KATA PENGANTAR

15
 SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA Sumber http://adegustiann.blogsome.com/2009/02/02/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia/  A. PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA SEBELUM MERDEKA Pada dasarnya bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa perhubung antar suku di nusantara dan sebagai bahasa yang digunakan dalam perdagangan antara pedagang dari dalam nusantara dan dari luar nusantara.  Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak lebih jelas dari berbagai peninggalan   peninggalan, misalnya 1. Tulisan y ang terdapat pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun 1380 M. 2. Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang, pada tahun 683 3. Prasasti Talang Tuo, di Palembang, pada tahun 684. 4. Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada tahun 686. 5. Prasasti Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada tahun 688. Bahasa Melayu menyebar ke pelosok nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah nusantara, serta makin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya karena bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat nusantara sebagai bahasa perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan. Perkembangan bahasa melayu di wilayah nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia, oleh karena itu para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928) B. PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA SESUDAH MERDEKA Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok nusantara berkumpul dalam rapat, para pemuda berikrar: 1. Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.  2. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.  3. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama “Sumpah Pemuda”. Unsur yang ketiga dari “Sumpah Pemuda” merupakan pernyataan tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun 1928 bahasa Indonesia dikokohkan kedudukannya sebagai bahasa nasional. Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18 Agustus 1945, karena pada saat itu Undang   Undang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang    

Transcript of KATA PENGANTAR

5/17/2018 KATA PENGANTAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kata-pengantar-55ab595d66f7c 1/14

 

SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA 

Sumber

http://adegustiann.blogsome.com/2009/02/02/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia/  

A.  PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA SEBELUM MERDEKA

Pada dasarnya bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman Sriwijaya,

bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa perhubung antar suku di nusantara dan sebagai bahasa

yang digunakan dalam perdagangan antara pedagang dari dalam nusantara dan dari luar

nusantara. 

Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak lebih jelas dari berbagai

peninggalan – peninggalan, misalnya

1.  Tulisan yang terdapat pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun 1380 M.

2.  Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang, pada tahun 683

3.  Prasasti Talang Tuo, di Palembang, pada tahun 684.

4.  Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada tahun 686.

5.  Prasasti Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada tahun 688.

Bahasa Melayu menyebar ke pelosok nusantara bersamaan dengan menyebarnya

agama Islam di wilayah nusantara, serta makin berkembang dan bertambah kokoh

keberadaannya karena bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat nusantara sebagai

bahasa perhubungan antar pulau, antar suku, antar pedagang, antar bangsa dan antar kerajaan.

Perkembangan bahasa melayu di wilayah nusantara mempengaruhi dan mendorong

tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia, oleh karena itu para

pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat

bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa

Indonesia (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928)

B.  PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA SESUDAH MERDEKA

Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928. Pada saat itu, para pemudadari berbagai pelosok nusantara berkumpul dalam rapat, para pemuda berikrar:

1.  Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air

Indonesia. 

2.  Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. 

3.  Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Ikrar para pemuda ini dikenal dengan nama “Sumpah Pemuda”. 

Unsur yang ketiga dari “Sumpah Pemuda” merupakan pernyataan tekad bahwa

bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun 1928 bahasa

Indonesia dikokohkan kedudukannya sebagai bahasa nasional.

Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa negara pada tanggal 18

Agustus 1945, karena pada saat itu Undang – Undang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang –  

5/17/2018 KATA PENGANTAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kata-pengantar-55ab595d66f7c 2/14

 

Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Di dalam UUD 1945 disebutkan bahwa “Bahasa

Negara Adalah Bahasa Indonesia” (Bab XV, Pasal 36) 

Prolamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945, telah

mengkukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa

negara. Kini bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat Indonesia.C.  PERANAN BAHASA INDONESIA

Peranan bahasa bagi bangsa Indonesia adalah bahasa merupakan sarana utama untuk 

berpikir dan bernalar, seperti yang telah dikemukakan bahwa manusia berpikir tidak hanya

dengan otak. Dengan bahasa ini pula manusia menyampaikan hasil pemikiran dan penalaran,

sikap, serta perasannya. Bahasa juga berperan sebagai alat penerus dan pengembang

kebudayaan. Melalui bahasa nilai – nilai dalam masyarakat dapat diwariskan dari satu generasi

ke generasi selanjutnya.

Di dalam suatu masyarakat, bahasa mempunyai suatu peranan yang penting dalam

mempersatukan anggotanya. Sekelompok manusia yang menggunakan bahasa yang sama akan

merasakan adanya ikatan batin di antara sesamanya.

