KATA PENGANTAR - Semarang · Web viewDalam perencanaan jalan raya, bentuk geometrik jalan raya...
Transcript of KATA PENGANTAR - Semarang · Web viewDalam perencanaan jalan raya, bentuk geometrik jalan raya...
5.1. TINJAUAN UMUMDalam perencanaan jalan raya, bentuk geometrik jalan raya harus ditetapkan
sedemikian rupa sehingga jalan yang bersangkutan dapat memberikan pelayanan yang
optimal kepada lalu lintas sesuai fungsinya. Dalam Perencanaan Geometrik Jalan Raya
terdapat tiga tujuan utama :
1. Memberikan keamanan dan kenyamanan
2. Menjamin suatu perancangan yang ekonomis
3. Memberikan suatu keseragaman jalan sehubungan dengan jenis medan
Untuk perencanaan jalan Undip Tembalang - Jangli lokasi trase jalan ditetapkan
berdasarkan prinsip-prinsip umum alinyemen yang tersaji pada studi (kajian) pustaka,
disamping berdasarkan atau disesuaikan dengan keadaan lapangan.
Dengan demikian diharapkan dapat menjamin hasil pembangunan jalan memenuhi ke
arah terciptanya jalan yang sesuai dan memenuhi syarat atau standar keamanan dan
kenyamanan yang akan diuraikan pada bagian berikut.
5.2. STANDAR PERENCANAAN5.2.1. Klarifikasi Fungsional Jalan
Jalan raya pada umumnya dapat digolongkan dalam klarifikasi menurut fungsinya
seperti dijabarkan dalam “PERATURAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
RAYA No. 13 tahun 1970” mencakup tiga hal :
a. Jalan Utama
Perencanaan DED Jalan UNDIP - Jangli V - 1
Jalan raya utama adalah jalan raya yang melayani lalu lintas yang tinggi antara
kota-kota yang penting atau antara pusat-pusat produksi dan pusat-pusat
ekspor. Jalan-jalan dalam golongan ini harus direncanakan untuk dapat melayani
lalu lintas yang cepat dan berat.
b. Jalan SekunderJalan raya sekunder adalah jalan raya yang melayani lalu lintas yang cukup
tinggi antara kota-kota penting dan kota-kota yang lebih kecil serta melayani
daerah-daerah di sekitarnya.
c. Jalan PenghubungJalan penghubung adalah jalan untuk keperluan aktivitas daerah yang juga
dipakai sebagai jalan penghubung antara jalan-jalan dari golongan yang sama
atau yang berlainan.
Jalan dibagi dalam kelas-kelas yang penerapannya berdasarkan pada besar volume
serta dekat lalu lintas, yang diharapkan akan menggunakan jalan yang bersangkutan.
Klasifikasi jalan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kelas IKelas jalan ini mencakup semua jalan utama dan dimaksudkan untuk dapat
melayani lalu lintas cepat dan berat. Dalam komposisi lalu lintasnya tidak terdapat
kendaraan lambat dan kendaraan tak bermotor. Jalan raya ini merupakan jalan
berjalur banyak dengan konstruksi perkerasan dari jenis yang terbaik dalam arti
tingginya pelayanan terhadap lalu lintas.
2. Kelas IIKelas jalan ini mencakup semua jalan sekunder. Dalam komposisi dan sifat
dibagi dalam tiga kelas yaitu :
A. Kelas II AAdalah jalan raya sekunder dua jalur atau lebih dengan konstruksi permukaan
jalan dari jenis asal beton (hotmix) atau yang setaraf, komposisi lalu lintasnya
terdapat kendaraan lambat tapi tanpa kendaraan tak bermotor. Untuk lalu
lintas lambat, harus disediakan jalur sendiri.
B. Kelas II BAdalah jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi permukaan jalan dari
penetrasi berganda atau yang setaraf dengan komposisi lalu lintas terdapat
kendaraan lambat, tapi tanpa kendaran tak bermotor.
C. Kelas II C
Perencanaan DED Jalan UNDIP - Jangli V - 2
Adalah jalan raya sekunder dua jalur dengan konstruksi permukaan jalan dari
jenis penetrasi tunggal dengan komposisi lalu lintasnya terdapat kendaraan
lambat dan kendaraan tak bermotor.
3. Kelas IIIKelas jalan ini mencakup semua jalan-jalan penghubunga dan merupakan
konstruksi jalan beralur tunggal atau dua. Konstruksi permukaan jalan yang
paling tinggi adalah pelaburan dengan aspal.
