Katarak Use

35
Katarak Senilis Ratna Tri Permata 102010265/A4 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat [email protected] Pendahuluan Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Katarak yang terjadi akibat proses penuaan dan bertambahnya umur disebut katarak senilis. Katarak senilis adalah kekeruhan lensa baik di korteks, nuklearis tanpa diketahui penyebabnya dengan jelas, dan muncul mulai usia 40 tahun. Anamnesis 1. Identitas pasien Berisi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari secara langsung, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga, dan keterangan lain mengenai identitas pasien. 1 2. Riwayat penyakit sekarang Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain: 1

Transcript of Katarak Use

Page 1: Katarak Use

Katarak Senilis

Ratna Tri Permata

102010265/A4

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat

[email protected]

Pendahuluan

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi

(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat kedua-duanya.

Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun dapat tidak

mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Katarak yang terjadi akibat proses penuaan dan

bertambahnya umur disebut katarak senilis. Katarak senilis adalah kekeruhan lensa baik di

korteks, nuklearis tanpa diketahui penyebabnya dengan jelas, dan muncul mulai usia 40 tahun.

Anamnesis

1. Identitas pasien

Berisi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari secara

langsung, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga, dan keterangan

lain mengenai identitas pasien.1

2. Riwayat penyakit sekarang

Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain:

Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak).

Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah.

Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film.

Perubahan daya lihat warna.

Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata.

Lampu dan matahari sangat mengganggu.

Sering meminta ganti resep kaca mata.

Penglihatan ganda.

1

Page 2: Katarak Use

Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat ( hipermetropia)

3. Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat penyakit sistemik yang dimiliki oleh pasien seperti:2

Diabetes Melitus

Hipertensi

Pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolik lainnya memicu resiko katarak.

Gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena

Ketidakseimbangan endokrin, danriwayat terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas

fenotiazin

Riwayat alergi

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

A. Pemeriksaan Fisik

- Tanda Tanda Vital (terutama tekanan darah untuk megetahui apakah pasien hipertensi)

- Pemeriksaan mata

Pemeriksaan visus

Pada pemeriksaan visus atau VA kita menilai ketajaman penglihatan, manusia

normal memiliki ketajaman penglihatan 1,0, atau 20/20, atau 6/6 yang berarti pasien dapat

melihat dalam jarak 6 meter (numerator) dan secara normal seseorang dapat melihat

dalam jarak 6 meter (denominator). Pemeriksaan visus dilakukan pertama kali sebelum

pemeriksaan lain kecuali pada suatu trauma yang emergensi misalnya trauma kimia.

Pemeriksaan dengan memakai Snellen chart (umumnya, dan pada orang normal yang tidak

buta huruf). Pemeriksaan dilakukan dalam jarak 6 meter, pasien duduk tenang dan

mencoba melihat dan membaca huruf yang kita tunjuk. Perlu diingat bahwa pemeriksaan

dilakukan kepada 1 mata secara bergantian, dan dimulai dengan mata kanan. Baris terakhir

yang bisa dibaca itulah visus pasien. Jika pasien tidak dapat melihat huruf terbesar artinya

visus kurang dari 6/60 atau 20/200 maka kita memakai cara finger counting.3

Tes finger counting dilakukan pertama dalam jarak 1 meter, dilakukan maksimal

sampai 5 meter. Misalnya pasien dapat menghitung jari dalam sampai jarak 3 meter maka

2

Page 3: Katarak Use

laporannya ialah visus 3/60. Jika pasien tidak dapat menghitung jari, maka kita melakukan

tes hand movement. Uji ini dilakukan hanya 1 kali pada jarak 1 meter. Jika pasien mampu

melihat gerakan (lambaian) tangan maka laporannya visus 1/300. Jika visus sudah sangat

buruk sehingga tes hand movementpun gagal, maka kita lakukan uji persepsi cahaya. Uji ini

sebaiknya dilakukan di dalam dark room. Pada uji light perception ini dapat dilihat dari arah

mana proyeksi cahayanya. Jika pasien tidak dapat membedakan lagi maka artinya no light

perception atau visus 0. Suatu penurunan visus kita asumsikan menjadi kelainan pada

media refraksi, maka dapat dikoreksi dengan lensa. Kita bisa memberi lensa pin hole agar

membantu memfokuskan cahaya yang masuk tepat di macula.3 Tujuan tes ini adalah untuk

membedakan antara kelainan refraksi dan kelainan media refraksi. Bila ada kelainan

refraksi, maka dengan melakukan uji pinhole didapatkan perbaikan pada ketajaman

penglihatan. Hal ini dikarenakan fungsi dari pinhole yang dapat memfokuskan cahaya yang

masuk sehingga jatuh tepat pada makula lutea. Pada katarak terjadi kelainan pada media

refraksi sehingga uji pinhole tidak memperbaiki ketajaman penglihatan penderita.

Sebaiknya dilakukan paling pertama, guna menguji penglihatan jarak dekat dan jauh

serta melihat apakah kekeruhan sebanding dengan turunnya visus. Pada katarak kortikal

posterior, terjadi penurunan visus yang akan membaik bila berada di tempat gelap.1

Pemeriksaan Segmen Anterior

Untuk melihat mulai dari konjungtiva, kedalaman kamera okuli anterior dengan

menyinari mata di temporal, serta batas-batasnya seperti kornea, iris, lensa dengan

menggunakan senter. Untuk pemeriksaan khusus katarak dapat dilakukan shadow test

dengan menyinari mata secara oblik, kita melihat bayangan iris pada lensa.

