kasus besar anak tonsilitis

47
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tonsilitis merupakan suatu penyakit yang sering menyerang anak-anak terutama usia 5-15 tahun. Tonsilitis sendiri didefinisikan sebagai peradangan pada tonsila palatina yang merupakan bagian dari cincin waldeyer yang dapat disebabkan oleh virus maupun bakteri. 1,2,3,4 Mayoritas tonsilitis yang terjadi pada anak disebabkan oleh virus. Hanya 30% yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus 2,3 . Tonsilitis dibagi menjadi 2 tipe yaitu tonsilitis akut dan tonsilitis kronik. Tonsilitis akut merupakan suatu inflamasi akut pada tonsila palatina yang disebabkan oleh adanya infeksi bakteri maupun virus. Sedangkan tonsilitis kronis merupakan peradangan pada tonsil oleh karena kegagalan atau ketidaksesuaian pemberian antibiotik pada penderita tonsilitis akut. 3 Tonsilitis akut sendiri dibagi menjadi 2 yakni tonsilitis folikularis dan tonsilitis lakunaris yang dibedakan dari bentuk detritus. Diagnosis banding dari tonsilitis akut meliputi tonsilitis difteri, tonsilitis septik, dan Angina Plaut Vincent 1,2,3,4 . Oral kandidiasis merupakan infeksi jamur tersering pada manusia terutama pada anak-anak dan usia tua. Angka kejadian infeksi candida albicans yaitu 45% pada neonatus, 45-65% pada anak sehat, dan 30-45% pada remaja. Candida Albicans merupakan bakteri komensal dalam rongga mulut dan kebanyakan tidak menyebabkan gejala yang berarti bagi anak sehat. Pertumbuhan yang berlebihan dari candida albicans dapat menyebabkan gejala ketidaknyamanan pada mulut, perubahan sensasi rasa, disfagia karena pertumbuhan berlebihan di esofagus yang dapat menyebabkan gizi kurang, penyembuhan lama, perawatan terlalu rama di rumah sakit. Pada pasien dengan imun rendah infeksi ini dapat menyebar melalui darah atau traktus gastrointestinal atas dan dapat menyebabkan infeksi berat yang akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas anak.

description

tonsilitis lakunaris

Transcript of kasus besar anak tonsilitis

Page 1: kasus besar anak tonsilitis

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG  

Tonsilitis merupakan suatu penyakit yang sering menyerang anak-anak

terutama usia 5-15 tahun. Tonsilitis sendiri didefinisikan sebagai peradangan pada

tonsila palatina yang merupakan bagian dari cincin waldeyer yang dapat

disebabkan oleh virus maupun bakteri.1,2,3,4 Mayoritas tonsilitis yang terjadi pada

anak disebabkan oleh virus. Hanya 30% yang disebabkan oleh bakteri

Streptococcus2,3. Tonsilitis dibagi menjadi 2 tipe yaitu tonsilitis akut dan tonsilitis

kronik.

Tonsilitis akut merupakan suatu inflamasi akut pada tonsila palatina yang

disebabkan oleh adanya infeksi bakteri maupun virus. Sedangkan tonsilitis kronis

merupakan peradangan pada tonsil oleh karena kegagalan atau ketidaksesuaian

pemberian antibiotik pada penderita tonsilitis akut.3 Tonsilitis akut sendiri dibagi

menjadi 2 yakni tonsilitis folikularis dan tonsilitis lakunaris yang dibedakan dari

bentuk detritus. Diagnosis banding dari tonsilitis akut meliputi tonsilitis difteri,

tonsilitis septik, dan Angina Plaut Vincent1,2,3,4.

Oral kandidiasis merupakan infeksi jamur tersering pada manusia terutama

pada anak-anak dan usia tua. Angka kejadian infeksi candida albicans yaitu 45%

pada neonatus, 45-65% pada anak sehat, dan 30-45% pada remaja. Candida

Albicans merupakan bakteri komensal dalam rongga mulut dan kebanyakan tidak

menyebabkan gejala yang berarti bagi anak sehat. Pertumbuhan yang berlebihan

dari candida albicans dapat menyebabkan gejala ketidaknyamanan pada mulut,

perubahan sensasi rasa, disfagia karena pertumbuhan berlebihan di esofagus yang

dapat menyebabkan gizi kurang, penyembuhan lama, perawatan terlalu rama di

rumah sakit. Pada pasien dengan imun rendah infeksi ini dapat menyebar melalui

darah atau traktus gastrointestinal atas dan dapat menyebabkan infeksi berat yang

akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas anak.

Page 2: kasus besar anak tonsilitis

2

Pada tulisan ini akan disajikan kasus anak perempuan 2 tahun 5 bulan

dengan tonsillitis lakunaris, kandidiasis oral, rhinitis akut dengan gizi baik

perawakan normal yang dirawat di bangsal anak C1L1 RSUP. Dr. Kariadi

Semarang.

B. TUJUAN  

Pada laporan kasus ini disajikan suatu kasus seorang anak anak perempuan

2 tahun 5 bulan dengan tonsillitis lakunaris, candidiasis oral, Rhinitis akut, dan

miliaria kristalina yang dirawat di bangsal anak C1L1 IRNA RSUP Dr. Kariadi

Semarang. Penyajian kasus ini bertujuan untuk mempelajari lebih dalam tentang

cara mendiagnosis, mengelola dan mengetahui prognosis penderita dengan

penyakit tersebut diatas.

C. MANFAAT  

Penulisan laporan ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam

proses belajar menegakkan diagnosa dan melakukan pengelolaan dan prognosis

penyakit pada pasien tonsillitis lakunaris, candidiasis oral, dan rhinitis akut

dengan gizi baik perawakan normal.

Page 3: kasus besar anak tonsilitis

3

BAB II

PENYAJIAN KASUS

A. IDENTITAS PENDERITA

Nama : An. T A

Tanggal Lahir / Umur : 2 Mei 2013 / 2 tahun 5 bulan

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Pandan Pancur- Rembang

Agama : Islam

No. CM : C554410

Bangsal : C1L1

Tanggal Masuk : 9 Oktober 2015

Tanggal Keluar : 13 Oktober 2015

Lama Rawat : 4 hari

IDENTITAS ORANG TUA

Nama Ayah : Tn. AW

Umur :53 tahun

Pekerjaan : Guru SD

Pendidikan : tamat SMK

Nama Ibu : Ny.S

Umur : 35 tahun

Pekerjaan : -

Pendidikan : -

B. DATA DASAR

1. Anamnesis ( Alloanamnesis)

Alloanamnesis dengan Ayah dan nenek pasien pada tanggal 9-10-2015, pukul

17.30 WIB (Hari perawatan I)

a. Keluhan Utama : Sesak nafas

Page 4: kasus besar anak tonsilitis

4

b. Riwayat Penyakit Sekarang :

± sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit anak demam nglemeng

namun tidak diukur suhunya dengan termometer. Demam dirasakan naik

turun, pasien menggigil (-), kejang (-), batuk (+), pilek (+), nyeri saat

menelan (+), muncul bintik merah (-), ada cairan keluar dari liang telinga (-)

nafsu makan menurun (+). Anak kemudian dibawa ke dokter keluarga dan

mendapat obat penurun panas dan antibiotik. Setelah mendapat obat ,

keluhan demam ,batuk, dan pilek tidak membaik.

± sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit anak terlihat sesak. Sesak

dirasakan terus menerus sepanjang hari. Keluhan demam masih dirasakan

naik turun,anak tampak lemas (+). Nenek pasien mengatakan muncul bercak

putih pada kanan dan kiri mulut anak bagian dalam dan 1/4 lidah bagian

belakang.

± sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit anak terlihat semakin sesak

sehingga anak rewel dan terus-terusan menangis. Sesak dirasakan terus

menerus sepanjang hari. Keluhan demam dan pilek masih dirasakan. Anak

tampak lemas (+), bercak putih pada mulut anak bagian dalam dan 1/4 lidah

bagian belakang (+),nafsu makan menurun (+). Karena anak terus-terusan

menangis dan rewel, anak dibawa ke RSUD Rembang kemudian dirujuk ke

RSDK dengan diagnosis curiga tonsilitis difteri.

Anak dibawa ke RSDK dengan terpasang infus RL 12 tpm. Di IGD RSDK

sudah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan juga pemeriksaan lab

yang meliputi pemeriksaan darah rutin dan swab tenggorok. Keadaan umum

sadar, kurang aktif, nafas spontan (+) adekuat. Nadi 112x/menit, RR

21x/menit, suhu 38,2oC. Pasien mendapat paracetamol karena suhu >38oC

Hasil pemeriksaan swab tenggorok neisser menunjukkan C. diphteriae(-),

pewarnaan jamur ditemukan pseudohifa dan yeast cell (+), pengecatan gram

ditemukan bakteri Diplococcus gram +, Kuman bentuk batang gram -. Hasil

kultur ditemukan Candida sp. Kemudian pasien dipindahkan ke bangsal anak

untuk observasi terapi yang diberikan.

Page 5: kasus besar anak tonsilitis

5

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Umur Umur

Morbili - Diare (+) usia 1

tahun

Pertusis - Disentri -

Varisela -

Difteri - Tifus

Abdominalis

-

Malaria - Cacingan -

Tetanus - Operasi -

Gegar otak -

Pneumoni - Patah tulang -

Bronkhitis - Reaksi obat -

Demam berdarah dengue - Faringitis -

Usia 1 tahun 5 bulan pernah diopname karena muntah

d. Riwayat Penyakit Keluarga

• Tidak ada keluarga dan tetangga yang memiliki keluhan serupa dengan

pasien

• Ibu pasien meninggal saat pasien berusia 2 bulan karena kecelakaan.

Page 6: kasus besar anak tonsilitis

6

e. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien usia 2 tahun. Pasien merupakan tunggal. Ayah pasien bekerja guru

SD, Sedangkan ibu pasien sudah meninggal sejak pasien berusia 2 bulan

karena kecelakaan. Penghasilan ayah pasien ± Rp. 2.000.000,00/bulan .

Biaya pengobatan ditanggung BPJS kelas 3.

