KATA PENGANTAR - bappenas.go.id · ekspor. Perekonomian Tiongkok hingga triwulan IV tahun 2015...

153
I

Transcript of KATA PENGANTAR - bappenas.go.id · ekspor. Perekonomian Tiongkok hingga triwulan IV tahun 2015...

I

KATA PENGANTAR

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia merupakan publikasi triwulanan yang

diterbitkan oleh Kedeputian Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas, yang didasarkan

pada publikasi dan data-data yang sudah dikeluarkan oleh Kementerian/Lembaga, dan

instansi internasional, maupun hasil dari Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan

bersama dengan beberapa Kementerian/Lembaga.

Publikasi triwulan IV tahun 2015 ini memberikan gambaran dan analisa mengenai

perkembangan ekonomi dunia dan Indonesia hingga triwulan IV tahun 2015. Dari sisi

perekonomian dunia, publikasi ini memuat perkembangan ekonomi Amerika Serikat dan

negara-negara kawasan Eropa, serta kondisi ekonomi regional Asia. Dari sisi perekonomian

nasional, publikasi ini membahas pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan IV tahun 2015

dari sisi moneter, fiskal, neraca perdagangan, perkembangan investasi dan kerja sama

internasional, serta industri dalam negeri. Dalam publikasi ini juga tersaji Policy Brief terkait

kebijakan pemerintah dan kondisi ekonomi terkini.

Sangat disadari bahwa publikasi ini masih jauh dari sempurna dan memerlukan banyak

perbaikan dan penyempurnaan. Oleh sebab itu, masukan dan saran yang membangun dari

pembaca tetap sangat diharapkan, agar tujuan dari penyusunan dan penerbitan publikasi ini

dapat tercapai.

Jakarta, Maret 2016

Deputi Bidang Ekonomi BAPPENAS

Ringkasan Eksekutif

Pada tahun 2015, aktivitas perekonomian global masih tetap lemah.

Pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang yang mencakup 70,0 persen

pertumbuhan dunia menurun dalam lima tahun terakhir dan moderasi

perbaikan ekonomi yang terus berlanjut di negara-negara maju. Perkembangan

tersebut dipengaruhi oleh perlambatan dan rebalancing secara bertahap

aktivitas perekonomian Tiongkok, rendahnya harga komoditas energi, dan

pengetatan bertahap kebijakan moneter Amerika Serikat (AS).

Pada triwulan IV tahun 2015, perekonomian Amerika Serikat tumbuh moderat

sebesar 0,7 persen (YoY), melambat dibandingkan triwulan IV tahun 2014 yang

tumbuh sebesar 2,1 persen (YoY). Kondisi ini disebabkan oleh penurunan

aktivitas bisnis sebagai akibat pengurangan stok yang berlimpah, penguatan

mata uang USD, dan perlambatan permintaan global yang berdampak bagi

ekspor.

Perekonomian Tiongkok hingga triwulan IV tahun 2015 masih dipengaruhi oleh

kondisi ekonomi global yang kompleks dan tekanan pembangunan ekonomi

dalam negeri. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada triwulan IV tahun 2015

sebesar 6,8 persen (YoY), paling rendah sejak tahun 2009. Dengan demikian,

pada tahun 2015 ekonomi Tiongkok hanya tumbuh sebesar 6,9 persen (YoY)

atau paling rendah sejak 25 tahun terakhir. Perkembangan ini dipengaruhi oleh

penurunan harga minyak mentah dan komoditas lainnya, serta masih mencari

kombinasi kebijakan yang tepat untuk memperkuat perekonomian.

Pada triwulan IV tahun 2015, perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,0

persen (YoY). Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi tahun 2015 adalah 4,8

persen (YoY), dibawah target pertumbuhan ekonomi dalam anggaran

pendapatan dan belanja negara perubahan (APBN-P 2015) yang besarnya 5,7

persen. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV

tahun 2015 adalah mulai efektifnya berbagai paket kebijakan ekonomi yang

dikeluarkan oleh pemerintah dan diperkuat dengan membaiknya stabilitas nilai

tukar Rupiah.

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV tahun 2015 mengalami

surplus sebesar USD5,1 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan NPI pada

triwulan III tahun 2015 yang defisit sebesar USD4,6 miliar. Surplus tersebut

didorong oleh meningkatnya surplus neraca transaksi modal dan finansial secara

signifikan. Ekspor Indonesia pada triwulan IV tahun 2015 hanya sebesar

USD35.119,6 juta, mengalami penurunan sebesar 18,8 persen jika dibandingkan

dengan triwulan IV tahun 2014. Di sisi lain, impor Indonesia pada akhir triwulan

IV tahun 2015 adalah sebesar USD34.750,5 juta atau menurun sebesar 19,9

persen (YoY). Seiring dengan surplus NPI, cadangan devisa Indonesia pada

triwulan IV tahun 2015 mencapai USD105,9 miliar atau setara dengan 7,4 bulan

impor.

Pada triwulan IV tahun 2015, tingkat inflasi Indonesia menurun dibandingkan

dengan triwulan III tahun 2015 (YoY). Inflasi tahunan (YoY) Indonesia pada bulan

Oktober-Desember 2015 masing-masing sebesar 6,25 persen, 4,89 persen, dan

3,35 persen. Sementara itu rata-rata IHSG pada triwulan IV tahun 2015 sebesar

4498,2. Dengan demikian, tingkat inflasi hingga akhir tahun 2015 adalah sebesar

3,35 persen (YoY) dengan IHK 122,9.

Realisasi investasi untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) triwulan IV

tahun 2015 sebesar Rp46,2 triliun, lebih besar dari realisasi triwulan IV tahun

2014 atau tumbuh sebesar 10,6 persen. Untuk Penanaman Modal Asing (PMA),

realisasi triwulan IV tahun 2015 sebesar USD7.938,7 juta, dan mengalami

pertumbuhan sebesar 17 persen dibandingkan triwulan IV tahun 2014.

Di sisi lain, sampai dengan akhir tahun 2015, realisasi pembiayaan utang

seluruhnya mencapai Rp374,5 triliun. Sementara itu, total utang pemerintah

pusat mencapai Rp3.098,6 triliun. Realisasi penarikan pinjaman luar negeri

mencapai Rp81,9 triliun atau 168,5 persen dari target yang ditetapkan di dalam

APBN-P 2015.

Penjualan mobil dan motor baik pada triwulan IV tahun 2015 maupun

sepanjang tahun 2015 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2014, yang

disebabkan oleh melemahnya daya beli masyarakat akibat perlambatan

ekonomi. Penjualan mobil pada triwulan IV tahun 2015 sebesar 248.610 unit,

turun sebesar 9,7 persen (YoY) dibandingkan triwulan IV tahun 2014. Penjualan

motor pada triwulan IV tahun 2015 sebesar 1,7 juta unit, menurun sebesar 8,57

persen (YoY) dibandingkan triwulan IV tahun 2014. Sepanjang tahun 2015,

penjualan mobil dan motor masing-masing sebanyak 1,0 juta unit dan 6,5 juta

unit, menurun masing-masing sebesar 16 persen (YoY) dan 18 persen (YoY)

dibandingkan tahun 2014.

Penjualan semen pada triwulan IV tahun 2015 sebesar 7.756 juta ton,

meningkat sebesar 7,1 persen dibandingkan triwulan IV tahun 2014. Sementara

itu, sepanjang tahun 2015 penjualan semen mencapai 26.012 juta ton, menurun

1,3 persen dibandingkan tahun 2014.

Kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada triwulan IV tahun 2015

meningkat dibandingkan triwulan IV tahun 2014. Jumlah kunjungan wisman

rata-rata per bulan mencapai 839.207 orang, sedangkan total kunjungan selama

tahun 2015 mencapai 9.729.350 orang.

V Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................................................................... V

DAFTAR TABEL ......................................................................................................................................... VIII

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................................................ X

POLICY BRIEF .............................................................................................................................................. 2

Isu Sektor Industri ............................................................................................................................ 2

Isu Sektor Moneter ........................................................................................................................... 5

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA ................................................................................................... 10

Perkembangan Ekonomi Amerika Serikat ................................................................................ 10

Perkembangan Ekonomi Uni Eropa ............................................................................................ 14

Perekonomian Tiongkok ................................................................................................................ 17

Perekonomian Jepang .................................................................................................................... 20

Perekonomian Singapura .............................................................................................................. 22

PERKIRAAN EKONOMI DUNIA 2015-2016 ........................................................................................ 23

PERKEMBANGAN HARGA MINYAK DUNIA ....................................................................................... 29

PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA .......................................................................................... 32

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia .............................................................................................. 32

Indeks Tendensi Konsumen .......................................................................................................... 37

Indeks Keyakinan Konsumen ........................................................................................................ 39

Neraca Pembayaran Indonesia .................................................................................................... 41

PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA ............................................................................................... 49

Pembiayaan Utang Pemerintah ................................................................................................... 49

Pagu dan Realisasi Pembiayaan Utang ...................................................................................... 49

Posisi Utang Pemerintah ................................................................................................................ 50

Surat Berharga Negara (SBN) ....................................................................................................... 51

Pinjaman ............................................................................................................................................. 54

ISU TERKINI PERDAGANGAN INTERNASIONAL ............................................................................... 56

Paket Kebijakan Ekonomi IX – Percepatan Pembangunan Infrastruktur Tenaga

Listrik, Stabilisasi Harga Daging, dan Peningkatan Sektor Logistik Desa-Kota.............. 56

Gejolak Harga Pangan Masih Mengancam Inflasi ................................................................. 57

Volume Resi Gudang dan Pasar Lelang Akan Meningkat 2016 ......................................... 58

VI Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Survei JBIC 2015: Indonesia Peringkat Kedua Sebagai Negara yang Menjanjikan

untuk Berinvestasi ........................................................................................................................... 59

Layanan Izin Investasi 3 Jam ......................................................................................................... 59

Keuntungan RI Ketika Yuan Jadi Mata Uang Global .............................................................. 60

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN ..................................................................................................... 61

Perkembangan Ekspor .................................................................................................................... 61

Perkembangan Impor ..................................................................................................................... 65

Perkembangan Neraca Perdagangan ........................................................................................ 68

Perkembangan Harga Domestik .................................................................................................. 70

Perkembangan Harga Internasional ........................................................................................... 71

Kondisi Bisnis Indonesia Triwulan IV Tahun 2015 .................................................................. 72

PERKEMBANGAN INVESTASI ................................................................................................................ 75

Perkembangan Investasi ................................................................................................................ 75

Realisasi Investasi Triwulan IV Tahun 2015 ............................................................................. 76

Realisasi Per Sektor ....................................................................................................................... 76

Realisasi Per Lokasi .......................................................................................................................... 77

Realisasi per Negara ........................................................................................................................ 79

PERKEMBANGAN KERJA SAMA EKONOMI INTERNASIONAL ...................................................... 80

Perkembangan Perjanjian Ekonomi Internasional Indonesia ............................................ 80

Perkembangan Ekspor Impor Dalam Kerangka ASEAN-Tiongkok FTA ............................ 80

Ekspor ASEAN Ke RRT ..................................................................................................................... 81

Impor ASEAN dari RRT .................................................................................................................... 82

Perkembangan Perjanjian Ekspor Berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA) .............. 83

Perkembangan Ekspor dan Impor Dalam Kerangka ASEAN FTA ....................................... 85

Ekspor Impor Indonesia-ASEAN ................................................................................................... 85

PERKEMBANGAN INDIKATOR MONETER ......................................................................................... 88

Perkembangan Moneter Global .................................................................................................. 88

Perkembangan Moneter Domestik ............................................................................................ 90

INFLASI ......................................................................................................................................................... 92

Inflasi Global ...................................................................................................................................... 92

Inflasi Domestik ................................................................................................................................ 93

VII Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Nilai Tukar Mata Uang Dunia ....................................................................................................... 95

Indeks Harga Saham ........................................................................................................................ 96

Indeks Harga Komoditas Internasional ..................................................................................... 98

Harga Bahan Pokok Nasional ......................................................................................................100

Respon Kebijakan Moneter .........................................................................................................101

SEKTOR PERBANKAN ............................................................................................................................. 102

PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI ............................................................................................... 106

Pertumbuhan Industri Pengolahan ..........................................................................................106

Data Penjualan Komoditas Industri Utama............................................................................111

Tenaga Kerja Industri ....................................................................................................................115

Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja Industri .................................................................116

Rencana Pembangunan Industri 2015-2019 .........................................................................117

PERKEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA ......................................................................................... 118

STATISTIK PERJALANAN WISATAWAN DUNIA.......................................................................118

STATISTIK PERJALANAN WISATAWAN REGIONAL ....................................................................... 121

STATISTIK PERJALANAN WISATAWAN INDONESIA..............................................................122

Jumlah Wisatawan Mancanegara .............................................................................................122

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PARIWISATA INDONESIA ............................................................. 125

10 Destinasi Pariwisata Prioritas ...............................................................................................125

PERKEMBANGAN IPTEK INDONESIA ................................................................................................ 127

Status Kemajuan Pembangunan Kebun Raya Indonesia Hingga Tahun 2015 ............129

Indeks Kutipan Karya Ilmiah .......................................................................................................132

LAMPIRAN.........................................................................................................................................134

Lampiran 1: Inflasi Domestik (lanjutan) ..................................................................................135

Lampiran 1: Inflasi Domestik (lanjutan) ..................................................................................136

Lampiran 2: Nilai Tukar Mata Uang ..........................................................................................137

Lampiran 3: Indeks Saham Global .............................................................................................138

Lampiran 4: Indeks Harga Komoditas Internasional ...........................................................139

Lampiran 5: Harga Bahan Pokok Nasional .............................................................................140

VIII Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat (YoY) ...................................................................................... 12

Tabel 2. Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Eropa dan Uni Eropa .......................................................................... 14

Tabel 3. Purchasing Manager IndexTM Tiongkok Tahun 2015 (YoY) ..................................................................... 19

Tabel 4. Pertumbuhan Ekonomi Singapura Tahun 2015 ..................................................................................... 22

Tabel 5. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Menurut IMF ......................................................................................... 23

Tabel 6. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia (YoY) .......................................................................................... 26

Tabel 7. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barel) .................................................................................. 30

Tabel 8.Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan IV Tahun 2015 Menurut Lapangan Usaha (YoY) ...................................................................................................................................... 33

Tabel 9. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan IV Tahun 2015 (Persen) Menurut Jenis Pengeluaran (YoY) ..................................................................................................................................... 36

Tabel 10. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan IV Tahun 2015 Menurut Sektor dan Variabel Pembentuknya .................................................................................................................................... 38

Tabel 11. Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Mei 2015 – Januari 2016 ........................................................ 39

Tabel 12. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2012 – Triwulan IV Tahun 2015 (Miliar USD) ............ 45

Tabel 13. Perkembangan Pembiayaan Utang Pemerintah 2011-2015 (triliun rupiah) .......................................... 49

Tabel 14. Pagu Dan Realisasi Pembiayaan Utang 2013-2015 (Triliun Rupiah) ..................................................... 49

Tabel 15. Posisi Utang Pemerintah 2011-2015 .................................................................................................... 50

Tabel 16. Persentase Pinjaman dan SBN Terhadap Total Utang Pemerintah 2011- 2015 ..................................... 51

Tabel 17. Posisi Outstanding Surat Berharga Negara 2011 - 2015 (triliun Rupiah) ............................................... 52

Tabel 18. Realisasi Penerbitan Surat Berharga Negara s.d. Tahun 2015 (Neto) (Juta Rupiah) .............................. 53

Tabel 19. Posisi Kepemilikan SBN DOMESTIK 2011 - 2015 (triliun Rupiah) ......................................................... 54

Tabel 20. Realisasi Pembiayaan Utang Melalui Pinjaman 2011 - 2015 (trilun Rupiah) ......................................... 54

Tabel 21. Perkembangan Ekspor Triwulan IV Tahun 2015 ................................................................................... 62

Tabel 22. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Nilai Ekspor Nonmigas Terbesar Triwulan IV Tahun 2015 63

Tabel 23. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Volume Ekspor Nonmigas Terbesar Triwulan IV 2015 ..... 64

Tabel 24. Perkembangan Ekspor Nonmigas ke Negara Tujuan Utama Triwulan IV Tahun 2015 ........................... 64

Tabel 25. Perkembangan Impor Triwulan IV Tahun 2015 ................................................................................... 66

Tabel 26. Perkembangan Impor Nonmigas Menurut Golongan Barang Terpilih Triwulan IV Tahun 2015 ............. 67

Tabel 27. Negara Utama Asal Impor Nonmigas Triwulan IV Tahun 2015 ............................................................. 67

Tabel 28. Neraca Perdagangan Indonesia Triwulan IV Tahun 2015 ..................................................................... 68

Tabel 29.Neraca Perdagangan Indonesia-Tiongkok ............................................................................................ 68

Tabel 30.Neraca Perdagangan Indonesia-Jepang ................................................................................................ 69

Tabel 31. Neraca Perdagangan Indonesia-Amerika ............................................................................................ 69

Tabel 32. Neraca Perdagangan Indonesia-India .................................................................................................. 69

Tabel 33. Neraca Perdagangan Indonesia-Thailand ............................................................................................ 70

Tabel 34. Harga dan Inflasi Komoditas Tertentu Tahun 2015 .............................................................................. 70

IX Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Tabel 35. Perkembangan Harga untuk Komoditas Terpilih ................................................................................. 71

Tabel 36. Indeks Tendensi Bisnis Menurut Sektor Triwulan IV Tahun 2015 ......................................................... 73

Tabel 37. Pertumbuhan dan Share PMTB Triwulan IV Tahun 2015 (persen) ........................................................ 75

Tabel 38. Realisasi PMA dan PMDN Tahun 2010- Triwulan IV Tahun 2015 .......................................................... 76

Tabel 39.Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN dan PMA Triwulan IV Tahun 2015 Berdasar Sektor 76

Tabel 40. Lima Besar Sektor Realisasi Investasi Triwulan IV Tahun 2015 ............................................................. 77

Tabel 41. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN Triwulan IV 2015 Berdasarkan Lokasi (Rp Triliun) .. 78

Tabel 42. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMA Triwulan IV 2015 Berdasarkan Lokasi (USD Juta) ..... 78

Tabel 43. Lima Besar Lokasi Realisasi Investasi Triwulan IV Tahun 2015 ............................................................. 79

Tabel 44. Lima Besar Negara Asal Realisasi Investasi PMA Triwulan IV Tahun 2015 ............................................ 79

Tabel 45. Status Perjanjian Ekonomi Internasional ............................................................................................. 80

Tabel 46. Ekspor ASEAN ke RRT ......................................................................................................................... 81

Tabel 47. Impor ASEAN dari RRT ........................................................................................................................ 82

Tabel 48. Presentase Penggunaan SKA terhadap Total Ekspor Indonesia ............................................................ 83

Tabel 49. Ekspor Indonesia-ASEAN Triwulan IV Tahun 2015 ............................................................................... 85

Tabel 50. Impor Indonesia-ASEAN ...................................................................................................................... 86

Tabel 51. Posisi Cadangan Devisa Dunia (miliar USD) ......................................................................................... 88

Tabel 52. Penurunan Suku Bunga Bank Sentral Berbagai Negara Triwulan IV Tahun 2015 (persentase) .............. 89

Tabel 53. Tingkat Inflasi Global Tahun 2015 (YoY) .............................................................................................. 92

Tabel 54. Tingkat Inflasi Domestik Tahun 2015 .................................................................................................. 93

Tabel 55. Tingkat Inflasi Domestik berdasarkan Komponen ............................................................................... 94

Tabel 56. Inflasi berdasarkan Sumbangan (Share) Tahun 2015 ........................................................................... 94

Tabel 57. Share Inflasi Kelompok Pengeluaran terhadap Pembentukan Inflasi Tahunan ..................................... 94

Tabel 58. Tren Global Perjalanan Luar Negeri ................................................................................................... 119

Tabel 59. Negara Penyumbang Perjalanan Ke Luar Negeri ................................................................................ 120

Tabel 60. Global Competitiveness Index 2012-2015 ......................................................................................... 127

Tabel 61. Jumlah Hasil Litbang Bidang Biologi Spesies dan Catatan Baru .......................................................... 130

Tabel 62. Status Kebun Raya Daerah dalam Rencana Tata Ruang ..................................................................... 131

Tabel 63. Index Kutipan Karya Ilmiah di Beberapa Negara................................................................................ 132

Tabel 64. Nilai Tukar Mata Uang per USD ......................................................................................................... 137

Tabel 65. Indeks Saham Global ........................................................................................................................ 138

Tabel 66. Indeks Harga Komoditas Internasional .............................................................................................. 139

Tabel 67. Harga Bahan Pokok Nasional ............................................................................................................ 140

X Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.Perkembangan Harga Beras Setiap Bulan Januari (Rp/Kg) .......................................................... 5

Gambar 2. Perbandingan Harga Rata-Rata Beras Beberapa Negara ............................................................ 6

Gambar 3. Permasalahan Beras di Indonesia .............................................................................................. 6

Gambar 4. Rekomendasi Kebijakan Pengendalian Harga Beras .................................................................. 8

Gambar 5. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) .................................................................................... 8

Gambar 6. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barrel) ...................................................................30

Gambar 7. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2011- Triwulan IV Tahun 2015 (Persen) ....32

Gambar 8. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan IV Tahun 2015 .39

Gambar 9. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Januari 2015 – Januari 2016 ...............41

Gambar 10. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan IV Tahun 2015 (Miliar USD) .........................................................................................................................................................42

Gambar 11. Neraca Perdagangan Non-migas dan Migas Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan III Tahun 2015 (Miliar USD) .......................................................................................................................... 43

Gambar 12. Neraca Transaksi Finansial Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan IV Tahun 2015 (Miliar USD) ..............................................................................................................................................43

Gambar 13. Nilai dan Volume Ekspor Hingga Des 2015 .............................................................................61

Gambar 14. Nilai dan Volume Impor Hingga September 2015 ...................................................................65

Gambar 15. Indeks Tendensi Bisnis Indonesia Triwulan I Tahun 2010 - Triwulan IV Tahun 2015 ................72

Gambar 16. Persentase Penggunaan SKA Preferensi terhadap Total SKA Preferensi .................................84

Gambar 17. Persentase Penggunaan SKA Nonpreferensi terhadap Total SKA Nonpreferensi .....................84

Gambar 18. Pertumbuhan Uang Beredar 2015 (YoY) .................................................................................91

Gambar 19. Real Effective Exchange Rate ASEAN-5 (2010=100)................................................................96

Gambar 20. Indeks Saham BRIC & Indonesia .............................................................................................97

Gambar 21. Indeks Saham ASEAN-3 & Indonesia ......................................................................................97

Gambar 22. Indeks Saham Negara Maju & Indonesia ................................................................................98

Gambar 23. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Pangan Global .........................................................99

Gambar 24. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Mineral Global ........................................................99

Gambar 25. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Kebutuhan Pokok.................................................. 100

Gambar 26. Perkembangan Kinerja Bank Umum di Indonesia ................................................................. 102

Gambar 27. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit di Indonesia ................................................... 103

Gambar 28. Perkembangan Kredit Berdasarkan Tujuan Pemakaiannya .................................................. 104

Gambar 29. Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas (YoY, %) ....................................................... 106

Gambar 30. Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Non Migas Triwulan III Tahun 2015 (YoY, %) . 107

Gambar 31. Komposisi Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Non-Migas ......................................... 108

Gambar 32. Tingkat Upah Minimum Provinsi (UMP) Tahun 2014-2016 ................................................... 109

Gambar 33. Ekspor Produk Industri ......................................................................................................... 110

XI Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Gambar 34. Penjualan Mobil Tahun 2015 ................................................................................................ 111

Gambar 35. Penjualan Motor Di Indonesia Tahun 2015 ........................................................................... 113

Gambar 36. Penjualan Semen Di Indonesia Tahun 2015 (Juta Ton) ......................................................... 114

Gambar 37. Tenaga kerja Sektor Industri (Juta Jiwa) ............................................................................... 115

Gambar 38. Kredit Modal Kerja Dan Investasi Triwulan IV Tahun 2015 ................................................... 116

Gambar 39. Peta Persebaran Kawasan Industri 2015-2019 ...................................................................... 118

Gambar 40. Outlook Pertumbuhan Perjalanan Ke Luar Negeri (persen) .................................................. 120

Gambar 41. Jumlah Wisatawan Inbound Tahun 2015 .............................................................................. 121

Gambar 42. Jumlah Wisatawan Mancanegara Inbound 2015 (juta kunjungan) ........................................ 121

Gambar 43. Jumlah Wisatawan Mancanegara Triwulan IV Tahun 2015 ................................................... 122

Gambar 44. Negara Penyumbang Wisman Tahun 2015 ........................................................................... 123

Gambar 45. Jumlah Wisatawan Mancanegara Menurut Kebangsaan Hingga Triwulan IV Tahun 2015 ..... 124

Gambar 46. Jumlah Wisatawan Mancanegara Menurut Lima Besar Pintu Masuk Utama Triwulan IV Tahun 2015 ............................................................................................................................................ 125

Gambar 47. Persebaran Kebun Raya Indonesia ....................................................................................... 129

Gambar 48. Inflasi YoY 82 Kabupaten/ Kota Oktober-Desember 2015 ..................................................... 135

Gambar 49. Inflasi MtM 82 Kabupaten/ Kota Oktober - Desember 2015 ................................................. 136

1 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

2 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

POLICY BRIEF

Isu Sektor Industri

Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Tahun 2016

Yogi Harsudiono, SE, MPA

Penyediaan lapangan pekerjaan yang layak merupakan hal mutlak dari proses

pembangunan nasional—terlebih lagi dengan jumlah populasi Indonesia yang

mencapai lebih dari 250 juta jiwa. Sektor industri nasional memegang peranan

penting dalam menyediakan lapangan pekerjaan formal yang layak bagi tenaga

kerja Indonesia. Salah satu resiko yang dihadapi Indonesia pada tahun 2016 adalah

melemahnya penyerapan tenaga kerja industri akibat perlambatan pertumbuhan

ekonomi—baik perekonomian global ataupun domestik.

Pertumbuhan PDB industri pada tahun 2015 mencapai 5,04 persen, walaupun

pertumbuhan tersebut masih lebih tinggi dari pertumbuhan PDB nasional sebesar

4,79 persen, akan tetapi trend pertumbuhan PDB industri sebenarnya menurun

sejak tahun 2011, yang ketika itu mencapai 7,46 persen.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), per Agustus 2015, jumlah tenaga

kerja yang bekerja di sektor industri mencapai 15,25 juta orang—sekitar 13,25

persen dari keseluruhan jumlah pekerja yang mencapai 114,82 juta orang. Dari

jumlah tersebut, per tahun 2013, hanya 5 juta tenaga kerja sektor industri yang

bekerja di industri skala besar dan menengah, untuk sisanya bekerja di industri

skala mikro dan kecil.

Dari lima juta tenaga kerja sektor industri skala besar dan menengah, terdapat

hanya empat subsektor industri yang secara kumulatif menyerap 2,6 juta tenaga

kerja industri—atau mencapai 52 persen dari total tenaga kerja industri skala besar

dan menengah. Ke-empat subsektor tersebut adalah subsektor tekstil, makanan

minuman, tembakau dan kulit alas kaki. Perkembangan nilai output subsektor

tersebut secara signifikan memberi dampak kepada jumlah tenaga kerja di sektor

industri yang terserap.

Subsektor tekstil merupakan subsektor industri yang paling banyak mempekerjakan

tenaga kerja industri, dengan pabrik-pabrik yang banyak didirikan di Jawa Barat dan

Jawa Tengah. Akan tetapi, percepatan pertumbuhan output subsektor tekstil

mengalami hambatan yang cukup berarti—khususnya di tengah perlambatan

perekonomian yang terjadi. Di tahun 2015, pertumbuhan nilai output subsektor

tekstil terkontraksi sebesar 4,79 persen.

Subsektor tekstil merupakan salah satu subsektor industri yang berorientasi pada

pasar global, beberapa produk utama subsektor tekstil, seperti “Pakaian Jadi” dan

3 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

“Pakaian Jadi Rajutan” merupakan produk yang termasuk dalam value chain

industri pakaian global. Untuk kedua jenis produk tersebut, 50 persen dari nilai

output yang dihasilkan merupakan komoditi ekspor. Akan tetapi, ketika

perlambatan ekonomi dunia mulai terjadi di tahun 2013, persentase produk yang

diekspor turun signifikan menjadi kurang dari 30 persen—dampak langsung dari

penurunan daya beli mitra dagang Indonesia.

Statistik Industri Besar dan Menengah BPS tahun 2013 mencatat bahwa subsektor

tekstil pada tahun 2013 mempekerjakan 1 juta orang, atau mencakup sekitar 21

persen dari tenaga kerja sektor industri skala besar dan menengah. Pertumbuhan

output subsektor tekstil yang negatif pada tahun 2015 dan proyeksi pertumbuhan

ekonomi nasional yang belum menguat di tahun 2016 membuat penyerapan

tenaga kerja subsektor tekstil pada tahun 2016 diperkirakan akan berkurang.

Subsektor makanan minuman mempekerjakan kurang lebih 950 ribu tenaga kerja

(19 persen dari total penyerapan tenaga kerja di sektor industri skala besar dan

menengah). Data yang dimiliki tidak mencakup penyerapan tenaga kerja subsektor

industri makanan pada industri skala mikro dan kecil, akan tetapi berdasarkan hasil

studi literatur dan estimasi sementara, jumlah tenaga kerja subsektor industri

makanan di industri skala mikro dan kecil jumlahnya jauh melebihi yang bekerja di

skala besar dan menengah. Subsektor industri makanan pada tahun 2015

mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang positif sebesar 7,54 persen—lebih tinggi

dari pertumbuhan sektor industri dan nasional. Bahkan, berdasarkan dekomposisi

pertumbuhan sektor industri tahun 2015, dari keseluruhan 5,04 persen

pertumbuhan sektor industri, 45 persen merupakan kontribusi dari subsektor

industri makanan. Hasil estimasi sementara menunjukkan bahwa, setiap

penambahan satu persen pertumbuhan PDB nasional menghasilkan penambahan

tenaga kerja sektor makanan minuman skala besar dan menengah sebanyak 8.100

tenaga kerja.

Subsektor tembakau mempekerjakan kurang lebih 360 ribu tenaga kerja (sekitar

tujuh persen dari tenaga kerja industri skala besar dan menengah). Subsektor

tembakau sendiri mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,43 persen di tahun 2015.

Industri pengolahan tembakau sendiri merupakan industri dengan konsumen

mayoritas adalah pasar domestik, sehingga mekanisme transmisi perlambatan

perekonomian global kepada industri tembakau tidak melalui perubahan daya beli

mitra dagang akan tetapi bersifat tidak langsung melalui penurunan daya beli

konsumen masyarakat Indonesia. Dengan struktur permintaan industri tembakau

yang cenderung tidak elastis maka pertumbuhan nilai output industri tembakau

dan juga beserta jumlah tenaga kerja yang terserap di tahun 2016 diperkirakan

tidak akan berubah signifikan.

4 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Subsektor industri kulit alas kaki menyerap tenaga kerja sebanyak kurang lebih 260

ribu tenaga kerja (sekitar lima persen dari tenaga kerja industri skala besar dan

menengah). Pada tahun 2015, subsektor kulit dan alas kaki tumbuh sebesar 3,98

persen. Sebanyak kurang dari 10,0 persen output yang dihasilkan dari subsektor

kulit alas kaki diekspor ke pasar luar negeri dan mayoritas dijual ke pasar domestik.

Serupa dengan industri berbasis pasar domestik lainnya, pertumbuhan subsektor

kulit alas kaki secara mayoritas akan ditentukan oleh perubahan daya beli

masyarakat Indonesia. Hasil estimasi sementara menunjukkan bahwa secara rata-

rata, setiap kenaikan 1 persen pertumbuhan PDB nasional akan meningkatkan

penyerapan tenaga kerja subsektor kulit alas kaki skala besar dan menengah

sebanyak 4.500 tenaga kerja.

Rekomendasi Kebijakan

Berdasarkan pemetaan kondisi penyerapan tenaga kerja dan proyeksi

pertumbuhan output dari ke-empat subsektor tersebut, maka terdapat tiga pilihan

kebijakan yang dapat diambil pemerintah Indonesia dalam meningkatkan

penyerapan tenaga kerja industri pada tahun 2016:

1. Subsektor industri makanan dan minuman memiliki jumlah tenaga kerja

industri yang besar dan memberikan kontribusi yang cukup berarti

terhadap pertumbuhan ekonomi nasional sehingga leverage terbesar

dalam penyerapan tenaga kerja industri nasional adalah melalui

pertumbuhan subsektor tersebut. Pemerintah dapat memberikan insentif

yang berarti untuk subsektor makanan dan minuman—baik berupa insentif

pajak ataupun perencanaan program pembangunan infrastruktur yang

mendukung subsektor tersebut.

2. Memberikan insentif fiskal kepada subsektor industri tekstil untuk

mengantisipasi turunnya permintaan ekspor produk tekstil melalui

pemotongan pajak perusahaan dan penundaan pembayaran pajak. Selain

itu, juga melakukan percepatan realisasi investasi yang akan dilakukan oleh

perusahaan-perusahaan besar industri tekstil nasional—baik dalam hal

bantuan kemudahaan perizinan relokasi pabrik tekstil ataupun

pembangunan pabrik baru.

3. Memfokuskan pelaksanaan kebijakan yang bertujuan untuk menjaga daya

beli konsumen lokal untuk mendorong pertumbuhan subsektor yang

berorientasi pada pemenuhan kebutuhan domestik seperti subsektor

industri kulit alas kaki dan subsektor industri pengolahan tembakau.

5 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Isu Sektor Moneter

Harga Beras Kembali Naik: Apakah Kesejahteraan Petani Membaik? Tari Lestari, S.Si.,SE.,MS

Direktorat Keuangan Negara dan Analisa Moneter

Kenaikan harga beras pada awal tahun bukan merupakan hal baru. Setiap

tahun biasanya fenomena ini selalu terjadi secara berulang, diduga karena

pasokan beras yang tidak memadai sementara permintaan tinggi. Akan tetapi,

kenaikan harga beras tersebut tidak lantas membuat petani kita lebih

sejahtera. Studi empiris menggunakan pendekatan ekonometrik dengan data

bulanan periode 2011-2015, menunjukan bahwa petani tidak memiliki

kekuatan untuk menentukan harga. Hal ini diperkuat dengan data yang

menunjukan bahwa Nilai Tukar Petani (NTP) justru menurun ketika harga beras

naik. Kebijakan pengendalian harga beras yang komprehensif dan terintegrasi

dari hulu ke hilir diperlukan untuk mengatasi permasalahan beras.

Keberpihakan kepada petani dengan peninjauan secara periodik Harga

Penetapan Pemerintah (HPP) mutlak dilakukan.

Awal 2016 Harga Beras Kembali Naik - Pada awal tahun 2016, Indonesia kembali diwarnai dengan masalah kenaikan

harga beras. Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa inflasi pada bulan Januari

2016 dipicu salah satunya oleh kenaikan harga beras sebesar 0,51 persen.

- Hingga bulan januari 2016, harga beras kualitas medium di tingkat eceran secara

rata-rata mencapai Rp10.804,- dengan lonjakan harga sebesar 12,02 persen

dibandingkan bulan Januari tahun sebelumnya (Gambar 1).

Gambar 1.Perkembangan Harga Beras Setiap Bulan Januari (Rp/Kg)

Sumber: Kementerian Perdagangan, diolah

Indonesia: Beras Termahal

- Jika dibandingkan dengan rata-rata harga beras dunia dan beberapa negara di

Asia selama beberapa tahun terakhir, harga beras di Indonesia selalu lebih

mahal (Gambar 2).

6 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

- Hal ini berbanding terbalik dengan fakta bahwa Indonesia tercatat sebagai

negara ke-tiga penghasil beras terbesar setelah China dan India (FAO, 2015)

yang seharusnya menjamin ketersediaan pasokan beras.

Gambar 2. Perbandingan Harga Rata-Rata Beras Beberapa Negara

Sumber: FAO, data diolah

Permasalahan Beras - Dengan memanfaatkan hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh

Direktorat Keuangan Negara dan Analisis Moneter pada tahun 2015, dapat

dipetakan beberapa permasalahan terkait kenaikan harga beras yang selama ini

dihadapi.

Gambar 3. Permasalahan Beras di Indonesia

Hasil Analisis Empiris 1: Petani tidak menentukan harga

- Pembentukan harga beras di pasar berangkat dari asumsi bahwa harga beras dipengaruhi oleh harga gabah (baik kering giling atau kering panen) yang ditawarkan oleh petani dan penggiling. Sebagai kontrol, model ini memasukan nilai tukar rupiah sebagai variabel independen.

Sumber : TPID, diolah

7 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

P_ECERAN=∝+β1P_GKGGILING+β2P_GKGPETANI+β3P_GKPGILING+β4P_GKPPETA

NI+ β5KURS+ε1 (1)

P_ECERAN=1178.58-1.55*P_GKGGILING+2.67*P_GKGPETANI-

5.09*P_GKPGILING+4.78*P_GKPPETANI+0.34*KURS

t-stat (3.19) (-1.16) (2.15) (-0.69) (0.64)

(9.18)

p-value (0.0024) (0.2504) (0.0361) (0.4939) (0.5231)

(0.000)

R2 = 0.9525 Adj-R2 = 0.948 DW-Stat = 1.15

- Hasil simulasi model ini menunjukan bahwa pada level signifikansi 5 persen, harga beras di tingkat eceran dipengaruhi oleh harga gabah kering giling di tingkat penggilingan dan nilai tukar. Sementara, harga gabah (baik kering giling ataupun kering panen) di tingkat petani tidak signifikan mempengaruhi harga beras eceran. Hal ini mengindikasikan bahwa petani tidak memiliki kekuatan untuk menentukan harga beras di pasar. Ketika harga beras naik, petani tidak merasakan keuntungan dari kenaikan tersebut.

Hasil Analisis Empiris 2 : Harga beras sensitif terhadap perubahan nilai tukar

𝒍𝒐𝒈(𝑷𝑬𝑪𝑬𝑹𝑨𝑵) =∝ +𝜷𝟏𝒍𝒐𝒈(𝑷𝑮𝑲𝑮𝑮𝑰𝑳𝑰𝑵𝑮) + 𝜷𝟔𝒍𝒐𝒈(𝑲𝑼𝑹𝑺) + 𝜺𝟏 ………. (2) log(P_ECERAN) = 1.37 + 0.45 * log(P_GKGGILING)+0.41*log(Kurs)

t-stat (4.63) (6.87) (9.97)

p-value (0.00) (0.00) (0.00)

R2 = 0.949 Adj-R2 = 0.947 DW-Stat = 0.958

- Model (2) memperlihatkan bagaimana harga beras di Indonesia sangat

ditentukan oleh volatilitas nilai tukar rupiah.

- Tingkat representatif model diperlihatkan oleh Koefisien Determinasi sebesar

0,9473 (0,95). Hal ini menunjukan bahwa harga gabah kering giling di tingkat

penggilingan dan nilai tukar dapat menjelaskan pembentukan harga beras eceran

sebesar 95,0 persen. Analisis ini sudah mengeliminasi permasalah data time

series, seperti: autokorelasi, stasioneritas, dan multikolinearitas.

Interpretasi

- Setiap kenaikan 1 persen harga gabah kering giling di tingkat penggiling

akan menaikkan harga beras eceran sebesar 0,45 persen.

- Setiap nilai tukar rupiah terdepresiasi 1 persen maka harga beras akan naik

sebesar 0,41 persen.

Hasil Analisis Empiris 3 : HPP belum dapat memberikan insentif yang layak bagi

petani

- Analisis regresi logaritmik univariat antara variabel HPP gabah di tingkat petani

dengan inflasi menunjukan bahwa pada level signifikansi 10 persen setiap

8 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

kenaikan satu persen inflasi akan menaikkan HPP gabah di tingkat petani sebesar

0,12 persen.

log(P_HPPGABAHPETANI) = 7.859 + 0.12 * log(INFLASI_YoY)

t-stat (83.06) (2.23)

p-value (0.00) (0.0295)

R2 = 0.079 Adj-R2 = 0.063 DW-Stat = 0.099

- Nilai elastisitas ini cukup kecil. Hal ini menunjukan bahwa selama ini, kebijakan

penetapan HPP untuk gabah di tingkat petani belum efektif. Kenaikan inflasi

hampir tidak diimbangi dengan kebijakan untuk menaikan HPP ke tingkat yang

pantas yang dapat menjamin kesejahteraan petani.

- Berdasarkan data yang dirilis BPS, di saat harga beras naik, NTP bulan Januari tahun 2016 secara nasional justu turun sebesar 0,27 persen dibanding bulan sebelumnya. Hal ini karena kenaikan Indeks Harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,63 persen, lebih tinggi dari Indeks Harga yang diterima petani (It) sebesar 0,35 persen. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan NTP secara signifikan selama empat tahun terakhir (Gambar 5).

Gambar

Gambar 5. Rekomendasi Kebijakan Pengendalian Harga Beras Gambar 4. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP)

9 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA

Perekonomian Amerika Serikat tumbuh moderat sebesar 0,7 persen (YoY) pada triwulan IV

tahun 2015, melambat dibandingkan triwulan IV tahun 2014 yang tumbuh sebesar 2,1 persen

(YoY).

Perekonomian 28 negara Uni Eropa (EU28) tumbuh sebesar 1,5 persen (YoY) pada triwulan IV

tahun 2015, menguat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh

sebesar 1,9 persen (YoY).

Sepanjang bulan Oktober hingga Desember 2015, ekonomi Tiongkok sebesar 6,8 persen (YoY),

melemah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,2 persen

(YoY).

Pada bulan Januari 2016, IMF dan Bank Dunia memproyeksi perekonomian dunia tahun 2015

tumbuh sebesar 3,4 persen dan 2,9 persen pada tahun 2016

10 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA Pada tahun 2015, aktivitas perekonomian global

masih tetap lemah. Pertumbuhan ekonomi negara-

negara berkembang yang mencakup 70,0 persen

pertumbuhan dunia menurun dalam lima tahun

terakhir dan moderasi perbaikan ekonomi yang

terus berlanjut di negara-negara maju. Tiga faktor

yang mempengaruhi penurunan ekonomi global

adalah: (1) Perlambatan dan rebalancing secara

bertahap aktivitas perekonomian Tiongkok,

khususnya investasi dan manufaktur terhadap

konsumsi dan jasa; (2) rendahnya harga komoditas

energi dan lainnya; (3) pengetatan bertahap

kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) yang

menandai perbaikan perekonomian, meskipun

langkah bank sentral di beberapa negara maju

melanjutkan pelonggaran kebijakan moneter.

Harga komoditas khususnya minyak mentah

mengalami penurunan sejak bulan September 2015.

Perkiraan peningkatan produksi negara-negara

anggota OPEC menyebabkan kenaikan supply

minyak mentah terus terjadi, bahkan melampaui

jumlah permintaan. Penurunan harga minyak

berdampak negatif bagi investasi ekstraksi minyak

dan gas, serta mengurangi permintaan agregat

global. Harga komoditas lain seperti baja juga

mengalami penurunan.

