Kasus Pemicu Buk Elmi

download Kasus Pemicu Buk Elmi

of 29

description

bhbbj

Transcript of Kasus Pemicu Buk Elmi

KASUS PEMICUTn. A umur 56 Tahun datang ke UGD Rumah Sakit Ibnu Sina Bukittinggi , mengeluhkan nyeri dan bengkak pada kaki sejak beberapa bulan yang lalu, tetapi beberapa hari ini terasa sangat nyeri tidak berkurang saat istirahat dan semakin bengkak serta mengeluarkan nanah dan menyebabkan keterbatasan gerak pada klien . Satu hari sebelum datang ke RS klien mengatakan demam tinggi. Setelah di lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital meningkat ( tekanan darah : 140/90 mmHg, suhu : 38,5C, nadi : 90 X/ menit, pernafasan : 28X/ menit ) dan pemeriksaan laboratorium di dapatkan Sel darah putih meningkat disertai laju peningkatan endapan darah.

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN OSTEOMIELITIS1. PENGKAJIAN 1.1 IDENTITAS IDENTITAS KLIEN MELIPUTI: Nama:Jenis Kelamin:Umur:Alamat:Agama:Bahasa Yang Dipakai:Status Perkawinan:Pendidikan:Pekerjaan:Asuransi:Golongan Darah:No. Register:Tanggal MRS:Diagnosa Medis:

IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB MELIPUTI:

Nama:Pekerjaan:Umur:Hubungan dengan klien:

1.2 RIWAYAT KESEHATAN 1.2.1 KELUHAN UTAMA Klien datang ke RS mengeluhkan nyeri dan bengkak pada kaki sejak beberapa bulan yang lalu, tetapi beberapa hari ini terasa sangat nyeri dan semakin bengkak serta mengeluarkan nanah. Satu hari sebelum datang ke RS klien mengatakan demam tinggi.1.2.2 RIWAYAT KESEHATAN SEKARANGSaat pengkajian klien masih mengeluhkan nyeri pada kaki dan bengkak pada kaki, serta masih mengeluarkan nanah dan masih mengalami demam tinggi dan mengalami keterbatasan gerak. Nyeri tidak berkurang saat istirahat.Saat pengkajian klien juga tampak meringis, nadi : 90X/ menit ( normalnya : 60-80 X/ menit), juga ada nyeri tekan pada daerah yang bengkak, klien juga mengalami peningkatan suhu tubuh : 38,5 C ( normalnya : 36,5C 37,5C).1.2.3 RIWAYAT KESEHATAN DAHULUKlien Ada riwayat Infeksi tulang sebelumnya . klien juga mengatakan adanya riwayat pnyakit gula. Klien juga mempunyai riwayat patah tulang terbuka dan riwayat operasi tulang dengan pemasangan pen ( invansi bakteri disebabkan oleh lingkungan bedah ) .

1.2.4 RIWAYAT KESEHATAN KELUARGAKlien memiliki riwayat anggota keluarga yang memiliki penyakit yang sama dengan klien dan keluarga klien juga mngatakan oaring tua laki-laki klien menderita pnyakit gula.

1.2.5 RIWAYAT PSIKOSOSIAL Klien mengatakan klien kehilangan peran dalam keluarga dan masyarakat karena klien menjalani rawat inap . Dampak yang timbul pada klien osteomielitis yaitu timbul ketakutan akan kecacatan akibat prognosis penyakitnya, rasa cemas, rasa tidak mampu melakukan aktifitas secara optimal, dan panadangan terhadap dirinya yang salah. ( gangguan citra diri )

1.3 DATA DASAR PADA PENGKAJIAN (DOENGES E MARILYN, 2010)A.Aktivitas / istirahatGejala : Badan lemah,demam, sulit menggerakkan kaki , aktifitasbanyak dibantu oleh keluarga.

b.Integritas egoGejala:Masalah tentang antisipasi pola hidup, reaksi orang lain, perasaan putus asa dan tidak berdaya.Tanda:Ansietas ketakutan, peka, marah, ketakutan, menarik diri.

c.Nyeri / kenyamanGejala:NyeriPada bagian yang terinfeksiTanda:Berhati-hati pada area yang sakit.Perilaku distraksi, gelisah

d.Interaksi sosialGejala:masalah sehubungan denga penyakit atau kondisi, masalah tentang peran fungsi, reaksi orang lain.