Kriteria Sosial Ekonomi menurut BPS (Badan Pusat Statistik)

1. Jumlah anggota keluarga (15) (skor : 0)

2. Luas lantai bangunan :

a. < 8 m2 per kapita

b. > 8 m2 per kapita (skor : 0)

3. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terluas :

a. Bambu/ rumbia/ kayu berkualitas rendah/ tembok tanpa diplester

b. Semen/ keramik / kayu berkualitas tinggi (skor : 1)

4. Jenis dinding bangunan tempat tinggal terluas :

a. Bambu/ rumbia/ kayu berkualitas rendah

b. Tembok/ kayu berkualitas tinggi (skor : 0)

5. Fasilitas untuk buang air besar :

a. Bersama/ umum/ lainnya

b. Sendiri (skor: 1)

6. Sumber air minum :

a. Sumur atau mata air tak terlindungi/ sungai/ air hujan

b. Air kemasan/ledeng/pompa/sumur atau mata air terlindungi (skor : 1)

7. Sumber penerangan utama :

a. Bukan listrik

b. Listrik (PLN/ non PLN) (skor : 1)

8. Jenis bahan bakar untuk memasak sehari-hari :

a. Kayu/ arang/ minyak tanah

b. Gas/ listrik (skor : 1)

Page 7: kasus besar anak tonsilitis

7

9. Berapa kali dalam seminggu rumah tangga membeli daging/ susu/ ayam :

a. Tidak pernah membeli/ satu kali (skor : 1)

b. Dua kali atau lebih

10. Berapa kali sehari biasanya rumah tangga makan :

a. Satu kali/ dua kali (skor : 0)

b. Tiga kali atau lebih

11. Berapa stel pakaian baru dalam setahun biasanya dibeli oleh/ untuk

setiap/ sebagian besar anggota keluarga :

a. Tidak pernah membeli/ satu kali (skor : 0)

b. Lebih dari satu kali

12. Apabila ada anggota keluarga yang sakit apakah mampu berobat ke

Puskesmas atau Poliklinik :

a. Ya (skor : 1)

b. Tidak

13. Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga :

a. Tidak bekerja/ pertanian padi/ palawija

b. Perkebunan/ peternakan/ perikanan/ industri/ perdagangan/

angkutan/ jasa lainnya (skor : 1)

14. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan kepala keluarga :

a. SD/ MI ke bawah/ SLTP

b. SLTA ke atas (skor : 1)

15. Apakah keluarga memiliki barang-barang berikut yang masing-masing

bernilai paling sedikit Rp 500.000,- :

a. Tidak ada

b. Tabungan/emas/TV berwarna/ternak/sepeda motor (skor : 1)

16. Apakah rumah tangga pernah menerima kredit UKM/KUKM setahun

lalu?

a. Tidak

b. Ya (skor: 0)

Jumlah skor : 10

Kriteria BPS: Jumlah skor <10 = miskin, jumlah skor ≥ 10 = tidak miskin.

Page 8: kasus besar anak tonsilitis

8

Kesan : Keluarga ini termasuk keluarga tidak miskin menurut kriteria BPS.  

f. Riwayat pemeliharaan perinatal :

Riwayat prenatal :

- ANC teratur, >4x dibidan

- Mendapat imunisasi TT 2 kali

- Riwayat penyakit selama kehamilan seperti sakit panas selama

hamil, darah tinggi, kejang, sakit gula selama hamil disangkal.

- Riwayat perdarahan selama kehamilan disangkal.

- Selama hamil ibu mendapat vitamin dan tablet penambah darah.

Riwayat natal :

- Lahir bayi perempuan dari ibu G1P0A0, usia 33 tahun, hamil

cukup bulan, lahir secara spontan, ditolong bidan.

- Lahir langsung menangis, riwayat biru-biru disangkal, riwayat

kuning pada tubuh anak disangkal, riwayat kejang disangkal,

riwayat trauma kelahiran disangkal,

- Ketuban jernih, jumlah cukup. BBL : 3200gr, PB : lupa.

Riwayat postnatal : Rutin ke Puskesmas untuk imunisasi dan ke

posyandu dan dinyatakan sehat

g. Riwayat Imunisasi

• BCG : 1 x (1 bulan, scar (+))

• DPT : 4 x ( 2, 3, 4, 18 bulan )

• Polio : 4 x ( 0, 2, 3, 4, 18 bulan )

• Hepatitis B: 3 x (0, 2, 3 bulan)

• Campak : 1x (9 bulan)

Kesan: Imunisasi dasar dan booster lengkap sesuai usia.

h. Riwayat Makan dan Minum anak

• 0-1bulan : ASI ad libitum

• 2-4 bulan : Susu SGM 1- 8x @60 ml 6x sehari habis (2 sendok)

Page 9: kasus besar anak tonsilitis

9

• 4-6 bulan : Susu SGM 1-8x @100 ml 6x sehari habis (3 sendok)

• 6-9 bulan : bubur susu (3 x 1 mangkok kecil, habis; susu SGM 2-

5x@100ml (3 sendok) )

• 10-14 bulan : bubur tim (3 x 1 piring habis. Lauk: telur, tempe, tahu,

kadang daging, tanpa santan, dan mentega), susu SGM 2- 3x@150ml

(5sendok)

• 14 bulan-sekarang : makan makanan keluarga (3 x 1 piring habis.

Lauk: telur, tempe, tahu, kadang daging)

Food Recall:

3 hari sebelum sakit:

Pagi :nasi, telor, daging ayam, sayur asem, 3 x 1 porsi

tidak habis

Siang :nasi, ikan, telur, sayur asem, 3 x 1 porsi habis

Malam : nasi, tempe, telur, sayur , 3 x 1 porsi’ habis

2 hari sebelum sakit: nasi, telor, tahu ,tempe, sayur asem, 3 x 1 porsi

Pagi :nasi, bakso, tempe, 3 x 1 porsi habis

Siang :nasi, daging, tahu, sayur asem, 3 x 1 porsi habis

Malam : nasi, telur, sayur , 3 x 1 porsi habis

1 hari sebelum sakit: nasi, telor, daging ayam, sayur asem, 3 x 1 porsi

Pagi :mie, telur, tempe, 3 x 1 porsi habis

Siang :nasi, daging, tempe, sayur asem, 3 x 1 porsi

habis

Malam : nasi, daging, sayur , 3 x 1 porsi habis

Kesan : Asi eksklusif, Kuantitas cukup, kualitas cukup.

Page 10: kasus besar anak tonsilitis

10

i. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan anak

Pertumbuhan (Tanggal 9 Oktober 2015 pukul 17.30 WIB)

Berat badan lahir 3200 gram, panjang badan lahir lupa, berat badan

sekarang 12 kg, berat badan bulan lalu 11,5 kg, tinggi badan sekarang

91 cm. lingkar kepala 49 cm, lingkar lengan atas 13 cm, berat badan

ideal 13 kg.

Status antropometri dengan WHO Anthro:

Gambar 1. Berat Badan Menurut Umur. WAZ : -0,36 SD

Gambar 2. Tinggi Badan Menurut Umur. 0,26 SD

Page 11: kasus besar anak tonsilitis

11

Gambar 3. Berat Badan Menurut Tinggi Badan -0,82 SD

Gambar 4. Lingkar Kepala (Grafik Nellhaus)

Page 12: kasus besar anak tonsilitis

12

Plotting KMS

Berat Badan Bulan lalu = 11,5 kg

Berat Badan Sekarang = 12 kg

Gambar 5. Kurva KMS

Overview pertumbuhan:

Arah pertumbuhan: Normal growth/Tumbuh Normal (N2)

Pola pertumbuhan: Normal growth

Berat badan sesuai umur

Panjang badan sesuai umur (Perawakan Normal)

Mesosefal

Perkembangan :

Pasien sudah bisa menoleh usia 2 bulan, tengkurap usia 4 bulan, duduk

usia 6 bulan, merangkak 8 bulan, berdiri 11 bulan, dan berjalan 12

bulan. Pasien dapat menyebutkan 2-3 kata, menyebutkan keinginan

makan. Dalam lingkungan sosial pasien sering berinteraksi dan bermain

dengan tetangga-tetangganya

Kesan : perkembangan sesuai usia

Page 13: kasus besar anak tonsilitis

13

Kuesioner Praskrining untuk Anak 24 bulan

No PEMERIKSAAN YA TIDAK

1 Jika anda sedang melakukan pekerjaan rumah tangga, apakah anak meniru apa yang anda lakukan? √

2 Apakah anak dapat meletakkan 1 buah kubus di atas kubus yang lain tanpa menjatuhkan kubus itu? Kubus yang digunakan ukuran 2.5 — 5 cm.

3 Apakah anak dapat mengucapkan paling sedikit 3 kata yang mempunyai arti selain "papa" dan "mama"? √

4

Apakah anak dapat berjalan mundur 5 langkah atau lebih tanpa kehilangan keseimbangan? (Anda mungkin dapat melihatnya ketika anak menarik mainannya).

5 Dapatkah anak melepas pakaiannya seperti: baju, rok, atau celananya? (topi dan kaos kaki tidak ikut dinilai). √

6

Dapatkah anak berjalan naik tangga sendiri? Jawab YA jika ia naik tangga dengan posisi tegak atau berpegangan pada dinding atau pegangan tangga. Jawab TIDAK jika ia naik tangga dengan merangkak atau anda tidak membole-hkan anak naik tangga atau anak harus berpegangan pada seseorang.

7

Tanpa bimbingan, petunjuk atau bantuan anda, dapatkah anak menunjuk dengan benar paling sedikit satu bagian badannya (rambut, mata, hidung, mulut, atau bagian badan yang lain)?

8 Dapatkah anak makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah? √ 9 Dapatkah anak membantu memungut mainannya sendiri

atau membantu mengangkat piring jika diminta? √

10 Dapatkah anak menendang bola kecil (sebesar bola tenis) ke depan tanpa berpegangan pada apapun? Mendorong tidak ikut dinilai.

Kesan : Perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangannya

Status Gizi

WAZ = -0,36

HAZ = 0,26

WHZ = -0,82

Lingkar kepala = 49 cm

Kesan : Gizi baik, berat badan normal, perawakan normal

Page 14: kasus besar anak tonsilitis

14

2. Pemeriksaan Fisik

Tanggal 9 Oktober 2015 pukul 18.45 WIB di bangsal Anak C1L1 pada hari

perawatan ke-1

Anak perempuan, 2 tahun 5 bulan, BB: 12 kg, PB: 91 cm

a. Keadaan umum : sadar, kurang aktif, nafas spontan (+) adekuat,

terpasang infus di tangan kiri

b. Tanda vital :

• Nadi : 110 x / menit, isi dan tegangan cukup

• RR : 20 × / menit

• Suhu : 37.7°C ( aksiler )

c. Status Internus :

• Kepala : Mesosefal, 49 cm

Ubun-ubun besar menutup, datar

• Kulit : kering (-), ptechiae (-)

• Mata : konjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera tidak

ikterik, edema palpebra (-), reflek kornea (+/+),

reflek cahaya (+/+), reflek bulu mata (+/+)

• Telinga : tidak ada discharge, tidak ada nyeri tekan

retroaurikuler

• Hidung : ada discharge, konka oedem (+), konka hiperemis

(+) tidak ada nafas cuping hidung,

• Mulut : tidak sianosis, bibir kering (-), mukosa mulut

kering (-), Bercak keputihan di 1/4 posterior lidah.

