KATA PENGANTAR - · PDF fileKUMKM hanya mencapai 3,47 persen, jauh lebih rendah dibanding ......

44
i KATA PENGANTAR Pembangunan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUMKM) di Jawa Barat bertujuan untuk menempatkan peran dan posisi pelaku ekonomi KUMKM dalam perekonomian regional, yang mampu menciptakan lapangan kerja, mengatasi kemiskinan dan pengangguran serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Hingga saat ini posisi dan peran KUMKM di Jawa Barat merupakan pelaku ekonomi dominan, 99,9 persen dari total pelaku usaha, mampu menyerap sekitar 87,12 persen dari total pekerja, serta memberikan kontribusi cukup besar (lebih dari 60 persen) terhadap PDRB Jawa Barat. Besarnya peran KUMKM tersebut ternyata tidak berbanding lurus dengan produktivitasnya, karena nilai tambah yang diperoleh KUMKM hanya mencapai 3,47 persen, jauh lebih rendah dibanding dengan pelaku usaha besar yang mencapai 96,53 persen. Rendahnya produktivitas KUMKM antara lain disebabkan kelemahan akses mereka terhadap aspek sumber daya manusia, pasar, permodalan, teknologi, bahan baku, dan tempat usaha. Sebagai upaya untuk mengatasi kendala-kendala pengembangan KUMKM tersebut, maka fasilitasi pihak Pemerintah masih sangat dibutuhkan, yang salah satu upaya fasilitasinya tersebut adalah melalui pengelolaan dana bergulir bagi Usaha Mikro dan Kecil. Untuk kelancaran, dan optimalisasi pemanfaatan dalam penyaluran dana bergulir bagi Usaha Mikro dan Kecil agar memenuhi azas keadilan, transparansi, dan kejujuran, maka Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Provinsi Jawa Barat menyusun Pedoman Teknis Pengelolaan Dana Bergulir Bagi

Transcript of KATA PENGANTAR - · PDF fileKUMKM hanya mencapai 3,47 persen, jauh lebih rendah dibanding ......

i

KATA PENGANTAR

Pembangunan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUMKM) di Jawa Barat bertujuan untuk menempatkan peran dan posisi pelaku ekonomi KUMKM dalam perekonomian regional, yang mampu menciptakan lapangan kerja, mengatasi kemiskinan dan pengangguran serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Hingga saat ini posisi dan peran KUMKM di Jawa Barat merupakan pelaku ekonomi dominan, 99,9 persen dari total pelaku usaha, mampu menyerap sekitar 87,12 persen dari total pekerja, serta memberikan kontribusi cukup besar (lebih dari 60 persen) terhadap PDRB Jawa Barat.

Besarnya peran KUMKM tersebut ternyata tidak berbanding lurus dengan produktivitasnya, karena nilai tambah yang diperoleh KUMKM hanya mencapai 3,47 persen, jauh lebih rendah dibanding dengan pelaku usaha besar yang mencapai 96,53 persen. Rendahnya produktivitas KUMKM antara lain disebabkan kelemahan akses mereka terhadap aspek sumber daya manusia, pasar, permodalan, teknologi, bahan baku, dan tempat usaha.

Sebagai upaya untuk mengatasi kendala-kendala pengembangan KUMKM tersebut, maka fasilitasi pihak Pemerintah masih sangat dibutuhkan, yang salah satu upaya fasilitasinya tersebut adalah melalui pengelolaan dana bergulir bagi Usaha Mikro dan Kecil.

Untuk kelancaran, dan optimalisasi pemanfaatan dalam penyaluran dana bergulir bagi Usaha Mikro dan Kecil agar memenuhi azas keadilan, transparansi, dan kejujuran, maka Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Provinsi Jawa Barat menyusun Pedoman Teknis Pengelolaan Dana Bergulir Bagi

ii

Usaha Mikro dan Kecil yang selanjutnya disebut Kredit Cinta Rakyat (KCR) sebagai panduan bagi semua pihak terkait dalam pelaksanaan penyiapan, penyaluran dan pemanfaatan dana Kredit Cinta Rakyat tersebut.

Besar harapan kami, semoga KCR dimaksud dapat memberikan manfaat dan dampak positif, sebagai perwujudan kepedulian dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat bagi kesejahteraan masyarakat khususnya pelaku Usaha Mikro dan Kecil.

Bandung, Desember 2011

Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Provinsi Jawa Barat

Kepala,

Drs. Wawan Hernawan, MA

Pembina Utama Muda NIP. 19621112 198803 1 004

iii

DAFTAR ISI Hal.

