Kaula Fahmi 111002400001 - repository.uinjkt.ac.id · sebuah sistem, maka bahasa terbentuk oleh...
Transcript of Kaula Fahmi 111002400001 - repository.uinjkt.ac.id · sebuah sistem, maka bahasa terbentuk oleh...
ANALISIS TERJEMAHAN LEKSEM DARABA DAN DERIVASINYA DALAM
TAFSIR AL-AZHAR KARYA BUYA HAMKA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S)
Oleh :
Kaula Fahmi
111002400001
JURUSAN TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2016 M/1437 H
[v]
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah Swt atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam tak lupa senantiasa
dilimpahkan kepada sosok teladan umat Nabi Besar Muhammad Saw beserta keluarga dan
para sahabat, semoga kita mendapatkan curahan syafa‟atnya di hari akhir kelak.
Skripsi ini penulis persembahkan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Sastra di Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh civitas
akademika UIN Syarif Hidayatullah, terutama kepada Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. Prof. Dr. Sukron Kamil, M.A selaku Dekan Fakultas
Adab dan Humaniora, Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, M. Hum selaku Ketua Jurusan
Tarjamah, Rizqi Handayani, MA selaku Sekretaris Jurusan Tarjamah, Serta seluruh dosen
Tarjamah. Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat dan menjadi bekal bagi penulis untuk
bisa diaplikasikan di masa mendatang.
Terima kasih pula saya ucapkan kepada Dr. Tb. Ade Asnawi, M. A dan Dr. Akhmad
Saehudin, M.Ag selaku penguji sidang Munaqasyah terima kasih sudah memberikan
masukan dan koreksiannya kepada penulis.
Terima kasih kepada dosen yang tidak pernah bosan memberikan masukan, semangat
serta motivasinya untuk penulis, Bapak Dr. H. A. Ismakun Ilyas, M.A selaku dosen
pembimbing skripsi penulis. Kemudian terimakasih sebesar-besarnya kepada kedua orangtua
[vi]
penulis dan keluarga besar yang sudah memdoakan dan memberi semangat kepada penulis.
Terimakasih juga penulis sahabat-sahabat penulis semunaya yang telah memberi semangat
kepada penulis. Mudah-mudahan Allah selalu melindungi kita semua serta diberikan
ganjaran pahala oleh-Nya.
Semoga skripsi yang masih jauh dari kesempurnaan ini bisa memberikan manfaat bagi
siapa saja khususnya yang tertarik dengan dunia penerjemahan. Saran dan kritik membangun
penulis harapkan guna untuk perbaikan skripsi ini.
Jakarta,
Kaula Fahmi
[vii]
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………….ii
LEMBAR PERNYATAAN …………………………………………………….. iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………………………. iv
KATA PENGANTAR......……………………………………………………….. v
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………... vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ………………………………………………... ix
ABSTRAK ……………………………………………………………….……….. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah............................................................. 4
C. Tujuan Penelitian...................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian……………………………………………………………… 4
E. Tinjauan Pustaka.......................................................................................... 5
F. Metode Penelitian........................................................................................ 5
G. Sistematika Penulisan............................................................................... 6
BAB II KERANGKA TEORI
A. Pengertian Penerjemahan…….................................................................... 7
B. Proses Penerjemahan…………………………………………………... 10
[viii]
C. Jenis Penerjemahan…………………………………………………………… 12
D. Metode Penerjemahan …………………………………................................ 13
1) Penekana Pada Bahasa Sumber............................................................. 13
2) Penekanan Pada Bahasa Sasaran............................................................ 17
E. Penerjemahan al-Qur‟an…………………………………………………… 21
BAB III BIOGRAFI HAMKA, DAN SEKILAS TENTANG TAFSIR AL-AZHAR
A. Biografi Hamka................................................................................. 25
B. Sekilas Tentang Tafsir Al-Azhar........................................................ 30
BAB IV ANALISIS TERJEMAHAN LEKSEM DARABA DALAM TAFSIR AL-
AZHAR
A. Data Terjemahan Leksem daraba dalam Tafsir Al-Azhar.......................... 35
B. Klasifikasi Makna daraba dan Metode Penerjemahannya
dalam Tafsir Al-Azhar……………………………………………………. 43
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................... .. 73
B. Saran...................................................................................................... 74
Daftar Pustaka.......................................................................................... 75
[ix]
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Dalam skripsi ini, sebagian data ditransliterasikan ke dalam huruf latin. Transliterasi
ini berdasarkan pedoman transliterasi Arab-Latin dalam buku “Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah” CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1. Padanan Aksara
Berikut adalah daftar aksara Arab dan padannya dalam aksara latin.
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
B Be ب
T Te ث
Ts ted an es د
J Je ج
H h dengan garis bawah ح
Kh ka dan ha خ
D De د
Dz de dan zet ذ
R er ر
Z zet ز
[x]
S es س
Sy es dan ye ش
S es dengan garis di bawah ص
D de dengan garis di bawah ض
T te dengan garis di bawah ط
Z zet dengan garis di bawah ظ
koma terbalik di atas „ ع
hadap kanan
Gh ge dan ha غ
F Ef ف
Q Ki ق
K Ka ك
L El ه
M Em م
N En ى
[xi]
W We و
H Ha ه
Apostrof , ء
Y Ye ي
2. Vokal
Vokal dalam bahasa arab, seperti vokal bahasa indonesia, terdiri dari vokal tunggal
atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggul, ketentuan alih
aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
A Fathah ـــــــ
I Kasrah ـــــــ
U Dammah ـــــــ
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
Ai a dan i ----ي
Au a dan u ----و
[xii]
Vokal Panjang
Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa arab dilambangkan
harakat dan huruf, yaitu:
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
a dengan topi di atas ــا
i dengan topi di atas ــى
u dengan topi di atas ــو
3. Kata Sandang
Kata sandang, yang dalam sistem aksara arab dilambangkan dengan huruf, yaitu ال,
dilahirkan menjadi huruf /I/, baik diikuti huruf syamsiyah maupun huruf qomariyah. Contoh:
al-rij l, al-d w n bukan ad-d w n.
4. Syaddah (Tasyd d)
Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah
tanda )ـــ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf , yaitu dengan menggandakan
huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang
menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf
syamsiyyah. Misalnya, kata الضرورة tidak ditulis ad-dar rah melainkan al-dar rah, demikian
seterusnya.
[xiii]
5. Ta Marbûtah
Berkaitan dengan alih aksara ini, huruf ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri
sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Hal
yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti oleh kata sifat (na’t) (lihat contoh 2
di bawah). Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf
tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3)
No Kata Arab Alih Aksara
Tarîqah طريقة 1
al-jâmi‟ah al-islâmiyyah الجامعة اإلسالمية 2
Wahdat al-wujûd وحدة الوجود 3
6. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih aksara ini
huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, anatara lain untuk menuliskan permulaan
kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan,
jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap
huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. (Contoh: Abû Hâmid
al-Ghazâlî bukan Abû Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi).
[xiv]
Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan dalam alih
akasara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold).
Jika menurut EYD, juduk buku itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam
alih aksaranya. Demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari dunia
Nusantara sendiri agar tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa arab.
Misalnya ditulis, Abdussamad al-Palimbani, tidak „Abd al-Samad al-Palimb n ; Nuruddin al-
Raniri, tidak N r al-D n al-R n r .
7. Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja (fi’l), kata benda (ism), maupun huruf (harf) ditulis secara
terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-kalimat dalam bahasa Arab,
dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas:
Kata Arab Alih Aksara
dzahaba al-ustâdzu ذهة األسخاذ
tsabata al-ajru ثبج األجر
al-harakah al-„asriyyah الحرمت العصريت
asyahdu an lâ ilâha illâ Allâh أشهد أى ال اله اال هللا
Maulânâ Malik al-Sâlih هىالنا هلل الصالح
[xv]
Yu‟atstsirukum Allâh يؤثرمن هللا
al-mazâhir al-„aqliyyah الوظاهر العقليت
al-âyât al-kauniyyah اآلياث النىنيت
al-darûrat tubihu al-mahzûrât الضرورة حيبح الوحظىراث
[xvi]
ABSTRAK
Kaula Fahmi
“Analisis Terjemahan Leksem Daraba dan Derivasinya dalam Tafsir al-Azhar Karya
Buya Hamka”.
Penelitian ini ingin mengetahui apa saja terjemahan leksem daraba dan derivasinya
dalam tafsir al-Azhar. penulis menggunakan teori kolokasi atau sanding kata untuk
mengetahui hasil terjemahan dalam kasus tersebut. Leksem daraba merupakan kelas kata
verbal transitiv akan mengalami perubahan makna bila bertemu dengan preposisi atau
nomina, hal ini yang membuat penulis meneliti perubahan makna leksem daraba dan
derivasinya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus yang
berorientasi pada Al-Quran yang diterjemahkan Hamka dalam tafsir Al-Azhar dan terfokus
pada leksikem daraba.
Temuan penulis metode terjemahan yang banyak digunakan oleh Hamka adalah
ragam penerjemahan semantis. Hal ini jelas terlihat dari hasil penelitian penulis terhadap
hasil terjemahan Hamka. Ragam penerjemahan setmantis penulis temui di dalam semua
sampel ayat. Hal ini dikarenakan metode penerjemahan semantis merupakan metode yang
tepat digunakan untuk menerjemahkan teks-teks keagamaan dan sastra.
Pada sebagian ayat penulis menemukan Hamka menerjemahkan leksem daraba
dengan memukul. Akan tetapi dalam beberapa ayat Hamka juga menerjemahkan leksem
daraba sesuai dengan makna akibat terpengaruh dengan kata sesudahnya. Seperti makna
membuat, mengadakan, menghentikan, mengembara, menutup, dan pancung.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan suatu sistem lambang berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakam
suatu masyarakat untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri. Sebagai
sebuah sistem, maka bahasa terbentuk oleh sebuah aturan, kaidah, atau pola-pola tertentu,
baik dalam bidang bunyi, tata bentuk kata, maupun tata kalimat1. Oleh sebab itu keterkaitan
bahasa amat berpengaruh dalam ruang lingkup masyarakat dan bahasa Arab termasuk bahasa
yang banyak diserap dalam bahasa Indonesia.
Bahasa Arab merupakan bahasa Al-Quran dan Hadits, pedoman hidup umat Islam,
bahasa buku-buku keislaman yang hanya dapat dipahami secara baik dan benar dengan
menguasai bahasa Arab. Di sisi lain, cara beribadah yang dilakukan umat Islam juga banyak
yang menggunakan bahasa Arab. Maka dari sudut pandang inilah bahasa Arab sebenarnya
bukan hanya milik bangsa Arab saja akan tetapi milik seluruh umat Islam di Dunia khususnya
Indonesia.
Untuk memahami bahasa Arab secara mendalam disusunlah beberapa macam kamus-
kamus Arab-Indonesia atau Indonesia-Arab yang dimulai dari Abdullah bin Nuh (1957),
kemudian dilanjutkan oleh Mahmud Yunus (1972), kemudian diteruskan oleh Husen al-
Habsy (1977), setelah itu disusun oleh Ahmad Warson “Al-Munawir” (1984), dan yang
terakhir mengikuti mereka adalah Atabek Ali (1995). Semua kamus tersebut hingga kini
masih memenuhi rak-rak di toko buku bahkan banyak berkembang kamus yang lainnya2.
1 Abdul chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, (Jakarta; Rineka Cipta, 200) h,1.
2 Imanuddin Dkk, Kamus Kontekstual Arab-Indonesia,(Jakarta: Gema Insani Pres. 2012 ) hal.
viii
2
Memahai bahasa Arab harus memiliki kamus agar mudah untuk menerjemahkannya ke dalam
bahasa Indonesia.
Banyak orang berpendapat bahwa menerjemah berarti kegiatan satu arah, artinya kita
hanya dapat menerjemahkan ke dalam bahasa ibu, dan tidak dapat menerjemahkan ke dalam
selain bahasa ibu, termasuk bahasa asing. Alasan utama bagi mereka yang sependapat dengan
ini adalah bahwa seseorang tidak dapat menilai apakah penyampaiannya dalam selain bahasa
ibu tersebut terasa wajar dan alamiah bagi pembaca bahasa sasaran atau tidak3. Hal ini
disebabkan karena perbedaan budaya berpengaruh terhadap bahasa. Oleh sebab itu seorang
penerjemah harus memahami karakteristik bahasa yang akan diterjemahkan agar tidak terjadi
ketidak tersampaian pesan terjemahan. Termasuk dalam pernerjemahan kolokasi atau sanding
kata dalam Al-Qran.
Terlebih lagi banyak sekarang beredar Al-Quran terjemah. Al-Quran terjemah
merupakan salah satu cara memberi jalan kepada masyarakat yang belum memahami al-
Qur’an, termasuk juga kaum non muslim yang tidak dapat berbahasa Arab dan bahkan sama
sekali tidak memahami bahasa Arab. Hal ini bertujuan agar mereka mudah memahami al-
Qur’an dengan bahasa yang mereka miliki.
Terkait penerjemahan al-Qur’an ini adalah teks keagamaan yang subtansinya
didominasi oleh tema dan topik-topik yang bersumber pada satu agama atau lebih. Kitab suci
adalaha teks keagamaan yang bersumber pada satu agama. Pembicaraan kita difokuskan pada
teks yang bersumber pada satu agama, yaitu al-Qur’an. Tentu saja ada teks keagamaan yang
bukan kitab suci, seperti karya teologis dan karya sastra keagamaan. Dunia teks keagamaan
ada dasarnya terkait teks teologi dan budaya agama tertentu, seperti islam, dan kristen. Oleh
karena itu, untuk memahami teks kegamaan kita wajib menguasai teologinya. Kalau tidak
3 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah, (Bandung:Mizan pustaka, 2009), cwt-1, 35
3
bisa saja terjadi kesalahan dalam menafsirkan teks atau bagian teks yang bersangkutan dan
menafsirkan calon pembacanya4.
Terjemahan leksem daraba dan derivasinya dalam al-Qur’an pasti berbeda sesuai
dengan tempat dan konteks ayat itu diturunkan, di situlah peran penerjemah dalam hasil
terjemahannya. Permasalahan yang timbul dalam terjemahan Q.S A-Kahfi: 11 :
عددا سنين الكهف في آذانهم عمى فضربنا
Artinya : “maka kami tutupkanlah telinga mereka di dalam ngalau itu bertahun-tahun…5.
Terdapat satu perbedaan penerjemahan pada leksikal daraba sehingga diterjemahkan
bukan pada makna dasarnya. Oleh sebab itu metode penerjemahan yang digunakan serta
penerjemahan kolokasi pada leksem ini menjadi menarik karena banyaknya pandangan para
ahli tafsir terhadap leksikal tersebut. Apalagi daraba merupakan kata transitif yaitu kata yang
membutuhkan objek untuk memperjelas kata tersebut. Maknanya akan berubah ketika leksem
daraba bertemu dengan preposisi atau nomina dan hal ini akan meimbulkan makna yang
berbeda dari makna dasarnya. Oleh sebab itu, masih banyak lagi permasalahan kolokasi atau
sanding kata yang akan ditemukan dalam penerjemahan al-Qur’an.
Berangkat dari permasalahan tersebut penulis akan mencoba meneliti penerjemahan
leksem daraba dalam buku Tafsir Al-Azhar karya Hamka. Penelitian tersebut penulis beri
judul “ analsis terjemahan leksem daraba dan derivasinya dalam tafsir al-azhar karya
Hamka”.
4Benny Hoedoro Hoed, penerjemahan dan kebudayaan, (Jakarta : Dunia Pustaka Jaya, 2006), h. 33-34
5Hamka, Tafsir Al-Azhar, juz 15, (Jakarta, Pustaka Panjimas, 1983) h. 162
4
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan meneliti penerjemahan leksem
daraba dan derivasinya dalam tafsir Al-azhar karya Hamka. Dikarenakan penulis akan
menemukan banyak leksem daraba dalam tafsir Al-Azhar, maka penulis akan membatasinya.
Rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Bagaimana terjemahan leksem daraba dan derivasinya dalam tafsir al-Azhar dan
yang mempengaruhi perubahan maknanya?
2. Apa metode penerjemahan yang digunakan penerjemah?
C. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Dapat mengguraikan/mendekripsikan terjemahan leksem daraba dalam buku tersebut.
2. Mengetahui peran seorang penerjemah ketika menerjemahkan kolokasi , apakah yang
dimaksud sesuai dengan Bahasa Sumber.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini:
1. Pentingnya seorang penerjemah memahami kolokasi dalam menerjemah agar
karakteristik dari masing-masing bahasa dapat tersampaikan.
2. Memberi wawasan kepada para penerjemah tentang cara menerjemahkan kolokasi
dengan baik dan benar.
3. Menajdi rujukan mahasiswa tarjamah untuk terus mengkaji pentingnya kolokasi
dalam menerjemah.
5
E. Tinjauan Pustaka/Kajian Terdahulu
Peneletitan tentang kolokasi ini bukanlah permasalahn yang baru. Hasil dari
pengamatan penulis, penulis belum menemukan Mahasiswa tarjamah meneliti masalah
kolokasi Mahasiswa jurusan PBA di FTIK dengan judul skripsi “kolokasi dalam al-
Qur’an”, penulis melihat pembahasan dalam skripsi tersebut lebih luas dan tidak meneliti
terjemahan Hamka dalam Tafsir Al-Azhar. Untuk jurusan tarjamah yang penulis temukan
lebih banyak meneliti Medan Makna atau semantik dan sedikit menyinggung kolokasi.
