Kata Pengantarmemahami indahnya ekonomi islam dalam kehidupan sehari hari. Oleh karena itu, IBOOK...
Transcript of Kata Pengantarmemahami indahnya ekonomi islam dalam kehidupan sehari hari. Oleh karena itu, IBOOK...
Kata Pengantar
Puji syukur mari kita panjatkan kepada hadirat Allah SWT yang telah memberkahi kita
dengan segala kenikmatan hidup dan juga nikmat sehat walafiat sehingga kita bisa menikmati
nikmatnya ilmu yang kita pelajari. Shalawat serta salam mari kita panjatkan kepada Rasulullah
SAW yang telah membawa islam menuju zaman kejayaannya hingga sekarang.
Sedikit sekali kata yang ingin diungkapkan oleh penulis pada buku ini. Singkatnya,
IBOOK ini adalah program kerja inovasi pertama dari Departemen Kajian IBEC FEB UI.
IBOOK disini memiliki fungsi sebagai bentung ghirah dan tanggung jawab fungsionaris
Departemen Kajian IBEC FEB UI dalam mendakwahkan semangat ekonomi dan keuangan
islam dan juga agar meningkatkan inklusifitas keuangan Syariah kepada masyarakat. IBOOK
ini juga dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan literasi keuangan Syariah dari para
stakeholder IBEC FEB UI agar ilmu yang diberi dapat bermanfaat bagi semuanya.
Perkembangan Ekonomi Islam hingga saat ini telah menjadi topik yang sangat dibicarakan dan
juga mulai diteliti di seluruh dunia. Di Indonesia itu sendiri saat ini perkembangan ekonomi
Syariah sangat pesat dan sangat diminati di kalangan akademisi untuk diteliti lebih lanjut lagi.
Namun dengan perkembangan tersebut, masih banyak masyarakat yang masih belum
memahami indahnya ekonomi islam dalam kehidupan sehari hari.
Oleh karena itu, IBOOK disini hadir untuk mengenalkan keindahan tersebut dalam
bentuk tulisan menarik dan juga konstruktif. IBOOK ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu Ishare
dan ARISE. Ishare adalah artikel hasil karya fungsionaris departemen kajian selama 1 tahun,
sedangkan ARISE adalah artikel hasil karya fungsionaris IBEC FEB UI selama 1 tahun
kepengurusan. Tujuan diadakannya pemisahan tersebut adalah untuk mendorong keinginan
menulis fungsionaris dan juga meningkatkan jumlah ilmu yang ingin didakwahkan.
IBOOK tahun ini membawa tema tentang keuangan personal (personal finance) dengan
penggabungan literasi keuangan Syariah. Alasan kenapa tahun ini pendekatan kajian ilmiah
lebih menuju arah keuangan personal karena seringkali keuangan personal ini diabaikan oleh
sebagian besar orang terutama civitas akademika. Keuangan personal ini adalah topik yang
tidak diajarkan di bangku perkuliahan karena di level akademik perkuliahan, kami diajarkan
untuk menghitung dan mengatur keuangan perusahaan disbanding mengatur keuangan pribadi
kita sendiri. Alasan berikutnya juga adalah untuk menimbulkan kecintaan ekonomi islam pada
pembaca yang diharapkan dapat mempraktikkan apa yang telah kami kaji.
Akhir kata, selamat membaca dan mempraktikan, dan untuk mengutip dari perkataan
salah satu akademisi terkenal ”Allah telah menciptakan Qur’an kepada kita untuk dipelajari.
Allah tidak memerintahkan kita untuk menjadi sempurna dalam proses pembelajarannya
namun Allah meminta kita untuk terus mencoba”
Departemen Kajian IBEC FEB UI
Contents Transaksi Saham, Halal atau Haram? ...................................................................................................... 4
Financial Happiness: Islamic Finance Perspective .................................................................................. 7
Coffee Consuming Vs Stock Investing : Millenial Lifestyle Trade-offs .................................................. 11
Skin Care, Memang Butuh atau Sebatas Keinginan? ............................................................................ 14
Investasi dini sebagai langkah aktual perencanaan keuangan jangka panjang untuk mencapai
kemaslahatan keuangan ....................................................................................................................... 18
ARISE (Article Of Islamic Economics) .................................................................................................... 24
Work Hard Pray Hard ........................................................................................................................ 24
Kebijakan Moneter Ekonomi Islam ................................................................................................... 27
Transaksi Saham, Halal atau Haram? M. Naufal Robbani
Saham merupakan salah satu instrumen investasi yang kini mulai diminati oleh berbagai
kalangan. Investasi melalui saham bahkan kini menjadi tren dikalangan masyarakat. Menurut
PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) atau lembaga yang mengatur transaksi saham,
pada tahun 2018 terjadi kenaikan jumlah investor sebesar 31,97% dari tahun 2017.
Hal ini tidak terlepas dari usaha Bursa Efek Indonesia dalam mengajak masyarakat
untuk berinvestasi saham melalui gerakan 'Yuk Nabung Saham' yang diluncurkan empat tahun
silam. Meski kini saham mulai diminati oleh masyarakat, tetapi terdapat beberapa kalangan
yang menyatakan bahwa saham hukumnya haram, benarkah demikian?
Sebelum membahas lebih jauh, penulis akan menjelaskan terlebih dahulu bagaimana
mekanisme kerja saham. Pertama, perusahaan akan menerbitkan saham melalui Bursa Efek
Indonesia. Kemudian, investor atau pembeli saham akan melakukan pembelian saham melalui
sekuritas atau perantara dalam jual beli saham. Jika semakin banyak peminat pada suatu saham,
maka harga saham tersebut akan meningkat dan begitu sebaliknya.
Hal ini dapat terjadi sesuai dengan mekanisme pasar atau disebut hukum permintaan
dan penawaran, ketika permintaan naik dan penawarannya tetap, maka harga akan cenderung
meningkat. Sedangkan jika permintaan turun dan penawaran tetap, maka harga cenderung
turun. Pembeli pun bebas untuk menentukan apakah ingin menyimpan atau menjual saham
tersebut. Sekilas mekanisme ini terlihat seperti transaksi jual beli pada umunya, lantas mengapa
saham dikatakan haram?
Meski pada dasarnya transaksi saham terlihat sebagai transaksi jual beli pada
umumnya, namun dibalik itu terdapat beberapa unsur yang meyebabkan saham dikatakan
haram. Pertama adalah karena terdapat unsur spekulasi Spelukasi itu sendiri ialah ketika harga
jual sedang mahal, pembeli kemudian membeli saham tersebut untuk langsung dijual saat itu
juga padahal si pembeli belum memiliki dan belum melakukan pembayaran terhadap saham
tersebut. Dalam dunia saham, spekulasi biasa juga disebut dengan short selling atau trading
dan pelakunya disebut trader. Sebagai contoh, seorang trader membeli saham XYZ pada saat
bursa saham dibuka pagi hari. Kemudian ia menunggu harga saham tersebut naik dan ketika
harga naik, ia langsung menjualnya. Hal ini dilakukan agar trader mendapat keuntungan dari
selisih harga jual dan harga beli atau dalam dunia saham dikenal dengan istilah capital gain .
Kedua ialah unsur gharar yakni ketidakpastian. Nilai saham atau harga saham pada dasarnya
tidak dapat diprediksi atau dengan kata lain dapat berubah secara tiba-tiba. Hal ini terjadi
karena mekanisme permintaan dan penawaran pasar . Meskipun begitu, terdapat dua analisis
untuk memprediksi fluktuasi harga suatu saham. Analasis pertama adalah fundamental, yaitu
memperhitungkan beberapa faktor seperti kinerja perusahaan, analisis persaingan usaha,
analisis industri, dan analisis pasar makro mikro. Kemudian analisis teknikal, yaitu
menganalisa fluktuasi harga saham pada rentang waktu tertentu. Analisis teknikal biasanya
digunakan oleh trader karena sifatnya relatif jangka pendek sedangkan anlisis fundamental
digunakan oleh investor karena bersifat jangka panjang. Akan tetapi, pada dasarnya tetap tidak
ada orang yang tahu pasti kapan harga saham akan naik atau turun, sebab mekanisme pasar
tidak dapat ditebak meski sudah melakukan berbagai analisa.
Meskipun terdapat beberapa alasan mengapa saham dapat dikategorikan haram, namun
ada beberapa alasan pula yang menghalalkan saham. Menurut peraturan BAPEPAM dan OJK
No.II.K.1, saham diperbolehkan asal tidak melakukan kegiatan usaha yang bertentangan
dengan prinsip syariah seperti judi, jasa keuangan ribawi, perusahaan menjual produk haram,
melakukan transaksi yang mengandung unsur suap, dan jual beli risiko yang mengandung
unsur ketidakpastian. Sedangkan menurut Dewan Syariah Nasional, saham boleh asal tidak
melakukan margin trading (pinjaman dengan bunga), najsy (melakukan penawaran palsu), bai
al-madum atau trading, dan ihtikar (membeli dan menimbun saham untuk menyebabkan
perubahan harga pada bursa atau pasar).
Melihat perbedaan pendapat mengenai saham, penulis mencoba membuat analisis
pribadi. Menurut penulis, halal haramnya saham dapat tergantung dari si pembeli itu sendiri.