KATA PENGANTAR ............................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................ iii

BAB I. UMUM .......................................................................... 1

1.1 Pendahuluan ......................................................... 1 1.2 Dasar Pelaksanaan ................................................ 2 1.3 Ketentuan Umum ................................................. 6 1.4 Maksud dan Tujuan .............................................. 8 1.5 Pemanfaatan dan Sasaran ..................................... 9

BAB II. SUMBER DANA DAN ALOKASI KREDIT CINTA RAKYAT ....................................................................................

11

2.1 Sumber Dana ........................................................ 11 2.2 Alokasi dan Plafon ............................................... 11

BAB III. SASARAN DAN KRITERIA PENERIMA KREDIT CINTA RAKYAT .....................................................................

12

BAB IV. PROSES PENGAJUAN DAN PENGEMBALIAN KREDIT CINTA RAKYAT .......................................................

14

4.1 Tata Cara Pengajuan ............................................ 14 4.2 Prosedur Pengajuan .............................................. 14 4.3 Persyaratan Administrasi ..................................... 16 4.4 Pengembalian ....................................................... 17

BAB V. KELOMPOK KERJA ................................................... 21 5.1 Susunan Organisasi Kelompok Kerja .................. 21 5.2 Uraian Tugas ........................................................ 25

BAB VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN .... 29

BAB VII. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN ....................................................................

30

BAB VIII. PENUTUP ............................................................... 31

iv

1

I. UMUM 1.1 Pendahuluan

Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUMKM) di Jawa Barat merupakan pelaku ekonomi dominan (99,9 persen dari total pelaku usaha). Pada tahun 2010, jumlah Koperasi di Jawa Barat mencapai 23.091 unit, dan UMKM sebanyak 8.730.254 unit yang mampu menyerap tenaga kerja sebesar 13.966.511 orang atau 86,66 persen dari total pekerja di Jawa Barat. Kontribusi KUMKM terhadap perekonomian Jawa Barat pada tahun yang sama mencapai 60,86%1

Dalam rangka mengatasi permasalahan yang dihadapi KUMKM tersebut, maka Pemerintah Provinsi Jawa Barat

. Namun besarnya jumlah pelaku KUMKM tersebut tidak

berbanding lurus dengan produktivitas, karena nilai tambah yang diperoleh KUMKM hanya mencapai 3,47 persen, jauh lebih rendah dibanding dengan pelaku usaha besar yang mencapai 96,53 persen. Rendahnya produktivitas KUMKM antara lain disebabkan kelemahan akses mereka terhadap aspek sumber daya manusia, pasar, permodalan, teknologi, bahan baku, dan tempat usaha.

Fasilitasi dan pendukungan pemerintah berupa program pengembangan usaha menjadi sangat penting dalam turut serta memecahkan permasalahan yang dihadapi KUMKM. Program-program yang dipandang sangat perlu dikembangkan oleh pemerintah antara lain adalah: penguatan kelembagaan, kemudahan dalam pemberian perijinan usaha, pendampingan usaha, pendidikan dan pelatihan, promosi produk, penyediaan tempat usaha, bantuan teknologi tepat guna, bantuan permodalan, penyediaan informasi, serta fasilitasi legal aspek produk.

1 Data BPS tahun 2010

2

melaksanakan penyediaan Dana Bergulir bagi Usaha Mikro dan Kecil, yang dikerjasamakan dengan Bank Pelaksana yang ditunjuk, dalam pelaksanaannya merupakan skim kredit tersendiri yaitu Kredit Cinta Rakyat (KCR).

1.2 Dasar Pelaksanaan

1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Jakarta Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 15) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4744) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010);

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3472) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790);

3

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3502);

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3817);

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3843) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4962);

6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

7. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4

8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

9. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4866);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3718);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3743);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

5

14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4761);

17. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 Nomor 9 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 46);

18. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 Nomor 11 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 47);

19. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2010 tentang Pemberdayaan dan Pengembangan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 Nomor 10 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 76);

6

20. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Dana Bergulir bagi Usaha Mikro dan Kecil (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 Nomor 8 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 101);

21. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 57 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Dana Bergulir bagi Usaha Mikro dan Kecil (Berita Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 Nomor 56 Seri E);

22. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 584.2/Kep. 1566-Diskop UMKM/2011, tanggal 28 November 2011, tentang Penunjukkan PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk. Sebagai Bank Pelaksana Pengelolaan Dana Bergulir Bagi Usaha Mikro dan Kecil;

23. Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten,

Tbk. Nomor Tentang Pengelolaan Dana Bergulir Bagi Usaha Mikro dan Kecil.