1.4 PEMERIKSAAN FISIKKeadaan umum : komposmentis Tanda-tanda vital : tekanan darah: 140/90 mmHg ( normalnya 110-120/ 80 mmHg )suhu : 38,5C ( normalnya :36,5 37,5C )nadi: 90 X/ menit ( normalnya : 60-80 x/ menit )respirasi: 28 X/ menit ( normalnya : 16-24 x/ menit )

1. B1 ( breathing ). Pada isnpeksi tidak didapatkan bahwa klien yang menderita osteomielitis tidak mengalami kelainan pernafasan. Pada palpasi toraks, ditemukan taktis fremitus seimbang kiri dan kanan. Pada auskultrasi, tidak didapatkan suara napas tambahan. 2. B2 ( blood ). Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukkan nadi meningkat, iktus tidak teraba. Pada auskultrasi didapatkan suara S1 dan S2 tungggal, tidak ada murmur.3. B3 ( brain ). Tingkat kesadaran biasanya compos mentis. 1) Kepala : tidak ada gangguan ( normosefalik, simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada sakit kepala) 2) Leher : tidak ada gangguan ( simetris, tidak ada penonjolan, reflex menelan ada). 3) Wajah : telihat menahan sakit, tidak ada perubahan fungsi dan bentuk.4) Mata : tidak ada gangguan, seperti konjungtiva anemis ( pada klien patah tulang tertutup karena tidak terjadi perdarahan). Klien osteomielitis yang disertai adanya malnutrisi lama biasanya mengalami konjungtiva anemis. 5) Telinga : tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan. 6) Hidung: tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping hidung7) Mulut dan faring : tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat. 8) Status mental : observasi penempilan dan tingkah laku klien. Biasanya status mental tidak mengalami perubahan. 9) Pemeriksaan saraf cranial : a) Saraf I. biasanya tidak ada kelainan fungsi penciumanb) Saraf II. Tes ketajaman penglihatan normal.c) Saraf III, IV dan VI. Biasanya tidak ada gangguan mengangkat kelopak mat, pupil isokor. d) Saraf V. klien oseomielitis tidak mengalami paralisis pada otot wajah dan reflex kornea tidak ada kelainane) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah simetris namun ekspresi wajah tampak meringis f) Saraf VIII. Tidak ditemukan tuli konduktif dan tuli persepsi.g) Saraf IX dan X. kemampuan menelan baikh) Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezeusi) Saraf XII. Lidak simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada fasikulasi. Indra pengecapan normal. 10) Pemeriksaan reflex: biasanya tidak terdapat reflex patologis