Perkembangan Ekonomi Amerika Serikat

Perekonomian Amerika Serikat tumbuh moderat

sebesar 0,7 persen (YoY) pada triwulan IV tahun

2015, melambat dibandingkan triwulan IV tahun

2014 yang tumbuh sebesar 2,1 persen (YoY).

Perlambatan ini disebabkan oleh penurunan

aktivitas bisnis sebagai akibat pengurangan stok

yang berlimpah, penguatan mata uang USD, dan

perlambatan permintaan global yang berdampak

bagi ekspor. Meskipun didukung dari kontribusi

positif pada meningkatnya pengeluaran konsumsi

Perekonomian dunia pada tahun 2015 masih tetap lemah akibat penurunan pertumbuhan negara-negara berkembang dan moderasi pertumbuhan ekonomi negara-negara maju

Harga komoditas mengalami penurunan sejak bulan September 2015 akibat kenaikan produksi minyak mentah

Perekonomian Amerika Serikat tumbuh moderat sebesar 0,7 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2015

11 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

pribadi, belanja pemerintah pusat, dan investasi

tetap residensial.

Departemen Perdagangan Amerika Serikat merilis

perlambatan konsumsi yang tumbuh 2,2 persen

(YoY) pada triwulan IV tahun 2015, setelah tumbuh

4,3 persen (YoY) pada periode yang sama tahun

sebelumnya. Konsumsi barang hanya mengalami

kenaikan sebesar 2,4 persen (YoY), dan konsumsi

jasa hanya naik sebesar 2,0 persen (YoY) pada

triwulan IV tahun 2015. Ketidakpastian cuaca

khususnya musim dingin turut menyebabkan tingkat

penjualan yang melambat. Perlambatan ini

memberikan kontribusi yang cukup besar besar

perlambatan pertumbuhan ekonomi karena

pengeluaran konsumsi menyumbang 70,0 persen

dari seluruh perekonomian Amerika Serikat.

Belanja Pemerintah Amerika Serikat secara

keseluruhan tumbuh sebesar 0,7 persen (YoY) pada

triwulan IV tahun 2015, meningkat dibandingkan

triwulan IV tahun 2014 yang terkontraksi menjadi

sebesar -1,4 persen (YoY). Pengeluaran pemerintah

pusat tumbuh sebesar 2,7 persen (YoY),

dibandingkan pada periode yang sama tahun

sebelumnya yang terkontraksi sebesar -5,7 persen.

Sama halnya dengan belanja pemerintah pusat,

belanja pemerintah untuk bidang pertahanan juga

tumbuh sebesar 3,6 persen, meningkat setelah

terkontraksi sebesar -10,3 persen (YoY). Di sisi lain,

belanja pemerintah nonpertahanan mengalami

tumbuh sebesar 1,4 persen pada triwulan IV tahun

2015, melambat setelah tumbuh 2,1 persen (YoY)

pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Berbeda dengan pergerakan belanja-belanja lainnya,

belanja pemerintah daerah mengalami kontraksi

sebesar -0,6 persen (YoY), sedangkan triwulan IV

tahun 2014 tumbuh sebesar 1,3 persen (YoY).

Perlambatan konsumsi Amerika Serikat yang tumbuh 2,2 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2015

Belanja Pemerintah Amerika Serikat tumbuh sebesar 0,7 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2015

12 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat (YoY)

2014 2015

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Pertumbuhan Ekonomi –0,9 4,6 4,3 2,1 0,6 3,9 2,0 0,7

Konsumsi 1,3 3,8 3,5 4,3 1,8 3,6 3,0 2,2

Barang 1,1 6,7 4,1 4,1 1,1 5,5 5,0 2,4

Jasa 1,4 2,4 3,1 4,3 2,1 2,7 2,1 2,0

Investasi –2,5 12,6 7,4 2,1 8,6 5,0 -0,7 -2,5

Ekspor -6,7 9,8 1,8 5,4 -6,0 5,1 0,7 -2,5

Impor 2,8 9,6 -0,8 10,3 7,1 3,0 2,3 1,1

Belanja Pemerintah 0,0 1,2 1,8 –1,4 -0,1 2,6 1,8 0,7

Belanja Pemerintah Pusat 0,3 –1,2 3,7 –5,7 1,1 0,0 0,2 2,7

Belanja Pertahanan –4,6 –0,5 4,5 –10,3 1,0 0,3 -1,4 3,6

Belanja Non-Pertahanan 8,9 –2,2 2,5 2,1 1,2 –0,5 2,8 1,4

Belanja Pemerintah Daerah –0,2 2,6 0,6 1,3 –0,8 4,3 2,8 - 0,6

Sumber: Bureau of Economic Analysis, 2016

Investasi Amerika Serikat terkontraksi sebesar -2,5

persen (YoY), menurun tajam dibandingkan

triwulan IV tahun 2014 yang tumbuh sebesar 2,1

persen (YoY). Hal ini disebabkan oleh pelemahan

harga minyak mentah menyebabkan penurunan

investasi khususnya eksplorasi yang turun hingga

35,0 persen pada tahun 2015 atau penurunan paling

tajam sejak 1986. Kontraksi investasi berdampak

pada pengeluaran bisnis khususnya struktural

nonresidensial. Pada tahun 2015, The Fed

menaikkan federal fund rate (suku bunga acuan)

dari 0,0 persen sampai 0,25 persen menjadi 0,25

persen hingga 0,50 persen. Kenaikan FFR

merupakan pertama kalinya sejak tahun 2006.

Kebijakan The Fed dipengaruhi oleh pertimbangan

perkiraan perbaikan pasar tenaga kerja AS, tingkat

pengangguran turun hingga 5,0 persen, dan tingkat

inflasi diperkirakan akan mencapai target 2,0

persen dalam jangka menengah.

Neraca perdagangan pada bulan Desember 2015

masih menunjukkan posisi defisit mencapai

USD43,4 miliar, meningkat dibandingkan bulan

sebelumnya sebesar USD42,2 miliar. Defisit

perdagangan barang naik menjadi sebesar USD 62,5

miliar, sedangkan sektor jasa mengalami

Investasi Amerika Serikat terkontraksi sebesar -5,6 persen (YoY), menurun tajam dibandingkan triwulan III tahun 2014 yang tumbuh sebesar 7,4 persen (YoY)

Neraca perdagangan pada bulan Desember 2015 masih menunjukkan posisi defisit mencapai USD 43,4 miliar

13 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

peningkatan surplus menjadi sebesar USD19,2

miliar. Ekspor barang dan jasa turun menjadi

sebesar USD181,5 miliar. Penurunan kinerja ekspor

barang terutama disebabkan oleh penurunan

jumlah kendaraan, spare part, dan mesin kendaraan

bermotor, bahan dan stok barang industri, serta

makanan dan minuman. Sementara itu, ekspor jasa

mengalami sedikit kenaikan disebabkan oleh jasa

keuangan dan jasa lainnya (jasa penelitian dan

pembangunan, jasa manajerial dan profesional, jasa

hubungan dan teknis perdagangan). Sebaliknya,

impor barang dan jasa meningkat menjadi sebesar

USD224,9 miliar, dengan peningkatan pada impor

barang yang disebabkan oleh kenaikan pada jumlah

kendaraan, spare part, dan mesin kendaraan

bermotor, serta bahan dan stok barang industri.

Sedangkan impor jasa berupa peningkatan biaya

untuk wisata (untuk semua tujuan termasuk

pendidikan) dan jasa lainnya.

Jumlah pengangguran hingga bulan Desember

2015 tetap sebesar 7,9 juta orang. Kenaikan jumlah

lapangan kerja baru tersebar luas di berbagai

sektor, diantaranya pada bisnis jasa dan

profesional, kesehatan, konstruksi, bisnis jasa

makanan dan minuman. Pada bulan Desember

2015, penyerapan tenaga kerja di sektor

nonpertanian sebesar 292.000 orang. Tingkat

partisipasi angkatan kerja AS bulan Desember 2015

sebesar 62,6 persen atau sedikit menurun

dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya

sebesar 62,7 persen. Pergerakan data tenaga kerja

AS yang cenderung mendatar disebabkan oleh

kontraksi pada sektor manufaktur, penurunan

tajam tingkat ekspor dan dampak kenaikan federal

fund rate.

Jumlah pengangguran hingga bulan Desember 2015 tetap sebesar 7,9 juta orang

14 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Perkembangan Ekonomi Uni Eropa

Perbaikan resesi ekonomi regional akibat krisis

keuangan global 2008 dan krisis utang Eropa 2010

terus berlanjut, meskipun masih berjalan lambat.

Pada triwulan IV tahun 2015 terjadi perlambatan

ekonomi di kawasan Eropa dan Uni Eropa.

Perlambatan ini disebabkan oleh output sektor

industri yang terus menurun, dan ketidakpastian

ekonomi global dan pelemahan mata uang Euro

yang berkontribusi negatif bagi perekonomian.

Tabel 2. Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Eropa dan Uni Eropa

Pertumbuhan PDB (%)

Tahunan (YoY) Triwulanan (QtQ)

Q4-14 Q4-15 Q3-15 Q4-15

Kawasan Eropa (U19) 0,9 1,5 0,3 0,3

Uni Eropa (U28) 0,9 1,8 0,4 0,3

Sumber: Eurostat

Pada triwulan IV tahun 2015, berdasarkan publikasi

Eurostat, Estonia menjadi negara di kawasan Eropa

yang mencapai pertumbuhan ekonomi tertinggi,

dengan pertumbuhan sebesar 1,2 persen (QtQ).

Sementara, perekonomian Jerman diperkirakan

tumbuh 0,3 persen (QtQ), sedikit melambat

dibandingkan triwulan III tahun 2015. Yunani

menjadi negara yang diperkirakan mengalami

kontraksi ekonomi paling dalam dengan

pertumbuhan sebesar -0,6 persen (QtQ). Di sisi lain,

perekonomian Portugal dan Perancis mengalami

pertumbuhan masing-masing sebesar 0,2 persen

(QtQ). Sedangkan Italia dan Spanyol dalam tren

positif yang diperkirakan tumbuh masing-masing

sebesar 0,1 persen (QtQ) dan 0,8 persen (QtQ).

Pada bulan Desember 2015, indeks harga sektor

industri dari keseluruhan industri di kawasan Eropa

dan Uni Eropa kembali mengalami penurunan

masing-masing sebesar -3,0 persen (YoY), dan -3,2

persen (YoY). Sementara, produksi industri di

kawasan Eropa dan Uni Eropa mengalami

pelemahan dengan turun masing-masing sebesar -

1,0 persen (YoY) dibandingkan periode yang sama

Penguatan di kawasan Eropa dan Uni Eropa kembali berlanjut, meskipun perbaikan resesi ekonomi regional akibat krisis keuangan global 2008 dan krisis utang Eropa 2010 masih berjalan lambat

Estonia menjadi negara di kawasan Eropa yang mencapai pertumbuhan ekonomi tertinggi pada triwulan IV tahun 2015 sebesar 1,2 persen (QtQ)

Produksi industri di kawasan Eropa dan Uni Eropa mengalami peningkatan dengan tumbuh masing-masing sebesar 1,0 persen (YoY) dibandingkan periode waktu yang sama tahun sebelumnya

15 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

tahun sebelumnya. Produksi industri menurun

disebabkan oleh penurunan produksi energi

sebesar -7,3 persen (YoY) dan barang modal

sebesar -2,6 persen (YoY). Disisi lain, produksi

barang konsumsi tidak tahan lama sebesar 1,4

persen (YoY), barang setengah jadi sebesar 0,4

persen (YoY), dan barang konsumsi tahan lama

sebesar 0,8 persen (YoY) mengalami kenaikan,

namun belum dapat mendorong laju produksi

industri. Sementara itu, produksi sektor industri

yang melemah di kawasan Uni Eropa disebabkan

oleh penurunan produksi energi sebesar -5,7 persen

(YoY) dan barang modal sebesar -1,4 persen (YoY),

meskipun produksi barang konsumsi tahan lama,

tidak tahan lama, barang setengah jadi masing-

masing meningkat sebesar 0,8 persen (YoY),

sebesar 1,4 persen, dan 0,4 persen (YoY).

Perekonomian Eropa secara umum mengalami

surplus neraca perdagangan pada bulan Desember

2015. Kawasan Eropa mengalami surplus sebesar

EUR24,3 miliar, sedikit meningkat dibandingkan

bulan Desember 2014 yang besarnya EUR23,6

miliar. Pada Desember 2015, negara-negara Uni

Eropa juga mengalami surplus sebesar EUR20,5

miliar, meningkat dibandingkan bulan Desember

2014 yang surplus sebesar EUR11,4 miliar. Sejalan

dengan tren positif neraca perdagangan Eropa,

volume perdagangan ritel bulan Desember 2015 di

kawasan Eropa meningkat sebesar 2,4 persen (YoY)

dan 3,0 persen (YoY) di Uni Eropa. Hal ini

disebabkan oleh kenaikan penjualan pada sektor

nonmakanan sebesar 1,8 persen (YoY) dan sektor

makanan, minum, dan tembakau sebesar 0,8

persen (YoY). Namun demikian, bahan bakar

kendaraan bermotor turun tipis sebesar 0,8 persen

(YoY). Di sisi lain, peningkatan volume perdagangan

Uni Eropa dipengaruhi oleh kenaikan sektor

nonmakanan sebesar 2,0 persen (YoY), dan sektor

makanan, minuman, dan tembakau sebesar 1,5

Perekonomian Eropa secara umum mengalami surplus neraca perdagangan pada bulan Desember 2015. Kawasan Eropa mengalami surplus sebesar EUR24,3 miliar dan Uni Eropa mengalami surplus sebesar EUR20,5 miliar

16 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

persen (YoY), serta bahan bakar kendaraan

bermotor sebesar 0,1 persen (YoY).

Kondisi fiskal di kawasan Eropa dan Uni Eropa

menunjukkan perbaikan. Rasio defisit anggaran

pemerintah terhadap PDB pada triwulan III tahun

2015 di kawasan Eropa menjadi sebesar 1,8 persen,

sedikit menurun dibandingkan triwulan II tahun

2015 yang besarnya 2,2 persen. Defisit anggaran

pemerintah terhadap PDB di Uni Eropa juga

menurun dari triwulan II tahun 2015 sebesar 2,6

persen menjadi 2,3 persen pada triwulan III tahun

2015. Sementara itu, perbaikan fiskal di kawasan

Eropa dan Uni Eropa diikuti perbaikan kondisi

tingkat utang terhadap PDB. Pada triwulan III tahun

2015, tingkat utang di kawasan Euro mencapai 91,6

persen dari PDB, sedikit menurun jika dibandingkan

triwulan sebelumnya yang mencapai 92,2 persen.

Sejalan dengan penurunan tingkat utang terhadap

PDB di kawasan Eropa, Uni Eropa juga mengalami

sedikit penurunan tingkat utang sebesar 87,7

persen terhadap PDB dibandingkan triwulan II

tahun 2015 yang besarnya 87,8 persen. Pada

triwulan III tahun 2015, Yunani, Italia, dan Portugal

menjadi negara dengan tingkat utang terhadap PDB

tertinggi yaitu masing-masing sebesar 171,0 persen;

134,6 persen; dan 130,5 persen. Sementara itu

negara dengan tingkat utang terhadap PDB

terendah adalah Estonia yang besarnya 9,8 persen,

Luxemburg yang besarnya 21,3 persen, dan Bulgaria

yang besarnya 26,9 persen.

Perbaikan perekonomian negara-negara di kawasan

Eropa diikuti oleh penurunan jumlah pengangguran.

Tingkat pengangguran di kawasan Eropa pada bulan

Desember 2015 mencapai 10,4 persen (YoY),

menurun dibandingkan bulan Desember 2014 yang

besarnya 11,4 persen (YoY), merupakan yang

terendah sejak bulan September 2011. Sementara

itu, tingkat pengangguran di Uni Eropa pada bulan

Desember 2015 sebesar 9,0 persen, menurun

Kondisi fiskal di kawasan Eropa dan Uni Eropa menunjukkan perbaikan

Tingkat pengangguran di kawasan Eropa pada bulan Desember mencapai 10,4 persen (YoY)

17 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

dibandingkan bulan Desember 2014 yang besarnya

9,9 persen. Eurostat mengestimasi jumlah tenaga

kerja di Uni Eropa sebanyak 21.944 juta orang,

dimana 16.750 juta orang berada di kawasan Eropa.

Jumlah orang yang menganggur di Uni Eropa turun

sebesar 2.026 juta orang, dan 1.501 juta orang di

kawasan Eropa jika dibandingkan dengan bulan

Desember 2014. Tingkat pengangguran tertinggi

dialami Yunani (24,5 persen), dan Spanyol (20,8

persen). Sementara itu tingkat pengangguran paling

rendah adalah Jerman dan Republik Ceko (4,5

persen), serta Malta dan Inggris (5,1 persen pada

Oktober 2015 untuk data Inggris).

Perekonomian Tiongkok

Pemerintah Tiongkok menerapkan pola

pembangunan dan strategi baru dengan tetap

menjaga stabilitas, mendorong restrukturisasi,

perbaikan regulasi makroekonomi, reformasi yang

lebih mendalam, mendukung kewirausahaan skala

besar dan inovasi, serta meningkatkan supply barang

dan jasa publik. Hal ini menyebabkan perekonomian

Tiongkok secara bertahap masih moderat.

Sepanjang bulan Oktober hingga Desember 2015,

ekonomi Tiongkok tumbuh sebesar 6,8 persen (YoY),

menurun dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,2 persen (YoY).

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada triwulan IV

tahun 2015 merupakan paling rendah sejak tahun

2009. Pada keseluruhan tahun 2015, ekonomi

Tiongkok tumbuh sebesar 6,9 persen (YoY) atau

paling rendah sejak 25 tahun terakhir. Hal ini

disebabkan oleh penurunan harga minyak mentah

dan komoditas lainnya, serta masih mencari

kombinasi kebijakan yang tepat untuk memperkuat

perekonomian. Tiongkok mengharapkan

pertumbuhan yang berkualitas dan berkelanjutan,

serta dapat memaksimalkan instrumen kebijakan

fiskal dan moneter untuk mencegah perlambatan

Perekonomian Tiongkok hingga triwulan IV tahun 2015 masih dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global dan tekanan pembangunan ekonomi dalam negeri

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok sebesar 6,8 persen (YoY) disebabkan oleh penurunan harga minyak mentah dan komoditas lainnya.

18 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

tajam yang berdampak pada berkurangnya lapangan

kerja dan pendapatan.

Dalam laporan yang dirilis National Bureau of Statistic

Tiongkok, nilai tambah industri tersier pada triwulan

IV tahun 2015 menyumbang 49,5 persen dari PDB dan

tumbuh 8,4 persen (YoY). Kondisi ini menandai

percepatan pengembangan dan inovasi di bidang

perindustrian. Nilai tambah industri primer dan

sekunder juga meningkat sebesar 3,9 persen (YoY)

dan 6,0 persen (YoY). Sementara itu, pertumbuhan

produksi industri relatif stabil. Nilai tambah industri

pertambangan dan manufaktur masing-masing

meningkat sebesar 2,7 persen (YoY) dan 7,0 persen

(YoY). Di sisi lain, Kementerian Perdagangan Tiongkok

merilis penjualan retail barang konsumsi pada bulan

Desember 2015 tumbuh 11,1 persen (YoY), atau

menjadi USD436 triliun. Kondisi ini disebabkan oleh

kebijakan pro-konsumsi yang dicanangkan oleh

Pemerintah.

Sektor properti Tiongkok mulai melemah seiring

dengan perlambatan ekonomi dan tingkat utang para

pengembang yang cukup tinggi. Pada triwulan IV

tahun 2015, penjualan bangunan perumahan dan

bangunan komersial tumbuh masing-masing sebesar

16,6 persen (YoY) dan 14,4 persen (YoY). Selain itu ,

total investasi di sektor real estate pada tahun 2015

sebesar CNY9.597,9 miliar atau hanya tumbuh

sebesar 2,8 persen (YoY). Selain itu, luas bangunan

baru secara keseluruhan dan bangunan komersial

mengalami penurunan masing-masing sebesar 14,0

persen (YoY) dan 14,6 persen (YoY).

People's Bank of Tiongkok (PBoC) masih memiliki

peluang untuk melaksanakan kebijakan moneter

longgar dalam rangka mendorong perekonomian yang

melambat. Pada 30 November 2015, Dana Moneter

Internasional (IMF) secara resmi menetapkan

penggunaan mata uang Tiongkok, Renminbi sebagai

mata uang special drawing rights (SDR). Hal ini

Nilai tambah industri tersier, primer, dan sekunder Tiongkok mengalami pertumbuhan

Sektor properti Tiongkok mulai melemah seiring dengan perlambatan ekonomi dan tingkat utang para pengembang yang cukup tinggi

People's Bank of Tiongkok (PBoC) masih memiliki peluang untuk melaksanakan kebijakan moneter longgar dalam rangka mendorong perekonomian yang melambat

19 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

merupakan titik awal reformasi keuangan yang

mendalam dan liberalisasi keuangan. Pada 24

Oktober 2015, PBoC kembali memotong suku bunga

acuan pinjaman dan deposito sebesar 25 basis poin

masing-masing menjadi sebesar 4,35 persen dan 1,5

persen. Selain itu, Giro Wajib Minimum (GWM) juga

diturunkan 50 basis poin menjadi 17,5 persen berlaku

bagi semua bank. Namun demikian, GWM perbankan

khusus pertanian dan UMKM akan mendapat kembali

pengurangan sebesar 50 basis poin.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada

tahun 2015 akibat reformasi struktural yang

berdampak pada perlambatan kinerja neraca

perdagangan. Perdagangan Tiongkok pada bulan

Desember 2015 hanya mencapai surplus sebesar

USD60,09 miliar, sedikit menguat dibandingkan bulan

November 2015 yang besarnya USD54,1 miliar.

Kinerja ekspor bulan September 2015 mengalami

penurunan sebesar 1,4 persen (YoY). Hal ini

disebabkan gangguan pasar keuangan Tiongkok,

perbaikan ekonomi yang melambat, dan depresiasi

nilai tukar CNY terhadap mata uang lain. Sementara

itu, impor mengalami penurunan sebesar 7,6 persen

(YoY) dibandingkan bulan yang sama tahun

sebelumnya. Kinerja impor yang melemah akibat

pabrik yang menimbun minyak mentah, biji besi, dan

bahan lainnya terkena dampak penurunan harga

komoditas global.

Tabel 3. Purchasing Manager IndexTM Tiongkok Tahun 2015 (YoY)

PMI Tiongkok

November-15 Desember-15

HSBC 50,5 49,4

NBS Tiongkok 49,6 49,7

Sumber: HSBC PMITM dan National Bureau of Statistic Tiongkok, 2016

Perlambatan aktivitas manufaktur Tiongkok

menunjukkan kontraksi output industri dan aktivitas

bisnis telah menurun selama empat bulan terakhir.

Hal ini disebabkan oleh menurunnya permintaan

konsumen terhadap sektor manufaktur. Pelemahan

Perlambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada tahun 2015 akibat reformasi struktural berdampak yang pada kinerja neraca perdagangan yang melemah

Perlambatan aktivitas manufaktur Tiongkok menunjukkan kontraksi output industri dan aktivitas bisnis selama empat bulan terakhir

20 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

permintaan konsumen dan kompetisi yang semakin

ketat antar bisnis baru berkontribusi pada

kelanjutan penurunan rata-rata tarif, dimana sektor

manufaktur menurunkan biaya input dan

berdampak bagi penurunan tingkat inflasi Tiongkok.

National Bureau of Statistic Tiongkok juga merilis

data PMITM sebesar 49,7 sedikit menguat

dibandingkan bulan November 2015. Hal ini

disebabkan oleh indeks produksi, indeks permintaan

baru, dan indeks waktu pengiriman dari supplier

sebagai indikator pembentuk PMITM nilainya lebih

tinggi dari batas nilai indeks PMITM manufaktur

Tiongkok yang besarnya 50,0. Kondisi ini

menggambarkan perekonomian Tiongkok

mengalami perlambatan sektor manufaktur, dimana

lapangan kerja baru di sektor jasa Tiongkok hanya

mengalami sedikit kenaikan dan penciptaan bisnis

baru juga menurun, seiring dengan perusahaan

manufaktur yang hanya tumbuh moderat dalam

enam bulan terakhir.

Perekonomian Jepang

Berdasarkan publikasi Cabinet Office, perekonomian

Jepang pada triwulan IV tahun 2015 diperkirakan

terkontraksi sebesar -1,4 persen (YoY). Kondisi ini

merupakan penurunan pertumbuhan ketiga

berturut-turut dan penanda awal fase resesi

ekonomi. Pelemahan ekonomi Jepang disebabkan

oleh konsumsi swasta yang menurun dan apresiasi

mata uang Yen terhadap Dolar yang berdampak

negatif bagi ekspor dan pengeluaran modal. Seiring

dengan penurunan pertumbuhan ekonomi Jepang,

tingkat pengangguran mengalami kenaikan.

Pengangguran Jepang pada bulan Desember 2015

turun 3,3 persen (MtM) dibandingkan bulan

November 2015 yang besarnya 0,0 persen (MtM).

Namun demikian, jumlah pengangguran secara

tahunan menurun hingga sebesar 2,9 persen (YoY)

atau menjadi sebesar 2,04 juta orang dibandingkan

bulan Desember 2014.

Perekonomian Jepang pada triwulan IV tahun 2015 diperkirakan terkontraksi sebesar -1,4 persen (YoY)

21 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Pada bulan September 2015, pemerintah Jepang

mencanangkan kebijakan Abenomics 2.0 setelah

kebijakan sebelumnya yang terfokus pada strategi

pertumbuhan, kebijakan fiskal, dan pelonggaran

moneter untuk mendorong perekonomian keluar

jerat deflasi dianggap kurang berhasil. Kebijakan

Abenomics 2.0 bertujuan untuk mendorong tingkat

potensi pertumbuhan antara lain: (1) Mendorong

pencapaian PDB nominal sebesar JPY600 miliar

pada tahun 2016; (2) bantuan keuangan bagi

keluarga untuk mendorong angka kelahiran hingga

1,8 persen per tahun; (3) tambahan fasilitas

perawat bagi lansia, agar mencapai target 0,0

persen jumlah pekerja meninggalkan pekerjaan

karena menjaga anggota keluarga.

Pada bulan Desember 2015, Jepang mengalami

penguatan ekonomi seiring dengan surplus neraca

perdagangan. Kebijakan pelonggaran moneter yang

cukup agresif yaitu pelemahan mata uang Yen

terhadap USD hingga 16,0 persen berhasil

mendorong perekonomian. Publikasi Departemen

Keuangan Jepang memperkirakan neraca

perdagangan mengalami surplus sebesar JPY140,3

juta pada bulan Desember 2015, meningkat cukup

signifikan dibandingkan pada bulan Desember 2014

yang mengalami defisit besarnya JPY665,6.

Secara umum, nilai ekspor Jepang pada bulan

Desember 2015 turun sebesar -8,0 persen (YoY)

dibandingkan bulan Desember 2014. Hal ini

menandai pelemahan ekspor tiga bulan berturut-

turut dan penurunan terbesar sejak bulan

September 2015. Namun, volume eskpor

mengalami pertumbuhan sebesar 3,9 persen (YtD).

Pelemahan kinerja ekspor disebabkan pelemahan

permintaan dari Tiongkok, meskipun depresiasi Yen

berhasil mendorong barang ekspor lebih kompetitif.

Sementara itu, impor mengalami penurunan

sebesar -18,0 persen (YoY), dibandingkan bulan

Desember 2014. Kinerja impor yang melemah

Pemerintah Jepang mencanangkan Abenomics 2.0 untuk mendorong tingkat potensi pertumbuhan

Jepang mengalami penguatan ekonomi seiring dengan surplus neraca perdagangan

Ekspor dan Impor Jepang mengalami penurunan masing-masing sebesar -8,0 persen (YoY) dan -18,0 persen (YoY)

22 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

disebabkan oleh penurunan harga minyak mentah

dan permintaan dalam negeri.

Perekonomian Singapura

Penguatan ekonomi Singapura pada triwulan IV

tahun 2015 disebabkan oleh penguatan mata uang

Dolar Singapura terhadap Dolar Amerika Serikat dan

penguatan sektor jasa yang mempengaruhi dua

pertiga perekonomian. Namun demikian,

permintaan eksternal yang melemah, persaingan

global, kenaikan biaya di sektor bisnis, dan

pertumbuhan tenaga kerja dalam negeri yang

mendatar mempengaruhi kinerja sektor

manufaktur Singapura. Perekonomian Singapura

sangat dipengaruhi oleh siklus bisnis global akibat

keterkaitan investasi dan perdagangan yang besar,

sehingga permasalahan eksternal akan berdampak

besar terhadap kinerja perekonomian dalam negeri

Singapura.

Tabel 4. Pertumbuhan Ekonomi Singapura Tahun 2015

Tahunan (YoY) Triwulanan (QtQ)

Q4-14 Q4-15 Q3-15 Q4-15

Pertumbuhan Ekonomi 2,1 2,0 1,7 5,7

Industri Barang

Manufaktur -1,3 -6,0 -3,5 -3,1

Konstruksi 0,7 2,2 -4,9 7,0

Industri Jasa 3,1 3,2 2,9 6,5

Sumber: Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Singapura

Meskipun mengalami penguatan ekonomi, kinerja

perdagangan luar negeri Singapura tetap mengalami

penurunan. Berdasarkan Departement of Statistics

Singapore, kinerja ekspor terkontraksi sebesar -6,4

persen (YoY), menurun dibandingkan bulan

Desember 2014. Sementara, kinerja impor juga

terkontraksi sebesar -10,6 persen (YoY). Pelemahan

kinerja ekspor disebabkan oleh penurunan tajam

ekspor minyak domestik yang terkontraksi hingga -

24,9 persen (YoY). Sementara, ekspor domestik

nonminyak juga mengalami penurunan sebesar 7,2

persen (YoY). Namun, re-ekspor minyak menguat

sebesar 0,8 persen (YoY) belum dapat mendorong

Penguatan ekonomi Singapura pada triwulan IV tahun 2015 disebabkan oleh penguatan mata uang Dolar Singapura terhadap Dolar Amerika Serikat dan penguatan sektor jasa

Seiring dengan perlambatan ekonomi, kinerja perdagangan luar negeri Singapura mengalami penurunan

23 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

secara optimal laju pertumbuhan ekspor pada bulan

Desember 2015.

Sektor manufaktur Singapura terkontraksi pada

triwulan IV tahun 2015 disebabkan oleh penurunan

rekayasa transportasi, elektronika dan rekayasa

presisi. Di sisi lain, sektor konstruksi Singapura

tumbuh pada triwulan IV tahun 2015 disebabkan

oleh perbaikan aktivitas konstruksi sektor swasta.

Selain itu, industri jasa juga mengalami

pertumbuhan yang didorong oleh kenaikan kinerja

di sektor perdagangan besar dan retail, serta sektor

keuangan dan asuransi.

PERKIRAAN EKONOMI DUNIA 2015-2016

Tabel 5. Pertumbuhan Ekonomi Dunia Menurut IMF

WEO-IMF Realisasi Perkiraan

Kelompok Negara 2014 2015 2016

Dunia 3,4 3,1 3,6

Negara Maju 1,8 2,0 2,2

Amerika Serikat 2,4 2,6 2,8

Kawasan Eropa 0,9 1,5 1,6

Negara Berkembang 4,6 4,0 4,5

Tiongkok 7,3 6,8 6,3

ASEAN-5 4,6 4,6 4,9

Amerika Latin dan Karibia

1,3 -0,3 0,8

Sub Sahara Afrika 5,0 3,8 4,3

Sumber: World Economic Outlook, Oktober 2015

IMF menjelaskan resiko ketidakpastian aktivitas

ekonomi global masih menandai kelanjutan

pelemahan kondisi ekonomi negara-negara

berkembang dan perbaikan ekonomi negara-negara

maju yang berjalan lambat. Potensi pertumbuhan

PDB dunia yang masih terkoreksi pada tahun 2015

disebabkan oleh penurunan harga komoditas,

depresiasi mata uang negara-negara berkembang,

dan volatilitas pasar keuangan terus meningkat.

Namun demikian, aktivitas perekonomian global

mengalami sedikit penguatan pada tahun 2016.

Perbaikan ekonomi negara-negara maju yang

dimulai tahun 2016 diperkirakan semakin menguat.

Sektor manufaktur Singapura terkontraksi pada triwulan IV tahun 2015, sedangkan sektor konstruksi dan industri jasa mengalami pertumbuhan.

Resiko ketidakpastian aktivitas ekonomi global masih menandai kelanjutan pelemahan kondisi ekonomi negara-negara berkembang dan perbaikan ekonomi negara-negara maju yang berjalan lambat

24 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Bank Dunia juga menyatakan koreksi pada

pertumbuhan ekonomi dunia disebabkan oleh

perlambatan aktifitas perekonomian pada negara

berkembang maupun negara maju akibat

penurunan harga komoditas, perdagangan dunia,

dan aliran modal. Pada tahun 2016, perekonomian

dunia diperkirakan kembali menguat. Disisi lain,

beberapa proyeksi pertumbuhan negara-negara

berkembang mengalami kenaikan secara bertahap

diantaranya Brazil, Rusia, beberapa negara Amerika

Latin, dan Timur Tengah, meskipun perekonomian

Tiongkok diperkirakan masih melambat.

Perbaikan Amerika Serikat diperkirakan terus

berjalan. Hal ini didorong oleh kondisi pelonggaran

keuangan dan penguatan pasar tenaga kerja dan

properti. Namun, penguatan mata uang Dolar yang

berpengaruh pada sektor manufaktur dan

rendahnya harga minyak mentah akan mengurangi

investasi di sektor peralatan dan struktur

pertambangan. Di sisi lain, perekonomian di

kawasan Eropa diperkirakan terus membaik dan

pertumbuhannya cenderung moderat. Hal ini

disebabkan oleh penguatan konsumsi swasta yang

didorong oleh pelemahan harga minyak mentah dan

longgarnya kebijakan moneter, meskipun

berdampak bagi pelemahan net ekspor.

Sementara, pertumbuhan ekonomi negara

berkembang masih akan cenderung melambat pada

tahun 2015. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan

investasi yang melambat seiring dengan reformasi

struktural Tiongkok. India dan seluruh negara

berkembang Asia diperkirakan tumbuh cukup kuat,

walaupun beberapa negara terkena dampak

reformasi struktural Tiongkok dan pelemahan sektor

manufaktur secara global. Perlambatan ekonomi

ASEAN-5 dipengaruhi oleh pelemahan term of trade

Malaysia, serta perbaikan ekonomi Thailand, Filipina,

dan Vietnam akibat penurunan harga minyak

mentah. Disisi lain, pelemahan ekonomi Asia Timur

Perbaikan Amerika Serikat didorong oleh kondisi pelonggaran keuangan dan penguatan pasar tenaga kerja dan properti

Pertumbuhan ekonomi negara berkembang masih akan cenderung melambat pada tahun 2015 disebabkan oleh pertumbuhan investasi yang melambat seiring dengan reformasi struktural Tiongkok

Koreksi pada pertumbuhan ekonomi dunia disebabkan oleh perlambatan aktifitas perekonomian pada negara berkembang maupun negara maju

25 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

dan Pasifik disebabkan oleh perlambatan ekonomi

Tiongkok dan perbaikan ekonomi hampir di seluruh

kawasan. Pertumbuhan moderat diperkirakan terjadi

di Malaysia dan Indonesia, sejalan dengan

berkurangnya gejolak politik Malaysia dan reformasi

ekonomi yang mendorong pertumbuhan investasi

Indonesia. Selain itu, Thailand diperkirakan masih

dibayangi ketidakpastian kondisi politik yang

berimplikasi pada investasi swasta dan tingginya

utang rumah tangga yang menghambat konsumsi

swasta.

Sementara itu, kondisi ekonomi di kawasan Amerika

Latin dan Karibia diperkirakan masih melambat pada

tahun 2015, dan pertumbuhan cenderung moderat

pada tahun 2016. Proyeksi penurunan harga

komoditas dan pergolakan domestik menekan kinerja

perekonomian beberapa negara di Amerika Latin.

Sementara itu, Brazil sebagai salah satu

perekonomian terbesar di kawasan Amerika Latin

diperkirakan kembali tumbuh dibawah prediksi.

Penurunan kepercayaan konsumen dan bisnis, serta

permintaan dalam negeri terjadi akibat gangguan

politik, penurunan investasi secara cepat, dan

pengetatan kebijakan makroekonomi. Selain itu,

perbaikan permintaan dari pasar Amerika Serikat

akan mendukung perekonomian, seiring dengan

implementasi reformasi struktural di Meksiko dan

perjanjian damai dengan pemberontak di Kolombia.

Perekonomian di kawasan Sub Sahara Afrika

cenderung mengalami perlambatan sebagai dampak

dari kelanjutan pelemahan harga komoditas dan

biaya kredit yang semakin tinggi di beberapa negara

ekonomi terbesar seperti Angola, Nigeria, Afrika

Selatan dan negara eksportir komoditas lainnya. Hal

ini terjadi akibat penurunan permintaan dari

Tiongkok sebagai mitra dagang terbesar negara Sub

Sahara Afrika dan pengetatan kondisi keuangan

global. Perbaikan ekonomi di kawasan Sub Sahara

Kondisi ekonomi di kawasan Amerika Latin dan Karibia diperkirakan masih melambat pada tahun 2015, dan pertumbuhan cenderung moderat pada tahun 2016

Perekonomian di kawasan Sub Sahara Afrika cenderung mengalami perlambatan sebagai dampak dari penurunan harga komoditas khususnya minyak mentah

26 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Afrika pada tahun 2016 terjadi seiring dengan

penguatan belanja pemerintah dan investasi swasta.

Tabel 6. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Asia (YoY)

Pertumbuhan PDB (%)

2014 2015 2016

ADO Update ADO Update

Asia 6,2 6,3 5,8 6,3 6,0

Asia Timur 6,5 6,5 6,0 6,3 6,0

Tiongkok 7,3 7,2 6,8 7,0 6,7

Jepang -0,1 1,1 1,5 1,4 1,6

Asia Selatan 6,8 7,2 6,9 7,6 7,3

Asia Tengah 5,1 3,5 3,3 4,5 4,2

ASEAN 4,4 4,9 4,4 5,3 4,9

Singapura 2,9 3,0 2,1 3,4 2,5

Sumber: Asian Development Outlook, 2015

ADB mengeluarkan proyeksi mengenai pertumbuhan negara-negara berkembang di Asia tahun 2015 dan 2016. Perekonomian negara-negara berkembang Asia tahun 2015 dan 2016 kembali dikoreksi, karena lambatnya perbaikan ekonomi beberapa negara maju, serta moderasi proyeksi pertumbuhan negara Tiongkok dan India. Prospek perlambatan negara-negara berkembang Asia menyebar ke seluruh kawasan. Proyeksi pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Selatan, Asia Timur, dan Asia Tenggara diperkirakan masih cenderung moderat. Sementara, pertumbuhan ekonomi kawasan Asia Tengah menunjukkan pelemahan.

ADB memprediksi pada tahun 2015 pertumbuhan

ekonomi di kawasan Asia Timur masih melambat

akibat permintaan eksternal yang melemah,

meskipun terdapat stimulus fiskal di Korea Selatan

dan kebiijakan akomodatif pemerintah Tiongkok.

Perlambatan ekonomi di kawasan Asia Timur paling

dirasakan oleh Mongolia dimana penurunan

penanaman modal asing, output pertanian, dan

kelanjutan kebijakan moneter ketat yang

diberlakukan pemerintah. Selain itu, kinerja ekspor

Taiwan mengalami penurunan akibat perlambatan

ekonomi Tiongkok. Pada tahun 2016, kinerja

perekonomian di negara-negara maju diasumsikan

Perekonomian negara-negara berkembang Asia tahun 2015 dan 2016 kembali dikoreksi, karena lambatnya perbaikan ekonomi beberapa negara maju, serta moderasi proyeksi pertumbuhan negara Tiongkok dan India. menyebar ke seluruh kawasan

Pada tahun 2015 pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Timur masih melambat akibat permintaan eksternal yang melemah meskipun terdapat stimulus fiskal di Korea Selatan dan kebiijakan akomodatif pemerintah Tiongkok

27 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

mengalami perbaikan yang akan berdampak positif

bagi negara-negara di kawasan Asia Timur kecuali

Tiongkok.

Menurut ADB, pertumbuhan ekonomi Tiongkok

tahun 2015 dipengaruhi oleh penurunan investasi

dan produksi industri, kebijakan fiskal yang lebih

kontraktif, kebijakan moneter akomodatif, serta

nilai tukar Yuan terhadap USD. Sementara, tingkat

ekspor diperkirakan menurun seiring dengan

perbaikan ekonomi negara-negara mitra dagang

yang berjalan lambat. Namun demikian, neraca

perdagangan dan neraca pembayaran dalam kondisi

surplus seiring dengan penurunan impor akibat

fluktuasi harga komoditas dan subtitusi impor. Disisi

lain, pelemahan sektor properti, perlambatan

pertumbuhan investasi, dan reformasi struktural

diperkirakan menekan laju pertumbuhan ekonomi.

Namun, kebijakan fiskal dan moneter yang

komodatif, serta penguatan permintaan eksternal

dan dalam negeri akan mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada tahun 2016.

Aktivitas perekonomian Jepang diperkirakan

mengalami penguatan profit perusahaan swasta,

depresiasi mata uang Yen, dan penurunan harga

minyak mentah mendorong perkiraan pertumbuhan

positif ekonomi Jepang. Pada tahun 2016, fluktuasi

pasar keuangan, devaluasi mata uang Tiongkok, dan

depresiasi mata uang negara lain di Asia dapat

menekan permintaan ekspor Jepang. Konsumsi

dalam negeri dan investasi diproyeksikan mengalami

perbaikan, meskipun fase perlambatan permintaan

eksternal diperkirakan tetap terjadi.

Sementara itu, estimasi pertumbuhan ekonomi di

kawasan Asia Selatan pada tahun 2015 menurun

disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi India yang

cenderung moderat, perlambatan ekonomi di

negara-negara maju, perdagangan global, penundaan

mengenai reformasi struktural India yang berakhir

Pertumbuhan ekonomi Tiongkok tahun 2015 dipengaruhi oleh penurunan investasi dan produksi industri kebijakan fiskal yang lebih kontraktif, kebijakan moneter akomodatif, serta nilai tukar Yuan terhadap USD

Aktivitas perekonomian Jepang diperkirakan mengalami penguatan profit perusahaan swasta, depresiasi mata uang Yen, dan penurunan harga minyak mentah

Estimasi pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Selatan menurun disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi India yang cenderung moderat, perlambatan ekonomi di negara-negara maju, perdagangan global, penundaan mengenai reformasi struktural India

28 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

deadlock di parlemen. Disisi lain, perlambatan

aktivitas ekonomi negara-negara lain dapat

memberi sentimen negatif bagi pertumbuhan

kawasan Asia Selatan. Kondisi ini disebabkan oleh

penurunan pendapatan sektor pariwisata Maladewa

dan pemulihan ekonomi akibat gempa besar di

Nepal berjalan lambat, meskipun permintaan dalam

negeri Bangladesh dan Pakistan cukup kuat

Perekonomian di kawasan Asia Tengah diperkirakan

kembali melemah seiring dengan penurunan harga

komoditas, dan perlambatan ekonomi Federasi Rusia.