Pada pasien katarak mata tidak mengalami iritasi. Sehingga secara umum pada

pemeriksaan fisik mata dari luar tidak ditemukan kelainan. Yang lebih dikeluhan pasien

ialah berkurangannya kemampuan akomodasi. Hilangnya transparansi lensa ini dapat

menyebabkan penglihatan menjadi kabur, baik penglihatan jauh maupun dekat namun

tidak disertai dengan rasa nyeri. Pada pasien katarak tidak ditemukan adanya tanda

peradangan baik pembengkakan, eritema, panas dan nyeri tekan. Secara makroskopi pada

katarak yang matur dapat terlihat adanya kekeruhan di daerah belakang pupil yang

umumnya berwarna putih keabu-abuan. Karena didapati penurunan ketajaman

3

Page 4: Katarak Use

penglihatan pada katarak, maka pemeriksaan visus dengan menggunakan uji ketajaman

penglihatan Snellen diperlukan. Secara umum didapatkan korelasi antara penurunan

ketajaman penglihatan dengan tingkat kepadatan katarak.3

Pemeriksaan sinar celah (slitlamp), oblique penlight

Pemeriksaan sinar secara oblik akan terlihat pupil yang berwarna putih atau abu-abu

dan bukan hitam.7

Funduskopi pada kedua mata (bila mungkin)

Untuk melihat segmen posterior mata. Kekeruhan yang ada pada lensa akibat

katarak juga dapat diperlihatkan pada pemeriksaan ini. Indikator lainnya pada oftalmoskopi

direk untuk penderita katarak adalah berkurangnya reflex merah/makula. Refleks ini

merupakan perubahan warna pupil menjadi jingga kemerahan yang lebih terang dan

homogen jika cahaya pemeriksa tepat sejajar dengan sumbu visual yaitu saat pasien

melihat ke arah cahaya oftalmoskop.

Adanya kekeruhan pada lensa dapat menghalangi seluruh atau sebagian reflex

cahaya dan menyebabkan tampaknya bintik atau bayangan gelap. Bila hal ini terjadi pasien

dapat disuruh melihat ke tempat lain sejenak kemudian kembali melihat cahaya, bila

kekeruhan ini bergerak maka kemungkinan letaknya ada dalam vitreus. Sedangkan bila

tidak bergerak kemungkinan kekeruhan ini berasal dari lensa. Pada stadium inpisien dan

imatur tampak kekaburan yang kehitaman dengan latar belakang merah jambu. Pada

stadium matur haya didapat warana putih atau kehitaman tanpa latar belakang merah

jambu, lensa sudah keruh.4 Hasil pada katarak yaitu opasitas lensa akan terlihat sebagai

warna hitam pada refleks fundus, paling jelas terlihat pada jarak 15 cm. Nervus optikus dan

retina mungkin dapat ditemukan sebagai penyebab gangguan penglihatan yang dialami

pasien.7

Tonometri

Pada katarak komplikasi yang mungkin terjadi ialah glaukoma. Maka sangat penting

memeriksa tekanan intra okuler. Tonometri ialah cara memeriksanya, yang paling

sederhana tentunya tonometri perpalpasi, kita bisa membandingkan TIO kiri dan kanan

maupun TIO pasien dengan kita sebagai pemeriksa (dianggap normal).4

Pemeriksaan prabedah

4

Page 5: Katarak Use

Pemeriksaan prabedah pada kutub posterior guna menentukan adanya patologi sangat

menentukan prognosis pasca bedah (misalnya edema macula, degenerasi macula akibat

usia). Selain itu, pemeriksaan refraksi perlu dilakukan pada kedua mata bila direncanakan

akan dipasang lensa intraocular (intraocular lense/IOL), dimana kekuatan lensa IOL harus

kompatibel dengan gangguan refraksi mata sebelahnya guna menghindari komplikasi seperti

anisometropi post-operatif. Intergritas kornea (terutama lapisan endotel) perlu ditelusuri

baik-baik melalui pachymetry dan specular microscopy guna memperkirakan morbiditas

kornea pasca pembedahan serta untuk mempertimbangkan untung-ruginya prosedur

ekstraksi katarak.3

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan fundus dengan oftalmoskop dapat membantu menyingkirkan diagnosis

banding adanya suatu retinopati yang timbul 20 tahun setelah pasien menderita diabetes

mellitus. Umumnya oftalmoskopi direk tidak cukup untuk mengentahui hal ini karena adanya

kekeruhan pada lensa yang mempersulit pemeriksa melihat fundus mata. Oleh karena itu dapat

digunakan pemeriksaan penunjang berupa angiografi fundus untuk mengetahui adanya suatu

mikroaneurisma pada pembuluh darah yang memperdarahi retina. Prinsip pemeriksaan ini

adalah melihat gambaran pembuluh darah dengan bantuan media flouresein yang disuntikan

melalui vena lengan. Pada saat pemeriksaan ini dapat terlihat gambaran pembuluh darah

retina. Normalnya terlihat gambaran ground glass. Bila ada suatu mikroaneurisma seperti pada

penderita retinopati diabetes, maka pemeriksaan ini dapat menegakkan diagnosis tersebut.5

Pemeriksaan penunjang selain yang dilakukan untuk mata ialah pemeriksaan

laboratorium darah. Hal ini penting mengingat pasien juga memiliki riwayat diabetes mellitus.

Pertama tentu darah rutin diperiksa sebagai parameter darah dasar. Pemeriksaan darah yang

kita dapat lakukan ialah memeriksa kadar glukosa darah. Misalnya gula darah sewaktu Bukan

DM <110 mg/dL, belum pasti DM 110-199 mg/dL, DM ≥ 200 mg/dL.5 Pemeriksaan GDS penting

karena kita perlu mengontrol kadar glukosa darah pasien. Selain itu pasien dengan diabetes

memberi kontribusi untuk perjalanan penyakit kataraknya. DM juga memiliki pengaruh besar

terhadap berbagai kelainan di mata. Berbagai kelainan pada mata itu jika kita ternyata

menemukan kadar glukosa darah yang tinggi maka kita harus mengontrol kadar gula darahnya.

5

Page 6: Katarak Use

Artinya tatalaksana yang dilakukan ialah control gula darah terlebih dahulu, karena

pemulihan pada mata akan terjadi ketika kadar blood glucose terkontrol dengan baik (jika kasus

reversible) selain itu akan sangat berbahaya jika gula darah menjulang tinggi dengan dibiarkan

begitu saja. Untuk memantau diabetes parameter yang sekarang popular diperiksa ialah HbA1c.

