KATA PENGANTAR - dinkes.kalteng.go.id Kesehatan Prov.Kalteng Tahun 2017... · KATA PENGANTAR Puji...

135

Transcript of KATA PENGANTAR - dinkes.kalteng.go.id Kesehatan Prov.Kalteng Tahun 2017... · KATA PENGANTAR Puji...

i Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya sehingga

buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017 dapat diselesaikan.

Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017 ini dapat diselesaikan

berkat bantuan banyak pihak yang terlibat di dalamnya khususnya dalam pengisian

data-data yang diperlukan dalam profil ini. Sumber data dalam penyusunan buku profil

ini dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Tengah, BKKBN Provinsi Kalimantan

Tengah, Biro pemerintahan Setda Provinsi Kalimantan Tengah dan Buku Profil

Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2017 serta data dari bidang-bidang di Lingkungan

Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah.

Hasil Pembangunan kesehatan pada tahun 2017 di Provinsi Kalimantan Tengah

menunjukan hasil yang cukup bagus. Namun beberapa indikator MDGs dan Renstra

yang belum mencapai target seperti AKI, AKB dan AKABA, prevalensi masalah gizi serta

penanganan masalah TB, Malaria dan HIV/AIDS. Selain itu masalah penyehatan

lingkungan seperti rumah sehat, MTBS, sumber air minum yang layak perlu

mendapatkan perhatian yang serius dari semua komponen yang terlibat, hal ini

mengindikasikan perlu adanya kerja keras dari semua pemangku kebijakan di bidang

kesehatan.

Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017 ini bertujuan m-

emberikan informasi dan gambaran tentang derajat kesehatan dan upaya kesehatan

serta hasil-hasil yang telah dicapai dalam pembangunan kesehatan kabupaten/kota di

Provinsi Kalimantan Tengah berdasarkan gender yang tergambar dalam data tabel,

grafik, peta dan indikator dan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Data kesehatan yang

terpilah menurut jenis kelamin dapat dijadikan data pembuka wawasan yang dapat

menggambarkan kondisi, kebutuhan dan persoalan yang dihadapi laki-laki dan

perempuan terkait dengan akses, partisipasi, kontrol dan manfaat dalam pembangunan

bidang kesehatan. Data yang responsif gender ini juga akan membantu dalam proses

penyusunan rencana dan penganggaran program pembangunan kesehatan di pusat

dan daerah.

Buku Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017 ini disajikan

dalam bentuk cetakan dan soft copy (CD) serta dapat diunduh di website

ii Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

www.dinkeskalteng.go.id Semoga publikasi ini dapat berguna bagi semua pihak, baik -

pemerintah, organisasi profesi, akademisi, sektor swasta dan masyarakat serta

berkontribusi secara positif bagi pembangunan kesehatan di Indonesia. Kritik dan saran

kami harapkan sebagai penyempurnaan profil yang akan datang.

Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan buku ini,

oleh karena ini saran, kritik serta masukan pemikiran sangat kami harapkan guna

meningkatkan kualitas Profil Kesehatan Kalimantan Tengah di masa mendatang.

Kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan buku profil ini,

diucapkan terima kasih. Harapan kami, semoga profil ini dapat bermanfaat bagi

khalayak yang memerlukan informasi dan dapat dipergunakan sebagai salah satu

bahan acuan untuk mendukung perencanaan kesehatan yang berdasarkan fakta

(evidance based) serta bahan masukan dalam penyusunan kebijakan program maupun

pengambilan keputusan.

Palangka Raya, Agustus 2018

Plt. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

Drg. Yayu Indriaty, Sp.KGAPembina Tk. I

NIP. 19710927 200003 2 003

iii Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

DAFTAR ISI

1. KATA PENGANTAR i

2. DAFTAR ISI iii

3. DAFTAR GAMBAR Vi

4. DAFTAR TABEL ix

5. BAB I PENDAHULUAN 1A. Latar Belakang 1B. Sistematika Penyajian 3

6. BAB II GAMBARAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TENGAH 5A. Keadaan Geografis 5B. Kependudukan 8C. Pendidikan 9

7. BAB III SARANA KESEHATAN DAN JAMINAN KESEHATAN 11A. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) 11B. Rumah Sakit 16

1. Jumlah dan Jenis Rumah Sakit 162. Rasio Jumlah Tempat Tidur di Rumah Sakit 17

C. Sarana Kefarmasian Dan Alat Kesehatan 171. Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat

Kesehatan17

2. Ketersediaan Obat dan Vaksin 19D. Sarana Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat 20

1. Posyandu menurut Strata 202. Pos Kesehatan Desa 213. Desa Siaga 22

E. Cakupan Jaminan Kesehatan Penduduk 23F. Pemanfaatan Sarana Puskesmas dan Rumah Sakit 24

1. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap di Sarana Pelayanan Kesehatan

24

2. Angka Kematian Umum Penderita Yang Dirawat di RS/Gross Death Rate (GDR)

25

3. Angka Kematian Penderita Yang Dirawat < 48 Jam / Net Death Rate (NDR)

26

4. Pemakaian Tempat Tidur/Bed Occupancy Rate (BOR) 265. Rata-rata Lama Rawat Seorang Pasien/Average Length of

Stay (ALOS)27

6. Rata-rata Hari Tempat Tidur Tidak Ditempati / Turn Of Interval (TOI)

27

8. BAB IV PEMBIAYAAN KESEHATAN 28

iv Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

9. BAB V KESEHATAN IBU DAN ANAK 31A. Kesehatan Ibu 31

1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil 322. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan 363. Cakupan Pelayanan Nifas 394. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas 405. Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe 416. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani 427. Angka Kematian Ibu (AKI) 438. Pelayanan Keluarga Berencana 45

B. Kesehatan Anak 491. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 502. Penanganan Komplikasi Neonatal 513. Kunjungan Neonatus 534. Jumlah Bayi Yang Diberi ASI Ekslusif 555. Pelayanan Kesehatan Bayi 566. Imunisasi 577. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi 628. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Anak Balita 639. Cakupan Penimbangan Baduta di Posyandu (D/S) 6410. Pelayanan Kesehatan Anak Balita 6611. Penjaringan Kesehatan Pada Siswa SD dan Setingkat 6712. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut 6913. Pelayanan Kesehataan Usia Lanjut 7214. Angka Kematian Bayi (AKB) 72

C. Status Gizi 741. Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan 752. Balita Bawah Garis Merah (BGM) 77

10. BAB VI PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

79

A. Pengendalian Penyakit 791. Penyakit Menular 792. Penyakit Tidak Menular 96

B. Kesehatan Lingkungan 1001. Persentase Rumah Sehat 1012. Penduduk Yang Memiliki Akses Air Minum Yang Layak 1023. Penduduk yang Memiliki Akses Sanitasi Layak (jamban

sehat)105

4. Desa Yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

107

5. Persentase Tempat-tempat Umum Yang Memenuhi Syarat Kesehatan

109

C. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 11011. BAB VII TENAGA KESEHATAN 112

A. Jumlah Tenaga Kesehatan 1131. Tenaga Kesehatan di Puskesmas 1132. Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit 114

v Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

B. Rasio Tenaga Kesehatan1. Dokter spesialis2. Dokter Umum3. Dokter Gigi4. Bidan 5. Perawat6. Apoteker7. Sarjana Kesehatan Masyarakat8. Tenaga Sanitarian9. Tenaga Gizi10.Keterapian Fisik11.Keterapian Medis

115115116116116116117117117117118118

12. BAB VII PENUTUP 11913. LAMPIRAN

vi Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

DAFTAR GAMBAR

1 Gambar 2.1 Peta Provinsi Kalimantan Tengah 72 Gambar 2.2 Persentase Ijazah Tertinggi yang Diperoleh Penduduk

Berumur 10 Tahun keatas Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

10

3 Gambar 3.1 Jumlah Puskesmas Tahun 2009 – 2017 13

4 Gambar 3.2 Rasio Puskesmas Per 30.000 Penduduk Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

14

5 Gambar 3.3 Jumlah Puskesmas Rawat Inap dan Non Rawat Inap Tahun 2011 – 2017 Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

15

6 Gambar 3.4 Jumlah Poskesdes dan Desa/Kelurahan di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

22

7 Gambar 3.5 Distribusi Desa/Kelurahan dan Desa Siaga di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

23

8 Gambar 5.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Tahun 2017 Per Kabupaten Kota di Provinsi Kalimantan Tengah

33

9 Gambar 5.2 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 Tahun 2017 Per Kabupaten Kota di Provinsi Kalimantan Tengah

32

10 Gambar 5.3 Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil K1 Dan K4 Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2008 – 2017

35

11 Gambar 5.4 Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010 – 2017

37

12 Gambar 5.5 Cakupan Linakes tahun 2017 di Kabupaten Kota di Provinsi Kalimantan Tengah

38

13 Gambar 5.6 Cakupan Pemberian Vitamin A pada ibu nifas di Provinsi Kalimantan tahun 2010 – 2017

41

14 Gambar 5.7 Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe di Provinsi Kalimantan tahun 2010 – 2017

42

15. Gambar 5.8 Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani di ProvinsiKalimantan tahun 2010 – 2017

43

16 Gambar 5.9 Jumlah Kematian Ibu Maternal di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2008 – 2017

45

17. Gambar 5.10 Persentase Pemakaian Kontrasepsi Peserta KB BaruProvinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

47

18 Gambar 5.11 Persentase Peserta KB Aktif Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

48

19 Gambar 5.12 Cakupan Peserta KB Aktif Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2009 – 2017

49

20 Gambar 5.13 Perkembangan Kasus BBLR Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2008 s.d 2017

51

21 Gambar 5.14 Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal Menurut Kabupaten/ Kota Tahun 2017

52

22 Gambar 5.15 Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) Menurut 53

vii Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 201723 Gambar 5.16 Cakupan Kunjungan Neonatal Lengkap Menurut

Kabupaten/Kota Tahun 201754

24 Gambar 5.17 Jumlah Bayi Yang Diberi ASI Ekslusif Pada Tahun 2017 di Provinsi Kalimantan Tengah

55

25 Gambar 5.18 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Pada Tahun 2017 di Provinsi Kalimantan Tengah

57

26 Gambar 5.19 Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

59

27 Gambar 5.20 Perkembangan Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) 2010 – 2017

60

28 Gambar 5.21 Persentase Cakupan Imunisasi Campak Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

61

29 Gambar 5.22 Persentase Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

62

30 Gambar 5.23 Cakupan Pemberian Kapsul Vit. A pada Balita di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010–2017

64

31 Gambar 5.24 Persentase Baduta di timbang D/S Tahun 2017 di Provinsi Kalimantan Tengah

65

32 Gambar 5.25 Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita MenurutKabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tahun 2017

67

33 Gambar 5.26 Cakupan Sekolah Dasar/Setingkat Yang MelaksanakanPenjaringan Siswa SD/Setingkat Kelas 1 Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2017

69

34 Gambar 5.27 Trend Cakupan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010-2017

70

35 Gambar 5.28 Tren data angka kematian bayi (AKB) Provinsi Kalimantan Tengah 2003 – 2017 Berdasarkan SDKI dan SUPAS 2017

73

36 Gambar 5.29 Jumlah Kasus Kematian Bayi di Kalimantan Tengah Tahun 2017

74

37 Gambar 5.30 Cakupan balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan tahun 2010 – 2017

76

38 Gambar 5.31 Balita dengan Berat Badan di Bawah Garis Merah (BGM) Tahun 2017 di Provinsi Kalimantan Tengah

78

39 Gambar 6.1 Proporsi Pasien Baru BTA Positif Diantara Semua Kasus TBDi Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

80

40 Gambar 6.2 Proporsi Pasien Baru TB Paru Terkonfirmasi Laboratorium Diantara Terduga TB Di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017

81

41 Gambar 6.3 Angka CNR Kasus Baru TB BTA+ dan CNR Seluruh Kasus TB Per 100.000 Penduduk di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2011 – 2017

82

42 Gambar 6.4 Angka Keberhasilan Pengobatan Pasien Tuberkulosis di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2012 – 2017

83

43 Gambar 6.5 Angka Keberhasilan Pengobatan (Succes Rate) TB Paru Per Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

83

viii Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

44 Gambar 6.6 Perkembangan Jumlah Kasus HIV Positif dan Kasus AIDS di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2011 - 2017

85

45 Gambar 6.7 Proporsi Penderita AIDS Menurut Jenis Kelamin Tahun 2017 Di Provinsi Kalimantan Tengah

85

46 Gambar 6.8 Proporsi Penderita AIDS Menurut Kelompok Umur Tahun 2017 di Provinsi Kalimantan Tengah

86

47 Gambar 6.9 Jumlah Penderita Pnemonia Balita Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2011 – 2017

87

48 Gambar 6.10 Persentase Kasus Diare yang Ditangani di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

88

49 Gambar 6.11 Incidence Rate Kasus DBD di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

94

50 Gambar 6.12 Angka Kesakitan Malaria (Annual Paracite Incidence/API) Per 1.000 Penduduk Berisiko di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2008 – 2017

95

51 Gambar 6.13 Situasi Rabies di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2011 – 2017

96

52 Gambar 6.14 Persentase Rumah Sehat Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalinatan Tengah Tahun 2017

101

53 Gambar 6.15 Jumlah Penduduk dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017

102

54 Gambar 6.16 Persentase Penduduk dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas Per Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017

103

55 Gambar 6.17 Persentase Kualitas Air Minum Di Penyelenggaraan Air Minum Syarat Kesehatan Per Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

104

56 Gambar 6.18 Jumlah Penduduk yang Memiliki Akses Sanitasi Layak (jamban sehat) Berdasarkan Jenis Sarana Jamban Per Kabupaten/Kota Tahun 2017

106

57 Gambar 6.19 Persentase Penduduk dengan Akses Sanitasi Layak (Jamban Sehat) Per Kabupaten Kota di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017

107

58 Gambar 6.20 Jumlah Desa Melaksanakan STBM Per Kabupaten Kota Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

108

59 Gambar 6.21 Trend Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Provinsi KalimantanTengah Tahun 2009 s/d 2017

110

60 Gambar 6.22 Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Provinsi KalimantanTengah Tahun 2017

111

ix Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

DAFTAR TABEL

1 Tabel 2.1 Tabel 1. Wilayah Fisiografi di Provinsi Kalimantan Tengah 62 Tabel 2.2 Nama Kabupaten/Kota, Ibukota, dan Luas Kabupaten/Kota di

Provinsi Kalimantan Tengah.7

3 Tabel 2.3 Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah 2017

8

4 Tabel 6.1 Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) Dan Puskesmas dengan Pelayanan PTM Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

97

5 Tabel 6.2 Produk Hukum Tentang Kawasan Tanpa Rokok Provinsi Kalimantan Tengah

98

x Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

DAFTAR LAMPIRAN

1 Resume Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

2 Tabel 1 Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, Dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Kabupatenn/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

3 Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Dan kelompok Umur Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

4 Tabel 3 Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas Yang Melek Huruf dan Ijazah Tertinggi Yang Diperoleh Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

5 Tabel 4 Jumlah Kelahiran Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

6 Tabel 5 Jumlah Kematian Neonatal, Bayi, Dan Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

7 Tabel 6 Jumlah Kematian Ibu Menurut Kelompok Umur, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

8 Tabel 7 Kasus TB, Kasus TB Pada Anak, Dan Case Notification Rate(CNR) Per 100.000 Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, Dan Puskesmas Kabupatebn/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

9 Tabel 8 Jumlah Kasus Dan Angka Penemuan Kasus TB Paru TBA+ Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

10 Tabel 9 Angka Kesembuhan Dan Pengobatan Lengkap TB Paru BTA+ Serta Keberhasilan Pengobatan Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

10 Tabel 10 Penemuan Kasus Pneumonia Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

11 Tabel 11 Jumlah Kasus HIV, AIDS, Dan Syphilis Menurut Jenis Kelamin kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

12 Tabel 12 Persentase Donor Darah di Skrining Terhadap HIV Menurut Jenis Kelamin Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

13 Tabel 13 Kasus Diare Yang Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

xi Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

14 Tabel 14 Kasus Baru Kusta Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

15 Tabel 15 Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun dan Cacat Tingkat 2 Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

16 Tabel 16 Jumlah Kasus Dan Angka Prevalensi Penyakit Kusta Menurut Tipe/Jenis, Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

17 Tabel 17 Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat (Release From Treatment/RFT) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

18 Tabel 18 Jumlah Kasus AFP (Non Polio) Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Provinsi Kalimantan Tengah 2017

19 Tabel 19 Jumlah Kasus Penyakit Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

20 Tabel 20 Jumlah Kasus Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah 2017

21 Tabel 21 Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

22 Tabel 22 Kesakitan Dan Kematian Akibat Malaria Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota ProvinsiKalimantan Tengah Tahun 2017

23 Tabel 23 Penderita Filariasis Ditangani Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

24 Tabel 23 Jumlah Kasus DBD Menurut Jenis Kelamin Dan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

25 Tabel 24 Pengukuran Tekanan darah Penduduk ≥ 18 Tahun Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017

26 Tabel 25 Pemeriksaan Obesitas Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

27 Tabel 26 Cakupan Deteksi Dini kanker Leher Rahim dengan Metode IVA Dan Kanker payudara Dengan Pemeriksaan Klinis (CBE) Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

28 Tabel 27 Jumlah Penderita Dan Kematian Pada KLB Menurut Jenis Kejadian Luar Biasa (KLB) Kabupaten/Kota Provinsi

xii Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Kalimantan Tengah Tahun 201729 Tabel 28 Kejadian Luar Biasa (KLB) Di Desa/Kelurahan Yang Ditangani

< 24 Jam Provinsi Kalimantan Tengah 201730 Tabel 29 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Ditolong Tenaga

Kesehatan Dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

31 Tabel 30 Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Ibu Hamil Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

32 Tabel 31 Persentase Cakupan Imunisasi TT Pada Wanita Usia Subur Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

33 Tabel 32 Jumlah Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet Fe1 Dan Fe3 Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

34 Tabel 33 Jumlah Dan Persentase Penanganan Komplikasi Kebidanan dan Komplikasi Neonatal Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

35 Tabel 34 Proporsi Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

36 Tabel 35 Proporsi Peserta KB Baru Menurut Jenis Kontrasepsi, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

37 Tabel 36 Jumlah Peserta KB Aktif Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

38 Tabel 37 Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

39 Tabel 38 Cakupan Kunjungan Neonatal Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

40 Tabel 39 Jumlah Bayi Yang Diberi ASI Ekslusif Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

41 Tabel 40 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

42 Tabel 41 Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Menurut Kecamatan dan Puskesmas Provinsi Kalimantan Tengah 2017

xiii Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

43 Tabel 42 Cakupan Imunisasi Hepatitis B < 7 Hari dan BCG Pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

44 Tabel 43 Cakupan Imunisasi DPT-HB/DPT-HB-Hib, Polio, Campak Dan Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

45 Tabel 44 Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi Dan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

46 Tabel 45 Jumlah Anak 0-23 Bulan Ditimbang Menurut Jenis Kelamin,Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

47 Tabel 46 Cakupan Pelayanan Anak Balita Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

48 Tabel 47 Jumlah Balita Ditimbang Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

49 Tabel 48 Cakupan Kasus Balita Gizi Buruk Yang Mendapat Perawatan Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

50 Tabel 49 Cakupan Pelayanan Kesehatan (Penjaringan) Siswa SD & Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Pusksmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

51 Tabel 50 Pelayanan Kesehatan Gigi Dan Mulut Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

52 Tabel 51 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Pada Anak SD Dan Setingkat Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

53 Tabel 52 Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

54 Tabel 53 Cakupan Jaminan Kesehtan Penduduk Menurut Jenis Jaminan Dan Jenis Kelamin Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

55 Tabel 54 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap Dan Kunjungan Gangguan Jiwa Di Sarana Pelayanan Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

56 Tabel 55 Angka Kematian Pasien Di rumah Sakit Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

57 Tabel 56 Indikator Kinerja Pelayanan Di Rumah Sakit Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

xiv Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

58 Tabel 57 Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih Dan Sehat (Ber-PHBS) Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tenngah Tahun 2017

59 Tabel 58 Persentase Rumah Sehat Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

60 Tabel 59 Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas (Layak) Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

61 Tabel 60 Persentase Kualitas Air Minum Di Penyelenggara Air Minum Yang Memenuhi Syarat Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

62 Tabel 61 Penduduk Dengan Akses Terhadapa Fasilitas Sanitasi Yang Layak (Jamban Sehat) Menurut Jenis Jamban, Kecamatan Dan Puskesmas Kavbupaten/Kota Provinsi KalimantanTengah Tahun 2017

63 Tabel 62 Desa Yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

64 Tabel 63 Persentase Tempat-Tempat Umum Memenuhi Syarat Kesehatan Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

65 Tabel 64 Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) Menurut Status Higienis sanitasi Kabupaten/Kota Provinsi Kalimanta Tenmgah Tahun 2017

66 Tabel 65 Tempat Penglolaan Makanan Dibina Dan Diuji Petik Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

67 Tabel 66 Persentase Ketersediaan Obat Dan Vaksin Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

68 Tabel 67 Jumlah Sarana Kesehatan Menurut Kepemilikan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

69 Tabel 68 Persentase Sarana Kesehatan (Rumah Sakit) Dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat (Gadar) Level I Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

70 Tabel 69 Jumlah Posyandu Menurut Strata, Kecamatan dan Puskesmas Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantahn Tengah Tahun 2017

71 Tabel 70 Jumlah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) Menurut Kecamatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

72 Tabel 71 Jumlah Desa Siaga Menurut Kecamatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

73 Tabel 72 Jumlah Tenaga Medis Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

74 Tabel 73 Jumlah Tenaga Keperawatan Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

xv Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

75 Tabel 74 Jumlah Tenaga Kefarmasian Di Fasilitas Kesehatan kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

76 Tabel 75 Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat Dan Kesehatan Lingkungan di Fasilitas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

77 Tabel 76 Jumlah Tenaga Gizi Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

78 Tabel 77 Jumlah Tenaga Keterapian Fisik Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

79 Tabel 78 Jumlah Tenaga Keteknisian Medis Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

80 Tabel 79 Jumlah Tenaga Kesehatan Lain Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

81 Tabel 80 Jumlah Tenaga Penunjang/Pendukung Kesehatan Di Fasilitas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

82 Tabel 81 Anggaran Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

1 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan Kesehatan pada hakikatnya adalah upaya yang

dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setingi-tingginya

dapat terwujud, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia

yang produktif secara sosial dan ekonomi. Pembangunan kesehatan tersebut

perlu ditingkatkan akselerasi dan mutunya dengan melandaskan pada

pemikiran dasar pembangunan kesehatan sebagai makna dari paradigma sehat

dan dengan menguatkan penyelenggaraan pembangunan kesehatan tersebut.

Untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efesien

diperlukan Informasi Kesehatan. Informasi Kesehatan digunakan sebagai

masukan pengambilan keputusan dalam setiap proses manajemen kesehatan

baik manajemen pelayanan kesehatan, manajemen institusi kesehatan, maupun

manajemen program pembangunan kesehatan atau manajemen wilayah. Di

samping itu, dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,

Pemerintah memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh

akses terhadap Informasi Kesehatan.

Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah melalui Dinas Kesehatan

sebagai salah satu Perangkat Daerah (PD) yang bertanggung jawab di bidang

Kesehatan berkomitmen untuk mewujudkan Pembangunan kesehatan

diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas hidup manusia Provinsi Kalimantan

Tengah sesuai dengan visi dan misi Gubernur Kalimantan Tengah.

Pembangunan kesehatan diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Efektivitas dan efisiensi serta

pelaksanaan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kebijakan dan

strategi program, pendekatan yang tepat serta sasaran yang jelas. Dukungan

data dan informasi kesehatan yang akurat, tepat, dan cepat sangat

2 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

menentukan dalam pengambilan keputusan dalam menetapkan arah kebijakan

dan strategi pembangunan kesehatan yang tepat.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan, pasal 17 ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung

jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi dan fasilitas

pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan

yang setinggi-tingginya. Selain itu pada pasal 168 menyebutkan bahwa untuk

menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan

informasi kesehatan yang dilakukan melalui system informasi dan melalui

kerjasama lintas sektor dengan ketentuan lebih lanjut akan diatur dengan

Peraturan Pemerintah. Sedangkan pada pasal 169 disebutkan pemerintah

memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh akses terhadap

informasi kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Sehingga untuk melaksanakan ketentuan pasal 168 ayat 3, UU no 36 thn 2009

tentang kesehatan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Sistem

Informasi Kesehatan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah RI no 46

tahun 2015.

Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dalam bidang kesehatan lebih

menitikberatkan kepada aksestabilitas dan peningkatan mutu pelayanan

kesehatan baik di tingkat Puskesmas dan jaringannya (Pustu, Polindes,

Poskesdes) maupun rumah sakit. Pandangan kedepan Pemerintah Daerah

provinsi Kalimantan Tengah di bidang kesehatan untuk mencapai tujuan

menjadikan masyarakat Kalimantan Tengah yang sehat dimanifestasikan

kedalam Program Pembangunan Kesehatan yang oleh Gubernur Kalimantan

Tengah digagas dan dinamai sebagai “KALTENG BERKAH”

Untuk mendukung keberhasilan pembangunan tersebut dibutuhkan

adanya ketersediaan data dan informasi yang akurat bagi proses pengambilan

keputusan dan perencanaan program. Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang

evidence based diarahkan untuk penyediaan data dan informasi yang akurat,

lengkap, dan tepat waktu.

Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau,

bermutu dan berkeadilan serta berbasis bukti diperlukan data kesehatan yang

baik yang berbasis fasilitas maupun komunitas yang dikumpulkan secara

berkesinambungan, Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah merupakan

3 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

salah satu media publikasi data dan informasi yang berisi situasi dan kondisi

kesehatan yang cukup komprehensif. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan

Tengah disusun berdasarkan ketersediaan data, informasi, dan indikator

kesehatan yang bersumber dari unit teknis di lingkungan Dinas Kesehatan

Provinsi Kalimantan Tengah dan Dinas Kesehatan Kabupaten Kota serta institusi

lain terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Tengah dan

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi

Kalimantan Tengah.

Pembuatan Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah, dimaksudkan

untuk menyediakan data dan informasi kesehatan dari cakupan pelaksanakan

program kesehatan yang lengkap, akurat dan up to date sebagai dasar

perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan kegiatan atau program

serta sebagai acuan kegiatan monitoring, pengendalian dan evaluasi dari

berbagai program.

Manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya buku Profil Kesehatan

Provinsi adalah sebagai wahana penilaian (evaluasi) dari program maupun

permasalahan kesehatan yang ada juga sarana evaluasi keberhasilan program

kesehatan secara menyeluruh di masyarakat sebagai upaya pengendalian,

monitoring dan evaluasi program kesehatan masyarakat, diharapkan dapat

digunakan untuk pengambilan keputusan bagi stake holder.

Dengan kedudukan yang cukup strategis, maka penyusunan Profil

Kesehatan perlu mendapatkan perhatian dari berbagai pihak yang terlibat

didalamnya dan diharapkan agar data dan informasi yang terkandung

didalamnya konsisten, valid, reliabel dan dapat dipertanggung jawabkan.

B. Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan Profil

Kesehatan dan sistematika dari penyajiannya.

BAB II : GAMBARAN UMUM

Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Provinsi Kalimantan

Tengah meliputi keadaan geografis, data kependudukan dan

informasi umum lainnya.

4 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

BAB III : SARANA DAN JAMINAN KESEHATAN

BAB IV : PEMBIAYAAN KESEHATAN

BAB V : KESEHATAN IBU DAN ANAK

BAB VI : PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

BAB VII : SUMBER DAYA KESEHATAN

BAB VIII : PENUTUP Berisi sajian garis besar hasil-hasil cakupan program/kegiatan

berdasarkan indikator-indikator bidang kesehatan untuk dapat

ditelaah lebih jauh dan untuk bahan perencanaan pembangunan

kesehatan serta pengambilan keputusan di Provinsi Kalimantan

Tengah.

Lampiran : Berisi 81 tabel data/angka pencapaian kabupaten/kota, sebagian

diantaranya merupakan Indikator Pencapaian Kinerja Standar

Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.

5 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

BAB II

GAMBARAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Penyelenggaraan pembangunan nasional, Sistem Kesehatan Nasional

dapat bersinergis secara dinamis dengan berbagai sistem nasional lainnya,

seperti Sistem Pendidikan Nasional, Sistem Perekonomian Nasional, Sistem

Ketahanan Pengan Nasional, Sistem Pertahanan dan Keamanan Nasional,

Sistem Ketanaga-kerjaan dan Transmigrasi, serta sistem-sistem nasional

lainnya. Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak hanya semata-mata hasil

kerja keras sektor kesehatan tetapi sangat dipengaruhi juga oleh hasil kerja

serta kontribusi positif berbagai sektor pembangunan lainnya. Pembangunan

kesehatan ini diselenggarakan untuk mencapai Visi Kalimantan Tengah.

Visi tersebut dimaksudkan agar Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan

Tengah mampu mewujudkan kesehatan masyarakat dengan menyediakan

pelayanan kesehatan yang merata, bermutu dan terjangkau oleh seluruh

lapisan masyarakat di Kalimantan Tengah serta mendorong masyarakat untuk

mandiri dan berperan serta secara aktif dalam

mengupayakan/menyelenggarakan kesehatan guna memperoleh derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya, sebagai perwujudan hak asasi manusia

dibidang kesehatan.

A. KEADAAN GEOGRAFIS

Provinsi Kalimantan Tengah terletak antara 0045' Lintang Utara dan

3030' Lintang Selatan dan 110045’−115051’ Bujur Timur. Kalimantan tengah

merupakan provinsi dengan luas wilayah terluas kedua di Indonesia setelah

Provinsi Papua. Luas wilayah Kalimantan Tengah adalah 153.564 km2 atau 8,04

persen dari luas Indonesia. Wilayah administrasinya dibagi menjadi tiga belas

kabupaten dan satu kota.

Provinsi Kalimantan Tengah Bagian utara berbatasan dengan Kalimantan

Barat dan Kalimantan Timur, bagian timur berbatasan dengan Kalimantan

Timur dan Kalimantan Selatan, bagian selatan berbatasan dengan Laut Jawa,

dan bagian barat berbatasan dengan Kalimantan Barat.

Kalimantan Tengah memiliki sebelas sungai besar dan 33 sungai kecil

yang bermula dari utara dan mengalir ke Laut Jawa. Sungai Barito merupakan

6 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

sungai terpanjang di Kalimantan Tengah dengan panjang mencapai 900 km

dengan kedalaman berkisar antara 6 hingga 14 meter. Sungai merupakan

lokasi utama pemukiman dan moda transportasi yang penting di Kalimantan

Tengah.

Berdasarkan klasifikasi iklim Schmid dan Ferguson, wilayah Provinsi

Kalimantan Tengah termasuk tipe iklim A, hal ini ditandai dengan adanya

jumlah bulan basah lebih banyak dari bulan kering dan pola penyebaran curah

hujan hampir merata pada semua wilayah. Agroklimat Kalimantan Tengah

terdiri dari 4 klas, yaitu: Klas A di bagian Utara, Klas B1 di Bagian Tengah, Klas

C1 dan C2 di Bagian Selatan. Semakin ke bagian Utara curah hujan semakin

tinggi. Karakteristik iklim, tropis lembab dan panas yang tergolong ke dalam

tipe iklim A dengan suhu udara relatif konstan sepanjang tahun, yang dapat

mencapai 23°C pada malam hari dan 33°C pada siang hari, dengan penyinaran

matahari mencapai 60% per tahun. Curah hujan rata-rata 200 mm/bulan

dengan kecepatan angin rata-rata 4 knot/Km. Curah hujan rata-rata sebesar

2.732 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan 120 hari. Sebagian besar daerah

pedalaman yang berbukit, bercurah hujan antara 2,000 - 4.000 mm per tahun.

Kondisi fisik wilayah Provinsi Kalimantan Tengah, terdiri atas daerah

pantai dan rawa yang terdapat di wilayah Bagian Selatan sepanjang ± 750 km

pantai Laut Jawa, yang membentang dari Timur ke Barat dengan ketinggian

antara 0 – 50 m diatas permukaan laut (dpl) dan tingkat kemiringan 0%-8%.

Sementara itu wilayah daratan dan perbukitan berada bagian tengah,

sedangkan pegunungan berada di bagian Utara dan Barat Daya dengan

ketinggian 50 – 100 mdpl dan tingkat kemiringan rata-rata sebesar 25%.

