KATA PENGANTAR - Stasiun Meteorologihangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2018/11/...1....
Transcript of KATA PENGANTAR - Stasiun Meteorologihangnadim.kepri.bmkg.go.id/uploads/buletin/2018/11/...1....
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] i
KATA PENGANTAR
Bumi adalah tempat kita berpijak, berbagai kebutuhan kita disediakan oleh bumi. Yang lahir dan
hidup di bumi bukan hanya generasi saat ini, namun berkelanjutan untuk anak cucu di masa depan. Jika
mengulas tentang bumi, begitu banyak aspek yang diperhatikan. Mulai dari aspek lingkungan, ekonomi,
politik, sampai kegiatan manusia. Semua mempunyai kontribusi besar bagi keadaan bumi nantinya. Salah
satu faktor terpenting adalah faktor meteorologi, yang berperan dalam mendorong berbagai program
pembangunan di bumi. Dengan meninjau hal itu, serta mengkhususkan pada pembangunan di kawasan
Barelang (Batam, Rempang, Galang), Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam setiap bulannya
menerbitkan BULETIN METEOROLOGI.
Buletin Meteorologi edisi Oktober 2018 ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan
iklim wilayah Kepulauan Riau pada bulan September 2018, prakiraan hujan serta prakiraan pasang surut
bulan Oktober 2018. Buletin ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang penyampaian informasi
meteorologi, baik kepada para pengguna jasa informasi meteorologi dan juga kepada masyarakat umum.
Kami menyadari bahwa penulisan buletin ini masih belum sempurna, terdapat banyak
kekurangan dan belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh pembaca. Kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas dari media informasi ini. Besar harapan kami agar buletin
ini dapat terus berkembang dan berkesinambungan, serta dapat menjawab semua pertanyaan mengenai
isu-isu meteorologi di wilayah Provinsi Kepulauan Riau.
KEPALA STASIUN METEOROLOGI KELAS I
HANG NADIM BATAM
ttd
I WAYAN MUSTIKA, S.Si, M.Si
NIP. 19670305 199102 1 005
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] ii
TIM REDAKSI
Pelindung : I Wayan Mustiks, S.Si, M.Si
Penanggung Jawab : Suratman, S.Kom
Editor : Hana Solihah, S.Si
Tim Pengumpulan Data : Heritan, S.E
Aprilia Susilowati, S.Tr
Tim Analisis dan Prakiraan : Nizam Mawardi, S.Tr
Pande Made Rony Kurniawan, SST
Debora Truly Marpaung, SST
Ibnu Susilo, S.Tr
Tim Distribusi : Suryanti Agustina, SP
Adelina M Situmorang, SE
Desain : M. Taufik, S.SI
Teknisi : Kuswito
Alamat Redaksi
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam
Jalan Batu Besar, Bandara Hang Nadim Batam
Batu Besar, Batam 29466
Telpon : 0778-761415
Fax : 0778-761401
Website : hangnadim.kepri.bmkg.go.id
Email : [email protected]
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] iii
DAFTAR ISI
Kata pengantar .............................................................................................................................................................. i
Tim Redaksi .................................................................................................................................................................. ii
Daftar Isi ....................................................................................................................................................................... iii
I. RINGKASAN ....................................................................................................................................................... 1
II. PENGERTIAN ...................................................................................................................................................... 1
III. ANALISA CUACA DAN IKLIM SEPTEMBER 2018 ................................................................................... 2
IV. PRAKIRAAN CUACA OKTOBER 2018 .................................................................................................. 11
V. PRAKIRAAN PASANG SURUT OKTOBER 2018................................................................................... 16
VI. PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM BULAN DAN MATAHARI
OKTOBER 2018 ............................................................................................................................................... 19
DAFTAR ISTILAH ................................................................................................................................................... 22
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 1
RINGKASAN
1. Berdasarkan data curah hujan bulan September 2018 yang diterima dari Stasiun Meteorologi Hang
Nadim, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan bulan September 2018 adalah sebagai
berikut:
a. Bahwa kejadian hujan di Pulau Batam tidak merata yaitu berada pada kondisi normal, bawah
normal maupun di atas normal terhadap rata – ratanya. Sedangkan kondisi angin didominasi
dari arah Tenggara-Selatan dengan kecepatan rata-rata 6,1 km/jam.
b. Pada bulan September nilai SOI, dan ENSO di wilayah Indonesia berada pada kondisi netral
sehingga kurang cukup memberikan pengaruh terhadap penambahan maupun pengurangan
curah hujan di wilayah Kepulauan Riau pada bulan September. Sedangkan nilai IOD positif
mempengaruhi pengurangan curah hujan di wilayah Kepulauan Riau. Perambatan MJO dengan
sifat lemah pada awal hingga pertengahan bulan Agustus turut memberikan pengaruh dengan
berkurangnya curah hujan di wilayah Indonesia khususnya wilayah Kepulauan Riau.
II. Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA (Autoregressive
Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai Oktober 2018 hingga
September 2019. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan dasarian Hang Nadim
periode Oktober 1998 s.d September 2018. Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA
dengan normal hujan dasarian periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.63305 dan RMSE (error)
19.849 yang menunjukkan bahwa curah hujan di bulan September 2018 pada dasarian III diprakirakan
berada pada kisaran normalnya, sedangkan dasarian I dan II berada pada kisaran di bawah normal.
PENGERTIAN
A. SIFAT HUJAN
Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu bulan
dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.
Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:
1. Di atas normal ( A ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %.
2. Normal ( N ), jika nilai perbandingannya antara 85 % - 115 %.
3. Di bawah normal ( B ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.
B. NORMAL CURAH HUJAN
1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN:
Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10 tahun.
2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:
Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun.
3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN:
Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun dimulai dari 1
September 1901 s/d 31 September 1930, 1 September 1931 s/d 31 September 1960, 1
September 1961 s/d 31 September 1990, dan seterusnya.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 2
C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)
KRITERIA CH CH/hari CH/Jam
Sangat Lebat > 100 mm > 20 mm
Lebat 50 - 100 mm 10 - 20 mm
Sedang 20 - 50 mm 5 - 10 mm
Ringan 5 - 20 mm 1 - 5 mm
ANALISA CUACA DAN IKLIM SEPTEMBER 2018
A. KERAGAMAN HUJAN
Kepulauan Riau merupakan wilayah negara Indonesia yang berbentuk kepulauan dan dilewati
garis khatulistiwa. Wilayah negara Indonesia dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua
Samudra dan dua Benua. Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional
(Utara-Selatan) dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) dikenal sebagai
Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim di Indonesia. Pergerakan
matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o Lintang Selatan sepanjang tahun
mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman
iklim. Pengaruh lokal terhadap keragaman iklim juga tidak dapat diabaikan, karena Kepri merupakan
kepulauan dengan bentuk topografi sangat beragam menyebabkan sistem golakan lokal cukup dominan.
Faktor lain yang diperkirakan ikut berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis.
Semua aktivitas dan sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar
pengaruh dari masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke
tahun.
El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim. Fenomena ini akan
menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk beberapa daerah di Indonesia.
Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan
equatorial dan tidak jelas pada daerah dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD (Indian Ocean Dipole)
hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola hujan monsun.
Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik (El Nino-
Southern Oscillation / ENSO) dan Samudera Hindia (Indian Ocean Dipole / IOD), fenomena
fase aktif osilasi intra-musiman yang dikenal sebagai MJO (Madden-Septemberan Oscillation) juga
mempengaruhi keragaman hujan di Indonesia. Menurut Geerts and Wheeler (1998) MJO akan
menyebabkan terjadinya variasi pada pola angin, SML (Suhu Muka Laut), awan dan hujan. Fase
aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan monsun timur laut di Kepulauan Riau (April-Juni)
dapat menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan sekitar 200%.
Pergerakan MJO ke timur dari samudra India menuju samudra Pasifik dibagi dalam 8 phase.
Phase-1 di Afrika (210° BB - 60° BT), phase-2 di samudra India bagian barat (60° BT – 80° BT), phase-
3 di samudra India bagian timar (80° BT – 100° BT) phase-4 & phase-5 di benua maritim Indonesia (
100° BT – 140° BT), phase-6 di kawasan Pasifik barat (140°BT-160° BT), phase 7 di Pasifik tengah (
160° BT – 180° BT) , dan phase-8 daerah konveksi di belahan bumi bagian barat ( 180° – 160° BB).
Pada umumnya hujan tropis berasal dari awan konvektif dengan puncak awan sangat dingin (sedikit
mengemisi radiasi gelombang panjang), oleh karenanya sangat baik memonitor MJO dengan
memperhatikan variasi OLR (Outgoing Longwave Radiation) yang dipantau melalui sensor infra merah
pada satelit.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 3
B. DINAMIKA ATMOSFER DAN LAUTAN BULAN SEPTEMBER 2018
1. Monsun
Pada bulan September, matahari telah berada pada titik paling utara bumi yaitu 23.5°LU atau
biasa disebut ‘summer soltice’ kemudian menuju equator dan mengalami pergerakan semu sejauh
kurang lebih 9.3° yaitu dari 18.8°LU menuju 9.5°LU. Hal ini berdampak ke peningkatan suhu muka
laut di daerah sekitar ekuator dan BBU yang memicu terbentuknya pola-pola tekanan udara rendah.
Pola-pola tekanan rendah tersebut menjadi tempat pengumpulan massa udara yang cukup
mempengaruhi kondisi cuaca di Indonesia termasuk Kepulauan Riau.
