Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon
-
Upload
nirmana-adhelia -
Category
Documents
-
view
25 -
download
3
Transcript of Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon
1
KONSEP REVITALISASI PERMUKIMAN DI KAWASAN TUA
KASTEEL NIEUW VICTORIA KOTA AMBON
Diane Elizabeth De Yong
NRP: 3208201830
Pembimbing : 1. Prof.Ir.Johan Silas
2. Dr.Ir.Rimadewi Suprihardjo, M.I.P
ABSTRAK
Kompleks Kasteel Nieuw Victoria merupakan kawasan bersejarah yang menjadi salah satu cikal bakal Kota Ambon. Saat ini kawasan dengan Kasteel Nieuw Victoria sebagai bangunan bersejarah, tidak didukung oleh kualitas lingkungan yang baik khususnya permukiman di sekitar Kasteel Nieuw Victoria. Perkembangan permukiman di sekitar Kasteel mengalami kemunduruan (degradasi) kualitas lingkungan dan permukiman.
Analisis data yang dilakukan dalam penenlitian ini adalah analisis faktor untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab degradasi kualitas permukiman di kawasan tua Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon, analisis deskriptif untuk mengidentifikasi potensi, permasalahan serta penyebab terjadinya degradasi kualitas permukiman pada permukiman di kawasan tua Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon melalui penilaian terhadap aspek-aspek permukiman oleh masyarakat, dan analisis triangulasi, untuk merumuskan konsep revitalisasi permukiman di kawasan tua Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan faktor-faktor penyebab degradasi adalah keterbatasan lahan permukiman, rendahnya ketersediaan sarana dan prasarana permukiman, rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, rendahnya tingkat pendapatan masyarakat, dan rendahnya partisipasi masyarakat, maka rumusan konsep revitalisasi permukiman adalah mengoptimalisasikan fungsi lahan permukiman yang ada dengan membatasi pembangunan rumah baru yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah untuk mengurangi kepadatan dengan melakukan pendekatan partisipasi masyarakat melalui penyuluhan dan pemberian insentif bantuan kepada masyarakat secara swadaya memperbaiki kondisi rumahnya sesuai dengan kemampuan dan sumberdaya yang dimiliki masyarakat di kawasan Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon.
Kata Kunci : Kasteel Nieuw Victoria, degradasi lingkungan permukiman, revitalisasi permukiman
PENDAHULUAN
Permukiman yang dibentuk pada masa kolonial Belanda merupakan potensi kawasan yang perlu
dipertahankan. Sampai saat ini permukiman tersebut masih ada, tetapi dalam kondisi yang tidak terawat
dan cenderung tidak berkembang, disebabkan oleh adanya konflik sosial yang terjadi di Kota Ambon
tahun 1999. Dalam perkembangannya era pasca konflik kawasan pemukiman di sekitar Kasteel Nieuw
Victoria berubah menjadi kawasan permukiman dengan kepadatan yang cukup tinggi. Tingkat hunian
2
menjadi lebih besar menyebabkan permukiman di kawasan Kasteel Nieuw Victoria menjadi kawasan
kumuh yang tidak terkendali pertumbuhannya dengan kondisi bangunan yang tidak tertata dengan baik.
Kasteel Nieuw Victoria tetap eksis sebagai peninggalan sejarah tidak diimbangi perkembangannya
dengan kondisi permukiman di sekitarnya yang cenderung tidak berkembang karena adanya kepadatan
penduduk, sehingga terjadi penurunan kualitas sarana dan prasana permukiman. Degradasi kualitas
permukiman yang terjadi seperti : penurunan pertumbuhan kawasan, penurunan pelayanan prasarana
(jalan lingkungan, air bersih, drainase, sanitasi, persampahan) dan penurunan pelayanan sarana (tempat
untuk berdagang). (Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Maluku, 2007)
Kondisi permukiman di kawasan Kasteel Nieuw Victoria mengalami degradasi kualitas
permukiman sehingga tidak mendukung keberadaan Kasteel Nieuw Victoria dengan potensinya sebagai
peningggalan sejarah yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan ekonomi kota. Perlu diupayakan
pengembangan permukiman, sehingga kasteel dan permukimannya sebagai peninggalan sejarah dapat
terus berkembang sesuai potensi dan fungsinya.
