kasus 3.doc

33
LAPORAN KASUS GANGUAN AFEKTIF BIPOLAR, EPISODE KINI DEPRESI BERAT DENGAN GEJALA PSIKOTIK Presentan : Moderator : Hari/Tanggal : Tempat : BAGIAN PSIKIATRI

Transcript of kasus 3.doc

LAPORAN KASUS

GANGUAN AFEKTIF BIPOLAR, EPISODE KINI DEPRESI BERAT

DENGAN GEJALA PSIKOTIK

Presentan : Moderator : Hari/Tanggal : Tempat :

BAGIAN PSIKIATRI

FAKULTAS KEDOKTERAN

I. RIWAYAT PSIKIATRI

Riwayat psikiatri diperoleh dari heteroanamnesis dengan Ny. T ( ibu kandung) pada

tanggal 10 Mei 2010 dan autoanamnesa dengan pasien tanggal 31 Mei 2010,

kebenaran anamnesa dapat dipercaya.

II. IDENTITAS PASIEN

Ny.E, Perempuan, 35 tahun, pendidikan SMA, agama Islam, suku Sunda, anak ke 2

dari 6 bersaudara, tidak bekerja, belum menikah, tinggal di Cirebon, datang dan

dirawat di bagian psikiatri RSHS pada tanggal 10 Mei 2010.

A. Keluhan Utama

Tidak mau bicara dan tidak mau makan.

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Dua bulan sebelum masuk RSHS, ayah pasien jatuh sakit. Saat itu pasien

bersama dengan ibunya membawa ayah pasien berobat ke RSUD setempat. Pihak

rumah sakit menyarankan agar ayahnya dirawat di rumah sakit tersebut. Saat itu ibu

dan pasien menyetujuinya bila ayah pasien harus dirawat. Tetapi pasien dan ibunya

tidak mempunyai uang yang cukup untuk biaya perawatan ayahnya. Keluarga

berinisiatif untuk menggunakan kartu miskin (askeskin). Saat pasien melengkapi

persyaratan-persyaratan (kelengkapan surat) pihak RSUD tersebut menyatakan bahwa

surat-surat tersebut banyak yang tidak berlaku lagi. Mendengar peryataan tersebut,

keluarga sangat kecewa, putus asa, akhirnya pasien dan ibunya pulang untuk

melengkapi kembali surat-surat untuk perawatan ayahnya. Saat pulang dari rumah

sakit, pasien mulai terlihat murung dan tidak bernafsu makan ( hanya makan sedikit) .

Saudara-saudaranya yang lain kemudian mengurus kelengkapan surat-surat untuk

perawatan ayah pasien di RS dan ayah pasien akhirnya dirawat di RSUD. Kemudian

pasien ditugaskan oleh saudara-saudaranya untuk menjaga ayah pasien yang sedang

dirawat di RS karena saudara-saudaranya yang lain sibuk bekerja begitu juga dengan

ibu pasien sibuk mencari uang dengan merias pengantin diberbagai tempat.

1

Selama menjaga ayahnya yang dirawat di Rumah sakit, pasien mulai tidak

minum obat oleh dokter Psikiatri RSJ Cisarua. Keluarga juga tidak membawa pasien

untuk kontrol ulang ke poliklinik psikiari. Pasien selama dua bulan itu benar-benar

kurang diperhatikan oleh keluarganya. Selama menjaga ayahnya dirumah sakit, pasien

sering kurang tidur, nafsu makan pasien juga semakin kurang. Setelah ayah pasien

membaik, ayah pasien diperbolehkan pulang. Dirumah pasien juga disibukkan untuk

mengurus ayahnya yang dalam proses pemulihan, sedangkan anggota keluarga yang

lain sibuk dengan urusan masing-masing. Hal ini menyebabkan pasien menjadi merasa

tertekan tetapi pasien tidak pernah mengeluh kepada ibu dan saudara-saudaranya.

Dua minggu sebelum pasien dirawat dirumah sakit, keadaan pasien semakin

buruk, pasien mulai sering murung, jarang bicara dan sering menangis, pasien juga

jarang mau makan, sehari kadang hanya 3 sendok saja makannya. Malam hari pasien

juga sering terbangun dan tidak tidur hingga dini hari. Pasien juga mengatakan kepada

ibunya bahwa ia mudah lelah. Dua hari sebelum dirawat di rumah sakit, kondisi pasien

semakin lemah, keluarga pasien membawa pasien ke RSHS dan dirawat.

