Kasus Klerek Uva
description
Transcript of Kasus Klerek Uva
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kejang demam merupakan salah satu kelainan saraf yang paling sering
dijumpai pada bayi dan anak. Sekitar 2,2% hingga 5% anak mengalami kejang
demam sebelum mereka mencapai umur 5 tahun. Sampai saat ini masih terdapat
perbedaan pendapat mengenai akibat yang ditimbulkan oleh penyakit ini namun
pendapat yang dominan saat ini kejang demam tidak menyebabkan akibat buruk
atau kerusakan pada otak namun kita tetap berupaya untuk menghentikan kejang
secepat mungkin.
Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di Amerika Serikat, Amerka
Selatan, dan Eropa Barat. Di Asia lebih tinggi kira-kira 20% kasus merupakan
kejang demam kkompleks Akhir-akhir ini kejang demam diklasifikasikan menjadi
dua golongan yaitu kejang demam sederhana yang berlangsung kurang dari 15
menit dan umum, dan kejang demam kompleks yang berlangsung lebih dari 15
menit, fokal atau multiple (lebih dari satu kali kejang dalam 24 jam).
1.2 IDENTITAS PASIEN
Nama : An. D
Umur : 19 bulan
Anak : Pertama
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Ds. Selorejo, Dau
Suku : Jawa
Nama Ayah : Tn. W
Umur : 39 tahun
Pekerjaan : Petani Jeruk
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Alamat : Ds. Selorejo, Dau
1
Status Perkawinan : Menikah
Suku : Jawa
Nama Ibu : Ny. A
Umur : 29 tahun
Pekerjaan : Penjahit
Pendidikan : S1
Agama : Islam
Alamat : Ds. Selorejo, Dau
Status Perkawinan : Menikah
Suku : Jawa
Tanggal MRS : 8 Desember 2012
1.3 ANAMNESIS
1. Keluhan Utama : Kejang
2. Keluhan Tambahan : Demam
3. Riwayat Penyakit Sekarang:
Ibu pasien datang ke IGD dengan keluhan anaknya kejang, sebanyak
1 kali, secara tiba-tiba, kurang lebih 15 menit, terjadi pada seluruh tubuh,
ketika kejang anak seperti menggigit lidah dan tidak sadarkan diri. Pada
awalnya pasien panas sejak dua hari yang lalu, panas terjadi terus menerus
dan pasien menggigil, hingga tadi pagi pasien menjadi kejang. Kemudian
oleh ibu di bawa ke bidan dan dianjurkan untuk di bawa ke rumah sakit.
4. Riwayat Penyakit Dahulu: Sering mencret-mencret jika makan yang
manis-manis
- Riwayat sakit serupa : disangkal
- Riwayat mondok : disangkal
- Riwayat penyakit jantung : disangkal
- Riwayat sakit kejang : disangkal
- Riwayat alergi obat : disangkal
- Riwayat alergi makanan : (+) jika makan ikan laut, juga alergi
susu merek tertentu.
- Riwayat alergi udara dingin : disangkal
2
5. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : disangkal
- Riwayat hipertensi : disangkal
- Riwayat sakit gula : disangkal
- Riwayat sakit jantung : disangkal
- Riwayat Alergi : disangkal
6. Riwayat Kelahiran:
Kehamilan cukup bulan, proses kelahiran secara sesar. Saat lahir
langsung menangis, kondisi sehat. Sejak lahir diberi asi dan susu formula
dan sejak usia kurang dari satu tahun sampai sekarang diberi asi saja.
7. Riwayat Imunisasi: Lengkap
8. Riwayat Kebiasaan: Sangat aktif bermain
9. Riwayat Sosial Ekonomi:
Pasien adalah anak perempuan pertama dengan usia 19 bulan dari
pasangan Tn. W usia 39 tahun dengan pendidikan terakhir SMA dan
bekerja sebagai petani jeruk dengan Ny. A 29 tahun dengan pendidikan
terakhir SMA dan bekerja sebagai penjahit. Penghasilan keduanya cukup
untuk menanggung kehidupan 4 orang yang terdiri dari pasien sendiri,
ayah, ibu dan neneknya. Nenek (Ibu dari ayah) juga membantu dalam
perekonomian keluarga ini, dimana nenek ini juga bekerja sebagai petani
jeruk. Keluarga ini tergolong dalam extended family. Komunikasi baik
antar anggota keluarga. Kesan status ekonomi cukup.
10. Riwayat Gizi:
Kesan gizi cukup, sehari-hari makan 3x sehari dengan nasi, lauk pauk
dan sayur. Kadang makan buah, paling sering pisang.
1.4 ANAMNESIS SISTEM
a. Kulit : kulit gatal (-).
b. Kepala : sakit kepala (-), berputar (-), cekot-cekot (-), rambut
kepala tidak rontok, luka pada kepala (-), benjolan /
borok di kepala (-).
