KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019,...

39

Transcript of KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019,...

Page 1: KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa hal penting untuk dilaksanakan untuk mencapai universal acces pada
Page 2: KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa hal penting untuk dilaksanakan untuk mencapai universal acces pada

KATA PENGANTAR

Berdasarkan penelitian yang ada, pembangunan sanitasi mampu menciptakan multiplier effect yang luar

biasa bagi pembangunan daerah maupun pembangunan nasional. Pengelolaan air limbah, pengelolaan

sampah dan drainase yang optimal sangat berpotensi untuk mendorong peningkatan perekonomian melalui

peningkatan kesehatan, peningkatan produktivitas, lingkungan hidup, lapangan kerja, ataupun melalui

investasi yang masuk.

PPSP 2010-2014 secara umum berhasil mendudukkan paradigma pembangunan sanitasi yang ideal.

Selanjutnya untuk merespon target baru pembangunan sanitasi yang lebih menantang di dalam RPJMN

2015-2019, yaitu universal access untuk layanan sanitasi, program PPSP 2015-2019 dirancang dengan

penekanan pembangunan sanitasi pada 3 (tiga) kegiatan utama, yaitu : a) meng-update, memantapkan dan

penyesuaian target perencanaan sanitasi; b) memastikan implementasi rencana, serta c) pengembangan dan

penerapan sistem insentif dan disinsentif pembangunan sanitasi.

Roadmap Sanitasi Nasional ini disusun bersama-sama oleh tim yang terdiri dari perwakilan kementerian

terkait dengan mengkomodasikan berbagai hal yang menjadi kesepakatan bersama. Roadmap Sanitasi

Nasional menjelaskan secara lengkap tentang detail pelaksanaan seluruh kegiatan PPSP 2015-2019.

Dokumen ini juga diharapkan mampu menggambarkan serta pula mampu menjelaskan pada seluruh

pemangku kepentingan pembangunan sanitasi : kementerian terkait di tingkat pusat, pemerintah provinsi

sebagai perwakilan pemerintah pusat dalam pembangunan sanitasi di wilayahnya, pemerintah

kabupaten/kota sebagai pemangku urusan wajib pembangunan sanitasi sekaligus sebagai penerima efek

terdepan terhadap kondisi sanitasi di daerahnya, swasta dan masyarakat sebagai end user dan mitra

pemerintah dalam pembangunan sanitasi, dan juga para donor yang tergabung dalam Sanitation Partner

Group (SPG), tentang bagaimana PPSP 2015-2019 akan digerakkan dan bagaimana sinergitas yang

mungkin ditumbuhkan.

Tidak juga kami lupa menyampaikan rasa bangga kami dengan pencapaian pembangunan sanitasi yang

begitu pesat, serta terimakasih yang tidak berhingga kepada para pihak yang telah berjuang bersama dalam

meningkatkan kondisi sanitasi di Indonesia selama ini. Besar harapan kami kebersamaan yang telah terjalin

dapat terus dipertahankan dan ditingkatkan guna mencapai sinergitas yang optimal menuju universal access

sanitasi nasional kita pada tahun 2019.

Salam sanitasi hebat,

(Nugroho Tri Utomo)

Page 3: KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa hal penting untuk dilaksanakan untuk mencapai universal acces pada

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………………………….. 1

1.2 Tujuan ……………………………………………………………………………………………. 2

1.3 Target …………………………………………………………………………………………….. 2

1.4 Ruang Lingkup ………………………………………………………………………………….. 3

BAB 2 PERKEMBANGAN PPSP 5

2.1 Kondisi Layanan Sanitasi sampai dengan Tahun 2014 ………………….……………..….. 5

2.2 Capaian PPSP ………………..…………………………………………………………………. 6

2.3 Tantangan ke Depan …………………………………………………..……………………….. 7

BAB 3 ESENSI DAN KEGIATAN UTAMA PROGRAM PPSP 2015-2019 10

3.1 Esensi Program PPSP 2015-2019 ………………………………………….……………..….. 10

3.2 Kegiatan Utama Program PPSP 2015 – 2019 ………………………………………………. 11

3.2.1 Pemantapan Rencana Pembangunan Sanitasi …………………………………….. 11

3.2.2 Memastikan Implementasi Perencanaan Sanitasi ……..…………………………… 12

3.2.3 Pengembangan dan Penerapan Sistem Insentif dan Disintensif

Pembangunan Sanitasi Nasional …………………………………………...………… 14

BAB 4 ROADMAP PROGRAM PPSP 2015-2019 16

4.1 Target Pembangunan Sanitasi ………………………………………….………………....….. 16

4.2 Pendanaan ……………………………………………………………………………………….. 17

BAB 5 PENGELOLAAN PROGRAM PPSP 2015-2019 19

5.1 Struktur Pengelolaan …………….……………………………………….………………....….. 19

5.1.1 Pengelolaan Tingkat Pusat …………………………………………………………….. 20

5.1.2 Pengelolaan Tingkat Provinsi ………………………………………………………….. 22

5.1.3 Pengelolaan Tingkat Kabupaten/Kota ……………………………………………….. 22

5.2 Dukungan Sumber Daya ………..……………………………………….………………....….. 23

5.2.1 Dukungan Sumber Daya Internal …………………………………………………….. 23

5.2.2 Dukungan Sumber Daya Eksternal ….……………………………………………….. 25

5.3 Pelaksana Program PPSP 2015-2019 ………………………………….………………....….. 29

BAB 6 DETAIL KEGIATAN 31

BAB 7 PENUTUP 34

Page 4: KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa hal penting untuk dilaksanakan untuk mencapai universal acces pada

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tingkat Layanan Air Limbah ………..…………………………………………..………………. 5

Tabel 2.2 Roadmap Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman 2010-2014 ……....………… 6

Tabel 4.1 Roadmap Program PPSP 2015-2019 ……………………………………………….………… 17

Tabel 4.2 Perkiraan Proporsi Pendanaan Pembangunan Sanitasi hingga tahun 2019………..……. 18

Tabel 4.3 Perkiraan Pendanaan Pemerintah Pusat untuk Pembangunan Sanitasi

sampai dengan Tahun 2019 ……….……………………………………………………………. 18

Tabel 4.4 Perkiraan Kebutuhan Pendanaan Fasilitasi dalam PPSP 2015-2019 …………………….. 19

Tabel 5.1 Dukungan Sumber Daya Internal pada setiapTingkatan Pemerintahan ………………….. 23

Tabel 5.2 Alternatif Keahlian TA Support ………………………………………………………………….. 26

Tabel 5.3 Tugas dan Persyaratan Umum Fasilitator Provinsi dan Fasilitator Kabupaten/Kota …….. 28

Tabel 5.4 Kebutuhan Fasilitator Provinsi dan Kabupaten/Kota …………………………………………. 29

Tabel 6.1 Detail Kegiatan Program PPSP 2015-2019 …………………………………………………… 31

Tabel 6.2 Kegiatan Penyiapan PPSP 2015 ……………………………………………………….………. 32

Tabel 6.3 Rencana Kegiatan PPSP 2015 …………………………………………………………………. 33

Page 5: KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa hal penting untuk dilaksanakan untuk mencapai universal acces pada

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Perkiraan Proporsi Pendanaan Pembangunan Sanitasi

sampai dengan Tahun 2019 ………..……………………………………...…………………. 5

Gambar 5.1 Pengelolaan Program PPSP 2015-2019 ……………………………..……………………… 22

Gambar 5.2 Dukungan Sumber Daya dalam Pelaksanaan Program PPSP 2015-2019 di Pusat ........ 25

Page 6: KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa hal penting untuk dilaksanakan untuk mencapai universal acces pada

Page | 1

BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bersamaan dengan event Konferensi Sanitasi Nasional

(KSN) pada tahun 2009, Pemerintah Indonesia

meluncurkan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi

Permukiman (PPSP) yang mengimplementasikan

pendekatan strategi sanitasi kabupaten/kota sebagai

pendekatan percepatan pembangunan sanitasi yang lebih

praktis. Pendekatan ini menyelaraskan kebutuhan

pembangunan sanitasi di kabupaten/kota, dengan

kerangka kebijakan dan strategi nasional pembangunan

sanitasi yang mengombinasikan top down meet bottom-

up. Sanitasi permukiman meliputi air limbah domestik,

sampah rumah tangga, dan drainase lingkungan.

Program PPSP 2010-2014 mereplikasikan paradigma baru dalam pembangunan sanitasi ke 330

kabupaten/kota yang telah diidentifikasikan rawan sanitasi. Paradigma baru yang diusung

menempatkan pembangunan sanitasi sebagai sistem pembangunan yang komprehensif, objektif dan

terintegrasi. Dalam hal ini, pembangunan sanitasi yang awalnya sangat bersifat sektoral, diubah

menjadi multisektor mengingat sanitasi yang memberikan efek ke berbagai urusan pemerintahan seperti

aspek kesehatan, aspek lingkungan hidup, aspek pembangunan dan pengelolaan infrastruktur,

produktifitas penduduk, indeks pembangunan manusia, keuangan dan ekonomi, hingga kesejahteraan

masyarakat secara umum.

Pada kurun waktu pelaksanaannya, kabupaten/kota yang mengikuti Program PPSP menyusun Strategi

Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) sebagai dasar pengidentifikasian kebutuhan pembangunan sanitasi

untuk 5 (lima) tahun ke depan. Strategi sanitasi disusun dengan mengkonsolidasikan seluruh

stakeholder kabupaten/kota terkait sehingga rencana yang dihasilkan sangat komprehensif dan

terintegrasi dari berbagai sudut pandang sektoral. Selanjutnya kebutuhan pembangunan sanitasi yang

diidentifikasikan dalam SSK ditindaklanjuti dengan penyusunan Memorandum Program Sanitasi (MPS)

guna memaksimalkan akses pendanaan sanitasi dari berbagai sumber yang ada.

Inisiatif perubahan yang dibawa dalam PPSP 2010-2014 mendapatkan sambutan yang luar biasa hal ini

terlihat dengan jumlah peserta hingga melampui target 330 kabupaten/kota. Pada akhir

pelaksanaannya, terdapat 446 kabupaten/kota telah bergabung dengan Program PPSP dan

menyelesaikan penyusunan SSK, 337 kabupaten/kota di antaranya telah berhasil menyusun MPS.

Hingga tahun 2014, setidaknya ada 15 kab/kota melakukan pemutakhiran SSK yang telah berakhir

masa perencanaannya. Pemutakhiran ini, selain untuk mengevaluasi capaian pelaksanaan percepatan

pembangunan sanitasi di daerah, juga untuk lebih mempertajam rencana pencapaian pembangunan

sanitasi jangka menengah berikutnya.

Tidak hanya di tingkat kabupaten/kota, perencanaan sanitasi juga dibangun di tingkat provinsi.

Diharapkan hingga akhir tahun 2014, 32 provinsi telah memiliki Roadmap Sanitasi Provinsi (RSP) yang

“…masih diperlukan tindaklanjut

agar pembangunan sanitasi yang

telah dirintis sejak Program PPSP

tahun 2010 – 2014 dapat

direalisasikan dengan efektif dan

efesien”

Page 7: KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa hal penting untuk dilaksanakan untuk mencapai universal acces pada

Page | 2

berisikan tentang strategi dan fokus pembangunan sanitasi di wilayah provinsi. RSP sangat membantu

pemerintah provinsi dalam menetapkan pola koordinasi, pembinaan, maupun pola alokasi pendanaan

APBD Provinsi untuk pembangunan sanitasi di wilayahnya.

PPSP 2010-2014 juga berhasil meningkatkan sinergi antar kementerian dalam pembangunan sanitasi

melalui mekanisme konsolidasi pembangunan sanitasi, antara lain dengan internalisasi SSK/MPS dalam

dokumen perencanaan daerah seperti RPJMN dan RKPD, dokumen penganggaran kementerian

(konsultasi regional RPIIJM ataupun dalam proses buy-in kementerian dalam lokakarya pendanaan),

maupun dalam penetapan pinjaman/hibah oleh Sanitation Partner Group (SPG). Dalam kurun waktu ini

juga terbentuk Asosiasi Kabupaten/Kota Peduli Sanitasi (AKKOPSI) yang didirikan oleh para

Bupati/Walikota kabupaten/kota yang telah menyusun SSK. AKKOPSI dengan cepat bertransformasi

menjadi motor advokasi yang sangat efektif bagi pengarusutamaan pembangunan sanitasi di daerah.

Terlepas dari keberhasilannya, masih diperlukan tindak lanjut agar pembangunan sanitasi yang telah

dirintis sejak Program PPSP tahun 2010 – 2014 dapat diimplementasikan dengan efektif dan efesien,

termasuk mengoptimalkan beberapa modalitas untuk diimplementasikan secara nyata. Salah satu

upaya strategis yang dilakukan provinsi untuk mengimplementasikan pembangunan sanitasi adalah

melalui forum Lokakarya MPS dengan tujuan agar program dan kegiatan pembangunan sanitasi yang

telah disusun oleh kabupaten/kota dapat diimplementasikan secara terarah sesuai dengan prioritas dan

kondisi daerah serta disepakati pihak-pihak terkait dalam dukungan pendanaannya, sehingga Program

PPSP 5 (lima) tahun berikutnya modalitas yang belum optimal ini dapat menjadi lebih optimal pada saat

implementasi, terutama untuk mendukung realisasi implementasi pembangunan sanitasi. Selain itu,

guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa hal penting

untuk dilaksanakan untuk mencapai universal acces pada tahun 2019.

