Kasus Klerek Uva

46
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kejang demam merupakan salah satu kelainan saraf yang paling sering dijumpai pada bayi dan anak. Sekitar 2,2% hingga 5% anak mengalami kejang demam sebelum mereka mencapai umur 5 tahun. Sampai saat ini masih terdapat perbedaan pendapat mengenai akibat yang ditimbulkan oleh penyakit ini namun pendapat yang dominan saat ini kejang demam tidak menyebabkan akibat buruk atau kerusakan pada otak namun kita tetap berupaya untuk menghentikan kejang secepat mungkin. Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di Amerika Serikat, Amerka Selatan, dan Eropa Barat. Di Asia lebih tinggi kira-kira 20% kasus merupakan kejang demam kkompleks Akhir-akhir ini kejang demam diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu kejang demam sederhana yang berlangsung kurang dari 15 menit dan umum, dan kejang demam kompleks yang berlangsung lebih dari 15 menit, fokal atau multiple (lebih dari satu kali kejang dalam 24 jam). 1.2 IDENTITAS PASIEN Nama : An. D Umur : 19 bulan Anak : Pertama 1

description

Kasus

Transcript of Kasus Klerek Uva

Page 1: Kasus Klerek Uva

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kejang demam merupakan salah satu kelainan saraf yang paling sering

dijumpai pada bayi dan anak. Sekitar 2,2% hingga 5% anak mengalami kejang

demam sebelum mereka mencapai umur 5 tahun. Sampai saat ini masih terdapat

perbedaan pendapat mengenai akibat yang ditimbulkan oleh penyakit ini namun

pendapat yang dominan saat ini kejang demam tidak menyebabkan akibat buruk

atau kerusakan pada otak namun kita tetap berupaya untuk menghentikan kejang

secepat mungkin.

Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di Amerika Serikat, Amerka

Selatan, dan Eropa Barat. Di Asia lebih tinggi kira-kira 20% kasus merupakan

kejang demam kkompleks Akhir-akhir ini kejang demam diklasifikasikan menjadi

dua golongan yaitu kejang demam sederhana yang berlangsung kurang dari 15

menit dan umum, dan kejang demam kompleks yang berlangsung lebih dari 15

menit, fokal atau multiple (lebih dari satu kali kejang dalam 24 jam).

1.2 IDENTITAS PASIEN

Nama : An. D

Umur : 19 bulan

Anak : Pertama

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Ds. Selorejo, Dau

Suku : Jawa

Nama Ayah : Tn. W

Umur : 39 tahun

Pekerjaan : Petani Jeruk

Pendidikan : SMA

Agama : Islam

Alamat : Ds. Selorejo, Dau

1

Page 2: Kasus Klerek Uva

Status Perkawinan : Menikah

Suku : Jawa

Nama Ibu : Ny. A

Umur : 29 tahun

Pekerjaan : Penjahit

Pendidikan : S1

Agama : Islam

Alamat : Ds. Selorejo, Dau

Status Perkawinan : Menikah

Suku : Jawa

Tanggal MRS : 8 Desember 2012

1.3 ANAMNESIS

1. Keluhan Utama : Kejang

2. Keluhan Tambahan : Demam

3. Riwayat Penyakit Sekarang:

Ibu pasien datang ke IGD dengan keluhan anaknya kejang, sebanyak

1 kali, secara tiba-tiba, kurang lebih 15 menit, terjadi pada seluruh tubuh,

ketika kejang anak seperti menggigit lidah dan tidak sadarkan diri. Pada

awalnya pasien panas sejak dua hari yang lalu, panas terjadi terus menerus

dan pasien menggigil, hingga tadi pagi pasien menjadi kejang. Kemudian

oleh ibu di bawa ke bidan dan dianjurkan untuk di bawa ke rumah sakit.

4. Riwayat Penyakit Dahulu: Sering mencret-mencret jika makan yang

manis-manis

- Riwayat sakit serupa : disangkal

- Riwayat mondok : disangkal

- Riwayat penyakit jantung : disangkal

- Riwayat sakit kejang : disangkal

- Riwayat alergi obat : disangkal

- Riwayat alergi makanan : (+) jika makan ikan laut, juga alergi

susu merek tertentu.

- Riwayat alergi udara dingin : disangkal

2

Page 3: Kasus Klerek Uva

5. Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : disangkal

- Riwayat hipertensi : disangkal

- Riwayat sakit gula : disangkal

- Riwayat sakit jantung : disangkal

- Riwayat Alergi : disangkal

6. Riwayat Kelahiran:

Kehamilan cukup bulan, proses kelahiran secara sesar. Saat lahir

langsung menangis, kondisi sehat. Sejak lahir diberi asi dan susu formula

dan sejak usia kurang dari satu tahun sampai sekarang diberi asi saja.

7. Riwayat Imunisasi: Lengkap

8. Riwayat Kebiasaan: Sangat aktif bermain

9. Riwayat Sosial Ekonomi:

Pasien adalah anak perempuan pertama dengan usia 19 bulan dari

pasangan Tn. W usia 39 tahun dengan pendidikan terakhir SMA dan

bekerja sebagai petani jeruk dengan Ny. A 29 tahun dengan pendidikan

terakhir SMA dan bekerja sebagai penjahit. Penghasilan keduanya cukup

untuk menanggung kehidupan 4 orang yang terdiri dari pasien sendiri,

ayah, ibu dan neneknya. Nenek (Ibu dari ayah) juga membantu dalam

perekonomian keluarga ini, dimana nenek ini juga bekerja sebagai petani

jeruk. Keluarga ini tergolong dalam extended family. Komunikasi baik

antar anggota keluarga. Kesan status ekonomi cukup.