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monsstv2.png
Gambar 1. Peta Rata-rata Suhu Muka Laut September 2018
Sumber: http://www.emc.ncep.noaa.gov/research/cmb/sst_analysis/images/monanomv2.png
Gambar 2. Peta Anomali Suhu Muka Laut Bulan September 2018
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 4
Kondisi rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia pada bulan September 2018
berkisar antara 27.00 - 30.00C (Gambar.1) dengan anomali -1.50 - +0.50C (Gambar.2). Di wilayah
Kepulauan Riau, anomali suhu muka laut berkisar antara -0.50 - +0.50C yang menunjukkan suhu muka
laut masih dalam kondisi yang cukup hangat sehingga memberi banyak pasokan uap air di udara. Suhu
muka laut yang hangat serta anomali suhu muka laut yang positif sangat mendukung proses
pertumbuhan awan-awan yang berpotensi menjadi hujan.
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=mslp&area=rsmc&map=mean&time=latest
Gambar 3. Rata-rata Tekanan Udara Permukaan Laut Bulan September 2018
Pada bulan September 2018, tekanan udara di BBU secara umum lebih rendah dari pada BBS
dan sekitar equator karena matahari berada di sekitar wilayah BBU. Hal ini menyebabkan massa
udara bergerak dari BBS (bertekanan tinggi) menuju BBU (bertekanan rendah) dan ekuator sehingga
membentuk pola belokan angin (shearline) di sekitar wilayah Kepulauan Riau. Pada daerah belokan
angin terjadi perlambatan kecepatan angin yang menyebabkan penumpukkan massa udara sehingga
terjadi pengangkatan massa udara yang berpotensi dalam pembentukan awan–awan konvektif yang
dapat menghasilkan hujan.
Sumber: Bidang Meteorologi Publik BMKG
Gambar 4. Klimatologi Arah Angin 3000 Feet pada Bulan September 2018
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 5
Berdasarkan hasil analisis (Gambar.4), pada daerah Kepulauan Riau angin pada bulan
September umumnya bertiup dari arah Tenggara hingga Barat Daya yang di dominasi dari arah
Tenggara dengan kecepatan rata-rata 5 hingga 10 knot (Gambar. 5)
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=850wind&area=rsmc&map=mean&time=latest
Gambar 5. Pola Angin 850mb Bulan September 2018
2. ENSO (El Nino - Southern Oscillation)
ENSO berada pada kondisi netral yaitu antara −0.8 °C sampai +0.8 °C. Pada akhir bulan
September 2018, nilai anomali SST Nino 3.4 yaitu sebesar +0.49 dan nilai rata-rata harian SOI (Southern
Oscillation Index) selama bulan September sebesar -10.0. Hal tersebut tidak mengindikasikan adanya
pengaruh terhadap penambahan pasokan uap air sebagai pembentuk hujan di wilayah Indonesia
khususnya Indonesia bagian timur.
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gambar 6. Grafik indeks SST Nino3.4
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 6
Sumber : http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
Gambar 7. Grafik indeks ENSO / SOI
3. MJO (Madden-Septemberan Oscillation)
a. OLR (Outgoing Longwave Radiation)
Sumber: http://www.bom.gov.au/cgi-bin/climate/cmb.cgi?variable=olr&area=rsmc&map=mean&time=latest
Gambar 8. Rata-rata OLR September 2018
OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke luar angkasa.
Namun, tidak semua radiasi gelombang panjang tersebut sampai ke luar angkasa. Awan-awan
konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan gelombang panjang tersebut. Suatu
wilayah di permukaan bumi yang terdapat tutupan awan konvektif memiliki nilai OLR yang
kecil/rendah. Pada bulan September 2018, nilai OLR terendah di wilayah Indonesia terdapat di
wilayah utara Pulau Sumatera, Kalimantan, dan sebagian besar wilayah Papua yaitu berkisar antara
180 – 200 W/m2, sementara untuk wilayah Kepulauan Riau secara keseluruhan, nilai OLR seperti
yang ditunjukkan pada gambar 8 berada pada kisaran 200 - 220 W/m2. Hal ini mengindikasikan bahwa
tutupan awan konvektif di wilayah Kepulauan Riau pada bulan September 2018 tidak cukup banyak.
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 7
b. Fase MJO
MJO selama bulan September 2018 berada pada fase 5 sampai 3 dengan sifat yang kuat pada
perambatannya. Wilayah Indonesia berada pada fase 3 sampai 5. Pada gambar (9) terlihat bahwa
wilayah Indonesia terlewati oleh perambatan MJO pada pertengahan bulan September. Secara teori,
kondisi MJO ini memberikan pengaruh pada penambahan curah hujan di wilayah Indonesia termasuk
juga untuk wilayah Kepulauan Riau.
