Kasus Kepala Desa Pangkalan Gondai, Riau

13

Click here to load reader

Transcript of Kasus Kepala Desa Pangkalan Gondai, Riau

Page 1: Kasus Kepala Desa Pangkalan Gondai, Riau

Kades Selewengkan Raskin, Bagimana Nasib si Miskin?

http://www.kabartv.com/otonomi/otonomi/997-kades-selewengkan-raskin-bagimana-nasib-si-miskinSabtu, 16 Maret 2013 08:15 diki

Share

PELALAWAN (kabartv.com)- Pembagian jatah beras miskin (raskin) di Desa Gondai, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Riau disalurkan tidak tepat sasaran. Penyaluran raskin dari pihak desa hanya diperuntukan kepada warga yang  mampu, sementara masyarakt miskin terabaikan dan hanya bisa menjadi  penonton. Diduga Kepala Desa (Kades) bermain dalam pembagian raskin tersbut.

Salahseorang masyarakat miskin di Desa Gondai yang tidak mendapatkan raskin tersebut adalah Bu Cepai. Wanita berusia 60 tahun ini, terpaksa bersabar karena jatah raskin yang diperolehnya tiap tahun sudah berpindah ke masyarakat lain, yang dinilai lebih berkemampuan.

Jika dilihat dari kondisi bu Cepai, dirinya sangat layak menerima raskin karena untuk bertahan hidup dirinya hanya menopang dari penghasil menderes (menyadap) karet yang berpenghasilan 10 kg perminggu atau sekitar Rp.70 ribu.

Penghasilan sebanyak itulah yang diputar oleh wanita yang mulai renta ini, untuk menutupi kehidupan sehari hari dan menyekolahkan tiga orang anaknya.

Kondisi yang serba kekurangan ini, diperparah dengan terhentinya suplai jatah raskin dari pihak desa. Wanita yang tinggal di rumah kayu berukuran 4x6 ini, sudah tidak mendapatkan jatah raskin semenjak adanya pergantian kepala desa.

“Semenjak  Kades yang  baru  Pak  H. Lasri, saya  tidak pernah  lagi  mendapatkan raskin,  biasanya  Kades  Gondai  Yang  Lama  Pak Atiman  setiap raskin  datang  dari  Kecamatan,  saya  selalu  mendapat  raskin sebanyak  satu Karung," keluh bu Cepai.

Page 2: Kasus Kepala Desa Pangkalan Gondai, Riau

Namun yang lebih miris lagi, pembagian jatah raskin ini, diperuntukan kepada orang yang dinilai berkemampuan, dan keluarga kades yang baru, sementara masyarakat yang kurang mampu terabaikan.

"Saya  heran  orang  yang  mampu  dan  keluarga Pak Kades  bisa  mendapatkan raskin , bahkan masing-masing ada  yang dapat  dua karung, saya  yang  betul-betul tidak mampu tidak  dapat  raskin  tersebut. Saya pernah mencoba  datang  ke  kantor desa  untuk  mengambil raskin,  namun  sampai di sana  sudah  tidak  ada  lagi,” jelasnya dengan  rawut wajah  sedih.

Orang  tua renta  ini  mengharapkan  kepada  Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pelalawan  untuk  memperhatikan  nasib  orang-orang  miskin  seperti dirinya. ( diki ).

Page 3: Kasus Kepala Desa Pangkalan Gondai, Riau

Polda Riau Tahan Kades Pangkalan Gondaihttp://www.riaueditor.com/29/11/2012/hukum/polda-riau-tahan-kades-pangkalan-gondai#.Ueuen6wrVw1

Posted by RiauEditor on 00:15 WIB - 29 November 2012 in HUKRIM, PEKANBARU | 1 Comment 380 Views

Pekanbaru(riaueditor)- Tersangka Atiman (47), kepala desa Pangkalan Gondai kecamatan Langgam ditahan Jumat (23/11) lalu oleh Direktorat Resor Kriminal Khusus (Dit.Reskrimsus) Polda Riau. Atiman ditahan terkait pelanggaran Undang-Undang nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan.