Seperti oleh Nur Ahdiyani dengan judul “Penerjemahan Kosakata Medan Makna
Universitas”, kemudian oleh Siti Hamidah “Peribahasa Arab dalam Buku Bahasa Gaul
Ikhwan dan Akhwat; Pendekatan Penilaian Penerjemah”, kemudian oleh Reza
Firmansyah dengan judul “Kemampuan Menerjemahkan Istilah Politik Mahasiswa
Tarjamah dan Pendidikan Bahasa Arab Semester VI”.
Umumnya penelitian yang dilakukan Mahasiswa tarjamah berdasarkan pendekatan
semantik yang masih umum. Namun penulis belum pernah menemukan penelitian tentang
mkana leksem daraba dan derivasinya dalam tafsir Al-azhar. Dalam penulisan skripsi
ini, penulis memperoleh sumber-sumber data dari studi kepustakaan, seperti perpustakaan
Fakultas Adab dan Humaniora dan perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah dan
sumber-sumber lain seperti bbuku penerjemahan yang terkait dengan tema skripsi yang
penulis ambil.
F. Metodelogi Penelitian
Dalam penelititan ini metode yang penulis gunakan adalah penelitian kualitatif
tentang terjemahan tafsir Al-Azhar karya Hamka dengan pendekatan penilaian
terjemahan berdasarkan analisis deskriptif. Langkah penelitian dilakukan dengan cara
6
mengumpulkan data-data dalam buku tersebut apa saja terjemahan leksem daraba dan
metode apa yang digunakan penerjemah.
Tehnik penulisan penelitian ini, penulis mengacu kepada buku pedoman
penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) yang disusun olem tim penulis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diterbitkan oleh CeQDA (Center For Quality
Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
F. Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri dari lima bab, terdiri dari :
Bab I pendahuluan yang meliputi, latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka/kajian terdahulu, metodelogi
penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Kerangka Teori: Bab ini berisikan teori yang meliputi Penerjemahan dari segi
pengertian, metode penerjemahan, dan penerjemahan Al-Quran
Bab III berisi biografi Hamka dan sekilas tentang tafsir Al-Azhar.
Bab IV analisis terjemahan leksem daraba dalam tafsir Al-Azhar, data terjemahan leksem
darab, dan klasifikasi makna leksem daraba, serta metode terjemahannya.
Bab V penutup yang berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan beserta saran-saran.
7
BAB II
KERANGKA TEORI
A. P ENGERTIAN PENERJEMAHAN
Dalam bahasa indonesia, istilah terjemah dipungut dari bahasa Arab, tarjamah.
Bahasa Arab sendiri memugnut bahasa tersebut dari bahasa Armenia, turjuman. Kata
turjumah sebentuk dengan kata tarjaman atau tarjuman yang berarti orang yang mengalihkan
bahasa dari satu bahasa ke bahasa lainnya.
Az-zarqani di dalam manahilulirfan, mengemukakan bahwa secara etimologis istilah
terjemah memiliki 4 makna :
a. Menyampaikan tuturan kepada orang yang tidak menerima tututran itu. 7 Untuk
memudahkan pemahaman dapat dihubungkan dengan pernyataan dibawah ini:
ى ترجمان إن الثمانين وبلغتها قد احوجت سمعي إل
Artinya: sesunggunya orang yang sudah berusia 80 tahun, dan dalam hal ini saya
sudah mencapai usia demikian, saya membutuhkan penerjemah8.
Ini berarti tindakan yang dilakukan penerjemah terhadap orang yang sudah usianya 80-an
(mungkin ia sudah mulai tuli), disebut terjemah, dan orangnya dinamakan turjuman
(penerjemah)9.
109, )مطبعة عيسى البايب احلليب وشركاه( مناهل العرفان يف علوم القرآن هـ(,1367حممد عبد العظيم الزرقاين )املتوىف: 7
8 Syihabuddin, penerjemah Arab-Indonesia (teori dan praktek), (Bandung : Humaniora, 2005), h. 7 9 Ismail Lubis, Falsifikasi Terjemah Alquran edisi Depag 1990 (Yogyakarta; Tiara wacana, 2001), h 57-
58.
8
b. Menjelaskan tuturan bahasa dengan bahasa yang sama, misalnya bahasa Arab
dijelaskan dengan bahasa Arab atau bahasa Indonesia dijelaskan dengan
bahasa Indonesia juga.
Sehubungan dengan pengertian ini pula, Zhamaksari ( w. 538 H) mengatakan bahwa
penerjemahan tentang sesuatu sama dengan penafsiran tentang sesuatu tersebut. Menurut
pemahaman ini berarti mutarjim sama dengan mufasir. Suatu kenyataan sebagaimana
keterangan dalam lisan al-Arab bahwa turjuman (penerjemah atau juru bahasa) disebut
mufasir (pemberi keterangan tentang maksud sebuah kalimat)10
c. Menafsirkan tuturan dengan bahasa yang berbeda, misalnya bahasa Arab dengan
bahasa Indonesia atau sebaliknya.11
Ini berarti bahwa tuturan penjelasan merupakan hal yang dominan dalam kandungan
makna terjemah. Bahkan menurut Imail Lubis, kalau dilihat dalam tafsir Ibnu Katsir tentang
Abdullah bin Abbas yang mendapat julukan sebagai penerjemah, mutlak berarti penjelasan
tanpa mempersoalkan bahasa yang digunakan tersebut. Apabila ditinjau dari sudut pandang
bahasa yang digunakan dalam memberikan penjelasan, pendapat Ibnu Katsir (705-775 H)
lebih bersifat umum daripada pendapat ketiga ini, sebab dalam hal memberikan penjelasan
dapat dilakukan dengan bahasa sumber atau bahasa lain.12
d. Memindahkan tuturan dari satu bahasa ke bahasa lain seperti mengalihkan bahasa
Arab ke bahasa Indonesia13. Yaitu pengalihan bahasa atau amanat dari bahasa satu ke
bahasa lain. Pelaku pekerja pengalihan bahasa tersebut diberi makna penerjemah.
10 Ismail Lubis, Falsifikasi Terjemah Alquran edisi Depag 1990, h. 58 11 Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia (Teori dan Praktek), h. 8 12 Ismail Lubis, Falsifikasi Terjemah Alquran edisi Depag 1990, h. 69 13 Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia (Teori dan Praktek), h. 8
9
Ibnu Munzir memberikan nama tarjuman atau turjuman, yakni orang yang mengalih
bahasakan; juru terjemah14.
Adapun secara terminologis, menerjemah didefinisiskan sebagai mengungkapkan
makna tuturan suatu bahasa di dalam bahasa lain dengan memenuhi seluruh makna dan
maksud makna tersebut 15 . Yang disebut makna dalam istilah ini bukan saja arti
permukaan dari kalimat tersebut. Untuk itu seorang penerjemah harus memperhatikan
teks yang akan diterjemahkan, baik dari segi isi teks maupun ragam bahasa16.
Translation atau penerjemahan selama ini didefinisikan melalui berbagai cara dengan
latar belakang teori dan pendekatan yang berbeda. Meskipun sangat tidak mewakili
keseluruhan definisi yang ada dalam dunia penerjemahan dewasa ini, di sini akan ditahil
dua definisi saja sebagai pijakan memasuki pembahasan. Newmark memberikan definisi
penerjemahan adalah “rending the meaning of a text in to another language in the way
that the author intenden the text” menerjemahkan makna suatu teks ke dalam bahasa lain
sesuai dengan yang dimaksud pengarang17. Dengan kata lain menerjemahkan adalah
upaya menggantikan TSU dengan teks yang sepadan dalam TSA. Kemudian yang
diterjemahkan adalah makna yang dimaksudkan pengarang.
Terkait dengan makna maka dalam linguistik kajian yang membahas makna adalah
kajian semantik. Hal ini dikarenakan seorang penerjemah takan lepas dari makna, karena
makna merupkan hasil dari terjemahan. Segala methode, prosedur, dan tehnik dikerahkan
untuk diungkapkan dalam TSU ke TSA18. Oleh sebab itu menjadi sesuatu yang wajib bagi
seorang penerjemah mempelajari semantik, agar terjemahan yang dihasilkan tidak lepas
dari konteks yang diinginkan oleh penulisnya dalam bahasa sumber.
14 Ismail Lubis, Falsifikasi Terjemah Alquran edisi Depag 1990, h. 59 15 Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia (Teori dan Praktek), h. 8 16 Ismail Lubis, Falsifikasi Terjemah Alquran edisi Depag 1990, h. 60
17 Rochayah Machali, Pedoman bagi Peenerjemah. h,25. 18Henry guntur tarigan, pengajar kosakata,(Bandungn:Angkasa:1993), h.3
10
B. Proses Penerjemahan
Setelah teks yang hendak diterjemah dapat ditentukan, maka proses kerja menerjemah
pada dasarnya bisa dimulai. Secara garis besar, ada sedikitnya tiga tahapan kerja dalam
proses menerjemah, yaitu :
a. Penyelaman naskah sumber
Tahap pertama dari proses menerjemah adalah memahami secara global arah
danisi buku yang hendak diterjemahkan. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa
cara. Misalnya, melalui pembacaan judul secara cermat, dengan mengeja setiap
kata yang membentuk judul tersebut.Seringkali judul sangat membantu
mengantarkan penerjemah kepada gambaran global sebuah buku. Lebih-lebih,
judul buku-buku berbahasa Arab umumnya cenderung bersifat direct
dibandingkan kebiasaan judul buku-buku berbahasa indonesia19.
Langkah berikutnya adalah memperoleh pemahaman tentang posisi buku.
Sebuah buku atau karya tulis tentu berada pada posisi tertentu terhadap gagasan-
gagasan, pandangan, ataupun ide dari buku-buku lain. Pendek kata, suatu gagasan
atau pemikiran tidak lahir dari ruang hampa. Sebuah karya bisa saja ditulis
sebagai sanggahan atau menguatkan madzab pemikiran tertentu dalam bidang
tertentu, yang ditulis dalam sebuah buku atau bentuk karya tulis lain20.
Langkah terakhir pada tahap ini adalah membaca buku tersebut secara serius,
mulai awal hingga akhir, sambil mencari makna kata-kata yang belum diketahui
19 Ibnu Burdah, Menjadi Penerjemah Wawasan dan Metode Menerjemah Teks Arab (Yogyakarta: Tiara
Wacana Yogya, 2004), h. 35.
20 Ibnu Burdah, Menjadi Penerjemah Wawasan dan Metode Menerjemah Teks Arab, h. 35.
11
melalui kamus. Jangan tergesa-gesa dalam menerjemahkan setiap teks yang
dibaca21.
a. Penuangan pesan ke bahasa sasaran
Terjemahan ideal adalah yang tidak hanya berupaya mentransfer pesan, namun
juga seluruh teks sebagai totalitas, mulai bentuk linguistik seperti susunan frase,
susunan dan bentuk kalimat sampai kepada suasana batin teks.Penuangan
padanan teks sumber ke dalam teks sasaran semaksimal mungkin inilah yang
menjadi inti dari tahap penuangan. Penuangan tidak melulu menungkan ide,
pikiran dan gagasan teks sumber. Bila dimungkinkan, penuangan harus pula
menyangkut aspek-aspek lainnya22.
b. Editing
Setelah tahap penuangan selesai, maka secara kasar kerja menerjemah
sesungguhnya dapat dikatakan selesai. Namun ada satu hal yang tidak boleh
dilupakan, yakni mengedit kembali hasil terjemahan sebelum diserahkan kepada
editor penerbit atau editor yang lain. Hal ini penting mengingat hasil
penerjemahan tersebut sesungguhnya adalah produk suasana psikologi kebahasaan
dari penerjemah yang masih fii manzilah baina al manzilatain, atau dalam satu
titik kesadaran diantara dua kesadaran, yakni antara kesadaran suasana bahasa
sumber dan bahasa sasaran.23
21 Ibnu Burdah, Menjadi Penerjemah Wawasan dan Metode Menerjemah Teks Arab, h. 35. 22 Ibnu Burdah, Menjadi Penerjemah Wawasan dan Metode Menerjemah Teks Arab, h. 35. 23 Ibnu Burdah, Menjadi Penerjemah Wawasan dan Metode Menerjemah Teks Arab, h. 35.
12
C. Jenis Penerjemah
Penerjemah terbagi menjadi dua.Pertama, interpreter (juru bahasa; tarjuman),baik
yang konsekutif (tanpa jeda) maupun yang simultan (berjeda).Objek yang
diterjemahkan interpreter adalah nonteks. Dengan kata lain, ia mengalihbahasakan
secara langsung bunyi yang didengarnya dalam Bsu ke dalam bunyi Bsa. Seorang
interpreter bias menekuni beberapa profesi berikut: (1) interpreter konferensi (juru
bahasa acara-acara konferensi); (2) interpreter pemandu (juru bahasa tamu dari
mancanegara yang ber-Bsu); (3) interpreter hukum (juru bahasa pada masalah
hukum, seperti di persidangan); (4) interpreter medis (juru bahasa urusan medis); (5)
interpreter tanda bahasa (juru bahasa terkait tanda bahasa, seperti konteks historis,,
nuansa budaya, lirikan mata, dan gerak tubuh)24.
Kedua, translator (penerjemah; mutarjim).Objek yang diterjemahkan oleh seorang
translator berupa teks, seperti yang sudah banyak ornag ketahui. Seorang translator
bisa menekuni beberapa profesi berikut: (1) translator hukum (penerjemah urusan
hukum, seperti dokumen hukum); (2) translator kesusastraan (penerjemah naskah
fiksi maupun non fiksi); (3) translator lokalisasi (penerjemah untuk produk yang
dipasarkan di suatu wilayah); (4) translator medis (penerjemah urusan medis, seperti
nama obat-obatan)25.
Bila dikelompokkan berdasarkan cara kerjanya, penerjemah bisa dibagi lagi
menjadi tiga: (1) penerjemah di perusahaan atau biro penerjemahan; (2) penerjemah
paruh waktu; (3) penerjemah bebas. Penerjemahan perusahaan atau biro
penerjemahan berarti seseornag yang hanya punya pekerjaan tetap sebagai
24 Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern)
(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 175. 25 Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern), h.
175.
13
penerjemah penuh.Penerjemah paruh waktu berarti seseorang yang sudah mempunyai
pekerjaan tetap, tetapi meluangkan waktu untuk menerjemahkan.Penerjemah bebas
berarti penerjemah yang tidak mempunyai pekerjaan tetap, namun bekerja sebagai
penerjemah lepas baik di penerbit maupun di biro penerjemahan.26
D. METODE PENERJEMAHAN
Dalam literatur barat, metode penerjemahan dikaji dan diklasifikasikan secara lebih
rinci.Newmark, misalnya, memandang bahwa metode penerjemahan dapat ditilik dari
segi penekanannya terhadap bahasa sumber dan bahasa sasaran.
1. Penekanan pada Bahasa Sumber
Ada empat metode penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sumber.Keempat
metode tersebut ialah metode penerjemahan kata demi kata (word for word
translation), metode penerjemahan literal (literal translation), metode penerjemahan
setia (faithful translation), dan metode penerjemahan semantis (semantic
translation).27
a. Penerjemahan kata demi kata
Penerjemahan kata demi kata ini sering kali digambarkan sebagai terjemahan
antarbaris dengan bahasa target berada langsung di bawah kata-kata bahasa
sumber. Metode ini berfokus pada kata demi kata bahasa sumber, dan sangat
terikat pada tataran kata.Penerjemah hanya mencari padanan kata-kata dalam
bahasa target yang pas dengan yang terdapat dalam bahasa sumber.susunan kata-
26Moch. Syarif Hidayatullah dan Abdullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern), h.
175. 27Peter Newmark, A Textbook of Translation(London: Prentice Hall International, 1988), h. 45.
14
kata pada teks sumber dipertahankan sedemikian rupa; kata-kata diterjemahkan
satu per satu ke dalam makna yang paling umum tanpa mengindahkan konteks
pemakaiannya.Sampai-sampai kata-kata yang memiliki nuansa budaya pun
diterjemahkan secara harfiah. Metode ini digunakan untuk memahami cara
operasi bahasa sumber dan untuk memecahkan kesulitan nas, sebagai tahap awal
kegiatan penerjemahan. Dalam tradisi pesantren, penerjemahan demikian dikenal
dengan istilah penerjemahan “jenggotan”.
Contoh :
وعندي ثالثة كتب
dan di sisiku tiga buku-buku28
b. Penerjemahan harfiah
Penerjemahan harfiah dilakukan dengan mengalihkan konstruksi gramatika
bahasa sumber ke dalam konstruksi gramatika bahasa target yang memiliki
padanan paling dekat. Namun demikian, unsur leksikal yang ada tetap
diterjemahkan satu per satu tanpa mengindahkan konteks yang melatarinya.Jadi
seperti halnya pada metode penerjemahan kata demi kata, pada metode ini pun
pemadanan dilakukan masih terlepas dari konteks.Metode penerjemahan harfiah
ini juga sangat patuh pada teks sumber.Persoalan kontekstak terlampau
dihiraukan.Struktur bahasa sumber diperhatikan.Akibatnya gejala interferensi
acap kali tak terhindarkan.Karena terlalu mengutamakan bentuk, sangat mungkin
matra makna terkesampingkan, sehingga pesan tidak sampai kepada pembaca
teks terjemah.Selain itu, hasil terjemahan juga terasa kaku dan kurang natural
28 Moch Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer, h.58
15
karena penerjemahan terlalu memaksakan kaidah-kaidah tata bahasa sumber ke
dalam bahasa sasaran.Metode ini pun digunakan sebagai tahap awal dari kegiatan
penerjemahan untuk memecahkan kerumitan struktur nas.
