Kata Pengantar Field Trip

32
KATA PENGANTAR Pertama-tama terima kasih kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Field Trip Geologi Dasar ini. Terima kasih juga kami ucapkan kepada Bapak Ir. Soetoto, S.U. dan Benedict Amandus selaku asisten lapangan dan seluruh kakak-kakak asisten yang telah memberikan bimbingan selama jalannya kegiatan Field Trip Geologi Dasar. Adapun laporan ini disusun sebagai syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Semester I dalam mata kuliah Geologi Dasar. Sebagai mahasiswa biologi yang dituntut untuk memiliki wawasan yang luas dandapatmengaplikasikanpengetahuannya di lapangan, kegiatan pembelajaranbaik di ruangkelastidaklahcukup.Mahasiswabiologiharusdapatberlatih,berada patasi,hingga terbiasadengankondisi di lapangan.Pentingnyakegiatanlapanganiniadalahuntukmelatihmahasiswa biologidalammengaplikasikankeseluruhanilmu– ilmu yangtelahdidapatkannya.Kegiatanlapanganjugamemberiperananpentingb agimahasiswageologidalammembangunkreativitas, kesigapan, ketelitian,ketepatandankeahliansehinggadapatbelajaruntukmemiliki mental sebagaiseorangbiolog.Sehinggakegiatanfieldtripyang merupakanbagiandarikuliahlapanganinidianggapperluuntukdilaksanaka n. Kegiatan Fieldtrip inidilaksanakanpadaSabtu, 13 DesemberdiBayat, KabupatenKlaten, Yogyakarta padapukul 9.30-15.45 WIB.BerangkatdariFakultasBiologipadapukul 7.00 WIB, perjalanancukuplancarhinggatiba di daerahBayat, Klatenpadapukul 9.30.Sesampainya di lokasi, cuacacukupcerahsehinggapengamatanbatuanpadamasing- masinglokasipengamatanberjalandengan lancer, namusangatdisayangkansaatmelakukanpengamatan di lokasipengamatanterakhirhujanturunsehinggatidaksempatdilakukanche ckhasilkegiatanmahasiswa.

description

Kata Pengantar Field Trip

Transcript of Kata Pengantar Field Trip

KATA PENGANTAR

  Pertama-tama terima kasih kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Field Trip Geologi Dasar ini. Terima kasih juga kami ucapkan kepada Bapak Ir. Soetoto, S.U. dan Benedict Amandus selaku asisten lapangan dan seluruh kakak-kakak asisten yang telah memberikan bimbingan selama jalannya kegiatan Field Trip Geologi Dasar.

Adapun laporan ini disusun sebagai syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Semester I dalam mata kuliah Geologi Dasar. Sebagai mahasiswa biologi yang dituntut untuk memiliki wawasan yang luas dandapatmengaplikasikanpengetahuannya di lapangan, kegiatan pembelajaranbaik di ruangkelastidaklahcukup.Mahasiswabiologiharusdapatberlatih,beradapatasi,hingga terbiasadengankondisi di lapangan.Pentingnyakegiatanlapanganiniadalahuntukmelatihmahasiswabiologidalammengaplikasikankeseluruhanilmu– ilmu yangtelahdidapatkannya.Kegiatanlapanganjugamemberiperananpentingbagimahasiswageologidalammembangunkreativitas, kesigapan, ketelitian,ketepatandankeahliansehinggadapatbelajaruntukmemiliki mental sebagaiseorangbiolog.Sehinggakegiatanfieldtripyang merupakanbagiandarikuliahlapanganinidianggapperluuntukdilaksanakan.

Kegiatan Fieldtrip inidilaksanakanpadaSabtu, 13 DesemberdiBayat, KabupatenKlaten, Yogyakarta padapukul 9.30-15.45 WIB.BerangkatdariFakultasBiologipadapukul 7.00 WIB, perjalanancukuplancarhinggatiba di daerahBayat, Klatenpadapukul 9.30.Sesampainya di lokasi, cuacacukupcerahsehinggapengamatanbatuanpadamasing-masinglokasipengamatanberjalandengan lancer, namusangatdisayangkansaatmelakukanpengamatan di lokasipengamatanterakhirhujanturunsehinggatidaksempatdilakukancheckhasilkegiatanmahasiswa.

Demikianlaporaninidibuat, akhir kata kami menyampaikanmaafjikaterdapatbeberapakesalahanpadapenyusunannya.Semogalaporaninidapatbermanfaat bagi semua pihak, baik secara praktis maupun keilmuan.

BAB 1

A. LATAR BELAKANGSelama ini pelajaran mata kuliah geologi dasar hanya sebatas teori saja yang dipelajari di

dalam kelas. Sedangkan berbagai macam ilmu yang kita pelajari tidak hanya dibutuhkan teori saja, namun juga diperlukan praktik ke lapangan untuk memperjelas ilmu yang kita pelajari tersebut. Untuk itu dilakukanlah kegiatan Field Trip Geologi Dasar di Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. Dalam field trip tersebut semua teori dasar mengenai geologi bisa dipraktikkan dan diaplikasikan langsung ke lapangan oleh tiap mahasiswa.

