KASUS
-
Upload
fitria-nugrahaeni -
Category
Documents
-
view
214 -
download
2
description
Transcript of KASUS
KASUS I
Nona Z.T, usia 39 tahun masuk RS ketiga kalinya dalam 2 bulan dengan diagnosa acute severe
asthma. Setelah masuk RS obat-obat berikut ini mulai diberikan :
Hidrokortison 100 mg, sehari 3 kali, i.v
Salbutamol 5 mg, setiap 2 jam melalui nebulizer
Ipratropium 500 mcg, sehari 4 kali melalui nebulizer
Aminofilin 750 mg, infusi intravena selama 24 jam
Co-amoxiclav 1,2 g, sehari 3 kali, i.v
Pada hari kedua infusi aminofilin dan hidrokortison dihentikan. Dokter paru kemudian
melakukan review pengobatan yang diberikan pada pasien ini, dan menambahkan Fluticason dan
Salmeterol inhaler, disarankan pada pasien ini untuk juga mendapatkan Teofilin 250 mg dalam
bentuk tablet modified release 2 kali sehari serta Prednisolon 30 mg secara oral tiap pagi hari.
Nn. Z.T tetap meneruskan terapi Salbutamol melalui nebulizer selama 2 hari ke depan dan dokter
menyarankan infusi subkutan Terbutalin 6 mg selama 24 jam.
KASUS II
Tn. LP usia 65 tahun merokok 20 batang sehari selama 40 tahun yang lalu. Pasien ini telah
menderita batuk kronis selama 6 tahun sering mengeluarkan sputum berwarna abu-abu. Saat ini
kondisinya overweight dan sering sesak nafas. Tn.LP dimasukkan RS dengan peningkatan sesak
nafas mengi dan batuk produktif. Sputumnya menjadi kental dan berwarna hijau, suhu tubuhnya
mencapai 39° C. saat ini mendapatkan pengobatan sbb :
- Kombinasi salbutamol + ipratoprium inhaler 2 semprot sehari 4 kali
- Beclometason inhaler 500mcg, sehari 2 kali
- Aminofilin slow release tablet 225, sehari 2 kali
KASUS I
Seorang wanita berusia 65 tahun datang dengan keluhan muntah darah 4 kali sejak hari
ini, berwarna gelap, setiap muntah sekitar sepertiga gelas. Pasien juga mengeluh nyeri ulu hati,
perih dan sakit untuk makan. Pasien memiliki riwayat sering mengkonsumsi obat warung bila
badan terasa pegal. Kebiasaan ini dilakukan sudah dari muda dulu. Pasien baru pertama kali
mengalami gejala seperti ini. Tidak ada keluarga yang sakit serupa. Pada pemeriksaan fisik,
conjungtiva anemis (-), cor dan pulmo dalam batas normal, nyeri tekan abdomen (+), peristaltik
usus (+). TD 110/80.
Pada pemeriksaan darah lengkap Hb 10,1 mg% dan lainnya dalam batas normal, SGOT 19 U/L,
SGPT 12 U/L, GDS 129 gr/dl, cholesterol 166 gr/dl. Foto thorax : cor dan pulmo dalam batas
normal. Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, pada pasien ini
dicurigai menderita gastritis erosif walaupun diagnosis lain seperti gastroesofageal refluks
disease dan sirosis hepatikum belum dapat disingkirkan. Untuk pasti menegakkan gastritis erosif
adalah dengan pemeriksaan endoskopi
KASUS II
Pasien perempuan 42 tahun mengeluh muntah darah dan buang air besar berdarah sejak 1 hari
SMRS. Darah yang keluar dari muntah dan berak berwarna merah kehitaman. Kurang lebih
dalam sehari pasien mengalami muntah darah 5 kali dan berak darah 2 kali. Sebelumnya pasien
juga pernah dirawat dengan keluhan yang sama. Berak darah tidak disertai dengan mencret.
BAK baik. Pasien mengalami panas badan 1 hari ketika masuk RS. Pasien juga mengatakan
nyeri pada perut tengah atas disertai rasa mual yang membuat pasien malas makan. Nyeri perut
bagian tengah atas sering muncul jika pasien telat makan dan memberat jika pasien makan, tetapi
nyeri perut tersebut mereda jika pasien minum obat sirup putih kental yang diberikan dokter
sebelumnya. Riwayat merokok disangkal. Riwayat penyakit maag lama kurang lebih 1 tahun
diakui. Riwayat penurunan berat badan diakui. Riwayat pernah sakit kuning disangkal. Riwayat
mengkonsumsi alkohol disangkal. Riwayat sering minum obat-obatan penurun panas atau pereda
nyeri disangkal. Riwayat adanya penyakit perdarahan dari luka yang tidak sembuh-sembuh pada
pasien disangkal. Riwayat penyakit dara tinggi disangkal. Riwayat penyakit gula disangkal.
