Kasus Asuransi PSAK 36 - Presentasi 29 Sept 2012
-
Upload
hasanmuldhani -
Category
Documents
-
view
36 -
download
7
description
Transcript of Kasus Asuransi PSAK 36 - Presentasi 29 Sept 2012
KASUS YANG MENYANGKUT KEPENTINGAN PUBLIK: ASURANSI
AKUNTANSI UNTUK KONTRAK ASURANSI PSAK 36, PSAK 62 DAN STUDI KASUS
PSAK 36 : AKUNTANSI untuk Kontrak Asuransi JIWA
TUJUAN: Untuk melengkapi pengaturan dalam PSAK 62:
Kontrak Asuransi. Suatu kontrak yang masuk dalam ruang lingkup
PSAK 62: Kontrak Asuransi sebagai kontrak asuransi, bila kontrak tersebut adalah asuransi jiwa.
RUANG LINGKUP Entitas menerapkan Pernyataan ini untuk
kontrak asuransi jiwa. Pengertian kontrak asuransi mengacu pada PSAk 62: Kontrak Asuransi.
PSAK 36 : Akuntansi untuk Kontrak Asuransi Jiwa
PENDAPATAN
Diakui sebagai Pendapatan dalam periode Kontrak sesuai dengan proporsi jumlah proteksi asuransi yang diberikan.
Bila periode risiko berbeda secara signifikan dengan periode kontrak, maka premi diakui sebagai PENDAPATAN selama periode risiko sesuai dengan proporsi jumlah proteksi asuransi yang diberikan.
Diakui sebagai Pendapatan pada saat jatuh tempo dari Pemegang Polis. Kewajiban untuk Biaya yang diharapkan timbul sehubungan dengan Kontrak tersebut Diakui selama periode sekarang & periode diperbaruinya Kontrak.
Kin Dibayarkan kepada pemegang polis wakilnya dikurangi dengan Nilai Kini
Estimasi Premi masa depan yang akan diterima dari Pemegang Polis. Liabilitas manfaat polis masa depan diakui pada saat Pendapatan Premi
Diakui.
PENDAPATAN LAIN
Komisi Reasuransi & Komisi Keuntungan Reasuransi Diakui sebagai Pendapatan Lain.
PSAK 36 : Akuntansi untuk Kontrak Asuransi Jiwa
BEBAN Beban Klaim meliputi Klaim yang telah disetujui, klaim dalam
proses penyelesaian, dan klaim yang terjadi namun belum dilaporkan.
LIABILITAS Liabilitas Manfaat Polis Masa Depan Liabilitas manfaat polis masa depan dinyatakan dalam laporan
posisi keuangan berdasarkan perhitungan aktuaria. Liabilitas diakui sejak timbulnya kewajiban yang diperjanjikan
dalam kontrak asuransi jiwa. Liabilitas tersebut mencerminkan Nilai Kini Estimasi
pembayaran seluruh manfaat yang diperjanjikan termasuk seluruh opsi yang disediakan, nilai kini estimasi seluruh biaya yang akan dikeluarkan tetapi juga mempertimbangkan penerimaan premi di masa yang akan datang (Gross premium reserve).
PSAK 36 : Akuntansi untuk Kontrak Asuransi Jiwa
Penentuan jumlah liabilitas manfaat polis masa depan memenuhi Tes Kecukupan Liabilitas seperti diatur
dalam PSAK 62: Kontrak Asuransi.
Estimasi Liabilitas Klaim Estimasi liabilitas klaim atas kontrak
jangka pendek, dinyatakan sebesar jumlah estimasi berdasarkan perhitungan teknis asuransi.
PSAK 36 : Akuntansi untuk Kontrak Asuransi Jiwa
Premi yang Belum merupakan Pendapatan Ditentukan dengan cara:
1). Secara agregat tanpa memperhatikan tanggal penutupan dan besarnya dihitung berdasarkan persentase tertentu dari jumlah premi untuk tiap jenis pertanggungan asuransi
atau
2). Secara individual dari tiap pertanggungan dan besarnya premi yang belum merupakan pendapatan ditetapkan secara proporsional dengan jumlah proteksi yang diberikan selama periode pertanggungan/periode risiko, konsisten dengan pengakuan pendapatan premi seperti dijelaskan.