Contoh :
ا الزلزال جاء رجل من رجال الب يا كر لمساعدض سان ـو واح
Datang seorang laki-laki baik ke Yogyakarta untuk membantu korban-korban
gempa bumi29.
c. Metode penerjemahan setia
Dengan metode ini penerjemah berupaya setia mungkin mengalihkan makna
kontekstual bahasa sumber meskipun melanggar gramatika bahasa target.Dalam
penerjemahan setia ini kosakata kebudayaan ditransfer, dan urutan gramatika
dalam terjemahan dipertahankan sedemikian rupa. Dengan kata lain, metode ini
berupaya untuk setia (faithful) sepenuhnya kepada maksud dan realisasi teks
bahasa sumber penulisnya. Artinya penerjemahan setia mencoba mereproduksi
makna kontekstual bahasa sumber dengan masih dibatasi oleh struktur
gramatikalnya. Di sini kata-kata yang bermuatan budaya dialihbahasakan, tetapi
penyimpangan dari segi tata bahasa dan pilihan kata masih tetap dibiarkan.
Penerjemahan ini berpegang teguh pada maksud dan tujuan bahasa sumber,
sehingga hasil terjemahan kadang-kadang terasa kaku dan asing.
Contoh :
29 Moch Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer, h.58
16
ر الرماد هو كثيـ
dia (laki-laki) dermawan karena banyak abunya30.
b. Metode penerjemahan semantis
Metode penerjemahan semantis berfokus pada pencarian padanan pada tataran
kata, tetapi tetap terikat budaya bahasa sumber.Namun begitu, penerjemah
berusaha mengalihkan makna kontekstual bahasa sumber sedekat mungkin
dengan struktur sintaksis dan semantik bahasa target.Penerjemahan semantis
sangat memperhatikan nilai estetika teks bahasa sumber, kompromi makna agar
selaras dengan asonansi, serta permainan dan pengulangan kata yang
menggetarkan.Berbeda dengan penerjemahan setia, metode penerjemahan
semantis lebih luwes dan memperkenankan intuisi penerjemah untuk berempati
dengan teks sumber.
Contoh :
ت ذا الوجهي أمام الفصل رأ
Saya melihat si muka dua di depan kelas31
Perbedaan antara metode penerjemahan kata per kata dan metode
penerjemahan setia yaitu terletak pada kata-kata yang bermuatan budaya. yaitu
metode penerjemahan kata per kata ini kosakata kebudayaan tidak ditransfer, dan
penerjemah hanya mencari padanan kata-kata dalam bahasa target yang pas
30 Moch Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer, h. 60
31 Moch Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer, h. 60
17
dengan yang terdapat dalam bahasa sumber, sedangkan dalam metode
penerjemahan setia kosakata kebudayaan ditransfer,dan urutan gramatika dalam
terjemahan dipertahankan.
2. Penekanan pada Bahasa Sasaran
Berbeda dengan kelompok pertama, pada kelompok kedua ini metode
penerjemahan lebih berorientasi pada bahasa target.Yang belakangan ini, seperti
halnya yang pertama, juga terbagi ke dalam empat metode.Diantaranya adalah metode
penerjemahan adaptasi (adaptation), metode penerjemahan bebas (free translation),
metode penerjemahan idiomatis (idiomatic translation), dan metode penerjemahan
komunikatif (communicative translation)32.
a. Metode penerjemahan adaptasi
Metode penerjemahan adaptasi merupakan penerjemahan teks yang paling
bebas.Penerjemah berusaha mengubah dan menyelaraskan budaya bahasa sumber
dalam bahasa target.Metode ini terutama digunakan dalam menerjemahkan naskah
drama dan puisi dengan tetap mempertahankan tema, karakter, dan alur
cerita.Budaya bahasa sumber dikonversi ke dalam budaya bahasa target.Teks
tersebut kemudian ditulis ulang. Oleh karena itu, hasil penerjemahan umumnya
dipandang bukan sebagai suatu terjemahan.Hasil terjemahan sesungguhnya lebih
merupakan penulisan kembali pesan teks bahasa sumber dalam bahasa target.
Contoh :
32 Moch Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer, h. 61
18
نما انرنبدرن يـ
Ketika bulan purnama bersinar33
b. Metode penerjemahan bebas
Penerjemahan bebas berupaya mereproduksi materi tertentu tanpa
menggunakan cara tertentu.Dalam hal ini, penerjemah mereproduksi isi semata
tanpa mengindahkan bentuk. Akibatnya, metode ini menghasilkan teks target yang
tidak lagi mengandung gaya atau bentuk teks sumber. Dalam praktiknya,
penerjemahan bebas tidak terikat dengan pencarian padanan pada tataran kata atau
kalimat.Pencarian padanan cenderung terfokus pada teks sebagai satu
kesatuan.Biasanya, metode ini merupakan parapfrase yang lebih panjang daripada
bahasa aslinya. Hasil penerjemahan bebas sering kali bertele-tele, berpretensi, dan
sama sekali bukan merupakan terjemahan.
Terdapat perbedaan antara metode adaptasi dan metode penerjemahan bebas,
yang terakhir ini tetap mempertahankan pesan sesuai dengan pesan yang
termaktub dalam teks bahasa sumber. Selain itu pada metode adaptasi, penerjemah
diperkenankan untuk membuat sejumlah modifikasi, misalnya mengubah nama
pelaku dan tempat kejadian.
Contoh :
ىف أن املال أصل عظيم من أصول الفساد حلياض الناس أجعي
Harta Sumber Malapetaka34
33 Moch Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer, h. 61
19
c. Metode penerjemahan idiomatis
Metode penerjemahan idiomatis berusaha mereproduksi pesan bahasa sumber,
tetapi cenderung mendistorsi nuansa makna. Hal ini disebabkan penerjemah lebih
menyukaipemakaian aneka kolokial dan idiom-idiom yang tidak terdapat dalam
bahasa sumber.
Contoh :
ض ال بـعد التـعب وما اللذ
Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian35
d. Metode penerjemahan komunikatif
Metode penerjemahan komunikatif ini berupaya mengungkapkan makna
kontekstual bahasa sumber secara tepat.Pengungkapan dilakukan dengan cara-cara
tertentu sehingga isi dan bahasanya berterima dan mudah dipahami pembaca
target. Hasil terjemahan diupayakan mempunyai bentuk, makna, dan fungsi yang
selaras dalam bahasa target.Sebab, boleh jadi suatu kalimat terjemahansudah
benar secara sintaksis, tetapi maknanya tidak logis; bentuk dan maknanya boleh
jadi sudah sesuai, tetapi secara pragmatik penggunaanya tidak pas dan tidak
alamiah.36
Contoh :
34 Moch Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer , h. 62 35 Moch Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer , h. 62 36 Moch Syarif Hidayatullah, Seluk Beluk Penerjemahan Arab Indonesia Kontemporer , h. 64
20
نـتطور من نطفة ث من علقة ث من مضغة
Kita berproses dari sperma, lalu zigot, dan kemudian embrio
Lebih lanjut Newmark mengomentari delapan metode penerjemahan tadi.
Menurutnya, hanya dua metode yang dianggap memenuhi tujuan utama
penerjemahan, yaitu penerjemahan semantis dan penerjemahan komunikatif.
Secara umum, penerjemahan semantis lebih memberi penekanan pada aspek
linguistik bahasa sumber. Dengan demikian penerjemahan sebisa mungkin
dilakukan sesuai dengan bentuk teks aslinya. Ungkapan-ungkapan dan idiom-
idiom yang terdapat dalam teks sumber tetap dipertahankan sesuain dengan
aslinya seraya diberi keterangan. Bentuk kalimat juga dipertahankan, misalnya
kalimat majemuk tetap dipertahankan sebagai kalimat majemuk dalam
penerjemahannya. Metode penerjemahan semacam ini memang baik jika dilihat
dari segi bentuk dan struktur kalimat karena sesuai dengan teks asli. Biasanya,
metode ini digunakan untuk menerjemahkan karya sastra atau teks-teks
keagamaan.37
Di lain pihak, penerjemahan komunikatif lebih menekankan pada
kenyamanan pembaca teks bahasa target. Penerjemahan diupayakan untuk
memberikan penjelasan yang memadai kepada pembaca dengan tujuan amanat
dari penulis teks sumber dapat tersampaikan.Ungkapan-ungkapan yang terdapat
dalam bahasa sumber dialihkan ke dalam ungkapan-ungkapan yang ada dalam
bahasa target. Bentuk kalimat pun tidak dipertahankan jika dianggap dapat
menimbulkan kepaksaan informasi. Dalam metode ini makna sangat ditekankan,
37Peter Newmark, A Textbook of Translation (London: Prentice Hall International, 1988), h. 47.
21
sehingga pembaca terjemahan dapat lebih mudah memahami maksud dan pesan si
penulis teks sumber.Biasanya metode ini digunakan untuk menerjemahkan teks-
teks yang bersifat informatif.38
E. Penerjeemahan Al-Quran
Dibandingkan dengan menerjemahkan teks-teks lainnya, menerjemahkan
teks al-Qur’an sangat sulit karena nilai mukjizatnya. Karenanya, banyak sekali
terjadi kesalahan dalam terjemahan-terjemahan al-Qur’an.
Pada dasarnya terjemah (tarjamah) memiliki dua bentuk yang berbeda,
terjemah harfiyah dan terjemah tafsiriyah (ma’nawiyah). Terjemah harfiyah
adalah mengubah pembicaraan atau perkataan atau kalimat dari satu bahasa ke
bahasa yang lain secara leterlek, dengan tetap memerhatikan struktur bahasa asal.
Sedangkan terjemah tafsiriyah adalah menerjemahkan pembicaraan atau
perkataan atau kalimat dari satu bahasa ke bahasa lain tidaqk secara leterlek,
tanpa terikat dengan struktur bahasa asal.39
Terjemah bisa dibedakan menjadi dua model; model terjemah harfiyah
dan terjemah tafsiriyah. Terjemah harfiyah dibagi dua macam yaitu terjemah
harfiyah yang sangat leterlek, ketat dan apa adanya, dan model terjemah harfiyah
yang meskipun leterlek, tetapi sangat tergantung kemampuan bahasa sang
penerjemah40. Untuk mendapatkan penjelasan secara komprehensif berikut akan
diterangkan satu per satu.
1. Terjemah harfiyah yang leterlek dan ketat, di mana bahasa penerjemahan sama
persis susunannya dan strukturnya dengan bahasa asal, letak kata per katanya pun
sama, juga uslubnya juga sama, keindahan balaghanya juga sama. Terjemah
38 Rochayah Machali, Pedoman bagi Peenerjemah. h,25. 39 Anshori, ulumul quran, ( Jakarta, Rajawali Pers: 2014), h. 167 40 Anshori, ulumul quran, h. 168
22
harfiyah jenis ini jelas tidak mungkin dilakukan untuk menerjemahkan Al-
Qur’an. Karena Al-Qur’an diturunkan Allah Swt. Untuk dua tujuan41:
a. Al-Qur’an sebagai tanda dan bukti kebenaran Nabi Muhammad Saw. dan apa
yang disampaikannya adalah dari Allah Swt. Ini adalah keberadaan dan fungsi
Al-Qur’an sebagai mu’jizat yang dapat melemahkan para penentangnya. Dan ini
artinya tidak bisa dihadirkan oleh manusia, meski manusia bekerja sama dengan
jin sekali pun42.
b. Al-Qur’an diturunkan Allah Swt. sebagai hidayah bagi kebaikan hidup
manusia, baik di dunia maupun di akhirat.
Terkait dengan tujuan yang pertama di atas, di mana Al-Qur’an sebagai mu’jizat
dan pembenar ajaran yang di bawah Nabi Saw., maka jelas bahwa Al-Qur’an
tidak bisa dihadirkan terjemahnya yang sama persis. Karena kemu’jizatan Al-
Qur’an tidak terlepas dari konteks keindahan balaghah dan uslub Al-Qur’an yang
berbahasa Arab, yang tentu ini berarti menyangkut spesifikasi bahasa Arab
sebagai bahasa yang digunakan Al-Qur’an. Spesifikasi ini tentu tidak akan sama
dengan spesifikasi bahasa lainnya. Meski mungkin bahasa lain itu memiliki
keindahan balaghahnya sendiri, tetapi tidak akan sama dengan keindahan dan
keelokan bahasa yang digunakan Al-Qur’an43.
Jika Al-Qur’an diterjemahkan secara harfiyah, secara leterlek sekali, maka
akan hilang keistimewaan balaghah Al-Qur’annya, dan akan menurunkan derajat
bahasa Al-Qur’an yang penuh mu’jizat menjadi sekadar bahasa yang dalam
jangkauan akal manusia. Dengan demikian, tujuan diturunkannya Al-Qur’an
sebagai mu’jizat menjadi terhalang.44
41 Anshori, ulumul quran, h. 169 42 Anshori, ulumul quran, h. 169 43 Anshori, ulumul quran, h. 169 44 Anshori, ulumul quran, h. 169
23
Sedangkan tujuan kedua, turunnya Al-Qur’an menjadi hidayah bagi hidup
manusia. Agar hidayah bisa sampai kepada manusia maka Al-Qur’an harus
dimengerti maksud dan kandungannya. Karena itu perlu dilakukan pengambilan
dan penetapan hukum (istinbath al-ahkam), mencari petunjuk (irsyadat) dari Al-
Qur’an. Dalam melakukan proses penetapan hukum dan mengambil petunjuk-
petunjuk dari Al-Qur’an ini, biasanya para mutajahid tidak hanya berpegangan
pada makna harfiyah, tetapi juga acapkali menggunakan makna-makna kedua,
seperti makna dilalah an-nash, isyarah an-nash dan seterusnya.
Sedangkan penerjemahan harfiyah secara leterlek akan menghilangkan makna
kedua yang sangat penting digunakan untuk memahami kandungan Al-Qur’an
itu. Dengan demikian, terjemah harfiyah yang leterlek dan ketat akan
menyebabkan fungsi Al-Qur’an sebagai kitab petunjuk dapat menjadi terhalang45.
2. Terjemah harfiyah yang meski leterlek, tetapi lebih tergantung pada kemampuan
bahasa sang penerjemah. Penerjemahan jenis ini, meski dibenarkan untuk
diguanakan pada umumnya, tetapi tidak dibenarkan untuk menerjemahkan Al-
Qur’an. Karena akan membahayakn dan dapat merusak struktur bahasa Al-
Qur’an dan bisa merendahkan kewibawaannya46.
Kedua jenis terjemah harfiyah di atas, tidak bisa dikatakan sebagai tafsir
Al-Qur’an kepada selain bahasa Arab. Karena, terjemah harfiyah yang leterlek
dan sangat ketat, jelas tidak mungkin dilakukan. Sementara terjemah harfiyah
yang meski leterlek, tetapi tergantung kemampuan bahasa sang penerjemah, juga
adalah penerjemahan yang tidak dibenarkan dilakukan terhadap Al-Qur’an47.
45 Anshori, ulumul quran, h. 169 46 Anshori, ulumul quran,, h. 171 47 Anshori, ulumul quran,, h. 171
24
3. Sementara model terjemah yang ketiga adalah terjemah tafsiriyah (ma’nawiyah),
yakni menerjemahkan dari satu bahasa ke bahasa lain, dengan memahami makna
bahasa asal, lalu mengungkapkannya kembali dalam bahasa terjemahan, sesuai
dengan susunan, struktur dan uslub bahasa yang digunakan untuk
menerjemahkan48.
Terjemah tafsiriyah (ma’nawiyah) bisa dilakukan terhadap Al-Qur’an.
Dan bagaimana para ulama sepakat memperbolehkan kegiatan penafsiran Al-
Qur’an, maka para ulama juga sepakat memperbolehkan kegiatan menerjemahkan
Al-Qur’an secara tafsiriyah.49
48 Anshori, ulumul quran,, h. 171 49 Anshori, ulumul quran,, h. 171
25
BAB III
BIOGRAFI HAMKA, DAN SEKILAS TENTANG TAFSIR AL-AZHAR
A. Biografi Hamka
Hamka adalah seorang ulama besar, penulis produktif, mubalig yang berpengaruh di
Asia Tenggara dan ketua pertama Majlis Ulama Indonesia (MUI). Ia adalah putra H.
Abdul Karim Amrullah (tokoh gerakan Islam “kaum muda” di Minangkabau) dan lahir
lahir pada gerakan awal “kaum muda”. Namanya adalah Abdul Malik Karim Amrullah,
disingkat Hamka38. Ia dilahirkan di Sungai Maninjau (Sumatera Barat) pada 17 februari
1908 (14 Muharram 1326 H)39.
Dalam usia enam tahun (1914) ia dibawa ayahnya ke Padang Panjang. Sewaktu
berusia tujuh tahun, dia dimasukkan ke sekolah desa dan malamnya belajar mengaji Al-
Quran dengan ayahnya sendiri sehingga khatam. Dari tahun 1916 sampai 1923, ia telah
belajar di sekolah-sekolah “Diniah School” dan “Sumatera Thawalib” di padangpanjang
dan parabek. Guru-gurunya waktu itu ialah Syekh Ibrahim Musa Parabek, Engku Mudo
Abdul Hamid, dan Zainuddin labay. Padangpanjang waktu itu ramai dengan penuntut
ilmu agama Islam, dibawah pimpinan ayahandanya sendiri40. Namun dalam usianya yang
masih muda, ia telah berbakat dalam bidang bahaha dan segera menguasai bahasa Arab,
yang membuatnya secara luas membaca literaratur berbahasa Arab. Termasuk terjemahan
dari tulisan barat. Sebagai seorang anak tokoh pergerakan, sejak anak-anak Hamka sudah
medengar langsung pembicaraan tentang pembaruan dan gerakan melalui ayah dan rekan
ayahnya.
