Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan...

102

Transcript of Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan...

Page 1: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin
Page 2: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 iii

Kata pengantar

Publikasi Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau

Tahun 2014 merupakan publikasi yang berisi data penduduk,

ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, kemiskinan, dan

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI). Penjelasan yang diberikan

dalam publikasi ini bersifat praktis, sehingga memudahkan

pengguna data untuk memahami isinya.

Apresiasi dan penghargaan kami sampaikan kepada

segenap pihak yang telah membantu penyelesaian publikasi

ini. Kami menyadari bahwa buku ini mungkin belum dapat

memenuhi seluruh harapan pengguna data. Oleh karenanya,

kritik dan saran demi penyempurnaan publikasi ini di masa

mendatang sangat diharapkan. Semoga publikasi ini

bermanfaat.

Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik

Provinsi Kepulauan Riau

Drs. Dumangar Hutauruk, M.Si. NIP. 19610709 199003 1 001

Page 3: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin
Page 4: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 v

Kata Pengantar ...................................................... iii

Daftar Isi ............................................................... v

BAB 1 Penduduk ....................................................... 1

1.1. Laju Pertumbuhan Penduduk ............................. 1

1.2. Distribusi Penduduk ............................................ 3

1.3. Komposisi Penduduk .......................................... 4

a. Sex Ratio ...................................................... 5

b. Dependncy Ratio .......................................... 6

c. Piramida Penduduk ..................................... 6

BAB 2 Tenaga Kerja ................................................... 11

2.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) .......... 12

2.2. Penduduk yang Bekerja ....................................... 13

2.3. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) ................. 14

2.4. Status Pekerjaan .................................................. 19

BAB 3 Perkembangan Tingkat Kemiskinan ............... 25

3.1. Angka Melek Huruf (AMH) .................................. 27

3.2. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan ............... 30

3.3. Rata-rata Lama Sekolah....................................... 35

3.4. Partisipasi Sekolah ............................................... 37

Daftar Isi Bab

2

Page 5: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Daftar Isi

vi Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

BAB 4 Kesehatan ........................................................ 41

4.1. Derajat Kesehatan Penduduk .............................. 42

4.2. Status Kesehatan Penduduk ................................ 45

4.3. Pemberian ASI dan Gizi Balita ............................. 47

4.4. Imunisasi .............................................................. 49

4.5. Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan ........................ 50

BAB 5 Kemiskinan ...................................................... 57

5.1. Penduduk Miskin ................................................. 60

5.2. Garis Kemiskinan ................................................. 64

5.3. Indeks P1 dan P2 ................................................... 68

5.4. Kemiskinan Kab/Kota .......................................... 71

BAB 6 Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) .................. 75

6.1. Metode Pengukuran IDI ...................................... 77

6.2. Perkembangan IDI Prov. Kep. Riau ...................... 78

6.3. IDI Berdasarkan Aspek-aspek Demokrasi ............ 80

6.4. IDI Berdasarkan Variabel-variabel Demokrasi .... 82

6.5. IDI Berdasarkan Indikator-indikator Demokrasi .. 84

6.5. Perbandingan IDI Nasional dgn IDI Prov.Kepri .... 88

Page 6: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Daftar Isi

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 vii

vii

vii vii

vii

vii

Daftar Tabel

Halaman

Tabel 1.1. Jumlah Penduduk dan LPP Provinsi Kepulauan Riau menurut Kabupaten/Kota, 2000-2013……... 2

Tabel 1.2. Distribusi dan Kepadatan Penduduk Provinsi Kepulauan Riau menurut Kabupaten/Kota, 2013... 3

Tabel 1.3. Penduduk Provinsi Kepulauan Riau menurut Kabupaten Kota dan Jenis Kelamin, 2013.......…….......................................................... 5

Tabel 1.4. Dependency Ratio Provinsi Kepulauan Riau, 2013 6 Tabel 1.5. Penduduk Provinsi Kepulauan Riau menurut

Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2013………... 8 Tabel 2.1. Penduduk Usia Kerja Provinsi Kepulauan Riau

menurut Kegiatan dan Jenis Kelamin, Agustus 2013 ………............................................................ 13

Tabel 2.2. Penduduk Usia Kerja Provinsi Kepulauan Riau menurut Kabupaten/Kota, Agustus 2013…………. 17

Tabel 2.3. Penduduk Usia Kerja Provinsi Kepulauan Riau menurut Tingkat Pendidikan, Agustus 2013……… 18

Tabel 2.4. Persentase Penduduk Provinsi Kepulauan Riau menurut Status Pekerjaan dan Jenis Kelamin, Agustus 2013………………………………………… 19

Tabel 2.5. Persentase Penduduk Provinsi Kepulauan Riau yang Bekerja menurut Status Pekerjaan dan Tingkat Pendidikan, 2013…………………………… 21

Tabel 2.6. Persentase Penduduk Provinsi Kepulauan Riau yang Bekerja menurut Status Pekerjaan dan Kabupaten/Kota, 2013 ……………………………… 22

Tabel 3.1. Angka Melek Huruf Provinsi Kepulauan Riau menurut Kabupaten/Kota, 2012-2013……………... 28

Tabel 3.2. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Provinsi Kepulauan Riau menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin, 2013 ………. 31

Tabel 3.3. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Provinsi Kepulauan Riau menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Klasifikasi Daerah, 2013….. 33

Page 7: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Daftar Isi

viii Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

Tabel 3.4. Rata-rata Lama Sekolah Provinsi Kepulauan Riau menurut Kabupaten/Kota, 2012-2013 ……………. 36

Tabel 3.5. Angka Partisipasi Sekolah Penduduk Usia 5 Tahun Ke Atas menurut Kelompok Usia Sekolah dan Klasifikasi Daerah, 2013 ……………………… 39

Tabel 3.6. Angka Partisipasi Sekolah Penduduk Usia 5 Tahun Ke Atas menurut Kelompok Usia Sekolah dan Jenis Kelamin, 2013 …………………………… 40

Tabel 4.1. Perkembangan Angka Harapan Hidup di Indonesia dan Kepulauan Riau, Tahun 2012 dan 2013 ………………………………………………….. 42

Tabel 4.2. Angka Partisipasi Sekolah Penduduk Usia 5 Tahun Ke Atas menurut Kelompok Usia Sekolah dan Jenis Kelamin, 2013 …………………………… 43

Tabel 4.3. Angka Kesakitan dan Rata-rata Lama Sakit, Tahun 2012-2013 …………………………………… 46

Tabel 4.4. Rata-rata Lama (bulan) Balita Disusui menurut Klasifikasi Daerah, Tahun 2012-2013 …………….. 48

Tabel 4.5. Persentase Balita yang Pernah Diimunisasi menurut Klasifikasi Daerah dan Jenis Kelamin di Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2013 …………… 50

Tabel 4.6. Persentase Bayi menurut Penolong Persalinan di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013 menurut Klasifikasi Daerah ………………………………….. 52

Tabel 4.7. Indikator Ketersediaan Berbagai Sarana Kesehatan di Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2012-2013 …………………………………………… 53

Tabel 4.8. Persentase Penduduk yang Berobat Sendiri menurut Jenis Pengobatan yang Digunakan, Tahun 2013 ………………………………………….. 54

Tabel 4.9. Persentase Penduduk yang Berobat Jalan menurut Tempat Berobat di Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2013 …………………………………… 55

Tabel 5.1. Garis Kemiskinan, Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase Penduduk Miskin Provinsi Kepulauan Riau menurut Klasifikasi Daerah, September 2012-Maret 2014 ……………………………………. 61

Page 8: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Daftar Isi

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 ix

ix

ix ix

ix

ix

Tabel 5.2. Peranan Komoditi Terhadap Garis Kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau menurut Klasifikasi Daerah, Maret 2014 ………………………………… 66

Tabel 5.3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Provinsi Kepulauan Riau menurut Klasifikasi Daerah, September 2012-Maret 2014 ……………………………………. 69

Tabel 5.4. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau, September 2012-September 2013 …………. 72

Tabel 5.5. Indeks Kedalaman (P1) dan Keparahan (P2) Kemiskinan menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau, September 2012-September 2013 ………………………………………………….. 73

Tabel 6.1. Perkembangan Variabel-variabel IDI Provinsi Kepulauan Riau, 2012-2013 ……………………….. 83

Tabel 6.2. Indikator-indikator IDI Provinsi Kepulauan Riau, 2013 ………………………………………………….. 86

Tabel 6.3. Perbandingan IDI Berdasarkan Aspek di Provinsi Kepulauan Riau dan Nasional, 2012-2013 ………. 88

Page 9: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Daftar Isi

x Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

Daftar Gambar

Halaman

Gambar 1.1. Distribusi dan Kepadatan Penduduk Provinsi Kepulauan Riau menurut Kab/Kota, 2013……….. 4

Gambar 1.2. Piramida Penduduk Provinsi Kepulauan Riau,

2013 …………...................................................... 7 Gambar 2.1.

Persentase Penduduk Usia Kerja Provinsi Kepulauan Riau menurut Kegiatan, Agustus 2013 ………………………………………………… 14

Gambar 2.2. Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kepulauan Riau menurut Kabupaten/Kota, Agustus 2013 ………………………………………. 15

Gambar 3.1. Angka Melek Huruf Provinsi Kepulauan Riau menurut Kabupaten/Kota, 2012-2013 …………... 29

Gambar 3.2. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Provinsi Kepulauan Riau menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin, 2013 ……. 32

Gambar 4.1. Angka Harapan Hidup Provinsi Kepulauan Riau menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2013…………. 44

Gambar 4.2. Angkas Kesakitan dan Rata-rata Lamanya Sakit (hari), Tahun 2012-2013 …………………………. 47

Gambar 5.1. Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase Penduduk Miskin Provinsi Kepulauan Riau, Maret 2011-Maret 2014 ………………………….. 62

Gambar 5.2. Garis Kemiskinan (Rp) Provinsi Kepulauan Riau, Maret 2011-Maret 2014 ………………………….. 67

Gambar 6.1. Perkembangan IDI Provinsi Kepulauan Riau, 2009-2013 …………………………………………. 79

Gambar 6.2. Perkembangan Aspek-Aspek IDI Provinsi Kepulauan Riau, 2009-2013 …………………….. 81

Page 10: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Penduduk

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 1

1. Penduduk

Penduduk dalam pembangunan mempunyai peran

sebagai pelaku (subjek) dan juga sebagai tujuan (objek). Suatu

pembangunan dapat dikatakan berhasil jika mampu

meningkatkan kesejahteraan penduduk dalam arti yang luas

(misalnya; mengurangi jumlah penduduk miskin, menurunkan

tingkat pengangguran, menyediakan pendidikan, dan

kesehatan yang terjangkau bagi semua penduduk). Penduduk

sangat mempengaruhi dinamika pembangunan, jumlah

penduduk yang besar diikuti dengan kualitas penduduk yang

memadai, akan merupakan pendorong bagi pertumbuhan

ekonomi. Oleh karenanya, pembangunan kependudukan

memiliki peran yang sangat penting dalam pencapaian tujuan

pembangunan, terutama dalam upaya peningkatan kualitas

sumber daya manusia. Masalah utama kependudukan di

Provinsi Kepulauan Riau adalah: laju pertumbuhan yang

tinggi, penyebaran yang tidak merata, dan migrasi penduduk

yang masuk cukup besar.

1.1. Laju Pertumbuhan Penduduk

Selama Periode tahun 2010-2013 (lihat Tabel 1.1.),

Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Provinsi Kepulauan Riau

sebesar 5,29% per tahun. Jika dilihat LPP kabupaten/kota

Page 11: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Penduduk

2 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

cukup bervariasi, Kota Batam mempunyai LPP paling besar

yaitu sebesar 7,67 % per tahun, sementara Kabupaten Lingga

mempunyai LPP yang terkecil yaitu sebesar 0,94 % per tahun.

Tabel 1.1. Jumlah Penduduk dan LPP Provinsi Kepulauan Riau menurut Kabupaten/Kota, 2000-2013

Pertumbuhan penduduk Kota Batam yang sangat

tinggi disebabkan oleh migrasi masuk penduduk dari luar

Provinsi Kepulaun Riau sebesar 182.708 jiwa atau 19,35%

dari total penduduk Kota Batam, yang bertujuan untuk

bekerja, mencari pekerjaan, dan melakukan kegiatan usaha

atau kegiatan ekonomi lainnya.

2000 2010 2013 2000-2010 2010-2013(1) (2) (3) (4) (5) (6)

[01] Karimun 171.405 212.561 220.882 2,18 1,94

[02] Bintan 110.068 142.300 149.120 2,60 2,37

[03] Natuna 52.741 69.003 72.527 2,72 2,52

[04] Lingga 79.451 86.244 87.867 0,82 0,94

[05] Kepulauan Anambas 28.510 37.411 39.374 2,75 2,59

[71] Batam 455.103 944.285 1.094.623 7,57 7,67

[72] Tanjungpinang 142.929 187.359 196.980 2,74 2,54

Kepulauan Riau 1.040.207 1.679.163 1.861.373 4,91 5,29

Sumber: Sensus Penduduk (2000 & 2010) dan Proyeksi Penduduk 2013.

Kabupaten/KotaPenduduk LPP

Page 12: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Penduduk

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 3

1.2. Distribusi Penduduk

Distribusi Penduduk Provinsi Kepulauan Riau sangat

tidak merata antar kabupaten/kota. Sebagian besar penduduk

Provinsi Kepulauan Riau tinggal di Kota Batam, yaitu sebesar

58,81% pada tahun 2013. Sementara di Kabupaten Natuna,

Lingga, dan Kepulauan Anambas hanya sebesar 3,90%, 4,72%,

dan 2,12%.

