KATA PENGANTAR dan koordinasi antar kementerian/sektor dalam program pengendalian TB di tempat kerja...

27

Transcript of KATA PENGANTAR dan koordinasi antar kementerian/sektor dalam program pengendalian TB di tempat kerja...

Page 1: KATA PENGANTAR dan koordinasi antar kementerian/sektor dalam program pengendalian TB di tempat kerja ini telah berjalan secara harmonis dan sinergis. Kami harapkan pola ini dijadikan
Page 2: KATA PENGANTAR dan koordinasi antar kementerian/sektor dalam program pengendalian TB di tempat kerja ini telah berjalan secara harmonis dan sinergis. Kami harapkan pola ini dijadikan

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmatdan hidayah Nya sehingga Buku Panduan Pengendalian TB di Tempat Kerjadapat diselesaikan tepat waktu. Tempat kerja merupakan lingkungan yangtertutup dimana didalamnya berkumpul orang dalam jumlah banyak sedangmelakukan pekerjaan bersama sama secara sift /bergantian dalam waktu 8jam atau lebih setiap harinya. Kondisi ini merupakan lingkungan yang dapatmenyebarkan berbagai penyakit menular berbahaya termasuk penyakit TB.Pekerja yang sehat jasmani maupun rohani merupakan aset yang sangatberharga bagi perusahaan, karena dengan adanya pekerja yang sehat akanmeningkatkan produktifitas yang tinggi bagi perusahaan yang pada akhirnyaakan meningkatkan keuntungan dari perusahaan tersebut. Agartenaga kerjadi perusahaaan bisa sehat dan produktif perlu dilaksanakan pengendalian TByaitu dengan menemukan kasus untuk kemudian diobati sampai sembuh agartidak berperan sebagai sumber penularan TB di lingkungan perusahaan.

Dalam Pengendalian TB di Tempat Kerja, sejalan dengan perkembangantehnologi dan perkembangan program, maka perlu dilakukan penyempurnaanterhadap panduan yang ada. Dengan telah disempurnakanya sertaditerbitkannya Buku Panduan Pengendalian TB di Tempat Kerja, maka akandigunakan sebagai acuan bagi petugas kesehatan di seluruh fasililitas kesehatanindustry/perusahan dalam penerapan Pengendalian TB di Tempat Kerja. Kamimenyadari bahwa Buku Panduan yang telah disempurnakan ini masih jauhdari sempurna, oleh karena itu kepada semua pihak yang telah membacaBuku Panduan ini diharapkan saran- saran perbaikan.Akhirnya kami sampaikan terima kasih dan penghargaan kepada semua timpenyusun, narasumber dan pihak yang telah berkontribusi dalampenyempurnaan Buku Panduan Pengendalian TB dengan Strategi DOTS diTempat Kerja.

Direktur PPML

(Dr.Sigit Priohutomo, MPH)

i iii

KEM

EN

TE

RIA

NT

E

NAGA KERJA DA

NT

RA

NS

MIG

R

ASI

DIREKTUR JENDERALPEM

BIN

AA

NPENGA W A SAN KETENAGA

KE

RJA

AN

Plt. Direktur JenderalPembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan

Drs. A. Mudji Handaya, M.Si

ventilasi/sirkulasi udara,kelembaban dan Iain-Iain akan meningkatkan kasusinfeksi pada pekerja.

Mengacu pada Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 dan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaanmengambil kebijakan dan berkomitmen dalam Pengendalian TB di tempatkerja sebagai bagian dari program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)bekerja sama dengan pihak terkait lainnya. Komitmen dan kebijakan pemerintahini hams diiringi dengan komitmen dan partisipasi pengusaha dalam programpengendalian TB di tempat kerja. Keberhasilan program ini sangat dipengaruhioleh tingkat pelaksanaan program yang meliputi sosialisasi/edukasi, upayapencegahan, penjaringan/deteksi kasus, pengobatan yang teratur, pengawasanminum obat, rujukan kasus dan pembangunan jejaring ataukemitraan. Keberhasilan program ini ditujukan untuk mencapai eliminasi TBdi tempat kerja.

Dengan disusunnya Panduan Pengendalian TB di Tempat Kerja denganstrategi DOTS (Direct Observed Treatment Short Course) ini diharapkan dapatmempermudah dalam pelaksanaan program pencegahan dan penanggulanganTB di tempat kerja. Panduan ini menjadi acuan bagi manajemen, dokter,paramedis, ahli K3 di perusahaan, pengawas Ketenagakerjaan, serikatpekerja/serikat buruh maupun masyarakat pekerja. Secara umum denganpengendalian TB di tempat kerja dengan strategi DOTS ini diharapkan dapatmenurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit TB pada pekerja dankeluarganya sehingga dapat mencapai kehidupan yang lebih sehat, produktifdan sejahtera.

Kerjasama dan koordinasi antar kementerian/sektor dalam programpengendalian TB di tempat kerja ini telah berjalan secara harmonis dansinergis. Kami harapkan pola ini dijadikan model kerjasama dan koordinasiuntuk program-program lain yang berkaitan dengan perlindungan tenaga kerjapada umumnya dan program K3 khususnya. Dengan kerjasama dan koordinasiyang harmonis ini kami yakini akan menjadikan program berjalan sinergisdengan tingkat keberhasilan yang tinggi.

v

SAMBUTANDIREKTUR BINA KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA

Prevalensi penduduk Indonesia yang didiagnosis tuberkulosis paruoleh tenaga kesehatan tahun 2013 adalah 0.4 persen (Riskesdas,2013) dan36,7 persennya adalah pekerja. Prinsip dasar pengobatan TB di tempat kerjatidak berbeda dengan pengobatan TB pada umumnya, yaitu dengan penerapanstrategi DOTS. Namun demikian tatalaksana TB di tempat kerja mempunyaikarakteristik tersendiri dalam hal hubungan dengan pekerjaan dan lingkungankerja. Pekerjaan dan lingkungan kerja mempunyai hubungan timbal balikdengan TB. Faktor pekerjaan dan lingkungan kerja dapat juga menyebabkankejadian TB yang dikenal sebagai Penyakit TB Akibat Kerja, disamping penyakitlain sebagai komorbid antara lain sil ikosis/ sil ikotuberkulosis.

Adanya hubungan timbal balik antara pekerjaan dengan kejadian TBmemerlukan pendekatan tambahan dalam tatalaksana. Tambahan tatalaksanadimaksud adalah untuk menetapkan diagnosis TB akibat kerja, penetapankelaikan kerja dan kembali bekerja setelah mengalami TB. Lingkungan kerjasebagai penyebab atau pemberat TB dan komorbidnya memerlukan perhatiantersendiri untuk pengendaliannya. Untuk itu diperlukan pedoman agartatalaksana TB di tempat kerja dapat dilakukan oleh semua pihak terkaitsecara berkualitas.

Panduan Pengendalian TB di Tempat Kerja disusun sebagai referensibagi petugas kesehatan dalam pengendalian TB di tempat kerja. Diharapkandengan terbitnya buku ini pengendalian TB di Indonesia dapat lebih efektifdalam mencapai target yang telah ditetapkan.

Direktur Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga

dr. Muchtaruddin Mansyur,MS,SpOk,PhD

vii

DAFTAR SINGKATAN

APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja DaerahAPBN : Anggaran Pendapatan Belanja NegaraApindo : Asosiasi Pengusaha IndinesiaASI : Air Susu IbuBB : Berat BadanBBKPM : Balai Besar Kesehatan Paru MasyarakatBKPM : Balai Kesehatan Paru MasyarakatBPJS : Badan Penyelenggara Jaminan SosialBTA : Basil Tahan AsamCSR : Corporate Social ResponsibilityDM : Diabetes MellitusDOTS : Direct Observed Treatment Short CourseDPM : Dokter Praktik MandiriFKRTL : Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat LanjutanFKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat PertamaGerdunas TB : Gerakan Terpadu Nasional TBHERS : Isoniacid, Ethambutol, Rifampisin, StreptomysinHIV : Human Immune VirusHR : Human ResourceHRD : Human Resource DevelopmentHRE : Isoniacid, , Rifampisin, EthambutolHRZE : Isoniacid, , Rifampisin, Pyrasinamide, EthambutolIRIS : Immune Response Inflammatory SyndromeISTC : International Standard for Tuberculosis CareJKN : Jaminan Kesehatan NasionalKB : Keluarga BerencanaKDT : Kemasan Dosis TetapMCU : Medical Check UpMDGs : Millenium Development GoalsMDR : Multi Drug ResistanceMT : Micobacterium TuberculosisMTBS : Managemen Terpadu Balita SakitMTDS : Managemen Terpadu Dewasa SakitMTPTRO : Managemen Terpadu Pengendalian TB ResistanOAT : Obat Anti TuberkulosisOR : Operational ResearchP2NK3 : Program Pengawasan Norma KeselamatanPAK : Penyakit Akibat Kerja

Page 3: KATA PENGANTAR dan koordinasi antar kementerian/sektor dalam program pengendalian TB di tempat kerja ini telah berjalan secara harmonis dan sinergis. Kami harapkan pola ini dijadikan

ii

SAMBUTANDIREKTUR JENDERAL PEMBINAAN PENGAWASAN

KETENAGAKERJAAN KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN R.I

Tenaga kerja merupakan aset atau modal dari unsur SDM (humancapital) yang sangat vital bagi kelancaran proses produksi dan berjalannyasuatu organisasi atau perusahaan sekaligus merupakan aktor penting dalampembangunan nasional. Untuk itu, maka tenaga kerja harus senantiasaditingkatkan kualitas kesehatan danpoduktivitasnya sehingga dapat mendukung kemajuan dan daya saingperusahaan tempatnya bekerja dan meningkatkan daya saing di pasar global.

Tenaga kerja di tempat kerja senantiasa berhadapan dengan berbagaipotensi bahaya (hazard), baik bahaya terhadap keselamatan kerja (safetyhazard) maupun bahaya terhadap kesehatan kerjanya (health hazard), sehinggaberisiko mengalami kecelakaan kerja (occupational accident) dan penyakitakibat kerja/PAK (occupational diseases). Di sisi lain, pekerja juga merupakanbagian dari masyarakat pada umumnya, sehingga risiko penyakit umum(general diseases) pada masyarakat juga merupakan risiko pada pekerjatermasuk penyakit infeksi yang masih menjadi masalah nasional di Indonesiaseperti ISPA, Hepatitis, TB, HIV, Malaria dan Iain-Iain.Sesuai amanat Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerjadan Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, makapengusaha atau pemberi kerja wajib melindungi tenaga kerja dari bahayakeselamatan dan kesehatan kerja maupun dari masalah kesehatan padaumumnya melalui program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). ProgramK3 ini wajib dilaksanakan di setiap tempat kerja sebagai upaya untuk mencegahdan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja maupun penyakit umum,baik fisik maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan. Selain itu, programK3 sebagai upaya untuk mewujudkan tempat, kondisi dan lingkungan kerjayang aman, sehat dan bebas dari kecelakaan dan penyakitakibat kerja (PAK) dan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan lainnya.

Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakatyang menjadi perhatian penting di dunia maupun di Indonesia dan sangatmempengaruhi dunia kerja, karena penyakit ini mudah menular, tersebar luasdi masyarakat, angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas)nyamasih tinggi, serta sebagian besar penderita TB adalah usia produktif. Di sisilain, lingkungan kerja yang tidak higienis, adanya pencemaran/polusi, kurang

iv

Direktur Jenderal PP dan PL

(Dr. H. M.Subuh, MPPM)

SAMBUTAN

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalahkesehatan masyarakat Indonesia. Data Report Nasional menunjukan bahwapada tahun 2014 di Indonesia diperkirakan prevalensi kasus TB 272/100.000penduduk, dengan angka insiden 183/100.000 penduduk, serta angka kematian64,000 (25/100,000 penduduk). Insiden kasus HIV diantara pasien TB sebesar5,8/100,000 penduduk. Jumlah kasus TB dengan resistance OAT, 912 pasienpada tahun 2013. Besar dan kompleks nya permasalahan TB di Indonesia,maka pengendalian TB hams dilakukan melalui kemitraan dengan berbagaisektor baik pemerintah, swasta maupun lembaga masyarakat. Hal ini sangatpenting untuk mendukung keberhasilan tujuan program dan menjaminkesinambungannya.

Sejak tahun 1995 telah diadopsi Strategi DOTS sebagai strategi penanggulanganTB di Indonesia yang dilaksanakan mulai dari puskesmas di beberapakabupaten; yang kemudian dikembangkan secara bertahap ke seluruhpuskemas, rumah sakit, lembaga pemasyarakatan / rumah tahanan, industry(tempat kerja) dan dokter praktek mandiri. Maksud pelibatan ini adalah agarmasyarakat mendapat pelayanan TB yang berkualitas dan standar di seluruhfasilitas kesehatan.

Untuk maksud tersebut Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan pihakterkait pada tahun 2008 telah menerbitkan Buku Panduan Penggulangan TBdi Tempat Kerja. Sejalan dengan perkembangan teknologi dan perkembanganprogram, maka panduan ini perlu dikembangkan dan di revisi. .Denganditerbitkannya Buku "Panduan Pengendalian TB di Tempat Kerja" yang baru,dapat menjadi pegangan bagi pelaksana pelayanan kesehatan khususnya ditempat kerja, industri-industri atau perusahan-perusahan milik pemerintah.maupun swasta

Menyadari masih adanya kekurangan dalam penyusunan revisi buku ini, kamiharapkan masukan dan saran untuk perbaikan pada edisi berikutnya.

vi

TIM PENYUSUN

PengarahMohammad Subuh : Dirjen PP &PL KemenkesMudji Handaya : PLT. Dirjen Pembinaan Pengawasan

KetenagakerjaanSigit Priohutomo : Direktur P2ML

Penanggung Jawab : Christina Widaningrum

Editor Cetakan 2015 : Guntur Argana (Dit. Kesja dan Olah Raga,KemenKes)Sudi Astono (Dit Norma K3, KemenNaker)Christina Widaningrum (Subdit TB)Vanda Siagian (Subdit TB)

KontributorAstuti : Dit. Bina Kesja dan Olah Raga, Kementerian

KesehatanAtjep Abdulkodir : Fasilitator TB NasionalBambang Setia : BNP2TKIBenyamin Sihombing : WHO IndonesiaBudiyanto : BNP2TKIDewi Utami : Dit Norma K3, Kementerian KetenagakerjaanEka Sulistiany : Subdit TB Dit P2ML Kementerian KesehatanImam Achmadi : Subdit TB Dit P2ML Kementerian KesehatanInne N : Dit. Bina Kesja dan Olah Raga, Kementerian

KesehatanMaria Regina : WHO IndonesiaMunziarti : Subdit TB Dit P2ML Kementerian KesehatanNandi Pinta : Subdit TB Dit P2ML Kementerian KesehatanNova Novianti : BNP2TKINovayanti Tangirerung : Subdit TB Dit P2ML Kementerian KesehatanS. T. Patty : Subdit TB Dit P2ML Kementerian KesehatanSafira Chahyandari : Dit. Bina Kesja dan Olah Raga, Kementerian

KesehatanSiti Kunarisasi : Subdit TB Dit P2ML Kementerian KesehatanSuwandi : Subdit TB Dit P2ML Kementerian KesehatanSuyoto : BNP2TKIWidodo : Master Trainer TBYusuf Said : Subdit TB Dit P2ML Kementerian Kesehatan

viii

PAL : Practical Approach to Lung Health Pemerintah dan swasta)

PHK : Pemutusan Hubungan KerjaPMO : Pengawas Menelan ObatPNPK : Pedoman Nasional Pelayanan KedokteranPPI : Pencegahan dan Pengendalian InfeksiPPM : Public Private Mix (Pelayanan TB Terpadu)QA : Quality AssuranceRR : Rifampisin ResistantRSP : Rumah Sakit ParuRSUD : Rumah Sakit Umum DaerahSDM : Sumber Daya ManusiaSOP : Standard Procedure OperationalSPS : Sewaktu Pagi SewaktuTB MDR : TB Multi Drug ResistantTB MR : TB Mono ResistanTB RR : TB Poly ResistanTB XDR : Extensive Drug ResistantTB : TuberkulosisTemPO : Temukan pasien secepatnya, dan Obati UPK : Unit Pelaksana KesehatanWHO : World Health OrganizationZN : Ziehl Neelsen

Page 4: KATA PENGANTAR dan koordinasi antar kementerian/sektor dalam program pengendalian TB di tempat kerja ini telah berjalan secara harmonis dan sinergis. Kami harapkan pola ini dijadikan

ix

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................. .................................................................... iSambutan Direktur Jenderal Pembinaan PengawasanKetenagakerjaan.................................................................................. iiSambutan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit DanPenyehatan Lingkungan ........................................................................ ivSambutan Direktur Kesehatan Kerja Dan Olah Raga ........................... vTim Penyusun..................... ................................................................... viDaftar Singkatan................... ................................................................. viiDaftar Isi................................................................................................. ix

BAB I : PENDAHULUANA. Latar Belakang ................................................................ 1B. Dasar Hukum................................................................... 2C. Tujuan.............................................................................. 3

1. Tujuan Umum........................................................... 32. Tujuan Khusus.......................................................... 3

D. Sasaran ........................................................................... 3E. Ruang Lingkup ................................................................ 4F. Pengertian ....................................................................... 4

BAB II : PROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI INDONESIAA. Kebijakan Nasional.......................................................... 7B. Visi dan Misi .................................................................... 8C. Tujuan.............................................................................. 9D. Kegiatan .......................................................................... 9

BAB III: PENERAPAN PENGENDALIAN TB DI TEMPAT KERJA.A. Kebijakan dan Strategi Pengendalian TB di Tempat

Kerja ................................................................................ 10B. Komitmen Pimpinan Perusahan /Tempat Kerja .............. 10C. Startegi DOTS di Tempat Kerja....................................... 11D. Dukungan sumber Daya.................................................. 12E. Jejaring TB ...................................................................... 14

1

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangBerdasarkan data Report Nasional menunjukan bahwa pada tahun 2014di Indonesia di perkirakan prevalensi kasus TB 272/100.000 penduduk.Angka insiden 460.000 (183/100.000 penduduk) serta angka kematian64.000 (25/100.000 penduduk). Hal ini menunjukkan bahwa TB masihmerupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia, dan di Indonesia,sehingga membutuhkan perhatian khusus dari semua pihak.Komitmen Nasional Pemerintah Indonesia menetapkan pengendalianTB sebagai prioritas kesehatan nasional yang didukung dengan komitmenglobal, yaitu Millenium Development Goals (MDGs). PengembanganProgram pengendalian TB dengan strategi “Directly Observed TreatmentShort-Course” (DOTS) di Indonesia sudah dilaksanakan sejak tahun1995, dengan melibatkan seluruh fasilitas kesehatan seperti Puskesmas,Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM), rumah sakit pemerintah danswasta, poliklinik lapas, klinik perusahaan, dokter praktik mandiri dsb.Tempat kerja merupakan lingkungan dengan populasi yang terkonsentrasipada tempat dan waktu yang sama, sehingga merupakan salah satulingkungan potensial dalam penularan TB. Dengan demikian maka kondisilingkungan kerja dan tingkat penerapan Keselamatan dan KesehatanKerja (K3) di tempat kerja sangat mempengaruhi penularan TB diantarapara pekerja. Pencegahan dan pengendalian TB di tempat kerja dapatdiintegrasikan dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerjakhususnya dan pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) pada umumnya.Saat ini pelayanan kesehatan di tempat kerja sebagian besar belummenerapkan strategi DOTS. Oleh karena itu diperlukan “PanduanPengendalian TB di Tempat Kerja dengan Strategi DOTS” sebagaiacuan agar pelaksanaan Program TB di tempat kerja sesuai standar.

5

6. TB Resistan Obat adalah keadaan di mana kuman M. tuberculosissudah tidak dapat lagi dibunuh dengan obat anti TB (OAT);

7. Multi Drug Resistant yang selanjutnya disingkat MDR adalah resistanterhadap isoniazid dan rifampisin, dengan atau tanpa OAT linipertama yang lain, misalnya resistan HR, HRE, HRES;

8. Rifampicin Resistant (RR) adalah resisten terhadap Rifampisindengan atau tanpa resistensi terhadap OAT lain yan terdeteksimenggunakan metode genotif (tes cepat) atau metode fenotif(konvensional);

9. Pengawas Menelan Obat yang selanjutnya disingkat PMO adalahorang yang bertugas memastikan pasien TB menelan obat antituberkulosis sesuai instruksi petugas kesehatan sampai selesaipengobatan;

10. Tempat Kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atauterbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atausering dimasuki kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimanaterdapat sumber-sumber bahaya termasuk didalamnya semuaruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakanbagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.

11. Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3adalahsegala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatandan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaankerja dan penyakit akibat kerja.

12. Pengusaha/ pemberi kerja adalaha. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang

menjalankan suatu perusahaan milik sendiri;b. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang

secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya;c. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang

berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana yangdimaksud dalam huruf a dan b yang berkedudukan di luarwilayah Indonesia.

13. Pelayanan Kesehatan Kerja unit kesehatan di tempat kerja yangmenjalankan program peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit

3

15. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 364/Menkes/SK/V/2009tentang Pedoman Pengendal ian Tuberkulos is (TB);

16. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 9 Tahun 2014 tentang Klinik;17. S u r a t K e p u t u s a n M e n t e r i K e s e h a t a n R I

Nomor1278/Menkes/SK/2009tentang Kolaborasi TB-HIV;18. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 270/Menke/SK/III/2007

tentang Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksidi RS dan Fasyankes lainnya;

19. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 382/Menke/SK/III/2007tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RS danFasyankes lainnya;

20. Keputusan Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan No 22Tahun 2008 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan PelayananKesehatan Kerja.

C. Tujuan

1. Tujuan UmumPanduan ini merupakan acuan pengendalian TB denganstrategi DOTS di tempat kerja.

2. Tujuan Khususa. Panduan bagi Manajemen Perusahaan dalam Pengendalian

TB di tempat kerja.b. Panduan petugas dalam pelaksanaan Program TB di tempat

kerja.c. Panduan petugas TB di tempat kerja dalam penatalaksanaan

kasus TB.