Jika pembeli berniat membeli saham untuk menabung atau investasi, maka saham itu sah-sah
saja. Mengapa demikian? Sebab ketika pembeli membeli saham dan kemudian menyimpannya,
maka itu sama saja seperti menaruh modal usaha pada suatu perusahaan. Hal ini sesuai dengan
prinsip musyarakah atau juga disebut kerjasama. Investasi atau menaruh modal pada suatu
perusahaan dapat memberi keuntungan bagi investor. Pertama ialah deviden. Deviden sendiri
adalah laba perusahaan yang dibagikan untuk para pemegang saham atau investor. Kedua ialah
kekayaan investor yang dapat terus meningkat karena nilai saham yang ia miliki terus naik.
Sebagai contoh, seorang investor memiliki saham senilai lima juta rupiah pada tahun pertama
kepemilikannya. Lima tahun kemudian, kekayaannya meningkat dua kali lipat karena nilai
sahamnya meningkat pula sebesar dua kali lipat. Hal tersebut merupakan sebuah keuntungan
yang didapat dalam berinvestasi saham. Akan tetapi, jika pembeli berniat untuk melakukan
trading maka hal itu dapat dikatakan haram. Alasannya sederhana, karena trading mengandung
unsur gharar (ketidakpastian) dan spekulasi. Hal ini sangat beresiko dan dapat merugikan si
pembeli itu sendiri. Sebagai contoh, seorang trader membeli sebuah saham untuk langsung
dijual jika harganya naik, tetapi justru nilai saham tersebut tidak kunjung meningkat sehingga
jika ia jual malah akan merugikannya. Hal ini lah yang disebut gharar, nilai saham bisa saja
naik atau turun tanpa ada kepastian.
Pada dasarnya, semua kembali kepada niat dan perilaku masyarakat. Saham dapat menjadi
halal jika masyarakat menggunakannya dengan benar dan begitu sebaliknya. Islam pun
sebenarnya tidak menyulitkan penganutnya, akan tetapi justru aturan ini dibuat agar umat Islam
terhindar dari kerugian yang cukup besar dan menyakitkan.
Bayangkan saja jika pembeli membeli saham untuk langsung dijual kembali namun ternyata
harganya malah terus turun, rugi sekali bukan? Oleh karena itu, alangkah baiknya aturan dari
Allah SWT diikuti sebab itu akan membawa kepada kebaikan.
Referensi ;
Adiwarman A.Karim, Oni Shahroni. Riba,Gharar,dan Kaidah-Kaidah Ekonomi Syariah.
Rajawali Press: Jakarta, 2015
Wira,Desmon. Jurus Cuan Investasi Saham. Exceed: Jakarta, 2016
Rekor Lagi! Selama 2018 Jumlah Investor Tambah 200 ribu. 2018. CNBC Indonesia. 3 Feb
2019. <https://www.cnbcindonesia.com/market/20181122102232-17-43193/rekor-lagi-
selama-2018-jumlah-investor-tambah-200-ribu
Seputar Halal Haram Investasi Saham Syariah. 2016. TirtoID. 3 Feb 2019.
<https://tirto.id/seputar-halal-haram-investasi-saham-syariah-b92o>
Hukum Saham Menurut Islam Berdasar Fatwa MUI. 2016. Muamalatku. 3 Feb 2019.
Financial Happiness: Islamic Finance Perspective Nethania Khalisha
What do you do when you woke up in the morning? What is the first thing that popped
in your head the moment you wake up from your sleep? Many people will have this thought “I
have to go to work so that I can get paid, then I can pay our monthly expenses, therefore I and
my family will be happy”. Or some of you might think “I need to sell my products to earn
profits so that I can live happily by being rich and wealthy”. This is the most common question
and answers that every average worker asked and answered every day from Monday to Friday,
every morning. After they have that mindset, they will automatically do their tasks like a
programmed robot. They will get up, take a shower, have breakfast, go to work, work until
night, go home, review their work tasks, and go to sleep. And the cycle goes on and on again.
Now don’t get me wrong, I personally have nothing against this cycle, I think it’s a very
productive cycle compared to what average teenagers do which is eat sleep play repeat. But the
big question that needs to be asked to all the people living this life is; Are you financially happy
with the way you live your life?
There are so many cases of unhappiness as a result of financial problems. We can take
an example from around us, in Depok. The divorce rate in Depok is so high it hits 5.000 cases
through 2017. “There are about 25 divorce papers filed every day.” As stated by the mayor of
Depok city, Mohammad Idris in November 2018. Among many reasons, economic and
financial issue is the second leading cause of divorces. Head of public relation in Depok, Dindin
Syarief stated that 75 percent of 2.673 divorce cases are filed by the woman’s side of the
marriage, and most of them came from middle to upper class. It is suspected that the cause is
the wife always feels the husband’s income level is lacking. And this can lead to daily fight
and bicker, or even unloyalty.
This is one of the reasons why not all financially stable people are happy. The unlimited,
infinity desire and lust. A lot of people seek happiness in wealth, prestige, and social status.
For instance, buying a big house, expensive car, watches from prestigious brands, etc.
Therefore, they are willing to pay more to achieve these factors. And ways are taken to be able
to pay for that. One of the ways is by paying on credit.
Let’s take Mr. X’s financial life as an example case. Mr. X’s salary is 25 million rupiahs
per month. He spends 10 million for his house installment which he bought on credit, 7 million
for his car which he also bought on credit, and his wife demands 5 million per month for her
own spending and shopping. Now all he’s left with is 3 million rupiahs for his and his family
necessities for a month. Do you think he’s financially happy with his salary that way?
In another case, Mr. Y’s salary is 7 million rupiahs per month. He spends 500 thousand
to sadaqah, waqaf, etc, 1 million for his gold or stock investment, and his wife only demands
500 thousand rupiahs for her own spending and shopping. Now he’s left with 5 million rupiahs
for his and his family necessities, which is more than enough so he can save up some.
Meanwhile he’s saving money to buy a house, currently still lives in his parent’s house, owns
a standard motorbike, and doesn’t have a car. Do you think he’s financially happy with his
salary this way?
The comparison here shows us such a different lifestyle of two people. One of them,
Mr. X has a bigger salary, yet bigger expenditure. The other one has a smaller salary, and also
smaller expenditure. (?) But we can conclude that Mr. Y is more prosperous than Mr. X. Why
is that so?
First of all, Mr. X’s lifestyle is based on his excessive desire for mortal wealth. He could
have bought a cheaper house and car, but instead, he chose to buy a luxurious one. This lifestyle
is driven by the urge to gain social status and to be acknowledged by his surrounding.
Meanwhile, Mr. Y has a saving-oriented lifestyle. Where he only spends his earnings on things
that are or will be beneficial for him and his family, and then save the amount left after their
necessities are fulfilled.
Secondly, Mr. X spent his money on things that are accounted for liability. Mr. X
regularly paid for his house and his car. But then, at the end of the payment, their value would
have depreciated. Also, these kinds of stuff have a high maintenance cost that causes him to
spend on them even more. But in Mr. X’s case, he spent his money on assets. Such as gold,
land, stock, etc. He allocates his money on them because then in the future their value would
have increased. And it will benefit him in the future even more.
And then we can see that Mr. Y is investing his money in the biggest investment option
that will always be a productive investment for a lifetime. which is Sadaqah, Waqaf, etc. And
his action isn’t based on profit-oriented mindset, but he emphasizes the well-being in the
Muslims society, and he seeks for Ridha from his god, Allah. This is the main reason why Mr.
Y is more prosperous than Mr. X. Sadaqah, Waqaf, Zakah, Infaq, are the most guaranteed types
of investment. It has been directly guaranteed by our creator, Allah.
“Who is he that will loan to Allah a beautiful loan which Allah will double unto his
credit and multiply it many times?” [2:245].
The verse stated above teaches us that by generously giving to the poor and needy,
Allah will increase our wealth and blessings in this life, wipe out sin, and increase rewards.
Sadaqah will also give barakah in our wealth. It is definitely the best investment for our Dunya
and akhirah.
It is also reported in Sahih Muslim that the Prophet Sallallahu ‘alaihi Wa Sallam said:
“Charity does not decrease the wealth and the servant who forgives, Allah adds to his
respect; and the one who shows humility, Allah elevates him in the estimation (of the people).”
and
”There is not a day in which the obedient slaves rise in the morning except that two
angels descend, and one of them says: ‘O Allaah! Compensate the one who spends.’ The other
angel says: ‘O Allaah! Destroy the wealth of the one who is niggardly.”
However, the immerse gaining from sadaqah isn’t always in a physical and direct form
in Dunya. It doesn’t necessarily mean that by giving sadaqah our salary would have doubled
or our selling would have increased instantly. It may mean that Allah will put barakah into our
life and wealth. We will notice that no matter how much amount of money we allocate in
sadaqah, we will still have plenty left and our life will noticeably be happier.
Mr. Y is spending his money on necessity, which contains 3 levels. Dharuriyah,
hajjiyah, and tahsiniyyah. Dharuriyah is our primary needs, things that we cannot live without.
And then there’s hajjiyah, our secondary needs, where if we can not obtain these things, we
can still survive but we will not function well. And the last one is tahsiniyyah, our tertiary
human need. It is less important than ethics because the need is not about survival, it is to feel
better.