1.3 Ketentuan Umum

Dalam Pedoman Teknis ini, yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Provinsi Jawa Barat.

2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat.

7

3. Gubernur adalah Gubernur Jawa Barat.

4. Organisasi Perangkat Daerah adalah Organisasi Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, yang menyelenggarakan pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil sesuai sektornya.

5. Dinas adalah Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Provinsi Jawa Barat.

6. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Provinsi Jawa Barat.

7. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disebut APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Barat.

8. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disebut PPKD adalah Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagai Bendahara Umum Daerah.

9. Dana Bergulir adalah penyediaan dana oleh Pemerintah Daerah yang disalurkan melalui Unit Pelaksana Teknis Dinas/Bank Pelaksana untuk meningkatkan akses pembiayaan Usaha Mikro dan Kecil.

10. Dana bergulir yang dimaksud dalam pedoman teknis ini adalah Kredit Cinta Rakyat disingkat KCR.

11. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perseorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

8

12. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri dan dilakukan oleh milik orang perorangan dan/atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar, yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

13. Bank Pelaksana adalah bank sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

14. Bank Pelaksana dimaksud sesuai dengan Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 584.2/Kep. 1566-Diskop UMKM/2011, tanggal 28 November 2011, tentang Penunjukkan PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk. Sebagai Bank Pelaksana Pengelolaan Dana Bergulir Bagi Usaha Mikro dan Kecil, yang selanjutnya disebut Bank.

1.4 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penyusunan pedoman teknis Kredit Cinta Rakyat bagi usaha mikro dan kecil adalah sebagai acuan dalam melakukan evaluasi tentang keabsahan dan kelengkapan pesyaratan permohonan kredit dana bergulir, dengan tujuan untuk menunjang pencapaian sasaran program dan kegiatan pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil, dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan, rasionalitas dan manfaat untuk masyarakat.

9

1.5 Pemanfaatan dan Sasaran

Pemanfaatan dan Sasaran Kredit Cinta Rakyat bagi Usaha Mikro dan Kecil adalah: 1. Pemanfaatan:

a. Usaha Mikro dan Kecil peserta program dana bergulir memanfaatkan dana bergulir untuk penambahan modal kerja dan/atau investasi yang bersifat produktif.

b. Usaha yang dikembangkan oleh Usaha Mikro dan Kecil merupakan usaha yang mampu menyerap tenaga kerja di lingkungannya.

2. Sasaran dana bergulir adalah: a. Usaha Mikro dan Kecil yang bergerak di sektor produktif,

meliputi : - pengembangan pertanian tanaman pangan; - pengembangan tanaman holtikultura; - pengembangan perkebunan; - pengadaan pangan berupa gabah, jagung, kedelai; - pengembangan peternakan dan perikanan; - penangkapan dan pembudidayaan ikan; - pengadaan/peremajaan peralatan, mesin dan sarana

lainnya yang diperlukan untuk menunjang kegiatan usaha penangkapan dan pembudidayaan ikan; (penangkapan ikan meliputi kegiatan usaha penangkapan dengan menggunakan alat tangkap pancing dan alat bantu rumpon, gill net dan purse seine dan/atau pembudidayaan ikan meliputi kegiatan usaha pembudidayaan udang, nila gurame, patin, lele, kerapu macan, mas);

- pengembangan rumput laut; - pertambangan rakyat.

10

b. Usaha Mikro dan Kecil yang tidak sedang menerima fasilitas kredit dari Lembaga Keuangan Bank.

11

II. SUMBER DANA DAN ALOKASI KREDIT CINTA RAKYAT

2.1 Sumber Dana 1. Sumber dana Kredit Cinta Rakyat bagi Usaha Mikro dan Kecil

berasal dari APBD Provinsi Jawa Barat Tahun 2011; 2. Kredit Cinta Rakyat berstatus investasi non permanen

Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat, yang harus dikembalikan oleh Bank Pelaksana dan disetor melalui Kas Daerah Provinsi Jawa Barat.

2.2 Alokasi dan Plafon 1. Jumlah alokasi Kredit Cinta Rakyat yang tersedia sebesar

Rp.165.000.000.000 (seratus enam puluh lima miliar rupiah) 2. Besaran plafon Kredit Cinta Rakyat, bagi:

a. Usaha Mikro, paling tinggi sebesar Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah);

b. Usaha Kecil, diatas Rp. 20.000.000, - (dua puluh juta rupiah) sampai dengan paling tinggi sebesar Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah);

12

III. SASARAN DAN KRITERIA PENERIMA KREDIT CINTA RAKYAT

1. Sasaran penyaluran Kredit Cinta Rakyat oleh Bank Pelaksana

yaitu Usaha Mikro dan Kecil yang bergerak di sektor produktif, meliputi pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan, perindustrian, pertambangan rakyat dan sektor lainnya.