HbA1c merupakan ikatan antara glukosa dengan hb, dengan demikian pengukuran yang kita

lakukan melambangkan kondisi gula darah selama kurang lebih 3 bulan. Dengan demikian

pemeriksaan ini lebih akurat dalam memonitor DM, tidak seperti GDS yang nilainya bisa

bervariasi dipengaruhi intake karbohidrat beberapa waktu pada waktu tersebut. Kadar HbA1c

hendaknya dikontrol sampai dibawah 6,5 pada DM.5 Selain itu, kita bisa memeriksa kadar

kolesterol darah, untuk mengetahui apakah kadar kolesterolnya tinggi, sebagai salah satu faktor

resiko penyakit retinopasti diabetic.

Pemeriksaan penunjang juga dilakukan jika akan dilakukan operasi terhadap kataraknya,

seperti biasa persiapan operasi akan diperiksa darah lengkap, selain itu tentunya bleeding time,

serta waktu pembekuan dan gula darah. Selain itu orang yang meminum pengencer darah

karena agregasi trombosit meningkat misalnya bisa menghentikan konsumsi obat tersebut

sementara.

Working Diagnosis

Katarak Senile Matur Okuli Desktra

Gambar 1: Mata normal dan katarak

Sumber : http://www.lasikdallas.net

Klasifikasi Katarak

6

Page 7: Katarak Use

Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :

Katarak kongenital, katarak yang terlihat pada usia di bawah 1 tahun

Katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di bawah 40 tahun.

Katarak senilis, katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun.

Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas

50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Namun banyak kasus

katarak senilis yang ditemukan berkaitan dengan faktor keturunan, maka riwayat penyakit

keluarga perlu ditanyakan. Katarak secara klinik dikenal dalam 5 stadium yaitu insipien, imatur,

intumessen, matur, hipermatur dan morgagni.2

Katarak Insipien

Pada stadium ini akan terlihat kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju

korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak

subkapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk

antara serat lensa dan korteks berisi jaringan degeneratif (benda morgagni) pada katarak

insipien. Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak

sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama.2

Katarak Imatur

Sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum mengenai seluruh lapis lensa.

Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan

osmotik bahan lensa yang degenerative. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat

menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaucoma sekunder. Pemeriksaan shadow test

positif.3

Katarak Intumessen

Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat yang degenerative menyerap air.

Masuknya air ke dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan

mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal.

Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaucoma. Katarak intumessen

biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan miopia lentikular. Pada

7

Page 8: Katarak Use

keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga lensa akan mencembung dan daya biasnya akan

bertambah yang akan memberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada

lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa.4

Katarak Matur

Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa. Kekeruhan ini bisa

terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak imatur atau intumessen tidak

dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar sehingga lensa kembali pada ukuran yang normal.

Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik

mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada

lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris/ shadow test negatif.3

Katarak Hipermatur

Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi

keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa

sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik

mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga

hubungan dengan zonula zinn menjadi kendor. Bila proses katarak berjalan lanjut disertai

dengan kapsul yang tebal maka korteks akan memperlihatkan bentuk menjadi sekantong susu

disertai dengan nucleus yang terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini

disebut sebagai katarak Morgagni.1

Berdasarkan lokasi, katarak senilis dapat dibagi menjadi :3,4

1. Nuclear sclerosis/ katarak inti atau nuclear, merupakan perubahan lensa secara

perlahan sehingga menjadi keras dan berwarna kekuningan, menjadi coklat dan

kemudian menjadi kehitam-hitaman karena pengendapan pigmen. Seringkali, yang

biasa terlihat adalah nukleus katarak yang berpigmen kuning baik, coklat (cataracta

brunescens) atau hitam (cataracta nigra) dan jarang sekali kemerahan (cataracta rubra).

Inti lensa dewasa selama hidup bertambah besar dan menjadi sklerotik. Pandangan jauh

lebih dipengaruhi daripada pandangan dekat (pandangan baca), bahkan pandangan

baca dapat menjadi lebih baik. Kemudian, penglihatan mulai bertambah kabur atau

8

Page 9: Katarak Use

lebih menguning. Menyetir saat malam hari menjadi silau dan sukar. Penderita juga

mengalami kesulitan membedakan warna, terutama warna biru dan ungu.

2. Katarak kortikal, mulai dengan kekeruhan putih mulai dari tepi lensa dan berjalan ke

tengah sehingga mengganggu penglihatan. Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk

jeruji menuju korteks anterior dan posterior. Penglihatan jauh dan dekat terganggu.

Penglihatan merasa silau dan hilangnya penglihatan kontra.

3. Katarak subkapsular, mulai dengan kekeruhan kecil di bawah kapsul lensa, tepat lajur

jalan sinar masuk. Dapat telihat pada kedua mata. Katarak ini menyebabkan silau, halo

atau warna sekitar sumber cahaya, pandangan kabur pada kondisi cahaya terang, serta

pandangan baca menurun. Banyak ditemukan pada pasien diabetes, pasca radiasi, dan

trauma.

Differential Diagnosis

1. Retinopati Diabetik

Merupakan kelainan retina (retinopati) yang ditemukan pada penderita diabetes

mellitus. Retinopati akibat diabetes mellitus lama berupa aneurismata, melebarnya vena,

perdarahan dan eksudat lemak.1

Retinopati merupakan gejala diabetes mellitus utama pada mata, dimana ditemukan pada

retina:

1. Mikroaneurisma, merupakan penonjolan dinding kapiler, terutama daerah vena dengan

bentuk berupa bintik merah kecil yang terletak dekat pembuluh darah terutama polus

posterior.

2. Perdarahan dapat dalam bentuk titik, garis, dan bercak yang biasanya terletak dekat

mikroaneurismata dipolus posterior. Perdarahan terjadi akibat gangguan permeabilitas

pada mikroaneurisma, atau karena pecahnya kapiler.

3. Dilatasi vena yang terjadi akibat kelainan sirkulasi dan kadang kadang disertai kelainan

endotel dan eksudasi plasma.

4. Hard exudate merupakan infiltrasi lipid ke dalam retina. Gambarannya khusus yaitu

irregular, kekuning-kuningan. Pada permukaan eksudat pungtata membesar dan

9

Page 10: Katarak Use

bergabung. Eksudat ini dapat muncul dan hilang dalam beberapa minggu. Pada mulanya

tampak pada gambaran angiografi fluoresein sebagai kebocoran fluoresein diluar

pembuluh darah. Kelainan ini terutama terdiri atas bahan-bahan lipid dan terutama

banyak ditemukan pada keadaan hiperlipoproteinemia.

5. Soft exudate yang sering disebut cotton wool patches merupakan iskemia retina. Pada

pemeriksaan oftalmoskopi akan terlihat bercak berwarna kuning bersifat difus dan

berwarna putih. Biasanya terletak dibagian tepi daerah nonirigasi dan dihubungkan

dengan iskemia retina.

6. Pembuluh darah baru pada retina biasanya terletak dipermukaan jaringan.

Neovaskularisasi terjadi akibat proliferasi sel endotel pembuluh darah. Tampak sebagai

pembuluh yang berkelok-kelok, dalam kelompok-kelompok, dan bentuknya irregular.

Hal ini merupakan awal penyakit yang berat pada retinopati diabetes.

7. Edema retina dengan tanda hilangnya gambaran retina terutama derah makula sehingga

sangat menggangu tajam penglihatan pasien.

Gejala subjektif yang dapat ditemui berupa:3

Kesulitan membaca

Penglihatan kabur

Penglihatan tiba-tiba menurun pada satu mata

Melihat lingkaran-lingkaran cahaya

Melihat bintik gelap dan cahaya kelap-kelip

2) Katarak Sekunder

F. Etiologi

Penyebab katarak senilis sampai saat ini belum diketahui secara pasti, diduga multifaktorial,

diantaranya antara lain:8

- Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan pengaruh genetik

10

Page 11: Katarak Use

- Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi yang sangat kuat mempunyai efek buruk terhadap

serabu-serabut lensa.

- Faktor imunologik

- Gangguan yang bersifat lokal pada lensa, seperti gangguan nutrisi, gangguan permeabilitas

kapsul lensa, efek radiasi cahaya matahari.

- Gangguan metabolisme umum.

G. Epidemiologi

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), katarak merupakan kelainan mata

yang menyebabkan kebutaan dan gangguan penglihatan yang paling sering ditemukan. Katarak

memiliki derajat kepadatan yang sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagai hal,

biasanya akibat proses degenatif. Pada penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat didapatkan

adanya 10% orang menderita katarak, dan prevalensi ini meningkat sampai 50% pada mereka

yang berusia 65-75 tahun dan meningkat lagi sekitar 70% pada usia 75 tahun. Katarak

congenital, katarak traumatic dan katarak jenis jenis lain lebih jarang ditemukan.8

Diketahui bahwa prevalensi kebutaan di Indonesia berkisar 1,2 % dari jumlah penduduk dan

katarak menduduki peringkat pertama dengan persentase terbanyak yaitu 0,7 %. Berdasarkan

beberapa penelitian katarak lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria dengan ras kulit

hitam paling banyak. Sampai saat ini katarak senilis merupakan jenis katarak yang paling banyak

ditemukan, sampai 90% dari seluruh kasus katarak.8

Faktor resiko katarak senilis :7,8

Diabetes mellitus

Hipertensi

Paparan sinar ultra violet

Obesitas

Merokok

Diet

Peningkatan asam urat

Miopi

Warna iris yang gelap

Genetik

Penggunaan jangka panjang obat

penurun kolesterol

11

Page 12: Katarak Use

H. Patofisiologi

Patofisiologi katarak senilis sangat kompleks dan belum sepenuhnya diketahui. Diduga adanya

interaksi antara berbagai proses fisiologis berperan dalam terjadinya katarak senilis dan belum

sepenuhnya diketahui. Semakin bertambah usia lensa, maka akan semakin tebal dan berat

sementara daya akomodasinya semakin melemah.5,8

1.Penumpukan protein di lensa mata

Komposisi terbanyak pada lensa mata adalah air dan protein. Penumpukan protein pada

lensa mata dapat menyebabkan kekeruhan pada lensa mata dan mengurangi jumlah cahaya

yang masuk ke retina. Proses penumpukan protein ini berlangsung secara bertahap, sehingga

pada tahap awal seseorang tidak merasakan keluhan atau gangguan penglihatan. Pada proses

selanjutnya penumpukan protein ini akan semakin meluas sehingga gangguan penglihatan akan

semakin meluas dan bisa sampai pada kebutaan. Proses ini merupakan penyebab tersering

yang menyebabkan katarak yang terjadi pada usia lanjut.3

2.Perubahan warna pada lensa mata yang terjadi perlahan-lahan

Pada keadaan normal lensa mata bersifat bening. Seiring dengan pertambahan usia, lensa mata

dapat mengalami perubahan warna menjadi kuning keruh atau coklat keruh. Proses ini dapat

menyebabkan gangguan penglihatan (pandangan buram/kabur) pada seseorang, tetapi tidak

menghambat penghantaran cahaya ke retina. Kekeruhan lensa mengakibatkan lensa tidak

transparan sehingga pupil berwarna putih dan abu-abu. Kekeruhan ini juga dapat ditemukan

pada berbagai lokalisasi di lensa seperti korteks dan nukleus. Fundus okuli menjadi semakin

sulit dilihat seiring dengan semakin padatnya kekeruhan lensa bahkan reaksi fundus bisa hilang

sama sekali. Miopia tinggi, merokok, konsumsi alkohol dan paparan sinar UV yang tinggi

menjadi faktor risiko perkembangan katarak senilis.2

Perubahan lensa pada usia lanjut:

Kapsul

Menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak)

Mulai presbiopia

12

Page 13: Katarak Use

Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur

Terlihat bahan granular

Epitel – makin tipis

Sel epitel (germinatif) pada ekuator bertambah besar dan berat

Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata

Serat lensa

Lebih irregular.

Pada korteks jelas kerusakan serat sel.

Brown sclerotic nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein

nucleus (histidin, triptofan, metionin, sistein, dan tirosin) lensa, sedang warna

coklat protein lensa nukleus mengandung histidin dan triptofan dibanding

normal.

Korteks tidak berwarna karena:

Kadar asam askorbat tinggi dan menghalangi fotooksidasi.

Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda.

I. Manifestasi Klinis

Gejala pada katarak senilis berupa distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin kabur.3,8

Pada stadium insipien, pembentukan katarak penderita mengeluh penglihatan jauh yang

kabur dan penglihatan dekat mungkin sedikit membaik, sehingga pasien dapat

membaca lebih baik tanpa kacamata (“second sight”). Terjadinya miopia ini disebabkan

oleh peningkatan indeks refraksi lensa pada stadium insipient.

Tingkat ringan dari katarak subkapsular posterior dapat menyebabkan penurunan yang

berat ketajaman penglihatan dengan efek pada penglihatan dekat lebih berat dari efek

pada gangguan penglihatan jauh yang diperkirakan oleh karena akomadasi miosis.

Katarak sklerosis nuklear sering disertai dengan penurunan penglihatan jauh dan

penglihatan dekat yang bagus.

Katarak kortikal umumnya tidak memberi gejala sampai tingkat progresifitas lanjut

ketika jari-jari korteks membahayakan axis penglihatan.

13

Page 14: Katarak Use

Keluhan yang membawa pasien datang antara lain:8

1. Pandangan kabur

Kekeruhan lensa mengakibatkan penurunan pengelihatan yang progresif atau

berangsur-angsur dan tanpa nyeri, serta tidak mengalami kemajuan dengan pin-hole.

2. Penglihatan silau

Penderita katarak sering kali mengeluhkan penglihatan yang silau,dimana tigkat

kesilauannya berbeda-beda mulai dari sensitifitas kontrasyang menurun dengan latar belakang

yang terang hingga merasa silau disiang hari atau merasa silau terhadap lampu mobil yang

berlawanan arahatau sumber cahaya lain yang mirip pada malam hari. Keluhan ini seringkali

muncul pada penderita katarak kortikal.

3. Sensitifitas terhadap kontras

Sensitifitas terhadap kontras menentukan kemampuan pasien dalam mengetahui

perbedaan-perbedaan tipis dari gambar-gambar yang berbeda warna, penerangan dan tempat.

Cara ini akan lebih menjelaskan fungsi mata sebagai optik dan uji ini diketahui lebih bagus

daripada menggunakan bagan Snellen untuk mengetahui kepastuian fungsi penglihatan; namun

uji ini bukanlah indikator spesifik hilangnya penglihatan yang disebabkan oleh adanya katarak.3

4. Miopisasi

Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan dioptri lensa,

biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga sedang. Ketergantungan pasien

presbiopia pada kacamata bacanya akan berkurang karena pasien ini mengalami penglihatan

kedua.4 Namun setelah sekian waktu bersamaan dengan memburuknya kualitas lensa, rasa

nyaman ini berangsur menghilang dan diikuti dengan terjadinya katarak sklerotik nuklear.

Perkembangan miopisasi yang asimetris pada kedua mata bisa menyebabkan anisometropia

yang tidak dapat dikoreksi lagi, dan cenderung untuk diatasi dengan ekstraksi katarak.

5. Variasi Diurnal Penglihatan

Pada katarak sentral, kadang-kadang penderita mengeluhkan penglihatan menurun

pada siang hari atau keadaan terang dan membaik pada senja hari, sebaliknya penderita

katarak kortikal perifer kadang-kadang mengeluhkan pengelihatan lebih baik pada sinar terang

dibanding pada sinar redup.

14

Page 15: Katarak Use

6. Distorsi

Katarak dapat menimbulkan keluhan benda bersudut tajam menjadi tampak tumpul

atau bergelombang.

7. Halo

Penderita dapat mengeluh adanya lingkaran berwarna pelangi yangterlihat di sekeliling

sumber cahaya terang, yang harus dibedakan dengan halo pada penderita glaucoma.

8. Diplopia monokuler

Gambaran ganda dapat terbentuk pada retina akibat refraksi ireguler dari lensa yang

keruh, menimbulkan diplopia monocular, yang dibedakan dengan diplopia binocular dengan

cover test dan pin hole.

9. Perubahan persepsi warna

Perubahan warna inti nucleus menjadi kekuningan menyebabkan perubahan persepsi

warna, yang akan digambarkan menjadi lebih kekuningan atau kecoklatan dibanding warna

sebenarnya.4

10. Bintik hitam

Penderita dapat mengeluhkan timbulnya bintik hitam yang tidak bergerak-gerak pada

lapang pandangnya. Dibedakan dengan keluhan pada retina atau badan vitreous yang sering

bergerak-gerak.

J. Penatalaksanaan

Penanganan non bedah meliput penanganan kelainan refraksi atau penggunaan kaca mata,

penggunaan lampu baca khusus dan penggunaan midriatikum pada katarak subkapsularis

posterior. Sampai saat ini belum ada obat antikatarak yang memiliki bukti kuat mampu

menghambat atau meniadakan pembentukan katarak, namun d pasaran ada beberapa bahan

dan suplemen yang mungkin sebagai anti katarak misalnya obat-obat penurun sorbitol, obat-

obat yang menaikkan glutation dan antioksidan khusus vitamin C dan vitamin E.7

Pembedahan dilakukan jika penderita tidak dapat melihat dengan baik dengan bantuan

kacamata untuk melakukan kegitannya sehari-hari. Beberapa penderita mungkin merasa

penglihatannya lebih baik hanya dengan mengganti kaca matanya, menggunakan kacamata

15

Page 16: Katarak Use

bifokus yang lebih kuat atau menggunakan lensa pembesar. Jika katarak tidak mengganggu

biasanya tidak perlu dilakukan pembedahan.8

Indikasi operasi :7

- Indikasi sosial: jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam melakukan rutinitas

pekerjaan.

- Indikasi medis: bila ada komplikasi seperti glaucoma.

- Indikasi optik: jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3 m didapatkan

hasil visus 3/60.

- Indikasi kosmetik

Persiapan bedah katarak:

Biasanya pembedahan dipersiapkan untuk mengeluarkan bagian lensa yang keruh dan

dimasukkan lensa buatan yang jernih permanent. Pra bedah diperlukan pemeriksaan kesehatan

tubuh umum untuk menentukan apakah ada kelainan yang menjadi halangan untuk dilakukan

pembedahan. Pemeriksaaan ini akan memberikan informasi rencana pembedahan selanjutnya.

Pemeriksaan tersebut termasuk hal-hal seperti:5

- Gula darah

- Hb, Leukosit, masa perdarahan, masa pembekuan

- Tekanan darah

- Elektrokardiografi

- Pernafasan

- Riwayat alergi obat

- Pemeriksaan rutin medik lainnya dan bila perlu konsultasi untuk keadaan fisik prabedah

- Tekanan bola mata

- Uji Anel Positif, dimana tidak terjadi obstruksi fungsi ekskresi saluran lakrimal sehingga tidak

ada dakriosistitis.

- Uji Ultrasonografi Sken A untuk mengukur panjang bola mata. Pada pasien tertentu

kadang-kadang terdapat perbedaan lensa yang harus ditanam pada kedua mata. Dengan cara

16

Page 17: Katarak Use

ini dapat ditentukan ukuran lensa yang akan ditanam untuk mendapatkan kekuatan refraksi

pasca bedah.

- Keratometri mengukur kelengkungan kornea untuk bersama ultrasonografi dapat

menentukan kekuatan lensa intraokular yang akan ditanam. Dilakukan trlebih dahulu

pemeriksaan khusus mata untuk mencegah terjadinya penyulit pembedahan seperti adanya

infeksi sekitar mata, glaucoma, dan penyakit mata lainnya yang dapat menimbulkan penyulit

waktu pembeahan dan sedudah pembedahan.

Sebelum melakukan operasi pasien dapat diberikan obat sebagai berikut:6

Antibiotik eye drop setiap 6 jam.

Pemberian obat midriatik (phenylepherine hydrochloride) maupun siklopegia (atropine

sulfate) untuk melebarkan pupil.

Pemberian obat antiglaukoma untuk mencegah kemungkinan adanya komplikasi glaukoma

akibat katarak. Contohnya: Acetazolamide, Pilocarpine, Timolol.

Sebelum operasi pasien diberikan anastesi. Ada beberapa jalur pilihan anastesi, yaitu

anastesi topikal, retrobulbar, peribulbar, subtenon maupun anastesi umum.5

Pembedahan katarak terdiri dari pengangkatan lensa dan menggantinya dengan lensa buatan.

Pembedahan

Ada 2 macam pembedahan yang bisa digunakan untuk mengangkat lensa:

1. ICCE (Intra Capsular Cataract Extraction) atau EKIK

Ekstrasi intrakapsular merupakan teknik bedah katarak yang digunakan sebelum adanya bedah

katarak ekstrakapsular. Ekstraksi jenis ini merupakan tindakan bedah yang umum dilakukan

pada katarak senil. Dengan teknik tersebut dilakukan pengeluaran lensa dengan kapsul lensa

secara keseluruhan. Indikasi EKIK terutama bermamfaat pada luksasio lensa dan katarak

hipermatur. Bila zonula zinii tidak cukup adekwat untuk dilalukan EKEK maka lebih baik

dilakukan EKIK. Kontra indikasi absolut meliputi katarak pada anak – anak dan dewasa muda

serta rupture kapsular traumatik.1 Kontra indikasi relatif meliputi miopi tinggi, sindrom Marfan,

katarak Morgagni, dan adanya korpus vitreus di kamera Okuli anterior. Pada saat ini

pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan.

17

Page 18: Katarak Use

2. Ekstrasi katarak Ekstrakapsular (EKEK)

Ekstrasi katarak Ekstrakapsular (EKEK) merupakan teknik operasi katak dengan melakukan

pengangkatan nucleus lensa dan korteks lensa melalui pembukaan kapsul anterior dan

meninggalkan kapsul posterior. EKEK merupakan kontra indikasi pada katarak dengan Zonula

zinii yang tidak adekwat. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien dengan

kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra okular, kemungkinan akan

dilakukan bedah glaukoma, mata dengan presdiposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca,

sebelumnya mata mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid makular edema, pasca bedah

ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps

badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak

sekunder.

Kapsul posterior yang yang masih intak pada EKEK mempunyaai kelebihan antara lain:

1.Mengurangi risiko CV prolaps

2.Untuk mendapatkan posisi anatomi yang lebih baik untuk fiksasi IOL

3.Mengurangi mobilitas iris dan vitreus yang terjadi pada gerakan saccadic

( endophthalmiodonesis)

4.Sebagai barier yang membatasi pertukaran molekul antara vitreus dan humour akuos.

5.Mengurangi kemungkinan masuknya bakteri ke vitreus yang dapat

menyebabkanendoftalmitis.

6.Mengurangi komplikasi yang berhubungan dengan menempelnya dengan vitreus dengan iris,

kornea dan luka incise.

Fakoemulsifikasi

Fakoemulsifikasi merupakan bentuk ECCE yang terbaru dimana menggunakan getaran

ultrasonic untuk menghancurkan nucleus sehingga material nucleus dan kortek dapat diaspirasi

melalui insisi ± 3 mm. Untuk mencegah astigmatisme pasca bedah EKEK, maka luka dapat

diperkecil dengan tindakan bedah fakoemulsifikasi. Pada tindakan ini lensa yang katarak di

18

Page 19: Katarak Use

fragmentasi dan diaspirasi. Tindakan operasi katarak dengan Teknik Fakoemulsifikasi memiliki

banyak keunggulan diantaranya : 8,9

Luka operasi sangat pendek(3 ml).

Dengan alat fako seluruh lensa dapat dihancurkan dan kemudian disedot/dihisap keluar.

Penggunaan lensa tanam hanya cukup ditutup dengan 1 atau 2 jahitan, atau pada

kondisi tertentu tidak memerlukan jahitan sama sekali.