Pada tahun 2015, pertumbuhan negara-negara

eksportir energi seperti Azerbaijan, Kazakhstan,

Turkmenistan, serta Uzbekistan melambat akibat

penurunan harga minyak mentah dan gas. Di sisi lain,

pertumbuhan ekonomi negara-negara importir

energi seperti Armenia, Georgia, Kirgiztan, serta

Tajikistan juga melambat karena pelemahan

konsumsi domestik akibat remittances yang lebih

rendah. Pada tahun 2016, pelemahan ekonomi pada

sebagian besar negara-negara eksportir akibat

perlambatan ekonomi Federasi Rusia dan Tiongkok

akan menahan laju pertumbuhan ekonomi di

Kawasan Asia Tengah.

Pertumbuhan Kawasan ASEAN pada tahun 2015

mengalami perlambatan, dimana pertumbuhan

enam dari sepuluh negara ASEAN dikoreksi turun

yaitu Indonesia, Kamboja, Laos, Filipina, Singapura,

Thailand. Hal ini disebabkan oleh permintaan yang

melemah di sebagian besar negara maju termasuk

Tiongkok. Selain itu, pelemahan permintaan global,

penurunan harga minyak global, dan komoditas

berpengaruh besar bagi kinerja ekspor Brunei

Darusalam dan Malaysia. Pada tahun 2016,

perekonomian ASEAN diperkirakan membaik

melalui peningkatan ekspor dan investasi

pemerintah, seiring dengan perbaikan kondisi

ekonomi global.

Perekonomian di kawasan Asia Tengah diperkirakan kembali melemah seiring dengan penurunan harga komoditas, dan perlambatan ekonomi Federasi Rusia serta Tiongkok

Pertumbuhan Kawasan ASEAN pada tahun 2015 mengalami perlambatan, dimana pertumbuhan enam negara ASEAN dikoreksi turun dan sebagian besar negara maju termasuk Tiongkok

29 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Dalam publikasi Asian Development Outlook 2015,

proyeksi pertumbuhan ekonomi Singapura dikoreksi

turun disebabkan oleh revisi turun pertumbuhan

ekspor pada sebagian besar negara tujuan ekspor,

serta kontraksi pertumbuhan pada sektor

manufaktur yang menyebabkan penurunan output

rekayasa transportasi, dan industri biomedis.

Pertumbuhan yang moderat juga ditunjukkan oleh

perkiraan tumbuhnya sektor jasa khususnya

perdagangan besar, retail, bisnis jasa, dan

konstruksi. Pada sisi penerimaan, kenaikan

konsumsi swasta akan mendorong pengeluaran

konsumsi, meskipun permintaan dalam negeri

masih melemah akibat penurunan inventori.

PERKEMBANGAN HARGA MINYAK DUNIA

Pada triwulan IV tahun 2015, pergerakan harga

minyak mentah dunia mengalami penurunan akibat

kondisi oversupply. Tren harga minyak mentah

cenderung menurun pada triwulan IV tahun 2015

disebabkan oleh OPEC memutuskan kebijakan untuk

tidak melakukan pembatasan produksi, untuk

mempertahankan pangsa pasar. Berdasarkan

publikasi OPEC pada Desember 2015, tingkat

permintaan minyak dunia pada triwulan IV tahun

2015 direvisi turun 0,02 juta barel perhari

dibandingkan publikasi bulan November 2015,

menjadi 93,94 juta barel per hari. Berdasarkan

laporan EIA (Energy Information Administration),

terdapat peningkatan stok distillate sebesar 8,7 juta

barel dan stok gasoline sebesar 4,5 juta barel di

Amerika Serikat pada akhir bulan Desember 2015,

dibandingkan stok pada akhir bulan November

2015, menjadi berturut-turut sebesar 153,1 juta

barel dan 221,4 juta barel. Kondisi ini dapat

mendorong harga minyak mentah sedikit menguat,

mengingat Amerika Serikat merupakan konsumen

minyak kedua terbesar di dunia.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi Singapura dikoreksi turun disebabkan oleh revisi turun pertumbuhan ekspor pada negara tujuan ekspor, serta kontraksi pertumbuhan pada sektor manufaktur

Pada triwulan IV tahun 2015, pergerakan harga minyak mentah dunia mengalami penurunan akibat kondisi oversupply

30 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Tabel 7. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barel)

Harga Minyak Mentah Dunia

Rata-rata Triwulanan

Rata-rata Bulanan

2015 2015

Q1 Q2 Q3 Juli Agts Sept

Crude Oil (Rata-rata) 51.6 60.5 48.8 54.3 45.7 46.3

Crude Oil; Brent 53.9 62.1 50.0 55.9 47.0 47.2

Crude Oil; Dubai 52.2 61.4 49.9 56.3 47.2 46.2

Crude Oil; WTI 48.6 57.8 46.4 50.9 42.9 45.5

Indonesian Crude Price Oil

51.6 60.5 45.9 51.81 42.8 43.1

Sumber: Pink Sheet World Bank, Kementerian ESDM

Pergerakan harga minyak ICP sejalan dengan harga

minyak mentah utama di pasar internasional.

Penurunan harga minyak ICP disebabkan oleh

produksi minyak mentah OPEC mengalami

peningkatan produksi bulan November 2015 sebesar

0,23 juta barel per hari, dibandingkan bulan Oktober

2015 menjadi 31,7 juta barel per hari. Untuk kawasan

Asia Pasifik, penurunan harga minyak mentah

dipengaruhi oleh penurunan produktifitas kilang

Jepang di Yokkaichi sebesar 255.000 BOPD yang

disebabkan oleh kebakaran dan terdapat penurunan

utilisasi kilang negara Tiongkok sebesar 2,0 persen

menjadi 6,31 juta BOPD atau hanya sebesar 153,1

juta barel dan 221,4 juta barel.

Gambar 6. Perkembangan Harga Minyak Dunia (USD/barrel)

Sumber: Pink Sheet World Bank, Kementerian ESDM

Pergerakan harga minyak ICP sejalan dengan harga minyak mentah utama di pasar internasional

31 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Perekonomian Indonesia pada triwulan IV tahun 2015 tumbuh sebesar 5,0 persen (YoY), relatif

sama dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2014 yang tumbuh sebesar 5,0 persen (YoY).

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV tahun 2015 mengalami surplus sebesar

USD5,1 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan NPI pada triwulan III tahun 2015 yang

defisit sebesar USD4,6 miliar.

PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA

32 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2015 tumbuh

sebesar 4,8 persen (YoY), dengan pertumbuhan ekonomi

sebesar sebesar 5,0 persen (YoY) pada triwulan IV tahun

2015. Rata-rata pertumbuhan tersebut di bawah target

pertumbuhan ekonomi dalam anggaran pendapatan

belanja Negara perubahan (APBN-P) 2015 yang besarnya

5,8 persen. Walaupun demikian, pertumbuhan ekonomi

pada triwulan IV tahun 2015 merupakan pertumbuhan

tertinggi selama tahun 2015. Sebelumnya, pada triwulan

I sampai dengan triwulan III tahun 2015, perekonomian

Indonesia hanya tumbuh masing-masing sebesar 4,7

persen (YoY). Salah satu faktor pendorong pertumbuhan

ekonomi pada triwulan IV tahun 2015 adalah mulai

efektifnya berbagai paket kebijakan ekonomi yang

dikeluarkan oleh pemerintah. Selain itu, perekonomian

juga diperkuat dengan perkembangan nilai tukar Rupiah

yang mulai stabil meskipun beberapa negara partner

mengalami perlambatan pertumbuhan.

Gambar 7. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2011- Triwulan IV Tahun 2015 (Persen)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Pertumbuhan ekonomi

Indonesia sepanjang tahun

2015 adalah 4,8 persen

(YoY), dengan pertumbuhan

ekonomi sebesar sebesar

5,0 persen (YoY) pada

triwulan IV tahun 2015.

33 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Jasa Keuangan dan Asuransi tumbuh 12,5 persen (YoY)

pada triwulan IV tahun 2015, lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan pada triwulan IV tahun 2014 yang sebesar

7,9 persen (YoY). Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

tumbuh sebesar 7,4 persen (YoY) dari yang sebelumnya

sebesar 6,0 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2014.

Penyediaan Akonomdasi tumbuh sebesar 5,8 persen

(YoY), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada

triwulan IV tahun 2014 yang sebesar 4,6 persen (YoY).

Sementara itu, pertumbuhan Transportasi dan

Pergudangan; Konstruksi; serta Industri Pengolahan

masing-masing tumbuh sebesar 7,7 persen (YoY), 8,2

persen (YoY), serta 4,4 persen (YoY) pada triwulan IV

tahun 2015.

Kinerja Pertambangan dan Penggalian pada triwulan IV

tahun 2015 tumbuh negatif sebesar 7,9 persen (YoY),

lebih rendah dibandingkan dengan triwulan IV tahun

2014 yang tumbuh sebesar -1,5 persen (YoY). Penurunan

pertumbuhan ini terjadi karena pertumbuhan negatif

pada Pertambangan Batubara dan Lignit sebesar 30,3

persen (YoY). Selain itu, Pertambangan Bijih Logam

hanya tumbuh sebesar 0,0 persen (YoY) pada triwulan IV

tahun 2015. Di sisi lain, Pertambangan Minyak, Gas dan

Panas dan Pertambangan dan Penggalian Lainnya

tumbuh positif masing-masing sebesar 4,5 persen (YoY)

dan 2,7 persen (YoY).

Tabel 8.Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan IV Tahun 2015 Menurut Lapangan Usaha (YoY)

URAIAN 2013 2014 2015

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

4,2 4,6 3,5 4,6 5,2 4,9 3,6 3,3 4,0 6,9 3,3 1,6

Pertambangan dan Penggalian 0,8 1,5 4,2 3,6 -1,0 1,1 1,2 1,5 -1,3 -5,2 -5,7 -7,9

Industri Pengolahan 4,6 5,2 3,5 4,2 4,5 4,8 5,0 4,2 4,0 4,1 4,5 4,4

Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es

9,8 4,7 2,4 4,4 3,3 6,5 6,0 6,5 1,7 0,8 0,6 1,8

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

3,2 2,9 3,3 3,8 4,9 5,8 5,9 6,9 5,4 7,8 8,7 6,8

Konstruksi 5,4 6,3 6,5 6,2 7,2 6,5 6,5 7,7 6,0 5,4 6,8 8,2

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda

3,1 4,9 5,0 6,2 6,1 5,0 5,2 4,5 4,1 1,7 1,4 2,8

Kinerja Pertambangan dan

Penggalian pada triwulan IV

tahun 2015 tumbuh negatif

sebesar 7,9 persen (YoY).

Jasa Keuangan dan

Asuransi; Jasa Kesehatan

dan Kegiatan Sosial;

Penyediaan Akomodasi;

Transportasi dan

Pergudangan; Konstruksi;

serta Industri Pengolahan

masing-masing tumbuh

lebih tinggi dari triwulan IV

tahun 2015.

34 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

URAIAN 2013 2014 2015

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Motor

Transportasi dan Pergudangan 6,9 8,0 6,3 6,7 7,0 7,6 7,7 7,2 5,8 5,9 7,3 7,7

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

7,0 7,0 6,9 6,3 6,4 6,4 5,8 4,6 3,4 3,8 4,5 5,8

Informasi dan Komunikasi 10,6 11,4 10,1 9,5 9,8 10,5 9,8 10,3 10,1 9,7 10,7 9,7

Jasa Keuangan dan Asuransi 12,6 10,3 8,8 3,8 3,6 5,5 1,9 7,9 8,6 2,6 10,4 12,5

Real Estate 8,9 7,7 5,4 4,3 4,7 4,9 5,1 5,3 5,3 5,0 4,8 4,3

Jasa Perusahaan 7,8 7,6 8,2 8,0 10,3 10,0 9,3 9,7 7,4 7,6 7,6 8,1

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

1,8 -1,8 6,6 3,8 2,7 -2,5 2,4 6,8 4,7 6,3 1,3 6,7

Jasa Pendidikan 11,1 2,8 7,7 8,3 4,6 4,5 6,3 6,6 5,0 11,7 8,1 5,3

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

7,0 5,4 8,4 10,7 7,6 8,7 9,6 6,0 7,1 7,5 6,3 7,4

Jasa lainnya 5,6 5,6 6,2 8,2 8,4 9,5 9,5 8,4 8,0 8,1 8,1 8,2

PRODUK DOMESTIK BRUTO 5,5 5,6 5,5 5,6 5,1 5,0 5,0 5,0 4,7 4,7 4,7 5,0

Sumber: Badan Pusat Statistik

Kinerja Penyediaan Listrik dan Gas tumbuh sebesar 1,8

persen (YoY) melambat dibandingkan triwulan IV tahun

2014 yang dapat tumbuh sebesar 6,5 persen (YoY).

Perlambatan ini terjadi karena pertumbuhan negatif

pada Pengadaan Gas dan Produksi Es sebesar 4,2 persen

(YoY).

Sementara itu, Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor juga melambat dengan hanya

tumbuh sebesar 2,8 persen (YoY), lebih lambat

dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2014 yang

tumbuh sebesar 4,5 persen (YoY). Perlambatan ini

dipengaruhi oleh Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan

Mobil dan Sepeda Motor serta Perdagangan Mobil,

Sepeda Motor dan Reparasinya yang tumbuh melambat

menjadi sebesar 2,9 persen (YoY) dan 2,4 persen (YoY)

pada triwulan IV tahun 2015.

Perlambatan pertumbuhan juga terjadi pada Pertanian,

Kehutanan, dan Perikanan dengan pertumbuhan sebesar

1,6 persen (YoY), lebih rendah dibandingkan dengan

pertumbuhan triwulan IV tahun 2014 yang besarnya 3,3

persen (YoY). Jasa Perusahaan juga tumbuh melambat,

Kinerja Penyediaan Listrik

dan Gas tumbuh sebesar 1,8

persen (YoY) melambat.

Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor tumbuh

sebesar 2,8 persen (YoY).

Perlambatan pertumbuhan

terjadi pada Pertanian,

Kehutanan, dan Perikanan;

Jasa Perusahaan dan Jasa

Pendidikan, yaitu menjadi

sebesar 1,6 persen (YoY);

8,1 persen (YoY); dan 6,6

persen (YoY).

35 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

yaitu sebesar 8,1 persen (YoY) pada triwulan IV tahun

2015, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan IV

tahun 2014 yang tumbuh sebesar 9,7 persen (YoY). Jasa

Pendidikan juga tumbuh melambat, menjadi sebesar 5,3

persen (YoY), lebih rendah dibandingkan triwulan IV

tahun 2015 yang tumbuh sebesar 6,6 persen (YoY).

Kinerja Real Estate juga melambat, yaitu tumbuh sebesar

4,3 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2015, lebih

rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada

triwulan IV tahun 2014 yang besarnya 5,3 persen (YoY).

Informasi dan Komunikasi tumbuh sebesar 9,7 persen

(YoY), lebih rendah dibandingkan triwulan IV tahun 2014

yang tumbuh sebesar 10,3 persen (YoY).

Jasa lainnya tumbuh melambat yaitu sebesar 8,2 persen

(YoY), lebih rendah dari pertumbuhan pada triwulan IV

tahun 2014 yang besarnya 8,4 persen (YoY). Administrasi

Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

tumbuh sebesar 6,7 persen (YoY), juga melambat

dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2014 yang

besarnya 6,8 persen (YoY). Sementara itu, Pengadaan Air,

Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang tumbuh

sebesar 6,8 persen (YoY), lebih rendah dibandingkan

triwulan IV tahun 2014 yang tumbuh sebesar 6,9 persen

(YoY).

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Indonesia

pada triwulan IV tahun 2015 didorong oleh Pengeluaran

Konsumsi LNPRT, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah,

dan Pengeluaran Pembentukan Modal Tetap Domestik

Bruto yang masing-masing tumbuh sebesar 8,3 persen

(YoY), 7,3 persen (YoY) dan 6,9 persen (YoY) pada

triwulan IV tahun 2015. Pengeluaran Konsumsi

Pemerintah yang paling tinggi adalah Konsumsi Individu

yang tumbuh sebesar 10,1 persen (YoY), meningkat

cukup berarti dibandingkan dibanding triwulan IV tahun

2014 yang tumbuh sebesar 2,0 persen (YoY). Sementara

itu, komponen Pengeluaran Pembentukan Modal Tetap

Domestik Bruto terbesar adalah Bangunan yang tumbuh

sebesar 8,2 persen (YoY)

Real Estate serta Informasi

dan Komunikasi tumbuh

melambat, masing-masing

sebesar 4,3 persen (YoY)

dan 9,7 persen (YoY).

Perlambatan pertumbuhan

juga terjadi pada Jasa

Lainnya; Administrasi

Pemerintahan, Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib;

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur

Ulang serta yang masing-

masing sebesar 8,2 persen

(YoY), 6,7 persen (YoY) dan

6,8 persen (YoY).

Dari sisi pengeluaran,

pertumbuhan ekonomi

Indonesia pada triwulan IV

tahun 2015 ditopang oleh

Pengeluaran Konsumsi

LNPRT, Pengeluaran

Pemerintah dan PMTB.

36 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Tabel 9. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan IV Tahun 2015 (Persen)

Menurut Jenis Pengeluaran (YoY)

URAIAN 2013 2014 2015

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga

5,7 5,4 5,3 5,3 5,3 5,1 5,1 5,1 5,0 5,0 5,0 4,9

Pengeluaran Konsumsi LNPRT 6,5 6,4 6,7 12,8 23,2 22,4 5,8 -0,5 -8,1 -8,0 6,6 8,3

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

3,0 3,1 12,0 7,7 6,1 -1,8 1,2 0,9 2,9 2,6 7,1 7,3

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto

7,5 5,3 5,6 2,0 5,2 4,1 4,5 4,6 4,6 3,9 4,8 6,9

Ekspor Barang dan Jasa 3,5 2,1 1,3 9,4 3,2 1,4 4,8 -4,6 -0,6 0,0 -0,6 -6,4

Dikurangi Impor Barang dan Jasa 2,9 0,9 4,9 -0,9 5,0 0,4 0,3 3,2 -2,2 -7,0 -5,9 -8,1

PRODUK DOMESTIK BRUTO 5,5 5,6 5,5 5,6 5,1 5,0 5,0 5,0 4,7 4,7 4,7 5,0

Sumber : Badan Pusat Statistik

Pada triwulan IV tahun 2015, Pengeluaran Konsumsi

LNPRT (Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah

Tangga) tumbuh sebesar 8,3 persen (YoY), lebih tinggi

dibandingkan dengan pertumbuhan konsumsi LNPRT

pada triwulan IV tahun 2014 yang sebesar -0,5 persen

(YoY). Pertumbuhan Pengeluaran Konsumsi LNPRT

didorong oleh berbagai kegiatan persiapan, pelaksanaan

dan pasca-PILKADA yang berlangsung pada bulan

Desember 2015.

Sementara itu, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

tumbuh sebesar 7,3 persen (YoY), meningkat cukup

signifikan dibandingkan pada triwulan IV tahun 2014

yang tumbuh sebesar 0,9 persen (YoY). Peningkatan

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah pada triwulan IV

tahun 2015 didorong oleh peningkatan konsumsi

individu yang besarnya 10,1 persen (YoY) dan

peningkatan konsumsi kolektif sebesar 5,6 persen (YoY).

Komponen konsumsi individu pada triwulan IV tahun

2015 tumbuh lebih besar dibandingkan triwulan IV tahun

2014, yang masing-masing adalah sebesar 2,0 persen

(YoY). Sementara itu, pada triwulan IV tahun 2015

konsumsi kolektif tumbuh lebih besar dibandingkan

triwulan IV tahun 2014 yang sebesar 0,2 persen (YoY).

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada triwulan

IV tahun 2015 tumbuh sebesar 6,9 persen (YoY),

meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan PMTB

Pada triwulan IV tahun

2015, Pengeluaran

Konsumsi LNPRT tumbuh

sebesar 8,3 persen (YoY).

Pengeluaran Konsumsi

Pemerintah tumbuh sebesar

7,3 persen (YoY).

37 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

pada triwulan IV tahun 2014 yang besarnya mencapai 4,6

persen (YoY). Peningkatan PMTB terutama dipengaruhi

oleh pertumbuhan Bangunan sebesar 8,2 persen (YoY),

pertumbuhan Peralatan lainnya sebesar 7,8 persen (YoY)

dan pertumbuhan Kendaraan sebesar 7,3 persen (YoY).

Produk kekayaan intelektual serta Mesin dan

Perlengkapan masing-masing tumbuh sebesar 6,4 persen

(YoY) dan 3,8 persen (YoY) pada triwulan IV tahun 2015.

Sementara itu, Cultivated Biological Resources (CBR)

terkontraksi menjadi sebesar -3,6 persen (YoY) pada

triwulan IV tahun 2015.

Ekspor barang dan jasa masih menekan pertumbuhan

ekonomi Indonesia dimana ekspor barang dan jasa masih

terkontraksi sebesar -6,4 persen (YoY), menurun

dibandingkan triwulan IV tahun 2014 yang terkontraksi

sebesar -4,6 persen (YoY). Ekspor barang nonmigas

tumbuh negatif sebesar -10,0 persen (YoY). Sementara

itu, ekspor barang migas mengalami peningkatan, yaitu

tumbuh sebesar 11,6 persen pada triwulan IV tahun

2015. Di sisi lain, pertumbuhan ekspor jasa relatif tetap

dibandingkan triwulan IV tahun 2015, yaitu sebesar 0,1

persen (YoY). Pertumbuhan negatif ekspor barang dan

jasa tersebut diantaranya dipengaruhi oleh perlambatan

ekonomi negara mitra dagang, seperti Amerika Serikat

yang melemah dari 2,0 persen menjadi 0,7 persen dan

Tiongkok yang melambat dari 6,9 persen menjadi 6,8

persen.

Di sisi lain, impor barang dan jasa terkontraksi sebesar -

8,1 persen (YoY) atau menurun signifikan dibandingkan

triwulan IV tahun 2014 yang tumbuh sebesar 3,2 persen

(YoY). Penurunan pertumbuhan impor terjadi akibat

impor barang nonmigas dan jasa yang masing-masing

terkontraksi sebesar -8,1 persen (YoY) dan -7,7 persen

(YoY).

Indeks Tendensi Konsumen

Indeks Tendensi Konsumen (ITK) pada triwulan IV tahun

2015 menurun menjadi 102,8 yang menunjukkan kondisi

ekonomi konsumen menurun dibandingkan triwulan

Pembentukan Modal Tetap

Bruto (PMTB) pada triwulan

IV tahun 2015 tumbuh

sebesar 6,9 persen (YoY),

meningkat dibandingkan

dengan pertumbuhan PMTB

pada triwulan IV tahun

2014.

Pada triwulan IV tahun

2015, ekspor barang dan

jasa masih menekan

pertumbuhan ekonomi

Indonesia dimana ekspor

terkontraksi sebesar 6,4

persen (YoY).

Impor barang dan jasa

pada triwulan III tahun 2015

terkontraksi menjadi

sebesar 8,1 persen (YoY).

38 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

sebelumnya. Penurunan kondisi ekonomi konsumen

disebabkan oleh penurunan pada semua komponen

indeks. Komponen pendapatan rumah tangga menurun

dengan nilai sebesar 103,1. Selain itu, komponen

pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari

serta tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan juga

menurun dengan nilai sebesar 101,9. Tingkat optimisme

konsumen ini lebih rendah dibandingkan dengan triwulan

III tahun 2015 yang mencapai 102,8.

Tabel 10. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan IV Tahun 2015 Menurut Sektor dan Variabel Pembentuknya

Variabel Pembentuk 2014 2015

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

Pendapatan rumah tangga 108,8 110,7 113,5 106,1 96,63 104,4 108,4 103,1

Pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari

110,4 112,6 109,9 106,3 109,0 105,6 108,1 101,9

Tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan (daging, ikan, susu, buah-buahan, dll) dan bukan makanan (pakaian, perumahan, pendidikan, transportasi, kesehatan, dan rekreasi)

112,5 108,5 113,2 113,0 100,7 105,6 111,6 103,0

Indeks Tendensi Konsumen 110,0 110,8 112,4 107,6 100,9 105,2 109,0 102,8

Sumber: Badan Pusat Statistik

Pada triwulan IV tahun 2015 pertumbuhan ITK menurun

4,5 persen (YoY), seiring persepsi konsumen yang

menganggap triwulan IV tahun 2015 kurang baik

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tingkat

persepsi konsumen pada triwulan I tahun 2016

diperkirakan akan lebih tinggi dibandingkan dengan

triwulan IV tahun 2015 dengan ITK yang diperkirakan

besarnya 105,4. Perkiraan membaiknya kondisi ekonomi

konsumen pada triwulan I tahun 2016 didorong oleh

peningkatan semua komponen indeks. Komponen

pendapatan rumah tangga sebesar diperkirakan besarnya

108,1. Sementara itu, komponen rencana pembelian

barang tahan lama, rekreasi, dan pesta/hajatan

diperkirakan besarnya 100,5.

Indeks tendensi konsumen

(ITK) pada triwulan IV tahun

2015 menurun.

Pertumbuhan ITK pada

triwulan IV tahun 2015

menurun, namun

diperkirakan meningkat

pada triwulan I tahun 2016.

39 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Gambar 8. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I Tahun 2013 – Triwulan IV Tahun 2015

Sumber: Badan Pusat Statistik

Indeks Keyakinan Konsumen

Setelah menurun signifikan pada bulan September 2015

yaitu sebesar 97,5, indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indonesia pada bulan Oktober mulai meningkat tipis

menjadi sebesar 99,3. Peningkatan nilai IKK terus

berlangsung hingga bulan Januari 2016, yaitu mencapai

sebesar 112,6. Peningkatan yang berlangsung dari awal

triwulan III tahun 2015 hingga triwulan IV tahun 2015

tersebut, terutama didorong oleh meningkatnya Indeks

Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen

(IEK) yang masing-masing sebesar 11,2 dan 18,2.

Tabel 11. Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Mei 2015 – Januari 2016

KETERANGAN 2015 2016

Mei Jun Jul Aug Sept Okt Nov Des Jan

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) 112,8 111,3 109,9 112,6 97,5 99,3 103,7 107,5 112,6

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)

102,6 100,3 98,8 101,2 87,8 87,5 92,6 94,0 99,9

Penghasilan saat ini 120,9 120,5 114,6 121,6 108,1 106,7 109,3 112,3 117,7

Ketersediaan lapangan kerja 89,5 86,1 84,9 85,0 68,6 66,8 76,8 78,5 88,0

Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama

98,5 94,3 97,0 97,1 86,7 88,9 91,7 91,2 93,8

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 122,9 122,4 120,9 124,0 107,2 111,2 114,8 121,0 125,4

Ekspektasi Penghasilan 139,5 138,7 137,7 143,4 128,8 131,0 133,1 139,6 143,0

Ekspektasi Ketersediaan Lapangan 107,5 105,9 104,7 107,3 85,7 92,4 96,8 103,5 105,0

Indeks Keyakinan Konsumen

(IKK) Indonesia, pada bulan

Oktober mulai meningkat

tipis dan terus meningkat

hingga bulan Januari 2016.

40 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

KETERANGAN 2015 2016

Mei Jun Jul Aug Sept Okt Nov Des Jan

Kerja

Ekspektasi Kegiatan Usaha 121,9 122,5 120,4 121,3 106,9 110,2 114,4 120,0 121,1

Sumber: Bank Indonesia

Setelah mengalami fluktuasi pada bulan Mei hingga

bulan September 2015, IKE kembali melemah tipis pada

bulan Oktober 2015 yaitu menjadi sebesar 87,5. Nilai IKE

kembali menguat pada bulan November 2015 menjadi

sebesar 92,6 dan terus menguat hingga bulan Januari

2016 menjadi sebesar 99,9. Pada bulan Januari 2016,

terjadi penguatan IKE dibandingkan dengan tiga bulan

sebelumnya yang disebabkan oleh persepsi responden

terhadap penghasilan yang meningkat dari 106,7 pada

bulan Oktober 2015 menjadi sebesar 117,7 pada bulan

Januari 2016. Selain itu, penguatan IKE juga disebabkan

oleh persepsi responden terhadap ketersediaan

lapangan kerja yang juga meningkat dari 66,8 pada bulan

Oktober 2015 menjadi sebesar 88,0 pada bulan Januari

2016. Indeks persepsi responden terhadap ketepatan

waktu pembelian barang tahan lama pada bulan Januari

2016 juga mengalami peningkatan dibandingkan bulan

Oktober 2015, yaitu menjadi sebesar 93,8.

Sejalan dengan IKK, IEK juga mengalami fluktuasi pada

bulan Mei hingga bulan September 2015, kemudian

terus meningkat sejak bulan Oktober 2015 hingga bulan

Januari 2016. Nilai IEK pada bulan Januari 2016 sebesar

125,4, meningkat dibandingkan dengan IEK pada bulan

Oktober 2015 yang besarnya 111,2. Pada bulan Januari

2016, indeks ekspektasi kegiatan usaha yang meningkat

dari 110,2 pada bulan Oktober 2015 menjadi 121,1. Di

sisi lain, indeks ekspektasi ketersediaan lapangan kerja

dan indeks ekspektasi penghasilan juga mengalami

peningkatan masing-masing sebesar 12,6 dan 12,0 sejak

bulan Oktober 2015 hingga bulan Januari 2016.

IKE kembali menguat pada

bulan November 2015

menjadi sebesar 92,6 dan

terus menguat hingga bulan

Januari 2016 menjadi

sebesar 99,9.

Sejalan dengan IKK, IEK juga

mengalami fluktuasi pada

bulan Mei hingga bulan

September 2015, kemudian

terus meningkat sejak bulan

Oktober 2015 hingga bulan

Januari 2016.

41 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Gambar 9. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia Januari 2015 – Januari 2016

Sumber: Bank Indonesia

Trend peningkatan IKK terjadi pada bulan September

2015 hingga bulan Januari 2016 setelah beberapa bulan

sebelumnya mengalami fluktuasi yang cukup besar. Pada

bulan September 2015, pertumbuhan IKK sempat

mengalami pelemahan signifikan sebesar 18,6 persen

(YoY). Pada bulan Oktober 2015, IKK menguat tipis, yaitu

dengan mengalami pelemahan sebesar 17,7 persen

(YoY). Penguatan IKK terus berlanjut hingga bulan

Januari 2016, yaitu dengan pelemahan IKK yang

besarnya 6,3 persen.

Neraca Pembayaran Indonesia

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV

tahun 2015 mengalami surplus sebesar USD5,1 miliar,

meningkat tajam dibandingkan dengan NPI pada

triwulan III tahun 2015 yang defisit sebesar USD4,6

miliar. Surplus tersebut didorong oleh meningkatnya

surplus neraca transaksi modal dan finansial secara

signifikan menjadi sebesar USD9,5 miliar pada triwulan

IV tahun 2015, lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebesar sebesar USD0,3 miliar.

Sementara itu, defisit neraca transaksi berjalan

meningkat menjadi sebesar USD5,1miliar ( 2,4 persen

PDB), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan III tahun

2015 yang besarnya USD4,2 miliar (1,9 persen PDB).

Trend peningkatan IKK

terjadi pada bulan

Spetember 2015 hingga

bulan Januari 2016.

Neraca Pembayaran

Indonesia (NPI) pada

triwulan IV tahun 2015

mengalami surplus sebesar

USD5,1 miliar.

42 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Meningkatnya defisit neraca transaksi berjalan tersebut

disebabkan oleh penurunan neraca perdagangan

nonmigas akibat ekspor nonmigas yang tumbuh negatif

sebesar 4,2 persen (QtQ) karena masih lemahnya

permintaan global dan terus menurunnya harga

komoditas.

Gambar 10. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan IV Tahun 2015 (Miliar USD)

Sumber: Bank Indonesia

Di sisi lain, impor nonmigas tumbuh sebesar 7,5 persen

(QtQ) seiring dengan meningkatnya permintaan domestik.

Sementara itu, perbaikan kinerja neraca perdagangan

migas, neraca jasa, serta neraca pendapatan primer dan

sekunder tidak bisa mengimbangi penurunan surplus neraca

perdagangan nonmigas. Walaupun demikian, defisit

transaksi berjalan pada triwulan IV tahun 2015 relatif lebih

baik dibandingkan pada triwulan IV tahun 2014 yang

besarnya USD6,0 miliar (2,7 persen PDB).

Seiring dengan surplus NPI, cadangan devisa Indonesia pada

triwulan IV tahun 2015 mencapai sebesar USD105,9 miliar

atau setara dengan 7,4 bulan impor; atau meningkat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang besarnya

USD 101,7 miliar atau setara dengan 6,8 bulan impor.

Impor nonmigas tumbuh

sebesar 7,5 persen (QtQ)

seiring dengan

meningkatnya

permintaan domestik

Cadangan devisa

Indonesia pada triwulan

IV tahun 2015 sebesar

USD105,9 miliar

43 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Gambar 11. Neraca Perdagangan Non-migas dan Migas Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan III Tahun 2015 (Miliar USD)

Sumber: Bank Indonesia

Di sisi lain, neraca transaksi modal dan finansial meningkat

secara signifikan pada triwulan IV tahun 2015 menjadi

sebesar USD9,5 miliar. Surplus tersebut jauh lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan III tahun 2015 yang besarnya

USD0,3 miliar. Surplus tersebut bersumber dari surplusnya

investasi portofolio seiring masuknya dana asing pada

obligasi pemerintah serta surplus investasi lainnya seiring

bertambahnya penarikan pinjaman luar negeri. Selain itu,

menurunnya ketidakpastian perekonomian global dan

meningkatnya keyakinan terhadap prospek perekonomian

Indonesia juga menjadi pendorong meningkatnya kinerja

neraca transaksi modal dan finansial.

Gambar 12. Neraca Transaksi Finansial Indonesia Triwulan I Tahun 2014 – Triwulan IV Tahun 2015 (Miliar USD)

-8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2013 2014 2015

Investasi langsung Investasi Portofolio Investasi lainnya

Sumber : Bank Indonesia

Surplus neraca transaksi

modal dan finansial pada

triwulan IV tahun 2015

meningkat signifikan,

yaitu mencapai USD9,5

miliar.

44 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Pada triwulan IV tahun 2015, aliran investasi langsung

surplus sebesar USD2,3 miliar, lebih tinggi dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang besarnya USD1,8

miliar. Meningkatnya surplus tersebut terutama

dipengaruhi oleh meningkatnya neto aliran masuk

investasi langsung sisi kewajiban yang sebesar USD3,6

miliar dari yang sebelumnya USD3,1 miliar. Selain itu juga

didukung oleh menurunnya arus keluar investasi

langsung sisi asset dari yang sebelumnya USD1,3 miliar

menjadi USD1,2 miliar.

Pada triwulan IV tahun 2015, investasi portofolio surplus

sebesar USD4,4 miliar, meningkat signifikan dari triwulan

III tahun 2015 yang defisit sebesar USD1,5 miliar.

Perkembangan tersebut didorong oleh aksi investor

asing yang melakukan neto beli atas surat utang

pemerintah berdenominasi Rupiah. Selain itu, terjadi

penurunan neto jual asing terhadap surat berharga

sektor swasta domestik, baik berupa saham maupun

obligasi. Dari sisi aset, meningatnya kinerja investasi

portofolio juga didukung oleh pelepasan kepemilikan

atas surat berharga asing oleh masyarakat.

Pada triwulan IV tahun 2015 investasi lainnya surplus

sebesar USD2,7 miliar, meningkat signifikan dibandingkan

dengan surplus triwulan sebelumnya yang besarnya

USD0,5 miliar. Meningkatnya kinerja tersebut didukung

oleh terjadinya surplus aset investasi lainnya yang

besarnya melebihi penurunan surplus kewajiban investasi

lainnya. Surplus sisi aset investasi lainnya bersumber dari

penarikan simpanan sektor swasta domestik pada bank di

luar negeri serta pembayaran atas piutang dagang dan

pinjaman yang diberikan. Sementara itu, turunnya

surplus sisi kewajiban investasi lainnya disebabkan oleh

penurunan surplus investasi lainnya pada sektor publik

yang lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan

surplus investasi lainnya pada sektor swasta.

Pada triwulan IV tahun 2015

investasi langsung surplus

sebesar USD2,3 miliar, lebih

tinggi dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang

besarnya USD1,8 miliar.

Pada triwulan IV tahun

2015, investasi portofolio

surplus sebesar USD4,4

miliar, meningkat signifikan

dari triwulan III tahun 2015

yang defisit sebesar USD1,5

miliar.

Pada triwulan IV tahun 2015

investasi lainnya surplus

sebesar USD2,7 miliar,

meningkat signifikan

dibandingkan dengan

surplus triwulan

sebelumnya yang sebesar

USD0,5 miliar.

45 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Tabel 12. Neraca Pembayaran Indonesia Triwulan I Tahun 2012 – Triwulan IV Tahun 2015 (Miliar USD)

2013 2014 2015

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

I. Transaksi Berjalan -6,0 -10,1 -8,6 -4,3 -4,9 -9,6 -7,0 -6,0 -4,2 -4,3 -4,2 -5,1

A. Barang 1,6 -0,6 0,1 4,7 3,4 -0,4 1,6 2,4 3,1 4,1 4,1 2,0

- Ekspor 44,9 45,2 43,8 48,1 43,9 44,5 43,6 43,2 37,8 39,7 36,1 34,7

- Impor -43,3 -0,5 -43,7 -43,4 -40,6 -4,5 -42,0 -40,8 -34,8 -35,6 -31,9 -

32,8

1. Barang Dagangan Umum

0,1 -0,8 -0,5 4,2 2,8 -0,7 1,2 2,2 2,7 3,8 4,0 2,0

- Ekspor, fob. 44,6 45,0 43,2 47,5 43,4 44,2 43,2 42,9 37,5 39,4 35,7 34,4

- Impor, fob. -43,3 -45,8 -43,7 -43,4 -40,6 -44,9 -42,0 -40,8 -34,8 -35,6 -3,2 -

32,4

1. Non-migas 4,1 1,3 2,1 6,3 5,6 2,5 4,3 4,9 3,9 5,9 6,2 3,0

a. Ekspor 36,1 37,0 34,7 38,9 35,8 36,7 36,0 36,6 33,1 34,7 32,0 30,7

b. Impor -32,0 -35,8 -32,6 -32,6 -30,2 -34,2 -31,6 -31,6 -29,1 -28,8 -25,9 -

27,7

2. Migas -2,9 -2,1 -2,6 -2,1 -2,7 -3,2 -3,1 -2,8 -1,3 -2,1 -2,1 -1,0

a. Ekspor 8,5 7,9 8,5 8,7 7,6 7,5 7,3 6,4 4,4 4,6 3,7 3,7

b. Impor -11,3 -10,0 -11,2 -10,8 -10,3 -10,7 -10,4 -9,2 -5,6 -6,8 -5,8 -4,7

2. Barang Lainnya 0,4 0,3 0,6 0,6 0,5 0,3 0,4 0,3 0,4 0,3 0,1 -0,1

- Ekspor, fob. 0,4 0,3 0,6 0,6 0,5 0,3 0,4 0,3 0,4 0,3 0,4 0,3

- Impor, fob. 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 -0,3 -0,4

B. Jasa – jasa -2,6 -3,6 -2,8 -3,1 -2,1 -2,8 -2,5 -2,6 -1,8 -2,7 -2,2 -1,8

II. Transaksi Modal 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

III. Transaksi Finansial

0,0 8,7 4,5 8,6 6,4 14,5 14,5 9,6 5,1 2,2 0,3 9,5

1. Investasi langsung 3,3 3,3 5,4 0,2 2,0 4,4 5,8 2,7 1,7 3,5 1,8 2,3

2. Investasi portofolio

0,4 3,8 1,5 1,8 8,7 8,0 7,4 1,9 8,5 5,6 -2,2 4,8

3. Investasi lainnya -6,9 1,6 -2,1 6,7 -4,2 2,0 1,4 5,1 -5,2 -6,8 0,5 2,7

IV. Total (I + II + III) -6,0 -1,4 -4,1 4,3 1,5 4,9 7,5 3,6 0,9 -2,1 -3,9 4,4

V. Selisih Perhitungan Bersih

-0,6 -1,0 1,4 -0,1 0,6 -0,6 -1,0 -1,2 0,4 -0,9 -0,7 0,7

VI. Neraca Keseluruhan (V + VI)

-6,6 -2,5 -2,6 4,4 2,1 4,3 6,5 2,4 1,3 -2,9 -4,6 5,1

- Posisi Cadangan Devisa

104,8 98,1 95,7 99,4 102,6 107,7 111,2 111,9 111,6 108,0 101,7 105,

9

Dalam Bulan Impor 5,7 5,4 5,2 5,5 5,7 6,1 6,3 6,4 6,6 6,8 6,8 7,4

Transaksi Berjalan (%PDB)

-2,6 -4,2 -3,7 -2,1 -2,3 -4,3 -3,0 -2,7 -2,0 -2,0 -1,9 -2,4

Sumber : Bank Indonesia

46 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Box 1.

Dampak Penutupan Empat Perusahaan pada Sektor Industri di Indonesia

Pada awal tahun 2016, sektor industri di Indonesia bergejolak akibat beberapa

perusahaan menghentikan operasinya di Indonesia, yaitu dalam industri otomotif dan

industri elektronik. Dalam industri otomotif, PT Ford Motor Indonesia (FMI) resmi

menututup usahanya di Indonesia pada 25 Januari 2016. Seluruh operasi PT FMI akan

diberhentikan sebelum akhir tahun 2016 dan akan dikonsentrasikan pada sumber daya

yang ada di tempat lain. PT FMI berhenti beroperasi disebabkan oleh penjualan yang

relatif masih kecil dan justru mengalami penurunan dari tahun ke tahun.

Berdasarkan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gakindo), dalam lima

tahun terakhir sejak tahun 2011 penjualan dan pangsa pasar PT FMI terus menurun.

Pada tahun 2011, penjualan PT FMI mencapai 15.620 unit atau 1,8 persen dari total

penjualan mobil tahun 2011. Pada tahun 2012, penjualan menurun 23,7 persen atau

menjadi 11.958 unit dengan pangsa pasar sebesar 1,1 persen. Pada 2013, penjualan

kembali menurun 17,4 persen yaitu menjadi 9.907 unit dengan pangsa pasar di bawah

1,0 persen. Penjualan PT FMI pada tahun 2014 meningkat 21,2 persen, atau menjadi

sebesar 12.008 unit dengan pangsa pasar mendekati 1,0 persen. Pada tahun 2015

penjualan PT FMI menurun signifikan sebesar 58,5 persen, yaitu menjadi 4.986 unit

dengan pangsa pasar sebesar 0,5 persen.

Dampak penutupan PT FMI secara langsung tidak terlalu signifikan karena hanya

memperkerjakan 32 pekerja. Namun demikian, penutupan tersebut berpengaruh pada

distributor PT FMI yang tersebar di 20 wilayah, atau terdapat potensi pengangguran dari

distributor-distributor PT FMI di ke-20 wilayah tersebut.

Sementara itu, menurut Ketua III Gakindo, Johnny Darmawan, berhentinya PT FMI di

Indonesia tidak mencerminkan potensi pasar otomotif Indonesia di waktu mendatang.

