Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan...
Embed Size (px)
Transcript of Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan...
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 iii
Kata pengantar
Publikasi Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau
Tahun 2014 merupakan publikasi yang berisi data penduduk,
ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, kemiskinan, dan
Indeks Demokrasi Indonesia (IDI). Penjelasan yang diberikan
dalam publikasi ini bersifat praktis, sehingga memudahkan
pengguna data untuk memahami isinya.
Apresiasi dan penghargaan kami sampaikan kepada
segenap pihak yang telah membantu penyelesaian publikasi
ini. Kami menyadari bahwa buku ini mungkin belum dapat
memenuhi seluruh harapan pengguna data. Oleh karenanya,
kritik dan saran demi penyempurnaan publikasi ini di masa
mendatang sangat diharapkan. Semoga publikasi ini
bermanfaat.
Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik
Provinsi Kepulauan Riau
Drs. Dumangar Hutauruk, M.Si. NIP. 19610709 199003 1 001
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 v
Kata Pengantar ...................................................... iii
Daftar Isi ............................................................... v
BAB 1 Penduduk ....................................................... 1
1.1. Laju Pertumbuhan Penduduk ............................. 1
1.2. Distribusi Penduduk ............................................ 3
1.3. Komposisi Penduduk .......................................... 4
a. Sex Ratio ...................................................... 5
b. Dependncy Ratio .......................................... 6
c. Piramida Penduduk ..................................... 6
BAB 2 Tenaga Kerja ................................................... 11
2.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) .......... 12
2.2. Penduduk yang Bekerja ....................................... 13
2.3. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) ................. 14
2.4. Status Pekerjaan .................................................. 19
BAB 3 Perkembangan Tingkat Kemiskinan ............... 25
3.1. Angka Melek Huruf (AMH) .................................. 27
3.2. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan ............... 30
3.3. Rata-rata Lama Sekolah....................................... 35
3.4. Partisipasi Sekolah ............................................... 37
Daftar Isi Bab
2
Daftar Isi
vi Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
BAB 4 Kesehatan ........................................................ 41
4.1. Derajat Kesehatan Penduduk .............................. 42
4.2. Status Kesehatan Penduduk ................................ 45
4.3. Pemberian ASI dan Gizi Balita ............................. 47
4.4. Imunisasi .............................................................. 49
4.5. Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan ........................ 50
BAB 5 Kemiskinan ...................................................... 57
5.1. Penduduk Miskin ................................................. 60
5.2. Garis Kemiskinan ................................................. 64
5.3. Indeks P1 dan P2 ................................................... 68
5.4. Kemiskinan Kab/Kota .......................................... 71
BAB 6 Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) .................. 75
6.1. Metode Pengukuran IDI ...................................... 77
6.2. Perkembangan IDI Prov. Kep. Riau ...................... 78
6.3. IDI Berdasarkan Aspek-aspek Demokrasi ............ 80
6.4. IDI Berdasarkan Variabel-variabel Demokrasi .... 82
6.5. IDI Berdasarkan Indikator-indikator Demokrasi .. 84
6.5. Perbandingan IDI Nasional dgn IDI Prov.Kepri .... 88
Daftar Isi
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 vii
vii
vii vii
vii
vii
Daftar Tabel
Halaman
Tabel 1.1. Jumlah Penduduk dan LPP Provinsi Kepulauan Riau menurut Kabupaten/Kota, 2000-2013... 2
Tabel 1.2. Distribusi dan Kepadatan Penduduk Provinsi Kepulauan Riau menurut Kabupaten/Kota, 2013... 3
Tabel 1.3. Penduduk Provinsi Kepulauan Riau menurut Kabupaten Kota dan Jenis Kelamin, 2013................................................................. 5
Tabel 1.4. Dependency Ratio Provinsi Kepulauan Riau, 2013 6 Tabel 1.5. Penduduk Provinsi Kepulauan Riau menurut
Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2013... 8 Tabel 2.1. Penduduk Usia Kerja Provinsi Kepulauan Riau
menurut Kegiatan dan Jenis Kelamin, Agustus 2013 ............................................................ 13
Tabel 2.2. Penduduk Usia Kerja Provinsi Kepulauan Riau menurut Kabupaten/Kota, Agustus 2013. 17
Tabel 2.3. Penduduk Usia Kerja Provinsi Kepulauan Riau menurut Tingkat Pendidikan, Agustus 2013 18
Tabel 2.4. Persentase Penduduk Provinsi Kepulauan Riau menurut Status Pekerjaan dan Jenis Kelamin, Agustus 2013 19
Tabel 2.5. Persentase Penduduk Provinsi Kepulauan Riau yang Bekerja menurut Status Pekerjaan dan Tingkat Pendidikan, 2013 21
Tabel 2.6. Persentase Penduduk Provinsi Kepulauan Riau yang Bekerja menurut Status Pekerjaan dan Kabupaten/Kota, 2013 22
Tabel 3.1. Angka Melek Huruf Provinsi Kepulauan Riau menurut Kabupaten/Kota, 2012-2013... 28
Tabel 3.2. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Provinsi Kepulauan Riau menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin, 2013 . 31
Tabel 3.3. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Provinsi Kepulauan Riau menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Klasifikasi Daerah, 2013.. 33
Daftar Isi
viii Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Tabel 3.4. Rata-rata Lama Sekolah Provinsi Kepulauan Riau menurut Kabupaten/Kota, 2012-2013 . 36
Tabel 3.5. Angka Partisipasi Sekolah Penduduk Usia 5 Tahun Ke Atas menurut Kelompok Usia Sekolah dan Klasifikasi Daerah, 2013 39
Tabel 3.6. Angka Partisipasi Sekolah Penduduk Usia 5 Tahun Ke Atas menurut Kelompok Usia Sekolah dan Jenis Kelamin, 2013 40
Tabel 4.1. Perkembangan Angka Harapan Hidup di Indonesia dan Kepulauan Riau, Tahun 2012 dan 2013 .. 42
Tabel 4.2. Angka Partisipasi Sekolah Penduduk Usia 5 Tahun Ke Atas menurut Kelompok Usia Sekolah dan Jenis Kelamin, 2013 43
Tabel 4.3. Angka Kesakitan dan Rata-rata Lama Sakit, Tahun 2012-2013 46
Tabel 4.4. Rata-rata Lama (bulan) Balita Disusui menurut Klasifikasi Daerah, Tahun 2012-2013 .. 48
Tabel 4.5. Persentase Balita yang Pernah Diimunisasi menurut Klasifikasi Daerah dan Jenis Kelamin di Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2013 50
Tabel 4.6. Persentase Bayi menurut Penolong Persalinan di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013 menurut Klasifikasi Daerah .. 52
Tabel 4.7. Indikator Ketersediaan Berbagai Sarana Kesehatan di Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2012-2013 53
Tabel 4.8. Persentase Penduduk yang Berobat Sendiri menurut Jenis Pengobatan yang Digunakan, Tahun 2013 .. 54
Tabel 4.9. Persentase Penduduk yang Berobat Jalan menurut Tempat Berobat di Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2013 55
Tabel 5.1. Garis Kemiskinan, Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase Penduduk Miskin Provinsi Kepulauan Riau menurut Klasifikasi Daerah, September 2012-Maret 2014 . 61
Daftar Isi
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 ix
ix
ix ix
ix
ix
Tabel 5.2. Peranan Komoditi Terhadap Garis Kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau menurut Klasifikasi Daerah, Maret 2014 66
Tabel 5.3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Provinsi Kepulauan Riau menurut Klasifikasi Daerah, September 2012-Maret 2014 . 69
Tabel 5.4. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau, September 2012-September 2013 . 72
Tabel 5.5. Indeks Kedalaman (P1) dan Keparahan (P2) Kemiskinan menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau, September 2012-September 2013 .. 73
Tabel 6.1. Perkembangan Variabel-variabel IDI Provinsi Kepulauan Riau, 2012-2013 .. 83
Tabel 6.2. Indikator-indikator IDI Provinsi Kepulauan Riau, 2013 .. 86
Tabel 6.3. Perbandingan IDI Berdasarkan Aspek di Provinsi Kepulauan Riau dan Nasional, 2012-2013 . 88
Daftar Isi
x Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Daftar Gambar
Halaman
Gambar 1.1. Distribusi dan Kepadatan Penduduk Provinsi Kepulauan Riau menurut Kab/Kota, 2013.. 4
Gambar 1.2. Piramida Penduduk Provinsi Kepulauan Riau,
2013 ...................................................... 7 Gambar 2.1.
Persentase Penduduk Usia Kerja Provinsi Kepulauan Riau menurut Kegiatan, Agustus 2013 14
Gambar 2.2. Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kepulauan Riau menurut Kabupaten/Kota, Agustus 2013 . 15
Gambar 3.1. Angka Melek Huruf Provinsi Kepulauan Riau menurut Kabupaten/Kota, 2012-2013 ... 29
Gambar 3.2. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Provinsi Kepulauan Riau menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin, 2013 . 32
Gambar 4.1. Angka Harapan Hidup Provinsi Kepulauan Riau menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2013. 44
Gambar 4.2. Angkas Kesakitan dan Rata-rata Lamanya Sakit (hari), Tahun 2012-2013 . 47
Gambar 5.1. Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase Penduduk Miskin Provinsi Kepulauan Riau, Maret 2011-Maret 2014 .. 62
Gambar 5.2. Garis Kemiskinan (Rp) Provinsi Kepulauan Riau, Maret 2011-Maret 2014 .. 67
Gambar 6.1. Perkembangan IDI Provinsi Kepulauan Riau, 2009-2013 . 79
Gambar 6.2. Perkembangan Aspek-Aspek IDI Provinsi Kepulauan Riau, 2009-2013 .. 81
Penduduk
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 1
1. Penduduk
Penduduk dalam pembangunan mempunyai peran
sebagai pelaku (subjek) dan juga sebagai tujuan (objek). Suatu
pembangunan dapat dikatakan berhasil jika mampu
meningkatkan kesejahteraan penduduk dalam arti yang luas
(misalnya; mengurangi jumlah penduduk miskin, menurunkan
tingkat pengangguran, menyediakan pendidikan, dan
kesehatan yang terjangkau bagi semua penduduk). Penduduk
sangat mempengaruhi dinamika pembangunan, jumlah
penduduk yang besar diikuti dengan kualitas penduduk yang
memadai, akan merupakan pendorong bagi pertumbuhan
ekonomi. Oleh karenanya, pembangunan kependudukan
memiliki peran yang sangat penting dalam pencapaian tujuan
pembangunan, terutama dalam upaya peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Masalah utama kependudukan di
Provinsi Kepulauan Riau adalah: laju pertumbuhan yang
tinggi, penyebaran yang tidak merata, dan migrasi penduduk
yang masuk cukup besar.