Sedangkan klasifikasi jalan raya berdasarkan peranannya atau fungsinya dijabarkan
dalam Peraturan Pemerintah Nomor : 26, 1985 meliputi :
1. a. Sistem Jaringan Jalan Primer, yang disusun mengikuti ketentuan
pengaturan tata ruang dan struktur pengembangan wilayah tingkat nasional,
yang menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi sebagai berikut :
- Dalam satuan wilayah pengembangan menghubungkan secara menerus
kota jenjang kesatu, kota jenjang kedua, kota jenjang ketiga dan kota
jenjang di bawahnya sampai persil.
- Menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang kesatu antar
satuan wilayah pengembangan.
b. Jalan Arteri Primer, menghubungkan kota jenjang kesatu yang terletak
berdampingan atau menghubungkan kota jenjang kesatu dengan kota jenjang
kedua.
c. Jalan Kolektor Primer, menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota
jenjang kedua atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang
ketiga.
d. Jalan Lokal Primer, menghubungkan kota jenjang kesatu dengan persil atau
menghubungkan kota jenjang kedua dengan persil atau menghubungkan kota
jenjang ketiga dengan kota jenjang ketiga, kota jenjang ketiga dengan kota
jenjang di bawahnya, kota jenjang ketiga dengan persil atau kota di bawah
jenjang ketiga sampai persil.
2. a. Sistem Jaringan Jalan Sekunder, disusun mengikuti ketentuan pengaturan
tata ruang kota yang menghubungkan kawasan-kawasan yang mempunyai
fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua dan seterusnya
sampai ke perumahan.
Perencanaan DED Jalan UNDIP - Jangli V - 3
b. Jalan Arteri Sekunder, menghubungkan kawasan primer dengan kawasan
sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan
kawasan sekunder kesatu, atau menghubungkan kawasan sekunder kesatu
dengan kawasan kedua.
c. Jalan Kolektor Sekunder, menghubungkan kawasan sekunder kedua
dengan kawasan sekunder dua atau menghubungkan kawasan sekunder
kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
d. Jalan Lokal Sekunder, menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan
perumahan, kawasan sekunder kedua dengan perumahan, kawasan
sekunder ketiga dengan kawasan sekunder dibawahnya dan seterusnya
sampai perumahan.
5.2.2. Klasifikasi StandarStandar perencanaan yang digunakan pada pekerjaan perencanaan jalan ini adalah
menggunakan buku “PERATURAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA”
No. 13 tahun 1970.
5.2.3. Klasifikasi Kondisi MedanUntuk membatasi biaya pembangunan jalan standar harus disesuaikan dengan
keadaan topografi. Klasifikasi medan untuk ruas rencana jalan menggunakan buku
“TARA CARA PERENCANAAN JALAN ANTAR KOTA” No. 038/T/TBM/1997 DPU
Bina Marga, mengingat kondisi medan jalan yang direncanakan adalah perbukitan.
Ada tiga jenis medan yang dibedakan oleh besarnya kemiringan medan
dalam arah tegaklurus central line jalan. Pengelompokan medan adalah sebagai
berikut :
Tabel 5. 1 Klasifikasi Kondisi Medan
Jenis Medan Rata-rata Kemiringan Melintang
Datar 0%-3%
Perbukitan 3%-24,9%
Pegunungan >25%
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Antar Kota DPU Bina Marga 1997
Perencanaan DED Jalan UNDIP - Jangli V - 4
5.3. ELEMEN DESAIN5.3.1. Alinyemen Horisontal
Alinyemen Horisontal adalah garis proyeksi dari rencana sumbu jalan tegak lurus
pada bidang datar (peta) yang terdiri atas :
a. Susunan garis lurus
b. Garis lengkung
Ada tiga macam aplikasi lengkung pada perencanaan alinyemen horisontal yaitu :
a. Full Circle (FC)
b. Spiral-Circle-Spiral (SCS)
c. Spiral-Spriral (S.S)
Tabel 5. 2 Jari-jari Lengkung Minimum
Kecepatan Rencana(Km/Jam)
Jari-jari Lengkung Minimun (m)
120
100
80
60
40
30
2000
1500
1100
700
300
180
A. Full Circle (FC)Lengkung tipe circle ini biasanya dipakai pada daerah dataran dan pada
lingkungan yang mempunyai jari-jari besar dengan sudut tangen yang kecil.
