Kasus MDR-Jadi Maju
-
Upload
eka-ambars -
Category
Documents
-
view
110 -
download
11
description
Transcript of Kasus MDR-Jadi Maju
PROFIL PENDERITA TUBERKULOSIS PARUDENGAN MULTIDRUG RESISTANT DI PUSKESMAS GROGOL
TAHUN 2010-2011
Diajukan Oleh :Istiadi Budiyoko J 500060034Ratna Dewi R J 500060045Ahmad Afif J 500060070Rostomo Raharjo J 500070043Mardiansyah J 500070045Asliawati J500070090
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2011
BAB. IPENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
BAB. IBAB. I
TBTB
Th 1992 : TB Global Emergency1/3 pnduduk di dunia terinfeksi TBKasus terbesar di dunia: Asia Tenggara (33%)Berdasarkan jumlah penduduk
1. Asia :182 kasus / 100.000 penduduk
2. Afrika :350 kasus/ 100.000 penduduk
WHOWHO
Indonesia
Indonesia
Prevalensi TB yang tinggi Penderita TB 10% dari total jumlah penduduk di dunia
Program Pengendalian TB
Nasional
Program Pengendalian TB
Nasional
Penatalaksanaan TB (R.S, Klinik, praktek swasta)
TB MDR
kesulitan diagnosis Tingginya angka kegagalan terapi Kematian
Permasalahan TB Resisten obat (TB MDR)
Blm sesuai strategi DOTS & ISTC
Belum OptimalFasilitas Laboratorium (Standart pencegahan infeksi nosoklominal & kolaborasi TB-HIV)
TB MDRTB MDR
Lanjutan…
Prevalensi TB MDR di Indonesia 2004 (8.900 kasus)
Survey resistensi obat pertama di Indonesia di Prov. Jateng Th 2006
Penanggulangan TB Resistensi
1. TB paru2. 14,7 % TB yang
mendapatkan pengobatan ulang
1. Proporsi TB MDR 1,8% dari kasus TB paru
2. 16,7% dari kasus TB yg mendapatkan pengobatan ulang
1. Pendekatan & pengelolaan menyeluruh
2. Strategi : PMDT (Progammic Management Drug Resisten) TB
PMDT ujicoba implementasi sejak Th 2009 di Indonesia
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penulisan ini didapatkan rumusan masalah yaitu seberapa besar penderita tuberkulosis paru dengan Multidrug Resistant di puskesmas grogol pada tahun 2010-2011.
C. TUJUAN
1. Tujuan UmumMengetahui besarnya penderita tuberkulosis paru dengan Multidrugs Resistant
di puskesmas grogol pada tahun 2010-2011.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kasus TB paru dengan MDR di wilayah Puskesmas Grogol.
b. Mengupayakan pencegahan terjadinya kasus Multidrugs Resistant pada penderita tuberkulosis paru di puskesmas grogol.
D. MANFAAT
Memberikan informasi tentang angka kejadian kasus Drugs Resistance dan penyebab terjadinya MDR pada penderita TB paru dan sebagai masukan untuk rencana pencegahan dan penanggulangan kasus TB paru di waktu mendatang di wilayah Puskesmas Grogol.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Definisi TB
suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikobakterium tuberkulosis. Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit saluran pernapasan bagian bawah. Sebagian besar menyerang paru tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lain.
A. TUBERKULOSIS
ETIOLOGI
Mycobacterium tuberculosis
Bentuk batangu/ P=1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um
Bakteri tahan asam
GEJALA KLINIS Gejala Respiratorik
• Batuk ≥ 2 minggu• Batuk darah• Sesak napas• Nyeri dada
Gejala Sistemik• Demam• malaise, keringat malam, anoreksia, dan
berat badan menurun
KLASIFIKASI TB
Berdasarkan tipe pasien : Kasus baru Kasus kambuh Kasus defaulted atau drop out Kasus gagal Kasus kronik Kasus bekas TB
DIAGNOSA TB Gejala klinis Pmx fisik Pmx penunjangsputum BTA, radiologi
PENGOBATAN Kategori I 2RHZE/4R3H3 Kategori II 2RHZES/RHZE/5(R3H3)E3
B. Multidrug Resistant (MDR)
DefinisiMultidrug Resistance Tuberculosis TB (atau TB MDR)
adalah salah satu jenis resistensi bakteri TB terhadap minimal dua obat anti TB lini pertama, yaitu Isoniazid dan Rifampicin yang merupakan dua obat TB yang paling efektif Pembagian:1.Resistensi primer ialah apabila pederita sebelumnya tidak pernah mendapatkan pengobatan TB2.Resistensi inisial ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah penderitanya sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak3.Resistensi sekunder ialah apabila penderita telah punya riwayat pengobatan sebelumya.