1.1. Laju Pertumbuhan Penduduk
Selama Periode tahun 2010-2013 (lihat Tabel 1.1.),
Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Provinsi Kepulauan Riau
sebesar 5,29% per tahun. Jika dilihat LPP kabupaten/kota
Penduduk
2 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
cukup bervariasi, Kota Batam mempunyai LPP paling besar
yaitu sebesar 7,67 % per tahun, sementara Kabupaten Lingga
mempunyai LPP yang terkecil yaitu sebesar 0,94 % per tahun.
Tabel 1.1. Jumlah Penduduk dan LPP Provinsi Kepulauan Riau menurut Kabupaten/Kota, 2000-2013
Pertumbuhan penduduk Kota Batam yang sangat
tinggi disebabkan oleh migrasi masuk penduduk dari luar
Provinsi Kepulaun Riau sebesar 182.708 jiwa atau 19,35%
dari total penduduk Kota Batam, yang bertujuan untuk
bekerja, mencari pekerjaan, dan melakukan kegiatan usaha
atau kegiatan ekonomi lainnya.
2000 2010 2013 2000-2010 2010-2013(1) (2) (3) (4) (5) (6)
[01] Karimun 171.405 212.561 220.882 2,18 1,94
[02] Bintan 110.068 142.300 149.120 2,60 2,37
[03] Natuna 52.741 69.003 72.527 2,72 2,52
[04] Lingga 79.451 86.244 87.867 0,82 0,94
[05] Kepulauan Anambas 28.510 37.411 39.374 2,75 2,59
[71] Batam 455.103 944.285 1.094.623 7,57 7,67
[72] Tanjungpinang 142.929 187.359 196.980 2,74 2,54
Kepulauan Riau 1.040.207 1.679.163 1.861.373 4,91 5,29
Sumber: Sensus Penduduk (2000 & 2010) dan Proyeksi Penduduk 2013.
Kabupaten/KotaPenduduk LPP
Penduduk
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 3
1.2. Distribusi Penduduk
Distribusi Penduduk Provinsi Kepulauan Riau sangat
tidak merata antar kabupaten/kota. Sebagian besar penduduk
Provinsi Kepulauan Riau tinggal di Kota Batam, yaitu sebesar
58,81% pada tahun 2013. Sementara di Kabupaten Natuna,
Lingga, dan Kepulauan Anambas hanya sebesar 3,90%, 4,72%,
dan 2,12%.
Tabel 1.2. Distribusi dan Kepadatan Penduduk Provinsi Kepulauan Riau menurut Kabupaten/Kota, 2013
Distribusi Kepadatan
Penduduk Penduduk
(%) Per Km2
(1) (2) (3) (4) (5)
[01] Karimun 1.524,00 220.882 11,87 145
[02] Bintan 1.739,44 149.120 8,01 86
[03] Natuna 2.814,26 72.527 3,90 26
[04] Lingga 2.117,72 87.867 4,72 41
[05] Kepulauan Anambas 590,14 39.374 2,12 67
[71] Batam 1.570,35 1.094.623 58,81 697
[72] Tanjungpinang 239,50 196.980 10,58 822
Kepulauan Riau 10.595,41 1.861.373 100,00 176
Kabupaten/Kota Penduduk
Luas
Daratan
(Km2)
Penduduk
4 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Grafik 1.1. Distribusi dan Kepadatan Penduduk Provinsi Kepulauan Riau menurut Kabupaten/Kota, 2013
1.3. Komposisi Penduduk
Beberapa permasalahan kependudukan seperti
jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur
dan jenis kelamin harus selalu dipantau perkembangannya.
Informasi yang dipilah berdasarkan jenis kelamin dapat
memberikan gambaran yang jelas mengenai seberapa besar
jumlah penduduk perempuan dan laki-laki. Di sisi lain
informasi mengenai jumlah penduduk berdasarkan kelompok
umur dapat memberikan gambaran berapa jumlah penduduk
yang termasuk dalam penduduk golongan tua ataupun
golongan muda. Informasi-informasi tersebut sangat
Karimun, 11.87
Bintan, 8.01
Natuna, 3.90
Lingga, 4.72
Anambas, 2.12
Batam, 58.81
TPi, 10.58
Penduduk
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 5
diperlukan untuk mempermudah para stakeholder dalam
menganalisis dan mengidentifikasi permasalahan yang ada.
a. Sex Ratio
Tabel 1.3. Penduduk Provinsi Kepulauan Riau menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin, 2013
Sumber : BPS Propinsi Kepulauan Riau
Sex Ratio penduduk Provinsi Kepulauan Riau adalah
sebesar 105, artinya bahwa untuk setiap 100 penduduk
perempuan ada 105 penduduk laki-laki. Tabel 1.3.
memperlihatkan sex ratio di semua kabupaten/kota lebih dari
100, artinya bahwa jumlah penduduk laki-laki di semua
kabupaten/kota lebih besar daripada penduduk perempuan.
L P L+P(1) (2) (3) (4) (5) (6)
[01] Karimun 112.825 108.057 220.882 105 2,18
[02] Bintan 76.903 72.217 149.120 107 2,60
[03] Natuna 37.409 35.118 72.527 107 2,72
[04] Lingga 44.894 42.973 87.867 105 0,82
[05] Kepulauan Anambas 20.402 18.972 39.374 108 2,75
[71] Batam 559.904 534.719 1.094.623 105 7,57
[72] Tanjungpinang 99.769 97.211 196.980 103 2,74
Kepulauan Riau 952.106 909.267 1.861.373 105 4,91
Penduduk 2013 SR
2012LPPKabupaten/Kota
Penduduk
6 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
b. Dependency Ratio
Tabel 1.4. Dependency Ratio Provinsi Kepulauan Riau, 2013
Kelompok Penduduk % Penduduk
Dependency Ratio Umur
(1) (2) (3) (4)
0-14 572.004 30,73
48,93 15-64 1.249.838 67,15
65+ 39.531 2,12
Jumlah 1.861.373 100,00
Sumber : Proyeksi Penduduk 2013
Dependency ratio atau rasio ketergantungan Provinsi
Kepulauan Riau sebesar 48,93, artinya bahwa ada sebesar
48,93 persen penduduk yang tergantung secara ekonomi.
Tabel 1.4. menunjukkan penduduk usia muda (0-14 tahun) di
Provinsi Kepulauan Riau masih cukup besar, yaitu sebesar
30,73%, penduduk usia produktif (15-64 tahun) sebesar
67,15%, dan penduduk usia tua (65+) hanya sebesar 2,12%.
c. Piramida Penduduk
Ada yang menarik dari piramida penduduk Provinsi
Kepulaun Riau ini, yaitu penduduk kelompok umur 0-4, 20-24,
25-29, 30-34, dan 35-39 tahun. Penduduk Provinsi Kepulaun
Penduduk
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 7
Riau masih tergolong penduduk muda hal ini bisa dilihat
dari penduduk usia 0-4 tahun yang masih besar jumlahnya
(11,57%). Sementara itu penduduk usia 20-39 tahun juga
cukup besar (41,49%), hal ini disebabkan oleh migrasi masuk
penduduk dari luar Provinsi Kepulauan Riau yaitu sebesar
14,25% selama 5 tahun terakhir, atau sebesar +250.000 orang.
Sebagian besar migrasi masuk ke Kota Batam, Kota
Tanjungpinang, dan Kabupaten Bintan.
Grafik 1.2. Piramida Penduduk Provinsi Kepulauan Riau, 2013
Tabel 1.5. Penduduk Provinsi Kepulauan Riau menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2013
75+
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
Laki-laki Perempuan
(Ribuan)
0 20 40 60 80 100 120
1
3
5
7
9
11
13
15
120 100 80 60 40 20 0
Penduduk
8 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Kelompok Umur
L P L + P
(1) (2) (3) (4)
0-4 109.892 105.439 215.331
5-9 102.876 97.102 199.978
10-14 80.582 76.113 156.695
15-19 59.610 59.953 119.563
20-24 77.339 86.219 163.558
25-29 102.502 109.430 211.932
30-34 108.364 106.995 215.359
35-39 95.584 85.793 181.377
40-44 72.888 59.791 132.679
45-49 50.597 39.335 89.932
50-54 34.066 28.219 62.285
55-59 23.196 20.806 44.002
60-64 15.168 13.983 29.151
65-69 9.270 9.062 18.332
70-74 5.625 5.753 11.378
75+ 4.547 5.274 9.821
Jumlah 952.106 909.267 1.861.373
Sumber: Proyeksi Penduduk 2013
Struktur umur penduduk sangat penting untuk
perencanaan pemerintah dalam berbagai bidang. Misalnya,
fasilitas pelayanan kesehatan bagi balita dan lansia sangat
berbeda. Fasilitas kesehatan balita cenderung ke arah
peningkatan gizi dan imunisasi, sedangkan fasilitas kesehatan
Penduduk
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 9
lansia seharusnya lebih cenderung ke arah perawatan
penyakit kronis. Begitu juga untuk perencanaan fasilitas
pendidikan, pembangunan jumlah gedung sekolah tergantung
dari besarnya penduduk usia sekolah (SD, SMP, SMA, dll).
Tabel 1.5. menunjukkan bahwa persentase penduduk
kelompok umur muda lebih besar dibandingkan kelompok
umur yang lebih tua, terutama kelompok umur penduduk 0-4
tahun. Persentase penduduk usia 0-4 tahun pada tahun 2013
sebesar 30,73%, sedangkan persentase penduduk usia tua,
yaitu usia 65 tahun atau lebih, sebesar 2,12%.
Lebih dari dua pertiga (67,15%) penduduk di Provinsi
Kepulauan Riau adalah penduduk usia produktif, yaitu usia
15-64 tahun. Sedangkan penduduk pada kelompok usia 0-14
tahun dan usia 65 tahun ke atas dianggap sebagai penduduk
usia tidak produktif. Semakin besar persentase penduduk
yang masuk ke dalam kelompok usia tidak produktif, berarti
semakin besar pula beban secara ekonomi yang harus
ditanggung oleh penduduk yang masuk dalam kategori usia
produktif. Indikator yang dapat dipakai untuk dapat
menggambarkan seberapa besar beban yang harus ditanggung
oleh penduduk usia produktif terhadap penduduk usia tidak
produktif adalah dependency ratio atau rasio ketergantungan.
Besarnya rasio ketergantungan penduduk Provinsi Kepulauan
Penduduk
10 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Riau pada tahun 2013 adalah 48,93%, artinya bahwa setiap
100 orang penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun) harus
menanggung sebanyak 49 orang penduduk yang tidak
produktif (usia 0-14 tahun dan usia 65 tahun atau lebih).
Tenaga Kerja
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 11
2. TENAGA KERJA
Dalam perencanaan pembangunan, tenaga kerja
merupakan komponen pembangunan yang sangat penting
selain sumber daya alam dan teknologi. Karena itu,
pengelolaan/perencanaan ketenagakerjaan sebagai sumber
daya pembangunan harus mendapat perhatian yang besar.