Our society lifestyle is mostly based on desire, not needs. Let’s have a quick self-
reflection. When we go to the mall with enough amount of money, then we see something that
we like, what crosses our mind? “I want to buy that”. But do we think and consider “do I need
to buy that?”. We need to start implementing our saving mindset and start spending our money
on what will benefit us in the future.
The key to financial happiness doesn’t depend on the amount of income we earn in a
period of time, it depends on how we utilize it. Our mindset defines our happiness and well-
being. Buying stuff that is beneficial for us and our surrounding will gain our long-term
happiness. To be financially happy we need to take the time to figure out what we really want
and to not get distracted by all the bright and shiny or yummy and delicious things. So we need
to set a priority list of what we really need. And also we should focus on where our money
goes, the best way to allocate it is to make some investment out of it, especially investment for
akhira in a form of sadaqah, waqaf, and zakah.
Coffee Consuming Vs Stock Investing : Millenial Lifestyle Trade-offs Ferdi Reynaldi
Sering nggak sih kalian mendengar sebutan “anak indie” di lingkungan kalian? Baik itu
di lingkungan kampus, kerja, bermain, sampai masyarakat sendiri. “Anak indie” sering banget
digambarkan dengan pakaian yang menampakkan “seni”, sneakers yang paling trend, pemuja
senja, penikmat hujan, dan penikmat kopi. Anak Indie sering ke tempat-tempat yang dianggap
memiliki nilai estetika tinggi untuk sekadar bercengkrama bersama teman-temannya sambal
ditemani kopi yang hangat pada waktu senja ataupun malam hari. Tempat tersebut biasanya
adalah kafe.
Kafe yang biasa dijadikan tempat berkumpul generasi Z adalah kafe yang memiliki
desain interior yang menarik, pemandangan yang indah, serta memiliki kualitas kopi yang baik.
Kopi yang biasa diminati oleh generasi Z adalah kopi yang memiliki cita rasa yang tinggi,
variasi kopi yang banyak, “privilege” yang dimiliki oleh kopi tersebut dalam suatu “brand”
yang ada, dan sebagainya. Maka dari itu, banyak kafe yang menjual kopinya dalam harga yang
cukup tinggi dimulai dari Rp 25.000,00 bahkan mendekati harga Rp 50.000,00. Namun,
sebagian generasi Z yang paham akan ilmu ekonomi dan ingin mengaplikasikannya dalam
bentuk finansial, dihadapi pilihan dengan melakukan investasi.
Investasi merupakan kegiatan penanaman modal terhadap asset yang dimiliki oleh
suatu individu. Bentuk investasi dapat bermacam-macam instrument seperti saham, obligasi,
reksa dana, dan lain sebagainya. Salah satu instrument ibvestasi yang memiliki return of
investment yang cukup tinggi adalah saham. Sebagian generasi Z memiliki trade-off antara
lifestyle membeli kopi untuk sekadar “privilege” dengan keuntungan dalam membeli saham
agar mendapatkan return of investment yang cukup tinggi. Apa yang harus lebih didahulukan?
Mengonsumsi kopi atau membeli saham?
Dalam ilmu ekonomi, kita mengenal istilah trade-off. Trade-off merupakan kondisi di
mana individu dihadapi dua pilihan untuk menentukan manakah yang harus dipilih atau
didahulukan. Setelah salah satu pilihan tersebut dipilih, maka pilihan yang tidak dipilih menjadi
opportunity cost. Dalam hal tersebut, keinginan yang tinggi pada generasi Z hanya untuk
mengonsumsi kopi dapat dipatahkan dengan keinginan untuk membeli saham yang memiliki
return of investment tinggi. Mengapa demikian? Generasi Z harus memiliki visi yang jauh ke
depan karena semua biaya kehidupan akan terus meningkat naik bersamaan dengan taraf hidup
masyarakat yang terus meningkat. Karena dengan membeli saham, artinya generasi Z berani
untuk meningkatkan taraf kehidupannya. Keadaan seperti ini dijelaskan dalam Al-Qur’an.
Dalam Al Qur’an Allah berfirman :
ايها منوا الذين ي ا نفس ولتنظر للا اتقوا ا للا ان للا واتقوا لغد قدمت م
تعملون بما خبير
” Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al Hasyr : 18).
Dalam kandungan ayat tersebut, manusia harus memperhatikan tindakan yang
dilakukukan sekarang karena bisa berdampak masa depan. Misalnya, seorang pemuda ingin
menurunkan berat badan. Tindakan yang dilakukan oleh pemuda tersebut adalah melakukan
diet karbohidrat, berolahraga, memakan buah dan sayur, dan lain-lain. Jika tindakan itu selalu
dilakukan secara rutin, maka berat badan pemuda itu akan turun. Sebaliknya, jika seorang
pemuda ingin menaikkan berat badan, maka tindakan yang dapat dilakukan oleh pemuda
tersebut adalah dengan makan dengan porsi yang banyak dan intensitas yang cukup tinggi. Dari
kedua contoh tersebut, dapat dikaitkan dengan kandungan ayat di atas bahwa tindakan sekarang
akan memengaruhi masa depan.
Dalam kasus yang lain, tidak menutup kemungkinan bagi generasi Z untuk
memaksimalkan utilitasnya dalam Leisure Economy. Leisure Economy adalah kegiatan
memaksimalkan utilitas dalam hal experience daripada sandang, pangan, dan papan. Artinya
adalah, sebagian generasi Z memilih untuk membeli kopi untuk meningkatkan Leisure
Economy-nya dibandingkan dengan menabung untuk membeli saham yang mana dapat
meningkatkan kepastian di masa depan. Bukanlah hal yang salah jika sebagian generasi Z lebih
memilih membeli kopi dibandingkan membeli saham. Mereka lebih mempunyai preferensi
lebih kepada kopi daripada saham. Namun, Leisure Economy yang berlebihan mengakibatkan
seorang individu tidak dapat mengendalikan dirinya dalam mengontrol perencanaan keuangan
(financial planning). Akibatnya, beberapa dari generasi Z tersebut memiliki sifat boros yang
tidak disukai di dalam Al Quran.
ت ى ذا وا ر ول السبيل وابن والمسكين حقه القرب تبذيرا تبذ
ر ان ا ين المبذ طين اخوان كانو ن وكان الشي كفورا لرب ه الشيط
Artinya : “Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan
orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara
boros. Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat
ingkar kepada Tuhannya.” (Q.S. Al Isra : 26-27)
Berikut ini merupakan data transaksi saham di 5 negara Asia.
Stocks Traded, total value in Asia Country with current US$
No Country Value in Billion
1 Indonesia $ 104,65
2 Singapore $ 219,53
3 Thailand $ 386,54
4 Philippines $ 29,21
5 Malaysia $ 135,34 Sumber : https://data.worldbank.org/indicator/CM.MKT.TRAD.CD?locations=MY
Dari data tersebut, nilai transaksi saham negara Indonesia dari lima negara di benua
Asia, unggul dari negara Filipina. Walaupun nilai transaksi saham Indonesia masih rendah
dibandingkan negara Singapura, Thailand dan Malaysia, Indikasi nilai transaksi saham
Indonesia mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Maka dari itu, hal ini merupakan
kesempatan yang besar bagi generasi Z untuk mulai berinvestasi melalui instrument saham di
dalam pasar modal melalui berbagai sekuritas yang ada.
Berikut ini adalah asumsi bagi seseorang individu dalam setiap minggunya
menyisihkan uang Rp 50.000 dengan mengalokasikan Rp 30.000 untuk mengonsumsi kopi dan
Rp 20.000 untuk menginvestasi saham. Diasumsikan Rp 20.000 diakumulasikan di awal tahun
untuk menginvestasi saham.
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5
Nominal Awal
Tahun IDR 960.000 IDR 2.112.000 IDR 3.494.400 IDR 5.153.280
IDR
7.143.936
Return of
Investment IDR 192.000 IDR 422.400 IDR 698.880 IDR 1.030.656
IDR
1.428.787
Nominal Akhir
Tahun IDR 1.152.000 IDR 2.534.400 IDR 4.193.280 IDR 6.183.936
IDR
8.572.723
Proyeksi tersebut adalah proyeksi yang digambarkan oleh seorang individu jika ia
mengalokasikan uangnya tersebut untuk mengonsumsi kopi dan berinvestasi. Proyeksi ini
digambarkan bahwa seorang individu masih mendapatkan return yang tinggi akibat dia
berinvestasi selama 5 tahun serta masih dapat menikmati mengonsumsi kopi di kafe-kafe yang
memiliki privilege yang cukup tinggi. Hal ini memungkinkan kita sebagai generasi Z
menikmati Leisure Economy yang setara dengan berinvestasi untuk masa depan.
Investasi dan mengonsumsi kopi merupakan dua hal yang memiliki persamaan dalam
hal maksimisasi utilitas. Perbedaannya terletak pada tujuan maksimisasi utilitas tersebut.
