul, dan wali nikah dalam

jarak waktu itu dapat jadi sudah tidak lagi pada pendiriannya semula, atau telah

mundur dari kepastiannya, maka untuk lebih memastikan bahwa masing masing

masih dalam kerelaanya, kesinambungan antra ijab kabul disyaratkan104

Ijab kabul disyaratkan terjadi dalam satu majelis, tidak disela-sela dengan

pembicaraan lain atau perbuatan-perbuatan yang menurut adat kebiasaan

dipandang mengalihkan akad yang sedang dilakukan, namun, tidak disyaratkan

antara ijab kabul harus berhubungan langsung. Jika setelah ijab dikatakan oleh

wali mempelai perempuan atau wakilnya, tiba tiba mempelai laki-laki berdiam

beberapa saat tidak mengatakan kabul, baru setelah itu menyatakan kabulnya, ijab

kabul dipandang sah. Pendapat ini dikemukakan oleh mazhab Hanafi dan

103

Ibid, hal 4 104

Ibid.

Page 80: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

Hambali. Kosekuensi dari pandangan ini, dua orang saksi tidak mesti dapat

melihat dengan mata kepala pihak pihak yang melakukan akad nikah.105

Satu majelis disyaratkan, bukan saja untuk menjamin kesinambungan

antara ijab kabul, tetapi sangat erat hubungannya dengan tugas dua orang saksi

yang menurut pendapat ini, harus dapat melihat dengan mata kepalanya bahwa

ijab kabul itu betul-betul diucapkan oleh kedua orang yang melakukan akad.

Seperti diketahui bahwa diantara syarat sah suatu akad nikah, dihadiri oleh dua

orang saksi. Tugas dua orang saksi itu, seperti disepakati para ulama, terutama

untuk memastikan secara yakin akan keabsahan ijab kabul, baik dari segi

redaksinya, maupun dari segi kepastian bahwa ijab kabul itu adalah diucapkan

oleh kedua belah pihak.

Menurut MS. Albani Dosen/Sekretarias MUI Kota Medan memang ada

perbedaan pendapat dikalangan ulama‟ fiqih, dalam akar masalahnya yaitu

mempermasalahkan keharusan dalam satu majelis dalam proses ijab kabul,

perbedaan tersebut mempunyai pertimbangan tersendiri, dalam mengartikan satu

majelis yaitu harus benar dalam satu tempat secara fisik mereka ada kehati-hatian

ihtiyat yaitu untuk menghilangkan risiko pemalsuan identitas dan prosesi akad

nikah biar benar-benar sakral, namun pendapat lain yang tidak mengharuskan

dalam satu majelis, mereka tidak mempertimabngkan hal itu, mereka hanya

mempertimbangkan alternatif dalam proses ijab kabul. Ijab kabul melalui

whatsaap jika boleh dikarena kedua calon mempelai tidak satu majelis.

105

Ahmad Asyhar Basyir, Op.Cit hal 27

Page 81: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

Sedangkan menurut M. Amar Adly Dosen/PNS perkawinan online ijab

kabul yang dilaksanakan melalui media online, sebenarnya tidak terjadi,

disebabkan karena pernikahan ijab kabul merupakan hal yang sakral dan harus

berhati-hati, akan tetapi jika hal tersebut dilakukan, kondisi dan tidak ada unsur

kecurangan/penipuan dan semua rukun dan syarat terpenuhi, maka hal tersebut

dibolehkan.