Dengan melihat unsur sejarah maupun potensi dari kawasan ini, maka pentingnya penelitian ini
untuk mendapatkan konsep revitalisasi permukiman di kawasan Kasteel Nieuw Victoria yang mengalami
kemunduran/degradasi agar dapat dihidupkan kembali dinamika fungsi dan potensi kawasan. Selain itu
melalui upaya revitalisasi akan dapat memajukan aspek sosial dan ekonomi masyarakatnya dengan
mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah kondisi permukiman kawasan Nieuw Victoria Kota
Ambon mengalami penurunan kualitas lingkungan permukiman sehingga mengalami kekumuhan yang
ditandai dengan ciri tingkat kepadatan dan kerapatan bangunan yang tinggi, perilaku pembuangan sampah
oleh masyarakat yang menimbulkan pencemaran lingkungan, serta rendahnya tingkat partisipasi
masyarakat dalam mengelola lingkungan. Kondisi tersebut dapat menimbulkan potensi wilayah dan
potensi masyarakat yang terdapat di dalam permukiman kawasan Nieuw Victoria Kota Ambon menjadi
kurang berkembang.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah merumuskan konsep revitalisasi permukiman
di kawasan tua Kasteel Nieuw Victoria yang mampu mengarahkan dan mengembalikan pertumbuhan
sesuai potensi dan kebutuhan masyarakat, dan sasaran yang akan akan dilakukan mengidentifikasi faktor-
faktor penyebab degradasi kualitas permukiman di kawasan tua Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon,
menentukan kriteria penanganan terhadap faktor-faktor penyebab degradasi kualitas permukiman kawasan
3
Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon, serta merumuskan konsep revitalisasi permukiman di kawasan tua
Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon.
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Uritetu, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon. Peta wilayah
penelitian terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Peta Wilayah Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan dan saran bagi Pemerintah Daerah berupa
alternatif konsep revitalisasi permukiman di sekitar Kasteel Nieuw Victoria dalam menentukan sebuah
kebijakan dan dalam melakukan perencanaan serta pengembangan kawasan di masa yang akan datang.
METODE PENELITIAN
Berdasarkan sasaran penelitian dan jenis data yang dikumpulkan diperlukan teknik analisis
sebagai berikut :
1. Analisis Faktor
Untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab degradasi kualitas permukiman di kawasan tua Kasteel
Nieuw Victoria Kota Ambon menggunakan analisis faktor. Dimana analisis faktor dipergunakan untuk
mereduksi data atau meringkas dari beberapa variabel yang banyak dan diubah menjadi sedikit variabel.
Adapun prosedur dalam melakukan analisis faktor sebagai berikut :
4
1. Memilih variabel yang layak dimasukkan dalam analisis faktor. Oleh karena analisis faktor
berupaya mengelompokkan sejumlah variabel, maka seharusnya ada korelasi yang cukup kuat
diantara variabel, sehingga akan terjadi pengelompokan. Jika sebuah variabel atau lebih
berkorelasi lemah dengan variabel lainnya, maka variabel tersebut akan dari analisis faktor.
Alat seperti MSA atau Barlett`s Test dapat digunakan untuk keperluan ini.
2. Setelah sejumlah variabel terpilih, maka dilakukan ekstraksi variabel tersebut sehingga
menjadi satu atau beberapa faktor. Beberapa metode pancarian faktor yang populer adalah
Principal Component dan Maximum Likehood.
3. Faktor yang terbentuk, pada banyak kasus, kurang menggambarkan perbedaan diantara faktor-
faktor yang ada. Faktor 1 dengan faktor 2 ternyata masih mempunyai kesamaan-kesamaan,
atau sebenarnya masih sulit dikatakan apakah isi (variabel) pada faktor 1 benar-benar layak
masuk faktor 1, ataukah mungkin dapat masuk faktor 2. Hal tersebut akan mengganggu
analisis karena justru sebuah faktor harus berbeda secara nyata dengan faktor yang lain. Jika
isi faktor masih diragukan, dapat dilakukan proses rotasi, dapat dilakukan proses rotasi untuk
memperjelas apakah faktor yang terbentuk sudah secara signifikan berbeda dengan faktor lain.
4. Setelah faktor benar-benar telah tebentuk, maka proses dilanjutkan dengan menamakan faktor
yang sudah ada.
2. Analisis Deskriptif
Analisa Deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi lingkungan permukiman dari hasil
pendataan secara kuantitatif yang didapat melalui penyebaran kuesioner. Data yang didapat akan
dikelompokkan dan dilakukan pembobotan. Hasil analisis deskriptif adalah berupa penilaian terhadap
keadaan permukiman secara kualitatif (baik, sedang, dan buruk). Untuk menilai kondisi tersebut
digunakan 2 (dua) tolak ukur yaitu tolak ukur kuantitatif dan kualitatif.
a. Tolak ukur kuantitatif diukur dengan menghitung jumlah rumah untuk masing masing indikator sesuai
dengan klasifikasi kondisi (baik, sedang, dan buruk). Dalam perhitungan secara kuantitatif ini dibuat
tabel penilaian untuk memudahkan pengelompokkan dan pembobotan.
b. Tolak ukur kualitatif, yaitu menentukan derajat kekumuhan pada permukiman. Derajat kekumuhan
yang dimaksud adalah rentan nilai untuk mengukur kondisi permukiman dalam kategori baik, sedang,
dan buruk. Dalam analisa kualitatif pengukuran yang digunakan adalah skala interval.