38Badri YAtim,” HAMKA”, dalam Nina M. Armando.. (et al), ed, esklopedia islam, vol II (Jakarta: Ichtiar
Baru van hoeve, 2005), h 293 39 HAMKA, tasauf modern, (Jakarta, Pustaka Panjimas, 2003). H. 9 40 HAMKA, tasauf modern, h. 9
26
Sejak usia sangat muda, Hamka sudah dikenal sebagai seorang kelana. Ayahnya
bahkan menamakannya “si Bujang Jauh”. Pada 1924, dalam usianya 16 tahun, ia pergi ke
jawa; di sana menimba pelajaran tentang gerakan Islam modern melalui H. Oemar Said
Tjokroaminoto, Ki Bagus Hadi Kusumo (Ketua Muhammadiyah 1944-1952), K.H.
Fakhruddin (ayah K.H. Abdul Rojak Fakhruddin) yang mengadakan kursu pergerakan di
Gedung Abdi Darmo di Pakualaman, Yogyakarta. Setelah beberapa lama di sana, ia
berangkat ke pekalongan dan menemui kaka iparnya, A.R. Sutan Mansur,yang waktu itu
ketua Muhammadiyah cabang pekalongan. Di kota ini ia berkenalan dengan tokoh
Muhammadiyah setempat. Pada juli 1925 ia kembali ke Padangpanjang dan turut
mendirikan Tablig Muhammadiyah di rumah ayahnya di Gatangan, Padangpanjang. Sejak
itulah ia mulai berkiprah dalam organisasi Muhammadiyah41. Pada waktu itulah mulai
tumbuh bakatnya sebagai pengarang. Buku yang mula-mula dikarangnya bernama
”Khotibul Ummah”42
Pada Februari 1927 ia berangkat ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji dan
bermukim di sana lebih kurang 6 bulan. Selama di Mekah, ia bekerja pada sebuah
percetakan43, sambil menjadi Koresponden dari harian “Pelita Andalas” di Medan. Pulang
dari sana ia menulis di majalah ”Seruan Islam” di Tanjung Pura (Langkat), dan pembantu
dari “Bintang Islam” dan “ Suara Muhammadiyah” Yogyakarta.
Pada 1928 ia menjadi peserta Muktamar di Solo, dan sejak itu hampir tidak pernah
absen dalam Muktamar Muhammadiyah hingga akhir hayatnya. Sepulang dari Solo, ia
mulai memangku jabatan, mulai dari ketua bagian Taman Pustaka, kemudian Ketua
Tablig, sampai menjadi ketua Muhammadiyah cabang Padangpanjang.44 Pada tahun ini
41 Yatim, “HAMKA”, h 293-294 42 HAMKA, tasouf modern, h.9 43 Yatim, “HAMKA”, h, 294 44 Yatim, HAMKA, h. 294
27
pula keluarlah buku romannya yang pertama dalam bahasa Minangkabau bernama, “si
Bariyah” waktu itu pula ia memimpin majalah “Kemauan Zaman” yang terbit hanya
beberapa nomor. Dalam tahun 1929 keluarlah buku-bukunya “Agama dan Perempuan”,
“Pembela Islam”, “Adat Minangkabau dan Agama Islam” (buku ini dibeslah, dirampas
polisi), “Kepentingan Tabligh”,”ayat-ayat Mi’raj” dan lain-lainnya.45
Pada 1930 ia diutus pengurus cabang Padangpanjang untuk mendirikan
Muhammadiyah di Bengkalis.46 Dalam tahun ini pula, mulailah di mengarang dalam sk
“Pembela Islam” Bandung. Dan mulai berkenalan dengan M. Natsir, A. Hassan dan lain-
lain. Ketika di pindah ke Makassar diterbitkan majalah “Al-Mahdi”.47
Pada 1931 ia diutus oleh Pengurus Pusat Muhammadiyah ke Makassar untuk menjadi
Mubalig Muhammadiyah dalam rangka menggerakan semangat untuk menyambut
Muktamar Muhammadiyah ke-21 (Mei-1932) di Makassar. Pada 1934 ia kembali ke
Padangpanjang dan diangkat menjadi majlis konsul Muhammadiyah di Sumatera
Tenggah48. Setelah ia kembali ke Sumatera Barat tahun 1935, dan tahun 1936 pergilah ia
ke Medan mengeluarkan mingguan Islam yang mencapai puncak kemasyhuran sebelum
perang, yaitu “pedoman masyarakat”. Majalah ini dipimpinnya sendiri setelah setahun
dikeluarkan, mulai tahun 1936 sampai 1943, yaitu seketika bala tentara Jepang masuk. Di
zaman itulah banyaknya karangan-karangannya dalam lapangan Agama, filsafat, tasauf,
dan roman. Ada yang ditulis di “Pedoman Masyarakat”dan ada pulayang ditulis terlepas.
Dan waktu itulah keluar romannya “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck”, “Di Bawah
Lindungan Ka’bah”, “Merantau ke Deli”, “Terusir”, “Keadilan Illahi”, dan lain-lain. Di
45 HAMKA, tasauf moderen, h. 9 46 Yatim, HAMKA, h.249 47 HAMKA, tasauf modern, h. 10 48 Yatim, HAMKA, h.249
28
zamannya dicobanya menerbitkan “Semangat Islam”, dan “Sejarah Islam Di
Sumatera”.
Setelah pecah revolusi beliau pindah ke Sumatera Barat. Dikeluarkannya Buku-Buku
yang mengguncangkan, “Revolusi Fikiran”, “Revolusi Agama”, “Adat Minangkabau
menghadapi revolusi”, “Negara Islam”, “Sesudah Naskah Renville”, “Muhammadiyah
Melalui Tiga Zaman”, “Dari Lembah Cita-cita”, “Merdeka”, “Islam dan Demokrasi”,
“Dilamun Ombak Masyarakat”, dan “Menunggu Peduk Berbunyi”.49
Sejak 1949, yaitu tercapainya Persetujuan Roem-roeyen, ia pindah ke Jakarta. Pada
1950 ia mulai karirnya sebagai pegawai negri golongan F di kementrian agama yang pada
waktu itu dipimpin oleh K.H. Abdul Wahhid Hasyim. Dalam kepegawaian itu, ia diberi
tugas memberikan kuliah di beberapa perguruan tinggi Islam: Perguruan Tinggi Agama
Islam (PTAIN) di Yogyakarta, Universitas Islam Jakarta, Fakultas Hukum dan Falsafah
di Padangpanjang, Universitas Muslim Indonesia (UMI) di Makasar, dan Universitas
Islam Sumatra Utara (UISI) di Medan.
Pada tahun 1950 ia juga mengadakan lawatan ke beberapa Negara di Timur Tengah
selepas ia melaksanakan ibadah haji untuk kedua kalinya. Ia juga berkunjung ke Mesir
dan bertemu para pengarang buku yang sudah banyak ia kenal melalui karya-karya
mereka, seperti Thaha Husein dan Fikri Abadah50. Selepasnya lawtan ini keluarlah buku-
buku barunya seperti, “Ayahku”, “Kenang-Kenangan Hidup”, Perkembangan Tasauf
dari Abad ke Abad”, “Urat Tunggang Pancasila”. Riwayat Perjalanan ke Negri-negri
Islam: “Ditepi Sungai Nil”, “Ditepi Sunga Dajlah”, Mandi Cahaya di Tanah Suci”,
“Empat Bulan Di Amerika”, dan lain-lain.51
49 Yatim, HAMKA, h.250 50 Yatim, HAMKA, h.260 51 Yatim, HAMKA, h.263
29
Pada 1952 ia mendapat kesempatan untuk mengadakan kunjungan ke Amerika Serikat
atas undangan Departemen Luar Negri Amerika Serikat. Sejak itu, ia sering berkunjung
ke beberapa negara, baik atas undangan Negara bersangkutan maupuan delegasi
Indonesia. 52 Pada 1955 keluarlah beberapa bukunya, “Pelajaran Agama Islam”,
“Pandangan Hidup Muslim”, “Sejarah Hidup Jamalluddin al-Afgany”, dan “Sejarah
Umat Islam”.53
Pada 1958 ia menjadi Anggota delegasi Indonesia untuk Simposium Islam di Lahore.
Dari Lahore ia meneruskan perjalanannya ke Mesir. Dalam kesempatan itu, ia
menyampaikan pidato untuk mendapatkan gelar Doctor Honoris Causa di Universitas Al-
Azhar, Cairo. Pidatonya yang berjudul “Pengaruh Muhammad Abduh di Indonesia”
menguraikan kebangkitan Islam di Indonesia: Sumatera Thawalib, Muhammadiyah, Al-
Irsyad, dan Persatuan Islam. Gelar Doctor honoris Causa juga di dapatkan dari University
Kebangsaan Malaysia pada 1974. Dalam kesempatan itu, Tun Abdul Rajak, pada
kesempatan itu mengatakan, “Hamka bukan hanya milik bangsa Indonesia, akan tetapi
milik bangsa-bangsa di Asia Tenggara.54”
Pada 1960, ia memusatkan kegiatannya dalam dakwah Islamiyah dan menjadi Imam
Masjid Agung Al-Azhar Kebayoran, Jakarta. Bersama K.H.Faqih Usman (mentri agama
dalam cabinet wilopo 1952, wafat 1969 ketika menjabat ketua Muhammadiyah). Pada juli
1959 ia menerbitkan majalah Panji Masyarakat yang minitik beratkan pada soal
Kebudayaan dan pengetahuan agama Islam. Majalah ini kemudian dibreidel pada 17
agustus 1960 dengan alas an memuat tulisa Dr.Mohammad Hatta berjudul “Demokrasi
Kita”, yang melancarkan kritik tajam terhadap konsep Demokrasi Terpimpin. Majalah ini
baru terbit kembali setelah orde lama tumbang tepatnya pada tahun 1967, dan Hamka
52 Yatim, HAMKA, h.270 53 Yatim, HAMKA, h.275 54 Yatim, HAMKA, h.278
30
menjadi pimpinan umumnya hingga akhhir hayatnya. Sebelumnya pada senin 27 januari
1964, bertepatan pada 12 Ramdhan 1325, ia ditangkap oelh alat Negara. Dalam tahanan
orde lama ini ia menyelesaikan Tafsir Al-Azhar (30 juz). Ia keluar dari tahanan setelah
orde lama tumbang.
Pad 1975, ketika Majlis Ulama Indonesia berdiri, Hamka terpilih menjadi ketua
umum pertama dan terpilih kembali di priode selanjutnya pada tahun 1980. Ia
meninggalkan banyak karya antara lain 118 buku, belum termasuk karya panjang ataupun
pendek yang dimuat di media masa dan disampaikan dalam beberapa kesempatan kuliah
atau ceramah ilmiah. Tulisan itu meliputi banyak bidang kajian: politik, sejarah, budaya,
akhlak, dan ilmu keIslaman, Hamka tutup usia pada tanggal 24 Juli 1981 ketia berusia 73
tahun.55
Kian lama kian jelaslah coraknya sebagai pengarang, pujangga, dan filusuf Islam,
diakui oleh kawan dan lawannya. Disamping keasyikannya mempelajari “Kesusatreaan
Melayu Kalsik”, Hamka pun bersungguh-sungguh menyelidiki kesusasteraan Arab, Dr.
Slamet Mulyono ahli tentang kesusastraan Indonesia menyebutka HAMKA adalah
Hamzah Fansurinya Indonesia.
B. SEKILAS TENTANG TAFSIR AL-AZHAR
Sebagaimana yang telah diulas dalam biografi singkat HAMKA di atas, bahwa
HAMKA tidak pernah mengenyam pendidikan di Timur Tengah. Artinya ia murni
menuntut ilmu hanya di Indonesia, walaupun ia pernah melaksanakan ibadah Haji sampai
berbulan-bulan di Mekah. Namun, produk pemikiran yang keluar dari Hamka adalah asli
Indonesia56.
55 Yatim, HAMKA, h.280 56 Yatim, HAMKA, h.52
31
Sedangkan terkait ilmu kebahasaannya hanya ia pelajari dari guru-gurunya di
Sumatera Barat. Oleh sebab itu menjadi hal yang menarik ketika seorang lulusan
Indonesia menerjemhakan alquran dan menafsirkannya. Inilah yang mennarik bagi
penulis untuk mengkaji terjemahan Tafsir Al-azhar Hamka, apalagi fokus kajiannya
adalah kolokasi dalam terjemahan. Sebagaimana yang telah penulis singgung
sebelumnya, bahwa fenomena kolokasi dalam penerjemahan adalah fenomena
kebahasaan yang sangat menarik untuk dikaji. Sebab biasanya faktor budaya dan faktor
natural bahasa itu disampaikan jarang sekali diperhatikan oleh penerjemah.
Kitab tafsir berbahasa Indonesia ini sekarang diterbitkan oleh Pustaka Panjimas,
Jakarta, cetakan 1, 1982. Sebelum betul-betul masuk dalam tafsir ayat al-Quran sang
mufassir terlebih dahulu banyak memberikan penjelasan yang terdiri dari, kata pengantar,
pendahuluan, al-Quran, i’jaz al-Quran, isi mu’zizat al-quran, al-Quran lafadz dan makna,
menafsirkan al-Quran, haluan tafsir, mengapa dinamika tafsir Al-azhar, dan yang terakhir
hikmat illahi57.
Dalam kata pengantara Hamka menyebutkan beberapa nama yang ia anggap berjasa
bagi dirinya dan pengembaraan dan pengembangan keilmuan keIslaman yang ia jalani.
Nama-nama yang disebutnya itu boleh jadi orang-orang yang memberikannya motivasi
untuk segala karya cipta dan dedikasinya terhadap pengembangan dan ilmu-ilmu
keIslaman. Tidak terkecuali karya tafsirnya.
Tafsir al-azhar adalah tafsir yang diperkaya dengan pendekatan sejarah, sosiologi,
tasawuf, ilmu kalam, sastra, dan psikologi. Karya terbesar Hamka dalam penyusunan
tafsir ini Hamka menggunakan metode tahlili (analitis), tafsir al-Quran dengan al-Quran,
tafsir al-Quran denga Hadis, pendapat Sahabat dan Tabi’in, tafsir dengan tafsir mu’tabar,
57Yatim, HAMKA, h.58
32
penggunaan syair, menggunakan analisis bilma’tsur, menganalisis dengan kemampuan
analisis sendiri, dan disusun tanpa membawa pertikaian antar madzhab.
Tafsir al-azhar menitik beratkan penjelasan ayat-ayat al-Quran dengan ungkapan yang
teliti, menjelaskan makna-makna yang dimaksud dalam al-Quran dengan bahasa yang
indah dan menarik, dan menghubungkan ayat denga realitas sosial dan sistem budaya
yang ada.
Buya Hamka membicarakan permasalahan sejarah, sosial, dan budaya indonesia,
beliau juga mendemontrasikan keluasan pengetahuan, menekankan pemahaman ayat
secara menyeluruh (mengutip ulama-ulama terdahulu), mendialogkan antar teks al-Quran
dengan kondisi umat Islam saat tafsir Al-Azhar ditulis58.
58 Hamka, Tafsir Al-Azhar, juz 1, h. 50-58
33
BAB IV
ANALISIS TERJEMAHAN LEKSEM DARABA DALAM TAFSIR AL-
AZHAR
A. Data Terjemahan Leksem Daraba Dalam Tafsir Al-Azhar
Kegiatan menerjemahkan adalah kegiatan yang tidak saja mengharuskan para
penerjemah untuk berpengetahuan luas tentang bahasa dan budaya kedua bahasa
sumber dan bahasa sasaran. Dan juga dengan kreatifitasnya, para penerjemah
harus memilih dari sekian banyak alternatif padanan penerjemahnya. Selain itu,
setiap penerjemah dituntut mempertimbangkan gaya bahasa yang akan
digunakan dalam konteks penerjemahnya. Baik tidaknya bahasa terjemahan dari
bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia khususnya dari bahasa Arab, tergantung
kepada kemampuan penerjemah dalam menguasai bidang terjemahnnya,
seperangkat kaidah dan pola yang ada dalam kedua bahasa tersebut.
Banyak metode penelitian yang bisa digunakan di dalam meneliti karya
terjemahan, tetapi yang jelas semua metode ini bersifat deskriftif, bisa dalam
kategori kualitatif maupun kuantitatif. Penelitian mengenai hasil terjemahan
adalah sesuatu yang penting untuk dilakukan terutama untuk menghubungkan
teori penerjemahan dan praktek penerjemahan. Kadangkala suatu konsep bisa
dengan mudah dideskripsikan dalam uraian dan teori. Akan tetapi, bila sudah
berada dalam tataran praktek, mungkin sekali konsep-konsep ini sulit dibedakan
atau bahkan dikenali secara jelas.
Kolokasi merupakan fenomena linguistik yang universal dan telah menjadi
topik penelitian para linguis, para pakar kamus, para pakar pedadogi bahasa dan
34
juga mereka yang berkecimpung dalam dunia penerjemahan. Tafsir Al-Azhar
karya Hamka adalah karya fenomenal dari seorang ulama, sastrawan, serta
cendikiawan Islam Indonesia. Tafsir Al-Azhar merupakan tafsiran Al-Quran
yang diterjemahkan serta ditafsirkan oleh Hamka. Bermula ketika pengjian subuh
di Masjid Al-Azhar kebayoran dan berlanjut di penjara serta rumah sakit
kemudian disempurnakan selepas Hamka bebas dari tahanan.