Ijab kabul disyaratkan terjadi dalam satu majelis, tidak disela-sela dengan

pembicaraan lain atau perbuatan-perbuatan yang menurut adat kebiasaan

dipandang mengalihkan akad yang sedang dilakukan, namun, tidak disyaratkan

antara ijab kabul harus berhubungan langsung.106

Keabsahan suatu redaksi dapat dipastikan dengan cara mendengarkannya,

akan tetapi, bahwa redaksi itu benar- benar asli diucapkan oleh kedua orang yang

sedang melakukan ijab kabul, kepastiannya hanya dapat dijamin dengan jalan

melihat para pihak yang mengucapkan itu dengan mata kepala. Pendapat ini yang

dipegangi (mu’tamad) dikalangan ulama ulama mujtahid, terutama kalangan

syafi‟iyah.107

Keabsahan kesaksian ijab kabul, ada satu target keyakinan yang harus

diwujudkan oleh para saksi dalam kesaksiannya. Meskipun suatu redaksi dapat

diketahui siapa pembicaranya dengan jalan mendengar suara saja, namun

bobotnya tidak akan sampai ke tingkat keyakinan apabila dilihat

pengungkapannya dengan mata kepala, sedangkan dalam ijab kabul, tingkat

keyakinan yang disebut terakhir inilah yang diperlukan. Pandangan tersebut,

106

Ibid. hal 27 107

Satria Effendi M. Zein, Satria Effendi, Problematika Hukum Keluarga Islam

Kontemporer, Jakarta, Kencana, 2004, hal.6

Page 82: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

sangant erat hubungannya dengan sikap para ulama terutama kalangan syafi‟iyah

yang selalu bersikap hati-hati (ihtiyat) dalam menetapkan suatu hukum, lebih-

lebih lagi dalam masalah akad nikah, yang berfungsi sebagai penghalalan suatu

yang tadinya diharamkan.

Kesaksian harus didasarkan atas pendengaran dan penglihatan, menurut

pandangan ini ijab kabul melalui surat tanpa mewakilkan, tidak sah, oleh karena

itu pula mengapa Imam Nawawi dalam kitabnya al-Majmu‟ menjelaskan, apabila

salah seorang dari dua belah pihak yang melakukan akad nikah mengucapkan

ijabnya dengan jalan berteriak dari tempat yang tidak dapat dilihat, dan teriakan

itu didengan oleh pihak lain, dan pihak yang terakhir ini langsung mengucapkan

kabulnya, akad nikah seperti itu tidak sah.108

108

Ibid, hal. 7.

Page 83: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana telah diuraikan

di atas, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut:

1. Bentuk pengaturan ijab kabul melalui whatsapp, yaitu ijab kabul dilakukan

dalam satu majelis pada syarat pertama, adalah ijab dan kabul terjadi dalam

satu waktu. Suatu akad ijab dan kabul dinamakan satu majelis jika setelah

pihak wali selesai mengucapkan ijab, calon suami segera mengucapkan kabul.

Ijab kabul tidak boleh ada jeda waktu yang lama, karena jika ada jeda waktu

lama antara ijab dan kabul, kabul tidak dianggap sebagai jawaban terhadap

ijab. Ukuran jeda waktu yang lama, yaitu jeda yang mengindikasikan calon

suami menolak untuk menyatakan kabul, antara ijab dan kabul tidak boleh

diselingi dengan perkataan yang tidak terkait dengan nikah sekalipun sedikit,

juga sekalipun tidak berpisah dari tempat akad, kemudian semua aspek

perkawinan terpenuhi antara lain rukun,syarat sah, syarat-syarat perkawinan,

tidak terdapat unsur rekayasa atau tipu daya.

2. Keabsahan pernikahan secara online menurut Undang-Undang No.1 tahun

1974 tentang Perkawinan, hukum positif Indonesia tidak ada hukum yang

mengatur secara formal, mengenai pernikahan melalui telepon atau online

3. Keabsahan pernikahan secara online menurut hukum Islam. Praktek ijab kabul

secara online dapat dianggap sah jika satu majelis dalam prosesi akad hanya

Page 84: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

menyangkut kesinambungan waktu antara pengucapan ijab kabul, pendapat ini

dikemukakan oleh madzhab Hanafi, namun apabila satu majelis menyangkut

kesinambungan waktu dan diharuskan untuk bersatu majelis atau dalam satu

tempat para pihak yang melakukan akad dalam hal ini kedua calon mempelai

dan juga wali dari calon mempelai perempuan, kalau menganut hal ini maka

pernikahan melalui telepon atau online tidak bisa diterima keabsahannya,

karena sudah jelas bahwasannya proses ijab kabul kedua mempelai tidak

dalam satu tempat, pendapat ini dikemukakan oleh imam Syafi‟i. dan apabila

semua rukun dan syarat terpenuhi, ijab kabul melalui whatsaap, maka hal

tersebut dibolehkan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka disarankan :

1. Tidak diatur ijab kabul melalui media online, baik dalam hukum positif maupun

hukum Islam hendak pemerintah memberikan sosialisasi kepada masyarakat

yang akan melakukan ijab Kabul karena tidak tercatat di KUA

2. Ditujukan untuk calon pasangan suami istri beragama Islam yang akan

melangsungkan perkawinan. Bahwa sebelum melangsungkan perkawinan

diharapkan dapat memahami terlebih dulu syarat dan rukun perkawinan

menurut Hukum Islam. Calon pasangan suami istri tersebut juga dianjurkan

untuk mencari informasi dan kejelasan mengenai eksistensi, syarat dan

prosedur, serta akibat hukum diadakannya sebuah perjanjian perkawinan.

Apabila terdapat hal yang kurang jelas mengenai perjanjian perkawinan dapat

Page 85: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

ditanyakan ke Kantor Urusan Agama (KUA) atau berkonsultasi dengan

konsultan perkawinan atau profesi sejenisnya.

3. Perkawinan yang dilakukan tanpa adanya pencatatan tidak memiliki kekuatan

hukum sebagaimana telah diatur dalam Pasal 6 ayat (2) KHI Buku I tentang

Hukum Perkawinan, disaran kepada yang melakukan ijab kabul melalui media

online mengulangi ijab kabul agar berkekuatan hukum. Pemerintah

melengkapi dan atau merevisi Undang-undang Perkawinan yang bisa dibilang

tidak mengikuti perkembangan yang terjadi di dalam masyarakat. Sehingga

tidak lagi terdapat kebingungan atau pertentangan tentang sah tidaknya

perkawinan jarak jauh melalui media telekomunikasi secara hukum (tidak

terdapat kekosongan hukum dalam Undang-undang Perkawinan).

Page 86: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdurrahman, 1992. Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Jakarta, Akademik

Presindo.

Ali, Afand. 2000. Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian menurut

Kitang Undang-Undang Hukum Perdata (BW), Jakarta, Bina Aksara.

Ali, Zainuddin. 2012. Hukum Perdata Islam di Indonesia., Jakarta, Sinar Grafika.

Al-Kahlaniy, Muhammad Bin Ismail. 2009. Subul Al-Salam, Bandung, Dahlan

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Citra Aditya

Bakti, Bandung, 2006.

Asmawi, Mohammad. 2004. Nikah, Yogyakarta, Darussalam.

Aziz, Dahlan Abdul. (et.al), 1996. Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta, Ikhtiar Baru

Van Hoeke, 1996.

Basyir, Ahmad Asyhar. 2014. Hukum Perkawinan Islam, Yogyarkata, UII Pres.

Djubaidah, Neng. . 2010. Pencatatan Perkawinan & Perkawinan Tidak Dicatat

Menurut Hukum Tertulis Di Indonesia dan Hukum Islam, Jakarta, Sinar

Grafika.

Eoh, O.s. 1996. Perkawinan Antar Agama dalam Teori dan Praktek, Jakarta, Raja

Grafindo Persada.

Ghozali, Abdul Rahman. 2010. Fiqih Munakahat, Jakarta, Kencana prenada

Media.

Hadikusuma, Hilman.2007. Hukum Perkawinan Indonesia, Bandung, Mandar

Maju.

Hakim, Rahmat. 2000. Hukum Perkawinan Islam, Bandung, Pustaka Satria.

Jamaluddin dan Nanda Amalia, 2016. Buku Ajar Hukum Perkawinan,

Lhokseumawe, Unimal Press.

Kharlie, Ahmad Tholabi. 2013. Hukum Keluarga Indonesia, Cetakan kesatu,

Jakarta, Sinar Grafika.

Page 87: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

Kuzairi, Achmad. 2005. Nikah Sabagai Perikatan, cetakan pertama, Jakarta, Raja

Grafindo Persada.

Majid, Abdul. 2009. Fiqh Munakahat, Jakarta, AMZAH.

Manan, Abdul.2006. Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta,

Kencana Prenada.

Marzuki Peter Mahmud, 2008. Penelitian Hukum, Jakarta, Kencana Prenada

Media.

MK, M. Anshary. 2010. Hukum Perkawinan di Indonesia, Yogyakarta, Pustaka

Pelajar.

Muhammad, Abdulkadir. 2011. Hukum Perdata Indonesia, Bandung, Citra Aditya

Bakti.

Nasution, Amir Taat. 1994. Rahasia Perkawinan Dalam Islam, Jakarta, Pedoman

Ilmu Jaya.

Ramulyo, Idris. 1999. Hukum Perkawinan Islam, Jakarta, Bumi Aksara.

____________. 1997. Asas-Asas Hukum Islam. Sejarah dan Perkembangan

Kedudukan Hukum Islam di Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika.

Rofiq, Ahmad. 1995. Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta, RajaGrafindo Persada.

Sahrani, Sohari. 2010. Fikih Munakahat, Jakarta, Raja Grafindo Persada.

Saebani, Beni Ahmad. 2011. Hukum Perdata Islam Di indonesia, Bandung,

Pustaka Setia.

___________________.2009. Fiqh Munakahat Bandung, Pustaka Setia.

Sahrani, Sohari. 2010. Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap, Jakarta,

Rajawali Pers.

Saleh, K Wantjik. 2009. Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta, Ghalia Indonesia.

Sanjaya, Umar Haris dan Aunur Rahim Faqih. 2017. Hukum Perkawinan Islam,

Yogyakarta Gama Media.

Satrio, J. 2008. Hukum Keluarga tentang Kedudukan Anak Dalam Perkawinan,

Jakarta, Sinar Grafika.

Page 88: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

Subekti, Trusto. 2010. Bahan Pembelajaran Hukum Keluarga dan Perkawinan,

Purwokerto, Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman.

Syarifuddin, Amir.2007. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, cetakan ketiga

Jakarta, Kencana..

________________. 2009. Hukum Perkawinan di Indonesia: Antara Fiqih

Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, Jakarta, Kencana

Sembiring, Rosnidar. 2016. Hukum Keluarga (Harta-harta Benda dalam

Perkawinan), Jakarta, Raja Grafindo Persada.

Summa, Amin. 2005. Hukum Kekeluargaan Islam di Dunia Islam, Jakarta, Raja

Grafindo Persada.

Supranto, J. 2003. Metode Penelitian Hukum dan Statistik, Jakarta, RajaGrafindo

Persada.

Syarifudin, Amir.. 2010. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta: Prenada

Media.

Tihami, Hari Sahrani, 2010. Fiqh Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap,

Jakarta, Rajawali Press.

Tutik, Titik Triwulan, 2014. Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional,

Cetakan keempat Jakarta, Kencana Prenada Media Group.

Umar, Abd. Rahman. 1986. Kedudukan Saksi dalam Peradilan Menurut Hukum

Islam,Cet. I, Jakarta, Pustaka Al-Husna.

Zein, Muhammad dan Mukhtar Alshadiq, 2005. Membangun Keluarga Harmonis,

Cetakan Pertama, Jakarta, Graha Cipta.

Zein, Satria Effendi M. 2004. Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer,

Jakarta, Kencana.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.

Instruksi Presiden RI No. 1 Tahun 1991, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia,

Jakarta, Departemen Agama RI, 1998.

Departemen Agama Republik .Indonesia. Instruksi Presiden Republik Indonesia

Nomor 1 Tahun 1991 Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta, 2001

Page 89: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta: Balai Pustaka, 2008.

Website

https://news.okezone.com/read/2016/05/12/337/1386637/heboh-video-

pernikahan-online-ijab-kabul-via-ponsel, diakses tanggal 11 April 2018.

https://inet.detik.com/cyberlife/d-518858/pasangan-indonesia-nikah-di-internet,

diakses tanggal 11 April 2018.

Jurnal/Artikel

A. Fauzi Aziz. Analisis Hukum Akad Perkawinan Melalui Media Elektronik

dalam perspektif Hukum Islam Istinbat Tafaqquh-Volume 5, Nomor 1, Juni

2017

Arya Wira Hadikusuma dan, Hisyam Syafioedien, Keabsahan Ijab Kabul Melalui

Telepon Dan Skype(Studi Dalam Perspektif Pasal 27 Sampai Dengan Pasal

29 Kompilasi Hukum Islam), artikel Fakultas Hukum Universitas Brawijaya,

2008

Dede Yusipa, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perkawinan Teleconference,

Fakultas Syari‟ah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2010.

Huzaenah Tahido Yanggo, fiqih anak metode islam dalam mengasuh dan

mendidik anak serta hukumhukum yang berkaitan dengan aktifitas anak, PT

Almawardi Prima, Jakarta Selatan, 2004.

Mufliha Burhanuddin. Akad Nikah Melalui Video Call Dalam Tinjauan

Undangundang Perkawinan dan Hukum Islam Di Indonesia, Skripsi Fakultas

Syariah dan Hukum Uin Alauddin Makassar 2017, hal 4

Muhyiddin al-qurahdaghi, Fiqih Digital, Yogyakarta, qonun-prisma media, 2003

Nafi‟ Mubarok, Sejarah Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia. Al-Hukama The

Indonesian Journal of Islamic Family Law Volume 02, Nomor 02, Desember

2012.

Tengku Erwinsyahbana. Sistem Hukum Perkawinan Pada Negara Hukum

Berdasarkan Pancasila. Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 No. 1, tahun 2014, 11,

Page 90: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

KUESIONER

KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM

PERSPEKTIF KOMPILASI HUKUM ISLAM

NAMA :

UMUR :

PENDIDIKAN :

STATUS/PEKERJAAN :

1. Pernahkah saudara/i melihat/membaca artikel/berita tentang perkawinan yang

dilaksanakan secara online atau melalui media online

a. Pernah

b. Tidak pernah

2. Adakah saudara/kerabat saudara/i yang pernah melaksanakan perkawinan

secara online

a. Ada

b. Tidak ada

3. Apakah perkawinan online bertentangan dengan syariat Islam

a. Ya

b. Tidak

4. Apakah perkawinan online bertentangan dengan UU No. 1 Tahun 1974

a. Ya

b. Tidak

5. Apakah dalam perkawinan Islam harus mengucapkan Ijab dan Kabul

a. Harus

b. Tidak harus

6. Haruskah kedua mempelai hadir dalam majelis Akad Nikah

a. Harus

b. Tidak harus

Page 91: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

7. Haruskah wali dan calon mempelai pria saling bersalaman pada saat proses

Ijab dan Kabul

a. Harus

b. Tidak harus

8. Apakah pada saat proses Ijab dan Kabul, calon mempelai pria boleh

diwakilkan

a. Boleh

b. Tidak boleh

9. Apakah pada saat mengucapkan Ijab dan Kabul boleh berjeddah atau terhenti

(terputus)

a. Boleh

b. Tidak boleh

10. Apakah dalam situasi tertentu dibenarkan Ijab dan Kabul dilaksanakan secara

online

a. Ya

b. Tidak

11. Apakah dalam situasi tertentu harus ada saksi-saksinya

a. Harus ada

b. Boleh tidak ada

12. Apakah ada pengecualian bagi orang yang tunarungu (bisu) dalam melapaskan

Ijab dan Kabul

a. Ada

b. Tidak ada

13. Bagaimana keabsahan Ijab dan Kabul dalam perspektif Kompilasi Hukum

Islam

a. Sah

b. Tidak sah

14. Setujukah saudara/i jika Ijab dan Kabul dilakukan melalui media online

Whatsapp

a. Setuju

b. Tidak setuju

Page 92: KEABSAHAN IJAB KABUL MELALUI WHATSAPP DALAM …

15. Dengan berkembangannya informasi teknologi dan elektronika, bagaimana

pendapat saudara/i tentang perkawinan online dan Ijab Kabul yang

dilaksanakan melalui media online

_______________________________________________________________

_______________________________________________________________

_______________________________________________________________

_______________________________________________________________

_______________________________________________________________

_______________________________________________________________

Medan, April 2018

RESPONDEN

(___________________)