1.2 Tujuan

Sejalan dengan fokus kegiatan implementasi pembangunan sanitasi, maka tujuan PPSP 2015-2019

adalah sebagai berikut :

1. Mendorong percepatan pembangunan sanitasi permukiman melalui penciptaan suasana yang

mendukung (enabling environment), yang mampu melibatkan partisipasi berbagai pihak dan men-

stimulasi Pemerintah Daerah untuk mewujudkan komitmen dalam pembangunan sanitasi;

2. Memaksimalkan SSK/MPS dalam rangka pencapaian universal acces dengan memberikan

dukungan kepada Pemerintah Daerah untuk berkontribusi dan berkomitmen dalam menyiapkan

perencanaan yang lebih baik serta implementasi pembangunan yang lebih cepat dan tepat sasaran

1.3 Target

Adapun target pelaksanaan PPSP 2015 – 2019 adalah sebagai berikut :

1. Pemantapan seluruh dokumen SSK/MPS di 506 kabupaten/kota;

2. Peningkatan pendanaan sanitasi permukiman di kabupaten/kota hingga mencapai minimal 2% dari

belanja langsung;

3. Terlaksananya fungsi provinsi dalam mengoordinasikan PPSP dan mengalokasikan anggaran APBD

Provinsi untuk pembangunan sanitasi di 34 wilayah provinsi;

4. Terlaksananya koordinasi pendanaan tingkat pusat setiap tahun dalam periode 2015-2019 melalui

anggaran kementerian;

Page 8: KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa hal penting untuk dilaksanakan untuk mencapai universal acces pada

Page | 3

1.4 Ruang Lingkup

Keberhasilan Program PPSP 2010-2014 dalam mendudukkan paradigma baru pembangunan sanitasi,

serta menempatkan SSK/MPS sebagai rencana pembangunan sanitasi yang menjadi acuan

pembangunan sanitasi dari daerah hingga ke pusat, menjadi dasar tindak lanjut Program PPSP 2015-

2019. Fokus tindak lanjut selain pada implementasi rencana pembangunan dan pemantapan SSK/MPS,

adalah membangun solusi terhadap tantangan yang masih tersisa dari pelaksanaan Program PPSP

2010-2014. Fokus kegiatan PPSP 2015-2019 di atas, diterjemahkan ke dalam kegiatan sebagai berikut

: 1) Fasilitasi dan pendampingan; 2) Peningkatan kapasitas; 3) Pengembangan komunikasi dan

advokasi; 4) Pembangunan dan pengembangan sistem support pembangunan sanitasi, serta 5).

Pembentukan kebijakan dan peraturan.

Secara detail gambaran kegiatan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1) Fasilitasi dan pendampingan.

Fasilitasi dan pendampingan terutama ditujukan untuk menjaga proses dan kualitas produk

SSK/MPS yang disusun oleh kabupaten/kota. Fasilitasi dan pendampingan kepada

kabupaten/kota terutama dilaksanakan oleh provinsi sebagai koordinator pembangunan sanitasi di

wilayahnya. Selanjutnya provinsi akan difasilitasi dan didampingi oleh pusat. Fasilitasi dan

pendampingan juga dilaksanakan dalam proses implementasi rencana. Fasilitasi dan

pendampingan dalam proses ini terutama ditujukan agar readiness criteria dalam proses

implementasi dapat dipenuhi dengan baik. Selain itu fasilitasi dan pendampingan masih mungkin

dilakukan untuk kegiatan-kegiatan strategis seperti pendampingan pembentukan unit pengelola,

penyusunan proposal CSR, atau kegiatan strategis spesifik lainnya.

2) Peningkatan kapasitas

Selain peningkatan kapasitas melalui knowledge transfer dari proses fasilitasi dan pendampingan,

peningkatan kapasitas juga akan diupayakan melalui sistem pelatihan. Pelatihan terutama

dilakukan untuk penyusunan SSK/MPS maupun studi yang dibutuhkan untuk mendukung

pembangunan fisik infrastruktur sanitasi di daerah. Peningkatan kapasitas juga masih

dimungkinkan untuk meningkatkan pemahaman tentang pendanaan sanitasi, kelembagaan

pengelola sanitasi, maupun untuk menyusun kebijakan dan peraturan dalam rangka meningkatkan

pembangunan sanitasi di daerah.

3) Pengembangan komunikasi dan advokasi

Pengembangan komunikasi dan advokasi dalam Program PPSP 2015-2019 difokuskan untuk

mengoptimalkan internalisasi SSK/MPS dalam dokumen perencanaan daerah sehingga program

dan kegiatan yang telah disusun oleh kabupaten/kota dalam dokumen SSK/MPS dapat

teranggarkan dalam APBD Kabupaten/Kota maupun APBD Provinsi. Komunikasi dan advokasi

vertikal akan dikembangkan guna mendukung koordinasi dari pusat hingga ke daerah dalam

rangka pelaksanaan program PPSP 2015-2019, termasuk untuk mengakomodasi implementasi

perencanaan dalam mencapai universal access. Selain itu guna mengoptimalkan koordinasi

horizontal di masing-masing tatanan pemerintahan, pola komunikasi dan advokasi horizontal akan

turut pula dikembangkan dengan memaksimalkan modalitas yang ada ataupun melalui modalitas

baru yang akan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan.

4) Pembangunan dan pengembangan sistem pendukung pembangunan sanitasi

Sistem pendukung pembangunan sanitasi akan terus dikembangkan dalam Program PPSP 2015-

2019 sesuai dengan kebutuhan. Berbagai sistem yang telah ada – seperti sistem kelembagaan,

sistem pendampingan, sistem monitoring dan evaluasi akan terus diperkuat sehingga iklim yang

terbentuk betul-betul mampu memberikan daya dorong yang maksimum bagi pembangunan

sanitasi ke depan.

Page 9: KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa hal penting untuk dilaksanakan untuk mencapai universal acces pada

Page | 4

5) Pembentukan kebijakan dan peraturan.

Untuk memperkuat implementasi pembangunan sanitasi, berbagai kebijakan di tingkat pusat

hingga daerah akan didorong untuk ditetapkan. Dengan penetapan kebijakan ini diharapkan

pengalokasian pendanaan untuk pembangunan sanitasi yang selama ini menjadi salah satu

hambatan dapat diminimalkan. Selain semakin menguatkan pendanaan sanitasi, keberadaan

kebijakan maupun peraturan pembangunan sanitasi akan mendorong potensi sinergi dalam

implementasi pembangunan sanitasi.

Page 10: KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa hal penting untuk dilaksanakan untuk mencapai universal acces pada

Page | 5

BAB 2 : PERKEMBANGAN PPSP

Pembangunan sanitasi sebelum tahun 2009, umumnya termasuk

ke dalam kategori urusan pemerintah yang masih termaginalkan.

Alokasi pendanaan yang sangat minim dan perencanaan

pembangunan sanitasi yang tidak fokus - dimana berbagai sektor

terkait belum saling berkoordinasi – merupakan gambaran umum

di hampir seluruh kabupaten/kota di Indonesia. Hal ini terjadi di

seluruh susunan pemerintahan dari pusat hingga ke daerah.

Sejalan dengan pelaksanaan Program PPSP 2010-2014,

gambaran pembangunan sanitasi sedikit demi sedikit mulai

berubah menuju gambaran yang lebih baik.

2.1 Kondisi Layanan Sanitasi sampai dengan tahun 2014

Pada awal pelaksanaan Program PPSP 2010-2014, masih terdapat 42% penduduk Indonesia (setara

dengan 80 juta jiwa) belum mendapatkan layanan air limbah yang layak. Dengan sinergitas berbagai

sektor yang diinisiasikan dalam pelaksanaan Program PPSP 2010-2014, terjadi peningkatan cakupan

layanan air limbah hingga mencapai 60,9 % pada pertengahan tahun 2013 (lihat Tabel 2.1). Capaian ini

menunjukkan potensi yang besar untuk melampui target MDGs untuk layanan sanitasi dasar hingga

tahun 2015. Hingga akhir tahun 2014, pembangunan air limbah domestik masih menyisakan beberapa

permasalahan, salah satunya adalah lingkup layanan yang dibangun di kebanyakan kabupaten/kota

masih berbasis masyarakat. Pembangunan dengan lingkup ini akan sulit untuk meningkatkan skala

layanan, oleh karena itu ke depan – terutama untuk kabupaten/kota yang mengemban fungsi strategis

nasional – akan didorong untuk mengadakan layanan skala kawasan ataupun skala kota.

Tabel 2.1 Tingkat Layanan Air Limbah

Tahun 2010 2011 2012 2013

Tingkat Layanan (%) 55,53 55,60 57,82 60,90

Sumber : Riset Kesehatan Dasar 2013

Komponen sanitasi lainnya, yaitu komponen persampahan yang juga mengalami peningkatan, terutama

peningkatan kualitas pengelolaan Tempat Pengelolaan Akhir (TPA), yaitu dari jenis pengelolaan open

dumping (yang mendominasi jenis pengelolaan di hampir seluruh kabupaten/kota) menjadi pengelolaan

controlled landfill ataupun sanitary landfill. Pada awal pelaksanaan PPSP, sampah permukiman yang

benar-benar terangkut setiap harinya hanya mencapai 20,63% (selebihnya dimusnahkan sendiri oleh

masyarakat, dibuang ke badan air, atau tercecer di sembarang tempat). 98% TPA dalam kurun waktu

yang sama juga masih dioperasikan secara open dumping. Pada tahun 2013 layanan persampahan

mencapai 24,9% (sampah terangkut), yang berarti mengalami kenaikan 1,5% dari data tahun 2010 yang

baru mencapai 34,4% (Sumber: Riskesdas 2010 dan 2013). Terlepas dari masih rendahnya layanan

“…sejalan dengan pelaksanaan

PPSP 2010-2014, gambaran

pembangunan sanitasi sedikit

demi sedikit mulai berubah

menuju gambaran yang lebih

baik ”

Page 11: KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa hal penting untuk dilaksanakan untuk mencapai universal acces pada

Page | 6

persampahan, sinergi berbagai sector sudah mulai memperlihatkan inisitif yang menggembirakan

seperti inisiatif mengonsolidasikan layanan drainase ke dalam kerangka regulasi perizinan permukiman

di daerah.

Berbeda dengan peningkatan layanan yang umumnya diinisiasikan oleh pemerintah pusat, maka

demand masyarakat terhadap sanitasi masih relatif rendah. Ke depan, masih diperlukan solusi bagi

tantangan peningkatan demand masyarakat agar cukup mengimbangi pembangunan layanan yang ada.

Terlepas dari sinergitas sektor yang semakin baik di tingkat pusat, maka di daerah – dengan segala

keterbatasan pendanaannya – sanitasi masih belum mampu menjadi prioritas pembangunan.

Walaupun telah terjadi peningkatan pendanaan sanitasi dalam APBD, tetapi APBD murni belum cukup

signifikan dalam mendanai pembangunan sanitasi. Solusi bagi pengarusutamaan sanitasi di daerah ini

akan menjadi pekerjaan rumah lainnya dalam Program PPSP 2015-2019, termasuk di dalamnya upaya

agar APBD murni dapat berkontribusi signifikan terhadap pembangunan sanitasi nasional.

2.2 Capaian PPSP

Pada awalnya pelaksanaan Program PPSP 2010-2014 direncanakan di 330 kabupaten/kota yang

diidentifikasikan rawan sanitasi. Dalam pelaksanaannya – berdasarkan kesepakatan – Program PPSP

diperluas hingga di seluruh kawasan permukiman di Indonesia, mengingat umumnya kabupaten/kota

masih memiliki permasalahan sanitasi. Didorong dengan antusias kabupaten/kota untuk memperbaiki

kondisi sanitasi di daerahnya, hingga tahun 2014, capaian Roadmap PPSP telah jauh melampui jumlah

yang ditargetkan (lihat Tabel 2.2 untuk Roadmap Program PPSP 2010-2014).