Untuk itu diperlukan data dan indikator yang terkait dengan
ketenagakerjaan.
Masalah ketenagakerjaan yang dihadapi oleh Provinsi
Kepulauan Riau adalah besarnya jumlah angkatan kerja dan
memiliki kecenderungan yang selalu meningkat . Hal ini selain
disebabkan oleh transisi demografi yang tengah berlangsung
di provinsi ini, yaitu semakin menurunnya angka kelahiran
total (dari 2,8 di tahun 2000 menjadi 2,4 pada tahun 2010)
maupun angka kematian bayi (dari 48 di tahun 2000 menjadi
20 pada tahun 2010), tetapi juga disebabkan oleh migrasi
masuk dari provinsi lain. Sehingga penduduk usia produktif
meningkat lebih cepat daripada pertumbuhan penduduk
secara keseluruhan.
Tenaga kerja sebagai salah salah satu faktor produksi
merupakan sejumlah orang yang ikut serta dalam kegiatan
produksi pada masing-masing sektor ekonomi. Namun,
Tenaga Kerja
12 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
besarnya persentase penduduk yang telah bekerja belum
merupakan satu ukuran dalam menentukan apakah masalah
ketenagakerjaan dapat dikatakan berhasil. Banyak faktor yang
mempengaruhi aspek ketenagakerjaan pada suatu daerah.
Selain banyaknya penduduk yang telah terserap dalam
kegiatan ekonomi, kualitas dari tenaga kerja tersebut juga
akan mempengaruhi output produksi.
Adapun klasifikasi usia kerja adalah jika seseorang
telah berusia 15 tahun atau lebih, dan manakala seseorang
tersebut terlibat dalam suatu pekerjaan atau terkategori
sebagai pengangguran, maka seseorang itu termasuk dalam
angkatan kerja. Sementara pengangguran adalah seseorang
yang sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan suatu usaha,
sudah merasa tidak mungkin lagi mendapatkan pekerjaan,
atau sudah mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.
2.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
TPAK adalah proporsi penduduk usia kerja (15 tahun
ke atas) yang termasuk ke dalam angkatan kerja, yakni
mereka yang selama seminggu melakukan aktivitas bekerja
atau mencari pekerjaan. Data Sakernas Agustus 2013
menunjukkan bahwa TPAK laki-laki adalah 86,51%, lebih
tinggi dibandingkan TPAK perempuan yang hanya sebesar
Tenaga Kerja
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 13
44,43%. Hal ini disebabkan perempuan pada umumnya
cenderung dihadapkan pada dua pilihan, yaitu aktif dalam
kegiatan perekonomian atau fokus pada urusan rumah tangga.
Tabel 2.1. Penduduk Usia Kerja Provinsi Kepulauan Riau menurut Kegiatan dan Jenis Kelamin, Agustus 2013
Uraian L P L + P
(1) (2) (3) (4)
1. Penduduk Usia Kerja
661.921
633.769
1.295.690
2. Angkatan Kerja
572.596
281.554
854.150
a. Bekerja 551.745 254.328 806.073
b. Pengangguran 20.851 27.226 48.077
3. Bukan Angkatan Kerja 89.325
352.215
441.540
a. Sekolah 41.585 45.405 86.990
b. Mengurus Rumah Tangga 15.730 290.593 306.323
c. Lainnya 32.010 16.217 48.227
4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
86,51 44,43 65,92
5. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
3,64 9,67 5,63
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) 2013.
2.2. Penduduk yang Bekerja
Dari sebanyak 1.295.690 penduduk usia 15 tahun ke
atas pada Agustus 2013 di Provinsi Kepulauan Riau, terdapat
sebanyak 62,21% yang bekerja. Jika dibandingkan antara
penduduk laki-laki dengan perempuan, persentase laki-laki
Tenaga Kerja
14 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
yang bekerja terhadap total penduduk yang bekerja jauh lebih
besar (83,36%) dibandingkan perempuan (40,13%).
Sementara penduduk yang termasuk Bukan Angkatan Kerja
(sekolah, mengurus rumah tangga, dan lainnya) sebesar
34,08% dari jumlah penduduk usia kerja, terdiri dari 6,71%
sekolah, 23,64% mengurus rumah tangga, dan lainnya sebesar
3,72%.
Grafik 2.1. Persentase Penduduk Usia Kerja Provinsi Kepulauan Riau menurut Kegiatan, Agustus 2013
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) 2013.
2.3. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Salah satu permasalahan ketenagakerjaan yang
sedang dihadapi Indonesia yaitu peningkatan penawaran
tenaga kerja yang tidak diikuti oleh kesempatan kerja.
Demikian pula yang terjadi di Provinsi Kepulauan Riau,
Bekerja, 806,073 , 62.21%
Pengangguran,
48,077 , 3.71%
Sekolah, 86,990 , 6.71%
Mengurus Rumah Tangga,
306,323 , 23.64%
Lainnya, 48,227 , 3.72%
Tenaga Kerja
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 15
kondisi tersebut tidak jauh berbeda. Sebagai dampak yang
dihasilkannya, ekses penawaran tenaga kerja tersebut
memunculkan pengangguran.
Tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Kepulauan
Riau pada bulan Agustus 2013 adalah sebesar 5,63%, dengan
jumlah penganggur sebanyak 48.077 orang. TPT 2013 ini naik
sebanyak 0,70% dari Agustus 2012 yang sebesar 4,93%.
Tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Kepulauan Riau
berbeda antara laki-laki dan perempuan, yaitu 3,64% untuk
TPT laki-laki dan 9,67% untuk TPT perempuan.
Grafik 2.2. Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kepulauan Riau menurut Kabupaten/Kota, Agustus 2013
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) 2013.
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
4.52 6.57
4.22 2.78
7.39 6.09
4.71 5.63
Tenaga Kerja
16 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Dari Grafik 2.2. TPT menurut kabupaten/kota Agustus 2013,
Kabupaten Kepulauan Anambas mempunyai TPT yang
terbesar yaitu 7,39%, sedangkan Kabupaten Lingga TPT-nya
terkecil yaitu sebesar 2,78%. Dari grafik di atas ada tiga
Kabupaten yang mempunyai TPT di atas TPT Provinsi, yaitu;
Bintan (6,57%), Kepulauan Anambas (7,39%), dan Kota
Batam (6,09%) sedangkan Kabupaten karimun (4,52%),
Kabupaten Natuna (4,22%), Kabupaten Lingga (2,78%) dan
Kota Tanjungpinang (4,71%) berada di bawah TPT Provinsi.
Tenaga Kerja
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 17
Tabel 2.2. Penduduk Usia Kerja Provinsi Kepulauan Riau Menurut Kabupaten/Kota, Agustus 2013
Uraian Karimun Bintan Natuna Lingga Kep.
Anambas Batam
Tanjung-pinang
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1. Penduduk Usia Kerja 151.667 102.914 48.514 61.828 26.366 765.297 139.104 1.295.690
2. Angkatan Kerja 95.385 63.726 31.892 36.316 15.571 525.570 85.690 854.150
a. Bekerja 91.070 59.537 30.546 35.307 14.420 493.539 81.654 806.073
b. Pengangguran 4.315 4.189 1.346 1.009 1.151 32.031 4.036 48.077
3. Bukan Angkatan Kerja 56.282 39.188 16.622 25.512 10.795 239.727 53.414 441.540
a. Sekolah 13.629 6.760 4.401 1.675 1.544 51.002 7.979 86.990
b. Mengurus Rumah Tangga
36.415 30.404 10.243 20.450 6.557 166.936 35.318 306.323
c. Lainnya 6.238 2.024 1.978 3.387 2.694 21.789 10.117 48.227
4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
62,89 61,92 65,74 58,74 59,06 68,68 61,60 65,92
5. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
4,52 6,57 4,22 2,78 7,39 6,09 4,71 5,63
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS).
Tabel 2.3. Penduduk Usia Kerja Provinsi Kepulauan Riau Menurut Tingkat Pendidikan, Agustus 2013
Uraian SD ke
Bawah SMP SMA SMK
DI/DII /DIII
DIV/S1/ S2/S3
Total
Tenaga Kerja
18 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Penduduk Usia Kerja 357.966 266.981 352.551 199.339 29.542 89.311 1.295.690
2. Angkatan Kerja 204.802 146.184 247.968 148.614 25.350 81.232 854.150
a. Bekerja 197.686 136.865 230.329 137.858 24.704 78.631 806.073
b. Pengangguran 7.116 9.319 17.639 10.756 646 2.601 48.077
3. Bukan Angkatan Kerja 153.164 120.797 104.583 50.725 4.192 8.079 441.540
a. Sekolah 12.206 57.848 13.578 2.039 26 1.293 86.990
b. Mengurus Rumah Tangga
114.024 54.004 84.103 44.310 3.773 6.109 306.323
c. Lainnya 26.934 8.945 6.902 4.376 393 677 48.227
4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
57,21 54,75 70,34 74,55 85,81 90,95 65,92
5. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
3,47 6,37 7,11 7,24 2,55 3,20 5,63
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS).
Tenaga Kerja
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 19
2.4. Status Pekerjaan
Status Pekerjaan di Provinsi Kepulauan Riau masih
didominasi oleh buruh/karyawan/pegawai sebesar 66,98%.
Sementara yang berusaha sendiri sebesar 18,63%, yang
berusaha dibantu buruh tidak tetap sebesar 2,93%, dan
berusaha dibantu buruh tetap sebesar 4,32%. Penduduk yang
berstatus pekerja bebas baik di pertanian maupun non
pertanian sebesar 3,01%, dan pekerja keluarga/tidak dibayar
sebesar 4,13%.
Tabel 2.4. Persentase Penduduk Provinsi Kepulauan Riau Menurut Status Pekerjaan dan Jenis Kelamin, Agustus 2013
Status Pekerjaan Agustus 2011
L P L + P (1) (2) (3) (4)
1. Berusaha Sendiri 18,30 19,35 18,63
2. Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap 3,41 1,88 2,93
3. Berusaha Dibantu Buruh Tetap 5,63 1,48 4,32
4. Buruh/Karyawan/Pegawai 68,07 64,62 66,98
5. Pekerja Bebas di Pertanian 1,05 0,82 0,98
6. Pekerja Bebas di Non Pertanian 2,33 1,39 2,03
7. Pekerja Tidak Dibayar 1,21 10,45 4,13 Penduduk yang Bekerja 100,00 100,00 100,00
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS).