Provinsi Kalimantan Tengah terdiri atas 6 wilayah fisiografi, tetapi didominasi

oleh daratan dan perbukitan pedalaman. Selengkapnya disajikan pada tabel

berikut :

Tabel 2.1. Wilayah Fisiografi di Provinsi Kalimantan Tengah

No Wilayah Luas (Km2)1

2

3

4

Daratan rendah pesisir

Undak-undak pedalaman

Daratan dan perbukitan pedalaman

Pegunungan Schwaner

36.870

37.310

57.124

9.000

7 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

5

6

Pegunungan Muller

Pegunungan Meratus

11.000

2.300

Sumber : Bappeda Provinsi Kalteng Tahun 2018

Berdasarkan UU No. 5 Tahun 2002 luas wilayah Provinsi Kalimantan

Tengah yaitu 153.564 km2 atau 15.356.400 hektar (ha). Dengan jumlah

kabupaten/kota yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah saat ini sebanyak 13

(tiga belas) kabupaten dan 1 (satu) kota. Selengkapnya disajikan pada tabel

berikut.

Tabel 2.2. Nama Kabupaten/Kota, Ibukota, dan Luas Kabupaten/Kotadi Provinsi Kalimantan Tengah.

No Nama Kabupaten/Kota Ibu KotaLuas Wilayah

(Km2) (%)

1 Kotawaringin Barat Pangkalan Bun 10.759 7,012 Lamandau Nanga Bulik 6.414 4,183 Sukamara Sukamara 3.827 2,494 Kotawaringin Timur Sampit 16.796 10,945 Seruyan Kuala Pembuang 16.404 10,686 Katingan Kasongan 17.500 11,407 Kapuas Kuala Kapuas 14.999 9,778 Pulang Pisau Pulang Pisau 8.997 5,869 Gunung Mas Kuala Kurun 10.804 7,0410 Barito Selatan Buntok 8.830 5,7511 Barito Timur Tamiang Layang 3.834 2,5012 Barito Utara Muara Teweh 8.300 5,4013 Murung Raya Puruk Cahu 23.700 15,4314 Palangka Raya Palangka Raya 2.399.5 1,56

Kalimantan Tengah 153 564,5 100Sumber : BPS Provinsi Kalteng Tahun 2018

Gambar 2.1. Peta Provinsi Kalimantan Tengah

Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017

8 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

B. KEPENDUDUKAN

Penduduk Kalimantan Tengah berdasarkan Sensus Penduduk 2010

sebesar 2.212.089 jiwa dan diproyeksikan mencapai 2.605.274 pada tahun

2017. Dari total proyeksi penduduk 2017, 27,8 persen berusia antara 0 dan 14

tahun, 69,01 persen antara 15 dan 64, sementara hanya 3,18 persen penduduk

Kalimantan Tengah berusia di atas 65 tahun. Rasio jenis kelamin tahun 2017

penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebanyak 109,50 Proyeksi

pertambahan penduduk tahun 2017 Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 2,15

persen. Jumlah rumah tangga Kalimantan Tengah pada tahun 2017 sebanyak

675.690 dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga sebanyak 3-4

orang.

Kepadatan penduduk Kalimantan Tengah hanya sebesar 17 jiwa/km2

pada tahun 2017. Kepadatan penduduk di 14 kabupaten/kota cukup beragam.

Kepadatan penduduk tertinggi berada di Kota Palangka Raya sebesar 115

jiwa/km2 dan terendah di Kabupaten Murung Raya sebesar 5 jiwa/km2.

Tabel 2.3. Jumlah Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah 2017

No Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk

Penduduk Rasio Jenis Kelamin

Kepadatan Penduduk Per km2Laki-Laki Perempuan

1 Kotawaringin Barat 295.349 156.549 138.800 113 27,45

2 Kotawaringin Timur 446.094 235.839 210.255 112 26,56

3 Kapuas 353.844 180.742 173.102 104 23,594 Barito Selatan 134.543 68.719 65.824 104 15,245 Barito Utara 129.287 67.179 62.108 108 15,586 Sukamara 59.775 31.773 28.002 113 15,627 Lamandau 78.341 41.829 36.512 115 12,218 Seruyan 189.975 102.261 87.714 117 11,589 Katingan 165.306 86.648 78.658 110 9,4510 Pulang Pisau 126.181 65.688 60.493 109 14,0211 Gunung Mas 115.054 61.174 53.880 114 10,6512 Barito Timur 120.254 61.962 58.292 108 31,3713 Murung Raya 115.604 60.173 55.431 109 4,8814 Palangka Raya 275.667 141.179 134.488 105 114,89

Jumlah Provinsi 2.605.274 1.361.715 1.243.559 110 17Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2018

Data Sex ratio berguna untuk pengembangan perencanaan

pembangunan yang berwawasan gender, terutama yang berkaitan dengan

perimbangan pembangunan laki-laki dan perempuan secara adil. Hasil

9 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

berdasarkan data kependudukan dari BPS untuk tahun 2017 menunjukkan

bahwa sex ratio penduduk Kalimantan Tengah adalah sebesar 110 yang artinya

adalah jumlah penduduk laki-laki di provinsi ini 10.95 persen lebih banyak

dibandingkan jumlah penduduk perempuannya.

Bila dilihat menurut kelompok umur, penduduk usia 0-4 tahun paling

banyak jumlahnya di provinsi ini, yaitu sebesar 253.192 jiwa atau hampir 10

persen total penduduk Kalimantan Tengah. Penduduk usia produktif (15-64

tahun) berjumlah 1.798.040, penduduk usia muda (14 tahun ke bawah)

berjumlah 724.377 jiwa sedangkan penduduk usia tua (65 tahun ke atas)

sebanyak 82.857 jiwa, sehingga rasio ketergantungan penduduk sebesar 45

persen lebih sedikit bila dibandingkan dengan tahun 2016 sebesar 46 persen.

Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2.

C. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah dalam

mengukur tingkat pembangunan manusia suatu negara. Pendidikan

berkontribusi terhadap perubahan perilaku masyarakat. Pendidikan menjadi

pelopor utama dalam rangka penyiapan sumber daya manusia dan merupakan

salah satu aspek pembangunan yang merupakan syarat mutlak untuk

mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Untuk peningkatan peran

pendidikan dalam pembangunan, maka kualitas pendidikan harus ditingkatkan

salah satunya dengan meningkatkan rata-rata lama sekolah.

Kemampuan baca tulis penduduk merupakan ukuran dasar untuk

menilai tingkat keberhasilan pembangunan pendidikan. Semakin tinggi tingkat

melek huruf penduduk,maka semakin berhasil pembangunan pendidikan di

suatu wilayah. Berdasarkan data profil kesehatan tahun 2017 diketahui bahwa

angka melek huruf penduduk usia 10 tahun ke atas di Provinsi Kalimantan

Tengah hanya mencapai 68.08 persen. Jika dirinci menurut jenis kelamin

terlihat ada perbedaan yang tidak begitu besar kemampuan baca tulis antara

laki-laki dan perempuan. Kemampuan baca tulis jenis kelamin laki-laki dan

perempuan usia 10 tahun ke atas di Provinsi Kalimantan Tengah sebesar

65.67% sedangkan yang perempuan sebesar 70.77% untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada Lampiran tabel 3. Namun persentase penduduk usia 10 ke

atas yang melek huruf di Provinsi Kalimantan Tengah belum mencermin angka

yang sebenarnya karena ada beberapa kabupaten yang tidak ada angka melek

10 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

hurup penduduk usia 10 tahun ke atas. Selain itu hampir semua kabupaten

kota tidak mencantumkan jumlah penduduk yang telah menyelesaikan

pendidikan pada jenjang S2 dan S3.

Gambar 2.2 Persentase Ijazah Tertinggi yang Diperoleh Penduduk Berumur 10 Tahun keatas Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Sumber: Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018

Gambar diatas memperlihatkan persentase penduduk 10 tahun keatas

terkait dengan pendidikan tertinggi yang ditamatkan, persentase tertinggi

pendidikan yang ditamatkan adalah SD/MI yang mencapai 17.08 persen.

sedangkan yang terendah adalah pendidikan master dan doktoral yang hanya

mencapai 0.05 persen. Namun angka diatas belum mencerminkan angka yang

sebenarnya, hal ini disebabkan karena data profil yang dari kabupaten/kota

belum mengacu pada data yang bersumber dari leading sektor dalam hal ini

adalah Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

Tingkat pendidikan berkaitan dengan kemampuan menyerap dan

menerima informasi termasuk informasi kesehatan serta kemampuan dalam

berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Masyarakat yang memiliki

pendidikan yang lebih tinggi, pada umumnya mempunyai pengetahuan dan

wawasan yang lebih luas sehingga lebih mudah menyerap dan menerima

informasi, serta dapat ikut berperan serta aktif dalam mengatasi masalah

kesehatan dirinya dan keluarganya.

SD/MI

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

SMA/ MA

TIDAK MEMILIKI IJAZAH SD

UNIVERSITAS/DIPLOMA IV

DIPLOMA I/DIPLOMA II

AKADEMI/DIPLOMA III

S2/S3 (MASTER/DOKTOR)

TINGKAT PENDIDIKAN TAHUN 2017

17.08

13.94

11.95

8.39

3.00

1.71

0.94

0.05

11 Profil Kesehatan Provinsi Kalimatan Tengah Tahun 2017

BAB III

SARANA KESEHATAN DAN JAMINAN KESEHATAN

Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan

bahwa fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang

digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,

preventif, kuratif, maupun

rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau

masyarakat.

Derajat kesehatan masyarakat pada suatu wilayah dipengaruhi oleh

keberadaan sarana kesehatan. Sarana kesehatan yang diulas pada pada bagian ini

terdiri dari fasilitas pelayanan kesehatan1. Fasilitas pelayanan kesehatan yang

dibahas pada bagian ini terdiri dari: puskesmas, Rumah Sakit, dan Upaya Kesehatan

Bersumberdaya Masyarakat (UKBM).

Pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan selama ini telah berhasil

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara bermakna walaupun masih

dijumpai berbagai masalah dan hambatan. Pembangunan kesehatan masyarakat

sangat memerlukan sumber daya kesehatan yang merupakan semua perangkat

keras dan perangkat lunak yang diperlukan sebagai pendukung penyelenggaraan

upaya kesehatan.

A. PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS)

Pada pasal satu ayat 2 Peraturan Menteri Kesehatan 75 tahun 2014

tentang Puskesmas menyatakan bahwa Pusat Kesehatan Masyarakat yang

selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif

dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya di wilayah kerjanya.

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan

untuk mewujudkan masyarakat yang:

a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan

hidup sehat;

b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu

12 Profil Kesehatan Provinsi Kalimatan Tengah Tahun 2017

c. Hidup dalam lingkungan sehat; dan

d. Hemiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat.

Dalam menjalankan fungsinya sebagai pusat kesehatan masyarakat

pada pasal 6 Permenkes no 75 tahun 2014 puskesmas berwenang untuk:

a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan

masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;

c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan

masyarakat dalam bidang kesehatan;

d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan

masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang

bekerjasama dengan sektor lain terkait;

e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya

kesehatan berbasis masyarakat;

f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas;

g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;

h. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu,

dan cakupan Pelayanan Kesehatan; dan i. memberikan rekomendasi terkait

masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem

kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit.

i. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif,

berkesinambungan dan bermutu;

j. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya

promotif dan preventif;

k. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat;

l. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan keamanan

dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung;

m. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan

kerja sama inter dan antar profesi;

n. Melaksanakan rekam medis;

o. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses

Pelayanan Kesehatan;

13 Profil Kesehatan Provinsi Kalimatan Tengah Tahun 2017

p. Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan;

q. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan

kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan

r. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan Sistem

Rujukan.

Jumlah puskesmas di Provinsi Kalimantan Tengah sampai dengan

Desember 2017 yang sudah memiliki nomor registrasi yang dikeluarkan oleh

Kementerian Kesehatan sebanyak 196 unit, jumlah tersebut lebih banyak

dengan jumlah pada tahun 2016 sebanyak 195 unit. Jumlah tersebut terdiri dari

82 unit puskesmas rawat inap dan 114 unit puskesmas non rawat inap.

Sedangkan Jumlah puskesmas yang di hitung berdasarkan keberadaan gedung

dan sudah beroperasi namun belum memiliki nomor registrasi berjumlah 202

puskesmas. Dalam kurun waktu 6 tahun terakhir, jumlah puskesmas memang

mengalami peningkatan seperti yang terdapat pada gambar berikut.

Gambar 3.1 Jumlah Puskesmas Yang Memiliki Nomor RegistrasiTahun 2010 – 2017

Sumber: Data Profil Kabupaten/Kota dan Bidang Yankes Tahun 2018

Gambar di atas menunjukkan peningkatan jumlah puskesmas dari tahun

2010 sampai dengan tahun 2017. Peningkatan jumlah puskesmas tidak

mengindikasikan secara langsung seberapa baik keberadaan puskesmas

mampu memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan primer di masyarakat.

Indikator yang mampu menggambarkan secara kasar tercukupinya kebutuhan

pelayanan kesehatan primer oleh puskesmas adalah rasio puskesmas terhadap

30.000 penduduk. Rasio puskesmas terhadap 30.000 penduduk di Provinsi

Kalimantan Tengah pada tahun 2017 sebesar 2.32 puskesmas per 30.000

179

183

193195 195 195 195 196

170

175

180

185

190

195

200

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Jml Puskesmas

14 Profil Kesehatan Provinsi Kalimatan Tengah Tahun 2017

penduduk lebih besar dibandingkan dengan rasio puskesmas pada tahun 2016

sebesar 2.29 puskesmas per 30.000 penduduk. Rasio puskesmas terhadap

30.000 penduduk per kabupaten/kota tahun 2017 dapat dilihat pada gambar

berikut.

Gambar 3.2 Jumlah Puskesmas dan Rasio Puskesmas Per 30.000 Penduduk Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Sumber: Data Profil Kabupaten/Kota Tahun 2018

Dari gambar di atas nampak bahwa Kota Palangka Raya adalah wilayah

yang memiliki rasio puskesmas yang paling rendah yaitu 1.11 puskesmas per

30.000 penduduk, di ikuti oleh Kabupaten Kotawaringin Timur yang memiliki

rasio 1.4 puskesmas per 30.000 penduduk. Hal ini disebabkan karena jumlah

dan kepadatan populasi yang tinggi. Sedang kabupaten yang memiliki rasio

puskesmas yang tertinggi adalah Kabupaten Gunung Mas dan Lamandau

masing-masing 4.4 dan 4.2, kemudian Kabupaten murung Raya dengan rasio

3,9. Jika dilihat dari rasio terhadap jumlah penduduk, memang seluruh

kabupaten/ kota sudah sesuai dengan target, namun jika dilihat dari kondisi

geografis jumlah puskesmas belum memadai untuk memberikan kemudahan

aksetabilitas bagi penduduk yang berada di daerah terpencil. Kondisi ini harus

diperhatikan, karena kebutuhan pelayanan kesehatan dasar harus dapat

dipenuhi oleh pemerintah dan sektor swasta.

Dalam menjalankan fungsinya sebagai penyelenggara pelayanan

kesehatan dasar, puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatan perorangan

dan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan perorangan yang

05

1015202530

1821

26

1216

511 12

1612

1711

1510

1.8 1.4 2.2 2.7 3.7 2.5 4.2 1.9 2.9 2.9 4.4 2.7 3.9 1.1

JML Puskesmas Rasio PKM

15 Profil Kesehatan Provinsi Kalimatan Tengah Tahun 2017

diberikan terdiri dari pelayanan rawat jalan dan rawat inap untuk puskesmas

tertentu jika dianggap diperlukan. Meskipun pelayanan kesehatan masyarakat

merupakan inti dari puskesmas, pelayanan kesehatan perorangan juga menjadi

perhatian dari Pemerintah.

Berikut ini disajikan perkembangan jumlah puskesmas rawat inap dan

non rawat inap dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2017.

Gambar 3.3 Jumlah Puskesmas Rawat Inap dan Non Rawat Inap Tahun 2012 – 2017 Di Provinsi Kalimantan Tengah

Sumber: Data Profil Kabupaten/Kota Tahun 2018

Pada gambar di atas diketahui bahwa jumlah puskesmas non rawat inap

menurun dari 123 unit pada tahun 2012 menjadi 113 unit pada tahun 2016 dan

bertambah menjadi 114 puskesmas pada tahun 2017. Meskipun demikian,

terjadinya tersebut disebabkan karena adanya perubahan status dari

puskesmas non rawat inap menjadi puskesmas rawat inap. Perubahan jumlah

juga terjadi pada puskesmas rawat inap yaitu dari 70 unit pada tahun 2012

menjadi 82 unit pada tahun 2017.

Seperti yang termaktub pada pasal 5 Permenkes no 75 tahun 2014

tentang puskesmas disebutkan fungsi puskesmas adalah menyelenggarakan

fungsi: a. penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan b.

penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya. Selain upaya

kesehatan wajib yang harus diberikan, puskesmas juga menyelenggarakan

upaya kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan pengembangan puskesmas

dapat berupa berupa pelayanan obstetrik dan neonatal emergensi dasar

(PONED), pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR), upaya kesehatan kerja,

2012 2013 2014 2015 2016 2017

70 73 77 77 82 82

123 122 118 118 113 114

Jumlah Puskesmas Rawat Inap dan Non Rawat Inap Tahun 2012 - 2017

Rawat Inap Non Rawat Inap

16 Profil Kesehatan Provinsi Kalimatan Tengah Tahun 2017

upaya kesehatan olahraga, dan tatalaksana kasus Kekerasan terhadap Anak

(KTA). Upaya kesehatan pengembangan diselenggarakan sesuai dengan

kebutuhan yang ada di wilayah kerja. Sebagai contoh upaya kesehatan kerja

dibutuhkan pada puskesmas dengan wilayah kerja yang memiliki banyak pusat

industri.

B. RUMAH SAKIT

Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat juga

diperlukan upaya kuratif dan rehabilitatif selain upaya promotif dan preventif.

Upaya kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif dapat diperoleh melalui

rumah sakit yang juga berfungsi sebagai penyedia pelayanan kesehatan

rujukan.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 54 tahun 2014 tentang klasifikasi

dan Perizinan Rumah Sakit mengelompokkan rumah sakit berdasarkan

kepemilikan, yaitu rumah sakit publik dan rumah sakit privat. Rumah sakit

publik adalah rumah sakit yang dikelola Pemerintah, Pemerintah Daerah dan

Badan Hukum yang bersifat nirlaba. Sedangkan rumah sakit privat adalah

rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang

berbentuk perseroan terbatas atau persero.

1. Jumlah dan Jenis Rumah Sakit

Rumah Sakit merupakan sarana kesehatan Strata dua dan strata 3.

Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan sarana Rumah Sakit

(RS) antara lain dengan melihat perkembangan fasilitas perawatan yang

biasanya diukur dengan jumlah Rumah Sakit dan tempat tidurnya serta rasio

terhadap jumlah penduduk. Setiap Kabupaten memiliki rumah sakit dan jumlah

seluruh Rumah Sakit di Propinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2017 yaitu

sebanyak 22 buah dengan rincian kepemilikan sebagai berikut : Pemerintah

Kab/Kota/Prov : 16 unit; TNI/Polri : 2 unit; rumah sakit jiwa 1 unit dan Swasta

2 unit dan rumah sakit ibu dan anak 1 unit. (Lampiran Tabel 67).

Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

mengelompokkan rumah sakit berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan

menjadi rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum adalah

rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan

jenis penyakit. Adapun rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang

memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit

17 Profil Kesehatan Provinsi Kalimatan Tengah Tahun 2017

tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau

kekhususan lainnya.

Jumlah rumah sakit khusus yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah

pada tahun 2017 sebanyak 2 unit yang terdiri dari rumah sakit jiwa dan rumah

sakit khusus ibu dan anak.

2. Rasio Jumlah Tempat Tidur di Rumah Sakit

Terpenuhi atau tidaknya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan

kesehatan rujukan dan perorangan di suatu wilayah dapat dilihat dari rasio

tempat tidur terhadap 1.000 penduduk. Rasio tempat tidur di rumah sakit di

Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2017 adalah 0.9 per 1000 penduduk,

lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2016 sebesar 0.77 per 1.000

penduduk. Rasio tempat tidur (TT) per 1000 penduduk dalam kurun waktu 4

tahun terakhir terus mengalami peningkatan yaitu tahun 2013 0.66 per 1.000

penduduk, tahun 2014 sebesar 0.69 per 1.000 penduduk, tahun 2015 sebesar

0.75 per 1.000 penduduk, tahun 2016 sebesar 0.77 per 1.000 penduduk dan

tahun 2017 sebesar 0,9 per 1000 penduduk.

Jumlah tempat tidur rumah sakit se Kalimantan Tengah tahun 2017

sebanyak 2235 tempat tidur, lebih banyak dibandingkan 2016 sebanyak 1975

tempat tidur. Jika di lihat dari rasio tempat tidur maka di Provinsi Kalimantan

Tengah perlu di tingkat jumlah tempat tidur agar kebutuhan 1 tempat tidur bisa

melayanan 1000 orang penduduk dapat terpenuhi lebih jelasnya lihat pada

lampiran 55.

C. SARANA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

1. Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat

Kesehatan

Ketersediaan farmasi dan alat kesehatan memiliki peran yang

signifikan dalam pelayanan kesehatan. Akses masyarakat terhadap obat

khususnya obat esensial merupakan salah satu hak asasi manusia. Dengan

demikian penyediaan obat esensial merupakan kewajiban bagi pemerintah

dan institusi pelayanan kesehatan baik publik maupun privat. Sebagai

komoditi khusus, semua obat yang beredar harus terjamin keamanan,

khasiat dan mutunya agar dapat memberikan manfaat bagi kesehatan.

18 Profil Kesehatan Provinsi Kalimatan Tengah Tahun 2017

Oleh karena itu salah satu upaya yang dilakukan untuk menjamin mutu

obat hingga diterima konsumen adalah menyediakan sarana penyimpanan

obat dan alat kesehatan yang dapat menjaga keamanan secara fisik serta

dapat mempertahankan kualitas obat di samping tenaga pengelola yang

terlatih.

Salah satu kebijakan pelaksanaan dalam Program Obat dan

Perbekalan Kesehatan adalah pengendalian obat dan perbekalan kesehatan

diarahkan untuk menjamin keamanan, khasiat dan mutu sediaan farmasi

dan alat kesehatan. Hal ini bertujuan untuk melindungi masyarakat dari

bahaya yang disebabkan oleh penyalahgunaan sediaan farmasi dan alat

kesehatan atau penggunaan yang salah/tidak tepat serta tidak memenuhi

mutu keamanan dan pemanfaatan yang dilakukan sejak proses produksi,

distribusi hingga penggunaannya dimasyarakat.

Cakupan sarana produksi bidang kefarmasian dan alat kesehatan

menggambarkan tingkat ketersediaan sarana pelayanan kesehatan yang

melakukan upaya produksi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan. Yang

termasuk sarana produksi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan antara

lain Industri Farmasi, Industri Obat Tradisional (IOT), Industri Ekstrak

Bahan Alam (IEBA), Industri Kosmetika, Usaha Kecil Obat Tradisional

(UKOT), Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), Produksi Alat Kesehatan

Produksi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT), dan Industri

Kosmetika.

Sarana distribusi kefarmasian dan alat kesehatan yang dipantau

jumlahnya oleh Bidang Jamsarkes Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan

Tengah yaitu: Industri Farmasi , Industri Obat Tradisional, Usaha Kecil

Obat Tradisioanal, Produksi Alat Kesehatan, Pedagang Besar Farmasi

(PBF), Apotek, Toko Obat dan Penyalur Alat Kesehatan (PAK). Berdasarkan

ketersediaan sarana distribusi kefarmasian dan alat kesehatan di Provinsi

Kalimantan Tengah tahun 2017 adalah sebagai berikut: Industri farmasi,

Industri obat tradisional, Usaha kecil obat tradisional dan produksi alat

kesehatan berjumlah 0 unit, Usaha mikro obat tradisional 3 unit, Cabang

Produksi Alat kesehatan berjumlah 0 unit, Pedagang besar farmasi 6 unit,

apotek 301 unit, toko obat 140 unit dan Penyalur Alat Kesehatan berjumlah

11 unit.

19 Profil Kesehatan Provinsi Kalimatan Tengah Tahun 2017

2. Ketersediaan Obat dan Vaksin

Dalam upaya pelayanan kesehatan, ketersediaan obat dalam jenis

yang lengkap, jumlah yang cukup, terjamin khasiatnya, aman, efektif dan

bermutu dengan harga terjangkau serta mudah diakses adalah sasaran

yang harus dicapai. Kementerian Kesehatan telah menetapkan indikator

rencana strategis terkait program kefarmasian dan alat kesehatan, yaitu

meningkatnya sediaan farmasi dan alat kesehatan yang memenuhi standar

dan terjangkau oleh masyarakat. Indikator tercapainya sasaran hasil

tersebut pada tahun 2017 yaitu persentase ketersediaan obat dan vaksin

sebesar 100%. Dalam rangka mencapai target tersebut, salah satu

kegiatan yang dilakukan adalah peningkatan ketersediaan obat esensial

generik di sarana pelayanan kesehatan dasar.

Pemantauan ketersediaan obat digunakan untuk mengetahui kondisi

tingkat ketersediaan obat di berbagai unit sarana kesehatan seperti

Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota (IFK) dan puskesmas. Kegiatan ini

dilakukan untuk mendukung pemerintah pusat dan daerah dalam rangka

menentukan langkah-langkah kebijakan yang akan diambil di masa yang

akan datang. Di era otonomi daerah, pengelolaan obat merupakan salah

satu kewenangan yang diserahkan ke kabupaten/kota, akibatnya sulit bagi

pemerintah pusat untuk mengetahui kondisi ketersediaan obat di seluruh

Indonesia. Dengan tidak adanya laporan secara periodik yang dikirim oleh

provinsi, maka relatif sulit bagi pemerintah pusat untuk menentukan

langkah-langkah yang harus dilakukan. Adanya data ketersediaan obat di

provinsi atau kabupaten/kota akan mempermudah penyusunan prioritas

bantuan maupun intervensi program di masa yang akan datang.

Untuk mendapatkan gambaran ketersediaan obat dan vaksin di

Provinsi Kalimantan Tengah, dilakukan pemantauan ketersediaan obat dan

vaksin. Obat yang dipantau ketersediaannya merupakan obat indikator

yang digunakan untuk pelayanan kesehatan dasar dan obat yang

mendukung pelaksanaan program kesehatan. Jumlah item obat yang

dipantau adalah 20 item obat dan vaksin yang digunakan untuk imunisasi

dasar.

20 Profil Kesehatan Provinsi Kalimatan Tengah Tahun 2017

Indikator persentase ketersediaan obat dan vaksin tahun 2017

memiliki target sebesar ≥ 95%, dari data dan perhitungan yang dilakukan

oleh Bidang Sumber Daya Kesehatan (SDK) Provinsi Kalimantan Tengah,

persentase ketersediaan obat dan vaksin pada tahun 2017 sebesar

99,18%, lebih tinggi dibandingkan tahun 2016 dengan persentase

ketersediaan rata-rata provinsi sebesar 90%. Dengan demikian apabila

dibandingkan dengan target tahun 2016, maka capaian kinerja indikator

persentase ketersediaan obat dan vaksin sudah mencapai target yang telah

ditetapkan. Data dan informasi lebih rinci mengenai ketersediaan obat dan

vaksin terdapat pada Tabel lampiran 66.

D. SARANA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT

Pembangunan kesehatan untuk mewujudkan derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya juga memerlukan peran masyarakat.

Melalui konsep Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM),

masyarakat berperan serta aktif dalam penyelenggaraan upaya kesehatan.

Bentuk UKBM antara lain Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pos Kesehatan

Desa (Poskesdes), dan desa/kelurahan siaga aktif.

1. Posyandu menurut Strata

Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal oleh

masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu

kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi dan

penanggulangan diare. Untuk memantau perkembangannya posyandu

dikelompokan menjadi 4 strata, yaitu posyandu pratama, posyandu madya,

posyandu purnama dan posyandu mandiri.

Jumlah posyandu di Kalimantan Tengah tahun 2017 adalah 2491 unit

lebih banyak dibandingkan tahun 2016 sebanyak 2410 unit. Rincian posyandu

berdasarkan stratanya pada tahun 2017 adalah sebagai berikut; Posyandu

Pratama 889 unit (35.69%), Posyandu Madya 1146 unit (46.01%), Posyandu

Purnama 408 unit (16.38%) dan Posyandu Mandiri 48 unit (1,93%). Sedangkan

posyandu yang masuk kategori aktif sebanyak 695 unit (27,9%). Ada

peningkatan yang signifikan jumlah posyandu yang aktif pada tahun 2017 bila

dibandingkan dengan jumlah posyandu aktif pada tahun 2016 yaitu 392

(16,27%) menjadi 695 (27,9%). Kedepannya pengembangan Posyandu adalah

21 Profil Kesehatan Provinsi Kalimatan Tengah Tahun 2017

dengan revitalisasi posyandu dan diharapkan jumlah posyandu aktif terus

meningkat. (Lampiran Tabel 69).

2. Pos Kesehatan Desa

Di samping Posyandu keberadaan Poskesdes (Pos Kesehatan Desa) juga

sangat penting dalam rangka mendukung program desa siaga, yaitu suatu

bentuk pemberdayaan masyarakat di tingkat desa yang disertai dengan

pengembangan kesiagaan dan kesiapan masyarakat untuk memelihara

kesehatannya secara mandiri khususnya kesehatan ibu dan anak.

Fungsi poskesdes adalah Sebagai wahana peran aktif masyarakat di

bidang kesehatan, meliputi : sebagai wahana kewaspadaan dini terhadap

berbagai resiko dan masalah kesehatan, sebagai wahana pelayanan kesehatan

dasar, guna lebih mendekatkan pelayanan kepada masyarakat serta untuk

meningkatkan jangkauan dan cakupan pelayanan kesehatan, sebagai wahana

pembentukan jejaring berbagai UKBM yang ada di desa. Adapun manfaatnya

antara lain : Permasalahan kesehatan di desa dapat dideteksi secara dini,

sehingga bisa ditangani dengan cepat dan diselesaikan, sesuai kondisi , potensi

dan kemampuan yang ada.; Masyarakat desa dapat memperoleh pelayanan

kesehatan dasar yang dapat dijangkau ( secara geografis ); Bagi Kader

Kesehatan mendapatkan informasi awal di bidang kesehatan; Memperluas

jangkauan pelayanan Puskesmas dengan mengoptimalkan segala sumberdaya

secara efektif dan efesien; mengoptimalkan fungsi Puskesmas sebagai pusat

penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan

masyarakat, dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama

Jumlah poskesdes pada tahun 2017 sebanyak 608 buah lebih banyak

dibandingkan tahun 2016 yang berjumlah 492 buah. Jumlah Pos Kesehatan

Desa (Poskesdes) di setiap kabupaten/kota tahun 2017 terlihat pada gambar

berikut.

22 Profil Kesehatan Provinsi Kalimatan Tengah Tahun 2017

Gambar 3.4 Jumlah Poskesdes dan Desa/Kelurahan di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018

3. Desa Siaga

Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber

daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-

masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri.

Sebuah desa dikatakan menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memiliki

sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes).

Pada tahun 2017 di Provinsi Kalimantan Tengah terdapat 894 desa siaga

lebih banyak dibandingkan dengan tahun 2016 sebanyak 839 desa siaga.

Jumlah desa dan kelurahan pada tahun 2017 sebanyak 1.572 desa/kelurahan.

Desa Siaga aktif adalah desa yang mempunyai Poskesdes atau UKBM lainnya

yang buka setiap hari dan berfungsi sebagai pemberi pelayanan kesehatan

dasar, penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan, surveilance berbasis

masyarakat yang meliputi gizi, penyakit, lingkungan dan perilaku sehingga

masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Distribusi

Desa Siaga dan Desa Siaga Aktif di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017

terlihat pada gambar berikut.