Menurut Riduwan (2004), skala interval adalah skala yang menunjukkan jarak satu data dengan
data yang lain dan mempunyai bobot yang sama. Proses analisa kualitatif menggunakan data penilaian
dari analisis kuantitatif dengan cara sebagai berikut :
5
a. Mencatumkan jumlah rumah yang sesuai dengan kriteria yang ada pada setiap kolomnya.
b. Mengalikan jumlah rumah dengan nilai 3 untuk kondisi yang buruk, dan nilai 2 untuk kondisi
sedang dan nilai 1 untuk kondisi baik untuk masing-masing faktor dan aspek. Nilai 3, 2, dan 1
merupakan urutan dari penilaian terhadap kondisi kekumuhan pada permukiman yang mempunyai
jarak yang sama antara kondisi yang satu dengan yang lain, dalam penelitian ini jaraknya adalah 1
dan mempunyai bobot yang sama yaitu 7.
c. Menjumlahkan semua nilai hasil perkalian.
d. Membaginya dengan total jumlah rumah sampel kuisioner (jumlah rumah kondisi buruk + rumah
kondisi sedang + rumah kondisi baik).
e. Hasil pembagian akan digunakan untuk mengisi tolak ukur kualitatif.
3. Analisis Triangulasi
Penggunaan Analisa Triangulasi karena tujuan analisa ini untuk merumuskan suatu konsensus atau
pemecahan terhadap masalah. Dalam penelitian ini teknik triangulasi digunakan untuk mengelaborasikan
hasil dari faktor yang menyebabkan degradasi kualitas lingkungan pemukiman di kawasan tua Kasteel
Nieuw Victoria Kota Ambon, dan kriteria penanganan berdasarkan faktor penyebab degradasi lingkungan
didiskusikan dengan kajian pustaka sebagai dasar teori dari permasalahan, serta studi revitalisasi yang
telah dilakukan di luar wilayah study sehingga mendapatkan rumusan konsep revitalisasi permukiman di
kawasan tua Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon.
Proses dari analisis Triangulasi ini dapat terlihat pada Gambar 2 sebagai berikut :
Diskusi 1
Diskusi 2 Diskusi 3
Gambar 2. Proses Analisis Triangulasi Data
Kriteria penanganan degradasi permukiman
Kajian pustaka
Studi/penelitian tentang revitalisasi di kawasan lain
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Faktor-faktor penyebab degradasi kualitas permukiman di Kawasan Tua Kasteel Nieuw Victoria
Kota Ambon
Faktor–faktor penyebab degradasi kualitas permukiman di Kawasan Tua Kasteel Nieuw Victoria Kota
Ambon setelah dianalisis menggunakan analisis faktor sebagai berikut:
a. Faktor keterbatasan lahan permukiman penyebab degradasi kualitas permukiman karena kurangnya
pembagian ruang dalam penataan permukiman sehingga penduduk membangun rumah hanya
berdasarkan kebutuhan untuk tempat tinggal saja tanpa menghiraukan akan terjadi kepadatan hunian
pada permukiman.
b. Faktor kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana permukiman penyebab degradasi kualitas
permukiman karena sarana dan prasarana yang ada di permukiman seperti air bersih tidak dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat karena sebagian masyarakat belum mempunyai kran PDAM secara
pribadi pada rumah-rumah mereka, banyak yang menggunakan sarana air bersih umum yang
disediakan pemerintah namun tidak secara rutin dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Masyarakat
tersebut terpaksa harus memperoleh air bersih dengan cara membeli. Begitu pula dengan drainase yang
ada di pemukiman tidak terawat dengan baik, karena drainase dipenuhi dengan sampah-sampah yang
dibuang oleh masyarakat.
c. Faktor rendahnya tingkat pendidikan masyarakat penyebab degradasi kualitas permukiman karena
masyarakat di pemukiman ini rata-rata tingkat pendidikan tertingginya adalah SMP namun ada
beberapa yang mampu menyelesaikan pendidikannya pada tinggat SMA dan Sarjana.
d. Faktor rendahnya tingkat pendapatan masyarakat masyarakat penyebab degradasi kualitas permukiman
karena sebagian besar masyarakat bermata pencarian pada sektor non formal sebagai pedagang dan
wiraswasta. Lainnya adalah PKL, buruh kasar dan Sopir/pengemudi becak. Hal ini mengingat
mayoritas tingkat pendidikan masyarakat rata-rata adalah SMP dengan tingkat kemampuan yang sangat
terbatas. Pendapatan masyarakat yang diperoleh dari pekerjaannya hanya dapat memenuhi kebutuhan
primer. Mengingat tingkat pendapatan mereka tidak menentu dengan jenis pekerjaan.
e. Faktor rendahnya partisipasi masyarakat penyebab degradasi kualitas permukiman karena menurut
masyarakat bahwa akibat pekerjaan yang ditekuni dari pagi sampai malam sehingga kehadiran mereka
di lingkungan sangat kurang sekali. Hanya terjadi pada saat hari-hari besar keagamaan dan kenegaraan.
