Kasus Semu

16
CONTOH PROSES ASUHAN KEPERAWATAN Ny. S ( 34 thn ) dengan Krisis Tiroid 1. Kasus dan Pengkajian Ny. S seorang guru TK ( 34 tahun ) datang ke poliklinik penyakit dalam RSUA dengan keluhan 2 minggu terakhir merasa mual dan muntah, diare, dada sering merasa berdebar-debar, demam, nyeri pada bagian abdomen. Ny. S mengatakan perubahan tersebut terjadi secara tiba – tiba dalam waktu 2 minggu terakhir. Ny. S mengatakan tenggorokannya sakit, klien terlihat tampak gelisah, dan kebingungan klien mengatakan merasa takut. Ny. S mengaku bahwa dirinya selama ini menderita hipertiroid, jarang melakukan pemeriksaan karena kesibukkan pekerjaan. Hasil Pemeriksaan yang dilakukan Ns. risa ditemukan data sebagai berikut : Inspeksi : mata simetris kiri kanan, palbebra tidak ada kelainan, konjungtiva merah muda, skelera putih, pupil isokor, kornea bening transparan, iris cokelat terang tidak ada kelainan, dan lensa tidak ada kekeruhan, mata tampak eksoftalmus. Tanda – tanda vital : TD 130 / 80 mmHg, T 38,5ºC, HR 101 x/ menit, RR 21 x/ menit, BB 40 kg, TB 162 cm Diagnosa medis : Setelah dikonsultasikan Ny. S didiagnosis menderita Krisis Tiroid.

description

g

Transcript of Kasus Semu

Page 1: Kasus Semu

CONTOH PROSES

ASUHAN KEPERAWATAN

Ny. S ( 34 thn ) dengan Krisis Tiroid

1. Kasus dan Pengkajian

Ny. S seorang guru TK ( 34 tahun ) datang ke poliklinik penyakit dalam RSUA dengan

keluhan 2 minggu terakhir merasa mual dan muntah, diare, dada sering merasa berdebar-

debar, demam, nyeri pada bagian abdomen. Ny. S mengatakan perubahan tersebut terjadi

secara tiba – tiba dalam waktu 2 minggu terakhir. Ny. S mengatakan tenggorokannya

sakit, klien terlihat tampak gelisah, dan kebingungan klien mengatakan merasa takut. Ny.

S mengaku bahwa dirinya selama ini menderita hipertiroid, jarang melakukan

pemeriksaan karena kesibukkan pekerjaan.

Hasil Pemeriksaan yang dilakukan Ns. risa ditemukan data sebagai berikut :

Inspeksi : mata simetris kiri kanan, palbebra tidak ada kelainan, konjungtiva merah

muda, skelera putih, pupil isokor, kornea bening transparan, iris cokelat terang tidak

ada kelainan, dan lensa tidak ada kekeruhan, mata tampak eksoftalmus.

Tanda – tanda vital : TD 130 / 80 mmHg, T 38,5ºC, HR 101 x/ menit, RR 21 x/

menit, BB 40 kg, TB 162 cm

Diagnosa medis :

Setelah dikonsultasikan Ny. S didiagnosis menderita Krisis Tiroid.

2. Analisa Data dan Diagnosis Keperawatan

2.1 Analisa Data

No. Data Masalah

Keperawatan

Etiologi

1. DS :

Pasien mengatakan mual dan

muntah, dan diare.

DO :

o Klien tampak lelah

o Klien muntah muntah

o Kulit tampak kering

o Klien BAB 5x sehari dan cair

Defisit volume cairan Peningkatan

motilitas usus

Page 2: Kasus Semu

o TD : 130 / 80 mmHg, HR 101 x/

menit, RR 21 x/ menit,

2. DS : klien mengatakan badannya

terasa meriang.

DO :

o T = 38,5ºC

Hipertermi Peningkatan

metabolisme tubuh

3. DS : klien mengatakan nyeri pada

bagian perutnya

DO :

o Klien tampak menyeringai

Nyeri

3. Diagnosis Keperawatan

1. Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan motilitas usus.

2. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh.

3. Nyeri berhubungan dengan

4. Intervensi Keperawatan

Page 3: Kasus Semu

No

.

Dx

Diagnosa

keperawatan

Kriteria hasil Intervensi Rasional

1. Nyeri berhubungan dengan perlukaan akibat Peningkatan Ukuran Massa Tumor

Tujuan : Pasien akan terbebas

dari rasa nyeri.

Kriteria Hasil :

- Menunjukkan/melaporkan

hilangnya nyeri maksimal

- Menunjukkan tindakan santai,

mampu berpartisipasi dalam

aktifitas/tidur/istirahat dengan

maksimal

- Menunjukkan penggunaan

ketrampilan relaksasi dan

aktifitas hiburan sesuai

indikasi untuk situasi individu.

-

1. Minta klien melokalisasi nyeri dengan

menunjuk gambar wajah.

2. Berikan tindakan kenyamanan dasar

(misalnya: reposisi) dan aktivitas hiburan.

3. Lakukan strategi nonfarmakologis untuk

membantu klien mengatasi nyeri.

1. anak usia toddler atau

anak yang mempunyai

kesulitan memahami

skala nyeri pada

gambar atau pada

tubuh mereka. Untuk

anak usia 3 tahun,

dengan menggunakan

instruksi yang sama

tanpa kata-kata afek,

seperti gembira atau

sedih, menghasilkan

peringkat nyeri yang

sama, mungkin

mencerminkan

peringkat intensitas

nyeri dari anak.

2. meningkatkan

relaksasi dan

Page 4: Kasus Semu

4. Bantu atau minta orangtua membantu anak

dengan menggunakan strategi selama nyeri

aktual.

5. Rencanakan untuk memberikan analgesik

dengan rute traumatik yang paling kecil jika

mungkin

membantu

memfokuskan

kembali perhatian.\

3. Karena tehnik-tehnik

seperti relaksasi,

pernapasan berirama,

dan distraksi dapa

membantu nyeri dapat

lebih ditoleransi.

4. Pelatihan mungkin

diperluakn untuk

membantu anak

berfokus pada

tindakan yang

diperlukan.

5. Untuk meghindari

timbulnya nyeri yang

lebih lanjut

2 Tujuan : Mempertahankan

lapang ketajaman penglihatan tanpa

kehilangan lebih lanjut.

1. Tentukan ketajaman penglihatan, catat

apakan satu atau kedua mata yang terlibat.

1. kebutuhan individu

dan pilihan intervensi

sangat bervariasi

Page 5: Kasus Semu

Kriteria hasil :

Berpartisipasi dalam program

pengobatan

Mengenal gangguan sensori

dan berkompensasi terhadap

pengobatan

Mengidentifikasi/memperbaiki

potensial bahaya dalam lingkungan.

2. Orientasikan pasien terhadap lingkungan,

staf, orang lain di areanya.

3. Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel

pemanggil dalam jangkauan.

4. Dorong mengekspresikan perasaan tentang

kehilangan/kemungkinan kehilangan

sebab kehilangan

penglihatan terjadi

lambat dan progresif.

Bila bilateral, tiap

mata dapat berlanjut

pada laju yang

berbeda.

2. memberikan

peningkatan

kenyamanan dan

kekeluargaan, dan

menurunkan cemas.

3. memungkinkan pasien

melihat objek lebih

mudah dan

memudahkan

panggilan untuk

pertolongan bila

diperlukan.

4. sementara intervensi

Page 6: Kasus Semu

penglihatan.

5. Lakukan tindakan untuk membantu pasien

menangani keterbatasan penglihatan, contoh,

atur perabot/ permainan, perbaiki sinar

suram dan masalah penglihatan malam.

