Kasus
-
Upload
satya-gunawan -
Category
Documents
-
view
46 -
download
4
Transcript of Kasus
22
LAPORAN KASUS
PARAPLEGI INFERIOR SPASTIK e.c TUMOR MEDULA SPINALIS
I. IDENTITAS PASIEN.
Nama : Tn. J
Umur : 36 tahun
Alamat : Desa Sugihan RT 07/RW VII, Kecamatan Toroh, Grobogan
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat Sekolah Dasar
Pekerjaan : Terakhir: Buruh tani
No. RM : C374328
Rujukan : Poli Bedah Saraf RSUP Dr. Kariadi
II. ANAMNESIS (Tanggal 9 Oktober 2012 di Bangsal Bedah Saraf, RSUP Dr. Kariadi)
Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan utama : lumpuh kedua anggota gerak bawah
Lokasi : kedua anggota gerak bawah
Kualitas : anggota gerak bawah hanya bisa menggerakan kedua ibu jari kaki
Kuantitas : sebagian besar AKS mandiri, AKS tertentu membutuhkan bantuan
Kronologis:
Sejak kurang lebih 6 bulan sebelum masuk rumah sakit, mula-mula penderita
sering mengeluh kedua betis sering kram pada malam hari, terutama kalau pada siang
harinya penderita bekerja terlalu lelah, sehingga penderita memeriksakan dirinya ke
dokter di RSU Purwodadi dan disarankan ke bagian Penyakit Dalam. Setelah dilakukan
pemeriksaan penderita diberi obat dan dilakukan pemeriksaan labortorium, dikatakan
hasilnya normal. Namun demikian keluhan penderita tidak berkurang, bahkan dirasakan
semakin bertambah. Satu bulan kemudian penderita merasa kedua tungkai terutama
pada telapak kaki kanan sering kesemutan dan rasa tebal. Rasa kesemutan disertai nyeri
23
juga dirasakan di sepanjang kedua paha bagian belakang. Rasa dingin “kemranyas”
dirasakan mulai dari daerah sekitar pusar ke bawah.
Satu bulan sebelum masuk rumah sakit, penderita mulai mengeluh rasa pegal-
pegal di punggung yang hilang timbul disertai rasa seperti tersetrum, terutama bila
penderita duduk. Tungkai kanan dirasakan berat terutama saat melangkah, kadang-
kadang sandal jepit yang dikenakan penderita terlepas dan tungkai kanan seperti
diseret ketika berjalan. Penderita masih bisa berjalan sendiri, tanpa alat bantu. Saat
berubah dari posisi jongkok atau duduk ke berdiri dirasakan berat. Penderita juga
mengeluh serasa keseimbangannya terganggu sehingga sering merasa seakan-akan
mau jatuh. Buang air besar (BAB) tak terasa sulit keluar, harus dibantu istri dan
menggunakan obat pencahar. Buang air kecil (BAK) masih seperti biasa, tak ada
keluhan, bisa menahan air seni bila sudah ada keinginan untuk BAK. Penderita masih
mampu ereksi, terutama pada pagi hari. Saat berkeringat dirasakan bagian pusar ke
bawah tidak berkeringat.
Karena kondisinya dirasakan semakin berat, penderita kembali memeriksakan
lagi ke RSU Purwodadi di bagian Saraf, dan dikatakan oleh Dokter Spesialis Saraf bahwa
kemungkinan penyakitnya suatu massa pada bagian sum-sum tulang belakang yang
memerlukan pemeriksaan dan pengelolaan lebih lanjut. Karena alasan fasilitas rumah
sakit setempat yang kurang lengkap, maka penderita langsung dirujuk ke bagian Bedah
Saraf RSUP dr. Kariadi. Di bagian poliklinik Bedah Saraf penderita disarankan untuk
dilakukan pemeriksaan foto Rontgen tulang belakang dan MRI daerah tulang belakang.
Dan setelah hasil pemeriksaan tersebut jadi, disarankan opname di bagian Bedah Saraf
RSUP dr.Kariadi.