10. Riwayat Gizi:

Kesan gizi cukup, sehari-hari makan 3x sehari dengan nasi, lauk pauk

dan sayur. Kadang makan buah, paling sering pisang.

1.4 ANAMNESIS SISTEM

a. Kulit : kulit gatal (-).

b. Kepala : sakit kepala (-), berputar (-), cekot-cekot (-), rambut

kepala tidak rontok, luka pada kepala (-), benjolan /

borok di kepala (-).

3

Page 4: Kasus Klerek Uva

c. Mata : pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan

kabur (-), ketajaman penglihatan berkurang (-).

d. Hidung : tersumbat (-), mimisan (-).

e. Telinga : Pendengaran berkurang (-), berdengung (-), Keluar

cairan (-).

f. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-), lidah terasa pahit (-),

ngiler (-).

g. Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-).

h. Pernafasan : sesak nafas (-), mengi (-), batuk (-).

i. Kadiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-).

j. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan menurun (-),

nyeri perut (-), tidak bisa BAB (-).

k. Genitourinaria : BAK lancar.

l. Neurologik : kejang (+), kelumpuhan kaki (-), lidah (-).

m. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri sendi (-), nyeri kaki (-), nyeri otot (-).

n. Ekstremitas :

o Atas kanan : bengkak (-), sakit (-), luka (-)

o Atas kiri : bengkak (-), sakit (-), luka (-)

o Bawah kanan : bengkak (-), sakit (-), luka (-)

o Bawah kanan : bengkak (-), sakit (-), luka (-).

1.5 PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum: lemas, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), kesan

gizi cukup.

2. Tanda Vital

BB : 8 kg

TB : - cm

Nadi : 108 x/menit

Suhu : 38,7˚c

3. Kulit:

Turgor menurun, Luka/jejas (-), cyanosis (-), ikterus (-)

4

Page 5: Kasus Klerek Uva

4. Kepala:

Bentuk mesocephal, luka (-), rambut tidak mudah dicabut, keriput (-),

makula (-), atrofi m. temporalis (-), papula (-), nodula (-), bells palsy (-).

5. Mata:

Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (+/+), warna

kelopak (coklat kehitaman), radang (-/-), cowong (+/+).

6. Hidung:

Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-),

hiperpigmentasi (-), saddle nose (-).

7. Mulut :

Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi

lidah hiperemis (+).

8. Telinga:

Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping

telinga dalam batas normal.

9. Tenggorokan:

Tonsil membesar (-/-), pharing hiperemis (-).

10. Leher:

JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-),

pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-), bengkak (-).

11. Toraks:

Simetris, bentuk normochest, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-),

spider nevi (-), venectasi (-), pembesaran kelenjar limfe (-)

- Cor :I : ictus cordis tak tampak

P : ictus cordis tak kuat angkat

P : batas kiri atas :SIC II linea para sternalis sinistra

batas kanan atas :SIC II linea para sternalis dekstra

batas kiri bawah :SIC V1 cm lateral linea medio

clavicularis sinistra

batas kanan bawah :SIC IV linea para sternalis dekstra

pinggang jantung :SIC III linea para sternalis sinistra (batas

jantung kesan tidak melebar

5

Page 6: Kasus Klerek Uva

A : Bunyi Jantung I–II intensitas normal, regular, bising (-)

- Pulmo: Statis (depan dan belakang)

I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri.

P : fremitus raba kanan sama dengan kiri

P : sonor/sonor

A: suara dasar vesikuler →

suara tambahan ronki/ whizing

12. St atus lokalis (Abdomen)

I : dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi (-)

A : peristaltik (+) normal

P : timpani seluruh lapang perut

P : supel, nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan lien tak teraba.

13. Sistem Collumna Vertebralis:

I : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)

P : nyeri tekan (-)

P : Nyeri ketuk costo vertebralis (-)

14. Ektremitas: palmar eritema(-/-)

akral dingin Pucat ulkus

- - - - - -

- - - - - -

15. Sistem genetalia: dalam batas normal

16. Pemeriksaan Neurologik:

Fungsi Luhur : dalam batas normal

Fungsi Vegetatif : dalam batas normal

Fungsi Sensorik : N N

N N

6

+ +

+

+ +

- -

-

- -

Page 7: Kasus Klerek Uva

Fungsi motorik :

K 5 5 T N N RF + + N RP - -

5 5 N N + + N - -

1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG:

Tanggal 8-12-2012

Hematologi:

Item periksa Hasil pemeriksaan Nilai normal satuan

Hemoglobin 10,2 12-16 g/dl

Leukosit 38.600 4-10 ribu/mm3

Trombosit 486.000 150-400 ribu/mm

LED 45 2-20 mm/jam

PCV/HCT 33,5 37-48 %

Eritrosit 4,40 4,0-5,5 juta/mm3

Hitung jenis eosinofil 1 1-3

Hitung jenis basofil 3 0-1

Hitung jenis N.Stab - 2-6

Hitung jenis N.Segmen 70 50-70

Hitung jenis lymphosit 18 20-40

Hitung jenis monosit 8 2-8

Serologi :

