Kasus Pasar Modal

10
KASUS JAKARTA. Sengketa transaksi margin saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang melibatkan Ronni Susanto dan Mandiri Sekuritas terus bergulir. Ironisnya, upaya mediasi dua belah pihak terancam buntu. Dengan tegas, Mandiri Sekuritas memastikan tak akan membuka kesempatan mediasi dalam sengketa ini. "Kami ini BUMN. Tidak mudah melakukan mediasi. Kami siap jika harus naik ke pengadilan sekalipun," kata Kartika Wirjoatmodjo, Managing Director Mandiri Sekuritas, kepada KONTAN, Kamis (5/11). Kartika bilang, di tengah pasar modal yang mulai menggeliat, nasabah nakal memang mencari celah untuk mengambil keuntungan lewat penghapusan utang. Modusnya, mereka menyomasi sekuritas yang dilanjutkan dengan proses mediasi. Nah, saat mediasi inilah, nasabah meminta penghapusan utang. Atas sikapnya itu, 29 Oktober lalu, Mandiri Sekuritas melayangkan somasi balasan terhadap Ronni. Dalam somasi tersebut, mereka meminta sepupu Benny Tjokrosaputro ini segera membayar utang sebesar Rp 9,5 miliar (bukan Rp 11 miliar seperti berita sebelumnya). Utang ini adalah kekurangan dana yang semestinya

Transcript of Kasus Pasar Modal

Page 1: Kasus Pasar Modal

KASUS

JAKARTA. Sengketa transaksi margin saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang melibatkan Ronni

Susanto dan Mandiri Sekuritas terus bergulir. Ironisnya, upaya mediasi dua belah pihak terancam buntu.

Dengan tegas, Mandiri Sekuritas memastikan tak akan membuka kesempatan mediasi dalam sengketa

ini. "Kami ini BUMN. Tidak mudah melakukan mediasi. Kami siap jika harus naik ke pengadilan

sekalipun," kata Kartika Wirjoatmodjo, Managing Director Mandiri Sekuritas, kepada KONTAN, Kamis

(5/11).

Kartika bilang, di tengah pasar modal yang mulai menggeliat, nasabah nakal memang mencari

celah untuk mengambil keuntungan lewat penghapusan utang. Modusnya, mereka menyomasi sekuritas

yang dilanjutkan dengan proses mediasi. Nah, saat mediasi inilah, nasabah meminta penghapusan

utang. Atas sikapnya itu, 29 Oktober lalu, Mandiri Sekuritas melayangkan somasi balasan terhadap

Ronni. Dalam somasi tersebut, mereka meminta sepupu Benny Tjokrosaputro ini segera membayar

utang sebesar Rp 9,5 miliar (bukan Rp 11 miliar seperti berita sebelumnya). Utang ini adalah kekurangan

dana yang semestinya disetorkan Ronni saat nilai jaminan transaksi margin saham BMRI miliknya di

bawah perjanjian.

Catatan saja, kasus ini bermula saat Ronni membeli saham BMRI dengan fasilitas transaksi

margin melalui Mandiri Sekuritas pada 2007 silam. Dalam perjanjian itu, Ronni wajib menyiapkan

jaminan berupa saham atau uang tunai. Belakangan, harga saham BMRI anjlok karena hantaman krisis.

Akibatnya, nilai jaminan Ronni pun merosot. Lantaran tak segera menambah (top up) jaminan, Mandiri

Sekuritas menjual paksa (forced sell) saham Ronni dengan cara tutup sendiri alias crossing. Metode jual

paksa secara crossing inilah yang membuat Ronni berang. Dia pun menyomasi Mandiri Sekuritas pada 30

Page 2: Kasus Pasar Modal

September dan menuntut pengembalian saham jaminan yang telah dijual. Yang menarik, dalam somasi

itu, Ronni menawarkan mediasi (Harian KONTAN, 28-10-2009).

Selain somasi balasan, indikasi penolakan mediasi ini juga tampak dari berbagai persiapan

hukum yang mulai ditempuh Mandiri Sekuritas. Saat ini, perusahaan efek pelat merah ini tengah

memilih kuasa hukum. Informasi yang dihimpun KONTAN, salah satu kuasa hukum yang akan dipilih

Mandiri Sekuritas adalah Robertus Billitea.

