KATA PENGANTAR...i KATA PENGANTAR Esa, atas selesainya penyusunan Laporan Akuntabilitas Teknologi...
Transcript of KATA PENGANTAR...i KATA PENGANTAR Esa, atas selesainya penyusunan Laporan Akuntabilitas Teknologi...
i
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas selesainya penyusunan Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIN) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten Tahun Anggaran 2019. Laporan Kinerja (LAKIN) Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (B P T P) Banten merupakan, fungsi dan kewenangan pengelolaan sumberdaya yangtelah ditetapkan sekaligus menjadi evaluasi
pelaksanaan penelitian dan pengkajian serta perkembangan unit penunjang lainnya.
Pembangunan pertanian jangka menengah diarahkan untuk dapat menjamin ketahanan pangan dan energi mendukung ketahanan nasional.
Selanjutnya Badan Litbang Pertanian pada periode 2015-2019 menetapkan 5 sasaran program, yatiu : (1) Tersedianya varietas dan galur/klon unggul baru,
adaptif dan berdaya saing dengan memanfaatkan advanced technology dan bioscience, (2) Tersedianya teknologi dan inovasi budidaya, pascapanen dan prototipe alsintan, (3) Tersedianya data dan informasi sumberdaya pertanian
berbasis biofarmaka dan geospasial dengan dukungan IT, (4) Tersedianya model pengembangan inovasi pertanian dan rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian, (5) Tersedia dan terdistribusinya produk inovasi
pertanian (benih/bibit sumber, prototipe, peta, data dan infromasi) dan materi transfer teknologi, dan (6) Penguatan dan perluasan jejaring kerja mendukung
terwujudnya lembaga litbang pertanian yang handal dan terkemuka serta meningkatakan HKI. Dalam rangka penyediaan paket teknologi spesifik lokasi dan penyebarluasan hasil penelitian dan pengkajian, Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Banten berupaya terus-menerus melakukan kegiatan pengkajian dan diseminasi inovasi teknologi untuk mendukung pembangunan
pertanian di Provinsi Banten. Dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih, transparan, dan
akuntabel, maka pelaksanaan kegiatan pengkajian dan diseminasi inovasi
teknologi pertanian, serta tata kelola manajemen dan sistim akuntabilitas kinerja harus dilaksanakan secara konsisten dan penuh tanggungjawab sesuai
tugas dan fungsi BPTP. Sejalan dengan Perpres RI No. 29 Tahun 2014 dan Permenpan-RB No. 53 Tahun 2014, maka hasil capaian kinerja setiap unit kerja sepatutnya dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada publik melalui Laporan
Kinerja (LAKIN). Laporan Kinerja BPTP Banten tahun 2019 ini merupakan cerminan akuntabilitas kinerja dalam rangka pencapaian sasaran yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan.
Kami menyadari bahwa berbagai keberhasilan yang telah dicapai tahun 2019 masih terdapat kendala, permasalahan, dan hambatan yang perlu
mendapat perhatian untuk ditindaklanjuti. Tentu saja kami berharap, kinerja yang akan datang dapat lebih ditingkatkan dengan pemanfaatan semua sumberdaya yang teesedia. Keberhasilan pencapaian kinerja BPTP Banten
selama tahun 2019 adalah hasil kerjasama semua pihak terkait yang telah bekerja keras, cerdas, jujur, dan ikhlas guna mendukung pembangunan
pertanian. Saya sampaikan penghargaan dan terima kasih kepada seluruh penanggungjawab dan semua pihak yang telah berpartisipasi aktif dalam
ii
penyusunan LAKIN tahun 2019 ini. Semoga laporan ini memberikan manfaat dan berguna bagi berbagai pihak yang membutuhkannya. Kritik dan saran kami
harapkan demi perbaikan kinerja dimasa-masa mendatang guna mendukung keberhasilan pembangunan pertanian ke depan
Serang, Januari 2019 Kepala Balai,
Dr. Ismatul Hidayah. SP. MP
NIP. 19730611 200604 2 017
iii
IKHTISAR EKSEKUTIF
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten merupakan salah satu
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Litbang Pertanian dengan mandat melaksanakan pengkajian, perakitan, pengembangan dan diseminasi teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. Dengan memperhatikan visi dan misi
Badan Litbang Pertanian serta tupoksi BPTP, kegiatan pengkajian dan diseminasi yang dilaksanakan BPTP Banten pada periode 2015-2019
diarahkan untuk menghasilkan inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi yang produktif, efisien, ramah lingkungan, serta penyediaan layanan dan informasi teknologi pertanian yang siap dimanfaatkan oleh pengguna (stakeholder).
Pada tahun 2019, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten melaksanakan
Sub-Program Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian dengan sasaran utama : (1) Tersedianya Teknologi dan Inovasi
Pertanian, (2) Tersedianya Model Pengembangan Inovasi Pertanian, (3) Terdiseminasikannya Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi, (4) Tersedianya dan terdistribusinya produk inovasi pertanian dan materi
diseminasi teknologi, (5) Tersedianya rekomendasi kebjiakan pembangunan pertanian.
Target outcome yang dicapai merupakan indikator kinerja dalam Penetapan Kinerja (PK), sedangkan target output dituangkan dalam Indikator Kinerja
Utama (IKU) yang meliputi : (1). Jumlah teknologi spesifik lokasi komoditas strategis nasional, (2) Jumlah model pengembangan inovasi pertanian
bioindustri spesifik lokasi, (3) Jumlah teknologi terdiseminasi, pendampingan komoditas strategis nasional, kerjasama pengkajian, (4) Jumlah produksi benih padi, benih cabai, benih buah-buahan, dan bibit ayam KUB/Sensi, serta
(5) Jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian wilayah.
Keberhasilan pencapaian sasaran kinerja BPTP Banten tahun 2019 ditetapkan berdasarkan laporan capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Satker yang
dipantau setiap bulan, triwulan dan akhir kegiatan melalui evaluasi, monitoring lapangan dan semimar hasil kegiatan. Kriteria penilaian dibagi atas empat kategori, yaitu (1) Sangat Berhasil dengan capaian > 100 %, (2)
Berhasil dengan capaian 80-100 %, (3) Cukup Berhasil dengan capaian 60 - <80 %, dan (4) Kurang Berhasil dengan capaian <60 %. Pengukuran
tingkat capaian kinerja utama dilakukan dengan cara membandingkan antara target dengan capaian/realisasi. Hasil evaluasi dan analisis capaian kinerja BPTP Banten tahun 2019 secara keseluruhan sangat baik dengan skoring
102,4. Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya, BPTP Banten pada tahun
2019 mendapat alokasi anggaran APBN sebesar Rp. 12.353.593.000,- yang
terbagi dalam Belanja Pegawai (Rp. 4.847.350.000,- (39,24 %), Belanja Barang Rp. 6.426.243.000,- (52,02 %) dan Belanja Modal Rp. 1.080.000.000,- (8,74%). Capaian kinerja atau realisasi anggaran sebesar Rp.
11.905.068.219,- (96,37 %). Apabila dibandingkan capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) dengan serapan anggarannya, maka terdapat efisiensi
iv
penggunaan anggaran sebesar Rp. 448.524.781,- (3,63 %). Selanjutnya realisasi PNBP sampai 31 Desember 2019 sebesar Rp.122.638.000,- atau
84,23 % dari target sebesar Rp. 145.592.000,-.
Sumber Daya Manusia pendukung kinerja BPTP Banten sampai dengan 31
Desember 2019 berjumlah 64 orang, teridiri atas Golongan II (16 orang), Golongan III (44 orang), dan Golongan IV (4 orang), berdasarkan
pendidikan, terdiri dari S-3 (5 orang), S-2 (14 orang), S-1 (15 orang), D-4 (4 orang), D-3 (6 orang), SLTA (18 orang), SLTP (1 orang), dan SD (1 orang), dan berdasarkan struktural terdiri atas Eselon III (1 orang), dan Eseleon IV
(2 orang), sedangkan berdasarkan jabatan fungsional terdiri dari Peneliti 18 orang, Penyuluh 11 orang, Teknisi 3 orang, dan Administrasi 42 orang.
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. i
IKHTISAR EKSEKUTIF ........................................................................ iii Daftar Isi .......................................................................................... v Daftar Tabel ..................................................................................... vi
I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Tugas Pokok dan Fungsi BPTP .................................................. 2 1.3 Sumber Daya manusia ............................................................. 3
1.4 Dukungan Anggaran ................................................................ 4
II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA ............................ 6
2.1 Rencana Operasional 2015-2019 ............................................... 6 2.2 Visi dan Misi ............................................................................ 7
2.3 Tujuan dan Sasaran ................................................................. 8 2.4 Program dan Kegiatan .............................................................. 9 2.5 Rencana Kinerja Tahun 2019 .................................................... 11
2.6 Perjanjian Kinerja Tahun 2019 .................................................. 12
III. AKUNTABILITAS KINERJA ...................................................... 13 3.1 Kriteria Ukuran Keberhasilan ..................................................... 13 3.2 Pencapaian Sasaran Strategus .................................................. 13
3.3 Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja ......................................... 14 3.3.1 Pengkajian Teknologi Spesifik Lokasi ................................. 15 3.3.2 Teknologi yang Terdiseminasikan ...................................... 19
3.3.3 Pendampingan Program Strategis ...................................... 27 3.3.4 Model Pertanian Bllio-Industri ........................................... 36
3.3.5 Produksi Benih Sumber (UPBS) ......................................... 39 3.3.6 Kebijakan Pembangunan Pertanian .................................... 43 3.3.7 Diseminasi Inovasi Teknologi ............................................ 44
3.4 Akuntabilitas Keuangan ............................................................ 50 3.4.1 Anggaran Pelaksanaan Kelgiatan ....................................... 50
3.4.2 Penerimaan Negara Bukan Pajak ....................................... 50
IV. Penutup .................................................................................... 52
4.1 Ringkasan Capaian Kinerja ........................................................ 52 4.2 Langkah-Langkah Peningkatan Kinerja ....................................... 52
Lampiran ........................................................................................ 54
vi
DAFTAR TABEL Tabel 1. Alokasi Anggaran Menurut Kegiatan Utama dan Sub Bagian
Kegiatan .............................................................................. 4 Tabel 2. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja BPTP Banten Tahun 2019 ........................................................................................... 12
Tabel 3. Capaian Indikator Kinerja BPTP Banten Tahun 2019 ................. 13
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan pertanian ke depan diarahkan untuk mewujudkan
pertanian Indonesia yang bermartabat, maadiri, maju, adil, dan makmur.
Berdasarkan hal tersebut, visi pembangunan pertanian yang tertuang dalam
Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP) adalah “terwujudnya sistem
pertanian bioindustri berkelanjutan yang menghasil-kan beragam
pangan sehat dan produk bernilai tambah tinggi dari sumberdaya
hayati pertanian dan kelautan tropika”. Pembangunan pertanian sebagai
salah satu prioritas pembangunan jangka menengah selaras dengan strategi
nacional yang disebut sebagai Triple + One Trach Strategy yatiu Pro-Growth,
Pro-Poor, Pro-Job, dan Pro-Environment. Dalam upaya meningkatkan peran
strategis tersebut, Kementerian Pertanian pada tahun 2015-2019 masih
melanjutkan Empat Sukses sebagai sasaran yang ingin dicapai, yaitu : (1)
pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, (2) peningkatan
diversifikasi pangan, (3) peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor, serta
(4) peningkatan kesejahteraan petani.
Selanjutnya sasaran utama pembangunan nacional RPJMN 2015-2019
diarahkan untuk dapat menjamin ketahanan pangan dan energi untuk
mendukung ketahanan nasional. Arah kebijakan pembangunan pertanian lima
tahun ke depat, antara lain : (1) meningkatkan kapasitas produksi melalui
peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam, (2) meningkatkan daya
saing dan nilai tambah komoditas pertanian, (3) meningkatkan produksi dan
diversifikasi sumberdaya pertanian, (4) pengolahan dan pemanfaatan
keanekaragaman hayati, dan (5) memperkuat kapasitas mitigasi dan adaptasi
perubahan iklim.
Sejalan dengan reformasi perencanaan dan penganggaran, setiap
Kementerian/ Lembaga harus merestrukturisasi program dan kegiatan sebagai
wujud pelaksanaan performance based budgeting, sehingga setiap unit kerja
harus memiliki indikator kinerja, merencanakan program/kegiatan, serat
melaksanakan dan mengevaluasi capaian indikator kinerjanya sendiri. Dalam
rangka menganalisis capaian kinerja, maka peran Pemantauan dan Evaluasi
2
merupakan bagian penting untuk menilai tercapai atau tidaknya tujuan program/
kegaiatan yang dilaksanakan. Hasil pemantauan dan evaluasi tersebut harus
tersaji dalam bentuk laporan yang informatif, cepat, tepat dan akurat, sehingga
dapat dimanfaatkan oleh pimpinan sebagai bahan pengambil keputusan.
Pelaporan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting di dalam
proses pembangunan. Pelaporan dilakukan untuk memberikan informasi yang
cepat, tepat dan akurat kepada pimpinan atau pemanggku kepentingan sebagai
bahan pengambilan keputusan sesuai dengan kondisi yang terjadi, serta
penentuan kebijakan yang relevan. Sistim Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP) merupakan perwujudan pertang-gungjawaban pelaksanaan
tugas pokok dan fungsi, serta pelakasanaan program/kegiatan yang
dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah. Salah satu bentuk laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, serta pengelolaan
sumberdaya oleh instansi pemerintah adalah Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (LAKIP). Penyusunan LAKIP dilakukan melalui proses
penyusunan Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana Kinerja Tahunan (RKT),
serta Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK) dan Pengukuran Pencapaian Sasaran
(PPS).
Disamping peran fungsional dan operasional, BPTP juga berperan secara
struktural yaitu : (1) membantu pemerintah daerah terutama dinas terkait dalam
perencanaan, pelaksanaan dan pemecahan masalah pembangunan pertanian,
(2) pelopor dan intermediasi program Kementerian Pertanian, (3) menyusun peta
dan roadmap pengembangan komoditas unggulan, dan (4) menyusun kebijakan
teknis operasional dan implementasi teknologi. Selanjutnya tugas khusus dalam
program strategis (Upsus, GP-PTT padi, GP-PTT kedelai, PSDS/K, PKAH, KRPL,
PUAP) adalah sebagai pendamping teknologi, identifikasi lokasi dan kebutuhan
teknologi, mendukung penyediaan benih serta sekretariat Unit Akutansi
Pembantu Pengguna Anggaran/Barang Wilayah (UAPPA/B-W).
1.2. Tugas Pokok dan Fungsi BPTP
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten merupakan salah satu Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang
dibentuk berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 633/Kpts/OT.140/12/2003,
tanggal 30 Desember 2003. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No.
3
19/Permentan/OT.020/5/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pertanian. Ditetapkan susunan unit organisasi Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Banten, yang terdiri dari Kepala Balai, Kasubag Tata Usaha,
Kasie Pelayanan Teknik Pengkajian, dan Tenaga Fungsinoal (Peneliti, Penyuluh,
dan Litkayasa). BPTP Banten secara langsung berada dibawah Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) dan Badan Litbang
Pertanian. BPTP Banten menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi: (1)
pelaksanaan penysunan program, rencana kerja, anggaran, evaluasi, laporan
pengkajian, perakitan, penembangan dan diseminasi teknologi pertanian tepat
guna spesifik lokasi, (2) inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi
pertanian tepat guna spesifik lokasi, (3) pelaksanaan penelitian, pengkajian dan
perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, (4) pelaksanaan
pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi dan diseminasi
hasil pengkajian serta perakitan materi penyuluhan, (5) perakitan materi
penyuluhan dan diseminasi hasil pengkajian teknologi pertanian teapat guna
spesifik lokasi. (4) penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi serta
penyebarluasan dan pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan dan
pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi, (5) pemberian
pelayanan teknik kegiatan pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi
pertanian tepat guna spesifik lokasi, dan (6) Pelaksanaan bimbingan teknis
materi penyuluhan dan diseminasi hasil pengkajian teknologi pertanian tepat
guna spesifik lokasi, (7) penyiapan kerja sama, informasi, dokumentasi, serta
penyebarluasan dan pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan dan
pengembangan teknologi spesifik, (8) pemberian pelayanan teknik pengkajian,
perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi dan
(9) pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, rumah tangga dan
perelngkapan BPTP.