Investasi merupakan maksimisasi utilitas dalam segi perencanaan keuangan masa depan yang
mana tujuannya adalah profit. Dan mengonsumi kopi merupakan maksimisasi utilitas dalam
segi kepuasan individu itu sendiri yang mana individu dapat menikmati kopi tersebut hingga
habis. Alangkah baiknya, kita sebagai generasi muda dapat menyikapi hal tersebut dengan baik
dan bijak. Berinvestasi lah sedini mungkin namun jangan lupa untuk menyempatkan
memuaskan diri sendiri dengan bersantai sembari ditemani kopi pada waktu senja.
Wallahoualam bi showab.
Referensi :
Ananda, C. F. (n.d.). No Title. Bersiap Leisure Economy. Retrieved from
http://feb.ub.ac.id/id/bersiap-leisure-economy.html
Garland, T. (1995). Quick guides: Trade-offs. Current Biology, 24(2), R60–R61.
https://doi.org/10.1016/j.cub.2013.11.036
No Title. (n.d.). Retrieved from
https://data.worldbank.org/indicator/CM.MKT.TRAD.CD?locations=MY
Rowe, D., & Lynch, R. (2012). Work and play in the city: Some reflections on the night-time
leisure economy of Sydney. Annals of Leisure Research, 15(2), 132–147.
https://doi.org/10.1080/11745398.2012.659716
Skin Care, Memang Butuh atau Sebatas Keinginan? Reisha Adanna
Dalam beberapa tahun ke belakang, produk kecantikan menjadi sangat beragam, baik
jenis produknya maupun brand yang beredar. Peningkatan permintaan oleh para kaum wanita,
khususnya dalam kategori produk skin care menjadi salah satu faktor besar yang menyebabkan
perluasan pasar industri kecantikan tersebut. Kesadaran untuk menjaga penampilan dan
kesehatan kulit ini dipengaruhi oleh tren para beauty blogger di media sosial. Permintaan skin
care tidak lagi terbatas pada masyarakat kelas ekonomi tertentu bahkan produknya tidak hanya
dijual di kota-kota besar. Generasi millenial dan generasi Z menjadi penyumbang angka
konsumen paling besar terhadap produk ini.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan serangkaian produk skin care bukanlah suatu hal
yang sulit karena produknya telah tersedia secara massal diberbagai retail store.
Berkembangnya industri lokal juga menjadi sesuatu yang semakin menguntungkan baik bagi
konsumen maupun produsen karena harga yang diperoleh menjadi lebih terjangkau, dengan
uang kurang dari Rp 100.000,- pun seseorang sudah dapat memperoleh sebuah produk. Selain
itu, perkembangan teknologi turut andil dengan kehadiran online store yang memudahkan
konsumen untuk dapat berbelanja produk dari berbagai belahan dunia. Skin care yang tersedia
pada retail dan online store memiliki peminat paling banyak karena tingkat immediacy
masyarakat yang cukup tinggi akan hal ini, aksesibilitas yang lebih mudah, serta harganya yang
lebih pas di kantong.
Bagi sebagian besar wanita, pembelian produk skin care telah menjadi pengeluaran
rutin setiap bulannya. Sehingga, hal tersebut dapat dikategorikan sebagai suatu kebutuhan.
Menurut ilmu ekonomi islam, kebutuhan terbagi menjadi tiga jenis, kebutuhan dharuriyat,
yang dikenal juga sebagai kebutuhan primer, merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi
apabila tidak dipenuhi akan mengancam kelangsungan hidup seseorang, seperti sandang,
pangan, dan papan. Kemudian, kebutuhan hajiyat atau sekunder adalah kebutuhan yang
menjadi pelengkap setelah kebutuhan dharuriyat terpenuhi dan terdapat unsur keinginan dalam
pemenuhannya, seperti kendaraan pribadi, telepon seluler, dsb. Yang terakhir adalah kebutuhan
tahsiniyat yaitu kebutuhan tersier yang dipenuhi setelah kedua kebutuhan sebelumnya
terpenuhi dan bersifat barang mewah, contohnya adalah barang elektronik dan melakukan
travelling. Jika melihat perilaku konsumen saat ini, mayoritas wanita menganggap skin care
sebagai kebutuhan hajiyat karena telah menjadi suatu kebutuhan yang rutin dipenuhi setelah
kebutuhan dharuriyat terpenuhi.
Keperluan setiap individu tidaklah sama, oleh karena itu skin care tidak selalu menjadi
kebutuhan seseorang. Hal ini kembali lagi kepada kondisi seseorang, jika sebetulnya kulitnya
tidak memiliki masalah apapun, maka skin care akan hanya menjadi sebuah pemenuhan
keinginan bagi orang tersebut untuk sekedar mempercantik diri. Keinginan menurut ilmu
ekonomi islam adalah sesuatu yang berasal dari hasrat (nafsu) dan pemenuhan suatu keinginan
akan menghasilkan sebuah kepuasan.
Jumlah uang yang dialokasikan para perempuan Indonesia pun rata-rata paling sedikit
20 persen dari total uang yang dimiliki untuk kebutuhan skin care, yaitu sekitar Rp 200.000,-
hingga Rp 400.000,- per bulan. Bukan jumlah yang dapat dibilang sedikit dan mereka rela
untuk mengeluarkan sejumlah uang tersebut karena merawat kulit dianggap sebagai upaya
untuk menghargai diri sendiri juga sebagai investasi terhadap kulit, sehingga akan tetap sehat
dalam jangka waktu panjang walaupun tanpa penggunaan makeup. Dan otomatis, mereka akan
merasa lebih percaya diri. Namun, sebagai seorang muslim, kita pun harus menyadari kondisi
ekonomi masing-masing dan tidak melakukan permintaan terhadap suatu barang sama banyak
atau bahkan melebihi pendapatan (berhutang), apalagi jika harus mengesampingkan kebutuhan
dharuriyat demi pemenuhan kebutuhan skin care ini. Akan menjadi suatu nilai plus ketika
seseorang dapat menyisihkan sebagian alokasi budget skin care-nya, sehingga uangnya tidak
akan habis begitu saja, terlebih jika ia melakukan kegiatan investasi, maka jumlah kepemilikan
uangnya di masa depan akan lebih banyak.
Dalam berinvestasi, lazimnya diterapkan prinsip 50/30/20. Prinsip tersebut
mengandung arti 50 persen dari uang yang dimilikinya digunakan untuk keperluan sehari-hari
(kebutuhan dharuriyat), sedangkan 30 persen uang yang dimilikinya digunakan untuk
kebutuhan hajiyat dan tahsiniyat. Yang terakhir, 20 persen dari uangnya akan digunakan untuk
berinvestasi. Misalkan, apabila seseorang menghabiskan Rp 400.000,- setiap bulannya untuk
kebutuhan skin care sebagai kebutuhan hajiyat/tahsiniyat-nya dan ingin melakukan kegiatan
investasi, ia hanya perlu menyisihkan Rp 160.000,-. Dengan menggunakan metode lump sum,
ketika ia mengivestasikan Rp 160.000,- tersebut setiap bulannya selama satu tahun, ia akan
mendapat tambahan uang sejumlah Rp 384 ribu pada akhir tahun, sehingga jumlah keseluruhan
uangnya akan mencapai Rp 2.304.000,-. Di tahun berikutnya, jumlah keuntungan yang ia
peroleh akan bertambah menjadi Rp 844.800,- dalam satu tahun dan total uangnya menjadi Rp
5.068.800,-. Jumlah keuntungannya akan terus meningkat seiring dengan semakin banyak
jumlah tahun yang dilewati. Dan di tahun-tahun berikutnya, jumlah pertambahan uangnya
akan semakin besar. Opportunity cost jika uang yang disisihkan hanya untuk disimpan secara
pribadi saja, maka dalam lima tahun jumlahnya hanya akan mencapai Rp 9.600.000,- dan jika
diinvestasikan akan mencapai jumlah Rp 15.132.672,- Tentu saja, jika semua wanita telah
menyadari hal ini, secara tidak langsung akan berdampak pula pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat Indonesia? Hal ini perlu lebih disosialisasikan kepada
masyarakat, mengingat kesadaran wanita Indonesia terhadap aktivitas investasi masih rendah
yang menurut data dari PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada Oktober 2018,
investor pria di Indonesia memiliki jumlah 59,4 persen sedangkan untuk investor wanita
jumlahnya hanya 40,6 persen.
Jadi, sah-sah saja jika sebagian orang menganggap bahwa skin care merupakan sebuah
kebutuhan dalam hidupnya karena terdapat sebuah maslahah yang akan diperoleh, yaitu
kesehatan kulit dalam jangka panjang. Tujuan konsumsi menurut ekonomi islam sendiri adalah
untuk mencapai suatu maslahah (kesejahteraan). Namun perlu dicatat, selama produk yang
dibeli memang benar dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi ekonomi orang tersebut. Seperti
yang telah dijelaskan dalam surat Al-Maidah ayat 87, bahwa konsumsi pada hakikatnya adalah
mengeluarkan sesuatu dalam rangka memenuhi kebutuhan yang meliputi keperluan,
kesenangan, dan kemewahan. Kesenangan atau keindahan tersebut diperbolehkan selama tidak
berlebihan. Berikut QS. Al-Ma’idah: 87:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang
telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
Dengan adanya investasi, uang yang dimiliki seseorang akan terus berputar dan
bertambah jumlahnya dalam beberapa kurun waktu sehingga selain terpenuhinya kebutuhan
serta kepuasan batin, tercapai pula sebuah keuntungan finansial.