CRP +12 Negatif < 6 mg/L

Elektrolit :

Natrium ( Na ) 131 135-155 mmol/l

Kalium ( K ) 3,93 3,5-5,0 mmol/l

Clorida ( Cl ) 101 95-108 mmol/l

Rontgen Thorax:

Cor : bentuk/ukuran/posisi dalam batas normal

Pulmo : Aerasi normal, curiga infiltrate berbatas tegas di lapangan atas paru

sinistra. Kedua sinus kostofrenikus tajam, hemidiafragma D/S baik, tulang dan

jaringan lunak normal

7

Page 8: Kasus Klerek Uva

Kesimpulan: Curiga infiltrate berbatas tegas di lapangan atas paru sinistra.

Susp. Pneumonia.

Tanggal 11-12-2012

Hematologi:

Item periksa Hasil pemeriksaan Nilai normal satuan

Hemoglobin 10,4 12-16 g/dl

Leukosit 13.200 4-10 ribu/mm3

Trombosit 436.000 150-400 ribu/mm

LED - 2-20 mm/jam

PCV/HCT 34,3 37-48 %

Eritrosit 4,57 4,0-5,5 juta/mm3

Hitung jenis eosinofil 7 1-3

Hitung jenis basofil 2 0-1

Hitung jenis N.Stab - 2-6

Hitung jenis N.Segmen 48 50-70

Hitung jenis lymphosit 31 20-40

Hitung jenis monosit 12 2-8

Serologi :

CRP +12 Negatif < 6 mg/L

1.8 RESUME :

Ibu pasien datang ke IGD dengan keluhan anaknya kejang, sebanyak 1

kali, secara tiba-tiba, kurang lebih 15 menit, terjadi pada seluruh tubuh, ketika

kejang anak seperti menggigit lidah dan tidak sadarkan diri. Pada awalnya

pasien panas sejak dua hari yang lalu, panas terjadi terus menerus dan pasien

menggigil, hingga tadi pagi pasien menjadi kejang. Kemudian oleh ibu di

bawa ke bidan dan dianjurkan untuk di bawa ke rumah sakit.Menurut ibu

pasien, tidak ada riwayat kejang sebelumnya.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan suhu 38,7 (↑), turgor menurun, mata

cowong. Dan dari pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit 38.600 (↑),

LED 45 (↑), CRP +12. Dari rontgen thorax didapatkan Pulmo : Aerasi normal,

curiga infiltrate berbatas tegas di lapangan atas paru sinistra. Kedua sinus

8

Page 9: Kasus Klerek Uva

kostofrenikus tajam, hemidiafragma D/S baik, tulang dan jaringan lunak

normal. Kesimpulan: curiga infiltrate berbatas tegas di lapangan atas paru

sinistra. Susp. Pneumonia.

1.9 WORKING DIAGNOSA

Kejang Demam

Suspect Pneumonia

1.10 DIAGNOSIS HOLISTIK

An. D dengan usia 19 bulan adalah penderita kejang demam, yang

tinggal dalam Extended Family karena tinggal 1 rumah dengan ayah, ibu

dan neneknya. Pasien sangat dekat dengan orang tuanya. Interaksi dalam

keluarga An.D sangat harmonis, komunikasi antar anggota keluarga sangat

baik.

i Diagnosis dari segi biologis :

Kejang Demam

Suspect Pneumonia

ii Diagnosis dari segi psikologis :

Hubungan dengan ibu, ayah, dan neneknya baik, kasih sayang dan

perhatian yang diberikan orang tua dan nenek juga sangat baik.

iii Diagnosis dari segi sosial :

Penderita hanya sebagai anggota masyarakat biasa, dan jarang

mengikuti kegiatan kemasyarakatan yang diadakan di lingkungannya.

Hubungan dengan tetangga di sekitarnya baik.

1.11 PENATALAKSANAAN DI RUMAH SAKIT

Medikamentosa:

Infus KAEN 3B

Obat Injeksi: R/ Taxegram 2x250 mg iv

R/ Mikasin 2x60 mg iv

Obat Oral : R/ Sanmol 3x0,8 cc

R/ Encebion 1x½ cth

9

Page 10: Kasus Klerek Uva

R/ Kcl 3% 3x½ cth

R/ Puyer (novalgin, stesolid) 3x1 bungkus

Non Medika Mentosa :

1. Edukasi kepada keluarga tentang kejang demam, komplikasinya, serta

intervensi farmakologik dan non farmakologi

2. Makan 3 x sehari, dengan diet TKTP

3. Cairan yang cukup dengan banyak minum

4. Kurangi faktor pemicu dan pemberat.

5. Istirahat yang cukup

6. KIE tentang gizi terutama penggunaan bahan makanan yang baik untuk

anak

7. Pemantauan anak oleh perawat minimal setiap 3 jam dan oleh dokter 1

kali per hari selama MRS

8. Bila keluar dari RS rajin – rajinlah kontrol

9. Langsung dibawa ke dokter jika sakit/keluhan semakin parah

1.12 FOLLOW UP

Tanggal 8 Desember 2012

S: Ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak kejang, tetapi masih panas

O: KU cukup, composmentis, GCS 456, gizi kesan cukup

Tanda Vital : N: 108x/menit S: 37,3˚c

Kejang (-)

Pemeriksaan laboratorium: leukosit 38.600 (↑), LED 45 (↑), CRP +12.