94185 231

93 10332 88 100 161 99 127 104 125

30

54

102114

69 2228

62 1618

36 31 49 43

Desa/Kel Poskesdes

23 Profil Kesehatan Provinsi Kalimatan Tengah Tahun 2017

Gambar 3.5 Distribusi Desa/Kelurahan dan Desa Siaga di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018

Dari digambar diatas diketahui bahwa semua kabupaten telah memiliki

data desa siaga, yang paling banyak memiliki desa siaga adalah Kabupaten

Kotawaringin Timur yaitu 171 desa kemudian Kabupaten Kapuas 151 desa

siaga dan Kabupaten Kotawaringin Barat dengan 94 desa. Sedangkan

Kabupaten yang paling sedikit desa siaganya adalah Kabupaten Seruyan 12

desa, Gunung Mas 17 desa siaga dan Kabupaten Pulang Pisau dengan jumlah

desa siaga sebanyak 18 desa.

Keberadaan Desa/Kelurahan siaga menunjukkan peran pemerintah

daerah dalam hal ini dinas kesehatan kabupaten/kota sebagai leading sektor

bidang kesehatan sebagai upaya meningkatkan kemandirian masyarakat dalam

menangani masalah kesehatan yang terjadi di daerah atau wilayah masing-

masing.

E. Cakupan Jaminan Kesehatan Penduduk

Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 juga menetapkan, Jaminan Sosial

Nasional akan diselenggarakan oleh BPJS, yang terdiri atas BPJS Kesehatan dan

BPJS Ketenagakerjaan. Khusus untuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) akan

diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang implementasi nya dimulai 1 Januari

2014. Secara operasional, pelaksanaan JKN dituangkan dalam Peraturan

Pemerintah dan Peraturan Presiden, antara lain: Peraturan Pemerintah No.101

0 50 100 150 200 250

Palangka Raya

Lamandau

Kotawaringin Barat

Seruyan

Barito Timur

Gunung Mas

Kotawaringin Timur

3032

88939499100103

104125127

161185

231

3022

8128

9418

12

8549

7817

58171

151

Desa/Kel SiagaDesa/Kel

24 Profil Kesehatan Provinsi Kalimatan Tengah Tahun 2017

Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI); Peraturan Presiden No. 12

Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan; dan Peta Jalan JKN (Roadmap

Jaminan Kesehatan Nasional).

Mendukung pelaksanaan tersebut, Kementerian Kesehatan memberikan

prioritas kepada jaminan kesehatan dalam reformasi kesehatan. Kementerian

Kesehatan tengah mengupayakan suatu regulasi berupa Peraturan Menteri,

yang akan menjadi payung hukum untuk mengatur antara lain pelayanan

kesehatan, pelayanan kesehatan tingkat pertama, dan pelayanan kesehatan

rujukan tingkat lanjutan. Peraturan Menteri juga akan mengatur jenis dan

plafon harga alat bantu kesehatan dan pelayanan obat dan bahan medis habis

pakai untuk Peserta Jaminan Kesehatan Nasional.

Perkembangan peserta jaminan kesehatan di Provinsi Kalimantan

Tengah cukup positif. Kepesertaan jaminan kesehatan tahun 2017 sebesar

70.20 persen lebih tinggi dibandingkan dengan dengan capaian tahun 2016

sebesar 53,88 persen. Bila dirinci adalah sebagai berikut: 1. Jaminan Kesehatan

Nasional (60.45%), 2. Jamkesda (9.14%), 3. Asuransi Swasta (0.03) dan 4

Asuransi Perusahaan (0.58%). Data terinci di setiap kabupaten/kota dapat

dilihat di lampiran (tabel 53).

F. Pemanfaatan Sarana Puskesmas dan Rumah Sakit

1. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap di Sarana Pelayanan Keseha-tan

Pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan pendayafungsian layanan

kesehatan oleh masyarakat. Menurut Levey dan Loomba (1973) yang dimaksud

dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang

dilaksanakan secara sendiri atau bersama-sama, dalam suatu organisasi untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan

penyakit serta memulihkan kesehatan seseorang, keluarga, kelompok dan

masyarakat.

Cakupan kunjungan Rawat Jalan di puskesmas dan rumah sakit pada

tahun 2017 adalah 54.7% lebih tinggi dibandingkan tahun 2016 sebesar 50,4%.

Sedangkan cakupan kunjungan rawat inap pada tahun 2017 sebesar 4.6% lebih

tinggi dibandingkan tahun 2016 sebesar 3.9%. Ada beberapa kabupaten yang

tidak memiliki data jumlah kunjungan rawat jalan dan rawat inap baik yang di

25 Profil Kesehatan Provinsi Kalimatan Tengah Tahun 2017

puskesmas maupun yang dirumah sakit, sehingga mempengaruhi jumlah

persentase rawat jalan dan rawat inap secara keseluruhan. Sedangkan bila

dilihat dari jenis kelaminnya persentase rawat jalan dan rawat inap terbanyak

adalah perempuan yaitu 58% dan laki-laki sebanyak 45%, ini berarti

pemanfaatan sarana kesehatan sudah lebih banyak oleh perempuan bila

dibandingkan laki-laki. Kunjungan Rawat Jalan terbanyak ke Puksesmas

dibandingkan ke rumah sakit sedangkan Kunjungan Rawat Inap terbanyak di

Rumah Sakit dari pada di Puskesmas. Pada tahun 2017 jumlah kunjungan

gangguan jiwa sebanyak 12.836 orang, lebih tinggi dibandingkan dengan

jumlah ganguan jiwa pada tahun 2016 sebanyak 9.398 orang. Distribusi paling

banyak di rumah sakit bila dibandingkan dengan kunjungan pada puskesams.

(Lampiran Tabel 54).

2. Angka Kematian Umum Penderita Yang Dirawat di RS / Gross Death

Rate (GDR)

Angka kematian umum penderita yang dirawat di RS/GDR (Gross Death

Rate) berguna untuk mengetahui mutu pelayanan/perawatan di Rumah Sakit.

Semakin rendah GDR, berarti mutu pelayanan rumah sakit semakin baik. Angka

yang dapat ditolerir untuk GDR ini maksimum 45.

GDR rata-rata di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2017 adalah

26.3 lebih kecil dibandingkan dengan GDR pada tahun 2016 sebesar 26,5.

Angka GDR tersebut kurang dari angka yang dapat ditolerir, ini menunjukan

bahwa sistem pelayanan di rumah sakit sudah semakin membaik. Dari 22

rumah sakit yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah rumah sakit yang memiliki

angka GDR paling tinggi adalah Rumah Sakit Doris Sylvanus Palangka Raya

sebesar 43 lebih kecil dibandingkan tahun 2016 sebesar 50, diikuti oleh Rumah

Sakit Dr. St Imanuddin sebesar 36.9 dan Rumah Sakit Dr Murdjani Sampit

sebesar 33.6. Sedangkan rumah sakit dengan angka GDR yang paling rendah

adalah Rumah Sakit Muara Teweh dengan GDR sebesar 0.6, diikuti oleh Rumah

Sakit Polri Bhayangkara sebesar 3.8 dan Rumah Sakit Lamandau dengan nilai

GDR sebesar 4,7. Sedangkan rumah sakit tidak memiliki data GDR yaitu, Rumah

Sakit Kota Palangka Raya, Rumah Sakit TNI Denkesyah dan Rumah Sakit Jiwa

Kalawa Atei. Rendahnya angka GDR di provinsi Kalimantan Tengah menunjukan

mutu pelayanan/perawatan di RS sudah cukup baik.

26 Profil Kesehatan Provinsi Kalimatan Tengah Tahun 2017

3. Angka Kematian Penderita Yang Dirawat < 48 Jam / Net Death Rate

(NDR)

Angka Net Death Rate (NDR) adalah untuk mengetahui mutu pelayanan

atau perawatan rumah sakit. Semakin rendah NDR suatu rumah sakit, berarti

bahwa mutu pelayanan/perawatan rumah sakit tersebut makin baik. Nilai NDR

yang dapat ditolerir adalah 25 per 1.000 penderita keluar. Rata-rata NDR di

Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017 adalah 11 lebih rendah dibandingkan

dengan tahun 2016 sebesar 12.5. Data ini mengindikasikan adanya sedikit

peningkatan kualitas pelayanan di rumah sakit rumah sakit di Provinsi

Kalimantan Tengah.

Data NDR yang ada menunjukan rumah sakit yang paling tinggi NDR

nya adalah RSUD Doris Sylvanus sebesar 19,1 diikuti RSUD Dr. St. Imanuddin

sebesar 17, dan RSUD Dr. Murdjani sebesar 13,7. Ada 4 rumah sakit yang tidak

memiliki data angka NDR yaitu RSJ Kalawa Atei, Rumah Sakit TNI Denkesyah,

RSIA Yasmin dan RSUD Kota Palangka Raya. Indikator Kinerja Pelayanan di

Rumah Sakit dapat dilihat dari BOR (Bed Occupancy Rate), ALOS (Average

Length of Stay) rata-rata lama dirawat (dalam satuan hari) seorang pasien dan

TOI (Turn Over Interval). BOR adalah persentase pemakaian tempat tidur pada

satu satuan waktu tertentu; LOS adalah rata-rata lama perawatan (dalam

satuan hari) seorang pasien; dan TOI adalah lamanya pemakaian tempat tidur

oleh pasien (dalam satuan hari).

4. Pemakaian Tempat Tidur/Bed Occupancy Rate (BOR)

BOR merupakan persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan

waktu tertentu. Indikator ini dipergunakan untuk menilai kinerja rumah sakit

dengan melihat persentase pemanfaatan tempat tidur rumah sakit atau Bed

Occupation Rate (BOR). Angka BOR yang rendah menunjukkan kurangnya

pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat. Angka BOR yang

tinggi (>85%) menunjukan tingkat pemanfaatan tempat tidur yang tinggi,

sehingga perlu pengembangan rumah sakit atau penambahan tempat tidur.

BOR yang ideal untuk suatu rumah sakit adalah antara 60% sampai dengan

80%.

BOR untuk seluruh rumah sakit yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah

pada tahun 2017 sebesar 55% lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2016

27 Profil Kesehatan Provinsi Kalimatan Tengah Tahun 2017

sebesar 57%. Angka BOR ini tidak berada pada range ideal terkait dengan

pemakaian tempat tidur. Dari 22 rumah sakit ada 8 (delapan) rumah sakit

mempunyai tingkat pemanfaatan bed occupancy rate yang dianggap cukup

ideal yaitu Rumah Sakit Dr. St. Imanuddin Kabupaten Kotawaringin Barat

sebesar 73,7%, Rumah Sakit Hanau sebesar 72.5%, Rumah Sakit Dr Murdjani

Kabupaten Kotawaringin Timur sebesar 76,5%, Rumah Sakit Pulang Pisau

sebesar 70,1%, Rumah sakit Muara Teweh sebesar 72,8%, Rumah Sakit Puruk

Cahu sebesar 60,7%, Rumah Sakit Dr Doris Sylvanus sebesar 65,7%, dan

Rumah Sakit Jiwa sebesar 63.8%. Ada 14 RS dengan tingkat pemanfaatannya

masih kurang. Data lengkap dapat dilihat pada tabel lampiran no 56.

5. Rata-rata Lama Rawat Seorang Pasien/Average Length of Stay

(ALOS)

Rata-rata lama rawat seorang pasien yang secara umum/Average

Length of Stay (ALOS) yang ideal adalah antara 6 – 9 hari. Rata-rata lama

rawat seorang pasien di RS di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017 adalah

sebesar 3.55 hari lebih besar dibandingkan dengan ALOS tahun 2016 sebesar

3.0 hari. Jumlah ALOS ini lebih rendah dari ALOS ideal. Dari 22 RS yang ada

semua RS mempunyai nilai ALOS dibawah atau diatas angka ideal kecuali RS

Muara Teweh dengan angka ALOS 6 hari. Data lengkap dapat dilihat pada tabel

lampiran no 56.

6. Rata-rata Hari Tempat Tidur Tidak Ditempati / Turn Of Interval (TOI)

TOI dan ALOS merupakan indikator tentang efisiensi penggunaan

tempat tidur. Semakin besar TOI maka efisiensi penggunaan tempat tidur

semakin jelek. Angka ideal untuk TOI adalah 1 – 3 hari. Rata-rata TOI di

Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017 adalah sebesar 2.9 hari lebih besar

dibandingkan TOI tahun 2016 sebesar 2.7 hari. Data ini menunjukkan bahwa

pemanfaatan tempat tidur semakin efisien, karena berada pada kisaran TOI

ideal.

Dari 22 RS yang ada, 10 RS mempunyai nilai TOI yang masuk kategori

ideal yaitu Rumah Sakit Dr St Imanuddin, Rumah Sakit Dr Murdjani Kabupaten

Kotawaringin Timur, Rumah sakit Hanau Seruyan, Rumah Sakit Dr. Soemarno

SA Kapuas, Rumah Sakit Pulang Pisau, Rumah Sakit Murung Raya, Rumah Sakit

Muara Teweh Barito Utara, Rumah Sakit Dr. Doris Sylvanus Palangka Raya,

Rumah Sakit TNI Denkesyah, dan Rumah sakit Muhamadiyah Palangka Raya.

28 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

BAB IV

PEMBIAYAAN KESEHATAN

Pembiayaan kesehatan sendiri merupakan besarnya dana yang harus

disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya

kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok, dan

masyarakarat. Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 menyebutkan

bahwa pembiayaan kesehatan bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan

yang berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan

termanfaatkan. Secara umum, sumber biaya kesehatan dapat dibedakan menjadi

pembiayaan yang bersumber dari anggaran pemerintah dan pembiayaan yang

bersumber dari anggaran masyarakat.

Dewasa ini beban pembiayaan kesehatan semakin berat karena berkaitan

dengan pertambahan penduduk, transisi pola penyakit yang menimbulkan beban

ganda, inflasi biaya kesehatan serta inflasi ekonomi secara keseluruhan.

Pembiayaan kesehatan selain relatif kecil juga efektivitas dan efisiensi

penggunaannya belum optimal. Efektivitas dan efisiensi yang rendah tersebut

disinyalir berkaitan dengan jumlahnya yang kurang, alokasinya yang tidak sesuai

dengan prioritas kesehatan dan pola belanja yang cenderung pada investasi barang

dan kegiatan tidak langsung. Sehingg biaya operasional dan biaya untuk kegiatan

langsung menjadi kurang. Dalam teori dan pengalaman empiris kinerja suatu

program kesehatan sangat ditentukan oleh kecukupan anggaran operasional dan

anggaran kegiatan langsung.

Komitmen nasional maupun daerah kabupaten, kota dan Provinsi harus

mengalokasikan 10% anggaran untuk kesehatan dari Total APBD, untuk

pembiayaan kesehatan bagi keluarga miskin perlu diprioritaskan dan pada tahun

2016 alokasi dari pusat relatif meningkat dibanding tahun sebelumnya. Pembiayaan

untuk Dinas Kesehatan maupun UPT diperoleh dari APBD maupun APBN, PLN/BLN

dan lainnya yang sah.

Pembiayaan kesehatan harus mampu menjamin kesinambungan jumlah

yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna

dan berdaya guna sehingga pembangunan kesehatan demi meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat setinggitingginya dapat terlaksana. Sumber pembiayaan

29 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

kesehatan berasal dari pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, swasta dan

sumber lain. Sesuai Undang-Undang Kesehatan No 36 Tahun 2009 Tentang

Kesehatan, anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota

memiliki alokasi minimal sepuluh persen dari total Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) di luar gaji (belanja pegawai).

Pembiayaan Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016 bersumber

dari dana APBD Kabupaten/Kota, APBD Provinsi, APBN (DAK (Fisik dan Non Fisik),

Dekon) dan Pinjaman/Hibah Luar Negeri (GF). Total pembiayaan kesehatan

bersumber pemerintah baik pemerintah daerah maupun pusat maupun hibah untuk

tahun 2017 sebesar 2.307.083.338.022 lebih kecil bila dibandingkan dengan jumlah

anggaran pada tahun 2016 sebesar Rp 2.413.832.392.650.

Rincian alokasi anggaran kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017

adalah sebagai berikut:

a. APBD kabupaten/kota dan RSUD Kabupaten/Kota baik belanja langsung

maupun belanja tidak langsung sebesar Rp. 1.423.797.589.072 lebih kecil bila

dibandingkan dengan alokasi APBD pada tahun 2016 sebesar Rp.

1.696.205.655.725,-.

b. APBD Provinsi (Belanja langsung, Belanja Tidak langsung, RSUD Doris Sylvanus,

dan RSJ Kalawa Atei) sebesar Rp. 326.796.574.917 lebih besar bila

dibandingkan dengan APBD Provinsi pada tahun 2016 sebesar Rp. Rp.

304.307.704.526.

c. APBN (Tugas Pembantuan Provinsi, Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota, Dana

Dekonsentrasi, DAK Provinsi dan DAK Kabupaten/Kota) sebesar Rp.

551.526.932.000 jauh lebih besar bila dibandingkan dengan alokasi anggaran

APBN pada tahun 2016 sebesar Rp. 408.388.580.200-.

d. Pinjaman/Hibah luar negeri (PHLN) berupa Global Found (GF) Malaria, TB dan

AIDS sebesar Rp. 4.962.242.033, lebih besar bila dibandingkan dengan tahun

sebelumnya sebesar Rp. 4.930.452.199,-.

Secara keseluruhan persen APBD kesehatan terhadap APBD kabupaten/kota

dan dan APBD Provinsi pada tahun 2017 sebesar 8,99% lebih rendah bila

dibandingkan dengan persentase APBD pada tahun 2016 sebesar 9.43%. Belum

mencapai target yang telah ditetapkan sebesar 10% per tahun dari Total APBD

diluar biaya gaji (UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan), sedangkan anggaran

30 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

kesehatan per kapita pada 2017 sebesar Rp. 904.670,45, lebih kecil bila

dibandingkan dengan anggaran kesehatan per kapita pada tahun 2016 sebesar

Rp.946.529,67-. Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada lampiran Tabel 81.

31 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

BAB V

KESEHATAN IBU DAN ANAK

Anak dan ibu merupakan dua anggota keluarga yang perlu mendapatkan

prioritas dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Penilaian terhadap status

kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu dan anak penting untuk dilakukan. Hal

tersebut disebabkan Angka Kematian Ibu dan Anak merupakan dua indikator yang

peka terhadap kualitas fasilitaspelayanan kesehatan. Kualitas fasilitas pelayanan

kesehatan yang dimaksud termasuk aksesibilitas terhadap fasilitas pelayanan

kesehatan itu sendiri.

Keadaan kesehatan sangat penting dalam menggambarkan profil kesehatan

masyarakat di suatu daerah. Dalam menilai derajat kesehatan masyarakat,

digunakan indikator Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI).

Faktor-faktor yang memengaruhi derajat kesehatan masyarakat tidak hanya berasal

dari sektor kesehatan melainkan juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pendidikan,

lingkungan sosial, keturunan, dan faktor lainnya.

Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat antara lain dari angka kematian,

angka kesakitan dan status gizi. Pada bagian ini, derajat kesehatan di Provinsi

Kalimantan Tengah digambarkan melalui Angka Harapan Hidup (AHH), Angka

Kematian Bayi (AKB), Angka kematian Ibu (AKI), angka morbiditas beberapa

penyakit dan status gizi.

Upaya kesehatan di Propinsi Kalimantan Tengah telah diarahkan untuk dapat

meningkatkan kualitas hidup dan pelayanan kesehatan yang makin terjangkau oleh

seluruh lapisan masyarakat. Disamping itu dalam penanganan masalah kesehatan

harus dilakukan secara terarah dan terpadu dengan memperhatikan kondisi sosial,

ekonomi dan budaya.

A. KESEHATAN IBU

Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan

sampai dengan nifas bertujuan untuk : a) menjamin kesehatan ibu sehingga

mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas b) mengurangi angka

kesakitan dan angkakematian pada ibu dan bayi yang baru dilahirkan c) menjamin

tercapaianya kualitas hidup dan terpenuhinya hak-hak reproduksi dan d)

32 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi

baru lahir yang bermutu, aman dan bermanfaat.

Pelayanan kesehatan ibu meliputi pelayanan antenatal, pertolongan

persalinan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan, pelayanan

terhadap ibu hamil risiko tinggi dirujuk, kunjungan neonatus dan kunjungan bayi.

Berikut sasaran program Ibu dan Anak yang dijalankan yaitu Meningkatnya

pelayanan antenatal terpadu berkualitas; Meningkatnya persalinan ditolong oleh

tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan tingkatpertama; Penanganan komplikasi

kehamilan, persalinan dan nifas di tingkat pertama dalam mendukung rujukan ke

tingkat lanjutan; Meningkatnya Pelayanan KB berkualitas, terutama KB pasca

persalinan; Meningkatnya pelayanan kesehatan reproduksi terpadu yang responsif

gender; Penguatan manajemen program kesehatan ibu dan reproduksi. Dengan

sasaran pelayanan adalah sebagai berikut : Ibu Hamil, bersalin dan nifas; Wanita

Usia Subur; Pasangan Usia Subur; Pengelola program kesehatan ibu dan

reproduksi; lintas program dan lintas sektor terkait serta Unsur organisasi profesi.

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,

angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas)

sebesar 359 per100.000 kelahiran hidup. Kemudian jika mengacu pada hasil SUPAS

tahun 2015 angka kematian ibu berada pada angka 305 per 100.000 kelahiran

hidup. Angka ini masih cukup tinggi apalagi jika dibandingkan dengan negara–

negara tetangga.

1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui pemberian

pelayanan antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan,

dengan distribusi waktu minimal 1 kalipada trimester pertama (usia kehamilan

0-12 minggu), minimal 1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24

minggu), dan minimal 2 kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu -

lahir). Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin

perlindungan terhadap ibu hamil dan atau janin, berupa deteksi dini faktor

risiko, pencegahan dan penanganan dini komplikasi kehamilan.

Capaian pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dinilai dengan

menggunakan indikator Cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu

hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal pertama kali oleh tenaga

kesehatan, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada

33 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

kurun waktu satu tahun. Sedangkan Cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang

telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4

kali sesuai jadwal yang dianjurkan, dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di

satu wilayah kerja padakurun waktu satu tahun. Indikator tersebut

memperlihatkan akses pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat

kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ketenaga kesehatan.

Pada tahun 2017 cakupan pelayanan K4 sebesar 84,1% lebih rendah

dibandingkan dengan tahun 2016 cakupan pelayanan K4 sebesar 79%. Capaian

K4 di Provinsi Kalimantan Tengah lebih tinggi bila dibandingkan dengan hasil

Survey Indikator Kesehatan Nasional (Sirkesnas) tahun 2016 sebesar 72,5%

dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2017 yang mencapai

77,4%. Secara umum semua kabupaten kota belum mencapai target sebesar

95%. Dari semua kabupaten capaian K4 yang paling tinggi adalah Kabupaten

Sukamara sebesar 91,5%, kemudian Kabupaten Pulang Pisau sebesar 90,9%

dan Kota Palangka Raya sebesar 90.2%. Sedangkan Kabupaten yang paling

rendah cakupan K4 nya adalah Kabupaten Barito selatan sebesar 61,4%,

diikuti oleh Kabupaten Seruyan 73,6% dan Kabupaten Murung Raya 67,3%.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Gambar 5.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Tahun 2017 Per Kabupaten Kota di Provinsi Kalimantan Tengah

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota dan Bidang Kesmas Tahun 2018

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0

Barito SelatanSeruyan

Murung RayaKotawaringin Timur

Barito Timur Katingan

KALTENGLamandau

Kotawaringin Barat Barito Utara

KapuasGunung Mas

Palangka Raya Pulang Pisau

Sukamara

61.473.675.7

82.582.683.784.1

86.787.289.289.490.090.290.991.5

34 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Pelayanan kesehatan ibu hamil untuk K1 pada tahun 2017 telah

mencapai 91,6% lebih tinggi dibandingkan tahun 2016 yang mencapai 87,3%,

dan masih belum mencapai target yang telah ditetapkan sebesar 95%. Ada

beberapa kabupaten/kota yang telah mencapai cakupan lebih dari 95% seperti

Kota Palangkaraya (96.3%), Kabupaten Gunung Mas (95,1%), Kabupaten

Barito Utara (95,8%), Kabupaten Pulang Pisau (96,7%), Kabupaten Sukamara

(95,8%) dan Kabupaten Kapuas (98,0%). Kabupaten dengan capaian yang

paling rendah adalah Kabupaten Barito Selatan (75.4%), dan Kabupaten Barito

Timur (83,8%). Distribusi cakupan kunjungan ibu hamil K1 tahun 2017 per

kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Tengah dapat dilihat pada gambar 5.2

dibawah ini.

Gambar 5.2 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 Tahun 2017 Per Kabupaten Kota di Provinsi Kalimantan Tengah

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018

Kesenjangan antara cakupan K1 dan K4 tidak terlalu besar yang berarti

banyak ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama pelayanan

antenatal meneruskan hingga kunjungan ke-4 pada triwulan 3 kehamilannya.

Kondisi tersebut menutup peluang terjadinya kematian pada ibu melahirkan dan

bayi yang dikandungnya. Kondisi tersebut harus ditingkatkan dengan

penyuluhan ke masyarakat serta melakukan komunikasi dan edukasi yang

intensif kepada ibu hamil dan keluarganya agar memeriksakan kehamilannya

sesuai standar.

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0

Barito Selatan

Katingan

Lamandau

Kotawaringin Timur

Kotawaringin Barat

Sukamara

Palangka Raya

Kapuas

75.483.8

86.286.686.686.8

91.591.6

94.995.195.895.896.396.798.0

35 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Upaya meningkatkan cakupan K4 juga makin diperkuat dengan telah

dikembangkannya Kelas Ibu Hamil. Sampai saat ini telah terdapat beberapa

Puskesmas maupun klinik dan rumah sakit yang melaksanakan dan

mengembangkan Kelas Ibu Hamil di wilayah kerjanya. Kelas Ibu Hamil akan

meningkatkan demand creation di kalangan ibu hamil dan keluarganya, dengan

meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu hamil dan keluarganya

dalam memperoleh pelayanan kesehatan ibu secara paripurna.

Gambaran kecenderungan cakupan K1 dan K4 sejak tahun 2008 hingga

tahun 2017 dapat dilihat pada gambar 5.3 dibawah ini

Gambar 5.3. Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil K1 Dan K4 Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2008 – 2017

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018

Pada gambar 5.3 di atas terlihat bahwa secara umum cakupan

pelayanan kesehatan ibu hamil K1 dan K4 mengalami trend sedikit peningkatan.

Cakupan K1 dan K4 yang secara umum mengalami peningkatan tersebut

menunjukkan semakin tinggi akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan

ibu hamil yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Hal ini menjadi tugas semua

element kesehatan bagaimana meningkatkan akses ibu hamil kesarana

kesehatan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan yang di harapkan dapat

menurunkan angka kematian ibu dan bayi yang merupakan masalah utama

yang belum terselesaikan.

Secara nasional, indikator kinerja cakupan pelayanan kesehatan ibu

hamil K4 pada tahun 2017 telah dapat mencapai target Rencana Strategis

(Renstra) Kementerian Kesehatan tahun yang sama, yakni sebesar 74%. Hasil

92 91.8 94 93 96.196 94.3 90.6 87.3

91.6

81.6 80.7 85.6 85.8 87.4 89.6 86.5 82.8 79 84.1

0

20

40

60

80

100

120

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

K1 K4

36 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Riskesdas untuk Provinsi Kalimantan Tengah memperlihatkan perbedaan antara

hasil pencatatan rutin dan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013

yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Untuk

cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K1 ideal, data menurut pencatatan

rutin adalah 91,6%, sedangkan menurut Riskesdas 2013 sebesar 69.7%. Untuk

cakupan K4 ideal, menurut pencatatan rutin adalah sebesar 84.1%, sedangkan

menurut Riskesdas adalah 54%. Perbedaan ini dikarenakan pada Riskesdas

2013, sampel penelitian adalah ibu yang pernah hamil anak terakhir sejak 1

Januari 2010 hingga pada saat wawancara dilakukan. Selain itu, masih terdapat

perbedaan persepsi di daerah mengenai definisi operasional dari cakupan

pelayanan kesehatan ibu hamil K1 dan K4.

2. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan

Upaya kesehatan ibu bersalin diwujudkan dalam upaya mendorong agar

setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan dilakukan di

fasilitas pelayanan kesehatan. Pencapaian upaya kesehatan ibu bersalin diukur

melalui indikator persentase persalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih

(Cakupan Pn).

Upaya kesehatan ibu bersalin dilaksanakan dalam rangka mendorong

agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih yaitu dokter

spesialis kebidanan dan kandungan (SpOG), dokter umum, dan bidan, serta

diupayakan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Pertolongan persalinan

adalah proses pelayanan persalinan yang dimulai pada kala I sampai dengan

kala IV persalinan. Indikator ini memperlihatkan diantaranya tingkat

kemampuan pemerintah dalam menyediakan pelayanan persalinan berkualitas

yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.

Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian

besar terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini disebabkan pertolongan

tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan

(profesional). Pesan kunci MPS yaitu persalinan harus ditolong oleh tenaga

kesehatan yang terlatih (APN, Afiksia dan sejenisnya), keadaan ini belum

sepenuhnya dapat dilakukan di Kalimantan Tengah, karena itu dilakukan

kemitraan antara bidan dan dukun di mana dukun tidak lagi melayani

persalinan tetapi sebagai pendamping bidan dalam melayani persalinan,

37 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

sehingga dengan kondisi tersebut diharapkan mampu menurunkan angka

kematian ibu dan bayi.

Cakupan persalinan ditolong tenaga kesehatan yang memeliki komptensi

kebidanan di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017 sebesar 81,2% lebih

besar dibandingkan dengan tahun 2016 sebesar 78,15%. Data cakupan

persalinan oleh tenaga kesehatan mulai tahun 2010 sampai dengan 2017

secara keseluruhan di Provinsi Kalimantan Tengah dapat dilihat pada gambar

5.4 berikut ini:

Gambar 5.4 Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010 – 2017

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018

Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa secara umum cakupan

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Provinsi Kalimantan Tengah

dalam kurun 5 tahun terakhir mulai 2013 sampai dengan 2016 mengalami

penurunan setiap tahunnya, namu ada peningkatan pada tahun 81,2%.

Cakupan secara provinsi pada tahun 2017 sebesar 81,2%. Adanya peningkatan

cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan bisa di sebabkan oleh berbagai hal

salah satunya adalah pelayanan tenaga kesehatan yang cukup baik,

kelengkapan sarana dan prasarana kesehatan di daerah yang lebih mudah

diakses dan pengetahuan ibu hamil yang meningkat. Namun yang perlu

mendapatkan perhatian adalah kenyamanan ibu hamil untuk melahirkan di

tenaga kesehatan atau disarana kesehatan yang masih kurang sehingga ibu

8482.49

87.4

89.8

86.7

79.0578.15

81.2

72

74

76

78

80

82

84

86

88

90

92

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Persalinan oleh Tenaga Kesehatan 2010 - 2017

38 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

hamil lebih nyaman untuk melahirkan di rumah dan di tolong oleh dukun

beranak.

Penurunan persalinan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai

kompetensi kebidanan yang terjadi dalam kurun waktu empat tahun berturut-

turut perlu mendapatkan perhatian yang serius oleh pemerintah daerah baik di

Kabupaten maupun di provinsi, hal ini mengindikasikan adanya permasalahan di

level puskesmas dan jaringannya maupun di rumah sakit dan klinik swasta.

Persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan

merupakan salah satu program yang di harapkan bisa mengurangi AKI dan AKB

yang masih menjadi masalah utama kesehatan di Indonesia.

Sedangkan cakupan Linakes tahun 2017 di kabupaten kota di Provinsi

Kalimantan Tengah dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 5.5. Cakupan Linakes tahun 2017 di Kabupaten Kota di Provinsi Kalimantan Tengah

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018

Sebagian kabupaten/kota masih belum mencapai target yang telah

ditetapkan sebesar 85% untuk linakes, Kota Palangka Raya adalah Kota yang

paling tinggi capaian linakesnya yaitu 94,19%. Sedangkan kabupaten yang

paling rendah capaian linakesnya adalah Kabupaten Lamandau sebesar

55,15%. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel lampiran 29.

