KATA PENGANTAR
-
Upload
muhammad-farlyzhar-yusuf -
Category
Documents
-
view
435 -
download
5
Transcript of KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan hidayah-Nyalah laporan berjudul ”Heboh Zakasaki” ini dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. Laporan ini disusun dari berbagai sumber ilmiah sebagai hasil
dari diskusi kelompok kecil (DKK) kami dimana laporan ini berisi tentang etika
dalam penelitian.
Dalam proses penyusunan laporan ini,kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. dr. Swandari Paramitha selaku tutor kelompok III yang telah membimbing
kami dalam melaksanakan diskusi kelompok kecil di Blok 18 modul 4 ini
2. Dosen-dosen yang telah mengajarkan materi perkuliahan kepada kami
sehingga dapat membantu dalam penyelesaian laporan hasil diskusi
kelompok kecil ini.
3. Teman-teman kelompok III yang telah mencurahkan pikiran dan tenaganya
sehingga diskusi kelompok kecil (dkk) 1 dan 2 dapat berjalan dengan baik dan
dapat menyelesaikan laporan hasil diskusi kelompok kecil (dkk) ini.
4. Teman-teman Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman angkatan 2008
dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Dan tentunya kami sebagai penyusun mengharapkan agar laporan ini dapat
berguna baik bagi penyusun maupun bagi para pembaca di kemudian hari.
Akhirnya, tak ada gading yang tak retak, tentunya laporan ini sangat jauh dari
sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
penyusun harapkan demi tercapainya kesempurnaan dari isi laporan hasil diskusi
kelompok kecil (dkk) ini.
Samarinda, Mei 2011
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................................2
BAB I.................................................................................................................................3
PENDAHULUAN................................................................................................................3
BAB II............................................................................................................................4
ISI.................................................................................................................................4
STEP 1...........................................................................................................................4
STEP 2...........................................................................................................................4
STEP 3...........................................................................................................................4
STEP 4...........................................................................................................................7
STEP 5...........................................................................................................................7
STEP 6...........................................................................................................................7
STEP 7...........................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................30
2
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Etika membantu manusia untuk melihat atau menilai secara kritis moralitas
yang dihayati dan dianut oleh masyarakat . etika juga membantu dalam merumuskan
pedoman etis atau norma-norma yang diperlukan dalam kelompok masyarakat,
termasuk masyarakat professional. Sedangkan etika dalam penelitian mununjukan
pada prinsip- prinsip etis yang diterapkan dalam kegiatan penelitian, dari proposal
penelitian sampai dengan publikasi hasil penelitian.
Laporan diskusi kelompok kecil pada modul IV blok XVIII ini akan
membahas mengenai semua hal terkait dengan Etika dalam penelitian. Dalam dunia
kesehatan, hal-hal tersebut cukup banyak dijumpai, sehingga perlu diketahui dan
dipahami oleh mahasiswa kedokteran agar dapat menerapkannya dalam penelitian
mahasiswa kelak.
Manfaat
Adapun manfaat pada pembelajaran di modul ini adalah:
Mengetahui tentang Etika penelitian baik terhadap manusia dan hewan
Mengetahui tentang Informed concent
Mengetahui tentang Privasi dan kerahasiaan subjek penelitian
Mengetahui tentang Komite etik penelitian kesehatan
3
BAB II
ISI
STEP 11. INFORMED CONCENT : pernyataan kesukarelaan responden untuk ikut
berpartisipasi dalam penelitian, pernyataan ini dibuat dalam bentuk lembar formulir persetujuan subjek atau responden.
2. ETIKA PENELITIAN : (Tugas DKK II)3. ENTEROBAKTER ZAKASAKI : (Tugas DKK II)
STEP 21. Prinsip dasar dan kaidah etika penelitian ?2. Layakkah secara etika penelitian, penelitian ilmiah dibuka ke public ?3. Mengapa hasil penelitian pada 2003 – 2006 berbeda dengan hasil penelitian
pada tahun 2009 ?4. Perlukah izin kepada perusahaan susu?5. Bagaimana supaya masalah ini tidak terulang kedepanya?6. Perlukah informed concent dilakukan ? kenapa demikian ?7. Apa yang dimaksud dengan menciderai etika penelitian ?
STEP 31. Perilaku penelitian atau peneliti dalam menjalankan tugas meneliti atau
melakukan penelitian hendakna memegang tegus sikap ilmiah (scientific attitude) serta berpegang teguh pada etka penelitian. 4 prinsip yang harus dipegang dalam meaksanakan penelitian :a. Menghormati harkat dan martabat manusia ( respect for human dignity )
- Peneliti menghormati harkat dan martabat subjek penelitian
- Peneliti seharusnya mempersiapkan formulir persetujuan subjek ( inform concent ) yang mencakup :1. Penjelasan mabfaat penelitian2. Penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang
ditimbulkan
4
3. Penjelasan manfaat yang didapatkan4. Persetujuan subjek dapat mengundurkan diri sebagai objek
penelitian kapan saja5. Jaminan anonimitas dan kerahasiaan terhadap identitas dan
informasi yang diberikan oleh responden.b. Menghormat privasi dan kerahasisaan subjek penelitian ( respect for
privacy and confidentiality )- Setiap orang berhak untuk tidak memberitahu apa yang diketahuinya
epada orang lain- Peneliti cukup menggunakan coding sebagai pengganti identitas
responden.c. Keadilan dan inklisivitas atau keterbukaan (respect for justice and
inclusiviness )- Semua subjek penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan yang
sama tana membedakan jender,agama,etnis dan suku.d. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harms and benefits )
Prinsip-prinsip dasar penelitian, hendaknya :
a. Memenuhi kaidah keilmuan dan dilakukan berdasaran hat nurani, moral, kejujuran, kebebasan, dan tanggung jawab.
b. Merupakan upaya untuk mewujudkan ilmu pengetahuan, kesejahteraan, martabat, dan peradaban manusia, serta terhindar dari sebagai sesuatu yang menimbulkan kerugian atau membahayakan subjek penelitian atau masyarakat pada umumnya.