Tersangka Atiman mengambil keuntungan dalam proses penyidikan yang tengah dilakukan, yaitu membeli lahan HPT Teso Nilo dari tersangka sebelumnya dengan harga yang murah. padahal tersangka mengetahui lahan tersebut dalam proses hukum atau proses penyidikan UU kehutanan no 41 tahun 1999, ujar Kasubdit IV Dit. Reskrimsus Polda Riau AKBP Ulung Sampurna Jaya SIK.

Sejak 2006, Mulyadi Chandra tersangka sebelumnya mengerjakan, menggunakan kawasan hutan di areal IUPHHK HTI KUD. Bina Jaya Langgam pada Km 53 desa Pangkalan Gondai, merupakan Kawasan Hutan Produksi Blok Tesso Nilo dengan cara menanam, merawat kepala sawit, membuat parit, serta jalan perumahan seluas 162 hektar. Saat ini lahan tersebut dalam proses lidik polda.

Kemudian pada 30 Oktober 2011 sampai 6 Agutuss 2012, Acong putra Mulyadi Chandra merawat dan memanen kebun itu dan bertanggung jawab penuh.

Sejak 6 Agustus 2012 lahan itu kemudian dijual ke Atiman dengan harga murah. Mulai saat itu Atiman sebagai penguasa memanen dan merawat penuh. Padahal Atiman dalam kasus Mulyadi Chandra sebagai saksi dan mengerti duduk perkaranya.

“Padahal dia tahu kalau gak kayak gini gak bisa beli murah. Tersangka ditahan karena melanggar uu kehutanan,” pungkasnya.

Sementara kepala dinas kehutanan kabupaten Pelalawan, Ir. Hambali diruang kerjanya menyatakan bahwa pihaknya telah berkali-kali melayangkan surat peringatan kepada kepala desa Pangkalan Gondai untuk tidak melakukan aktifitas  di kawasan hutan produksi blok Tesso Nilo tanpa izin. Justru, kami dihadang oleh massa Atiman ketika ingin menentukan batas kawasan hutan di desa tersebut, ungkapnya.(dm-dik)

Page 4: Kasus Kepala Desa Pangkalan Gondai, Riau

Penyidik Tahan Kades GondaiSelasa, 27 November 2012 19:15 WIB

http://pekanbaru.tribunnews.com/2012/11/27/penyidik-tahan-kades-gondaiTRIBUNPEKANBARU.COM, PANGKALAN KERINCI - Kepala Desa Gondai, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Atiman, dikabarkan ditahan penyidik Kepolisian Daerah (Polda) Riau. Atiman resmi dijebloskan ke sel tahanan pada Jumat (23/11) malam pekan lalu.

Diduga, kasus membelit Kades Atiman terkait jual beli lahan di daerahnya. Namun, masih simpang siur bagaimana duduk perkara kasus lahan tersebut. Kabar penahanan Kades Atiman langsung merebak dan menjadi pembicaraan hangat di Pelalawan.

Diperkirakan, lahan menjadi objek jual beli adalah areal konservasi atau konsesi perusahaan. Penegak hukum yang bertugas di Kecamatan Langgam membenarkan penahanan dan penangkapan Kades Atiman itu, akhir pekan lalu. Namun, ia menolak namanya disebutkan, karena kasus itu ditangani Polda Riau.

Humas Polda Riau, AKBP Anggaria Lopis saat dihubungi Senin (26/11), pukul 15.30 WIB, menolak memberikan komentar. Pasalnya, sudah di luar jam kerja atau kantor dan memilih untuk lain kali dihubungi.

"Masalah di Pelalawan itu yah, pas jam kantor ajalah. Kalau sekarangkan anggota sudah pada pulang, jadi lain kali aja yah," tolak Anggaria Lopis dengan halus. Penulis: johanes Editor: zulham

Page 5: Kasus Kepala Desa Pangkalan Gondai, Riau

Tapal Batas Dibahas Di DPRD Pelalawanhttp://www.metroterkini.com/read-885-2011-01-19-tapal-batas-dibahas-di-dprd-pelalawan.html