5/17/2018 KATA PENGANTAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kata-pengantar-55ab595d66f7c 3/14

 

SEJARAH AWAL BAHASA INDONESIA

Sumber :

http://dqcorps.blogspot.com/2011/10/sejarah-awal-bahas-indonesia.html 

Bahasa Indonesia adalah varian bahasa Melayu, sebuah bahasaAustronesia dari cabang bahasa-bahasa Sunda-Sulawesi, yang digunakan sebagai

lingua franca  di Nusantara kemungkinan sejak abad-abad awal penanggalan modern. 

 

Aksara pertama dalam bahasa Melayu atau Jawi ditemukan di pesisir

tenggara Pulau Sumatera, mengindikasikan bahwa bahasa ini menyebar ke berbagai

tempat di Nusantara dari wilayah ini, berkat penggunaannya oleh Kerajaan Sriwijaya

 

yang menguasai jalur perdagangan. Istilah Melayu atau sebutan bagi wilayahnya

sebagai Malaya sendiri berasal dari Kerajaan Malayu yang bertempat di Batang Hari,

Jambi, dimana diketahui bahasa Melayu yang digunakan di Jambi menggunakan

dialek "o" sedangkan dikemudian hari bahasa dan dialek Melayu berkembang secara

luas dan menjadi beragam.

Istilah Melayu atau Malayu berasal dari Kerajaan Malayu, sebuah kerajaan

Hindu-Budha pada abad ke-7 di hulu sungai Batanghari, Jambi di pulau Sumatera,

 jadi secara geografis semula hanya mengacu kepada wilayah kerajaan tersebut yang

merupakan sebagian dari wilayah pulau Sumatera. Dalam perkembangannya

pemakaian istilah Melayu mencakup wilayah geografis yang lebih luas dari wilayah

Kerajaan Malayu tersebut, mencakup negeri-negeri di pulau Sumatera sehingga

pulau tersebut disebut juga Bumi Melayu seperti disebutkan dalam Kakawin

Nagarakretagama.

Ibukota Kerajaan Melayu semakin mundur ke pedalaman karena serangan

Sriwijaya dan masyarakatnya diaspora keluar Bumi Melayu, belakangan masyarakat

pendukungnya yang mundur ke pedalaman berasimilasi ke dalam masyarakat

Minangkabau menjadi klan Malayu (suku Melayu Minangkabau) yang merupakansalah satu marga di Sumatera Barat. Sriwijaya berpengaruh luas hingga ke Filipina

membawa penyebaran Bahasa Melayu semakin meluas, tampak dalam prasasti

Keping Tembaga Laguna.

Bahasa Melayu kuno yang berkembang di Bumi Melayu tersebut berlogat "o"

seperti Melayu Jambi, Minangkabau, Kerinci, Palembang dan Bengkulu.

Semenanjung Malaka dalam Nagarakretagama disebut Hujung Medini artinya

Semenanjung Medini.

Dalam perkembangannya orang Melayu migrasi ke Semenanjung Malaysia

(= Hujung Medini) dan lebih banyak lagi pada masa perkembangan kerajaan-

kerajaan Islam yang pusat mandalanya adalah Kesultanan Malaka, istilah Melayu

bergeser kepada Semenanjung Malaka (= Semenanjung Malaysia) yang akhirnya

disebut Semenanjung Melayu atau Tanah Melayu. Tetapi nyatalah bahwa istilah

5/17/2018 KATA PENGANTAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kata-pengantar-55ab595d66f7c 4/14

 

Melayu itui berasal dari Indonesia. Bahasa Melayu yang berkembang di sekitar

daerah Semenanjung Malaka berlogat "e".

Kesultanan Malaka dimusnahkan oleh Portugis tahun 1512 sehingga

penduduknya diaspora sampai ke kawasan timur kepulauan Nusantara. Bahasa

Melayu Purba sendiri diduga berasal dari pulau Kalimantan, jadi diduga pemakaibahasa Melayu ini bukan penduduk asli Sumatera tetapi dari pulau Kalimantan. Suku

Dayak yang diduga memiliki hubungan dengan suku Melayu kuno di Sumatera

misalnya Dayak Salako, Dayak Kanayatn (Kendayan), dan Dayak Iban yang

semuanya berlogat "a" seperti bahasa Melayu Baku.

Penduduk asli Sumatera sebelumnya kedatangan pemakai bahasa Melayu

tersebut adalah nenek moyang suku Nias dan suku Mentawai. Dalam

perkembangannya istilah Melayu kemudian mengalami perluasan makna, sehingga

muncul istilah Kepulauan Melayu untuk menamakan kepulauan Nusantara.