2. Kriteria Usaha Mikro dan Kecil Penerima Kredit Cinta Rakyat adalah :

a. Usaha Mikro :

1. memiliki alamat dan pemilik yang jelas; 2. memiliki kegiatan usaha yang jelas; 3. memiliki prospek usaha yang baik; 4. memiliki sarana dan prasarana usaha; dan 5. telah melakukan aktivitas usaha, paling kurang 1 (satu)

tahun.

b. Usaha Kecil :

1. memiliki alamat dan pemilik yang jelas; 2. memiliki kegiatan usaha yang jelas; 3. memiliki prospek usaha yang baik; 4. memiliki sarana dan prasarana usaha; 5. memiliki tenaga kerja minimal 4 orang; dan 6. telah melakukan aktivitas usaha, paling kurang 1 (satu)

tahun.

3. Calon penerima Kredit Cinta Rakyat adalah Usaha Mikro dan Kecil yang tidak sedang menerima fasilitas kredit dari Lembaga Keuangan Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank.

13

4. Penerima Kredit Cinta Rakyat Usaha Mikro dan Kecil hanya dapat menerima satu kali fasilitas Kredit Cinta Rakyat dari Bank Pelaksana, kecuali penerima Kredit Cinta Rakyat Usaha Mikro yang memenuhi persyaratan Usaha Kecil.

14

IV. PROSES PENGAJUAN DAN PENGEMBALIAN KREDIT CINTA RAKYAT

4.1 Tata Cara Pengajuan

Pengajuan Kredit Cinta Rakyat (KCR) oleh Usaha Mikro dan Kecil dilakukan secara langsung kepada Bank Pelaksana. 4.2. Prosedur Pengajuan

1. Calon Debitur menyampaikan permohonan KCR secara langsung atau melalui OPD kepada Bank Pelaksana dengan mengisi formulir permohonan kredit dan melengkapi berkas-berkas yang dipersyaratkan.

2. Bank Pelaksana dapat menerima atau menolak setiap permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur.

3. Memastikan bahwa pemohon kredit tidak sedang menerima fasilitas kredit dari Lembaga Keuangan Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank, serta memastikan bahwa calon debitur tidak termasuk kedalam debitur yang bermasalah dengan melakukan pengecekan pada Sistem Informasi Debitur (SID) dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Pengecekan SID wajib dilakukan kepada calon debitur beserta pasangannya (suami atau isteri).

b. Untuk calon debitur yang belum menikah, pengecekan SID hanya dilakukan kepada calon debitur yang bersangkutan.

c. Berikut kriteria-kriteria pengecekan SID yang dinyatakan “POSITIF” pada periode 6 (enam) bulan terakhir dan berhak lolos untuk diproses lebih lanjut atas kondisi kolektibilitas calon debitur dan atau pasangan dibulan terakhir :

15

• Hasil pengecekan SID menunjukkan kolektibilitas terakhir calon debitur “1” (satu).

• Calon debitur dengan kolektibilitas terakhir “2” (dua) akan tetapi dapat menunjukkan bukti tertulis bahwa pembayaran telah dilakukan.

d. Untuk calon debitur dengan kondisi kolektibilitas selain tercantum dalam butir c diatas dinyatakan NEGATIF dan tidak layak dilanjutkan ke proses selanjutnya.

e. Melakukan pengecekan ulang SID sebelum realisasi kredit calon debitur.

Dalam hal hasil pengecekan SID calon debitur beserta pasangan (suami/isteri) dinyatakan POSITIF, maka proses dilanjutkan dengan melakukan hal-hal sebagai berikut : a. Bank Pelaksana meminta informasi calon debitur melalui

OPD terkait Cq. Tim koordinasi yang telah ditunjuk dan ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Jawa Barat, dengan mengirimkan surat konfirmasi mengenai track record kredit calon debitur sesuai dengan database yang dimiliki oleh OPD terkait dan memastikan calon debitur berprofesi sebagai pelaku usaha di wilayah Provinsi Jawa Barat;

b. Surat dikirim dengan surat tercatatatan ditembuskan kepada Dinas.

c. Apabila OPD terkait tidak memberikan jawaban atas surat konfirmasi dari Bank Pelaksana selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja sejak surat konfirmasi diterima Pihak OPD terkait, maka Bank Pelaksana dapat melanjutkan proses analisa tanpa adanya surat konfirmasi dari OPD terkait.