3
c. Mata : pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan
kabur (-), ketajaman penglihatan berkurang (-).
d. Hidung : tersumbat (-), mimisan (-).
e. Telinga : Pendengaran berkurang (-), berdengung (-), Keluar
cairan (-).
f. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-), lidah terasa pahit (-),
ngiler (-).
g. Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-).
h. Pernafasan : sesak nafas (-), mengi (-), batuk (-).
i. Kadiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-).
j. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan menurun (-),
nyeri perut (-), tidak bisa BAB (-).
k. Genitourinaria : BAK lancar.
l. Neurologik : kejang (+), kelumpuhan kaki (-), lidah (-).
m. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri sendi (-), nyeri kaki (-), nyeri otot (-).
n. Ekstremitas :
o Atas kanan : bengkak (-), sakit (-), luka (-)
o Atas kiri : bengkak (-), sakit (-), luka (-)
o Bawah kanan : bengkak (-), sakit (-), luka (-)
o Bawah kanan : bengkak (-), sakit (-), luka (-).
1.5 PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum: lemas, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), kesan
gizi cukup.
2. Tanda Vital
BB : 8 kg
TB : - cm
Nadi : 108 x/menit
Suhu : 38,7˚c
3. Kulit:
Turgor menurun, Luka/jejas (-), cyanosis (-), ikterus (-)
4
4. Kepala:
Bentuk mesocephal, luka (-), rambut tidak mudah dicabut, keriput (-),
makula (-), atrofi m. temporalis (-), papula (-), nodula (-), bells palsy (-).
5. Mata:
Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (+/+), warna
kelopak (coklat kehitaman), radang (-/-), cowong (+/+).
6. Hidung:
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-),
hiperpigmentasi (-), saddle nose (-).
7. Mulut :
Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi
lidah hiperemis (+).
8. Telinga:
Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping
telinga dalam batas normal.
9. Tenggorokan:
Tonsil membesar (-/-), pharing hiperemis (-).
10. Leher:
JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-),
pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-), bengkak (-).
11. Toraks:
Simetris, bentuk normochest, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-),
spider nevi (-), venectasi (-), pembesaran kelenjar limfe (-)
- Cor :I : ictus cordis tak tampak
P : ictus cordis tak kuat angkat
P : batas kiri atas :SIC II linea para sternalis sinistra
batas kanan atas :SIC II linea para sternalis dekstra
batas kiri bawah :SIC V1 cm lateral linea medio
clavicularis sinistra
batas kanan bawah :SIC IV linea para sternalis dekstra
pinggang jantung :SIC III linea para sternalis sinistra (batas
jantung kesan tidak melebar
5
A : Bunyi Jantung I–II intensitas normal, regular, bising (-)
- Pulmo: Statis (depan dan belakang)
I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri.
P : fremitus raba kanan sama dengan kiri
P : sonor/sonor
A: suara dasar vesikuler →
suara tambahan ronki/ whizing
12. St atus lokalis (Abdomen)
I : dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi (-)
A : peristaltik (+) normal
P : timpani seluruh lapang perut
P : supel, nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan lien tak teraba.
13. Sistem Collumna Vertebralis:
I : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
P : nyeri tekan (-)
P : Nyeri ketuk costo vertebralis (-)
14. Ektremitas: palmar eritema(-/-)
akral dingin Pucat ulkus
- - - - - -
- - - - - -
15. Sistem genetalia: dalam batas normal
16. Pemeriksaan Neurologik:
Fungsi Luhur : dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : dalam batas normal
Fungsi Sensorik : N N
N N
6
+ +
+
+ +
- -
-
- -
Fungsi motorik :
K 5 5 T N N RF + + N RP - -
5 5 N N + + N - -
1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG:
Tanggal 8-12-2012
Hematologi:
Item periksa Hasil pemeriksaan Nilai normal satuan
Hemoglobin 10,2 12-16 g/dl
Leukosit 38.600 4-10 ribu/mm3
Trombosit 486.000 150-400 ribu/mm
LED 45 2-20 mm/jam
PCV/HCT 33,5 37-48 %
Eritrosit 4,40 4,0-5,5 juta/mm3
Hitung jenis eosinofil 1 1-3
Hitung jenis basofil 3 0-1
Hitung jenis N.Stab - 2-6
Hitung jenis N.Segmen 70 50-70
Hitung jenis lymphosit 18 20-40
Hitung jenis monosit 8 2-8
Serologi :
CRP +12 Negatif < 6 mg/L
Elektrolit :
Natrium ( Na ) 131 135-155 mmol/l
Kalium ( K ) 3,93 3,5-5,0 mmol/l
Clorida ( Cl ) 101 95-108 mmol/l
Rontgen Thorax:
Cor : bentuk/ukuran/posisi dalam batas normal
Pulmo : Aerasi normal, curiga infiltrate berbatas tegas di lapangan atas paru
sinistra. Kedua sinus kostofrenikus tajam, hemidiafragma D/S baik, tulang dan
jaringan lunak normal
7
Kesimpulan: Curiga infiltrate berbatas tegas di lapangan atas paru sinistra.