Rabu, 19 Januari 2011 - 00:08:57 WIBPELALAWAN [MTC] - Guna membahas masalah tapal batas desa Pangkalan Gondai Kecamatan Langgam dengan desa Kesuma Kecamatan Pangkalan Kuras serta menindaklanjut sengketa Lahan Masyarakat Gondai yang diserobot Oleh PT Arara Abadi, pada hari Selasa kemarin (18/1), Komisi A DPRD Pelalawan didampingi instansi terkait dan masyarakat desa meninjau lokasi tersebut. Dalam peninjauan itu, tampak terlihat anggota DPRD Pelalawan dari Komisi A yakni Wakil Ketua Komisi Markarius Anwar serta didampingi oleh beberapa pejabat pemerintahan dari Tata Pemerintahan, dinas Kehutanan dan BPN serta Upika Kecamatan Langgam beserta masyarakat Desa Pangkalan Gondai. Kepala Desa Desa Pangkalan Gondai Atiman mengatakan bahwa permaslahan yang dihadapi desanya yang sampai saat ini belum selesai ada beberapa permasalahan, diantaranya permasalahan lahan tapal batas antara desa Pangkalan Gondai kecamatan Langgam dengan Desa Kesuma Kecamatan Pangkalan Kuras. "Mengenai tapal batas desa sendiri sebelumnya sudah disepakati oleh kedua belah pihak dengan batas desa berpijak antara sungai Medang dengan sungai Mamahan," katanya. Tapal batas desa yang sudah disepakati pada tahun 2004 lalu itu, sambungnya, dengan memberi tanda tugu batu. Dan letak tapal batas itu berada di tengah-tengah antara sungai Medang dan sungai Mamahan tapi sekarang tapal batas itu tidak diakui oleh warga Desa Kesuma. "Soalnya, warga Desa Kesuma mau perbatasan itu berada di sungai Mamahan yang terletak di desa Pangkalan Gondai. Jika mereka tidak menyepakati kesepakatan awal berarti mereka menyerobot lahan desa Pangkalan Gondai dan itu luasnya mencapai puluhan ribu hektar lahan kita yang masuk ke kecamatan Pangkalan Kuras," bebernya. Selain permasalahan tapal batas lahan desa, lanjutnya, kunjungan Anggota DPRD dari komisi A ke Desa Gondai beserta rombongan juga ingin mengetahui secara dekat permasalahan penyerobotan lahan milik warga desa Pangkalan Gondai seluas 500 Hektar yang diklaim oleh PT Arar Abadi. "Katanya, lahan tersebut masuk ke dalam kawasah izin pemanfaatan lahan perusahaannya (HPHTI) padahal sebelum PT Arara Abadi memiliki izin pemanfaatan lahan seluas 500 hektar itu dulunya merupakan perkampungan, perkebunan masyarakat, perladangan dan perkuburan," tegasnya. Tapi saat ini, masih kata Atiman, ketika mau diambil lahan itu kembali mereka bilang kalau lahan tersebut sudah masuk dalam kawasan perusahaan. Padahal dalam undang-undang sudah disebutkan bahwa apabila di dalam kawasan terdapat lahan masyarakat seperti perkampungan, perkebunan, perladangan dan perkebunan maka perusahaan harus meng-inclave lahan itu. "Dalam undang-undang kan sudah disebutkan kalau di dalam kawasan terdapat lahan masyarakat maka perusahaan harus meng-inclave terlebih dahulu," ujarnya. Dan yang parahnya lagi, ketika warga hendak memanfaatkan lahan tersebut maka pihak perusahaan selalu mengganggu dan melakukan intimidasi kepada warga tersebut dengan berbagai cara. Terkadang mereka menakut-nakuti warga dengan membawa polisi, dan kadang juga mereka melaporkan kami ke polisi. "Selain itu juga mereka mencabuti tanaman kami yang baru kami tanam. Intinya mereka tak mau kalau kami menguasai lahan itu lagi yang sudah mereka serobot," tegasnya. Dengan turunya Anggota DPRD ke lokasi