4. B4 ( bladder ). Pengkajian keadaan urin meliputi warna, jumlah, karakteristik dan berat jenis. Biasanya klien osteomielitis tidak mengalami kelainan pada system ini. 5. B5 ( bowel ) .inspeksi abdomen: bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. Palpasi : turgor baik, hepar tidak teraba. Perkusi: suara timpani, ada pantulan gelombang cairan. Auskultrasi: peristaltic usus normal ( 20 kali/ menit ). Inguinal-genitalia-anus: tidak ada hernia, tidak ada pembesaran limfe, tidak ada kesulitan defekasi. Pola nutrisi dan metabolism: klien osteomielitis harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-hari, seperti kalsium, zat besi, protein, vitamin C, dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan infeksi tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien dapat membantu menentukan penyebab masalah musculoskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat, terutama kalsium dan protein. Masalah nyeri pada osteomielitis menyebabkan klien kadang mual dan muntah sehingga pemenuhan nutrisi berkurang. Pola eliminasi : tidak ada gangguan pola eliminasi, tetapi tetap perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feses. Pada pola berkemih, dikaji frekuensi, kepekatan, warna, baud an jumlah urin. 6. B6 ( bone ). Adanya osteomielitis kronis dengan proses supurasi di tulang dan osteomielitis yang menginfeksi sendi akan mengganggu fungsi motorik klien. Kerusakan integritas jaringan pada kulit karena adanya luka disertai dengan pengeluaran pus atau cairan bening berbau khas.FOKUS PEMERIKSAAN YANG DILAKUKAN UNTUK MUSKULOSKELETAL 1. LookPada osteomielitis hematogen akut akan ditemukan gangguan pergerakan sendi dan gangguan bertambah berat bila terjadi spame local. Gangguan pergerakan sendi juga dapat disebabkan oleh efusi sendi atau infeksi sendi ( arthritis septic ). Secara umum, klien osteomielitis kronis menunjukkan adanya luka khas yang disertai dengan pengeluaran pus atau cairan bening yang berasala dari tulang yang mengalami infeksi atau proses supurasi. Manifestasi klinis osteomielitis akibat fraktur terbuka biasanya demam, nyeri, pemebengkakan pada daerah fraktur dan sekresi pus pada luka. 2. Feel.Pada waktu ingin palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki agar dimulai dari posisi netral / posisi anatomi. Pada dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang memberikan informasi dua arah, baik bagi pemeriksa maupun bagi penderita. Karena itu perlu selalu diperhatikan wajah penderita atau menanyakan perasaan penderita.Tujuan dari tindakan ini adalah : untuk mengkaji adanya nyeri tekan Perubahan suhu terhadap sekitarnya serta kelembaban kulit. Biasanya klien dengan osteomielitis akan mengalami peningkatan suhu pada daerah sekitar infeksi karena proses imflamasi itu sendiri. Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau hanya oedema, terutama daerah persendian. Biasanya klien dengan osteomielitis akan mengalami pembengkakakan pada daerah yang mengalami radang tersebut. Biasanya oedema itu akan mengeluarkan pus. Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainannya (1/3 proksimal / medial / distal). Biasanya klien dengan osteomielitis akan merasakan nyeri yang hebat saat ditekan pada daerah imflamasi tersebut dan daerah sekitarnya. Otot, tonus pada waktu relaksasi atau kontraksi. Benjolan yang terdapat dipermukaan tulang atau melekat pada tulang. Biasanya klien dengan osteomielitis akan teraba benjolan melekat pada tulang. Sifat benjolan , biasanya klien dengan osteomielitis benjolan akan kasar karena adanya lubang yang mengeluarkan pus dan nyeri yang hebat akan dirasakan. 3. Move. Setelah memeriksa feel, pemeriksaan diteruskan dengan menggerakan anggota gerak dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada pergerakan. Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan gerak ( mobilitas ) atau tidak. Pergerakan yang dilihat adalah pergerakan pasif dan aktif. Pemeriksaan yang didapat adalah adanya gangguan/ keterbatasan gerak sendi pada osteomielitis akut. Biasanya pada klien dengan osteomielitis akan mengalami gangguan pergerakan karena reaksi dari imflamasi tersebut. Gerakan yang dapat dilakukan pada fase akut akan pasif yang nyeri yang dirasakan sangat hebat. 1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Pemeriksaan darahSel darah putih meningkat sampai 30.000 gr/dl disertai laju peningkatan endapan darah. Bayi atau anak 9000-12000mm3 Dewasa 4000-10000mm3 Bayi Baru lahir 9000-30000mm32. Pemeriksaan titer antibodi- antistaphylococus.Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas.3. Pemeriksaan fesesPemeriksaan kultur feses dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri salmonella. ( Normalnya : eritrosit : negatif , leukosit : negatif , telur ascaris L : negatif , telur cacing : negatif )4. Pemeriksaan biopsi tulang.5. Pemeriksaan ultrasound.Pemeriksaan ini untuk memperlihatkan adanya efusi pada sendi.6. Pemeriksaan radiologisPemeriksaan foto polos dalam 10 hari pertama biasanya tidak ditemukan kelainan radilogic, setelah dua minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat defuse.( BUKU ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN MUSKULOSKELETAL )

1.6 ANALISA DATA DATAPATOFISIOLOGIMASALAH KEPERAWATAN

DS: Klien mengatakan nyeri pada kaki Klien mengatakan bengkak pada kaki Klien mengatakan nyeri apabila di sentuh Klien biasanya juga mengeluhkan nyeri saat bergerak Biasayan klien mengtkan nyeri tidak berkurang saat istirahat DO : klien tampak menringis Palpasi daerah bengkak klien mengeluhkan nyeri Klien tampak cemas nadi cepat : normal ( 60-80 x/menit ) hasil pemeriksaan radiologic menunjukkan kelainan tulang OsteomielitisProses inflmasi ( hipertermi, pembengkakakan, membentuk pus ) tekanan jaringan tulang dan medulaRansanga nyeriNyeri tekan , nyeri saat bergerak