Susp. Pneumonia.
Tanggal 11-12-2012
Hematologi:
Item periksa Hasil pemeriksaan Nilai normal satuan
Hemoglobin 10,4 12-16 g/dl
Leukosit 13.200 4-10 ribu/mm3
Trombosit 436.000 150-400 ribu/mm
LED - 2-20 mm/jam
PCV/HCT 34,3 37-48 %
Eritrosit 4,57 4,0-5,5 juta/mm3
Hitung jenis eosinofil 7 1-3
Hitung jenis basofil 2 0-1
Hitung jenis N.Stab - 2-6
Hitung jenis N.Segmen 48 50-70
Hitung jenis lymphosit 31 20-40
Hitung jenis monosit 12 2-8
Serologi :
CRP +12 Negatif < 6 mg/L
1.8 RESUME :
Ibu pasien datang ke IGD dengan keluhan anaknya kejang, sebanyak 1
kali, secara tiba-tiba, kurang lebih 15 menit, terjadi pada seluruh tubuh, ketika
kejang anak seperti menggigit lidah dan tidak sadarkan diri. Pada awalnya
pasien panas sejak dua hari yang lalu, panas terjadi terus menerus dan pasien
menggigil, hingga tadi pagi pasien menjadi kejang. Kemudian oleh ibu di
bawa ke bidan dan dianjurkan untuk di bawa ke rumah sakit.Menurut ibu
pasien, tidak ada riwayat kejang sebelumnya.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan suhu 38,7 (↑), turgor menurun, mata
cowong. Dan dari pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 38.600 (↑),
LED 45 (↑), CRP +12. Dari rontgen thorax didapatkan Pulmo : Aerasi normal,
curiga infiltrate berbatas tegas di lapangan atas paru sinistra. Kedua sinus
8
kostofrenikus tajam, hemidiafragma D/S baik, tulang dan jaringan lunak
normal. Kesimpulan: curiga infiltrate berbatas tegas di lapangan atas paru
sinistra. Susp. Pneumonia.
1.9 WORKING DIAGNOSA
Kejang Demam
Suspect Pneumonia
1.10 DIAGNOSIS HOLISTIK
An. D dengan usia 19 bulan adalah penderita kejang demam, yang
tinggal dalam Extended Family karena tinggal 1 rumah dengan ayah, ibu
dan neneknya. Pasien sangat dekat dengan orang tuanya. Interaksi dalam
keluarga An.D sangat harmonis, komunikasi antar anggota keluarga sangat
baik.
i Diagnosis dari segi biologis :
Kejang Demam
Suspect Pneumonia
ii Diagnosis dari segi psikologis :
Hubungan dengan ibu, ayah, dan neneknya baik, kasih sayang dan
perhatian yang diberikan orang tua dan nenek juga sangat baik.
iii Diagnosis dari segi sosial :
Penderita hanya sebagai anggota masyarakat biasa, dan jarang
mengikuti kegiatan kemasyarakatan yang diadakan di lingkungannya.
Hubungan dengan tetangga di sekitarnya baik.
1.11 PENATALAKSANAAN DI RUMAH SAKIT
Medikamentosa:
Infus KAEN 3B
Obat Injeksi: R/ Taxegram 2x250 mg iv
R/ Mikasin 2x60 mg iv
Obat Oral : R/ Sanmol 3x0,8 cc
R/ Encebion 1x½ cth
9
R/ Kcl 3% 3x½ cth
R/ Puyer (novalgin, stesolid) 3x1 bungkus
Non Medika Mentosa :
1. Edukasi kepada keluarga tentang kejang demam, komplikasinya, serta
intervensi farmakologik dan non farmakologi
2. Makan 3 x sehari, dengan diet TKTP
3. Cairan yang cukup dengan banyak minum
4. Kurangi faktor pemicu dan pemberat.
5. Istirahat yang cukup
6. KIE tentang gizi terutama penggunaan bahan makanan yang baik untuk
anak
7. Pemantauan anak oleh perawat minimal setiap 3 jam dan oleh dokter 1
kali per hari selama MRS
8. Bila keluar dari RS rajin – rajinlah kontrol
9. Langsung dibawa ke dokter jika sakit/keluhan semakin parah
1.12 FOLLOW UP
Tanggal 8 Desember 2012
S: Ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak kejang, tetapi masih panas
O: KU cukup, composmentis, GCS 456, gizi kesan cukup
Tanda Vital : N: 108x/menit S: 37,3˚c
Kejang (-)
Pemeriksaan laboratorium: leukosit 38.600 (↑), LED 45 (↑), CRP +12.
