KASTRATIMES X FMEI -...

18
KASTRATIMES X FMEI Analisis Sektor Pendidikan dalam Rangka Mengatasi Middle-Income Trap di Indonesia DEPARTEMEN KAJIAN DAN AKSI STRATEGIS Oleh : Jonathan Farez BERSINERGI RIANG RIANG BERSINERGI KABINET

Transcript of KASTRATIMES X FMEI -...

KASTRATIMES X FMEIAnalisis Sektor Pendidikan dalam Rangka Mengatasi Middle-Income Trapdi Indonesia

DEPARTEMENKAJIAN DAN AKSI STRATEGIS

Oleh : Jonathan Farez

BERSINERGIRIANG RIANG BERSINERGI

KABINET

Analisis Sektor Pendidikan dalam Rangka

Mengatasi Middle-Income Trap di Indonesia

“Education is the great engine of personal development.” – Nelson Mandela

EXECUTIVE SUMMARY

World Bank (2019) mengklasifikasikan negara berdasarkan tingkat

Gross National Income (GNI) per kapita yang dihitung berdasarkan

Atlas Method untuk mengetahui kinerja perekonomian suatu negara.

Pada tahun 2017, Indonesia memperoleh tingkat GNI per kapita

sebesar US$3,540 sehingga masih berkedudukan sebagai middle-

income economies (World Bank, 2018). Dalam upaya menghindari

middle-income trap, Indonesia harus mengoptimalisasi sektor industri

pemanufakturan. Optimalisasi dapat dilaksanakan apabila sumber

daya manusia di Indonesia memiliki kompetensi yang layak.

Sayangnya, perubahan s truktur kehidupan mengakibatkan

kemampuan tenaga kerja yang dibutuhkan industri juga mengalami

perubahan. Oleh karena itu, reformasi sistem pendidikan yang mampu

memenuhi permintaan industri juga harus dilaksanakan. Kementerian

Perindustrian RI berusaha menjawabnya melalui strategi Making

Indonesia 4.0

01

Pendahuluan

World Bank (2019) mengklasifikasikan negara berdasarkan tingkat

Gross National Income (GNI) per kapita yang dihitung berdasarkan Atlas

Method untuk mengetahui kinerja perekonomian suatu negara. Negara-

negara tersebut terdiri atas negara-negara berpenghasilan rendah (low-

income countries) dengan GNI per kapita kurang atau sama dengan US$995

pada tahun 2017; Negara-negara berpenghasilan menengah (middle-

income countries) dengan GNI per kapita antara US$996 hingga

US$12.055 pada tahun 2017, serta; Negara-negara berpenghasilan tinggi

(high-income countries) dengan GNI per kapita sama dengan US$12.056

atau lebih pada tahun 2017. Penggunaan Atlas Method dalam perhitungan

GNI per kapita dimaksudkan untuk mengurangi dampak dari fluktuasi

pasar dalam membandingkan pendapatan nasional antar negara. Pada tahun 2017, Indonesia memperoleh tingkat GNI per kapita

sebesar US$3,540 (World Bank, 2018). Belasan tahun setelah terlepas dari

jeratan low-income economies, jebakan negara berpenghasilan menengah

(middle-income trap) membayangi Indonesia. Dalam rentang tahun 2014-

2016, tingkat pertumbuhan GNI per kapita mengalami kontraksi.

Walaupun pada tahun 2017 tingkat pertumbuhan GNI per kapita kembali

mengalami pertumbuhan, Indonesia diperkirakan akan membutuhkan

waktu yang relatif lama agar mampu menjadi negara berpendapatan tinggi.

Ekonom INDEF, Bhima Yudhistira (2018) memprediksi Indonesia dapat

keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah pada tahun 2042.