Riwayat Penyakit Terdahulu :

Pasien mula-mula mengalami perubahan perilaku dan emosi sejak menikah

dengan suaminya pada tahun 2002. Pasien menjadi sering marah-marah kepada

suaminya karena suaminya melarangnya bekerja, saat suami bekerja, pasien dirumah

sering menghidupkan “tape” dengan volume keras, menyayi dan menari-nari sendiri

tanpa menutup pintu rumah sehingga menjadi tontonan tetangga. Sebelumnya pasien

sering cekcok dengan suaminya yang baru satu bulan menikahinya yang sudah berani

memukulinya karena pasien dinilai suaminya tidak dapat menyusuaikan diri dengan

keluarga dari pihak suami pasien. Jika dimarahi oleh suaminya pasien terkadang

hanya diam, menangis dan jarang cerita kepada keluarganya. Kemudian suaminya

menceraikan pasien. Sejak itu pasien sering menagis, diam, dan menyendiri, pasien

dibawa berobat kedukun, dan tidak mengalami perubahan. Karena tidak sembuh-

sembuh, keluarga membawa pasien pulang ke Cirebon dan disana pasien kembali

dibawa ke dukun tetapi pasien tetap tidak mengalami perubahan malahan bertambah

buruk, foto-foto pernikahan dan foto suaminya disobek-sobek, uang yang diberikan

2

oleh mantan suaminya untuk persediaan berobat dibagi-bagikan kepada tetangga dan

anak-anak sekitar rumah orang tuanya dan setelah satu tahun berobat ke dukun,

tetangga disekitar rumah pasien menyarankan kepada keluarga agar pasien dibawa ke

RSJ Grogol karena kakak laki-laki pasien yang tertua tingal dijakarta. Pasien dirawat

disana selama 1 bulan dan pulang dengan perbaikan.

Setelah pulang ke Cirebon, pasien dapat hidup normal, bekerja membantu

orangtua mengerjakan pekerjaan rumah tangga, rajin kontrol ke RSUD Cirebon (ke

Psikiater) diberi obat beberapa macam diantaranya bewarna orage dan putih. Tahun

2004 pasien kembali mengalami perubahan prilaku dan emosi tanpa sebab yang jelas,

oleh keluarga pasien dibawa ke RSJ Riau dan dirawat. Sejak itu pasien sering dirawat

di RSJ Riau sampai tiga kali dari tahun 2004-2007. Tahun 2007 sampai awal tahun

2009 pasien hidup normal seperti biasa dan tinggal dirumah orangtuanya, mengerjakan

pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci pakaian dan berbelanja untuk

keperluan dapur dan pasien tetap kontrol teratur ke RSUD Cireon. Tahun 2009 pasien

kambuh lagi tanpa sebab yang jelas, keluarga membawa pasien berobat ke RSJ Riau

dirawat selama satu bulan, pulang dengan perbaikan.dapat melakukan aktifitas seperti

biasa.

D. Riwayat Medis dan Psikiatris yang Lain

1. Gangguan Mental atau Emosi

Riwayat gangguan mental dan emosi sejak tahun 2002

2. Gangguan Psikosomatis

Gangguan psikosomatis tidak ada

3. Kondisi Medik

Riwayat penyakit fisik, penyalahgunaan zat da obat-obatan tidak ada

4. Riwaayat Trauma

Tidak ada trauma fisik

5. Gangguan Neurologi

Riwayat trauma kepala, sakit kepala hebat, kesulitan bicara, kelemahan anggota

tubuh, kejang, dan kehilangan kesadaran disangkal

3

Riwayat Keluarga

Penderita dibesarkan dalam lingkungan sosio-kultur Sunda

Status sosial ekonomi cukup, lingkungan kehidupan beragama Islam,

merupakan anak ke dua dari enam bersaudara.

Ayah bekerja sebagai seorang kepala desa dan pada saat pasien umur 17

tahun (saat kelas 2 SMA) ayahnya tidak lagi menjabat sebagai kepala

desa. Sejak itu keadaan ekonomi keluarga pasien menjadi sangat kurang,

ibu pasien yang dulunya bekerja sebagai ibu rumah tangga sekarang harus

bekerja sebagai pengrias penganten untuk menambah ekonomi keluarga.

Penderita dibesarkan oleh kedua orang tua kandung, tidak ada hubungan

darah antara ayah dan ibu. Hubungan pasien dengan saudara-saudaranya

kurang dekat.

Sifat ayah pemarah dan tegas, ibu sabar, penyayang dan hubungan kedua

orangtua baik.

Penderita mempunyai sifat pendiam

Penyakit keturunan dalam keluarga ada, kakak dari kakek pasien.

Struktur keluarga yang tinggal serumah saat pasien berusia 10 tahun

No Nama L/P Usia Hubungan Sifat

1

2

3

4

5

6

Tn.E

Ny.T

Tn.H

Ny.E

Tn.Y

Tn.Y

P

L

L

P

L

L

39 thn

31 thn

12 thn

10 thn

9 thn

8 thn

Ayah kandung

Ibu kandung

Kakak kandung

Pasien

Kakak kandung

Kakak kandung

Pemarah, tegas

Sabar dan penyayang

Periang, suka bargaul

Pendiam, cendrung tertutup

Pendiam

Pendiam

4

Struktur keluarga yang tinggal serumah saat ini

No Nama L/P Usia Hubungan Sifat

1

2.

3.

Tn.E

Ny.T

E

P

P

P

64 thn

56 thn

35 thn

Ayah kandung

Ibu kandung

Pasien

Agak pendiam, bijaksana

Ceria, penyayang, paling dekat dengan

pasien

Pendiam, tertutup

GENOGRAM

Keterangan :

Laki-laki,meninggal

Laki-laki, gangguan jiwa, meninggal

Laki-laki

Perempuan, meninggal

Perempuan

pasien

5

D. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat prenatal dan perinatal

Tidak ada masalah kesehatan pada ibu selama mengandung dan melahirkan.

Pasien dikandung selama 9 bulan, lahir spontan dibantu oleh bidan dengan berat

badan lahir 2700 gram. Pasien tidak memiliki kelainan fisik. Pasien merupakan

anak yang diharapkan.

2. Masa kanak-kanak awal ( kelahiran sampai usia 3 tahun )

Pasien mendapat ASI sampai usia 8 bulan dan dilanjutkan dengan PASI. Pasien

disusui dalam posisi digendong dan sampai tertidur. Saat menyusui, ibu berbaring

dan terkadang melakukan aktivitas lain. Pertumbuhan dan perkembangan pasien

sama dengan anak lainnya. Toilet training diajarkan oleh ibu tanpa paksaan. Tidak

ada gejala-gejala gangguan perilaku. Pasien merupakan anak yang pendiam, dan

pemalu, lebih banyak bermain di rumah dengan kakak dan adinya dibanding

dengan teman-teman seusianya.

3. Masa kanak-kanak menengah ( usia 3 – 11 tahun )

Kesehatan pasien baik, pertumbuhan dan perkembangan seperti anak lainnya.

pasien merupakan anak yang pendiam dan kurang bergaul dengan temannya.

Pasien mulai sekolah umur 7 tahun masuk SD dan pergi ke sekolah diantar oleh

ibu, tidak ada tanda-tanda cemas perpisahan. Prestasi selama sekolah baik, sering

mendapat juara dikelas dan tidak pernah ada masalah dengan guru maupun teman-

temannya. Di rumah pasien merasa diperlakukan berbeda dengan saudaranya yang

lain, pasien merasa sering dimarahi, kurang dipehatikan dan menganggap

orangtuanya tidak sayang pada pasien dari pada saudaranya yang lain.

4. Masa Masa kanak-kanak akhir (pubertas hingga remaja)

Setelah lulus SD, pasien melanjutkan ke SMP, pasien merupakan anak yang ceria

dan banyak teman. Tamat SMP, pasien melanjukan pendidikan ke SMA, saat kelas

2 SMA ayah pasien berhenti bekerja sebagai kepala desa. Sejak itu keadaan

ekonomi keluarga pasien menjadi sangat kurang dan pasien mulai sering rendah

diri, namun masih dapat berintraksi dengan teman-teman sekolahnya, dan pasien

masih dapat menyelesaikan pendidikan SMAnya dengan prestasi yang cukup

6

lumayan tetapi pasien tidak dapat melanjudkan pendidikannya keperguruan tinggi

karena orangtua tidak mampu.

5. Masa dewasa

a. Riwayat Pekerjaan

Setelah tamat SMA pasien diatar oleh ayahnya ke Jakarta untuk melamar

pekerjaan dan pasien mendapat pekerjaan, bekerja sebagai “states” disalah

satu perusahaan elektronik. Karena merasa sangat lelah akhirnya pasien

berhenti bekerja dan mengangur selama 1 bulan. Setelah menganggur,

pasien mendapat pekerjaan kembali sebagai “states” di supermarket

ternama dan bekerja selama 4 tahun. berhenti bekerja karena di PHK

perusaahan dimana perusahaan tempat pasien bekerja bangrut. Kemudian

pasien berusaha mencari pekerjaan dan pasien bekerja di salon kecantikan

dan berhenti bekerja setelah menikah karena pasien tidak diperbolehkan

lagi bekerja oleh suaminya. Selama bekerja di Jakarta, pasien hanya

berintraksi dengan orang dilingkungan kerjanya saja karena pulang bekerja

sudah larut malam. Pasien kadang-kadang pulang ke Cirebon saat hari libur

atau cuti, sekali-kali pasien berintraksi dengan teman tempat kamar

kontrakannya.

b. Riwayat Perkawinan

Pasien menikah pada saat umur 24 tahun dengan pria pilihannya setelah

berpacaran selama 3 bulan. Pasien menikah dengan pria yang sebelumnya

berpacaran dengan sahabatnya. Kebahagiaan hanya dirasakan pasien selama

2 bulan saja, setelah itu pasien mulai sering cekcok dengan suaminya

karena dia sering dihina oleh suaminya tersebut. Pasien juga dilarang

bekerja oleh suaminya dengan alasan suaminya masih mampu

menafkahinya. Keluarga pasien juga sering merendahkan pasien dengan

kata-kata kasar seperti kata-kata orang miskin, kelas bawah, tidak punya

adat dan lain-lain. Pada tahun 2004 suami pasien pergi dari rumah setelah

pasien mengalami perubahan prilaku dan emosi dan dirawat dirumah sakit

jiwa.

7

c. Riwayat Pendidikan

Setelah tamat SMA, pasien tidak dapat melanjudkan pendidikan

keperguruan tinggi karena kondisi ekonomi keluarga pasien yang sangat

kurang.

d. Kehidupan beragama pasien cukup baik dan dalam kehidupannya pasien

kurang taat beragama.

e. Riwayat militer, urusan dengan polisi, pengadilan atau penjara

Tidak mempunyai pengalaman militer, berurusan dengan polisi maupun

pengadilan.

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

A. 11 Mei 2010 pukul 07.30 WIB (hari perawatan kedua)

B. Gambaran Umum

1. Penampilan : perawakan sedang, kurus, cara berpakaian tidak rapi, kebersihan

diri kurang, kondisi fisik terlihat lemas, roman muka murung.

2. Perilaku terhadap pemeriksa : tidak kooperatif, kontak mata dengan pemeriksa

kurang, pasien lebih sering menunduk.

3. Karakteristik bicara : pasien tidak mau bicara.

4. Tingkah laku dan aktivitas motorik : hipoaktif , duduk dengan posisi

infus terpasang, menyendiri dan menarik diri dari pasien lainnya.

C. Emosi : sulit dinilai

D. Persepsi

1. Ilusi : sulit dinilai

2. Halusinasi : sulit dinilai

E. Pikiran

1. Bentuk pikiran : kesan autistik

2. Jalan pikiran : sulit dinilai

3. Isi pikiran : sulit dinilai

Sensori dan Kognisi

8

1. Kesadaran : Compos Mentis

2. Orientasi tempat-waktu-orang : sulit dinilai

3. Memori : sulit dinilai

4. Konsentrasi dan perhatian : sulit dinilai

5. Berpikir abstrak : sulit dinilai

6. Intelegensi : sulit dinilai

F. Penilaian : sulit dinilai

G. Wawasan terhadap penyakit : sulit dinilai

31 Mei 2010 pukul 07.30 WIB (hari perawatan ke 23)

Gambaran Umum

1. Penampilan : perawakan sedang, kurus, cara berpakaian cukup rapi,

kebersihan diri cukup, kondisi fisik terlihat masih lemas, roman muka murung,

sudah mau diajak bicara tapi lebih banyak diam dan termenung

2. Perilaku terhadap pemeriksa : cukup kooperatif, kontak mata dengan

pemeriksa cukup dan kadang menundukkan kepala, namun perhatian pasien

masih dapat focus pada pewawancara

3. Karakteristik bicara : pasien cukup bicara tetapi suara yang agak lemah.

Jawaban yang diberikan pasien sesuai dengan yang ditanyakan oleh

sipemeriksa. Kemampuan berbahasa pasien baik, pasien berbicara spontan

4. Tingkah laku dan aktivitas motorik : pasien lebih banyak diam, duduk

dengan tenang dan tidak melakukan aktifitas motorik selama wawancara.

Mood dan Afek

Mod : sedih

Afek :depresif

Persepsi

1. Ilusi : disangkal

2. Halusinasi dengar :pasien mendengar suara-suara yang mengatakan bahwa

semua kejadian ini adalah karena kesalahan pasien,

memerintahkan pasien untuk berubah sehingga

membuat pasien menjadi tidak nyaman.

9

Pikiran

1. Bentuk pikiran : Autistik

2. Proses pikiran : Jawaban sesuai dengan pertanyaan, koheren, penyampaian

gagasan agak tersendat-sendat, produktifitas kurang,

dalam keseluruhan pembicaraan tidak terdapat assosiasi

longgar. Proses berpikir lambat.

3. Isi pikiran : waham dosa (+)

Pasien yakin bahwa semua kejadian yang dialaminya

akibat kesalahan dan dosa-dosanya.

Wawancara diagnostik psikiatrik tambahan dilakukan pada tanggal 31 Mei 2010

(hari ke 22) karena kontak ada, rapport sudah cukup adekuat.

- Pengukuran Derajat Depresi (HDRS) : 44 (depresi berat )

- Pengukuran Derajat Kecemasan (HARS) : 36 (kecemasan berat )

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT (10 Mei 2010)

A. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : sakit sedang

Kesadaran : kompos mentis

Gizi : kurang

Tekanan darah : 95/70 mmhg

Nadi : 76x/menit

Respirasi : 16x/menit

Suhu : afebris

Kulit : turgor kurang

Kepala : tidak ada deformitas

Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tak ikterik, pupil bulat

isokor, refleks cahaya +/+

Mulut : mukosa bibir kering.

Leher : JVP tidak meningkat, KGB tidak teraba

Toraks : bentuk dan pergerakan simetris

Jantung : bunyi jantung murni, regular, mur-mur (-)

10

Pulmo : sonor, VBS kanan = kiri

Abdomen : datar, lembut, bising usus (+), turgor kurang

Hepar : tidak teraba

Lien : tidak teraba

Ekstremitas : tidak ada kelainan

B. Pemeriksaan laboratorium :

Tanggal 11/05/2010

Haemoglobi : 13,8 g/dL MCV :89,5FL

Leukosit : 7.000/mm3 MCH :30,9 Pq

Trombosit : 258.000/mm3 MCHC : 34,9%

Hematokrit : 40 % SGOT : 55 U/L 37 0C

Glukosa sewaktu : 79 mg/dL SGPT : 141 U/L 37 0 C

Eritrosit :4,67 Jt/UL Kreatinin : 0,8mg/dl

Na : 147 MEq/L K :3,8 MEq/L

Ca : 4,57MEq/L

Tanggal 13/05/2010

SGOT : 38 U/L 37 0C

SGPT : 59 U/L 37 0 C

N : 141 MEq/L

K :3,3 MEq/L

Tanggal 17/05/2010

Haemoglobin : 11,2 g/dL MCV :88,9FL

Leukosit : 6100/mm3 MCH :30,4

Pq

Trombosit : 268.000/mm3 MCHC : 31,4%

Hematokrit : 33 % SGOT : 38 U/L 37 0C

Glukosa sewaktu : 126 mg/dL SGPT : 59 U/L 37 0 C

Eritrosit :3,69 jt/UL Kreatinin : 0,6mg/dl

Na : 141 MEq/L K :3,3 MEq/L

Ca : 4,67MEq/L

11

Pasien dikonsul ke IPD tanggal 11/5/2010 dan dilakukan Follou up

pada tanggal : 12/5/2010, 13/5/2010, dan 17/5/2010

Dengan diagnose kerja : Hipotensi e.c dehidrasi sedang

Terapi dari IPD : - Diet 1500 kkal

Protein 1 gr/gbb,

Cairan Via NGT 6x250cc

IVFD larutan 2A 3000cc/24 jam

Curcuma 3x1 tab/NGT

Monitor intake dan output cairan / 24 jam

IV. RINGKASAN PENEMUAN

A. Pemeriksaan Status Mental

Keadaan umum : Tenang

Kesadaran : kompos mentis

Roman muka : murung

Kontak/Rapport : ada / cukup adekuat

Orientasi T.W.O : baik

Pikiran

Bentuk : autistik

Jalan : koheren, proses pikir labat dan tersendat-sendat

Isi : Waham dosa (+)

Perhatian : cukup

Persepsi

Ilusi : disangkal

Halusinasi dengar : (+)

Tingkah laku/bicara : hipoaktif /Kurang spontan, kurang lancar.

Emosi : Mood sedih dan Afek depresif

Dekorum : Cukup

Insight of illness : Tilikan derajat IV

12

Pengukuran Derajat Depresi (HDRS) : 44 ( depresi berat )

Pengukuran Derajat Kecemasan (HARS) : 36 (kecemasan sedang )

V. DIANOSIS MULTIAKSIAL

Aksis I : F.31.5 Ganguan afektif bipolar episode kini depresi berat dengan

gejala psikotik

DD : F.20.2 Skizoprenia katatonik

F32.3 Episode depresi berat dengan gejala psikotik

Aksis II : Tidak ada diagnosis

Aksis III : Hipotensi ec dehidrasi sedang

Aksis IV : Masalah dengan primary support group (keluarga) dan masalah pekerjaan

Aksis V : GAF Scale 1 tahun terakhir 70 – 61

GAF Scale saat masuk RS 30 – 21

VI. PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad fungsionam : dubia ad malam

VII. FORMULASI PSIKODINAMIKA

Pasien adalah seorang perempuan berusia 35 tahun, anak kedua dari 7

bersaudara, suku Sunda, agama islam, sudah menikah dan bercerai. Yang dikandung

cukup bulan, tidak ada masalah kesehatan selama ibu mengandung dan melahirkan.

Pada saat bayi, pasien mendapat ASI sampai usia 8 bulan. Pasien disusui

sampai tertidur dalam posisi digendong, sambil menggendong ibu terkadang

melakukan aktifitas lain. Kadang-kadang pasien terbangun pada malam hari sambil

menangis, hal ini dapat menunjukkan tidak tercapainya relaksasi setelah menyusui

karena pasien terbangun. Hal ini dapat menyebabkan pasien kurang terpuaskan pada

fase ini sehingga dapat anak menjadi pendiam, dingin dan menarik diri.

13

Saat pasien berusia 8 tahun pasien pernah mencuri uang ibunya sejak itu

pasien sering dimarahi dan beberapa kali dipukul akibat perbuatannya sejak itu

pasien menjadi pendiam dan takut terhadap ayahnya (mm represi).

Umur 18 tahun pasien diatar oleh ayahnya ke Jakarta untuk melamar pekerjaan

dan pasien mendapat pekerjaan dan bekerja sebagai “states” disalah satu perusahaan

elektronik. Karena merasa sangat lelah akhirnya pasien berhenti bekerja selama 1

bulan. Setelah menganggur, pasien mendapat pekerjaan kembali sebagai “states” di

supermarket ternama dan bekerja selama 4 tahun dan berhenti bekerja karena di PHK

perusaahan karena bangrut (object loss). Kemudian pasien berusaha mencari pekerjaan

dan pasien bekerja di salon kecantikan dan pasien disuruh berhenti bekerja oleh

suaminya setelah menikah. Pasien menikah dengan pria yang sebelumnya berpacaran

dengan sahabatnya. Kebahagiaan hanya dirasakan pasien selama 2 bulan saja, setelah

itu pasien mulai sering cekcok dengan suaminya karena dia sering dihina oleh

suaminya tersebut. Pasien juga dilarang bekerja oleh suaminya dengan alasan

suaminya masih mampu menafkahinya sedangkan pasien masih ingin bekerja.

Keluarga pasien juga sering merendahkan pasien dengan kata-kata kasar seperti kata-

kata orang miskin, kelas bawah, tidak punya adat dan lain-lain. Pada tahun 2004 pasien

cerai dengan suaminya (object loss). Kekecewaan yang bertubi-tubi membuat ego

pasien runtuh dan mekanisme mental pasien tidak dapat berjalan dengan baik sehinga

pasien merasa dalam penderitaan yang berat dan berkepanjangan. Mental mekanisme

yang selama ini digunakan untuk bertahan, kini tidak efektif lagi sehingga menghantar

penderita jatuh dalam ganguan jiwa.

14

VIII.  RENCANA TERAPI MENYELURUH

1. Umum

- Perhatikan higiene pribadi

- Awasi kemungkinan adanya perilaku membahaya diri sendiri dan orang lain.

2. Farmakologi : - Risperidon 2x2 mg

- Flouxetin 10 mg

- B.complek 3x1 tab

3. Non farmakologik

- Edukasi Penderita

Pengobatan penderita gangguan bipolar melibatkan edukasi penderita awal dan

lanjutan. Tujuan edukasi harus diarahkan tidak hanya langsung pada penderita,

namun juga melalui keluarga dan sistem disekitarnya. Pertama, penjelasan

biologis tentang penyakit harus jelas dan benar. Hal ini mengurangi perasaan

bersalah dan mempromosikan pengobatan yang adekuat. Kedua, memberi

informasi tentang bagaimana cara memonitor penyakit terkait apresiasi tanda

awal, pemunculan kembali, dan gejala. Pengenalan terhadap adanya perubahan

memudahkan langkah-langkah pencegahan yang baik. Kelompok pengobatan

yang adekuat tinggal suatu bagian yang penting dari perawatan dan edukasi.

Edukasi juga harus memperhatikan bahaya dari stresor. Membantu identifikasi

individu dan bekerja dengan stresor yang ada menyediakan aspek kritis

penderita dan kewaspadaan keluarga.

- Edukasi keluarga

Memberikan penjelasan kepada keluarga tentang penyakit yang dialami pasien

agar keluarga mengerti dan memahami sehingga keluarga dapat mengerti

tentang kondisi yang dialami pasien, menerangkan kepada keluarga tentang

keadaan penyakit pasien, berobat secara teratur dan memberikan penjelasan

pada keluarga jika terdapat perubahan perilaku atau perburukan gejala dari

pasien, agar keluarga segera membawa berobat. Selain itu tujuannya untuk

memahami masalah yang disajikan oleh pasien. membangun dan memelihara

15

sekumpulan orang yang peduli. Hal ini merupakan satu dari banyak alasan bagi

para praktisi setuju dengan ambivalensi penderita tentang pengobatan. Seiring

perjalanan waktu, kekuatan sekumpulan orang yang peduli membantu

mempertahnkan gejala penderita dalam keadaan minimum dan membantu

penderita tinggal dan diterima di masyarakat. Dukungan kelompok bagi

penderita dan keluarga memiliki arti penting yang sangat luar biasa.

- Aktivitas

Penderita dengan fase depresi harus didukung untuk melakukan

olahraga/aktivitas fisik. Jadwal aktivitas fisik yang reguler harus dibuat. Baik

aktivitas fisik dan jadwal yang reguler merupakan kunci untuk bertahan dari

penyakit ini.

IX. PEMBAHASAN

1. Gangguan afektif bipolar

Gangguan bipolar atau Manic-Depressive Illness (MDI) merupakan

salah satu gangguan jiwa tersering yang berat dan persisten. Gangguan bipolar

ditandai oleh suatu periode depresi yang dalam dan lama, serta dapat berubah

menjadi suatu periode yang meningkat secara cepat dan/atau dapat

menimbulkan amarah yang dikenal sebagai mania. Gejala-gejala mania

meliputi kurangnya tidur, nada suara tinggi, peningkatan libido, perilaku yang

cenderung kacau tanpa mempertimbangkan konsekuensinya, dan gangguan

pikiran berat yang mungkin/tidak termasuk psikosis. Di antara kedua periode

tersebut, penderita gangguan bipolar memasuki periode yang baik dan dapat

hidup secara produktif. Gangguan bipolar merupakan suatu gangguan yang

lama dan jangka panjang. Gangguan bipolar mendasari satu spektrum kutub

dari gangguan mood/suasana perasaan meliputi Bipolar I (BP I), Bipolar II (BP

16

II), Siklotimia (periode manic dan depresif yang bergantian/naik-turun), dan

depresi yang hebat.

2. Diagnosis

Pasien ini didiagnosis dengan Gangguan afektif bipolar karena tersifat oleh

episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat

aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek

disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain

berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Pada

pasien ini, yang khas adalah bahwa pasien mengalami penyembuhan sempurna antar

episode. Sedangkan untuk episode kini berat dengan gejala psikotik dikarenakan

pada pasien ini mengalami halusinasi pendengaran dan adanya waham dosa.

3. Psikofarmakologi

Pengobatan yang tepat tergantung pada stadium gangguan bipolar yang dialami

penderita. Pilihan obat tergantung pada gejala yang tampak, seperti gejala

psikotik, agitasi, agresi, dan gangguan tidur. Antipsikosis atipikal meningkat

penggunaannya untuk kedua hal yaitu manic akut dan mood stabilization.

Rentang yang luas dari antidepresan dan ECT digunakan untuk episode depresi

akut (contoh, depresi berat). Pada pasien ini diberikan Risperidon karena

golongan ini efektif untuk mengurangi gejala psikotik aku. Fluksetin adalah

obat golongan SSRI yang merupakan obat anti depresan pada populasi umum

dan untuk derajat depresi yang peling tepat dimulai dengan golongan SSRI.

Dosis awal fluoksetin adalah 10-20mg/hari peroral, diberikan bersamaan

dengan makanan untuk menimalkan efek samping seperti mual. Sedangkan

Vitamin B Complex sangat diperlukan untuk menjaga metabolisme tubuh,

sistem kekebalan tubuh dan saraf. Membangun sistem kekebalan tubuh dan

saraf. Baik untuk pertumbuhan masa remaja dimana asupan makanan dengan

gizi tidak seimbang.

17

X. DAFTAR PUSTAKA

1. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorders. 4th ed-text revision. Washington : American Psychiatric Association;

2000.

2. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatric : Behaviour

Sciences / Clinical Psychiatric. 10th ed. Philadelphia : Lippincott Williams &

Wilkins;2007.

3. Gabbard GO, Psychodynamic Psychiatry In Clinical Practice, 3 th ed, American

Psychiatry Publishing, 2000.

4. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis

Gangguan Jiwa di Indonesia. Ed III. Jakarta : Departemen Kesehatan RI ; 1993.

5. Schatzberg, AF, Cole, JO, DeBattista, C : Manual Clinical Psychopharmacology.

6th ed, American Psychiatry Publishing, 2007

18

LAMPIRAN 2 : FOLLOW Up

PEMERIKSAAN

Hari ke 1

(10 Mei 2010)

Hari ke 7

( 16 Mei 2010 )

Hari ke 12

( 21 Mei 2010 )

Hari ke 23

(31 Mei 2010)

Keadaan umum

Kesadaran

Roman muka

Kontak/Rapport

Orientasi T.W.O

Pikiran

bentuk

isi

Perhatian

Persepsi

Ilusi

Halusinasi

Tingkah

laku/Bicara

Emosi

Dekorum

IOI

Terapi

Sakit sedang

kompos mentis

murung

ada/tidak adekuat

sulit dinilai

kesan austistik

sulit dinilai

kurang

sulit dinilai

sulit dinilai

hipoaktif,/Mutisme

Sulit dinilai

kurang

Sulit dinilai

IVFD 2A 2500cc/hr

Diet cair 1500cc/hr via

NGT

Risperidon 2x1 mg

Sakit sedang

kompos mentis

murung

ada/tidak adekuat

sulit dinilai

kesan austistik

sulit dinilai

kurang

sulit dinilai

sulit dinilai

hipoaktif,/Mutisme

Sulit dinilai

kurang

Sulit dinilai

IVFD 2A

2500cc/hr

Diet cair 1500cc/hr

via NGT

Risperidon 2x1 mg

B.com 3x1 tab

Fluoxetin 10mg

Curcuma 3x1 tab

Sakit sedang, sudah mau makan

sendiri, minum obat harus disuap

kompos mentis

murung

ada/kurang adekuat

sulit dinilai

kesan austistik

sulit dinilai

kurang

sulit dinilai

sulit dinilai

hipoaktif,/Mutisme

Sulit dinilai

kurang

Sulit dinilai

Risperidon 2x1 mg

B.com 3x1 tab

Fluoxetin 10mg

Curcuma 3x1 tab

Tenang

kompos mentis

agak murung

ada/cukup adekuat

baik

austistik

waham dosa (+)

cukup

disangkal

Hal. dengar (+)

hipoaktif,/kurang

spontan,lemah,

relevan

Mood: sedih,

Afek: Appropiate

cukup

baik

Risperidon 2x2 mg

B.com 3x1 tab

Fluoxetin 10mg

19

Cuplikan Auto Anamnesa Pemeriksaan tanggal 31 Mei 2010, jam 7.45wibT : Selamat pagi Ibu E, perkenalkan saya dr.T, boleh bicara sebentar?J : (kepala pasien tampak agak menunduk, lesu mata melirik kedokter, menerima uluran

tangan pemeriksa)T : Siapa namanya ibu?J : E dokT : Bagaimana kabar E hari ini?J : Baik dok (menundukan wajah)T :Tadi sudah makan ibu E?J : SudahT :Pakai lauk apa?J : IkanT :Ibu tau sekarang dimana?J : Rumah sakit hasan sadikinT :Sudah berapa hari disini?J :Tiga mingguan dokT :Kalau boleh tau, kenapa ibu dibawa kemari?J :katanya saya aya depresi dok.T : Ibu depresi kenapa?J :(Diam, dan kepala agak menunduk) saya sangat berdosa dokT :berdosa kenapa ibu?J : saya tidak tahu dok, mungkin ini semua karena kesalahan saya dok T : ibu melakukan kesalahan apa?J : dulu saya pernah mencuri uang ibu saya T :lalu?J :saya sering dimarahi dan dipukul T :terus.. J :Saya juga berpacaran dengan pacar teman saya dan kami menikah. Saya sangat berdosa

terhadap teman saya dok. T :apa ibu mendengar suara-suara yang mengatakan hal tersebut? J :ia dok, saya sering mendengar suara-suara yang mengatakan saya jahat, dan menyuruh

saya untuk berubahT :Ibu mengenal suara tersebut? J :tidak dokT : selain hal tersebut, apalagi yang ibu rasakan? T : saya sering merasa lelah, capekT : Apakah jantung ibu suka berdebar-debar, disertai keringat dingin dan gemetar?J : Ada dokT : Bagaimana dengan tidur, ada masalah?J : Saya susah tidur dokT : Susahnya waktu masuk tidur atau sesudah tidur terbangun dan tidak bisa tidur lagi?J : sudahmau tidur dan sering terbangun dan tidak bisa tidur lagi dok

20

T : Apakah kalau tidur sering disertai mimpi-mimpi buruk bu?J : Ia dokT : Bisa ibu ceritakan mimpi apa?J :Saya lupa dokT :Sekarang suda bagaimana nafsu makan ibu?J: Sudah agak lumayan dokT: sudah lumayan maksudnya bagaimana?J: Saya sudah mau makan dok. T :Syukurlah kalau begitu, ibu memeng kelihatannya sudah jauh leih baikyah…J :Ia dokT :Yah sudah, Ibu boleh istrahat…., besok kita saambung lagiyah. tadi sudah makan obatkan?J : sudah dokT : Terima kasih Ibu E, saya permisi dulu. Selamat pagiJ : Ya… dok

21