0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00

Lamandau

Barito Selatan

Barito Timur

KALTENG

Barito Utara

Gunung Mas

Pulang Pisau

Palangka …

55.1565.27

70.7974.68

77.0777.19

81.1985.8086.3186.5986.7387.62

90.0891.29

94.19

Cakupan Linakes Per Kabupaten/Kota Tahun 2017

39 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Pelayanan kesehatan ibu yang juga erat kaitannya dengan dengan

kelangsungan hidup ibu dan anak adalah pelayanan persalinan. Persentase

persalinan oleh tenaga kesehatan merupakan indikator SDGs goal ke-3. Capaian

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 secara nasional

terkait persentase persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan mencapai

90,9%. Analisis kematian ibu yang dilakukan Direktorat Bina Kesehatan Ibu

pada tahun 2010 membuktikan bahwa kematian ibu terkait erat dengan

penolong persalinan dan tempat/fasilitas persalinan. Persalinan yang ditolong

tenaga kesehatan terbukti berkontribusi terhadap turunnya risiko kematian ibu.

Demikian pula dengan tempat/fasilitas, jika persalinan dilakukan di fasilitas

pelayanan kesehatan, juga akan semakin menekan risiko kematian ibu.

Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan tetap konsisten dalam

menerapkan kebijakan bahwa seluruh persalinan harus ditolong oleh tenaga

kesehatan dan didorong untuk dilakukan difasilitas pelayanan kesehatan.

Kebijakan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kesehatan menggariskan bahwa

pembangunan Puskesmas harus satu paket dengan rumah dinas tenaga

kesehatan. Demikian pula dengan pembangunan Poskesdes yang harus bisa

sekaligus menjadi rumah tinggal bagi bidan di desa. Dengan disediakan rumah

tinggal, maka tenaga kesehatan termasuk bidan akan siaga di tempat tugasnya

dan dapat memberikan pertolongan persalinan setiap saat.

Bagi ibu hamil yang di daerah tempat tinggalnya tidak ada bidan atau

jauh dari fasilitas pelayanan kesehatan, maka menjelang hari taksiran

persalinan diupayakan sudah berada didekat fasilitas pelayanan kesehatan,

yaitu di Rumah Tunggu Kelahiran. Rumah Tunggu Kelahiran tersebut dapat

berupa rumah tunggu khusus maupun di rumah sanak saudara yang dekat

dengan fasilitas pelayanan kesehatan.

3. Cakupan Pelayanan Nifas

Nifas adalah periode mulai dari 6 jam sampai dengan 42 hari pasca

persalinan. Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada

ibu nifas sesuai standar, yang dilakukan sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali sesuai

jadwal yang dianjurkan, yaitu pada 6 jam sampai dengan 3 hari pasca

persalinan, pada hari ke-4 sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan

pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan.

40 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Pasca persalinan (masa nifas) berpeluang untuk terjadinya kematian ibu

maternal, sehingga perlu mendapatkan pelayanan kesehatan masa nifas

dengan dikunjungi oleh tenaga kesehatan minimal 3 (tiga) kali sejak persalinan.

Pelayanan Ibu Nifas meliputi pemberian Vitamin A dosis tinggi ibu nifas yang

kedua dan pemeriksaan kesehatan paska persalinan untuk mengetahui apakan

terjadi perdarahan paska persalinan, keluar cairan berbau dari jalan lahir,

demam lebih dari 2 (dua) hari, payudara bengkak kemerahan disertai rasa sakit

dan lain-lain. Kunjungan terhadap ibu nifas yang dilakukan petugas kesehatan

biasanya bersamaan dengan kunjungan neonatus.

Cakupan pelayanan pada ibu nifas pada tahun 2017 adalah 77,7%, lebih

rendah dibandingkan tahun 2016 sebesar 82,2%. Kondisi ini perlu

mendapatkan perhatian serius dari dinas kesehatan provinsi maupun dinas

kesehatan kabupaten/kota karena masa ibu nifas masih tergolong masa kritis

yang bisa menyebabkan kematian bayi dan ibu. Pada tahun 2016 ini hampir

semua kabupaten kota belum mencapai target yang telah ditetapkan sebesar

90%. Adapun Kabupaten/Kota yang telah mencapai target 90% adalah Kota

Palangka Raya sebesar 94,2%, Kabupaten Sukamara sebesar 92,2% dan

Kabupaten Gunung Mas sebesar 90.4%. Sedangkan Kabupaten yang terendah

capaiannya adalah Kabupaten Lamandau (57,5%), Kabupaten Kapuas (63.0%),

dan Kabupaten Barito Selatan (64.1%) lebih jelasnya dapat dilihat pada

lampiran lampiran 29.

4. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Ibu Nifas

Ibu nifas adalah ibu yang baru melahirkan bayi baik di rumah dan atau

rumah bersalin dengan pertolongan dukun bayi dan atau tenaga kesehatan.

Suplementasi vitamin A pada ibu nifas merupakan salah satu program

penanggulangan kekurangan vitamin A. Cakupan ibu nifas mendapat kapsul

vitamin A adalah cakupan ibu nifas yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi

(200.000 SI) pada periode sebelum 40 hari setelah melahirkan. Cakupan ibu

nifas mendapat kapsul vitamin A tahun 2017 sebesar 80,82% lebih besar

dibandingkan tahun 2016 sebesar 79%. Cakupan tertinggi dicapai oleh Kota

Palangka Raya sebesar 94,17%, Kabupaten Sukamara 92,24% dan Kabupaten

Gunung Mas dengan capaian (90.35%). Sementara cakupan terendah adalah

Kabupaten Seruyan sebesar (66,52%), Kabupaten Barito Selatan sebesar

(68,23%) dan Kabupaten Lamandau (72,12%). Cakupan pemberian vitamin A

41 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

pada ibu nifas di Provinsi Kalimantan tahun 2010 – 2017 dapat dilihat pada

gambar dibawah ini.

Gambar 5.6. Cakupan Pemberian Vitamin A pada ibu nifas di Provinsi Kalimantan tahun 2010 – 2017

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018

5. Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe

Penanggulangan anemi pada ibu hamil dilaksanakan dengan

memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode kehamilannya.

Cakupan ibu hamil yang mendapatkan minimal 90 tablet Fe (Fe3) di Provinsi

Kalimantan Tengah pada tahun 2017 sebesar 73,12% lebih rendah bila

dibandingkan dengan cakupan Fe 90 tablet pada tahun 2016 sebesar 76.4%.

Cakupan tertinggi dicapai Kabupaten Gunung Mas sebesar 92,54%. Sedangkan

Cakupan Fe3 yang terendah adalah Kota Palangka Raya sebesar 35,43%, diikuti

oleh Kabupaten Barito Selatan sebesar 52,54%. Untuk lebih lengkapnya dapat

dilihat pada (Lampiran 32). Trend Cakupan Ibu hamil yang mendapatkan tablet

Fe di Provinsi Kalimantan Tengah dari Tahun 2010 – 2017 dapat dilihat pada

gambar dibawah ini.

85.2771.7 71.2

88.32 85.4 79.3 79 80.8

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Cakupan Vitamin A 2010 - 2017

42 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Gambar 5.7. Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2010 – 2017

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018

Dari gambar diatas terlihat bahwa trend cakupan pemberian tablet

tambah darah pada ibu hamil mengalami penurunan dalam empat tahun

terakhir yaitu tahun 2014, tahun 2015, tahun 2016 dan tahun 2017. Ini akan

memberikan implikasi pada peningkatan resiko kematian pada ibu dan anak

serta terjadinya komplikasi kehamilan pada ibu hamil dan ibu nifas.

6. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani

Dalam masa kehamilan sering ditemui komplikasi kebidanan yaitu

kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas yang dapat mengancam jiwa

ibu dan/atau bayi. Berdasarkan perhitungan bahwa jumlah ibu dengan

komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama:

dihitung berdasarkan angka estimasi 20% dari total ibu hamil disuatu wilayah

pada kurun waktu yang sama.

Komplikasi kebidanan merupakan kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin

dan ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan/atau bayi. Komplikasi dalam

kehamilan diantaranya (a) Abortus, (b) Hiperemesis Gravidarum, (c)

Perdarahan per vaginam, (d) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia,

eklampsia), (e) Kehamilan lewat waktu, (f) ketuban pecah dini.

Komplikasi dalam persalinan diantaranya (a) Kelainan letak/presentasi

janin, (b) Partus macet/distosia, (c) Hipertensi dalam kehamilan (preeklampsia,

eklampsia) (d) Perdarahan pasca persalinan, (e) Infeksi berat/sepsis, (f)

Kontraksi dini/persalinan premature, (g) Kehamilan ganda.

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

FE 1 90.3 91.7 91.3 94.0 93.3 87.0 83.1 78.4

FE 3 84.3 84.6 83.0 88.0 87.0 80.3 76.4 73.1

90.3 91.7 91.3 94.0 93.3 87.0 83.1 78.4

84.3 84.6 83.0 88.0 87.0 80.3 76.4 73.1

0.0

20.0

40.0

60.0

80.0

100.0Pe

rsen

tase

Cakupan pemberian Tablet Fe1 dan Fe3 pada Bumil Tahun 2010 - 2016

43 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Cakupan penanganan ibu hamil dengan komplikasi pada tahun 2017

mencapai 36,64%, ada penurunan bila dibandingkan dengan capai penanganan

komplikasi kebidanan pada tahun 2016 yang mencapai 48.59%. Penurunan

capaian penanganan ibu hamil dengan komplikasi dibandingkan dengan tahun

2016 menunjukkan adanya penurunan pelayanan yang mendasar pada

pelayanan ibu hamil di bidan-bidan dan sarana pelayanan primer. Selain itu ada

kemungkinan karena pencatatan dan pelaporan yang kurang baik pada sarana

kesehatan baik di tingkat primer maupun sekunder. Capaian penanganan

komplikasi kebidanan yang masih jauh dari target merupakan tantangan yang

harus bisa dipecahkan bersama. Kemudian harus adanya pemahaman yang

sama terkait dengan definisi operasional mengenai komplikasi kebidanan

sehingga dalam pencatatan dan pelaporan akan lebih baik kedepannya. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 33.

Gambar 5.8. Cakupan Komplikasi Kebidanan Yang Ditangani di ProvinsiKalimantan tahun 2010 – 2017

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018

7. Angka Kematian Ibu (AKI)

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat

derajat kesehatan perempuan. Penurunan AKI juga merupakan salah satu

target MDGs yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dengan

mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu.

Kematian ibu yang dimaksud adalah kematian seorang ibu yang

disebabkan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk

kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam

13.3

42.2 42

53.245.1

36.3

48.59

36.6

0

10

20

30

40

50

60

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Komplikasi Kebidanan yang Ditangani2010 - 2017

44 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama

kehamilan 100.000 kelahiran hidup.

Setiap periode kehamilan hingga masa nifas berisiko mengalami

kematian maternal apabila mengalami komplikasi. AKI mengacu pada jumlah

kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Angka

Kematian Ibu Maternal (AKI) merupakan salah satu indikator keberhasilan

pembangunan pada sektor kesehatan.

Untuk mengurangi AKI telah dilakukan berbagai upaya diantaranya

meningkatkan kesehatan ibu dimasyarakat dengan : (1) Program Perencanaan

Persalinan dan Pencegahan Komplikasi; (2) Kelas ibu hamil; (3) Program

kemitraan bidan dan dukun serta (4) Rumah tunggu kelahiran. Disamping itu

juga dengan meningkatkan kesehatan ibu di fasilitas pelayanan kesehatan

dasar dan rujukan dengan : (1) Pelayanan Antenatal terpadu ( HIV-AIDS, TB

dan Malaria, Gizi dan Penyakit tidak menular ); (2) Pelayanan KB berkualitas

dan berkesinambungan; (3) Pertolongan persalinan, nifas dan KB oleh tenaga

kesehatan.

AKI Kalimantan Tengah masih mengikuti angka nasional yaitu hasil

Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2007 sebesar 228 per

100.000 kelahiran hidup kemudian meningkat lagi angka kematian ibu (yang

berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas) sebesar 359 per100.000

kelahiran hidup berdaarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

tahun 2012. Kemudian hasil SUPAS 2015 AKI mengalami penurunan menjadi

305 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah kasus kematian ibu maternal yang

dilaporkan di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2017 sebanyak 57 kasu

lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah kematian maternal pada tahun 2016

sebanyak 74 kasus. Trend kasus kematian ibu dalam beberapa tahun terakhir

sedikit mengalami penurunan jumlah kasus, ini menjadi tantangan bagi seluruh

stakeholder yang berkecimpung di bidang kesehatan. Jumlah kematian

terbanyak pada masa ibu bersalin dan penyebab terbanyak akibat komplikasi

dalam persalinan seperti perdarahan dan kelahiran yang sulit. Jumlah kematian

ibu maternal tertinggi di Kabupaten Kotawaringin Timur sebanyak 10 kasus,

diikuti oleh Kotawaringin Barat sebanyak 7 kasus dan Kabupaten Kabupaten

Murung Raya sebanyak 6 kasus. Jumlah kasus kematian ibu maternal pada

setiap kabupaten kota masih belum bisa menggambarkan permasalahan

45 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

kesehatan ibu pada suatu wilayah. Lebih jelasnya dapat dilihat pada (Lampiran,

Tabel: 6). Trend jumlah kematian ibu maternal dari tahun 2008 sampai dengan

tahun 2017 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 5.9. Jumlah Kematian Ibu Maternal di ProvinsiKalimantan Tengah tahun 2010 – 2017

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018

Dari gambar diatas jumlah kasus kematian ibu maternal secara umum

mengalami sedikit penurunan jumlah kasus kematian. Perlu adanya upaya-

upaya yang inovatif untuk menurunkan AKI tersebut, salah satunya adalah

Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Program

ini menitikberatkan pada upaya perencanaan persalinan untuk mencegah

terjadinya komplikasi di tingkat masyarakat.

Penguatan primary health care (UKP dan UKM); beberapa aspek yang

saling berinteraksi dalam kematian ibu perlu mendapat perhatian, antara lain

aspek klinis, aspek pelayanan kesehatan dan faktor non kesehatan. Diperlukan

kesamaan persepsi dan pengertian semua pihak mengenai pentingnya peran

aspek klinik, aspek pelayanan kesehatan dan faktor non kesehatan dalam

penangananan masalah kematian ibu sehingga strategi untuk mengatasinya

harus merupakan integrasi yang menyeluruh dari berbagai aspek tersebut.

8. Pelayanan Keluarga Berencana

Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu strategi untuk

mengurangikematian ibu khususnya ibu dengan kondisi 4T; terlalu muda

melahirkan (di bawah usia 20 tahun), terlalu sering melahirkan, terlalu dekat

jarak melahirkan, dan terlalu tua melahirkan (diatas usia 35 tahun). Keluarga

8073

6273

101

8074

57

0

20

40

60

80

100

120

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Jumlah Kematian Ibu

46 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

berencana (KB) merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk

meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak,

serta perempuan. Pelayanan KB menyediakan informasi, pendidikan, dan cara-

cara bagi laki-laki dan perempuan untuk dapat merencanakan kapan akan

mempunyai anak, berapa jumlah anak, berapa tahun jarak usia antara anak,

serta kapan akan berhenti mempunyai anak.

Baik suami maupun istri memiliki hak yang sama untuk menetapkan

berapa jumlahanak yang akan dimiliki dan kapan akan memiliki anak. Melalui

tahapan konseling pelayanan KB, pasangan usia subur (PUS) dapat

menentukan pilihan kontrasepsi sesuai dengan kondisidan kebutuhannya

berdasarkan informasi yang telah mereka pahami, termasuk keuntungan dan

kerugian, risiko metode kontrasepsi dari petugas kesehatan.

a. Peserta Keluarga Berencana Baru

Peserta Keluarga Berencana (KB) baru adalah Pasangan Usia Subur

(PUS) yang baru pertama kali menggunakan salah satu cara/alat dan/atau PUS

yang menggunakan kembali salah satu cara/alat kontrasepsi setelah mereka

berakhir masa kehamilannya.

Jumlah PUS Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017 471.099 lebih

sedikit bila dibandingkan dengan jumlah PUS pada tahun 2016 sebanyak

471.776. Peserta KB baru pada tahun 2017 sebesar 11,4%, lebih sedikit bila

dibandingkan dengan peserta KB baru pada tahun 2016 sebesar 12,6%,.

Peserta KB baru tersebut menggunakan kontrasepsi sebagai berikut: 1)

MKJP: Tahun 2017 IUD (2,4%), MOP (0,2%), MOW (1.9%) dan Implant

(8.2%) 2) NON MKJP: Tahun 2017 Kondom (1,1%), Suntik (60,1%) dan PIL

(26,1%). Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

47 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Gambar 5.10 Persentase Pemakaian Kontrasepsi Peserta KB BaruProvinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Sumber : BKKBN Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2018

Sebagian besar peserta KB baru mempergunakan kontrasepsi non

MKJP yang membutuhkan pembinaan secara rutin dan berkelanjutan untuk

menjaga kelangsungan pemakaian kontrasepsi. Proporsi pemakai kontrasepsi

suntikan cukup besar yaitu 60,0% dan terendah adalah MOP yang hanya 0.2%,

hal tersebut dapat dipahami karena akses untuk memperoleh pelayanan

suntikan relatif lebih mudah, sebagai akibat tersedianya jaringan pelayanan

sampai di tingkat desa/kelurahan sehingga dekat dengan tempat tinggal

peserta KB.

Partisipasi pria (bapak) untuk menjadi peserta KB baru dengan

mempergunakan kontrasepsi MOP (hanya 0,2%) dan kondom (hanya

1,1%), karena terbatasnya pilihan kontrasepsi yang disediakan bagi pria, dan

sebagian pria masih beranggapan bahwa KB merupakan urusan ibu (istri),

sehingga ibu (istri) yang menjadi sasaran.

b. Peserta KB Aktif

Peserta KB aktif adalah akseptor yang pada saat ini memakai

kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan.

Cakupan peserta KB aktif adalah perbandingan antara jumlah peserta KB aktif

dengan PUS di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Cakupan peserta

KB aktif menunjukkan tingkat pemanfaatan kontrasepsi di antara PUS.

Cakupan peserta KB aktif Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017

sebesar 79,2% lebih besar lebih banyak bila dibandingkan dengan persentase

IUD3%

MOP0%

MOW2%

IMPLAN8%

SUNTIK60%

PIL26%

KONDOM1%

Alat Kontrasepsi Peserta KB Baru Tahun 2017

48 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

KB aktif pada tahun 2016 78,1%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar

dibawah ini.

Gambar 5.11 Persentase Peserta KB Aktif Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Sumber : BKKBN Provinsi kalimantan Tengah Tahun 2018

Gambar di atas menunjukkan bahwa Kabupaten dengan persentase

peserta KB aktif tertinggi ialah Kabupaten Sukamara sebesar 88,9%, kemudian

Kota Palangka Raya sebesar 86,9%, dan Kabupaten Murung Raya 86,4%.

Sedangkan Kabupaten dengan persentase peserta KB aktif terendah ialah

Kabupaten Kotawaringin Barat sebesar 72%, kemudian Kabupaten Gunung Mas

74,7% dan Kabupaten Barito Selatan sebesar 75,0%.

Perkembangan peserta KB aktif di Provinsi Kalimantan Tengah dalam

beberapa tahun terakhir memperlihat angka yang berfluktuasi, namun dalam

dua tahun terakhir sedikit mengalami penurunan yaitu tahun 2013 dan tahun

2014, kemudian sedikit mengalami peningkatan pada tahun2015, tahun 2016

dan tahun 2017. Tingkat prevalensi Peserta KB Aktif adalah perbandingan

antara jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) Peserta KB Aktif, dibandingkan

dengan jumlah seluruh Pasangan Usia Subur (PUS) yang terdapat di suatu

daerah/wilayah dalam suatu periode yang sama. Trend peserta KB aktif dari

tahun 2011 s.d 2017 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

80.0

90.072.0 74.7 75.0 76.7 77.1 77.3 78.4 78.9 79.1 79.2 81.1 83.6 86.4 86.9 88.9

49 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Gambar 5.12 Cakupan Peserta KB Aktif Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2011 – 2017

Sumber : BKKBN Provinsi kalimantan Tengah Tahun 2018

B. KESEHATAN ANAK

Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk

mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas

serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak. Upaya pemeliharaan

kesehatan anak dilakukan sejak janin masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah

dilahirkan, dan sampai berusia 18 (delapan belas) tahun.

Upaya kesehatan anak antara lain diharapkan untuk mampu menurunkan

angka kematian anak. Indikator angka kematian yang berhubungan anak adalah

Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian

Balita (AKABA). Berdasarkan hasil Survei Penduduk antar Sensus (SUPAS) tahun

2015, menunjukan hasil bahwa secara nasional AKB berada pada angka 21,80 Per

1000 kelahiran hidup, sedangkan AKABA pada angka 25,74 Per 1000 kelahiran

hidup. Hasil SUPAS 2015 untuk Provinsi Kalimantan Tengah adalah AKI 24,6 per

1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Anak Balita 4,9 Per 1000 kelahiran hidup dan

AKABA 29,4 Per 1000 kelahiran hidup. Perhatian terhadap upaya penurunan angka

kematian neonatal (0-28 hari) menjadi penting karena kematian neonatal memberi

kontribusi terhadap 56% kematian bayi.

Hasil SDKI tahun 2017 memberikan gambaran kematian pada anak secara

nasional, belum menunjukan hasil per Provinsi. Angka Kematian anak di Indonesia

menunjukan adanya tren penurunan. Kematian neonatal turun dari 19 per 1000

kelahitran hidup menjadi 15 per 1000 kelahiran hidup, kematian bayi turun dari 32

79.30%85%

77%

54.50%

77.90% 78.10% 79.20%

0.00%

10.00%20.00%

30.00%40.00%

50.00%60.00%

70.00%80.00%90.00%

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Persentase KB Tahun 2011 - 2017

50 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

per 1000 kelahiran hidup menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup dan kematian balita

dari 40 per 1000 kelahiran hidup menjadi 32 per 1000 kelahiran hidup. Kematian

neonatal masih berkontribusi besar terhadap kematian bayi maupun kematian

balita. Angka kematian neonatal merupakan salah satu target indikator SDGs

dengan target penurunan menjadi 12 per 1000 kelahiran hidup dan Angka Kematian

Balita 25 per 1.000 pada tahun 2030.

Adapun Sasaran Nasional pada RPJMN 2015-2019 Angka Kematian Bayi yang

menjadi target yaitu 24 per kelahiran hidup pada akhir tahun 2019. Untuk mencapai

target penurunan AKB pada Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah

yaitu sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2020 dan 2021 maka

peningkatan akses dan kualitas pelayanan bagi bayi baru lahir (neonatal) menjadi

prioritas utama. Komitmen global dalam SDGs menetapkan target terkait kematian

anak

Data dan informasi yang akan disajikan berikut ini menerangkan berbagai

indikator kesehatan anak yang meliputi prevalensi berat badan lahir rendah (BBLR),

penanganan komplikasi neonatal, kunjungan neonatal, pelayanan kesehatan bayi,

inisiasi menyusu dini, pemberian ASI eksklusif, pemberian vitamin A, penimbangan

balita di Posyandu, imunisasi dasar, pelayanan kesehatan balita, pelayanan

kesehatan pada siswa SD/setingkat, pelayanan kesehatan peduli remaja, pelayanan

kesehatan pada kasus kekerasan anak, dan pelayanan kesehatan anak terlantar dan

anak jalanan di panti asuhan.

1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

BBLR terjadi karena ibu berstatus gizi tidak baik seperti KEK, anemia,

malaria dan menderita penyakit menular sexual (PMS) sebelum konsepsi atau

pada saat kehamilan. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan bayi dengan

berat lahir kurang dari 2500 gram yang ditimbang pada saat lahir sampai

dengan 24 jam pertama setelah lahir. Bayi yang lahir BBLR merupakan

manifestasi dari keadaan kurang gizi pada janin saat dalam kandungan. Bayi

yang lahir BBLR kemungkinan meninggal dunia sebelum berumur satu tahun

10-17 kali lebih besar dari bayi yang dilahirkan dengan berat badan normal.

Jadi, untuk menuju kualitas sumber daya manusia dalam arti kemampuan

intelektual yang tinggi, maka BBLR harus dicegah.

Jumlah kasus BBLR Kalimantan Tengah pada tahun 2017 sebanyak 797

kasus atau sekitar 1,9% dari total jumlah lahir hdup yang ditimbang. Jumlah

51 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah BBLR tahun 2016 sebanyak

645 kasus atau sekitar 1,5% dari total jumlah lahir hidup yang ditimbang,.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada (Lampiran Tabel 37). Kabupaten dengan

persentase kasus BBLR paling banyak adalah Kabupaten Lamandau 7,1%,

diikuti oleh Kabupaten Barito Timur sebanyak 3,7% dan Kabupaten Gunung

Mas sebesar 2,9%. Sedangkan Kabupaten/Kota yang paling sedikit persentase

kasus BBLR nya adalah Kabupaten Barito Utara dan Kabupaten Katingan 0,0%

(Nihil) diikuti oleh Kota Palangka Raya dan Kabupaten Seruyan sebesar 0,2%,

dan Kabupaten Kotawaringin Timur dengan persentase 1,1%. Perkembangan

jumlah kasus BBLR dari tahun 2010 s/d tahun 2017 dapat dilihat pada gambar

dibawah ini.

Gambar 5.13 Perkembangan Jumlah Kasus BBLR Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010 s.d 2017

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2018

2. Penanganan Komplikasi Neonatal

Neonatal dengan komplikasi adalah neonatal dengan penyakit dan atau

kelainan yangdapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian, seperti

asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir,

BBLR (berat lahir <2.500 gram), sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan

kongenital maupun yang termasuk klasifikasi kuning dan merah pada

pemeriksaan dengan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM).

Penanganan neonatal dengan komplikasi adalah penanganan terhadap

neonatal sakitdan atau neonatal dengan kelainan atau

komplikasi/kegawatdaruratan yang mendapat pelayanan sesuai standar oleh

tenaga kesehatan (dokter, bidan atau perawat) terlatih baik dirumah, sarana

747674

746

484 535 556645

797

0

200

400

600

800

1000

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Kasus BBLR

52 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

pelayanan kesehatan dasar maupun sarana pelayanan kesehatan rujukan.

Pelayanan sesuai standar antara lain sesuai dengan standar MTBM, manajemen

Asfiksia Bayi Baru Lahir, manajemen Bayi Berat Lahir Rendah, pedoman

pelayanan neonatal essensial ditingkat pelayanan kesehatan dasar, PONED,

PONEK atau standar operasional pelayanan lainnya.

Pada gambar berikut ini disajikan gambaran cakupan penanganan

neonatal dengan komplikasi menurut Kabupaten/Kota tahun 2017.

Gambar 5.14 Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal Menurut Kabupaten/ Kota Tahun 2017

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018

Capaian penanganan neonatal dengan komplikasi pada tahun 2017 di

Provinsi Kalimantan Tengah hanya sebesar 24% lebih rendah dibandingkan

tahun 2016 sebesar 32,3%. Masih jauh dari target yang telah ditetapkan dan

masih terdapat disparitas yang cukup besar antar kabupaten/kota. Capaian

tertinggi diperoleh Kabupaten Kotawaringin Barat sebesar 74.7% diikuti oleh

Kabupaten Gunung Mas sebesar 52,1% dan Kabupaten Pulang Pisau sebesar

36,9%. Capaian terendah terdapat di Kota Palangka Raya sebesar 0,5%,

kemudian Kabupaten Murung Raya sebesar 9,3% dan Kabupaten Kotawaringin

Timur sebesar 10,2%.

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0

Palangka Raya

Kotawaringin Timur

Sukamara

Lamandau

Barito Selatan

Barito Timur

Pulang Pisau

Kotawaringin Barat

0.59.310.210.8

13.614.8

19.223.123.824.0

28.630.0

36.952.1

74.7

Penanganan Komplikasi Neonatus 2017

53 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0

Sukamara

Murung Raya

KALTENG

Barito Selatan

Pulang Pisau

Palangka Raya

Barito Timur

Kotawaringin Barat

75.080.0

93.594.494.594.694.994.996.496.796.998.099.5100.0

107.3

3. Kunjungan Neonatus

Kunjungan Neonatus (KN) adalah kunjungan yang dilakukan oleh

petugas kesehatan ke rumah ibu bersalin, untuk memantau dan memberi

pelayanan kesehatan untuk ibu dan bayinya. Pada Permenkes 741/Th. 2008

tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan (SPM-BK), KN dibagi

menjadi 3, yaitu: KN1 adalah kunjungan pada 0-2 hari KN2 adalah kunjungan

2-7 hari dan KN3 adalah kunjungan setelah 7-28 hari.

Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai

standart yang di berikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada

neonatus sedikitnya 3 kali,selama periode 0 sampai 28 hari setelah lahir, baik di

fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah. Pelayanan kesehatan

bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standart yang di berikan oleh tenaga

kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29 hari sampai dengan

11 bulan setelah bayi lahir.

Kunjungan Neonatus merupakan kunjungan bayi hingga usia kurang

dari satu bulan. Perlunya bayi usia kurang dari 1 bulan untuk melakukan

pemeriksaan karena bayi usia <1 bulan merupakan golongan umur yang paling

rentan atau memiliki resiko gangguan kesehatan paling tinggi. Dalam

melaksanakan pelayanan neonatus, petugas kesehatan di samping melakukan

pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada

ibu.

Gambar 5.15 Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2018

54 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Dari gambar diatas diketahui capaian KN1 untuk Provinsi Kalimantan

Tengah pada tahun 2017 sebesar 94,5% sedikit lebih rendah dibandingkan

tahun 2016 sebesar 96.4%. Capaian tertinggi adalah Kabupaten Kotawaringin

Barat (107,3%), Kabupaten Barito Utara (100%), dan Kabupaten Barito Timur

dengan capaian (99,5%). Sedangkan Kabupaten yang capaian yang paling

rendah adalah Kabupaten Sukamara (75%), Kabupaten Kapuas (80%) dan

Kabupaten Murung Raya (93,5%). Secara umum capaian semua kabuapaten

kota telah mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan dengan tahun

sebelumnya. Perlu ada upaya yang lebih baik lagi agar semua kabupaten bisa

mencapai 100%.

Cakupan kunjungan KN lengkap merupakan gambaran pelayanan

kesehatan pada neonatal bulan pertama setelah kelahiran. Pelayanan

kesehatan neonatal dilaksanakan oleh dokter spesialis

anak/dokter//bidan/perawat terlatih, baik difasilitas kesehatan maupun melalui

kunjungan rumah. Setiap neonatal harus diberikan pelayanan kesehatan

sedikitnya dua kali pada minggu pertama, dan satu kali pada minggu kedua

setelah lahir. Gambaran cakupan kunjungan KN lengkap menurut Kabupaten

Kota di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2017 dapat dilihat pada gambar

berikut ini.

Gambar 5.16 Cakupan Kunjungan Neonatal Lengkap Menurut Kabupaten/KotaProvinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2018

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0

Sukamara

Barito Selatan

KALTENG

Kotawaringin …

Palangka Raya

Katingan

Barito Utara

Kotawaringin …

68.773.6

82.491.091.892.292.993.995.095.196.1

99.5100.0100.0

107.2

KN Lengkap 2017

55 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Pada gambar di atas terlihat bahwa pencapaian indikator KN lengkap

cukup baik di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2017 sebesar 91,8%

lebih rendah capaian KN lengkap dibandingkan tahun 2016 sebesar 93%. Capai

ini harus ditingkat pada kabuten yang capaian masing dibawah target.

Informasi lebih lanjut mengenai kunjungan neonatal dapat dilihat pada

lampiran 38.

4. Jumlah Bayi Yang Diberi ASI Ekslusif

ASI adalah hadiah yang sangat berharga yang dapat diberikan kepada

bayi, dalam keadaan miskin mungkin merupakan hadiah satu-satunya, dalam

keadaan sakit mungkin merupakan hadiah yang menyelamatkan jiwanya

(UNICEF). Oleh sebab itu pemberian ASI perlu diberikan secara eksklusif

sampai umur 6 (enam) bulan dan tetap mempertahankan pemberian ASI

dilanjutkan bersama makanan pendamping sampai usia 2 (dua) tahun.

Peningkatan pengetahuan tentang pemberian ASI ekslusif kepada

masyarakat terutama kepada ibu mulai sejak hamil sampai melahirkan.