Secara sudut pandang historis juga dipakai sebagai nama bangsa yang

menjadi nenek moyang penduduk kepulauan Nusantara, yang dikenal sebagai

rumpun Indo-Melayu terdiri Proto Melayu (Melayu Tua/Melayu Polinesia) dan Deutero

Melayu (Melayu Muda). Setelah mengalami kurun masa yang panjang sampai

dengan kedatangan dan perkembangannya agama Islam, suku Melayu sebagai etnik

mengalami penyempitan makna menjadi sebuah etnoreligius (Muslim) yang

sebenarnya didalamnya juga telah mengalami amalgamasi dari beberapa unsur etnis.

M. Muhar Omtatok, seorang Seniman, Budayawan dan Sejarahwan

menjelaskan sebagai berikut: "Melayu secara puak (etnis, suku), bukan dilihat dari

faktor genekologi seperti kebanyakan puak-puak lain. Di Malaysia, tetap mengaku

berpuak Melayu walau moyang mereka berpuak Jawa, Mandailing, Bugis, Keling dan

lainnya. Beberapa tempat di Sumatera Utara, ada beberapa Komunitas keturunan

Batak yang mengaku Orang Kampong - Puak Melayu.

Kerajaan Sriwijaya dari abad ke-7 Masehi diketahui memakai bahasa Melayu

 

(sebagai bahasa Melayu Kuna) sebagai bahasa kenegaraan. Lima prasasti kuna

 

yang ditemukan di Sumatera bagian selatan peninggalan kerajaan itu menggunakan

bahasa Melayu yang bertaburan kata-kata pinjaman dari bahasa Sanskerta, suatu

bahasa Indo-Eropa dari cabang Indo-Iran. Jangkauan penggunaan bahasa ini

 

diketahui cukup luas, karena ditemukan pula dokumen-dokumen dari abad berikutnya

di Pulau Jawa dan Pulau Luzon. Kata-kata seperti samudra, istri, raja, putra, kepala,

kawin , dan kaca masuk pada periode hingga abad ke-15 Masehi.

Pada abad ke-15 berkembang bentuk yang dianggap sebagai bahasa Melayu

Klasik (classical Malay  atau medieval Malay ). Bentuk ini dipakai oleh Kesultanan

Melaka, yang perkembangannya kelak disebut sebagai bahasa Melayu Tinggi . 

 

Penggunaannya terbatas di kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera,  Jawa, 

dan Semenanjung Malaya. Laporan Portugis, misalnya oleh Tome Pires, 

5/17/2018 KATA PENGANTAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kata-pengantar-55ab595d66f7c 5/14

 

menyebutkan adanya bahasa yang dipahami oleh semua pedagang di wilayah

Sumatera dan Jawa. Magellan dilaporkan memiliki budak dari Nusantara yang

 

menjadi juru bahasa di wilayah itu. Ciri paling menonjol dalam ragam sejarah ini

adalah mulai masuknya kata-kata pinjaman dari bahasa Arab dan bahasa Parsi, 

sebagai akibat dari penyebaran agama Islam yang mulai masuk sejak abad ke-12.Kata-kata bahasa Arab seperti masjid, kalbu, kitab, kursi, selamat, dan kertas, serta

kata-kata Parsi seperti anggur, cambuk, dewan, saudagar, tamasya, dan tembakau

masuk pada periode ini. Proses penyerapan dari bahasa Arab terus berlangsung

hingga sekarang.

Kedatangan pedagang Portugis, diikuti oleh Belanda, Spanyol, dan Inggris

meningkatkan informasi dan mengubah kebiasaan masyarakat pengguna bahasa

Melayu. Bahasa Portugis banyak memperkaya kata-kata untuk kebiasaan Eropa

dalam kehidupan sehari-hari, seperti gereja, sepatu, sabun, meja, bola, bolu, dan

 jendela. Bahasa Belanda terutama banyak memberi pengayaan di bidang

administrasi, kegiatan resmi (misalnya dalam upacara dan kemiliteran), dan teknologi

hingga awal abad ke-20. Kata-kata seperti asbak, polisi, kulkas, knalpot, dan stempel

adalah pinjaman dari bahasa ini.

Bahasa yang dipakai pendatang dari Cina juga lambat laun dipakai oleh

penutur bahasa Melayu, akibat kontak di antara mereka yang mulai intensif di bawah

penjajahan Belanda. Sudah dapat diduga, kata-kata Tionghoa yang masuk biasanya

berkaitan dengan perniagaan dan keperluan sehari-hari, seperti pisau, tauge, tahu,

loteng, teko, tauke, dan cukong.