Selain itu, Mandiri Sekuritas juga menyiapkan somasi kedua jika hingga Jumat (06/11), pukul

10.00 WIB, Ronni tidak kunjung membayar utangnya. Nah, setelah somasi kedua inilah, Mandiri

Sekuritas kemungkinan menggugat Ronni ke Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI).

Kartika pun tidak menampik semua kabar ini. Bahkan, Mandiri Sekuritas sudah siap jika Ronni membawa

perkara ini secara perdata ke pengadilan dan pidana ke polisi.

Anthony L.P. Hutapea, kuasa hukum Ronni, menyatakan bahwa surat yang dilayangkan Mandiri

Sekuritas, 29 Oktober lalu, merupakan jawaban kedua atas somasi Ronni 30 September lalu. Dalam

suratnya, Mandiri Sekuritas mengklaim forced sell dengan cara crossing sudah memenuhi aturan.

Mereka juga membuka pintu komunikasi penyelesaian sengketa ini.

Yang seru, diam-diam Ronni juga bersiap merealisasikan ancamannya membawa kasus ini ke

ranah pidana dan perdata. Sebagai awalan, dalam waktu dekat ini Ronni akan melaporkan Mandiri

Sekuritas ke Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). Sebagai antisipasi

kemarin, Mandiri Sekuritas telah terlebih dahulu datang ke Bapepam-LK untuk menjelaskan masalah ini.

Page 3: Kasus Pasar Modal

KASUSJakarta -PT Mandiri Sekuritas (kode broker: CC) akan mengajukan somasi balik dan menagih

utang yang masih dimiliki nasabahnya Ronny Susanto sebesar Rp 11 miliar.

“Kami sedang bicara dengan beberapa lawyer untuk melakukan somasi balik kepada Ronni Susanto,”

ujar Managing Director Mandiri Sekuritas, Kartika Wirjoatmodjo saat dihubungi detikFinance, Rabu

(28/10/2009).

Ronni Susanto yang merupakan kerabat dekat Benny Tjokrosaputro, telah melayangkan somasi

kepada Mandiri Sekuritas lantaran saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dijual paksa (forced sell). Somasi

dilakukan pada 30 September 2009.

“Forced sell kami lakukan karena Ronni tidak bisa menambah jaminannya (top up), itu sudah sesuai

koridor mekanisme forced sell,” jelas Kartika.

Menurut penjelasan Kartika, sekitar Desember 2008 Ronni telah membeli 8,4 juta saham BMRI

senilai kurang lebih Rp 30 miliar dengan menggunakan dana pinjaman (marjin trading). Ketika itu, harga

saham BMRI ambruk lantaran krisis global.

“Ronni seharusnya top up Rp 8 miliar agar tidak di forced sell. Namun Ronni malah menjual jaminannya

yang berupa saham. Padahal seharusnya dia top up dengan dana baru, bukan dari jaminan,” ungkap

Kartika.

Aksi penjualan jaminan tersebut, lanjut Kartika, malah membuat coverage ratio Ronni menurun.

“Karena itu, kami memiliki hak penuh untuk mengeksekusi forced sell,” jelasnya.

Menurut Kartika, ketika itu Mandiri Sekuritas menjual 8,4 juta saham Ronni di harga Rp 2.100. Total nilai

penjualannya sebesar Rp 17,64 miliar.

“Setelah penjualan tersebut, Ronny sebenarnya masih punya utang ke Mandiri Sekuritas sebesar Rp 11

miliar, karena nilai penjualan forced sell itu belum menutupi seluruh utang Ronni. Itu pun belum dibayar

sejak Desember tahun lalu, kok malah sekarang dia somasi kami,” keluhnya.

Page 4: Kasus Pasar Modal

KASUSJAKARTA. Karena tidak terima sahamnya dijual secara sepihak, salah satu nasabah Mandiri

Sekuritas mengajukan somasi dan menuntut sahamnya dapat dikembalikan kembali.

Nasabah itu adalah Ronni Susanto, yang tak lain adalah sepupu Dicky Tjokro, Direktur Utama PT Power

Telecom (Powertel).

Gugatan ini bermula ketika Ronni tidak terima karena saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI)

miliknya sebanyak 8.400.000 saham dijual begitu saja oleh Mandiri Sekuritas.