Tabel 1.2. Distribusi dan Kepadatan Penduduk Provinsi Kepulauan Riau menurut Kabupaten/Kota, 2013

Distribusi Kepadatan

Penduduk Penduduk

(%) Per Km2

(1) (2) (3) (4) (5)

[01] Karimun 1.524,00 220.882 11,87 145

[02] Bintan 1.739,44 149.120 8,01 86

[03] Natuna 2.814,26 72.527 3,90 26

[04] Lingga 2.117,72 87.867 4,72 41

[05] Kepulauan Anambas 590,14 39.374 2,12 67

[71] Batam 1.570,35 1.094.623 58,81 697

[72] Tanjungpinang 239,50 196.980 10,58 822

Kepulauan Riau 10.595,41 1.861.373 100,00 176

Kabupaten/Kota Penduduk

Luas

Daratan

(Km2)

Page 13: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Penduduk

4 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

Grafik 1.1. Distribusi dan Kepadatan Penduduk Provinsi Kepulauan Riau menurut Kabupaten/Kota, 2013

1.3. Komposisi Penduduk

Beberapa permasalahan kependudukan seperti

jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur

dan jenis kelamin harus selalu dipantau perkembangannya.

Informasi yang dipilah berdasarkan jenis kelamin dapat

memberikan gambaran yang jelas mengenai seberapa besar

jumlah penduduk perempuan dan laki-laki. Di sisi lain

informasi mengenai jumlah penduduk berdasarkan kelompok

umur dapat memberikan gambaran berapa jumlah penduduk

yang termasuk dalam penduduk golongan tua ataupun

golongan muda. Informasi-informasi tersebut sangat

Karimun, 11.87

Bintan, 8.01

Natuna, 3.90

Lingga, 4.72

Anambas, 2.12

Batam, 58.81

TPi, 10.58

Page 14: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Penduduk

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 5

diperlukan untuk mempermudah para stakeholder dalam

menganalisis dan mengidentifikasi permasalahan yang ada.

a. Sex Ratio

Tabel 1.3. Penduduk Provinsi Kepulauan Riau menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin, 2013

Sumber : BPS Propinsi Kepulauan Riau

Sex Ratio penduduk Provinsi Kepulauan Riau adalah

sebesar 105, artinya bahwa untuk setiap 100 penduduk

perempuan ada 105 penduduk laki-laki. Tabel 1.3.

memperlihatkan sex ratio di semua kabupaten/kota lebih dari

100, artinya bahwa jumlah penduduk laki-laki di semua

kabupaten/kota lebih besar daripada penduduk perempuan.

L P L+P(1) (2) (3) (4) (5) (6)

[01] Karimun 112.825 108.057 220.882 105 2,18

[02] Bintan 76.903 72.217 149.120 107 2,60

[03] Natuna 37.409 35.118 72.527 107 2,72

[04] Lingga 44.894 42.973 87.867 105 0,82

[05] Kepulauan Anambas 20.402 18.972 39.374 108 2,75

[71] Batam 559.904 534.719 1.094.623 105 7,57

[72] Tanjungpinang 99.769 97.211 196.980 103 2,74

Kepulauan Riau 952.106 909.267 1.861.373 105 4,91

Penduduk 2013 SR

2012LPPKabupaten/Kota

Page 15: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Penduduk

6 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

b. Dependency Ratio

Tabel 1.4. Dependency Ratio Provinsi Kepulauan Riau, 2013

Kelompok Penduduk % Penduduk

Dependency Ratio Umur

(1) (2) (3) (4)

0-14 572.004 30,73

48,93 15-64 1.249.838 67,15

65+ 39.531 2,12

Jumlah 1.861.373 100,00

Sumber : Proyeksi Penduduk 2013

Dependency ratio atau rasio ketergantungan Provinsi

Kepulauan Riau sebesar 48,93, artinya bahwa ada sebesar

48,93 persen penduduk yang tergantung secara ekonomi.

Tabel 1.4. menunjukkan penduduk usia muda (0-14 tahun) di

Provinsi Kepulauan Riau masih cukup besar, yaitu sebesar

30,73%, penduduk usia produktif (15-64 tahun) sebesar

67,15%, dan penduduk usia tua (65+) hanya sebesar 2,12%.

c. Piramida Penduduk

Ada yang menarik dari piramida penduduk Provinsi

Kepulaun Riau ini, yaitu penduduk kelompok umur 0-4, 20-24,

25-29, 30-34, dan 35-39 tahun. Penduduk Provinsi Kepulaun

Page 16: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Penduduk

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 7

Riau masih tergolong “penduduk muda” hal ini bisa dilihat

dari penduduk usia 0-4 tahun yang masih besar jumlahnya

(11,57%). Sementara itu penduduk usia 20-39 tahun juga

cukup besar (41,49%), hal ini disebabkan oleh migrasi masuk

penduduk dari luar Provinsi Kepulauan Riau yaitu sebesar

14,25% selama 5 tahun terakhir, atau sebesar +250.000 orang.

Sebagian besar migrasi masuk ke Kota Batam, Kota

Tanjungpinang, dan Kabupaten Bintan.

Grafik 1.2. Piramida Penduduk Provinsi Kepulauan Riau, 2013

Tabel 1.5. Penduduk Provinsi Kepulauan Riau menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2013

75+

70-74

65-69

60-64

55-59

50-54

45-49

40-44

35-39

30-34

25-29

20-24

15-19

10-14

5-9

0-4

Laki-laki Perempuan

(Ribuan)

0 20 40 60 80 100 120

1

3

5

7

9

11

13

15

120 100 80 60 40 20 0

Page 17: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Penduduk

8 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

Kelompok Umur

L P L + P

(1) (2) (3) (4)

0-4 109.892 105.439 215.331

5-9 102.876 97.102 199.978

10-14 80.582 76.113 156.695

15-19 59.610 59.953 119.563

20-24 77.339 86.219 163.558

25-29 102.502 109.430 211.932

30-34 108.364 106.995 215.359

35-39 95.584 85.793 181.377

40-44 72.888 59.791 132.679

45-49 50.597 39.335 89.932

50-54 34.066 28.219 62.285

55-59 23.196 20.806 44.002

60-64 15.168 13.983 29.151

65-69 9.270 9.062 18.332

70-74 5.625 5.753 11.378

75+ 4.547 5.274 9.821

Jumlah 952.106 909.267 1.861.373

Sumber: Proyeksi Penduduk 2013

Struktur umur penduduk sangat penting untuk

perencanaan pemerintah dalam berbagai bidang. Misalnya,

fasilitas pelayanan kesehatan bagi balita dan lansia sangat

berbeda. Fasilitas kesehatan balita cenderung ke arah

peningkatan gizi dan imunisasi, sedangkan fasilitas kesehatan

Page 18: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Penduduk

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 9

lansia seharusnya lebih cenderung ke arah perawatan

penyakit kronis. Begitu juga untuk perencanaan fasilitas

pendidikan, pembangunan jumlah gedung sekolah tergantung

dari besarnya penduduk usia sekolah (SD, SMP, SMA, dll).

Tabel 1.5. menunjukkan bahwa persentase penduduk

kelompok umur muda lebih besar dibandingkan kelompok

umur yang lebih tua, terutama kelompok umur penduduk 0-4

tahun. Persentase penduduk usia 0-4 tahun pada tahun 2013

sebesar 30,73%, sedangkan persentase penduduk usia tua,

yaitu usia 65 tahun atau lebih, sebesar 2,12%.

Lebih dari dua pertiga (67,15%) penduduk di Provinsi

Kepulauan Riau adalah penduduk usia produktif, yaitu usia

15-64 tahun. Sedangkan penduduk pada kelompok usia 0-14

tahun dan usia 65 tahun ke atas dianggap sebagai penduduk

usia tidak produktif. Semakin besar persentase penduduk

yang masuk ke dalam kelompok usia tidak produktif, berarti

semakin besar pula beban secara ekonomi yang harus

ditanggung oleh penduduk yang masuk dalam kategori usia

produktif. Indikator yang dapat dipakai untuk dapat

menggambarkan seberapa besar beban yang harus ditanggung

oleh penduduk usia produktif terhadap penduduk usia tidak

produktif adalah dependency ratio atau rasio ketergantungan.

Besarnya rasio ketergantungan penduduk Provinsi Kepulauan

Page 19: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Penduduk

10 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

Riau pada tahun 2013 adalah 48,93%, artinya bahwa setiap

100 orang penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun) harus

menanggung sebanyak 49 orang penduduk yang tidak

produktif (usia 0-14 tahun dan usia 65 tahun atau lebih).

Page 20: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Tenaga Kerja

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 11

2. TENAGA KERJA

Dalam perencanaan pembangunan, tenaga kerja

merupakan komponen pembangunan yang sangat penting

selain sumber daya alam dan teknologi. Karena itu,

pengelolaan/perencanaan ketenagakerjaan sebagai sumber

daya pembangunan harus mendapat perhatian yang besar.

Untuk itu diperlukan data dan indikator yang terkait dengan

ketenagakerjaan.

Masalah ketenagakerjaan yang dihadapi oleh Provinsi

Kepulauan Riau adalah besarnya jumlah angkatan kerja dan

memiliki kecenderungan yang selalu meningkat . Hal ini selain

disebabkan oleh transisi demografi yang tengah berlangsung

di provinsi ini, yaitu semakin menurunnya angka kelahiran

total (dari 2,8 di tahun 2000 menjadi 2,4 pada tahun 2010)

maupun angka kematian bayi (dari 48 di tahun 2000 menjadi

20 pada tahun 2010), tetapi juga disebabkan oleh migrasi

masuk dari provinsi lain. Sehingga penduduk usia produktif

meningkat lebih cepat daripada pertumbuhan penduduk

secara keseluruhan.

Tenaga kerja sebagai salah salah satu faktor produksi

merupakan sejumlah orang yang ikut serta dalam kegiatan

produksi pada masing-masing sektor ekonomi. Namun,

Page 21: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Tenaga Kerja

12 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

besarnya persentase penduduk yang telah bekerja belum

merupakan satu ukuran dalam menentukan apakah masalah

ketenagakerjaan dapat dikatakan berhasil. Banyak faktor yang

mempengaruhi aspek ketenagakerjaan pada suatu daerah.

Selain banyaknya penduduk yang telah terserap dalam

kegiatan ekonomi, kualitas dari tenaga kerja tersebut juga

akan mempengaruhi output produksi.

Adapun klasifikasi usia kerja adalah jika seseorang

telah berusia 15 tahun atau lebih, dan manakala seseorang

tersebut terlibat dalam suatu pekerjaan atau terkategori

sebagai pengangguran, maka seseorang itu termasuk dalam

angkatan kerja. Sementara pengangguran adalah seseorang

yang sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan suatu usaha,

sudah merasa tidak mungkin lagi mendapatkan pekerjaan,

atau sudah mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.

2.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

TPAK adalah proporsi penduduk usia kerja (15 tahun

ke atas) yang termasuk ke dalam angkatan kerja, yakni

mereka yang selama seminggu melakukan aktivitas bekerja

atau mencari pekerjaan. Data Sakernas Agustus 2013

menunjukkan bahwa TPAK laki-laki adalah 86,51%, lebih

tinggi dibandingkan TPAK perempuan yang hanya sebesar

Page 22: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Tenaga Kerja

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 13

44,43%. Hal ini disebabkan perempuan pada umumnya

cenderung dihadapkan pada dua pilihan, yaitu aktif dalam

kegiatan perekonomian atau fokus pada urusan rumah tangga.

Tabel 2.1. Penduduk Usia Kerja Provinsi Kepulauan Riau menurut Kegiatan dan Jenis Kelamin, Agustus 2013

Uraian L P L + P

(1) (2) (3) (4)

1. Penduduk Usia Kerja

661.921

633.769

1.295.690

2. Angkatan Kerja

572.596

281.554

854.150

a. Bekerja 551.745 254.328 806.073

b. Pengangguran 20.851 27.226 48.077

3. Bukan Angkatan Kerja 89.325

352.215

441.540

a. Sekolah 41.585 45.405 86.990

b. Mengurus Rumah Tangga 15.730 290.593 306.323

c. Lainnya 32.010 16.217 48.227

4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

86,51 44,43 65,92

5. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

3,64 9,67 5,63

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) 2013.

2.2. Penduduk yang Bekerja

Dari sebanyak 1.295.690 penduduk usia 15 tahun ke

atas pada Agustus 2013 di Provinsi Kepulauan Riau, terdapat

sebanyak 62,21% yang bekerja. Jika dibandingkan antara

penduduk laki-laki dengan perempuan, persentase laki-laki

Page 23: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Tenaga Kerja

14 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

yang bekerja terhadap total penduduk yang bekerja jauh lebih

besar (83,36%) dibandingkan perempuan (40,13%).

Sementara penduduk yang termasuk Bukan Angkatan Kerja

(sekolah, mengurus rumah tangga, dan lainnya) sebesar

34,08% dari jumlah penduduk usia kerja, terdiri dari 6,71%

sekolah, 23,64% mengurus rumah tangga, dan lainnya sebesar

3,72%.

Grafik 2.1. Persentase Penduduk Usia Kerja Provinsi Kepulauan Riau menurut Kegiatan, Agustus 2013

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) 2013.

2.3. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Salah satu permasalahan ketenagakerjaan yang

sedang dihadapi Indonesia yaitu peningkatan penawaran

tenaga kerja yang tidak diikuti oleh kesempatan kerja.

Demikian pula yang terjadi di Provinsi Kepulauan Riau,

Bekerja, 806,073 , 62.21%

Pengangguran,

48,077 , 3.71%

Sekolah, 86,990 , 6.71%

Mengurus Rumah Tangga,

306,323 , 23.64%

Lainnya, 48,227 , 3.72%

Page 24: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Tenaga Kerja

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 15

kondisi tersebut tidak jauh berbeda. Sebagai dampak yang

dihasilkannya, ekses penawaran tenaga kerja tersebut

memunculkan pengangguran.

Tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Kepulauan

Riau pada bulan Agustus 2013 adalah sebesar 5,63%, dengan

jumlah penganggur sebanyak 48.077 orang. TPT 2013 ini naik

sebanyak 0,70% dari Agustus 2012 yang sebesar 4,93%.