2. Tidak layak, karena secara etika penelitian, hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti akan berdampak merugikan, tidak hanya bagi peneliti dan perusahaan susu bersangkutan melainkan masyarakat luas juga akan merasa dirugikan.
3. Hasil penelitian yang berbeda mungkin dikarenakan adanya peningkatan mutu dan kualitas, sehingga saat diteliti ulang, tidak ditemukan lagi enterobacter zakasaki.
4. Ada dua kemungkinan, perlu jika peneliti mencantumkan lebel atau merk susunya, dan jika peneliti tidak mencantumkan label atau merk susunya melainkan mengantinya dengan code yang peneliti sendiri tidak tahu merk apa
5
yang ditelitinya, maka peneliti berhak tidak meminta izin dari perusahaan susu tersebut.
5. Setiap peneliti yang ingin melakukan penelitian, hendaknya memikirkan dulu manfaat dan kerugian yang akan terjadi saatatau setelah penelitian itu berlangsung, sehingga akan meminimalisir kemungkinan buruk yang akan terjadi pada penelitin berserta subjek yang akan diteliti, dalam hal ini seharusnya peneliti meminta izin kepada label atau perusahaan yang akan menjadi objek penelitiannya, atau apabila peneliti tidak melibatkan label atau perusahaan yang akan diteliti sebaiknya peneliti menganti label atau merk susu tersebut dengan code code yang peneliti tersebut tidak mengetahui merk apa saja yang menjadi objek penelitiannya.
6. Tidak perlu, karena Informed concent hanya dilakukan pada subjek penelitian manusia.
7. (dibahas di DKK II)
6
STEP 4
STEP 5 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kembali tentang :
Etika penelitian baik terhadap manusia dan hewan Informed concent Privasi dan kerahasiaan subjek penelitian Komite etik penelitian kesehatan
STEP 6Pada step ini mahasiswa melakukan belajar mandiri untuk mencapai Lo yang telah ditetapkan.
7
ETIKA PENELITIANMANUSIAMANUSIA
HEWAN
INFORM CONCENT
PRIVASI DAN KERAHASIAAN SUBJEK PENELITIAN
KOMISI ETIK PENELITIAN
STEP 7
1. Etika penelitian baik terhadap manusia dan hewan
Kode etik penelitian kedokteran, yang diberi nama Nuremberg Code, pada
awalnya dibentuk sebagai akibat dari berbagai percobaan tidak
berperikemanusiaan oleh para dokter NAZI terhadap para tahanan Perang
Dunia II. Salah satu yang penting dalam kode tersebut adalah keharusan
adanya persetujuan informed consent dari orang sebagai subyek penelitian.
Pada tahun 1964, World Medical Association dalam sidangnya yang
ke 18 telah mengeluarkan peraturan-peraturan yang dituangkan ke dalam
Deklarasi Helsinki I. Baik dalam Neurenberg Code maupun dalam Deklarasi
Helsinki I, para peneliti dihimbau untuk memperhatikan dan mematuhi
peraturan-peraturan penelitian yang disetujui bersama. Peneliti harus dapat
membuat keputusan sendiri apakah penelitiannya menyimpang atau tidak dari
norma etik yang telah digariskan. Karena tidak ada pengawasan maka banyak
penelitian yang dirasakan masih menyimpang dari norma-norma kode etik.
Untuk menghindari hal tersebut di atas maka pada tahun 1975 dalam World
Health Assembly ke 20 di Tokyo telah dibuat Deklarasi Helsinki II sebagai
hasil revisi dari Deklarasi Helsinki I. Perubahan yang penting adalah adanya
peraturan yang mengharuskan semua protokol penelitian yang menyangkut
manusia, harus ditinjau dahulu oleh suatu Komisi khusus untuk
dipertimbangkan, diberi komentar dan mendapatkan pengarahan
(consideration, comments and guidance). Selain itu pada protokol juga harus
dicantumkan adanya pertimbangan etik. Deklarasi tersebut telah
disempurnakan kembali oleh World Medical Assembly, tahun 1983 di
Venesia, tahun 1985 di Hongkong dan di Edinburg, Scotland tahun 2000.
8
Di Indonesia standar etik penelitian kesehatan yang melibatkan
manusia sebagai subyek didasarkan pada azas perikemanusiaan yang
merupakan salah satu dasar falsafah bangsa Indonesia, Pancasila. Hal tersebut
kemudian diatur dalam UU Kesehatan no 23/ 1992 dan lebih lanjut diatur
dalam PP no 39/ 1995 tentang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Dalam Bab IV diuraikan tentang perlindungan dan hak-hak manusia sebagai
subyek penelitian dan sanksi bila penyelenggaraan penelitian melanggar
ketentuan dalam PP tersebut. Dengan demikian semua penelitian yang
menyangkut manusia harus didasari oleh moral dan etika Pancasila, disamping
pedoman etik penelitian yang telah disetujui secara internasional. Adalah
menjadi kewajiban kita semua bahwa penelitian yang dilakukan dapat
dipertanggungjawabkan dari segi ilmiah, moral dan etika yang berdasarkan
Ketuhanan dan Perikemanusiaan.3
Etika Penelitian Ilmiah
9
1. Prinsip-prinsip Etika Penelitian Ilmiah
Etika berasal dari bahasan Yunani ethos. Istilah etika bila ditinjau dari aspek
etimologis memiliki makna kebiasaan dan peraturan perilaku yang berlaku dalam
masyarakat. Menurut pandangan Sastrapratedja (2004), etika dalam konteks filsafat
merupakan refleksi filsafati atas moralitas masyarakat sehingga etika disebut pula
sebagai filsafat moral. Etika membantu manusia untuk melihat secara kritis moralitas
yang dihayati masyarakat, etika juga membantu kita untuk merumuskan pedoman etis
yang lebih adekuat dan norma-norma baru yang dibutuhkan karena adanya perubahan
yang dinamis dalam tata kehidupan masyarakat. Sedangkan etika dalam ranah
penelitian lebih menunjuk pada prinsip-prinsip etis yang diterapkan dalam kegiatan
penelitian. Peneliti dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian harus memegang
teguh sikapilmiah (scientific attitude) serta menggunakan prinsip-prinsip etika
penelitian. Meskipun intervensi yang dilakukan dalam penelitian tidak memiliki
risiko yang dapat merugikan atau membahayakan subyek penelitian, namun peneliti
perlu mempertimbangkan aspek sosioetika dan menjunjung tinggi harkat dan
martabat kemanusiaan (Jacob, 2004). Etika penelitian memiliki berbagai macam
prinsip, namun terdapat empat prinsip utama yang perlu dipahami oleh pembaca,
yaitu:
1.Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity).
Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan
informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki
kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam
kegiatan penelitian (autonomy). Beberapa tindakan yang terkait dengan prinsip
menghormati harkat dan martabat manusia, adalah: peneliti mempersiapkan formulir
persetujuan subyek (informed consent) yang terdiri dari:
10
a. penjelasan manfaat penelitian
b. penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang dapat
ditimbulkan
c. penjelasan manfaat yang akan didapatkan
d. persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan
subyek berkaitan dengan prosedur penelitian
e. persetujuan subyek dapat mengundurkan diri kapan saja
f. jaminan anonimitas dan kerahasiaan.
Namun kadangkala, formulir persetujuan subyek tidak cukup memberikan proteksi
bagi subyek itu sendiri terutama untuk penelitian-penelitian klinik karena terdapat
perbedaan pengetahuan dan otoritas antara peneliti dengan subyek (Sumathipala &
Siribaddana, 2004). Kelemahan tersebut dapat diantisipasi dengan adanya prosedur
penelitian (Syse, 2000).
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for privacy and
confidentiality.
Setiap manusia memiliki hak-hak dasar individu termasuk privasi dan
kebebasan individu. Pada dasarnya penelitian akan memberikan akibat terbukanya
informasi individu termasuk informasi yang bersifat pribadi. Sedangkan, tidak semua
orang menginginkan informasinya diketahui oleh orang lain, sehingga peneliti perlu
memperhatikan hak-hak dasar individu tersebut. Dalam aplikasinya peneliti tidak
boleh menampilkan informasi mengenai identitas baik nama maupun alamat asal
subyek dalam kuesioner dan alat ukur apapun untuk menjaga anonimitas dan
kerahasiaan identitas subyek. Peneliti dapat menggunakan koding (inisial atau
identification number) sebagai pengganti identitas responden.
3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness).
11
Prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk memenuhi prinsip
keterbukaan, penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional,
berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan, keseksamaan,
kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religius subyek penelitian.
Lingkungan penelitian dikondisikan agar memenuhi prinsip keterbukaan yaitu
kejelasan prosedur penelitian. Keadilan memiliki bermacam-macam teori, namun
yang terpenting adalah bagaimanakah keuntungan dan beban harus didistribusikan di
antara anggota kelompok masyarakat. Prinsip keadilan menekankan sejauh mana
kebijakan penelitian membagikan keuntungan dan beban secara merata atau menurut
kebutuhan, kemampuan, kontribusi dan pilihan bebas masyarakat. Sebagai contoh
dalam prosedur penelitian, peneliti mempertimbangkan aspek keadilan gender dan
hak subyek untuk mendapatkan perlakuan yang sama baik sebelum, selama, maupun
sesudah berpartisipasi dalam penelitian.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan.
Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna
mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek penelitian dan
dapat digeneralisasikan di tingkat populasi (beneficence). Peneliti meminimalisasi
dampak yang merugikan bagi subyek (nonmaleficence). Apabila intervensi penelitian
berpotensi mengakibatkan cedera atau stres tambahan maka subyek dikeluarkan dari
kegiatan penelitian untuk mencegah terjadinya cedera,
kesakitan, stres, maupun kematian subyek penelitian.
2. Penelitian yang membutuhkan Ethical Clearance
Pada dasarnya seluruh penelitian/riset yang menggunakan manusia sebagai
subyek penelitian harus mendapatkan Ethical Clearance , baik penelitian yang
melakukan pengambilan spesimen, ataupun yang tidak melakukan pengambilan
spesimen. Penelitian/riset yang dimaksud adalah penelitian biomedik yang mencakup
12
riset pada farmasetik, alat kesehatan, radiasi dan pemotretan, prosedur bedah, rekam
medis, sampel biologik, serta penelitian epidemiologik, sosial dan psikososial.
2. Etika Penelitian Hewan
LATAR BELAKANG
Melakukan peneli t ian menjadi tugas bagi set iap akademisi yang
memiliki kesadaranakan perkembangan keilmuan. Memiliki jiwa peneliti pun
adalah satu hal wajib yangharus dimiliki. Namun tentu, tak dapat dipungkiri
terkadang peneliti tak menyadari adakode et ik yang menjadi modal
pedoman. Bisa dicontohkan pada para peneli t i yang sering
menggunakan hewan coba dalam peneli t iannya.