Misalnya, kerja bakti menjelang bulan Ramadan dan Natal dan Tahun Baru, atau kerja bakti menjelang
Hari Kemerdekaan RI. Tidak ada satu hari rutin yang digunakan untuk membersihkan dan memelihara
lingkungan.
7
2. Penentuan Kriteria Penanganan Faktor-Faktor Penyebab Degradasi Kualitas Permukiman di
Kawasan Tua Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon
Berdasarkan hasil kuesioner 98 responden yang menilai kondisi permukiman di kawasan Kasteel
Nieuw Victoria Kota Ambon sesuai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya degradasi kualitas
permukiman, maka diperlukan standar penilaian untuk menentukan kriteria-kriteria penanganan. Dalam
penelitian ini menggunakan faktor penyebab terjadinya degradasi sebagai standar penilaian untuk
mengetahui kondisi permukiman, berupa kondisi rumah, ketersediaan sarana, ketersediaan prasarana,
tingkat pendidikan, tingkat pendapatan serta partisipasi masyarakat. Kelima aspek ini dijadikan sebagai
dasar penilaian sebagai berikut :
a. Mencatumkan jumlah rumah yang sesuai dengan kriteria yang ada pada setiap kolomnya.
b. Mengalikan jumlah rumah dengan nilai 3 untuk kondisi yang buruk, dan nilai 2 untuk kondisi
sedang dan nilai 1 untuk kondisi baik untuk masing-masing faktor dan aspek. Menurut Riduwan
(2004), nilai 3, 2, dan 1 merupakan urutan dari penilaian terhadap kondisi kekumuhan pada
permukiman yang mempunyai jarak yang sama antara kondisi yang satu dengan yang lain, dalam
penelitian ini jaraknya adalah 1 dan mempunyai bobot yang sama yaitu 7.
c. Menjumlahkan semua nilai hasil perkalian.
d. Membaginya dengan total jumlah rumah sampel kuisioner (jumlah rumah kondisi buruk + rumah
kondisi sedang + rumah kondisi baik).
e. Hasil pembagian akan digunakan untuk mengisi tolak ukur kualitatif sebagai berikut :
- Buruk jika hasil pembagiannya 3 sampai 2,4
- Sedang, jika hasil pembagiannya 2,3 sampai 1,7
- Baik jika hasil pembagiannya 1,6 sampai 1
2.1. Penentuan Kriteria Penanganan Degradasi Kualitas Lingkungan Permukiman Adapun penilaian terhadap permukiman dan lingkungan di wilayah studi dijelaskan sebagai berikut :
1. Faktor Keterbatasan Lahan Permukiman
Faktor keterbatasan lahan pemukiman dalam aspek kondisi fisik bangunan rumah terdapat 3 kriteria
yang menjadi penilaian, yaitu tingkat kepadatan bangunan, pembagian ruang dan tingkat kepadatan
hunian. Penilaian kriteria kondisi permukiman dengan tolak ukur kuantitatif di kawasan Kasteel Nieuw
Victoria.
Hasil pengisian kuesioner menunjukkan bahwa pembagian ruang di permukiman sebanyak 39%
menggunakan satu ruang untuk semua aktivitas, sebanyak 27% mempunyai satu ruang multiguna yang
berupa ruang tamu, sementara 32% memiliki satu ruang masing-masing setiap aktivitas yang dilakukan.
8
Dari penilaian terhadap kondisi bangunan permukiman nilai rata-ratanya adalah 2,07 termasuk kategori
sedang.
Berdasarkan jawaban responden, kondisi rumah di permukiman memiliki tingkat kepadatan di atas
60%. Penilaian terhadap kondisi kepadatan bangunan nilai rata-ratanya adalah 2,4 termasuk kategori
buruk. Hal ini menunjukan bahwa kepadatan bangunan pada lokasi penelitian cukup tinggi dimana
kondisi bangunan antar rumah saling berdempetan dan hanya dinding rumah sebagai pembatas. Ditinjau
dari tingkat kepadatan hunian, sebanyak 48% menjawab berada dalam kondisi baik yakni memiliki tingkat
kepadatan di atas 6 m2/orang. Sedangkan 20,4% menjawab memiliki kategori sedang yaitu antara 5-6
m2/orang. Sisanya 29,6% menjawab memiliki kepadatan hunian kurang dari 5 m2
/orang. Dari hasil
penilaian nilai rata-rata kondisi kepadatan hunian adalah 1,9 termasuk kategori sedang.
2. Faktor Kurangnya Ketersediaan Sarana Dan Prasarana Permukiman.
Penilaian pada kondisi sarana dan prasarana diukur dengan 10 parameter yaitu ketersediaan air
bersih, drainase, persampahan, sanitasi lingkungan, kondisi jalan, sarana peribadahan, sarana pendidikan,
sarana kesehatan, sarana ekonomi dan ruang terbuka.