Rumus-rumus yang digunakan :
Tc = Rc x tan ½
Ec =
Rc
Cos 12Δ
= Rc
Tabel 5. 3 Panjang Lengkung Minimum Spiral dan Lereng Melintang
R (m) V = 50 V = 60 V = 70 V = 80 V = 90 V = 100E% Ls e% Ls e% Ls e% Ls e% Ls e% Ls
430 LN 0 LN 0 LN 0 LN 0 LP 0 LP LP2864 LN 0 LN 0 LP 40 LP 50 LP 50 LP LP
Perencanaan DED Jalan UNDIP - Jangli V - 5
1910 LN 0 LP 40 LP 40 1,8 50 2 50 2,3 601432 LP 30 LP 40 2 40 2,2 50 2,6 50 3 601150 LP 30 LP 40 2,2 40 2,8 50 3,3 50 3,8 60956 LP 30 2,1 40 2,8 40 3,4 50 3,9 50 4,5 60840 2 30 2,5 40 3,2 40 3,9 50 4,5 50 5,2 60717 2,3 30 2,8 40 3,8 40 4,5 50 5,1 60 6 70574 2,9 30 3,4 40 4,5 40 5,5 60 6,5 70 7,4 80478 3,4 30 4 40 5,4 50 6,4 60 7,6 80 8,7 90410 3,7 30 4,7 40 6,2 50 7,4 70 6,7 90 9,6 100258 4,2 30 5,2 40 6,8 60 8 70 9,2 90 9,9 100319 4,5 30 5,7 50 7,4 60 8,7 70 9,7 90 10 100287 5,3 40 6,2 50 7,9 70 9,2 80 10 90239 6 40 7,1 50 8,8 70 9,8 80205 6,7 40 7,9 60 9,4 70 10 80180 7,2 50 8,6 60 9,7 80160 7,7 50 9,1 60 10 80143 8,2 50 9,5 70 10 80120 8,6 60 9,7 70110 9 60 9,9 70103 9,3 60 10 7096 9,5 6090 9,7 6084 9,9 6080 10 60
Sumber PPGJR No. 13/1970
Gambar 5. 1 Tikungan Bentuk Full-Circle
Perencanaan DED Jalan UNDIP - Jangli V - 6
Keterangan :
LN = Lereng jalan normal
LP = Lereng luar diputar sehingga perkerasan mendapat kemiringan
melintang sebesar jalan normal
TC = Titik awal tikungan (tangen-circle)
PI = Titik perpotongan tangen (point of intersection)
CT = Titik akhir tikungan
O = Titik pusat busur lingkaran
Tc = Panjang tangen (jarak dari TC ke PI atau PI ke CT)
Rc = Jari-jari lingkaran
LC = Panjang busur lingkaran
Ec = Jarak luar (jarak P1 ke lc)
= Sudut tangen
B. Spiral-Cirele-Spiral (SCS)Lengkung spiral merupakan peralihan dari bagian lurus ke bagian circle, yang
panjangnya diperhitungkan dengan mempertimbangkan bahwa perubahan gaya
Perencanaan DED Jalan UNDIP - Jangli V - 7
sentrifugal dari nol pada bagian lurus sampai dengan maksimum sewaktu
kendaraan memasuki dan meninggalkan lengkung.
Rumus-rumus yang digunakan :
θs = Ls x 1802 Rc x π
Ls = 2π x Rc x θs180
Yc = Ls2
6 Rc
Xc = Ls− Ls3
40 Rc2
k = Xc – Rc sin s
p = Yc - Rc (1-cos s)
Ts = (Rc + p). tan ½ + k
Es = (Rc + p )cos1/2 Δ
x π x Rc
L = Lc + 2Ls
Keterangan :
TS = titik awal spiral/titik dari tangen ke spiral
SC = titik dari spiral ke circle
Perencanaan DED Jalan UNDIP - Jangli V - 8
Gambar 5. 2 Tikungan Bentuk Spiral-Circle-Spiral
Keterangan :
CS = Titik dari circle ke spiral
ST = Titik dari spiral ke tangen
PI = Titik perpotongan tangen
O = Titik pusat kelengkungan
Rc = Jari-jari circle
Ls = Panjang lengkung spiral
Lc = Panjang lengkung circle
Es = Jarak luar
Ts = Panjang tangen ke arah circle
p = Pergeseran tangen ke arah circle
k = Absis dari p ke garis tangen spiral
= sudut tangen
= Sudut lengkung spiral
C. Spiral-spiral (SS)
Perencanaan DED Jalan UNDIP - Jangli V - 9
Bentuk tikungan jenis ini dipergunakan pada tikungan yang tajam.
