Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit...

118

Transcript of Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit...

Page 1: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun
Page 2: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Kata Pengantar

Nesparnas 2015 (Buku 1) i

KATA PENGANTAR

Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015

merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun sebelumnya. Publikasi ini memuat data

dan menggambarkan kondisi pariwisata Indonesia dan peranannya terhadap

pembangunan nasional tahun 2014.

Publikasi ini menyajikan informasi mengenai struktur konsumsi wisatawan,

investasi dan promosi serta pembinaan di bidang pariwisata selama tahun 2014.

Selain itu, juga disajikan informasi mengenai struktur tenaga kerja terkait

pariwisata seperti pada usaha Hotel, Objek Wisata, dan Restoran yang merupakan

hasil survei. Secara lebih detil, buku Nesparnas 2015 memberikan gambaran

tentang perilaku wisatawan dalam melakukan transaksi ekonomi dan konsumsi

serta kaitannya dengan sektor-sektor ekonomi domestik yang menyediakan barang

dan jasa yang dibutuhkan wisatawan. Oleh karena itu, publikasi ini dapat

digunakan antara lain untuk mengukur dinamika kegiatan dan skala ekonomi yang

terjadi pada sektor pariwisata, mata rantai sektor-sektor ekonomi terkait

pariwisata, serta peranan pariwisata dalam perekonomian nasional seperti dalam

pembentukan PDB, penciptaan lapangan kerja, penerimaan negara dari pajak dan

retribusi, serta dalam ekspor barang dan jasa.

Saran dan masukan sangat diharapkan guna meningkatkan kualitas dan

cakupan dalam penyusunan Nesparnas di tahun-tahun mendatang. Semoga

publikasi ini dapat dijadikan referensi dalam menyusun strategi dan kebijakan oleh

semua pihak yang berkepentingan.

Jakarta, Desember 2015

TIM PENYUSUN

Page 3: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

ii Nesparnas 2015 (Buku 1)

TIM PENYUSUN

Penanggung Jawab Umum : Sasmito Hadi Wibowo

Penanggung Jawab Teknis : Abdul Kadir

Titi Kanti Lestari

Editor : Titi Kanti Lestari

Dedi Wiyatno

Penulis : Norman Sasono

OP. Nababan

Akhmad Tantowi

Barudin

Pengolah Data/Penyiapan Draft : Wiwit Puji Sulistiyani

Rahmad Basuki

Fadhlullah

Dyah Soendari

Suryani

Rayinda Citra Utami

Septia Awal Hidayah

Rina Irawati

I Dewa Gede Richard Alan Amory

Lestya Aqmarina

Page 4: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Daftar Isi

Nesparnas 2015 (Buku 1) iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR …………………………………….……….......................……………...... i

TIM PENYUSUN ............................................................................................... ii

DAFTAR ISI …….............………….……….............………………………………........……….. iii

DAFTAR TABEL ………......……….……….............……………….................................... vi

BAB 1 PENDAHULUAN ……...............…………..........……………….………............... 1

1.1. Latar Belakang …….............................…………………………………… 3

1.2. Permasalahan …………………………………....................................... 6

1.3. Tujuan ………………………………………….......................................... 7

1.4. Ruang Lingkup Kegiatan ………………………................................... 7

1.5. Metodologi ……………………………………........................................ 8

1.6. Tenaga Ahli …………………………………........................................ 9

1.7. Tahapan Kegiatan ……………………………...................................... 9

1.8. Institusi Terkait dalam Penyusunan Nesparnas ………………….… 11

BAB 2 PEMAHAMAN, PENYUSUNAN DAN SUMBER DATA NESPARNAS 13

2.1. Pengertian Umum Nesparnas ……………….................................. 15

2.2. Pemahaman Supply dan Demand …………................................. 17

2.2.1. Supply ……………...…...................................................... 18

2.2.2. Demand ………………………………...................................... 20

2.3. Penyusunan Pengeluaran Terkait Pariwisata ........................... 22

2.3.1. Struktur Pengeluaran Wisatawan Nusantara …………… 23

2.3.2. Struktur Pengeluaran Wisatawan Indonesia ke Luar

Negeri (Outbound) ...................................................... 24

2.3.3. Struktur Pengeluaran Wisatawan Mancanegara

(Inbound) ..................................................................... 26

Page 5: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Daftar Isi

iv Nesparnas 2015 (Buku 1)

2.3.4. Struktur Investasi Pariwisata ……............................…... 27

2.3.5. Struktur Pengeluaran Lainnya Terkait Pariwisata …… 29

2.4. Jenis-Jenis Tabel/Subneraca Nesparnas …................................ 31

2.5. Model Pengukuran Dampak Pariwisata ……............................. 32

BAB 3 STRUKTUR PENGELUARAN WISATAWAN, INVESTASI, DAN PROMOSI

PARIWISATA ........................................................................................ 41

3.1. Struktur Pengeluaran Wisatawan Nusantara ........................... 43

3.2. Struktur Pengeluaran Wisatawan Mancanegara ….................. 47

3.3. Struktur Pengeluaran Wisatawan Indoenesia ke Luar Negeri

(Wisnas) ................................................................................... 50

3.4. Struktur Pengeluaran Pemerintah dan Swasta untuk Investasi

Pariwisata ................................................................................ 53

3.5. Struktur Pengeluaran Pemerintah untuk Promosi dan

Pembinaan Pariwisata .............................................................. 55

BAB 4 ANALISIS NERACA SATELIT PARIWISATA NAIONAL ........................... 59

4.1. Peranan Pariwisata dalam Perekonomian …............................ 61

4.2. Dampak Ekonomi Pariwisata ……………………………………….......... 63

4.2.1. Dampak Terhadap Output ……………………………….………. 66

4.2.2. Dampak Terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) ....... 68

4.2.3. Dampak Terhadap Kompensasi Tenaga Kerja .............. 69

4.2.4. Dampak Terhadap Pajak atas Produksi Neto ............. 70

4.3. Perspektif Pariwisata Indonesia dalam Konteks Dunia ............ 71

Page 6: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Daftar Isi

Nesparnas 2015 (Buku 1) v

BAB 5 TENAGA KERJA USAHA PARIWISATA ………………................................. 77

5.1. Usaha Pariwisata ...................................................................... 79

5.2. Tenaga Kerja Usaha Pariwisata ................................................ 80

5.2.1. Struktur Tenaga Kerja Perhotelan ……………................. 83

5.2.2. Struktur Tenaga Kerja Usaha Restoran/ Rumah

Makan ..........................................................................

86

5.2.3. Struktur Tenaga Kerja Usaha Spa (Solus Per Aqua) ...... 88

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 91

LAMPIRAN ........................................................................................................ 93

Page 7: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Daftar Tabel

vii Nesparnas 2015 (Buku 1)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.2. Struktur Pengeluaran Wisnus Menurut Produk Barang dan

Jasa yang Dikonsumsi, Tahun 2014 (miliar rupiah) ................ 45

Tabel 3.3a. Struktur Pengeluaran Wisnus Menurut Provinsi Asal Tahun

2014 (miliar rupiah) ................................................................ 46

Tabel 3.3b. Struktur Pengeluaran Wisnus Menurut Provinsi Tujuan

Tahun 2014 (miliar rupiah) ...................................................... 47

Tabel 3.4. Jumlah Kedatangan Wisatawan Mancanegara yang

Berkunjung ke Indonesia Menurut Negara Tempat Tinggal,

Tahun 2010 – 2014 …………................................................. 48

Tabel 3.5. Struktur Pengeluaran Wisman Menurut Produk Barang dan

Jasa yang Dikonsumsi, Tahun 2014 (miliar rupiah) ............... 50

Tabel 3.6. Jumlah Perjalanan Wisatawan Indonesia ke Luar Negeri,

Tahun 2010 -2014 (ribu perjalanan) ……................................ 51

Tabel 3.7. Struktur Pengeluaran Wisatawan Indonesia ke Luar Negeri

Menurut Kategori Pengeluaran dan Jenis Produk Barang dan

Jasa yang Dikonsumsi, Tahun 2014 (miliar rupiah) ................ 52

Tabel 2.1. Input-Output Untuk Sistem Perekonomian dengan Tiga

Sektor Produksi ...................................................................... 34

Tabel 3.1. Jumlah Perjalanan Wisnus di Indonesia, Tahun 2010-2014

(ribu perjalanan) ……………………………………………………………... 44

Page 8: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Daftar Tabel

Nesparnas 2015 (Buku 1) viii

Tabel 3.8. Struktur Investasi Pariwisata Baik yang Bersifat Langsung

Maupun Tidak Langsung, Tahun 2014 (miliar rupiah) ........... 53

Tabel 3.9. Struktur Pengeluaran Pemerintah untuk Promosi dan

Pembinaan Sektor Pariwisata Tahun 2014, (miliar rupiah) .... 57

Tabel 4.1. Peranan Pariwisata terhadap PDB Indonesia dari Sisi Neraca

Penggunaan, Tahun 2014 (triliun rupiah) ……...................... 62

Tabel 4.2. Peranan Pariwisata dalam Investasi Nasional, Tahun 2014

(persen) .................................................................................. 63

Tabel 4.3. Ringkasan Pengeluaran Terkait Pariwisata Indonesia, Tahun

2014 (miliar rupiah) ................................................................ 64

Tabel 4.4. Dampak Ekonomi Pariwisata Tahun 2014 ……....................... 67

Tabel 4.5. Jumlah Kunjungan Wisatawan Dunia Tahun 2013 dan 2014

(juta orang) .................................................................. 72

Tabel 4.6. Jumlah Penerimaan dari Wisman Dunia Tahun 2013 dan

2014 …………..................................................................... 74

Tabel 4.7. Sepuluh Negara Tujuan Wisata Utama di Dunia Tahun 2013

dan 2014 ....................................................................... 75

Tabel 4.8. Sepuluh Negara Penghasil Devisa Utama di Dunia Tahun

2013 dan 2014 ................................................................ 76

Tabel 5.1. Jumlah Tenaga Kerja pada Industri Pariwisata Menurut

Status Pekerjaan Utama, Tahun 2014 ................................. 80

Tabel 5.2. Jumlah Tenaga Kerja pada Industri Pariwisata Menurut Jenis

Kelamin, Tahun 2014 ........................................................... 81

Tabel 5.3. Jumlah Tenaga Kerja pada Industri Pariwisata Menurut

Kelompok Umur, Tahun 2014 ................................................ 81

Page 9: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Daftar Tabel

ix Nesparnas 2015 (Buku 1)

Tabel 5.4. Jumlah Tenaga Kerja pada Industri Pariwisata Menurut

Pendidikan Terakhir yang Ditamatkan, Tahun 2014 ............. 82

Tabel 5.5. Jumlah Tenaga Kerja pada Industri Pariwisata Menurut

Lapangan Usaha, Tahun 2014 ............................................ 83

Tabel 5.6. Struktur Pekerja pada Usaha Akomodasi menurut Jenis

Pekerjaan, Tahun 2014 …...............…..................................... 84

Tabel 5.7. Struktur Pekerja pada Usaha Hotel Berbintang menurut

Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin, Tahun 2014 ………..... 85

Tabel 5.8. Struktur Pekerja pada Usaha Akomodasi Lainnya menurut

Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin, Tahun 2014 …............ 86

Tabel 5.9. Rata-rata Pekerja WNI pada Usaha Restoran/Rumah Makan

menurut Status Pekerja, Tahun 2014 ….................................. 86

Tabel 5.10. Rata-rata Pekerja WNI pada Usaha Restoran/Rumah Makan

menurut Pendidikan dan Jenis Kelamin, Tahun 2014 …….... 87

Tabel 5.11. Struktur Pekerja WNI pada Usaha Spa menurut Status

Pekerja dan Jenis Kelamin, Tahun 2014 ….............................. 88

Tabel 5.12. Struktur Pekerja WNI pada Usaha Spa menurut Pendidikan,

Tahun 2014 ............................................................................ 89

Page 10: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Pendahuluan

Nesparnas 2015 (Buku 1) 1

BAB 1

PENDAHULUAN

Page 11: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Pendahuluan

2 Nesparnas 2015 (Buku 1)

Page 12: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Pendahuluan

Nesparnas 2015 (Buku 1) 3

1.1. Latar Belakang

Pariwisata terus berkembang dengan pesat seiring pergerakan manusia

yang semakin dinamis dan ditambah akses terhadap moda angkutan yang

memadai. Dinamika yang terjadi telah menciptakan berbagai pola perjalanan yang

bervariasi dari waktu ke waktu. Ini merupakan peluang sekaligus tantangan bagi

pengembangan kepariwisataan di Indonesia.

Industri pariwisata merupakan salah satu industri terbesar dan merupakan

sektor jasa dengan tingkat pertumbuhan paling pesat di dunia saat ini. Peningkatan

jumlah destinasi dan investasi dalam pembangunan pariwisata, telah mengubah

pariwisata sebagai penggerak utama (key driver) kemajuan sosio-ekonomi suatu

negara melalui penerimaan devisa, penciptaan lapangan pekerjaan dan

kesempatan berusaha, dan pembangunan infrastruktur. Organisasi pariwisata

dunia (UNWTO) memperkirakan pada tahun 2030 wisatawan internasional akan

mencapai 1,8 milyar dengan tingkat pertumbuhan kunjungan diperkirakan 3,3

persen per tahun. Untuk wilayah Asia dan Pasifik diperkirakan dapat dicapai

pertumbuhan yang lebih tinggi yaitu 4,9 persen. Bahkan di negara tertentu

pertumbuhan yang jauh lebih tinggi dapat tercapai.

Angka estimasi UNWTO ini sudah tentu sangat menggiurkan pelaku usaha

pariwisata. Potensi itu tak boleh hanya dibiarkan menjadi peluang liar yang sulit

ditangkap. Oleh sebab itu, banyak negara terutama di kawasan Asia Pasifik berpacu

dan berbenah diri untuk membangun industri pariwisatanya.

Di tengah kompetisi dunia yang sangat ketat, ditambah dengan ancaman

krisis ekonomi global yang dialami oleh banyak negara dalam beberapa tahun

terakhir, maka dibutuhkan inovasi dan strategi yang tepat dan produktif untuk

merebut pasar pariwisata. Keterkaitan lintas sektor pariwisata akan menjadi mata

rantai pendukung bagi gerak ke depan (moving forward) pembangunan nasional.

Menangani industri pariwisata lebih rumit dari pada menangani industri

pesawat terbang. Industri pesawat terbang memang memerlukan teknologi

canggih dan modal besar, namun tidak melibatkan banyak sektor. Sedangkan

Page 13: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Pendahuluan

4 Nesparnas 2015 (Buku 1)

industri pariwisata melibatkan hampir semua sektor ekonomi baik yang tergolong

industri yang berkarakter pariwisata (tourism characteristic industry) seperti hotel

dan restoran maupun industri yang sepintas tak berkaitan dengan industri

pariwisata namun sebagian demand-nya berasal dari pariwisata (tourism connected

industry). Jumlah industri yang terkait dan menerima dampak multiplier dari

pariwisata tak terbilang.

Terkait perkembangan pariwisata Indonesia, Program Wonderful

Indonesia, yang dicanangkan sejak tahun 2011, dan dilanjutkan hingga sekarang,

telah membawa semangat baru bagi masyarakat pariwisata di Indonesia. Melalui

upaya promosi, peningkatan pelayanan, dan membaiknya situasi keamanan, serta

paska pemulihan dari krisis ekonomi global yang banyak dialami negara-negara

Eropa, statistik kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia pada

tahun 2014 mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibanding tahun

sebelumnya. Selama tahun 2014 jumlah kunjungan wisman mencapai 9,44 juta,

naik 7,19 persen dibanding jumlah kunjungan wisman selama tahun 2013.

Disamping peningkatan jumlah kunjungan wisman, faktor lain yang juga

sangat berpengaruh terhadap industri pariwisata Indonesia adalah pergerakan

wisatawan nusantara (wisnus). Disadari bahwa peranan wisnus merupakan yang

terbesar dalam menciptakan dampak ekonomi, maka Kementerian Pariwisata

(Kemenpar) semakin gencar untuk mengajak penduduk Indonesia melakukan

perjalanan atau wisata di dalam negeri. Dengan Program Pesona Indonesia,

diharapkan semakin banyak penduduk Indonesia yang ingin mengetahui lebih

banyak tentang negerinya sendiri. Pada tahun 2014 jumlah perjalanan wisnus

mencapai 251,24 juta.

Semakin giatnya promosi dari masing-masing Dinas Pariwisata Daerah

(Diparda) dibantu dengan instansi terkait untuk mengenalkan daerah serta tempat-

tempat wisata lainnya, serta didukung oleh prasarana dan sarana yang ada, maka

diharapkan jumlah pergerakan wisnus semakin meningkat.

Page 14: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Pendahuluan

Nesparnas 2015 (Buku 1) 5

Dengan adanya kegiatan perjalanan wisata, diharapkan akan tercipta

konsumsi wisatawan di dalam negeri. Konsumsi atau belanja wisatawan tersebut

menjadi faktor pendorong bagi pengembangan sarana dan prasarana pariwisata

yang pada akhirnya akan mendorong perkembangan pariwisata khususnya dan

perekonomian pada umumnya.

Nilai ekonomi dari hasil penjualan jasa pariwisata kadang tidak dapat

diukur secara nyata dalam bentuk nominal langsung, nilai ekonomi tersebut

seringkali terkesan hanya langsung berhubungan dengan para pelaku pariwisata itu

sendiri. Namun sesungguhnya nilai ekonomi dari kegiatan pariwisata tidak hanya

dinikmati oleh suatu sektor tersendiri, tapi juga dinikmati oleh berbagai sektor.

Sebagai contoh, seorang wisatawan membeli sebuah cinderamata, maka yang akan

menikmati rantai dari pembelian tersebut adalah penjual, pembuat cinderamata,

distributor dan bahkan pembuat bahan baku cinderamata tersebut yang dalam

kegiatan ekonomi dikelompokkan dalam industri. Dengan meningkatnya jumlah

konsumsi wisatawan, tentu akan semakin besar dampak ekonomi yang dinikmati,

dan semakin banyak sektor yang terkait.

Untuk melihat keterkaitan antar sektor serta dampak ekonomi yang

diciptakan oleh kegiatan pariwisata, dibutuhkan data yang akurat, terpercaya,

terkini, dan konsisten yang meliputi aspek-aspek yang terkait dengan pariwisata.

Disamping itu, agar terlihat asas manfaat untuk masyarakat luas, perlu penyajian

informasi yang jelas dan menyeluruh dalam bentuk laporan yang mudah dipahami.

Hal ini sejalan dengan dinamika masyarakat sekarang ini, dimana tuntutan

transparansi dan akuntabilitas publik menjadi suatu keharusan. Dengan adanya

informasi pariwisata yang komprehensif, masyarakat dan dunia usaha diharapkan

akan lebih memberikan perhatiannya dan bersedia bekerja sama dengan

pemerintah untuk meningkatkan sektor pariwisata di Indonesia.

Untuk dapat menjawab tantangan tersebut, maka perlu disusun suatu

sistem yang dapat memperlihatkan peranan pariwisata secara komprehensif.

Neraca Satelit Pariwisata Nasional atau yang disingkat dengan Nesparnas adalah

Page 15: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Pendahuluan

6 Nesparnas 2015 (Buku 1)

suatu sistem neraca terpadu sektor pariwisata yang mampu menjawab tuntutan

tersebut di atas. Kajian dan analisis hasil pembangunan kepariwisataan yang

selama ini baru mencakup sebagian aspek dan dilakukan secara terpisah-pisah,

diharapkan pada masa mendatang menjadi kajian yang lebih menyeluruh dan

konsisten dengan diterapkannya metoda Nesparnas yang dilakukan secara

berkesinambungan.

Penerapan metoda Nesparnas ini merupakan kegiatan lanjutan dari tahun-

tahun sebelumnya, yang bertujuan agar dapat tersusun informasi pariwisata dan

kegiatan yang terkait pariwisata secara lengkap, baik dari sisi permintaan maupun

penawaran. Nesparnas merupakan suatu konsep dan metode tampilan informasi

kuantitatif sektor pariwisata yang menyediakan perangkat analisis yang

menyeluruh (comprehensive), kompak (compact), saling berkait (interconnected),

konsisten (consistent), dan terkontrol (controllable). Sistem ini terbilang ampuh dan

handal dalam menjawab tantangan penyediaan informasi kuantitatif dan kualitatif

yang dapat digunakan untuk mengkaji dan mengevaluasi pelaksanaan kebijakan

kepariwisataan pada masa lalu serta sekaligus menjawab tantangan dan

permasalahan pariwisata di masa datang.

Mengingat hal-hal tersebut di atas, penyusunan Nesparnas setiap tahunnya

menjadi sangat penting untuk dilakukan dan diselesaikan mengingat kebutuhan

mendesak baik dalam menetapkan arah kebijakan dan program pembangunan

pariwisata maupun kebutuhan analisis yang lebih luas mengenai kinerja sektor

pariwisata di Indonesia dan dampak ekonomi yang diciptakan.

1.2. Permasalahan

Permasalahan pokok dalam menjawab tantangan di atas adalah bagaimana

menyusun dan membentuk sistem dan kerangka informasi kuantitatif

kepariwisataan Indonesia yang akurat, handal, konsisten, dan komprehensif,

mencakup aspek mikro dan makro ekonomi, serta akomodatif terhadap

rekomendasi Badan-Badan Dunia (UNWTO, WTTC).

Page 16: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Pendahuluan

Nesparnas 2015 (Buku 1) 7

Dalam perumusan masalah di atas, sub masalah yang diangkat dalam

tahapan kegiatan saat ini, yang merupakan kelanjutan dan melengkapi kegiatan

tahun sebelumnya adalah bagaimana melengkapi data dasar, seperti jumlah

wisatawan nusantara, tenaga kerja dan investasi baik langsung maupun tidak

langsung terkait dengan kegiatan pariwisata dan pengeluaran dunia usaha untuk

pariwisata atau yang terkait.

1.3. Tujuan

Tujuan utama dari kegiatan ini adalah menyusun Nesparnas dan

mempertajam data-data pokok yang akan digunakan dalam menyusun tabel-tabel

dalam Nesparnas. Nesparnas disusun dalam bentuk set data kuantitatif dan

kualitatif yang berfungsi sebagai kerangka dasar pengembangan subsistem

informasi untuk melihat kegiatan kepariwisataan dalam dimensi sektor ekonomi

dan wilayah. Nesparnas disusun dengan tujuan untuk melihat peranan atau

sumbangan pariwisata terhadap perekonomian nasional. Dari hasil tersebut

diharapkan dapat dibuat kebijakan yang tepat dan terarah.

1.4. Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan mencakup dua hal:

A. Kegiatan penyusunan Nesparnas

Penyusunan Nesparnas mencakup dua sisi dari kegiatan pariwisata yaitu sisi

permintaan yang mencakup konsumsi wisatawan, investasi, dan promosi,

serta sisi penawaran yang meliputi penyediaan sarana dan prasarana

pariwisata.

B. Kegiatan pengumpulan data dunia usaha pariwisata

Dalam pengumpulan data tenaga kerja dan pengeluaran dunia usaha untuk

pariwisata dalam rangka penyusunan Nesparnas dan membuat tabel-tabel

yang sesuai dengan rekomendasi yang ada, meliputi dua hal: pertama, data

Page 17: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Pendahuluan

8 Nesparnas 2015 (Buku 1)

tenaga kerja dari kegiatan dunia usaha yang terkait dengan kegiatan

pariwisata, kedua data pengeluaran dunia usaha untuk pariwisata.

1.5. Metodologi

A. Metodologi Penyusunan Nesparnas

1) Pengumpulan data mengenai jumlah dan konsumsi wisatawan diperoleh

dari data sekunder, yaitu untuk jumlah dan konsumsi wisatawan

nusantara diperoleh dari hasil Survei Rumah Tangga (Modul Perjalanan)

yang dilakukan sejalan dengan pelaksanaan SUSENAS, jumlah dan

konsumsi wisatawan mancanegara diperoleh dari hasil Passenger Exit

Survey, dan konsumsi wisatawan Indonesia ke luar negeri diperoleh dari

Survei Outbound.

2) Dalam mengukur dampak atau peranan pariwisata terhadap

perekonomian digunakan model Input Ouput. Model ini menggunakan

Tabel Input Output (I-O) yang berupa suatu matriks yang menyajikan

informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan

antar satuan kegiatan ekonomi dalam suatu wilayah dan periode

tertentu. Permintaan akhir yang terdiri dari konsumsi wisatawan,

investasi sektor pariwisata dan promosi pariwisata di dalam Tabel I-O

merupakan faktor eksogen yang mendorong penciptaan nilai produksi

barang dan jasa. Selanjutnya masing-masing struktur pengeluaran dari

permintaan akhir tersebut diklasifikasikan kembali mengikuti klasifikasi

sektor I-O dan mengalikannya dengan koefisien multiplier Leontief

untuk memperoleh dampaknya.