Gangguan rasa nyaman nyeri

DS : klien mengatakan ada bengkak di kaki Klien mengatakan sakit saat bergerak Klien mengatakan sulit untuk bergerak atau melakukan aktifitas DO : klien tampak banyak istirahat Klien menglami kemampuan mobilitas fisik Adanya peradangan pada tulang klien Pemeriksaan radiologis tampak ada kelainan pada tulang OsteomilitisProses inflmasi ( hipertermi, pembengkakakan, membentuk pus )Keterbatasankemampuan mobilitas

Gangguan mobilitas fisik

DS : klien mengatakan bengkak pada kaki Klien mengatakan bengkak dan mengeluarkan nanah Klien biasanya juga mengatakan nanah tersebut sering berulang Klien mengatakan demam DO : ditemukan nanah pada daerah yang mengalami bengkak jaringan yang mengalami pembengkkakn akan nekrosis Biasanya nanah yang dikeluarkan oleh daerah pembengkakkn itu akan menginfeksi organ penting Hasil laboratorium : peningkatan leukosit ( normalnya :4.000-11000)OsteomiolitisProses inflmasi ( hipertermi, pembengkakakan, membentuk pus )Pembentukan pus dan nekrosis jaringanPenyebaran infeksi ke organ penting

Resiko penyebaran infeksi

DS : Klien mengeluhkan demam Klien mengatakan panas pada daerah yang bengkak Klien mengatakan sering merasa lemahDO : klien mengalami demam tinggi ( normal : 36,5- 37,5 C) tanda imflamasi ( robor, color, dolor, tumor dan disfungsional) Denyut nadi cepat ( normalnya : 60-8o x/ menit ) Hasil pemeriksaan labor : adanya peningkatan leukosit ( normalnya :4.000-11000)OsteomiolitisProses inflmasi ( hipertermi, pembengkakakan, membentuk pus )Demam & malaiseNadi cepat

Hipertermi

2 DIAGNOSA KEPERAWATAN 1) Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan2) Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan beban berat badan.3) Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang4) Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi3 INTERVENSI KEPERAWATANNODIAGNOSA KEPERAWATANNOCNIC

1gangguan rasa nyaman : Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera fisik (trauma kecelakaan dan cedera olahraga)batasan karakteristik : Melaporkan nyeri secara verbal dan nonverbal Posisi untuk mengurangi nyeri Gerakan untuk melindungi Tingkah laku berhati-hati Respon otonom (diaporesis, perubaha tekanan darah, perubahan nafas, nadi dilatasi pupil) Perubahan otonom dalam tonus otot (dalam rentang lemah ke kaku) Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang, mengeluh)

Faktor berhubungan: Agen cedera (biologi, psikologi, kimia, fisika)

NOC : Pain level Pain control Comfort level

Kriteria hasil : Mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) Melaporkan nyeri berkurang dengan mwnggunakan manajemen nyeri Mampu mengenali nteri ( skala, intentitas, frekuensi dan tanda nyeri ) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang NIC 1: MANAGEMEN NYERI AKTIVITAS Ajari untuk menggunakan tehnik non-farmakologi (spt: biofeddback, TENS, hypnosis, relaksasi, terapi musik, distraksi, terapi bermain, acupressure, apikasi hangat/dingin, dan pijatan ) sebelum, sesudah dan jika memungkinkan, selama puncak nyeri , sebelum nyeri terjadi atau meningkat, dan sepanjang nyeri itu masih terukur. Gunakan komunikasi yang terapeutik agar pasien dapat menyatakan pengalamannya terhadap nyeri serta dukungan dalam merespon nyeri Lakukan penilaian nyeri secara komprehensif dimulai dari lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas dan penyebab. Kaji ketidaknyamanan secara nonverbal, terutama untuk pasien yang tidak bisa mengkomunikasikannya secara efektif Anjurkan untuk istirahat/tidur yang adekuat untuk mengurangi nyeri Tentukan dampak nyeri terhadap kehidupan sehari-hari (tidur, nafsu makan, aktivitas, kesadaran, mood, hubungan sosial, performance kerja dan melakukan tanggung jawab sehari-hari) Evaluasi bersama pasien dan tenaga kesehatan lainnya dalam menilai efektifitas pengontrolan nyeri yang pernah dilakukan Tentukan tingkat kebutuhan pasien yang dapat memberikan kenyamanan pada pasien dan rencana keperawatan Menyediakan informasi tentang nyeri, contohnya penyebab nyeri, bagaimana kejadiannya, mengantisipasi ketidaknyamanan terhadap prosedur Kontrol faktor lingkungan yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien (suhu ruangan, pencahayaan, keributan) Pastikan pasien mendapatkan perawatan dengan analgesic Pilihlah variasi dari ukuran pengobatan (farmakologis, nonfarmakologis, dan hubungan atar pribadi) untuk mengurangi nyeri