Tabel 2.5. memperlihatkan bahwa status pekerjaan
sebagai buruh/karyawan/pegawai menurut pendidikan di
Provinsi Kepulauan Riau didominasi oleh pendidikan Diploma
Tenaga Kerja
20 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
I ke atas, yaitu sebesar 91,31, SMK 79,05% dan SMA 74,35%,
SMP 61,76%, dan SD sebesar 40,87%. Sementara untuk status
berusaha sendiri pendidikan SD ke bawah sebesar 36,49%,
SMP 19,14%, SMA 13,73%, SMK 12,84%, dan Diploma I ke
atas sekitar 2,45%.
Tenaga Kerja
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 21
Tabel 2.5. Persentase Penduduk Provinsi Kepulauan Riau yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan dan Tingkat Pendidikan, 2013
Uraian SD ke
Bawah SMP SMA SMK
DI/DII /DIII
DIV/S1/ S2/S3
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Penduduk Usia Kerja 357.966 266.981 352.551 199.339 29.542 89.311 1.295.690
2. Angkatan Kerja 204.802 146.184 247.968 148.614 25.350 81.232 854.150
a. Bekerja 197.686 136.865 230.329 137.858 24.704 78.631 806.073
b. Pengangguran 7.116 9.319 17.639 10.756 646 2.601 48.077
3. Bukan Angkatan Kerja 153.164 120.797 104.583 50.725 4.192 8.079 441.540
a. Sekolah 12.206 57.848 13.578 2.039 26 1.293 86.990
b. Mengurus Rumah Tangga
114.024 54.004 84.103 44.310 3.773 6.109 306.323
c. Lainnya 26.934 8.945 6.902 4.376 393 677 48.227
4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
57,21 54,75 70,34 74,55 85,81 90,95 65,92
5. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
3,47 6,37 7,11 7,24 2,55 3,20 5,63
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS).
Tabel 2.6. Persentase Penduduk Provinsi Kepulauan Riau yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan dan Kabupaten/Kota, 2013
Tenaga Kerja
22 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Status Pekerjaan Karimun Bintan Natuna Lingga Anambas Batam Tanjung-pinang
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1. Berusaha Sendiri 15.804 16.492 10.644 16.105 5.267 72.202 13.695 150.209
2. Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap
5.610 1.905 2.490 2.499 165 8.887 2.044 23.600
3. Berusaha Dibantu Buruh Tetap 3.836 1.174 717 678 97 22.585 5.769 34.856
4. Buruh/Karyawan/Pegawai 48.788 35.013 11.929 13.682 8.065 366.439 55.988 539.904
5. Pekerja Bebas di Pertanian 4.658 1.733 358 459 159 495 7.862
6. Pekerja Bebas di Non Pertanian 4.981 1.025 2.077 227 297 7.086 687 16.380
7. Pekerja Tidak Dibayar 7.393 2.195 2.331 1.657 370 15.845 3.471 33.262
Penduduk yang Bekerja 91.070 59.537 30.546 35.307 14.420 493.539 81.654 806.073
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS).
Tenaga Kerja
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 23
Tabel 2.6. memperlihatkan bahwa persentase Status
Pekerjaan sebagai buruh/karyawan/pegawai menurut
kabupaten/kota, yang terbesar ada di Kabupaten Bintan, Kota
Batam, dan Kota Tanjungpinang yaitu masing-masing sebesar
58,81%, 74,25%, dan 68,57%. Hal ini wajar, karena Kabupaten
Bintan dan Kota Batam adalah pusat industri dan jasa,
sementara Kota Tanjungpinang adalah pusat pemerintahan.
Pendidikan
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 25
3. PENDIDIKAN
Dalam UUD 1945, Pasal 31, Ayat 3 menyebutkan,
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 yang
merupakan penjabaran dari UUD 1945, Pasal 3 menyebutkan,
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia
yang dilakukan oleh pemerintah senantiasa dibarengi dengan
perbaikan sistem pendidikan. Gerakan wajib belajar 9 tahun
bagi anak usia 7-15 tahun merupakan salah satu bentuk dari
usaha yang ditempuh pemerintah untuk meningkatkan
Pendidikan
26 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
kualitas sumber daya manusia. Dengan adanya program wajib
belajar, maka diharapkan mampu meningkatkan partisipasi
sekolah bagi anak usia pendidikan dasar, baik untuk tingkat
SD maupun SLTP.
Disamping itu, pencanangan program wajib belajar
tersebut juga diikuti dengan pemenuhan sarana dan prasarana
fisik yang menunjang kegiatan belajar mengajar seperti
didirikannya sekolah-sekolah baru baik di daerah pedesaan
maupun perkotaan, atau berupa program beasiswa bagi siswa
yang berprestasi dan kurang mampu. Telah beberapa tahun
pemerintah mengadakan program Bantuan Operasional
Sekolah (BOS). Program ini merupakan salah satu bentuk
nyata dari usaha pemerintah dalam upaya mengurangi angka
putus sekolah bagi anak-anak yang kurang mampu, sehingga
mereka mempunyai kesempatan yang sama dalam hal
pemenuhan kebutuhan akan pendidikan.
Terkait dengan pendidikan, Provinsi Kepulauan Riau
menetapkan visi yaitu Menjadikan Masyarakat Kepulauan
Riau Menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Mandiri,
Kompetitif, Berakhlak Mulia, dan Bertamadun
Melayu.Dokumen Renstra Dinas Pendidikan Provinsi
Kepulauan Riau Tahun 2010-2014 memuat enam strategi
Pendidikan
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 27
pencapaian visi tersebut yaitu (1) Perluasan dan Pemerataan
Akses Pendidikan Usia Dini (PAUD) Bermutu dan
Berkesetaraan Gender; (2) Perluasan dan Pemerataan Akses
Pendidikan Dasar Universal Bermutu dan Berkesetaraan
Gender; (3) Perluasan dan Pemerataan Akses Pendidikan
Menengah Bermutu, Berkesetaraan Gender, dan Relevan
dengan Kebutuhan Masyarakat; (4) Perluasan dan Pemerataan
Akses Pendidikan Tinggi Bermutu, Berdaya Saing
Internasional, Berkesetaraan Gender dan Relevan dengan
Kebutuhan Bangsa dan Negara; (5) Perluasan dan Pemerataan
Akses Pendidikan Orang Dewasa Berkelanjutan yang
Berkesetaraan Gender dan Relevan dengan Kebutuhan
Masyarakat; dan (6) Penguatan Tata Kelola, Sistem
Pengendalian Manajemen, dan Sistem Pengawasan Internal.
Sebagai tindak lanjut dari keseriusan Pemerintah
Provinsi Kepulauan Riau, maka Alokasi dana APBD Provinsi
Kepulauan Riau ke sektor pendidikan nilainya mencapai 20
persen sejaktahun 2007.
3.1. Angka Melek Huruf
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan
pendidikan adalah tingkat melek huruf yang mengindikasikan
Pendidikan
28 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
kemampuan penduduk untuk dapat membaca dan menulis.
Ukuran tingkat pendidikan secara makro yang sangat
mendasar adalah angka melek huruf bagi penduduk dewasa.
Kemampuan baca tulis tercermin dari data angka melek huruf,
dalam hal ini merupakan persentase penduduk usia 15 tahun
keatas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf
lainnya. Tabel di bawah ini menyajikan gambaran tentang
angka melek huruf penduduk berumur 15 tahun ke atas yang
dirinci menurut Kabupaten/Kota.
Tabel3.1. Angka Melek Huruf Provinsi Kepulauan Riau menurutKabupaten/Kota,2012-2013
Sumber: SurveiSosialEkonomiNasional (SUSENAS).
Kabupaten/Kota 2012 2013
(1) (2) (3)
[01] Karimun 96,83 97,35
[02] Bintan 96,92 97,32
[03] Natuna 96,82 97,22
[04] Lingga 91,79 91,86
[05] Kep. Anambas 91,87 92,14
[71] Batam 99,29 99,30
[72] Tanjungpinang 98,70 98,74
Kepulauan Riau 97,80 98,07
Pendidikan
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 29
Angka melek huruf (AMH) penduduk Provinsi
Kepulauan Riau pada tahun 2013 adalah 98,07%, artinya
masih ada sebanyak 1,93% penduduk Provinsi Kepulauan
Riau yang buta huruf. Jika dibanding dengan tahun 2012,
angka melek huruf Provinsi Kepulauan Riau mengalami
kenaikan sebesar 0,27persen, begitu pula
denganseluruhKabupaten/Kota di Kepulauan Riau yang
jugamengalamipeningkatan,
Grafik 3.1. Angka Melek Huruf Provinsi Kepulauan Riau menurutKabupaten/Kota, 2012-2013
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS).
Jika dilihat AMH menurut kabupaten/kota tahun
2013, ternyata angka melek huruf tertinggi dicapai oleh Kota
88.00
90.00
92.00
94.00
96.00
98.00
100.00
Karimun Bintan Natuna Lingga Kep. Anambas
Batam Tpi
2012 2013
Pendidikan
30 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Batam yaitu sebesar 99,30% (artinya hanya 0,70% penduduk
Kota Batam yang buta huruf), sedangkan Kabupaten Lingga
yang terkecil AMH-nya yaitu sebesar 91,86%. AMH Kota
Tanjungpinang sebesar 98,74% kedua terbesar setelah Kota
Batam, sementara AMH Kabupaten Karimun, Bintan, dan
Natuna ada di angka yang hampir sama besarnya yaitu;
97,35%, 97,32%, dan 97,22%. Selengkapnya dapat dilihat
pada Tabel 3.1. dan Grafik 3.1.
3.2. Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan
Indikator lain yang juga sangat penting dalam bidang
pendidikan adalah pendidikan tertinggi yang ditamatkan.
Indikator ini digunakan sebagai salah satu ukuran dari
tingkat kemampuan sumber daya manusia, sampai sejauh
mana keberhasilan upaya peningkatan sumber daya manusia
dari segi pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Berikut ini
akan diuraikan secara singkat mengenai pendidikan tertinggi
yang ditamatkan oleh penduduk berumur 10 tahuan ke atas
di Provinsi Kepulauan Riau dari hasil Suvei Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas) tahun 2013, yang dirinci menurut daerah
Perkotaan, Perdesaan, dan Jenis Kelamin.
Pendidikan
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 31
Secara umum perbedaantingkat pendidikan yang
ditamatkan oleh penduduk laki-laki dan perempuan tidak
terlalusignifikan, kecuali hanya pada pendidikan universitas,
perbedaannya lebih dari 2%.
Tabel3.2. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas
Provinsi Kepulauan Riau menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin, 2012
PendidikanTertinggi yang Ditamatkan
L P L + P
(1) (2) (3) (4)
1. Tidak/BelumPernahSekolah 1,52 3,12 2,30
2. Tidak/BelumTamat SD 14,05 14,25 14,15
3. SD 19,48 17,48 18,51
4. SLTP 15,40 15,24 15,33
5. SLTA 40,09 42,26 41,15
6. D1/D2 0,39 0,55 0,47
7. Akademi/DIII 2,50 2,67 2,58
8. Universitas 6,56 4,43 5,52
Total 100,00 100,00 100,00
Persentase yang Lulus SLTP keAtas 64,95 65,15 65,05
Sumber: SurveiSosialEkonomiNasional (SUSENAS).