• Tenggorok : T2-T2, hiperemis(+), faring hiperemis (-)

pseudomembran (-), detritus (+) menjadi 1

membentuk alur, rapuh, lembek, tidak mudah

berdarah, kripte melebar (-).

• Leher : simetris, pembesaran nnll cervicalis anterior (+/+)

Page 15: kasus besar anak tonsilitis

15

Dada

Pulmo :

- Inspeksi : simetris statis dinamis, tidak ada retraksi

suprasternal, intercostal, epigastrial

- Palpasi : stem fremitus simetris kanan dan kiri

- Perkusi : sonor seluruh lapangan paru

- Auskultasi : suara dasar vesikuler

suara tambahan: hantaran -/-,

ronkhi -/-,

wheezing -/-

Jantung

Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak

Palpasi : Iktus kordis teraba di sela iga IV, 2 cm medial linea

medioklavikularis sinistra, kuat angkat (-), thrill (-),

melebar (-).

Perkusi :Batas kiri : Sela iga IV, 2 cm medial linea

medioklavikularis sinistra.

Batas kanan : Sela iga II linea parasternal dextra

Auskultasi : Bunyi Jantung I - II normal, M1> M2, A1<A2,

P1< P2, tidak ada bising, tidak ada gallop.

Vesikuler Vesikuler

Vesikuler

Page 16: kasus besar anak tonsilitis

16

• Abdomen :

- Inspeksi : datar, tidak ada venektasi

- Auskultasi : bising usus ⊕ normal.

- Perkusi : timpani, pekak sisi (+) normal , pekak alih (-)

- Palpasi : supel,nyeri tekan (-), turgor kembali cepat, hepar

dan lien tak teraba.

• Genitalia : Perempuan, edema labia mayora (-)

• Kelenjar : terdapat pembesaran nnll cervicalis anterior (+/+)

• Ekstremitas : superior inferior

Sianosis - / - - / -

Udem - / - - / -

Akral dingin - / - - / -

Capillary refill <2” <2”

Pucat - / - - / -

Kebutuhan 24 Jam

Umur: 2 tahun 5 bulan, BB: 12 kg, TB: 91 cm, BBI : 13 kg

Tabel 2. Kebutuhan 24 jam

Cairan (cc) Kalori (kal) Protein (gr)

Kebutuhan 24 jam 1100 1300 15,99

Infus D5 ½ NS 480/20/5 tpm 480 81,6 -

3 x Nasi 1 porsi 300 1770,76 62,5

Susu 150 cc x 3 450

Total 1230 1853,36 62,5

AKG% 111,81% 142,4% 390,86%

Page 17: kasus besar anak tonsilitis

17

3. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan 9/10/2015 Nilai Normal Pemeriksaan Darah Rutin Hb (gr/dl) 13,4 gr / dl 13,00-16,00 Ht (%) 42,7 % 40-54 Leukosit (/mm3)

13.700 /mm3 3.800-10.600

Trombosit (/mm3)

172.000 /mm3 150.000-400.000

Eritrosit (/mm3) 430.000 /mm3 4.400.000-5.900.000 MCV (fL) 76,2 fL 76-96 MCH (pg) 27 pg 27,00-32,00 MCHC (gr/dl) 34,7 g/dl 29,00-36,00

Pemeriksaan Kimia Klinik Glukosa Sewaktu (mg/dl)

135 mg/dl 80-160

CKMB (U/L)

25 7-25

Kalsium (mmol/L)

2,76 mmol/L 2,12-2,52

Elektrolit Natrium (mmol/L)

136 mmol/L 136-145

Kalium (mmol/L)

4 mmol/L 3,5-5,1

Chlorida (mmol/L)

103 mmol/L 98-107

Pemeriksaan Hematologi (9 Oktober 2015) Hitung jenis

Pemeriksaan Hitung jenis Hasil Satuan Nilai Rujukan

Eosinofil 0 % 1-3

Basofil 0 % 0-2

Batang 1 % 2-5

Segmen 31 % 47-80

Limfosit 58 % 20-40

Monosit 9 % 2-10

Lain-lain AMC: 1%

Page 18: kasus besar anak tonsilitis

18

Kesan: Leukositosis

Limfositosis

Gambaran darah tepi

Eritrosit Anisositosis ringan (mikrositik, normositik), Poikilositosis

ringan (ovalosit, pear shape cell, fragmentosit)

Trombosit Jumlah normal, bentuk besar, didominasi bentuk normal

Leukosit Jumlah tampak normal, monositosis, limfositosis, atypical

limfosit (+)

Pemeriksaan hasil pewarnaan spesimen swab tenggorok (8 Oktober 2015)

Pewarnaan gram : Diplococcus gram (+) (+) positif

Kuman bentuk batang gram (-) (+) positif

Streptococcus (+) positif

Pewarnaan Jamur : Pseudohifa (+) positif

Yeast cell (+) positif

Neisser C. diphterie (-) negatif

Pemeriksaan hasil pewarnaan spesimen swab tenggorok (9 Oktober 2015)

Pewarnaan gram : Diplococcus gram (+) (+) positif

Kuman bentuk batang gram (-) (+) positif

Streptococcus (+) positif

Neisser C. diphterie (-) negatif

Hasil Kultur : Candida sp (+) positif

C. DAFTAR MASALAH No Problem Aktif Tanggal NO Problem Inaktif Tanggal 1. Sesak 9 /10/ 2015 1 ASI tidak eksklusif 9 /10/ 2015

2. Nyeri telan 9 /10/ 2015 3. Pilek 9 /10/ 2015 4. bercak putih di tonsil

dan ¼ posterior lidah 9 /10/ 2015

5. Pembengkakan limfonodi cervical anterior (+/+)

9 /10/ 2015

6. Tonsil T2-T2 9 /10/ 2015 7. Leukositosis 9 /10/ 2015

Page 19: kasus besar anak tonsilitis

19

8. Limfositosis 9 /10/ 2015 9. Tonsilitis lakunaris 9 /10/ 2015 10. Candidiasis oral 9 /10/ 2015 11. Rhinitis Akut 9 /10/ 2015 12 Gizi baik, perawakan

normal 9 /10/ 2015

13. Miliaria Kristalina 11/10/ 2015 D. INITIAL PLAN

1. Assesment : Tonsilitis akut

Dd/ Tonsilitis lakunaris

Tonsilitis folikularis

Initial Dx : Subjektif : -

Objektif : Konsul THT

Initial Rx :

- Infus D5 ½ NS 480/20/5 tpm

- Penisilin prokain 50.000 unit/kgBB IM selama 7 hari  

- Paracetamol syr 120 mg tiap 4-6 jam jika suhu >380C

peroral  

- Dexamethason 0,3 mg/8 jam PO  

Initial Mx :

- Pengawasan keadaan umum dan tanda vital

Initial Ex :

- Menjelaskan pada keluarga bahwa sebelumnya pasien di

diagnosis suspek infeksi difteri pada tonsil, namun dari hasil

pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa tidak

terdapat kuman difteri pada swab tenggorok pasien.

Sekarang pasien didiagnosis sebagai peradangan akut tonsil

dan pasien akan dirawat untuk melihat respon pasien

terhadap pengobatan yang diberikan.

Page 20: kasus besar anak tonsilitis

20

- Menjelaskan pada orang tua bahwa tonsilitis merupakan

penyakit yang bisa menular melalui kontak langsung dan

droplet

- Menjelaskan pada keluarga bahwa infeksi pada tonsil bisa

disebabkan karena virus dan bakteri. Pada anak biasanya

disebabkan karena virus, namun pada pasien setelah

melakukan pemeriksaan swab tenggorok ditemukan bakteri.

Jadi dapat disimpulkan penyebab infeksi tonsil pada pasien

adalah karena infeksi bakteri.

- Menjelaskan pada orang tua pasien mengenai terapi yang

akan diberikan yaitu antibiotik yang diberikan tiap 6 jam.

Edukasi keluarga agar pasien rutin minum obat.

2. Assesment : Candidiasis oral

Initial Dx : Subjektif : -

Objektif : -

Initial Rx :

• Candistatin drop 1 ml tiap 8 jam peroral

Initial Mx :

- Pengawasan keadaan umum dan tanda vital,

Initial Ex :

- Menjelaskan pada keluarga mengenai penyakit pasien yaitu infeksi mulut

akibat jamur.

- Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai terapi anti jamur yang

akan diberikan dan cara pemakaiannya yaitu di teteskan di bagian lesi

jamur.

- Mengedukasi keluarga pasien untuk menjaga kebersihan mulut pasien

dengan cara rutin menggosok gigi dan berkumur.

3. Assesment : Rhinitis Akut

Initial Dx : Subjektif : -

Page 21: kasus besar anak tonsilitis

21

Objektif : Konsul THT

Initial Rx :

- Paracetamol syr 120 mg tiap 4-6 jam jika suhu >380C peroral  

- dexamethason 0,3 mg/8 jam PO

Initial Mx :

- Pengawasan keadaan umum, tanda vital, perbaikan keluhan

Initial Ex :

- Menjelaskan pada keluarga pasien mengalami rhinitis akut atau biasa

disebut flu.

- Menjelaskan pada keluarga bahwa akan dilakukan pemeriksaan lokal

telinga, hidung, tenggorokan yang akan dilakukan oleh dokter dari bagian

THT untuk mengetahui penyebab pasti penyakit pasien.

- Menjelaskan pada keluarga tentang terapi medikamentosa yang akan

diberikan dan edukasi keluarga bahwa anak perlu menjaga asupan gizi

dan istirahat yang cukup. Apabila anak demam >38,0 akan diberikan obat

penurun panas.