Penggunaan hewan coba menurut Prof. Dr. drh. Bambang
Sektiari ,DEA haruslah dimanfaatkan seefisien mungkin. Ada kalanya
peneli t ian yang di lakukan, terutama di bidang kesehatan, tak bisa
langsung di uj i cobakan pada manusia. Banyak faktor yang
menghalanginya. Selain faktor keamanan karena menyangkut
j iwaseseorang, juga faktor kode et ik. Salah satu yang bisa menjadi
solusi adalah denganmenggunakan hewan coba. Penggunaan hewan
coba pun di lakukan dengan pemil ihan seksama, sesuai dengan
jenispeneli t ian yang di lakukan. Misalnya saja pada peneli t ian proses
terbentuknya penyakit sirosis. Pada kasus ini, sangat sulit melihat uji produk jika
dilakukan pada penderita. Oleh karena i tu Prof. Bambang kemudian
melakukan peneli t ian dengan menggunakanhewan tikus putih. Pada uji ini,
Prof. Bambang mengikat tusbiliaris pada tikus untukmengetahui mengapa
penderi ta s irosis kerap drop. Setelah di tel i t i , ternyata
akibatendotoksin yang t inggi , penderi ta dapat mengalami kondisi
drop t iba-t iba. Kondisi dropini bisa disebabkan karena efek samping
13
penggunaan antibiot ik. Selain i tu penggunaanobat al ternat if untuk
pengobatan sirosis juga harus diperhat ikan karena bisamenimbulkan
efek samping yang t idak menguntungkan.Pada penggunaan hewan
coba, ada berbagai hal yang harus diperhat ikan para peneli t i . Ada
kalanya para peneli t i menggampangkan bahwa yang digunakan
hanyalah hewan. Namun ini lah yang sering di lupakan, hewan juga
punya hak untuk t idak merasa sakit ,dan terbebas dari penyiksaan.
Sehingga j ika harus menggunakan hewan coba, gunakan seminimal
mungkin untuk hasi l yang maksimal. Selain i tu ki ta juga t idak boleh
menyiksa ter lalu lama. Untuk i tu, sebelum melakukan peneli t ian
dengan hewan coba,seorang peneli t i harus benar-benar paham metode
yang akan digunakan sehinggaproses peneli t iannya bisa berlangsung
seefisien mungkin.Jika menggunakan hewan cobamaka peneli t i harus
mempertimbangkansejak dini dalamperancangan penel itiannya agar
m e m a tuhi peraturan yang berlaku dan mendapatkan persetujuan dari
komisi et ika r iset yang terkai t
SYARAT PENELITIAN DENGAN HEWAN COBA
Penelitian kesehatan dengan menggunakan hewan percobaan secara etis
hanya dapatdipertanggungjawabkan, jika :
1. Tujuan penelitian dinilai cukup bermanfaat
2. Desain penelitian dapat menjamin bahwa penelitian akan mencapai
tujuannya
3. Tujuan penelitian tidak dapat dicapa dengan menggunakan subjek
atau proseduralternatif
4. Manfaat yang akan diperoleh jauh lebih berarti dibandingkan
dengan penderitaanyang dialami hewan percobaan.
Penelitian dengan hewan coba haruslah:
14
1. Untuk kemajuan pengetahuan biologi dan pengembangan cara-cara
lebih baik dalammelindungi kesehatan dan kesejahteraan mausia,
diperlukan percobaan padaberbagai spesies hewan yang utuh. Ini
dilakukan setelah pertimbangan yang seksamakarena jika layak,
harus digunakan metode seperti model matematika,
simulasikomputer, dan sistem in vitro
2. Hewan yang dipilih untuk penelitian harus sesuai spesies dan mutunya,
sertajumlahnya hendaknya sekecil mungkin, namun hasil
penelitiannya absah secara ilmiah.
3. Peneliti dan tenaga kerja lainnya harus memperlakukan hewan
percobaan sebagaimakhluk perasa, memperhatikan pemeliharaan
dan pemanfaatannya, sertamemahami cara mengurangi
penderitaannya
4. Peneliti harus menganggap bahwa prosedur yang menimbulkan rasa
nyeri padaspesies bertulang belakang termasuk primata.
5. Pada akhir penelitian bahkan pada waktu dilakukan percobaan,
hewan yangmenderita nyeri hebat atau terus menerus atau menjadi
cacat yag tidak dapatdihilangkan harus dimatikan tanpa rasa nyeri.
6. Hewan yang akan dimanfaatkan untuk penelitian hendaknya
dipelihara dengan baik,termasuk kandang, makanan, air minum,
transportasi, dan cara menanganinyasesuai tingkah laku dan
kebutuhan tiap spesies.
7. Pimpinan lembaga yang memanfaatkan hewan percobaan
bertanggung jawab penuhatas segala hal yang tidak mengikuti efek
pemanfaatan hewan percobaan dilembaganya. Sebaliknya pimpinan
wajib menjaga keselamatan dan kesehatan parapegelola, dengan
cara :
a. Pemeriksaan kesehatan setiap tahun sekali dan memberikan
imunisasi terhadappenyakit-penyakit yang mungkin
ditularkan akibat pekerjaannyab.
15
b. Menyediakan alat pelindung seperti masker, sarung tangan,
sepatukaret/pelindung sepatu, tutup kepala, pelindung mata,
dan jas laboratorium.
c. Menyediakan fasilitas fisik baik ruangan maupun peralatan
yang memenuhipersyaratan keamanan kerja dan ergonomi
sehingga mengurangi kemungkinanterjadinya kecelakaan
d. Penanganan limbah yang baik dan benar untuk mencegah
terjadinya pencemaran
PRINSIP DASAR PENELITIAN DENGAN HEWAN COBA
Dalam memanfaatkan hewan percobaan untuk penelitian kesehatan
digunakan prinsip 3R, yaitu: Replacement, Reduction, dan Refinement (Hume
and Russel, 1957) :
Replacement
Ada dua alternatif untuk replacement, yaitu:
a. Repalcement relatif, yaitu tetap melaksanakan hewan
percobaan sebagai donororgan, jaringan, atau sel .
b. Replacement absolut, yaitu tidak memerlukan bahan dari
hewan, melainkanmemanfaatkan galur sel (cell lines) atau
program komputer.