D. SasaranSasaran panduan ini ditujukan kepada:1. Pengelola klinik tempat kerja/pelayanan kesehatan kerja;2. Manajemen perusahaan/instansi pemerintah;3. Serikat Pekerja;4. Asosiasi Pengusaha;5. Puskesmas;

Page 5: KATA PENGANTAR dan koordinasi antar kementerian/sektor dalam program pengendalian TB di tempat kerja ini telah berjalan secara harmonis dan sinergis. Kami harapkan pola ini dijadikan

x

BAB IV : TATALAKSANA DAN PENGENDALIAN TUBERKULOSISDI TEMPAT KERJAA. Tatalaksana ..................................................................... 18B. Diagnosis Tuberkulosis ................................................... 20C. Pengobatan Pasien TB.................................................... 22D. Pengendalian TB di Tempat Kerja.................................. 23E. Penentuan Status Laik Kerja (Fit to Work) ...................... 25F. Program Kembali Kerja (Return to Work)........................ 27

BAB V: PEMANTAUAN DAN EVALUASI ............................................ 28

BAB V I: PENUTUP .............................................................................. 29

BAB VII : DAFTAR PUSTAKA ............................................................. 30

Lampiran 1:TATALAKSANA PASIEN TUBERKULOSIS di TEMPAT KERJA

A. Penemuan Pasien Tuberkulosis...................................... 31B. Diagnosis Tuberkulosis ................................................... 35C. Pengobatan Pasien TB.................................................... 41

Lampiran 2:TATA CARA PEMANTAUAN DAN EVALUASI

A. Pencatatan ...................................................................... 62B. Pelaporan ........................................................................ 62

Lampiran 3:Formulir TBTB06, TB05, TB04, TB01, TB02, TB03, TB09, TB10, TB11, TB13....... 68

2

B. Dasar Hukum1. Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan

Kerja(Lembaran Negara RI Tahun 1970 Nomor 1, TambahanLembaran Negara RI Nomor 2918);

2. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah PenyakitMenular (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 20, tambahanLembar Negara Nomor 3273);

3. U n d a n g - u n d a n g N o m o r 1 3 t a h u n 2 0 0 3 t e n t a n gKetenagakerjaan(Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 39,Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4279);

4. Undang-undang nomor 29/2004 tentang Praktik Kedokteran (lembaranNegara RI Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran NegaraNomor 4431)

5. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (LembaranNegara Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5063);

6. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem JaminanSosial Nasional;

7. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan PenyelenggaraJaminan Sosial (Lembaran Negara RI Tahun 2011, TambahanLembaran Negara Republ ik Indonesia Nomor 5256);

8. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit yangTimbul Akibat Hubungan Kerja;

9. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem KesehatanNasional (Lembaran Negara RI Tahun 2012 Nomor 193);

10. Peraturan Presiden RI Nomor 12 Tahun 2013 tentang JaminanKesehatan Nasional (Lembaran Negara RI Tahun 2013 Nomor 29);

11. Permenakertrans No. 02 Tahun 1980 tentang Pemeriksaan KesehatanTenaga Kerja;

12. Permenakertrans No. 03 tahun 1982 tentang Pelayanan KesehatanKerja;

13. Peraturan Menteri Kesehatan RI. Nomor 71 tahun 2013 tentangpelayanan kesehatan pada jaminan kesehatan nasional;

14. PeraturanMenteri Kesehatan RI Nomor 13/2013/tentang PedomanManajemen Terpadu Pengendalian TB Resisten Obat;

6

termasuk pengendalian faktor risiko, penanganan/pengobatanpenyaki t dan pemul ihan ( rehabi l i tas i )pada peker ja .

14. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi TB (PPI TB) adalah upayamencegah terjadinya infeksi TB terhadap petugas pelayan kesehatan,pasien, keluarganya dan pengunjung lainnya.

15. International Standards for Tuberkulosis Care yang selanjutnyadisingkat ISTCadalah standar internasional sebagai acuan dalam penangananTuberkulosis.

16. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) Tatalaksana TBadalah standar nasional sebagai acuan bagi dokter yang menanganiTB, pembuat keputusan klinis, institusi pendidikan dan kelompokprofesi terkait untuk menyusun panduan praktis klinis/standar proseduroperasional berdasarkan bukti ilmiah dalam penanganan TB diFasilitas Kesehatan.

17. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang selanjutnya disingkatFKTP adalah pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat nonspesialistik (primer) meliputi pelayanan rawat jalan dan rawat inap;

18. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan yang selanjutnyadisingkat FKRTL adalah upaya pelayanan kesehatan peroranganyang bersifat spesialistik atau sub spesialistik yang meliputi rawatjalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan, dan rawat inap diruang perawatan khusus.

4

6. Dinas Tenaga Kerja;7. Dinas Kesehatan;8. Sektor/ pihak terkait.

E. Ruang LingkupRuang lingkup panduan ini meliputi aspek yang terkait dalam pengendalianTB di tempat kerja dengan strategi DOTS sesuai tata urut sebagai berikut:BAB I : PendahuluanBAB II : Program Pengendalian TB di IndonesiaBAB III : Penerapan Pengendalian TB di Tempat KerjaBAB IV : Tatalaksana dan Pengendalian Tuberkulosis di TempatKerjaBAB V : Pemantauan dan EvaluasiBAB VI : PenutupBAB VII : Daftar PustakaLampiran 1 : Tatalaksana Pasien TuberkulosisLampiran 2 : Tatacara Pemantauan dan EvaluasiLampiran 3 : Formulir - Formulir TB

F. Pengertian1. Tuberkulosis yang selanjutnya disingkat TB adalah penyakit menular

langsung yang disebabkan oleh kuman TB (MycobacteriumTuberculosis);

2. Basil Tahan Asam yang selanjutnya disingkat BTA adalah kumanMikobakterium tuberkulosis, berbentuk batang dan tahan dalamsuasana asam pada pengecatan metode Ziehl Neelsen (ZN);

3. Program Pengendalian TB Nasional adalah pengendalian tuberkulosisdengan strategi DOTS yang mengikutsertakan seluruh faskes untukberperan aktif;

4. Directly Observed Treatment Shotcourse yang selanjutnya disingkatDOTS adalah strategi pengendalian tuberkulosisyang diawasilangsung oleh pengawas menelan obat yang sudah mendapatpengarahan oleh petugas TB;

5. Obat Anti TB yang selanjutnya disingkat OAT adalah obat yangdipergunakan untuk pengobatan TB;

Page 6: KATA PENGANTAR dan koordinasi antar kementerian/sektor dalam program pengendalian TB di tempat kerja ini telah berjalan secara harmonis dan sinergis. Kami harapkan pola ini dijadikan

7

BAB IIPROGRAM PENGENDALIAN TUBERKULOSIS DI INDONESIA

A. Kebijakan NasionalUntuk mencapai tujuan program pengendalian TB di Indonesia ditetapkankebijakan operasional sebagai berikut:1. Pengendalian TB di Indonesia dilaksanakan sesuai dengan azas

desentralisasi dalam kerangka otonomi dengan propinsi dankabupaten/kota sebagai titik berat manajemen program, yang meliputi:perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta menjaminketersediaan sumber daya (dana, tenaga, sarana dan prasarana);

2. Program Pengendalian TB dilaksanakan sesuai dengan Strategi TBDOTS (Directly Observed Treatment Short-Course) yang meliputikomponen sebagai berikut:2.1. Komitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk

dukungan dana.2.2. Diagnosis TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopik.2.3. Pengobatan dengan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka

pendek dengan pengawasan langsung oleh Pengawas MenelanObat (PMO).

2.4. Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dengan mututerjamin.

2.5. Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkanpemantauan dan evaluasi program pengendalian TB.

3. Penguatan kebijakan ditujukan untuk meningkatkan komitmen daerahterhadap program pengendalian TB;

4. Penguatan pengendalian TB dan pengembangannya ditujukanterhadap peningkatan mutu pelayanan, kemudahan akses untukpenemuan dan pengobatan sehingga mampu memutuskan rantaipenularan dan mencegah terjadinya TB resistan obat;

5. Penemuan dan pengobatan dalam rangka pengendalian TBdilaksanakan oleh seluruh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama(FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL),meliputi: Puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta, RumahSakit Paru (RSP), Balai Besar/Balai Kesehatan Paru Masyarakat(B/BKPM), Klinik Pengobatan serta Dokter Praktik Mandiri (DPM);

9

C. TujuanMenurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB dalam rangkapencapaian tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajatkesehatan masyarakat.

D. Kegiatan1. Tatalaksana TB

a. Promosi;b. Surveilans TB;c. Pengendalian faktor risiko;d. Penemuan kasus;e. Penanganan kasus; pemberian kekebalan (imunisasi); dan

pemberian obat pencegahan.2. ManajemenProgram TB

a. Perencanaan program pengendalian Tuberkulosisb. Pengembangan ketenagaan program pengendalian Tuberkulosisc. Pelaksanaan program pengendal ian Tuberkulosisd. Pengelolaanlogistik program pengendalian Tuberkulosise. Promosi program pengendalian Tuberkulosis.f. Monitoring dan evaluasi program pengendalian Tuberkulosis

3. Pengendalian TB secara Komprehensifa. Penguatan layanan Labora tor ium Tuberku los isb. Public-Private Mix (Pelayanan TB Terpadu Pemerintah dan

Swasta)c. Penguatan layanan Tuberkulosis pada kelompok rentan: pasien

Diabetes Melitus (DM), ibu hamil, dan gizi burukd. Kolaborasi TB-HIVe. TB Anakf. Pemberdayaan Masyarakat dan Pasien TBg. Pendekatan Praktis Kesehatan Paruh. Manajemen Terpadu Pengendalian TB Resistan Obat

(MTPTRO)i. Penelitian tuberkulosis.

11

• Meningkatkan peran serta pekerja dan masyarakat umum dalampencegahan, penemuan dini kasus dan pengawas menelan obatpada pekerja.

• Menjamin ketersediaan dan kesiapan fasilitas kesehatan di tempatkerja dan jaringannya dalam melayani pekerja yang terkena TBdengan menerapkan Strategi TB DOTS.

• Memfasilitasi sistem pengelolaan dan ketersediaan OAT yangberkesinambungan.

• Menjalankan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) di tempatkerja.

• Memfasilitasi sistem monitoring, pencatatan dan pelaporan sebagaibagian dar i kegiatan survei lans kesehatan peker ja.

C. Strategi DOTS di Tempat KerjaDalam pengendalian TB di tempat kerja mempunyai strategi yang samadengan pengendalian TB pada umumnya, dengan menggunakan strategiDOTS. Program DOTS di tempat kerja memerlukan kebijakan daripimpinan tempat kerja. Pimpinan membentuk tim DOTS sebagai pelaksanapengendalian TB di tempat kerja. Tim ini terdiri dari manajemen/HRD,dokter, perawat, ahli kesehatan kerja/K3 dan atau, pembimbing kesehatankerja, anggota P2K3 dan tenaga kesehatan lainnya. Tim DOTS dibentukuntuk memfasilitasi pengendalian TB di tempat kerja berdasarkan kebijakandari pimpinan tempat kerja. Tugas Tim TB DOTS di tempat kerja, meliputi:a. Menyusun perencanaan program TB DOTS di tempat kerja,b. Mengkoordinasikan program TB DOTS di tempat kerja,c. Menjaga mutu pelayanan dan kelangsungan program,d. Memonitor dan evaluasi program TB DOTS,e. Mengintegrasikan program TB DOTS dengan manajemen risiko

kesehatan kerjaf. Membangun komunikasi dan jejaring dengan layanan TB DOTS

pada fasilitas kesehatan setempat.

Fasilitas kesehatan di tempat kerja yang sudah menerapkan Strategi TBDOTS :

13

hanya terbatas pada silikotuberkulosis diberlakukan jaminankecelakaan kerja oleh BPJS Ketenagakerjaan sesuai denganperaturan yang berlaku.

2. Sumber Daya ManusiaPengendalian TB dengan strategi TB DOTS melibatkan SDM yangterdiri dari manajemen/HRD, dokter, perawat, ahli kesehatan kerja/K3dan atau, pembimbing kesehatan kerja, anggota P2K3 dan tenagakesehatan lainnya. Untuk meningkatkan kemampuan danketerampilan diperlukan pelatihan dan bimbingan teknis bagi petugaskesehatan yang dilaksanakan melalui kerjasama antara kementeriankesehatan dan dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota denganKementerian Tenaga Kerja dan Dinas Tenaga Kerjaprovinsi/kabupaten/kota.

3. Sarana dan PrasaranaSarana dan prasarana yang diperlukan untuk Unit TB DOTS ditempat kerja antara lain:a. Ruangan untuk layanan TB, sebagai bagian dari unit pelayanan

kesehatan kerjab. Fasilitas laboratoriumc. Tempat pengumpulan dahak

4. Kebutuhan logistikKebutuhan logistik pengendalian TB di tempat kerja yang diperlukanantara lain:a. Buku pedoman nasional pengendalian TB, panduan terkait

program TB lainnya, pedoman untuk PMO, dan panduanpengendalian TB dengan strategi DOTS di tempat kerja

b. Format pencatatan TB (TB01, TB02, TB03 UPK, TB04, TB05,TB06, TB09, TB10, TB13 dan TB14)

c. OAT, regensia, kaca sediaan, kotak sediaan, mikroskop binokulerd. leaflet, brosur, dan poster.Kebutuhan logistik tersebut dapat diadakan oleh perusahaan/tempatkerja sesuai kemampuan atau dikoordinasikan dengan instansikesehatan pemerintah setempat.

Page 7: KATA PENGANTAR dan koordinasi antar kementerian/sektor dalam program pengendalian TB di tempat kerja ini telah berjalan secara harmonis dan sinergis. Kami harapkan pola ini dijadikan

8

6. Pengobatan untuk TB tanpa penyulit dilaksanakan di FKTP.Pengobatan TB dengan tingkat kesulitan yang tidak dapatditatalaksana di FKTP akan dilakukan di FKRTL dengan mekanismerujuk balik apabila faktor penyulit telah dapat ditangani;

7. Pengendalian TB dilaksanakan melalui penggalangan kerja samadan kemitraan diantara sektor pemerintah, non pemerintah, swastadan masyarakat dalam wujud Gerakan Terpadu NasionalPengendalian TB (Gerdunas TB);

8. Peningkatan kemampuan laboratorium diberbagai tingkat pelayananditujukan untuk peningkatan mutu dan akses layanan;

9. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk pengendalian TB diberikansecara cuma-cuma dan dikelola dengan manajemen logistk yangefektif demi menjamin ketersediaannya;

10. Ketersediaan tenaga yang kompeten dalam jumlah yang memadaiuntuk meningkatkan dan mempertahankan kinerja program;

11. Pengendalian TB lebih diprioritaskan kepada kelompok miskin dankelompok rentan lainnya terhadap TB;

12. Pasien TB tidak dijauhkan dari keluarga, masyarakat danpekerjaannya;

13. Memperhatikan komitmen terhadap pencapaian target strategi globalpengendalian TB.

B. Visi dan Misi1. Visi

“ Menuju masyarakat bebas masalah TB, sehat, mandiri danberkeadilan”

2. Misia. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta

dan masyarakat madani dalam pengendalian TB.b. Menjamin ketersediaan pelayanan TB yang paripurna, merata,

bermutu dan berkeadilan.c. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya

pengendalian TB.d. Menciptakan tata kelola program TB yang baik.

10

BAB IIIPenerapan Pengendalian TB di Tempat Kerja.

A. Kebijakan dan Strategi Pengendalian TB di Tempat Kerja1. Kebijakan Pengendalian TB di Tempat Kerja mengacu pada Kebijakan

Nasional Pengendalian TB;2. Pengendalian TB di tempat kerja diintegrasikan dengan K3

(Keselamatan & Kesehatan Kerja)3. Penyelenggaraan pengendalian TB (Tim TB DOTS) di tempat kerja

ditetapkan langsung oleh pimpinan tertinggi di tempat kerja dan ataupimpinan puskesmas wilayah tempat kerja untuk skala usaha kecildan rumah tangga;

4. Memberdayakan unit dan personil K3 di tempat kerja;5. Pengendalian TB di tempat kerja merupakan bagian dari kegiatan

surveilans nasional tuberculosis;6. Pengendalian TB di tempat kerja merupakan satu kesatuan

pengendalian TB di wilayah tempat kerja berada.

B. Komitmen Pimpinan Tempat KerjaUntuk membangun komitmen perlu dilakukan advokasi oleh Tim/Koordinasi,yang terdiri dari:• Dinas Ketenagakerjaan Provinsi dan atau Kabupaten/Kota• Dinas Kesehatan Provinsi dan atau Kabupaten/Kota• Puskesmas di wilayah tempat kerja berada• Lembaga Swadaya Masyarakat, praktisi, perguruan tinggi dll.• Perwakilan asosiasi pengusaha/APINDO• Perwakilan serikat pekerjaUntuk menjamin terselenggaranya pengendalian TB di tempat kerjasesuai standar diperlukan komitmen para pengambil keputusan untuk:• Menyediakan dan mengembangkan sumber daya di tempat kerja.• Memfasilitasi pembentukan Tim TB DOTS di tempat kerja yang

melibatkan manajemen/HRD, dokter, perawat, ahli kesehatan kerja/K3dan atau, pembimbing kesehatan kerja, anggota P2K3 dan tenagakesehatan lainnya.

12

a. Melakukan Penyuluhan terhadap tenaga kerja dan manajemententang pengendalian TB

b. Melaksanakan penemuan terduga TB, diagnosa, pengobatan danpengawasan langsung pengobatan (PMO).

c. Melakukan diagnosis TB akibat kerja dan atau Penyakit Akibat Kerjasebagai komorbid TB dan tidak hanya terbatas pada silikotuberkulosis.

d. Melakukan rujukan balik ke dan dari fasilitas kesehatan jaringansetempat bila diperlukan.

e. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan sesuai sistem bakusurveilans kesehatan.Tempat kerja yang belum memiliki fasilitas kesehatan atau memilikifasilitas kesehatan yang belum menerapkan Strategi TB DOTS,dapat bekerja sama dengan fasilitas kesehatan jejaring di luar tempatker ja yang sudah menerapkan Strategi TB DOTS.

D. Dukungan Sumber Daya1. Sumber dana

A. Sumber dana untuk pengendalian TB di tempat kerja dapatberasal dari :a. Kemandirian Perusahaan;b. Program Corporate Social Responsibility (CSR);c. APBD;d. APBN;e. Sponsor dari sumber lain yang tidak mengikat dan sesuai

dengan perundang-undangan yang ber laku;B. Jaminan kesehatan pekerja

a. BPJS KesehatanPekerja yang telah terdaftar sebagai peserta BPJSKesehatan akan mendapatkan jaminan pengobatan TBmelalui mekanisme pelayanan di fasilitas kesehatan yangtelah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan sesuai denganperaturan yang berlaku.

b. BPJS KetenagakerjaanPekerja yang terdiagnosis sebagai TB akibat kerja danatau Penyakit Akibat Kerja sebagai komorbid TB dan tidak

14

Dinas Kesehatan Dinas Ketenagakerjaan APINDO

FKRTL

Puskesmas

TIM DOTS TEMPAT KERJA(SEKTOR FORMAL DAN SEKTOR INFORMAL)• Manajemen/HRD• Dokter perusahaan• Perawat• Ahli kesehatan kerja/K3• Pembimbing kesehatan kerja• Anggota P2K3• Tenaga Kesehatan lainnya

FKTP/FKRTLdi tempat kerja

Keterangan :

Grs komando

Grs koordinasi

Grs rujukan pelayanan dan manajemen

Grs rujukan pelayanan

SP/SB

E. Jejaring TBKeterbatasan sarana prasarana fasilitas kesehatan di tempat kerja perludikembangkan jejaring kerja, baik internal maupun eksternal.Suatu sistem jejaring dapat dikatakan berfungsi secara baik apabilapenemuan pasien dan pengobatan berjalan dengan baik di tempat kerja.

Bagan Jejaring Pengendalian TB di tempat kerja dengan strategiDOTS

Page 8: KATA PENGANTAR dan koordinasi antar kementerian/sektor dalam program pengendalian TB di tempat kerja ini telah berjalan secara harmonis dan sinergis. Kami harapkan pola ini dijadikan

17

• Bersama dengan petugas Dinas Ketenagakerjaan/PengawasKetenagakerjaan melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi pengendalian TB di tempat kerja.di tempat kerja.

• Melaksanakan kegiatan TB DOTS9. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut/FKRTL (Rumah Sakit,

Balai Kesehatan Masyarakat (BKKM), Balai Pengobatan dll.)• Menerima rujukan spesimen dahak dan terduga TB dalam

menegakkan diagnosa TB dari Unit pelaksana pelayanan TBDOTS perusahaan.

• Menerima rujukan penetapan kasus TB akibat kerja• Menerima rujukan pasien TB untuk penanganan lebih lanjut.• Memberikan umpan balik kepada unit kesehatan di tempat

kerja/perusahaan yang memberikan rujukan.

15

Fungsi masing-masing unit:1. Dinas Kesehatan

• Bertanggung jawab terhadap manajemen pengendalian TB diwilayahnya termasuk di tempat kerja.

• Menjamin ketersediaan obat anti TB (OAT), reagensia, formulirpencatatan pelaporan dan sarana pendukung lainnya.

• Mengumpul, mengolah dan menganalisa data penderita TBdari tempat kerja/perusahaan dan memberikan umpan balik ketim DOTS tempat kerja/perusahaan atau melalui unit pelayanankesehatan kerja di perusahaan yang bersangkutan.

• Bersama dengan Dinas Tenaga Kerja, melakukan pembinaan,monitoring dan evaluasi pengendalian TB di tempat kerja.

2. Dinas Tenaga Kerja• Bertanggung jawab terhadap terlaksananya pengendalian TB

di tempat kerja.• Melaksanakan pembinaan dan pengawasan pengendalian TB

di tempat kerja sebagai bagian dari Keselamatan dan KesehatanKerja (K3) dengan dukungan teknis dari Puskesmas.