6. Siapkan intervensi bedah sesuai indikasi :

enukleasi.

dini mencegah

kebutaan, pasien

menghadapi

kemungkinan atau

mengalami

pengalaman

kehilangan

penglihatan sebagian

atau total. Meskipun

kehilangan

penglihatan telah

terjadi tak dapat

diperbaiki, kehilangan

lebih lanjut dapat

dicegah.

5. menurunkan bahaya

keamanan,sehubungan

dengan perubahan

lapang pandang/

kehilangan

penglihatan dan

akomodasi pupil

Page 7: Kasus Semu

7. Siapkan pelaksanaan krioterapi,

fotokoagulasi laser, atau kombinasi

sitostatik.

terhadap sinar

lingkungan.

6. pengangkatan bola

mata, dilakukan

apabila tumor sudah

mencapai seluruh

vitreous dan visus nol,

dilakukan untuk

mencegah tumor

bermetastasis lebih

jauh.

7. dilakukan apabila

tumor masih

intraokuler, untuk

mencegah

pertumbuhan tumor

akan mempertahankan

visus.

3. Resiko Gangguan

Tumbuh Kembang

berhubungan

dengan pembatasan

Tujuan : Tidak terjadi

keterlambatan perkembangan.

Kriteria Hasil : Nyaman

dalam proses hospitalisasi, tidak

1. Memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak.

2. Mempersiapkan anak untuk mendapat

1. Meningkatkan

kemampuan kontrol

diri.

2. Mengorientasikan

Page 8: Kasus Semu

aktivitas dalam

proses hospitalisasi

terjadi regresi, tidak ngompol perawatan di rumah sakit.

3. Melibatkan orang tua berperan aktif dalam

perawatan anak.

4. Berikan kesempatan anak mengambil

keputusan dan melibatkan orang tua dalam

perencanaan kegiatan.

5. Buat jadwal untuk prosedur terapi dan latihan.

6. Lakukan pendekatan melalui metode

permainan.

situasi rumah sakit.

3. Upaya mencegah /

meminimalkan

dampak perpisahan

4. Keluarga dapat

membantu proses

perawatan selama

hospitalisasi.

5. Menurunkan tingkat

kejenuhan selama

hospitalisasi.

6. Metode permainan

merupakan cara

alamiah bagi anak

untuk

mengungkapkan

konflik dalam dirinya

yang tidak disadari.

4. Gangguan citra diri

berhubungan

dengan perubahan

Tujuan : Tidak terjadi gangguan

citra diri.

Kriteria hasil :

1. Gali perasaan dan perhatian anak terhadap

penampilannya.

2. Dukung sosialisasi dengan orang-orang di

1. meningkatkan

keterbukaan klien.

2. Meningkatkan harga

Page 9: Kasus Semu

penampilan pasca

operasi

Menyatakan penerimaan situasi diri

dan memasukkan perubahan konsep

diri tanpa harga diri negatif.

sekitar klien.

3. Anjurkan untuk memakai kacamata hitam.

\

4. Berikan umpan balik positif terhadap perasaan

anak.

5. fasilitasi atau memberi penyuluhan orang tua,

pengasuh, untuk memfasilitasi pertumbuhan

motorik kasar, motorik halus, basah, kognitif,

sosial, dan emotional anak.

6. bantu orang tua untuk memahami dan

meningkatkan pertumbuhan dan

perkembangan fisik, psikologis, dan sosial.

7. Ajarkan tentang cara merawat dan perawatan

diri, termasuk komplikasi medis.

8. Tawarkan untuk menghubungi sumber-

sumber komunitas yang tersedia untuk pasien.

diri klien.

3. menutupi kekurangan

dan meningkatkan

citra diri klien.

4. Umpan balik dapat

membuat klien

berusaha lebih keras

lagi mengatasi

masalahnya

5. mengembangkan

pengetahuan dan

potensi yang dimiliki

anak.

6. meningkatkan peran

orang tua dalam

tumbuh kembang

anak.

7. sebagai media paliatif

yang bisa diterapkan

dirumah.

8. meningkatkan

kepercayaan diri

Page 10: Kasus Semu
Page 11: Kasus Semu