Rontgen Thorax: curiga infiltrate berbatas tegas di lapangan atas paru

sinistra. Susp. pneumonia

A : Kejang Demam

Suspect Pneumonia

P : Terapi medikamentosa: Infus KAEN 3B, Obat Injeksi: Taxegram 2x250

mg iv, Mikasin 2x60 mg iv, Obat Oral:Sanmol

3x0,8 cc, Encebion 1x½ cth, Kcl 3% 3x½ cth,

Puyer (novalgin, stesolid) 3x1 bungkus.

10

Page 11: Kasus Klerek Uva

Tanggal 9 Desember 2012

S: Ibu pasien mengatakan anaknya masih panas, batuk

O: KU cukup, composmentis, GCS 456, gizi kesan cukup

Tanda Vital : N: 100x/menit S: 37,5˚c

Kejang (-), batuk (+)

Pemeriksaan laboratorium: -

A : Febris Konvulsi

Suspect Pneumonia

P : Terapi medikamentosa: Infus KAEN 3B, Obat Injeksi: Taxegram 2x250

mg iv, Mikasin 2x60 mg iv, Obat Oral:Sanmol

3x0,8 cc, Encebion 1x½ cth, Kcl 3% 3x½ cth,

Puyer (novalgin, stesolid) 3x1 bungkus.

Tanggal 10 Desember 2012

S: Ibu pasien mengatakan anaknya kembung, tapi sudah tidak panas.

O: KU cukup, composmentis, GCS 456, gizi kesan cukup

Tanda Vital : N: 100x/menit S: 36,7˚c

Kejang (-), batuk (-), kembung (+)

Pemeriksaan laboratorium: -

A : Febris Konvulsi

Suspect. Pneumonia

P : Terapi medikamentosa: Infus KAEN 3B, Obat Injeksi: Taxegram 2x250

mg iv, Mikasin 2x60 mg iv, Obat Oral:Sanmol

3x0,8 cc, Encebion 1x½ cth, Kcl 3% 3x½ cth,

Puyer (novalgin, stesolid) 3x1 bungkus.

Tanggal 11 Desember 2012

S: Ibu pasien mengatakan anaknya sudah tidak kembung dan tidak panas.

O: KU cukup, composmentis, GCS 456, gizi kesan cukup

Tanda Vital : N: 98x/menit S: 36,5˚c

Kejang (-), kembung (-) batuk (-)

Pemeriksaan laboratorium: Leukosit 13.200 (↑), hitung jenis eosinofil 7

(↑), hitung jenis monosit 12 (↑), CRP +12.

A : Febris Konvulsi

11

Page 12: Kasus Klerek Uva

Suspect. Pneumonia

P : Terapi medikamentosa: Infus KAEN 3B, Obat Injeksi: Taxegram 2x250

mg iv, Mikasin 2x60 mg iv, Obat Oral:Sanmol

3x0,8 cc, Encebon 1x½ cth, Kcl 3% 3x½ cth,

Puyer (novalgin, stesolid) 3x1 bungkus.

1.13 FLOW SHEET

Nama : An. D

Diagnosis : Febris Konvulsi

Suspect Pneumonia

No Tanggal Vital sign Keluhan Rencana

1. 8-12-12 N:108x/menit

S:37,3˚c

Kejang (-)

Panas (+)

Terapi Medikamentosa:

Infus KAEN 3B, Obat

Injeksi: Taxegram 2x250

mg iv, Mikasin 2x60 mg iv,

Obat Oral :Sanmol

3x0,8 cc, Encibon 1x½ cth,

Kcl 3% 3x½ cth, Puyer

(novalgin, stesolid) 3x1

bungkus.

2. 9-12-12 N:100x/menit

S:37,5˚c

Kejang (-)

Panas (+)

Batuk (+)

Terapi Medikamentosa:

Infus KAEN 3B, Obat

Injeksi: Taxegram 2x250

mg iv, Mikasin 2x60 mg iv,

Obat Oral :Sanmol

3x0,8 cc, Encebion 1x½ cth,

Kcl 3% 3x½ cth, Puyer

(novalgin, stesolid) 3x1

bungkus.

3. 10-12-12 N:100x/menit

S:36,7˚c

Panas (-)

Batuk (+)

Kembung (+)

Terapi Medikamentosa:

Infus KAEN 3B, Obat

Injeksi: Taxegram 2x250

12

Page 13: Kasus Klerek Uva

mg iv, Mikasin 2x60 mg iv,

Obat Oral :Sanmol

3x0,8 cc, Encebion 1x½ cth,

Kcl 3% 3x½ cth, Puyer

(novalgin, stesolid) 3x1

bungkus.

4. 11-12-12 N:98x/menit

S:36,5˚c

Panas (-)

Batuk (-)

Kembung (-)

Terapi Medikamentosa: Infus KAEN 3B, Obat Injeksi: Taxegram 2x250 mg iv, Mikasin 2x60 mg iv, Obat Oral :Sanmol 3x0,8 cc, Encebion 1x½ cth, Kcl 3% 3x½ cth, Puyer (novalgin, stesolid) 3x1 bungkus.