16

d. Jangka waktu proses pengajuan sampai pencairan KCR selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja, terhitung sejak persyaratan pengajuan lengkap diterima Bank Pelaksana.

4.3. Persyaratan Administrasi

1. Fotokopi KTP; 2. Fotokopi Kartu Keluarga; 3. Fotokopi Surat Nikah (khusus bagi yang sudah berkeluarga); 4. Mengisi formulir pengajuan kredit dan melampirkan catatan

mengenai penjualan dan pembelian atau catatan lain yang menunjukan kondisi usaha;

UMK Bank

Bank

Akad

Pencairan

OPD

Tidak

Ya

3 hari

7 hari

3 hari

10 hari +

17

5. Fotokopi bukti pembayaran listrik, air dan telepon bulan terakhir, apabila dirumah calon debitur terdapat fasilitas tersebut;

6. Fotokopi bukti kepemilikan jaminan yang sah; 7. Persyaratan lainnya yang diperlukan oleh Bank Pelaksana. 8. Fotokopi Surat Keterangan Usaha yang dikeluarkan oleh

Desa/Kelurahan setempat/Instansi terkait; Keterangan : Surat Keterangan Usaha diserahkan ke Bank Pelaksana sebagai syarat penandatangan Perjanjian Kredit

4.4. Pengembalian

1. Jangka Waktu Kredit Cinta Rakyat, yaitu : a. Maksimal 3 (tiga) tahun untuk Kredit Modal Kerja atau

disesuaikan dengan Tanggal Jatuh Tempo Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Bank Pelaksana

b. Maksimal 5 (lima) tahun untuk Kredit Investasi atau disesuaikan dengan Tanggal Jatuh Tempo Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Bank Keterangan : Tanggal jatuh tempo kredit yang diberikan kepada Debitur tidak boleh melebihi tanggal Jatuh Tempo Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Bank.

2. Tingkat Suku Bunga Suku bunga sebesar 9,3 efektif per tahun

3. Biaya Provisi 0,5% dari plafond kredit.

18

4. Denda 1 0/00 (satu per mil) per hari, dengan ketentuan paling tinggi 5% (lima persen) dari sisa tunggakan

5. Asuransi Asuransi Barang-Barang Jaminan a. Terhadap barang-barang jaminan yang insurable (dapat

diasuransikan) wajib ditutup asuransi dan biaya premi atas penutupan asuransi untuk barang jaminan menjadi beban Debitur.

b. Jaminan dalam bentuk kendaraan bermotor wajib ditutup asuransi kendaraan dengan klausula minimal “TLO / Total Loss Only”

c. Jaminan dalam bentuk Bangunan/Toko/Kios/Los wajib ditutup asuransi kebakaran.

Lain-lain a. Jangka waktu pertanggungan adalah selama jangka waktu

kredit (termasuk apabila terdapat perpanjangan) b. Penutupan asuransi atau pertanggungan dilakukan kepada

perusahaan asuransi atau lembaga penjamin yang telah menjadi rekanan Bank Pelaksana.

c. Penutupan asuransi barang-barang jaminan wajib dilakukan secara Banker’s Clause.

d. Biaya materai terkait pengikatan kredit dan pengikatan agunan menjadi beban Bank Pelaksana.

6. Angsuran Pokok dan/atau Bunga a. Angsuran pokok dilakukan sesuai siklus usahanya b. Untuk Kredit Investasi tidak diperkenankan pembayaran

pokok dan/atau bunga secara sekaligus pada saat jatuh tempo kredit.

19

c. Untuk Kredit Modal Kerja yang memiliki jangka waktu lebih dari 1 (satu) tahun tidak diperkenankan pembayaran pokok dan/atau bunga secara sekaligus pada saat jatuh tempo kredit.

7. Metode Pencairan Pinjaman a. Pencairan dapat dilakukan secara sekaligus atau bertahap

sesuai kebutuhan melalui pemindahbukuan ke rekening Debitur di Bank Pelaksana.

b. Khusus untuk Kredit Investasi diatur sebagai berikut : 1. Debitur harus mempunyai self financing minimal

sebesar 25 %, self financing tersebut dapat berupa fresh money atau progress investasi yang telah berjalan atau bukti pembayaran uang muka atas investasi yang dijalankan. Adanya Self financing harus dibuktikan dengan melampirkan bukti/dokumen tertulis yang dapat menunjukkan adanya self financing tersebut (misal : kuitansi pembayaran uang muka)

2. Penggunaan fasilitas kredit untuk pembelian barang investasi diwajibkan melalui pemindahbukuan atau transfer atau metoda lainnya dari rekening Debitur kepada rekening Penjual/Supplier atau apabila dilakukan secara tunai agar didampingi oleh petugas Bank Pelaksana.