Jan Huyghen van Linschoten pada abad ke-17 dan Alfred Russel Wallace

 

pada abad ke-19 menyatakan bahwa bahasa orang Melayu/Melaka dianggap

sebagai bahasa yang paling penting di "dunia timur". Luasnya penggunaan bahasa

Melayu ini melahirkan berbagai varian lokal dan temporal. Bahasa perdagangan

menggunakan bahasa Melayu di berbagai pelabuhan Nusantara bercampur dengan

bahasa Portugis,  bahasa Tionghoa, maupun bahasa setempat. Terjadi proses

 

pidginisasi di beberapa kota pelabuhan di kawasan timur Nusantara, misalnya di

Manado,  Ambon, dan Kupang. Orang-orang Tionghoa di Semarang dan Surabaya

 

 juga menggunakan varian bahasa Melayu pidgin. Terdapat pula bahasa Melayu

 

Tionghoa di Batavia. Varian yang terakhir ini malah dipakai sebagai bahasa

 

pengantar bagi beberapa surat kabar pertama berbahasa Melayu (sejak akhir abad

ke-19). Varian-varian lokal ini secara umum dinamakan bahasa Melayu Pasar   oleh

 

para peneliti bahasa.

Terobosan penting terjadi ketika pada pertengahan abad ke-19 Raja Ali Haji

 

dari istana Riau-Johor (pecahan Kesultanan Melaka) menulis kamus ekabahasa

untuk bahasa Melayu. Sejak saat itu dapat dikatakan bahwa bahasa ini adalah

5/17/2018 KATA PENGANTAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kata-pengantar-55ab595d66f7c 6/14

 

bahasa yang full-fledged , sama tinggi dengan bahasa-bahasa internasional di masa

itu, karena memiliki kaidah dan dokumentasi kata yang terdefinisi dengan jelas.

Hingga akhir abad ke-19 dapat dikatakan terdapat paling sedikit dua

kelompok bahasa Melayu yang dikenal masyarakat Nusantara: bahasa Melayu Pasar

yang kolokial dan tidak baku serta bahasa Melayu Tinggi yang terbataspemakaiannya tetapi memiliki standar. Bahasa ini dapat dikatakan sebagai lingua 

 

franca , tetapi kebanyakan berstatus sebagai bahasa kedua atau ketiga. Kata-kata

pinjaman

Bahasa Indonesia

Pemerintah kolonial Hindia-Belanda menyadari bahwa bahasa Melayu dapat

dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi karena

penguasaan bahasa Belanda para pegawai pribumi dinilai lemah. Dengan

menyandarkan diri pada bahasa Melayu Tinggi (karena telah memiliki kitab-kitab

rujukan) sejumlah sarjana Belanda mulai terlibat dalam standardisasi bahasa.

Promosi bahasa Melayu pun dilakukan di sekolah-sekolah dan didukung dengan

penerbitan karya sastra dalam bahasa Melayu. Akibat pilihan ini terbentuklah

"embrio" bahasa Indonesia yang secara perlahan mulai terpisah dari bentuk semula

bahasa Melayu Riau-Johor.

Pada awal abad ke-20 perpecahan dalam bentuk baku tulisan bahasa

Melayu mulai terlihat. Di tahun 1901, Indonesia (sebagai Hindia-Belanda) 

mengadopsi ejaan Van Ophuijsen dan pada tahun 1904 Persekutuan Tanah Melayu

 

(kelak menjadi bagian dari Malaysia) di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson. 

 

Ejaan Van Ophuysen diawali dari penyusunan Kitab Logat Melayu (dimulai tahun

 

1896) van Ophuijsen, dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib

 

Soetan Ibrahim.

Intervensi pemerintah semakin kuat dengan dibentuknya Commissie voor de 

Volkslectuur  ("Komisi Bacaan Rakyat" - KBR) pada tahun 1908. Kelak lembaga ini

menjadi Balai Poestaka. Pada tahun 1910 komisi ini, di bawah pimpinan D.A. Rinkes, 

melancarkan program Taman Poestaka dengan membentuk perpustakaan kecil di

 

berbagai sekolah pribumi dan beberapa instansi milik pemerintah. Perkembangan

program ini sangat pesat, dalam dua tahun telah terbentuk sekitar 700 perpustakaan.

Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai "bahasa persatuan bangsa" pada saat

Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa Melayu sebagai

 

bahasa nasional atas usulan Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan

ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin

mengatakan, "Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di

Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan

menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu,

5/17/2018 KATA PENGANTAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kata-pengantar-55ab595d66f7c 7/14

 

bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa

persatuan."