Menurut Bhima, kuncinya adalah optimalisasi sektor industri

pemanufakturan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada tahun 2018,

kontribusi sektor industri non migas mencapai 17,63% dari produk

domestik bruto (PDB) dan menyerap sebesar 14,1% dari total orang yang

bekerja. Perdagangan juga berkontribusi relatif cukup besar, yaitu 13,11%

dan disertai penyerapan tenaga kerja sebesar 18,5%. Di sisi lain, pertanian,

kehutanan, dan perikanan berkontribusi sebesar 10,88% dari PDB 2018 dan

memperoleh dukungan tenaga kerja sebesar 30,5%.

02

Walaupun kontribusi orang yang bekerja pada sektor pertanian,

kehutanan, dan perikanan lebih besar dibandingkan lapangan kerja lainnya,

porsi nilai tambah yang diberikan terhadap Produk Domestik Bruto relatif

kecil. Terlebih lagi, persentase orang yang bekerja di sektor ini kian

mengalami penyusutan setiap tahunnya. Melalui pengoptimalan kualitas

serta kuantitas tenaga kerja pada sektor industri pemanufakturan dan

peluang kontribusi pada perekonomian nasional, Indonesia dapat

mempercepat akselerasi ekonomi. Dalam studi ini, fokus pengoptimalan

kemampuan tenaga kerja akan ditekankan pada aspek pendidikan sebagai

upaya pembangunan human capital di Indonesia.

Sumber : Diolah dari Data World Bank (2018)

03

The Indonesian GNI per Capita and Rate of Growth in GNI per Capita

GNI per Capita (Atlas Method)

Rate of Growth in GNI per CapitaLinear (GNI per Capita (Atlas Method))

Linear (Rate of Growth in GNI per Capita)

4000350030002500200015001000500

0 GN

I p

er

Ca

pit

a in

US

$

60%

40%

20%

0%

-20%

-40%

Ra

te o

f G

row

th in

GN

I p

er

Ca

pit

a

1969

1971

1973

1975

1977

1979

1981

1983

1985

1987

1989

1991

1993

1995

1997

1999

2001

2003

2005

2007

2009

2011

2013

2015

2017

Tahun

Turunnya tingkat produktivitas sering disebut sebagai alasan suatu

negara terjebak sebagai negara berpenghasilan menengah. Berdasarkan

studi Eichengreen et al (2011), perlambatan tingkat pertumbuhan output

dapat dijelaskan sebesar 85% oleh perlambatan tingkat pertumbuhan

produktivitas input. Di sisi lain, terdapat Middle-Income Trap dapat terjadi

akibat turunnya Marginal Returns to Investment pada physical capital,

sesuai yang dikemukakan pada Model Pertumbuhan Neoklasik Solow.

04

Sumber: Diolah dari BPS (2019)

40%

35%

30%

25%

20%

15%

10%

5%

0%

Per

sent

ase

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018Tahun

Proporsi Orang Berumur 15 Tahun yang Bekerja MenurutDelapan Lapangan Kerja Utama di Indonesia Tahun 2011-2018

Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

Industri Pengolahan

Konstruksi

Perdagangan Besar dan Eceran; Reaparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor

Transportasi dan Pergudangan

Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Jasa Pendidikan

Terjebaknya Negara Berkembang Sebagai Middle-Income Economies dan PeluangBonus Demografi di Indonesia

Eichengreen et al (2011) juga

menyebutkan pola te r jebaknya

negara berkembang dalam Middle-

Income Trap . Pada tahap awal,

emerging countries (negara-negara

berkembang) dapat berkompetisi

d e n g a n n e g a r a l a i n , y a i t u

m e m a k s i m i s a s i k a p a s i t a s

produksinya melalui peluang Labor-

Intensive Industry (Industri Padat

Karya). Negara-negara berkembang

mengalami masalah pertumbuhan

populasi yang relatif tinggi. Hal ini

berimplikasi pada supply tenaga kerja

y a n g m e l i m p a h . D i s i s i l a i n ,

dukungan teknologi yang diimpor

dari developed countries mampu

mendorong akse le ras i indus t r i

s eh ingga ou tpu t da r i keg ia t an

produksi mengalami peningkatan.

