KATA PENGANTAR
-
Upload
rima-hamzhar -
Category
Documents
-
view
303 -
download
1
Transcript of KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan pembahasan “Metodologi
Penelitian Sejarah Islam”.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu pembahasan pada
mata kuliah Metodologi Studi Islam dan juga sebagai penambah wawasan kami pada mata
kuliah ini.
Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati,
kiranya makalah ini tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Bapak / Ibu. Dan terima
kasih untuk segala kritik dan saran yang telah Bapak / Ibu berikan kepada kami. Semoga
menjadi lebih baik dan amal ibadah disisi Allah SWT. Amiin
Wassalamu’alaikum.wr.wb
PEMAKALAH
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR MASALAH
Sejarah adalah harta karun dan ilmu pengetahuan bagi semua manusia. Begitu juga
dengan sejarah Islam yang merupakan ilmu dan pebelajaran bagi umat Islam. Dengan
mengetahui sejarah kita dapat mengambil pelajaran sejarah yang baik seperti, zaman
keemasan hari Abbasiyah dalam bidang ilmu pengetahuan dan juga kita dapat menganalis
sejarah yang buruk seperti masa suram Islam agar tidak terjadi untuk masa mendatang.
Tetapi permasalahan sejarah ini adalah keontetikan dan kebenarannya, karena sejarah
saat ini banyak yang telah di palsukan. Untuk itu kita gunakan Metodologi Penelitian
Sejarah Islam untuk membuktikan kebenaran (keontentikan) sejarah Islam tersebut.
B. TUJUAN MASALAH
Salah satu tujuan utama Penelitian Sejarah Islam adalah untuk mencari, menganalisis dan
membutuhkan kebenaran sejarah Islam tersebut, serta pembersihan sejarah dari kepalsuan
yang dilakukan oleh kaum orientalis.
1
BAB II
PEMBAHASAN
METODOLOGI STUDI PENELITIAN SEJARAH ISLAM
1. PENGERTIAN SEJARAH
Kata sejarah dalam bahasa Arab disebut tarikh dan sirah, atau dalam bahasa
Inggris disebut history. Dari segi bahasa, al-tarikh berarti ketentuan masa atau waktu,
sedang “Ilmu Tarikh” ilmu yang membahas penyebutan peristiwa-peristiwa atau
kejadian-kejadian, masa atau tempat terjadinya peristiwa, dan sebab-sebab terjadinya
peristiwa tersebut.1
Menurut istilah, al-tarikh berarti: “sejumlah keadaan dan peristiwa-peristiwa
yang terjadi di masa lampau, dan benar-benar terjadi pada diri individu atau
masyarakat, sebagaimana benar-benar terjadi pada kenyataan-kenyataan alam dan
manusia.
Dalam bahasa Indonesia sejarah berarti: silsilah; asal-usul (keturunan);
kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Sedangkan Ilmu
Sejarah adalah “pengetahuan atau uraian tentang peristiwa-perirtiwa dan kejadian-
kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau”.2
Dalam bahasa Inggris sejarah disebut history, yang berarti orderly description
of past events (uraian secara berurutan tentang kejadian-kejadian masa lampau).
Sejarah sebagai cabang ilmu pengetahuan mengungkapkan peristiwa masa silam, baik
peristiwa politik, sosial, maupun ekonomi pada suatu Negara, bangsa, benua atau
dunia. Kejadian masa silam tersebut merupakan catatan yang diabadikan dalam
laporan-laporan tertulis dan dalam lingkup yang luas.3
1 Muhaimin, Kawasan dan Wawasan Studi Islam,(Jakarta:Kencana,2007).h.2112 Rosniati Hakim, Metodologi Studi Islam II,(Padang:Hayfa Press,2009),h.833 Ibid,h.212
2
Dari sisi dalamnya, sejarah adalah suatu penalaran kritis dan usaha yang
cermat untuk mencari kebenaran; suatu penjelasan yang cerdas tentang sebab-sebab
dan asal-usul segala sesuatu; sesuatu pengetahuan yang mendalam tentang bagaimana
dan mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi, oleh karena itu sejarahberakar dalam
filsafat dan ia pantas dipandang menjadi bagian dari filsafat itu.
Sejarah memang berbeda dengan hikayat, kisah, legenda, dan sebagainya.