Selanjutnya perkembangan bahasa dan kesusastraan Indonesia banyak

dipengaruhi oleh sastrawan Minangkabau, seperti Marah Rusli,  Abdul Muis,  Nur

 

Sutan Iskandar,  Sutan Takdir Alisyahbana,  Hamka,  Roestam Effendi,  Idrus, dan

 

Chairil Anwar. Sastrawan tersebut banyak mengisi dan menambah perbendaharaan

kata, sintaksis, maupun morfologi bahasa Indonesia.(miB/dari berbagai sumber)

5/17/2018 KATA PENGANTAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kata-pengantar-55ab595d66f7c 8/14

 

PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA 

Sumber:

http://indonesiaindonesia.com/f/52479-sejarah-bahasa-indonesia/ 

Bahasa Indonesia mempunyai sejarah jauh lebih panjang daripada Republik inisendiri. Bahasa Indonesia telah dinyatakan sebagai bahasa nasional sejak tahun

1928, jauh sebelum Indonesia merdeka. Saat itu bahasa Indonesia dinyatakan

sebagai bahasa persatuan dan menggunakan bahasa Indonesia sebagai perekat

bangsa. Saat itu bahasa Indonesia menjadi bahasa pergaulan antaretnis (lingua

franca) yang mampu merekatkan suku-suku di Indonesia. Dalam perdagangan dan

penyebaran agama pun bahasa Indonesia mempunyai posisi yang penting.

Deklarasi Sumpah Pemuda membuat semangat menggunakan bahasa

Indonesia semakin menggelora. Bahasa Indonesia dianjurkan untuk dipakai sebagai

bahasa dalam pergaulan, juga bahasa sastra dan media cetak. Semangat

nasionalisme yang tinggi membuat perkembangan bahasa Indonesia sangat pesat

karena semua orang ingin menunjukkan jati dirinya sebagai bangsa.

Pada tahun 1930-an muncul polemik apakah bisa bahasa Indonesia yang hanya

dipakai sebagai bahasa pergaulan dapat menjadi bahasa di berbagai bidang ilmu.

Akhirnya pada tahun 1938 berlangsung Kongres Bahasa Indonesia yang pertama di

Solo. Dalam pertemuan tersebut, semangat Anti Belanda sangat kental sehingga

melahirkan berbagai istilah ilmu pengetahuan dalam bahasa Indonesia. Istilah belah

ketupat, jajaran genjang, merupakan istilah dalam bidang geometri yang lahir dari

pertemuan tersebut.

Bahasa Indonesia diresmikan pada kemerdekaan Indonesia, pada tahun 1945.Bahasa Indonesia adalah bahasa dinamis yang hingga sekarang terus menghasilkan

kata-kata baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan dari bahasa daerah dan

asing. Bahasa Indonesia adalah dialek Baku dari bahasa Melayu. Fonologi dan tata

bahasa dari bahasa Indonesia cukuplah mudah, dasar-dasar yang penting untuk

komunikasi dasar dapat dipelajari hanya dalam kurun waktu beberapa minggu.

Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sebagai pengantar pendidikan

di sekolah di Indonesia.

Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu, sebuah bahasa Austronesia yang

digunakan sebagai lingua franca di Nusantara kemungkinan sejak abad-abad awal

penanggalan modern, paling tidak dalam bentuk informalnya. Bentuk bahasa sehari-

hari ini sering dinamai dengan istilah Melayu Pasar. Jenis ini sangat lentur sebab

5/17/2018 KATA PENGANTAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kata-pengantar-55ab595d66f7c 9/14

 

sangat mudah dimengerti dan ekspresif, dengan toleransi kesalahan sangat besar

dan mudah menyerap istilah-istilah lain dari berbagai bahasa yang digunakan para

penggunanya.

Bentuk yang lebih formal, disebut Melayu Tinggi, pada masa lalu digunakankalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Malaya, dan Jawa. Bentuk bahasa

ini lebih sulit karena penggunaannya sangat halus, penuh sindiran, dan tidak

seekspresif bahasa Melayu Pasar.

Pemerintah kolonial Belanda yang menganggap kelenturan Melayu Pasar

mengancam keberadaan bahasa dan budaya. Belanda berusaha meredamnya

dengan mempromosikan bahasa Melayu Tinggi, di antaranya dengan penerbitan

karya sastra dalam bahasa Melayu Tinggi oleh Balai Pustaka. Tetapi bahasa Melayu

Pasar sudah terlanjur diadopsi oleh banyak pedagang yang melewati Indonesia.

