Karya Tulis - Kenaikan Pangkat - Kepemimpinan Kepala Madsrasah Sebagai Pendorong Profesionalisme...
-
Upload
herman-bachtiyar -
Category
Documents
-
view
84 -
download
12
description
Transcript of Karya Tulis - Kenaikan Pangkat - Kepemimpinan Kepala Madsrasah Sebagai Pendorong Profesionalisme...
KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH SEBAGAIPENDORONG PROFESIONALISME GURU (STUDI KASUS PENGAWAS
PAI DI MADRASAH IBTIDAIYAH ........................... KABUPATEN ...........................)
KARYA TULIS SEBAGAI SYARAT KENAIKAN PANGKAT DARI IVB KE IV1C
OLEH……………………..
NIP. ………………………..
KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN ........................... TAHUN 20
KEMENTERIAN AGAMA MADRASAH IBTIDAIYAH ...........................
KABUPATEN ...........................
SURAT KETERANGAN
N0:08/MI/SK/01/ 2011
Yang bertanda tangan dibawah ini kami Kepala MI. ...........................
Kabupaten ........................... menerangkan bahwa:
Nama : ………………
NIP : ………………
Pangkat : ………………
Jabatan : Pengawas PAI. SD/MI/TK/RA,BA Kecamatan …………
telah mengumpulkan data pada MI. yang kami bina untuk penulisan Karya Tulis
yang berjudul : Kepemimpinan Kepala Madrasah Sebagai pendorong
profesionalisme guru (Studi kasus Pengawas PAI di Madrasah
Ibtidaiyah ........................... Kabupaten ...........................”.
Karya Tulis Ilmiyah ini kami jadikan bahan bacaan pada Madrasah yg kami bina
semoga bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya pada semua pihak yang
berkenan membacanya,dan saya sangat mengharapkan kritik yang sifafiya
membangun demi kesempurnaan karya tersebut
..........................., 5 Januari 20Kepala
……………….. NIP-
DEPARTEMEN AGAMAKANTOR DEPARTEMEN AGAMA KABUPATEN ...........................
…………………………………………………………………………………………….
LEMBAR PENGESAHAN
No.Kd.13.03/I-a/Kp.07.1/02/2011
Yang bertanda tangan dibawah ini Kepala Kantor Departemen Agama
Kabupaten ........................... menerangkan dan mcngesahkan Karya Tulis Ilmiah
yang telah disusun atas nama :
Nama : ………………
NIP : ………………
Pangkat : ………………
Jabatan : Pengawas PAI. SD/MI/TK/RA,BA Kecamatan …………
Dengan judul “KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH SEBAGAI
PENDORONG PROFESIONALISME GURU (STUDI KASUS PENGAWAS
PAI DI MADRASAH IBTIDAIYAH ...........................
KABUPATEN ...........................”
..........................., 5 Pebruari 20Kepala
……………………………….NIP. ……………………..
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Alloh swt. Yang telah melimpahkan rahmat taufiq serta
hidayah Nya Sholawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad saw.
Penulis bersyukur karena telah menyelesaikan penulisan Karya Tulis
Ilmiah ini dengan judul “KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH SEBAGAI
PENDORONG PROFESIONALISME GURU (STUDI KASUS PENGAWAS
PAI DI ML........................... KABUPATEN ...........................)”.
Penulis menyadari bahwa terselesainya penulisan karya tulis adalah berkat
bantuan berbagai pihak yang mendukungnya, oleh karena itu penulis
mengucapkan trimakasih dan memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada semua pihak yang mendukung, membantu dan mengarahkan sampai
terselesainya penulisan karya tulis ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari sempurna baik isi
maupaun susunannya, untuk itu saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan karta tulis ini sangat saya harapkan.
Akhirnya semoga karya tulis ini bermanfaat utamanya untuk penulis dan
juga untuk meningkatkan mutu pendidikan di skolah Amin.
..........................., 20 Januari 20
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
SURAT KETERANGAN.............................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................iii
KATA PENGANTAR.................................................................................................iv
DAFTAR ISI.................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................1
B. Batasan Masalah.................................................................................3
C. Rumusan Masalah...............................................................................4
D. Tujuan Penelitian................................................................................4
E. Manfaat Penelitian..............................................................................4
BAB II LANDASAN TEORI...................................................................................6
A. Pengertian Kepemimpinan..................................................................6
B. Konsep Dasar Kepemimpinan............................................................8
C. Pengertian Kepala Madrasah............................................................10
D. Pengertian Profesionalisme...............................................................19
BAB III MEODOLOGI PENELITIAN...................................................................31
A. Jenis Penelitian..................................................................................31
B. Kehadiran Peneliti ditapangan..........................................................36
C. Lokasi dan waktu penelitian.............................................................36
D. Teknik pengambilan Data.................................................................37
E. Analisa Data......................................................................................39
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN............................................................42
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................................42
B. Temuan Penelitian............................................................................44
C. Pembahasan Hasil Penelitian............................................................54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................60
A. Kesimpulan.......................................................................................60
B. Saran.................................................................................................61
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................63
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perwujudan sistem dan iklim pendidikan nasional yang demokratis
dan bermutu wna memperteguh akhlak mulia, mengembangkan kreatifitas,
benvaevasan kebangsaan, cerdas, sehat, disiplin dan bertanggung jawab,
berketrampilaui serta menguasai ilmu pengetahuan dan tehnologi adalah
dalam rangka meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya.
Secara umum pendidikan terbukti telah mampu mengembangkan
kualitas sumber daya manusia (SDM) sebagai fitrah yang telah
dikaruniakan oleh Allah SWT. serta mampu mengembangkan nilai-nilai
kemanusiaan (humanisme), sehingga kehidupan manusia semakin beradab
dan bermartabat. Meskipun demikian ternyata dunia pendidikan tidak
pernah lekang dari berbagai permasalahan, seperti terbatasnya dana, sarana
dan prasarana, ketidakstabilan kurikulum, mutu pendidikan dan kesadaran
masyarakat tentang arti penting pendidikan dan lain sebagainya.
Penyelenggaraan pc:ndidikan nasional yang tertuang dalam UU
No. 20/2003 pasal 14 ayat l disebutkan bahwa jenjang pendidikan formal
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan
tinggi. Sedangkan pada pasal 3 disebutkan bahwa tujuan Sisdiknas adalah
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat,
1
2
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
dan bertanggung jawab.
Dalam upaya mencapai keberhasilan pendidikan dilakukan dengan
meningkatkan mutu kinerja guru/pendidikan dengan mengadakan
pembinaan sikap mental meliputi pembentukan pribadi motivasi , semangat
kerjasama, disiplin gairah kerja dan moral yang tinggi dan pembinaan
keahlian yang meliputi; peningkatan keahlian bidang kerjanya, ketrampilan
kecekatan serta peningkatan pengetahuan ( Handoko ,1989).
Dalam setiap organisasi termasuk lembaga pendidikan baik formal
maupun informal, diperlukan adanya kepemimpinan yang efektif dan
seorang pemimpin/kepala yang mampu membawa organisasi / lembaga
pendidikan untuk mencapai sasaran /tujuan yang diharapkan.Sebagaimana
dikemukakan oleh Stogdill yang menyebutkan bahwa: kepemimpinan
(leardership) adalah pengaruh seni dan proses mempengaruhi orang - orang,
sehingga mereka akan berusaha mencapai tujuan kelompok dengan
kemauan atau antusiasme.
Dalam teori kepemimpinan terdapat beberapa konsep yang
membahas gaya kepemimpinan sebagai unsur penentu keberhasilan
pendidikan yang di pimpinnya. Bertolak dari uraian tersebut diatas penulis
tertarik untuk meneliti dengan judul “Kepemimpinan Kepala Sekolah
sebagai pendorong propesionalisme Guru (studi kasus pengawas di
MI. ........................... Kabupaten ...........................).”
3
Profesionalisme bagi guru memang tuntutan logis karena kontrak
sosial dan tanggung jawabnya terhadap profesi yang digeluti. Suatu profesi
yang menjanjikan jasa yang berdasarkan ilmu Pengetahuan yang hanya
dipahami oleh orang - orang tertentu secara sistimatik diformulasikan dan
diterapkan untuk memenuhi kebutuhan klien, jadi profesi merupakan
pekerjaan.
Seorang guru harus menampilkan ciri keprofesinalasnya pada
bidang Pelajaran yang telah dirumuskan dalam perencanaan pembelajaran
serta silabus yang disusunnya.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa tugas - tugas tersebut
merupakan Bagian dari profesi sehingga yang bersangkutan akan
memperoleh predikat seorang profesional.
B. Batasan Masalah
Penelitian hanya dibatasi masalah kepemimpinan Kepala Madrasah
yang Mengarah terwujudnya guru yang profesional oleh karena itu penulis
batasi saja:
l. Bagaimana upaya Kepala MI. ...........................
Kabupaten ........................... pimpinan untuk mencapai tujuan
kepemimpinannya.
2. Faktor-faktor apa saja sebagai pendukung dan penghambat
kepemimpinan di MI ........................... tersebut.
3. Bagaimana kinerja guru Madrasah tersebut sebagai seorang yang
profesional.
4
5
C. Rumusan Masalah
Dalam rumusan masalah ini penulis berpijak pada dua hal pokok :
l. Apakah kepemimpinan Kepala MI memiliki kiat-kiat yang positif
sebagai pendorong para guru menjadi seorang profesionalis ?
2. Apakah guru-guru MI ........................... Kababupaten ...........................
memiliki kinerja agar yang bersangkutan menjadi guru professional ?.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan yang melibatkan dua variabel yakni Kepala
Madrasah sendiri dan para gurunya dengan tujuan sebagai berikut :
l. Agar Kepala MI dalam memimpin suatu lembaga memiliki
karakteristik kepemimpinan yang demokratis, jujur dan bertanggung
jawab terhadap MI yang di kelola sehingga tercapai tujuan pendidikan
yang di harapkan.
2. Agar para guru tersebut merasa memiliki lembaga dimana mereka
bekerja bukan sekedar mengajar terlebih pencapaian
profesionalismenya terwujud.
3. Tujuan penulis sendiri ingin mengetahui secara pasti sikap dan perilaku
Kepala MI sehingga dapat dijadikan barometer bagi Kepala dan guru
MI yang lain.
6
E. Manfaat Penelitian
l. Untuk memberi informasi yang lebih dalam kepada Kepala Madrasah
sebagai kewajiban pengawas terhadap madrasah.
2. Untuk memberikan gambaran paparan seorang pemimpin dan Kepala
Madrasah bagaimana seharusnya menjadi pimpinan yang baik.
3. Untuk mengetahui secara dekat kiat Kepala Madrasah mengarahkan
pada guru agar menjadi guru yang menekuni profesinya.
4. Sebagai hasanah ilmu pengetahuan praktek kepemimpinan dan seorang
profesional.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Kepemimpinan
Untuk menjelaskan apa arti kepemimpinan itu, akan dikemanakan
terlebih dahulu dari sudut mana seseorang memandang atau memahami
hakekat kepemimpinan itu, untuk selanjutnya berdasar pemahaman
tersebut akan terlihat bagaimana ia membuat rumusan. Oleh karena itu
ingin penulis sampaikan pengertian / definisi kepemimpinan :
Drs. M. Ngalim Purwanto, MP. Mengemukakan dalam bukunya
administrasi dan supervisi pendidikan sebagai berikut :
1) Kepemimpinan dapat dirumuskan sebagai suatu kepribadian (personality) seseorang yang mendatangkan keinginan pada kelompok orang-orang untuk mencontohnya atau mengikutinya, atau yang memancarkan suatu pengaruh yang tertentu, suatu kekuatan atau wibawa, yang demikian rupa sehingga membuat sekelompok orang-orang mau melakukan apa yang dikehendakinya.