B. TUJUANTujuan dari kegiatan Field Trip Geologi Dasar ini adalah :

1. Mengetahui cara menentukan letak stasiun pengamatan pada peta topografi / peta rupa bumi di Kecamatan Bayat, Klaten.

2. Menentukan deskripsi geomorfologi daerah setempat di Kecamatan Bayat, Klaten.3. Menentukan deskripsi litologi di Kecamatan Bayat, Klaten.4. Menentukan deskripsi struktur geologi yang ada di Kecamatan Bayat, Klaten.5. Mengidentifikasi ketidakselarasan (unconformity) di Kecamatan Bayat, Klaten.6. Mengetahui keadaan geologi lingkungan di Kecamatan Bayat, Klaten.

C. Lokasi

Kuliah lapangan Geologi dilakasanakan di Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah dengan 2 stasiun pengamatan yang terdiri atas:

1. Stasiun Pengamatan 1 : di Gunung Temas.

2. Stasiun Pengamatan 2 : di Gunung Semangu.

Di Stasiun Pengamatan 2 terbagi lagi kedalam 3 lapangan pengamatan, yaitu :

a) Lapangan Penganmatan 1 : di sebelah Selatan Gunung Semangu sebagai lapangan pengamatan untuk mengamati batuan sedimen.

b) Lapangan Penganmatan 2 : di sebelah Barat Gunung Semangu sebagai lapangan pengamatan untuk mengamati batuan metamorf.

c) Lapangan Penganmatan 1 : di sebelah Timur Gunung Semangu sebagai lapangan pengamatan untuk mengamati beku.

METODE PERCOBAAN

Pada kuliah lapangan kali ini di gunakan metode Terestrial. Metode terestrial yang digunakan adalah Penelitian Permukaan. Cara yang digunakan dalam penelitian permuakan adalah dengan Konvensional. Jadi metode yang digunakan adalah Terestrial Penelitian Permukaan Konvensional, yaitu praktikan atau mahasiswa menelusuri daerah yang menjadi tempat pengamatan dan menelitia apa yang ditemukan.

ALAT DAN BAHAN :

Pada kuliah lapangan kali ini alat dan bahan yang diperlukan di bagi dua, yaitu

1. Perlengkapan Kelompok

Palu geologi, digunakan terutama untuk memecah batuan yang terdapat pada objek pengamatan, yang kemudian akan dijadikan sampel dalam pendeskripsian dalam batuan tersebut.

Kompas geologi, untuk menentukan posisi, derajat kemiringan (dip), dan arah jurus lapisan batuan(strike)

Lup, digunakan untuk melihat objek-objek yang secara makroskopis sukar dilihat atau dideskripsi Lup ini sangat membantu dalam mengamati mineral – mineral  yang terdapat dalam batuan yang sukar di lihat secara makroskopis.

Larutan HCl , digunakan untuk mengetahui kandungan material atau mineral karbonat pada batuan yang diamati.

Kamera, di gunakan untuk mengabadikan kenampakan-kenampakan geologi di lapangan.

Plastik bening sampel secukupnya. Fungsinya sebagai kantong sampel batuan yang terdapat di lapangan yang akan di amati.

Spidol permanen, di gunakan untuk memberi tanda pada kantong sampel terhadap sampel yang akan di amati.

2. Perlengkapan Pribadi

Buku catatan lapangan, di gunakan untuk mencatat hal-hal yang penting yang berkaitan dengan objek pengamata.

Alat-alat tulis lengkap (pensil dangan kekerasan sedang, pulpen, pensil warna, sepasang mistar segitiga, busur derajat, karet penghapus).

Clip board,

Peta topografi, di gunakan untuk menandai tempat pada acara field trip dan untuk menandai jalan – jalan yang dilewati selama acara field trip berlangsung.

Tas lapangan, di gunakan untuk membawa semua perlengkapan yang di butuhkan selama acara di lapangan.

Baju dan sepatu lapangan.

Topi lapangan (diberi label kelas, kelompok, /, no. Absen).

Bekal makanan dan minuman secukupnya.

Obat pribadi

Jas hujan ( ponco ) atau payung, di gunakan untuk melindungi badan dari air hujan.

TAHAP PENELITIAN

Sebelum lapangan:-Menyiapkan alat-alat yang di perlukan saat di lapangan (termasuk alat tulis)

Saat lapangan:

-Menentukan arah dari pengamat mengunakan kompas geologi

-Menentukan letak stasiun pengamatan menggunakan kompas geologi pada peta topografi

-Menentukan bentuk lahan dari stasiun pengamatan

-Menentukan gejala alam yang terjadi pada stasiun pengamatan

-Mengambil obyek (sample) batuan untuk dideskripsikan menggunakan palu lapangan

-Menentukan kemiringan (slope) dari suatu lereng menggunakan kompas geologi

Setelah lapangan:

-Mengumpulkan semua data-data yang diperoleh dari lapangan

-Mengumpulkan semua obyek (sample) batuan yang didapatkan dari lapangan

BAB II

TINJAUAN TEORI

            Geologi adalah suatu bidang ilmu pengetahuan kebumian yang mempelajari segala sesuatu mengenai planet bumi beserta isinya yang pernah ada. Merupakan kelompok ilmu yang membahas tentang sifat-sifat dan bahan-bahan yang membentuk bumi, struktur, proses-proses yang bekerja baik didalam maupun diatas permukaan bumi, kedudukannya di alam semesta serta sejarah perkembangannya sejak bumi ini lahir di alam semesta hingga sekarang (Noor, 2009). 

Menurut Noor (2009),  kulit Bumi dengan Mantel Luar dibatasi oleh suatu material yang berfase semi-plastis yang saat ini dikenal sebagai tempat dimana kerakbumi (lempeng lempeng bumi) bersifat mobil dan setiap lempeng saling bergerak.