Daftar Pustaka:
Anna, L.K. (2018, July 27). Karena Skincare adalah Investasi. Retrieved September
21, 2019, from https://lifestyle.kompas.com/jeo/karena-skincare-adalah-investasi
Salam, F. & Adam, A. (2018, September 24). Berapa Rupiah Pengeluaran Bulanan Kita agar
Tampil “Cantik”? Retrieved September 21, 2019, from https://tirto.id/berapa-rupiah-pengeluaran-
bulanan-kita-agar-tampil-cantik-c186.
Engelhardt, L. M. (2011, August 11). Personal finance principles: A guide principles
of microeconomics students. Retrieved October 2nd 2019 from
https://www.lucasmengelhardt.com
Medias, F. (2018, Mei). Ekonomi mikro islam. Magelang: Unimma Press
Investasi Dini Sebagai Langkah Aktual Perencanaan Keuangan Jangka
Panjang Untuk Mencapai Kemaslahatan Keuangan
Demiputri Maharani
Sebagai mahasiswa, kita sudah satu langkah lebih dekat dalam menuju kedewasaan.
kurang dari sepuluh tahun lagi, kita akan menghadapi puncak dari usia produktif, yang dimana
pada saat itu juga banyak tanggungjawab yang kita emban. meski saat-saat tersebut masih
terdengar cukup jauh, namun apabila kita menelisik lebih dekat, justru di masa sekaranglah
kita harus memikirkan persiapan-persiapan untuk memasuki masa tersebut.
Ancaman generasi sandwich pun tidak dapat dilupakan begitu saja, dimana kita harus
terjebak dalam desakan finansial antara anak dan orang tua kita. dalam keadaan tersebut, di
satu sisi kita sedang berusaha untuk memapankan keuangan kita sendiri. namun di sisi lain,
orang tua memasuki masa pensiun sehingga kebutuhan hidup mereka menjadi tanggung jawab
kita juga.
Pernyataan 'milenial akan susah memiliki rumah' juga tak henti-hentinya dibicarakan saat ini.
dengan kemajuan teknologi yang ada pada saat ini, perilaku hidup konsumtif terus meningkat.
hal ini dikarenakan banyaknya kemudahan yang ditawarkan oleh berbagai platform sebagai
akibat dari produk-produk teknologi yang semakin canggih. maka apabila kita tidak mengatur
anggaran sedemikian baik, pernyataan di atas akan benar-benar terjadi pada generasi milenial
di periode akhir.
Dari hasil survei yang dilakukan oleh bank dunia, prediksi pada tahun 2025 sebanyak
68% pertumbuhan penduduk di indonesia akan tinggal di perkotaan. hal ini sehubungan dengan
hunian yang menjadi kebutuhan primer bagi semua orang. yang sangat disayangkan adalah,
karena banyaknya permintaan, maka hal ini menyebabkan harga yang semakin meningkat,
sesuai dengan hukum penawaran. sedangkan harga hunian itu sendiri sangat mahal jika
direlatifkan dengan pendapatan generasi milenial.
Dengan harga rata-rata 400 juta rupiah per unit untuk apartemen di tengah kota, dengan
penghasilan 5-7 juta per bulan, dapat dikatakan untuk mengangsur rumah dengan jangkauan
harga tersebut, maka diperlukan sekitar 3-4 juta rupiah untuk cicilannya setiap bulan. dari kasus
inilah kita bisa melihat bagaimana perencanaan keuangan ternyata dibutuhkan sejak dini,
sehingga nantinya kita tidak kewalahan.
Salah satu strategi yang dapat membantu kita dalam perealisasian perencanaan
keuangan adalah dengan berinvestasi sejak dini. melihat kembali kajian-kajian yang telah
ditulis oleh departemen kajian ibec feb ui sebelumnya yang membahas trade off antara
konsumsi berbasis gaya hidup dan investasi, kita dapat melihat bagaimana investasi ternyata
dapat sangat membantu kita untuk mewujudkan kemapanan finansial di masa mendatang.
Sebagai mahasiswa yang memiliki kesibukan rutin di dalam kampus, investasi
merupakan hal yang lebih ideal dilakukan jika dibandingkan dengan berbisnis atau bekerja
paruh waktu mengingat jadwal akademis yang sangat padat. investasi sangat mudah dilakukan
karena tidak menyita banyak waktu, tenaga, dan pikiran, serta tidak membutuhkan kendali
penuh dari kita sendiri. di samping itu, kita dapat dibantu oleh broker sebagai pendamping kita
dalam berinvestasi. maka dari itu, ketika kita baru akan memulai untuk berinvestasi, kita tidak
perlu khawatir akan minimnya kemampuan yang kita miliki.
Investasi sendiri merupakan hal yang sangat dianjurkan dalam islam. allah
memerintahkan kita untuk menjaga harta sebagaimana firman allah yang terdapat dalam surat
al-isra ayat 26-27. investasi dalam islam disebut juga mudharabah, dimana kita menyerahkan
modal uang kepada orang yang berniaga sehingga keuntungannya akan dibagi sesuai dengan
kesepakatan.
Investasi sendiri melibatkan dua orang, pertama pihak yang memiliki modal tetapi tidak
pandai dalam melakukan usaha / bisnis, kedua pihak yang tidak mempunyai modal tetapi
pandai dalam melakukan usaha / bisnis. kontrak investasi dalam Islam dikategorikan sebagai
kontrak amanah, yaitu kedua pihak dihukumkan sebagai rekan bisnis yang saling membantu
(pembagian untung dan rugi) berdasarkan modal dari keduanya atau kita kenal dengan
musyarakah. artinya, tidak ada pihak yang menjadi penjamin atas pihak yang lainnya.
Para ulama sepakat bahwa sistem penanaman modal ini diperbolehkan. dasar hukum
dari sistem ini adalah ijma’ ulama yang memperbolehkannya. diriwayatkan juga dari al-Alla
bin Abdurrahman, dari ayahnya, dari kakeknya bahwa Utsman bin Affan memberinya uang
sebagai modal usaha dan keuntungannya dibagi menjadi dua.
Investasi yang berarti menunda pemanfaatan harta yang kita miliki pada saat ini, atau
berarti menyimpan, mengelola dan mengembangkannya merupakan hal yang dianjurkan dalam
al-qur’an seperti yang dijelaskan dalam al-qur’an Surat Yusuf 12: ayat 46-50.
Allah swt berfirman :
يق أفتنا في سبع بقرات سمان يأكلهن سبع عجاف وسبع سنبلت خضر د وأخر يابسات لعل ي أرجع إلىيوسف أيها الص
ا تأكلون ( سبع سن ) قال تزرعون 46الناس لعلهم يعلمون ( ) ثم يأتي47ين دأبا فما حصدتم فذروه في سنبله إل قليل مم
ا تحصنون ( فيه يغاث الناس ) ثم يأتي من بعد ذلك عام 48من بعد ذلك سبع شداد يأكلن ما قدمتم لهن إل قليل مم
49 – 46) { [يوسف: 49وفيه يعصرون (
Artinya:
12:46. (Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf, dia berseru): “Yusuf, hai orang yang amat
dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang
dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan
(tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka
mengetahuinya.”
12:47. Yusuf berkata: “Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka
apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan.
12:48. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa
yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang
kamu simpan.
12:49. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan
cukup) dan di masa itu mereka memeras anggur.” (QS Yusuf 12:46-49.)
Ayat diatas mengajarkan kita untuk tidak menggunakan seluruh harta yang kita miliki
setelah mendapatkannya. maksud dari tidak menggunakan seluruh harta yang kita miliki adalah
kita tidak menggunakan harta tersebut untuk hal yang tidak bermanfaat, karena akan
menjadikan kita sebagai orang yang boros. allah swt sendiri tidak suka dengan sifat pemboros.
Bagaimanapun, sebagai mahasiswa, kita pasti memiliki hambatan-hambatan dalam
berinvestasi. mungkin di antaranya adalah modal dan pengetahuan yang terbatas, serta
mungkin pertanyaan-pernyataan seperti 'darimana saya harus memulai?'. maka dari itu, penulis
menyarankan beberapa produk investasi yang sekiranya cocok bagi mahasiswa dengan segala
hambatan-hambatannya.
Tipe investor dibagi menjadi tiga tipe yang dilihat dari profil resikonya, yaitu
konservatif, moderat, dan agresif. profil risiko ini sendiri merupakan suatu indikator yang
digunakan sebagai bahan penilaian sejauh mana seseorang dapat mentolerir risiko dalam
berinvestasi. profil risiko ini penting untuk diketahui oleh investor, terutama bagi investor
pemula yang baru saja ingin terjun ke dalam dunia investasi, yang memiliki risiko seperti
investasi reksadana atau investasi saham. berikut adalah penjelasan singkatnya.
Konservatif
Cenderung memilih instrumen investasi yang sangat aman dengan hasil yang sudah diketahui
sebelumnya, misalnya deposito. Sedangkan untuk jenis instrumen berisiko seperti obligasi atau
saham, dia hanya mengalokasikan sebagian kecil dari dana investasinya.
