Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh · PDF filesp., fosil jejak, dan gravel...
Transcript of Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh · PDF filesp., fosil jejak, dan gravel...
STUDI TAFONOMI MOLUSKA PADA FORMASI KALIWANGU
DI SUNGAI CIKANDUNG DAN SUNGAI CIPEDES DAERAH TANJUNGKERTA, KABUPATEN SUMEDANG
JAWA BARAT
TESIS
Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari
Institut Teknologi Bandung
Oleh
SONIA RIJANI NIM : 22007013
(Program Studi Teknik Geologi)
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2009
STUDI TAFONOMI MOLUSKA PADA FORMASI KALIWANGU
DI SUNGAI CIKANDUNG DAN SUNGAI CIPEDES
DAERAH TANJUNGKERTA, KABUPATEN SUMEDANG
JAWA BARAT
Oleh
Sonia Rijani NIM : 22007013
Program Studi Teknik Geologi
Institut Teknologi Bandung
Menyetujui Tim Pembimbing
Tanggal ………………………..
Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. Aswan, MT., ST. Dr. Ir. Yan Rizal, Dipl.Geologi
i
ABSTRAK STUDI TAFONOMI MOLUSKA PADA FORMASI KALIWANGU
DI SUNGAI CIKANDUNG DAN SUNGAI CIPEDES DAERAH TANJUNGKERTA, KABUPATEN SUMEDANG
JAWA BARAT
SONIA RIJANI NIM : 22007013
(Program Studi Teknik Geologi)
Formasi Kaliwangu disusun oleh batulempung, batulempung pasiran dan batupasir, memiliki kandungan fosil moluska melimpah. Moluska di daerah penelitian didominasi oleh kelas Gastropoda dan Pelecypoda.
Berdasarkan ciri tafonomi dalam siklus pengendapan, konsentrasi cangkang moluska dapat dibedakan menjadi: a. Early TST (Transgressive System Tract) mulai terjadi diatas batas erosional (ravinement surface) atau batas sikuen (sequence boundary), dicirikan oleh: disartikulasi, bioturbasi, campuran gravel, tingkat fragmentasi moluska cukup tinggi, tanpa orientasi dari suatu taksa, adanya konkresi. b. Late TST (Transgressive System Tract) dicirikan oleh: artikulasi (conjoined) dalam kondisi posisi hidup dari suatu taksa, umumnya fosil utuh dan dewasa, terkadang lebih bervariasi, dan tingkat fragmentasi cukup rendah, serta kadang di temukan lapisan yang barren. c. Early HST (Highstand Sytems Tract) dicirikan oleh: taksa yang dewasa di temukan setempat-setempat dalam posisi hidupnya (posisi hidup) dan individual artikulasi, fosil moluska yang masih muda (juvenile) lebih mendominasi, Cangkang fosil moluska mulai ditemukan dalam keadaan pecah – pecah (pecahan) dan tidak lengkap, kadang dijumpai lapisan karbon atau batubara. d. Late HST (Highstand Sytems Tract) dapat dicirikan dari perulangan suatu peristiwa berkali – kali (multiple-event concentrations), orientasi cangkang fosil moluska yang paralel terhadap lapisan dengan endapan yang relatif tidak mengandung fosil, terdisartikulasi lebih mendominasi. Kadang dijumpai sisipan karbon, atau amber.