Penyebutan pertama istilah “Bahasa Melayu” sudah dilakukan pada masa

sekitar 683-686 M, yaitu angka tahun yang tercantum pada beberapa prasasti

berbahasa Melayu Kuna dari Palembang dan Bangka. Prasasti-prasasti ini ditulis

dengan Aksara Pallawa atas perintah raja Sriwijaya, kerajaan maritim yang berjaya

pada abad ke-7 dan ke-8. Wangsa Syailendra juga meninggalkan beberapa prasasti

Melayu Kuna di Jawa Tengah. Keping Tembaga Laguna yang ditemukan di dekat

Manila juga menunjukkan keterkaitan wilayah itu dengan Sriwijaya.

Karena terputusnya bukti-bukti tertulis pada abad ke-9 hingga abad ke-13, Ahli

bahasa tidak dapat menyimpulkan apakah bahasa Melayu Klasik merupakan

kelanjutan dari Melayu Kuna. Catatan berbahasa Melayu Klasik pertama berasal dari

Prasasti Terengganu berangka tahun 1303. Seiring dengan berkembangnya agamaIslam dimulai dari Aceh pada abad ke-14, bahasa Melayu klasik lebih berkembang

dan mendominasi sampai pada tahap di mana ekspresi “Masuk Melayu” berarti

masuk agama Islam.

Bahasa Melayu di Indonesia kemudian digunakan sebagai lingua franca

(bahasa pergaulan), namun pada waktu itu belum banyak yang menggunakannya

sebagai bahasa ibu. Biasanya masih digunakan bahasa daerah (yang jumlahnya bisa

sampai sebanyak 360).

Awal penciptaan Bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa bermula dari

Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Di sana, pada Kongres Nasional

kedua di Jakarta, dicanangkanlah penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa

5/17/2018 KATA PENGANTAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kata-pengantar-55ab595d66f7c 10/14

 

untuk negara Indonesia pascakemerdekaan. Soekarno tidak memilih bahasanya

sendiri, Jawa (yang sebenarnya juga bahasa mayoritas pada saat itu), namun beliau

memilih Bahasa Indonesia yang beliau dasarkan dari Bahasa Melayu yang dituturkan

di Riau.

Bahasa Melayu Riau dipilih sebagai bahasa persatuan Negara Republik

Indonesia atas beberapa pertimbangan sebagai berikut:

1. Jika bahasa Jawa digunakan, suku-suku bangsa atau puak lain di Republik

Indonesia akan merasa dijajah oleh suku Jawa yang merupakan puak (golongan)

mayoritas di Republik Indonesia.

2. Bahasa Jawa jauh lebih sukar dipelajari dibandingkan dengan bahasa Melayu

Riau. Ada tingkatan bahasa halus, biasa, dan kasar yang dipergunakan untuk orang

yang berbeda dari segi usia, derajat, ataupun pangkat. Bila pengguna kurang

memahami budaya Jawa, ia dapat menimbulkan kesan negatif yang lebih besar.

3. Bahasa Melayu Riau yang dipilih, dan bukan Bahasa Melayu Pontianak,

Banjarmasin, Samarinda, Maluku, Jakarta (Betawi), ataupun Kutai, dengan

pertimbangan pertama suku Melayu berasal dari Riau, Sultan Malaka yang terakhir

pun lari ke Riau selepas Malaka direbut oleh Portugis. Kedua, ia sebagai lingua

franca, Bahasa Melayu Riau yang paling sedikit terkena pengaruh misalnya dari

bahasa Cina Hokkien, Tio Ciu, Ke, ataupun dari bahasa lainnya.

4. Pengguna bahasa Melayu bukan hanya terbatas di Republik Indonesia. Pada

tahun 1945, pengguna bahasa Melayu selain Republik Indonesia masih dijajah

Inggris. Malaysia, Brunei, dan Singapura masih dijajah Inggris. Pada saat itu, dengan

menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan, diharapkan di negara-

negara kawasan seperti Malaysia, Brunei, dan Singapura bisa ditumbuhkan

semangat patriotik dan nasionalisme negara-negara jiran di Asia Tenggara.

Dengan memilih Bahasa Melayu Riau, para pejuang kemerdekaan bersatu lagi

seperti pada masa Islam berkembang di Indonesia, namun kali ini dengan tujuan

persatuan dan kebangsaan. Bahasa Indonesia yang sudah dipilih ini kemudian

distandardisasi (dibakukan) lagi dengan nahu (tata bahasa), dan kamus baku juga

diciptakan. Hal ini sudah dilakukan pada zaman Penjajahan Jepang.

Mulanya Bahasa Indonesia ditulis dengan tulisan Latin-Romawi mengikuti ejaan

Belanda, hingga tahun 1972 ketika Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dicanangkan.

5/17/2018 KATA PENGANTAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kata-pengantar-55ab595d66f7c 11/14

 

Dengan EYD, ejaan dua bahasa serumpun, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa

Malaysia, semakin dibakukan.

Berikut perubahannya:

Dibandingkan dengan bahasa-bahasa Eropa, bahasa Indonesia tidak banyak

menggunakan kata bertata bahasa dengan jenis kelamin. Sebagai contoh kata ganti

seperti “dia” tidak secara spesifik menunjukkan apakah orang yang disebut itu lelaki

atau perempuan. Hal yang sama juga ditemukan pada kata seperti “adik” dan “pacar”

sebagai contohnya. Untuk menspesifikasi sebuah jenis kelamin, sebuah kata sifat

harus ditambahkan, “adik laki-laki” sebagai contohnya. 

 Ada juga kata yang berjenis kelamin, seperti contohnya “putri” dan “putra”.

Kata-kata seperti ini biasanya diserap dari bahasa lain (pada kasus di atas, kedua

kata itu diserap dari bahasa Sanskerta melalui bahasa Jawa Kuno.

Untuk mengubah sebuah kata benda menjadi bentuk jamak digunakanlah

reduplikasi (perulangan kata), tapi hanya jika jumlahnya tidak terlibat dalam konteks.

Sebagai contoh “seribu orang” dipakai, bukan “seribu orang-orang”. Perulangan kata

 juga mempunyai banyak kegunaan lain, tidak terbatas pada kata benda.

Bahasa Indonesia menggunakan dua jenis kata ganti orang pertama jamak,

yaitu “kami” dan “kita”. “Kami” adalah kata ganti eksklusif yang berarti tidak termasuk

sang lawan bicara, sedangkan “kita” adalah kata ganti inklusif yang berarti kelompok

orang yang disebut termasuk lawan bicaranya.

Susunan kata dasar adalah Subjek – Predikat – Objek (SPO), walaupun

susunan kata lain juga mungkin. Kata kerja tidak di bahasa berinfleksikan kepada

orang atau jumlah subjek dan objek. Bahasa Indonesia juga tidak mengenal

kala/waktu (tense). Waktu dinyatakan dengan menambahkan kata keterangan waktu

(seperti, “kemarin” atau “besok”), atau indikator lain seperti “sudah” atau “belum”. 

5/17/2018 KATA PENGANTAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kata-pengantar-55ab595d66f7c 12/14

 

Dengan tata bahasa yang cukup sederhana bahasa Indonesia mempunyai

kerumitannya sendiri, yaitu pada penggunaan imbuhan yang mungkin akan cukup

membingungkan bagi orang yang pertama kali belajar bahasa Indonesia.

Di samping itu, ketika penjajah Jepang mulai masuk ke Indonesia, mereka

semakin mendorong penggunaan bahasa Indonesia. Pada tahun 1953,Poerwodarminta mengeluarkan Kamus Bahasa Indonesia yang pertama. Di situ

tercatat jumlah lema (kata) dalam bahasa Indonesia mencapai 23.000. Pada tahun

1976, Pusat Bahasa menerbitkan Kamus Bahasa Indonesia, dan terdapat 1.000 kata

baru. Artinya, dalam waktu 23 tahun hanya terdapat 1.000 penambahan kata baru.

Tetapi pada tahun 1988, terjadi loncatan yang luar bisa. Dari 24.000 kata, telah

berkembang menjadi 62.000. Selain itu, setelah bekerja sama dengan Dewan

Bahasa dan Pustaka Brunei, berhasil dibuat 340.000 istilah di berbagai bidang ilmu.

Malahan sampai hari ini, Pusat Bahasa berhasil menambah 250.000 kata baru.

Dengan demikian, sudah ada 590.000 kata di berbagai bidang ilmu. Sementara kata

umum telah berjumlah 78.000.