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/mjo/
Gambar 9. Fase MJO
4. IOD (Indian Ocean Dipole)
Fenomena Dipole Mode di Samudera Hindia atau IOD (Indian Ocean Dipole) berada pada
kisaran normal dengan kondisi netral (-0.4 s.d 0.4). Pada akhir bulan September 2018 nilai IOD
berada pada kondisi positif yang bernilai -+0.86. Sehingga dapat diketahui bahwa selama bulan
September 2018 secara umum IOD berpengaruh dalam mengurangi peluang pertumbuhan awan di
wilayah Indonesia bagian barat termasuk wilayah Kepulauan Riau.
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/indices.shtml
Gambar 10. Grafik IOD
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 8
C. ANALISIS HUJAN BULAN SEPTEMBER 2018
Berdasarkan data curah hujan bulan September 2018 yang diterima dari Stasiun Meteorologi
Hang Nadim di Pulau Batam yang mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah
hujan dan sifat hujan bulan September 2018 adalah sebagai berikut:
D. ANALISIS UNSUR CUACA SIGNIFIKAN BULAN OKTOBER 2016
a. Hujan
Sifat hujan bulan Oktober 2016 di Barelang bawah Normal (B) sampai atas Normal (A) dengan
curah hujan selama sebulan berkisar 188,8 mm - 361,8 mm atau antara 74,9 % - 143,6 %. Curah hujan
terendah terjadi di Tanjung Piayu dan tertinggi di Sie Ladi. Khusus di Hang Nadim dalam bulan Oktober
2016 terdapat 17 hari hujan terukur dan 6 hari hujan tidak terukur (TTU) dengan total curah hujan
sebesar 233,3 mm atau berkisar 92,6% dari rata-rata yang berarti sifat hujan Normal (N). Pada dasarian
I terjadi 8 hari hujan dengan jumlah curah hujan 49,6 mm, dasarian II terjadi 6 hari hujan dengan jumlah
curah hujan 47,8 mm, dan dasarian III terjadi 9 hari dengan curah hujan 142,6 mm. Curah hujan tertinggi
55,9 mm terjadi pada tanggal 25 Oktober 2016.
Gambar 12. Grafik Curah Hujan bulan September 2018 di Hang Nadim
Lokasi RR September 2018 (mm) Rata - rata (mm) Sifat Hujan
Hang Nadim 132.0 159.6 Bawah Normal
Piayu 143.0 134.8 Normal
Pagoda 142.4 118.7 Atas Normal
Sei Harapan 215.8 229.5 Normal
Sei Ladi 227.6 176.0 Atas Normal
Tanjung Uncang 210.8 155.0 Atas Normal
Sengkuang 133.4 178.4 Bawah Normal
Air Limbah 233.8 195.9 Atas Normal
Mukakuning 97.8 140.1 Bawah Normal
Nongsa 126.2 148.9 Bawah Normal
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 9
b. Suhu Udara
Suhu udara harian rata-rata berkisar antara 24,7°C - 30,0° C. Suhu udara terendah dalam
bulan September 2016 adalah 22,8 ° C terjadi pada tanggal 03 dan 19 Oktober 2016 pagi hari dan suhu
udara tertinggi 33,6°C terjadi pada tanggal 15 Oktober 2016 siang hari.
Gambar.13 Grafik Suhu Udara bulan Oktober 2016 di Hang Nadim
c. Kelembapan Udara
Kelembaban udara harian rata-rata berkisar antara 72 % - 95 %. Kelembaban udara terendah
mutlak 47% terjadi pada tanggal 15 September 2016 siang hari, sedangkan kelembaban udara tertinggi
98% terjadi tanggal 28 dan 29 Oktober 2016 pagi hari. Dengan demikian kelembaban udara pada bulan
Oktober 2016 lebih kering dibandingkan bulan September 2016.
22
24
26
28
30
32
34
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
TEM
PER
ATU
R
TANGGAL
T- MAXIMUM
T- MINIMUM
T- RATA-RATA
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 10
Gambar.14 Grafik Kelembaban Udara Bulan Oktober 2016 di Hang Nadim
d. Angin Permukaan
Selama periode dasarian I – III Oktober 2016 angin permukaan secara umum didominasi dari
arah Selatan sampai Barat dengan kecepatan rata-rata 7 km/jam, arah dan kecepatan maximum dari
Barat dengan kecepatan 45 km/jam terjadi pada tanggal 15 Oktober 2016.