“Saham milik Ronni yang menjadi jaminan dijual secara paksa oleh Mandiri. Di samping itu penjualan

tanpa melalui mekanisme yang transparan,” jelas Anthony L.P Hutapea, Kuasa Hukum Ronni kepada

KONTAN, Selasa (27/10).

Kuasa hukum yang berasal dari kantor advokat Hotman Paris & Patners ini mengatakan bahwa

penjualan dilakukan melalui mekanisme transaksi tutup sendiri (TS). Dia mengatakan, Mandiri Sekuritas

diduga kuat melakukan tindakan ini untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. “Saham itu dijual

di bawah harga pasar,” terangnya.

Dalam somasi yang dilayangkan pada 30 September 2009 lalu, Ronni memberi batas waktu selama 7

hari kepada Mandiri Sekuritas untuk menanggapinya. Jika tidak ada tanggapan, Ronni pun mengancam

akan menempuh upaya hukum lain. “Kalau tidak ada tanggapan, kami langsung membawa persoalan ini

secara pidana atas tindakan penggelapan maupun perdata,” tuturnya.

Yang jelas, Mandiri Sekuritas tidak berdiam diri atas somasi tersebut. Buktinya pada tanggal 5

Oktober 2009 lalu, mereka menyampaikan tanggapannya. Dalam surat itu, Mandiri Sekuritas

mengatakan sedang menelaah secara internal atas somasi yang diajukan Ronni. “Iya betul, kami baru

saja menelaah soal somasi ini secara internal,” kata Kartika Wirjoatmodjo, Managing Director Mandiri

Sekuritas.

Mandiri Sekuritas mengatakan, eksekusi ini adalah tindakan yang tepat. “Dalam perjanjian

pembiayaan transaksi jual beli saham disebutkan jika nasabah wanprestasi, maka Mandiri Sekuritas

berhak mengeksekusi jaminan,” tegasnya.

Eksekusi itu pun dapat dilakukan dengan cara apa pun termasuk menjual saham tanpa

sepengetahuan Ronni hingga transaksi internal tutup sendiri (TS). “Kalau nantinya persoalan ini dibawa

ke pengadilan, kami siap,” tegasnya.

Page 5: Kasus Pasar Modal

Kartika menambahkan, Ronni bukan satu-satunya investor yang melakukan somasi. “Dengan

kondisi pasar saham sekarang ini, rupanya banyak nasabah yang memanfaatkan celah agar utang

dihapuskan. Makanya kami tidak gentar sama gertakan mereka,” jelasnya.

Kasus ini berawal dari perjanjian fasilitas nasabah khusus antara Ronni dengan Mandiri Sekuritas

pada tanggal 11 September 2007. Melalui perjanjian itu, Mandiri Sekuritas menyediakan fasilitas margin

kepada Ronni dengan nilai maksimal Rp 50 miliar. Sebaliknya, Ronni berkewajiban memberikan jaminan

berupa saham sebanyak 8.400.000 lembar saham BMRI.

Seiring berjalannya waktu, ternyata nilai transaksi margin Ronni semakin turun. Melalui surat

tanggal 11 Desember 2008, Ronni meminta agar Mandiri Sekuritas memberikan perpanjangan waktu.

Dengan mekanisme itu, Ronni akan melunasi pada tanggal 16 Desember 2008 sebesar Rp 8 miliar.

Mandiri Sekuritas pun menyetujui hal tersebut.

Akhirnya pada 16 Desember 2008, Ronni melakukan pembayaran dengan cara menjual jaminan

saham BMRI miliknya dengan jumlah 3.750.000 lembar dengan harga rata-rata Rp. 2.115/lembar, atau

setara Rp 7,93 miliar. (setelah dikurangi fee dan pajak).

Karena pembayaran masih tersisa Rp 66,78 miliar, Ronni pun kembali meminta Mandiri

Sekuritas untuk menjual saham BMRI miliknya. Namun, kali ini, tidak diperbolehkan oleh Mandiri

Sekuritas.

Tapi, pada 17 Desember 2009, Ronni mendapatkan pemberitahuan bahwa Mandiri Sekuritas

telah menjual saham BMRI miliknya sejumlah 8.400.000 saham pada 16 Desember 2008. Dan itu

dilakukan tanpa pemberitahuan sebelumnya.