B. Metodologi Pengumpulan Data Pengeluaran Dunia Usaha untuk Pariwisata

Pengumpulan data primer pada kegiatan ini adalah melalui wawancara

langsung terhadap responden terpilih.

Page 18: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Pendahuluan

Nesparnas 2015 (Buku 1) 9

1.6. Tenaga Ahli

Untuk melaksanakan kegiatan Penyusunan Nesparnas Tahun 2014, telah

disiapkan suatu Tim Tenaga Ahli dari berbagai disiplin ilmu terkait, yaitu ahli

metodologi dan design survey, ahli neraca nasional, ahli analisis statistik, ahli

statistik pariwisata, serta dibantu oleh tenaga operator komputer dan

sekretariat/administrasi. Tim bertugas melaksanakan semua kegiatan pekerjaan

mulai dari perencanaan sampai laporan akhir, dan setiap anggota tim memberikan

kontribusinya sesuai tugas dan keahliannya. Tim dipimpin oleh seorang ketua yang

bertugas secara langsung mengkoordinasikan seluruh kegiatan masing-masing

anggota.

1.7. Tahapan Kegiatan

A. Perencanaan dan persiapan

1) Studi literatur

Seperti pada tahun sebelumnya, sebagai awal dari kegiatan ini akan

dilakukan studi literatur dari Tourism Satellite Account (TSA) yang telah

direvisi dan dimodifikasi oleh beberapa negara dan evaluasi data

tenaga kerja yang telah ada dalam penyusunan Nesparnas

sebelumnya.

2) Penyusunan variabel dan kerangka tabel pokok Nesparnas

Variabel-variabel dan data pokok yang diperlukan dalam penyusunan

Nesparnas, terutama data pengeluaran wisatawan dan investasi,

diinventarisir dan dikumpulkan pada tahap ini. Data-data tersebut

merupakan data sekunder hasil survey yang telah dilakukan. Selain itu

juga menyusun kerangka tabel pokok dan data penunjang yang

diperlukan.

3) Penyusunan daftar isian

Page 19: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Pendahuluan

10 Nesparnas 2015 (Buku 1)

Untuk memperoleh data primer maupun sekunder maka akan disusun

kuesioner sebagai alat kumpul data beserta pedoman cara

pengisiannya yang didahului dengan menginventarisir item-item yang

diperlukan.

B. Pelaksanaan lapangan

Pengumpulan data lapangan dalam hal ini, akan dilakukan oleh petugas yang

telah dilatih dengan menggunakan kuesioner yang telah terstruktur.

C. Pengolahan

1) Pengolahan data pengeluaran wisnus dan dunia usaha untuk

pariwisata

Untuk mempercepat hasil studi ini dilakukan pengolahan dengan

sistem komputer dimana dilakukan tahapan-tahapan standar seperti:

editing, coding, entry data, tabulasi, dan analisis.

2) Pengolahan Nesparnas

Pengolahan pada tahap ini menggunakan Tabel Input Ouput. Data

permintaan akhir dari pariwisata yang telah dikumpulkan pada tahap

awal, diklasifikasikan kembali sesuai struktur sektor di Tabel I-O.

Dengan menggunakan model dan persamaan matriks yang ada, maka

akan diperoleh dampak pariwisata terhadap komponen perekonomian

Indonesia.

3) Pembahasan hasil

Sebelum dilakukan analisis perlu dilakukan pembahasan tabel-tabel

hasil studi, baik untuk hasil survey dunia usaha, maupun hasil

nesparnas secara keseluruhan, untuk lebih mencermati data menurut

berbagai karakteristik.

4) Analisis dan penyajian

Sebagai output akhir kegiatan ini akan dilakukan analisis dari hasil

tabel-tabel olahan yang sudah selesai dibahas dalam bentuk laporan.

Page 20: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Pendahuluan

Nesparnas 2015 (Buku 1) 11

1.8. Institusi Terkait dalam Penyusunan Nesparnas

Kerja sama antar institusi/lembaga pemerintah sangat diperlukan dalam

melakukan penyusunan Nesparnas ini. Dalam penyusunan Nesparnas ini, ada tiga

institusi pemerintah yang terlibat langsung yaitu Badan Pusat Statistik,

Kementerian Pariwisata, dan Bank Indonesia. Adapun tim utama dalam

penyusunan Nesparnas ini adalah Badan Pusat Statistik, terutama yang

bertanggung jawab dalam penyusunan Statistik Pariwisata dan Neraca Nasional. Di

lain pihak, Bank Indonesia terlibat dalam penyusunan ini dikarenakan data-data

yang diperlukan dalam penyusunan neraca perjalanan, diperoleh dari hasil

Nesparnas. Sementara itu Kementerian Pariwisata bertanggung jawab dalam

mengorganisasi sumber data utama yaitu data pengeluaran wisatawan

mancanegara di Indonesia dan pengeluaran penduduk Indonesia yang ke luar

negeri. Ketiga tim ini melakukan diskusi secara reguler khususnya untuk

memecahkan masalah teknis seperti bagaimana mendapatkan sumber data,

konsep dan definisi serta kerangka Nesparnas.

Di dalam struktur organisasi BPS, terdapat tim Input-Output yang

bertanggung jawab dalam penyusunan Tabel I-O. Tabel yang digunakan dalam

penyusunan Nesparnas kali ini adalah Tabel I-O 2010. Sebagian dari tim

penyusunan tabel I-O terlibat juga dalam penyusunan Nesparnas ini, sehingga

Tabel I-O tersebut dapat langsung diimplementasikan ke dalam Nesparnas.

Page 21: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Pemahaman, Penyusunan, dan Sumber Data Nesparnas

Nesparnas 2015 (Buku 1) 13

BAB 2

PEMAHAMAN, PENYUSUNAN,DAN SUMBER DATANESPARNAS

Page 22: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Pemahaman, Penyusunan, dan Sumber Data Nesparnas

14 Nesparnas 2015 (Buku 1)

Page 23: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Pemahaman, Penyusunan, dan Sumber Data Nesparnas

Nesparnas 2015 (Buku 1) 15

2.1. Pengertian Umum Nesparnas

Nesparnas merupakan perangkat neraca yang berisikan data tentang peran

kegiatan pariwisata dalam tatanan ekonomi nasional. Disebut sistem karena

terdiri dari berbagai elemen neraca, dimana satu dengan lainnya saling terkait dan

saling mempengaruhi, yang digambarkan melalui keterkaitan berbagai jenis

transaksinya. Secara spesifik Nesparnas berisikan data tentang perilaku pariwisata

dalam melakukan transaksi ekonomi dengan berbagai institusi ataupun pelaku-

pelaku ekonomi domestik dalam bentuk neraca dan matriks.

Nesparnas menggambarkan semua kegiatan dan transaksi ekonomi yang

berhubungan dengan barang-barang dan jasa pariwisata, baik sisi produksi (supply)

maupun sisi permintaan (demand). Sebagai suatu sistem data yang komprehensif,

cakupan Nesparnas meliputi: (1) struktur ekonomi dari sektor pariwisata, (2)

struktur pengeluaran wisatawan dan besarannya, (3) struktur sektor yang terkait

pariwisata, (4) struktur investasi pariwisata dan kontribusinya dalam investasi

nasional, (5) struktur pekerja di sektor pariwisata dan kontribusinya pada pekerja

nasional dan (6) peran sektor pariwisata pada perekonomian nasional.

Sebagai perluasan dari Sistem Neraca Nasional (SNN), Nesparnas dapat

digunakan antara lain untuk melihat keterkaitan transaksi yang terjadi antara

pelaku pariwisata dengan pelaku-pelaku ekonomi lainnya (termasuk penyedia jasa

pariwisata) secara mutual. Disamping itu dapat mengetahui bagaimana peran dan

berapa besar kontribusi kegiatan pariwisata dalam sistem ekonomi secara

keseluruhan.

Meskipun secara konsep sangat dimungkinkan membangun neraca-neraca

pendukung lainnya dalam Nesparnas dengan mengikuti struktur dan konsep SNN,

tetapi kesulitan utama yang dihadapi adalah ketersediaan data dasar. Dengan

mempertimbangkan sumber daya dan kemampuan yang tersedia, Nesparnas yang

dibangun di sini hanya akan difokuskan pada kegiatan di sektor produksi atau yang

Page 24: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Pemahaman, Penyusunan, dan Sumber Data Nesparnas

16 Nesparnas 2015 (Buku 1)

umumnya disebut sebagai sektor riil. Melalui perangkat ini dapat diketahui

dampak kegiatan pariwisata dalam tatanan ekonomi nasional.

Dengan demikian, maka perangkat Nesparnas yang akan disajikan dalam

kajian ini hanya berisikan informasi tentang hubungan antara kegiatan pariwisata

dengan kegiatan proses produksi barang dan jasa, dalam wilayah ekonomi

Indonesia. Hubungan tersebut merupakan interaksi antara pelaku pariwisata

dengan produsen pariwisata, dan antar produsen pariwisata itu sendiri. Beberapa

analisis akan diturunkan dari perangkat tersebut, diantaranya analisis tentang nilai

tambah yang diturunkan ataupun analisis tentang dampak pariwisata terhadap

kegiatan ekonomi di sektor riil.

Hubungan transaksi antara pelaku pariwisata (fungsi konsumsi) dengan

pelaku ekonomi (fungsi produksi) domestik tersebut dalam konteks makro disebut

sebagai interaksi antara Supply dan Demand. Apabila pada keseimbangan makro

Supply harus sama dengan Demand, maka hukum ini tidak berlaku sepenuhnya

bagi kegiatan ekonomi pariwisata. Tidak semua produk kegiatan ekonomi tersebut

langsung dikonsumsi habis oleh pariwisata, karena ada kegiatan diluar pariwisata

yang juga mengkonsumsi produk tersebut. Produk barang dan jasa yang dihasilkan

di wilayah ekonomi domestik tersebut apabila dikonsumsi oleh wisatawan

mancanegara (non-resident) maka akan dicatat sebagai ekspor suatu negara.

Begitu pula berlaku sebaliknya apabila produk negara lain dikonsumsi oleh

wisatawan nusantara (resident) akan dicatat sebagai impor.

Kemudian untuk selanjutnya struktur neraca yang akan disajikan dalam

Nesparnas disini adalah keterkaitan Demand pariwisata terhadap Supply pariwisata

yang diturunkan dari neraca produksi, tabel Produk Domestik Bruto (PDB) serta

tabel Input-Output. Dari neraca produksi dapat dilihat struktur neraca kegiatan

ekonomi khusus yang layanan/produknya memang sebagian besar ditujukan bagi

permintaan wisatawan, baik dalam negeri (wisnus dan wisnas) maupun luar negeri

(wisman). Hubungan tersebut menggambarkan transaksi langsung yang terjadi

antara Supply dengan Demand. Sedangkan hubungan secara tidak langsung akan

Page 25: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Pemahaman, Penyusunan, dan Sumber Data Nesparnas

Nesparnas 2015 (Buku 1) 17

disajikan dalam tabel Input-Output. Tabel Input-Output yang disajikan dalam

bentuk matriks tersebut juga akan menghitung dampak kegiatan pariwisata

terhadap tatanan ekonomi, khususnya yang berkaitan dengan kegiatan di sektor

riil (multiplier effect).

Oleh sebab itu untuk lebih memahami pengertian Nesparnas, disini

difokuskan pada kegiatan produksi pariwisata yang berkaitan dengan sektor riil,

yang diantaranya menghasilkan parameter-parameter ekonomi makro seperti

tentang output yang dihasilkan, struktur biaya antara, nilai tambah yang

diturunkan, investasi fisik yang direalisasikan, serta ekspor dan impor. Informasi

tersebut akan disajikan dalam bentuk tabel-tabel maupun sel-sel matriks, yang

semuanya merupakan bagian tidak terpisahkan dari Nesparnas.

Dengan demikian makna esensi Nesparnas sebenarnya adalah ingin

melihat keseimbangan yang terjadi antara sisi penyediaan dan sisi permintaan jasa

pariwisata dalam arti yang lebih spesifik. Selain itu juga untuk melihat kontribusi

kegiatan pariwisata dalam mendukung sistem perekonomian daerah.

2.2. Pemahaman Supply dan Demand

Meskipun mengacu pada konsepsi yang sama, Supply (penyediaan atau

penawaran) dan Demand (permintaan) bagi kegiatan pariwisata disini mempunyai

arti yang lebih spesifik. Interaksi ini lebih menggambarkan tentang keseimbangan

transaksi ekonomi antara industri pariwisata dengan wisatawan dalam upaya

pemenuhan kebutuhannya. Meningkatnya jumlah wisatawan secara luar biasa

dalam satu dekade terakhir memberikan dampak bagi pertumbuhan industri

pariwisata, baik secara kuantitas maupun kualitas. Penyelenggaraan paket-paket

wisata yang ditawarkan oleh agen perjalanan wisata atau biro perjalanan

merupakan salah satu contoh bagaimana industri pariwisata selalu berusaha untuk

memberikan layanan yang lebih baik sehingga wisatawan dapat menikmati layanan

yang agak berbeda, bahkan jika dilihat dari segi biaya juga bisa lebih murah.

Page 26: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Pemahaman, Penyusunan, dan Sumber Data Nesparnas

18 Nesparnas 2015 (Buku 1)

Dari sisi penyediaan produk jasa pariwisata, terdapat berbagai aktivitas

seperti hotel, restoran, transportasi, agen perjalanan, rekreasi dan hiburan, objek

wisata, serta kegiatan penunjang seperti persewaan, money changer, pusat

industri kerajinan, pusat pertokoan, dan sebagainya. Termasuk juga disini

penyediaan layanan pemerintah dalam hal keimigrasian, kepabeanan, informasi

pariwisata, keamanan dan sejenisnya

Sedangkan sisi permintaan atau tourist demand merupakan permintaan

akan barang dan jasa oleh wisatawan untuk tujuan dikonsumsi langsung yang

jenisnya merupakan produk yang dihasilkan oleh industri pariwisata tersebut.

Secara sederhana pemisahan antara sisi permintaan (demand) dan penawaran

(supply) dapat dilihat dalam Diagram 2.1.

2.2.1. Supply (Penyediaan/Penawaran)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan, usaha pariwisata meliputi tiga belas jenis utama, yaitu: daya tarik

wisata, kawasan pariwisata, jasa transportasi wisata, jasa perjalanan wisata, jasa

makanan dan minuman, penyediaan akomodasi, penyelenggaraan kegiatan

hiburan dan rekreasi, penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi

dan pameran, jasa informasi pariwisata, jasa konsultan pariwisata, wisata tirta, dan

spa. Sedangkan yang dimaksud dengan usaha adalah kegiatan menghasilkan

barang atau jasa untuk dijual dalam suatu lokasi tertentu, mempunyai catatan

administrasi tersendiri dan ada salah satu orang yang bertanggung jawab.

Page 27: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Pemahaman, Penyusunan, dan Sumber Data Nesparnas

Nesparnas 2015 (Buku 1) 19

Diagram 2.1. Ruang Lingkup Ekonomi Pariwisata dari Sisi Permintaan dan Penawaran

Industrimesin, alattransport,peralatan

Bangunan &konstruksi

PARIWISATA

PERMINTAAN PENAWARAN

Konsumsi Pariwisata Barang & Jasayang Dikonsumsi

Barang Modal

Pengeluaran Wisman

Pengeluaran Wisnus

PembentukanModal

Promosi

Hotel &Restoran

Angkutandomestik &Komunikasi

BiroPerjalanan

Rekreasi&

Hiburan

Souvenir

Kesehatan,Kecantikan,

& Jasalainnya

Produkindustribukan

makanan

Produkpertanian

Investasi danPengembangan Pariwisata

PengeluaranWisnas

(Pre+Post Trip)

Page 28: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Pemahaman, Penyusunan, dan Sumber Data Nesparnas

20 Nesparnas 2015 (Buku 1)

Untuk kepentingan analisis, telah disusun Klasifikasi Lapangan Usaha

Pariwisata Indonesia (KLUPI) berdasarkan rekomendasi dari badan-badan

internasional (UN dan UNWTO), seperti: Standard International Classification of

Tourism Activity (SICTA), Tourism Specific Product (TSP) dan International Standard

of Industrial Classification (ISIC). Sehingga klasifikasi tersebut sudah merupakan

penggolongan operasional bagi kegiatan industri pariwisata yang telah

berkembang di Indonesia selama ini. Klasifikasi ini lebih menekankan pada

penggolongan kegiatan ekonomi menurut pelaku produksi (produsen).

2.2.2. Demand (Permintaan)

a. Klasifikasi:

Dari sisi permintaan terdapat aktivitas ekonomi konsumsi yang

dilakukan oleh para wisatawan mancanegara (wisman atau inbound

tourist), wisatawan nusantara (wisnus), wisatawan Indonesia ke luar negeri

(wisnas atau outbond tourist). Sisi permintaan juga mencakup investasi dan

promosi di sektor pariwisata yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta.

Konsep yang digunakan dalam penyusunan Nesparnas adalah permintaan

pariwisata dan bukan konsumsi pariwisata karena Nesparnas mencoba

untuk mencakup lebih banyak kegiatan pariwisata.

b. Konsep Wisatawan nusantara, Wisatawan mancanegara, dan Penduduk

Indonesia yang melakukan perjalanan ke luar negeri

Dengan demikian maka konsep dan definisi wisatawan apabila

dilihat dari sisi permintaan adalah sebagai berikut:

Wisatawan nusantara

Adalah penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan dalam

wilayah geografis Indonesia (perjalanan dalam negeri) secara sukarela

kurang dari 6 bulan dan bukan untuk tujuan bersekolah atau bekerja

Page 29: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Pemahaman, Penyusunan, dan Sumber Data Nesparnas

Nesparnas 2015 (Buku 1) 21

(memperoleh upah/gaji), serta sifat perjalanannya bukan rutin, dengan

kriteria:

Mereka yang melakukan perjalanan ke objek wisata komersial, tidak

memandang apakah menginap atau tidak menginap di

hotel/penginapan komersial serta apakah perjalanannya lebih atau

kurang dari 100 km pp.

Mereka yang melakukan perjalanan bukan ke objek wisata komersial

tetapi menginap di hotel/penginapan komersial, walaupun jarak

perjalanannya kurang dari 100 km pp.

Mereka yang melakukan perjalanan bukan ke objek wisata komersial

dan tidak menginap di hotel/penginapan komersial tetapi jarak

perjalanannya lebih dari 100 km pp.

Wisatawan mancanegara (inbound)

Sesuai dengan rekomendasi World Tourism Organization

(UNWTO), definisi wisatawan mancanegara atau wisman adalah setiap

orang yang mengunjungi suatu negara di luar tempat tinggalnya, kurang

dari satu tahun, didorong oleh satu atau beberapa keperluan selain untuk

bekerja dengan penduduk di tempat yang dikunjungi. Wisman pada

dasarnya dibagi dalam dua golongan:

1. Wisatawan (Tourist), yaitu pengunjung yang tinggal di negara yang

dituju paling sedikit 24 jam, akan tetapi tidak lebih dari 12 (dua belas)

bulan, dengan maksud utama kunjungan:

a. Personal: berlibur, rekreasi, mengunjungi teman atau keluarga,

belajar atau pelatihan, kesehatan, olah raga, keagamaan, belanja,

transit, dan lain-lain.

b. Bisnis dan profesional: menghadiri pertemuan, konferensi atau

kongres, pameran dagang, konser, pertunjukan, dan lain-lain.

Page 30: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Pemahaman, Penyusunan, dan Sumber Data Nesparnas

22 Nesparnas 2015 (Buku 1)

2. Pelancong (Excursionist), yaitu pengunjung yang tinggal di negara yang

dituju kurang dari 24 jam, termasuk cruise passenger yang berkunjung

ke suatu negara dengan kapal pesiar untuk tujuan wisata, lebih atau

kurang dari 24 jam tetapi tetap menginap di kapal bersangkutan.

Wisatawan Indonesia yang ke luar negeri (outbound)

Konsep wisatawan Indonesia yang pergi ke luar negeri adalah

penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan ke luar negeri bukan untuk

bekerja atau memperoleh penghasilan di luar negeri dan tinggal tidak lebih

dari 12 bulan dengan maksud kunjungan antara lain:

a. berlibur,

b. bisnis,

c. kesehatan,

d. pendidikan,

e. misi/pertemuan/kongres,

f. mengunjungi teman/keluarga,

g. keagamaan,

h. olahraga, dan

i. lainnya.

2.3. Penyusunan Pengeluaran Terkait Pariwisata

Dalam menyusun Nesparnas dibutuhkan berbagai jenis data baik yang

terkait langsung maupun tidak langsung dengan sektor pariwisata maupun data

makro. Jenis data dalam Nesparnas pada umumnya berupa data kuantitatif yang

bisa dipakai untuk mengukur kinerja sektor pariwisata dalam suatu perekonomian

negara.

Page 31: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Pemahaman, Penyusunan, dan Sumber Data Nesparnas

Nesparnas 2015 (Buku 1) 23

2.3.1. Struktur Pengeluaran Wisatawan Nusantara

Pengeluaran yang dicatat dalam pengumpulan data wisatawan nusantara

adalah seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh penduduk Indonesia yang

melakukan perjalanan di wilayah Indonesia. Karena jumlah penduduk Indonesia

yang sudah mencapai 230 juta lebih pada tahun 2010 dan mulai meningkatnya

kesejahteraan penduduk Indonesia, maka tingkat mobilitas penduduk Indonesia

juga ikut meningkat. Peningkatan mobilitas penduduk ini mengindikasikan adanya

peningkatan penduduk yang melakukan perjalanan “wisata” dalam pengertian

luas. Karena seperti dijelaskan sebelumnya, perjalanan “wisata” yang digunakan

sebagai konsep dasar dalam mengumpulkan data wisnus tidak hanya mencakup

mereka yang melakukan perjalanan untuk tujuan berekreasi atau berlibur saja

tetapi juga termasuk mereka yang melakukan perjalanan untuk tujuan bisnis,

keagamaan, kesehatan, olah raga, seminar/pertemuan, maupun mengunjungi

teman/ keluarga. Semua orang yang melakukan perjalanan dengan tujuan tersebut

bisa dikategorikan sebagai wisnus apabila perjalanan tidak dilakukan lebih dari 6

bulan, perjalanannya bukan merupakan lingkungan sehari-hari, dan bukan untuk

tujuan memperoleh penghasilan di tempat yang dikunjungi.

Pengumpulan data wisatawan nusantara (wisnus) selama ini dilakukan

dengan pendekatan rumahtangga melalui Survei Sosial Ekonomi Daerah (Susenas)

dengan metode sampel. Adapun rincian tentang pengeluaran yang ditanyakan

mencakup biaya-biaya untuk:

1. Akomodasi

2. Makan dan minum

3. Angkutan, baik angkutan darat, angkutan air, maupun angkutan udara

4. Paket perjalanan

5. Pemandu wisata

6. Hiburan dan rekreasi

7. Cinderamata atau oleh-oleh

8. Kesehatan

Page 32: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Pemahaman, Penyusunan, dan Sumber Data Nesparnas

24 Nesparnas 2015 (Buku 1)

9. Lain-lain

Semua rincian biaya diatas adalah seluruh pengeluaran yang dilakukan

oleh penduduk selama melakukan perjalanan, baik yang dibayar sendiri maupun

yang dibayar oleh pihak lain. Disini juga termasuk kewajiban-kewajiban yang harus

dibayar oleh penduduk yang melakukan perjalanan yang sudah menikmati barang

atau jasa selama dalam perjalanan namun pembayaran atas barang atau jasa

tersebut dilakukan setelah selesai melakukan perjalanan. Bahkan secara konsep

pengeluaran perjalanan juga termasuk pengeluaran yang dilakukan sebelum

melakukan perjalanan tetapi akan digunakan dalam perjalanan, seperti membeli

pulsa yang akan digunakan dalam perjalanan. Dalam hal ini termasuk juga

pengeluaran yang dilakukan setelah melakukan perjalanan yang masih berkaitan

dengan perjalanan yang telah dilakukan, seperti biaya cetak foto, servis mobil

yang telah digunakan untuk perjalanan.

2.3.2. Struktur Pengeluaran Wisatawan Indonesia ke Luar Negeri (outbound)

Jumlah penduduk Indonesia yang pergi ke luar negeri akhir-akhir ini

menunjukkan adanya peningkatan yang cukup signifikan, terutama setelah

membaiknya kondisi perekonomian Indonesia. Berdasarkan iklan paket tur ke luar

negeri yang cukup gencar di media masa ini menunjukkan bahwa pasar wisata ke

luar negeri banyak diminati utamanya oleh mereka yang berkecukupan. Dalam

kurun waktu tiga tahun terakhir, wisatawan Indonesia ke luar negeri atau

selanjutnya disebut dengan wisatawan nasional (wisnas), jumlahnya sudah hampir

menyamai wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia. Dan tentu ini

dipengaruhi oleh kondisi perekonomian yang membaik, dalam arti mereka

memiliki pendapatan lebih yang dapat digunakan untuk melakukan perjalanan.