Berdasarkan hasil kuisioner penduduk tidak menggunakan sumur sebagai sumber air minum
melainkan air PDAM yang dihubungkan ke sambungan rumah-rumah penduduk atau dengan cara
membeli dari kran umum. Sebanyak 47 responden menggunakan air PDAM untuk memasak, mencuci dan
mandi dengan cara membeli. Sebanyak 21 responden menggunakan air PDAM untuk memasak, mandi
dan mencuci dari sambungan rumah, sedangkan kebutuhan air minum dipenuhi dengan membeli.
Sedangkan 30 responden menggunakan air PDAM dari sambungan rumah untuk keperluan minum,
memasak, mandi dan mencuci. Penilaian sumber air bersih menunjukkan bahwa nilai rata-rata kualitatif
air bersih adalah 2,2 dengan kategori sedang.
Dari hasil survey menunjukkan bahwa 22 responden memiliki KM/MCK sendiri, 28 responden
menggunakan MCK milik tetangga atau saudara, sisanya 48 belum memiliki saluran pembuangan air
limbah sehingga pembuangannya langsung ke drainase, sehingga nilai rata-rata sanitasi adalah 1,7
termasuk kategori sedang.
Kegiatan pembuangan sampah oleh masyarakat menurut hasil survey sebanyak 67 responden
membuang ke saluran drainase, 15 responden membuang ke lahan kosong kemudian dibakar atau
ditimbun. Sedangkan 16 responden membuang sampah ke depo sampah. Kondisi tersebut menunjukkan
bahwa sampah dari masyarakat tidak dikelola dengan baik. Hal ini dikarenakan tidak tersedianya tempat
sampah di lokasi penelitian serta tidak adanya petugas pengangkut sampah yang secara rutin mengangkut
sampah masyarakat. Untuk persampahan nilai rata-ratanya adalah 2,2 termasuk kategori sedang.
9
Menurut hasil survey kondisi dan ketersediaan drainase di lingkungan permukiman diperoleh
sebanyak 65 responden tidak memiliki saluran drainase sendiri, 17 responden memiliki saluran drainase
namun tidak berfungsi dengan baik, dan 15 responden menyatakan saluran drainase berfungsi dengan
baik. Sedangkan saluran drainase yang sudah ada kondisinya banyak yang tersumbat oleh sampah karena
tidak pernah dilakukan pembersihan. Nilai rata-rata dari drainase adalah 2,5 termasuk kategori buruk.
Kondisi jalan menurut hasil survey ada sebanyak 22 responden mengatakan bahwa jalan dalam
kondisi baik dan terawat, 61 responden mengatakan jalan yang sudah dipekeras namun dalam kondisi
tidak terawat. Sisanya 15 responden mengatakan jalan yang belum dipekeras. Secara umum, kondisi jalan
di permukiman terutama di jalan-jalan lingkungan dan gang permukiman sudah mengalami perkerasan
dengan bahan paving, namun dalam kondisi rusak. Sedangkan jalan permukiman yang belum diperkeras
merupakan gang permukiman yang merupakan jalan tembusan yang dibuat oleh masyarakat sendiri. Nilai
rata-ratanya adalah 2.2 termasuk kategori sedang.
Penduduk di permukiman kawasan Kasteel Nieuw Victoria beragama Islam dan Kristen Protestan.
Sarana ibadah tidak terdapat dalam permukiman namun berada tidak jauh dari permukiman sehingga
masyarakat menggunakannya untuk melakukan kegiatan keagamaan setiap hari. Sarana ibadah, nilai rata-
ratanya adalah 2,0 termasuk kategori sedang.
Untuk sarana pendidikan juga sama dengan sarana ibadah, belum tersedia di dalam permukiman
masyarakat sehingga masyarakat mengakses sarana pendidikan pada lokasi-lokasi yang dipilih oleh
masyarakat berdasarkan kemampuannya. Nilai rata-rata untuk sarana pendidikan 2,0 termasuk kategori
sedang.
Sarana kesehatan berupa Posyandu sudah tersedia di permukiman ini tetapi tidak berjalan dengan
rutin sehingga masyarakat mencari pelayan kesehatan pada lokasi yang dekat dengan permukimannya.
Menurut responden posyandu hanya dilayani oleh bidan tidak ada dokter karena jadwal periksa dokter
yang tidak menentu. Sarana kesehatan nilai rata-ratanya adalah 2,0 termasuk kategori sedang.
Kepadatan bangunan yang cukup tinggi di permukiman menyebabkan anak-anak bermain di
jalan/gang sekitar rumah. Menurut responden ada juga yang membiarkan anak-anak mereka untuk
bermain pada lokasi taman bermain yang jauh dari permukiman. Namun ada juga yang hanya menikmati
waktu bermain mereka dengan menonton TV atau pun bermain Play Stasion di rumah. Dengan kondisi
seperti ini nilai rata-rata untuk ruang terbuka adalah 3,0 termasuk kategori buruk.