1.3. Sumberdaya Manusia
Jumlah pegawai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten
pada tahun 2019 sebanyak 64 orang, terdiri atas Golongan II sebanyak 16
orang, Golongan III sebanyak 44 orang, dan Golongan IV sebanyak 4 orang.
Apabila dilihat dari pendidikan, terdiri dari S-3 sebanyak 5 orang, S-2 sebanyak
14 orang, S-1 sebanyak 15 orang, D-4 sebanyak 4 orang, D-3 sebanyak 6 orang,
4
SLTA sebanyak 18 orang, SLTP sebanyak 1 orang, dan SD sebanyak 1 orang.
Selanjutnya berdasarkan struktural terdiri atas Eseleon III (1 orang), dan Eseleon
IV (2 orang), sedangkan berdasarkan jabatan fungsional terdiri dari Peneliti 18
orang, Penyuluh 11 orang, Teknisi 3 orang, dan Administrasi 42 orang.
1.4. Dukungan Anggaran Pagu anggaran Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten
berdasarkan DIPA dan RKA-KL tahun 2019 sebesar Rp. 12.353.593.000,-.
Anggaran tersebut digunakan untuk melaksanakan kegiatan utama, yaitu : (1)
Pengkajian Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi, (2) Diseminasi dan Penyiapan
Teknologi, (3) Kebijakan Pembangunan Pertanian, (4) Model Pengembangan
Pertanian Bio-Industri, (5) Produksi Benih, (6) Layanan Masyarakat dan
Informasi, (7) Koordinasi Manajemen Pengkajian , (8) Jejaring Kerja dan
Kerjasama, (9) Layanan Sarana dan Prasarana, (10) Layanan Dukungan
Manajemen Satker, dan (11) Layanan Manajemen Perkantoran. Rincian
anggaran masing-masing kegiatan utama disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Alokasi Anggaran Menurut Kegiatan Utama dan Sub kegiatan
No. Kegiatan Utama Judul Kegiatan Anggaran
(Rp.000)
1. Pengkajian
Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi
01. Perakitan Paket Teknologi Budidaya Jagung
Spesifik Lokasi di Provinsi Banten 02. Kajian Paket Teknologi Budidaya Kedelai Tahan Naungan di Provinsi Banten
03. Kajian Terpadu Manajemen Pemeliharaan Ternak Itik di Provinsi Banten.
133.030
136.500
145.000
2. Diseminasi dan
Penyiapan Teknologi
01. Percepatan Pendayagunaan dan Ekspose
Hasil-Hasil Pengkajian 02. Pendampingan Kawasan Pangan (Padi, Jagung) 03. Pendampingan Kawasan Peternakan
04. Pendampingan Kawasan Hortikultura 05. Tagrimart, OPAL dan Pendampingan KRPL 06. Pendampingan Gerakan Petani Milenial
07. Upaya Khusus Padi, Jagung dan Kedelai 08. Diseminasi Inovasi Teknologi Perbenihan Durian 09. Diseminasi Inovasi Tek. Perbenihan Rambutan
10. Diseminasi Inovasi Teknologi Perbenihan Manggis
11. Diseminasi Inovasi Teknologi Perbenihan Cabe
12. Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting 13. Penyediaan Bibit Ayam KUB/Sensi Inti-Plasma 14. Pengembangan Ayam Kampung Ungul R. Tangga
15. Pengembangan Model Pembibitan Ayam KUB 16. Model Pembibitan Ayam KUB/Sensi P. Bekeraja 17. SDG Terkonsentrasi dan Terdokumentasi 18. Dukungan Inovasi Tek. IP Kawasan Pertanian
19. Peningkatan Komunikasi, Koordinasi Hasil
133.600
82.500 75.000
89.272 96.661 50.000
667.668 20.000 20.000
7.125 7.187
57.718
264.194 129.012 165.390
772.350 72.614
141.000 72.200
145.502
5
Inovasi
20. Pengggunaan PNBP 21. Pemberdayaan KP. Singamerta
200.000
3. Kebijakan Pembangunan Pertanian
01. Kebijakan Pembangunan Pertnaian Wilayah 44.700
4. Pengembangan
Pertanian Bioindustri
01. Pengembangan Bioindustri Padi di Kab.
Tangerang 02. Pengembangan Bioindustri Ubi Kayu di Lebak
74.800
74.963
5. Produski Benih Padi
01. Produksi Benih Sumber Padi (UPBS) 02. Produksi Benih Sebar Padi
81.518 92.000
6. Layanan Masyarakat dan Informasi
01. Layanan Hubungan Masyarakat dan Informasi Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
56.190
7. Koordinasi Manajemen
Pengkajian
01. Koordinasi dan Sinkronisasi Satker 66.622
8. Jejaring Kerja dan
Kerjasama
01. Jejaring/Kerjasama Pengkajian Teknologi
Pertanian
84.500
9. Layan Sarana dan
Prasarana
01. Pengadaan Fasilitas Kantor
02. Renovasi Gedung Benih BPTP 03. Pengadaan Alsitan
450.000
100.000 718.651
10. Layan Dukungan Manajemen Satker
01. Koordinasi Penyusunan Program dan Anggaran 02. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan 03. UAPPA/B-W Kementerian Pertanian
04. Pengelolaan Laboratorium 05. Pengelolaan Kegiatan Administrasi Satker
danISO
106.667 80.000
106.200
95.758 170.831
11. Layanan Perkantoran
01. Gaji dan Tunjangan 02. Operasional dan Pemeliharaan Kantor
4.628.699 1.595.700
Jumlah 12.353.593
6
II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
2.1. Rencana Opersional 2015-2019
Dengan memperhatikan arah, visi dan misi, serta sasaran utama
pembangunan pertanian, maka pembangunan pertanian ke depan diarahkan
untuk mewujudkan pertanian Indoensia yang bermartabat, mandiri, maju, adil
dan makmur. Visi pembangunan pertanian 2013-2045 adalah “terwujudnya
sistem pertanian bio-industri berkelanjutan yang menghasilkan
beragam pangan sehat dan produk bernilai tambah tinggi dari
sumberdaya hayati pertanian tropika”. Untuk mewujudkan visi tersebut,
misi yang telait dengan tupoksi Badan Litbang Pertanian adalah :
1. Mengembangkan sistem usahatani pertanian tropika agroekologi yang
berkelanjutan dan terpadu dengan bio-industri melalui perlindungan,
pelestarian, pemanfaatan dan pengembangan sumberdaya genetik, seta
perluasan, pengembangan dan konservasi lahan pertanian.
2. Mengembangkan kegiatan ekonomi input produksi, informasi, dan teknologi
dalam Sistem Pertanian Bio-Industri berkelanjutan melalui perlindungan dan
pemberdayaan insan pertanian dan perdesaan.
3. Membangun sistem pengolahan pertanian melalui perluasan dan pendalaman
pascapanen, agro-energi dan bio-industri berbasis perdesaan guna
menumbuhkan nilai tambah.
4. Mengembangkan sistem penelitian untuk pembangunan berbasis inovasi
pertanian spesifik lokasi.
Selanjutnya kebijakan pengkajian dan diseminasi inovasi teknologi
pertanian spesifik lokasi 2015-2019 harus mengacu pada arah dan kebijakan
pembangunan pertanian nasional serta arah kebijakan litbang pertanian. Sesuai
dengan program Badan Litbang Pertanian 2015-2019 yaitu “Penciptaan
Teknologi dan Inovasi Pertanian Bio-industri Berkelanjutan”, maka arah
kebijakan pengembangan kegiatan pengkajian dan diseminasi inovasi teknologi
pertanian spesifik lokasi ke depan adalah :
1. Mengembangkan kegiatan pengkajian dan diseminasi yang menunjang ke
arah peningkatan produksi hasil pertanian wilayah, dan mendukung program
swasembada pangan nasional.
7
2. Mendorong pengembangan dan penerapan advance technology untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan sumberdaya lokal
spesifik lokasi yang terbatas jumlahnya.
3. Mendorong terciptanya suasana keilmuan dan kehidupan ilmiah yang
kondusif, sehingga memungkinkan optimalisasi sumberdaya manusia dalam
pengembangan kapasitasnya dalam melakukan pengkajian dan diseminasi
inovasi teknologi pertanian spesifik lokai.
4. Mendukung terciptanya kerjasama dan sinergi yang saling menguatkan antar
UK/UPT lingkup Badan Litbang Pertanian dan Balitbangtan dengan lembaga
terkait, terutama dengan stakeholder di daerah.
Adapun sasaran program/kegiatan pengkajian dan diseminasi inovasi
teknologi pertanian spesifik lokasi yang akan dicapai pada periode 2015-2019
adalah sebagai berikut :
1. Tersedianya varietas dan galur/klon unggul baru, adaptif dan berdaya saing
dengan memanfaatkan advaced technology dan bioscience.
2. Tersedianya teknologi dan inovasi budidaya, pascapanen dan prototipe
alsintan berbasis bioscience dan bioengiering dengan memanfaatkan
advanced technology, seperti teknologi nano, bioteknologi, iradiasi,
biofarmaka dan bioprosesing yang adaptif.
3. Tersedianya data dan informasi sumberdaya pertanian berbasis biofarmaka
dan geospasial dengan dukungan IT.
4. Tersedianya model pengembangan inovasi pertaian dan rekomendasi
kebjiakan pembangunan pertanian.
5. Tersedia dan terdistribusinya produk inovasi pertanian (benih/bibit,
prototipe, peta, data dan infromasi) dan materi transfer teknologi.
6. Penguatan dan perluasan jejaring kerja mendukung terwujudnya lembaga
litbang pertanian yang handal dan terkemuka serta meningkatkan HKI.
2.2. Visi dan Misi
Visi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten tahun 2015-2019 adalah
“Menjadi Lembaga Pengkajian Inovasi Pertanian Spesifik Lokasi Terdepan dalam
Pelayanan Informasi Teknologi Pertanian” dengan motto “Inovasi Tepat
Kesejahteraan Meningkat”. Untuk mencapai visi tersebut, maka misi BPTP
8
Banten adalah : (1) Menghasilkan dan mendiseminasikan inovasi pertanian
spesifik lokasi sesuai kebutuhan pengguna, (2) Mengembangkan jejaring
kerjasama regional dan nasional dalam rangka peningkatan kapasitas pengkajian
dan diseminasi inovasi pertanian, (3) Memberikan pelayanan berstandar
nasional/internasional, dan (4) Mengembangkan sumberdaya manusia yang
bermoral dan professional.
Selanjutnya untuk mewujudkan visi dan pelaksanaan misi, maka nilai –
nilai dasar yang harus dimiliki oleh jajaran BPTP Banten adalah : (1) Taat
melaksanakan dan mengamalkan ajaran agama masing – masing, (2) Selalu
berusaha untuk menimba ilmu guna meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan demi kemajuan sektor pertanian, (3) Mengutamakan kerjasama
dalam melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan dan sasaran dengan kinerja
yang terbaik, (4) Bekerja secara profesional yang berkompetisi dalam bidang
tugasnya, dan (5) Memberikan yang terbaik secara ikhlas, baik bagi BPTP
maupun stakeholder sebagai perwujudan pengabdian.
2.3. Tujuan dan Sasaran
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten merupakan UPT
Badan Litbang Pertanian, sehingga visi dan misinya juga merupakan bagian
integral yang tidak bisa dipisahkan, maka tujuan yang akan dicapai BPTP Banten
juga merupakan bagian dari tujuan Badan Litbang Pertanian secara keseluruhan,
yaitu :
Meningkatkan ketersediaan inovasi pertanian unggulan spesifik lokasi.
Meningkatkan penyebarluasan inovasi pertanian unggulan spesifik lokasi.
Meningkatkan kapasitas dan kompetensi pengkajian dan pengembangan
inovasi pertanian unggulan spesifik lokasi.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka ditetapkan sasaran yang ingin
dicapai Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten selama tahun 2015-2019,
sesuai Rencana Straetagis atau Rencana Aksi sebagai berikut :
Tersedianya inovasi pertanian unggulan spesifik lokasi.
Meningkatnya penyebarluasan (diseminasi) inovasi pertanian spesifik
lokasi.
9
Meningkatnya kerjasama nasional dan internasional (di bidang pengkajian,
diseminasi dan pendayagunaan inovasi pertanian).
Meningkatnya sinergi operasional pengkajian dan pengembangan inovasi
pertanian.
Meningkatnya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi
pertanian.
2.4. Program dan Kegiatan
Berdasarkan arah kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJMN) tahun 2015-2019, maka pembangunan pertanian diarahkan untuk dapat
menjamin ketahanan pangan dan energi untuk mendukung ketahanan nasional.
Arah dan kebijakan pembangunan pertanian dalam RPJMN 2015-2019 adalah
sebagai berikut:
Meningkatkan kapasitas produksi melalui peningkatan produktivitas dan
perluasan areal pertanian.
Meningkatkan daya saing dan nilai tambah komoditas pertanian.
Meningkatkan produksi dan diversfikasi sumberdaya pertanian.
Memperkuat kapasitas mitigasi dan adptasi perubahan iklim.
Meningkatkan efektivitas manajemen institusi.
Dengan memperhatikan arah, visi dan misi, serta sasaran utama
pembangunan pertanian, maka pembangunan pertanian ke depan diarahkan
untuk mewujudkan pertanian Indoensia yang bermartabat, manidri, maju, adil
dan makmur. Visi pembangunan pertanian 2013-2045 adalah “terwujudnya
sistem pertanian bio-industri berkelanjutan yang menghasilkan
beragam pangan sehat dan produk bernilai tambah tinggi dari
sumberdaya hayati pertanian tropika”. Untuk mewujudkan visi tersebut,
misi yang telait dengan tipoksi Badan Litbang Pertanian adalah :
1. Mengembangkan sistem usahatani pertanian tropika agroekologi yang
berkelanjutan dan terpadu dengan bio-industri melalui perlindungan,
pelestarian, pemanfaatan dan pengembangan sumberdaya genetik, seta
perluasan, pengembangan dan konservasi lahan pertanian.
2. Mengembangkan kegiatan ekonomi input produksi, informasi, dan teknologi
dalam Sistem Pertanian Bio-Industri berkelanjutan melalui perlindungan dan
10
pemberdayaan insan pertanian dan perdesaan.
3. Membangun sistem pengolahan pertanian melalui perluasan dan pendalaman
pascapanen, agro-energi dan bio-industri berbasis perdesaan guna
menumbuhkan nilai tambah..
4. Mengembangkan sistem penelitian untuk pembangunan berbasis inovasi
pertanian spesifik lokasi.
Selanjutnya kebijakan pengkajian dan diseminasi inovasi teknologi
pertanian spesifik lokasi 2015-2019 harus mengacu pada arah dan
kebijakan pembangunan pertanian nasional serta arah kebijakan litbang
pertanian. Sesuai dengan program Badan Litbang Pertanian 2015-2019
yaitu “Penciptaan Teknologi dan Inovasi Pertanian Bio-industri
Berkelanjutan”, maka arah kebijakan pengembangan kegiatan
pengkajian dan diseminasi inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi ke
depan adalah :
1. Mengembangkan kegiatan pengkajian dan diseminasi yang menunjang ke
arah peningkatan produksi hasil pertanian wilayah, dan mendukung program
swasembada pangan nasional.
2. Mendorong pengembangan dan penerapan advance technology untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan sumberdaya lokal
spesifik lokasi yang terbatas jumlahnya.
3. Mendorong terciptanya suasana keilmuan dan kehidupan ilmiah yang
kondusif, sehingga memungkinkan optimalisasi sumberdaya manusia dalam
pengembangan kapasitasnya dalam melakukan pengkajian dan diseminasi
inovasi teknologi pertanian spesifik lokai.
4. Mendukung terciptanya kerjasama dan sinergi yang saling menguatkan antar
UK/UPT lingkup Badan Litbang Pertanian dan Balitbangtan dengan lembaga
terkait, terutama dengan stakeholder di daerah.
Adapun sasaran program/kegiatan pengkajian dan diseminasi inovasi
teknologi pertanian spesifik lokasi yang akan dicapai pada periode 2015 - 2019
adalah sebagai berikut :
1. Tersedianya inovasi pertanian spesifik lokasi mendukung pertanian bio-
industri berkelanjutan.