Tabel 2.2 Roadmap Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman 2010 – 2014

Tahapan Capaian Jumlah Kabupaten/Kota

2009 2010 2011 2012 2013 2014

Kampanye, edukasi, advokasi dan pendampingan 41/41 49/58 62/104 72/121 82/72 (100)/62

Pengembangan Kelembagaan dan Peraturan 41/41 49/58 62/104 72/121 82/72 (100)/62

Penyusunan Rencana Strategis (SSK) 24/21 41/42 49/58 62/104 72/123 82/98

Penyusunan Memorandum Program 3/0 21/13 35/41 45/58 56/104 65/121

Implementasi (akumulasi dan dalam proses) 3 24 59 104 160

Monitoring dan Evaluasi 24 41 49 62 72 82

Sumber : Roadmap Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman 2010 - 2014

Selama pelaksanaan Program PPSP 2010-2014, banyak hal telah dicapai berkat upaya keras serta

dukungan pihak-pihak terkait. Berbagai hasil tangible maupun intangible yang diraih menjadi gambaran

iklim kondusif yang terus coba dibangun dalam rentang pelaksanaannya. Hasil capaian PPSP hingga

akhir tahun 2014 ditunjukkan secara garis besar sebagai berikut :

a. 446 kabupaten/kota memiliki Buku Putih Sanitasi (BPS)/Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK);

337 kabupaten/kota di antaranya telah pula menyusun Memorandum Program Sanitasi (MPS);

b. 15 kabupaten/kota telah melakukan pemutakhiran SSK, 41 kabupaten/kota akan melakukan

pemutakhiran SSK pada 2015;

c. Penerapan paradigma serta metodologi baru dalam pembangunan sanitasi di Indonesia;

Page 12: KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa hal penting untuk dilaksanakan untuk mencapai universal acces pada

Page | 7

d. Terbitnya perangkat pengaturan pendukung pembangunan sanitasi di semua tatanan

pemerintahan, seperti Alokasi Dana Alokasi Khusus Sanitasi (DAK Sanitasi) sejak tahun 2010,

Permendagri tentang Pedoman Penyusunan APBD (mengarahkan keberadaan pembangunan

sanitasi dalam APBD setiap tahun sejak tahun 2011), SE Mendagri nomor 660/2012 tentang

Pedoman Pengelolaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman di Daerah, dan

ke depan diharapkan terdapat Peraturan Gubernur tentang Roadmap Sanitasi Provinsi, serta

Peraturan Daerah maupun Peraturan Kepala Daerah terkait dengan pembangunan sanitasi);

e. Peningkatan komitmen pendanaan daerah (APBD) untuk pembangunan sanitasi rata-rata hingga

1,2% dari total APBD;

f. Peningkatan kepedulian para Kepala Daerah dalam pembangunan sanitasi dengan terbentuknya

Aliansi Kabupaten Kota Pedulu Sanitasi (AKKOPSI). Anggota AKKOPSI pada tahun 2011 adalah

63 kabupaten/kota, pada tahun 2012 bertambah 121 kabupaten/kota, dan pada tahun 2013

bertambah dengan 225 kabupaten/kota. Hingga akhir tahun 2013 total anggota AKKOPSI

mencapai 409 kabupaten/kota;

g. Tersusunnya pedoman dalam perencanaan, pelaksanaan pembangunan maupun pengelolaan

sanitasi (NSPK, Manual, dll)

Secara detail, sampai dengan akhir tahun 2013 kebutuhan dana dan investasi dalam pembangunan

sanitasi dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Usulan program/kegiatan dari 201 kabupaten/kota yang perlu didanai dalam MPS 2013 sebesar Rp

72,01 Triliun rupiah (usulan 2012-2018);

b. Dari realisasi SSK (56 kab/kota) tahun 2013 untuk sumber dana APBD, perbandingan realisasi

terhadap rencana di SSK adalah sebagai berikut :

― Air limbah : 11% dari rencana

― Persampahan : 52% dari rencana

― Drainase Perkotaan : 37% dari rencana.

c. 78% usulan dalam MPS didanai melalui APBD Kabupaten/Kota;

d. Rata-rata belanja APBD Kabupaten/Kota untuk sanitasi masih di bawah 2% dari belanja langsung

Kabupaten/Kota.

2.3 Tantangan ke Depan

Dalam pelaksanaan Program PPSP 2010-2014, selain keberhasilan masih juga terdapat tantangan yang

menjadi pekerjaan rumah yang perlu mendapatkan solusi. Tantangan yang teridentifikasikan ini menjadi

masukan dalam pembentukan kegiatan Program PPSP 2014-2019 mendatang. Secara garis besar,

tantangan dapat diklasifikasikan menjadi tantangan pada pengelolaan program, pendanaan,

kelembagaan, penguatan kapasitas, dan advokasi, yang dijelaskan sebagai berikut ini.

a. Pengelolaan Program

― Efektifitas alur informasi kepada pemerintah daerah terkait program/kebijakan pemerintah pusat

dalam pengelolaan program serta efektifitas penyampaian kebutuhan pembangunan sanitasi di

daerah (dari SSK/MPS) kepada pemerintah pusat

― Dukungan pemerintah pusat melalui masing-masing kementerian kepada pemerintah provinsi

dan kabuopaten/kota belum terdefinisikan secara jelas dalam pengelolaan program

― Kurang optimalnya pemanfaatan NAWASIS

b. Perencanaan-Implementasi

― Penerjemahan target nasional menjadi target spesifik di masing-masing daerah

Page 13: KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa hal penting untuk dilaksanakan untuk mencapai universal acces pada

Page | 8

― Pokja kabupaten/kota masih belum mampu menyusun usulan program/kegiatan (indikatif)

sebelum bulan Juli (agar dapat dibawa ke lokakarya MPS di tingkat Provinsi sehingga masuk

dalam siklus perencanaan provinsi dan kab/kota itu sendiri)

― Perencanaan infrastruktur masih dalam skala kecil (perencanaan daerah hasil SSK belum

progresif)

― Kurangnya kesiapan daerah (pemenuhan readiness criteria) dalam pengusulan

program/kegiatan

― Penjaminan kualitas perencanaan kurang optimal

c. Pendanaan

― Pendanaan untuk pembangunan sanitasi dari sumber pendanaan yang ada belum mencukupi

untuk melakukan upaya percepatan: diperlukan peningkatan anggaran APBN dan dukungan

pendanaan hibah/pinjaman luar negeri.

― Pendanaan melalui APBD Provinsi belum maksimal dimanfaatkan untuk pembangunan sanitasi

di kabupaten/kota.

― Minimnya pendanaan sanitasi oleh APBD Kabupaten/Kota.

― Efektivitas penyampaian kebutuhan pembangunan sanitasi di daerah (dari SSK/MPS) kepada

pemerintah pusat (pemanfaatan rangkaian lokakarya MPS) yang belum optimal

d. Kelembagaan

― Masih terdapat hambatan-hambatan dari aspek legal/kebijakan, pendanaan dan kelembagaan

di tingkat pusat dalam percepatan pembangunan sanitasi

― Masih minimnya regulasi daerah dalam mendorong percepatan pembangunan sanitasi

― Perencanaan sektoral melalui kementerian/lembaga belum secara langsung tersinkronisasikan

dengan proses dalam PPSP.

― Internalisasi program/kegiatan yang dihasilkan dalam SSK ke dalam proses perencanaan dan

penganggaran formal daerah/nasional belum optimal

― Kelembagaan layanan sanitasi di daerah perlu lebih diperkuat (pemisahan operator-regulator,

mekanisme BLU, dll)

e. Penguatan Kapasitas

― Lembaga-lembaga pelatihan maupun organisasi profesi yang ada belum mampu menghasilkan

tenaga ahli bidang sanitasi yang cukup

― Masih diperlukan penguatan kapasitas bagi organisasi Pokja untuk meningkatkan

comprehensiveness perencanaan pembangunan sanitasi dan pelaksanaannya.

― Pengawasan kinerja dan kapasitas pokja tidak dilaksanakan secara berkala/kontinyu

f. Advokasi

― Masih minimnya demand dari daerah terkait program percepatan pembangunan sanitasi,

khususnya terkait dengan sarana prasarana berbasis lembaga dan berskala kota

― Kesadaran sanitasi masyarakat masih rendah

― Masih rendahnya prioritas pembangunan sanitasi di dalam agenda pembangunan daerah.

Page 14: KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa hal penting untuk dilaksanakan untuk mencapai universal acces pada

Page | 9

BAB 3 : ESENSI DAN KEGIATAN UTAMA PROGRAM PPSP 2015 - 2019

Program PPSP 2015-2019 diharapkan dapat terus

mengembangkan keberhasilan Program PPSP 2010-

2014, sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih

nyata dan lebih besar lagi bagi pembangunan sanitasi

nasional. Dalam PPSP 2015-2019 fokus utama kegiatan

bergeser dari perencanaan menuju implementasi

pembangunan sanitasi.

Program PPSP 2010-2014 telah melakukan upaya-

upaya mendudukkan pembangunan sanitasi pada posisi

semestinya dalam pembangunan nasional maupun

pembangunan di daerah. Keberhasilan awal ini masih

menyisakan tantangan, yang umumnya bermuara pada

pembangunan nyata sanitasi. Program PPSP 2015-

2019 yang dibangun untuk menjawab tantangan sekaligus menyiapkan segala bentuk upaya yang

dibutuhkan guna mendorong implementasi pembangunan sanitasi sebagaimana direncanakan.

3.1 Esensi Program PPSP 2015 - 2019

Pada dasarnya Program PPSP 2015-2019 dibangun untuk mengembangkan keberhasilan PPSP

2010-2014, menjawab tantangan Program PPSP 2010-2014 yang masih tersisa, sekaligus

menjawab tantangan universal access sanitasi hingga tahun 2019. Dalam hal ini Program PPSP

2015-2019 akan terus menjaga dan mengembangkan iklim kondusif yang telah dirintis sejak

Program PPSP 2010-2014, serta berfokus dalam mendorong agar implementasi rencana

pembangunan sanitasi dapat direalisasikan.

Iklim kondusif yang dikembangkan dalam Program PPSP 2015-2019 akan mendorong terjadinya

good governance dalam pembangunan sanitasi di bawah koridor otonomi daerah. Program PPSP

2015-2019 sendiri tidak secara langsung menyediakan program pendanaan pembangunan, tetapi

membantu dan mendorong mengoptimalkan pendanaan yang ada dengan menggali potensi

pendanaan eksisting – baik di tingkat kabupaten, provinsi, pusat, maupun donor internasional.

Program PPSP 2015-2019 juga mengupayakan optimalisasi internalisasi SSK/MPS dalam

perencanaan dan penganggaran, baik di kabupaten/kota, provinsi, maupun pusat. Hal ini penting

untuk dilakukan, mengingat salah satu tantangan yang harus bisa dijawab agar universal access

sanitasi bisa terwujud adalah terjadinya peningkatan realisasi kebutuhan sanitasi dalam

perencanaan dan penganggaran formal pemerintah. Dalam hal ini, dengan segala keterbatasan

pendanaan yang ada Program PPSP juga akan mendorong pemerintah kabupaten/kota untuk

mampu memaksimalkan pendanaan masyarakat terutama dalam menciptakan layanan air limbah

dan persampahan yang dapat cost recovery minimal untuk biaya operasional dan pemeliharaan.

“…Program PPSP 2015-2019

dibangun untuk menjawab

tantangan sekaligus menyiapkan

segala bentuk support yang

dibutuhkan guna mendorong

implementasi pembangunan

sanitasi sebagaimana

direncanakan.”

Page 15: KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa hal penting untuk dilaksanakan untuk mencapai universal acces pada

Page | 10

Pada tataran praktis, Program PPSP 2015-2019 mendorong terciptanya pembangunan sanitasi

dengan skala kawasan dan skala kota. Hal ini juga akan menjadi bagian jawaban terhadap

tantangan universal access pada tahun 2019. Skala kawasan dan skala kota penting untuk

dikembangkan – terutama di daerah-daerah strategis nasional – jika dilihat dari sisi kelayakan

layanan sanitasi di kawasan strategis nasional, maupun dilihat dari sisi efektifitas layanan berbasis

masyarakat yang diperkirakan akan sangat sulit untuk dapat mencapai universal access pada

tahun 2019.

3.2 Kegiatan Utama Program PPSP 2015 - 2019

Dengan mengacu pada fokus kegiatan maupun esensinya, maka secara garis besar kegiatan

dalam Program PPSP 2014-2019 dapat dibagi menjadi : 1) pemantapan rencana pembangunan

sanitasi; 2) memastikan implementasi perencanaan sanitasi yang telah disusun, dan 3)

membangun sistem insentif dan disinsentif bagi pembangunan sanitasi nasional.

3.2.1 Pemantapan Rencana Pembangunan Sanitasi

Walaupun titik berat kegiatan Program PPSP 2015-2019 adalah pada kegiatan

implementasi, tetapi kegiatan perencanaan sebagai justifikasi pentingnya suatu kegiatan

untuk diimplementasikan, akan menjadi salah satu fokus kegiatan lainnya. Dalam hal ini

pemantapan perencanaan meliputi updating perencanaan, pemantapan substansi, dan

menyesuaian target perencanaan dengan target pembangunan sanitasi nasional.

Rencana pembangunan sanitasi dalam hal ini adalah (SSK) dan (MPS). SSK terdiri dari

peta sanitasi skala kabupaten/kota, strategi, serta kebutuhan program/kegiatan

pembangunan sanitasi di kabupaten/kota hingga 5 (lima) tahun ke depan. Sedangkan MPS

berisikan kegiatan pembangunan sanitasi (yang telah diidentifikasikan dalam SSK) yang

diusulkan untuk didanai melalui APBD Provinsi, APBN, maupun sumber pendanaan lainnya.

Pada tingkat provinsi juga dikembangkan RSP yang berisikan strategi pembangunan

sanitasi di wilayah provinsi. Dalam hal ini, pemantapan SSK/MPS terutama dilakukan untuk

menjaga keberlanjutan perencanaan sanitasi (terutama untuk SSK/MPS yang telah lewat

masa perencanaannya) maupun untuk mengakomodasikan target universal access.

Dalam pelaksanaannya internalisasi SSK ke dalam Dokumen Perencanaan Daerah dan

APBD Kabupaten/Kota sering kali masih belum optimal. Begitu juga dengan serapan MPS

dalam APBD Provinsi yang masih sangat minim. Hal serupa juga terjadi dengan

pendanaan oleh anggaran kementerian, dimana MPS yang sudah disusun sejauh ini masih

belum optimal untuk mengakses sumber pendanaan di kementerian-kementerian yang

terkait.