PSAK 36 : Akuntansi untuk Kontrak Asuransi JiwaPENGUNGKAPAN
Hal-hal berikut diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan
a). Pengakuan pendapatan premi & penentuan liabilitas manfaat
polis masa depan serta premi yang belum merupakan
pendapatan.
b). Transaksi reasuransi termasuk sifat, tujuan, dan efek transaksi
reasuransi terhadap operasi perusahaan.
c). Pengakuan beban klaim dan penentuan estimasi klaim
tanggungan sendiri.
d). Kebijakan akuntansi lain yang penting seperti ditentukan dalam
SAK yang relevan.
Hal-hal berikut diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan
a). Kebijakan akuntansi mengenai: 1). Pengakuan pendapatan premi & penentuan liabilitas
manfaat
polis masa depan serta premi yang belum merupakan
pendapatan 2). Transaksi reasuransi termasuk sifat, tujuan, dan efek
transaksi
reasuransi tersebut terhadap operasi perusahan; 3). Pengakuan beban klaim dan penentuan estimasi klaim
tanggungan sendiri;
4). Kebijakan akuntansi lain yang penting seperti ditentukan
dalam SAK yang relevan.
PSAK 36: ASURANSI JIWAPENGUNGKAPAN
b). Pendapatan premi bruto: pendapatan premi tahun pertama
dan premi tahun lanjutan secara terperinci berdasarkan
kelompok perorangan dan kumpulan serta jenis asuransi.
c). Klaim dan manfaat jenis, jumlah, dan penyebab kenaikan
klaim dan manfaat yang signifikan.
TANGGAL EFEKTIFPernyataan ini berlaku untuk periode tahun buku yang
dimuat pada
atau setelah tanggal 1 Januari 2012.
PSAK 36 : Asuransi Jiwa
PENARIKAN
Pernyataan ini menggantikan PSAK 36 (1996) :
Akuntansi Asuransi Jiwa.
PENERAPAN PSAK BARU 36: Asuransi Jiwa
Penerapan PSAK baru ini membuat industri asuransi jiwa seperti digoyang gempa.
Perubahannya akan berdampak pada penurunan rasio kecukupan modal (risk based capital) dan premi.
Kondisi Industri Asuransi Jiwa di Indonesia
Kegelisahan tengah menyelimuti industri asuransi.
Belum tuntas masalah permodalan (Pemenuhan modal minimum), kini muncul aturan tentang kewajiban menerapkan standar akuntansi secara internasional.
Masing-masing aturan ini termaktub dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 28 untuk Asuransi Umum, PSAK 36 untuk Asuransi Jiwa dan PSAK 108 untuk Asuransi Syariah.
Kondisi Industri Asuransi Jiwa di Indonesia
Kekhawatiran industri asuransi ini bila aturan ini diterapkan akan berdampak signifikan pada laporan keuangan.
Perubahan akan terjadi seperti pada pos pendapatan premi, investasi, dan rasio kecukupan modal (Risk Based Capital (RBC).
Perlunya dilakukan perubahan adalah untuk mengatasi “ketidak jelasan” pencatatan atas beberapa produk baru yang kini marak dikeluarkan asuransi jiwa.
Informasi keuangan dari perusahaan asuransi jiwa untuk produk-produk tertentu belum mencerminkan informasi keuangan yang sebenarnya.
Kondisi Industri Asuransi Jiwa di Indonesia
Seperti produk Unit link, perusahaan asuransi berunsur investasi yang kini sangat popler di ass jiwa (unit link) terbiasa mencatat seluruh perolehan premi unt link, untuk kemudian dibukukan menjadi pendapatan premi kini harus mulai memisahkannya.