Tingkat pengangguran terbuka di Provinsi Kepulauan Riau

berbeda antara laki-laki dan perempuan, yaitu 3,64% untuk

TPT laki-laki dan 9,67% untuk TPT perempuan.

Grafik 2.2. Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kepulauan Riau menurut Kabupaten/Kota, Agustus 2013

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) 2013.

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

4.52 6.57

4.22 2.78

7.39 6.09

4.71 5.63

Page 25: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Tenaga Kerja

16 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

Dari Grafik 2.2. TPT menurut kabupaten/kota Agustus 2013,

Kabupaten Kepulauan Anambas mempunyai TPT yang

terbesar yaitu 7,39%, sedangkan Kabupaten Lingga TPT-nya

terkecil yaitu sebesar 2,78%. Dari grafik di atas ada tiga

Kabupaten yang mempunyai TPT di atas TPT Provinsi, yaitu;

Bintan (6,57%), Kepulauan Anambas (7,39%), dan Kota

Batam (6,09%) sedangkan Kabupaten karimun (4,52%),

Kabupaten Natuna (4,22%), Kabupaten Lingga (2,78%) dan

Kota Tanjungpinang (4,71%) berada di bawah TPT Provinsi.

Page 26: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Tenaga Kerja

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 17

Tabel 2.2. Penduduk Usia Kerja Provinsi Kepulauan Riau Menurut Kabupaten/Kota, Agustus 2013

Uraian Karimun Bintan Natuna Lingga Kep.

Anambas Batam

Tanjung-pinang

Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1. Penduduk Usia Kerja 151.667 102.914 48.514 61.828 26.366 765.297 139.104 1.295.690

2. Angkatan Kerja 95.385 63.726 31.892 36.316 15.571 525.570 85.690 854.150

a. Bekerja 91.070 59.537 30.546 35.307 14.420 493.539 81.654 806.073

b. Pengangguran 4.315 4.189 1.346 1.009 1.151 32.031 4.036 48.077

3. Bukan Angkatan Kerja 56.282 39.188 16.622 25.512 10.795 239.727 53.414 441.540

a. Sekolah 13.629 6.760 4.401 1.675 1.544 51.002 7.979 86.990

b. Mengurus Rumah Tangga

36.415 30.404 10.243 20.450 6.557 166.936 35.318 306.323

c. Lainnya 6.238 2.024 1.978 3.387 2.694 21.789 10.117 48.227

4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

62,89 61,92 65,74 58,74 59,06 68,68 61,60 65,92

5. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

4,52 6,57 4,22 2,78 7,39 6,09 4,71 5,63

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS).

Tabel 2.3. Penduduk Usia Kerja Provinsi Kepulauan Riau Menurut Tingkat Pendidikan, Agustus 2013

Uraian SD ke

Bawah SMP SMA SMK

DI/DII /DIII

DIV/S1/ S2/S3

Total

Page 27: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Tenaga Kerja

18 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1. Penduduk Usia Kerja 357.966 266.981 352.551 199.339 29.542 89.311 1.295.690

2. Angkatan Kerja 204.802 146.184 247.968 148.614 25.350 81.232 854.150

a. Bekerja 197.686 136.865 230.329 137.858 24.704 78.631 806.073

b. Pengangguran 7.116 9.319 17.639 10.756 646 2.601 48.077

3. Bukan Angkatan Kerja 153.164 120.797 104.583 50.725 4.192 8.079 441.540

a. Sekolah 12.206 57.848 13.578 2.039 26 1.293 86.990

b. Mengurus Rumah Tangga

114.024 54.004 84.103 44.310 3.773 6.109 306.323

c. Lainnya 26.934 8.945 6.902 4.376 393 677 48.227

4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

57,21 54,75 70,34 74,55 85,81 90,95 65,92

5. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

3,47 6,37 7,11 7,24 2,55 3,20 5,63

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS).

Page 28: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Tenaga Kerja

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 19

2.4. Status Pekerjaan

Status Pekerjaan di Provinsi Kepulauan Riau masih

didominasi oleh buruh/karyawan/pegawai sebesar 66,98%.

Sementara yang berusaha sendiri sebesar 18,63%, yang

berusaha dibantu buruh tidak tetap sebesar 2,93%, dan

berusaha dibantu buruh tetap sebesar 4,32%. Penduduk yang

berstatus pekerja bebas baik di pertanian maupun non

pertanian sebesar 3,01%, dan pekerja keluarga/tidak dibayar

sebesar 4,13%.

Tabel 2.4. Persentase Penduduk Provinsi Kepulauan Riau Menurut Status Pekerjaan dan Jenis Kelamin, Agustus 2013

Status Pekerjaan Agustus 2011

L P L + P (1) (2) (3) (4)

1. Berusaha Sendiri 18,30 19,35 18,63

2. Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap 3,41 1,88 2,93

3. Berusaha Dibantu Buruh Tetap 5,63 1,48 4,32

4. Buruh/Karyawan/Pegawai 68,07 64,62 66,98

5. Pekerja Bebas di Pertanian 1,05 0,82 0,98

6. Pekerja Bebas di Non Pertanian 2,33 1,39 2,03

7. Pekerja Tidak Dibayar 1,21 10,45 4,13 Penduduk yang Bekerja 100,00 100,00 100,00

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS).

Tabel 2.5. memperlihatkan bahwa status pekerjaan

sebagai buruh/karyawan/pegawai menurut pendidikan di

Provinsi Kepulauan Riau didominasi oleh pendidikan Diploma

Page 29: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Tenaga Kerja

20 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

I ke atas, yaitu sebesar 91,31, SMK 79,05% dan SMA 74,35%,

SMP 61,76%, dan SD sebesar 40,87%. Sementara untuk status

berusaha sendiri pendidikan SD ke bawah sebesar 36,49%,

SMP 19,14%, SMA 13,73%, SMK 12,84%, dan Diploma I ke

atas sekitar 2,45%.

Page 30: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Tenaga Kerja

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 21

Tabel 2.5. Persentase Penduduk Provinsi Kepulauan Riau yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan dan Tingkat Pendidikan, 2013

Uraian SD ke

Bawah SMP SMA SMK

DI/DII /DIII

DIV/S1/ S2/S3

Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1. Penduduk Usia Kerja 357.966 266.981 352.551 199.339 29.542 89.311 1.295.690

2. Angkatan Kerja 204.802 146.184 247.968 148.614 25.350 81.232 854.150

a. Bekerja 197.686 136.865 230.329 137.858 24.704 78.631 806.073

b. Pengangguran 7.116 9.319 17.639 10.756 646 2.601 48.077

3. Bukan Angkatan Kerja 153.164 120.797 104.583 50.725 4.192 8.079 441.540

a. Sekolah 12.206 57.848 13.578 2.039 26 1.293 86.990

b. Mengurus Rumah Tangga

114.024 54.004 84.103 44.310 3.773 6.109 306.323

c. Lainnya 26.934 8.945 6.902 4.376 393 677 48.227

4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

57,21 54,75 70,34 74,55 85,81 90,95 65,92

5. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

3,47 6,37 7,11 7,24 2,55 3,20 5,63

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS).

Tabel 2.6. Persentase Penduduk Provinsi Kepulauan Riau yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan dan Kabupaten/Kota, 2013

Page 31: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Tenaga Kerja

22 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

Status Pekerjaan Karimun Bintan Natuna Lingga Anambas Batam Tanjung-pinang

Total

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1. Berusaha Sendiri 15.804 16.492 10.644 16.105 5.267 72.202 13.695 150.209

2. Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap

5.610 1.905 2.490 2.499 165 8.887 2.044 23.600

3. Berusaha Dibantu Buruh Tetap 3.836 1.174 717 678 97 22.585 5.769 34.856

4. Buruh/Karyawan/Pegawai 48.788 35.013 11.929 13.682 8.065 366.439 55.988 539.904

5. Pekerja Bebas di Pertanian 4.658 1.733 358 459 159 495 7.862

6. Pekerja Bebas di Non Pertanian 4.981 1.025 2.077 227 297 7.086 687 16.380

7. Pekerja Tidak Dibayar 7.393 2.195 2.331 1.657 370 15.845 3.471 33.262

Penduduk yang Bekerja 91.070 59.537 30.546 35.307 14.420 493.539 81.654 806.073

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS).

Page 32: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Tenaga Kerja

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 23

Tabel 2.6. memperlihatkan bahwa persentase Status

Pekerjaan sebagai buruh/karyawan/pegawai menurut

kabupaten/kota, yang terbesar ada di Kabupaten Bintan, Kota

Batam, dan Kota Tanjungpinang yaitu masing-masing sebesar

58,81%, 74,25%, dan 68,57%. Hal ini wajar, karena Kabupaten

Bintan dan Kota Batam adalah pusat industri dan jasa,

sementara Kota Tanjungpinang adalah pusat pemerintahan.

Page 33: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin
Page 34: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Pendidikan

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 25

3. PENDIDIKAN

Dalam UUD 1945, Pasal 31, Ayat 3 menyebutkan,

“Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu

sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan

ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa”.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 yang

merupakan penjabaran dari UUD 1945, Pasal 3 menyebutkan,

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.”

Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

yang dilakukan oleh pemerintah senantiasa dibarengi dengan

perbaikan sistem pendidikan. Gerakan wajib belajar 9 tahun

bagi anak usia 7-15 tahun merupakan salah satu bentuk dari

usaha yang ditempuh pemerintah untuk meningkatkan

Page 35: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Pendidikan

26 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

kualitas sumber daya manusia. Dengan adanya program wajib

belajar, maka diharapkan mampu meningkatkan partisipasi

sekolah bagi anak usia pendidikan dasar, baik untuk tingkat

SD maupun SLTP.

Disamping itu, pencanangan program wajib belajar

tersebut juga diikuti dengan pemenuhan sarana dan prasarana

fisik yang menunjang kegiatan belajar mengajar seperti

didirikannya sekolah-sekolah baru baik di daerah pedesaan

maupun perkotaan, atau berupa program beasiswa bagi siswa

yang berprestasi dan kurang mampu. Telah beberapa tahun

pemerintah mengadakan program Bantuan Operasional

Sekolah (BOS). Program ini merupakan salah satu bentuk

nyata dari usaha pemerintah dalam upaya mengurangi angka

putus sekolah bagi anak-anak yang kurang mampu, sehingga

mereka mempunyai kesempatan yang sama dalam hal

pemenuhan kebutuhan akan pendidikan.

Terkait dengan pendidikan, Provinsi Kepulauan Riau

menetapkan visi yaitu “Menjadikan Masyarakat Kepulauan

Riau Menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Mandiri,

Kompetitif, Berakhlak Mulia, dan Bertamadun

Melayu”.Dokumen Renstra Dinas Pendidikan Provinsi

Kepulauan Riau Tahun 2010-2014 memuat enam strategi

Page 36: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Pendidikan

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 27

pencapaian visi tersebut yaitu (1) Perluasan dan Pemerataan

Akses Pendidikan Usia Dini (PAUD) Bermutu dan

Berkesetaraan Gender; (2) Perluasan dan Pemerataan Akses

Pendidikan Dasar Universal Bermutu dan Berkesetaraan

Gender; (3) Perluasan dan Pemerataan Akses Pendidikan

Menengah Bermutu, Berkesetaraan Gender, dan Relevan

dengan Kebutuhan Masyarakat; (4) Perluasan dan Pemerataan

Akses Pendidikan Tinggi Bermutu, Berdaya Saing

Internasional, Berkesetaraan Gender dan Relevan dengan

Kebutuhan Bangsa dan Negara; (5) Perluasan dan Pemerataan

Akses Pendidikan Orang Dewasa Berkelanjutan yang

Berkesetaraan Gender dan Relevan dengan Kebutuhan

Masyarakat; dan (6) Penguatan Tata Kelola, Sistem

Pengendalian Manajemen, dan Sistem Pengawasan Internal.

Sebagai tindak lanjut dari keseriusan Pemerintah

Provinsi Kepulauan Riau, maka Alokasi dana APBD Provinsi

Kepulauan Riau ke sektor pendidikan nilainya mencapai 20

persen sejaktahun 2007.

3.1. Angka Melek Huruf

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan

pendidikan adalah tingkat melek huruf yang mengindikasikan

Page 37: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Pendidikan

28 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

kemampuan penduduk untuk dapat membaca dan menulis.

Ukuran tingkat pendidikan secara makro yang sangat

mendasar adalah angka melek huruf bagi penduduk dewasa.

Kemampuan baca tulis tercermin dari data angka melek huruf,

dalam hal ini merupakan persentase penduduk usia 15 tahun

keatas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan huruf

lainnya. Tabel di bawah ini menyajikan gambaran tentang

angka melek huruf penduduk berumur 15 tahun ke atas yang

dirinci menurut Kabupaten/Kota.

Tabel3.1. Angka Melek Huruf Provinsi Kepulauan Riau menurutKabupaten/Kota,2012-2013

Sumber: SurveiSosialEkonomiNasional (SUSENAS).

Kabupaten/Kota 2012 2013

(1) (2) (3)

[01] Karimun 96,83 97,35

[02] Bintan 96,92 97,32

[03] Natuna 96,82 97,22

[04] Lingga 91,79 91,86

[05] Kep. Anambas 91,87 92,14

[71] Batam 99,29 99,30

[72] Tanjungpinang 98,70 98,74

Kepulauan Riau 97,80 98,07

Page 38: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Pendidikan

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 29

Angka melek huruf (AMH) penduduk Provinsi

Kepulauan Riau pada tahun 2013 adalah 98,07%, artinya

masih ada sebanyak 1,93% penduduk Provinsi Kepulauan

Riau yang buta huruf. Jika dibanding dengan tahun 2012,

angka melek huruf Provinsi Kepulauan Riau mengalami

kenaikan sebesar 0,27persen, begitu pula

denganseluruhKabupaten/Kota di Kepulauan Riau yang

jugamengalamipeningkatan,

Grafik 3.1. Angka Melek Huruf Provinsi Kepulauan Riau menurutKabupaten/Kota, 2012-2013

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS).