Dengan gambaran di atas dan dengan lingkup kegiatan sebagaimana dijelaskan pada

bagian awal, maka kegiatan pemantapan rencana pembangunan sanitasi dalam Program

PPSP 2015-2019, sekurangnya mencakup :

1) Lingkup kegiatan fasilitasi dan pendampingan :

a. Fasilitasi pusat:

Penyusunan roadmap PPSP 2015-2019

Pembentukan manual dan guideline SSK dan RSP

Page 16: KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa hal penting untuk dilaksanakan untuk mencapai universal acces pada

Page | 11

Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta quality assurance penyusunan

updating SSK dan RSP

b. Fasilitasi provinsi :

Koordinasi pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, serta quality assurance

tentang updating SSK dan RSP

c. Fasilitasi Kabupaten/Kota :

Penyusunan updating SSK

2) Lingkup kegiatan peningkatan kapasitas

Pelatihan TOT : SSK dan RSP

Pelatihan Provinsi : SSK dan RSP

Pelatihan Kab/Kota : SSK dan RSP

Pelatihan Fasilitator : SSK dan RSP

Coaching SSK dan RSP : provinsi dan regional

3) Lingkup kegiatan advokasi dan komunikasi :

a. Pusat :

Advokasi nasional : SSK dan RSP

Advokasi ke provinsi/kabupaten/kota untuk penyusunan SSK dan RSP

Pendampingan AKKOPSI

Advokasi kepada legislatif di DPR dan DPRD

b. Provinsi :

Advokasi pokja untuk koordinasi perencanaan di wilayah provinsi

Advokasi pokja : penyusunan RSP

c. Kabupaten/Kota :

Advokasi pokja dalam penyusunan SSK

4) Lingkup kegiatan pembentukan system support :

Pengembangan sistrem monitoring penyusunan SSK dan RSP

Peningkatan sistem help-desk

Peningkatan efektivitas Tim Panel

5) Lingkup kegiatan pembentukan kebijakan dan peraturan

Pembentukan kebijakan tingkat nasional sebagai dasar penyusunan SSK dan

RSP

Pembentukan pedoman penyusunan peraturan pembangunan sanitasi untuk

daerah.

3.2.2 Memastikan Implementasi Perencanaan Sanitasi

Program PPSP menekankan proses yang terstruktur dalam melakukan implermentasi

rencana pembangunan sanitasi, didahului dengan pelaksanaan studi maupun kegiatan

pendahuluan hingga pengadaan lahan. Dalam realisasinya kabupaten/kota sering kali sulit

memenuhi readiness criteria yang dipersyaratkan oleh provinsi ataupun kementerian, dalam

kaitannya dengan pendanaan sanitasi oleh APBD Provinsi ataupun anggaran kementerian.

Pemenuhan readiness criteria yang dimaksud meliputi rencana kegiatan yang rinci,

penetapan indikator kinerja, ataupun kesiapan lahan. Kriteria lainnya adalah tersedianya

Detail Engineering Design (DED), kejelasan unit pelaksana kegiatan, serta kejelasan

institusi pengelola pasca konstruksi. Khusus pembangunan infrastruktur sanitasi tertentu,

harus juga sudah tersedia dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

Page 17: KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa hal penting untuk dilaksanakan untuk mencapai universal acces pada

Page | 12

Masih diperlukan fasilitasi maupun pendampingan dalam menyusun rencana maupun studi

pendahuluan, agar rencana maupun studi yang disusun dapat memenuhi kualitas yang

dibutuhkan. Fasilitasi dan pendampingan juga masih diperlukan, terutama untuk

menumbuhkan pemikiran-pemikiran terobosan guna memenuhi persyaratan pembebasan

lahan, penyediaan dana pendamping, ataupun dalam penyediaan dana operasional dan

perawatan infrastruktur yang dibutuhkan. Selain itu fasilitasi dan pendampingan juga masih

dirasa perlu untuk keperluan monitoring guna memastikan terimplementasikannya program

dan kegiatan yang telah direncanakan serta keberlanjutan keberadaan dan operasionalisasi

layanan infrastruktur yang dibangun.

Dengan pertimbangan seperti di atas, maka kegiatan memastikan implementasi dari

perencanaan santasi dalam Program PPSP 2015-2019, sekurangnya mencakup kegiatan

sebagai berikut :

1) Lingkup kegiatan fasilitasi dan pendampingan :

a. Fasilitasi pusat :

Pembentukan manual dan pedoman implementasi dan pasca implementasi

Internalisasi SSK dalam APBN

Pelaksanaan monitoring evaluasi terhadap internalisasi SSK dalam APBN

dan APBD

b. Fasilitasi provinsi :

Internalisasi SSK dalam APBD Provinsi (salah satunya melalui rangkaian

lokakarya MPS)

Pelaksanaan monev implementasi di wilayah

c. Fasilitasi Kabupaten/Kota :

Internalisasi SSK dalam APBD Kabupaten/Kota

Penguatan kelembagaan layanan sanitasi (termasuk regulasi) di tingkat

kabupaten/kota dan provinsi

Pemenuhan readiness criteria di tingkat kabupaten/kota dan provinsi

Pelaksanaan monitoring evaluasi implementasi

2) Lingkup kegiatan peningkatan kapasitas :

Pelatihan TOT PMU/PIU : internalisasi, advokasi-komunikasi, implementasi dan

pasca implementasi

Pelatihan Provinsi/Kabupaten/Kota : internalisasi, advokasi-komunikasi,

implementasi dan pasca implementasi

3) Lingkup kegiatan advokasi dan komunikasi :

a. Pusat :

Advokasi nasional implementasi dan pasca implementasi

Advokasi ke provinsi dan kabupaten/kota untuk implementasi dan pasca

implementasi

Advokasi implementasi dan pasca implementasi oleh AKKOPSI

b. Provinsi :

Advokasi pokja untuk implementasi dan pasca implementasi

c. Kabupaten/Kota :

Advokasi pokja untuk implementasi dan pasca implementasi

Page 18: KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa hal penting untuk dilaksanakan untuk mencapai universal acces pada

Page | 13

4) Lingkup kegiatan pembentukan system support :

Pengembangan sistem monitoring untuk monitoring kegiatan SSK yang telah

terlaksana

Identifikasi kebutuhan advokasi dan komunikasi

Mendukung internalisasi ke dalam sistem penganggaran kementerian

(konsolidasi regional kementerian)

5) Lingkup kegiatan pembentukan kebijakan dan peraturan

Streamline SSK dan RSP dalam kebijakan perencanaan dan penganggaran

pembangunan

Pembentukan payung hukum pembangunan sanitasi

3.2.3 Membangun Sistem Insentif dan Disinsentif Pembangunan Sanitasi Nasional

Dalam Program PPSP 2015-2019, sanitasi perlu mendapat perhatian lebih serius lagi dari

para pemangku kepentingan. Pembangunan sanitasi seringkali menjadi bagian dari

kegiatan yang lebih luas, seperti program Adipura, Kota Sehat, Rumah Sehat, Peningkatan

Permukiman Kumuh, Inovasi Manajemen Perkotaan (IMP) maupun program-program

lainnya. Hal ini perlu dilakukan sebagai salah satu usaha pengarusutamaan sanitasi dalam

setiap program terkait, agar pembangunan sanitasi dapat menjadi bagian dari sistem

insentif yang sudah ada.

Selain pengarusutamaan sanitasi dalam program-program yang ada, perlu juga dilakukan

konsolidasi terhadap pendanaan sanitasi terutama pendanaan APBN agar pola pendanaan

sanitasi dapat menjadi bagian dari sistem insentif dan disinsentif yang komprehensif. Selain

APBN, konsolidasi pendanaan melalui APBD Provinsi juga masih harus dikembangkan

lebih jauh agar dapat melengkapi sistem insentif pembangunan sanitasi di atas.

Dengan pertimbangan seperti di atas, maka kegiatan dalam membangun system insentif

dan disinsentif dalam Program PPSP 2015-2019 sekurangnya mencakup :

1) Lingkup kegiatan fasilitasi dan pendampingan :

a. Fasilitasi pusat :

Pengarusutamaan sanitasi dalam sistem insentif/disinsentif eksisting

Koordinasi pelaksanaan insentif/disinsentif hasil pengarusutamaan

Membuka akses pendanaan alternatif dengan pengarusutamaan indikator

sanitasi dalam penetapannya.

Pelaksanaan studi :

Identifikasi modalitas insentif/disinsetif

Efektifitas sistem insentif/disinsentif

b. Fasilitasi provinsi :

Pengarusutamaan sanitasi dalam modalitas pendanaan provinsi dan

kabupaten/kota

2) Lingkup kegiatan peningkatan kapasitas :

Pelatihan Provinsi dan Kabupaten/Kota tentang modalitas insentif/disinsentif

Pelatihan fasilitator provinsi tentang system insentif dan disinsentif sanitasi

Page 19: KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa hal penting untuk dilaksanakan untuk mencapai universal acces pada

Page | 14

3) Lingkup kegiatan advokasi dan komunikasi :

a. Pusat :

Advokasi pengarusutamaan sanitasi dalam modalitas insentif/disinsentif

nasional (eksisting)

Sosialisasi materi modalitas insentif/disinsentif

b. Provinsi :

Advokasi pokja untuk modalitas insentif/disinsentif provinsi dan

kabupaten/kota

4) Lingkup kegiatan pembentukan system support :

Pengembangan sistem monitoring pelaksanaan insentif dan disinsentif

5) Lingkup kegiatan pembentukan kebijakan dan peraturan

Streamline pembangunan sanitasi dalam system penilaian / penghargaan /

pendanaan pembangunan eksisiting

Page 20: KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa hal penting untuk dilaksanakan untuk mencapai universal acces pada

Page | 15

BAB 4 : ROADMAP PROGRAM PPSP 2015-2019

Pada pelaksanaan tahun 2010-2014, tahapan Program

PPSP dikembangkan menjadi 6 (enam) tahapan yang

masing-masingnya dilaksanakan secara berurutan pada

tahun yang berbeda, yaitu : 1) Kampanye, edukasi,

advokasi dan pendampingan; 2) Pengembangan

kelembagaan dan pengaturan; 3) Penyusunan SSK; 4)

Penyusunan Memorandum Program; 5) Implementasi,

dan 6) Monitoring dan evaluasi. Pada pelaksanaan

PPSP 2015-2019 tahapan lebih ditingkatkan

efektivitasnya guna memaksimalkan implementasi.

4.1 Target Pembangunan Sanitasi

Target nasional pembangunan sanitasi 5 (lima) tahun ke depan telah termasuk dalam Rancangan

Teknokratis RPJMN 2015-2019, yaitu akses layanan sanitasi 100% (universal access) pada tahun

2019, dengan rincian pencapaian 85% akses layanan sanitasi sesuai Standar Pelayanan Minimum

(SPM), dan 15% akses layanan sanitasi dasar. Detail pencapaian target dirinci sebagai berikut :

Stop buang air besar sembangan (stop BABS 100%);

Pengembangan akses layanan air limbah domestik sistem setempat (on-site system) hingga

85% dan sistem terpusat (off-site system) hingga 15% dengan kebutuhan pengembangan

sistem sebagai berikut:

a. penambahan infrastruktur air limbah sistem terpusat di 430 kota/kab (33,9 juta jiwa),

b. penambahan pengolahan air limbah komunal di 227 kota/kab (2,99 juta jiwa),

c. peningkatan pengelolaan lumpur tinja perkotaan melalui pembangunan IPLT di 409

kota/kab;

Peningkatan dan perbaikan manajemen persampahan melalui:

― Peningkatan cakupan pengangkutan persampahan di daerah perkotaan hingga 80%.

― Melakukan pengelolaan secara 3R terhadap 20% timbulan sampah.

Kebutuhan pembangunan infrastrukturnya adalah sebagai berikut:

a. pembangunan TPA sanitary landfill di 341 kota/kab,

b. fasilitas 3R terpusat di 112 kota/kab

c. penyediaan fasilitas 3R komunal di 334 kota/kab,

Untuk mendorong percepatan pembangunan sanitasi guna mencapai target nasional di atas, maka

tahapan Program PPSP dalam kurun waktu 2015-2019 lebih dioptimalkan dengan

menyederhanakan tahapan yang sudah ada. Dalam hal ini, penyederhanaan dilakukan dengan

mengintegrasikan beberapa tahapan sebagai berikut :

“…tahapan PPSP dalam kurun

waktu 2015-2019 lebih

dioptimalkan dengan

menyederhanakan tahapan

PPSP.”

Page 21: KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa hal penting untuk dilaksanakan untuk mencapai universal acces pada

Page | 16

― Penggabungan tahap 1 (Kampanye, edukasi, advokasi dan pendampingan) dan 2

(Pengembangan kelembagaan dan peraturan). Pada Program PPSP 2015-2019 kedua

tahapan dijadikan satu tahapan yang dilaksanakan pada tahun yang sama, yaitu tahun

sebelum kabupaten/kota menyusun SSK

― Penggabungan Tahap 3 (Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota / SSK) dengan Tahap

4 (Penyusunan Memorandum Program Sanitasi / MPS). Dalam Program PPSP 2015-2019

kedua tahapan disatukan melalui peningkatan substansi SSK dan MPS sehingga lebih efektif

dan efisien, baik dari sisi substansi maupun waktu yang dibutuhkan untuk penyusunannya.