Rasio antara kepemilikan mobil dengan jumlah penduduk di Indonesia masih relatif

rendah. Selain itu, daya beli masyarakat relatif meningkat sehingga menyebabkan

permintaan mobil baru akan relatif tetap tinggi. Sementara itu, menurut Kepala BKPM,

Franky Sibarani, berhentinya operasi PT FMI di Indonesia tidak berpengaruh signifikan

terhadap investasi di Indonesia. Hal senada juga disampaikan oleh Menteri

Perindustrian, Saleh Husein, bahwa PT FMI tidak berinvestasi dengan membangun

pabrik di Indonesia tetapi mengimpor dari pabrik di Thailand, sehingga walaupun

berhenti beroperasi relatif tidak mempengaruhi investasi nasional.

Pada industri elektronik, restrukturisasi perusahaan yang dilakukan oleh Grup Panasonic

Gobel pada tiga pabrik yang berlokasi di Cikarang dan Cileungsi, Jawa Barat serta di

Pasuruan, Jawa Timur menimbulkan kekhawatiran beberapa kalangan.

47 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

PT Toshiba yang berlokasi di Cikarang akan ditutup pada bulan April 2016. Sementara itu,

PT Panasonic Lighting Indonesia (PLI) di Pasuruan, Jawa Timur telah ditutup pada awal

Januari 2016, sedangkan PT PLI yang berlokasi di Cikarang, Jawa Barat akan ditutup pada

bulan Februari 2016.

Kedua pabrik PT PLI di Cikarang dan Pasuruan tersebut kemudian digabung (merger) dan

dikonsentrasikan di Pasuruan, Jawa Timur dan Cileungsi, Jawa Barat. Penggabungan

tersebut bertujuan agar perusahaan dapat mengikuti perkembangan teknologi dan

memperkuat daya saing. PT PLI bermaksud mengganti proses produksi dan teknologi

lampu dengan yang lebih baik dan yang memiliki nilai tambah lebih tinggi. Hal tersebut

dilatarbelangi oleh berubahnya preferensi pasar dari lampu hemat energi compact

fluorencent lamp (CFL) dan beralih ke lampu light emitting diode (LED).

Penutupan ketiga pabrik Grup Panasonic Gobel, menurut Presiden Konfederasi Serikat

Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal, berpotensi menimbulkan pemutusan hubungan

kerja (PHK) pada sekitar 2500 pekerja. Jumlah tersebut terdiri dari sekitar 1.700 anggota

KSPI di PT PLI dan 970 anggota KSPI di PT Toshiba. Penutupan pabrik berpotensi

menyebabkan PHK terhadap 600-700 pekerja di PT PLI Pasuruan untuk periode

Desember 2015 sampai dengan Januari 2016, serta 900-1000 pekerja di PT PLI Cikarang

untuk periode Januari 2016 sampai dengan Maret 2016.

Selain PT PLI dan PT Toshiba, PT Samoin dan PT Starlink yang merupakan perusahaan

elektronik dari Korea Selatan juga telah selesai beroperasi di Indonesia pada bulan

Januari 2016. Akibat dari penutupan usaha tersebut adalah terjadinya PHK pada 1.200

pekerja pada PT Samoin dan 500 pekerja pada PT Starlink.

Sementara itu, menurut Ketua Badan Kordinasi Penanaman Modal (BKPM), Franky

Sibarani, penutupan tiga pabrik Grup Panasonic Gobel tidak bisa dijadikan sebagai

indikator melemahnya iklim industri elektronik di Indonesia. Dari puluhan pabrik PT PLI,

tidak semua pabrik menutup operasional usaha dan melakukan PHK. Selain itu, pada

Januari 2016 jumlah permohonan izin prinsip untuk perusahaan elektronik di Indonesia

meningkat 106 persen dibandingkan tahun 2016. Berdasarkan klarifikasi yang diterima

oleh BKPM, jumlah pekerja yang terkena PHK adalah sebanyak 425 pekerja pada PT PLI

dan 360 pekerja pada PT Toshiba.

Beberapa faktor yang dinilai sebagai penyebab melesunya industri elektronik di

Indonesia adalah kondisi pasar yang tidak kondusif akibat pengaruh dari melambatnya

pasar global. Perlambatan ekonomi tersebut menyebabkan turunnya daya beli

masyarakat. Selain itu, menurut ketua KSPI, pengendalian upah yang diatur dalam PP

Nomor 78 tahun 2015 menyebabkan penurunan daya beli masyarakat, terutama buruh

pabrik yang merupakan pasar utama dari industri elektronik.

48 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA

Sampai dengan akhir tahun 2015, realisasi pembiayaan utang seluruhnya mencapai Rp374,5

triliun.

Sementara itu, total utang pemerintah pusat mencapai Rp 3.098,6 triliun.

Penerbitan SBN mengalami peningkatan yang cukup siginifikan dari Rp 1.187,7 triliun pada akhir

tahun 2011 menjadi Rp 2.346,7 triliun pada tahun 2015.

Realisasi penarikan pinjaman luar negeri mencapai Rp81,9 triliun atau 168,5 persen dari target

yang ditetapkan di dalam APBN-P 2015.

49

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA

Pembiayaan Utang Pemerintah

Dalam periode 5 tahun terakhir (2011-2015), realisasi

pembiayaan utang pemerintah meningkat rata-rata sebesar

38,2 persen. Pada tahun 2011 pembiayaan utang

pemerintah mencapai sebesar Rp102,7 triliun dan terus

meningkat menjadi Rp 374,5 triliun di tahun 2015. Di tahun

2015, realisasi pembiayaan bersumber dari SBN (neto)

sebesar Rp361,6 triliun, pinjaman luar negeri (neto) sebesar

Rp12,3 triliun, dan pinjaman dalam negeri (neto) sebesar Rp

0,6 triliun (Tabel 13).

Tabel 13. Perkembangan Pembiayaan Utang Pemerintah 2011-2015 (triliun rupiah)

Jenis Pembiayaan Utang Real 2011

Real 2012

Real 2013

Real 2014

Real 2015

Rata-Rata 2011-2015

I SBN (Neto) 119,9 159,7 224,6 265,0 361.6 31,8

II Pinjaman Luar Negeri (Neto) (17,8) (23,5) (5,8) (13,4) 12.3

a. Penarikan (Bruto) 33,7 31,4 51,4 50,7 81.9 24,8

i. Pinjaman Program 15,3 15,0 18,4 16,9 55.1 37,8

ii. Pinjaman Proyek 14,3 12,6 33,0 33,8 26.8 17,1

b. Penerusan Pinjaman (4,2) (3,8) (3,9) (1,2) (3.6) (3,9)

c. Pembayaran Cicilan Pokok (47,3) (51,1) (57,2) (64,2) (66.0) 8,7

III Pinjaman Dalam Negeri (Neto) 0,6 0,8 0,5 2,2 0.6 (0,8)

Jumlah 102,7 137,0 219,3 253,7 374,5 38,2

Sumber : Kementerian Keuangan

Pagu dan Realisasi Pembiayaan Utang

Pada tabel 14 dapat dilihat pagu dan realisasi pembiayaan

utang sampai dengan Triwulan III tahun 2015. Berdasarkan

komposisinya, pinjaman (neto) memiliki proporsi terbesar

yakni 241,9 persen. Dari besaran tersebut, pinjaman luar

negeri (neto) dan dalam negeri (neto), masing-masing

menyumbangkan proporsi 263 persen dan 37,4 persen.

Tabel 14. Pagu Dan Realisasi Pembiayaan Utang 2013-2015 (Triliun Rupiah)

INSTRUMEN Real 2013

Real 2014

APBN-P 2015

Real 2015

Persentase thd APBN-P

TOTAL (neto) 219.3 253,7 276,7 373,1 135,4%

PINJAMAN (neto) -5.3 -11,3 -18,4 12,9 241,9%

Pinjaman Luar Negeri (neto) -5,8 -13,4 -20,1 12,3 263,0%

- Pinjaman Program 18,4 16,9 7,5 55,1 734,5%

- Pinjaman Proyek 36,9 35,0 41,1 26,8 65,2%

- Penerusan Pinjaman (SLA) -3,9 -1,2 -4,5 -3,6 78,9%

- Pembayaran Cicilan Pokok ULN -57,2 -64,2 -64,2 -66,0 102,8%

Dibandingkan SBN, pinjaman (neto) memiliki proporsi terbesar terhadap APBN-P 2015

Dalam tahun 2015, utang pemerintah mencapai Rp374,5 triliun

50

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

INSTRUMEN Real 2013

Real 2014

APBN-P 2015

Real 2015

Persentase thd APBN-P

Pinjaman Dalam Negeri (neto) 0,5 2,2 1,7 0,6 37,4%

- Pinjaman Dalam Negeri 0,6 2,4 2,0 0,8 38,9%

- Pembayaran Cicilan Pokok

PDN 0,1 0,2 0,3 -0,1 -47,1%

SURAT BERHARGA NEGARA (neto) 224,7 265,0 295,1 361,6 122,5%

- SBN 327,7 428,1 452,2 514,0 113,7%

- Jatuh tempo dan Buyback SBN -103,1 -163,2 -157,1 -152,4 97,0%

Sumber : Kementerian Keuangan

Posisi Utang Pemerintah

Posisi utang pemerintah dalam periode tahun 2011-2015

dapat dilihat pada Tabel 15. Total utang pemerintah pusat

mencapai Rp3.098 triliun atau meningkat rata-rata sebesar

14,4 persen. Total utang pemerintah tersebut terdiri atas

dua bagian, yakni utang dalam bentuk pinjaman dan dalam

bentuk SBN. Outstanding pinjaman pemerintah mencapai

sebesar Rp751,9 triliun atau naik rata-rata sebesar 4,9

persen. Sementara itu, outstanding SBN mencapai

Rp2.346,7 triliun atau meningkat rata-rata sebesar 18,6

persen.

Tabel 15. Posisi Utang Pemerintah 2011-2015

Outstanding (triliun rupiah) Rata-Rata

2011 2012 2013 2014 2015 2011-2015

Total Utang Pemerintah Pusat 1.809,0 1.977,7 2.375,5 2.608,8 3.098,6 14,4 a Pinjaman 621,3 616,6 714,4 677,6 751,9 4,9 1, Pinjaman Luar Negeri 620,3 614,8 712,2 674,3 748,1 4,8 Bilateral*) 381,7 359,8 383,5 334,6 337,8 -3,0 Multilateral**) 213,0 230,2 288,3 292,3 360,0 14,0 Komersil***) 25,2 24,4 40,0 47,2 50,1 18,8 Suppliers***) 0,5 0,4 0,4 0,2 0,2 -23,6 Lain-Lain***) - - - - - 2, Pinjaman Dalam Negeri 1,0 1,8 2,3 3,2 3,9 39,8

b SBN 1.187,7 1.361,1 1.661,1 1.931,2 2.346,7 18,6 Denominasi Valas 195,6 264,9 399,4 456,6 610,6 32,9 Denominasi Rupiah 992,0 1.096,2 1.261,7 1.474,6 1.736,1 15,0

Catatan:

*Termasuk semi commercial

**Beberapa termasuk semi concessional

***Seluruhnya termasuk commercial

Sumber : Kementerian Keuangan

Persentase pinjaman dan SBN terhadap total utang

pemerintah selama 2011- 2015 dapat dilihat pada Tabel 16.

Dalam kurun waktu tersebut, porsi pinjaman dalam struktur

Dalam kurun waktu 2011- 2015, total utang pemerintah pusat meningkat rata-rata sebesar 14,4 persen

Porsi pinjaman dalam struktur utang pemerintah terus mengalami penurunan

51

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

utang pemerintah terus mengalami penurunan dari 34,3

persen di tahun 2011 menjadi 24,3 persen tahun 2015.

Tabel 16. Persentase Pinjaman dan SBN Terhadap Total Utang Pemerintah 2011- 2015 2011 2012 2013 2014 2015

Total Utang Pemerintah Pusat (triliun rupiah) 1.809,0 1.975,4 2.375,5 2.608,8 3.098,6 a Pinjaman (triliun rupiah) 621,3 614,3 714,4 677,6 751.9 b SBN (triliun rupiah) 1.187,7 1.361,1 1.661,1 1.931,2 2,346.7

Denominasi Valas 195,6 264,9 399,4 456,6 610.6

Denominasi Rupiah 992,0 1.096,2 1.261,7 1.474,6 1,736.1

Prosentase Pinjaman Terhadap Total Utang 34,3 31,1 30,1 26,0 24,3

Prosentase SBN Valas Terhadap Total Utang 10,8 13,4 16,8 17,5 19,7

Prosentase SBN Domestik Terhadap Total Utang 54,8 55,5 53,1 56,5 56,0

Sumber: Kementerian Keuangan

Sebaliknya, porsi SBN dalam struktur utang pemerintah

terus mengalami peningkatan dalam kurun waktu 2011-

2015. Utang pemerintah dalam bentuk SBN sekitar 75

persen dari total utang pemerintah. Porsi outstanding SBN

domestik terhadap total outstanding utang secara rata-rata

berada di atas 50 persen. Sementara itu, porsi outstanding

SBN valas terhadap total utang pemerintah juga mengalami

peningkatan dari 10,8 persen pada tahun 2011 menjadi 19,7

persen tahun 2015.

Surat Berharga Negara (SBN)

Tabel 17 dibawah menunjukkan posisi outstanding SBN

dalam kurun waktu 2011-2015. Penerbitan SBN mengalami

peningkatan yang cukup siginifikan dari Rp1.187,7 triliun

pada akhir tahun 2011 menjadi Rp2.346,7 triliun tahun

2015. Dalam kurun lima tahun terakhir, pasar keuangan

domestik menjadi prioritas penerbitan SBN. Hal ini dapat

dilihat dari peningkatan penerbitan SBN di pasar keuangan

domestik dari tahun ke tahun. Selama periode tersebut,

penerbitan SBN domestik meningkat rata rata sebesar 18,9

persen. Meningkatnya penerbitan SBN tersebut berdampak

pada meningkatnya outstanding SBN domestik.

Outstanding SBN domestik meningkat dari Rp723,6 triliun

pada tahun 2011 menjadi Rp1.446,9 triliun tahun 2015.

Sama halnya dengan SBN domestik, penerbitan SBN valas

di pasar internasional juga mengalami peningkatan yang

cukup signifikan. Dalam kurun waktu 2011-2015,

penerbitan SBN valas meningkat rata-rata sebesar 35

Hingga akhir 2015, utang pemerintah dalam bentuk SBN mencapai sekitar 75 persen dari total utang pemerintah

Penerbitan SBN mengalami peningkatan yang cukup siginifikan selama 2011-2015

Dalam kurun waktu 2011-2015, penerbitan SBN valas meningkat rata-rata sebesar 35 persen

52

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

persen. Outstanding SBN valas meningkat dari Rp195,7

triliun pada tahun 2011 menjadi Rp610,6 triliun tahun

2015. Dalam mata uang asing, sampai dengan 2015,

outstanding SBN valas dalam mata uang USD adalah

sebesar USD39,7 miliar, mata uang Yen Jepang sebesar

JPY255 miliar, dan dalam mata uang euro sebesar EUR2,25

miliar.

Tabel 17. Posisi Outstanding Surat Berharga Negara 2011 - 2015 (triliun Rupiah)

JENIS SBN 31-Des-11 31-Des-12 31-Des-13 31-Des-14 31-Des-15

I. SBN Rupiah Fixed Rate 517.142,0 610.393,0 751.273,0 945.963,0 1.148.916,0

Variable Rate 135.063,0 122.755,0 122.755,0 113.344,0 96.743,0

Zero Coupon 2.512,0 1.263,0 - -

SPN 29.900,0 22.820,0 34.050,0 39.950,0 42.950,0

SBSN 38.988,0 63.035,0 87.174,0 110.704,0 158.236,0

Total SBN Rupiah 723.605,0 820.266,0 995.252,0 1.209.961,0 1.446.845,0

II. SBN Valas SUN (dalam juta USD) 18.700,0 22.950,0 27.140,0 29.190,0 32.690,0

SBSN (dalam juta USD) 1.650,0 2.650,0 4.150,0 5.000,0 7.000,0

SUN (dalam juta JPY) 95.000,0 155.000,0 155.000,0 155.000,0 255.000,0

SUN (dalam juta EUR) - - - 1.000,0 2.250,0

Total SBN Valas 195.649,0 264.912,0 399.374,0 456.616,0 610.633,0

III. Yang tidak diperdagangkan SPNS - - - - 5.084,0

SUP 244.636,0 240.144,0 234.870,0 229.054,0 222.642,0

SPN - -

- 22.434,0

SBR - - - 2.391,0 2.391,0

SDHI 23.783,0 35.783,0 31.533,0 33.197,0 36.697,0

Total SBN Valas 268.419,0 275.927,0 266.403,0 264.642,0 289.248,0

GRAND TOTAL SBN 1.187.673,0 1.361.105,0 1.661.028,0 1.931.219,0 2.346.726,0

Asumsi Kurs (IDR/USD) 9.068,0 9.670,0 12.189,0 12.440,0 13.795,0

Asumsi Kurs (IDR/JPY) 117,0 112,0 116,0 104,0 114,52,0

Asumsi Kurs (IDR/EUR)

15.133,0 15.070,0

Komposisi SBN Rupiah (dalam %) 60,9 80,5 59,9 62,7 61,7

SBN Valas (dalam %) 16,5 19,5 24,0 23,6 26,0

Sumber: Kementerian Keuangan

Selanjutnya Tabel 18 menunjukkan target dan realisasi

penerbitan SBN 2015 (neto) terkait perannya sebagai

instrumen utama pembiayaan APBN.

SBN masih menjadi prioritas utama dalam pembiayaan APBN-P 2015

53

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Tabel 18. Realisasi Penerbitan Surat Berharga Negara s.d. Tahun 2015 (Neto) (Juta Rupiah)

Uraian Target APBN-

P

Target APBN-P (defisit

2,6%)

Nominal Realisasi sd 31

Desember 2015

% Realisasi (thd defisit

2,8%)

SBN Netto 277.049.800,0 361.607.128,0 361.607.128,0 100.0

SBN Jatuh Tempo 2015 153.612.324,0 152.418.613,0 152.418.613,0 100.0

Rencana Buyback 3.000.000,0 1.401.290,0 1.401.290,0 100.0

Kebutuhan Penerbitan 2015 (Bruto)* 430.662.124,0 514.025.741,0 514.025.741,0 100.0

SUN 395.511.563,0

SUN Domestik 308.942.874,0

- ON 202.110.000,0

- SPN 52.200.000,0

- Private Placement 27.194.119,0

- SUN RITEL 27.438.755,0

SUN Valas 86.568.689,0

SBSN 118.514.178,0

SBSN Domestik 92.092.178,0

SBSN Valas 26.422.000,0

Sumber : Kementerian Keuangan

Posisi kepemilikan SBN domestik 2011-2015 dapat dilihat

pada Tabel 19. Dari sisi kepemilikan, realisasi penerbitan

SBN domestik lebih banyak diserap oleh investor nonbank,

terutama oleh investor asing, asuransi, reksadana, dan

investor lainnya termasuk investor individu. Nilai total SBN

domestik yang diserap oleh investor nonbank mencapai

Rp962,9 triliun atau 65,9 persen dari total SBN domestik.

Investor perbankan menyerap Rp350,1 triliun atau 23,9

persen dari total SBN domestik. Sedangkan sisanya sebesar

10,2 persen dimiliki oleh Institusi Pemerintah.

Tabel 19 juga menunjukkan komposisi kepemilikan SBN

domestik. Kepemilikan investor asing pada SBN domestik

meningkat menjadi 38,2 persen. Di satu sisi, tingginya

kepemilikan asing mengindikasikan instrumen keuangan

Indonesia masih cukup menarik. Sementara di sisi lain,

tingkat kerentanan terhadap pembalikan modal (sudden

reversal) juga semakin meningkat.

Investor nonbank masih mendominasi kepemilikan SBN domestik

Dalam kurun waktu 2011-2015, kepemilikan investor asing pada SBN meningkat menjadi 38,2 persen

54

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Tabel 19. Posisi Kepemilikan SBN DOMESTIK 2011 - 2015 (triliun Rupiah)

2011 2012 2013 2014 2015 Rata-Rata Persentase

Kepemilikan

Bank 265,0 299,7 335,4 375,6 350,1 7,2 24,0

Institusi Pemerintah 7,8 3,1 44,4 41,6 148,9 108,8 10,2

Nonbank 450,8 517,5 615,4 792,8 962,9 20,9 65,9 Reksadana 47,2 43,2 42,5 45,8 61,6 6,9 4,2 Asuransi 93,1 83,4 129,6 150,6 171,6 16,5 11,7 Asing 222,9 270,5 323,8 461,4 558,5 25,8 38,2 Dana Pensiun 34,4 56,5 39,5 43,3 49,8 9,7 3,4 Sekuritas 0,1 0,3 0,9 0,8 0,3 16,7 0,0 Individu

32,5 30,4 42,5

2,9 Lain lain 53,1 64,6 46,7 60,5 78,5 10,3 5,4

Total 723,6 820,3 995,3 1.210,0 1461,8 19,2 100,0

Sumber : Kementerian Keuangan

Pinjaman

Pembiayaan utang melalui pinjaman terdiri dari pinjaman

luar negeri dan pinjaman dalam negeri. Sedangkan

pinjaman luar negeri meliputi pinjaman program dan

pinjaman proyek. Tabel 20 menunjukkan realisasi

pembiayaan utang melalui pinjaman pada tahun 2011-2015.

Realisasi pinjaman luar negeri mencapai 168,5 persen dari

APBN-P 2015. Realisasi pinjaman luar negeri tersebut

merupakan realisasi penarikan pinjaman proyek yang baru

mencapai Rp26,8 triliun (65,2 persen dari APBN-P 2015) dan

pinjaman program sebesar Rp55,1 triliun (734,5 persen dari

APBN-P 2015). Beberapa faktor seperti lambatnya proses

pengadaan barang dan jasa, dan pemberian ijin

pemanfaatan lahan, menjadi penyebab rendahnya realisasi

pinjaman proyek.

Tabel 20. Realisasi Pembiayaan Utang Melalui Pinjaman 2011 - 2015 (trilun Rupiah)

JENIS PEMBIAYAAN UTANG Real 2011

Real 2012

Real 2013

Real 2014

APBN-P 2015

Real 2015

Proporsi thd APBN-P 2015

PINJAMAN 34,4 32,0 55,8 54,1 50,3 82,7 164,3 Pinjaman Luar Negeri 33,8 31,0 55,3 52,0 48,6 81,9 168,5

- Pinjaman Program 15,3 15,0 18,4 16,9 7,5 55,1 734,5

- Pinjaman Proyek 14,3 12,7 36,9 35,1 41,1 26,8 65,2

Pinjaman Dalam Negeri 0,6 0,8 0,5 2,2 1,7 0,8 45,7

Sumber : Kementerian Keuangan

Realisasi pinjaman luar negeri mencapai 164,3 persen dari APBN-P 2015

Realisasi pinjaman luar negeri mencapai Rp81,9 triliun

55

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Nilai total ekspor Indonesia pada triwulan IV tahun 2015 adalah sebesar USD35.119,6 juta,

mengalami penurunan sebesar 18,8 persen jika dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2014.

Pada akhir triwulan IV tahun 2015 total impor Indonesia adalah sebesar USD34.750,5 juta

atau menurun sebesar 19,9 persen (YoY).

Neraca perdagangan total Indonesia pada triwulan IV tahun 2015 mengalami surplus sebesar

USD369,1 juta, yang disebabkan karena neraca perdagangan sektor nonmigas surplus sebesar

USD1.394,5 juta.

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN DOMESTIK

DAN INTERNASIONAL

56

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Isu prioritas dalam paket

kebijakan ekonomi IX yang

terkait dengan

perdagangan adalah

stabilisasi harga daging

serta peningkatan sektor

logistik dari desa ke pasar

globa.l

Kebijakan yang akan

diambil terkait stabilisasi

harga daging adalah

menambah sumber

alternatif penyediaan

hewan dan produk hewan

dari negara maupun zona

tertentu (yang ditetapkan

OIE).

ISU TERKINI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Paket Kebijakan Ekonomi IX – Percepatan Pembangunan Infrastruktur Tenaga

Listrik, Stabilisasi Harga Daging, dan Peningkatan Sektor Logistik Desa-Kota

Dalam paket kebijakan ekonomi IX, arah kebijakan

diprioritaskan pada 3 (tiga) isu, yaitu (1) percepatan

pembangunan infrastruktur tenaga listrik, (2) stabilisasi

harga daging, dan (3) peningkatan sektor logistik desa-kota.

Terkait isu pertama, Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian, Darmin Nasution menyatakan Pemerintah

akan mengeluarkan Peraturan Presiden untuk

mempercepat pembangunan infrastruktur

ketenagalistrikan. Selain demi memenuhi kebutuhan listrik

untuk rakyat, pembangunan infrastruktur ini akan

mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus meningkatkan

rasio elektrifikasi.

Terkait isu stabilisasi pasokan dan harga daging sapi, guna

mengatasi terbatasnya jumlah negara pemasok maka

Pemerintah Indonesia perlu memperluas akses dari negara

maupun zona tertentu yang memenuhi syarat kesehatan

hewan - yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Hewan

Internasional (OIE) - untuk menambah alternatif sumber

penyediaan hewan dan produk hewan. Untuk itu Menteri

Pertanian akan menetapkan negara atau zona dalam suatu

negara, unit usaha atau farm untuk pemasukan ternak

dan/atau produk hewan berdasarkan analisis resiko dengan

tetap memperhatikan ketentuan OIE.

Dengan demikian, pemasukan ternak dan produk hewan

dalam kondisi tertentu tetap bisa dilakukan, seperti dalam

keadaan bencana, kurangnya ketersediaan daging, atau

ketika harga daging sedang naik yang bisa memicu inflasi

dan mempengaruhi stabilitas harga. Jenis ternak yang dapat

dimasukkan berupa sapi atau kerbau bakalan, sedangkan

produk hewan yang bisa didatangkan berupa daging tanpa

tulang dari ternak sapi dan/atau kerbau. Kebijakan ini

diharapkan mampu menstabilisasi pasokan daging dalam

negeri dengan harga yang terjangkau dan kesejahteraan

peternak tetap meningkat.

57

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Panjangnya rantai logistik

dan tingginya perbedaan

harga pangan antar wilayah

berpotensi menyebabkan

lonjakan harga pangan,

yang akan berujung pada

tekanan inflasi.

Terkait isu sektor logistik dari desa ke pasar global, perlu

dilakukan pembenahan untuk meningkatkan efisiensi dan

daya saing serta pembangunan konektivitas ekonomi desa-

kota. Lima jenis usaha yang dideregulasi, adalah :

a. Pengembangan usaha jasa penyelenggaraan pos

komersial dengan cara menyelaraskan ketentuan

tentang besaran tarif guna mendorong efisiensi jasa

pelayanan pos.

b. Penyatuan pembayaran jasa-jasa kepelabuhanan secara

elektronik (single billing) oleh Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) yang mengoperasikan pelabuhan.

c. Optimalisasi sinergi BUMN sebagai

agregator/konsolidator ekspor produk-produk UKM,

geographical inidications (seperti akar wangi, gambir,

dan sejenisnya), dan ekonomi kreatif (seperti film,

musik, dan sejenisnya).

d. Sistem pelayanan terpadu kepelabuhan secara

elektronik, dengan cara pengembangan port system

menjadi inaportnet yang terintegrasi ke dalam INSW

guna memperlancar pergerakan barang dan dokumen di

pelabuhan.

e. Penggunaan mata uang rupiah untuk transaksi kegiatan

transportasi.

Gejolak Harga Pangan Masih Mengancam Inflasi

Bank Indonesia (BI) mengkhawatirkan tekanan inflasi akibat

gejolak harga bahan makanan. Rantai logistik yang panjang

dan perbedaan harga pangan yang tinggi antar wilayah

Indonesia, membuat potensi lonjakan harga pangan masih

terjadi.

Rantai logistik yang panjang pernah dikeluhkan oleh Badan

Pusat Statistik (BPS). Menurut BPS, saat ini distribusi

perdagangan beras, cabai merah, bawang merah, jagung

pipilan, dan daging ayam ras dari produsen ke konsumen

akhir melibatkan dua hingga sembilan fungsi kelembagaan

usaha perdagangan.

Jalur distribusi perdagangan terpanjang adalah untuk

komoditas cabai merah, bawang merah, dan jagung pipilan

di Jawa Tengah. Sedangkan jalur distribusi perdagangan

Pembangunan efisiensi,

daya saing, dan

konektivitas ekonomi

desa-kota dilakukan

melalui deregulasi 5 (lima)

jenis usaha.

Rantai logistik yang panjang

antara lain pada komoditas

beras, cabai merah, bawang

merah, jagung pipilan, dan

daging ayam ras.

58

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Integrasi SRG mobile

dengan PLK diharapkan

akan meningkatkan volume

SRG dan PLK.

Komoditas yang paling

banyak disimpan di gudang

SRG adalah gabah.

Komoditas dengan transaksi

PLK terbesar (media 2015)

adalah jagung dan beras.

terpanjang untuk komoditas beras dan daging ayam ras ada

di DKI Jakarta.

Rantai perdagangan yang panjang membuat margin

perdagangan dan pengangkutan menjadi lebih besar.

Dengan margin yang besar, biaya yang harus dibayar oleh

konsumen terhadap suatu bahan pangan menjadi lebih

mahal. Selain memperbaiki logistik atau distribusi,

perbaikan produksi juga diperlukan. Sebab gangguan iklim

seperti El Nino dan La Nina mengancam ketersediaan bahan

makanan.

Volume Resi Gudang dan Pasar Lelang Akan Meningkat 2016

Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi

(Bappebti) menyatakan volume Sistem Resi Gudang (SRG)

dan Pasar Lelang Komoditas (PLK) akan meningkat pada

2016 seiring integrasi keduanya melalui perangkat dalam

jaringan (daring/online). Namun, karena masih dalam tahap

embiro, belum bisa diprediksi seberapa jauh

perkembangannya. Kepala Bappebti Sutriono Edi, pada

bulan Juni 2016 akan diluncurkan SRG mobile yang

terintegrasi dengan PLK di dua daerah percontohan (pilot

project), yaitu Tasikmalaya dan Ciamis.

Sepanjang 2015, total gudang yang telah mendapat

persetujuan sebagai gudang SRG adalah 117 buah, dengan

lokasi yang tersebar di 19 provinsi, dan 91 diantaranya telah

menerbitkan resi. Jumlah resi gudang yang telah diterbitkan

selama tahun 2009-2015 mencapai 2.173 resi, dengan total

volume komoditas sebanyak 81.440,08 ton. Komoditas yang

paling banyak disimpan di gudang SRG adalah gabah

(68.742,06 ton), beras (6.449,22 ton), dan jagung (5.101,07

ton).

Di samping itu, nilai transaksi PLK medio 2015 mencapai Rp

240,55 miliar, dengan total komoditas berjumlah 136 jenis.

Sepuluh transaksi komoditas terbesar adalah jagung (17,37

persen), beras (16,43 persen), jahe (6,90 persen), lada (6,55

persen), bawang merah (4,74 persen), jeruk (3,58 persen),

kakao (3,11 persen), kopi (2,89 persen), gambir hitam (2,66

persen), dan kacang mete (2,20 persen).

59

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Menurut hasil survei JBIC

tahun 2015, negara yang

menjanjikan untuk berbisnis

di luar negeri adalah India,

Indonesia, dan RRT.

BKPM menambahkan

jumlah izin yang dapat

terbit dengan layanan izin

investasi 3 jam menjadi

delapan perizinan dan surat

keterangan peta informasi

ketersediaan lahan.

Alasan Indonesia termasuk

ke dalam negara yang

menjanjikan untuk bisnis

adalah pertumbuhan pasar

lokal di masa datang,

sedangkan isu yang

dominan adalah upah

tenaga kerja yang

meningkat.

India mengungguli

Indonesia karena sumber

daya manusia yang

berkualitas dan tidak ada

masalah dengan kenaikan

upah buruh.

Survei JBIC 2015: Indonesia Peringkat Kedua Sebagai Negara yang Menjanjikan

untuk Berinvestasi

JBIC melakukan survei mengenai operasi bisnis oleh

perusahaan manufaktur Jepang setiap tahun. Responden

dari survei ini adalah perusahaan manufaktur Jepang yang

memiliki afiliasi di luar negeri. Hasil survei tahun 2015

menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat kedua

dalam aspek negara yang menjanjikan untuk bisnis di luar

negeri untuk jangka waktu menengah. Peringkat pertama

diduduki oleh India dan peringkat ketiga diduduki oleh RRT.

Alasan mengapa Indonesia termasuk ke dalam negara yang

menjanjikan untuk bisnis secara berurutan menurut jumlah

koresponden yang menjawab adalah: (a) potensi

pertumbuhan pasar lokal di masa datang, (b) ukuran pasar

lokal saat ini, (c) tenaga kerja yang murah, (d) basis pemasok

untuk perakit dan (e) konsentrasi industri yang sesuai. Di

lain pihak, isu yang diperhatikan untuk Indonesia secara

berurutan adalah: (i) upah tenaga kerja yang meningkat, (ii)

eksekusi hukum yang tidak jelas, (iii) infrastruktur yang tidak

memadai, (iv) ketatnya persaingan dengan perusahaan

lainnya dan (v) kesulitan dalam mempertahankan staf di

level manajer.

Tahun 2014 dan tahun 2015, India menduduki peringkat

satu sebagai negara yang menjanjikan prospek bisnis

pengusaha Jepang. Faktor utama India menjadi peringkat

satu adalah India memiliki sumber daya manusia yang lebih

berkualitas. Selain itu, di India tidak ada masalah mengenai

kenaikan upah buruh.

Layanan Izin Investasi 3 Jam

Di awal tahun 2016, BKPM meningkatkan pelayanan izin

investasi 3 jam dengan bertambahnya jumlah izin yang dapat

diterbitkan. Sebelumnya, jumlah izin yang dapat diterbitkan

hanya tiga yaitu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), surat

pendirian Perseroan Terbatas (PT) dan izin investasi. Kini

tambahan perizinan yang dapat diterbitkan berjumlah lima

yaitu Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Izin Mempekerjakan

Tenaga Asing (IMTA), Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing

(RPTKA), Angka Pengenal Importir Produsen (API-P) dan

60

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Syarat layanan izin investasi 3

jam tidak berubah.

Per Desember 2015 Yuan

diakui oleh IMF sebagai

salah satu mata uang acuan

global.

Nomor Induk Kepabeanan (NIK) sehingga total perizinan

yang dapat diterbitkan berjumlah delapan ditambah dengan

surat keterangan peta informasi ketersediaan lahan.

Walaupun jumlah izin yang dapat diterbitkan bertambah,

syarat dari layanan izin investasi 3 jam ini tetap sama yaitu

investasi bernilai minimal Rp100 miliar dan/atau dapat

menyerap tenaga kerja minimal 1.000 orang. Selain itu,

investor harus datang langsung ke BKPM atau diwakili oleh

salah satu investor dengan membawa surat kuasa. Layanan

3 jam ini mulai diluncurkan tanggal 26 Oktober 2015.

Terdapat tujuh investor yang telah memanfaatkan fasilitas

tersebut.

Keuntungan RI Ketika Yuan Jadi Mata Uang Global

Dana Moneter Internasional (International Monetary

Fund/IMF) memasukkan mata uang Republik Rakyat

Tiongkok (RRT) Yuan atau Renminbi ke dalam keranjang

mata uang acuan global pada awal Bulan Desember tahun

2015. Masuknya Yuan dalam special drawing right (SDR)

dinilai memang sudah seharusnya mengingat dominasi RRT

di perekonomian dunia semakin besar.

Masuknya Yuan kedalam SDR akan membawa banyak

keuntungan bagi Indonesia. Salah satu yang utama adalah

dalam kegiatan perdagangan, dimana Indonesia dan RRT

dapat menggunakan mata uang Yuan atau Rupiah dalam

setiap transaksi ekspor-impor. Hal tersebut akan

mengurangi ketergantungan pergerakan Rupiah terhadap

perekonomian AS. Secara umum, Pemerintah menyambut

baik perkembangan ini. Hal tersebut ditandai oleh

penandatanganan kesepakatan perpanjangan bilateral

currency swap arrangement (BCSA) yang disepakati pada 1

Oktober 2013 lalu.

Lebih lanjut, jika kita melihat dari sisi perdagangan, nilai

ekspor Indonesia ke RRT mencapai USD16 miliar, sementara

nilai ekspor RRT ke Indonesia mencapai USD30 miliar. Jika

sepertiga dari total nilai perdagangan Indonesia-RRT dapat

menggunakan Yuan, tentunya ketergantungan Indonesia

terhadap USD dapat dikurangi. Selain itu, penggunaan mata

uang Yuan juga akan mendorong RRT untuk melakukan

Migrasi dari USD ke Yuan

dalam kerjasama

perdagangan Indonesia-RRT

akan mengurangi

ketergantungan Indonesia

terhadap USD.

61

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Nilai total ekspor Indonesia

pada triwulan IV tahun 2015

sebesar USD 35.171,7 juta

dengan pertumbuhan

negatif sebesar 18,7 persen.

investasi ke Indonesia. Selama ini hubungan perdagangan

dengan RRT selalu defisit USD14 miliar per tahun. Defisit ini

kiranya dapat diimbangi oleh naiknya nilai investasi RRT di

Indonesia.

Namun, demikian perlu dilakukan antisipasi terhadap

dampak negatif dari penggunaan Yuan -apalagi Indonesia

masih defisit dalam berdagang dengan RRT- terutama

terkait masih terbatasnya jumlah Yuan jika dibandingkan

dengan USD. Dengan kondisi itu, jika permintaan Yuan

meningkat, biaya untuk menggunakan Yuan lebih mahal

dari USD.

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN

Perkembangan Ekspor

Gambar 13. Nilai dan Volume Ekspor Hingga Des 2015

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Nilai total ekspor Indonesia pada triwulan IV tahun 2015

sebesar USD35.172 juta, mengalami penurunan sebesar 18,7

persen jika dibandingkan dengan periode yang sama

triwulan IV tahun 2014. Secara keseluruhan sepanjang

Januari sampai dengan Desember 2015 nilai total ekspor

mencapai USD150.221,2 juta.

Sementara itu kinerja ekspor nonmigas mencatatkan

penurunan sebesar 15,7 persen pada triwulan IV tahun 2015

dan secara keseluruhan sepanjang Januari sampai dengan

Desember mengalami penurunan sebesar 9,8 persen.

Sedangkan kinerja ekspor nonmigas berdasarkan sektor

pada tahun 2015 ditopang oleh eskpor produk industri yang

62

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

mencatatkan nilai USD106.636,8 juta, meskipun demikian

pertumbuhan ekspor nonmigas tertinggi berdasarkan sektor

adalah ekspor produk pertanian dengan pertumbuhan 48,4

persen.

Tabel 21. Perkembangan Ekspor Triwulan IV Tahun 2015 Komoditas 2012 2013 2014 Q4 2014 Q4 2015 2015

Nilai Ekspor (USD Juta) 190.020,3 182.551,8 175.980,0 43.273,8 35.171,8 150.221,2

Migas 36.977,3 32.633,0 30.018,8 6.616,6 4.261,0 18.551,9

Minyak Mentah 12.293,4 10.204,7 9.528,2 2.338,8 1.403,5 6.457,0

Hasil Minyak 4.163,4 4.299,1 3.623,4 822,8 260,5 1.754,1

Gas 20.520,5 18.129,2 17.180,3 3.768,1 2.597,0 10.340,8

Nonmigas 153.043,0 149.918,8 145.961,2 36.657,3 30.910,8 131.643,8

Pertanian 5.569,2 5.713,0 5.770,6 1.548,5 1.375,7 5.629,3

Industri 116.125,1 113.029,9 117.330,0 29.480,4 25.433,0 106.636,8

Pertambangan 31.329,9 31.159,5 22.850,3 5.626,5 4.199,1 19.434,5

Pertumbuhan Ekspor* (%) -6,6 -3,9 -3,6 -11,0 -18,7 -14,6

Migas -10,9 -11,8 -8,0 -25,6 -35,6 -37,9

Minyak Mentah -11,1 -17,0 -6,6 0,0 -40,0 1,3

Hasil Minyak -12,8 3,3 -15,7 -31,4 -68,3 -27,1

Gas -10,3 -11,7 -5,2 -29,6 -31,1 -12,6

Nonmigas -5,5 -2,0 -2,6 -7,7 -15,7 -9,8

Pertanian 7,8 2,6 1,0 -0,6 -11,2 48,4

Industri -5,0 -2,7 3,8 -0,8 -13,7 37,2

Pertambangan -9,6 -0,5 -26,7 -33,3 -25,4 28,9

Proporsi Ekspor (%) 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

Migas 19,5 17,9 17,1 15,3 12,1 12,4

Minyak Mentah 6,5 5,6 5,4 5,4 4,0 6,4

Hasil Minyak 2,2 2,4 2,1 1,9 0,7 1,8

Gas 10,8 9,9 9,8 8,7 7,4 10,0

Nonmigas 80,5 82,1 82,9 84,7 87,9 87,6

Pertanian 2,9 3,1 3,3 3,6 3,9 5,7

Industri 61,1 61,9 66,7 68,1 72,3 107,2

Pertambangan 16,5 17,1 13,0 13,0 11,9 19,6

Sumber Pertumbuhan (%) -6,6 -3,9 -3,6 -11,0 -18,7 -14,6

Migas -2,1 -2,1 -1,4 -3,9 -4,3 -4,7

Minyak Mentah -0,7 -1,0 -0,4 0,0 -1,6 0,1

Hasil Minyak -0,3 0,1 -0,3 -0,6 -0,5 -0,5

Gas -1,1 -1,2 -0,5 -2,6 -2,3 -1,3

Nonmigas -4,5 -1,7 -2,2 -6,5 -13,8 -8,6

Pertanian 0,2 0,1 0,0 0,0 -0,4 2,8

Industri -3,0 -1,7 2,5 -0,6 -9,9 39,8

Pertambangan -1,6 -0,1 -3,5 -4,3 -3,0 5,7

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Keterangan (*): pertumbuhan year-on-year (YoY)

Keterangan (**): proporsi terhadap total ekspor (%)

63

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Komoditas Alas Kaki (HS-64)

dan Pakaian Jadi Bukan

Rajutan (HS-62) merupakan

dua komoditas dengan

pertumbuhan positif yaitu

6,0 persen dan 3,6 persen.

Total volume ekspor nonmigas

Indonesia pada triwulan IV

tahun 2015 adalah sebesar

126.637,4 juta kg.

Pada triwulan IV tahun 2015 nilai ekspor nonmigas Indonesia

untuk komoditas adalah Lemak dan Minyak Hewan/Nabati

(HS-15) merupakan komoditas dengan nilai ekspor terbesar

dan mencatatkan nilai USD4.600,6 juta dan juga merupakan

komoditas ekspor nonmigas dengan proporsi terbesar yaitu

15,3 persen terhadap total ekspor.

Sementara itu komoditas ekspor nonmigas yang memiliki

kinerja positif pada triwulan IV tahun 2015 adalah Alas Kaski

(HS-64) dan Pakaian Jadi Buka Rajutan (HS-62) yang secara

berturut-turut mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,0

persen dan 3,7 persen.