Faktor Penyebab
1. Implementasi DOTS rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lain yang masih rendah kualitasnya.
2. Peningkatan ko-infeksi TB-HIV.3. System surveilans yang lemah.4. Penanganan kasus TB resisten
obat yang belum memadai.
SKRINING TB-MDR
Skrining TB-MDR akan dilaksanakan menggunakan metode rapid diagnostik (line probe assay: HAIN, GenExpert) untuk spesimen dahak secara langsung.
Terdapat 8 kriteria pasien yang menjadi suspek MDR TB
1. Kasus kronik atau pasien gagal pengobatan kategori 22. Pasien dengan hasil pemeriksaan dahak tetap positif
setelah bulan ke 3 dengan kategori 23. Pasien yang pernah diobati TB termasuk OAT lini kedua
seperti kuinolon dan kanamisin4. Pasien gagal pengobatan kategori 15. Pasien dengan hasil pemeriksaan dahak tetap positif
setelah sisipan dengan kategori 16. Kasus TB kambuh7. Pasien yang kembali setelah lalai/default pada
pengobatan kategori 1 dan atau kategori 28. Suspek TB dengan keluhan, yang tinggal dekat dengan
pasien MDR TB konfirmasi, termasuk petugas kesehatan yang bertugas dibangsal MDR TB Program TB
PENGOBATAN TB MDR
Kebijakan program nasional penanggulangan TB adalah memberikan pengobatan dengan paduan obat TB MDR standar kepada semua pasien TB MDR terkonfirmasi dengan pengawasan langsung dari petugas kesehatan
KATEGORI PANDUAN ESTIMASI %
KASUS
Paduan standar untuk pasien TB MDR Km Lfx Eto Cs (E) Z 75 %
Paduan standard untuk suspek TB
XDR(kronis dan riwayat diobati non
DOTS menggunakan OAT lini kedua)
Cm Lfx (high dose)
Eto Cs PAS (E) Z
25 %
Programmatic Managament of Drug resistance TB (PMDT)
Tugas tim PMDT di tingkat Kabupaten adalah sebagai berikut:
1.Melakukan supervisi ke layanan PMDT minimal sekali dalam tiga bulan
2.Memastikan semua suspek TB MDR di wilayahnya datang ke pusat rujukan PMDT
3.Memfasilitasi proses pelacakan kasus mangkir
4.Memastikan sampel sputum pasien untuk diagnosis dan follow-up dikirim sesuai
jadwal
5.Memastikan bahwa petugas di fasilitas pelayanan PMDT telah memberikan informasi
dan dukungan kepada pasien untuk menyelesaikan pengobatan;
6.Memastikan semua petugas unit layanan PMDT di wilayahnya memahami petunjuk
teknis PMDT baik manajemen maupun klinis
7.Memantau pengisian dan pemanfaatan register PMDT di Kab/Kota;
8.Mempersiapkan analisis kohort PMDT triwulanan untuk tingkat Kab/Kota dan
mengirimkan hasilnya kepada koordinator PMDT di tingkat Propinsi
9.Menyajikan laporan hasil kegiatan PMDT di pertemuan monitoring evaluasi
triwulanan di tingkat Provinsi
Layanan kesehatan untuk TB MDR
1.Fasilitas pelayanan kesehatan rujukan TB MDR,
2.Pelayanan kesehatan satelit 1, berfungsi melaksanakan penemuan suspek
3.Pelayanan kesehatan satelit 2, berfungsi untuk penemuan suspek dan
melanjutkan pengobatan,
Tugas dan tanggung jawabnya fasilitas kesehatan satelit
1
1.Melakukan proses rujukan suspek ke rumah sakit rujukan PMDT apabila
menemukan pasien yang memenuhi kriteria suspek TB MDR di fasilitas tersebut
dan memastikan bahwa rujukan tersebut sampai di fasilitas pelayanan yang dituju;
2.Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien agar datang ke rumah sakit
rujukan PMDT;
3.Terlibat secara aktif dalam proses pemantauan keteraturan pengobatan untuk
pasien-pasien TB MDR yang berada dari wilayahnya.