Selain faktor efisiensi waktu penyusunan, pengintegrasian ini akan mempercepat proses

pengaksesan dana APBN dan APBD Provinsi.

Khusus untuk kabupaten/kota yang masih belum mengikuti Program PPSP pada kurun waktu

2010-2014 (terdapat 62 kabupaten/kota untuk kategori ini), maka pada pelaksanaan Program

PPSP 2015-2019 seluruh 62 kabupaten/kota tersebut akan tetap menjalankan tahapan Program

PPSP secara utuh. Hal ini dimaksudkan agar kabupaten/kota dapat benar-benar memahami

esensi paradigma baru dalam membangun sanitasi. Dengan gambaran seperti ini, maka Roadmap

Program PPSP 2015-2019 dijelaskan seperti Tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.1 Roadmap Program PPSP 2015-2019

Tahapan Jumlah Kab/kota Sasaran

2015 2016 2017 2018 2019

PPSP Siklus 1 (2010-2014)

Kampanye, edukasi, advokasi dan pendampingan

Pengembangan Kelembagaan dan Peraturan

Penyusunan Rencana Strategis (SSK) 62

Penyusunan Memorandum Program Sanitasi (MPS) 98 62

Implementasi (akumulasi dan dalam proses) 123 98 62

PPSP Siklus 2 (2015-2019) Kampanye, edukasi, advokasi dan pendampingan Siklus 2 135 106 58 62

Penyusunan SSK dan MPS Siklus 2*) 131 135 106 58 62

Implementasi Siklus 2 8 131 135 106 58

Monitoring dan Evaluasi 506 506 506 506 506

*) Pendekatan Penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS), SSK dan MPS dalam 1(satu) dokumen dalam satu tahun anggaran.

4.2 Pendanaan

Berdasarkan studi yang telah dilakukan, pendanaan pembangunan sanitasi untuk mencapai

kondisi universal access di atas diperkirakan mencapai Rp. 273,7 Triliun. Dari jumlah tersebut,

78% dari total pendanaan dibutuhkan untuk membangun komponen air limbah domestik, 18%

dibutuhkan untuk membangun komponen sampah rumah tangga, dan 4% sisanya dibutuhkan

untuk membangun drainase lingkungan. Gambaran perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada

Tabel 4.2 berikut. Sedangkan Tabel 4.3 menjelaskan khusus perkiraan pendanaan pusat untuk

pembangunan sanitasi hingga tahun 2019.

Page 22: KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa hal penting untuk dilaksanakan untuk mencapai universal acces pada

Page | 17

Tabel 4.2 Perkiraan Proporsi Pendanaan Pembangunan Sanitasi sampai dengan Tahun 2019

Angka dalam Triliun Rupiah Air Limbah Persampahan Drainase Total Kontribusi

APBN 106,5 30,4 5,7 142,6 52,18%

APBD (Kabupaten/Kota & Provinsi) 24,3 25 8,0 57,3 20,97%

Masyarakat 71,6 2,2 0 73,8 27,00%

Total 202,4 57,7 13,7 273,7 100%

Persentase 74% 21% 5% 100%

Sumber : Studi USDP

Gambar 4.1 Perkiraan Proporsi Pendanaan Penbangunan Sanitasi sampai dengan Tahun 2019.

Tabel 4.3 Perkiraan Pendanaan Pemerintah Pusat untuk Pembangunan Sanitasi sampai dengan Tahun 2019

Elaborasi Pendanaan Pusat Air Limbah Persampahan Drainase Total Kontribusi

Kemen PU (infrastruktur) 87,0 27,4 5,4 119,8 84,0%

Kemen PU (desain dan studi) 4,4 2,2 0,2 6,7 4,7%%

Kemenkes dan Kemendagri (advocacy/campaign dan

kelembagaan/pendanaan) 15,1 0,9 0,1 16,1 11,3%

Total 106,5 30,5 5,7 142,6 100.00%

Sumber : Studi USDP 2014

Program PPSP 2015-2019 mengupayakan agar dana-dana yang diperhitungkan di atas dapat

terealisir di lapangan dengan tepat guna dan tepat sasaran, yaitu dengan menempatkan SSK/MPS

sebagai pedoman untuk :

― pembangunan sanitasi di daerah oleh pemerintah kabupaten/kota;

Page 23: KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa hal penting untuk dilaksanakan untuk mencapai universal acces pada

Page | 18

― landasan penetapan bantuan keuangan, hibah, maupun pinjaman untuk pembangunan sanitasi

di wilayahnya oleh pemerintah provinsi, serta

― membangun sanitasi di daerah/kawasan strategis nasional oleh pemerintah pusat.

Untuk keperluan pelaksanaan Program PPSP 2015-2019 sendiri diperlukan pendanaan yang

diperkirakan seperti perhitungan dalam Tabel 4.4 berikut ini.

Tabel 4.4 Perkiraan Kebutuhan Pendanaan untuk fasilitasi Penyusunan Dokumen Perencanaan

Program PPSP 2015-2019

Item Kebutuhan Kebutuhan Pendanaan (milyar rupiah) Total

(milyar rupiah) 2015 2016 2017 2018 2019

Pengadaan fasilitator 62.88 63.36 48.60 31.92 19.20 225.96

Pengadaan inhouse- consultant* 6.00 6.60 7.26 7.99 8.78 36.63

Operasional PPSP di pusat** 20.66 20.99 23.09 25.40 27.94 118.07

Operasional PPSP di provinsi 0.50 0.50 0.50 0.50 0.50 2.50

Operasional PPSP di kab/kota* 130.05 96.85 67.18 53.98 38.03 386.08

Total 220.09 188.30 146.62 119.78 94.44 769.23

Sumber Hasil perhitungan Catatan : * termasuk perjalanan ke luar kota ** belum termasuk event dan perhitungan pengadaan supporting (barang dan kegiatan)

Perhitungan kebutuhan di atas akan menjadi benchmark alokasi anggaran untuk pelaksanaan

Program PPSP 2015-2019 setiap tahunnya. Dalam hal ini, kementerian terkait harus dapat

mengalokasi dana operasional sesuai perhitungan di atas, agar PMU dan PIU pelaksana kegiatan

dapat berjalan dengan baik. Demikian juga halnya provinsi dan kabupaten, di luar pendanaan

pembangunan sanitasi juga harus mempersiapkan dana operasional Program PPSP agar

koordinasi pembangunan lintas susunan pemerintahan tidak terkendala. Khusus untuk

kelembagaan PMU dan PIU ataupun koordinasi pelaksanaan Program PPSP akan dijelaskan pada

bagian selanjutnya.

Page 24: KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa hal penting untuk dilaksanakan untuk mencapai universal acces pada

Page | 19

BAB 5 : PENGELOLAAN PROGRAM PPSP 2015-2019

Pelaksanaan harian Program PPSP 2015-2019 dikelola oleh

PMU (Program Management Unit) dan 3 (tiga) unit PIU

(Program Implementation Unit), yaitu 1) PIU Advokasi dan

Pemberdayaan, 2) PIU Kelembagaan dan Pendanaan, dan 3)

PIU Terknis. Secara garis besar fungsi yang diemban oleh

masing-masing PMU dan PIU dalam pelaksanaan PPSP

2015-2019 diarahkan pada pengoptimalan implementasi

SSK/MPS, termasuk pengoptimalan internalisasi SSK/MPS

dalam proses perencanaan dan penganggaran formal

pemerintahan.

5.1 Struktur Pengelolaan

Mengikuti lingkup Program PPSP 2015-2019 yang berskala nasional, maka struktur pengelolaan yang

dikembangkan juga berskala nasional, yaitu berjenjang dari pusat, provinsi, dan kabupaten/kota.

Secara garis besar gambaran struktur pengelolaan PPSP 2015-2019 dapat dilihat pada Gambar 5.1 di

bawah.

Gambar 5.1 Pengelolaan Program PPSP 2015-2019

“…fungsi yang diemban oleh

masing-masing PMU dan PIU

dalam pelaksanaan Program PPSP

2015-2019 diarahkan pada

pengoptimalan implementasi

SSK/MPS…”

Page 25: KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa hal penting untuk dilaksanakan untuk mencapai universal acces pada

Page | 20

5.1.1 Pengelolaan Tingkat Pusat

Koordinasi utama pelaksanaan PPSP 2015-2019 adalah Kelompok Kerja Air Minum dan Sanitasi

Nasional (Pokja AMS Nasional). Masukan strategis yang membutuhkan penetapan secara

strategis akan disampaikan oleh Pokja AMS Nasional kepada Tim Pengarah Pembangunan Airf

Minum dan Sanitasi (TPPAMS). Selanjutnya TPPAMS akan memutuskan hal-hal strategis untuk

kepentingan pembangunan sanitasi secara nasional.

Masukan-masukan strategis untuk pembangunan sanitasi umunya dikelola dan diidentifikasikan

dalam pengelolaan harian PPSP 2015-2019 (lesson learned dan best practices). Sebagaimana

digambarkan di atas, pengelolaan harian Program PPSP 2015-2019 dilakukan oleh PMU dan 3

PIU. Dalam hal ini PMU berkedudukan di bawah Bappenas (Direktorat Perumahan dan

Permukiman), PIU Advokasi dan Pemberdayaan berada di bawah Kementerian Kesehatan

(Direktorat Penyehatan Lingkungan), PIU Kelembagaan dan Pendanaan di bawah Kementerian

Dalam Negeri (Direktorat Penataan Perkotaan), dan PIU Terknis berada di bawah Kementerian

Pekerjaan Umum (Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman).

Tugas masing-masing lembaga pengelola adalah sebagai berikut :

― PMU

1) Struktur :

PMU dipimpin Ketua yang sekaligus berlaku sebagai Program Director. Ketua

PMU adalah pejabat Bappenas Eselon 3 aktif dari direktorat terkait.

Anggota PMU berasal dari perwakilan direktorat terkait dari Kementerian Dalam

Negeri, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Pekerjaan Umum.

2) Tugas :

Mendorong pelaksanaan PPSP 2015-2019 untuk dapat mendukung pencapaian

target pembangunan sanitasi nasional.

Mendorong terwujudnya sistem pengawasan pembangunan sanitasi yang

komprehensif dan terintegrasi.

Mewujudkan modalitas nasional pembangunan sanitasi skala nasional.

Mengembangkan arahan kebijakan dan pengambilan keputusan dalam perumusan

kebijakan, penyusunan rencana, pemrograman, anggaran, serta evaluasi kinerja

pelaksanaan PPSP 2015-2019 melalui Pokja AMPL Nasional.

Mendorong penumbuhan sinergitas lintas kementerian dalam pelaksanaan PPSP

2015-2019.

Mensinergikan dukungan donor internasional dalam rangka pencapaian target

pembangunan sanitasi nasional melalui pelaksanaan PPSP 2015-2019.

3) Fungsi :

Pengoordinasian program PPSP 2015-2019 secara keseluruhan terutama dalam

pencapaian target pembangunan sanitasi nasional.

Penyusunan perencanaan dan pengembangan program PPSP 2015-2019.

Pengembangan kegiatan strategis program PPSP 2015-2019 skala nasional.

Pengembangan kebijakan pembangunan sanitasi nasional.

Pengembangan sistem pengawasan pembangunan sanitasi yang komprehensif

dan terintegrasi.

Penembangan dan perwujudan modalitas nasional pembangunan sanitasi skala

nasional.

Page 26: KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa hal penting untuk dilaksanakan untuk mencapai universal acces pada

Page | 21

― PIU Advokasi dan Pemberdayaan (PIU AE) :

1) Struktur :

PIU AE dipimpin Ketua yang merupakan pejabat Kementerian Kesehatan Eselon 3

aktif dari direktorat terkait.

Anggota PIU AE berasal dari perwakilan direktorat terkait dari Kementerian

Kesehatan.

2) Tugas :

Mendorong mewujudkan sistem komunikasi dan advokasi yang efektif dalam

pembangunan sanitasi guna pencapaian target pembangunan sanitasi nasional.

Mengembangkan dan mewujudkan sistem pemicuan kesadaran masyarakat yang

efektif dalam pembangunan sanitasi di daerah.

Mengembangkan dan mendorong pelaksanaan studi primer sebagai salah satu

dasar pembangunan sanitasi di daerah.

3) Fungsi :

Pengoordinasian identifikasi kebutuhan pengembangan sistem komunikasi dan

advokasi dalam pelaksanaan PPSP 2015-2019 di daerah

Pengoordinasian, pengembangan, dan pelaksanaan sistem komunikasi dan

advokasi untuk mengoptimalkan internalisasi SSK/MPS dalam perencanaan dan

penganggaran di daerah, kesiapan daerah, implementasi, serta keberlanjutan

layanan pasca implementasi.

Penginternalisasian kegiatan PPSP 2015-2019 dalam perencanaan dan

penganggaran Kementerian Kesehatan.

― PIU Kelembagaan dan Pendanaan (PIU KP):

1) Struktur :

PIU KP dipimpin Ketua yang merupakan pejabat Kementerian Dalam Negeri

Eselon 3 aktif dari direktorat terkait.

Anggota PIU KP berasal dari perwakilan direktorat terkait dari Kementerian Dalam

Negeri.

2) Tugas :

Mendorong terbentuknya pemahaman di antara pemerintah pusat dan pemerintah

daerah dalam melaksanakan PPSP 2015-2019.