Selanjutnya komoditas dengan nilai pertumbuhan negatif

terbesar adalah Bahan Bakar Mineral (HS-27) yaitu 27,6

persen (YoY), yang diikuti oleh Perhiasan/Permata (HS-71)

yaitu sebesar -24,8 persen.

Tabel 22. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Nilai Ekspor Nonmigas Terbesar Triwulan IV Tahun 2015 HS

Komoditas Nilai Ekspor (Juta USD) Pertumbuhan YoY (%) Proporsi (%)

Q4 14 Q4 15 Q4 14 Q4 15 Q4 14 Q4 15 15 Lemak & minyak hewan/nabati 5.617,3 4.600,6 2,7 -18,1 13,2 15,3

27 Bahan bakar mineral 4.857,1 3.514,5 -21,2 -27,6 14,8 13,3

85 Mesin/peralatan listrik 2.435,6 2.106,1 -12,2 -13,5 6,7 6,6

40 Karet dan Barang dari Karet 1.500,7 1.330,5 -15,3 -11,3 4,3 4,1

84 Mesin-mesin/Pesawat Mekanik 1.466,7 1.235,4 -9,3 -15,8 3,9 4,0

64 Alas kaki 1.142,6 1.211,5 -29,5 6,0 3,9 3,1

87 Kendaraan dan Bagiannya 1.428,1 1.201,5 -8,4 -15,9 3,8 3,9

44 Kayu, Barang dari Kayu 1.026,3 979,0 -22,3 -4,6 3,2 2,8

62 Pakaian jadi bukan rajutan 942,0 976,4 -31,0 3,7 3,3 2,6

71 Perhiasan/Permata 1.164,5 875,7 2,8 -24,8 2,7 3,2

Total Lainnya 15.075,9 15.841,1 -9,9 5,1 40,3 41,1

Total Nonmigas 36.656,9 33.872,3 -11,7 -7,6 100,0 100,0

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Total volume ekspor nonmigas Indonesia pada triwulan IV

tahun 2015 adalah sebesar 126.637,5 juta kg dan

mengalami penurunan sebesar -33,8 persen (YoY).

Komoditas dengan volume ekspor terbesar pada triwulan

IV tahun 2015 adalah Lemak dan Minyak Hewan/Nabati

(HS-15) dengan volume 90.407,1 juta kg dan menyumbang

proporsi 53,6 persen terhadap total volume ekspor

nonmigas. Selanjutnya komoditas dengan volume dan

proporsi tebesar kedua adalah Bahan Bakar Mineral (HS-27)

dengan volume 8.486,4 juta kg dan menyumbang proporsi

64

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Perkembangan ekspor

nonmigas ke-5 (lima) negara

tujuan utama pada triwulan

IV tahun 2015 turun sebesar

13,82 persen (YoY).

3,7 persen terhadap total volume ekspor nonmigas

Indonesia.

Dilihat dari pertumbuhannya, Bahan Bakar Mineral (HS-27)

pada triwulan IV tahun 2015 mencatatkan peningkatan

pertumbuhan sebesar 20,3 persen (YoY). Sementara itu,

Berbagai Produk Kimia (HS-38) merupakan barang ekspor

nonmigas dengan penurunan volume ekspor paling besar

jika dibandingkan dengan sembilan komoditas lainnya

dengan penurunan sebesar 12 persen (YoY).

Tabel 23. Perkembangan 10 Golongan Barang dengan Volume Ekspor Nonmigas Terbesar Triwulan IV 2015

HS Komoditi Volume Ekspor (Juta kg) Pertumbuhan YoY (%) Proporsi (%)

Q4 2014 Q4 2015 Q4 2014 Q4 2015 Q4 2014 Q4 2015

27 Bahan bakar mineral 7.052,8 8.486,4 1,8 20,3 3,6 3,7

15 Lemak & minyak hewan/nabati 102.545,2 90.407,1 -7,4 -11,8 57,9 53,6

25 Garam, Belerang, Kapur 129,6 134,2 -8,4 3,5 0,1 0,1

23 Ampas/Sisa Industri Makanan 736,0 798,5 -16,4 8,5 0,5 0,4

44 Kayu, Barang dari Kayu 142,5 135,9 -8,5 -4,7 0,1 0,1

26 Bijih, Kerak, dan Abu logam 60,8 65,6 8,0 7,8 0,0 0,0

48 Kertas/Karton 155,5 153,8 6,6 -1,1 0,1 0,1

38 Berbagai produk kimia 1.528,3 1.345,2 1,4 -12,0 0,8 0,8

47 Bubur kayu/Pulp 48,9 48,4 -1,6 -0,9 0,0 0,0

40 Karet dan Barang dari Karet 0,6 0,7 1,8 11,3 0,0 0,0

Total Lainnya 23.835,9 25.061,6 -66,3 5,1 36,9 12,5

Total Nonmigas 191.256,5 126.637,5 0,0 -33,8 100,0 100,0

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Pada triwulan IV tahun 2015 Amerika Serikat merupakan

negara tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia dengan

nilai sebesar USD3.692,9 juta. Sementara itu pada posisi

kedua negara tujuan ekspor Indonesia adalah Tiongkok

dengan nilai sebesar USD3.342.2 juta.

Secara keseluruhan perkembangan ekspor nonmigas ke-5

(lima) negara tujuan utama pada triwulan IV tahun 2015

turun sebesar 13,8 persen (YoY). Singapura merupakan

negara tujuan utama ekspor nonmigas yang mencatatkan

penurunan pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 18,6

persen.

Tabel 24. Perkembangan Ekspor Nonmigas ke Negara Tujuan Utama Triwulan IV Tahun 2015

Negara Nilai Ekspor Nonmigas

(Juta USD) Pertumbuhan YoY (%) Proporsi (%)

Q4 2014 Q4 2015 Q4 2014 Q4 2015 Q4 2014 Q4 2015 Japan 3.851,6 3.189,6 -6,4 -17,2 10,5 9,9

China 3.877,7 3.342,2 -39,5 -13,8 10,6 10,4

Singapore 2.474,8 2.015,4 0,2 -18,6 6,8 6,3

India 3.190,4 2.739,9 -9,6 -14,1 8,7 8,5

65

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Pada akhir triwulan IV

tahun 2015 total impor

Indonesia adalah sebesar

USD 34.740,8 juta.

Negara Nilai Ekspor Nonmigas

(Juta USD) Pertumbuhan YoY (%) Proporsi (%)

Q4 2014 Q4 2015 Q4 2014 Q4 2015 Q4 2014 Q4 2015 United States 3.987,7 3.692,9 5,1 -7,4 10,9 11,5

Total 5 Negara 17.382,2 14.980,1 -14,4 -13,8 47,4 46,5

Total Lainnya 19.274,6 17.230,2 -0,7 -10,6 52,6 53,5

Total Nonmigas

36.656,9 32.210,3 -7,7 -12,1 100,0 100,0

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Perkembangan Impor

Gambar 14. Nilai dan Volume Impor Hingga September 2015

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Pada triwulan IV tahun 2015 nilai impor Indonesia secara

total adalah sebesar USD 34.740,8 juta atau menurun

sebesar 20,7 persen (YoY). Penurunan nilai impor tersebut

disumbang oleh penurunan impor migas sebanyak 50,2

persen dan impor nonmigas sebesar 11,6 persen.

Berdasarkan golongan penggunaan barang Impor barang,

bahan baku merupakan komoditas yang mencatatkan nilai

impor terbesar pada triwulan IV tahun 2015 sebesar

USD25.551,4 juta. Diikuti oleh impor barang modal dan

barang konsumsi dengan nilai berturut-turut sebesar

USD6.343,5 juta dan USD2.845,9 juta.

Dilihat dari sumbangannnya impor bahan baku memberikan

sumbangan terbesar terhadap impor nonmigas Indonesia

sebesar 73,5 persen diikuti oleh barang modal dan barang

konsumsi sesebar 18,3 persen dan 8,2 persen. Impor bahan

baku juga mencatatkan penurunan pertumbuhan tertinggi

yaitu turun sebesar 23,5 persen diikuti penurunan

pertumbuhan impor barang modal dan barang konsumsi

sebesar 11,8 persen dan 11,0 persen.

66

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Pertumbuhan impor

nonmigas pada triwulan IV

tahun 2015 (YoY)

mengalami penurunan

sebesar -11,5 persen.

Tabel 25. Perkembangan Impor Triwulan IV Tahun 2015

Komoditas 2012 2013 2014 Q4 2014 Q4 2015 2015

Nilai Impor (USD Juta) 191.670,9 186.628,3 178.178,8 43.804,1 34.740,8 147.085,6

Barang Konsumsi 13.415,2 13.138,9 12.667,2 3.197,7 2.845,9 10.873,5

Bahan Baku 140.111,3 141.957,2 136.208,6 33.411,4 25.551,4 107.123,6

Barang Modal 38.144,4 31.532,2 29.303,0 7.195,0 6.343,5 24.742,5

Migas 42.565,3 45.266,0 43.459,9 10.440,1 5.195,6 48.317,5

Minyak Mentah 10.803,2 13.585,8 13.072,5 2.755,6 1.799,7 18.727,6

Hasil Minyak 28.680,5 28.568,1 27.363,2 7.012,3 2.860,8 25.413,1

Gas 3.081,6 3.112,9 3.025,0 672,2 535,1 4.176,8

Nonmigas 149.125,3 141.362,3 134.718,9 33.364,0 29.501,9 98.768,1

Pertumbuhan Impor* (%) 8,0 -2,6 -4,5 -5,4 -20,7 -17,5

Barang Konsumsi 0,2 -2,1 -3,6 -4,4 -11,0 -14,2

Bahan Baku 7,0 1,3 -4,0 -4,9 -23,5 -21,4

Barang Modal 15,2 -17,3 -7,1 -7,6 -11,8 -15,6

Migas 4,6 6,4 -4,0 -10,3 -50,2 11,2

Minyak Mentah -3,2 25,8 -3,8 18,5 -34,7 43,3

Hasil Minyak 1,9 -0,4 -4,2 -6,5 -59,2 -7,1

Gas 118,2 1,0 -2,8 -17,3 -20,4 38,1

Nonmigas 9,0 -5,2 -4,7 -3,7 -11,6 -26,7

Proporsi Impor (%) 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

Barang Konsumsi 7,0 7,0 7,1 7,3 8,2 7,4

Bahan Baku 73,1 76,1 76,4 76,3 73,5 72,8

Barang Modal 19,9 16,9 16,4 16,4 18,3 16,8

Migas 22,2 24,3 24,4 23,8 15,0 32,8

Minyak Mentah 5,6 7,3 7,3 6,3 5,2 12,7

Hasil Minyak 15,0 15,3 15,4 16,0 8,2 17,3

Gas 1,6 1,7 1,7 1,5 1,5 2,8

Nonmigas 77,8 75,7 75,6 76,2 84,9 67,2 Sumber Pertumbuhan (%) 8,0 -2,6 -4,5 -5,4 -20,7 -17,5

Barang Konsumsi 0,0 -0,1 -0,3 -0,3 -0,9 -1,0

Bahan Baku 5,1 1,0 -3,1 -3,8 -17,3 -15,6

Barang Modal 3,0 -2,9 -1,2 -1,3 -2,2 -2,6

Migas 1,0 1,5 -1,0 -2,4 -7,5 3,7

Minyak Mentah -0,2 1,9 -0,3 1,2 -1,8 5,5

Hasil Minyak 0,3 -0,1 -0,6 -1,0 -4,9 -1,2

Gas 1,9 0,0 0,0 -0,3 -0,3 1,1

Nonmigas 7,0 -3,9 -3,6 -2,8 -9,8 -17,9 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Keterangan (*): pertumbuhan year-on-year (YoY)

Keterangan (**): proporsi terhadap total impor (%)

Pertumbuhan impor nonmigas pada triwulan IV tahun 2015

(YoY) mengalami penurunan sebesar -11,5 persen disebabkan

oleh adanya penurunan impor di berbagai komoditas

diantaranya penurunan impor Besi dan Baja (HS-72) sebesar -

24,5 persen dengan proporsi 5,6 persen dari nilai total impor

nonmigas; penurunan impor Bahan Kimia Organik (HS-29)

67

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Nilai impor dari 5 (lima)

negara utama asal impor

Indonesia pada triwulan IV

tahun 2015 mengalami

penurunan sebesar 9,0

persen (YoY).

sebesar -20,8 persen dengan proporsi 4,6 persen; serta

penurunan impor Kendaraan Bermotor dan Bagiannya (HS-

87) sebesar 18,7 persen dengan proporsi impor 3,9 persen.

Tabel 26. Perkembangan Impor Nonmigas Menurut Golongan Barang Terpilih Triwulan IV Tahun 2015

HS Komoditas Nilai Impor (Juta USD) Pertumbuhan YoY (%) Proporsi (%)

Q4 2014 Q4 2015 Q4 2014 Q4 2015 Q4 2014 Q4 2015 84 Mesin dan Peralatan

Mekanik 6.279,8 5.625,1 -12,8 -10,4 18,8 19,1

85 Mesin dan Peralatan Listik 4.188,2 4.047,3 -0,2 -3,4 12,6 13,7

39 Plastik dan Barang dari Plastik

2.020,2 1.691,3 7,9 -16,3 6,1 5,7

72 Besi dan Baja 2.191,2 1.654,5 9,8 -24,5 6,6 5,6

29 Bahan Kimia Organik 1.711,7 1.355,9 -1,2 -20,8 5,1 4,6

87 Kendaraan Bermotor dan Bagiannya

1.403,3 1.141,4 -23,1 -18,7 4,2 3,9

10 Serealia 1.047,7 889,2 1,8 -15,1 3,1 3,0

73 Benda-benda dari Besi dan Baja

1.077,9 889,0 -1,2 -17,5 3,2 3,0

23 Sisa Industri Makanan 734,2 683,9 -15,6 -6,8 2,2 2,3

90 Perangkat Optik 581,5 581,5 -7,8 0,0 1,7 2,0

Total Lainnya 12.128,5 10.952,6 -0,6 -9,7 36,4 37,1

Total Nonmigas 33.364,1 29.511,6 -3,7 -11,5 100,0 100,0

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Nilai impor nonmigas yang berasal dari 5 (lima) negara utama

asal impor pada triwulan IV tahun 2015 mengalami

penurunan sebesar 9,1 persen (YoY). Negara utama asal

impor nonmigas terbesar Indonesia adalah Tiongkok dimana

pada triwulan IV tahun 2015 nilai impor nonmigas dari

Tiongkok mencatatkan nilai sebesar USD7.712,9 juta, namun

demikian mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 4,2

persen.

Sementara itu nilai impor nonmigas Indonesia yang berasal

dari negara-negara di kawasan ASEAN pada triwulan IV tahun

2015 sebesar USD6.500,3 juta dan menyumbangkan proporsi

sebesar 22 persen total impor nonmigas Indonesia.

Tabel 27. Negara Utama Asal Impor Nonmigas Triwulan IV Tahun 2015

Nilai Impor Nonmigas (Juta USD) Pertumbuhan YoY (%) Proporsi (%)

Negara 2015 Q4 2014 Q4 2015 2015 Q4 2014 Q4 2015 2015 Q4 2014 Q4 2015

Tiongkok 29.217,9 8.047,3 7.712,9 -4,1 25,5 -4,2 22,6 24,1 26,1

Jepang 13.232,0 3.950,0 3.029,3 -21,9 -4,0 -23,3 12,6 11,8 10,3

Singapura 8.971,6 2.465,9 2.329,1 -11,6 -0,1 -5,5 7,5 7,4 7,9

Thailand 8.022,4 2.275,6 1.919,8 -17,3 85,8 -15,6 7,2 6,8 6,5

Amerika 7.550,2 1.913,1 1.971,4 -6,8 -49,6 3,0 6,0 5,7 6,7

Total 5 Negara 66.994,1 18.651,8 16.962,5 -11,1 3,6 -9,1 55,9 55,9 57,4

Total Asean 26.042,2 7.272,4 6.500,3 -10,0 -1,0 -10,6 21,5 21,8 22,0

68

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Neraca perdagangan total

Indonesia pada triwulan IV

tahun 2015 mengalami

surplus sebesar USD 1.663,7

juta.

Neraca perdagangan

Indonesia-Tiongkok

pada triwulan IV

tahun 2015

mengalami deficit.

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Perkembangan Neraca Perdagangan

Pada triwulan IV tahun 2015 Neraca Perdagangan total

Indonesia mencatatkan surplus sebesar USD369,1 juta yang

disumbangkan dari surplus pada neraca perdagangan

nonmigas yang mencatatkan surplus sebesar USD1.394,5

juta sementara pada neraca perdagangan migas

mencatatkan defisit sebesar USD1.025,3 juta. Secara

keseluruhan, neraca perdagangan Indonesia triwulan IV

tahun 2015 mengalami penurunan pertumbuhan 327,8

persen (YoY).

Tabel 28. Neraca Perdagangan Indonesia Triwulan IV Tahun 2015

2014 2015 Q4 14 Q4 15

YoY

2015 Q4 15 Ekspor Total (Juta USD) 176292,7 150221,2 43273,7 35119,6 -14,8 -18,8

Ekspor Migas 30331,9 18637,0 6616,6 4176,1 -38,6 -36,9

Ekspor Nonmigas 145960,8 131643,8 36656,3 30943,6 -9,8 -15,6

Impor Total (Juta USD) 178178,8 142739,6 43804,1 34750,5 -19,9 -14,6

Impor Migas 43459,9 24613,2 10440,1 5201,4 -43,4 -5,9

Impor Nonmigas 134718,9 118126,4 33364,0 29549,1 -12,3 -17,4

Neraca Perdagangan (Juta USD) -1886,1 7481,6 -530,4 369,1 -496,7 327,8

Migas -13128,0 -5976,2 -3823,5 -1025,3 -54,5 47,8

Nonmigas 11241,9 13517,4 3292,3 1394,5 20,2 2,7

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Neraca perdagangan Indonesia-Tiongkok pada triwulan IV

tahun 2015 mengalami defisit USD3.844,8 juta, hal itu

disebabkan oleh defisit pada neraca perdagangan sektor

nonmigas sebesar USD4.366,6 juta, yang lebih besar dari

surplus pada sektor migas sebesar USD 521,9 juta.

Tabel 29.Neraca Perdagangan Indonesia-Tiongkok

2014 2015 Q4 14 Q4 15

YoY

2015 Q4 15 Ekspor Total (Juta USD) 17.605,9 15.045,3 4.365,8 3.887,0 -14,5 -11,0

Ekspor Migas 1.146,8 1.785,7 488,1 540,6 55,7 10,8

Ekspor Nonmigas 16.459,1 13.259,6 3.877,7 3.346,4 -19,4 -13,7

Impor Total (Juta USD) 30.624,3 29.404,0 8.120,0 7.731,8 -4,0 -4,8

Impor Migas 162,7 186,1 72,6 18,8 14,4 -74,1

Impor Nonmigas 30.461,6 29.217,9 8.047,3 7.713,0 -4,1 -4,2

Neraca Perdagangan (Juta USD) -13.018,4 -14.358,7 -3.754,2 -3.844,8 10,3 2,4

Migas 984,1 1.599,6 415,5 521,9 62,5 25,6

Nonmigas -14.002,5 -15.958,3 -4.169,6 -4.366,6 14,0 4,7

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Total Uni Eropa 11.223,3 3.016,6 2.702,6 -11,4 -29,6 -10,4 9,4 9,0 9,1

Total Lainnya 80.860,9 23.075,1 20.346,2 -13,2 -17,9 -11,8 69,1 69,2 68,9

Total Nonmigas 118.126,4 33.364,1 29.549,1 -12,3 -16,0 -11,4 100,0 100,0 100,0

69

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Neraca perdagangan

Indonesia-Jepang pada

triwulan IV tahun 2015

mengalami surplus.

Neraca perdagangan

Indonesia-Amerika pada

triwulan IV tahun 2015

mengalami surplus.

Perdagangan Indonesia-

India pada triwulan IV

tahun 2015juga

menunjukkan kinerja

yang baik.

Neraca perdagangan Indonesia-Jepang pada triwulan IV

tahun 2015 mengalami surplus sebesar USD1.289 juta, hal

itu disebabkan oleh surplus pada sektor migas dan

nonmigas masing-masing sebesar USD 1.128,7 juta dan

USD160,3 juta.

Tabel 30.Neraca Perdagangan Indonesia-Jepang

2014 2015 Q4 14 Q4 15 YoY

2015 Q4 15

Ekspor Total (Juta USD) 23.117,5 18.014,2 5.823,8 4.325,1 -22,1 -25,7

Ekspor Migas 8.551,7 4.924,8 1.972,2 1.135,5 -42,4 -42,4

Ekspor Nonmigas 14.565,8 13.089,4 3.851,6 3.189,6 -10,1 -17,2

Impor Total (Juta USD) 17.007,6 13.262,8 3.963,6 3.036,2 -22,0 -23,4

Impor Migas 69,4 30,8 13,6 6,8 -55,6 -49,7

Impor Nonmigas 16.938,2 13.232,0 3.950,0 3.029,3 -21,9 -23,3

Neraca Perdagangan (Juta USD) 6.109,9 4.751,4 1.860,2 1.289,0 -22,2 -30,7

Migas 8.482,3 4.894,0 1.958,6 1.128,7 -42,3 -42,4

Nonmigas -2.372,4 -142,6 -98,4 160,3 -94,0 -262,9

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Neraca perdagangan Indonesia-Amerika pada triwulan IV

tahun 2015 mengalami surplus sebesar USD1.931,7 juta. Hal

tersebut disebabkan oleh surplus pada neraca perdagangan

sektor migas dan nonmigas masing-masing sebesar USD210,4

juta dan USD1.721,4 juta.

Tabel 31. Neraca Perdagangan Indonesia-Amerika

2014 2015 Q4 14 Q4 15

YoY

2015 Q4 15 Ekspor Total (Juta USD) 16.530,1 16.239,2 4.217,2 3.908,6 -1,8 -7,3

Ekspor Migas 673,1 932,6 0,0 215,7 38,6 0,0

Ekspor Nonmigas 15.857,0 15.306,6 3.987,7 3.692,9 -3,5 -7,4

Impor Total (Juta USD) 8.170,1 7.592,6 1.926,5 1.976,8 -7,1 2,6

Impor Migas 67,7 42,4 13,4 5,4 -37,4 -60,1

Impor Nonmigas 8.102,4 7.550,2 1.913,1 1.971,5 -6,8 3,1

Neraca Perdagangan (Juta USD) 8.360,0 8.646,6 2.290,7 1.931,7 3,4 -15,7

Migas 605,4 890,2 -13,4 210,4 47,0 -1.667,8

Nonmigas 7.754,6 7.756,4 2.074,6 1.721,4 0,0 -17,0

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Perdagangan Indonesia-India selama triwulan IV tahun 2015

mengalami surplus yaitu sebesar USD 2.165,6 juta. Surplus ini

disumbangkan oleh surplus pada neraca perdagangan sektor

migas dan nonmigas masing-masing sebesar USD33,9 juta dan

USD2.131,7 juta.

Tabel 32. Neraca Perdagangan Indonesia-India

2014 2015 Q4 14 Q4 15

YoY

2015 Q4 15 Ekspor Total (Juta USD) 12.249,0 11.713,0 3.196,3 2.780,2 -4,4 -13,0

Ekspor Migas 25,3 129,0 5,9 40,2 409,9 585,0

70

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Sejak bulan Januari 2015

hingga Desember 2015, lima

komoditas tertentu

mengalami fluktuasi harga

yang cukup besar.

Neraca Perdagangan

Indonesia-Thailand

mengalami defisit pada

triwulan IV tahun 2015.

Ekspor Nonmigas 12.223,7 11.584,0 3.190,4 2.739,8 -5,2 -14,1

Impor Total (Juta USD) 3.952,1 2.741,2 800,4 614,5 -30,6 -23,2

Impor Migas 388,2 75,7 61,6 6,3 -80,5 -89,7

Impor Nonmigas 3.563,9 2.665,5 738,7 608,2 -25,2 -17,7

Neraca Perdagangan (Juta USD) 8.296,9 8.971,8 2.395,9 2.165,6 8,1 -9,6

Migas -362,9 53,3 -55,8 33,9 -114,7 -160,7

Nonmigas 8.659,8 8.918,5 2.451,7 2.131,7 3,0 -13,1

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Neraca perdagangan Indonesia-Thailand pada triwulan IV

tahun 2015 mengalami defisit sebesar USD715,7 juta. Hal

tersebut dicatatkan oleh defisit pada neraca perdagangan

nonmigas sebesar USD862,6 juta lebih besar dari surplus

neraca perdagangan migas sebesar USD146,9 juta.

Tabel 33. Neraca Perdagangan Indonesia-Thailand

2014 2015 Q4 14 Q4 15

YoY

2015 Q4 15 Ekspor Total (Juta USD) 5.783,1 5.507,2 1.343,8 1.220,4 -4,8 -9,2

Ekspor Migas 780,2 906,8 169,1 163,1 16,2 -3,6

Ekspor Nonmigas 5.002,9 4.600,4 1.174,7 1.057,3 -8,0 -10,0

Impor Total (Juta USD) 9.781,1 8.087,1 2.291,2 1.936,0 -17,3 -15,5

Impor Migas 86,3 64,7 15,6 16,2 -25,0 4,2

Impor Nonmigas 9.694,8 8.022,4 2.275,7 1.919,8 -17,3 -15,6

Neraca Perdagangan (Juta USD) -3.998,0 -2.579,9 -947,4 -715,7 -35,5 -24,5

Migas 693,9 842,1 153,5 146,9 21,4 -4,4

Nonmigas -4.691,9 -3.422,0 -1.100,9 -862,6 -27,1 -21,7

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Perkembangan Harga Domestik

Sejak Bulan Januari hingga Desember 2015, lima komoditas

tertentu (beras medium, gula pasir, tepung terigu, minyak

goreng kemasan dan minyak goreng curah) mengalami

fluktuasi harga yang cukup besar. Komoditas dengan

pertumbuhan inflasi yang paling tinggi yaitu komoditas gula

pasir dengan nilai sebesar 5,14 persen pada bulan Mei 2015,

dan komoditas beras medium dengan pertumbuhan inflasi

yang paling rendah dengan nilai sebesar -3,95 persen pada

Bulan April 2015.

Tabel 34. Harga dan Inflasi Komoditas Tertentu Tahun 2015

Komoditas Unit Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des*

HA

RG

A

Minyak Goreng Kemasan

Rp/ltr 15.106 15.108 15.214 15.183 15.201 15.216 15.190 15.164 15.173 15.100 15.088 15.040

Minyak Goreng Curah

Rp/ltr 11.331 11.267 11.302 11.220 11.186 11.249 11.212 11.006 10.719 10.708 10.565 10.414

Tepung terigu

Rp/kg 8.840 8.799 8.833 8.832 8.883 8.904 8.983 9.011 8.986 8.969 8.982 9.050

Beras Medium

Rp/kg 9.634 9.929 10.373 9.963 9.925 9.928 10.009 10.122 10.281 10.414 10.520 10.673

71

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Pada akhir triwulan IV

tahun 2015 (Desember),

sebagian besar harga

komoditas internasional

terpilih mengalami

penurunan.

Komoditas Unit Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des*

Gula Pasir Rp/kg 11.169 11.157 11.428 11.925 12.538 13.120 13.041 12.927 12.715 12.719 12.752 12.866

INFL

ASI

PER

IOD

IK

Minyak Goreng Kemasan

% 0,7 0 0,7 -0,2 0,1 0,1 -0,2 -0,2 0,1 -0,5 -0,1 -0,3

Minyak Goreng Curah

% 0,3 -0,6 0,3 -0,7 -0,3 0,6 -0,3 -1,8 -2,6 -0,1 -1,3 -1,4

Tepung terigu

% 0,1 -0,5 0,4 0 0,6 0,2 0,9 0,3 -0,3 -0,2 0,1 0,8

Beras Medium

% 3,2 3,1 4,5 -4 -0,4 0 0,8 1,1 1,6 1,3 1 1,5

Gula Pasir % -0,4 -0,1 2,4 4,4 5,1 4,6 -0,6 -0,9 -1,6 0 0,3 0,9

Sumber: Kementerian Perdagangan, diolah

*data update terbaru

Perkembangan Harga Internasional

Berdasarkan data harga komoditas internasional yang

didapat dari Bank Dunia, pada akhir tahun 2015, sebagian

besar harga komoditas internasional yang merupakan

komoditas ekspor Indonesia mengalami penurunan harga,

diantaranya Coal yang mengalami penurunan harga 0,8

persen, Cocoa 0,5 persen, dan Copper 3,4 persen.

Sementara itu, peningkatan harga komoditas terbesar pada

akhir tahun 2015 adalah komoditas Rubber yang harganya

naik sebesar 2,1 persen dan Palm Oil yang naik sebesar 1,8

persen.

Tabel 35. Perkembangan Harga untuk Komoditas Terpilih

Komoditas Unit 2014 2015 Okt-15 Nov 15 Des-15 ENERGI Coal, Australia ($/mt) 841,6 690,1 52,3 52,6 52,1

Crude Oil, West Texas ($/bbl) 1117,4 584,5 46,2 42,7 37,2

PERTANIAN

Cocoa ($/kg) 36,8 37,6 3,2 3,4 3,4

Coffe, robusta ($/kg) 26,6 23,3 1,8 1,8 1,8

Palm Oil ($/mt) 9857,3 7472,0 583,0 558,0 568,0

Soybeans ($/mt) 5901,3 4685,0 376,0 368,0 372,0

Shrimp, Mexican ($/kg) 207,0 172,3 11,4 10,0 10,1

Woodpulp ($/mt) 10523,0 10500,0 875,0 875,0 875,0

Rubber*, Singapore/MYS

($/kg) 23,5 18,7 1,3 1,2 1,3

LOGAM & MINERAL

Copper ($/mt) 82360,8 66125,5 5216,1 4799,9 4638,8

Iron ore ($/dmtu) 1163,3 670,0 53,0 47,0 41,0

Nickel ($/mt) 202720,5 142351,6 10316,8 9244,3 8707,8

Tin ($/mt) 262786,5 192799,6 15794,6 14745,3 14691,7

Zinc ($/mt) 25931,7 23180,1 1724,3 1583,3 1527,8

INFLASI Unit 2014,0 2015,0 42278,0 Nov 15 42339,0

ENERGI

Coal, Australia (%) -17,1 -18,0 -4,4 0,5 -0,8

72

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Kondisi bisnis di Indonesia

pada triwulan IV tahun 2015

naik dibandingkan triwulan

sebelumnya.

Komoditas Unit 2014 2015 Okt-15 Nov 15 Des-15 Crude Oil, West Texas (%) -4,9 -47,7 1,7 -7,6 -12,8

PERTANIAN

Cocoa (%) 25,6 2,4 -2,5 5,1 -0,5

Coffe, robusta (%) 6,8 -12,4 1,6 -1,3 -3,0

Palm Oil (%) -4,1 -24,2 8,4 -4,3 1,8

Soybeans (%) -8,7 -20,6 2,2 -2,1 1,1

Shrimp, Mexican (%) 24,7 -16,8 -21,6 -12,7 1,9

Woodpulp (%) 6,5 -0,2 0,0 0,0 0,0

Rubber*, Singapore/MYS

(%) -30,0 -20,3 -0,9 -6,0 2,1

LOGAM & MINERAL

Copper (%) -6,4 -19,7 0,0 -8,0 -3,4

Iron ore (%) -28,4 -42,4 -7,0 -11,3 -12,8

Nickel (%) 12,4 -29,8 3,8 -10,4 -5,8

Tin (%) -1,7 -26,6 2,2 -6,6 -0,4

Zinc (%) 13,1 -10,6 0,2 -8,2 -3,5

Sumber: World Bank, diolah

Kondisi Bisnis Indonesia Triwulan IV Tahun 2015

Kondisi bisnis di Indonesia pada triwulan IV tahun 2015

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dengan nilai

ITB sebesar 105,22. Peningkatan antara lain pada lapangan

usaha industri pengolahan, pengadaan air, pengadaan listrik

dan gas, informasi dan komunikasi, jasa keuangan dan jasa

perusahaan. Adapun sektor pertanian, peternakan dan

kehutanan dan perikanan merupakan lapangan usaha yang

indeksnya mengalami penurunan. Perkiraan ITB triwulan I

tahun 2016 adalah sebesar 104,28.

Gambar 15. Indeks Tendensi Bisnis Indonesia Triwulan I Tahun 2010 - Triwulan IV Tahun 2015

Sumber: BPS, diolah

73

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Catatan: ITB berkisar antara 0 sampai dengan 200 dengan indikasi sebagai berikut: a. Nilai ITB < 100 menunjukkan kondisi pada triwulan berjalan menurun di banding triwulan sebelumnya b. Nilai ITB=100 menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan tidak mengalami perubahan

(stagnan) dibanding triwulan sebellumnya c. Nilai ITB > 100 menunjukkan kondisi bisnis pada triwulan berjalan lebih baik (menigkat)dibanding

triwulan sebelumnya d. * = Angka perkiraan

Tabel 36. Indeks Tendensi Bisnis Menurut Sektor Triwulan IV Tahun 2015

Variabel pembentuk ITB Trw IV-2015

No Sektor dalam ITB ITB Trw III-2015

ITB Trw IV-2015

Pendapatan Usaha

Penggunaan Kapasitas

Produksi/Usaha

Rata Rata Jam

Kerja

1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

99,6 90,18 - 90,18 -

2 Pertambangan dan Penggalian 96,2 94,74 96,21 92,42 94,5

3 Industri Pengolahan 99,3 101,03 102,54 102,78 99,04

4 Pengadaan Listrik dan Gas 109,3 111,18 111,2 113,54 110,17

5 Pengadaaan Air 107,0 109,82 111,3 109,57 108,7

6 Kosntruksi 109,3 107,98 113,46 108,87 103,05

7 Perdagangan Besar, Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

110,5 105,03 106,78 104,59 103,79

8 Transportasi dan Pergudangan 112,0 109,08 111,24 106,98 108,18

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

109,0 109,19 111,86 109,78 106,71

10 Informasi dan Komunikasi 108,0 109,07 111,05 108,48 107,69

11 Jasa Keuangan 110,8 112,03 111,25 113,51 112,06

12 Real Estat 101,7 101,45 104,41 85,59 101,47

13 Jasa Perusahaan 109,5 111,23 113,25 108,64 110,65

14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

111,0 117,84 117,39 119,78 117,39

15 Jasa Pendidikan 111,5 107,99 109,06 111,83 105,48

16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 110,0 108,1 108,86 109,29 106,97

17 Jasa Lainnya 109,0 110,02 113,06 108,97 107,92

Indeks Tendensi Bisnis 106,0 105,22 107,49 103,95 103,86

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

74

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

PERKEMBANGAN INVESTASI DAN

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL

Pada sisi penggunaan, pada triwulan IV tahun 2015 pertumbuhan komponen

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 6,9 persen (YoY).

Realisasi investasi untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) triwulan IV tahun 2015

sebesar Rp46,2 triliun, tumbuh sebesar 10,6 persen dibanding triwulan IV tahun 2014.

Neraca perdagangan ASEAN-5 dengan Tiongkok selama triwulan IV tahun 2015

mengalami defisit sebesar USD 11.063,8 juta.

75

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Struktur pertumbuhan

ekonomi Indonesia pada

triwulan IV tahun 2015

masih didominasi oleh

kelompok provinsi di pulau

Jawa dan Sumatera.

Pembentukan Modal Tetap

Domestik Bruto/PMTB pada

triwulan IV tahun 2015

tumbuh sebesar 4,6 persen

(YoY).

PERKEMBANGAN INVESTASI

Perkembangan Investasi

Perekonomian Indonesia triwulan IV tahun 2015 dibanding

periode yang sama tahun 2014 tumbuh 5,04 persen,

sedangkan tahun 2015 dibanding tahun 2014 tumbuh

sebesar sebesar 4,8 persen. Secara spasial, struktur

pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV tahun

2015 masih didominasi oleh kelompok provinsi di pulau

Jawa dan Sumatera, dengan kontribusi terhadap PDB

sebesar 58,3 persen, pulau Sumatera sebesar 22,2 persen,

Kalimantan 8,15 persen.

Dalam perhitungan PDB sisi pengeluaran, pertumbuhan

komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)

triwulan IV tahun 2015 sebesar 6,9 persen (YoY) dibanding

periode yang sama tahun 2014, sementara pertumbuhan

triwulan IV tahun 2015 di banding triwulan III tahun 2015

(QtQ) mengalami kenaikan sebesar 5,0 persen.

Tabel 37. Pertumbuhan dan Share PMTB Triwulan IV Tahun 2015 (persen)

Q4-2014

(QtQ) Q4-2014

(YtY) Q4-2015

(QtQ) Q4-2015

(YtY) Pertumbuhan PDB -2,1 5,0 -1,8 5,0 Pertumbuhan PMTB (YoY)(PDB Konstan) 2,9 4,6 5,0 6,9 a. Bangunan 4,1 7,1 6,0 8,2 b. Mesin dan Perlengkapan Dalam Negeri 0,4 -9,2 2,6 3,8 c. Kendaraan -3,0 -7,4 -2,5 7,3 d. Peralatan Lainnya 6,3 9,7 4,3 7,8 e. Sumber Daya Hayati 15,3 7,6 13,1 -3,6 f. Produk Kekayaan Intelektual -25,6 12,2 -12,2 6,4

Share PMTB terhadap PDB (harga berlaku)

34,4

33,2 a. Bangunan

26,1

25,0

b. Mesin dan Perlengkapan Dalam Negeri

3,2

3,2 c. Kendaraan

1,4

1,5

d. Peralatan Lainnya

0,5

0,5 e. Sumber Daya Hayati

2,2

2,0

f. Produk Kekayaan Intelektual 0,9 1,0

Sumber: BPS , diolah

Untuk komponen Pembentukan Modal Tetap Domestik

Bruto/PMTB, pertumbuhan triwulan IV tahun 2015 (YoY)

sebesar 6,9 persen secara lebih detil didorong oleh

pertumbuhan Bangunan sebesar 8,2 persen, Peralatan

Lainnya sebesar 7,8 persen dan Kendaraan sebesar 7,3

persen. Adapun sumbangan terbesar dalam komponen

76

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Realisasi investasi untuk

Penanaman Modal Dalam

Negeri (PMDN) maupun

Penanaman Modal Asing

(PMA) triwulan IV tahun

2015 mengalami

pertumbuhan positif.

PMTB pada triwulan IV tahun 2015 secara detil yaitu pada

Bangunan dengan sumbangan 25,0 persen.

Realisasi Investasi Triwulan IV Tahun 2015

Tabel 38. Realisasi PMA dan PMDN Tahun 2010- Triwulan IV Tahun 2015

TAHUN PMDN PMA Pertumbuhan (YoY, %)

(Rp Triliun) (USD juta) PMDN PMA

2010 60,6 16.214,8 60,4 49,9

2011 76,0 19.474,2 25,4 20,1

2012 92,2 24.564,7 21,3 26,1

2013 128,2 28.617,5 39,0 16,5

2014 156,1 28.529,7 21,8 -0,3

2015 Trw IV 46,2 7.938,7 10,6 17,0 Sumber : BKPM, diolah

Realisasi investasi untuk Penanaman Modal Dalam Negeri

(PMDN) triwulan IV tahun 2015 sebesar Rp46,2 triliun, lebih

besar dari realisasi triwulan IV tahun 2014 atau tumbuh

sebesar 10,6 persen. Untuk Penanaman Modal Asing (PMA),

realisasi triwulan IV tahun 2015 sebesar USD7.938,7 juta,

dan mengalami pertumbuhan sebesar 17 persen

dibandingkan triwulan IV tahun 2014.

Realisasi Per Sektor

Realisasi per sektor untuk PMA pada triwulan IV tahun 2015

sebesar USD7.938,7 juta atau mengalami pertumbuhan

sebesar 17,0 persen dibandingkan triwulan IV tahun 2014.

Kenaikan terjadi di seluruh sektor, dengan kenaikan

terbesar pada sektor tersier sebesar 25,9 persen. Untuk

PMDN pada periode yang sama terjadi pertumbuhan

sebesar 10,6 persen. Kenaikan ini didorong oleh

pertumbuhan sektor sekunder sebesar 51,1 persen. Adapun

dilihat secara sumbangannya, pada triwulan IV tahun 2015,

untuk PMA sektor sekunder memberikan sumbangan

terbesar dengan sumbangan 40,8 persen dan pemberi

sumbangan terbesar untuk PMDN juga dari sektor sekunder

sebesar 56,3 persen.

Tabel 39.Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN dan PMA Triwulan IV Tahun 2015 Berdasar Sektor

Tahun PMA Jumlah

(USD juta) PMDN Jumlah (Rp

Triliun) Primer Sekunder Tersier Primer Sekunder Tersier

2010 3.013,6 3.357,6 9.843,6 16.214,8 12,3 25,5 22,8 60,6

2011 4.870,3 6.779,5 7.824,9 19.474,7 16,3 39,0 20,6 76,0

2012 5.933,1 11.770,0 6.861,7 24.564,7 20,4 49,9 21,9 92,2

2013 6.471,8 17.326,4 6.286,9 30.085,1 25,7 51,2 51,3 128,2

2014 6.991,3 13.019,4 8.519,0 28.529,6 16,5 59,0 80,6 34,6

Pertumbuhan YoY terbesar

pada PMA adalah sektor

tersier, sedangkan untuk

PMDN adalah sektor

sekunder.

77

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Sektor dengan persentase

realisasi terbesar untuk PMA

adalah sektor Listrik, Gas

dan Air dan untuk PMDN

adalah sektor Industri

Mineral Non Logam.

Pada triwulan IV tahun

2015, pertumbuhan YoY

realisasi PMDN terbesar

terjadi di Bali dan Nusa

Tenggara.

Tahun PMA Jumlah

(USD juta) PMDN Jumlah (Rp

Triliun) Primer Sekunder Tersier Primer Sekunder Tersier

2014 TRW IV 1.491,2 2.869,4 2.423,9 6.784,5 5,8 17,2 18,7 41,7

2015 TRW IV 1.644,4 3.241,5 3.052,8 7.938,7 2,8 26,0 17,4 46,2

Pertumbuhan (YoY, %)

10,3 13 25,9 17 -52,7 51,1 -6,9 10,6

Share 2015 trw IV (%)

20,7 40,8 38,5 100 6 56,3 37,8 100

Sumber : BKPM, diolah

Dilihat per sektor/bidang usaha, pada triwulan IV tahun

2015 lima sektor/bidang dengan realisasi PMA terbesar dan

persentasenya terhadap total realisasi secara berurutan

adalah sektor Listrik, Gas dan Air dengan persentase 17,5

persen, Industri Logam, Mesin dan Elektronik 12,5 persen,

Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran 12,0 persen,

Pertambangan 11,7 persen dan Tanaman Pangan dan

Perkebunan 8,2 persen. Untuk PMDN, terbesar secara

berurutan adalah Industri Mineral Non Logam 18,6 persen,

Konstruksi 16,3 persen, Industri Makanan 13,9 persen,

Industri Kimia dan Farmasi 10,1 persen dan Listrik, Gas dan

Air 9,7 persen.