Moderat
Cenderung berani mengambil risiko yang lebih besar, namun tetap berhati-hati dalam memilih
jenis instrumen investasi, dan biasanya membatasi jumlah investasi pada instrumen berisiko.
Agresif
Cenderung berani mengambil risiko yang lebih tinggi sehingga berani menempatkan sebagian
besar dananya pada instrumen berisiko.
setelah mengetahui tipe investor manakah anda⁷penulis akan merekomendasikan beberapa
produk investasi dari pasar komoditas, pasar uang, dan pasar modal.
Pasar modal
• Saham
Saham dapat diartikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha)
pada suatu perusahaan atau Perseroan Terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka
pihak tersebut memiliki klaim (hak) atas pendapatan perusahaan, aset perusahaan, dan berhak
hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Di pasar sekunder (bursa) atau dalam
aktivitas perdagangan saham sehari-hari, harga-harga saham mengalami fluktuasi baik berupa
kenaikan maupun penurunan. Pembentukan harga saham terjadi karena adanya permintaan dan
penawaran atas saham tersebut. Permintaan dan penawaran atas suatu dipengaruhi banyak
faktor, baik yang sifatnya spesifik berhubungan saham tersebut (kinerja perusahaan dan
industri dimana perusahaan tersebut berada) maupun faktor yang sifatnya makro atau eksternal,
seperti perkembangan tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar, dan faktor-faktor non ekonomi
seperti kondisi sosial dan politik.
Keuntungan memiliki Saham
Mendapatkan dividen
Dividen adalah bagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham.
Jumlah dividen yang akan dibagikan diusulkan oleh Dewan Direksi perusahaan dan disetujui
di dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Capital Gain
Capital Gain adalah keuntungan ketika investor menjual saham dengan harga yang lebih tinggi
dari harga belinya. Saham merupakan aset yang likuid, jadi mudah untuk diperjualbelikan (via
Bursa)
Risiko memiliki Saham
Tidak Mendapatkan Dividen
Umumnya perusahaan membagi dividen ketika perusahaan menunjukkan kinerja yang baik.
Namun ketika perusahaan mengalami penurunan kinerja atau merugi maka perusahaan tidak
dapat membagikan dividen.
Capital Loss
Capital Loss merupakan kebalikan Capital Gain. Hal ini terjadi jika kita menjual saham yang
kita miliki lebih rendah dari harga beli.
Risiko Likuidasi
Jika Emiten bangkrut atau dilikuidasi, para pemegang saham memiliki hak klaim terakhir
terhadap aktiva perusahaan setelah seluruh kewajiban Emiten dibayarkan. Kemungkinan
terburuknya adalah jika tidak lagi aktiva yang tersisa, maka pemegang saham tidak akan
memperoleh apa-apa.
• Obligasi
Obligasi adalah surat utang jangka menengah maupun jangka panjang yang dapat
diperjualbelikan. Obligasi berisi janji dari pihak yang menerbitkan Efek untuk membayar
imbalan berupa bunga (kupon) pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada akhir
waktu yang telah ditentukan, kepada pihak pembeli obligasi tersebut. Obligasi merupakan salah
satu investasi Efek berpendapatan tetap yang bertujuan untuk memberikan tingkat
pertumbuhan nilai investasi yang relatif stabil dengan risiko yang relatif lebih stabil juga,
dibandingkan dengan saham.
Jenis-jenis obligasi pada umumnya:
1. Obligasi Pemerintah, yaitu obligasi dalam bentuk Surat Utang Negara yang diterbitkan
oleh Pemerintah RI. Pemerintah menerbitkan obligasi dengan kupon tetap (seri FR- Fixed
Rate), obligasi dengan kupon variable (seri VR –Variable Rate) dan obligasi dengan prinsip
syariah/ Sukuk Negara.
2. Obligasi Korporasi, yaitu obligasi berupa surat utang yang diterbitkan oleh Korporasi
Indonesia baik BUMN maupun korporasi lainnya. Sama seperti obligasi pemerintah, obligasi
korporasi terbagi atas obligasi dengan kupon tetap, obligasi dengan kupon variabel dan obligasi
dengan prinsip syariah. Ada Obligasi Korporasi yang telah diperingkat atau ada yang tidak
diperingkat.
3. Obligasi Ritel, yang diterbitkan oleh Pemerintah yang dijual kepada individu atau
perseorangan melalui agen penjual yang ditunjuk oleh Pemerintah. Biasanya ada beberapa jenis
yaitu ORI atau Sukuk Ritel.
• Reksadana saham
Reksadana saham memiliki portfolio berupa saham. Portfolio tersebut dikelola oleh Manajer
Investasi dengan cara membeli dan menjual saham. Hasil atau keuntungan yang didapatkan
dari investasi reksadana saham adalah selisih kenaikan harga jual dan beli saham tersebut.
Demikian juga kerugianya juga didapatkan dari selisih penurunan harga jual dan beli saham.
Berbeda dengan investasi saham lainnya, reksadana saham hanya bisa dilakukan pada saham
perusahaan yang memiliki badan hukum dan tercatat di bursa efek Indonesia atau bursa efek
luar negeri. Oleh karena itu tidak semua perusahaan dapat dibeli sahamnya oleh reksadana.
Tujuannya sangat jelas, yaitu dengan terdaftarnya perusahaan tersebut di bursa efek maka ini
akan melindungi para pemodal
Pasar uang
• Reksadana pasar uang
Reksa Dana Pasar Uang adalah reksa dana yang 100% berinvestasi di instrumen pasar uang
seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Deposito Berjangka, dan Obligasi yang jatuh tempo di
bawah 1 tahun. Reksa Dana ini tidak mengenakan biaya pembelian dan penjualan kembali dan
menawarkan potensi tingkat pengembalian lebih tinggi daripada rekening tabungan/koran.
modal awal yang dilakukan tidak terlalu besar, dana bisa diambil tanpa denda, dan jangka
investasi fleksibel.
Pasar komoditas
• emas
Investasi emas adalah salah satu jenis alat investasi yang menarik. Investasi emas dipandang
oleh sebagian besar investor sebagai alat investasi aman dan sudah dilakukan sejak zaman
dahulu. Emas merupakan bentuk logam mulia yang disebut juga dengan safe haven, yakni
tempat tujuan investasi yang relatif aman saat instrumen investasi lainnya bergejolak.
Dengan adanya berbagai opsi investasi yang ditawarkan ini, generasi Z dan millenial sudah
tentunya memiliki keinginan yang tinggi akan investasi. Bagaimana tidak, semua transaksi
keuangan di Indonesia saat ini telah terjamin keamanannya dengan adanya lembaga penjamin
atau lembaga yang menjaga modal investor untuk terhindar dari risiko fraud. Sudah banyak
sekali kasus fraud yang terjadi baik di Indonesia maupun di Luar negeri yang membuat stigma
bahwa investasi di instrumen keuangan Indonesia tidaklah aman, padahal apabila diteliti lebih
lanjut dapat dilihat bahwa untuk saat ini dana yang dikumpulkan baik di pasar modal, pasar
uang, maupun pasar komoditas merupakan dana yang terproteksi dan terjamin sendiri oleh
institusi negara. Ditambah dengan adanya OJK sebagai pengawas dari aktivitas keuangan itu
sendiri semakin menjamin keamanan akan investasi.
Penulis juga menyarankan untuk pada millenial untuk mendiversifikasikan portofolionya untuk
menimalisir risiko investasi. Pada tahun 1952, Harry Markowitz menerbitkan sebuah makalah
di Journal of Finance yang disebut Portfolio Selection. Dalam makalah ini, Markowitz
menyarankan agar investor dapat membuat portofolio investasi yang dioptimalkan dengan
memperhatikan aset dan diversifikasi. Markowitz kemudian menerima penghargaan Nobel di
bidang ekonomi untuk karyanya ini pada tahun 1990. Gagasan utama dalam makalah ini adalah
bahwa risiko aset individu dan potensi pengembalian instrumen investasi secara individu tidak
terlalu penting terhadap kinerja keseluruhan portofolio. Sebaliknya, Markowitz melihat
bagaimana mencapai portofolio optimal adalah berdasarkan pengembalian yang diharapkan
untuk tingkat risiko tertentu. Idenya adalah dengan melakukan investasi yang terdiversifikasi
untuk mengurangi risiko keseluruhan portofolio. Teori ini kemudian dinamakan sebagai
Modern Portfolio Theory (MPT). MPT bekerja dengan asumsi bahwa investor enggan
mengambil risiko, investor lebih memilih portofolio dengan risiko lebih rendah untuk tingkat
pengembalian tertentu. Berdasarkan asumsi ini, investor hanya akan melakukan investasi
berisiko tinggi jika mereka dapat mengharapkan return yang lebih besar. Seiring waktu, ide
Markowitz membangun fondasi untuk model alokasi aset yang sebagian besar digunakan saat
ini.
Diversifikasi terbukti mampu mengurangi risiko, namun hal penting berikutnya adalah investor
harus menentukan tingkat diversifikasi yang paling cocok untuk mereka. Ini dapat ditentukan
melalui apa yang disebut Efficient Frontier.