CATATAN KEMAJUAN

Tanggal Catatan Kemajuan Program 10/9-2015

PB: 91 cm; BB : 12 kg S : Demam (-), batuk (+), pilek (+)menurun, makan-minum masih mau O : KU sadar, kurang aktif, nafas spontan adekuat TV : T 36,9ºC RR : 22x/menit; SpO2: 99% N : regular, i/t cukup HR : 120 x/menit Kepala : mesosefal Mata : konjungtiva palpebra anemis (-/-), ikterik (-/-),injeksi konjungtiva (-), discharge (-) Hidung : nafas cuping (-), secret (+) Mulut : sianosis (-), karies (+) Tenggorokan: T2-T2 hiperemis

- Infus D5½ NS 460/20/5 tpm  

- Penisillin prokain 50.000 unit /kgBB IM  

- Candistatin drop 1 ml tiap 8 jam  

- dexamethason 0,3 mg/8 jam PO  

- Paracetamol syr 120 mg/4-6 jam (t>380C) po  

- Diet 3x 1 porsi nasi, susu 3x 150 cc  

- Evaluasi KU, TV  

- Konsul THT  

Page 22: kasus besar anak tonsilitis

22

(+), bercak keputihan (+), tak mudah berdarah, faring hiperemis (+) Telinga : discharge (+), konka udem (+/+), hiperemis (+) Leher : bullneck (-), pembesaran nnll cervical anterior (+/+). Thorax : retraksi (-), simetris (+) Cor : BJ I-II, normal, bising (-) Pulmo : SD vesikuler (+/+), hantaran (-), ronki (-),wheezing (-) Abdomen : datar, supel, BU (+) N, nyeri tekan (-) Hepar : tidak teraba, lien S0 Ekstremitas : akral dingin -/- -/- Sianosis -/- -/- CRT -/- -/- Edema /- -/- Ass : 1. Tonsilitis lakunaris dd tonsilitis folikuaris tonsillitis difteri 2. Candidiasis oral 3. Rhinitis akut 4. Gizi baik perawakan normal

11/9-2015 PB: 91 cm; BB : 12 kg S : Demam (-),pilek (+)menurun, makan-minum masih mau, membran putih pada tonsil berkurang, ruam kemerahan seluruh tubuh, gatal (-) O : KU sadar, kurang aktif, nafas spontan adekuat TV : T 36,9ºC RR : 26x/menit; SpO2: 99% N : regular, i/t cukup HR : 110 x/menit Kepala : mesosefal Kulit: vesikula kecil, rapuh, dan jelas (+), ruam makulopapular eritema (+) diseluruh badan Mata : konjungtiva palpebra anemis (-/-), ikterik (-/-),injeksi konjungtiva (-), discharge (-) Hidung : nafas cuping (-), secret (+) Mulut : sianosis (-), karies (+) Tenggorokan: T2-T2 hiperemis (+), bercak keputihan (+) berkurang, tak mudah berdarah

- Infus D5½ NS 460/20/5 tpm  

- Penisilin prokain 50.000 unit/kgBB IM  

- Candistatin drop 1 ml tiap 8 jam  

- dexamethason 0,3 mg/8 jam PO

- Paracetamol syr 120 mg/4-6 jam (t>380C) po  

- Diet 3x 1 porsi nasi, susu 3x 150 cc  

- Evaluasi KU, TV  

- Konsul kulit  

 

Page 23: kasus besar anak tonsilitis

23

Hidung : discharge (+), konka oedem (+), hiperemis (+) Leher : bullneck (-), pembesaran nnll cervical anterior (+/+). Thorax : retraksi (-), simetris (+) Cor : BJ I-II, normal, bising (-) Pulmo : SD vesikuler (+/+), hantaran (-), ronki (-),wheezing (-) Abdomen : datar, supel, BU (+) N, nyeri tekan (-) Hepar : tidak teraba, lien S0 Ekstremitas : akral dingin -/- -/- Sianosis -/- -/- CRT -/- -/- Edema /- -/- Ass : 1. Tonsilitis lakunaris 2. Candidiasis oral 3. Rhinitis akut 4. Gizi baik perawakan normal 5. Observasi Milia dd Miliaria

12/10-2015 PB: 91 cm; BB : 12 kg S : Demam (-), membran putih pada tonsil mulai berkurang, pilek (+)menurun, makan-minum masih mau, ruam kemerahan seluruh tubuh, gatal (-) O : KU sadar, kurang aktif, nafas spontan adekuat TV : T 36,9ºC RR : 26x/menit; SpO2: 99% N : regular, i/t cukup HR : 114 x/menit Kepala : mesosefal Kulit: vesikula kecil, rapuh, dan jelas (+), ruam makulopapular eritema (+) diseluruh badan Mata : konjungtiva palpebra anemis (-/-), ikterik (-/-),injeksi konjungtiva (-), discharge (-) Mulut : sianosis (-), karies (+) Tenggorokan: T2-T2 hiperemis (+), bercak keputihan (+) berkurang, tak mudah berdarah Hidung : discharge (+), konka oedem (+), hiperemis (+) Leher : bullneck (-), pembesaran nnll cervical anterior (+/+). Thorax : retraksi (-), simetris (+) Cor : BJ I-II, normal, bising (-)

- Infus D5½ NS 460/20/5 tpm  

- Penisilin prokain 50.000 unit/kgBB IM  

- Candistatin drop 1 ml tiap 8 jam  

- dexamethason 0,3 mg/8 jam PO

- Paracetamol syr 120 mg/4-6 jam (t>380C) po  

- Diet 3x 1 porsi nasi, susu 3x 150 cc  

- Evaluasi KU, TV  

- Boleh pulang  

Page 24: kasus besar anak tonsilitis

24

Pulmo : SD vesikuler (+/+), hantaran (-), ronki (-),wheezing (-) Abdomen : datar, supel, BU (+) N, nyeri tekan (-) Hepar : tidak teraba, lien S0 Ekstremitas : akral dingin -/- -/- Sianosis -/- -/- CRT -/- -/- Edema /- -/- Ass : 1. Tonsilitis lakunaris 2. Candidiasis oral 3. Rhinitis akut 4. Gizi baik perawakan normal 5. Miliaria kristalina

Page 25: kasus besar anak tonsilitis

25

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Tonsilitis Akut

Tonsilitis akut adalah radang akut pada tonsil dikarenakan infeksi virus

atau bakteri terutama Streptococus hemoliticus (30%).1,3 Penyebab yang lain

adalah Staphilococcus sp dan Hemofilus influenza. Insidensi Tonsilitis akut paling

sering terjadi pada anak dengan usia terbanyak 5-10 tahun1. Penyakit ini

menimbulkan keluhan awal yaitu berupa rasa nyeri di tenggorok terutama pada

waktu menelan sehingga biasanya anak menjadi rewel saat makan. Demam pada

anak nyeri kepala, lesu, nafsu makan berkurang, suara anak terdengar seperti

orang yang mulutnya penuh (Plummy voice), mulut berbau busuk (foetor ex ore),

dan ludah menumpuk dalam cavum oris akibat adanya nyeri telan yang hebat

(ptialismus). Selain itu dapat terjadi hiperemis serta hipertrofi tonsil, udem,

permukaan penuh detritus, istmus faucium tampak menyempit. Palatum mole,

arcus anterior dan posterior udem dengan hiperemi. Pembesaran kelenjar limfe

submandibulla dan cervical anterior. Biasanya tonsilitis didahului oleh gejala

prodormal dari rhinitis akut akibat infeksi viral. Selain itu, yang menjadi faktor

predisposisi adanya tonsilitis adalah higienitas yang kurang baik, perubahan cuaca

yang ekstrim, infeksi pada oral dan nasal, sosial ekonomi kurang1,2.

Pada kasus ini, dari anamnesis didapatkan nyeri tenggorok, anak terlihat

sesak nafas, sulit menelan , anak tampak lemas, pucat, nyeri kepala, nyeri telinga ,

serta keluhan dari pengasuh yang mengatakan keluar bercak putih di bagian

belakang mulut anak yang didahului dengan demam nglemeng, rhinitis akut, dan

nafsu makan menurun. Keluhan ini terjadi mulai dari 1 minggu sebelum anak

masuk rumah sakit. Selain itu dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya tonsil

hipertrofi dengan ukuran T2-T2, terdapat detritus pada tonsil kanan-kiri, adanya

pembesaran nnll cervical anterior kanan-kiri. Jadi dapat disimpulkan pasien

mengalami Tonsilitis akut.

Page 26: kasus besar anak tonsilitis

26

3.1.1 Jenis Tonsilitis

Tonsilitis dibagi menjadi 3 yaitu:

1 Tonsilitis Akut

a. Tonsilitis viral

Sebagian besar penyebab tonsilitis akut adalah virus. Virus yang

paling banyak menyebabkan tonsilitis adalah rhinovirus, corona virus,

adenovirus, parainfluenza, influenza, dan Epstein- Barr Virus. Gejala

tonsillitis viral lebih menyerupai rhinitis akut yang disertai rasa nyeri

pada tenggorok. Virus Eipstein Barr adalah virus yang paling banyak

menyebabkan tonsilitis eksudatif.1,2,5,6

b Tonsilitis bakterial

Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A streptococcus

β hemoliticus , Streptococcus viridans, streptococcus piogenes. 15- 30%

tonsilitis bakterial yang menyerang anak usia dibawah 3 tahun

disebabkan oleh grup A streptococcus β hemoliticus1,3. Infiltrasi bakteri

pada lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi peradangan

berupa keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus.

Bentuk tonsilitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis

folikularis. Bila bercak-bercak detritus ini menjadi 1 membentuk alur,

rapuh, lembek, tidak mudah berdarah, dan hanya terdapat pada tonsil

maka disebut tonsilitis lakunaris4.

Gambar. 6 Tonsilitis akut virus dan bakteri

Page 27: kasus besar anak tonsilitis

27

Tonsilitis akibat streptokokus biasa terjadi 2-5 hari. Tanda dan

gejala yang biasa muncul yaitu nyeri tenggorok yang diikuti kesulitan

menelan, demam sedang (38-40,5oC), Lemas, Nyeri kepala, gejala pada

gastrointestinal (napsu makan turun, mual, muntah dan nyeri perut)pada

35-50% kasus1,5. Pasien anak biasa rewel dan menolak bila diberi makan.

Tonsilitis juga menyebabkan bengkak, dan biasa juga disertai

pembesaran kelenjar getah bening, sakit pada sendi, sakit kepala, dan

sakit pada telinga.