40
50
60
70
80
90
100
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
RH
(%
)
TANGGAL
RH MAXIMUM
RH MINIMUM
RH RATA-RATA
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 11
PRAKIRAAN CUACA OKTOBER 2018
A. DINAMIKA ATMOSFER
1. Tekanan Udara dan Angin
Pada bulan Oktober, posisi matahari dalam gerak semunya sudah berada di BBS (Belahan Bumi
Selatan) dan mengalami pergerakan semu sejauh kurang lebih 12.0° yaitu dari 4.0°LS menuju 16.0°LS
(http://www.physicalgeography.net). Sehingga, dominasi pola-pola daerah bertekanan udara rendah
pada Oktober 2018 berada di sekitar wilayah equator.
Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode Oktober 2018 Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Oktober 2018
Sumber: http://iridl.ldeo.columbia.edu/maproom/Global/Forecasts/SST.html?L=2.5
http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/realtime/clim/annual/monthly/monthly.12.slp.html
Gambar 15. Prediksi Anomali Suhu Muka Laut periode dan Rata-rata Tekanan Udara pada Bulan Oktober 2018
Pola angin rata-rata bulan Oktober secara dominan akan bertiup dari Bumi Bagian Selatan
(BBS) menuju Bumi Bagian Utara (BBS) dan membentuk belokan angin (shearline) dan pertemuan
massa udara (konvergen) di sekitar bagian ekuator. Berdasarkan gambar 16, terdapat daerah belokan
angin (shearline) dan pertemuan massa udara (konvergen) di sekitar wilayah Kepulauan Riau yang
menyebabkan perlambatan kecepatan angin yang memupuk massa udara serta mendukung dalam
proses pertumbuhan awan-awan hujan.
Sumber: Meteo Publik, BMKG
Gambar 16. Rata-rata Streamline 3000 feet pada Bulan Oktober 2018
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 12
2. ENSO (EL-NinoSouthern Oscillation)
ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang mempengaruhi penambahan
curah hujan (fase La-Nina) maupun pengurangan curah hujan (fase El-Nino) di wilayah Indonesia.
Prediksi ENSO menurut institusi internasional yaitu BMKG, NOAA (National Oceanic and
Atmospheric Administration), JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology) dan
BOM/ POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia) menyatakan bahwa pada bulan
Oktober 2018 dalam kondisi Normal. Secara umum, ENSO diprediksi akan tidak cukup memberi
pengaruh terhadap penambahan jumlah curah hujan di wilayah khusunya wilayah timur.
Sumber: Pusat Data Dokumen, BMKG
Gambar 17. Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA dan BMKG
Salah satu parameter ENSO yaitu data SOI (Southern Oscillation Index) dari BoM (Bureau of
Meteorology Australia) hingga akhir Oktober 2018 menunjukkan berada pada kondisi normal dengan
nilai SOI sebesar -10, sehingga tidak memiliki pengaruh terhadap penambahan curah hujan di
wilayah Indonesia khususnya bagian timur.
Sumber: http://www.bom.gov.au/climate/enso/monitoring/soi30.png
Gambar 18. Grafik SOI Bulan Januari 2016 s.d. Awal Oktober 2018
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 13
3. MJO (Madden-Septemberan Oscillation)
Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah hujan di Indonesia,
khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan awan yang lazim disebut MJO. Menurut
NOAA, diperkirakan MJO pada awal hingga pertengahan Oktober 2018 dengan sifat lemah dan
berada pada fase 1 hingga 2 sehingga tidak mempengaruhi penambahan curah hujan di wilayah
Indonesia (Gambar 20). Nilai anomali OLR bernilai positif di wilayah Indonesia berada di sebagian
Sumatera dan Kalimantan bagian barat. Hal tersebut mengindikasikan tutupan awan konvektif di
wilayah tersebut pada awal dan pertengahan bulan September tidak banyak, untuk wilayah Kepulauan
Riau nilai anomali OLR berkisar antara -5 hingga 5 sehingga tutupan awan di wilayah Kepulauan Riau
diprediksi juga tidak cukup banyak.
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/foregfs.shtml
Gambar 19. Grafik Fase MJO pada Bulan September 2018 dan prakiraan Bulan Oktober 2018
Sumber: http://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/precip/CWlink/MJO/spatial_olrmap_CA_full.gif
Gambar 20. Anomali OLR sampai dengan 01 Oktober 2018 dan prakiraan 15 hari kedepan
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 14
4. Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)
Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang hujan di Indonesia, khususnya
Indonesia Bagian Barat, adalah dipole mode. Menurut data dari BMKG, NASA dan BoM (gambar 21),
bulan Oktober 2018 DMI akan berada pada kondisi kuat positif sehingga secara umum mengurangi
penambahan jumlah curah hujan di wilayah Indonesia, khususnya bagian barat.