4.Membantu melaksanakan pengawasan untuk kontak serumah.
TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB SATELIT 2 ADALAH
SEBAGAI BERIKUT:a. Melakukan pengawasan minum obat secara
langsung (Directly ObservedTreatment atau DOT) untuk semua pasien yang dirujuk dari rumah sakit rujukan PMDT, termasuk pemberian injeksi.
b. Menghadiri pertemuan berkala dengan rumah sakit Rujukan PMDT;
c. Melakukan pelacakan pasien bila pasien tidak datang untuk berobat, maksimal 1x 24 jam setelah pasien tidak datang;
d. Mencatat semua efek samping yang muncul pada kartu pengobatan dan melakukan penanganan untuk kasus efek samping ringan;
e. Merujuk kasus efek samping sedang atau berat (seperti tercantum dalam juknis) ke rumah sakit rujukan PMDT.
TUJUAN, TARGET DAN INDIKATOR
Tujuan :
1.Mencegah terjadinya kasus TB MDR melalui pelayanan DOTS yang
bermutu
2.Melaksanakan manajemen kasus TB MDR secara terstandarisasi sesuai
dengan Pedoman Nasional Pelaksanaan PMDT
Target :
a.Tahun 2014 seluruh penduduk mendapat pelayanan PMDT(5.100 pasien
TB MDR ditangani di 33 fasilitas pelayanan ,yang mencakup 33 provinsi
dan 374 kabupaten/kota di Indonesia.
b.Progam pendukung mempunyai 17 laboratorium yang terjamin mutunya
INDIKATOR
PROSENTASE SUSPEK TB MDR YANG
MENJALANI UJI RESISTENSI OBAT DARI
SELURUH SUSPEK TB MDR YANG
DITEMUKAN DAN PROSENTASE PASIEN TB
MDR YANG TERBUKTI (CONFIRMED CASES)
YANG MENDAPAT PENGOBATAN TB MDR
DARI TOTAL PASIEN TB MDR YANG
TERBUKTI KONFIRMASI
Kerangka Berfikir
Pasien TB
Pasien MDR TB
Jumlah pasien MDR.100%Pasien TBPasien Suspect MDRPasien + MDR
Penyelidikan penyebab terjadinya MDR pada pasien TB
Analisis Hasil
Program dan Pencegahan
BAB. IIIHASIL DAN ANALISA
PEMBAHASAN
A. Profil Puskesmas
Puskesmas Grogol •Seluruh wilayah Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo
•14 Desa
•Jumlah penduduk sebanyak 108.744
Pandeyan, Telukan, Parangjoro, Pondok, Langenharjo, Madegendo, Grogol, Kadokan, Gedangan, Kwarasan, Sanggrahan, Manang, Banaran dan Cemani
Gambaran Umum
B. Demografi Wilayah Kerja
a. Data VitalJumlah Penduduk•Laki – laki : 53525•Perempuan : 55219•Luas Wilayah daerah kerja Puskesmas Grogol : ± 30 km2 •Jumlah desa Wilayah kerja Puskesmas Grogol : 14 Desa
b. Mata pencaharian Penduduk - Tani - PNS- Buruh tani - ABRI- Pengusaha - Pensiunan- Buruh Industri - Pedagang- Buruh bangunan - Lain – lain
c. Sarana Pendidikan
Sarana Gedung Sekolah yang ada :•TK : 59•SD : 49 •SMP : 3 •SMA / SMK : 3•Universitas : -
C. Sumber Daya
a. Sumber Daya Manusia ( Total Tenaga : 87 orang ) ( Total Tenaga yang Magang : 13 org )
b. Sarana •Puskesmas Induk Grogol : 1 unit ( Lantai Dua )•Puskesmas Cemani : 1 unit ( Lantai Dua )•Puskesmas Pembantu / PKD : 3 unit•PKD : 10 unit•Rawat Inap / UGD : 1 unit
c. Prasarana •Mobil Pusling : 2 unit•Sepeda motor : 16 unit
BAB IVHASIL DAN ANALISA PEMBAHASAN
A. GAMBARAN PASIEN TB MDR DI PUSKESMAS GROGOL
Kl. Umur Laki-laki Perempuan Jumlah
<14 tahun 9 8 17
≥ 14 tahun 16 17 33
Jumlah 25 25 50
Distribusi pasien TB menurut kelompok umur dan jenis kelamin.