3. Penggunaan fasilitas kredit untuk tujuan pembangunan sarana tempat usaha didasarkan kepada progress pembangunan atas investasi yang dijalankan dengan melampirkan bukti pembelian material, biaya tukang dan biaya-biaya lainnya yang dikeluarkan debitur.

4. Atas masing-masing penarikan fasilitas yang dilakukan Debitur wajib didukung oleh bukti/dokumen pembelian barang investasi atau lainnya.

20

5. Debitur tidak diperkenankan untuk melakukan penarikan selanjutnya apabila tidak dapat menyampaikan bukti pendukung atas penggunaan fasilitas yang telah ditarik sebelumnya.

6. Barang investasi yang dibiayai oleh Bank Pelaksana tersebut wajib diikat sebagai jaminan/agunan pokok sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

8. Agunan

Jenis agunan yang dapat diterima dalam Kredit Cinta Rakyat adalah :

Jenis Agunan Bukti Kepemilikan

Tanah dan/atau Bangunan Girik/Akta Tanah/Letter-C/bukti kepemilikan lain yang sejenis untuk tanah adat.

Tanah dan / atau Bangunan SHM / SHGB / SHGU

Toko / Lapak / Los / Kios SHM / SHGB / SHGU / SPTB / HKP / Surat Ijin Pemakaian Kios

Kendaraan Bermotor Roda 2 / Roda 4

Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB)

Cash Collateral

Bilyet Deposito / Rekening Tabungan / Rekening Giro bank bjb

9. Perjanjian Kredit

Perjanjian Kredit Cinta Rakyat dilakukan di bawah tangan untuk Plafond kredit maksimal sampai dengan Rp.50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)

21

V. KELOMPOK KERJA

5.1 Susunan Organisasi Kelompok Kerja Susunan Personalia Program Kredit Cinta Rakyat bagi Usaha Mikro dan Kecil, terdiri dari: 1. Tim Koordinasi Provinsi, terdiri dari :

Pengarah : 1. Asisten Adminsitrasi Perekonomian Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat.

2. Asisten Administrasi Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat

3. Pemimpin Bank Indonesia Bandung.

4. Pemimpin PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk.

Ketua : Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Provinsi Jawa Barat.

Wakil Ketua : 1. Kepala Biro Administrasi Perekonomian Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat.

2. Direktur Retail Banking PT. Bank Pembangunan Daerah Jabar dan Banten, Tbk.

Sekretaris : 1. Kepala Bidang Pembiayaan dan Teknologi pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Provinsi Jawa Barat.

22

2. Pemimpin Divisi Mikro PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk

Anggota : 1. Sony Sulaeman; Pemimpin Group Kredit Program Pada Divisi Mikro PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk.

2. Ir. Yudi Wahyudin, MM; Staf Pada Biro Administrasi Perekonomian Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat.

3. Ghilang Gumilar Gunawan, SE; Staf Seksi Dunia Usaha Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat;

4. Piping Junaedi, SE; Kasubid Peningkatan Mutu dan Pemasaran pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Provinsi Jawa Barat;

5. DR. Ir. H. Almursyd, MMA; Kepala Seksi Sarana dan Pembiayaan Pada Bidang Sumber Daya Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat;

6. Ir. Pipin Widaningrum; Kepala Seksi Fasilitasi Usaha dan Kelembagaan pada Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat;

7. Ir. A.M. Ridwan MP; Kepala Seksi Kerajinan Pada Bidang Industri Aneka Kimia dan Kerajinan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat;

23

8. Dra. Jojormine H N; Kepala Seksi Kelembagaan dan Pemasaran pada Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat;

9. Dedi Hendrawan, S. Hut., MM; Kepala Seksi Aneka Usaha Kehutanan (KUK) pada Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat;

10. Ir. Dadi Radiana; Kepala Selsi Permodalan pada Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat;

11. Dra. Nanik Suprapti, MM; Kepala Seksi Kerjasama dan Promosi Pada Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat;

12. Ruti Riyasanti; Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat Pariwisata pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat

13. Drs. Kusmana Hartadji, MM; Kepala Seksi Penilaian Pembiayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

14. R. Rudibilah, S. Sos; Kepala Seksi Penilaian Pembiayaan Koperasi Pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

Sekretariat : Bidang Pembiayaan dan Teknologi pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Provinsi Jawa Barat.