• Memberdayakan lembaga/unit K3 (P2K3) dan SDM K3 di tempatkerja/perusahaan dalam mendukung keberhasilan pengendalianTB di tempat kerja.

• Mengkoordinir peran asosiasi pengusaha dan serikatpekerja/buruh atau pihak terkait lainnya dalam pengendalianTB di tempat kerja.

• Memfasilitasi pengusaha dalam berkontribusi dalampengendalian TB di tempat kerja.

• Bersama dengan Dinas Kesehatan, melakukan pembinaan,monitoring dan evaluasi pengendalian TB di tempat kerja.

3. Pengelola tempat kerja/Perusahaan• Menyediakan sumber daya dan fasilitas pendukung.• Memberdayakan dan mengembangkan sumber daya kesehatan

yang ada di tempat kerja/perusahaan.• Memfasilitasi pembentukan Tim TB DOTS di tempat

kerja/perusahaanya.

19

Bagan 1: Alur Penemuan Kasus dan Tatalaksana Pekerja dengan TB

Pekerja:• Pemeriksaan kesehatan

awal/sebelum bekerja• Pemeriksaan berkala / MCU• Kunjungan ke

pelayanan kesehatankerja (klinik/RS)perusahaan

• Pelacakan kontak erat

Klinik perusahaan/ faskesperusahaan

Diluar perusahaan (bekerjasamadengan pihak ke-3)

Fisik

Laboratorium

Suspek TB Non Suspek TB

Pengobatan TB

Penetapan hubungan pekerjaan dan kelaikan kerja oleh Dokter

Keraguan diagnosis TB akibat kerja

dan laik kerja

Kembali bekerja

Laik kerja Rujukan:Diagnosis okupasi danRehabilitasi okupasidengan Program kembalikerja(return to work) - Medikal - Sosial

Laik kerja

Penyesuaian Kerja

Keterangan :Pelayanan Kesehatan bisa dilaksanakan di Klinik Perusahaan yang melaksanakan TB DOTS

21

dokter, perawat dan petugas kesehatan lainnya. Dalam menegakkandiagnosis PAK dilakukan dengan 7 (tujuh) langkah diagnosis PAKyang meliputi:1. Menentukan diagnosis klinis

Diagnosis tahap ini dipastikan sebagai Tuberculosis dan atauTuberkulosis dengan komorbid.

2. Menentukan pajanan yang dialami individu tersebut dalampekerjaanAnamnesis pekerjaan yang lengkap tentang adanya pajananmycobacterium tuberculosis dan atau pajanan debu, serat danbahan lain yang dapat memudahkan terjadinya TB.

3. Menentukan apakah ada hubungan antara pajanan denganpenyakitPastikan adanya hubungan antara pajanan dan TB, harusberdasarkan “evidence” yang ada dan dapat dilihat dari buktiyang ada.

4. Menentukan apakah pajanan yang dialami cukup besarPenentuan penyebaran TB dapat dilakukan secara kuantitatifdengan penghitungan jumlah koloni persatuan volume udaraatau secara klinik terdapat rekan kerja yang kontak erat dengansputum BTA (+) atau secara kualitatif dengan cara kerja pekerjayang memungkinkan terjadinya kontak.

5. Menentukan apakah ada faktor-faktor individu yangberperanFaktor individu apakah ada yang dapat mempercepat terjadinyaTB akibat kerja atau sebaliknya menurunkan kemungkinanterkena TB akibat kerja, seperti kebiasaan merokok, status giziatau kebiasaan memakai alat pelindung dengan baik.

6. Menentukan apakah ada faktor lain diluar pekerjaanApakah ada faktor diluar pekerjaan yang juga dapat menjadipenyebab TB, misalnya kontak individu dengan BTA (+) di luarpekerjaan.

Page 9: KATA PENGANTAR dan koordinasi antar kementerian/sektor dalam program pengendalian TB di tempat kerja ini telah berjalan secara harmonis dan sinergis. Kami harapkan pola ini dijadikan

18

BAB IVTatalaksana dan Pengendalian Tuberkulosis di Tempat Kerja

A. TatalaksanaSalah satu strategi pengendalian dengan pendekatan TemPO, yaknisingkatan dari Temukan pasien secepatnya, Pisahkan secara aman danObati secara tepat, yang disertai dengan pemeriksaan hubungan pekerjaandan kelaikan ker ja. Berikut adalah langkah-langkahnya:

1. Temukan Pasien SecepatnyaLangkah ini dengan memanfaatkan petugas surveilans batuk ditempatkerja untuk mengidentifikasi terduga TB dan segera dirujuk ke fasilitaskesehatan tempat kerja atau fasilitas kesehatan jejaring untukkonfirmasi diagnosa. Bila terduga TB maka dilakukan pemeriksaanlaboratorium. Penemuan kasus TB di tempat kerja dapat diperolehdengan cara:a. Pemeriksaan kesehatan awal/sebelum bekerja (pre employment

examination)b. Pemeriksaan kesehatan berkala (periodic examination)c. Kunjungan ke pelayanan kesehatan kerja (klinik/RS) perusahaand. Pelacakan kontak erat

2. Pisahkan secara AmanPetugas surveilans batuk segera mengarahkan pasien yang batukke tempat khusus dengan area ventilasi yang baik, yang terpisahdari rekan kerja lainnya serta diberikan masker. Bila di dalam fasilitaskesehatan tempat kerja ada banyak pasien, maka untuk alasankesehatan masyarakat, pasien yang batuk harus didahulukandalam antrian (prioritas). Perlu diberikan penjelasan dan pendidikanpada pasien lainnya mengenai etiket batuk saat di ruang tunggu.

3. Obati secara Tepat.Pengobatan merupakan tindakan paling penting dalam mencegahpenularan TB kepada orang lain. Pasien TB dengan terkonfirmasibakteriologis, segera diobati sesuai dengan panduan nasional (DOTS)sehingga menjadi tidak infeksius.

16

• Menyampaikan laporan kepada Kepala Puskesmas daninstansi/Dinas Ketenagakerjaan setempat dan ditembuskankepada Kepala Dinas Kesehatan setempat.

4. Asosiasi pengusaha• Pembinaan dan sosialisasi pengendalian TB di tempat kerja

kepada anggotanya.• Memfasilitasi anggota dalam keterlibatan dan pengendalian TB

di tempat kerja.5. Serikat pekerja/buruh• Pembinaan dan sosialisasi pengendalian TB di tempat kerja

kepada anggotanya.• Memfasilitasi anggota dalam keterlibatan dan pengendalian TB

di tempat kerja.6. Tim TB DOTS di tempat kerja/perusahaan

• Manajemen menfasilitasi TB DOTS di tempat kerja/perusahaan• Menyusun perencanaan program TB DOTS di tempat

kerja/perusahaan• Mengkoordinasikan program DOTS di tempat kerja/perusahaan• Memonitor dan evaluasi program DOTS di tempat

kerja/perusahaan• Menjaga mutu dan kelangsungan program.

7. FKTP/FKTL di tempat kerja• Melakukan penemuan terduga (suspect), diagnosa, pengobatan

dan pengawasan menelan obat (PMO).• Melakukan rujukan dan menerima rujukan balik ke dan dari

fasi l i tas kesehatan setempat sesuai kebutuhan.• Melaksanakan pencatatan dan menyusun laporan sesuai sistem

yang baku dan menyampaikan ke pimpinan tempatkerja/perusahaan.

8. Puskesmas• Menerima rujukan spesimen dahak dan terduga TB dalam

menegakkan diagnosa TB dari Unit pelaksana pelayanan TBDOTS perusahaan.

• Menerima rujukan dari unit kesehatan di tempat kerja yangbelum menerapkan strategi TB DOTS.

20

B. Diagnosis TuberkulosisDiagnosis TB adalah upaya untuk menegakkan atau menetapkan

seseorang sebagai pasien TB sesuai dengan keluhan dan gejala penyakityang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Diagnosis TB harusditegakkan dengan pemeriksaan bakteriologis dengan pemeriksaanmikroskopis langsung, biakan dan tes cepat. Apabila pemeriksaan secarabakteriologis hasilnya negatif, maka penegakan diagnosis TB dapatdilakukan secara klinis menggunakan hasil pemeriksaan klinis danpenunjang (setidak-tidaknya pemeriksaan foto toraks) yang sesuai danditetapkan oleh dokter yang telah terlatih TB.

Di tempat kerja penegakan diagnosis dapat dilakukan oleh tenagakesehatan yang telah terlatih DOTS baik di klinik perusahaan maupundiluar klinik perusahaan yang sudah melaksanakan program DOTS.

Berdasarkan anatomisnya dari penyakit TB dibagi menjadi 2 yaitu:a) Tuberkulosis paru :

Adalah TB yang terjadi pada parenkim (jaringan) paru. Milier TBdianggap sebagai TB paru karena adanya lesi pada jaringan paru.Limfadenitis TB dirongga dada (hilus dan atau mediastinum) atauefusi pleura tanpa terdapat gambaran radiologis yang mendukungTB pada paru, dinyatakan sebagai TB ekstra paru. Pasien yangmenderita TB paru dan sekaligus juga menderita TB ekstra paru,diklasifikasikan sebagai pasien TB paru.

b) Tuberkulosis ekstra paru :Adalah TB yang terjadi pada organ selain paru, misalnya : pleura,kelenjar limfe, abdomen, saluran kencing, kulit, sendi, selaput otakdan tulang. Diagnosis TB ekstra paru dapat ditetapkan berdasarkanhasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis. Diagnosis TB ekstraparu harus diupayakan berdasarkan penemuan Mycobacteriumtuberculosis. Pasien TB ekstra paru yang menderita TB padabeberapa organ, diklasifikasikan sebagai pasien TB ekstra parupada organ menunjukkan gambaran TB yang terberat.TB pada pekerja dapat dikategorikan sebagai Penyakit Akibat Kerja(PAK) apabila dalam proses kerjanya mengandung bahaya potensialbiologi (Hazard biologi) seperti pada petugas laboratorium, peneliti,

22

7. Menentukan Diagnosis Penyakit Akibat KerjaApabila dapat dibuktikan, bahwa adanya kontak denganMycobacterium Tuberculosis, individu TB dengan BTA (+) ditempat kerja atau TB dengan komorbidnya di tempat kerja yangberperan sebagai penyebab, dapat dikategorikan sebagai TBAkibat Kerja.Apabila dapat dibuktikan sebagai TB Akibat Kerja maka jaminankesehatan dialihkan dari BPJS Kesehatan menjadi jaminankecelakaan kerja oleh BPJS Ketenagakerjaan sesuai denganperaturan yang berlaku.

C. Pengobatan Pasien TBPengobatan TB adalah merupakan salah satu upaya paling efisien untukmencegah penyebaran lebih lanjut dari kuman TB. Pengobatan yangadekuat harus memenuhi prinsip:a. Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat

mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinyaresistensi

b. Diberikan dalam dosis yang tepatc. Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO

(Pengawas Menelan Obat) sampai selesai pengobatan. Di tempatkerja PMO dapat dilakukan oleh TIM DOTS atau sesama pekerjayang terlatih.

d. Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi dalamtahap awal serta tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan.- Tahap Awal: Pengobatan diberikan setiap hari. Paduan

pengobatan pada tahap ini adalah dimaksudkan untuk secaraefektif menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh pasiendan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman yangmungkin sudah resistan sejak sebelum pasien mendapatkanpengobatan. Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru,harus diberikan selama 2 bulan. Pada umumnya denganpengobatan secara teratur dan tanpa adanya penyulit, dayapenularan sudah sangat menurun setelah pengobatan selama2 minggu. Pada tahap awal pengobatan pekerja dengan TBdianjurkan untuk istirahatkan di rumah.

Page 10: KATA PENGANTAR dan koordinasi antar kementerian/sektor dalam program pengendalian TB di tempat kerja ini telah berjalan secara harmonis dan sinergis. Kami harapkan pola ini dijadikan

23

- Tahap Lanjutan: Pengobatan tahap lanjutan merupakan tahapyang penting untuk membunuh sisa sisa kuman yang masihada dalam tubuh khususnya kuman persister sehingga pasiendapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan. Tempatkerja diharapkan dapat memfasilitasi pekerja dengan TB denganmenyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang melaksanakanDOTS baik di klinik perusahaan maupun diluar klinik perusahaan.

D. Pengendalian TB di Tempat KerjaPencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) TB di tempat kerja padadasarnya sama dengan pencegahan dan pengendalian di FasilitasKesehatan, yang terdiri dari 4 pilar yaitu:

1. ManajerialPihak manajerial adalah pimpinan tempat kerja dan pimpinan fasilitaskesehatan tempat kerja. Dukungan manajemen yang efektif berupakomitmen dan kepemimpinan merupakan penguatan upaya manajerialuntuk pencegahan TB, yang meliputi:a. Membuat kebijakan pencegahan TB dengan mengeluarkan SK

penunjukkan petugas pemantau (surveilans) batuk di bagian/unittempat kerja. Petugas surveilans batuk, bisa orang awam yangterlatih, tidak harus seorang petugas kesehatan, yang dilatihuntuk melakukan skrining batuk;

b. Membuat SPO mengenai alur pasien untuk semua pasienbatuk, alur pelaporan dan surveilans;

c. Memberi pelatihan petugas surveilans batuk yang terlibat dalampencegahan TB di tempat kerja;

d. Membuat perencanaan PPI TB di tempat kerja secarakomprehensif;

e. Memastikan tata ruang dan persyaratan bangunan sertapemeliharaannya sesuai pencegahan TB;

f. Menyediakan sumber daya untuk terlaksananya PPI TB meliputitenaga, dana, sarana dan prasarana yang dibutuhkan termasukaspek kesehatan kerja;

g. Pemberian informasi dan edukasi kepada pekerja, dankeluarganya.

25

Jangan menggunakan toilet atau WC sebagai tempat mengeluarkandahak. Pasien perlu diberitahu untuk membersihkan tangan setelahmengeluarkan dahak dengan air mengalir dan sabun, atau denganlarutan handrubs. Fasilitas kesehatan harus menyediakan saranatersebut.

4. Alat Pelindung Diri (APD)a. Alat pelindung diri (APD) pernapasan melindungi petugas

kesehatan di tempat dimana kadar droplet tidak dapat dihilangkandengan upaya administratif dan lingkungan.

b. Petugas kesehatan perlu menggunakan respirator pada saatmelakukan prosedur yang berisiko tinggi.

c. Respirator juga perlu digunakan saat memberikan perawatanpasien atau terduga pasien TB, MDR-TB dan XDR-TB.

d. Pasien atau terduga TB tidak perlu menggunakan N-95, tetapicukup menggunakan masker bedah untuk melindungi lingkungansekitarnya.

E. Penentuan Status Laik Kerja (Fit to Work)Pengobatan pada pasien yang dilakukan oleh dokter, tidak hanya bertujuanuntuk mengurangi penderitaan, menyembuhkan dan/atau memperpanjanghidup sesorang, tetapi pada akhirnya bertujuan agar pasien bisa melakukankegiatannya sehari-hari seperti biasa, termasuk berkarier, serta melakukanpekerjaannya namun tetap perlu dijaga, agar dalam melakukanpekerjaannya, pekerja tidak membahayakan dirinya sendiri, pekerja lainatau lingkungannya, oleh karena itu perlu dilakukan penilaian laik kerjaPenilaian Laik Kerja (Fit To Work) adalah suatu asesmen medis untukmenentukan apakah seseorang dapat melakukan pekerjaannya secaraefektif, tanpa membahayakan dirinya sendiri atau lingkungannya.Pekerja dengan TB, selama tidak memperberat gejala klinis, tidakmengganggu proses pengobatan dan hasil pemeriksaan sputum BTA (-) maka dapat melakukan pekerjaan sama seperti sebelum menderita TB.Penilaian status kelaikan kerja untuk pekerja dengan TB yaitu calonpekerja/pekerja dinyatakan:

27

masalah kesehatannya. Dalam hal ini perlu diberi penjelasan waktuberapa lama diperkirakan belum dapat bekerja dan kapan perludilakukan penilaian laik kerja ulang. Pada pekerja dengan TB padapengobatan awal dan hasil pemeriksaan sputum BTA (+).

4. Tidak Laik Kerja untuk pekerjaan tertentu: Bila kondisikesehatannya tidak memungkinkan calon pekerja/pekerja melakukantugas tertentu dalam pekerjaannya secara efektif. Perlu diberipenjelasan tambahan jenis pekerjaan yang masih bisa dilakukanoleh calon pekerja/pekerja

5. Tidak Laik Kerja untuk semua pekerjaan: Bila kondisi kesehatannyatidak memungkinkan calon pekerja/pekerja melakukan semuapekerjaan

F. Program kembali kerja (Return to Work) Pekerja dengan TuberkulosisPekerja dengan TB aktif sangat menular, hal ini ditandai denganditemukannya hasil pemeriksaan BTA sputum (+). Pekerja dengan TBaktif disarankan untuk diberikan cuti selama 2 (dua) minggu pada tahapawal pengobatan sampai klinis yang lebih baik dan pekerja tidak lagimenular. Umumnya pasien tidak lagi menular setelah sekitar dua minggupengobatan, namun demikian perlu dilakukan pemeriksaan BTA sputumkembali untuk memastikan risiko penularan di tempat kerja. Pekerjadengan TB harus mendapat pengobatan dengan optimal sehingga pekerjadengan pemeriksaan BTA sputum (-) dapat bekerja secara normal karena,mereka bukan ancaman bagi pekerja lain.Pekerja dengan TB MDR tidak diperbolehkan untuk kembali bekerjasampai mereka telah telah melakukan pemeriksaan konversi kultur sputumatau dikonfirmasi tidak memiliki TB yang resistan. Cuti sakit harus diberikanpada pekerja dengan TB MDR untuk waktu yang lebih lama karenamemerlukan rawat inap selama beberapa bulan. Pekerja dengan TBdiusahakan segera mungkin aktif kembali bekerja, gejala ikutan dan atausquele ikutan pengobatan memerlukan kajian kelaikan kerja yangdisesuaikan dengan penyakitnya, selanjutnya bila memerlukan tatalaksanakembali kerja (return to work) dirujuk ke Spesialis Okupasi (SpOk).

29

BAB VIPENUTUP

Dengan tersusunnya Panduan Pengendalian TB di Tempat Kerja ini, makaupaya pengendalian TB dengan strategi DOTS dapat dilaksanakan secaralebih luas, terpadu, berkesinambungan dan sesuai dengan standar yangberlaku. Diharapkan petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan TBsecara bermutu, terpadu dan semua penderita TB pada tenaga kerja dapatd iber ikan pelayanan sesuai s tandar DOTS hingga tuntas.

Page 11: KATA PENGANTAR dan koordinasi antar kementerian/sektor dalam program pengendalian TB di tempat kerja ini telah berjalan secara harmonis dan sinergis. Kami harapkan pola ini dijadikan

24

2. AdministratifPencegahan dan pengendalian administratif adalah upaya yangdilakukan untuk mencegah/mengurangi pajanan MycobacteriumTuberculosis kepada pekerja, petugas kesehatan dan lingkungandengan menyediakan, mensosialisasikan dan memantau pelaksanaanstandard operational procedure (SOP) dan alur pelayanan. Usahayang diperlukan meliputi:a. Menempatkan semua terduga dan pasien TB di ruang tunggu

yang mempunyai ventilasi baik;b. Menyediakan tisu dan masker dan tempat pembuangan tisu

serta pembuangan dahak yang benar;c. Memasang poster, spanduk dan bahan untuk KIE;d. Mempercepat proses penatalaksanaan pelayanan bagi pasien

terduga dan TB, termasuk diagnostik, terapi dan rujukansehingga waktu berada di fasilitas kesehatan dapat sesingkatmungkin.

3. Lingkungan Tempat KerjaPengaturan aliran udara/ventilasi untuk mencegah penyebaran danmengurangi/ menurunkan kadar percik renik (droplet) di udara.Upaya pengendalian dilakukan dengan menyalurkan percik renik(droplet) kearah udara bebas dan atau ditambah dengan radiasiutraviolet sebagai germisida.Untuk sarana terbatas, pasien diminta mengumpulkan dahak di luargedung, di tempat terbuka yang terkena sinar matahari, bebas lalulintas manusia, jauh dari orang yang menemani atau orang lain, danjauh dari jendela atau aliran udara masuk. Apabila pengeluarandahak di dalam ruangan, maka pengaturan sistem ventilasi harusbenar. Setelah pasien mengeluarkan dahak, pasien harus tetapdalam ruangan sampai diperkirakan udara sudah bersih sebelumpasien berikutnya diperbolehkan masuk. Apabila pasien didampingi,pendamping harus menggunakan masker dan posisi selalu beradadi belakang pasien.

26

1. Laik Kerja: apabila dengan kondisi kesehatannya, calonpekerja/pekerja dapat melakukan tugas pekerjaannya dengan efektifdan tidak membahayakan dirinya sendiri, orang lain atau lingkungan.Ditandai dengan hasil pemeriksaan keadaan umum yang baik danhasil pemeriksaan sputum BTA (-).

2. Laik Kerja dengan catatan: bila dengan kondisi kesehatannya,calon pekerja/pekerja dapat melakukan tugas pekerjaannya, namun:a. Perlu dilakukan penyesuaian di tempat kerjanya (misalnya

karena keadaan umum yang kurang baik sehingga tidak bisamelakukan aktivitas fisik sedang sampai dengan berat sehinggadilakukan penyesuaian tempat kerja dengan kemampuanfisiknya)

b. Efektifitas berkurang (misalnya lebih lambat)c. Perlu dilakukan restriksi/pembatasan kerja (waktu istirahat lebih

banyak, ada tugas tertentu dari pekerjaanya yang tidak dapatdilakukan).

d. Kondisi diatas dapat untuk sementara waktu, misalnya karenasedang dalam masa pemulihan, atau bisa menetap. Bila untuksementara waktu perlu diberi penjelasan berapa lama kondisiini diperkirakan akan berlaku

Catatan dalam hal ini adalah untuk pemberi kerja dan bukan untukcalon pekerja/pekerja (misalnya nasehat untuk tidak merokok,kegiatan olah raga, kontrol teratur ke dokter, makan makanan yangbergizi), serta bukan juga untuk mencantumkan diagnosis penyakit,misalnya catatannya adalah ada penyakit tuberculosis. Diberlakukanpada pekerja terdiagnosis TB setelah dilakukan pengobatan awalselama 2 minggu dan hasil pemeriksaan sputum BTA (-) namundengan keadaan umum dan gejala klinis yang kurang baik sehinggaperlu pemeriksaanlanjutan oleh dokter.