13

Page 14: Kasus Klerek Uva

BAB II

IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA

2.1 KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal dalam Satu Rumah

No Nama Status L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien

Klinik

Ket

1. Tn. W Ayah L 39 th SMA Petani - -

2. Ny. A Ibu P 29 th SMA Penjahit - -

3. An. D Anak P 19 bln - - YA -

4. Nn. B Nenek P - - Petani - -

Bentuk Keluarga : Extended Family

2.1 FUNGSI HOLISTIK

1. Fungsi Biologis :

Keluarga terdiri atas pasien (An.D, 19 bulan), ibu pasien yaitu

Ny. A (29 tahun), ayah pasien (Tn.W, 39 tahun) dan nenek pasien

(Nn.B).

2. Fungsi Psikologis :

Hubungan pasien dengan semua keluarga dalam satu rumah baik.

Ayah, ibu, dan neneknya selalu perhatian dan penuh kasih sayang kepada

pasien.

3. Fungsi Sosial :

Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam

masyarakat, hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Keluarga ini juga

jarang mengikuti kegiatan kemasyarakatan yang diadakan di lingkungannya.

2.2 FUNGSI FISIOLOGIS

APGAR Terhadap Keluarga Tn. W Ny. A Nn.B

Saya puas bahwa saya dapat kembali

ke keluarga saya bila saya menghadapi

2 2 2

14

Page 15: Kasus Klerek Uva

A masalah

P

Saya puas dengan cara keluarga saya

membahas dan membagi masalah

dengan saya

2 2 2

G

Saya puas dengan cara keluarga saya

menerima dan mendukung keinginan

saya untuk melakukan kegiatan baru

atau arah hidup yang baru

2 2 2

A

Saya puas dengan cara keluarga saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti

kemarahan, perhatian dll

2 2 2

R

Saya puas dengan cara keluarga saya

dan saya membagi waktu bersama-

sama

2 2 2

10 10 10

APGAR skore kelurga Tn. N= 10+10+10= 30:3 = 10 → Fungsi Fisiologis

Baik.

Skoring :

Hampir selalu : 2 poin

Kadang – kadang : 1 poin

Hampir tak pernah : 0 poin

2.3 FUNGSI PATOLOGIS DENGAN ALAT SCREEM

SCREEM

SUMBER PATHOLOGY KET

Social Keluarga ini jarang mengikuti kegiatan kemasyarakatan

yang diadakan di lingkungannya. +

Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini

dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik, banyak tradisi

budaya yang masih diikuti. Menggunakan bahasa jawa dan

Indonesia, tata krama dan kesopanan baik.

-

15

Page 16: Kasus Klerek Uva

Religius Pemahaman terhadap ajaran agama baik, demikian juga

dalam ketaatannya dalam beribadah. -

Economy Ekonomi keluarga ini termasuk perekonomian menengah.

Pendapatannya sudah mencukupi untuk standard hidup layak

sehari hari.

-

Education Tingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga ini kurang,

dimana ayah dan ibu pasien hanya lulusan SMA +

Medical Keluarga ini belum menganggap pemeriksaan rutin kesehatan

sebagai kebutuhan, pasien pergi ke dokter/rumah sakit jika

sakit yang di derita mulai memburuk.

+

Kesimpulan :

Dari segi sosial, pasien tidak pernah mengikuti kegiatan kemasyarakatan

yang diadakan di lingkungannya. Dari segi ekonomi, pasien termasuk dalam

perekonomian menengah, cukup untuk hidup layak sehari-hari. Dari segi edukasi,

tingkat pasien kurang karena orang tua hanya lulusan SMA. Dan dari segi medical

pasien juga kurang, keluarga ini jarang memeriksakan kesehatannya secara rutin

ke dokter, periksa hanya jika sakit parah.

2.4 GENOGRAM :

16

Keterangan:

Laki- laki

Perempuan

X Meninggal

Pasien

Nn.B

Ny.A

Tn.W

An.D

Page 17: Kasus Klerek Uva

2.5 INFORMASI POLA INTERAKSI:

Diagram pola interaksi keluarga An. D

Keterangan :

: Berhubungan baik

BAB III

17

Ny. A

Tn. W

An. D

Nn. B

Page 18: Kasus Klerek Uva

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KESEHATAN

3.1 IDENTIFIKASI FAKTOR PERILAKU KELUARGA

1. Pengetahuan

Keluarga mempunyai pengetahuan yang kurang baik tentang kesehatan

karena tingkat pendidikannya kurang, orang tua pasien hanya lulusan

SMA. Menurut pendapat semua keluarga anggota, yang dimaksud kondisi

sehat adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak menderita penyakit

sehingga bisa melakukan aktivitasnya dengan baik.

2. Sikap

Keluarga ini peduli terhadap kesehatan penderita. Selama pasien sakit,

ayah, ibu, dan neneknya selalu menjaga di rumah sakit, dan saling

bergantian dalam mengurus An. D.

3. Tindakan

Keluarga pasien mengantarkan An. D ke rumah sakit untuk mendapat

pertolongan lebih lanjut.

