Kasus 2 - CA Colon

29
KARSINOMA KOLOREKTAL Juan Rollin Manu - NIM 10.2008.017 Mahasiswa semester 6 FK UKRIDA angkatan 2008 [email protected]/ + 62 85641 090 716 BAB I PENDAHULUAN Pada zaman sekarang ini, perubahan gaya hidup perlu di kaitkan dengan masalah kesehatan yang terjadi. Salah satu masalah kesehatan yang patut diperhatikan adalah karsinoma kolorektal. Penderita dengan karsinoma kolorektal biasanya datang ke dokter dalam stadium lanjut. Hal ini disebabkan karena penderita dengan ker kolon-rektum stadium dini kebanyakan hampir tidak mempunyai keluhan. 1 Karsinoma kolorektal adalah penyebab kematian kedua terbanyak dari seluruh pasien kanker di Amerika Serikat. lebih dari 150.000 kasus baru, terdiagnosis setiap tahunnya di AS dengan angka kematian per tahun mendekati angka 60.000. Usia rata-rata pasien kolorektal adalah 67 tahun dan lebih dari 50% kematian adalah usia di atas 55 tahun. Di Indonesia, didapatkan angka yang agak berbeda. Hal yang menarik di sini adalah kecenderungan untuk umur yang lebih muda dibandingkan dengan laporan dari negara barat. Untuk usia di 1

description

Kasus 2 - CA Colon

Transcript of Kasus 2 - CA Colon

Page 1: Kasus 2 - CA Colon

KARSINOMA KOLOREKTAL

Juan Rollin Manu - NIM 10.2008.017

Mahasiswa semester 6 FK UKRIDA angkatan 2008

[email protected]/ + 62 85641 090 716

BAB I

PENDAHULUAN

Pada zaman sekarang ini, perubahan gaya hidup perlu di kaitkan dengan masalah

kesehatan yang terjadi. Salah satu masalah kesehatan yang patut diperhatikan adalah karsinoma

kolorektal. Penderita dengan karsinoma kolorektal biasanya datang ke dokter dalam stadium

lanjut. Hal ini disebabkan karena penderita dengan ker kolon-rektum stadium dini kebanyakan

hampir tidak mempunyai keluhan.1

Karsinoma kolorektal adalah penyebab kematian kedua terbanyak dari seluruh

pasien kanker di Amerika Serikat. lebih dari 150.000 kasus baru, terdiagnosis setiap

tahunnya di AS dengan angka kematian per tahun mendekati angka 60.000.

Usia rata-rata pasien kolorektal adalah 67 tahun dan lebih dari 50% kematian

adalah usia di atas 55 tahun. Di Indonesia, didapatkan angka yang agak berbeda. Hal yang

menarik di sini adalah kecenderungan untuk umur yang lebih muda dibandingkan dengan

laporan dari negara barat. Untuk usia di bawah 40 tahun data dari Bagian Patologi Anatomik

FKU1 didapatkan angka 35,265%. 2

Walaupun hingga kini telah banyak dicapai kemajuan didalam penatalalaksanaan,

namun prognosis kanker kolon-rektum stadium lanjut tetap tidak memuaskan (Cancer gov,

2003). Oleh karena itu tindakan untuk usaha deteksi dini menjadi sangat penting.

Pada makalah ini akan membahas mengenai karsinoma kolorektal mulai dari anamnesa,

pemeriksaan, etiologi, patofisiologi, epidemologi, manifestasi klinik, komplikasi,

penatalaksanaan, pencegahan, dan prognosis yang di pakai dalam menangani kasus karsinoma

kolorektal.

1

Page 2: Kasus 2 - CA Colon

BAB II

ISI

Skenario:

Seorang laki-laki usia 71 tahun datang ke klinik dengan keluhan BAB bercampur sedikit darah

sejak 3 minggu yang lalu. Darah berwarna merah segar. Tidak ada kesulitan BAB, frekuensi

BAB 1-2x/ hari. Pasien sering merasa nyeri di daerah ulu hati sehingga pasien tidak nafsu

makan. Berat badan pasien turun drastis. Pasien juga menambahkan teraba benjolan sebesar

kelereng di lipat paha kanannya. tidak ada riwayat wasir sebelumnya. Pemeriksaan fisik: TD:

120/80 mmHg, N: 80x/menit, RR: 20x/ menit, Suhu tubuh : 36,7 0 C.