3. Tidak Laik Kerja sementara: bila pada saat penilaian laik kerja,calon pekerja/pekerja belum dapat melakukan pekerjaannya karena

28

BAB VPEMANTAUAN DAN EVALUASI

Pelaksanaan Pengendalian Program TB di tempat kerja dengan strategi DOTSdiperlukan pemantauan dan evaluasi. Dalam kegiatan pemantauan dan evaluasidiperlukan sumber data yang valid dengan sistem pencatatan dan pelaporanyang baik sehingga data yang dikumpulkan, dapat diolah, dianalisis dan mudahdiinterpretasikan.Mekanisme dan tata cara pemantauan dan evaluasi mengacu pada Lampiran2 pedoman in.

30

BAB VIIDAFTAR PUSTAKA

• Strategi Nasional Pengendalian Tuberkulosis 2015 ñ 2019 KementerianKesehatan RI, 2015

• Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis Kementerian KesehatanRI, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

• Occupationally Related Publication on TB Publication, December 2005• Guidelines for Work Place, TB Control Activities WHO and Internationa

Labour Organization.• Pedoman Praktis Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), Kementerian

Tenaga Kerja RI• Pedoman Kesehatan Kerja dan Olah Raga, Kemeterian Kesehatan,

Direktorat Kesehatan Kerja dan Olah Rega 2014• Prosedur Pelacakan Kasus Tuberkulosis pada Tenaga Kerja Indonesia

dan Jemaah Haji, Kementerian Kesehtan RI 2013

Page 12: KATA PENGANTAR dan koordinasi antar kementerian/sektor dalam program pengendalian TB di tempat kerja ini telah berjalan secara harmonis dan sinergis. Kami harapkan pola ini dijadikan

31

Lampiran 1Tata Laksana Pasien Tuberkulosis di Tempat Kerja

A. Penemuan Pasien TuberkulosisPenemuan pasien bertujuan untuk mendapatkan pasien TB melaluiserangkaian kegiatan mulai dari penjaringan terduga TB, diagnosis,menentukan klasifikasi penyakit serta tipe pasien TB, pengobatan sesuaidengan standar agar tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain.Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan terduga pasien,diagnosis, penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien.

1. Strategi PenemuanStrategi penemuan kasus TB secara nasional dilakukan melalui:a. Penemuan pasien TB dilakukan secara intensif pada kelompok

populasi terdampak TB dan populasi rentan.b. Upaya penemuan secara intensif harus didukung dengan

kegiatan promosi yang aktif, sehingga semua terduga TB dapatditemukan secara dini.

c. Penjaringan terduga pasien TB dilakukan di fasilitas kesehatan;didukung dengan promosi secara aktif oleh petugas kesehatanbersama masyarakat.

d. Pelibatan semua fasilitas kesehatan dimaksudkan untukmempercepat penemuan dan mengurangi keterlambatanpengobatan.

e. Penemuan secara aktif dapat dilakukan terhadap:1) kelompok khusus yang rentan atau beresiko tinggi sakit

TB seperti pada pasien dengan HIV, Diabetes mellitusdan malnutrisi.

2) kelompok yang rentan karena berada di lingkungan yangberisiko tinggi terjadinya penularan TB, seperti:Lapas/Rutan,tempat penampungan pengungsi, daerah kumuh, tempatkerja, asrama dan panti jompo.

3) Anak dibawah umur lima tahunyang kontak dengan pasienTB.

33

tersebut diatas, dianggap sebagai seorang terduga pasienTB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secaramikroskopis langsung.

✓ Gejala TB pada anak secara sistemik/umum sebagaiberikut:o Berat badan turun tanpa sebab yang jelas.o Demam lama (=2 minggu) dan/atau berulang tanpa

sebab yang jelas.o Batuk lama =3 minggu, batuk bersifat non-remitting

(tidak pernah reda atau intensitas semakin lamasemakin parah) dan sebab lain batuk telah dapatdisingkirkan.

o Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang,disertai gagal tumbuh (fai lure to thr ive).

o Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain.o Diare persisten/menetap (>2 minggu) yang tidak

sembuh dengan pengobatan baku diare.✓ Gejala klinis TB pada ODHA sering tidak spesifik. Gejala

klinis pada ODHA yaitu batuk, demam, penurunan BByang signifikan (>10%), keringat malam dan gejala ekstraparu sesuai dengan organ yang terkena, misalkan TBPleura, TB Milier, TB Abdomen, dan lain-lain. Apabiladitemukan salah satu gejala di atas, maka ODHA tersebutterduga TB.

✓ Terduga TB resistan obat ( TB-MDR) adalah semua orangyang mempunyai gejala yang memenuhisalah satu kriteriaterduga dibawah ini:1. Pasien TB gagal pengobatan kategori 22. Pasien TB pengobatan kategori 2 yang tidak konversi

setelah 3 bulan pengobatan.3. Pasien TB yang riwayat pengobatan TB yang tidak

standar serta menggunakan kuinolon dandan obatinjeksi lini kedua minimal selama 1 bulan.

4. Pasien TB pengobatan kategori 1 yang gagal.

35

• P (Pagi): dahak ditampung di rumah pada pagi hari kedua,segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkansendiri kepada petugas di fasyankes.

• S (sewaktu): dahak ditampung di fasyankes pada harikedua, saat menyerahkan dahak pagi.

b. Pemeriksaan BiakanPemeriksaan biakan untuk identifikasi Mycobacteriumtuberkulosis (M.tb) dimaksudkan untuk menegakkan diagnosispasti TB pada pasien tertentu, misal:• Pasien TB ekstra paru.• Pasien TB anak.• Pasien TB dengan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis

langsung BTA negatif.Pemeriksaan tersebut dilakukan disarana laboratorium yangterpantau mutunya.Apabila dimungkinkan pemeriksaan dengan menggunakan tescepat yang direkomendasikan WHO maka untuk memastikandiagnosis dianjurkan untuk memanfaatkan tes cepat tersebut.

B. Diagnosis TuberkulosisPada Orang Dewasaa. Diagnosis TB paru:

• Dalam upaya pengendalian TB secara Nasional, maka diagnosisTB Paru pada orang dewasa harus ditegakkan terlebih dahuludengan pemeriksaan bakteriologis. Pemeriksaan bakteriologisyang dimaksud adalah pemeriksaan mikroskopis langsung,biakan dan tes cepat.

• Apabila pemeriksaan secara bakteriologis hasilnya negatif,maka penegakan diagnosis TB dapat dilakukan secara klinismenggunakan hasil pemeriksaan klinis dan penunjang (setidak-tidaknya pemeriksaan foto toraks) yang sesuai dan ditetapkanoleh dokter yang telah terlatih TB.

• Pada sarana terbatas penegakan diagnosis secara klinisdilakukan setelah pemberian terapi antibiotika spektrum luas(Non OAT dan Non kuinolon) yang tidak memberikan perbaikanklinis.

37

a. Pencatatan dan pelaporan pasien yang tepatb Penetapan paduan pengobatan yang tepatc Standarisasi proses pengumpulan data untuk pengendalian TBd Evaluasi proporsi kasus sesuai lokasi penyakit, hasil pemeriksaan

bakteriologis dan riwayat pengobatane Analisis kohort hasil pengobatanf Pemantauan kemajuan dan evaluasi efektifitas program TB secara

tepat baik dalam maupun antar kabupaten / kota, propinsi, nasionaldan global.

Terduga TB: adalah seseorang yang mempunyai keluhan atau gejalaklinis mendukung TB.

1. Definisi Pasien TB:Pasien TB berdasarkan hasil konfirmasi pemeriksaanBakteriologis:Adalah seorang pasien TB yang dikelompokkan berdasar hasilpemeriksaan contoh uji biologinya dengan pemeriksaan mikroskopislangsung, biakan atau tes diagnostik cepat yang direkomendasi olehKemenkes RI (misalnya: GeneXpert).Termasuk dalam kelompok pasien ini adalah:a. Pasien TB paru BTA positifb. Pasien TB paru hasil biakan M.tb positifc. Pasien TB paru hasil tes cepat M.tb positifd. Pasien TB ekstraparu terkonfirmasi secara bakteriologis, baik

dengan BTA, biakan maupun tes cepat dari contoh uji jaringanyang terkena.

e. TB anak yang terdiagnosis dengan pemeriksaan bakteriologis.Catatan: Semua pasien yang memenuhi definisi tersebut diatasharus dicatat tanpa memandang apakah pengobatan TB sudahdimulai ataukah belum.

Pasien TB terdiagnosis secara Klinis:Adalah pasien yang tidak memenuhi kriteria terdiagnosis secarabakteriologis tetapi didiagnosis sebagai pasien TB aktif oleh dokter,dan diputuskan untuk diberikan pengobatan TB.

Page 13: KATA PENGANTAR dan koordinasi antar kementerian/sektor dalam program pengendalian TB di tempat kerja ini telah berjalan secara harmonis dan sinergis. Kami harapkan pola ini dijadikan

32

4) Kontak erat dengan pasien TB dan pasien TB resistanobat.

f. Penemuan pasien TB dilakukan secara intensif pada kelompokpopulasi terdampak TB dan populasi rentan.

g. Upaya penemuan secara intensif harus didukung dengankegiatan promosi yang aktif, sehingga semua terduga TB dapatditemukan secara dini.

h. Penjaringan terduga pasien TB dilakukan di fasilitas kesehatan;didukung dengan promosi secara aktif oleh petugas kesehatanbersama masyarakat.

i. Pelibatan semua fasilitas kesehatan dimaksudkan untukmempercepat penemuan dan mengurangi keterlambatanpengobatan.

j. Penerapan manajemen tatalaksana terpadu bagi pasien dengangejala dan tanda yang sama dengan gejala TB, sepertipendekatan praktis kesehatan paru (Practical Approach to Lunghealth =PAL), manajemen terpadu balita sakit (MTBS),manajemen terpadu dewasa sakit (MTDS) akan membantumeningkatkan penemuan pasien TB di faskes, mengurangiterjadinya misopportunity dan sekaligus dapat meningkatkanmutu layanan.

k. Tahap awal penemuan dilakukan dengan menjaring merekayang memiliki gejala:✓ Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak

selama 2 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengangejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batukdarah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun,berat badan menurun, malaise, berkeringat malam haritanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.

✓ Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula padapenyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis, bronkitiskronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. Mengingatprevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, makasetiap orang yang datang ke fasyankes dengan gejala

34

5. Pasien TB pengobatan kategori1yang tetap positifsetelah 3 bulan pengobatan

6. Pasien TB kasus kambuh (relaps) kategori 1 dankategori 2.

7. Pasien TB yang kembali lost to follow-up (lalaiberobat/default)

8. Terduga TB yang mempunyai riwayat kontak eratdengan pasien TB MDR, termasuk dalam hal ini wargabinan yang ada di Lapas/Rutan.

9. Pasien koinfeksi TB-HIV yang tidak respons secarabakteriologis maupun klinis terhadap pemberian OAT(bila pada penegakan diagnosis awal tidakmenggunakan GeneXpert).

Secara khusus penemuan pasien TB di tempat kerjamelalui:1) Pemeriksaan kesehatan awal bekerja2) Pemeriksaan kesehatan berkala3) Kunjungan ke klinik tempat kerja4) Pelacakan kontak

2. Pemeriksaan dahaka. Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkandiagnosis,menilai keberhasilan pengobatan danmenentukanpotensi penularan.Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukandengan mengumpulkan 3 contoh uji dahak yang dikumpulkandalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa dahakSewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS):• S (sewaktu): dahak ditampung pada saat terduga pasien

TB datang berkunjung pertama kali ke fasyankes. Padasaat pulang, terdugapasien membawa sebuah pot dahakuntuk menampung dahak pagi pada hari kedua.

36

• Tidak dibenarkan mendiagnosis TB dengan pemeriksaanserologis.

• Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkanpemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalumemberikan gambaran yang spesifik pada TB paru, sehinggadapat menyebabkan terjadi overdiagnosis ataupununderdiagnosis.

• Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya dengan pemeriksaanuji tuberkulin.

b. Pemeriksaan Dahak Mikroskopis Langsung:• Untuk kepentingan diagnosis dengan cara pemeriksaan dahak

secara mikroskopis langsung, terduga pasien TB diperiksacontoh uji dahak SPS (Sewaktu - Pagi - Sewaktu):

• Ditetapkan sebagai pasien TB apabila minimal 1 (satu) daripemeriksaan contoh uji dahak SPS hasilnya BTA positif.

c. Diagnosis TB ekstra paru:• Gejala dan keluhan tergantung pada organ yang terkena,

misalnya kaku kuduk pada Meningitis TB, nyeri dada pada TBpleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe superfisialis padalimfadenitis TB serta deformitas tulang belakang (gibbus) padaspondilitis TBdan lain-lainnya.

• Diagnosis pasti pada pasien TB ekstra paru ditegakkan denganpemeriksaan klinis, bakteriologis dan atau histopatologisdaricontoh uji yang diambil dari organ tubuh yang terkena.

• Dilakukan pemeriksaan bakteriologis apabila juga ditemukankeluhan dan gejala yang sesuai, untuk menemukan kemungkinanadanya TB paru.

1. Klasifikasi dan Tipe Pasien TBDiagnosis TB adalah upaya untuk menegakkan atau menetapkanseseorang sebagai pasien TB sesuai dengan keluhan dan gejala penyakityang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Selanjutnya untukkepentingan pengobatan dan survailan penyakit, pasien harus dibedakanberdasarkan klasifikasi dan tipe penyakitnya dengan maksud:

38

Termasuk dalam kelompok pasien ini adalah:a. Pasien TB paru BTA negatif dengan hasil pemeriksaan foto

toraks mendukung TB.b. Pasien TB ekstraparu yang terdiagnosis secara klinis maupun

laboratoris dan histopatologis tanpa konfirmasi bakteriologis.c. TB anak yang terdiagnosis dengan sistim skoring.

Catatan: Pasien TB yang terdiagnosis secara klinis dan kemudianterkonfirmasi bakteriologis positif (baik sebelum maupun setelahmemulai pengobatan) harus diklasifikasi ulang sebagai pasien TBterkonfirmasi bakteriologis.

2. Klasifikasi pasien TB:Selain dari pengelompokan pasien sesuai definisi tersebut datas, pasienjuga diklasifikasikan menurut :a. Lokasi anatomi dari penyakitb. Riwayat pengobatan sebelumnyac. Hasil pemeriksaan uji kepekaan obatd. Status HIV

1) Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit :Tuberkulosis paru :Adalah TB yang terjadi pada parenkim (jaringan) paru. Milier TBdianggap sebagai TB paru karena adanya lesi padajaringan paru.Limfadenitis TB dirongga dada (hilus dan atau mediastinum) atauefusi pleura tanpa terdapat gambaran radiologis yang mendukungTB pada paru, dinyatakan sebagai TB ekstra paru.Pasien yang menderita TB paru dan sekaligus juga menderita TBekstra paru, diklasifikasikan sebagai pasien TB paru.

Tuberkulosis ekstra paru :Adalah TB yang terjadi pada organ selain paru, misalnya : pleura,kelenjar limfe, abdomen, saluran kencing, kulit, sendi, selaput otakdan tulang.

Page 14: KATA PENGANTAR dan koordinasi antar kementerian/sektor dalam program pengendalian TB di tempat kerja ini telah berjalan secara harmonis dan sinergis. Kami harapkan pola ini dijadikan

39

Diagnosis TB ekstra paru dapat ditetapkan berdasarkan hasilpemeriksaan bakteriologis atau klinis. Diagnosis TB ekstra paruharus diupayakan berdasarkan penemuan Mycobacteriumtuberculosis.Pasien TB ekstra paru yang menderita TB pada beberapa organ,diklasifikasikan sebagai pasien TB ekstra paru pada organmenunjukkan gambaran TB yang terberat.

2) Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya:a. Pasien baru TB: adalah pasien yang belum pernah

mendapatkan pengobatan TB sebelumnyaatau sudah pernahmenelan OAT namun kurang dari 1 bulan (³ dari 28 dosis).

b. Pasien yang pernah diobati TB: adalah pasien yangsebelumnya pernah menelan OAT selama 1 bulan atau lebih(³ dari 28 dosis).Pasien ini selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan hasilpengobatan TB terakhir, yaitu:• Pasien kambuh: adalah pasien TB yang pernah dinyatakan

sembuh atau pengobatan lengkap dan saat ini didiagnosisTB berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis(baik karena benar-benar kambuh atau karena reinfeksi).

• Pasien yang diobati kembali setelah gagal: adalahpasien TB yang pernah diobati dan dinyatakan gagal padapengobatan terakhir.

• Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat(lost to follow-up): adalah pasien yang pernah diobatidan dinyatakan lost to follow up (klasifikasi ini sebelumnyadikenal sebagai pengobatan pasien setelah putus berobat/default).

• Lain-lain: adalah pasien TB yang pernah diobati namunhasil akhir pengobatan sebelumnya tidak diketahui.

c. Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidakdiketahui.

3) Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekaanobat

41

c. Pasien TB dengan status HIV tidak diketahui: adalah pasienTB tanpa ada bukti pendukung hasil tes HIV saat diagnosisTBditetapkan.

Catatan:Apabila pada pemeriksaan selanjutnya dapat diperoleh hasiltes HIV pasien, pasien harus disesuaikan kembali klasifikasinyaberdasarkan hasil tes HIV terakhir.

C. Pengobatan Pasien TB1. Tujuan Pengobatan TB adalah:

a. Menyembuhkan pasien dan memperbaiki produktivitas sertakualitas hidup

b. Mencegah terjadinya kematian oleh karena TB atau dampakburuk selanjutnya

c. Mencegah terjadinya kekambuhan TBd. Menurunkan penularan TBe. Mencegah terjadinya dan penularan TB resistan obat

2. Prinsip Pengobatan TB:Obat Anti Tuberkulosis ( OAT ) adalah komponen terpenting dalampengobatan TB. Pengobatan TB adalah merupakan salah satu upayapaling efisien untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari kumanTB.Pengobatan yang adekuat harus memenuhi pr insip:• Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat

mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinyaresistensi

• Diberikan dalam dosis yang tepat• Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO

(Pengawas Menelan Obat ) sampai selesai pengobatan• Pengobatan diberikan dalam jangka waktu yang cukup terbagi

dalam tahap awal serta tahap lanjutan untuk mencegahkekambuhan

43

Paket Kombipak.Adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin,Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister.Paduan OAT ini disediakan program untuk digunakan dalampengobatan pasien yang terbukti mengalami efek samping padapengobatan dengan OAT KDT sebelumnya.

Paduan OAT kategori anak disediakan dalam bentuk paket obatkombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri darikombinasi 3 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikandengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paketuntuk satu pasien.

Paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan dalam bentukpaket, dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat danmenjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai.Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan.

Obat Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan dalam bentuk paket KDTmempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB, yaitu:1) Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga

menjamin efektifitas obat dan mengurangi efek samping.2) Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan

resiko terjadinya resistensi obat ganda dan mengurangikesalahan penulisan resep

3) Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberianobat menjadi sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien

b. Paduan OAT KDT Lini Pertama dan Peruntukannya.1) Kategori-1 : 2 (HRZE) / 4 (HR) 3

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:• Pasien TB paru terkonf i rmasi bakter io logis.• Pasien TB paru terdiagnosis klinis• Pasien TB ekstra paru

45

Tabel 7.Dosis Paduan OAT KDT Kategori 2: 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3

BeratBadan

Tahap Intensiftiap hari

RHZE (150/75/400/275) + S

Tahap Lanjutan3 kali seminggu

RH (150/150) + E(400)

Selama 56 hari Selama 28hari selama 20 minggu

30-37 kg

38-54 kg

55-70 kg

³71 kg

2 tab 4KDT+ 500 mg Streptomisin

inj.

2 tab 2KDT+ 2 tab Etambutol

3 tab 4KDT+750 mg Streptomisin

inj.

3 tab 2KDT+ 3 tab Etambutol

5 tab 2KDT+ 5 tab Etambutol

5 tab 4KDT( > do maks )

5 tab 4KDT+ 1000mg Streptomisin

inj.

4 tab 4KDT+ 1000 mg Streptomisin

inj.

4 tab 2KDT+ 4 tab Etambutol

2 tab 4KDT

3 tab 4KDT

4 tab 4KDT

Tabel 8.Dosis Paduan OAT Kombipak Kategori 2: 2HRZES/HRZE/ 5H3R3E3

TahapPengobatan

LamaPengobatan

TabletIsoniasid @300mgr

KapletRifampisin @

450 mgr

TabletPirazinamid @

500 mgr

EtambutolStreptomisininjeksi

Jumlahhari/kalimenelan

obat

Tablet@ 250

mgr

Tablet@ 400

mgr

Tahap Awal(dosis harian)

2bulan

1bulan

TahapLanjutan(dosis 3xsemggu)

5bulan 2 1 - 1 2 - 60

0,75gr-

5628

1 1 3 3 -1 1 3 3 -

Page 15: KATA PENGANTAR dan koordinasi antar kementerian/sektor dalam program pengendalian TB di tempat kerja ini telah berjalan secara harmonis dan sinergis. Kami harapkan pola ini dijadikan

40

Pengelompokan pasien disini berdasarkan hasil uji kepekaan contohuji dari Mycobacterium tuberculosis terhadap OAT dan dapatberupa :• Mono resistan (TB MR): resistan terhadap salah satu jenis

OAT lini pertama saja• Poli resistan (TB PR): resistan terhadap lebih dari satu jenis

OAT lini pertama selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secarabersamaan

• Multi drug resistan (TB MDR): resistan terhadap Isoniazid(H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan

• Extensive drug resistan (TB XDR): adalah TB MDR yangsekaligus juga resistan terhadap salah satu OAT golonganfluorokuinolon dan minimal salah satu dari OAT lini kedua jenissuntikan (Kanamisin, Kapreomisin dan Amikasin)

• Resistan Rifampisin (TB RR): resistan terhadap Rifampisindengan atau tanpa resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksimenggunakan metode genotip (tes cepat) atau metode fenotip(konvensional).