Rontgen Thorax: curiga infiltrate berbatas tegas di lapangan atas paru
sinistra. Susp. pneumonia
A : Kejang Demam
Suspect Pneumonia
P : Terapi medikamentosa: Infus KAEN 3B, Obat Injeksi: Taxegram 2x250
mg iv, Mikasin 2x60 mg iv, Obat Oral:Sanmol
3x0,8 cc, Encebion 1x½ cth, Kcl 3% 3x½ cth,
Puyer (novalgin, stesolid) 3x1 bungkus.
10
Tanggal 9 Desember 2012
S: Ibu pasien mengatakan anaknya masih panas, batuk
O: KU cukup, composmentis, GCS 456, gizi kesan cukup
Tanda Vital : N: 100x/menit S: 37,5˚c
Kejang (-), batuk (+)
Pemeriksaan laboratorium: -
A : Febris Konvulsi
Suspect Pneumonia
P : Terapi medikamentosa: Infus KAEN 3B, Obat Injeksi: Taxegram 2x250
mg iv, Mikasin 2x60 mg iv, Obat Oral:Sanmol
3x0,8 cc, Encebion 1x½ cth, Kcl 3% 3x½ cth,
Puyer (novalgin, stesolid) 3x1 bungkus.
Tanggal 10 Desember 2012
S: Ibu pasien mengatakan anaknya kembung, tapi sudah tidak panas.
O: KU cukup, composmentis, GCS 456, gizi kesan cukup
Tanda Vital : N: 100x/menit S: 36,7˚c
Kejang (-), batuk (-), kembung (+)
Pemeriksaan laboratorium: -
A : Febris Konvulsi
Suspect. Pneumonia
P : Terapi medikamentosa: Infus KAEN 3B, Obat Injeksi: Taxegram 2x250
mg iv, Mikasin 2x60 mg iv, Obat Oral:Sanmol
3x0,8 cc, Encebion 1x½ cth, Kcl 3% 3x½ cth,
Puyer (novalgin, stesolid) 3x1 bungkus.
Tanggal 11 Desember 2012
S: Ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak kembung dan tidak panas.
O: KU cukup, composmentis, GCS 456, gizi kesan cukup
Tanda Vital : N: 98x/menit S: 36,5˚c
Kejang (-), kembung (-) batuk (-)
Pemeriksaan laboratorium: Leukosit 13.200 (↑), hitung jenis eosinofil 7
(↑), hitung jenis monosit 12 (↑), CRP +12.
A : Febris Konvulsi
11
Suspect. Pneumonia
P : Terapi medikamentosa: Infus KAEN 3B, Obat Injeksi: Taxegram 2x250
mg iv, Mikasin 2x60 mg iv, Obat Oral:Sanmol
3x0,8 cc, Encebon 1x½ cth, Kcl 3% 3x½ cth,
Puyer (novalgin, stesolid) 3x1 bungkus.
1.13 FLOW SHEET
Nama : An. D
Diagnosis : Febris Konvulsi
Suspect Pneumonia
No Tanggal Vital sign Keluhan Rencana
1. 8-12-12 N:108x/menit
S:37,3˚c
Kejang (-)
Panas (+)
Terapi Medikamentosa:
Infus KAEN 3B, Obat
Injeksi: Taxegram 2x250
mg iv, Mikasin 2x60 mg iv,
Obat Oral :Sanmol
3x0,8 cc, Encibon 1x½ cth,
Kcl 3% 3x½ cth, Puyer
(novalgin, stesolid) 3x1
bungkus.
2. 9-12-12 N:100x/menit
S:37,5˚c
Kejang (-)
Panas (+)
Batuk (+)
Terapi Medikamentosa:
Infus KAEN 3B, Obat
Injeksi: Taxegram 2x250
mg iv, Mikasin 2x60 mg iv,
Obat Oral :Sanmol
3x0,8 cc, Encebion 1x½ cth,
Kcl 3% 3x½ cth, Puyer
(novalgin, stesolid) 3x1
bungkus.
3. 10-12-12 N:100x/menit
S:36,7˚c
Panas (-)
Batuk (+)
Kembung (+)
Terapi Medikamentosa:
Infus KAEN 3B, Obat
Injeksi: Taxegram 2x250
12
mg iv, Mikasin 2x60 mg iv,
Obat Oral :Sanmol
3x0,8 cc, Encebion 1x½ cth,
Kcl 3% 3x½ cth, Puyer
(novalgin, stesolid) 3x1
bungkus.
4. 11-12-12 N:98x/menit
S:36,5˚c
Panas (-)
Batuk (-)
Kembung (-)
Terapi Medikamentosa: Infus KAEN 3B, Obat Injeksi: Taxegram 2x250 mg iv, Mikasin 2x60 mg iv, Obat Oral :Sanmol 3x0,8 cc, Encebion 1x½ cth, Kcl 3% 3x½ cth, Puyer (novalgin, stesolid) 3x1 bungkus.