Konseling ASI eksklusif dilakukan bertujuan peningkatan pemberian ASI

eksklusif pada bayi. Cakupan pemberian ASI ekslusif di Provinsi Kalimantan

Tengah tahun 2017 terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 5.17 Persentase Bayi Yang Diberi ASI Ekslusif Pada Tahun 2017 di Provinsi Kalimantan Tengah

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018

0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0

Kotawaringin TimurMurung RayaGunung Mas

SeruyanPulang Pisau

KALTENGPalangka Raya

Katingan Barito Selatan

KapuasBarito Timur Barito Utara

SukamaraKotawaringin Barat

Lamandau

0.02.6

4.76.46.9

11.116.8

20.021.9

23.631.3

32.833.2

50.464.9

ASI Eksklusif 2017

56 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Gambar diatas memperlihatkan bahwa cakupan pemberian ASI Ekslusif

pada bayi rata-rata di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2017 sebesar

11,1% lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2016 yang mencapai 20.5%.

Cakupan pemberian ASI eksklusif di Kalimantan Tengah paling tinggi di

Kabupaten Lamandau yang mencapai 64,9%, diikuti oleh Kabupaten

Kotawaringin Barat yang mencapai 50.4% dan Kabupaten Sukamara yang

mencapai 33.2%. Sedangkan yang paling rendah adalah Kabupaten Murung

Raya 2.6% persen diikuti oleh Kabupaten Gunung Mas 4,7% dan Kabupaten

Seruyan sebesar 6,4%. Kabupaten Kotawaringin Timur tidak memiliki data ASI

ekslusif pada tahun 2017.

Beberapa hal yang menghambat pemberian ASI eksklusif diantaranya

adalah:

1). Rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga lainnya mengenai manfaat ASI

dan cara menyusui yang benar.

2). Kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas

kesehatan.

3). Faktor sosial budaya.

4). Kondisi yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja.

5). Gencarnya pemasaran susu formula.

5. Pelayanan Kesehatan Bayi

Pelayanan kesehatan bayi termasuk salah satu dari beberapa indikator

yang bisa menjadi ukuran keberhasilan upaya peningkatan kesehatan bayi dan

balita. Pelayanan kesehatan pada bayi ditujukan pada bayi usia 29 hari sampai

dengan11 bulan dengan memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan

standar oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi klinis kesehatan

(dokter, bidan, dan perawat) minimal 4kali, yaitu pada 29 hari – 2 bulan, 3 – 5

bulan, 6 – 8 bulan dan 9 – 12 bulan sesuai standar di satu wilayah kerja pada

kurun waktu tertentu.

Pelayanan ini terdiri dari penimbangan berat badan, pemberian

imunisasi dasar (BCG,DPT/ HB1-3, Polio 1-4, dan Campak), Stimulasi Deteksi

Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) bayi, pemberian vitamin A pada

bayi, dan penyuluhan perawatan kesehatan bayiserta penyuluhan ASI Eksklusif,

pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) dan lain-lain.

57 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Gambaran capaian pelayanan kesehatan bayi menurut kabupaten kota

di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017 dapat dilihat pada gambar berikut

ini.

Gambar 5.18 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi Pada Tahun 2017 di Provinsi Kalimantan Tengah

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2018

Dari gambar diatas diketahui bahwa cakupan pelayanan kesehatan bayi

pada tahun 2017 untuk Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 86,1% lebih tinggi

dibandingkan tahun 2016 sebesar 73,8%. Kabupaten dengan capaian tertinggi

adalah Kabupaten Pulang Pisau sebesar 101,9%, diikuti oleh Kabupaten Barito

Utara sebesar 99,3% dan Kota Palangka Raya sebesar 98.9%. Sedangkan

capaian terendah adalah Kabupaten Lamandau sebesar 64,9%, kemudian

Kabupaten Sukamara sebesar 67,4% dan Kabupaten Barito Selatan sebesar

70.5%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran tabel 40.

6. Imunisasi

Berbagai penyakit yang sesungguhnya dapat dicegah dengan imunisasi.

Beberapa penyakit menular yang termasuk kedalam Penyakit yang Dapat

Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara lain : Difteri, Tetanus,Hepatitis B,

radang selaput otak, radang paru-paru, pertusis, dan polio. Anak yang telah

diberi imunisasi akan terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya tersebut,

yang dapat menimbulkan kecacatan atau kematian.

Proses pembentukan antibodi untuk melawan antigen secara alamiah

disebut imunisasi alamiah. Sedangkan program imunisasi melalui pemberian

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0

LamandauSukamara

Barito SelatanKotawaringin Timur

Murung RayaKapuas

KALTENGBarito Timur

SeruyanKatingan

Gunung Mas Kotawaringin Barat

Palangka Raya Barito Utara

Pulang Pisau

64.967.4

70.575.5

79.984.086.186.2

91.092.392.492.6

98.999.3

101.9Pelayanan Kesehatan Bayi 2017

58 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

vaksin adalah upaya stimulasi terhadap sistem kekebalan tubuh untuk

menghasilkan antibodi dalam upaya melawan penyakit dengan melumpuhkan

“antigen” yang telah dilemahkan yang berasal dari vaksin. Imunisasi adalah

suatu cara untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif

terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit

tersebut tidak akan sakit atau hanya sakit ringan.

Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi

penduduk terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi diberikan kepada

populasi yang dianggap rentan terjangkit penyakit menular, yaitu bayi, anak

usia sekolah, wanita usia subur, dan ibu hamil.

a. Cakupan Desa/Kelurahan UCI

Pemerintah telah menetapkan imunisasi sebagai upaya nyata untuk

mencapai target yang telah ditetapkan, khususnya untuk menurunkan angka

kematian anak. Imunisasi dasar sangat penting diberikan sewaktu bayi (usia 0

– 11 bulan) untuk memberikan kekebalan dari penyakit-penyakit yang dapat

dicegah dengan imunisasi (PD3I). Tanpa imunisasi anak-anak mudah terserang

berbagai penyakit, kecacatan dan kematian. Indikator keberhasilan pelaksanaan

imunisasi diukur dengan pencapaian Universal Child Immunization (UCI) desa/

kelurahan, yaitu minimal 80% bayi didesa/ kelurahan telah mendapatkan

imunisasi dasar lengkap.

Sebagai salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pelaksanaan

imunisasi adalah Universal Child Immunization atau yang biasa disingkat UCI.

UCI adalah gambaran suatu desa/kelurahan dimana ≥ 80% dari jumlah bayi (0-

11 bulan) yang ada di desa/kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi

dasar lengkap. Target UCI pada Renstra adalah sebesar 95%. Indikator

keberhasilan GAIN UCI mengacu pada RPJMN Tahun 2010-2014 dengan target

tahun 2012 mencapai UCI 90% dan 85% bayi mendapatkan imunisasi dasar

lengkap yaitu BCG, Hepatitis B, DPT-HB, Polio dan campak. Pencapaian UCI

desa/kelurahan di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017 terlihat pada gambar

berikut.

59 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Gambar 5.19 Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2018

Gambar diatas menunjukan bahwa capaian UCI untuk Provinsi

Kalimantan Tengah tahun 2017 adalah 64% lebih rendah dibandingkan dengan

tahun 2016 sebesar 66%. Ada 5 kabupaten dengan cakupan UCI

Desa/Kelurahan diatas 80% yaitu Kabupaten Lamandau (93%), Kabupaten

Barito Utara (90%), Kabupaten Barito Selatan (86%), Kabupaten Pulang Pisau

(82%) dan Kabupaten Gunung Mas (80%). Sedangkan capaian UCI terendah

adalah Kabupaten Murung Raya sebesar (27%), diikuti oleh Kabupaten Kapuas

(32%) dan Kota Palangka Raya (37%).

Masih banyak kabupaten kota yang belum mencapai target yang telah

ditetapkan. Kurangnya dana operasional untuk imunisasi baik rutin maupun

tambahan, dan tidak tersedianya fasilitas dan infrastruktur yang memadai.

Selain itu juga kurangnya koordinasi lintas sektor termasuk pelayanan

kesehatan swasta, kurang sumber daya yang memadai serta kurangnya

pengetahuan masyarakat tentang program dan manfaat imunisasi.

Indikator UCI akan memberikan gambar sejauh mana keterlibatan

semua pemangku kepentingan di daerah. Perkembangan UCI di Provinsi

Kalimantan Tengah dari tahun 2010 s.d 2017 dapat dilihat pada gambar

dibawah ini.

0 20 40 60 80 100

Murung Raya

Palangka Raya

Katingan

Sukamara

Seruyan

Gunung Mas

Barito Selatan

Lamandau

2732

3755

6064

75767778

8082

8690

93

UCI Per Kabupaten/Kota 2017

60 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Gambar 5.20 Perkembangan Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) 2010 – 2017

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2018

Gambar diatas memperlihatkan bahwa pencapaian UCI desa/kelurahan

rata-rata di Provinsi Kalimantan Tengah tahun dari tahun ke tahun mengalami

penurunan. Pada tahun 2013 capaian UCI-nya mencapai 73.9% kemudian

mengalami penurunan yang terus menerus menjadi 64,3% pada tahun 2017.

Ini memberikan indikasi dan gambaran bahwa kinerja kita dalam penanganan

masalah imunisasi memerlukan inovasi yang lebih efektif agar capaian UCI akan

menjadi lebih baik di masa yang akan datang.

b. Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi

Cakupan Imunisasi lengkap merupakan indikator utama dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Kementerian Kesehatan (RPJMN) 2015 –

2019. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 tahun 2017, anak

dikategorikan menerima imunisasi lengkap apabila jika telah menerima satu

dosis vaksin BCG; tiga dosis vaksin DPT-HB atau DPT-HB-Hib; empat dosis

vaksin polio (polio 1-4) dan satu dosis vaksin campak.

Dari kelima imunisasi dasar lengkap yang diwajibkan tersebut, campak

merupakan imunisasi yang mendapat perhatian lebih yang dibuktikan dengan

komitmen Indonesia pada lingkup ASEAN dan SEARO untuk mempertahankan

cakupan imunisasi campak sebesar 90%. Hal ini terkait bahwa campak adalah

salah satu penyebab utama kematian pada balita. Dengan demikian

pencegahan campak memiliki peran signifikan dalam penurunan angka

kematian balita.

76.5 77.3 72.8 73.9 70.1 68.72 66 64.3

0

20

40

60

80

100

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) 2010 – 2017

61 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Cakupan imunisasi campak Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017

sebesar 89% lebih tinggi dibandingkan capaian tahun 2016 sebesar 82,9%,.

Ada peningkatan yang cukup signifikan terkait imunisasi campak pada bayi.

Pada tingkat kabupaten/kota cakupan imunisasi campak yang mencapai >

90% sebanyak 7 kabupaten/kota yaitu Kabupaten Barito Utara (108,5%),

Kabupaten Seruyan (108,8%), Kota Palangka Raya (103,8), Kabupaten Pulang

Pisau (100,3%), Kabupaten Kotawaringin Barat (92,7%), Kabupaten Lamandau

(92,2% dan Kabupaten Sukamara (91%). Sedangkan kabupaten yang paling

rendah capaian imunisasi campaknya adalah Kabupaten Kapuas (67,3%),

Kabupaten Barito Selatan (75,6%) dan Kabupaten Gunung Mas (82,1%). Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 5.21 Persentase Cakupan Imunisasi Campak Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2018

Program imunisasi pada bayi mengharapkan agar setiap bayi

mendapatkan kelima jenis imunisasi dasar lengkap. Keberhasilan seorang bayi

dalam mendapatkan 5 jenis imunisasi dasar tersebut diukur melalui indikator

imunisasi dasar lengkap. Capaian indikator ini di Provinsi Kalimantan Tengah

pada tahun 2017 sebesar 86,1%. Lebih besar bila dibandingkan dengan

capaian pada 2016 sebesar 75%. Angka ini belum memenuhi target yang telah

ditetapkan sebesar 90%. Ada 8 kabupaten kota dengan cakupan imunisasi

dasar lengkap > 90%, yaitu Barito Utara (112,%), Seruyan (105,5%), Palangka

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0

Kapuas

Gunung Mas

Kotawaringin Timur

Katingan

Sukamara

Kotawaringin Barat

Palangka Raya

Barito Utara

67.375.6

82.186.286.987.687.789.091.092.292.7

100.3103.8

106.8108.5

CAKUPAN CAMPAK TAHUN 2017

62 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Raya (101,1%), Lamandau (96,1%), Sukamara (93,8%), Barito Timur (93,3%),

Pulang Pisau (93,1%) dan Kotawaringin Barat (91,4%). Sedangkan tiga

kabupaten dengan capaian terendah adalah Kabupaten Kapuas sebesar 59%,

diikuti oleh Kabupaten Barito Selatan sebesar 66.3%, dan Kabupaten Murung

Raya sebesar 78.1%. Untuk lebih lengkap mengenai data dan informasi terkait

imunisasi dasar pada bayi yang menurut kabupaten/kota tahun 2017 terdapat

pada lampiran 43.

Gambar 5.22 Persentase Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap ProvinsiKalimantan Tengah Tahun 2017

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2018

7. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi

Kurang Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang tersebar

diseluruh dunia terutama di negara berkembang dan dapat terjadi pada semua

umur terutama pada masa pertumbuhan. KVA dalam tubuh dapat menimbulkan

berbagai jenis penyakit yang merupakan “Nutrition Related Diseases” yang

dapat mengenai berbagai macam anatomi dan fungsi dari organ tubuh seperti

menurunkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan epitelisme sel-sel kulit.

Salah satu dampak kurang Vitamin A adalah kelainan pada mata yang

umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan – 4 tahun yang menjadi penyebab

utama kebutaan di negara berkembang.

Pemberian kapsul vitamin A dilakukan terhadap bayi (6-11 bulan)

dengan dosis 100.000 SI, anak balita (12-59 bulan) dengan dosis 200.000 SI,

dan ibu nifas diberikan kapsul vitamin A 200.000 SI, sehingga bayinya akan

memperoleh vitamin A yang cukup melalui ASI. Pemberian Kapsul Vitamin A

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0

Kapuas

Murung Raya

Gunung Mas

KALTENG

Pulang Pisau

Sukamara

Palangka Raya

Barito Utara

59.066.3

78.180.881.1

85.986.1

91.493.193.393.896.1

101.1105.5

112.2Imunisasi Lengkap Tahun 2017

63 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

diberikan secara serentak setiap bulan Februari dan Agustus padabalita usia 6-

59 bulan.

Cakupan Pemberian vitamin A pada bayi di Provinsi Kalimantan Tengah

pada tahun 2017 sebesar 61,85% lebih rendah dibandingkan dengan tahun

2016 sebesar 84,46%. Data cakupan pemberian vitamin A pada bayi

menunjukan bahwa ada 2 kabupaten yang capaiannya masih diatas 80% yaitu

Kabupaten Kotawaringin Barat (84,77%) dan Kabupaten Barito Utara (86,13%).

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran tabel 44.

8. Cakupan Pemberian Vitamin A pada Anak Balita dan Balita

Salah satu program penanggulangan KVA yang telah dijalankan adalah

dengan suplementasi kapsul Vitamin A dosis tinggi 2 kali pertahun pada Balita

dan ibu nifas untuk mempertahankan bebas buta karena KVA dan mencegah

berkembangnya kembali masalah Xerofthalmia dengan segala manifestasinya

(gangguan penglihatan, buta senja dan bahkan kebutaan sampai kematian).

Disamping itu pemantapan program distribusi kapsul Vitamin A dosis tinggi juga

dapat mendorong tumbuh kembang anak serta meningkatkan daya tahan anak

terhadap penyakit infeksi, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan

kematian pada bayi dan anak.

Balita yang dimaksud dalam program distribusi kapsul Vitamin A adalah

anak umur 12–59 bulan yang mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi. Kapsul

Vitamin A dosis tinggi terdiri dari kapsul vitamin A berwarna merah dengan

dosis 200.000 SI yang diberikan pada anak umur 12-59 bulan dan diberikan

pada bulan Februari dan Agustus setiap tahunnya.

Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada anak balita tahun 2017

sebesar 80,75% lebih rendah dibandingkan dengan capai tahun 2016 sebesar

84,82%. Ada 6 (enam) kabupaten yang memiliki cakupannya masih rendah

yaitu kurang dari 85 persen yaitu Kabupaten Kotawaringin Timur (77,09%),

Kabupaten Kapuas (66%), Kabupaten Sukamara (76,14%), Kabupaten Barito

Utara (78,90%), Kabupaten Seruyan (73,51%) dan Kabupaten Murung Raya

(78,33%). Lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran tabel 44.

Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada Balita tahun 2017 sebesar

79,39% lebih tinggi dibandingkan tahun 2016 sebesar 79,31%. Capaian

tertinggi pemberian vitamin A pada balita adalah Kabupaten Barito Selatan

64 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

sebesar 96,93%. Sedangkan yang cakupannya terendah adalah Kabupaten

Kapuas sebesar 66,79%. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran tabel

44.

Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita selama 7 tahun

terakhir (2010-2017) dapat dilihat dalam gambar berikut ini:

Gambar 5.23 Cakupan Pemberian Kapsul Vit. A pada Balita di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010–2017

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018

Dari grafik diatas secara umum terlihat perkembangan cakupan

pemberian kapsul vitamin A pada balita dari tahun ke tahun terus mengalami

fluktuasi dan cenderung naik turun. Masih diperlukan upaya lebih untuk

meningkatkan cakupan pemberian kapsul vitamin A pada Balita. Upaya tersebut

antara lain melalui peningkatan integrasi pelayanan kesehatan anak, sweeping

pada daerah yang cakupannya masih rendah dan memaksimalkan kampanye

pemberian kapsul vitamin A. Lebih jelasnya mengenai data pemberian kapsul

vitamin A pada bayi dan anak balita dapat dilihat pada lampiran tabel 44.

9. Cakupan Penimbangan Baduta di Posyandu (D/S)

Penimbangan terhadap bayi dan balita yang dilakukan di posyandu

merupakan upaya masyarakat memantau pertumbuhan dan perkembangan

bayi dan balita yang dintegrasikan dengan pelayanan kesehatan dasar lain

(KIA, Imunisasi, Pemberantasan Penyakit). Partisipasi masyarakat dalam

penimbangan di posyandu tersebut digambarkan dalam perbandingan jumlah

baduta yang ditimbang (D) dengan jumlah balita seluruhnya (S). Semakin tinggi

75.16

73.75

78.89

71.32

81.32

76.24

79.31

79.39

66

68

70

72

74

76

78

80

82

84

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Vitamin A Pada Balita 2010 - 2017

65 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

partisipasi masyarakat dalam penimbangan di posyandu maka semakin baik

pula data yang dapat menggambarkan status gizi balita.

Kegiatan penimbangan anak baduta di Posyandu (D/S) menjadi salah

satu indikator yang ditetapkan pada Renstra Kementerian Kesehatan. Indikator

ini berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada balita, cakupan pelayanan

kesehatan dasar khususnya imunisasi serta penanganan prevalensi gizi kurang

pada balita. Dengan cakupan D/S yang tinggi, diharapkan semakin tinggi pula

cakupan vitamin A, cakupan imunisasi dan semakin rendah prevalensi masalah

gizi. Cakupan penimbangan Baduta di posyandu (D/S) di Provinsi Kalimantan

Tengah pada tahun 2016 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 5.24. Persentase D/S Baduta Yang di Timbang Per Kabupaten/Kota Tahun 2017 di Provinsi Kalimantan Tengah

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2018

Pada gambar diatas diketahui bahwa cakupan penimbangan baduta

pada tingkat provinsi pada tahun 2017 sebesar 64% lebih tinggi dibandingkan

tahun 2016 sebesar 57,7%. Capaian ini masih jauh dari target yang telah

ditetapkan yaitu sebesar 80%. Kabupaten yang memiliki capaian tertinggi

adalah Kabupaten Seruyan sebesar 86%, diikuti oleh Kabupaten Sukamar

sebesar 79%, dan Kabupaten Pulang Pisau sebesar 78%. Sedangkan capaian

terendah adalah Kabupaten Kotawaringin Timur sebesar 47% diikuti oleh

Kabupaten Gunung Mas sebesar 49% dan Kabupaten Barito Selatan 53%.

Lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran tabel no 45.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Kotawaringin Timur

Barito Selatan

Palangka Raya

Murung Raya

Barito Utara

Kotawaringin Barat

Pulang Pisau

Seruyan

4749

536060

6467

727272

76777879

86

66 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Banyak hal dapat mampengaruhi tingkat pencapaian partisipasi

masyarakat dalam penimbangan di posyandu antara lain tingkat pendidikan,

tingkat pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan gizi, faktor ekonomi

dan sosial budaya. Dari data yang ada menggambarkan bahwa pedesaan dan

perkotaan tidak memperlihatkan perbedaan yang menyolok dalam partisipasi

masyarakat tetapi yang sangat berpengaruh adalah faktor ekonomi dan sosial

budaya.

10. Pelayanan Kesehatan Anak Balita

Kesehatan bayi dan balita harus dipantau untuk memastikan kesehatan

mereka selalu dalam kondisi optimal. Untuk itu dipakai indikator-indikator yang

bisa menjadi ukuran keberhasilan upaya peningkatan kesehatan bayi dan balita,

salah satu diantaranya adalahpelayanan kesehatan anak balita. Adapun batasan

anak balita adalah setiap anak yang beradapada kisaran umur 12 sampai

dengan 59 bulan.

Pemantauan pertumbuhan balita meliputi perkembangan anak bawah

lima tahun (balita) perlu dilakukan karena sedang pengukuran berat badan

pertinggi/panjang badan (BB/TB). Ditingkat masyarakat pemanatauan

pertumbuhan adalah pengukuran berat badan per umur (BB/U) set

iap bulan di Posyandu, Taman Bermain, Pos PAUD (Pendidikan Anak

Usia Dini), Taman Penitipan Anak dan Taman Kanak-Kanak serta raudhatul

athfal dll.

Pelayanan kesehatan pada anak balita dilakukan oleh tenaga kesehatan

dan memperoleh:

a. Pelayanan Pemantauan pertumbuhan minimal 8 kali setahun (Penimbangan

berat

badan dan pengukuran tinggi badan minimal 8 kali dalam setahun).

b. Pemberian vitamin A dua kali dalam setahun yakni setiap bulan Februari

danAgustus

c. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang balita minimal 2 kali

dalam

setahun.

c. Pelayanan Anak Balita Sakit sesuai standar menggunakan Manajemen

Terpadu Balita Sakit (MTBS).

67 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Cakupan pelayanan anak balita (12-59 Bulan) yang mendapat pelayanan

kesehatan (minimal 8 kali) Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017 sebesar

71,1% lebih rendah dibandingkan tahun 2016 sebesar 63,3%. Penurunan ini

mengindikasikan kinerja pelayanan kesehatan yang kurang maksimal yang

dilakukan oleh dinas kesehatan Kabupaten/Kota dan puskesmas beserta

jaringannya dalam memberikan pelayanan kesehatan pada balita. Capaian ini

masih jauh dari target yang telah telah ditentukan. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 5.25 Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita MenurutKabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tahun 2017

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2018

Dari gambar diatas terlihat ada 6 Kabupaten/kota yang memiliki capaian

melebihi 80% yaitu Kabupaten Kotawaringin Barat yang memiliki capaian

tertinggi yaitu sebesar 93,6%, diikuti oleh Kota Palangka Raya sebesar 90,2%,

Kabupaten Barito Utara sebesar 89.8%, Kabupaten Lamandau sebesar 88%,

Kabupaten Murung Raya sebesar (85,4%) dan Kabupaten Gunung Mas sebesar

80,3%. Sedangkan Kabupaten dengan capaian terendah adalah Kabupaten

Barito Timur sebesar 0 %, diikuti oleh Kabupaten Seruyan sebesar 57.7% dan

Kabupaten Kotawaringin Timur sebesar 59.7%. Data lengkap terkait pelayanan

kesehatan anak balita disajikan pada lampiran 46.

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0

Barito Timur Seruyan

Kotawaringin TimurKatingan

SukamaraKALTENG

KapuasPulang Pisau

Barito SelatanGunung Mas Murung Raya

LamandauBarito Utara

Palangka Raya Kotawaringin Barat

0.057.759.7

64.164.4

71.171.271.872.4

80.385.4

88.089.890.2

93.6

Cakupan Yankes Pada Anak Balita 2017

68 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

11. Penjaringan Kesehatan Pada Siswa SD dan Setingkat

Mulai masuk sekolah merupakan hal penting bagi tahap perkembangan

anak. Banyakmasalah kesehatan terjadi pada anak usia sekolah, seperti

misalnya pelaksanaan Perilaku HidupBersih dan Sehat (PHBS) seperti

menggosok gigi dengan baik dan benar, mencuci tanganmenggunakan sabun,

karies gigi, kecacingan, kelainan refraksi/ketajaman penglihatan danmasalah

gizi. Pelayanan kesehatan pada anak termasuk pula intervensi pada anak usia

sekolah.

Anak usia sekolah merupakan sasaran yang strategis untuk pelaksanaan

programkesehatan, karena selain jumlahnya yang besar, mereka juga

merupakan sasaran yang mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik.

Sasaran dari pelaksanaan kegiatan ini diutamakan untuk siswa SD/sederajat

kelas 1. Pemeriksaan kesehatan dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama

tenaga lainnya yang terlatih (guru UKS/UKSG dan dokter kecil). Tenaga

kesehatan disini adalah tenaga medis, tenaga keperawatan atau petugas

puskesmas lainnya yang telah dilatih sebagai tenaga pelaksana UKS/UKGS.

Guru UKS/UKGS adalah guru kelas atau guru yangditunjuk sebagai pembina

UKS/UKGS di sekolah dan telah dilatih tentang UKS/UKGS. Dokterkecil adalah

kader kesehatan sekolah yang biasanya berasal dari murid kelas 4 dan 5 SD

dansetingkat yang telah mendapatkan pelatihan dokter kecil.

Cakupan penjaringan kesehatan siswa kelas 1 SD dan setingkat yang

mendapat pelayanan kesehatan pada tahun 2017 sebesar 97,9% lebih tinggi

dibandingkan tahun 2016 sebesar 72,5%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada

lampiran pada tabel 49.

69 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Gambar 5.26 Cakupan Sekolah Dasar/Setingkat Yang MelaksanakanPenjaringan Siswa SD/Setingkat Kelas 1 Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2017

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2018

Dari gambar diatas diketahui bahwa sebagian besar kabupaten kota

belum memenuhi target 95%, hanya 6 kabupaten yang telah mencapai target

yaitu Kabupaten Lamandau, Barito Selatan, Gunung Mas, Barito Utara,

Kabupaten Kotawaringin Timur dan Kabupaten Pulang Pisau. Sedangkan

capaian terendah terdapat di Kabupaten Seruyan 0%, selanjutnya adalah

Kabupaten Katingan sebesar 85,3% dan Kabupaten Sukamara sebesar 87,5%.

12. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

a. Rasio Tambal Cabut Gigi Tetap

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas meliputi kegiatan

pelayanan dasar gigi dan upaya kesehatan gigi sekolah. Kegiatan pelayanan

dasar gigi adalah tumpatan (penambalan) gigi tetap dan pencabutan gigi tetap.

Indikasi dari perhatian masyarakat adalah bila tumpatan gigi tetap semakin

bertambah banyak berarti masyarakat lebih memperhatikan kesehatan gigi

yang merupakan tindakan preventif, sebelum gigi tetap betul betul rusak dan

harus dicabut. Pencabutan gigi tetap adalah tindakan kuratif dan rehabilitatif

yang merupakan tindakan terakhir yang harus diambil oleh seorang pasien.

Jumlah tumpatan gigi tetap tahun 2017 sebanyak 12.533 lebih sedikit

dibandingkan jumlah tumpatan gigi tetap pada tahun 2016 sebanyak 13,876.

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0

Seruyan

Sukamara

Palangka Raya

Kapuas

Pulang Pisau

KALTENG

Gunung Mas

Lamandau

0.0

85.3

87.5

89.5

90.7

91.6

92.4

94.4

95.1

95.3

97.9

98.0

99.4

100.0

100.0

70 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Sementara jumlah pencabutan gigi tetap pada tahun 2017 sebanyak 9.538

lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah pencabutan gigi tetap pada tahun

2016 sebanyak 11.903. Data tersebut menandakan bahwa motivasi masyarakat

dalam mempertahankan gigi geliginya belum maksimal, selain itu sudah

semakin banyak masyarakat yang sadar dan melakukan pemeriksaan gigi geligi.

Walaupun sudah ada peningkatan namun harus tetap diperlukan penyuluhan

yang terus menerus agar masyarakat memeriksakan giginya secara teratur.

Sementara itu rasio tumpatan dan pencabutan gigi tetap tahun 2017

adalah 1,3 lebih tinggi dibandingkan rasio tumpatan pada tahun 2016 sebesar

1,2. Hal tersebut menunjukan bahwa masyarakat mulai mempertahankan gigi

geligi, walaupun masih banyak yang melakukan pencabutan gigi dibandingkan

melakukan tumpatan gigi tetap.

Perkembangan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Provinsi

Kalimantan Tengah dari tahun 2010 – 2017 dapat dilihat pada gambar dibawah

ini.

Gambar 5.27 Trend Cakupan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010-2017

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018

Gambar diatas menunjukan bahwa trend jumlah pencabutan gigi pada

tahun 2017 lebih sedikit dibandingkan tumpatan gigi tetapnya (rasio tinggi),

menandakan bahwa masyarakat di kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan

Tengah sudah mulai memperhatikan kesehatan gigi dan mulut dengan melihat

rasio pencabutan gigi dibandingkan dengan tumpatan gigi tetap yang sudah

lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Ini dimungkinkan frekuensi

4521 46845943

6372

5933

10839

1387612533

78028729 8474

6372

6326

11927

11903

9538

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Pelayanan Kesehatan Gigi Tahun 2010 - 2017

Tumpatan Gigi Tetap Pencabutan Gigi Tetap

71 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

penyuluhan kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan oleh petugas kesehatan di

setiap lini, baik yang dilakukan didalam maupun diluar gedung sudah semakin

baik.

b. Murid SD/MI Mendapat Pemeriksaan Gigi dan Mulut

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam bentuk upaya promotif,

preventif, dan kuratif sederhana seperti pencabutan gigi sulung, pengobatan,

dan penambalan sementara gigi sulung dan gigi tetap, yang dilakukan baik di

sekolah maupun dirujuk ke puskesmas minimal 2 kali dalam setahun. Mulut

merupakan suatu tempat yang amat ideal bagi perkembangan bakteri. Bila

tidak dibersihkan dengan sempurna, sisa makanan yang terselip bersama

bakteri akan tetap melekat pada gigi kita.

SD/MI yang mendapatkan pelayanan kesehatan gigi pada tahun 2017

sebanyak 1159 SD/MI (68%) jauh lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2016

sebanyak 9.4%. Pada tahun 2017 ada 4 (empat) kabupaten yang tidak memiliki

data pemeriksaan kesehatan gigi pada anak SD/MI yaitu Kabupaten

Kotawaringin Barat, Kapuas, Seruyan dan Kabupaten Barito Utara. Secara

umum capaian seluruh kabupaten kota rata-rata masih sangat rendah dalam

pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak SD/MI. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada lampiran Tabel 51.

Jumlah Murid SD/MI diperiksa pada tahun 2017 sebanyak 38.334 anak

(78%), jauh lehih banyak dibandingkan dengan jumlah anak yang diperiksa

giginya pada tahun 2016 yang berjumlah 7017 anak. Sedangkan yang

memerlukan perawatan kesehatan gigi dan mulut berjumlah 14.818 anak dan

yang mendapatkan perawatan gigi dan mulut murid SD/MI di Provinsi

Kalimantan Tengah tahun 2017 sebanyak 3.874 anak (26%) lebih sedikit

dibandingkan dengan tahun 2016 sebanyak 55.5%.

Masih rendahnya cakupan pelayanan kesehatan gigi dan mulut

disebabkan masih kurangnya tenaga kesehatan gigi baik itu dokter gigi maupun

perawat gigi dan anggaran pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak

SD/MI sederajat yang masih minim. Sehingga perlu ada upaya peningkatan

tenaga kesehatan gigi dan peningkatan anggaran di Kalimantan Tengah baik

yang bersumber dari pusat maupun dari daerah, sehingga Upaya Kesehatan

Gigi Sekolah (UKGS) dapat dioptimalkan.