Menurut para pakar penerjemah, terjemahan yang baik adalah yang tidak
tampak bahwa ia adalah terjemahan. Di antara faktor terjemah tampak dan terasa
sebagai terjemahan adalah karena terjemahan –khususnya pemula- gagal
mengidentifikasi kombinasi sejumlah unsur leksikal sebagai sebuah kolokasi.
Kemampuan mengidentifikasi sebuah kolokasi dalam teks sumber merupakan
modal awal bagi keberhasilan penerjemahan.
Tabel di bawah ini akan memaparkan terjemahan leksem daraba yang
penulis temukan di dalam tafsir Al-Azhar :
NO Ayat Al-Qur’an Surah Teremahan Hamka
مثل يض رب أن ........ 1
(:6ما.....)
membuat.… سورة البقرة
perumpamaan apa
saja…..
بعصاك اض رب ..... ف قل نا 2
(6:ال حجر......)
……. lalu kami katakan
pukullah dengan
tongkatmu itu akan
batu……..
35
علي هم وضربت ....... 3
لة وال كنة.....)الذ (6:مس
….......... dan
dipukulkanlah atas
mereka kehinaan dan
kerendahan………
اض ربوه ف قل نا 4
(7;بب ع ضها....)
Dan kami katakan;
pukullah olehmu dengan
sebagian
daripadanya!.......
تطيعون 5 ضر با...... ل يس
ر ض (7;6....) في ال
.....yang tidak sanggup
lagi berusaha di bumi
.....
علي هم ضربت 6
لة.....) (666الذ
Mereka itu ditimpahkan سورة آل عمران
kehinaan.......
في ضربوا....... إذا 7
ر ض.......) (:69ال
..... apabila mereka itu
berpergian di bumi....
جروىن في 8 ...... واى
ال مضاجع
(78.....)واض ربوىن
سورة النساء
…… dan memimasahkan
dari mereka pada tempat-
tempat tidur, dan
pukullah mereka……..
في ضرب تم ...... آمنوا إذا 9
(8=سبيل اللو....)
........ apabila kamu
(berperang) pada jalan
Allah......
36
في ضرب تم وإذا 01
ر ض.....) (666ال
Dan apabila kamu
berpergain di bumi........
في ضرب تم ....... إن أن تم 00
ر ض.....) (:66ال
jika kamu di dalam....... سورة المائدة
perjalanan di bumi......
بعصاك اض رب ..... أن 02
(6:6ال حجر.....)
supaya engkau , ..... سورة العراف
pukul batu itu dengan
tongkatmu itu.....
ع ناق فاض ربوا..... 01 ق ال ف و
هم كل ب نان واض ربوا من
(66)
Maka pancungalah ........ سورة النفال
di atas kuduk dan
pukullah daripada
mereka tiap-tiap ujung
jari mereka.
وجوىهم يض ربون ..... 01
بارىم ......) (96وأد
....... , akan mereka pukul
muka mereka dan
punggung mereka......
اللو يض رب ..... كذلك 01
لك ال حق وال باطل...... كذ
م ثال ) (;6يض رب اللو ال
demikianlah Allah ...... سورة الرعد
memisalkan kebenaran
dan kebathilan.......
Demikianlah Allah
menerangkan beberapa
perumpamaan.
37
اللو ضرب ألم ت ر كي ف 06
اللو ويض رب مثل........
م ثال (69للناس......) ال
سورة إبراىيم
Apakah tidak engkau
lihat, betapa Allah
mengadakan
perumpaaan...... Dan
Allah mengadakan
perumpamaan-
perumpamaan bagi
manusia......
م ثال وضرب نا.... 07 لكم ال
(89)
....... dan telah kami
adakan bagi kamu
perumpamaan-
perumpamaan.
للو تض ربوافل 08
م ثال....) (8;ال
Maka janganlah kamu سورة النحل
adakan bagi Allah,
misal....
Allah telah mengadakan (9;اللو مثل...,) ضرب 09
perumpamaan....
اللو مثل وضرب 21
(:;رجلي ن...)
dan diperbuat Allah lagi
perumpamaan; dua orang
laki-laki.....
اللو مثل وضرب 20
(666)...ق ر ية
Dan dibuat Allah suatu
perumpamaan, suatu
negri.....
38
لك ضربواان ظر كي ف 22
م ثال......) (>8ال
سورة اإلسراء
Pandanglah, betapa
mereka membuat
perumpamaan
bagimu........
على آذانهم فضرب نا 21
(.....66)
Maka kami tutupkanlah سورة الكهف
telinga mereka….
لهم مثل واض رب 24
(76رجلي ن....)
Dan buatlah untuk
mereka perumpamaan.
Dua orang.....
ثل لهم م واض رب 21
(89ال حياة.....)
Dan perbuatlah untuk
mereka itu suatu
perumpamaan tentang
kehidupan......
لهم فاض رب ...... 26
(;;طريقا.....)
سورة طو
.... maka buatkanlah
untuk mereka jalan.....
ضرب يا أي ها الناس 27
(7;مثل.....)
Wahai orang-orang yang لحجسورة ا
beriman! Diperbuat suatu
perumpamaan.....
بخمرىن ول يض رب ن ..... 28
على جيوبهن.......ول
Dan hendaklah ...... سورة النور
mereka menutup dada
mereka dengan
39
يض رب ن
(76بأر جلهن.......)
selendang....
Dan janganlah mereka
hentakkan kaki
mereka.....
م ثال ويض رب ...... 29 اللو ال
(79للناس.....)
....Dan allah mengadakan
berbagai perumpaan
untuk mannusia....
لك ضربواان ظر كي ف 11
م ثال....) (=ال
Cobalah engkau سورة الفرقان
perhatikan (wahai
utusanKu) betapa mereka
telah membuat
perumpamaan mengenai
dirimu.....
لو ضرب ناوكل 10
م ثال.....) (=7ال
Semua itu telah kami
jadikan kias ibarat.......
بعصاك اض رب .....أن 12
ر.....) (7:ال بح
سورة الشعراء
.... agar engkau pukul
dengan tongkatmu itu
lautan.....
م ثال نض رب ها 11 وتل ك ال
(87للناس.....)
Dan beginilah سورة العنكبوت
perumpamaan-
perumpamaan kami
perbuatkan untuk
40
manusia......
لكم مثل من ضرب 11
(>6أن فسكم .....)
الروم سورة
Dia (Allah) telah
membuat untuk kamu
perumpamaan dari diri
kamu sendiri.....
Dan sesungguhnya telah (>9للناس..) ضرب ناولقد 11
kami perbuat bagi
manusia......
لهم مثل أص حاب واض رب 16
(67ال قر ية...)
سورة يس
Dan buatlah untuk
mereka suatu
perumpamaan, penduduk
suatu negri...
لنا مثل ونسي وضرب 17
(>;خل قو....)
Dan dia membuat
perumpamaan tentang
kami, padahal dia lupa
kejadiannya sendiri.....
بال يمين ضر باف راغ علي هم 18
(=7)
اتسورة الصاف
Maka dengan diam-diam
dihadapinya berhala-
berhala itu, lalu
diipukulinya dengan
tangan kanannya.
بو ول فاض رب ..... 11
(.... نث (88تح
سورة ص
... maka pukullah dengan
dia dan janganlah
sengkau melanggar
sumpah.....
41
سورة الزمر (;6ناس...)لل ضرب ناولقد 10
Dan seungguhnya telah
kami perbuat bagi
manusia.....
اللو مثل ضرب 12
(=6رجل...)
Allah membuat suatu
perumpamaan, seorang
laki-laki (budak)......
عن كم أف نض رب 11
ر....) (9الذك
Apakah akan kami سورة الزخرف
hentikan dari kamu
peringaatan itu......
من ضرب ... بما 11 للرح
(;6مثل......)
....berita yang dijadikan
sekutu dengan Tuhan
Maha Pemurah itu.....
اب ن مر يم ضرب ولما 11
(;9مثل.....)
Dan tatkala Ibnu
Maryam dijadikan
contoh.....
ضربوه ....ىو ما 16
(>9لك...)
... Tidaklah mereka
pukulkan perkataanmu
itu kepada engkau....
اللو يض رب ... كذلك 17
ثالهم ) (7للناس أم
سورة محمد
....demikian Allah
membuat bagi manusia
akan perumpamaan
mereka.
42
الرقاب حتى إذا فضر ب . .. 18
(8أث خن تموىم ...)
... Maka pukullah di
kuduk, sehinggaa apabila
kamu telah dapat
menundukkan
mereka.........
وجوىهم يض ربون ... 19
بارىم ) (;6وأد
..... memukul wajah-
wajah mereka dan
punggung-punggung
mereka.
ن هم بسور لو 11 .... فضرب ب ي
(67باب.....)
سورة الحديد
م ثال 10 نض رب ها.... وتل ك ال
(66للناس....)
سورة الحشر
.......dan perumpaman-
perumpamaan itu kami
perbuat untuk manusia
supaya mereka berpikir.
اللو مثل للذين ضرب 12
(66كفروا....)
Allah telah membuat سورة التحريم
suatu perumpamaan
tentang orang-orang
yang kafir...
اللو مثل للذين وضرب 11
(66آمنوا.....)
Dan Allah telah pula
membuat suatu
perumpamaan tentang
43
orang-orang yang
beriman.....
.... وآخرون يض ربون في 11
ر ض...) (66ال
dan yang lain-lain.... سورة المزمل
mengembara di muka
bumi.....
B. Klasifikasi Makna daraba dan Metode penerjemahan dalam tafsir Al-
Azhar
Leksem daraba dan derivasinya terdapat di 52 ayat di dalam Al-Qur’an.
Oleh sebab itu, penulis akan membatasi beberpa penelitian yang penulis pilih
sebagaimana penelitian di bawah ini :
1) Makna Membuat
1) Surat al-Baqarah ayat 26 :
Ayat Al-Qur’am Terjemahan Tafsir Al-Azhar
يي أ تح مثل ما ب عوضة يض رب ن إن اللو ل يس
ق ها فأما الذين آمنوا ف ي ع لمون أنو ال حق فما ف و
......من ربهم
Sesungguhnya Allah tidak lah
malu membuat perumpamaan apa
saja; nyamuk atau yang lebih kecil
daripadanya. Maka adapun orang-
orang yang beriman mengetahui
dia bahwasannya itu adalah
kebenaran dari tuhan mereka.....59
59
Hamka, Tafsir Al-Azhar, juz 1, h. 153
44
pada tabel di atas Hamka menggunakan metode semantis sebab hasil
terjemahaan sudah sesuai dengan Bsu baik dari segi struktur kalimat sintaksis
dan semantik, makna kontekstual, dan sangat memperhatikan estetika teks
bahasa sumber. Hal ini bisa dilihat dari gaya penulisan bahasa terjemahannya.
Kemudian leksem daraba diterjemahkan dengan membuat. Hasil terjemahan ini
sangat dipengaruhi oleh kata yang muncul setelah daraba yaitu matsala. Di
dalam tafsir al-jalalain leksem daraba dalam ayat ini djelasakan dengan makna
yaj’alu60
yang memiliki arti membuat. Berdeda dengan Tafsir Ibnu Katsir leksem
daraba diterjemahkan denga dzakarahu 61
Sedangkan di dalam mu’zam al-af’al
al-muta’adiyah biharfi jar leksem daraba yang bersanding dengan mastala
memiliki arti washafahu, wabayyanahu, wadzakarahu62
yaitu mensifati,
menerangkan, dan menyebutkan. Begitu juga di dalam lisan al-arab leksem
daraba bertemu dengan matsala diterjemahkan dengan wasaffa dan wabayyana63
Pada dasarnya terjemahan Hamka sudah seusai dengan yang dimaksut di dalam
ayat tersebut yaitu membuat sebuah perumpamaan.
دار ) الجاللين تفسير،، وجالل الدين عبد الرمحن بن أيب بكر السيوطي ،جالل الدين حممد بن أمحد احمللي 60
7: ص. 1(ج،0ط-القاهرة –احلديث )دار الكتب تفسري القرآن العظيم )ابن كثري(، أبو الفداء إمساعيل بن عمر بن كثري القرشي البصري مث الدمشقي، 61
1، ص، 0هـ(، ج، 0109 -األوىل ط: -بريوت –لي بيضون العلمية، منشورات حممد ع (2116دار الكتب العلمية، بريوت )، معجم األفعال املتعدية حبرف، األمحدي امللياين بن حممد بن موسى 62
121ص. هـ(، 0101 -الثالثة ط:-بريوت –،)دار صادر لسان العرب، واالخرون حممد بن مكرم بن على، أبو الفضل، 63
119ص. ،0ج،
45
1) Surah Al-Isra ayat 48
Ayat Al-Qur’am Terjemahan Tafsir Al-Azhar
م ثا ضربواان ظر كي ف ل فضلوا فل لك ال
تطيعون سبيل ) (>8يس
Pandanglah, betapa mereka
membuat perumpamaan bagimu.
Maka mereka telah sesat, sebab iu
mereka tidak ada lagi upaya
berjalan 64
Dalam tabel di atas Hamka mennggunakan metode terjemahan semantis.
Sebab struktur Bsu sudah sesuai dengan Bsa baik dari segi sintaksis dan
semantis, makna yang dilahirkan kontekstual, dan masih mengedepankan nilai
estetika bahasa sumber. Leksem daraba pada ayat ini diterjemahkan dengan
membuat. Terjemahan ini sudah sesuai dengan pengaruh perubahan makna
daraba yang berubah dari makna dasarnya yaitu memukul. Hasil terjemahannya
pun sudah sesuai dengan rujukan dari beberapa mu’zam seperti dalam mu’zam
al-af’al al-muta’adiyah biharfi jar leksem daraba yang bersanding dengan
mastala memiliki arti washafahu, wabayyanahu, wadzakarahu65
yaitu mensifati,
menerangkan, dan menyebutkan. Hasil terjemahan Hamka sudah sesuai, hanya
berbeda dalam pemilihan diksinya saja.
64
Hamka, Tafsir Al-Azhar, juz 15, h. 73 121ص.، معجم األفعال املتعدية حبرف، األمحدي امللياين بن حممد بن موسى 65
46
2) Surah Ar-Ra’du 17
Ayat Al-Qur’am Terjemahan Tafsir Al-Azhar
لو .... اللو ال حق يض رب كذلك مث
ىب جفاء وأما ما وال باطل فأما الزبد ف يذ
ر ض كذلك كث في ال فع الناس ف يم ي ن
م ثال ) يض رب (;6اللو ال
...... demikianlah Allah memisalkan
kebenaran dan kebathilan. Maka
adapun buih itu akan hilang dengan
sia-sia, dan adapun yang memberi
manfaat kepada manusia, maka
tinggallah dia di bumi.
Demikianlah Allah menerangkan
beberapa perumpamaan. 66
Dalam table di atas leksem daraba tidak diterjemahkan oleh Hamka,
penulis melihat ada prtekil me yang menyimpan arti membuat. Karena matsala
sebenarnya sudah diserap kedalam bahasa Indonesia yaitu misal yang memiliki
arti contoh. jadi, hasil terjemahan Hamka sudah sesuai dengan yang dimaksud
dalam BSu. Sedangkan terkait metode penerjemahannya Hamka menggunakan
metode semantis. Sebab hasil terjemahannya sudah sesuia dengan struktur BSa
baik dari segi sintaksis dan semantisnya, konteks maknanya, dan sangat
memperhatikan estetika bahasa sumber.
Sedangakan makan yadribu diayat ini seperti dijelaskan dalam tafsir al-
jalalain kata ini diterjemahkan dengan yubayyinu67 maksudnya ialah
menerangkan dengan contoh. Terjemahan yang dihasilkan Hamka sudah sesuai
dengan Bsu karena makan daraba tidak kembali ke makna dasarnya sebab ada
66
Hamka, Tafsir Al-Azhar, juz 14, h. 77 67
251 ، ص.الجاللين تفسير،، سيوطي وجالل الدين عبد الرمحن بن أيب بكر ال، لدين حممد بن أمحد احمللي جالل ا
47
pengaruh dari kata setelahnya. Sedangkan di dalam mu’zam al-af’al al-
muta’adiyah biharfi jar leksem daraba yang bersanding dengan mastala
memiliki arti washafahu, wabayyanahu, wadzakarahu68
yaitu mensifati,
menerangkan, dan menyebutkan. Hasil terjemahan Hamka sesuai dengan yang
dimaksud bahasa sumber sebagaimana penjelasan dalam beberapa tafsir dan
mu’jam. Hemat penulis gaya bahasa terjemahan Hamka dalam tafsir al-azhar
sangat terpengaruhi oleh tafsir al-jalalain, sebab makna yang diterjemahkan
tidak jauh berbeda dengan apa yang dimaksud dalam tafsir al-jalalain. Oleh
sebab itu hasil terjemahannya tidak jauh berbeda.
