kasus akut 2

9
LAPORAN KASUS AKUT IMPETIGO KRUSTOSA Disusun untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat Kepaniteraan Kedokteran Keluarga dan Komunitas di Puskesmas Kalijaga Kota Cirebon Pembimbing : dr. Aviesanandra Indukirana Disusun Oleh : Ria Ramadhanti 109170024 FAKULTAS KEDOKTERAN

description

impetigo

Transcript of kasus akut 2

Page 1: kasus akut 2

LAPORAN KASUS AKUT

IMPETIGO KRUSTOSA

Disusun untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat Kepaniteraan Kedokteran Keluarga

dan Komunitas di Puskesmas Kalijaga Kota Cirebon

Pembimbing :

dr. Aviesanandra Indukirana

Disusun Oleh :

Ria Ramadhanti

109170024

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI

PUSKESMAS KALIJAGA CIREBON

2015

Page 2: kasus akut 2

LAPORAN KASUS AKUT

A. Identitas Pasien

Nama : An. C

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 8 tahun

Alamat : RT/RW 03/02 Kalijaga

Identitas Orang Tua

Nama Ayah : Tn. K

Umur : 40 tahun

Pekerjaan : Buruh

Pendidikan : SMP

Agama : Islam

Nama Ibu : Ny. M

Umur : 36 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SMP

Agama : Islam

Alamat : RT/RW 03/02 Kalijaga

Tanggal Berobat : 27 Juli 2015

B. Anamnesa

1. Keluhan Utama: luka koreng di bawah hidung

2. Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang bersama dengan orang tuanya, menurut ibunya keluhan luka koreng

di bawah hidung sejak 3 hari yang lalu. Awalnya 5 hari yang lalu pada daerah luka

tersebut terdapat kulit kemerahan disertai dengan adanya bintil – bintil berisi cairan,

bintil – bintil tersebut gatal sehingga pasien menggaruk bintil tersebut dan pecah.

Kemudian timbul koreng yang semakin hari semakin menebal dan membesar. Ibu

pasien mencoba membersihkan koreng tersebut dan melepaskan nya, saat dilepaskan

terdapat cairan kekuningan seperti madu, tetapi koreng tidak kunjung sembuh dan

malah bertambah tebal dan berwarna kekuningan, koreng tersebut menyebabkan

Page 3: kasus akut 2

pasien mengeluh saat bernapas terganggu. Keluhan tidak disertai demam, tidak

disertai sesak nafas, dan sakit kepala.

Sebelumnya Pasien belum pernah berobat ke dokter, oleh karena itu pasien

bersama orang tuanya datang ke puskesmas.

3. Riwayat Penyakit Dahulu:

Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama.

5. Riwayat Penyakit Keluarga:

Tidak ada keluarga pasien yang pernah mengalami keluhan yang sama.

6. Riwayat Alergi:

- riwayat Alergi obat/makanan disangkal

7. Riwayat penyakit Pribadi dan social:

Pasien merupakan pelajar SD kelas 2 di SD negeri. Pasien lahir dari ibu P3A0, yang

merasa hamil cukup bulan, spontan, ditolong paraji, letak kepala, langsung menangis.

Berat Badan Lahir 2900 gram dan panjang badan 47 cm. Riwayat imunisasi dasar

lengkap. Riwayat kontak dengan penderita yang sama ada, pasien mengatakan di

lingkungan sekolah dan rumah terdapat teman pasien yang mengalami hal yang sama.

Penderita anak ke 3 dari 3 bersaudara, kakak penderita berumur 20 tahun dan 16

tahun. Ayah penderita adalah seorang buruh dengan penghasilan per bulan yang

kurang menentu, ibu penderita tidak bekerja hanya mengurusi rumah tangga. Rumah

penderita permanen, lantai semen, ventilasi kurang, sinar matahari yang masuk

sedikit. Ditempati oleh 5 orang anggota keluarga.