24

1. Tim Penyusun Pedoman Teknis Ketua : Hariandy Hasbi, MM Anggota : a. Dr. H. Ery Supriyadi, Ir, MT b. Dr. Ir. Yusman Taufik, MS c. Iwan Gunawan , S.S, MM d. Mohamad Mustafa, SE

2. Tim Pengelola Dana Bergulir Dinas Koperasi dan UMKM

Provinsi Jawa Barat.

Penanggung Jawab : Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Barat

Ketua Tim : Kepala Bidang Pembiayaan dan Teknologi

Wakil Ketua Tim : 1. Kepala Bidang Pengawasan 2. Kepala Bidang Koperasi 3. Kepala Bidang Kemitraan dan

Pengembangan Produk UMKM 4. Kepala Balai Pelatihan Tenaga

Koperasi dan UMKM

Sekretaris Tim : Kepala Seksi Penilaian Pembiayaan UMKM

Anggota Tim : 1. Kepala Seksi Penilaian Pembiayaan Koperasi 2. Kepala Seksi Pengembangan Kewirausahaan dan Teknologi

KUMKM 3. Kepala Seksi Kelembagaan Koperasi 4. Kepala Seksi Penyuluhan Koperasi 5. Kepala Seksi Usaha Koperasi 6. Kepala Seksi Promosi dan Pemasaran Produk UMKM

25

7. Kepala Seksi Kemitraan UMKM 8. Kepala Seksi Fasilitasi dan Pengembangan Produk KUMKM 9. Kepala Seksi Evaluasi dan Pengendalian 10. Kepala Seksi pengembangan dan penguatan 11. Kepala Seksi Data dan Informasi 12. Kepala Seksi Penyelenggaraan Pelatihan 13. Kepala Seksi Perencanaan dan Evaluasi

5.2 Uraian Tugas

Tugas dari masing-masing tim adalah sebagai berikut:

a. Tim Provinsi

I. PENGARAH : Memberikan arahan kepada Tim dalam melaksanakan pembinaan, pengembangan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan dana bergulir bagi Usaha Mikro dan Kecil.

II. KETUA :

1. Menyusun kebijakan umum pelaksanaan pengelolaan dana bergulir bagi Usaha Mikro dan Kecil;

2. Memimpin kegiatan Tim; dan 3. Melaporkan hasil pembinaan, pengembangan, monitoring

dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan dana bergulir bagi Usaha Mikro dan Kecil secara berkala setiap 3 (tiga) bulan sekali kepada Gubernur Jawa Barat sebagai bahan penetapan kebijakan.

26

III. WAKIL KETUA

1. Membantu tugas Ketua dalam mengevaluasi dan melapokan kegiatan pembinaan, pengembangan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan dana bergulir bagi Usaha Mikro dan Kecil; dan

2. Mewakili pelaksanaan tugas Ketua, dalam hal Ketua berhalangan.

IV. SEKRETARIS

1. Menyusun rencana kerja Tim; 2. Memfasitasi dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas

Tim; dan 3. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan Tim kepada

Ketua.

V. ANGGOTA

1. Menginventarisasi dan menyiapkan permohonan dana bergulir dari Usaha Mikro dan Kecil sesuai sektor masing-masing OPD;

2. Melaksanakan pembinaan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan dana bergulir pada Usaha Mikro dan Kecil sesuai sektor masing-masing OPD; dan

3. Menyiapkan bahan laporan pembinaan, pengembangan, dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan dana bergulir pada Usaha Mikro dan Kecil sesuai sektor masing-masing OPD;

27

VI. SEKRETARIAT

1. Membantu Sekretaris dalam menyelenggarakan ketatalaksanaan kegiatan pembinaan, pengembangan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan dana bergulir bagi Usaha Mikro dan Kecil; dan

2. Menyiapkan bahan laporan kegiatan pembinaan, pengembangan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan dana bergulir bagi Usaha Mikro dan Kecil.

b. Tim Penyusun Pedoman Teknis

Tugas Pokok Tim Penyusun.

Merumuskan pedoman Teknis Pengelolaan Dana Bergulir Bagi Usaha Mikro dan Kecil.

Fungsi Tim Penyusun

1. Persiapan pelaksanaan penyusunan pedoman; 2. Pengkoordinasian pelaksanaan penyusunan pedoman dengan

Pemerintah Provinsi Jawa Barat; 3. Penyusunan pedoman;

Pelaporan seluruh tahapan penyusunan pedoman kepada Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Provinsi Jawa Barat.

28

c. Tim Pengelola Dana Bergulir Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Barat.