2) Kepemimpinan dapat pula dipandang sebagai penyebab dari pada kegiatan-kegiatan, proses atau kesediaan untuk mengubah pandangan atau sikap (mental / fisik) dari pada kelompok orang-orang, baik dalam hubungan organisasi formal maupun informal.
3) Kepemimpinan adalah pula suatu seni (art), kesanggupan (ability) atau teknik (technique) untuk membuat sekelompok orang bawahan dalam organisasi formal mengikuti atau menaati segala apa yang dikehendakinya, membuat mereka begitu antusias atau bersemangat untuk mengikutinya, atau bahkan mungkin berkorban untuknya.
4) Kepemimpinan dapat pula dipandang sebagai suatu bentuk persuasi suatu seni, pembinaan kelompok orang-orang tertentu, biasanya melalui “human relations” dan motivasi yang tepat, sehingga mereka tanpa adanya rasa takut mau bekerja sama membanting tulang untuk memahami dan mencapai segala apa yang menjadi tujuan-tujuan organisasi.
7
8
5) Kepemimpinan dapat pula dipandang sebagai suatu sarana, suatu instrumen atau alat, untuk membuat sekelompok orang-orang mau bekerja sama dan berdaya upaya menaati segala peraturan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan Dalam hal ini, kepimpinan dipandang sebagai dinamika suatu organisasi yang membuat orang-orang bergerak, bergiat, berdaya upaya secara “kesatuan organisasi” untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Berdasarkan pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-
sifat kepribadian, termasuk di dalamnya kewibawaan, untuk dijadikan
scbagai sarana dalam ranbka menyakinkan yang dipimpinnya agar mereka
mau dan dapat melaksanakan tugas--tugas yang dibebankan kepadanya
dengan rela, penuh semangat, dan kegembiraan batin, serta merasa tidak
terpaksa.
Demikian betapa banyak definisi kepemimpinan itu. Hoy dan Miskel
mengemukakan bahwa definisi kepemimpinan hampir sebanyak orang
yang meneliti dan mendefinisikannya. Sebagai contoh dikutipnya beberapa
definisi kepemimpinan dari berbagai buku seperti berikut : .
- Kepemimpinan adalah kekuatan (power) yang didasarkan atas tabiat / watak seseorang yang memiliki kekuatan lebih, biasanya bersitat normatif (Amitai Etzioni).
- Pemimpin adalah individu didalam kelompak yang memberikan tugas-tugas pengarahan dan pengordinasian yang relevan dengan kegiatan-kegiatan kelompok (Fred E. Fiedler).
- Kepemimpinan dalam organisasi-organisasi berarti penggunaan kekuasaan dan pembuatan keputusan-keputusan (Robert Dubin).
- Hakikat kepemimpinan organisasi adalah penambahan pengaruh (influential increment) terhadap dan diatas pelaksanaan mekanis pengarahan-pengarahan rutin dari suatu organisasi (Daniel Katz and Robert L. Kahn)
- Kepemimpinan adalah permulaan dari suatu struktur atau prosedur baru untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran organisasi atau untuk mengubah tujuan-tujuan dan sasaran organisasi (James Lipham).
9
- Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan kegiatan suatu kelompok yang diorganisasi menuju kepada penentuan dan pencapaian tujuan (Ralph M. Stogdill).
- Kepemimpinan terjadi didalam kelompok dua orang atau lebih, dan pada umumnya melibatkan pemberian pengaruh terhadap tingkah laku anggota kelompok dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan-tujuan kelompok (Robert J. House dan Mary L. Baetz).
Demikianlah betapa beragamnya definisi kepemimpinan itu.
Keragaman tersebut disebabkan oleh perbedaan konsep dasar yang
dipergunakannya. (Ngalim Purwanto, 1988: 28-29).
B. Konsep Dasar Kepemimpinan
Banyak pendapat dikemukakan para Ahli mengenai konsep dasar
atau pengertian kepemimpinan dan semua itu tergantung dari sudut mana
mereka memandangnya. Robbins mengatakan kepemimpinan adalah
“kemampuan untuk mempengaruhi kelompok atau orang-orang dengan
maksud mencapai suatu tujuan”. Hal senada dikemukakan Gito Sudarmo
(1993) kepemimpinan “sebagai upaya untuk mempengaruhi tingkah laku
orang lain agar melakukan kegiatan seperti apa yang diinginkan oleh
pemimpin bersangkutan”. Walaupun kedua pendapat diatas memiliki
banyak kesamaan, namun Gito Sudarmo mempertegas tujuan yang ingin
dicapai tersebut harus sesuai kehendak pemimpin. Sementara itu Owens
(1991) menyimpulkan kepemimpinan sebagai fungsi kelompok non /
bukan individu, terjadi dalam interaksi 2 orang utau lebih, dimana
seseorang menggerakkan yang lain untuk berpikir dan berbuat sesuai yang
diinginkan. Dalam redaksi yang berbeda Newell mengemukakan
10
kepemimpinan sebagai “Proses melalui orang-orang atau kelompok yang
dilaksanakan dengan sengaja untuk mempengaruhi orang lain di dalam
pengembangan dan pencapaian tujuan-tujuan kelompok atau organisasi”.
Konsep-konsep dasar kepemimpinan di atas, memiliki sejumlah
persamaan. Pertama, kepemimpinan sebagai kegiatan bersama orang-orang
atau kelompok yang didalamnya terdapat aktivitas mempengaruhi. Owens
tidak menggunakan istilah mempengaruhi tetapi menggunakan istilah
menggerakkan (indece), namun dengan istilah mempengaruhi tentu juga
bermakna menggerakkan. Kedua, yang dipengaruhi mencakup pikiran,
perbuatan dan tingkah laku orang baik secara perorangan maupun
berkelompok. Konsep dasar Gito Sudarmo tidak memuat istilah pikiran
dan perbuatan secara eksplisit, sebagaimana dikemukakan Owens, namun
dengan istilah tingkah laku mengandung makna pikiran dan perbuatan.
Bahkan pengertian yang dikemukakan Robbins dan Newell (1991) sama
sekali tidak memuat istilah tingkah laku, pikiran dan perbuatan, tetapi
secara implisit yang dipengaruhi tersebut menyangkut perasaan, pikiran,
dan perbuatan seseorang, atau kelompok, karena hal itulah yang akan
melahirkan tingkah laku. Ketiga, tindakan atau perbikatan yang dilakukan
seseorang atau kelompok sebagai akibat dari keterpengaruhannya kepada
pemimpin tentu dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan bersama
atau diinginkan pemimpin bersangkutan.
11
C. Pengertian Kepala Madrasah
Diantara pemimpin pendidikan yang bermacam jenis dan
tingkatannya, Kepala Madrasah merupakan pendidikan yang sangat
penting, karena lebih dekat dan lansung berhubungan dengan program
pelaksanaan pendidikan di setiap Madrasah.
Dapat atau tercapainya program sesuai tujuan sangat bergantung
kepada kecakapan dan kebijaksanaan kepala Sekolah sebagai pemimpin
pendidikan.
Mengingat pentingnya peranan dan fungsi dart syarat Kepala
Madrasah berikut dikemukakan fungsi Kepala Madrasah :
a. Fungsi Kepala Madrasah
Jika kita bandingkan antara tugas Kepala Sekolah pada masa
penjajahan Belanda di Indonesia dengan tugas kepala Sekolah dewasa
ini, dapat kita lihat betapa jelas perbedaannya. Kita semua mengetahui
bahwa tujuan pendidikan di masa penjajahan Belanda disesuaikan
dengan tujuan kolonialisme Belanda. Sedangkan tujuan pendidikan di
Indonesia sekarang ini harus sesuai dengan dasar dan tujuan negara
Republik Indonesia.
Tugas dan tanggung jawab kepala Sekolah dimasa penjajahan
Belanda tidak seluas dan seberat tugas dan tanggung jawab Kepala
Sekolah di masa sekarang. Pada masa itu kepala Sekolah lebih
merupakan seorang “kepala”. Ia telah dapat dikatakan berhasil sebagai
pemimpin Sekolah jika ia dapat bertindak memerintah dan mengawasi
12
anak buah / guru-gurunya, menjalankan tugas sebaik baiknya sesuai
dengan peraturan-peraturan serta ketentuan ketentuan yang telah
digariskan dan ditetapkan dari atasannya.
Dalam tugasnya sehari-hari, dari bulan ke bulan dan dari tahun ke
tahun lebih banyak merupakan tugas-tugas rutin daripada tugas-tugas
yang merupakan inisiatif dan kreatif baru bagi perkembangan dan
kemajuan Sekolah dan dipimpinnya. Betapa tidak ! Bukankah segala
sesuatu telah ditaru dan disediakan oleh atasan, dalam hal ini oleh
pemerintah ? Gedung Sekolah dan perlengkapannya telah tersedia, ia
tidak perlu terlalu pusing memikirkan kekurangan ruangan atau
bangku-bangku murid, dan sebagainya. Alat-alat pelajaran, termasuk
buku tulis, buku buku pelajaran dan perpustakaan untuk guru maupun
murid-murid telah tersedia dan ditetapkan oleh pcmerintah. Disamping
itu, kepala Sekolah tidak perlu terlalu pusing memikirkan gaji dan
kenaikan tingkat guru-gurunya, apalagi soal honorarium, uang vakasi,
dan sebagainya.
Terhadap Sekolah pada masa penjajahan Belanda tidak dituntut
adanya hubungan dan kerjasama dengan masyarakat. Bahkan
sebaliknya, Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang terpisah dari
kehidupan masyarakat lingkungannya Oleh sebab itu, sebagai kepala
Sekolah pada masa itu, tidak perlu memikirkan bagaimana membentuk
organisasi Komite sekolah atau POMG (Persatuan Orang tua Murid dan
Guru), sebagaimana menyusun anggaran dasar Komite Sekolah /
13
POMG dan peraturan / ketentuan-ketentuan yang dapat mengatur
hubungan kerjasama yang baik antara Sekolah dan masyarakat,
khususnya para orang tua murid, dalam membina dan memajukan
Sekolahnya. Pemikiran tentang perkembangan atau perubahan
kurikulumpun tidak menjadi tanggung jawab kepala Sekolah karena hal
itu adalah janggung jawab pemerintah dan telah ditetapkan oleh
pemerintah. Kepala Sekolah dan guru guru tinggal menjalankan seperti
apa adanya saja.
lni berlainan dengan kepala Sekolah sekarang setelah Indonesia
merdeka. Tugas dan tanggung jawab kepala Sekolah mengalami
perkembangan dan perubahan, baik dalam sifat maupun luasnya sesuai
dengan pendidikan di negara kita Indonesia yang bersifat nasional
demikratis, maka sikap dan sifat kepemimpinan kepala Sekolah pun
harus berubah dan mengarah kepada kepemimpinan pendidikan dan
demokratis. (Ngalim Purwanto, 1988: 112-118)
b. Syarat minimal Kepala Madrasah
Untuk menjalankan tugas sebagai kepala Sekolah yang baik
diperlukan seseorang yang memiliki syarat-syarat tertentu. Disamping
syarat ijazah (yang merupakan syarat formal), juga pengalaman kerja
kepribadian yang baik perlu diperhatikan. Dalam peraturan yang
berlaku di Departemen P dan K, untuk setiap tingkatan dan jenis
Sekolah sudah ditetapkan syarat-syarat yang diperlukan untuk
mengangkat seorang kepala Sekolah. Seperti yang telah kita ketahui
14
bahwa untuk kepala Sekolah taman kanak-kanak (TK) dan Sekolah
dasar (SD) serendah rendahnya berijazah SGA / SPG atau SGTK (SPG
jurusan B). Untuk, kepala SMPT serendah-rendahnya berijazah sarjana
muda atau B 1, dan untuk SMTA serendah-rendahnya berijazah sarjana
atau B II Karena jenis SMTP dan SMTA itu bermacam-macam (SMP,
SMA, SMEA, SPG, SMTK, STM, SMOA, SAA, SPMA, SKMA,
SPDMA, dsb) maka ijazah yang diperlukan bagi seorang kepala
Sekolahpun hendaknya sesuai dengan jurusan atau jenis Sekolah yang
dipimpinnya.