NIC 2 :PEMBERIAN ANALGESICAkatifitas: Menentukan lokasi , karakteristik, mutu, dan intensitas nyeri sebelum mengobati pasien Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian obat narkotik dengan dosis pertama atau jika ada catatan luar biasa. Memberikan perawatan yang dibutuhkan dan aktifitas lain yang memberikan efek relaksasi sebagai respon dari analgesi Tindakan pesawat untuk mengurangi efek merugikan dari analgesic (contoh : konstipasi dan iritasi lambung Cek riwayat alergi obat) Mengajari tentang penggunaan analgesic, strategi ke menurunkan efek samping, dan harapan untuk keterlibatan dalam membuat keputusan dalam manajemen nyeri Cek pemberian analgesic selama 24 jam untuk mencegah terjadinya puncak nyeri tanpa rasa sakit, terutama dengan nyeri yang menjengkelkan Kolaborasi: Tentukan jenis analgesic yang digunakan (narkotik, non narkotik atau NSAID) berdasarkan tipe dan tingkat nyeri.

2Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan dislokasi akibat truma Definisi : keterbatasan dalam kebebasan pergerakan fisik tertentu pada bagian tubuh atau satu atau lebihekstremitas.BATASAN KARAKTERISTIK : Postur tubuh tidak stabil Keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan motorik halus dan kasar Tiak ada koordinasi gerak Keterbatasan ROM Perubahan gaya berjalan ( penurunan kecepatan berjalan, kesulitan memulai berjalan, langkah sempit) Bergeak menyebabkannafas menjadi pendek Usaha yang kuat untuk perubahan gerak ( peninhkatan perhatian untuk aktifitas lain, mengontrol perilaku, fokus dalam anggapan ketidakmampuan aktivitas ) Pergerakan yang lambatFAKTOR YANG BERHUBUNGAN: Pembatasan gerak Tidak nyaman nyeri Kerusakan musculosleletal dan neuro muscular

NOC : Joint Movement : Active Mobility level Self care : ADLs Transfer performance KRITERIA HASIL : Klien meningkat dalam kativitas fisik Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas Memverbalisasikan perrasaab dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah

NIC :Exercise therapy : ambulation Aktivitas : Monitoring vital sign sebelum dan sesudah latihan dan lihat respon klien setelah latihan Konsultasikan dengan fisioterapis tentang rencana ambulansi sesuia kebutuhan Bantu klien menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera Ajarkan klien dan keluarga tentang teknik ambulansi Kaji kemampuan klien dalam mobilisasi Latih klien dalam pemenuhan ADL Beri alat bantu bila klien membutuhkan Ajarkan cara merubah posisi bila di perlukan Dampingi dan bantu pasiek saat mobilisasi dan bantu bantu pemenuhan kebutuhan ADL. Berikan alat bantu bila pasien memerlukan Ajarkan bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan.

NIC : EXCERCISE THERAPI: JOINT MOVEMENTAKTIVITAS: Tentukan Batasan Gerakan Kolaborasi dengan fisioterapi dalam menentukan program latihan Tentukan level gerakan pasien Jelaskan pada keluarga atau pasien tujuan dan rencana latihan Monitor tempat ketidaknyamanan selama latihan Lindungi pasien dari trauma selam latuhan Bantu klien memaksimalkan posisi tubuh dalam gerakan pasif atau aktif Intruksikan ROM aktif dan pasif Dorong klien menunjukkan gerakan tubuh selama latihan.