11
2. Terdiseminasinya inovasi pertanian spesifik lokasi yang unggul, serta
terhimpunnya umpan balik dari implementasi program dan inovasi pertanian
unggul spesifik lokasi.
3. Tersedianya model–model pengembangan inovasi pertanian bio-industri
spesifik lokasi.
4. Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan mendukung percepatan
pembangunan pertanian wilayah berbasis inovasi pertanian spesifik lokasi.
5. Terbangunnya sinergi operasional pengkajian dan pengembangan inovasi
pertanian unggul spesifik lokasi.
2.5. Rencana Kerja Tahun 2019
Kebijakan pembangunan pertanian tahun 2019 dirancang sebagai bagian
dan keberlanjutan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2015-2019. Kegiatan pembangunan tahun 2019 diprioritaskan untuk mendanai
kegiatan prioritas nasional Kementerian dan Badan Litbang Pertanian sesuai
yang tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2019 serta Resntra
Kementerian Pertanian dan Renstra Badan Litbang Pertanian. Sasaran strategis
Badan Litbang Pertanian tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut :
1. Tersedianya varietas dan galur/klon unggul baru, adaptif dan berdaya saing
dengan memanfaatkan advanced technology dan bioscience.
2. Tersedianya teknologi dan inovasi budidaya, pascapanen, dan prototipe
alsintan berbasis bioscience dan bioenjinering dengan memanfaatkan
anvanced technology seperti teknologi nano, bioteknologi, iradiasi,
bioinformatika, dan bioprosesing yang adaptif.
3. Tersedianya data dan informasi sumberdaya pertanian (lahan, air, iklim dan
sumberdaya genetik) berbasis bio-industri dan geo-spasial dengan dukungan
IT.
4. Tersedianya model pengembangan inovasi pertanian, kelembagaan, dan
rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian.
5. Tersedia dan terdistribusikannya produk inovasi pertanian (benih/bibit
sumber, prototipe, peta, data, dan informasi) dan materi transfer teknologi.
6. Penguatan dan perluasan jejaring kerja mendukung terwujudnya lembaga
litbang pertanian yang handal dan terkemuka, serta meningkatkan HKI.
12
2.6. Perjanjian Kinerja Tahun 2019
Indikator pencapaian kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten
adalah penekanan kepada indikator keluaran (output) dan hasil (outcome) dari
setiap program atau kegiatan. Pengukuran tingkat capaian kinerja Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Banten tahun 2019 dilakukan dengan cara
membandingkan antara target dengan capaian atau realisasinya. Sasaran
srategis dan indikator kinerja BPTP Banten tahun 2019 secara rinci disajikan
pada Tabel 2. Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten tahun 2019
dilihat dari target dan capaian sangat baik. Namun demikian, masih terdapat
beberapa target yang belum tercapai dengan sempurna.
Tabel 2. Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja BPTP Banten Tahun
2019
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
1.
Tersedianya Teknologi
dan Inovasi Pertanian
Jumlah teknologi spesifik lokasi
komoditas strategis nasional
3 Teknologi
2. Tersedianya Model
Pengembangan Inovasi Pertanian
Jumlah model pengembangan
inovasi pertanian bioindustri spesifik lokasi
2 Model
3. Terdiseminasikannya Inovasi Teknologi
Pertanian Spesifik Lokasi
Jumlah teknologi
terdiseminasi ke pengguna Jumlah pendampingan
komoditas strategis nasional Kementan
Jumlah kerjasama pengkajian
4 Teknologi
4 Laporan
3 Dok.
4. Tersedia dan terdistribusinya produk
inovasi pertanian dan materi transfer teknologi.
Jumlah produksi benih sumber padi
Jumlah produksi benih sebar padi
Jumlah produksi benih buah-buahan
Jumlah produksi benih cabai Jumlah produksi bibit ayam
KUB/Sensi
5 Ton 11 Ton
2.050 Btg 1,5 Kg
35.000 Ekor
5. Tersedianya rekomendasi
kebjiakan pembangunan pertanian
Jumlah rekomendasi kebijakan
pembangunan pertanian wilayah
1 Rekom.
13
III. AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. Kriteria Ukuran Keberhasilan
Keberhasilan pencapaian sasaran program dan kegiatan tahun 2019
ditetapkan berdasarkan penilaian melalui skoring yang mengacu pada kriteria
ukuran Kementerian Pertanian dan Badan Litbang Pertanian, yaitu : (1) sangat
baik dengan capaian > 100 %, (2) baik dengan capaian 80-100 %, (3) cukup
dengan capaian 60-80 %, dan (4) kurang dengan capaian < 60 % terhadap
sasaran yang telah ditetapkan.
3.2. Pencapaian Sasaran Strategis
Sesuai dengan anggaran yang telah dialokasikan dalam Rencana Kinerja
Anggaran Kementerian dan Lembaga (RKA-KL) pada tahun 2019, BPTP Banten
telah mengimplemen-tasikan Program “Penciptaan Teknologi dan Inovasi
Pertanian Bio-Industri Berkelanjutan” dengan Sub-Program “Pengkajian
dan Percepatan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian” melalui
beberapa kegiatan utama dan kegiatan pendukung. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) telah menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai alat
ukur keberhasilan, dimana hasil penilaian diperoleh skoring 102,4 % (sangat
baik) seperti terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Capaian Indikator Kinerja BPTP Banten Tahun 2019
No. Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%)
1.
Tersedianya
Teknologi dan Inovasi Pertanian
Jumlah teknologi
spesifik lokasi komoditas strategis nasional
3 Tek.
3 Tek.
100
2. Tersedianya Model Pengembangan
Inovasi Pertanian
Jumlah model pengembangan
inovasi pertanian bioindustri spesifik lokasi
2 Model 2 Model 100
3. Terdiseminasikan
nya Inovasi Teknologi Pertanian
Spesifik Lokasi
Jumlah teknologi
terdiseminasi ke pengguna
Jumlah
pendampingan komoditas strategis
6 Tek.
5 Lap.
6 Tek.
5 Lap.
100
100
14
nasional Kementan
Jumlah kerjasama pengkajian
3 Dok. 3 Dok. 100
4. Tersedia dan
terdistribusinya produk inovasi pertanian dan
materi transfer teknologi.
Jumlah produksi
benih sumber padi Jumlah produksi
benih sebar padi Jumlah produksi
benih buah-buahan Jumlah produksi
benih cabai Jumlah produksi
bibit ayam KUB/Sensi
5 Ton
11 Ton
2.050 Btg
1,5 Kg
35.000 Ekr
5,26 Ton
15,9 Ton
2.050 Btg
1,5 Kg
25.975 Ekr
105,2
144,6
100
100
74,2
5. Tersedianya
rekomendasi kebjiakan pembangunan
pertanian
Jumlah
rekomendasi kebijakan
pembangunan pertanian wilayah
1 Rekom. 1 Rekom. 100
3.3. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja
Indikator yang digunakan dalam mengukur keberhasilan capaian kinerja
kegiatan yang dilakukan BPTP Banten adalah : masukan (input), keluaran
(output), dan hasil (outcome). Masukan merupakan segala sesuatu yang
dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dan program dapat berjalan atau dalam
rangka menghasilkan output. Masukan yang digunakan dalam kegiatan BPTP
Banten adalah dana dan sumber daya manusia (SDM) atau peneliti/penyuluh
yang melaksanakan kegiatan serta inovasi teknologi yang digunakan dalam
pelaksanaan pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian. Keluaran adalah
produk yang merupakan hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan atau
program. Keluaran yang dihasilkan oleh BPTP Banten umumnya berupa
program/rencana, informasi/bahan diseminasi, database, rumusan, paket
teknologi maupun rekomendasi kebijakan yang akan disampaikan ke stakeholder
(Badan Litbang Pertanian, BPTP/PTP dan petani). Hasil merupakan segala
sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka
menengah. Setiap kegiatan yang akan dilakukan jika diharapkan menghasilkan
sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan penggunanya. Hasil yang diharapkan
dari masing-masing kegiatan BPTP Banten bergantung dari tujuan yang ingin
dicapai oleh masing-masing kegiatan tersebut. Hasil kegiatan dan pengkajian
15
BPTP Banten umumnya dirasakan langsung oleh pengambil kebijakan maupun
BPTP.
Hasil evaluasi dan analisis capaian kinerja tahun 2019 secara keseluruhan
sangat baik, walaupun beberapa kegiatan belum terlaksana secara optimal
karena adanya masalah teknis lapangan serta kurangnya respon
petani/pengguna. Keberhasilan capaian kinerja tahun 2019 antara lain
disebabkan oleh : (a) Komitmen penanggungjawab terhadap pelaksananaan
kegiatan dan penyampaian laporan tepat waktu, (b) Intensifnya kegiatan
pertemuan dan koordinasi dengan pelaksana kegiatan serta stakeholder terkait,
dan (c) Sumbangsih substansi teknis dari para narasumber melalui komunikasi
yang baik secara langsung ataupun tidak langsung dalam forum seminar
proposal dan pertemuan lainnya. Namun demikian, pencapaian indikator kinerja
pada tahun 2016 masih dijumpai beberapa kendala yang secara terus menerus
telah diupayakan untuk diperbaiki oleh seluruh jajaran Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Banten dengan mengoptimalkan kegiatan koordinasi dan
sinkronisasi serta sosialisasi peningkatan kapabilitas dan evaluasi
program/kegiatan.
Pada tahun 2019 telah dihasilkan sebanyak 3 teknologi spesifik lokasi dari
sembilan kegiatan pengkajian yang dilaksanakan, baik di bidang budidaya
tanaman pangan maupun budidaya hortikultura, budidaya ternak dan
pengolahan hasi pertanian. Pada tahun 2019 telah dihasilkan sebanyak 3
teknologi spesifik lokasi, yang meliputi : (1) teknologi budidaya jagung di lahan
kering, (2) teknologi budidaya kedelai tahan naungan, (3) model usahatani itik
lokal. Selanjutnya kegiatan pendampingan, yaitu : (1) kawasan pangan (padi dan
jagung), (2) kawasan hortikultura cabai (3) kawasan peternakan (sapi/kerbau)
(4) pendampingan Upsus Pajale, dan (5) pendampingan Upsus SIWAB.
3.3.1. Pengkajian Teknologi Spesifik Lokasi
a.Teknologi Budidaya Jagung di Lahan Kering
Jagung merupakan komoditas terpenting yang dalam perkembangannya
telah mengalami pergeseran, baik dari segi pemanfaatannya maupun produksi
dan produktivitas. Jagung di budidayakan pada lingkungan yang beragam,
namun sebagian besar areal pertanaman terdapat di lahan kering (79 %) dan
16
sisanya di lahan sawah. Namun saat ini kodisinya telah berubah, diperkirakan
areal pertanaman di lahan sawah irigasi dan tadah hujan meningkat secara
siginifikan. Jagung merupakan salah satu komoditas palawija utama dalam
mendukung industri pakan ternak. Produktivitas jagung di Provinsi Banten masih
rendah yakni 3-4 t/ha, namun dapat ditingkatkan melalui perbaikan teknologi
budidaya.
Kajian menggunakan Rancangan Acak lengkap dengan 3 perlakuan, yaitu
paket teknologi rekomendasi Balitsereal (paket A), teknologi budidaya perbaikan
(paket B), dan teknologi eksisting petani (paket C). Lokasi pengakajian di Desa
Bulakan, Kec. Gunung Kencana (Kab. Lebak) dan Desa Kadumadang, Kec.
Cimanuk (Kab. Pandeglang) padad lahan seluas 4 ha, menggunakan varietas HJ-
21, NK-212 dan Lamuru, jarak tanam 70 x 20 cm (1 biji/lubang), pupuk Urea 250
kg/ha dan NPK Phosnka 400 kg/ha, pupuk organik 1 ton/ha, pupuk hayati
Biosinta 40 l/ha, sedangkan seed treatmen benih dengan Biorix 200 gr/15 kg.
Produktivitas yang diperoleh pada paket B adalah 4-5 t/ha dan eksisiting 2-3
t/ha. Hasil analisis finansial usahatani menunjukkan bahwa tingkat keuntungan
pada penerapan teknologi anjuran berkisar Rp. 4.050.000 – 8.396.000,-/ha,
sedangkan eksiting petani berkisar Rp. 3.815.000 – 5.080.000,-/ha. Berikut
merupakan dokumentasi kegiatan :
17
b. Teknolog Budidaya Kedelai Tahan Naungan
Kedelai merupakan bahan pangan, pakan dan bahan baku industri,
dimana permintaannya terus meningkat dari tahun ke tahun. Sebaliknya,
kapasitas produksi dalam negeri cenderung menurun, sehingga untuk mencukupi
kebutuhan pemerintah terpaksa mengimpor. Produksi kedelai dalam negeri
masih rendah dan hanya mampu memenuhi 50% kebutuhan nasional. Potensi
lahan kering di Provinsi Banten seluas 399 ribu ha, dan sangat potensial untuk
pengembangan budidaya kedelai. Produksi kedelai di Provinsi Banten sangat
fluktuasi dengan rata-rata produktivitas 1,3 t/ha. Upaya peningkaan produksi
kedelai dengan memanfaatkan lahan kehutanan/perkebunan dihadapkan pada
permasalahan ternaungi yang menyebabkan produktivitas tidak optimum.
Teknologi budidaya kedelai tahan naungan yang mengkombinasikan penggunaan
varietas unggul toleran dengan berbagai komponen teknolgi lainnya menjadi
solusi atas permasalahan tersebut. Kajian teknologi budidaya kedelai tahan
naungan dilakukan di Desa Citalahab, Kec. Banjar, Kabupaten Pandeglang pada
MK-1 2019 dengan menggunakan varietas Dena-1 dan Devon-1. Penerapan
teknologi budidaya tahan naungan mampu meningkatkan produktivitas kedelai
sebesar 28 % atau dari 1.4 t/ha menjadi 1.8 t/ha. Pada lahan yang ternaungi
ringan, varietas Devon-1 lebih direkomendasikan, sedangkan ternaungi lebih
berat (mendekati 50% ternaungi) adalah varietas Dena-1. Hasil kajian
menunjukan bahwa pada kondisi ternaungi berat, penurunan produktivitas
varietas Dena-1 paling rendah dibandingkan varietas Devon. Pengaturan jarak
tanam menggunakan sistem baris tunggal dengan jarak tanam 40 x 20 cm (2-3
biji/lubang) direkomendasikan untuk diaplikasikan. Berikut merupakan
dokumentasi kegiatan :
18
c. Teknologi Manajemen Itik Lokal
Kegiatan dilaksanakan poktan Subur Makmur, Desa Samparwadi, Kec.
Tirtayasa (Kab. Serang) dan poktan Tunas Berkah, Desa Sukamanah, Kec.
Kaduhejo (Kab. Pandeglang) melibatkan 6 peternak, dimana setiap kelompok
mendapat 80 ekor indukan (betina 64 ekor dan jantan 16 ekor), pakan berupa
campuran dedak dan konsentrat itik pedaging sebanyak 5-10 % dari berat badan
(2 kali/hari). Telur yang dihasilkan sebanyak 7.903 butir, sedangkan produksi
DOD 228 ekor (Serang 108 ekor dan Pandeglang 120 ekor). Pemeliharan DOD
sampai umur 4 minggu menggunakan pakan starter komersial, dan setelah umur
5-9 minggu menggunakan perlakuan : pakan peternak (A), pakan perlakuan (B)
dan pakan rekomendasi (C), dimana masing-masing perlakuan 4 ulangan (9-10
ekor/ulangan). Penerapan teknologi rekomendasi memberikan keuntungan yang
lebih baik dibanding pakan lainnya. Hal ini terlihat dari performa, tingkat
mortalitas (<5%), rataan bobot badan pada umur 9 minggu (1,2-1,3 kg/ekor,
pertambahan bobot badan 0,55-0,59 kg/ekor). Dengan manajemen terpadu
(perkandangan, pakan, pencegahan dan penanganan penyakit), usaha
pemeliharaan itil lokal dapat memberikan keuntungan sebesar Rp. 1.456.910,-
(R/C 1,09). Selanjutnya pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan peternak
sebesar 48%, sehingga proses transfer teknologi dapat dipercepat. Berikut
merupakan dokumentasi kegiatan :
19
3.3.2. Teknologi Yang Terdiseminasikan
a. Pengembangan Usaha Ayam KUB
Ternak ayam mempunyai peran sangat nyata bagi masyarakat pedesaan,
antara lain sebagai cadangan pangan hewani, tabungan bagi peternak, dan
sumber pendapatan. Pengembangan pembibitan ayam kampung perlu dilakukan
dengan ekspansif untuk mengantisipasi kekurangan bibit ayam kampung yang
selama ini diproduksi pembibit komersial. Untuk mengantisipasi hal tersebut,
Badan Litbang Pertanian melakukan program pemuliaan melalui seleksi ayam
kampung untuk menghasilkan ayam unggul yang diberi nama Ayam KUB. Ayam
KUB mempunyai banyak keunggulan dalam produksi telur yang lebih banyak,
pertumbuhan lebih seragam, dan penggunaan pakan lebih efisien dibandingkan
ayam kampung pada umumnya.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten sebagai UPT Badan
Litbang Pertanian berupaya melakukan pengembangan ayam KUB melalui
sosialisas, advokasi, kajian, diseminasi dan promosi, serta bimbingan teknis dan
pelatihan bagi peternak. Pengembangan ayam KUB di Provinsi Banten dimulai
sejak tahun 2012 dengan melibatkan kelompok peternak di Pabuaran, Kab.
Serang (poknak Inti Tani, Desa Pabuaran, Kecamatan Pabuaran, Kab. Serang)
melalui bantuan induk sebanyak 300 ekor dari Balai Penelitian Ternak Ciawi-
Bogor (Badan Litabng Pertanian). Melalui berbagai diseminasi dan promosi,
permintaan ayam KUB terus meningkat, dan bahkan pada tahun 2016 menca[ai
2.000 ekor/minggu.
Dalam upaya mempercepat pengembangan ayam KUB di Provinsi Banten,
selain promosi dan advokasi, BPTP Banten juga melakukan serangkaian kajian
dan diseminasi teknologi pembesaran di Desa Malangnengah, Kecamatan
Tigaraksa – Kab. Tangerang dengan skala usaha 500 ekor. Usaha pembesaran
dengan penggunaan pakan lokal yang dicampur jagung giling 25% mampu
20
menghemat pengeluaran sebesar Rp. 1.505.000, sedangkan rataan bobot badan
selama 10 minggu pemeliharaan adalah 0,817 g/ekor. Hasil analisis finansial
menunjukkan bahwa keuntungan yang diperoleh pada usaha pembesaran ayam
KUB skala 500 ekor adalah Rp. 2.145.625,-/siklus dengan R/C ratio 1,16.
Selanjutnya usaha pembibitan skala 250 ekor (Desa Panggungjati, Kec. Taktakan
– Kota Serang), pemberian pakan 90 g/ekor/hari dan tambahan jamu temu
lawak 2% mampu meningkatkan produksi telur sebesar 9,9% (henday) dengan
daya tetas 70%, sedangkan produksi bibit (DOC) dalam satu minggu mencapai
557 ekor. Berikut merupakan dokumentasi kellgilatan :
b. Taman Agro Inovasi/Pendampingan KRPL/OPAL
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia dan harus tersedia setiap
saat dalam jumlah yang cukup, sehingga pembangunan ketahanan pangan
merupakan pondasi bagi pembangunan sektor lainnya. Ketahanan pangan akan
tercapai apabila ketersediaan pangan merata, terjangkau, serta cukup dari segi
jumlah, mutu, keamanan dan keragamannya. Upaya pemenuhan pangan sehat
dan bergizi pada tingkat rumah tangga merupakan hal utama yang perlu
dilakukan. Kondisi ini dapat dicapai apabila pangan tersedia secara cukup, sehat,
aman dan mudah diakses. Beberapa kegiatan untuk memenuhi ketersediaan dan
akses rumah tangga terhadap pangan berbasis lahan pekarangan dan rumah
tangga adalah Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), Taman Agro Inovasi dan
Agrimart (Tagrimart), Obor Pangan Lestari (OPAL) dan Pertanian Masuk Sekolah
(PMS). Kegiatan KRPL di Provinsi Banten pada tahun 2019 sebanyak 74 unit pada
8 Kab./Kota, terdiri atas KRPL penumbuhan 36 unit dan KRPL pengembangan 38
unit, sedangkan OPAL sebanyak 18 unit pada 2 UPT Kementan dan 16 SKPD
Prov./Kab./Kota, sedangkan PMS sebanyak 2 unit yaitu SMN-2 dan SMAN-4 Kota
21
Serang. Komponen pada ke-3 kegiatan tersebut adalah Kebun/Rumah Bibit,
Demonstrasi Plot (Demplot) dan Budidaya Tanaman (Polybag, Pot, Vertikultur,
Hidroponik/ Akuaponik, Tabulampot).
Dalam upaya meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi pelaksana
kegiatan, pendamping dan stakeholder lainnya, BPTP bersama dinas terkait
tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota melaksanakan berbagai pelatihan atau
bimbingan teknis (11 kali) dengan jumlah peserta sebanyak 600 orang. Materi
yang disampaikan pada bimtek meliputi : konsep Tagrimart/OPAL/PMS, tujuan
dan sasaran kegiatan, strata dan fungsi lahan pekarangan, teknologi budidaya
aneka tanaman (bedengan, polybag, pot, vertikultur, hidroponik/ akuaponik,
tabulampot), pembuatan pupuk organik padat dan cair, pembuatan mikro
organisme lokal (MOL), pembuatan pestisida hayati, pengelolaan kebun/rumah
bibit, penguatan dan pengembangan kelompok, olahan pangan lokal, serta
pangan bergizi, berimbang, sehat dan aman (B2SA).
Salah satu kegiatan percepatan pendayagunaan hasil-hasil penelitian dan
pengkajian yang dilakukan BPTP Banten adalah Taman Agro Inovasi dan
Agrimart (Tagrimart), Obor Pangan Lestari dan Pendampingan Kawasan Rumah
Pangan Lestari. Tagrimart/OPAL BPTP dilaksanakan di KP. Singamerta – BPTP
Banten dalam bentuk percontohan inovasi teknologi skala terbatas, meliputi
berbagai komoditas pertanian (cabe rawit, cabe keriting, tomat, terong, jahe,
kunyit, lengkuas, seledri, kacang hijau, kedelai, jagung, tanaman hias dll) yang
ditanaman langsung di tanah dengan sistem guludan/bedengan, polybag, pot,
vertikultur, hidroponik dll. Inovasi teknologi yang cukup menonjol pada kegiatan
Tagrimart/OPAL BPTP Banten adalah teknologi budidaya tomat, kacang hijau,
kedelai serta kangkung dan bayam. Hasil panen tomat varietas Servo pada lahan
60 m2 sebanyak 281 kg (produktivitas 46,8 ton/ha), kacang hijau varietas Vima
seluas 25 m2 sebanyak 5,2 kg (produktivitas 2,08 ton/ha) dan kedelai varietas
Dena-1 sebanyak 100 rumpun/197 batang (2,15 kg biji kering), sedangkan
kangkung dan tomat berkisar 1,0-2,0 kg/m2.
Selain lokasi percontohan inovasi atau show window teknologi,
Tagrimart/OPAL BPTP Bnten juga mendukung pelaksanaan kegiatan KRPL dan
OPAL yang dilaksanakan kelompok wanita tani (KWT) dan AKPD
Provinsi/Kab./Kota dalam bentuk bantuan aneka benih/bibit hortikultura
sebanayak 11.830 bibit, terdiri atas cabe keriting 3.300 bibit, cabe rawit 3.050
22
bibit, tomat 3.000 bibit, terong 1.700 bibit, seledri 400 biit, kembang kol 300
bibit, dan bawang dayak 180 bibit. Bantuan benih/bibit diberikan kepada 9 KWT
di Kab. Serang, 8 KWT/OPAL Kab. Pandeglang dan 9 KWT/OPAL Kota Cilegon.
Tagrimart/OPAL BPTP Banten juga dijadikan lokasi kunjungan, praktek siswa dan
mahasiswa serta edukasi oleh berbagai pihak (PAUD, TK, SDIT, SMKN,
Perguruan Tinggi (Fakultas Pertanian Unitirta) dan Darma Wanita Badan Litbang
Pertanian). Kunjungan anak-anak PAUD, TK dan SDIT sebanyak 782 orang,
praktek/magang SMKN sebanyak 58 orang, magang/KKP mahasiwa Untirta 13
orang, dan kunjungan Darma Wanita Badan Litbang Pertanian sebanyak 100
orang. Berikut merupakan dokumentasi kegiatan :
c. Pendampingan Gerakan Petani Milenial Di Provinsi Banten
Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan identifikasi, pendataan dan
meningkatkan kapasitas petani milenial, yang diharapkan berdampak pada
peningkatan konsumsi, produksi, dan produktivitas produk-produk hasil
pertanian. Kegiatan yang dilakukan meliputi bimtek/pelatihan, studi banding,
pengumpulan dan pengolahan data, serta penyusunan laporan. Hasil pendataan
diperoleh bahwa petani milenial di Provinsi Banten tersebar Kab. Tangerang
sebanyak 18 orang dan Kab. Lebak 83 orang, sedangkan dari Kab. Serang dan
Pandeglang belum terdata. Berdasarkan kegiatan bimtek dan studi banding
diperoleh petani milenial sebanyak 70 orang. Pelaksanan bimtek cukup
berdampak terhadap peningkatan pengatahuan milenial sebesar 24,22%.
Peningkatan pengetahuan petani milenial pada strata SMA sebesar 29,14% (dari
5,21 menjadi 6,71), sedangkan berdasarkan kelompok umur tertinggi adalah 41-
50 tahun yakni 53,13% atau dari 53,33 menjadi 81,67. Pelaksanaan studi
banding telah menggugah semangat petani milenial berdasarkan pernyataan
dalam diskusi yang sangat interaktif saat kegiatan berlangsung dan testimoni
23
yang disampaikan oleh perwakilan peserta. Berikut merupakan dokumentasi
kegiatan :
d. Pendampingan Ayam KUB dan Sensi
Kegiatan pendampingan yang dilaksanakan meliputi pelatihan peternak/
petugas dan percontohan inovasi dalam bentuk demplot. Bimbingan teknis
dilaksanakan sebanyak 4 kali pada lokasi penerima program BEKERJA dengan
jumlah peserta 100 peserta, terdiri dari penerima bantuan, petugas/penyuluh
pendamping, dan stakeholder lainnya. Selanjutnya bimtek pelaksana kegiatan
KRPL bekerja dan program OASE sebanyak 200 orang, teridri atas ketua KWT,
petugas/penyuluh pendamping, peternak, anggota dan pendamping OASE, dan
stakeholder lainnya. Selanjutnya percontohan teknologi pembibitan ayam KUB di
Desa Margagiri, Kec. Pagelaran dengan jumlah induk 250 ekor (betina 210 ekor
dan jantan 40 ekor), telur dihasilkan sebanyak 1.825 butir telur dan DOC 426
ekor (dipelihara oleh peternak inti). Dari jumlah induk yang dipelihara selama
pelaksanaan kegiatan terjadi kematian sebanyak 115 ekor. Selanjutnya di Desa
Binong, Kec. Pamarayan (Kabupaten Serang) sampai akhir tahun 2019 belum
bertelur. Selanjutnya demplot di Desa Panyabrangan (Kec. Cikeusal) dan Desa
Cileles (Kec. Tigaraksa) yang melibatkan 2 orang peternak sebagai kooperator
(600 ekor). Pemeliharaan dilakukan salama 12 minggu (umur 0-12 minggu),
jumlah ayam yang hidup di Desa Panyabarangan 269 ekor dan Desa Cileles 295
ekor dengan harga jual Rp. 40.000,-/ekor. Hasil analisis finansial menujukkan
bahwa tingkat keuntungan usaha berkisar Rp. 966.000 – 2.036.000 dengan B/C
ratio 1.1 dan 1.2.
Kegiatan lain adalah pengembangan ayam KUB berbasis rumah tangga
(strata 3) yang dilaksanakan di poktan Tunas Mekar-2 sebanyak 30 KK (Kec.
Cipeucang), poktan Berkah Jaya sebanyak 10 KK (Kec. Banjar), poktan Tunas
24
Muda-1 sebanyak 15 KK dan KWT Maju Makmur 15 KK (Kec. Ciwandan-Kota
Cilegon) dan poktan Rawa Mendo sebanyak 15 KK (Kecamatan Jatiuwung-Kota
Tangerang), sehingga jumlah ternak yang dibantu sebanyak 1.400 ekor (70 KK)
dengan tingkat kematian 5 %. Selanjutnya dalam pelatihan, terjadi peningkatan
terjadi peningkatan pengetahuan peternak setelah mengikuti pelatihan budidaya
ayam KUB sebesar 68,4%. Dengan meningkatnya pengetahuan peternak,
diharapkan proses transfer teknologi budidaya ayam KUB dapat dengan cepat
sampai kepada masyarakat. Berikut merupakan dokumentasi kegiatan :
e. Sumber Daya Genetik
Potensi dan keanekaragaman sumberdaya genetik lokal/plasma nutfah
lokal di Indonesia cukup banyak termasuk Provinsi Banten. Keanekaragaman
genetik tanaman lokal tersebar di Kab./kota, namun upaya penyelamatan,
pemanfaatan dan pengembangannya belum dilakukan. BPTP Balitbangtan
Banten sejak 5 (lima) tahun terkahir telah berupaya melakukan upaya
penyelamatan sumberdaya genetik tanaman maupun ternak sesuai dengan
tupoksi Balitbangtan. Upaya yang dilkukan untuk mendukung hal tersebut adalah
identifikasi, karakterisasi, koleksi, pendaftaran dan pelepasan varietas lokal
setempat. Plasma nutfah lokal yang potensial adalah durian, manggis, petai,
jengkol dan lainnya, namun yang menjadi fokus tahun 2019 adalah durian dan
petai. Berdasarkan aspek komersil dan keunikan lokal, pasar durian masih sangat
menjanjikan karena peluang pasar masih cukup tinggi dan menjanjikan. Minat
masyarakat terhadap durian semakin meningkat, sehingga harga dipasaran
cukup tinggi, sedangkan petai memiliki keunikan dan komersil yang cukup tinggi.
Upaya pelestarian berupa konservasi dan penyusunan dokumen senantiasa
menjadi upaya yang dilakukan setiap tahunnya oleh BPTP Banten.
25
Berdasarkan hal tersebut, BPTP Banten telah melakukan identifikasi,
karakterisasi dan koleksi varietas lokal potensial, evaluasi dan dokumentasi data
pemanfaatan Talas Beneng dan varietas lokal lainnya, pemeliharaan dan
pemanfaatan kebun koleksi, dan mendukung inisiasi FGD pembentukan KOMDA.
Identifikasi dan karakterisasi ex-situ terdiri dari manggis macakal, petai simanis,
durian siroti, durian sinangka, durian sitembaga dan durian sioreg. Fase
pertumbuhan tanaman yang dilakukan karakterisasi morfologi tanaman adalah
bagian pohon, daun, bunga dan buah. Terdapat 2 aksesi yang telah lengkap
pengamatannya yaitu manggis macakal dan petai simanis, sedangkan 4 jenis
belum lengkap, namun dokumennya tetap disusun sebagai langkah awal untuk
identifikasi lanjutan pada tahun yang akan datang. Selanjutnya pemanfaatan
varietas lokal yang sudah terdaftar di PPVTPP meliputi : durian sipedang,
sikempong, sangkan wangi 1, sangkan wangi 2, petai jolongan dan jengkol
gobang
Koordinasi dan kerjasama BPTP Banten bersama BPSB-TPH membantu
Pemerintah Kab. Pandeglang sebagai pemilik calon varietas melakukan proses
pendaftaran sidang pelepasan talas beneng ke panitia tim penilai calon varietas
Tanaman Pangan Kementrian Pertanian. Terdapat beberapa prosedur, salah satu
persyaratan utama adalah melengkapi data dukung uji observasi dan
pengembangan beneng yang disusun di dalam dokumen proposal pelepasan,
disusun bersama peneliti BPTP Banten, BPSB TPH dan Pemerintah Kab.
Pandeglang. Pelaksanaan sidang pelepasan calon varietas dilaksanakan di
Jogjakarta pada tanggal 5-6 Desember 2019. Kebun koleksi di Kec.Leuwidamar,
Kab.Lebak (milik Bapak Hendi Suhendi) dimanfaatkan sebagai lokasi penitipan
durian Sangkan Wangi 1, Sangkan Wangi 2, Sipedang dan Sikempong,
sedangkan kebun koleksi Kartawijaya untuk penitipan koleksi petai jolongam,
jengkol gobang, durian siseupah dan petai simanis. Penanaman bibit koleksi juga
dilakukan di KP Singamerta berupa petai, jengkol, dan durian. Hal lain yang
dilakukan adalah inisiasi pembentukan KOMDA melalui koordinasi dengan Ketua
Bappeda dan Kadistan Provinsi Banten, namun belum sampai saat ini belum
terbentuk. Berikut merupakan dokumentasi kegiatan :
26
f. Inovasi Teknologi Peningkatan IP Kawasan Pertanian
Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan (padi, jagung
dan kedelai) di Provinsi Banten memiliki peluang cukup besar, karena belum
optimalnya penerapan teknologi serta pemanfaatan sumberdaya lahan, air,
tanaman dan organisme. Dukungan Pemerintah melalui pembangunan
infrastruktur air dipandang perlu untuk optimalisasi lahan kering dan sawah
tadah hujan, sehingga dapat meningkatkan indeks pertanaman. Selain
penyediaan air, teknologi tumpangsari tanaman padi, jagung, dan kedelai
diharapkan dapat meningkatkan produksi tanaman pangan dan pendapatan
usahatani. Kemudian kalender tanam terpadu, sangat membantu petani untuk
menentukan waktu tanam, prediksi curah hujan, prediksi serangan hama, serta
rekomendasi pupuk.
Hasil identifikasi dan validasi sumberdaya dan infrastruktur air diperoleh
layanan pada lokasi sentra produksi pangan di Prov. Banten seluas 19.996
hektar, yang terdiri atas pemanfaatan air sungai melalui pompanisasi (43%),
sumur dangkal (39%), long-storage (8%), dam-parit (5%), dan embung (4%).
Pembangunan dan perbaikan infrastruktur air ini diperkirakan dapat
meningkatkan produksi padi sebesar 106 ribu ton sebagai dampak peningkatan
27
indeks pertanaman. Salah satu dukungan yang dilakukan untuk peningkatan
indeks pertanaman di lahan kering adalah percontohan teknologi budidaya
turiman padi gogo dan jagung di poktan “Harapan Makmur”, Desa Jalupang
Mulya, Kec. Leuwidamar (Kab. Lebak) seluas 5 ha, menggunakan varietas padi
Inpago-8 dan jagung hibrida varietas NK-212, namun kurang berhasil akibat
terdampak kekeringan. Di Desa Panimbangjaya, Kec. Panimbang, dibangun
sumur dangkal untuk meningkatkan indek pertanaman pada musim kemarau
terutama tanaman sayuran dan palawija. Selanjutnya sosialisasi SIKATAM
(sistem kalender tanam) terpadu kepada stakeholder di Banten melalui kegiatan
sosialisasi dan bimtek di sentra produksi tanaman pangan diharapkan dapat
menjadi acuan waktu tanam, rekomendasi pemupukan, dan informasi mitigasi
bencana secara spesifik lokasi. Berikut merupakan dokumentasi kegiatan :
3.3.3. Pendampingan Program Strategis
Kegiatan pendampingan pengembangan kawasan program strategis
nasional Kementan yang dilaksanakan pada tahun 2019 meliputi : (1)
Pendampingan Pengembangan Kawasan Pangan Padi dan Jagung, (2)
Pendampingan Pengembangan Kawasan Hortikultura Cabai, (3) Pendampingan
Pengembangan Kawasan Ternak Sapi/Kerbau, (4) Pendampingan Upsus
Peningkatan Produksi dan Produktivitas Komoditas Strategis, (5) Pendampingan
Upsus SIWAB, (7) Pendampingan dan Pengembangan Ayam KUB dan Sensi, (8)
Sumberdaya Genetik, (9) Dukungan Inovasi Pertanian untuk Peningkatan IP
Tanaman Padi di Kawasan Pertanian (6) . Kegiatan lain yang juga dilakukan pada
tahun 2019 adalah Model Pengembangan Kawasan Bio-Industri Berbasis Padi
dan Ubi Kayu, serta Produksi Benih Sumber Padi dan Kedelai. Hasil dan capaian
28
kinerja masing-masing kegiatan pendampingan tersebut secara rinci disajikan
sebagai berikut.
a. Pendampingan Kawasan Pangan (Padi dan Jagung)
Salah satu pengembangan kawasan menurut subsektor adalah kawasan
tanaman pangan, dimana aktivitas usahatani dikelola dengan prinsip pertanian
berkelanjutan dengan memanfaatkan agroinput secara efektif dan efisien.
Kriteria kawasan tanaman pangan dalam aspek luas agregat untuk komoditas
padi, jagung dan ubi kayu adalah 5.000 ha. Provinsi Banten merupakan salah
satu wilayah pengembangan kawasan tanaman pangan komoditas padi, karena
memiliki potensi sumberdaya lahan sawah seluas 196.285 ha (sawah irigasi
98.228 ha dan non-irigasi 98.058 ha), sedangkan lahan kering berupa
tegal/kebun121.918 ha, ladang/huma 70.839 han & tidak diusahakan 10.997 ha.
Dalam mendukung swasembada pangan nasional, sasaran indikatif luas tanam di
Provinsi Banten tahun 2019 adalah 349.297 ha, luas panen 325.872 ha, dan
produksi 1.707.721 ton (produktivitas 54,40 ku/ha). Selanjutnya jagung, sasaran
luas tanam adalah 58.850 ha, luas panen 56.496 ha, produksi 227.925 ton
(produktivitas 40,34 ku/ha).
Dalam upaya mendukung pengembangan kawasan jagung di Provinsi
Banten, BPTP Banten melakukan serangkaian kegiatan pendampingan yang
meliputi : pelatihan petani/ petugas, percontohan inovasi teknologi jagung, temu
lapang, monitoring dan supervisi penerapan teknologi. Percontohan inovasi
teknologi budidaya jagung dalam bentuk demplot seluas 5 ha dilaksanakan di
Kec. Gunung Kencana - Kab. Lebak (akhir musim hujan atau MT-II).
Produktivitas varietas HJ-21 yang diperoleh 3,06-3,46 t/ha, JH-27 3,46-4,10 t/ha,
NK-212 3,20-4,31 t/ha dan BISI-18 3,31-3,84 t/ha, sedangkan teknologi petani
1,66 t/ha (NK-212) dan 2,71 t/ha (BISI-18) 2,71 t/ha. Hasil ini memberikan
indikasi bahwa penerapan teknologi sesuai anjuran dapat meningkatkan
produktivitas 64,5% dibanding teknologi petani, dimana peningkatan tertinggi
pada varietas NK-212 yakni 2,65 t/ha (159,8%). Selanjutnya hasil preferensi
terhadap performa tanaman, keseragaman tumbuh, serta bentuk dan ukuran
tongkol, varietas NK-212 paling disukai dengan nilai 81,4%, BISI-18 61,0%, JH-
27 57,6% dan HJ-21 55,7%. Peningkatan produktivitas juga diikuti dengan
peningkatan keuntungan yakni Rp. 6.195.000,- (R/C: 1,74). Selanjutnya
29
pelatihan petani/petugas (2 kali) dengan materi teknologi budidaya,
pengendalian hama dan penyakit, pengolahan tepung jagung serta pemanfaatan
sisa sebagai pakan dengan peningkatan pengetahuan 14,29-100%.
Selain itu juga dilakukan identifikasi teknologi di 3 Kab. Lebak (Kec.
Gunung Kencana, Wanasalam, Banjarsari dan Cibadak), Kab. Pandeglang (Kec.
Mandalawangi, Banjar, Cadasari, Patia, Sukaresmi dan Carita) dan Kab. Serang
(Kec. Anyer dan Petir) menunjukkan bahwa produksi padi dan jagung berpotensi
untuk ditingkatkan melalui penerapan teknologi sesuai anjuran dan
berkelanjutan. Komponen teknologi yang perlu diperbaiki adalah penggunaan
VUB benih unggul bermutu, pengaturan populasi tanam, pemupukan berimbang,
pengairan dan penetapan waktu tanam yang tepat, penerapan PHT dan
penanganan panen dan pasca panen yang tepat untuk menekan kehilangan
hasil. Dalam upaya percepatan adopsi/diffusi teknologi kepada pengguna/petani,
maka pendampingan pengembangan kawasan tanaman pangan dalam bentuk
percontohan inovasi (display, demplot, demfarm, dan gelar teknologi) perlu
diperluas, karena cukup berdampak pada peningkatan
pengetahuan/ketarampilan petani, serta penigkatan produktivitas dan
pendapatan usahatani. Berikut merupakan dokumentasi kegiatan :
30
b. Pendampingan Kawasan Hortikultura (Cabai dan Bawang)
Pembangunan agribisnis hortikultura yang berdaya saing tidak hanya
ditentukan oleh investasi, akan tetapi juga ditentukan oleh inovasi dan produk
yang sesuai dengan kebutuhan konsumen. Pengembangan kawasan agribisnis
hortikultura (PKAH) akan lebih mempercepat pertumbuhan, berkembangnya
sarana dan prasarana untuk penerapan konsep pengelolaan rantai pasokan
(SCM) dalam usaha hortikulruta, serta mendorong diterapkannya paraktek
budidaya yang baik (GAP). Dengan demikian, dampak positif yang diharapkan
adalah peningkatan kegiatan ekonomi daerah dan pendapatan masyarakat serta
memperluas lapangan kerja dan pertumbuhan pendapatan asli daerah (PAD).
Berdasarkan hal tersebut, untuk mendukung pengembangan kawasan
hortikultura komodtas cabai di Provinsi Banten, BPTP telah melakukan
pendampingan di Kabupaten Pandeglang, Kab. Lebak, Kab. Tangerang, dan Kab.
Serang yang mendapat bantuan APBN seluas 40 ha (varietas Laju). Dalam
upaya mendukung hal tersebut, BPTP melakukan pendampingan dalam bentuk
pelatihan, demplot, sekolah lapang dan supervisi penerapan teknologi. Demplot
cabai dilaksanakan di poktan Ciminyak Jaya, Desa Kramatjaya, Kec. Gunung
Kencana seluas 1,0 ha (varietas Kencana dan Ciko) dengan produktivitas 7,76
t/ha (varietas Kencana) dan 15,08 t/ha (varietas Ciko), sedangkan hasil teknologi
petani 5-7 t/ha (varietas PM-99). Selain itu juga dilakukan pelatihan kepada
petani/petugas (8 teknologi budidaya), dimana pengetahuan peserta meningkat
dari 3,6 menjadi 6,0 (materi pengolahan dan persemaian), nilai rata-rata dari
5,25 menjadi 7,75 (materi penanaman dan pemupukan), nilai rata-rata dari 4,48
menjadi 7 (materi pengendalian OPT). Berikut merupakan dokumentasi kegiatan
:
31
c. Pendampingan Kawasan Peternakan (Sapi/Kerbau)
Kementerian Pertanian mencanangkan program swasembada daging
sejak tahun 2010 dengan prinsip mengurangi impor hingga 5-10 % dan sisanya
dipenuhi oleh produksi dalam negeri, dimana Provinsi Banten merupakan salah
satu wilayah pendukung dalam pelaksanaan program swasembada daging.
Berdasarkan hal tersebut, pada tahun 2019 telah dilakukan beberapa kegiatan
pendampingan, antara lain (1) koordinasi dan sinergitas dengan Dinas/Instansi
terkait, (2) idintifikasi karaktersitik peternak di lokasi pendampingan, dan (3) (4)
pelatihan petani/peternak. Pemeliharaan ternak di masyarakat umumnya
dilakukan secara tradisional atau berdasarkan turun temurun (pengalaman
beternak terdahulu) dan minim introduksi inovasi teknologi. Sementara itu,
tujuan budidaya ternak yaitu meningkatkan produktivitas yang sangat ditentukan
oleh penggunaan bibit unggul, pakan berkualitas dan manajemen pemeliharaan,
namun ketiga faktor tersebut menjadi masalah dalam bidang peternakan. Pakan
merupakan salah satu faktor utama yang menjadi kendala, karena
ketersediaannya masih tergantung dengan musim. Oleh karenanya, penyediaan
pakan secara berlanjut merupakan kunci sukses dalam beternak. Pemanfaatan
sisa hasil pertanian sebagai sumber pakan ternak ruminansia dapat menjadi
solusi bagi ketersediaan pakan yang berkesinambungan. Konsep integrasi antara
peternakan dengan pertanian di beberapa wilayah Indonesia mempunyai potensi
untuk dikembangkan. Berdasarkan hal itu, maka kegiatan pendampingan
kawasan peternakan (sapi dan kerbau) dilaksanakan untuk membangun kawasan
yang terintegrasi tersebut. Pengembangan kawasan pertanian berbasis korporasi
di Prov. Banten berada di Kabupaten Lebak dengan komoditas jagung seluas
1.000 ha. Pada kawasan tersebut dapat menampung ternak sapi/kerbau sekita
2.500 ekor. Dari jumlah ternak sapi/kerbau dihasilkan pupuk organik yang
32
dibutuhkan untuk budidaya tanaman jagung. Berikut merupakan dokumentasi
kegiatan :
d. Pendampingan Upsus Pajale
Provinsi Banten merupakan salah satu wilayah sentra produksi pangan di
indoensia, karena memiliki sumberdaya lahan yang cukup luas, terdiri dari sawah
196.285 ha dan lahan kering 23.754 ha (tegal/huma 121.918 ha, lading/huma
70.839 ha dan tidak diusahakan 10.997 ha). Potensi lahan sawah terluas
terdapat di Kab. Pandeglang yakni 54.768 ha, selanjutnya Kab. Lebak 47.753 ha,
Kab. Serang 47.574 ha, Kab. Tangerang 36.231 ha, Kota Serang 7.939 ha, Kota
Cilegon 1.503 ha, Kota Tangerang 463 ha, dan Kota Tangsel 54. Selanjutnya
lahan kering di Kab. Pandeglang 99.729 ha, Kab. Lebak 4.965 ha, Kab. Serang
27.195 ha, Kab. Tangerang 10.443 ha, Kota Serang 9.002 ha, Kota Cilegon
27.153 ha, Kota Tangerang 828 ha dan Kota Tangsel 876 ha. Pada tahun 2019,
Provinsi Banten mentargetkan luas tanam padi 349.927 ha, luas panen 325.872
ha dan produksi 1.707.721 ton (provitas 54,40 ku/ha); luas tanam jagung 58.850
ha, luas panen 56.496 ha dengan produksi 227.925 ton (provitas 40,34 ku/ha)
dan luas tanam kedelai 37.000 ha, luas panen 35.150 ha dengan produksi
48.789 ton (provitas 13,86 ku/ha).
Upaya pencapaian sasaran tersebut dilakukan melalui gerakan masih
upaya khusus (Upsus) berupa bantuan benih bersubsidi, bantuan sosial benih
unggul bermutu, bantuan sosial pupuk, perbaikan distribusi pupuk berbsubsidi,
optimasi lahan, perbaikan jaringan irigasi tersier, dan bantuan alsintan.
Pelaksanaan program UPSUS dalam waktu 4 tahun terakhir telah memberikan
kontribusi yang cukup dalam peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai di
Provinsi Banten. Produksi padi, jagung, dan kedelai dari tahun 2014-2018
menunjukkan trend meningkat. Pada tahun 2019 pelaksanaan program
33
mendapatkan tantangan yang cukup berat, dimana telah terjadi kemarau yang
panjang atau datangnya musim hujan yang terlambat ini sebagai akibat
perubahan iklim. Perubahan iklim tersebut berpengaruh terhadap aktivitas
petani berupa pergeseran jadwal tanam dan beberapa lahan sawah tidak dapat
diolah dan ditanami seperti biasanya karena tidak tersedia air. Pemerintah terus
berupaya untuk meningkatkan luas tambah tanam dengan mengidentifikasi
sumber air yang ada untuk dieksploitasi supaya lahan sawah dapat dialiri airi
sehingga petani tetap menanam dan menghasilkan padi.
Berdasarkan koordinasi dengan Dinas Pertanian, capaian luas tanam padi
di Provinsi Banten tahun 2019 adalah 445.0.38 ha atau menurun 20.644 ha (8
%) dibandingkan tahun 2018 sebesar 465.682 ha. Penurunan juga terjadi pada
komoditas jagung dengan nilai 57.835 ha dan komoditas kedelai 34.699 ha.
Perubahan iklim memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap Luas Tambah
Tanam (LTT) padi, jagung dan kedelai di Prov. Banten.
Dalam upaya mendukung Upsus Pajale di Provinsi Banten, BPTP
melaksanakan pendampingan dalam bentuk koordinasi dan sinkronisasi,
pelatihan petani/petugas, percontohan inovasi teknologi, monitoring dan
supervisi penerapan teknologi, serta penyediaan materi informasi. Kegiatan
koordinasi dilakukan secara berkala dengan melibatkan berbagai stakeholder
terkait. Salah satu dukungan yang diberikan BPTP Banten adalah bantuan benih
padi sawah sebanyak 1.250 kg (500 ha) yang tersebar di Kabupaten Pandeglang,
Kab. Lebak dan Kab. Tangerang. Selanjutnya penyebaran media infromasi
kepada petugas lapang, petani dan stakholder lainnya antara berupa jadwal
tanam, penggunaan benih unggul, rekomendasi pemupukan, pengendalian OPT
dan teknologi budidaya serta pasca paanen dan pengolahan hasil pertanian.
Dalam rangka percepatan transfer inovasi teknologi kepada petani dan
petugas lapang sekaligus sebagai sarana pembelajaran, BPTP melakukan
percontohan budidaya padi sawah, padi gogo dan kedelai seluas 62 ha dengan
melibatkan 242 orang. Demfarm padi sawah seluas 50 ha dilaksanakan di Kab.
Pandeglang (Desa Munjul, Kec. Munjul) dengan menggunakan varietas Inpari-33,
Inpari-42 dan Inpari-43 serta Kab. Serang (Desa Pamarayan, Kec. Pamarayan)
dengan varietas Inpari-3, Inpari-33, Inpari-42 dan Inpari-43. Selanjutnya
demfarm padi gogo seluas 9 ha menggunakan varietas Situ Bagendit, Inpago-8,
34
Inpago-10, dan Inpago-12 (Desa Sukasari, Kec. Pulosari, Kab. Pandeglang).
Demfarm padi sawah di Desa Pamarayan difokuskan pada pengenalan dan
pengendalian Wereng Batang Coklat (WBC) seluas 20 ha dengan melibatkan 120
orang petani, di Desa Munjul percontohan budidaya padi sawah seluas 30 ha
yang melibatkan petani 100 orang, demfarm padi gogo seluas 9 ha melibatkan
10 petani. Produktivitas padi sawah rata-rata berkisar 5,12- 8,42 t/ha, yang
terendah diperoleh Inpari-33 (5,12 t/ha) dan tertinggi Inpari 42 (8,42 t/ha).
Pendapatan usahatani padi sawah di desa Munjul berkisar Rp. 24.276.000-
Rp.28.812.000/ha/musim dengan keuntungan Rp.11.548.000-Rp.
15.328.000/musim/ha (R/C sebesar 1,91-2.14).Selanjutnya demfarm kedelai
seluas 3 ha di Desa Mekarsari, Kec. Panimbang, Kabupaten Pandeglang
menggunakan varietas Devon, Grobogan, Tanggamus, Detap, Anjasmoro dan
Dena 1. Produktivitas kedelai berkisar dari 0,2 – 1,8 t/ha, yang terendah varietas
Devon dan tertinggi Dena 1
Kegiatan supervisi dan advokasi kegiatan Upsus dilakukan untuk melihat
perkembangan pelaksanaan kegiatan, permasalahan lapangan, serta advokasi
dan solusi pemecahan masalah. Beberapa permasalahan yang dihadapi
dilapangan terkait dengan target luas tambah tanam (LTT) adalah penurunan
luas baku lahan sawah di Provinsi Banten akibat alih fungsi lahan yang semula
198.297 ha (2018) menjadi 196.285 ha (2019). Sejalan hal tersebut, BPTP ikut
melakukan verifikasi dan validasi data lahan menggunakan pendekatan sistem
dengan aplikasi. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dikirimkan pada Badan
Litbang Pertanian untuk dijadikan bagian informasi dan mendukung Kementrian
Pertanian 2020 dalam mewujudkan program satu data. Kegiatan advokasi lain
yang telah dilakukan dalam UPSUS yaitu ikut serta menjembatani petani dengan
PU Pengairan dalam program buka tutup pintu air bendungan Pamarayan
sehingga tidak ada salah satu pihak yang dirugikan. Jadwal buka tutup telah
disepakati dengan mempertimbangkan kondisi tanaman dan program perbaikan
saluran irigasi yang kedepan akan memberikan manfaat terhadap petani. Berikut
merupakan dokumentasi kegiatan :
35
e. Pendampingan Upsus SIWAB
Kegiatan pendampingan dan supervisi UPSUS SIWAB Provinsi Banten
dilaksanakan dengan tujuan untuk melaksanakan supervisi dan pendampingan
intensif kegiatan UPSUS SIWAB di Kabupaten Lebak dan Tangerang melalui
kegiatan sosialisasi dan demfarm. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan
nilai tambah bagi peternak berupa peningkatan pengetahuan dan ketrampilan
peternak dalam melaksanakan tatalaksana pemeliharaan sapi/kerbau yang sesuai
dengan kebutuhan ternak. Selain itu, kegiatan ini diharapkan dapat
mempercepat pencapaian target populasi sapi/kerbau provinsi Banten melalui
keberhasilan kebuntingan IB 70%, penurunan penyakit gangguan reproduksi
60% dan penurunan pemotongan sapi betina produktif 20% dalam rangka
mendukung pemenuhan populasi sapi/kerbau nasional untuk pencapaian target
swasembada sapi tahun 2026.
Pada tahun 2019 ini, capaian UPSUS SIWAB Provinsi Banten sampai
dengan Desember 2019 adalah IB 122,75%, Kebuntingan 134,50 %, dan
Kelahiran 100,50%. Capaian ini melebihi target yang telah ditetapkan.
Selanjutnya, untuk pelaksanaan demfarm SIWAB dilaksanakan di Kab. Lebak,
yaitu pada kelompok ternak Basisir Sukajadi, Desa Sukajadi, Kec. Panggarangan,
Kab. Lebak. Pelaksanaan demfarm SIWAB sampai dengan Desember 2019
berupa pelatihan teknologi pakan dalam rangka peningkatan performance
36
reproduksi ternak dan menjawab permasalahan pakan yang dihadapi oleh
kelompok, pengenalan dan penanaman hijauan pakan ternak unggul berupa
rumput gajah, lamtoro taramba dan indigofera, pengenalan dan pemanfaatan
jerami padi fermentasi sebagai pakan ternak serta pembuatan dan pemanfaatan
silase sebagai pakan ternak. Dilaksanakan pula penyebarluasan informasi
teknologi reproduksi berupa kegiatan sosialisasi dan pelatihan yaitu sosialisasi
teknologi reproduksi pada peternak sapi dan kerbau di Kab. Tangerang dan Kab.
Lebak. Berikut merupakan dokumentasi kegiatan :
3.3.4. Model Pertanian Bio-Industri
a. Model Pengembangan Bio-Industri Berbasis Ubi Kayu
Model pertanian bio-industri dilaksanakan di Desa Sukarame, Kecamatan
Sajira, Kab. Lebak dengan tujuan akhir ”Membangun model pengembangan bio-
industri berbasis ubi kayu terpadu yang menghasilkan produk lebih efisien dan
bernilai tambah untuk kesejahteraan petani dan ketahanan pangan”. Salah satu
komoditas unggulan yang memiliki potensi dan prospek cukup baik adalah ubi
kayu, yang merupakan sumber karbohidrat dan banyak digunakan sebagai bahan
pangan, makanan ternak, bahan baku industri, dan komoditas ekspor. Pertanian
bioindustri adalah sistem pertanian yang pada prinsipnya mengelola dan/atau
memanfaatkan secara optimal seluruh sumberdaya hayati termasuk biomasa
dan/atau limbah pertanian bagi kesejahteraan masyarakat dalam suatu
ekosistem secara harmonis. Prinsip dasar proses produksi dalam sistem pertanian
bioindustri berkelanjutan adalah : mengurangi input dalam meningkatkan
37
produksi (reduce); pemanfaatan hasil samping dan limbah (reuse) ; dan
mendaur ulang produk akhir dan/atau bekas pakai produk akhir (recycle).
Salah satu pendekatan pertanian bioindustri adalah berbasis komoditas
yang sesuai dengan karakteristik biofisik lokasi, kesesuaian lahan dan preferensi
masyarakat, serta prospek pemasarannya. Komoditas yang dikembangkan dapat
berupa single commodity atau integrasi. Model pertanian bioindustri di poktan
”Sri Rejeki” Desa Sukarame, Kecamatan Sajira, Kab. Lebak dilaksanakan melalui
pola integrasi ubi kayu-ternak domba yang dimulai sejak tahun 2015. Model
pengembangan didasarkan pada keunggulan komparatif dan kompetitif dengan
memadukan aspek biofisik, kondisi sosial dan ekonomi, preferensi masyarakat,
dan kebijakan pemerintah. Percontohan inovasi yang dilakukan meliputi :
teknologi budidaya dan pengolahan ubi kayu (keripik, gaplek, mocaf), teknologi
budidaya ternak domba, teknologi pembuatan pupuk kandang, serta teknologi
pengolahan dan pemanfaatan limbah/hasil samping.
Model pertanian bioindustri ubi kayu sangat direspon petani/masyarakat.
Hal ini terlihat dari perkembangan usaha budidaya yang sebelumnya hanya 15-
20 ha (25-30 orang) menjadi 40-65 ha dengan jumlah petani sebanyak 80 orang.
Perbaikan teknologi budidaya ubi kayu (penggunaan pupuk kandang, Urea, SP-
36 dan NPK Phonska) mampu meningkatkan produktivitas dari 18-20 ton/ha
menjadi 25-60 ton/ha, dan bahkan mencapai 60-90 ton/ha (varietas Manggu, UJ-
2 dan Prelek). Selain budidaya, usaha lain yang dikembangkan adalah
pengolahan ubi kayu menjadi gaplek, keripik dan tepung mocaf. Produksi tepung
mocaf dilakukan dalam skala kelompok, dimana pada tahun 2017 telah
diproduksi sebanyak 850 kg dari bahan baku ubi segar sebanyak 2.500 kg. Harga
tepung mocaf di pasar lokal Banten berkisar antara Rp. 7.500-8.000,-/kg. Model
pengembangan bioindustri berbasis ubi kayu di Desa Sukarame belum sesuai
yang diharapkan, karena belum terlihat integrasi antara ternak-domba, serta
produsi dan pemasaran hasil olahan mocaf tidak menentu. Untuk meningkakan
pengetahuan petani dan kelompok wanita tani telah dilakukan sejumlah
pelatihan. Berikut merupakan dokumentasi kegiatan :
38
b. Model Pengembangan Bio-Industri Berbasis Padi
Pertanian bio-industri berbasis padi sawah dilaksanakan di Desa Sukatani,
Kec. Rajeg, Kabupaten Tangerang. Tujuan utama kegiatan adalah ”membangun
model kawasan bioindustri berbasis padi yang menghasilkan produk lebih efisien
dan bernilai tambah untuk kesejahteraan petani dan ketahanan pangan”.
Indonesia secara bertahap juga mengikuti tren perubahan paradigma
pembangunan global tersebut. Kegiatan Bioindustri berbasis padi sawah Provinsi
Banten dilakukan di Kelompok Sabana Mandiri terletak di Kampung Cambay Desa
Sukatani, Kecamatan Rajeg – Kabupapten Tangerang. Usaha utama kelompok
meliputi komoditas tanaman pangan (padi) dan hortikultura. Hasil kegiatan
bioindustri berbasis padi dapat meningkatkan nilai tambah 15-20% yang berasal
dari hasil budidaya jamur merang, beras, pupuk organik dan lainnya. Pada
budidaya padi sawah diperoleh produktivitas 3.750 - 6375 kg/ha (rataan 5.042
kg/ha), populasi ternak sapi meningkat dari 18 ekor menjadi 21 ekor, produksi
jamur merang 102 kg, budidaya cabe merah 3.000 m2 (4,35 t/ha), bawang
merah TSS 5.000 m2 (semai) dan mentimun 20.000 m2 (20.592 kg).
Konsep zero-waste melalui pemanfaatan kotoran ternak sapi untuk biogas
dan pupuk organik, selanjutnya diaplikasikan pada budidaya tanaman padi dan
sayuran. Selain itu, limbah budidaya jamur merang dipakai sebagai kompos dan
penutup semaian sayuran. Dalam upaya peningkatan pengetahuan
petani/petugas telah dilakukan pelatihan sebanyak 2 kali (40 orang) dengan
materi model integrasi Sereh Wangi-Ternak Sapi dan pemeliharaan kesehatan
39
hewan dan sistim perkandangan. Inisiasi serah terima kegiatan Bioindustri
dilakukan melalui koordinasi dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Kabupaten Tangerang, termasuk rencana reflikasi model di Kec. Sepatan dan
kerjasama pelatihan dan pengembangan budidaya bawang melalui biji (TSS)
dengan Dinas Pertanian Prov. Banten. Berikut merupakan dokumentasi kegiatan
:
3.3.5. Produksi Benih Sumber (UPBS)
a. Produksi Benih Padi
Benih merupakan komponen utama dan menentukan keberhasilan usaha
budidaya pertanian, khususnya padi dan kedelai. Berdasarkan sistem perbenihan
nasional, dikenal empat kelas benih yaitu benih perjenis (BS = Breeder Seed),
benih dasar (FS = Foundation Seed), benih pokok (SS = Stock Seed), dan benih
sebar (ES = Extention Seed). Kebutuhan benih aktual padi di Provinsi Banten dari
tahun ketahun semakin meningkat, sejalan dengan program-program intesifikasi
dan ekstensifikasi yang dilakukan baik oleh pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah. Kebutuhan benih padi potensial pada tahun 2011 sebesar
10.421 ton dan mengalami peningkatan menjadi 10.641 ton pada tahun 2013
dan 11.553 ton pada tahun 2019. Peningkatan kebutuhan benih ini perlu disikapi
40
dengan penyediaan benih bermutu dari varietas unggul yang adaptif di Provinsi
Banten
Dalam upaya penyediaan benih bermutu sekaligus mendukung uapaya
khusus (Upsus) peningkatan produksi dan produktivitas Pajale, BPTP Banten
melaksanakan kegiatan produksi benih padi sebanyak 16 ton (benih FS 2 ton, SS
3 tondan ES 11 ton). Produksi benih sumber dilakukan di Kebun Percobaan (KP)
Singamerta, dan melalui kerjasama dengan petani penangkar. Selain produksi
benih, kerjasama dengan petani penangkar juga dilakukan sebagai upaya
peningkatan kemampuan penangkar dan percepatan diseminasi varietas unggul
baru. Produksi benih sumber padi kelas FS yang diperoleh sebanyak 1.875 kg
(target 2.000 kg), terdiri atas varietas Inpari-3 (475 kg) dan Inpari-43 (1.400 kg),
benih kelas SS sebanyak 5.255 kg (target 3.000 kg) yang terdiri atas varietas
Inpari-42 (1.975 kg), Inpari-43 (3.010 kg), dan Inpari-32 (270 kg). Kerjasama
produksi benih juga diikuti dengan pelatihan petani penangkar sebanyak 27
orang dengan peningkatan sebesar 41%. Selanjutnya benih sebar dilaksanakan
di KP. Singamerta dan melalui kerjasama dengan petani penangkar. Produksi
benih sebar padi sebanyak 15.910 kg (target 11.000 kg) yang terdiri atas Inpari-
33 sebanyak 3.070 kg, Inpari-42 (9.320 kg) dan Inpari-43 (3.520 kg). Pemilihan
varietas didasarkan pada hasil uji adaptasi dan preferensi petani dari berbagai
lokasi, baik oleh BPTP Banten maupun Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. Benih
sebar yang diproduksi selanjutnya didistribusikan kepada kelompok/petani pada
berbagai Kab./Kota dalam upaya mendukung berbagai kegiatan sekaligus
percepatan penggunaan varietas unggul baru dan benih bermutu. Berikut
merupakan dokumentasi kegiatan :
41
b. Produksi Benih Hortikultura
Jenis benih hortikultura terdiri dari rambutan, manggis, durian, dan
cabai. Produksi benih rambutan menghasilkan benih sebar rambutan sebanyak
1.000 batang dilakukan di Kelompok Tani Sekar Wangi di Desa Sangkanwangi,
Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak. Memproduksi benih sebar durian
sebanyak 700 batang dilaksanakan di Kelompoktani Sekar Wangi, Desa Sangkan
Wangi, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten. . Harga durian
cenderung stabil di kisaran harga Rp. 25.000 – 60.000 per buah untuk durian
lokal, sedangkan untuk unggul lokal masyarakat harga berada di kisaran Rp.
100.000 – 200.000 per buah (Radar Jombang, Februari 2019).Tahapan kegiatan
produksi benih durian adalah: pemilihan pohon induk, penyediaan media tanam,
prosesing dan persemaian biji, pemeliharaan semaian batang bawah, persiapan
okulasi, okulasi, dan pemeliharaan benih. Kegiatan memproduksi benih sebar
manggis sebanyak 350 batang dilaksanakan di Kelompoktani Hegar Jaya, Desa
Luhur Jaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Lebak, Banten. Tahapan kegiatan
produksi benih manggis adalah: penyediaan media tanam, prosesing dan
persemaian biji, penanaman dan pemeliharaan benih. Selanjutnya produksi benih
sebar cabai sebanyak sebanyak 1,5 kg, dilaksanakan di Kelompok Tani Cahaya
Hikmah di Desa Kadomas, Kecamatan Pandeglang, Kabupaten Pandeglang.
Tahapan kegiatan produksi benih cabai adalah: Koordinasi dengan pihak-pihak
terkait, survei, persiapan dan perbanyakan benih, prosesing benih dan sertifikasi
benih. Kegiatan yang dilakukan selanjutnya adalah uji sampel benih ke BPSBTPH
dan pelabelan.
42
c. Produksi Bibit Ayam KUB/Sensi
Peningkatan produktivitas peternakan salah satunya disebabkan
digunakannya bibit unggul dalam sistem budidaya yang efisien, sehingga mampu
meningkatkan pendapatan peternak. Pengembangan peternakan khususnya
ayam kampung dengan memanfaatkan inovasi teknologi unggul utamanya bibit
ternak unggul Badan Litbang Pertanian dilakukan dengan menggerakkan
peternak sebagai rumah tangga peternak untuk melakukan agribisnis ternak
ayam kampung unggul Badan Litbang Pertanian didukung dengan jaringan
kerjasama dengan stakeholder terkait. Dalam mengembangkan pembibitan
ternak, perlu adanya kerja sama dan interaksi yang kuat antara pemerintah dan
kelompok masyarakat. Hal ini dikarenakan individu masyarakat mempunyai pola
pikir yang berbeda-beda, sehingga perlu kesadaran untuk mendukung
terlaksananya suatu kegiatan. Salah satu langkah strategis untuk memenuhi
kebutuhan bibit ternak adalah dengan membentuk, membina dan
mengembangkan pembibitan ternak rakyat (Village Breeding Centre atau VBC).
Dengan adanya pembibitan ternak rakyat ini diharapkan mampu
mengembangkan peternakan secara berkelanjutan, terutama dalam
menyediakan bibit ternak.
43
Pengembangan kegiatan usaha ayam kampung di masyarakat dapat
diupayakan melalui kegiatan penyediaan bibit ayam KUB dan Sensi berbasis inti
dan plasma. Adapun peran peternak inti sebagai penyedia/sumber bibit ayam
sebar (DOC) bagi peternak plasma dan peternak plasma berperan sebagai
peternak yang berusaha ternak pembesaran ayam. Dengan demikian, melalui
kegiatan penyediaan bibit ayam KUB dan Sensi berbasis inti plasma diharapkan
pengembangan ayam kampung unggul di masyarakat dapat berkembang dengan
baik. BPTP Banten dalam upaya mendukung penyediaan bibit ayam KUB dan
sensi, telah dibangun 1 Unit Pembibitan Penghasil Ayam Kub dan Sensi. Indukan
ayam KUB dan Sensi diperoleh dari Bibit Sumber Unggas (1.000 ekor) dan
Balitnak (720 ekor) dengan target produksi DOC sebannyak 35.000 ekor untuk
mendukung program dan peremajaan induk. Produksi bibit/DOC terealisasi
sebanyak 25.975 ekor (74,21 %) yang didistribusikan untuk mendukung
Program Bekerja di Kab. Garut dan Subang (284 RTM atau 14.200 ekor),
dideminas (Oase, Perguruan Tinggi, Poktan, SMA) sebanyak 4.975 ekor serta
peremajaan dan stok sebanyak 4.000 ekor.
3.3.6. Kebijakan Pembangunan Pertanian
Dalam upaya mendukung pembangunan pertanian di Provinsi Banten
terutama pengembangan kawasan hortikultura buah-buahan, Dinas Pertanian
Provinsi akan mengembangkan beberapa komoditas unggulan daerah dan
nasional, diantaranya petai, jengkol, durian, manggis, dan kelapa. Diantara
komoditas tersebut, jengkol merupakan salah satu fokus atau prioritas karena
permintaan dan harganya terus meningkat. Wilayah pengembangan jengkol
adalah Desa Cimanyangray, Kecamatan Gunung Kencana, Kab. Lebak. Kayu
mahoni merupakan core bisnis utama kehutanan di blok Cimanyangray
dengan forsi 51 % dan jengkol 49 %. Guna meningkatkan nilai tambah,
selama tanaman utama belum berproduksi, lahan dapat dimanfaatkan
untuk budidaya tanaman pangan dan tanaman rempah (jagung, padi
gogo, kunyit, porang dll) sebagai tumpangsari. Usaha pengembangan
jengkol di Desa Cimayangray dapat dilakukan melalui kerjasama antara
BUMD + LMDH dan Perhutani dengan sistem bagi hasil berdasarkan
kesepakatan, misalnya 75 % : 25 %.
44
3.3.7. Diseminasi Inovasi Teknologi
Hasil penelitian lembaga-lembaga riset dan perguruan tinggi cukup
banyak, namun belum siap memasuki tahap komersialisasi, karena titik berat
penelitian masih terfokus pada bobot ilmiah. Selain itu, teknologi yang
dihasilkanpun sulit diakses oleh pengguna. Badal Litbang Pertanian sebagai salah
satu lembaga riset telah banyak menghasilkan teknologi, namun kecepatan
adopsinya berjalan cukup lambat. Untuk mempercepat pemanfaatan dan adopsi
teknologi oleh pengguna, Badan Litbang Pertanian melaksanakan diseminasi
dengan pendekatan Spectrum Diseminasi Multi Channel (SDMC). Melalui
pendekatan tersebut, kegiatan diseminasi dikembangkan dengan memanfaatkan
berbagai metode dan saluran komunikasi. Diseminasi teknologi dan informasi
pertanian dapat ditempuh melalui gelar teknologi, pameran, temu lapang, temu
wicara, temu usaha, seminar/workshop, publikasi, perpustakaan, dan media
massa.
a. Pengembangan Media Informasi
Media massa berupa media online memiliki keunggulan dalam
menyebarluaskan berbagai informasi dalam waktu relatif singkat dan
menjangkau pembaca, pendengar, dan pemirsa yang luas. Oleh karena itu, BPTP
Banten mendayagunakan media tersebut untuk menyebarluaskan informasi
teknologi pertanian spesifik lokasi. Media online berupa Website, Facebook,
berita online, dan Portal PPID. Website BPTP Banten dengan alamat
“http://banten.litbang.pertanian.go.id” dikelola dengan cara melakukan updating
artikel berita/info teknologi minimal 1 kali dalam 1 minggu. Hingga akhir tahun
2019 telah dilakukan upload berita sebanyak 180 artikel info aktual, 7 artikel info
teknologi, 3 artikel SDM dan 7 artikel MoU. Facebook BPTP Banten dengan
alamat https://www.facebook.com/bptpbanten telah mengunggah sebanyak 220
berita organik baik berupa info aktual maupun berita teknologi. Artikel tentang
kegiatan BPTP Banten juga telah diunggah ke media berita online sebanyak 93
kali. Informasi publik tentang BPTP Banten selain disajikan pada website BPTP
Banten juga tersedia pada Portal PPID Banten dengan alamat http://bptp-
banten.ppid.pertanian.go.id yang berisi informasi profil organisasi dan layanan
informasi yang tersedia. Pada tahun 2019, PPID BPTP Banten telah memberikan
pelayanan terhadap 7 (tujuh) pemohon informasi publik dan melengkapi 24
45
dokumen informasi publik di Portal PPID. Selanjutnya media cetak dengan judul
materi berupa: 1) Empat Tahun Kerja Kita, Prestasi Bangsa, 2). Teknologi
Budidaya Jagung di Lahan Sawah, 3). Teknik Budidaya Kacang Tanah, 4). Hama
dan Penyakit Tanaman Padi, 5). Hama Utama Tanaman Jagung, 6). Budidaya
Kangkung, 7). Hama dan Penyakit Kakao, 8). Buku Informasi Teknologi
Pertanian.
b. Perpustakaan
Selanjutnya pengelolaan dan pengembangan perpustakaan BPTP Banten
dilakukan dengan memanfaatkan perkembangan teknologi infromasi, sehingga
mampu memberikan layanan prima kepada pengguna. Perpustakaan BPTP
Banten tidak hanya menyediakan sumber informasi tercetak tetapi juga dalam
bentuk elektronik. Melalui pengelolaan perpustakaan telah terlayani 402 layanan
pengunjung, 401 layanan informasi digital, penambahan 295 koleksi bahan
pustaka, pelayanan 5 jenis koleksi informasi digital, terwujudnya 150 halaman
informasi digital, 50 kali entry data Web Pustaka, dan perawatan koleksi pustaka
sebanyak 250 buah. Berikut dokumentasi kegiatan :
c. Pameran Teknologi
Festival Hortikultura di Provinsi Banten pada tanggal 12 Pebruari 2019,
meliputi komoditas durian, manggis, rambutan, dan mangga. Dalam festival
ini, BPTP Banten melakukan ekspose produk teknologi hortikultura berupa
benih VUB cabai, VUB bawang merah, VUB aneka sayuran, durian hasil
karakterisasi Tim BPTP Banten dan BPSB Provinsi Banten, pembagian benih
gratis berupa benih cabai, kol bulat dan kembang kol sebanyak 250 polibag
dan melakukan penyebaran buku saku "Empat Tahun Kerja Kita, Prestasi
Bangsa”.
46
Penyediaan Materi Pameran pada Museum Tanah dan Pertanian berupa alat-
alat dan produk pertanian yang berasal dari Kec. Cibeber Kab. Lebak untuk
mengisi Galeri Pangan dan Peradaban, terdiri atas lesung, alu, ani-ani, epok,
tudung/topi paneng, dan nyiru, serta padi varietas lokal Kab. Lebak.
Ekspose Produk Olahan di Pameran Indonesia Agro Food Expo 2019 pada
tanggal 27-30 Juni 2019 di Jakarta Convention Center Hall B. BPTP Banten
menyajikan produk olahan telur asin asap, dan produk tepung-tepungan
(tepung kimpul dan tepung talas beneng), serta keripik jagung berbagai
variasi bahan campuran yang merupakan produksi Lab. Pascapanen BPTP.
Pameran Suplemen Pakan Ternak pada Kontes Ternak di Kecamatan
Kalanganyar, Kab. Lebak, tanggal 14 September 2019. Kontes ternak
mengambil tema "Melalui Kontes Ternak, Lebak Siap Menjadi Lumbung Ternak
Dalam Rangka Mendukung Destinasi Wisata". Acara kontes dihadiri Bupati,
Wakil Bupati, Kadis Pertanian Prov. Banten dan Plt. Kadis Peternakan
Kabupaten Lebak, BPTP Banten, Pejabat Kabupaten Lebak serta perwakilan
Peternak kerbau, domba dan kambing di Kabupaten Lebak. Dalam kegiatan
tersebut, BPTP Banten mensosialisasikan bahan pakan aditif ruminansia
Probion; Koksidiostat Herbal-2; Bioplus Pedet; Bioplus Serat, Minoxvit, dan
Mineral Molasses Block (MMB). Selain itu, BPTP Banten juga menggelar buku
dan leaflet teknologi budidaya sapi potong, teknik IB pada sapi dan kerbau,
teknologi budidaya Ayam KUB, suplemen pakan ruminansia, dan Ayam Sensi-1
Agrinak.
Pameran pada Kontes Ternak Kab. Tangerang pada tanggal 26 September
2019. BPTP Banten menampilkan suplemen pakan ternak (minoxvit, probion,
Koksidiostat Herbal-2 , bioplus pedet, bioplus serat, comin block) dan berbagai
leaflet teknologi budidaya sapi potong, teknik IB pada sapi dan kerbau,
teknologi budidaya Ayam KUB, suplemen pakan ruminansia, dan Ayam Sensi-
1 Agrinak.
Pameran Teknologi Tepat Guna XV pada tanggal 26-30 Agustus 2019,
bertempat di alun-alun Kec. Kramatwatu. Pameran dibuka oleh Wakil
Gubernur Provinsi Banten H. Andika Hazrumi, S.Sos, M.AP. Stand BPTP Banten
menampilkan olahan brownis jagung dan telur asin asap, KRPL perkotaan, dan
mesin tanam benih bawang merah dan cabai, serta berbagai leaflet dan buku
penunjang.
47
Pameran pada Pesta Rakyat Banten di halaman Mesjid Raya Al-Bantani pada
tanggal 4-6 Oktober 2019. Stand BPTP Banten dikunjungi oleh lebih dari 600
orang dengan melakukan pembagian benih sayuran gratis (kangkung, bayam,
pakcoy, selada air, caisim, cabai, terong, dll) kepada para pengunjung yang
disertai dengan petunjuk penanamannya. Stand BPTP Banten menampilkan
berbagai jenis tanaman dalam polibag, tanaman vertikultur, benih padi, benih
sayuran, berbagai jenis olahan, buku rekomendasi teknologi, buku kumpulan
600 teknologi Badan Litbang, dan berbagai jenis leaflet.
d. Temu Lapang
Ekspose teknologi budidaya jagung di Desa Bulakan, Kec. Gunung Kencana –
Kab. Lebak pada pada tanggal 10 Juli 2019. Peserta sebanyak 75 orang,
terdiri atas para petani anggota LMDH, Unsur Muspika, Penyuluh dan POPT,
Kadis Pertanian Kab. Lebak, Peneliti dan Penyuluh BPTP Banten.
Rekomendasi BPTP Banten dalam temu lapang tersebut adalah: menjaga
ketersediaan benih jagung secara tepat waktu, perlunya percepatan tanam
MT-II (akhir musim hujan) yang harus segera dilakukan setelah panen MT I,
pemilihan varietas genjah dan toleran kekeringan, pentingnya penggunaan
pupuk organik minimal 5 t/ha (lebih banyak lebih baik), memperhatikan
efektivitas pemupukan dengan menutup lubang/larikan pupuk dengan tanah,
pengairan yang intensif pada fase kritis air yaitu saat pembungaan dan
pengisian biji jika tidak ada hujan.
Inovasi Teknologi pada Optimalisasi Kebun Percobaan (KP) Singamerta pada
tanggal 16 Oktober 2019. Kegiatan ini merupakan pertemuan antara petani,
penyuluh dan pengambil kebijakan dengan menampilkan berbagai
display/gelar teknologi, diantaranya : 12 VUB padi sawah, uji profisiensi,
48
budidaya tanaman hortikultura di lahan sempit (polybag, pot, tabulapot,
vaertikultur, hidroponik, kolam dll).
Temu Lapang Demplot Cabai di Desa Kramatjaya, Kec. Gunung Kencana, Kab. Lebak
pada tanggal 27 November 2019. Peserta yang hadir sebanyak 100 orang, terdiri dari
unsur Muspika Kec. Gunungkencana, Kades Kramatjaya, Penyuluh/Petugas lapang,
serta petani pelaksana dan masyarakat lainnya. Rekomendasi teknologi cabai di lahan
kering adalah : 1) Pengolahan lahan secara sempurna, (2) Pemberian Kapur 11.5
ton/ha, 3) Pupuk kandang atau kompos minimal 12 ton/ha, 4) Penggunaan mulsa
plastik, 5) Penggunaan VUB, 6) Pemupukan SP 36 200 kg/ha dan NPK Mutiara 150
kg/ha, 7) Jarak tanam 50×60 cm, 8) dan Pengendalian hama ramah lingkungan
dengan menggunakan lampu solar cell.
e. Seminar
Seminar merupakan komunikasi tatap muka dan merupakan salah satu
bentuk disemansi dalam upaya menyampaikan berbagai temuan hasil penelitian
dan pengkajian atau ide/gagasan dalam bidang pertanian. Selanjutnya publikasi
merupakan salah tolok ukur kinerja BPTP dalam pengembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) dan media diseminasi sehinga hasil-hasil
penelitian dan pengkajian dapat dimanfaatkan oleh pengguna. Selama tahun
2019, BPTP Banten melaksanakan 2 kali seminar dengan tema dan topik yang
berbeda (sesuai kebutuhan stakeholder terutama Dinas/Instansi terkait).
Seminar The 1st International Conference On Agriculture and Rural
Development (ICARD) di Hotel Horison Serang pada tanggal 8 Agustus 2019,
kerjasama UNTIRTA dengan BPTP Banten dengan jumlah peserta 200 orang.
Keynote Speaker adalah Dr. Andriko yang merupakan perwakilan dari
Kementerian Pertanian. Seminar tersebut menampilkan narasumber dari
berbagai Negara, yaitu: Prof. Daisuke Yasutake, Ph.D dari Kyushu University,
Japan; Dr. Suwardi dari IPB University, Indonesia; Dr. Nurul Alom, Additional
49
Director, National Social Welfare Council, Bangladesh; Assoc. Prof. Dr.
Anukorn Boutson, dari Kasertsart University, Thailand; Christoper D. Elvidge,
Ph. D dari Earth Observation Group, Payne Institute Colorado School of Mines,
USA; Assoc. Prof. Nurul Huda, Ph.D dari University Malaysia Sabah, Malaysia;
dan Dr. Fitria Riany Eris, SP, MS, dari University of Sultan Ageng Tirtayasa,
Indonesia.
Seminar Rutin "Peran Teknologi Spesifik Lokasi Mendukung Pertanian
4.0 pada tanggal 13 Nopember 2019 dengan jumlah peserta 120 orang,
terdiri dari penyuluh/korluh, instansi vertikal, dinas lingkup pertanian se
Provinsi Banten, peneliti, penyuluh, dan teknisi BPTP Banten.
Narasumber kegiatan terdiri dari Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten
Ir.H. Agus M Tauchid S, MSi dengan judul materi “Kebijakan
Pembangunan Pertanian Provinsi Banten”, Dr. Andy Saryoko, SP, M.Si
dengan judul materi “Teknologi Budidaya Jarwo Super dan Largo
Super”, dan Dr.Agr, Sc Muharfiza, SP, M.Si dengan judul materi
“Indonesia Menuju Lumbung Pangan Dunia Dengan Revolusi Pertanian
4.0”.
f. Kerjasama
Kerjasama Pengkajian Teknologi Pertanian tahun 2019 dilaksanakan
dengan tujuan melakukan penjaringan kerjasama kemitraan dengan stakeholder.
Output yang diharapkan dari kegiatan tersebut adalah terwujudnya 3 dokumen
kerjasama dan 3 implementasi kerjasama dengan Pemda/ BUMN/Instansi
Vertikal/Swasta/Pihak Akademisi (Perguruan Tinggi)/ Stakeholder Lainnya.
Manfaat yang diharapkan dari kegiatan ini adalah tersebarnya inovasi teknologi
pertanian ke masyarakat luas. Selama tahun 2019, output yang dicapai adalah
50
sebanyak 6 dokumen kerjasama dan terimplementasi, terdiri dari 3 kerjasama
dengan Bank Indonesia Kantor Perwakilan Banten (BI KPw Banten), 1 kerjasama
dengan Perguruan Tinggi (Untirta), dan 2 kerjasama dengan Sekolah Menengah
Kejuruan dengan rincian sebagai berikut:
Kerjasama BI KPw Banten, yaitu 1) Nomor : B-482/HM.230/H.12.10/4/2019
dan 21/121/PK/SR/2019 tentang Program Pengendalian Inflasi Komoditas
padi), 2) Nomor: B-1251/H.R.120/H.12.10/09/2019 dan Nomor
21/21/NK/SR/2019 tentang Program Pengendalian Inflasi Komoditas Cabai,
3) Nomor : B-1218/PK030/H.12.10/9/2019 tentang Program Kemandirian
Pesantren.
Kerjasama dengan Fakultas Pertanian Untirta No.
516/HM.240/H.12.10/04/2019 dan B/425/UN434/HK.07.00/04/2019 berupa
kerjasama Penelitian, Pengabdian Pada Masyarakat, Publikasi/Seminar, dan
Kuliah Kerja Profesi Bidang Pertanian.
Kerjasama dengan Sekolah Menengah Kejuruan, yaitu dengan: 1) SMKN 2
Rangkasbitung Nomor: 451.5/190-SMK.02/2019 dan Nomor
541/HM.240/H.1210/2019 tentang Pengembangan Sumber Daya Manusia
(SDM) Sekolah Dalam Pemanfaatan Teknologi Pertanian; 2) SMKN 2
Pandeglang dengan Nomor 421.5/619/SMKN.2/2019 dan No. B-
037/HM.240/H.12.10/ 08/2019 tentang Program Pengembangan SMK
Pendukung Ketahanan Pangan.
3.4. Akuntabilitan Keuangan
3.4.1. Anggaran Pelaksanaan Kegiatan
Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya, alokasi anggaran yang
diperoleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) terus meningkat. Alokasi
anggaran pada tahun 2019 sebesar Rp. 12.353.593.000,- dengan realisasi
sebesar 11.905.068.219 (96,37 %). Alokasi Anggaran terdiri atas Belanja
51
Pegawai Rp., 4.628.699.000 (39,78%), Belanja Barang Rp. 6.426.243.000
(55,23%), dan Belanja Modal Rp. 580.000.000 (4,99%). Realisasi belanja
dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip penghematan dan efisiensi, namun
tetap menjamin terlaksananya program/kegiatan sebagaimana yang telah
ditetapkan dalam Rencana Kerja Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-
KL).
3.4.2. Penerimaan Negara Bukan Pajak
Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang dibebankan kepada Satker
BPTP Banten periode 2015-2019 sebesar Rp. 516.163.000,- dengan realisasi Rp.
873.114.449,- atau 169,15 % dari yang ditargetkan. Pencapaian PNBP Satker
BPTP Banten periode 2015-2019 jauh melebih dari sasaran/target yang
ditetapkan, karena adanya penjualan benih padi sawah hasil kegaitan. Pada
tahun 2015, sasaran PNPB yang dibebankan kepada Satker BPTP Banten sebesar
Rp. 54.975.000,- (realisasi Rp. 385.347.541 atau 700,95 %), tahun 2016 sebesar
Rp. 96.600.000,-, (realisasi Rp. 155.051.608,- atau 160,51 %), tahun 2017
sebesar Rp.112.824.000,- (realisasi Rp. 104.980.3000 atau 93,05%), tahun
2018 sebesar Rp. 106.172.000,- (realisasi Rp. 105.097.000 atau 98,99%), dan
tahun 2019 sebesar Rp.145.592.000 dengan realisasi Rp. 122.638.000 (84,23%).
Dari hasil PNBP tersebut dikembalikan lagi ke BPTP dan dimanfaatkan untuk
perbaikan saluran irigasi, perbaikan kandang ayam, pembelian saprodi, serta
pembelian dan perbaikan sarana/prasarana.
52
IV. PENUTUP
4.1. Ringkasan Capaian Kinerja
Secara umum pelaksanaan kegiatan pengkajian spesifik lokasi dan
diseminasi inovasi pertanian telah berhasil dicapai dalam mendukung program
Balitbangtan untuk menghasilkan teknologi dan inovasi pertanian bioindustri
berkelanjutan. Berbagai inovasi teknologi spesifik lokasi dan diseminasi telah
dilakukan pada berbagai lokasi di Provinsi Banten dengan hasil cukup baik, yang
ditunjukkan dengan beberapa hal :
Adopsi teknologi dipercepat dengan diseminasi multichannel melalui
kerjasama dengan berbagai pihak, terutama penyuluh lapang dan dukungan
pemerintah daerah. Penyebarluasan inovasi teknologi melalui media cetak,
temu lapang, dan media elektronik sangat bermanfaat dalam adopsi teknologi
yang telah dihasilkan. Pelaksanaan display/demplot/demfarm pada berbagai
daerah ditengarai mampu meningkatkan adopsi teknologi produksi berbagai
komoditas, yang selanjutnya berdampak terhadap peningkatan produksi dan
pendapatan petani.
Hasil evaluasi dan analisis terhadap capaian kinerja Satker BPTP Banten tahun
2019 secara umum Sangat Baik (skor 102,4 %). Indikator Kinerja Utama
(IKU) yang mencapai sasaran/target adalah teknologi spesifik lokasi, teknologi
terdiseminasi ke pengguna dan pendampingan komoditas strategis dengan
capaiaan 100 % (Berhasil). Pengukuran tingkat capaian kinerja utama dilakukan
dengan cara membandingkan antara target dengan capaian/realisasi
Hasil analisis terhadap indikator kinerja output dan outcome, secara umum
dapat memberikan kontribusi terhadap percepatan penerapan teknologi,
sehingga berdampak pada peningkatan produktivitas., mutu produk serta
peningkatan pengetahuan petani dan petugas, sedangkan secara ekonomi
dapat meningkatkan pendapatan usahatani.
4.2. Langkah-Langkah Peningkatan Kinerja
Disamping keberhasilan yang telah dicapai, pembangunan pertanian di
Provinsi Banten masih mengalami hambatan dan kendala, diantaranya kerusakan
jaringan irigasi, konversi lahan, rendahnya penggunaan benih unggul
bersertifikat, penggunaan pupuk berimbang, penerapan sistem tanam jajar
53
legowo belum sesuai anjuran, perubahan iklim (banjir dan kekeringan), serta
serangan hama dan penyakit. Langkah-langkah yang perlu perbaikan untuk
pelaksanaan kegiatn pengkajian dan diseminasi sebagi berikut :
Peningkatan kualitas sumber daya manusia serta kerjasama yang baik
dengan Dinas/Instansi terkait lainnya, sehingga kualitas kegiatan yang
dihasilkan benar-benar sesuai dengan kebutuhan pengguna, baik bagi
pengambil kebijakan maupun petani sebagai pengguna akhir. Peningkatan
kapasitas SDM dapat dilakukan melalui pelatihan, magang, dan pembinaan
secara berkala.
Mengidentifikasi permasalahan usahatani serta eksisting dan kebutuhan
teknologi spesifik lokasi untuk peningkatan produksi dan produktivitas, mutu
produk, dan daya saing. Oleh karena itu perlu pengkajian secara berjenjang
dan berkelanjutan, mulai dari uji adaptasi sampai sistem usahatani (SUT) dan
sistem usaha pertanian (SUP).
Percepataan adopsi dan pengembangan teknologi spesifik lokasi perlu
sinergitas program dan kebijakan dengan pemerintah daerah, serta padu
padan dengan lingkup UK/UPT Badan Litbangtan. Percepatan adopsi teknologi
melalui peragaan (display, demlpot, gelar teknologi, demfarm/demarea),
berbagai pertemuan (temu aplikasi teknologi, temu lapang, sekolah lapang,
temu bisnis/agribisnis), serta melalui media cetak dan elektronik perlu
ditngkatkan.
Penguatan kelembagaan dan kapasitas penyuluh, kelompoktani, gapoktan,
KTNA, P3A, UPJA, dan LKMA, serta penguatan pembiayaan melalui kemitraan
kelompok dengan pengusaha atau lembaga permodalan.
54
Lampiran 1. Struktur Organisasi BPTP Banten
Kepala Balai
Kapala Sub Bagian Tata Usaha
Kepala Seksi Kerja Sama Pelayanan
Pengkajian
Kelampok Jabatan
Fungsional
Fungsional
Peneliti
Fungsional
Penyuluh Fungsional Litkayasa
Fungsional
Pustakawan
55
Lampiran 2. Pagu, Realisasi dan Capaian Kinerja Anggaran
KODE NAMA OUTPUT
ANGGARAN
PAGU REALISASI CAPAIAN (%)
1801 Pengkajian Dan
Percepatan Diseminasi Inovasi Teknologi
Pertanian.
12,353,593,000 11,905,068,219 96,37
1801.201 Teknologi Spesifik Lokasi 414,530,000 412,346,900 99,47
1801.202 Diseminasi dan
Penyiapan Teknologi untuk Dimanfaatkan Pengguna
3,331,364,000 3,199,047,948 93,63
1801.203 Rekomendasi Kebijakan Pembangunan Pertanian 44,700,000 43,249,360 96,75
1801.204 Model Pengembangan
InovasiPertanian Bio Industri Spesifik Lokasi
149,663,000 149,312,485 99,77
1801.219 Produksi Benih Padi
- Benih Sumber - Benih Sebar
81,518,000 92,000,00
80,638,625 90,736,375
98,92 98,63
1801.223 Layanan Hubungan
Masyarakat dan Informasi Pengkajian dan
PengembanganT eknologi Pertanian
56,190,000 56,173,400 99,97
1801.226 Koordinasi, Manajemen
Pengkajian
66,622,000 66,601,000 99,96
1801.228 Jejaring/Kerjasama Pengkajian Teknologi
Pertanian Yang Terbentuk
64,500,000 64,457,000 99,93
1801.951 LayananSarana Dan
Prasarana Internal
1,050,000,000 1,005,210,380 95,73
1801.970 Layanan Dukungan Manajemen Satker
559,456,000 553,939,468 99,01
1801.994 Layanan Perkantoran 6,443,050,000 6,190,798,088 96,08
56
Lampiran 3. SDM Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Banten
No. Uraian Jenis Kelamin Jumlah
(Orang) Laki-Laki Perempuan
1. Pendidikan S-3
S-2
S-1 D-IV
D-3 SLTA
SLTP
SD
3
5 5 2
2 12
1 1
(31)
2
9 10 2
4 6
0 0
(33)
5
14 15 4
6 18
1 1
(64)
2. Golongan
IV III
II
I
3 19 9
0 (31)
1 25 7
0 (33)
4 44 16
0 (64)
3. Fungsional Peneliti Ahli Utama
Ahli Madya
Ahli Muda Ahli Pertama
-
1 2
3 (6)
1
1 4
6 (12)
1
2 6
9 (18)
4. Fungsional Penyuluh Penyuluh Utama
Penyuluh Madya
Penyuluh Muda Penyuluh Pertama
0
1 1 2
(4)
0
0 2 5
(7)
0
1 3 7
(11)
57
Lampiran 4. Penetapan Kinerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Banten
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
1.
Tersedianya Teknologi dan Inovasi Pertanian
Jumlah teknologi spesifik
lokasi komoditas strategis nasional
3 Teknologi
2. Tersedianya Model
Pengembangan Inovasi Pertanian
Jumlah model
pengembangan inovasi pertanian bioindustri spesifik
lokasi
2 Model
3. Terdiseminasikannya Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik
Lokasi
Jumlah teknologi terdiseminasi ke pengguna
Jumlah pendampingan komoditas strategis nasional
Kementan Jumlah kerjasama
pengkajian
5 Teknologi
5 Laporan
3 Dok.
4. Tersedia dan terdistribusinya
produk inovasi pertanian dan materi transfer teknologi.
Jumlah produksi benih
sumber padi Jumlah produksi benih sebar
padi Jumlah produksi benih buah-
buahan Jumlah produksi benih cabai
Jumlah produksi bibit ayam KUB/Sensi
5 Ton 11 Ton
2.050 Btg 1,5 Kg
35.000 Ekor
5. Tersedianya rekomendasi
kebjiakan pembangunan
pertanian
Jumlah rekomendasi
kebijakan pembangunan pertanian wilayah
1 Rekom.
58