Masa penyembuhan lebih singkat.

Namun dari semua keuntungan yang ada, tetap saja ada resiko pada penggunaan teknik

fakoemulsifikasi yaitu terjadinya pergeseran materi nukleus ke posterior akibatnya robeknya

kapsul posterior saat operasi. Bila hal ini terjadi maka harus dilakukan tindakan bedah

vitreoretina yang lebih kompleks. Selain itu dapat pula terjadi kekeruhan sekunder pada kapsul

posterior yang dapat ditangani dengan laser YAG: neodymium.5

Dengan teknik insisi kecil, umumnya masa penyembuhan pasien lebih pendek. Pasien

diperbolehkan pulang pada hari operasi. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan,

yaitu pasien harus bergerak dengan hati-hati dan menghindari peregangan atau mengangkat

benda berat selama satu bulan. Matanya dapat dibalut pada hari operasi, sedangkan

perlindungan malam hari dengan pelindung logam seringkali disarankan selama beberapa hari

pasca operasi. Kebanyakan pasien dapat melihat dengan baik menggunakan lensa intraokular

sambil menunggu pembuatan kacamata permanen.

K. Komplikasi

Komplikasi sebelum operasi

1. Glaukoma

Glaukoma merupakan komplikasi katarak yang tersering. Glaukoma dapat terjadi

karena proses fakolitik, fakotopik, fakotoksik.

• Fakolitik

Pada lensa yang keruh terdapat kerusakan maka substansi lensa akan keluar yang akan

menumpuk di sudut kamera okuli anterior terutama bagian kapsul lensa. Dengan keluarnya

substansi lensa maka pada kamera okuli anterior akan bertumpuk pula serbukan fagosit atau

19

Page 20: Katarak Use

makrofag yang berfungsi mereabsorbsi substansi lensa tersebut.Tumpukan akan menutup

sudut kamera okuli anterior sehingga timbul glaukoma.3

• Fakomorpik

Berdasarkan posisi lensa, oleh karena proses intumesensi, iris, terdorong ke depan sudut

kamera okuli anterior menjadi sempit sehingga aliran humor aqueaous tidak lancar sedangkan

produksi berjalan terus, akibatnya tekanan intraokuler akan meningkat dan timbul glaucoma

• Fakotoksik

Substansi lensa di kamera okuli anterior merupakan zat toksik bagi mata sendiri (autotoksik).

Terjadi reaksi antigen-antibodi sehingga timbul uveitis, yang kemudian akan menjadi

glaukoma.3

2. Uveitis

3. Subluksasi atau Dislokasi Lensa

Komplikasi selama operasi

• Hifema

Perdarahan bisa terjadi dari insisi korneoskleral, korpus siliaris atau vaskularisasi iris abnormal.

Bila perdarahan berasal dari luka harus dilakukan kauterisasi. Perdarahan dari iris yang normal

jarang terjadi, biasanya timbul bila terdapat rubeosis iridis, uveitis heterocromik dan

iridosiklitis. Komplikasi utama akibat hifema yang berlangsung lama adalah peningkatan TIO

dan corneal blood staining.

• Prolaps korpus vitreus

Prolaps korpus vitreus merupakam komplikasi yang serius pada operasi katarak, keadaan ini

dapat menyebabkan keratopati bulosa, epithelial dan stromal downgrowth, prolap iris, uveitis,

glaukoma, ablasi retina, edema macula kistoid, kekeruhan korpus vitreus, endoftalmitis dan

neuritis optic. Untuk menghindari hal tersebut, harus dilakukan vitrektomi anterior sampai

segmen anterior bebas dari korpus vitreus.

• Perdarahan ekspulsif

Perdarahan ekspulsif jarang terjadi, tetapi merupakan masalah serius yang dapat menimbulkan

eksplusi dari lensa, vitreus, uvea. Penanganan segera dilakukan tamponade dengan jalan

20

Page 21: Katarak Use

penekanan pada bola mata dan luka ditutup dengan rapat.

Komplikasi pasca operasi

• Edema kornea

Edema kornea merupakan komplikasi katarak yang serius, bisa terjadi pada epitel atau stroma

yang diakibatkan trauma mekanik, aspirasi irigasi yang cukup lama, inflamasi dan peningkatan

TIO. Biasanya akan teresobsi 4-6 minggu setelah operasi. Jika masih ditemukan edema kornea

sentral setelah 3 bulan pasca operasi, perlu dipertimbangkan keratoplasti.3

• Kekeruhan kapsul posterior

Kekeruhan kapsul posterior merupakan penyebab tersering penurunan visus setelah EKEK. Sel-

sel epitel lensa yang masih viable dan tersisa pada saat operasi akan mengalami proliferasi.

Lokasi di mana kapsul anterior dan posterior menempel membentuk wedl cells yang kemudian

membentuk soemmering’s ring. Jika sel-sel epitel tersebut migrasi ke arah luar, sel-seltersebut

membentuk Elschnig’s pear di kapsul posterior. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya

kekeruhan kapsul posterior sangat bervariasi antara lain usia, riwayat inflamasi intra okuler,

pseudoexfoliasi, betuk lensa tanam,material lensa tanam, modifikasi permukaan lensa dan

waktu operasi.3,8

• Residual lensa material

Timbulnya residual lensa material disebabkan EKEK yang tidak adekuat. Bila material yang

tertinggal sedikit, akan diresorbsi secara spontan, sedangkan bila jumlahnya banyak, perlu

dilakukan aspirasi karena bisa menimbulkan uveitis anterior kronis dan glaucoma sekunder.

Apabila yang tertinggal potongan nucleus yang besar dan keras, dapat merusak endotel kornea,

penanganannya dengan ekspresi atau irigasi nucleus.

• Prolaps Iris

Iris paling sering terjadi satu sampai 5 hari setelah operasi dan penyebab tersering adalah

jahitan yang longgar, dapat juga terjadi karena komplikasi prolaps vitreus selama operasi.