3.2 IDENTIFIKASI FAKTOR NON PERILAKU KELUARGA

1. Lingkungan

Rumah yang dihuni keluarga ini cukup baik. Rumah pasien sudah sudah

memenuhi standar kesehatan. Luas bangunan cukup, ada halaman

depan, pencahayaan cukup, ventilasi cukup. Sumber air keluarga ini

berasal dari PDAM, kamar mandi dan jamban sudah ada.

2. Pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, praktek dokter, apotik, dan lain

sebagainya tergolong dekat dengan rumah keluarga An. D, sehingga

keluarga membawa pasien ke rumah sakit terdekat untuk mendapat

pertolongan lebih lanjut.

3. Keturunan

Tidak ada riwayat penyakit keturunan pada keluarga ini.

18

Page 19: Kasus Klerek Uva

19

Keluarga Ny. TKeluarga Ny. T

Faktor Perilaku

Keluarga An. DKeluarga An. D

Sikap: Keluarga peduli

terhadap penyakit penderita

Lingkungan: Rumah cukup memenuhi

syarat kesehatan

Tindakan:: Keluarga

mengantarkan An.D untuk berobat

Faktor Non Perilaku

Pengetahuan: Keluarga kurang

memahami penyakit penderita

Keturunan: Tidak ada riwayat

penyakit keturunan di keluarga ini

Pelayanan Kesehatan : Jika sakit An.D di bawa berobat ke rumah sakit

oleh orang tuanya

Page 20: Kasus Klerek Uva

BAB IV

IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH

4.1 LINGKUNGAN LUAR RUMAH

An. D tinggal bersama dengan ibu, ayah dan neneknya. Rumah ini

mempunyai pagar pendek, mempunyai halaman depan, Saluran pembuangan

limbah sudah tersalur ke got. Pembuangan sampah di rumah di bakar di

perkarangan yang kosong.

4.2 LINGKUNGA DALAM RUMAH

Dinding rumah terbuat dari batu bata yang di cat, sedangkan lantai rumah

sudah menggunakan keramik. Rumah ini terdiri dari enam ruangan yaitu ruang

tamu, 3 kamar tidur, satu dapur dan satu kamar mandi. Rumah ini mempunyai dua

pintu untuk keluar masuk (di bagian depan dan samping). Keluarga ini sudah

mempunyai fasilitas MCK keluarga dan fasilitas air dari PDAM. Ventilasi udara

baik, terdapat 8 jendela dengan lubang ventilasi untuk pertukaran udara.

4.3 DENAH RUMAH

Keterangan: : Jendela

: Pintu

20

Dapur

Ruang Tamu + ruang nonton TV

Kamar Tidur I

Kamar Mandi

Kamar Tidur II

Pekarangan

Halaman depan

Kamar Tidur III

Page 21: Kasus Klerek Uva

4.4 DAFTAR MASALAH

a. Masalah medis

Kejang Demam

Suspect Pneumonia

b. Masalah non medis

Jarang mengikuti kegiatan kemasyarakatan di lingkungannya

Tingkat pendidikan orang tua rendah

Hanya mencari pelayanan kesehatan jika sakit parah

c. Diagram permasalahan

21

An.D

MASALAH MEDIS

Kejang Demam

Suspect Pneumonia

MASALAH NON MEDIS Jarang mengikuti kegiatan

kemasyarakatan di

lingkungannya

Tingkat pendidikan rendah

Hanya mencari pelayanan

kesehatan jika sakit parah

Page 22: Kasus Klerek Uva

BAB V

PEMBAHASAN

KEJANG DEMAM

A. Definisi

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan

suhu tubuh (Suhu rectal diatas 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses

ekstra cranium. Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling

sering dijumpai pada anak., terutama pada golongan umur 6 bulan sampai 4

tahun. Hampir 3% dari anak yangberumur dibawah 5 tahun pernah

menderitanya. Terjadinya bangkitan kejang demam bergantung pada umur,

tinggi, serta cepatnya suhu meningkat. Faktor hereditas juga mempunyai

peran. Sekitar 41,2% anggota keluarga penderita mempunyai riwayat kejang

sedangkan pada anak normal hanya 3%.

B. Patofisiologi

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau otak diperlukan

suatu energi yang didapat dari metabolism. Bahan baku untuk metabolism

otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat prose situ adalah oksidasi dimana

oksigen disediakan dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke

otak melalui sistem kardiovaskular.

Sel dikelilingi oleh oleh suatu membrane yang terdiri dari permukaan

dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan

normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium dan

sangat sulit dilalui oleh ion natrium dan elektrolit lainnya kecuali ion

klorida. Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi

Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya.

Karena hal ini menyebabkan terjadiya perbedaan potensial dari sel neuron.

Pada keadaan demam, kenaikan 1oC akan mengakibatkan kenaikan

metabolism basal 10%-15%dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.

C. Manifestasi Klinis

Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan

bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang

22

Page 23: Kasus Klerek Uva

disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat. Serangan kejang

biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat

dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau

akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak

tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau

menit anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf.

Bila menghadapi penderita dengan kejang demam, pertanyaan yang

sering timbul adalah dapatkah diramalkan dari sifat kejang atau gejala yang

mana kemungkinan lebih besar untuk menderita epilepsy?