Gold Standart untuk diagnosis group A streptococcus β hemoliticus

adalah dengan kultur spesimen swab tenggorok1. Namun di Indonesia,

karena banyak fasilitas kesehatan yang belum memiliki fasilitas untuk

kultur spesimen, biasanya dalam penegakan diagnosis hanya

menggunakan kriteria klinis untuk menghindari pemakaian antibiotik

yang tidak perlu dalam terapi tonsilitis akut.3

Kriteria klinis yang biasa dipakai adalah kriteria Centor dan Mc

Isaac yaitu:6,7,8,9 Kriteria Skor

• Temperatur >380C +1

• Tidak ada batuk +1

• Pembesaran nnll cervical anterior +1

• Pembengkakan/ eksudat pada tonsil +1

• Usia 3-14 tahun +1

• Usia 15-44 tahun 0

• Usia >44 tahun -1

Kemudian total skor dari kriteria klinik digunakan untuk guideline

manajemen tonsilitis6,7,8,9

Skor Centor Guidelines

0 Tidak perlu di tes, Tidak perlu diobati

1 Tidak perlu di tes, tidak perlu diobati

2 Diterapi apabila rapid tes (+)

3 Diterapi apabila rapid tes (+)/ Terapi Empiris

4 Terapi Empiris

Page 28: kasus besar anak tonsilitis

28

2. Tonsilitis Kronis

Tonsilitis kronis timbul karena paparan menahun dari rokok,

beberapa jenis makanan, hygiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca,

kelelahan fisik, dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat. Pada

tonsilitis kronik akan timbul rasa tidak nyaman di tenggorok, sakit telan

ringan, lesu, kurang nafsu makan, sering mengantuk, demam nglemeng,

Tonsil edema, hiperemis, permukaan berbenjol-benjol, kripte melebar

berisi detritus.1,2,3,10

Gambar 7. Tonsilitis Kronik

3. Tonsilitis membranosa

a. Tonsilitis difteri

Tonsilitis difteri merupakan infeksi akut pada tonsil yang sangat

menular, disebabkan kuman corynebacterium diphteriae ditandai dengan

pembentukan pseudomembran pada kulit dan/ mukosa.1 Tonsilitis difteri

sering ditemukan pada anak berusia 2-5 tahun. Berdasarkan lokasi lesi dan

komplikasi, maka secara klinis dibedakan derajat penyakit, yaitu:

Difteri ringan : Difteri di tonsil atau faring atau laring

Difteri sedang: Difteri tonsil dan faring dan atau laring.

Difteri berat: Difteri ditambah dengan penyulit, bullneck dan difteri

terlambat berobat lebih dari 72 jam dengan lokasi dimanapun.

Dari anamnesis didapatkan riwayat demam subfebril 2-4 hari, nyeri

tenggorok, Pseudomembran (putih keabu-abuan) pada tonsil yang tidak

mudah lepas dan mudah berdarah. Gejala yang ditemukan bervariasi mulai

dari gejala pilek ringan tanpa atau disertai gejala sistemik ringan, nafsu

Page 29: kasus besar anak tonsilitis

29

makan menurun, mual, muntah, demam ringan, nyeri telan, perubahan

suara, ngorok. Dari pemeriksaan fisik didapatkan membran putih yang

melekat, berwarna putih kelabu dapat menutup tonsil dan dinding tonsil,

limfadenitis submandibula dan sevikal, dapat timbul bullneck bila

limfadenitis terjadi bersama dengan edema jaringan lunak leher yang luas.

Terjadinya tonsilitis difteri dapat terjadi bersamaan dengan adanya

sekret hidung serosenguinus yang kemudian menjadi mukopurulen

menyebabkan lecet pada nares dan bibir atas. Perluasan difteri ke faring

akan menimbulkan gejala obstruksi nafas dan toksemia.Dari pemeriksaan

fisik, anak dengan tonsilitis difteri biasanya didapatkan demam tinggi,

lemah, dan membran putih yang mudah berdarah bila diangkat4.Masa

inkubasi difteri 2-6 hari, cara penularan difteri dapat melalui kontak

langsung dan karier kronis. Yang dimaksud dengan kontak adalah

serumah/sepermainan >4 jam selama 5 hari berturut-turut atau>24 jam

dalam seminggu atau kontak dengan sekret penderita. Sedangkam karier

adalaha hasil lab positif tetapi tidak ada manifestasi klinis.

Pencegahan difteri di negara berkembang menggunakan imunisasi

DPT yang dilakukan 3X pada usia 2, 4, 6 bulan dan booster yang

dilakukan pada usia 18 bulan, 5 tahun, 10 tahun, dan 18 tahun1,13

Gambar 8. Tonsilitis difteri

b. Tonsilitis septik

Tonsilitis yang disebabkan karena streptococus hemoliticus yang terdapat

pada susu sapi.

c. Angina Plaut Vincent (Stomatitis ulsero membranosa)

Page 30: kasus besar anak tonsilitis

30

Tonsilitis yang disebabkan karena bakteri spirochaeta atau

triponema yang didapatkan pada penderita dengan hygiene mulut yang

kurang dan defisiensi vitamin C.

Penyakit ini ditandai dengan membran yang rapuh, tebal, berbau

dan tidak mudah berdarah. Pada hasil pengecatan kuman akan didapatkan

bakteri fisiformis gram positif dan spirilia gram negatif.

Gambar 9. Angina Plaut Vincent

Dalam kasus ini, pasien mulai merasakan gejala demam mulai dari 1 minggu

yang lalu sehingga dimasukkan dalam diagnosis tonsilitis akut karena gejala <14

hari. Dari pemeriksaan fisik ditemukan bercak-bercak keputihan menjadi 1

membentuk alur, rapuh, lembek, tidak mudah berdarah, dan hanya terdapat pada

tonsil. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dengan pewarnaan gram swab

tenggorok, hasilnya Diplococcus gram (+), Kuman bentuk batang gram (-), dan

Streptococcus, Neisser C diphterie (-). Dari hasil pemeriksaan kultur didapatkan

Candida sp. Dari hasil pemeriksaan tersebut dapat disimpulkan bahwa pasien

mengalami tonsilitis akut karena bakteri dengan jenis tonsilitis lakunaris.

3.1.2 Patofisiologi

Bakteri atau virus yang menular lewat droplet akan menginfiltrasi lapisan

epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial mengadakan reaksi

inflamasi sehingga menyebabkan adanya tanda inflamasi akut karena adanya

infiltrasi leukosit polimorfonuklear seperti pembengkakan (rubor), panas (kalor),

pembengkakan (tumor), rasa nyeri (dolor), dan gangguan fungsi organ

Page 31: kasus besar anak tonsilitis

31

(Fungsiolesa). Proses inflamasi tersebut menyebabkan adanya proses vasodilatasi

pembuluh darah yang akan meningkatkan metabolisme tubuh sehingga energi

yang dihasilkan dari glikogenesis dan pembentukan ATP berkurang yang akan

menyebabkan keluhan lesu, tidak nyaman, lemas. Terjadinya inflamasi juga

menyebabkan kerusakan sel atau jaringan sekitar sehingga vasoaktif dan

vasopresin terstimulus mengeluarkan bradikinin yang mengaktifkan saraf

parasimpatis, akibatnya akan terjadi nyeri. Demam yang terjadi dikarenakan

adanya netrofil darah yang melepaskan prostaglandin yang akan merangsang

hipotalamus untuk mengganggu sistem termoregulasi tubuh serta menyebabkan

vasokonstriksi vaskular. Pembengkakan pada tonsil juga dapat terjadi karena

proses inflamasi akut.

Ukuran tonsil dibagi menjadi 4 yaitu:

T0 : Tonsil sudah dioperasi

T1 :Batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai ¼ jarak pilar

anterior uvula

T2 : batas medial tonsil melewati ¼ jarak pilar anterior-uvula sampai

½ jarak pilar anterior-uvula

T3 : batas medial tonsil melewati ½ jarak pilar anterior-uvula sampai

¾ jarak pilar anterior-uvula

T4 : batas medial tonsil melewati ¾ jarak pilar anterior-uvula atau lebih

Gambar 10. Ukuran tonsil

Page 32: kasus besar anak tonsilitis

32

Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak

kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri, dan

epitel yang terlepas, suatu tonsilitis akut dengan detritus disebut dengan tonsilitis

folikularis, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsilitis

lakunaris.

Tonsilitis kronik terjadi karena proses peradangan berulang maka epitel

mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan ,

jaringan limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga

ruang antara kripte melebar dan akan diisi oleh detritus, proses ini meluas

sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengketan jaringan sekitar

fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe

submandibula4.

3.1.3 Tata Laksana

Sebagian besar tonsilitis yang terjadi pada anak tidak membutuhkan

antibiotik, hanya pada tonsilitis bakteri yang diberi antibiotik. Untuk menghindari

pemakaian antibiotik yang tidak perlu, biasa digunakan kriteria Centor dan Mc

Issac dengan syarat usia anak harus lebih dari 3 tahun.6,7,8,9

Pada kasus ini pasien berusia 2 tahun 5 bulan sehingga dalam

memprediksikan etiologi penyakit tidak bisa dengan menegakkan diagnosis

berdasarkan kriteria Centor dan Mc Isaac. Dari sebuah jurnal, jika usia anak < 3

tahun dapat menggunakan kriteria modifikasi untuk menentukan perlu atau tidak

pemberian antibiotik.8,9

Tabel 2. Kriteria Modifikasi

Kriteria Skor Usia <35 bulan

35-59 bulan >=60 bulan

20 6 2

Tanda Viral • Konjungtivitis, batuk • Diare • Eksantem

Tidak ada tanda 1 tanda 2/lebih tanda

0 7 10

Tanda Bakterial • Nnll membesar • Nyeri kepala

Tidak ada Tanda 1 Tanda 2/lebih tanda

10 -2 -4

Page 33: kasus besar anak tonsilitis

33

• Petekie palatum • Demam>38,50C • Sakit perut • Onset mendadak (<12

jam)

Kemudian total skor yang didapatkan dimasukkan dalam kriteria pada tabel

dibawah ini. 8,9

Total Skor Diagnosis Mikrobiologi Terapi Tidak terdapat diagnosis Mikrobiologi 8/lebih kurang dari 8

Simtomatik Antibiotik

Terdapat diagnosis Mikrobiologi 8/lebih 5-7 <5

Tidak Ya Tidak

Simptomatik Antibiotik jika kultur (+) Antibiotik

Pada umumnya, tonsilitis membaik setelah 1 minggu. Istirahat, minum cukup

air, dan pengobatan simtomatis seperti ibuprofen atau parasetamol 10-15 mg/kg

BB tiap 4-6 jam apabila demam diatas 38oC dapat membantu keadaan anak

menjadi lebih baik. Dapat diusulkan untuk berobat ke dokter apabila terdapat

gejala kurang minum, muntah, nyeri kepala, sesak, demam tidak membaik

meskipun diberi paracetamol.1 terapi tonsilitis juga bisa dengan tonsilektomi.