Pertumbuhan output didasarkan atas

Dual-Sector Model yang diilhami

oleh Arthur Lewis melalui “Economic

D e v e l o p m e n t w i t h U n l i m i t e d

Supplies of Labor” pada tahun 1954.

Pe r tumbuhan kuan t i t a s ou tpu t

ber impl ikas i pada peningkatan

produktivitas karena realokasi tenaga

kerja melalui peningkatan upah dari

d e s a ( s e k t o r p e r t a n i a n ) y a n g

mengalami surplus ke kota (sektor

industri atau jasa). Namun, studi

Einchengreen et al (2011) juga

menemukan bahwa saat negara

mencapa i l eve l midd le - income

economies, produktivitas cenderung

mengalami penurunan. Di sisi lain,

para tenaga kerja akan menuntut

kenaikan gaji sehingga terdapat

g o l o n g a n t e n a g a k e r j a y a n g

dirugikan. Akibatnya, negara yang

menjalankan industri padat karya ini

akan menjadi kurang efisien dan tidak

kompetitif-Terutama saat negara-

nega ra be rpenghas i l an r endah

l a i n n y a m e m u l a i p e m b e n a h a n

perekonomian dan memulai siklus

yang sama. Berdasarkan laporan Bank

Dunia mengenai Doing Business

2019, populasi penduduk di Indonesia

p a d a t a h u n 2 0 1 8 m e n c a p a i

263.991.379 orang. Besarnya tingkat

populasi penduduk di Indonesia

d i iku t i dengan penurunan la ju

pertumbuhan penduduk empat puluh

tahun terakhir. Dikutip dari data

Badan Pusat Statistik Indonesia

(2017), jumlah penduduk Indonesia

tumbuh rata-rata 1,36% tiap tahunnya

pada rentang tahun 2010-2016. Laju

pertumbuhan penduduk di Indonesia

mengalami penurunan dibandingkan

rentang tahun 1990-2010 yang rata-

rata tumbuh sebesar 1,49%. Hal ini

berimplikasi pada pertumbuhan

jumlah penduduk Indonesia yang kian

tahun dapat dikontrol.

05

Di sisi lain, Berdasarkan data BPS (2014), tingkat urbanisasi

diproyeksi terus mengalami peningkatan dalam lima belas tahun

mendatang. Proyeksi peningkatan tingkat urbanisasi dapat menjadi

dioptimalkan apabila kualitas sumber daya manusia dan kuantitas lapangan

kerja saling melengkapi satu dengan yang lain. Dengan didukung kuantitas

penduduk berusia kerja (usia 15 hingga 64 tahun), potensi pembangunan

human capital yang lebih berkualitas dapat dilaksanakan. Hal ini juga

didukung fakta bahwa Indonesia mampu memperoleh demographic

dividend (bonus demografi) pada tahun 2030. Namun, “bonus” ini akan

menjadi jebakan apabila tingkat produktivitas di Indonesia tidak segera

dibenahi. Pemanfaatan bonus demografi dengan tepat akan menjadikan

Indonesia sebagai High-Income Economies pada masa mendatang.

Sumber: Diolah dari data BPS (2017)

06

2.50

2.00

1.50

1.00

0.50

0.00

Laju Pertumbuhan Penduduk IndonesiaTahun 1971-2016

1971-1980 1980-1990 1990-2000 2000-2010 2010-2016

2.31 1.98 1.49 1.49 1.36

Per

sen

tase

Persentase

Tahun

Sumber: Diolah dari BPS (2014)

Sumber: Diolah dari BPS (2014)

07

Persentase Penduduk Daerah Perkotaan di Indonesia, 2010-2035

2010 2015 2020 2025 2030

49.8 53.3 56.7 60.0 63.4

Per

sen

tase

Persentase

Tahun

2035

66.6

70.0

60.0

50.0

40.0

30.0

20.0

10.0

0.0

Bonus Demografi di Indonesia

Kom

pos

isi P

end

ud

uk

Ber

das

arka

n U

sia

(%)

80706050403020100

51.0

50.0

49.0

48.0

47.0

46.0

45.02010 2015 2020 2025 2030 2035

Penduduk Berusia 0-14 Tahun (%)

Penduduk Berusia 15-64 Tahun (%)

Penduduk Berusia 65 Tahun ke atas (%)

Dependency Ratio

Tahun

Dep

end

ency

Rat

io (%

)

07

Pendidikan merupakan salah

s a t u a s p e k p e n t i n g d a l a m

pembangunan Human Capital.