Sumber: http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Klimatologi/Dinamika_Atmosfir.bmkg
Gambar 21. Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM dan BMKG
5. Tinjauan Klimatologis
Kondisi cuaca bulan September di Batam berdasarkan data klimatologis selama 25 tahun
(1993-2017) diketahui:
Secara klimatologis selama 16 tahun (1996 – 2011) jumlah curah hujan pada bulan Oktober
dibagi menjadi dua bagian di Pulau Batam. Hampir seluruh wilayah Batam sekitar 200 – 300 mm dan
Batam bagian Timur sekitar 300 – 350 mm.
Kesimpulan:
Dari uraian di atas diketahui bahwa peluang pertumbuhan awan-awan hujan di Batam pada
bulan Oktober 2018 akan sama dengan bulan September 2018, sehingga peluang curah hujannya
cenderung sama bila dibandingkan dengan bulan September 2018.
Minimum Rata-rata Maksimum
SUHU UDARA 22.8 27.2 34.6
KELEMBAPAN UDARA 42% 84% 100%
ANGIN 5 Km/jam 10 Km/jam 50 Km/jam
HARI HUJAN 10 18* 26
*13 hari disertai petir
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 15
B. PRAKIRAAN HUJAN BULAN OKTOBER 2018
1. Prakiraan Hujan Dasarian
Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi ARIMA
(Autoregressive Integrated Moving Average) diperoleh prediksi curah hujan tiap dasarian mulai
Oktober 2018 hingga September 2019. Data masukan yang digunakan adalah data series hujan
dasarian Hang Nadim periode Oktober 1998 s.d September 2018.
Dengan membandingkan prediksi hujan model ARIMA dengan normal hujan dasarian
periode 1993-2012 diperoleh nilai korelasi 0.63305 dan RMSE (error) 19.849. Hasilnya
menunjukkan bahwa curah hujan di bulan Oktober 2018 diprakirakan:
Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, prakiraan curah hujan pada dasarian III
berada pada kisaran normalnya, sedangkan dasarian I dan II berada pada kisaran di bawah normal.
2. Prakiraan Hujan Bulanan
Berdasarkan data-data dan analisis model serta program HyBMG 2.0.7 dapat diperoleh hasil
prakiraan curah hujan satu bulan pada bulan Oktober 2018 di wilayah Barelang sebagai berikut:
Tabel Prakiraan Curah Hujan Bulan Oktober 2018
dan membandingkan dengan normal hujannya maka sifat hujan bulan September di Barelang dapat
diprakirakan sebagai berikut:
Tabel Prakiraan Sifat Hujan Bulan Oktober 2018
SIFAT HUJAN WILAYAH
Atas Normal
Normal Batam, Rempang dan Galang
Bawah Normal -
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 16
PRAKIRAAN PASANG SURUT (TIDAL) OKTOBER 2018
A. Pendahuluan
Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang terjadi akibat tiupan
angin. Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang, seperti yang terdapat pada laut dalam namun
terjadi untuk air dangkal, ini berarti pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air.
Periodenya pun cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi dan
gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.
B. Pola Pasang Surut
Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun waktu kejadiannya.
Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan terendah setiap hari disebut diurnal tide
(air pasang harian). Wilayah yang mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut
mempunyai semi-diurnal tide. Jika semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang dicapai berbeda
dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed tide.
Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang menunjukkan paras air
untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam
jangka waktu yang lama digunakan untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata
ini dapat dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air.
C. Paras Pasang Surut.
Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut High Water (HT) / Higt
Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut disebut Low Water (LW) / Low Tide.
Mengingat Propinsi Kepulauan Riau sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka fenomena pasang
surut air laut sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan seperti
bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya. Untuk itu dalam buletin ini
kami sajikan prediksi pasang surut di seluruh Propinsi Kepulauan Riau yang meliputi 6 (enam) Kabupaten
Kota sebagai berikut :
1. KOTA BATAM
i. BATU AMPAR
ii. SEKUPANG
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 17
2. KABUPATEN BINTAN
i. TANJUNG UBAN
3. KABUPATEN KARIMUN
i. TANJUNG BALAI KARIMUN
ii. TANJUNG PINANG
4. KABUPATEN LINGGA
i. DABO SINGKEP
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 18
5. KABUPATEN ANAMBAS
i. SELAT PENINTING
6. KABUPATEN NATUNA
i. SEDANAU
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 19
PRAKIRAAN TERBIT/ TERBENAM