Tabel 40. Lima Besar Sektor Realisasi Investasi Triwulan IV Tahun 2015 PMA PMDN

Sektor/Bidang Usaha USD Juta % Thd total Sektor/Bidang Usaha Rp Triliun % Thd total

1 Listrik, Gas dan Air 1.393,2 17,5 1 Ind. Mineral Non Logam

8,6 18,6

2 Ind. Logam, Mesin & Elektronik

993,2 12,5 2 Konstruksi 7,5 16,3

3 Perumahan, Kawasan Ind & Perkantoran

952,3 12,0 3 Industri Makanan 6,4 13,9

4 Pertambangan 928,2 11,7 4 Ind. Kimia dan Farmasi 4,7 10,1

5 Tanaman Pangan & Perkebunan

651,0 8,2 5 Listrik, Gas dan Air 4,5 9,7

Gabungan lainnya 3.020,9 38,1

Gabungan lainnya 14,5 31,3

Jumlah / Total 7.938,7 100 Jumlah / Total 46,2 100 Sumber: BKPM, diolah

Realisasi Per Lokasi

Berdasar lokasi perwilayah, pada triwulan IV tahun 2015

dibanding triwulan IV tahun 2014, pertumbuhan realisasi

PMDN terbesar terjadi di Bali dan Nusa Tenggara dengan

pertumbuhan sebesar 506,3 persen diikuti Papua sebesar

283,9 persen dan Sulawesi 95,1 persen. Dilihat dari

sumbangannya, Jawa, Sumatera dan Sulawesi memberikan

sumbangan terbesar pada triwulan IV tahun 2015 yaitu 59,4

78

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Pada triwulan IV tahun

2015, pertumbuhan Y-o-Y

realisasi PMA terbesar

terjadi di Maluku.

Pulau Jawa merupakan

lokasi PMDN dan PMA yang

paling diminati.

persen, 15,6 persen dan 13,2 persen.

Tabel 41. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMDN Triwulan IV 2015 Berdasarkan Lokasi (Rp Triliun)

TAHUN Lokasi

TOTAL Sumatera Jawa Bali & NT Kalimantan Sulawesi Maluku Papua

2010 4,2 35,1 2,1 14,6 4,3 0,0 0,2 60,6

2011 16,3 37,2 0,4 13,5 7,2 0,0 1,4 76,0

2012 14,3 52,7 3,2 16,7 4,9 0,3 0,1 92,2

2013 22,9 66,5 4,4 28,7 3,6 1,1 0,9 128,2

2014 29,6 97,1 0,5 21,4 7,1 0,2 0,3 156,1

2014 trw IV 8,4 25,7 0,2 4,1 3,1 0,0 0,1 41,7

2015 trw IV 7,2 27,4 1,4 3,8 6,1 0,0 0,3 46,2 Pertumbuhan (YoY,%)

-14,5 6,5 506,3 -8,1 95,1 -100 283,9 10,6

Share trw IV 2015 (%)

15,6 59,4 3 8,2 13,2 0 0,6 100

Sumber : BKPM, diolah

Untuk PMA pertumbuhan triwulan IV tahun 2015

dibandingkan triwulan IV tahun 2014 mengalami

pertumbuhan sebesar 17,0 persen dengan pertumbuhan

positif terjadi di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Kalimantan,

Sulawesi dan Maluku. Lokasi lainnya yaitu Sumatera dan

Papua mengalami pertumbuhan negatif. Secara

sumbangan, pada triwulan IV tahun 2015 pulau Jawa,

Kalimantan dan Sumatera memberikan sumbangan terbesar

yaitu 50,3 persen, 24,5 persen dan 11,4 persen.

Tabel 42. Pertumbuhan dan Share Realisasi Investasi PMA Triwulan IV 2015 Berdasarkan Lokasi (USD Juta)

TAHUN LOKASI

TOTAL Sumatera Jawa

Bali & NT

Kalimantan Sulawesi Maluku Papua

2010 747,1 11.498,8 502,7 2.011,4 859,1 248,9 346,8 16.214,8

2011 2.076,3 12.324,8 952,7 1.918,7 715,3 141,4 1.345,0 19.474,2

2012 3.729,3 13.659,9 1.126,6 3.208,7 1.507,1 98,8 1.234,5 24.564,9

2013 3.395,3 17.326,4 888,9 2.773,4 1.498,2 321,2 2.414,2 28.617,5

2014 3.844,5 15.436,7 993,2 4.673,7 2.055,7 111,8 1.414,0 28.529,6

2014 trw IV 929,3 3.816,9 206,5 998,1 486,7 14,7 332,4 6.784,5

2015 trw IV 907,9 3.992,2 260,1 1.945,2 575,0 70,9 187,4 7.938,7 Pertumbuhan (YoY, %) -2,3 4,6 26,0 94,9 18,1 381,9 -43,6 17,0 Share Trw IV 2015 (%) 11,4 50,3 3,3 24,5 7,2 0,9 2,4 100,0

Sumber : BKPM, diolah

Berdasar lokasi menurut provinsi, pada triwulan IV tahun

2015 untuk PMDN, tiga dari lima besar lokasi investasi yang

diminati terletak di Pulau Jawa, dengan kontribusi realisasi

PMDN terbesar yaitu Jawa Timur sebesar 36,5 persen.

79

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Singapura merupakan

Negara asal investasi PMA

terbesar pada triwulan IV

tahun 2015.

Tabel 43. Lima Besar Lokasi Realisasi Investasi Triwulan IV Tahun 2015 PMA PMDN

Lokasi (Propinsi) USD Juta % Thd Total Lokasi (Propinsi) Rp Triliun % Thd Total

DKI Jakarta 1.363,70 17,2 Jawa Timur 16,9 36,5

Banten 925,9 11,7 Jawa Tengah 5,1 11

Jawa Timur 910,7 11,5 Sulawesi Selatan 4,4 9,5

Kalimantan Tengah 659,8 8,3 Riau 2,8 6

Kalimantan Timur 613,3 7,7 Banten 2,7 5,9

Gabung lainnya 3.465,30 43,7 Gabung lainnya 14,3 31

Jumlah 7.938,70 100 Jumlah 46,2 100 Sumber : BKPM, diolah

Untuk PMA, lima lokasi dengan realisasi paling besar

berturut-turut adalah DKI Jakarta, Banten, Jawa Timur,

Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur dengan sumbangan

realisasi PMA terbesar berasal dari DKI Jakarta sebesar 17,2

persen.

Realisasi per Negara

Tabel 44. Lima Besar Negara Asal Realisasi Investasi PMA Triwulan IV Tahun 2015 Negara USD Juta % Terhadap Total

Singapura 2.349,80 29,6

Hong Kong 520,6 6,6

Belanda 399,5 5

Jepang 382 4,8

R. R. Tiongkok 222,3 2,8

Gabung Lainnya 4.064,50 51,2

Jumlah 7.938,70 100 Sumber : BKPM, diolah

Pada triwulan IV tahun 2015, empat dari lima besar negara

asal investasi PMA merupakan negara-negara di Asia, yaitu:

1) Singapura, dengan nilai investasi sebesar USD2.349,8 juta

atau 29,6 persen dari total realisasi investasi PMA; 2) Hong

Kong dengan nilai USD520,6 juta (6,6 persen); 3) Jepang

dengan nilai realisasi investasi USD382 juta (4,8 persen); 4)

R. R. Tiongkok dengan nilai realisasi investasi USD222,3 juta

(2,8 persen). Belanda berada di peringkat ke-3 dengan nilai

USD399,5 Juta atau 5,0 persen dari total realisasi investasi

PMA.

80

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

PERKEMBANGAN KERJA SAMA EKONOMI INTERNASIONAL

Perkembangan Perjanjian Ekonomi Internasional Indonesia

Perkembangan perjanjian ekonomi internasional yang dilakukan Indonesia dijelaskan pada

tabel di bawah.

Tabel 45. Status Perjanjian Ekonomi Internasional No PERJANJIAN EKONOMI STATUS

1 ASEAN-EU Free Trade Agreemeent (FTA) Negotiations launched

(the 7th round of negotiations)

2 ASEAN-Hong Kong, China Free Trade Agreement Negotiations launched

(the 3rd round of negotiations)

3 India-Indonesia Comprehensive Economic Cooperation Arrangement

Negotiations launched (consultation pre-negotiation)

4 Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement

Negotiations launched (the 2nd round of negotiations)

5 Indonesia-European Free Trade Association Free Trade Agreement

Negotiations launched (the 9th round of negotiations)

6 Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP)

Negotiations launched (the 10th round of negotiations)

7 Republic of Korea-Indonesia Free Trade Agreement

Negotiations launched (the 7th round of negotiations)

8 Indonesia-Iran Preferential Trade Agreement (PTA)

Negotiations launched (the 1st round of negotiations)

9 Indonesia-Chile FTA Conclusion of Joint Study Group (JSG)

10 Indonesia-Turki FTA Conclusion of JSG

11 Indonesia-Tunisia FTA JSG ongoing

12 Indonesia-Mesir FTA Establishment of JSG

13 Trade Preferential System of the Organization of the Islamic Conference

Signed but not yet In Effect

14 ASEAN Free Trade Area Signed and In Effect

15 ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement

Signed and In Effect

16 ASEAN-India Comprehensive Economic Cooperation Agreement

Signed and In Effect

17 ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership

Signed and In Effect

18 ASEAN-China Comprehensive Economic Cooperation Agreement

Signed and In Effect

19 ASEAN-Republic of Korea Comprehensive Economic Cooperation Agreement

Signed and In Effect

20 Japan-Indonesia Economic Partnership Agreement Signed and In Effect

21 Pakistan-Indonesia Free Trade Agreement Signed and In Effect

22 Preferential Tariff Arrangement-Group of Eight Developing Countries

Signed and In Effect

Sumber: aric database, ADB ; Ditjen KPI, Kemendag

Perkembangan Ekspor Impor Dalam Kerangka ASEAN-Tiongkok FTA

Neraca perdagangan ASEAN-5 dengan RRT selama triwulan

IV tahun 2015 mengalami defisit sebesar USD11.063,8 juta.

Indonesia, Filipina, Singapura dan Thailand mengalami

defisit perdagangan dengan RRT masing-masing sebesar

Neraca perdagangan

ASEAN-5 dengan RRT

selama triwulan IV tahun

2015 mengalami defisit

sebesar USD11.063,8 juta.

81

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

USD3.107,8 juta, USD2.924,6 juta, USD7.438,1 juta dan

USD854,1 juta. Sementara itu, hanya Malaysia yang

mengalami surplus perdagangan dengan RRT yaitu sebesar

USD3.260,7 juta.

Ekspor ASEAN Ke RRT

Secara keseluruhan, nilai ekspor ASEAN-5 ke RRT pada

triwulan IV tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 4,5

persen (QtQ) dari USD41.459,0 juta menjadi USD39,581,2

juta. Jika dibandingkan dengan kurtal yang sama tahun

sebelumnya, ekspor ASEAN ke RRT mengalami penurunan

sebesar USD3.951,2 juta (9 persen). Hanya Malaysia yang

mengalami pertumbuhan positif di triwulan IV tahun 2015,

yaitu sebesar USD128,1 juta (0,9 persen). Secara nominal,

Thailand mengalami penurunan ekspor paling tinggi pada

triwulan IV, yaitu sebesar USD654,0 juta, diikuti oleh

Singapura (USD512,9 juta), Filipina (USD482,7 juta) dan

Indoneisa (USD356,3 juta). Total nilai ekspor ASEAN-5 ke

RRT pada triwulan IV tahun 2015 hanya sebesar 9 persen

dari seluruh nilai ekspor yang masuk ke RRT.

Tabel 46. Ekspor ASEAN ke RRT

Nilai Ekspor (juta USD) Pertumbuhan Proporsi*

Q4 2014 Q3 2015 Q4 2015 Q4 2015 (QtQ, %)

Q4 2015 (YoY, %)

Q4 2015

ASEAN (5 negara) 43.532,4 41.459,0 39.581,2 -4,5 -9,1 9,0

Filipina 5.650,4 5.239,3 4.756,6 -9,2 -15,8 1,1

Machinery, Electrical Equipment 3.854,5 3.547,0 3.451,2 -2,7 -10,5 0,8

Electrical Machinery and Equipment

2.575,7 2.525,5 2.476,6 -1,9 -3,8 0,6

Nuclear Reactors, Machinery 1.278,8 1.021,5 974,6 -4,6 -23,8 0,2

Mineral Products 921,9 1.161,9 712,5 -38,7 -22,7 0,2

Indonesia 5.358,4 5.419,3 5.062,9 -6,6 -5,5 1,2

Mineral Products 2.059,3 1.964,8 1.706,2 -13,2 -17,1 0,4

Mineral Fuels, Mineral Oils & Products

1.705,9 1.781,5 1.631,3 -8,4 -4,4 0,4

Animal or Vegetable Fats and Oils 666,4 895,9 866,8 -3,2 30,1 0,2

Indonesia: Machiney, Electrical Equipment

397,3 424,0 429,1 1,2 8,0 0,1

Malaysia 14.451,3 13.557,5 13.685,6 0,9 -5,3 3,1

Machinery, Electrical Equipment 9.558,7 9.289,3 9.643,3 3,8 0,9 2,2

Electrical Machinery and Equipment

8.581,4 8.464,2 8.879,3 4,9 3,5 2,0

Mineral Products 1.826,8 1.569,4 1.671,3 6,5 -8,5 0,4

Mineral Fuels, Mineral Oils & Product

1.644,7 1.137,1 1.221,2 7,4 -25,7 0,3

Singapura 7.960,4 6.961,3 6.448,4 -7,4 -19,0 1,5

Nilai ekspor ASEAN-5 ke

Tiongkok pada triwulan IV

tahun 2015 mengalami

penurunan 4,5 persen (QtQ).

82

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Nilai Ekspor (juta USD) Pertumbuhan Proporsi*

Q4 2014 Q3 2015 Q4 2015 Q4 2015 (QtQ, %)

Q4 2015 (YoY, %)

Q4 2015

Machinery, Electrical Equipment 3.530,9 3.333,4 3.071,0 -7,9 -13,0 0,7

Electrical Machinery and Equipment

2.391,0 2.313,8 2.169,0 -6,3 -9,3 0,5

Nuclear Reactors, Machinery 1.140,0 1.019,6 902,0 -11,5 -20,9 0,2

Plastics, Rubber and Articles Thereof

990,9 1.039,8 935,5 -10,0 -5,6 0,2

Thailand 10.111,8 10.281,7 9.627,7 -6,4 -4,8 2,2

Machinery, Electrical Equipment 3.801,5 4.028,4 4.309,0 7,0 13,3 1,0

Electrical Machinery and Equipment

2.030,4 2.307,5 2.401,1 4,1 18,3 0,5

Nuclear Reactors, Machinery 1.771,1 1.720,9 1.907,9 10,9 7,7 0,4

Plastics, Rubber and Articles Thereof

2.168,4 1.905,0 1.875,8 -1,5 -13,5 0,4

Sumber: Statistik Tiongkok, CEIC

Keterangan (*): Terhadap total ekspor Tiongkok

Impor ASEAN dari RRT

Tabel 47. Impor ASEAN dari RRT

Nilai Impor (juta USD) Pertumbuhan Proporsi*

Q4 2014 Q3 2015 Q4 2015 Q4 2015 (QtQ, %)

Q4 2015 (YoY, %)

Q4 2015

ASEAN (5 negara) 54.503,6 50.665,7 50.645,1 -0,04 -7,1 8,3

Filipina 6.754,5 6.945,2 7.681,2 10,6 13,7 1,3

Machinery, Electrical Equipment 1.781,9 1.782,4 1.984,0 11,3 11,3 0,3

Textiles and Textile Articles 810,4 1.046,9 1.385,8 32,4 71,0 0,2

Electrical Machinery and Equipment

1.113,5 1.140,3 1.356,4 19,0 21,8 0,2

Miscellaneous Mfg Articles 424,4 607,2 585,5 -3,6 38,0 0,1

Indonesia 10.348,5 8.428,7 8.170,7 -3,1 -21,0 1,3

Machinery, Electrical Equipment 3.481,4 2.971,0 2.962,7 -0,3 -14,9 0,5

Nuclear Reactors, Machinery 1.836,4 1.600,3 1.619,0 1,2 -11,8 0,3

Electrical Machinery and Equipment

1.645,0 1.370,7 1.343,7 -2,0 -18,3 0,2

Base Metals and Articles 1.596,4 1.046,9 1.226,6 17,2 -23,2 0,2

Malaysia 12.718,9 10.899,7 10.424,9 -4,4 -18,0 1,7

Machinery, Electrical Equipment 3.745,0 3.709,1 3.282,9 -11,5 -12,3 0,5

Electrical Machinery and Equipment

2.429,8 2.470,2 2.141,5 -13,3 -11,9 0,3

Base Metals and Articles 2.118,4 1.312,7 1.164,0 -11,3 -45,1 0,2

Nuclear Reactors, Machinery 1.315,1 1.238,9 1.141,4 -7,9 -13,2 0,2

Singapura 14.500,4 14.441,3 13.886,5 -3,8 -4,2 2,3

Machinery, Electrical Equipment 5.862,8 6.416,0 6.092,7 -5,0 3,9 1,0

Electrical Machinery and Equipment

3.539,5 4.538,0 3.977,8 -12,3 12,4 0,6

Nuclear Reactors, Machinery 2.323,2 1.878,0 2.115,0 12,6 -9,0 0,3

Indonesia: Vehicles, Aircraft, Vessels & Transport Eq

1.555,0 1.735,1 1.285,9 -25,9 -17,3 0,2

Thailand 10.181,4 9.950,8 10.481,8 5,3 3,0 1,7

83

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Impor ASEAN-5 dari

Tiongkok pada triwulan IV

tahun 2015 turun sebesar

0,04 persen (QtQ).

Penggunaan SKA Preferensi

dan SKA Nonpreferensi

mencapai 85,8 persen

terhadap total ekspor

Indonesia pada tahun 2015.

Nilai Impor (juta USD) Pertumbuhan Proporsi*

Q4 2014 Q3 2015 Q4 2015 Q4 2015 (QtQ, %)

Q4 2015 (YoY, %)

Q4 2015

Machinery, Electrical Equipment 3.738,4 4.076,1 4.404,1 8,0 17,8 0,7

Electrical Machinery and Equipment

2.047,6 2.411,3 2.778,8 15,2 35,7 0,5

Nuclear Reactors, Machinery 1.690,8 1.664,8 1.625,3 -2,4 -3,9 0,3

Base Metals and Articles 1.381,9 1.271,7 1.103,1 -13,3 -20,2 0,2

Sumber: Statistik Tiongkok, CEIC

Keterangan (*): terhadap total impor Tiongkok

Impor ASEAN-5 dari RRT pada triwulan IV tahun 2015 turun

sebesar 0,04 persen dari triwulan sebelumnya yang

mencapai USD50.665,7 juta menjadi USD50.645,1 juta. Jika

dibandingkan triwulan yang sama pada tahun 2014, impor

dari RRT ke ASEAN turun sebesar 7,1 persen atau

USD3.858,5 juta. Filipina dan Thailand mengalami

pertumbuhan impor yang positif pada triwulan tahun IV

2015 (QtQ), yaitu masing-masing sebesar USD736,0 juta

(10,6 persen) dan USD531,1 juta (5,3 persen). Sedangkan

Indonesia, Malaysia dan Singapura mengalami penurunan

impor masing-masing sebesar USD258,0 juta (3,1 persen),

USD474,9 juta (4,4 persen) dan USD554,8 juta (3,8 persen).

Perkembangan Perjanjian Ekspor Berdasarkan Surat Keterangan Asal (SKA)

Tabel 48. Presentase Penggunaan SKA terhadap Total Ekspor Indonesia

Periode SKA Preferensi

(%) SKA Nonpreferensi

(%) SKA Preferensi + SKA Non

Preferensi (%)

2012 45,4 11,8 57,2

2013 50,7 12,4 63,1

2014 50,6 11,9 62,5

2015 72,3 13,5 85,8

Sumber : Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Kemendag

Sepanjang tahun 2015, penggunaan SKA Preferensi dan SKA

Nonpreferensi mencapai 85,8 persen terhadap total ekspor

Indonesia dimana SKA Preferensi mendominasi penggunaan

SKA dengan pemanfaatan sebesar 72,3 persen. Form E yang

merupakan SKA Preferensi atas perjanjian ACFTA paling

banyak dimanfaatkan sepanjang tahun 2015 dengan tingkat

pemanfaatan sebesar 23,6 persen, diikuti oleh Form A

(Generalized System of Preferences) sebesar 20,6 persen

(Gambar 16). Pada kurun waktu yang sama Form B

mendominasi pemanfaatan penggunaan SKA Nonpreferensi

dengan tingkat utilisasi sebesar 92,5 persen (Gambar 17).

84

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Gambar 16. Persentase Penggunaan SKA Preferensi terhadap Total SKA Preferensi

Sumber : Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Kemendag

Gambar 17. Persentase Penggunaan SKA Nonpreferensi terhadap Total SKA Nonpreferensi

Sumber : Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor, Kemendag

85

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Ekspor Indonesia-ASEAN

menurun 19,2 persen (YoY)

dengan penurunan paling

tinggi ke Malaysia sebesar

30,3 persen.

Myanmar sebagai negara

importir yang mengalami

pertumbuhan positif

tertinggi.

Perkembangan Ekspor dan Impor Dalam Kerangka ASEAN FTA

Ekspor Impor Indonesia-ASEAN

Secara akumulasi, total nilai ekspor Indonesia-ASEAN pada

triwulan IV tahun 2015 adalah sebesar USD7.840,3 juta

sedangkan nilai impor Indonesia dari ASEAN terhitung

sebesar USD9.124,2 juta. Sehingga, pada triwulan IV tahun

2015 Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan

dengan ASEAN sebesar USD1.283,9 juta. Dibandingkan

dengan negara ASEAN lainnya, Singapura merupakan

negara tujuan ekspor terbesar (37,3 persen) sekaligus

negara asal impor terbesar Indonesia (45,8 persen).

Pertumbuhan ekspor Indonesia-ASEAN pada triwulan IV

tahun 2015 (YoY) secara kumulatif menurun 19,2 persen

dengan penurunan ekspor paling tinggi yaitu ke Malaysia

sebesar 30,3 persen. Pertumbuhan ekspor yang positif

hanya ke negara Kamboja (13,2 persen), Vietnam (11,4

persen) dan Brunei Darussalam (0,4 persen).

Tabel 49. Ekspor Indonesia-ASEAN Triwulan IV Tahun 2015

Negara Nilai Ekspor (juta USD) Pertumbuhan Proporsi*

Okt-15 Nov-15 Des-15 Q4 2015 (YoY, %) (%)

Brunei Darussalam 14,1 4,9 5,4 24,5 0,4 0,3

Filipina 305,0 307,6 273,7 886,4 -7,1 11,3

Kamboja 36,7 34,1 41,7 112,5 13,2 1,4

Laos 0,9 0,3 0,5 1,7 -4,2 0,0

Malaysia 594,5 519,4 545,7 1.659,5 -30,3 21,2

Myanmar 48,0 71,6 50,5 170,0 -3,0 2,2

Singapura 1.045,9 928,3 947,4 2.921,7 -26,4 37,3

Thailand 448,8 431,3 340,3 1.220,4 -9,2 15,6

Vietnam 288,0 264,1 291,4 843,5 11,4 10,8

Total Ekspor 2.781,9 2.561,6 2.496,7 7.840,3 -19,2 100,0

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Keterangan (*) : proporsi terhadap total ekspor ke ASEAN

Demikian halnya dengan ekspor, pertumbuhan impor

Indonesia-ASEAN pada triwulan IV tahun 2015 (YoY) secara

kumulatif mengalami penurunan sebesar 26,7 persen.

Penurunan impor paling tinggi yaitu dari Laos sebesar 99,2

persen. Pertumbuhan impor yang positif dari negara Brunei

Darussalam (2013,8 persen), Kamboja (84,6 persen) dan

Myanmar (68,9 persen). Peningkatan impor yang sangat

besar dari Brunei disebabkan oleh tidak adanya impor migas

pada kuartal IV tahun 2014. Impor dari Brunei pada kurtal

Pada triwulan IV tahun 2015

Indonesia mengalami defisit

neraca perdagangan

dengan ASEAN sebesar

USD1.283,9 juta.

86

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

IV tahun 2014 hanya sebesar USD3,2 juta meningkat

menjadi USD68,2 juta pada kuartal IV tahun 2015.

Tabel 50. Impor Indonesia-ASEAN

Negara Nilai Impor(juta USD) Pertumbuhan Proporsi*

Okt-15 Nov-15 Des-15 Q4 2015 (YoY, %) (%)

Brunei Darussalam 36,9 2,7 28,6 68,2 2013,8 0,7

Filipina 52,3 58,1 61,6 172,0 -1,5 1,9

Kamboja 2,3 1,8 1,4 5,6 84,6 0,1

Laos 0,0 - 0,0 0,0 -99,2 0,0001

Malaysia 595,6 636,3 659,1 1.890,9 -32,7 20,7

Myanmar 7,7 14,3 15,9 37,9 68,9 0,4

Singapura 1.356,7 1.494,1 1.328,4 4.179,2 -32,9 45,8

Thailand 627,7 604,3 704,0 1.936,0 -15,5 21,2

Vietnam 200,3 331,9 302,1 834,4 -9,0 9,1

Total Impor 2.879,5 3.143,6 3.101,1 9.124,2 -26,7 100,0

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Keterangan (*) : proporsi terhadap total impor dari ASEAN (%)

87 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Inflasi tahunan (YoY) Indonesia pada bulan Oktober-Desember 2015 masing-masing

sebesar 6,25 persen, 4,89 persen, dan 3,35 persen.

Rata-rata nilai tukar Rupiah terhadap USD selama triwulan IV tahun 2015 sebesar

Rp13.773 per USD. Dolar Amerika Serikat (USD) mengalami pelemahan terhadap

Rupiah sebesar 5,9 persen dibanding triwulan III tahun 2015.

Rata-rata IHSG pada triwulan IV tahun 2015 sebesar 4498,2.

Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) pada bulan November 2015

adalah sebesar 21,3 persen, meningkat 0,7 persen dibanding triwulan sebelumnya

(QtQ).

Pada bulan November 2015, rasio kredit bermasalah mengalami peningkatan

sebesar 0,1 persen dibanding triwulan sebelumnya (QtQ), yaitu menjadi 2,6 persen.

PERKEMBANGAN INDIKATOR MONETER DAN SEKTOR KEUANGAN

88 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

88

PERKEMBANGAN INDIKATOR MONETER

Perkembangan Moneter Global

Proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia yang moderat

pada tahun 2015 diiringi dengan tren penurunan

cadangan devisa berbagai negara kawasan, terutama

negara maju. Sebaliknya, negara-negara berkembang di

kawasan ASEAN dan India mengalami peningkatan (Tabel

51). Peningkatan cadangan devisa Indonesia pada akhir

Desember merupakan yang tertinggi, hal ini terutama

disebabkan oleh penarikan pinjaman luar negeri, hasil

ekspor migas, dan penerbitan global bonds Pemerintah.

Tabel 51. Posisi Cadangan Devisa Dunia (miliar USD)

September Oktober November Desember %QtQ

BRIC

Brazil 361,4 361,2 357,0 356,5 -1,4

Rusia 371,3 369,6 364,7 368,4 -0,8

India 350,3 354,2 350,2 350,4 0,03

Tiongkok 3590,3 3604,0 3513,0 3406,1 -5,1

ASEAN-5

Indonesia 101,7 100,7 100,2 105,9 4,1

Malaysia 93,3 94,0 94,6 95,3 2,1

Singapura 251,6 249,8 247,1 247,7 -1,6

Thailand 155,5 158,3 155,7 156,5 0,6

Filipina 80,6 81,1 80,2 80,7 0,1

Fragile-5

Turki 119,7 118,6 116,5 n.a n.a

Afrika Selatan 46,1 46,1 45,1 n.a n.a

Negara Maju

Jepang 1.248,9 1244,2 1233,0 1233,2 -1,3

Kawasan Euro 721,7 721,2 691,1 701,4 -2,8

Inggris 158,0 163,5 154,4 155,9 -1,3

Amerika Serikat 121,0 119,6 117,0 118,5 -2,1

Sumber: International Monetary Fund, data

Pada Oktober 2015, People’s Bank of China (PboC)

melonggarkan kebijakan moneter dengan menurunkan

tingkat suku bunganya terutama untuk mencapai target

pertumbuhan ekonomi pada tingkat 7 persen di akhir

tahun 2015. Suku bunga yang lebih rendah diharapkan

dapat merangsang peningkatan pinjaman. Akan tetapi di

sisi lain di tengah penguatan USD, peningkatan pinjaman

meningkatkan risiko berupa peningkatan utang yang

menggerus cadangan devisa Tiongkok pada akhir

Penurunan cadangan devisa sebagian besar terjadi pada negara-negara maju

Tiongkok mengalami penurunan cadangan devisa tertinggi seiring dengan keputusan pelonggaran kebijakan moneter pada Oktober 2015.

89 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

89

Desember 2015 hingga 5,1 persen dibanding triwulan

sebelumnya (Tabel 51). Pelonggaran kebijakan ini dinilai

belum berhasil membuat Cina mempertahankan

pertumbuhan ekonomi pada tingkat 7 persen dimana

pada akhir 2015 Cina hanya tumbuh 6,8 persen.

Peningkatan suku bunga The Fed merupakan yang

pertama sejak tahun 2006. Keputusan The Fed dalam

meningkatkan suku bunganya didasarkan pada aktivitas

ekonomi yang telah berkembang secara moderat.

Indikator pasar tenaga kerja yang terus menunjukkan

perbaikan beserta laju inflasi yang stabil di bawah dua

persen membuat The Fed semakin yakin untuk

meningkatkan suku bunga pada tingkat 0,5 persen. Pada

tingkat suku bunga ini diyakini bahwa Amerika Serikat

akan mencapai kondisi tenaga kerja yang maksimal

dengan inflasi pada tingkat 2 persen.

European Central Bank (ECB) melanjutkan pelonggaran

kebijakan moneter pada bulan Desember 2015 dengan

menurunkan suku bunga deposito. Selain itu, ECB juga

memperpanjang tanggal jatuh tempo pembelian aset

(dari September 2016 menjadi Maret 2017) dan

berkomitmen untuk menginvestasikan kembali sekuritas

yang telah jatuh tempo untuk memenuhi likuiditas pada

operasi pasar terbuka hingga awal 2018. Neraca ECB

ditargetkan mencapai EUR700 miliar pada tahun 2016

dimana sebelumnya EUR620 miliar pada akhir tahun

2015. Sama halnya dengan ECB, Bank of Japan (BoJ) juga

meningkatkan stimulus moneter pada akhir Januari 2016

dengan menurunkan suku bunga deposito sebesar 10

basis poin. Keputusan ini didasarkan pada masih

rendahnya harga minyak dan ketidakpastian ekonomi

global yang dapat menunda sasaran target inflasi Jepang

di tingkat dua persen.

Tabel 52. Penurunan Suku Bunga Bank Sentral Berbagai Negara Triwulan IV Tahun 2015 (persentase)

Negara September Oktober November Desember

Amerika Serikat 0,25 0,25 0,25 0,50

Cina 4,60 4,35 4,35 4,35

Sementara itu, negara kawasan Eropa dan Jepang masih melanjutkan pelonggaran kebijakan moneter.

Amerika Serikat (The Fed) telah memulai pengetatan kebijakan moneternya pada pertengahan Desember 2015.

90 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

90

Negara September Oktober November Desember

Hongkong 0,50 0,50 0,50 0,75

Selandia Baru 2,75 2,75 2,75 2,50

Meksiko 3,00 3,00 3,00 3,25

Chili 3,00 3,25 3,25 3,5

Afrika Selatan 6,00 6,00 6,25 6,75

Sumber: Bank Indonesia

Peningkatan suku bunga terjadi pada beberapa bank

sentral emerging market untuk menekan laju inflasi

(Tabel 55). Tren penurunan harga komoditas dunia tidak

menjadi pertimbangan utama beberapa bank sentral

untuk melonggarkan kebijakan moneternya, seperti

Meksiko, Chili, dan Afrika Selatan karena tekanan

penguatan USD dirasakan sangat berdampak pada

peningkatan inflasi masing-masing negara tersebut.

Sebaliknya, Reserve Bank of New Zealand (RBNZ)

menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin

pada Desember 2015 untuk meningkatkan tingkat inflasi

dari lemahnya aktivitas perdagangan. Begitu juga dengan

Bank Indonesia yang meningkatkan suku bunganya pada

Januari 2016 karena dinilai risiko depresiasi nilai tukar

telah berkurang sebagai dampak The Fed telah

meningkatkan suku bunganya.

Perkembangan Moneter Domestik

Beberapa indikator perekonomian Indonesia pada

triwulan IV tahun 2015 menunjukkan perbaikan.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV tahun

2015 meningkat menjadi 5,04 persen (YoY) dibanding

triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,74 persen (YoY).

Peningkatan pertumbuhan ekonomi diiringi oleh

penurunan inflasi menjadi 3,35 persen (YoY). Angka

inflasi ini merupakan yang terendah sejak Desember

2009. Sama halnya nilai tukar Rupiah yang mengalami

penguatan dengan rata-rata Rp13773 per USD selama

triwulan IV tahun 2015 dimana sebelumnya Rp13849 per

USD selama triwulan III tahun 2015.

Sejumlah bank sentral emerging market memilih untuk menaikkan suku bunganya pada triwulan IV tahun 2015.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV tahun 2015 meningkat tipis diiringi dengan penurunan laju inflasi.

91 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

91

Di tengah perlambatan ekonomi dunia, kinerja pasar

modal Indonesia cukup kondusif dibanding negara lain,

hal ini tercermin pada IHSG yang menguat 8,7 persen

dibanding triwulan III tahun 2015. Selama tahun 2015,

IHSG mencapai titik terendahnya pada akhir September

2015 (triwulan III tahun 2015). Pelemahan indeks saham

ini terutama disebabkan oleh sentimen negatif dari

faktor eksternal seiring dengan pelemahan bursa

Amerika Serikat.

Uang beredar dalam arti luas (M2) pada akhir triwulan IV

tahun 2015 sebesar Rp 4546,7 triliun, tumbuh melambat

8,9 persen (YoY) dibandingkan pertumbuhan pada akhir

triwulan III tahun 2015 yang sebesar 9,2 persen (YoY)

(Gambar 18). Perlambatan tersebut bersumber dari

komponen uang kuasi (simpanan berjangka dan

tabungan baik dalam rupiah maupun valas serta

simpanan giro valuta asing). Sebaliknya, uang beredar

dalam arti sempit (M1) tumbuh meningkat menjadi 12

persen dibandingkan triwulan sebelumnya. Jika dilihat

berdasarkan faktor yang mempengaruhi, perlambatan

pertumbuhan uang beredar terutama disebabkan oleh

melambatnya tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat.

Gambar 18. Pertumbuhan Uang Beredar 2015 (YoY)

10.40%

9.20%

8.90%

10.60%

9.30%

8.40%

10.20%

10.00%

12.00%

8.00%

9.00%

10.00%

11.00%

12.00%

13.00%

4350

4400

4450

4500

4550

4600

Oktober November Desember

Trili

un

Ru

pia

h

M2 (LHS) Pertumbuhan M2 Pertumbuhan Uang Kuasi Pertumbuhan M1

Sumber: Bank Indonesia

Uang beredar dalam arti luas (M2) pada akhir triwulan IV tahun 2015 tumbuh melambat sebesar 8,9 persen.

Rata-rata IHSG selama triwulan IV tahun 2015 menguat dibanding triwulan sebelumnya.

92 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

92

INFLASI Inflasi Global

Peningkatan inflasi terutama terjadi pada kawasan Euro,

Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang. Pada akhir

Desember 2015, Kawasan Euro, Amerika Serikat, Inggris,

dan Jepang masing-masing mencatatkan inflasi sebesar

0,4 persen, 0,7 persen, dan 0,2 persen (Tabel 53). Hal ini

menunjukkan bahwa negara-negara maju tengah

mengalami rebound dari perlambatan ekonomi akibat

krisis.

Tabel 53. Tingkat Inflasi Global Tahun 2015 (YoY)

September Oktober November Desember

Indonesia 6,83 6,25 4,89 3,35 BRIC

Brazil 9,49 9,93 10,48 10,67

Russia 15,7 15,6 15 12,9

India 5,14 6,32 6,72 6,32 Tiongkok 1,6 1,3 1,5 1,6

ASEAN Singapura -0,6 -0,8 -0,8 -0,6 Malaysia 2,6 2,5 2,6 2,7 Thailand -1,07 -0,77 -0,97 -0,85 Filipina 0,4 0,4 1,1 1,5 Vietnam 0 0 0,34 0,6

Negara Maju Kawasan

Euro -0,1 0,1 0,2 0,4 Amerika

Serikat 0 0,2 0,5 0,7 Inggris -0,1 -0,1 0,1 0,2 Jepang 0 0,3 0,3 0,2

Sumber: Bloomberg, data

Mayoritas emerging market juga mengalami peningkatan

inflasi seperti Brazil, India, Malaysia, Filipina, dan

Vietnam (Tabel 53) seiring dengan pelemahan masing-

masing nilai tukar terhadap USD. Di sisi lain, tren

penurunan harga komoditas dunia tidak terlalu

berpengaruh terhadap inflasi beberapa negara emerging

market ini. Sebaliknya, Indonesia tengah merasakan

dampak positif dari penurunan harga komoditas dunia,

terutama komoditas minyak dunia yang membuat

tingkat inflasi semakin menurun. Tekanan Rupiah

Peningkatan inflasi terjadi pada negara-negara maju selama triwulan IV tahun 2015.

Peningkatan inflasi juga terjadi pada sebagian besar negara emerging market.

93 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

93

terhadap USD yang cukup kecil juga merupakan salah

satu pendukung inflasi Indonesia dapat teredam.

Inflasi Domestik

Indonesia mengalami penurunan tingkat inflasi jika

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya secara

tahunan (YoY). Tingkat inflasi hingga akhir tahun 2015

tercatat 3,35 persen (YoY) dengan IHK 122,9. Akan tetapi

secara bulanan (MtM) mengalami peningkatan.

Meskipun dampak El-Nino masih dirasakan di beberapa

wilayah hingga akhir bulan Desember 2015, namun

secara keseluruhan stabilitas harga bahan pokok masih

terkendali. Inflasi tahunan (YoY) Indonesia pada bulan

Oktober-Desember 2015 masing-masing sebesar 6,25

persen, 4,89 persen, dan 3,35 persen. Pada periode yang

sama secara bulanan (MtM), Indonesia mengalami inflasi

masing-masing sebesar -0,08 persen, 0,21 persen, dan

0,96 persen (Tabel 54). Inflasi tahunan pada akhir tahun

2015 merupakan yang terendah sejak Desember tahun

2009.

Tabel 54. Tingkat Inflasi Domestik Tahun 2015

Persentase (%)

Oktober November Desember

Year-on-Year 6,25 4,89 3,35

Month-to-month -0,08 0,21 0,96

Tahun kalender 2,16 2,37 3,35

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali

Berdasarkan komponennya, secara tahunan (YoY), inflasi

terendah pada Desember tahun 2015 dimiliki oleh

komponen inflasi harga diatur Pemerintah, sebesar 0,39

persen yang menurun cukup drastis dibandingkan periode

sebelumnya. Adapun inflasi harga bergejolak dan inflasi

inti mengalami pergerakan yang cukup stabil di akhir

tahun. Berbeda halnya secara tahunan, ketiga komponen

inflasi pada akhir Desember tahun 2015, secara bulanan

(MtM) mengalami peningkatan inflasi dibanding periode

sebelumnya (Tabel 55).

Inflasi bulan Desember 2015 merupakan inflasi tahunan terendah sejak enam tahun terakhir.

Penurunan inflasi tahunan terutama didorong oleh rendahnya tingkat inflasi pada komponen harga diatur pemerintah.

94 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

94

Tabel 55. Tingkat Inflasi Domestik berdasarkan Komponen

Komponen YoY MtM

Oktober November Desember Oktober November Desember

Inti 5,02 4,77 3,95 0,23 0,09 0,23

Bergejolak 6,95 4,84 4,84 -1,22 0,07 3,53

Diatur pemerintah 9,83 5,61 0,39 0,03 0,05 0,86

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali

Deflasi yang terjadi pada bulan Oktober 2015 terutama

disumbang oleh komponen inflasi harga bergejolak

dengan sumbangan deflasi sebesar 0,22 persen. Akan

tetapi, pola inflasi ini tidak dapat terlepas dari faktor

seasonal. Mendekati akhir tahun, pada November-

Desember sumbangan inflasi harga bergejolak semakin

meningkat masing-masing sebesar 0,07 persen dan 0,65

persen. Begitu juga dengan sumbangan inflasi harga

diatur pemerintah (Tabel 56). Sementara itu, inflasi inti

berhasil dijaga kestabilannya di akhir tahun.

Tabel 56. Inflasi berdasarkan Sumbangan (Share) Tahun 2015

Komponen Persentase (%)

Oktober November Desember

UMUM (headline) -0,08 0,21 0,96

Inti 0,13 0,09 0,13

Bergejolak -0,22 0,07 0,65

Diatur Pemerintah 0,01 0,05 0,18

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali

Rendahnya tingkat inflasi pada akhir tahun 2015 sebesar

3,35 persen terutama disumbang oleh deflasi yang

terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa

keuangan. Komoditas yang dominan memberikan

sumbangan deflasi antara lain bensin dan solar.

Sebaliknya, kelompok makanan jadi, minuman, rokok,

dan tembakau beserta kelompok bahan makanan

menyumbang inflasi tertinggi terutama pada komoditas

beras, rokok kretek filter, dan bawang merah (Tabel 57).

Tabel 57. Share Inflasi Kelompok Pengeluaran terhadap Pembentukan Inflasi Tahunan

Kelompok Pengeluaran persentase (%)

2010 2011 2012 2013 2014 2015

UMUM (headline) 6,96 3,79 4,3 8,38 8,36 3,35

Sesuai pola seasonal, share inflasi harga bergejolak dan diatur pemerintah terhadap inflasi bulanan cenderung meningkat mendekati akhir tahun 2015.

Kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan menyumbangkan deflasi terhadap pembentukan inflasi tahun 2015.

95 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

95

Kelompok Pengeluaran persentase (%)

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Transpor, Komunikasi, dan Jasa

Keuangan 0,45 0,34 0,35 2,36 2,35 -0,34

Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga 0,23 0,35 0,28 0,26 0,36 0,32

Kesehatan 0,09 0,18 0,12 0,15 0,26 0,24

Sandang 0,45 0,52 0,35 0,04 0,20 0,23

Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan

bakar 1,01 0,78 0,8 1,48 1,82 0,85

Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan

Tembakau 1,23 0,78 1,09 1,34 1,31 1,07

Bahan Makanan 3,5 0,84 1,31 2,75 2,06 0,98

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali

Secara tahunan (YoY) maupun bulanan (MtM), selama

triwulan IV tahun 2015, terdapat beberapa daerah yang

secara berturut-turut berada di atas inflasi nasional,

yaitu Tangerang, Banjarmasin, Samarinda, dan Mamuju.