Indonesia telah berkomitmen

untuk menyalurkan dua puluh

persen dari Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara (APBN)

sebagai upaya pembangunan

sektor pendidikan yang lebih baik.

Namun, berdasarkan data Neraca

Pendidikan Daerah yang dimiliki

Kemendikbud (2019), hingga

tahun 2018 berakhir, dengan

mengesampingkan dana transfer

daerah, hanya enam kabupaten dan

s a t u p r o v i n s i y a n g

menganggarkan dana pendidikan

lebih dari dua puluh persen. Pada

tingkat provinsi, Sumatera Barat

telah mengalokasikan 21,70% dari

total APBD tanpa dana transfer

daerah. Di sisi lain, Kabupaten

Ogan Komering Ilir (23,79%),

Kabupaten Pemalang (21,11%),

K a b u p a t e n B o g o r ( 2 1 % ) ,

Kabupaten Kutai Kartanegara

(20,29%), Kabupaten Bangli

( 2 0 , 2 0 % ) , d a n K a b u p a t e n

Bandung (20,05%), tanpa dana

t r a n s f e r d a e r a h , y a n g t e l a h

b e r k o m i t m e n u n t u k

menganggarakan minimal dua

p u l u h p e r s e n a n g g a r a n

pendidikan. Namun, besaran

anggaran pend id ikan be lum

mampu menjamin keberhasilan

pendidikan.

08

Kondisi Pendidikan di Indonesia

Berdasarkan laporan The Global Competitiveness Report yang dirilis

oleh World Economic Forum (WEF) (2018), Terdapat dua sub-indikator

dari indikator skills yang perlu digarisbawahi oleh Indonesia, yaitu ‘mean

years of schooling’ dan ‘school life expectancy’. Keduanya mencatatkan

peringkat yang relatif buruk dibandingkan sub-indikator lainnya, yaitu

berturut-turut pada peringkat 94 (7,5 tahun untuk mean years of schooling)

dan 85 (12,8 tahun untuk school life expectancy) dari 140 negara. Di

samping itu, berdasarkan data United Nations Development Programme

(2018), Indonesia juga memiliki peringkat yang relatif buruk. Indonesia

berada pada peringkat 113 (8,0 tahun) untuk indikator mean years of

schooling, sedangkan untuk indikator expected years of schooling,

Indonesia berada pada peringkat 106 (12,8 tahun). Berdasarkan dua

indikator tersebut, UNDP membentuk Education Index. Sejak tahun 1990,

apabila dikomparasikan dengan negara tetangga, yaitu Malaysia dan

Singapura, pembangunan sektor pendidikan di Indonesia masih tergolong

rendah.

09

Sumber: Kementerian Keuangan RI (2019)