Pada tanggal 25 September 2012 penderita masuk rumah sakit untuk
menjalani rawat inap dan diprogramkan operasi tumor sum-sum tulang belakang. Pada
tanggal 1 Oktober 2012 jam 09:15 – 13: 30 WIB penderita menjalani operasi dan
berjalan lancar. Setelah menjalani tindakan tersebut penderita sadar dan merasakan
sakit pada luka operasi, kedua tungkai tidak bisa bergerak, kulit dari pusar sampai ujung
jari terasa tebal-tebal sampai sekarang. Saat ini sudah hari ke 12 setelah operasi.
Keinginan untuk BAB dan BAK tidak ada. Buang air besar tak terasa. Buang air kecil
dilakukan dengan selang kencing.
24
Riwayat Penyakit Dahulu
Pada tahun 1997 penderita pernah jatuh dari ketinggian 4 meter saat sedang
memasang genting rumah. Pada saat itu penderita jatuh posisi telungkup, tetap sadar,
bagian punggung terbentur tanah, luka memar, bisa berdiri tanpa bantuan orang lain
dan sembuh seperti biasanya dengan hanya diurut oleh tukang pijat kampung.
Penderita tidak mengeluh adanya nyeri kepala, mual, muntah, demam, penurunan
berat badan, batuk-batuk lama, dan benturan kepala. Penderita mempunyai kebiasaan
merokok, sebelum sakit bisa sampai satu bungkus tiap hari. Penyakit darah tinggi,
diabetes, tumor, dan gejala seperti ini pada keluarga disangkal. Kebiasaan makan
makanan dalam kaleng disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang sakit serupa
Riwayat Sosial Ekonomi
Sebelum sakit ini, selama setahun terakhir ini penderita bekerja sebagai buruh tani
menanam padi atau jagung tergantung musim dan bekerja serabutan, mengerjakan apa
saja tergantung orang lain yang meminta tolong dengan upah perhari Rp. 15.000,-
sampai Rp. 17.000,- tanpa makan atau dengan makan siang. Penghasilan tidak menentu,
tergantung musim panen. Sekitar tahun 1991 sampai 2010 penderita pernah bekerja
sebagai buruh bangunan di Jakarta dengan pengasilan bersih setiap bulannya Rp.
1.000.000,-. Istri penderita juga sama seperti penderita, bekerja sebagai buruh tani dan
serabutan. Penghasilan juga tak menentu. Penderita menanggung biaya hidup satu istri
dan seorang anak perempuan umur 6 tahun, saat ini masih duduk di kelas 1 SD.
Pengeluaran keluarga per bulan sekitar Rp 800.000,-. Biaya pengobatan dengan
menggunakan JAMKESMAS. Kesan: sosial ekonomi kurang.
25
III. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal, 9 Oktober 2012 di Bangsal Bedah Saraf, RSUP Dr. Kariadi.