Disamping ijazah, pengalaman bekerjapun merupakan syarat
penting yang tidak dapat diabaikan. Mengenai lamanya pengalaman
bekerja bagi syarat pengangkatan kepala Sekolah belum ada
keseragaman diantara berbagai jenis Sekolah. Hal ini tidak
mengherankan karena banyak hal yang menyebabkan kesulitan dalam
melaksanakan pengangkatan itu. Diantara bermacam-macam hal
tersebut dapat dikemukakan disini :
- Pertumbuhan dan perkembangan jumlah Sekolah yang sangat pesat
dan tidak sesuai dengan jumlah guru yang tersedia.
- Di SD kekurangan jumlah guru adalah sangat menyolok
dibandingkan dengan banyaknya SD yang memerlukan.
- Di SMTP dan SMTA terdapat ketidakseimbangan antara
banyaknya guru vak umum / sosial yang besar jumlahnya dengan
15
guru-guru yang vak kejuruan (teknik dan eksakta) yang sangat
sedikit.
- Pada umumnya di kota-kota besar sangat banyak kelebihan guru
sedangkan di kola-kota kecil dan pelosok sangat kekurangan.
- Masih banyaknya guru yang belum berwewenang mengajar di
suatu Sekolah tertentu dalam mata pelajaran tertentu, tetapi
terpaksa ditempatkan karena tidak ada tenaga yang lain.
(Ngalim Purwanto, ibid. 115).
c. Kepala Sekolah / Madrasah sebagai Administrator
Tugas kepala Sekolah sebagai administratur bertanggung jawab
terhadap kelancaran pendidikan. Oleh sebab itu ia harus dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik. Memahami, mengusai dan mampu
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan fungsinya
sebagai administator pendidikan diantaranya :
1) Membuat perencanaan.
Salah satu fungsi utama dan pertama yang menjadi tanggung
jawab kepala Sekolah adalah membuat atau menyusun
perencanaan. Perencanaan merupakan salah satu syarat mutlak bagi
setiap organisasi atau lembaga dan bagi setiap kegiatan, baik
perseorangan maupun kelompok. Tanpa perencanaan atau
planning, pelaksanaan suatu kegiatan akan mengalami kesulitan
dan bahkan mungkin juga kegagalan.
16
Oleh karena itu, setiap Kepala Sekolah paling tidak harus
membuat rencana tahunan. Setiap tahun, menjelang dimulainya
tahun ajaran baru, kepala Sekolah hendaknya sudah siap menyusun
rencana yang akan dilaksanakan untuk tahun ajaran berikutnya.
Sesuai dengan ruang lingkup administrasi Sekolah, maka rencana
tahu program tahunan hendaknya mencakup bidang-bidang seperti
berikut :
a) Program pengajaran, seperti antara lain kebutuhan tenaga guru
sehubungan dengan kepindahan, dan lain-lain : pembagian
tugas mengajar, pengadaan buku-buku pelajaran, alat-alat
pelajaran, dan alat peraga; pengadaan atau pengembangan
laboratoriun: Sekolah, pengadaan atau pengembangan
perpustakaan Sekolah, sistem penilaian hasil belajar; kegiatan-
kegiatan kokurikuler, dan lain-lain.
b) Kesiswaan atau kemuridan, antara lain syarat-syarat dan
prosedur penerimaan murid baru, pengelompokkan siswa atau
murid dan pembagian kelas, bimbingan atau konseling murid,
pelayanan kesehatan murid (UKS), dan sebagainya.
c) Kepegawaian, seperti penerimaan dan penempatan guru atau
pegawai baru, pembagian tugas / pekerjaan guru dan pegawai
Sekolah, usaha kesejahteraan guru dan pegawai Sekolah,
mutasi dan atau promosi guru dan pegawai Sekolah, dan
sebagainya.
17
d) Keuangan, yang mencakup pengadaan pengelolaan keuangan
untuk berbagai kegiatan yang telah direncanakan, baik uang
yang berasal dari pemerintah, atau dari POMG atau komite
Sekolah atau sumber lainnya.
e) Perlengkapan, yang meliputi perbaikan atau rehabilitasi
gedung Sekolah, penambahan ruangan kelas, perbaikan atau
pembuatan pagar pekarangan Sekolah, perbaikan atau
pembuatan lapangan olah raga, perbaikan atau pengadaan
bangku murid, dan sebagainya.
Perlu diperhatikan bahwa dalam penyusunan rencana tahunan
ini, guru-guru dan pegawai Sekolah hendaknya diikutsertakan. Ikut
sertanya guru-guru dan pegawai Sekolah dapat membantu
pemikiran dan ide-ide serta pemecahan masalah yang mungkin
tidak terpikirkan atau tidak dapat dipecahkan sendiri oleh kepala
Sekolah. Disamping itu, dengan diikutsertakannya guru-guru dan
pegawai Sekolah, mereka akan merasa bertanggungjawab dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan dan
mereka sepakati bersama.
2) Menyusun Organisasi Madrasah
Organisasi merupakan fungsi administrasi dan manajemen
yang penting pula disamping perencanaan. disamping sebagai alat,
organisasi dapat pula dipandang sebagai wadah atau struktur dan
sebagai proses.
18
Sebagai wadah, organisasi merupakan tempat kegiatan-
kegiatan administrasi itu dilaksanakan. Dan jika dipandang sebagai
proses, maka organisasi merupakan kegiatan-kegiatan atau
menyusun dan menetapkan hubungan-hubungan kerja antar
personal. Kewajiban-kewajiban, wewenang dan tanggung jawab
masing-masing sebagai atau personel yang termasuk di dalam
organisasi itu disusun dan ditetapkan menjadi pola-pola kegiatan
yang tertuju kepada tercapainya tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan.
Kepala Sekolah sebagai administrator pendidikan perlu
menyusun organisasi Sekolah yang dipimpinnya, dan
melaksanakan pembagian tugas serta wewenangnya kepada guru
guru dan pegawai Sekolah sesuai struktur organisasi Sekolah yang
telah disusun dan disepakati bersama.
Untuk menyusun organisasi Sekolah yang baik perlu
diperhatikan prinsip-pronsip sebagai berikut :
a) Mempunyai tujuan yang jelas.
b) Para anggota menerima dan memahami tujuan tersebut.
c) Adanya kesatuan arah sehingga dapat menimbulkan kesatuan
tindakan, kesatuan pikiran; dan sebagainya.
d) Adanya kesatuan perintah (unity of command); para bawahan /
anggota hanya mempunyai seorang atasan langsung, dan
19
daripadanya ia menerima perintah atau bimbingan, serta
kepadanya la harus mempertanggungjawabkan pekerjaannya.
e) Adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab
seseorang di dalam organisasi itu. Sebab tidak adanya
keseimbangan tersebut akan memudahkan timbulnya hal-hal
yang tidak diinginkan, seperti :
- Jika wewenang lebih besar daripada tanggung jawab,
mudah menimbulkan penyalahgunaan wewenang;
- Jika tanggung jawab lebih besar daripada wewenang,
mudah menimbulkan banyak kemacetan, merasa tidak
aman atau ragu-ragu dalam tindakan.
f) Adanya pembagian tugas pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuan keahlian, dan atau bakat masing-masing.
g) Struktur organisasi, hendaknya disusun sesederhana mungkin,
sesuai dengan kebutuhan koordinasi, pengawasan dan
pengendalian.
h) Pola organisasi hendaknya relatif permanen artinya, meskipun
struntur organisasi dapat dan memang harus diubah sesuai
dengan tuntutan perkembangan, fleksibilitas dalam
penyesuaian itu jangan bersifat prinsip. Oleh karena itu, pola
dasar struktur organisasi perlu dibuat sedemikian rupa
sehingga sedapat mungkin permanen.
20
i) Adanya jaminan keamanan dalam bekerja (securit of' tenure);
bawahan atau anggota tidak merasa gelisah karena takut
dipecat, ditindak sewenang-wenang dan sebagainya.
j) Garis-garis kekuasaan dan tanggung jawab serta tata kerjanya
jelas tergambar di dalam stuktur atau bahan organisasi.
Perlu ditambahkan disini bahwa strUctur organisasi yang telah
disu_sunnya haruslah disertai dengan deskripsi tugas (job
descriptions) untuk masing-masing organ atau bagian-bagiannya.
Dengan demikian, setiap personel yang menduduki jabatan di
dalam organisasi tersebut memahami tugasnya masing-masing, dan
tidak terjadi tugas rangkap atau tumpang tindih dalam
pelaksanaannya. (Ngalim Purwanto, Op cit. : 118- 121)
D. Pengertian Profesionalisme
Dilihat dari sisi aktualisasinya, pendidikan merupakan proses
interaksi guru dan peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan yang
telah ditentukan. Keduanya merupakan dua belah mata uang yang saling /
sama-sama berperan sama. Guru dapat dibantu media lain seperti
teknologi. Mendidik adalah pekerjaan profesional. Berdasar uraian singkat
tersebut di atas, penulis kemukakan pendapat para ahli sebagai berikut :
l. Pengertian Kode Etik Profesi Guru
Kode etik berasal dari dua kata, yaitu kode yang berarti tulisan
(kata-kata, tanda) yang dengan persetujuan mempunyai arti atau
21
maksud yang tertentu (untuk telegram dan sebagainya; sedangkan etik,
dapat berarii aturan tata susila; sikap atau akhlak.
Dengan demikian, kode etik secara kebahasaan berarti ketentuan atau
aturan yang berkenaan dengan tata susila dan akhlak. Akhlak itu sendiri
dapat disebut oleh Ibn Miskawiah dan Imam al Ghazali (w. l l l M)
adalah, ekspresi jiwa yang tampak dalam pembuatan dan meluncur
dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka kode etik atau aklak
adalah tingkah laku yang memiliki lima ciri sebagai berikut : pertama,
tingkah laku yang diperbuat itu telah mendarah daging dan menyatu
menjadi kepribadian yang membedakan antara satu individu dengna
individu lainnya. Kedua, tingkah laku tersebut sudah dapat dilakukan
dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran lagi. Hal ini sebagai akibat
dari keadaan perbuatan tersebut yang sudah mendarah daging. Ketiga,
perbuatan yang dilakukan itu timbul atas tekanan dari orang lain.
Keempat, perbuatan yang dilakukan itu berada dalam keadaan
sesungguhnya, Bukan berpura-pura atau bersandiwara. Kelima,
perbuatan tersebut dilakukan atas niat semata-mata karena Allah,
sehingga perbuatan dimaksud bernilai ibadah dan kelak mendapatkan
balasan pahala disisi Allah SWT. jika perbuatan yang dilakukan itu
telah memiliki ciri-ciri tersebut, barulah pemuatan itu dapat disebut
perbuatan akhlak atau kode etik. Dengan demikian, kode etik adalah
suatu istilah atau wacana yang mengacu kepada seperangkat perbuatan
22
yang memiliki nilai, baik atau buruk, pantas atau tidak pantas, sopan
atau tidak sopan. Kode etik tersebut harus dimiliki oleh setiap
pekerjaan profesional, termasuk guru.
Selanjutnya kata profesi masuk ke dalam kosa kata bahasa
Indonesia melalui bahasa Inggris (Profession) atau bahasa Belanda
(Professie). Kedua bahasa Barat ini menerima kata ini dari bahasa latin.
Dalam bahasa Latin kata professio berarti pengakuan atau pernyataan.
kata kerja untuk tidak mengaku atau tidak menyatakan ialah profiteri.