Tugas Pokok

Membantu kelancanaran tugas Tim Pengelola dana Bergulir yang dibentuk berdasarkan Keputusan Gubernur

Fungsi Tim:

a. Memberikan informasi tentang UMK Calon Penerima dana bergulir apabila diminta bantuan oleh Bank Pelaksana.

b. Melaksanakan monitoring dan evaluasi pengelolaan dana bergulir.

c. Melaksanakan pembinaan kelembagaan Usaha Mikro dan Kecil penerima dana bergulir.

d. Melaksanakan koordinasi dengan OPD terkait dalam melaksanakan pembinaan teknis substansial kepada Usaha Mikro dan Kecil penerima dana bergulir.

29

VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN 1. Bank Pelaksana wajib melakukan koordinasi dengan Dinas

dalam pelaksanaan Kredit Cinta Rakyat;

2. Bank Pelaksana wajib melaporkan realisasi penyaluran, pemanfaatan dan pengembalian Kredit Cinta Rakyat secara periodik setiap bulan, paling lambat pada tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan berikutnya kepada Dinas, dengan tembusan disampaikan kepada OPD terkait sesuai sektor usaha, yaitu : a. Nama b. Alamat c. Telepon d. Jenis/Bidang Usaha e. Tanggal Realisasi f. Jumlah Pengajuan g. Jumlah Realisasi h. Outstanding Kredit bulan terakhir (akumulasi);

3. Bank Pelaksana wajib membuat laporan pengelolaan Kredit Cinta Rakyat secara rinci semua atribut maupun dokumentasinya dan menyampaikanya secara tertulis ke Dinas setelah berakhirnya Perjanjian Kerjasama.

4. Setiap kegiatan monitoring dan evaluasi yang dilaporkan oleh Bank Pelaksana wajib disahkan dan ditandatangi oleh pimpinan Bank Pelaksana.

5. Laporan kegiatan koordinasi, realisasi penyaluran, pemanfaatan dan pengembalian kredit, maupun pengelolaan Kredit Cinta Rakyat sebagaimana dimaksud pada angka 1, 2, dan 3 pada Bab ini berfungsi juga sebagai pertanggungjawaban dan atau dokumentasi sah dari Bank Pelaksana terhadap pelaksanaan dan capaian kegiatan dari Kredit Cinta Rakyat.

30

VII. PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PENGENDALIAN

1. UMK Penerima Kredit Cinta Rakyat akan menerima pembinaan:

a. Dinas melaksanakan pembinaan kelembagaan Usaha Mikro dan Kecil penerima Kredit Cinta Rakyat

b. Dalam rangka melaksanakan pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dinas melakukan koordinasi dengan OPD terkait

c. OPD melaksanakan pembinaan teknis substansial kepada Usaha Mikro dan Kecil penerima Kredit Cinta Rakyat

d. Bank Pelaksana melaksanakan pembinaan administrasi keuangan dan lainnya kepada Usaha Mikro dan Kecil penerima Kredit Cinta Rakyat.

2. Bank Pelaksana melaksanakan pengawasan terhadap penyaluran, pemanfaatan dan pengembalian Kredit Cinta Rakyat

3. Bank Pelaksana melaksanakan penertiban administrasi dan pengendalian terhadap penyaluran, pemanfaatan dan pengembalian Kredit Cinta Rakyat

31

VIII. PENUTUP 1. Hal-hal yang belum cukup diatur dalam pedoman ini sepanjang

mengenai teknis pelaksanaannya, akan diatur lebih lanjut oleh Kepala OPD Provinsi dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pedoman ini.

2. Pedoman Program Kredit Cinta Rakyat ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, sebagai panduan pihak terkait dalam pelaksanaan penyaluran dan pemanfaatan program/bantuan yang bersumber dari APBD Provinsi Tahun 2011

------------ooo00O00ooo------------

32

33

LAMPIRAN-LAMPIRAN FORMAT

34

35

36

37

\

38

LAPO

RA

N R

EALI

SASI

PEN

YA

LUR

AN

, PEM

AN

FAA

TAN

DA

N P

ENG

EMB

ALI

AN

KR

EDIT

CIN

TA R

AK

YA

T

BU

LAN

: …

……

……

……

……

……

……

……

..

No

Nam

aAl

amat

No.

Tlp

.Bi

dang

/Jen

is

Usah

aTa

ngga

l Re

alis

asi

Jum

lah

Peng

ajua

nJu

mla

h Re

alis

asi

Out

stan

ding

Kre

dit

(bln

tera

khir

akum

ulas

i)

39

40