Keadaan umum: baik, kesadaran kompos mentis, kontak dan pengertian baik
Tanda vital : TD = 120/70 mmHg, N = 84 x/menit VAS LBP: 3
RR = 18 x/menit, Suhu = afebris
Nn. Kranialis : I-XII tidak ada kelainan
Kulit : Ujud kelainan kulit (-)
Kepala : Mesosefal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),pupil bulat,isokor, Ø 3mm
Hidung : Deviasi (-), bentuk normal
Mulut : Bibir tidak sianosis
Telinga : Fungsi pendengaran kesan baik
Wajah : Simetris
Leher : Simetris, Pembesaran kelenjar limfe (-)
Trunkus : Status lokalis
Thoraks : Inspeksi : Simetris statis dan dinamis, retraksi suprasternal (-),
retraksi interkostal (-), Ictus cordis tak tampak
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri, Ictus cordis tak melebar, tak kuat
angkat
Perkusi : Sonor diseluruh lapangan paru
Auskultasi : Cor : BJ I dan II reguler, murmur (-)
Pulmo : vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
26
Abdomen : Inspeksi : Datar
Palpasi : Supel, hepar/ lien tidak teraba, nyeri tekan (-), massa (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus menurun
Ekstremitas superior : Status lokalis
Ekstremitas inferior : Status lokalis
Status Lokalis :
Ekstremitas Superior Dekstra Sinistra
Deformitas (-) (-)
Tanda radang (-) (-)
Gerak +N +N
ROM (Aktif) dbn dbn
Tonus N N
Trofi E E
Kekuatan 5.5.5.5.5/5.5.5.5.5 5.5.5.5.5/5.5.5.5.5
Reflek fisiologis +N/+N +N/+N
Refleks patologis (-) (-)
Sensibilitas
Sensorik protopatik N N
Sensorik proprioseptif N N
27
Trunkus :
Inspeksi : luka (+) terbalut kasa, masih basah, pus (-), tanda radang (+),
gibbus (-), luka operasi + 20 cm sepanjang procesus spinosus,
Palpasi : Nyeri tekan processus spinosus (-), nyeri tekan paravertebra
(-/-), spasme otot di para vertebra (-/-), nyeri tekan
sacroiliaca joint (-/-), nyeri tekan piriformis(-/-), nyeri tekan
coxae joint(-/-), nyeri tekan sepanjang n. Ischiadicus (-/-)
Gerak : ROM (Aktif) Nyeri gerak
Ekstensi/ fleksi : S: belum bisa diperiksa
Laterofleksi D/S : F: belum bisa diperiksa
Rotasi D/S : R: belum bisa diperiksa
Test schoeber : belum bisa diperiksa
Test provokasi : Valsava (-), Naffziger (-)
Extremitas Inferior Dextra Sinistra
Deformitas (-) (-)
Tanda radang (-) (-)
Gerak (-) (-)
Tonus Ashw 2 Ashw 1
Klonus: Patela (-) (-)
Ankle (+) (+)
Trofi Lingkar tungkai atas 42 cm 42 cm
Lingkar tungkai bawah 38 cm 38 cm
28
Kekuatan
Fleksor paha 0 0
Ekstensor lutut 0 0
Dorsofleksor kaki 0 0
Dorsofleksor ibu jari kaki 0 0
Plantarfleksor kaki 0 0
Sensibilitas
Sensorik protopatik Menurun dari kedua ujung jari kaki s.d.
setinggi dermatom Th 5
Sensorik proprioseptik (-) (-)
Reflek fisiologis
Patella +3 +3
Achilles +3 +3
BCR - -
Reflek patologis
Babinski (+) (+)
Chaddock (+) (+)
Oppenhaim (-) (-)
Gordon (-) (-)
Schaefer (-) (-)
Gonda (-) (-)
Vaskularisasi
a. Femoralis (+) (+)
29
a. Dorsalis pedis (+) (+)
a. Tibialis posterior (+) (+)
Test provokasi
Lasseque >70 >70
Braggard (-) (-)
Sicard (-) (-)
Patrick (-) (-)
Kontra Patrick (-) (-)
ROM (Aktif)
Hip Ekstensi/ Fleksi : tak bisa diperiksa
Abduksi/ Adduksi : tak bisa diperiksa
Rotasi 0 ° Ekso/Endo : tak bisa diperiksa
Rotasi 90 ° Ekso/Endo : tak bisa diperiksa
Genu Ekstensi/ Fleksi : tak bisa diperiksa
Ankle Ekstensi/ Fleksi : tak bisa diperiksa
Eversi/ Inversi : tak bisa diperiksa
ROM (Pasif):
Hip Ekstensi/ Fleksi : 30°- 0°-135° 30°- 0°-135°
Abduksi/ Adduksi : 45°-0°-30° 45°-0°-30°
Rotasi 0 ° Ekso/Endo : 45°-0-45° 45°-0°-45°
Rotasi 90 ° Ekso/Endo : 45°-0°-45° 45°-0°-45°
Genu Ekstensi/ Fleksi : 0°-0°-135° 0°-0°-135°
30
Ankle Ekstensi/ Fleksi : 20°-0°-50° 20°-0°-50°
Eversi/ Inversi : 20°-0°-35° 20°-0°-35°
Keterangan: saat dilakukan ROM pasif penderita tidak merasakan nyeri
Sensibilitas : Pin prick dari kedua ujung jari kaki sampai setinggi dermatom Th.5
Light Touch dari kedua ujung jari kaki sampai setinggi dermatom Th.7
Gangguan proprioseptif (+)
Vegetatif : anhidrosis dari ujung jari kaki sampai setinggi dermatom Th 10
IV. KLASIFIKASI
T5 ASIA A = komplit: Fungsi motorik, sensorik di bawah level neurologik tidak ada.