1. ANAMNESA

Merupakan suatu wawancara antara pasien dengan dokter untuk mengetahui riwayat

kondisi pasien, riwayat penyakit pasien dahulu, riwayat penyakit keluarga, gejala-gejala yang

dialami pasien. Berdasarkan kasus di atas, anamnesis yang dilakukan secara auto-anamnesis

yaitu anamnesis dimana pasien yang menderita penyakit langsung menjawab pertanyaan

dokter. Anamensis mencakup identitas penderita, keluhan utama dan perjalanan penyakit.

Berdasarkian kasus, yang harus ditanyakan pada anamnesis:

Identitas mencakup :

Nama

Umur

Pekerjaan

Agama

Alamat

Pendidikan terakhir dll 3

Keluhan utama pasien

BAB bercampur sedikit darah sejak 3 minggu yang lalu dengan darah berwarna merah

segar.

Keluhan tambahan pasien

2

Page 3: Kasus 2 - CA Colon

Nyeri di daerah ulu hati sehingga tidak nafsu makan, berat badan pasien turun drastis,

dan ada benjolan teraba di lipat paha kanan pasien.

Riwayat Penyakit Terdahulu dan Perjalanan penyakit

Tidak ada riwayat wasir sebelumnya.

Pada perjalanan penyakit, perlu juga tanyakan beberapa hal berikut mengenai keluhan

pasien antara lain:

- Perubahan pola kebiasaan buang air besar baik berupa diare atau konstipasi.

- Perasaan buang air besar tidak tuntas

- Adanya darah dalam feses, bisa berwarna merah segar atau hitam.

- Bentuk feses yang lebih kecil dari biasanya

- Penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya

- Rasa tidak enak di perut atau rasa nyeri di perut (kolik, kembung, rasa penuh,buang

gas sering dan nyeri, tenesmus).

- Rasa capai yang menetap

- Muntah

- Riwayat kanker dalam keluarga

- Riwayat polip usus

- Riwayat kolitis ulserosa

- Riwayat kanker payudara/ ovarium

- Kebiasaan makan (rendah serat, banyak lemak) 1,2

2. PEMERIKSAAN

3

Page 4: Kasus 2 - CA Colon

a. Fisik

Pada pemeriksaan fisik perlu diperhatikan status gizi, anemia, adanya benjolan di

abdomen, nyeri tekan abdomen, pembesaran hati maupun kelenjar limfe. pada stadium

lanjut didapatkan tanda-tanda obstruksi maupun perforasi. pemeriksaan digital (colok

dubur) untuk mendeteksi adanya benjolan, darah dalam feses atau adanya kelainan lain. 1

b. Penunjang

Laboratorium

- Pemeriksaan feses untuk darah tersamar (occult body)

Penunjang:

CEA (Carcinoma Embryonic Antigen)

CEA sering memberi hasil positif palsu atau negatif palsu, maka CEA tidak dapat

dipakai untuk diagnosis dini, terutama pada orang yang asimtomatis.

Peranan penting dari CEA ialah bila diagnosis karsinoma kolon sudah ditegakan dan

ternyata CEA meninggi yang kemudian menurun setelah operasi. Maka CEA

penting untuk tindak lanjut. Bila kemudian hari CEA meninggi lagi maka

kemungkinan residif dan metastasis besar sekali. CEA (+) 6-10 bulan lebih dahulu

sebelum timbulnya gejala residif dan metastasis.

Radiologi

Pemeriksaan barium enema dengan menggunakan kontras ganda (double

contrast) untuk mendeteksi lesi kolon kecil.

Gambar 1: Double kontras barium enema

4

Page 5: Kasus 2 - CA Colon

di kutip dari: ( http://usebrains.wordpress.com/2008/09/14/kanker-kolorektal/ )

Kolonoskopi

Merupakan cara pemeriksaan mukosa kolon yang sangat akurat dan dapat sel

melakukan biopsi pada lesi yang mencurigakan. Pemeriksaan kolon yang lengkap dapat

mencapai › 95% pasien. Rasa tidak nyaman yang timbul sangat bergantung pada

operator. Untuk itu sedikit obat penenang intravena at membantu meskipun ada risiko

perforasi dan perdarahan, tetapi kejadian seperti ini <0,5%. Kolonoskopi dengan enema

barium, terutama untuk mendeteksi lesi kecil adenoma.

Kolonoskopi merupakan prosedur terbaik pada pasien -kirakan ada polip kolon.

Kolonoskopi mempunyai sensifitas (95%) dan spesifisitas (99%) paling tinggi

disbanding modalitas yang lain untuk mendeteksi polip adenomatosus. Di samping itu

dapat melakukan biopsi dan polipektomi untuk mengangkat polip. Secara endoskopi

sulit untuk membedakan jenis-jenis polip secara histologi, oleh karena itu biopsi dan

polipektomi penting menegakkan diagnosis secara histologi.