Berdasarkan pemeriksaan hasil laboratorium didapatkan : Hb : 6,3 gr/dl, leukosit : 6300/mm³,
trombosit : 335.000/mm³, hematokrit : 19,3% , SGOT : 13 u/L, SGPT : 10 u/L. pemeriksaan fisik
: TD 90/70 mm Hg, nadi : 110 x/mnt, suhu : afebris, pernafasan : 18 x/mnt .
Diagnosis : hematemesis melena pada pasien dengan ulkus peptikum
KASUS I
Nona D baru saja masuk RS karena berulangnya acute severe ulcertive colitis yang
dideritanya, dan ini adalah ketiga kalinya dia masuk RS selama setahun terakhir. Riwayat saat ini
diare disertai darah dan nyeri perut selama 5 hari, sehari sampai 7 kali. Riwayat pengobatan saat
ini adalah mesallazine 800 mg, 3 kali sehari dan prednisolon 20 mg sehari sekali. Nona D juga
mengalami kenaikan suhu tubuh yaitu 38˚ C sedangkan denyut nadi 92 kali per menit.
hasil biokimia darah dilaporkan sbb :
Na+ 143 mmol/L (N=133-145mmol/L)
K+ 3,2 mmol/L (N=3,3-5,1 mmol/L)
Kreatinin 81 mcmol/L (N=44-80 mcmol/L)
Urea 7,2 mmol/L (N=1,7-8,3 mmol/L)
Albumin 28 g/L (N=34-48 g/L)
Hb 10,4 g/dl (N=11-16 g/L)
WBC 14x 109/L (N=3,5-11 x 109/L)
ESR 38 mm/h (N=0-9 mm/h)
CRP 95 mg/L (N< 5 mg/L)
PERTANYAAN :
Bagaimana evaluasi dari tatalaksana terapi dari kasus ini?
KASUS II
EZ, 20 tahun seorang mahasiswi Unwahas mengalami diare yang tidak teratur dan nyeri kolik
perut yang telah sembuh 9 bulan lalu. 8 minggu sebelum UAS mengalami peningkatan diare 3-5
buang air tiap harinya. Frekuensi buang air meningkat 5-10 kali seharisatu minggu lalu. Suatu
waktu, EZ melihat adanya kemerahan pada tinjanya saat buang air. Frekuensi buang air sekarang
meningkat 10-15 kali sehari, meskipun volume tinja hanya sekitar 1½ sendok makan setiap
buang air. EZ tidak pernah melakukan travel sebelumnya maupun camping dan tidak
mengkonsumsi antibiotik selama 6 bulan terakhir.
EZ merasa mual dan menurun berat badannya sekitar 5 kg selama 2 bulan terakhir.
Selama 4 bulan EZ merasa kadangkala bengkak, perut terasa hangat dan mengalami kelemahan
pada lutut kaki sebelah kiri.
EZ tidak mengalami ruam kulit dan kesulitan dalam masalah hidupnya. Review lainnya
dan social interaksi dan keluarganya tidak mempunyai andil dalam kasus penyakitnya.
Laboratory test :
Secara umum temperatur, denyut jantung dan pernafasannya normal. Hematokrit (Hct) 0,32
g/dL, Hemoglobin (Hgb) 8,5 g/dL, jml WBC 15,0 x 10⁹/L dgn 82% PMN, ESR 70 mm/hr,
serum albumin 2,4 g/dL, alkalinfosfatase 210 U/L, alanin aminotransfrase (ALT) 35 U/L, serum
natrium (Na) 130 mEq/L, serum potassium (K) 3,1 mEq/L.
Diagnosis :
Sigmoidoskopi menunjukkan granular, pembengkakan dan kerapuhan mukosa dengan adanya
ulserasi yang berkelanjutan dari anus sampai 20 cm proksimal. Suntikan barium menunjukkan
adanya penyakit yang panjang dari rectum sampai garis melintang kolon
Pertanyaan :
1. Apa penyebab diare EZ dan bagaimana tatacara laksana terapi pada kasus tersebut?
2. Apa yang perlu diinformasikan berkaitan dengan penggunaan obatnya.