Hal ini menunjukkan bahwa dalam tingkat pendidikan
sudah ada kesetaraan gender, bahkan pada tingkat
Pendidikan
32 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
SLTA,D1/D2 danAkademi/DIII penduduk perempuan lebih
tinggi dibanding laki-laki, yaitu 42,26% dibanding 40,09% dan
0,55% dibanding 0,39%serta 2,67% dibanding 2,50%, tetapi
pada tingkat universitas penduduk laki-laki lebih tinggi dari
pada perempuan yaitu sebesar 6,56% disbanding 4,43%. Dari
angka ini dapat disimpulkan bahwa laki-laki masih dituntut
untuk mencapai pendidikan yang lebih tinggi dibanding
perempuan, sementara perempuan lebih memilih pendidikan
yang siap kerja (SMK dan Diploma).
Grafik3.2. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Provinsi Kepulauan Riau menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin, 2013
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS).
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
Laki-laki Perempuan
Pendidikan
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 33
Tabel3.3. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas
Provinsi Kepulauan Riau menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Klasifikasi Daerah, 2013
PendidikanTertinggi yang Ditamatkan
K D K + D
(1) (2) (3) (4)
1. Tidak/BelumPernahSekolah 1,37 6,88 2,30
2. Tidak/BelumTamat SD 11,21 28,67 14,15
3. SD 15,66 32,61 18,51
4. SLTP 15,83 12,83 15,33
5. SLTA 46,10 16,67 41,15
6. D1/D2 0,48 0,40 0,47
7. Akademi/DIII 3,02 0,40 2,58
8. Universitas 6,33 1,54 5,52
Total 100,00 100,00 100,00
Persentase yang Lulus SLTP keAtas 71,76 31,84 65,05
Sumber: SurveiSosialEkonomiNasional (SUSENAS).
Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
di daerah perkotaan lebih baik dibanding dengan daerah
perdesaan. Sebagian besar penduduk di perdesaan hanya
tamat SD yaitu sebesar 32,61%, sedangkan di perkotaan
sebagian besar tamat SLTA yaitu sebesar 46,10%.Hal ini
menunjukkan bahwa kesempatan untuk mendapatkan
Pendidikan
34 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
pendidikan sampai tingkat yang lebih tinggi di perdesaan
masih sulit/rendah.
Persentase penduduk yang tamat SD di daerah pedesaan
pada tahun 2013 adalah sebesar 32,61% jika dibandingkan
penduduk yang tinggal di daerah perkotaan, yaitu hanya
15,66%, artinya bahwa penduduk yang tamat SD di daerah
pedesaan hampir dua kali lipat dari pada mereka yang tinggal
di daerah perkotaan. Faktor ini bisa disebabkan oleh
terbatasnya jumlah sekolah yang jenjangnya lebih tinggi dari
sekolah dasar yang didirikan di daerah pedesaan. Kondisi
geografis Provinsi Kepulauan Riau yang sebagian besar adalah
lautan yang mungkin menyebabkan akses penduduk untuk
mengenyam pendidikan menjadi terbatas, karena sekolah
yang didirikan berada jauh di seberang pulau atau berada di
daerah perkotaan. Untuk mengatasi hal ini, selain perlu
membangun gedung sekolah SLTP dan SLTA, juga perlu
dibangun sarana transportasi yang layak.
Tabel 3.3. di atas dapat mengambarkan mengenai
mutu sumber daya manusia dilihat dari tingkat pendidikan
tertinggi yang ditamatkan oleh penduduk usia 10 tahun ke
atas. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hanya 65,05%
penduduk berusia 10 tahun ke atas yang tamat pendidikan
Pendidikan
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 35
tingkat SLTP ke atas, namun jika dibedakan menurut daerah
tempat tinggal, tampak bahwa mutu sumber daya manusia di
daerah pedesaan masih rendah, terbukti di mana penduduk
usia 10tahunkeatas yang menamatkan pendidikan tingkat
SLTP keatas hanya mencapai 31,84%, jauh dibandingkan
dengan mereka yang tinggal di daerah perkotaan, dimana
persentasenya sudah mencapai71,76%.
3.3. Rata-rata Lama Sekolah
Indikator pendidikan lain yang tak kalah pentingnya
adalah rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas.
Angka ini menggambarkan sampai sejauh mana penduduk
usia 15 tahun ke atas menjalani pendidikan di bangku sekolah.
Selain itu juga untuk melihat sampai sejauh mana
keberhasilan pemerintah dalam pelaksanaan program wajib
belajar 9 tahun.
Dari Tabel 3.4., kita dapat mengetahui bahwa apakah
program wajib belajar 9 tahun sudah berjalan dengan
baikataubelum. Di Kota Tanjungpinang dan Kota Batam angka
Rata-Rata Lama Sekolah sebesar 10,18 tahun dan 10,90 tahun,
Pendidikan
36 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
artinya di kedua kota tersebut program wajib belajar sudah
berjalan dengan baik.
Tabel3.4.Rata-rata Lama Sekolah Provinsi Kepulauan Riau Menurut Kabupaten/Kota, 2012-2013
Kabupaten/Kota 2012 2013
(1) (2) (3)
[01] Karimun 8,16 8,22
[02] Bintan 8,95 9,01
[03] Natuna 7,78 7,94
[04] Lingga 7,27 7,31
[05] KepulauanAnambas 6,67 6,68
[71] Batam 10,84 10,90
[72] Tanjungpinang 10,18 10,18
Kepulauan Riau 9,81 9,91
Sumber: SurveiSosialEkonomiNasional (SUSENAS).
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional
(SUSENAS) tahun 2013, rata-rata lama sekolah penduduk di
Provinsi Kepulauan Riau mencapai 9,91 tahun, berarti rata-
rata sampai taraf pendidikan kelas satu Sekolah Menengah
Atas. Walaupun angkanya bervariasi kalau dilihat menurut
Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Kepulauan Riau, di mana
yang paling tinggi adalah rata-rata lama sekolah untuk
Pendidikan
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 37
penduduk di Kota Batam, mencapai 10,90 tahun atau rata-rata
telah mencapai kelas 2 Sekolah Menengah Atas, dan yang
terendah adalah rata-rata lama sekolah untuk penduduk di
Kabupaten Kepulauan Anambas, yaitu 6,68 tahun atau rata-
rata baru kelas 1 Sekolah Menengah Pertama.
3.4. Partisipasi Sekolah
Indikator yang menggambarkan berapa banyak
penduduk yang mempunyai kesempatan untuk
memperoleh pendidikan adalah Angka Partisipasi Sekolah
(APS). Rendahnya tingkat pendidikan biasanya disebabkan
oleh sedikitnya kesempatan untuk memperoleh
pendidikan. Tabel 3.5. memberikan gambaran mengenai
APS menurut kelompok usia sekolah dan daerah tempat
tinggal di Provinsi Kepulauan Riau, dari gambaran tersebut
secara sekilas dapat dilihat bahwa angka partisipasi
sekolah tahun 2013 di Provinsi Kepulauan Riau pada usia
Sekolah Dasar (7-12 tahun) diatas angka 95 persen, untuk
daerah perkotaan (98,65 persen) dan daerah pedesaan
(98,41 persen).
Pendidikan
38 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
APS penduduk usia SLTP (13-15 tahun) lebih
rendah dibandingkan APS penduduk usia 7-12 tahun,
namun angkanya masih di atas 90 persen. Perbedaan APS
penduduk usia 13-15 tahun antar daerah tempat tinggal
juga tidak terlalu jauh, secara umum APS penduduk usia
13-15 tahun yang tinggal di daerah perkotaan (96,87
persen) lebih tinggi dibandingkan APS penduduk usia 13-
15 tahun yang tinggal di daerah pedesaan (94,11 persen).
Angka partisipasi sekolah untuk penduduk usia
16-18 tahun masih agak jauh dari harapan, pada tahun
2013 angkanya baru mencapai 69,36 persen, bila
dibandingkan antar daerah tempat tinggal terlihat
perbedaan sebesar 3,19 persen, dimana untuk penduduk
yang tinggal di daerah perkotaan mencapai 69,98 persen
sedangkan yang tinggal di daerah perdesaan baru
mencapai 66,79 persen.
Pendidikan
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 39
Tabel 3.5. Angka Partisipasi Sekolah Penduduk Usia 5 Tahun Ke Atas Menurut Kelompok Usia Sekolah dan Daerah Tempat Tinggal, 2013
Kelompok Usia Sekolah K D K + D
(1) (2) (3) (4)
7 12 98,65 98,41 98,61
13 15 96,87 94,11 96,25
16 18 69,98 66,79 69,36
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS).
Kemudian jika dilihat menurut jenis kelamin,
ternyata APS penduduk laki-laki usia 7-12 dan 13-15 tahun
lebih tinggi dibandingkan APS penduduk perempuan.
Namun sebaliknya, APS penduduk perempuan usia 16-18
tahun justru lebih tinggi dibandingkan APS penduduk laki-
laki usia yang sama, yaitu 72,82 persen untuk prnduduk
perempuan dan 65,82 persen untuk penduduk laki-laki.
Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.6.
Pendidikan
40 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Tabel 3.6 Angka Partisipasi Sekolah Penduduk Usia 5
Tahun Ke Atas Menurut Kelompok Usia
Sekolah dan Jenis Kelamin, Tahun 2013
Kelompok Usia Sekolah L P L + P
(1) (2) (3) (4)
7 12 98,71 98,49 98,61
13 15 93,93 98,77 96,25
16 18 65,82 72,82 69,36
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS).
Kesehatan
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 41
4. KESEHATAN
Salah satu aspek penting kesejahteraan adalah
kualitas fisik penduduk yang dapat dilihat dari derajat
kesehatan penduduk dengan menggunakan indikator utama
angka kematian bayi dan angka harapan hidup. Selain kualitas
fisik penduduk juga dilihat dari status kesehatan penduduk
yang antara lain diukur melalui angka kesakitan dan status
gizi. Sementara untuk melihat gambaran tentang kemajuan
upaya peningkatan dan status kesehatan masyarakat dapat
dilihat dari penolong persalinan bayi, ketersediaan sarana
kesehatan dan jenis pengobatan yang dilakukan.
Dalam rangka peningkatan kualitas fisik penduduk,
usaha untuk meningkatkan dan memelihara mutu pelayanan
kesehatan perlu mendapat perhatian utama. Upaya tersebut
antara lain melalui pemberdayaan sumber daya manusia
secara berkelanjutan dan pengadaan atau peningkatan sarana
dan prasarana dalam bidang medis tertentu, termasuk
ketersediaan obat yang dapat dijangkau oleh masyarakat serta
penyediaan tenaga kesehatan.