Reduction
Mengurangi pemanfaatan jumlah hewan percobaan sehingga
sesedikit mungkindengan bantuan ilmu statistik, program komputer,
dan teknik-teknik biokimia sertatidak mengurangi penelitian dengan
hewan percobaan apabila tidak perlu.
Refinement
Mengurangi ketidaknyamanan yang diderita oleh hewan percobaan
sebelum,selama, dn setelah penelitian, misalnya dengan pemberian
16
analgetik.Sebagian penelitian biomedik dapat diselesaikan di
laboratorium dengan cara kerja in vitro atau dengan menggunakan
bahan hidup, seperti galur sel dan biakan jaringan. Padatahap
berikutnya sering kali diperlukan penelitian dengan menggunakan
makhluk hiduputuh agar keseluruhan interaksi yang terjadi dalam
tubuhnya dapat diamati dan dikaji.Keamanan dan khasiat obat
misalnya, perlu diteliti dengan menggunakan hewan
percobaansebelum pnelitian layak dilanjutkan dengan
mengikutsertakan relawan manusia. Obat baru tidak boleh digunakan
untuk pertama kali langsung pada manusia, sekalipun tanpa uji cobapada
hewan percobaan telah dapat diduga dengan wajar
keamanannya.Hewan percobaan akan mengalami berbagai keadaan
luar biasa yang menyebabkanpenderitaan, seperti rasa nyeri,
ketidaknyamanan, ketidaksenangan, dan pada akhirnyakematian.
Sebagai bangsa yang beradab hean perobaan yang menderita untuk
kebaikanmanusia wahib dihormati hak azazinya dan diperlukan
secara manusiawi.
DASAR HUKUM PENELITIAN PADA HEWAN COBA
UU no. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan pasal 69 ayat 1 yang berbunyi:
Penelitian dan pengembangan kesehatan dilaksanakan untuk memilih dan
menetapkan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna yang diperlukan
dalam rangka meningkatkanderajat kesehatan.
UU no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 44 ayat 4 yang berbunyi:
Penelitian terhadap hewan harus dijamin untuk melindungi kelestarian
hewan tersebutserta mencegah dampak buruk yang tidak langsung bagi
kesehatan manusia. Penjelasan:Hewan percobaan harus dipilih dengan
mengutamakan hewan dengan sensitivitas neurofisiologik yang paling rendah
17
(nonsentient organism) dan hewan yang paling rendah pada skala evolusi.
Keberhati-hatian (caution) yang wajar harus diterapkan pada penelitian
yang dapat mempengaruhi lingkungan dan kesehatan hewan yang
digunakan dalam penelitian harus dihormati.
2. INFORMED CONSENT
Tujuan dari informed consent adalah agar pasien mendapat informasi yang
cukup untuk dapat mengambil keputusan atas terapi yang akan dilaksanakan.
Informed consent juga berarti mengambil keputusan bersama. Hak pasien untuk
menentukan nasibnya dapat terpenuhi dengan sempurna apabila pasien telah
menerima semua informasi yang ia perlukan sehingga ia dapat mengambil keputusan
yang tepat. Kekecualian dapat dibuat apabila informasi yang diberikan dapat
menyebabkan guncangan psikis pada pasien.
Dokter harus menyadari bahwa informed consent memiliki dasar moral dan
etik yang kuat. Menurut American College of Physicians’ Ethics Manual, pasien
harus mendapat informasi dan mengerti tentang kondisinya sebelum mengambil
keputusan. Berbeda dengan teori terdahulu yang memandang tidak adanya informed
consent menurut hukum penganiayaan, kini hal ini
dianggap sebagai kelalaian. Informasi yang diberikan harus lengkap, tidak hanya
berupa jawaban atas pertanyaan pasien.
Hal mengenai informed consent ini tertuang pada Permenkes No. 585 Tahun
1898 Pasal 1 dan UU No. 29 Tahun 2004 Pasal 45.
Elemen-elemen Informed consent
Suatu informed consent harus meliputi :
1. Dokter harus menjelaskan pada pasien mengenai tindakan, terapi dan
penyakitnya
2. Pasien harus diberitahu tentang hasil terapi yang diharapkan dan seberapa
besar kemungkinan keberhasilannya
18
3. Pasien harus diberitahu mengenai beberapa alternatif yang ada dan akibat
apabila penyakit tidak diobati
4. Pasien harus diberitahu mengenai risiko apabila menerima atau menolak
terapi. Risiko yang harus disampaikan meliputi efek samping yang mungkin
terjadi dalam penggunaan obat atau tindakan pemeriksaan dan operasi yang
dilakukan.
Ruang Lingkup Pemberian Informasi
Ruang lingkup dan materi informasi yang diberikan tergantung pada
pengetahuan medis pasien saat itu. Jika memungkinkan, pasien juga diberitahu
mengenai tanggung jawab orang lain yang berperan serta dalam pengobatan pasien.
Hal-hal yang Diinformasikan
Hal-hal yang diinformasikan pada pasien meliputi :
Hasil Pemeriksaan
Prosedur
Risiko
Alternatif
Rujukan
Konsultasi
Prognosis
Standar Pengungkapan Yang Dikembangkan Oleh Pengadilan
Dua pendekatan diadaptasi oleh pengadilan dalam menggambarkan lapangan
kewajiban pengungkapan seorang dokter - standar pengungkapan profesional, standar
pengungkapan umum, atau standar pasien secara layak.
Di bawah standar pengungkapan profesional, tugas dokter untuk membuka
rahasia diatur oleh standar pelaku medis, dilakukan di dalam lingkungan yang sama
atau serupa. Standar
19
pengungkapan ini yang diatur seterusnya baik oleh undang-undang maupun hukum
umum pada mayoritas peraturan Amerika Serikat menetapkan bahwa seorang dokter
harusmemberi informasi sesuai dengan pelayanan kedokteran terkini.