Untuk menghitung secara pasti jumlah penduduk Indonesia yang pergi ke

luar negeri bisa diperoleh dari Ditjen Imigrasi. Namun apabila ingin dilihat negara

tujuan mereka di luar negeri masih belum bisa terpenuhi dari kartu kedatangan

Page 33: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Pemahaman, Penyusunan, dan Sumber Data Nesparnas

Nesparnas 2015 (Buku 1) 25

dan keberangkatan (A/D Card) untuk Warga Negara Indonesia (WNI), karena dalam

kartu tersebut tidak ditanyakan negara tujuan yang akan dikunjungi. Selain itu

sejak tahun 2014 tidak ada kewajiban bagi Warga Negara Indonesia (WNI) yang

akan berangkat ke atau datang dari luar negeri untuk mengisi kartu kedatangan

dan keberangkatan (A/D Card).

Data pengeluaran penduduk Indonesia yang pergi ke luar negeri diperoleh

dengan survei yang dilakukan di beberapa pintu keluar (Outbound Survey).

Pendekatan yang dilakukan adalah mewawancarai mereka saat tiba di Indonesia

dan menanyakan berbagai karakteristik perjalanan mereka termasuk biaya

perjalanan mereka di luar negeri. Dalam menanyakan pengeluaran biaya tiket

perjalanan dari Indonesia ke luar negeri ataupun sebaliknya, dipisah (atau bahkan

tidak ditanyakan) karena dalam konsep neraca, biaya tersebut sudah termasuk

dalam neraca jasa-jasa (angkutan). Sementara itu biaya transportasi selama di luar

negeri tetap dicatat. Namun, survei terhadap penduduk Indonesia yang melakukan

perjalanan ke luar negeri tidak dilaksanakan setiap tahun, dan survei terakhir

dilaksanakan pada tahun 2013.

Jenis pengeluaran yang ditanyakan dalam survei outbound ini hampir sama

dengan survei wisnus, yaitu:

1. Akomodasi

2. Makan dan minum

3. Angkutan, baik angkutan darat, angkutan air, maupun angkutan udara yang

dilakukan di luar negeri (tidak termasuk angkutan dari dan ke Indonesia)

4. Paket perjalanan

5. Pemandu wisata

6. Rekreasi dan hiburan

7. Cenderamata atau oleh-oleh

8. Kesehatan dan kecantikan

9. Lain-lain

Page 34: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Pemahaman, Penyusunan, dan Sumber Data Nesparnas

26 Nesparnas 2015 (Buku 1)

Dalam rincian pengeluaran di atas juga termasuk pengeluaran sebelum

maupun sesudah melakukan perjalanan dari luar negeri yang masih berkaitan

dengan perjalanannya seperti contoh dalam wisnus.

2.3.3. Struktur Pengeluaran Wisatawan Mancanegara (Inbound)

Secara konsep penghitungan wisman dilakukan berdasarkan rekomendasi

World Tourism Organization (UNWTO) yaitu melalui UPT Imigrasi. Untuk memilah

siapa saja yang termasuk sebagai wisman berdasarkan konsep tersebut, maka

digunakan jenis visa yang dipakai bagi mereka yang berkewarganegaraan asing

(WNA) dan jenis paspor bagi mereka warga negara Indonesia (WNI). Tidak semua

WNA yang datang ke Indonesia adalah wisman, karena WNA yang telah tinggal di

Indonesia lebih dari 1 (satu) tahun sudah tercatat sebagai penduduk Indonesia.

Sehingga apabila mereka ingin pergi ke negara asal mereka kemudian kembali lagi

ke Indonesia, mereka tidak dicatat sebagai wisman saat kembali ke Indonesia.

Dokumen yang mereka gunakan bukan visa tetapi Exit Reentry Permit (ERP) atau

Multiple Exit Reentry Permit (MERP). Sebaliknya, tidak semua WNI yang datang

dari luar negeri tidak termasuk sebagai wisman. Bagi mereka yang sudah tinggal di

luar negeri lebih dari 1 (satu) tahun atau berniat untuk tinggal lebih dari 12 bulan,

mereka dicatat sebagai wisman saat datang ke Indonesia.

Untuk mendeteksi mana yang sebagai penduduk luar negeri dan mana

yang bukan, dari pencatatan laporan UPT Imigrasi mereka itu sudah dipisahkan

dalam kelompok Penduduk Luar Negeri (Penlu/Pendul) bagi mereka yang

menggunakan paspor biasa termasuk di dalamnya Tenaga Kerja Indonesia (TKI).

Namun TKI yang bekerja di luar negeri pada saat datang ke Indonesia perlu

dicermati kembali apakah mereka masih akan kembali ke luar negeri lagi atau

tidak, karena apabila tidak seharusnya mereka sudah tidak masuk sebagai wisman.

Sedangkan bagi mereka yang menggunakan paspor dinas dan paspor diplomatik

tidak dipisahkan antara mereka yang berdomisili di luar negeri atau di Indonesia.

Untuk itu hanya digunakan perkiraan persentase (rule of thumb) bagi pemegang

Page 35: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Pemahaman, Penyusunan, dan Sumber Data Nesparnas

Nesparnas 2015 (Buku 1) 27

passport dinas 10 persennya adalah wisman dan bagi pemegang passport

diplomatik 50 persennya adalah wisman. Besarnya persentase ini masih perlu

dikaji kembali.

Sebagai dasar penghitungan devisa yang diterima melalui wisman, tidak

hanya jumlah wismannya saja, namun juga diperlukan rata-rata pengeluaran

mereka selama di Indonesia. Untuk mendapatkan rata-rata pengeluaran ini

diperoleh dari hasil Passenger Exit Survey (PES) yang dilakukan oleh Kementerian

Pariwisata.

Secara ideal penghitungan devisa pariwisata baik yang diterima maupun

yang dikeluarkan seperti yang dilakukan dalam penghitungan ekspor dan impor

barang melalui dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) atau Pemberitahuan

Impor Barang (PIB). Setiap barang yang keluar masuk dari dalam dan luar negeri

harus mengisi daftar PEB atau PIB yang mencantumkan jenis barang, volume dan

nilai dari barang tersebut. Sedangkan pencatatan lalu lintas manusia yang datang

dan pergi dari dan ke luar negeri harus mengisi A/D Card. A/D Card tersebut harus

diisi oleh setiap orang yang akan memasuki Indonesia, dimana isiannya antara lain:

kebangsaan, negara tempat tinggal, jenis kelamin, maksud kunjungan, dan jenis

pekerjaan.

Tujuan utama dalam PES ini adalah untuk mengetahui rata-rata

pengeluaran wisman selama di Indonesia menurut negara tempat tinggal mereka,

selain rata-rata lama tinggal mereka di Indonesia. Untuk melengkapi keakuratan

hasil survei tersebut juga dilakukan studi mendalam ke biro-biro perjalanan wisata

yang menyelenggarakan paket inbound guna lebih mencermati distribusi

pengeluaran wisman.

2.3.4. Struktur Investasi Pariwisata

Investasi diartikan sebagai suatu kegiatan penanaman modal pada

berbagai kegiatan ekonomi dengan harapan untuk memperoleh benefit atau

manfaat pada masa yang akan datang. Investasi dibutuhkan untuk mendukung

Page 36: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Pemahaman, Penyusunan, dan Sumber Data Nesparnas

28 Nesparnas 2015 (Buku 1)

keberlangsungan pembangunan ekonomi suatu negara. Dari informasi yang

tersedia menunjukkan bahwa tren investasi menunjukkan peningkatan dari waktu

ke waktu, sejalan dengan pembangunan yang dilaksanakan di berbagai bidang.

Dari studi empiris yang dilakukan di berbagai negara hampir dipastikan

bahwa keberhasilan pembangunan suatu negara akan sangat dipengaruhi oleh

pola dan struktur investasinya, bahkan juga sumber investasi tersebut apakah dari

dana domestik atau dari luar negeri. Investasi dapat terbentuk karena terjadinya

surplus usaha yang pada gilirannya akan membentuk tabungan yang merupakan

sumber dana utama investasi.

Secara konsep investasi dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu

“investasi finansial” dan “investasi non-finansial”. Investasi finansial lebih dititik

beratkan pada investasi dalam bentuk pemilikan instrumen finansial seperti uang

tunai, emas, tabungan, deposito, saham, dan sejenisnya. Sedangkan investasi fisik

lebih menekankan pada realisasi berbagai jenis investasi fisik seperti bangunan,

kendaraan, mesin-mesin, dan sejenisnya. Untuk selanjutnya yang dimaksud

dengan investasi dalam kaitannya dengan sektor pariwisata disini adalah investasi

fisik saja.

Secara definitif yang dimaksud dengan investasi pariwisata adalah

pengeluaran dalam rangka pembentukan modal yang dilakukan oleh sektor-sektor

ekonomi yang bertujuan untuk mendukung kegiatan pariwisata baik secara

langsung maupun tidak langsung. Pelaku investasi tersebut adalah produsen

penghasil produk barang dan jasa, baik pemerintah, BUMN/BUMD maupun pihak

swasta (termasuk rumah tangga).

Investasi fisik tersebut berupa pembuatan bangunan tempat tinggal,

bangunan bukan tempat tinggal (hotel, kantor, tempat hiburan, dan sebagainya),

pembangunan infrastruktur, pembelian mesin, kendaraan dan barang modal

lainnya, termasuk juga perbaikan besar yang dilakukan guna meningkatkan

kapasitas barang modal atau memperpanjang umur pemakaian barang modal

tersebut.

Page 37: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Pemahaman, Penyusunan, dan Sumber Data Nesparnas

Nesparnas 2015 (Buku 1) 29

Selanjutnya untuk mengukur besarnya investasi di sektor pariwisata baik

secara langsung maupun tidak langsung tersebut digunakan data Pembentukan

Modal Tetap Bruto (PMTB) yang diturunkan dari data PDB (Produk Domestik

Bruto) Indonesia. Estimasi yang ada menunjukkan bahwa dari total investasi yang

ada, sekitar 4-5 persen yang ditujukan untuk mendukung kegiatan pariwisata.

Investasi tersebut direalisasikan dalam bentuk berbagai jenis barang modal,

diberbagai kegiatan ekonomi dan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Sumber data utama yang digunakan dalam menyusun investasi pariwisata

adalah data nilai penyediaan domestik maupun impor yang diturunkan dari tabel

Input-Output 2010 dan PDB tahun 2014. Sebagai data banding digunakan data

investasi yang dikompilasi oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam

bentuk persetujuan investasi berdasarkan fasilitas yang diberikan yang dibedakan

menurut asal modal perusahaan, yaitu PMA dan PMDN.

Secara umum, pihak swasta paling banyak melakukan PMTB di sektor

pariwisata pada jenis barang modal bangunan hotel dan akomodasi lainnya,

sedangkan pemerintah tidak melakukan PMTB pada jenis barang modal tersebut.

Selanjutnya PMTB berupa bangunan bukan tempat tinggal yang mencakup

bangunan kantor, bangunan pabrik dan sebagainya merupakan jenis barang modal

terbesar kedua yang dibentuk oleh swasta Jenis barang modal alat angkutan serta

bangunan restoran dan sejenisnya menempati urutan ketiga dan keempat.

Pemerintah baik pusat maupun daerah melakukan PMTB terbesar pada

jenis barang modal mesin dan peralatan. PMTB pada jenis barang modal alat

angkutan merupakan PMTB terbesar kedua. Selain jenis barang modal bangunan,

hotel dan akomodasi lainnya, pemerintah juga tidak melakukan PMTB pada jenis

barang modal bangunan restoran dan sejenisnya serta bangunan lainnya.

2.3.5. Struktur Pengeluaran Lainnya Terkait Pariwisata

Pengeluaran lainnya terkait pariwisata yang dilakukan oleh pemerintah,

mencakup pengeluaran promosi, pembinaan serta pengeluaran lainnya yang

Page 38: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Pemahaman, Penyusunan, dan Sumber Data Nesparnas

30 Nesparnas 2015 (Buku 1)

bersifat non investasi atau modal. Pengeluaran ini terdiri dari pengeluaran

promosi, periklanan pada kegiatan yang terkait dengan pariwisata seperti kegiatan

perhotelan, restoran, industri pengolahan dan pertanian yang terkait dengan

pariwisata, serta sektor jasa yang terkait dengan pariwisata. Secara garis besar

pengeluaran ini akan tergambar dalam belanja barang dalam pengeluaran rutin

pemerintah. Termasuk pula balas jasa dalam rangka pembinaan pegawai

pemerintah yang bergerak di sektor pariwisata yang tercermin dari belanja

pegawai dari anggaran rutin pemerintah.

Sumber data yang dipergunakan dalam penyusunan pengeluaran lainnya

terkait pariwisata pemerintah berasal dari pengeluaran rutin APBN untuk

pemerintah pusat dari Kementerian Keuangan, serta pengeluaran rutin APBD

seluruh provinsi dan kabupaten/kota dari Bappenas. Selain itu, sumber data

diperoleh dari publikasi Statistik Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi yang

mencakup pengeluaran rutin APBD Tingkat I seluruh provinsi dan Statistik

Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang mencakup pengeluaran rutin

APBD Tingkat II seluruh kabupaten/kota, serta Statistik Keuangan Pemerintah Desa

K3 yang mencakup pengeluaran rutin dari pemerintahan desa yang berasal dari

BPS. Disamping itu dipergunakan pula tabel I-O Indonesia tahun 2010 dari BPS.

Pengeluaran pemerintah (current expenditure) dalam promosi dan

pembinaan pariwisata adalah cerminan dari pelaksanaan sebagian besar anggaran

rutin yang berasal dari APBN maupun APBD yang dilakukan oleh pemerintah pusat

maupun daerah, termasuk di dalamnya kegiatan yang dilakukan oleh Kementerian

Pariwisata beserta seluruh jajarannya, dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

pemerintah daerah tingkat I/provinsi dan pemerintah daerah tingkat

II/kabupaten/kota, yang berhubungan dengan sektor kepariwisataan. Jadi lingkup

pengeluaran ini lebih luas dari lingkup investasi pariwisata yang dilakukan oleh

pemerintah yang telah dibicarakan sebelumnya.

Page 39: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Pemahaman, Penyusunan, dan Sumber Data Nesparnas

Nesparnas 2015 (Buku 1) 31

2.4. Jenis-Jenis Tabel/Subneraca Nesparnas

Ada 10 (sepuluh) jenis tabel ikhtisar dan tabel subneraca yang digunakan

sebagai bagian analisis dalam kerangka Nesparnas yang direkomendasikan oleh

UNWTO. Tabel-tabel standar ini disusun sedemikian rupa agar kinerja sektor

pariwisata dan posisinya dalam ekonomi makro daerah dapat dijelaskan secara

terukur dan memadai. Namun demikian struktur tabel dalam Nesparnas ini berbeda

dengan sepuluh tabel yang direkomendasikan oleh UNWTO, karena keterbatasan

data di Indonesia dan adanya perbedaan klasifikasi dari produk pariwisata. Sebagai

contoh data same day visitors tidak tersedia secara rinci. Berdasarkan hasil kajian

data yang tersedia, tabel-tabel yang dapat disusun adalah sebagai berikut:

Tabel 1, menggambarkan struktur pengeluaran wisatawan mancanegara

(wisman) menurut jenis-jenis produk barang dan jasa yang dikonsumsi dan

negara asal.

Tabel 2, menggambarkan struktur pengeluaran wisatawan nusantara menurut

jenis produk barang dan jasa yang dikonsumsi dan provinsi asal (Tabel 2.a) serta

provinsi tujuan (Tabel 2.b).

Tabel 3, menggambarkan struktur pengeluaran wisatawan Indonesia yang

bepergian ke luar negeri, menurut jenis produk barang dan jasa yang dikonsumsi

dan kategori pengeluarannya (yaitu pengeluaran dalam negeri berkaitan dengan

pre dan post-trip dan pengeluaran di luar negeri berkaitan dengan trip-nya

sendiri).

Tabel 4, merupakan penggabungan dari tabel 1, tabel 2 dan tabel 3 yang

menggambarkan struktur pengeluaran seluruh wisatawan (wisman, wisnus dan

outbound) menurut jenis produk barang dan jasa yang dikonsumsi dan jenis

wisatawannya.

Tabel 5, (subneraca) menggambarkan tentang struktur input industri (sektor-

sektor) yang terkait dengan pariwisata. Baris-baris pada subneraca ini

menunjukkan input yang digunakan dalam suatu proses produksi yang dibagi

Page 40: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Pemahaman, Penyusunan, dan Sumber Data Nesparnas

32 Nesparnas 2015 (Buku 1)

dalam dua jenis input yaitu: (a) berbagai produk barang dan jasa yang digunakan

sektor pariwisata sebagai input antara, dan (b) balas jasa faktor (nilai tambah)

yang diciptakan oleh sektor pariwisata, atau disebut juga sebagai input primer.

Subneraca ini lebih menggambarkan sebagai bagian dari suatu sistem produksi

yang transaksinya diantaranya disajikan dalam tabel input-output. Dari tabel

tersebut dapat dicerminkan keseimbangan sisi penawaran dan sisi permintaan

barang dan jasa dalam berbagai aktivitas ekonomi pariwisata.

Tabel 6, (subneraca), memperlihatkan tenaga kerja yang bekerja pada usaha-

usaha yang dikategorikan sebagai usaha pariwisata.

Tabel 7, (subneraca), memperlihatkan struktur pembentukan modal tetap bruto

(investasi fisik) yang merupakan bagian dari investasi yang direalisasikan untuk

menunjang kegiatan pariwisata. Investasi fisik tersebut dilakukan oleh

pemerintah (pusat dan daerah) maupun swasta (daerah dan asing) dalam

bentuk bangunan hotel, restoran, mesin dan peralatan, alat angkutan, dan

barang modal penunjang lainnya.

Tabel 8, (subneraca), memperlihatkan struktur pengeluaran pemerintah (pusat

dan daerah) dan dunia usaha dalam promosi dan pembinaan sektor pariwisata

(current expenditure), dirinci menurut jenis aktivitas yang dilakukan

Tabel 9, (subneraca), memperlihatkan peranan pariwisata dalam struktur

output/produksi dan NTB menurut sektor produksi (Neraca Produksi)

2.5. Model Pengukuran Dampak Pariwisata

Pariwisata dengan segala aspeknya dapat memberikan dampak kepada

berbagai aspek kehidupan, baik secara ekonomi maupun non-ekonomi. Secara

ekonomi, dampak pariwisata menjadi potensi besar dalam penerimaan devisa

negara dari konsumsi wisatawan mancanegara terhadap produk barang dan jasa.

Wisatawan nusantara tidak kalah pentingnya memberi porsi besar dalam

penciptaan ekonomi daerah maupun regional.

Page 41: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Pemahaman, Penyusunan, dan Sumber Data Nesparnas

Nesparnas 2015 (Buku 1) 33

Model Input-Output digunakan untuk mengukur dampak pariwisata

terhadap perekonomian Indonesia. Model ini didasarkan pada keterkaitan antar

sektor ekonomi yang memiliki asumsi homogenitas (kesatuan output),

proporsionalitas (hubungan linear input dan output) dan aditivitas. Model ini

menggunakan Tabel Input Output (I-O) berupa suatu matriks yang menyajikan

informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling keterkaitan antar satuan

kegiatan ekonomi dalam suatu wilayah dan periode tertentu. Kerangka dasar Tabel

I-O menggambarkan transaksi produksi barang dan jasa yang dapat dilihat dari dua

sisi. Sisi pertama (kolom) menunjukkan struktur input sektor-sektor ekonomi,

komposisi nilai tambah yang dihasilkan dan struktur permintaan akhir (final

demand) terhadap barang dan jasa. Sisi kedua (baris) menunjukkan distribusi

(alokasi) output barang dan jasa untuk proses produksi, final demand dan impor.

Tabel I-O yang digunakan dalam mengukur dampak pariwisata tahun 2014

adalah Tabel I-O 2010. Beberapa masalah timbul karena sisi penyediaan (supply)

pariwisata tidak sama dengan struktur yang ada di Tabel I-O. Perbedaan tersebut

muncul karena hasil dari penghitungan pengeluaran wisatawan tidak dimanfaatkan

dalam kompilasi tabel I-O sehingga menyebabkan ketidakkonsistenan antara sisi

permintaan dan penawaran.

Dalam analisis dampak pariwisata terhadap kinerja ekonomi daerah,

permintaan akhir yang terdiri dari (1) pengeluaran wisnus, wisman dan pre dan

post trip dari wisatawan Indonesia yang keluar negeri, (2) investasi sektor

pariwisata yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta, dan (3) pengembangan

dan promosi pariwisata oleh pemerintah dan swasta, menjadi faktor eksogen yang

mendorong penciptaan nilai produksi barang dan jasa. Pengeluaran dari wisnus

dan pre dan post trip wisnas adalah bagian dari konsumsi rumahtangga,

pengeluaran wisman merupakan bagian dari ekspor barang dan jasa, pengeluaran

untuk investasi sektor pariwisata adalah bagian dari pembentukan modal tetap

dan pengeluaran untuk promosi merupakan bagian dari pengeluaran konsumsi

Page 42: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Pemahaman, Penyusunan, dan Sumber Data Nesparnas

34 Nesparnas 2015 (Buku 1)

pemerintah sedangkan pengeluaran wisatawan Indonesia di luar negeri

merupakan impor barang dan jasa.

Tabel 2.1. Input-Output Untuk Sistem Perekonomian dengan Tiga Sektor Produksi

Alokasi Permintaan Antara

Permintaan

Akhir

Jumlah

OutputOutput

Sturuktu Input

Sektor produksi

1 2 3

Input

Antara

Sektor

produksi

1 x11 x12 x31 F1 X1

2 x21 x22 x32 F2 X2

3 x31 x23 x33 F3 X3

Input Primer V1 V2 V3

Jumlah Input X1 X2 X3

Dalam pengukuran dampak pariwisata tersebut, masing-masing struktur

pengeluaran dari permintaan akhir tersebut diklasifikasikan kembali mengikuti

klasifikasi sektor dari I-O dan dampaknya diperoleh dengan mengalikannya dengan

koefisien multiplier Leontief (dikenal dengan matriks A).

Dalam analisis dampak pariwisata terhadap kinerja ekonomi daerah,

permintaan akhir menjadi faktor eksogen yang mendorong penciptaan nilai

produksi barang dan jasa. Dalam kaitannya dengan dampak pariwisata, faktor

pendorong (exogenous variable) berupa konsumsi wisatawan mancanegara

(inbound), wisatawan nusantara (wisnus), wisatawan Indonesia ke luar negeri

(outbound) terhadap produk dalam negeri, investasi pariwisata dan pengeluaran

pemerintah untuk pariwisata (APBN) serta lembaga-lembaga nirlaba yang ikut

Page 43: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Pemahaman, Penyusunan, dan Sumber Data Nesparnas

Nesparnas 2015 (Buku 1) 35

andil dalam kegiatan pariwisata. Dengan model I-O dampak kepariwisataan dapat

dihasilkan sebagai berikut:

1. Dampak Terhadap Output

Pengeluaran konsumsi pariwisata akan berdampak terhadap penciptaan

nilai produksi barang dan jasa sektoral. Hubungan antara konsumsi kepariwisataan

dengan nilai output dapat diformulasikan sebagai berikut:

Xi = (I-Ad)-1. C i .................................... (1)

dimana:

Xi = output yang diciptakan akibat konsumsi kepariwisatawaan.

(I-Ad)-1 = invers matriks berfungsi sebagai koefisien regresi dalam

model.

Ci = konsumsi kepariwisataan, mencakup 1) inbound, 2) outbound,

3) wisnus, 4) investasi pariwisata dan 5) pengeluaran

pemerintah untuk pariwisata.

i = 1, 2, 3, 4, 5.

Persamaan (1) mendasarkan hubungan linier antara permintaan akhir,

dalam hal ini konsumsi pariwisata dengan output. Semakin besar jumlah

permintaan terhadap produk barang dan jasa maka output yang harus disediakan

harus bertambah mengikuti matriks pengganda sebagai koefisien regresinya.

Persamaan di atas menghasilkan nilai output barang dan jasa setiap sektor akibat

dari konsumsi pariwisata. Dapat diketahui dampak output akibat masing-masing

komponen konsumsi pariwisata terhadap sektor-sektor ekonomi. Misalkan,

pengeluaran wisman di Indonesia akan berdampak terhadap penambahan nilai

produksi barang dan jasa. Demikian pula akibat adanya aktifitas wisnus, investasi

pariwisata dan pengeluaran pemerintah untuk pengembangan pariwisata akan

memberikan dampak terhadap perekonomian nasional.

Page 44: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Pemahaman, Penyusunan, dan Sumber Data Nesparnas

36 Nesparnas 2015 (Buku 1)

2. Dampak Terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)

Nilai tambah bruto merupakan bagian dari nilai output sektor ekonomi.