Jika dilihat AMH menurut kabupaten/kota tahun

2013, ternyata angka melek huruf tertinggi dicapai oleh Kota

88.00

90.00

92.00

94.00

96.00

98.00

100.00

Karimun Bintan Natuna Lingga Kep. Anambas

Batam Tpi

2012 2013

Page 39: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Pendidikan

30 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

Batam yaitu sebesar 99,30% (artinya hanya 0,70% penduduk

Kota Batam yang buta huruf), sedangkan Kabupaten Lingga

yang terkecil AMH-nya yaitu sebesar 91,86%. AMH Kota

Tanjungpinang sebesar 98,74% kedua terbesar setelah Kota

Batam, sementara AMH Kabupaten Karimun, Bintan, dan

Natuna ada di angka yang hampir sama besarnya yaitu;

97,35%, 97,32%, dan 97,22%. Selengkapnya dapat dilihat

pada Tabel 3.1. dan Grafik 3.1.

3.2. Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan

Indikator lain yang juga sangat penting dalam bidang

pendidikan adalah pendidikan tertinggi yang ditamatkan.

Indikator ini digunakan sebagai salah satu ukuran dari

tingkat kemampuan sumber daya manusia, sampai sejauh

mana keberhasilan upaya peningkatan sumber daya manusia

dari segi pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Berikut ini

akan diuraikan secara singkat mengenai pendidikan tertinggi

yang ditamatkan oleh penduduk berumur 10 tahuan ke atas

di Provinsi Kepulauan Riau dari hasil Suvei Sosial Ekonomi

Nasional (Susenas) tahun 2013, yang dirinci menurut daerah

Perkotaan, Perdesaan, dan Jenis Kelamin.

Page 40: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Pendidikan

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 31

Secara umum perbedaantingkat pendidikan yang

ditamatkan oleh penduduk laki-laki dan perempuan tidak

terlalusignifikan, kecuali hanya pada pendidikan universitas,

perbedaannya lebih dari 2%.

Tabel3.2. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas

Provinsi Kepulauan Riau menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin, 2012

PendidikanTertinggi yang Ditamatkan

L P L + P

(1) (2) (3) (4)

1. Tidak/BelumPernahSekolah 1,52 3,12 2,30

2. Tidak/BelumTamat SD 14,05 14,25 14,15

3. SD 19,48 17,48 18,51

4. SLTP 15,40 15,24 15,33

5. SLTA 40,09 42,26 41,15

6. D1/D2 0,39 0,55 0,47

7. Akademi/DIII 2,50 2,67 2,58

8. Universitas 6,56 4,43 5,52

Total 100,00 100,00 100,00

Persentase yang Lulus SLTP keAtas 64,95 65,15 65,05

Sumber: SurveiSosialEkonomiNasional (SUSENAS).

Hal ini menunjukkan bahwa dalam tingkat pendidikan

sudah ada kesetaraan gender, bahkan pada tingkat

Page 41: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Pendidikan

32 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

SLTA,D1/D2 danAkademi/DIII penduduk perempuan lebih

tinggi dibanding laki-laki, yaitu 42,26% dibanding 40,09% dan

0,55% dibanding 0,39%serta 2,67% dibanding 2,50%, tetapi

pada tingkat universitas penduduk laki-laki lebih tinggi dari

pada perempuan yaitu sebesar 6,56% disbanding 4,43%. Dari

angka ini dapat disimpulkan bahwa laki-laki masih dituntut

untuk mencapai pendidikan yang lebih tinggi dibanding

perempuan, sementara perempuan lebih memilih pendidikan

yang siap kerja (SMK dan Diploma).

Grafik3.2. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Provinsi Kepulauan Riau menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin, 2013

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS).

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

Laki-laki Perempuan

Page 42: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Pendidikan

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 33

Tabel3.3. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas

Provinsi Kepulauan Riau menurut Pendidikan yang Ditamatkan dan Klasifikasi Daerah, 2013

PendidikanTertinggi yang Ditamatkan

K D K + D

(1) (2) (3) (4)

1. Tidak/BelumPernahSekolah 1,37 6,88 2,30

2. Tidak/BelumTamat SD 11,21 28,67 14,15

3. SD 15,66 32,61 18,51

4. SLTP 15,83 12,83 15,33

5. SLTA 46,10 16,67 41,15

6. D1/D2 0,48 0,40 0,47

7. Akademi/DIII 3,02 0,40 2,58

8. Universitas 6,33 1,54 5,52

Total 100,00 100,00 100,00

Persentase yang Lulus SLTP keAtas 71,76 31,84 65,05

Sumber: SurveiSosialEkonomiNasional (SUSENAS).

Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan

di daerah perkotaan lebih baik dibanding dengan daerah

perdesaan. Sebagian besar penduduk di perdesaan hanya

tamat SD yaitu sebesar 32,61%, sedangkan di perkotaan

sebagian besar tamat SLTA yaitu sebesar 46,10%.Hal ini

menunjukkan bahwa kesempatan untuk mendapatkan

Page 43: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Pendidikan

34 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

pendidikan sampai tingkat yang lebih tinggi di perdesaan

masih sulit/rendah.

Persentase penduduk yang tamat SD di daerah pedesaan

pada tahun 2013 adalah sebesar 32,61% jika dibandingkan

penduduk yang tinggal di daerah perkotaan, yaitu hanya

15,66%, artinya bahwa penduduk yang tamat SD di daerah

pedesaan hampir dua kali lipat dari pada mereka yang tinggal

di daerah perkotaan. Faktor ini bisa disebabkan oleh

terbatasnya jumlah sekolah yang jenjangnya lebih tinggi dari

sekolah dasar yang didirikan di daerah pedesaan. Kondisi

geografis Provinsi Kepulauan Riau yang sebagian besar adalah

lautan yang mungkin menyebabkan akses penduduk untuk

mengenyam pendidikan menjadi terbatas, karena sekolah

yang didirikan berada jauh di seberang pulau atau berada di

daerah perkotaan. Untuk mengatasi hal ini, selain perlu

membangun gedung sekolah SLTP dan SLTA, juga perlu

dibangun sarana transportasi yang layak.

Tabel 3.3. di atas dapat mengambarkan mengenai

mutu sumber daya manusia dilihat dari tingkat pendidikan

tertinggi yang ditamatkan oleh penduduk usia 10 tahun ke

atas. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hanya 65,05%

penduduk berusia 10 tahun ke atas yang tamat pendidikan

Page 44: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Pendidikan

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 35

tingkat SLTP ke atas, namun jika dibedakan menurut daerah

tempat tinggal, tampak bahwa mutu sumber daya manusia di

daerah pedesaan masih rendah, terbukti di mana penduduk

usia 10tahunkeatas yang menamatkan pendidikan tingkat

SLTP keatas hanya mencapai 31,84%, jauh dibandingkan

dengan mereka yang tinggal di daerah perkotaan, dimana

persentasenya sudah mencapai71,76%.

3.3. Rata-rata Lama Sekolah

Indikator pendidikan lain yang tak kalah pentingnya

adalah rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas.

Angka ini menggambarkan sampai sejauh mana penduduk

usia 15 tahun ke atas menjalani pendidikan di bangku sekolah.

Selain itu juga untuk melihat sampai sejauh mana

keberhasilan pemerintah dalam pelaksanaan program wajib

belajar 9 tahun.

Dari Tabel 3.4., kita dapat mengetahui bahwa apakah

program wajib belajar 9 tahun sudah berjalan dengan

baikataubelum. Di Kota Tanjungpinang dan Kota Batam angka

Rata-Rata Lama Sekolah sebesar 10,18 tahun dan 10,90 tahun,

Page 45: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Pendidikan

36 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

artinya di kedua kota tersebut program wajib belajar sudah

berjalan dengan baik.

Tabel3.4.Rata-rata Lama Sekolah Provinsi Kepulauan Riau Menurut Kabupaten/Kota, 2012-2013

Kabupaten/Kota 2012 2013

(1) (2) (3)

[01] Karimun 8,16 8,22

[02] Bintan 8,95 9,01

[03] Natuna 7,78 7,94

[04] Lingga 7,27 7,31

[05] KepulauanAnambas 6,67 6,68

[71] Batam 10,84 10,90

[72] Tanjungpinang 10,18 10,18

Kepulauan Riau 9,81 9,91

Sumber: SurveiSosialEkonomiNasional (SUSENAS).

Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional

(SUSENAS) tahun 2013, rata-rata lama sekolah penduduk di

Provinsi Kepulauan Riau mencapai 9,91 tahun, berarti rata-

rata sampai taraf pendidikan kelas satu Sekolah Menengah

Atas. Walaupun angkanya bervariasi kalau dilihat menurut

Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Kepulauan Riau, di mana

yang paling tinggi adalah rata-rata lama sekolah untuk

Page 46: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Pendidikan

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 37

penduduk di Kota Batam, mencapai 10,90 tahun atau rata-rata

telah mencapai kelas 2 Sekolah Menengah Atas, dan yang

terendah adalah rata-rata lama sekolah untuk penduduk di

Kabupaten Kepulauan Anambas, yaitu 6,68 tahun atau rata-

rata baru kelas 1 Sekolah Menengah Pertama.

3.4. Partisipasi Sekolah

Indikator yang menggambarkan berapa banyak

penduduk yang mempunyai kesempatan untuk

memperoleh pendidikan adalah Angka Partisipasi Sekolah

(APS). Rendahnya tingkat pendidikan biasanya disebabkan

oleh sedikitnya kesempatan untuk memperoleh

pendidikan. Tabel 3.5. memberikan gambaran mengenai

APS menurut kelompok usia sekolah dan daerah tempat

tinggal di Provinsi Kepulauan Riau, dari gambaran tersebut

secara sekilas dapat dilihat bahwa angka partisipasi

sekolah tahun 2013 di Provinsi Kepulauan Riau pada usia

Sekolah Dasar (7-12 tahun) diatas angka 95 persen, untuk

daerah perkotaan (98,65 persen) dan daerah pedesaan

(98,41 persen).

Page 47: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Pendidikan

38 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

APS penduduk usia SLTP (13-15 tahun) lebih

rendah dibandingkan APS penduduk usia 7-12 tahun,

namun angkanya masih di atas 90 persen. Perbedaan APS

penduduk usia 13-15 tahun antar daerah tempat tinggal

juga tidak terlalu jauh, secara umum APS penduduk usia

13-15 tahun yang tinggal di daerah perkotaan (96,87

persen) lebih tinggi dibandingkan APS penduduk usia 13-

15 tahun yang tinggal di daerah pedesaan (94,11 persen).

Angka partisipasi sekolah untuk penduduk usia

16-18 tahun masih agak jauh dari harapan, pada tahun

2013 angkanya baru mencapai 69,36 persen, bila

dibandingkan antar daerah tempat tinggal terlihat

perbedaan sebesar 3,19 persen, dimana untuk penduduk

yang tinggal di daerah perkotaan mencapai 69,98 persen

sedangkan yang tinggal di daerah perdesaan baru

mencapai 66,79 persen.

Page 48: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Pendidikan

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 39

Tabel 3.5. Angka Partisipasi Sekolah Penduduk Usia 5 Tahun Ke Atas Menurut Kelompok Usia Sekolah dan Daerah Tempat Tinggal, 2013

Kelompok Usia Sekolah K D K + D

(1) (2) (3) (4)

7 – 12 98,65 98,41 98,61

13 – 15 96,87 94,11 96,25

16 – 18 69,98 66,79 69,36

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS).

Kemudian jika dilihat menurut jenis kelamin,

ternyata APS penduduk laki-laki usia 7-12 dan 13-15 tahun

lebih tinggi dibandingkan APS penduduk perempuan.

Namun sebaliknya, APS penduduk perempuan usia 16-18

tahun justru lebih tinggi dibandingkan APS penduduk laki-

laki usia yang sama, yaitu 72,82 persen untuk prnduduk

perempuan dan 65,82 persen untuk penduduk laki-laki.

Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.6.

Page 49: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Pendidikan

40 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

Tabel 3.6 Angka Partisipasi Sekolah Penduduk Usia 5

Tahun Ke Atas Menurut Kelompok Usia

Sekolah dan Jenis Kelamin, Tahun 2013

Kelompok Usia Sekolah L P L + P

(1) (2) (3) (4)

7 – 12 98,71 98,49 98,61

13 – 15 93,93 98,77 96,25

16 – 18 65,82 72,82 69,36

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS).

Page 50: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Kesehatan

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 41

4. KESEHATAN

Salah satu aspek penting kesejahteraan adalah

kualitas fisik penduduk yang dapat dilihat dari derajat

kesehatan penduduk dengan menggunakan indikator utama

angka kematian bayi dan angka harapan hidup. Selain kualitas

fisik penduduk juga dilihat dari status kesehatan penduduk

yang antara lain diukur melalui angka kesakitan dan status

gizi. Sementara untuk melihat gambaran tentang kemajuan

upaya peningkatan dan status kesehatan masyarakat dapat

dilihat dari penolong persalinan bayi, ketersediaan sarana

kesehatan dan jenis pengobatan yang dilakukan.

Dalam rangka peningkatan kualitas fisik penduduk,

usaha untuk meningkatkan dan memelihara mutu pelayanan

kesehatan perlu mendapat perhatian utama. Upaya tersebut

antara lain melalui pemberdayaan sumber daya manusia

secara berkelanjutan dan pengadaan atau peningkatan sarana

dan prasarana dalam bidang medis tertentu, termasuk

ketersediaan obat yang dapat dijangkau oleh masyarakat serta

penyediaan tenaga kesehatan.