Angka partisipasi pendidikan di Indonesia juga menjadi masalah

yang dapat mengurangi produktivitas negara. Dalam hal ini, data

difokuskan pada Angka Partisipasi Kasar (APK). Pada Sistem Informasi

Rujukan Statistik (SiRuSa), APK didefinisikan sebagai proporsi anak

sekolah pada suatu jenjang pendidikan terhadap penduduk pada kelompok

usia tertentu. Penggunaan APK bertujuan untuk mengetahui tingkat

partisipasi penduduk pada suatu tingkat pendidikan, tanpa memperhatikan

umurnya. Berdasarkan data BPS (2017), semakin tinggi tingkat

pendidikan, maka tingkat APK pada pendidikan formal akan terus

berkurang. Namun, hal yang harus digarisbawahi adalah partisipasi pada

perguruan tinggi di Indonesia. Pada Juni 2018, dalam sebuah kunjungan ke

Semarang, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Mohamad

Nasir, menjelaskan bahwa penyebab rendahnya APK diakibatkan

perguruan tinggi berbasis vokasi di Indonesia masih menjadi minoritas. Di

sisi lain, Dr Haji Mohd Zamri bin Haji Sabli, selaku direktur pusat

SEAMEO VOCTECH, menjelaskan bahwa Technical and Vocational

Education and Training (TVET) memiliki peran penting dalam

pembangunan keberlanjutan dan memenuhi kebutuhan revolusi industri

Sumber: Diolah dari UNDP (2018)

10

Singapore Malaysia

Education Index, 1990-2017

Ed

uca

tion

Ind

ex

0.90.80.70.60.50.40.30.20.1

0

Indonesia

Tahun

1990

1991

1992

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

200

020

01

200

220

0320

04

200

520

06

2007

200

820

09

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

gelombang keempat . Swiss , berdasarkan laporan The Global

Competitiveness 2018 oleh WEF, sebagai negara dengan kualitas

pendidikan berbasis vokasi terbaik di dunia dan salah satu negara dengan

perekonomian terbaik di Eropa. Indonesia berada pada peringkat ke-34.

Reformasi pendidikan pada era industry 4.0 dikenal dengan

sebutan education 4.0. Basis dari Education 4.0 merupakan

innovation-producing education. Digitalisasi layanan pendidikan

berperan penting dalam proses pembelajaran. Harkins (2008)

menegaskan pelajar pada era digitalisasi juga perlu melakukan

pengembangan ilmu pengetahuan. Model pembelajaran berbasis

vokasi dan teknis mampu mendukung pengembangan ilmu

pengetahuan. Oleh karena itu, anggaran Research and Development

Sumber: Diolah dari data BPS, 2017

11

120.00100.0080.0060.0040.0020.000.00

Pers

enta

se

2008Tahun

Angka Partisipasi Kasar IndonesiaTahun 2008-2017

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI

Angka Partisipasi Kasar (APK) SM/MA

Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs

Angka Partisipasi Kasar (APK) PT

Strategi Indonesia dalam Mencapai

High-Income Economies

(Litbang) di suatu negara sangat diperlukan dalam upaya percepatan

inovasi. Di Indonesia, anggaran penelitian dan pengembangan hanya

sebesar 0,1% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Padahal, dana litbang

mampu mendorong kapabilitas berinovasi di Indonesia yang saat ini berada

pada peringkat 68 dari 140 negara berdasarkan The Global Competitiveness

Report 2018. Dengan kualitas lembaga riset yang relatif bai (peringkat 57

dari 140 negara), litbang di Indonesia sangatlah potensial. Pemenuhan skills yang dibutuhkan lapangan kerja juga menjadi fokus

dalam education 4.0. Menurut Puncreobutr (2016), keterampilan yang

perlu dimiliki dalam menghadapi revolusi industri gelombang keempat

adalah kepemimpinan, kolaboratif, kreatif, literasi digital, komunikasi

efektif, kecerdasan emosional, kewirausahaan, kesadaran menjadi bagian

dari masyarakat dunia, penyelesaian masalah, dan kemampuan untuk

bekerja sama. Di sisi lain, World Bank (2019) pada World Development

Report 2019 menjelaskan bahwa automasi mengakibatkan bentuk kerja dan

kebutuhan lapangan kerja akan kemampuan tenaga kerja mengalami

perubahan. Saat ini, demand tenaga kerja yang kemampuan kognitif

(pemikiran yang kritis serta pemecahan masalah) dan kemampuan

sociobehavioral (rasa ingin tahu serta kreatif) mengalami peningkatan.

Begitu juga dengan orang-orang yang mampu beradaptasi dengan cepat.