72 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

13. Pelayanan Kesehataan Usia Lanjut

Usia Lanjut adalah penduduk dengan usia 60 tahun ke atas. Penduduk

usia lanjut perlu diberi perhatian karena biasanya pada usia lanjut akan timbul

banyak keluhan/masalah kesehatan karena turunnya fungsi organ tubuh, oleh

karena itu baik pelayanan maupun fasilitas kesehatan juga harus

memperhatikan kebutuhan usia lanjut. Pada tahun 2017 jumlah penduduk usila

sebanyak 146.055 orang lebih banyak dibandingkan jumlah usila tahun 2016

dengan jumlah penduduk usila sebanyak 141.400 orang. Dari jumlah tersebut

yang mendapat pelayanan kesehatan pada tahun 2017 sebanyak 30,56% lebih

sedikit dibandingkan tahun 2016 sebanyak 34,62%. Lebih jelasnya dapat dilihat

pada lampiran tabel 52.

14. Angka Kematian Bayi (AKB)

Keberhasilan program pembangunan kesehatan dan perkembangan

derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari angka kematian pada suatu

wilayah yang dipantau dari waktu ke waktu. Angka kematian di komunitas pada

umumnya diperoleh melalui data survey sedangkan data kematian yang ada di

fasilitas kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan.

Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infan Mortality rate adalah banyaknya

bayi yang meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per 1.000 kelahiran

hidup (KH). Sedangkan Angka Kematian Balita adalah jumlah anak yang

meninggal sebelum usia 5 tahun. AKB dan AKABA dapat digunakan untuk

menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak termasuk status gizi,

sanitasi dan angka kesakitan lainnya. AKB dapat menggambarkan kondisi sosial

ekonomi masyarakat setempat, karena bayi adalah kelompok usia yang paling

rentan terkena dampak dari perubahan lingkungan maupun sosial ekonomi.

Indikator AKB terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan

merefleksikan kondisi sosial-ekonomi, lingkungan tempat tinggal dan

kesehatannya. Pneumonia dan diare merupakan penyakit infeksi yang menjadi

penyebab utama kematian bayi di Indonesia dengan lebih dari 50 ribu balita

meninggal per tahun akibat penyakit tersebut.

AKB Provinsi Kalimantan Tengah mengalami fluktuasi dari dalam kurun

waktu 2003-2017. Menurut data dari Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) yang dikeluarkan oleh BPS menunjukkan bahwa di Provinsi

Kalimantan Tengah pada tahun 2003 terdapat AKB sebesar 40/1000 kelahiran

73 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

hidup kemudian mengalami penurunan pada tahun 2007 sebesar 30/1000

kelahiran hidup dan kembali mengalami penurunan yang signifikan pada tahun

2010 sebesar 23/1000 kelahiran hidup. Namun berdasarkan hasil SDKI tahun

2012 angka kematian bayi mengalami peningkatan cukup besar menjadi

49/1000 kelahiran hidup, dan terakhir berdasarkan hasil SUPAS tahun 2015

menunjukan angka kematian bayi mengalami penurunan menjadi 24.6

(25)/1000 kelahiran hidup. Kemudian data SDKI tahun 2017 yang

mengeluarkan AKB secara nasional menjadi 24 per 1000 kelahiran hidup. Tren

data angka kematian bayi (AKB) Provinsi Kalimantan Tengah 2003 – 2017

terlihat pada grafik berikut.

Gambar 5.28 Tren data angka kematian bayi (AKB) Provinsi Kalimantan Tengah 2003 – 2017 Berdasarkan SDKI dan SUPAS 2015

Sumber: SDKI Tahun 2003, 2012, 2017 dan SUPAS 2015

Penurunan angka kematian bayi menunjukan sudah semakin baiknya

status kesehatan ibu dan bayi baru lahir; Semakin mudahnya akses dan kualitas

pelayanan kesehatan ibu dan anak; Peningkatan pengetahuan serta perilaku

ibu hamil, keluarga, serta masyarakat yang belum mendukung perilaku hidup

bersih dan sehat.

Gambar diatas memperlihatkan bahwa Angka Kematian Bayi Provinsi

Kalimantan Tengah menunjukan penurunan yang cukup tinggi, namun

diperlukan upaya yang sangat keras lagi untuk menurunkan AKB sehingga

mencapai target. Berdasarkan perhitungan target yang ingin dicapai maka

40

30

49

25 24

0

10

20

30

40

50

60

2003 2007 2012 2015 2017

Tren Angka Kematian Bayi 2003 - 2017

74 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah telah menetapkan target AKB yang

tertuang dalam RPJMD Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016-2021 turun

menjadi 23/1000 kelahiran hidup. Disamping itu pemerintah pusat juga telah

menetapkan target yang ingin dicapai yaitu AKB turun menjadi 23/1000

kelahiran hidup.

Gambar 5.29 Jumlah Kasus Kematian Bayi di Kalimantan Tengah Tahun 2017

Sumber: Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018

Gambar diatas memperlihatkan gambaran jumlah kasus kematian bayi di

Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2017. Total kematian bayi pada tahun

2017 di Provinsi Kalimantan Tengah sebanyak 368 kasus lebih sedikit

dibandingkan tahun 2016 di Provinsi Kalimantan Tengah sebanyak 392 kasus.

Kabupaten dengan jumlah kematian bayi paling sedikit adalah Kota

Palangka Raya sebanyak 4 kasus, diikuti oleh Kabupaten Barito Utara sebanyak

7 kasus dan Kabupaten Barito Timur sebanyak 10 kasus. Sedangkan Kabupaten

dengan jumlah kasus kematian paling banyak adalah Kabupaten Kotawaringin

Timur sebanyak 76 kasus, diikuti oleh Kabupaten Kotawaringin Barat sebanyak

46 kasus, dan Kabupaten Kapuas sebanyak 35 kasus. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada (lampiran 5).

C. STATUS GIZI

Isu status gizi masyarakat masih menjadi perhatian serius pemerintah.

Dampak gizi padaibu hamil, bayi, balita, dan anak merupakan investasi besar bagi

pembangunan nasional.Peningkatan status gizi masyarakat dilakukandengan

meningkatkan akses masyarakatpada pelayanan gizi.

01020304050607080

4 7 10 14 19 20 22 26 26 31 32 3546

76

Jumlah Kematian Bayi Per Kab/Kota tahun 2017

75 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Upaya perbaikan gizi masyarakat bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi

perorangan dan masyarakat, antara lain yaitu melalui perbaikan pola konsumsi

makanan, perbaikan perilaku sadar gizi, dan peningkatan akses dan mutu pelayanan

gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Upaya perbaikan

gizi dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan sesuai dengan

pentahapan prioritas pembangunan nasional.

Keadaan gizi yang baik merupakan prasyarat utama dalam mewujudkan

sumberdaya manusia yang sehat dan berkualitas. Jika ditelusuri, masalah gizi terjadi

disetiap siklus kehidupan, dimulai sejak dalam kandungan (janin), bayi, anak,

dewasa, dan usia lanjut.

Status gizi seseorang mempunyai hubungan yang erat dengan permasalahan

kesehatan secara umum, disamping merupakan faktor predisposisi yang dapat

memperparah penyakit infeksi secara langsung juga dapat menyebabkan terjadinya

gangguan kesehatan individu. Status gizi pada janin/bayi sangat ditentukan oleh

status gizi ibu hamil atau ibu menyusui.

1. Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan

Kementerian Kesehatan mengeluarkan Peraturan Presiden Republik

Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan

Perbaikan Gizi. Gerakan Nasional ini adalah upaya penggalangan partisipasi dan

kepedulian pemangku kepentingan secara terencana dan terkoordinir. Tujuan

utamanya adalah untuk mempercepat perbaikan gizi, khususnya pada periode

usia 1000 hari pertama kehidupan atau sejak masa janin sampai usia 2 tahun.

Kekurangan gizi terutama pada anak-anak balita dapat menyebabkan

meningkatnya risiko kematian, terganggunya pertumbuhan fisik dan

perkembangan mental serta kecerdasan bila tidak ditangani dengan segera.

Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan pada tahun 2010

(100%), tahun 2011 (100%), tahun 2012 (100%), tahun 2013 (100 %), tahun

2014 (100%),tahun 2015 adalah (100%), tahun 2016 (100%) dan tahun 2017

(94,4%). Jumlah kasus gizi buruk pada tahun 2017 berjumlah 54 kasus lebih

sedikit dibandingkan dengan jumlah kasus gizi buruk pada tahun 2016 yang

berjumlah 69 kasus. Dari semua kasus gizi buruk yang terlacak, maupun yang

datang sendiri ke petugas kesehatan dan sarana pelayanan kesehatan

mendapat perawatan dengan pemberian bantuan MP-ASI selama

perawatan/penanganan, namun pada tahun 2017 ada 3 kasus gizi buruk yang

76 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

tidak mendapatkan perawatan. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut

ini. Namun perlu diperhatikan data prevalensi kasus gizi buruk yang ditemukan

melalui Pemantauan Status Gizi (PSG) yang dilakukan setiap tahun, sehingga

bisa dijadikan sebagai data pembanding untuk data rutin terkait penanganan

kasus gizi buruk yang dilakukan di sarana pelayanan kesehatan.

Gambar 5.30 Cakupan balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan tahun 2010 - 2017

Sumber: Profil Kesehatan Kab/Kota Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2018

Dalam upaya untuk terus menekan terjadinya gizi buruk dan gizi kurang

pada balita perlu dilakukan kegiatan yang efektif dalam rangka penanggulangan

gizi buruk dan gizi kurang berupa menyediakan materi-materi penunjang

berupa buku-buku pedoman, brosur-brosur maupun leaflet-leaflet, melakukan

pelacakan balita gizi buruk, memperbaiki sistem rujukan dan pasca rujukan

sehingga mengurangi risiko jatuh kembali balita ke dalam status gizi buruk,

peningkatan kegiatan pemantauan pertumbuhan diPosyandu, menyediakan

buffer stock PMT untuk balita, serta PMT pemulihan melalui dana BOK maupun

dana lain.

Selain pelatihan tata laksana gizi buruk, dilakukan juga pengembangan

Pusat Pemulihan Gizi Therapeutic Feeding Centre (TFC) dan Community

Feeding Centre/ Pemulihan Gizi Berbasis Masyarakat (CFC/PGBM) yang

merupakan bentuk upaya untuk memulihkan gizi buruk di masyarakat. Fasilitas

ini berfungsi sebagai tempat perawatan dan pengobatan anak gizi buruk (tanpa

100 100 100 100 100 100 100

94.4

919293949596979899

100101

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Cakupan Balita Gizi Buruk Yang Mendapat Perawatan

77 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

penyakit penyerta) secara intensif, dan melibatkan keluarga dalam perawatan

anak tersebut.

Penyebaran kasus gizi buruk pada balita menyebar ke hampir di semua

kabupaten Kota yang ada di Kalimantan Tengah kecuali Kabupaten Lamandau

yang tidak memiliki kasus gizi buruk.

2. Balita Bawah Garis Merah (BGM)

Aspek tumbuh kembang pada masa balita juga merupakan suatu hal

yang sangat penting, yang sering diabaikan oleh tenaga kesehatan khususnya

di lapangan. Biasanya penanganan yang dilakukan lebih banyak difokuskan

pada mengatasi penyakitnya, sementara tumbuh kembangnya diabaikan.

Adapun salah satu masalah pada pertumbuhan balita yakni balita

dengan Berat Badan (BB) di Bawah Garis Merah (BGM). Balita BGM adalah

balita yang saat ditimbang berat badannya berada pada garis merah atau di

bawah garis merah pada Kartu Menuju Sehat (KMS). KMS adalah kartu yang

memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri

berat atau tinggi badan menurut umur, mencatat pemberian kapsul vitamin A

serta vaksinasi.Balita dengan BGM (Bawah Garis Merah) adalah balita dengan

berat badan menurut umur (BB/U) berada dibawah garis merah pada KMS. Jika

anak berada pada BGM maka diperlukan tindakan kewaspadaan “warning” agar

anak tidak mengalami menderita gangguan pertumbuhan dan penyakit infeksi

serta perhatian pada pola asuh agar lebih ditingkatkan. BGM bukan

menunjukkan keadaan status gizi buruk tetapi sebagai peringatan untuk

konfirmasi dan tindak lanjut. Persentase kasus BGM di Kabupaten/Kota pada

tahun 2016 dapat dilihat pada gambar berikut ini. (Lampiran 47).

78 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Gambar 5.31 Persentase Balita dengan Berat Badan di Bawah Garis Merah (BGM) Tahun 2017 di Provinsi Kalimantan Tengah

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten Kota Tahun 2018

Dari gambar diatas diketahui bahwa persentase balita yang mengalami

BGM di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017 sebesar 1,57% lebih rendah

dibandingkan dengan tahun 2016 sebesar 2.97%. dari total balita yang ada.

Kabupaten dengan persentase terendah adalah Kabupaten Barito Utara sebesar

0.28% diikuti oleh Kotawaringin Timur sebesar 0.53% dan Kota Palangka Raya

sebesar 0,83%. Sedangkan Kabupaten dengan persetase BGM pada balita

tertinggi adalah Kabupaten Barito Timur sebesar 2,96%, diikuti oleh Lamandau

sebesar 2,79% dan Kabupaten Kotawaringin Barat sebesar 2,45%.

Seorang balita BGM dapat disebabkan oleh karena pola asuh anak yang

tidak baik dan sosial ekonomi keluarga yang rendah. Apabila balita BGM

diberikan perhatian yang lebih dan diberikan asupan gizi yang baik, balita

tersebut tidak akan mengalami gizi kurang maupun gizi buruk. Namun, apabila

pola asuh pada balita BGM tidak baik, akan menyebabkan anak menderita gizi

kurang atau bahkan gizi buruk. Pola asuh anak sangat berperan penting dalam

menentukan status gizi balita.

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00

Barito Utara

Palangka Raya

Pulang Pisau

KALTENG

Murung Raya

Barito Selatan

Kotawaringin Barat

Barito Timur

0.280.53

0.831.13

1.311.33

1.571.721.73

1.941.95

2.202.45

2.792.96

BGM Pada Balita Tahun 2017

79 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

BAB VI

PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

A. Pengendalian Penyakit

1. Penyakit Menular

a. Tuberkolusis (TB)

Tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian global. Dengan

berbagai upaya pengendalian yang dilakukan, insidens dan kematian akibat

tuberkulosis telah menurun, namun tuberkulosis diperkirakan masih menyerang

9,6 juta orang dan menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014. India,

Indonesia dan China merupakan negara dengan penderita tuberkulosis terbanyak

yaitu berturut-turut 23%, 10% dan 10% dari seluruh penderita di dunia (WHO,

Global Tuberculosis Report, 2015).

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Sumber penularan yaitu pasien TB

BTA (bakteri tahan asam) positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya.

TB dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan menularkan penyakit

TB meskipun dengan tingkat penularan yang kecil. Beban penyakit yang

disebabkan oleh tuberkulosis dapat diukur dengan Case Notification Rate (CNR),

prevalensi, dan mortalitas/kematian.

1). Kasus baru BTA (+)

Pada tahun 2017 ditemukan jumlah kasus baru tuberkulosis sebanyak

2033 kasus, lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah penemuan kasus

pada tahun 2016 sebanyak 1580 kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan

terdapat di Kabupaten Kotawaringin Barat sebanyak 316 kasus, diikuti oleh

Kabupaten Kotawaringin Timur sebanyak 310 kasus dan Kabupaten Kapuas

dengan jumlah kasus sebanyak 246 kasus. Sedangkan kabupaten yang paling

sedikit jumlah kasus BTA + yang ditemukan adalah di Kabupaten Pulang Pisau

sebanyak 40 kasus, kemudian Kabupaten Lamandau sebanyak 49 kasus dan

Kabupaten Gunung Mas dengan jumlah kasus sebanyak 61 kasus.

Menurut jenis kelamin, jumlah kasus pada laki-laki lebih tinggi daripada

perempuan yaitu pada laki-laki sebanyak 1.098 kasus sedangkan pada

perempuan sebanyak 629 kasus. Pada masing-masing Kabupaten/Kota seluruh

80 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Provinsi Kalimantan Tengah kasus lebih banyak terjadi pada laki-laki

dibandingkan perempuan.

2). Proporsi Pasien Baru BTA Positif diantara semua kasus TB

Persentase pasien tuberkulosis paru terkonfirmasi bakteriologis di antara

semua pasien tuberkulosis paru tercatat (bakteriologis dan klinis), merupakan

indikator yang menggambarkan prioritas penemuan pasien tuberkulosis yang

menular di antara seluruh pasien tuberkulosis yang diobati. Angka ini minimal

70%, bila jauh lebih rendah, berarti diagnosis kurang memberikan prioritas untuk

menemukan pasien yang menular.

Di Provinsi Kalimantan Tengah proporsi pasien baru BTA (+) diantara

semua kasus pada tahun 2017 adalah 57,8% lebih tinggi bila dibandingkan

dengan capaian pada tahun 2016 adalah 53.3%. Hal ini menunjukan bahwa

secara nasional target masih belum terpenuhi. Namun ada beberapa kabupaten

yang telah mencapai target adalah Kabupaten Barito Utara (100%), Barito

Selatan (89,8%) dan Kabupaten Sukamara (86,3%). Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 6.1 Proporsi Pasien Baru BTA Positif Diantara Semua Kasus TB Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Kota dan Bidang P2P Tahun 2018

Gambar 6.1 diatas memperlihatkan bahwa tahun 2016, proporsi pasien

tuberkulosis paru terkonfirmasi bakteriologis di antara semua pasien tuberkulosis

paru tercatat/diobati di Provinsi Kalimantan Tengah belum mencapai target yang

diharapkan karena hanya mencapai 57.8%, ada sedikit peningkatan daripada

tahun sebelumnya yang hanya 53,3%. Hal itu mengindikasikan diagnosis kurang

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0

Palangka Raya Murung Raya

LamandauPulang Pisau

SeruyanKALTENG

KapuasBarito Timur

Katingan Kotawaringin TimurKotawaringin Barat

Gunung Mas Sukamara

Barito SelatanBarito Utara

28.737.1

41.942.1

52.857.858.759.861.7

65.566.9

70.186.3

89.8100.0

81 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

memberikan prioritas untuk menemukan pasien yang menular di Provinsi

Kalimantan Tengah.

3). Proporsi Pasien Baru TB Paru Terkonfirmasi Laboratorium diantara terduga TB

Proporsi pasien baru TB Paru Terkonfirmasi Laboratorium diantara

terduga TB menggambarkan mutu dari proses penemuan, diagnosis serta

kepekaan menetapkan kriteria terduga. Angka ini sekitar 5 – 15%. Jika

angka < 5% menunjukan bahwa penjaringan terlalu longgar dan adanya

masalah dalam pemeriksaan laboratorium (negatif palsu). Jika angka >15%

-kemungkinan disebabkan penjaringan terlalu ketat atau masalah dalam

pemeriksaan laboratorium (positif palsu).

Di Provinsi Kalimantan Tengah, proporsi pasien baru TB Paru

Terkonfirmasi Laboratorium diantara terduga TB pada tahun 2017 adalah

12,5%, lebih rendah dibandingkan dengan capaian pada tahun 2016

sebesar 13.6%. Kabupaten dengan proporsi antara 5-15% sebanyak 7

(tujuh) kabupaten, yaitu Kotawaringin Timur (15%), Murung Raya (14,8%),

Pulang Pisau (14,5%), Kotawaringin Barat (8.2%), Barito Utara (7,9%),

Sukamara (6,5%) dan Kabupaten Barito Timur (5,1%). Untuk Lebih

lengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 6.2 Proporsi Pasien Baru TB Paru Terkonfirmasi Laboratorium Terduga Diantara TB Di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017

Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Kota dan Bidang P2P Tahun 2018

0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0

Barito Timur

Barito Utara

KALTENG

Murung Raya

Barito Selatan

Palangka Raya

Kapuas

Katingan

5.16.57.98.2

12.514.514.815.015.615.616.216.817.6

22.363.5

Target 5 - 15%

82 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

4). Angka Notifikasi Kasus atau Case Notification Rate (CNR)

Angka notifikasi kasus adalah angka yang menunjukkan jumlah

pasien baru yang ditemukan dan tercatat di antara 100.000 penduduk di

suatu wilayah tertentu. Angka ini apabila dikumpulkan serial akan

menggambarkan kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke tahun di

wilayah tersebut. Angka ini berguna untuk menunjukkan kecenderungan

(trend) meningkat atau tidak.

Gambar 6.3 menunjukkan angka notifikasi kasus baru tuberkulosis

paru terkonfirmasi bakteriologis dan angka notifikasi seluruh kasus

tuberkulosis per 100.000 penduduk dari tahun 2011-2017. Angka notifikasi

kasus baru tuberkulosis paru terkonfirmasi bakteriologis pada tahun 2017 di

Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 78,03 per 100.000 penduduk,

meningkat dibandingkan tahun 2016 yang sebesar 61.96 per 100.000

penduduk. Sedangkan angka notifikasi seluruh kasus tuberkulosis pada

tahun 2017 sebesar 135 per 100.000 penduduk meningkat dibandingkan

tahun 2016 sebesar 116 per 100.000 penduduk.

Gambar 6.3 Angka CNR Kasus Baru TB BTA + dan CNR Seluruh Kasus TB Per. 100.000 Penduduk Di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2011 - 2017

Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Kota dan Bidang P2P Tahun 2018

5). Angka Keberhasilan Pengobatan

Salah satu upaya untuk mengendalikan TB yaitu dengan pengobatan.

Indikator yang digunakan sebagai evaluasi pengobatan yaitu angka keberhasilan

pengobatan (success rate). Angka keberhasilan pengobatan ini dibentuk dari

angka kesembuhan dan angka pengobatan lengkap. Pada tahun 2017 angka

keberhasilan pengobatan adalah 84,11% lebih tinggi bila dibandingkan dengan

capaian pada tahun 2016 sebesar 82.7%. Capaian tersebut masih belum

125

67

102 97114.5 116.2

135

65.8

62.9

69.7 69.357 62

78

0

20

40

60

80

100

120

140

160

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017CNR Seluruh Kasus TB/100.000 Penduduk

CNR BTA+/100.000 Penduduk

83 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

mencapai target nasional sebesar 85%. Berikut ini gambaran keberhasilan

pengobatan penderita TB dalam kurun waktu 5 tahun dari 2013 – 2017.

Tabel 6.4. Angka Keberhasilan Pengobatan Pasien Tuberkulosis Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2013-2017

Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Kota dan Bidang P2P Tahun 2018

Pada Gambar 6.4 terlihat peningkatan angka keberhasilan pengobatan pada

tahun 2016 dibandingkan 2 tahun sebelumnya dan meningkat kembali pada

tahun 2017. Pada tahun 2017 angka keberhasilan pengobatan sebesar 84,11%.

WHO menetapkan standar angka keberhasilan pengobatan sebesar 85%.

Gambar 6.5 Angka Keberhasilan Pengobatan (Succes Rate) TB Paru Per Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Kota dan Bidang P2P Tahun 2018

96.05

76.24

57.41

82.7 84.11

0

20

40

60

80

100

120

2013 2014 2015 2016 2017

Angka Keberhasilan Pengobatan TB Paru di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2013 - 2017

0.0 50.0 100.0 150.0 200.0 250.0

Palangka Raya Seruyan

Gunung Mas Katingan

KapuasKALTENG

Barito Timur Kotawaringin Timur

LamandauPulang Pisau

SukamaraBarito SelatanMurung Raya

Kotawaringin Barat Barito Utara

29.950.554.0

59.182.084.184.387.788.992.5

97.6100.0100.0

110.7205.0

84 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Dari gambar di atas diketahui bahwa terdapat 8 kabupaten yang telah

mencapai target nasional (≥ 85%) yaitu Kabupaten Barito Utara (205%),

Kabupaten Kotawaringin Barat sebesar 110.7%, Kabupaten Murung Raya

sebesar 100%, Kabupaten Barito Selatan sebesar 100%, Sukamara sebesar

97.6%, Pulang Pisau sebesar 92.5%, Lamandau sebesar 88.9% dan Kabupaten

Kotawaringin Timur sebesar 87.7%. Keberhasilan pengobatan kasus TB yang

belum dicapai oleh semua kabupaten/kota, merupakan masalah yang perlu kita

pecahkan bersama baik Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota maupun Dinas

Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah dan juga peran serta seluruh masyarakat

serta para stakeholder yang berkepentingan terkait penanggulangan masalah TB

paru.

b. HIV, AIDS DAN SYPHILIS

HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi

Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh.

Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh

sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain.

Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai

HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3

metode, yaitu pada layanan Voluntary, Counseling, and Testing(VCT), sero

survey, dan Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP).

1). Jumlah Kasus HIV dan AIDS

Jumlah kasus HIV positif yang dilaporkan pada tahun 2017 sebanyak 181

kasus lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah kasus pada tahun 2016

sebanyak 155 kasus. Sedangkan jumlah penderita AIDS pada tahun 2017

sebanyak 48 kasus, jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah kasus

pada pada tahun 2016 sebanyak 101 kasus.

Perkembangan jumlah kasus baru HIV positif per tahun sampai tahun

2017 disajikan pada Gambar 6.6 di bawah ini.

85 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Gambar 6.6. Perkembangan Jumlah Kasus HIV Positif dan Kasus AIDS di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2011 - 2017

Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Kota dan Bidang P2P Tahun 2018

Pada gambar di atas secara umum penemuan kasus HIV positif terus

mengalami peningkatan sedangkan penemuan kasus AIDS mengalami

penurunan. Pada penemuan jumlah kasus HIV baru dari tahun 2013 sebanyak

71 kasus meningkat menjadi 121 kasus pada tahun 2014 kemudian meningkat

lagi menjadi 167 kasus pada tahun 2015 dan mengalami penurunan pada tahun

2016 menjadi 155 kasus kemudian meningkat kembali pada tahun 2017 menjadi

181 kasus. Demikian juga dengan jumlah kasus AIDS dari tahun 2011 yang

berjumlah 21 kasus mengalami peningkatan menjadi 101 kasus pada tahun

2016, kemudian turun kembali menjadi 48 kasus pada tahun 2017.

Menurut jenis kelamin, persentase kasus baru HIV AIDS tahun 2017 pada

kelompok jenis kelamin tidak terlalu berbeda jauh, persentase laki-laki lebih besar

dibandingkan pada kelompok perempuan seperti digambarkan di bawah ini.

Gambar 6.7. Proporsi penderita HIV AIDS Menurut Jenis Kelamin Tahun 2017 di Provinsi Kalimantan Tengah

Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Kota dan Bidang P2P Tahun 2018

64

9671

121

167155

181

21 14 25 15

47

101

48

0

50

100

150

200

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

HIV AIDS

0

20

40

60

Laki-Laki Perempuan

56.9143.09

52.08 47.92

Poporsi Jenis Kelamin Penderita HIV AIDS tahun 2017

HIV AID

86 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Proporsi penderita HIV AIDS pada tahun 2017 menurut kelompok umur

dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 6.8. Proporsi penderita AIDS Menurut Kelompok Umur Tahun 2017 di Provinsi Kalimantan Tengah

Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Kota dan Bidang P2P Tahun 2018

Dari gambar diatas diketahui bahwa proporsi kelompok umur yang paling

banyak pada kasus HIV positif maupun penderita AIDS pada tahun 2017 adalah

pada kelompok umur 25 – 49 tahun dengan proporsi masing-masing 61,88% dan

81.25%, diikuti oleh kelompok umur 20 – 24 tahun masing-masing sebesar

24.31% dan 10.42% dan kelompok umur ≥ 50 masing-masing sebesar 6.63%

dan 4.17%. Kelompok umur tersebut masuk ke dalam kelompok umur produktif

yang aktif secara seksual dan termasuk kelompok umur yang banyak

menggunakan NAPZA suntik.

2). Jumlah Kematian Akibat AIDS

Jumlah kematian akibat Kematian akibat AIDS pada tahun 2017

berjumlah 31 orang dengan rincian 21 laki-laki dan 10 perempuan, jauh lebih

banyak bila dibandingkan dengan jumlah kasus kematian akibat AIDS pada tahun

2016 berjumlah 26 orang. Sedangkan proporsi berdasarkan jenis kelamin 67.74%

kematian pada kelompok laki-laki sedangkan pada kelompok perempuan sebesar

32,26%.

Penderita syphilis yang dilaporkan pada tahun 2017 berjumlah 5 orang,

menurun tajam bila dibandingkan dengan jumlah kasus syphilis pada tahun 2016

yang hanya berjumlah 101 orang. Proporsi penderita syphilis berdasarkan jenis

kelamin adalah penderita laki-laki sebanyak 3 orang (60%) dan penderita

perempuan sebanyak 2 orang (40%).

0

20

40

60

80

100

≤ 4 TAHUN 5 - 14 TAHUN 15 - 19 TAHUN 20 - 24 TAHUN 25 - 49 TAHUN ≥ 50 TAHUN

0.55 1.1 5.52

24.31

61.88

6.632.08 2.08 010.42

81.25

4.17

HIV Positif AIDS

87 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

c. Pnemonia

Pneumonia merupakan infeksi akut yang menyerang jaringan paru

(alveoli) yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau terhirup udara yang

tercemar. Kelompok rentan terserang pneumonia adalah balita, usia lanjut dan

yang memiliki masalah kesehatan seperti gangguan malnutrisi dan gangguan

imunologi.

Penyakit ini merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan

kematian bayi dan balita. Namun perhatian dunia selama ini terhadap pneumonia

sangat sedikit sehingga ISPA dikenal sebagai the forgotten pandemic. Oleh

karena itu dunia memasukan pneumonia kedalam komitmen global MDGs untuk

ditanggulangi bersama. Diperkirakan 10% dari seluruh balita pernah menderita

pneumonia.

Secara nasional penderita pnemonia balita yang ditemukan dan diobati

ditargetkan sebesar 80%. Cakupan penemuan pneumonia balita yang ditemukan

dan diobati sesuai dengan standar di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun

2017 sebanyak 705 kasus (2,8%) lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah

kasus pada tahun 2016 sebanyak 590 kasus (2.34%). Berbagai kendala yang

ditemui dalam penanggulangan pneumonia adalah cara penularannya yang lintas

udara (air borne desease), sulitnya mengidentifikasi gejala pneumonia oleh

masyarakat serta masih minimnya pelatihan tenaga kesehatan dalam tatalaksana

penderita pneumonia balita (MTBS).

Gambar 6.9 Jumlah Penderita Pnemonia Balita Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2011 – 2017

Sumber Data : Profil Kesehatan Kabupaten Kota dan Bidang P2P Tahun 2018

735

771

681

460

455 590705

0

200

400

600

800

1000

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Perkembangan Jumlah Kasus Pneumonia pada Balita di Prov. Kalteng

88 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Dari gambar diatas diketahui perkembangan jumlah kasus penderita

pnemonia pada balita Provinsi Kalimantan Tengah terus mengalami perubahan

terjadi penurunan jumlah kasus pada tahun 2011 s.d 2014 dari 765 kasus

menjadi 460 kasus, kemudian mengalami peningkatan jumlah kasus dari tahun

2014 sampai dengan tahun 2017 dengan jumlah kasus sebanyak 460 kasus

menjadi 705 kasus pada tahun 2017. Perkembangan dan perubahan jumlah

kasus pnemonia ini agar terus menjadi prioritas dan meningkatkan program

penanggulangannya sehingga jumlah kasus menjadi nol. Lebih jelasnya dapat

dilihat pada lampiran tabel 10.

d. Diare

Diare merupakan penyakit ketika terjadi perubahan konsistensi feses dan

peningkatan frekuensi buang air besar. Diare merupakan penyakit yang potensial

menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Kejadian diare dipengaruhi oleh berbagai

faktor, antara lain : faktor lingkungan, gizi, kependudukan, pendidikan, keadaan

sosial ekonomi dan perilaku masyarakat.