Dari jumlah pasien TB tersebut, terdiagnosa positif MDR berjumlah 3 orang, 6 % dari pasien TB, terdiri dari 2 laki-laki dan 1 perempuan, 2 masih dalam pengontrolan puskesmas (PMDT), 1 pasien dirujuk ke RSU Dr.Moewardi Solo, karena keadaan umum yang jelak.
Riwayat perjalanan TB MDR pasien HNo Tahun / Lamanya Kejadian
1 2003 Batuk lama, diobatkan ke Dokter umum (klinik). Setelah 6 bulan tanpa
evaluasi (BTA, Rontgen) pasien berhenti pengobatan (merasa sembuh).
2 2004 Batuk lagi, berobat ke dr. A, Sp.PD selama 2 bulan, merasa baik
berhenti.
3 2007 Batuk lagi, berobat ke dr. B, Sp.P selama 4 bulan, merasa baik berhenti
lagi
4 Februari 2008 Batuk lagi, berobat ke dr. C, Sp.P selama 14 bulan, tidak ada perbaikan
5 April 2009 Di rujuk ke BPKPM Surakarta, pengobatan selama 14 bulan.
6 Juni 2010 Tidak ada perbaikan dan dinyatakan MDR
Di berikan pengobatan INH seumur hidup. Pasien tidak mau dan
berhenti pengobatan.
7 Januari 2011 Pasien dipanggil oleh RSDM untuk menjalani program pengobatan
MDR
8 Februari 2011 Pasien menjalani program pengobatan MDR
9 April 2011 Pasien menjalani program pengobatan dibawa pengawasan satelit II
(puskesmas grogol)
Riwayat perjalanan TB MDR pasien E (Pr/32)No Tanggal/Tahun Kejadian
1 Maret-Agustus
2009
Berdasarkan hasil pemeriksaan rontgen pasien menjalani pengobatan
kategori I selama 6 bulan tanpa evaluasi sputum BTA. Pada akhir
pengobatan bulan ke-6 dilakukan pemeriksaan rontgen ditemukan kesan
fibrosis.
2 Oktober 2009 Pasien hamil
3 Maret 2010 Pasien Mengeluh batuk darah selama 3 hari. kemudian pasien diberi obat
OBH hitam. Selang beberapa hari pasien mengalami batuk darah lagi
pada saat bangun tidur, kemudian pasien pergi berobat ke intrenis dan
diberi obat paten dan antibiotic selama 1 bulan.
4 Maret 2010 Seblum obat habis pasien batuk darah lagi dan dirawat kerumah sakit.
Pasien berinisiatif melakukan pemeriksaan Sputum BTA dengan BTA
(3+) dan diberi pengobatan OAT.
5 Juni 2010 Pasien melakukan pemeriksaan Sputum BTA dengan BTA (+)
6 30 Agustus 2010 Pasien menjalani persalinan. Kemudian 2 minggu setelah persalinan
pasien melakukan pemeriksaan Sputum BTA dengan BTA (-).
7 November 2010 Pasien melakukan pemeriksaan Sputum BTA dengan BTA (+) dan
Rontgen (+). Dokter mendiagnosa hanya infeksi biasa dan diberi obat
antibiotik.
8 Desember 2010 Pasien kembali periksa ke dokter Sp.P dan dirujuk ke BBKPM Surakarta.
Kemudian pasien menjalani pengobatan kategori II.
9 Januari 2011 Pasien menjalani pemeriksssan cultur di RSDM.
10 Februari 2011 Keadaan umum pasien membaik, tes BTA (-), Rontgen kesan perbaikan.
11 05 April 2011 Hasil pemeriksaan cultur bulan Januari dengan hasil MDR (+). Resisten
terhadap R/H/E/S.