Sebagai balas jasa atas faktor produksi, nilai tambah bruto mencakup upah dan

gaji, surplus usaha, penyusutan, pajak tak langsung dan subsidi. Sebagaimana

model I-O untuk menghasilkan nilai output akibat konsumsi pariwisata, nilai

tambah yang diciptakan juga berbanding lurus dengan permintaan atau konsumsi

kepariwisataan. Formulasi yang menunjukkan hubungan tersebut adalah sebagai

berikut:

Vi = v (I-Ad)-1. C i

= v . Xi ......................................(2)

dimana:

Vi = nilai tambah bruto karena dampak konsumsi kepariwisataan.

v = matriks diagonal koefisien nilai tambah bruto, yaitu rasio antara nilai

tambah bruto sektor tertentu dengan outputnya.

Ci = konsumsi kepariwisataan, mencakup 1) inbound, 2) outbound, 3)

wisnus, 4)investasi pariwisata dan 5) pengeluaran pemerintah untuk

pariwisata

i = 1, 2, 3, 4, 5.

Persamaan (2) menunjukkan hubungan searah antara nilai tambah bruto

dengan nilai outputnya. Ini juga berarti bahwa terdapat hubungan antara konsumsi

kepariwisataan dengan penciptaan nilai tambah sektor ekonomi, yaitu

pengeluaran wisman, wisnus, investasi pariwisata, dan lainnya. Selanjutnya produk

domestik bruto (PDB) dihitung berdasar nilai NTB ditambah pajak dikurangi subsidi

lainnya atas produk (pajak atas produk neto).

Pajak atas produk adalah pajak yang dibayar per unit barang atau jasa.

Pajak dapat berupa sejumlah uang per kuantitas barang atau jasa (volume, berat,

kekuatan, jarak, waktu), atau dihitung berdasarkan nilai sebagai presentase

Page 45: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Pemahaman, Penyusunan, dan Sumber Data Nesparnas

Nesparnas 2015 (Buku 1) 37

spesifik dari harga per unit atau nilai barang dan jasa yang ditransaksikan.

Sementara subsidi atas produk adalah subsidi yang dibayar per unit barang atau

jasa. Subsidi dapat berupa jumlah uang tertentu per unit barang atau jasa, atau

dihitung berdasarkan nilai persentase tertentu dari harga per unit. Subsidi juga

dapat dihitung sebagai selisih antara harga tertentu dan harga pasar aktual yang

dibayar pembeli.

3. Dampak Terhadap Kompensasi Tenaga Kerja dan Pajak Atas Produksi

Neto

Salah satu komponen nilai tambah bruto adalah kompensasi tenaga kerja

dan pajak atas produksi neto. Dari model I-O dapat diturunkan hubungan antara

faktor-faktor tersebut dengan kepariwisataan. Hubungan tersebut dapat disajikan

sebagai berikut:

Vji = vj (I-Ad)-1. C i

= vj . Xi ...............................................(3)

dimana:

Vji = kompensasi tenaga kerja atau pajak atas produksi neto akibat

konsumsi kepariwisataan.

vj = matriks diagonal koefisien kompensasi tenaga kerja atau pajak atas

produksi neto, yaitu rasio antara kompensasi tenaga kerja atau pajak

atas produksi neto sektor tertentu dengan outputnya.

j = 1) kompensasi tenaga kerja, 2) pajak atas produksi neto.

Ci = konsumsi kepariwisataan, mencakup 1) inbound, 2) outbound, 3)

wisnus, 4) investasi pariwisata, dan 5) pengeluaran pemerintah

untuk pariwisata

i = 1, 2, 3, 4, 5.

Page 46: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Pemahaman, Penyusunan, dan Sumber Data Nesparnas

38 Nesparnas 2015 (Buku 1)

Persamaan (3) ini mengindikasikan adanya keterkaitan antara konsumsi

kepariwisataan dengan kompensasi kepada para pekerja sektor-sektor ekonomi

dan penerimaan pajak bagi pemerintah dari aktivitas ekonomi tersebut.

4. Dampak Terhadap Kesempatan Kerja

Dalam setiap aktivitas ekonomi dan produksi, dibutuhkan sejumlah faktor

produksi, diantaranya yang penting adalah tenaga kerja. Dalam hubungan yang

sederhana, setiap unit produk yang dihasilkan akan membutuhkan input tenaga

kerja. Dengan demikian, pengeluaran wisatawan terhadap barang dan jasa akan

dapat dihitung pula dampaknya pada kesempatan kerja.

Pariwisata memiliki dimensi yang sangat luas dan lintas sektor. Usaha

pariwisata tidak terbatas pada sektor usaha yang berada di bawah pembinaan

Kementerian Pariwisata atau Dinas Pariwisata, tetapi juga mencakup berbagai

sektor usaha lain yang pembinaannya di bawah kewenangan kementerian/

lembaga lain.

Pada tahun 2010 Badan Pusat Statistik dan Kementerian Pariwisata telah

menyusun Klasifikasi Lapangan Usaha Bidang Pariwisata Indonesia untuk

mengidentifikasi usaha atau industri yang berkaitan langsung dengan kegiatan

pariwisata. Klasifikasi tersebut merupakan sinkronisasi antara usaha pariwisata

sesuai Undang-Undang Nomor 9 tahun 2009 tentang Kepariwisataan beserta

turunannya dengan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2009. Selain

bermanfaat untuk pembinaan, klasifikasi tersebut juga sangat bermanfaat dalam

penyusunan data statistik terkait usaha pariwisata, antara lain mengetahui jumlah

usaha, jumlah tenaga kerja yang terserap, dan karakteristik lainnya terkait industri

atau usaha yang dikategorikan industri pariwisata.

Namun, mengingat luasnya cakupan usaha pariwisata, baik yang terkait

langsung maupun tidak langsung, pembahasan tenaga kerja pada bagian ini hanya

akan difokuskan pada tenaga kerja yang bekerja pada industri atau usaha yang

Page 47: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Pemahaman, Penyusunan, dan Sumber Data Nesparnas

Nesparnas 2015 (Buku 1) 39

terkait langsung dengan kegiatan pariwisata sebagai mana dijabarkan pada

Lampiran A. Sumber data yang digunakan berasal dari Survei Tenaga Kerja

Nasional (Sakernas) yang dilakukan oleh BPS setiap tahun.

Page 48: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Struktur Pengeluaran Wisatawan, Investasi, dan Promosi Pariwisata

Nesparnas 2015 (Buku 1) 41

BAB 3

STRUKTUR PENGELUARANWISATAWAN, INVESTASI,DAN PROMOSI PARIWISATA

Page 49: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Struktur Pengeluaran Wisatawan, Investasi, dan Promosi Pariwisata

42 Nesparnas 2015 (Buku 1)

Page 50: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Struktur Pengeluaran Wisatawan, Investasi, dan Promosi Pariwisata

Nesparnas 2015 (Buku 1) 43

Untuk melihat dampak kegiatan pariwisata terhadap perekonomian, maka

digunakan analisis dampak dengan pendekatan model input-output. Terkait dengan

hal tersebut, dampak ekonomi pariwisata yang diciptakan sangat tergantung pada

beberapa hal yang berkaitan dengan:

(1) struktur pengeluaran wisatawan dan besarannya,

(2) struktur investasi pariwisata dan kontribusinya dalam investasi nasional,

(3) struktur pengeluaran untuk promosi pariwisata, dan

(4) struktur pekerja dan kontribusinya terhadap pekerja nasional.

3.1. Struktur Pengeluaran Wisatawan Nusantara

Jumlah perjalanan yang dilakukan penduduk Indonesia terus mengalami

peningkatan seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakat. Dengan kondisi

perekonomian yang terus tumbuh tersebut, diharapkan akan meningkatkan daya

beli masyarakat yang pada akhirnya mampu membelanjakan sebagian

penghasilannya untuk hal-hal di luar kebutuhan pokok, salah satunya untuk

melakukan perjalanan wisata. Jumlah perjalanan wisatawan nusantara (wisnus)

pada tahun 2014 diperkirakan mencapai 251,24 juta atau meningkat sebesar 0,48

persen dibanding tahun 2013 yang tercatat 250,04 juta. Jumlah perjalanan tersebut

terbesar berasal dari Jawa Barat 43,75 juta perjalanan, diikuti Jawa Timur 39,68

juta perjalanan, dan ini sejalan dengan jumlah penduduk di kedua provinsi ini yang

memang besar.

Bila disimak travel balance menurut provinsi, jumlah perjalanan wisatawan

nusantara yang masuk ke suatu provinsi tidak berbeda jauh dengan mereka yang

keluar dari provinsi tersebut. Pola ini terjadi pada provinsi Jawa Tengah, Sumatera

Barat, dan Sulawesi Utara. Jumlah wisatawan domestik yang berkunjung maupun

yang keluar juga proporsional.

Page 51: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Struktur Pengeluaran Wisatawan, Investasi, dan Promosi Pariwisata

44 Nesparnas 2015 (Buku 1)

Tabel 3.1. Jumlah Perjalanan Wisnus di Indonesia, Tahun 2010 - 2014

(ribu perjalanan)

Tahun 2010 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Jumlah perjalanan 234.377 236.752 245.290 250.036 251.237

Sumber: BPS

Berdasarkan data jumlah wisnus yang keluar dan masuk, maka setiap

provinsi dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu (1) Provinsi yang

mempunyai travel balance positif seperti Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa

Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, dan Sulawesi Selatan artinya

jumlah wisnus yang berkunjung ke provinsi ini lebih tinggi dari jumlah wisnus yang

berasal dari provinsi bersangkutan, (2) Provinsi yang mempunyai travel balance

negatif seperti DKI Jakarta, Sulawesi Utara dan beberapa provinsi di Indonesia

Timur, artinya jumlah wisnus yang berkunjung ke provinsi ini lebih rendah dari

jumlah wisnus yang berasal dari provinsi bersangkutan, dan (3) Provinsi yang

mempunyai travel balance tidak tetap.

Perjalanan wisnus ke sejumlah daerah akan menstimulasi pertumbuhan

ekonomi di daerah tersebut, sehingga perjalanan wisnus selain ikut

memperkenalkan budaya daerah kepada wisatawan, juga bisa merupakan sarana

pemerataan pendapatan antar daerah. Dari 251,24 juta perjalanan wisnus pada

tahun 2014, jumlah pengeluaran konsumsinya mencapai Rp 213,97 trilyun atau

rata-rata pengeluaran per perjalanan mencapai Rp 851,68 ribu. Bagian terbesar

pengeluaran ini digunakan untuk angkutan domestik, yaitu 42,11 persen,

sementara untuk pengeluaran akomodasi hanya mencapai 10,34 persen. Ini

mengindikasikan bahwa penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan domestik

banyak yang tidak menggunakan jasa akomodasi komersial, mereka lebih senang

menginap di rumah teman, kenalan, atau keluarganya.

Page 52: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Struktur Pengeluaran Wisatawan, Investasi, dan Promosi Pariwisata

Nesparnas 2015 (Buku 1) 45

Sementara itu pengeluaran untuk makanan dan minuman mencapai 19,63

persen dari total pengeluaran, dan pengeluaran untuk belanja produk industri non

makanan mencapai 14,18 persen. Sementara itu, pengeluaran wisnus yang paling

kecil adalah untuk kesehatan dan kecantikan yang hanya mencapai 0,05 persen

dari total pengeluaran. Hal ini disebabkan karena sebagian besar tujuan utama

wisnus melakukan perjalanan adalah untuk mengunjungi keluarga atau

bersilaturahmi.

Tabel 3.2. Struktur Pengeluaran Wisnus menurut Produk Barang dan Jasa

yang Dikonsumsi, Tahun 2014 (miliar rupiah)

Jenis Produk Jumlah Distribusi (%)

(1) (2) (3)1. Hotel dan akomodasi 22.114,43 10,342. Restoran dan sejenisnya 42.008,51 19,633. Angkutan domestik 90.109,91 42,114. Biro perjalanan, operator dan pramuwisata 5.061,84 2,375. Jasa seni budaya, rekreasi dan hiburan 3.196,14 1,496. Jasa pariwisata lainnya 3.100,47 1,457. Souvenir 10.106,75 4,728. Kesehatan dan kecantikan 116,17 0,059. Produk industri non makanan 30.334,73 14,1810.Produk pertanian 7.824,47 3,66

Total Pengeluaran 213.973,41 100,00

Sumber: BPS

Selanjutnya Tabel 3.3.a dan Tabel 3.3.b memperlihatkan struktur

pengeluaran wisnus menurut provinsi asal dan tujuan. Bagi provinsi yang menerima

kunjungan, maka seluruh pengeluaran wisnus di provinsi tersebut merupakan

“devisa” yang diperoleh dari luar provinsi. Namun apabila wisnus hanya melakukan

Page 53: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Struktur Pengeluaran Wisatawan, Investasi, dan Promosi Pariwisata

46 Nesparnas 2015 (Buku 1)

perjalanan dalam provinsi di mana mereka tinggal, maka pengeluarannya hanya

berdampak pada sektor usaha di provinsi itu sendiri.

Pengeluaran wisnus terbanyak berasal dari Provinsi Jawa Barat, mencapai

14,99 persen dari total belanja, diikuti DKI Jakarta dan Jawa Timur, masing-masing

8,72 persen dan 8,49 persen.

Tabel 3.3.a. Struktur Pengeluaran Wisnus Menurut Provinsi Asal,

Tahun 2014 (miliar rupiah)

Sumber: BPS

Sementara dilihat dari provinsi tujuan, penerima terbesar dari perjalanan

domestik adalah provinsi DKI Jakarta, diikuti Jawa Timur dan Jawa Barat. Ketiga

provinsi tersebut masing-masing menerima kontribusi 19,82 persen, 14,25 persen,

dan 14,05 persen dari total pengeluaran wisnus. Hal ini dapat dilihat dari struktur

pengeluaran wisnus menurut provinsi tujuan seperti disajikan pada Tabel 3.3.b

Provinsi yang mendapat “devisa” cukup besar masih berlokasi di Pulau Jawa

dengan jumlah wisnus yang besar.

Provinsi Asal Jumlah Distribusi (%)

(1) (2) (3)1. Sumatera Utara 4.718,09 2,202. Sumatera Barat 3.611,04 1,693. DKI Jakarta 18.653,13 8,724. Jawa Barat 32.082,45 14,995. Jawa Tengah 13.569,39 6,346. DI Yogyakarta 4.177,89 1,957. Jawa Timur 18.176,99 8,498. Bali 4.573,69 2,149. Sulawei Utara 3.983,03 1,8610. Sulawesi Selatan 6.796,52 3,1811. Lainnya 103.631,20 48,43

INDONESIA 213.973,41 100,00

Page 54: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Struktur Pengeluaran Wisatawan, Investasi, dan Promosi Pariwisata

Nesparnas 2015 (Buku 1) 47

Tabel 3.3.b. Struktur Pengeluaran Wisnus Menurut Provinsi Tujuan,

Tahun 2014 (miliar rupiah)

Provinsi Tujuan Jumlah Distribusi (%)

(1) (2) (3)1. Sumatera Utara 6.755,78 3,162. Sumatera Barat 2.896,95 1,353. DKI Jakarta 42.416,37 19,824. Jawa Barat 30.060,77 14,055. Jawa Tengah 21.172,96 9,906. DI Yogyakarta 11.255,22 5,267. Jawa Timur 30.495,75 14,258. Bali 8.857,83 4,149. Sulawesi Utara 2.121,66 0,9910. Sulawesi Selatan 9.506,76 4,4411. Lainnya 48.433,33 22,64

INDONESIA 213.973,41 100,00

Sumber: BPS

Hal ini wajar karena jumlah penduduk di pulau ini merupakan yang

terbesar. Selain itu, struktur ini juga menunjukkan bahwa Pulau Jawa masih

merupakan daerah tujuan wisata bagi penduduk Indonesia. Sementara itu Bali yang

merupakan daerah wisata tujuan bagi wisman, ternyata tidak demikian halnya bagi

wisnus. Proporsi pendapatan dari wisnus di Provinsi Bali hanya 4,14 persen dari

total pengeluaran wisnus, jauh lebih rendah dari DKI Jakarta yang sebesar 19,82

persen.

3.2. Struktur Pengeluaran Wisatawan Mancanegara

Seiring meningkatnya jumlah kunjungan wisman, sudah barang tentu akan

memberikan arti yang lebih baik bagi perkembangan kepariwisataan di Indonesia.

Page 55: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Struktur Pengeluaran Wisatawan, Investasi, dan Promosi Pariwisata

48 Nesparnas 2015 (Buku 1)

Hal ini dapat dipahami mengingat konsumsi wisman merupakan peranan kedua

yang signifikan dalam struktur pengeluaran pariwisata.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pencatatan pada Tempat

Pemeriksaan Imigrasi (TPI) yang tersebar di seluruh Indonesia, jumlah kunjungan

wisman di tahun 2014 mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Pada

tahun 2014 jumlah kunjungan wisman mencapai 9,44 juta orang. Jumlah ini naik

7,19 persen dibandingkan dengan jumlah wisman tahun 2013 yang sebanyak 8,80

juta orang.

Tabel 3.4. Jumlah Kedatangan Wisatawan Mancanegara yang Berkunjung ke

Indonesia menurut Negara Tempat Tinggal, Tahun 2010- 2014

Sumber: BPS

Negara Tempat

Tinggal2010 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Singapura 1.373.126 1.505.588 1.565.478 1.634.149 1.739.825

Malaysia 1.277.476 1.302.237 1.335.531 1.430.989 1.485.643

Jepang 418.971 412.623 450.687 491.574 525.419

T a i w a n 213.442 221.877 216.535 245.288 244.003

Australia 771.792 931.109 961.595 997.984 1.128.533

Korea, Rep. 274.999 306.061 311.618 343.627 370.142

Amerika Serikat 180.361 204.275 212.851 234.134 251.380

Jerman 145.244 145.160 148.146 168.110 184.815

Inggris 192.259. 192.685 212.087 228.679 249.218

Belanda 151.836 159.063 146.591 158.181 169.308

Tiongkok 469.365 574.179 686.779 807.429 926.750

Lainnya 1.534.073 1.694.874 1.796.564 2.061.985 2.160.375

Jumlah 7.002.944 7.649.731 8.044.462 8.802.129 9.435.411

Page 56: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Struktur Pengeluaran Wisatawan, Investasi, dan Promosi Pariwisata

Nesparnas 2015 (Buku 1) 49

Naiknya jumlah wisman tahun 2014 ini disebabkan oleh beberapa faktor,

baik dari dalam (internal factors) maupun luar (external factors). Diluncurkannya

program Wonderful Indonesia, diyakini sebagai salah satu pendorong

meningkatnya jumlah kunjungan wisman ke Indonesia. Kenaikan jumlah wisman ini

terjadi hampir di semua pintu masuk utama ke Indonesia. Hal lain yang cukup

mendukung kedatangan wisman pada tahun ini adalah semakin kondusifnya situasi

keamanan dalam negeri, serta perkembangan perekonomian yang semakin baik

khususnya di negara-negara pemasok wisman ke Indonesia, seperti Tiongkok,

Malaysia, dan Singapura. Di sisi lain, walaupun ancaman krisis global yang terjadi

sejak triwulan keempat tahun 2009 belum berakhir, namun dampaknya pada

kunjungan wisman di tahun 2014 tidak begitu besar.

Seperti halnya pada tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2014 jumlah

kunjungan terbanyak berasal dari Singapura yang mencapai 1,74 juta orang atau

18,44 persen, kemudian urutan kedua diikuti oleh wisman asal Malaysia dan

Australia dengan kontribusi masing-masing sebesar 15,75 persen dan 11,96 persen.

Kedekatan geografis secara umum menjadi faktor utama besarnya jumlah wisman

dari negara-negara tersebut. Wisman asal Singapura jumlahnya secara konsisten

tetap terbesar. Sementara itu wisman asal Malaysia pada tahun ini tetap

mengalami peningkatan seperti tahun sebelumnya, hampir menyamai wisman asal

Singapura. Disamping faktor geografis, kedatangan jumlah wisman asal Malaysia ini

juga disebabkan karena faktor hubungan historis sesama rumpun melayu.

Selanjutnya wisman asal Australia yang tahun sebelumnya menempati urutan

ketiga terbesar, dalam tahun ini masih diurutan yang sama. Hal yang menarik untuk

diamati adalah peningkatan jumlah wisman yang berasal dari China yang mencapai

926.750 orang. Dibanding keadaan 4 tahun yang lalu, jumlah wisman yang berasal

dari Tiongkok mengalami peningkatan sebesar 97,45 persen. Perkembangan

ekonomi yang sangat pesat dan semakin terbukanya sistem politik dan ekonomi

Tiongkok menyebabkan jumlah perjalanan penduduknya ke luar negeri semakin

tinggi.

Page 57: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Struktur Pengeluaran Wisatawan, Investasi, dan Promosi Pariwisata

50 Nesparnas 2015 (Buku 1)

Tabel 3.5. Struktur Pengeluaran Wisman menurut Produk Barang dan Jasa

yang Dikonsumsi, Tahun 2014 (miliar rupiah)

Jenis Produk Jumlah Distribusi (%)

(1) (2) (3)1. Hotel dan akomodasi 60.639,71 41,96

2. Restoran dan sejenisnya 24.447,06 16,92

3. Angkutan domestik 12.371,87 8,56

4. Angkutan Internasional 11.875,50 8,22

5. Biro perjalanan, operator dan pramuwisata 2.981,84 2,06

6. Jasa seni budaya, rekreasi dan hiburan 6.619,00 4,58

7. Jasa pariwisata lainnya 2.514,33 1,74

8. Souvenir 9.481,45 6,56

9. Kesehatan dan kecantikan 3.229,33 2,23

10. Produk industri non makanan 8.338,61 5,77

11. Produk pertanian 2.011,49 1,39

Total Pengeluaran 144.510,19 100,00

Sumber: Kementerian Pariwisata, diolah kembali

Pada tahun 2014 total konsumsi wisman di Indonesia mencapai Rp 144,51

triliun. Jika dibandingkan dengan keadaan tahun 2013 yang berjumlah Rp 112,22

triliun, konsumsi wisman tahun 2014 mengalami peningkatan yang cukup

signifikan. Peningkatan jumlah konsumsi wisman ini lebih disebabkan oleh

meningkatnya rata-rata konsumsi/belanja wisman di Indonesia. Rata-rata

pengeluaran per kunjungan meningkat dari US$ 1.142 pada tahun 2013 menjadi

US$ 1.183 pada tahun 2014.

3.3. Struktur Pengeluaran Wisatawan Indonesia ke Luar Negeri (Wisnas)

Selama lima tahun terkhir, jumlah wisatawan Indonesia yang berkunjung ke

mancanegara (wisnas) menunjukkan tren peningkatan. Disamping adanya

Page 58: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Struktur Pengeluaran Wisatawan, Investasi, dan Promosi Pariwisata

Nesparnas 2015 (Buku 1) 51

peningkatan kemampuan masyarakat yang ditandai dengan adanya peningkatan

pendapatan perkapita penduduk sekitar 5 persen per tahun, hal lain yang ikut

mempengaruhi penduduk Indonesia melakukan perjalanan ke luar negeri antara

lain faktor kenyamanan dan keamanan di negara yang dikunjungi, serta harga

perjalanan yang harus dibayar. Dengan berkembangnya perang tarif antar

maskapai penerbangan serta gencarnya promosi dari negara-negara lain, terutama

negara tetangga (ASEAN), menjadi pemicu penduduk Indonesia melakukan

perjalanan ke luar negeri.

Dilihat dari sisi neraca pembayaran sektor jasa, dalam hal ini komponen

travel (pariwisata), masih mengalami surplus hingga akhir tahun ini. Namun

demikian seiring meningkatnya jumlah perjalanan penduduk Indonesia ke luar

negeri, dikhawatirkan surplus itu akan semakin berkurang dan dapat menjadi

balance ataupun negatif. Pada tahun 2014, jumlah kunjungan wisnas mencapai

8,07 juta kunjungan atau naik 0,61 persen dibanding tahun 2013. Dari sisi

pengeluaran atau konsumsi hingga tahun 2014, total pengeluaran wisman masih

lebih tinggi dibanding wisnas, sehingga devisa yang dihasilkan masih bernilai positif

(surplus).

Tabel 3.6 Jumlah Perjalanan Wisatawan Indonesia ke Luar Negeri, Tahun 2010 –

2014 (ribu perjalanan)

Tahun 2010 2011 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Jumlah Perjalanan 6.236 6.750 7.454 8.025 8.074

Sumber : BPS

Dalam analisis ini sebenarnya pengeluaran wisatawan Indonesia yang

melakukan perjalanan ke luar negeri tidak hanya uang yang mereka belanjakan di

luar negeri saja (merupakan pengurang devisa) tetapi juga uang yang mereka

belanjakan di Indonesia baik sebelum maupun sesudah mereka kembali ke

Page 59: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Struktur Pengeluaran Wisatawan, Investasi, dan Promosi Pariwisata

52 Nesparnas 2015 (Buku 1)

Indonesia tetapi masih dalam rangkaian perjalanan mereka ke luar negeri. Memang

secara keseluruhan biaya sebelum meninggalkan Indonesia (pre-trip) dan sesudah

tiba di Indonesia (post-trip) yang dikeluarkan relatif kecil, yaitu masing-masing 4,77

persen dan 2,25 persen dari total pengeluaran mereka sebanyak Rp 89,73 triliun.