A. Batuan Dan Mineral

1.  Mineral

Mineral merupakan benda bentukan alam, padat, mempunyai struktur dalam komposisis kimia (anorganik) tertentu dengan variasi komposisi kimia yang sangat terbatas.

a.      Sifat Fisik Mineral

Terdapat dua cara untuk dapat mengenal suatu mineral, yang pertama adalah dengan cara mengenal sifat fisiknya. Yang termasuk dalam sifat fisik mineral adalah (1) bentuk kristalnya, (2) berat jenis, (3) bidang belah, (4) warna, (5) kekerasan, (6) goresan, dan (7) kilap. Adapun cara yang kedua adalah melalui analisa kimiawi atau analisa difraksi sinar X, cara ini pada umumnya sangat mahal dan memakan waktu yang lama. Berikut ini adalah sifat-sifat fisik mineral yang dapat dipakai untuk mengenal mineral secara cepat, yaitu (Noor, 2009).

- Bentuk kristal (crystall form): Apabila suatu mineral mendapat kesempatan untuk berkembang tanpa mendapat hambatan, maka ia akan mempunyai bentuk kristalnya yang khas. Tetapi apabila dalam perkembangannya ia mendapat hambatan, maka bentuk kristalnya juga akan terganggu. Setiap mineral akan mempunyai sifat bentuk kristalnya yang khas, yang merupakan perwujudan kenampakan luar, yang terjadi sebagai akibat dari susunan kristalnya didalam. Bentuk bentuk kristal antara lain adalah : Triklin, Monoklin, Tetragonal, Orthorombik, Hexagonal, Kubik, Trigonal dll

-   Berat jenis (specific gravity): Setiap mineral mempunyai berat jenis tertentu. Besarnya ditentukan oleh unsur-unsur pembentuknya serta kepadatan dari ikatan unsur-unsur tersebut dalam susunan kristalnya.

- Bidang belah (fracture): Mineral mempunyai kecenderungan untuk pecah melalui suatu bidang yang mempunyai arah tertentu. Arah tersebut ditentukan oleh susunan dalam dari atom-atomnya. Dapat dikatakan bahwa bidang tersebut merupakan bidang “lemah” yang dimiliki oleh suatu mineral.

- Warna (color): Warna mineral memang bukan merupakan penciri utama untuk dapat membedakan antara mineral yang satu dengan lainnya. Namun paling tidak ada warnawarna yang khas yang dapat digunakan untuk mengenali adanya unsur tertentu didalamnya. Sebagai contoh warna gelap dipunyai mineral, mengindikasikan terdapatnya unsur besi. Disisi lain mineral dengan warna terang, diindikasikan banyak mengandung aluminium.

-    Kekarasan (hardness): Salah satu kegunaan dalam mendiagnosa sifat mineral adalah dengan mengetahui kekerasan mineral. Kekerasan adalah sifat resistensi dari suatu mineral terhadap kemudahan mengalami abrasi (abrasive) atau mudah tergores (scratching). Kekerasan suatu mineral bersifat relatif, artinya apabila dua mineral saling digoreskan satu dengan lainnya, maka mineral yang tergores adalah mineral yang relative lebih lunak dibandingkan dengan mineral lawannya. Skala kekerasan mineral mulai dari yang terlunak (skala 1) hingga yang terkeras (skala 10) diajukan oleh Mohs dan dikenal sebagai Skala Kekerasan Mohs.

- Goresan pada bidang (streak): Beberapa jenis mineral mempunyai goresan pada bidangnya, seperti pada mineral kuarsa dan pyrit, yang sangat jelas dan khas.

- Kilap (luster): Kilap adalah kenampakan atau kualitas pantulan cahaya dari permukaan suatu mineral. Kilap pada mineral ada 2 (dua) jenis, yaitu Kilap Logam dan Kilap Non- Logam. Kilap Non-logam antara lain, yaitu: kilap mutiara, kilap gelas, kilap sutera, kilap resin dan kilap tanah.

b.      Sifat kimiawi Mineral

Mineral pembentuk batuan dikelompokan menjadi empat:

- Silikat, Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur metal. Silikat merupakan bagian utama yang membentuk batuan baik itu sedimen, batuan beku maupun batuan malihan. Silikat pembentuk batuan yang umum adalah dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok ferromagnesium dan non-ferromagnesium.

- Oksida, Terbentuk sebagai akibat perseyawaan langsung antara oksigen dan unsur tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat. Mineral oksida umumnya lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat. Mereka juga lebih berat kecuali sulfida.

- Sulfida, Merupakan mineral hasil persenyawaan langsung antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang), seperti besi, perak, tembaga, timbal, seng dan merkuri. Beberapa dari mineral sulfide ini terdapat sebagai bahan yang mempunyai nilai ekonomis, atau bijih, seperti “pirit” (FeS3), “chalcocite” (Cu2S), “galena” (PbS), dan “sphalerit” (ZnS).

- Karbonat dan Sulfat. Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2−, dan disebut “karbonat”, umpamanya persenyawaan dengan Ca dinamakan “kalsium karbonat”, CaCO3 dikenal sebagai mineral “kalsit”. Mineral ini merupakan susunan utama yang membentuk batuan sedimen.                            

2.  Batuan

Batuan adalah benda alam yang menjadi penyusun utama muka bumi. Kebanyakan batuan adalah campuran mineral yang tergabung secara fisik satu dengan yang lainnya. Beberapa batuan terutama tersusun dari satu jenis mineral saja, dan sebagian kecil lagi dibentuk oleh gabungan

mineral, bahan organik serta bahan- bahan vulkanik. Menurut Noor (2009), batuan diklasifikasikan menjadi:

a.    Batuan Beku

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi (Noor, 2009).

a)  Pengklasifikasian Batuan Beku

1.      Berdasarkan Genetik Batuan

-       Plutonik (Intrusif), terbentuk dalam lingkungan jauh dibawah permukaan bumi dalam kondisi tekanan yang tinggi.

-      Hypabisal, terbentuk pada lingkungan yang tidak jauh dari permukaan bumi.

-       Volkanik (Ekstrusif), terbentuk dipermukaan bumi dalam kondisi permukaan rendah.

2.      Berdasarkan Kandungan SiO2nya:

Berdasarkan kandungan senyawa kimia (kandungan silikanya) maka batuan beku dibagi menjadi :

-    Batuan beku Asam                 : Silika >65%

-     Batuan beku menengah          : Silika 65-52%

-     Batuan baku Basa                  : Silika 52-45%

-     Batuan beku Ultrabasa           : Silika <45%

3.       Berdasarkan Kandungan Mineraloginya

Klasifikasi ini berdasarkan susunan mineral dari batuan itu biasanya dilakukan dibawah mikroskop yang didasarkan atas sifat-sifat optik dari mineral.

b) Deskripsi Batuan Beku

-      Nama Batuan

-      Warna: segar dan lapuk

-      Komposisi Mineral

-      Tekstur

c) Tingkat kristalisasi atau derajat kristalisasi :

- Holokristalin, batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun atas             kristal-kristal.

- Holohialin, batuan beku yang hampir seluruhnya terdiri atas gelas.

- Hipokristalin, batuan beku yang terdiri dari kristal dan gelas.

d) Ukuran butir :         

- Faneritik, yaitu apabila batuan terdiri dari mineral-mineral berbutir kasar

- Afanitik, yaitu apabila batuan terdiri dari mineral-mineral berbutir halus

- Porfiritik, yaitu apabila batuan terdiri dari mineral-mineral berbutir kasar (Fenokris) dan mineral-mineral berbutir halus (masa dasar).

e) Bentuk Kristal

-   Euhedral   : bentuk kristal sempurna

-   Subhedral : sebagian sisi-sisi kristal tidak sempurna

- Anhedral   : bentuk sisi kristal tidak sempurna

f) Keseragaman Bentuk dan Ukuran Mineral :

- Equigranular : batuan beku yang hamoir sama bentuk ukurannya

- Inequigranular : batuan beku yang tidak sama ukurannya

g) Bentuk Mineral

- Panidiomorf : sebagian kristalnya dibatasi oleh bidang kristal Euhedral

- Hipidiomorf : sebagian kristalnya dibatasi oleh bidang subhedral

- Alotriomorf : seluruh mineral yang menyusunnya berbentuk anhedral

h) Struktur batuan beku

- Pillow Lava, lava yang memperlihatkan struktur seperti kumpulan bantal-bantal, hal ini disebabkan karena terbentuk dilingkungan laut

- Sheeting Joint, struktur seperti lembaran

- Columnar Joint, struktur seperti kumpulan tiang-tiang

- Vesikular, terjadi akibat keluarnya gas-gas yang terlarut dalam magma karena penurunan tekanan disekitarnya, atau setelah mencapai permukaan bumi sehingga menyebabkan terbentuknya lubang-lubang.

-   Amigdaloidal, struktur vesicular yang terisi oleh mineral

-   Scoria, struktur vesicular dengan penyebaran lubang-lubang yang saling berhubungan

-   Masif, secara keseluruhan batuan tidak memperlihatkan struktur tertentu

2. Batuan Sedimen

Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun organisme, yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian mengalami pembatuan (Endarto, 2009).

a) Prinsip-prinsip pada batuan sedimen

Menurut Noor (2009), beberapa prinsip dalam batuan sedimen antara lain adalah:

1. Prinsip Horizontality

Merupakan kedudukan awal pengendapan suatu lapisan batuan adalah horisontal, kecuali pada tepi cekungan memiliki sudut kemiringan asli (initial-dip) karena dasar cekungannya yang memang menyudut.

2.  Prinsip Hukum Superposisi

Dalam kondisi normal (belum terganggu), perlapisan suatu batuan yang berada pada posisi paling bawah merupakan batuan yang pertama terbentuk dan tertua dibandingkan dengan lapisan batuan diatasnya.

3.  Prinsip Lateral Continuity

Suatu lapisan batuan akan menerus sepanjang jurus perlapisan batuannya. Dengan kata lain bahwa apabila pelamparan suatu lapisan batuan sepanjang jurus perlapisannya berbeda litologinya maka dikatakan bahwa perlapisan batuan tersebut berubah facies. Dengan demikian, konsep perubahan facies terjadi apabila dalam satu lapis batuan terdapat sifat, fisika, kimia, dan biologi yang berbeda satu dengan lainnya.

b) Pengklasifikasian batuan sedimen

Berdasarkan proses terjadinya :

1. Terrigeneous Clastics

            Terbentuk dari hasil rombakan batuan lainnya melalui proses pelapukan, erosi, transportasi, sedimentasi dan pembatuan. Pelapukan yang berperan adalah pelapukan yang bersifat fisika.

2. Biochemical-Biogenic-Organic Deposits   

Batuan sedimen ini terbentuk dari akumulasi bahan-bahan organic (flora maupun fauna) dan proses pelapukan yang terjadi bersifat kimia.

3. Chemical Precipitates-Evaporates

            Batuan sedimen jenis ini terbentuk dari akumulasi kristal-kristal dan larutan kimia yang diendapkan setelah medianya mengalami penguapan.

4. Volcaniclastics

        Batuan sedimen yang dihasilkan dari akumulasi material-material gunung api.

c) Deskripsi Batuan Sedimen

1. Nama Batuan

2. Warna, segar dan lapuk

3. Tekstur

- Besar Butir

Ditentukan dengan dengan cara membandingkan dengan skala Wentworth, kalau perlu bisa dibantu dengan menggunakan loupe. Dan tentukan pula ukuran minimum dan maksimum dari butir atau komponennya. Besar butir ini mencerminkan energi sedimentasi lingkungannya. Sebagai contoh, jika suatu batuan berbutir kasar, maka kemungkinan batuan tersebut diendapkan dengan arus yang cepat dan begitu pula sebaliknya.

Tabel 1.1

Skala Butir menurut Wentworth

Ukuran Butir (mm) Nama Butir

>256 Bouldar (bongkah)

64-256 Cobble (berangkal)

4-64 Pebble (kerakal)

2-4 Granule (kerikil)

1/16 – 1/6 Sand (pasir)

1/256 – 1/16 Silt (lanau)

<1/256 Clay (lempung)

Sumber : Soetoto dan Wartono Raharjo, 1974:9 (dari Buku Geologi Dasar)

- Bentuk Butir

Ditentukan dengan bantuan Chart yang telah tersedia pada komparator.

Menyudut (angular)

Menyudut tanggung (subangular)

Membundar tanggung (subrounded)

Membundar (rounded)

Sangat membundar (very rounded)

- Kemas

Hubungan antar butir penyusun batuan. Bila butirannya saling berhubungan maka kemasnya tertutup. Sedangkan bila butirannya tidak saling berhubungan maka kemasnya terbuka.

4. Struktur batuan sedimen

Peranan struktur sedimen sangat berguna dalam menentukan lapisan atas (top) dan  lapisan bawah (bottom) dari suatu lapisan, arah arus purba dan interpretasi lingkungan pengendapan.

a.    Struktur Sedimen Primer : terbentuk bersamaan dengan proses pengendapan

- Graded bedding, gradasi butiran yang menghalus kearah atas.

- Paralel lamination, lapisan yang memiliki ketebalan < 1 cm.

- Ripple mark (gelembur gelombang)

b.    Struktur Sedimen Sekunder : terbentuk setelah proses pengendapan.

- Struktur erosional, terbentuk karena oleh arus.

- Struktur deformasi, terbentuk oleh adanya gaya.

- Struktur biogenik, terbentuk oleh aktifitas hewan-hewan.

5.   Permeabilitas, adalah kemampuan suatu batuan meloloskan fluida.

6. Porositas, adalah perbandingan volume rongga-rongga pori terhadap volume total seluruh batuan dan dinyatakan dengan persen.

7.  Pemilahan

- Terpilah baik (well sorted), besar butirnya seragam.

- Terpilah menengah (medium sorted), besar butirnya relatif seragam.

- Terpilah buruk (poor sorted), beasr butirnya tidak seragam.

8.   Kandungan Karbonat ( CO3 )

Meneteskan HCl 0,1 N pada permukaan batuan yang masih segar, jika   batuan tersebut berbuih maka batuan tersebut bersifat karbonatan.

9.    Kandungan Fosil

10. Kandungan Mineral      

3. Batuan Metamorf

Batuan metamorf merupakan batuan hasil malihan dari batuan yang telah ada sebelumnya yang ditunjukkan dengan adanya perubahan komposisi mineral, tekstur dan struktur batuan yang terjadi pada fase padat akibat adanya perubahan temperatur, tekanan dan kondisi kimia di kerak bumi (Noor, 2009).

Berdasarkan pengaruh terbentuknya proses metamorfisme dibagi menjadi tiga:

1.      Metamorfisme kontak adalah proses metamorf akibat dari pengaruh temperatur yang tinggi.

2.      Metamorfisme Regional adalah proses metamorf akibat dari pengaruh temperatur dan tekanan yang tinggi.

3.      Metamorfisme Dinamik adalah proses metamorf akibat dari pengaruh tekanan yang tinggi.

Berdasarkan Teksturnya, batuan metamorf dibagi menjadi dua :

a.  Tekstur Foliasi, ditunjukkan dengan kenampakan berlembar atau berlapis.

b.  Tekstur Non Foliasi, ditunjukkan dengan kenampakan tidak berlembar atau berlapis.

Kekar atau Joint

            Kekar merupakan rekahan tanpa atau tidak mengalami pergeseran pada bidang rekahannya.Gejala struktur yang paling umum terdapat pada batuan adalah kekar(joint).

Lipatan atau Fold

Merupakan hasil deformasi atau perubahan bentuk dan volume dari suatu batuan yang ditunjuk sebagai suatu lengkungan atau himpunan lingkungan pada unsur garis atau bidang- bidang dalam batuan tersebut yang diakibatkan pengaruh takanan dan tidak melewati batas elastisitas batuan tersebut.

Struktur lipatan memliki 3 jenis bentuk umum, yaitu Anticline (lipatan yang memiliki bentuk yang konkav atau mencembung kearah atas  dan core (inti) terdiri dari batuan yang lebih tua), Syncline (lipatan yang  memiliki bentuk yang konvex atau mencekung ke bawah dan core (inti) terdiri dari batuan yang lebih muda) dan Monocline (lipatan yang belum terlipat secara menyeuruh sehingga memiliki sayap lipatan yang relative mendatar).

Sesar atau Fault

Sesar merupakan suatu bidang rekahan yang telah mengalami pergeseran. Jadi biasanya kekar terjadi terlebih dahulu kemudian terbentuk sesar. Sesar adalah struktur yang telah mengalami pergeseran diakibatkan tekanan yang melampaui batas elastisitas batuan. Dalam mempelajari sesar, hal yang penting adalah geometrinya dan pergerakannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL PENGAMATAN

SP 1 SP 2 LP 1 SP 2 LP 2 SP 2 LP 3

Letak stasiun

Gunung Temas, di Desa Gununggajah, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Yogyakarta,

DaerahWatuprau, di Gunungsemangu, Desa Gununggajah, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten,

DaerahWatuprau, di Gunungsemangu, Desa Gununggajah, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten,

DaerahWatuprau, di Gunung Pendul, Desa Gununggajah, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa

Jawa Tengah. Yogyakarta, Jawa Tengah.

Yogyakarta, Jawa Tengah.

Tengah.

MorfografiTopografi Bergelombang Kuat

Topografi Perbukitan

Topografi Perbukitan

Topografi Perbukitan

Morfogenesis

Bentang Lahan Kars

Bentang Lahan Struktural

Bentang Lahan Struktural

Bentang Lahan Struktural

Materi Penyusun

Batuan Gamping

1. Batuan Gamping

2. Batuan Pasir

1. Batuan Schist

2. Batuan Marmer

Batuan Beku Diorit

Struktur Geologi Kekar Kekar Kekar Kekar Gerus

Ketidakselarasan

Discomformity

- - -

Geologi Lingkungan

1. Pertambangan

2. Vegetasi pohon dan perdu

1. Vegetasi pohon dan semak

2. Jalan raya penghubung antar desa

1. Area perkebunan

2. Jalan raya penghubung antar desa

1. Persawahan

2. Pertambangan batu

3. Pemukiman warga

Stasiun Pengamatan 1

A. Lokasi Stasiun Pengamatan

Lokasi pengamatan terletak di lereng Utara – Timur Laut Gunung Temas. Gunung Temas terletak di kampung Gajahrejo, Desa Talang, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Pada stasiun pengamatan terdapat aktivitas pertambangan hingga separuh dari lereng bagian utara Gunung Pendul hilang. Hal tersebut menyebabkan keadaan yang tidak sama lagi dengan garis kontur pada peta topografi.

B. Deskripsi Geomorfologi

1. Satuan Geomorfologi

a. Morfografi : Topografi perbukitan

b. Morfogenesis : Bentang lahan denudasional

2. Materi Penyusun (Litologi) Setiap Satuan Geomorfologi : Batu gamping yang tersusun atas mineral karbonat

3. Pada daerah sekitar bukit Temas tidak terdapat sungai.

4. Kemiringan lereng (slope) tergolong curam yaitu 16⁰ - 35⁰ : 30% - 70% dengan

kemiringan sebesar 29 ⁰ arah ke Barat Laut

5. Proses Geologi

a. Tidak terjadi proses endogenik

b. Proses eksogenik yang terjadi berupa pelapukan fisik (mekanik) yang dapat disebabkan aktivitas akar tanaman atau vegetasi yang tumbuh di sekitar batuan. Selain itu, terdapat proses sedimentasi karena singkapan batuan mengalami kontak langsung dengan atmosfer.

C. Deskripsi Litologi

Singkapan berada sekitar 300 m dari jalan utama ke arah utara

1. Luas singkapan batuan

Batuan yang tersingkap memiliki ketinggian sekitar 15 m dan membentang sepanjang 20 m. Singkapan batuan ini menunjukkan materi penyusunnya berupa batu gamping.

2. Jenis batuan : Batuan sedimen gamping klastik.

3. Warna batuan : Batuan tergolong segar berwarna kuning.

4. Struktur batuan : Struktur berlapis.

5. Tekstur batuan : Ukuran butir yaitu 1/16 mm – 2 mm

Tekstur batuan sedimen gamping klastik yaitu batuan sedimen tersusun oleh hasil hancuran atau fragmen batuan lain yang sudah ada lebih dahulu.

6. Materi penyusun batuan

- Sisa organisme yang telah mati tetapi bukan fosil

- Mineral karbonat yaitu kalsit (CaCO3)

7. Tebal lapisan batuan : ±15 meter

8. Tingkat pelapukan batuan : agak lapuk karena tidak semua mengalami pelapukan masih terdapat batuan induk.

9. Tebal tanah : ±0,75 m

D. Deskripsi Struktur Geologi

Pada lokasi pengamatan tidak terjadi kekar dan sesar

1. Lipatan

a. Pada lokasi pengamatan diketahui terjadi pelipatan karena batuan di lereng yang mengalami longsor menyebabkan batuan dibawahnya terlipat.

b. Jurus dan kemiringan bidang lapisan batuan

Jurus (strike) : N 230 E

Kemiringan (dip) : 29⁰

E. Ketidakselarasan (unconformity)

Tempat lokasi pengamatan tergolong selaras.

F. Geologi Lingkungan

1. Sumberdaya geologi

a. Bentanglahan : Denudasional

b. Mineral : kalsit (CaCO3)

Batuan : gamping galian karena termasuk mineral non organik atau non logam

2. Bencana yang terjadi pada batuan adalah proses sedimentasi

G. Lain – lain

1. Penggunaan lahan

a. Pemukiman penduduk desa

b. Penambangan batu gamping

c. Vegetasi

- Jenis : rumput, semak, pohon jati, pohon johar

- Termasuk vegetasi yang tumbuh secara alami

- Kerapatan jarang sampai sedang

2. Lahan tidak bervegetasi (nonvegetated land) disebabkan karena lahan bervegetasi dijadikan tempat penambangan

a. Lahan kritis

- Mudah tererosi dan mudah longsor

- Batuan segar tampak

3. Ketebalan tanah berdasarkan pengukuran di lapangan sebesar ± 75 cm dan tergolong sedang (50 – 100) cm

Stasiun Pengamatan 2

A. Lokasi Stasiun Pengamatan

Daerah Watuprau, di Gunungsemangu, Desa Gununggajah, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Yogyakarta, Jawa Tengah dengan koordinat 746’19’’ S / 11040’21’’ E.

B. Deskripsi Geomorfologi

1. Satuan Geomorfologi

a. Morfografi : Topografi Perbukitan

b. Morfogenesis : Bentang Lahan Struktural

2. Materi Penyusun

a. Batuan Gamping : Fosil nummulites dan material karbonatan

b. Batuan Pasir : Pasir

C. Deskripsi Litologi

I. Deskripsi litologi batuan sedimen I (Batuan Gamping)

Deskripsi dibawah ini diambil berdasarkan sampel atau singkapan yang terdapat di Lokasi Pengamatan pertama pada Stasiun Pengamatan kedua (LP/1-SP/2). Batuan

a) Luas Singkapan Batuan : 7 m2 (m dalam meter)

b) Jenis Batuan : Batuan sedimen jenis ini tergolong ke dalam batuan gamping

c) Warna Batuan : Batuan sedimen jenis gamping berwarna segar

d) Struktur Batuan : Batuan sedimen jenis gamping memiliki struktur berfosil

e) Tekstur Batuan : Batuan sedimen jenis gamping memiliki tekstur nonklastik

f) Materi Penyusun Batuan : Materi penyusun batuan gamping terdiri dari fosil nummulites dan material karbonatan

g) Tingkat Pelapukan Batuan : Batuan sedimen jenis gamping memiliki tingkat pelapukan ke dalam kategori segar

II. Deskripsi litologi batuan sedimen II (Batuan Pasir)

Deskripsi dibawah ini diambil berdasarkan sampel atau singkapan yang terdapat di Lokasi Pengamatan pertama pada Stasiun Pengamatan kedua (LP/1-SP/2)

a) Luas Singkapan Batuan : m2 (m dalam meter)

b) Jenis Batuan : Batuan sedimen jenis ini tergolong ke dalam batuan pasir

c) Warna Batuan : Batuan sedimen jenis pasir berwarna lapuk

d) Struktur Batuan : Batuan sedimen jenis pasir memiliki struktur berlapis dengan strike N1050E dan dip N530E

e) Materi Penyusun Batuan : Materi penyusun batuan pasir terdiri dari batu pasir itu sendiri yang mengalami pelapukan

f) Tingkat Pelapukan Batuan: Batuan sedimen jenis pasir memiliki tingkat pelapukan ke dalam kategori lapuk

D. Struktur Geologi

a) Terdapat kekar disekitar daerah batuan sedimen dengan jenis batu gamping dengan strike dan dip N 105OE/53O

b) Tidak terdapat sesar dan lipatan

E. Ketidakselarasan

Terdapat ketidakselarasan nonconformity di seluruh stasiun pengamatan dua karena ditemukannya batuan sedimen dan batuan metamorf.

F. Geologi Lingkungan

- Penggunaan lahan digunakan untuk vegetasi pohon dan semak

- Di sekeliling kawasan batuan sedimen dijumpai jalan raya penghubung antar desa

SP 2/ LP 2

Pada stasiun pengamatan yang kedua (SP2) pada lokasi pengamatan yang kedua (LP2) berada didaerah watu prahu bagian..... yang merupakan tempat terdapatnya batuan metamorf.Topografi daerahnya adalah topografi perbukitan, karena di daerah ini ......, bentang lahan yang ada di daerah ini merupakan bentang lahan struktural karena berhubungan dengan pelapisan batuan sedimen. Materi penyusun (litologi) setiap satuan geomorfologi di daerah ini tersusun dari mineral mika yang berkilau dan kalsit.

Pada lokasi ini tidak terdapat sungai dan tidak terjadi proses geologi baik kekar, sesar maupun lipatan.Pada daerah ini ditemukan 2 macam batuan metamorf yaitu batu sekis dan batu marmer. Berikut adalah deskripsi litologinya :

Batu Sekis

-gambar plus arah mata angin-

Batuan diatas adalah batu sekis yang memiliki luas singkapan batuan 48m2 dengan panjang singkapan 8m dan lebar singkapan 6m, batu sekis termasuk kedalam batuan metamorf. Warna dari batuan nya sendiri agak lapuk karena batunya sedikit mudah hancur akibat proses pelapukan. Struktur batuannya dalah berlapis dan berkelok serta masif, yang memiliki strike N....0E dan dip N....0E. Batu sekis ini memiliki tekstur foliasi karena terdiri dari lapisan segregasi kuasrtz, feldspar, biotit dan muskovit . Materi dari penyusun batuan sekis adalah mineral mika yang berkilau, feldspar, kuartz, biotit, dan muskovit. Tebal lapisan batuannya sekitar 6m. Tingkat pelapukan batuannya termasuk agak lapuk karena sedikit mudah lunak dan mudah hancur. Tebal tanah disekitarnya sekitar 0,5m.

Batu Marmer

-gambar plus arah mata angin-

Batuan diatas adalah batu marmer yang memiliki luas singkapan batuan ...m2 dengan panjang singkapan ...m dan lebar singkapan ....m, batu marmer termasuk kedalam batuan metamorf. Warna dari batuan nya sendiri...... karena ........ Struktur batuannya dalah berlapis dan berkelok serta masif, yang memiliki strike N....0E dan dip N....0E. Batu marmer ini memiliki tekstur foliasi karena terdiri dari lapisan segregasi kuasrtz, feldspar, biotit dan muskovit . Materi dari penyusun batuan marmer adalah.............. Tebal lapisan batuannya sekitar ........m. Tingkat pelapukan batuannya termasuk.......... mudah lunak dan mudah hancur. Tebal tanah disekitarnya sekitar ...........m.

Stasiun Pengamatan II

Lp III

Batuan Beku

Hasil Pengamatan

A. Lokasi Pengamatan

Pengamatan dilakukan di daerah Gunung Semangu, Desa Gununggajah, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Yogyakarta, Jawa Tengah dengan koordinat N 221º E/41º.

B. Deskripsi Geomorfologi

Topografi daerah yang diamati adalah topografi perbukitan dengan bentang lahan struktural. Bentang lahan struktural ini menccerminkan adanya kontrol struktur geologi seperti lipatan, sesar, kekar dan intrusi batuan beku. Relief yang terjadi mempunyai lerengyang curam hingga landai bahkan datar.

C. Deskripsi Litologi

Jenis batuan yang ditemukan di daerah ini merupakan batuan beku yang bersifat intermediet. Jenis batuan beku yang ada adalah batuan diorite. Batuan diorit merupakan salah satu jenis batuan beku yang terbentuk dari magma intermediate. Batuan diorite merupakan batuan intrusi pada daerah ini. Batuan beku ini tersusun oleh mineral- mineral feldspar. Pada batuan ini terjadi proses pelapukan membola(spheroidal weathering), yaitu proses pelapukan yang membuat bentuk lapuknya seperti bola- bola. Pada singkapan batuan diorite ini, terdapat hubungan saling menyilang diantara mineral penyusun batuan tersebut. Mineral piroksen pada batuan ini sangat melimpah. Batuan beku ini memiliki tekstur massive serta memiliki tektur phaneritic. Sekeliling daerah stasiun pengamatan kemungkinan terbentuk dari batuan intrusi. Batuan beku yang terdapat pada daerah ini dulunya merupakan bagian dalam dari gunung berapi, namun gunung berapi tersebut telah tererosi hingga bagian dalam gunung berapi nampak ke permukaan. Bagian dalam batuan tersebut mengalami proses proses eksogenik, seperti erosi, serta pelapukan fisik akibat iklim sehingga membentuk pola pelapukan membola.

 

Berdasarkan hasil pengamatan penulis terhadap 90 m2daerah pengamatan, batuan beku yang diamati memiliki warna abu- abu dan segar. Hal itu menunjukkan bahwa batuan ini memiliki sifat intermediate, dimana pHnya sedang, tidak terlalu asam dan tidak terlalu basa. Batuan yang mengalami pelapukan dapat mengalami penurunan diameter batuan. Batuan- batuan memiliki bongkahan- bongkahan yang besar .

Gambar Singkapan Batuan Beku , kamera menghadap ke arah selatan

Hubungan antar mineral pada batuan ini yaitu anhedral serta memiliki ciri khusus, yaitu plagioklastnya saling silang.

Gambar Batuan Beku , kamera menghadap ke arah selatan

Kondisi vegetasi di daerah pengamatan berupa pohon- pohon jati, rerumputan, tanaman jagung dan beberapa tanaman herba dengan kerapatan vegetasi jarang. Pada daerah pengamatan ini pula terjadi peristiwa orogenesis. Kekar yang terbentuk pada daerah ini yaitu kekar gerus dengan kerapatan kekar yang rapat. Daerah pengamatan memiliki kemiringan lereng yang sangat curam.

Bemmelen,  R. W. Van. 1949. Geology of Indonesia; vol. IA General Geology. Dikutip dari http://www.scribd.com/doc/99418710/Geologi-Regional-Pulau-Jawa. pada tanggal 24 Desember 2014, pukul 09.45 WIB.

Endarto, Danang. 2009. Pengantar Geologi Dasar. Surakarta: UNS Pess

Noor, Jauhari. 2009. Pengantar Geologi. Pakuan: CV. Graha Ilmu.

Ulfa, Miftah. 2008. Dikutip dari http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/620/jbptitbpp-gdl-miftahulfa-30999-3-2008ta-2.pdf. pada tanggal 23 Desember 2014, pukul 15.45 WIB.

Widyaningsih. 2004. Dikutip dari http://repository.upnyk.ac.id/1195/1/skripsi_Widyaningsih_E_P.pdf. pada tanggal 22 Desember 2014, pukul 13.45 WIB.

Kondisi vegetasi batuan beku, kamera menghadap ke selatan