12 13 April 2011 Pasien berhenti menjalani pengobatan kategori II dan dilanjutkan dengan
program pengobatan MDR.
Lanjutan ...
Faktor penyebab terjadinya TB MDR pada kasus di atas
A. Man
1. Penegakan diagnosa TB yang belum sesuai standar oleh tenaga medis.
2. Kurangnya edukasi oleh tenaga medis terhadap pasien tentang penyakit TB.
3. Tenaga medis yang tidak memberikan pengobatan TB yang tidak sesuai standar.
4. Pasien tidak kurang kooperatif untuk mencari tahu tentang penyakitnya.
5. kurangnya koordinasi dan komunikasi dengan pelayanan kesehatan swasta/kerjasama lintas program.
6. kurangnya edukasi pada masyarakat tentang penyakit dan pengobatan TB.
2. MoneyKemitraan dan dukungan Pemerintah Pusat dan Daerah baik
dalam pembiayaan program pengendalian TB MDR.3. Material
Kapasitas laboratorium rujukan uji kepekaan obat masih kurang dan kualitas dahak yang diperiksa kurang baik. 4. Methods
a. Program TB hanya mengandalkan Passive Case Finding (PCF) untuk menjaring kasus TB.
b. survey resisten obat lemah.c. observasi penatalaksanaan TB tidak adekuat.d. program pengendalian TB dan angka Drop out yang tinggi
pada pelayanan kesehatan.e. penjaringan TB MDR masih rendah atau belum memadai.
B. DIAGRAM ANALISIS STRATEGI (SWOT)
STRENGTH 1.Obat yang tersedia cukup2.Dana pengobatan TB MDR cukup3.PMO dari puskesmas baik dan lancar.4.Satelit 1 yang dilengkapi dengan tenaga medis yang lengkap5.Adanya kerjasama yang baik antara pelayanan satelit 1 dengan satelit 2.6.Pelatihan tenaga medis satelit 2 oleh satelit 1
WEAKNESSES1.Laboratorium cultur MDR yang berstandar internasional masih kurang.2.Tenaga medis dan paramedis yang terlatih masih kurang.3.Pendiagnosaan dan pengobatan TB yang belum standar.4.Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang TB dan TB MDR
OPORTUNITY1.Adanya POKJA sehat2.Adanya Posyandu/Pustu/Kesling yang rutin dan terprogram3.Pertemuan LINSEK4.Pertemuan 2 minggu sekali untuk penderita MDR TB di satelit 15.Pasien saat control di puskesmas
TREATHS1.Kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang TB yang masih rendah2.Kepadatan penduduk relative tinggi meningkatkan resiko penularan TB3.Sosial ekonomi relative rendah
STRATEGI (S-O)Mengoptimalkan KEKUATAN untuk memanfaatkan PELUANGM• Mengoptimalkan kerjasama yang baik antara pelayanan satelit 1 dan satelit 2 dalam penjaringan TB dan TB MDR melalui Posyandu/ Puskesmas Pembantu/ Kesehatan Lingkungan yang rutin dan terprogram. • Memanfaatkan tenaga medis dan paramedis satelit 1 untuk meminimalkan keluhan – keluhan dan meningkatkan semangat untuk sehat melaui pertemuan rutin pasien MDR 2 minggu sekali. • Penggunaan dana seoptimal mungkin untuk meningkatkan pelayanan pasien TB dan TB MDR yang control dipuskesmas.
STRATEGI (W-O)Memanfaatkan KELEMAHAN untuk meningkatkan PELUANG•Melalui pertemuan Lintas Sektoral dengan penambahan laboratorium TB MDR berstandar internasional.•Adanya pokja, dapat dioptimalkan untuk pencegahan
Lanjutan ...
STRATEGI (S-T)Memanfaatkan KEKUATAN untuk menghadapi ANCAMAN•Penyediaan obat yang standar untuk masyarakat yang memilki social ekonomi rendah.•Adanya ketersediaan tenaga medis yang cukup pada satelit 1 diharapkan dapat meningkatkan Kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang TB yang masih rendah•Memanfaatkan dana yang ada dari pemerintah untuk menurunkan resiko penularan TB pada penduduk padat melalui penyuluhan – penyuluhan.