• Indikasi absolut tonsilektomi13,14

a. Hipertrofi tonsil yang menyebabkan:

-Obstruksi saluran napas misal pada OSAS (Obstructive Sleep Apnea

Syndrome)

-Disfagia berat yang disebabkan obstruksi

-Gangguan tidur

-Gangguan pertumbuhan dentofacial

-Gangguan bicara (hiponasal)

-Komplikasi kardiopulmoner

b. Riwayat abses peritonsil.

c. Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan patologi anatomi

terutama untuk hipertrofi tonsil unilateral.

Page 34: kasus besar anak tonsilitis

34

d. Tonsilitis kronik atau berulang sebagai fokal infeksi untuk penyakit-

penyakit lain.

Indikasi relatif

a. Terjadi 7 episode atau lebih infeksi tonsil pada tahun sebelumnya, atau 5

episode atau lebih infeksi tonsil tiap tahun pada 2 tahun sebelumnya atau 3

episode atau lebih infeksi tonsil tiap tahun pada 3 tahun sebelumnya

dengan terapi antibiotik adekuat.

b. Kejang demam berulang yang disertai tonsilitis.

c.Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan pemberian

terapi medis.

d. Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptokokus B-hemolitikus

yang tidak membaik dengan pemberian antibiotik resisten β-laktamas

• Kontra indikasi Tonsilektomi13,14

1. Radang akut

2. Penyakit-penyakit perdarahan :

- Leukemia

- Hemofilia

- Anemia

- Hemoragia diastesa

3. KU : jelek

4. Epidemi polio

5. Kehamilan / menstruasi

6. Status asmatikus

Pada kasus ini, pasien dirawat karena adanya kecurigaan tonsilitis difteri di

surat rujukan dari fasilitas kesehatan primer. Kecurigaan ini didasarkan pada

anamnesis adanya sesak nafas pada anak dan adanya membran warna putih

keabuan pada tonsil anak. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

kultur swab tenggorok ternyata tidak didapatkan C. diphteriae melainkan

didapatkan candida sp, bakteri streptococcus, Diplococcus gram (+), Kuman

bentuk batang gram (-). Pada pasien jika dimasukkan dalam kriteria modifikasi

didapatkan total skor 25 jadi disarankan untuk memberikan obat simptomatik

Page 35: kasus besar anak tonsilitis

35

yaitu paracetamol syr 120 mg tiap 4-6 jam jika suhu >380C tanpa antibiotik..

Namun pada pasien ini karena sebelumnya ada kecurigaaan suspek difteri, pasien

tetap diberikan antibiotik profilaksis terlebih dahulu saat di IGD dan dilanjutkan

sampai 7-10 hari. Antibiotik profilaksis yang biasa digunakan adalah penicillin

Prokain 50.000-100.000 IU/kgBB IM selama 7-10 hari(Maksimal 3 gr/ hari).

Setelah 4 hari pengobatan di rumah sakit, keluhan pasien sudah berkurang

sehingga pasien diperbolehkan pulang. Pasien tidak mengalami sesak, nyeri

tenggorok(-), anak mau makan minum, demam (-), bercak keputihan di tonsil

berkurang, pembengkakan nnll cervical anterior berkurang. Hipertrofi tonsil pada

pasien ini tidak masuk dalam indikasi tonsilektomi, jadi hanya perlu diobservasi

dan evaluasi apabila nantinya ada indikasi untuk melakukan tonsilektomi.13,14

3.1.4 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada tonsilitis akut adalah peritonsilar

abses, retrofaringeal abses, limfadenitis cervical, Sinusitis, mastoiditis dan otitis

media sampai sepsis. Sedangkan komplikasi dari infeksi akibat group A

streptococcus β hemoliticus adalah penyebaran infeksi ke organ ginjal

(glomerulonefritis pasca infeksi Streptococcus), sendi (artritis, demam akut

rematik), Jantung (endocarditis), dan vaskuler (plebitis). 1,2,3,4

3.1.5 Prognosis

Prognosis ditentukan dengan melihat respon terhadap antibiotik,

kepatuhan minum obat, asupan makan minum, dan istirahat cukup.

Pada pasien ini respon pengobatan dengan antibiotik erotromisin sangat

baik Hal ini dibuktikan dengan berkurangnya keluhan sesak, nyeri tenggorok(-),

batuk pilek(+) membaik, anak mau makan minum, demam (-), bercak keputihan

di tonsil berkurang, pembengkakan nnll.

Prognosis untuk kehidupan (quo ad vitam) : baik (ad bonam) karena

pasien stabil tanpa adanya kecacatan ataupun fungsi organ yang rusak berat.

Page 36: kasus besar anak tonsilitis

36

Prognosis untuk kesembuhan (quo ad sanam) : baik (ad bonam) tampak dari

keadaan umum dan tanda vital. Prognosis membaiknya faal tubuh (quo ad

fungsionam) : baik (ad bonam) cervical anterior berkurang pada 4 hari setelah

dimulainya pemberian antibiotik1,3,4.

3.2 Kandidiasis oral

Kandidiasis oral atau oral trush merupakan infeksi oportunistik rongga

mulut yang disebabkan oleh pertumbuhan abnormal jamur, yang tersering adalah

karena candida albikans. Selain dari Candida albicans, di dalam rongga mulut

juga ditemukan spesies candida lainnya seperti C.tropicalis, C.krusei,

C.parapsilosis, C.guilermondi. Spesies-spesies dari candida ini sering ditemukan

dalam rongga mulut tetapi tidak menimbulkan gejala. Sampai saat ini organisme

yang paling sering menimbulkan penyakit candidiasis yaitu jenis Candida

albicans.14

Gambar 11. Kandidiasis oral

3.2.1 Faktor resiko dan Patofisiologi

Dalam keadaan normal relatif sedikit spesies jamur yang patogenik. Akan

tetapi pada beberapa keadaan tertentu seperti defisiensi imun

Page 37: kasus besar anak tonsilitis

37

(immunocompromised) beberapa spesies jamur dapat menyebabkan infeksi.

Keadaan tersebut antara lain ialah neutropenia, adanya kerusakan pada imunitas

seluler dan humoral, perubahan pada sawar fisik, gizi buruk, adanya obstruksi dan

perubahan flora bakteri pada saluran nafas dan cerna.

Oral kandidiasis merupakan infeksi jamur tersering pada manusia terutama

pada anak-anak dan usia tua. Angka kejadian infeksi candida albicans yaitu 45%

pada neonatus, 45-65% pada anak sehat, dan 30-45% pada remaja. Candida

Albicans merupakan bakteri komensal dalam rongga mulut dan kebanyakan tidak

menyebabkan gejala yang berarti bagi anak sehat. Pertumbuhan yang berlebihan

dari candida albicans dapat menyebabkan gejala ketidaknyamanan pada mulut,

perubahan sensasi rasa, disfagia karena pertumbuhan berlebihan di esofagus yang

dapat menyebabkan gizi kurang, penyembuhan lama, perawatan terlalu rama di

rumah sakit..14,15

Pada kasus ini, tonsilitis merupakan infeksi pada tonsil yang merupakan

bagian dari sistem imun kompleks. Peradangan pada tonsil akan menyebabkan

adanya koloni bakteri di traktus aerodigestivus sehingga mengakibatkan peru-

bahan flora bakteri. Kondisi tersebut dapat menyebabkan terjadinya keadaan im-

munocompromised sehingga dapat menimbulkan pertumbuhan abnormal jamur.

3.2.2 Klasifikasi kandidiasis oral 14,15

3.2.2.1. Kandidiasis akut

3.2.2.1.1. Kandidiasis pseudomembran akut

Disebut juga Oral thrush, kandidiasis pseudomembran akut.

Tampak plak / pseudomembran hasil deskumasi sel epitel, putih seperti

sari susu, mengenai mukosa bukal, lidah dan permukaan oral lainnya.

Pseudomembran tersebut terdiri atas kumpulan hifa dan sel ragi, sel

radang, bakteri, sel epitel, debris makanan dan jaringan nekrotik. Bila plak

diangkat tampak dasar mukosa eritematosa atau mungkin berdarah dan

terasa nyeri sekali.9 Konfirmasi diagnosis melalui pemeriksaan

Page 38: kasus besar anak tonsilitis

38

mikrobiologi dengan kultur swab tenggorok. Faktor predisposisinya

meliputi usia, diabetes melitus, HIV/AIDS, atau pasien leukemia.

3.2.2.1.2. Kandidiasis atrofi akut

Disebut juga midline glossitis, kandidiasis antibiotik, glossodynia,

antibiotic tongue, kandidiasis eritematosa akut mungkin merupakan

kelanjutan kandidiasis pseudomembran akut akibat menumpuknya

pseudomembran. Gejala yang dirasakan adalah rasa terbakar pada mulut

atau lidah. Daerah yang terkena tampak khas sebagai lesi eritematosa,

simetris, tepi berbatas tidak teratur pada permukaan dorsal tengah lidah,

sering hilangnya papilla lidah dengan pembentukan pseudomembran

minimal dan ada rasa nyeri. Sering berhubungan dengan pemberian

antibiotik spektrum luas, kortikosteroid sistemik, inhalasi maupun topikal.9

3.2.2.2. Kandidiasis Kronik

3.2.2.2.1. Kandidiasis Atrofi Kronis

Disebut juga denture stomatitis. Bentuk tersering pada pemakai

protese (1 diantara 4 pemakai), wanita lebih sering terkena. Gambaran

khas berupa eritema kronis dan edema disebagian palatum di bawah

prostesis maksilaris. Ada tiga stadium yang berawal dari lesi bintik-bintik

(pinpoint) yang hiperemia, terbatas pada asal duktus kelenjar mukosa

palatum. Kemudian dapat meluas sampai hiperemia generalisata dan

peradangan seluruh area yang menggunakan protese. Bila tidak diobati

pada tahap selanjutnya terjadi hiperplasia papilar granularis

Bila ada gejala umumnya pada penderita dengan peradangan

granular atau generalisata, keluhan dapat berupa rasa terbakar, pruritus dan

nyeri ringan sampai berat

Page 39: kasus besar anak tonsilitis

39

3.2.2.2.2. Kandidiasis Hiperplastik Kronis

Disebut juga leukoplakia kandida. Gejala bervariasi dan bercak

putih, yang hampir tidak teraba sampai plak kasar yang melekat erat pada

lidah, palatum atau mukosa bukal. Keluhan umumnya rasa kasar atau

pedih di daerah yang terkena. Tidak seperti kandidiasis pseudomembran,

plak disini tidak dapat dikerok. Harus dibedakan dengan leukoplakia oral

oleh sebab lain yang sering dihubungkan dengan rokok dan keganasan.