Banyak pengadilan telah menegakkan standar pelaksana medis dalam
komunitas yang sama atau serupa, di bawah lingkungan yang sama atau serupa. Jika
seorang dokter bertugas untuk mengungkapkan suatu fakta dan jika begitu, fakta apa
yang wajib diberitahukan bergantung pada yang biasa dilakukan pada komunitas
setempat.
Siapa yang mengungkapkan ?
Pengadilan umumnya telah menempatkan tugas ini pada dokter yang
didatangi pasien pada waktu ada pertanyaan. Pengadilan umumnya mengenali bahwa
dokter, bukan perawat atau paramedis lainnya, berkemampuan untuk mendiskusikan
tatalaksana dan penanganannya. Perawat atau paramedis lainnya mungkin hanya
penambah atau pelengkap informasi spesifik dari dokter dengan informasi umum
tergantung situasi pasien.
Dokter, selain dari dokter pertama pasien, memiliki kewajiban yang
independen untuk member informasi mengenai risiko, keuntungan, dan alternatif
pilihan yang ditujukan padanya.
Peranan Rumah Sakit
Dalam teori respondeat superior, manajer rumah sakit dapat ditahan dengan
dokter pegawai rumah sakit yang lalai untuk memperoleh informed consent yang
dapat menimbulkan kecacatan dan kegawatan pada pasien. Kebijakan rumah sakit
harus mengatur mengenai bagaimana informed consent diperoleh. Perawat atau
petugas rumah sakit lainnya harus menunda terapi yang sudah direncanakan dokter
jika persetujuan yang sebelumnya sudah diberikan ditarik kembali oleh pasien,
sehingga dokter dapat mengklarifikasi kembali keputusan pasien.
Pengadilan cenderung untuk menjatuhkan memastikan bahwa dokter
memperoleh persetujuan/penolakan sebelum melakukan tindakan.
20
Bentuk Persetujuan/Penolakan
Rumah sakit memiliki tugas untuk menjamin bahwa informed consent sudah
didapat. Istilah untuk kelalaian rumah sakit tersebut yaitu ”fraudulent concealment”.
Pasien yang akan menjalani operasi mendapat penjelasan dari seorang dokter bedah
namun dioperasi oleh dokter lain dapat saja menuntut malpraktik dokter yang tidak
mengoperasi karena kurangnya informed consent dan dapat menuntut dokter yang
mengoperasi untuk kelanjutannya.
Persetujuan oleh pasien :
Tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien secara tertulis / lisan
Pasien mendapat informasi yang adekuat tentang perlunya tindakan medik
yang bersangkutan serta resiko yang dapat ditimbulkanya .
Penyampaian dan informasi disesuaikan tingkat pendidikan, kondisi dan
situasi pasien .
Bila tindakan medis mengandung resiko tinggi harus persetujuan tertulis
ditandatangani mereka yg berhak memberikan persetujuan
Bila tindakan medis yang akan dilakukan tidak beresiko tinggi persetujuan
cukup persetujuan lisan (dng anggukan kepala)
Dapat diberikan secara nyata – nyata atau secara diam – diam
Permenkes No. 585 Tahun 1989
Informasi yang diberikan pada pasien :
Harus diberikan kepada pasien
Informasi harus lengkap ,kecuali dokter menilai informasi tersebut dapat
merugikan kepentingan kesehatan pasien atau pasien menolak diberikan
21
informasi dokter bisa memberi tahukan kepada keluarga terdekat
pasienInformasi lisan harus ada saksi, pihak dokter perawat
Dalam Hal tindakan bedah ( operasi ) ,informasi harus diberikan oleh dokter
yg melakukan . Bila dokter tidak ada informasi diberikan oleh dokter lain
dengan pengetahuan atau petunjuk dokter yang bertanggung jawabInformasi
juga harus diberikan jika ada kemungkinan perluasan operasi.
Perluasan operasi yg tidak dapat diduga sebelumnya, dapat dilakukan untuk
menyelamatkan jiwa pasien, dan setelah operasi dilakukan dokter harus
memberikan
Informasi kepada pasien atau keluarganya.
Pasien yang diberikan Informed Consent
Pasien-pasien yang berhak memberikan persetujuan meliputi :
Pasien dewasa ( telah berumur 21 tahun atau sudah menikah ) yang berada
dalam keadaan sadar dan sehat mental
Pasien dewasa yang berada di bawah pengampuan ( curate ) persetujuan
diberikan oleh wali / curator
Pasien dibawah umur 21 tahun dan tidak mempunyai orang tua / wali dan atau
ortu/ wali berhalangan, persetujuan diberikan oleh keluarga terdekat atau
induk semang.
Persetujuan tidak diberikan kepada pasien yang :
Pasien tidak sadar/ pingsan,tidak ada keluarga terdekat secara medik berada
dalam keadaan gawat darurat yang memerlukan tindakan medic segera untuk
kepentingannya
Tindakan medik yg harus dilaksanakan sesuai dengan progam pemerintah
dimana tindakan medik tersebut untuk kepentingan masyarakat banyak.
22
Bila pasien sadar, baru diberi tahu dan dimintakan persetujuannya dengan
penjelasanyang logis
Tanggung Jawab dan Sanksi
Tanggung jawab pada pemberian informed consent :
Dokter bertanggung jawab atas pelaksanaan ketentuan tentang persetujuan
tindakan medik
Pemberian Persetujuan Tindakan Medik yang dilaksanakan dirumah
sakit/klinik , maka rumah sakit/klinik yang bersangkutan ikut bertanggung
jawab
Sanksi yang berkaitan dengan informed consent :
Sanksi administrative berupa pencabutan surat ijin prakteknya.
(PERMENKES RI No.585 pasal 13).