Analisis mineral lempung, mengindikasikan lingkungan pengendapan kumpulan moluska lebih jauh lagi, sebagai berikut : a.Keberadaan spesies Zaria angulata pada contoh 08 SRi 02, berasosiasi dengan nontronite, diperkirakan berada di daerah dekat pantai (nearshore). Pada contoh 08 SRi 76 berasosiasi dengan nacrite diinterpretasikan diperkirakan berada didaerah pantai (intertidal), b. Keberadaan Paphia vandermeermohri pada conto 08 SRi 07 berasosiasi dengan kaolinite didaerah pantai (intertidal). Sedangkan pada conto 08 SRi 13 berasosiasi dengan montmorillonite (bentonite) diperkirakan berada di daerah dekat pantai (nearshore). c. Keberadaan spesies Placuna placenta pada contoh 08 SRi 10 dan 08 SRi 03 berasosiasi dengan montmorillonite, diperkirakan berada didaerah dekat pantai (nearshore). d Keberadaan Murex (M.) lebacouldus MARTIN, pada contoh 08 SRi 12, berasosiasi dengan kaolinite, diperkirakan berada di daerah pantai (intertidal). Kata kunci : tafonomi, system tract, fosil moluska
ii
ABSTRACT
MOLLUSCS TAPHONOMIC STUDY ON KALIWANGU FORMATION AT CIKANDUNG RIVER AND CIPEDES RIVER
IN TANJUNGKERTA AREA SUMEDANG DISTRICT WEST JAVA
SONIA RIJANI NIM : 22007013
Kaliwangu Formation are consist of claystone, sandy clay and sandstone, and also consists of molluscs fossils dominated by gastropods and pelecypods. According to the taphonomical characteristics differentiation caused by sedimentary cycles, the molluscs shells concentration could be divided into four main classes: a. Early TST (Transgressive System Tract), which start on the top of erotional boundary (ravinement surface) or sequence boundary is characterized by disarticulation, bioturbation, gravel mix, high fragmentation without orientation from taksa, and concretion. b. Late TST (Transgressive System Tract) is charactarized by articulation (conjoined) in life position, where specimens are mature, low fragmentation, barren layers are sometimes founded. c. Early HST (Highstand System Tract) is characterized by mature taksa found locally random with life position and individual articulation, juvenille dominated, shell are broken a part and not complete, carbon layer and coal sometimes founded. d. Late HST (Highstand System Tract) is characterized by multiple-event concentrations, shell orientation parallel with layer without content fossils, disarticulation dominated, carbon thin layer or amber sometimes could be found.
Clay mineral analysis show comprehensive result about molluscs sedimentary environment. The existence of Zaria angulata species of sample no 08 SRi 02, which associated with nontronite could be interpreted as the nearshore while its association with nacrite on sample no 08 SRi 76 could be interpreted as beach (intertidal) environtment. The existence of Paphia vandermeermohri on sampel 08 SRi 07, which associated with kaolinite could be interpreted as the beach (intertidal) environtment, while its association with montmorillonite (bentonite) is interpreted as nearshore. c. the existance of Placuna placenta species on sampel 08 SRi 10 and 08 SRi 03 that associated with montmorillonite, could be interpreted as the nearshore environtment. And the existance of Murex (M) lebacouldus MARTIN, on sample no 08 SRi 12 and its association with kaolinite could be interpreted as beach (intertidal) environtment.
Keywords: taphonomy, system tract, molluscs fossils
iii
PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS
Tesis S2 yang tidak dipublikasikan terdaftar dan tersedia di Perpustakaan Institut Teknologi Bandung, dan terbuka untuk umum dengan ketentuan bahwa hak cipta ada pada pengarang dengan mengikuti aturan HaKI yang berlaku di Institut Teknologi Bandung. Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi pengutipan atau peringkasan hanya dapat dilakukan seizin pengarang dan harus disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk menyebutkan sumbernya.
Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh tesis haruslah seizin Direktur Program Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Tesis ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar–besarnya bagi :
1. Suami serta putriku yang tercinta atas segala doa, kesabaran dan keprihatinan
yang disertai dengan penuh pengertian selama penelitian dan penyelesaian
tesis ini.
2. Kedua orang tua dan mertua, atas semua doa, segala dukungan semangat
dalam terselesaikannya tesis ini.
3. Bapak Dr. Aswan ST., MT., atas bimbingan, diskusi, semangat, dan doa yang
diberikan kepada penulis selama proses penelitian berlangsung hingga
penulisan tesis ini selesainya.
4. Bapak Dr. Yan Rizal, Dipl.Geologi, atas bimbingan, semangat, dan doa yang
diberikan kepada penulis selama proses penelitian berlangsung hingga
penulisan tesis ini selesainya.