Kesehatan
42 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
3.1. Derajat Kesehatan Penduduk
Derajat Kesehatan Penduduk diantaranya dilihat
dengan menggunakan Angka Harapan Hidup (AHH). AHH
penduduk Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2013 adalah
69,97 tahun. Ini berarti bahwa bayi yang lahir pada tahun
2013 diperkirakan akan dapat hidup selama 69,97 tahun
dengan syarat besarnya kematian atau kondisi kesehatan yang
ada tidak berubah. Angka harapan hidup ini sedikit lebih
rendah dibandingkan angka harapan hidup penduduk
Indonesia secara keseluruhan. Selain itu, ternyata jika
dibandingkan dengan tahun 2012, angka harapan hidup
penduduk Provinsi Kepulauan Riau telah mengalami
peningkatan.
Tabel 4.1. Perkembangan Angka Harapan Hidup di Indonesia dan Kepulauan Riau, Tahun 2012 dan 2013
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS).
Angka Harapan Hidup (tahun) 2012 2013
(1) (2) (3)
Indonesia 69,87 70,07
Kepulauan Riau 69,91 69,97
Kesehatan
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 43
Jika dilihat perbedaan menurut kabupaten/kota, pada
Tabel 4.2. angka harapan hidup pada tahun 2012 relatif
bervariasi, dari paling rendah yaitu sebesar 67,66 tahun
untuk Kabupaten Kep. Anambas sampai paling tinggi yaitu
sebesar 70,91 tahun untuk Kota Batam. Angka harapan
hidup pada waktu lahir untuk Kabupaten Lingga adalah
sebesar 70,37 tahun, Kabupaten Karimun mencapai 69,94
tahun, Kabupaten Bintan sebesar 69,80, Kabupaten Natuna
sebesar 68,43 dan Kota Tanjungpinang mencapai 69,72
tahun.
Tabel 4.2. Perkembangan Angka Harapan Hidup Menurut
Kabupaten/Kota, 2012-2013
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS).
Kabupaten/Kota 2012 2013
(1) (2) (3)
[01] Karimun 69,94 70,11
[02] Bintan 69,80 69,91
[03] Natuna 68,43 68,57
[04] Lingga 70,37 70,48
[05] Kep. Anambas 67,66 67,80
[71] Batam 70,91 70,96
[72] Tanjungpinang 69,72 69,75
Kepulauan Riau 69,91 69,97
Kesehatan
44 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Pada 2013, angka harapan hidup Kabupaten Kep.
Anambas sedikit meningkat dibanding 2012, yaitu sebesar
67,80 tahun tetapi masih menjadi angka harapan hidup
yang paling rendah di Kepri, sedangkan yang tertinggi
masih Kota Batam yang mencapai 70,96 tahun. Angka
harapan hidup pada waktu lahir untuk Kabupaten Karimun
pada 2013 mencapai 70,11 tahun, Kabupaten Bintan
mencapai 69,91 tahun, Kabupaten Natuna mencapai 68,57
tahun dan Kota Tanjungpinang mencapai 69,75 tahun.
Grafik 4.1. Angka Harapan Hidup Provinsi Kepulauan Riau menurut Kabupaten/Kota Tahun 2013
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS).
66.00
68.00
70.00
72.00
69.94 69.80
68.43
70.37
67.66
70.91
69.72
2012 2013
Kesehatan
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 45
3.2. Status Kesehatan Penduduk
Informasi tentang status kesehatan penduduk dapat
memberikan gambaran mengenai kondisi kesehatan
penduduk. Informasi tersebut di antaranya dapat dilihat
melalui indikator angka kesakitan, yaitu persentase penduduk
yang mengalami gangguan kesehatan hingga mengganggu
aktivitas sehari-hari selama sebulan sebelum kegiatan
pencacahan Survei Sosial Ekonomi Nasional.
Tabel 4.3. menunjukkan bahwa persentase penduduk
Provinsi Kepulauan Riau yang mengalami keluhan kesehatan
dan merasa terganggu aktivitas sehari-harinya pada tahun
2013 adalah sebesar 11,31 persen. Jika dilihat menurut
daerah tempat tinggal, ternyata angka kesakitan penduduk
yang tinggal di daerah pedesaan (14,19 persen),
persentasenya relatif lebih banyak dibandingkan mereka yang
tinggal di daerah perkotaan (10,74 persen). Bila dibandingkan
pada tahun sebelumnya, angka kesakitan penduduk 2013
mengalami sedikit penurunan dari 13,51 persen menjadi
11,31 persen. Hal ini menggambarkan kondisi kesehatan
penduduk Kepulauan Riau yang semakin membaik.
Kesehatan
46 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Tabel 4.3. Angka Kesakitan dan Rata2 Lamanya Sakit, Tahun 2012 dan 2013
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS).
Diantara mereka yang terganggu kesehatannya, rata-
rata lamanya sakit penduduk Provinsi Kepulauan Riau adalah
selama 4,30 hari, penduduk di daerah pedesaan rata-rata
lamanya sakit sedikit lebih lama, yaitu 5,53 hari dibandingkan
penduduk di daerah perkotaan, di mana rata-rata lamanya
sakit hanya 3,98 hari.
Indikator
Kesehatan
Perkotaan Pedesaan Perkotaan +
Pedesaan
2012 2013 2012 2013 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Angka
Kesakitan 13,66 10,74 12,77 14,19 13,51 11,31
Rata2 Lama
Sakit (hari) 4,08 3,98 5,17 5,53 4,25 4,30
Kesehatan
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 47
Grafik 4.2. Angka Kesakitan dan Rata-rata lamanya sakit (hari), Tahun 2012 dan 2013
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS).
3.3. Pemberian ASI dan Gizi Balita
Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang paling
penting bagi pertumbuhan dan kesehatan bayi, karena selain
mengandung nilai gizi yang cukup tinggi juga mengandung zat
kekebalan tubuh terhadap penyakit. Oleh karena itu, semakin
lama seorang anak disusui akan semakin baik tingkat
pertumbuhan dan kesehatannya. Pada tahun 2013, rata-rata
lamanya balita disusui adalah 15,27 bulan, untuk balita yang
tinggal di daerah pedesaan relatif lebih lama disusui, yaitu
13.51
4.25
11.31
4.30
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Angka Kesakitan Rata2 Lama Sakit (hari)
2012 2013
Kesehatan
48 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
16,10 bulan dibandingkan dengan balita di daerah perkotaan
yang disusui rata-rata selama 15,13 bulan.
Tabel 4.4. Rata-Rata Lama (bulan) Balita Disusui Menurut Daerah Tempat Tinggal, 2012 dan 2013
Daerah Tempat Tinggal Lama Mendapat
ASI
ASI Tanpa Makanan
Tambahan 2012 2013 2012 2013
(1) (2) (3) (4) (5)
Perkotaan 14,48 15,13 5,30 5,82
Pedesaan 15,16 16,10 4,92 4,58
Perkotaan + Pedesaan 14,59 15,27 5,23 5,63
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS).
Pemberian ASI saja tanpa makanan tambahan sangat
penting bagi bayi sampai dengan usia 6 bulan, hal tersebut
dikenal dengan istilah ASI eksklusif. Dari Tabel 4.4. diketahui
bahwa balita yang hanya diberikan ASI saja tanpa makanan
tambahan adalah selama 5,63 bulan, ini berarti penerapan ASI
Ekslusif hampir terpenuhi dengan baik. Jika dilihat menurut
daerah tempat tinggal nampak bahwa bayi di daerah
perkotaan sedikit lebih lama diberikan ASI saja tanpa
Kesehatan
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 49
makanan tambahan dibandingkan dengan bayi yang tinggal di
daerah perdesaan.
Kesehatan
50 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
3.4. Imunisasi
Untuk mencegah berbagai penyakit menular
pemerintah memberikan beberapa antigen untuk balita dan
anak-anak. Adapun antigen yang dianggap penting adalah
BCG, DPT, Polio, dan Campak serta Hepatitis untuk mencegah
penyakit yang biasanya menyerang anak-anak yang diduga
dapat menyebabkan kematian pada bayi. Imunisasi sangat
penting bagi upaya pencegahan bayi atau balita terkena
beberapa penyakit tertentu, semakin besar persentase balita
yang pernah diimunisasi maka diharapkan akan semakin baik
pula tingkat atau derajat kesehatan bayi atau balita. Pada
tahun 2013, balita di Provinsi Kepulauan Riau yang pernah
diimunisasi ada sebanyak 96,88 persen, artinya ada sekitar
3,18 persen balita yang belum pernah diimunisasi, padahal
Pemerintah melalui Program bulan PIN Gratis telah
mewajibkan orang tua untuk membawa balitanya untuk
diimunisasi secara gratis. Masih adanya balita yang belum
pernah diimunisasi diduga karena sulitnya akses masyarakat
yang tinggal di pulau-pulau terpencil untuk membawa
balitanya ke posyandu atau karena adanya keengganan dari
sebagian orang tua untuk memberikan imunisasi kepada
balitanya dikarenakan takut balitanya menjadi sakit. Dari
Kesehatan
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 51
Tabel 4.5. juga dapat dilihat bahwa balita di daerah pedesaan
sedikit lebih tinggi yang tidak pernah diimunisasi, yaitu 3,24
persen dibandingkan balita di daerah perkotaan, 3,10 persen.
Tabel 4.5. Persentase Balita Yang Pernah Diimunisasi Menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013
Daerah tempat Tinggal
Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan
(1) (2) (3) (4)
Perkotaan 96,94 96,87 96,90
Perdesaan 96,65 96,89 96,76
Perkotaan + Perdesaan
96,89 96,87 96,88
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS).
3.5. Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan
Untuk mewujudkan peningkatan derajat dan status
kesehatan penduduk, ketersediaan dan keterjangkauan
fasilitas dan sarana kesehatan merupakan salah satu faktor
penentu utama. Puskesmas dan puskesmas pembantu
merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan karena dapat
dijangkau oleh penduduk yang tinggal di pelosok. Hal penting
lainnya adalah ketersediaan pelayanan kesehatan reproduksi
Kesehatan
52 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
yang diupayakan agar persalinan dilakukan oleh tenaga
kesehatan (dokter, bidan, dan tenaga kesehatan lainnya).
Pada tahun 2013, terdapat 96,69 persen persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan, namun terdapat perbedaan
yang mencolok antara daerah perkotaan dan pedesaan, untuk
daerah perkotaan terdapat 99,08 persen persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan, namun di daerah pedesaan
hanya 83,59 persen persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan, hal ini karena masih banyaknya persalinan yang
ditolong oleh dukun tradisional dan lainnya, yaitu mencapai
16,41 persen.