Tahun 2017, KLB Diare dilaporkan terjadi di Kabupaten Kapuas dan Kota

Palangka Raya dengan jumlah kematian sebanyak 3 orang. Penderita Diare yang

berobat dan ditangani di faslitas pelayanan kesehatan dasar pada tahun 2017

sebanyak 42.935 (61%) lebih rendah dibandingkan tahun 2016 dengan jumlah

penderita 42.988 (78,8%), dari target penemuan penderita. Sebaran persentase

diare yang ditangani di Kabupaten Kota pada tahun 2017 dapat dilihat pada

gambar berikut ini:

Gambar 6.10. Persentase Kasus Diare yang Ditangani di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dasar Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

-Sumber data : Profil Kabupenten/Kota dan Bidang P2P, Tahun 2018

0.0 50.0 100.0 150.0

Barito Timur

Kotawaringin Timur

Gunung Mas

KALTENG

Seruyan

Pulang Pisau

Kapuas

Murung Raya

2.620.3

35.535.837.1

43.861.062.7

67.370.373.0

76.8100.0

107.9129.1

89 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

e. Kusta

Penyebab kusta adalah Mycobacterium leprae, yang ditemukan oleh

warganegara Norwegia, G.A Armauer Hansen pada tahun 1873 dan sampai

sekarang belum dapat dibiakkan dalam media buatan. Keberadaan Kusta

terdapat dimana-mana, terutama di Asia, Afrika, Amerika Latin, daerah tropis dan

subtropis, serta masyarakat sosial ekonomi rendah, selain penyakit

menyeramkan dan ditakuti oleh karena dapat terjadi ulserasi, mutilasi dan

deformitas. Penderita kusta bukan menderita penyakitnya saja, tetapi juga

karena dikucilkan masyarakat sekitarnya, hal ini diakibatkan kerusakan saraf

besar yang irreversible diwajah dan ekstremitas, motorik dan sensoris, serta

dengan adanya kerusakan yang berulang-ulang pada daerah yang anastetik

disertai paralisis dan atropi otot.

1). Prevalensi dan Angka Penemuan Kasus Baru (NCDR/New Case Detection Rate)

Pada tahun 2017 jumlah kasus baru kusta baik yang bertipe pausi basiler

(PB) maupun multi basiler (MB) berjumlah 100 kasus lebih tinggi dibandingkan

dengan jumlah kasus pada tahun 2016 yang berjumlah 71 kasus. Sedangkan

New Case Detection Rate (NDCR) pada 2017 sebesar 3,83/100.000 penduduk

lebih besar dibandingkan tahun 2016 sebesar 2.78/100.000 penduduk.

Sedangkan angka prevalensi kusta per 10.000 penduduk pada tahun 2017

sebesar 0,42 sama dengan angka prevalensi pada tahun 2016. dan telah

memenuhi target < 1 per 10.000 penduduk (< 10 per 100.000 penduduk).

Berdasarkan status eliminasi, kusta dibagi menjadi 2 kelompok yaitu

provinsi yang belum eliminasi dan provinsi yang sudah mencapai eliminasi.

Provinsi yang belum mencapai eliminasi jika angka prevalensi > 1 per 10.000

penduduk, sedangkan provinsi yang sudah mencapai eliminasi jika angka

prevalensi < 1 per 10.000 penduduk. Provinsi Kalimantan Tengah sudah

termasuk ke dalam Provinsi yang telah mencapai eliminasi.

2). Penderita Kusta Pada Anak dan Cacat Tingkat 2

Tingkat penularan di masyarakat menggunakan indikator proporsi anak

(0-14 tahun) diantara penderita baru. Dilaporkan bahwa proporsi anak yang

menderita kusta pada tahun 2017 sebesar 7%, lebih tinggi bila dibandingkan

dengan tahun 2016 sebesar 5.63%.

90 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Pengendalian kasus kusta antara lain dengan meningkatkan deteksi kasus

sejak dini. Indikator yang digunakan untuk menunjukkan keberhasilan dalam

mendeteksi kasus baru kusta yaitu angka cacat tingkat 2. Proporsi cacat tingkat

2 yang tercatat pada tahun 2017 sebesar 14% lebih tinggi bila dibandingkan pada

tahun 2016 sebesar 2.82%, sedangkan Angka cacat tingkat 2 per 100.000

penduduk pada tahun 2017 sebesar 1 per 100.000 penduduk lebih tinggi di

bandingkan angka cacat tingkat 2 per 100.000 penduduk pada tahun 2016

sebesar 0.1 per 100.000 penduduk. Jumlah Release From Treatment / RFT PB

61,1%%, sedangkan RFT MB adalah 33%.

f. PD3I

Penyakit menular yang diupayakan pencegahannya melalui program

imunisasi di Indonesia ada 7 (tujuh) jenis penyakit, yaitu Difteri, Pertusis,

Tetanus, Hepatitis, TBC, Polio dan Campak. Di Provinsi Kalimantan Tengah

pada tahun 2017 penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang

dilaporkan adalah :

1) Tetanus Neonatorum

Penyakit tetanus disebabkan oleh Clostridium tetani, masuk ke tubuh

melalui luka. Penyakit ini umumnya menginfeksi bayi baru lahir pemotongan

tali pusat dengan alat yang tidak steril atau perawatan tali pusat dengan

ramuan tradisional yang terkontaminasi. Dapat menyebabkan kematian jika

penderita terlambat mendapat pertolongan. Kasus Tetanus Neonatorum

dilaporkan pada tahun 2017 sebanyak 0 kasus dengan Case Fatality Rate

sebesar 0%.

2) Pertusis

Pertusis adalah infeksi saluran pernapasan akut berupa batuk yang

sangat berat atau batuk intensif. Tersebar ditempat tempat yang padat

penduduknya dan dapat berupa endemic pada anak. Merupakan penyakit

paling menular dengan attack rate 80-100 % pada penduduk yang rentan.

Bersifat endemic dengan siklus 3-4 tahun antara juli sampai oktober sesudah

akumulasi kelompok rentan, Menyerang semua golongan umur yang

terbanyak anak umur < 1 tahun, perempuan lebih sering dari laki laki, makin

muda yang terkena pertusis makin berbahaya.

Kabupaten yang melaporkan kasus pertusis pada tahun 2017 adalah

Kabupaten Kotawaringin Timur dengan jumlah kasus 3 orang. Jadi total kasus

91 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Pertusis pada tahun 2017 di Provinsi Kalimantan Tengah berjumlah 3 kasus,

jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah kasus pada tahun 2016

sebanyak 21 kasus.

3) Difteri

Penyakit difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae

yang menyerang sistem pernapasan bagian atas. Penyakit difteri pada

umumnya menyerang anak-anak usia 1-10 tahun.

Jumlah kasus difteri pada tahun 2017 0 (nol) kasus, dibandingkan

dengan tahun 2016 yang berjumlah 7 kasus dengan jumlah kasus meninggal

sebanyak 2 kasus sehingga CFR difteri sebesar 28.57%. Tidak adanya kasus

difteri di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2017 menunjukan bahwa

penyakit tersebut bisa di sembuhkan dan bisa di cegah melalui imunisasi.

4) Campak

Penyakit Campak disebabkan oleh virus campak atau biasa disebut

virus measles. Virus campak termasuk genus Morbilivirus familia

Paramyxoviridae. Penyakit ini sangat menular dan akut. Sebagian besar

menyerang anak-anak. Bila mengenai balita terutama dengan gizi buruk maka

dapat terjadi komplikasi. Komplikasi yang sering adalah bronchopneumonia,

gastroenteritis, dan otitis media; ensefalitis jarang terjadi tetapi dapat

berakibat fatal, yaitu kematian. Penularan dapat terjadi melalui udara yang

telah terkontaminasi oleh sekret orang yang telah terinfeksi. Penegakan kasus

campak melalui pemeriksaan darah penderita.

Pada tahun 2017 jumlah kasus campak yang dilaporkan berjumlah 650

kasus, lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah kasus campak pada

tahun 2016 yang berjumlah 527 kasus. Kasus campak berasal dari 5 (lima)

kabupaten/kota yaitu Kabupaten Kotawaringin Barat 151 kasus, Kotawaringin

Timur 115 kasus, Gunung Mas 1 kasus, Kabupaten Murung Raya 101 kasus

dan Kota Palangka Raya 282 kasus.

5) Polio dan AFP (Acute Flaccid Paralysis/Lumpuh Layu Akut)

Dalam rangka eradikasi polio, seluruh negara (global) melaksanakan

surveilans AFP. AFP berbeda dengan polio, Polio disebabkan oleh infeksi virus

yang menyerang system syaraf sehingga penderita mengalami kelumpuhan.

Umumnya menyerang anak-anak yang ditandai dengan munculnya demam,

lelah, sakit kepala, mual, kaku leher dan saki ditungkai dan lengan. Sedangkan

92 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

AFP (Acute Flaccid Paralysis)merupakan kondisi abnormal ketika seseorang

mengalami penurunan kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas dan berakibat

pada kelumpuhan. AFP merupakan sekumpulan penyakit yang ditandai

dengan lumpuh layuh akut. Survailans AFP difokuskan pada penyakit-penyakit

yang sifatnya akut -dan layuh (flaccid) seperti pada kasus polio. Sebagian

besar kasus polio non paralitik tidak disertai manifestasi klinis yang jelas.

Ditemukannya kasus polio paralitik menunjukan adanya penyebaran virus

polio liar di wilayah tersebut.

Surveilans AFP merupakan salah satu upaya pencegahan dan

pemberantasan penyakit polio. Kelompok rentan terhadap kasus polio adalah

anak-anak sehingga pelaksanaan program Surveilans AFP difokuskan pada

anak usia < 15 tahun yang menderita kelumpuhan mirip polio (lumpuh layuh

akut). Indikator surveilans AFP yaitu ditemukannya Non Polio AFP minimal

sebesar 2/100.000 anak usia < 15 tahun. Target ini belum terpenuhi oleh

Provinsi Kalimantan Tengah dengan jumlah penemuan 17 orang dengan Non

Polio AFP Rate sebesar 2.35/100.000 penduduk usia < 15 tahun.

6) Hepatitis B

Hepatitis B adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan hati

yang disebabkan oleh infeksi VHB dan reaksi toksik terhadap obat-obatan

serta bahan-bahan kimia yang memberikan gejala yang khas yaitu badan

lemah, kencing berwarna seperti air the pekat, mata dan seluruh tubuh

menjadi kuning.

Virus hepatitis B umumnya tinggal dalam tubuh selama kira-kira 30-90

hari. Inilah yang dikenal sebagai hepatitis B akut. Infeksi akut ini umumnya

dialami orang dewasa. Jika mengalami hepatitis B akut, sistem kekebalan

tubuh Anda biasanya dapat melenyapkan virus dari tubuh dan Anda akan

sembuh dalam beberapa bulan.

Sedangkan hepatitis B kronis terjadi saat virus tinggal dalam tubuh

selama lebih dari enam bulan. Jenis hepatitis B ini lebih sering terjadi pada

bayi dan anak-anak. Anak-anak yang terinfeksi virus pada saat lahir berisiko

empat sampai lima kali lebih besar untuk menderita hepatitis B kronis

dibanding anak-anak yang terinfeksi pada masa balita. Sementara untuk orang

dewasa, 20% dari mereka yang terpapar virus ini akan berujung pada

diagnosis hepatitis B kronis.

93 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Kasus Hepatitis B yang dilaporkan pada 2017 sebanyak 9 kasus lebih

sedikit dibandingkan tahun 2016 sebanyak 17 kasus. Kasus tersebut berasal

dari Kabupaten Gunung Mas sebanyak 1 kasus dan Kabupaten Kotawaringin

Timur sebanyak 9 kasus.

g. DBD

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

Dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes Aepyty. Penyakit DBD

cenderung meningkat dan menyebar luas dan seringkali disertai kejadian luar

biasa (KLB), sehingga menimbulkan keresahan di masyarakat karena menyebar

dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian. Penyakit DBD dapat muncul

sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini

berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat.

Pada tahun di 2017 di Provinsi Kalimantan Tengah dilaporkan terdapat

894 kasus DBD, lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah kasus DBD pada

tahun 2016 sebanyak 1762 kasus DBD, dengan jumlah kematian sebanyak 18

orang lebih sedikit dibandingkan jumlah kematian pada tahun 2016 yang

berjumlah 24 orang. Insidens Rate/Angka Kesakitan sebesar 34,3 per 100.000

penduduk dan CFR/angka kematian sebesar 2%. Target Renstra Kementerian

Kesehatan untuk angka kesakitan DBD tahun 2017 sebesar < 49 per 100.000

penduduk, dengan demikian Provinsi Kalimantan Tengah telah mencapai target

yang telah ditetapkan Kementerian Kesehatan. Berikut ini gambaran Incidence

Rate (IR) masing-masing Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah tahun

2017.

Informasi rinci masing-masing Kabupaten/Kota terkait dengan penyakit

DBD dapat dilihat pada lampiran tabel 21.

94 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Gambar 6.11 Incidence Rate Kasus DBD di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Sumber data : Profil Kabupenten/Kota dan Bidang P2P, Tahun 2018

h. Malaria

Sustainable Development Goals (SDGs) menetapkan Malaria sebagai

salah satu komitmen global untuk diperangi. Pada Sustainable Development

Goals (SDGs) dengan tujuan globalnya menjamin kehidupan yang sehat dan

meningkatkan kesejahteraan seluruh penduduk semua usia, dengan target

meningkatkan eliminasi malaria di setiap kabupaten kota maupun provinsi.

Hingga saat ini Malaria masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat

karena mempengaruhi angka kesakitan dan kematian pada bayi dan ibu hamil

serta dapat menurunkan produktifitas kerja dan biaya untuk pengobatan. Malaria

disebabkan parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel

darah merah manusia yang ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles) betina.

Menyerang semua golongan umur (bayi hingga dewasa) dan semua jenis

kelamin.

Angka kesakitan malaria selama tahun 2011 - 2014 cenderung menurun

dari 4,08 per 1.000 penduduk berisiko pada tahun 2011 menjadi 0.55 per 1.000

pada tahun 2015, kemudian pada tahun 2016 nilai API sebesar 0,19. Data

terakhir API tahun 2017 sebesar 0,15 Perkembangan nilai API dari tahun 2011 –

2017 dapat dilihat pada gambar berikut ini.

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0 140.0

Barito Timur Pulang Pisau

LamandauBarito Selatan

KapuasKatingan Seruyan

Kotawaringin TimurKotawaringin Barat

KALTENGMurung Raya

Palangka Raya Sukamara

Barito UtaraGunung Mas

2.53.2

6.48.9

12.713.9

26.828.9

33.534.334.6

58.078.6

91.3137.3

Angka Kesakitan DBD Per Kab/KotaTahun 2017

95 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Gambar 6.12. Angka Kesakitan Malaria (Annual Paracite Incidence/API) Per 1.000 Penduduk Berisiko di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2011 – 2017

Sumber data : Profil Kabupaten Kota dan Bidang P2P, Tahun 2018

i. Filariasis

Filariasis atau elephantiasis atau penyakit kaki gajah, adalah penyakit

yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan nyamuk dari

tiga spesies yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Dalam

tubuh manusia, cacing tersebut tumbuh menjadi cacing dewasa dan menetap di

jaringan limfe sehingga menyebabkan pembengkakan di kaki, tungkai, payudara,

lengan dan organ genital. Penyakit ini tersebar luas di pedesaan dan perkotaan.

Dapat dan menyerang semua golongan tanpa mengenal usia dan jenis kelamin.

Jumlah kasus filariasis pada 2017 sebanyak 52 kasus lebih sedikit dibandingkan

dengan jumlah kasus pada tahun 2016 sebanyak 63 kasus. Angka kesakitan per

100.000 penduduk sebesar 2. Penyebaran kasus filariasis terjadi di Kabupaten

Kotawaringin Timur sebanyak 41 kasus, diikuti oleh Kabupaten Barito Selatan

sebanyak 3 kasus, kemudian Kabupaten Barito Utara sebanyak 1 kasus,

Kabuoaten Lamandau 4 kasus dan Kabupaten Katingan 3 kasus. Informasi rinci

terkait kasus filariasis dapat dilihat pada lampiran 23.

j. Rabies

Rabies merupakan penyakit mematikan baik pada manusia maupun

hewan yang disebabkan oleh infeksi virus (golongan Rhabdovirus) yang

ditularkan melalui gigitan hewan seperti anjing, kucing, kelelawar, kera, musang

dan serigala yang di dalam tubuhnya mengandung virus.

Rabies merupakan penyakit yang ditularkan melalui gigitan oleh hewan

berdarah panas penular rabies seperti anjing, kucing dan monyet. Penyakit ini

merupakan penyakit zoonosa yang terpenting di Indonesia karena bila sudah

4.08 3.95

2.38

0.55 0.550.19 0.15

0

1

2

3

4

5

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

API

Per

1.0

00 P

endu

duk

API TAHUN 2011 - 2017

96 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

menunjukan gejala klinis pada manusia ataupun hewan selalu berakhir dengan

kematian, sehingga menimbulkan rasa cemas dan ketakutan bagi orang-orang

yang terkena gigitan dan kekhawatiran serta keresahan bagi masyarakat pada

umumnya. Suatu daerah dapat bebas rabies melalui surveilans penyakit yang

efektif, tidak adanya kasus Rabies pada hewan dan manusia (indigenous), serta

tidak ada kasus rabies pada hewan karnivora diluar karantina dalam 6 bulan

terakhir.

Pada tahun 2017 semua kabupaten kota terdapat kasus GHPR dengan

total kasus sebanyak 1339 kasus dengan PET 1001 kasus dan lyssa sebanyak 5

kasus. Perkembangan situasi rabies di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2011 –

2017 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 6.13. Situasi Rabies di Provinsi Kalimantan TengahTahun 2011 – 2017

Sumber data : Bidang P2P Dinkes Prov. Kalteng Tahun 2018

Gambar 6.11 diatas menunjukan bahwa tahun 2017 terjadi penurunan

gigitan serta kematian akibat GHPR, bila dibandingkan dengan tahun 2016.

2. Penyakit Tidak Menular

Perubahan pola penyakit tersebut sangat dipengaruhi oleh perubahan

lingkungan yang selaras dengan perubahan perilaku masyarakat, transisi

demografi, sosial ekonomi dan sosial budaya. Berbagai faktor risiko PTM antara

lain ialah: merokok dan keterpaparan terhadap asap rokok, minum minuman

beralkohol, diet/pola makan, gaya hidup, kegemukan, obat-obatan, dan riwayat

keluarga (keturunan).

Prinsip upaya pencegahan tetap lebih baik dari pengobatan. Upaya

pencegahan penyakit tidak menular lebih ditujukan kepada faktor risiko yang

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

15351940

1307 1539 1907 1530 1339

1098

1429

10161292

1386

869 1001

2

5

0

28

5 5

GHPR PET Lyssa

97 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

telah diidentifikasi. Upaya pengendalian PTM tidak akan berhasil tanpa dukungan

seluruh jajaran lintas sektor, baik pemerintah, swasta, organisasi profesi,

organisasi kemasyarakatan, bahkan seluruh lapisan masyarakat.

Beberapa kegiatan dalam upaya untuk mengendalikan penyakit tidak

menular pada tahun 2016 adalah sebagai berikut.

a. Posbindu PTM dan Upaya Pengendalian PTM di Puskesmas

Pos Pembinaan terpadu (Posbindu) merupakan salah satu wujud peran

serta masyarakat dalam kegiatan deteksi dini, monitoring dan tindak lanjut dini

terhadap faktor risiko PTM secara terpadu dan terintegrasi dengan kegiatan rutin

di masyarakat. Setiap kabupaten/kota diharapkan memiliki satu Puskesmas

dengan program pelayanan PTM. Tahun 2016 jumlah posbindu sebanyak 191

posbindu ada peningkatan jumlah dibandingkan dengan jumlah posbindu pada

tahun 2015 yang berjumlah 115 posbindu. Sedangkan jumlah puskesmas yang

memberikan pelayanan PTM sebanyak 37 puskesmas, lebih banyak dibandingkan

dengan jumlah puskesmas yang memberikan pelayanan PTM yang berjumlah 27

puskesmas. Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 6. 1 Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) Dan Puskesmas dengan Pelayanan PTM Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2016No Kabupaten / Kota Posbindu Pusk Pelayanan PTM1. Sukamara 16 12 Lamandau 4 13 Kotawaringin Barat 18 24 Kotawaringin Timur 31 65 Seruyan 16 36 Katingan 15 17 Gunung Mas 4 18 Pulang Pisau 6 39 Kapuas 20 310 Barito Timur 3 111 Barito Selatan 11 612 Barito Utara 10 513 Murung Raya 15 114 Palangka Raya 22 3

JUMLAH 191 37Sumber : Bidang P2P Tahun 2017

b. Pengendalian Tembakau

Pengendalian tembakau merupakan salah satu upaya pengendalian faktor

risiko PTM, guna menurunkan prevalensi penyakit tidak menular. Beberapa upaya

yang telah dikembangkan adalah Pengembangan kawasan tanpa rokok melalui

peraturan daerah, peraturan Bupati ataupun Instruksi Bupati. Kabupaten/kota

98 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

yang telah memiliki peraturan tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR) sebanyak 12

kabupaten/kota (85,7%), sebagaimana tabel 6.2 berikut:

Tabel 6.2 Produk Hukum Tentang Kawasan Tanpa RokokProvinsi Kalimantan Tengah

No Kab/Kota Nomor Tentang Ket1 Palangka Raya Perda no 3 Tahun 2014 KTR2 Lamandau Perda no 22 Tahun 2015 KTR3 Barito selatan Perda no 12 Tahun 2015 KTR4 Seruyan Perda Tahun 2016 KTR5 Kotawaringin Barat Perda no. 4 Tahun 2016 KTR 6 Kapuas Perda no. 4 Tahun 2016 KTR 7 Barito Utara Peraturan Bupati No.

64/2014 KTR

8 Sukamara Peraturan Bupati No. 19/2014

KTR

9 Gunung Mas Instruksi Bupati No. 3 Tahun 2015

KTR di Tempat Kerja di Lingk. kab. Gunung Mas

10 Katingan Rancangan Perda KTR 11 Kotawaringin Timur Instruksi Bupati KTR 12 Murung Raya -13 Barito Timur -14 Pulang Pisau Perda Tahun 2016 KTR

Sumber : Bidang P2P Tahun 2018

c. Pelayanan PTM :

1). Pengukuran Tekanan Darah pada penduduk ≥ 18 tahun

Prioritas pengendalian penyakit jantung dan pembuluh darah adalah:

hipertensi, penyakit jantung koroner dan stroke. Risiko penyakit jantung dan

pembuluh darah meningkat sejalan peningkatan tekanan darah. Hipertensi

merupakan penyebab tersering penyakit jantung koroner dan stroke, serta

faktor utama gagal jantung kongestif.

Data Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017

menunjukan bahwa semua kabupaten kota telah melaporkan hasil

pengukuran tekanan darah pada kelompok Umur ≥ 18 tahun. Total jumlah

penduduk yang berusia ≥ 18 tahun pada tahun 2017 di Provinsi Kalimantan

Tengah adalah 1.752.733 orang. Jumlah yang diukur tekanan darah adalah

328.675 orang (18.75%). Dari hasil pengukuran tekanan darah pada

penduduk yang berusia ≥ 18 tahun terdapat 84.278 orang (25,64%) yang

menderita hipertensi.

99 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

2). Obesitas Pada Penduduk ≥ 15 Tahun

Seiring meningkatnya kesejahteraan rakyat dan bertambahnya jumlah

penduduk usia produktif sebagai buah dari bonus demografi, jumlah orang

dewasa gemuk dipastikan terus naik. Mereka terdiri dari orang yang baru

kelebihan berat badan dibandingkan berat badan standar sesuai tinggi tubuh

dan yang sudah masuk kategori obesitas.

Lebih dari 40 juta orang dewasa di Indonesia yang obesitas atau

kegemukan. Hal itu setara jumlah penduduk Jawa Barat, provinsi dengan

jumlah penduduk terbesar, tetapi semuanya berisiko menderita berbagai

penyakit degeneratif, mulai dari diabetes, serangan jantung, stroke, hingga

kanker.

Jumlah Penduduk ≥ 15 Tahun yang berkunjung dan tercatat ke

puskesmas pada tahun 2017 sebanyak 540.266 orang lebih banyak

dibandingkan tahun 2016 sebanyak 279.811 orang. Data tersebut berasal dari

8 (delapan) kabupaten kota yaitu Kabupaten Kotawaringin Timur,

Kotawaringan Barat, Katingan, Pulang Pisau, Gunung Mas, Barito Selatan,

Murung Raya dan Kota Palangka Raya, jadi masih belum menggambarkan

jumlah kunjungan ke puskesmas yang sebenarnya.

Dari jumlah kunjungan tersebut yang melakukan pemeriksaan obesitas

sebanyak 81.081 orang (15.01%), dengan jumlah penderita obesitas

sebanyak 4.366 orang orang (5,4%). Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada

tabel lampiran 25.

3). Deteksi Dini Penyakit Kanker

Saat ini program pengedalian penyakit kanker diprioritaskan pada dua

kanker tertinggi di Indonesia yaitu kanker leher rahim dan kanker payudara.

Kegiatan yang dilakukan meliputi pencegahan primer, sekunder, dan tersier.

Pencegahan primer dilakukan melalui pengendalian faktor risiko dan

peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi. Pencegahan sekunder

dilakukan melalui deteksi dini dan tatalaksana yang dilakukan di Puskesmas

dan rujukan ke rumah sakit. Deteksi dini kanker leher rahim menggunakan

metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) dan krioterapi untuk IVA

(lesi pra kanker leher rahim) positif, sedangkan deteksi dini kanker payudara

menggunakan metode Clinical Breast Examiniation (CBE). Pencegahan tersier

dilakukan melalui perawatan paliatif dan rehabilitatif di unit-unit pelayanan

100 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

kesehatan yang menangani kanker dan pembentukan kelompok survivor

kanker di masyarakat.

Kegiatan deteksi dini kanker leher rahim dan payudara dilakukan di

beberapa kabupaten/kota. Pemeriksaan dini kanker leher rahim dan payudara

tahun 2017 pada 14.063 perempuan usia 30 – 50 tahun dari total perempuan

usia 30 - 50 tahun yang berjumlah 403.670 orang lebih banyak bila

dibandingkan tahun 2016 dilakukan pada 5.313 perempuan usia 30 – 50 tahun

dari total perempuan usia 30 – 50 tahun yang berjumlah 392.519 orang. Dari

perempuan usia 30 – 50 tahun yang diperiksa pada tahun 2017 diketahui IVA

positif berjumlah 353 orang (3%) lebih banyak dibandingkan tahun 2016

dengan jumlah IVA positif 204 orang (3.84%). Sedangkan tumor/benjolan

pada payudara tahun 2017 sebanyak 247 orang (1,76%) lebih banyak

dibandingkan tahun 2016 sebanyak 82 orang (1.54%).

Data yang disampaikan pada profil kesehatan Provinsi Kalimantan

Tengah tahun 2017 tentang cakupan deteksi dini kanker leher rahim dengan

metode IVA dan kanker payudara dengan pemeriksaan klinis (CBE) belum

menggambarkan secara keseluruhan perkembangan dan epidemiologi

penyakit kanker pada masyarakat, hal ini karena pemeriksaan pada

masyarakat belum bisa dilakukan secara keseluruhan.

B. KESEHATAN LINGKUNGAN

Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah

suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar

dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.Lingkungan merupakan faktor yang

sangat berpengaruh terhadap derajat kesehatan, disamping perilaku dan pelayanan

kesehatan. Program Lingkungan Sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu

lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan sistem kesehatan

kewilayahan untuk menggerakkan pembangunan lintas sektor berwawasan

kesehatan. Adapun kegiatan pokok untuk mencapai tujuan tersebut meliputi: (1)

Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasar, (2) Pemeliharaan dan Pengawasan

Kualitas Lingkungan, (3) Pengendalian Dampak Risiko Lingkungan, (4)

Pengembangan Wilayah Sehat.

1. Persentase Rumah Sehat

Rumah Tangga yang sehat adalah rumah tangga yang telah menjalankan

10 indikator PHBS yaitu persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi bayi

101 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

ASI eksklusif, menimbang bayi dan balita, menggunakan air bersih, mencuci

tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas

jentik di rumah, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik

setiap hari, dan tidak merokok di dalam rumah. Selain itu jenis bahan bangunan,

lokasi rumah, dan kondisi ruang rumah berkaitan dengan rumah sehat

dideskripsikan sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan.

Pencapaian persentase rumah tangga sehat yaitu yang diwakili oleh

rumah tangga yang mencapai strata sehat utama dan sehat paripurna. Pada

tahun 2017 persentase rumah sehat mencapai 39,29% tahun lebih rendah bila

dibandingkan dengan capaian pada 2016 persentase rumah sehat yang mencapai

49,2%. Kabupaten dengan capai paling tinggi adalah Kota Palangka Raya sebesar

88%, diikuti oleh Kabupaten Sukamara sebesar 86,5% dan Kabupaten Lamandau

sebesar 76,8%. Sedangkan Kabupaten kota dengan capaian terendah adalah

Kabupaten Kapuas sebesar 8,6% diikuti oleh Kabupaten Kotawaringin Barat

sebesar 15,1% dan Kabupaten Gunung Mas sebesar 30,7%. Untuk lebih

lengkapnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 6.14 Persentase Rumah Sehat Menurut Kabupaten/Kota di ProvinsiKalimatan Tengah Tahun 2017

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota dan Bidang Kesmas tahun 20182. Penduduk Yang Memiliki Akses Air Minum Yang Layak

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, air minum

adalah air yang melalui proses pengolahan atautanpa proses pengolahan yang

memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.Penyelenggara air

0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0

Kapuas

Gunung Mas

Katingan

KALTENG

Seruyan

Barito Timur

Lamandau

Palangka Raya

8.615.1

30.731.9

36.539.139.3

51.157.8

67.670.8

75.876.8

86.588.0

102 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

minum dapat berasal dari badan usaha milik negara/badan usaha milikdaerah,

koperasi, badan usaha swasta, usaha perorangan, kelompok masyarakat,

dan/atauindividual yang melakukan penyelenggaraan penyediaan air minum.

Tidak semua air dapatdiminum, syarat-syarat kualitas air minum sesuai dengan

Peraturan Menteri Kesehatandimaksud, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna;

b. Parameter Mikrobiologi E Coli dan total Bakteri Kolifrom, kadar maksimum

yang di perbolehkan 0 jumlah per 100 ml sampel;

c. Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l,

Kesadahan (maks 500 mg/l), pH 6,5-8,5;

d. Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100 ml air);

e. Dan parameter tambahan lainnya.

Jumlahpenduduk berdasarkan jenis sumber air minumyang berkualitas

yang memenuhi syarat baik secara kimiawi, fisik maupun biologis yang memiliki

akses berkelanjutan terhadap sumber air minum berdasarkan kriteria JMP WHO-

INICEF 2006 di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017 dapat dilihat pada

gambar berikut ini.

Gambar 6.15 Jumlah Penduduk dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota dan Bidang Kesmas tahun 2018

Gambar diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang dapat

mengakses air minum yang layak di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017

dengan total jumlah 1.044.556 orang. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut

terbesar pada perpipaan (PDAM, BPSPAM) sebanyak 462.217 penduduk (44%),

Sumur bor dengan pompa sebanyak 291.984 Penduduk (28%), kemudian sumur

Sumur Galian Terlindung;

152,465 ; 14%

Sumur Galian dengan Pompa;

56,368 ; 5%

Sumur Bor Dengan Pompa; 291,984 ;

28%

Terminal Air; 1,555 ; 0%

Mata Air Terlindung; 27,314 ; 3%

Penampung Air Hujan; 59,790 ; 6%

Perpipaan (PDAM, BPSPAM); 462,217

; 44%

103 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

gali terlindung sebanyak 152.465 penduduk (14%), kemudian Penampung Air

hujan sebanyak 59.790 Penduduk (6%) sumur galian dengan pompa sebanyak

56.368 penduduk (5%), Mata air terlindung 27.314 penduduk (3%) dan Terminal

air sebanyak 1.555 penduduk (0.6%). Data yang ditampilkan diprofil kesehatan

belum mencermin jumlah penduduk dengan akses air minum yang layak, hal ini

disebabkan karena belum semua penduduk tercover dalam pemetaan akses

berkelanjutan terhadap air minum berkualitas layak. Rincian lengkap penduduk

dengan akses air minum berkualitas (layak) berdasarkan jenis sumber air minum

perkabupaten kota dapat dilihat pada Lampiran 59.

Persentase penduduk terhadap akses berkelanjutan terhadap air minum

layak per kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017 dapat dilihat

pada gambar berikut ini.