5. Pimpinan Institut Teknologi Bandung, khususnya Ketua Program Studi Pasca
Sarjana, seluruh dosen dan karyawan di lingkungan Program Pasca Sarjana
Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi
Bandung.
6. Pimpinan di ESDM, khususnya pimpinan dan seluruh staf manajemen di
lingkungan Pusat Survei Geologi, atas bantuan yang telah diberikan kepada
penulis.
7. Rekan-rekan di Pusat Survei Geologi atas bantuan, diskusi, semangat, dan doa
yang di berikan kepada penulis.
8. Tim lapangan Biostratigrafi Sumedang, Pusat Survei Geologi, atas bantuannya
dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam penulisan ini.
9. Teman-teman Program Pasca Sarjana, khususnya angkatan 2007, atas
semangat, diskusi, motivasi yang diberikan kepada penulis.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penulisan tugas akhir ini.
v
Penulis menyadari bahwa dalam tesis ini masih terdapat banyak
kekurangan dan belum sempurna. Oleh karena itu, dengan berbesar hati penulis
menerima segala kritik dan saran untuk perbaikan, dengan harapan tugas akhir ini
dapat memberikan sedikit sumbangan dan manfaat bagi kita semua.
Bandung, Juni 2009
Penulis
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
ABSTRACT ii
PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS iii
UCAPAN TERIMA KASIH iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR LAMPIRAN viii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR TABEL xii
Bab I Pendahuluan 1
I.1 Latar Belakang 1
I.2 Maksud dan Tujuan 1
I.3 Lokasi Penelitian 2
I.4 Batasan Masalah 4
I.5 Objek Penelitian dan Objek Data 4
I.6 Hipotesis 4
I.7 Metodologi Penelitian 4
I.7.1 Pengumpulan Data Pengamatan Lapangan 4
I.7.2 Pemrosesan dan Analisis Data 5
Bab II Geologi Regional 7
II.1 Fisiografi 7
II.2 Stratigrafi Regional 8
II.3 Struktur Geologi Regional 9
II.4 Ciri Litologi 11
II.5 Kandungan Fosil dan Umur 11
II.6 Lingkungan Pengendapan 12
Bab III Studi Tafonomi Moluska 14
III.1 Moluska 14
III.1.1 Kelas Gastropoda 16
vii
III.1.2 Kelas Pelecypoda 17
III.2 Penentuan Perubahan Posisi Muka Air Laut 19
III.3 Studi Tafonomi 20
III.4 Arsitektur Sikuen 21
Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan 26
IV.1 Moluska Daerah Penelitian 26
IV.1.1 Lintasan Sungai Cikandung (Desa Sukasari) 26
IV.1.2 Lintasan Sungai Cipedes (Desa Sukatani) 27
IV.1.3 Kisaran Umur 28
IV.1.4 Lingkungan Pengendapan 29
IV.2 Interpretasi Arsitektur Sikuen Berdasarkan Tafonomi Moluska 30
IV.2.1 TST (Transgressive System Tract) 31
IV.2.2 HST (Highstand System Tracti) 38
IV.2.3 LST (Lowstand System Tract) 43
IV.6 Kandungan Mineral Lempung 44
IV.7 Diskusi 46
Bab V Kesimpulan 49
DAFTAR PUSTAKA 51
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A. Determinasi Fosil Moluska 54
Lampiran B. Penampang Stratigrafi Sungai Cikandung Dalam kantong
sampul belakang
Lampiran C. Penampang Stratigrafi Sungai Cipedes Dalam kantong
sampul belakang
Lampiran D. Hasil Analisis XRD 60
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1 Lokasi daerah penelitian yang berada di Sumedang, Jawa Barat
2
Gambar I.2 Peta Geologi daerah penelitian, diambil dari Peta Geologi lembar Bandung
3
Gambar I.3 Lokasi penelitian pada Formasi Kaliwangu di Sungai Cipedes dan Sungai Cikandung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat (modifikasi peta lembar Cisalak dari bakosurtanal).