Page 51: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Kesehatan

42 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

3.1. Derajat Kesehatan Penduduk

Derajat Kesehatan Penduduk diantaranya dilihat

dengan menggunakan Angka Harapan Hidup (AHH). AHH

penduduk Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2013 adalah

69,97 tahun. Ini berarti bahwa bayi yang lahir pada tahun

2013 diperkirakan akan dapat hidup selama 69,97 tahun

dengan syarat besarnya kematian atau kondisi kesehatan yang

ada tidak berubah. Angka harapan hidup ini sedikit lebih

rendah dibandingkan angka harapan hidup penduduk

Indonesia secara keseluruhan. Selain itu, ternyata jika

dibandingkan dengan tahun 2012, angka harapan hidup

penduduk Provinsi Kepulauan Riau telah mengalami

peningkatan.

Tabel 4.1. Perkembangan Angka Harapan Hidup di Indonesia dan Kepulauan Riau, Tahun 2012 dan 2013

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS).

Angka Harapan Hidup (tahun) 2012 2013

(1) (2) (3)

Indonesia 69,87 70,07

Kepulauan Riau 69,91 69,97

Page 52: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Kesehatan

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 43

Jika dilihat perbedaan menurut kabupaten/kota, pada

Tabel 4.2. angka harapan hidup pada tahun 2012 relatif

bervariasi, dari paling rendah yaitu sebesar 67,66 tahun

untuk Kabupaten Kep. Anambas sampai paling tinggi yaitu

sebesar 70,91 tahun untuk Kota Batam. Angka harapan

hidup pada waktu lahir untuk Kabupaten Lingga adalah

sebesar 70,37 tahun, Kabupaten Karimun mencapai 69,94

tahun, Kabupaten Bintan sebesar 69,80, Kabupaten Natuna

sebesar 68,43 dan Kota Tanjungpinang mencapai 69,72

tahun.

Tabel 4.2. Perkembangan Angka Harapan Hidup Menurut

Kabupaten/Kota, 2012-2013

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS).

Kabupaten/Kota 2012 2013

(1) (2) (3)

[01] Karimun 69,94 70,11

[02] Bintan 69,80 69,91

[03] Natuna 68,43 68,57

[04] Lingga 70,37 70,48

[05] Kep. Anambas 67,66 67,80

[71] Batam 70,91 70,96

[72] Tanjungpinang 69,72 69,75

Kepulauan Riau 69,91 69,97

Page 53: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Kesehatan

44 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

Pada 2013, angka harapan hidup Kabupaten Kep.

Anambas sedikit meningkat dibanding 2012, yaitu sebesar

67,80 tahun tetapi masih menjadi angka harapan hidup

yang paling rendah di Kepri, sedangkan yang tertinggi

masih Kota Batam yang mencapai 70,96 tahun. Angka

harapan hidup pada waktu lahir untuk Kabupaten Karimun

pada 2013 mencapai 70,11 tahun, Kabupaten Bintan

mencapai 69,91 tahun, Kabupaten Natuna mencapai 68,57

tahun dan Kota Tanjungpinang mencapai 69,75 tahun.

Grafik 4.1. Angka Harapan Hidup Provinsi Kepulauan Riau menurut Kabupaten/Kota Tahun 2013

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS).

66.00

68.00

70.00

72.00

69.94 69.80

68.43

70.37

67.66

70.91

69.72

2012 2013

Page 54: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Kesehatan

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 45

3.2. Status Kesehatan Penduduk

Informasi tentang status kesehatan penduduk dapat

memberikan gambaran mengenai kondisi kesehatan

penduduk. Informasi tersebut di antaranya dapat dilihat

melalui indikator angka kesakitan, yaitu persentase penduduk

yang mengalami gangguan kesehatan hingga mengganggu

aktivitas sehari-hari selama sebulan sebelum kegiatan

pencacahan Survei Sosial Ekonomi Nasional.

Tabel 4.3. menunjukkan bahwa persentase penduduk

Provinsi Kepulauan Riau yang mengalami keluhan kesehatan

dan merasa terganggu aktivitas sehari-harinya pada tahun

2013 adalah sebesar 11,31 persen. Jika dilihat menurut

daerah tempat tinggal, ternyata angka kesakitan penduduk

yang tinggal di daerah pedesaan (14,19 persen),

persentasenya relatif lebih banyak dibandingkan mereka yang

tinggal di daerah perkotaan (10,74 persen). Bila dibandingkan

pada tahun sebelumnya, angka kesakitan penduduk 2013

mengalami sedikit penurunan dari 13,51 persen menjadi

11,31 persen. Hal ini menggambarkan kondisi kesehatan

penduduk Kepulauan Riau yang semakin membaik.

Page 55: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Kesehatan

46 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

Tabel 4.3. Angka Kesakitan dan Rata2 Lamanya Sakit, Tahun 2012 dan 2013

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS).

Diantara mereka yang terganggu kesehatannya, rata-

rata lamanya sakit penduduk Provinsi Kepulauan Riau adalah

selama 4,30 hari, penduduk di daerah pedesaan rata-rata

lamanya sakit sedikit lebih lama, yaitu 5,53 hari dibandingkan

penduduk di daerah perkotaan, di mana rata-rata lamanya

sakit hanya 3,98 hari.

Indikator

Kesehatan

Perkotaan Pedesaan Perkotaan +

Pedesaan

2012 2013 2012 2013 2012 2013

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Angka

Kesakitan 13,66 10,74 12,77 14,19 13,51 11,31

Rata2 Lama

Sakit (hari) 4,08 3,98 5,17 5,53 4,25 4,30

Page 56: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Kesehatan

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 47

Grafik 4.2. Angka Kesakitan dan Rata-rata lamanya sakit (hari), Tahun 2012 dan 2013

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS).

3.3. Pemberian ASI dan Gizi Balita

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang paling

penting bagi pertumbuhan dan kesehatan bayi, karena selain

mengandung nilai gizi yang cukup tinggi juga mengandung zat

kekebalan tubuh terhadap penyakit. Oleh karena itu, semakin

lama seorang anak disusui akan semakin baik tingkat

pertumbuhan dan kesehatannya. Pada tahun 2013, rata-rata

lamanya balita disusui adalah 15,27 bulan, untuk balita yang

tinggal di daerah pedesaan relatif lebih lama disusui, yaitu

13.51

4.25

11.31

4.30

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Angka Kesakitan Rata2 Lama Sakit (hari)

2012 2013

Page 57: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Kesehatan

48 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

16,10 bulan dibandingkan dengan balita di daerah perkotaan

yang disusui rata-rata selama 15,13 bulan.

Tabel 4.4. Rata-Rata Lama (bulan) Balita Disusui Menurut Daerah Tempat Tinggal, 2012 dan 2013

Daerah Tempat Tinggal Lama Mendapat

ASI

ASI Tanpa Makanan

Tambahan 2012 2013 2012 2013

(1) (2) (3) (4) (5)

Perkotaan 14,48 15,13 5,30 5,82

Pedesaan 15,16 16,10 4,92 4,58

Perkotaan + Pedesaan 14,59 15,27 5,23 5,63

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS).

Pemberian ASI saja tanpa makanan tambahan sangat

penting bagi bayi sampai dengan usia 6 bulan, hal tersebut

dikenal dengan istilah ASI eksklusif. Dari Tabel 4.4. diketahui

bahwa balita yang hanya diberikan ASI saja tanpa makanan

tambahan adalah selama 5,63 bulan, ini berarti penerapan ASI

Ekslusif hampir terpenuhi dengan baik. Jika dilihat menurut

daerah tempat tinggal nampak bahwa bayi di daerah

perkotaan sedikit lebih lama diberikan ASI saja tanpa

Page 58: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Kesehatan

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 49

makanan tambahan dibandingkan dengan bayi yang tinggal di

daerah perdesaan.

Page 59: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Kesehatan

50 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

3.4. Imunisasi

Untuk mencegah berbagai penyakit menular

pemerintah memberikan beberapa antigen untuk balita dan

anak-anak. Adapun antigen yang dianggap penting adalah

BCG, DPT, Polio, dan Campak serta Hepatitis untuk mencegah

penyakit yang biasanya menyerang anak-anak yang diduga

dapat menyebabkan kematian pada bayi. Imunisasi sangat

penting bagi upaya pencegahan bayi atau balita terkena

beberapa penyakit tertentu, semakin besar persentase balita

yang pernah diimunisasi maka diharapkan akan semakin baik

pula tingkat atau derajat kesehatan bayi atau balita. Pada

tahun 2013, balita di Provinsi Kepulauan Riau yang pernah

diimunisasi ada sebanyak 96,88 persen, artinya ada sekitar

3,18 persen balita yang belum pernah diimunisasi, padahal

Pemerintah melalui Program bulan PIN Gratis telah

mewajibkan orang tua untuk membawa balitanya untuk

diimunisasi secara gratis. Masih adanya balita yang belum

pernah diimunisasi diduga karena sulitnya akses masyarakat

yang tinggal di pulau-pulau terpencil untuk membawa

balitanya ke posyandu atau karena adanya keengganan dari

sebagian orang tua untuk memberikan imunisasi kepada

balitanya dikarenakan takut balitanya menjadi sakit. Dari

Page 60: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Kesehatan

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 51

Tabel 4.5. juga dapat dilihat bahwa balita di daerah pedesaan

sedikit lebih tinggi yang tidak pernah diimunisasi, yaitu 3,24

persen dibandingkan balita di daerah perkotaan, 3,10 persen.

Tabel 4.5. Persentase Balita Yang Pernah Diimunisasi Menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013

Daerah tempat Tinggal

Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan

(1) (2) (3) (4)

Perkotaan 96,94 96,87 96,90

Perdesaan 96,65 96,89 96,76

Perkotaan + Perdesaan

96,89 96,87 96,88

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS).

3.5. Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan

Untuk mewujudkan peningkatan derajat dan status

kesehatan penduduk, ketersediaan dan keterjangkauan

fasilitas dan sarana kesehatan merupakan salah satu faktor

penentu utama. Puskesmas dan puskesmas pembantu

merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan karena dapat

dijangkau oleh penduduk yang tinggal di pelosok. Hal penting

lainnya adalah ketersediaan pelayanan kesehatan reproduksi

Page 61: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Kesehatan

52 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

yang diupayakan agar persalinan dilakukan oleh tenaga

kesehatan (dokter, bidan, dan tenaga kesehatan lainnya).

Pada tahun 2013, terdapat 96,69 persen persalinan yang

ditolong oleh tenaga kesehatan, namun terdapat perbedaan

yang mencolok antara daerah perkotaan dan pedesaan, untuk

daerah perkotaan terdapat 99,08 persen persalinan yang

ditolong oleh tenaga kesehatan, namun di daerah pedesaan

hanya 83,59 persen persalinan yang ditolong oleh tenaga

kesehatan, hal ini karena masih banyaknya persalinan yang

ditolong oleh dukun tradisional dan lainnya, yaitu mencapai

16,41 persen.

Kesadaran di dalam meminta pertolongan persalinan

yang dilakukan oleh dokter, bidan atau tenaga kesehatan

lainnya sangat penting dalam upaya mencegah menurunnya

angka kematian ibu, di daerah perkotaan persalinan yang

ditolong oleh dokter mencapai 44,91 persen sedangkan di

daerah pedesaan baru mencapai sepertiganya, atau sebesar

16,58 persen. Namun untuk persalinan yang ditolong oleh

bidan, antara daerah perkotaan dan pedesaan persentasenya

justru terbalik, yaitu 65,90 persen untuk di daerah perdesaan

lebih tinggi dibandingkan untuk daerah perkotaan yaitu

sebesar 54,16 persen. Peran dukun bersalin di daerah

Page 62: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Kesehatan

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 53

pedesaan sedikit menonjol, yaitu sekitar 15,52 persen

dibandingkan di daerah perkotaan, hanya 0,70 persen.

Tabel 4.6. Persentase Bayi Menurut Penolong Persalinan di

Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013 menurut Klasifikasi Daerah

Penolong Persalinan Bayi

Perkotaan Perdesaan Perkotaan

+ Perdesaan

(1) (2) (3) (4)

Tenaga Kesehatan 99,08 83,59 96,69

Dokter 44,91 16,58 40,54

Bidan 54,16 65,90 55,98

Nakes Lainnya 0,01 1,10 0,18

Bukan Tenaga Kesehatan 0,92 16,41 3,31

Dukun Bersalin 0,70 15,52 2,99

Lainnya 0,22 0,89 0,32

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS).

Pada tahun 2013 banyaknya dokter di Provinsi

Kepulauan Riau adalah 1 244 orang, jika dibandingkan dengan

jumlah penduduk maka setiap 10 000 penduduk baru bisa

dilayani oleh 6,68 orang dokter (jumlah penduduk tahun 2013

adalah 1.861,3 ribu orang). Demikian pula jumlah rumah sakit

Page 63: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Kesehatan

54 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

ada sebanyak 26 rumah sakit dengan jumlah tempat tidur

sebanyak 2 216, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk

maka per 10 000 penduduk hanya ada sebanyak 11,90 tempat

tidur. Sementara jumlah puskesmas sebanyak 360 puskesmas

yang ada di seluruh Kepulauan Riau, jumlah ini sudah

termasuk puskesmas pembantu dan puskesmas keliling.