Sarana ekonomi pada permukiman ini sangatlah dekat dengan pasar Mardika di Kota Ambon
sehingga akses masyarakat sangat baik dengan sarana ekonomi. Di dalam permukiman sendiri banyak
warung-warung kecil milik masyarakat yang tidak teratur keberadaannya, sehingga permukiman kelihatan
semberawut dan kotor. Sebanyak 25 responden menilai terdapat pasar, warung di sekitar pemukiman dan
10
73 responden menilai bahwa tersedia warung, toko di permukiman. Dari penilaian ini maka, nilai rata-rata
sarana ekonomi adalah 1,2 termasuk kategori baik.
3. Faktor Rendahnya Tingkat Pendidikan Masyarakat
Penilaian terhadap kriteria tingkat pendidikan masyarakat di permukiman Kasteel Nieuw Victoria
Kota Ambon menggunakan 2 parameter yaitu tingkat pendidikan dan kebudayaan masyarakat
Berdasarkan hasil survey, diketahui bahwa sebayak 71 responden menempuh jenjang pendidikan
hanya setingkat SD dan SMP yang merupakan pendidikan dasar di Indonesia. Sebanyak 9 responden
memiliki jenjang pendidikan tingkat SMA dan 18 responden memiliki jenjang pendidikan hingga
perguruan tinggi. Menurut masyarakat, pendidikan formal dalam hal ini sekolah belum tentu dapat
menjamin pribadi dan karakter. Dan nilai rata-rata menunjukkan bahwa tingkat pendidikan mempunyai
nilai rata-ratanya adalah 2,8 termasuk kategori buruk. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat di
permukiman Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon rata-rata hanya menikmati pendidikan sampai jenjang
Sekolah Menengah Pertama saja, mereka menganggap bahwa tidak perlu sekolah tinggi-tinggi bila pada
akhirnya tidak mempunyai pekerjaan.
Untuk kegiatan budaya masyarakat berdasarkan hasil survey, ada 57 responden yang melakukan
kegiatan budaya secara temporer atau saat-saat tertentu hal ini juga dipengaruhi keanekaragaman suku
pada masyarakat di permukiman ini dan pelaksanaan kegiatan budaya yang memakan biaya seperti untuk
budaya Maluku misalnya, Pela Gandong dan Makan Patita. Berdasarkan penilaian menunjukkan bahwa
nilai rata-rata kegiatan kebudayaan masyarakat adalah 1,8 termasuk kategori sedang.
4. Faktor Rendahnya Tingkat Pendapatan Mayarakat
Penilaian terhadap kriteria tingkat pendapatan masyarakat menggunakan parameter yaitu
pekerjaan, pendapatan, kelompok jaringan usaha.
Dijelaskan bahwa, dari 98 sampel yang diambil, sebanyak 55 responden memiliki mata pencaharian
pada sektor informal tetap yaitu sebagai pedagang, sopir, tukang kayu dan batu, buruh kasar PKL dan
wiraswasta. Hal ini mengingat mayoritas tingkat pendidikan masyarakat rata-rata adalah SD dan SMP
dengan tingkat kemampuan yang sangat terbatas. Maka nilai rata-rata pekerjaan adalah 2,1 termasuk
kategori sedang.
Tingkat pendapatan masyarakat menurut 25 responden menyatakan bahwa pendapatan mereka
dapat memenuhi kebutuhan primer dan sekunder. Sedangkan 15 responden menyatakan bahwa
pendapatan mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk membeli kebutuhan primer, termasuk
sembako. Hal ini dipengaruhi oleh hasil dari pekerjaan mereka yang tidak menentu. Nilai rata-rata untuk
tingkat pendapatan masyarakat adalah 2,02 termasuk kateori sedang.
11
Keberadaan kelompok usaha yang terdapat di permukiman ini berupa kelompok usaha kerajinan
tangan (cinderamata/souvenir). Ada juga kelompok usaha kue-kue namun telah dibubarkan karena
hasilnya tidak memuaskan anggota dalam pembagian hasil usaha. Hal inilah yang mengakibatkan
masyarakat tidak suka bekerja sama dalam satu kelompok usaha, mereka lebih cendrung usaha sendiri-
sendiri sehingga dapat mengatur hasilnya juga sendiri. Maka nilai rata-ratanya adalah 2,5 termasuk
kategori buruk.
5. Faktor Rendahnya Partisipasi Masyarakat
Kriteria partisipasi masyarakat dinilai dengan menggunakan satu parameter yaitu tingkat partisipasi
masyarakat.