Spinal Cord Independent Measure (SCIM): total skor: 30
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium tanggal 29 September 2012:
Hb : 13,5gr%
Ht : 39,7%
Leukosit : 5.800/mmk
Trombosit : 257.000/mmk
PPT : 12,2 dtk
PTT : 25,8 dtk
GDS : 109 mg/dl
Albumin : 4,3 gr/gl
Ureum : 19 mg/dl
Creatinin : 1,2 mg/dl
Natrium : 138 mmol/L
Kalium : 3,7 mmol/L
Chlorida : 100 mmol/L
Calsium : 2,31 mmol/L
Magnesium : 1,01 mmol/L
31
X foto Thorak tanggal 29 September 2012
X foto Thoracolumbal AP/Lateral tanggal 29 September 2012
Kesan:
- Cor tak membesar
- Tak tampak metastase pada paru dan
tulang
- Aligment baik, tak tampak listhesis
- Tak tampak kompresi corpus
- Tampak osteofit pada aspek lateral vertebra
lumbal 2
- Processus spinosus, processus transversus
dan pedikel baik
- Tak tampak penyempitan discus maupun
foramen intervertebralis
Kesan:
Spondilosis lumbalis
32
MRI Thoracal tanggal 13 September 2012
MRI Thoracal pre dan post kontras Gd DTPA:
Marker terpasang setinggi Th 9 – 10 MR Myelogram: tampak stenosis berat dan luas pada regio thoracal Aligment cukup baik Tak tampak dislokasi / listhesis Tak tampak fraktur maupun kompresi Intensitas signal corpus vertebra thoracal tampak baik Tak tampak spur formations Tampak lesi / massa (curiga intradura-extrameduler) batas tegas bentuk memanjang tepi reguler setinggi Th 4-10, yang hiperintens pada T1WI dan iso-hiperintens pada T2WI. Lesi tampak mendesak medula spinalis ke arah anterior kanan dan tampak pelebaran dari dural sac setinggi level tsb. Pasca injeksi kontras Gd DTPA tak tampak enhancement maupun perubahan intensitas signal pada lesi tsb. Intensitas signal discus regio thoracal tampak baik Tak tampak penyempitan maupun protusio discus Tak tampak penebalan ligamentum flavum, longitudinalis anterior dan posterior Tambahan: tampak degenerasi discus L5-S1 Conus medularis tampak setinggi L1-2 Kesan : Massa / SOL (curiga intradura-extrameduller) setinggi Th4-10 dengan pelebaran dural sac pada level tersebut dan pendesakan medula spinalis ke arah anterior kanan Degenerasi discus L5-S1
33
VI. ASSESSMENT :
1. DK : - Post op laminektomi e.c tumor spinal setinggi segmen Th 4-10
- Paraplegi inferior spastik
- Gangguan propioseptif
- Hipostesi dari kedua ujung jari kaki sampai setinggi dermatom Th 5-9
- Anestesi dari kedua ujung jari kaki sampai setinggi dermatom Th 10
- Anhidrosis dari ujung jari kaki sampai setinggi dermatom Th 10
- Terpasang Dower Cateter
- Inkontinensia alvi
- Disfungsi Bladder
- Disfungsi seksual (dimasukan dlm goal setting saja)
DT : Medula spinalis setinggi Segmen Th 5
DE : Lesi transversal Total Medula Spinalis setinggi segmen Th 5 ec. kompresi medulla
spinalis DD: Tumor, Infeksi
Impairment
- Paraplegi inferior spastik
- Gangguan propioseptif
- Hipostesi dari kedua ujung jari kaki sampai setinggi dermatom Th 5-9
- Anestesi dari kedua ujung jari kaki sampai setinggi dermatom Th 10
- Anhidrosis dari ujung jari kaki sampai setinggi dermatom Th 10
- Gangguan buang air besar
- Disfungsi bladder
34
Disabilitas
- Belum bisa duduk maupun didudukan
- Gangguan BAB
- Gangguan miksi
Handycap :