Dan apa yang telah dinyatakan atau diakui disebut professus.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat dinyatakan
sekarang, bahwa pada mulanya kata profesi seperti yang kita
pergunakan sekarang ini arti sebenarnya tidak lain dari pernyataan atau
pengakuan tentang bidang pekerjaan atau bidang pengabdian atau
pengakuan tentang bidang pekerjaan atau bidang pengabdian yang
dipilih. Jadi, seseorang yang mengatakan bahwa profesinya adalah
pemusik, maka sebenarnya tidak lain daripada memberitahukan kepada
orang lain, bahwa bidang pekerjaan yang dipilih adalah bermain musik.
Pada taraf perkembangan berikutnya, kata profesi itu
mendapatkan arti yang lebih jelas atau lebih ketat. Ada dua ketentuan
mengenai penggunaan kata profesi ini. Pertama, suatu kegiatan hanya
dapat dikatakan profesi kalau kegiatan itu dilakukan untuk mencari
nafkah. Kegiatan yang dilakukan tidak untuk mencari nafkah melainkan
untuk mencari kesenangan atau kepuasan semata-mata disebut hobby.
23
Kedua ditentukan pula bahwa suatu kegiatan untuk mencari nafkah
hanya boleh disebut profesi kalau dilakukan dengan tingkat keahlian
yang sedang saja disebut kejuruan atau vokasi. Sendangkan suatu
kegiatan mencari nafkah yang dilakukan tanpa keahlian semata-mata
dalam bahasa Inggris disebut unskiller labour. Dalam bahasa Indonesia
pekerjaan semacam ini disebut pekerjaan awam. Disamping ketentuan-
ketentuan tentang penggunaan kata-kata profesi, vokasi dan pekerjaan
awam ini terdapat pula ketentuan, bahwa ketiga tugasnya dapat disebut
istilah generik “okupasi” (accupation dalam bahasa Inggris atau
accupation dalam bahasa latin), yang artinya ialah kesibukan atau
kegiatan, atau pekerjaan, atau mata pencaharian.
Dalam perkembangan selanjutnya setelah timbul perserikatan-
perserikatan atau assosiasi-assosiasi yang mengikat manusia-manusia-
yang sama-sama mengabdikan diri pada suatu jabatan tersusunlah
petunjuk-petunjuk lebih lanjut mengenai perilaku yang harus ditaati
oleh setiap anggota profesi. Dalam konteks ini, maka istilah profesi
dengan sendirinya mengandung muatan kode etik, sebagaimana telah
disebutkan di atas. Untuk itu terdapat tiga petunjuk dasar mengenai
suatu perbuatan profesi sebagai berikut :
Pertama-tama ditentukan bahwa setiap profesi dikembangkan
untuk memberikan pelayanan tertentu kepada masyarakat. Pelayanan
itu dapat berupa pelayanan individu, yaitu pelayanan kepada
perorangan, tetapi bisa juga bersifat pelayanan kolektif, yaitu pelayanan
24
kepada kelompok manusia sekaligus. Dengan demikian setiap orang
yang mengaku menjadi pengemban dari suatu profesi tertentu harus
benar-benar yakin, bahwa dirinya memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang memadai untuk memperhatikan atau
mendemonstrasikan pengetahuan atau ketrampilan tadi.
Kedua ditentukan, bahwa profesi bukanlah sekedar mata
pencaharian atau bidang pekerjaan. Dalam kata profesi tercakup pula
pengertian pengabdian kepada sesuatu, misalnya keadilan, kebenaran,
meringankan penderitaan secara manusia, dan sebagainya. Jadi setiap
orang yang menganggap dirinya sebagai anggota suatu profesi harus
tahu betul-betul, pengabdian apa yang akan diberikan kepada
masyarakat melalui perangkat pengetahuan dan ketrampilan khusus
yang dimilikinya. Pada umumnya, melalui mengetahuan dan
ketrampilan khusus ini setiap anggota suatu profesi mempunyai
kewajiban untuk melindungi masyarakat dari praktek-praktek penipuan
yang dilakukan oleh para profesional gabungan atau para pseudo
professionals.
Ketentuan yang ketiga, setiap bidang profesi mempunyai
kewajiban untuk menyempurnakan prosedur kerja yang mendasari
pengabdiannya secara terus-menerus. Secara teknis profesi tidak boleh
berhenti, tidak boleh mandeg. Kalau kemandegan teknis ini sampai
terjadi, maka profesi ini, dianggap sedang menjalani proses kelayuan
25
(decaying) atau sudah mati, profesi itupun punah dari kehidupan
masyarakat.
Berdasarkan ketentuan-ketentuan di atas kita ketahui sekarang,
bahwa pengakuan atau claim sebagai seorang professional, sebagai
seorang pengemban profesi membawa kewajiban-kewajiban tertentu.
Jika kewajiban-kewajiban ini diabaikan, maka anggota profesi yang
lalai ini oleh teman-teman sejawatnya dan oleh masyarakat umum akan
dipandang melanggar etika profesi. Konsekuensinya ia akan dikucilkan
dari lingkungan profesinya.
Berdasarkan uraian di atas, profesi atau profesionalisem dapat
kita artikan sebagai pandangan tentang bidang pekerjaan yaitu
pandangan yang menganggap bidang pekerjaan sebagai suatu
pengabdian melalui keahlian tertentu dan yang menganggap keahlian
ini sebagai suatu yang harus diperbaharui secara terus menerus dengan
memanfaatkan kemajuan-kemajuan yang terdapat dalam ilmu
pengetahuan. Dalam konteks ini, maka profesi selain berhubungan
dengna kode etik, juga bertautan dengna kegiatan akademik. Kalau
kehidupan akademik bermuara pada diperolehnya kemajuan ilmu
pengetahuan, maka kegiatan profesional dimulai dari pemahaman dan
pemanfaatan terhadap kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan yang
sudah ada. Dan hal inipun yang merupakan garis pemisah namun
sekaligus sebagai titik temu sebagai penghubung antara
prof'esionalisme dan akademisme. Selanjutnya bagaimanakah ketentuan
26
yang seharusnya ditampilkan oleh seorang guru sebagai tenaga
profesional. (Prof. Piet A. Sahariian, 1992: 7-10).
2. Ciri-ciri guru yang professional
Apakah mengajar itu suatu profesi ?
Pertanyaan ini dijawab oleh Richey dalam bukunya : Planning for
Teaching, sebagai berikut :
Suatu profesi mempersyaratkan para anggotanya “
a. Adanya komitmen mereka sendiri untuk menjunjung tinggi
martabat kemanusiaan lebih daripada kepentingan dirinya sendiri.
b. Mereka harus menjalani suatu persiapan profesional dalam jangka
waktu tertentu guna mempelajari dan memperoleh pengetahuan
khusus tentang konsep dan prinsip dari profesi itu sehingga
statusnya ditingkatkan.
c. Selalu harus menambah pengetahuan jabatan agar terus bertumbuh
datam jabatan.
d. Memiliki kode etik jabatan.
e. Memiliki daya maupun keaktipan intelektual untuk mampu
menjawab masalah-masalah yang dihadapi dalam setiap perubahan.
f. Selalu ingin belajar lebih dalam mengenai suatu bidang keahlian
g. Jabatannya dipandang sebagai suatu karir hidup (a life career).
h. Menjadi anggota dari suatu organisasi, misalnya kelompok Kepala
Sekolah atau Penilik Sekolah, atau guru bidang studi tertentu
(Richey : 207-208)
27
Dalam bukunya Education and Teacher, B.J. Chandler
menegaskan definisi profesi mengajar sebagai berikut :
“Profesi mengajar adalah suatu jabatan yang mempunyai kekhususan bahwa profesi itu memerlukan kelengkapan mengajar atau ketrampilan atau kedua-duanya yang menggambarkan bahwa seseorang itu dalam hal melaksanakan tugasnya”.Setelah itu Chandler menjelaskan ciri-ciri suatu profesi yang dia
kutip dari suatu publikasi yang dikeluarkan oleh British Institute of
Management. Disitu dikemukakan ciri-ciri.suatu profesi sebagai
berikut :
a. Lebih mementingkan layanan kemanusiaan melebihi dari
kepentingan pribadi.
b. Masyarakat mengakui bahwa profesi itu punya status yang tinggi.
c. Praktek profesi itu didasarkan pada suatu penguasaan pengetahuan
yang khusus.
d. Profesi itu ditantang untuk memiliki keaktifan intelektual.
e. Hak untuk memiliki standart kualifikasi profesional ditetapkan dan
dijamin oleh kelompok organisasi profesi.
Sedangkan Chandler sendiri mengemukakan ciri mengajar
sebagai suatu profesi sebagai berikut :
a. Lebih mementingkan layanan daripada kepentingan pribadi.
b. Mempunyai status yang tin ggi.
c. Memiliki pengetahuan yang khusus.
d. Memiliki kegiatan intelektual.
e. Memiliki hak untuk memperoleh standar kualifikasi profesional.
28
f. Mempunyai etik profesi yang ditentukan oleh organisasi profesi.
(Chandler: 237-241).
Cukup menarik pula bila ciri guru sebagai profesi seperti yang
dikemukakan oleh Eric Hoyle, dalam bukunya : The Role of the
Teacher. Ia mengemukakan beberapa kriteria bagi suatu profesi, antara
lain :
a. Hakekat suatu profesi adalah mengutamakan layanan sosial.
b. Suatu profesi dilandasi dengan memiliki sejumlah pengetahuan
yang sistematis.
c. Suatu profesi punya derajat otonomi yang tinggi.
d. Suatu profesi yang dikatakan telah memiliki otonomi kalau orang
itu dapat mengatur dirinya dan dapat mengontrol fungsinya sebagai
orang bertanggung jawab sendiri secara ilmu pengetahuan.
e. Suatu profesi harus, punya kode etik.
f. Suatu profesi umumnya mengalami penumbuhan terus menerus
Dalam mengulas mengenai mengajar sebagai suatu profesi, Eric
Hoyle juga mengemukakan kriteria bagi suatu profesi seperti yang
dikemukakan Myron Lieberman.
Lieberman dalam bukunya : Education as a Proffesion
mengemukakan kriteria suatu profesi sebagai berikut :
a. Suatu profesi menampakkan bentuk dari pelayanan sosial.
b. Suatu profesi diperoleh atas dasar sejumlah pengetahuan yang
sistematis.
29
c. Suatu profesi membutuhkan suatu jangka waktu panjang untuk
pendidikan dan latihan. .
d. Suatu profesi memiliki ciri bahwa seseorang itu punya otonomi
yang tinggi.
e. Suatu profesi biasanya punyu kode etik.
f Suatu profesi umumnya pertumbuhan in-service (Eric Hoyle :
80-85).
Nampak istilah profesi ini cukup menarik perhatian orang
sekarang ini. Tentang istilah itu sendiri Everett Hughes menjelaskan
bahwa : istilah profesi merupakan suatu simbol dari suatu konsep yang
diharapkan dari suatu pekerjaan dan selanjutnya menjadi pekerjaan itu
sendiri (Hughes, 1951). (Drs. Piet A. Sahartian, 1992: 7-10)
3. Tugas-tugas guru
Umumnya dibedakan 3 macam tugas guru :
1) Tugas Profesional
Tugas profesional menjadi guru memiliki peranan profesi
(professional role). Yang termasuk peranan profesional itu ialah :
a) Seorang guru yang diharapkan menguasai pengetahuan yang
diharapkan sehingga ia dapat memberi kegiatan kepada siswa
dengan berhasil baik.
b) Seorang pengajar yang menguasai psikologi tentang anak.
c) Seorang penanggung jawab dalam membina disiplin.
d) Seorang penilai dan konselor terhadap kegiatna siswa.
30
e) Seorang pengemban kurikulum yang sedang dilaksanakan
f) Seorang penghubung antara Sekolah dengan masyarakat, orang
tua.
g) Seorang pengajar yang terus menerus mencari (menyelidiki)
pengetahuan yang baru dan ide-ide yang baru untuk
memperlengkapi informasi (Marion Edman, hal l2).
2) Tugas Personal
la melihat dirinya seorang pemberi contoh dalam hubungan
ini P. Wiggens dalam bukunya “Student Teacher in Action”
menulis tentang potret diri seorang pendidik. Ia mengembangkan
seorang guru harus mampu membaca pada dirinya sendiri. Kalau
seorang melihat dirinya (self concept). Maka yang nampak bukan
satu pribadi yaitu saya dengan :
a) Saya dengan diri saya sendiri
b) Saya dengan self ideal saya sendiri
c) Saya dengan self concept saya sendiri
3) Tugas Sosial
Seorang guru adalah seorang penceramah zaman
(Langeveld). Karena posisinya dalam masyarakat, maka tugasnya
lebih dari tugas profesional yang telah disebutkan di atas. Ia juga
harus punya komitmen dan konsern terhadap masyarakat dalam
peranannya sebagai warga negara dan sebagai agen pembaharuan.
Atau seorang penceramah masa depan.
31
Morion Edman mengungkapkan seringkali terjadi hal yang
kontradiksi, pada satu pihak diharapkan untuk menjadi pemimpin
tapi pada saat yang sama ia diharapkan menjadi seorang pengikut
yang taat. Pada satu saat ia diminta tetap mempertahankan nilai-
nilai dasar yang harus ditaati tapi pada saat yang sama ia
diharapkan menjadi pembaharu atau innovator dari kemajuan
zaman. Pada suatu saat diharapkan dianggap sebagai anggota dari
masyarakat, tapi pada saat yang sama ia dituntut juga untuk
memilih keadaan masyarakat, pada satu saat ia dituntut menjadi
teladan yang benar (harapan) pada saat yang sama la harus
membela hak-hak kemanusian.
BAB III
MEODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif
yang dimaksud penelitian kualitatif adalah penelitian yang memerlukan
data-data secara alamiah, etnografi, interaksionis, simbolik baik lesan
maupun tertulis (Nana Sujana, 1989).
Adapun menurut Bogdan dan Taylor (1975), pendifinisian metode
kualitatif sebagai proses sosialisasi, prosedur penelitian yang
menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang diamati. Sedangkan,Nasution S. (1988)
menjelaskan bahwa penelitian kualitatif pada karakternya mengamati
orang-orang dalam lingkungan hidupnya bereaksi dengan memahami
bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya.
Dari pendapat para ahli tersebut peneliti menyimpulkan bahwa
pendkatan pcnclitian kualitatif adalah penelitian bahwa dalam melacak
data diutamakan yang secara alamiah tidak dimanipulasi atau direkayasa
yang berupa kata-kata lisan atau tertulis tentang perilaku manusia yang
diperoleh melalui pengamatan atau wawancara.
Menurut pendapat Ibrahim (1989) alasan kuat pentingnya penelitian
kualitatif yaitu : (1) pendidikan sebagai proses sosialisasi pada hakekatnya
adalah interaksi manusia dengan lingkungannya dengan membentuk
melalui proses belajar dalam kontek lingkungan yang berubah-ubah,
32
33
(2) pendidikan senantiasa melibatkan komponen manusia yakni tenaga
kependidikan dan siswa dengan kamponen kurikulum, dan sistem
pendidikan, lingkungan, tempat, ruang dan waktu serta sarana dan
prasarana pendidikan. Setiap komponen berinteraksi satu sama lain dalam
suatu proses pendidikan dan pengajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan bersama, (3) pendidikan sebagai suatu sistem tidak
hanya berorientasi pada hasil, tetapi juga berorientasi pada proses agar
dapat memperoleh basil yang optimal, (4) pendidikan dalam pengertian
luas terjadi pada manusia dan berlangsung sepanjang hayat, dalam
lingkungan keluarga, Sekolah dan lingkuugan masyarakat secara alami.
(5) tekanan utama dari pendidikan adalah pembinaan dan pengembangan
kepribadian manusia mencakup aspek intelektual, moral, sesuai dalam
suatu kesatuan untuk serasi, selaras dan seimbang. Pembinaan dan
pengembangan tersebut melalui proses bela 'jar agar memperoleh
perubahan-perubahan perilaku yang menyangkut pengetahuan, sikap dan
ketrampilan.
Sesuai dengan hakekat penelitian kualitatif maka penelitian kualitatif
dalam pendidikan bertujuan untuk (1) mendiskripsikan suatu proses
kegiatan pendidikan berdasarkan apa yang telah terjadi di lapangan
sebagai bahan yang lebih lanjut untuk menemukan kekurangan dan
kelemahan pendidikan, sehingga dapat diusahakan usaha penyempurnaan
(2) mengaialisa dan menafsirkan suatu fakta, gejala dan peristiwa
pendidikan yang terjadi di lapangan sebagaimana adanya dalam konteks
34
ruang dan waktu serta situasi lingkungan pendidikan secara alami
(3) menyusun kapasitas yang berkenaan dengan konsep dan prinsip
pendidikan, berdasarkan data dan informasi yang terjadi di lapangan
(induktif) untuk dilakukan pengujian lebih lanjut melalui pendekatan
kualitatif.
Nasution S. (1998) mengemukakan ciri-ciri metode penelitian
kualitatif alami mutu selektif yaitu (1) sumber data adalah situasi yang
wajar dan natural setting (2) penelitian sebagai instrumen kunci atau Kay
Instrumen (3) sangat diskriptif (4) mementingkan proses dan produk
(5) mencari makna dibelakang kelakuan atau perbuatan
(6) menguatamakan data langsung atau first hand (7) trianggulasi
(8) obyek yang diteliti dipandang berkedudukan yang sama dengan
peneliti (9) mengutamakan perspektif emie (10) verifikasi (11) sampling
yang perspektive (12) menggunakan “andil Trail” (l3) partisipasi tanpa
mengganggu (14) mengadakan analisis sejak penelitian awal.
Moleong (2000) mengemukakan 10 ciri kualitatif, yaitu : (1) luhur
alamiah, (2) manusia sebagai alat, (3) metode kualitatif (4) analisa data
secara induktif (5) teori dari dasar (Grounded theory) (6) lebih
mementingkan proses daripada hasil (7) adanya batas yang ditentukan dari
fokus (8) adanya cerita khusus untuk keabsahan data (9) desain yang
bersifat sementara (10) hasil penelitian dirundingkan dan disepakati
bersama.
35
Berdasarkan beberapa penelitian dan ciri penelitian kualitatif
tersebut, maka penelitian ini dirancang dengan rancangan penelitian
kualitatif. Hal ini sesuai dengan saran Bogdan dan Bicklen (1982) bahwa
dalam memilih rancangan penelitian kualitatif, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, yaitu : 1. Hendaknya faktor diambil satu pemilihan
yang ukurannya sejenis, 2. Rumusan dilakukan sedang saja, sehingga
dapat dilangsungkan dalam waktu dan sumber dana yang ada,
3. Hendaknya memperhatikan kemampuan peneliti soal ini, 4. Batasi
waktu pelaksanaan penelitian, 5. Usahakan memilih informasi yang
terkonsentraSi.
Sesuai dengan fokus penelitian kreativitas kepala Sekolah dan
partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan otonomi Sekolah dikembangkan
disini adanya observasi dan wawancara yarig mendalam sehingga lebih
baik dibanding observasi perbuatan.
Penelitian dengan pendekatan kualitatif dengan pertimbangan fokus
permasalahan yang diteliti datanya dilacak melalui kata kata lisan dan
untuk memenuhi syarat validasi penelitian dilakukan dengan jalan :
1. Menggunakan kancah alami (natural setting), dalam penelitian ini
berupa mempertahankan konteks alami dengan tidak merekayasa
kancah, tidak mendominasi kegiatan dari kegiatan yang terkait di
lapangan.
2. Memperpanjang waktu kegiatan penelitian di lapangan untuk
memperoleh data yang lebih akurat.
36
3. Wawancara mendalam (depth interview) dan rinci berkaitan masalah
yang diteliti.
4. Trianggulasi metode dan sumber data sebagai ceking kebenaran data
penelitian yang dipeloleh.
5. Membicarakan kepada tokoh peneliti yang tidak ikut meneliti untuk
mengetahui keabsahan proses dan hasil penelitian (peer debrifing).
6. Melacak atau memeriksa kesesuaian hasil analisis data untuk diketahui
kebenarannya(referential adequencychecks).
7. Memberi check yaitu mengecek kesesuaian perolehan data, pemberian
interprestasi dan kesimpulan hasil penelitian untuk diketahui
kebenarannya.
8. Pelitian sebagai insrumen (human as intrumeni) yaitu pengumpulan
data yang ditangani langsung oleh peneliti sebagai tangan pertama.
9. Dapat diandalkan (dipendility) untuk menilai keandalan proses
penelitian, peneliti membuat transkrip, wawancara catatan observasi
dan catatan data angket selama kegiatan penelitian dilakukan.
Penelitian ini menggunakan sample yang dipilih (purpose
sampling) Peneliti terjun ke kancah untuk memperoleh data langsung
dari informasi yang dipilih yang diperkirakan memiliki impormasi yang
diperlukan.
37
B. Kehadiran Peneliti di lapangan
Sebelum penelitian dilakukan, peneliti mengadakan studi
pendahuluan selama tiga minggu, untuk melakukan studi kelayakan dan
pengenalan terhadap lingkungan MI ...........................
Kabupaten ........................... Dengan maksud untuk mengetahui pra
informan kunci dan mengajukan izin penelitian kepada yang berwenang di
MI tersebut. Sementara itu studi pendahuluan dapat diperoleh informasi
yang dapat di pergunakan untuk memperkirakan waktu dan biaya yang di
perlukan serta permasalahan yang berkaitan dengan penelitian.
Kehadiran peneliti sebagai instrumen penelitian berupaya melakukan
pengamatan penuh terhadap subyek penelitian dan secara terbuka menyatakan
peranannya. Kemungkinan ketidak absahan data atau bias yang mungkin
timbul terhadap data yang dihasilkan yang disebabkan oleh identitas peneliti
akan diantisipasi dengan pendekatan antar personal secara intensif terhadap
informasi kunci. Langkah antisipasi ini mulai dilakukan pada studi
pendahuluan. Setelah data atau imformasi yang diperlukan di peroleh,
langkah berikutnya adalah mengorganisasikan data dengan cara memilih,
memisah mengelompokkan secara sistimatis untuk memudahkan mengecek
pada langkah berikutnya.
C. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di MI ...........................
Kabupaten ........................... secara struktural MI ini dibawah naungan
Kementerian Agama Kabupten ............................
38
Waktu penelitian ini dilaksanakan lebih kurang selama satu bulan mulai
tanggal 5 Januari s/d tanggal 5 Pebruari tahun 2011
D. Teknik pengambilan Data
Sedangkan untuk dapat mengetahui dan mendalami serta
menganalisis permasalahan yang dihadapi,diperlukan data yang diperoleh
dari sumber data berupa (1) Data primer yaitu data yang di peroleh dari
sumber data/informan. Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari Kepala
Madrasah maka guru-guru Madrasah Ibtidaiyah ...........................
Kabupaten ........................... berupa keterangan-keterangan dan pernyataan-
pernyataan yang menguatkan. (2) Data sekunder yaitu data yang diperoleh
dari hasil pendataan pihak lain yang sangat mendukung dalam pembahasan
penelitian. Dalam hal ini data sekunder diperoleh dari data-data tertulis
berupa surat -surat keputusan, catatan-catatan, gambar denah, dan data-data
tercatat lainnya.
Dalam penelitian ini teknik pengambilan datanya dengan metode
Wawancara mendalam metode dokumentasi dan metode observasi.
1. Wawancara mendalam
Wawancara mendalam dimaksudkan untuk mengkonstruksikan
mengenai orang, kejadian dan kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi,
tuntutan, kepedulian,dan lain-lain kebutuhan.
Tahapan teknik wawancara ini sebagai berikut : l) menentukan
informasi yang diwawancarai dengan snowball technic setelah terlebih
dahulu mendapat izin dari Kepala RA. 2) Persiapan wawancara dengan
39
menetapkan garis-garis besar pertanyaan untuk memperoleh data. Dalam
panduan wawancara berangkat dari fokus sebagai cover term dan
selanjutnya di kembangkan menjadi beberapa includid term sebagai
pedoman wawancara. 3) Menetapkan waktu dan mengadakan negosiasi
dengan informan. 4) Melakukan wawancara dan selama proses
wawancara berlangsung atau selama penelitian berlangsung peneliti
berusaha memelihara hubungan memelihara hubungan yang wajar
sehingga informasi yang diperoleh akan obyektif, dan 5) Mengakhiri
wawancara dan segera menyalin dalam transkrip wawancara.
Teknik wawancara ini digunakan untuk memperoleh data-data
tentang : 1) Kepemimpinan Kepala Madrasah yang meliputi perencanaan
pengorganisasian, pengimplementasian serta pengevaluasian dalam
pembinaan sikap profesionalisme guru. 2) faktor-faktor pendukung dan
penghambat dalam keberhasilan tujuan pendidikan.
Dari wawancara yang telah dilakukan diperoleh data-data tentang
kepemimpinan Kepala Madrasah Ibtidaiyah ...........................
Kabupaten ...........................,untuk meningkatkan kinerja guru sekaligus
untuk mengetahui kinerja guru -guru Madrasah Ibtidaiyah yang
bersangkutan dengan penerapan kepemimpinan yang demokratis sesuai
dengan cirri pemimpin uraian didepan.
2. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah; suatu teknik yang dilakukan
dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan
40
secara sistimatis. Menurut Sunpiah Faisal bahwa yang di maksud
observasi adalah ; pengamatan dan pencatatan dengan sistimatis
fenomena-fenomena yang akan diselidiki. Dari dua pendapat tersebut
ada dua titik tekan yang sama yaitu adanya pengamatan dan pencatatan
secara sistimatis. Dengan demikian observasi tidak sekedar mengamati
obyek saja, tetapi lebih dari dari itu observasi memerlukan pencatatan
yang sistimatis.
Dari observasi yang telah dilakukan oleh peneliti didapatkan
beberapa impormasi yang berkaitan dengan fokus penelitian dalam hal
ini ternyata kepemimpinan Kepala Madrasah Ibtidaiyah ...........................
Kabupaten ........................... dalam meningkatkan kenerja guru yang
Profesional sangat tepat karena dari pengamatan yang dilakukan yang
dilakukan oleh peneliti kepemimpinan tersebut dapat dilakukan dengan
baik oleh Kepala MI dan para guru dalam menjalankan tugasnya.
E. Analisa Data
Menurut Bogdan (1982) bahwa analisa data itu merupakan proses
penelaahan dan penyusunan secara sistimatik semua transkrip wawancara
catatan lapangan dan materi lainnya, yang telah ditulis peneliti selama
pengumpulan data. Moleong (1996) menyebutkan bahwa analisis data
adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola
kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesis kerja spirit yang disarankan oleh data.
Berdasarkan pengertian itu hai-hal yang dilakukan peneliti setelah
41
memperoleh data dari teknik wawancara, teknik observasi peran serta dan
teknik dokumentasi adalah mengelompokkan berdasarkan tema, situasi,
impormasi, bentuk dengan cara melakukan pengkodean sejak permulaan
peneliti, selama penelitian setelah data terkumpul semua dan pencatatan-
pencatatan dalam corrtact summary sheet.
Miles dan Huberman mengatakan bahwa proses analisis data
meliputi : (l) pengumpulan data yakni data dikumpulkan secara
menyeluruh, (2) reduksi data pada tahap ini dilakukan proses seleksi data,
upaya memfokuskan data, menyederhanakan dan membuat intisari.
Kegiatan reduksi data meliputi pembuatan ringkasan, pengkodean,
membuat cluster, membuat pembagian, menulis memo. Proses ini
dilakukan terus sampai laporan akhir lengkap, (3) penyajian data meliputi
penyajian data yang berupa matrik, grafik dan jaringan, (4) kesimpulan
meliputi gambar / implikasi. Tahap ini merupakan kesimpulan dari tahap-
tahap pengumpulan data, reduksi data serta penyajian data.
Proses analisis yang dilakukan oleh peneliti menurut gambar di atas
melalui tahap-tahap sebagai berikut : Pertama tahap pengumpulan data,
tahap ini peneliti mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari berbagai
sumber, baik melalui wawancara langsung dengan informan, dokumen-
dokumen maupun sumber lain yang relevan. Kedua adalah proses reduksi
data, proses ini adalah proses pemilihan, pemutusan perhatian dalam
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data atau data kasar yang
muncul dari catatan-catatan lapangan. Alur ini telah peneliti lakukan pada
42
saat mulai mengadakan pengamatan pendahuluan, kemudian penentuan
fokus dan proses penelitian serta peneliti gunakan selama proses
pengumpulan data dan pelaporan hasil penelitian. Reduksi data ini
dilakukan dengan membuat ringkasan, menelusuri tema, membuat gugus-
gugus, menuliskan memo dan mengembangkan sistem pengkodean guna
mempermudah dalam mendapatkan kembali data yang telah diperoleh.
Ketiga adalah penyajian data Penyajian data dalam penelitian ini
merupakan proses penyajian sekumpulan informasi yang kompleks ke
dalam kesatuan bentuk yang sederhana dan selektif, mudah dipahami
maknanya. Data yang diperoleh peneliti selama penelitian kemudian
dipaparkan, dicari tema-tema yang terkandung didalamnya, sehingga jelas
maknanya.
Sebagai contoh beban tugas-tugas rutin tentang KBM (Kegiatan
Belajar Mengajar) diserahkan sepenuhnya kepada wakil kepala Madrasah.
Dari data ini dapat ditemukan penerapan gaya kepemimpinan delegasi
efektif. Tahap akhir adalah kesimpulan gambaran / verifikasi. Tahap ini
merupakan proses yang mampu menggambarkan suatu pola tentang
peristiwa-peristiwa yang terjadi, dengan demikian analisa data dilakukan
secara terus menerus baik selama maupun sesudah pengumpulan data.
Penarikan kesimpulan data dilakukan berdasarkan matriks-matriks yang
telah dibuat untuk menemukan pola, topik atau tema sesuai dengna fokus
penelitian.
BAB IV
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Identitas Madrasah
1). Nama Madrasah : ...........................
2). NSM : 111235030077
3). Otonomi : Daerah
4). Propinsi :
5). Kabupaten : ...........................
6). Kecamatan : ...........................
7). Desa/Kelurahan : ………………
8). Daerah : Pedesaan .
9). Status Madrasah : Swasta
10). Akreditasi : Terakriditasi
11). Penerbit SK : Kandepag
12). KBM : Pagi Hari
13). Gedung Madrasah : Milik sendiri
14). Lokasi Madrasah : Ds Sawahan
15). Jarak dari Kecamatan : 3 km
16). Jarak dari Kabupaten : 40 km
43
44
2. Kepala Madrasah
1). Nama : ………………
2). NIP. : -
3). Tempat tgl.lahir : ...........................,
4). Pendidikan : SLTA
5). Jurusan : IPS
3. Data siswa
a. Data murid/siswa Tahun Pelajaran 2011/2012
No Kelas Rombongan Belajar L P Jml
1 I 1 11 10 21
2 II 1 7 9 16
3 III 1 11 8 19
4 IV 1 15 8 23
5 V 1 14 7 21
6 VI 1 15 8 23
Jumlah 6 73 50 123
b. Data guru/Pegawai
No Kelas Negeri Swasta Jumlah
1 Guru - 13 13
2 TU - - -
3 Pustakawan - - -
4 Laborat - - -
5 Penjaga - - -
Jumlah - 1 14
36
45
4. Data Sarana dan Prasarana
a) Keadaan Bangunan
No Jenis Jumlah Luas Kondisi
1 R. Kelas 6 336 m2 Baik
2 R. Kantor 1 30 m2 Baik
3 R. Kep. Madrasah 1 26 m2 Baik
b) Keadaan Buku Perpustakaan
No Jenis Buku Berasal Jumlah Kondisi
1 Pegangan murid Membeli 150 Baik
2 Pegangan guru Membeli 20 Baik
3 R. Kep. Madrasah Membeli 25 Rusak
ringan
c) Perlengkapan lain
No Jenis Buku Berasal Jumlah Kondisi
1 Pegangan murid Membeli 150 Baik
2 Pegangan guru Membeli 20 Baik
3 R. Kep. Madrasah Membeli 25 Rusak
ringan
B. Temuan Penelitian
Pada bagian sini diuraikan temuan - temuan penelitian berdasarkan
Paparan data yang telah dikemukakan diatas dengan penjelasan sebagai
berikut :
46
1. Upaya Kepala Madrasah Ibtidaiyah ...........................
Kabupten........................... dalam meningkatkan kenerja guru.
Dalam upaya peningkatan guru, Kepala Madrasah menggunakan
pendekatan situasional dan terbuka, artinya kinerja guru akan berhasil dengan
baik jika semua komponen Madrasah mampu menunjang dan mendukung
sesuai situasi dan kondisi serta berupaya menjalankan manajemen Madrasah
dengan keterbukaan sehingga tercipta suasana demokratis.
Terdapat beberapa faktor yang dapat menunjang peningkatan mutu
kinerja guru, antara lain : a) kadar bimbingan dan arahan yang di berikan
pemimpin /Kepala Madrasah b) kadar dorongan sosio emosional dan
c) kesiapan /kematangan bawahan fungsinal dan perwujudan dari tujuan
yang diinginkan.
a) Kadar bimbingan dan arahan yang diberikan pimpinan.
Dalam membina hubungan yang harmonis dengan para guru,
Kepala Madrasah Ibtidaiyah ........................... Kabupaten
........................... mempengaruhi, memotivasi, dan mengarahkan agar
guru-guru mau dan mampu bergerak kearah tujuan pendidikan serta
membina dan memberi petunjuk kepada mereka untuk menjadi seorang
pemimpin, baik diri sendiri, murid-murid dan masyarakat (hasil
observasi). Sesuai dengan pernyataan dari Kepala Madrasah bahwa
pembinaan dan arahan tersebut dilakukan dengan :
47
1). Setiap hari Senin diawal bulan diadakan rapat dinas dan
pembinaan yang bertujuan untuk memecahkan masalah dan
problematikannya yang berkaitan dengan proses pembelajaran.
2). Setiap bulan sekali diadakan pembinaan dengan tujuan
mengevaluasi kinerja guru.
3) Mengadakan pembinaan terhadap wali kelas setiap tengah semester
dalam rangka membahas mata pelajaran dan pelaksanaan evaluasi
(uji tengah semester).
4) Mengadakan pembinaan setiap saat ketika melakukan kunjungan di
kelas-kelas
5) Dalam setiap rapat-rapat dinas batik yang rutin maupun insedental
juga sekaligus dimanfaatkan sebagai ajang pembinaan bagi para
guru.
6) Mendorong para guru untuk mengikuti kelompok kerja guru
Agama.
b. Kader Dukungan Sosioemosional yang Disediakan oleh Pimpinan
Dalam membina hubungan dan interaksi yang harmonis dengan
para bawahan seorang kepala dapat mendayagunakan dan
memperkokoh pola interaksi dan relasi tersebut untuk mencapai tujuan
yang diharapkanya itu terwujudnya kwalitas kinerja guru yang
maksimal dan sistem belajar dan mengajarnya juga berkwalitas. Namun
dalam memahami kualitas guru juga dibedakan pada tingkat
pengalaman dan kemampuan mereka, sehingga untuk guru-guru yang
48
lebih banyak daripada guru yunior yang kurang pengalaman dan
kemampuan dalam menjalankan tugasnya (Hasil Observasi). Langkah-
langkah yang dilakukan dalam kaitan dengan hubungan dan interaksi
dengan para bawahan antara lain dengan mengarahkan, mengawasi,
menjelaskan, memberi contoh, memantau, memberikan dukungan,
memberikan pengakuan memberikan reward (imbalan) mengelola
komplek yang ada dengan membangun tim serta membentuk network
(jaringan kerja dengan lembaga lain).
1). Mengarahkan atau menjelaskan
Kepala MI. ........................... selalu mengada kan
pengarahan dan penjelasan pada para bawahan yang berkaitan
dengan kebijakan-kebijakan,rencana-rencana, serta intruksi tentang
berbagai kegiatan dan pekerjaan yang harus dilakukan. Tujuan untuk
membimbing dan mengkordinasikan kegiatan kerja dan untuk
memastikan bahwa bawahan mengetahui dan memahami apa yang
harus dilakukan berikut cara melaksanakan kegiatan (hasil
observasi).
2). Memantau
Dalam hal ini cara yang dilakukan Kepala Madrasah
Ibtidaiyah ........................... Kabupaten ........................... dengan
mengadakan kunjungan ke kelas atau (survei) yang di tujukan secara
individual dan keberhasilan dari program kerja yang ditugaskan
pada bawahan.
49
50
3). Memberi dukungan
Kepala Madrasah Ibtidaiyah ........................... Kabupaten
........................... senantiasa mendukung, kepada setiap guru dan
stafnya untuk mengembangkan dan meningkatkan kinerjanya yaitu
melalui pengiriman guru pada pada kegiatan seminar, lokakarya,
penataran dan mengikuti sertakan mereka pada KKG, diklat, dan
beberapa kegiatan penting lainnya.
4). Membari pengakuan
Kepala Madrasah Ibtidaiyah ...........................
Kabupaten ........................... juga selalu memberikan motivasi
berupa pujian dan penghargaan serta memperlihatkan apresiasinya
kepada para guru dan setap lainnya yang berprestasi dan kinerjanya
bagus sehingga keberadaan mereka juga mendukung keberhasilan
dan kemajuan Madrasah.
5). Mengembangkan
Dalam memperkokoh hubungan kerjasama partnership antara
seorang pimpinan dan bawahannya, Kepala Madrasah
Ibtidaiyah ........................... Kabupaten ........................... senantiasa
memberikan waktudan tenaganya untuk membimbing dan
konsultasi karir bawahan.Sebagai contoh dalam rangka
kemajuankarir bawahan Kepala Madrasah
Ibtidaiyah ........................... Kabupaten ........................... senantiasa
ada bawahan yang akan dimutasi atau promosi ke lain instansi
51
didukung dengan syarat diberi jabatan atau fasilitas yang
lebih baik.
c). Kesiapan dan Kematangan bawahan
Dalam mengelola dan mengatur kinerja lembaga yang
dipimpin Kepala Madrasah Ibtidaiyah ...........................
Kabupaten ........................... terutama dalam manajemen. Kinerja
Kantor dan dan bawahannya, secara konkrit seantiasa memberikan
tugas dan pekerjaan kepada para bawahan disesuaikan dengan
kesiapan dan tingkat kematangan bawahan. Jika mereka memang
dirasa belum mampu danpaham betul tentang tugas dan
pekerjaannya, maka tugas akan dijelaskan dan diarahkan serta
dibimbing agarmereka dapat maksimal dalam bekerja, namun
mereka juga diberi peluang dan kesempatan untuk berinovasi dan
berkreasi dalam mengerjakan tugasnya. Sedangkan jika mereka
benar-benar belum mampu maka akan diarahkan pada yang
lainnya, agar lebih efektif dan efisien.Kemudian tugas yang di
berikan kepada akasek tentunya berbeda dengan tugas wali kelas.
Sehingga dengan mengetahui bagaimana kesiapan dan
kematangan bawahan, tugas dapat terlaksana dengan baik serta
lebih berkualitas yang akhirnya menunjang terwjudnya tujuan
Madrasah.
d). Penerapan Gaya Kepemimpinan yang efektif
52
Gaya kepemimpinan yang efektif dan evisien pada suatu
organisasi formal seperti sangat penting,hal ini bilamana
dihubungkan dengan pencapaian tujuan pendidikan bertanggung
jawab penuh terhadap semua kegiatan yang ada di Madrasah.
Kepala Madrasah di dalam perannya sebagai pemimpin harus
Menunjukkan suatu contoh perilaku yang dapat digugu atau
dipercaya dan dapat ditiru atau diteladani. Dalam hubungan dengan
bawahan / dengan para guru,membina dan atau menyiapkan guru-
guru menjadi pemimpin dalam pertumbuhan jabatannya. Karena
itu Kepala Madrasah harus memiliki perilaku dan gaya
kepemimpinan yang memungkinkan para guru untuk bekerja
efektif serta mempunyai motivasi kerja dan kinerja yang tinggi.
Situasidan kondisi yang konduksif dalam lingkungan Madrasah
Harus di tumbuhkan. “Sebagai pencipta iklim kerja yang baik,
kepala Madrasah harus mampu meyakinkan dan menggerakkan
seluruh tenaga kependidikan dan sebagai bagian yang tak
terpisahkan dari profesionslisme” (Depdikbud,a:9;1995).
Sedangkan gaya kepemimpinan yang di terapkan oleh kepala
Madrasah Ibtidaiyah ........................... Kabupaten ...........................,
dalam memimpin lembaga yang di pimpinnya adalah gaya
kepemimpinan situasional yang berdasar pada teori 3 yaitu
meinimpin dengan orientasi pada demensi hubungan dan tugas,
demensi keefektifan yang kesemua demensi disesuaikan dengan
53
situasi dan kondisi yang dihadapi (lingkungan yang dimasuki).
Contoh konkrit dari gaya kepemimpinan yang di terapkan oleh
kepala Madrasah Ibtidaiyah ...........................
Kabupaten ........................... adalah Kepala Madrasah secara
terbuka dan demokratis memimpin lembaga ini (hasil observasi).
Saya merasa bahwa gaya kepemimpinan kepala
Madrasahdalam Memimpin lembagaini selama 5 tahun terasa
sangat terbuka dan Demokratis. Jadi beliau menerapkan atau
memutuskan segala sesuatu bisa Top Down dan Botton Up atau
dengan kompromistik. Sehingga seluruh prangkat dan piranti
Madrasah merasa andarbeni atas Madrasah sekaligus bersatu padu
dan padu dan integrative untuk memajukan dan mewujudkan tujuan
pendidikan (OP.13.Maret 2006)
Secara aplikasi kepala Madrasah menerapkan (1) gaya
intruksi pada saat menghadapi stap baik guru maupun tenaga
administrasi yang masih baru. Kepala Madrasah memahami bahwa
mereka masih belum cukup memiliki tingkat kedewasaan yang
cukup. Pada saat itu kepala Madrasah banyak memberi dan sedikit
memberi kesempatan berpartisipasi kepada bawahan, intruksi yang
diberikan kepada bawahan terinci secara spisifik. Pengawasan
dilakukan secara ketat peran bawahan dibatasi, pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah datang dari pimpinan.
54
Penerapan gaya intruksi ini sesungguhnya jarang sekali
dilakukan oleh kepala Madrasah Ibtidaiyah ...........................
Kabupaten ..........................., sebab kebanyakan staf Madrasah
khususnya tenaga pengajar /guru yang memiliki tingkat kedewasaan
cukup tinggi. 2) Gaya konsultatif, diterapkan kepala Madrasah
Ibtidaiyah ........................... Kabupaten ........................... kepada staf
yang berkemauan tinggi tetapi kemampuan rendah. Secara
konkrit kepala Madrasah menerapkan gaya tersebut kepada para
guru yang memiliki latar belakang Sarjana/Ahli madya namun
kemauan mereka masih rendah. Pada kesempatan ini kepala
Madrasah memberi kesempatan kepada bawahan dalam proses
pengambilan keputusan, akan tetapi kepala Madrasah masih
memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
tugas. Kesempatan ini dilakukan kepala MI ...........................
Kabupaten ........................... pada rapat guru bidang studi tiap hari
Jumat minggu kedua di tiap bulannya (3) Gaya partisipasi diterapkan
pada tenaga guru yang berkemampuan rendah tetapi memiliki
kemauan yang tinggi. Terhadap guru yang demikian kepala
Madrasah memperkecil pengarah an dan pengawasan,sebaliknya ia
lebih banyak mendengarkan dan me mperhatikan saran dan pendapat
para gurunya (kepala Madrasah lebih banyak memberi kesempatan
kepada bawahan dalam proses pengambilan keputusan. Kepala
Madrasah menganggap para guru pada kategori ini sebagai mitra
55
kerja sehingga hubungan kerja bersifat kolegial. Dan gaya tersebut
yang lebih banyak diterapkan oleh kepala Madrasah
Ibtidaiyah ........................... Kabupaten ..........................., secara
konkrit diterapkan kepada guru bidang studi yang sudah memiliki
pengalaman yang cukup. Sehingga hubungan guru dan kepala
MI. terbangun suatu hubungan tenaga kerja yang kolegial.
Kepala Madrasah dalm menerapkan gaya kepemimpinannya
sangat terbuka sesuai dengan gaya penerapan gaya kepemimpinan
situasional. Ia senantiasa terbuka dalam melaksanakan tugas baik
terhadap masyarakat utamanya terhadap pengurus komite Madrasah.
tugas-tugas yang di berikan kepada bawahannya. Ia senantiasa
memperhatikan tingkat kedewasaan kemampuan staf. Nilai
demokratis senantiasa ia kembangkan. Dalam hal ini kepala
Madrasah terus memberi peluang kepada bawahan untuk tumbuh
dalam jabatan (hasil observasi ).
Berkaitan dengan kepemimpinan kepalaMadrasah ini sesuai
dengan apa yang diurutkan dengan pengurus Komite Madrasah :
Secara umum dapat dikatakan bahwa kepemimpinan kepala
Madrasah Ibtidaiyah ........................... Kabupaten ...........................
disini cukup efektif, Hal ini terlihat banyaknya inovasi - inovasi yang
dibuat oleh lembaga ini. Inovasi-inovasi ini timbul karena pemimpin
mampu menggerakkan orang lain utamanya terhadap bawahan
56
serta ketepatan dalam memilih gaya kepemimpinan terhadap
kemampuan suatu kematangan (Observasi:l5 Januari 2011).
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Pada bab ini secara berturut-turut disajikan (a) Pembahasan hasil
penelitian, yaitu pembahasan silang antara hasil penelitian dengan kajian
tioritik yang relevan dan interprestasi penelitian, (b) makna atau hakekat
penelitian.Adapun rumusan-rumusan penelitian tersebut sebagai berikut :
1) Upaya-upaya Kepala Madrasah Ibtidaiyah ...........................
Kabupaten ........................... dalam rangka meningkatkan kinerja guru, 2)
Faktor - faktor penghambat atau pendukung dalam meningkatkan kenerja
guru Madrasah Ibtidaiyah ........................... ...........................
Kabupaten ..........................., 3) Hasil Kinerja guru Madrasah
Ibtidaiyah ........................... Kabupaten ........................... dalam menerapkan
kepemimpinan demokratis.
1. Upaya kepala Madrasah Ibtidaiyah ...........................
Kabupaten ........................... dalam meningkatkan kenerja guru dalam
ke pemimpinan demokratis.
Berdasarkan pada temuan data yang diperoleh dari lapangan,
menunjukkan bahwa upaya kepala Madrasah
Ibtidaiyah ........................... Kabupaten ........................... dalam
meningkatkan kinerja-kinerja guru dengan :
a. Mengirimkan guru dalam kegiatan ilmiah dalam rangka
meningkatkan wacana keilmuan dan sumber pengetahuan agar
57
kualitas materi dan mutu pembelajaran semakin meningkat.
Kegiatan-kegiatan seperti : diklat kependidikan, ceramah-ceramah,
penataran, KKG.
b. Mengadakan pembinaan - pembinaan di internal lembaga yaitu
dengan pembinaan secara sistimatis dan terencana terhadap guru
yang pada dasarnya telah memiliki kemampuan profesional untuk
melaksanakan tugas - tugas kependidikan, guna mengembangkan
potensi siswa secara maksimal lewat mata pelajaran. Dengan
kaitannya dengan guru sebagai tenaga profesional kependidikan
maka dalam melaksanakan tugasnya dituntut untuk bersifat rasional
dan memenuhi spesifikasi tertentu serta memiliki kemampuan
mengajar yang isential untuk dapat melaksanakan tugas-tugas
intruksionalnya yang mencakup ; rancangan pengajaran, prosedur
pelaksanaan pengajaran dan hubungan antar pribadi. Apabila ketiga
kemampuan issensial itu dimiliki oleh guru, maka akan tercipta
kegiatan belajar dan guru-guru yang efektif
c. Memberikan pengawasan, pemantauan, dukungan, dan imbalan
bagi mereka agar lebih berprestasi dan membangun konflik agar
lebih bersemangat dalam belajar.
d. Mengarahkan atau menjelaskan, Kepala Madrasah
Ibtidaiyah ........................... Kabupaten ........................... selalu
mengadakan pengarahan dan penjelasan pada para bawahan yang
berkaitan dengan kebijakan-kebijakan, rencana-rencana serta
58
intruksi tentang berbagai kegiatan dan pekerjaan yang harus
dilakukan. Tujuannya untuk membimbing dan mengkoordinasikan
kegiatan kerja dan untuk memastikan bahwa bawahan mengetahui
dan mengalami apa yang harus dilaksanakan berikut cara
melaksanakan kegiatan tersebut.
e. Memantau dalam hal ini yang perlu dilakukan kepala
Madrasah Ibtidaiyah ........................... Kabupaten ...........................
dengan mengadakan kunjungan ke kelas (surve) yang tujuannya
untuk mengetahui dan mengevaluasi dan mengetahui kemajuan
pekerjaan dan kinerja bawahan secara individual dan keberhasilan
dari program kerja yang ditugaskan pada bawahan.
f. Memberi dukungan, Kepala Madrasah Ibtidaiyah ...........................
Kabupaten ..........................., senantiasa mendukung pada setiap guru
dan stafnya untuk mengembangkan dan meningkatkan kinerjanya.
g. Memberi pengakuan, Kepala Madrasah Ibtidaiyah ...........................
Kabupaten ........................... juga selalu memberikan motivasi
berupa pujian dan penghargaan serta memperhatikan apresiasinya
kepada para guru dan stap lainnya yang berprestasi serta kinerjanya
bagus,sehingga keberadaan mereka juga mendukung keberhasilan
dan kemajuan Madrasah.
h. Mengelola konflik dan membangun tim network dalam menangani
segala permasalahan dilembaga atau kantor kepala Madrasah
Ibtidaiyah ........................... Kabupaten ........................... berupa
59
menyelesaikan dengan adil dan bijaksana, serta mengelola konflik
tersebut dengan manajemen konflik yang terjadi justru mampu
memotivasi mereka dan mengevaluasi kinerja di lembaga sehingga
meningkatkan semangat dan prestasi mereka dalam bekerja.
i. Memotivasi mereka agar mau membangun kemampuan pribadi
untuk lebih maju dan kinerjanya bagus. Kesemuanya ini sesuai
dengan kepemimpinan kepala MI. yang menggunakan pendekatan
kepemimpinan demokratis,yang menggabungkan 3 demensi, yaitu
demensi hubungan, demensi tugas dan demensi keefektifan dalam
upaya peningkatan kinerja guru /pendidik.
2. Faktor Penghambat / pendukung dalam peningkatan kinerja guru
Madrasah Ibtidaiyah ........................... Kabupaten ............................
a. Faktor penghambat adalah faktor dana dalam peningkatan kerja
guru faktor penting yang sering menghambat adalah keterbatasan
dana. Karena Madrasah Ibtidaiyah ........................... Kabupaten
..........................., adalah instansi milik pemerintah maka sumber dan
utama juga dari pemerintah dan orang tua murid.
b. Faktor pendukung yang menunjang peningkatan kenerja guru
adalah :
1). Adanya slogan Ikhlas Beramal , bekerja tanpa perintah dan
disiplin tanpa diawasi.Yaitu untuk menumbuhkan jiwa yang
ikhlas untuk bekerja dan disiplin dalam setiap tindakan.
60
2). Loyalitas guru dan civitas akademik lainnya, kesetiaan dari
seorang karyawan untuk menekuni dan mencintai lembaga dan
pekerjaannya sehingga pekerjaannya dapat selesai dengan
sukses.
3). Sarana dan prasarana yang sangat mendukung keberhasilan
sebuah lembaga dalam operasional sehingga faktor ini sangat
penting keberadaannya.
.4). Pengalaman mengajar yang cukup potensial karena dari
pengalaman ini para guru dapat merancang konsep
pembelajaran seefisien dan seefektif mungkin.
5). Peran serta MI cukup efektif, karena pengawas sebagai
supervisor pendidikan tingkat atas sangat menunjang kwalitas
kinerja guru. Mereka bekerja dengan evaluasi dan monitoring
yang efektif.
3. Hasil kinerja guru Madrasah Ibtidaiyah ...........................
Kabupaten ..........................., dalam penerapan kepemimpinan demokratis
menuju profesionalisme guru.
Hasil kinerja guru Madrasah Ibtidaiyah ...........................
Kabupaten ..........................., dalam penerapan kepemimpinan
demokratis dalam temuan penelitian antara lain :
a. Adanya peningkatan mutu dalam proses belajar mengajar di
Madrasah Ibtidaiyah ........................... Kabupaten ...........................,
mutu proses belajar mengajar tersebut terlihat guru - guru semakin
61
kreatif dan inovatif dalam mengelola pelajaran, contoh mereka
menggunakan metode partisipatif dan KBK dalam mengajar.
b. Semakin meningkatnya kedisiplinan guru dan siswa dalam PBM
hal tersebut tampak darikondisi belajar mengajar yang tidak pernah
kosong dan sesuai dengan target alokasi waktu materi pelajaran.
c. Adanya kurikulum terintegrated dan kurikulum berbasis kompetensi
yaitu formulasi gabungan mata pelajaran umum dan Agama
sehingga mata pelajaran yang diberikan kepada siswa lebih banyak
jika dibandingkan dengan madrasah pada umumnya.
d. Semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat pada mutu
pembelajaran Madrasah Ibtidaiyah ...........................
Kabupaten ........................... dari tahun ketahun meningkat prestasi
Madrasah,murid dan gurunya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada uraian paparan data dan temuan penelitian di
lapangan serta hasil pembahasan, maka dalam Bab V ini peneliti dapat
menarik kesimpulan untuk menjawab fokus dan tujuan penelitian. Hal lain
perlu kiranya disampaikan bahwa kesimpulan ini juga untuk menangkap
fenomena yang ada di Madrasah Ibtidaiyah ...........................
Kabupaten ........................... dalam kaitannya dengan peningkatan kinerja
guru dalam kepemimpinan demokratis sebagai pemacu profesionalisme
guru Madrasah Ibtidaiyah ........................... Kabupaten
............................
1. Upaya kepala Madrasah Ibtidaiyah ...........................
Kab. ........................... dalam meningkatkan kinerja guru adalah dengan
mengikutkan para guru pada Kegiatan kegiatan seperti : penataran,
diklat, KKG dan beberapa ke giatan ilmiah lainnya serta pembinaan
secara internal dan rutin agar kuali tas kinerja para guru lebih
menigkat/profesional.
2. Ada beberapa faktor yang mendukung / menghambat peningkatan kinerja
guru Madrasah Ibtidaiyah ........................... Kabupaten ...........................,
antara lain faktor penghambatnya adalah faktor dana yang cukup terbatas
dari anggaran yang diperlukan, sehingga mengurangi frekuensi para guru
62
untuk mengikuti berbagai kegiatan. Sedang faktor pendukung
peningkatan profesional kenerja guru peningkatan profesional kinerja
63
64
guru antara lain adalah : a) adanya slogan Ikhlas beramal, bekerja tanpa
diperintah disiplin tanpa diawasi. b) loyalitas guru c) saran dan
prasarana yang cukup. d) Pengalaman pembelajaran yang cukup
potensial, e) peran dari pihak pengawas PAI yang cukup efektif.
3. Hasil dari kinerja guru Madrasah Ibtidaiyah ........................... Kabupaten
........................... dalam kepemimpinan demokrasi adalah
a) adanya peningkatan mutu dan dalam proses belajar mengajar di
Madrasah Ibtidaiyah ........................... Kabupaten ............................
b) adanya peningkatan prestas siswa c) semakin meningkatnya
Kedisiplinan guru dan siswa dalam PBM. d) adanya kurikulum
terintegrated dan kurikulum Berbasis Kompetensi e) semakin
meningkatnya kepercayaan masyarakat pada mutu pembelajaran
Madrasah Ibtidaiyah ........................... Kabupaten ............................
B. Saran
Bagi kepala MI dan segenap guru/karyawan Madrasah
Ibtidaiyah ........................... Kabupaten ...........................
1. Kondisi-kondisi yang telah tertata bagus dan membawa dampak yang
positif hendaknya tetap dipelihara dan di tingkatkan semaksimal
munkin keberadaannya.
2. Perlu secara terus menerus dan berkelanjutan dilakukan evaluasi dan
monitoring pengawas PAI terhadap proses, sistem dan hasil pengajaran
agar mencapai hasil yang maksimal menuju guru yang profesional.
65
3. Dan kepada segenap pengelola lembaga pendidikan serta seluruh
komponen Madrasah agar senantiasa meningkatkan kinerjanya sehingga
prestasi Madrasah semakin meningkat dan mendapat keberhasilan di
segala bidang.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, HM, 1994, Kapita Seleksta Pendidikan, Jakarta, Bumi Aksara
Abuddin Nata, Prof. Drs. H. MA., Manajemen Pendidikan, Prenada Media, Jakarta, 2003.
BOGDAN, R., 1982, Riset Kwalitatif untuk Pendidikan, Pengantar ke Teori dan Metode, terjemahan oleh Munandir, 1990, Jakarta, Dikjen, Dikti.
Burhanudin. 1979. Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta, Bumi Aksara.
Daryanto, 1992, Kepemimpinan Organisasi, Jakarta, Sinar Grafika,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. UUSPN No. 20 Th. 2003 tentang Sistem P'endidikan Nasional. Jakarta Depdikbud.
Depdikbud, 2000, Panduan Pelatihan untuk Pengembangan Sekolah. Jakarta.
Effendi, 1983. Human Relation dan Public Relation dalam Management, Bandung, Alumni.
Gito Sudarno,1993. Kepemimpinan Pendidikan, Andi Offset, Yogyakarta.
Hamalik, Umar, 1986. Media Pendidikan, Bandung.
Kartini, K., 1994, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta. PT. Raja, Grafindo Persada.
Kotter J. P., 1988, Faktor Kepemimpinan, Alih Bahasa, Hari Suminto, 1997, Jakarta, Prehalindo.
Manajemen Pendidikan.
Ngalim Purwanto, Drs. MP., Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Remaja Karya, Bandung, 1988.
Piet A. Suhertian, Drs., Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Program Inserlice Education, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1992.
66