3resiko tinggi penyebaran infeksi (pembentukan abses tulang)definisi : meningkatnya resiko terinvasi oleh organism pathogen FAKTOR YANG BERHUBUNGAN : Pertahanan sekunder tidak adekuat (misalnya : penurunan HB, leucopenia, dan tanda imflamasi) Meningkatnya paparan lingkungan terhadap pathogen Trauma Kerusakan lingkungan Kriteria hasil : Integritas jaringan : kulit dan mebran mukosa Pembengkakan tidak ada. Pus tidak ada Angka leukosit dan laju endap darah kembali normal

NIC : PROTEKSI INFEKSI Aktivitas : Monitor tanda da gejala sistmik local dan infeksi Monitor daerah yang mudah terinfeksi Pertahankan teknik asepsis untuk pasien yang berisiko Inspeksi kulit dan membrane mukosa yang memerah, panas dan kering Tingkatkan intake nutrisi yang cukup Anjurkan peningkatan mobilitasdan latihan laporkan kemingkinan adanya infeksi dalamupaya pengendalian infeksi Kolaborasi pemberian antibiotic dengan dokter

4Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasiDefinisi : suhu tubuh meningkat melebihi batas normaBATASAN KARAKTERISTIK : Kulit memerah Peningkatan suhu tubuh di raba hangat FAKTOR BERHUBUNGAN : Peningkatan metabolisme Penyakit Trauma

Criteria hasil :Termoregulasi : keseimbangan produksi panas, peningkatan panas dan kehilangan panas NIC : KONTROL INFEKSI Aktivitas : Ciptakan lingkungan ( alat-alat, berbeden dan lainnya ) yang aman dan bersih terutama setelah di gunakan pasien Gunakan alat baru dan berbeda setiap melakukan tindakan keperawatan ke pasien Batasi jumlah pengunjung sesuai kondisi klien Ajari kebiasaan cuci tangan sebgai gaya hidup sehat pribadi Gunakan sabun antimikroba untuk mencuci tangan Gunakan sarung tangan yang steril, jika memungkinkan Bersihkan kulit pasien dengan pembersih antibakteri Jaga dan lindungi area atau ruangan yang diiindikasikan dan lingkungan dan gunakan untuk tindakan invasive, operasi dan gawat darurat.NIC 2 : PEMANTAUAN TANDA-TANDA VITALAKTIVITAS Monitor TTVjika diindikasikan Pertahnkan kelangsungan pemantauan suhu Monitor tanda hipertermi Monitor warna, suhu, dan kelembababan kulit Identifikasi faktor penyebab perubahn tanda vital monitor sianosis sentral dan perifer

4. EVALUASIEvaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan dan perencanaan berhasil di capai. Ada dua komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan : Proses ( sumatif )Fokusnya adalah aktifitas dari proses keperawatan dan kualitas tindakan evaluasi dilaksanakan sesudah perencanaan keperawatan. Hasil ( formatif )fokusnya adalah perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir tindakan keperawatan.EVALUASI HASIL YANG DIHARAPKAN: 1. Mengalami peredaan nyeria. Melaporkan berkurangnya nyerib. Tidak mengalami nyeri tekan di tempat terjadinya Infeksic. Tidak mengalarni ketidaknyamanan bila bergerak

2. Peningkatan mobilitas isika. Berpartisipasidalam aktivitas perawatan~dirib. Mempertahankan fungsi penuh ekstremitas Yang sehatc. Memperlihatkan penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan aman

3. Tiadanya infeksia. Memakai antibiotika sesuai resepb. Suhu badan normalc. Tiadanya pembengkakand. Tiadanya puse. Angka leukosit dan laju endap darah kembali nonnalf. Biakan darah negatif

4. Mematuhi rencana terapeutika. Memakai antibiotika sesuai resepb. Melindungi tulang yang lemahc. Memperlihatkan perawatan luka yang benard. Melaporkan bila ada masalah segerae. Makan diet seimbang dengan tinggi protein dan vitamin C dan Df. Mematuhi perjanjian untuk tindak lanjutg. Melaporkan peningkatan kekuatanh. Tidak melaporkan peningkatan suhu badan atau kambuhan nyeri, pembengkakan, atau gejala lain di tempat terrsebut.