2) Surah Ibrahim ayat 24-25
Ayat Al-Qur’am Terjemahan Tafsir Al-Azhar
يفز ك
م ت
ل ضزب أ
المة
ك
ال
ه مث
الل
بة أ ي
جزة ط
ش
ك
ابة ي
ابت ط
ها ث
صل
ماء ) زعها في السها 42وف
لكتي أ
ؤ
(ت
ها و ن ربل حين بإذ
ه يضزبك
الل
زون
ك
ذ
هم يت
عل
اس ل
ال للن
مث
لا
(42)
tidak engkau lihat, betapa Allah
mengadakan perumpaaan; suatu
kalimat baik, adalah suatu laksana
pohon yang baik, uratnya kokoh
dan cabangnya ke langit (24) dia
hasilkan buahnya tiap-tiap masa
dengan izin Tuhannya. Dan Allah
mengadakan perumpamaan-
perumpamaan bagi manusia,
supaya mereka ingat (25)69
121ص.، معجم األفعال املتعدية حبرف، األمحدي امللياين بن حممد بن موسى 68
69 Hamka, Tafsir Al-Azhar, juz 14, h. 138
48
dalam tabel di atas hasil terjemahan Hamka menggunakan metode
semantis. karena sudah sesuai denga sturktur bahasa sumber dan sasaran baik
dari segi sintaksis dan semantisnya, makna konterkstual, serta sangat
memperhatikan estetika bahasa sumber. Sedangkan terkait terjemahan leksem
daraba ayat ini sebagaimana dalam taffsir al-jalalain leksem daraba pada ayat
24 diterjemahkan dengan yubdalu minhu70
yaitu memiliki arti sebagai gantian
atau sebuah perumpamaan. Sedangakan pada ayat ke 25 leksem daraba
diterjemahkan dengan yubayyin71
yang memiliki arti menerangkan. Hasil
terjemahan ini sudah sesuai dengan yang terdapat di beberpapa mu’zam seperti
dalam mu’zam al-af’al al-muta’adiyah biharfi jar leksem daraba yang
bersanding dengan mastala memiliki arti washafahu, wabayyanahu,
wadzakarahu72
yaitu mensifati, menerangkan, dan menyebutkan. Hasil
terjemahan Hamka sudah sesuai, hanya berbeda dalam pemilihan diksinya saja.
3) Surah Ibrahim ayat 45
Ayat Al-Qur’am Terjemahan Tafsir Al-Azhar
ضرب ناوت ب ين لكم كي ف ف عل نا بهم و .....
م ثا ل لكم ال
..... dan jelaslah sudah bagi kamu
betapa telah kami perbuat atas
mereka, dan telah kami adakan
bagi kamu perumpamaan-
perumpamaan73
pada tabel di atas Hamka menerjemahkan menggunakan metode
semantis. sebab hasil terjemahannya sudah sesuai baik secara struktur bahasa
70
, 258، صالجاللين تفسير،، سيوطيوجالل الدين عبد الرمحن بن أيب بكر ال ،لدين حممد بن أمحد احملليجالل ا
71 259، صالجاللين تفسير،,سيوطي وجالل الدين عبد الرمحن بن أيب بكر ال ,لدين حممد بن أمحد احمللي جالل ا
121ص.، معجم األفعال املتعدية حبرف، األمحدي امللياين بن حممد بن موسى 7273
Hamka, Tafsir Al-Azhar, juz 14, h. 157
49
sumber ke bahasa sasaran, baik dari segi sintaksis maupun semantis, maknanya
kontekstual, serta mengedepankan nilai estetika bahasa sumber. Pada ayat ini
Hamka menerjemahkan leksem daraba dengan adakan. Terjemahan Hamka
sesuai dengan yang penjelasan tafsir al-jalalain dalam ayat ini. Leksem
darabnaa diartikan bayyana74
yaitu menerangkan. Terjemahan adakan dan
menerangkan sebenarnya memiliki esensi makna yang sama. Hanya saja yang
berbeda dalam pemilihin diksinya, akan tetapi penulis lebih sepakat dengan
penerjemahan Hamka karena muda dimengerti dan dipahami. Dalam terjemahan
ini Hamka mengartikan alam terjemahan ini Hamka mengartikan daraba dengan
ja’ala atau terjemahannya menjadi membuat atau mengadakan.
4) Surah An-Nahl Ayat 74, 75, dan 76
Ayat Al-Quran Terjemahan Tafsir Al-Azhar
م ثال إن اللو ي ع لم وأن تم فل تض ربوا للو ال
ل ت ع لمون )8;(ضرب اللو مثل عب دا
ناه منا ء ومن رزق در على شي لوكا ل ي ق مم
را ىل رز قا حسنا ف هو ي ن فق من و سرا وجه
ت وو ث رىم ل ي ع لمون يس د للو بل أك ن ال حم
Maka janganlah kamu adakan bagi
Allah, misal; sesungguhnya Allah
Maha mengetahui, sedangkan kamu
tidak mengetahui (74) Allah telah
mengadakan perumpamaan, yaitu
seorang hamba yang dimiliki orang
tidak berkuasa atas sesuatu pun.....
(75) dan diperbuat Allah lagi
perumpamaan; dua orang laki-laki,
74
195، صالجاللين تفسير،,سيوطي وجالل الدين عبد الرمحن بن أيب بكر ال ,لدين حممد بن أمحد احمللي جالل ا
50
)9;( و ضرب اللو مثل رجلي ن أحدىما
ء وىو كل على در على شي أب كم ل ي ق
توي و ل يأ ت بخي ر ىل يس مو له أي نما ي وجه
ل وىو على صراط ىو ومن يأ مر بال ع د
تقيم ) (:;مس
seorang diantara bisu, tidak berdaya
atas sesuatu.... (76)75
Dalam tabel di atas Hamka menerjemahkan dengan metode semantis. karena
hasil terjemahannya sudah sesuai dengan struktur bahasa sumber dan sasaran
baik dari segi sintaksis dan semantis, makna yang muncul sesuai dengan
konteksnya, dan masih mengedepankan nilai estetika bahasa sumber. Ada dua
jenis leksikal daraba dalam ayat ini yadribu dan daraba. Sedangakan yang
pertama yadribu diterjemahkan dengan adakan, terjemahan Hamka sesuai
dengan tafsir al-jalain, pada ayat ke 74 surah an-nahl leksem daraba mempunyai
penafsiran la taj’alu76
yang memiliki maksud janganlah kamu jadikan.
Sedangkan pada ayat 75 leksem darab ditafsirkan dengan yubdalu minhu
penafsiran ini sesuai dengan terjemahan Hamka yaitu Allah tidak mengadakan
atau tidak menggantikan. Sebenarnya dalam terjemahan Hamka hasil
terjemahannya tidak berbeda jauh dengan kitab tafsir dan maksud dari ayat
tersebut.
75
Hamka, Tafsir Al-Azhar, juz 14, h. 269 76
، ، صالجاللين تفسير،، سيوطي وجالل الدين عبد الرمحن بن أيب بكر ال ، احمللي لدين حممد بن أمحدجالل ا
275
51
5) Surah An-Nahl ayat 122
Ayat Al-Qur’am Terjemahan Tafsir Al-Azhar
اللو مثل ق ر ية كانت آمنة ضرب و
مط مئنة يأ تيها رز ق ها رغدا من كل مكان
.....(666)
Dan dibuat Allah suatu
perumpamaan, suatu negri yang
aman sentosa datang kepadanya
rejekinya dengan luas dari tiap-tiap
tempat.....77
Dalam terjemahan di atas Hamka menggunkan penrjemahan metode
semantis. karena struktur dari Bsu ke Bsa sudah sesuai baik dari segi sintaksis
maupun semantis, makna yang dihasilkan sudah konttekstual, dan masih
mengedepankan nilai estetika dari Bsu. Pada ayat ini hamka menerjemahkan
leksem daraba dengan dibuat padahal ayat ini merupakan susuna mabni ma’lum
atau kalimat aktif sedangkan Hamka menerjemahkan dengan kalimat fasif.
Terjemahan Hamka sepertinya terpengaruh oleh tafsir al-jalalain sebab dalam
tafsir tersebut leksem daraba ditafsirkan dengan yubdalu minhu78
yang memiliki
arti pasif atua dirubah. Walaupun penafsiran dengan maknanya jauh, akan tetapi
Hamka tetap mempertahankan terjemahan fasif pada ayat ini dan menggunakan
makna dibuat agar mudah difahami.
6) Surah Al-kahfi ayat 32 :
77
Hamka, Tafsir Al-Azhar, juz 14, h. 300
78
187 ، صالجاللين تفسير،,سيوطي وجالل الدين عبد الرمحن بن أيب بكر ال ,لدين حممد بن أمحد احمللي جالل ا
52
Ayat Al-Qur’am Terjemahan Tafsir Al-Azhar
مثل رجلي ن جعل نا لهم اض رب و
(76).....لحدىما
Dan buatlah untuk mereka
perumpamaan. Dua orang yang
kami adakan bagi yang seorang
diantara.... 79
Pada ayat ini Hamka menggunakan metode penerjemahan semantis.
sebab sturuktur kalimat dari Bsu ke Bsa sudah sesuai baik dilihat dari segi
sintaksisnya maupun semantisnya, makannya sudah kontekstual, dan tetap
mengedepankan nilai estetika bahasa sumber. Pada ayat ini leksem daraba
diterjemahkan dengan buatlah. Hasil terjemahan ini sudah sesuai dengan makna
yang ditimbulkan akibat pengaruh daraba bertemu dengan masala. Sedangkan
dalam tafsir al-jalalain leksem ini diterjemahkan dengan ij’al80
menggunakan
fi’il amar sesuai dengan bentuk pada ayatnya. Oelhe sebab itu, terjemahan yang
muncul sudah sesuai dengan yang dimaksud dengan Bsu.
7) Surah Al-Kahfi ayat 45
Ayat Al-Qur’am Terjemahan Tafsir Al-Azhar
ن يا لهم مثل اض رب و ال حياة الد
....(89)
Dan perbuatlah untuk mereka itu suatu
perumpamaan tentang kehidupan dunia
ini.... 81
79
Hamka, Tafsir Al-Azhar, juz 15, h. 200
80
124، صالجاللين تفسير،,سيوطي وجالل الدين عبد الرمحن بن أيب بكر ال ,لدين حممد بن أمحد احمللي جالل ا 81
Hamka, Tafsir Al-Azhar, juz 15, h. 209
53
Dalam tabel di atas Hamka menerjemahakan ayat ini menggunakan
metode semantis. hal ini berdasarkan strukur terjemahan sudah sesuai dari Bsu ke
Bsa baik dari segi sintaksis maupun semantis, makna yang timbul sudah sesuai
dengan konteksnya, dan mengedepankan nilai estetika bahasa sumber. Makna
yang timbul pada ayat ini di dalam tafsir al-jalalain ditafsirkan dengan sayyara82
yang mempunyai arti menggambarkan atau membuat sebuah perumpamaan.
Hasil terjemahan ini sudah sesuai dengan penerjemahan dari bahas sumber.
8) Surah Al-Hajj ayat 73
Ayat Al-Qur’am Terjemahan Tafsir Al-Azhar
تمعوا لو إن ضرب يا أي ها الناس مثل فاس
لقوا عون من دون اللو لن يخ الذين تد
تمعوا لو هم ذبابا ولو اج لب وإن يس
ت ن قذوه من و ضعف باب شي ئا ل يس الذ
(7;الطالب وال مط لوب )
Wahai orang-orang yang
beriman! Diperbuat suatu
perumpamaan; dengarkanlah dia.
Sesungguhnya orang yang
menyeru kepada selain Allah itu,
sekali-kali tidaklah sanggup
membuat seekor lalat pun,
walaupun mereka telah berkumpu
untuk itu.......83
pada tabel di atas Hamka menggunakan metode semantis sebab hasil
terjemahaan sudah sesuai dengan Bsu baik dari segi struktur kalimat sintaksis
dan semantik, makna kontekstual, dan sangat memperhatikan estetika teks
bahasa sumber. Hal ini bisa dilihat dari gaya penulisan bahasa terjemahannya.
82
189، صالجاللين تفسير،,سيوطي وجالل الدين عبد الرمحن بن أيب بكر ال ,لدين حممد بن أمحد احمللي جالل ا
83
Hamka, Tafsir Al-Azhar, juz 17, h. 250
54
Kebudian leksem daraba diterjemahkan dengan diperbuat. Hasil terjemahan ini
sangat dipengaruhi oleh kata yang muncul setelah daraba yaitu matsala. Di
dalam tafsir al-jalalain leksem daraba dalam ayat ini djelasakan dengan makna
yuj’ala84
yang memiliki arti membuat. Berdeda dengan Tafsir Ibnu Katsir leksem
daraba diterjemahkan denga dzakara Sedangkan di dalam mu’zam al-af’al al-
muta’adiyah biharfi jar leksem daraba yang bersanding dengan mastala
memiliki arti washafahu, wabayyanahu, wadzakarahu yaitu mensifati,
menerangkan, dan menyebutkan. Begitu juga di dalam lisan al-arab leksem
daraba bertemu dengan matsala diterjemahkan dengan wasaffa dan wabayyana.
Pada dasarnya terjemahan Hamka sudah seusai dengan yang dimaksut di dalam
ayat tersebut yaitu membuat sebuah perumpamaan.
9) Surah An-Nur ayat 35
Ayat Al-Qur’am Terjemahan Tafsir Al-Azhar
م ثال للناس و يض رب و ..... اللو اللو ال
ء عليم ) (79بكل شي
.....Dan allah mengadakan berbagai
perumpaan untuk mannusia. Dan
Allah mengethui akan tiap
sesuatu.85
pada tabel di atas Hamka menggunakan metode semantis sebab hasil
terjemahaan sudah sesuai dengan Bsu baik dari segi struktur kalimat sintaksis
dan semantik, makna kontekstual, dan sangat memperhatikan estetika teks
bahasa sumber. Hal ini bisa dilihat dari gaya penulisan bahasa terjemahannya.
Kebudian leksem daraba diterjemahkan dengan mengadakan. Hasil terjemahan
84، ، صالجاللين تفسير،، سيوطي وجالل الدين عبد الرمحن بن أيب بكر ال ، احمللي لدين حممد بن أمحدجالل ا
235 85
Hamka, Tafsir Al-Azhar, juz 18, h. 195
55
ini sangat dipengaruhi oleh kata yang muncul setelah daraba yaitu matsala. Di
dalam tafsir al-jalalain leksem daraba dalam ayat ini djelasakan dengan makna
yaj’alu86
yang memiliki arti membuat. Berdeda dengan Tafsir Ibnu Katsir leksem
daraba diterjemahkan denga dzakara Sedangkan di dalam mu’zam al-af’al al-
muta’adiyah biharfi jar leksem daraba yang bersanding dengan mastala
memiliki arti washafahu, wabayyanahu, wadzakarahu yaitu mensifati,
menerangkan, dan menyebutkan. Begitu juga di dalam lisan al-arab leksem
daraba bertemu dengan matsala diterjemahkan dengan wasaffa dan
wabayyana87 . Pada dasarnya terjemahan Hamka sudah seusai dengan yang
dimaksut di dalam ayat tersebut yaitu membuat sebuah perumpamaan.
10) Surah Al-furqan ayat
Ayat Al-Qur’am Terjemahan Tafsir Al-Azhar
م ثال فضلوا فل ضربواان ظر كي ف لك ال
تطيعون سبيل ) (=يس
Cobalah engkau perhatikan
(wahai utusanKu) betapa
mereka telah membuat
perumpamaan mengenai dirimu.
Maka sesatlah mereka dan
tidaklah mereka sanggu lagi
untuk berjalan.88
pada tabel di atas Hamka menggunakan metode semantis sebab hasil
terjemahaan sudah sesuai dengan Bsu baik dari segi struktur kalimat sintaksis
dan semantik, makna kontekstual, dan sangat memperhatikan estetika teks
. 1ج،، الجاللين تفسير،، وجالل الدين عبد الرمحن بن أيب بكر السيوطي ، جالل الدين حممد بن أمحد احمللي 86
7: ص87
119ص. ،0ج، ، لسان العرب، واالخرون حممد بن مكرم بن على، أبو الفضل، 88
Hamka, Tafsir Al-Azhar, juz 18, h. 256
56
bahasa sumber. Hal ini bisa dilihat dari gaya penulisan bahasa terjemahannya.
Kebudian leksem daraba diterjemahkan dengan membuat. Hasil terjemahan ini
sangat dipengaruhi oleh kata yang muncul setelah daraba yaitu matsala. Di
dalam tafsir al-jalalain leksem daraba dalam ayat ini djelasakan dengan makna
yaj’alu89
yang memiliki arti membuat. Berdeda dengan Tafsir Ibnu Katsir leksem
daraba diterjemahkan denga dzakara Sedangkan di dalam mu’zam al-af’al al-
muta’adiyah biharfi jar leksem daraba yang bersanding dengan mastala
memiliki arti washafahu, wabayyanahu, wadzakarahu90
yaitu mensifati,
menerangkan, dan menyebutkan. Begitu juga di dalam lisan al-arab leksem
daraba bertemu dengan matsala diterjemahkan dengan wasaffa dan wabayyana.
Pada dasarnya terjemahan Hamka sudah seusai dengan yang dimaksut di dalam
ayat tersebut yaitu membuat sebuah perumpamaan.
11) Surah Al-furqan ayat 39
Ayat Al-Qur’am Terjemahan Tafsir Al-Azhar
م ثال وكل ت ب ر نا ت ت بيرا ضرب ناوكل لو ال
(7=)
Semua itu telah kami jadikan kias
ibarat, semua pun telah kami rusak
binasakan..91
pada tabel di atas Hamka menggunakan metode semantis sebab hasil
terjemahaan sudah sesuai dengan Bsu baik dari segi struktur kalimat sintaksis
. 1ج، الجاللين تفسير،، بن أيب بكر السيوطي وجالل الدين عبد الرمحن، جالل الدين حممد بن أمحد احمللي 89
7: ص 119ص. ،0ج، ،لسان العرب، واالخرون حممد بن مكرم بن على، أبو الفضل، 90
91 Hamka, Tafsir Al-Azhar, juz 19, h. 17
57
dan semantik, makna kontekstual, dan sangat memperhatikan estetika teks
bahasa sumber. Hal ini bisa dilihat dari gaya penulisan bahasa terjemahannya.