Inilah yang harus dilakukan bila merujuk ke International Financial Reporting Standard (IFRS), karena dana yang dicatatkan sebagai pendapatan premi adalah dana milik perusahaan.
Sementara, dana yang masuk dalam unsur investasi adalah dana yang “dititipkan” nasabah (milik nasabah) untuk diinvestasikan dan pada waktu jatuh tempo nanti, harus dikembalikan.
Dampaknya adalah terjadi perubahan dalam pembentukan cadangan teknis perusahaan. Perubahan ini akan terlihat pada pendapatan premi yang tercantum dalam laporan laba-rugi.
Kondisi Industri Asuransi Jiwa di Indonesia
Jika terjadi perubahan pencatatan seerti diatas, akan ada potensi penurunan premi pada laporan laba rugi perusahaan. Dampak lainya adalah pencatatan ini bisa berimbas pada berkurangnya RBC perusahaan asuransi.
Produk-produk lain selain unit link yang bakal terimbas berlaku juga pada produk yang mengandung janji pengembalian dalam jumlah tertentu kepada nasabah, seperti produk whole life dan endowment.
Artinya, pencatatan produk seperti asuransi pendidikan yang memberikan janj pengembalian pada periode tertentu dengan jumlah tertentu pun harus dipisahkan seperti halnya unit link.
Kondisi Industri Asuransi Jiwa di Indonesia
Melhat hal itu, dan dampaknya yang besar, Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mempunyai alasan yang kuat untuk menyatakan belum siap menerapkan PSAK 36 ini pada 2012.
AAJI meminta waktu yang lebih panjang kepada regulator untuk mempersiapkan dari sehingga kemudian bisa menentukan langkah-langkah antisipatif atas dampak yang timbul, bila PSAK ini diterapkan.
Direktur Eksekutif AAJI, Stephen Juwono mengaku, saat ini AAJI dalam proses mengkaji kebijakan penerapan PSAK tersebut dan dampaknya terhadap pelaporan keuangan di asuransi jiwa.*)
*). Sumber: infobanknews.com
Industri Asuransi Jiwa belum siap menerapkan IFRS (PSAK 36: Asuransi Jiwa)
Hal ini juga diungkapan oleh Ketua AAJI, Hendrisman Rahim yang meliputi sistem informasi keuangan & akuntansi yang dimiliki perusahaan asuransi & SDM yang akan menjalankannya.
Direktur Eksekutif AAJI, Benny Waworuntu juga menyatakan keberatan tentang penerapan sistem pelaporan keuangan terbaru (IFRS – PSAK 36: Asuransi Jiwa) perusahaan asuransi dan sudah melaporkan kepada Bapepam-LK untuk meminta penundaan penerapan sistem ini.
Dengan sistem IFRS, pencatatan laporan keuangan antara premi dan investasi aka dipisahkan.
Dengan pemisahan ini, nantinya seakan-akan nilai premi perusahaan asuransi akan turun, padahal sebenarnya hanya beda pos pencatatan saja.
Industri Asuransi Jiwa belum siap menerapkan IFRS (PSAK 36: Asuransi Jiwa)
Sebagai tambahan, tahun ini, Badan Pengawas Pasar Modal & Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mewajibkan industri asuransi menggunakan sistem IFRS (PSAK baru) dalam pelaporan keuangan.
Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) sudah mengeluhkan rencana penerapan ini dapat menurunkan kinerja industri asuransi jiwa.
Isa Rachmatarwata, Kepala Biro Perasuransian-Bapepam-LK belum bersedia berkomentar tentang tuntutan industri asuransi jiwa ini.
Industri Asuransi Jiwa belum siap menerapkan IFRS (PSAK 36: Asuransi Jiwa)
Dengan PSAK 36: Asuransi Jiwa, maka Pendapatan Premi dan Investasi akan disajikan secara terpisah, sehingga nasabah dapat mengetahui besarnya investasi di masa depan.
Perlunya Sistem Informasi yang terpadu dan SDM yang memadai untuk menjalankannya.
SEMOGA SUKSES
ALL THE BEST
SELESAI TERIMA KASIH