Namun, demand untuk tenaga kerja yang hanya memiliki satu spesialisasi

saja mengalami penurunan. Dalam memperoleh berbagai keterampilan

pada era revolusi industri gelombang keempat, Fisk (2017) menyebutkan

berbagai model pendidikan yang diusung Education 4.0 untuk memenuhi

kebutuhan tenaga kerja, yaitu project-based learning hands-on learning;

pembelajaran yang tak mengenal tempat dan waktu; interpretasi data

melalui teori yang diperoleh; penilaian berdasarkan proses; pembelajaran

yang diinginkan oleh pelajar; keikutsertaan pelajar dalam menyampaikan

pendapat mengenai kurikulum; pembelajaran individu, ser ta ;

keikutsertaan instruktur sebagai fasilitator pembelajaran.

12

U p a y a I n d o n e s i a u n t u k

menjadi negara berpenghasilan

t inggi sebelum sera tus tahun

Indonesia merdeka dapat dilakukan

dengan memanfaa tkan bonus

demografi yang saat ini Indonesia

jalani disertai pemanfaatan era

education 4.0 . Pengoptimalan

akselerasi kinerja sektor industri

pengolahan menjadi kuncinya.

Peluang ini dapat diperoleh melalui

p r o g r a m p e n d i d i k a n v o k a s i

i n d u s t r i . K e m e n t e r i a n

p e r i n d u s t r i a n ( k e m e n p e r i n )

mene rapkan s t r a t eg i Mak ing

Indonesia 4.0 yang ditujukan untuk

m e r e v i t a l i s a s i i n d u s t r i

pemanufakturan agar produktivitas

t e n a g a k e r j a m e n g a l a m i

peningkatan. Tujuan utama dari

strategi Making Indonesia 4.0

adalah agar Indonesia menjadi

bagian dari sepuluh negara dengan

perekonomian terbesar di dunia.

Salah Satu prioritas yang ingin

dilaksanakan adalah pembangunan

sumber daya manusia Indonesia.

Mela lu i pe laksanaan Mak ing

Indonesia 4.0, Indonesia berencana

u n t u k m e r o m b a k k u r i k u l u m

pendidikan dengan berfokus pada

STEAM (Science, Technology,

E n g i n e e r i n g , t h e A r t s ,

Mathematics). Perombakan ini

diupayakan sebagai langkah untuk

m e n y e l a r a s k a n k u r i k u l u m

p e n d i d i k a n n a s i o n a l d e n g a n

k e b u t u h a n i n d u s t r i d i m a s a

mendatang. Apabila tenaga kerja

yang ditawarkan memiliki skill

yang sesuai dengan kebutuhan

industri, maka tenaga kerja yang

diserap akan lebih kompeten. Dalam pelaksanaan strategi

Making Indonesia 4.0, kemenperin

telah melaksanakan pendidikan

vokasi berbasis kompetensi dengan

dual system atau Dual Vocational

Education and Training yang

menempatkan pengajaran melalui

m a g a n g d i p e r u s a h a a n d a n

pendidikan vokasi di sekolah

vokasi. Menurut Duta Besar Swiss

untuk Indonesia, Yvonne Baumann

pada tahun 2017, sistem ganda

tersebut sangatlah krusial bagi

performa ekonomi Swiss. Kerja

sama Indonesia dengan Swiss di

bidang pendidikan vokasi ini

d i l a k s a n a k a n d i b e b e r a p a

politeknik yang menghasilkan

produk makanan, mebel , dan

logam.

13

Di sisi lain, kemenperin telah melakukan program link and match antara

unit pendidikan vokasi dan industri agar tenaga kerja dapat segera terserap

yang telah menjangkau pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Kemenperin

juga telah mendirikan akademi komunitas dan politeknik industri. Bagi

penyandang disabilitas, kemenperin dan kemensos telah merealisasikan

penyelenggaraan program pelatihan industri berbasis kompetensi dengan

sistem 3 in 1 (Pelatihan, Sertifikasi, dan Penempatan Kerja). Penerapan

kebijakan ini akan meningkatkan tingkat partisipasi pendidikan.