Rumus-rumus yang digunakan :
s = ½
4 Ls =
2π x Rc x θs180
Ts = (Rc +p). tan ½ + k
Es =
(Rc + p )cos 1 /2 Δ
− Rc
L = 2 Ls
Gambar 5. 3 Bentuk Tikungan Spiral-spiral
Keterangan :
TS = titik awal dari tangen ke spiral
SC = titik dari spiral ke circle
CS = titik dari circle ke spiral
ST = titik dari spiral ke tangen
O = titik puat kelengkungan
Rc = jari-jari circle
Perencanaan DED Jalan UNDIP - Jangli V - 10
Ls = panjang spiral
Lc = panjang busur circle
Es = jarak luar
Ts = panjang tangen ke arah circle
p = pergeseran tangen ke arah circle
k = absis dari p ke garis tangen spiral
= sudut tangen
s = sudut lengkung spiral
X dan Y = koordinat P pada sumbu AX
Rc = jari-jari variabe pada titik daerah lengkung spiral
Trial Penentu Bentuk Tikungan
1. Tentukan kecepatan rencana berdasarkan gambar penampang memanjang.
2. Tentukan R(jari-jari) dan Ls dari Tabel 2.5
3. Kemudian setelah di dapat R dan LS masukkan ke rumus :
θs = 28 ,648 ∗ LsR
c = - 2s. Lc = Δc
360∗ 2π∗R
Bila Lc < 20 meter langsung menggunakan spiral-spiral (SS)
Chek =
Ls2
24∗R
Bila < 0,25 gunakan Full Circle (FC)
Bila > 0,25 gunakan Spiral Circle Spiral (SCS)
Untuk lebih jelasnya lihat diagram alir dibawah ini :
Perencanaan DED Jalan UNDIP - Jangli
START
V - 11
θs= Λ2
LS rumus=θ sxπ
180x2 RC
ρ= LS2
24 Rc<0 ,25
Gambar 5. 4 Diagram Alir Penentuan Tikungan
5.3.2. Pelebaran Pada TikunganKebutuhan-kebutuhan pelebaran jalan pada tikungan menggunakan rumus
sebagai berikut :
B = n x (b’ + c) + (n - 1) x Td + z
Dimana :
B = lebar perkerasan di tikungan (m)
Perencanaan DED Jalan UNDIP - Jangli
Coba SCS
FC
SCS
LC > 20 m
LS(rumus)>LStabel
Ambil R
yang lebih besar
LS dibulatkan sampai dua
angka di belakang koma
SS
V - 12
en
bagian Lcbagian lurus bagian lurus
TC CT
emax (+)
emax (-)
e=0%
sisi luar tikungan
sisi luar tikungan
13 Ls2
3 Ls 13 Ls 2
3 Ls
bagian Lcbagian Lsbag. lurus bagian Ls bag. lurus
SC e=0% CSTS ST
emax (-)
en
emax (+)sisi luar tikungan
sisi luar tikungan
n = jumlah jalur lalu lintas
b’ = lebar lintasan truk pada tikungan
c = kebebasan samping = 0,8 m
Td = lebar melintang akibat tonjolan depan (m)
Z = lebar tambahan akibat kelainan dalam mengemudi (m)
5.3.3. Diagram Kemiringan Melintang (Super Elevasi)Superelevasi menunjukkan besarnya perubahan kemiringan melintang jalan
secara berangsur-angsur dari kemiringan normal menjadi kemiringan maksimum
pada suatu tikungan horisontal yang direncanakan. Dengan demikian dapat
menunjukkan kemiringan melintang jalan pada setiap titik dalam tikungan.
Nilai superelevasi yang tinggi mengurangi gaya geser kesamping dan
menjadikan gerakan kendaraan pada tikungan lebih nyaman. Jari-jari minimum yang
tidak memerlukan superelevasi
Diagram superelevasi untuk tipe tikungan F-C, S-C-S, dan S-S dapat dilihat
pada Gambar 3.5, Gambar 3.6, Gambar 3.7 di bawah ini.
Gambar 5. 5 Diagram superelevasi pada tikungan F-C
Gambar 5. 6 Diagram superelevasi pada tikungan S-C-S
Perencanaan DED Jalan UNDIP - Jangli V - 13
TS ST
bagian Lsbag. lurus bag. lurus
emax (+)
emax (-)
e=0%
en
sisi luar tikungan
sisi luar tikungan
Gambar 5. 7 Diagram superelevasi pada tikungan S-S
5.3.4. Alinyemen VertikalAlinyemen vertikal adalah garis yang dibentuk oleh bidang vertikal melalui sumbu as
dalam proyeksi tegak lurus bidang gambar, yang meliputi lengkung cembung dan
lengkung cekung. Ditinjau dari awal perencanaan, bagian landai vertikal dapat berupa
positif (tanjakan), atau landai negatif (turunan) atau landai nol (datar).