13
BAB II
IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA
2.1 KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal dalam Satu Rumah
No Nama Status L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien
Klinik
Ket
1. Tn. W Ayah L 39 th SMA Petani - -
2. Ny. A Ibu P 29 th SMA Penjahit - -
3. An. D Anak P 19 bln - - YA -
4. Nn. B Nenek P - - Petani - -
Bentuk Keluarga : Extended Family
2.1 FUNGSI HOLISTIK
1. Fungsi Biologis :
Keluarga terdiri atas pasien (An.D, 19 bulan), ibu pasien yaitu
Ny. A (29 tahun), ayah pasien (Tn.W, 39 tahun) dan nenek pasien
(Nn.B).
2. Fungsi Psikologis :
Hubungan pasien dengan semua keluarga dalam satu rumah baik.
Ayah, ibu, dan neneknya selalu perhatian dan penuh kasih sayang kepada
pasien.
3. Fungsi Sosial :
Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam
masyarakat, hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Keluarga ini juga
jarang mengikuti kegiatan kemasyarakatan yang diadakan di lingkungannya.
2.2 FUNGSI FISIOLOGIS
APGAR Terhadap Keluarga Tn. W Ny. A Nn.B
Saya puas bahwa saya dapat kembali
ke keluarga saya bila saya menghadapi
2 2 2
14
A masalah
P
Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah
dengan saya
2 2 2
G
Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan
saya untuk melakukan kegiatan baru
atau arah hidup yang baru
2 2 2
A
Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti
kemarahan, perhatian dll
2 2 2
R
Saya puas dengan cara keluarga saya
dan saya membagi waktu bersama-
sama
2 2 2
10 10 10
APGAR skore kelurga Tn. N= 10+10+10= 30:3 = 10 → Fungsi Fisiologis
Baik.
Skoring :
Hampir selalu : 2 poin
Kadang – kadang : 1 poin
Hampir tak pernah : 0 poin
2.3 FUNGSI PATOLOGIS DENGAN ALAT SCREEM
SCREEM
SUMBER PATHOLOGY KET
Social Keluarga ini jarang mengikuti kegiatan kemasyarakatan
yang diadakan di lingkungannya. +
Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini
dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik, banyak tradisi
budaya yang masih diikuti. Menggunakan bahasa jawa dan
Indonesia, tata krama dan kesopanan baik.
-
15
Religius Pemahaman terhadap ajaran agama baik, demikian juga
dalam ketaatannya dalam beribadah. -
Economy Ekonomi keluarga ini termasuk perekonomian menengah.
Pendapatannya sudah mencukupi untuk standard hidup layak
sehari hari.
-
Education Tingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga ini kurang,
dimana ayah dan ibu pasien hanya lulusan SMA +
Medical Keluarga ini belum menganggap pemeriksaan rutin kesehatan
sebagai kebutuhan, pasien pergi ke dokter/rumah sakit jika
sakit yang di derita mulai memburuk.
+
Kesimpulan :
Dari segi sosial, pasien tidak pernah mengikuti kegiatan kemasyarakatan
yang diadakan di lingkungannya. Dari segi ekonomi, pasien termasuk dalam
perekonomian menengah, cukup untuk hidup layak sehari-hari. Dari segi edukasi,
tingkat pasien kurang karena orang tua hanya lulusan SMA. Dan dari segi medical
pasien juga kurang, keluarga ini jarang memeriksakan kesehatannya secara rutin
ke dokter, periksa hanya jika sakit parah.
2.4 GENOGRAM :
16
Keterangan:
Laki- laki
Perempuan
X Meninggal
Pasien
Nn.B
Ny.A
Tn.W
An.D
2.5 INFORMASI POLA INTERAKSI:
Diagram pola interaksi keluarga An. D
Keterangan :
: Berhubungan baik
BAB III
17
Ny. A
Tn. W
An. D
Nn. B
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
3.1 IDENTIFIKASI FAKTOR PERILAKU KELUARGA
1. Pengetahuan
Keluarga mempunyai pengetahuan yang kurang baik tentang kesehatan
karena tingkat pendidikannya kurang, orang tua pasien hanya lulusan
SMA. Menurut pendapat semua keluarga anggota, yang dimaksud kondisi
sehat adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak menderita penyakit
sehingga bisa melakukan aktivitasnya dengan baik.
2. Sikap
Keluarga ini peduli terhadap kesehatan penderita. Selama pasien sakit,
ayah, ibu, dan neneknya selalu menjaga di rumah sakit, dan saling
bergantian dalam mengurus An. D.
3. Tindakan
Keluarga pasien mengantarkan An. D ke rumah sakit untuk mendapat
pertolongan lebih lanjut.