Sanksi perdata :
pasal 1365 mengenai onrechtmatige daad ( perbuatan melawan hukum ), bisa
berupa ganti rugi atas cacat atau luka karena adanya perbuatan yang salah,
misalkan karena lalai
Sanksi Pidana (KUHP)
o Pasal 351 mengenai penganiayaan
o Pasal 89 “ yaitu membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan
dengan kekerasan “.
.
3. Susunan Komisi Etik Penelitian Kesehatan Badan Litbangkes
23
Salah satu tugas pokok Badan Litbangkes adalah menyelenggarakan penelitian dan
pengembangan kesehatan untuk menunjang program Departemen Kesehatan. Untuk
itu dalam rangka perlindungan manusia sebagai subyek penelitian dan pengembangan
kesehatan, sejak tahun 1991 dibentuk “Panitia Etik Penelitian Kesehatan Badan
Litbangkes” berdasarkan SK Kepala Badan Litbangkes No. 04/BPPK/AK/1/1991.
Panitia tersebut bertugas melakukan review usulan penelitian kesehatan yang
memerlukan surat izin etik (ethical clearance), selanjutnya sejak tahun 2001 disebut
sebagai Komisi Etik Badan Litbangkes. Susunan anggota bersifat multidisiplin yaitu
adanya anggota dari berbagai bidang ilmu kelompok medis/ klinis maupun dari
kelompok non-medis antara lain dari bidang hukum, sosialbudaya yang terkait, dari
kelompok yang peduli terhadap kepentingan masyarakat dan dari kelompok awam
(layperson). Komposisi keanggotaan mempertimbangkan juga keseimbangan usia dan
gender; adanya perbedaan latar belakang, sosial-budaya dan agama yang dapat
mempengaruhi sudut pandang.
Susunan Komisi Etik Penelitian Kesehatan Badan Litbangkes terdiri atas
1. Penasehat,
2. Ketua
3. Sekretaris
4. Anggota
5. Sekretariat
Untuk kegiatan kesekretariatan dibantu oleh beberapa staf dari Sekretariat Badan
Litbangkes. Komisi Etik ini disahkan dengan surat keputusan Kepala Badan
Litbangkes yangm ditinjau/diperbaharui setiap tahunnya.
4. Tanggung Jawab dan Tugas Komisi Etik Penelitian Kesehatan
Komisi Etik membahas usulan-usulan penelitin biomedis yang menggunakan
manusia sebagai subyek penelitian, baik untuk kegiatan penelitian yang dilakukan
oleh unit-unit penelitian di lingkungan Badan Litbangkes, ataupun kegiatan penelitian
yang dimonitor oleh Badan Litbangkes. Komisi Etik akan bertemu secara rutin
minimum sekali setiap bulannya untuk membahas usulan penelitian yang
memerlukan ethical clearance , baik yang telah dikeluarkan (pada bulan tersebut :
24
ethical review dilakukan oleh 2 – 3 orang anggota Komisi Etik) maupun yang
memerlukan pengambilan keputusan oleh sebagain besar anggota Komisi Etik (bagi
kasus kasus tertentu yang memerlukan pertimbangan / review oleh lebih dari 3 orang
anggota : ‘kasus berat’). Persetujuan ethical clearance diambil berdasarkan suara
terbanyak dari anggota yang hadir dalam rapat tersebut. Rapat dianggap sah jika
dihadiri minimal setengah jumlah anggota ditambah 1 orang. Semua penelitian yang
sedang berjalan di tiap Puslitbang, yang telah mendapatkan ethical clearance dari
Komisi Etik Badan Litbangkes, akan dipantau oleh anggota Komisi Etik yang ada di
Puslitbang bersangkutan dan akan direview paling sedikit satu kali setiap tahun dan
mungkin frekuensi review bertambah bila dianggap perlu oleh Komisi karena
keadaan darurat. Ketua Komisi Etik bertanggung jawab atas jalannya rapat pertemuan
Komisi. Jalannya rapat serta hasil rapat pertemuan akan dicatat oleh sekretaris
pertemuan yang merupakan seorang staf atau petugas dari Sekretariat Badan
Litbangkes. Sekretaris tersebut juga menerima laporan penelitian selama penelitian
sedang berjalan sampai penelitian selesai.
Rapat pertemuan Komisi Etik dihadiri oleh seluruh anggota Komisi Etik, para peneliti
yang penelitiannya akan dibahas (jika perlu), dan dapat pula dihadiri oleh ahli-ahli
tertentu yang diundang untuk memberi pandangan sebagai nara sumber, tetapi yang
mempunyai hak suara untuk memberikan keputusan hanya anggota Komisi Etik.
Anggota Komisi Etik tidak terlibat dalam salah satu usulan penelitian yang akan
dibicarakan. Jika salah satu anggota secara langsung atau tidak langsung terlibat
dengan suatu usulan penelitian, maka anggota tersebut tidak berhak memberikan
suara (abstain) dalam pemungutan suara mengenai usulan penelitian yang
bersangkutan.
Komisi Etik mempunyai tugas :
1. Melakukan review dari protokol penelitian yang akan dibahas dengan benar
sesuai ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.
2. Membahas hasil review
25
3. Meneliti isi informed consent (persetujuan bagi subyek penelitian) beserta
naskah penjelasan untuk mendapatkan persetujuan dari subyek penelitian.
4. Memberikan ethical clearance untuk semua penelitian yang memerlukannya.
5. Mengevaluasi pelaksanaan penelitian yang terkait dengan etik
6. Menghadiri rapat rutin Komisi Etik setiap bulannya dan pada waktu-waktu
tertentu yang dianggap perlu.
Tugas sekretariat Komisi Etik :
Untuk melaksanakan kegiatan kesekretariatan, Komisi Etik Badan Litbangkes dibantu
oleh Sekretariat Komisi Etik yang bertugas :
1. Menerima berkas usulan/pengajuan Ethical Clearance dan memeriksa
kelengkapan berkas usulan tersebut, lalu mencatat hasilnya pada form check
list.