Sejarah harus dapat dibuktikan kebenarannya dan harus logis, karena itu semua cerita
yang tidak masuk akal apalagi tidak bisa dibuktikan kebenarannya tidak bisa
dikatakan sejarah. Sejarah berlaku hukum sebab dan akibat, walaupun tidak semua
sebab yang sama melahirkan akibat yang sama, dengan demikian tidak selamanya
akibat yang sama itu mesti dilahirkan oleh sebab yang sama.
Pada saat sejarah hanya berupa catatan peristiwa atau kejadian, mungkin orang
tidak berselisih pendapat. Tetapi ketika menyangkut interprestasinya, maka timbullah
perbedaan pendapat. Karena yang membuat sejarah adalah manusia dan yang
mencatat atau menulisnya adalah manusia, sehingga keragaman dalam
menginterprestasikan suatu peristiwa atau kejadian adalah suatu yang tidak bisa
dielakkan selaras dengan pembawaan manusia itu sendiri.
Dengan kata lain di dalam sejarah terdapat objek peristiwanya (what), orang
yang melakukannya (who), waktunya (when), tempatnya (where), dan latar belakang
(why). Seluruh aspek tersebut selanjtnya disusun secara sistematik dan
menggambarkan hubungan yang erat antara satu bagian dengan bagian yang lainnya.4
2. TUJUAN
4 Ibid, h.83
3
Menurut Ibnu Khaldun, sejarah mempunyai tujuan yang praktis, yaitu untuk
menangkap isyarat-isyarat yang dipantulkan oleh ‘ibar (contoh moral) dalam kejadian
sejarah. Tetapi untuk menangkap isyarat-isyarat itu tidak akan berhasil tanpa bantuan
ilmu lain, yaitu ‘ilm al-‘umran (Ilmu Kultur).5 Ilmu ini bertugas mencari pengertian
tentang sebab-sebab yang mendorong manusia bertindak, disamping melacak
pemahaman tentang akibat-akibat dari tindakan itu, yaitu seperti yang tercermin
dalam peristiwa-peristiwa sejarah.
3. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup sejarah Islam dilihat dari segi periodesasinya, dapat dibagi
menjadi periode Klasik, periode Pertengahan, dan periode modern.
Sejarah perkembangan peradaban Islam oleh para ahli dibagi menjadi tiga periode
yaitu:
a. Periode Klasik
Sebelum periode klasik dinamakan masa Rasulullah SAW (611-622
M) dan fase Madinah (622-632 M) serta fase pertumbuhan Islam yaitu pada
masa awal khulafaur Rasyidin.
Masa kemajuan Islam I (650-1000 M) yang terdiri dari masa
pertengahan dan akhir masa khulafaur Rasyidin, Bani Umayyah (661-750 M)
dan Bani Abbas (750-1000 M). masa disintegrasi (1000-1250 M) pada Bani
Abbas dan munculnya dinasti-dinasti kecil Islam di Barat seperti: Dinasti Bani
Idris (788-974 M), Bani Aghlab (800-969 M) dan lain-lain sampai hancurnya
bani Abbas (1258 M).6
b. Periode pertengahan
5 Muhaimin,Op.cit,h.2126 Rosniati Hakim, Op.cit,h.84
4
Masa kemunduran Islam I (1250-1500 M), terjadinya serangan Mongol
terhadap dinasti-dinasti Islam dan kota Baghdad seperti Jengis khan, Khulagu
Khan, Timur Khan dan munculnya dinasti Ilkhaniyah (1258-1353 M) dan lain-
lain. Masa tiga kerajaan besar (1500-1700 M) yang terdiri dari fase kemajuan
II (1500-1700 M) yakni turki usmani sampai dengan sultan Mustafa II (1282-
1695 M) dan lain-lain. Fase kemunduran II (1700-1800 M) yakni setelah masa
sultan Mustafa II dari turki usmani dan hancurnya D. safawi (1732 M) dan D.