3.2 IDENTIFIKASI FAKTOR NON PERILAKU KELUARGA
1. Lingkungan
Rumah yang dihuni keluarga ini cukup baik. Rumah pasien sudah sudah
memenuhi standar kesehatan. Luas bangunan cukup, ada halaman
depan, pencahayaan cukup, ventilasi cukup. Sumber air keluarga ini
berasal dari PDAM, kamar mandi dan jamban sudah ada.
2. Pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, praktek dokter, apotik, dan lain
sebagainya tergolong dekat dengan rumah keluarga An. D, sehingga
keluarga membawa pasien ke rumah sakit terdekat untuk mendapat
pertolongan lebih lanjut.
3. Keturunan
Tidak ada riwayat penyakit keturunan pada keluarga ini.
18
19
Keluarga Ny. TKeluarga Ny. T
Faktor Perilaku
Keluarga An. DKeluarga An. D
Sikap: Keluarga peduli
terhadap penyakit penderita
Lingkungan: Rumah cukup memenuhi
syarat kesehatan
Tindakan:: Keluarga
mengantarkan An.D untuk berobat
Faktor Non Perilaku
Pengetahuan: Keluarga kurang
memahami penyakit penderita
Keturunan: Tidak ada riwayat
penyakit keturunan di keluarga ini
Pelayanan Kesehatan : Jika sakit An.D di bawa berobat ke rumah sakit
oleh orang tuanya
BAB IV
IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH
4.1 LINGKUNGAN LUAR RUMAH
An. D tinggal bersama dengan ibu, ayah dan neneknya. Rumah ini
mempunyai pagar pendek, mempunyai halaman depan, Saluran pembuangan
limbah sudah tersalur ke got. Pembuangan sampah di rumah di bakar di
perkarangan yang kosong.
4.2 LINGKUNGA DALAM RUMAH
Dinding rumah terbuat dari batu bata yang di cat, sedangkan lantai rumah
sudah menggunakan keramik. Rumah ini terdiri dari enam ruangan yaitu ruang
tamu, 3 kamar tidur, satu dapur dan satu kamar mandi. Rumah ini mempunyai dua
pintu untuk keluar masuk (di bagian depan dan samping). Keluarga ini sudah
mempunyai fasilitas MCK keluarga dan fasilitas air dari PDAM. Ventilasi udara
baik, terdapat 8 jendela dengan lubang ventilasi untuk pertukaran udara.
4.3 DENAH RUMAH
Keterangan: : Jendela
: Pintu
20
Dapur
Ruang Tamu + ruang nonton TV
Kamar Tidur I
Kamar Mandi
Kamar Tidur II
Pekarangan
Halaman depan
Kamar Tidur III
4.4 DAFTAR MASALAH
a. Masalah medis
Kejang Demam
Suspect Pneumonia
b. Masalah non medis
Jarang mengikuti kegiatan kemasyarakatan di lingkungannya
Tingkat pendidikan orang tua rendah
Hanya mencari pelayanan kesehatan jika sakit parah
c. Diagram permasalahan
21
An.D
MASALAH MEDIS
Kejang Demam
Suspect Pneumonia
MASALAH NON MEDIS Jarang mengikuti kegiatan
kemasyarakatan di
lingkungannya
Tingkat pendidikan rendah
Hanya mencari pelayanan
kesehatan jika sakit parah
BAB V
PEMBAHASAN
KEJANG DEMAM
A. Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (Suhu rectal diatas 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstra cranium. Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling
sering dijumpai pada anak., terutama pada golongan umur 6 bulan sampai 4
tahun. Hampir 3% dari anak yangberumur dibawah 5 tahun pernah
menderitanya. Terjadinya bangkitan kejang demam bergantung pada umur,
tinggi, serta cepatnya suhu meningkat. Faktor hereditas juga mempunyai
peran. Sekitar 41,2% anggota keluarga penderita mempunyai riwayat kejang
sedangkan pada anak normal hanya 3%.
B. Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau otak diperlukan
suatu energi yang didapat dari metabolism. Bahan baku untuk metabolism
otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat prose situ adalah oksidasi dimana
oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke
otak melalui sistem kardiovaskular.
Sel dikelilingi oleh oleh suatu membrane yang terdiri dari permukaan
dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan
normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium dan
sangat sulit dilalui oleh ion natrium dan elektrolit lainnya kecuali ion
klorida. Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi
Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya.
Karena hal ini menyebabkan terjadiya perbedaan potensial dari sel neuron.
Pada keadaan demam, kenaikan 1oC akan mengakibatkan kenaikan
metabolism basal 10%-15%dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.
C. Manifestasi Klinis
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan
bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang
22
disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat. Serangan kejang
biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat
dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau
akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak
tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau
menit anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf.
Bila menghadapi penderita dengan kejang demam, pertanyaan yang
sering timbul adalah dapatkah diramalkan dari sifat kejang atau gejala yang
mana kemungkinan lebih besar untuk menderita epilepsy?