A. Landai Maksimum dan Panjang Maksimum LandaiLandai maksimum hanya digunakan bila pertimbangan biaya sangat memaksa dan
hanya jarak yang pendek.
Kelandaian maksimum dimaksudkan untuk memungkinkan kendaraan bergerak terus
tanpa kehilangan kecepatan yang berarti, yang didasarkan pada kecepatan truk yang
bermuatan penuh yang mampu bergerak dengan penurunan kecepatan tidak lebih
dari separuh kecepatan semula tanpa harus menggunakan gigi rendah. Kelandaian
maksimum untuk berbagai VR (Kecepatan rencana) ditetapkan dapat dilihat dalam
tabel berikut
Tabel 5. 4 Kelandaian Jalan yang Diijinkan
Vr (Km/Jam) 120 110 100 80 60 50 40 <40
Kelandaian Maksimal (%) 3 3 4 5 8 9 10 10
Sumber : Tata Cara perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota DPU Bina Marga 1997
Panjang kritis yaitu panjang landai maksimum yang masih memungkinkan kendaraan
dapat mempertahankan kecepatannya sedemikian, sehingga penurunan kecepatan
tidak lebih dari separuh VR. Lama perjalanan tersebut tidak lebih dari satu menit. Bila
Perencanaan DED Jalan UNDIP - Jangli V - 14
pertimbangan memaksa, maka panjang kritis landai dapat dilampui dengan syarat
ada lajur pendakian untuk kendaraan berat.
Tabel 5. 5 Landai Maksimum dan Panjang Maksimum landai
Landai Maksimum 3 4 5 6 7 8 10 12
Panjang kritis (meter) 480 330 250 200 170 150 135 120
Sumber : PPGJR No. 13/1970
B. Lajur PendakianLajur pendakian yang dimaksudkan untuk menampung truk-truk yang bermuatan
berat atau kendaraan lain yang berjalan lebih lambat dari kendaraan-kendaraan lain
pada umumnya, agar kendaraan lain dapat mendahului kendaraan lambat tersebut
tanpa harus berpindah lajur atau menggunakan lajur arah berlawanan.
Lajur pendakian harus disediakan pada ruas jalan yang mempunyai kelandaian yang
besar, menerus dan volume lalu lintasnya relatif padat.
Penempatan lajur pendakian harus dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Disediakan pada jalan arteri atau kolektor
b. Apabila panjang kritis terlampui
c. Lebar jalus pendakian sama dengan lebar jalur rencana.
d. Lajur pendakian dimulai 30 meter dari awal perubahan kelandaian dengan
serongan spenjang 45 meter dan berakhir 50 meter sesudah puncak
kelandaian dengan serongan sepanjang 45 meter. (lihat gambar 3.8.)
e. Jarak minimum antara 2 lajur pendakian adalah 1,5 Km.
C. Lengkung Vertikal CembungPanjang lengkung vertikal cembung dapat dihitung dengan memperhatikan syarat-
syarat :
a. Berdasarkan jarak pandang henti
b. Berdasarkan penyerapan guncangan.
Gambar 5. 8 Lengkung vertical cembung
Perencanaan DED Jalan UNDIP - Jangli V - 15
Rumus-rumus yang digunakan : E =± ALv
800
Dimana :
Lv = panjang lengkung vertikal
A = perbedaan aljabar kedua tangen = g2-g1
E = pergeseran vertikal dari titik PPV ke bagianlengkung
D. Lengkung Vertikal CekungPenentuan panjang vertikal cekung didasarkan pada faktor keamanan bentuk
kendaraan pada malam hari (jarak jangkau lampu besar kendaraan) pertimbangan
diukur dengan ketentuan tinggi lampu = 0,75 m, berkas sinar 1°
Gambar 5. 9 . Lengkung Vertikal Cekung
5.3.5. Penampang Melintang JalanMeliputi lebar jalan, jumlah lajur, median, drainase, permukaan kelandaian, lereng
tebing galian dan timbunan serta bangunan pelengkapnya.