Terbanyak pada pria, umumnya diatas 30 tahun dan perokok.

3.2.2.2.3. Glositis Rhomboid Median

Merupakan bentuk lanjutan atau varian kandidiasis hiperplastik kronis.

Pada bagian tengah permukaan dorsal lidah terjadi atrofi papilla filiformis

3.2.2.3. Kheilosis Kandida

Khas ditandai eritema, fisura, maserasi dan pedih pada sudut mulut dan

biasanya dihubungkan dengan infeksi kandida intraoral.

3.2.2.4. Black Hairy tongue

Ditandai dengan hipertrofi papilla lidah (khas), mungkin invasi sekunder

Candida albicans dari papilla filiformis hipertrofi pada sisi dorsum lidah.

3.2.3 Diagnosis14,15  

Diagnosis kandidiasis oral dengan ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan juga pemeriksaan kultur swab tenggorok.

Berdasarkan hasil anamnesis , Pasien yang menderita kandidiasis oral bisa

mempunyai keluhan terhadap keadaan rongga mulutnya, namun ada juga yang

tidak menyatakan adanya keluhan pada rongga mulutnya. Keluhan yang bisa

terjadi pada kandidiasis oral seperti adanya rasa tidak nyaman, rasa terbakar, rasa

sakit, dan pedih pada rongga mulut. Pemeriksaan klinis dilakukan dengan melihat

gambaran klinis lesi yang terdapat pada rongga mulut. Gambaran klinis

kandidiasis oral yang terlihat bisa berbeda-beda sesuai dengan tipe kandidiasis

Page 40: kasus besar anak tonsilitis

40

yang terjadi pada rongga mulut pasien. Di samping itu, pemeriksaan penunjang

seperti pemeriksaan sitologi eksfoliatif, kultur swab, uji saliva, dan biopsi sangat

diperlukan dalam mendukung diagnosa kandidiasis oral.

Pada kasus ini, anak berusia 2 tahun 5 bulan, adanya rasa tidak nyaman di

mulut, pengasuh mengeluhkan adanya bercak putih pada rongga mulut terutama

lidah bagian belakang. Dari pemeriksaan fisik ditemukan adanya lesi putih pada

bagian dalam lidah anak dan terasa nyeri saat diangkat namun tidak mudah

berdarah. Pada pemeriksaan gold standart dari kandidiasis oral yaitu swab

tenggorok ditemukan yeast cell, pseudohifa, dan hasil kultur menunjukkan adanya

candida.sp.

3.2.3 Tata Laksana Kandidiasis oral14,15

Kandidiasis oral tanpa komplikasi dapat di terapi dengan pemberian anti

jamur topikal dan menjaga higienitas oral. Anti jamur yang sering dipakai adalah

nystatin. Sediaan nystatin ada dalam bentuk tablet 100.000IU/ml, 500.000 IU/ml

dan suspensi (drop) 100.000 IU/ml. Sebaiknya digunakan 4 kali sehari selama 2

minggu.Higienitas oral juga perlu diedukasikan pada pengasuh anak meliputi

kebersihan gigi, kavitas bukal, dan lidah setiap harinya dengan menyikat gigi.

Pada pasien ini diberikan pengobatan topikal berupa Candistatin drop

yang berisi Nistatin suspensi oral dengan dosis 1ml ( 100.000µ)/8 jam yang

diberikan selama 10-14 hari. Edukasi tentang kebersihan rongga mulut seperti

rutin menyikat gigi dan membersihkan juga telah diberikan pada pengasuh anak

yaitu nenek dan ayah pasien.

3.3 Rhinitis Akut

Rhinitis merupakan inflamasi saluran pernafasan atas yang memiliki gejala

rhinorrhea dan atau hidung tersumbat, dan atau bersin dalam 2/lebih hari dan

terjadi lebih dari 1 jam perhari. Rhinitis menurut etiologinya diklasifikasikan

menjadi rhinitis Infeksius (Virus dan bakteri), Rhinitis alergi, Rhinitis

Page 41: kasus besar anak tonsilitis

41

okupasional, Rhinitis karena pengaruh obat (Aspirin), hormonal, dan karena

penyabab lain. 16,17

Infeksi biasanya terjadi melalui droplet di udara. Rhinitis yang paling

sering menyerang anak adalah karena infeksi virus, terutama rhinovirus. Disebut

rhinitis akut jika gejala kurang dari 10 hari. Menurut penelitian, pada anak biasa

terjadi 7-10 kali episode rhinitis tiap tahunnya. Masa inkubasinya 1-4 hari dan

berakhir dalam 2-3 minggu. 16

Ada tiga hal yang dipandang dapat mempengaruhi keadaan klinis dari

pasien dengan rinitis akut. Hal tersebut termasuk usia, jenis kelamin, dan variasi

musim terjadinya penyakit tersebut. Togias telah meneliti bahwa 70% pasien yang

didiagnosa dengan penyakit hidung nonalergik terdapat pada usia dewasa < 20

tahun. Jenis kelamin dapat menjadi faktor risiko dari rinitis nonalergik.

Settipane dan Klein mengatakan bahwa 58% dari pasien rinitis nonalergik adalah

wanita. Enberg menemukan 74% pasien rinitis nonalergik adalah wanita.

National rinitis Classification Task Force (NRCTF) menemukan 71% pasien

dengan rinitis nonalergik adalah wanita. 18

Penentuan diagnosis rhinitis ditentukan dari tanda dan gejala klinis yang

ditemukan. Pada awalnya terasa panas di daerah belakang hidung, lalu segera

diikuti dengan hidung tersumbat, rinore, dan bersin yang berulang-ulang.

Pasien merasa dingin, dan terdapat demam ringan. Mukosa hidung tampak merah

dan membengkak, nyeri tenggorok, batuk, demam, dan nyeri kepala Awalnya,

secret hidung (ingus) encer dan sangat banyak. Tetapi bisa jadi mukopurulen bila

terdapat invasi sekunder bakteri, seperti Streptococcus Haemolyticus,

pneumococcus, staphylococcus, Haemophillus Influenzae, Klebsiella

Pneumoniae, dan Mycoplasma Catarrhalis . 16

Komplikasi dari rinitis akut adalah otitis media, Sinusitis, Tonsilitis,

Exacerbasi asma. Terapi medikamentosa yang biasa diberikan pada rhinitis akut

non alergi adalah kortikosteroid intranasal, histamin intranasal, antikolinergik

intranasal, dekongestan oral. Selain itu pasien juga di edukasi agar istirahat cukup

dan memperoleh nutrisi yang cukup .16,17

Page 42: kasus besar anak tonsilitis

42

Pada kasus ini, pasien seorang wanita berusia 2 tahun 5 bulan dan tidak

memiliki riwayat alergi sebelumnya, kemungkinan penyebab rinitis akut adalah

karena rhinovirus. Selain itu pada pemeriksaan preparat darah hapus ditemukan

limfositosis yang merupakan tanda adanya infeksi virus. Tanda dan gejala yang

mengarah ke diagnosis rhinitis akut viral pada pasien ini adalah adanya rhinnorea,

nyeri tenggorok, bersin, batuk, demam, dan nyeri kepala yang terjadi kurang dari

10 hari. Rhinitis akut pada pasien ini bisa menjadi faktor predisposisi terjadinya

tonsilitis akut. Pada pasien ini juga diberikan kortikosteroid yaitu dexamethason

0,3 mg/8 jam PO, keluarga pasien juga diedukasi agar pasien menghabiskan

makanannya dan istirahat yang cukup.

3.4 Miliaria

Miliaria adalah gangguan umum dari kelenjar keringat ekrin yang sering

terjadi dalam kondisi dimana ada peningkatan panas atau suhu dan kelembaban.

Miliaria dianggap disebabkan oleh penyumbatan saluran keringat, yang me-

nyebabkan kebocoran keringat yang keluar dari kelenjar ekrin menuju ke epider-

mis atau dermis.19

Gambar 12. Klasifikasi Miliaria

Terdapat 3 jenis miliaria, yaitu miliaria kristalina, obstruksi duktus yang

paling dangkal, terjadi di stratum corneum. Klinisnya, bentuk penyakit ini

menghasilkan vesikula kecil, rapuh, dan jelas namun biasanya bersifat asimp-

tomatik. Biasanya terjadi pada muka bayi, namun dapat juga terjadi bersamaan

dengan demam pada anak. Dalam Miliaria rubra, penyumbatan terjadi lebih dalam

dari epidermis dan menghasilkan papula erythematous yang sangat gatal ( pruritic

Page 43: kasus besar anak tonsilitis

43

). Biasanya terjadi jika anak berada di suhu yang panas dan kelembaban tinggi.

Dalam Miliaria profunda, obstruksi duktus terjadi pada gabungan dermal-

epidermal. Lesi dari miliaria profunda tidak menunjukkan gejala, tetapi penge-

luaran cairan atau keringat berlebih dari wajah dan ketiak dapat berkembang.

Ketidakmampuan untuk berkeringat, akibat dari duktus ekrin yang pecah, dikenal

sebagai anhidrotik tropis asthenia.