3
Gambar I.4 Diagram Alir Penelitian 6 Gambar II.1 Peta fisiografi Jawa Barat 7 Gambar II.2 Peta Pola struktur Jawa Barat 10 Gambar III.1 Bagian cangkang Gastropoda 17 Gambar III.2. Bagian cangkang Pelecypoda 18 Gambar III.3. Posisi hidup dari Fosil Moluska 19
Gambar III.4 Proses Taphonomi : langkah dari masa kehidupan organisma hingga menjadi fosil
21
Gambar III.5 System Track 22
Gambar III.6 Fosil jejak menandai awal TST (Transgressive System Tract) mulai terjadi diatas batas erosional (ravinement surface)
23
Gambar III.7 Dominasi disartikulasi dan fragmentasi cangkang menandai awal TST (Transgressive System Trac)t
23
Gambar III.8 Akhir TST (Transgressive System Tract) terjadi karena kelanjutandari kenaikan muka air laut, di tandai oleh dominasi cangkang yang utuh
24
Gambar III.9 Akhir TST (Transgressive System Tract) terjadi karena kelanjutan dari kenaikan muka air laut ditandai oleh kehadiran artikulasi cangkang Pelecypoda
24
Gambar III.10 Awal HST (High System Tract) diantaranya terdapat cangkang individual dalam posisi hidupnya
25
Gambar III.11 Akhir HST (High System Tract) yang ditandai oleh perselingan batuan kaya cangkang dan tidak mengandung cangkang
25
Gambar IV.1 Fosil Jejak : 1. Thalassinoides (lingkaran merah), 2. Planolites (lingkaran hijau), 3. Skolithos (lingkaran kuning), 4. Ophiomorpha (lingkaran ungu)
30
Gambar IV.2 Tafonomi fosil moluska di lintasan Sungai Cikandung (a1) Nodul septaria pada lapisan batulempung, salah satu ciri E TST pada siklus ke 4, (a2) Individu zaria angulata, gravely, salah satu ciri E TST diatas siklus 15.
31
x
Gambar IV.3 Tafonomi fosil moluska di lintasan Sungai Cipedes (a1)
Pecahan Zaria sp., fosil jejak, dan gravel merupakan ciri E TST pada siklus ke 13, (a2) Sisa tumbuhan pada batu pasir sangat halus – halus, salah satu ciri E TST pada siklus ke 19, Tafonomi fosil moluska di lintasan Sungai Cipedes (a3) Pecahan gastropoda, dan fragmen batuan, ciri dari E TST pada siklus 21, (a4) Fosil jejak pada singkapan batupasir yang merupakan salah satu ciri dari ETST (SB), pada siklus ke 23, (a5) Fosil jejak pada singkapan batupasir, nampak gravel, dan material batubara muda, ciri dari ETST (SB), pada siklus ke 24, (a6). Gravely sandstone, sisa tumbuhuhan, dan material batubara muda, ciri dari ETST (SB), pada siklus ke 25,
32
Gambar IV.4 Tafonomi fosil moluska di lintasan Sungai Cipedes (a1) Amber dan gravel yang tersingkap, ciri dari E TST (SB) pada siklus ke 25, (a2) Placuna placenta yang menempel pada konkresi batupasir, salah satu ciri E TST pada siklus ke 29, (a3) Struktur silang siur pada batupasir halus – sedang lapisan batupasir pada siklus 28 (Aries 2008), (a6) Konkresi batupasir pada lapisan batulempung pada siklus ke 30 (Aries 2008), Tafonomi fosil moluska di lintasan Sungai Cipedes (a5) Fosil jejak yang tegak lurus dengan perlapisan pada batulempung pasiran teroksidasi salah satu ciri E TST (SB) pada siklus 30 (Aries 2008), (a6) Fosil Jejak tegak lurus dengan lapisan salah satu ciri E TST pada siklus 36 (Aries, 2008),
33
Gambar IV.5 Tafonomi fosil moluska di lintasan Sungai Cipedes: (a1) Fosil Jejak, Skolithos, searah dengan perlapisan pada batupasir berbutir kasar ter-oksidasi pada siklus ke 36 (Aries, 2008), (a2) Fosil Murex sp., salah satu ciri TST yang di temukan pada siklus ke 40, (a3) Ekinoid yang tersingkap di lapisan batulempung pada siklus 40, (a4) Konkresi sepatria sejajar lapisan batulempung.