Tabel 3.7. Struktur Pengeluaran Wisatawan Indonesia ke Luar Negeri menurut

Kategori Pengeluaran dan Jenis Produk Barang dan Jasa yang Dikonsumsi

Tahun 2014 (miliar rupiah)

Jenis ProdukKategori Pengeluaran Dist

Pre-Trip Trip Post-Trip Jumlah (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Hotel dan akomodasi lain 54,39 27.136,29 25,62 27.216,30 30,33

2. Restoran dan sejenisnya 608,13 12.325,00 286,51 13.219,64 14,73

3. Angkutan 873,65 5.515,39 411,60 6.800,65 7,58

4. Biro perjalanan, operator,

dan pramuwisata1.170,44 875,46 551,43 2.597,32 2,89

5. Jasa seni, budaya, rekreasi,

dan hiburan- 2.089,56 - 2.089,56 2,33

6. Jasa Pariwisata Lainnya - 3.134,34 - 3.134,34 3,49

7. Souvenir - 6.234,97 - 6.234,97 6,95

8. Kesehatan dan Kecantikan - 8.303,61 - 8.303,61 9,25

9. Produk non makanan 1.576,00 16.768,97 742,50 19.087,47 21,27

10.Produk pertanian - 1.048,04 - 1.048,04 1,17

Jumlah 4.282,60 83.431,63 2.017,66 89.731,89 100,00

Sumber: Kementerian Pariwisata, diolah kembali

Dilihat dari keseluruhan pengeluaran yang mereka lakukan, porsi terbesar

adalah untuk akomodasi, yaitu 30,33 persen. Sementara itu untuk keperluan

makan/minum di restoran dan sejenisnya, mereka mengeluarkan dana sekitar

14,73 persen dari total pengeluarannya. Sedangkan untuk keperluan kesehatan dan

kecantikan mereka mengeluarkan uang dengan porsi 9,25 persen.

Page 60: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Struktur Pengeluaran Wisatawan, Investasi, dan Promosi Pariwisata

Nesparnas 2015 (Buku 1) 53

3.4. Struktur Pengeluaran Pemerintah dan Swasta untuk Investasi Pariwisata

Untuk mengukur besarnya investasi di sektor pariwisata baik secara

langsung maupun tidak langsung digunakan data Pembentukan Modal Tetap Bruto

(PMTB) yang diturunkan dari data Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun

2014. Dalam pemahaman PDB, investasi dimaksud juga sebagai PMTB. Dari data

tersebut terlihat bahwa total investasi swasta yang ditujukan untuk mendukung

kegiatan pariwisata adalah sebesar 3.93 persen dari total investasi yang berjumlah

sebesar Rp 3.434,12 trilliun. Investasi pariwisata ini terdiri dari investasi oleh dunia

usaha atau swasta sebesar Rp 134,99 triliun atau sebesar 99,75 persen, sedangkan

sisanya sebesar 0,25 persen dilakukan oleh pemerintah atau senilai Rp 0,34 triliun.

Tabel 3.8. Struktur Investasi Pariwisata Baik yang Bersifat Langsung maupun Tidak

Langsung Tahun 2014 (miliar rupiah)

Jenis Barang ModalSwasta/

BUMN/BUMD

PemerintahJumlah

Pusat Daerah

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Bangunan Hotel dan Akomodasi lainnya 28.162,29 - - 28.162,29

2. Bangunan Restoran dan sejenisnya 8.224,25 - - 8.224,25

3. Bangunan Bukan Tempat Tinggal 24.316,34 4,53 6,38 24.327,25

4. Bangunan olahraga, rekreasi, hiburan,seni & budaya 10.596,26 11,64 15,19 10.623,08

5. Infrastuktur (Jalan, Jembatan, pelabuhan) 24.955,67 9,15 10,89 24.975,71

6. Bangunan Lainnya 11.287,25 - - 11.287,25

7. Mesin dan Peralatan 9.398,96 88,65 109,03 9.596,64

8. Alat Angkutan 8.729,70 29,43 53,42 8.812,54

9. Barang modal Lainnya 9.323,65 1,17 3,17 9.327,99

Jumlah 134.994,36 144,57 198,09 135.337,01

Distribusi (%) 99,75 0,11 0,14 100,00

Sumber: BPS

Page 61: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Struktur Pengeluaran Wisatawan, Investasi, dan Promosi Pariwisata

54 Nesparnas 2015 (Buku 1)

Dari Tabel 3.8. dapat dilihat struktur investasi sektor pariwisata baik yang

bersifat langsung maupun tidak langsung yang dirinci menurut jenis barang modal

dan pelaku investasinya. Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa

pemerintah tidak melakukan investasi untuk pembangunan gedung atau bangunan

yang berkaitan dengan kegiatan pariwisata langsung, seperti bangunan hotel dan

restoran dan sebagainya. Hal ini antara lain disebabkan oleh minimnya dan

terbatasnya anggaran pemerintah utamanya anggaran pembangunan, disamping

upaya pemerintah memberikan peluang seluas-luasnya kepada dunia usaha dan

swasta untuk berkiprah dan melakukan investasi di sektor pariwisata ini.

Di lain pihak diharapkan kalangan swasta sudah semakin sadar dan

memahami pentingnya investasi di bidang pariwisata ini untuk menangkap peluang

semakin banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Indonesia di tahun-tahun

mendatang. Kondisi ini tentunya sangat berbeda dengan keadaan pada awal Pelita,

dimana kemampuan swasta pada waktu itu masih sangat terbatas sehingga

pemerintah mengambil peran yang lebih besar dalam pengembangan dan

pembangunan fasilitas dan akomodasi untuk menampung jumlah wisatawan yang

mulai meningkat jumlahnya.

Walaupun demikian pemerintah masih melakukan investasi untuk

bangunan bukan tempat tinggal dan bangunan yang berhubungan dan menunjang

kegiatan kepariwisataan seperti bangunan untuk olahraga, rekreasi, hiburan, seni

dan budaya dengan nilai yang masih relatif sangat kecil bila dibandingkan dengan

pihak swasta. Umumnya fasilitas bangunan ini lebih bersifat kepada pelayanan

publik dan masyarakat sehingga nilainya pun tidak akan memenuhi profit

keekonomian. Begitu juga pembangunan infrastruktur (jalan, jembatan, pelabuhan)

yang terkait pariwisata kalau dilihat secara besaran nilainya memang juga masih

terlalu kecil. Tetapi sesuai dengan tugas pemerintah sebagai agen pembangunan di

segala bidang maka cerminan ini lebih kepada pelayanan masyarakat untuk

menunaikan tujuan wisatanya.

Page 62: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Struktur Pengeluaran Wisatawan, Investasi, dan Promosi Pariwisata

Nesparnas 2015 (Buku 1) 55

Dari seluruh investasi pariwisata yang dilakukan oleh pemerintah dan

swasta, terlihat bahwa investasi terkait sektor pariwisata pada tahun 2014

mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 investasi

mencapai Rp 135,34 trilliun sedangkan pada tahun 2013 sebesar Rp 121,30 trilliun.

Sementara itu investasi yang dilakukan pemerintah terbesar adalah untuk mesin

dan peralatan serta alat angkutan masing-masing sebesar Rp 197,68 miliar dan Rp

82,85 miliar atau masing-masing sebesar 57,69 persen dan 24,18 persen dari total

investasi pemerintah. Investasi mesin dan peralatan serta alat angkutan ini pada

umumnya adalah barang modal dan alat-alat pemerintah yang dipergunakan di

kantor-kantor pemerintah yang mengurus kepariwisataan seperti kantor

Kementerian Pariwisata beserta seluruh jajarannya baik di tingkat pusat dan

daerah, dan Dinas Pariwisata pada pemerintah daerah tingkat I/provinsi dan

pemerintah daerah tingkat II/kabupaten/kota.

Berbeda dengan pola tahun sebelumnya, pihak swasta paling banyak

melakukan investasi pada pembangunan hotel dan akomodasi lainnya senilai Rp

28,16 trilliun atau 20,86 persen, diikuti dengan pembangunan infrastruktur dan

bangunan bukan tempat tinggal sebesar Rp 24,96 triliun dan Rp 24,32 triliun.

Investasi hotel ini disamping adanya penambahan hotel baru, termasuk juga

renovasi besar beberapa hotel dan akomodasi lainnya pada tahun 2014, dan

pembangunan gedung-gedung untuk kegiatan budaya dan pariwisata.

Secara keseluruhan, investasi yang terbesar adalah bangunan hotel dan

akomodasi lainnya (20,81 persen dari total investasi), diikuti infrastruktur (18,44

persen) dimana peran swasta sangat besar.

3.5. Struktur Pengeluaran Pemerintah untuk Promosi dan Pembinaan

Pariwisata

Dalam rangka upaya meningkatkan jumlah wisman maupun wisnus di

Indonesia diperlukan berbagai usaha yang terencana dan terintegrasi. Salah satu

Page 63: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Struktur Pengeluaran Wisatawan, Investasi, dan Promosi Pariwisata

56 Nesparnas 2015 (Buku 1)

cara untuk memperkenalkan citra dan potensi pariwisata Indonesia adalah dengan

melakukan promosi secara intensif dan ekstensif baik di dalam maupun luar negeri.

Telah disebutkan pada bab pendahuluan bahwa sektor pariwisata sangat

sensitif terhadap isu perubahan dan kejadian luar biasa, oleh karenanya maka

upaya untuk membangun opini yang lebih baik tentang Indonesia, baik sosial

maupun politik sangat penting untuk dilakukan. Upaya yang dilakukan adalah

membangun informasi yang lebih proporsional mengenai situasi dan kondisi yang

sebenarnya, sekaligus memperkenalkan budaya bangsa dan sumber daya

pariwisata lainnya. Dengan demikian pariwisata tetap diharapkan secara

berkesinambungan menjadi penghasil devisa terbesar di masa mendatang.

Promosi pariwisata yang efektif dan efisien yang dilakukan melalui

kerjasama antara pemerintah dengan swasta akan berdampak positif bila dapat

menarik lebih banyak minat wisman untuk mengunjungi Indonesia. Dari sisi

penyediaan (supply), dilakukan pembinaan usaha-usaha yang bergerak di sektor

pariwisata serta promosi pariwisata untuk penduduk Indonesia sendiri agar lebih

mengenal budaya bangsanya.

Untuk tujuan-tujuan di atas, kemudian Pemerintah mengalokasikan sedikit

anggarannya untuk sejumlah kegiatan yang mendukung pengembangan pariwisata.

Pengeluaran pemerintah yang dimaksud di sini adalah pengeluaran yang digunakan

untuk kegiatan operasional, bukan investasi, dengan ciri-ciri produk yang dibeli

habis digunakan pada saat dipakai. Dalam kajian ini, jenis-jenis pengeluaran yang

dicakup adalah :

1) promosi pariwisata,

2) perencanaan dan koordinasi pembangunan pariwisata,

3) penyusunan statistik dan informasi pariwisata,

4) penelitian dan pengembangan pariwisata,

5) penyelenggaraan dan pelayanan informasi pariwisata,

6) keamanan dan perlindungan pariwisata,

7) pengawasan dan pengaturan, dan

Page 64: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Struktur Pengeluaran Wisatawan, Investasi, dan Promosi Pariwisata

Nesparnas 2015 (Buku 1) 57

8) lainnya.

Sebagian besar sumber pembiayaan kegiatan pemerintah di atas berasal

dari anggaran rutin baik dari APBN maupun APBD, termasuk di dalamnya kegiatan

yang bersumber dari anggaran Kementerian Pariwisata beserta seluruh jajarannya

dan Dinas Pariwisata Provinsi dan Kabupaten/Kota sepanjang berhubungan dengan

sektor kepariwisataan. Jadi lingkup pengeluaran ini lebih luas dari lingkup investasi

pariwisata yang dilakukan oleh pemerintah yang telah dibicarakan sebelumnya.

Tabel 3.9. Struktur Pengeluaran Pemerintah untuk Promosi dan Pembinaan Sektor

Pariwisata, Tahun 2014 (miliar rupiah)

Sumber: BPS

Jenis AktivitasPemerintah

Dist (%)Pusat Daerah Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Promosi pariwisata 341,72 1.043,20 1.384,92 17,81

2. Rencana dan koordinasi pembangunanpariwisata 438,61 1.600,12 2.038,73 26,22

3. Penyusunan statistik dan informasipariwisata 336,90 916,99 1.253,89 16,13

4. Penelitian dan pengembangan 302,20 1.197,71 1.499,91 19,29

5. Penyelenggaraan dan pelayanan informasipariwisata 220,97 424,80 645,78 8,31

6. Pengamanan dan perlindungan wisatawan 130,17 172,07 302,24 3,897. Pengawasan dan pengaturan 132,73 225,98 358,71 4,618. Lainnya 109,37 182,04 291,41 3,75

Jumlah 2.012,68 5.762,92 7.775,60 100,00

Distribusi (%) 25,88 74,12 100,00

Page 65: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Struktur Pengeluaran Wisatawan, Investasi, dan Promosi Pariwisata

58 Nesparnas 2015 (Buku 1)

Tabel 3.9. memperlihatkan pengeluaran pemerintah yang berhubungan

dengan promosi dan pembinaan pariwisata pada tahun 2014 sebesar Rp 7,78

triliun, dengan komposisi 74,12 persen atau Rp 5,76 triliun dikeluarkan oleh

pemerintah daerah sedangkan sisanya sebesar Rp 2,01 triliun oleh pemerintah

pusat.

Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, pengeluaran untuk perencanaan

dan koordinasi pengembangan pariwisata merupakan pengeluaran pemerintah

terbesar dengan porsi 26,22 persen dari total pengeluaran atau sebesar Rp 2,04

triliun, diikuti oleh pengeluaran di bidang penelitian dan pengembangan pariwisata

19,29 persen dari total pengeluaran pemerintah. Sementara itu pengeluaran untuk

promosi sendiri hanya 17,81 persen atau sebesar Rp 1,38 triliun. Pengeluaran yang

cukup rendah adalah untuk pengamanan dan perlindungan wisatawan serta

pengeluaran lainnya dengan porsi masing-masing sebesar 3,89 persen dan 3,75

persen. Hal ini mungkin disebabkan komponen ini telah banyak dilakukan oleh

pihak swasta.

Page 66: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Analisis Neraca Satelit Pariwisata Nasional

Nesparnas 2015 (Buku 1) 59

BAB 4ANALISISNERACA SATELITPARIWISATA NASIONAL

Page 67: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Analisis Neraca Satelit Pariwisata Nasional

60 Nesparnas 2015 (Buku 1)

Page 68: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Analisis Neraca Satelit Pariwisata Nasional

Nesparnas 2015 (Buku 1) 61

4.1. Peranan Pariwisata dalam Perekonomian

Pariwisata mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam

perekonomian nasional. Selain menghasilkan devisa bagi Negara, pariwisata juga

mampu berperan dalam penciptaan lapangan kerja dan berusaha. Sebagai contoh,

pembangunan hotel atau restoran di sekitar obyek wisata akan menciptakan

lapangan pekerjaan bagi penduduk sekitar dan dapat pula menciptakan usaha

ekonomi bagi penduduk lokal seperti pembuatan cinderamata atau bingkisan.

Pariwisata bukan merupakan sektor yang berdiri sendiri. Untuk mengukur

peranan pariwisata dalam perekonomian tidak dapat dilakukan secara langsung,

tetapi melalui identifikasi semua sektor yang terkait dengan kegiatan ini. Dengan

menggunakan pendekatan tabel I-O dapat diperkirakan sejauh mana peran

pariwisata di masing-masing sektor yang terkait, baik secara langsung maupun

tidak langsung.

Peranan pariwisata dalam PDB menurut penggunaan (sisi demand) dapat

diidentifikasi melalui: (1) porsi konsumsi rumah tangga untuk kegiatan wisata

dalam negeri dan pengeluaran wisatawan Indonesia ke luar negeri sebelum

meninggalkan dan setelah tiba di Indonesia, (2) porsi konsumsi pemerintah, untuk

berbagai kegiatan pariwisata; (3) porsi ekspor yang mencakup pengeluaran wisman

selama mereka berada di Indonesia; (4) porsi impor yang mencakup pengeluaran

wisatawan Indonesia selama mereka berada di luar negeri; dan (5) porsi investasi

untuk pengembangan dan pembangunan pariwisata. Tabel 4.1 memperlihatkan

besarnya porsi pariwisata di masing-masing komponen penggunaan PDB seperti

disebutkan di atas. Sedangkan untuk melihat peran pariwisata dalam investasi

nasional secara rinci disajikan dalam tabel tersendiri.

Berdasarkan Tabel 4.1, terlihat bahwa peranan pariwisata dalam konsumsi

rumah tangga mencapai 3,73 persen. Sementara itu, peranan pariwisata dalam

pengeluaran pemerintah relatif kecil, yaitu hanya 0,77 persen dari total

pengeluaran (current expenditure) pemerintah.

Page 69: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Analisis Neraca Satelit Pariwisata Nasional

62 Nesparnas 2015 (Buku 1)

Tabel 4.1. Peranan Pariwisata terhadap PDB Indonesia dari Sisi Neraca

Penggunaan, Tahun 2014 (triliun rupiah)

Sumber: BPS

Selanjutnya, peranan pariwisata dalam ekspor barang dan jasa sebesar 6,03

persen. Porsi ini ditentukan oleh besarnya konsumsi wisman pada tahun 2014 ini.

Tentu saja peranan terbesar ada pada jasa hotel, restoran, hiburan dan angkutan

yang mencapai lebih dari 80 persen dari ekspor jasa-jasa tersebut. Sementara itu

peranan pariwisata dalam impor mencapai 3,23 persen. Apabila ingin melihat

“accommodation balance”, maka komposisi besaran nilai antara ekspor dan impor

untuk produk terkait pariwisata menjadi sangat menentukan. Namun analisis kali

ini lebih ditekankan pada peranan pariwisata dalam masing-masing struktur

konsumsi yang ada dalam PDB.

Untuk peranan investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional

dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel tersebut juga menyajikan peranan investasi

sektor pariwisata yang dirinci menurut jenis barang modal yaitu (1) bangunan, yang

terdiri dari bangunan tempat tinggal, bangunan bukan tempat tinggal, infrastruktur

(seperti jalan, jembatan dan dermaga), dan bangunan lainnya; (2) mesin dan

peralatan, (3) alat angkutan; dan (4) barang modal lainnya.

KomponenKonsumsi

rumahtangga

Konsumsipemerintah Investasi Ekspor Impor

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Pariwisata 220,27 7,78 135,34 150,81 83,43

PDB Nasional 5.911,17 1.005,40 3.434,12 2.501,20 2.580,53

Share pariwisata (%) 3,73 0,77 3,93 6,03 3,23

Page 70: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Analisis Neraca Satelit Pariwisata Nasional

Nesparnas 2015 (Buku 1) 63

Tabel 4.2. Peranan Pariwisata dalam Investasi Nasional Tahun 2014 (persen)

Sumber: BPS

Peranan investasi sektor pariwisata terhadap investasi nasional pada tahun

2014 mencapai 3,93 persen, turun dibanding tahun 2013 yang sebesar 4,22 persen.

Dilihat dari jenis barang modal, maka peranan pariwisata tertinggi ada pada jenis

barang modal alat angkutan dengan persentase 5,53 persen dari investasi nasional,

sedangkan untuk porsi terendah adalah investasi pada mesin dan peralatan yaitu

2,41 persen.

4.2. Dampak Ekonomi Pariwisata

Kegiatan pariwisata secara langsung maupun tidak langsung akan

memberikan dampak ekonomi dan sosial baik bagi masyarakat sekitar maupun

nasional secara umum. Seperti telah diuraikan pada pembahasan di atas,

pengukuran kinerja pariwisata terhadap perekonomian menggunakan total nilai

transaksi ekonomi yang diciptakan oleh kegiatan pariwisata. Transaksi ekonomi

pariwisata sendiri dibentuk oleh keseimbangan antara supply dan demand dari

barang dan jasa dalam kaitan pariwisata. Pertemuan antara supply dan demand

pariwisata dirangkum dalam Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas).

Struktur Investasi Peranan pariwisatadalam investasi

(1) (2)

1. Bangunan (tempat tinggal dan bukan tempat tinggal) 4,19

2. Mesin dan peralatan 2,41

3. Alat angkutan 5,53

4. Barang modal lainnya 2,96

Jumlah 3,93

Page 71: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Analisis Neraca Satelit Pariwisata Nasional

64 Nesparnas 2015 (Buku 1)

Tabel 4.3. Ringkasan Pengeluaran Terkait Pariwisata Indonesia,

Tahun 2014 (miliar rupiah)

Sektor terkait PariwisataPengeluaran Terkait Pariwisata

Wisman WisnusOutbound

Investasi Promosi JumlahPre-Trip Post-Trip

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)Jasa Pariwisata

Hotel dan Akomodasi lainnya 60.639,71 22.114,43 54,39 25,62 82.834,15Restoran dan sejenisnya 24.447,06 42.008,51 608,13 286,51 67.350,21Angkutan domestik 12.371,87 90.109,91 873,65 411,60 103.767,03Biro perjalanan, operator danpramuwisata 2.981,84 5.061,84 1.170,44 551,43 9.765,54

Jasa seni, budaya, rekreasi danhiburan 6.619,00 3.196,14 - - 9.815,14

Jasa pariwisata lainnya 2.514,33 3.100,47 - - 5.614,80Souvenir 9.481,45 10.106,75 - - 19.588,20Kesehatan dan kecantikan 3.229,33 116,17 - - 3.345,50Produk industri non makanan 8.338,61 30.334,73 1.576,00 742,50 40.991,84Produk pertanian 2.011,49 7.824,47 - - 9.835,96Angkutan internasional 11.875,50 - - - 11.875,50

Investasi PariwisataBangunan hotel dan akomodasilainnya 28.162,29 28.162,29

Bangunan restoran dan sejenisnya 8.224,25 8.224,25Bangunan bukan tempat tinggal 24.327,25 24.327,25Bangunan olahraga, rekreasi,hiburan,seni dan budaya

10.623,08 10.623,08

Infrastruktur 24.975,71 24.975,71Bangunan lainnya 11.287,25 11.287,25Mesin dan peralatan 9.596,64 9.596,64Alat angkutan 8.812,54 8.812,54Barang modal lainnya 9.327,99 9.327,99

Pengeluaran Pemerintah 7.775,60 7.775,60

Jumlah 144.510,19 213.973,41 4.282,60 2.017,66 135.337,01 7.775,60 507.896,48

Sumber: BPS

Nilai transaksi ekonomi yang diciptakan oleh kegiatan pariwisata (direct

economic transaction) pada tahun 2014 mencapai Rp 507,90 triliun atau

mengalami peningkatan sebesar 14,94 persen dibanding tahun 2013 yang sebesar

Rp 441,88 triliun. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah belanja

wisman yang mencapai 11,38 persen dibanding tahun sebelumnya. Konsumsi

wisnus juga mengalami kenaikan dari Rp 177,84 triliun menjadi Rp 213,97 triliun,

sementara transaksi ekonomi wisnas juga mengalami kenaikan sebesar 7,06

Page 72: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Analisis Neraca Satelit Pariwisata Nasional

Nesparnas 2015 (Buku 1) 65

persen. Di sisi lain, promosi dan investasi juga memberikan kontribusi yang cukup

besar terhadap perekonomian nasional, masing-masing mengalami kenaikan

sebesar 9,25 persen dan 11,58 persen.

Dari total nilai transaksi sebesar Rp 507,90 triliun pada tahun 2014, nilai

transaksi yang diciptakan oleh konsumsi wisnus menyumbang 42,13 persen

terhadap total nilai transaksi pariwisata, disusul oleh nilai transaksi yang diciptakan

wisman yang mencapai Rp 144,51 triliun atau 28,45 persen. Sementara itu,

kontribusi ketiga terbesar adalah dalam rangka investasi yang mencapai Rp 135,34

triliun atau 26,65 persen.

Ukuran kemajuan pariwisata Indonesia yang hanya menggunakan jumlah

wisman yang datang ke Indonesia belum menggambarkan keutuhan kegiatan

pariwisata. Dengan kata lain, kebijakan pengembangan pariwisata yang lebih

terfokus kepada fluktuasi jumlah wisman sebenarnya kurang tepat sebab secara

ekonomi peranan wisnus lebih besar. Indikator perkembangan jumlah wisman

tetap penting bagi Indonesia secara politis karena menyangkut aspek pencitraan

serta keamanan dan kenyamanan bagi warga asing untuk berkunjung ke Indonesia.