4) Klasifikasi pasien TB berdasarkan status HIVa. Pasien TB dengan HIV positif (pasien ko-infeksi

TB/HIV): adalah pasien TB dengan:• Hasil tes HIV positif sebelumnya atau sedang mendapatkan

ART,atau• Hasil tes HIV positif pada saat diagnosis TB.

b. Pasien TB dengan HIV negatif: adalah pasien TBdengan:• Hasil tes HIV negatif sebelumnya,atau• Hasil tes HIV negatif pada saat diagnosis TB.

Catatan:Apabila pada pemeriksaan selanjutnya ternyata hasil tes HIVmenjadi positif, pasien harus disesuaikan kembali klasifikasinyasebagai pasien TB dengan HIV positif.

42

3. Tahapan Pengobatan TB:Pengobatan TB harus selalu meliputi pengobatan tahap awal dantahap lanjutan dengan maksud:a. Tahap Awal: Pengobatan diberikan setiap hari. Paduan

pengobatan pada tahap ini adalah dimaksudkan untuksecaraefektif menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh pasiendan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman yangmungkin sudah resistan sejak sebelum pasien mendapatkanpengobatan. Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru,harus diberikan selama2 bulan. Pada umumnya dengan pengobatan secara teraturdan tanpa adanya penyulit, daya penularan sudah sangatmenurun setelah pengobatan selama 2 minggu.

b. Tahap Lanjutan: Pengobatan tahap lanjutan merupakan tahapyang penting untuk membunuh sisa sisa kuman yang masihada dalam tubuh khususnya kuman persister sehingga pasiendapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan.

4. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)a. Paduan OAT yang digunakan di Indonesia (sesuai rekomendasi

WHO dan ISTC) ( ¹¹ )Paduan OAT yang digunakan oleh Program NasionalPengendal ian Tuberkulosis di Indonesia adalah:• Kategori 1: 2(HRZE)/4(HR)3.• Kategori 2: 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.• Kategori Anak : 2(HRZ)/4(HR) atau 2HRZA(S)/4-10HR• Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resistan

obat di Indonesia terdiri dari OAT lini ke-2 yaitu Kanamisin,Kapreomisin, Levofloksasin, Etionamide, Sikloserin,Moksifloksasin dan PAS, serta OAT lini-1, yaitu pirazinamidand etambutol.

Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentukpaket obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT initerdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnyadisesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalamsatu paket untuk satu pasien.

44

Tabel 5.Dosis Paduan OAT KDT Kategori 1: 2 (HRZE) / 4(HR) 3

Berat BadanTahap Intensif

tiap hari selama 56 hariRHZE (150/75/400/275)

Tahap Lanjutan3 kali seminggu selama16 minggu RH (150/150)

30 - 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT38 - 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 2KDT55 - 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 2KDT

³ 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 2KDT

Tabel 6.Dosis Paduan OAT Kombipak Kategori 1: 2HRZE/4H3R3

TahapPengobatan

LamaPengobatan

Dosis per hari / kaliJumlahhari/kalimenelan

obat

TabletIsoniasid

@ 300mgr

KapletRifampisin

@ 450mgr

Tablet Pirazinamid @

500 mgr

TabletEtambutol @ 250

mgrIntensif 2 Bulan 1 1 3 3 56Lanjutan 4 Bulan 2 1 - - 48

2) Kategori -2 { 2(HRZE)S / (HRZE) / 5(HR)3E3) }Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang pernah diobatisebelumnya (pengobatan ulang):• Pasien kambuh• Pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT kategori 1

sebelumnya• Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-

up)

46

Catatan:• Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB pada keadaan khusus.• Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan

aquabidest sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml. (1ml = 250mg).• Berat badan pasien ditimbang setiap bulan dan dosis pengobatan harus

disesuaikan apabila terjadi perubahan berat badan.• Penggunaan OAT lini kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya

kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepadapasien baru tanpa indikasi yang jelas karena potensi obat tersebut jauhlebih rendah daripada OAT lini pertama. Disamping itu dapat jugameningkatkan risiko terjadinya resistensi pada OAT lini kedua.

• OAT lini kedua disediakan di Fasyankes yang telah ditunjuk gunamemberikan pelayanan pengobatan bagi pasien TB yang resistan obat.

5. Pemantauan kemajuan dan hasil pengobatan TBa. Pemantauan kemajuan pengobatan TB

Pemantauan kemajuan hasil pengobatan pada orang dewasadilaksanakan dengan pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopis.Laju Endap Darah (LED) tidak digunakan untuk memantau kemajuanpengobatan karena tidak spesifik untuk TB.

Untuk memantau kemajuan pengobatan dilakukan pemeriksaan duacontoh uji dahak (sewaktu dan pagi). Hasil pemeriksaan dinyatakannegatif bila ke 2 contoh uji dahak tersebut negatif. Bila salah satucontoh uji positif atau keduanya positif,hasil pemeriksaan ulangdahak tersebut dinyatakan positif.

Pemantauan kemajuan hasil pengobatan dan tindak lanjut, sebagaiberikut:1) Hasil pemeriksaan pada akhir tahap awal negatif :

o Pada pasien baru maupun pengobatan ulang, segeradiberikan dosis pengobatan tahap lanjutan

o Selanjutnya lakukan pemeriksaan ulang dahak sesuaijadwal (pada bulan ke 5 dan Akhir Pengobatan)

Page 16: KATA PENGANTAR dan koordinasi antar kementerian/sektor dalam program pengendalian TB di tempat kerja ini telah berjalan secara harmonis dan sinergis. Kami harapkan pola ini dijadikan

47

2) Hasil pemeriksaan pada akhir tahap awal positif :• Lakukan penilaian jadwal keteraturanmenelan obat.• Status pasien dinyatakan sebagai terduga pasien TB MDR,

segera tindaklanjuti sebagai terduga pasien TB MDR.• Berikan dosis tahap lanjutan (tanpa memberikan OAT

sisipan)• Pengobatan dilanjutkan dan periksa ulang dahak pada

akhir bulan ke 5 (menyelesaikan dosis OAT bulan ke 5).

3) Hasil pemeriksaan pada akhir bulan ke 5 atau lebih :• Apabila hasil pemeriksaan ulang dahak hasilnya negatif,

lanjutkan pengobatan sampai seluruh dosis pengobatanselesai diberikan.

• Apabila hasil pemeriksaan ulang dahak hasilnya positif,pengobatan dinyatakan gagal.

• Status pasien dinyatakan sebagai terduga pasien TB MDR,segera tindaklanjuti sebagai terduga pasien TB MDR.

• Untuk pasien baru yang pengobatan dinyatakan gagal dantidak terbukti TB MDR ganti pengobatan dengan kategori2.

• Untuk pasien TB dengan pengobatan ulang yangdinyatakan gagal harus dirujuk ke RS Pusat Rujukan TBMDR.

Tindak lanjut atas dasar hasil pemeriksaan ulang dahakmikroskopis dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

49

Keterangan :(====) : Pengobatan tahap awal(-------) : Pengobatan tahap lanjutan X : Pemeriksaan dahak ulang pada minggu terakhir bulan pengobatan

untuk memantau hasil pengobatan ( X ) : Pemeriksaan dahak ulang pada bulan ini dilakukan hanya apabila

hasil pemeriksaan pada akhir tahap awal hasilnya BTA(+) * : Lakukan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan. Jika hasilnya

menunjukkan ada resistensi, pasien dinyatakan GAGAL, rujukke fasyankes rujukan TB resistan obat

** : Pasien dinyatakan gagal. Lakukan pemeriksaan biakan dan ujikepekaan. Jika hasilnya menunjukkan ada resistensi, rujuk kefasyankes rujukan TB resistan obat.

Pasien TB ekstra paruUntuk pasien TB ekstra paru, pemantauan kondisi klinis merupakan caramenilai kemajuan hasil pengobatan (Standar 10. ISTC). Sebagaimanapada pasien TB BTA negatif, perbaikan kondisi klinis antara lainpeningkatan berat badan pasien merupakan indikator yang bermanfaat.

b. Tatalaksana pasien yang berobat tidak teratur

51

Ket

eran

gan

:*

Lanj

utka

n pe

ngob

atan

dos

is y

ang

ters

isa

sam

pai s

elur

uh d

osis

pen

goba

tan

terp

enuh

i dan

dila

kuka

npe

mer

iksa

an u

lang

dah

ak k

emba

li se

tela

h m

enye

lesa

ikan

dos

is p

engo

bata

n pa

da b

ulan

ke

5 da

n A

P**

S

em

en

tara

me

nu

ng

gu

ha

sil p

em

eri

ksa

an

uji

kep

eka

an

pa

sie

n d

ap

at

dib

eri

kan

pe

ng

ob

ata

n p

ad

ua

nO

AT

kat

egor

i 2.

***

Se

me

nta

ra m

en

un

gg

u h

asi

l pe

me

riks

aa

n u

ji ke

pe

kaa

n p

asi

en

tid

ak

dib

eri

kan

pe

ng

ob

ata

n p

ad

ua

nO

AT

.

cepa

t•

Hen

tikan

peng

obat

anse

men

tara

men

ungg

uha

siln

ya

Apa

bila

sal

ah s

atu

atau

lebi

h ha

siln

yaB

TA p

ositi

f dan

ada

buk

ti re

sist

ensi

Kat

egor

i 1 m

aupu

n K

ateg

ori 2

Dir

ujuk

ke

RS

pus

at ru

juka

n TB

MD

R(d

imod

ifika

si d

ari :

Tre

atm

ent o

f Tub

ercu

losi

s, G

uide

lines

for N

atio

nal P

rogr

amm

e, W

HO

, 200

3)

Kat

egor

i 2D

osis

pen

goba

tan

sebe

lum

nya

< 1

Ber

ikan

pen

goba

tan

Kat

. 2 m

ulai

dar

ibl

naw

al

Dos

is p

engo

bata

n se

belu

mny

a >

1 B

erik

an p

engo

bata

n K

at. 2

mul

ai d

ari

bln

awal

bln

awal

Dos

is p

engo

bata

n se

belu

mny

a >

1 D

iruj

uk k

e la

yana

n sp

esia

listik

unt

ukbl

npe

mer

iksa

an le

bih

lanj

ut

resi

sten

si

53

2) Siapa yang bisa jadi PMOa) Petugas kesehatanb) Leader/ teman sekerja/ supervisorc) Anggota keluarga

3) Tugas seorang PMOa) Mengawasi dan memotivasi pasien TB agar menelan obat

secara teratur sampai selesai pengobatan.b) Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu

yang telah ditentukan.c) Mengingatkan pada anggota keluarga pasienTB yang

mempunyai gejala-gejala mencurigakan TB untuk segeramemeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.

4) Informasi penting yang perlu dipahami PMO:a) TB disebabkan kuman, bukan penyakit keturunan atau kutukan.b) TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur.c) Cara penularan TB, gejala-gejala yang mencurigakan dan cara

pencegahannya, termasuk pengendalian infeksi TB.d) Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan lanjutan).e) Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara teratur.f) Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya segera

meminta pertolongan ke fasyankes.

e. Pengobatan TB pada keadaan khusus1) Kehamilan

Pada prinsipnya pengobatan TB pada kehamilan tidak berbedadengan pengobatanTB pada umumnya. Menurut WHO, hampirsemua OAT aman untuk kehamilan, kecuali golongan Aminoglikosidaseperti streptomisin atau kanamisin karena dapat menimbulkanototoksik pada bayi(permanent ototoxic)dan dapat menembus barierplacenta.Keadaan ini dapat mengakibatkan terjadinya gangguanpendengaran dan keseimbangan yang menetap pada bayi yangakan dilahirkan. Perlu dijelaskan kepada ibu hamil bahwa keberhasilanpengobatannya sangat penting artinya supaya proses kelahirandapat berjalan lancar dan bayi yang akan dilahirkan terhindar darikemungkinan tertular TB.

Page 17: KATA PENGANTAR dan koordinasi antar kementerian/sektor dalam program pengendalian TB di tempat kerja ini telah berjalan secara harmonis dan sinergis. Kami harapkan pola ini dijadikan

48

Tabe

l 9. P

emer

iksa

an d

ahak

ula

ng u

ntuk

pem

anta

uan

hasi

l pen

goba

tan

KA

TEG

OR

IP

EN

GO

BA

TAN

BU

LAN

PE

NG

OB

ATA

N1

23

4

5

6

7

8

Pas

ien

baru

BTA

pos

itif

2(H

RZE

)/4(H

R)

3

(===

=)(=

===)

Xap

abila

hasi

lnya

BTA

posi

tif,

perik

sake

mba

lipa

da b

ulan

ke 3

(---

----

)( X

)ap

abila

has

ilnya

BTA

pos

itif *

,la

njut

kan

peng

obat

an d

anpe

riksa

kem

bali

pada

bul

an k

e 5

(---

----

)(-

----

--)

Xap

abila

hasi

lnya

BTA

pos

itif

**,

diny

atak

anga

gal

(---

----

)X

apab

ilaha

siln

yaB

TA p

ositi

f**

,di

nyat

akan

gaga

l

Pas

ien

baru

BTA

neg

atif

2(H

RZE

)/4(H

R)

3

(===

=)(=

===)

Xap

abila

hasi

lnya

BTA

posi

tif,

perik

sake

mba

lipa

da b

ulan

ke 3

(---

----

)( X

)ap

abila

has

ilnya

BTA

pos

itif *

,la

njut

kan

peng

obat

an d

anpe

riksa

kem

bali

pada

bul

an k

e 5

(---

----

)(-

----

--)

Xap

abila

hasi

lnya

BTA

pos

itif

**,

diny

atak

anga

gal

(---

----

)X

apab

ilaha

siln

yaB

TA p

ositi

f**

,di

nyat

akan

gaga

l

(===

=)(-

----

--)

( X )

apab

ila h

asiln

yaB

TA p

ositi

f *,

lanj

utka

npe

ngob

atan

dan

perik

sa k

emba

lipa

da b

ulan

ke

5

(---

----

)(-

----

--)

Xap

abila

hasi

lnya

BTA

pos

itif

**,

diny

atak

anga

gal

(===

=)(=

===)

(===

=)(-

----

--)

Xap

abila

hasi

lnya

BTA

pos

itif

**,

diny

atak

anga

gal

Pas

ien

peng

obat

anul

ang

BTA

pos

itif

2(H

RZE

)S/(H

RZE

)/5(

HR

) 3E

3

( dim

odifi

kasi

dar

i : M

anag

emen

t of T

uber

culo

sis,

Tra

inin

g fo

r Hea

lth F

acili

ty S

taf,W

HO

,201

0 )

50

Tabe

l 10.

Tat

alak

sana

pas

ien

yang

ber

obat

tida

k te

ratu

r

Tind

akan

pad

a pa

sien

yan

g pu

tus

bero

bat s

elam

a ku

rang

dar

i 1 b

ulan

• Dila

kuka

n pe

laca

kan

pasi

en• D

isku

sika

n de

ngan

pas

ien

untu

k m

enca

ri fa

ktor

pen

yeba

b pu

tus

bero

bat

• Lan

jutk

an p

engo

bata

n do

sis

yang

ters

isa

sam

pai s

elur

uh d

osis

pen

goba

tan

terp

enuh

i *Ti

ndak

an p

ada

pasi

en y

ang

putu

s be

roba

t ant

ara

1 - 2

bul

anTi

ndak

an p

erta

ma

Tind

akan

ked

ua•L

acak

pas

ien

•Dis

kusi

kan

deng

anpa

sien

unt

ukm

enca

ri fa

ktor

peny

ebab

put

usbe

roba

t•P

erik

sa d

ahak

SPS

dan

mel

anju

tkan

peng

obat

anse

men

tara

men

ungg

uha

siln

ya

Apab

ila h

asiln

ya B

TA n

egat

if at

aupa

da a

wal

pen

goba

tan

adal

ah p

asie

nTB

eks

tra p

aru

Lanj

utka

n pe

ngob

atan

dos

is y

ang

ters

isa

sam

pai s

elur

uh d

osis

pen

goba

tan

terp

enuh

i*

Apab

ila s

alah

sat

u at

au le

bih

hasi

lnya

BTA

posi

tif

Tota

l dos

ispe

ngob

atan

sebe

lum

nya

² 5

bula

n

Lanj

utka

n pe

ngob

atan

dos

is y

ang

ters

isa

sam

pai

selu

ruh

dosi

s pe

ngob

atan

terp

enuh

i*

Tota

l dos

ispe

ngob

atan

sebe

lum

nya

³ 5

bula

n

•K

ateg

ori 1

:1.

Laku

kan

pem

erik

saan

tes

cepa

t2.

Berik

an K

ateg

ori 2

mul

ai d

ari a

wal

**•

Kat

egor

i 2 :

Laku

kan

pem

erik

saan

tes

cepa

t ata

u di

ruju

k ke

RS

Pusa

t Ruj

ukan

TB

MD

R **

*Ti

ndak

an p

ada

pasi

en y

ang

putu

s be

roba

t 2 b

ulan

ata

u le

bih

(Los

s to

follo

w-u

p)

•Lac

ak p

asie

n•D

isku

sika

n de

ngan

pasi

en u

ntuk

men

cari

fakt

orpe

nyeb

ab p

utus

bero

bat

•Per

iksa

dah

akSP

S da

n at

au te

s

Apab

ila h

asiln

ya B

TA n

egat

if at

aupa

da a

wal

pen

goba

tan

adal

ah p

asie

nTB

eks

tra p

aru

Kepu

tusa

n pe

ngob

atan

sel

anju

tnya

dite

tapk

an o

leh

dokt

er te

rgan

tung

pad

ako

ndis

i klin

is p

asie

n, a

pabi

la:

1.su

dah

ada

perb

aika

n ny

ata:

hen

tikan

pen

goba

tan

dan

pasi

en te

tap

diob

serv

asi.

Apab

ila k

emud

ian

terja

di p

erbu

ruka

n ko

ndis

i klin

is, p

asie

ndi

min

ta u

ntuk

per

iksa

kem

bali

a

tau

2.be

lum

ada

per

baik

an n

yata

: lan

jutk

anpe

ngob

atan

dos

is y

ang

ters

isa

sam

pai s

elur

uh d

osis

pen

goba

tan

terp

enuh

i *K

ateg

ori 1

Dos

is p

engo

bata

n se

belu

mny

a <

1

Berik

an p

engo

bata

n K

at. 1

mul

ai d

ari

Apab

ila s

alah

sat

u at

au le

bih

hasi

lnya

BTA

posi

tif d

an ti

dak

ada

bukt

i

52

d. Pengawasan langsung menelan obat (DOT = Directly ObservedTreatment)Setiap pasien yang diobati harus diawasi oleh seorang PMO (PengawasMenelan Obat) selama masa pengobatan.

1) Persyaratan PMOa) Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh

petugas kesehatan maupun pasien, selain itu harus diseganidan dihormati oleh pasien.

b) Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien.c) Bersedia membantu pasien dengan sukarela.d) Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama

dengan pasien

Pasien TB yang tidak diketahui hasil akhir pengobatannya.Termasuk dalam kriteria ini adalah “pasien pindah (transferout)” ke kabupaten/kota lain dimana hasil akhirpengobatannya tidak diketahui oleh kabupaten/kota yangditinggalkan.

DefinisiHasilpengobatan

SembuhPasien TB paru dengan hasil pemeriksaan bakteriologis positifpada awal pengobatan yang hasil pemeriksaan bakteriologispada akhir pengobatan menjadi negatif dan pada salah satupemeriksaan sebelumnya.

Pengobatanlengkap

Pasien TB yang telah menyelesaikan pengobatan secaralengkap dimana pada salah satu pemeriksaan sebelum akhirpengobatan hasilnya negatif namun tanpa ada bukti hasilpemeriksaan bakteriologis pada akhir pengobatan.

Gagal

Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif ataukembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selamapengobatan atau kapan saja apabila selama dalampengobatan diperoleh hasil laboratorium yang menunjukkanadanya resistensi OAT

Meninggal Pasien TB yang meninggal oleh sebab apapun sebelummemulai atau sedang dalam pengobatan.

Putus berobat(loss to follow-up)

Pasien TB yang tidak memulai pengobatannya atau yangpengobatannya terputus selama 2 bulan terus menerus ataulebih.

Tidak dievaluasi

54

Pemberian Piridoksin 50 mg/hari dianjurkan pada ibu hamil yangmendapatkan pengobatan TB, sedangkan pemberian vitamin K10mg/hari juga dianjurkan apabila Rifampisin digunakan padatrimester 3 kehamilan menjelang partus.

2) Ibu menyusui dan bayinyaPada prinsipnya pengobatan TB pada ibu menyusui tidak berbedadengan pengobatan pada umumnya. Semua jenis OAT aman untukibu menyusui. Seorang ibu menyusui yang menderitaTB harusmendapat paduan OAT secara adekuat. Pemberian OAT yang tepatmerupakan cara terbaik untuk mencegah penularan kumanTB kepadabayinya. Ibu dan bayi tidak perlu dipisahkan dan bayi tersebut dapatterus diberikan ASI. Pengobatan pencegahan dengan INH diberikankepada bayi tersebut sesuai dengan berat badannya.

3) Pasien TB pengguna kontrasepsiRifampisin berinteraksi dengan kontrasepsi hormonal (pil KB, suntikanKB, susuk KB) sehingga dapat menurunkan efektifitas kontrasepsitersebut. Seorang pasienTB sebaiknya mengggunakan kontrasepsinon-hormonal.

