Kuliah 4 Karakteristik Iklim Tropis Lembab, Garis Edar Semu Mthri, Global Warming
Kasus Semu
-
Upload
grandisdeka -
Category
Documents
-
view
110 -
download
28
description
Transcript of Kasus Semu
CONTOH PROSES
ASUHAN KEPERAWATAN
Ny. S ( 34 thn ) dengan Krisis Tiroid
1. Kasus dan Pengkajian
Ny. S seorang guru TK ( 34 tahun ) datang ke poliklinik penyakit dalam RSUA dengan
keluhan 2 minggu terakhir merasa mual dan muntah, diare, dada sering merasa berdebar-
debar, demam, nyeri pada bagian abdomen. Ny. S mengatakan perubahan tersebut terjadi
secara tiba – tiba dalam waktu 2 minggu terakhir. Ny. S mengatakan tenggorokannya
sakit, klien terlihat tampak gelisah, dan kebingungan klien mengatakan merasa takut. Ny.
S mengaku bahwa dirinya selama ini menderita hipertiroid, jarang melakukan
pemeriksaan karena kesibukkan pekerjaan.
Hasil Pemeriksaan yang dilakukan Ns. risa ditemukan data sebagai berikut :
Inspeksi : mata simetris kiri kanan, palbebra tidak ada kelainan, konjungtiva merah
muda, skelera putih, pupil isokor, kornea bening transparan, iris cokelat terang tidak
ada kelainan, dan lensa tidak ada kekeruhan, mata tampak eksoftalmus.
Tanda – tanda vital : TD 130 / 80 mmHg, T 38,5ºC, HR 101 x/ menit, RR 21 x/
menit, BB 40 kg, TB 162 cm
Diagnosa medis :
Setelah dikonsultasikan Ny. S didiagnosis menderita Krisis Tiroid.
2. Analisa Data dan Diagnosis Keperawatan
2.1 Analisa Data
No. Data Masalah
Keperawatan
Etiologi
1. DS :
Pasien mengatakan mual dan
muntah, dan diare.
DO :
o Klien tampak lelah
o Klien muntah muntah
o Kulit tampak kering
o Klien BAB 5x sehari dan cair
Defisit volume cairan Peningkatan
motilitas usus
o TD : 130 / 80 mmHg, HR 101 x/
menit, RR 21 x/ menit,
2. DS : klien mengatakan badannya
terasa meriang.
DO :
o T = 38,5ºC
Hipertermi Peningkatan
metabolisme tubuh
3. DS : klien mengatakan nyeri pada
bagian perutnya
DO :
o Klien tampak menyeringai
Nyeri
3. Diagnosis Keperawatan
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan motilitas usus.
2. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh.
3. Nyeri berhubungan dengan
4. Intervensi Keperawatan
No
.
Dx
Diagnosa
keperawatan
Kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Nyeri berhubungan dengan perlukaan akibat Peningkatan Ukuran Massa Tumor
Tujuan : Pasien akan terbebas
dari rasa nyeri.
Kriteria Hasil :
- Menunjukkan/melaporkan
hilangnya nyeri maksimal
- Menunjukkan tindakan santai,
mampu berpartisipasi dalam
aktifitas/tidur/istirahat dengan
maksimal
- Menunjukkan penggunaan
ketrampilan relaksasi dan
aktifitas hiburan sesuai
indikasi untuk situasi individu.
-
1. Minta klien melokalisasi nyeri dengan
menunjuk gambar wajah.
2. Berikan tindakan kenyamanan dasar
(misalnya: reposisi) dan aktivitas hiburan.
3. Lakukan strategi nonfarmakologis untuk
membantu klien mengatasi nyeri.
1. anak usia toddler atau
anak yang mempunyai
kesulitan memahami
skala nyeri pada
gambar atau pada
tubuh mereka. Untuk
anak usia 3 tahun,
dengan menggunakan
instruksi yang sama
tanpa kata-kata afek,
seperti gembira atau
sedih, menghasilkan
peringkat nyeri yang
sama, mungkin
mencerminkan
peringkat intensitas
nyeri dari anak.
2. meningkatkan
relaksasi dan
4. Bantu atau minta orangtua membantu anak
dengan menggunakan strategi selama nyeri
aktual.
5. Rencanakan untuk memberikan analgesik
dengan rute traumatik yang paling kecil jika
mungkin
membantu
memfokuskan
kembali perhatian.\
3. Karena tehnik-tehnik
seperti relaksasi,
pernapasan berirama,
dan distraksi dapa
membantu nyeri dapat
lebih ditoleransi.
4. Pelatihan mungkin
diperluakn untuk
membantu anak
berfokus pada
tindakan yang
diperlukan.
5. Untuk meghindari
timbulnya nyeri yang
lebih lanjut
2 Tujuan : Mempertahankan
lapang ketajaman penglihatan tanpa
kehilangan lebih lanjut.
1. Tentukan ketajaman penglihatan, catat
apakan satu atau kedua mata yang terlibat.