Keaadaan ini memerlukan penanganan (jahit ulang) untuk menghindari timbulnya komplikasi

seperti penyembuhan luka lama, epithelial downgrowth, konjungtivitis kronis, endoftalmitis,

edema macula kistoid dan kadang – kadang Ophthalmia simpatik.8

21

Page 22: Katarak Use

• Astigmatisme

Astigmatisme pasca bedah katarak dapat terjadi karena jahitan yang terlalu kencang

maupun jahitan yang terlalu longgar. Jahitan yang terlalu kencang akan mengakibatkan Steepen

corneal daerah yang searah jahitan with the rule. Sedangkan jahitan yang terlalu longgar akan

menyebabkan againt the rule astigmatisma. With the rule astigmatisma setelah operasi katarak

yang kurang dari 2 dioptri akan berkurang dengan sendirinya sehingga mengurangi

kemungkinan untuk melepas jahitan yang terlalu kencang.3

• Endoftalmitis

Endoftalmitis dalam bentuk akut atau kronik, dimana bentuk kronik disebabkan

rendahnya pathogenesis organisme penyebabnya. Secara umum endoftalmitis ditandai dengan

rasa nyeri yang ringan sampai berat, penurunan visus, injeksi siliar, kemosis dan hipopion.

Endoftalmitis akut biasanya timbul 2-5 hari pasca operasi, sedangkan bentuk kronis dapat

timbul beberapa minggu atau bulan atau lebih setelah operasi. Endoftalmitis kronis ditandai

dengan reaksi inflamasi ringan atau uveitis (granulomatus) dan penurunan visus. Penyebab

endoftalmitis akut terbanyak adalah Staphylococcus epidermidis (gram positif) dan

Staphylococcus coagulase negative yang lain.3

Kuman gram positif merupakan penyebab terbanyak endoftalmitis akut bila dibandingkan gram

negatif. Untuk gram negatif, kuman penyebab terbanyak adalah Pseudomonas aeruginosa.

Umumnya organisme dapat menyebabkan endoftalmitis bila jumlahnya cukup banyak untuk

inokulasi, atau sistem pertahanan mata terganggu oleh obat-obat imunosupresan, penyakit

atau trauma. Organisme penyebab endoftalmitis kronis mempunyai virulensi yang rendah,

penyebab tersering adalah Propionibacterium acnes, S. epidermidis dan Candida. Organisme

tersebut menstimulasi reaksi imunologik yang manifestasinya adalah inflamasi yang menetap.8

• Ablasi retina

Mekanisme pasti timbulnya ablasi retina masih belum diketahui. Faktor predisposisinya

meliputi myopia aksilis (> 25 mm), lattice degeneration, prolaps vitreus, riwayat robekan atau

ablasio retina yang dioperasi, riwayat ablasio pada mata kontralateral dan riwayat keluarga

dengan ablasio retina. Ablsio retina terjadi sekitar 2-3% pasca EKIK dan 0,5-2% pasca EKEK.

Kapsul posterior yang masih intak mengurangi kemungkinan terjadinya ablsio retina pasca

22

Page 23: Katarak Use

bedah, sedangkan operasi dengan komplikasi seperti rupture kapsul posterior dan vitreus loss

meningkatkan kemungkinan ablasio retina.

L. Pencegahan

Umumnya katarak terjadi bersamaan dengan bertambahnya umur yang tidak dapat

dicegah. Pemeriksaan mata secara teratur sangat perlu untuk mengetahui adanya katarak. Bila

telah berusia 60 tahun sebaiknya mata diperiksa setiap tahun. Pada saat ini dapat dijaga

kecepatan berkembangnya katarak dengan:

Tidak merokok, karena merokok mengakibatkan meningkatkan radikal bebas dalam

tubuh, sehingga risiko katarak akan bertambah.8

Pola makan yang sehat, memperbanyak konsumsi buah dan sayur.

Lindungi mata dari sinar matahari, karena sinar UV mengakibatkan katarak pada mata.3

2.13 Prognosis

Apabila pada proses pematangan katarak dilakukan penanganan yang tepat sehingga tidak

menimbulkan komplikasi serta dilakukan tindakan pembedahan pada saat yang tepat maka

prognosis pada katarak senilis umumnya baik.3,8

KESIMPULAN

Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia

diatas 50 tahun. Penyebab terjadinya katarak senilis ialah karena proses degeneratif. Selain itu

katarak senilis juga dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti adanya penyakit

metabolisme, trauma serta paparan sinar ultraviolet. Katarak senilis secara klinis dikenal dalam

empat stadium, yaitu stadium insipien, imatur, matur dan hipermatur. Gejala umum gangguan

katarak meliputi penglihatan tidak jelas seperti terdapat kabut menghalangi objek, peka

terhadap sinar atau cahaya, dapat terjadi penglihatan ganda pada satu mata memerlukan

pencahayaan yang baik untuk dapat membaca, lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca

susu. Pengobatan pada katarak adalah pembedahan.

23

Page 24: Katarak Use

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010.h.200-11; 218-20.

2. Sibuea WH, Frenkel M. Pedoman dasar anamnesis dan pemeriksaan jasmani. Jakarta:

Sagung Seto; 2008.h.7-15.

3. Vaughan GD, Asbury T, Eva RP. Oftalmologi umum. Edisi ke-14. Jakarta: Widya Medika;

2000.h.401-406.

4. Riordan P, Whitcher JP. Oftalmologi umum. Edisi ke-17. Jakarta: ECG; 2010.h.30-58.

5. Halim SL, Iskandar I, Edward H. Patologi klinik kimia klinik. Jakarta: Bagian Patologi Klinik FK

UKRIDA; 2011.h. 51-9.

6. Morosidi SA, Paliyama MF. Ilmu penyakit mata. Jakarta: FK UKRIDA; 2011.h.9; 59-66.

7. Ilyas S. Katarak, lensa mata keruh. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2006.h.4-8.

8. Mansjoer A, Suprohaita, Setiowulan W, dkk. Kapita selekta kedokteran. Edisi 3 (I). Jakarta:

Media Aesculapius FKUI.2004.h.6.

24