4) Pasien TB dengan kelainan hatia) Pasien TB dengan Hepatitis akut

Pemberian OAT pada pasien TB dengan hepatitis akut danatau klinis ikterik, ditunda sampai hepatitis akutnya mengalamipenyembuhan. Sebaiknya dirujuk ke fasyankes rujukan untukpenatalaksanaan spesialistik.

b) Pasien dengan kondisi berikut dapat diberikan paduanpengobatan OAT yang biasa digunakan apabila tidak adakondisi kronis :• Pembawa virus hepatitis• Riwayat penyakit hepatitis akut• Saat ini masih sebagai pecandu alkohol

Page 18: KATA PENGANTAR dan koordinasi antar kementerian/sektor dalam program pengendalian TB di tempat kerja ini telah berjalan secara harmonis dan sinergis. Kami harapkan pola ini dijadikan

55

Reaksi hepatotoksis terhadap OAT umumnya terjadi padapasien dengan kondisi tersebut diatas sehingga harusdiwaspadai.

c) Hepatitis KronisPada pasien dengan kecurigaan mempunyai penyakit hatikronis, pemeriksaan fungsi hati harus dilakukan sebelummemulai pengobatan. Apabila hasil pemeriksaan fungsi hati >3x normal sebelum memulai pengobatan, paduan OAT berikutini dapat dipertimbangkan:• 2 obat yang hepatotoksik

✓ 2 HRSE / 6 HR9 HRE

• 1 obat yang hepatotoksik✓ 2 HES / 10 HE

• Tanpa obat yang hepatotoksik✓ 18-24 SE ditambah salah satu golongan fluorokuinolon

(ciprofloxasin tidak direkomendasikan karenapotensimya sangat lemah).

Semakin berat atau tidak stabil penyakit hati yang dideritapasien TB, harus menggunakan semakin sedikit OAT yanghepatotoksik.✓ Konsultasi dengan seorang dokter spesialis sangat

dianjurkan,✓ Pemantauan klinis dan LFT harus selalu dilakukan dengan

seksama,✓ Pada panduan OAT dengan penggunaan etambutol lebih

dari 2 bulan diperlukan evaluasi gangguan penglihatan.

5) Pasien TB dengan gangguan fungsi ginjalPaduan OAT yang dianjurkan adalah pada pasien TB dengan gagalginjal atau gangguan fungsi ginjal yang berat: 2 HRZE/4 HR.H dan R diekskresi melalui empedu sehingga tidak perlu dilakukanperubahan dosis. Dosis Z dan E harus disesuaikan karena diekskresimelalui ginjal. Dosis pemberian 3 x /minggu bagi Z : 25 mg/kg BBdan E : 15 mg/kg BB.

57

a) Meningitis TB dengan gangguan kesadaran dan dampakneurologis

b) TB milier dengan atau tanpa meningitisc) Efusi pleura dengan gangguan pernafasan berat atau efusi

pericardiald) Laringitis dengan obstruksi saluran nafas bagian atas, TB

saluran kencing( untuk mencegah penyempitan ureter ), pembesaran kelenjargetah bening dengan penekanan pada bronkus atau pembuluhdarah.

e) Hipersensitivitas berat terhadap OAT.f) IRIS ( Immune Response Inflammatory Syndrome )

Dosis dan lamanya pemberian kortikosteroid tergantung dari beratdan ringannya keluhan serta respon klinis.Predinisolon (per oral):• Anak: 2 mg / kg BB, sekali sehari pada pagi hari• Dewasa: 30 - 60 mg, sekali sehari pada pagi hariApabila pengobatan diberikan sampai atau lebih dari 4 minggu, dosisharus diturunkan secara bertahap (tappering off).

8) Indikasi operasiPasien-pasien yang perlu mendapat tindakan operasi (misalnyareseksi paru), adalah:a) Untuk TB paru:

• Pasien batuk darah berat yang tidak dapat diatasi dengancara konservatif.

• Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yangtidak dapat diatasi secara konservatif.

• Pasien TB MDR dengan kelainan paru yang terlokalisir.b) Untuk TB ekstra paru:

Pasien TB ekstra paru dengan komplikasi, misalnya pasien TBtulang yang disertai kelainan neurologik.

6. Efek samping OAT dan penatalaksanaannya

59

* Penatalaksanaan pasien dengan efek samping pada kulit ( ²6)Apabila pasien mengeluh gatal tanpa rash dan tidak ada penyebab lain,dianjurkan untuk memberikan pengobatan simtomatis dengan antihistaminserta pelembab kulit. Pengobatan TB tetap dapat dilanjutkan denganpengawasan ketat. Apabila kemudian terjadi rash, semua OAT harus dihentikandan segera rujuk kepada dokter atau fasyankes rujukan. Mengingat perlunyamelanjutkan pengobatan TB hingga selesai, di fasyankes rujukan dapatdilakukan upaya mengetahui OAT mana yang menyebabkan terjadinya reaksidikulit dengan cara “Drug Challengin”:

• Setelah reaksi dapat diatasi, OAT diberikan kembali secara bertahapsatu persatu dimulai dengan OAT yang kecil kemungkinannya dapatmenimbulkan reaksi ( H atau R ) pada dosis rendah misal 50 mg Isoniazid.

• Dosis OAT tersebut ditingkatkan secara bertahap dalam waktu 3 hari.Apabila tidak timbul reaksi, prosedur ini dilakukan kembali denganmenambahkan 1 macam OAT lagi.

• Jika muncul reaksi setelah pemberian OAT tertentu, menunjukkan bahwaOAT yang diberikan tersebut adalah penyebab terjadinya reaksi padakulit tersebut.

• Apabila telah diketahui OAT penyebab reaksi dikulit tersebut, pengobatandapat dilanjutkan tanpa OAT penyebab tersebut.

** Penatalaksanaan pasien dengan “drugs induced hepatitis”Patalaksanaan pasien dengan gangguan fungsi hati karena penyakit penyertapada hati, diuraikan dalam uraian Pengobatan pasien dalam keadaan khusus.

OAT lini pertama yang dapat memberikan gangguan fungsi hati adalah : H,R dan Z. Sebagai tambahan, Rifampisin dapat menimbulkan ikterus tanpaada bukti gangguan fungsi hati. Penting untuk memastikan kemungkinanadanya faktor penyebab lain sebelum menyatakan gangguan fungsi hati yangterjadi disebabkan oleh karena paduan OAT.

Penatalaksanaan gangguan fungsi hati yang terjadi oleh karena pengobatanTB tergantung dari:• Apakah pasien sedang dalam pengobatan tahap awal atau tahap lanjutan

61

Apabila R sebagai penyebab, dianjurkan pemberian: 2HES/10HE.Apabila H sebagai penyebab, dapat diberikan : 6-9 RZE.Apabila Z dihentikan sebelum pasien menyelesaikan pengobatan tahapawal, total lama pengobatan dengan H dan R dapat diberikan sampai 9bulan.Apabila H maupun R tidak dapat diberikan, paduan pengobatan OATnon hepatotoksik terdiri dari : S, E dan salah satu dari golongan kuinolonharus dilanjutkan sampai 18-24 bulan.

8. Apabila gangguan fungsi hati dan ikterus terjadi pada saat pengobatantahap awal dengan H,R,Z,E (paduan Kategori 1), setelah gangguan fungsihati dapat diatasi, berikan kembali pengobatan yang sama namun Zdigantikan dengan S untuk menyelesaikan 2 bulan tahap awal diikutidengan pemberian H dan R selama 6 bulan tahap lanjutan.

Apabila gangguan fungsi hati dan ikterus terjadi pada saat pengobatan tahaplanjutan (paduan Kategori 1), setelah gangguan fungsi hati dapat diatasi,mulailahkembali pemberian H dan R selama 4 bulan lengkap tahap lanjutan.

Page 19: KATA PENGANTAR dan koordinasi antar kementerian/sektor dalam program pengendalian TB di tempat kerja ini telah berjalan secara harmonis dan sinergis. Kami harapkan pola ini dijadikan

56

Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau gagal ginjal, perludiberikan tambahan Piridoksin (vit. B6) untuk mencegah terjadinyaneuropati perifer. Hindari penggunaan Streptomisin dan apabilaharus diberikan, dosis yang digunakan: 15 mg/kgBB, 2 atau 3 x/minggu dengan maksimum dosis 1 gr untuk setiap kali pemberiandan kadar dalam darah harus selalu dipantau. ( ²6)

Pasien dengan penyakit ginjal sangat berisiko untuk terkena TBkhususnya pada pasien dengan penyakit ginjal kronis. Secara umum,risiko untuk mengalami efek samping obat pada pengobatan pasienTB dengan gagal kronis lebih besar dibanding pada pasien TBdengan fungsi ginjal yang masih normal. Kerjasama dengan dokteryang ahli dalam penatalaksanaan pasien dengan gangguan fungsiginjal sangat diperlukan.

6) Pasien TB dengan Diabetes Melitus (DM)TB merupakan salah satu faktor risiko tersering pada seseorangdengan Diabetes mellitus.Anjuran pengobatan TB pada pasien dengan Diabetes melitus:a) Paduan OAT yang diberikan pada prinsipnya sama dengan

paduan OAT bagi pasien TB tanpa DM dengan syarat kadargula darah terkontrol

b) Apabila kadar gula darah tidak terkontrol, maka lama pengobatandapat dilanjutkan sampai 9 bulan

c) Hati hati efek samping dengan penggunaan Etambutol karenapasien DM sering mengalami komplikasi kelainan pada mata

d) Perlu diperhatikan penggunaan Rifampisin karena akanmengurangi efektifitas obat oral anti diabetes (sulfonil urea)sehingga dosisnya perlu ditingkatkan

e) Perlu pengawasan sesudah pengobatan selesai untukmendeteksi dini bila terjadi kekambuhan

7) Pasien TB yang perlu mendapat tambahan kortikosteroidKortikosteroid hanya digunakan pada keadaan khusus yangmembahayakan jiwa pasien seperti:

58

Tabel 13. Efek samping ringan OAT

Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan

Tidak ada nafsu makan,mual, sakit perut H, R, Z

OAT ditelan malam sebelum tidur.Apabila keluhan tetap ada, OAT ditelandengan sedikit makananApabila keluhan semakin hebat disertaimuntah, waspada efek samping beratdan segera rujuk ke dokter.

Nyeri Sendi Z Beri Aspirin, Parasetamol atau obat antiradang non steroid

Kesemutan s/d rasa ter-bakar di telapak kaki atautangan

H Beri vitamin B6 (piridoxin) 50 - 75 mg perhari

Warna kemerahan padaair seni (urine)

RTidak membahayakan dan tidak perludiberi obat penawar tapi perlu penjelasankepada pasien.

Flu sindrom (demam,menggigil, lemas, sakitkepala, nyeri tulang)

R dosisintermiten

Pemberian R dirubah dari intermitenmenjadi setiap hari

Gangguan penglihatan E E dihentikan.

Tabel 14.Efek samping berat OAT

Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan

H, R, Z, SIkuti petunjuk penatalaksanaandibawah*

Bercak kemerahan kulit (rash)dengan atau tanpa rasa gatalGangguan pendengaran (tanpadiketemukan serumen) S S dihentikan

S S dihentikanGangguan keseimbangan

Ikterus tanpa penyebab lain H, R, ZSemua OAT dihentikan sampaiikterus menghilang.

Bingung, mual muntah(dicurigai terjadi gangguanfungsi hati apabia disertaiikterus)

Semua jenisOAT

Semua OAT dihentikan, segeralakukan pemeriksaan fungsihati.

Purpura, renjatan (syok), gagal R R dihentikan.ginjal akut

Penurunan produksi urine S S dihentikan.

60

• Berat ringannya gangguan fungsi hati• Berat ringannya TB• Kemampuan fasyankes untuk menatalaksana efek samping obat

Langkah langkah tindak lanjut adalah sebagai berikut, sesuai kondisi:1. Apabila diperkirakan bahwa gangguan fungsi hati disebabkan oleh karena

OAT, pemberian semua OAT yang bersifat hepatotoksik harus dihentikan.Pengobatan yang diberikan Streptomisin dan Etambutol sambil menunggufungsi hati membaik. Bila fungsi hati normal atau mendekati normal,berikan Rifampisin dengan dosis bertahap, selanjutnya Isoniasid secarabertahap.

2. TB berat dan dipandang menghentikan pengobatan akan merugikanpasien, dapat diberikan paduan pengobatan non hepatatotoksik terdiridari S, E dan salah satu OAT dari golongan fluorokuinolon.

3. Menghentikan pengobatan dengan OAT sampai hasil pemeriksaan fungsihati kembali normal dan keluhan (mual, sakit perut dsb.) telah hilangsebelum memulai pengobatan kembali.

4. Apabila tidak bisa melakukan pemeriksaan fungsi hati, dianjurkan untukmenunggu sampai 2 minggu setelah ikterus atau mual dan lemas sertapemeriksaan palpasi hati sudah tidak teraba sebelum memulai kembalipengobatan.

5. Jika keluhan dan gejala tidak hilang serta ada gangguan fungsi hati berat,paduan pengobatan non hepatotoksik terdiri dari: S, E dan salah satugolongan kuinolon dapat diberikan (atau dilanjutkan) sampai 18-24 bulan.

6. Setelah gangguan fungsi hati teratasi, paduan pengobatan OAT semuladapat dimulai kembali satu persatu. Jika kemudian keluhan dan gejalagangguan fungsi hati kembali muncul atau hasil pemeriksaan fungsi hatikembali tidak normal, OAT yang ditambahkan terakhir harus dihentikan.Beberapa anjuran untuk memulai pengobatan dengan Rifampisin. Setelah3-7 hari, Isoniazid dapat ditambahkan. Pada pasien yang pernah mengalamiikterus akan tetapi dapat menerima kembali pengobatan dengan H danR, sangat dianjurkan untuk menghindari penggunaan Pirazinamid.

7. Paduan pengganti tergantung OAT apa yang telah menimbulkan gangguanfungsi hati.

62

Lampiran 2TATA CARA PEMANTAUAN DAN EVALUASI

A. PencatatanFormat pencatatan dan pelaporan Fasilitas Kesehatan di Tempat Kerjaadalah :1. Daftar Terduga TB yang diperiksa dahak (TB.06).2. Formulir permohonan laboratorium TB untuk pemeriksaan dahak

(TB.05).3. Register laboratorium TB (TB.04).4. Kartu pengobatan pasien TB (TB.01).5. Kartu identitas pasien TB (TB.02).6. Register TB Fasilitas Kesehatan (TB.03 Faskes).7. Formulir rujukan/pindah pasien (TB.09).8. Formulir hasil akhir pengobatan dari pasien TB pindahan (TB.10).9. Formulir Laporan Triwulan Penerimaan dan Pemakaian OAT (TB.13)10. Formulir Laporan Pengembangan Ketenagaan Program

Penanggulangan TB Fasilitas Kesehatan.

B. Pelaporan :Laporan hasil kegiatan Unit Kesehatandi Tempat Kerja (PelayananKesehatan Kerja) dilakukan secara berkala setiap triwulan dari fasilitaskesehatan dengan menggunakan (Form TB. 03 UPK) disampai ke DinasKesehatan Kabupaten Kota, sedangkan untuk format kegiatan pencegahandan penanggulangan di tempat kerja disampaikan kepada InstansiKetenagakerjaan bersama dengan laporan laporan P2K3 dan laporanPenyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Kerja sesuai peraturanperundangan bidang Ketenagakerjaan.

Alur Pelaporan :

Page 20: KATA PENGANTAR dan koordinasi antar kementerian/sektor dalam program pengendalian TB di tempat kerja ini telah berjalan secara harmonis dan sinergis. Kami harapkan pola ini dijadikan

63

Fasilitas Kesehatanperusahaan

Rekap kegiatan P2 TB di

tempat kerja

PuskesmasTB.03

Dinas ketenagakerjaanKabupaten/kota

Rekap kegiatan P2 TB di

tempat kerja

Dinas ketenagakerjaanProvinsi

Dinas kesehatanKabupaten/kota

TB 07,11,08

Dinas kesehatanProvinsi

Kementerian Tenagakerjadan Transmigrasi

Kementerian Kesehatan

2. Indikator :Untuk mengukur kemajuan program (marker of progress).atau keberhasilanprogram pengendalian TB digunakan beberapa indikator,yaitu:

1) Indikator Penemuan :• Proporsi pasien baru TB paru yang terkonfirmasi bakteriologis

diantara terduga TB.• Proporsi pasien TB paru yang terkonfirmasi bakteriologis diantara

semua pasien TB paru yang diobati/ tercatat.

2) Indikator Pengobatan TB• Angka konversi (Conversion Rate)• Angka keberhasi lan pengobatan (Success Rate)• Angka kesembuhan (Cure Rate)• Angka putus berobat

65

3) Angka Konversi (Conversion Rate)

Sumber Data TB. 01, 03 UPK,

NumeratorJumlah pasien baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis yghasil pemeriksaan BTA akhir pengobatan pada tahap awalnegatif (TB.03)

Jumlah pasien baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis ygdiobati (TB.03)

Denominator

Rumus

Manfaat

1) Menilai kualitas pelayanan pengobatan di FasilitasKesehatan

2) Indikatorinidapatdigunakanuntukmenilai PMO.3) Indikator ini untuk menilai kepatuhan pasien minum obat.

Jumlah pasien baru TB paru terkonfirmasi bakteriologisyang hasil pemeriksaan BTA akhir pengobatan

tahap awal negatif (TB 01, 03)Jumlah seluruh kasus terkonfirmasi bakteriologis

yang diobati TB (TB.01, 03)

x100%

4) Angka Keberhasilan Pengobatan (Success Rate)Angka keberhasilan pengobatan adalah angka yang menunjukkanprosentase pasien baru TB paru BTA positif yang menyelesaikanpengobatan (baik yang sembuh maupun pengobatan lengkap) diantarapasien baru TB paru BTA positif yang tercatat.

Dengan demikian angka ini merupakan penjumlahan dari angkakesembuhan dan angka pengobatan lengkap.

Cara perhitungan untuk pasien baru BTA positif dengan pengobatankategori1.

Rumus

Jumlah pasien baru TB BTA positif (sembuh + x pengobatan lengkap) 100%

67

6) Angka Putus Berobat

1) Menilaikualitaspelayananpengobatan di FasilitasKesehatan.

2) Indikatorinidapatdigunakanuntukmenilai PMO.3) Indikator ini untuk menilai kepatuhan pasien minum obat.4) Menilai keberhasilan Program TB.

Sumber Data TB. 01, 03 UPK,

Numerator Jumlah semua pasien TB Paru yang tidak selesai pengobatandalam waktu tertentu (TB.03)

Jumlah semua pasien TB Paru yang diobatidalam waktutertentu (TB.03)

Denominator

Rumus

Manfaat

Jumlah semua pasien TB paru yang tidak selesaipengobatan dalam waktu tertentu

Jumlah seluruh pasien TB paru yang diobatidalam waktu tertentu (TB.01, 03)

x100%

3. Supervisi Program Pengendalian TuberkulosisSupervisi TB bertujuan meningkatkan kinerja petugas, melalui suatuproses yang sistematis untuk meningkatkan pengetahuan petugas,meningkatkan ketrampilan petugas, memperbaiki sikap petugas dalambekerja dan meningkatkan motivasi petugas.

Tahapan kegiatan supervisi meliputi: perencanaan, Persiapan,Pelaksanaan, Pemecahan Masalah, dan penyusunan Laporan sertamemberikan umpan balik secara tertulis.

1) Supervisi secara rutin dan teratur pada semua tingkat bersama-sama dilaksanakan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota dan dinastenaga kerja kabupaten/kota sekurang-kurangnya 6 (enam) bulansekali.

2) Pada keadaan tertentu frekuensi supervisi perlu ditingkatkan, yaitu:• Pelatihan baru selesai dilaksanakan.• Pada tahap awal pelaksanaan program.• Bila kinerja dari suatu faskes kurang baik.

69

Lampiran 3Formulir - Formulir TB

TB.01 : Kartu Pengobatan PasienTB.02 : Kartu Identitas PAsien TBTB.03 : Register TB Fasilitas KesehatqanTB.04 : Register Laboratoirum TB untuk Laboratorim Faskes Mikroskopis

atau Test CepatTB.05 : Formulir Permohonan Laboratorium TB Untuk Pemeriksaan DahakTB.06 : Daftar Terduga TBTB.09 : Formulir Rujukan / Pindah PAsienTB.10 : Formulir Hasil Akhir Pengobatan PAsien TB PindahanTB.11 : Laporan Triwulan Hasil Pemeriksaan Dahak Mikroskopis Akhir Tahap Awal (untuk pasien terdaftar 3-6 bulan yang lalu)TB.13 : Laporan Triwulan Penerimaan dan Pemakaian OAT Kabupaten / KotaTB.14 : Laporan Pengembangan Ketenagaan Program Penanggulangan TB Fasilitas Kesehatan

Formulir Terlampir

----------------------------------------------------------------------------------------------------

Page 21: KATA PENGANTAR dan koordinasi antar kementerian/sektor dalam program pengendalian TB di tempat kerja ini telah berjalan secara harmonis dan sinergis. Kami harapkan pola ini dijadikan

64

2) Proporsi Pasien TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis diantara semuapasien TB paru tercatat atau diobati

Sumber Data TB. 01, 03 UPK, 04 dan 06

NumeratorJumlah pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis(BTA+)(TB 01, TB03 UPK)

Jumlah seluruh pasien TB paru tercatat (bakteriologis danklinis) (TB 03 UPK)

Denominator

RumusJumlah pasien TB paru terkonfirmasi bakteriologis (BTA+)

Jumlah seluruh pasienTB paru

(bakteriologis dan klinis) (TB 03 UPK)

x100%

Manfaat

1) Menilai kualitas pelayanan pengobatan di FasilitasKesehatan.

2) Indikator ini dapat digunakan untuk menilai pelayananpengobatan yang diberikan kepada pasien TB

3) Menggambarkan penemuan pasien TB yang menular diantara seluruh pasien TB yang diobati di tempat kerjatriwulan dan tahunan

Sumber Data TB. 01, 03 UPK, 04 dan 06

Numerator Jumlah kasus baru TB Paru terkonfirmasi Bakteriologis (TB.04)

Denominator JumlahseluruhTerduga TB (TB.06)

Rumus

Manfaat1) Menilai kualitas dari penemuan sampai diagnosis pasien2) Indikator ini dapat digunakan untuk menilai kepekaan menetapkan kriteria terduga TB

Jumlah kasus terkonfirmasi bakteriologis

Jumlah seluruh kasus terduga TBx100%

1) Proporsi Pasien Baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologisdiantara terduga TB

66

5) Angka kesembuhan (Cure Rate)

Sumber Data TB. 01, 03 UPK,

Numerator Jumlah pasien baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis yangdiobati sampai sembuh (TB.03)

Jumlah pasien baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis yangdiobati (TB.03)

Denominator

Rumus

Manfaat

6) Menilaikualitaspelayananpengobatan di FasilitasKesehatan.