STRATEGI (W-T)Memanfaatkan KELEMAHAN untuk menghadapi ANCAMAN• Meningkatkan komitmen yang baik untuk pelayanan masyarakat• Menigkatkan ilmu pengetahuan, pelatihan dan informasi terbaru tentang TB MDR
Lanjutan ...
BAB. IVKESIMPULAN DAN SARAN
1. Besarnya penderita tuberkulosis paru dengan Multidrugs Resistant di puskesmas grogol pada tahun 2010-2011 sebanyak 3 orang.
2. Penyebab terjadinya kasus TB paru dengan MDR di wilayah Puskesmas Grogol adalah karena pengobatan yang lama dan berganti-ganti serta ketidak patuhan mereka dalam berobat.
A. Kesimpulan
1. Meningkatkan pemahaman kapada masyarakat tentang TB melalui penyuluhan.
2. Pentingnya tenaga pelayanan kesehatan mencari / mendapatkan informasi – informasi terbaru tentang penanggulangan dan pengendalian TB.
3. Dibutuhkan pendekatan yang lebih memahami status psikis pasien selama program pengobatan berlangsung.
4. Memberikan masukan ilmu pengetahuan dan data tentang kasus MDR secara berkala kepada tenaga kesehatan di Puskesmas Grogol.
5. Meningkatkan kerjasama antar lintas program antara Puskesmas dengan masyarakat untuk mewujudkan tercapainya keberhasilan penemuan dan penanggulangan kasus Tuberkulosis dengan MDR.
B. Saran
DAFTTAR PUSTAKA
1. Adhitama, T.Y., dkk. 2006. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaannya di Indonesia. Jakarta: PERPARI.
2. Adhitama, T.Y., Kamso.S., Basri, C., Surya A. 2008. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2 Cetakan Pertama. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
3. Adhitama, T.Y., Kamso.S., Basri, C., Surya A. 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2 Cetakan Pertama. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
4. Tjandra, Y.A. dkk. 2006. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaannya di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
5. World Health Organization. Global Tuberculosis Control 2010. WHO: Geneva, Switzerland.
6. WHO. Multidrug and extensively drug-resistant TB (M/XDR-TB): 2010 global report on surveillance and response. 2010. WHO: Geneva.
7. Kementrian Kesehatan. Laporan Survey Resistensi Obat Jawa Tengah. 2010. Kementrian Kesehatan RI: Jakarta.
8. Kementrian Kesehatan R.I. 2011. Rencana Aksi Nasional; Progammatic Management of Drug Resistance Tuberculosis Pengendalian Tuberculosis di Indonesia 2011-2014. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
9. Depkes RI. 2008. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Gedurnas-TB.
10. Alsagaff, Hood. 2009. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga University Press.
11. Icksan, A.E., Luhur, R. 2008. Radiologi Thoraks Tuberkulosis Paru. Jakarta: C.V Sagung Seto.
12. Tjokronegoro, Arjatmo., Utama, Hendra. 2001. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
13. Suyono, Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FK UI.14. Adhitama, T.Y., Kamso.S., Basri, C., Surya A. 2007. Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2 Cetakan Pertama. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
15. PPDS Pulmo. 2005. Sebuah Catatan Kecil. FKUI.16. Utarini, A. 2008. Laporan Hospital DOTS Assessment. WHO-DFID I.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.17. Adi Utarini. 2008. Laporan Hospital DOTS Assessment di luar Jawa.
Yogyakarta Universitas Gadjah Mada.18. Kawai, V., et al. 2006. Tuberculosis mortality, drug resistance, and
infectiousness in patients with and without HIV infection in Peru. Am J Trop Med Hyg.75(6): p. 1027-33.
19. WHO. 2009. Global Tuberculosis Control: a short update to the 2009 report. WHO: Geneva
20. Mahendradhata, Y., et al. 2008. Voluntary counselling and testing uptake and HIV prevalence among tuberculosis patients in Jogjakarta, Indonesia. Trans R Soc Trop Med Hyg. 102(10): p. 1003-10.
21. Suchindran, S., E.S. Brouwer, and A. Van Rie. 2009. Is HIV infection a risk factor for multi-drug resistant tuberculosis? A systematic review. PLoS One. 4(5): p. e5561.
Alhamdulillah
Terima kasih atas perhatiannya