Page 6: Kasus Kepala Desa Pangkalan Gondai, Riau

untuk mengetahui secara dekat permasalahan yang ada, Atiman selaku kepala Desa Pangkalan Gondai bersama masyarakat setempat berharap agar permasalahan tersebut bisa diselesaikan secepatnya. "Sehingga dengan begitu tidak akan terjadi hal-hal yang nantinya tidak diharapkan masyarakat terjadi. Dan saya juga berharap kepada PT Arara Abadi agar dapat menunjukan itikad baik perusahaan selaku pemegang izin, artinya lahan yang bukan menjadi haknya maka harus dikembalikan ke masyarakat," terangnya. Sementara itu Markarius Anwar selaku Wakil Ketua Komisi A DPRD Pelalawan mengatakan bahwa kunjungannya ke Gondai hanya untuk menyelesaikan permasalahan tapal batas desa dan permasalahan penyerobotan lahan masyarakat yang dilakukan oleh PT Ararabadi. "Dari hasil kunjungan ke desa itu pihaknya akan membahasnya di Komisi dengan melakukan dengar pendapat antara Komisi A, Perusahaan dan Dinas terkait yang kita rencanakan pada Selasa pekan depan (25/1)," katanya. Dikatakannya, pihaknya sudah mengunjungi beberapa titik lokasi permasalahan yang dialami warga Pangkalan Gondai, baik itu permasalahan Tapal batas desa maupun permasalahan penyerobotan lahan warga yang dilakukan oleh PT Arara Abadi. "Tapi sayangnya saat kita turun, mereka tak turut hadir sehingga kita tak bisa mengambil keterangan dari mereka. Tapi untuk masalah itu saya rasa kita bisa mengundang mereka nanti saat dilakukan dengar pendapat dengan masyarakat," ujarnya. Ditambahkannya, terkait penyerobotan lahan masyarakat oleh Perusahaan sebetulnya hal itu tidak bisa dilakukan oleh mereka. Sebab biasanya setiap pemberian izin terhadap perusahaan untuk mengelola suatu kawasan namun di dalam kawasan itu terdapat perkampungan, perkebunan, perladangan dan bahkan ada perkuburan dan itu ada bukti sejarahnya maka lahan yang berada di dalam kawasan perusahaan itu harus di-inclave. "Dan kalau memang lahan yang disampaikan oleh masyarakat benar adanya maka perushaan harus melepaskan kawasan itu. Tapi yang jelas data kita sudah ada dan haslnya kita tunggu saja Selasa depan setelah kita adakan rapat dengar pendapat dengan mereka," tutupnya.***/MTC

Page 7: Kasus Kepala Desa Pangkalan Gondai, Riau

BPD 'Laporkan' Kades Gondai ke BupatiSelasa, 26 Juli 2011 - 11:42:20 WIBhttp://www.halloriau.com/read-otonomi-12802-2011-07-26-bpd-laporkan-kades-gondai-ke-bupati.html

PELALAWAN-Ulah Kepala Desa Gondai, Atiman menuai keluhan dari warga Desa Gondai Kecamatan Langgam serta Badan Pemerintahan Desa (BPD) di wilayah tersebut. Pasalnya, janji-janji Atiman, sewaktu awal menjadi Kades, sampai saat ini tak ada realisasinya satu pun. Bahkan program-program di desa tersebut dilakukan seakan untuk menguntungkan dirinya dan keluarganya.

''Selama ini, setiap program yang dikerjakan Kades tak pernah dimusyawarahkan terlebih dahulu dengan kami,'' terang Kepala BPD Desa Gondai Kecamatan Langgam, Alias Utung, pada Halloriau.com via telepon selulernya, Senin (25/7) kemarin.

Utung menjelaskan, bahwa persoalan ini pihaknya selaku Ketua BPD Desa Gondai telah mengirim surat ke Bupati Pelalawan HM Harris, untuk bisa menangani persoalan ini. Pasalnya, setiap kali pihaknya mempertanyakan berbagai program yang telah dikerjakan Kades Atiman berikut pengeluaran dananya, tak pernah direspons olehnya dengan alasan sibuk.

Ke sebelas point itu, masih kata Utung, diantaranya soal pembangunan sumur bor berkapasitas tinggi dari Distamben pusat yang dilaksanakan tanpa musyawarah terlebih dahulu dengan msyarakat. Kemudian proyek pembangunan Rumah Layak Huni (RLH) yang dikerjakan oleh keluarganya tanpa diadakan musyawarah terlebih dahulu.