7) Indikatorinidapatdigunakanuntukmenilai PMO.8) Indikator ini untuk menilai kepatuhan pasien minum obat.9) Menilai keberhasilan Program TB.10)Mengetahui pasien yang kebal obat.

Jumlah pasien baru TB paru terkonfirmasi bakteriologisyang sembuh

Jumlah seluruh kasus terkonfirmasi bakteriologisyang diobati TB (TB.01, 03)

x100%

Sumber Data TB. 01, 03 UPK,

Numerator Jumlah pasien TB yang diobati sampai pengobatan lengkap(TB.03)

Jumlah pasien baru TB Paru Terkonfirmasi Bakteriologis yangdiobati (TB.03)

Denominator

Rumus

Manfaat

1) Menilaikualitaspelayanan pengobatan di FasilitasKesehatan.

2) Indikator ini dapat digunakan untuk menilai PMO.3) Indikator ini untuk menilai kepatuhan pasien minum obat.4) Menilai keberhasilan Program TB.5) Mengetahui pasien yang kebal obat.

Jumlah pasien baru TB paru terkonfirmasi bakteriologisyang sembuh

Jumlah seluruh kasus terkonfirmasi bakteriologisyang diobati TB (TB.01, 03)

x100%

68

3) Supervisi menggunakan daftar tilik (terlampir)4) Menyusun Laporan Supervisi

Supervisor harus membuat laporan supervisi segera setelahmenyelesaikan kunjungan. Laporan supervisi tersebut harus memuatpaling sedikit tentang:a. Latar belakang (pendahuluan)b. Tujuan supervisi.c. Temuan- temuan: keberhasi lan dan kekurangan.d. Kemungkinan penyebab masalah atau kesalahan.e. Saran pemecahan masalahf. RTL (Rencana Tindak Lanjut).g. Laporan supervisi , sebaiknya dibuat 3 rangkap:

✓ Diberikan ke faskes/dinkes/instansi yang dikunjungisebagaiumpan balik untuk acuan perbaikan program.

✓ Diberikan kepada atasan langsung supervisor.✓ Arsip sebagai bahan untuk rencana kunjungan supervisi

berikutnya.

Lampiran 3Formulir - Formulir TBTB.06, TB.05, TB.04, TB.01, TB.02, TB.03, TB.09, TB.10, TB.13 (Terlampir)

--------------------------------------------------------------------------------------------------

70

PE

NA

NG

GU

LA

NG

AN

TB

NA

SIO

NA

LT

B.0

1K

AR

TU

PE

NG

OB

AT

AN

PA

SIE

N T

BIN

DO

NE

SIA

/201

5

Nam

a P

asie

n T

B

:N

o.T

elp/

HP

Nom

or In

duk

:K

epen

dudu

kan

(NIK

):

Ala

mat

Len

gkap

:Je

nis

Kel

amin

: L

P

Jika

wan

ita u

sia

subu

r:

Ham

il

Tid

ak H

amil

Tan

ggal

lahi

r:

__/

__/_

___

U

mur

:

t

ahun

:

b

ulan

Ber

at b

adan

:

k

g

Tin

ggi b

adan

:

cm

Nam

a P

MO

:N

o. T

elp/

HP

:A

lam

at P

MO

:N

ama

Fas

kes

:K

ab/K

ota

:N

o. R

eg T

B.0

3 F

aske

s:

Tah

un:

Pro

vins

i:

No.

Reg

TB

.03

Kab

/Kot

a:

Par

ut B

CG

:

Tid

ak a

da

A

daJu

mla

h S

korin

g T

B A

nak:

.....

......

......

......

.....

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

......

...

Tip

e D

iag

no

sis

dan

Kla

sifi

kasi

Pas

ien

TB

Tip

e D

iag

no

sis

Kla

sifi

kasi

ber

das

arka

n lo

kasi

an

ato

mi

Ter

konf

irmas

i bak

terio

logi

s

Ter

diag

nosi

s kl

inis

TB

Par

u

TB

Eks

trap

aru,

Lok

asi..

......

......

......

......

...

Bul

anke

Has

il P

emer

iksa

an C

onto

h U

ji (S

esua

i den

gan

TB

.05)

Tan

ggal

No.

Reg

Lab

BT

A*)

B

iaka

n

T

es C

epat

Kla

sifi

kasi

ber

das

arka

n r

iway

at p

eng

ob

atan

seb

elu

mn

ya

Bar

uK

ambu

h

Dio

bati

sete

lah

gaga

lD

ioba

ti se

tela

h pu

tus

bero

bat (

lost

to fo

llow

up)

Lain

-lain

Riw

ayat

pen

goba

tan

sebe

lum

nya

tidak

dik

etah

ui

Pos

itif

N

egat

if

Tid

ak d

iket

ahui

Kla

sifi

kasi

ber

das

arka

n s

tatu

s H

IV

Diru

juk

oleh

:In

isia

tif P

asie

n/K

elua

rga

Ang

gota

Mas

yara

kat/K

ader

......

......

......

.

Fas

kes.

......

......

......

......

..D

okte

r P

rakt

ek M

andi

ri....

......

......

......

...

Pol

i Lai

n....

......

......

......

...La

in-la

in...

......

......

......

......

......

......

......

..*)

Tul

isla

h 1+

, 2+

, 3+

, sca

nty,

ata

u N

eg s

esua

i has

il pe

mer

iksa

an d

ahak

Pem

erik

saan

Lai

n-l

ain

Pin

daha

n da

ri :

Nam

a F

aske

s:

......

......

......

......

......

......

......

Kab

/Kot

a:

....

......

......

......

......

......

......

.A

lam

at F

aske

s:

......

......

......

......

......

......

......

Pro

vins

i:

....

......

......

......

......

......

......

.

0 2 3 5 6 8

Riw

ayat

DM

:Y

aT

idak

Has

il T

es D

M:

Pos

itif

Neg

atif

Ter

api D

M:

OH

OIn

j. In

sulin

Keg

iata

n T

B D

M

1 2 3 4 5*)

Has

il di

isi:

Unt

uk D

ewas

a: S

ehat

/Sak

it T

B

Unt

uk A

nak:

Seh

at/In

feks

i Lat

en T

B/S

akit

TB

Pem

erik

saan

Ko

nta

k

K

on

tak

erat

den

gan

an

ak, s

ebu

tkan

.....

......

......

......

......

.....

No.

Nam

a

L/P

U

mur

H

asil

pem

erik

saan

T

inda

k La

njut

• U

ji T

uber

kulin

: ....

......

......

.....

mm

(In

dura

si b

ukan

erit

ema)

• F

oto

tora

ks: T

angg

al: _

__/_

__/_

____

N

o S

eri:

......

......

......

....

K

esan

:.....

......

......

......

......

.....

• B

iops

i jar

um h

alus

(F

NA

B):

Tan

ggal

__/

__/_

___

Has

il: ..

......

......

...•

Bia

kan

hasi

l con

toh

uji s

elai

n da

hak

:

MT

B

Buk

an M

TB

S

ebut

kan.

......

......

......

......

......

......

......

Page 22: KATA PENGANTAR dan koordinasi antar kementerian/sektor dalam program pengendalian TB di tempat kerja ini telah berjalan secara harmonis dan sinergis. Kami harapkan pola ini dijadikan

7371

75 77

Menin

ggal

Tid

ak d

ievalu

asi

Sem

buh

G

agal

Pengobata

n

Lengkap

(Tulis

tanggal d

ala

m k

ota

k y

ang s

esuai)

Bu

lan

1

2 3

45

67

89

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

2

8 2

9 3

0 3

1 J

um

lah

B

B (

kg

)

Bu

lan

1

2 3

45

67

89

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

2

8 2

9 3

0 3

1 J

um

lah

B

B (

kg

)

*) B

erila

h tanda jik

a p

asi

en d

ata

ng m

engam

bil

obat dan m

enela

n o

bat di d

epan p

etu

gas

kese

hata

n

Berila

h tanda “

gari

s lu

rus s

esu

ai ta

ng

gal m

inu

m o

bat”

jika

obat dib

aw

a p

ula

ng d

an d

itela

n s

endiri d

i rum

ah

Put

us B

erob

at (

Lost

tofo

llow

up)

Hasil A

kh

ir P

en

go

bata

n

Lay

anan

PD

P (

Per

awat

an, D

uku

ng

an, d

an P

eng

ob

atan

)

Nam

a F

ask

es

PD

P

II. T

AH

AP

LA

NJU

TA

N :

**

*)

Pad

uan

OA

T :

Kate

gori-1

Kate

gori-2

Kate

gori a

nak

Sum

ber

Obat

:P

rogra

m T

BB

aya

r se

ndiri

Ben

tuk O

AT

:K

DT

Kom

bip

ak/

Obat

lepas

Asu

ransi

Lain

-lain

....

....

....

....

....

....

....

....

....

....

I. T

AH

AP

AW

AL

: *

)

KD

T :

T

able

t N

o. B

atc

hS

tre

pto

mis

in**

)

mg/h

ari

N

o.

Batc

h

KD

T :

T

able

t N

o. B

atc

hE

tam

bu

tol *

***)

m

g/h

ari

N

o.

Batc

h

***)

Berila

h tanda jik

a p

asi

en d

ata

ng m

engam

bil

obat dan m

enela

n o

bat di d

epan p

etu

gas

kese

hata

n

B

erila

h tanda “

gari

s lu

rus p

utu

s-p

utu

s s

esu

ai ta

ng

gal m

inu

m o

bat”

jika

obat dib

aw

a p

ula

ng d

an d

itela

n s

endiri d

i rum

ah

****

) D

iisi u

ntu

k O

AT

ka

teg

ori-2

**)

Diis

i un

tuk

OA

T k

ate

go

ri-2

da

n k

ea

da

an

kh

usu

s

Cata

tan (

baca

petu

nju

k pengis

ian):

Ru

jukan

/ P

ind

ah

Pasie

n T

BL

ayan

an

Tes d

an

Ko

nselin

g H

IV S

ela

ma

Pen

go

bata

n T

B

Tanggal d

ianju

rkan

Tes

Tgl.

Tes

Hasi

l Tes*

(R/I/N

R)

* P

indah P

engobata

n

Nam

a F

ask

es

Tuju

an ....................................

Kab/ K

ota

.......................................................

Pro

vinsi

.........................................................

* P

indah R

egis

ter

Pasi

en T

B R

O

No. R

egis

ter

TB

RO

.......................................

*Hasi

l Tes

ditu

lis d

engan k

ode: R

= R

eakt

if, I=

Indete

rmin

ate

, N

R=

Non R

eakt

if

No

. R

eg

. N

asi

on

al

P

PK

(Y

a/T

ida

k) A

RT

(Y

a/T

ida

k) Mengambil Obat, Konsultasi Dokter, Periksa Ulang Dahak

Tanggal Perjanjian

Tanggal Perjanjian untuk Periksa Ulang Dahak

Catatan penting:

Harap datang untuk pemeriksaan dahak ulang pada:1. Tanggal: (seminggu sebelum akhir bulan ke: )2. Tanggal: (seminggu sebelum akhir bulan ke: )3. Tanggal: (seminggu sebelum akhir bulan ke: )4. Tanggal: (seminggu sebelum akhir bulan ke: )5. Tanggal: (seminggu sebelum akhir bulan ke: )

Bila kartu ini sudah penuh dapat diganti dengan kartu baru

TanggalTahap

PengobatanTanggal harus kembaliJumlah OAT yang

diberikan

Tanda Tangan Petugas Fasyankes:

Hasil Pengobatan: Kotak diisi dengan tanggalSembuh Pengobatan

LengkapGagal Meninggal Putus Berobat

(Lost to follow up)Tidak

dievaluasi

* Form

ulir in

i digu

naka

n oleh

labo

ratori

um ya

ng m

emilik

i kem

ampu

an m

elaku

kan p

emeri

ksaa

n mikr

osko

pis TB

atau

labo

ratori

um ya

ngme

lakuk

an m

ikros

kopis

TB da

n Gen

Xpert

. Misa

lnya P

uske

smas

dan R

umah

Sakit

yang

mem

iliki a

lat G

en Xp

ert.

PENA

NGGU

LANG

AN TB

NAS

IONA

L

Nama

Labo

ratori

um Pe

merik

sa

: .....

........

........

........

........

........

........

.......

Kabu

paten

/ Kota

: .

........

........

........

........

........

........

........

...Pro

vinsi

: .....

........

........

........

........

........

........

.......

Tahu

n : .

........

........

........

........

........

........

........

...

REGI

STER

LABO

RATO

RIUM

TBUN

TUK

LABO

RATO

RIUM

FASK

ES M

IKRO

SKOP

IS DA

N TE

S CEP

AT

INDON

ESIA/

2015

TB.04

Diagn

osis

Follow

Up

Total

TB Se

nsitif

Juml

ah Se

diaan

Positi

f *)Ju

mlah

Sedia

an Sc

anty

*)TB

RO

Juml

ah Se

diaan

Nega

tif *)

(beri t

anda

rump

ut)

*d

ireka

p per

lemba

r

No. R

eg La

b N

omor

Identi

tas Co

ntoh U

ji

Tang

gal

Pene

rimaa

nCo

ntoh U

ji(H

H/BB)

Nama

Leng

kap P

asien

Nomo

r Indu

kKe

pend

uduk

an (N

IK)Um

ur(Ta

hun)

Jenis

Kelam

inAla

mat L

engk

apNa

ma Fa

silitas

Kese

hatan

Asal

Conto

h Uji

Alasa

nPe

merik

saan

Hasil

Peme

riksa

an M

ikros

kopis

(BTA

/Lainn

ya)

Hasil

Tes C

epat

deng

an Xp

ert

Tand

a Tan

gan

Kete

ranga

nTa

ngga

l Has

il

1

2

3Tg

lPe

merik

saan

Hasil

Peme

riksa

anTg

l Has

ildila

porka

n

1

23

4 5

6

7

8

9

10

1

1

12

1

3 1

4

1

5

16

17

18

19

Keter

anga

n :(1)

Nomo

r Reg

. Lab

: :Tu

lis no

mor re

gister

Lab.

deng

an 4

digit,

mulai

deng

an 00

01 pa

da se

tiap

perm

ulaan

tahu

n dan

tulis

berur

utan

berda

sarka

n tan

ggal

peme

riksa

an.

(2) No

. Iden

titas c

ontoh

uji: T

ulisse

suai

deng

an fo

rmulir

TB.05

(10) A

lasan

peme

riksa

an di

isi de

ngan

:0 u

ntuk d

iagno

sis2 a

tau 3

untuk

akhir

taha

p awa

l5 u

ntuk b

ulan k

elima

6 atau

8 un

tuk ak

hir pe

ngob

atan

(12,13

,14) H

asil P

emeri

ksaan

Mikr

osko

pis di

isi de

ngan

:

Tulis

Neg:

Tidak

ditem

ukan

BTA d

alam

100 L

P

Tulis

Juml

ah BT

A: dit

emuk

an 1-

9 BTA

dalam

100 L

P

Tulis

1+: d

itemu

kan 1

0-99 B

TA da

lam 10

0 LP

Tulis

2+: d

itemu

kan 1

-10 BT

A dala

m 1 L

P (pe

riksa

min

50 LP

)

Tulis

3+: d

itemu

kan =

10 BT

A da

lam 1

LP (p

eriksa

min

20 LP

)

Tulis

TD: ti

dak d

ilakuk

an

(16) H

asil P

emeri

ksaan

Tes C

epat

Xpert

diisi

deng

an:

Neg:

MTB N

OT DE

TECT

ED

Rif Se

n: MT

B DET

ECTE

D, RIF

RESIS

TANC

E NOT

DETE

CTED

Rif Re

s: MT

B DET

ECTE

D, RIF

RESIS

TANC

E DET

ECTE

D

Rif In

det: M

TB DE

TECT

ED, R

IF RE

SISTA

NCE I

NDET

ERMI

NATE

D

INVAL

ID:

Invalid

ERRO

R : Er

ror

NO RE

SULT

: No

Resu

lt

Bulan ...

............

............

........ Ta

hun .....

..........

Nama F

asilitas

Keseh

atan

: .........

............

............

............

............

...Kab

upaten

/ Kota

: .........

............

............

............

............

...Pro

vinsi

: .........

............

............

............

............

...

NoJen

isKel

amin

Alamat

Lengka

p

1

2

3

4

5

6

7

8

910

11

12

13

14

15

16

17

No. Ide

ntitas S

ediaan D

ahak

Tangga

ldida

ftar

NIK(No

mor Ide

ntitas

Kepend

udukan

)Nam

a Lengk

ap Terd

uga TB

Umur

(Tahun)

Tangga

l Mulai

Pengob

atan TB

(Tgl/Bl

n/Thn)

Tangga

lHas

ilDip

eroleh

Tangga

l Hasil

Dipero

leh

16 1

7

18

19

20

21

2

2

23

24

25

26

27

28

2

9

(25) Pe

nulisa

n Hasi

l Biaka

n

Tulis N

eg: Tid

ak ada

koloni y

ang tum

buh

Tulis J

umlah

Kolon

i: Jumla

h koloni

1-19

Tulis 1

+ : 20-

100 kol

oni

Tulis 2

+: >100

-200 ko

loni

Tulis 3

+: >200

-500 ko

loni

Tulsi 4

+: > 50

0 koloni

Tulis N

TM: Ap

abila d

itemuka

n kuma

n Non

Tuberc

ulosis

Tulis K

ontam

inasi:

Apabila

terjadi

kontam

inasi

DAFTAR

TERDU

GA TB

TB.06

(23) Pe

nulisa

n Hasi

l Xpert

MTB/R

if

Tulis N

eg: MT

B NOT

DETEC

TED

Tulis R

if Sen:

MTB D

ETECTE

D, RIF R

ESISTA

NCE N

OT DE

TECTED

Tulis R

if Res:

MTB D

ETECTE

D, RIF R

ESISTA

NCE D

ETECTE

D

Tulis R

if Indet

: MTB

DETEC

TED, RI

F RESI

STANC

E INDE

TERMIN

ATED

Tulis IN

VALID

: Invali

d

Tulis E

RROR

: Error

Tulis N

O RESU

LT: N

o Resu

lt

PENAN

GGULA

NGAN

TB NA

SIONA

LInd

onesia/

2015

Bulan

..........

..........

..........

.... Tah

un .....

.........

Ketera

ngan

Dirujuk

Ke

Dirujuk

olehLok

asi Ana

tomi

Penyak

itTot

al Skor

ingTB

Anak

Hasil

Pemerik

saan

Foto T

oraks

Status

HIVRiw

ayat

Diabet

esMel

itus

Tangga

l Penga

mbilan

Conto

h Uji

(HH/BB

/TTTT)

Mikros

kopis

Xpert M

TB/RIF

Biaka

n

No Reg

Lab(TB

.04)

Tindak

Lanjut

Pengob

atan

A

B

C

Hasil A

Hasil

B

Hasil C

Hasil

Hasil

Tangga

lhas

ildip

eroleh

Ketera

ngan

(2) No

Identita

s Sedia

an Dah

ak

: Sesu

ai formu

lir TB 0

5 (Kode

Kab/K

ode Fa

skes/N

o Urut)

o Kelom

pok an

gka pe

rtama te

rdiri da

ri 2 an

gka yan

g meru

pakan

kode ka

b/kota,

misalny

a 02.

o Kelom

pok an

gka ked

ua terd

iri dari

5 angk

a:

- 3 a

ngka p

ertama

merup

akan ko

de Fas

kes, m

isalnya

015.

- 2 a

ngka b

erikutn

ya meru

pakan

nomor u

rut Pol

i di RS

. Untuk

Faskes

yang p

enjaring

an terd

uga TB

hanya

di satu

Poli, m

enulisk

an 00.

o Kelom

pok an

gka ket

iga terd

iri dari

4 angk

a yang

merup

akan n

o urut

sesuai

TB.06

dan dita

mbahk

an kod

e huru

f ABC s

esuai d

engan

pedom

an

nasiona

l, misal

nya 01

01A

(4) NIK

: Nom

or Iden

titas Ke

pendud

ukan se

suai de

ngan K

TP

(7) Jen

is Kelam

in : Tul

is "L" un

tuk jeni

s kelam

in Laki-

laki, da

n "P" un

tuk jeni

s kelam

in pere

mpuan

(10) Lo

kasi An

atomi P

enyakit

: Tulis

P: unt

uk paru

, Tulis E

P: untu

k ekstra

paru

(11) To

tal Skor

ing TB

Anak : T

ulis tot

al skor

ing unt

uk pasie

n TB A

nak an

tar 0 s.

d 13

(12) Pe

nulisa

n Hasi

l Peme

riksaan

Foto T

oraks

Tulis T

DL jika

peme

riksaan

Tidak

dilakuk

an

Tulis P

os jika

hasil p

emerik

saan P

ositif ke

san TB

Tulis N

eg jika

hasil p

emerik

saan tid

ak ada

kesan

TB

(13) St

atus H

IV diisi

denga

n:

Tulis P

os: un

tuk has

il tes H

IV posit

if

Tulis N

eg: un

tuk has

il tes H

IV nega

tif

Tulis T

D: untu

k hasil t

es HIV y

ang tid

ak diket

ahui

(14) Ri

wayat D

iabete

s Melit

us:

Tulis Y

a=Peny

andang

DM,

Tulis T

idak=B

ukan p

enyand

ang DM

(19,20

,21) Pe

nulisa

n Hasi

l Mikro

skopis

(A,B,C

)

Tulis N

eg: Tid

ak ditem

ukan B

TA dala

m 100

LP

Tulis J

umlah

BTA: d

itemuka

n 1-9 B

TA dala

m 100

LP

Tulis 1

+: ditem

ukan 1

0-99 B

TA dala

m 100

LP

Tulis 2

+: ditem

ukan 1

-10 BT

A dalam

1 LP (p

eriksa m

in 50 L

P)

Tulis 3

+: ditem

ukan =

10 BT

A dalam

1 LP (p

eriksa m

in 20 L

P)

Tulis T

D: tidak

dilakuk

an

Page 23: KATA PENGANTAR dan koordinasi antar kementerian/sektor dalam program pengendalian TB di tempat kerja ini telah berjalan secara harmonis dan sinergis. Kami harapkan pola ini dijadikan

74 72

7678

No. Reg. TB :

No. Reg. Kab/Kota : Propinsi

INGAT:1. Peliharalah kartu anda dan bawa selalu bila datang ke Fasilitas kesehatan.2. Anda dapat sembuh jika mengikuti aturan pengobatan dengan menelan obat secara

teratur.3. Penyakit TB dapat menyebar ke orang lain bila tidak diobati teratur.