Didapatkan hasil survey pada kegiatan kerja bakti warga dan gotong royong menurut 63 responden
termasuk dalam kategori sedang karena pelaksanaan kegiatan kerja bakti hanya dilakukan dilakukan
menjelang 17 Agustus dan apabila terdapat instruksi dari aparat kelurahan. Selain menyumbang tenaga,
masyarakat juga ikut berpartisipasi dalam bentuk sumbangan dana. Sebanyak 8 responden menyatakan
terdapat kegiatan kerja bakti secara rutin di permukiman yang biasanya dilakukan pada hari jumat karena
pada hari itu sebagian masyarakat ada di rumah. Dan 27 responden menyatakan tidak pernah terdapat
kegiatan kerja bakti warga karena menurut mereka waktu itu semuanya untuk bekerja mencari uang
sehingga mereka tidak pernah terlibat dalam kerja bakti di lingkungan. Diketahui bahwa nilai rata-rata
pada tingkat partisipasi masyarakat adalah 2.2 termasuk kategori sedang.
2.2. Kriteria-kriteria Penanganan Berdasarkan Faktor Penyebab Terjadinya Degradasi Kualitas
Permukiman di Kawasan Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon
Berdasarkan hasil analisis deskriptif dengan tolak ukur kuantitatif dan kualitatif dapat diketahui
bahwa kriteria-kriteria penanganan berdasarkan faktor-faktor penyebab terjadinya degradasi kualitas
permukiman di Kawasan Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon adalah sebagai berikut :
1. Keterbatasan Lahan Permukiman
a. Mengendalikan pengembangan permukiman untuk mengurangi kepadatan dengan melakukan
pendekatan partisipasi masyarakat dan menetapkan peraturan pemerintah yang mengatur
permukiman pada kawasan-kawasan peninggalan bersejarah.
b. Mengoptimalkan keberadaan dan fungsi permukiman yang ada dengan mempertahankan dan
meningkatkan kualitas bentuk bangunan dan kondisi rumah yang sudah terbangun.
c. Membatasi jumlah bangunan agar tidak semakin padat dengan membangun rumah susun bagi
masyarakat pada kawasan Kasteel Nieuw Victoria.
12
2. Kurangnya Ketersediaan Sarana dan Prasarana Permukiman
a. Memperbaiki drainase, persampahan dan menyediakan ruang terbuka sebagai sarana permukiman
kawasan Kasteel Nieuw Victoria di Kota Ambon.
b. Meningkatkan kualitas sarana prasarana permukiman yang sudah ada dengan pendekatan partisipasi
masyarakat sebagai pengguna untuk tetap memelihara dan mengawasi.
3. Rendahnya Tingkat Pendidikan Masyarakat
a. Menyediakan akses informasi kepada masyarakat tentang dampak lingkungan, dengan melakukan
sosialisasi baik secara temu wicara langsung dengan masyarakat maupun door to door di
lingkungan permukiman kawasan Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon.
b. Meningkatkan ketrampilan masyarakat dengan memberikan penyuluhan informasi usaha ekonomi
kecil untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
4. Rendahnya Tingkat Pendapatan Masyarakat
a. Menyediakan bantuan modal usaha di bidang kerajinan tangan khas Kota Ambon oleh pemerintah
dan swasta yang penggunaanya diawasi oleh masyarakat dan pemerintah.
b. Pemerintah menyediakan akses informasi dan fasilitasi jalur pemasaran kepada pihak swasta untuk
memasarkan produk hasil kelompok usaha masyarakat.
c. Melakukan kerjasama dengan pihak swasta, akademis dan LSM dalam melakukan pelatihan
ketrampilan yang difasilitasi oleh kelompok usaha sebagai daya tarik untuk menarik minat
masyarakat bergabung dalam kelompok usaha.
5. Rendahnya Partisipasi Masyarakat
a. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mengelola lingkungan melalui kegiatan pendamping
dari pihak LSM atau akademisi dalam upaya pengelolaan lingkungan permukiman.
b. Mengoptimalkan peran norma masyarakat sebagai pendekatan dalam meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam kegiatan kerja bakti melalui pemberian sanksi adat bagi yang melanggar.
3. Perumusan konsep revitalisasi permukiman di kawasan tua Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon
Sesuai hasil analisis trianggulasi, konsep revitalisasi permukiman di kawasan tua Kasteel Nieuw
Victoria Kota Ambon dapat dirumuskan berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh dari lingkungan
sekitarnya sehingga mengakibatkan turunnya kualitas dan daya dukung lingkungan permukiman.
Konsep yang dirumuskan sebagai berikut :
1. Mengoptimalisasikan fungsi lahan permukiman yang ada dengan membatasi pembangunan rumah
baru yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah untuk mengurangi kepadatan dengan
melakukan pendekatan partisipasi masyarakat melalui penyuluhan dan pemberian insentif bantuan
kepada masyarakat secara swadaya memperbaiki kondisi rumahnya sesuai dengan kemampuan
13
dan ciri budaya Maluku seperti budaya masohi yang dimiliki masyarakat di kawasan Kasteel
Nieuw Victoria Kota Ambon.
2. Peningkatan kualitas lingkungan permukiman dengan penyediaan sarana dan prasarana berupa
sistem drainase, tempat sampah, jalan setapak/gang dan perbaikan sarana prasarana yang tersedia
pada permukiman sebagai fasilitas pendukung di kawasan Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon.