Oleh sebab itu, Mandiri Sekuritas berencana melakukan somasi balik pada Ronny sekaligus

menuntut sepupu Dicky Tjokrosaputro itu melunasi utangnya sebesar Rp 11 miliar kepada sekuritas anak

usaha BUMN tersebut.

Page 6: Kasus Pasar Modal

ANALISAKASUSKasus sengketa antara pihak Nasabah dan Pialang

PIHAK – PIHAK YANG BERSENGKETA Pihak 1 yaitu Nasabah sendiri dalam hal ini yaitu Ronni Susanto

Pihak 2 yaitu Pialang yantiu PT.Bank Mandiri Tbk dalam hal ini yang menangani Pialang ialah

Mandiri Sekuritas

KASUS POSISIDimana kasus ini berawal dari perjanjian fasilitas nasabah khusus antara Ronni dengan Mandiri

Sekuritas yang dimana dalam perjanjian Ronni Susanto dan Mandiri Sekuritas yaitu Ronni di fasilitasi

Margin oleh Mandiri Sekuritas yaitu sebesar Rp. 50 Miliar. Tetapi sebaliknya, Ronni berkewajiban

memberikan jaminan berupa saham sebanyak 8.400.000 lembar saham BMRI. Seiring berjalannya

waktu, ternyata nilai transaksi margin Ronni semakin turun lantaran dikarenakan Krisis Global. Melalui

surat tanggal 11 Desember 2008, Ronni meminta agar Mandiri Sekuritas memberikan perpanjangan

waktu. Dengan mekanisme itu, Ronni akan melunasi pada tanggal 16 Desember 2008 sebesar Rp 8

miliar. Mandiri Sekuritas pun menyetujui hal tersebut.

Akhirnya pada 16 Desember 2008, Ronni melakukan pembayaran dengan cara menjual jaminan

saham BMRI miliknya dengan jumlah 3.750.000 lembar dengan harga rata-rata Rp. 2.115/lembar, atau

setara Rp 7,93 miliar. (setelah dikurangi fee dan pajak). Memang dia membayar kurang lebih Rp. 8 Miliar

dari utangnya tetapi maksud dari Mandiri Sekuritas disini yaitu meminta agar Ronni Susanto untuk men

“top-up” dana baru atau memasukan dana segar untuk menjaga agar kedepannya sahamnya masih bisa

dipertahankan dan diselamatkan melalui dana segar itu, bukan dari dana jaminan. Dan tidak sesuai

dengan perjanjian antar Mandiri Sekuritas dengan pihak nasabah yaitu Ronni Susanto yaitu untuk

Page 7: Kasus Pasar Modal

menjual saham BMRI miliknya, karena margin yang diberikan oleh Mandiri Sekuritas digunakan untuk

membeli saham BMRI, yang artinya adanya timbale balik antara kedua belah pihak.

Karena masih ada utang yang harus dilunasi oleh Ronni Susanto, dan tidak ada kejelasan dari

Ronni Susanto sendiri maka untuk menanggulangi utangnya Ronni Susanto maka pihak Mandiri

Sekuritas pada 17 Desember 2009, Ronni mendapatkan pemberitahuan bahwa Mandiri Sekuritas telah

menjual saham BMRI miliknya sejumlah 8.400.000 saham pada 16 Desember 2008. Dan itu dilakukan

tanpa pemberitahuan sebelumnya. Ronni seharusnya men “top-up” dana segar agar saham yang

dimilikinya tidak berdampak hingga ke saham yang lain.

Adanya jalur yang ditempuh oleh Mediasi yang diajukan Ronni Susanto yaitu ditolak oleh pihak

Mandiri Sekuritas dikarenakan dari pernyataan pihak Mandiri Sekuritas setiap nasabah akan mencari

untung dengan meminta dihapuskannya utang atau utang yang dikurangi.

Namun pihak Mandiri Sekuritas langsung mengajukan ke Jalur Arbitrase yang ditempuh oleh

kedua belah pihak dimana hasil putusannya yaitu adanya suatu eksekusi.

HASIL DARI MEDIASITidak ada hasil karena adanya salah satu pihak yang tidak setuju mengenai jalur ini, dan langsung ke

jalur arbitrase

HASIL DARI ARBITRASEDalam perjanjian pembiayaan transaksi jual beli saham disebutkan jika nasabah wanprestasi, maka

Mandiri Sekuritas berhak mengeksekusi jaminan. Maka EKSEKUSI