Inflasi tahunan tertinggi selama Oktober-November 2015

masing-masing terjadi pada Pontianak (9,79 persen),

Tabalong (8,27 persen), dan Tual (8,58 persen) (Lampiran

1). Sementara itu, inflasi bulanan tertinggi terjadi pada

Manado dan Merauke. Adapun daerah dengan tingkat

inflasi terendah baik secara tahunan (YoY) maupun

bulanan (MtM) dialami oleh beberapa daerah di

kawasan Barat, antara lain Tanjung Pandan, Pangkal

Pinang, Cirebon, dan Meulaboh.

Nilai Tukar Mata Uang Dunia

Tren penguatan USD sejalan dengan normalisasi kebijakan

The Fed dan perbaikan data perekonomian Amerika

Serikat yang memberikan tekanan terhadap hampir semua

mata uang dunia, termasuk Rupiah, baik secara MtM, YtD,

maupun YoY. Tekanan tertinggi secara YtD maupun YoY

dialami oleh Real Brazil dimana penguatan USD terhadap

BRL pada kisaran 45-50 persen (Lampiran 2). Sebaliknya,

pada akhir Desember 2015, USD sempat melemah

terhadap mata uang negara Indonesia, India, Filipina,

kawasan Euro, dan Jepang di tengah respon peningkatan

suku bunga The Fed (Lampiran 2). Hal ini menunjukkan

bahwa negara-negara tersebut memiliki kondisi ekonomi

Daerah dengan tingkat inflasi di atas tingkat inflasi nasional sebagian besar dialami oleh kabupaten/ kota di Kawasan Timur.

Selama triwulan IV tahun 2015, USD menguat terhadap mayoritas mata uang negara lain.

96 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

96

domestik yang cukup kondusif dalam merespon

normalisasi kebijakan Amerika Serikat.

Gambar 19. Real Effective Exchange Rate ASEAN-5 (2010=100)

Sumber: Bank for International Settlements

Secara riil, nilai tukar Rupiah relatif lebih rendah

dibandingkan negara sekawasan lainnya, namun

menunjukkan peningkatan memasuki triwulan IV tahun

2015 (lihat Gambar 19). Pada bulan Desember 2015, nilai

REER Indonesia meningkat menjadi 89,78 dibanding

bulan sebelumnya. Real Effective Exchange Rate

Indonesia berada diatas REER Malaysia yang sebesar

86,4. Pada bulan Desember 2015, nilai REER negara

kawasan ASEAN tertinggi dimiliki oleh Filipina sebesar

116,13, disusul REER Singapura dan Thailand masing-

masing 109,88 dan 100,31.

Pergerakan nilai tukar pada triwulan IV tahun 2015

menunjukkan kondisi positif. Dolar Amerika Serikat (USD)

melemah 5,9 persen terhadap Rupiah dibandingkan

triwulan sebelumnya. Rata-rata nilai tukar Rupiah

terhadap USD selama triwulan IV tahun 2015 sebesar

Rp13.773,00 per USD dimana pada triwulan III tahun

2015 mencapai Rp14.086 per USD (Lampiran 2).

Indeks Harga Saham

Pada posisi akhir bulan, sebagian besar negara selama

triwulan IV tahun 2015 mengalami tren pelemahan

saham, khususnya jika dibandingkan awal tahun (YtD)

dan secara tahunan (YoY). Pelemahan indeks saham

20

40

60

80

100

120

140Fe

b-9

5Ju

l-95

Dec

-95

May

-96

Oct

-96

Mar

-97

Au

g-9

7Ja

n-9

8Ju

n-9

8N

ov-

98A

pr-

99

Sep-

99

Feb

-00

Jul-

00D

ec-0

0M

ay-0

1O

ct-0

1M

ar-0

2A

ug-

02

Jan-

03

Jun

-03

No

v-03

Ap

r-0

4Se

p-0

4Fe

b-0

5Ju

l-05

Dec

-05

May

-06

Oct

-06

Mar

-07

Au

g-0

7Ja

n-0

8Ju

n-0

8N

ov-

08A

pr-

09

Sep-

09

Feb

-10

Jul-

10D

ec-1

0M

ay-1

1O

ct-1

1M

ar-1

2A

ug-

12

Jan-

13

Jun

-13

No

v-13

Ap

r-1

4Se

p-1

4Fe

b-1

5Ju

l-15

Dec

-15

Indonesia Thailand Malaysia Filipina Singapura

Nilai tukar riil Rupiah (REER) tergolong lemah dibandingkan mata uang negara sekawasan.

Selama triwulan IV tahun 2015, USD melemah 5,9 persen terhadap Rupiah dibandingkan triwulan sebelumnya.

Mayoritas indeks saham dunia melemah selama triwulan IV tahun 2015.

97 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

97

yang cukup tinggi dialami oleh IHSG, IBOV, STI, dan SETI

(Lampiran 3). Sementara itu, penguatan saham dialami

oleh SSEA dan N225.

Peningkatan suku bunga The Fed yang diumumkan

tertanggal 16 Desember tahun 2015 membuat

pergerakan saham dunia melemah. Indeks saham

Amerika Serikat (DJIA dan S&P 500) sendiri di posisi akhir

bulan Desember ikut melemah sebesar 1,7 persen dan

1,8 persen. Pada tanggal 31 Desember 2015, Indeks DJIA

dan S&P 500 ditutup pada level 17.425 dan 2.043,9.

Pelemahan bursa Wall Street ini diikuti dengan

pelemahan indeks saham negara maju lainnya dimana

pelemahan tertinggi dialami oleh saham STOXX-50 yang

mencapai 6,8 persen (Lampiran 3). Akan tetapi, hal

berbeda terjadi pada Indonesia sebagai negara emerging

market yang berhasil mempertahankan penguatan

sahamnya (IHSG) sebesar 3,3 persen (MtM).

Gambar 20. Indeks Saham BRIC & Indonesia

Sumber: Bloomberg, diolah kembali

Gambar 21. Indeks Saham ASEAN-3 & Indonesia

Sumber: Bloomberg, diolah kembali

Sentimen negatif dari peningkatan suku bunga The Fed juga berdampak pada pelemahan saham negara maju lainnya.

98 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

98

Gambar 22. Indeks Saham Negara Maju & Indonesia

Sumber: Bloomberg, diolah kembali

Pada triwulan III tahun 2015, posisi IHSG pada level

4120,5 adalah yang terendah selama tahun 2015, namun

IHSG berhasil menguatkan kembali posisinya selama

triwulan IV tahun 2015 di tengah shock dari ekonomi

global. Rata-rata IHSG pada triwulan IV tahun 2015

sebesar 4.498,2 menguat 8,7 persen dibandingkan

triwulan sebelumnya. Berbeda halnya dengan

pergerakan indeks saham negara-negara ASEAN

(Malaysia, Singapura, dan Thailand), negara maju, dan

negara emerging market lainnya yang cenderung

menurun, Indonesia memperlihatkan pergerakan yang

positif (Gambar 20, 21, dan 22). Penguatan ini terutama

ditopang oleh kondusifnya perekonomian domestik dan

cukup terkendali dengan dikeluarkannya paket kebijakan

Pemerintah.

Indeks Harga Komoditas Internasional

Pada posisi akhir bulan, baik secara MtM, YtD, maupun

YOY, mayoritas komoditas internasional mengalami tren

penurunan harga (Lampiran 4). Akan tetapi, pergerakan

indeks harga komoditas pangan masih lebih stabil

dibandingkan pergerakan indeks harga komoditas

mineral (Gambar 23 dan 24). Komoditas gula adalah satu-

satunya komoditas yang mengalami peningkatan indeks

harga selama Oktober-Desember 2015. Peningkatan

Posisi IHSG pada akhir triwulan IV tahun 2015 menguat dibandingkan akhir triwulan sebelumnya.

Selama triwulan IV tahun 2015, sebagian besar harga komoditas global masih melanjutkan tren penurunan.

99 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

99

tertinggi komoditas gula terjadi pada bulan Oktober

mencapai 19,3 persen (MtM).

Gambar 23. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Pangan Global

Sumber: Bloomberg, data diolah

(3 Januari 2012=100)

Gambar 24. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Mineral Global

20

40

60

80

100

120

Jan

-12

Ap

r-1

2

Jul-

12

Oct

-12

Jan

-13

Ap

r-1

3

Jul-

13

Oct

-13

Jan

-14

Ap

r-1

4

Jul-

14

Oct

-14

Jan

-15

Ap

r-1

5

Jul-

15

Oct

-15

Jan

-16

EMAS PERAK BRENT OIL TEMBAGA GAS ALAM

Sumber: Bloomberg, data diolah

(3 Januari 2012=100)

Pada akhir tahun 2015 komoditas mineral global yang

mengalami penurunan indeks harga tertinggi secara

bulanan (MtM) adalah minyak mentah Brent Oil

mencapai 16,4 persen. Sedangkan emas, gas alam,

tembaga, dan perak mengalami pergerakan indeks harga

yang lebih positif selama triwulan IV tahun 2015

(Lampiran 4). Tren penurunan harga minyak yang terjadi

Komoditas mineral global terutama Brent Oil mengalami penurunan harga yang tajam hingga di bawah USD40/barrel.

100 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

100

sejak pertengahan tahun 2014 lalu karena melimpahnya

pasokan minyak mentah dunia dari Amerika Serikat yang

tidak didukung oleh pembatasan pasokan minyak dari

negara OPEC. Sementara itu, anjloknya harga juga tidak

didukung oleh peningkatan permintaan global akan

komoditas ini.

Harga Bahan Pokok Nasional

Selama periode Oktober-Desember 2015 mayoritas

komoditas bahan pokok terpilih mengalami peningkatan

harga (Lampiran 5). Pergerakan peningkatan harga yang

cukup tajam terjadi pada komoditas cabai merah

(keriting dan biasa) beserta bawang merah yang

mencapai 16 persen, baik secara YtD maupun YoY selama

triwulan IV tahun 2015. Komoditas beras juga mengalami

tren peningkatan harga namun tipis pada kisaran 6-8

persen (Gambar 25). Peningkatan harga pada komoditas

pertanian merupakan dampak dari El Nino pada periode

sebelumnya. Sementara itu, hanya minyak goreng curah

yang mengalami penurunan harga berkala secara

bulanan (MtM).

Gambar 25. Perkembangan Indeks Harga Komoditas Kebutuhan Pokok

Sumber: Kementerian Perdagangan, data diolah

(2009=100)

Menjelang akhir tahun 2015, harga bahan pokok domestik cenderung meningkat.

101 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

101

Respon Kebijakan Moneter

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) hingga

akhir tahun 2015 memutuskan untuk mempertahankan

BI rate sebesar 7,5 persen dengan suku bunga Lending

Facility pada level 8,00 persen dan suku bunga Deposit

Facility pada level 5,50 persen. Namun seiring dengan

meredanya ketidakpastian pasar keuangan global dengan

kenaikan Fed Fund rate pada Desember 2015, Bank

Indonesia memutuskan untuk memangkas BI-rate

sebesar 25 basis poin pada tanggal 13-14 Januari tahun

2016 menjadi 7,25 persen. Keputusan ini didasarkan

pada ruang pelonggaran moneter yang semakin terbuka

dan diharapkan dapat memperkuat pelonggaran

kebijakan makroprudensial dan penurunan Giro Wajib

Minimum (GWM) yang telah dilakukan sebelumnya.

Dalam rangka menjaga stabilitas perekonomian, Bank

Indonesia mengeluarkan paket kebijakan pada

September 2015, Bank Indonesia mengeluarkan lima

paket kebijakan, yaitu: (i) Memperkuat pengendalian

inflasi dan mendorong sektor riil dari sisi supply

perekonomian; (ii) Menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah;

(iii) Memperkuat pengelolaan likuiditas Rupiah; (iv)

Memperkuat pengelolaan penawaran dan permintaan

valuta asing (valas); dan (v) Langkah-langkah lanjutan

untuk pendalaman pasar keuangan.

Ada tiga hal yang perlu dicermati terkait respon

kebijakan dalam meredam fluktuasi nilai tukar rupiah,

yaitu: (i) Mempercepat realisasi pembangunan

infrastruktur. Di tengah pelemahan konsumsi dan net-

ekspor, kunci peningkatan pertumbuhan ekonomi adalah

kebijakan fiskal pemerintah. Pemerintah perlu

menerapkan kebijakan fiskal countercyclical.

Pertumbuhan yang tinggi dan membaiknya fundamental

perekonomian Indonesia merupakan kunci untuk

menarik kembali kepercayaan investor dan membangun

persepsi positif pasar, sehingga sudden capital outflow

dapat dihindari; (ii) Meningkatkan ekspor produk

manufaktur, prioritas impor untuk barang modal yang

sifatnya produktif. Current Account Deficit (CAD) yang

Paket kebijakan Bank

Indonesia yang dikeluarkan

pada September 2015

diterapkan secara konsisten

Hingga akhir tahun 2015 BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunganya.

Di bidang moneter, Pemerintah tetap siaga memantau fundamental ekonomi.

102 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

102

sehat merupakan syarat bagi rupiah untuk kembali

menggeliat. Namun, pemerintah jangan terlena dengan

CAD yang membaik, tanpa melihat komposisi

didalamnya. Peningkatan ekspor harus menjadi modal

utama perbaikan CAD. Sementara impor dapat

diprioritaskan untuk membeli barang modal terutama

yang mendukung pembangunan infratsruktur; (iii)

Manajemen ekspektasi penting. Meningkatkan kualitas

komunikasi publik untuk menciptakan optimisme dan

mengurangi rasa panik di masyarakat. Hal ini bisa

dilakukan dengan menyampaikan capaian yang sudah

dilakukan pemerintah secara berkala, terutama terkait

dengan proyek-proyek besar.

Koordinasi kebijakan antara Pemerintah dan Bank

Indonesia akan terus diintensifkan untuk menjaga

stabilitas makroekonomi. Ke depan, kebijakan moneter

tetap difokuskan untuk menjaga stabilitas makroekonomi

dan stabilitas sistem keuangan melalui penguatan

bauran kebijakan di bidang moneter, makroprudensial,

dan sistem pembayaran. Kebijakan moneter akan tetap

secara konsisten diarahkan untuk mengendalikan inflasi

menuju sasarannya dan defisit transaksi berjalan ke

tingkat yang lebih sehat.

SEKTOR PERBANKAN Gambar 26. Perkembangan Kinerja Bank Umum di Indonesia

74.00

76.00

78.00

80.00

82.00

84.00

86.00

88.00

90.00

92.00

94.00

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

Q1

:20

12

Q2

:20

12

Q3

:20

12

Q4

:20

12

Q1

:20

13

Q2

:20

13

Q3

:20

13

Q4

:20

13

Q1

:20

14

Q2

:20

14

Q3

:20

14

Q4

:20

14

Q1

:20

15

Q2

:20

15

Q3

:20

15

Q4

:20

15

CAR

, N

PL (

pe

rse

n)

LDR CAR NPL

LDR

(per

sen

)

Sumner: Bank Indonesia

Catatan : Angka triwulan II merupakan angka bulan Agustus 2015

Koordinasi kebijakan antara Pemerintah dan Bank Indonesia akan terus diintensifkan.

103 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

103

Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga, ditopang oleh

ketahanan sistem perbankan dan kinerja pasar keuangan

yang cukup kuat. Rasio kecukupan modal (Capital

Adequacy Ratio/CAR) kembali mengalami peningkatan

dibanding triwulan sebelumnya. Tercatat CAR pada bulan

November 2015 adalah sebesar 21,3 persen, meningkat

0,7 persen (QtQ) dibanding triwulan sebelumnya. Untuk

rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL)

mengalami penurunan sebesar 0,1 persen (QtQ)

dibanding triwulan sebelumnya menjadi 2,6 persen di

bulan November 2015. Loan to Deposit Ratio (LDR)

kembali mengalami kenaikan sebesar 1,9 persen (QtQ)

pada bulan November 2015 dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya menjadi 90,5 persen.

Gambar 27. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit di Indonesia

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

4,500

5,000

Q1

:20

12

Q2

:20

12

Q3

:20

12

Q4

:20

12

Q1

:20

13

Q2

:20

13

Q3

:20

13

Q4

:20

13

Q1

:20

14

Q2

:20

14

Q3

:20

14

Q4

:20

14

Q1

:20

15

Q2

:20

15

Q3

:20

15

Q4

:20

15

DPK Kredit Pertumbuhan DPK (yoy) Pertumbuhan Kredit (yoy)

DP

K, K

red

it (

tril

iun

Rp

)

Pe

rtu

mb

uh

an(%

)

Sumber: Bank Indonesia

Catatan : Angka triwulan I merupakan angka bulan September 2015

Kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) industri perbankan

tetap tumbuh, walaupun mengalami perlambatan

pertumbuhan. DPK pada triwulan IV tahun 2015 tercatat

sebesar Rp4.335 triliun atau tumbuh sebesar 8,0 persen

dibanding tahun lalu (YoY). Pada triwulan IV tahun 2015,

kredit tercatat sebesar Rp4.083 triliun. Jumlah tersebut

mengalami pertumbuhan sebesar 10,1 persen dibanding

tahun sebelumnya (YoY). Rasio kredit terhadap dana

pihak ketiga (LDR) pada triwulan IV tahun 2015 juga

tercatat lebih dari 90,0 persen. Pertumbuhan DPK yang

Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga, ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan kinerja pasar keuangan yang cukup kuat

Kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tetap tumbuh, walaupun mengalami perlambatan.

104 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

104

melambat serta rasio LDR yang mencapai lebih dari 90,0

persen akan berimplikasi pada terbatasnya ruang

pertumbuhan kredit yang diberikan perbankan kepada

masyarakat. Gambar 28. Perkembangan Kredit Berdasarkan Tujuan Pemakaiannya

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

Q1

:20

12

Q2

:20

12

Q3

:20

12

Q4

:20

12

Q1

:20

13

Q2

: 2

01

3

Q3

:20

13

Q4

:20

13

Q1

:20

14

Q2

:20

14

Q3

:20

14

Q4

:20

14

Q1

:20

15

Q2

:20

15

Q3

:20

15

Q4

:20

15

KI (1.6) KMK (1.8) KK (1.10) Pertumbuhan KI Pertumbuhan KMK Pertumbuhan KK

KK

, KI,

KM

K (

trili

un

Rp

)

Pe

rtu

mb

uh

an(p

erse

n)

Sumber: Bank Indonesia

Catatan : Angka triwulan I merupakan angka bulan September 2015

Kredit Investasi mengalami pertumbuhan paling tinggi

dibanding Kredit Modal Kerja dan Kredit Konsumsi pada

triwulan IV tahun 2015. Kredit Investasi tumbuh sebesar

14,6 persen (YoY) dibandingkan tahun sebelumnya

menjadi Rp1.025 triliun. Kredit Modal Kerja tumbuh

sebesar 8,4 persen (YoY) dibanding tahun sebelumnya

menjadi Rp1.914 triliun. Sedangkan, Kredit Konsumsi

tumbuh sebesar 9,1 persen (YoY) dibanding tahun

sebelumnya menjadi Rp1.143 triliun.

Kredit Investasi mengalami

pertumbuhan paling tinggi

dibanding Kredit Modal

Kerja dan Kredit Konsumsi

105 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

105

Pada triwulan IV tahun 2015, PDB industri pengolahan non-migas atas dasar harga berlaku mencapai

540 triliun dan dalam PDB atas dasar harga konstan 2010 mencapai 436,5 triliun. Sektor industri

pengolahan pada triwulan IV tahun 2015 mengalami pertumbuhan mencapai 5,04 persen (YoY).

Rata-rata kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) per bulan selama triwulan keempat tahun ini

sekitar 839.207 orang dengan jumlah total kunjungan wisman 2015 mencapai 9.729.350 orang.

Pilar Inovasi di Indonesia berada di peringkat 30 tahun 2015 untuk 144 negara yang diukur.

Hingga pertengahan tahun 2015, sudah ada 27 Kebun Raya di Indonesia yang tersebar di 20 provinsi.

Pada tahun 2015, Indonesia berada pada peringkat 57 dari 239 negara dalam hal publikasi jurnal

ilmiah internasional.

106 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

106

PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI

Pertumbuhan Industri Pengolahan

Gambar 29. Pertumbuhan Industri Pengolahan Non-Migas (YoY, %)

Sumber: Badan Pusat Statistik 2015, diolah

Grafik di atas menggambarkan pertumbuhan PDB

nasional dan industri manufaktur non migas tahun 2009-

2015. Pada tahun 2015, nilai tambah sektor industri

manufaktur non migas pada triwulan IV mencapai Rp540

triliun (Harga Belaku). Secara kumulatif, industri

manufaktur non migas ini mencapai Rp2.097,7 triliun dan

bertumbuh sebesar 5,04 persen (YoY). Pertumbuhan

tersebut menurun jika dibandingkan dengan

pertumbuhan pada tahun 2014. Namun demikian,

kontribusi nilai tambah sektor industri manufaktur non

migas ini menyumbang 18,2 persen dari total

pendapatan nasional Indonesia pada tahun 2015,

meningkat dari tahun 2014 yang mencapai angka 17,9

persen.

Pada tahun 2015, PDB industri pengolahan non-migas atas dasar harga berlaku mencapai Rp540 triliun dan tumbuh sebesar 5,04 persen (YoY).

107 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

107

Gambar 30. Pertumbuhan Subsektor Industri Pengolahan Non Migas Triwulan III Tahun 2015 (YoY, %)

Sumber: Badan Pusat Statistik 2015, diolah

Grafik di atas menunjukkan pertumbuhan subsektor

industri manufaktur non migas pada tahun 2015.

Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh subsektor industri

barang logam, kemudian diikuti dengan industri makanan

dan minuman, dan industri mesin dan perlengkapan yang

masing-masing mampu bertumbuh masing-masing

sebesar 7,83 persen, 7,54 persen, dan 7,49 persen (YoY).

Tingginya permintaan ekspor dan peningkatan investasi

pada subsektor industri barang logam menyebabkan

subsektor ini mengalami pertumbuhan yang paling

tinggi.

Namun demikian, tidak semua subsektor mengalami

pertumbuhan yang positif. Melanjutkan tren pada

triwulan III, industri kertas, industri kayu, serta industri

tekstil dan pakaian jadi masih mengalami pertumbuhan

negatif masing-masing sebesar (0,11 persen), (1,84

persen), dan (4,79 persen). Industri tekstil dan pakaian

jadi menjadi satu-satunya subsektor yang selalu

mengalami pertumbuhan negatif sepanjang empat

triwulan di tahun 2015 ini. Belum membaiknya kondisi

ekonomi dari pangsa pasar produk tekstil Indonesia,

seperti Amerika Serikat dan Jepang, serta membanjirnya

produk tekstil impor yang memiliki harga lebih murah

Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh subsektor industri barang logam; industri makanan dan minuman (mamin); industri mesin dan perlengkapan yang tumbuh sebesar 7,83 persen, 7,54 persen, dan 7,49 persen.

108 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

108

dibandingkan dengan produk lokal menjadi beberapa

penyebab dari mundurnya industri tekstil ini.

Ketidakmampuan hasil industri tekstil dalam negeri

untuk bersaing dengan produk tekstil impor haruslah

menjadi perhatian serius bagi pemangku kebijakan agar

segera menghasilkan kebijakan yang mampu mengatasi

permasalahan tersebut, seperti pemberian insentif

untuk industri hulu, proteksi untuk industri hilir, dan

peninjauan kembali atas penetapan upah minimum

provinsi (UMP).

Gambar 31. Komposisi Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Non-Migas

Sumber: Badan Pusat Statistik 2015, diolah

Grafik di atas menunjukkan komposisi pertumbuhan

industri manufaktur non migas pada tahun 2015.

Subsektor industri makanan dan minuman menjadi

subsektor yang memberikan kontribusi terbesar bagi

sektor industri manufaktur non migas dengan kontribusi

sebesar 46 persen. Menurut Gabungan Pengusaha

Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi),

subsektor industri makanan dan minuman Indonesia

merupakan industri yang paling siap untuk menghadapi

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Besarnya kontribusi

subsektor ini juga menunjukkan kebenaran pernyataan

tersebut. Selain itu, sudah banyak pengusaha industri

makanan dan minuman yang sudah mengembangkan

usahanya ke negara ASEAN lainnya, seperti Filipina,

Pada tahun 2015, subsektor makanan dan minuman masih menjadi subsektor yang dominan dalam industri pengolahan nonmigas.

109 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

109

Myanmar, Singapura, dan Vietnam. Namun demikian,

pemerintah dan pengusaha di subsektor ini harus tetap

menjalin kerjasama demi menjaga iklim investasi untuk

menjaga daya saing subsektor industri makanan dan

minuman Indonesia di tingkat ASEAN.

Gambar 32. Tingkat Upah Minimum Provinsi (UMP) Tahun 2014-2016

0,000

0,500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

Nan

gro

e A

ceh

Dar

uss

alam

Sum

ater

a U

tara

Sum

ater

a B

arat

Ria

u

Kep

ri

Jam

bi

Sum

ater

a Se

lata

n

Ban

gka

Bel

itu

ng

Ben

gkul

u

Ban

ten

DKI

Jak

arta

Bal

i

NTB

NTT

Kal

iman

tan

Bar

at

Kal

iman

tan

Se

lata

n

Kal

iman

tan

Ten

gah

Kal

iman

tan

Tim

ur

Gor

ont

alo

Sula

wes

i Uta

ra

Sula

wes

i Te

ngga

ra

Sula

wes

i Te

ngah

Sula

wes

i Sel

atan

Sula

wes

i Bar

at

Mal

uku

Mal

uku

Uta

ra

Pap

ua

Pap

ua

Bar

at

Lam

pun

g

Jaw

a Ba

rat

Kal

iman

tan

Uta

ra

2016 2015 2014

Sumber: Kementerian Tenaga Kerja 2016, diolah

Pada akhir tahun 2015, pemerintahan Kabinet Indonesia

Kerja mengeluarkan Paket Kebijakan Ekonomi Jilid IV,

yang berfokus kepada kesejahteraan pekerja, antara lain

formula upah minimum provinsi (UMP), memperluas

penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) khususnya bagi

pekerja yang terkena PHK dan pemberian kredit modal

kerja untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

Sejak akhir tahun 2015, penentuan Upah Minimum Provinsi ditentukan lewat formula yang pasti.

110 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

110

Penentuan UMP yang berlangsung tripartit antara buruh,

pengusaha, dan pemerintah yang berlarut-larut dirubah

dengan menggunakan formula. Kebijakan ini merupakan

bukti kehadiran negara dalam bentuk pemberian jaring

pengaman sosial melalui kebijakan upah minimum

dengan sistem formula. Pemerintah berusaha

memastikan agar buruh tidak terjatuh ke dalam upah

murah. Dengan kebijakan ini upah buruh akan naik

setiap tahun dengan besaran yang terukur sekaligus

mengurangi ketidakpastian kepada pengusaha dalam

berusaha.

Formula penentuan UMP yang baru adalah UMP tahun

berjalan ditambah penyesuaian sebesar kenaikan harga

secara umum (inflasi) dan laju pertumbuhan ekonomi.

Memasuki tahun 2016, seluruh 31 provinsi telah

menetapkan UMP tahun 2016 dengan formula tersebut,

sebanyak 30 provinsi telah menetapkan dengan rerata

tidak tertimbang (simple average) sebesar 11,6 persen.

Tingkat UMP tertinggi di Indonesia adalah di DKI Jakarta

yang mencapai Rp3.100.000,00, meningkat 14,8 persen

dibandingkan tahun sebelumnya.

Gambar 33. Ekspor Produk Industri

25.434

[VALUE]-20,00

-15,00

-10,00

-5,00

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2014 2015

Ekspor Produk Industri (juta USD, sb. kiri)

Pertumbuhan Ekspor Produk Industri (persen, sb. kanan, y-on-y)

Sumber: Badan Pusat Statistik 2015, diolah

UMP tertinggi di Indonesia adalah DKI Jakarta yang mencapai Rp3.100.000 per bulan.

111 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

111

Grafik di atas menunjukkan nilai dan pertumbuhan

ekspor Indonesia dari triwulan pertama pada tahun 2014

hingga triwulan keempat tahun 2015. Nilai ekspor

produk industri pada triwulan IV 2015 mencapai

USD25,4 miliar. Jumlah tersebut lebih rendah 13,72

persen dari Triwulan IV pada tahun 2014 (YoY). Salah

satu hal yang menyebabkan penurunan ekspor Indonesia

ini adalah menurunnya permintaan dari pasar utama

produk ekspor Indonesia, seperti Jepang, Eropa, dan

Tiongkok. Penurunan ekspor industri yang sudah

berlangsung selama lima kuartal berturut-turut haruslah

menjadi hal yang mendapatkan perhatian serius bagi

para pemangku kebijakan untuk segera mengeluarkan

kebijakan khusus yang mampu untuk meningkatkan nilai

ekspor Indonesia di tengah kondisi perekonomian global

yang belum pulih sepenuhnya. Selain itu, pemerintah

juga dapat menyiapkan alternatif kebijakan lainnya

untuk mendukung penyerapan produk industri, yakni

dengan cara memperkuat pasar domestik untuk

mengkonsumsi hasil industri Indonesia.

Data Penjualan Komoditas Industri Utama

Penjualan mobil di Indonesia dianggap sebagai indikator yang mampu menggambarkan

daya beli masyarakat kelas menengah ke atas, sedangkan penjualan motor mampu

mencerminkan daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah. Dalam menggambarkan

tingkat pembangunan di Indonesia, penjualan semen dianggap sebagai indikator yang

sesuai. Gambar 34. Penjualan Mobil Tahun 2015

Sumber: GAIKINDO 2015, diolah

Nilai ekspor produk industri Indonesia tahun 2015 mencapai USD25,4 miliar.

112 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

112

Grafik di atas menunjukkan siklus penjualan mobil setiap

triwulannya sekaligus pertumbuhannya secara tahunan

dari tahun 2013 hingga 2015. Penjualan mobil selama

Triwulan IV mencapai angka 248.610 unit atau turun

sebesar 9,7 persen dibandingkan dengan penjualan pada

Triwulan IV tahun 2014. Meskipun tren penurunan masih

berlanjut, namun besarnya penurunan pada Triwulan IV

ini lebih kecil jika dibandingkan dengan penurunan

penjualan pada Triwulan III yang mencapai 17 persen.

Hal ini menunjukkan jika telah terjadi peningkatan

penjualan mobil di Indonesia pada Triwulan IV tahun

2015 ini.

Secara kumulatif, penjualan mobil di Indonesia pada

tahun 2015 (Januari-Desember) mencapai angka

1.013.293 unit atau turun sebesar 16,0 persen jika

dibandingkan dengan penjualan mobil pada tahun 2014

lalu. Penurunan penjualan yang memang sudah

diprediksi sejak awal ini dipengaruhi oleh kondisi

ekonomi Indonesia yang memang mengalami

perlambatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Perlambatan ekonomi ini menyebabkan penurunan

pendapatan masyarakat yang menyebabkan masyarakat

menunda pembelian mobil mereka. Selain itu,

perlambatan ekonomi Indonesia juga menyebabkan

bank menjadi lebih selektif dalam memberikan leasing

kepada konsumen untuk menghindari kredit macet.

Depresiasi rupiah yang terjadi juga semakin memberikan

efek negatif terhadap penjualan mobil akibat kenaikan

harga beberapa tipe mobil untuk mengimbangi kenaikan

harga komponen mobil yang harus di impor. Penurunan

daya beli masyarakat tahun 2015 yang menjadi faktor

utama turunnya penjualan mobil.

Penjualan mobil di Triwulan IV tahun 2015 ini mencapai 248.610 unit atau turun sebesar 9,7 persen dibandingkan Triwulan IV tahun 2015.

Penjualan mobil di Indonesia pada tahun 2015 mencapai angka 1.013.293 unit atau turun sebesar 16 persen jika dibandingkan dengan penjualan mobil pada tahun 2014.

113 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

113

Gambar 35. Penjualan Motor Di Indonesia Tahun 2015

Sumber: GAKINDO dan ASTRA 2015, diolah

Grafik di atas menggambarkan siklus penjualan motor

setiap triwulannya dan juga pertumbuhannya dari tahun

2013 hingga 2015. Angka penjualan motor pada Triwulan

IV hanya mencapai angka 1.658.964 unit atau mengalami

penurunan sebesar 8,57 persen dibandingkan dengan

penjualan motor pada triwulan yang sama di tahun 2014.

Sama seperti penjualan mobil, besarnya pertumbuhan

penjualan motor para Triwulan IV ini juga semakin positif

dibandingkan dengan Triwulan III tahun 2015 yang

mengalami penurunan sebesar 11 persen (YoY).

Secara kumulatif, penjualan motor di Indonesia pada

tahun 2015 hanya mencapai 6,48 juta unit atau

mengalami penurunan sebesar 18 persen jika

dibandingkan dengan penjualan tahun 2014 yang mampu

mencapai 7,8 juta unit. Pelemahan pertumbuhan

ekonomi Indonesia pada tahun 2015 menjadi dasar dari

penyebab penurunan penjualan motor ini. Akibat dari

lemahnya perekonomian Indonesia, masyarakat menjadi

ragu-ragu untuk melakukan pembelian motor. Keragu-

raguan tersebut disebabkan oleh ketidakpastian nasib

karyawan terhadap PHK yang mungkin akan terjadi akibat

menurunnya kinerja sektor manufaktur di Indonesia.

Selain itu, kenaikan harga bahan pokok yang terjadi di

Penjualan motor pada Triwulan IV hanya mencapai angka 1.658.964 unit atau mengalami penurunan sebesar 8,57 persen (YoY)

Penjualan motor 2015 tercatat mencapai 6,48 juta unit. Turun 1,32 juta dari tahun 2014

114 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

114

luar Pulau Jawa juga semakin menambah tekanan

terhadap penjualan motor tahun 2015 ini.

Gambar 36. Penjualan Semen Di Indonesia Tahun 2015 (Juta Ton)

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI) 2015, diolah

Grafik di atas menunjukkan siklus penjualan semen di

Indonesia setiap bulannya dari tahun 2013 hingga 2015.

Penjualan semen pada Triwulan IV tahun 2015

merupakan yang tertinggi jika dibandingkan dengan

triwulan yang sama pada tahun 2013 dan 2014. Pada

Triwulan IV tahun 2015 ini, penjualan semen mencapai

7.756 juta ton atau meningkat sebesar 7,1 persen

dibandingkan Triwulan IV tahun 2014 lalu. Hal ini

disebabkan banyaknya realisasi pembangunan proyek

infrastruktur yang dibangun oleh pemerintah yang sudah

dimulai sejak akhir Triwulan III lalu.

Secara kumulatif, penjualan semen di Indonesia pada

tahun 2015 mencapai 26.012 juta ton. Jumlah tersebut

mengalami penurunan sebesar 1,3 persen dibandingkan

dengan penjualan pada tahun 2014. Penurunan tersebut

dapat dikatakan kenyataan yang cukup baik, mengingat

penurunan sektor lain, seperti mobil dan motor, yang

cukup besar. Penurunan penjualan semen tersebut

berasal dari penurunan penjualan semen pada triwulan I

hingga Triwulan III di tahun 2015. Penurunan pada

triwulan pertama dan kedua tahun 2015 tersebut

Penjualan semen di Indonesia pada triwulan IV 2015 merupakan yang tertinggi diantara triwulan yang sama pada tahun 2013 dan 2014

Penjualan semen tahun 2015 menurun 1,3% dari tahun 2014

115 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

115

disebabkan masih sedikitnya realisasi proyek

pemerintah, curah hujan yang tinggi di awal tahun yang

menyebabkan penundaan proyek, serta perlambatan

ekonomi global. Memasuki Triwulan IV 2015, penjualan

semen Indonesia meningkat dengan pesat. Hal ini

disebabkan peningkatan realisasi proyek pemerintah

yang dimulai sejak memasuki Triwulan IV ini mampu

meningkatkan penjualan semen pada triwulan IV tahun

2015 ini.

Tenaga Kerja Industri

Gambar 37. Tenaga kerja Sektor Industri (Juta Jiwa)

Sumber: BPS 2015, diolah

Jumlah tenaga kerja industri bulan Agustus 2015 adalah

sejumlah 15,25 juta tenaga kerja, relatif tidak berubah jika

dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja tahun

sebelumnya. Di tengah lesunya perekonomian dunia yang

ditunjukkan dengan turunnya jumlah penanaman modal

asing dan melemahnya perekonomian negara-negara

partner dagang utama Indonesia, seperti Amerika Serikat,

Tiongkok, dan Singapura, penambahan jumlah tenaga

kerja sektor industri menjadi sebuah hal sulit.

Perkembangan yang menjanjikan adalah mulai tahun

2015, pemerintah Kabinet Indonesia Kerja telah

mengeluarkan sejumlah Paket Kebijakan Ekonomi Jilid I sd

terakhir Jilid IX berupaya untuk mendorong pertumbuhan

Tenaga kerja sektor industri tahun 2015 relatif tidak berubah dari tahun 2014

116 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

116

ekonomi melalui sejumlah kebijakan deregulasi,

debirokrasi, penegakan hukum dan kepastian usaha, serta

kebijakan lain untuk mendorong industri nasional, seperti

kebijakan kemudahan pembiayaan ekspor, penetapan

harga gas untuk bahan baku industri, perizinan

perdagangan, hingga mencakup penentuan harga upah

minimum.

Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja Industri

Gambar 38. Kredit Modal Kerja Dan Investasi Triwulan IV Tahun 2015

Sumber: Bank Indonesia 2015, diolah

Grafik di atas menggambarkan jumlah pinjaman modal

kerja dan investasi dalam mata uang rupiah dan valuta

asing lainnya dari perbankan untuk sektor industri dan

juga menggambarkan suku bunga kredit untuk modal

kerja dan investasi pada sektor industri. Nilai

outstanding loan untuk modal kerja pada triwulan IV

naik menjadi Rp528 triliun atau tumbuh sebesar 1,4

persen dibanding kuartal tiga. Nilai outstanding loan

untuk modal kerja sepanjang tahun 2015 tumbuh

sebesar 11,5 persen dari tahun 2014. Sedangkan nilai

outstanding loan untuk modal investasi pada triwulan IV

menjadi Rp219 triliun atau tumbuh sebesar 3,4 persen

dari kuartal sebelumnya. Nilai outstanding loan untuk

Penurunan suku bunga diharapkan mampu menjadi stimulus bagi sektor perindustrian dalam menjalankan operasional perusahaan dan meningkatkan investasi di tengah lemahnya perekonomian.

117 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

117

modal investasi sepanjang tahun 2015 tumbuh sebesar

21,6 persen dari tahun sebelumnya. Tren penurunan

bunga kredit untuk modal kerja dan investasi juga masih

berlanjut di Triwulan IV 2015 ini. Bunga kredit modal

kerja dan investasi adalah sebesar 12,82 persen dan

12,77 persen. Penurunan suku bunga tersebut

diharapkan mampu untuk memicu sektor industri untuk

melakukan kegiatan operasional dan menambah

investasi di tengah kondisi perekonomian yang masih

melemah.

Rencana Pembangunan Industri 2015-2019

Pertumbuhan industri Tahun 2015-2019 ditargetkan agar lebih tinggi dari pertumbuhan PDB dengan sasaran proporsi industri manufaktur mencapai 21,6 persen pada tahun 2019. Untuk mencapai sasaran tersebut, jumlah industri berskala menengah dan besar ditargetkan untuk meningkat sebesar 9.000 unit usaha selama 5 tahun ke depan.

Secara singkat, arah kebijakan pembangunan industri dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan Perwilayahan Industri di luar Pulau

Jawa: (a) Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri terutama yang berada dalam Koridor ekonomi; (b) Kawasan Peruntukan Industri; (c) Kawasan Industri; dan (d) Sentra IKM;

2. Penumbuhan Populasi Industri dengan menambah paling tidak sekitar 9 ribu usaha industri berskala besar dan sedang dimana 50 persen tumbuh di luar Jawa, serta tumbuhnya Industri Kecil sekitar 20 ribu unit usaha; dan

3. Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas (Nilai Ekspor dan Nilai Tambah Per Tenaga Kerja).

Dalam RPJMN 2015-2019, disebutkan untuk pemerataan

pembangunan pemerintah akan mengembangkan

pusat-pusat pertumbuhan, seperti Kawasan Industri

dan Kawasan Ekonomi Khusus, terutama di luar Pulau

Jawa. Pada pusat-pusat pertumbuhan tersebut akan

dibangun 14 kawasan industri baru di luar Pulau Jawa

yang menjadi unggulan. Pembangunan kawasan ini

diutamakan yang mempunyai nilai tambah tinggi dan

menciptakan banyak kesempatan kerja.

Dalam RPJMN, proporsi sektor industri ditargetkan mencapai 21,6 persen dari PDB pada 2019.

Upaya pemerataan pembangunan industri dilakukan dengan pembangunan 14 kawasan industri di luar Pulau jawa.

118 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

118

Gambar 39. Peta Persebaran Kawasan Industri 2015-2019

Sumber: RPJMN 2015-2019, diolah

PERKEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA

STATISTIK PERJALANAN WISATAWAN DUNIA

Faktor yang mempengaruhi jumlah perjalanan wisatawan

dunia, seperti faktor ekonomi, kekerasan, serangan

teroris, dan memanasnya situasi pencari suaka selama

tahun 2015 membuat pasar pariwisata dunia mengalami

tekanan. Industri pariwisata berpotensi kehilangan calon

wisatawan - yang membatalkan niat perjalanannya -

karena situasi global yang tidak kondusif. Namun,

sepanjang tahun 2015 statistik diluar dugaan

menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Data

World Travel Monitor, sepanjang delapan bulan pertama

2015 menunjukkan peningkatan jumlah perjalanan luar

negeri dunia tumbuh 4,5 persen.

Kondisi ekonomi global yang mencerminkan dayabeli

masyarakat dunia selama tahun 2015 sedikit menurun

tumbuh hanya 2,4 persen, tetapi ekonomi global diprediksi

akan meningkat kembali pada 2016. Menurut World Bank,

pertumbuhan ekonomi tahun 2016 akan tumbuh sebesar

Situasi global yang tidak kondusif tidak mempengaruhi perjalanan wisatawan dunia tahun 2015.

Dayabeli masyarakat dunia tahun 2016 diperkirakan tumbuh.

119 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

119

2,9 persen. Hal ini tentu menjadi pendorong pariwisata

dunia dari sisi permintaan.

Menurut World Tourism Organization (UNWTO) jumlah

wisatawan asing selama delapan bulan pertama 2015

meningkat 4 persen menjadi 810 juta wisatawan outbound

di seluruh dunia. Sementara World Travel Monitor (IPK

International) menyebutkan selama tahun 2015 ada total

1.024 juta perjalanan luar negeri yang menyumbang 1.200

kedatangan wisatawan di dunia (dengan rerata perjalanan

luar negeri wisatawan mengunjungi 1,2 negara per

perjalanan).