Efficient Frontier memberikan gambaran mengenai:
• Di setiap level return (pengembalian), investor dapat membuat portofolio yang
menawarkan risiko serendah mungkin.
• Untuk setiap tingkat risiko, investor dapat membuat portofolio yang menawarkan
pengembalian tertinggi.
Sebagai contoh: Ada 2 pilihan portofolio investasi yaitu portofolio A dan B. Portofolio A
memberikan potensi keuntungan 15% dan risiko 10%, sedangkan portofolio B memberikan
potensi keuntungan yang sama yaitu 15% namun memiliki risiko yang lebih tinggi, katakanlah
12%. Dari dua portofolio tersebut, investor pasti akan lebih memilih portofolio A, karena
dengan tingkat pengembalian yang sama, namun risikonya lebih rendah. Begitulah kurang
lebih cara kerja Efficient Frontier ini. Dengan penjelasan ini, maka dapat terlihat ada perlunya
diversifikasi portofolio.
Dengan direkomendasikannya berbagai pilihan produk investasi - yang tertunya berprinsip
syariah - oleh penulis, maka idealnya mahasiswa tidak ragu lagi untuk memulai investasi.
tulisan ini dapat dijadikan sebagai langkah awal untuk konsiderasi alternatif manakah yang
akan dipilih sebagai kebutuhan berinvestasi, yang disesuaikan dengan kemampuan masing-
masing individu. dengan aktualisasi perencanaan keuangan sejak dini, maka akan semakin
mudah bagi kita untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan besar di masa mendatang. dengan
berinvestasi pun kita telah memenuhi satu dari lima hal yang esensial menurut islam yang
esensial dalam kehidupan ini, yaitu hifdzul mal. maka dari itu, sebagai cendekiawan muslim
yang masih disibukan dengan kewajiban mayor untuk menuntut ilmu, let the money work for
you dengan cara berinvestasi.
Daftar Pustaka
Al-Qur’an Al Kariim
Markowitz, H. (1952). PORTFOLIO SELECTION. The Journal of Finance.
Bogle, J. C. (2002). An index fund fundamentalist. Journal of Portfolio Management.
Roose, K. D., & Graham, B. (1955). The Intelligent Investor. The Journal of Finance.
Galema, R., Lensink, R., & Spierdijk, L. (2011). International diversification and
Microfinance. Journal of International Money and Finance.
https://www.investopedia.com/terms/m/modernportfoliotheory.asp
https://sikapiuangmu.ojk.go.id/
ARISE (Article Of Islamic Economics)
Work Hard Pray Hard Harris Rizki Ananda (Kepala Departemen Penelitian)
PENDAHULUAN
Zaman ini sering kali kita melihat berita banyak para pejabat tinggi dan pengusaha, yang sudah
bekerja keras mencapai pada posisi tersebut, tersandung kasus yang tidak beretika, seperti
korupsi, skandal, penipuan, eksploitasi pekerja, dan lainnya. Semua tergiur bila berhadapan
dengan uang yang disebabkan tidak ada fondasi yang kuat untuk bisa melawan nafsu akan hal
duniawi tersebut. Di dunia yang penuh godaan ini, memang susah untuk mempertahankan iman
kita agar tetap berjalan di jalan Allah SWT.
Namun, Islam sebagai agama yang memiliki pedoman hidup yang komprehensif dan lengkap,
selalu memiliki solusi atas semua permasalahan duniawi tersebut. Akar dari permasalahan
tersebut ialah buruknya akhlak yang ada dalam diri manusia. Akhlak merujuk pada kumpulan
ciri-ciri karakter yang berbeda dan diterjemahkan sebagai etika atau ilmu moral (Ba`labaki,
1990: 521). Semua cara berperilaku dan sifat karakter diperoleh dari Al-Quran dan perkataan
dan praktik Nabi Muhammad SAW yang mana dirinya telah digambarkan sebagai model
perilaku yang terbaik.
WORK HARD=PRAY HARD
Banyak sekali hadist yang berisi bahwa bekerja keras sama halnya dengan beribadah kepada
Allah SWT, salah satunya sebagai berikut:
“Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan terampil (professional atau ahli).
Barangsiapa bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia serupa dengan
seorang mujahid di jalan Allah Azza wajalla.”
Hadist Riwayat Ahmad
Sehingga, bekerja dalam Islam tidak hanya penting tetapi juga diperlukan. Islam memberikan
pedoman dalam bekerja yang disalurkan melalui Sunnah Nabi Muhammad SAW. Beliau
merupakan manusia yang seimbang antara bekerja keras (work hard) dan banyak beribadah
(pray hard). Gaya hidup Rasulullah tersebut harus kita tiru sehingga dapat memberikan
kesejahteraan bersama (maslahah) serta menghindarkan semua pekerjaan kita dari keburukan.
Terdapat beberapa sikap yang menjadi pusat dari Etika Kerja Islam (Islamic Work Ethics) dari
Sunnah Nabi Muhammad SAW. Sikap-sikap ini adalah sikap terhadap kekayaan (attitude to
wealth), sikap terhadap penghidupan (attitude to livelihood), sikap terhadap waktu (attitude to
time), dan sikap terhadap waktu luang/liburan (attitude to leisure) (Ahmad, 2012).
SIKAP TERHADAP KEKAYAAN
Tidak ada yang salah menjadi orang kaya raya dari sudut pandang Islam. Asalkan orang
tersebut memanfaatkan kekayaannya dengan bijak. Terdapat beberapa cerita mengenai Rasul
dengan orang kaya raya pada zaman nya, salah satu yang terkenal yakni Utsman bin Affan.
Beliau saking kaya rayanya, mendonasikan unta mencapai 950 ekor saat perang Tabuk. Selain
itu, Rasul mengajarkan bahwa kita harus beretika ketika memiliki banyak kekayaan dan tidak
serakah atas hal tersebut dengn membayar zakat untuk memurnikan kekayaan kita. Kita juga
harus mengingat bahwa kekayaan yang kita miliki hanya titipan Allah SWT saja, maka dari itu
kita harus memanfaatkannya dengan baik.
SIKAP TERHADAP PENGHIDUPAN
Terdapat sebuah hadist Rasul yang berisi sebagai berikut:
“Allah mencintai hamba yang memiliki pekerjaan. Dia berkata: Allah membenci hamba yang
sehat yang tidak bekerja: dan dia berkata: Barangsiapa memperoleh makanan dan tidak
memohon dari manusia, Allah tidak akan menghukumnya pada hari kebangkitan …”
Abu Dawud
Dari penggalan hadist tersebut kita sebagai kaum muslim harus mencari nafkah dan tidak
menganggur. Dengan bekerja kita dapat memberikan kontribusi pengembangan negara,
menciptakan kesejahteraan, bukan kerusakan. Lalu Rasul juga mengajarkan bahwa kita harus
beretika yang baik selama menjalankan suatu pekerjaan, yakni ikhlas, tekun, jujur, rajin, dan
serius, karena setiap perbuatan yang kita lakukan di dunia ini akan ada konsekuensinya pada
kehidupan di akhirat.
SIKAP TERHADAP WAKTU
Nabi Muhammad SAW ingin umat Islam berinvestasi atau menggunakan waktu mereka
dengan bijak dan melarang mereka untuk membuang-buang waktunya. Pekerja Muslim harus
menggunakan seluruh jam kerja dengan hati-hati dan bijaksana dalam membagikan semua
tugas dan tanggung jawab mereka. Tugas-tugas pekerja Muslim harus sebagai berikut: mereka
harus melapor untuk bekerja tepat waktu, rajin bekerja, tidak pernah bermain-main atau terlibat
dalam obrolan yang sia-sia atau dalam panggilan telepon yang panjang.
SIKAP TERHADAP WAKTU LUANG/LIBURAN
Konsep keseimbangan antara waktu luang dan pekerjaan dengan jelas disebutkan oleh Nabi
Muhammad SAW, yakni:
“Manusia yang rasional, selama pikirannya sehat, harus membagi waktunya menjadi empat:
waktu untuk berhubungan dengan Tuhan mereka, waktu untuk memperhitungkan diri mereka
sendiri, waktu untuk memperhitungkan diri mereka sendiri, waktu untuk pikirkan tentang
penciptaan Allah, dan waktu untuk memenuhi kebutuhan mereka seperti makan dan minum”.
Shahih Ibnu Hibban
Sehingga, Islamic Work Ethics sangat mendukung dengan tradisi Nabi Muhammad SAW
yakni seimbang antara bekerja keras dengan waktu liburannya dan sikap kita harus
menyelesaikan tanggung jawab kita sesegera mungkin.
KESIMPULAN
Di zaman yang penuh godaan ini, sepatutnya muslim yang baik dan beriman harus memiliki
fondasi iman, setidaknya beretika yang baik. Karena dari etika yang tidak baik pun dapat
menyebabkan keburukan yang sangat besar. Dengan begitu, kita harus mencoba bersikap apa
yang Rasulullah ajarkan melalui Sunnahnya, seperti memanfaatkan kekayaan sebaik mungkin,
bekerja dengan ikhlas & jujur, tidak membuang-buang waktu, dan membagi-bagi waktu antara
bekerja keras, beribadah, dan liburan.
REFERENSI
Ahmad, Shukri. (2012). The Concept of Islamic Work Ethic: An Analysis of Some Salient
Points in the Prophetic Tradition. Malaysia.