Tabel 4.7. Indikator Ketersediaan Berbagai Sarana Kesehatan di Provinsi Kepulauan Riau, Tahun 2012 – 2013

Tenaga/Sarana Kesehatan 2012 2013

(1) (2) (3)

Jumlah dokter 697 1 244

Jumlah dokter per 10.000 penduduk 3,77 6,68

Jumlah puskesmas*) 375 360

Jumlah rumah sakit 28 26

Jumlah tempat tidur rumah sakit 2 156 2 216

Jumlah tempat tidur per 10.000 penduduk

11,67 11,90

Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Keterangan : *) termasuk puskesmas pembantu dan puskesmas keliling

Penduduk yang mengalami gangguan kesehatan pada

umumnya melakukan upaya pengobatan, baik dengan berobat

sendiri maupun berobat jalan. Tabel 4.8. menyajikan data

Page 64: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Kesehatan

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 55

persentase penduduk yang berobat sendiri menurut jenis

pengobatan. Penduduk provinsi Kepulauan Riau yang

mengalami gangguan kesehatan yang berobat sendiri ada

sebanyak 63,55 persen. Jika dilihat menurut daerah tempat

tinggal, penduduk di daerah perkotaan lebih banyak yang

berobat sendiri, yaitu 64,67 persen dibandingkan mereka yang

tinggal di daerah pedesaan, di mana persentasenya hanya

mencapai 58,69 persen. Tabel 4.8. Persentase Penduduk Yang Berobat Sendiri

Menurut Jenis Pengobatan Yang Digunakan, Tahun 2008 dan 2009

Jenis Pengobatan Perkotaan Perdesaan Perkotaan

+ Perdesaan

(1) (2) (3) (4)

Modern 90,78 89,17 90,50

Tradisional 23,48 25,43 23,82

Lainnya 3,94 3,95 3,94

Persentase Penduduk

Yang Berobat Sendiri 64,67 58,69 63,55

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS).

Page 65: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Kesehatan

56 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

Tabel 4.9. Persentase Penduduk Yang Berobat Jalan Menurut Tempat Berobat di Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2013

Tempat Berobat Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

(1) (2) (3) (4)

Rumah Sakit 19,51 19,73 20,46

Praktek Dokter 29,73 10,71 26,65

Puskesmas 19,20 42,14 24,63

Petugas Kesehatan 13,41 16,12 13,48

Pengobatan Tradisional

5,98 5,98 5,25

Dukun 5,29 2,27 3,89

Lainnya 6,87 3,05 5,65

Persentase

Penduduk yang

Berobat Jalan

45,73 50,81 46,68

Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS).

Secara umum, ada sebanyak 90,50 persen penduduk

Provinsi Kepulauan Riau yang berobat sendiri dengan cara

pergi ke pengobatan modern, hanya ada sedikit perbedaan

antara mereka yang tinggal di daerah perkotaan dan

pedesaan. Sebanyak 90,78 persen penduduk di daerah

perkotaan yang mempunyai keluhan kesehatan berobat

Page 66: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Kesehatan

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 57

sendiri ke pengobatan modern, sedang mereka yang tinggal di

daerah pedesaan sebanyak 89,17 persen. Sebaliknya, mereka

yang tinggal di daerah pedesaan lebih besar yang berobat ke

pengobatan tradisional, yaitu 25,43 persen dibandingkan

mereka yang tinggal di perkotaan, 23,48 persen.

Menurut hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional

(Susenas) 2009, dari penduduk yang mengeluh sakit di

Provinsi Kepulauan Riau, hanya 46,68 persen penduduk yang

melakukan berobat jalan. Jika dilihat menurut urutan paling

banyak, yang paling besar persentasenya adalah mereka yang

berobat jalan ke praktek dokter (26,65 persen), disusul oleh

mereka yang berobat jalan ke puskesmas (24,63 persen) dan

ke rumah sakit (20,46 persen). Jika dilihat menurut daerah

tempat tinggal, penduduk pedesaan paling banyak berobat

jalan ke puskesmas (42,14 persen), sedangkan penduduk

perkotaan lebih memilih berobat jalan ke dokter praktek

(29,73 persen), selain itu banyak juga yang berobat jalan ke

rumah sakit (19,51 persen) dan ke puskesmas (19,20 persen).

Page 67: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Kemiskinan

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 57

5. KEMISKINAN

Kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar

yang menjadi fokus dan perhatian utama baik pemerintah

pusat maupun pemerintah daerah. Kemiskinan menyebabkan

seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi

hak-hak dasarnya seperti terpenuhinya kebutuhan pangan,

kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih,

pertanahan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, rasa

aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak

untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik.

Kemiskinan berkaitan erat dengan berbagai aspek

kehidupan masyarakat sehingga upaya untuk memecah

masalah kemiskinan tidaklah mudah. Banyak faktor yang

diduga berpengaruh besar terhadap kondisi kemiskinan, salah

satunya yaitu tingkat pendidikan yang rendah. Rendahnya

tingkat pendidikan membuat penduduk miskin mempunyai

keterbatasan untuk mengembangkan diri, akibatnya mereka

tidak mampu berkompetisi untuk memasuki dunia kerja yang

semakin terbatas dan membutuhkan kualifikasi yang tinggi.

Mereka terpaksa menganggur atau bekerja dengan upah yang

rendah sehingga pendapatannya tidak cukup memadai untuk

Page 68: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Kemiskinan

58 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

memenuhi kebutuhan dasarnya. Pendapatan yang terbatas ini

pada akhirnya membawa dampak negatif seperti buruknya

derajat kesehatan dan gizi yang kemudian berpengaruh pada

rendahnya daya tahan fisik dan daya pikir sehingga

mengurangi prakarsa dan inisiatif. Sulit bagi mereka untuk

dapat mengubah nasibnya dari kondisi miskin menuju kondisi

yang lebih baik tanpa adanya bantuan dari pihak lain.

Upaya – upaya untuk mengurangi angka kemiskinan

telah banyak dilakukan, baik oleh pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah. Provinsi Kepulauan Riau misalnya,

melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

telah menganggarkan berbagai program bantuan untuk

masyarakat miskin, baik pada bidang kesehatan, pendidikan,

perumahan, dan usaha bagi kelompok masyarakat miskin.

Data kemiskinan dapat menjadi instrumen tangguh

bagi pengambil kebijakan dalam memfokuskan perhatian pada

kondisi hidup orang miskin dan juga dapat digunakan untuk

mengevaluasi kebijakan pemerintah terhadap kemiskinan,

membandingkan kemiskinan antar waktu dan daerah, serta

menentukan target penduduk miskin dengan tujuan untuk

memperbaiki kondisi mereka.

Page 69: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Kemiskinan

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 59

Kompleksitas yang ada dalam kemiskinan menjadikan

pengukuran angka kemiskinan menjadi tidak mudah. Dalam

penghitungan angka kemiskinan, terdapat dua pendekatan

yang sering digunakan yaitu pendekatan secara kuantitatif dan

kualitatif. Pendekatan kuantitatif biasanya menggunakan data

pendapatan atau pengeluaran rata – rata perkapita, sedangkan

pendekatan kualitatif dapat menggunakan indikator individu

(angka kematian bayi, partisipasi sekolah, harapan hidup, dan

sebagainya) atau indikator rumah tangga (kondisi rumah,

proporsi pengeluaran makanan rumah tangga, dan lain

sebagainya).

Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan

konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs

approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang

sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi

kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur

dari sisi pengeluaran. Menurut pendekatan ini, Penduduk

miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran

per kapita perbulan di bawah Garis Kemiskinan.

Garis kemiskinan merupakan rupiah yang diperlukan

agar penduduk dapat hidup layak secara minimum yang

mencakup pemenuhan kebutuhan minimum pangan dan non-

Page 70: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Kemiskinan

60 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

pangan essential. Garis Kemiskinan adalah Garis Kemiskinan

Makanan ditambah Garis Kemiskinan Non-Makanan dan

dinyatakan dalam Rupiah per kapita per bulan.

Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai

pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan

dengan 2.100 kilokalori per kapita per hari. Paket komoditas

kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditas.

Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKNM) adalah kebutuhan

minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan

kesehatan. Paket komoditas kebutuhan dasar bukan makanan

diwakili oleh 51 jenis komoditas di perkotaan dan 47 jenis

komoditas di perdesaan.

5.1. Penduduk Miskin

Dalam setahun terakhir, jumlah penduduk miskin

(penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di

Provinsi Kepulauan Riau yaitu pada periode bulan Maret 2013

– Maret 2014 mengalami kenaikan sebesar 1,13 ribu orang,

yaitu dari 126,67 ribu orang pada Maret 2013 menjadi 127,80

ribu orang pada Maret 2014. Persentase penduduk miskin

mengalami peningkatan sebesar 0,24 poin, yaitu dari 6,46

persen menjadi 6,70 persen pada periode tersebut.

Page 71: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Kemiskinan

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 61

Tabel 5.1. Garis Kemiskinan, Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase Penduduk MiskinProvinsi Kepulauan Riau

Menurut Klasifikasi Daerah, September 2012 – Maret 2014

Klasifikasi Daerah/ Tahun

Garis Kemiskinan (Rp/kapita/

Bln)

Jumlah penduduk

Miskin*)

Persentase Penduduk

Miskin

(1) (2) (3) (4)

Perkotaan

September 2012 373.725 100.893 6,77

Maret 2013 383.332 93.882 6,23

September 2013 405.578 90.809 5,79

Maret 2014 421.733 97.378 6,09

Perdesaan

September 2012 316.963 23.326 7,08

Maret 2013 326.819 25.425 7,48

September 2013 364.773 28.268 9,21

Maret 2014 385.071 30.421 9,86

Perkotaan + Perdesaan

September 2012 363.450 124.219 6,83

Maret 2013 372.941 119.307 6,46

September 2013 398.903 119.078 6,35

Maret 2014 415.800 127.799 6,70

*) Angka tahun 2012 dan 2013 merupakan angka revisi berdasarkan hasil proyeksi penduduk

Page 72: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Kemiskinan

62 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

Grafik 5.1. Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase Penduduk Miskin Provinsi Kepulauan Riau Maret 2011 – Maret 2014

Jika dicermati lebih jauh, kenaikan angka kemiskinan

tersebut lebih disebabkan oleh kenaikan angka kemiskinan

pada penduduk yang tinggal di daerah pedesaan, di mana

selama periode Maret 2013 sampai dengan Maret 2014 jumlah

penduduk miskin yang tinggal di pedesaan naik dari 25.425

orang menjadi 30.421 orang (naik 19,65 persen). Demikian

juga, di perkotaan mengalami kenaikan jumlah penduduk

miskin dari 93.882 orang pada Maret 2013 menjadi 97,38 ribu

orang pada Maret 2014 (naik 7,12 persen). Penduduk miskin

di pedesaan meningkat lebih besar dibandingkan perkotaan.

128.342 119.760 127.409 124.219 119.307 119.078 127.799

7.40

6.79

7.11

6.83

6.46 6.35

6.70

5.50

6.00

6.50

7.00

7.50

110

115

120

125

130

Mar-11 Sep-11 Mar-12 Sep-12 Mar-13 Sep-13 Mar-14

Jumlah Penduduk Miskin (Ribu)

Persentase Penduduk Miskin

Page 73: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Kemiskinan

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 63

Anomali ini terjadi diduga sebagai dampak dari naiknya harga

BBM pada bulan Juni 2013 yang lebih berpengaruh pada

penduduk yang tinggal di daerah pedesaan dibandingkan

penduduk yang tinggal di perkotaan.

Meskipun dalam setahun terakhir penduduk miskin

cenderung meningkat, namun dalam jangka panjang, selama

periode Maret 2011 sampai dengan Maret 2014 Pemerintah

Provinsi Kepulauan Riau telah berhasil menekan jumlah

penduduk miskin dari 128.342 orang menjadi 127.799 orang

atau dari 7,40 persen menjadi 6,70 persen. Walaupun

demikian, jika dilihat per semester masih terdapat fluktuatif

angka kemiskinan yang terjadi di Provinsi kepulauan Riau.

Misalkan, dari periode Maret 2013 sampai dengan September

2013 terjadi penurunan jumlah penduduk miskin dari 119.307

orang menjadi 119.078 orang atau 6,46 persen menjadi 6,35

persen, kemudian pada semester berikutnya yaitu Maret 2014

terjadi kenaikan jumlah penduduk miskin menjadi 127.799

ribu orang atau 6,70 persen.

Page 74: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Kemiskinan

64 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

5.2. Garis Kemiskinan

Page 75: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Kemiskinan

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 65

Banyak sedikitnya jumlah penduduk miskin sangat

dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin

adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per

kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Selama Periode

Maret 2013 - Maret 2014, Garis Kemiskinan naik sebesar

11,49 persen, yaitu dari Rp.372.941,- per kapita per bulan

pada Maret 2013 menjadi Rp. 415.800,- pada Maret 2014.

Pada periode yang sama, perkembangan garis kemiskinan

daerah perkotaan meningkat 10,02 persen dan di wilayah

perdesaan meningkat sebesar 17,81 persen.

Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan

(GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan

Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM), terlihat bahwa

peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan

peranan komoditi bukan makanan. Pada Maret 2014, peranan

GKM terhadap GK sebesar 67,01 persen, sedangkan pada

Maret 2013, peranan GKM terhadap GK sebesar 67,20 persen.

Di daerah perkotaan, peranan GKM terhadap GK terlihat

meningkat, yaitu dari 65,45 persen menjadi 65,51 persen,

sebaliknya di perdesaan, peranan GKM terhadap GK terlihat

menurun dari 76,30 persen menjadi 75,51 persen.

Page 76: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Kemiskinan

66 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

Komoditas makanan yang paling penting bagi

penduduk miskin adalah beras. Pada Maret 2014, sumbangan

pengeluaran beras terhadap Garis Kemiskinan Makanan

sebesar 24,47 persen di perkotaan dan 34,90 persen di

perdesaan. Selain beras, komoditas makanan lain yang

berpengaruh cukup besar terhadap Garis Kemiskinan

Makanana dalah rokok kretek filter (13,33 persen di

perkotaan, 14,56 persen di perdesaan), telur ayam ras (5,975

persen di perkotaan, 3,94 persen di perdesaan), dan gula pasir

(3,41 persen di perkotaan, 8,29 persen di perdesaan).

Untuk komoditas bukan makanan, biaya perumahan

mempunyai peranan yang cukup besar terhadap Garis

Kemiskinan Bukan Makanan, yaitu 31,67 persen di perkotaan

dan 41,70 persen di perdesaan. Komoditas bukan makanan

lainnya yang berpengaruh cukup besar pada Garis Kemiskinan

Bukan Makanan antara lain: biaya yang dikeluarkan untuk

listrik (17,41 persen di perkotaan, 10,49 persen di perdesaan),

bensin (13,82 persen di perkotaan, 10,84 persen di

perdesaan), perlengkapan mandi (5,70 persen di perkotaan,

6,21 persen di perdesaan).