C. PemeriksaanFisik

1. Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan

2. Vital sign :

Kesadaran : Compos Mentis

Frek.Nadi : 90 x/menit

Frek Pernapasan : 20 x/menit

Suhu : 36.5 c

Status Gizi : 25 kg, kesan Baik

Page 4: kasus akut 2

Status Generalis

Kepala

Konjungtiva : Tidak tampak anemis

Sklera : Tidak tampak ikterik

Pupil : Reflek pupil +/+, bulat isokor

Hidung : PCH (-), CN secret (-/-)

Mulut : bibir sianosis (-) lidah kotor (-) tonsil T1-T1, faring

hiperemis (-)

Leher

Tidak ada perbesaran KGB, retraksi suprasternal (-).

Thorax

Inspeksi : bentuk dada normal, simetris, retraksi intercostal (-), retraksi

supraklavikula (-), spider nevi (-), tumor (-), kelainan kulit (-)

Palpasi : nyeri tekan (-)

Pulmo

Inspeksi : Pernapasan thorakoabdominal

Palpasi : Fremitus taktil simetris, ekspansi pernapasan simetris.

Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru.

Auskultasi : crackles (-/-) slem (-/-) wheezing (-/-).

Cor

Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : teraba iktus kordis, irama regular, tidak ada thrill

Perkusi : pekak (kanan: lin. parasternalis dextra ICS 4, pinggang: lin.Parasternalis

sinistra ICS 2, apeks: lin. Midclavicula 1 jari medial ICS 5)

Auskultasi : S1 dan S2 normal, dengan irama reguler tidak ada suara tambahan, tidak

ada murmur.

Abdomen

Inspeksi : bentuk datar lembut , retraksi epigastrium (-), kelainan kulit

Auskultasi : Bising usus (+) normal

Perkusi : timpani pada semua kuadran

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, hepar, ginjal dan lien tidak teraba,

Ekstremitas

Akrosianosis (-), Akral hangat, tidak ada edema, CRT< 2 detik, tidak ada petechie,

purpura ataupun ekimosis.

Page 5: kasus akut 2

Status Lokalis

Lokasi : Bawah lubang hidung

UKK : Terdapat pustul dan vesikel dengan dasar eritema, sebagian sudah

memecah dan tampak krusta yang tebal berwarna kuning keputihan, bentuk tidak

beraturan, batas tegas, berukuran 3 x 1 cm.

D. Diagnosis Banding:

Impetigo Krustosa

Impetigo Bullosa

E. Diagnosa Kerja:

Impetigo Krustosa

F. Penatalaksanaan:

a.Non Medicamentosa

Menjaga kebersihan agar tetap sehat dan terhindar dari infeksi kulit

Mencuci bersih area lesi (membersihkan krusta) dengan sabun dan air mengalir

serta membalut lesi.

Mencuci pakaian, kain, atau handuk penderita setiap hari dan tidak menggunakan

peralatan harian bersama-sama.

Page 6: kasus akut 2

Cuci tangan sebelum mengolesi obat topikal dan setelah itu mencuci tangan

sampai bersih.

Memotong kuku untuk menghindari penggarukan yang memperberat lesi.

Kontrol kembali setelah 1 minggu

b. Medikamentosa:

Oral : Amoxicilin tablet : 3 x 250 mg

Cetirizine Syrup : 1 x 1 C

Topikal : Salep kulit Bacitracin – Polymixin B ( 500 UI dan 10.000 UI)

G. Prognosis

Ad Bonam

Follow Up tgl 6 Agustus 2015

Keluhan utama: Luka koreng sudah lepas dan tidak timbul lagi, hanya tinggal bekas

Pemeriksaan fisik :

Status Generalis : dalam batas normal

Status Lokalis : vesikel (-) pustule (-) krusta (-) eritema (+)

Penatalaksanaan : Terapi stop

Page 7: kasus akut 2