5.3.6. Penampang Memanjang JalanMeliputi tanjakan, turunan dan struktur tanah pada as jalan
5.3.7. Volume Galian dan Timbunan TanahDi dalam perencanaan jalan raya diusahakan agar volume galian sama dengan
timbunan tanah. Dengan mengkombinasikan alinyemen horizontal dan alinyemen
vertikal memungkinkan untuk menghitung banyaknya volume galian dan timbunan
tanah.
Langkah-langkah perhitungan galian dan timbunan tanah :
Perencanaan DED Jalan UNDIP - Jangli V - 16
a. Penentuan stationing (jarak patok 50 m) sehingga diperoleh panjang horisontal
jalan dan alinyemen horisontal jalan.
b. Penggambaran profil memanjang (alinyemen vertikal) yang memperlihatkan
perbedaan tinggi muka tanah asli dengan tinggi muka perkerasan yang akan
direncanakan.
c. Penggambaran profil melintang pada tiap titik stationing, sehingga didapat luas
penampang galian dan timbunan tanah yang diukur dengan alat planimetri.
d. Menghitung volume galian dan timbunan tanah dengan mengalikan luas
penampang rata-rata dari galian atau timbunan tanah dengan jarak antara patok.
e. Jarak profil melintang 50 m (daerah bukit) dan dengan adanya data
penampang galian ataupun timbunan yang telah dihitung (diukur) luasnya dari
profil melintang tadi, maka dapat dihitung volume galian dan timbunannya.
5.4. PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN JALANPerkerasan jalan menggunakan perkerasan lentur, terdiri dari elemen-elemen
perkerasan umum, yaitu :
a. Lapis Permukaan (Surface Course)
Merupakan lapisan paling atas dari struktur perkerasan lentur.
Fungsi lapis permukaan antara lain :
1. Sebagai bagian perkerasan untuk menahan beban roda.
2. Sebagai lapisan rapat air untuk melindungi badan jalan dari kerusakan akibat
cuaca.
3. Sebagai lapisan aus (wearing course)
b. Lapisan Pondasi Atas (Base Course)
Adalah bagian dari struktur perkerasan jalan yang terletak diantara lapis pondasi
bawah (Sub Base Course) dan lapis permukaan (Surface Course).
Fungsi lapis pondasi atas antara lain :
1. Sebagai bagian perkerasan yang menahan beban roda.
2. Sebagai perletakkan terhadap lapis permukaan.
c. Lapis Pondasi Bawah (Sub Base Course)
Merupakan bagian dari struktur perkerasan jalan yang terletak diantara tanah dasar
(Sub Grade) dan lapis pondasi atas (Base Course).
Fungsi lapis pondasi bawah antara lain :
1. Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk mendukung dan
menyebarkan beban roda.
Perencanaan DED Jalan UNDIP - Jangli V - 17
2. Mencapai efisiensi penggunaan material yang relatif murah agar lapisan-
lapisan selebihnya dapat dikurangi tebalnya (penghematan biaya produksi).
3. Untuk mencegah tanah dasar masuk ke dalam lapis pondasi.
4. Sebagai lapis pertama agar pelaksanaan berjalan lancar. Hal ini sehubungan
dengan terlalu lemahnya daya dukung tanah dasar terhadap roda-roda alat-alat
besar atau karena kondisi lapangan yang memaksa harus segera menutup
tanah dasar dari pengaruh cuaca.
d. Tanah dasar (sub grade)
Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut :
1. Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dari jenis tanah tertentu akibat
beban lalu lintas.
2. Sifat mengembang dan menyusut dari tanah.
3. Daya dukung tanah yang tidak merata dan sukar ditentukan secara pasti pada
daerah dengan macam tanah yang sangat berbeda sifat dan kedudukannya
atau akibat pelaksanaan.
4. Lendutan dan lendutan balik selama dan sesudah pembebanan lalu lintas dari
macam tanah tertentu.
5. Tambahan pemadatan akibat pembebanan lalu lintas dan penurunan yang
diakibatkan, yaitu pada tanah yang berbutir kasar (granular soil) yang tidak
dipadatkan secara baik pada saat pelaksanaan.
5.4.1 Cara Menentukan Tebal Perkerasan Jalana. Penentuan tebal rencana meliputi :
1. Lintas Ekivalen Rencana (LER)
Dengan memasukkan nilai LER maka akan didapatkan tebal D4 (untuk
tebal D1, D2, dan D3 sudah ditentukan). Dengan melihat grafik hubungan
antara besar LER dan a4 yang ekonomis.