Dikatakannya, bahwa masih banyak persoalan-persoalan lain yang terjadi di Desa Gondai dengan Kades-nya Atiman yang belum terungkap. Tapi intinya, selama menjalankan kinerjanya sebagai Kades, Atiman tak pernah melakukan musywarah terlebih dahulu dengan BPD. (And) - See more at: http://www.halloriau.com/read-otonomi-12802-2011-07-26-bpd-laporkan-kades-gondai-ke-bupati.html#sthash.mvyX7uf9.dpuf

Page 8: Kasus Kepala Desa Pangkalan Gondai, Riau

Selasa, 18 Januari 2011 18:02Dikunjungi Komisi A DPRD Pelalawan,Warga Gondai Mengaku Diintimidasi dalam Kasus Sengketa Lahan http://www.riauterkini.com/politik.php?arr=34102

Warga Gondai mengadukan intimidasi yang diterimanya menyusul terjadinya penyerobotan lahan oleh PT Arara Abadi. Mereka meminta Komisi A DPRD Pelalawan membantu mengembalikan lahan tersebut.

Riauterkini-PANGKALANKERINCI-PT Arara Abadi menyerobot lahan masyarakat desa Pangkalan Gondai kecamatan Langgam seluas 500 hektar. Ironisnya yang dikuasai tersebut merupakan tanah peladangan dan perkuburan warga setempat. Hal tersebut berdasarkan pengakuan kepala desa Gondai, Atiman kepada sejumlah anggota Komisi A DPRD Pelalawan saat meninjau langsung kelapangan, Selasa (18/1/11).

Tanpak hadir pada kesempatan tersebut, Anggota DPRD Pelalawan dari Komisi A Wakil Ketua Komisi Markarius Anwar serta didampingi oleh beberapa pejabat pemerintahan dari Tata Pemerintahan, dinas Kehutanan dan BPN serta Upika Kecamatan Langgam beserta masyarakat Desa Pangkalan Gondai.

"Sebelum mereka menguasai, lahan itu adalah perkampungan, perkebunan, perladangan dan perkuburan, tapi ketika mau kita ambil lahan itu kembali mereka bilang kalau lahan tersebut sudah masuk dalam kawasan mereka padahal dalam undang-undang sudah disebutkan bahwa apabila didalam kawasan terdapat lahan masyarakat seperti perkampungan, perkebunan, perladangan dan perkebunan, perusahaan harus meng inclave lahan tersebut," beber Atiman kepada rombongan.

Parahnya lagi lanjut Atiman, Ketika warga hendak memanfaatkan lahan tersebut, pihak perusahaan selalu menggangu dan melakukan itimidasi kepada warga tersebut dengan berbagai cara, "Ya terkadang mereka menakut-nakuti kami dengan membawa polisi, dan kadang juga mereka melaporkan kami kepolisi selain itu juga mereka mencabuti tanaman kami yang baru kami tanam, intinya mereka gak mau kalau kami menguasai lahan kami itu lagi yang sudah mereka serobot", kata Kades.

Atiman selaku kepala Desa Pangkalan Gondai bersama masyarakat setempat berharap agar permaslahan tersebut bisa diselesaikan secepatnya sehingga dengan begitu tidak akan terjadi hal-hal yang nantinya tidak diharapkan masyarakat terjadi, selain itu Atiman juga berharap kepada PT Arara abadi agar dapat menunjukan itikad baik perusahaannya selaku pemegang izin, artinya lahan yang bukan menjadi haknya harus dikembalikan ke masyarakat.

Sementara itu Markarius Anwar selaku Wakil Ketua Komisi A DPRD Pelalawan mengatakan bahwa kunjungannya ke Gondai hanya untuk menyelesaikan permasalahan tapal batas desa dan

permasalahan penyerobotan lahan masyarakat yang dilakukan oleh PT Ararabadi. Dari hasil kunjungan ke desa itu pihaknya akan membahasnya di Komisi dengan melakukan dengar pendapat antara Komisi A, Perusahaan dan Dinas terkait Selasa (25/1/11) Pekan depan.