34
Gambar IV.6 Tafonomi fosil moluska di lintasan Sungai Cikandung (a1) Artikulasi bivalvia salah satu ciri dari L TST, pada siklus ke 11, (a2) Zaria angulata relatif utuh, ukuran cukup besar, dan individu, salah satu ciri dari L TST pada siklus ke 13.
35
Gambar IV.7 Tafonomi fosil moluska di lintasan Sungai Cipedes (a1) Posisi hidup Zaria angulata dengan jumlah yang cukup banyak, salah satu ciri L TST di siklus ke 20, (a2) Posisi hidup Zaria angulata (individu posisi hidupnya) salah satu ciri L TST pada siklus ke 27.
35
Gambar IV.8 Contoh Early dan Late TST pada lintasan Sungai Cikandung
36
Gambar IV.9 Contoh Early dan Late TST pada lintasan Sungai Cipedes 37
Gambar IV.10 Tafonomi fosil moluska di lintasan Sungai Cikandung (a1). Artikulasi Paphia vandermeermohri , salah satu ciri E HST pada siklus ke 3, (a2) Placuna placenta melimpah dan tersebar pada lapisan batulempung, ciri E HST pada siklus ke 5.
38
xi
Gambar IV.11 Tafonomi fosil moluska di lintasan Sungai Cikandung (a1)
artikulasi conjoined Paphia vandermeermohri (cukup melimpah), salah satu ciri dari E HST pada siklus ke 7, (a2) Conjoined Paphia cheribonensis salah satu ciri dari HST pada siklus ke 8, (a3) Pecalan moluska muda dan dewasa moluska, salah satu ciri EHST pada siklus ke 10 (a4). Individual disarticulated Placuna sp., pecahan dan moluska muda salah satu ciri dari E HST pada siklus ke 9, 11. (a5) Small Anadara sp., salah satu ciri dari E HST pada siklus ke 11, (a6) Nassarius sp, dan fragmented moluska, ciri EHST pada siklus ke 12, (a7) moluska muda dan moluska dewasa Zaria angulata., ciri dari E HST pada siklus ke 20
39
Gambar IV.12 Tafonomi fosil moluska di lintasan Sungai Cipedes (a1) Fosil individu life position Placuna placenta, yang ditemukan di lapisan batulempung, salah satu ciri dari HST, (a2). Fragmented juvenile bivalvia dan gastropoda, pada batulempung, ciri dari E HST pada siklus ke 23, (a3) Posisi hidupTuritella angulata, salah satu ciri E HST pada siklus ke 37, (a4) Juvenile dan fragmented moluska salah satu ciri E HST pada siklus 41
40
Gambar IV.13 Tafonomi fosil moluska di lintasan Sungai Cikandung (a1) Singkapan batulempung, nampak alternathing Zaria sp., bed, ciri dari L HST pada siklus 13, (a2) Articulated Paphia sp., salah satu ciri HST pada siklus ke 20, (a3) Multiple-event consentrations Zaria sp., salah satu ciri L HST pada siklus ke 12
41
Gambar IV.14 Tafonomi fosil moluska di lintasan Sungai Cipedes (a1) Multple-event consentration pecahan moluska salah satu ciri L HST di siklus ke 20
41
Gambar IV.13 Contoh Early dan Late HST pada lintasan Sungai Cikandung
42
Gambar IV.14 Contoh Early dan Late HST ada lintasan Sungai Cipedes 43
xii
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Kolom Kesebandingan Stratigrafi Daerah Penelitian 8
Tabel IV.1 Kisaran Umur 28
Tabel IV.2 Lingkungan Pengendapan Moluska 29
Tabel IV.3 Kandungan Mineral, Fosil Moluska, Lingkungan Pengendapan dan Tafonomi
48