PENDIDIKAN KESEHATAN PASIEN DAN PERTIMBANGAN PERAWATAN DI RUMAHPasien harus dalam keadaan stabil secara medis dan telah termotivasi, dan keluarga harus mendukung. Lingkungan rumah harus bersifat kondusif terhadap promosi kesehatan dan sesuai dengan program terapeutik. Pasien dan keluarganya harus memahami benar protokol antibiotika. Ajarkan cara teknik balutan secara steril dan teknik kompres hangat. Pendidikan pasien sebelum pemulangan dari rurnah sakit dan supervisi serta dukungan Yang memadai dari perawatan di rumah sangat penting dalam keberhasilan penatalaksanaan osteomielitis di rumah. Pantau dengan cermat mengenai bertambahnya daerah nyeri atau peningkatan suhu Yang mendadak. Pasien diminta. untuk melakukan observasi dan melaporkan bila terjadi peningkatan suhu, keluarnya pus, bau, dan bertambahnya inflamasi.

PENYULUHAN ATAU PEMBELAJARANRencanaPemulangan :Memerlukan bantuan dalam perawatan luka, adaptasi terhadap alat bantu transportasi, pemeliharaan rumah, kemungkinan aktifitas perawatan diri.

BAB IVPENUTUP4.1 KESIMPULANOsteomielitis adalah penyakit yang sulit diobati karena dapat terbentuk abses local. Abses tulang biasanya memiliki pendarahan yang sangat kurang, dengan demikian, penyampaian sel-sel imun dan antibiotic terbatas. Apabila infeksi tulang tidak diobati secara segera dan agresif, nyeri hebat dan ketidak mampuan permanen dapat terjadi (Corwin, 2001).Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi di tempat lain (mis. Tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas atas). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma dimana terdapat resistensi rendah kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas).

4.2 SARANA. Tenaga KeperawatanDiharapkan mampu memahami tentang penatalaksanaan pada pasien dengan osteomielitis.B. MahasiswaDiharapkan mampu menambah wawasan dan pengetahuan bagi semua mahasiswa tentang asuhan keperawatan pada pasien pada pasien dengan osteomielitis.

DAFTAR PUSTAKA1. Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC.2. Harrison. 1999. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Jakarta: EGC.3. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.4. Pamela L. 2001. Keperawatan medical bedah. Jakarta: EGC. 5. Reeves, Charlene J. 2001. Keperawatan medical bedah. Jakarta: Salemba Medika.6. Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku ajar keperawatan medical-bedah. Jakarta: EGC.7. Brunner, Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3. Jakarta : EGC8. Doenges, Marilynn E, dkk. 2000. Penerapan Proses Keperawatan dan DiagnosaKeperawatan. Jakarta : EGC9. Prince, Sylvia Anderson. 1999. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi. 4. Jakarta : EGC10. Wilkinson, M. Judith. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC11. Purnawan Junadi, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke 2. Media Aeskulapius, FKUI 1982. Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI 1990.12. Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta13. Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.14. Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI, Jakarta.15. Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta.16. Sjamsuhidajat.R; De Jong.W, Editor. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi, Cetakan Pertama, Penerbit EGC; Jakarta.1997. 1058-1064.17. Sabiston. DC; alih bahasa: Andrianto.P; Editor Ronardy DH. Buku Ajar Bedah Bagian 2. Penerbit EGC; Jakarta.18. Schwartz.SI; Shires.GT; Spencer.FC; alih bahasa: Laniyati; Kartini.A; Wijaya.C; Komala.S; Ronardy.DH; Editor Chandranata.L; Kumala.P. Intisari Prinsip Prinsip Ilmu Bedah. Penerbit EGC; Jakarta.2000.19. Reksoprojo.S: Editor; Pusponegoro.AD; Kartono.D; Hutagalung.EU; Sumardi.R; Luthfia.C; Ramli.M; Rachmat. KB; Dachlan.M. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Penerbit Bagian Ilmu Bedah FKUI/RSCM; Jakarta.1995.20. Dikutip dari WWW.http.