Kesadaran di dalam meminta pertolongan persalinan
yang dilakukan oleh dokter, bidan atau tenaga kesehatan
lainnya sangat penting dalam upaya mencegah menurunnya
angka kematian ibu, di daerah perkotaan persalinan yang
ditolong oleh dokter mencapai 44,91 persen sedangkan di
daerah pedesaan baru mencapai sepertiganya, atau sebesar
16,58 persen. Namun untuk persalinan yang ditolong oleh
bidan, antara daerah perkotaan dan pedesaan persentasenya
justru terbalik, yaitu 65,90 persen untuk di daerah perdesaan
lebih tinggi dibandingkan untuk daerah perkotaan yaitu
sebesar 54,16 persen. Peran dukun bersalin di daerah
Kesehatan
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 53
pedesaan sedikit menonjol, yaitu sekitar 15,52 persen
dibandingkan di daerah perkotaan, hanya 0,70 persen.
Tabel 4.6. Persentase Bayi Menurut Penolong Persalinan di
Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013 menurut Klasifikasi Daerah
Penolong Persalinan Bayi
Perkotaan Perdesaan Perkotaan
+ Perdesaan
(1) (2) (3) (4)
Tenaga Kesehatan 99,08 83,59 96,69
Dokter 44,91 16,58 40,54
Bidan 54,16 65,90 55,98
Nakes Lainnya 0,01 1,10 0,18
Bukan Tenaga Kesehatan 0,92 16,41 3,31
Dukun Bersalin 0,70 15,52 2,99
Lainnya 0,22 0,89 0,32
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS).
Pada tahun 2013 banyaknya dokter di Provinsi
Kepulauan Riau adalah 1 244 orang, jika dibandingkan dengan
jumlah penduduk maka setiap 10 000 penduduk baru bisa
dilayani oleh 6,68 orang dokter (jumlah penduduk tahun 2013
adalah 1.861,3 ribu orang). Demikian pula jumlah rumah sakit
Kesehatan
54 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
ada sebanyak 26 rumah sakit dengan jumlah tempat tidur
sebanyak 2 216, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk
maka per 10 000 penduduk hanya ada sebanyak 11,90 tempat
tidur. Sementara jumlah puskesmas sebanyak 360 puskesmas
yang ada di seluruh Kepulauan Riau, jumlah ini sudah
termasuk puskesmas pembantu dan puskesmas keliling.
Tabel 4.7. Indikator Ketersediaan Berbagai Sarana Kesehatan di Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2012 2013
Tenaga/Sarana Kesehatan 2012 2013
(1) (2) (3)
Jumlah dokter 697 1 244
Jumlah dokter per 10.000 penduduk 3,77 6,68
Jumlah puskesmas*) 375 360
Jumlah rumah sakit 28 26
Jumlah tempat tidur rumah sakit 2 156 2 216
Jumlah tempat tidur per 10.000 penduduk
11,67 11,90
Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Keterangan : *) termasuk puskesmas pembantu dan puskesmas keliling
Penduduk yang mengalami gangguan kesehatan pada
umumnya melakukan upaya pengobatan, baik dengan berobat
sendiri maupun berobat jalan. Tabel 4.8. menyajikan data
Kesehatan
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 55
persentase penduduk yang berobat sendiri menurut jenis
pengobatan. Penduduk provinsi Kepulauan Riau yang
mengalami gangguan kesehatan yang berobat sendiri ada
sebanyak 63,55 persen. Jika dilihat menurut daerah tempat
tinggal, penduduk di daerah perkotaan lebih banyak yang
berobat sendiri, yaitu 64,67 persen dibandingkan mereka yang
tinggal di daerah pedesaan, di mana persentasenya hanya
mencapai 58,69 persen. Tabel 4.8. Persentase Penduduk Yang Berobat Sendiri
Menurut Jenis Pengobatan Yang Digunakan, Tahun 2008 dan 2009
Jenis Pengobatan Perkotaan Perdesaan Perkotaan
+ Perdesaan
(1) (2) (3) (4)
Modern 90,78 89,17 90,50
Tradisional 23,48 25,43 23,82
Lainnya 3,94 3,95 3,94
Persentase Penduduk
Yang Berobat Sendiri 64,67 58,69 63,55
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS).
Kesehatan
56 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Tabel 4.9. Persentase Penduduk Yang Berobat Jalan Menurut Tempat Berobat di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013
Tempat Berobat Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan
(1) (2) (3) (4)
Rumah Sakit 19,51 19,73 20,46
Praktek Dokter 29,73 10,71 26,65
Puskesmas 19,20 42,14 24,63
Petugas Kesehatan 13,41 16,12 13,48
Pengobatan Tradisional
5,98 5,98 5,25
Dukun 5,29 2,27 3,89
Lainnya 6,87 3,05 5,65
Persentase
Penduduk yang
Berobat Jalan
45,73 50,81 46,68
Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS).
Secara umum, ada sebanyak 90,50 persen penduduk
Provinsi Kepulauan Riau yang berobat sendiri dengan cara
pergi ke pengobatan modern, hanya ada sedikit perbedaan
antara mereka yang tinggal di daerah perkotaan dan
pedesaan. Sebanyak 90,78 persen penduduk di daerah
perkotaan yang mempunyai keluhan kesehatan berobat
Kesehatan
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 57
sendiri ke pengobatan modern, sedang mereka yang tinggal di
daerah pedesaan sebanyak 89,17 persen. Sebaliknya, mereka
yang tinggal di daerah pedesaan lebih besar yang berobat ke
pengobatan tradisional, yaitu 25,43 persen dibandingkan
mereka yang tinggal di perkotaan, 23,48 persen.
Menurut hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) 2009, dari penduduk yang mengeluh sakit di
Provinsi Kepulauan Riau, hanya 46,68 persen penduduk yang
melakukan berobat jalan. Jika dilihat menurut urutan paling
banyak, yang paling besar persentasenya adalah mereka yang
berobat jalan ke praktek dokter (26,65 persen), disusul oleh
mereka yang berobat jalan ke puskesmas (24,63 persen) dan
ke rumah sakit (20,46 persen). Jika dilihat menurut daerah
tempat tinggal, penduduk pedesaan paling banyak berobat
jalan ke puskesmas (42,14 persen), sedangkan penduduk
perkotaan lebih memilih berobat jalan ke dokter praktek
(29,73 persen), selain itu banyak juga yang berobat jalan ke
rumah sakit (19,51 persen) dan ke puskesmas (19,20 persen).
Kemiskinan
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 57
5. KEMISKINAN
Kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar
yang menjadi fokus dan perhatian utama baik pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah. Kemiskinan menyebabkan
seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi
hak-hak dasarnya seperti terpenuhinya kebutuhan pangan,
kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih,
pertanahan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, rasa
aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak
untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik.
Kemiskinan berkaitan erat dengan berbagai aspek
kehidupan masyarakat sehingga upaya untuk memecah
masalah kemiskinan tidaklah mudah. Banyak faktor yang
diduga berpengaruh besar terhadap kondisi kemiskinan, salah
satunya yaitu tingkat pendidikan yang rendah. Rendahnya
tingkat pendidikan membuat penduduk miskin mempunyai
keterbatasan untuk mengembangkan diri, akibatnya mereka
tidak mampu berkompetisi untuk memasuki dunia kerja yang
semakin terbatas dan membutuhkan kualifikasi yang tinggi.
Mereka terpaksa menganggur atau bekerja dengan upah yang
rendah sehingga pendapatannya tidak cukup memadai untuk
Kemiskinan
58 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
memenuhi kebutuhan dasarnya. Pendapatan yang terbatas ini
pada akhirnya membawa dampak negatif seperti buruknya
derajat kesehatan dan gizi yang kemudian berpengaruh pada
rendahnya daya tahan fisik dan daya pikir sehingga
mengurangi prakarsa dan inisiatif. Sulit bagi mereka untuk
dapat mengubah nasibnya dari kondisi miskin menuju kondisi
yang lebih baik tanpa adanya bantuan dari pihak lain.
Upaya upaya untuk mengurangi angka kemiskinan
telah banyak dilakukan, baik oleh pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah. Provinsi Kepulauan Riau misalnya,
melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
telah menganggarkan berbagai program bantuan untuk
masyarakat miskin, baik pada bidang kesehatan, pendidikan,
perumahan, dan usaha bagi kelompok masyarakat miskin.
Data kemiskinan dapat menjadi instrumen tangguh
bagi pengambil kebijakan dalam memfokuskan perhatian pada
kondisi hidup orang miskin dan juga dapat digunakan untuk
mengevaluasi kebijakan pemerintah terhadap kemiskinan,
membandingkan kemiskinan antar waktu dan daerah, serta
menentukan target penduduk miskin dengan tujuan untuk
memperbaiki kondisi mereka.
Kemiskinan
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 59
Kompleksitas yang ada dalam kemiskinan menjadikan
pengukuran angka kemiskinan menjadi tidak mudah. Dalam
penghitungan angka kemiskinan, terdapat dua pendekatan
yang sering digunakan yaitu pendekatan secara kuantitatif dan
kualitatif. Pendekatan kuantitatif biasanya menggunakan data
pendapatan atau pengeluaran rata rata perkapita, sedangkan
pendekatan kualitatif dapat menggunakan indikator individu
(angka kematian bayi, partisipasi sekolah, harapan hidup, dan
sebagainya) atau indikator rumah tangga (kondisi rumah,
proporsi pengeluaran makanan rumah tangga, dan lain
sebagainya).
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan
konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs
approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang
sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur
dari sisi pengeluaran. Menurut pendekatan ini, Penduduk
miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran
per kapita perbulan di bawah Garis Kemiskinan.
Garis kemiskinan merupakan rupiah yang diperlukan
agar penduduk dapat hidup layak secara minimum yang
mencakup pemenuhan kebutuhan minimum pangan dan non-
Kemiskinan
60 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
pangan essential. Garis Kemiskinan adalah Garis Kemiskinan
Makanan ditambah Garis Kemiskinan Non-Makanan dan
dinyatakan dalam Rupiah per kapita per bulan.
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai
pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan
dengan 2.100 kilokalori per kapita per hari. Paket komoditas
kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditas.
Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKNM) adalah kebutuhan
minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan
kesehatan. Paket komoditas kebutuhan dasar bukan makanan
diwakili oleh 51 jenis komoditas di perkotaan dan 47 jenis
komoditas di perdesaan.
5.1. Penduduk Miskin
Dalam setahun terakhir, jumlah penduduk miskin
(penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di
Provinsi Kepulauan Riau yaitu pada periode bulan Maret 2013
Maret 2014 mengalami kenaikan sebesar 1,13 ribu orang,
yaitu dari 126,67 ribu orang pada Maret 2013 menjadi 127,80
ribu orang pada Maret 2014. Persentase penduduk miskin
mengalami peningkatan sebesar 0,24 poin, yaitu dari 6,46
persen menjadi 6,70 persen pada periode tersebut.