Tabel 5.2. Peranan Komoditi Terhadap Garis Kemiskinan

Provinsi Kepulauan Riau menurut Klasifikasi Daerah,

Maret 2014

Page 77: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Kemiskinan

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 67

Komoditi Perkotaan (Persen)

Perdesaan (Persen)

(1) (2) (3)

Makanan

a. Beras 24,47 34,90

b. Rokok Kretek Filter 13,33 14,56

c. Telur Ayam Ras 5,97 3,94

d. Daging Ayam Ras 8,93 0,37

e. Gula Pasir 3,41 8,29

f. Mie Instant 4,71 3,08

g. Bawang Merah 2,42 2,78

h. Tongkol/Tuna/Cakalang 2,77 5,62

Non Makanan

a. Perumahan 31,67 41,70

b. Listrik 17,41 10,49

c. Bensin 13,82 10,84

d. Perlengkapan Mandi 5,70 6,29

Grafik 5.3. menunjukkan perkembangan nilai rupiah

per kapita sebagai batas Garis Kemiskinan di Kepulauan Riau

dari Maret 2011 sampai dengan 2013. Pada bulan Maret 2011

besarnya Garis Kemiskinan adalah 340.581 rupiah per kapita,

artinya seseorang dianggap miskin jika penghasilannya pada

bulan Maret 2011 kurang dari 340.581 rupiah per bulan.

Page 78: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Kemiskinan

68 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

Grafik 5.3. Garis Kemiskinan (Rp) Provinsi Kepulauan Riau

Maret 2011 – Maret 2014

Garis Kemiskinan terus berubah dan dipengaruhi oleh

inflasi atau kenaikan harga barang dan jasa, sehingga pada

bulan Maret 2014 Garis Kemiskinan di Provinsi Kepulauan

Riau menjadi 415.800 rupiah per kapita per bulan. Jadi,

seseorang dikatakan tidak miskin jika mempunyai penghasilan

minimal 415.800 rupiah per bulan.

5.3. Indeks P1 dan Indeks P2

Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa

jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang

340,581

353,379

356,873

363,450

372,941 398,903

415,800

300,000

350,000

400,000

450,000

Mar-11 Sep-11 Mar-12 Sep-12 Mar-13 Sep-13 Mar-14

Page 79: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Kemiskinan

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 69

perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan

dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah

penduduk miskin, kebijakan penanggulangan kemiskinan juga

seyogyanya harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan

keparahan dari kemiskinan.

Indeks P1 (Indeks Kedalaman Kemiskinan) adalah

indeks yang mengukur sejauh mana atau seberapa dalam jarak

antara Garis Kemiskinan dengan penduduk miskin. Semakin

kecil indeks ini, maka semakin dekat penduduk miskin dengan

Garis Kemiskinan, sehingga semakin mudah atau cepat untuk

mengentaskan penduduk miskin.

Indeks P2 (Indeks Keparahan Kemiskinan) adalah

indeks yang mengukur sejauh mana perbedaan/variasi rata-

rata pengeluaran di antara penduduk miskin. Semakin kecil

indeks ini, maka semakin kecil ketimpangan/perbedaan rata-

rata pengeluaran antara penduduk miskin.

Tabel 5.3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks

Keparahan Kemiskinan (P2) di Provinsi Kepulauan Riau

menurut Daerah, September 2012 - Maret 2014

Page 80: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Kemiskinan

70 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

Tahun Kota Desa Kota + Desa

(1) (2) (3) (4)

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

September 2012 0,81 0,99 0,85

Maret 2013 0,75 0,44 0,69

September 2013 1,04 0,93 1,02

Maret 2014 1,00 0,61 0,94

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

September 2012 0,17 0,31 0,19

Maret 2013 0,17 0,07 0,15

September 2013 0,27 0,21 0,26

Maret 2014 0,31 0,09 0,27

Pada periode Maret 2013 - Maret 2014, Indeks

Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan

Kemiskinan (P2) menunjukkan adanya koreksi. Indeks

Kedalaman Kemiskinan (P1) naik dari 0,69 pada Maret 2013

menjadi 0,94 pada Maret 2014. Begitu pula dengan Indeks

Keparahan Kemiskinan (P2) yang naik dari 0,15 menjadi 0,27

pada periode yang sama. Walaupun Indeks Kedalaman

Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan mengalami

kenaikan, tetapi kedua angka indeks tersebut masih rendah,

hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk

Page 81: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Kemiskinan

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 71

miskin masih dekat dengan garis kemiskinan, dan

ketimpangan rata-rata pengeluaran penduduk miskin masih

rendah.

Di daerah perkotaan pada periode Maret 2013 – Maret

2014, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) naik dari 0,75

menjadi 1,00, begitu pula dengan Indeks Keparahan

Kemiskinan (P2) yang mengalami kenaikan dari 0,17 menjadi

0,31. Hal yang sama juga terjadi pada daerah pedesaan dimana

pada periode Maret 2013 - Maret 2014, Indeks Kedalaman

Kemiskinan (P1) naik dari 0,44 menjadi 0,61 dan dengan

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) naik dari 0,07 menjadi

0,09 (Tabel 5.3).

Pada Maret 2014, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) daerah perkotaan

lebih tinggi dari perdesaan. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin

daerah perkotaan lebih jauh dari garis kemiskinan dibanding

daerah perdesaan, dan ketimpangan pengeluaran penduduk

miskin perkotaan lebih besar dibanding daerah perdesaan.

5.4. Kemiskinan Kabupaten/Kota

Page 82: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Kemiskinan

72 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

Penghitungan angka kemiskinan untuk kabupaten/

kota dilakukan dengan menggabungkan data Susenas Modul

Konsumsi pada setiap triwulan. Data tersebut kemudian

diolah sehingga menjadi data yang mewakili kondisi bulan

September (triwulan III) pada setiap tahunnya. Pengolahan

dilakukan dengan melakukan normalisasi nilai pengeluaran

konsumsi ke kondisi bulan September. Normalisasi dengan

melakukan inflate/deflate (inflasi implisit) terhadap nilai

pengeluaran konsumsi yang dibedakan konsumsi makanan

dan konsumsi non makanan.

Pada bulan September 2013, Kabupaten dengan

tingkat kemiskinan terendah yaitu Kabupaten Natuna dengan

3,78 persen, sedangkan Kabupaten dengan tingkat kemiskinan

tertinggi yaitu Kabupaten Lingga dengan 14,03 persen. Selama

periode bulan September 2012 sampai dengan September

2013, tingkat kemiskinan kabupaten/kota di Provinsi

Kepulauan Riau mengalami fluktuasi, ada yang tingkat

kemiskinannya naik ada pula yang turun. Adapun

kabupaten/kota yang tingkat kemiskinannya mengalami

penurunan yaitu Kabupaten Bintan (dari 6,29 pensen menjadi

6,23 persen), Kabupaten Natuna (dari 4,25 persen menjadi

3,78 persen), Kabupaten Lingga (dari 14,15 persen menjadi

14,03 persen), Kota Batam (dari 5,89 persen menjadi 5,20

Page 83: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Kemiskinan

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 73

persen), dan Kota Tanjungpinang (dari 11,03 menjadi 10,40

persen. Sedangkan kabupaten/kota yang mengalami kenaikan

tingkat kemiskinannya yaitu Kabupaten Karimun (dari 6,37

persen menjadi 6,69 persen) dan Kabupaten Kepulauan

Anambas (dari 4,17 persen menjadi 4,47 persen).

Tabel 5.4. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut

Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau, September 2012 – September 2013

Kabupaten/ Kota

Jumlah Penduduk Miskin (Ribu)

Persentase Penduduk Miskin

2012 (Sept)

2013 (Sept)

2012 (Sept)

2013 (Sept)

(1) (2) (3) (4) (5)

Kab. Karimun 13.946 14.812 6,37 6,69

Kab. Bintan 9.290 9.325 6,29 6,23

Kab. Natuna 3.050 2.749 4,25 3,78

Kab. Lingga 12.393 12.340 14,15 14,03

Kab. Kepulauan Anambas

1.625 1.766 4,17 4,47

Kota Batam 62.434 57.519 5,89 5,20

Kota Tanjung Pinang 21.481 20.568 11,03 10,40

KEPULAUAN RIAU 124.219 119.078 6,83 6,35

Tabel 5.5. Indeks Kedalaman (P1) dan Keparahan (P2) Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan

Riau, September 2012 – September 2013

Page 84: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Kemiskinan

74 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

Kabupaten/ Kota

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

2012 (Sept)

2013 (Sept)

2012 (Sept)

2013 (Sept)

(1) (2) (3) (4) (5)

Kab. Karimun 0,72 0,83 0,12 0,16

Kab. Bintan 0,82 0,85 0,14 0,22

Kab. Natuna 0,68 0,58 0,21 0,11

Kab. Lingga 2,49 2,12 0,64 0,51

Kab. Kepulauan Anambas

0,28 0,60 0,03 0,18

Kota Batam 0,82 0,75 0,18 0,16

Kota Tanjung Pinang 1,45 1,21 0,30 0,29

KEPULAUAN RIAU 0,85 1,02 0,19 0,26

Page 85: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin
Page 86: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Indeks Demokrasi Indonesia

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 75

7. INDEKS DEMOKRASI

INDONESIA (IDI)

Indonesia adalah sebuah negara dengan tingkat

keberagaman antar daerah yang besar baik dalam hal

pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan masyarakat, penegakan

hukum, suku bangsa maupun budaya. Tak pelak lagi,

keberagaman ini juga membawa keberagaman dinamika

demokrasi di tingkat lokal. Dalam konteks inilah pengukuran

demokrasi menjadi penting khususnya pengukuran kuantitatif

yang dibangun berdasarkan data empirik, untuk menilai

kemajuan atau kemunduran demokrasi di tanah air.

Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) merupakan indikator

komposit yang menunjukkan tingkat perkembangan

demokrasi di Indonesia. Tingkat perkembangan demokrasi

tersebut diukur berdasarkan pelaksanaan dan perkembangan

sejumlah aspek demokrasi. Dalam penyusunan IDI ini, aspek

demokrasi tersebut yaitu kebebasan sipil (civil liberty), hak –

hak politik (political rights), dan lembaga – lembaga

demokrasi (institution of democracy) yang kemudian

dijabarkan kedalam sejumlah variabel dan indikator.

Page 87: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Indeks Demokrasi Indonesia

76 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

IDI bertujuan untuk mengkuantifikasikan

perkembangan demokrasi pada tingkat provinsi di Indonesia.

Dari hasil tersebut akan terlihat perkembangan demokrasi di

setiap provinsi sesuai dengan ketiga aspek yang diteliti

sehingga tingkat demokrasi di masing - masing provinsi dapat

dibandingkan. Hasil dari pengukuran IDI tersebut dapat

dimanfaatkan antara lain (1) IDI dapat membantu para

akademisi mempelajari perkembangan demokrasi dan

demokratisasi di Indonesia, (2) IDI dapat digunakan sebagai

dasar dalam perencanaan pembangunan politik pada tingkat

provinsi, khususnya pada aspek atau variabel atau indikator

yang masih kurang.

Data IDI mengacu pada tingkat provinsi karena data

yang dikumpulkan merupakan data di tingkat provinsi, dan

bukan pada tingkat nasional. Oleh karena itu, kata “Indonesia”

dalam IDI mengacu pada rata – rata nilai provinsi di Indonesia.

Untuk menggambarkan capaian tingkat demokrasi

dalam IDI digunakan skala 0 – 100. Skala ini merupakan skala

normatif dimana 0 adalah tingkat terendah dan 100 adalah

tingkat tertinggi. Tingkat terendah (nilai indeks = 0) secara

teoritik dapat terjadi bila semua indikator mendapatkan skor

yang paling rendah (skor 0). Sebaliknya, tingkat tertinggi (nilai

Page 88: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Indeks Demokrasi Indonesia

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 77

indeks = 100) secara teoritik dimungkinkan apabila seluruh

indikator memperoleh skor tertinggi. Selanjutnya, untuk

memberi makna lebih lanjut dari variasi indeks yang

dihasilkan, skala 0 – 100 tersebut dibagi ke dalam tiga kategori

tingkat demokrasi, yakni “baik” (indeks > 80), “sedang”

(indeks 60 – 80) dan “buruk” (indeks < 60)

7.1. Metodologi Pengukuran IDI

Data IDI dikumpulkan dengan menggunakan dua

metode pendekatan, kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan

dalam beberapa tahapan. Pada tahap pertama, data kuantitatif

dikumpulkan melalui review surat kabar dan dokumen

sedangkan pada tahap kedua, data dikumpulkan melalui Focus

Group Discussion (FGD). Pada tahap kedua ini, FGD berfungsi

sebagai alat untuk melengkapi kekurangan yang berasal dari

data kuantitatif, karena dalam FGD, hasil review surat kabar

dan dokumen dijadikan sebagai acuan untuk klarifikasi

berita/data dan menggali informasi yang sangat mungkin luput

diberitakan oleh surat kabar.

Tahapan selanjutnya adalah melakukan wawancara

mendalam (WM) terhadap narasumber terpilih yang banyak

mengetahui fakta tertentu terkait indikator IDI. WM

Page 89: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Indeks Demokrasi Indonesia

78 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

merupakan tool IDI menjaring kejadian/fakta yang mungkin

masih terlewat atau sudah tertangkap namun masih kurang

lengkap deskripsi atau informasi pendukungnya karena tidak

mungkin mengeksplorasinya secara detail dalam forum FGD.

Seluruh tahapan kegiatan pengumpulan data tersebut

dilakukan dengan merujuk pada indikator-indikator yang

disusun dari turunan tiga aspek demokrasi yaitu aspek

kebebasan sipil, aspek hak-hak politik dan aspek lembaga

demokrasi. Dari ketiga aspek tersebut kemudian diturunkan

menjadi 11 variabel (Tabel 7.1.) yang kemudian dijabarkan lagi

dalam 28 indikator teknis (Tabel 7.2.).