Tabel 58. Tren Global Perjalanan Luar Negeri

2012 2013 2014

2015 (8 bulan)

Perjalanan ke Luar Negeri (trip) +4% +4% +5% +4.5%

Perjalanan ke Luar Negeri (malam) +2% +4% +3% +3%

Pengeluaran Perjalanan ke Luar Negeri (malam)

+9% +1% +2% +4%

Sumber: World Travel Monitor 2015, IPK International Jumlah perjalanan luar negeri yang tercatat di tahun 2015,

didorong oleh wisatawan mancanegara asal Asia Pasifik

(tumbuh 5 persen), Amerika Utara (+5 persen), Amerika

Latin (+ 4 persen), Eropa (+4,5 persen). Jumlah perjalanan

luar negeri yang mengalami peningkatan paling besar

adalah Timur Tengah (tumbuh 9 persen), sedangkan Afrika

mengalami penurunan sebesar 6 persen. Amerika Utara

dan Eropa di luar perkiraan mampu tumbuh dengan

tingkat yang meyakinkan, ditengah rendahnya

pertumbuhan ekonomi dan kondisi geopolitik dan

serangan terorisme yang memanas.

Sedangkan untuk tahun 2016, di tengah optimisme

membaiknya ekonomi dunia dengan masih

mempertimbangkan berlarutnya masalah terorisme dunia

dan pencarian suaka di Eropa, kecenderungan wisatawan

mancanegara akan mencari destinasi wisata yang relatif

lebih aman. Pertumbuhan jumlah perjalanan ke Asia dan

Amerika Utara diprediksi masih akan tumbuh tinggi

dengan masing-masing tumbuh sebesar 6 dan 5 persen.

Sementara Eropa, faktor rendahnya prediksi pertumbuhan

ekonomi regional membuat prediksi tumbuh sekitar 3

persen ditahun 2016.

Tahun 2015 terdapat 1.200 kedatangan wisatawan di dunia.

Pertumbuhan perjalanan luar negeri paling besar tahun 2015 dilakukan oleh wisatawan asal Timur Tengah.

Perjalanan wisatawan ke Asia dan Amerika Utara diprediksi tumbuh tinggi tahun 2016.

120 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

120

Gambar 40. Outlook Pertumbuhan Perjalanan Ke Luar Negeri (persen)

Sumber: World Travel Monitor Projection, IPK International

Beberapa kota-metropolitan tujuan utama wisatawan

dunia adalah Paris dengan jumlah 18,8 juta wisatawan,

New York (18,5 juta), London (16,1 juta), Bangkok (14,6

juta), Barcelona (12,4 juta), dan Singapura (10,6 juta).

Negara penyumbang perjalanan ke luar negeri (outbound)

utama di dunia berturut-turut adalah Jerman, Amerika

Serikat, dan Inggris; sementara dari sisi penyumbang

pengeluaran perjalanan ke luar negeri adalah Amerika

Serikat, Republik Rakyat Tiongkok, dan Jerman.

Tabel 59. Negara Penyumbang Perjalanan Ke Luar Negeri

Peringkat Total Perjalanan Ke Luar Negeri (trip) Total Pengeluaran Perjalanan Ke

Luar Negeri (pengeluaran)

1 Jerman Amerika Serikat

2 Amerika Serikat Republik Rakyat Tiongkok

3 Inggris Jerman

4 Republik Rakyat Tiongkok Inggris

5 Perancis Jepang

6 Kanada Kanada

Sumber: World Travel Monitor 2015, IPK International

Jerman merupakan negara penyumbang perjalanan ke luar negeri terbanyak tahun 2015.

121 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

121

STATISTIK PERJALANAN WISATAWAN REGIONAL

Gambar 41. Jumlah Wisatawan Inbound Tahun 2015

Sumber: UNWTO 2015, diolah

Walaupun pertumbuhan ekonomi di kawasan ini relatif

lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya,

namun sepanjang tahun 2015, Asia Pasifik merupakan

salah satu kawasan yang memiliki angka pertumbuhan

yang tertinggi dibandingkan kawasan lain di dunia dengan

pertumbuhan sebesar 5 persen. Di Asia tenggara,

sepanjang 2015 Indonesia menyerap total 9.729.350 juta

wisatawan mancanegara, terbesar keempat dibawah

Thailand, Malaysia, dan Singapura. Selama tahun 2015,

Indonesia tumbuh hanya 2,9 persen. Total wisatawan

mancanegara yang masuk ke kawasan Asia Tenggara

mencapai lebih dari 100 juta wisman, nilai ini meningkat

dari hanya 96,7 juta wisman pada tahun 2014.

Gambar 42. Jumlah Wisatawan Mancanegara Inbound 2015 (juta kunjungan)

Sumber: CEIC 2015, diolah Keterangan: *) Annualized number; Data tersedia hingga November 2015 **) Annualized number; Data tersedia hingga Oktober 2015

Terjadi peningkatan total kunjungan wisman ke kawasan Asia Tenggara tahun 2015

122 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

122

STATISTIK PERJALANAN WISATAWAN INDONESIA Jumlah Wisatawan Mancanegara

Gambar 43. Jumlah Wisatawan Mancanegara Triwulan IV Tahun 2015

Sumber: Kementerian Pariwisata 2015, diolah

Pada triwulan IV tahun 2015, menunjukkan bahwa

jumlah kunjungan wisman sedikit lebih rendah

dibandingkan dengan jumlah wisman di periode yang

sama tahun sebelumnya. Jumlah wisman dari bulan

September hingga November 2015 secara gradual

mengalami penurunan yang cukup signifikan. Penurunan

jumlah kunjungan wisman tersebut disebabkan oleh

beberapa faktor, antara lain: (1) buka-tutup bandara

Ngurah Rai, Selaparang, dan Blimbingsari akibat

frekuensi letusan Gunung Rinjani yang cukup tinggi, (2)

kabut asap akibat kebakaran hutan di Riau dan

Pontianak yang ditetapkan menjadi bencana nasional, (3)

teror Paris yang menyebabkan turunnya kunjungan

wisman yang asal Eropa, dan (4) abrasi pesisir pantai

selatan yang berada di daerah Bantul.

Meskipun sempat terjadi penurunan, rata-rata

kunjungan wisman per bulan selama Triwulan IV tahun

2015 berjumlah 839.333 orang dan jumlah total

kunjungan wisman tahun 2015 mencapai 9.729.350

orang, angka ini meningkat 2,9 persen dibandingkan

tahun sebelumnya. Pada bulan Desember terjadi

peningkatan yang sangat signifikan, salah satunya,

karena faktor libur panjang (high season). Hingga akhir

913,828

650,000

700,000

750,000

800,000

850,000

900,000

950,000

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember

Jumlah Wisman Tahun 2015 Jumlah Wisman Tahun 2014

Terjadi penurunan jumlah kunjungan wisman yang cukup signifikan dari bulan September 2015 hingga bulan November 2015.

Peningkatan yang sangat signifikan terjadi di bulan Desember 2015 meskipun sempat menurun di tiga bulan sebelumnya.

123 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

123

tahun 2015 jumlah wisatawan mancanegara yang

mengunjungi Indonesia cenderung mengalami

peningkatan.

Gambar 44. Negara Penyumbang Wisman Tahun 2015

Sumber: Kementerian Pariwisata 2015, diolah

Sampai Triwulan IV tahun 2015, wisman yang paling

banyak mengunjungi Indonesia melalui 19 pintu masuk

utama adalah wisatawan berkebangsaan Singapura

sebanyak 1.519.430 orang. Selain wisatawan

berkebangsaan Singapura, terdapat tujuh kebangsaan

lainnya yang banyak mengunjungi Indonesia yaitu

Malaysia, Tiongkok, Australia, Jepang, Korea Selatan,

India, dan Inggris dengan jumlah wisatawan berturut-

turut sebanyak 1.200.202, 1.121.066, 1.035.325,

492.077, 338.671, 271.252, dan 269.798 orang. Hingga

akhir tahun 2015, terdapat 174 negara yang menerima

bebas visa sehingga menyebabkan terjadinya

peningkatan jumlah kunjungan wisatawan

mancanegara ke Indonesia. Terlepas kondisi

memburuknya hubungan diplomasi pasca hukuman

mati terhadap bandar narkoba, upaya perbaikan yang

dilakukan pemerintah Indonesia untuk memperbaiki

hubungan diplomasi dengan beberapa negara di dunia

berhasil meningkatkan jumlah kunjungan wisman ke

Indonesia.

Wisman dari Singapura masih menempati posisi pertama dalam hal kunjungan ke Indonesia hingga akhir tahun 2015.

124 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

124

Gambar 45. Jumlah Wisatawan Mancanegara Menurut Kebangsaan Hingga Triwulan IV Tahun 2015

Sumber: Kementerian Pariwisata 2015, diolah

Wisman masuk Indonesia melalui 19 pintu masuk utama,

antara lain: Soekarno Hatta, Ngurah Rai, Batam

(Kepulauan Riau), Tanjung Uban (Kepulauan Riau), dan

Juanda (Jawa Timur), dengan jumlah kedatangan

terbanyak adalah melalui Ngurah Rai. Tingginya jumlah

wisman yang masuk melalui Ngurah Rai, Soekarno-Hatta,

Batam, dan Juanda-Jatim tidak mengalami pertumbuhan

yang signifikan pada bulan November 2015 dibandingkan

Oktober 2015 khususnya di Ngurah Rai karena faktor

Gunung Rinjani. Namun pada bulan Desember 2015,

kunjungan wisman yang masuk melalui Ngurah Rai

kembali meningkat sangat signifikan. Wisatawan terus

membanjiri objek-objek wisata yang ada di Gumi Keris

Badung dan meningkatnya kunjungan wisatawan ke

Badung dikarenakan banyaknya destinasi wisata di Pulau

Dewata yang menarik untuk dikunjungi. Dinas Provinsi

Bali terus membangun dan mengembangkan obyek-

obyek wisata baru maupun eksisting. Adapun tiga

destinasi wisata yang paling banyak dikunjungi adalah

Pantai Pandawa, Kutuh, dan Kuta Selatan. Objek wisata

yang dikelola pihak swasta adalah Garuda Wisnu Kencana

(GWK) dan waterboom. Selain itu juga ada objek wisata

Uluwatu, Taman Ayun, Sangeh, Pantai Kuta dan sejumlah

objek wisata lainnya di Badung yang tak pernah sepi dari

wisatawan.

Kunjungan wisman yang masuk melalui Ngurah Rai meningkat pesat di akhir tahun 2015.

125 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

125

Gambar 46. Jumlah Wisatawan Mancanegara Menurut Lima Besar Pintu Masuk Utama Triwulan IV Tahun 2015

Sumber: Kementerian Pariwisata 2015, diolah

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PARIWISATA INDONESIA

10 Destinasi Pariwisata Prioritas

Pemerintah menargetkan kedatangan wisman ke

Indonesia tahun 2019 sebanyak 20 juta wisatawan.

Untuk dapat mencapai target tersebut, Pemerintah

melalui Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2015

menetapkan kebijakan perkuatan dengan target

jumlah wiswan sebanyak 11,2 juta wisatawan yaitu

melalui (i) pengembangan kawasan ekowisata maritim

dengan pembangunan 4 titik labuh yacht, (ii)

pengembangan ekowisata sungai di Kalimantan

dengan 2 dermaga, dan (iii) pengembangan 10 lokasi

kawasan percontohan ekonomi inklusif berbasis sektor

pariwisata. Selama tahun 2015, Kementerian

Pariwisata memiliki fokus yang sangat besar terhadap

pemasaran (promosi) ke beberapa negara untuk dapat

mendatangkan wisman sebanyak mungkin. Promosi

pariwisata difokuskan pada tiga hal, yakni branding,

advertising, dan selling. Branding 'Wonderful Indonesia'.

Promosi tersebut dilakukan ke tiga pasar utama, yakni

Asean, Asia Pasifik (non-Asean), serta Eropa, Timur

Tengah, dan Afrika (EMEA). Upaya yang dilakukan

Pemerintah tersebut dapat dibilang berhasil karena

peningkatan kedatangan wisman ke Indonesia yang

signifikan tahun 2015.

Promosi pariwisata besar-besaran dilakukan tahun 2015 dengan target jumlah wisman sebanyak 11,2 juta.

126 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

126

Selain pengembangan destinasi dan pemasaran

pariwisata, salah satu sasaran kepariwisataan 2015

adalah meningkatnya kualitas dan kuantitas pendidikan

tinggi pariwisata yang ditandai dengan jumlah lulusan

pendidikan tinggi kepariwisataan yang terserap di pasar

kerja bidang pariwisata sebesar 1.490 orang. Hingga saat

ini, terdapat empat perguruan tinggi kepariwisataan

yang berada di bawah naungan Kementerian Pariwisata

yaitu Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, Sekolah Tinggi

Pariwisata Denpasar, Akademi Pariwisata Makassar

(berubah status menjadi Politeknik Negeri Makassar

pada tanggal 28 September 2015), dan Akademi

Pariwisata Medan. Pada tahun 2015, jumlah lulusan

keempat perguruan tinggi mencapai lebih dari 1.500

orang dan langsung terserap di pasar kerja bidang

pariwisata. Melihat tingginya kebutuhan industri

pariwisata akan lulusan sumber daya manusia (SDM)

bidang pariwisata, Pemerintah terus berupaya

meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan tinggi

kepariwisataan nasional.

Pada triwulan IV 2015, Menko Maritim mengadakan

Rapat Koordinasi dengan Menteri Pariwisata, Menteri

Perhubungan, Menteri PPN/Kepala Bappenas, dan

Menteri PU&PERA. Dalam rapat tersebut diputuskan

bahwa pembangunan sektor pariwisata – khususnya

pengembangan destinasi – difokuskan pada sepuluh

destinasi prioritas yang akan dibangun dan

dikembangkan bersama antar instansi pemerintah.

Sepuluh destinasi prioritas akan akan dikembangkan

adalah seperti yang ditunjukkan dalam gambar berikut

Kebutuhan akan SDM bidang pariwisata sangat tinggi.

Tahun 2015 ditetapkan sepuluh destinasi prioritas yang akan dibangun hingga tahun 2019.

127 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

127

Gambar 41. 10 Destinasi Wisata Prioritas 2015-2019

PERKEMBANGAN IPTEK INDONESIA

Perkembangan iptek negara-negara di dunia secara

umum dapat dilihat dalam Global Competitiveness Index

(GCI) yang dikeluarkan setiap tahun oleh World Economic

Forum, yang direpresentasikan oleh dua pilar yakni

‘Technology Readiness’ dan ‘Innovation’. Berikut ini

pencapaian Indonesia untuk kedua pilar tersebut

menurut GCI report tahun 2012-2015.

Tabel 60. Global Competitiveness Index 2012-2015

Global Competitiveness Index

Score

Ranks

2012 2013 2014 2015

2012 2013 2014 2015

9th pillar: Technological Readiness

3,6 3,7 3,6 3,5

85 75 77 85

Availability of latest technologies

4,9 5,1 5,2 4,8

72 60 53 66 Firm-level technology absorption

4,9 5,1 5,1 5,1

56 46 42 41

FDI and technology transfer

4,8 5 4,9 4,6

61 39 40 54 Individuals using internet (%)

18 15,4 15,8 17,1

100 113 112 113

Broadband internet subscriptions/100 pop

1,1 1,2 1,3 1,2

99 105 101 106

International Internet bandwith, kbps per user

7,2 17,2 10,1 6,2

94 74 100 111

Mobile broadband subscriptions/100 pop

22,2 31,9 31,6 34,7

43 53 65 76

12th Pillar: Innovation

3,6 3,8 3,9 3,9

39 33 31 30

Capacity for Innovation

3,9 4,4 4,8 4,7

30 24 22 30 Quality of Scientific Research Institutions

3,9 4,1 4,3 4,3

56 46 41 41

Global Competitiveness Index (GCI) tahun 2012-2015 untuk pilar ‘Ínnovation’ dan ‘Technology Readiness’ sebagai representasi perkembangan iptek mengalami kenaikan peringkat

128 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

128

Global Competitiveness Index

Score

Ranks

2012 2013 2014 2015

2012 2013 2014 2015

Company Spending on R&D

3,9 4,1 4,0 4,2

25 23 24 24 University-Industry Collaboration in R&D

4,2 4,5 4,5 4,5

40 30 30 30

Gov't Procurement of Advanced Tech Products

4,0 4,1 4,2 4,2

29 25 13 13

Availability of Scientist and Engineers

4,3 4,5 4,6 4,6

51 40 31 34 PCT patents, applications/million pop

0,1 0,1 0,1 0,1

101 103 106 102

Source: GCI, World Economic Forum, 2012-2015

Hingga tahun 2015, berdasarkan data di atas sektor iptek

mengalami perkembangan yang cukup berarti—

terutama pada sisi peningkatan kemampuan inovasi.

Pilar Inovasi di Indonesia menunjukkan perkembangan

yang cukup baik dalam lima tahun terakhir. Hal tersebut

ditunjukkan dalam peningkatan nilai index Inovasi secara

kontinyu dari tahun 2012 ke tahun 2015 dan juga

ditunjukkan oleh membaiknya peringkat Indonesia—dari

peringkat 39 tahun 2012 menjadi peringkat 30 tahun

2015 untuk 144 negara yang diukur. Jika ditelaah lebih

lanjut lagi, lima dari tujuh sub-elemen inovasi yang

diteliti juga sedikit mengalami peningkatan yakni sub-

elemen kualitas lembaga penelitian, jumlah pengeluaran

penelitian, kolaborasi antar institusi, pengadaan dan

jumlah peneliti.

Pengadaan untuk barang berteknologi tinggi di

pemerintah menjadi sub-elemen yang memiliki peringkat

yang paling baik—peringkat ke 13 untuk tahun 2015 dari

sebelumnya peringkat 29 pada tahun 2012. Hal ini dapat

menjadi perhatian khusus bagi pemerintah Indonesia

dalam mengidentifikasi pengungkit berkembangnya

sektor iptek di Indonesia. Adapun demikian, dua sub-

elemen lain yang kurang mengalami perkembangan yang

baik adalah kapasitas inovasi dan persentase paten.

Persentase paten khususnya harus menjadi perhatian

bagi pemerintah Indonesia karena sub-elemen ini

merupakan sub-elemen dengan peringkat yang paling

rendah dari sisi inovasi—peringkat ke 102 dari 144

negara.

Pilar ke-9 yaitu “Kesiapan Teknologi” tidak mengalamai

perkembangan yang cukup berarti, tidak hanya di tahun

2015 saja tetapi selama lima tahun terakhir. Hal ini

Berdasakan GCI report, perkembangan sector iptek Indonesia berkembang dengan signifikan

Perkembangan peringkat Indonesia untuk sub elemen dari pilar ‘Inovasi’ kurang baik

Perkembangan peringkat Indonesia untuk sub elemen dari pilar ‘Kesiapan Teknologi’ cenderung menurun dalam lima tahun terakhir

129 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

129

membuktikan bahwa perkembangan iptek di Indonesia

salah satunya terkendala dengan kesiapan teknologi di

Indonesia, yang mayoritas banyak bergantung kepada

perkembangan infrastruktur secara keseluruhan di

Indonesia. Dari tujuh sub-elemen pilar kesiapan

teknologi, hanya satu yang menunjukkan perkembangan

yang baik, yaitu sub-elemen penyerapan teknologi di

level perusahaan. Sub-elemen ketersediaan bandwith

juga menjadi salah satu sub-elemen yang

perkembangannya cenderung menurun dan

mengkhawatirkan. Di tengah berkembangnya sektor

teknologi informasi yang sangat pesat dan kemungkinan

besar akan terus berlanjut di masa depan, hal ini menjadi

faktor yang diselesaikan oleh pemerintah Indonesia guna

mendorong tumbuhnya inovasi dan pertumbuhan

ekonomi Indonesia.

Status Kemajuan Pembangunan Kebun Raya Indonesia Hingga Tahun 2015

Dalam bidang sumber daya alam, Pemerintah telah

melakukan kegiatan pengembangan kebun raya daerah

sebagai pusat konservasi ex-situ, eksplorasi biota (flora,

fauna, dan mikroba), dan pengelolaan koleksi spesimen

ilmiah untuk mengungkapkan potensi kemanfaatan

sumber daya alam Indonesia. Peta persebaran kebun

raya di Indonesia dapat dilihat pada gambar di bawah.

Gambar 47. Persebaran Kebun Raya Indonesia

Sumber: LIPI

Pengembangan kebun raya daerah sebagai pusat konservasi ex-situ.

130 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

130

Pengembangan kebun raya tersebut memiliki tujuan

untuk meningkatkan penelitian dan pengembangan di

bidang biologi yang difokuskan untuk melakukan

kegiatan eksplorasi dalam upaya menemukan jenis

baru flora, fauna dan mikroba. Dengan dilakukan

penggalian potensi keanekaragaman hayati sampai

tingkat molekuler, sehingga dapat mempercepat

program konservasi dan pemanfaatannya secara

berkelanjutan. Hasil litbang bidang biologi spesies dan

catatan baru yang menjadi salah satu output kegiatan di

kebun raya dapat dilihat di tabel berikut ini:

Tabel 61. Jumlah Hasil Litbang Bidang Biologi Spesies dan Catatan Baru

Sumber: LIPI, 2015

Hingga pertengahan tahun 2015, sudah ada 27 Kebun

Raya di Indonesia yang tersebar di 20 provinsi. Kebun

raya yang dikelola oleh LIPI berjumlah 5 kebun raya dan

kebun raya yang dikelola Pemerintah Daerah berjumlah

22 kebun raya. Untuk Kebun Raya Daerah, 16 kebun raya

sedang dalam tahap pembangunan dan 6 kebun raya

baru dalam tahap perencanaan (masterplan sudah

diselesaikan, namun belum memasuki tahap

pembangunan). Pada tahun 2015, penyusunan

masterplan KR Gorontalo dan KR Wakatobi telah

dilakukan. Dua dari 22 Kebun Raya Daerah telah dibuka

untuk publik yaitu KR Massenrempulu Enrekang (Juni

2013) dan KR Balikpapan (Agustus 2014). Direncanakan

dalam 5 tahun ke depan (2015-2019), setidaknya 1 Kebun

Raya Daerah dapat dibuka untuk publik dan 2 Kebun

Raya Daerah yang baru dapat diinisiasi per tahun.

Pada RPJMN tahun 2015-2019, Kementerian Pekerjaan

Umum menetapkan 12 Kebun Raya di Indonesia yang

termasuk dalam kawasan perkotaan, yaitu: 5 kebun raya

yang dikelola LIPI dan 7 kebun raya yang dikelola

Pemerintah Daerah (Atmawidjaja et al., 2014), sedangkan

15 kebun raya yang lain termasuk dalam kawasan non

Jenis 2010 2011 2012 2013 2014

Jumlah spesies/jenis baru 34 63 51 32 61

Jumlah catatan baru 34 55 38 18 31

Pengembangan kebun raya untuk peningkatan litbang di bidang biologi agar dapat mempercepat program konservasi

Persebaran Kebun Raya di Indonesia sudah mencapai 20 provinsi.

Telah ditetapkan 12 kebun raya di Indonesia yang termasuk dalam kawasan perkotaan dalam RPJMN 2015-2019...

131 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

131

perkotaan. Roadmap pembangunan 15 kebun raya non

perkotaan tahun 2015-2019 yang mencakup tahap

perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan disusun

sebagai dasar pemrograman pembangunannya dalam 5

(lima) tahun ke depan.

Pembangunan Kebun Raya harus sesuai dengan rencana

tata ruang wilayah (RTRW) provinsi/kabupaten/kota yang

bersangkutan berkaitan dengan lokasi dan nilai strategis

kawasan. Berkaitan dengan lokasi, lahan yang

dimanfaatkan untuk kebun raya harus sesuai dengan

rencana pola ruang dengan fungsi utama apakah sebagai

kawasan lindung atau kawasan budidaya dengan

peruntukan sesuai dengan yang ditetapkan dalam RTRW

provinsi/kabupaten/kota. Sementara berdasarkan nilai

strategis kawasan, tingkat kepentingan dan prioritas

pembangunan kebun raya oleh pemerintah daerah dapat

ditunjukkan apakah kebun raya ditetapkan sebagai

kawasan strategis atau tidak. Berikut ini beberapa contoh

kebun raya yang dikelola Pemerintah Daerah antara lain

yang memiliki perkembangan cukup baik Antara lain di

Katingan (Kalimantan Tengah), Kuningan (Jawa Barat),

Enrekang (Sulawesi Selatan), dan Samosir (Sumatera

Utara):

Tabel 62. Status Kebun Raya Daerah dalam Rencana Tata Ruang

NAMA KEBUN RAYA KATINGAN KUNINGAN MASSENREMPULU SAMOSIR

Lokasi Kabupaten Katingan Kuningan Enrekang Samosir

provinsi Kalimantan Tengah

Jawa Barat Sulawesi Selatan Sumatera Utara

Pengelola Pemerintah Kabupaten

Pemerintah Kabupaten

Pemerintah Kabupaten

Pemerintah Kabupaten

Status RTRW

Kabupaten Surat Persetujuan Substansi Menteri PU No. HK.01 03-Dr/21

Perda No. 26 Tahun 2011

Perda No. 14 Tahun 2011

-

Provinsi Surat Persetujuan Menteri PU surat No. HK .01.03-Mn/13

Perda No. 22 Tahun 2010

Perda No.9 Tahun 2009

Surat Persetujuan Substansi Menteri PU HK. 0103-Dr/516

Nilai Strategis Kebun Raya dalam RTRW

Kabupaten KSK Lingkungan Hidup

KSK Lingkungan Hidup

- Persetujuan Substansi Menteri PU HK. 0103- Dr/516

Provinsi - - KSP Lingkungan KSK Lingkungan

Pembangunan Kebun Raya harus sesuai dengan RTRW.

132 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

132

NAMA KEBUN RAYA KATINGAN KUNINGAN MASSENREMPULU SAMOSIR

Hidup Hidup

Arahan Fungsi dan Peruntukan dalam RTRW

Kabupaten Kawasan Budidaya: Kawasan peruntukan budidaya lain

Kawasan Lindung: Kawasan perlindungan alam plasma nutfah ex-situ Kawasan Budidaya: kawasan pariwisata alam

Kawasan Lindung: Kawasan Pelestarian Alam Kawasan Budidaya: Kawasan peruntukan pariwisata alam

-

Provinsi - - Kawasan Budidaya: Kawasan pariwisata TWA

Kawasan Lindung: Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya

Sumber: Roadmap Kebun Raya 2015-2019, LIPI

Indeks Kutipan Karya Ilmiah

Untuk melakukan analisis terhadap kualitas dan

kuantitas karya ilmiah dari penelitian yang dilakukan

oleh peneliti Indonesia, salah satu indikator yang dapat

digunakan adalah Indeks Kutipan Karya Ilmiah (H-index).

Perbandingan H-index dari beberapa negara termasuk

Indonesia dapat dilihat di tabel berikut ini:

Tabel 63. Index Kutipan Karya Ilmiah di Beberapa Negara

Country Rank Documents Citable

Documents Citations

Self-Citations

Citations Per

Document

H-Index

Amerika serikat

1 8.626.193 7.876.234 177.434.935 83.777.658 23 1.648

China 2 3.617.355 3.569.652 19.110.353 10.462.121 7 495

India 9 998.544 944.632 6.989.150 2.409.025 10 383

Korea Selatan 12 739.229 719.338 7.063.429 1.528.443 12 424

Brazil 15 598.234 573.988 5.036.027 1.699.530 12 379

Singapore 32 192.942 182.169 2.561.645 331.822 16 349

Malaysia 36 153.378 148.844 670.387 183.198 9 165

Thailand 43 109.832 104.982 976.328 162.255 13 213

Indonesia 57 32.355 30.770 230.610 26.258 13 140

Vietnam 66 24.473 23.559 204.089 29.994 14 133

Sumber: SCImago Journal and Country Rank

Pada tahun 2015, Indonesia berada pada peringkat 57

dari 239 negara dalam hal publikasi jurnal ilmiah

internasional. Sampai pada tahun 2015 Indonesia telah

mengeluarkan publikasi jurnal ilmiah sejumlah 32.355

dokumen. Namun peringkat Indonesia masih di bawah

Indeks Kutipan Karya Ilmiah (H-index) digunakan sebagai indicator kualitas dan kuantitas karya ilmiah

Peringkat Indonesia untuk publikasi karya ilmiah dan citation index dibandingkan beberapa negara tetangga masih tergolong rendah

133 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

133

beberapa negara tetangga seperti Singapura (peringkat

32); Malaysia (36); dan Thailand (43); serta hanya sedikit

di atas Vietnam (66), termasuk untuk nilai H-index.

Secara umum bisa diuraikan beberapa akar

permasalahan penyebab minimnya publikasi dan indeks

kutipan karya ilmiah di Indonesia. Pertama,

penghargaan atas publikasi karya ilmiah yang belum

sepenuhnya menjadi aset yang dipikirkan. Minimnya

penghargaan terhadap peneliti yang mampu

menghasilkan publikasi internasional menjadi salah satu

penyebab. Padahal untuk mengirimkan sebuah artikel

ke dalam jurnal internasional butuh melewati seleksi

yang sangat ketat. Semakin tinggi reputasi suatu jurnal,

yang salah satunya diukur melalui impact factor, semakin

ketat proses seleksi yang dilakukan. Kedua,

keterbatasan sumber daya dan dana. Untuk

menghasilkan karya ilmiah yang berkualitas tentu saja

harus didukung oleh penelitian dan sumber referensi

yang bermutu. Mahalnya biaya berlangganan jurnal

internasional dan kurangnya dana penunjang penelitian

juga menjadi salah satu penyebab ketertinggalan

peneliti Indonesia terhadap perkembangan ilmu

pengetahuan.

Akar permasalahan penyebab minimnya publikasi dan indeks kutipan karya ilmiah di Indonesia adalah kekurangan penghargaan dan keterbatasan dana

134 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

134

LAMPIRAN

1. INFLASI DOMESTIK KABUPATEN/KOTA 2. NILAI TUKAR MATA UANG 3. INDEKS SAHAM GLOBAL 4. INDEKS HARGA KOMODITAS INTERNASIONAL 5. HARGA BAHAN POKOK NASIONAL

135 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

135

Lampiran 1: Inflasi Domestik (lanjutan)

Gambar 48. Inflasi YoY 82 Kabupaten/ Kota Oktober-Desember 2015

-1,00%

1,00%

3,00%

5,00%

7,00%

9,00%

MeulabohBanda AcehLhokseumaweSibolga

Pematang SiantarMedan

Padang SidempuanPadang

Bukittinggi

Tembilahan

Pekanbaru

Dumai

Bungo

Jambi

Palembang

Lubuk Linggau

Bengkulu

Bandar Lampg

Metro

Tanjung Pandan

Pangkal Pinang

Batam

Tanjung Pinang

Jakarta

Bogor

Sukabumi

Bandung

Cirebon

Bekasi

Depok

Tasikmalaya

Cilacap

Purwokerto

KudusSurakarta

SemarangTegal

YogyakartaJemberBanyuwangiSumenep

KediriMalangProbolinggoMadiun

SurabayaSerang

TangerangCilegon

Singaraja

Denpasar

Mataram

Bima

Maumere

Kupang

Pontianak

Singkawang

Sampit

Palangkaraya

Tabalong

Banjarmasin

Balikpapan

Samarinda

Tarakan

Manado

Palu

Bulukumba

Watampone

Makassar

Parepare

Palopo

Kendari

Bau-Bau

Gorontalo

MamujuAmbon

TualTernateManokwari

SorongMeraukeJayapura

Oktober November Desember

Sorong

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali

136 Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

136

Lampiran 1: Inflasi Domestik (lanjutan)

Gambar 49. Inflasi MtM 82 Kabupaten/ Kota Oktober - Desember 2015

-2,00%

-1,00%

0,00%

1,00%

2,00%

3,00%

MeulabohBanda AcehLhokseumaweSibolga

Pematang SiantarMedan

Padang SidempuanPadang

Bukittinggi

Tembilahan

Pekanbaru

Dumai

Bungo

Jambi

Palembang

Lubuk Linggau

Bengkulu

Bandar Lampg

Metro

Tanjung Pandan

Pangkal Pinang

Batam

Tanjung Pinang

Jakarta

Bogor

Sukabumi

Bandung

Cirebon

Bekasi

Depok

Tasikmalaya

Cilacap

Purwokerto

Kudus

SurakartaSemarang

TegalYogyakarta

JemberBanyuwangiSumenepKediri

MalangProbolinggoMadiunSurabaya

SerangTangerang

Cilegon

Singaraja

Denpasar

Mataram

Bima

Maumere

Kupang

Pontianak

Singkawang

Sampit

Palangkaraya

Tabalong

Banjarmasin

Balikpapan

Samarinda

Tarakan

Manado

Palu

Bulukumba

Watampone

Makassar

Parepare

Palopo

Kendari

Bau-Bau

Gorontalo

Mamuju

AmbonTual

TernateManokwari

SorongMeraukeJayapura

Oktober November Desember

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah kembali

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015 137

Lampiran 2: Nilai Tukar Mata Uang

Tabel 64. Nilai Tukar Mata Uang per USD

Negara Oktober 2015 November 2015 Desember 2015

Rata-rata Triwulanan

QtQ (%) PAB

MTM (%)

YTD (%)

YOY (%)

PAB MTM (%)

YTD (%)

YOY (%)

PAB MTM

(%) YTD (%)

YOY (%)

Indonesia 13684 -6,6 10,5 13,2 13847 1,2 11,8 13,4 13788 -0,4 11,3 11,3 13773 -5,9

Turki 2,92 -3,7 25,0 31,1 2,9138 0,0 25,0 31,2 2,9172 0,1 25,1 24,9 2,915 -3,6

Afrika Selatan 13,82 -0,2 19,7 25,2 14,448 4,5 25,1 30,6 15,4685 7,1 33,9 33,7 14,580 11,6

BRIC

Brazil 3,86 -2,3 45,1 55,6 3,8674 0,3 45,5 50,8 3,9608 2,4 49,0 49,0 3,895 0,3

Rusia 63,95 -2,2 10,6 48,7 66,4192 3,9 14,9 34,3 72,5209 9,2 25,5 19,4 67,632 11,0

India 65,27 -0,5 3,0 6,4 66,6675 2,1 5,2 7,5 66,1537 -0,8 4,4 4,9 66,029 0,9

Tiongkok 6,32 -0,6 1,8 3,3 6,3984 1,3 3,1 4,1 6,4937 1,5 4,6 4,6 6,403 2,2

ASEAN-6

Singapura 1,40 -1,5 5,9 9,0 1,4109 0,7 6,6 8,2 1,4185 0,5 7,2 7,0 1,410 -0,3

Malaysia 4,30 -2,1 23,0 30,8 4,26 -1,0 21,8 25,9 4,2943 0,8 22,8 22,8 4,285 -2,3

Thailand 35,62 -2,1 8,1 9,3 35,811 0,5 8,7 9,0 36,03 0,6 9,3 9,5 35,821 -0,9

Filipina 46,85 0,3 4,8 4,4 47,211 0,8 5,6 5,1 46,905 -0,6 4,9 4,9 46,989 0,4

Myanmar 1279 -0,6 24,1 27,4 1301,5 1,8 26,2 26,2 1310 0,7 27,1 26,9 1297 1,8

Negara Maju

Kawasan Euro 0,91 1,6 10,0 13,8 0,9466 4,2 14,6 17,8 0,921 -2,7 11,5 11,4 0,925 2,9

Inggris 0,65 -2,0 1,0 3,7 0,6642 2,5 3,5 4,0 0,6786 2,2 5,8 5,7 0,664 2,7

Jepang 120,62 0,6 0,7 7,4 123,11 2,1 2,8 3,8 120,22 -2,3 0,4 0,4 121,317 0,3

Korea Selatan 1140,54 -3,8 4,3 6,7 1157,9 1,5 5,8 4,5 1175,06 1,5 7,4 7,7 1158 -0,9

Sumber: Bloomberg, posisi akhir bulan

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015 138

Lampiran 3: Indeks Saham Global

Tabel 65. Indeks Saham Global

Negara Oktober 2015 November 2015 Desember 2015

Rata-rata Triwulanan

QtQ (%) PAB

MTM (%)

YTD (%)

YOY (%)

PAB MTM

(%) YTD (%)

YOY (%)

PAB MTM (%)

YTD (%)

YOY (%)

Indonesia (IHSG) 4455,2 5,5 -14,8 -12,5 4446,5 -0,2 -14,9 -13,7 4593,0 3,3 -12,1 -12,1 4498,2 8,7

BRIC

Brazil (IBOV) 45631,0 1,8 -9,4 -14,9 45627,0 0,0 -9,4 -16,9 43348,0 -5,0 -13,9 -13,9 44868,7 -3,3

Russia (RTSI) 845,5 7,1 6,9 -22,5 847,1 0,2 7,1 -13,1 757,0 -10,6 -4,3 -4,3 816,6 -4,1

India (BSE) 26656,8 1,9 -3,1 -4,3 26145,7 -1,9 -5,0 -8,9 26117,5 -0,1 -5,1 -5,0 26306,7 -0,1

Tiongkok (SSEA) 3382,6 10,8 4,6 39,8 3445,4 1,9 6,5 28,4 3539,2 2,7 9,4 9,4 3455,7 15,9

ASEAN-4

Singapura (STI) 2998,4 7,4 -10,9 -8,4 2855,9 -4,7 -15,1 -14,8 2882,7 0,9 -14,3 -14,3 2912,3 3,3

Malaysia (KLCI) 1665,7 2,8 -5,4 -10,2 1672,2 0,4 -5,1 -8,2 1692,5 1,2 -3,9 -3,9 1676,8 4,4

Thailand (SETI) 1394,9 3,4 -6,9 -11,9 1359,7 -2,5 -9,2 -14,7 1288,0 -5,3 -14,0 -14,0 1347,6 -4,5

Negara Maju

Amerika Serikat (DJIA)

17663,5 8,5 -0,9 1,6 17719,9 0,3 -0,6 -0,6 17425,0 -1,7 -2,2 -2,2 17602,8 7,0

Amerika Serikat (S&P 500)

2079,4 8,3 1,0 3,0 2080,4 0,1 1,0 0,6 2043,9 -1,8 -0,7 -0,7 2067,9 6,5

Kawasan Euro (STOXX-50)

3418,2 10,2 8,6 9,8 3506,5 2,6 11,4 7,9 3267,5 -6,8 3,8 3,8 3397,4 5,4

Jepang (N225) 19083,1 9,7 9,4 16,3 19747,5 3,5 13,2 13,1 19033,7 -3,6 9,1 9,1 19288,1 9,5

Hong Kong (Hang Seng)

22640,0 8,6 -4,1 -5,7 21996,4 -2,8 -6,8 -8,3 21914,4 -0,4 -7,2 -7,2 22183,6 5,1

Sumber: Bloomberg (diolah kembali), posisi akhir bulan

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015 139

Lampiran 4: Indeks Harga Komoditas Internasional

Tabel 66. Indeks Harga Komoditas Internasional

Komoditas

Oktober 2015 November 2015 Desember 2015 Rata-rata

Triwulan

QtQ (%) PAB

MTM (%)

YTD (%)

YOY (%)

PAB MTM

(%) YTD (%)

YOY (%)

PAB MTM (%)

YTD (%)

YOY (%)

Beras 80,7 -12,0 1,0 -3,3 82,7 2,5 3,6 -3,5 80,3 -2,9 0,7 0,7 81,2 -12,4

Gula 59,2 19,3 0,0 -9,5 60,9 2,8 2,8 -4,2 62,2 2,1 5,0 5,0 60,8 25,2

Gandum 79,5 1,8 -11,5 -2,0 70,0 -11,9 -22,0 -20,3 71,5 2,2 -20,3 -20,3 73,7 -8,3

Kacang Kedelai 72,5 -0,9 -13,3 -15,6 72,3 -0,3 -13,6 -13,3 71,5 -1,1 -14,5 -14,5 72,1 -2,3

Jagung 64,6 -1,4 -3,7 -1,8 62,9 -2,6 -6,2 -4,2 60,6 -3,6 -9,6 -9,6 62,7 -7,5 Minyak Mentah (Brent Oil)

44,2 2,5 -13,6 -42,3 39,8 -10,0 -22,2 -36,4 33,2 -16,4 -35,0 -35,0 39,1 -22,9

Gas Alam 50,2 -8,0 -19,9 -40,2 48,3 -3,7 -22,8 -44,5 50,5 4,6 -19,3 -19,3 49,7 -7,4

Emas 69,5 2,3 -3,6 -2,6 64,9 -6,7 -10,0 -9,4 64,6 -0,5 -10,5 -10,5 66,3 -4,9

Tembaga 66,8 -1,0 -18,0 -23,7 59,1 -11,6 -27,5 -28,0 61,6 4,2 -24,4 -24,4 62,5 -8,8

Perak 52,9 -21,7 -0,2 96,3 47,8 -9,5 -9,7 -9,4 61,6 28,6 16,2 16,2 54,1 -8,8

3 Januari 2012=100 Sumber: Bloomberg (diolah kembali), posisi akhir bulan

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015 140

Lampiran 5: Harga Bahan Pokok Nasional

Tabel 67. Harga Bahan Pokok Nasional

Komoditas

Oktober 2015 November 2015 Desember 2015 Rata-rata

Triwulan PAB MTM

(%) YTD (%)

YOY (%)

PAB MTM

(%) YTD (%)

YOY (%)

PAB MTM

(%) YTD (%)

YOY (%)

Minyak Goreng Curah 10.630 -1,4 -5,9 -6,0 10.450 -1,7 -7,5 -7,6 10.380 -0,7 -8,1 -8,3 10.487

Daging Sapi 107.680 -0,7 6,4 7,8 109.490 1,7 8,2 9,4 110.520 0,9 9,2 9,0 109.230

Daging Ayam Broiler 29.020 -1,2 -2,2 9,0 31.120 7,2 4,9 15,5 33.930 9,0 14,4 16,2 31.357

Telur Ayam Ras 59.805 -4,7 -3,0 -0,8 60.066 0,4 -2,6 0,2 62.759 4,5 1,8 3,3 60.877

Tepung Terigu 21.810 -2,1 -0,7 10,6 22.860 4,8 4,1 14,4 25.950 13,5 18,1 22,0 23.540

Kedelai Impor 40.976 -1,5 -2,5 -0,8 41.161 0,5 -2,0 -19,3 41.585 1,0 -1,0 0,8 41.241

Kedelai lokal 8.960 -0,1 1,3 1,6 8.990 0,3 1,6 1,8 9.060 0,8 2,4 2,7 9.003

Beras Medium 11.070 0,4 -2,4 -0,6 10.990 -0,7 -3,1 -2,6 10.970 -0,2 -3,2 -3,2 11.010

Gula Pasir 10.860 0,2 -1,5 0,9 11.000 1,3 -0,2 0,7 11.170 1,5 1,3 1,6 11.010

Cabe Merah Keriting 10.410 0,6 9,6 16,2 10.600 1,8 11,6 15,4 10.730 1,2 13,0 14,2 10.580

Cabe Merah Biasa 12.780 0,9 14,5 15,1 12.780 0,0 14,5 13,9 12.960 1,4 16,1 15,8 12.840

Bawang Merah 10.291 0,5 0,8 2,5 10.242 -0,5 0,3 0,0 10.240 0,0 0,3 0,7 10.258

Sumber: Kementerian Perdagangan (diolah kembali), posisi akhir bulan

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015

Untuk memberikan hasil laporan terbaik, kami mengharapkan saran dan kritik

membangun dari pembaca.

Kritik dan saran harap dikirimkan ke alamat surat elektronik berikut

[email protected]

[email protected]

[email protected]

[email protected]

Perkembangan Perekonomian Indonesia dan Dunia Triwulan IV Tahun 2015