BULAN DAN MATAHARI OKTOBER 2018
1. STASIUN METEOROLOGI HANG
NADIM BATAM
Location : E104 07, N01 07, August 2018
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm Hm hm hm
1 0550 1756 2317 1050
2 0550 1756 0000 1148
3 0550 1756 0015 1246
4 0549 1755 0114 1345
5 0549 1755 0212 1442
6 0549 1755 0309 1537
7 0549 1754 0404 1631
8 0548 1754 0457 1722
9 0548 1754 0549 1812
10 0548 1754 0639 1902
11 0548 1753 0729 1951
12 0547 1753 0819 2041
13 0547 1753 0910 2130
14 0547 1752 1000 2220
15 0547 1752 1050 2310
16 0547 1752 1139 2359
17 0546 1752 1227 0000
18 0546 1751 1314 0047
19 0546 1751 1400 0133
20 0546 1751 1444 0219
21 0546 1751 1528 0304
22 0546 1751 1612 0349
23 0545 1750 1657 0434
24 0545 1750 1743 0520
25 0545 1750 1831 0607
26 0545 1750 1922 0657
27 0545 1750 2016 0750
28 0545 1750 2112 0846
29 0545 1750 2210 0943
30 0545 1750 2309 1042
31 0545 1750 0000 1140
2. STASIUN METEOROLOGI
TANJUNGPINANG
Location : E104 32, N00 55, August 2018
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm Hm hm hm
1 0549 1755 2315 1048
2 0548 1754 0000 1146
3 0548 1754 0013 1244
4 0548 1754 0112 1343
5 0547 1753 0211 1440
6 0547 1753 0308 1535
7 0547 1753 0403 1629
8 0547 1753 0456 1720
9 0546 1752 0547 1811
10 0546 1752 0638 1900
11 0546 1752 0728 1950
12 0546 1751 0817 2039
13 0545 1751 0908 2129
14 0545 1751 0958 2219
15 0545 1751 1047 2308
16 0545 1750 1137 2357
17 0545 1750 1225 0000
18 0544 1750 1312 0045
19 0544 1750 1358 0132
20 0544 1749 1442 0217
21 0544 1749 1527 0302
22 0544 1749 1611 0347
23 0544 1749 1655 0432
24 0544 1749 1741 0518
25 0543 1749 1830 0605
26 0543 1749 1920 0655
27 0543 1748 2014 0748
28 0543 1748 2111 0843
29 0543 1748 2209 0941
30 0543 1748 2308 1040
31 0543 1748 0000 1138
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 20
3. STASIUN METEOROLOGI RANAI
Location : E108 24, N03 55, August 2018
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0534 1739 2255 1037
2 0534 1738 2353 1134
3 0533 1738 0000 1233
4 0533 1737 0052 1331
5 0533 1737 0151 1428
6 0533 1737 0248 1522
7 0533 1736 0344 1614
8 0532 1736 0439 1705
9 0532 1735 0531 1754
10 0532 1735 0623 1842
11 0532 1735 0714 1931
12 0532 1734 0805 2020
13 0532 1734 0856 2109
14 0531 1734 0946 2158
15 0531 1733 1036 2248
16 0531 1733 1125 2337
17 0531 1733 1213 0000
18 0531 1732 1300 0025
19 0531 1732 1345 0112
20 0531 1732 1429 0158
21 0531 1732 1512 0244
22 0531 1731 1556 0330
23 0531 1731 1639 0416
24 0531 1731 1724 0503
25 0531 1731 1811 0551
26 0531 1730 1901 0642
27 0531 1730 1954 0735
28 0531 1730 2050 0832
29 0531 1730 2148 0930
30 0531 1730 2247 1029
31 0531 1730 2345 1127
4. STASIUN METEOROLOGI
TANJUNG BALAI KARIMUN
Location : E103 23, N01 03, August 2018
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0553 1759 2320 1053
2 0553 1759 0000 1151
3 0553 1759 0018 1249
4 0552 1758 0117 1348
5 0552 1758 0215 1445
6 0552 1758 0312 1540
7 0551 1757 0407 1634
8 0551 1757 0500 1725
9 0551 1757 0552 1815
10 0551 1756 0642 1905
11 0550 1756 0732 1954
12 0550 1756 0822 2044
13 0550 1756 0912 2134
14 0550 1755 1003 2223
15 0550 1755 1052 2313
16 0549 1755 1142 0000
17 0549 1755 1230 0002
18 0549 1754 1317 0050
19 0549 1754 1403 0136
20 0549 1754 1447 0222
21 0549 1754 1531 0307
22 0548 1754 1615 0352
23 0548 1753 1700 0437
24 0548 1753 1746 0523
25 0548 1753 1834 0610
26 0548 1753 1925 0700
27 0548 1753 2019 0753
28 0548 1753 2115 0848
29 0548 1753 2213 0946
30 0548 1753 2312 1045
31 0548 1753 0 1143
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 21
5. STASIUN METEOROLOGI DABO
SINGKEP
Location : E104 34, S00 28, August 2018
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm hm
1 0548 1755 2316 1048
2 0548 1754 0 1145
3 0548 1754 0014 1244
4 0547 1754 0113 1342
5 0547 1753 0211 1440
6 0547 1753 0308 1535
7 0547 1753 0403 1628
8 0546 1753 0456 1720
9 0546 1752 0547 1811
10 0546 1752 0637 1900
11 0545 1752 0727 1950
12 0545 1751 0817 2040
13 0545 1751 0907 2130
14 0545 1751 0957 2219
15 0545 1751 1047 2309
16 0544 1751 1136 2358
17 0544 1750 1224 0
18 0544 1750 1311 0046
19 0544 1750 1357 0132
20 0544 1750 1442 0218
21 0543 1750 1526 0303
22 0543 1749 1610 0347
23 0543 1749 1655 0432
24 0543 1749 1742 0517
25 0543 1749 1830 0605
26 0543 1749 1921 0655
27 0543 1749 2015 0747
28 0543 1749 2111 0843
29 0543 1749 2209 0940
30 0543 1748 2308 1039
31 0542 1748 0 1137
6. STASIUN METEOROLOGI
TAREMPA
Location : E106 15, N03 12, August 2018
DATE
SUN MOON
Rise Set Rise Set
hm hm hm Hm
1 0542 1747 2305 1045
2 0542 1747 0 1142
3 0542 1747 0003 1241
4 0542 1746 0102 1339
5 0541 1746 0201 1436
6 0541 1745 0258 1530
7 0541 1745 0354 1623
8 0541 1745 0448 1714