Mughal (1858 M).7
c. Periode modern
Zaman kebangkitan Islam ditandai dengan berakhirnya ekspensi
Napoleon di Mesir tahun 1801 M. Ini membuka mata umat Islam untuk
bangkit dari tidurnya. Kontak Islam dengan barat sekarang berlainan sekali
dengan kontak Islam dengan barat pada periode klasik. Pada periode klasik
Islam sedang naik dan barat sedang dalam kegelapan, barat sedang naik kini
Islam yang ingin belajar dari barat.8
4. PENDEKATAN DAN METODE PENELITIAN
a. Pendekatan geografis: meneliti sejarah melalui kawasan atau keadaan, tempat
dimana peristiwa itu terjadi.
b. Pendekatan kronologis: meneliti sejarah melalui waktu kejadian seperti pada
tahun sekian dan tahun sekian.
c. Pendekatan penomenalogis: pendekatan yang membiarkan fenomena berbicara
sendiri dan bukan menjadikan fenomena sebagai kerangka internasional yang
sudah ditentukan sebelumnya.
7 Ibid,h.858 Ibid,h.85
5
d. Pendekatan kebudayaan: menulis sejarah masyarakat muslim dengan berbagai
aspek yang amat luas seperti geografi, klimotologi, sosiologi, antropologi,
etnologi, pedagogi, filosofi, sastra dan agama.
e. Pendekatan sejarah ekonomi: menganalisis sejarah Islam dari sector ekonomi
seperti para petani, lalu lintas, ekspor impor, sarana transportasi laut, dan sistem
perdagangan antar Negara.
f. Pendekatan politik: meneliti sejarah dari kegiatan politik seperti jatuh bangunnya
dinasti, perkembangan kemerosotan peradaban.
g. Pendekatan kesejarahan: meninjau suatu permasalahan dari sudut kesejarahan dan
menjawab permasalahan serta menganalisisnya dengan menggunakan metode
analisa sejarah.
Sementara diakronis disebut juga metode sosiohistoris, yakni suatu metode
pemahaman terhadap suatu kepercayaan, sejarah atau kejadian atau melihatnya
sebagai suatu kenyataan yang mempunyai kesatuan yang mutlak dengan waktu,
tempat, kebudayaan, golongan, dan lingkungan dimana kepercayaan, sejarah atau
kejadian atau melihatnya sebagai suatu kenyataan yang mempunyai kesatuan yang
mutlak dengan waktu, tempat, kebudayaan, golongan dan lingkungan dimana
kepercayaan, sejarah atau kejadian itu muncul. At-Thabari, sejarawan muslim,
mengungkapkan bahwa menurut konsep historiografi dengan riwayat seperti yang
dipraktekkannya, metode sejarah pertama-tama adalah pengeceken riwayat,
penelitian teks-teks, dan pengkajian terhadap sanad dan baru setelah itu tinjauan
terhadap kandungan dan apa yang dituturkan dan kontemplasi filosofis atau
metodis terhadap isinya. Informasi sejarah yang disampaikan Al Thabari adalah
sesuai dengan apa yang dituturkan penuturnya, dan disampaikannya secara netral
dan objektif.
6
Suatu periodesasi tahapan-tahapan yang ditempuh untuk suatu penelitian
sehingga dengan kemampuan yang ada dapat mencapai hakekat sejarah dapat
dilakukan melalui beberapa tahapan, yakni:
a. Menseleksi tema penelitian
b. Menghimpun berbagai sumber kelompok.
c. Menetapkan keabsahannya
d. Menentukan penyusunannya
e. Menetapkan waktu dan tempat pembukuanya
f. Menyelidiki teks pokok
g. Menetapkan hubungan yang satu dengan yang lain.9
5. CONTOH MODEL STUDI / PENELITIAN SEJARAH
Terdapat berbagai model penelitian sejarah yang dilakukan para ahli,
diantaranya ada yang melakukan studi sejarah dari segi tokoh atau pelakunya
peristiwanya, produk-produk budaya dan ilmu pengetahuannya, wilayah atau kawasan
tertentu, latarbelakang terjadinya berbagai peristiwa tersebut, segi periodesasinya, dan
sebagainya.
Berbagai model penelitian sejarah tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Model penelitian sejarah kawasan
Penelitian sejarah dapat dilakukan dengan melihat kawasan di mana peristiwa
itu terjadi John L. Esposito, misalnya mengedit buku berjudul Islam in Asia,
Religion, Politics & Society. Didalam buku tersebut dikemukakan perkembangan
Islam di Asia pada umumnya, perkembangan Islam di Iran, Pakistan, Afghanistan,
Filipina, Asia Tengah (Soviet), Cina, India, Malaysia, dan Indonesia. Sebagai
bahan studi awal untuk memasuki studi kawasan lebih lanjut, buku tersebut patut
9 Ibid,h.90-92
7
untuk dikaji. Dari buku tersebut paling tidak dapat dihilangkan kesan bahwa Islam
identik dengan Arab. David D. Newsom, dalam tulisannya berjudul Islam in Asia
Ally or Adversary, menyatakan, bahwa Islam sebagaiman dipahami oleh sejumlah
orang Amerika sebagai agama dunia Arab, ternyata tidaklah benar, karena
sebagian besar pemeluk Islam sebagaimana dijumpai pada masa yang lalu tinggal
di Asia. Dari sana dunia mengakui bahwa Islam dan geraknya dalam menghadapi
berbagai peristiwa yang terjadi di masyarakat, menunjukkan bahwa Islam adalah
agama yang sangat penting dalam meresponi berbagai masalah yang timbul di
belahan dunia.
Melalui studi tersebut dapat dihilangkan berbagai kesan negative terhadap Islam
yang berkembang sebelumnya. Yaitu:
a) Islam seringkali digambarkan sebagai agama yang suka membuat kerusuhan,
anti Barat dan reaksioner baik dalam bidang politik maupun masyarakat.
b) Islam sering digambarkan sebagai agama yang tidak memiliki hubungan
dengan berbagai masalah yang timbul di masyarakat.
c) Bahwa aspek yang selama ini belum dapat membuka mata orang Amerika
adalah mengenai berbagai pendekatan yang variatif yang dilakukan oleh umat
Islam dan pemerintahannya dalam memecahkan berbagai masalah yang
dihadapi.10
b. Model penelitian sejarah kawasan lebih berlanjut
Penelitian ini dilakukan oleh Azyumar di Azra. Dalam hasil penelitiannya,
yang kemudian ditulis dalam bukunya berjudul Jaringan Ulama Timur Tengah
dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, terlihat dengan jelas bahwa yang
menjadi focus kajiannya adalah mengenai sejarah interaksi antara ulam Timur
Tengah dan Ulama di kepulauan Nusantara yang terjadi pada abad XVII dan
10 Abudin Nata, Metodologi Studi Islam,(Jakara:PT Rajagrafindo Persada,2004),h.365-366
8
XVIII Masehi. Dengan kata lain fokusnya adalah Timur Tengah dan Kepulauan
Nusantara, sedangkan yang dikaji pada kawasan tersebut adalah mengenai
interaksi antara ulama yang selanjutnya, menciptakan jaringan.11
BAB III
11 Ibid,h.367
9
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sejarah memang berbeda dengan hikayat, kisah, legenda, dan sebagainya.
Sejarah harus dapat dibuktikan kebenarannya dan harus logis, karena itu semua cerita
yang tidak masuk akal apalagi tidak bisa dibuktikan kebenarannya tidak bisa
dikatakan sejarah. Sejarah berlaku hukum sebab dan akibat, walaupun tidak semua
sebab yang sama melahirkan akibat yang sama, dengan demikian tidak selamanya
akibat yang sama itu mesti dilahirkan oleh sebab yang sama.
Pada saat sejarah hanya berupa catatan peristiwa atau kejadian, mungkin orang
tidak berselisih pendapat. Tetapi ketika menyangkut interprestasinya, maka timbullah
perbedaan pendapat. Karena yang membuat sejarah adalah manusia dan yang
mencatat atau menulisnya adalah manusia, sehingga keragaman dalam
menginterprestasikan suatu peristiwa atau kejadian adalah suatu yang tidak bisa
dielakkan selaras dengan pembawaan manusia itu sendiri.
B. KRITIK DAN SARAN
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa makalah kami ini
masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun bahasanya. Berhubung kurangnya
sumber yang kami dapatkan dan masih terbatasnya ilmu yang kami miliki. Oleh sebab
itu kami harapkan saran dari teman-teman khususnya dari dosen pembimbing kami.
DAFTAR PUSTAKA
Hakim, Rosniati, Metodologi Studi Islam II,Padang:Hayfa Press,2009
10
Muhaimin, Kawasan dan Wawasan Studi Islam,Jakarta:Kencana,2007
Nata, Abudin, Metodologi Studi Islam,Jakara:PT Rajagrafindo Persada,2004
11