Untuk ini Livingston membuat criteria dan membagi kejang demam atas

2 golongan, yaitu:

1. Kejang demam sederhana

2. Epilepsi yang di provokasi oleh demam

Di Sub Bagian Saraf Anak Bagian IKA FKUI-RSCM Jakarta, criteria

Livingstone tersebut setelah di modifikasi dipakai sebagai pedoman untuk

membuat diagnosis kejang demam sederhana ialah:

1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun

2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit

3. Kejang bersifat umum

4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam

5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal

6. Frekuensi bangkitan kejang dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.

Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari ketujuh

kriteria diatas digolongkan pada epilepsi yang di provokasi oleh demam.

Kejang kelompok ini mempunyai suatu dasar kelainan yang menyebabkan

timbulnya kejang, sedangkan demam hanya merupakan faktor pencetus saja.

D. Diagnosa Banding

Menghadapi seseorang anak yang menderita demam dengan kejang,

harus di pikirkan apakah penyebab dari kejang itu di dalam atau di luar

susunan saraf pusat (otak).

23

Page 24: Kasus Klerek Uva

Kelainan di dalam otak biasanya karena infeksi, misalnya meningitis,

ensefalitis, abses otak, dan lain-lain. Oleh sebab itu perlu waspada untuk

menyingkirkan dahulu apakah ada kelainan organis di otak. Baru sesudah

itu dipikirkan apakah kejang demam ini tergolong dalam kejang demam

sederhana atau epilepsy yang di provokasi oleh demam.

E. Prognosis

Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik dan tidak

sampai menyebabkan kematian.

PNEUMONIA

Definisi

Pneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam

etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.

Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien

untuk mencegah infeksi, terdiri dari:

1. Susunan anatomis rongga hidung

2. Jaringan limfoid di naso-oro-faring

3. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus

respiratorius dan secret liat yang dikeluarkan oleh sel epitel tersebut

4. Refleks batuk

5. Refleks epiglottis yang mencegah terjadinya aspirasi

secret yang terinfeksi

6. Drainase sistem limfatik dan fungsi menyaring kelenjar

limfe regional

7. Fagositosis, aksi enzimatik dan respons imuno-humoral

terutama dari immunoglobulin (IgA).

Bronkopneumonia

A. Definisi Bronkopneumonia

Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola

penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam

24

Page 25: Kasus Klerek Uva

bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya (Smeltzer &

Suzanne C,2002:57).

Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang disebabkan oleh bermacam-

macam etiologi jamur dan seperti bakteri, virus, dan benda

asing( Ngastiyah,2005)

Bronkopneumonia adalah bronkolius terminal yang tersumbat oleh eksudat,

kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat

lobules, disebut juga pneumonia lobaris (Whaley dan Wong,2000)

Bronkopneumonia berasal dari kata bronchus dan pneumoniam berarti

peradangan pada jaringan paru-paru dan juga cabang tenggorokan (broncus).

(Arief Mansjoer)

Bronkopneumonia suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai

bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru

melalui cara penyebaran langsung melalui saluran pernafasan atau melalui

hematogen sampai ke bronkus.(Riyadi sujono dan Sukarmin,2009)

Kesimpulannya bronkopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan

oleh agen infeksius seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengenai

daerah bronkus dan sekitar alveoli.

B. Epidemiologi

Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak

di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, menurut data

mortalitas tahun 1990, pneumonia merupakan seperempat penyebab kematian

pada anak di bawah 5 tahun dan 80% terjadi di negara berkembang, sedangkan di

Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada

anak di bawah umur 2 tahun. Mortalitas disebabkan oleh bakteremia S.aureus dan

S.pneumoniae selain karena malnutrisi dan kurangnya akses keperrawatan.

C. Etiologi atau predisposisi

Secara umum individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh

adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme

pathogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh

25

Page 26: Kasus Klerek Uva

terhadap organ pernafasan yang terdiri atas reflek glottis dan batuk, adanya

lapisan mucus, gerakan silia yang menggerakan kuman keluar dari organ, dan

sekresi humoral setempat. Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus,

bakteri, jamur, protozoa, mikrobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra

M.Nettina, 2001) antara lain:

1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococus,H. Influenza, Klebsiella.

2. Virus : Legionella pneumonia

3. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans

4. Aspirasi makanan, sekresi orofariengal atau isi lambung kedalam paru

5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.

Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada

pasien yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang

terdapat dalam mulut dank arena adanya pneumocystis crania, Mycoplasma.

(Smeltzer & Suzanne C, 2002: 572 dan Sandra M.Nettina, 2001).

D. Patofisiologi

Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas

yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophilus influenza atau karena

aspirasi makanan dan minuman. Dari saluran pernafasan dengan gambaran

sebagai berikut:

1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi

pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli

2. Ekspansi kuman melaui pembuluh darah kemudian masuk kedalam saluran

pencernaan dam menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora

normal dalam usus, peristaltic meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan

kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan

dan elektrolit

E. Manifestasi Klinik

Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktusrespiratoris

bagian atas selama beberapa hari suhu tubuh naik sangat mendadak sampai 39-40

26

Page 27: Kasus Klerek Uva

derajat celcius dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat

gelisah, dispenia pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung

serta sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang juga disertai muntah dan diare.

Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit tapi setelah beberapa

hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif.

Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik

tetapi dengan adanya nafs dangkal dan cepat, pernafasan cuping hidung dan

sianosis sekitar hidung dan mulut dapat diduga adanya pneumonia. Hasil

pemeriksaan fisik tergantung luas daerah auskultasi yang terkena, pada perkusi

sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya terdengar

ronchi basah nyaring halus dan sedang. (Ngastiyah, 2005).

F. Pemeriksaan Penunjang

Untuk dapat menegakkan diagnose keperawatan dapat digunakan cara:

1. Pemeriksaan laboratorium

a. Pemeriksaan darah

Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi

leukositosis( meningkatnya jumlah neutrofil) ( Sandra M,Nettina 2001).

b. Pemeriksaan sputum

Bahan pemeriksaan diperoleh dari batuk yang spontan dan dalam.

Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta tes

sensifitas untuk mendeteksi agen infeksius (Barbara C, Long, 1996 )

c. Analisa gas darah

untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam basa (Sandra M,

Nettina, 2001)

d. Kultur darah untuk mendeteksi bakterimia

e. Sampel darah, sputum, dan urin

untuk tes imunologi untuk mendeteksi antigen mikroba (Sandra M, Nettina

2001 )

2. Pemeriksaan radiologi

a. Rontgenogram thoraks

27

Page 28: Kasus Klerek Uva

Menunujukan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi

pneumokokal atau klebsiella. Infilrate multiple seringkali dijumpai pada

infeksi stafilokokus dan haemofilus (Barbara C, Long, 1996 ).

b. Laringoskopi / bronkoskopi

untuk menentukan apkah jalan nafas tersumbat oleh benda padat (Sandra

M, Nettina, 2001).

G. Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :

a. Atelektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna atau kolaps

paru yang merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang

b. Empyema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalm rongga

pleura yang terdapat disatu tempat atau seluruh rongga pleura.

c. Abses paru adalah pengumpulan pus dala jaringan paru yang meradang

d. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial

e. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

28

Page 29: Kasus Klerek Uva

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN KOMPREHENSIF

6.1 Kesimpulan holistik

An. D dengan usia 19 bulan adalah penderita kejang demam, yang tinggal

dalam Extended Family karena tinggal 1 rumah dengan ayah, ibu dan neneknya.

Pasien sangat dekat dengan orang tuanya. Interaksi dalam keluarga An.D sangat

harmonis, komunikasi antar anggota keluarga sangat baik.

i Diagnosis dari segi biologis :

Kejang Demam

Suspect Pneumonia

ii Diagnosis dari segi psikologis :

Hubungan dengan ibu, ayah, dan neneknya baik, kasih sayang dan perhatian

yang diberikan orang tua dan nenek juga sangat baik.

iii Diagnosis dari segi sosial :

Penderita hanya sebagai anggota masyarakat biasa, dan jarang mengikuti

kegiatan kemasyarakatan yang diadakan di lingkungannya. Hubungan dengan

tetangga di sekitarnya baik.

6.2 Saran komprehensif

An. D dan keluarga perlu membiasakan pola hidup sehat, mengetahui

tentang kejang demam dan komplikasinya.

a. Promotif

An. D dan keluarga perlu diberikan penjelasan mengenai kejang demam,

pneumonia dan komplikasi-komplikasinya. Perlu diberikan pengetahuan

yang benar bahwa penyakitnya dapat dikontrol dengan pengobatan dan

ketelatenan penderita untuk kontrol ke petugas kesehatan atau dokter.

b. Preventif

29

Page 30: Kasus Klerek Uva

Mengatur pola makan sehat, memperhatikan makanan yang akan di

makan, jika anak demam segera di berikan obat untuk menurunkan

panasnya atau dibawa ke dokter terdekat.

c. Kuratif

Rutin kontrol ke Rumah Sakit atau klinik dokter keluarga. Keluarga juga

harus membantu dalam pemberian obat, dan mengontrol kondisi pasien.

d. Rehabilitatif

Penderita dianjurkan untuk tetap aktif sesuai kemampuan dalam kegiatan

yang dilakukan sehari-hari.

30

Page 31: Kasus Klerek Uva

DAFTAR PUSTAKA

Jawetz E. 2002. In: Katzung BG (Ed); Farmakologi dasar dan klinik. Jakarta,

EGC.

Price, Silvya A., Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses

Penyakit. Edisi6. Jakarta: EGC.

Snell, Richard S. 2000. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6.

Jakarta: EGC.

Sudoyono, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Najm, I. Ying, Z. Janigro, D. 2001. Mechanisms of Epileptogenesis. Neurol Clin

North Am.

Hanhan, U.A. Fiallos, M.R. Orlowski, J.P. 2001. Status Epilepticus. Pediatry

Clin North Am. Commission on Classification and Terminology of the

International League Against Epilepsy. Proposal for revised clinical and

electroencephalographic classification of epileptic seizures. Epilepsia 1981.

Bradford, J.C. Kyriakedes, C.G. 1999. Evidence Based Emergency Medicine;

Evaluatin and Diagnostic Testing Evaluation of The Patient with

Seizures. An evidence based approach. Em Med Clin North Am.

Appleton, P.R. Choonara, I. Marland,T. Phillips, B. Scott, R. Whitehouse, W.

2000. The Treatment of Convulsive Status Epilepticus in Children. Arch

Dis Child 2000.

31