Pemanfaatan pembelajaran dengan pendekatan education 4.0 sehingga

menghasilkan sumber daya manusia dengan kemampuan kognitif,

sociobehavioral, dan adaptif menjadi langkah yang tepat dalam

meningkatkan produktivitas masyarakat. Kenaikan produktivitas akan

berimplikasi pada menguatnya kontribusi industri pemanufakturan,

apabila tujuan Indonesia adalah membangun sektor industri pengolahan.

Lalu, Indonesia menjadi salah satu negara dengan perekonomian terbesar

di dunia tidaklah menjadi isapan jempol belaka.

14

Indonesia memiliki peluang yang besar dalam mengatasi Middle-

Income Trap apabila mampu meningkatkan produktivitas negara. Sektor

industri pemanufakturan dapat menjadi kartu trump dengan value added

yang relatif besar bagi perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, kunci

dalam membangun sektor industri pemanufakturan adalah meningkatkan

kualitas sumber daya manusia, terutama melalui reformasi pendidikan.

Pemanfaatan Education 4.0 sebagai pijakan utama dan fondasi dari

kebutuhan industri akan tenaga kerja diproyeksi mampu mempertemukan

supply tenaga kerja dengan kemampuan kognitif, sociobehavioral dan

adaptif yang saat ini dibutuhkan industri. Strategi Making Indonesia 4.0

yang diprakarsai Kementerian Perindustrian RI menjadi tolok ukur dalam

menjawab keseriusan Indonesia dalam membangun perekonomian yang

kokoh.

Kesimpulan

Agénor, R., Canuto, O., and Jelenic M. (2012) Avoiding Middle-Income Growth Trap. Tersedia di: http://documents.worldbank.org/curated/en/422121468155111398/Avoi ding-middle-income-growth-traps [Diakses 1 Maret 2019]. Antara 2018. ‘Indonesia, Switzerland develop vocational education’, Antara, 20 Maret. Tersedia di: https://en.antaranews.com/news/115054/indonesia-switzerland- develop-vocational-education [Diakses 13 Maret 2019].

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2013) Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035. Tersedia di: https://www.bps.go.id/publication/2013/10/07/053d25bed2e4d62aab3 46ec/proyeksi-penduduk-indonesia-2010-2035.html [Diakses 9 Maret 2019].

Badan Pusat Statistik. (2014) Dependency Ratio menurut Provinsi, 2010- 2035, Himpunan Data Elektronik, Publikasi Statistik Indonesia, Tersedia di: https://www.bps.go.id/statictable/2014/02/18/1275/dependency-ratio- menurut-provinsi-2010-2035.html [Diakses 9 Maret 2019].

__________. (2017a) Indikator Pendidikan, 1994-2017, himpunan Data elektronik, Publikasi Statistik Indonesia, Tersedia di: https://www.bps.go.id/statictable/2010/03/19/1525/indikator- pendidikan-1994-2017.html. [Diakses 12 Maret 2019]. __________. (2017b) Laju Pertumbuhan Penduduk menurut Provinsi, Himpunan Data Elektronik, Publikasi Statistik Indonesia, Tersedia di: https://www.bps.go.id/statictable/2009/02/20/1268/laju-pertumbuhan- penduduk-menurut-provinsi.html [Diakses 9 Maret 2019].

__________. (2018) Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama 1986 – 2017, Himpunan Data Elektronik, Publikasi Statistik Indonesia, Tersedia di: https://www.bps.go.id/statictable/2009/04/16/970/penduduk-15-tahun- ke-atas-yang-bekerja-menurut-lapangan-pekerjaan-utama-1986--- 2018.html [Diakses 9 Maret 2019].

15

DAFTAR PUSTAKA

__________. (2019) Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,17% [Press Release]. 6 February. Tersedia di: https://www.bps.go.id/pressrelease/2019/02/06/1619/ekonomi- indonesia-2018-tumbuh-5-17-persen.html [Diakses 6 February 2019].