"Kita sudah mengunjungi beberapa titik lokasi permasalahan yang dialami warga Pangkalan Gondai, baik itu permasalahan Tapal batas desa

Page 9: Kasus Kepala Desa Pangkalan Gondai, Riau

maupun permasalahan penyerobotan lahan warga yang dilakukan oleh PT Arara Abadi, tapi sayang ketika kita turun, mereka enggak turut hadir sehingga kita enggak bisa mengambil keterangan dari mereka, tapi untuk masalah itu saya rasa kita bisa mengundang mereka nanti saat kita melakukan dengar pendapat dengan masyarakat", kata Markarius.

Markarius menambahkan terkait penyerobotan lahan masyarakat oleh Perusahaan sebetulnya hal itu tidak bisa dilakukan oleh mereka, sebab biasanya setiap pemberian izin terhadap perusahaan untuk mengelolah suatu kawasan, namun didalam kawasan itu terdapat perkampungan, perkebunan, perladangan dan bahkan ada perkuburan dan itu ada bukti sejarahnya maka lahan itu yang berada di dalam kawasan perusahaan harus di inclave, dan kalau memang lahan yang disampaikan oleh masyarakat benar adanya maka perushaan harus melepaskan kawasan itu, " Tapi yang jelas data kita sudah ada dan haslnya kita tunggu saja Selasa depan setelah kita adakan rapat dengar pendapat dengan mereka," tutupnya.

Ditempat terpisah, Humas PT Arara Abadi Nurul Huda, ketika dihubungi riauterkini via telepon genggam belum bersedia memberikan keterangan resmi.***(feb)

Page 10: Kasus Kepala Desa Pangkalan Gondai, Riau

Kades Gondai Dipolisikan

http://koranriau.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=228:kades-gondai-dipolisikan&catid=39:sempena-pelalawan&Itemid=502

Rabu, 24 Maret 2010 06:23

PANGKALANKERINCI - Warga terpaksa melaporkan Kepala Desa Pangkalan Gondai Kecamatan Langgam ke polisi. Pasalnya yang bersangkutan berusaha menggelapkan hasil fee kayu akasia milik warga.Kepala Desa Pangkalan Gondai Atiman dilaporkan ke pihak kepolisian. Karena berusaha menggelapkan hasil fee kayu akasia milik warga atas kerugian masyarakat seluas 388 hektar. Jika ditaksir uang tersebut lebih Rp 1 milyar. Sementara urusan pencairan dari perusahaan sudah tidak ada masalah.“Uang fee, atas penumbangan Hutan Tanaman Rakyat (HTR) Akasia yang bekerjasama dengan PT Nusa Prima Manunggal dalam RKT dengan luas 388 hektar yang belum dibayarkan kepada masyarakat 30 surat keterangan yang belum dibayarkan atas kerugian masyarakat Pangkalan Gondai,” terang perwakilan masyarakat Zainudin, seraya menunjukkan tiga berkas Selasa (23/03).Dijelaskan Zainudin, pada tanggal 10 Maret 2010 perwakilan masyarakat telah melaporkan Atiman, kepada Polres Pelalawan atas tuduhan penggelapan dan pihak kepolisian telah mengeluarkan surat polisi No.POL.LP/230/X/2009. Setakad itu telah dilakukan upaya, penyelesaian yang ditengahi oleh pihak perusahaan namun upaya itu sampai saat ini belum ada titik terang.“Upaya-upaya kekeluargaan telah dilakukan, namun tidak juga direspon oleh yang bersangkutan. Hingga saat ini katanya pihak kepolisian menunggu surat izin pemeriksaan dari bupati Pelalawan, akan tetapi sampai saat ini izin bupati belum juga dikeluarkan,” paparnya seraya lagi menunjukkan surat dan nomor izin pemeriksaan yang dilayangkan Kanit satu Polres Pelalawan.Jika masalah ini tidak segera dituntaskan, masyarakat yang merasakan dirugikan berencana menutup akses jalan melintasi tanah milik mereka.“Kami mendesak supaya masalah ini, supaya secepatnya dituntaskan. Jika tidak akses jalan yang melintasi tanah merekan akan ditutup,” pungkasnya.Ditempat terpisah, Kades Pangkalan Gondai ketika dihubungi, telepon genggamnya tidak aktif. Bahkan beberapa kali SMS dilayangkan kepada HP yang bersangkuta tidak ada jawaban. Jon Hendri