Kebudian leksem daraba diterjemahkan dengan membuat. Hasil terjemahan ini
sangat dipengaruhi oleh kata yang muncul setelah daraba yaitu matsala. Di
dalam tafsir al-jalalain leksem daraba dalam ayat ini djelasakan dengan makna
yaj’alu92
yang memiliki arti membuat. Berdeda dengan Tafsir Ibnu Katsir leksem
daraba diterjemahkan denga dzakara Sedangkan di dalam mu’zam al-af’al al-
muta’adiyah biharfi jar leksem daraba yang bersanding dengan mastala
memiliki arti washafahu, wabayyanahu, wadzakarahu yaitu mensifati,
menerangkan, dan menyebutkan. Begitu juga di dalam lisan al-arab leksem
daraba bertemu dengan matsala diterjemahkan dengan wasaffa dan wabayyana.
Pada dasarnya terjemahan Hamka sudah seusai dengan yang dimaksut di dalam
ayat tersebut yaitu membuat sebuah perumpamaan.
12) Surah Al-Ankabut ayat 43
Ayat Al-Qur’am Terjemahan Tafsir Al-Azhar
م ثال رب هاوتل ك ال للناس وما ي ع قلها نض
(87إل ال عالمون )
Dan beginilah perumpamaan-
perumpamaan kami perbuatkan
untuk manusia; dan tidaklah dapat
memahaminya melainkan orang-
orang yang berpengetahuan.93
pada tabel di atas Hamka menggunakan meetode semantis sebab hasil
terjemahaan sudah sesuai dengan Bsu baik dari segi struktur kalimat sintaksis
dan semantik, makna kontekstual, dan sangat memperhatikan estetika teks
: ص. 1ج،الجاللين تفسير،، وجالل الدين عبد الرمحن بن أيب بكر السيوطي،جالل الدين حممد بن أمحد احمللي 92
7 93
Hamka, Tafsir Al-Azhar, juz 20, h. 184
58
bahasa sumber. Hal ini bisa dilihat dari gaya penulisan bahasa terjemahannya.
Kebudian leksem daraba diterjemahkan dengan perbuat. Hasil terjemahan ini
sangat dipengaruhi oleh kata yang muncul setelah daraba yaitu matsala. Di
dalam tafsir al-jalalain leksem daraba dalam ayat ini djelasakan dengan makna
yaj’alu94
yang memiliki arti membuat. Berdeda dengan Tafsir Ibnu Katsir leksem
daraba diterjemahkan denga dzakara Sedangkan di dalam mu’zam al-af’al al-
muta’adiyah biharfi jar leksem daraba yang bersanding dengan mastala
memiliki arti washafahu, wabayyanahu, wadzakarahu yaitu mensifati,
menerangkan, dan menyebutkan. Begitu juga di dalam lisan al-arab leksem
daraba bertemu dengan matsala diterjemahkan dengan wasaffa dan wabayyana.
Pada dasarnya terjemahan Hamka sudah seusai dengan yang dimaksut di dalam
ayat tersebut yaitu membuat sebuah perumpamaan.
13) Surah Ar-Rum ayat 28
Ayat Al-Qur’am Terjemahan Tafsir Al-Azhar
لكم مثل من أن فسكم ىل لكم ضرب
من ما ملكت أي مانكم من شركاء في ما
ناكم فأن تم فيو سواء تخافون هم رزق
يات كخيفتكم أن فسكم كذلك ن فصل ال
Dia (Allah) telah membuat untuk
kamu perumpamaan dari diri kamu
sendiri. Apakah ada diantara
hamba-hamba yang dimiliki oleh
tangan kawanmu suatu persekutuan
pada rezeki yang kami anugerahkan
kepadamu......95
. 1ج، الجاللين تفسير،، وجالل الدين عبد الرمحن بن أيب بكر السيوطي ،جالل الدين حممد بن أمحد احمللي 94
7: ص95
Hamka, Tafsir Al-Azhar, juz 21, h. 75
59
م ي ع قلون ) (>6لقو
pada tabel di atas Hamka menggunakan meetode semantis sebab hasil
terjemahaan sudah sesuai dengan Bsu baik dari segi struktur kalimat sintaksis
dan semantik, makna kontekstual, dan sangat memperhatikan estetika teks
bahasa sumber. Hal ini bisa dilihat dari gaya penulisan bahasa terjemahannya.
Kebudian leksem daraba diterjemahkan dengan membuat. Hasil terjemahan ini
sangat dipengaruhi oleh kata yang muncul setelah daraba yaitu matsala. Di
dalam tafsir al-jalalain leksem daraba dalam ayat ini djelasakan dengan makna
yaj’ala96
yang memiliki arti membuat. Berdeda dengan Tafsir Ibnu Katsir leksem
daraba diterjemahkan denga dzakara Sedangkan di dalam mu’zam al-af’al al-
muta’adiyah biharfi jar leksem daraba yang bersanding dengan mastala
memiliki arti washafahu, wabayyanahu, wadzakarahu yaitu mensifati,
menerangkan, dan menyebutkan. Begitu juga di dalam lisan al-arab leksem
daraba bertemu dengan matsala diterjemahkan dengan wasaffa dan wabayyana.
Pada dasarnya terjemahan Hamka sudah seusai dengan yang dimaksut di dalam
ayat tersebut yaitu membuat sebuah perumpamaan.
14) Surah Ar-Rum ayat 58
Ayat Al-Qur’am Terjemahan Tafsir Al-Azhar
للناس في ىذا ال قر آن من ضرب ناولقد Dan sesungguhnya telah kami
perbuat bagi manusia di dalam al-
Quran ini dari berbagai
. 1ج، الجاللين تفسير،، يب بكر السيوطي وجالل الدين عبد الرمحن بن أ، جالل الدين حممد بن أمحد احمللي 96
7: ص
60
كل مثل ولئن جئ ت هم بآية لي قولن الذين
(>9كفروا إن أن تم إل مب طلون )
perumpamaan. Dan sekiranya
engkau datang kepada mereka
dengan bukti-bukti.....97
pada tabel di atas Hamka menggunakan meetode semantis sebab hasil
terjemahaan sudah sesuai dengan Bsu baik dari segi struktur kalimat sintaksis
dan semantik, makna kontekstual, dan sangat memperhatikan estetika teks
bahasa sumber. Hal ini bisa dilihat dari gaya penulisan bahasa terjemahannya.
Kebudian leksem daraba diterjemahkan dengan perbuat. Hasil terjemahan ini
sangat dipengaruhi oleh kata yang muncul setelah daraba yaitu matsala. Di
dalam tafsir al-jalalain leksem daraba dalam ayat ini djelasakan dengan makna
yaj’ala98
yang memiliki arti membuat. Berdeda dengan Tafsir Ibnu Katsir leksem
daraba diterjemahkan denga dzakara Sedangkan di dalam mu’zam al-af’al al-
muta’adiyah biharfi jar leksem daraba yang bersanding dengan mastala
memiliki arti washafahu, wabayyanahu, wadzakarahu yaitu mensifati,
menerangkan, dan menyebutkan. Begitu juga di dalam lisan al-arab leksem
daraba bertemu dengan matsala diterjemahkan dengan wasaffa dan wabayyana.
Pada dasarnya terjemahan Hamka sudah seusai dengan yang dimaksut di dalam
ayat tersebut yaitu membuat sebuah perumpamaan.
15) Surah Yasin ayat 13
Ayat Al-Qur’am Terjemahan Tafsir Al-Azhar
97
Hamka, Tafsir Al-Azhar, juz 21, h. 103 –دار احلديث ) الجاللين تفسير، وجالل الدين عبد الرمحن بن أيب بكر ، جالل الدين حممد بن أمحد احمللي 98
7: ص. 1(ج،0ط-القاهرة
61
لهم مثل أص حاب واض رب
(67). ال قر ية
Dan buatlah untuk mereka suatu
perumpamaan, penduduk suatu negri ..99
pada tabel di atas Hamka menggunakan meetode semantis sebab hasil
terjemahaan sudah sesuai dengan Bsu baik dari segi struktur kalimat sintaksis
dan semantik, makna kontekstual, dan sangat memperhatikan estetika teks
bahasa sumber. Hal ini bisa dilihat dari gaya penulisan bahasa terjemahannya.
Kebudian leksem daraba diterjemahkan dengan hautaub . Hasil terjemahan ini
sangat dipengaruhi oleh kata yang muncul setelah daraba yaitu matsala. Di
dalam tafsir al-jalalain leksem daraba dalam ayat ini djelasakan dengan makna
yaj’ala100
yang memiliki arti membuat. Berdeda dengan Tafsir Ibnu Katsir
leksem daraba diterjemahkan denga dzakara Sedangkan di dalam mu’zam al-
af’al al-muta’adiyah biharfi jar leksem daraba yang bersanding dengan mastala
memiliki arti washafahu, wabayyanahu, wadzakarahu yaitu mensifati,
menerangkan, dan menyebutkan. Begitu juga di dalam lisan al-arab leksem
daraba bertemu dengan matsala diterjemahkan dengan wasaffa dan wabayyana.
Pada dasarnya terjemahan Hamka sudah seusai dengan yang dimaksut di dalam
ayat tersebut yaitu membuat sebuah perumpamaan.
16) Surah Az-zumar 29
Ayat Al-Qur’am Terjemahan Tafsir Al-Azhar
99
Hamka, Tafsir Al-Azhar, juz 23, h. 17 7: ص. 1ج، تفسير،، وجالل الدين عبد الرمحن بن أيب بكر السيوطي ، جالل الدين حممد بن أمحد احمللي 100
62
اللو مثل رجل فيو شركاء ضرب
(=6)...متشاكسون
Allah membuat suatu perumpamaan,
seorang laki-laki (budak) yang dimiliki
oleh orang berserikat.....101
pada tabel di atas Hamka menggunakan meetode semantis sebab
hasil terjemahaan sudah sesuai dengan Bsu baik dari segi struktur kalimat
sintaksis dan semantik, makna kontekstual, dan sangat memperhatikan
estetika teks bahasa sumber. Hal ini bisa dilihat dari gaya penulisan bahasa
terjemahannya. Kebudian leksem daraba diterjemahkan buatlah . Hasil
terjemahan ini sangat dipengaruhi oleh kata yang muncul setelah daraba
yaitu matsala. Di dalam tafsir al-jalalain leksem daraba dalam ayat ini
djelasakan dengan makna yaj’ala102
yang memiliki arti membuat. Berdeda
dengan Tafsir Ibnu Katsir leksem daraba diterjemahkan denga dzakara
Sedangkan di dalam mu’zam al-af’al al-muta’adiyah biharfi jar leksem
daraba yang bersanding dengan mastala memiliki arti washafahu,
wabayyanahu, wadzakarahu yaitu mensifati, menerangkan, dan
menyebutkan. Begitu juga di dalam lisan al-arab leksem daraba bertemu
dengan matsala diterjemahkan dengan wasaffa dan wabayyana. Pada
dasarnya terjemahan Hamka sudah seusai dengan yang dimaksut di dalam
ayat tersebut yaitu membuat sebuah perumpamaan
3) Makna Memukul
1) Surah Al-Baqarah ayat 60-61
101
Hamka, Tafsir Al-Azhar, juz 24, h. 51 7: ص. 1ج، تفسير،، يوطي وجالل الدين عبد الرمحن بن أيب بكر الس، جالل الدين حممد بن أمحد احمللي 102
63
Terjemahan Tafsir
Al-Azhar
Ayat al-Quran
dan (ingatlah) seketika Musa
memohon air untuk kaumnya . lalu
kami katakan pukullah dengan
tongkatmu itu akan batu, maka
memancarlah daripadany dua belas
mata air...... (60)
...... dan dipukulkanlah atas mereka
kehinaan dan kerendahan dan sudah
banyaklah mereka ditimpah
kemurkaan dari Allah, yang
demikian itu karena merekaa kufur
terhadap perintah-perintah
Allah......(61) .103
مو ف قل نا اض رب قى موسى لقو تس وإذ اس
رة بعصاك ال حجر فان فجرت من و اث نتا عش
نا وضربت علي هم ......( 6:)......عي
كنة وباءوا بغضب من اللو ذلك لة وال مس الذ
فرون بآيات اللو (6:)....بأن هم كانوا يك
Pada tabel di atas Hamka menggunakan metode penerjemahan semantis.
sebab sturtur bahasanya sudah sesuai dengan Bsu dan Bsa baik dari segi
sintaksis maupun semantis, makna yang mucul sudah sesuai dengan konteksnya,
dan melakukan pendekatan estetika dari bahasa sumber. Pada ayat 60 leksem
daraba diterjemahkan kembali kepada makna dasar karena tidak ada yang
mempengaruhi perubahan maknanya. Berbeda dengan ayat setelahnya, ayat 61
terjemahan ada sedikit kejanggalan sebab leksem daraba diterjemahkan apa
adanya. Padahal terjemahan yang lebih tepat ialah leksem daraba diterjemahkan
dengan ditimpahkan. Makna ini sesuai dengan yang terdapat dalam al-mu’zam
103
Hamka, Tafsir Al-Azhar, juz 1, h. 204-205
64
al-wasith lafaz duribat alaihimu al-dzillh diterjemahkan dengan al-jimahu104
atau bisa diterjemahkan dengan menetapkan, memaksa, dan mewajibka.
2) Surah Al-Baqarah ayat 73
Terjemahan Tafsir
Al-Azhar
Ayat al-Quran
Dan kami katakan; pukullah olehmu
dengan sebagian daripadanya!
Demikianlah Allah menghidupkan
yang telah mati dan memperlihatkan
ayat-ayatNya supaya kamu
berpikir.........105
ي اللو ربوه بب ع ضها كذلك يح ف قل نا اض
تى ويريكم آياتو لعلكم ت ع قلون ) (7;ال مو
Pada tabel di atas Hamka menggunakan metode penerjemahan semantis.
sebab sturtur bahasanya sudah sesuai dengan Bsu dan Bsa baik dari segi
sintaksis maupun semantis, makna yang mucul sudah sesuai dengan konteksnya,
dan melakukan pendekatan estetika dari bahasa sumber. Pada ayat 73 leksem
daraba diterjemahkan kembali kepada makna dasar karena tidak ada yang
mempengaruhi perubahan maknanya. Makna ini sesuai dengan yang terdapat
dalam al-mu’zam al-wasith lafaz duribat alaihimu al-dzillh diterjemahkan
dengan al-jimahu106
atau bisa diterjemahkan dengan menetapkan, memaksa, dan
mewajibka.
3) Surah Ali Imran ayat 112
104
67: ص. 1ج، تفسير،، يوطي وجالل الدين عبد الرمحن بن أيب بكر الس، جالل الدين حممد بن أمحد احمللي 105
Hamka, Tafsir Al-Azhar, juz 1, h. 225
65
Terjemahan TafsirAl-Azhar Ayat al-Quran
Mereka itu ditimpahkan kehinaan
dimana saja mereka berada, kecuali
(jika mereka berpegang) pada tali Allah
dan tali manusia. Sepantasnya mereka
kena murka Allah dan ditimpah
kehinaan (kemiskiinan). Yang demikian
itu ialah karena sesungguhnya mereka
telah kfur pada ayat-ayat Allah dan
mereka bunuh Nabi-nabi dengan tiada
kebenaran, karena mereka telah durhaka
dan melanggar peraturan.107
لة أي ن ما ثقفوا إل ضرب ت علي هم الذ
بحب ل من اللو وحب ل من الناس وباءوا
ت علي هم ضرب بغضب من اللو و
فرون كنة ذلك بأن هم كانوا يك ال مس
ن بياء ت لون ال بغي ر حق بآيات اللو وي ق
ا وكانوا ي ع تدون ) (666ذلك بما عصو
Pada tabel di atas Hamka menggunakan metode penerjemahan semantis.
sebab sturtur bahasanya sudah sesuai dengan Bsu dan Bsa baik dari segi
sintaksis maupun semantis, makna yang mucul sudah sesuai dengan konteksnya,
dan melakukan pendekatan estetika dari bahasa sumber. Pada ayat 112 leksem
daraba diterjemahkan kembali kepada makna dasar karena tidak ada yang
mempengaruhi perubahan maknanya. Makna ini sesuai dengan yang terdapat
dalam al-mu’zam al-wasith lafaz duribat alaihimu al-dzillh diterjemahkan
dengan al-jimahu108
atau bisa diterjemahkan dengan menetapkan, memaksa, dan
mewajibka.