Evaluasi histologi

5

Page 6: Kasus 2 - CA Colon

Adenom diklasifikasikan sesuai dengan gambaran histologi yang dominan.

Yang paling sering adalah adenoma tubular (85%), adenoma tubulovilosuni (10%) dan

adenom serrata (1%). Temuan sel atipik pada adenoma dikelompokkan menjadi ringan,

sedang dan berat. Gambaran atipik berat menunjukkan adanya fokus karsinomatosus

namun belum menyentuh membran basalis. Bilamana sel ganas menembusi membran

basalis tapi tidak melewati muskularis mukosa disebut Karsinoma intra mukosa. Secara

umum, risiko displasi berat atau adenokarsinoma berhubungan dengan ukuran polip dan

dominasi jenis vilosum.

Penapisan pada pasien tanpa gejala.

Sebenarnya KKR dapat diobati bilamana terdekteksi pada stadium dini. Saat ini

usaha tersebut diarahkan untuk mendeteksi adenoma preneoplastik dan kanker dini.

Sejumlah negara sudah memulai penapisan pada masyarakat luas sebelum ada gejala.

Penapisan pada masyarakat luas dilakukan dengan beberapa cara seperti: tes darah

samar dari feses dan sigmoidoskopi. Pilihan pemeriksaan penapisan untuk masyakarat

luas meliputi:

• FOBT (Fecctl Occitlt BlooJ Test) setahun sekali

• Sigmoidoskopi fleksibel setiap 5 tahun

Rekto-sigmoidoskopi dapat dikerjakan dengan menggunakan rigid-scope yang dapat

mencapai sepanjang 25-30 cm, untuk melihat bagian bawah kolon dan rectum

kemungkinan adanya polip, tumor atau kelainan lain.

• Enema barium kontras ganda setiap 5 tahun

• Kolonoskopi setiap 10 tahun.

6

Page 7: Kasus 2 - CA Colon

- Untuk kelainan yang lebih dalam (sepanjang kolon sampai coecum), diperlukan colon

fiberscope.

- Biopsi dapat menentukan jenis tumor secara histologis. Polip-ektomi merupakan tindakan

pemotongan polip yang dapat dilaksanakan sewaktu melakukan tindakan sigmoidoskopi

maupun kolonoskopi.

Telah dibuktikan bahwa penapisan KKR dengan modalitas tersebut di atas dapat mendeteksi

kanker dini, lebih lanjut beberapa penelitian terkini membuktikan adanya peningkatan masa

harapan hidup pasien KKR.1,4,6,7

3. DIAGNOSA

a. Working Diagnosis

“Karsinoma Kolorektal”

b. Differential Diagnosis

Hemoroid

Hemoroid adalah pelebaran vena dalam pleksus hemoroidalis yang tidak merupakan

keadaan patologik. Hanya apabila ada keluhan, maka perlu suatu tindakan. hemoroid

dibedakan atas interna dan eksterna.

Gejala dan tanda yang paling sering adalah pasien mengeluh menderita hemoroid

atau “wasir” tanpa ada hubungannya dengan rectum. Nyeri yang hebat jarang terjadi pada

hemoroid interna. dan hanya timbul pada hemoroid eksterna. Perdarahan merupakan tanda

pertama hemoroid interna akibat feses yang keras. Kadang perdarahan yang berat dapat

menimbulkan anemia berat. Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang disebut

pruritus anus akibat kelembapan. Nyeri yang timbul apabila terdapat thrombosis yang luas

dengan oedem. 5

7

Page 8: Kasus 2 - CA Colon

Hematokezia.

Hematokezia diartikan darah segar yang keluar melalui anus dan merupakan

manifestasi tersering dari perdarahan saluran cerna bagian bawah. Hematokezia lazimnya

menunjukkan perdarahan kolon sebelah kiri, namun demikian perdarahan seperti ini juga

dapat berasal dari saluran cerna bagian atas, usus halus, transit darah yang cepat.

Disentri Basiler (Shigellosis)

Pada fase awal pasien mengeluh nyeri perut bawah, rasa panas rektal, diare disertai

demam yang bisa mencapai 40°C. Selanjutnya diare berkurang tetapi tinja masih

mengandung darah dan lendir, tenesmus, dan nafsu makan menurun. Pada anak-anak

mungkin didapatkan demam tinggi dengan atau tanpa kejang, delirium, nyeri kepala, kaku

kuduk, dan letargi. 2

4. ETIOLOGI

Ada beberapa faktor yang ada hubungan dengan timbulnya kanker kolo-rektal. Frekuensi lebih tinggi pada

mereka yang disebut "risiko tinggi", seperti:

* Pada 'familial polyposis". Pada keadaan ini penderita pasti akan menderita karsinoma

(100 %).