Ba‘labaki, Rohi. (1990). Al-Maurid. Beirut: Daral-Ilm Li-al-Malayin.
Kebijakan Moneter Ekonomi Islam Salwa Hazrina Ishmah (Kepala Biro Eksternal IBEC)
PEMBUKAAN
Pemahaman general menyatakan bahwa objek dari seluruh aktivitas ekonomi konvensional
adalah maksimalisasi utilitas atau kepuasan setiap individu baik sebagai produsen maupun
konsumen. Tetapi, pemahaman ini tidak berakhir di situ bagi seorang Muslim. Seorang Muslim
tidak hanya berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan diri dan keluarganya, ia
juga harus memenuhi kewajibannya kepada masyarakat. Hal ini dijelaskan dalam ekonomi
Islam. Ekonomi Islam adalah pengetahuan dan aplikasi dari perintah dan peraturan syariah
yang mencegah ketidakadilan dalam perolehan dan pembuangan sumber daya material untuk
memberikan kepuasan kepada manusia dan memungkinkan mereka untuk melakukan
kewajiban mereka kepada Allah dan masyarakat (Zaman, 1984). Tujuan utama dari ekonomi
Islam yakni untuk meningkatkan keadilan sosial dan manusia melalui praktik-praktik yang
dapat menyebabkan perkembangan ekonomi, pengurangan kemiskinan, dan kesejahteraan
yang merata di semua golongan. Lalu, fitur paling utama dalam sistem keuangan Islam adalah
pelarangan absolut pada pembayaran dan penerimaan bunga (Khan & Mirakhor, 1989). Salah
satu praktik yang dilakukan dalam level makroekonomi adalah kebijakan moneter yang disusun
oleh bank sentral.
PEMBAHASAN
Sebuah kebijakan moneter adalah proses pengorganisasian persediaan uang (money supply)
dari suatu negara tertentu untuk mencapai suatu tujuan tertentu; seperti menahan inflasi atau
mencapai tujuan pekerjaan yang lebih sejahtera (Wisandani et al., 2017). Stabilitas ekonomi
yang terganggu bisa diperbaiki dengan menggunakan kebijakan moneter. Ada beberapa
instrumen dalam kebijakan moneter yang sudah diketahui secara umum seperti diskonto, giro
wajib minimum, dan operasi pasar terbuka. Sasaran kebijakan moneter adalah meraih kondisi
equilibrium yang ditandai dengan pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi yang
tinggi, stabilitas harga, ketersediaan lapangan pekerjaan, dan net export yang bersifat balanced.
Republik Indonesia mempunyai kebijakan moneter yang dirumuskan oleh bank sentral, Bank
Indonesia. Bank Indonesia sendiri mempunyai satu tujuan utama: mencapai dan menjaga
stabilitas nilai mata uang Indonesia, Rupiah.
Beberapa kondisi ekonomi pada suatu negara membuat sulitnya untuk mengimplementasikan
suatu kebijakan moneter. Maka, ada dua jenis kebijakan untuk menyelesaikan kesulitan ini,
kebijakan moneter ekspansif dan kebijakan moneter kontraktif. Kala tingkat pengangguran
dalam masyarakat meningkat, kebijakan moneter ekspansif sesegera mungkin dilakukan
dengan menurunkan tingkat bunga. Saat suatu negara mengalami inflasi yang mulai tidak
terkendali, pemerintah akan menerapkan kebijakan moneter kontraktif yaitu menurunkan
money supply dengan menaikkan tingkat bunga. Bank sentral, untuk di Indonesia yakni Bank
Indonesia, bisa mengaplikasikan prinsip syariah Islam dalam mengatur kebijakan moneter.
Gagasan ekonomi Islam berbeda dengan apa yang biasa disebut dengan ekonomi konvensional.
Secara garis besar, ekonomi konvensional mempunyai gagasan di mana setiap individu yang
berperan sebagai konsumen harus memaksimalkan utilitas dan individu yang berperan sebagai
produsen harus memaksimalkan output yang dihasilkan serta tugas kedua peran ini dibatasi
oleh constraint tertentu atau cost). Tambahan lagi, perekonomian negara akan berjalan dengan
mengacu pada GDP (gross domestic product) yang dilihat berdasarkan total dari consumption,
investment, government spending, dan net export (jumlah ekspor dikurangi jumlah impor).
Khususnya dalam investment, unsur ini mengandung peran interest. Berbeda dengan ekonomi
Islam. Ekonomi Islam memberi seorang individu kewajiban tidak hanya untuk dirinya sendiri,
tetapi juga untuk memberikan manfaat kepada masyarakat. Semua aktivitas dalam ekonomi
Islam dibatasi oleh syariah yakni Al-Quran dan As-Sunnah yang biasa mengatur kehidupan
manusia sehari-hari tanpa perlu mengekang seseorang untuk berkarya. Syariat Islam
diturunkan dengan tujuan untuk kemaslahatan hidup manusia yang disebut Maqashid Syariah.
Maqashid Syariah terdiri dari memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta.
Dalam era awal Islam yaitu zaman Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin, baitul maal
adalah sebuah fondasi dari apa yang sekarang dikenal sebagai bank sentral. Baitul maal hadir
tidak hanya untuk menyalurkan ajaran Allah, lembaga ini bertujuan pula untuk menjaga
kesejahteraan dan memastikan pemerataan dalam masyarakat atas hak mereka. Satu hal yang
membedakan baitul maal dengan bank sentral pada umumnya adalah ketidakhadiran unsur
interest karena mengandung riba yang dilarang Islam dalam Surah Al Baqarah ayat 275.
Ketidakhadiran interest rate dalam ekonomi Islam akan menghubungkan sektor riil dengan
sektor moneter dengan implementasi profit-loss sharing yang lebih stabil dalam jangka pendek
maupun jangka panjang.
Layaknya kebijakan moneter dalam ekonomi konvensional, kebijakan moneter ekonomi Islam
memiliki instrumen-instrumen. Persyaratan cadangan utama adalah instrumen paling penting
akibat tingkat diskonto dan operasi pasar terbuka yang ditiadakan dengan mewajibkan bank
untuk menempatkan uangnya dalam deposit permintaan di bank sentral sebagai persyaratan
cadangan, bukan dalam deposit mudarabah karena ini adalah ekuitas milik nasabah.
Selanjutnya, bank sentral bisa menetapkan limit tertinggi untuk menjamin bahwa total
pembiayaan yang ada sesuai dengan target moneter. Instrumen untuk mengatasi masalah
likuiditas diatasi dengan common pool di mana bank umum diwajibkan untuk menyimpan
sebagian simpanan dalam proporsi tertentu berdasarkan kesepakatan bersama. Lalu, ada moral
suassion; bank sentral dan bank umum harus melakukan konsultasi dan pertemuan untuk
membahas masalah yang dihadapi agar tujuan yang direncanakan bisa lebih mudah untuk
direalisasikan. Instrumen lainnya adalah memperlakukan uang yang diterbitkan sebagai fai’
atau pajak karena hal ini bisa membawa keuntungan bagi bank sentral akibat biaya yang
digunakan untuk membuat uang lebih rendah daripada nilai uang tersebut dan bisa membiayai
proyek untuk meningkatkan kondisi sosial ekonomi. Instrumen terakhir, alokasi kredit yang
goal oriented akan memberikan keuntungan optimal untuk bisnis serta produksi barang dan
jasa yang bisa didistribusikan secara merata kepada masyarakat.
PENUTUP
Masih ada isu dalam level makroekonomi yang belum bisa terselesaikan. Perubahan yang
dihadapi pembuat kebijakan tidak akan semudah teori di atas kertas ketika mereka ingin
mengubah ekonomi yang sesuai dengan prinsip syariah Islam. Semua perubahan akan
membutuhkan pembelajaran. Meski pembelajaran akan memakan waktu yang tidak sebentar,
kebijakan-kebijakan makroekonomi yang sejalan dengan syariat Islam bisa diterapkan agar
tercapai kemaslahatan yang bisa dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat dalam suatu negara.
REFERENSI
Al-Jarhi, Mabid Ali. 2002. “Macroeconomics: an Islamic Perspective” dalam Munich
Personal RePEc Archive, No. 66938. HGB, Bakhita. 2017. “Impact of Islamic Modes of
Finance on Economic Growth through Financial Stability” dalam Journal of Business &
Financial Affairs, Vol.6 March 2017. Saudi Arabia: Tabuck University.
Khan, Mohsin S. dan Abbas Mirakhor. 1989. “The Financial System and Monetary Policy in
an Islamic Economy” dalam JKAU: Islamic Econ., Vol.1. Washington: International
Monetary Fund. (pp. 39-57)
Wisandani, Iwan, Sri Iswati, dan Rifki Ismal. 2017. “The Monetary Policy in Indonesia: in
the Perspective of Islamic Economics” dalam International Journal of Nusantara Islam, Vol.5
No.1. (pp. 59-74)
Zaman, S. M. Hasanuz. 1984. “Definition of Islamic Economics” dalam J. Res. Islamic
Econ., Vol.1 No.2. Pakistan: Islamic Economic Division State Bank of Pakistan. (pp: 49-50).