9 0540 1744 0540 1803
10 0540 1744 0631 1852
11 0540 1744 0722 1940
12 0540 1743 0813 2029
13 0540 1743 0903 2119
14 0540 1743 0954 2208
15 0539 1742 1044 2258
16 0539 1742 1133 2347
17 0539 1742 1221 0
18 0539 1742 1308 0035
19 0539 1741 1353 0122
20 0539 1741 1437 0208
21 0539 1741 1521 0254
22 0539 1741 1604 0339
23 0539 1740 1648 0425
24 0539 1740 1733 0511
25 0539 1740 1821 0600
26 0538 1740 1911 0650
27 0538 1740 2004 0743
28 0538 1739 2100 0840
29 0538 1739 2158 0938
30 0538 1739 2257 1036
31 0538 1739 2355 1135
Stasiun Meteorologi Hang Nadim Batam | BULETIN METEOROLOGI [Edisi.058] 22
DAFTAR ISTILAH
Anomali : Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata
Awan Konvektif : Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari proses pemanasan vertikal yang
membawa uap air. Awan ini mengakibatkan terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan
angin kencang.
Cold Surge : Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar memasuki wilayah Indonesia
bagian barat, cold surge biasa terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.
Cuaca : Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada waktu tertentu
Dasarian : Periode sepuluh harian
Dipole Mode /IOD
(Indian Ocean Dipole)
: Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut antara Samudera
Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika.
DMI
(Dipole Mode Index)
: Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas Dipole Mode. DMI yang
bernilai negatif akan menambah kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera,
sehingga curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai positif tidak
menambah kandungan uap air, sehingga curah hujan cenderung berkurang.
Divergensi : Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik
Eddy : Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu daerah terdapat eddy,
maka cenderung banyak hujan.
El Nino : Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik Timur sehingga secara umum
menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang.
ENSO
(El Nino-Shouthern Oscillation)
: Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.
Gelombang : Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan laut.
Iklim : Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas
ITCZ (Intertropical
Convergence Zone) : Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan yang luas. Umumnya
daerah-daerah yang dilintasi ITCZ berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan
hujan lebat dan cukup lama (bisa lebih dari satu hari).
Konvergensi : Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul
La Nina : Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara umum menyebabkan
curah hujan di Indonesia meningkat.
MJO (Madden-
Septemberan
Oscillation)
: Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-tekanan rendah)
di kawasan tropik yang terkait dengan penambahan gugusan uap air yang menyuplai
pembentukan awan hujan dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari
barat ke timur. Biasanya berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur
dan menghilang di bagian tengah Pasifik. MJO ini berkaitan dengan OLR (Outgoing
Longwave Radiation)
Monsun : Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode
(minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia
dikenal dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun Australia. Monsun
Asia berkaitan dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan Monsun Australia
berkaitan dengan musim kemarau.
Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang
tidak ditentukan (1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)
OLR (Outgoing Longwave
Radiation) : Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan keluar dari bumi. OLR
yang bernilai negatif menunjukkan tutupan awan konvektif yang banyak, sedangkan
nilai positif tutupan awan konvektifnya sedikit.
Rata-rata : Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun (1971-1980, 1976-
1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)
Shearline : Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan kecepatan angin secara
tiba-tiba.
SOI (Southern Oscillation Index) : Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El Nino atau La Nina.
Standar Normal : Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan periode waktu yang
sudah ditentukan, dimulai tahun berakhiran 1 diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-
1990, 1971-2000, 1981-2010, dst)
Konveksi : Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas)
Updraft : Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang berhubungan dengan
fenomena cuaca