Untuk ini Livingston membuat criteria dan membagi kejang demam atas
2 golongan, yaitu:
1. Kejang demam sederhana
2. Epilepsi yang di provokasi oleh demam
Di Sub Bagian Saraf Anak Bagian IKA FKUI-RSCM Jakarta, criteria
Livingstone tersebut setelah di modifikasi dipakai sebagai pedoman untuk
membuat diagnosis kejang demam sederhana ialah:
1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun
2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit
3. Kejang bersifat umum
4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam
5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
6. Frekuensi bangkitan kejang dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.
Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari ketujuh
kriteria diatas digolongkan pada epilepsi yang di provokasi oleh demam.
Kejang kelompok ini mempunyai suatu dasar kelainan yang menyebabkan
timbulnya kejang, sedangkan demam hanya merupakan faktor pencetus saja.
D. Diagnosa Banding
Menghadapi seseorang anak yang menderita demam dengan kejang,
harus di pikirkan apakah penyebab dari kejang itu di dalam atau di luar
susunan saraf pusat (otak).
23
Kelainan di dalam otak biasanya karena infeksi, misalnya meningitis,
ensefalitis, abses otak, dan lain-lain. Oleh sebab itu perlu waspada untuk
menyingkirkan dahulu apakah ada kelainan organis di otak. Baru sesudah
itu dipikirkan apakah kejang demam ini tergolong dalam kejang demam
sederhana atau epilepsy yang di provokasi oleh demam.
E. Prognosis
Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik dan tidak
sampai menyebabkan kematian.
PNEUMONIA
Definisi
Pneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.
Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien
untuk mencegah infeksi, terdiri dari:
1. Susunan anatomis rongga hidung
2. Jaringan limfoid di naso-oro-faring
3. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus
respiratorius dan secret liat yang dikeluarkan oleh sel epitel tersebut
4. Refleks batuk
5. Refleks epiglottis yang mencegah terjadinya aspirasi
secret yang terinfeksi
6. Drainase sistem limfatik dan fungsi menyaring kelenjar
limfe regional
7. Fagositosis, aksi enzimatik dan respons imuno-humoral
terutama dari immunoglobulin (IgA).
Bronkopneumonia
A. Definisi Bronkopneumonia
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam
24
bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya (Smeltzer &
Suzanne C,2002:57).
Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam-
macam etiologi jamur dan seperti bakteri, virus, dan benda
asing( Ngastiyah,2005)
Bronkopneumonia adalah bronkolius terminal yang tersumbat oleh eksudat,
kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat
lobules, disebut juga pneumonia lobaris (Whaley dan Wong,2000)
Bronkopneumonia berasal dari kata bronchus dan pneumoniam berarti
peradangan pada jaringan paru-paru dan juga cabang tenggorokan (broncus).
(Arief Mansjoer)
Bronkopneumonia suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai
bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru
melalui cara penyebaran langsung melalui saluran pernafasan atau melalui
hematogen sampai ke bronkus.(Riyadi sujono dan Sukarmin,2009)
Kesimpulannya bronkopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan
oleh agen infeksius seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengenai
daerah bronkus dan sekitar alveoli.
B. Epidemiologi
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak
di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, menurut data
mortalitas tahun 1990, pneumonia merupakan seperempat penyebab kematian
pada anak di bawah 5 tahun dan 80% terjadi di negara berkembang, sedangkan di
Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada
anak di bawah umur 2 tahun. Mortalitas disebabkan oleh bakteremia S.aureus dan
S.pneumoniae selain karena malnutrisi dan kurangnya akses keperrawatan.
C. Etiologi atau predisposisi
Secara umum individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh
adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme
pathogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh
25
terhadap organ pernafasan yang terdiri atas reflek glottis dan batuk, adanya
lapisan mucus, gerakan silia yang menggerakan kuman keluar dari organ, dan
sekresi humoral setempat. Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus,
bakteri, jamur, protozoa, mikrobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra
M.Nettina, 2001) antara lain:
1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococus,H. Influenza, Klebsiella.
2. Virus : Legionella pneumonia
3. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
4. Aspirasi makanan, sekresi orofariengal atau isi lambung kedalam paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.
Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada
pasien yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang
terdapat dalam mulut dank arena adanya pneumocystis crania, Mycoplasma.
(Smeltzer & Suzanne C, 2002: 572 dan Sandra M.Nettina, 2001).
D. Patofisiologi
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas
yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophilus influenza atau karena
aspirasi makanan dan minuman. Dari saluran pernafasan dengan gambaran
sebagai berikut:
1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi
pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli
2. Ekspansi kuman melaui pembuluh darah kemudian masuk kedalam saluran
pencernaan dam menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora
normal dalam usus, peristaltic meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan
kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit
E. Manifestasi Klinik
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktusrespiratoris
bagian atas selama beberapa hari suhu tubuh naik sangat mendadak sampai 39-40
26
derajat celcius dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat
gelisah, dispenia pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung
serta sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang juga disertai muntah dan diare.
Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit tapi setelah beberapa
hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif.
Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik
tetapi dengan adanya nafs dangkal dan cepat, pernafasan cuping hidung dan
sianosis sekitar hidung dan mulut dapat diduga adanya pneumonia. Hasil
pemeriksaan fisik tergantung luas daerah auskultasi yang terkena, pada perkusi
sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya terdengar
ronchi basah nyaring halus dan sedang. (Ngastiyah, 2005).
F. Pemeriksaan Penunjang
Untuk dapat menegakkan diagnose keperawatan dapat digunakan cara:
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi
leukositosis( meningkatnya jumlah neutrofil) ( Sandra M,Nettina 2001).
b. Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam.
Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes
sensifitas untuk mendeteksi agen infeksius (Barbara C, Long, 1996 )
c. Analisa gas darah
untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa (Sandra M,
Nettina, 2001)
d. Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia
e. Sampel darah, sputum, dan urin
untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen mikroba (Sandra M, Nettina
2001 )
2. Pemeriksaan radiologi
a. Rontgenogram thoraks
27
Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi
pneumokokal atau klebsiella. Infilrate multiple seringkali dijumpai pada
infeksi stafilokokus dan haemofilus (Barbara C, Long, 1996 ).
b. Laringoskopi / bronkoskopi
untuk menentukan apkah jalan nafas tersumbat oleh benda padat (Sandra
M, Nettina, 2001).
G. Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
a. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps
paru yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang
b. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm rongga
pleura yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yang meradang
d. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial
e. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
28
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN KOMPREHENSIF
6.1 Kesimpulan holistik
An. D dengan usia 19 bulan adalah penderita kejang demam, yang tinggal
dalam Extended Family karena tinggal 1 rumah dengan ayah, ibu dan neneknya.
Pasien sangat dekat dengan orang tuanya. Interaksi dalam keluarga An.D sangat
harmonis, komunikasi antar anggota keluarga sangat baik.
i Diagnosis dari segi biologis :
Kejang Demam
Suspect Pneumonia
ii Diagnosis dari segi psikologis :
Hubungan dengan ibu, ayah, dan neneknya baik, kasih sayang dan perhatian
yang diberikan orang tua dan nenek juga sangat baik.
iii Diagnosis dari segi sosial :
Penderita hanya sebagai anggota masyarakat biasa, dan jarang mengikuti
kegiatan kemasyarakatan yang diadakan di lingkungannya. Hubungan dengan
tetangga di sekitarnya baik.
6.2 Saran komprehensif
An. D dan keluarga perlu membiasakan pola hidup sehat, mengetahui
tentang kejang demam dan komplikasinya.
a. Promotif
An. D dan keluarga perlu diberikan penjelasan mengenai kejang demam,
pneumonia dan komplikasi-komplikasinya. Perlu diberikan pengetahuan
yang benar bahwa penyakitnya dapat dikontrol dengan pengobatan dan
ketelatenan penderita untuk kontrol ke petugas kesehatan atau dokter.
b. Preventif
29
Mengatur pola makan sehat, memperhatikan makanan yang akan di
makan, jika anak demam segera di berikan obat untuk menurunkan
panasnya atau dibawa ke dokter terdekat.
c. Kuratif
Rutin kontrol ke Rumah Sakit atau klinik dokter keluarga. Keluarga juga
harus membantu dalam pemberian obat, dan mengontrol kondisi pasien.
d. Rehabilitatif
Penderita dianjurkan untuk tetap aktif sesuai kemampuan dalam kegiatan
yang dilakukan sehari-hari.
30
DAFTAR PUSTAKA
Jawetz E. 2002. In: Katzung BG (Ed); Farmakologi dasar dan klinik. Jakarta,
EGC.
Price, Silvya A., Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Edisi6. Jakarta: EGC.
Snell, Richard S. 2000. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6.
Jakarta: EGC.
Sudoyono, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Najm, I. Ying, Z. Janigro, D. 2001. Mechanisms of Epileptogenesis. Neurol Clin
North Am.
Hanhan, U.A. Fiallos, M.R. Orlowski, J.P. 2001. Status Epilepticus. Pediatry
Clin North Am. Commission on Classification and Terminology of the
International League Against Epilepsy. Proposal for revised clinical and
electroencephalographic classification of epileptic seizures. Epilepsia 1981.
Bradford, J.C. Kyriakedes, C.G. 1999. Evidence Based Emergency Medicine;
Evaluatin and Diagnostic Testing Evaluation of The Patient with
Seizures. An evidence based approach. Em Med Clin North Am.
Appleton, P.R. Choonara, I. Marland,T. Phillips, B. Scott, R. Whitehouse, W.
2000. The Treatment of Convulsive Status Epilepticus in Children. Arch
Dis Child 2000.
31