Kemiskinan
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 61
Tabel 5.1. Garis Kemiskinan, Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase Penduduk MiskinProvinsi Kepulauan Riau
Menurut Klasifikasi Daerah, September 2012 Maret 2014
Klasifikasi Daerah/ Tahun
Garis Kemiskinan (Rp/kapita/
Bln)
Jumlah penduduk
Miskin*)
Persentase Penduduk
Miskin
(1) (2) (3) (4)
Perkotaan
September 2012 373.725 100.893 6,77
Maret 2013 383.332 93.882 6,23
September 2013 405.578 90.809 5,79
Maret 2014 421.733 97.378 6,09
Perdesaan
September 2012 316.963 23.326 7,08
Maret 2013 326.819 25.425 7,48
September 2013 364.773 28.268 9,21
Maret 2014 385.071 30.421 9,86
Perkotaan + Perdesaan
September 2012 363.450 124.219 6,83
Maret 2013 372.941 119.307 6,46
September 2013 398.903 119.078 6,35
Maret 2014 415.800 127.799 6,70
*) Angka tahun 2012 dan 2013 merupakan angka revisi berdasarkan hasil proyeksi penduduk
Kemiskinan
62 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Grafik 5.1. Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase Penduduk Miskin Provinsi Kepulauan Riau Maret 2011 Maret 2014
Jika dicermati lebih jauh, kenaikan angka kemiskinan
tersebut lebih disebabkan oleh kenaikan angka kemiskinan
pada penduduk yang tinggal di daerah pedesaan, di mana
selama periode Maret 2013 sampai dengan Maret 2014 jumlah
penduduk miskin yang tinggal di pedesaan naik dari 25.425
orang menjadi 30.421 orang (naik 19,65 persen). Demikian
juga, di perkotaan mengalami kenaikan jumlah penduduk
miskin dari 93.882 orang pada Maret 2013 menjadi 97,38 ribu
orang pada Maret 2014 (naik 7,12 persen). Penduduk miskin
di pedesaan meningkat lebih besar dibandingkan perkotaan.
128.342 119.760 127.409 124.219 119.307 119.078 127.799
7.40
6.79
7.11
6.83
6.46 6.35
6.70
5.50
6.00
6.50
7.00
7.50
110
115
120
125
130
Mar-11 Sep-11 Mar-12 Sep-12 Mar-13 Sep-13 Mar-14
Jumlah Penduduk Miskin (Ribu)
Persentase Penduduk Miskin
Kemiskinan
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 63
Anomali ini terjadi diduga sebagai dampak dari naiknya harga
BBM pada bulan Juni 2013 yang lebih berpengaruh pada
penduduk yang tinggal di daerah pedesaan dibandingkan
penduduk yang tinggal di perkotaan.
Meskipun dalam setahun terakhir penduduk miskin
cenderung meningkat, namun dalam jangka panjang, selama
periode Maret 2011 sampai dengan Maret 2014 Pemerintah
Provinsi Kepulauan Riau telah berhasil menekan jumlah
penduduk miskin dari 128.342 orang menjadi 127.799 orang
atau dari 7,40 persen menjadi 6,70 persen. Walaupun
demikian, jika dilihat per semester masih terdapat fluktuatif
angka kemiskinan yang terjadi di Provinsi kepulauan Riau.
Misalkan, dari periode Maret 2013 sampai dengan September
2013 terjadi penurunan jumlah penduduk miskin dari 119.307
orang menjadi 119.078 orang atau 6,46 persen menjadi 6,35
persen, kemudian pada semester berikutnya yaitu Maret 2014
terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin menjadi 127.799
ribu orang atau 6,70 persen.
Kemiskinan
64 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
5.2. Garis Kemiskinan
Kemiskinan
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 65
Banyak sedikitnya jumlah penduduk miskin sangat
dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin
adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per
kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Selama Periode
Maret 2013 - Maret 2014, Garis Kemiskinan naik sebesar
11,49 persen, yaitu dari Rp.372.941,- per kapita per bulan
pada Maret 2013 menjadi Rp. 415.800,- pada Maret 2014.
Pada periode yang sama, perkembangan garis kemiskinan
daerah perkotaan meningkat 10,02 persen dan di wilayah
perdesaan meningkat sebesar 17,81 persen.
Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan
(GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan
Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM), terlihat bahwa
peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan
peranan komoditi bukan makanan. Pada Maret 2014, peranan
GKM terhadap GK sebesar 67,01 persen, sedangkan pada
Maret 2013, peranan GKM terhadap GK sebesar 67,20 persen.
Di daerah perkotaan, peranan GKM terhadap GK terlihat
meningkat, yaitu dari 65,45 persen menjadi 65,51 persen,
sebaliknya di perdesaan, peranan GKM terhadap GK terlihat
menurun dari 76,30 persen menjadi 75,51 persen.
Kemiskinan
66 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Komoditas makanan yang paling penting bagi
penduduk miskin adalah beras. Pada Maret 2014, sumbangan
pengeluaran beras terhadap Garis Kemiskinan Makanan
sebesar 24,47 persen di perkotaan dan 34,90 persen di
perdesaan. Selain beras, komoditas makanan lain yang
berpengaruh cukup besar terhadap Garis Kemiskinan
Makanana dalah rokok kretek filter (13,33 persen di
perkotaan, 14,56 persen di perdesaan), telur ayam ras (5,975
persen di perkotaan, 3,94 persen di perdesaan), dan gula pasir
(3,41 persen di perkotaan, 8,29 persen di perdesaan).
Untuk komoditas bukan makanan, biaya perumahan
mempunyai peranan yang cukup besar terhadap Garis
Kemiskinan Bukan Makanan, yaitu 31,67 persen di perkotaan
dan 41,70 persen di perdesaan. Komoditas bukan makanan
lainnya yang berpengaruh cukup besar pada Garis Kemiskinan
Bukan Makanan antara lain: biaya yang dikeluarkan untuk
listrik (17,41 persen di perkotaan, 10,49 persen di perdesaan),
bensin (13,82 persen di perkotaan, 10,84 persen di
perdesaan), perlengkapan mandi (5,70 persen di perkotaan,
6,21 persen di perdesaan).
Tabel 5.2. Peranan Komoditi Terhadap Garis Kemiskinan
Provinsi Kepulauan Riau menurut Klasifikasi Daerah,
Maret 2014
Kemiskinan
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 67
Komoditi Perkotaan (Persen)
Perdesaan (Persen)
(1) (2) (3)
Makanan
a. Beras 24,47 34,90
b. Rokok Kretek Filter 13,33 14,56
c. Telur Ayam Ras 5,97 3,94
d. Daging Ayam Ras 8,93 0,37
e. Gula Pasir 3,41 8,29
f. Mie Instant 4,71 3,08
g. Bawang Merah 2,42 2,78
h. Tongkol/Tuna/Cakalang 2,77 5,62
Non Makanan
a. Perumahan 31,67 41,70
b. Listrik 17,41 10,49
c. Bensin 13,82 10,84
d. Perlengkapan Mandi 5,70 6,29
Grafik 5.3. menunjukkan perkembangan nilai rupiah
per kapita sebagai batas Garis Kemiskinan di Kepulauan Riau
dari Maret 2011 sampai dengan 2013. Pada bulan Maret 2011
besarnya Garis Kemiskinan adalah 340.581 rupiah per kapita,
artinya seseorang dianggap miskin jika penghasilannya pada
bulan Maret 2011 kurang dari 340.581 rupiah per bulan.
Kemiskinan
68 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Grafik 5.3. Garis Kemiskinan (Rp) Provinsi Kepulauan Riau
Maret 2011 Maret 2014
Garis Kemiskinan terus berubah dan dipengaruhi oleh
inflasi atau kenaikan harga barang dan jasa, sehingga pada
bulan Maret 2014 Garis Kemiskinan di Provinsi Kepulauan
Riau menjadi 415.800 rupiah per kapita per bulan. Jadi,
seseorang dikatakan tidak miskin jika mempunyai penghasilan
minimal 415.800 rupiah per bulan.
5.3. Indeks P1 dan Indeks P2
Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa
jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang
340,581
353,379
356,873
363,450
372,941 398,903
415,800
300,000
350,000
400,000
450,000
Mar-11 Sep-11 Mar-12 Sep-12 Mar-13 Sep-13 Mar-14
Kemiskinan
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 69
perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan
dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah
penduduk miskin, kebijakan penanggulangan kemiskinan juga
seyogyanya harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan
keparahan dari kemiskinan.
Indeks P1 (Indeks Kedalaman Kemiskinan) adalah
indeks yang mengukur sejauh mana atau seberapa dalam jarak
antara Garis Kemiskinan dengan penduduk miskin. Semakin
kecil indeks ini, maka semakin dekat penduduk miskin dengan
Garis Kemiskinan, sehingga semakin mudah atau cepat untuk
mengentaskan penduduk miskin.
Indeks P2 (Indeks Keparahan Kemiskinan) adalah
indeks yang mengukur sejauh mana perbedaan/variasi rata-
rata pengeluaran di antara penduduk miskin. Semakin kecil
indeks ini, maka semakin kecil ketimpangan/perbedaan rata-
rata pengeluaran antara penduduk miskin.
Tabel 5.3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) di Provinsi Kepulauan Riau
menurut Daerah, September 2012 - Maret 2014
Kemiskinan
70 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014
Tahun Kota Desa Kota + Desa
(1) (2) (3) (4)
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)
September 2012 0,81 0,99 0,85
Maret 2013 0,75 0,44 0,69
September 2013 1,04 0,93 1,02
Maret 2014 1,00 0,61 0,94
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
September 2012 0,17 0,31 0,19
Maret 2013 0,17 0,07 0,15
September 2013 0,27 0,21 0,26
Maret 2014 0,31 0,09 0,27
Pada periode Maret 2013 - Maret 2014, Indeks
Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan
Kemiskinan (P2) menunjukkan adanya koreksi. Indeks
Kedalaman Kemiskinan (P1) naik dari 0,69 pada Maret 2013
menjadi 0,94 pada Maret 2014. Begitu pula dengan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) yang naik dari 0,15 menjadi 0,27
pada periode yang sama. Walaupun Indeks Kedalaman
Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan mengalami
kenaikan, tetapi kedua angka indeks tersebut masih rendah,
hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk
Kemiskinan
Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 71
miskin masih dekat dengan garis kemiskinan, dan
ketimpangan rata-rata pengeluaran penduduk miskin masih
rendah.
Di daerah perkotaan pada periode Maret 2013 Maret
2014, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) naik dari 0,75
menjadi 1,00, begitu pula dengan Indeks Keparahan
Kemiskinan (P2) yang mengalami kenaikan dari 0,17 menjadi
0,31. Hal yang sama juga terjadi pada daerah pedesaan dimana
pada