3. Penyediaan akses informasi kepada masyarakat dan menjalin kerja sama dengan pihak swasta,
akademisi, LSM dan lembaga terkait untuk memberikan pelatihan dan penyuluhan tentang
pengelolaan lingkungan berupa pemanfaatan sampah kering rumah tangga menjadi bahan
souvenir dan cinderamata demi peningkatan pemberdayaan dan ekonomi masyarakat di
permukiman kawasan Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon.
4. Pemberdayaan kualitas sumberdaya manusia dengan menciptakan kemitraan yang berkelanjutan
pada sektor industri rumah tangga berupa pembuatan cinderamata dan souvenir khas Maluku
(kerajinan kerang dan mutiara) sebagai penunjang sektor pariwisata dengan cara memberikan
bantuan modal usaha bagi masyarakat di permukiman kawasan Kasteel Nieuw Victoria Kota
Ambon yang penggunaannya diawasi oleh masyarakat dan pemerintah.
5. Peningkatan partisipasi masyarakat permukiman di kawasan Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon
dengan ikutserta dalam kegiatan pemeliharaan lingkungan berupa kerja bakti jumat bersih yang
didampingi pihak LSM dan akademisi, dan untuk mengoptimalisasikan kesadaran masyarakat
dalam setiap kegiatan diberikan sanksi adat bagi yang melanggar.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah faktor-faktor penyebab degradasi kualitas permukiman
di kawasan tua Kasteel Nieuw Victoria terdiri atas lima faktor yaitu, faktor keterbatasan lahan
permukiman, faktor kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana, faktor rendahnya tingkat pendidikan
masyarakat, faktor rendahnya tingkat pendapatan masyarakat dan faktor tingkat partisipasi masyarakat.
Kelima faktor ini secara signifikan sangat mempengaruhi terjadinya penurunan kualitas permukiman.
Kriteria penanganan adalah 1) Pengendalian pengembangan permukiman untuk mengurangi
kepadatan melalui partisipasi masyarakat dan menetapkan peraturan pemerintah tentang kawasan
peninggalan bersejarah, 2) Optimalisasi keberadaan dan fungsi permukiman dengan mempertahankan dan
meningkatkan kualitas bentuk bangunan dan kondisi rumah, 3) Meningkatkan kualitas sarana prasarana
permukiman melalui partisipasi masyarakat sebagai pengguna, 4) Meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam mengelola lingkungan 5) Optimalkan peran norma masyarakat sebagai pendekatan dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat
14
Konsep revitalisasi permukiman adalah mengoptimalisasikan fungsi lahan permukiman yang ada
dengan membatasi pembangunan rumah baru yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah untuk
mengurangi kepadatan dengan melakukan pendekatan partisipasi masyarakat melalui penyuluhan dan
pemberian insentif bantuan kepada masyarakat secara swadaya memperbaiki kondisi rumahnya sesuai
dengan kemampuan dan sumberdaya yang dimiliki masyarakat.
Saran dari hasil penelitian ini adalah 1) Menyusun model revitalisasi permukiman kawasan tua
Kasteel Nieuw Victoria Kota Ambon menitikberatkan pada vitalitas dan stabilitas ekonomi, integrasi antar
ruang, kuantitas dan kualitas prasarana dan sarana lingkungan, serta konservasi aset warisan budaya,
2) Membentuk organisasi yang mengelola langsung revitalisasi. Melalui organisasi ini dibangun
kesepakatan dan kerja sama antar kelompok dan perseorangan yang berperan serta dalam tahapan
pelaksanaan kegiatan di masa depan.
DAFTAR RUJUKAN
Agenda 21 Indonesia (1997), Strategi Nasional untuk Pembangunan Berkelanjutan, Kantor
Menteri Negara Lingkungan Hidup, Jakarta.
Budiharjo, Eko (1989), Konservasi Lingkungan dan Bangunan Kuno Bersejarah di Surakarta,
Gajah Mada, University, Press, Yogyakarta.
Danisworo, Mohammad (1988), Konseptualisasi Gagasan dan Upaya Penanganan Proyek
Peremajaan Kota : Pembangunan Kembali sebagai Fokus, Jakarta.
Rapoport, Amos, (1977), Human Aspects of Urban Forms, Toward a Man – Environment
Approach to Urban Form and Design, Pergamon Press, New York.
Riduwan (2004), Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Penerbit Alfa Beta, Bandung.
Sidharta (1989), Konservasi Lingkungan dan Bangunan Kuno Bersejarah di Surakarta, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Silas, Johan (1993), Pidato Pengukuhan : Perumahan Hunian dan Fungsi Lebihnya, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
Silas, Johan (1996), Kampung Surabaya Menuju Metropolitan, Yayasan Keluarga Bhakti dan
Surabaya Post, Surabaya.
The Burra Charter for Conservation of Place of Cultural Significance, (1981), ICOMOS NEWS,
Australia