Mendorong dan mengembangkan sistem kelembagaan dan pendanaan yang

efektif, efisien, dan berkelanjutan dalam pembangunan sanitasi di daerah.

Mendorong dan memperkuat internalisasikan pelaksanaan PPSP 2015-2019

dalam modalitas perencanaan dan penganggaran formal.

Mengembangkan sistem pengawasan kelembagaan dan pendanaan

pembangunan sanitasi.

3) Fungsi :

Pengoordinasian dan pelaksanaan peningkatan kapasitas terkait dengan

pelaksanaan PPSP 2015-2019 di pusat dan di daerah

Pengoordinasikan dan pelaksanaan pengembangan dan penyiapan kelembagaan

dan pendanaan pembangunan sanitasi di daerah.

Pengoordinasian dan pelaksanaan penyiapan kelembagaan dan pendanaan untuk

realisasi SSK/MPS dan operasionalisasi serta keberlanjutan layanan infrastruktur

sanitasi terbangun di daerah.

Page 27: KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa hal penting untuk dilaksanakan untuk mencapai universal acces pada

Page | 22

― PIU Teknis (PIU T):

1) Struktur :

PIU T dipimpin Ketua yang merupakan pejabat Kementerian Pekerjaan Umum

Eselon 3 aktif dari direktorat terkait.

Anggota PIU T berasal dari perwakilan direktorat terkait dari Kementerian

Pekerjaan Umum.

2) Tugas :

Mendorong terbentuknya perencanaan sanitasi daerah yang komprehensif dan

terintegrasi dari tingkat kabupaten/kota hingga nasional.

Mendorong kemampuan daerah dalam memenuhi readiness criteria pendanaan

sanitasi oeh pemerintah pusat.

Memperkuat kemampuan daerah dalam penyusunan rencana teknis/detail sanitasi.

3) Fungsi :

Pengoordinasian pengembangan sistem pembinaan teknis yang efektif dan efisien

dalam penyusunan SSK/MPS.

Pengoordinasikan pengembangan inovasi dan pilihan teknologi sanitasi di daerah.

PMU menerima laporan perkembangan kegiatan PPSP di daerah melalui Kelompok Kerja (Pokja)

Provinsi secara berkala (berdasarkan SE Mendagri no. 660/2012 hal. 9 : “Gubernur”

menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan program dan kegiatan Program PPSP

kepada Menteri Dalam Negeri”; hal 10 : “Bupati/Walikota menyampaikan laporan perkembangan

pelaksanaan program dan kegiatan PPSP kepada Gubernur”). Berdasarkan laporan

perkembangan provinsi dan perkembangan pelaksanaan pengelolaan Program PPSP 2015-2019

di pusat, secara berkala PMU menyampaikan laporan kegiatan Program PPSP kepada Pokja Air

Minum dan Sanitasi Nasional (Pokja AMPL Nasional) sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan.

Berdasarkan masukan dan laporan dari PMU, Pokja AMPL berkoordinasi kepada kementerian

untuk menindaklanjuti hal-hal yang perlu ditindaklanjuti oleh kementerian.

5.1.2 Pengelolaan Tingkat Provinsi

Pengelolaan Program PPSP 2015-2019 di provinsi dikoordinasikan oleh Pokja Provinsi yang

ketua dan anggotanya mengikuti arahan dari Surat Edaran Menteri Dalam Negeri nomor

660/4919/2012 tentang Pedoman Pengelolaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi

Permukiman.

Berdasarkan progres kegiatan (sesuai tugas) di masing-masing bidang kerja pokja, seluruh Ketua

Bidang Pokja Provinsi menyampaikan laporan secara periodik kepada Ketua Pokja. Bersama

dengan laporan kegiatan Pokja Kabupaten/Kota yang juga dikirimkan secara periodik, Ketua

Pokja Provinsi mengonsolidasikan laporan kegiatan PPSP di wilayahnya dan menyampaikannya

kepada PMU dengan tembusan kepada Gubernur.

5.1.3 Pengelolaan Tingkat Kabupaten/Kota

Sebagaimana di provinsi, pengelolaan Program PPSP 2015-2019 di kabupaten/kota juga

dikoordinasikan oleh Pokja Kabupaten/Kota yang ketua dan anggotanya mengikuti arahan dari

Surat Edaran Menteri Dalam Negeri nomor 660/4919/2012 tentang Pedoman Pengelolaan

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman.

Page 28: KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa hal penting untuk dilaksanakan untuk mencapai universal acces pada

Page | 23

Berdasarkan progres kegiatan (sesuai tugas) di masing-masing bidang kerja pokja, seluruh Ketua

Bidang Pokja Kabupaten/Kota menyampaikan laporan secara periodik kepada Ketua Pokja.

Selanjutnya Ketua Pokja Kabupaten/Kota mengonsolidasikan seluruh laporan kegiatan PPSP di

daerahnya dan mengirimkannya secara periodik kepada Pokja Provinsi dengan tembusan

kepada Bupati/Walikota.

5.2 Dukungan Sumber Daya

Dalam menjalankan kegiatan Program PPSP 2015-2019, diperlukan dukungan sumberdaya disebabkan

karena berbagai limitasi yang ada di pusat maupun di daerah. Secara garis besar dukungan sumber

daya dapat dibagi menjadi dukungan sumberdaya internal dan dukungan sumberdaya eksternal.

5.2.1 Dukungan Sumber Daya Internal

― Tingkat Pusat

Dukungan sumberdaya internal di tingkat pusat menyangkut pengadaan sekretariat di

masing-masing PMU dan PIU, serta pejabat struktural yang menjadi kelengkapan organisasi

pengelola PMU dan PIU. Sekretariat akan berlokasi di masing-masing kementerian yang

menaungi PMU dan PIU. Dukungan internal juga mencakup pengadaan in-house consultan

untuk medukung pelaksanaan harian PPSP terkait dengan tugas masing-masing PMU dan

PIU. Selain itu dukungan internal lainnya adalah berupa dana operasional yang tersedia

untuk masing-masing PMU dan PIU guna menjalankan kegiatan Program PPSP 2015-2019.

Dukungan sumberdaya internal juga ditujukan untuk pengadaan ataupun perekrutan fasilitator

provinsi maupun fasilitator kabupaten/kota.

― Tingkat Provinsi

Dukungan sumberdaya internal di provinsi meliputi pengadaan sekretariat Pokja Provinsi

(sesuai dengan arahan Surat Edaran) serta dana operasional Pokja untuk menjalankan

kegiatan koordinasi Program PPSP di wilayahnya. Termasuk juga dalan dukungan internal di

tingkat provinsi adalah penyertaan pejabat struktural dalam organisasi pengurus Pokja

sebagai pengelola Program PPSP di wilayah provinsi.

― Tingkat Kabupaten/Kota

Dukungan sumber daya internal di kabupaten/kota meliputi pengadaan sekretariat Pokja

Kabupaten/Kota (sesuai dengan arahan Surat Edaran) serta dana operasional Pokja untuk

melakukan penyusunan SSK/MPS. Dukungan internal lainnya di tingkat kabupaten./kota

adalah penyertaan pejabat struktural kabupaten/kota dalam kepengurusan Pokja

sebagaimana diatur dalam Surat Edaran di atas.

Secara garis besar dukungan sumberdaya internal yang dibutuhkan dalam pelaksanaan PPSP

2015-2019 digambarkan pada Tabel 5.1 di bawah.

Tabel 5.1 Dukungan Sumberdaya Internal pada setiap Tingkatan Pemerintahan.

No. Lembaga Jenis Dukungan Sumberdaya Internal Keterangan

1 Pusat 1.a PMU i. Pengadaan sekretriat PMU Pusat kegiatan PMU

ii. Pengadaan in-house consultant : ― Tenaga ahli komunikasi; ― Tenaga ahli keuangan; ― Tenaga ahli teknis;

Tugas : 1) Mendukung tugas harian PMU untuk

pelaksanaan harian PPSP 2015-2019. 2) Mengelola operasional kesekretariatan

Page 29: KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa hal penting untuk dilaksanakan untuk mencapai universal acces pada

Page | 24

No. Lembaga Jenis Dukungan Sumberdaya Internal Keterangan

― Tenaga ahli monev; ― Tenaga ahli knowledge management

dan sistem informasi; ― Tenaga ahli pengelolaan pendataan

PMU.

Jumlah in-house consultant disesuaikan dengan kebutuhan.

iii. Dana operasional PMU Disesuaikan dengan kegiatan PMU

1.b PIU AE i. Pengadaan sekretariat PIU AE Pusat kegiatan PIU AE

ii. Pengadaan in-house consultant ― Tenaga ahli komunikasi; ― Tenaga ahli pengembangan media; ― Tenaga ahli kampanye sosial ― Tenaga ahli pemberdayaan

masyarakat / gender ― Tenaga ahli pengelolaan pendataan

Tugas : 1) Mendukung tugas PIU-AE untuk

pelaksanaan harian PPSP 2015-2019. 2) Mengelola operasional kesekretariatan

PIU-AE.

Jumlah in-house consultant disesuaikan dengan kebutuhan.

iii. Dana operasional PIU AE Disesuaikan dengan kegiatan PIU AE

1.c PIU KP i. Pengadaan sekretariat PIU KP Pusat kegiatan PIU KP

ii. Pengadaan in-house consultant ― konsultan kelembagaan & kebijakan

publik, ― konsultan keuangan publik, ― peningkatan kapasitas, ― konsultan pengelolaan pendataan

Tugas : 1) Mendukung tugas PIU-KP untuk

pelaksanaan harian PPSP 2015-2019. 2) Mengelola operasional kesekretariatan

PIU-KP. Jumlah in-house consultant disesuaikan dengan kebutuhan.

iii. Dana operasional PIU KP Disesuaikan dengan kegiatan PIU KP

1.d PIU Teknis i. Pengadaan sekretariat PIU T Pusat kegiatan PIU T

ii. Konsultan pendamping yang terdiri dari : ― konsultan teknis; ― konsultan kebijakan publik; ― konsultan keuangan; ― konsultan sistem informasi; ― konsultan pengelolaan pendataan

Tugas : 1) Memonitoring dan mendukung

penyusunan dokumen SSK; 2) Memonitoring tahap implementasi

perencanaan di daerah; 3) Memonitoring kinerja fasilitator

provinsi dan fasilitator kab/kota; 4) Memberikan input kepada PIU T untuk

peningkatan efektifitas pelaksanaan tugas PIU T.

5) Peningkatan kinerja fasilitator di daerah.

Jumlah in-house consultant disesuaikan dengan kebutuhan.

iii. Dana operasional PIU T Disesuaikan dengan kegiatan PIU T

iv. Pengadaan fasilitator provinsi dan fasilitator kabupaten/kota.

Tugas : 1) mendampingi provinsi dalam

menjalankan fungsi koordinasi pembangunan sanitasi di wilayahnya, internalisasi SSK dalam APBD provinsi, advokasi sanitasi di tingkat provinsi

2) mendampingi kab/kota dalam penyusunan SSK, internalisasi SSK dalam APBD Provinsi, konsolidasi SSK ke provinsi.

Jumlah fasilitator disesuaikn dengan kebutuhan

2 Provinsi i. Pengadaan sekretariat Pokja Provinsi Pusat koordinasi Pokja Provinsi

ii. Dana operasional Pokja Provinsi Disesuaikan dengan kegiatan Pokja

iii. Anggaran APBD Provinsi untuk pembangunan sanitasi

Disesuaikan dengan kemampuan APBD Provinsi dan MPS konsolidasi

3 Kabupaten/Kota i. Pengadaan sekretariat Pokja Kab/Kota Pusat koordinasi Pokja Kab/Kota

Page 30: KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa hal penting untuk dilaksanakan untuk mencapai universal acces pada

Page | 25

No. Lembaga Jenis Dukungan Sumberdaya Internal Keterangan

ii. Dana operasional Pokja Kab/Kota Disesuaikan dengan kegiatan Pokja

iii. Anggaran APBD Kab/Kota untuk pembangunan sanitasi

Disesuaikan dengan kemampuan APBD Kab/Kota

5.2.2 Dukungan Sumber Daya Eksternal

Dukungan eksternal adalah sebagai sumberdaya yang disediakan oleh pihak lain di masing-

masing susunan pemerintahan, dengan rincian sebagai berikut :

― Tingkat Pusat

Dukungan sumberdaya eksternal di tingkat pusat meliputi dukungan mitra pembangunan,

baik berupa Technical Assistance (TA) ataupun dukungan pelaksanaan kegiatan strategis

yang tidak mampu didanai melalui anggaran kementerian. TA diharapkan dapat membantu

lahirnya pemikiran maupun upaya-upaya terobosan yang diperlukan agar pelaksanaan

Program PPSP 2015-2019 dapat diselenggarakan dengan optimal (lihat Gambar 5.2).

keberadaan TA Support dalam hal ini harus memenuhi persyaratan dan approval dari

PMU/PIU.

Gambar 5.2 Dukungan sumberdaya dalam pelaksanaan Program PPSP 2015-2019

TA juga dapat berupa dukungan untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan spesifik yang

dibutuhkan untuk menunjang pembangunan sanitasi, seperti pengembangan sistem

monitoring dan evaluasi, peningkatan demand masyarakat, IPP-STBM, pengembangan

lembaga pengelola sanitasi, pengembangan percepatan pembangunan infrastruktur skala

kawasan dan skala kota, ataupun kegiatan spesifik lainnya.

― Tingkat Provinsi

Dukungan sumberdaya eksternal di provinsi meliputi pengadaan fasilitator Program PPSP

guna membantu provinsi dalam mengoordinasikan kegiatan Program PPSP 2015-2019 di

Sekretariat

Pelaksanaan kegiatan

komunikasi dan

advokasi untuk

implementasi sanitasi,

(dibantu dengan in-

house consultant)

Sekretariat

pelaksanaan

pengendalian dan

koordinasi program

(dibantu dengan in-

house consultant)Sekretariat

Pelaksanaan kegiatan

peningkatan kualitas

perencanaan &

penyiapan

implementasi (dibantu

dengan in-house

consultant)

TA Support SPG

Pengembangan

sistem, pola, dan

content advokasi &

komunikasi

PIU ADVOKASI & PEMBERDAYAAN

TA Support SPG

Pengembangan pola

koordinasi dan

mekanisme

pembangunan sanitasi

nasional

PMU

Sekretariat

Pelaksanaan kegiatan

penyiapan

kelambagaan &

pendanaan untuk

sanitasi (dibantu

dengan in-house

consultant)

TA Support SPG

Pengembangan sistem

kelembagaan dan

mekanisme pendanaan

dalam pembangunan

sanitasi

PIU KELEMBAGAAN & PENDANAAN

TA SUPPORT SPG

Pengembangan sistem

perencanaan dan

penyiapan

implementasi

pembangunan sanitasi

PIU TEKNIS

Page 31: KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa hal penting untuk dilaksanakan untuk mencapai universal acces pada

Page | 26

“ Mengingat strategisnya

kedudukan provinsi dalam

PPSP, maka direncanakan

adanya TA Support berupa

tenaga ahli yang akan

berkedudukan di provinsi ”

wilayahnya. Diperkirakan rata-rata jumlah

fasilitator di setiap provinsi adalah 3 orang

fasilitator setiap tahunnya dengan kemampuan

yang disesuaikan dengan kebutuhan. Fasilitator

provinsi akan diadakan oleh pusat. Untuk

menjamin kualitas fasilitator, seluruh fasilitator

provinsi akan dilatih untuk mampu menjalankan

fasilitasi kegiatan PPSP. Dalam hal ini pelatihan

fasilitator provinsi akan dikoordinasikan oleh PIU

KP dan PIU T dengan dukungan PMU dan PIU

AE.

Mengingat strategisnya kedudukan provinsi dalam

PPSP, maka direncanakan adanya TA Support berupa pengadaan tenaga ahli yang akan

berkedudukan di provinsi. TA Support diharapkan akan membantu provinsi untuk dapat

menjalankan fungsi strategisnya sebagai perwakilan pemerintah pusat di wilayahnya dan

sebagai koordinator pembangunan sanitasi di wilayahnya. Dengan keberadaan TA Support

ini, maka komposisi dukungan eksternal untuk provinsi adalah fasilitator provinsi yang akan

direkrut oleh pemerintah pusat dan tenaga ahli yang akan diadakan oleh donor. Dalam hal ini

tenaga ahli dalam TA Support harus memenuhi persyaratan dan approval dari PMU/PIU.

― Tingkat Kabupaten/Kota

Dukungan sumber daya eksternal di kabupaten/kota berupa pengadaan fasilitator yang akan

memfasilitasi Pokja Kabupaten/Kota dalam menyusun SSK/MPS. Sebagaimaan fasilitator

provinsi, maka fasilitator kabupaten/kota juga akan direkrut dan dilatih oleh pusat yang

dikoordinir oleh PIU Teknis.

Secara umum, potensi TA Support yang dibutuhkan di masing-masing PMU dan PIU digambarkan pada

Tabel 5.2 di bawah. Jumlah tenaga ahli yang dibutuhkan disesuaikan dengan beban kerja di masing-

masing PMU dan PIU.

Tabel 5.2 Alternatif Keahlian TA Support.

No. Lembaga Alternative Jenis Keahlian dalam TA Support

Jenis Keahlian (jumlah) Tugas

1 PMU 1) Tenaga ahli kelembagaan dan kebijakan public (2)

2) Tenaga ahli keuangan publik (1) 3) Tenaga ahli komunikasi dan advokasi (2) 4) Tenaga ahli monev (1)

a. Mengidentifikasikan permasalahan kelembagaan, kebijakan, keuangan, komunikasi, dan monev dalam pelaksanaan PPSP 2015-2019.

b. Mengembangkan solusi kelembagaan, kebijakan, keuangan, komunikasi, dan monev untuk membantu kelancaran pelaksanaan PPSP 2015-2019.

c. Mendukung pelaksanaan tugas TA support di PIU lain terkait kelembagaan, kebijakan, keuangan, komunikasi, dan monev untuk menjamin harmonisasi pelaksanaan pembangunan sanitasi nasional.

d. Mendukung pelaksanaan tugas strategis PMU.

2 PIU Advokasi dan Pemberdayaan

1) Tenaga ahli komunikasi (2) 2) Tenaga ahli kampanye dan

pengembangan media (1)

a. Mengidentifikasikan permasalahan komunikasi dan advokasi dalam pelaksanaan pembangunan di daerah.

Page 32: KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa hal penting untuk dilaksanakan untuk mencapai universal acces pada

Page | 27

No. Lembaga Alternative Jenis Keahlian dalam TA Support

Jenis Keahlian (jumlah) Tugas

b. Mengembangkan solusi komunikasi dan advokasi tingkat provinsi untuk mendukung pelaksanaan pembangunan sanitasi.

c. Berkoordinasi dengan PIU-KP mengembangkan system advokasi pembangunan sanitasi di daerah.

d. Mendukung pelaksanaan tugas strategis PIU AE

3 PIU Kelembagaan dan Pendanaan

1) Tenaga ahli kelembagaan & kebijakan public (2)

2) Tenaga ahli keuangan public (2) 3) Tenaga ahli peningkatan kapasitas (2)

a. Mengidentifikasikan permasalahan kelembagaan, pendanaan, dan peningkatan kapasitas dalam implementasi pembangunan sanitasi di daerah.

b. Mengembangkan solusi kelembagaan, pendanaan, dan peningkatan kapasitas tingkat provinsi untuk mendukung pelaksanaan pembangunan sanitasi

c. Mendukung pelaksanaan tugas strategis PIU KP.

4 PIU Teknis 1) Tenaga ahli teknis (2) 2) Tenaga ahli keuangan (1)

a. Mengidentifikasikan permasalahan dalam penyusunan dan implementasi SSK dalam implementasi pembangunan sanitasi di daerah.

b. Mengembangkan solusi komunikasi dan advokasi tingkat provinsi untuk mendukung pelaksanaan pembangunan sanitasi

c. Mendukung pelaksanaan tugas strategis PIU T.

5 Provinsi 1) Tenaga ahli kelembagaan/pendanaan publik/kebijakan/teknis

a. Mendampingi Pokja Provinsi dalam menjalankan fungsi koordinasi pembangunan sanitasi di wilayahnya.

b. Memberikan input untuk kelancaran pelaksanaan fungsi provinsi.

c. Mengidentifikasikan kebutuhan support spesifik di provinsi.

d. Membantu komunikasi dan koordinasi pelatihan/coaching dari PMU/PIU sesuai dengan identifikasi kebutuhan.

Sumber : Hasil analisis

Adapun gambaran tugas dan latar belakang fasilitator provinsi dan fasilitator kabupaten/kota secara

umum dapat dilihat pada Tabel 5.3 berikut.

Page 33: KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa hal penting untuk dilaksanakan untuk mencapai universal acces pada

Page | 28

Tabel 5.3 Tugas dan Persyaratan Umum Fasilitator Provinsi dan Fasilitator Kabupaten/Kota

No. Fasilitator Tugas (umum) Persyaratan (umum)

1 Fasilitator SSK 1st cycle

Memfasilitasi pokja kab/kota dalam menyusun SSK 1st cycle

Memiliki pengetahuan tentang sanitasi Memiliki kemampuan analisis data Pengalaman fasilitasi sanitasi minimal 3

tahun Pengalaman fasilitasi birokrasi di atas 3

tahun lebih diutamakan Latar belakang studi : penyehatan

lingkungan, perencanaan kota dan wilayah, ekonomi, administrasi pembangunan

Diutamakan fasilitator yang sudah pernah memfasilitasi PPSP

2 Fasilitator MPS 1st cycle

Memfasilitasi pokja kab/kota dalam menyusun MPS 1st cycle

Memfasilitasi pokja kab/kota dalam mengikuti lokakarya MPS

Memiliki pengetahuan tentang sanitasi Memiliki kemampuan analisis teknis Pengalaman fasilitasi sanitasi minimal 3

tahun Pengalaman fasilitasi birokrasi di atas 3

tahun lebih diutamakan Latar belakang studi : sipil, penyehatan

lingkungan, atau ekonomi manajemen Diutamakan fasilitator yang sudah pernah

memfasilitasi PPSP

3 Fasilitator SSK/MPS (2nd cycle)

Memfasilitasi pokja kab/kota dalam menyusun SSK/MPS 2nd cycle

Memfasilitasi pokja kab/kota dalam mengikuti lokakarya MPS

Memiliki pengetahuan tentang administrasi perencanaan dan penganggaran formal

Memiliki kemampuan analisis teknis dan non-teknis

Pengalaman fasilitasi sanitasi minimal 3 tahun

Pengalaman fasilitasi birokrasi minimal 5 tahun

Latar belakang studi : penyehatan lingkungan, perencanaan kota dan wilayah, atau ekonomi/manajemen

Diutamakan fasilitator yang sudah pernah memfasilitasi PPSP

4 Fasilitator implementasi

Memfasilitasi pokja kab/kota dalam mengawal implementasi dan melaporkan hasil internalisasi SSK/MPS

memfasilitasi kab/kota dalam menegosiasikan MPS kepada provinsi

memfasilitasi kab/kota untuk aktif dalam mendapatkan bantuan pendanaan dari kementerian/CSR

Menginventarisir dan menyampaikan permasalahan teknis / nonteknis yang dihadapi kab/kota dalam proses implementasi kegiatan SSK

Memfasilitasi kab/kota dalam pemenuhan readiness criteria (MP, FS, DED, penyediaan lahan, dan studi pendukung lainnya)

Memiliki pengetahuan tentang administrasi perencanaan dan penganggaran formal

Memiliki kemampuan analisis teknis dan non-teknis

Pengalaman fasilitasi sanitasi minimal 3 tahun

Pengalaman fasilitasi birokrasi minimal 5 tahun

Latar belakang studi : penyehatan lingkungan, perencanaan kota dan wilayah, atau ekonomi/manajemen

Diutamakan fasilitator yang sudah pernah memfasilitasi PPSP

5 Fasilitator provinsi Memfasilitasi pemenuhan kualitas dokumen SSK/MPS

memfasilitasi pokja provinsi dalam menjalankan monev

memfasilitasi pokja provinsi dalam merealisasikan kebijakan roadmap sanitasi provinsi minimal dalam perencanaan dan penganggaran tahun berjalan di provinsi

Mempunyai kemampuan advokasi dan komunikasi

Memiliki pengetahuan tentang administrasi perencanaan dan penganggaran formal

Memiliki kemampuan analisis teknis dan non-teknis yang mencukupi

Pengalaman fasilitasi sanitasi minimal 5 tahun

Pengalaman fasilitasi birokrasi minimal 5

Page 34: KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa hal penting untuk dilaksanakan untuk mencapai universal acces pada

Page | 29

No. Fasilitator Tugas (umum) Persyaratan (umum)

Fasilitasi Pokja dalam menginternalisasikan MPS dalam APBD provinsi

memfasilitasi pokja provinsi dalam merekapitulasikan MPS di wilayah provinsi untuk disampaikan kepada pusat

Support kepada fasilitator kab/kota

tahun Latar belakang studi : penyehatan

lingkungan, perencanaan kota dan wilayah, adminstrasi pemerintahan, komunikasi atau ekonomi/manajemen

Diutamakan fasilitator yang sudah pernah memfasilitasi PPSP

Sumber : Hasil analisis

5.3 Pelaksanaan Program PPSP 2015-2019

Pelaksanaan Program PPSP 2015-2019 juga dirancang mengikuti koridor otonomi daerah agar tercipta

kondisi good governance dalam pembangunan sanitasi. Pelaksanaan dirancang agar dapat terwujud

hal berikut :

a. Pemerintah kabupaten/kota adalah subjek dalam pembangunan sanitasi

Untuk memungkinkan hal ini, maka pemerintah kabupaten/kota akan difasilitasi dalam menyusun

SSK/MPS yang berkualitas. Fasilitator kabupaten/kota akan ditempatkan di setiap kabupaten/kota

yang sedang menyusun SSK/MPS. Selain itu pada tahun pertama implementasinya,

kabupaten/kota juga masih difasilitasi oleh fasilitator, sedangkan implementasi tahun-tahun

selanjutnya akan difasilitasi dari provinsi. Dalam hal ini provinsi turut memfasilitasi kabupaten/kota

di wilayahnya untuk memastikan SSK/MPS disusun dengan baik. Selanjutnya untuk tahap

implementasi, provinsi juga akan memfasilitasi mengkonsolidasikan MPS untuk dapat diserap

dalam APBD Provinsi maupun APBN. Gambaran kebutuhan fasilitator dengan pola fasilitasi di

atas dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut.