Selanjutnya, untuk mengukur peranan ekonomi pariwisata atau dampak

kegiatan pariwisata terhadap keseluruhan ekonomi nasional tahun 2014 dihitung

dengan menggunakan matriks multiplier input-output berdasarkan Tabel Input-

Output Indonesia tahun 2010. Aspek ekonomi yang diukur adalah peranan

pariwisata dalam output nasional, PDB nasional, kompensasi tenaga kerja, serta

pajak atas produksi neto baik keseluruhan maupun sektoral. Karena transaksi

ekonomi pariwisata dilakukan oleh pihak-pihak yang mengkonsumsi pariwisata

secara independen (wisnus, wisnas, wisman, investor dan promosi) maka proses

penghitungan dimungkinkan dilakukan secara parsial untuk masing-masing pihak

tersebut.

Seperti diuraikan dalam sub-bab sebelumnya, pengeluaran wisatawan

(mancanegara dan nusantara), investasi di bidang kepariwisataan dan pengeluaran

pemerintah untuk promosi pariwisata adalah bagian dari permintaan akhir (final

Page 73: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Analisis Neraca Satelit Pariwisata Nasional

66 Nesparnas 2015 (Buku 1)

demand). Timbulnya pengeluaran-pengeluaran di sektor kepariwisataan tersebut

akan berdampak positif pada penciptaan sejumlah variabel makro ekonomi,

disamping dampak negatif seperti meningkatnya impor dan dampak non-ekonomi.

Dengan menggunakan Tabel Input-Output, permintaan akhir tersebut

diklasifikasikan kembali mengikuti klasifikasi sektor dalam Tabel I-O dan

dampaknya diperoleh dengan mengalikannya dengan koefisien pengganda

Leontief.

Tabel 4.4 menyajikan dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pariwisata

terhadap sejumlah variabel ekonomi makro, yaitu output, produk domestik bruto

(PDB), kompensasi tenaga kerja, dan pajak atas produksi neto pada tahun 2014.

Jika dibanding dengan dampak ekonomi pariwisata tahun 2013, terlihat bahwa

dampak tersebut mengalami peningkatan.

4.2.1. Dampak Terhadap Output

Output sektor produksi terbentuk karena adanya permintaan domestik dan

luar negeri. Untuk menghasilkan output komoditi sektor-sektor ekonomi tersebut

diperlukan input antara (intermediate input) berupa bahan-bahan dan jasa untuk

proses produksi termasuk jasa faktor produksi. Dorongan permintaan terhadap

produk barang dan jasa akan menciptakan perubahan nilai produksi. Permintaan

atau pengeluaran wisatawan mancanegara (wisman), wisatawan nusantara

(wisnus), pre dan post trip wisatawan Indonesia ke luar negeri, investasi

pemerintah dan swasta di sektor pariwisata, belanja pemerintah untuk pariwisata

dan biaya promosi kepariwisataan akan berdampak pada penciptaan output di

seluruh sektor ekonomi. Dampak yang ditimbulkan secara ekonomi adalah dampak

langsung berupa konsumsi barang dan jasa dan dampak tak langsung berupa

interaksi antar sektor yang terjadi akibat perubahan output barang dan jasa yang

dikonsumsi.

Page 74: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Analisis Neraca Satelit Pariwisata Nasional

Nesparnas 2015 (Buku 1) 67

Tabel 4.4. Dampak Ekonomi Pariwisata, Tahun 2014

Sumber : BPS

Seperti telah dibahas pada bagian sebelumnya, peranan wisnus lebih besar

dan lebih menentukan perkembangan pariwisata dibanding wisman. Persoalan naik

dan turunnya jumlah kunjungan wisman adalah karena perilaku wisman lebih

sensitif terhadap kondisi keamanan dan kenyamanan di negara yang dikunjungi.

Dengan kondisi keamanan yang cukup stabil (menurut pandangan mereka), maka

dengan cepat jumlah wisman akan meningkat. Kondisi ini dialami Indonesia dalam

beberapa tahun terakhir.

Disamping menyajikan dampak secara total, Tabel 4.4 juga menunjukkan

dampak langsung dan tidak langsung atas setiap jenis pengeluaran wisatawan,

investasi, dan promosi. Berdasarkan Tabel Input Output tahun 2010, dengan

struktur pengeluaran institusi kepariwisataan sebagaimana sub-bab terdahulu,

diperoleh nilai output akibat adanya kegiatan pariwisata secara keseluruhan

sebesar Rp 889,29 triliun yang tersebar di seluruh sektor ekonomi. Kontribusi nilai

UraianOutput PDB Kompensasi

TKPajak atas

produksi neto(triliun Rp) (triliun Rp) (triliun Rp) (triliun Rp)

(1) (2) (3) (4) (5)A. Nilai Ekonomi Nasional 20.361,76 10.565,82 3.365,39 89,26

B. Nilai Ekonomi Pariwisata 889,29 436,78 133,30 3,511. Wisman 246,91 131,91 37,77 1,022. Wisnus 366,61 179,13 53,93 1,483. Wisnas 11,12 5,56 1,64 0,054. Investasi 252,04 113,04 34,98 0,955. Promosi & Pembinaan 12,61 7,14 4,98 0,02

C. Peranan Pariwisata (persen) 4,37 4,13 3,96 3,941. Wisman 1,21 1,25 1,12 1,152. Wisnus 1,80 1,70 1,60 1,653. Wisnas 0,05 0,05 0,05 0,054. Investasi 1,24 1,07 1,04 1,065. Promosi & Pembinaan 0,06 0,07 0,15 0,02

Page 75: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Analisis Neraca Satelit Pariwisata Nasional

68 Nesparnas 2015 (Buku 1)

output akibat kegiatan pariwisata tersebut terhadap output/produksi nasional

mencapai 4,37 persen. Dilihat menurut komponennya, dampak yang diciptakan

akibat pengeluaran wisnus memberikan andil paling besar yaitu Rp 366,61 triliun

atau 1,80 persen terhadap output nasional, diikuti investasi Rp 252,04 triliun atau

1,24 persen dari output nasional. Sementara konsumsi wisman memberikan

dampak sebesar Rp 246,91 triliun atau 1,21 persen dari output nasional. Komponen

lainnya adalah pre dan post trip bagi wisatawan Indonesia ke luar negeri, meskipun

dampak outputnya hanya sebesar Rp 11,12 triliun atau 0,05 persen dari output

nasional, tetapi perlu mendapat perhatian karena nilainya yang cenderung

meningkat setiap tahun. Biaya promosi dan pembinaan pariwisata berdampak pada

penciptaan output yang hampir sama, yaitu sebesar Rp 12,61 triliun atau memiliki

porsi 0,06 persen dari output nasional.

Ada dua faktor yang mempengaruhi perubahan peranan masing-masing

pelaku pariwisata pada penciptaan output nasional: (1) perubahan besaran

pengeluaran belanja itu sendiri, semakin besar pengeluaran semakin besar pula

output yang dapat diciptakan, (2) pola pengeluarannya, artinya bila porsi

pengeluaran lebih besar pada produk yang memiliki daya penyebaran besar, akan

besar pula output yang tercipta di berbagai sektor.

4.2.2. Dampak Terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu

negara dalam periode tertentu adalah Produk Domestik Bruto (PDB), baik atas

dasar harga konstan maupun harga berlaku. PDB atas dasar harga berlaku dapat

digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedang harga konstan

digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Secara

konsep, PDB merupakan bagian dari output, yaitu merupakan nilai barang dan jasa

akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi atau jumlah balas jasa yang

diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi.

Besarnya PDB yang dihasilkan biasanya sejalan dengan nilai output yang dihasilkan

Page 76: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Analisis Neraca Satelit Pariwisata Nasional

Nesparnas 2015 (Buku 1) 69

oleh sektor-sektor ekonomi. Demikian pula dengan permintaan produk pariwisata

akan memberi perubahan pula pada besarnya PDB seluruh unit usaha.

Dampak kegiatan pariwisata terhadap PDB mencapai Rp 436,78 triliun atau

memberikan kontribusi sebesar 4,13 persen dari total PDB nasional pada tahun

2014. Seperti halnya pada dampak terhadap output, dampak pariwisata pada PDB

paling besar diciptakan oleh belanja wisnus dengan peran 1,70 persen dari PDB

nasional. Hal ini memang sejalan dengan teori dimana PDB merupakan bagian dari

output nasional. Sementara itu, dampak konsumsi wisman terhadap PDB sebesar

1,25 persen, investasi pemerintah dan swasta 1,07 persen, biaya promosi dan

pembinaan 0,07 persen dan pre dan post-trip dari wisatawan Indonesia ke luar

negeri 0,05 persen. Potensi besar dari pengeluaran wisatawan terhadap

perekonomian nasional menjadi pendorong usaha-usaha non pariwisata untuk ikut

mendukung kegiatan di bidang kepariwisataan.

4.2.3. Dampak Terhadap Kompensasi Tenaga Kerja

Seperti diuraikan pada bahasan sebelumnya, adanya aktivitas pariwisata

dipercaya akan menciptakan lapangan pekerjaan, yang selanjutnya akan

menciptakan upah/gaji berupa balas jasa pekerja. Secara konsep kompensasi

tenaga kerja adalah balas jasa yang diterima oleh pekerja yang didasarkan pada

latar belakang (background) pendidikan, kemampuan (skill), jenis pekerjaan

maupun sektor usahanya. Dalam memproduksi barang dan jasa, faktor tenaga kerja

merupakan bagian penting dari proses produksi disamping barang modal dan

teknologi. Tingkat upah dapat pula mencerminkan pendapatan yang diterima oleh

masyarakat yang pada akhirnya mempengaruhi perekonomian nasional melalui

konsumsi. Kompensasi tenaga kerja dalam model ini merupakan bagian dari nilai

tambah berupa balas jasa faktor tenaga kerja.

Permintaan terhadap produk barang dan jasa dalam kegiatan pariwisata

berdampak pula terhadap kompensasi tenaga kerja di setiap sektor ekonomi.

Sesuai dengan asumsi linearitas pada model Input Output, perubahan kompensasi

Page 77: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Analisis Neraca Satelit Pariwisata Nasional

70 Nesparnas 2015 (Buku 1)

tenaga kerja akan sejalan dengan perubahan nilai output yang dihasilkan. Pada

Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa peranan kompensasi tenaga kerja dari kegiatan

pariwisata terhadap kompensasi tenaga kerja secara nasional mencapai Rp 133,30

triliun atau 3,96 persen terhadap seluruh kompensasi tenaga kerja secara nasional.

Sebagaimana dampak terhadap PDB, pengeluaran wisnus juga memberi dampak

paling besar terhadap nilai kompensasi tenaga kerja yaitu 1,60 persen dari upah

nasional, disusul konsumsi wisman yang berperan 1,12 persen. Investasi sektor

pariwisata berdampak terhadap kompensasi pekerja di seluruh sektor ekonomi

sebesar 1,04 persen dari kompensasi tenaga kerja nasional, sedangkan dampak

yang diberikan promosi pariwisata serta pre dan post-trip dari wisatawan Indonesia

ke luar negeri masing-masing hanya berperan 0,15 persen dan 0,05 persen.

4.2.4. Dampak Terhadap Pajak Atas Produksi Neto

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara. Pajak atas

produksi neto yaitu pajak yang dibayar atas lahan, aset, tenaga kerja, dan lainnya

dalam aktivitas produksi, bukan merupakan pajak yang dibayar per unit output dan

tak dapat dikurangkan dari harga produsen.

Tabel 4.4 menyajikan bahwa dampak kegiatan pariwisata terhadap pajak

atas produksi neto cukup besar. Tercatat bahwa pajak atas produksi neto yang

dihasilkan dari kegiatan pariwisata pada tahun 2014 mencapai Rp 3,51 triliun atau

memberi sumbangan pada pajak atas produksi nasional sebesar 3,94 persen.

Sumbangan diberikan oleh konsumsi wisman mencapai 1,15 persen, konsumsi

wisnus 1,65 persen, pengeluaran investasi pariwisata 1,06 persen, pengeluaran

promosi pariwisata dan pengeluaran pre dan post trip dari wisatawan Indonesia ke

luar negeri masing-masing 0,02 persen dan 0,05 persen.

Untuk lebih jelasnya dampak ekonomi dari kegiatan pariwisata pada tahun

2014 dapat dilihat pada diagram 4.1.

Page 78: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Analisis Neraca Satelit Pariwisata Nasional

Nesparnas 2015 (Buku 1) 71

Diagram 4.1. Dampak Ekonomi Pariwisata, Tahun 2014

4.3. Perspektif Pariwisata Indonesia dalam Konteks Dunia

Berdasarkan data Badan Pariwisata Dunia (UNWTO), jumlah kunjungan

wisatawan internasional pada tahun 2014 mencapai 1.132,8 juta kunjungan atau

Pengeluaran Wisman(144,51)

Pengeluaran Wisnus(213,97)

Investasi SektorPariwisata(135,34)

Pengeluaran Wisnas(pre+post)

(6,30)

PengeluaranAnggaran Pemerintah

untuk Pariwisata(7,78)

I-OMultiplier

matrix

STRUKTUREKONOMI NASIONAL

Dampak terhadapproduksi barang & jasa

(889,29)

TABEL I-O 2010

Produksi Nasional(20.361,76)

Dampak terhadap PDBsektoral(436,78)

Dampak terhadapkompensasi TK

(133,30)

Dampak terhadap pajakatas produksi neto

(3,51)

PDB Indonesia(10.565,82)

Total KompensasiTK Nasioanal

(3.365,39)

Total Pajak atasProduksi Neto

Nasional(89,26)

4,37 %

4,13 %

3,96 %

3,94 %

Angka dalam triliun rupiah

Page 79: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Analisis Neraca Satelit Pariwisata Nasional

72 Nesparnas 2015 (Buku 1)

naik sebesar 4,3 persen dibandingkan tahun 2013 yang berjumlah 1.086,5 juta

kunjungan. Sebagian besar destinasi pariwisata memberikan hasil yang positif,

kecuali Eropa Tengah/Timur. Kawasan Amerika mengalami pertumbuhan yang

paling cepat dibanding kawasan lainnya, yaitu mencapai 8 persen.

Peningkatan yang cukup signifikan pada tahun 2014 juga dialami negara-

negara di kawasan Asia Pasifik dan Timur Tengah yang tumbuh masing-masing

sebesar sebesar 5,4 persen, sedangkan negara-negara kawasan Eropa mengalami

pertumbuhan sebesar 2,7 persen. Sementara itu, negara-negara di kawasan Afrika

mengalami pertumbuhan yang paling sedikit yaitu 2,4 persen.

Sejalan dengan kenaikan kunjungan wisatawan internasional di berbagai

belahan dunia, termasuk Asia Pasifik, pada tahun yang sama kunjungan wisatawan

internasional ke Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, yaitu 7,2

persen. Pertumbuhan tersebut jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata

pertumbuhan kunjungan wisatawan internasional di hampir semua kawasan,

kecuali kawasan Amerika.

Tabel 4.5. Jumlah Kunjungan Wisatawan Dunia, Tahun 2013 dan 2014 (juta orang)

KawasanJumlah kunjungan Perubahan

(%)Share 2014

(%)2013 2014*

(1) (3) (3) (4) (5)

Afrika 54,4 55,7 2,4 4,9Amerika 167,5 181,0 8,0 16,0Asia Pasifik (tanpa Indonesia) 241,0 253,9 5,4 22,4Eropa 566,4 581,8 2,7 51,4Timur Tengah 48,4 51,0 5,4 4,5Indonesia 8,8 9,4 7,2 0,8

Jumlah 1.086,5 1.132,8 4,3 100,0

Sumber : Tourism Highlights, 2015 edition, UNWTO

Ditinjau menurut penyebaran, dari seluruh kunjungan wisatawan

internasional pada tahun 2014, Eropa masih merupakan kawasan yang terbanyak

menerima kunjungan yaitu 51,4 persen dari total kunjungan, mengalami kenaikan

Page 80: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Analisis Neraca Satelit Pariwisata Nasional

Nesparnas 2015 (Buku 1) 73

dibanding tahun lalu. Asia Pasifik (selain Indonesia) menerima kunjungan sebanyak

22,4 persen dan Amerika 16,0 persen dari total wisatawan internasional.

Sementara itu kunjungan wisman ke Indonesia mencapai 9,4 juta kunjungan atau

0,8 persen dari total kunjungan dunia. Masih kecilnya porsi kunjungan wisman di

Indonesia merupakan faktor yang harus diperhatikan pemerintah terutama dalam

hal penyusunan kebijakan, pengembangan dan promosi pariwisata yang lebih

fokus, intensif dan ekstensif serta efisien, dengan tetap memperhatikan kondisi

politik dan keamanan. Sementara itu kawasan Timur Tengah dan Afrika merupakan

kawasan dengan kunjungan wisatawan terendah (sekitar 5 persen dari total

kunjungan dunia).

Di sisi lain, kedatangan wisman ke suatu negara tentu menghasilkan devisa

bagi negara yang dikunjungi. Pengeluaran wisman untuk akomodasi, makanan dan

minuman, transportasi, hiburan dan lainnya merupakan pilar ekonomi yang penting

dari negara tujuan wisata sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan

berkontribusi dalam pembangunan.

Dari hasil pendataan UNWTO, diperoleh bahwa rata-rata pengeluaran per

kunjungan wisatawan pada tahun 2014 mencapai US$ 1.100. Amerika dan Asia

Pasifik menikmati rata-rata pengeluaran per kunjungan yang tertinggi yaitu masing-

masing sebesar US$ 1.510 dan US$ 1.430, diikuti Timur Tengah dan Eropa yaitu US$

970 dan US$ 870. Sementara rata-rata pengeluaran per kunjungan ke Afrika

sebesar US$ 650. Namun demikian, dari sisi total devisa/penerimaan, kawasan

Eropa merupakan penerima devisa tertinggi yaitu US$ 508,9 miliar. Hal ini

disebabkan karena tingginya jumlah kunjungan di kawasan ini dibanding kawasan

lainnya. Pada tahun 2014, penerimaan seluruh negara dari kegiatan pariwisata

mengalami peningkatan sehingga mencapai US$ 1.245 miliar atau naik sebesar 4

persen dibanding tahun 2013 yang mencapai US$ 1.197 miliar.

Page 81: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Analisis Neraca Satelit Pariwisata Nasional

74 Nesparnas 2015 (Buku 1)

Tabel 4.6. Jumlah Penerimaan dari Wisman Dunia Tahun 2013 dan 2014

Kawasan

Devisa(miliar US$) Perubahan

(%)

Perubahan(%)

(mata uanglokal,

konstan)

Share2014(%)2013 2014*

(1) (2) (3) (4) (5) (6)Afrika 35,5 36,4 2,5 2,9 2,9

Amerika 264,2 274,0 3,7 3,1 22,0

Asia Pasifik (tanpa Indonesia) 350,6 365,6 4,3 4,1** 29,4

Eropa 491,7 508,9 3,5 3,6 40,9

Timur Tengah 45,2 49,3 9,1 5,7 4,0

Indonesia 10,1 11,2 10,9 0,9

Total 1.197,3 1.245,4 4,0 3,7 100,0

Sumber: Tourism Highlights, 2015 edition, UNWTO

Dari Tabel 4.6 terlihat bahwa semua kawasan mengalami peningkatan

penerimaan devisa dari pariwisata. Kawasan Timur Tengah mengalami peningkatan

penerimaan devisa dari pariwisata setelah dua tahun berturut-turut mengalami

penurunan.

Jika dilihat menurut negara tujuan wisata utama, berdasarkan dua

komponen utama, yaitu jumlah kunjungan dan penerimaan devisa, sepuluh negara

masuk dalam daftar keduanya. Untuk sepuluh negara besar penerima kunjungan

wisatawan, tidak banyak pergeseran posisi. Perubahan yang terjadi hanya

perubahan posisi sepuluh, dimana Meksiko masuk dalam 10 negara tujuan utama

wisatawan internasional menggeser Thailand.

Prancis tetap menduduki urutan pertama dalam hal kunjungan wisatawan

internasional. Meksiko, yang menduduki peringkat ke-10 menunjukkan

pertumbuhan yang tinggi di 2014, yaitu sebesar 20,5 persen. Untuk negara-negara

Page 82: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Analisis Neraca Satelit Pariwisata Nasional

Nesparnas 2015 (Buku 1) 75

besar lainnya masih tetap menduduki posisi yang sama dengan tahun lalu dengan

pertumbuhan yang bervariasi.

Tabel 4.7. Sepuluh Negara Tujuan Wisata Utama di Dunia, Tahun 2013 dan 2014

NegaraWisman (juta orang) Perubahan

(%)Share 2014

(%)2013 2014*

(1) (2) (3) (4) (5)1. Perancis 83,6 83,7 0,1 7,39

2. Amerika 70,0 74,8 6,8 6,60

3. Spanyol 60,7 65,0 7,1 5,74

4. Cina 55,7 55,6 -0,1 4,91

5. Italia 47,7 48,6 1,8 4,29

6. Turki 37,8 39,8 5,3 3,51

7. Jerman 31,5 33,0 4,6 2,91

8. Inggris 31,1 32,6 5,0 2,88

9. Russia 28,4 29,8 5,3 2,63

10. Meksiko 24,2 29,1 20,5 2,57

Total Dunia 1.086,5 1.132,8 4,3

Sumber: Tourism Highlights, 2015 edition, UNWTO

Banyaknya wisatawan yang berkunjung ke suatu negara belum menjamin

besarnya devisa yang diterima negara tersebut dari kedatangan wisatawan. Hal ini

terlihat dari negara penerima devisa terbesar dari wisatawan dunia adalah Amerika

Serikat dengan jumlah penerimaan sebesar US$ 177,2 miliar atau 14,23 persen dari

seluruh penerimaan devisa pariwisata dunia, dimana dalam hal kunjungan Amerika

Serikat menempati urutan kedua.

Sedangkan Perancis sebagai negara yang paling banyak dikunjungi

wisatawan, hanya berada di urutan keempat dengan penerimaan devisa sebesar

US$ 55,4 miliar atau 4,45 persen dari seluruh devisa wisatawan, dan juga nilai

tersebut menunjukkan penurunan 2,3 persen dibanding tahun lalu. Begitu pula

Page 83: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Analisis Neraca Satelit Pariwisata Nasional

76 Nesparnas 2015 (Buku 1)

dengan negara Turki yang menduduki peringkat 6 dalam jumlah kunjungan

wisatawan internasional, namun dalam penerimaan devisa tidak masuk dalam 10

besar.

Begitu juga dengan Russia yang menduduki peringkat 9 dalam hal

penerimaan kunjungan wisatawan internasional, tidak masuk dalam sepuluh

negara utama penghasil devisa pariwisata. Sebaliknya Macao, Thailand, dan

Hongkong yang tidak masuk dalam 10 besar negara penerima wisatawan

internasional, menduduki peringkat 5, 9, dan 10 dalam hal penghasil devisa.

Tabel 4.8. Sepuluh Negara Penghasil Devisa Utama di Dunia, Tahun 2013 dan 2014

NegaraDevisa (miliar US$) Perubahan

(%)Share 2014 (%)

2013 2014

(1) (2) (3) (4) (5)1. Amerika 172,9 177,2 2,5 14,2

2. Spanyol 62,6 65,2 4,2 5,2

3. Cina 51,7 56,9 10,2 4,6

4. Perancis 56,7 55,4 -2,3 4,4

5. Macao 51,8 50,8 -1,9 4,1

6. Italia 43,9 45,5 3,7 3,7

7. Inggris 41,0 45,3 10,3 3,6

8. Jerman 41,3 43,3 5,0 3,5

9. Thailand 41,8 38,4 -8,0 3,1

10. Hongkong 38,9 38,4 -1,4 3,1

Total Dunia 1.197,3 1.245,4 3,7

Sumber: Tourism Highlights, 2015 edition, UNWTO

Page 84: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Tenaga Kerja Usaha Pariwisata

Nesparnas 2015 (Buku 1) 77

BAB 5

TENAGA KERJA

USAHA PARIWISATA

Page 85: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Tenaga Kerja Usaha Pariwisata

78 Nesparnas 2015 (Buku 1)

Page 86: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Tenaga Kerja Usaha Pariwisata

Nesparnas 2015 (Buku 1) 79

Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan harus diimbangi dengan

jumlah sarana dan prasarana yang memadai dan kualitas pelayanannya. Kualitas

pelayanan selain dipengaruhi oleh jumlah fasilitas (sisi supply), juga dipengaruhi

oleh jumlah tenaga kerja khususnya yang melayani mereka secara langsung

terhadap permintaan wisatawan, seperti perhotelan, restoran, dan spa. Tenaga

kerja yang profesional sangat dibutuhkan dalam bidang pariwisata karena terkait

dengan pelayanan terhadap wisatawan.

5.1. Usaha Pariwisata

Pariwisata memiliki dimensi yang sangat luas, dimana usaha pariwisata

tidak terbatas pada sektor usaha yang berada di bawah pembinaan Kementerian

Pariwisata atau Dinas Pariwisata, tetapi juga mencakup berbagai sektor usaha lain

yang pembinaannya di bawah kewenangan kementerian/lembaga lain.

