Kata Pengantar

30
Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat- Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Dasar II yang berjudul “LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP TEORI DIABETES MELITUS (DM)” dengan tepat waktu. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan, rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini. Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan bagi dunia pendidikan. Denpasar, Oktober 2014 Penulis

description

kata pengantar penyakit dm daerah bali dan sekitarnya

Transcript of Kata Pengantar

Page 1: Kata Pengantar

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-

Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Dasar II yang berjudul

“LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP TEORI DIABETES MELITUS (DM)”

dengan tepat waktu.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan, rasa terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini. Penulis juga menyadari bahwa

makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya

membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan bagi dunia

pendidikan.

Denpasar, Oktober 2014

Penulis

Page 2: Kata Pengantar

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-

duanya. Diagnosis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas DM berupa

poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan

sebabnya. Secara epidemiologik diabetes seringkali tidak terdeteksi dan dikatakan onset

atau mulai terjadinya adalah 7 tahun sebelum diagnosis ditegakkan, sehingga morbiditas

dan mortalitas dini terjadi pada kasus yang tidak terdeteksi (Soegondo, et al., 2005).

Diabetes mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan dapat mengakibatkan

terjadinya berbagai penyakit menahun, seperti penyakit serebrovaskular, penyakit jantung

koroner, penyakit pembuluh darah tungkai, penyakit pada mata, ginjal, dan syaraf. Jika

kadar glukosa darah dapat selalu dikendalikan dengan baik, diharapkan semua penyakit

menahun tersebut dapat dicegah, atau setidaknya dihambat. Berbagai faktor genetik,

lingkungan dan cara hidup berperan dalam perjalanan penyakit diabetes (Soegondo, et al.,

2005).

Berbagai penelitian menunjukan bahwa kepatuhan pada pengobatan penyakit yang

bersifat kronis baik dari segi medis maupun nutrisi, pada umumnya rendah. Dan

penelitian terhadap penyandang diabetes mendapatkan 75 % diantaranya menyuntik

insulin dengan cara yang tidak tepat, 58 % memakai dosis yang salah, dan 80 % tidak

mengikuti diet yang tidak dianjurkan.(Endang Basuki dalam Sidartawan Soegondo, dkk

2004).

Jumlah penderita penyakit diabetes melitus akhir-akhir ini menunjukan kenaikan yang

bermakna di seluruh dunia. Perubahan gaya hidup seperti pola makan dan berkurangnya

aktivitas fisik dianggap sebagai faktor-faktor penyebab terpenting. Oleh karenanya, DM

dapat saja timbul pada orang tanpa riwayat DM dalam keluarga dimana proses terjadinya

penyakit  memakan waktu bertahun-tahun dan sebagian besar berlangsung tanpa gejala.

Namun penyakit DM dapat dicegah jika kita mengetahui dasar-dasar penyakit dengan

baik dan mewaspadai perubahan gaya hidup kita (Elvina Karyadi, 2006).

Page 3: Kata Pengantar

Penderita diabetes mellitus dari tahun ke tahun mengalami peningkatan menurut

Federasi Diabetes Internasional (IDF), penduduk dunia yang menderita diabetes mellitus

sudsh mencakupi sekitar 197 juta jiwa, dan dengan angka kematian sekitar 3,2 juta orang.

WHO memprediksikan penderita diabetes mellitus akan menjadi sekitar 366 juta orang

pada tahun 2030. Penyumbang peningkatan angka tadi merupakan negara-negara

berkembang, yang mengalami kenaikan penderita diabetes mellitus 150 % yaitu negara

penderita diabetes mellitus terbanyak adalah India (35,5 juta orang), Cina (23,8 juta

orang), Amerika Serikat (16 juta orang), Rusia (9,7 juta orang), dan Jepang (6,7 juta

orang).

WHO menyatakan, penderita diabetes mellitus di Indonesia diperkirakan akan

mengalami kenaikan 8,4 juta jiwa pada tahun 2000,menjadi 21,3 juta jiwa pada tahun

2030. Tingginya angka kematian tersebut menjadikan Indonesia menduduki ranking ke-4

dunia setelah Amerika Serikat, India dan Cina (Depkes RI, 2004).

Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), terjadi pengukuran

prevalensi Diabetes mellitus (DM) dari tahun 2001 sebesar 7,5 % menjadi 10,4 % pada

tahun 2004, sementara hasil survey BPS tahun 2003 menyatakan bahwa prevalensi

diabetes mellitus mencapai 14,7  % di perkotaan dan 7,2 % di pedesaan.

Berdasarkan data rawat jalan di Rumah Sakit Umum Propinsi Sulawesi Tenggara

(Poli Interna) tahun 2009 penderita diabetes melitus sebanyak 779 orang atau 16,1 % dari

jumlah pasien sebanyak 4837 pasien, tahun 2010 penderita diabetes mellitus sebanyak

1124 orang atau 25,8 % dari jumlah pasien sebanyak 4345 pasien, sedangkan pada tahun

2011 dari Januari sampai dengan Juni 2011 jumlah penderita diabetes mellitus 793 orang

atau 38,7 % dari jumlah pasien sebanyak 2044 orang. Olehnya itu, makalah ini akan

membahas penyakit Diabetes Militus secara terperinci

B. Rumusan Masalah

Apa pengertian dari penyakit Diabetes Militus ?

Apa penyebab penyakit Diabetes Militus ?

Apa saja gejala klinis yang terjadi ?

Bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan ?

Page 4: Kata Pengantar

C. Tujuan Penelitian

Tujuan makalah ini adalah mengetahui tinjauan mengenai penyakit Diabetes

Melitus baik darisegi pengertian, klasifikasi etiologis, epidemiologi, gambaran klinis,

patofisiologi, diagnosa, komplikasi, dan pemberian obat atau prngobatan pasian

Diabetes Mellitus

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penulisan adalah Memberikan informasi kepada pembaca tentang

Apa penyakit polyuria itu, Bagaimana gejala yang dirasakan penderita penyakit ini, Ada

berapa jenis penyakit ini, Apa enyebab timbulnya penyakit ini, Konplikasi apa saja yang

terjadi pada penyakit ini, dan Bagaimana cara menanganinya.

Page 5: Kata Pengantar

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).

Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang

disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat

kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).

Diabetes Melitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan

kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner and Suddart, 2002 : 1220).

Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan

metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik

pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam

pemeriksaan dengan mikroskop elektron. (Arif Mansjoer, 2001 : 580).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Diabetes Melitus adalah

peningkatan kadar glukosa dalam darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun

relatif yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan

pembuluh darah.

Epidemiologi/Insiden kasus (Suyono, 2001)

Diabetes Melitus Tipe 1 (DM Tipe 1)

Kekerapan DM Tipe 1 di negara barat + 10% dari DM Tipe 2. Di negara tropik

jauh lebih sedikit lagi. Gambaran kliniknya biasanya timbul pada masa kanak-

kanak dan puncaknya pada masa akil balik. Tetapi ada juga yang timbul pada masa

dewasa.

Diabates Melitus Tipe 2 (DM Tipe 2)

Page 6: Kata Pengantar

DM Tipe 2 adalah jenis yang paling banyak ditemukan (lebih dari 90%). Timbul

makin sering setelah umur 30 dengan catatan pada dekade ketujuh kekerapan

diabetes mencapai 3 sampai 4 kali lebih tinggi daripada rata-rata orang dewasa.

Diabetes Melitus Tipe Lain

Ada beberapa tipe diabetes yang lain seperti defek genetik fungsi sel beta, defek

genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat atau

zat kimia, infeksi, sebab imunologi yang jarang dan sindroma genetik lain yang

berkaitan dengan DM.

Diabetes Melitus Gestasional

Diabetes Melitus Gestasional adalah diabetes yang timbul selama kehamilan. Jenis

ini sangat penting diketahui karena dampaknya pada janin kurang baik bila tidak

ditangani dengan benar.

B. Etiologi

1. Diabetes tipe I:

a. Faktor genetik

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu

predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.

Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen

HLA.

b. Faktor-faktor imunologi

Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi

terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan

tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi

terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.

c. Faktor lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan

destruksi selbeta.

2. Diabetes Tipe II

Page 7: Kata Pengantar

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi

insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang

peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Faktor-faktor resiko :

a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)

b. Obesitas

c. Riwayat keluarga

C. Patofisiologi

1. Diabetes Tipe I. Pada diabetes tipe ini terdapat ketidakmampuan untuk

menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses

autoimun. Hipereglikemia-puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur

oleh hati. Disamping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan

dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia

postprandial (sesudah makan).

Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali

semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urine

(Glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan ke dalam urine, ekskresi ini

akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan

diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan

mengalami peningkatan dalam berkemih (Poliuria) dan rasa haus (polidipsia).

Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan

penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (Polifagia)

akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.

Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang

disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam-asam amino serta

substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa

hambatan dan lebih lanjut turun menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi

pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang

merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang

Page 8: Kata Pengantar

mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis

diabetik yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti

hiperventilasi, napas bau aseton dan bila tidak ditangani akan mengakibatkan perubahan

kesadaran, koma bahkan kematian.

2. Diabetes Tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan

dengan insulin yaitu retensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin

akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya

insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme

glukosa didalam sel. Retensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan

reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi

pengambilan glukosa oleh jaringan.

untuk mengatasi retensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus

terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa

terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa

akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian

jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka

kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II.

D. Manisfestasi KlinisGejala klasik diabetes adalah rasa haus yang berlebihan sering kencing terutama

malam hari, banyak makan serta berat badan yang turun dengan cepat. Di samping

itu kadang-kadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat

lapar, gatal-gatal, penglihatan jadi kabur, gairah seks menurun, luka sukar sembuh

dan pada ibu-ibu sering melahirkan bayi di atas 4 kg. Kadang-kadang ada pasien

yang sama sekali tidak merasakan adanya keluhan, mereka mengetahui adanya

diabetes karena pada saat periksa kesehatan ditemukan kadar glukosa darahnya

tinggi. 

Page 9: Kata Pengantar

DM Tipe 1 DM Tipe 2

Nama lama

Umur (th)

Keadaan klinik saat diagnosis

Kadar insulin

Berat badan

Pengobatan

DM Juvenil

Biasa <40

Berat

Tak ada insulin

Biasanya kurus

Insulin, diet, olahraga

DM dewasa

Biasa >40

Ringan

Insulin cukup/tinggi

Biasanya gemuk/normal

Diet, olahraga, tablet,

insulin

Tabel Perbedaan antara DM Tipe 1 dengan DM Tipe 2 

E. Pemeriksaan Penunjang1. Glukosa darah sewaktu

Kadar darah sewaktu (kadar gula darah sewaktu) adalah hasil pengukuran

yang dilakukan seketika waktu itu, tanpa ada puasa. Jadi biasanya kadar gula

akan lebih tinggi. Normalnya, kadar gula dalam darah adalah 110 mg/dl (gula

darah puasa) dan 140 mg/dl (gula darah sewaktu). Namun, pada penderita DM,

kadar gula darah puasanya lebih dari 126 mg/dl dan gula darah sewaktulebih dari

200 mg/dl.

2. Kadar glukosa darah puasa

Kadar gula darah puasa merupakan kadar gula darah ketika tidak ada satupun

makanan yang masuk ke dalam tubuh dalam jangka waktu kurang lebih 8 jam.

3. Tes toleransi glukosa

Tes toleransi glukosa adalah tes darah yang dilakukan untuk membuat

diagnosis diabetes mellitus. Tes ini juga dapat dilakukan untuk keperluan lain

seperti untuk mendiagnosa hipoglikemia (gula darah rendah) atau sindrom

malabsorpsi di mana gula tidak diserap dengan baik melalui usus ke dalam aliran

darah.

Page 10: Kata Pengantar

F. Penatalaksanaan

A. Penyuluhan

Edukasi DM adalah pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan

keterampilan bagi penderita DM dengan tujuan merubah prilaku pasien untuk

meningkatkan pemahaman tentang penyakitnya.

B. Perencanaan makanan (Diet)

Penatalaksanaan nutrisi pada diabetes diarahkan untuk mencapai tujuan berikut :

1. Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin dan mineral).

2. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai.

3. Memenuhi kebutuhan energi.

4. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan

kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis.

5. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat.

C. Farmakologis, berupa:

1. Obat Hipoglikemik Oral

a. Sulfonilurea, obat golongan sulfonilurea bekerja dengan cara :

Menstimulasi pengelepasan insulin yang tersimpan.

Menurunkan ambang sekresi insulin.

Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.

Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan berat badan normal

dan masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya sedikit lebih.

Klorpropamid kurang dianjurkan pada kaedaan insufisiesi renal dan orang tua

karena risiko hipoglikemia yang berkepanjangan, demikian juga glibenklamid.

Untuk orang tua dianjurkan preparat dengan waktu kerja pendek (tolbutamid,

glikuidon). Glikuidon juga diberikan pada pasien DM dengan gangguan fungsi

ginjal atau hati ringan.

Biguanid

Biguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai dibawah normal.

Preparat yang ada dan aman adalah metformin. Obat ini dianjurkan untuk

Page 11: Kata Pengantar

pasien gemuk (Indek Masa Tubuh/IMT >30) sebagai obat tunggal. Pada pasien

dengan berat lebih (IMT 27-30), dapat dikombinasi dengan obat golongan

sulfonilurea.Inhibitor α glukosidase

Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α glukosidase

didalam saluran cerna, sehingga menurunkan penyerapan glukosa dan

menurunkan hiperglikemia pascaprandial.

2. Insulin 

Insulin diperlukan pada keadaan :

Penurunan berat badan yang cepat

Hiperglikemia berat yang disertai ketosis

Ketoasidosis diabetik

Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik

Hiperglikemia dengan asidosis laktat

Gagal dengan kombinasi obat hipoglikemik oral (OHO) dosis hampir

maksimal

Stres berat (Infeksi sitemik, operasi besar, IMA, stroke)

Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali

Gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat

Kontraindikasi atau alergi tarhadap OHO

Jenis dan lama kerja Insulin

Berdasarkan lama kerja, insulin terbagi menjadi empat jenis, yakni :

Insulin kerja cepat (rapid acting

insulin)

Insulin kerja pendek (short acting

insulin)

Insulin kerja menengah

(intermediate acting insulin)

Insulin kerja panjang (long acting

insulin)

Page 12: Kata Pengantar

Insulin campuran tetap (premixed

insulin)

Efek samping terapi insulin

Efek samping utama dari terapi insulin adalah terjadinya hipoglikemia.

Efek samping yang lain berupa reaksi imun terhadap insulin yang dapat

menimbulkan alergi insulin atau resistensi insulin.

Cara penyuntikan insulin

o Insulin umumnya diberikan dengan suntikan dibawah kulit (subkutan). Dengan

arah alat suntik tegak lurus terhadap permukaan kulit.

o Pada keadaan khusus diberikan intramuskular atau intravena secara bolus atau

drip.

o Terdapat sediaan insulin campuran (Mixed Insulin) antara insulin kerja pendek

dan kerja menengah, dengan perbandingan dosis yang tertentu. Apabila tidak

terdapat sediaan insulin campuran tersebut atau diperlukan perbandingan dosis

yang lain, dapat dilakukan pencampuran sendiri antara kedua jenis insulin

tersebut.

o Lokasi penyuntikan, cara penyuntikan maupun cara penyinpanan insulin harus

dilakukan dengan benar, demikian pula mengenai rotasi tempat suntik.

o Apabila diperlikan, sejauh sterilitas penyimpanan terjamin, semprit insulin dan

jarumnya dapat dipakai lebih dari satu kali oleh diabetisi yang sama.

D. Manfaat Olahraga bagi Diabetisi :

Mengendalikan kadar glukosa darah

Menurunkan kelebihan berat badan (mencegah kegemukan)

Page 13: Kata Pengantar

Membantu mengurangi stres

Memperkuat otot dan jantung

Meningkatkan kadar kolesterol ‘baik’ (HDL)

Membantu menurunkan tekanan darah

E. Perawatan dirumah, sebagai seorang diabetesi sering mengalami gangguan sirkulasi

pada kaki sehingga mudah terkena infeksi bakteri dan jamur sehingga perlu

perawatan kaki. Perawatan tersebut meliputi :

Hentikan kebiasaan merokok

Periksa jari kaki dan celahnya setiap hari, apakah terdapat kalus, bula, luka lecet ;

gunakan cermin untuk melihat telapak kaki dan celah jari kaki.

Bersihkan dan cuci kaki setiap hari, lalu keringkan dengan baik terutama dicelah

jari kaki.

Pakailah krim khusus untuk kulit yang kering, tetapi hindari pemakaian pada

celah jari kaki.

Jangan menggunakan bahan kimia untuk menghilangkan kalus.

Hindari penggunaan air panas atau bantal pemanas.

Potonglah kuku secara hati-hati dan jangan terlalu dalam.

Pakailah kaos kaki yang pas bila kaki terasa dingin ; ganti kaos kaki setiap hari.

Jangan berjalan tanpa alas kaki.

Pakailah sepatu dari kulit yang cocok untuk kaki.

Periksa bagian dalam sepatu setiap hari sebelum memakainya ; periksa adanya

benda asing.

Hindari trauma yang berulang.

Periksa dini rutin ke dokter dan periksa kaki anda setiap kali kontrol walaupun

ulkus/gangren telah sembuh.

G. Komplikasi

1.Akut :

a. Koma hipoglikemia

b. Ketoasidosis

c. Koma hiperosmolar nonketotik

2.Kronik :

Page 14: Kata Pengantar

Makroangiopati , mengenai pembuluh darah besar ; pembuluh darah

jantung, pembuluh darah tepi, pembuluh darah otak.

Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah kecil ; retinopati diabetik,

nefropati diabetik.

Neuropati diabetik

Rentan infeksi seperti : TB paru, ginggivitis, dan ISK.

Kaki diabetik.

Page 15: Kata Pengantar

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian

Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek

keperawatan. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang saling berhubungan yaitu :

Riwayat Kesehatan Keluarga

Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?

Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya

Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin

jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang

dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.

Pola Kebiasaan yaitu:

Aktivitas/ Istirahat :

Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.

Sirkulasi

Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus

pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah

Integritas Ego

Stress, ansietas

Eliminasi

Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare

Makanan / Cairan

Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,

penggunaan diuretik.

Neurosensori

Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan

penglihatan.

Nyeri / Kenyamanan

Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)

Page 16: Kata Pengantar

Pernapasan

Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)

Keamanan

Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

Data Subyektif :

Pasien mengatakan banyak minum.

Pasien mengatakan sering kencing, sering makan.

Pasien mengatakan penglihatannya mulai kabur.

Pasien mengatakan sering kesemutan.

Pasien mengatakan konsentrasinya mulai terganggu.

Data Objektif :

Nafas bau aseton.

Poliuri, polipagi, polidipsi.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien DM adalah : (Brunner and

Suddarth, NANDA 2006, Carpenito 2000)

1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan

2. Kekurangan volume cairan

3. Gangguan integritas kulit

4. Resiko terjadi injury

C. Intervensi

1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.

Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi

Kriteria Hasil :

Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat

Page 17: Kata Pengantar

Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya

Intervensi :

Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.

Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan

yang dapat dihabiskan pasien.

Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual,

muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa

sesuai dengan indikasi.

Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit

dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral.

Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi.

Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit

lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala.

Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.

Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.

Kolaborasi dengan ahli diet.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.

Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi

Kriteria Hasil :

Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi

perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara

individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi :

Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik

Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul

Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas

Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa

Pantau masukan dan pengeluaran

Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas

yang dapat ditoleransi jantung

Page 18: Kata Pengantar

Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.

Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak

teratur

Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau

pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K)

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati

perifer).

Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan

penyembuhan.

Kriteria Hasil :

Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi

Intervensi :

Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi

ganti balut.

Kaji tanda vital

Kaji adanya nyeri

Lakukan perawatan luka

Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.

Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.

4. Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan

Tujuan : pasien tidak mengalami injury

Kriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injury

Intervensi :

Hindarkan lantai yang licin.

Gunakan bed yang rendah.

Orientasikan klien dengan ruangan.

Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari

Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi

Page 19: Kata Pengantar

D. Implementasi

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang

telah disusun pada tahap perencanaan.

Implementasi dibedakan menjadi:

a. Secara mandiri (independen) adalah tindakan yang diprakarsai diri sendiri oleh

perawat untuk membantu klien dalam mengatasi masalah atau menanggapi reaksi

karena adanya stressor (penyakit)

b. Saling ketergantungan atau kaloborasi (interdependen) adalah tindakan

keperawatan atas dasar kerjasama tim perawat dan tim kesehatan lainnya

c. Delegasi (dependen) adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan profesi

lainnya

Jadi, implementasi adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata, kegiatan

yang sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

E. Evaluasi

Evaluasi adalah proses yang berkepanjangan untuk menilai efek dari tindakan

keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan untuk secara terus menerus pada

respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi

dapat dibagi dua yaitu evaluasi proses atau formatif dilakukan setiap selesai

melakukan tindakan evaluasi hasil atau evaluasi sumatif dilakukan dengan

membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan

(Keliat, 2005, hal. 17)

Page 20: Kata Pengantar

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang

disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat

kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).

Klasifikasi dari Diabetes Melitus ada 2 yaitu:

1. Diabetes Tipe I. Pada diabetes tipe ini terdapat ketidakmampuan untuk

menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh

proses autoimun. Hipereglikemia-puasa terjadi akibat produksi glukosa yang

tidak terukur oleh hati.

2. Diabetes Tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang

berhubungan dengan insulin yaitu retensi insulin dan gangguan sekresi insulin.

Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel.

B. Saran1. Bagi Mahasiswa

Sebagai tenaga kesehatan khususnya dibidang keperawatan, hendaknya

kita sebagai tenaga kesehatan harus dapt memehami tentang asuhan

keperawatan pada pasien Diabetes Melitus supaya nantinya bisa

menerapkannya dirumah sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan khususnya pada pasien yang menghidap penyakit Diabetes

Melitus (DM).

2. Bagi Institusi

Diharapkan untuk kedepannya supaya mempertahankan kegiatan

seperti ini, agar mahasiswa lebih memahami tentang pembuatan

asuhan keperawatan khususnya pada pasien Diabetes Melitus (DM).

Page 21: Kata Pengantar