Tabel 5.4 Kebutuhan Fasilitator Provinsi dan Kabupaten/Kota

Kebutuhan Fasilitator Tahun

2015 2016 2017 2018 2019

Fasilitator penyusunan SSK 1st cycle 62 0 0 0 0

Fasilitator penyusunan MPS 1st cycle 98 62 0 0 0

Fasilitator penyusunan SSK/MPS 2nd cycle 131 135 106 58 0

Fasilitator implementasi 0 131 135 106 58

Fasilitator provinsi 102 102 102 102 102

Total 393 430 343 266 160

Sumber : Perhitungan PMU

b. Pemerintah provinsi memastikan keseimbangan pembangunan sanitasi di wilayahnya.

Sebagai koordinator pembangunan di wilayahnya yang sekaligus juga sebagai perpanjangan

tangan pemerintah pusat, provinsi harus memastikan keseimbangan dan keadilan dalam

pembangunan sanitasi di wilayahnya. Dalam hal ini, provinsi harus mampu berkoordinasi dengan

seluruh kabupaten/kota di wilayahnya, dan juga berkoordinasi dengan pusat untuk memastikan

pelaksanaan kebijakan nasional sanitasi di wilayahnya. Mengingat strategisnya fungsi provinsi ini,

maka dalam pelaksanaan Program PPSP 2015-2019 provinsi setiap tahunnya akan difasilitasi oleh

rata-rata 3 (orang) fasilitator. Dengan dukungan dari fasilitator ini diharapkan provinsi mampu

menjalankan tupoksinya dalam pembangunan sanitasi. Selain fasilitator provinsi, pemerintah pusat

Page 35: KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa hal penting untuk dilaksanakan untuk mencapai universal acces pada

Page | 30

juga akan turut memfasilitasi provinsi dalam mengoordinasikan Program PPSP 2015-2019 maupun

pembangunan sanitasi secara umum di wilayahnya.

c. Pemerintah pusat mendorong pembangunan sanitasi.

Dalam pelaksanaan Program PPSP 2015-2019, pemerintah pusat diarahkan sebagai pendorong

pembangunan sanitasi. Untuk itu pendampingan TA (Technical Assistance) di tingkat pusat masih

sangat dibutuhkan guna memaksimalkan dorongan pemerintah pusat dalam pembangunan

sanitasi, seperti pembentukan dan penerapan kebijakan nasional, pembentukan sistem insentif

maupun disinsentif, pengoptimalan pendanaan sanitasi, peningkatan koordinasi lintas kementerian

maupun terobosan-terobosan di berbagai aspek pengelolaan sanitasi lainnya. Proposal

pendampingan TA di tingkat pusat akan diajukan kepada pihak mitra pembangunan yang

tergabung dalam Sanitation Partner Group (SPG). TA selain mendampingi, juga akan bersinergi

dengan anggota PMU/PIU dan in-house consultant dalam memperkuat provinsi agar mampu

menjalankan fungsinya sebagai koordinator pembangunan sanitasi di wilayahnya.

Pada tahun pertama PPSP 2015-2019, sangat berpotensi terjadi kekosongan fasilitasi. Hal ini

disebabkan karena kemungkinan besar pendanaan TA dari SPG belum dapat diadakan sejak awal

tahun yang disebabkan karena waktu yang sangat sempit untuk melengkapi keseluruhan adminsitrasi

pendanaan yang dibutuhkan. Mengingat pentingnya keberlanjutan fasilitasi Program PPSP, maka

keberlangsungan fasilitasi akan dijembatani dengan perpanjangan Urban Sanitation Development

Program (USDP) di tahun pertama Program PPSP 2015-2019. Pertimbangan ini diambil atas dasar

pemikiran efektifitas dan efisiensi, bahwa lanjutan fasilitasi harus dilakukan oleh fasilitator yang sudah

menguasai dan memahami Program PPSP.

Page 36: KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa hal penting untuk dilaksanakan untuk mencapai universal acces pada

Page | 31

BAB 6 : DETAIL KEGIATAN

Gambaran tentang Program PPSP 2015-2019 sebagaimana dijelaskan di atas, akan dilengkapi dengan

rincian detail kegiatan yang antara lain diterjemahkan dalam Tabel 6.1 di bawah.

Tabel 6.1 Detail kegiatan Program PPSP 2015-2019

No. Fokus Kegiatan Kegiatan

1 Pemantapan rencana pembangunan sanitasi

Advokasi pembangunan sanitasi di kabupaten/kota

Advokasi pembangunan sanitasi kepada masyarakat

Pemutakhiran manual SSK/MPS

Pelatihan penyusunan SSK/MPS

Fasilitasi penyusunan SSK/MPS

Monev penyusunan dan kualitas SSK/MPS

Fasilitasi internalisasi SSK dalam RKPD dan APBD Kabupaten/Kota

Fasilitasi pelaksanaan Pra-Lokakarya MPS

Fasilitasi pelaksanaan Lokakarya MPS

Fasilitasi pelaksanaan Pasca Lokakarya MPS

Advokasi pembangunan sanitasi di provinsi

Pemutakhiran manual RSP

Pelatihan penyusunan RSP

Fasilitasi penyusunan/pemutakhiran RSP

Monitoring penyusunan RSP

Konsolidasi pembangunan sanitasi dalam pedoman penyusunan APBD

Fasilitasi internalisasi RSP dan MPS dalam RKPD dan APBD Provinsi

Fasilitasi dan pendampingan MPS terkonsolidasi dalam lokakarya pendanaan pusat

Konsolidasi pembangunan sanitasi dalam petunjuk teknis DAK terkait sanitasi

Monitoring penyusunan dan internalisasi SSK/MPS

2 Memastikan implementasi perencanaan sanitasi

Advokasi pembangunan infrastruktur skala kawasan dan skala kota di kab/kota

Pendampingan pemenuhan readiness criteria di kabupaten/kota

Pemutakhiran manual opsi teknologi

Pendampingan teknis penyusunan studi dan desain teknis infrastruktur sanitasi

Pemutakhiran manual kelembagaan pasca implementasi

Fasilitasi dan pendampingan pembentukan lembaga pengelola layanan sanitasi

Advokasi penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan asset sanitasi di kab/kota

Monitoring dan evaluasi biaya operasional dan pemeliharaan asset sanitasi kab/kota

Monitoring dan evaluasi biaya operasional dan pemeliharaan asset sanitasi provinsi di kabupaten/kota

Monitoring dan evaluasi biaya operasional dan pemeliharaan asset sanitasi pusat di kabupaten/kota

Monitoring keberlanjutan layanan sanitasi setelah infrastrukur terbangun

Pemutakhiran guideline CSR untuk sanitasi

Advokasi pembangunan sanitasi kepada perusahaan pemilik CSR

Fasilitasi dan pendampingan pembentukan/pengoptimalan forum CSR untuk pembangunan sanitasi

Pemutaklhiran guideline PPP/PSP sanitasi

Advokasi PPP/PSP sanitasi kepada kabupaten/kota

Fasilitasi & pendampingan pelaksanaan PPP/PSP sanitasi di kabupaten/kota & provinsi

Fasilitasi & pendampingan penyusunan peraturan sanitasi di kab/kota, provinsi, & pusat

Fasilitasi dan pendampingan persiapan dan pelaksanaan event sanitasi nasional

Fasilitasi dan pendampingan dalam event advokasi AKKOPSI

Monitoring dan evaluasi implementasi SSK/MPS

3 Membangun system insentif dan disinsentif pembangunan

Pemutakhiran manual monitoring dan evaluasi kinerja sanitasi

Monitoring dan evaluasi kegiatan SSK yang didanai melalui APBD Kabupaten/Kota

Page 37: KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa hal penting untuk dilaksanakan untuk mencapai universal acces pada

Page | 32

No. Fokus Kegiatan Kegiatan

sanitasi Monitoring dan evaluasi pendanaan sanitasi yang didanai APBD Kabupaten/Kota

Monitoring dan evaluasi kegiatan SSK/MPS yang didanai melalui APBD Provinsi

Monitoring dan evaluasi pendanaan sanitasi yang didanai APBD Provinsi

Monitoring dan evaluasi pendanaan sanitasi yang didanai APBN

Monitoring dan evaluasi kinerja transfer dari APBD Provinsi ke kabupaten/kota

Monitoring dan evaluasi kinerja transfer dari APBN ke kabupaten/kota

Monitoring dan evaluasi pembangunan sanitasi nasional

Fasilitasi dan pendampingan replikasi secara nasional system penilaian NSCR

Konsolidasi sanitasi dalam program nasional yang lebih besar/penghargaan nasional

Konsolidasi pembangunan sanitasi dalam forum internasional

Untuk persiapan pelaksanaan PPSP tahun 2015, berbagai kegiatan telah dilaksanakan. Detail kegiatan

persiapan dijelaskan pada Tabel 6.2. Tabel 6.3 menjelaskan secara garis besar kegiatan yang akan

dilakukan dalam program PPSP pada tahun 2015.

Tabel 6.2 Kegiatan penyiapan PPSP 2015

No KEGIATAN TAHUN 2014 PJ JUL AGST SEPT OKT NOV DES

1 Surat Penyiapan Kepesertaan PPSP 2015 (62 +131)

PIU KP x

2 SE Mendagri terkait Pengelolaan PPSP di daerah (REVISI 660/2012)

PIU KP x

3 Surat Persiapan EHRA ke Provinsi PIU AE x

4 Coaching EHRA kepada Provinsi PIU AE x x X x x x

5 Penyiapan materi Universal Access PIU AE

6 Training IPP-STBM PIU AE

7 Sosialisasi PPSP (62 kab/kota + 34 Provinsi + 34 DPRD)

PIU KP

x

8 Verifikasi kepesertaan 62 non PPSP PIU KP

X

9 Verifikasi kepesertaan 131 pemutakhiran PIU KP

X

10 Surat Penetapan Kepesertaan PPSP 2015 PIU KP

x

11 Panduan RKA Pemutakhiran PIU KP

x

12 Modul Nawasis Pemutakhiran PMU

x

13 Modul QA dan Panduan QA Pemutakhiran PMU

x

14 Panduan Praktis Pemutakhiran PIU T

x

15 TOR's Fasilitator PIU T

x

16 Lelang Fasilitator PIU T

x

17 Lelang EO Training Fasilitator PIU T

x

18 Lelang EO Training Pokja PIU T

x

19 Modul Pelatihan Training Fasilitator (updated SSK) PIU T

x x

20 Modul Pelatihan Training Pokja (updated SSK) PIU T

21 Penetapan Pemenang Fasilitator PIU T

x

22 Penetapan Pemenang Training Fasilitator PIU T

x

23 Penetapan Pemenang Training Pokja PIU T

x

24 TOT PMU-PIU USDP

x

Sumber : Rencana persiapan pelaksanaan PPSP

Page 38: KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa hal penting untuk dilaksanakan untuk mencapai universal acces pada

Page | 33

Tabel 6.3 Rencana Kegiatan PPSP 2015

KEGIATAN PJ JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES

Kick-off Nasional Provinsi PMU x Training Fasilitator PIU T

x x

Mobilisasi Fasilitator PIU T

x Training Pokja (BPS-SSK-MPS,

Update SSK) PIU T

x x Training Pokja (Kelembagaan,

Pendanaan) PIU KP

x x Kick-off Provinsi --> Kab/Kota * PROVINSI

x x

Pelatihan/Coaching EHRA PIU AE

x Training EHRA oleh Provinsi -->

Kab/Kota* PROVINSI

x x Lokakarya MPS PROVINSI

x x

Sumber : Rencana pelaksanaan PPSP 2015

Page 39: KATA PENGANTAR - usdp.or.id · guna memenuhi target pembangunan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019, terdapat beberapa hal penting untuk dilaksanakan untuk mencapai universal acces pada

Page | 34

BAB 7 : PENUTUP

Dokumen Roadmap Program PPSP 2015-2019 disusun untuk memberikan gambaran umum tentang

pelaksanaan pembangunan sanitasi permukiman yang terintegrasi dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke

depan sampai dengan tahun 2019. Dengan gambaran ini diharapkan sinergitas pembangunan sanitasi

permukiman dapat terjaga dan semakin ditingkatkan. Dokumen ini juga dapat menjadi bagian dari serial

advokasi pembangunan sanitasi yang akan dikembangkan kemudian.

Dokumen Program PPSP 2015-2019 juga ditujukan sebagai pedoman seluruh stakehoilder terkait, baik

stakeholder pemerintah Indonesia, maupun stakeholder Sanitation Partner Group. Dengan mengacu pada

dokumen ini, maka seluruh stakeholder akan dapat dengan mudah mengoptimalkan kontribusi masing-

masing dalam pembangunan sanitasi ke depan sehingga sinergi pembangunan sanitasi dapat betul-betul

direalisasikan.

Adapun perhitungan-perhitungan yang dibuat di dalam dokumen Roadmap ini merupakan perkiraan yang ke

depan masih dapat berubah mengikuti dinamika perkembangan yang ada. Walaupun demikian perkiraan di

atas menjadi benchmark bagi realisasi roadmap setiap tahunnya. Dokumen Program PPSP 2015-2019 akan

segera direvisi jika diperkirakan dinamika yang terjadi telah secara signifikan berbeda dengan gambaran pada

Dokumen Roadmap Program PPSP 2015-2019 versi pertama ini.