Pada tahun 2010 Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata bekerjasama

dengan Badan Pusat Statistik menyusun Klasifikasi Lapangan Usaha Bidang

Pariwisata Indonesia. Klasifikasi tersebut merupakan sinkronisasi antara usaha

pariwisata sesuai Undang-Undang Nomor 9 tahun 2009 tentang Kepariwisataan

beserta turunannya dengan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2009.

Selain bermanfaat untuk pembinaan, klasifikasi tersebut juga sangat bermanfaat

dalam penyusunan data statistik terkait usaha pariwisata, antara lain mengetahui

jumlah tenaga kerja yang bekerja pada industri-industri yang dikategorikan industri

pariwisata.

Namun, mengingat luasnya cakupan usaha pariwisata, baik yang terkait

langsung maupun tidak langsung, pembahasan tenaga kerja pada Nesparnas 2015

ini hanya akan difokuskan pada tenaga kerja yang bekerja pada industri atau usaha

yang terkait langsung dengan kegiatan pariwisata sebagai mana dijabarkan pada

Lampiran A.

Page 87: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Tenaga Kerja Usaha Pariwisata

80 Nesparnas 2015 (Buku 1)

5.2. Tenaga Kerja Usaha Pariwisata

Berdasar data Survei Tenaga Kerja Nasional (Sakernas) 2014, pada Agustus

2014 jumlah tenaga kerja pada industri pariwisata mencapai 10,15 juta. Dari 10,15

juta orang, porsi terbesar (30,14 persen) merupakan mereka yang bestatus

berusaha mandiri, sementara yang berstatus sebagai karyawan/buruh dan

berusaha dibantu buruh masing-masing sebesar 23,50 persen dan 23,27 persen.

Untuk yang berstatus sebagai pekerja tidak dibayar mencapai 18,13 persen.

Tabel 5.1. Jumlah Tenaga Kerja pada Industri Pariwisata Menurut Status Pekerjaan

Utama, Tahun 2014

Status Pekerjaan Jumlah(000 orang) Distribusi (%)

(1) (2) (3)

01. Berusaha sendiri 3 059,8 30,14

02. Berusaha dibantu buruh tidaktetap/buruh tidak dibayar 2 362,4 23,27

03. Berusaha dibantu buruh tetap/brhdibayar 366,0 3,60

04. Buruh/karyawan 2 385,7 23,5005. Pekerja bebas 138,4 1,3606. Pekerja tak dibayar 1 840,6 18,13

Jumlah 10 152,9 100,00

Sumber: BPS, 2014

Dilihat menurut jenis kelamin, industri pariwisata didominasi oleh tenaga

kerja perempuan (59,99 persen), sementara tenaga kerja laki-laki hanya sebesar

40,01 persen. Ini menunjukkan bahwa industri pariwisata menjadi lapangan usaha

yang sangat potensial bagi perempuan di Indonesia untuk meningkatkan

pendapatan mereka.

Page 88: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Tenaga Kerja Usaha Pariwisata

Nesparnas 2015 (Buku 1) 81

Tabel 5.2. Jumlah Tenaga Kerja pada Industri Pariwisata Menurut Jenis Kelamin,

Tahun 2014

Jenis Kelamin Jumlah(000 orang) Distribusi (%)

(1) (2) (3)

01. Laki-laki 4 062,4 40,01

02. Perempuan 6 090,5 59,99

Jumlah 10 152,9 100,00

Sumber: BPS, 2014

Sementara dilihat menurut kelompok umur, tenaga kerja pada industri

pariwisata didominasi mereka yang berusia antara 25 tahun sampai dengan 54

tahun (71,42 persen), diikuti mereka yang berumur antara 15 tahun sampai dengan

24 tahun (14,33 persen). Yang menarik adalah tenaga kerja di atas 60 tahun lebih

besar dari mereka yang berusia antara 55 tahun sampai dengan 59 tahun. Hal ini

mengindikasikan industri pariwisata menjadi lapangan usaha yang cukup

menjanjikan bagi para lansia di Indonesia.

Tabel 5.3. Jumlah Tenaga Kerja pada Industri Pariwisata Menurut Kelompok Umur,

Tahun 2014

Kelompok Umur Jumlah Distribusi (%)

(1) (2) (3)

01. 15 – 24 1 454,9 14,33

02. 25 – 54 7 251,4 71,42

03. 55 – 59 634,2 6,25

04. 60+ 812,4 8,00

Jumlah 10 152,9 100,00

Sumber: BPS, 2014

Page 89: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Tenaga Kerja Usaha Pariwisata

82 Nesparnas 2015 (Buku 1)

Apabila dilihat menurut pendidikan yang ditamatkan, tenaga kerja kerja

industri pariwisata didominasi oleh mereka yang menamatkan pendidikan sampai

SMP (60,53 persen). Hal ini menunjukkan pariwisata dapat menjadi salah satu

alternatif bagi pemerintah untuk mengurangi tingkat kemiskinan di Indonesia

karena secara umum bekerja pada industri pariwisata tidak memerlukan keahlian

yang tinggi.

Tabel 5.4. Jumlah Tenaga Kerja pada Industri Pariwisata Menurut Pendidikan

Terakhir yang Ditamatkan, Tahun 2014

Pendidikan Jumlah Distribusi (%)

(1) (2) (3)

01. ≤ SMP 6 145,1 60,53

02. SMA 3 413,4 33,62

03. Diploma I/II/III 234,4 2,31

04. Universitas 360,0 3,55

Jumlah 10 152,9 100,00

Sumber: BPS, 2014

Dilihat menurut lapangan usaha sebagai mana dapat dilihat pada Tabel 5.5,

industri pariwisata yang menyerap tenaga kerja paling besar adalah perdagangan

dan usaha penyedia makan minum yang masing-masing mempunyai share

mencapai 42,43 persen dan 42,10 persen. Usaha lain yang cukup besar

kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja adalah usaha penyediaan akomodasi

dan kegiatan olah raga dan rekreasi lainnya yang masing-masing menyumbang 5,23

persen dan 2,06 persen. Sementara kegiatan hiburan, kesenian dan kreativitas

menyumbang 1,72 persen.

Page 90: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Tenaga Kerja Usaha Pariwisata

Nesparnas 2015 (Buku 1) 83

Tabel 5.5. Jumlah Tenaga Kerja pada Industri Pariwisata Menurut Lapangan

Usaha, Tahun 2014

Lapangan Usaha Jumlah(000 orang) Distribusi (%)

(1) (2) (3)

01. Perdagangan 4.308,0 42,43

02. Angkutan darat 43,2 0,43

03. Angkutan Air 6,9 0,07

04. Angkutan Udara 1,3 0,01

05. Penyediaan Akomodasi 531,0 5,23

06. Penyediaan Makan minum 4 274,4 42,10

07. Jasa Agen Perjalanan 61,0 0,60

08. Kegiatan Hiburan, Kesenian danKreativitas 175,1 1,72

09. Perpustakaan, Arsip, Museum danKegiatan Kebudayaan Lainnya 32,1 0,32

10. Kegiatan Olahraga dan Rekreasi Lainnya 209,0 2,06

11. Lainnya 510,9 5,03

Jumlah 10 152,9 100,00Sumber: BPS, 2014

5.2.1. Struktur Tenaga Kerja Perhotelan

Tenaga kerja pada usaha akomodasi seperti hotel berbintang, hotel

melati, maupun usaha akomodasi lainnya terus meningkat dari tahun ke tahun

sejalan meningkatnya jumlah usaha akomodasi di Indonesia.

Ditinjau menurut jenis pekerjaan, sebagian besar pekerja usaha

akomodasi hotel bintang bekerja sebagai pekerja teknis dan pekerja penyelia

masing-masing sebesar 26,65 persen dan 12,21 persen dari total pekerja pada

hotel berbintang. Sementara itu untuk akomodasi lainnya, sebagian besar

pekerjanya merupakan pekerja teknis dan administrasi masing-masing sebesar

Page 91: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Tenaga Kerja Usaha Pariwisata

84 Nesparnas 2015 (Buku 1)

21,78 persen dan 11,42 persen dari total pekerja pada usaha akomodasi lainnya.

Sedangkan untuk pekerja lainnya merupakan yang terbesar untuk kedua jenis

akomodasi tersebut, karena mereka merupakan pelaksana langsung di lapangan.

Tabel 5.6. Struktur Pekerja pada Usaha Akomodasi menurut Jenis Pekerjaan,

Tahun 2014

Sumber: Statistik Hotel dan Akomodasi Lainnya di Indonesia 2014, BPS.

Selanjutnya, profesionalisme di bidang perhotelan mutlak diperlukan

seiring dengan meningkatnya jumlah tamu yang menginap di hotel. Peningkatan

mutu layanan hotel terus dilakukan, baik melalui pembinaan yang diselenggarakan

pemerintah maupun oleh para pengusaha hotel itu sendiri. Peningkatan mutu

pendidikan tenaga kerja pada lembaga pendidikan khusus kejuruan pariwisata

merupakan salah satu upaya yang harus ditempuh. Pekerja berpendidikan kejuruan

pariwisata relatif kecil bila dibandingkan dengan pekerja berpendidikan lainnya.

Dari total pekerja pada usaha akomodasi, hanya sebanyak 26,99 persen yang

menyatakan tamat pendidikan kejuruan pariwisata, sedangkan sisanya sebanyak

73,01 persen tamat pendidikan non kejuruan pariwisata.

Jenis Pekerjaan Hotel Bintang Akomodasi lainnya

(1) (2) (3)

Direktur 1,15 6,11

Manajer 4,92 6,90

Asisten Manajer 3,80 1,87

Penyelia 12,21 4,68

Teknis 26,65 21,78

Administrasi 8,79 11,42

Lainnya 42,48 47,24

Jumlah 100,00 100,00

Page 92: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Tenaga Kerja Usaha Pariwisata

Nesparnas 2015 (Buku 1) 85

Sedangkan jika dilihat menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan,

pekerja hotel berbintang terbanyak berpendidikan SMA, baik untuk pekerja laki-laki

maupun pekerja perempuan. Suatu hal yang menarik dari data tersebut adalah

untuk pekerja yang tamat pendidikan tinggi pada kelompok perempuan lebih tinggi

dibanding porsi pekerja berpendidikan tinggi pada kelompok laki-laki. Sebagai

contoh persentase perempuan yang menamatkan pendidikan Diploma I/II/III

sebesar 27,81 persen, sedangkan pada kelompok laki-laki sebesar 22,56 persen.

Demikian pula untuk tingkat pendidikan universitas, pada pekerja perempuan

mencapai 14,70 persen, sedangkan pada kelompok laki-laki hanya mencapai 9,57

persen.

Tabel 5.7. Struktur Pekerja pada Usaha Hotel Berbintang menurut

Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin, Tahun 2014

Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (4)

Universitas 9,57 14,70 10,95

Diploma I/II/III 22,56 27,81 23,97

SMA 62,72 53,98 60,37

≤ SMP 5,15 3,52 4,71

Total 100,00 100,00 100,00

Sumber: Statistik Hotel dan Akomodasi Lainnya di Indonesia 2014, BPS

Sedikit berbeda dengan struktur tenaga kerja di hotel berbintang, pada

usaha akomodasi lainnya, tenaga kerja berpendidikan sampai dengan SMP masih

cukup besar porsinya, baik untuk tenaga kerja laki-laki maupun perempuan, yaitu

masing-masing 21,23 persen dan 25,48 persen. Dan yang berpendidikan sarjana ke

atas masih sangat sedikit jumlahnya. Tenaga kerja di usaha akomodasi lainnya juga

masih didominasi oleh pekerja berpendidikan SMA.

Page 93: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Tenaga Kerja Usaha Pariwisata

86 Nesparnas 2015 (Buku 1)

Tabel 5.8. Struktur Pekerja pada Usaha Akomodasi Lainnya menurut

Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin, Tahun 2014

Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Total

(1) (2) (3) (4)

Universitas 6,33 7,76 6,79

Diploma I/II/III 6,65 8,30 7,18

SMA 65,69 58,45 63,36

≤ SMP 21,23 25,48 22,66

Total 100,00 100,00 100,00

Sumber: Statistik Hotel dan Akomodasi Lainnya di Indonesia 2014, BPS.

5.2.2. Struktur Tenaga Kerja Usaha Restoran/Rumah Makan

Jenis usaha lain yang juga terkait erat dengan kegiatan pariwisata adalah

usaha restoran/rumah makan. Di dalam melakukan perjalanan, seseorang pasti

akan membutuhkan konsumsi untuk menunjang perjalanannya. Kebutuhan

wisatawan tersebut dapat dipenuhi, salah satunya oleh usaha penyediaan makan

minum yaitu usaha restoran/rumah makan. Usaha restoran/rumah makan yang

dicakup dalam survei ini adalah usaha yang berskala menengah dan besar.

Tabel 5.9. Rata-rata pekerja WNI pada Usaha Restoran/Rumah Makan

menurut Status Pekerja, Tahun 2014

Status Pekerja Pekerja

(1) (2)

Tetap 19

Tidak Tetap 7

Jumlah 26

Sumber: Statistik Restoran/Rumah Makan 2014, BPS

Page 94: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Tenaga Kerja Usaha Pariwisata

Nesparnas 2015 (Buku 1) 87

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah tenaga kerja yang terserap

pada usaha restoran/rumah makan secara rata-rata adalah 26 orang per usaha,

yang mencakup pekerja berkewarganegaraan Indonesia. Dalam hal

memperkerjakan tenaga asing, seperti halnya pada usaha perhotelan, jumlah

pekerja asing pada usaha restoran/ rumah makan ini juga relatif masih sangat

sedikit jumlahnya. Indikasi ini menunjukkan bahwa tenaga kerja Indonesia dapat

bersaing dengan tenaga asing, dengan kata lain dalam mengoperasikan kedua jenis

usaha ini, tenaga kerja Indonesia sangat mampu.

Selanjutnya dilihat dari status pekerja, sebagian besar dari pekerja

merupakan pekerja tetap, dimana rata-rata pekerja tetap adalah sebanyak 19

orang per usaha, sedangkan pekerja tidak tetap 7 orang per usaha. Status pekerja

ini sangat berpengaruh terhadap kondisi pekerja, karena dengan status yang tetap,

pekerja mendapat kompensasi yang tetap setiap bulannya.

Berbicara berdasarkan pendidikan pekerja, seperti halnya pada usaha

hotel, sebagian besar pekerja pada usaha restoran/rumah makan adalah

berpendidikan SMA dan sederajat, dimana porsi pekerja laki-laki sebesar 82,01

persen dan pekerja perempuan 80,93.

Tabel 5.10. Struktur Pekerja WNI pada Usaha Restoran/rumah makan

menurut Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2014

Sumber: Statistik Restoran/Rumah Makan 2014, BPS

Pendidikan Laki-laki Perempuan

(1) (2) (3)Universitas 2,94 3,25Akademi 1,09 1,03Diploma I/II 4,70 5,70SMA 82,01 80,93< SMP 9,26 9,08

Jumlah 100,00 100,00

Page 95: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Tenaga Kerja Usaha Pariwisata

88 Nesparnas 2015 (Buku 1)

Pekerja dengan pendidikan Diploma dan yang lebih tinggi masih sedikit

jumlahnya pada usaha ini. Hal ini dikarenakan sifat usaha ini yang lebih

membutuhkan skill/keterampilan khusus dalam pengoperasian usaha, terutama

mereka yang terampil dalam ilmu yang berkaitan dengan tata boga. Selanjutnya,

dilihat dari jenis kelamin, dominasi pekerja laki-laki pada usaha restoran/ rumah

makan terjadi pada jenjang pendidikan < SMP, SMA, dan Akademi.

5.2.3. Struktur Tenaga Kerja Usaha Spa (Solus Per Aqua)

Sebagaimana telah dijelaskan dalam bab pendahuluan bahwa salah satu

hasil yang diharapkan dari penyusunan nesparnas tahun 2014 adalah tersedianya

data mengenai tenaga kerja sektor pariwisata terkait. Melalui Survei Spa, juga

diperoleh data. Cakupan survei yang dilakukan adalah usaha spa yang dilakukan

secara sampel. Tabel di bawah menyajikan hasil survei tersebut.

Tabel 5.11. Struktur Pekerja WNI pada Usaha Spa menurut

Status Pekerja dan Jenis Kelamin, Tahun 2014

Status Pekerja Laki-laki Perempuan

(1) (2) (3)

Tetap 21,94 50,19

Tidak Tetap 7,47 20,14

Jumlah 29,41 70,33

Sumber : Statistik Solus Per Aqua (SPA), BPS

Berdasarkan Table 5.11 di atas, dapat dilihat bahwa pada usaha spa,

tenaga kerja perempuan lebih dominan dibanding tenaga kerja laki-laki. Berbicara

mengenai status pekerja, sebagian besar pekerja merupakan pekerja tetap. Untuk

pekerja asing, jumlahnya relatif masih sedikit yang terlibat di dalam usaha spa.

Page 96: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Tenaga Kerja Usaha Pariwisata

Nesparnas 2015 (Buku 1) 89

Pendidikan maupun keahlian dari seorang pekerja sangat diperlukan

untuk menempati jenjang maupun posisi suatu pekerjaan. Pada tabel 5.12 dapat

dilihat tingkat pendidikan dari pekerja pada usaha spa. Dari hasil Survei Spa,

diketahui bahwa sebagian besar pekerja pada usaha Spa berpendidikan SMA yang

mencapai 77,03 persen. Sementara itu pekerja dengan jenjang pendidikan lebih

tinggi masih sedikit jumlahnya, dan biasanya mereka menempati posisi-posisi

puncak.

Tabel 5.12. Struktur Pekerja WNI pada Usaha Spa menurut

Pendidikan, Tahun 2014

Sumber: Statistik Solus Per Aqua (SPA) 2014, BPS

Pendidikan Pekerja

(1) (2)

Universitas 3,31

Diploma 9,89

SMA 77,03

≤ SMP 9,78

Jumlah 100,00

Page 97: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Daftar Pustaka

Nesparnas 2015 (Buku 1) 91

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik, Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input Output, Jakarta,November 2008

, Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia, Jakarta,Desember 2009

, Statistik Kunjungan Tamu Asing 2014 , Jakarta, Agustus2015

, Tingkat Penghunian Kamar Hotel 2014 , Jakarta, Agustus2015

, Statistik Hotel dan Akomodasi Lainnya di Indonesia 2014 ,Jakarta, November 2014

, Statistik Angkatan Kerja Nasional 2014, Jakarta, Agustus2014

, Tabel Input Output Indonesia 2010, Jakarta, Desember2015

, Statistik Restoran/Rumah Makan 2014, Jakarta, Desember2015

, Statistik SPA 2014, Jakarta, Desember 2015

Departemen Pariwisata, Seni dan Budaya, Klasifikasi Lapangan Usaha PariwisataIndonesia (KLUPI) 1999, Jakarta, Desember 1999

Kementerian Pariwisata, Pendataan Profil Wisatawan Mancanegara 2014, Jakarta,Desember 2014

International Monetary Fund, Balance of Payments and International InvestmentPosisition Sixth Ed. (BPM6), Draft, September 2007

United Nations and World Tourism Organization, International Recommendationsfor Tourism Statistics,2008, Madrid, New York, 2008

Page 98: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Daftar Pustaka

92 Nesparnas 2015 (Buku 1)

_________________________________________________, UNWTO TourismHighlights 2015 Edition, Madrid, New York, 2015

United Nations, World Tourism Organization and OECD, 2008 Tourism SatelliteAccount: Recommended Methodological Framework (TSA: RMF 2008),Madrid, New York, 2008

United Nations, European Commission, IMF, and WTO, Manual on Statistics ofInternational Trade in Services, New York, 2002

United Nations, Central Product Classification Ver.2 , New York, 2006

, International Standard Industrial Classification of All EconomicActivities Rev.4, New York, March 2006

, System of National Accounts 1993. Prepared by ISWGNA(Eurostat, IMF, OECD, UN, World Bank), Washington DC, 1993.

World Travel and Tourism Council, Update Principles for Travel and TourismNational Satellite Account, September 1998,

Page 99: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Lampiran

Nesparnas 2015 (Buku 1) 93

LAMPIRAN

Page 100: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Lampiran

94 Nesparnas 2015 (Buku 1)

Page 101: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Lampiran

Nesparnas 2015 (Buku 1) 95

Tabel 1. Struktur Pengeluaran Wisman Menurut 10 Negara Asal Terbesar dan

Produk Barang dan Jasa yang Dikonsumsi Tahun 2014, (milyar rupiah)

Jenis ProdukNegara Asal

Singapura Malaysia Australia Cina JepangKorea

Selatan(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Hotel dan akomodasi lainnya 6.238,88 5.359,74 9.393,96 5.229,40 3.265,56 2.211,07

2. Restoran dan sejenisnya 2.421,70 2.198,51 4.364,88 1.862,50 1.238,01 901,16

3. Angkutan domestik 1.153,87 1.230,57 1.664,57 862,11 690,55 445,31

4. Angkutan internasional 584,00 1.346,82 2.416,41 1.330,04 1.922,32 994,63

5. Biro perjalanan, operator,dan pramuwisata

381,20 146,01 342,50 406,42 200,53 153,44

6. Jasa seni budaya, rekreasi,dan hiburan

749,43 627,01 1.188,28 555,57 301,17 265,20

7. Jasa pariwisata lainnya 300,30 304,73 264,36 238,07 140,70 84,33

8. Souvenir 879,57 1.194,93 1.319,37 1.118,97 573,11 443,27

9. Kesehatan dan kecantikan 264,52 193,85 964,02 293,02 180,69 101,47

10. Produk industri non makanan 988,40 1.019,14 1.535,04 875,08 409,65 317,18

11. Produk pertanian 232,62 243,99 377,86 216,93 99,75 77,02

Total pengeluaran 14.194,49 13.865,29 23.831,25 12.988,13 9.022,05 5.994,08

a. Jumlah wisatawan 1.559.044 1.418.256 1.145.576 1.052.705 505.175 352.004

b. Lama Tinggal (hari) 4,16 5,30 9,08 6,28 6,75 6,35

c. Rata-rata pengeluaran perkunjungan (000 rupiah)

8.158,57 9.332,86 21.117,01 14.014,70 17.171,15 16.194,01

Page 102: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Lampiran

96 Nesparnas 2015 (Buku 1)

Tabel 1. Struktur Pengeluaran Wisman Menurut 10 Negara Asal Terbesar dan

Produk Barang dan Jasa yang Dikonsumsi Tahun 2014, (milyar rupiah)

Lanjutan

Jenis ProdukNegara Asal

Taiwan FilipinaAmerikaSerikat

Inggris Lainnya Jumlah

(1) (8) (9) (10) (11) (12) (13)

1. Hotel dan akomodasi lainnya 1.392,85 1.264,14 2.356,53 2.295,29 21.632,28 60.639,71

2. Restoran dan sejenisnya 499,88 459,27 919,98 830,53 8.750,64 24.447,06

3. Angkutan domestik 274,95 261,34 519,21 516,91 4.752,48 12.371,87

4. Angkutan internasional 125,23 143,79 349,12 450,26 2.212,88 11.875,50

5. Biro perjalanan, operator,dan pramuwisata 104,02 30,23 66,40 84,75 1.066,34 2.981,84

6. Jasa seni budaya, rekreasi,dan hiburan 126,16 103,43 227,57 232,79 2.242,39 6.619,00

7. Jasa pariwisata lainnya 71,98 59,95 70,96 62,11 916,83 2.514,33

8. Souvenir 261,47 167,62 282,43 254,69 2.986,02 9.481,45

9. Kesehatan dan kecantikan 68,25 31,13 100,23 194,47 837,68 3.229,33

10. Produk industri non makanan 180,30 122,05 231,44 238,29 2.422,03 8.338,61

11. Produk pertanian 45,08 29,70 54,61 59,09 574,83 2.011,49

Total pengeluaran 3.150,16 2.672,67 5.178,49 5.219,20 48.394,39 144.510,19

a. Jumlah wisatawan 220.328 248.182 246.397 244.594 2.443.150 9.435.411

b. Lama Tinggal (hari) 5,89 5,46 11,07 10,14 8,79 7,66c. Rata-rata pengeluaran per

kunjungan (000 rupiah) 12.910,31 10.554,01 20.600,24 20.942,29 21.401,51 15.315,73

Page 103: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Lampiran

Nesparnas 2015 (Buku 1) 97

Tabel 2.a. Struktur Pengeluaran Wisatawan Nusantara Menurut Provinsi Asal

dan Jenis Pengeluaran Tahun 2014, (milyar rupiah)

Jenis PengeluaranProvinsi Asal

SumateraUtara

SumateraBarat

DKIJakarta Jawa Barat Jawa

TengahDI.

Yogyakarta

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Hotel dan akomodasi lainnya 128,61 361,92 1.603,78 5.941,61 731,43 349,83

2. Restoran dan sejenisnya 1.279,07 711,53 3.599,46 7.083,31 2.958,73 954,69

3. Angkutan domestik 2.277,72 1.381,53 8.986,84 11.972,34 4.617,46 1.902,844. Biro perjalanan, operator dan

pramuwisata 9,77 8,10 72,77 175,72 133,14 18,56

5. Jasa seni budaya, rekreasi danhiburan

67,39 87,42 485,06 869,78 218,18 51,96

6. Jasa pariwisata lainnya 9,49 166,95 185,23 747,91 765,59 234,997. Souvenir 350,76 174,43 1.007,43 1.054,96 832,66 241,258. Kesehatan dan kecantikan 4,02 2,53 4,81 9,85 14,06 13,669. Produk industri non makanan 500,59 618,42 2.160,59 3.592,43 2.986,90 366,43

10. Produk pertanian 90,67 98,22 547,15 634,54 311,24 43,66

Total Pengeluaran 4.718,09 3.611,04 18.653,13 32.082,45 13.569,39 4.177,89

a. Jumlah perjalanan 9.348.703 4.960.445 23.891.529 43.750.926 37.675.542 6.000.375

b. Rata-rata pengeluaran perperjalanan (000 rupiah) 504,68 727,97 780,74 732,15 360,16 696,27

Page 104: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Lampiran

98 Nesparnas 2015 (Buku 1)

Tabel 2.a. Struktur Pengeluaran Wisatawan Nusantara Menurut Provinsi Asal

dan Jenis Pengeluaran Tahun 2014, (milyar rupiah)

Lanjutan

Jenis PengeluaranProvinsi Asal

Jawa Timur Bali SulawesiUtara

SulawesiSelatan Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Hotel dan akomodasi lainnya 2.463,59 199,38 741,01 841,48 8.751,80 22.114,43

2. Restoran dan sejenisnya 4.051,67 987,81 308,08 1.378,07 18.696,09 42.008,51

3. Angkutan domestik 6.355,80 2.027,91 1.995,55 2.779,06 45.812,87 90.109,91

4. Biro perjalanan, operator danpramuwisata 76,74 18,29 1,33 9,45 4.537,98 5.061,84

5. Jasa seni budaya, rekreasi danhiburan

693,69 52,53 30,09 146,24 493,79 3.196,14

6. Jasa pariwisata lainnya 785,05 8,56 122,16 - 74,54 3.100,477. Souvenir 639,68 314,92 55,78 152,85 5.282,04 10.106,758. Kesehatan dan kecantikan 6,32 12,70 16,77 11,06 20,39 116,179. Produk industri non makanan 2.657,62 887,06 600,47 1.345,65 14.618,56 30.334,73

10. Produk pertanian 446,85 64,53 111,80 132,67 5.343,14 7.824,47

Total Pengeluaran 18.176,99 4.573,69 3.983,03 6.796,52 103.631,20 213.973,41

a. Jumlah perjalanan 39.677.739 8.220.658 2.607.211 8.506.206 66.597.928 251.237.262

b. Rata-rata pengeluaranper perjalanan (000 rupiah) 458,12 556,37 1.527,70 799,01 1.556,07 851,68

Page 105: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Lampiran

Nesparnas 2015 (Buku 1) 99

Tabel 2.b. Struktur Pengeluaran Wisatawan Nusantara Menurut Provinsi

Tujuan dan Jenis Pengeluaran Tahun 2014, (milyar rupiah)

Jenis PengeluaranProvinsi Tujuan

SumateraUtara

SumateraBarat DKI Jakarta Jawa Barat Jawa

TengahDI.

Yogyakarta

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Hotel dan akomodasi lainnya 225,52 267,40 6.558,56 4.605,30 1.403,37 1.341,36

2. Restoran dan sejenisnya 1.453,69 593,25 8.610,06 6.461,90 4.955,56 1.593,18

3. Angkutan domestik 2.926,57 1.330,21 15.983,68 10.903,37 8.895,55 5.444,43

4. Biro perjalanan, operator danpramuwisata 12,88 7,22 227,31 201,30 135,49 55,44

5. Jasa seni budaya, rekreasi danhiburan 66,13 105,74 612,72 898,17 193,72 273,97

6. Jasa pariwisata lainnya 76,27 16,08 279,92 469,26 541,57 339,997. Souvenir 450,28 99,70 1.208,23 1.332,28 1.029,31 683,698. Kesehatan dan kecantikan 7,13 1,56 19,91 4,20 1,99 2,279. Produk industri non makanan 1.187,11 414,20 7.876,21 4.312,96 3.313,78 1.286,59

10. Produk pertanian 350,21 61,60 1.039,77 872,03 702,63 234,31

Total Pengeluaran 6.755,78 2.896,95 42.416,37 30.060,77 21.172,96 11.255,22

a. Jumlah perjalanan 10.510.935 5.957.903 16.643.734 46.282.857 38.593.404 10.721.328

b. Rata-rata pengeluaran perperjalanan (000 rupiah 642,74 486,24 2.548,49 649,50 548,62 1.049,80

Page 106: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Lampiran

100 Nesparnas 2015 (Buku 1)

Tabel 2.b. Struktur Pengeluaran Wisatawan Nusantara Menurut Provinsi Tujuan

dan Jenis Pengeluaran Tahun 2014, (milyar rupiah)

Lanjutan

Jenis PengeluaranProvinsi Tujuan

Jawa Timur Bali SulawesiUtara

SulawesiSelatan Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Hotel dan akomodasi lainnya 2.635,18 1.580,57 389,86 670,35 2.436,96 22.114,432. Restoran dan sejenisnya 6.524,33 1.529,48 362,30 2.084,63 7.840,12 42.008,513. Angkutan domestik 13.824,80 2.953,97 874,79 4.128,32 22.844,23 90.109,914. Biro perjalanan, operator dan

pramuwisata 125,85 41,62 8,20 22,32 4.224,22 5.061,84

5. Jasa seni budaya, rekreasi danhiburan

663,18 236,45 19,09 79,97 47,00 3.196,14

6. Jasa pariwisata lainnya 534,08 687,86 - 0,30 155,14 3.100,47

7. Souvenir 1.321,12 429,66 28,77 238,66 3.285,05 10.106,75

8. Kesehatan dan kecantikan 5,91 4,82 2,65 5,70 60,02 116,17

9. Produk industri non makanan 4.049,29 1.179,55 360,01 1.873,40 4.481,62 30.334,73

10. Produk pertanian 812,01 213,85 75,99 403,10 3.058,98 7.824,47

Total Pengeluaran 30.495,75 8.857,83 2.121,66 9.506,76 48.433,33 213.973,41

a. Jumlah perjalanan 42.336.099 9.325.470 2.315.042 9.784.175 58.766.315 251.237.262b. Rata-rata pengeluaran

per perjalanan (000 rupiah) 720,33 949,85 916,47 971,65 824,17 851,68

Page 107: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Lampiran

Nesparnas 2015 (Buku 1) 101

Tabel 3. Struktur Pengeluaran Wisatawan Indonesia yang ke Luar Negeri

Menurut Kategori Pengeluaran dan Produk Barang dan Jasa yang

Dikonsumsi Tahun 2014, (Milyar Rupiah)

Jenis Produk Pre-Trip Trip Post-Trip Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Hotel dan akomodasi lainnya 54,39 27.136,29 25,62 27.216,302. Restoran dan sejenisnya 608,13 12.325,00 286,51 13.219,64

3. Angkutan domestik 873,65 5.515,39 411,60 6.800,654. Biro perjalanan, operator dan pramuwisata

1.170,44 875,46 551,43 2.597,32

5. Jasa seni budaya, rekreasi dan hiburan - 2.089,56 - 2.089,56

6. Jasa pariwisata lainnya - 3.134,34 - 3.134,34

7. Souvenir - 6.234,97 - 6.234,978. Kesehatan dan kecantikan - 8.303,61 - 8.303,619. Produk industri non makanan 1.576,00 16.768,97 742,50 19.087,47

10. Produk pertanian - 1.048,04 - 1.048,04

Total Pengeluaran 4.282,60 83.431,63 2.017,66 89.731,89

a. Jumlah wisatawan 8.073.552 8.073.552 8.073.552

b. Lama Tinggal (hari) - 6,49 -c. Rata-rata pengeluaran per kunjungan

(000 rupiah) 530,45 10.333,94 249,91

Page 108: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Lampiran

102 Nesparnas 2015 (Buku 1)

Tabel 4. Struktur Pengeluaran Wisatawan Menurut Produk Barang dan Jasa

yang Dikonsumsi dan Jenis Wisatawan Tahun 2014, (Milyar rupiah)

Jenis Pengeluaran Wisman WisnusOutbound

JumlahPre Trip Post Trip

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Hotel dan akomodasi lainnya 60.639,71 22.114,43 54,39 25,62 82.834,15

2. Restoran dan sejenisnya 24.447,06 42.008,51 608,13 286,51 67.350,21

3. Angkutan domestik 12.371,87 90.109,91 873,65 411,60 103.767,03

4. Angkutan internasional 11.875,50 - - - 11.875,50

5. Biro perjalanan, operator, danpramuwisata 2.981,84 5.061,84 1.170,44 551,43 9.765,54

6. Jasa seni budaya, rekreasi, dan hiburan 6.619,00 3.196,14 - - 9.815,14

7. Jasa pariwisata lainnya 2.514,33 3.100,47 - - 5.614,80

8. Souvenir 9.481,45 10.106,75 - - 19.588,20

9. Kesehatan dan kecantikan 3.229,33 116,17 - - 3.345,50

10. Produk industri non makanan 8.338,61 30.334,73 1.576,00 742,50 40.991,84

11. Produk pertanian 2.011,49 7.824,47 - - 9.835,96

Total Pengeluaran 144.510,19 213.973,41 4.282,60 2.017,66 364.783,87

a. Jumlah Perjalanan / kunjungan 9.435.411 251.237.262 8.073.552 8.073.552b. Rata-rata Lama Tinggal/ bepergian

(hari) 7,66 4,34 6,49 6,49

c. Rata-rata Pengeluaran perkunjungan/perjalanan (000 rp) 15.315,73 851,68 530,45 249,91

Page 109: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Lampiran

Nesparnas 2015 (Buku 1) 103

Tabel 5. Struktur Input Terkait Pariwisata (Persen)

Struktur Input

Sektor Pariwisata

PenyediaanAkomodasi

PenyediaanMakan dan

Minum

AngkutanKereta Api

AngkutanDarat selainkereta Api

AngkutanAir

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

I. Input Antara 38,00 55,96 62,17 45,50 67,09

1. Pertanian 8,87 15,09 0,11 - 0,12

2. Pertambangan 0,01 - 0,03 - -

3. Industri 19,36 27,47 19,91 29,77 33,01

4. Listrik, gas dan air 1,22 0,36 6,88 0,34 0,68

5. Bangunan 0,70 0,07 6,20 0,55 3,21

6. Perdagangan 3,54 11,47 2,63 8,06 2,25

7. Angkutan 0,28 0,20 2,13 2,90 15,30

8. Penyediaan akomodasi 0,05 0,02 0,55 0,02 0,20

9. Penyediaan makan danminum 0,17 0,00 0,10 0,04 0,17

10. Komunikasi 1,16 0,41 0,38 0,44 1,4211. Lembaga Keuangan dan

jasa perusahaan 2,31 0,61 3,68 3,08 9,96

12. Jasa-jasa 0,33 0,25 19,57 0,30 0,77

II. Input Primer 62,00 44,04 37,83 54,50 32,91

1. Kompensasi tenaga kerja 16,24 16,28 29,89 17,91 10,15

2. Surplus usaha 45,32 27,42 7,64 36,17 22,50

3. Pajak dikurangi subsidilainnya atas produksi 0,44 0,35 0,30 0,42 0,26

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Page 110: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Lampiran

104 Nesparnas 2015 (Buku 1)

Tabel 5. Struktur Input Terkait Pariwisata (Persen)Lanjutan

Struktur Input

Sektor Pariwisata

AngkutanUdara

JasaPenunjangAngkutan

LembagaKeuangan dan Jasa

Perusahaan

Jasa hiburan,rekreasi, dan

budaya(1) (2) (3) (4) (5)

I. Input Antara 49,10 39,16 41,55 62,17

1. Pertanian 0,47 0,00 0,01 0,11

2. Pertambangan - 0,16 0,37 0,03

3. Industri 13,09 2,16 9,13 19,91

4. Listrik, gas dan air 0,08 1,81 0,88 6,88

5. Bangunan 0,04 9,33 6,88 6,20

6. Perdagangan 2,34 1,04 1,33 2,63

7. Angkutan 13,97 14,43 2,34 2,13

8. Penyediaan akomodasi 0,02 0,11 0,05 0,55

9. Penyediaan makan danminum

5,76 0,07 0,06 0,10

10. Komunikasi 3,96 5,00 3,83 0,3811. Lembaga Keuangan dan jasa

perusahaan 8,89 4,54 14,63 3,68

12. Jasa-jasa 0,47 0,49 2,06 19,57

II. Input Primer 50,90 60,84 58,45 37,83

1. Kompensasi tenaga kerja 20,73 22,22 17,87 29,89

2. Surplus usaha 29,76 38,14 40,24 7,64

3. Pajak dikurangi subsidilainnya atas produksi 0,40 0,48 0,33 0,30

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00

Page 111: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Lampiran

Nesparnas 2015 (Buku 1) 105

Tabel 6. Struktur PMTB Pariwisata Baik yang Bersifat Langsung maupun Tidak

Langsung Tahun 2014 (Miliar Rupiah)

Jenis Barang Modal

Penanam Modal

Swasta/BUMN/BUMD

Pemerintah

JumlahPusat Daerah

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Bangunan Hotel dan Akomodasi lainnya 28.162,29 - - 28.162,29

2. Bangunan Restoran & sejenisnya 8.224,25 - - 8.224,25

3. Bangunan Bukan Tempat Tinggal 24.316,34 4,53 6,38 24.327,25

4. Bangunan olahraga, rekreasi, hiburan,seni, dan budaya 10.596,26 11,64 15,19 10.623,08

5. Infrastuktur (Jalan, Jembatan, Pelabuhan) 24.955,67 9,15 10,89 24.975,71

6. Bangunan Lainnya 11.287,25 - - 11.287,25

7. Mesin dan Peralatan 9.398,96 88,65 109,03 9.596,64

8. Alat Angkutan 8.729,70 29,43 53,42 8.812,54

9. Barang Modal Lainnya 9.323,65 1,17 3,17 9.327,99

Jumlah 134.994,36 144,57 198,09 135.337,01

Page 112: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Lampiran

106 Nesparnas 2015 (Buku 1)

Tabel 7. Struktur Pengeluaran Pemerintah Dalam Promosi dan Pembinaan

Sektor Pariwisata (Current Expenditure) Menurut Jenis Aktivitas

Tahun 2014 (Miliar Rupiah)

Jenis AktivitasPemerintah

Pusat Daerah Jumlah

(1) (2) (3) (4)

1. Promosi pariwisata 341,72 1.043,20 1.384,92

2. Perencanaan dan koordinasi pemb. Pariwisata 438,61 1.600,12 2.038,73

3. Penyusunan statistik dan informasi pariwisata 336,90 916,99 1.253,89

4. Penelitian dan Pengembangan 302,20 1.197,71 1.499,91

5. Penyelenggaraan dan pelayanan informasi pariwisata 220,97 424,80 645,78

6. Pengamanan dan perlindungan wisatawan 130,17 172,07 302,24

7. Pengawasan dan pengaturan 132,73 225,98 358,71

8. Lainnya 109,37 182,04 291,41

Jumlah 2.012,68 5.762,92 7.775,60

Page 113: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Lampiran

Nesparnas 2015 (Buku 1) 107

Tabel 8. Struktur Pekerja yang Terlibat dalam Industri Pariwisata Tahun 2014

Sektor Banyaknya(orang)

Distribusi(Persen)

(1) (2) (3)

1. Perdagangan 4.307.958 42,43

2. Angkutan darat 43.174 0,43

3. Angkutan perairan 6.861 0,07

4. Angkutan udara 1.277 0,01

5. Penyediaan akomodasi 531.007 5,23

6. Penyediaan makan minum 4.274.371 42,10

7. Jasa agen perjalanan 61.017 0,60

8. Kegiatan Hiburan, Kesenian dan Kreativitas 175.128 1,72

9. Perpustakaan, Arsip, Museum dan KegiatanKebudayaan Lainnya 32.131 0,32

10. Kegiatan Olahraga dan Rekreasi Lainnya 209.010 2,06

11. Lainnya 510.949 5,03

Jumlah 10.152.883 100,00

Page 114: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Lampiran

108 Nesparnas 2015 (Buku 1)

Tabel 9. Peranan Pariwisata dalam Struktur Output/Produksi dan Produk

Domestik Bruto (PDB) Tahun 2014

SEKTOR PRODUKSIOutput/Produksi PDB

Total% Par

Total% Par

(Milyar Rp) (Milyar Rp)(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pertanian 57.863,9 3,38 48.775,9 3,46

2. Pertambangan dan Penggalian 27.712,0 1,94 20.566,3 1,97

3. Industri 281.154,3 4,44 112.624,1 4,81

4. Listrik, Gas, Air, dan Daur Ulang 11.857,6 2,87 1.423,2 0,62

5. Konstruksi 115.477,7 3,81 41.956,0 3,95

6. Perdagangan 46.366,2 2,21 31.452,6 2,21

7. Angkutan Kereta Api 4.487,0 39,26 1.270,6 33,35

8. Angkutan Darat 29.124,5 6,32 14.246,0 6,31

9. Angkutan Air 6.885,9 4,55 2.183,4 4,49

10. Angkutan Udara 64.440,4 19,57 21.527,9 19,70

11. Jasa Penunjang Angkutan 16.595,8 12,03 9.685,4 12,27

12. Penyediaan Akomodasi 84.024,6 68,30 53.366,4 70,32

13. Penyediaan Makan Minum 72.141,3 12,58 31.269,4 12,63

14. Komunikasi 20.005,0 3,38 12.888,6 3,44

15. Jasa Lainnya 51.151,1 1,72 33.546,5 1,77

Jumlah 889.287,3 4,37 436.782,3 4,13

Page 115: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Lampiran

Nesparnas 2015 (Buku 1) 109

Lampiran A. Kode Klasifikasi Usaha Pariwisata

Kategori lapangan Usaha

47 Perdagangan Eceran, Bukan Mobil dan Motor

47112 Perdagangan Eceran Berbagai Macam Barang Yang Utamanya Makanan,Minuman Atau Tembakau Bukan Di Supermarket/minimarket (Tradisional)

47242 Perdagangan Eceran Roti, Kue Kering, serta Kue Basah dan Sejenisnya47249 Perdagangan Eceran Makanan Lainnya47781 Perdagangan Eceran Barang Kerajinan Dari Kayu, Bambu,47782 Perdagangan Eceran Barang Kerajinan Dari Kulit, Tulang47783 Perdagangan Eceran Barang Kerajinan Dari Logam47784 Perdagangan Eceran Barang Kerajinan Dari Keramik47785 Perdagangan Eceran Lukisan

47789 Perdagangan Eceran Barang Kerajinan dan Lukisan Lainnya

49 Angkutan Darat dan Angkutan Melalui Saluran Pipa49112 Angkutan Jalan Rel Khusus Wisata49222 Angkutan Bus Pariwisata49425 Angkutan Darat Lainnya Untuk Wisata

50 Angkutan Perairan50113 Angkutan Laut Domestik Khusus Untuk Wisata50123 Angkutan Laut Internasional Khusus Untuk Wisata50213 Angkutan Sungai dan Danau Dengan Trayek Tidak Tetap Da

51 Angkutan Udara51107 Angkutan Udara Khusus Untuk Wisata

55 Penyediaan Akomodasi55111 Hotel Bintang Lima55112 Hotel Bintang Empat55113 Hotel Bintang Tiga55114 Hotel Bintang Dua55115 Hotel Bintang Satu55120 Hotel Melati55130 Pondok Wisata (Home Stay)55191 Penginapan Remaja (Youth Hostel)55192 Bumi Perkemahan55193 Persinggahan Karavan55194 Vila55195 Apartemen Hotel

Page 116: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Lampiran

110 Nesparnas 2015 (Buku 1)

Kategori lapangan Usaha

55199 Penyediaan Akomodasi Jangka Pendek Lainnya55900 Penyediaan Akomodasi Lainnya

56 Penyediaan Makanan dan Minuman56101 Restoran56102 Warung Makan56103 Kedai Makanan56104 Penyediaan Makanan Keliling/Tempat Tidak Tetap56210 Jasa Boga Untuk Suatu Event Tertentu (Event Catering)56290 Penyediaan Makanan Lainnya56301 Bar56303 Rumah Minum/Kafe56304 Kedai Minuman56305 Rumah/Kedai Obat Tradisional56306 Penyediaan Minuman Keliling/Tempat Tidak Tetap

59 Produksi Gambar Bergerak, Video dan Program Televisi, Perekaman Suara danPenerbitan Musik

59140 Kegiatan Pemutaran Film68 Real Estat

68110 Real Estat Yang Dimiliki Sendiri Atau Disewa68120 Kawasan Pariwisata

70 Kegiatan Kantor Pusat dan Konsultasi Manajemen70201 Jasa Konsultan Pariwisata

79 Jasa Agen Perjalanan, Penyelenggara Tur dan Jasa Reservasi Lainnya79111 Jasa Agen Perjalanan Wisata79120 Jasa Biro Perjalanan Wisata79910 Jasa Informasi Pariwisata79920 Jasa Pramuwisata

82 Jasa Administrasi Kantor, Jasa Penunjang Kantor dan Jasa Penunjang Usaha Lainnya

82301 Jasa Penyelenggara Pertemuan, Perjalanan Insentif, Kon82302 Jasa Event Organizer

84 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan SosialWajib

84126 Pembinaan Kebudayaan/Kesenian/Rekreasi/Olahraga

85 Pendidikan85498 Jasa Pendidikan Kerajinan dan Industri

Page 117: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Lampiran

Nesparnas 2015 (Buku 1) 111

Kategori lapangan Usaha

85499 Jasa Pendidikan Lainnya Swasta90 Kegiatan Hiburan, Kesenian dan Kreativitas

90001 Kegiatan Seni Pertunjukan90002 Kegiatan Pekerja Seni90003 Jasa Penunjang Hiburan90004 Jasa Impresariat Bidang Seni90009 Kegiatan Hiburan, Seni dan Kreativitas Lainnya

91 Perpustakaan, Arsip, Museum dan Kegiatan KebudayaanLainnya

91011 Perpustakaan dan Arsip Pemerintah91012 Perpustakaan Swasta91021 Museum Yang Dikelola Pemerintah91022 Museum Yang Dikelola Swasta91023 Peninggalan Sejarah Yang Dikelola Pemerintah91024 Peninggalan Sejarah Yang Dikelola Swasta91025 Taman Budaya91029 Wisata Budaya Lainnya91031 Kegiatan Taman Konservasi Alam91032 Taman Nasional (TN)91033 Taman Hutan Raya (Tahura)91034 Taman Wisata Alam (TWA)91035 Hutan Lindung (HL), Suaka Margasatwa (SM), dan Cagar A91036 Taman Laut91037 Taman Buru, Kebun Buru dan Areal Buru91039 Kegiatan Taman Konservasi Alam Lainnya

92 Kegiatan Perjudian dan Pertaruhan92000 Kegiatan Perjudian dan Pertaruhan

93 Kegiatan Olahraga dan Rekreasi Lainnya93111 Fasilitas Billiard93112 Lapangan Golf93113 Gelanggang Bowling93114 Gelanggang Renang93116 Lapangan Tenis Lapangan93117 Kegiatan Pusat Kebugaran/Fitness Center93118 Sport Centre93119 Kegiatan Fasilitas Olahraga Lainnya

Page 118: Kata Pengantar...Kata Pengantar Nesparnas 2015 (Buku 1) i KATA PENGANTAR Publikasi Neraca Satelit Pariwisata Nasional (Nesparnas) tahun 2015 merupakan publikasi lanjutan tahun-tahun

Lampiran

112 Nesparnas 2015 (Buku 1)

Kategori lapangan Usaha

93191 Promotor Kegiatan Olahraga93210 Kegiatan Taman Bertema Atau Taman Hiburan93221 Pemandian Alam93222 Wisata Gua93223 Wisata Petualangan Alam93229 Daya Tarik Wisata Alam Lainnya93231 Wisata Agro93232 Taman Rekreasi/Taman Wisata93233 Kolam Pemancingan93241 Arung Jeram93242 Wisata Selam93243 Dermaga Marina93249 Wisata Tirta Lainnya93291 Kelab Malam dan Atau Diskotik93292 Karaoke93293 Usaha Arena Permainan93299 Kegiatan Hiburan dan Rekreasi Lainnya Ytdl

96 Jasa Perorangan Lainnya96121 Panti Pijat96122 SPA (Sante Par Aqua)