1. kebutuhan individu
dan pilihan intervensi
sangat bervariasi
Kriteria hasil :
Berpartisipasi dalam program
pengobatan
Mengenal gangguan sensori
dan berkompensasi terhadap
pengobatan
Mengidentifikasi/memperbaiki
potensial bahaya dalam lingkungan.
2. Orientasikan pasien terhadap lingkungan,
staf, orang lain di areanya.
3. Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel
pemanggil dalam jangkauan.
4. Dorong mengekspresikan perasaan tentang
kehilangan/kemungkinan kehilangan
sebab kehilangan
penglihatan terjadi
lambat dan progresif.
Bila bilateral, tiap
mata dapat berlanjut
pada laju yang
berbeda.
2. memberikan
peningkatan
kenyamanan dan
kekeluargaan, dan
menurunkan cemas.
3. memungkinkan pasien
melihat objek lebih
mudah dan
memudahkan
panggilan untuk
pertolongan bila
diperlukan.
4. sementara intervensi
penglihatan.
5. Lakukan tindakan untuk membantu pasien
menangani keterbatasan penglihatan, contoh,
atur perabot/ permainan, perbaiki sinar
suram dan masalah penglihatan malam.
6. Siapkan intervensi bedah sesuai indikasi :
enukleasi.
dini mencegah
kebutaan, pasien
menghadapi
kemungkinan atau
mengalami
pengalaman
kehilangan
penglihatan sebagian
atau total. Meskipun
kehilangan
penglihatan telah
terjadi tak dapat
diperbaiki, kehilangan
lebih lanjut dapat
dicegah.
5. menurunkan bahaya
keamanan,sehubungan
dengan perubahan
lapang pandang/
kehilangan
penglihatan dan
akomodasi pupil
7. Siapkan pelaksanaan krioterapi,
fotokoagulasi laser, atau kombinasi
sitostatik.
terhadap sinar
lingkungan.
6. pengangkatan bola
mata, dilakukan
apabila tumor sudah
mencapai seluruh
vitreous dan visus nol,
dilakukan untuk
mencegah tumor
bermetastasis lebih
jauh.
7. dilakukan apabila
tumor masih
intraokuler, untuk
mencegah
pertumbuhan tumor
akan mempertahankan
visus.
3. Resiko Gangguan
Tumbuh Kembang
berhubungan
dengan pembatasan
Tujuan : Tidak terjadi
keterlambatan perkembangan.
Kriteria Hasil : Nyaman
dalam proses hospitalisasi, tidak
1. Memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak.
2. Mempersiapkan anak untuk mendapat
1. Meningkatkan
kemampuan kontrol
diri.
2. Mengorientasikan
aktivitas dalam
proses hospitalisasi
terjadi regresi, tidak ngompol perawatan di rumah sakit.
3. Melibatkan orang tua berperan aktif dalam
perawatan anak.
4. Berikan kesempatan anak mengambil
keputusan dan melibatkan orang tua dalam
perencanaan kegiatan.
5. Buat jadwal untuk prosedur terapi dan latihan.
6. Lakukan pendekatan melalui metode
permainan.
situasi rumah sakit.
3. Upaya mencegah /
meminimalkan
dampak perpisahan
4. Keluarga dapat
membantu proses
perawatan selama
hospitalisasi.
5. Menurunkan tingkat
kejenuhan selama
hospitalisasi.
6. Metode permainan
merupakan cara
alamiah bagi anak
untuk
mengungkapkan
konflik dalam dirinya
yang tidak disadari.
4. Gangguan citra diri
berhubungan
dengan perubahan
Tujuan : Tidak terjadi gangguan
citra diri.
Kriteria hasil :
1. Gali perasaan dan perhatian anak terhadap
penampilannya.
2. Dukung sosialisasi dengan orang-orang di
1. meningkatkan
keterbukaan klien.
2. Meningkatkan harga
penampilan pasca
operasi
Menyatakan penerimaan situasi diri
dan memasukkan perubahan konsep
diri tanpa harga diri negatif.
sekitar klien.
3. Anjurkan untuk memakai kacamata hitam.
\
4. Berikan umpan balik positif terhadap perasaan
anak.
5. fasilitasi atau memberi penyuluhan orang tua,
pengasuh, untuk memfasilitasi pertumbuhan
motorik kasar, motorik halus, basah, kognitif,
sosial, dan emotional anak.
6. bantu orang tua untuk memahami dan
meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan fisik, psikologis, dan sosial.
7. Ajarkan tentang cara merawat dan perawatan
diri, termasuk komplikasi medis.
8. Tawarkan untuk menghubungi sumber-
sumber komunitas yang tersedia untuk pasien.
diri klien.
3. menutupi kekurangan
dan meningkatkan
citra diri klien.
4. Umpan balik dapat
membuat klien
berusaha lebih keras
lagi mengatasi
masalahnya
5. mengembangkan
pengetahuan dan
potensi yang dimiliki
anak.
6. meningkatkan peran
orang tua dalam
tumbuh kembang
anak.
7. sebagai media paliatif
yang bisa diterapkan
dirumah.
8. meningkatkan
kepercayaan diri