Baru

Kambuh

Faskes

No. Telp/ HP :

Jenis kelamin : L P Umur tahun

Nama Fasyankes : Telp.

KARTU IDENTITAS PASIEN TB

TB.02

Paduan OAT yg diberikan:

Lihat halaman sebelah

KLASIFIKASI BERDASARKAN RIWAYATPENGOBATAN SEBELUMNYA

Diobat setelah Gagal

Lain-lain

Lokasi

Paru Ekstraparu

KLASIFIKASI BERDASARKAN LOKASI ANATOMIS

Tanggal mulai berobat:

Nama lengkap :

Alamat lengkap :

PENANGGULANGAN TB NASIONALINDONESIA/2015

Nomor IndukKependudukan(NIK)

Tanggal Bulan Tahun

Riwayat pengobatansebelumnya tidakdiketahui

DiobatiSetelah putus berobat(lost to follow up)

PENANG

GULANG

AN TB N

ASIONAL

TB.03 F

ASKES

REGIST

ER TB

FASILIT

AS KES

EHATAN

(8) Diruju

k Oleh d

iisi deng

an:Tuli

s IP/K: u

ntuk Inis

iatif Pas

ien/ Kel

uarga

Tulis AM

/K: untuk

Anggota

Masyar

akat/Ka

der

Tulis FK

: untuk

Fasilitas

Keseha

tanTuli

s DPM: u

ntuk Dok

ter Prakt

ek Mand

iriTuli

s PL: un

tuk Poli

Lain

Tulis LL

: untuk

Lain-lain

No.Reg

istrasi

TBKab

/Kota

Nama Pa

sienNom

or Iden

titasKep

endudu

kan(NIK

)

Jenis

Kelami

nUm

ur(Tah

un)Ala

mat Len

gkap

Dirujuk

Oleh

Skoring

TBAna

k(0-1

3)

Tangga

l Mulai

Pengob

atan(HH

/BB/TTT

T)

1 2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13 14

Sumber Obat

Hasil A

khir Pen

gobatan

Kolabo

rasi Ke

giatan T

B-HIV

Sebelum

Pengob

atan

15

1

6

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

2930

31 32

3

3

34

35

36

3

7

38

Keteran

gan

(5) Jenis

Kelami

n diisi d

engan:

Tulis L:

untuk je

nis kelam

in laki-la

kiTuli

s P: unt

uk jenis k

elamin p

erempua

n

TRIWU

LAN:

TAHUN

:

Nama Fa

skes

:

Nama K

ab/ Kot

a:

Nama Pr

ovinsi

:

No.Reg

istrasi

Faskes

TipeDia

gnosis

TB

Klasifik

asiBer

dasarka

nLok

asi Ana

tomi

Klasifik

asiBer

dasarka

nRiw

ayat

Pengob

atanSeb

elumnya

Klasifik

asiBer

dasarka

nSta

tus HIV

pada Sa

atDid

iagnosis

Paduan

OAT

Pemerik

saan C

ontoh U

jiHas

il Akhir

Pengob

atan

INDONE

SIA/201

5

Kegiata

n TB-DM

Dipinda

h keTB.

03 RO

Layana

n PDP

Layana

n Tes da

n Kons

eling H

IVAkh

ir Bulan

ke 2

Ak

hir Bul

an ke 3

Bu

lan ke 5

Akhir P

engoba

tan

No Reg Lab

Hasil

Mikros

kopis

No Reg Lab

Hasil

Mikros

kopis

Hasil

Mikros

kopis

Hasil

Mikros

kopis

No Reg Lab

No Reg Lab

Hasil

Mikros

kopis

Biakan

Tes Cepat

Tangga

l(HH

/BB/TTT

T)Tan

ggal tes

HIV

H

asil Tes

PPK

AR

TDM

Ter

api DM

Tangga

l dianjur

kanHas

il

(9) Tipe

Diagnos

is TB di

isi deng

an:Tuli

s TB: un

tuk terk

onfirma

si bakter

iologis

Tulis TK

: untuk

terdiagn

osis klin

is

(10) Kla

sifikasi B

erdasark

an Loka

si Anato

mi diisi d

engan:

Tulis TP

: untuk

TB Paru

Tulis TE

P: untuk

TB Eks

traparu

(11) Kla

rifikasi B

erdasark

an Riway

at Peng

obatan

Sebelum

nya:

Tulis B:

untuk B

aruTuli

s K: unt

uk Kamb

uhTuli

s DSG: u

ntuk Dio

bati Set

elah Ga

galTuli

s DSPB:

untuk D

iobati Se

telah Pu

tus Bero

batTuli

s LL: un

tuk Lain

-lainTuli

s TD: un

tuk Riw

ayat Pe

ngobata

n Sebelu

mnya

Tidak Di

ketahui

(12) Kla

sifikasi B

erdasark

an Statu

sHIV

pada sa

at didiag

nosis

Tulis Po

s: untuk

Positif

Tulis Ne

g: untuk

Negatif

Tulis TD

: untuk

Tidak Di

ketahui

(15) Pad

uan OA

T diisi d

engan:

Tulis Ka

t 1: untu

k katego

ri 1Tuli

s Kat 2:

untuk ka

tegori 2

Tulis Ka

t Anak:

untuk ka

tegori

anak

(16) Sum

ber oba

t diisi

dengan

:Tuli

s PR: un

tuk Prog

ramP2T

BTuli

s BS: Bia

ya send

iriTuli

s AS: As

uransi

Tulis L:

Lain-la

in

(17,21,2

3,25,27)

Hasil BT

A diisi d

engan:

Tulis Po

s: untuk

hasil Po

sitifTuli

s Neg: u

ntuk has

il Negati

fTuli

s TDL: u

ntuk tida

k dilaku

kan pem

eriksaa

n(18) Has

il Biaka

n diisi d

engan:

Tulis Ne

g: tidak

ada kolo

ni yang

tumbuh

Tulis ju

mlah ko

loni: un

tuk jum

lahkolo

ni 1-19

Tulis 1+

: 20-100

koloni

Tulis 2+

: >100-2

00 kolon

iTuli

s 3+: >2

00-500 k

oloni

Tulis 4+

: >500 k

oloni

Tulis NT

M: bila d

itemuka

n kuman

nonTub

erkulosis

Tulis ko

ntaminas

i: bila te

rjadi

kontam

inasi

(19) Has

il Tes Ce

pat diisi

dengan

:Tuli

s Neg: M

TB NOT

DETECT

EDTuli

s Rif Se

n: MTB D

ETECTE

D, RIF R

ESISTA

NCENOT

DETEC

TEDTuli

s Rif Re

s: MTB D

ETECTE

D, RIF R

ESISTA

NCEDET

ECTED

Tulis Ri

f Indet: M

TB DETE

CTED, R

IF RESI

STANCE

INDETE

RMINAT

EDTuli

s INVAL

ID: Inv

alidTuli

s ERROR

: Error

Tulis NO

RESUL

T: No R

esult

(29) Has

il Akhir P

engoba

tanHas

il diisi de

ngan:

Tulis S:

untuk s

embuh

Tulis PL

: untuk

Pengob

atan Len

gkap

Tulis G:

untuk G

agal

Tulis M

: untuk

Meningg

alTuli

s LF: un

tuk Los

t to follo

w upTuli

s TD: un

tuk tida

k dievalu

asi

(32) Has

il Tes dii

si denga

n:Tuli

s R: unt

uk hasil

tes HIV

Reaktif

Tulis I:

untuk ha

sil tes HI

V Indete

rminate

Tulis NR

: untuk

hasil tes

HIV Non

Reaktif

(33,34)

Layana

n PDP

untuk PP

K dan AR

Tdiisi

dengan

:Tuli

s Ya: jika

pasien

mendap

at PPK/

ARTTuli

s Tidak

: jikapas

ien tida

kmen

dapat P

PK/ART

(35) DM

diisi de

ngan:

Tulis Ya

: jika me

miliki

riwayat

DM atau

hasil

tes DM

positif

Tulis Ti

dak: jika

tidak

memiliki

riwayat

DMatau

hasil tes

DMneg

atif

(37) Dip

indah ke

TB.03 R

O diisi

dengan

menulis

kan tan

darum

put ( ) j

ika pasie

nterd

iagnosis

sebaga

i pasien

TBRO.

(36) Ter

api DM

diisiden

gan:

Tulis OH

O: jika

minum

obat ora

lTuli

s Inj. In

sulin: j

ikamen

dapat s

untikan

insulin

PENANGGULANGAN TB NASIONAL TB.05INDONESIA/2015

FORMULIR PERMOHONAN PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS TBNama Faskes : No. Telp. :

Nama Dokter Pengirim :

Nama Terduga / Pasien TB : Umur : tahun

Nomor Induk Kependudukan :

Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

Alamat lengkap :

Jenis Terduga/ Pasien TBTB TB ANAK

TB HIV TB RO

Kabupaten/ Kota :

Provinsi :

No. Identitas Sediaan (sesuai Daftar Terduga di TB.06 / TB 06 RO)

......./.........../.........../..........

Alasan Pemeriksaan :

Tgl. Pengambilan contoh uji :

Tanggal pengiriman contoh uji :

Tanda tangan pengambil contoh uji :

Diagnosis TB Diagnosis TB RO

Pemantauan Kemajuan pengobatan :

Bulan ke :

Pemeriksaan ulang pasca pengobatan :

Bulan ke :

No.Reg.TB/TB RO Faskes :

No.Reg.TB/TB RO Kab/ Kota :

Jenis & Jumlah Pemeriksaan Lokasi AnatomiParu

Ekstraparu

Lokasi :

BTA x.....................................

Tes cepat GX.........................

Tes Cepat LPA......................

Biakan x ................................

Uji Kepekaan Lini 1.................

Uji Kepekaan Lini 2................ Secara visual dahak tampak (berilah v pada kotak)

Nanah lendir Bercak darah Air liur

Sewaktu / Pagi

Sewaktu / Pagi

Sewaktu / Pagi

Contoh Uji

Dahak

Lainnya .................................

...................................................20.............

(........................................................)

Nama jelas dokter pengirim

HASIL PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS TBNo. Register Lab. (sesuai Buku Register Lab TB.04/ TB.04 RO) : ...................................

Contoh Uji*) Tanggal Hasil Hasil Pemeriksaan Mikroskopis (BTA/lainnya)**)

+++ ++ + 1-9***) Neg

Sewaktu/Pagi

Sewaktu/Pagi

Sewaktu/Pagi

*) Diisi sesuai dengan kode huruf sesuai identitas sediaan/waktu pengambilan dahak.

**) Beri tanda rumput pada hasil pemeriksaan/ tingkat positif yang sesuai. ***) Isi dengan jumlah BTA/ koloni yang ditemukan ****) Untuk kolom INH dan Rif diisi : R : resisten S : sensitif

Untuk kolom MTB diisi MTB:Mycobacterium Tuberculosis , NTM: Non Tuberculosis MycobacteriumKriteria Suspek MDR*****) Diisi R: resisten, S: Sensitif

Tanda tangan pemeriksa

(.....................................) (.....................................)

MengetahuiDokter PJ pemeriksaan Lab

Sewaktu/Pagi

Tanggal HasilContoh Uji*)

Sewaktu/Pagi

Tanggal HasilContoh Uji*)

Sewaktu/Pagi

TanggalContoh Uji*)

H R E S Km Amk OfxHasil Uji Kepekaan*****)

4+ 3+ 2+ 1+ 1-19***) Neg NTM****) Kontaminasi

Hasil Biakan**)

Neg Rif Sen Rif Res Rif Indet Invalid Error No result INH RIF MTB

Hasil Tes Cepat

Lain (LPA)****)Hasil Tes Cepat Xpert MTB/RIF**)

Nama pasien : No Reg TB Kab/Kota:

Jenis Kelamin : L P Umur thn

Tgl. pasien melapor :

( )

TB.09

Nama faskes pengirim : Telp.

Nama faskes tujuan : Telp.

Nama pasien :

NIK :

Jenis kelamin : L P Umur: tahun

Alamat lengkap :

No Reg TB Kab/Kota :

Tanggal mulai berobat :

Hasil

Tgl.

Telp.

( )

Tgl.

Kategori 1

Kategori 2

Kategori Anak

Tgl Bln Tahun

Tgl Bln Tahun

Nama Faskes (tempat berobat baru)

FORMULIR RUJUKAN / PINDAH PASIEN TB

Paduan OAT: Klasifikasi Pasien Berdasarkan RiwayatPengobatan Sebelumnya :

PENANGGULANGAN TB NASIONALINDONESIA/2015

Tanggal Bulan Tahun

Bentuk OAT:

Pasien baru TB

Pasien kambuh

Pasien diobati setelah gagal

Pasien diobati setelah putus berobat (lost to follow up)

Lain-lain

Riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahuiKDT Kombipak/ Obat Lepas

Jumlah dosis (obat) yang sudah ditelan: Jumlah dosis (obat) yang dibawakan:

Tahap awal dosis

Tahap Lanjutan dosis

Tahap awal dosis

Tahap Lanjutan dosis

Pemeriksaan ulang dahak terakhir:

Tanggal:

Status HIV:Positif Negatif Tidak diketahui

HARUS DIISI DAN DIKEMBALIKAN KE FASKES PENGIRIM:

Page 24: KATA PENGANTAR dan koordinasi antar kementerian/sektor dalam program pengendalian TB di tempat kerja ini telah berjalan secara harmonis dan sinergis. Kami harapkan pola ini dijadikan

79 81

Kabupaten/Kota : .............................................. Triwulan : ............... Tahun ................Bentuk OAT : KDT dan Kombipak Bulan : ............... s/d ....................

KATEGORI 1 KATEGORI 2

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)1

2

3

4

Kadaluarsa

Rusak

Hilang

Tidak bisa digunakan

LAPORAN TRIWULAN PENERIMAAN DAN PEMAKAIAN OAT KABUPATEN/KOTA

INDONESIA/2015

OAT KOMBIPAKOAT KDTURAIANNO KATEGORI 1 KATEGORI

ANAK

Stok pada hariterakhir triwulan(Stok akhir)

Total Stok Akhir

Jumlah dipakai/dikirim ke faskes(dalam triwulan)

Stok pada haripertama triwulan(Stok Awal)

Jumlah diterimadalam triwulan

TglDaluarsaJumlah

TglDaluarsaJumlah

TglDaluarsaJumlah

TglDaluarsaJumlah

TglDaluarsaJumlah

KATEGORIANAK

PENANGGULANGAN TB NASIONAL

(............................................)

Mengetahui:

Stok Minimal:Kategori 1Kategori 2Kategori Anak

Yang membuat laporan:

Stok Maksimal:Kategori 1Kategori 2Kategori Anak

(.....................................................)

TB.13 KAB/KOTA

Jumlah OAT yangdapat digunakan

Jumlah

Jumlah OAT yang tidak dapat digunakan

RU

MA

H S

AK

IT T

NI-

AD

Do

kte

r U

mu

mD

okt

er

Sp

esi

alis

Pa

ruD

okt

er

Sp

esi

alis

An

ak

Do

kte

r S

p.P

en

yaki

t D

ala

mD

okt

er

Sp

esi

alis

lain

nya

Pe

tug

as

TB

(pe

raw

at

dll)

Pe

tug

as

La

bo

rato

riu

mP

etu

ga

s F

arm

asi

RU

MA

H S

AK

IT P

OL

RI

Do

kte

r U

mu

mD

okt

er

Sp

esi

alis

Pa

ruD

okt

er

Sp

esi

alis

An

ak

Do

kte

r S

p.P

en

yaki

t D

ala

mD

okt

er

Sp

esi

alis

lain

nya

Pe

tug

as

TB

(pe

raw

at

dll)

Pe

tug

as

La

bo

rato

riu

mP

etu

ga

s F

arm

asi

KL

INIK

Do

kte

r U

mu

mD

okt

er

Sp

esi

alis

Pa

ruD

okt

er

Sp

esi

alis

An

ak

Do

kte

r S

p.P

en

yaki

t D

ala

mD

okt

er

Sp

esi

alis

lain

nya

Pe

tug

as

TB

(pe

raw

at

dll)

Pe

tug

as

La

bo

rato

riu

mP

etu

ga

s F

arm

asi

DO

KT

ER

PR

AK

TE

K M

AN

DIR

ID

okt

er

Um

um

Do

kte

r sp

esi

alis

Pa

ruD

okt

er

Sp

esi

alis

An

ak

Do

kte

r S

p.

Pe

nya

kit

Da

lam

Do

kte

r S

pe

sia

lis la

inn

ya

Ke

tera

ng

an

:P

etu

ga

s T

B F

ask

es

ha

nya

me

ng

isi b

aris

sesu

ai d

en

ga

n t

ipe

Fa

ske

s. C

on

toh

: u

ntu

k P

usk

esm

as

ha

nya

me

ng

isi b

ag

ian

Pu

ske

sma

sJu

mla

h k

eb

utu

ha

n p

osi

si s

taf

dis

esu

aik

an

de

ng

an

sta

nd

ar

yan

g a

da

pa

da

bu

ku p

ed

om

an

.Ju

mla

h p

osi

si y

an

g a

kan

dik

em

ba

ng

kan

dis

esu

aik

an

de

ng

an

re

nca

na

pe

ng

em

ba

ng

an

pe

liba

tan

Fa

sya

nke

s d

an

sta

nd

ar

kete

na

ga

an

p

ad

a b

uku

pe

do

ma

n.

• • •

Page 25: KATA PENGANTAR dan koordinasi antar kementerian/sektor dalam program pengendalian TB di tempat kerja ini telah berjalan secara harmonis dan sinergis. Kami harapkan pola ini dijadikan

80

PANDUAN PENGENDALIAN TUBERKULOSISDI TEMPAT KERJA

PANDUAN BERSAMA

KEMENTERIAN KESEHATAN DAN KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN

TAHUN 2015

MAKARTI KARYA MUKTITAMA

PU

SK

ES

MA

SD

okte

r U

mu

mD

okte

r S

pe

sia

lis P

aru

Do

kte

r S

pe

sia

lis A

na

kD

okte

r S

p.P

en

ya

kit D

ala

mD

okte

r S

pe

sia

lis la

inya

Pe

tug

as T

B (

pe

raw

at/d

ll)P

etu

ga

s L

ab

ora

toriu

m

Pe

tug

as F

arm

asi

Pe

tug

as P

ustu

RU

MA

H S

AK

IT P

EM

ER

INT

AH

Do

kte

r U

mu

mD

okte

r S

pe

sia

lis P

aru

Do

kte

r S

pe

sia

lis A

na

kD

okte

r S

p. P

en

ya

kit D

ala

mD

okte

r S

pe

sia

lis la

inn

ya

Pe

tug

as T

B(p

era

wa

t d

ll)P

etu

ga

s L

ab

ora

toriu

m

Pe

tug

as F

arm

asi

RU

MA

H S

AK

IT S

WA

ST

AD

okte

r U

mu

mD

okte

r S

pe

sia

lias P

aru

Do

kte

r S

pe

sia

l A

na

kD

okte

r S

p.P

en

ya

kit D

ala

mD

okte

r S

pe

sia

lis la

inn

ya

Pe

tug

as T

B(p

era

wa

t d

ll)P

etu

ga

s L

ab

ora

toriu

mP

etu

ga

s F

arm

asi

IND

ON

ES

IA/2

01

5

TB

.14

FA

SK

ES

PE

NA

NG

GU

LA

NG

AN

TB

NA

SIO

NA

L

LA

PO

RA

N P

EN

GE

MB

AN

GA

N K

ET

EN

AG

AA

N P

RO

GR

AM

PE

NA

NG

GU

LA

NG

AN

TB

FA

SIL

ITA

S K

ES

EH

AT

AN

Pro

vin

si

: ..

....

....

....

....

....

....

....

....

Ta

hu

n:

....

....

....

....

....

....

....

....

...

Ka

bu

pa

ten

/Ko

ta:

....

....

....

....

....

....

....

....

..S

em

es

ter

: ..

....

....

....

....

....

....

....

....

.N

am

a F

as

ke

s:

....

....

....

....

....

....

....

....

..

Je

nis

/K

ate

go

riP

etu

ga

s F

as

ya

nk

es

Jm

lp

etu

ga

sF

as

ya

nk

es

Sit

ua

si P

ela

tih

an

(K

om

pe

ten

si)

Ju

mla

hte

rla

tih

TB

Ak

tif

Tid

ak

ak

tif

Re

nc

an

a y

an

ga

ka

n d

ila

tih

TB

1 2

3 4

5

6

Page 26: KATA PENGANTAR dan koordinasi antar kementerian/sektor dalam program pengendalian TB di tempat kerja ini telah berjalan secara harmonis dan sinergis. Kami harapkan pola ini dijadikan

PANDUAN PENGENDALIAN TUBERKULOSISDI TEMPAT KERJA

PANDUAN PENGENDALIAN TUBERKULOSISDI TEMPAT KERJA

PANDUAN BERSAMA

KEMENTERIAN KESEHATAN DAN KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN

TAHUN 2015

MAKARTI KARYA MUKTITAMA

PANDUAN BERSAMA

KEMENTERIAN KESEHATAN DAN KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN

TAHUN 2015

MAKARTI KARYA MUKTITAMA

Page 27: KATA PENGANTAR dan koordinasi antar kementerian/sektor dalam program pengendalian TB di tempat kerja ini telah berjalan secara harmonis dan sinergis. Kami harapkan pola ini dijadikan