2. Bertanggung jawab dalam kegiatan surat menyurat yang berhubungan dengan
kegiatan Etika Penelitian Kesehatan di Badan Litbangkes
3. Bertanggung jawab dalam pengarsipan usulan penelitian yang mengajukan
ethical clearance mulai dari masuknya ke Badan Litbangkes, selama proses di
Komisi Etik, review ulangan jika penelitian itu berjalan lebih dari setahun
4. Mengurus penyelenggaraan rapat dan pertemuan Komisi Etik.
5. Sebagai fasilitator antara peneliti dan anggota Komisi Etik.
6. Membuat laporan tentang kegiatan Komisi Etik, termasuk laporan tertulis dari
setiap rapat/pertemuan Komisi Etik (Notulen), laporan triwulan kegiatan
komisi etik (berikut rekapitulasi ethical clearance yang telah dikeluarkan) .
5. Pengajuan Ethical clearance
Usulan ethical clearance diserahkan kepada sekretariat Komisi Etik Penelitian
Kesehatan. Kelengkapan berkas terdiri dari :
1. Surat usulan dari institusi
2. Protokol penelitian
3. Daftar tim peneliti
26
4. CV peneliti utama
5. Surat persetujuan pelaksanaan penelitian dari scientific board (PPI)
6. Informed Consent (formulir persetujuan keikutsertaan dalam penel
7. Ethical Clearance dari institusi lain (bila ada)
8. Kuesioner / pedoman wawancara (bila ada)
Catatan : Seluruh berkas dibuat rangkap 3.
Selain penelitian dari Puslitbang di lingkungan Badan Litbangkes, Komisi Etik
Penelitian Kesehatan Bdan Litbangkes juga menerima permohonan E.C dari instansi
lain.
6. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian etik penelitian kesehatan:
a. Surat usulan dari institusi tempat peneliti bekerja, bila usulan berasal dari luar
institusi
Badan Litbangkes yang memiliki Komisi Etik Institusi, maka usulan harus berasal
dari Komisi etik institusi tersebut (bukan dari peneliti utama/pimpinan insitusi)
b. Surat rekomendasi dari Panitia Pembina Ilmiah.
c. Protokol penelitian meliputi tujuan dan manfaat, metodologi yang menjelaskan
secara terperinci mengenai : tata cara pengambilan sample (darah/urine/spesimen
lainnya), tujuan pemeriksaan, intervensi yang diberikan, serta manfaat bagi responden
(bila ada uji klinik/ pengambilan sample), jumlah biaya yang diperlukan dalam
penelitian tersebut.
d. Daftar tim peneliti, beserta keahliannya
e. Curriculum vitae peneliti utama atau Ketua Pelaksana, untuk melihat apakah
kemampuan peneliti utama atau ketua pelaksana sudah sesuai dengan apa yang akan
dikerjakan.
f. Keterangan pembiayaan, untuk melihat apakah sudah etis bila suatu penelitian
dilihat dari jumlah biaya dan hasil yang akan didapat.
g. Ethical clearance dari institusi lain (bila ada).
h. Penjelasan dan Informed Consent dalam 1 lembar / tidak terpisah
27
Izin atau persetujaun dari subyek penelitian untuk turut berpartisipasi dalam
penelitian, dalam bentuk tulisan yang ditandatangani atau tidak ditandatangani oleh
subyek dan saksinya, disebut informed consent.
Aspek-aspek yang perlu dicantumkan dalam suatu informed consent adalah sebagai
berikut :
1. Kesediaan subyek untuk secara sukarela bersedia berpartisipasi dalam
penelitian itu, termasuk penelitian eksperimen.
2. Penjelasan tentang penelitian.
3. Pernyataan tentang berapa lama subyek penelitian perlu berpartisipasi dalam
penelitian
4. Gambaran tentang apa yang akan dilakukan terhadap subyek penelitian,
sebagai peserta sukarela penelitian. Setiap prosedur eksperimental perlu
dijelaskan.
5. Gambaran mengenai resiko dan rasa tidak enak yang mungkin dialami
subyek, jika subyek berpartisipasi dalam penelitian.
6. Gambaran tentang keuntungan atau ganti rugi bagi subyek, jika subyek
berpartisipasi dalam penelitian ini.
7. Informasi mengenai pengobatan dan alternatif lain yang akan diberikan
kepada subyek, jika subyek mengalami resiko dalam penelitian.
8. Gambaran tentang terjaminnya rahasia biodata dan hasil pemeriksaan medis
sunyek.
9. Penjelasan mengenai pengobatan medis dan ganti rugi yang akan diberikan
kepada subyek, jika subyek mengalami masalah yang berhubungan dengan
penelitian.
10. Nama jelas dan alamat berserta nomor telepon yang lengkap, kepada siapa
calon subyek dapat menanyakan tentang masalah kesehatan yang mungkin
muncul berkaitan dengan penelitian tersebut.
11. Pengertian partisipasi dalam penelitian haruslah sukarela, bahwa subyek dapat
memutuskan untuk meninggalkan penelitian tanpa dirugikan, bahwa apabila ia
28
bersedia berpartisipasi kemudian sesudah jangka waktu tertentu ia
meninggalkan penelitian, ia bebas pergi tanpa ada sanksinya.
12. Jumlah subyek penelitian yang akan turut serta dalam penelitian dan lokasi
penelitian akan dilaksanakan.
13. Subyek akan diberitahukan jika terjadi problem yang membahayakan subyek
dalam penelitian tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmojo,Soekidjo.2010.”Metodologi Penelitian Kesehatan”.Rineka cipta.
Yurisa,Wella.2008.”Etika Penelitian Kesehatan”.Universitas Riau.Fakultas Kedokteran.
29