5/17/2018 KATA PENGANTAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kata-pengantar-55ab595d66f7c 13/14

 

 

SEJARAH BAHASA INDONESIA 

Sumber :http://www.situsbahasa.info/2011/09/sejarah-bahasa-indonesia.html  

Berbicara tentang sejarah tentu yang pertama terpikir adalah asal-usul atau

asal mula sesuatu. Jika berkaitan dengan bahasa yang terpeikir adalah dari mana

asal dan bagaimana perkembangan bahasa itu sesungguhnya. Untuk bahasa

Indonesia, para ahli berpendapat bahwa bahasa Indonesia diambil dari bahasa

melayu. Artinya bahasa melayu merupakan bahasa nyang menjadi dasar bahasa

Indonesia sekarang ini. bahasa Indonesia sekarang ini telah megalami perubahan

yang cukup signifikan jika diperbandingkan dengan bahasa melayu pada masa itu.

Hal ini karena memang adanya perkembangan bahasa setelah pemakaian dalam

 jangka waktu lama.

Istilah Melayu sendiri memiliki beberpa versi dalam sejarah. Menurut beberapa

ahli Melayu didefinisikan sebagai berikut:

1. Nama melayu mungkin berasal dari kata Melayu Na Idu, yaitu nama sebuah

kerajaan di Semenanjung (Vogel)

2. Kata melayu diambil dari ucapan Wong Melayu (bahasa jawa = orang berlari) yaitu

kata bahasa Jawa yang diucapkan oleh bala tentara jawa ketika menyerang Sriwijaya

takala melihat orang Sriwijaya habis berlarian (Van der Tuuk).

3. Kern berpendapat nama melayu mungkin berasal dari malay pura, yaitu suatu

daerah di semenanjung Malaka yang bermakna kota di atas angin.

4. Krom berpendapat bahwa nama melayu (Mo-lo-yeu) adalah nama sebuahkerajaan pada abad ke-7 yang lokasinya di Jambi sekarang, dll.

Beradasarkan beberapa pendapat di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa

bahasa Indonesia yang dulunya bahasa melayu merupakan bahasa nyang berasal

dari daerah di wilayah Indonesia sendiri yaitu di wilayah pulau Sumatra yang sudah

digunakan sejak berabad-abad dulu.

Bahasa melayu sebagai bahasa asal bahasa Indonesia sendiri sesungguhnya

mungkin juga merupakan hasil perkembangan dari bahasa lain atau bahasa yang

mendapat pengaruh dari bahasa lain. Hal itu terlihat dari beberapa tulisan dalam

prasasti seperti (1) prasasti Kedukan Bukit (Palembang tahun 605 caka/683 M), (2)

Talang Tuo (Palembang berangka tahun 606 Caka), (3) Prasasti Kota Kapur (Bangka

berangka tahun 608 Caka), dan (4) Prasasti Karang Berahi di Jambi yang berangka

5/17/2018 KATA PENGANTAR - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/kata-pengantar-55ab595d66f7c 14/14

 

tahun 614 Caka). Dalam prasasti-prasasti itu tulisan bertuliskan bahasa melayu yang

banyak mengandung kata-kata sansekerta.

Setelah mengetahui asal mula bahasa Indonesia yaitu berasal dari bahasa

Melayu, sekarang yang jadi pertanyaan adalah mengapa bahasa Melayu yangdiambil sebagai bahasa dasar dari bahasa Indonesia? Padahal sudah sejak Zaman

dahulu wilayah Indonesia terdiri atas banyak sekali suku bangsa yang memiliki

bahasa sendiri-sendiri pula. Selain itu bahasa suku Jawa yang merupakan penutur

terbanyak di wilayah Indonesia kenapa tidak dijadikan pilihan sebagai bahasa dasar

dari bahasa Indonesia?

Untuk menjawab beberapa ada beberapa alas an yang perlu kita ketahui yaitu:

1. Bahasa melayu sudah merupakan bahasa perhubungan antarpulau (linguafranca)

2. System bahasa melayu sangat sederhana, mudah dipelajari karena dalam bahasa

melayu tidak mengenal tingkatan bahasa seperti dalam bahasa Jawa yang mengenal

bahasa jawa ngoko dan karma atau dalam sunda adanya bahasa sunda kasar dan

lemes.

3. Bahasa melayu memiliki kesanggupan dipakai menjadi bahasa kebudayaan dalam

arti luas

4. Suku bangsa jawa, sunda dan suku lain dapat menerima

Peresmian Nama Bahasa Indonesia

Berbicara tentang sejarah bahasa Indonesia tentunya kita tidak akan lepas

dari peristiwa 28 oktober 1988 yaitu sumpah pemuda. Pada tanggal tersebut

diikrarkan sebuah kebulatan tekad hasil Konggres Pemuda yang salah satu diantara

3 ikrar tersebut menyebutkan bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Keajadian

tersebut dianggap sebagai peresmian bahasa Melayu yang telah dipakai sejak abad

7 menjadi Bahasa Indonesia.