7.2. Perkembangan IDI Provinsi Kepulauan Riau

Pengukuran demokrasi politik di Indonesia dimulai

sejak tahun 2009. Sampai dengan tahun 2013, BPS bersama

stakeholder lainnya sudah melakukan pengukuran IDI

sebanyak lima kali yang mencakup seluruh provinsi di

Indonesia termasuk Provinsi Kepulauan Riau.

IDI Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2013 sebesar

66,50 dari skala 0 sampai 100, angka ini naik 0,89 poin

dibandingkan dengan IDI Provinsi Kepulauan Riau 2012

sebesar 65,61. Meskipun mengalami peningkatan, tingkat

Page 90: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Indeks Demokrasi Indonesia

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 79

demokrasi Indonesia masih tetap berada pada kategori

sedang.

Grafik 7.1 Perkembangan IDI Provinsi Kepulauan Riau,

2009 – 2013

Perkembangan IDI Provinsi Kepulauan Riau dari 2009

hingga 2013 mengalami fluktuasi (2009 sebesar 73,61; 2010

sebesar 62,89, 2011 sebesar 70,78, 2012 sebesar 65,61, dan

2013 sebesar 66,50). Meskipun demikian, tingkat demokrasi

Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan penghitungan Indeks

73,61

62.89 70.78

65.61 66,50

2009 2010 2011 2012 2013

100

80

60

Baik

sedang

Buruk

0

Page 91: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Indeks Demokrasi Indonesia

80 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

sejak tahun 2009 hingga 2013 masih tetap berada pada

kategori sedang. Hal ini menunjukkan IDI sebagai sebuah alat

untuk mengukur perkembangan demokrasi yang khas,

memang dirancang untuk sensitif terhadap naik-turunnya

kondisi demokrasi. Karena IDI disusun berdasarkan evidence

based (kejadian) sehingga potret yang dihasilkan oleh IDI

merupakan refleksi realitas yang terjadi.

7.3. IDI Berdasarkan Aspek – Aspek Demokrasi

Angka IDI merupakan indeks komposit yang disusun

dari skor beberapa aspek demokrasi yakni kebebasan sipil

(civil liberty), hak – hak politik (political rights), dan lembaga –

lembaga demokrasi (institution of democracy). IDI Provinsi

Kepulauan Riau tahun 2013 sebesar 66,50 tersusun dari aspek

– aspek demokrasi yang meliputi aspek kebebasan sipil (civil

liberty) sebesar 80,08; aspek hak-hak politik (political rights)

sebesar 49,63; dan aspek lembaga demokrasi (institution of

democracy) sebesar 76,21.

Page 92: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Indeks Demokrasi Indonesia

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 81

Grafik 7.2 Perkembangan Aspek – Aspek IDI Provinsi

Kepulauan Riau, 2009 – 2013

Secara lebih rinci, pada 2013 distribusi indeks dari

ketiga aspek demokrasi yang diukur terlihat hanya aspek

lembaga demokrasi yang mengalami peningkatan cukup

signifikan sebesar 7,26 poin. Sementara aspek lainnya yaitu

aspek kebebasan sipil dan hak-hak politik cenderung

mengalami penurunan dari pengukuran tahun sebelumnya

masing-masing sebesar 2,6 poin dan 0,35 poin. Walaupun

Page 93: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Indeks Demokrasi Indonesia

82 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

terjadi fluktuasi pada nilai indeks, pola sebaran dari ketiga

aspek tersebut di atas masih sama dengan tahun pengukuran

sebelumnya, yaitu kebebasan sipil secara umum terkategori

“baik”, dan lembaga demokrasi “sedang”, sementara aspek hak-

hak Politik masih “buruk”. Dari data IDI 2013 diperoleh

informasi pada aspek hak-hak politik masih terdapat

kecenderungan penyampaian aspirasi dalam bentuk

demonstrasi yang dilakukan dengan cara-cara kekerasan

seperti merusak, memblokir, membakar, dan melakukan

penyegelan terhadap kantor-kantor pemerintah.

7.4. IDI Berdasarkan Variabel – Variabel Demokrasi

Variabel – variabel demokrasi penyusun IDI

merupakan turunan dari aspek – aspek demokrasi. Terdapat

empat variabel yang menyusun aspek kebebasan sipil (civil

liberty) yaitu kebebasan berkumpul dan berserikat, kebebasan

berpendapat, kebebasan berkeyakinan, dan kebebasan dari

diskriminasi. Sementara itu, aspek hak – hak politik (political

rights) diturunkan menjadi dua variabel yaitu hak memilih

dan dipilih dan partisipasi politik dalam pengambilan

keputusan dan pengawasan. Variabel demokrasi yang

merupakan turunan dari aspek lembaga demokrasi (institution

of democracy) meliputi pemilu yang bebas dan adil, peran

Page 94: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Indeks Demokrasi Indonesia

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 83

DPRD, peran partai politik, peran birokrasi pemerintan daerah

dan peran peradilan yang independen.

Tabel 7.1 Perkembangan Variabel – Variabel IDI

Provinsi Kepulauan Riau, 2012 – 2013

No Nama Variabel 2012 2013

(1) (2) (3) (4)

1 Kebebasan Berkumpul dan

Berserikat

95,63 90,63

2 Kebebasan Berpendapat 41,65 69,42

3 Kebebasan Berkeyakinan 87,44 87,82

4 Kebebasan dari Diskriminasi 82,47 61,63

5 Hak Memilih dan Dipilih 49,97 49,26

6 Partisipasi Politik dalam

Pengambilan Keputusan dan

Pengawasan

50,00 50,00

7 Pemilu yang Bebas dan Adil 97,73 97,73

8 Peran DPRD 29,14 33,86

9 Peran Partai Politik 74,04 48,57

10 Peran Birokrasi Pemerintah

Daerah

98,75 98,75

11 Peran Peradilan yang Independen 50,00 100,00

Perkembangan IDI Provinsi Kepulauan Riau tahun

2013 dari sisi variabel, terdapat empat variabel yang

mengalami peningkatan skor yakni kebebasan berpendapat

Page 95: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Indeks Demokrasi Indonesia

84 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

(naik 27,77 poin dari 41,65 pada 2012 menjadi 69,42 pada

2013), kebebasan berkeyakinan (naik 0,38 poin dari 87,44

pada 2012 menjadi 87,82 pada 2013), peran DPRD (naik 4,72

poin dari 29,14 pada 2012 menjadi 33,86 pada 2013), dan

peran peradilan yang independen (naik 50,00 poin dari 50,00

pada 2012 menjadi 100,00 pada 2013). Sementara itu,

variabel-variabel penyusun IDI yang mengalami penurunan

skor yaitu kebebasan berkumpul dan berserikat turun 5,01

poin dari 95,63 pada 2012 menjadi 90,63 pada 2013,

kebebasan dari diskriminasi turun 20,84 poin dari 82,47 pada

2012 menjadi 61,63 pada 2013, hak memilih dan dipilih turun

0,71 poin dari 49,97 pada 2012 menjadi 49,26 pada 2013 dan

peran partai politik turun 25,47 poin dari 74,04 pada 2012

menjadi 48,57 pada 2013. Kemudian sisanya tidak mengalami

perubahan atau relatif sama.

7.5. IDI Berdasarkan Indikator – Indikator Demokrasi

Indikator demokrasi merupakan turunan lebih lanjut

dari variabel – variabel demokrasi dalam IDI. Terdapat 28

indikator yang digunakan untuk mengukur variabel – variabel

demokrasi tersebut yang dikelompokkan menjadi tiga

kelompok berdasarkan aspek – aspek demokrasi. Tabel 7.2

Page 96: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Indeks Demokrasi Indonesia

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 85

memperlihatkan indikator – indikator IDI Provinsi Kepulauan

Riau tahun 2013.

Gambaran IDI Provinsi Kepulauan Riau tahun 2013

dari segi indikator demokrasi, terdapat 14 indikator yang

mengalami kinerja baik (merupakan indikator yang memiliki

skor di atas 80) diantaranya yaitu indikator 1, 3, 5, 7, 9, 11, 17,

18, 19, 24, 25, 26, 27 dan 28 (lihat tabel 7.2). Kendati demikian,

masih terdapat masalah kronis yang ditunjukkan melalui

indikator 2, 4, 10, 13, 15, 16, 20 ,21, dan 22 (merupakan

indikator yang memiliki skor di bawah 50), diantaranya adalah

indikator ancaman/penggunaan kekerasan oleh masyarakat

yang menghambat kebebasan berkumpul dan berserikat,

ancaman/penggunaan kekerasan oleh masyarakat yang

menghambat kebebasan berpendapat, ancaman/penggunaan

kekerasan oleh masyarakat karena alasan gender, etnis atau

terhadap kelompok rentan lainnya, kualitas daftar pemilih

tetap (DPT), demonstrasi/mogok yang bersifat kekerasan,

alokasi anggaran pendidikan/kesehatan, perda yang

merupakan inisiatif DPRD dan rekomendasi DPRD kepada

eksekutif. Oleh karena itu, indikator tersebut memerlukan

perhatian khusus agar nilainya dapat membaik.

Page 97: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Indeks Demokrasi Indonesia

86 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

Tabel 7.2 Indikator – Indikator IDI

Provinsi Kepulauan Riau, 2013

No Nama Indikator 2013

(1) (2) (3)

Kebebasan Sipil 1 Ancaman/penggunaan kekerasan oleh aparat

pemerintah yang menghambat kebebasan berkumpul dan berserikat

100,00

2 Ancaman/penggunaan kekerasan oleh masyarakat yang menghambat kebebasan berkumpul dan berserikat

25,00

3 Ancaman /penggunaan kekerasan oleh aparat pemerintah yang menghambat kebebasan berpendapat

83,33

4 Ancaman/penggunaan kekerasan oleh masyarakat yang menghambat kebebasan berpendapat

0,00

5 Aturan tertulis yang membatasi kebebasan menjalankan ibadah agama

91,30

6 Tindakan/pernyataan pejabat membatasi kebebasan menjalankan ibadah agama

62,50

7 Ancaman/penggunaan kekerasan dari satu kelompok terkait ajaran agama

90,00

8 Aturan tertulis yang diskriminatif dalam hal gender, etnis, kelompok

66,67

9 Tindakan/pernyataan pejabat yang diskriminatif dalam hal gender dst

100,00

10 Ancaman/penggunaan kekerasan oleh masyarakat karena alasan gender

23,33

Bersambung...

Page 98: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Indeks Demokrasi Indonesia

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 87

No Nama Indikator 2013

(1) (2) (3) Hak – Hak Politik 11 Hak memilih atau dipilih terhambat 96,79 12 Kurang fasilitas sehingga penyandang cacat

tidak dapat menggunakan hak pilih 50,00

13 Kualitas Daftar Pemilih Tetap (DPT) 30,00 14 Voters turnout 59,51 15 Persentase perempuan terpilih terhadap total

anggota DPRD Propinsi 44,44

16 Demonstrasi/mogok yang bersifat kekerasan 0,00 17 Pengaduan masyarakat mengenai

penyelenggaraan pemerintahan 100,00

Lembaga Demokrasi 18 Keberpihakan KPUD dalam penyelenggaraan

pemilu 95,45

19 Kecurangan dalam penghitungan suara 100,00 20 Alokasi anggaran pendidikan dan kesehatan 44,43 21 Perda yang merupakan inisiatif DPRD 25,00 22 Rekomendasi DPRD kepada Eksekutif 3,57 23 Kegiatan kaderisasi yang dilakukan partai

peserta pemilu 42,86

24 Persentase perempuan pengurus partai politik 100,00 25 Penggunaan fasilitas pemerintah untuk

kepentingan parpol 97,50

26 Keterlibatan PNS dalam kegiatan parpol peserta pemilu

100,00

27 Keputusan hakim yang kontroversial 100,00 28 Penghentian penyidikan yang kontroversial

oleh jaksa atau polisi 100,00

Page 99: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Indeks Demokrasi Indonesia

88 Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014

7.6. Perbandingan IDI Nasional dengan IDI Provinsi

Kepulauan Riau

IDI pada tingkat nasional yang dihitung hingga saat ini

merupakan rata – rata dari nilai IDI provinsi – provinsi yang

ada di Indonesia. Oleh karena itu, nilai IDI nasional dapat

dijadikan sebagai pembanding apakah tingkat demokrasi di

suatu provinsi lebih baik dari tingkat demokrasi nasional

secara keseluruhan.

Tabel 7.3 Perbandingan IDI Berdasarkan Aspek di Provinsi

Kepulauan Riau dan Nasional, 2012 – 2013

Provinsi IDI 2013

IDI Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3

Kepulauan Riau 66,50 80,08 49,63 76,21

INDONESIA 63,68 79,00 46,25 72,11

Tingkat demokrasi yang terjadi di Provinsi Kepulauan

Riau bisa dikatakan lebih baik dari demokrasi yang terjadi di

Indonesia secara keseluruhan (nasional). Hal ini tercermin dari

nilai IDI Provinsi Kepulauan Riau (66,50) yang berada di atas

nilai IDI nasional (63,68). Begitu pula jika dilihat dari segi

aspek-aspek demokrasi yang meliputi kebebasan sipil yaitu

Page 100: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Indeks Demokrasi Indonesia

Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 89

80,08 untuk Provinsi Kepulauan Riau dan 79,00 untuk

nasional, hak-hak politik yaitu 49,63 untuk Provinsi Kepulauan

Riau dan 46,25 untuk nasional, dan lembaga demokasi yaitu

72,21 untuk Provinsi kepulauan Riau dan 72,11 untuk

nasional.

Page 101: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin
Page 102: Kata pengantar - barenlitbangkepri.com · 1.3. Komposisi Penduduk Beberapa permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin