Ke Sling

14
BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN 3.1 Kegiatan Lapangan Kegiatan lapangan dilakukan secara langsung di puskesmas Kuta Alam dan pemukiman penduduk yang merupakan wilayah cakupan puskesmas Kuta Alam. Aspek yang ditinjau dari kegiatan adalah penyediaan air minum dan air besih, pengelolaan air buangan, pengelolaan sampah medis dan non medis, pengendalian vektor penyakit, hygiene lingkungan, pengendalian pencemaran udara, program kesehatan dan keselamatan kerja, pengendalian kebisingan perumahan dan pemukiman, serta tindakakn sanitasi yang berhubungan dengan keadaan nepidemilogi wabah dan bencana alam penduduk. Kegiatan ini dilakukan secara rinci pada: Lokasi : Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tempat : Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh Waktu : selasa, 12 Februari 2013 Pukul : 10.00 WIB 3.2 Analaisis dan Pembahasan 3.2.1 Penyediaan air bersih dan air minum Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap penyediaan air bersih dan air minum puskesmas Kuta Alam diperoleh hasil: Ditemukan pipa-pipa yang mengalirkan air PDAM ke lingkungan puskesmas. Ditemukan tempat penampungan air bersih di perkarangan puskesmas Ditemukan sumur di perkarangan puskesmas Ditemukan air galon isi ulang yang digunakan untuk kebutuhan air minum di puskesmas

Transcript of Ke Sling

Page 1: Ke Sling

BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.1 Kegiatan Lapangan

Kegiatan lapangan dilakukan secara langsung di puskesmas Kuta Alam dan pemukiman penduduk yang merupakan wilayah cakupan puskesmas Kuta Alam. Aspek yang ditinjau dari kegiatan adalah penyediaan air minum dan air besih, pengelolaan air buangan, pengelolaan sampah medis dan non medis, pengendalian vektor penyakit, hygiene lingkungan, pengendalian pencemaran udara, program kesehatan dan keselamatan kerja, pengendalian kebisingan perumahan dan pemukiman, serta tindakakn sanitasi yang berhubungan dengan keadaan nepidemilogi wabah dan bencana alam penduduk. Kegiatan ini dilakukan secara rinci pada:

Lokasi : Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh

Tempat : Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh

Waktu : selasa, 12 Februari 2013

Pukul : 10.00 WIB

3.2 Analaisis dan Pembahasan

3.2.1 Penyediaan air bersih dan air minum

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap penyediaan air bersih dan air minum puskesmas Kuta Alam diperoleh hasil:

Ditemukan pipa-pipa yang mengalirkan air PDAM ke lingkungan puskesmas. Ditemukan tempat penampungan air bersih di perkarangan puskesmas Ditemukan sumur di perkarangan puskesmas Ditemukan air galon isi ulang yang digunakan untuk kebutuhan air minum di

puskesmas

Dari hasil wawancara dengan bagian kesehatan lingkungan di puskesmas didapatkan bahwa untuk penyediaan air bersih di puskesmas menggunakan air PDAM dan air sumur hanya digunakan untuk menyiram tanaman dan keperluan lain di puskesmas, sedangkan untuk keperluan air minum menggunakan air isi ulang.

Menurut Soemirat 2007, air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan, juga manusia selama hidupnya selalu memerlukan air. Dengan demikian semakin naik jumlah penduduk dan laju pertumbuhannya semakin naik pula laju pemanfaatan sumber-sumber air. Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat yang semakin meningkat diperlukan industrialisasi yang dengan sendirinya akan meningkatkan lagi aktivitas penduduk serta

Page 2: Ke Sling

beban penggunaan sumber daya air. Beban pengotoran air juga akan bertambah cepat sesuai dengan cepatnya pertumbuhan. Sebagai akibatnya saat ini sumber air minum dan air bersih semakin langka.

Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit dimasyarakat. Volume rata-rata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter. Kebutuhan air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan dan kebiasaan masyarakat.

Bagi manusia air minum adalah salah satu kebutuhan utama, manusia mengunakan air untuk berbagai keperluan seperti mandi, cuci, kakus, produksi pangan, papan dan sandang. Mengingat bahwa berbagai penyakit dapat dibawa oleh air kepada manusia pada saat memanfaatkannya, maka tujuan utama penyediaan air minum/bersih bagi masyarakat adalah untuk mencegah penyakit bawaan air. Dengan demikian diharapkan, bahwa semakin banyak liputan masyarakat dengan air bersih, semakin turun morbiditas penyakit bawaan air ini (Soemirat, 2007).

Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara langsung maupun tidak langsung melalui air. Penyakit yang ditularkan melalui air disebut sebagai waterborne disease atau water-related disease. Berdasarkan cara penularannya, mekanisme penularan penyakit terbagi menjadi empat, yaitu :

1. Waterborne mechanism, didalam mekanisme ini, kuman patogen dalam air yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia ditularkan kepada manusia melalui mulut atau sistem pencernaan.

2. Waterwashed mechanism, mekanisme penularan semacam ini berkaitan dengan kebersihan umum dan perseorangan. Pada mekanisme ini terdapat tiga cara penularan, yaitu : (a) infeksi melalui alat pencernaan, (b) infeksi melalui kulit dan mata dan (c) penularan melalui binatang pengerat.

3. Water-based mechanism, penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agen penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya didalam tubuh vektor atau sebagai intermediate host yang hidup didalam air.

4. Water-related insect vector mechanism, agen penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak didalam air.

Menurut Permenkes RI nomor 492 /menkes/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum terdapat dua parameter penilaian yaitu parameter wajib dan parameter tambahan. Yang pertama p[arameter wajib terbagi menjadi parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan yang berkaitan dengan bakteriologi dan kimia an-organik yang terdapat pada air minum, diman terdapat batas jumlah yang diperbolehkan untuk suatu air minum. Sedangkan untuk parameter yang tidak berhubungN langsung dengan kesehatan berkaitan dengan kualitas fisik air dan kimiawi.

Tabel parameter wajib kualitas air minum menurut permenkes

No. Jenis Parameter Satuan Jumlah yang diperbolehkan

1 Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan

Page 3: Ke Sling

a. Parameter mikrobiologi

1) E. Coli Jumlah per 100 ml sampel

0

2) Bakteri koliform Jumlah per 100 ml sampel

0

b. Kimioa an-organik arsen mg/l 0,01Fulorida mg/l 1,5Total kromium mg/l 0,05Kadmium mg/l 0,003Nitrit mg/l 3Nitrat mg/l 50Sianida mg/l 0,07Selenium mg/l 0,01

2) Parameter yang tidak berhubungan langsung dengan kesehatan

a. Parameter fisikBau Ridak berbauWarna TCU 15Total zat padat terlarut mg/l 500Kekeruhan NTU 5Rasa Tidak berasasuhu C Suhu udara+3B . parameter kimiawi

Aluminium mg/l 0,2Besi mg/l 0,3Kesadahan mg/l 500Klorida mg/l 250Mangan mg/l 0,4pH 6,5-8,5Seg mg/l 3Sulfat mg/l 250Tembaga mg/l 2amonia mg/l 1,5

Persyaratan tambahan untuk kualitas air minum terdapat dua kriteria penilain yaitu secara kimiawi dan radioaktifitas tidak boleh melalui batas-batas tertentu yang telah ditetapkan dalam permenkes tahun no 492 tahun 2010.

Agar air minum tidak menyebabkan penyakit, maka air tersebut hendaknya diusahakan memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan, setidak-tidaknya diusahakan mendekati persyaratan tersebut. Air yang sehat harus mempunyai persyaratan sebagai berikut :

Page 4: Ke Sling

1. Syarat fisik. Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah tidak berwarna, tidak berasa, suhu dibawah suhu udara diluarnya. Cara mengenal air yang memenuhi persyaratan fisik ini tidak sukar.

2. Syarat bakteriologis. Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri patogen. Cara ini untuk mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri patogen, adalah dengan memeriksa sampel (contoh) air tersebut.

3. Syarat kimia. Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu dalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia dalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia.

Penyediaan air bersih, selain kualitasnya, kuantitasnya pun harus memenuhi standar yang berlaku. Untuk ini perusahaan air minum, selalu memeriksa kualitas airnya sebelum didistribusikan kepada pelanggan. Karena air baku belum tentu memenuhi standart, maka seringkali dilakukan pengolahan air untuk memenuhi standart air minum. Pengolahan air minum dapat sangat sederhana sampai sangat kompleks, tergantung dari kualitas air bakunya. Apabila air bakunya baik, maka mungkin tidak diperlukan pengolahan sama sekali. Apabila hanya ada kontaminasi kuman, maka desinfeksi saja cukup. Dan apabila air baku semakin jelek kualitasnya maka pengolahan harus lengkap, yakni melalui proses koagulasi, sedimentasi, filtrasi dan desinfeksi. Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Air minumpun seharusnya tidak mengandung kuman pathogen dan segala makhluk yang membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis dan dapat merugikan secara ekonomis (Soemirat, 2007).

3.2.1 pengelolaan sampah

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pengelolaan sampah pada puskesmas Kuta Alam dilakukan melalui dua cara, yang perttama sam[pah medis dikelola dengan bekerja sama dengan Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa (RSUD Meuraxa). Awalnya sampah dikumpulkan di puskesmas kemudian setiap 3 bulan sampah medis dibawa ke RSUD Meuraxa untuk dimusnahkan. Sedangkan untuk sampah non medis dikumpulkan di tong sampah setiap unit-unit fungsionan kemudian di buang ke tempat pembuangan sementara berupa keranjang sampah yang diletakkan di depan puskesmas dan setiap pagi di angkut oleh truk pembuangan sampah dari Dinas Kebersihan Kota Banda Aceh.

Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa pembuangan sampah non medis tidak terlau bagus pengelolaannya karena hanya dikumpulkan di keranjang yang berlubang bukan dalam sebuah bak tertutup, sehingga terlihat tidak bersih dan mengganggu lingkungan puskesmas.

Dari hasil pengamatan di puskesmas didapatkan :

Pada setiap ruangan pelayanan di puskesmas terdapat masing-masing tong sampah yang telah dipisahkan antara sampah medis dan non medis, sampah medis dibedakan lagi menjadi 2

Page 5: Ke Sling

bagian, yaitu untuk sampah medis medis benda tajam dan satu lagi untuk sampah non benda tajam. Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa pembuangan sampah non medis tidak terlau bagus pengelolaannya karena hanya dikumpulkan di keranjang yang berlubang bukan dalam sebuah bak tertutup, sehingga terlihat tidak bersih dan mengganggu lingkungan puskesmas.

Terlihat tong-tong sampah di luar setiap tempat pelayampat sampah juga dibedakan menjadi dua yaitu medis dan non medis. Namun pengelolaan nnya belum begitu baik, karena masih banyak terlihat sampah non medis dibuang ke tempat sampah medis. Sedangkan tempat sampah non medis terlihat kosong

Masih terdapat beberapa tumpukan sampah dan sampah yang berserakan diperkarangan puskesmas.

Dari hasil wawancara juga dijelaskan bahwa petugas kebersihan di p[uskesmas bekerja mulai jam 7 pagi hingga jam 2 siang. Setiap ruangan terlihat kotor petugas akan langsung membersihkan.

Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat membuat batasan sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Soekidjo, 2007).

Agar dapat mempermudah pengelolaannya, sampah dapat dibedakan atas dasar sifat-sifat biologis dan kimianya, sebagai berikut (Soemirat, 2006):

1. Sampah yang dapat membusuk, seperti sisa makanan, daun, sampah kebun, pertanian dan lainnya.

2. Sampah yang tidak membusuk seperti kertas, plastik, karet, gelas, logam dan lainnya. 3. Sampah yang berupa debu atau abu. 4. Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, seperti sampah-sampah berasalkan

industri yang mengandung zat-zat kimia maupun zat fisis berbahaya.

Sampah ini dalam bahasa inggris disebut garbage, yaitu yang mudah membusuk karena aktivitas mikroorganisme. Dengan demikian pengelolaannya menghendaki kecepatan, baik dalam pengumpulan maupun dalam pembuangannya. Bagi lingkungan sampah jenis ini relatif kurang berbahaya karena dapat terurai dengan sempurna menjadi zat-zat organik yang berguna bagi fotosintesa tumbuh-tumbuhan.

Sampah yang tidak membusuk, dalam bahasa inggris disebut refuse. Sampah ini apabila memungkinkan sebaiknya didaur ulang sehingga dapat bermanfaat kembali baik melalui suatu proses ataupun secara langsung. Apabila tidak dapat didaur ulang, maka diperlukan proses untuk memusnahkannya, seperti pembakaran.

Sampah berupa debu atau abu hasil pembakaran, baik pembakaran bahan bakar ataupun sampah tentunya tidak membusuk, tetapi dapat dimanfaatkan untuk mendatarkan tanah atau penimbunan. Selama tidak mengandung zat yang beracun, maka abu ini pun tidak terlalu berbahaya terhadap lingkungan dan masyarakat.

Page 6: Ke Sling

Yang dimaksud dengan sampah berbahaya (B3) adalah sampah yang karena jumlahnya, atau konsentrasinya, atau karena sifat kimiawi, fisika dan mikrobiologinya dapat (a) meningkatkan mortalitas dan morbiditas secara bermakna atau menyebabkan penyakit yang tidak reversible, (b) berpotensi menimbulkan bahaya sekarang maupun di masa yang akan datang terhadap kesehatan ataupun lingkungan apabila tidak diolah, ditransport, disimpan dan dibuang dengan baik.

Sampah, baik kualitas maupun kuantitasnya sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor yang penting antara lain adalah:

1. Jumlah penduduk. Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak penduduk, semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan sampah ini pun berpacu dengan laju pertambahan penduduk.

2. Keadaan sosial ekonomi. Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak jumlah per kapita sampah yang dibuang. Kualitas sampahnya pun semakin banyak bersifat tidak dapat membusuk. Perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang tersedia, peraturan yang berlaku serta kesadaran masyarakat akan persoalan persampahan.

3. Kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam.

Penyakit bawaan sampah sangat luas dan dapat berupa penyakit menular dan tidak menular, dapat juga berupa akibat kebakaran, keracunan dan lain-lain. Oleh sebab itu dapat dipahami bahwa pengelolaan sampah perlu didasarkan atas berbagai pertimbangan, yaitu : untuk mencegah terjadinya penyakit, konservasi sumber daya alam, mencegah gangguan estetika, memberi intensif untuk daur ulang atau pemanfaatan, dan bahwa kuantitas dan kualitas sampah akan meningkat (Soemirat, 2006).

Untuk dapat mengatasi dan mengurangi produksi sampah kita dapat melakukan teknik pembuangan sampah. Teknik pembuangan sampah dapat dilihat mulai dari sumber sampah sampai pada tempat pembuangan akhir sampah. Baik dari segi kualitas maupun kuantitas dengan : meningkatkan pemeliharaan dan kualitas barang sehingga tidak cepat menjadi sampah, meningkatkan efisiensi pengunaan bahan baku, dan meningkatkan pengunaan bahan yang dapat terurai secara alamiah. Semua usaha ini memerlukan kesadaran masyarakat serta peran sertanya (Soemirat, 2006).

Selanjutnya pengelolaan ditujukan pada pengumpulan sampah mulai dari produsen sampai pada tempat pembuangan akhir (TPA) dengan membuat tempat penampungan sampah sementara (TPS), transportasi yang sesuai lingkungan dan pengelolaan pada TPA. Sebelum dimusnahkan, sampah dapat pula diolah dahulu baik untuk memperkecil volume, untuk didaur ulang atau dimanfaatkan kembali.

3.2.3 pengelolaan air limbahpengelolaan air limbah dan sisa buangan dilakukn melalui pembuangan ke sauran air

yang nantinya mengalir ke got-got kecil kemuadian masuk ke dalam parit yang ada d luar puskesmas. Sedangkan untuk [pebuangan kotoran manusia dilakukan melalui pipa yang disalurkan ke dalam spetictank yang ada di puskesmas.

Dari hasil pengamatan juga didapatkan terlihat got-got kecil di dalam kawasan puskesmas yang memnampung sisa-sisa buangan air yang dialirkan melalui pipa yang berasal

Page 7: Ke Sling

dari toilet,wastafel, dan tmpat-tempat lain, kemudian air yang masuk ke dalam got tersebut mengalir ke dalam parit di luar puskesmas

Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Batasan lain mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada (Kusnoputranto, 1985).

Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa air buangan adalah air yang sisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain seperti industri, perhotelan dan sebagainya. Meskipun merupakan air sisa, namun volumenya besar, karena lebih kurang 80% dari air yang digunakan bagi kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari tersebut dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor (tercemar). Selanjutnya air limbah ini akhirnya akan mengalir ke sungai dan akan digunakan oleh manusia lagi. Oleh sebab itu, air buangan ini harus dikelola atau diolah secara baik (Soekidjo, 2007).

Air limbah ini berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi :

1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga, yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah ini terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan kamar mandi, dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organik.

2. Air buangan industri, yang berasal dari berbagai jenis industri akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung didalamnya sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industri. Oleh sebab itu pengolahan jenis air limbah ini agar tidak menimbulkan polusi lingkungan menjadi lebih rumit.

3. Air buangan kotapraja, yaitu air buangan yang berasal dari daerah : perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat umum, tempat ibadah dan sebagainya. Pada umumnya zat yang terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga.

Air limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak buruk bagi makhluk hidup dan lingkungannya. Beberapa dampak buruk tersebut antara lain : gangguan kesehatan, penurunan kualitas lingkungan, gangguan terhadap keindahan dan gangguan terhadap kerusakan benda (Mulia, 2005).

Pada awalnya tujuan dari pengolahan air limbah adalah untuk menghilangkan bahan-bahan tersuspensi dan terapung, pengolahan bahan organik biodegradable serta mengurangi organisme patogen. Namun sejalan dengan perkembangannya, tujuan pengelolaan air limbah sekarang ini juga terkait dengan aspek estetika dan lingkungan (Mulia, 2005).

Pengolahan air limbah dapat dilakukan secara alamiah maupun dengan bantuan peralatan. Pengolahan air limbah secara alamiah biasanya dilakukan dengan bantuan kolam stabilisasi. Kolam stabilisasi sangat direkomendasikan untuk pengolahan air limbah di daerah tropis dan negara berkembang sebab biaya yang diperlukan untuk membuatnya relatif murah tetapi membutuhkan area yang luas.

Kolam stabilisasi yang umumnya digunakan adalah kolam anaerobik (anaerobic pond), kolam fakultatif (facultative pond) dan kolam maturasi (aerobic/maturation pond). Kolam anaerobik biasanya digunakan untuk mengolah air limbah dengan kandungan bahan organik yang sangat pekat, sedangkan kolam maturasi biasanya digunakan untuk memusnahkan mikroorganisme patogen di dalam air limbah (Mulia, 2005).

Page 8: Ke Sling

Pengolahan air limbah dengan bantuan peralatan biasanya dilakukan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Di dalam IPAL, biasanya proses pengolahan dikelompokkan sebagai pengolahan pertama (primary treatment), pengolahan kedua (secondary treatment) dan pengolahan lanjutan (tertiary treatment) (Mulia, 2005).

3.2.4 pengendalian vektor penyakit

Program pengendalian vektor penyakit telah menjadi bagian kegiatan pencegahan penyait di puskesmas kuta alam. Dari wawancara dijelaskan untuk pengendalian vektor penyakit setiap 3 bulan dilakukan beberapa kegiatan pencegahan seperti pemberian bubuk ABT kepada warga untuk penegahan penyakit demam brdarah, fogging yang dilakuakn di pemukiman masyarakat, home visit dan penyuluhan ke rumah –rumah penduduk. Kegiatan ijnii dilakukan dengan kerjasama dokter, perawat, dan petugas kesling yang bekerja di puskesmas tersebut.

Sedangkan untuk wilayah puskesmas sendiri juga dilakuakn pembersihan rutin untuk teteap menjaga kebersihan dan kesewhatan lingkungan puskesmas. Untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan yang berkaitan dengan kesehatan lingkungan.

Dari hasil pengamatan di puskesmas Kuta Alam untuk pengendalian vektor didapatkan hasil:

Tidak terdapat adanya tempat-tempat genangan air disekitar puskesmas Saluran air yang lancar sehingga tidak ada air nyang bmenggenang dalam got

karena tersalurkan ke dalam parit dengan lancar Terdapt parit yang cenderung kotor karena adanya sampah-sampah dan lumut

yang belum dibersihkan Pada tempat-tempat penampungan air terlihat bersh da tidak ada jentik-jentik

nyamuk didalamnya Ruangan unit pelayanan juga terlihat bersih dengan sirkulasi udara dan

pencahayaan baik Toilet bersih, sirkulasi udara dan pencahayaan baik

Menurut permenkes RI No 374/MENKES/PER/III/2010 penyakit yang ditularkan melalui vektor masih menjadi penyakit endemis yang dapat menimnbulkan wabah atau kejadian luar biasa serta dapat menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat sehingga perlu dilakukan upaya pengendlian atas penyebaran vektor. Vektor merupakan artropoda yang dapat menularkan, memindahkan atau menjadi sumber [penular penyakit terhadapa manusia. Pengendalian vektor adalah semua kegiatan atau tindakan yang ditujukan untuk menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga keberadaannya tidak lagi berisiko untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah atau menghindari kntak masyarakat dengan vektor sehinggga pemularan penyakit tular vektor dapat dicegah

Beberapa metode pengendalian vektor sebagai berikut:

Page 9: Ke Sling

a. Metode pengendalian fisik dan mekanis adalah upaya-upaya untuk mencegah, mengurangi, menghilangka habitat perkembangbiakan dan populasi vektor secara fisik dan mkanik;Contohnya;

Modifikasi dan manipulasi lingkungan tempat perindukan (3M, pembersihan lumut, penanaman bakau, pengeringan, pengaliran/drainase, dan lain-lain).

Pemasangan kelambu Pemakaian baju lengan panjang Pemakaian hewan sebagai umpan nyamuk ( cattle barrier) Pemasangan kawat k

b. Metode pengendalian dengan menggunakan agen antibiotik Predator pemakan jentik (ikan, mina padi, dll) Bakteri, virus, fungi Manipulasi gen (penggunaaan jantan mandul)

c. Metode pengendalian secara kimia Surface spray (IRS) Kelambu berinsektisida Larvasida Space spray (pengkabutan panas/fogging dan dingin/ULV) Insektisida rumah tangga (penggunaan repelen, ant nyamuk bakar, liquid

vaporizer, peper vaporizer, mat, aerosol dan lain-lain)

Menurut Kepmenkes RI nomo 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentan kesehatan lingkungan kerja, p[erkantoren dan industri. Vektor penyakit adalah binatang yang dapat menjadi perantara penular berbagai penyakit tertentu (misalnya serangga). Sedangkan Pengendalian vektor penyakit adalah segala upaya untuk mencegah dan memberantas vektor. Tatacara untuk pengendalian vektor penyakit antara lain;

a. Persyaratan

1. Serangga penular penyakit

Indeks lalat : maksimal 8 ekor/fly grill (100 x 100 cm) dalam pengukuran 30 menit. Indeks kecoa : maksimal 2 ekor/plate (20 x 20 cm) dalam pengukuran 24 jam. Indeks nyamuk Aedes aegypti : container indeks tidak melebihi 5%.

2. Tikus

Setiap ruang kantor harus bebas tikus.

b. tata cara

1. pengendalian secara fisika

Page 10: Ke Sling

5 Konstruksi bangunan tidak memungkinkan masuk dan berkembang biaknya vektor dan reservoar penyakit kedalamruang kerja dengan memasang alat yang dapat mencegahmasuknya serangga dan tikus.

Menjaga kebersihan lingkungan, sehingga tidak terjadipenumpukan sampah dan sisa makanan.

Pengaturan peralatan dan arsip secara teratur. Meniadakan tempat perindukan serangga dan tikus.21

2. Pengendalian dengan bahan kimia yaitu dengan melakukan penyemprotan, pengasapan, memasang umpan, membubuhkanabate pada tempat penampungan air bersih.

3. Pengendalian penjamu dengan listrik frekwensi tinggi.

4. Cara mekanik dengan memasang perangkap