__________. n.d., Angka Partisipasi Kasar (APK), Tersedia di: https://sirusa.bps.go.id/index.php?r=indikator/view&id=8 [Diakses 12 Maret 2019]. Dewo, P. (2018) ‘Indonesia harus 7% untuk keluar dari middle income trap’, Kontan, Tersedia di: https://nasional.kontan.co.id/news/ekonom- pertumbuhan-ekonomi-indonesia-harus-7-untuk-keluar-dari-middle- income-trap [Diakses 1 Maret 2019].

Fisk, P. (2017). Education 4.0 … the future of learning will be dramatically different, in school and throughout life. [online] Genius Works. Tersedia di: https://www.thegeniusworks.com/2017/01/future-education- youngeveryone-taught-together/ [Diakses 10 Januari 2019].

Gareta, S. (2019) ‘Empat strategi Kemenperin bangun SDM industri kompeten’, Antara. Tersedia di: https://www.antaranews.com/berita/809395/empat-strategi- kemenperin-bangun-sdm-industri-kompeten [Diakses 13 Maret 2019].

Norjidi, D. (2019) ‘TVET plays crucial role in meeting Industry 4.0 needs’, Borneo Bulletin, 25 Februari. Tersedia di: https://borneobulletin.com.bn/tvet-plays-crucial-role-in-meeting- industry-4-0-needs/ [Diakses 13 Maret 2019].

Pemerintah Republik Indonesia. (2018) Data Anggaran: 2018, Kementerian Pendidikan dan Budaya, Tersedia di: https://npd.kemdikbud.go.id/?appid=anggaran [Diakses 12 Maret 2019].

__________. (2019a) APBN 2019, Kementerian Keuangan, Tersedia di: https://www.kemenkeu.go.id/apbn2019 [Diakses 12 Maret 2019].

__________. (2019b) Making Indonesia 4.0, Kementerian Perindustrian, Tersedia di: www.kemenperin.go.id/download/18384 [Diakses 13 Maret 2019].

16

Puncreobutr, Vichian. (2016). Education 4.0: New Challenge of Learning. St. Theresa Journal of Humanities and Social Sciences, 2(2), pp. 92-96

Ribka, S. (2017) ‘Indonesia signs LoI with Switzerland on vocational education’, The Jakarta Post, 1 Maret. Tersedia di: https://www.thejakartapost.com/news/2017/03/01/indonesia-signs-loi- with-switzerland-on-vocational-education.html [Diakses 13 Maret 2019].

Schwab, K. (2018) The Global Competitiveness Report 2018. Tersedia di: https://www.weforum.org/reports/the-global-competitveness-report- 2018 [Diakses 8 Maret 2019].

Tarmizi, H. (2018) ‘Commentary: Are we heading toward demographic bonus or disaster?’ The Jakarta Post, 5 March. Tersedia di: https://www.thejakartapost.com/academia/2018/03/05/commentary-are- we-heading-toward-demographic-bonus-or-disaster.html [Diakses 8 Maret 2019]. World Bank (2014) Indonesia-Avoiding The Trap: development policy review 2014. Tersedia di: http://documents.worldbank.org/curated/en/936481468042895348/Indo nesia-Avoiding-the-trap-development-policy-review-2014 [Diakses 1 Maret 2019].

__________. (2018) Doing Business 2019: Training for Reform. Tersedia di: http://documents.worldbank.org/curated/en/719561541103082332/Doin gBusiness-2019-Training-for-Reform-Indonesia [Diakses 1 Maret 2019].

__________. (2019a) World Bank Country and Lending Groups, Tersedia di: https://datahelpdesk.worldbank.org/knowledgebase/articles/906519- worldbank-country-and-lending-groups [Diakses 1 Maret 2019].

__________. (2019b) World Development Reports 2019: The Changing Nature of Work. Tersedia di: http://www.worldbank.org/en/publication/wdr2019 [Diakses 3 Maret 2019].

17