107
Hamka, Tafsir Al-Azhar, juz 4, h. 62 119ص. ،0ج، ،لسان العرب، واالخرون حممد بن مكرم بن على، أبو الفضل، 108
66
4) surah Muhammad ayat 4
Terjemahan Tafsir
Al-Azhar
Ayat al-Quran
Maka jika bertemu kamu dengan
orang-orang kafir. Maka pukullah di
kuduk, sehinggaa apabila kamu
telah dapat menundukkan
mereka.....109
فإذا لقيتم الذين كفروا فضر ب الرقاب حتى
..... إذا أث خن تموىم
Sedangkan menurut Quraish Shihab di dalam Tafsir Al-Misbah kalimat
( قاب فضر ب الر ) fa ḏaraba al-riqâb pada hakikatnya memiliki makna bunuhlah
dengan cara apapun. Namun demikian, agaknya isltilah tersebut digunakan ayat
ini bukan saja karena ia merupakan kata kiasan yang memang indah digunakan,
tetapi juga karena cara tersebut adalah cara yang lumrah dikenal saat itu. Dan
yang lebih penting lagi adalah karena itu merupakan cara membunuh yang lebih
cepat dan arena kecepatannya korban tidak menderita. secara ilmiah, telah
terbukti bahwa leher merupakan jaringan penghubung antara kepala dan seluruh
organ tubuh. Maka, apabila jaringan urat saraf manusia terputus, semua fungsi
organ tubuh akan melemah. Dan apabila jaringan urat nadi telah putus, darah
akan berhenti dan tidak akan dapat memberi makan ke otak. Begitupula apabila
saluran pernafasan telah putus, manusia tidak lagi dapat bernafas. Dalam kondisi
seperti ini manusia akan cepat mati.110
109
Hamka, Tafsir Al-Azhar, juz 26, h. 61 110
Quraish Shihab, tafsir al-misbah, V 12,h.444
67
4) Makna Mengembara
a. Surah al-Baqarah ayat 273
Terjemahan Tafsir
Al-Azhar
Ayat al-Quran
Untuk orang-orang kafir yang sudah
terikat pada jalan Allah, yang tidak
sanggup lagi mengembara di bumi,
disangka oleh orang-orang yang tidak
tahu, bahwa mereka adalah orang-
orang yang sangat kaya, dari sangat
menahan diri; engkau akan dapat
mengenali mereka dengan tanda
mereka.111
صروا في سبيل اللو ل لل فقراء الذين أح
تطيعون سب هم اضر ب يس ر ض يح في ال
ال جاىل أغ نياء من الت عفف ت ع رف هم بسيماىم
ألون الناس إل حافا وما ت ن فقوا من خي ر ل يس
(7;6بو عليم ) فإن اللو
Pada tabel di atas Hamka menggunakan metode penerjemahan semantis.
sebab sturtur bahasanya sudah sesuai dengan Bsu dan Bsa baik dari segi
sintaksis maupun semantis, makna yang mucul sudah sesuai dengan konteksnya,
dan melakukan pendekatan estetika dari bahasa sumber. Pada ayat 273 leksem
daraba diterjemahkan mengembara. Makna ini sesuai dengan yang terdapat
dalam Tafsir al-jalalain yang diterjemahkan dengan safara112
dalam bahasa
Indonesia memiliki arti mengembara. Penerjemahan Hamka telah sesuai dengan
maksud di dalam tafsirnya.
Surah Ali Imran ayat 112
111
Hamka, Tafsir Al-Azhar, juz 3, h. 80 دار احلديث ) الجاللين تفسير،، وجالل الدين عبد الرمحن بن أيب بكر ، جالل الدين حممد بن أمحد احمللي 112
46: ص. 1(ج،0ط-القاهرة –
68
Terjemahan Tafsir
Al-Azhar
Ayat al-Quran
Wahai orang-orang yang beriman!
Janganlah kamu jadi sebagi orang-
orang yang kafir, yang berkata
kepada saudara-saudaranya, pabila
mereka itu berpergian di bumi atau
mereka jadi tentara........113
يا أي ها الذين آمنوا ل تكونوا كالذين كفروا
وانهم إذا ر ض أو ضرب وقالوا إلخ وا في ال
......كانوا غزى
Pada tabel di atas Hamka menggunakan metode penerjemahan semantis.
sebab sturtur bahasanya sudah sesuai dengan Bsu dan Bsa baik dari segi
sintaksis maupun semantis, makna yang mucul sudah sesuai dengan konteksnya,
dan melakukan pendekatan estetika dari bahasa sumber. Pada ayat 112 leksem
daraba diterjemahkan mengembara. Makna ini sesuai dengan yang terdapat
dalam Tafsir al-jalalain yang diterjemahkan dengan safara114
dalam bahasa
Indonesia memiliki arti mengembara. Penerjemahan Hamka telah sesuai dengan
maksud di dalam tafsirnya.
b. Surah An-Nisa Ayat 94
Terjemahan Tafsir Al-Azhar Ayat al-Quran
Wahai orang-orang yang berimana,
apabila kamu (berperang) pada jalan
Allah maka telitilah, dan janganlah
في سبيل تم ضرب يا أي ها الذين آمنوا إذا
113
Hamka, Tafsir Al-Azhar, juz 4, h. 158 الجاللين تفسير،، وجالل الدين عبد الرمحن بن أيب بكر السيوطي ، حمللي جالل الدين حممد بن أمحد ا 114
64: ص. 1ج،
69
kamu katakan kepada mereka yang
memberi salam kepada kamu......115
اللو ف تب ي نوا ول ت قولوا لمن أل قى إلي كم
...السلم
Pada tabel di atas Hamka menggunakan metode penerjemahan semantis.
sebab sturtur bahasanya sudah sesuai dengan Bsu dan Bsa baik dari segi
sintaksis maupun semantis, makna yang mucul sudah sesuai dengan konteksnya,
dan melakukan pendekatan estetika dari bahasa sumber. Pada ayat 94 leksem
daraba diterjemahkan mengembara. Makna ini sesuai dengan yang terdapat
dalam Tafsir al-jalalain yang diterjemahkan dengan safartum116
dalam bahasa
Indonesia memiliki arti mengembara. Penerjemahan Hamka telah sesuai dengan
maksud di dalam tafsirnya.
5) Makna Menutup
a. surah al-kahfi ayat 11
Terjemahan
Tafsir Al-Azhar
Ayat Al-Qur’an
maka kami tutupkkanlah telinga
mereka di dalam ngalau itu bertahun-
tahun.117
الكهف في آذانهم فضربناعمى
عددا سنين
Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menjelaskan kata faḏarabnâ yang
terambil dari kata ḏaraba mempunyai banyak sekali arti walaupun pada mulanya
115
Hamka, Tafsir Al-Azhar, juz 5, h. 258 دار ) الجاللين تفسير، وجالل الدين عبد الرمحن بن أيب بكر السيوطي ، جالل الدين حممد بن أمحد احمللي 116
93: ص. 1(ج،0ط-القاهرة –احلديث 117
Hamka, Tafsir Al-Azhar, juz 15, h. 162
70
ia berarti menyentuhkan sesuatu yang bersifat materil kepada sesuatu yang lain
juga yang bersifat materil, yakni memukul, apa pun yang dipukul itu dan dengan
tujuan apa pun pemukulan itu. Dari sini, menyentuhkan kaki ke bumi atau
dengan kata lain melakukan perjalanan juga dilukiskan denga kata ḏaraba.
Membuat uang untuk menjadi alat pembayar umum juga menggunakan kata
tersebut. Bercampur dengan pasangan juga dilukiskan dengan kata tersebut
karena biasanya pengantin dibuatkan penutup agar tidak terlihat dengan yang
lain. Karena keaneka ragaman kata itulah sehingga tidak mudah menafsirkan dan
menerjemahkan kata tersebut, bahkan ia dapat menimbulkan kerancuan seperti
yang terjadi pada sementara orang ketika menafsirkan firman Allah yang
memerintahkan suami mengambil langkah al-ḏarab/pukul bagi istri yang
membangkang. Mereka yang tidak memahami kata ini langsung mengartikannya
memukul dengan keras118
.
Penggunaan kata ḏaraba pada ayat ini difahami oleh sementara ulama
dalam arti menyentuhkan tabir yang tebal untuk menutup dengan rapat telinga
pemuda-pemuda itu sehingga, dengan demikian, mereka tidak dapat mendengar
suara betapapun kerasnya dan dapat tidur dengan nyenyak.119
Penjelasan Quraish
Shibab sangat terpengaruh kepada penafsiran ayat tersebut dan akan
menimbukan terjemahan yang panjang. Penulis melihat terjemahan Hamka lebih
simpel walaupun ada kekurangan.
b. Surah an-Nur ayat 31
Ayat al-Quran Terjemahan Tafsir Al-Azhar
118
Quraish Shihab, tafsir al-misbah, V. 7 (Jakarta, Penerbit Lentera Hati, 2002), h.252 119
Quraish Shihab, tafsir al-misbah, V. 7, h .252
71
عمى بخمرهن وليضربن.....
إل زينتهن يبدين ول جيوبهن
......لبعولتهن
….Dan hendaklah mereka menutup
dada mereka dengan selendang. Dan
janganlah mereka menampakkan
perhiasanmereka kecuali kepada suami
mereka sendiri……
Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah menjelaskan Al-Biqaî memeroleh
kesan dari penggunaan kata daraba yang biasa diartikan memukul atau
meletakaan sesuatu secara cepat dan sungguh-sungguh pada firmanNya wal
yaḏribanna bi khumurihinna bahwa pemakaina kerudung itu hendaknya
diletakkan dengan sungguh-sungguh untuk tujuan menutupinya. Bahkan huruf bâ
pada kata bî khumurihinna difahami oleh sementara ulama berfungsi sebagai al-
ilshâq, yakni kesertaan dan ketertempelan. Ini untuk menekankan lagi agar
kerudung tersebut tidak terpisah dari bagian badan yang harus ditutup.120
6) Makna Menghentikan
Ayat selanjutnya yaitu derdapat dalam surat Az-Zuhruf ayat ke 5.
Terjemahan TafsirAl-Azhar Ayat al-Quran
Apakah kami hentikan dari kamu
peringatan itu, serta merta lantaran
kamu kaum yang melampaui batas.121
كنتم ن أ الذكرصفحا عنكم أفنضرب
قومامسرفين
120
Quraish Shihab, tafsir al-misbah, v 8, h.528 121
Hamka, Tafsir Al-Azhar, juz 24, h. 51
72
Quraish shihab dalam Tafsir al-Mishbah menjelaskan kata نضرب biasa
diterjemahkan kami memukul, baik dengan keras maupun lembut. Kata tersebut
digunakan ayat di atas sebagai kiasan yang terambil dari sikap seorang penunggu
binatang apabila hendak memalingkannya ke kanan dan ke kiri, dia memukul
binatang itu agar ia mengarah kea rah yang ia kehendaki. Dari sini, kata
memukul tersebut digunakan dengan arti memalingkan. Pemalingan itu
dilakukan Allah sebab sikap kaum kafir itu sendiri, dan karena itu ayat di atas
menggunakan bentuk jamak (kami memukul/memalingkan).122
Penjelasan
Quraish Shihab dalam tafsinya lebih menekankan pada terjemahan tafsiriah dan
pengiasan terjemahan ayat tersebut. Maka menurut penulis hal ini bisa diterima
hasil penerjemahannya. Sedangkan di dalam Tafsir al-Jalalain kata daraba
ditafsirkan dengan kana namsik123
yang memiliki arti menghentikan.
122
Quraish Shihab, tafsir al-misbah,V 8,h.209
دار ) الجاللين تفسير،، وجالل الدين عبد الرمحن بن أيب بكر السيوطي ،جالل الدين حممد بن أمحد احمللي 123 493: ص. 1(ج،0ج -القاهرة –احلديث
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan analisis secara keseluruhan dari berbagai aspek yang
dibutuhkan, penulis berusaha menyajikan kesimpulan-kesimpulan dari seluruh hasil
analisi sesuai dengan rumusan-rumusan masalah yang telah dipaparkan pada bab 1.
Kesimpulan tersebut adalah:
Setelah melihat hasil terjemahan Hamka dalam Tafsir Al-Azhar pada
penerjemahan leksem daraba dan derivasinya dapat disimpulkan bahwa terjemahan
leksem daraba yaitu memukul, membuat/mengadakan, menghentikan, mengembara,
menutup, dan pancung. Terjemahan leksem tersebut berubah karena daraba bertemu
dengan preposisi ala akan menimbulkan makna memukul. Kemudian daraba bertemu
preposisi ‘an bermakna menghentikan, kemudian daraba bertemu nomina matsala
bermakna membuat, daraba bertemu preposisi fi bermakna mengembara, daraba
bertemu preposisi ba bermakna menutup, dan daraba bertemu isim zorof serta
arriqab makan fauqa bermakna pancung.
Sedangkan metode penerjemahan yang digunakan oleh Hamka menggunakan
metode semantis. Sebab terjemahan yang dihasilkan sudah sesuai dengan Bsu baik
dari segi struktur kalimat sintaksis dan semantik, makna kontekstual, dan sangat
memperhatikan estetika teks bahasa sumber. Sebagaimana penjelasan di Bab II
Newmark menjelaskan metode penerjemahan semantis biasanya digunkanan dalam
menerjemahkan teks-teks sastra dan teks keagamanan.
74
B. Saran
Penelitian yang penulis lakukan ini masih perlu diperbaiki dan dilanjutkan oleh
peneliti lainnya, karena di dalam Tafsir al-Quran dan terjemahan Hamka ini masih
yang belum dikaji diantaranya studi analisis hasil terjemahan kolokasi pada leksikal
yang lainnya, karena masih banyak sekali yang belum ditelitit. Atau hasil terjemahan
menyeluruh dalam satu surah yang diterjemahkan Hamka studi analisis kolokasi. Di
sana pasti akan menimbulkan berbagai macam hasil penelitian yang menarik dan
layak untuk diterbikan. Bisa juga studi komparatif hasil terjemahan Hamka dengan
hasil terjemahan tafsir lain tentang kolokasi. Dengan adanya penelitian tersebut selain
membantu dalam kegiatan analisis, juga memberi kontribusi terhadap hasil
terjemahan, untuk mengetahui sejauh mana hasil terjemahan tersebut layak sebagai
karya terjemahan yang baik atau tidak.
Tak pelak lagi, pengetahuan tentang kaidah bahasa Arab dan bahasa Indonesia
menjadi persyaratan penting bagi para penerjemah dalam menerjemahkan kedua
bahasa tersebut sehingga bahasa sumber dapat dicerna pada bahasa sasaran. Oleh
karena itu, seorang penerjemah dalam menerjemahkan teks-teks bahasa sumber
kedalam bahasa sasaran dituntut sedapat mungkin dapat menyusun kata-kata yang
dapat dipahami pembaca dengan meperhatikan kaidah-kaidah yang ada pada kedua
bahasa tersebut. Sehingga ketika membaca karya terjemahannya, seolah-olah
membaca karya asli penulis, itulah seorang penerjemah yang berhasil menjalankan
propesinya sebagai seorang penerjemah yang berkualitas.
55
Daftar Pustaka
Abdul Halim Hanafi, Metodologi Penelitian Bahasa, Jakarta: Diadit Media, 2011.
Al-Jarim, Ali dan Amin Musthafa, Terjemahan Al-Balaghatul
Wadhihah.Penerjemah Mujiyo Nurkholis, Bahrun Abu Bakar, L.C. dkk.
Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994.
Aminuddin, Pengantar Apresiasi Karya Sastra, Bandung: Sinar Baru, 1987.
Arifin, E Zaenal, Teori dan Kajian Wacana Bahasa Indonesia, Tangerang:
Pustkaka Mandiri, 2012.
Buana ,Cahya, MA Pengaruh Sastra Arab Terhadap Sastra Indonesia Lama
Dalam Syair-syair Hamzah Fansuri Kajian Sastra Banding. Yogyakarta :
Mocopatbook, 2008.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Nasional Edisi
Keempat, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Ismail, Achmad Satori, Problematika Terjemah Jakarta : Adabia Press, 2011.
Ismail,Taufik, Kumpulan Puisi Dwi Bahasa: Debu di Atas Debu Jakarta: Majalah
Sastra Horison, 2013.
Jabrohim, Metodologi Penelitian Sastra, Yogyakarta: Hanindita Graha Widya,
2002.
Kamil, Sukron, Teori Kritik Sastra Arab: Klasik Modern Jakarta : Rajagrafindo
Persada, 2009
Keraf , Gorys, DIksi dan Gaya Bahasa, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama : 2010
Ma’luf, Lois, Al-Munjid, Beirut: Al-kutulukiyyah, 2002.
Machali, Rochayah, Pedoman Bagi Penerjemah Bandung : Kaifa, 2009
56
Mansyur Moh dan Kustiwan, Pedoman Bagi Penerjemah Arab-Indonesia
Indonesia-arab Jakarta : PT. Moyo Segoro Agung Jakarta, 2002.
Muhammad, Metode Penelitian Bahasa, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.
Munawwir , Ahmad Warson, Al-munawwir Kamus Arab-Indonesia, Surabaya :
Pustaka Progressif 1997.
Muzakki, Ahmad Kesusastraan Arab Pengantar Teori dan Terapan, Yogyakarta
Ar-ruzz Media, 2006.
Nababan, M. Rudolf , M. Ed. Teori Menerjemah Bahasa Inggris, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2008.
Nyoman Kutha Ratna, Stilistika: Kajian Puitika Bahasa, Sastra, dan
Budaya,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Ratna Nyoman Kutha, S. U, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Richard E. Palmer, Hermeneutika Teori Baru Mengenai Interpretasi Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2003.
Sayogie Frans, Penerjemah Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, Jakarta :
Lembaga Penelitiian UIN Syarif Hidayatullah, 2008.
Siswantoro, Metode Penelitian Sastra Anaisis Struktur Puisi, Yogyakarta, Pustaka
Pelajar 2010
Tarigan, Henry Guntur, Prinsip-prinsip Dasar Sastra, Bandung : Angkasa, 2009.
Tarigan, Henry Guntur, Pengajaran Kosa Kata, Bandung: Angkasa, 1984
Tarigan, Pengajaran Gaya Bahasa, Bandung: Angkasa1986.
4991-دار احلديث القاهرة، اجلاللني تفسري،، جالل الدين احمللي جالل الدين و السيوطي
57
هـ 4149دار الكتب العلمية، بريوت تفسري القرآن العظيم )ابن كثري(، أبو الفداء ،إمساعيل
6002 دار الكتب العلمية، بريوت، معجم األفعال املتعدية حبرف، موسىحممد
هـ 4141 -الثالثة ط:-بريوت –دار صادر ،لسان العرب، واالخرون حممد ، أبو الفضل، مكرم