Faktor risiko terjadinya miliaria adalah Panas, kondisi lembab iklim tropis,

dan penyakit demam dapat menimbulkan atau mempercepat terjadinya Miliaria,

aktifitas, Tipe I pseudohypoaldosteronism, Bakteri Staphylococcus berhubungan

dengan Miliaria, dan antibiotik mencegah Miliaria., Radiasi ultraviolet.19,20

Dalam kasus ini pasien mengalami miliaria pada hari ke 3 perawatan di

rumah sakit. Tanda dan gejala pada pasien yaitu kulit nampak vesikula kecil,

rapuh, dan jelas , ruam kemerahan (eritema) terutama di seluruh tubuh. Pasien tid-

ak merasakan gatal berlebihan. Jadi dapat disimpulkan pasien mengalami miliaria

kristalina. Penyebab dari miliaria pada pasien ini adalah kondisi kamar rawat yang

panas dan lembab. Tidak ada pengobatan khusus yang diberikan pada pasien ka-

rena asimptomatik dan miliaria kristalina merupakan penyakit self-limited disease.

Page 44: kasus besar anak tonsilitis

44

BAB IV

RINGKASAN

Seorang anak perempuan berumur 2 tahun 5 bulan dibawa orang tuanya ke

RSUP dr. Kariadi dengan sakit anak sesak sehingga anak rewel dan terus-terusan

menangis. Sesak dirasakan terus menerus sepanjang hari. Keluhan demam masih

dirasakan. Anak tampak lemas (+), bercak putih pada 1/4 posterior lidah dan tonsil

(+) nafsu makan anak menurun. Karena anak terus-terusan menangis dan rewel,

anak dibawa ke RSUD Rembang kemudian dirujuk ke RSDK dengan diagnosis

curiga tonsilitis difteri. Anak dibawa ke IGD RSDK oleh orang tuanya. Di IGD

pasien anak diberi paracetamol karena suhunya 38,2oC dan dilakukan

pemeriksaan darah rutin, hapusan darah tepi, dan diambil sample untuk kultur

swab tenggorok. Dua kali hasil pemeriksaan swab tenggorok neisser menunjukkan

C. diphteriae(-), pewarnaan jamur ditemukan pseudohifa dan yeast cell (+),

pengecatan gram ditemukan bakteri Diplococcus gram +, Kuman bentuk batang

gram -. Hasil kultur ditemukan Candida sp. Kemudian pasien dirawat di C1L1

Bangsal Anak RSUP dr. Kariadi Semarang mulai tanggal 9 Oktober 2015 2015

sampai dengan 13 Oktober 2015.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan anak sadar dan kurang aktif. Tanda

vital dalam batas normal. Didapatkan discharge hidung warna putih, konka oedem

dan hiperemis. Pada pemeriksaan rongga mulut ditemukan bercak keputihan pada

¼ posterior lidah. Pemeriksaan tonsil didapatkan tonsil T2-T2, hiperemis, detritus

menjadi 1 membentuk alur, rapuh, lembek, tidak mudah berdarah, dan kripte tidak

melebar. Terdapat pembesaran nnll cervical anterior di kedua sisi. Pemeriksaan

fisik lain dalam batas normal. Antropometri menurut WHO, WAZ= - 0,36, HAZ=

0,26, WHZ= -0,82, dengan interpretasi gizi baik, perawakan normal. Arah garis

pertumbuhan N2 ( normogrowth). Perkembangan anak sesuai umur,

penghitungan KPSP= 10.

Pemeriksaan darah rutin menunjukkan adanya peningkatan jumlah

leukosit karena proses infeksi , Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan

limfositosis, dan pemeriksaan kultur ditemukan adanya candida sp, pengecatan

Page 45: kasus besar anak tonsilitis

45

gram ditemukan bakteri Diplococcus gram (+), Kuman bentuk batang gram (-),

dan Streptococcus kimia pada swab tenggorok. Penderita mendapat terapi

preventif untuk tonsilitis difteri yaitu antibiotik. Antibiotik yang dipilih adalah

Penisilin prokain 50.000 unit/kgBB IM. Selain itu diberikan juga terapi

simptomatik, dexamethason 0,3 mg/8 jam PO, Parasetamol sirup 120 mg /4-6 jam

bila suhu >380C, dan Infus D5 ½ NS 5 tpm untuk maintainance cairan. Diet : 3x 1

porsi nasi dan 3 x 150 cc susu. Untuk mengobati kandidiasis oraal diberikan

Candistatin drop yang berisi Nistatin suspensi oral dengan dosis 1ml (

100.000µ)/8 jam yang diberikan selama 10-14 hari.

Penderita didiagnosis dengan tonsilitis akut lakunaris, kandidiasis oral,

dan rhinitis akut dirawat di bangsal infeksi anak selama 4 hari. Selama perawatan

hanya sekali terjadi demam >38.0oC, sesak anak berkurang sehingga anak tidak

rewel, bercak keputihan pada tonsil dan 1/4 belakang lidah semakin berkurang,

keluhan batuk pilek pasien membaik, pasien tidak rewel saat makan. Pada hari

perawatan ke 3 muncul vesikula kecil, rapuh, dan jelas yang tidak menimbulkan

keluhan apapun pada pasien, setelah dikonsultasikan ke bagian kulit didiagnosis

Miliaria Kristalina.

Edukasi yang diberikan kepada pengasuh meliputi cara menjaga higienitas

anak. Pengasuh juga disarankan untuk menyediakan obat penurun panas dan

memeriksakan ke dokter bila terjadi infeksi yang menyebabkan suhu tubuh

meningkat sehingga. Selain itu dijelaskan juga bahwa anak dalam gizi baik,

sehingga memberikan saran kepada orang tua untuk menjaga dan

mempertahankan gizi anak dengan cara memberikan makanan yang mengandung

lemak dan protein seperti daging sapi, daging ayam, ikan, susu, dan menyarankan

pengasuh agar dapat memberikan menu makanan yang lebih bervariasi sesuai

kesenangan anak, menyarankan kepada pengasuh untuk mencoba meningkatkan

kreativitas dalam penyajian makan anak sehingga anak lebih tertarik untuk

makan.

Prognosis pada pasien ini untuk kehidupan (quo ad vitam), untuk

kesembuhan (quo ad sanam), dan untuk fisiologi tubuh (quo ad fungsionam)

adalah baik (ad bonam).

Page 46: kasus besar anak tonsilitis

46

DAFTAR PUSTAKA

1. Government of western Autralia Department of Health child and adoles-cent Health Servive. Tonsillitis. 2015.Available from: http://kidshealthwa.com/api/pdf/651

2. Republic of Rwanda Ministry of Health. Pediatrics Clinical Treatment Guidelines. (Internet) 2012 (cited 2015 October 20). Available from: http://www.moh.gov.rw/fileadmin/templates/Clinical/Pediatrics-National-Clinical-Treatment-Guideline-ok-version-after-corrections.pdf.

3. Eliza Metcalfe. Ear, nose, and throath health in early Childhood. Commu-nity Paediatric Review (Internet). 2014 (cited 2015 October 20); 22:2. Available from: http://www.rch.org.au/uploadedFiles/Main/Content/ccch/CPR_Vol22_No2.pdf

4. Rusmarjono. Soepardi EA. Faringitis, tonsilitis, dan hipertrofi adenoid. Buku Ajar ilmu kesehatan telinga, hidung, tenggorok kepala dan leher. Edisi 6. Balai Penerbit FKUI Jakarta 2008: 217-25

5. Stelter K. Tonsillitis and sore throat in children. GMS Curr Top Otorhino-laryngol Head Neck Surg. NCBI. (Internet)2014;13. Available From: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4273168/pdf/CTO-13-07.pdf

6. Imanuel Y, Dwi Lingga U, dan Yati S. McIsaac criteria for diagnosis of acute group A-beta hemolytic streptococcal pharyngitis: Paediatric Indo-nesia (Internet) 2013 (cited 2015 October 20);53:258-63 Available from: http://paediatricaindonesiana.org/pdffile/53-5-4.pdf

7. Andrew M, Victor N, Kenneth D. Large-Scale Validation of the Centor and Mc Isaac Scores to predict group A Streptococcal Pharyngitis. Har-vard University (Internet) 2012 (cited 2015 October 20). Available from: http://nizetlab.ucsd.edu/Publications/Centor-Validation.pdf.

8. Pierre R, dkk. Pharingitis in Low-Resource Setting: A Pragmatic Clinical Approach to reduce Unnecessary Antibiotic Use. Pediatrics. 2006;118:6.

9. Laure J, Campos D, and Smeester P. Pragmatic Scoring System for Phar-yngitis in Low-Ressource Settings. Pediatrics. 2010;126:608–14.

10. Wantania JM. Infeksi respiratori akut.In: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB, editors. Buku ajar respirologi anak. 1st ed. Jakarta: BP IDAI; 2008:268-77.

11. IDAI. Rekomendasi Jadwal Imunisasi Anak Umur 0-18 Tahun. 2014 12. Baugh. R, dkk. Clinnical Practice Guideline: Tonsillectmy in Children.

American Academy of otolaryngology. 2011 13. Sign. Management of Sorethroat and Indication for Tonsillectomy. 2010 14. Akpan A, Morgan R. Oral Candidiasis Review. Postgrad Med J [Internet]

2015 [Cited 2015 October 20]; 78:455-9. Available from http://pmj.bmj.com/content/78/922/455.full.pdf

15. Dangi Y, Soni M, Namdeo K. Oral Candidiasis:A review. [Internet] 2010[cited 2015 October 21]. Available from:

Page 47: kasus besar anak tonsilitis

47

http://www.exodontia.info/files/Int_J_Pharmacy_Pharmaceutical_Sciences_2010._Oral_Candidiasis_-_A_Review.pdf

16. J Investig Allergol Clin Immunol.[Internet]2010[cited 2015 October 20];20:Suppl 1:37-42. Available from: http://www.jiaci.org/issues/vol20s1/9.pdf.

17. Schroer B, Pien Lily. Nonallergic rhinitis: Common problem, chronic symptoms. Cleveland clinic Journal of Medicine [internet] 2012. [cited 2015 oktober 20]; 79:4. Available from: http://www.isdbweb.org/app/webroot/documents/file/4f9ac1eb98e92.pdf.

18. Cettipane R, Leberman P. Unpdate on Non-Allergic Rhinitis. Brown Uni-versity School of Medicine .2012.

19. American Osteopathic College of Dermatology. Miliaria. [internet] 2013. . [cited 2015 oktober 20] Available from:http://www.aocd.org/?page=Miliaria

20. Al hilo.M, Saedy. S, Alwan. A. Atypicap Presentation of Miliaria in Iraqi Patients Attending Al -Kindy Teaching Hospital in Baghdad: A Clinical Descriptive Study. American Journal of Dermatology and Venerology. 2012; 1(3):41-6