Kasus Kekerasan Terhadap Pekerja Rumah Tangga

download Kasus Kekerasan Terhadap Pekerja Rumah Tangga

of 3

description

RIASRI NURWIRETNO 209000053 PSIKOLOGI BKasus Kekerasan Pekerja Rumah Tangga yang Tidak Kunjung Usai Kasus kekerasan terhadap pekerja rumah tangga (PRT) dalam delapan tahun terakhir ini cukup tinggi. Data dari berbagai sumber menunjukkan bahwa dari tahun 2000-2008 terdapat 472 kasus kekerasan yang dapat terlihat karena ada lembaga yang mendampingi serta adanya media dan publik yang memberitakan1. Berdasarkan studi pustaka yang saya lakukan, dalam dua tahun terakhir ini tercatat 174 kasus kekeras

Transcript of Kasus Kekerasan Terhadap Pekerja Rumah Tangga

RIASRI NURWIRETNO 209000053 PSIKOLOGI BKasus Kekerasan Pekerja Rumah Tangga yang Tidak Kunjung Usai Kasus kekerasan terhadap pekerja rumah tangga (PRT) dalam delapan tahun terakhir ini cukup tinggi. Data dari berbagai sumber menunjukkan bahwa dari tahun 2000-2008 terdapat 472 kasus kekerasan yang dapat terlihat karena ada lembaga yang mendampingi serta adanya media dan publik yang memberitakan1. Berdasarkan studi pustaka yang saya lakukan, dalam dua tahun terakhir ini tercatat 174 kasus kekerasan terhadap PRT terjadi di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Sabtu (16/2), R Endang selaku pengurus Rumput Cut Njak Dien Yogyakarta, LSM yang bergerak pada advokasi PRT, menerima pengaduan kekerasan terhadap PRT di Kota Yogyakarta sebanyak 79 kasus. Selain itu, Tercatat 6 pembantu di Jawa Tengah mendapat perlakukan kasar majikan sepanjang tahun 20072. Kemudian di tahun 2008, angka kasus kekerasan terhadap perempuan (KTP) meningkat drastis dibandingkan tahun 2007. Dari seluruh kasus KTP itu, kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) mencapai 91 persen atau sekitar 49.537 kasus, ujar Ninik Rahayu, wakil ketua Komite Nasional Perempuan, Sabtu (7/3), di Jakarta. Dalam hal ini kasus kekerasan pada pekerja rumah tangga tercatat sebanyak 89 kasus3. Dalam realitasnya, pekerja rumah tangga beresiko terhadap berbagai kekerasan. Baik kekerasan fisik, psikis, ekonomi, sosial. R Endang menambahkan, Kasus kekerasan tersebut ada yang berupa fisik seperti pemukulan atau penyiksaan, tidak diberi makan yang layak maupun kerja tanpa ada batasan jam yang pasti, Sabtu (16/2). PRT berada dalam situasi hidup dan kerja yang tidak layak. Berdasarkan data yang saya kumpulkan, banyak kasus pelanggaran terhadap hak-hak PRT, seperti upah yang sangat rendah ataupun tidak dibayar, ditunda pembayarannya dan pemotongan pembayaran secara semena-mena. Jam kerja PRT pun rata-rata di atas 12-16 jam, kerja yang beresiko tinggi terhadap kesehatan. Selain itu, PRT tidak mendapat hari libur mingguan dan cuti, kurangnya akses untuk bersosialisasi, tidak ada jaminan sosial, dan tidak ada perlindungan ketenagakerjaan. Dalam masyarakat feodal dan diskriminatif seperti Indonesia, pekerja rumah tangga (PRT) hampir dipastikan mengalami beban ganda yaitu sebagai perempuan dan sebagai pekerja rumah tangga. Apa yang dilakukan PRT sendiri yang lebih ditekankan pada jenis pekerjaan yang diandaikan sebagai kodrat perempuan diruang domestik. Dalam konteks itulah dalam banyak kondisi PRT lebih banyak diremehkan, dilecehkan, digaji rendah dan diperlakukan diskriminatif.1 2

http://buruhmigranberdaulat.blogspot.com/2009/10 http://openx.detik.com/delivery/avw.php?zoneid=24&amp 3 http://www.republika.co.id/koran/0/35966/Kekerasan_pada_Perempuan_Meningkat

RIASRI NURWIRETNO 209000053 PSIKOLOGI BBahkan tidak jarang PRT mengalami tindakan kekerasan dari majikan. Demikian pendapat Wardah Hafidz, koordinator Urban Poor Consorsium4. International Labour Organization (ILO) memperkirakan bahwa di Indonesia kini 2,6 juta perempuan bekerja sebagai PRT, di antaranya 688.000 anak-anak, termasuk 640.000 anak perempuan berusia di bawah 18 tahun. Bagi perempuan miskin, bekerja sebagai PRT adalah jalan termudah untuk bisa memenuhi kebutuhan keluarga. Namun peran besar perempuan tadi dalam menghidupi keluarga ternyata tidak disertai oleh perlindungan hukum yang merupakan kewajiban negara5. Masalahnya, hingga kini Undang-Undang Ketenagakerjaan kita tidak memasukkan PRT sebagai bagian dari kelas pekerja. Pekerja rumah tangga tidak diakui sebagai pekerja, karena pekerjaan rumah tangga tidak dianggap sebagai pekerjaan yang sesungguhnya . Hal itu telah menyebabkan kaum perempuan menjadi beresiko terhadap berbagai bentuk kekerasan di dalam bekerja. PRT sulit dimonitoring karena terisolasi di rumah majikan serta akses komunikasi yang sangat kurang. Menurut Ban Ki-moon, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB, kekerasan terhadap perempuan merupakan sebuah isu yang tidak bisa ditunda-tunda. Dari data-data empiris menunjukkan bahwa berbagai kasus kekerasan terhadap kaum perempuan biasanya disebabkan oleh faktor kelemahan pengendalian diri (self control), pelaku kurang penghayatan terhadap iman, ajaranajaran moral, ketidakpedulian hukum, tekanan psikis dan ekonomi, sebagian lagi terkait masalah kepentingan politik dan keamanan. Berdasarkan berbagai kasus yang dialami para pekerja rumah tangga, hal ini semakin memastikan bahwa masalah kekerasan terhadap PRT merupakan hal yang patut diprioritaskan. Namun, kekerasan terhadap perempuan dipandang sebagai masalah internal keluarga sehingga negara beranggapan bahwa hal tersebut dianggap kurang penting. Sementara itu, Kamala Chandra Kirana dari Komite Nasional Perempuan menegaskan bahwa pemberian perlindungan khusus terhadap PRT sudah sewaktunya diadakan. Hal ini sangat terkait dengan munculnya Undang-undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang mengamanatkan untuk melindungi setiap orang yang tinggal dalam lingkup rumah tangga, tidak terkecuali PRT. Satu asumsi penting berdasar fakta yang ada adalah bahwa KDRT merupakan pelanggaran HAM, dan karena itu negara mempunyai tanggung jawab untuk mengatasinya.

http://www.jurnalperempuan.com/index.php/jpo/comments/masyarakat_feodal_akan_perlakukan_ prt_secara_diskriminatif 5 http://www.hupelita.com/baca.php?id=520424

RIASRI NURWIRETNO 209000053 PSIKOLOGI B