2. Daya Dukung Tanah Dasar
Daya dukung tanah dasar (DDT) ditetapkan berdasarkan grafik korelasi
DDT dengan nilai CBR. Yang dimaksud dengan harga CBR disini adalah
harga CBR lapangan atau CBR laboratorium.
3. Faktor regional
Perencanaan DED Jalan UNDIP - Jangli V - 18
Faktor regional adalah faktor koreksi sehubungan dengan adanya
perbedaan kondisi di lapangan dengan kondisi AASHTO Road Test.
Kondisi-kondisi di lapangan dengan kondisi AASHTO Road Test. Kondisi-
kondisi yang dimaksud adalah keadaan dan iklim yang dapat
mempengaruhi keadaan pembebanan, daya dukung tanah dasar dan
perkerasan.
Tabel 5. 6 Faktor Regional (FR)
Curah Hujan
Kelandaian I (<6%) Kelandaian II (6-10%)
Kelandaian III (>10%)
% Kendaraan berat % Kendaraan berat % Kendaraan berat 30% > 30% 30% > 30% 30% > 30%
Iklim I<900 mm/th 0,5 1,0-1,5 1,0 1,5-2,0 1,5 2,0-2,5
Iklim II900 mm/th 1,5 2,0-2,5 2,0 2,5-3,0 2,5 3,0-3,5
Sumber : PTPLJR Th. 1987
Catatan : Pada bagian-bagian jalan tertentu, seperti persimpangan,
pemberhentian atau tikungan tajam (jari-jari 30 m) Frontalis
ditambah dengan 0,5, pada daerah rawa-rawa ditambah dengan
1,0
4. Indeks permukaan
Untuk menentukan perencanaan perkerasan jalan digunakan indeks
permukaan (IP) atau Serviceability Index sebagai ukuran dasar dalam
menentukan nilai perkerasan ditinjau dari kepentingan lalu-lintas.
IP = 1,0 : Adalah menyatakan permukaan jalan dalam keadaan rusak berat
sehingga sangat menganggu lalu lintas kendaraan.
IP = 1,5 : Adalah tingkat pelayanan terendah yang masih mungkin (jalan
tidak terputus).
IP = 2,0 : Adalah tingkat pelayanan rendah bagi jalan yang masih mantap.
IP = 2,5 : Adalah menyatakan jalan masih cukup stabil dan baik.
Tabel 5. 7 Indeks Permukaan pada Akhir UR (IP)
LER = Lintas Ekivalen Rencana
Klasifikasi jalan
Lokal Kolektor Arteri Tol
< 10 1,0-1,5 1,5 1,5-2,0 -
10-100 1,5 1,5-2,0 2,0 -
100-1000 1,5-2,0 2,0 2,0-2,5 -
Perencanaan DED Jalan UNDIP - Jangli V - 19
>1000 - 2,0-2,5 2,5 2,5
Sumber : PTPLJR Th 1987
LER dalam satuan angka ekivalen 8,16 ton beban sumbu tunggal.
Catatan : Pada proyek-proyek penunjang jalan, IAPAT/jalan
mutah atau jalan darurat maka IP dapatdiambil 1,0
b. Menentukan tebal Perkerasan, meliputi :
1. Indeks tebal perkerasan (ITP)
Indeks tebal perkerasan (ITP) dinyatakan dalam rumus :
ITP = a1D1 + a2D2 + a3D3
Dimana :
a1, a2, a3 = koefisien kekuatan relatif bahan-bahan perkerasan
D1, D2, D3 = tebal masing-masing berarti lapis permukaan, lapis pondasi atas
lapis pondasi bawah.
2. Koefisien kekuatan relatif
Koefisien kekuatan relatif masing-masing bahan dan kegunaan sebagai
lapis permukaan pondasi atas, pondasi bawah ditentukan secara korelasi
sesuai nilai Marshall Test (untuk bahan dengan aspal), kuat tekan (untuk
bahan yang stabilisasi dengan semen atau kapur) atau CBR (untuk bahan
lapis pondasi atas atau pondasi bawah).