- Hambatan untuk melakukan aktifitas sosial kemasyarakatan
- Belum bisa melaksanakan semua AKS yang melibatkan anggota gerak bawah
VII. TERAPI
1. Medikamentosa:
Ceftriaxon 1 x 2 gram, i.v
Methylprednisolon 3 x 125 mg,iv
B1 B6 B12 2 X 1 tablet, p.o
2. Rehabilitasi medik
VIII. PROGRAM REHABILITASI MEDIK
1. Fisioterapi.
Assesment :
Kontak dan pengertian baik.
Kekuatan ekstremitas inferior 0-0-0-0-0 / 0-0-0-0-0 (paraplegi inferior
spastik)
Prolong bedrest
Inkontinensia alvi
Disfungsi Blader (fase spinal shock)
35
Program Prolong bed rest:
Proper bed posioning
Alih baring
Latihan batuk efektif
Breathing exercise
Program untuk paraplegi:
Pasif ROM extremita bawah
Latihan penguatan extremitas atas
Latihan duduk, latihan transfer
Latihan ambulasi dengan kursi roda
Program untuk incontinensia alvi:
Bowel program
Program untuk Gangguan fungsi kemih :
voiding diary
kateter interminten
2. Terapi Okupasi
Assesment :
Kontak dan pengertian baik.
Kekuatan ekstremitas superior 5-5-5-5-5 / 5-5-5-5-5
Kekuatan ekstremitas inferior inferior 0-0-0-0-0 / 0-0-0-0-0 (paraplegi
inferior spastik)
36
Hipostesi dari kedua ujung jari kaki sampai setinggi dermatom Th 5-9
Anestesi dari kedua ujung jari kaki sampai setinggi dermatom Th 10
Anhidrosis dari ujung jari kaki sampai setinggi dermatom Th 10
Program :
Peningkatan kualitas AKS (Toileting )
Latihan peningkatan sensibilitas
3. Ortotik Prostetik.
Assesment :
Kontak dan pengertian baik
Kekuatan ekstremitas superior 5-5-5-5-5/5-5-5-5-5
Kekuatan ekstremitas inferior 0-0-0-0-0-0/ 0-0-0-0-0 (paraplegi inferior
spastik)
Program :
TLSO (thoracolumbosakral ortose)
AFO kanan kiri
Kursi roda manual
edukasi: selalu menggunakan pelindung kaki
37
4. Sosial medik
Assesment :
Sebelum sakit ini, selama setahun terakhir ini penderita bekerja sebagai buruh
tani menanam padi atau jagung tergantung musim dan bekerja serabutan,
mengerjakan apa saja tergantung orang lain yang meminta tolong dengan upah
perhari Rp. 15.000,- sampai Rp. 17.000,- tanpa makan atau dengan makan siang.
Penghasilan tidak menentu, tergantung musim panen. Sekitar tahun 1991
sampai 2010 penderita pernah bekerja sebagai buruh bangunan di Jakarta
dengan pengasilan bersih setiap bulannya Rp. 1.000.000,-. Selain itu penderita
juga mempunyai ketrampilan reparasi alat-alat elektronik dan elektrik
sederhana, seperti radio, kipas angin, dsb. Istri penderita juga sama seperti
penderita, bekerja sebagai buruh tani dan serabutan. Penghasilan juga tak
menentu. Penderita menanggung biaya hidup satu istri dan seorang anak
perempuan umur 6 tahun, saat ini masih duduk di kelas 1 SD.