* Mereka yang menderita kolitis ulserosa selama _±_ 20 th (50%), apalagi bila diderita sejak usia

muda.

* Mereka yang telah menderita karsinoma payudara atau karsinoma ovarium (8%).

* Mereka dengan polip di kolon-rektum, terutama polip yang lebih besar dari 1 cm (20%).

* Mereka dengan ureterosigmoidostomi (8%).

* Mereka yang telah diobati untuk karsinoma kolo-rektum.

Kanker kolo-rektal juga bisa terdapat pada orang yang tidak termasuk golongan tersebut. Sekarang sudah

diketahui bahwa makanan mempunyai peranan penting. Ini dibuktikan dengan data-data epidemiologis dan

penyelidikan pada binatang percobaan. Frekuensi pada orang Eropa dan Amerika

8

Page 9: Kasus 2 - CA Colon

Lebih tinggi dari pada orang Afrika dan Asia. Makanan orang Eropa dan Amerika pada umumnya banyak

mengandung lemak dan sedikit serat. Sebaliknya makanan orang Afrika dan Asia mengandung sedikit lemak

dan banyak serat.

Lemak dalam kolo-rektal dipecahkan oleh bakteri-bakteri yang menghasilkan beberapa asam empedu, antara

lain "Deoxycholic acid" dan "Lithocholic acid" Kedua asam empedu tersebut merupakan suatu ko-karsinogen

atau promotor dalam proses karsino-genesis yang berarti membantu, mempercepat timbulnya karsinoma

Selain itu, makanan dengan sedikit serat akan lebih lama berada di saluran cerna sebelum dikeluarkan dari

badan sebagai tinja. Ini disebut "transit-time" (waktu transit) yang panjang. Dengan demikian, kontak kedua

asam empedu tersebut dengan mu kosa kolon-rektum, berlangsung lama atau rangsangan pada mukosa

berlangsung lama.

Makanan dengan banyak serat mem buat tinja lunak dan lebih volumineus, sehingga waktu transit pendek. Ini

berarti kotak zat-zat yang merangsang mukosa adalah pendek. Dan diit banyak serat juga menyerap kedua asam

empedu tersebut selain menyerap air, sehingga konsentrasi asam empedu yang dapat merangsang, menjadi

rendah. Dengan kata lain, diit banyak serat dapat melindungi dan men cegah timbulnya karsinoma atau

menguran gi kemungkinan timbulnya karsinoma.

Makanan pada masa sekarang banyak tercemar dengan zat-zat yang bersifat karsinogen, apalagi sekarang

banyak digunakan pestisida. Belum diketahui dengan pasti zat mana yang dapat menimbulkan

kar sinoma pada kolo-rektal manusia. Yang pasti bahwa makanan yang berlemak membantu karsinogenesls

dan makanan dengan banyak serat akan melindungi kolon terhadap karsinogenesis.

Ada beberapa zat yang bersifat anti-rsinogen, seperti retinol, karoten dan berapa antioksidan seperti asam

askorbat dan selenium yang dapat melindungi ter-dap kanker, termasuk karsinoma kolo-rektal. 4

9

Page 10: Kasus 2 - CA Colon

5. PATOFISIOLOGI

Kanker kolorektal timbul melalui interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan

faktor lingkungan. Faktor genetik mendominasi yang lainnya pada kasus sindrom herediter

seperti Familial Adenanatoms Polyposis (FAP) dan Heredi tary Nonpolyposis Coiorectal

Cancer ( HNPC). Kanker kolorektal yang sporadic muncul setelah melewati rentang masa yang

lebih panjang sebagai akibat faktor lingkungan yang menimbulkan perubahan genetik yang

berkembang menjadi kanker. Kedua jenis kanker kolorektal (herediter vs sporadis) tidak muncul

secara mendadak melainkan melalui proses yang dapat diidentifikasikan pada mukosa kolon

(seperti: displasia adenoma)

Pengaruh Lingkungan

Sejumlah bukti menunjukkan bahwa lingkungan berperan penting pada kejadian kanker

kolorektal. Risiko mendapat kanker kolorektal meningkat pada masyarakat yang bermigrasi dari

wilayah dengan insiden kanker kolorektal yang rendah ke wilayah yang insidennya tinggi. Hal

ini menambah bukti bahwa lingkungan sentrum perbedaan pola makanan berpengaruh pada

karsinogenesis.

Beberapa faktor lingkungan yang berperan pada proses karsinogenesis dapat dilihat pada:

Tabel 1. Faktor Lingkungan yang Berperan pada Karsinogenesis kolorektal

1. Probably related

- Konsumsi diet lemak tinggi

- Konsumsi diet lemak rendah

2. Possibly related

- Karsinogen dan mutagen

- Heterocyclic amines

- Hasil metabolism bakteri

- Hasil metabolism bakteri

- Bir dan konsumsi alcohol

- Diet rendah selenium

3. Probably protektif

10

Page 11: Kasus 2 - CA Colon

- Konsumsi serat tinggi ( wheat brean, cellulose, lignin)

- Diet kalsium

- Aspirin dan OAINS

- Aktifitas fisik

4. Possibly protektif

- Sayuran hijau dan kuning

- Makanan dengan karoten tinggi

- Vitamin C dan E

- Selenium

- Asam folat

5. Cyclooxygenase-2 (COX-2) inhibitor

6. Hormon Replacement Terapy

Sumber: (Abdullah Murdani. Tumor Kolorektal. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Ilmu penyakit dalam. Edisi 5. Jilid 1. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2009. hal : 567-75)

Kandungan dari makronutrien dan mikronutrien berhubungan dengan kanker kolorektal.

Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa lemak hewani, terutama dari sumber daging merah,

berpengaruh pada kejadian kanker kolorektal. Penelitian pada binatang yang diberikan diet

lemak tinggi meningkatkan proliferasi kolonosit dan pembentukan tumor.

Transformasi sel tampaknya melalui peningkatan konsentrasi empedu dalam kolon dan

ini telah diketahui sebagai promotor kanker lagipula pada masyarakat dengan konsumsi serat

rendah disertai dengan insiden kanker kolon yang tinggi. Keseringan minum alkohol

meningkatkan 2 sampai 3 kali lipat kejadian kanker kolon. Sebaliknya masyarakat yang

mengkonsumsi ikan laut memiliki insiden kanker kolorektal yang rendah. Diet folat tinggi

berhubungan dengan risiko mendapat kanker kolorektal yang lebih rendah. Meskipun anti-

oksidan seperti vitamin A, E dan C dianggap dapat menurunkan risiko kanker, namun sebuah

penelitian prospektif gagal membuktikan penurunan insiden polip pada kelompok yang

mendapat suplemen vitamin tersebut.

Faktor Genetik

11

Page 12: Kasus 2 - CA Colon

Banyak kelainan genetik yang dikaitkan keganasan kolorektal di antaranya sindroma

poliposis. Namun demikian sindroma poliposis hanya terhitung <1% dari semua kanker

kolorektal. Selain itu terdapat Hereditäry Non-polyposis Colorectal Cancer ( atau Sindroma

Lynch) terhitung 2-3>% dari kolorektal. KKR terjadi sebagai akibat dari kerusakan genetik pada

lokus yang mengontrol pertumbuhan sel. Perubahan dari kolonosit normal menjadi adenomatosa

dan akhirnya karsinoma kolon melibatkan sejumlah mutasi yang mempercepat pertumbuhan sel.

Terdapat dua mekanisme yang menimbulkan in genom dan berujung pada kanker kolorektal

yakni 1). Instabilitas kromosom (Cromosamal instability atau CIN); 2). Instabilitas mikrosatelit

(micrsatellite instability atau MIN).

Umumnya asal kanker kolon melalui mekan yang melibatkan penyebaran material

genetik berimbang kepada sel anak sehingga timbulnya ai Instabilitas mikrosatelit (MIN)

disebabkan oleh l aktivitas perbaikan ketidakcocokan atau mismai (MMR) dan merupakan

mekanisme terbentukn; padaHNPCC.

6. EPIDEMOLOGI

Secara epidemiologis, karsinoma kolorektal di dunia mencapai urutan ke-4 dalam hal

kejadian, dengan jumlah pasien laki-laki sedikit lebih banyak pada perempuan dengan

perbandingan 19,4 dan 15,3 per 100.000 penduduk.

Penyakit tersebut paling banyak ditemukan di Amerika Utara, Australia, Selandia Baru

dan sebagian Eropa. Kejadiannya beragam di diantara berbagai populasi etnik, ras atau populasi

multietnik/multi rasial. Secara umum didapatkan kejadian kanker kolorektal meningkat tajam

setelah usia 50 tahun. Suatu fenomena yang dikaitkan dengan pajanan adap berbagai karsinogen

dan gaya hidup.

Di AS umumnya rata-rata pasien kanker kolorektal adalah berusia 67 tahun dan lebih dari

50% kematian terjadi pada mereka yang berumur di atas 55 tahun.

Di Indonesia, seperti yang terdapat pada laporan registrasi kanker nasional yang

dikeluarkan oleh Direktorat Pelayanan Medik Departmen Kesehatan bekerja sama dengan

Perhimpunan Patologi Anatomik Indonesia, didapatkan angka yang agak berbeda. Hal yang

menarik di sini adalah kecenderungan untuk umur yang lebih muda dibandingkan dengan

12

Page 13: Kasus 2 - CA Colon

laporan dari negara barat. Untuk usia di bawah 40 tahun data dari Bagian Patologi Anatomik

FKU1 didapatkan angka 35,265%.

Gambar2: Grafik perbandingan kasus tumor di Indonesia antara laki-laki dan perempuan

Dikutip dari : ( http://usebrains.wordpress.com/2008/09/14/kanker-kolorektal/ )

7. MANIFESTASI KLINIK

Kebanyakan kasus Karsinoma Kolorectal didiagnosis pada usia sekitar 50 tahun dan

umumnya sudah memasuki stadium lanjut sehingga prognosis juga buruk. Keluhan yang paling

sering dirasakan pasien di antaranya: perubahan pola buang air besar, perdarahan per anus

(hematokezia dan konstipasi).

Karsinoma Kolorectal umumnya berkembang lamban, keluhan dan tanda-tanda fisik

timbul sebagai bagian dari komplikasi seperti obstruksi. Pendarahan invasi lokal kakheksia.

13

Page 14: Kasus 2 - CA Colon

Obstruksi kolon biasanya terjadi di kolon transversum. Kolon descenden dan kolon sigmoid

karena ukuran lumennya lebih kecil daripada bagian kolon yang lebih proksimal.

Obstruksi parsial awalnya ditandai dengan nyeri abdomen. Namun bila obstruksi total terjadi

akan menyebabkan nausea, muntah, distensi dan obstipasi.

Karsinoma Kolorectal dapat berdarah sebagai bagian dari tumor yang rapuh dan

mengalami ulserasi. Meskipun perdarahan umunnya tersamar namun hematochesia timbul pada

sebagian kasus. Tumor yang terletak lebih distal umumnya disertai hematozia atau darah tumor

dalam feses tetapi tumor yang proksimal sering disertai dengan anemia defesiensi besi.

Invasi lokal dari tumor menimbulkan tenesmus, hemamria, infeksi saluran kemih

berulang dan obstruksi uretra. Abdomen akut dapat terjadi bilamana tumor tersebut menimbukan

perforasi. Kadang timbul fistula antara kolon dengan lambung atau usus halus. Asites maligna

dapat terjadi akibat invasi tumor ke lapisan serosa dan sebaran ke peritoneal. Metastasis jauh ke

hati dapat menimbulkan nyeri perut, ikterus dan hipertensi portal. 2

8. PENATALAKSANAAN

8.1 Non Medika Mentosa

Terapi kanker kolorektal meliputi:

8. 1.1 Pembedahan:

Pembedahan merupakan cara paling utama untuk kanker kolorektal. Jenis

pembedahan yang dilakukan tergantung letak tumor dan stadium tumor.

- Eksisi lokal.

Untuk kanker yang ditemukan dalam stadium sangat dini; bila kanker berbentuk

polip, disebut polipektomi.

- Reseksi.

Bisa berupa kolektomi (membuang tumor beserta jaringan sehat disekitarnya),

yang kemudian dilakukan anastomosis untuk menyambung kedua ujung yang

terpotong. Selain itu juga dilakukan pengangkatan kelenjar limfe sekitar kolon

untuk dilakukan pemeriksaan histologik.

14

Page 15: Kasus 2 - CA Colon

- Reseksi dan kolostomi.

Tindakan ini dilakukan bila kedua ujung usus yang terpotong tidak dapat

disambung kembali, sehingga perlu dibuat suatu stroma. Kadang-kadang kolostomi

diperlukan hingga usus bagian bawah sembuh (bersifat sementara), tetapi bisa juga

bersifat menetap.

8. 1.2 Kemoterapi

Kemoterapi untuk pengobatan kanker kolorektal bisa besifat adjuvan. suatu pengobatan

yang diberikan setelah pengobatan utama (pembedahan) yang bertujuan meningkatkan

kemungkinan untuk sembuh (Gerard JP, 1993).

Kemoterapi juga bersifat paliatif (meningkatkan kualitas hidup, meskipun tidak merubah

perjalanan penyakit). Kemoterapi adjuvan diberikan pada penderita kanker kolorektal

Dukes B2 yang disertai risiko tinggi, Dukes ( ' dan D. Beberapa jenis kemoterapi untuk

kanker kolorektal:

• Kombinasi 5-fluorouracyl (5-FU) dan Leucovorin (de Gramont A, 2000)

• Irinotecan (CPT-11) (Tai CJ, 2003; Kerr D, 2002)

• Capecitabin (Twelves C, 2002; Rothenberg ML, 2002)

• Oxaliplatin (Wein A, 2003; Moehler M, 2002)

• Tomudex (Cunningham D, 1998)

8. 1.3 Radioterapi

Radioterapi bisa diberikan baik preoperasi (sebagai neoadjuvan), maupun pasca operasi

(adjuvan) guna menurunkan angka kekambuhan lokal dari kanker rektum. Kombinasi 5-

FU dan radioterapi pada kanker rektum dengan risiko tinggi (Dukes B2, B3, C) bersifat

sinergistik, dalam arti mencegah kekambuhan lokal, yang selanjutnya akan menurunkan

kekambuhan sistemik serta perbaikan survival secara keseluruhan.

15

Page 16: Kasus 2 - CA Colon

8. 1.4 Terapi Biologik:

Terapi biologik bertujuan untuk menstimulasi atau memperbaiki kemampuan sistem

imun. 1, 2, 5

8. 2 Medika Mentosa

Obat Antiinflamatori Nonsteroid (OAIN) termasuk aspirin dianggap berhubungan

penurunan mortalitas Karsinoma Kolorektal. Beberapa 0A1N seperti sulindac dan

Celecoxib telah terbukti secara efektif menurunkan insidens berulangnya adenoma pada

pasien dengan FAP (Familial Adenomatous polyposis). Data epidemiologi menunjukkan

adanya penurunan kanker dikalangan pemakai OAIN namun bukti yang mendukung

manfaat pemberian aspirin dan OAIN lainnya untuk mencegah KKR sporadik masih

lemah. 2

9. KOMPLIKASI

Komplikasi terjadi sehubungan dengan bertambahnya pertumbuhan pada lokasi tumor

atau melelui penyebaran metastase yang termasuk :

- Perforasi usus besar yang disebabkan peritonitis

- Pembentukan abses

- Pembentukan fistula pada urinari bladder atau vagina

Biasanya tumor menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang menyebabkan

pendarahan.Tumor tumbuh kedalam usus besar dan secara berangsur-angsur membantu

usus besar dan pada akhirnya tidak bisa sama sekali. Perluasan tumor melebihi perut dan

mungkin menekan pada organ yang berada disekitanya ( Uterus, urinary bladder,dan ureter )

dan penyebab gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker. 7

16

Page 17: Kasus 2 - CA Colon

10. PREVENTIF

- Diet dan pola hidup. studi epidemologik, studi eksperimental pada binatang, dan studi

klinik menunjukkan bahwa diet tinggi lemak, protein, kalori, alcohol, daging baik merah

maupun putih, serta makanan rendah kalsium atau folat meningkatkan kejadian kanker

kolorektal.

- Penggunaan obat anti-inflamasi non steroid seperti piroksikam, aspirin dapat mencegah

pembentukan adenoma atau dapat mengecilkan polip (adenoma) pada poliposis

adenomatosa familial.

- Merokok dapat meningkatkan tendensi tumbuhnya adenoma dan kanker kolorektal

- Tindakan untuk membuang polip kolon (polipektomi) dapat menurunkan resiko kanker

kolorektal. 1

11. PROGNOSIS

Prognosis dari pasien Karsinoma kolo-rectal berhubungan dengan dalamnya penetrasi

tumor ke dinding kolon, keterlibatan KGB regional atau metastasis jauh. Metode klasifikasi TNH

dalam hal ini, T menunjukkan kedalaman penetrasi tumor, N menandakan keterlibatan kelenjar

getah bening, dan M ada tidaknya metastasis jauh.

Lesi superficial yang tidak mencapai lapisan muskularis atau KGB dianggap sebagai

stadium A (T,N0M0), tumor yang merasuk lebih dalam namun tidak menyebar ke KGB

dikelompokkan sebagai stadium B1 (T2N0M0). Bila tumor terbatas sampai lapisan muskularis

disebut stadium B2 (T3N0M0). Bila tumor menginfiltasi serosa dan KGB di stadium C (TxNxM0),

dan bila terdapat anak sebar di paru, atau tulang mempertegas stadium D (TxNxM1). Bila status

metastasis belum dapat dipastikan maka menentukan stadium. Oleh karena itu pemeriksaan

mikroskop terhadap spesimen bedah sangat penting dalam menentukan stadium.