Gambar 6.16 Persentase Penduduk dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas Per Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengahtahun

2017

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota dan Bidang Kesmas tahun 2018

Gambar diatas menunjukkan hasil bahwa Persentase Penduduk dengan

Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas Per Kabupaten/Kota di

Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017 sebesar 40,09%, lebih rendah

dibandingkan tahun 2016 sebesar 40,70%. Persentase terbesar penduduk

Penduduk dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Berkualitas terdapat

di Kota Palangka Raya sebesar 88,43%, diikuti oleh Kabupaten Lamandau

sebesar 68,49% dan Kabupaten Kotawaringin Timur sebesar 50.21%. Sedangkan

Persentase terendah Penduduk dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum

Kapuas

Murung Raya

Kotawaringin Barat

Katingan

Barito Timur

Barito Selatan

Lamandau

Seruyan

17.6820.71

27.7430.08

34.8640.09

43.6643.8844.0845.0745.85

50.2168.49

88.430.00

Penduduk dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Layak Tahun 2017

104 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Berkualitas terdapat di Kabupaten Kapuas sebesar 17,68%, diikuti oleh

Kabupaten Barito Utara sebesar 20,71% dan Kabupaten Murung Raya sebesar

27,74%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 59.

Persentase kualitas air minum di penyelenggara air minum yang

memenuhi syarat kesehatan (fisik, bakteriologi dan kimia) per kabupaten/kota

di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2017 sebesar 89,6% dengan 970

sampel, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2016 sebesar 80,26% dengan

983 sampel. Ada 2 (dua) Kabupaten yang capaiannya sebesar 100% yaitu

Kabupaten Kotawaringin Barat, dan Kabupaten Barito Utara Sedangkan

kabupaten dengan capaian paling sedikit adalah Kabupaten Katingan sebesar

0,0%, diikuti oleh Murung Raya 60% dan Kabupaten Gunung Mas sebesar

67,2%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar 6.17 Persentase Kualitas air minum di Penyelenggaraan air minumSyarat Kesehatan per Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Tengah tahun

2017

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota dan Bidang Kesmas tahun 2018

Upaya untuk dapat meningkatkan akses air minum dan kualitas air minum

yang layaksecara nasional terus menerus dilakukan, akan tetapi masih banyak

kendala dalampencapaiannya. Kendala tersebut antara lain :

a. Adanya kecenderungan meningkatnya penggunaan air kemasan dan isi ulang

sebagaisumber air minum, sementara itu air kemasan dan isi ulang tidak

termasuk sebagai sumber air minum layak. Hal ini terjadi disebabkan oleh

pendataan yang dilakukan saat ini hanya memotret akses terhadap sumber

0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 100.0

Katingan

Gunung Mas

Seruyan

Palangka Raya

Barito Selatan

Lamandau

Sukamara

Barito Utara

0.060.0

67.272.272.7

77.387.1

89.289.589.691.291.7

95.6100.0100.0

105 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

air yang digunakan untuk minum, belum memperhitungkan kondisi rumah

tangga yang memiliki lebih dari satu sumber air yang layak untuk diminum.

b. Penyediaan infrastruktur air minum yang ada belum dapat mengimbangi laju

pertumbuhan penduduk, maupun faktor urbanisasi dan peningkatan

konsumsi.

c. Untuk penyediaan air minum perpipaan, beberapa permasalahan pada tingkat

operator air minum yaitu minimnya biaya operasional dan pemeliharaan,

rendahnya tarif, terbatasnyaSDM yang kompeten dan pengelolaan yang

kurang efisien.

d. Terdapat kerusakan di berbagai sarana air minum yang dipakai di masyarakat,

termasuk sumber air minum bukan jaringan perpipaan (BJP) yang tidak

terlindungi.

3. Penduduk yang Memiliki Akses Sanitasi Layak (jamban sehat)

Derajat kesehatan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan disamping

faktor perilaku dan pelayanan kesehatan. Upaya penyehatan lingkungan

dilakukan untuk mewujudkan mutu lingkungan yang lebih sehat, antara lain

melalui pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan air bersih dan sanitasi di

sarana pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan, pengendalian

dampak resiko pencemaran lingkungan dan pengembangan wilayah sehat.

Akses terhadap sanitasi layak merupakan salah satu fondasi inti dari

masyarakat yangsehat. Sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang

menunjang kesehatan manusia.Sanitasi berhubungan dengan kesehatan

lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatanmasyarakat. Buruknya kondisi

sanitasi akan berdampak negatif di banyak aspek kehidupan,mulai dari turunnya

kualitas lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya sumber air minumbagi

masyarakat, meningkatnya jumlah kejadian diare dan munculnya beberapa

penyakit.

Jumlah penduduk yg memiliki akses sanitasi layak (jamban sehat)

menurut jenis tempat buang air besar yang digunakan per kabupaten/kota pada

tahun 2017 berjumlah 1.112.596 orang dengan rincian a) Menggunakan kloset

berjenis leher angsa sebanyak 972.817 orang; b) komunal sebanyak 24.035

orang, cemplung/cubluk sebanyak 94.244 orang, dan plengsengan sebanyak

25.570 orang. Rincian lengkap penduduk dengan akses terhadap fasilitas sanitasi

106 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

yang layak (jamban sehat) 2017 menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada

Lampiran 61.

Gambar 6.18 Jumlah Penduduk yang Memiliki Akses Sanitasi Layak (jamban sehat) Berdasarkan Jenis Sarana Jamban Per Kabupaten/Kota Tahun 2017

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota dan Bidang Kesmas tahun 2018

Berdasarkan konsep dan definisi SDGs, akses sanitasi layak apabila

penggunaan fasilitas tempat buang air besar milik sendiri atau bersama, jenis

kloset yang digunakan jenis leher angsa dan tempat pembuangan akhir tinjanya

menggunakan tangki septik atau Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL). Metode

pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat sebagai berikut:

a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi.

b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin memasuki mata

air atau sumur.

c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan.

d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain.

e. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar, atau bila memang benar-benar

diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin.

f. Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang.

g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak mahal.

Komunal; 24035

Leher Angsa; 972817

Plengseng; 25570Cemplung; 94244

107 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Gambar 6.19 Persentase Penduduk dengan Akses Sanitasi Layak (Jamban Sehat) Per Kabupaten Kota di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota dan Bidang Kesmas tahun 2018

Pada Gambar diatas terlihat bahwa persentase penduduk dengan Akses

Sanitasi Layak (Jamban Sehat) Per Kabupaten Kota di Provinsi Kalimantan

Tengah tahun 2017 sebesar 42,7% lebih tinggi dibandingkan tahun 2016 sebesar

31,96%. Persentase tertinggi terdapat di Kabupaten Gunung Mas sebesar 78.4%

diikuti oleh Kota Palangka Raya sebesar 72.5% dan Kabupaten Lamandau

sebesar 62.9%. Persentase terendah terdapat di Kabupaten Murung Raya

sebesar 17,6%, diikuti oleh Kabupaten Kapuas sebesar 24% dan Kabupaten

Katingan sebesar 26,5%.

Upaya untuk dapat meningkatkan sanitasi yang layak dilakukan

penguatan Kemitraan Pemerintah–Swasta (KPS) yakni melibatkan LSM Lokal /

Nasional / Internasional, CSR (Corporate Social Responsibility), donor agency

internasional, seperti World Bank, ADB yang diimplementasikan melalui kegiatan

Pamsimas dan ICWRMIP, serta kegiatan lain yang berorientasi pada pembinaan,

penyediaan sarana air minum dan sanitasi dasar yang layak serta terbangunnya

perilaku hidup bersih dan sehat bagi masyarakat dengan menggunakan

pendekatan STBM.

4. Desa Yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

Desa STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) adalah desa yang sudah

stop BABSminimal 1 dusun, mempunyai tim kerja STBM atau natural leader, dan

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0

Murung Raya

Katingan

Sukamara

Kotawaringin …

Pulang Pisau

Barito Selatan

Palangka Raya

Seruyan

17.624.0

26.527.6

30.342.7

46.149.1

52.054.1

55.862.9

72.578.4

0.0

Persentase Jamban Sehat 2017

108 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

telah mempunyairencana kerja STBM atau rencana tindak lanjut. STBM menjadi

ujung tombak keberhasilan pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan

secara keseluruhan. Sanitasi total berbasis masyarakat sebagai pilihan

pendekatan, strategi dan program untuk mengubah perilaku higiene dan sanitasi

melalui pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan metode pemicuan

dalam rangka mencapai target MDGs. Dalam pelaksanaan STBM mencakup 5

(lima)pilar yaitu:

a. Stop buang air besar sembarangan,

b. Cuci tangan pakai sabun,

c. Pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga,

d. Pengelolaan sampah dengan benar, dan

e. Pengelolaan limbah cair rumah tangga dengan aman.

Pada tahun 2017 tidak ada desa STBM di Provinsi Kalimantan Tengah,

persis seperti yang terjadi pada tahun 2016 dan 2015. Sedangkan jumlah desa

yang melaksanakan STBM pada tahun 2017 1.006 desa/kelurahan (59%), lebih

tinggi dibandingkan tahun 2016 adalah 844 desa/kelurahan (49,8%). Jika dilihat

jumlah desanya, maka yang terbanyak melaksanakan STBM adalah di Kabupaten

Barito Timur yaitu (97.1%), diikuti oleh Gunung Mas sebesar (88.2%) dan

Kabupaten Kotawaringin Barat (82.98%). Kegiatan untuk mempercepat

pelaksanaan STBM dilakukan bersama penyediaan air minum dalam satu

kegiatan Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (PAM

STBM).

Gambar 6.20 Persentase Desa/Kelurahan Melaksanakan STBM Per Kabupaten Kota Di Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Sumber: Profil Kesehatan Kabupaten/Kota dan Bidang Kesmas Tahun 2018.

0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0

Palangka Raya

Pulang Pisau

Seruyan

Sukamara

Katingan

Lamandau

Kotawaringin Barat

Barito Timur

0.011.9

22.236.8

50.059.0

62.566.7

70.877.177.8

80.683.0

88.297.1

Persentase Desa/Kelurahan Yang Melaksanakan STBM Tahun 2017

109 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

5. Persentase Tempat-tempat Umum Yang Memenuhi Syarat Kesehatan

Tempat-tempat umum dan Pengelolaan Makanan adalah kegiatan bagi

umum yang dilakukan oleh badan pemerintah, swasta atau perorangan yang

langsung digunakan oleh masyarakat yang mempunyai tempat dan kegiatan

tetap serta memiliki fasilitas. Pengawasan sanitasi tempat umum bertujuan untuk

mewujudkan kondisi yang memenuhi syarat kesehatan agar masyarakat

pengunjung terhindar dari kemungkinan bahaya penularan penyakit serta tidak

menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat di sekitarnya. Risiko

dari pengelolaan makanan mempunyai peluang yang besar dalam penularan

penyakit karena jumlah konsumen relatif banyak dalam waktu yang bersamaan.

Tempat-tempat umum meliputi sarana pendidikan, Sarana kesehatan dan

hotel. Cakupan pengawasan tempat-tempat umum yang memenuhi syarat

kesehatan tahun 2017 secara keseluruhan sebesar 68,7% lebih tinggi

dibandingkan capaian pada tahun 2016 sebesar 51,16%. Tempat-tempat umum

yang memenuhi syarat kesehatan tahun 2017 seperti sarana pendidikan SD

sebesar 65,4% lebih besar bila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2016

sebesar 49,8%. Pada SMP sebesar 67,6% lebih besar bila dibandingkan dengan

capaian pada tahun 2016 sebesar 46,6% dan SMA sebesar 70,9% lebih besar

bila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2016 sebesar 50.3%. Kemudian

untuk sarana kesehatan yang meliputi puskesmas pada tahun 2017 sebesar

83,9%, lebih kecil bila dibandingkan dengan capaian pada 2016 sebesar 87,1%

dan rumah sakit sebesar 69% jauh lebih rendah dibandingkan dengan tahun

2016 sebesar 100%. Dan terakhir capaian hotel berbintang pada tahun 2017

sebesar 86,7%, lebih tinggi bila dibandingkan dengan capaian pada tahun 2016

sebesar 50% dan non bintang sebesar 54,2% lebih besar bila dibandingkan

dengan capaian pada tahun 2016 sebesar 53,5%. Lebih rincinya dapat dilihat

pada lampiran tabel 63.

Sedangkan untuk TPM (tempat pengelolaan makanan) yang meliputi jasa

boga, rumah makan/restoran, depot air minum (DAM) dan makanan jajanan

yang memenuhi syarat pada tahun 2017 sebanyak 4.295 unit (55,60%) dari total

7725 unit, lebih rendah daripada capaian tahun 2016 sebanyak 3.862 buah

(56%) dari 6.955 TPM yang diperiksa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

Lampiran tabel (64).

110 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

C. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga merupakan

upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan

mampu melakukan PHBS dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya,

mencegah risiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit

serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.

Jumlah rumah tangga yang ada pada tahun 2017 adalah 675.690 rumah

tangga lebih banyak dibandingkan tahun 2016 yang berjumlah 635.023 rumah

tangga. Jumlah rumah tangga yang dipantau sebanyak 126.090 rumah tangga

atau 18,7% dari total rumah tangga yang ada. Hasil pemantauan rumah tangga

pada tahun 2017 rumah tangga yang ber-PHBS mencapai 41,3% lebih rendah

bila dibandingkan dengan capaian tahun 2016 sebesar 52.7%. Cakupan Rumah

Tangga Ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Provinsi Kalimantan Tengah dari

tahun 2010 - 2017 terlihat pada gambar berikut.

Gambar 6.21 Trend Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Provinsi KalimantanTengah

Tahun 2010 s/d 2017

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018Gambar diatas memperlihatkan bahwa cakupan rumah tangga yang ber-

PHBS di Provinsi Kalimantan Tengah mengalami fluktuasi, dari tahun 2011

mengalami penurunan cakupan ber-PHBS sebesar 30.4%, namun ada

peningkatan dari tahun 2012 sampai dengan 2014 kemudian mengalami

penurunan lagi pada tahun 2015 menjadi 44.6%, kemudian meningkat lagi

menjadi 52.7% pada tahun 2016 dan turun kembali menjadi 41,3%. Sedang

41.7

30.4

37

45.7

51.1

44.6

52.7

41.3

0

10

20

30

40

50

60

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

111 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

gambaran cakupan PHBS per Kabupaten Kota pada tahun 2017 dapat dilihat pada

gambar dibawah ini.

Gambar 6.22 Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Per Kabupaten/Kota di Provinsi KalimantanTengah Tahun 2017

Sumber : Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2018Dari gambar diatas di ketahui capai rumah tangga yang sudah ber-PHBS

di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017 mencapai 41,31% lebih rendah

dibandingkan dengan capaian tahun 2016 sebesar 52.7%. Belum ada kabupaten

kota yang telah mencapai target dari yang yang telah ditetapkan yaitu ≥ 80%.

Capaian tertinggi adalah Kabupaten Barito Utara sebesar (76,70%), kemudian

Kabupaten Lamandau sebesar (71,82%) dan Kabupaten Katingan (64,13%).

Sedangkan capaian terendah adalah Kota Palangka Raya sebesar (18,54%),

Kabupaten Gunung Mas sebesar 18.83%, dan kabupaten Pulang Pisau sebesar

31.53%. Ada tiga kabupaten yang tidak menyampaikan laporan capai runah

tangga yang ber-PHBS yaitu Kabupaten Seruyan, Kotawaringin Barat dan

Kotawaringin Timur. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 57.

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00

Palangka Raya

Kapuas

KALTENG

Barito Selatan

Pulang Pisau

Lamandau

Kotawaringin Barat

Seruyan

18.5418.83

31.5340.8041.31

45.0449.4150.39

55.5764.13

71.8276.70

0.000.000

PHBS TAHUN 2017

112 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

BAB VIITENAGA KESEHATAN

Sumber daya manusia kesehatan (SDMK) merupakan salah satu sub sistem

dalam sistem kesehatan nasional yang mempunyai peranan penting dalam

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui berbagai upaya dan pelayanan

kesehatan. Upaya dan pelayanan kesehatan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan

yang bertanggung jawab, memiliki etik dan moral tinggi, keahlian, dan berwenang.

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan,

tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang

kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di

bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk

melakukan upaya kesehatan.

Tenaga di bidang kesehatan terdiri dari tenaga kesehatan dan asisten

tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan dikelompokkan menjadi beberapa rumpun

dan sub rumpun. Rumpun tenaga kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36

Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan Pasal 11 adalah tenaga medis, tenaga

psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian, tenaga

kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga

keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, tenaga teknik biomedika, tenaga

kesehatan tradisional, dan tenaga kesehatan lain.

Gambaran mengenai jumlah, jenis, dan kualitas, serta penyebaran tenaga

kesehatan di seluruh wilayah Provinsi Kalimantan Tengah dilakukan dengan cara

pengumpulan data pada sarana pelayanan kesehatan baik di wilayah dinas

kesehatan kabupaten/kota maupun dinas kesehatan provinsi. Pengumpulan data

tenaga kesehatan meliputi tenaga kesehatan yang berstatus PNS pusat, PNS

daerah, Pegawai Tidak Tetap (PTT), TNI/POLRI, dan swasta.

Peningkatan jumlah tenaga kesehatan berpengaruh terhadap peningkatan

mutu pelayanan kesehatan yang semakin tinggi. Kebutuhan tenaga kesehatan

belum dapat terpenuhi secara memadai, khususnya di tingkat kabupaten/kota

dikarenakan beban terhadap penganggaran pegawai serta belum berjalannya

kegiatan mobilisasi tenaga kesehatan yang sesuai dengan penempatan tugas

tenaga tersebut. Sehingga menyebabkan sulitnya dalam menentukan kebutuhan

tenaga kesehatan di tingkat kabupaten/kota.

113 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Untuk mencukupi kebutuhan tenaga kesehatan tersebut, pemerintah

membuka penerimaan CPNS baru baik secara swakelola maupun tenaga pusat yang

ditempatkan di daerah. Untuk mencukupi kekurangan tenaga tersebut dilakukan

pengangkatan Dokter Tidak Tetap, Bidan Tidak Tetap dan diupayakan dapat

mengangkat tenaga kesehatan lain sebagai pegawai tidak tetap.

A. JUMLAH TENAGA KESEHATAN

Tenaga di bidang kesehatan terdiri dari tenaga kesehatan dan asisten

tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan dikelompokkan menjadi beberapa rumpun

dan sub rumpun. Rumpun tenaga kesehatan menurut Undang-Undang Nomor 36

Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan Pasal 11 adalah tenaga medis, tenaga

psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian, tenaga

kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga

keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, tenaga teknik biomedika, tenaga

kesehatan tradisional, dan tenaga kesehatan lain.

Pada tahun 2017, jumlah tenaga yang bekerja di bidang kesehatan di

Provinsi Kalimantan Tengah sebanyak 14.015 orang dengan rincian tenaga

kesehatan sebanyak 12.282 orang (87.6%) dan tenaga penunjang kesehatan

sebanyak 1735 orang (12.35%). Tenaga kesehatan dengan jumlah terbanyak pada

tahun 2017 yaitu perawat sebanyak 6069 orang atau 49.40% dari total tenaga

kesehatan, sedangkan tenaga kesehatan dengan jumlah paling sedikit yaitu tenaga

kesehatan keterapian fisik sebanyak 55 orang atau 0,44% dari total tenaga

kesehatan. Rincian lengkap mengenai rekapitulasi tenaga kesehatan dan tenaga

penunjang kesehatan di Provinsi Kalimantan Tengah dapat dilihat pada lampiran 72

– 80.

1. Tenaga Kesehatan di Puskesmas

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang

Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas adalah fasilitas kesehatan yang

menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan

preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di

wilayah kerjanya. Untuk mendukung fungsi dan tujuan Puskesmas diperlukan

sumber daya manusia kesehatan baik tenaga kesehatan maupun tenaga penunjang

kesehatan.

114 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Pada peraturan yang sama di Pasal 16 Ayat 3 disebutkan bahwa minimal

tenaga kesehatan di Puskesmas terdiri dari dokter atau dokter layanan primer,

dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan

lingkungan, ahli teknologi laboratorium medik, tenaga gizi dan tenaga kefarmasian.

Sedangkan tenaga penunjang kesehatan harus dapat mendukung kegiatan

ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem informasi, dan kegiatan operasional

lainnya.

Total SDMK di Puskesmas di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017

sebanyak 8290 orang yang terdiri dari 7687 orang tenaga kesehatan (92,72%) dan

603 orang tenaga penunjang kesehatan (7,27%). Proporsi tenaga kesehatan di

Puskesmas terbanyak yaitu tenaga perawat sebanyak 3611 orang (46.97%) diikuti

tenaga bidan sebanyak 2690 orang (34,99%) sedangkan tenaga kesehatan di

Puskesmas yang tidak ada adalah keterapian fisik.

Jumlah dan jenis tenaga kesehatan Puskesmas dihitung berdasarkan analisis

beban kerja dengan mempertimbangkan beberapa hal, yaitu jumlah pelayanan yang

diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja,

luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama

lainnya di wilayah kerjanya, dan pembagian waktu kerja.

2. Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang

Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Rumah sakit dapat didirikan dan diselenggarakan oleh pemerintah pusat,

pemerintah daerah, dan swasta. Sedangkan menurut pelayanan yang diberikan,

rumah sakit terdiri dari rumah sakit umum dan rumah sakit khusus.

Total SDMK di rumah sakit di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2017

sebanyak 3.994 orang yang terdiri dari 2.866 orang tenaga kesehatan (71,75%)

dan 1.128 orang tenaga penunjang kesehatan (28,24%). Jumlah tenaga kesehatan

terbanyak yaitu perawat sebanyak 2.458 orang (85,76%) sedangkan jumlah tenaga

kesehatan paling sedikit yaitu keterepian fisik sebanyak 55 orang (1,91%).

Pelayanan spesialis yang ada di rumah sakit di antaranya pelayanan spesialis

dasar, spesialis penunjang, spesialis lain, subspesialis, dan spesialis gigi dan mulut.

Pelayanan spesialis dasar meliputi pelayanan panyakit dalam, kesehatan anak,

115 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

bedah, dan obstetri dan ginekologi. Pelayanan spesialis penunjang meliputi

pelayanan anestesiologi, radiologi, patologi klinik, patologi anatomi, dan rehabilitasi

medik. Pelayanan spesialis lain meliputi pelayanan mata, telinga hidung

tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran

jiwa, paru, orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah plastik, dan kedokteran forensik.

Kecukupan tenaga spesialis di beberapa rumah sakit daerah masih kurang, baik

tenaga dokter spesialis dasar dan tenaga dokter spesialis penunjang. Hal ini menjadi

perhatian mendasar bagi pemerintah daerah baik kabupaten/kota maupun provinsi

dalam pemenuhan tenaga dokter spesialis.

B. RASIO TENAGA KESEHATAN

Rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk merupakan indikator

untuk mengukur ketersediaan tenaga kesehatan untuk mencapai target

pembangunan kesehatan tertentu. Berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator

Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor 54 Tahun 2013 tentang Rencana

Pengembangan Tenaga Kesehatan Tahun 2011 – 2025, terget rasio tenaga

kesehatan terhadap jumlah penduduk pada tahun 2019 di antaranya rasio dokter

umum 45 per 100.000 penduduk, rasio dokter gigi 13 per 100.000 penduduk, rasio

perawat 180 per 100.000 penduduk, rasio bidan 120 per 100.000 penduduk, rasio

perawat gigi 18 per 100.000 penduduk, rasio Apoteker 12 per 100.000 penduduk,

rasio Ass Apotekes 24 per 100.000 penduduk, rasio SKM 16 per 100.000 penduduk,

rasio Sanitarian 18 per 100.000 penduduk, rasio Nutrisionis/Ahli Gizi 14 per 100.000

penduduk, rasio keterapian fisik 5 per 100.000 penduduk dan rasio Keterapian

Medis 16 per 100.000 penduduk.

1. Dokter Spesialis

Jumlah tenaga dokter spesialis yang bekerja di sarana kesehatan tahun

2017 sebanyak 302 dokter spesialis lebih banyak dibandingkan tahun 2016

sebanyak 193 dokter spesialis. Sedangkan rasio dokter spesialis pada tahun

2017 per 100.000 penduduk Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 11,59

meningkat dibandingkan dengan tahun 2016 sebesar 7,5 per 100.000

penduduk. Rasio tersebut sudah mencapai target yang ditetapkan untuk tahun

2019 yaitu 11 dokter spesialis per 100.000 penduduk. Keberadaan dan

distribusi tenaga dokter spesialis di Provinsi Kalimantan Tengah masih menjadi

permasalahan penting, karena kebanyakan dokter spesialis berada di kota-kota

116 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

besar seperti Palangka Raya, Sampit dan Kota Pangkalan Bun, belum tersebar

secara merata ke kabupaten lainnya.

2. Dokter Umum

Pada tahun 2017 jumlah tenaga dokter umum yang bekerja di sarana

pelayanan kesehatan sebanyak 515 orang, lebih banyak bila dibandingkan

dengan tahun 2016 yang berjumlah 470 orang. Berdasarkan jumlah dokter

umum dan jumlah penduduk disusun rasio dokter umum per 100.000

penduduk. Rasio dokter umum di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2017

sebesar 19,76 dokter umum per 100.000 penduduk, lebih tinggi dibandingkan

tahun 2016 sebesar 18.43 dokter umum per 100.000 penduduk. Rasio tersebut

masih dibawah target yang ditetapkan untuk tahun 2019 yaitu 45 dokter umum

per 100.000 penduduk.

3. Dokter Gigi

Jumlah dokter gigi yang bekerja di sarana kesehatan di Provinsi

Kalimantan Tengah tahun 2017 sebanyak 106 orang. Lebih sedikit dibandingkan

tahun 2016 sebanyak 121 orang. Berdasarkan jumlah dokter gigi dan jumlah

penduduk disusun rasio dokter gigi per 100.000 penduduk. Rasio dokter gigi di

Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2017 sebesar 4,06 dokter gigi per

100.000 penduduk, lebih sedikit dengan tahun sebelumnya dengan rasio 5

dokter gigi per 100.000 penduduk. Rasio tersebut masih dibawah target yang

ditetapkan untuk tahun 2019 yaitu 13 dokter gigi per 100.000 penduduk.

4. Bidan

Jumlah Tenaga Bidan di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017

sebanyak 3308 orang, lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah bidan

pada tahun 2016 sebanyak 2.694 orang. Rasio Tenaga Bidan per 100.000

penduduk tahun 2017 adalah 126.97 per 100.000 penduduk. Rasio tersebut

sudah diatas target yang ditetapkan untuk tahun 2019 yaitu 120 bidan per

100.000 penduduk.

5. Perawat

Tenaga perawat di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017 yang terdiri

dari perawat dan perawat gigi sebanyak 6069 orang lebih banyak bila di

bandingkan dengan jumlah perawat pada tahun 2015 sebanyak 5.175 orang,

sedangkan rasio tenaga perawat per 100.000 penduduk pada tahun 2017

adalah 222.28 per 100.000 penduduk. Rasio tersebut sudah diatas target yang

117 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

ditetapkan untuk tahun 2019 yaitu 180 bidan per 100.000 penduduk. Namun

perlu diperhatikan penyebaran tenaga perawat di Provinsi Kalimantan Tengah

masih belum merata, tenaga perawat banyak terkonsentrasi di daerah

perkotaan saja.

6. Apoteker

Jumlah tenaga Apoteker di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2017

adalah 170 orang, lebih banyak dibandingkan dengan tahun 2016 yang

berjumlah 136 orang. Berdasarkan jumlah apoteker dan jumlah penduduk

disusun rasio apoteker per 100.000 penduduk. Rasio apoteker di Provinsi

Kalimantan Tengah pada tahun 2017 sebesar 7 apoteker per 100.000

penduduk. Rasio tersebut masih dibawah target yang ditetapkan untuk tahun

2019 yaitu 12 apoteker per 100.000 penduduk.

7. Sarjana Kesehatan Masyarakat

Jumlah tenaga kesehatan masyarakat di Provinsi Kalimantan Tengah

tahun 2017 berjumlah 318 orang, lebih banyak dibandingkan dengan tahun

2016 yang berjumlah 250 orang. Rasio tenaga kesehatan masyarakat per

100.000 penduduk pada tahun 2017 sebesar 12 per 100.000 penduduk. Rasio

tersebut masih dibawah target yang ditetapkan untuk tahun 2019 yaitu 16

Sarjana Kesehatan Masyarakat per 100.000 penduduk.

8. Tenaga Sanitasi

Tenaga sanitasi terdiri dari Sarjana kesehatan lingkungan, D-III sanitasi

dan D-I sanitasi. Jumlah Tenaga Sanitasi di Provinsi Kalimantan Tengah tahun

2017 sebanyak 188 orang, lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah

sanitarian yang bekerja pada sarana kesehatan pada 2016 sebanyak 178 orang.

Rasio tenaga sanitarian per 100.000 penduduk tahun 2017 adalah 7,0 sama bila

dibandingkan dengan rasio sanitarian pada tahun 2016 sebesar 7.0. Rasio

tersebut masih dibawah target yang ditetapkan untuk tahun 2019 yaitu 18

Sanitarian per 100.000 penduduk.

9. Tenaga Gizi

Tenaga gizi terdiri dari nutrisionis dan dietisen. Jumlah Tenaga gizi di

Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2017 sebanyak 384 orang, lebih banyak bila

dibandingkan dengan jumlah tenaga gizi pada tahun 2016 sebanyak 361 orang.

118 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

Rasio tenaga gizi per 100.000 penduduk tahun 2017 adalah 15 per 100.000

penduduk. Rasio tersebut sudah diatas target yang ditetapkan untuk tahun

2019 yaitu 14 tenaga gizi per 100.000 penduduk.

10. Keterapian Fisik

Pada tahun 2017 jumlah tenaga keterapian fisik yang bekerja di sarana

pelayanan kesehatan sebanyak 55 orang, lebih sedikit dibandingkan dengan

tahun 2016 sebanyak 63 orang. Berdasarkan jumlah tenaga keterapian fisik dan

jumlah penduduk disusun rasio tenaga keterapian fisik per 100.000 penduduk.

Rasio tenaga keterapian fisik di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2017

sebesar 2 tenaga keterapian fisik per 100.000 penduduk. Rasio tersebut masih

dibawah target yang ditetapkan untuk tahun 2019 yaitu 5 tenaga keterapian

fisik per 100.000 penduduk.

11. Keterapian Medis

Pada tahun 2017 jumlah tenaga keterapian medis yang bekerja di

sarana pelayanan kesehatan sebanyak 563 orang lebih banyak dibandingkan

dengan jumlah tenaga keterapian medis pada tahun 2016 sebanyak 461 orang.

Berdasarkan jumlah tenaga keterapian medis dan jumlah penduduk disusun

rasio tenaga keterapian medis per 100.000 penduduk. Rasio tenaga keterapian

medis di Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2017 sebesar 22 tenaga

keterapian medis per 100.000 penduduk. Rasio tersebut sudah diatas target

yang ditetapkan untuk tahun 2019 yaitu 16 tenaga keterapian medis per

100.000 penduduk.

119 Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017

BAB VIII

P E N U T U P

Keberadaan data dan informasi tentang situasi pembangunan kesehatan di

suatu daerah sangat penting bagi pimpinan dan organisasi dalam pelaksanaan

manajemen. Penyediaan data dan informasi yang berkualitas sangat diperlukan sebagai

masukan dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan.

Di bidang kesehatan, data dan informasi diperoleh melalui penyelenggaraan

sistem informasi kesehatan baik yang dikembangkan oleh pusat maupun yang

dikembangkan oleh masing-masing daerah. Salah satu luaran utama dari

penyelenggaraan dari sistem informasi kesehatan sejak tahun 1998, telah

dikembangkan paket sajian data dan informasi oleh Pusat Data Kesehatan RI yaitu

berupa buku profil kesehatan yang merupakan kumpulan informasi yang sangat

penting tentang gambaran kesehatan di suatu daerah. Untuk itu buku profil ini sangat

dibutuhkan baik oleh jajaran kesehatan, lintas sektor maupun masyarakat.

Profil Kesehatan Provinsi diharapkan dapat memberikan gambaran secara garis

besar dan menyeluruh tentang seberapa jauh keadaan kesehatan masyarakat yang

telah dicapai oleh Provinsi Kalimantan Tengah baik secara umum maupun berdasarkan

gender sepanjang tahun 2016. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan kualitas

Profil Kesehatan Provinsi, perlu terobosan dalam mekanisme pengumpulan data dan

informasi secara cepat, tepat dan akurat khususnya yang bersumber dari

Kabupaten/Kota dan pusat-pusat pelayanan kesehatan lainnya.

Palangka Raya, Agustus 2018