Rumah :
Rumah milik sendiri warisan orang tua, ukuran 12 x 10 meter berupa rumah
permanen dinding tembok, sebagian berdinding kayu, lantai semen yang
sebagian sudah pecah-pecah, beratap genteng, dengan 2 kamar tidur berukuran
2,5 x 3 m, masing-masing tak berjendela, 1 ruang tamu, dan 1 ruang dapur,
menggunakan penerangan listrik PLN. Pada siang hari penerangan dibantu dari
cahaya matahari dari genteng kaca.
Lokasi rumah berada di tepi jalan desa yang lebarnya 3 meter, beraspal.
Halaman rumah cukup luas, ukuran ± 15 m2 , berbatu-batu kerikil, samping
kanan rumah berupa tanah pekarangan. Jarak dengan rumah tetangga terdekat
10 meter.
Tinggi lantai dari permukaan tanah 75 cm. Akses ke masing-masing ruangan
melalui pintu dengan ukuran 200 cm x 100 cm. Bagian depan rumah terdapat
ram ukuran lebar 50 cm, dengan kemiringan 30° berbahan semen untuk akses
dari luar ke ruang tamu.
38
Tempat tidur penderita menggunakan bed berbahan besi (ranjang besi) ukuran
200 x 120 x 40 cm, kasur dan bantal berbahan kapuk.
Aktivitas mandi, cuci, BAB dan BAK dilakukan di dalam kamar mandi yang
terletak di sisi kiri depan rumah ukuran 3 x 3 m, pintu kamar mandi 2 x 1 meter
dengan bak mandi ukuran 120 cm x 90 cm x 80 cm, lantai semen, licin dan
berlumut. WC jongkok terletak di samping kamar mandi, ukuran 3 x 2 meter,
dengan pintu ukuran 2 x 1 meter. Jarak kamar tidur pendrita ke kamar mandi /
WC ± 7 meter.
Sumber air bersih dengan sumur gali. Pada musim kemarau ini kapasitas air
kurang mencukupi untuk kebutuhan MCK sehari-hari dan harus mencari sumber
air bersih di lokasi lain yang berjarak ± 20 – 50 meter.
Program :
Evaluasi Sosial Ekonomi
Modifikasi akses masuk ke dalam rumah, ram dibuat lebih lebar dan disamping
kanan kiri dibuat hand rail. Halaman rumah dibuat lebih rata.
Evaluasi aksesbilitas kamar mandi / sumur, WC, pintu kamar mandi, pintu WC,
ukuran kamar mandi / WC lantai tidak licin, dibuat ram dan hand rail di
depan pintu kamar mandi / WC, pintu dibuat lebih lebar minimal 1 meter, di
dalam kamar mandi dibuat tempat duduk dan pegangan untuk mempermudah
aktivitas mandi, di dalam WC dibuat tempat duduk yang berfungsi sebagai WC
duduk.
Membantu untuk kemungkinan pasien dapat produktif mengarahkan
penderita mengembangkan ketrampilan yang ada dengan kemampuan yang
masih ada.Misalnya: menyiapkan penderita untuk bekerja sebagai tukang
reparasi alat-alat elektronik dan elektrik sederhana.
39
5. Psikologi
Assesment :
Kontak baik, komunikasi baik, stabilitas emosi stabil
Penderita memiliki motivasi untuk bekerja kembali
Penderita menyadari penyakitnya membutuhkan rehabilitasi yang bertahap
dan program ini harus dilatih di rumah dan berkala kontrol ke rumah sakit.
Hubungan antar anggota keluarga baik, dan keluarga memberikan dukungan
untuk pengobatan sakitnya.
Memahami kemungkinan keterbatasan fungsi seksual di masa yang akan
datang
Program psikologi umum:
Memberikan dukungan mental.
Memotivasi pasien agar tetap latihan dan kontrol teratur.
Memotivasi keluarga untuk memberikan dukungan kepada penderita.
Memberikan dukungan dalam pelaksanaan aktifitas hidup sehari-hari.
Program untuk disfungsi seksual
Konseling / edukasi seksual