Tabel 5. 8 Koefisien Kekuatan RelatifKoefisien Kekuatan Relatif Kekuatan Bahan Jenis Bahan
a1 a2 a3 MS(Kg)
Kt(Kg/cm)
CBR(%)
- 0,15 - - 22 - Stab. Tanah dengan- 0,13 - - 18 - Kapur
- 0,14 - - - 100 Batu pecah (kelas A)- 0,13 - - - 80 Batu pecah (kelas B)- 0,12 - - - 60 Batu pecah (kelas C)
- - 0,13 - - 70 Sirtu/pitrun (kelas A)- - 0,12 - - 50 Sirtu/pitrun (kelas B)- - 0,11 - - 30 Sirtu/pitrun (kelas C)
- - 0,10 - - 20 Tanahlempung kepasiranSumber : PTPLJR Th. 1997
Perencanaan DED Jalan UNDIP - Jangli V - 20
Catatan : Kuat tekan stabilisasi dengan semen diperiksa pada hari ke-
7. Kuat tekan stabilisasi tanah dengan kapur diperiksa pada
hari ke-21.
3. Batas-batas minimum tebal lapisan
Batas-batas minimum tebal lapisan ditentukan sebagai berikut :
Tabel 5. 9 Lapis Permukaan
HPTebal
Minimum (cm)
Bahan
< 3,00 15 Batu pecah, stab. Tanah dengan semen, Stab. Tanah dengan kapur
3,00-7,4920*) Batu pecah, stab. Tanah dengan semen, Stab. Tanah
dengan kapur
10 Laston Atas
3,50-9,9920 Batu pecah, stab. Tanah dengan semen, Stab. Tanah
dengan kapur15 Laston Atas
10,00-12,24 20 Batu pecah, stab. Tanah dengan semen, Stab. Tanah dengan kapur, pondasi macadam, lapen, laston atas
12,25 25 Batu pecah, stab. Tanah dengan semen, Stab. Tanah dengan kapur, pondasi macadam, lapen, laston atas
Sumber : PTPLJR Th. 1987
*) batas 20 cm tersebut dapat diturunkan menjadi 45 cm bila untuk pondasi
bawah digunakan material berbutir kasar.
BAB V KRIETRIA DESAIN5.1. TINJAUAN UMUM...................................................................................................................15.2. STANDAR PERENCANAAN...................................................................................................2
Perencanaan DED Jalan UNDIP - Jangli V - 21
5.2.1. Klarifikasi Fungsional Jalan...................................................................................................25.2.2. Klasifikasi Standar..................................................................................................................45.2.3. Klasifikasi Kondisi Medan.....................................................................................................4
5.3. ELEMEN DESAIN.....................................................................................................................55.3.1. Alinyemen Horisontal............................................................................................................5
TS = titik awal dari tangen ke spiral................................................................................................105.3.2. Pelebaran Pada Tikungan.....................................................................................................13B = n x (b’ + c) + (n - 1) x Td + z......................................................................................................135.3.3. Diagram Kemiringan Melintang (Super Elevasi).................................................................135.3.4. Alinyemen Vertikal..............................................................................................................145.3.5. Penampang Melintang Jalan.................................................................................................175.3.6. Penampang Memanjang Jalan..............................................................................................175.3.7. Volume Galian dan Timbunan Tanah..................................................................................17
5.4. PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN JALAN..............................................................18
Tabel 5. 1 Klasifikasi Kondisi Medan.....................................................................................................5Tabel 5. 2 Jari-jari Lengkung Minimum.................................................................................................5Tabel 5. 3 Panjang Lengkung Minimum Spiral dan Lereng Melintang.................................................6Tabel 5. 4 Kelandaian Jalan yang Diijinkan.........................................................................................15Tabel 5. 5 Landai Maksimum dan Panjang Maksimum landai.............................................................15Tabel 5. 6 Faktor Regional (FR)...........................................................................................................20Tabel 5. 7 Indeks Permukaan pada Akhir UR (IP)...............................................................................20Tabel 5. 8 Koefisien Kekuatan Relatif..................................................................................................21Tabel 5. 9 Lapis Permukaan..................................................................................................................22
Gambar 5. 1 Tikungan Bentuk Full-Circle..............................................................................................7Gambar 5. 2 Tikungan Bentuk Spiral-Circle-Spiral................................................................................9Gambar 5. 3 Bentuk Tikungan Spiral-spiral..........................................................................................10Gambar 5. 4 Diagram Alir Penentuan Tikungan...................................................................................12Gambar 5. 5 Diagram superelevasi pada tikungan F-C.........................................................................13Gambar 5. 6 Diagram superelevasi pada tikungan S-C-S......................................................................14Gambar 5. 7 Diagram superelevasi pada tikungan S-S..........................................................................14Gambar 5. 8 Lengkung vertical cembung..............................................................................................16Gambar 5. 9 . Lengkung Vertikal Cekung.............................................................................................17
Perencanaan DED Jalan UNDIP - Jangli V - 22