17

Page 18: Kasus 2 - CA Colon

Tabel 2: Stadium dan Prognosis Karsinoma Kolorektal

Stadium Deskripsi

Histopatologis

Bertahan

5 tahun (%)Dukes TNM Derajat

A T1N0M0 I Kanker terbatas

pada mukosa/

submukosa

› 90

B1 T2N0M0 I Kanker mencapai

muskularis

85

B2 T3N0M0 II Kanker

cenderung masuk

atau melewati

lapisan serosa

70-80

C TxN1M0 III Tumor

melibatkan

kelenjar regional

35-65

D TxNxM1 IV Metastasis 5

Sumber: ( Abdullah Murdani. Tumor Kolorektal. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Ilmu penyakit dalam. Edisi 5. Jilid 1. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2009. hal : 567-75)

Prognosis dari karsinoma kolorektal tergantung dari stadium dan deteksi dini dari gejala dan

tanda klinis karsinoma kolorektal. Semakin cepat di deteksi stadiumnya, semakin baik

prognosisnya.

18

Page 19: Kasus 2 - CA Colon

BAB III

PENUTUP

Karsinoma kolorektal adalah penyebab kematian kedua terbanyak dari

seluruh pasien kanker di amerika serikat. Lebih dari 150.000 kasus baru,

terdiagnosis setiap tahunnya di as dengan angka kematian per tahun mendekati

angka 60.000.

Pada awal pasien datang dilakukan pemeriksaan antara lain fisik dan penunjang berupa

pemeriksaan laboratorium, cea (carcinoma embryonic antigen), radiologi, kolonoskopi, evaluasi

histology.

Kanker kolorektal timbul melalui interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan

faktor lingkungan. Faktor genetik mendominasi yang lainnya pada kasus sindrom herediter

seperti familial adenanatoms polyposis (FAP) dan heredi tary nonpolyposis coiorectal cancer

( HNPC). Kanker kolorektal yang sporadic muncul setelah melewati rentang masa yang lebih

panjang sebagai akibat faktor lingkungan yang menimbulkan perubahan genetik yang

berkembang menjadi kanker. Kedua jenis kanker kolorektal (herediter vs sporadis) tidak muncul

secara mendadak melainkan melalui proses yang dapat diidentifikasikan pada mukosa kolon

(seperti: displasia adenoma)

Diagnosis sebagai pembanding bisa dipikrkan pasien mengalami hemoroid, hematokezia

atau disentri basiler (shigellosis).

Penatalaksanaan antara lain non medika mentosa yaitu dengan pembedahan, kemoterapi,

radioterapi, terapi biologik. Medika mentosa yang dipakai yaitu obat antiinflamatori nonsteroid

(oain) termasuk aspirin dianggap berhubungan penurunan mortalitas karsinoma kolorektal.

Beberapa 0a1n seperti sulindac dan celecoxib.

Prognosis dari karsinoma kolorektal tergantung dari stadium dan deteksi dini dari gejala

dan tanda klinis karsinoma kolorektal. Semakin cepat di deteksi stadiumnya, semakin baik

prognosisnya.

19

Page 20: Kasus 2 - CA Colon

DAFTAR PUSTAKA

1. Suharti C. Karsinoma Kolorektal. In: Martono Hadi, Pranaka Kiris. Buku ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). edisi ke-4. Jakarta: Balai penerbit FKUI; 2009. hal: 577-82

2. Abdullah Murdani. Tumor Kolorektal. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Ilmu penyakit dalam. Edisi 5. Jilid 1. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2009. hal : 567-75

3. Kurnia Yasavati, et all. Buku Panduan Keterampilan Medik (Skill Lab). Jakarta: FK

UKRIDA; 2010.h. 52-4

4. Simadibrata R. Karsinoma kolorektal. In: Sulaiman Ali, Daldiyono, Nurul Akbar, Rani Aziz. Gastroenterologi Hepatologi. Jakarta: CV Sagung Seto; 1997. hal: 228-33

5. Jong, Wim De, R. Sjamsuhidayat.. Hemoroid. Dalam: usus halus, apendiks, kolon, dan

rectum. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC ; 2005. h: 672-3

6. Karsinoma kolorektal. di unduh dari:

http://usebrains.wordpress.com/2008/09/14/kanker-kolorektal/

25 April 2011

7. Kanker kolon. di unduh dari:

http://www.scribd.com/doc/8343664/KANKER-KOLON

26 April 2011

20